POLA ASUH DAN EKSPEKTASI BURUH PABRIK TERHADAP
PENDIDIKAN ANAK (Studi Kasus pada Siswa Kelas XI di SMA
Islam Sudirman Ambarawa Tahun Pelajaran 2016/2017)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh :
Shepta Adi Nugraha
NIM : 111-13-150
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA 2017
MOTTO
الجحزن إن هللا معىب
“ Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.”
(Q.S. AT-TAUBAH, Ayat 40)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT
skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Bapak Puji Santoso dan Ibu Nanik Agustina yang senantiasa memberikan
nasehat, kasih sayang dan jerih payahnya mendidik dari kecil sampai di
bangku kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendo‟akan yang
terbaik tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama dan
kebahagian anak-anaknya.
2. Enjang Mia Afiati, Oki Surya Danu Arta, dan Melisa Aulia Sari yang telah
memberikan semangat untuk menjalani perkuliahan dengan baik.
3. Keluarga besar Bapak Puji Santoso yang ada di Bawen, dan keluarga besar Ibu
Nanik Agustina yang ada di Klaten, Wonosobo dan Sidoharjo, yang banyak
memberikan limpahan motivasi dan do‟a.
4. Dosen Pembimbing Skripsiku, Ibu Dr.Lilik Sriyanti, M.Si yang selalu
memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama
proses skripsi ini.
5. Keluarga besar PPL SMK Saraswati ( Abidin, Mubin, Masrurah, Kharis, Puji,
Annisa, Nisa‟, Fitri) dan KKN Posko 25 di Desa Bade, Dusun Wates Barat
(Sirril, Dita, Cuci, Tri, Anisa, Nur, Falah, Teguh), yang telah memberikan
semangat baru dalam menjalani dan menempuh gelar sarjana ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Atas limpahan rahmat
dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud
yang sederhana. Salam sejahtera semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah menuntun umatnya dari zaman kejahilan menuju
zaman keislman.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih dengan ketulusan hati, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, S.Pd, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam.
4. Ibu Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
mencurahkan segala tenaga, pikiran dan bimbingannya dengan penuh
kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesiakan.
5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai
ilmu Pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
6. Bapak Puji Santoso, Ibu Nanik Agustina dan keluargaku yang selalu
memberikan do‟a, semangat, motivasi dan kasih sayang tiada henti.
ABSTRAK
Nugraha, Shepta Adi. 2017. Pola Asuh dan Ekspektasi Buruh Pabrik Terhadap
Pendidikan Anak (Studi Kasus pada Siswa Kelas XI di SMA Islam Sudirman
Ambarawa Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing. Dr. Lilik Sriyanti, M.Si
Kata Kunci: Harapan, Upaya, Pola Asuh, Kendala, Respon Anak.
Tujuan penelitian skripsi ini ada lima hal yaitu : (1) Harapan orang tua
buruh pabrik terhadap anaknya, (2) Upaya yang dilakukan orang tua dalam
mewujudkan harapan, (3) Pola asuh yang diterapkan dalam keluarga buruh pabrik,
(4) Kendala orang tua dalam mengupayakan harapannya, (5) Respon anak dalam
upaya orang tuanya mewujudkan harapan.
Untuk mencapai tujuan di atas, menggunakan metode kualitatif. Teknik
pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa : (a) Harapan yang dimiliki oleh orang tua yang berprofesi
sebagai buruh pabrik adalah agar anaknya dapat menjalani kehidupan yang
bahagia secara lahir dan batin. Secara lahir yaitu agar anaknya tidak merasakan
bekerja dengan keras, dan orang tua berharap anaknya tidak seperti kehidupan
orang tuanya. Secara batin, yaitu memberikan bekal pada anaknya ilmu
pengetahuan, terutama ilmu agama, agar anaknya dapat menjadi anak yang
berakhlak mulia, dan selalu berada di jalan Allah Swt. (b) Upaya orang tua
sebagai pemimpin bertanggungjawab penuh dalam kebutuhan sehari-hari, juga
kebutuhan rohani keluarga. kebutuhan sehari-hari, orang tua rela bekerja banting
tulang di pabrik, dengan diforsir waktu, tenaga, dan fikiran demi memenuhi
kebutuhan keluarganya. Memenuhi kebutuhan rohani keluarga dengan
memberikan pendidikan pada keluarga tentang pendidikan agama Islam, yaitu
dengan mensekolahkan anaknya di sekolah yang berbasis Islam dengan harapan
anaknya dapat dididik dengan didikan Islam, dikarenakan orang tua tidak banyak
waktu untuk memberikan pendidikan pada anaknya di rumah, karena pekerjaan.
(c) Pola asuh dari orang tua buruh pabrik, yaitu mereka rata-rata menggunakan
pola demokratis, di maksudkan jangan sampai anaknya merasakan tekanan, yang
sama dialami orang tuanya dalam lingkungan pabrik. (d) Kendala yang dimiliki
orang tua yaitu dari orang tua sendiri, yaitu waktu tenaga, dan fikiran yang
terforsir di pabrik. Dari anaknya yang terlampau bebas dan tidak ada figur yang
dicontoh dari orang tua yang menjadikan anak mencari figur dari lingkungan yang
kurang baik, dan terlalu banyak melihat televisi, bermain handphone, dan video
game. (e) Respon anak dari upaya orang tua mewujudkan harapan, yaitu
mendapatkan respon yang positif dari anak. Ada yang ingin melanjutkan kuliah
dengan beasiswa, ada yang ingin bekerja membantu orang tua, dan ada yang ingin
keduanya. Walau berbeda respon akan tetapi tujuan yang sama yaitu kebahagiaan
orang tua.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO .............................................................................. ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... v
MOTTO........................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ......................................................................................... vii
KATAPENGANTAR ................................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang……………………………………………………..1
B. Fokus Penelitian……………………………………………………9
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………..10
D. Kegunaan Penelitian……………………………………………….10
E. Penegasan Istilah…………………………………………………..12
F. Metode Penelitian………………………………………………….22
G. Sistematika Penulisan……………………………………………...28
BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………...30
A. Harapan Orang Tua terhadap Anak…………...…………………...30
B. Upaya Orang Tua dalam Mewujudkan Harapan…………………..35
C. Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak……………………………...40
D. Kendala dalam Mengupayakan Harapan…………………………..48
E. Respon Anak……………………………………………………….51
BAB III HASIL PENELITIAN………………………………………………53
A. Profil SMA Islam Sudirman Ambarawa…………………………....53
B. Profil Subjek………………………………………………………...61
C. Temuan Penelitian…………………………………………………..70
1. Harapan Orang Tua terhadap Anak……………………………..70
2. Upaya Orang Tua dalam Mewujudkan Harapan………………..80
3. Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak…………………………...84
4. Kendala dalam Mengupayakan Harapan………………………..88
5. Respon Anak…………………………………………………….92
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………..100
A. Harapan Orang Tua terhadap Anak…………………………………100
B. Upaya Orang Tua dalam Mewujudkan Harapan……………………106
C. Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak……………………………….110
D. Kendala dalam Mengupayakan Harapan……………………………113
E. Respon Anak………………………………………………………...117
BAB V PENUTUP……………………………………………………………..120
A. Kesimpulan…………………………………………………………..120
B. Saran………………………………………………………………....123
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP PENULIS
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Profil SMA Islam Sudirman Ambarawa……………………………54
Tabel 3.2 Jumlah peserta didik, program dan jurusan…………………………55
Table 3.3 Jumlah guru atau kariyawa..………………………………………...58
Table 3.4 kondisi orang tua……………………………………………………59
Table 3.5 penghasilan orang tua……………………………………………….60
Table 3.6 pendidikan orang tua………………………………………………..60
DAFTAR LAMPIRAN
1. Nota Pembimbing Skripsi
2. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
4. Lembar Konsultasi
5. Verbatim Wawancara
6. Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah Swt menciptakan manusia dengan keadaan sempurna
dibandingkan dengan makhluk lainnya, sehingga manusia dijadikan di
muka bumi ini sebagai kholifah, yaitu sebagai penjaga dan pemelihara
bumi. Dengan demikian manusia memiliki tanggung jawab yang besar
dalam melestarikan bumi ini. Apa yang dibutuhkan oleh manusia di muka
bumi ini sudah di berikan dan ditundukkan makhluk dibumi ini untuk
manusia, agar manusia bersyukur dan mengemban tanggung jawab dengan
baik.
Hal ini di abadikan dalam Al-Quran surat al-baqarah ayat ke 30 yang
berbunyi
وإذ قبل زبك نهمهئكة إوي جب عم فى األزض خهيفة، قبنىاأججعم فيهب مه يفسد فيهب
{٣٠}.ويسفك اند مبا ووحه وس بحمد وو د نك، قبل إوى أعه مب ال جعهمىن
Artinya : ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “
Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Mereka berkata: “ Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, pdahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “ Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.”
Ayat diatas menunjukkan bahwa apa yang sudah menjadi kehendak
Allah adalah tidak dapat dirubah oleh siapapun, dan Allah Swt maha
mengetahui dibandingkan dengan makhluk yang diciptakan-Nya. Dengan
demikian manusia haruslah menjaga kepercayaan Allah yang diberikan
padanya, untuk menjadi khalifah di bumi ini dengan sebaik-baiknya. Akan
tetapi manusia yang diciptakan dari sari pati tanah, dengan diciptakan
paling sempurna dari makhluk lainnya, tidak langsung menjadi insan yang
sempurna, melainkan manusia juga butuh belajar, sehingga akan menjadi
manusia yang sempurna dan yang diharapkan oleh Allah Swt, yaitu
menjadi khalifah di muka bumi ini dengan baik dan adil.
Awal manusia dilahirkan dari kandungan bunda, dengan keadaan
lemah, dan hanya bisa menangis, organ-organ dalam tubuhnya belum
berfungsi sepenuhnya sehingga belum bisa melakukan apa-apa. Dengan
hal itu bayi tersebut membutuhkan kasih sayang orang tua. Rasa kasih
sayang dari orang tua itu bisa didapat dalam sebuah keluarga.
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi anak dimana
tanggung jawabnya dipikul oleh orang tua sebagai salah satu unsur utama
pendidikan. Orang tua harus dapat menciptakan situasi pendidikan yang
perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada tujuan pendidikan, dengan
memberi contoh teladan disertai dengan fasilitas yang memadai.
Orang tua secara kodrati langsung memikul tenaga sebagai tenaga
pendidik, baik bersifat sebagai pemelihara, sebagai pengasuh, sebagai
pembimbing, sebagai Pembina maupun sebagai guru dan pemimpin
terhadap anak-anaknya (Sadullah, 2014:188). Dengan demikian orang tua
yang dapat menjadikan anaknya sebagai insan yang sempurna, sehingga
akan menjadi khalifah di muka bumi ini dengan tanggung jawab yang
baik.
Peran orang tua yang sangat berpengaruh ini, terkadang tidak
dimengerti oleh mereka, bahkan tidak sedikit orang tua yang
menyepelekan tanggung jawab ini, dengan mentelantarkan anaknya.
Faktor yang mempengaruhi orang tua tidak sepenuhnya mendidik anaknya
dengan baik adalah terutama pada profesi orang tua. Orang tua yang
bekerja dengan keras dengan harapan agar anaknya dapat tercukupi segala
apa yang dibutuhkan, salah satunya adalah orang tua yang berprofesi
sebagai buruh pabrik.
Dunia pabrik adalah industri yang memproduksi suatu barang
dengan jumlah yang banyak, sehingga dapat digambarkan bagaimana
kerasnya bekerja di pabrik. Mereka seperti dipaksa untuk terus bergerak
dan berfikir tanpa berhenti dalam waktu delapan jam kecuali saat istirahat.
Dalam dunia industri kedisiplinan sangat di utamakan karena ibaratkan
waktu adalah uang. Karena produksi mereka gagal atau berhasil bukan
hanya dilihat dari kualitasnya saja akan tetapi waktu pengiriman barang
juga diperhitungkan.
Dengan demikian jika waktu pengiriman terlambat hanya satu
menit saja maka pengiriman itu dianggap gagal, dan mengakibatkan
kerugian bagi pabrik, oleh karena itu banyak buruh pabrik yang diminta
oleh atasannya untuk mengambil jam lembur guna mencapai target yang
diinginkan oleh pabrik. Bahkan tidak sedikit buruh pabrik bekerja sampai
sehari penuh, yaitu berangkat dari jam enam pagi pulang juga jam enam
pagi. Akan tetapi berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan,
terkadang anak dititipkan pada kakek dan neneknya, atau tetangganya, dan
bahkan diserahkan pada pengasuh anak. Hal ini tidaklah baik bagi anak,
dikarenakan dalam perkembangan anak sosok orang tua diharapkan akan
menjadi figur bagi anak tersebut. Jika dalam perkembangan anak tidak
didampingi oleh orang tua maka tidak akan bisa terkontrol dengan baik.
Orang tua dalam mendidik anaknya tidak sepenuhnya dilakukan
dengan baik, dikarenakan pekerjaan yang membebani dan memakan waktu
sehingga tidak ada kesempatan untuk memberikan pendidikan bagi anak.
Waktu libur juga tidak dapat memberikan pendidikan bagi anak dengan
maksimal, terkadang waktu libur digunakan untuk istirahat. Sehingga
kebanyakan anak tumbuh dewasa tanpa ada pendidikan yang terkontrol
dengan baik. Motivasi yang tinggi yang dibutuhkan oleh orang tua dalam
mendidik anaknya agar menjadi insan yang sempurna, disebabkan bahwa
motivasi adalah pendorong bagi setiap individu untuk berperilaku
(Wahyuni, 2009:3).
Faktor lainnya adalah belum mengerti akan pendidikan yang
dibutuhkan oleh anak mendatang, terkadang orang tua bingung dengan apa
yang ingin diberikan pada anaknya. Padahal orang tua adalah dalam
keluarga sebagai pemimpin yang memiliki tanggung jawab besar dalam
membangun keluarga yang baik, seperti pernyataan dari Ahmadi dan
Nuruhbiyati (2001:177) yaitu bahwa orang tua adalah pemimpin keluarga,
maka orang tua bertugas sebagai pendidik, pemelihara, pengasuh,
pembimbing, Pembina, maupun guru bagi anaknya. Sehingga perlu adanya
wawasan yang luas dari orang tua untuk mendidik anak menjadi insan
yang sempurna.
Ketidaktahuan orang tua metode dalam mendidik anak juga
menjadikan anak berbanding terbalik dengan apa yang diinginkan orang
tua. Orang tua yang mendidik anaknya dalam nilai-nilai kebaikan seperti
kejujuran, keberanian, kerja keras, kebersihan dan lain sebagainya, hanya
diajarkan di mulut saja. Sementara nilai-nilai tersebut dalam dunia nyata
kurang diperhatiakan. Sehingga anak akan merasa bahwa orang tuanya
saja tidak bertindak seperti apa yang diajarkan padanya, jadi dia juga tidak
mau menjalankan pendidikan akhlak tersebut.
Faktor-faktor itulah diantaranya yang menjadikan anak tidak
mendapatkan pendidikan yang memadai dari orang tua, padahal anak
dapat diartikan sebagai seseorang yang sedang berkembang. Memiliki
potensi tertentu, dan dengan bantuan pendidikan ia mengembangkan
potensinya tersebut secara optimal (Sadulloh, 2004:135). Dengan
demikian membutuhkan pembimbing, dan guru untuk mengarahkan anak
tersebut untuk menuju insan yang sempurna. Orang tuanyalah yang selalu
dekat, dan selalu berada di sisinya, yang dapat mendidik anaknya tersebut,
akan tetapi dari faktor diatas menjadi permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat pada umumnya. Dengan demikian pemerintah Indonesia
mendirikan sekolah-sekolah yang terdapat di wilayah seluruh Indonesia.
Yang berguna untuk membantu orang tua dalam mendidik anak, dan
menjadikan anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa yang
dapat dibanggakan.
Pendidikan di bangku sekolah adalah sarana untuk anak mencari
pengetahuan baru dan pembentukan akhlak yang baik, karena dalam
pendidikan di sekolah mengajarkan ilmu yang belum mereka ketahui,
padahal tidak hanya memberi pengetahuan baru, melainkan mendidik
untuk membentuk akhlak anak dengan baik.
Langevedl dalam buku Hasbullah menyatakan : “pendidikan
adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan
kepada anak, tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat
membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran
hidup sehari-hari, dan sebagainya” (Hasbullah, 2009: 2).
Undang-Undang Pemerintah yang membahas tentang pendidikan,
yaitu didalam UU Sisdiknas pasal 3 yang menyebutkan sebagai berikut :
Pendidikan nasional mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab (UU RI No.
20, 2005. 108).
Undang-undang tersebut pemerintah Indonesia mewajibkan pada
anak bangsa untuk belajar. Karena berkembangnya negara dilihat dari
tingkat pendidikan pada setiap generasi penerus bangsa, jika generasi
penerus bangsa tidak mengenal pendidikan dibangku sekolah maka negara
tersebut memiliki generasi yang akan membawa kehancuran. Dengan
demikian dalam pendidikan sangatlah diwajibkan bagi generasi muda
penerus bangsa. Sehingga pemerintah mengupayakan semaksimal
mungkin agar para generasi penerus bangsa bisa bersekolah, dengan
mengoptimalkan baik sarana pendidikan maupun administrasi pendidikan.
Mengoptimalkan sarana pendidikan dengan memberikan hal yang
diperlukan sekolah guna menunjang pendidikan yang lebih baik, kemudian
administrasi pendidikan, pemerintah memiliki progam beasiswa untuk
anak yang ingin bersekolah akan tetapi perekonomian keluarga yang
kurang mampu dalam membiayai sekolah. Dengan demikian anak generasi
muda memiliki kesempatan yang luas untuk mengenyam pendidikan di
bangku sekolah.
Sekolah adalah tempat anak belajar (Darajat, 2011: 72) yang dapat
diartikan bahwa sekolah adalah lingkungan formal yang mana terdapat
interaksi antara guru dengan siswa untuk menyalurkan sebuah ilmu
pengetahuan, dan juga pembentukan akhlak anak yang baik. Di sekolah
inilah anak akan dibina dan dididik menjadi anak yang berguna bagi
keluarga, masyarakat, bahkan bangsa. Sehingga anak akan terus di pantau
perkembangan, dan akan terus dijaga motivasinya untuk terus mengikuti
pembelajaran.
Lingkungan sekolah inilah peran guru sebagai orang tua kedua dari
anak didik harus memiliki metode dalam menumbuh kembangkan potensi
yang dimiliki oleh anak didik tersebut. Barizi (2010:142) berpendapat
bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar atau memberikan
pelajaran di sekolah atau di dalam kelas.
Menurut Nurdin (2002:8) guru adalah seorang yang mempunyai
gagasan yang harus diwujudkan untuk kepentingan anak didik, menunjang
hubungan sebaik-baiknya, dalam rangka menjunjung tinggi,
mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang menyangkut agama,
kebudayaan dan keilmuan. Sehingga sekolah akan semaksimal mungkin
untuk menumbuhkan potensi yang dimiliki oleh siswa, dengan
membangun motivasi dan menjaga agar motivasi tetap ada di dalam diri
anak didik.
Kendala dari sekolah adalah jam belajar yang terbatas yaitu anak
belajar di sekolah hanya beberapa jam saja, yang selebihnya sekitar
sepertiga hari mereka dihabiskan di lingkungan dan keluarga. Sehingga
akan kesulitan bagi guru untuk mengawasi dan mendidik anak secara utuh.
Diperlukan kerja sama antara guru dan orang tua murid agar dapat
senantiasa mengoptimalkan pendidikan yang didapat di sekolah.
Berangkat dari latar belakang di atas, penulis berusaha menelaah
pendidikan yang didapat anak untuk memenuhi kriteria insan yang
sempurna. Dengan harapan mampu menjawab permasalahan kekinian
terkait dengan pendidikan anak yang kurang maksimal sehingga
menghasilkan generasi yang degradasi moral. Karenanya penulis tertarik
untuk mengangkat sebuah fokus pembahasan mengenai pendidikan anak
dengan judul “ Pola Asuh dan Ekspektasi Buruh Pabrik Terhadap
Pendidikan Anak (Studi Kasus pada Siswa Kelas XI di SMA Islam
Sudirman Ambarawa Tahun Ajaran 2016/2017)”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan judul penelitian diatas, maka ada beberapa hal yang
akan diungkapkan oleh penulis, yaitu :
1. Apa harapan orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik terhadap
pendidikan anak?
2. Apa upaya yang dilakukan orang tua yang berprofesi sebagai buruh
pabrik dalam mewujudkan harapan tersebut?
3. Bagaimana pola asuh orang tua dalam pendidikan anak?
4. Kendala apa yang dihadapi orang tua yang berprofesi sebagai buruh
pabrik dalam mewujudkan harapan tersebut?
5. Bagaimana respon anak sebagai terhadap tindakan orang tua dalam
mengupayakan harapannya?
C. Tujuan Penelitian
Agar memberikan gambaran konkrit serta alasan yang jelas dalam
pelaksanaan penelitian ini maka perlu dirumuskan tujuan yang ingin
dicapai, untuk mengetahui :
1. Harapan orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik sebagai orang
tua terhadap pendidikan anak.
2. Upaya yang dilakukan orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik
dalam mewujudkan harapan tersebut.
3. Pola asuh orang tua dalam pendidikan anak.
4. Kendala yang dihadapi orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik
dalam mewujudkan harapan tersebut.
5. Respon anak terhadap tindakan orang tua dalam mengupayakan
harapannya.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoretis
a. Memberikan informasi yang jelas tentang harapan orang tua
sebagai buruh pabrik sehingga mengupayakan pendidikan anak,
dengan demikian akan menjadi generasi penerus yang
membanggakan keluarga dan negara.
b. Tulisan ini memberikan gambaran akan pentingnya pendidikan
untuk mencetak generasi penerus bangsa yang baik.
2. Secara Praksis
a. Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai referensi sekolah dalam menjalin hubungan dengan
orang tua, guna memberikan pendidikan yang terbaik untuk siswa,
dan juga sebagai kerangka acuan untuk memberikan yang terbaik
dalam memberikan pendidikan bagi anak, dan untuk menerapkan
pendidikan yang inklusi.
b. Bagi Orang tua
Manfaat penelitian ini dapat dipakai oleh orang tua diantaranya
sebagai berikut :
1) Menjadi pedoman teoretis bagi orang tua untuk menangani
permasalahan pendidikan dari orang tua pada anak.
2) Menjadi pedoman metode orang tua dalam mendidik anak.
c. Bagi Siswa atau Anak
Secara tidak langsung ketika orangtua memahami
perannya, maka siswa atau anak terkena dampak dari tindakan
orangtua menjadi termotivasi untuk belajar.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahamaan dalam penafsiran judul di
atas, maka perlu adanya pembatasan permasalahan yang akan penulis
teliti. Sehingga tidak terjadi pembiasan dalam permasalahan. Dalam hal ini
ada beberapa hal yang perlu diketahui dari istilah dalam judul diatas yaitu:
a. Ekspektasi Buruh Pabrik
Ekspektasi adalah harapan besar yang di bebankan pada
sesuaatu yang di anggap akan mampu membawa dampak yang baik
atau lebih baik (KBBIOnline.com, 2017, Ekspektasi,
Http://Kbbi.web.id/ekspektasi.). Harapan yang dibebankan pada
penelitian ini adalah siswa atau anak yang orang tuanya sebagai buruh
pabrik.
Buruh pabrik adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga
seperti pabrik guna mendapatkan gaji yang berupa uang dengan
batasan waktu yang ditentukan oleh pabrik. Dalam Undang-Undang
Rebublik Indonesia nomor 13 tahun 2003 yang menjelaskan tentang
ketenagakerjaan dalam bab I, pasal 1 yaitu:
Dalam undang undang ini yang dimaksud dengan :
1. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
3. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima
upah atau imbalan dalam bentuk lain.
4. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan
hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga
kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
5. Pengusaha adalah :
a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;
b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan
miliknya;
c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar
wilayah Indonesia.
6. Perusahaan adalah :
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik
orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan
hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang
mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau
imbalan dalam bentuk lain;
b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai
pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar
upah atau imbalan dalam bentuk lain.
7. Perencanaan tenaga kerja adalah proses penyusunan rencana
ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan acuan
dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program
pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan.
8. Informasi ketenagakerjaan adalah gabungan, rangkaian, dan
analisis data yang berbentuk angka yang telah diolah, naskah dan
dokumen yang mempunyai arti, nilai dan makna tertentu mengenai
ketenagakerjaan.
9. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi,
memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi
kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat
keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan
kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
10. Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
11. Pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang
diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga
pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan
pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih
berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau jasa di
perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian
tertentu.
12. Pelayanan penempatan tenaga kerja adalah kegiatan untuk
mempertemukan tenaga kerja dengan pemberi kerja, sehingga
tenaga kerja dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuannya, dan pemberi kerja dapat
memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhannya.
13. Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa
dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia.
14. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan
pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat syarat kerja,
hak, dan kewajiban para pihak.
15. Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur
pekerjaan, upah, dan perintah.
16. Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk
antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa
yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah
yang didasarkan pada nilai nilai Pancasila dan Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
17. Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari,
oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar
perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan
bertanggung jawab guna memperjuangkan,
membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh
serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.
18. Lembaga kerja sama bipartit adalah forum komunikasi dan
konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan
industrial di satu perusahaan yang anggotanya terdiri dari
pengusaha dan serikat pekerja/ serikat buruh yang sudah tercatat
instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan atau
unsur pekerja/buruh.
19. Lembaga kerja sama tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi
dan musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan yang
anggotanya terdiri dari unsur organisasi pengusaha, serikat
pekerja/serikat buruh, dan pemerintah.
20. Peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis
oleh pengusaha yang memuat syarat syarat kerja dan tata tertib
perusahaan.
21. Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil
perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa
serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha,
atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang
memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.
22. Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang
mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan
pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh
karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan
kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan kerja serta
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan.
23. Mogok kerja adalah tindakan pekerja/buruh yang direncanakan dan
dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau oleh serikat
pekerja/serikat buruh untuk menghentikan atau memperlambat
pekerjaan.
24. Penutupan perusahaan (lock out) adalah tindakan pengusaha untuk
menolak pekerja/buruh seluruhnya atau sebagian untuk
menjalankan pekerjaan.
25. Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja
karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan
kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.
26. Anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan
belas) tahun.
27. Siang hari adalah waktu antara pukul 06.00 sampai dengan pukul
18.00.
28. 1 (satu) hari adalah waktu selama 24 (dua puluh empat) jam.
29. Seminggu adalah waktu selama 7 (tujuh) hari.
30. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi
kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
perundang undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan
dilakukan.
31. Kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan
dan/atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung atau
tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam
lingkungan kerja yang aman dan sehat.
32. Pengawasan ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan
menegakkan pelaksanaan peraturan perundang undangan di bidang
ketenagakerjaan.
33. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan. Buruh pabrik tidak serta merta langsung menjadi
buruh pabrik yang tetap, akan tetapi melalui proses yang memakan
waktu untuk mempromosikan ke tingkatan sebagai buruh pabrik
tetap. Untuk menuju ke tahap tersebut, buruh pabrik memulai
dengan buruh pabrik kontrak,
jika kinerja bagus dan dinamis maka buruh pabrik tersebut akan di
perpanjang kontraknya, dan pada akhirnya akan diangkat menjadi
buruh pabrik tetap. Dalam sistem kerjanya, buruh pabrik
melakukan pekerjaan selama delapan jam, itu belum termasuk
dalam jam lembur, jika barang yang akan di kirim belum selesai
dalam memproduksinya maka pabrik memberi perintah untuk kerja
lembur, bahkan ada sebagian buruh pabrik yang dari jam enam
pagi sampai jam enam pagi lagi masih di pabrik untuk bekerja (UU
No.13, Thn 2003).
