Transcript

Pop Digital | 15

APA yang tak bisa dilakukan teknolo-gi? Bahkan pameran seni video pun bisa

dihadirkan di layar komputer Anda.

Kalau tak percaya, Anda boleh berkunjung ke laman Youtube yang diberi judul You-tube Play (A Biennial of Creative Video). Di sana ada ratusan video pendek yang unik dan menarik. Misalnya kisah cinta manusia dan beruang yang ditampilkan dalam animasi piksel. Atau sebuah proyek cermin manusia yang melibat-kan puluhan orang kembar untuk duduk berseberangan dalam kereta bawah tanah.

Entah bisa disebut video art atau bukan, yang jelas, video-video ini pastilah jadi sarana ekprimen menarik yang meny-enangkan untuk ditonton.

Youtube Play adalah sebuah proyek yang membuka kesem-patan bagi pengguna Youtube untuk mengunggah digital video art, animasi stop motion, video musik, atau fi lm pendek.

Ini bisa diartikan membuka ranah baru dalam perkawinan teknologi dan seni. Karena le-wat Youtube, video bisa dibuat dan diakses banyak orang.

Diluncurkan pada Juni lalu, Youtube Play telah menerima 23.358 video pada September yang kemudian dipilih menjadi top 125 fi nalis. Jurinya terdiri dari seniman Laurie Anderson dan Douglas Gordon, fi lmmaker

Darren Aronofsky, serta di-pimpin kepala kurator Guggen-heim Museum Nancy Spector.

Selanjutnya, mereka memilih 25 video terbaik yang diumum-kan Kamis (22/10) di Guggen-heim Museum, New York, Amerika. “Video sebagai ben-tuk seni bukanlah barang baru. Kini, banyaknya jenis platform yang berkembang pesat dan banyaknya video yang dibuat dengan biaya murah telah membuat para seniman men-gubah cara mereka berkarya,” ujar Nancy Spector.

Menurut Steven Scott dan Will Sweeney, seniman yang ikut serta dalam Youtube Play, keterlibatan Guggenheim Mu-seum telah memberikan legiti-masi bahwa Youtube merupakan sebuah platform seni yang

baru. Sebuah pengakuan yang menurutnya terbilang sulit karena Youtube merupakan sebuah platform yang terlalu muda yang kadang dianggap tak terlalu penting.

Lebih lanjut, Nancy Sprector menjelaskan tujuan diselengga-rakannya Youtube Play adalah untuk menjangkau audiensi sebanyak-banyaknya. Ia mem-beri catatan bahwa mereka awalnya hanya berniat memilih 20 terbaik. “Tapi para juri sa-ngat terkesan dengan kualitas video yang dibuat sehingga menambahkan jumlah fi nalis terbaik menjadi 25.”

EksperimenWalau diunggah dan ditam-

pilkan di Youtube, ide dan kual-itas video para peserta tak kalah

menawan. Karya Steven Scott dan Will Sweeney yang ber-judul The Parachute Ending, misalnya. Salah satu karya terbaik Youtube Play ini me-nampilkan video surealis de-ngan teknik neon space anima-tion.

The Parachute Ending tak memiliki kisah yang jelas. Di awal video, mereka menampil-kan sebuah pesawat aneh yang terbang menghindari batu-batu yang berjatuhan di angkasa.

Di babak lainnya, pengen-dali pesawat itu mengganti tangan robotnya dengan tangan bertentakel mirip alien. Lalu, 1 menit kemudian ia masuk ke lubang hitam yang menjeru-muskannya ke dalam semesta.

“Kami suka dengan ide bah-wa seseorang yang menonton

akan memiliki pemikiran tersendiri akan video itu. Tiap orang akan punya persepsi yang berbeda,” ujar Scott.

Alurnya pun sengaja dibuat secara tak terduga. “Kami juga ingin membuat kejutan bagi penonton. Kami akan belok ke kanan saat penonton mengira kami akan berbelok ke kiri,” kata Vernon Chatman.

