MAKNA HIDUP BAGI GURU SEKOLAH LUAR BIASA
(Sebuah Analisis Tematik)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Aristhon David
139114165
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Teruntuk kedua orangtuaku,
yang selalu menemaniku dalam doa-doanya
yang tak pernah bosan mendengar keluh kesahku
selalu tersenyum, meskipun terkadang aku mengecewakan
Terima kasih
Dan teruntuk para guru SLB
Engkau bagai pelita dalam gulita
Jangan pernah lelah untuk berjuang
karena akan selalu ada kebaikan yang menyertai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Hidup dengan apa adanya,
bukan berarti tak berdaya apa-apa
bukan berarti tak ingin melangkah maju
bukan pula berarti kehilangan asa untuk berjuang
Hidup dengan apa adanya,
berarti berani menghadapi ketakutan diri
berani untuk menikmati setiap proses tanpa rasa sesal
mengerti bahwa memang terkadang hidup perlu jatuh dan bangkit
memahami bahwa hidup adalah sebuah penerimaan yang indah
menyadari bahwa hidup merupakan sebuah pengertian yang benar
memaklumi bahwa hidup juga bagian dari sebuah pemahaman yang tulus
tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang
tak masalah meski mereka datang lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan
hidup apa adanya mengajari,
bahwa kita bisa, selama kita ada, bersedia, dan terus berjuang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
MAKNA HIDUP BAGI GURU SEKOLAH LUAR BIASA
(Sebuah Analisis Tematik)
Aristhon David
ABSTRAK
Makna hidup merupakan salah satu tanda bahwa manusia adalah salah satu
insan yang keberadaannya memiliki arti. Hanya saja, perjalanan menemukan
makna hidup harus melalui pahit getir kehidupan, sehingga menghadirkan
gelombang naik dan turun di dalam perjuangannya. Makna hidup dapat ditemukan
di mana saja, dengan cara apa saja, termasuk dalam pekerjaan sehari-hari yang
dilakukan oleh seorang guru SLB. Pekerjaan yang tampak tidak menjanjikan,
sehingga keputusan untuk terus berjuang menjalani proses mengajari anak
berkebutuhan khusus menjadi bentuk unik di masa perjuangannya. Penelitian ini
bertujuan untuk memberikan gambaran tentang dinamika psikologis, sekaligus
pengalaman para guru SLB dalam menjalani proses mengajari anak berkebutuhan
khusus. Penelitian ini dilakukan terhadap tiga guru SLB menggunakan wawancara
semi-terstruktur dengan metode analisis tematik teoretik. Tematik teoretik
membantu peneliti untuk menemukan makna-makna personal informan terkait
pekerjaannya sebagai pengajar di SLB serta merangkai pengalaman tersebut
secara komprehensif dan terarah. Penelitian ini menemukan bahwa para guru SLB
memiliki panggilan tulus dari dalam hatinya, setiap usaha yang dilakukan
merupakan sarana kreativitas agar dapat menghasilkan sesuatu yang baru, setiap
proses yang datang dihayati dan dijalani sebaik-baiknya, setiap sikap optimis
merupakan tanda sebuah penerimaan terhadap takdir Tuhan, serta setiap dukungan
sosial yang datang dari orang terkasih merupakan fondasi semangat yang kuat
untuk menjalani hari-harinya.
Kata kunci : Makna hidup, mengajar, guru SLB, anak berkebutuhan khusus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE MEANING OF LIFE FOR A TEACHER IN AN EXTRAORDINARY
SCHOOL
(A Thematic Analysis)
Aristhon David
ABSTRACT
The meaning of life is that a human is created with a purpose. However, we, as
humans, often face an ebb and flow in the ongoing search for meaning. The
meaning of life can be found in any way, at any time, and through any work,
including working as a teacher in a school for special needs. Whilst becoming a
teacher in such a school could be viewed as an unpromising job, there are those
who continue to teach special needs children, and to me, that is unique. In this
study, the author explores the psychological experiences when teaching special
needs children, illuminating how this impacts the meaning of life for teachers. The
semi-structured interview was conducted with three teachers in an extraordinary
school. Theoretical thematic was used as a primary method analysis. The results
showed that teachers had been called from the bottom of their heart; creativity was
always the ultimate effort in creating something new; every process and
experience was lived as well as possible; optimism became a good acceptance;
and finally, social support was the ultimate foundation for nurturing a good spirit.
Keywords : Meaning in life, teaching, teacher, extraordinary school, special
needs children
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Membaca sebuah berita di internet menjadi awal dari perjumpaan dengan
fenomena mengenai guru SLB. Fenomena yang menyadarkan peneliti akan arti
sebuah perjuangan. Bermula dari kisah mereka tentang berbagai suka duka yang
mereka alami kala mengajari anak berkebutuhan khusus hingga mengamati
perjuangan mereka yang terus bertahan bersama segala kondisi yang mungkin tak
terbayangkan sebelumnya, membuat peneliti terusik untuk menuliskan kisah
mereka. Karya ini peneliti peruntukkan bagi para individu yang bekerja sebagai
guru SLB di manapun mereka berada sebagai sebuah bentuk empati dan dukungan
kepada mereka.
Selama proses penelitian karya, peneliti mengucap syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa karena atas anugerah, kasih dan rahmat-Nya, peneliti diberi
kesempatan untuk menyelesaikan skripsi berjudul “Makna Hidup Guru Sekolah
Luar Biasa” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini juga tidak akan selesai
tanpa dukungan, bimbingan, dan bantuan dalam bentuk apapun dari banyak pihak.
Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. M. L. Anantasari, M.Si., selaku dosen pembimbing, yang tak
berhenti untuk menantang peneliti bergerak lebih jauh dan selalu
memercayai peneliti untuk terus berkembang hingga peneliti kini lebih
percaya diri. Terima kasih untuk perhatian, dukungan, kasih, dan juga
kepeduliaan atas apa yang peneliti perjuangkan dalam tulisan ini, yang
seringkali memberi pencerahan, sekaligus inspirasi bagi peneliti selama
ini.
2. Bapak Y. B. Cahya Widiyanto, Ph.D., selaku dosen yang menemani
peneliti kala memilih topik penelitian yang dilakukan. Terimakasih atas
pengetahuan yang diberikan, pertanyaan-pertanyaan yang semakin
menyadarkan peneliti bahwa setiap hasil yang baik harus dilalui dengan
usaha yang sungguh-sungguh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
3. Dosen dan karyawan Fakultas Psikologi, terimakasih karena sudah
memberikan pengetahuan, pelajaran, dan pengalaman berharga selama
peneliti menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
4. Kedua orangtua peneliti, rumah untuk selalu pulang, bintang yang selalu
berpijar di hati peneliti, yang mendukung peneliti secara penuh untuk
mengejar apapun yang peneliti yakini dan selalu mengingatkan peneliti
untuk tak pernah ragu memperjuangkan mimpi.
5. Ibu Ani selaku kepala sekolah SLB Wiyata Dharma III, serta kedua
informan yang sangat peneliti kasihi, dan juga Bapak Ibu pengajar SLB
yang sudah memercayai peneliti dan bersedia untuk berbagi pengalaman
hidup dengan sangat terbuka. Terimakasih atas pengalaman dan juga
dukungan kepada peneliti selama ini. Begitu banyak pelajaran berharga
yang peneliti peroleh dan tak bisa peneliti ganti dengan apapun.
6. Pak Yoyo selaku guru di SLB Hellen Keller yang mempertemukan peneliti
dengan Ibu P yang akhirnya menjadi informan penelitian ini, terimakasih
atas segala waktu yang telah diberikan. Terimakasih atas pengalaman yang
diberikan kepada peneliti selama ini. Begitu banyak pelajaran berharga
yang peneliti peroleh dan tak bisa peneliti ganti dengan apapun juga.
7. Aping sebagai saudara sepupu yang tak pernah berhenti menyemangati,
yang selalu memberi keceriaan melalui gurauan untuk cepat lulus, yang
membuat peneliti termotivasi untuk segera lulus.
8. Teman-teman bimbingan Bundadari (Vivi, Dhani, Nia, Nana, Praswin,
Dita, dan Tom) yang selalu menyemangati dan berjalan bersama. Semoga
Tuhan mengabulkan doa kita semua.