Dunia pabrik sangat menuntut kecepatan, ketrampilan dan kerja
yang sempurna, juga menuntut untuk disiplin, terutama disiplin waktu.
Karena dunia pabrik mengibaratkan waktu adalah uang. Jika produksi
barang yang akan dikirim kurang dari satu menit saja maka barang
tersebut tidak akan diterima, dan akan mengakibatkan kerugian bagi
pabrik.
Penelitian ini yang berprofesi sebagai karyawan pabrik adalah
orang tua dari anak kelas XI SMA Islam Sudirman Ambarawa. orang
tua merupakan ibu dan bapak, selain ibu yang telah melahirkan ke
dunia ini, ibu dan bapak juga sebagai pengasuh dan pembimbing
anaknya, sehingga orang tua adalah sebagai pendidik pertama untuk
anaknya. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah
dari orang tua. Karena orang tua adalah guru agama, bahasa, dan sosial
pertama bagi anak (Musbikin, 2009:111).
Jadi ekspektasi buruh pabrik dapat disimpulkan bahwa harapan
yang dimiliki oleh orang tua yang profesinya sebagai buruh pabrik,
harapan itu ditujukan pada anaknya. Harapan orang tua pada anaknya
pasti mengharapkan anaknya tidak seperti orang tuannya yang bekerja
keras demi mencukupi hidupnya, dan berharap anaknya akan menjadi
generasi penerus bangsa, yang menjunjung tinggi martabat orang tua,
Negara, bahkan agama.
b. Pendidikan anak
Pendidikan dalam arti luas adalah usaha manusia untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang
hayat. Sedangkan dalam arti khusus, pendidikan itu sendiri dapat
dipahami bahwa hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam
membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya. Setelah anak menjadi dewasa dengan segala cirinya,
maka pendidikan dianggap selesai. Sedangkan dalam Undang-Undang
RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan
bahwa : pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan berlangsung seumur hidup, yaitu dari manusia lahir sampai
tutup usia, sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat
mengembangkan diri.
Pendidikan anak, tanggung jawab orang tua, masyarakat, dan
pemerintah adalah semaksimal mungkin untuk menciptakan
pendidikan yang baik untuk anak. Dengan hal itu maka pendidikan
merupakan keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan
memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang (Sadulloh,
2014 : 3).
Anak atau siswa merupakan seseorang yang sedang berkembang,
memiliki potensi tertentu, dan dengan bantuan pendidik ia
mengembangkan potensinya tersebut secara optimal (Sadulloh,
2014:135).
Istilah peserta didik merupakan sebutan bagi semua orang yang
mengikuti pendidikan. Seperti yang dijelaskan dalam UU No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu. Sehingga semua anak berhak dalam pendidikan di
bangku sekolah, terutama anak yang orang tuanya berprofesi sebagai
buruh pabrik.
Jadi pendidikan anak adalah upaya manusia dalam mengupayakan
hidup sejahtera, dengan mengenyam pendidikan pada masa
perkembangan seseorang, yaitu pada masa anak-anak, tanpa
memandang status ekonomi dan fisik seseorang., mereka berhak untuk
mendapatkan pendidikan baik yang normal dan yang berkebutuhan
khusus.
F. Metode Penelitian
Metode merupakan cara dalam melakukan penelitian. Metode juga
bisa dikatakan sebagai alat untuk mengungkap permasalahan yang ada
dalam ruang lingkup penelitian. Metode penelitian memiliki karakteristik
yang berbeda-beda sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih (Maslikhah,
2013:66). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis metode
kualitatif maka mencakup beberapa hal di antaranya:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dan jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Milner adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergabung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
perselisihannya (Moleong, 2008:4).
Metode kualitatif berupa pengumpulan data yang berupa data yang
bukan berupa angka melainkan berbentuk kata-kata dan mencakup
laporan dan foto-foto.
Jadi penelitian ini berbentuk deskripsi atau gambaran pola asuh dan
harapan orang tua sebagai buruh pabrik untuk mengupayakan anaknya
dalam pendidikan, dengan mengenyam pendidikan di sekolah SMA
Islam Sudirman Ambarawa.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti bertindak sebagai pengumpul
data sehingga peneliti secara langsung datang dalam objek penelitian,
agar peneliti mendapatkan data secara langsung oleh narasumber
dalam objek yang diteliti, dengan demikian keterlibatan peneliti dalam
mencari data secara langsung dan aktif adalah hal yang mutlak dalam
mencapai keberhasilan dalam penelitian.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Islam Sudirman Ambarawa Kab.
Semarang provinsi Jawa Tengah. Adapun geografisnya di jalan Jendral
Sudirman no. 2A. Alasan penulis memilih lokasi SMA Islam Sudirman
Ambarawa karena rata-rata yang bersekolah di SMA Islam Sudirman
Ambarawa orang tuanya berprofesi sebagai buruh pabrik, sehingga
terdapat hal yang menarik untuk diteliti tentang penyebab anak dapat
semangat dalam belajar di sekolah tersebut.
4. Sumber Data
Pada tahap ini, peneliti mencari dan mengumpulkan data yang ada
hubungannya dengan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini
terdapat data primer dan data sekunder.
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari lapangan secara
langsung. Kata-kata dan tindakan merupakan data asli dari
lapangan dengan wawancara secara mendalam. Peneliti
menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung
tentang pola asuh dan ekspektasi buruh pabrik terhadap pendidikan
anak (studi kasus pada siswa kelas XI di SMA Islam Sudirman
Ambarawa). Adapun sumber data langsung penulis didapat dari
orang tua dan anak atau siswa SMA Islam Sudirman Ambarawa
kelas XI.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersusun dan sudah
dijadikan dalam bentuk dokumen-dokumen. Yaitu sumber bacaan
yang berupa majalah, hasil studi, studi psikologi, dan sebagainya.
Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat
penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan
melalui wawancara langsung dengan orang tua dan anak atau siswa
SMA Islam Sudirman Ambarawa.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sehingga
menitik beratkan pada penalaran yang berdasarkan pada realitas sosial
secara objektif. Dalam hal ini perlunya pengumpulan data yang akurat.
Maka penulis menggunakan beberapa langkah yang berkualitas dengan
metode penelitian tersebut.
a. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam dua orang atau
lebih berhadapan secara fisik yang satu dapat melihat muka yang
lain dan mendengar telinga sendiri dari suaranya
(Sukkandarrumidi, 2004:88). Dengan kata lain bahwa wawancara
adalah proses mencari data dari informan secara tatap muka,
sehingga melihat dan dengar dengan mata dan telinganya sendiri.
Adapun teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang
ekspektasi buruh pabrik terhadap generasi penerus bangsa, upaya
untuk mewujudkan harapan tersebut, kendala yang dihadapi dalam
mewujudkan harapan tersebut, dan respon anak terhadap upaya
orang tua dalam mewujudkan harapannya. Dalam teknik ini
penulis mendapatkan informasi dari wali kelas, wali murid, siswa.
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
fariabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
praasti, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002:148). Sifat data ini
tidak terbatas oleh ruang dan waktu sehingga memberi peluang
pada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di
waktu silam. Adapun metode dokumentasi digunakan untuk
memperkuat data yang sudah diperoleh dari lapangan dengan
mengumpulkan data berupa catatan tertulis dari wali kelas SMA
Islam Sudirman Ambarawa dan rumah dari keluarga anak.
6. Analisis Data
Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif
(moloeng, 2008:10). Artinya dalam pengolahan data dilakukan secara
rasional dengan metode berfikir yang bertolak dari fenomena yang
khusus, konkrit kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum.
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif
yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan
berupa angka (Moleong, 2008:11). Prosedur penelitian yang
menghasilkan data yang deskriptif yang bertujuan menggambarkan
data yang diperoleh dari objek penelitian, yang kemudian dilakukan
analisis dengan cara:
a. Mendeskripsikan data dari informan.
b. Memilah-milah data yang sesuai dengan analisis penelitian
kemudian dianalisis oleh penulis.
c. Disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Validitas data merupakan faktor yang penting karena data haruslah
sama dengan apa yang diungkapkan oleh informan,
dan data yang diteliti sama dengan data informan, sehingga harus
melalui pemeriksaan.
Teknik pengujian validitas data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan perpanjang pengamatan,
meningkatkan ketekunan, triangulasi, dan memberchek.
a. Meningkatkan ketekunan
Yaitu dalam melakukan pengamatan dilakukan lebih cermat
dan berkesinambungan.
b. Triangulasi
Yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari beberapa
sumber data yang berbeda, dan juga menggali data yang sama
dengan metode yang berbeda.
c. Memberchek
Proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
pemberi data.
8. Tahap-Tahap Penelitian
a. Tahap sebelum kelapangan
Tahapan ini meliputi kegiatan penentuan fokus yang akan
diteliti, observasi lapangan, dan permohonan izin kepada subjek
yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, dan penyusunan usulan
penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Tahap ini peneliti mengumpulkan data bahan dari lapangan,
kemudian membuat catatan lapangan yang akan dianalisis pada
data pola asuh dan harapan orang tua terhadap pendidikam anak
atau siswa SMA Islam Sudirman Ambarawa.
c. Tahap analisis data
Analisis data digunakan untuk memperoleh tema dan pola-pola
yang dideskripsikan, yang data tersebut berasal dari wawancara,
catatan lapangan, observasi, dan dokumentasi dengan anak dan
orang tua.
d. Tahap penulisan laporan
Tahap ini meliputi: kegiatan penyusunan data yang sudah
diperoleh dari rangkaian kegiatan pengumpulan data. Setelah itu
konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk
mendapatkan perbaikan dan saran demi kesempurnaan skripsi yang
kemudian ditindaklanjuti dengan menulis skipsi yang sempurna.
Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan
untuk ujian skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penjelasan dan pemahaman terhadap pokok-
pokok permasalahan yang akan dikaji, maka perlu adanya sistematika
penelitian sehingga pembahasan akan lebih sitematis dan runtut.
BAB I : Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka. Pada bab ini berisi tentang upaya orang
tua sebagai buruh pabrik untuk mewujudkan harapan menjadikan anaknya
sebagai generasi penerus bangsa yang baik.
BAB III : Hasil Penelitian. Pada bab ini berisi tentang gambaran
umum SMA Islam Sudirman Ambarawa dan hasil penelitian tentang pola
asuh dan harapan orang tua terhadap pendidikan anak (studi kasus pada
SMA Islam Sudirman Ambarawa).
BAB IV : Pembahasan. Pada bab ini berisi tentang bahasan hasil
penelitian mengenai upaya yang dilakukan orang tua untuk menjadikan
anaknya sebagai generasi penerus bangsa yang baik, didapatkan dari
pengumpulan data di lapangan dengan landasan teori yang ada.
BAB V : Penutup. Dalam bab terakhir ini adalah membahas
tentang kesimpulan penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang
diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pendidikan keluarga dan
penutup sebagai kesempurnaan dalam penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Harapan Orang Tua terhadap Anak
Orang tua adalah ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua
(cerdik, pandai, ahli), orang yang dihormati dan disegani di kampung
(KBBI, 2007:802). Orang tua atau ibu dan ayah memegang peran yang
penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. sejak
seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena
itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya, seorang anak lebih cinta
kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik. Ibu
merupakan orang yang mula-mula dikenal anak, yang mula-mula menjadi
temannya dan yang mula-mula dipercayainya. Apapun yang dilakukan ibu
dapat dimaafkannya, kecuali apabila ia ditinggalkan. Dengan memahami
segala sesuatu yang terkandung di dalam hati anaknya, juga jika anak telah
mulai agak besar, disertai kasih sayang, dapatlah ibu mengambil hati
anaknya selama-lamanya.
Pengaruh ayah terhadap anaknya besar pula. Di mata anaknya ia
seorang yang tertinggi gengsinya dan terpandai di antara orang-orang yang
dikenalnya. Cara ayah itu melakukan pekerjaannya sehari-hari
berpengaruh pada cara pekerjaan anaknya.
ayah merupakan penolong utama, lebih-lebih bagi anak yang agak besar,
baik laki-laki maupun perempuan, bila ia mau mendekati dan dapat
memahami hati anaknya (Daradjat, 2011:35).
Orang tua atau keluarga adalah lembaga yang pertama dan utama
yang dikenal oleh anak. Hal ini disebabkan, karena kedua orang tuanyalah
orang yang pertama dikenal dan diterimanya pendidikan, bimbingan,
perhatian, dan kasih sayang yang terjalin antara kedua orang tua dengan
anak-anaknya, merupakan basis yang ampuh bagi pertumbuhan dan
perkembangan psikis serta nilai-nilai sosial dan religius diri anak didik
(Ahid, 2010:61). Sehingga orang tua mempunyai peran penting dalam
pendidikan yang didapatkan anak di luar sekolah, dikarenakan orang tua
memiliki kewajiban dalam melindungi keluarganya dari api neraka, yang
Allah berfirman dalam Al-Quran surat at tahriim ayat ke 6 yaitu:
يأيهبانريهاامىىاقىاأوفسك وأههيك وبزا وقىدهبانىب وانحجبزة عهيهب مهئكة غلظ
{٦}شداداليعصىن هللا مبأمسه ويفعهىن مب يؤمسون
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At-Tahrim (66) 6).
Ayat di atas menjelaskan bahwa baik dirinya sendiri, maupun
keluarganya harus dijaga dari api neraka. Dalam menjaga keluarganya,
terutama anaknya dari api neraka, yaitu dengan memberikan pendidikan
yang baik untuk anak,
selain sekolah anak juga membutuhkan pendidikan dari orang tua, karena
sekolah sifatnya hanya membantu dalam mendidik anak. Karena kunci
pendidikan terletak pada pendidikan agama di sekolah, dan kunci
pendidikan agama di sekolah terletak pada pendidikan agama dalam
rumah tangga. Kunci pendidikan agama dalam rumah tangga itu ialah
mendidik anak menghormati Allah Swt, orang tua, dan guru. Sehingga
faktor utama dalam mencetak generasi muda yang baik yaitu pada tangan
orang tua (Tafsir, 2014:187)
Kasih sayang identik dengan orang tua, sehingga Sadulloh dalam
bukunya Pedagogik (Ilmu Mendidk) menyatakan bahwa dalam hal
pendidikan, kasih sayang harus mendasari semua upaya dalam membawa
anak menuju tujuannya, yaitu kedewasaan. Orang tua sudah seharusnya
menumpahkan kasih sayang terhadap anaknya selama mereka
membimbingnya sampai mencapai dewasa (Sadulloh, 2014:156). Akan
tetapi dalam kasih sayang juga menjaga jangan sampai dirasakan tidak adil
oleh anak-anaknya. Pilih kasih orang tua akan berdampak tidak baik
terhadap perkembangan kejiwaan anak. Anak yang merasa
dikesampingkan akan merasa sakit hati, benci bahkan akan menaruh
dendam bukan saja kepada saudaranya yang di anak emaskan tetapi juga
kepada orang tuanya sendiri. Dan kalau sudah mencapai keadaan seperti
ini mau tidak mau juga orang tua yang direpotkan.
Hasyim mempertegas bahwa pilih kasih orang tua akan
menumbuhkan ketidakpuasan, putus asa, ngambek, pertengkaran, intrik
dan fitnah, perpecahan bahkan sampai kepada durhaka atau melawan
orang tuanya, juga bisa menyebabkan timbul dendam dan permusuhan
antara anak yang satu dengan yang lain.
Dari uraian diatas dapat di ambil garis besarnya, bahwa Islam
memandang semua anak laki-laki dan perempuan adalah sama, oleh sebab
itu tidak dibenarkan adanya pilih kasih terhadap sebagian di antara mereka
(Ahid, 2010: 118).
Harapan yang dari orang tua yaitu agar terlindung dari api neraka
yang telah difirmankan oleh Allah Swt, yaitu dengan mendidik anaknya
menjadi anak yang berguna bagi keluarga, agama, dan Negara sehingga
menjadi generasi penerus bangsa yang akan bermanfaat bagi sesama
manusia. Dengan demikian dalam surat at tahriim tersebut, adalah harapan
orang tua yang harus di upayakan agar mendapatkan kebahagiaan dunia
dan akhirat. Sehingga akan mencapai tujuan pendidikan, salah satunya
adalah tujuan pendidikan yang di sampaikan oleh Ibn Khaldun yang
membagikan tujuan-tujuan pendidikan itu kepada :
1. Mempersiapkan seseorang dari segi keagamaan yaitu mengajarkan
syiar-syiar agama menurut al-Quran dan sunnah, sebab dengan jalan
itu potensi iman itu diperkuat, sebagaimana halnya dengan potensi-
potensi lain yang telah mendarah daging maka ia seakan-akan menjadi
fithrah (Khaldun, 1962 : 1239-1240).
2. Menyiapkan seseorang dari segi akhlak (Khaldun, 1962 : 539).
3. Menyiapkan seseorang dari segi kemasyarakatan atau sosial (Khaldun,
1962 : 422)
4. Menyiapkan seseorang dari segi vokasial atau pekerjaan. Dikatakannya
bahwa mencari dan menegakkan hidupnya mencari pekerjaan,
sebagaimana ditegaskannya pentingnya pekerjaan sepanjang umur
manusia, sedang pengajaran atau pendidikan dianggapnya termasuk di
antara ketrampilan-ketrampilan itu (Khaldun, 1962 :928)
5. Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran, sebab dengan pemikiran
seseorang itu dapat memegang berbagai pekerjaan pertukangan atau
ketrampilan tertentu seperti telah diterangkan di atas (Khaldun, 1962 :
972).
Sehingga jika melihat tujuan yang di sampaikan Ibn Khaldun dapat
diambil pengertian bahwa pendidikan akan membantuk pribadi khalifah
yang baik (Langgung, 2004:55). Dari tujuan diatas dapat diperkuat dengan
firman Allah Swt, dalam Surat Ali-Imran ayat ke-35, termasuk dalam
harapan orang tua terhadap anaknya, yaitu :
زا فح م مىي إوك إذ قبنث امسأت عمسان زة إوي ورزت نك مبفي بطىي محس
ميي انعهي {٣٥}أوث انس
“(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata:"Ya Rabbku, sesungguhnya
aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi
hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah
(nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui". (Ali „Imran : 35)
B. Upaya Orang Tua dalam Mewujudkan Harapan
Harapan orang tua yang baik, yaitu sesuai dengan apa yang telah di
firmankan oleh Allah Swt dalam Al-Quran surat at tahriim ayat ke- 6.
Dengan menhindarkan dirinya dan keluarganya dari api neraka, harapan
yang begitu mulia dari orang tua yang tidak menginginkan anaknya susah
di dunia maupun di akhirat. Sehingga dengan harapan tersebut akan
muncul gagasan untuk mengupayakan agar menjadi kenyataan.
Orang tua yang sebagai pemimpin dalam keluarganya harus
bertanggung jawab dalam kepemimpinannya. Dikarenakan setiap manusia
adalah makhluk yang mempunyai tanggung jawab dan kewibawaan.
Setiap manusia mempunyai tanggung jawab terhadap yang lain, terutama
terhadap orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya (Sadulloh,
2014:175). Dengan demikian orang tua bertanggung jawab atas kehidupan
anaknya, yaitu bahagia dunia dan akhirat. Rasa tanggung jawab orang tua
pada anak dengan memberikan ilmu pendidikan yang baik, sehingga anak
akan memiliki bekal untuk menjadi generasi penerus bangsa yang baik.
Pendidikan anak adalah salah satu upaya yang akan mewujudkan
harapan tersebut. Dengan pendidikan anak akan memahami dan
mengetahui baik dan buruk, sehingga dapat menjalankan perbuatan yang
baik dan meninggalkan perbuatan yang buruk.
Hal tersebut sesuai dengan ajaran agama yang mengajarkan untuk
selalu taat pada apa yang sudah diperintahkan Allah, dan meninggalkan
apa yang sudah dilarang oleh Allah. Sehingga orang tua memberikan
kesempatan bagi anaknya untuk mengenyam pendidikan.
Pendidikan adalah seluruh kegiatan yang direncanakan, dengan
materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem
pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasar pada tujuan yang telah
ditentukan. Dengan pendidikan secara terjadwal itulah pemerintah
membantu masyarakan Indonesia untuk mendidik anaknya dangan
mendirikan sekolah-sekolah di berbagai wilayah. Keterbatasan
kemampuan (intelektual, biaya, waktu) orang tua menyebabkan ia
mengirim anaknya ke sekolah. orang tua meminta tolong agar sekolah
membantunya mendidik (mendewasakan) anaknya. inilah dasar kerjasama
antara orang tua dan sekolah dalam pendidikan (Tafsir, 2003:128).
Sekolah adalah lingkungan kedua bagi anak, disana memiliki guru
sebagai orang tua kedua yang akan mendidik anak menjadi baik. Mendidik
adalah tugas yang amat luas. Mendidik itu sebagian dilakukan dalam
bentuk mengajar, sebagian dalam bentuk memberikan dorongan, memuji,
menghukum, memberi contoh, membiasakan, dan lain sebagainya (Tafsir,
2014:78).
Harapan pendidikan anak akan sukses juga tergantung pada peran
dan pengaruh guru yang amat besar. Untuk itu guru umumnya
menggunakan alat-alat pendidikan.
Di sini guru membentuk suatu lingkungan yang bersuasana tenang
menggairahkan sehingga memungkinkan keterbukaan hati anak untuk
menerima pengaruh didikan (Daradjat, 2011:64). Setelah hal tersebut
dapat dilakukan oleh guru, kemudian memberikan anak sesuai dengan
konsep dari Ki Hajar Dewantara yaitu “Tut wuri handayani”. Tut wuri
handayani merupakan bagian dari konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara
yang secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut.
Ing ngarso sung tulodo
Ing madyo mangun karso
Tut wuri handayani
Ing ngarso sung tulodo artinya jika pendidik sedang berada di
“depan” maka hendaklah memberikan contoh teladan yang baik terhadap
anak didiknya. Ing ngarso yaitu di depan; sung yaitu memberi; tulodo
yaitu contoh atau teladan. Ing madyo mangun karso berarti jika pendidik
sedang berada di “tengah-tengah” anak didiknya, hendaklah ia dapat
mendorong kemauan atau kehendak mereka, membangkitkan hasrat
mereka untuk berinisiatif dan bertindak. Ing madyo yaitu di tengah;
mangun yaitu membangun, menimbulkan dorongan; karso yaitu kehendak
atau kemauan. Ditambah dengan tut wuri handayani yang telah diuraikan
terdahulu, maka ketiga-tiganya merupakan satu kesatuan yang utuh
(Purwanto, 2007:63). Akan tetapi dengan batasan waktu belajar dalam
sekolah, pendidikan anak di kembalikan lagi pada orang tua.
Orang tua tidak hanya menyerahkan begitu saja pendidikan
anaknya pada gruru, harus ada kerjasama diantara keduanya sehingga akan
maksimal dalam pendidikan anknya. Anak atau siswa pastilah memiliki
rasa bosan dan malas dalam belajar, disitulah tugas orang tua dalam
membangunkan motivasi anak dengan mengkomunikasikan secara baik.
Dikarenakan komunikasi yang tidak baik akan membuat anak sulit untuk
mengenali dirinya sendiri dan orang lain. kemudian akan muncul
pertanyaan dari anak “ apasih sebenarnya maunya ayah dan ibu?”,
kebingungan ini mengakibatkan tidak tumbuhnya motivasi dalam diri anak
(Musbikin, 2009:122). Dari sinilah orang tua harus pandai-pandai dalam
berkomunikasi dengan anak.
Motivasi dari orang tua adalah salah satu upaya dalam orang tua
mewujudkan harapannya, karena motivasi adalah suatu kegiatan
memberikan dorongan agar anak bersedia dan mau mengerjakan kegiatan
atau perilaku yang diinginkan orang tua (Prayitno, 2004:484). Sehingga
akan mempermudah terwujudnya harapan tersebut. Selain memberikan
motivasi untuk belajar di sekolah, orang tua juga memberikan bimbingan
ke arah kehidupan yang baik, yaitu antara lain :
a. Bimbingan ke arah kehidupan mandiri. Hal ini sesuai dengan
anjuran Nabi, agar kehidupan seseorang tidak menjadi beban
bagi orang lain, demikian pula tangan yang di atas lebih mulia
daripada tangan yang di bawah.
b. Berkemauan keras untuk bekerja. Hidup dan kehidupan
berdimensi kenikmatan sekaligus perjuangan. Kenikmatan
tidak mungkin dicapai tanpa melalui perjuangan yang tentu saja
membutuhkan kesungguhan dan penuh rintangan.
{٦}إن م انعسس يسسا
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (Al-
Quran, Asy-Syarkh/94:6)
c. Menjauhi sikap serakah yang berlebihan sehingga melampui
batas yang telah ditentukan oleh agama.
d. Menumbuhkan sikap selalu ingin maju dalam proses
kehidupan. Islam adalah agama yang dinamis yang
menghendaki agar penganutnya selalu maju dan berkembang.
e. Mengutamakan kualitas daripada kuantitas.
Dari keterangan tersebut diatas, dapat kita ambil pengertian
bahwa pada dasarnya keluarga (orang tua) berkewajiban memberi
pengarahan dan bimbingan kepada anak-anaknya untuk hidup
mandiri, menumbuhkan sikap yang kreatif dan dinamis,
berkemauan keras untuk bekerja, merealisasikan nilai-nilai
spiritual dan material, serta nilai-nilai individual dan sosial (Ahid,
2010:150).
C. Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak
1. Pengertian pola asuh orang tua
Setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi orang yang
berkepribadian baik, dan akhlak yang terpuji. Orang tua adalah sebagai
pembentuk pribadi yang pertama dan utama dalam kehidupan anak, dan
harus menjadi suri tauladan yang baik bagi anak-anaknya. Pola asuh pada
dasarnya merupakan parental control, yakni bagaimana orang tua
mengontrol, membimbing, dan mendampingi anak-anaknya untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangannya menuju pada proses
pendewasaan.
Dalam mendidik anak, orang tua memiliki berbagai macam bentuk
pola asuh yang bisa dipilih dan digunakan. Tapi sebelum membahas
tentang macam-macam pola asuh orang tua. terlebih dahulu akan
dikemukakan pengertian pola asuh itu sendiri.
Menurut Khon pola asuh merupakan cara orang tua berinteraksi
dengan anak yang meliputi pemberian aturan, hadiah, hukuman,
pemberian perhatian, serta tanggapan orang tua terhadap setiap perilaku
anak. Menurut, Shanti pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua
dan anak. Lebih jelasnya, yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua
saat berinteraksi dengan anak. Termasuk caranya menerapkan aturan,
mengajarkan nilai, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta
menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, sehingga dijadikan contoh
atau panutan bagi anak (Mualifah, 2009: 42-43).
Dari pengertian diatas dapat diambil pengertian tentang pola asuh,
jadi pola asuh adalah suatau keseluruhan interaksi antara orang tua dengan
anak dimana orang tua bermaksud mengadakan interaksi yang baik dengan
anaknya agar dapat menjadi anak yang mandiri, tumbuh dan berkembang
dengan sehat dan optimal serta berakhlakkul karimah (Mansur, 2005:51).
2. Macam-macam pola asuh orang tua
Berbagai macam pola asuh orang tua dalam mendidik anaknya. Dalam
pola asuh terdapat dua perspektif, yaitu Islam dan para ahli, hal itu
akan dipaparkan sebagai berikut :
a. Pola asuh anak dalam perspektif Islam
Dalam syariat Islam sudah diajarkan kewajiban bagi seorang
muslim karena anak merupakan amanat yang harus
dipertanggungjawabkan oleh orang tua, hal ini dipertegas dalam
firman Allah Swt.:
يأيهبانريهاامىىاقىاأوفسك وأههيك وبزا وقىدهبانىب وانحجبزة عهيهب مهئكة
{٦}غلظ شداداليعصىن هللا مبأمسه ويفعهىن مب يؤمسون
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras,
yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-
Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”. (QS. At-Tahrim (66) 6).