Karya lainnya ada Auspice oleh Bryce Kretschmann yang menyatukan dua wajah penyiar berita Fox News dengan jenaka sehingga menampilkan wajah baru dengan ekspresi unik.

Juga ada video berjudul Sea-weed karya Remi Weekes dan Luke White. Dalam video eks-perimental ini, Luke bertindak sebagai aktor yang mengguna-kan tangannya sebagai sebuah

tanaman rumput laut. Semen-tara Remi memberi sentuhan ajaibnya dengan mengolahnya menjadi sebuah video yang mengagumkan.

Baik Remi maupun Luke berpendapat bahwa internet menyediakan akses yang lebih baik bagi seniman dan pe-nikmatnya.

“Youtube adalah medium yang lebih demokratis. Galeri seni Amerika terkesan sangat eksklusif dan kamu harus mem-bayar untuk masuk ke dalam-nya,” sindir Remi, mengaitkan-nya dengan wahana seni (kon-vensional) yang ada saat ini. (guardian.co.uk/huffington-post.com/*/M-1)

[email protected]

SENIN, 25 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Video art bukan barang baru. Tapi, lewat Youtube, video art dibawa ke ranah baru. Bisa diakses lebih oleh seniman, penikmat seni, ataupun awam sekalipun.

AP/FRANK FRANKLIN II

Christine Franciska

Ranah Baru PerkawinanTeknologi dan Seni

TAMPAKNYA kesuksesan tak akan menghampiri produsen dan distributor video game ber-basis musik tahun ini. Beberapa video game berbasis musik yang diluncurkan menjelang akhir tahun ini dan sebelumnya yang diharapkan mendulang kesuk-sesan besar pada musim liburan ternyata tidak terbukti.

Sebut saja Guitar Hero: War-riors of Rock yang dipasarkan sejak 28 September, Def Jam Rapstar (permainan karaoke hip hop) pada 5 Oktober, DJ Hero dan PowerGig: Rise of the Six-String yang dirilis para 19 Ok-tober.

Sisanya masih ada Rock Band 3 dan Dance Central yang akan segera diluncurkan pada 26 Oktober hingga 4 November mendatang. Secara keseluruh-an, penjualan video game terse-

but memang mengalami penu-runan.

Belum diketahui dengan pasti apakah penyebab penu-runan pembelian terhadap video game tersebut terkait den-gan selera pasar yang sudah beralih ke game-game lainnya.

Menurut Entertainment Soft-ware Assn, penjualan pada kuartal keempat setidaknya bisa menyumbang sekitar 45% dari penjualan video game tahu-nan. Tetapi, data penjualan menjelang tiga bulan terakhir pada tahun ini tidak menunjuk-kan pertanda baik.

Secara keseluruhan, menurut NPD Group, penjualan video game pada September ini men-capai US$614 juta, turun 6% dari periode yang sama tahun lalu. Sementara penjualan da-lam sembilan bulan pertama

tahun ini mencapai US$4,9 miliar, turun 8% dari tahun sebelumnya.

Menurut analis Wedbush Morgan Securities Michael Pachter, penurunan penjualan yang lebih curam terjadi pada video game berbasis musik. Hingga akhir September, pen-jualannya hanya sebesar US$152 juta. Turun 50% dari tahun sebelumnya.

Video game berbasis musik pernah mencapai penjualan hingga US$875 juta pada 2009. Namun tahun ini, penjualan dinilai sudah beruntung jika berhasil mencapai US$500 juta,” ujar Pachter. Dia mengamati bahwa tampaknya, semua orang yang menginginkan mu-sic game ini sudah memiliki satu sehingga tidak melirik lainnya. (Reuters/*/M-1)

Video GameBerbasis MusikMulai Ditinggalkan

PAMERAN VIDEO: Museum Guggenheim, tempat 25 video dari Youtube diproyeksikan pada dinding museum.

DI BAWAH TARGET:Guitar Hero: Warriors of Rock yang dipasarkan sejak 28 September kurang mendapat sambutan pasar.

GUITAR HERO.COM

Top Related