9. Mas Rio, Robeth, Dipu, Teo, Grego, dan Yuda. Terimakasih atas
kehadiran dan keceriaan yang membuat peneliti tak pernah ragu menoleh
ke belakang serta tak merasa berjalan sendirian. Terimakasih selalu
mengajarkan peneliti untuk belajar menikmati hidup.
10. Seluruh teman-teman kos Bani terdahulu, Ricky, Ino, Abed, Chandra, Mas
Bono, Mas Wid, dan Mas Adi yang juga menemani setengah perjalanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................... ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
C. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 10
A. Guru Sekolah Luar Biasa ..................................................................... 10
1. Pengertian guru SLB ...................................................................... 10
2. Kompetensi guru SLB..................................................................... 11
B. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) .................................................... 12
1. Pengertian ABK .............................................................................. 12
2. Jenis-jenis kelainan ABK ............................................................... 13
C. Sekolah Luar Biasa (SLB) ................................................................... 14
1. Definisi SLB .................................................................................. 14
2. Jenis-jenis SLB .............................................................................. 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
D. Penemuan Makna Hidup menurut Frankl ............................................ 16
1. Definisi makna hidup ..................................................................... 16
2. Cara menemukan makna hidup ...................................................... 17
E. Dinamika Makna Hidup pada Guru SLB ............................................. 19
F. Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 24
A. Strategi Penelitian ................................................................................ 24
B. Fokus Penelitian ................................................................................... 25
C. Informan Penelitian .............................................................................. 25
D. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 26
E. Prosedur Pengambilan Data ................................................................. 27
F. Metode Analisis Data ........................................................................... 28
G. Saturasi Data ........................................................................................ 31
H. Refleksi Peneliti ................................................................................... 32
I. Kredibilitas Data .................................................................................. 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 35
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ................................................. 35
1. Persiapan dan perizinan ................................................................. 35
2. Pelaksanaan penelitian ................................................................... 38
B. Informan Penelitian .............................................................................. 39
1. Demografi informan ....................................................................... 39
2. Latar belakang informan ................................................................ 40
C. Hasil Penelitian .................................................................................... 44
1. Hasil informan 1 (NR) ................................................................... 45
2. Hasil informan 2 (IP) ..................................................................... 64
3. Hasil informan 3 (PN) .................................................................... 82
D. Hasil Kredibilitas Data ......................................................................... 98
E. Analisis Penelitian ............................................................................... 99
1. Hidup mengikuti panggilan hati ................................................... 100
2. Hidup menjadi sarana kreativitas ................................................. 110
3. Hidup merupakan sebuah penerimaan ......................................... 120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4. Membangun hidup dari dukungan sosial ..................................... 128
F. Temuan Unik ..................................................................................... 130
G. Pembahasan ........................................................................................ 132
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 154
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 158
LAMPIRAN ..................................................................................................... 165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 38
Tabel 2. Demografi Informan ............................................................................ 39
Tabel 3. Hasil Kredibilitas Data Informan 1 ....................................................... 98
Tabel 4. Hasil Kredibilitas Data Informan 2 ...................................................... 98
Tabel 5. Hasil Kredibilitas Data Informan 3 ...................................................... 98
Tabel 6. Subtema dan Tema ............................................................................... 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Persetujuan Informan 1 .................................................. 166
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Informan 2 .................................................. 169
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Informan 3 .................................................. 170
Lampiran 4. Lembar Pernyataan Kesesuaian Informan 1 ................................ 171
Lampiran 5. Lembar Pernyataan Kesesuaian Informan 2 ................................ 172
Lampiran 6. Lembar Pernyataan Kesesuaian Informan 3 ................................ 173
Lampiran 7. Lembar Hasil Meaning in Life Questionnaire Informan 1 .......... 174
Lampiran 8. Lembar Hasil Meaning in Life Questionnaire Informan 2 .......... 175
Lampiran 9. Lembar Hasil Meaning in Life Questionnaire Informan 3 .......... 176
Lampiran 10. Pertanyaan Penelitian ................................................................ 177
Lampiran 11. Analisis Data Informan 1 ........................................................... 180
Lampiran 12. Cluster of Meaning Informan 1 ................................................. 235
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Skema Alur Berpikir Penelitian Makna Hidup Guru SLB ................................. 23
Skema Hasil Penelitian Makna Hidup Guru SLB ............................................ 153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Hidup adalah persembahan...jadi, bagaimana saya bisa mempersembahkan
diri saya untuk orang-orang yang saya layani..termasuk melayani anak-anak
di SLB ini, tidak hanya sebatas tenaga tapi juga hati..”. – (PN, 761-767)
“Bagi saya hidup adalah ibadah mas…ketika kita bisa berbagi dengan orang
lain, membantu orang lain kita bisa merasa senang dengan sendirinya..ada
kebahagiaan luar biasa saat kita bisa membantu orang lain mas termasuk
anak-anak di sini…”. – (IP, 1311-1318)
Pendidikan mempunyai peran yang penting dalam kehidupan
masyarakat. Pramudia (2006) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan
proses humanisasi yang bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia
yang lebih berkualitas, agar dapat memajukan kesejahteraan masyarakat dalam
suatu negara. Oleh karena itu, Naraduhita dan Sawarjuwono (2012)
menambahkan bahwa pemerintah dan juga pihak swasta berusaha melakukan
beberapa upaya seperti membangun sekolah, memberikan fasilitas yang
memadai, dan memberikan beasiswa kepada anak-anak yang berprestasi atau
anak dengan keadaan ekonomi yang kurang memadai agar anak-anak tersebut
dapat menerima pendidikan yang baik. Bukan hanya itu, pemerintah juga
membuat beberapa peraturan untuk mengatur sistem pendidikan nasional serta
membedakan jenis pendidikan. Pasal 15 (UU RI nomer 2 Sistem Pendidikan
Nasional, 2003) menjelaskan bahwa pendidikan terdiri dari beberapa jenis
yaitu pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan
khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Firmansyah dan Widuri (2014) mengungkapkan bahwa pendidikan
khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa. Oleh karena itu, jenis pendidikan ini biasanya dibedakan
dengan pendidikan reguler yang dilakukan di sekolah-sekolah formal.
Pendidikan khusus tersebut, biasanya dipusatkan di tempat bernama Sekolah
Luar Biasa (SLB) dengan anak-anak yang memiliki kelainan atau keunikan
berbeda-beda (ABK). Efendi (2006) mengklasifikasikan SLB menjadi tujuh
yaitu SLB-A hingga SLB-G, dengan kelainan mulai dari tunanetra atau
kebutaan hingga tunaganda dengan kelainan yang lebih dari satu.
Paparan di atas menunjukkan, bahwa pendidikan di SLB memerlukan
peran penting seorang pendidik atau guru karena perkembangan setiap ABK
yang ada di SLB bergantung pada cara mengajar guru yang ada di sana,
sehingga mendidik ABK bukan menjadi suatu hal yang mudah. Senada dengan
yang dikatakan oleh Rosdiana (2013) bahwa ABK memiliki sifat yang lebih
sensitif dari siswa biasa, sehingga memerlukan keikhlasan, kesabaran, serta
kesiapan untuk menghadapi segala kondisi yang akan terjadi ketika melakukan
pendekatan dan bersikap bersama ABK agar materi pembelajaran dapat
tersampaikan dengan baik. Hal tersebut menyebabkan guru SLB yang
mengajar secara tak langsung juga berperan untuk membantu siswanya
menemukan kelebihan yang ada dalam diri mereka, sedangkan memahami
setiap keunikan, kelebihan, atau karakteristik siswa yang berbeda bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
merupakan hal yang mudah karena kondisi tersebut dapat menyulitkan guru
selama mengajar.