Maksud dari ayat tersebut orang tua wajib menjaga
keluarganya dari api neraka dengan cara mengarahkan, mendidik,
dan mengajarkan anak agar terhindar dari siksa api neraka.
Hal ini juga memberikan arahan bagaimana orang tua harus
mampu menerapkan pendidikan yang bisa membuat anak
mempunyai prinsip untuk menjalankan ajaran Islam dengan benar,
sehingga mempu membentuk mereka menjadi anak yang
mempunyai akhlak yang baik, dan menunjukkan kepada mereka
hal-hal yang bermanfaat.
b. Pola asuh dalam perspektif para ahli
1) Pola asuh menurut Papalia dan Olds
a) Pola asuh yang bersifat mendorong dan menghambat
b) Pola asuh yang bersifat mendorong (enabling)
c) Pola asuh yang bersifat menghambat ( Mualifah, 2009:54-
55)
2) Pendeskripsian pola asuh menurut Nasih Ulwah
a) Pola asuh yang bersifat keteladanan
b) Pola asuh yang bersifat nasihat
c) Pola asuh dengan perhatian dan pengawasan.
3) Menurut Hurlock yang dikutip oleh Chabib Toha ada 3 macam
pola asuh yaitu:
a) Pola asuh otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan
cara mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan yang
ketat.
b) Pola asuh demokratis
Pola asuh yang ditandai dengan pengakuan orang tua
terhadap kemampuan anak-anaknya dan kemudian diberi
kesempatan untuk tidak selalu bergantung kepada orang
tua.
c) Pola asuh laisses fire
Pola asuh ini dengan cara orang tua mendidik anak secara
bebas, bebas melakukan apa saja yang dikehendakinya
(Mansur, 2005: 354-356).
4) Dariyo mengemukakan pendapat Bumrind, ahli psikologi
perkembangan membagi pola ashu menjadi 3, tatapi Dariyo
menambah satu lagi menjadi 4 yaitu:
a) Pola asuh otoriter
Pola asuh ini menekankan segala aturan orang tua harus
ditaati
b) Pola asuh permisif
Pola asuh ini yakni segala aturan dan ketetapan keluarga
ditangan anak. Apa yang dilakukan anak diperbolehkan
orang tua.
c) Pola asuh demokratis
Pola asuh ini dimana kedudukan antara orang tua anak
sejajar. Suatu keputussan diambil bersama dengan
mempertimbangkan kedua belah pihak.
d) Pola asuh situasional
Pola asuh ini tidak berdasarkan pola asuh tertentu, tetapi
semua tipe tersebut diterapkan secara luwes atau secara
fleksibel sesuai keadaan atau kondisi.
Dari berbagai macam pola asuh yang dikemukakan diatas. Penulis
hanya akan mengemukakan tiga macam pola asuh saja, yaitu pola asuh
otoriter, demokratis, dan permisif. Hal tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pola asuh otoriter
pola asuh otoriter adalah cara mengasuh anak yang
dilakukan orang tua dengan menentukan sendiri aturan-aturan dan
batasan-batasan yang mutlak harus ditaati oleh anak tanpa
memperhatikan keinginan dan pendapat serta melihat keadaan
anak. Orang tua yang berkuasa menentukan segala sesuatu untuk
anak, dan anak hanya sebagai objek pelaksana saja. Jika anak
menentang atau membantah, maka orang tua tidak akan segan-
segan memberikan hukuman. Jadi, dalam hal ini kebebasan anak
sangatlah dibatasi. Apa saja yang dilakukan anak haruslah sesuai
dengan keinginan orang tua. Cirri-ciri pola asuh otoriter yaitu:
1) Memperlakukan anak dengan tegas
2) Suka menghukum anak yang dianggap tidak sesuai dengan
keinginan orang tua
3) Kurang memiliki kasih sayang
4) Kurang simpatik
5) Mudah menyalahkan segala aktivitas anak terutama ketika anak
ingin berlaku kreatif (Mualifah, 2004: 45-46).
Setiap pola asuh orang tua pasti mempunyai dampak yang
berbedabeda, baik itu positif maupun negatif. Menurut Dariyo
(2004: 98) dari segi positifnya, anak yang didik dalam pola asuh
otoriter ini, cenderung akan menjadi disiplin yakni menaati
peraturan. Sedangkan dari sisi negatifnya anak cenderung memiliki
kedisiplinan dan kepatuhan yang semu, karena anak hanya mau
menunjukan kedisiplinan dan kepatuhan dihadapan orang tua saja.
Menurut Baumrind pola asuh otoriter mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a) Umumnya dianut oleh kelas bawah/pekerja
b) Didominasi oleh hukuman fisik dan kata-kata kasar
c) Menuntut kepatuhan semata
d) Terlalu banyak aturan
e) Sikap acceptance rendah dan kontrol tinggi
f) Orang tua bersikap mengharuskan anak melakukan sesuatu
tanpa kompromi
g) Bersikap kaku dan keras
h) Cenderung emosional dan bersikap menolak.
Sedangkan kelebihan dari pola asuh otoriter adalah sebagai berikut:
a) Anak menjadi disiplin dan teratur
b) Akan menguntungkan jika orang tua dan pondasi agamanya
kuat (Lestari dan Ngatini, 2010: 6).
2. Pola asuh demokratis
Menurut Baumrind adalah kedudukan antara orang tua dan
anak sejajar, suatu keputusan diambil bersama dengan
mempertimbangkan kedua belah pihak (Dariyo, 2004: 98). Jadi
pola asuh ini memberikan kebebasan kepada anak untuk
mengemukakan pendapat, melakukan apa yang dinginkan, tetapi
dengan tidak melewati batas-batas aturan-aturan yang telah
ditetapkan orang tua. Orang tua juga selalu memberikan bimbingan
dan arahan dengan penuh pengertian terhadap anak, mana yang
boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Menurut Diana Baumrind pola asuh demokratis ini mempunyai
beberapa cirri antara lain:
a. Umumnya memprioritaskan pengembangan IQ dan EQ
b. Identik dengan model barat tetapi masih mengindahkan nilai
dan budaya ketimuran
c. Hukuman lebih condong kepada hukuman psiklogis
d. Sikap acceptance dan kontrol seimbang
e. Respon terhadap anak
f. Mendorong anak untuk menanyatakan pendapatnya
g. Segala sesuatu coba dijelaskan.
Kelebihan dari pola asuh demokratis adalah
a. Pendapat anak menjadi tertampung
b. Anak belajar menghargai perbedaan
c. Pikiran anak menjadi optimal
d. Pola hidup anak menjadi dinamis.
Kelemahan dari pola asuh ini adalah :
a. Lebih kompleks, sehingga rawan konflik
b. Jika tidak terkontrol, anak bisa menyalah artikan pola
demokrasi untuk hal-hal yang destruktif (Lestari dan Ngatini,
2010: 8-9).
3. Pola asuh permisif
Menurut Diana Baumrind yakni segala aturan dan
ketetapan keluarga ditangan anak, apa yang dilakukan anak
diperbolehkan oleh orang tua, anak cenderung bertindak semena-
mena (Dariyo,2004: 98).
Menurut Baumrind pola asuh permisif memiliki cirri-ciri sebagai
berikut:
1) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak seluas mungkin
2) Anak tidak dituntut untuk belajar bertanggung jawab
3) Anak diberi hak yang sama seperti orang dewasa, dan diberi
kebebasan yang seluas-luasnya untuk mengatur diri sendiri
4) Orang tua tidak banyak mengatur dan mengontrol, sehingga
anak tidak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengatur diri
sendiri dan diberikan kewenangan untuk mengontrol dirinya
sendiri.
Menurut Baumrind ada beberapa cap untuk orang tua,
pertama, orang tua yang sangat menerima namun tidak pernah ada
tuntutan terhadap anaknya, ini disebut indulgent (sangat sabar).
Kedua, tipe orang tua yang sifat penerimaan dan tuntutannya sama
tingginya, maka disebut orang tua otoritatif (pemberi kewenangan).
Ketiga, orang tua yang sangat menuntut perilaku anaknya, ini
disebut orang tua otoriter. Keempat, orang tua tidak pernah
menuntut sama sekali dan tidak menerima anaknya, ini disebut tipe
orang tua yang indifferent (tidak acuh/penelantar) (Mualifah, 2009:
48-49).
D. Kendala dalam Mengupayakan Harapan
Upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam mewujudkan
harapannya menjadikan anaknya sebagai generasi penerus bangsa yang
membangkanan tidaklah semudah membalikan telapak tangan, tetapi
banyak tantangan yang dihadapi dan dalam perjalanan akan bertemu
dengan kendala tersebut. Kendala yang dihadapi orang tua berbagai
macam, terutama dalam kehidupan sehari-hari.
Dimulai dari finansial yang tidak selamanya akan stabil, sehingga
dalam hal ini akan membuat anaknya merasa berat dalam berangkat
sekolah, yaitu misalkan pembayaran bulanan sekolah sering terlambat,
sehingga kartu untuk ujian belum diberikan terlebih dahulu, sehingga anak
akan merasa berat, dan selalu merasa malu jika kartunya sendiri yang
belum diberikan. Dengan hal itu dapat mengurangi motivasi belajar siswa.
Jika hasrat dalam batin siswa tidak dapat diberi kepuasan, tidak dapat
terpenuhi karena suatu rintangan, dan kita merasa sangat kecewa
karenanya, maka hal itu dapat dinamakan frustasi (Purwanto, 2007:112).
Hal tersebut akan merusak harapan orang tua dalam menjadikan anaknya
sebagai generasi penerus yang membanggakan.
Orang tua cenderung memberikan sepenuhnya tanggung jawab
dalam mendidik anak kepada sekolah, padahal sekolah sifatnya hanya
membantu orang tua dalam mendidik anak. Dikarenaka orang tua yang
terlalu menghabiskan waktu untuk bekerja, sehingga tidak ada waktu
untuk mendidik anak. Dengan demikian harapan yang pasti dimiliki orang
tua pada anaknya tidak diupayakan dengan maksimal. Faktor pekerjaan
yang mengikat itulah yang menjadikan kendala dalam upaya orang tua
mewujudkan harapannya.
Dari anaknya juga menjadi kendala yang tidak kecil, karena
dengan upaya semaksimal mungkin orang tua dalam mewujudkan harapan
tersebut juga faktor anaknya sangat mempengaruhi terwujudnya harapan
orang tua.
Anak pada zaman sekarang tidak ada yang tidak mengenal televisi,
tayangan televisi terkadang membuat anak cenderung malas untuk
membuka buku. Kendala ini tidaklah baik karena tayangan televisi
sekarang bersifat komersil dan tidak mendidik seperti itulah yang
dikatakan Musbikin (2009:69) dalam hasil survenya.
Masalah yang terjadi dari dalam diri anak biasanya berkaitan
dengan kondisi anak saat itu yang dijadikan alasan anak untuk tidak
belajar dan hal tersebut menjadi kendala orang tua dalam mewujudkan
harapannya. Dengan tayangan televisi itu juga membuat anak sering
melamun dalam sekolahan sehingga tidak memperhatikan guru saat
memberi pelajaran. Mengantuk dalam kelas juga akibat dari terlalu lama
anak menonton televisi, sehingga akan ketinggalan pelajaran sekolah.
Selain faktor televisi, faktor lingkungan masyarakat juga
mempengaruhi pendidikan anak. Terutama pada lingkungan remaja.
Dalam perkumpulan remaja adalah kesempatan yang baik bagi
perkumpulan untuk mengorganisir dirinya dan menyalurkan segala
kehendak hati, keinginan dan angan-angan sebagai pembuktian bahwa
merekapun patut “mendapat pengakuan masyarakat lingkungannya”.
Melalui perkumpulan tersebut mereka memperoleh pengalaman yang
mematangkan diri mereka. Melalui pengalaman tersebut mereka
menemukan dirinya sendiri, menyadari batas-batas kemampuan dan upaya
yang dapat disumbangkannya. Akan tetapi jika dalam bergaul salah, maka
akan menjadikan anak tersebut salah dalam mencari jati dirinya sendiri,
sehingga salah persepsi dan akan menimbulkan kerugian pada orang lain
(Daradjat, 2011:70).
E. Respon anak
Pada dasarnya anak mempunyai respon sebagai tanda bahwa ia
telah menangkap suatu atau tindakan yang dilakukan orang tua, baik itu
respon yang baik atau respon yang menolak. Jika membicarakan respon
tidak terlepas dari emosi anak itu sendiri. ketika anak mendapatkan
perintah untuk belajar akan terdapat dua respon yaitu respon menerima
atau menolak belajar.
Jika anak menolak dalam belajar jangan langsung memarahi dan
membentak, karena pengalaman emosional saat kecil akan memberikan
warna terhadap perkembangan anak berikutnya (Sriyanti, 2003:50). Jika
orang tua bereaksi berlebihan terhadap keberhasilan dan kegagalan anak,
maka anak akan merasakan tekanan yang berat untuk berhasil, putus asa
dan takut menghadapi kegagalan.
Tanggapan atau respon anak akan perintah pada anak memiliki
kesiapan untuk melaksanakannya. Seperti kutipan yang diambil Sriyanti
(2003:61), yang ditulis oleh Thorndike mengenai hukum kesiapan sebagai
berikut :
1. Jika seseorang cenderung melakukan tindakan atau bertindak, ternyata
menimbulkan kepuasan, maka ia tidak melakukan tindakan lain.
2. Bila kecenderungan bertindak ada, namun tidak bisa bertindak
menimbulkan ketidak puasan, dan cenderung melakukan tindakan lain.
3. Ada kecenderungan tidak bertindak, namun dipaksa bertindak, maka
menimbulkan ketidak puasan.
Hukum kesiapan di atas menunjukkan bahwa ketika anak dengan
sepenuh hati melakukan sesuatu akan bermakna dan mendapat kepuasan,
maka tidak akan melakukan tindakan atau kegiatan lain dan sebaliknya.
Pemberian stimulus (motivasi) untuk mendapatkan respon anak harus
dilakukan terus menerus agar anak terbiasa dan menjadi sebuah kebiasaan.
Hal ini didukung oleh teori Guthrie yang menegaskan suatu respon akan
lebih kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan), apabila respon tersebut
berhubungan dengan berbagai macam stimulus (Hamzah, 2006:12).
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Profil SMA Islam Sudirman Ambarawa
Penelitian ini mengambil lokasi di SMA Islam Sudirman Ambarawa,
letaknya Jl. Jendral Sudirman No. 2A Ambarawa 50612 Kab. Semarang Jawa
Tengah, Indonesia. Adapun dipilihnya SMA Islam Sudirman Ambarawa sebagai
obyek penelitian adalah karena SMA ini merupakan satu-satunya SMA di bawah
naungan Yayasan Pusat Pendidikan Islam (YAPPIS) di Ambarawa. Selain itu
letak yang strtegis di jalan Raya Semarang-Jogjakarta, membuat orang tua
memasukkan anaknya ke sekolah tersebut.
SMA Islam Sudirman Ambarawa merupakan lembaga pendidikan tingkat
menengah ke atas dengan cirri khusus Islam, yang didirikan pada 1 Desember
1977 oleh Yayasan Islamic Centre Sudirman GUPPI sebagai yayasan
penyelenggara dengan Izin Operesional Kanwil Depdikbud tanggal 1 april 1978,
Nomor 154/II/S.A/1978, yang kemudian yayasan tersebut pada tanggal 12
februari 2008 berubah nama menjadi Yayasan Pusat Pendidikan Islam Sudirman
(YAPPIS) Ambarawa dengan nomor data sekolah 154/II/S.A/1978. SMA Islam
Sudirman Ambarawa sudah terakreditasi “A”. Adapun profil SMA Islam
Sudirman Ambarawa yang lebih lanjut sebagai berikut :
Tabel 1
Profil SMA Islam Sudirman Ambarawa
1. Kabupaten : semarang
2. Nomor Urut : 9
3. Nama Sekolah : SMA Islam Sudirman
Ambarawa
4. Tahun didirikan : 1977/1978
5. Luas tanah : 6860 M2
6. Status tanah : Hak milik
7. Kabupaten/ Kota : Kab. Semarang
8. Propinsi : Jawa Tengah
9 Kepala sekolah :
Nama lengkap
Alamat sekolah
Nomor telephone
Fax
Website
: Drs. Joko Pujiyanto
Jalan Jendral Sudirman No. 2A
Ambarawa
+6298592479/ 596373/ 595269
Fax. +6298596373
www.smaissuda.sch.id
:
:
:
:
:
10 Status Akreditasi : A
11 Standart Sekolah : Sekolah Kategori Mandiri
(SKM)
12 Visi dan Misi :
a. Visi
b. Misi
: Terwujudnya Pribadi Islami
yang Berjiwa Pancasila,
Cerdas, Mandiri dan
Berwawasan Global.
1. Membekali peserta didik
yang ketrampilan,
kewirausahaan dam kultur
ilmiah.
2. Membina peserta didik agar
memanfaatkan potensi diri
baik ilmu pengetahuan,
teknologi, senibudaya
maupun iman dan taqwa
dalam persaingan
internasional.
3. Mewujudkan peserta didik
yang Islami yang berjiwa
Pancasila dan mampu
berpikir kritis dan kreatif.
:
13. Jumlah Peserta Didik, Program dan Jurusan :
Tabel 2
No Kelas L P Jumlah Keterangan
1 X MIPA 1 12 26 38
2 X MIPA 2 14 24 38
3 X MIPA 3 13 25 38
JML MIPA 39 75 114 3
4 X BHS 1 13 25 38
5 X BHS 2 11 27 38
JMlBHS 24 52 76 2
6 X IPS 1 14 26 40
7 X IPS 2 14 26 40
8 X IPS 3 12 27 39
9 X IPS 4 14 26 40
JML IPS 54 105 159 4
JumlahKelas X 117 232 349 9
No Kelas L P Jumlah Keterangan
10 XI MIA 1 13 20 33
11 XI MIA 2 14 20 34
12 XI MIA 3 12 21 33
13 XI MIA 4 12 22 34
Jumlah MIPA 51 83 134 4
14 XI IPS 1 14 18 32
15 XI IPS 2 15 16 31
16 XI IPS 3 15 16 31
17 XI IPS 4 14 17 31
Jumlah IPS 58 67 125 4
18 XI BHS 1 6 22 28
19 XI BHS 2 6 24 30
Jumlah BHS 16 43 59 2
Jumlahkelas XI 121 196 317 10
20 XII MIPA 1 12 20 32
21 XII MIPA 2 12 19 31
22 XII MIPA 3 12 20 32
23 XII MIPA 4 12 18 30
Jumlah MIPA 48 77 125 4
24 XII IPS 1 10 20 30
25 XII IPS 2 12 18 30
26 XII IPS 3 12 17 29
27 XII IPS 4 12 18 30
Jumlah IPS 46 73 119 4
28 XII BHS 1 6 22 28
29 XII BHS 2 9 21 30
Jumlah BHS 15 43 58 2
Jumlahkelas XII 109 193 302 10
Jumlah Total 347 621 968 29
14. Jumlah Guru/ Karyawan
Tabel 3
No Mapel GT GTT Jumlah Ket.
1 PAI 3 - 3
2 PPKn 2 - 2
3 Bahasa & Sastra Ind 3 1 4
4 Bahasa Inggris 2 2 4
5 Penjas Orkes 1 2 3
6 Matematika 2 2 4
7 Fisika - 2 2
No Mapel GT GTT Jumlah Ket.
8 Biologi 2 - 2
9 Kimia 2 - 2
10 Ekonomi 3 - 3
11 Geografi - 2 2
12 Sejarah 2 - 2
13 SeniBudaya 1 - 1
14 Bahasa Jepang 1 1 2
15 Bahasa Jawa - 1 1
16 Sosiologi 1 1 2
17 PrakaryadanKewirausahaan 2 - 2
18 BK - 1 1
19 FiqihIbadah 1 - 1
Jumlah 28 15 43
15. Kondisi Orang tua
Table 4
Pekerjaan Jml (%)
Pegawai Negeri 9
TNI/ Polri 8
Karyawan swasta 33
Petani 21
Pedagang swasta 16
Nelayan 7
Lain-lain 6
a. Penghasilan Orang Tua
Tabel 5
Penghasilan per bulan (Rp) Jumlah (%)
> 201.000-400.000 5
> 401.000-600.000 10
> 601000-1000000 20
1.000.000 18
2.000.000 37
b. Pendidikan Orang tua
Tabel 6
Tingkat pendidikan Jumlah (%)
SD 14
SLTP 49
SLTA 31
PT 6
16. Potensi di lingkungan sekolah yang diharapkan mendukung program
sekolah Peningkatan mutu akademik dan non akademik meliputi:
A. Peningkatan perolehan nilai UN;
B. Pembangunan Prasarana Sekolah :
1) Menambah satu Laboratorium Keagamaan (PAI) dalam upaya
peningkatan proses pengembangan diri peserta didik;
2) Menambah satu Ruang Kelas Baru dalam upaya peningkatan kegiatan
pembelajaran;
3) Menambah luas gedung aula untuk peningkatan kegiatan olahraga dan
kesenian;
4) Menambah luas gedung perpustakaan untuk penyesuaian rasio jumlah
peserta didik dan buku;
5) Menambah satu sistem sanitasi dan pengairan yang memadai;
6) Rehabilitasi dan renovasi tempat ibadah sekolah untuk penyesuaian
rasio jumlah peserta didik dalam upaya penigkatan IMTAQ;
7) Menambah luas area parkir sekolah yang aman, nyaman, dan
memadai;
8) Membangun kantin sekolah yang memadai dalam upaya pelayan
makanan sehat bagi peserta didik;
C. Dorongan kepada peserta didik agar mau mengikuti seleksi PT Negeri
(SNMPTN, SBMPTN,UMPN, SPAN-PTKIN, PMDK PN, Seleksi
Mandiri PTS)
D. Mengaktifkan kegiatan Pengembangan diri Ekstra Kurikuler Olahraga,
Seni, Marching Band, Pramuka, Pendalaman Agama, Baca Tulis Al-
qur‟an, dan Karya Ilmiah Remaja.
E. Pembinaan spiritual (masjid sebagai sarana peningkatan IMTAQ)
F. Peningkatan pengelolaan dalam upaya mewujudkan Wawasan Wiyata
Mandala.
B. Profil Subjek
Dalam profil sabjek ini penulis memaparkan biodata dari subjek yang
digunakan dalam penelitian, sehingga akan dapat mengetahui dari biodata tersebut
profesi dari orang tua sebagai buruh pabrik yang anaknya sekolah di SMA Islam
Sudirman Ambarawa, yaitu sebagai berikut :
SMA Islam Sudirman Ambarawa yang memiliki siswa dengan jumlah
keseluruhan adalah 968 siswa ini, penulis mengambil sampel pada kelas XI dan
pada kelas XI MIPA 1, yang dikarenakan rata-rata siswa yang orang tuanya
berprofesi sebagai buruh pabrik terdapat dikelas tersebut, dengan demikian
penulis mengambil 10 siswa sebagai sampel dalam penelitian kali ini, biodata dari
siswa tersebut sebagai berikut :
1. Siswa yang memiliki nama Alina Widyasari ini sekolah di SMA Islam
Sudirman Ambarawa. Dia sekarang sudah kelas XI, yang berada di jurusan
MIPA, yaitu lebih tepatnya dia berada di kelas XI MIPA 1. Alamat tinggal
Alina di Lemahireng, Krajan RT 04/RW 01. Jarak rumah Alina ke sekolah
sekitar 5 kilo meter, dengan demikian Alina berangkat ke sekolah
menggunakan angkutan umum, sebelum naik angkot Alina di antarkan
bapaknya atau saudaranya ke tepi jalan raya, kemudian naik angkot sampai
sekolahan, jika pulang setelah naik angkot sampai ke tepi jalan menuju
rumahnya, kalau tidak ada yang jemput terkadang jalan kaki kalau uang
sakunya kurang untuk naik ojek. Alina adalah anak pertama dari bapak dan
ibu yang sederhana, saudaranya bernama Dimas Andrian Saputra, ia juga
masih sekolah, Dimas sekolah di SMP 1 Bawen, sekarang kelas VII.
Bapaknya bernama Yuri Yanto, beliau bekerja sebagai buruh pabrik,
sedangkan ibunya yang bernama Sri Hartatik beliau bekerja sebagai buruh
pabrik juga. Alina memiliki rumah yang tidak dekat dengan rumah kakek dan
neneknya, sehingga Alina dan saudaranya belajar untuk mandiri ketika
ditinggal bapak dan ibunya bekerja. Di sekolah, Alina mengikuti
ekstrakulikuler yaitu karate, dalam prestasi baik akademik dan non akademik
Alina belum mendapatkan.
2. Dwika Dewi Pramesti yang beralamat rumah di Katang, Tambakboyo, RT
02/RW 07 ini bersekolah di SMA Islam Sudirman Ambarawa. Jarak antara
rumah dwika dengan sekolahan berjarak sekitar 1 kilo meter, dengan demikian
Dwika berangkat sekolah dengan jalan kaki. Dwika belajar di SMA Islam
Sudirman Ambarawa. Selama Dwika belajar di sekolah ini belum
mendapatkan prestasi, baik akademik maupun non akademik. Dwika sekarang
sudah kelas XI, di kelas XI MIPA 1. Orang tua Dwika berprofesi sebagai
buruh pabrik, bapak dwika yang bernama Yusuf, beliau bekerja sebagai buruh
pabrik, sedangkan ibu Dwika yang bernama chotijah, beliau juga bekerja
sebagai buruh pabrik.
Dwika memiliki saudara satu yang bernama Aida Pramudia, ia sudah bekerja
yaitu sebagai buruh pabrik. Dwika adalah anak yang ke dua dari keluarga
bapak yusuf. Ia berada dirumah tidak dekat dengan kakek dan neneknya, ia
selalu di jaga dan diasuh oleh kakaknya ketika kedua orang tuanya bekerja,
sekarang saudaranya membantu orang tuanya, sehingga ia sudah pintar untuk
belajar mandiri dirumah ditinggal orang tuanya dan saudaranya bekerja.
3. Aditya Gilang Hendarmoko siswa SMA Islam Sudirman Ambarawa. Aditya
adalah anak yang pertama, dan memiliki satu saudara yang bernama Aditya
Fajar Rizky Hendarmoko, ia tidak sekolah. Mereka anak dari keluarga bapak
Sunoko dan ibu Nur Khayati yang bekerja sebagai buruh pabrik. Aditya
sekarang sudah kelas XI di kelas XI MIPA 1, selama sekolah di SMA ini
Aditya belum memiliki prestasi baik yang akademik maupun yang non
akademik, akan tetapi ia aktif di kegiatan ekstrakulikuler basket.
Aditya beralamat di Wujil, Krajan RT 05/RW 01. Jarak antara rumah Aditya
dengan sekolah sekitar 10 kilo meter, sehingga ia berangkat sekolah dengan
menggunakan angkutan umum. Sebelum naik angkutan umum ia jalan sampai
ke tepi jalan raya untuk naik angkutan umum menuju ke sekolahan, ia
terkadang harus berangkat pagi-pagi karena takut jalanan macet, karena
banyak pekerja pabrik di jalan, terkadang tidak dapat tempat duduk diangkot
karena penuh dengan orang-orang pekerja pabrik, hal itu akan menghambat
laju angkot dengan demikian akan telat jika berangkat kesiangan.
4. Novia Dwi. A, yang beralamat di Lendoh, Bedono RT 02/RW 02, Kecamatan
Jambu. Jarak antara rumah ke sekolah sekitar 8 kilo meter, dengan demikian
Novia menggunakan jasa angkutan umum untuk pergi ke sekolah, ia
menggunakan dua angkutan umum untuk sampai ke sekolah, sebelum naik
angkot ia berjalan tidak terlalu jauh, kira-kira 100 meter ke tepi jalan raya.