Kesulitan dan permasalahan yang dihadapi oleh seorang guru SLB
ketika mengajar ABK mendukung munculnya fenomena permasalahan lain
yaitu kekurangan tenaga pengajar pada SLB. Data statistik sekolah luar biasa
dari kementerian pendidikan dan kebudayaan (2017), mencatat bahwa ada
ketidakseimbangan antara jumlah guru SLB dengan anak berkebutuhan khusus
di SLB daerah Yogyakarta. Arif selaku kepala bagian kepala bagian
kepegawaian dinas pendidikan pemuda dan olahraga (Disdikpora) DIY
(Rezkisari, 2014) juga menambahkan bahwa saat ini DIY memiliki 78 Sekolah
Luar Biasa (SLB) dengan jumlah guru berjumlah 849 orang. Jumlah guru itu
masih kurang, apalagi 137 guru (khusus SLB) diantaranya harus diperbantukan
untuk sekolah reguler guna membantu penyelenggaraan pendidikan inklusif
dan setiap tahunnya terkadang jumlah guru di SLB malah mengalami
penurunan.
Selain itu, muncul pula fenomena lain yang terjadi pada guru SLB yang
mengajar di Kupang, yakni 30 guru SLB belum menerima gaji dari bulan
Februari hingga Juni 2017 (Lewanmeru, 2017). Adi di Pekanbaru (dalam
Firmansyah & Widuri, 2014) juga mengemukakan hal yang sama bahwa
sebanyak 32 guru yang bertugas di SLB Bina Center Rejosari, Kecamatan
Tenayan, Pekanbaru, juga tak menerima gaji selama 3 bulan, walaupun gaji
yang diberikan sangat kecil, padahal tugas yang mereka emban sebagai guru
SLB sangat berat dibandingkan guru di sekolah umum. Hal berbeda terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pada guru SLB di Riau, di mana para guru rela hanya dibayar 97 ribu rupiah
karena kondisi ekonomi SLB yang kurang baik (Tanjung, 2017). Keadaan
tersebut membuat hidup mereka sangat memprihatinkan.
Belajar memahami metode mengajar yang baik untuk menghadapi
ABK seperti tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita menjadi kesulitan tersendiri
bagi para guru. Terlebih lagi, menghadapi permasalahan dalam memahami
karakteristik ABK, membutuhkan bantuan saat mengajar, mendapatkan gaji
yang kurang layak membuat guru yang mengajar di SLB mengalami beberapa
perubahan dalam hidupnya. Perubahan tersebut seperti peningkatan stres yang
lebih tinggi, dibandingkan guru yang mengajar di sekolah reguler biasa. Hal ini
dibuktikan dengan penelitian Wardhani (2012) yang menemukan bahwa guru
SLB mengalami tingkat burnout yang lebih besar dibandingkan dengan guru
yang mengajar di sekolah formal. Selain itu, Firmansyah dan Widuri (2014)
juga menemukan bahwa guru SLB memiliki banyak emosi negatif ketika
berhadapan dengan kondisi SLB untuk pertama kalinya. Penelitian
Linayaningsih (2011) juga mengungkapkan hal yang sama, yaitu tingkat stres
yang dialami oleh guru SLB lebih tinggi dibanding guru di sekolah formal,
sehingga perlu adanya strategi koping yang sesuai untuk mengatasi stres
tersebut.
Penelitian lain mengenai guru SLB yang telah dilakukan sebelumnya
juga mengukuhkan bahwa menjadi seorang guru SLB sangat sulit karena
menghadapi permasalahan yang berat, namun tetap ada yang rela memberikan
hidupnya untuk mengajari ABK. Meskipun diawalnya para guru merasa cemas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
takut, dan mengalami subjective well-being yang dikatakan rendah, tetapi
segala hal itu dapat diatasi ketika mereka telah mampu beradaptasi di SLB
tersebut. Hal tersebut dikemukakan oleh Firmansyah dan Widuri (2014)
mengenai subjective well-being pada guru yang mengajar di SLB.
Akan tetapi, dalam kenyataannya berbagai masalah yang dihadapi oleh
guru SLB tak menurunkan semangat beberapa guru untuk tetap mengajar.
Guru-guru ABK di SLB tersebut tampak mampu mengatasi setiap kendala dan
bertahan dari segala permasalahan yang dihadapi dengan tetap mengabdikan
hidupnya untuk mengajari ABK. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Frankl
(1992) bahwa,
“meskipun kita tunduk kepada kondisi-kondisi dari luar yang
mempengaruhi kehidupan kita, namun kita bebas memilih
reaksi kita terhadap kondisi-kondisi tersebut.”
Kata-kata Frankl itu, menjelaskan sedikit alasan, mengapa masih ada guru yang
tetap berjuang dan tampak bersemangat, meski diterpa oleh kondisi sulit,
sehingga menggelitik untuk memahami lebih dalam mengenai arti hidup bagi
guru itu sendiri. Frankl (1992) juga mengatakan dalam teorinya logoterapi
bahwa ada tiga cara untuk menemukan makna hidup yaitu dengan memberi
pada dunia lewat suatu ciptaan, dengan sesuatu yang kita ambil dari dunia
dalam pengalaman, dan dengan sikap yang kita ambil terhadap penderitaan
kita. Makna yang ditemukan melalui tiga cara tersebut dapat memberikan
sebuah semangat untuk menjalani kehidupan dalam kondisi apapun.
Makna hidup yang menjadi salah satu teori milik Frankl telah diteliti
sebelumnya oleh Putri, Respati, dan Safitri (2009). Penelitian milik Putri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Respati, dan Safitri ini membahas mengenai makna hidup pada wanita yang
berperan ganda. Penelitian ini menceritakan bahwa para subjek memang
mengalami kesedihan yang mendalam ketika mereka tak memiliki cukup
waktu untuk merawat anak dan bersama dengan keluarga, namun disisi lain
mereka harus memenuhi keperluan keluarga karena kekurangan biaya,
sehingga mereka pun harus bekerja dan membagi waktu. Akan tetapi, para
subjek mampu menemukan makna kehidupan ketika mereka menyadari tujuan
mereka yang sebenarnya yaitu untuk membahagiakan keluarga agar tak
kekurangan, sehingga para subjek tetap bekerja dengan giat.
Penelitian mengenai makna juga dilakukan oleh Kleftaras dan Psarra
(2013) mengenai kemampuan adaptasi individu dengan gangguan fisik dilihat
dari makna hidup dan depresi. Penelitian ini menjelaskan bahwa adaptasi
seseorang terhadap gangguan fisiknya sangat berhubungan dengan makna
hidup yang akan didapatkan dan depresi. Hal ini dikarenakan, ketika seseorang
gagal menemukan tujuan hidup saat beradapatasi dengan gangguan fisiknya,
individu tersebut akan mengalami kebosanan dengan hidupnya dan akhirnya
enggan menemukan arti yang berharga ketika hidup. Hal ini akan
memunculkan tingkat depresi yang tinggi. Akan tetapi, sebaliknya bila
seseorang mampu bertahan sekaligus memiliki tujuan hidup yang jelas, maka
secara tak disadari individu tersebut meningkatkan makna hidupnya dan
mengurangi rasa depresinya. Pandangan terhadap tujuan hidup bukan hanya
menguatkan dan mengurangi depresi, tetapi juga dapat membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
mengarahkan hidup ke arah yang lebih berkualitas (dalam Martela & Steger,
2016).
Dari beberapa paparan penelitian yang relevan di atas, tampak bahwa
penelitian yang membahas tentang aspek psikologis mengenai makna hidup
memang telah dilakukan sebelumnya, namun demikian, yang membedakan
penelitian kali ini dengan penelitian sebelumnya adalah gambaran makna hidup
tersebut dilihat dari sisi guru SLB. Penelitian sebelumnya belum pernah
membahas secara khusus mengenai gambaran makna hidup pada guru SLB di
Yogyakarta, terlebih dengan karakteristik kelainan yang berbeda. Akan tetapi,
penelitian sebelumnya tetap berguna untuk menambah pengetahuan mengenai
makna hidup dan aspek-aspek pada guru SLB yang menjadi fokus pembahasan
dalam penelitian ini.
Peneliti melihat fenomena yang terjadi di lingkungan serta penelitian
sebelumnya bahwa banyak guru SLB memiliki tingkat stres yang lebih tinggi
dibandingkan guru yang mengajar di sekolah formal. Akan tetapi, masih ada
beberapa individu yang mau mengabdikan hidupnya untuk menjadi seorang
guru di SLB agar dapat mengajari ABK. Inilah yang menjadi alasan peneliti
hendak menggali gambaran makna hidup yang dimiliki oleh para guru SLB
tersebut, sehingga alasan mereka untuk tetap bertahan juga dapat diketahui.
Penelitian ini menggunakan strategi kualitatif dengan teknik analisis
tematik teoretik. Dalam penerapannya, peneliti akan mencoba menggali
pengalaman-pengalaman para guru di SLB yang menghadapi ABK dengan
kelainan tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita dengan tetap menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
arahan teori. Hal ini bertujuan agar peneliti mampu menemukan gambaran
makna hidup para guru tersebut melalui pemunculan makna dari pengalaman
dan fenomena yang terjadi, sehingga dapat memberikan pemahaman mengenai
pandangan yang lebih positif terhadap arti hidup dan pekerjaan.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran makna hidup
pada guru yang mengajar di SLB.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat, baik secara
teoretis maupun secara praktis.
1. Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangan pengetahuan
untuk penelitian selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan
kebermaknaan hidup dan guru SLB, serta menambah wawasan tentang
psikologi positif.
2. Manfaat praktis
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para guru yang sedang
mengajar atau beraktivitas bersama anak berkebutuhan khusus di SLB
agar memahami usaha untuk menghadapi kesulitan yang dialami,
maupun bangkit dari pengalaman yang buruk, sehingga mampu
menjadi pribadi yang lebih memaknai hidup.
b. Hasil penelitian ini mampu menambah pengetahuan bagi remaja-
remaja yang tertarik melanjutkan pendidikan di bidang luar biasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
(PLB) agar tidak ragu mengajari anak berkebutuhan khusus dan selalu
bersikap positif dalam menjalani hidup.
c. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pemahaman bagi
orang tua maupun keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus
agar lebih memerhatikan anak-anaknya dalam batas wajar dan dapat
berkontribusi menjadi agen yang mendukung anak-anak
berkebutuhan khusus tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Guru SLB
1. Pengertian guru SLB
Sekolah luar biasa sebagai tempat anak-anak berkebutuhan khusus
belajar juga memerlukan seorang pendamping yang sering disebut guru
SLB. Permendiknas RI No. 32 pasal 1 (2008) menyebutkan bahwa guru
SLB merupakan tenaga pendidik yang memenuhi kualifikasi akademik,
kompetensi, dan sertifikasi pendidik bagi peserta didik yang memiliki
kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau potensi
kecerdasan dan bakat istimewa pada satuan pendidikan khusus, satuan
pendidikan umum, dan/atau satuan pendidikan kejuruan. Peraturan
Pemerintah (PP) RI No. 72 pasal 20 (1991) juga memberikan pengertian
mengenai guru SLB yaitu, tenaga kependidikan yang memiliki kualifikasi
khusus sebagai guru pada satuan pendidikan luar biasa. Selain itu,
Wardhani (2012) juga menjelaskan bahwa guru pendidikan luar biasa
merupakan seorang pendidik yang melayani anak berkebutuhan khusus
agar potensi yang dimiliki berkembang optimal.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa guru
SLB merupakan tenaga pendidik yang memenuhi kualifikasi akademik,
kompetensi, dan sertifikasi pendidik bagi peserta didik yang memiliki
kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau potensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kecerdasan dan bakat istimewa pada satuan pendidikan khusus, satuan
pendidikan umum, dan/atau satuan pendidikan kejuruan.
2. Kompetensi guru SLB
Menghadapi ABK memang tak mudah karena ada kesulitan lain
yang muncul dan berbeda dengan sekolah formal pada umumnya,
sehingga membuat seorang guru harus memiliki kompetensi lain agar
dapat menghadapi kesulitan-kesulitan tersebut. Mangunsong (1998)
menjelaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh guru pendidikan
khusus didasari oleh tiga kemampuan, yakni; (1) kemampuan umum
(general ability) yaitu kemampuan yang diperlukan untuk mendidik
peserta didik pada umumnya (anak normal) (2) kemampuan dasar (basic
ability) adalah kemampuan yang diperlukan untuk mendidik peserta didik
berkebutuhan khusus (3) kemampuan khusus (specific ability) merupakan
kemampuan yang diperlukan untuk mendidik peserta didik berkebutuhan
khusus jenis tertentu.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang guru
SLB harus memiliki kompetensi dasar yaitu kompetensi umum sebagai
pengajar, kompetensi dasar yang diperlukan untuk menghadapi ABK,
kompetensi khusus untuk menghadapi ABK yang memiliki kebutuhan
khusus tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
B. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
1. Pengertian ABK
Solikhatun (2013) mengatakan bahwa setiap individu diciptakan
dengan kesempurnaan yang berbeda-beda. Kesempurnaan tak hanya
dilihat dari segi fisik, namun juga kelebihan lain yang dimiliki, misalnya
keadaan pikiran, atau bahkan kelebihan-kelebihan lain yang bisa berbeda
satu sama lain. Akan tetapi, bila salah satu dari alat indera kita tak dapat
berfungsi dengan baik, maka kita akan mengalami suatu perbedaan yang
janggal atau sesuatu yang sering disebut kecacatan.
Anak yang dilahirkan memiliki kekurangan tersebut sering disebut
anak berkebutuhan khusus (ABK). Menurut Kirk, Heward, dan Orlansky
(dalam Efendi, 2006) anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
memiliki kelainan dari kondisi anak normal, baik dalam hal fisik, mental,
maupun perilaku sosialnya. Hallahan dan Kauffman (dalam Efendi, 2006)
menambahkan bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang
mempunyai masalah dalam kemampuan berpikir, melihat, mendengar,
sosialisasi, dan bergerak. Selain itu,
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak
berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan kelainan kondisi fisik,
mental, maupun perilaku yang berbeda dengan anak normal pada
umumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2. Jenis-jenis kelainan pada ABK
Anak berkebutuhan khusus sendiri juga memiliki keunikan yang
berbeda-beda, sehingga cara merawat dan mengembangkan keunikan itu
juga berbeda-beda dan tak dapat disamakan satu sama lain. Hal tersebut
membuat kebanyakan orang enggan memahami anak-anak tersebut dan
memilih acuh tak acuh. Nida (2013) menjelaskan bahwa ABK pada
umumnya memiliki beberapa jenis kelainan, yaitu :
a. Tunanetra anak yang mengalami hambatan dalam penglihatan.
b. Tunarungu anak yang mengalami hambatan dalam pendengaran dan
bahasa.
c. Tunadaksa anak dengan kelainan atau kelumpuhan salah satu bagian
tubuhnya.
d. Retardasi mental (Tunagrahita) anak dengan tingkat kecerdasan di
bawah rata-rata anak normal.
e. Tunalaras anak yang mengalami hambatan dalam mengendalikan
emosi dan kontrol sosial, dan biasanya menunjukkan perilaku
menyimpang yang tidak sesuai dengan normal dan aturan yang
berlaku di sekitarnya.
f. Anak Berbakat anak dengan kemampuan IQ di atas rata-rata anak
normal pada umumnya.
g. Tunaganda anak dengan hambatan yang disebabkan oleh satu atau dua
kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak,
bahasa, atau hubungan-pribadi masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
h. Autisme adalah anak yang tidak dapat membentuk hubungan sosial
atau komunikasi yang normal, sehingga anak tersebut akan
mengalami kesulitan untuk memahami bahwa sesuatu dapat dilihat
dari sudut pandang orang lain.
i. Hyperactive adalah anak yang mengalami gangguan mekanisme
tertentu pada sistem syaraf pusat yang menyebabkan anak menjadi
hiperaktif, tidak bisa beristirahat, berperilaku tidak sabaran, kesulitan
untuk memusatkan perhatian dan impulsif seperti Attention Deficit
and Hyperactivity Disorder (ADHD)
Paparan mengenai jenis ABK di atas, memperlihatkan bahwa ABK
memiliki kelompok kelainan yang berbeda-beda, tergantung pada jenis
gangguan dan karakteristik kelainannya yaitu, tunanetra, tunarungu,
tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, anak berbakat, tunaganda, autisme, dan
Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD).