Novia anak ke dua dari dua bersudara, ia memiliki kakak yang bernama Lini
Puji.A. yang sudah berumah tangga, kakak Novia sebagai ibu rumah tangga.
Mereka berdua merupakan anak dari bapak Kawadi dan ibu Tumirah, bapak
Kaswadi yang berprofesi sebagai buruh pabrik, akan tetapi ibu Tumirah
sebagai Ibu rumah tangga. Sejak kecil Novia hidup bersama kakek dan
neneknya, karena jarak rumah kakek,neneknya dengan rumahnya dekat,
sehingga ia dekat dengan kakek neneknya karena selalu diajak kerumah
kakek, neneknya oleh ibunya yang sebagai ibu rumah tangga. Novia sekolah
di SMA Islam Sudirman Ambarawa. Sekarang Novia kelas XI, di kelas XI
MIPA 1. Selama bersekolah di SMA ini, Novia belum mendapatkan prestasi,
akan tetapi aktif dalam kegiatan sekolah, yaitu ekstrakulikuler Hasta Karya.
5. Selfi Puji Lestari siswa yang bersekolah di SMA Islam Sudirman Ambarawa
ini beralamat di Tlogo Mayong, Gondoriyo, RT 03/RW05, Kecamatan Jambu,
jarak antara rumah ke sekolah adalah sekitar 15 kilo meter, Selfi berangkat
sekolah menggunakan angkutan umum, sebelum sampai ke jalan raya ia di
antarkan oleh bapaknya di pinggir jalan untuk mencari kendaraan umum.
Angkutan umum yang ia gunakan untuk berangkat sekolah menggunakan dua
angkutan umum, sehingga ia selalu berangkat pagi-pagi agar tidak terlambat
sekolah. Selfi memiliki orang tua yang berprofesi sebagai petani dan buruh
pabrik, memiliki saudara satu, yang bernama Beni Ramdani, sudah bekerja di
salah satu pabrik di semarang. Selfi selalu diajarkan hidup mandiri oleh orang
tuanya, walaupun dekat dengan kakek dan neneknya, ia diajarkan untuk selalu
patuh dan selalu membantu ibunya ke sawah. Mereka berdua adalah anak dari
bapak Ngadiman dan ibu Marwiyah. Selfi sekarang kelas XI, di kelas XI
MIPA 1. Selfi mengikuti ekstrakulikuler pramuka, ia belum memiliki prestasi
baik akademik maupun non akademik.
6. Alina adalah siswa yang kedua orang tuanya berprofesi sebagai buruh pabrik,
ia bersekolah di SMA Islam Sudirman Ambarawa, sekarang ia sudah kelas XI,
di kelas XI MIPA 1, selama sekolah di SMA ini Alina belum memiliki
prestasi, ekstrakulikuler yang diikutinya ialah karate. Alina beralamat di Jl.
Karimunjawa no 62A, Gedang Anak RT 02/RW 06 Ungaran Timur. Jarak
yang ditempuh untuk pergi ke sekolah adalah sekitar 10 kilo meter, sehingga
berangkat sekolah dengan menggunakan kendaraan umum. Sebelum naik
angkutan umum ia diantarkan bapaknya atau saudaranya ke tepi jalan raya,
lalu naik angkutan umum, ia selalu berangkat pagi-pagi, kira-kira jam enam ia
sudah berangkat karena menghindari para pekerja pabrik berangkat, sehingga
menimbulkan kemacetan. Alina adalah anak ke lima dari enam bersaudara,
saudaranya bernama Farida, Ariyanti, dan Yoyok, yang sudah bekerja,
sedangkan Nurulia dan Adisa masih bersekolah di MTs Al-Uswa. Mereka
adalah anak dari bapak Sapari dan ibu Sumarni, yang berprofesi sebagai buruh
pabrik. Ia tinggal bersama keluarga besarnya, akan tetapi tidak dekat dengan
rumah kakek dan neneknya, sehingga tidak terlalu dekat dengan kakek dan
neneknya. Jika orang tuanya bekerja dan kakak-kakaknya bekerja ia merawat
dan mengawasi adik-adiknya yang masih sekolah di MTs.
7. Indah Dian Aprilia Antika Marta siswa SMA Islam Sudirman Ambarawa,
yang sekarang sudah kelas XI, di kelas XI MIPA 1. Ekstrakulikuler yang
diikuti adalah hasta karya dan pramuka,
akan tetapi belum mendapatkan prestasi baik akademik dan non akademik.
Indah anak yang pertama dari dua bersaudara, saudaranya bernama Aurea
Berlian Mahurani, ia masih bersekolah di SD Bregas, kelasV. Mereka berdua
adalah anak dari Alm. Rowandi,dan ibu Marini. Ibu Marini bekerja sebagai
buruh pabrik. Indah beralamat di Watu Gajah, Wringinputih, Kecamatan
Bergas. Jarak yang sekitar 13 kilo meter, Indah menggunakan angkutan umum
untuk berangkat sekolah. Sebelum naik angkutan umum ia jalan kaki menuju
jalan raya. Di rumah ia selalu membantu ibunya setelah bapaknya meninggal
dunia, membantu pekerjaan rumah dan mengasuh adiknya dan mengawasinya.
Rumah yang dekat dengan rumah kakek dan nenek, membuat ibunya nyaman
dan merasa aman jika anaknya ditinggal bekerja di pabrik, karena masih ada
kakek dan neneknya di rumah.
8. Farida Ulfa Anggraeni sekolah di SMA Islam Sudirman Ambarawa, ia
sekarang sudah kelas XI MIPA 1. Farida mengikuti ekstrakulikuler hasta
karya. Farida memiliki orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik, dan
petani. Bapaknya bernama Daromi yang berprofesi sebagai buruh pabrik,
sedangkan ibunya yang bernama Siti Rohani sebagai petani. Farida memiliki
kakak yang bernama Nurika yang bekerja sebagai asisten dosen.
Farida yang beralamat di Gelaran RT 03/RW04, Kenteng, Bandungan, jarak
sekitar 10 kilo meter dari sekolahan, sehingga berangkat menggunakan
kendaraan umum. Sebelum naik anguktan ia berjalan sampai jalan raya lalu
naik angkutan umum, ia menggunakan dua angkutan umum untuk sampai ke
sekolah, terkadang diantarkan sama bapaknya jika terlambat bangun, karena
sulitnya angkutan umum pertama, harus menunggu lama jika sudah siang.
9. Yulia Rahmawati siswa SMA Islam Sudirman Ambarawa, yang memiliki
orang tua berprofesi sebagai buruh pabrik, ia sekarang kelas XI, di kelas XI
MIPA 1, ekstrakulikuler yang diikuti adalah PMR. Yulia beralamat di
Samban, Sorogenen, RT 04/RW 03. Jarak antara sekolah dengan rumah
sekitar 8 kilo meter, dan Yulia menggunakan motor sebagai transfortasi untuk
berangkat ke sekolah. Orang tuanya memahami jika menggunakan angkutan
umum untuk berangkat sekolah maka anaknya akan kesulitan, karena harus
jalan terlebih dahulu, kemudian menunggu lama angkutan umum pertama,
kemudian baru naik angkutan umum menuju ke sekolah. Bapaknya juga tidak
bisa seterusnya mengantarkan anaknya sampai ke sekolah, sehingga orang
tuanya berusaha membelikan anaknya sepeda motor untuk digunakan anaknya
ke sekolah. Yulia memiliki dua saudara, ia anak yang ke dua, dari tiga
bersaudara. Saudaranya yang pertama bernama Ade Aprilia Utami, kuliah di
IAIN Salatiga, semester enam, yang ke tiga Yudha Styawan, sekolah di SD
Samban 01, kelas VI. Mereka bertiga adalah anak dari bapak Mugito dan ibu
Tri Sulistyani. Rumah yang berdekatan dengan rumah kakek dan neneknya,
memiliki kasih sayang yang cukup dari kakek dan neneknya walaupun
ditinggal oleh orang tuanya bekerja.
10. Ramaya siswa SMA Islam Sudirman Ambarawa, sekarang ia kelas XI, di
kelas XI MIPA 1, ekstrakulikuler yang diikuti adalah Voli dan Pramuka. Ia
beralamat di Gembongan Karangjati, RT 14/RW 04, Kelurahan Karangjati,
Kecamatan Bergas. Jarak sekitar 10 kilo meter Ramaya menggunakan
transportasi umum dalam berangkat ke sekolah. Jarak rumahnya sampai ke
jalan raya tidak terlalu jauh hanya 500 meter dari jalan raya, terkadang ia jalan
kaki jika bapaknya tidak bisa mengantarkannya. Hanya butuh satu angkutan
umum untuk sampai ke sekolah.
Lokasi alamat rumah yang termasuk wilayah industri sehingga orang tuanya
berprofesi sebagai buruh pabrik. Ramaya memiliki saudara satu yaitu adiknya
yang bernama Faiq Cahyo Wijanarko masih sekolah di SD. Mereka berdua
anak dari bapak Rajikun dan ibu Sri Maryati. Tempat tinggalnya yang
bersama neneknya, membuat Ramaya merasa nyaman tinggal di rumah,
walaupun kedua orang tuanya sering pulang petang.
Selain biodata dari siswa, penulis juga mendapatkan beberapa biodata dari
orang tua, yang bertujuan untuk menguatkan informasi dari siswa, sehingga
penulis mengambil 3 sampel keluarga siswa. Sehingga aka nada kecocokan
informasi yang didapat penulis.
1. Keluarga dari bapak Daromi ini adalah keluarga yang harmonis, mereka
selalu meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan keluarga,
walaupun waktu sebagai buruh pabrik tidak banyak, dan dihabiskan untuk
kerja di PT. GLORI Ungaran. Keluarga ini beralamat di Gelaran RT 03/RW
04, Kenteng Bandungan. Kondisi keluarga yang hidup sederhana membuat
semangat orang tuanya untuk memberikan pendidikan pada anaknya dengan
baik, yaitu sampai ke pendidikan tertinggi.
Keluarga bapak Daromi memiliki dua anak, yang pertama sudah lulus,
sebagai sarjana, karena keluarga ini tidak mau membedakan tingkat
pendidikan anaknya, sehingga anak yang kedua juga harus sampai sarjana,
anak yang kedua yaitu Farida Ulfa Anggraeni, ia masih di bangku SMA, di
SMA Islam Sudirman Ambarawa.
2. Keluarga bapak Mugito adalah keluarga besar, yaitu jumlah keluarganya
adalah 5 anggota keluarga, keluarga ini memiliki 3 anak, anak yang pertama
sekolah di IAIN Salatiga, anak yang kedua sekolah di SMA Islam Sudirman
Ambarawa. Sedangkan anak yang ketiga sekolah di SD Samban 01, keluarga
yang sederhana ini bertumpuan pada pabrik, selain gajinya yang tetap, juga
tidak ada pekerjaan lain yang menjamin untuk memberikan fasilitas
pendidikan pada anak-anaknya. walaupun selalu terforsir di PT. Samsam Jaya
Garmen, orang tuanya selalu memberikan kesempatan anaknya untuk
berdiskusi sekeluarga, sehingga dapat terjalin keharmonisan di dalam
keluarga ini. Keluarga bapak Mugito ini beralamat di Samban, Sorogenen,
RT04/RW03, Kecamatan Bawen. Dari lokasi alamat tersebut yang termasuk
dalam kawasan industri, sehingga tidak ada pilihan yang lain untuk bekerja di
pabrik.
3. Ibu Sri Martini bekerja di PT. Moris, keluarga yang sederhana yang
beralamat di Gembangan Karangjati RT 14/RW04, Kelurahan Karangjati,
Kecamatan Bergas ini memiliki keluarga yang harmonis, keluarga ini
memiliki anak yang bernama Ramaya yang bersekolah di SMA Islam
Sudirman Ambarawa, Ramaya ini sejak SMP selalu berprestasi, hal itulah
yang membuat keluarga ini bangga,
walaupun orang tuanya bekerja di pabrik akan tetapi anaknya dapat
berprestasi, karena orang tuanya salalu memantau setiap perilaku anaknya
sejak kecil, sehingga akan terus terarah pada hal yang baik. Dengan demikian
terbukti bahwa anaknya mendapatkan peringkat di sekolah.
C. Temuan Penelitian
1. Harapan Orang Tua terhadap Pendidikan Anak
Pada umumnya orang tua tidak mau anaknya hidup menderita, sama
seperti orang tuanya, apalagi lebih rendah dari orang tuanya. Semua orang
tua berfikir bahwa biarkan orang tua yang susah payah membiayai
pendidikan anaknya agar anaknya kelak tidak bersusah payah dalam
bekerja dan menjalani kehidupan. Orang tua yang banting tulang bekerja
diforsir baik tenaga maupun fikiran tidak merasa mengeluh, karena orang
tua memiliki motivasi yang tinggi dalam mensejahterakan keluarganya.
Terutama orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik, mereka selalu
ditekan oleh target setiap pekerjaannya, dituntut untuk sempurna dalam
bekerja dan dituntut untuk mencapai target yang diinginkan oleh pabrik.
Pekerja buruh pabrik bekerja tanpa ada waktu luang untuk bersantai,
bahkan jika target belum terpenuhi mereka di beri jam tambahan untuk
bekerja, yang sering disebut dengan jam lembur. Walaupun pekerjaan
tersebut cukup berat akan tetapi selain hanya bekerja di pabrik saja yang
dapat menstabilkan perekonomian keluarga,
akan tetapi ada dorongan semangat dari orang tua yang berprofesi sebagai
buruh pabrik untuk selalu tegar dan kuat demi kesejahteraan keluarganya.
Faktor orang tua bekerja di pabrik adalah karena tidak ada pilihan lain
untuk mendapatkan penghasilan yang tetap, dan juga tempat tinggal yang
dekat dengan wilayah pabrik,seperti yang diutarakan buruh pabrik berikut
ini:
“kan pada saat itu mau menjadi pegawai negeri kan tidak bisa, dan sulit
terus kesempatannya di pabrik itu”. (L/M/09:10/23/04/2017)
“ya karena selain tidak membutuhkan ijazah yang tinggi, juga gajinya
tetap mas”. (P/SR/11:20/24/04/2017)
“kalau saya bekerja di pabrik itu karena memang lokasi rumah yang dekat
dengan pabrik, jadi bisa pulang kapan saja pas jadwal istirahat”. (L/R/12:30/24/04/2017)
Sehingga ketika mereka pulang dari bekerja, melihat keluarganya
menyambut dan dapat tertawa juga saling berbagi cerita, hal itu menjadi
obat lelah dari orang tua dan keesokan harinya siap untuk bekerja kembali.
Begitu mulia hati orang tua, yang bekerja keras demi kesejahteraan
keluarga, rela dibentak-bentak, ditekan, diforsir dan lain-lain. Dari
pengalaman yang dimiliki oleh orang tuanya tersebut, orang tua tidak
ingin anaknya menderita seperti apa yang sudah di alami olehnya. Dengan
demikian orang tua memiliki harapan untuk anaknya, agar anaknya bisa
hidup bahagia dunia dan juga akhirat.
Surat At-Tahrim ayat ke-6 sudah dapat mewakili bahwa dalam cita-
cita orang tua pastilah menghindarkan anaknya dari api neraka. Yaitu
mengharapkan kebahagian dunia dan akhirat. Selain memberikan
kebutuhan anaknya,
orang tua juga memiliki harapan agar anaknya menjadi generasi penerus
bangsa, keluarga, bahkan agama yang membanggakan. Kebahagian akhirat
pastilah yang diutamakan, dikarenakan jika mengutamakan kehidupan
akhirat maka kahidupan didunia akan mengikuti, dengan demikian akan
mencapai apa yang diperintahkan oleh Allah dalam firmannya, di surat At-
Tahrim ayat enam, dan juga yang menjadi harapan orang tua yaitu selamat
dari api neraka.
Kebahagiaaan di akhirat yaitu orang tua menginginkan anaknya
selalu patuh pada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan
menjalankan hal itu pastilah butuh pendidikan yang dapat membantu
mengembangkan ilmu agama anaknya, dengan demikian orang tuanya
mensekolahkan anaknya ke sekolah yang berbasis Islam, sehingga akan
mendapatkan ilmu agama yang sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan
di kehidupan akhirat nanti.
Orang tua yang siswanya sekolah di SMA Islam Sudirman
Ambarawa pastilah menginginkan anaknya mendapatkan ilmu
pengetahuan umum dan juga agama, sehingga akan selaras dengan apa
yang diharapkan oleh orang tuanya. Orang tuanya mensekolahkan di
sekolah tersebut agar dapat menjadi anak yang berakhlak baik dan
berwawasan ilmu umum dan agama yang baik. Dilihat dari nama
sekolahnya, yaitu menggunakan kata “ Islam “ pastilah orang tua tanpa ada
keraguan dalam memasukkan anaknya ke sekolah tersebut. Sekolah
tersebut bukan satu-satunya sekolah yang dapat mendidik anaknya dengan
baik, akan tetapi orang tua juga melihat dari segi biaya sekolah, apalagi
orang tua berprofesi buruh pabrik,
yang harus dapat mengatur keuangan sebaik mungkin. Sehingga sekolah
ini memberi jalan orang tua untuk terus mengharapkan yang terbaik
anaknya.
Mengharapkan anaknya bahagia di akhirat, juga orang tua
menginginkan kehidupan di dunia juga baik, yaitu dengan mengharapkan
agar menjadi orang yang berhasil sehingga kehidupannya lebih dari orang
tuanya, baik dari tingkat pendidikan, pekerjaan apalagi penghasilan
sehingga akan memiliki kehidupan yang bahagia, dan masa depan yang
cerah. Dalam orang tua memiliki harapan dapat dibagi berdasarkan
keinginan orang tua dalam membentuk anak baik akhlaknya maupun
keilmuannya, hal ini dapat dibagi sebagai berikut :
a. Pendidikan
Orang tua menginginkan anaknya dapat menimba ilmu agar dapat
menjalani hidup dengan baik, pastilah orang tua menginginkan sekolah
yang dapat membantu pendidikan anak dengan baik. Seperti yang
disampaikan oleh saudara M, sebagai wali siswa SMA Islam Sudirman
Ambarawa sebagai berikut:
“ya kalau saya mencarikan anak sekolah yang terpenting bisa belajar
ilmu umum dan agama, karena ilmu agama juga penting untuk
membentuk akhlak anak dengan baik.”
Dengan pendapat yang disampaikan bapak M ini dapat diambil
pengertian bahwa tidak hanya orang tua yang berpendidikan tinggi,
akan tetapi orang tua yang hanya lulusan SMP,
juga berfikiran bahwa untuk mensejahterakan anaknya dan
memberikan bekal pada anaknya dengan ilmu agama dan juga ilmu
dunia.
Akan tetapi kondisi perekonomian yang sederhana dari keluarga-
keluarga buruh pabrik maka orang tua mencarikan sekolah dengan
biaya yang sesuai dengan perekonomian buruh pabrik, hal ini
disampaikan oleh ibu SR, sebagai berikut:
“ya kalau mencari sekolahan itu kalau bisa sesuai dengan kondisi
ekonomi, karena saya juga menyekolahkan anak juga semampu saya.”
Dengan hal ini dapat diambil pengertian bahwa orang tua memiliki
keinginan agar anaknya dapat sekolah, akan tetapi semampu orang tua
dalam membiayai anaknya. Dengan demikian orang tua mencari
sekolah dengan biaya yang dapat dijangkau oleh pekerja buruh pabrik.
Mencari sekolahan untuk pendidikan anaknya, mendapatkan
informasi dan pengamatan sendiri dari orang tua, seperti yang
dilakukan pada bapak R,sebagai berikut:
“ saya tahu sekolah SMA Islam Sudirman Ambarawa itu ya dari
tetangga, anaknya itu kok sopan, akhlaknya baik terus saya tanya sama
orang tuanya sekolah dimana, terus biayanya mahal atau tidak, dan
ternyata biaya terjangkau, akan tetapi kualitas pendidikan baik.”
Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa orang tua juga
menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan yang baik, walaupun
bukan sekolah yang ternama.
b. Prestasi
Prestasi adalah hasil dari apa yang sudah diupayakan, dengan hasil
yang baik. Prestasi disekolah pada anak dapat berupa prestasi belajar,
baik akademik maupun non akademik. Orang tua mengharapkan agar
anaknya dapat berprestasi, selain membanggakan bagi kedua orang
tua, juga dapat meringankan biaya pendidikan karena dapat biasiswa
berprestasi. Hal ini disampaikan oleh bapak M sebagai berikut:
“ya pastinya orang tua mengharapkan anaknya dapat berprestasi,
karena sekolah memberikan keringanan pada anak yang berprestasi,
sehingga ya dapat meringankan biaya sekolahnya.”
Selain karena biaya yang dapat diringankan, juga orang tua
mengharapkan anak berprestasi supaya dapat melanjutkan perguruan
tinggi dengan tanpa biaya, atau mengikuti bidik misi, dengan demikian
pendidikan anak akan terus berlanjut,hal ini disampaikan oleh ibu SR,
yaitu:
“harapan saya pasti anaknya supaya dapat rengking dan juara di
sekolahan, supaya seperti kakaknya dapat kuliah dengan tanpa biaya,
sehingga dapat meringankan saya,hanya memberi uang saku dan
keperluan sekolahnya.”
Prestasi anak di sekolah akan menjadi kebanggaan bagi orang tua,
karena setiap bertemu dengan teman kerjanya,orang tua selalu ditanya
temannya anaknya sekolah dimana ?, rangking berapa?. Sehingga
orang tua dengan semangat akan memberikan jawaban tentang
anaknya tersebut. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh bapak
R, yaitu:
“ya kalau menurut saya prestasi itu membuat bangga orang tua, saya
sering ditanya teman-teman saya, anak saya sekolah dimana dan
mendapatkan rangking berapa, ya walaupun sekolah bukan sekolah
favorit, tapi jika anak saya dapat prestasi disekolah, ya itu
membanggakan.”
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah harapan
yang disematkan pada anaknya agar dapat membanggakan dan
meringankan orang tua.
c. Akhlak
Orang tua juga mengharapkan agar anaknya berakhlak baik,
dengan demikian orang tua memilihkan pendidikan yang mengajarkan
akhlakyang baik, salah satunya sekolah yang mengajarkan pendidikan
berbasis Islam, dikarenakan pendidikan Islam mempelajari tentang
berbagai hal yang dapat menata dan memperbaiki akhlak dengan baik.
Rata-rata orang tua yakin anaknya disekolahkan di SMA tersebut
karena melihat dan mendengarkan dari orang-orang lain, sehingga
mereka menjadi yakin dan memilih sekolah tersebut sebagai sekolah
anaknya. Demikian halnya yang disampaikan pada narasumber yang
anaknya sekolah di SMA Islam Sudirman Ambarawa,yaitu bapak M,
sebagai berikut:
“ya saya tahu SMA Islam Sudirman Ambarawa, itu karena pertama
melihat siswa SMA Islam Sudirman Ambarawa kok pakai kerudung,
sopan, menyapa tetangganya, melihat hal itu saya memilih untuk
mendaftarkan anak perempuan saya di SMA itu.”
Pendidikan akhlah dalam Islam dapat menjadikan anak berakhlak
baik dan sesuai dengan tuntunan agama Islam yang baik,
demikian halnya harapan orang tua agar anaknya berakhlak baik, hal
ini sesuai pernyataan yang disampaikan oleh ibu SR, sebagai berikut:
“ya saya menyekolahkan anak saya di SMA Islam Sudirman
Ambarawa, yang pertama pasti karena biaya sekolah yang relatif, dan
sekolahnya itu sekolah ada pendidikan Islamnya, ya saya ingin anak
saya dididik supaya jadi anak yang berakhlak baik.”
Orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik tidak banyak
waktu untuk mendidik anaknya dengan baik, sehingga orang tua hanya
bisa mengawasi dan memantau perkembangan anaknya, sehingga
orang tua memberikan kepercayaan pada sekolah untuk mendidik
anaknya, seperti pernyataan bapak R sebagai berikut:
“Walaupun saya bekerja pagi sampai malam, akan tetapi saya selalu
sempatkan jam istirahat berkomunikasi dengan anak saya, memantau
perkembangan anak saya. Sekolah di SMA Islam Sudirman Ambarawa
membuat saya tenang dan yakin dapat mendidik anak saya dengan
baik.”
dengan demikian dapat diambil pengertian dari semua narasumber,
bahwa akhlak yang baik adalah harapan orang tua pada anaknya,
dikarenakan anak yang berakhlak baik akan memberikan kenyamanan
dan ketenangan pada orang tua, biarpun tidak memiliki apa-apa akan
tetapi jika berakhlak yang baik akan menjadi modal bagi anaknya
untuk sukses dunia dan juga akhlirat.
d. Setelah Lulus
Orang tua mensekolahkan anaknya agar mendapatkan pendidikan
baik ilmu pengetahuan umum, agama, juga pendidikan akhlak dengan
baik, sehingga mendapatkan bekal dari apa yang sudah di jalankan
anak selama di sekolah. Setelah lulus orang tua memiliki harapan juga
pada anaknya, dalam harapan tersebut, orang tua memiliki perbedaan,
ada yang setelah sekolah sampai SMA, disekolahkan sampai
perguruan tinggi, seperti yang disampaikan oleh ibu SR, sebagai
berikut:
“Ya kalau saya sebagai orang tua harus adil, kakaknya saya
sekolahkan sampai perguruan tinggi, adiknya juga harus ke perguruan
tinggi tapi juga semampu saya.”
Ada juga yang hal itu tergantung pada anaknya sendiri, seperti
pada yang disampaikan pada bapak M dan bapak R, mereka
menyatakan sebagai berikut:
“Ya orang tua bisa berusaha dalam mensekolahkan anaknya, akan
tetapi melanjutkan pendidikan itu terserah pada anaknya, kalau
dipaksakan tidak baik.”
e. Hidup Bermasyarakat
Orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik menghabiskan
waktu di pabrik sehingga jarang untuk bersusialisasi dengan tetangga,
hal ini akan berpengaruh pada pendidikan sosialisasi dari anak, karena
orang tua adalah figur yang dicontoh anak. Sebagai figur anak adalah
pendidikan yang dapat di terima anak dengan cepat, sehingga jika
orang tua kurang bermasyarakat, maka akan mempengaruhi perilaku
anaknya. Dengan demikian anaknya disekolahkan dengan harapan agar
mendapatkan teman dan bertemu dengan orang baru,
agar dapat belajar bersosialisasi dengan baik. Dengan demikian
harapan orang tua agar anaknya dapat bergaul dengan teman-
temannya, dan dapat hidup bermasyarakat. Hal ini disampaikan oleh
bapak M, sebagai berikut:
“saya itu tidak pernah dirumah mas, sehingga masalah bersosialisasi
dengan tetangga kurang, ya jadi kalau anak saya jangan sampai seperti
itu, tidak tahu kabar-kabar dari tetangga. Saya masukkan sekolah,
apalagi sekolah berbasis Islam dengan harapan supaya dapat belajar
bersosialisasi, dan saya suruh untuk ikut kegiatan remaja di dusun.”
Kemudian dapat diperkuat dari pernyataan dari ibu SR, sebagai
berikut:
“ya walaupun jarang dirumah ya saya selalu minta pada anak-anak
untuk srawung (bersosialisasi) dengan tetangga dan masyarakan, saya
suruh untuk mengikuti kegiatan remaja, biar tidak dirumah terus.”
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi orang tua
yang sebagai buruh pabrik, mendapatkan pengalaman bekerja dengan
keras, bekerja di bentak-bentak, tertekan, dan selalu dalam pengawasan
atasan sehingga bekerja seperti diforsir tenaganya, akan tetapi dijalani
demi perekonomian keluarga dan kesejahteraan anaknya mereka rela
bekerja diforsir baik tenaga dan fikirannya demi anak dan keluarganya.
Dengan hal tersebut orang tua berharap jangan sampai anaknya
mendapatkan pekerjaan seperti mereka, dan berharap hidup anaknya lebih
baik dari pada orang tuanya.