C. Sekolah Luar Biasa (SLB)
1. Definisi SLB
Anak-anak berkebutuhan khusus juga layak mendapatkan
pendidikan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing, sehingga
pemerintah membangun sebuah sarana untuk anak-anak tersebut, yakni
sekolah luar biasa (SLB). Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)
menjelaskan bahwa sekolah merupakan sebuah bangunan atau lembaga
untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.
SLB yang merupakan salah satu jenis sekolah juga memiliki pengertian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
yang sama, hanya peserta didiknya yang berbeda. Wardhani (2012)
mengatakan bahwa sekolah luar biasa merupakan tempat bagi anak
berkebutuhan yang dirancang secara khusus sesuai dengan jenis,
karakteristik dan keterbatasan masing-masing anak. Selain itu, dalam
Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 72 Pasal 1 (1991) menjelaskan bahwa
SLB merupakan satuan sistem pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan luar biasa. Vaughn dan Thompson (2003) juga memberi
pengertian mengenai SLB, yaitu bentuk pendidikan publik yang sesuai
untuk diberikan kepada individu penyandang cacat.
Mengacu pada pengertian mengenai SLB di atas, dapat
disimpulkan bahwa SLB merupakan tempat atau lembaga untuk
mengadakan jenis pendidikan khusus bagi anak-anak yang mengalami
keterbatasan, sesuai dengan jenis, karakteristik dan keterbatasan masing-
masing anak.
2. Jenis-jenis SLB
SLB yang telah dirancang untuk menyesuaikan bahan ajar dengan
kemampuan ABK dibagi menjadi beberapa klasifikasi khusus. Efendi
(2006) mengklasifikasikan tujuh jenis SLB yang disesuaikan dengan
karakteristik masing-masing anak yaitu:
a. SLB-A adalah tempat anak-anak yang memiliki kekurangan dalam
penglihatan (tunanetra).
b. SLB-B adalah tempat bagi anak-anak yang tidak bisa mendengar
(tunarungu).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
c. SLB-C adalah tempat anak-anak tunagrahita atau anak dengan tingkat
kognisi di bawah rata-rata.
d. SLB-D sekolah luar biasa untuk anak yang memiliki kelumpuhan
(tunadaksa).
e. SLB-E sekolah luar biasa untuk anak tunalaras atau memiliki kelainan
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial akibat emosinya.
f. SLB-F untuk anak dengan kemampuan di atas rata-rata.
g. SLB-G sekolah luar biasa dengan anak berkelainan ganda
Pemaparan di atas, memperlihatkan bahwa SLB sendiri dapat
dikelompokan menjadi tujuh jenis sekolah yang berbeda agar sesuai
dengan karakteristik gangguan ABK yaitu, SLB-A, SLB-B, SLB-C, SLB-
D, SLB-E, SLB-F, dan SLB-G.
D. Penemuan Makna Hidup menurut Frankl
1. Definisi makna hidup
Makna dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008)
diartikan sebagai arti atau maksud yang dalam atau penting. Teori
mengenai makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl. Frankl (1992)
mengatakan bahwa makna hidup adalah sesuatu yang oleh seseorang
dipandang penting, dirasakan berharga, dan diyakini sebagai sesuatu yang
besar serta dapat dijadikan tujuan hidup. Makna hidup bila berhasil
ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan
demikian berarti dan berharga. Ryff dan Singer (1998) mengatakan bahwa
makna hidup merupakan suatu tujuan yang sangat berharga dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
kehidupan seseorang. Selain itu, Puspasari dan Alfian (2012) juga
menjelaskan bahwa makna hidup merupakan hal-hal yang dipandang
penting, dirasa berharga, dan diyakini sebagai sesuatu yang benar yakni
hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
makna hidup merupakan sesuatu yang oleh seseorang dipandang penting,
dirasakan berharga, dan diyakini sebagai sesuatu yang besar serta dapat
dijadikan tujuan hidup.
2. Cara menemukan makna hidup
Frankl (1992) juga mengatakan bahwa makna hidup merupakan
sesuatu yang harus diperjuangkan sendiri dan hanya dapat ditemukan
sendiri. Oleh karena itu, Frankl (1992) menegaskan bahwa setiap individu
dapat mulai berjuang menemukan makna hidupnya dengan menerapkan
tiga nilai yang ada, yakni :
a. Nilai-nilai kreatif (Creative Values)
Nilai yang dicapai melalui kegiatan berkarya, bekerja, mencipta
serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan
penuh tanggung jawab untuk menghasilkan sesuatu agar potensi
tersalurkan dengan baik. Bekerja dan menyalurkan kemampuan pada
suatu tugas atau tujuan yang bermanfaat, sehingga membuat seorang
individu merasa bertanggung jawab, dapat menimbulkan perasaan
berarti pada hidup serta merasa hidup sangat berharga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
b. Nilai-nilai penghayatan (Experiential Values)
Nilai yang diperoleh melalui keyakinan dan penghayatan
mendalam mengenai suatu kebenaran, kebajikan, keindahan,
keimanan, penerimaan diri yang baik dan keagamaan, serta cinta
kasih. Menghayati dan meyakini suatu nilai dapat menjadikan
seseorang memiliki hidup yang berarti. Tidak sedikit orang-orang
yang merasa menemukan arti hidup dari agama yang diyakininya, atau
ada orang-orang yang menghabiskan sebagian besar usianya untuk
menekuni suatu cabang seni tertentu karena mencintainya.
c. Nilai-nilai bersikap (Attitudinal Values)
Nilai yang diperoleh melalui penerimaan dengan penuh
ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang
tidak mungkin dielakkan lagi, seperti sakit yang tidak dapat
disembuhkan, kematian, dan menjelang kematian. Penerimaan
tersebut dapat berupa sikap yang diambil dalam menghadapi keadaan
tersebut. Apabila, menghadapi keadaan yang tidak mungkin diubah
atau dihindari, sikap yang tepatlah yang masih dapat dikembangkan.
Sikap menerima dengan penuh ikhlas dan tabah terhadap hal-hal tragis
yang tidak mungkin dielakkan lagi dianggap mampu mengubah
pandangan seorang individu dari yang semula diwarnai penderitaan
menjadi pandangan yang mampu melihat makna dan hikmah
penderitaan itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Dari pemaparan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa makna
hidup dapat diraih dengan beberapa cara yaitu, nilai kreatif, nilai
penghayatan, dan nilai bersikap.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa individu
yang telah memaknai hidupnya memiliki kebebasan untuk berkehendak
terhadap segala kondisi yang terjadi padanya. Selain itu, individu tersebut
juga memiliki hasrat atau keinginan untuk bermanfaat bagi dirinya sendiri
dan orang lain, sehingga membangkitkan tujuan untuk hidup di dunia,
serta individu tersebut mampu menemukan arti kehidupan di segala
kondisi termasuk dalam penderitaan yang paling menyedihkan.
E. Dinamika Makna Hidup pada Guru SLB
Pemaparan di atas menunjukan bahwa pekerjaan menjadi guru SLB
merupakan pekerjaan yang berat dan tak mudah, namun tak menghasilkan
banyak keuntungan. Banyak masyarakat luas yang menganggap bahwa
kekurangan tenaga pengajar di SLB merupakan sebuah perkara lumrah karena
banyak individu yang enggan untuk menjadikan pekerjaan tersebut sebagai
suatu pilihan. Hal ini membuat jumlah guru SLB yang mengajar menjadi
semakin tak seimbang dari tahun ke tahun. Penghargaan dari pemerintah untuk
para guru yang mengajar pun kurang sesuai dengan pekerjaan yang dijalani
oleh para guru, padahal menjadi seorang guru SLB dan mengajari ABK
memerlukan keikhlasan yang luar biasa. Frankl (1992) mengatakan bahwa
dalam kondisi yang paling menderita pun, seorang manusia tetap dapat
menemukan makna hidupnya, guru SLB pun demikian. Semua permasalahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
yang dihadapi oleh para guru, bukan hanya dari sisi sulitnya mengajari ABK,
namun juga dari sisi situasi lingkungan yang menekan naluri untuk berhenti
mengabdi di SLB, guru SLB tetap menerima hal tersebut, optimis, serta
berjuang untuk tetap mengajari ABK yang membutuhkan.