2. Upaya Orang Tua dalam Mewujudkan Harapan
Orang tua yang memiliki harapan untuk anaknya, agar menjadi anak
yang dapat di banggakan oleh keluarga, masyarakat dan agama, hal ini
tidak serta merta hanya sebuah harapan belaka,
akan tetapi ada upaya dari orang tua dalam mewujudkan harapan tersebut.
Harapan orang tua agar anaknya bahagia di kehidupan dunia maupun
akhirat selalu mengupayakan yang terbaik untuk anaknya, yaitu
membekali anaknya dengan pendidikan yang baik, dari kecil selalu
dibimbing dan di didik untuk menjadi anak yang berakhlak baik dan
memiliki wawasan ilmu pengetahuan umum dan agama yang baik. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh ibu SR, yaitu:
“ya usaha saya untuk anak saya memberi bekal pendidikan terhadap anak
itu ya semaksimal ekonomi saya.”
Upaya yang dilakukan orang tua dalam mewujudkan harapan tersebut
yaitu sejak anak kecil sampai dewasa, selalu diberikan pada anaknya,
walaupun orang tuanya tidak memiliki waktu yang banyak untuk
membimbing dan mengawasi perilaku anaknya, dikarenakan sebagian
besar waktu dihabiskan di pabrik. Dengan hal ini dalam mengupayakan
harapan tersebut, orang tua selalu berdo‟a dan ikhtiyar pada Allah, agar
mendapatkan kemudahan dan jalan dalam mewujudkan harapannya.
Mengupayakan harapan tersebut orang tua harus membekali anaknya
ilmu pengetahuan baik yang umum maupun agama dengan baik, dengan
demikian orang tua mendukung dan mendorong anaknya untuk sekolah
sampai pendidikan tertinggi, karena hanya bekal pendidikan yang dapat
diberikan oleh orang tua, sebagai bekal anaknya nanti untuk menjalani
kehidupan. Dengan demikian orang tua mensekolahkan anaknya ke
sekolah yang berbasis agama, selain mendapat ilmu pengetahuan umum,
juga mendapat pengetahuan agama. Hal ini dapat membantu orang tua
dalam mewujudkan harapannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan bapak
M dan bapak R, sebagai berikut:
“Ya yang penting itu ikhtiar dan berdoa, masalahnya kan yang
menentukan kan Allah SWT.”
“Upaya dari orang tua juga tetap ada, dan pasti garis besarnya itu
menyekolahkan atau memantau anak itu sejak dini sehingga tidak
terjerumus pada pergaulan-pergaulan yang kurang jelas itu.”
Seperti halnya orang tua yang siswanya bersekolah di SMA Islam
Sudirman Ambarawa, mereka mendukung dan mendorong anaknya untuk
sekolah di SMA tersebut dengan alasan agar anaknya dididik dengan
didikan Islam, sehingga akan dapat membentuk akhlak anak dengan baik,
juga mendapatkan ilmu dunia dan agama. Walaupun tidak hanya sekolah
SMA Islam Sudirman Ambarawa saja yang dapat mendidik anaknya
dengan baik, bahkan lebih baik lagi, akan tetapi orang tua yang berprofesi
sebagai buruh pabrik, memiliki finansial yang standar, lebih memilih SMA
Islam Sudirman Ambarawa dikarenakan biaya sekolah di SMA ini lebih
murah dibandingkan sekolah lainnya, dengan demikian orang tua memilih
SMA tersebut. Demikan pendapat dari orang tua wali siswa yang terdapat
di SMA tersebut, yaitu ibu SR sebagaiberikut:
“sekolah ini cukup murah untuk tingkat SMA, jadi ya menurut saya ini
dapat membantu orang tua yang berkeinginan mensekolahkan anaknya
tapi penghasilan yang pas-pasan.”
Orang tua selalu mengupayakan fasilitas pendidikan yang
dibutuhkan oleh anaknya, walaupun dengan cara mencari hutang untuk
membiayai anaknya sekolah, bahkan selama anaknya sekolah, gaji yang
didapatkan langsung habis, untuk melunasi hutang, dan memenuhi
kebutuhan lainnya.
Orang tua selalu berfikir bagaimana caranya agar anaknya dapat sekolah
sampai lulus sekolah, bagaimana pun caranya orang tua selalu
memperjuangkan untuk anaknya. Bapak M menyatakan bahwa:
“kalau saya biarpun tidak punya apa-apa yang penting anaknya bisa
sekolah, harta kan bisa hilang mas, tapi kalau bekal ilmu kan akan dibawa
terus oleh anak.”
Dengan hal tersebut sekolah menyadari akan kesulitan orang tua siswa,
yang terutama berprofesi sebagai buruh pabrik. Sebelum UTS atau UAS,
pastilah terdapat siswa yang belum membayar SPP, sehingga kartu peserta
ujian belum diberikan, hal tersebut orang tua dipanggil ke sekolah untuk
menemui guru wali kelas anaknya, dengan hal ini orang tua dan wali kelas
mengupayakan anaknya untuk mengikuti ujian sekolah ini. Sekolah selalu
memberikan keringanan untuk siswa yang selalu terlambat dalam
pembayaran SPP, dengan memberikan beasiswa kurang mampu agar
meringankan beban orang tuanya. Bapak R sedikit menceritakan tentang
keterlambatan SPP, sebagai berikut:
“saya pernah mas diundang ke sekolahannya RY, untuk memenuhi
panggilan dari wali kelasnya, disampaikan bahwa belum membayar SPP,
dan tanggungan LKS, dengan demikian kami berbincang, dan saya
meminta waktu untuk membayar SPP, kemudian kartu ujian anak saya
diberikan pada anak saya. Sebulan kemudian saya diberi tahu anak saya
untuk disuruh mencari surat keterangan tidak mampu dari kelurahan,
ternyata anak saya mendapatkan beasiswa kurang mampu yang
direkomendasikan oleh wali kelasnya, saya berterima kasih dengan wali
kelas anak saya tersebut.”
Begitu besar perjuangan yang dilakukan orang tua dalam
mengupayakan pendidikan anaknya, akan tetapi dalam mengupayakan
pendidikan di sekolah, orang tua tidak serta merta melepaskan secara
penuh anaknya untuk dididik sekolah, akan tetapi orang tua juga
mengawasi dan memantau perkembangan anaknya. Dikarenakan tidak
seharian anaknya selalu berada di lingkungan sekolah, paling banyak
berada dilingkungan masyarakat, sehingga orang tua walaupun tidak
memiliki waktu banyak, akan tetapi secara intens memantau anaknya agar
tidak terjerumus pada pergaulan yang kurang jelas.
Kesimpulan dari upaya orang tua dalam mewujudkan harapanya
dapat ditarik kesimpulan bahwa walaupun sudah terforsir tenaga dan
fikiran untuk bekerja, akan tetapi mereka tidak melepas dan selalu
memantau perkembangan anaknya dalam perkembangannya. Sehingga
orang tua terus memberikan nasihat, bimbingan, arahan agar anak dapat
menjadi apa yang sudah diharapkan oleh orang tua. Sekolah juga
membantu orang tua dalam mendidik anak, akan tetapi orang tua juga
tidak serta merta memberikan anaknya pada sekolah untuk dididik, mereka
terus memantau perkembangannya, baik ilmu pengetahuannya maupun
akhlaknya.
3. Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak
Adanya harapan dan upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk anaknya,
dengan hal itu membentuklah pola asuh dalam keluarga. Terdapat beberapa
pola asuh yang didefinisikan oleh para ilmuan yaitu :
a. pola asuh otoriter adalah cara mengasuh anak yang dilakukan orang
tua dengan menentukan sendiri aturan-aturan dan batasan-batasan yang
mutlak harus ditaati oleh anak tanpa memperhatikan keinginan dan
pendapat serta melihat keadaan anak.
b. Pola asuh demokratis adalah kedudukan antara orang tua dan anak
sejajar, suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan
kedua belah pihak.
c. Pola asuh permisif yakni segala aturan dan ketetapan keluarga
ditangan anak, apa yang dilakukan anak diperbolehkan oleh orang tua,
anak cenderung bertindak semena-mena.
Dari tiga pola asuh di atas dapat memberikan pengertian dalam
mengartikan pola asuh yang dilakukan oleh keluarga dari buruh pabrik.
Jika dilihat dari pekerjaannya dan faktor keinginan yang besar dari orang
tua dalam mewujudkan harapannya maka akan berfikiran bahwa pola asuh
yang dilakukan buruh pabrik adalah pola otoriter, karena dalam pabrik
orang tua sudah diforsir tenaga, fikiran bahkan emosi, sehingga akan
melampiaskan pada keluarganya. Akan tetapi hal itu berbanding terbalik
pada kenyataan, mereka meliliki pola asuh yang membuat anaknya tidak
trauma, dan tidak tertekan. Orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik
ternyata kepedulian akan mental anaknya lebih dipentingkan, karena
mereka sudah mengalami tekanan, di bentak-bentak, dan dipaksa,
sehingga hal tersebut tidak ingin anaknya merasakannya.
Orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik saja merasakan hal
yang demikian merasa frustasi dan tertekan, jika tidak ada motivasi yang
kuat dari dirinya dan keluarganya maka tidak akan bertahan bekerja di
pabrik. Dengan demikian orang tua berfikiran bahwa jangan sampai dalam
keluarganya menerapkan sistem yang menekan keluarganya yang
mengakibatkan tekanan bagi anaknya sehingga orang tua yang berprofesi
sebagai buruh pabrik memilih untuk selalu memberikan kesempatan bagi
anaknya untuk berpendapat dalam keluarga, dan di bicarakan bersama
sehingga mengambil keputusan secara bersama.
Orang tua selalu memberikan kesempatan bagi anaknya untuk
menyampaikan pendapat, dan menyampaikan apa yang diinginkan,
sehingga jika hal tersebut mencegah anaknya dari sifat bohong, karena jika
pendapat dan keinginan didiskusikan bersama secara baik,
maka anak akan merasa nyaman dan tidak takut untuk secara jujur
berbicara apa adanya. Beda bila anak selalu dimarahi, dan dipaksa harus
sesuai dengan apa yang diinginkan orang tuanya. Mereka akan berbohong
untuk menutupi tindakannya yang tidak sesuai dengan orang tuanya. Hal
ini dapat dipahami dari pernyataan tiga orang tua yang berbeda, yang
berprofesi sebagai buruh pabrik sebagai berikut:
“ya sebagai orang tua itu selalu memperhatikan anak, mementingkan
kebutuhan anak, ya cara mengaturnya dengan komunikasi maunya anak
apa selama dalam jalan yang baik, jadi tidak otoriter.”
(L/M/09:10/23/04/2017)
“ya, ada obrolan dengan anak-anak, memberi masukan untuk anak-anak.”
(P/SR/11:20/24/04/2017)
“ ya memberi kebebasan untuk mencari kegiatan di sekolah, yang penting
ya selalu memantau anaknya sejak dini agar tidak terjerumus dalam
pergaulan yang tidak jelas.” (L/R/12:30/24/04/2017)
Orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik memanfaatkan waktu
semaksimal munkin untuk kepentingan keluarganya, sehingga saat jam
istirahat terkadang pulang dan bisa makan siang bersama sambil
membicarakan hal-hal yang terdapat dalam keluarga. Hal ini disampaikan
oleh bapak R, sebagai berikut:
“ nggak ada mas, setiap istirahat mesti pulang nengok keluarga, makan
bareng.”
Sepulang dari kerja meluangkan sedikit waktu sebelum istirahat
untuk berkumpul bersama keluarga untuk membicarakan apa yang
dibutuhkan oleh keluarga terutama anak dalam pendidikan,
menkomunikasikan pada anak apa yang diinginkan dan dibutuhkan selama
dalam jalan yang baik. Sehingga orang tua selalu memperhatikan anak,
memantau perkembangan pendidikan anak, apakah semakin berkembang
atau semakin menurun, yaitu dilihat dari keseharian anaknya saat bersama
orang tua dan hasil dari pelajaran yang diterima dari sekolah, yaitu berupa
nilai ujian, dan praktek ibadah yang diterapkan dari sekolah. Hal ini sesuai
dari pernnyataan dari ibu SR, sebagai berikut:
“ waktu dapat dibagi karena bekerjanya dua sifh, ya tetap ada mas waktu
bersama keluarga, kalau masuk pagi ya pulang kerja menyempatkan waktu
untuk anak-anak memberi nasihat, kalau malam suka mengingatkan untuk
belajar.”
Walaupun waktu yang tidak banyak dimiliki orang tua yang berprofesi
sebagai buruh pabrik akan tetapi perhatian yang semaksimal mungkin
untuk anaknya agar tidak merasa bahwa anak buruh pabrik kehidupannya
tidak menyenangkan dan selalu tertekan. Dengan demikian dalam hidup
berkeluarga terasa damai dan menyenangkan. Sehingga orang tua dapat
bekerja dengan giat karena termotivasi oleh keluarga yang harmonis, dan
anak merasa nyaman dalam menjalani pendidikan di sekolah sebagai
modal anaknya mendapatkan ilmu secara maksimal. Seperti yang
disampaikan oleh bapak M, sebagai berikut:
“ya pasti ada masalahnya selalu 80 % itu di perusahaan jadi hanya 20 % di
rumah, dan satu hari full, kan dirumah hanya berapa jam.”
Keluarga buruh pabrik walaupun pekerjaan orang tuanya yang penuh
dengan tekanan dan paksaan akan tetapi dalam mensejahterakan
keluarganya menggunakan pola demokratis, yaitu tidak memaksakan
kehendak orang tua, akan tetapi pendapat dan kemauan anak di
komunikasikan dengan baik, jika hal tersebut bermanfaat dan berguna bagi
anaknya maka akan didukung sepenunya oleh orang tua, jika tidak akan
diarahkan pada hal yang baik. Sehingga anak merasa dimengerti dan
dianggap ada dalam keluarga, dengan demikian tidak ada kebohongan dan
tindakan yang menyusahkan orang tua.
Jadi kesimpulan dari pola asuh orang tua terhadap anak adalah
walaupun orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik yang sebagian
besar waktunya dihabiskan untuk bekerja, akan tetapi tidak melupakan
anaknya dalam hal pendidikan, dan juga selalu gigih berusaha untuk
mewujudkan apa yang sudah menjadi harapan mereka. Walaupun orang
tua bekerja dengan diforsir tenaga, fikiran, bahkan emosinya akan tetapi
dalam mengasuh anaknya tidak otoriter, mereka memberikan kesempatan
pada anaknya untuk mengembangkan diri sendiri, dan dalam pengawasan
dari orang tua.
4. Kendala dalam Mengupayakan Harapan
Harapan orang tua terhadap anak agar anaknya menjadi penerus
bangsa yang dapat membanggakan keluarganya, yaitu dengan menjalani
kehiduan dengan bahagia, dan berharap anaknya tidak bernasib sama
dengan orang tuanya hal tersebut akan terwujud jika ada upaya dari orang
tua. Dalam upaya tersebut timbullah kendala yang dihadapi, baik dari
orang tua sendiri, anaknya, dan juga bisa jadi dari sekolah.
Kendala yang dihadapi dari orang tuanya sendiri, yaitu sebagai
orang tua wajib baginya memberikan nafkah bagi keluarganya, dengan
demikian tana bekerja pastilah tidak akan mendapatkan penghasilan untuk
membiayai kehidupan keluarganya. Dengan demikian orang tua memilih
bekerja yang dapat diandalkan untuk membantu menjalani kehidupan
dengan keluarga, akan tetapi pendidikan yang kurang, bahkan rata-rata
hanya lulus SMA, maka hanya dapat bekerja di lingkungan pabrik
walaupun pekerjaannya selalu diforsir dan ditekan akan tetapi gaji yang
didapat tetap dan sesuai gaji UMR, sehingga dapat membantu
perekonomian keluarga membaik, begitu juga membantu untuk membiayai
sekolah anaknya. Hal ini ibu SR menyatakan sebagai berikut:
“mungkin ya kondisi ekonomi yang menjadi kendala, akan tetapi
semaksimal ekonomi saya menyekolahkan anak.”
Dari pekerjaan orang tuanya yang menyita waktu banyak tersebut,
menjadi salah satu kendala bagi orang tua untuk mewujudkan harapan
pada anaknya, terkadang orang tua hanya pasrah pada sekolah untuk
mendidik anaknya padahal sekolah sifatnya hanya membantu, dan juga
waktu yang tidak banyak berada di sekolah, sehingga guru tidak dapat
mengawasi sepenuhnya siswa. Sehingga terkadang ada perdebatan antara
wali kelas dan orang tua siswa pada saat penerimaan raport. Waktu yang
banyak dilakukan oleh anaknya adalah di lingkungan, dengan demikian
jika tanpa ada pengawasan dari orang tua, sehingga dapat memilih ke jalan
yang tidak diinginkan.hal ini disampaikan oleh bapak M, sebagai berikut:
“ya kendalanya pasti waktu yang dihabiskan di perusahaan, dan tenaga
juga sudah terforsir.”
Rata-rata yang bekerja di pabrik adalah kedua orang tua, sehingga
tidak ada pengawasan yang intens dari orang tua pada anaknya, sehingga
terkadang dititipkan pada kakek dan neneknya. Padahal pendidikan yang
diberikan kakek dan neneknya selalu memanjakan cucunya, sehingga akan
merasa bebas dalam bergaul di lungkungan, dan jika ada kesalahan pasti
akan lari ke kakek dan neneknya jika orang tua memarahinya. Hal tersebut
menjadikan anak berperilaku tidak baik, selalin tidak memiliki figur ayah
dan ibu untuk dijadikan sebagai gambaran untuk kehidupannya, mereka
pasti akan lebih nyaman bila bersama kakek, dan neneknya dibandingkan
bersama kedua orang tuanya hal tersebut akan menjadi kendala bagi
anaknya untuk berkomunikasi terhadap anaknya dan memberikan
pendidikan pada anaknya.
Selain dari faktor orang tuanya, faktor dari anaknya juga menjadi
kendala dalam mewujudkan harapan dari orang tuanya. Terkadang
anaknya sudah diberikan fasilitas pendidikan agar menunjang
pendidikannya agar lebih baik, akan tetapi disalah gunakan oleh anaknya,
seperti misalkan sepeda motor yang diberikan orang tua, yang dengan
susah payah orang tua membelikan agar anaknya tidak selalu terlambat
berangkat sekolah dll, akan tetapi disalah gunakan oleh anaknya dengan
menggunakan sepeda motor tidak pada semestinya. Memberikan fasilitas
yang cukup untuk anaknya adalah kewajiban orang tua dalam memberikan
perhatian pendidikan pada anaknya, akan tetapi fasilitas seperti sepeda
motor, handpone, dll, membuat anaknya malas akan belajar. Sehingga
akan sia-sia jika anaknya malas akan belajar, dikarenakan segala upaya
yang dilakukan orang tua juga tergantung pada ketekunan anaknya. Hal ini
bapak M berpendapat bahwa:
“sebagian besar terpengaruh pada alat-alat komunikasi, media-media itu
mempengaruhi pola hidup anak.”
Anak yang sekolah dengan giat, dan akatif di kegiatan sekolah hal
tersebut yang di banggakan oleh orang tua dan guru, apalagi dengan nilai
tertinggi. Akan tetapi tidak semua anak yang aktif dalam kegiatan sekolah
juga mampu mengikuti pendidikan formal di sekolah, bahkan rata-rata
siswa yang mengikuti kegiatan non formal sekolah mereka dapat
berprestasi, akan tetapi pendidikan formal tidak dapat berprestasi,
dikarenakan terlalu fokus dan terforsir pada kegiatan non formal, hal
tersebut mengakibatkan terhambatnya mendapatkan ilmu pengetahuan
umum maupun agama dengan baik. Akan tetapi orang tua sebenarnya
mengeluhkan akan kegiatan yang diikuti oleh anaknya, dikarenakan
setelah mengikuti kegiatan tersebut, anaknya pulang sekolah sedah
kelelahan dan mengakibatkan malas belajar, dengan demikian disekolah
anak ketinggalan, di rumah tidak bisa mengejar ketinggalan pelajarannya
dengan belajar sendiri. Akan tetapi hal ini juga tidak bisa diprotes oleh
orang tua, karena termasuk dalam program sekolah. Hal ini dialami oleh
anak dari bapak R, beliau menceritakan sebagai berikut:
“ekstrakulikuler itu ikut kegiatan pramuka, dan anak saya itu selalu
dijadikan panitia jadi tenaga, waktu maupun fikiran itu banyak yang
dicurahkan disitu, jadi kegiatan yang pokok malah terabaikan, itu memang
karena banyak kegiatan yang kurang ada manfaatnya tapi itu tuntutan dari
sekolah juga.”
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa tidak hanya dari faktor orang
tuanya saja yang memiliki kendala dalam mendidik anaknya, akan tetapi
dari faktor anaknya juga yang sudah semakin terpengaruh pada pergaulan
zaman sekarang, yaitu penggunaan media komunikasi, akan tetapi disalah
gunakan, dan juga banyak kegiatan anak dari sekolah yang dapat
memforsir tenaga, fikiran anak, sehingga tidak fokus dalam belajar
disekolah lalu di rumah sudah lelah dan tidak semangat untuk belajar.
5. Respon Anak
Anak selalu diperhatikan dan dipantau perkembangannya dalam
pendidikan di sekolah agar mendapatkan ilmu pengetahuan, baik
pengetahuan umum dan agama. Segala upaya dilakukan orang tua dengan
susah payah memperjuangkan anaknya agar dapat sekolah, dan
mengenyam pendidikan lebih baik dari orang tuanya agar mendapatkan
kehidupan yang tidak seperti orang tuanya, walaupun dengan kondisi
ekonomi yang pas-pasan orang tua terus gali lobang tutup lubang istilah
orang, yaitu mencari hutang ke sana ke mari, dan dilunasi, setelah lunas
cari hutang lagi. Begitu besar perjuangan orang tua dalam mengupayakan
harapannya. Sebagai seorang anak seharusnya memahami mengapa orang
tuanya bekerja begitu keras dan susah payah itu hanya demi anaknya agar
anaknya tidak seperti orang tuanya. Dengan hal tersebut anak memiliki
respon dari apa yang sudah dilakukan orang tuanya.
Respon anak akan sangat mempengaruhi hasil dari apa yang sudah
diupayakan oleh orang tuanya, dikarenakan tanpa ada kepekaan dari
anaknya maka akan sia-sia dalam orang tuanya mewujudkan harapannya.
Anak yang peka, merasa iba dan kasihan terhadap kerja keras orang
tuanya, mereka merasa bersalah jika mereka tidak dapat memenuhi apa
yang sudah diamanatkan oleh orang tuanya. Sehingga anaknya akan
bersungguh-sungguh dalam mecari ilmu di sekolah. Anak memiliki
pemikiran yang berbeda dalam menanggapi upaya orang tuanya tersebut,
akan tetapi mereka sama dalam keinginannya untuk membuat bahagia
orang tuanya, walaupun tidak bisa membalas apa yang sudah dilakukan
oleh orang tuanya untuk dirinya.
Siswa yang sekolah di SMA Islam Sudirman Ambarawa rata-rata
memiliki orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik, pastilah
memiliki motivasi untuk belajar lebih baik dari yang lain. Awal masuk
sekolah dari siswa merasakan rasa senang masuk ke sekolah ini, hal ini
sesuai dengan pernyataan para siswa yang terdapat di kelas MIPA 1, yaitu
rata-rata mereka mengatakan bahwa merasa senang dan tidak ada beban
dalam belajar di SMA ini, karena mereka memahami bahwa mereka
sekolah di sini dapat meringankan orang tua dalam segi biaya, karena di
SMA ini relatif lebih murah dari yang lain, dengan demikian tidak ada
beban dari siswa tentang hal ini, dan banyak sekali teman-teman yang
sama, yaitu orang tuanya berprofesi sebagai buruh pabrik, sehingga
meresa tidak sendiri menghadapi masalah biaya di sekolah ini, seperti
biaya SPP, dan lain-lain.
Mereka menyatakan bahwa kendala yang dihadapi selama
pembelajaran di SMA ini, mereka merasa mudah melalui masalah dan
kendala karena dalam sekolah sistem yang diterapkan bersifat
kekeluargaan, dengan kata lain bahwa teman-teman sekelas, guru, wali
kelas, dan guru BP, selalu memberikan semangat dan dukungan ketika
terjadi permasalahan. Orang tua juga mendukung sepenuhnya kegiatan
pendidikan yang ada disekolah, apa yang dibutuhkan anaknya diberikan
agar anaknya dapat nyaman dan senang bersekolah di SMA Islam
Sudirman Ambarawa. Hal ini sesuai dengan beberapa pernyataan siswa,
sebagai berikut:
“ya, senang mas, karena berdasarkan keinginan orang tua untuk sekolah di
SMA ini, sehingga tidak ada kendala belajar di sini.”
“Karena memiliki motivasi dari lingkungan sekolah, salah satunya pasti
orang tua.”
“Orang tua memberikan uang saku, dan kebutuhan pelajaran yang
lainnya.”
“Orang tua selalu memberi kata-kata motivasi yang selalu mendukung
kami, yaitu „jadilah anak yang lebih baik dari orang tua‟hal itu menjadi
kata-kata penyemangat dari diri sendiri.”
Dengan demikian dapat diambil pengertian rasa nyaman rasa senang dan
aman dilingkungan sekolah membuat siswa belajar dengan giat, sehingga
mendapatkan semaksimal mungkin ilmu yang disampaikan oleh guru.
Respon anak yang menginginkan untuk segera selesai sekolah
walaupun sampai SMA. Mereka tidak mementingkan nilai bahkan
peringkat, yang terpenting adalah dapat segera lulus dari SMA sehingga
setelah lulus mereka dapat membantu orang tuanya yang meresa kesulitan
dalam mencari penghasilah untuk membiayai keluarganya, dengan hal
tersebut mereka lebih memilih bekerja. Anak yang berfikiran demikian
rata-rata memiliki adik yang juga masih sekolah, mereka lebih mengalah
pada adiknya, biarkan adiknya sekolah sampai tingkat pendidikan tertinggi
sedangkan kakaknya membantu orang tuanya untuk bekerja mencari
penghasilah yang dapat meringankan beban orang tuanya, misalkan
dengan membiayai sekolah adiknya. Hal ini disampaikan oleh lima tiga
siswa yang berada di kelas MIPA 1, sebagai berikut:
“sebenarnya bapak ibu guru menyuruh untuk lanjutkan kuliah mas,tapi
kasihan orang tua cari uang sampai malam untuk biayai sekolah saya dan
adik saya, jadi setelah lulus akan bekerja bantu orang tua.”
Ada juga anak yang berfikiran bahwa ingin belajar dengan giat dan
mendapatkan nilai terbaik untuk melanjutkan pendidikan tertinggi dengan
gratis. Mereka berfikir bahwa pada zaman sekarang jika hanya ijazah
SMA, mereka juga sama saja akan bekerja di pabrik, akan tetapi jika dapat
bersekolah samapai sarjana dapat memiliki pandangan yang luas dalam
bekerja. Dengan demikian anak yang berfikiran untuk sekolah lebih giat
dan akan mendapatkan sekolah tinggi secara gratis akan berusaha
semaksimal mungkin untuk belajar di sekolah. Hal ini sesuai pernyataan
delapan siswa yang terdapat di kelas MIPA 1, sebagai berikut:
“kuliah lah mas, mau cari kerja paling juga di pabrik mas, saya mau cari
beasiswa untuk ke perguruan tinggi, agar meringankan beban orang tua
mas.”
“kalau saya mau kuliah juga sambil kerja mas, selain bantu orang tua
biayai adik sekolah, juga biayai sekolah sendiri, biar orang tua tidak
repot.”
Pandangan yang berbada dari anak dalam membahagiakan orang
tuanya sehingga membuat bangga orang tuanya juga berbeda-beda.
Pemikiran yang berbeda dari anak tersebut, akan tetapi pada dasarnya
memiliki tujuan yang sama, yaitu ingin melihat orang tuanya tersenyum
bahagia melihat anaknya, sehingga orang tua tidak merasa menyesal
dengan apa yang sudah diupayakannya dengan keras. Mereka tidak ingin
orang tuanya bersedih dengan perilaku yang tidak baik darinya, sehingga
orang tua terbebani dengan hal tersebut dengan demikian motivasi dari
orang tua akan menurun. Anak mengetahui bahwa yang membuat orang
tuanya kuat adalah keluarganya yang harmonis, sehingga anak yang sudah
dididik di sekolah dengan baik mengetahui dengan baik bahwa mereka
tidak akan pernah bisa membalas orang tuanya yang begitu besar
kontribusi padanya akan masa depannya yang cerah. Hanya dapat
membuat orang tuanya tersenyum, hal itu sudah menjadi perilaku terbaik
untuk anaknya.
Orang tua memberikan fasilitas pendidikan bagi anaknya, sehingga
anaknya meresa nyaman dan senang berangkat ke sekolah tanpa ada beban
di sekolah, sehingga mereka dapat fokus belajar di sekolah. Pendidikan
dalam sekolah untuk keberhasilah dalam pembelajaran didorong dari diri
siswa sendiri, yaitu dari rasa nyaman, aman, dari siswa sehingga ilmu yang
diberikan oleh guru akan diterima dengan mudah oleh siswa.
Siswa yang selalu terlambat dalam pembayaran SPP pastilah merasa
terbebani dan merasa malu di sekolah, karena selalu dipanggil wali kelas
untuk orang tuanya diminta untuk ke sekolah, hal ini membuat sekolah
siswa terganggu. Akan tetapi berbeda dengan siswa yang terdapat di SMA
Islam Sudirman Ambarawa, walaupun mereka selalu diminta orang tuanya
untuk ke sekolah akan tetapi mereka berusaha bahwa anak yang kurang
mampu bukanlah selalu lemah, mereka lemah dalam ekonomi akan tetapi
mereka tidak mau jika lemah juga pada ilmu, sehingga dengan hal tersebut
memicu anak-anak yang perekonomian kurang, yang rata-rata pekerjaan
orang tuanya sebagai buruh pabrik untuk selalu berusaha mendapatkan
nilai terbaik. Hal ini disampaikan oleh siswi bernama A, sebagai berikut:
“kalau pas belum bayar SPP, pertama rasanya pengen tidak sekolah,
berhenti saja, kasihan orang tua setiap tanggal pembayaran SPP selalu
kebingungan, akan tetapi ada dorongan motivasi dari wali kelas, sehingga
berkeinginan untuk melanjutkan sampai lulus, biar pengorbanan orang tua
tidak sia-sia.”
Sekolah mengapresiasi pendidikan dan kedisiplinan siswa tersebut
dengan memberikan keringanan biaya sekolah, sehingga di gratiskan
dalam biaya SPP, dengan demikian siswa semakin giat dan merasa
bersalah jika siswa tersebut membuat ulah di sekolah, dengan demikian
siswa akaan berusaha untuk mengharumkan nama sekolah dengan
beberapa prestasi yang dihasilkan oleh siswa.
Siswa menutupi rasa tidak nyaman mereka pada orang tuanya,
dengan mendapatkan nilai-nilai yang baik, dengan demikian akan menjaga
perasaan orang tuanya agar tidak merasa terbebani dengan melihat
anaknya malu akan kondisi perekonomian mereka. Dengan demikian rata-
rata siswa yang orang tuanya berprofesi sebagai buruh pabrik memiliki
motivasi yang luar biasa bahkan dapat mengalahkan motivasi dari siswa
yang memiliki perekonomian yang cukup. Bahkan peringkat pertama rata-
rata siswa yang orang tuanya berprofesi sebagai buruh pabrik, dengan
demikan siswa di SMA tersebut tidak merasa minder dan malu jika
mereka memiliki keluarga yang perekonomiannya kurang. Hal ini sesuai
pernyataan dari siswa RY, sebagai berikut:
“sebenarnya malu mas kalau SPP nunggak, tapi kalau di sekolah ini jika
disiplin, rapi, mengikuti aturan sekolahan, maka akan direkomendasikan
untuk mendapatkan beasiswa, sehingga akan terus belajar dan berbuat baik
di sekolahan, maka akan direkomendasikan untuk mendapatkan
beasiswa.”
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa respon anak tehadap pola asuh
orang tua sangat merespon dengan baik, dapat dilihat dari sikap mereka,
fasilitas belajar mereka, dan kerapian yang ada pada diri mereka dapat
dilihat bahwa orang tua meperdulikan pendidikan anak, dengan
memberikan fasilitas yang dapat menunjang pendidikan anak lebih baik
lagi. Juga dengan selalu memberikan dorongan agar anak-anaknya selalu
belajar dengan baik di sekolah tersebut, dengan memberikan kata-kata
motivasi dan lain sebagainya.
Sehingga dapat dilihat dari harapan anaknya untuk orang tuanya
yaitu selalu mendorong dirinya untuk terus belajar, dan lulus dengan yang
terbaik,
dengan demikian dapat melanjutkan pendidikan yang lebih baik lagi. Akan
tetapi setelah lulus anak tidak akan bekerja terlebih dahulu, melainkan
melanjutkan perkuliahan dan semangat untuk mencari beasiswa masuk ke
perguruan tinggi agar tidak merasa membebani orang tua.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Harapan Orang Tua terhadap Anak
Anak adalah generasi dari orang tua yang diharapkan menjadi anak
yang dapat membanggakan bagi bangsa, Negara, bahkan agama. Harapan
orang tua pada anak adalah harapan untuk hidup dunia dan akhirat dengan
bahagia. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT, dalam Al-Quran
surat At-Tahrim ayat ke enam, sebagai berikut:
يأيهبانريهاامىىاقىاأوفسك وأههيك وبزا وقىدهبانىب وانحجبزة عهيهب مهئكة غلظ
{٦}شداداليعصىن هللا مبأمسه ويفعهىن مب يؤمسون
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At-Tahrim (66) 6).
Firman Allah di atas dapat diambil pengertian bahwa menjaga diri
dan keluarga dari api neraka berarti bahwa mengharapkan kebahagiaan
dunia maupun akhirat. Untuk mendapatkan hal tersebut dengan pendidikan
yang baik, dari pendidikan umum sampai pendidikan agama. Orang tua
menjadi peran paling penting dalam mendidik anak. Dikarenakan orang
tua adalah lembaga yang pertama dan utama yang dikenal oleh anak.
Hal ini disebabkan, karena kedua orang tuanyalah orang yang pertama
dikenal dan diterimanya pendidikan, bimbingan, perhatian, dan kasih
sayang yang terjalin antara kedua orang tua dengan anak-anaknya,
merupakan basis yang ampuh bagi pertumbuhan dan perkembangan psikis
serta nilai-nilai sosial dan relegius diri anak didik (Ahid, 2010:61).
Dengan peran yang penting itulah timbul harapan-harapan dari orang
tua untuk anaknya, terutama orang tua yang berprofesi sebagai buruh
pabrik, walaupun waktu yang kurang untuk keluarga, orang tua yang
berprofesi sebagai buruh pabrik tidak menginginkan jika anaknya hidup
tidak bahagia didunia maupun diakhirat. Meraka sudah merasakan
kehidupan di dunia yang kurang baik di lingkungan pabrik yang kurang
baik untuk kehidupan. Banyak persaingan, individualisme, berbicara
kasar, tekanan dari pabrik, kesulitan dalam beribadah karena terpengaruh
lingkungan teman dan tempat ibadah yang tidak memadai, dan waktu yang
dihabiskan untuk bekerja di pabrik.
Hal ini akan membentuk perilaku yang tidak baik bagi setiap
manusia, akan tetapi begitu mulia orang tua yang berprofesi sebagai buruh
pabrik, walaupun mereka selalu dalam lingkungan pabrik akan tetapi
untuk pendidikan anaknya, mereka tidak pernah mencontohkan hal-hal
yang tidak baik agar harapan satu-satunya dari keluarga untuk merubah
keluarganya menjadi generasi yang membanggakan bagi bangsa, Negara
dan agama.
Hal ini sesuai dengan orang tua buruh pabrik yang anaknya sekolah di
SMA Islam Sudirman Ambarawa, yaitu mengharapkan anaknya agar tidak
seperti orang tuanya, agar supaya hidup layak dan bahagia, dengan
mengharapkan:
a. Pendidikan
Orang tua buruh pabrik berharap pendidikan anaknya adalah
pendidikan yang bertolak ukur pada agama Islam, karena menurut
mereka dengan sekolah di SMA yang berbasis Islam maka anaknya
akan mendapatkan dua ilmu sekaligus, yaitu ilmu umum dan agama.
Hal lain adalah bahwa pendidikan di SMA ini lebih murah, dan sesuai
dengan kondisi keluarga buruh pabrik, walaupun terkadang
menunggak SPP, akan tetapi diberikan keringanan jangka waktu
ataupun beasiswa. Orang tua tidak serta merta memilih sekolah
tersebut tanpa ada alasan yang pasti, orang tua juga melihat dan
mencari informasi tentang sekolah ini, walaupun sudah kelelahan
dalam bekerja, orang tua sempatkan untuk mencarikan sekolah yang
baik untuk anaknya. Orang tua memilih di sekolah ini rata-rata mereka
melihat siswa-siswa yang sekolah di SMA tersebut begitu baik
akhlaknya, rapi, dan Islami, sehingga tidak berfikir dua kali orang tua
mensekolahkan di SMA Islam Sudirman Ambarawa. Hal ini
berkesuaian dengan penyampaian pada M yaitu :
“ya kalau saya mencarikan anak sekolah yang terpenting bisa belajar
ilmu umum dan agama, karena ilmu agama juga penting untuk
membentuk akhlak anak dengan baik.”
b. Prestasi
Orang tua akan senang bila anaknya dapat berprestasi dalam
pendidikan, mereka akan merasa bangga pada anaknya, karena di
sekolah ini jika ada anak berprestasi pasti mendapatkan beasiswa dari
sekolah, dengan hal ini orang tua senang karena bisa meringankan
beban dari orang tua. Orang tua juga bangga jika teman-temannya
menanyakan anaknya, pasti dengan bangga menjawabnya. Itulah
harapan orang tua dalam berprestasi, selain membuat bangga
sekolahan juga keluarga. Hal ini sesuai apa yang disampaikan oleh ibu
SR yaitu:
“harapan saya pasti anaknya supaya dapat rengking dan juara di
sekolahan, supaya seperti kakaknya dapat kuliah dengan tanpa biaya,
sehingga dapat meringankan saya,hanya memberi uang saku dan
keperluan sekolahnya.”
c. Akhlak
Orang tua berharap tidak hanya memiliki anak yang cerdas dalam
belajar akan tetapi memiliki akhlak yang baik, sehingga akan menjadi
pribadi yang disenangi oleh orang lain, akan tetapi dengan
keterbatasan waktu ini, orang tua mengharapkan sekolah dapat
mendidik anaknya dengan baik, terutama pada segi akhlak karena
sekolah ini memiliki pendidikan berbasis pada Islam. Hal ini
dibuktikan oleh bapak M dalam percakapannya sebagai berikut :
“ya saya tahu SMA Islam Sudirman Ambarawa, itu karena pertama
melihat siswa SMA Islam Sudirman Ambarawa kok pakai kerudung,
sopan, menyapa tetangganya, melihat hal itu saya memilih untuk
mendaftarkan anak perempuan saya di SMA itu.”
d. Setelah Lulus
Orang tua mengharapkan setelah lulus anaknya dapat memilih
kehidupannya dengan baik, mau melanjutkan sekolah atau bekerja,
dikarenakan SMA adalah gerbang awal untuk menjalani kehidupan
yang akaan dijalani anaknya, dengan perbekalan yang diberikan oleh
orang tua dan sekolah dapat membantu anak tersebut memilih dengan
bijak kehidupan selanjutnya. Orang tua tidak memaksakan kehendak
dari anaknya sendiri. Hal ini disampaikan oleh bapak R :
“Ya orang tua bisa berusaha dalam mensekolahkan anaknya, akan
tetapi melanjutkan pendidikan itu terserah pada anaknya, kalau
dipaksakan tidak baik.”
e. Hidup bermasyarakat
Selain berharap tentang ilmu pendidikan, akhlak, dan memutuskan
menjalani kehidupan setelah lulus, orang tua juga berharap anaknya
dapat bersosialisasi pada masyarakat, dapat membaur bersama
masyarakat karena hal yang terpenting adalah kehidupan bersosialisasi.
Manusia membutuhkan manusia yang lainnya, sehingga tidak mungkin
jika dapat hidup tanpa orang lain, karena kita saling membutuhkan.
Dengan demikian walaupun orang tua jarang bersosialisasi dengan
tetangga karena pekerjaan, orang tua berharap anaknya dapat
menggantikan orang tuanya, dalam kegiatan masyarakat. Hal ini di
sampaikan oleh bapak M :
“Saya masukkan sekolah, apalagi sekolah berbasis Islam dengan
harapan supaya dapat belajar bersosialisasi, dan saya suruh untuk ikut
kegiatan remaja di dusun.”
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibn Khaldun yang membagi
tujuan-tujuan pendidikan itu kepada:
6. Mempersiapkan seseorang dari segi keagamaan yaitu mengajarkan
syiar-syiar agama menurut al-Quran dan sunnah, sebab dengan jalan
itu potensi iman itu diperkuat, sebagaimana halnya dengan potensi-
potensi lain yang telah mendarah daging maka ia seakan-akan menjadi
fithrah (Khaldun, 1962 : 1239-1240).
7. Menyiapkan seseorang dari segi akhlak (Khaldun, 1962 : 539).
8. Menyiapkan seseorang dari segi kemasyarakatan atau sosial (Khaldun,
1962 : 422)
9. Menyiapkan seseorang dari segi vokasial atau pekerjaan. Dikatakannya
bahwa mencari dan menegakkan hidupnya mencari pekerjaan,
sebagaimana ditegaskannya pentingnya pekerjaan sepanjang umur
manusia, sedang pengajaran atau pendidikan dianggapnya termasuk di
antara ketrampilan-ketrampilan itu (Khaldun, 1962 :928)
10. Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran, sebab dengan pemikiran
seseorang itu dapat memegang berbagai pekerjaan pertukangan atau
ketrampilan tertentu seperti telah diterangkan di atas (Khaldun, 1962 :
972).
Sehingga jika melihat tujuan yang di sampaikan Ibn Khaldun dapat
diambil pengertian bahwa pendidikan akan membentuk pribadi khalifah
yang baik (Langgung, 2004:55).
B. Upaya Orang Tua dalam Mewujudkan Harapan
Harapan orang tua akan terwujud jika ada upaya nyata dari orang tua
untuk mewujudkannya. Jika orang tua menginginkan anaknya memiliki
pengetahuan dan perilaku yang baik maka anak tersebut disekolahkan,
dengan disekolahkan anak akan memiliki kesempatan belajar untuk masa
depan yang cerah. Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar untuk
anaknya, baik dari pengetahuannya maupun akhlaknya. Akan tetapi
terbatasnya waktu orang tua dalam mendidik anaknya, dengan demikian
orang tua mensekolahkan anaknya di sekolah yang orang tua yakini bisa
mendidik anaknya dengan baik.
Ekonomi menjadi hal yang utama dalam masa depan pendidikan anaknya,
jika biaya tidak bisa menjangkau berarti anaknya tidak bisa melanjutkan
sekolah, akan tetapi perjuangan besar dilakukan oleh orang tua yang
berprofesi sebagai buruh pabrik dalam mendapatkan penghasilan untuk
biaya sekolah begitu besar, mereka rela diforsir tenaga, fikiran dan
waktunya untuk bekerja.
Hal ini sesuai dengan yang di sampaikan oleh Sadulloh, bahwa
Orang tua yang sebagai pemimpin dalam keluarganya harus bertanggung
jawab dalam kepemimpinannya. Dikarenakan setiap manusia adalah
makhluk yang mempunyai tanggung jawab dan kewibawaan.
Setiap manusia mempunyai tanggung jawab terhadap yang lain, terutama
terhadap orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya (Sadulloh,
2014:175). Sadulloh menjelaskan bahwa orang tua bertanggung jawab atas
kepemimpinannya, sehingga apa yang dilakukan oleh orang tua yang
berprofesi sebagai buruh pabrik tersebut merupakan bentuk tanggung
jawab dari mereka terhadap anaknya.
Selain bekerja begitu keras yang dilakukan oleh orang tua, ketaatan
pada Allah SWT tidak akan hilang dari diri mereka, walaupun banyak
cobaan yang dialami keluarga buruh pabrik semakin menguatkan iman
mereka kepada Allah SWT, karena tidak ada pertolongan selain
pertolongan dari Allah, sehingga apapun yang mereka rencanakan akan
menerima keputusan yang diberikan oleh Allah SWT. Dengan demikian
orang tua selalu menjaga dirinya dari api neraka, hal ini sesuai pada firman
Allah SWT, pada (QS. At-Tahrim ayat ke 6.
يأيهبانريهاامىىاقىاأوفسك وأههيك وبزا وقىدهبانىب وانحجبزة عهيهب مهئكة غلظ
{٦}شداداليعصىن هللا مبأمسه ويفعهىن مب يؤمسون
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At-Tahrim (66) 6).
Oleh karena orang tua menjaga dirinya dari api neraka, maka orang
tua tidak menginginkan anaknya terjerumus pada api neraka,
yaitu mensekolahkan anaknya pada pendidikan yang dapat mendidik
anaknya dengan baik, dan memantau pergaulan anaknya sejak dini
sehingga tidak terjerumus pada pergaulan yang tidak baik. Hal ini
disampaikan oleh bapak M yaitu :
“Upaya dari orang tua juga tetap ada, dan pasti garis besarnya itu
menyekolahkan atau memantau anak itu sejak dini sehingga tidak
terjerumus pada pergaulan-pergaulan yang kurang jelas itu.”
Orang tua dalam mewujudkan harapannya memberikan bimbingan kea
rah yang baik. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Ahid,yaitu
tentang bimbingan orang tua ke arah kehidupan yang baik, sebagai
berikut:
f. Bimbingan ke arah kehidupan mandiri. Hal ini sesuai dengan anjuran
Nabi, agar kehidupan seseorang tidak menjadi beban bagi orang lain,
demikian pula tangan yang di atas lebih mulia daripada tangan yang di
bawah.
g. Berkemauan keras untuk bekerja. Hidup dan kehidupan berdimensi
kenikmatan sekaligus perjuangan. Kenikmatan tidak mungkin dicapai
tanpa melalui perjuangan yang tentu saja membutuhkan kesungguhan
dan penuh rintangan.
{٦}إن م انعسس يسسا
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (Al-Quran,
Asy-Syarkh/94:6)
h. Menjauhi sikap serakah yang berlebihan sehingga melampui batas
yang telah ditentukan oleh agama.
i. Menumbuhkan sikap selalu ingin maju dalam proses kehidupan. Islam
adalah agama yang dinamis yang menghendaki agar penganutnya
selalu maju dan berkembang.
j. Mengutamakan kualitas daripada kuantitas.
Dari keterangan tersebut diatas, dapat kita ambil pengertian bahwa
pada dasarnya keluarga (orang tua) berkewajiban memberi pengarahan dan
bimbingan kepada anak-anaknya untuk hidup mandiri, menumbuhkan
sikap yang kreatif dan dinamis, berkemauan keras untuk bekerja,
merealisasikan nilai-nilai spiritual dan material, serta nilai-nilai individual
dan sosial (Ahid, 2010:150).
Orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik, selalu
menghabiskan waktu untuk bekerja, sehingga orang tua sangat terbantu
dengan adanya sekolah-sekolah di sekitar daerah mereka,
karena beban tanggung jawab yang besar untuk anaknya, sehingga
bertanggung jawab atas pendidikannya, sehingga mensekolahkan anaknya
di sekolah yang baik.
Walaupun harus hutang dimana-mana, sehingga waktu gaji
diterima langsung habis, hal itu diperuntukkan oleh anaknya agar dapat
sekolah dengan layak dan baik, karena bekal yang diberkan orang tua
berupa ilmu tidak akan habis dibandingkan dengan bekal harta.
Dengan demikian orang tua bekerja sama dengan sekolah agar untuk
membentuk anak dengan akhlak yang baik. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Tafsir yaitu bahwa keterbatasan kemampuan
(intelektual, biaya, waktu) orang tua menyebabkan ia mengirim anaknya
ke sekolah. Orang tua meminta tolong agar sekolah membantunya
mendidik (mendewasakan) anaknya, inilah dasar kerjasama antara orang
tua dan sekolah dalam pendidikan (Tafsir, 2003:128).
C. Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak
Harapan dan upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam
membahagiakan anaknya, dan membekali anaknya untuk bahagia dalam
kehidupannya mendatang baik dunia maupun akhirat membentuklah pola
asuh yang dilakukan orang tua dalam mendidik anaknya di keluarga. Pola
asuh orang tua terbentuk berdasarkan pada sifat orang tua, dan terkadang
terbentuk berdasarkan apa yang sudah dialami oleh orang tua, rata-rata
orang tua yang dulu diasuh dengan perilaku yang keras, maka akan
mendidik anaknya dengan keras, juga dapat berasal dari keseharian orang
tua di lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang kurang baik akan merubah
perilaku yang kurang baik, sehingga akan mendidik dengan yang kurang
baik terhadap anaknya.
Buruh pabrik adalah salah satu contoh lingkungan pekerjaan yang
keras, dapat dilihat dari pola keseharian orang pekerja pabrik, yang dari
pagi sampai malam terus bekerja, diforsir tenaganya, tidak hanya waktu
dan tenaga yang diforsir, banyak perkataan yang kurang baik yang
terdapat di lingkungan pabrik, terkadang berbicara kasar, dan perilaku
yang kurang baik dalam lingkungan tersebut, hal ini akan mempengaruhi
perilaku keseharian para pekerja pabrik. Dengan demikian terkadang
perilaku ini terbawa di keluarga, sehingga akan membentuk pola asuh dari
orang tua yang keras, yang dapat disebut dengan pola asuh otoriter, akan
tetapi tidak semua buruh pabrik terpengaruh pada perilaku di lingkungan
pabrik, walaupun lingkungan pabrik yang keras, dan perilaku yang kurang
baik akan tetapi jika sudah di dalam keluarga, meraka tidak menginginkan
anaknya mendapatkan perilaku yang sudah dialami oleh orang tua, hal
itulah orang tua sering memberi nasihat pada anaknya untuk tidak masuk
ke lingkungan pabrik.
Lingkungan pabrik yang keras yang dialami oleh orang tua
membuat mereka berfikir jangan sampai anaknya masuk ke dunia pabrik
yang keras. Dengan hal tersebut orang tua memberikan pendidikan dan
pengawasan yang membuat anak tidak tertekan seperti halnya di dalam
lingkungan pabrik. Dengan memberikan kesempatan bagi anaknya untuk
menyampaikan pendapat dan apa yang diinginkannya, maka keluarga
mendiskusikan dan membicarakan, sehingga akan menghasilkan
keputusan yang adil bagi anak.
Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Shanti yaitu pola
asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak. Lebih jelasnya,
yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan
anak. Termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai,
memberikan perhatian dan kasih sayang, serta menunjukkan sikap dan
perilaku yang baik, sehingga dijadikan contoh atau panutan bagi anak
(Mualifah, 2009: 42-43).
Orang tua siswa SMA Islam Sudirman Ambarawa yang berprofesi
sebagai buruh pabrik ini, memberikan kasih sayangnya pada anaknya tidak
dengan bentuk otoriter, dikarenakan mereka memberikan kebebasan untuk
anaknya berfikir dan menyampaikan pendapat, sehingga anak merasa
bahwa orang tua adalah pilihan yang tepat untuk diajak berdiskusi. Akan
tetapi tidak semua keinginan anak harus disetujui, di dalam diskusi
tersebut orang tua memberikan pengertian pada anaknya, jika itu baik
maka orang tua memberikan persetujuan dan dukungan, jika hal itu tidak
baik untuk anaknya maka diberikan pengertian yang baik agar anaknya
mengerti. Hal ini sesuai apa yang disampaikan oleh bapak M :
“ya sebagai orang tua itu selalu memperhatikan anak, mementingkan
kebutuhan anak, ya cara mengaturnya dengan komunikasi maunya anak
apa selama dalam jalan yang baik, jadi tidak otoriter.”
(L/M/09:10/23/04/2017)
Walaupun waktu yang dimiliki orang tua dalam mendidik anak
kurang akan tetapi mereka berusaha untuk memberikan waktu untuk
berkumpul dan berbincang-bincang dengan anak-anaknya. Pola asuh yang
dilakukan oleh orang tua siswa SMA Islam Sudirman Ambarawa yang
berprofesi sebagai buruh pabrik yaitu pola asuh demokratis yang menurut
Baumrind adalah kedudukan antara orang tua dan anak sejajar, suatu
keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak
(Dariyo, 2004:98).
Menurut Diana Baumrind pola asuh demokratis ini mempunyai beberapa
cirri antara lain:
h. Umumnya memprioritaskan pengembangan IQ dan EQ
i. Identik dengan model barat tetapi masih mengindahkan nilai dan
budaya ketimuran
j. Hukuman lebih condong kepada hukuman psiklogis
k. Sikap acceptance dan kontrol seimbang
l. Respon terhadap anak
m. Mendorong anak untuk menanyatakan pendapatnya
n. Segala sesuatu coba dijelaskan.
D. Kendala dalam Mengupayakan Harapan
Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang pastilah terdapat
kendala yang menghambat pekerjaannya, tinggal bagaimana caranya untuk
menyikapi dan menyelesaikan kendala tersebut. Sebagaimana halnya
dengan orang tua yang memiliki anak, ia memiliki harapan besar pada
anaknya sehingga orang tuanya mengupayakan harapannya tersebut, dari
perjalanan dalam mengupayakan harapan tersebut pastilah terdapat
beberapa kendala untuk menghambat kesuksesan pencapaian harapan. Hal
ini dialami oleh semua orang tua, dengan kendala yang berbeda-beda,
terutama pada orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik.
SMA Islam Sudirman Ambarawa memiliki siswa yang rata-rata
pekerjaan orang tuanya sebagai buruh pabrik.
Kendala yang dimiliki oleh orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik
dalam mengupayakan harapan untuk anaknya bisa dari orang tua sendiri,
anak, dan juga lingkungan sekolah dan masyarakat.
Hambatan dari orang tua, bisa berasal dari kondisi perekonomian
keluarga. Hal ini disampaikan oleh ibu SR:
“mungkin ya kondisi ekonomi yang menjadi kendala, akan tetapi
semaksimal ekonomi saya menyekolahkan anak.”
Orang tua adalah pemimpin dalam keluarga sehingga akan bertanggung
jawab dalam kesejahteraan keluarganya baik jasmani maupun rohani,
dalam mencapai kesejahteraan jasmani orang tua mencari nafkah untuk
menghidupi keluarganya, akan tetapi tidak semua orang tua dapat bekerja
dengan layak dan mendapatkan gaji yang baik dikarenakan faktor
ketrampilan dan faktor pendidikan yang membuat orang tua kesulitan
dalam mencari nafkah yang baik. Dengan adanya pabrik disekitar wilayah
mereka memberikan kesempatan bagi orang tua untuk mendapatkan gaji
yang tetap, dengan demikian dapat membantu perekonomian keluarga.
Bekerja di dalam perusahaan yang selalu ditekan dan dimanfaatkan
tenaga, fikiran dan waktunya untuk membuat barang produksi pabrik
sesuai target yang diinginkan oleh pabrik. Hal inilah yang menjadi
hambatan pertama dari orang tua dalam mengupayakan harapannya.