Kondisi kehidupan yang didominasi oleh permasalahan dan kesulitan
membuat seorang guru SLB tak mudah untuk menemukan arti atau makna
dalam kehidupannya, serta membagikannya kepada orang lain. Guru SLB
harus mampu menggali penderitaan dan menemukan hikmah atas semua
permasalahan tersebut. Ketika guru SLB telah berhasil menemukan hikmah
atas permasalahan yang terjadi pada dirinya, maka akan muncul kebahagiaan,
ketabahan serta kehidupan yang berarti kala mengajari ABK. Hal tersebut
lantas membuat guru SLB mampu bersemangat dan tetap merasakan gairah
dalam kehidupannya, sehingga pilihannya untuk mengabdi pada SLB dianggap
sebagai sebuah perjuangan yang berarti bagi dirinya.
Frankl (1992) menjelaskan mengenai tiga cara untuk menemukan
makna hidup yaitu, nilai kreatif untuk berkarya, mencipta, dan bekerja sebaik-
baiknya sesuai dengan tanggung jawab pribadi, sehingga pekerjaan tersebut
dirasa berarti. Kedua, nilai penghayatan melalui agama, keyakinan, cinta kasih
yang dirasakan dari diri sendiri maupun orang lain, sehingga muncul arti untuk
diri sendiri dan orang lain. Ketiga, nilai bersikap saat menghadapi persoalan,
penderitaan, dan kesedihan yang tak dapat dielakkan lagi, seseorang tetap harus
mampu bertindak positif pada semua perasaan negatif yang dirasakan. Ketika
tiga cara tersebut dilakukan dengan sungguh-sungguh dan berkembang dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
baik, maka kehidupan yang bermakna pun akan dirasakan. Begitu pula dengan
guru SLB yang tampak selalu bahagia dibalik kesulitannya menghadapi
kendala di SLB.
Frankl (1992) juga menambahkan saat individu tersebut benar-benar
mampu berkehendak secara bebas terhadap dirinya, memiliki hasrat untuk
bermanfaat, serta merasakan kehidupan yang penuh arti, maka individu
tersebut dapat dikatakan telah memaknai hidupnya, seperti yang dilakukan oleh
guru SLB saat bebas untuk memilih apakah dirinya tetap ingin bertahan
mengajar ABK atau memilih pergi meninggalkan SLB dan mencari makna dan
tujuan hidupnya melalui pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Akan tetapi,
ternyata tetap ada guru yang memilih untuk tinggal, mengabdi, dan mengajar
ABK di SLB, entah dengan alasan apa. Ketika seorang guru SLB tetap
bergairah mengajari ABK dengan tabah dan bahagia, sehingga muncul tujuan
hidup yang jelas serta perasaan mencintai dan dicintai oleh ABK, meskipun
begitu banyak tekanan dari lingkungan atau diri sendiri yang membuat mereka
lelah, namun mereka enggan menyerah dan tak ada alasan untuk berhenti. Kala
perasaan bahwa hidup bermakna dan penuh arti itu ada, sehingga guru SLB
mampu menghadapi permasalahannya dengan senyuman dan semangat untuk
tetap mengabdi di SLB tanpa memikirkan nestapa yang dihadapi. Ketiga hal
tersebut membangun sebuah keyakinan yang kuat dalam diri para guru SLB,
sehingga enggan mengalah kepada situasi yang tak mendukung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Sebuah perjuangan yang tampak memilukan, namun dipandang
berharga dan bermakna bagi guru SLB. Frankl (1992) pernah menyampaikan
bahwa
“Ketika kita tidak lagi mampu mengubah situasi, kita
ditantang untuk mengubah diri kita sendiri."
Hal tersebut tampak pada kehidupan guru SLB. Seperti yang diketahui bahwa
menjadi seorang guru SLB sangat berat, namun ketika situasi tak dapat diubah
menjadi lebih mudah, maka mereka memilih untuk menikmati dan merasakan
makna kehidupan dalam kesulitan tersebut, sehingga para guru tetap terlihat
merasa bahagia, meskipun menghadapi segala permasalahan dan tekanan.
Selain itu, guru SLB tetap memilih untuk bertahan dan mengabdi dengan ikhlas
karena merasa bahwa semua yang dilalui merupakan sebuah perjuangan yang
berarti.
F. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
pertanyaan penelitian yang diajukan adalah: bagaimanakah gambaran makna
hidup guru SLB?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Gambar 1. Skema Alur Berpikir Penelitian Makna Hidup Guru SLB
Tingkat stres dan burnout yang
tinggi
Menjalankan tiga nilai untuk
menemukan makna:
Nilai kreatif
Nilai penghayatan
Nilai bersikap
Permasalahan sebagai guru SLB
Memilih bertahan di SLB dan
mengabdi dengan ikhlas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Strategi Penelitian
Dalam upaya mengungkap dan menggambarkan makna hidup guru
SLB secara jelas, maka dibutuhkan strategi penelitian yang bersifat mendalam
mengenai permasalahan yang akan diteliti. Oleh karena itu, peneliti
menggunakan jenis penelitian kualitatif. Willig (2013) mengatakan bahwa
kualitatif merupakan metode yang berpusat di sekitar makna dari kualitas
tekstur pengalaman seorang individu. Selain itu, Poerwandari (2007)
menjelaskan bahwa metode kualitatif berfungsi untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam dan khusus atas suatu fenomena, serta untuk dapat
memahami manusia dalam segala kompleksitasnya sebagai makhluk subjektif.
Oleh karena itu, Geertz (dalam Smith, 2013) menuturkan bahwa sejumlah
besar riset kualitatif bertujuan untuk menyajikan penuturan yang subur dan
terperinci karena data penelitian yang didapatkan dari pengalaman hidup
informan akan dikumpulkan dan dianalisis, sehingga muncul makna-makna
sebagai temuan baru dari penelitian kualitatif.
Desain analisis dalam penelitian ini adalah tematik teoretik. Braun dan
Clarke (2006) mengatakan bahwa teknik analisis data tematik teoretik
merupakan cara peneliti untuk merumuskan tema-tema yang bersifat permisif
atau terbuka, namun tetap fokus pada fitur tertentu dalam pengkodean data dan
tak terlepas dari pandangan teori, sehingga fenomena dapat dilihat dengan
terstuktur. Penjelasan-penjelasan tersebut menyebabkan penelitian kualitatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dengan desain analisis tematik dianggap sesuai untuk mengungkap tujuan
penelitian ini.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada gambaran makna hidup guru SLB yang
meliputi proses penemuan dan pemenuhan makna tersebut dengan cara
menganalisis data yang didapatkan dari pengalaman sehari-hari informan
secara mendalam.
C. Informan penelitian
Informan penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Sugiyono (2007) menjelaskan bahwa purposive sampling
merupakan teknik pemilihan informan dengan pertimbangan tertentu oleh
pihak peneliti, yaitu informan dipilih berdasarkan kriteria atau ciri-ciri yang
sesuai dengan tujuan penelitian. Pengertian tersebut didukung oleh penjelasan
dari Willig (2013) yang mengatakan bahwa purposive sampling merupakan
teknik memilih informan dengan kriteria dan relevansi yang sesuai terhadap
pertanyaan penelitian. Hal ini bertujuan agar data yang didapatkan dari
pengalaman lebih mendalam, sehingga informan dapat dengan sungguh-
sungguh mewakili aspek yang ingin diteliti. Dalam penelitian ini, yang menjadi
informan penelitian memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Informan merupakan guru yang mengajar ABK dengan gangguan
tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita karena guru yang menghadapi ABK
tersebut memerlukan metode belajar yang unik dan SLB yang menangani
ABK dengan ketiga gangguan tersebut juga cukup mudah ditemui.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
b. Informan didapatkan melalui keterangan orang yang berwenang, yaitu
kepala sekolah di SLB dan telah bekerja di SLB dalam kurun waktu
minimal 10 tahun atau lebih agar informan dapat menggambarkan secara
jelas makna hidup yang dirasakannya.