Waktu yang dihabiskan oleh orang tua di dalam lingkungan pabrik, dari
pagi sampai malam sudah terforsir tenaga dan fikirannya sehingga akan
kesulitan bagi anak untuk berbincang bersama dengan orang tuanya. Hal
ini juga dikeluhkan oleh bapak R yaitu :
“ya kendalanya pasti waktu yang dihabiskan di perusahaan, dan tenaga
juga sudah terforsir.”
Hal inilah terkadang orang tua menyerahkan anaknya dari kecil oleh kakek
dan neneknya dan setelah waktu sekolah rata-rata juga dipasrahkan oleh
sekolahnya tanpa adanya pantauan dari orang tua tentang kegiatan dalam
sekolah, dengan demikian jika anaknya kurang dari harapannya ,ereka
protes pada sekolah tanpa mengetahui sebabnya.
Hasil gaji dari pabrik juga belum tentu mencukupi perekonomian
keluarga, sehingga kendala dari orang tua juga pada finansial keluarga,
sehingga rata-rata orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik mencari
sekolah yang dapat menjangkau perekonomian keluarganya, sehingga
anaknya dapat melanjutkan sekolah. SMA Islam Sudirman Ambarawa
memiliki siswa yang rata-rata profesi orang tua sebagai buruh pabrik,
dikarenakan sekolah ini yang relatif murah untuk sekolah swasta.Waktu
orang tua yang tidak banyak untuk anaknya karena dihabiskan di
lingkungan pabrik, setelah pulang sudah terkuras tenaga dan fikirannya.
Ketika pulang anaknya bergaul dengan lingkungan yang salah, anaknya
dinasehati.
Hal itulah yang membuat anak terkadang merasa frustasi karena
tidak tahu harus belajar dari siapa, karena orang tua tidak pernah di rumah
sehingga akan mencari figur di lingkungan. Dengan hal tersebut membuat
anaknya berkurang dalam motivasi belajar di sekolah. Hal ini sesuai
dengan yang disampaikan oleh Purwanto yaitu Jika hasrat dalam batin
siswa tidak dapat diberi kepuasan, tidak dapat terpenuhi karena suatu
rintangan, dan kita merasa sangat kecewa karenanya, maka hal itu dapat
dinamakan frustasi (Purwanto, 2007:112).
Kurangnya motivasi belajar dari orang tua pada anaknya menjadikan
kendala yang dapat menghambat upaya orang tua dalam mencapai
harapannya. Terkadang anak salah mengartikan motivasi orang tua,
sehingga mereka mengira bahwa motivasi dari orang tua adalah bentuk
perintah atau tekanan yang membuat anak merasa tidak nyaman dan
tertekan dalam belajar, dengan demikian anak akan mencari hiburan untuk
melepaskan kepenatan selama di sekolah. Hiburan yang anak-anak cari
biasanya adalah media elektronik, seperti handphone, televise, dan video
game. Hal tersebut jika terlalu berlebihan akan mengakibatkan kecanduan
pada hal tersebut yang membuat anak malas dalam belajar, dan terkadang
mereka rela bolos sekolah hanya ingin bermain video game. Faktor
kemalasan tersebut juga disampaikan oleh Musbikin yaitu Anak pada
zaman sekarang tidak ada yang tidak mengenal televisi, tayangan televise
terkadang membuat anak cenderung malas untuk membuka buku. Hal ini
juga dirasakan pada keluarga bapak M :
“sebagian besar terpengaruh pada alat-alat komunikasi, media-media itu
mempengaruhi pola hidup anak.”
Kendala ini tidaklah baik karena tayangan televisi sekarang bersifat
komersil dan tidak mendidik. (2009:69) dalam hasil survenya. Hal ini jika
tidak dipantau oleh orang tuanya bukan tidak mungkin anaknya akan
masuk pada pergaulan yang tidak baik, karena anak belum mengetahui dan
memilih mana yang baik dan buruk untuk dirinya, sehingga hanya
mengikuti teman-temannya yang belum tahu baik atau buruknya, dan
akibat dari pergaulan yang tidak baik disampaikan oleh Daradjat bahwa
akan menjadikan anak tersebut salah dalam mencari jati diri, sehingga
salah persepsi dan akan menimbulkan kerugian pada orang lain (Daradjat,
2011:70).
E. Respon Anak
Tanggung jawab orang tua dalam kepemimpinan keluarganya
menimbulkan perilaku orang tua dalam memberikan keperluan keluarga
secara lahir dan batin. Orang tua memberikan keperluan secara lahir pada
anak-anaknya dengan memberikan sarana untuk kehidupan anaknya,
keperluan batinnya dengan mendidik anaknya dengan didikan yang baik.
Berbagai upaya dilakukan orang tua dalam memenuhi kebutuhan jasmani
dan rohani keluarga, agar generasi orang tua dapat menjadi generasi yang
membanggakan agama, keluarga, dan Negara. Dengan adanya upaya orang
tua, anak memiliki respon yang berbeda-beda pada setiap anak.
Orang tua buruh pabrik yang tidak dapat memberikan waktu yang
banyak dalam mendidik anaknya, sehingga orang tua mensekolahkan
anaknya. Sarana belajar diberikan oleh orang tua semampunya agar anak
nyaman dalam belajar, sehingga akan giat dalam belajar. Hal-hal yang
diberikan oleh orang tua akan menimbulkan respon pada anaknya, rata-
rata pada siswa SMA Islam Sudirman Ambarawa yang orang tuanya
berprofesi sebagai buruh pabrik memiliki respon yang positif pada apa
yang diberikan orang tuanya. Mereka diberikan fasilitas belajar, seperti
uang saku, sarana belajar, dan keperluan yang lainnya. Selain itu orang tua
mendukung dan memberikan motivasi secara lisan maupun perbuatan
yang membuat anaknya termotivasi untuk belajar.
Walaupun berbeda dalam menanggapi upaya orang tua, akan tetapi
tujuan yang sama pada anak dalam membahagiakan orang tua, ada yang
berkeinginan segera lulus sekolah lalu bekerja untuk membentu orang tua,
ada yang segera lulus bekerja sambil kuliah, ada juga yang segera lulus
lalu kuliah dengan mencari beasiswa, agar tidak membebani orang tua.
Dari respon anak diatas menandakan bahwa upaya yang dilakukan orang
tuanya tidak membebani dan tidak memberatkan anak dalam menjalani
pendidikan di sekolah, akan tetapi merasa termotivasi untuk memberikan
yang terbaik pada orang tuanya. Sehingga anak akan merasa terbawa
motivasi dari orang tua dengan senang, sebagai berikut :
“Orang tua selalu memberi kata-kata motivasi yang selalu mendukung
kami, yaitu „jadilah anak yang lebih baik dari orang tua‟hal itu menjadi
kata-kata penyemangat dari diri sendiri.”
Sehingga jika dapat dilihat dari hukum kesiapan yang ditulis oleh
Thorndike dalam kutipan yang diambil Sriyanti (2003:61) sebagai berikut:
4. Jika seseorang cenderung melakukan tindakan atau bertindak, ternyata
menimbulkan kepuasan, maka ia tidak melakukan tindakan lain.
5. Bila kecenderungan bertindak ada, namun tidak bisa bertindak
menimbulkan ketidak puasan, dan cenderung melakukan tindakan lain.
6. Ada kecenderungan tidak bertindak, namun dipaksa bertindak, maka
menimbulkan ketidak puasan.
Dari hukum kesiapan diatas, respon anak yang terdapat di SMA
Islam Sudirman Ambarawa memiliki hukum kesiapan yang pertama,
karena mereka dalam melakukan pembelajaran tanpa ada beban dari
keluarga, akan tetapi merasa nyaman dan termotivasi dalam menjalani
pendidikan di sekolah, maka akan berangkat sekolah dengan giat dan
belajar dengan baik. Dengan respon anak yang positif, akan mereka
lakukan dan tidak akan membolos sekolah dan malas belajar karena
melihat orang tuanya senang dan bangga jika anaknya berkeinginan untuk
giat belajar, apalagi memiliki cita-cita setelah lulus untuk membantu orang
tuannya, hal itu akan menjadi pemicu semangat anak dalam giat belajar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil penelitian serta analisa peneliti mengenai Pola
Asuh dan Ekspektasi Buruh Pabrik terhadap Pendidikan Anak Studi Kasus
pada Siswa Kelas XI di SMA Islam Sudirman Ambarawa Tahun Ajaran
2015/2016, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Orang tua sebagai pemimpin di dalam keluarga, memiliki peranan
penting dalam kehidupan keluarganya, baik secara lahir dan batin.
Secara lahir orang tua berupaya untuk bekerja mendapatkan uang agar
dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya, sedangkan secara
batin keluarganya diajak pada petunjuk Allah yang lurus, agar
terhindar dari siksaan yang pedih, yaitu api neraka. Orang tua banting
tulang di lingkungan pabrik, tenaga, waktu, dan fikiran diforsir tidak
pernah mengeluh dan tidak mudah putus asa dalam menjalaninya,
karena terdapat motivasi besar untuk membahagiakan keluarganya.
Dengan kerja yang keras, orang tua memiliki pengalaman bekerja
keras di dalam lingkungan pabrik dengan hal tersebut orang tua
memiliki harapan agar anaknya dapat lebih baik dari orang tua dalam
kehidupannya, sehingga orang tua juga membekali ilmu untuk
anaknya, agar harapan yang dimiliki orang tua dapat tercapai pada
anak.
2. Setiap orang tua memiliki harapan yang baik untuk anaknya, adanya
harapan tersebut akan terwujud jika orang tua tersebut melakukan
upaya untuk mewujudkan harapannya. Jika harapan orang tua agar
anaknya dapat bahagia di kehidupan dunia dan akhirat maka orang tua
harus membekali anaknya dengan ilmu, baik ilmu pengetahuan umum
maupun pengetahuan agama. Upaya yang dilakukan oleh orang tua
yaitu dengan memberikan pendidika dirumah, dan juga mensekolahkan
di sekolah yang dapat membantu mendidik anaknya. Segala keperluan
sekolah diberikan orang tua pada anaknya, agar anaknya dapat belajar
dengan nyaman dan senang, karena jika siswa sudah merasakan
kesenangan dan kenyamanan maka akan fokus pada pembelajaran.
3. Dalam upaya orang tua mewujudkan harapan dengan pendidikan dan
pengawasan di rumah, hal tersebut akan membentuk pola asuh yang
dilakukan oleh orang tua pada anaknya, di lingkungan pabrik yang
keras, baik perilakunya maupun sistem kerjanya membuat
pembentukan perilaku yang keras dan kasar pula, akan tetapi tidak
semua orang tua membawa perilaku tidak baik dari pabrik ke dalam
keluarga, dikarenakan harapan besar orang tua agar anaknya tidak
merasakan kerasnya kehidupan di lingkungan pabrik, dengan hal
tersebut rata-rata orang tua yang bekerja sebagai buruh pabrik
memiliki pola asuh yang demokratis, sehingga tidak ada tekanan dan
ancaman dari orang tua pada anaknya.
Dengan demikian anak tidak akan merasa tertekan, akan tetapi
memiliki keberanian dalam berargumen dalam keluarga. Dengan pola
asuh demokratis keluarga selalu mendiskusikan apa yang diinginkan
olehnya, jika baik maka didukung dan diawasi, jika tidak baik maka
diarahkan ke hal yang baik untuk anaknya.
4. Setiap upaya seseorang dalam mewujudkan harapan pastilah ada
kendala, begitu juga pada orang tua dalam mengupayakan harapan
pastilah terdapat kendala. Kendala yang dimiliki oleh orang tua
terutama orang tua yang berprofesi sebagai buruh pabrik yaitu pada
diri orang tua sendiri, dari anaknya, dan dari sekolah. Dari orang tua
yang berprofesi sebagai buruh pabrik yaitu pada waktu untuk bertemu
pada keluarganya, dikarenakan waktu dihabiskan untiuk bekerja di
pabrik dan juga tenaga dan fikiran terforsir sehingga menjadikan
kendala dalam mengupayakan harapan orang tua, kemudian anak akan
merasa tidak ada figure dalam hidupnya, sehingga ia mencari figure di
lingkungan masyarakat yang belum tahu baik dan buruknya, dan
mencari hiburan yang terlalu berlebihan yaitu pada alat elektronik
seperti handphone, televisi, video game, dan lain-lain. Sehingga akan
kecanduan dengan hal tersebut, dengan hal tersebut akan membuat
anak malas dalam belajar dan sekolah. Terutama sekolah yang terlalu
memberikan kegiatan pada anaknya pada ekstrakulikuler, sehingga
tidak fokus pada pembelajaran di sekolah.
5. Segala upaya yang dilakukan, dan sebisa mungkin melewati kendala
yang dihadapi untuk mewujudkan harapan pada anaknya, pastilah
menimbulkan respon pada anak. Siswa SMA Islam Sudirman
Ambarawa yang orang tuanya berprofesi sebagai buruh pabrik
memiliki respon yang berbeda-beda, akan tetapi dalam satu tujuan,
yaitu agar orang tuanya bangga dan bahagia melihat anaknya.
B. Saran
Berdasarkan temuan dan kesimpulan penelitian di atas maka saran
ditujukan pada :
1. Kepada orang tua siswa kelas XI MIPA 1 SMA Islam Sudirman
Ambarawa bahwa :
a. Mencari rezeki hukumnya wajib, namun memberikan perhatian
dan motivasi kepada anak adalah hal yang sangat mendasar agar
anak dapat mencapai prestasi belajar lebih baik.
b. Peran orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar harus
diwujudkan secara kongkrit, seperti memberikan perhatian dan
pengawasan pada anak dalam belajar.
2. Kepada guru
Keberhasilan seorang guru lebih ditentukan profesionalisme guru,
karena seorang guru adalah sebagai orang tua pengganti di sekolah,
sehingga tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan saja pada
siswa akan tetapi pembentukan akhlak yang baik,
agar dapat membantu orang tua dalam mendidik anak, dengan
membekali ilmu pengatahuan umum dan agama, dan pembentukan
akhlak dengan baik.
3. Kepada sekolah
Sebagai lembaga Pendidikan Islam supaya lebih meningkatkan
kegiatan-kegiatan keislaman serta menambah sarana prasanara
pendidikan Islam, terutama menambah jam belajar keIslaman,
sehingga akan mendidik anak padapembalajaran secara Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Nuruhbiyati.2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Suatu Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Barizi, Ahmad.2010. Menjadi Guru Unggul. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Daradjat, Zakiyah.2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grofindo Persada.
Maslikhah. 2013. Melejitnya Kemahiran Menulis Karya Ilmiah bagi Mahasiswa.
Yogyakarta: Trustmedia.
Moloeng, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Musbikin, Imam. 2009. Mengapa Anakku Malas Belajar. Yogyakarta: Diva Press.
Nurdin, Syafruddin. 2003. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta:
Ciputat Press.
Sadullah, Uyoh. 2014. PEDAGOGIK (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta, CU.
Sukandarrumidi. 2004. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.
Wahyuni, Esa Nur. 2009. Motivasi dalam Pembelajaran. Malang: Uin Malang Press.
Http://Kbbi.web.id/ekspektasi. Diakses pada 1/04/2017 pukul 18:51.
Hasan langgulung, 2004, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan
Pendidikan, Jakarta :PT Pustaka Al husna Baru.
Umiarso dan Haris Fathoni Makmur, 2010 Pendidikan Islam dan Krisis Moralisme
Masyarakat Modern, Jogjakarta : IRCISOD.
Zakiah Daradjat, dkk, 2011, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, PT Bumi Aksara.
Ngalim Porwanto, 2007 Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya.
Ahmad tafsir, 2003, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya.
Nur ahid, 2010, Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Mualufah 2009. Psycho Islamic Smart Parenting. Yogyakarta : Diva Press.
Mansur, 2007. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Dariyo, Agoes, 2004, Psikologi Perkembangan Remaja, bogor : Ghalia Indonesia.
Lestari S, dan Ngatini, 2010, Pendidikan Islam Kontekstual, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sriyanti, lilik, 2003 Psikologi Pendidikan, salatiga : STAIN Salatiga Press.
Hamzah, 2011, Teori Motivasi Belajar dan Pengukurannya. Cet. Ke-7. Jakarta : PT Bumi
Aksara.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR NILAI SKK
NAMA : Shepta Adi Nugraha
NIM : 111-13-150
PA : Mufiq, S.Ag., M.Phil.
JURUSAN : Pendidikan Agama Islam
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai
1. Orientasi Pengenalan Akademik
dan Kemahasiswaan (OPAK)
oleh DEMA STAIN Salatiga.
“Renkonstruksi Paradigma
Mahasiswa yang Cerdas,Peka dan
Peduli.”
26-27
Agustus 2013
Peserta
3
2. Orientasi Pengenalan Akademik
dan Kemahasiswaan (OPAK)
oleh HMJ Tarbiyah STAIN
Salatiga. “Menjunjung Tinggi
Nilai-Nilai Kearifan Lokal
sebagai Identitas Pendidikan
Indonesia.”
29 Agustus
2013
Peserta
3
3. Library User Education
(Pendidikan Pemakai
Perpustakaan) oleh UPT
Perpustakan STAIN Salatiga
16 September
2013
Peserta
2
4. “Training Pembuatan Makalah”
diselenggarakan oleh Lembaga
Dakwah Kampus(LDK) Darul
Amal STAIN Salatiga
18 September
2013
Peserta
2
5. Participant in “ English
Friendship Camp 2013” CEC
STAIN Salatiga.
28-29
September
2013
Peserta
2
6. Seminar Nasional Bahasa Arab
“Inovasi pembelajaran bahasa:
„upaya menjaga eksistensi dan
masa depan pembelajaran bahasa
arab‟.” Oleh ITTAQO STAIN
SALATIGA.
9 Oktober
2013
Peserta
8
7. Musabaqah Tilawatil Quran
(MTQ) Mahasiswa V “ MTQ
Sahana Apresiasi untuk Mencetak
23 Oktober
2013
Peserta 2
Insan Qur‟ani” oleh JQH STAIN.
8. Workshop Entrepreneurship “
Menanam nilai-nilai jiwa
kewirausahaan mahasiswa yang
keratif dan inovatif” oleh KSEI
dan SSC STAIN Salatiga.
22 Agustus
2014
Peserta
2
9. Seminar Nasional “ Peran
mahasiswa dalam mengawal
masa depan Indonesia pasca
pilpres 2014”
29 September
2014
Peserta
8
10. Seminar Nasional Bahasa Arab
Ittaqo “ Implementasi Kurikulum
2013 pada Mapel Bahasa Arab
Tingkat Dasar, dan Tingkat
Menengah dalam Upaya
Menjawab tantangan Pengajaran
Bahasa Arab” oleh ITTAQO
STAIN SALATIGA.
4 November
2014
Panitia
8
11. Gebyar Seni Qur‟aniyy (GSQ)
Umum ke –VI Se-Jawa Tengah
“Aktualisasi Makna dan Syi‟ar
Qur‟a, sebagai Sumber Inspirasi”
oleh JQH AL-FURQON STAIN
SALATIGA.
5 November
2014
Peserta
2
12. Seminar Nasional
Entrepreneurship, oleh Gerakan
Pramuka Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandi Gugus Depan
Kota Salatiga.
16 November
2014
Peserta
8
13. Workshop Nasional “Sukses
akademik, sukses bakat dan hidup
bermartabat dengan karya” oleh
HMPS PAI STAIN SALATIGA.
16
Desember
2014
Peserta 8
14. Seminar Nasional “Kesehatan
Islami “ kegiatan wisata hati kota
salatiga dan ORMAS,GEMAS
dalam acara “ pelantikan
pengurus masa bakti 2015-2020
dan halal bi halal tahun 2015
ORMAS, GEMAS 2015.
10 Agustus
2015
Peserta 8
15. Masta dan Seminar Nasional 12 September Peserta 8
“Membumikan gerakan
mahasiswa berilmu amaliyah,
amalan ilmiah”. Oleh IMM Kota
Salatiga.
2015
16. “Bedah Buku dengan Judul Muda
7 Warna” oleh HMJ PAI IAIN
Salatiga.
23 September
2015
Peserta 2
Siap “ مسب ب ة انغة انعس بية .17
Melangkah dan Berkarya dengan
Bahasa Arab” ITTAQO IAIN
SALATIGA
26 Oktober
2015
Peserta 2
18. Seminar Nasional DEMA FTIK
“Peningkatan Profesionalisme
Guru Sebagai dalam
Pembelajaran di Era Globalisasi.”
IAIN SALATIGA.
23 November
2015
Peserta 8
Verbatim Wawancara
Nama subjek : Alina Widyasari
Alamat :Lemahireng Krajan RT 04/RW01
Tanggal wawancara :20, April, 2017
No subjek Kode Verbatim keterangan
1. Siswa P/AW/20/04/2017 Pertanyaan:
“Apakah anda senang bersekolah
di sekolah ini?”
Jawaban:
“ya mas, senang.”
Pertanyaan:
“apakah orang tua mendukung
anda sekolah disini?”
Jawaban:
“ mendukung mas, karena di
sekolah ini biayanya murah.”
Pertanyaan:
“apakah ada kendala belajar di
sekolah ini?”
Jawaban:
“tidak ada mas, karena teman-
temannya, guru, dan wali kelas
baik semua mas, jadi nyaman di
sekolah.”
Pertanyaan:
“siapa yang memotivasi anda
dalam belajar di sekolah ini?”
Jawaban:
“ motivasi dari keluarga, teman,
dan guru, juga wali kelas kalau di
sekolah.”
Pertanyaan:
“apakah ada beban tersendiri
Respon anak
tentang
dukungan orang
tua.
dengan profesi orang tua anda?”
Jawaban:
“tidak ada mas, karena banyak
teman-teman juga sama seperti
saya.”
Pertanyaan:
“Apa kata-kata motivasi yang
selalu diberikan oleh orang tua?”
Jawaban:
“ya terkadang orang tua bilang
jangan seperti orang tuanya, yang
hanya kerja di pabrik.”
Pertanyaan:
“ apakah orang tua memberikan
apa yang dibutuhkan oleh anda
dalam pendidikan di sekolah?”
Jawaban:
“ya mas, seperti uang saku dan
alat-alat belajar yang lain yang
saya butuhkan pasti di beri mas.”
Pertanyaan:
“Apakah pernah terlambat dalam
biaya SPP?”
Jawaban:
“ pernah mas, kalau pas belum
bayar SPP, pertama rasanya
pengen tidak sekolah, berhenti
saja, kasihan orang tua setiap
tanggal pembayaran selalu
kebingungan, akan tetapi ada
dorongan motivasi dari wali siswa,
sehingga berkeinginan untuk
melanjutkan sampai lulus, biar
pengorbanan orang tua tidak sia-
sia.”
Pertanyaan:
“ apakah rencana anda setelah
Respon anak
tentang profesi
orang tua.
Respon anak
tentang
tanggung jawab
orang tua dalam
pendidikan anak
Respon anak
tentang biaya
sekolah.
lulus SMA?”
Jawaban:
“ setelah lulus insyaallah bekerja
mas, bantu orang tua biayai adik
sekolah.”
Respon anak
tentang masa
depan mereka.
Verbatim Wawancara
Nama subjek :Dwika Dewi Pramesti
Alamat :Katang , RT02/RW01, Tambakboyo
Tanggal wawancara :20, April, 2017
No subjek Kode Verbatim keterangan
1. Siswa P/DD/20/04/2017 Pertanyaan:
“Apakah anda senang bersekolah
di sekolah ini?”
Jawaban:
“ya mas.”
Pertanyaan:
“apakah orang tua mendukung
anda sekolah disini?”
Jawaban:
“ mendukung mas, karena orang
tua ingin saya bisa mengaji.”
Pertanyaan:
“apakah ada kendala belajar di
sekolah ini?”
Jawaban:
“kendala belajar belum ada mas,
karena gurunya baik-baik,
sehingga nyaman di kelas.”
Pertanyaan:
“siapa yang memotivasi anda
dalam belajar di sekolah ini?”
Jawaban:
“ motivasi dari keluarga, terutama
dari orang tua.”
Pertanyaan:
“apakah ada beban tersendiri
dengan profesi orang tua anda?”
Jawaban:
Respon anak
tentang
dukungan orang
tua.
Respon anak
“tidak ada mas, saya malah bangga
memiliki orang tua seperti orang
tua saya .”
Pertanyaan:
“Apa kata-kata motivasi yang
selalu diberikan oleh orang tua?”
Jawaban:
“orang tua bilang sekolah yang
rajin, biar sukses mendatang, gitu
mas.”
Pertanyaan:
“ apakah orang tua memberikan
apa yang dibutuhkan oleh anda
dalam pendidikan di sekolah?”
Jawaban:
“iya mas, selalu ditanya kurangnya
apa dalam belajar di SMA ini
mas.”
Pertanyaan:
“Apakah pernah terlambat dalam
biaya SPP?”
Jawaban:
“ belum pernah mas, karena saya
mendapat beasiswa kurang
mampu.”
Pertanyaan:
“ apakah rencana anda setelah
lulus SMA?”
Jawaban:
“ setelah lulus saya diminta orang
tua untuk kuliah mas, jadi ya saya
mau mas.”
tentang profesi
orang tua.
Respon anak
tentang
tanggung jawab
orang tua dalam
pendidikan anak
Respon anak
tentang biaya
sekolah.
Respon anak
tentang masa
depan mereka.
Verbatim Wawancara
Nama subjek :Novia Dwi. A.
Alamat :Lendoh, Bedono RT 02/RW 02, KEC Jambu
Tanggal wawancara :20, April, 2017
No subjek Kode Verbatim keterangan
1. Siswa P/ND/20/04/2017 Pertanyaan:
“Apakah anda senang bersekolah
di sekolah ini?”
Jawaban:
“ya, pasti mas.”
Pertanyaan:
“apakah orang tua mendukung
anda sekolah disini?”
Jawaban:
“ selalu mendukung, sampai
mengantar pendaftaran mas.”
Pertanyaan:
“apakah ada kendala belajar di
sekolah ini?”
Jawaban:
“tidak ada mas.”
Pertanyaan:
“siapa yang memotivasi anda
dalam belajar di sekolah ini?”
Jawaban:
“ teman-teman, keluarga, dan para
guru.”
Pertanyaan:
“apakah ada beban tersendiri
dengan profesi orang tua anda?”
Jawaban:
“waktu SMP iya mas, tapi setelah
di SMA, malah bangga mas
Respon anak
tentang
dukungan orang
tua.
Respon anak
memiliki orang tua yang berprofesi
sebagai buruh pabrik .”
Pertanyaan:
“Apa kata-kata motivasi yang
selalu diberikan oleh orang tua?”
Jawaban:
“jangan seperti orang tua,yang
hanya bekerja di pabrik.”
Pertanyaan:
“ apakah orang tua memberikan
apa yang dibutuhkan oleh anda
dalam pendidikan di sekolah?”
Jawaban:
“selalu memberikan apa yang saya
butuhkan untuk sekolah, seperti
sragam, buku, uang saku dan lain-
lain.”
Pertanyaan:
“Apakah pernah terlambat dalam
biaya SPP?”
Jawaban:
“ belum pernah mas.”
Pertanyaan:
“ apakah rencana anda setelah
lulus SMA?”
Jawaban:
“ setelah lulus saya lanjutkan
untuk kuliah.”
tentang profesi
orang tua.
Respon anak
tentang
tanggung jawab
orang tua dalam
pendidikan anak
Respon anak
tentang biaya
sekolah.
Respon anak
tentang masa
depan mereka.
Verbatim Wawancara
Nama subjek :Aditya Gilang Hendarmoko
Alamat :Wujil, Krajan RT 05/RW01
Tanggal wawancara :20, April, 2017
No subjek Kode Verbatim keterangan
1. Siswa L/AG/20/04/2017 Pertanyaan:
“Apakah anda senang bersekolah
di sekolah ini?”
Jawaban:
“senang mas.”
Pertanyaan:
“apakah orang tua mendukung
anda sekolah disini?”