c. Informan bersedia mengikuti Meaning in Life Questionnaire, serta berhasil
mendapatkan skor, sama dengan atau di atas 24 pada aspek kehadiran
makna hidup, sehingga dapat dikategorikan memiliki kehadiran makna
hidup yang baik oleh Steger (Steger, Frazier, Oishi, & Kaler, 2006), serta
informasi yang diteliti dapat lebih mendalam.
d. Tempat mengajar merupakan SLB yang berada di Yogyakarta karena
jumlah SLB yang aktif cukup banyak.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah
metode wawancara dan kuesioner. Moleong (2006) mengartikan wawancara
sebagai percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) dan
terwawancara (interviewee). Metode wawancara yang digunakan pada
penelitian ini ialah wawancara semi-terstruktur, di mana peneliti menyiapkan
beberapa pertanyaan pokok yang akan ditanyakan kepada informan untuk
menggali pengalaman informan mengenai kondisi kehidupannya di SLB
(lampiran halaman 177). Akan tetapi, tak menutup kemungkinan peneliti dapat
melakukan pertanyaan di luar daftar pertanyaan yang telah dibuat untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
menggali lebih dalam lagi informasi yang ingin didapat (probing) (Sugiyono,
2007).
Selain itu, peneliti juga menggunakan kuesioner sebagai alat penentuan
informan dan pengumpulan data. Sutopo (2006) menuturkan bahwa angket
atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak
langsung, di mana instrumen atau alat pengumpulan datanya berisi sejumlah
pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh informan.
Penelitian ini menggunakan kuesioner Meaning in Life Questionnaire milik
Steger yang berisi 10 butir pernyataan dan telah diadaptasi atau diterjemahkan
oleh peneliti dalam bahasa Indonesia (lampiran halaman 174). Hal tersebut
dilakukan peneliti untuk memastikan bahwa informan penelitian benar-benar
telah sesuai dengan tujuan penelitian.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini, diawali dengan
penetapan kriteria informan yang akan berpartisipasi, serta menyiapkan
kuesioner penilaian diri untuk melihat sejauh mana informan berhasil
memaknai hidupnya. Selanjutnya, peneliti mencari dan menetapkan informan
yang terlibat dalam penelitian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
harus mendapatkan rekomendasi dari pihak berwenang, di mana yang
berwenang di SLB adalah kepala sekolah. Setelah itu, peneliti berusaha untuk
membangun rapport dengan informan, sekaligus memberikan kuesioner MLQ
serta menandatangani informed consent dan memberikan penjelasan singkat
mengenai gambaran penelitian yang akan dilakukan agar informan mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dan memahami dengan baik hal apa saja yang akan dilakukan selama penelitian
berlangsung. Informed consent tersebut berisikan penjelasan mengenai hak-
hak informan, gambaran kemungkinan adanya akibat psikologis yang
diperoleh selama proses penelitian berlangsung, kerahasiaan data diri
informan, maupun segala tanggung jawab peneliti atas informasi yang
disampaikan oleh informan akan terjaga dengan baik, sehingga informan
diharapkan dapat mengungkapkan dengan terbuka mengenai semua
pengalaman dan proses hidup yang dialami kepada peneliti.
F. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data tematik teoretik dengan
tingkatan semantik. Boyatzis (dalam Braun & Clarke, 2006) menjelaskan
bahwa tematik teoretik tingkatan semantik berarti mengidentifikasi tema dalam
arti eksplisit atau permukaan data dan analis tidak mencari apa pun melampaui
apa yang dikatakan peserta atau apa yang telah ditulis. Idealnya, proses analitik
melibatkan perkembangan dari deskripsi, di mana data hanya disusun untuk
menunjukkan pola konten semantik, diringkas untuk interpretasi, dan upaya
berteori akan pentingnya pola dan makna untuk implikasi yang lebih luas
(Braun & Clarke, 2006). Ely, Vinz, Downing, dan Anzul (dalam Braun &
Clarke, 2006) menjelaskan bahwa ada enam langkah yang perlu dilakukan
dalam proses analisis data tematik, yakni:
a. Mengakrabkan diri dengan data (familiarising yourself with your data)
Tahap pertama analisis dimulai dengan membaca dan membaca
ulang transkrip yang telah dibuat. Dengan “berendam” dalam data dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
terus membaca kembali, peneliti akan lebih mendalami diri dalam data asli
dan menjadikan informan sebagai fokus dari analisis. Proses ini juga
dimaksudkan untuk mencari arti, pola dan sebagainya dalam data yang
telah dikumpulkan. Sangat ideal untuk membaca seluruh data setidaknya
setiap kali sebelum memulai pengkodean, karena ide-ide, atau identifikasi
pola mungkin akan terbentuk saat membaca.
b. Membuat kode-kode (generating initial codes)
Tahap kedua dimulai ketika peneliti telah familiar dengan datanya,
sehingga dapat memberi kode tentang hal yang bermakna dalam transkrip.
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan seperangkat
kode-kode inisial yang menarik, komprehensif, dan mendetail mengenai
data. Hal ini membantu peneliti untuk mengidentifikasi secara spesifik apa
yang informan katakan, kemudian memahami, dan berpikir tentang suatu
isu. Akan tetapi, kode-kode ini berbeda dengan tema-tema yang nantinya
akan peneliti buat. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuat
kode, salah satunya dengan membuat catatan atau tanda-tanda pada data
yang berpotensi penting.
c. Mencari tema (searching for themes)
Tahap ketiga, analisis dilakukan dengan mengeksplorasi dan
mengumpulkan kode-kode yang telah dibuat sebelumnya untuk melihat
tema apa saja yang muncul. Dalam aktivitas analisis tema ini, Peneliti
mulai menganalisis kode-kode dan mempertimbangkan bagaimana kode
yang berbeda dapat bergabung untuk membentuk tema secara menyeluruh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Pada fase ini akan sangat membantu, bila peneliti menggunakan
representasi visual untuk membantu mengurutkan dan menerangkan
berbagai kode ke dalam tema. Akhiri tahap ini dengan mengumpulkan
kandidat tema dan sub-tema yang telah dibuat.
d. Mengecek kembali tema yang dibuat (reviewing themes)
Tahap keempat dapat dimulai ketika peneliti telah memiliki kandidat
tema dan sub-tema yang telah dirancang sebelumnya. Kandidat-kandidat
tema akan dipilah dan semakin menjelaskan bahwa tidak semua tema akan
dapat digunakan. Tema-tema lain yang dapat digunakan, mungkin dapat
dipecah lagi menjadi tema baru yang berbeda. Proses ini dilakukan agar
data dalam tema dapat menyatu bersama secara bermakna, sehingga
muncul perbedaan yang jelas dan peneliti dapat mengidentifikasikan setiap
tema secara kronologis.
e. Mendefinisikan tema (defining and naming themes)
Pada tahap ini, setelah peneliti mendapatkan tema-tema yang
muncul dari transkrip informan dan diidentifikasi kembali secara
kronologis, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pengembangan,
pemetaan, dan bagaimana hubungan setiap tema dapat dijelaskan secara
rinci dan jelas. Dalam melakukan analisis ini, tema yang telah didapatkan
akan didefinisikan dan disempurnakan lebih lanjut. Maksud dari tujuan
pendefinisian dan penyempurnaan tema adalah agar “esensi” dari tema
dapat menjelaskan aspek data yang diteliti, serta memudahkan peneliti
melakukan proses selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
f. Melaporkan hasil (producing the report)
Tahap ini merupakan tahap terakhir, di mana tema-tema sudah dapat
menjelaskan aspek data yang diteliti secara rinci. Tema-tema yang telah
disempurnakan akan dilaporkan dalam bentuk tulisan sebagai hasil
penelitian. Peneliti harus mampu meyakinkan pembaca bahwa hubungan
tema-tema yang muncul dapat dibuktikan, sekaligus mengilustrasikan
hasil data penelitian.
G. Saturasi Data
O’Reilly, Parker, dan Walker (dalam Fusch & Ness, 2015) menjelaskan
bahwa penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang merefleksikan
sebuah pengalaman dan saturasi data dimaksudkan untuk melihat sejauh mana
data yang diperoleh dari pengalaman tersebut telah mencapai titik jenuh.