Jawaban:
“ mendukung mas, karena
inisekolah Islam.”
Pertanyaan:
“apakah ada kendala belajar di
sekolah ini?”
Jawaban:
“tidak ada mas.”
Pertanyaan:
“siapa yang memotivasi anda
dalam belajar di sekolah ini?”
Jawaban:
“ teman-teman, keluarga, dan para
guru.”
Pertanyaan:
“apakah ada beban tersendiri
dengan profesi orang tua anda?”
Jawaban:
“tidak ada mas .”
Respon anak
tentang
dukungan orang
tua.
Respon anak
Pertanyaan:
“Apa kata-kata motivasi yang
selalu diberikan oleh orang tua?”
Jawaban:
“rajin belajar, biar sukses
kedepan.”
Pertanyaan:
“ apakah orang tua memberikan
apa yang dibutuhkan oleh anda
dalam pendidikan di sekolah?”
Jawaban:
“selalu memeriksa apa yang
kurang dari sekolah saya mas.”
Pertanyaan:
“Apakah pernah terlambat dalam
biaya SPP?”
Jawaban:
“ belum pernah mas.”
Pertanyaan:
“ apakah rencana anda setelah
lulus SMA?”
Jawaban:
“ setelah lulus saya lanjutkan
untuk kuliah.”
tentang profesi
orang tua.
Respon anak
tentang
tanggung jawab
orang tua dalam
pendidikan anak
Respon anak
tentang biaya
sekolah.
Respon anak
tentang masa
depan mereka.
Verbatim Wawancara
Nama subjek :Selfi Puji Lestar
Alamat :Tlogo Mayong, Gondoriyo RT 03/RW 05, KEC. Jambu
Tanggal wawancara :20, April, 2017
No subjek Kode Verbatim Keterangan
1. Siswa P/SP/20/04/2017 Pertanyaan:
“Apakah anda senang bersekolah
di sekolah ini?”
Jawaban:
“senang banyak teman-teman yang
baik.”
Pertanyaan:
“apakah orang tua mendukung
anda sekolah disini?”
Jawaban:
“ mendukung mas, karena rata-rata
di wilayah saya sekolah di SMA
ini.”
Pertanyaan:
“apakah ada kendala belajar di
sekolah ini?”
Jawaban:
“tidak ada mas.”
Pertanyaan:
“siapa yang memotivasi anda
dalam belajar di sekolah ini?”
Jawaban:
“ keluarga, teman, dan wali kelas.”
Pertanyaan:
“apakah ada beban tersendiri
dengan profesi orang tua anda?”
Jawaban:
Respon anak
tentang
dukungan orang
tua.
Respon anak
“tidak ada mas .”
Pertanyaan:
“Apa kata-kata motivasi yang
selalu diberikan oleh orang tua?”
Jawaban:
“belajar yang serius, jangan
malas.”
Pertanyaan:
“ apakah orang tua memberikan
apa yang dibutuhkan oleh anda
dalam pendidikan di sekolah?”
Jawaban:
“memberikan fasilitas belajar
untuk keperluan saya di sekolah.”
Pertanyaan:
“Apakah pernah terlambat dalam
biaya SPP?”
Jawaban:
“ belum pernah mas.”
Pertanyaan:
“ apakah rencana anda setelah lulus
SMA?”
Jawaban:
“ setelah lulus saya lanjutkan untuk
kuliah.”
tentang profesi
orang tua.
Respon anak
tentang
tanggung jawab
orang tua dalam
pendidikan anak
Respon anak
tentang biaya
sekolah.
Respon anak
tentang masa
depan mereka.
Verbatim Wawancara
Nama subjek :Alina
Alamat :Jl. Karimunjawa, No 62A, Gedang Anak RT 02/RW 06, Ungaran
Timur
Tanggal wawancara :20, April, 2017
No subjek Kode Verbatim Keterangan
1. Siswa P/A/20/04/2017 Pertanyaan:
“Apakah anda senang bersekolah
di sekolah ini?”
Jawaban:
“senang mas, bisa kenal teman
daerah ambarawa.”
Pertanyaan:
“apakah orang tua mendukung
anda sekolah disini?”
Jawaban:
“ mendukung mas, karena hanya
sekolah iniyang masih buka
pendaftaran saat itu.”
Pertanyaan:
“apakah ada kendala belajar di
sekolah ini?”
Jawaban:
“tidak ada mas.”
Pertanyaan:
“siapa yang memotivasi anda
dalam belajar di sekolah ini?”
Jawaban:
“ orang tua.”
Pertanyaan:
“apakah ada beban tersendiri
dengan profesi orang tua anda?”
Jawaban:
Respon anak
tentang
dukungan orang
tua.
“tidak ada mas .”
Pertanyaan:
“Apa kata-kata motivasi yang
selalu diberikan oleh orang tua?”
Jawaban:
“biar orang tua susah, tapi jangan
anaknya.”
Pertanyaan:
“ apakah orang tua memberikan
apa yang dibutuhkan oleh anda
dalam pendidikan di sekolah?”
Jawaban:
“selalu memberikan yang saya
butuhkan untuk sekolah.”
Pertanyaan:
“Apakah pernah terlambat dalam
biaya SPP?”
Jawaban:
“ belum pernah mas.”
Pertanyaan:
“ apakah rencana anda setelah lulus
SMA?”
Jawaban:
“ setelah lulus saya lanjutkan untuk
kuliah, tapi kalau bisa sambil kerja
bantu orang tua, biaya kuliah
sendiri.”
Respon anak
tentang profesi
orang tua.
Respon anak
tentang
tanggung jawab
orang tua dalam
pendidikan anak
Respon anak
tentang biaya
sekolah.
Respon anak
tentang masa
depan mereka.
Verbatim Wawancara
Nama subjek :Indah Dian Aprilia Antika Marta
Alamat : Desa Watu Gajah, Dusun Wringin Putih, Kec Bergas.
Tanggal wawancara :20, April, 2017
No subjek Kode Verbatim Keterangan
1. Siswa P/ID/20/04/2017 Pertanyaan:
“Apakah anda senang bersekolah
di sekolah ini?”
Jawaban:
“ya senang mas, awalnya kelihatan
jauh untuk berangkat sekolah, tapi
setelah memiliki teman, jadi
semangat.”
Pertanyaan:
“apakah orang tua mendukung
anda sekolah disini?”
Jawaban:
“ awalnya orang tua ingin di negeri
mas, tapi tidak diterima, jadi ya di
antarkan ke sekolah ini karena
masih buka pendaftaran.”
Pertanyaan:
“apakah ada kendala belajar di
sekolah ini?”
Jawaban:
“tidak ada mas.”
Pertanyaan:
“siapa yang memotivasi anda
dalam belajar di sekolah ini?”
Jawaban:
“ orang tua, keluarga.”
Pertanyaan:
“apakah ada beban tersendiri
Respon anak
tentang
dukungan orang
tua.
Respon anak
dengan profesi orang tua anda?”
Jawaban:
“tidak ada mas .”
Pertanyaan:
“Apa kata-kata motivasi yang
selalu diberikan oleh orang tua?”
Jawaban:
“jangan malas belajar.”
Pertanyaan:
“ apakah orang tua memberikan
apa yang dibutuhkan oleh anda
dalam pendidikan di sekolah?”
Jawaban:
“kebutuhan sekolah selalu
terpenuhi mas.”
Pertanyaan:
“Apakah pernah terlambat dalam
biaya SPP?”
Jawaban:
“ belum pernah mas.”
Pertanyaan:
“ apakah rencana anda setelah lulus
SMA?”
Jawaban:
“ setelah lulus saya bekerja untuk
bantu orang tua,juga masih ada
adik yang masih sekolah, tapi kalau
ada waktu ya berharap bisa
kuliah.”
tentang profesi
orang tua.
Respon anak
tentang
tanggung jawab
orang tua dalam
pendidikan anak
Respon anak
tentang biaya
sekolah.
Respon anak
tentang masa
depan mereka.
Verbatim Wawancara
Nama subjek :Farida Ulfa Anggraeni
Alamat : Gelaran, RT 03/RW 04, Kenteng Bandungan
Tanggal wawancara :20, April, 2017
No subjek Kode Verbatim keterangan
1. Siswa P/FU/20/04/2017 Pertanyaan:
“Apakah anda senang bersekolah
di sekolah ini?”
Jawaban:
“ya senang mas, walau jauh tapi
senang bisa sekolah di SMA ini.”
Pertanyaan:
“apakah orang tua mendukung
anda sekolah disini?”
Jawaban:
“ mendukung mas, karena biaya
yang murah.”
Pertanyaan:
“apakah ada kendala belajar di
sekolah ini?”
Jawaban:
“tidak ada mas.”
Pertanyaan:
“siapa yang memotivasi anda
dalam belajar di sekolah ini?”
Jawaban:
“ orang tua, teman-teman, dan
guru.”
Pertanyaan:
“apakah ada beban tersendiri
dengan profesi orang tua anda?”
Jawaban:
Respon anak
tentang
dukungan orang
tua.
Respon anak
“tidak ada mas .”
Pertanyaan:
“Apa kata-kata motivasi yang
selalu diberikan oleh orang tua?”
Jawaban:
“jangan seperti orang tua, yang
bekerja keras untuk mencukupi
kehidupan.”
Pertanyaan:
“ apakah orang tua memberikan
apa yang dibutuhkan oleh anda
dalam pendidikan di sekolah?”
Jawaban:
“semua yang saya butuhkan
terpenuhi mas, tapi ya tidak
langsung dikasih, ada waktu untuk
memberikan, misal buku, dan alat
belajar lainnya.”
Pertanyaan:
“Apakah pernah terlambat dalam
biaya SPP?”
Jawaban:
“ belum pernah mas.”
Pertanyaan:
“ apakah rencana anda setelah lulus
SMA?”
Jawaban:
“ setelah lulus saya akan bekerja
sambil kuliah, kalau
diperbolehkan.”
tentang profesi
orang tua.
Respon anak
tentang
tanggung jawab
orang tua dalam
pendidikan anak
Respon anak
tentang biaya
sekolah.
Respon anak
tentang masa
depan mereka.
Verbatim Wawancara
Nama subjek :Yulia Rahmawati
Alamat : Dusun Sorogenen, Desa Samban RT04/RW03, KEC Bawen
Tanggal wawancara :20, April, 2017
No subjek Kode Verbatim keterangan
1. Siswa P/YR/20/04/2017 Pertanyaan:
“Apakah anda senang bersekolah
di sekolah ini?”
Jawaban:
“ya senang mas, karena dulu kakak
saya juga sekolah di sana.”
Pertanyaan:
“apakah orang tua mendukung
anda sekolah disini?”
Jawaban:
“ mendukung mas, karena saudara-
saudara saya juga sekolah di SMA
ini.”
Pertanyaan:
“apakah ada kendala belajar di
sekolah ini?”
Jawaban:
“tidak ada mas.”
Pertanyaan:
“siapa yang memotivasi anda
dalam belajar di sekolah ini?”
Jawaban:
“ orang tua, teman-teman, dan
guru.”
Pertanyaan:
“apakah ada beban tersendiri
dengan profesi orang tua anda?”
Jawaban:
Respon anak
tentang
dukungan orang
tua.
Respon anak
“tidak ada mas .”
Pertanyaan:
“Apa kata-kata motivasi yang
selalu diberikan oleh orang tua?”
Jawaban:
“jangan seperti orang tua, yang
bekerja keras untuk mencukupi
kehidupan.”
Pertanyaan:
“ apakah orang tua memberikan
apa yang dibutuhkan oleh anda
dalam pendidikan di sekolah?”
Jawaban:
“ya mas,seperti uang saku, fasilitas
belajar, dan lain-lain.”
Pertanyaan:
“Apakah pernah terlambat dalam
biaya SPP?”
Jawaban:
“ belum pernah mas.”
Pertanyaan:
“ apakah rencana anda setelah
lulus SMA?”
Jawaban:
“ setelah lulus saya akan
melanjutkan kuliah seperti kakak
saya.”
tentang profesi
orang tua.
Respon anak
tentang
tanggung jawab
orang tua dalam
pendidikan anak
Respon anak
tentang biaya
sekolah.
Respon anak
tentang masa
depan mereka.
Verbatim Wawancara
Nama subjek :Ramaya
Alamat : Gembongan, Karangjati, RT 14/RW 04, Kelurahan Karangjati, KEC.
Bergas
Tanggal wawancara :20, April, 2017
No subjek Kode Verbatim Keterangan
1. Siswa P/RY/20/04/2017 Pertanyaan:
“Apakah anda senang bersekolah
di sekolah ini?”
Jawaban:
“ya senang mas, walaupun jauh
tapi banyak teman yang sekolah di
SMA ini.”
Pertanyaan:
“apakah orang tua mendukung
anda sekolah disini?”
Jawaban:
“ mendukung mas, yang pasti
biaya murah.”
Pertanyaan:
“apakah ada kendala belajar di
sekolah ini?”
Jawaban:
“tidak ada mas.”
Pertanyaan:
“siapa yang memotivasi anda
dalam belajar di sekolah ini?”
Jawaban:
“ orang tua, teman-teman, dan
guru.”
Pertanyaan:
“apakah ada beban tersendiri
dengan profesi orang tua anda?”
Respon anak
tentang
dukungan orang
tua.
Jawaban:
“tidak ada mas .”
Pertanyaan:
“Apa kata-kata motivasi yang
selalu diberikan oleh orang tua?”
Jawaban:
“belajar dengan baik itu tugasmu.”
Pertanyaan:
“ apakah orang tua memberikan
apa yang dibutuhkan oleh anda
dalam pendidikan di sekolah?”
Jawaban:
“ya mas,seperti uang saku, fasilitas
belajar, dan lain-lain.”
Pertanyaan:
“Apakah pernah terlambat dalam
biaya SPP?”
Jawaban:
“ pernah mas,sebenarnya malu mas
kalau SPP nunggak, tapi kalau di
sekolah ini jika disiplin, rapi, dan
mengikuti peraturan di sekolah,
maka akan direkomendasikan
untuk mendapatkan beasiswa.
Sehingga akan terus belajar dan
berbuat baik di sekolah, maka akan
direkomendasikan untuk
mendapatkan beasiswa.”
Pertanyaan:
“ apakah rencana anda setelah
lulus SMA?”
Jawaban:
“ setelah lulus saya akan
melanjutkan kuliah sambil
bekerja.”
Respon anak
tentang profesi
orang tua.
Respon anak
tentang
tanggung jawab
orang tua dalam
pendidikan anak
Respon anak
tentang biaya
sekolah.
Respon anak
tentang masa
depan mereka.
Verbatim Wawancara
Nama subjek :Siti Rohani
Alamat : Gelaran, RT 03/RW 04, Kenteng Bandungan
Tanggal wawancara :24, April, 2017
No subjek Kode Verbatim Keterangan
1. Orang tua P/SR/20/04/2017 Pertanyaan:
“Apakah bapak/ibu berprofesi
sebagai buruh pabrik?”
Jawaban:
“ya mas di PT. GLORI.”
Pertanyaan:
“hal apa yang mendasari bapak/ibu
memilih bekerja sebagai buruh
pabrik?”
Jawaban:
“ ya karena selain tidak
membutuhkan ijazah yang tinggi,
juga gajinya tetap mas.”
Pertanyaan:
“apa yang diharapkan bapak/ibu
terhadap anak tentang
pendidikannya?”
Jawaban:
“ya kalau mencari sekolah itu
kalau bisa sesuai dengan kondisi
ekonomi, karena saya juga
mensekolahkan anak juga
semampu saya.”
Pertanyaan:
“apa yang diharapkan bapak/ibu
terhadap anak tentang
prestasinya?”
Jawaban:
“ harapan saya pasti anaknya
supaya dapat rengking dan juara di
Tentang profesi
orang tua
Tentang harapan
orang tua
sekolah, supaya seperti kakaknya
dapat kuliah dengan tanpa biaya,
sehingga dapat meringankan saya,
hanya memberi uang saku dan
keperluan sekolahnya.”
Pertanyaan:
“apa yang diharapkan bapak/ibu
terhadap anak tentang akhlaknya?”
Jawaban:
“ya, saya mensekolahkan anak
saya di SMA Islam Sudirman
Ambarawa, yang pertama pasti
karena biaya sekolah yang relatif,
dan sekolahnya itu sekolah ada
pendidikan Islamnya, ya saya
inginanak saya dididik supaya jadi
anak yang berakhlak baik.”
Pertanyaan:
“apa harapan bapak/ibu pada anak
setelah mereka lulus?”
Jawaban:
“ya kalau saya sebagai orang tua
harus adil, kakaknya saya
sekolahkan sampai perguruan
tinggi, adiknya juga harus ke
perguruan tinggi tapi juga
semampu saya.”
Pertanyaan:
“ apa harapan bapak/ibu kepada
anak tentang kehidupan
bermasyarakat anaknya?”
Jawaban:
“ya walaupun jarang di rumah ya
saya selalu minta pada anak-anak
untuk srawung(bersosialisasi)
dengan tetangga dan masyarakat,
saya suruh untuk mengikuti
kegiatan remaja, biar tidak di
rumah terus.”
Pertanyaan:
“Apa upaya yang dilakukan
bapak/ibu dalam mewujudkan
harapan tersebut?”
Jawaban:
“ ya usaha saya untuk anak saya
memberi bekal pendidikan
terhadap anak itu ya semaksimal
ekonomi saya.”
Pertanyaan:
“apa pendapat bapak/ibu terhadap
sekolah SMA Islam Sudirman
Ambarawa?”
Jawaban:
“ sekolah ini cukup murah untuk
tingkat SMA, jadi ya menurut saya
ini dapat membantu orang tua yang
berkeinginan mensekolahkan
anaknya tapi penghasilan yang pas-
pasan.”
Pertanyan:
“bagaimana pola asuh yang
dilakukan oleh bapak/ibu dalam
mendidik anak?”
Jawaban:
“ya ada obrolan dengan anak-anak,
memberi masukan untuk anak-
anak. Waktu dapat sibagi karena
bekerjanya dua sifh, ya tetap ada
mas waktu bersama keluarga, kalau
masuk pagi ya pulang kerja
menyempatkan waktu untuk anak-
anak memberi nasihat, kalau
malam suka mengingatkan untuk
belajar.”
Pertanyaan:
“kendala apa yang dihadapi
bapak/ibu dalam mewujudkan
Tentang upaya
orang tua dalam
mewujudkan
harapan
Tentang pola
asuh orang tua
pada anak
harapan tersebut?”
Jawaban:
“mungkin ya kondisi ekonomi
yang menjadi kendala, akan tetapi
semaksimal ekonomi saya
mensekolahkan anak.”
Tentang kendala
dalam
mengupayakan
harapan orang
tua
Verbatim Wawancara
Nama subjek :Mugito
Alamat : Dusun Sorogenen, Desa Samban RT04/RW03, KEC Bawen
Tanggal wawancara :23, April, 2017
No subjek Kode Verbatim Keterangan
1. Orang tua L/M/20/04/2017 Pertanyaan:
“Apakah bapak/ibu berprofesi
sebagai buruh pabrik?”
Jawaban:
“ya mas di PT. SAM-SAM JAYA
GARMEN.”
Pertanyaan:
“hal apa yang mendasari bapak/ibu
memilih bekerja sebagai buruh
pabrik?”
Jawaban:
“ kan pada saat itu mau menjadi
pegawai negeri kan tidak bisa, dan
sulit terus kesempatannya di pabrik
itu.”
Pertanyaan:
“apa yang diharapkan bapak/ibu
terhadap anak tentang
pendidikannya?”
Jawaban:
“ ya kalau saya mencarikan anak
sekolah yang terpenting bisa
belajar ilmu umum dan agama,
karena ilmu agama juga penting
untuk membentuk akhlak anak
dengan baik.”
Pertanyaan:
“apa yang diharapkan bapak/ibu
terhadap anak tentang
prestasinya?”
Tentang profesi
orang tua
Tentang harapan
orang tua pada
anak
Jawaban:
“ ya pastinya orang tua
mengharapkan anaknya dapat
berprestasi, karena sekolah
memberikan keringanan pada anak
yang berprestasi, sehingga ya dapat
meringankan biaya sekolahnya.”
Pertanyaan:
“apa yang diharapkan bapak/ibu
terhadap anak tentang akhlaknya?”
Jawaban:
“ya saya tahu SMA Islam
Sudirman Ambarawa, itu karena
pertama melihat siswa SMA Islam
Sudirman Ambarawa kok pakai
kerudung, sopan, menyapa
tetangganya, melihat hal itu saya
memilih untuk mendaftarkan anak
perempuan saya di SMA itu.”
Pertanyaan:
“apa harapan bapak/ibu pada anak
setelah mereka lulus?”
Jawaban:
“ Ya orang tua bisa berusaha dalam
mensekolahkan anaknya, akan
tetapi melanjutkan pendidikan itu
terserah pada anaknya, kalau
dipaksakan tidak baik.”
Pertanyaan:
“ apa harapan bapak/ibu kepada
anak tentang kehidupan
bermasyarakat anaknya?”
Jawaban:
“saya itu tidak pernah dirumah
mas, sehingga masalah
bersosialisasi dengan tetangga
kurang, ya jadi kalau anak saya
jangan sampai seperti itu, tidak
tahu kabar-kabar dari tetangga.
Saya masukkan sekolah, apalagi
sekolah berbasis Islam dengan
harapan supaya dapat belajar
bersosialisasi, dan saya suruh
untuk ikut kegiatan remaja di
dusun.”
Pertanyaan:
“Apa upaya yang dilakukan
bapak/ibu dalam mewujudkan
harapan tersebut?”
Jawaban:
“ ya yang penting itu ikhtiar dan
berdoa, masalahnya kan yang
menentukan kan Allah SWT.”
“kalau saya biarpun tidak punya
apa-apa yang penting anaknya bisa
sekolah, harta kan bisa hilang mas,
tapi kalau bekal ilmu kan akan
dibawa terus oleh anak”
Pertanyan:
“bagaimana pola asuh yang
dilakukan oleh bapak/ibu dalam
mendidik anak?”
Jawaban:
“ ya sebagai orang tua itu selalu
memperhatikan anak,
mementingkan kebutuhan anak, ya
cara mengaturnya dengan
komunikasi maunya anak apa
selama dalam jalan yang baik, jadi
tidak otoriter .”
Pertanyaan:
“kendala apa yang dihadapi
bapak/ibu dalam mewujudkan
harapan tersebut?”
Jawaban:
“ ya pasti ada masalahnya selalu 80
% itu di perusahaan jadi hanya 20
% di rumah, dan satu hari full, kan
Upaya orang tua
mewujudkan
harapannya
dirumah hanya berapa jam .”
“ ya kendalanya pasti waktu yang
dihabiskan di perusahaan, dan
tenaga juga sudah terforsir.”
Pola asuh orang
tua pada anak
Kendala orang
tua
mengupayakan
harapannya
Verbatim Wawancara
Nama subjek :Rojikun
Alamat : Gembongan, Karangjati, RT 14/RW 04, Kelurahan Karangjati, KEC.
Bergas
Tanggal wawancara :24, April, 2017
No subjek Kode Verbatim Keterangan
1. Orang tua L/R/20/04/2017 Pertanyaan:
“Apakah bapak/ibu berprofesi
sebagai buruh pabrik?”
Jawaban:
“ya mas di PT. MORIS.”
Pertanyaan:
“hal apa yang mendasari bapak/ibu
memilih bekerja sebagai buruh
pabrik?”
Jawaban:
“ kalau saya bekerja di pabrik itu
karena memang lokasi rumah yang
dekat dengan pabrik, jadi bisa
pulang kapan saja pas jadwal
istirahat .”
Pertanyaan:
“apa yang diharapkan bapak/ibu
terhadap anak tentang
pendidikannya?”
Jawaban:
“ saya tahu sekolah SMA Islam
Sudirman Ambarawa itu ya dari
tetangga, anaknya itu kok sopan,
akhlaknya baik terus saya tanya
sama orang tuanya sekolah dimana,
terus biayanya mahal atau tidak,
dan ternyata biaya terjangkau, akan
tetapi kualitas pendidikan baik.”
Pertanyaan:
“apa yang diharapkan bapak/ibu
Profesi orang
tua
Harapan orang
tua pada anak
terhadap anak tentang
prestasinya?”
Jawaban:
“ ya kalau menurut saya prestasi itu
membuat bangga orang tua, saya
sering ditanya teman-teman saya,
anak saya sekolah dimana dan
mendapatkan rangking berapa, ya
walaupun sekolah bukan sekolah
favorit, tapi jika anak saya dapat
prestasi disekolah, ya itu
membanggakan.”
Pertanyaan:
“apa yang diharapkan bapak/ibu
terhadap anak tentang akhlaknya?”
Jawaban:
“Walaupun saya bekerja pagi
sampai malam, akan tetapi saya
selalu sempatkan jam istirahat
berkomunikasi dengan anak saya,
memantau perkembangan anak
saya. Sekolah di SMA Islam
Sudirman Ambarawa membuat
saya tenang dan yakin dapat
mendidik anak saya dengan baik.”
Pertanyaan:
“apa harapan bapak/ibu pada anak
setelah mereka lulus?”
Jawaban:
“ Ya orang tua bisa berusaha
dalam mensekolahkan anaknya,
akan tetapi melanjutkan pendidikan
itu terserah pada anaknya, kalau
dipaksakan tidak baik .”
Pertanyaan:
“Apa upaya yang dilakukan
bapak/ibu dalam mewujudkan
harapan tersebut?”
Jawaban:
“ upaya dari orang tua juga tetap
ada, dan pasti garis besarnya itu
menyekolahkan atau memantau
anak itu sejak dini sehingga tidak
terjerumus pada pergaulan-
pergaulan yang kurang jelas itu .”
“saya pernah mas diundang ke
sekolahannya RY, untuk
memenuhi panggilan dari wali
kelasnya, disampaikan bahwa
belum membayar SPP, dan
tanggungan LKS, dengan demikian
kami berbincang, dan saya
meminta waktu untuk membayar
SPP, kemudian kartu ujian anak
saya diberikan pada anak saya.
Sebulan kemudian saya diberi tahu
anak saya untuk disuruh mencari
surat keterangan tidak mampu dari
kelurahan, ternyata anak saya
mendapatkan beasiswa kurang
mampu yang direkomendasikan
oleh wali kelasnya, saya berterima
kasih dengan wali kelas anak saya
tersebut.”
Pertanyan:
“bagaimana pola asuh yang
dilakukan oleh bapak/ibu dalam
mendidik anak?”
Jawaban:
“ ya memberi kebebasan untuk
mencari kegiatan di sekolah, yang
penting ya selalu memantau
anaknya sejak dini agar tidak
terjerumus dalam pergaulan yang
tidak jelas.”
Pertanyaan:
“kendala apa yang dihadapi
bapak/ibu dalam mewujudkan
harapan tersebut?”
Upaya orang tua
mewujudkan
harapan
terhadap anak
Jawaban:
ekstrakulikuler itu ikut kegiatan
pramuka, dan anak saya itu selalu
dijadikan panitia jadi tenaga, waktu
maupun fikiran itu banyak yang
dicurahkan disitu, jadi kegiatan
yang pokok malah terabaikan, itu
memang karena banyak kegiatan
yang kurang ada manfaatnya tapi
itu tuntutan dari sekolah juga.”
Pola asuh orang
tua terhadap
anak
Kendala orang
tua terhadap
harapan pada
anak
DOKUMENTASI
(wawancara dengan bapak Mugito) (wawancara dengan bapak Rajikun)
(Masjid SMA Islam Sudirman Ambarawa) (Ruang BK)
(LAB. Fisika) (LAB.Kimia)
(LAB. TIK) (Lapangan Olah Raga)
(Ruang Kelas MIPA 1) (Ruang Kelas MIPA 1)
(gedung ruang kelas) (gedung ruang kelas)
(Suasana Sekolah saat UTS) (Suasana Siswa sedang Belajar)