Dengan kata lain, bila peneliti terus berusaha mendapatkan data baru dari
pengalaman-pengalaman informan, hasil yang didapatkan cenderung
menunjukkan pengulangan atas data yang telah diperoleh sebelumnya (Grady,
dalam Fusch & Ness, 2015). Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak
tiga orang. Hal ini didasarkan pada keterbatasan finansial, waktu, dan
kemampuan peneliti. Akan tetapi, menurut Morse, Lowery, dan Steury (dalam
Fusch & Ness, 2015) saturasi tidak selalu mengandalkan jumlah informan
sebagai acuan dasar.
Saturasi dalam penelitian kualititatif dapat dilihat dari segi kepadatan
(thick) dan kekayaan (rich) data. Fusch dan Ness (2015) mengatakan cara
termudah untuk membedakan antara data yang kaya dan tebal adalah dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
memikirkan kualitas yang kaya dan tebal sebagai kuantitas. Hal ini diperkuat
dengan penjelasan Burmeister dan Aitken (dalam Fusch & Ness, 2015) bahwa
saturasi data bukan tentang angka atau jumlah banyaknya data atau informan,
namun dari kedalaman data yang diperoleh. Berdasarkan kategori tersebut,
saturasi dalam penelitian ini menyandarkan diri pada kedalaman data yang
diperoleh dari setiap informan.
H. Refleksi Peneliti
Lyons dan Coyle (2016) menjelaskan bahwa refleksi merupakan salah
satu kunci dari penelitian kualitatif karena refleksi membuat peneliti menjadi
transparan dalam memandang penelitian yang dibangunnya. Selain itu, sebuah
penelitian kualitatif harus memiliki kredibilitas yang baik agar dapat terpecaya.
Salah satu cara menjaga kredibilitas adalah dengan menyadari apa yang
menjadi kekurangan penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini juga dibuat
demikian, peneliti ingin melakukan refleksi diri agar tak terjadi bias dan
kekurangan dalam penelitian ini dapat menjadi tolak ukur untuk peneliti
selanjutnya.
Peneliti selama ini masih menganggap bahwa makna hidup
merupakan suatu hal yang sangat rumit dan luas, sehingga butuh sebuah teori
yang sangat kuat untuk mengukurnya, atau kalau tidak, maka makna tersebut
tak akan dapat diukur. Peneliti menganggap bahwa teori mengandung suatu
peran yang sangat sangat penting dalam penelitian mengenai makna hidup,
sehingga peneliti selalu berpusat pada teori. Peneliti menganggap bahwa guru
SLB memiliki hidup yang sangat negatif, menyedihkan, dan menderita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Anggapan ini muncul karena peneliti melihat masalah yang dialami oleh guru
SLB dari sudut pandang teori, sehingga semua hal terkesan buruk dan mereka
sebagai guru pun akan memiliki hidup yang menderita. Selain itu, referensi
yang dibaca peneliti juga masih sedikit, sehingga peneliti kurang memiliki
sudut pandang yang netral. Anggapan-anggapan tersebut tak jarang membuat
peneliti menghakimi dan mencemooh pekerjaan guru SLB sebagai sesuatu
yang membawa kesulitan dalam hidup.
Setelah peneliti melakukan refleksi diri, peneliti berpikir bahwa
sebenarnya kehidupan itu bukan mengenai sulit atau tidaknya, namun
bagaimana kita menyikapinya. Selain itu, kehidupan seseorang juga tak
terlepas dari adanya sebuah masalah dan peristiwa yang buruk. Hal tersebut
juga berlaku bagi para guru SLB, sehingga peneliti berpikir bahwa pekerjaan
sebagai guru SLB, bukan sebuah pekerjaan yang mudah, namun para guru tetap
memilih untuk bahagia menjalaninya. Pekerjaan sebagai guru SLB serta anak
berkebutuhan khusus di dalamnya memiliki peran penting dalam kehidupan
dan berhak untuk diperlakukan sama dengan orang lain dan tak pantas untuk
direndahkan atau dicemooh. Hal yang terpenting adalah bagaimana mereka
menjalani hidupnya, selama masih ada pengharapan dalam hidup para guru,
maka bentuk pekerjaan, sakit, kekurangan, atau apapun yang membuat
penderitaan dapat dilihat positif.
Saat peneliti melakukan penelitian ini, peneliti berusaha
menghilangkan semua anggapan yang ada di dalam diri peneliti, yakni
anggapan mengenai pekerjaan guru SLB yang dilihat menyedihkan karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
makna hidup juga dapat diambil dari kebahagian, tergantung setiap orang
memaknainya. Peneliti berusaha untuk mendengarkan pengalaman informan
tanpa menghakimi apa yang dialami oleh informan agar meminimalisir bias
yang muncul dalam penelitian ini.
I. Kredibilitas Data
Data yang telah dikumpulkan dan dianalisis harus memiliki kebenaran
agar tidak mengalami suatu perdebatan, sehingga diperlukan adanya teknik
pemeriksaan keabsahan atau kebenaran data tersebut. Hal ini dilakukan agar
data tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara jelas. Pelaksanaan teknik
pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
member checking. Member checking adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data dengan memberikan data yang telah dikumpulkan dan dianalisis kepada
orang-orang yang memberikan data, kemudian memberikan pandangan dan
reaksi dari data yang telah diorganisasikan tersebut (Prastowo, 2014).
Member Checking bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan yang diberikan oleh pemberi data. Jika, data yang
ditemukan dan dianalisis telah disepakati oleh pemberi data, maka data tersebut
dapat dikatakan valid dan kredibel (dapat dipercaya) (Prastowo, 2014). Akan
tetapi sebaliknya, bila pemberi data tidak menyepakatinya, maka akan
dilakukan diskusi mengenai temuan data tersebut agar dapat menyesuaikan
dengan apa yang diberikan pemberi data dan menyepekati bersama melalui
tanda tangan agar lebih autentik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan dan perizinan
Informan dalam penelitian ini adalah beberapa guru SLB yang
dipilih menggunakan sistem purposive sampling dengan kriteria homogen.
Purposive sampling dengan kriteria homogen merupakan salah satu jenis
penentuan informan dengan tujuan melihat kesamaan pengalaman
informan agar dapat menggali sedalam-dalamnya pengalaman tersebut
dan menemukan sebuah gambaran yang jelas dari fenomena yang ingin
diteliti (dalam Guest, Namey, & Mitchell, 2012). Setelah peneliti
menetapkan kriteria, hal yang dilakukan selanjutnya adalah mencari
informan dengan kriteria yang sesuai melalui orangtua, teman, dan media
sosial.
Peneliti segera mengunjungi SLB ketika telah mendapatkan
informasi mengenai keberadaan guru yang sesuai dengan kriteria
penelitian. Peneliti, kemudian melakukan dua hal untuk memastikan
bahwa informan memang telah sesuai dengan yang dicari, yaitu:
a. Melakukan konfirmasi kepada pihak berwenang (Prastowo, 2014)
Cara ini dilakukan dengan bertemu pihak yang berwenang di
SLB saat itu, yakni kepala sekolah. Peneliti menjelaskan maksud dan
tujuan terlebih dahulu kepada kepala sekolah SLB, lalu memberikan
beberapa penjelasan mengenai kriteria yang dibutuhkan. Kemudian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
kepala sekolah akan memilihkan guru yang selaras dengan kriteria
yang telah peneliti sebutkan.
b. Memberikan kuesioner (Guest, Namey, & Mitchell, 2012).
Setelah kepala sekolah memberikan rekomendasi kepada
peneliti mengenai guru yang sesuai, peneliti harus tetap memastikan
bahwa guru yang direkomendasi telah memaknai hidupnya dengan
memberikan kuesioner agar sesuai dengan maksud penelitian. Peneliti
memberikan kuesioner Meaning in Life Questionnaire (Steger,
Frazier, Oishi, & Kaler, 2006). Kuesioner tersebut berisi sepuluh
pertanyaan mengenai, kategori masih mencari dan mengeksplorasi
makna hidup dan kategori telah merasakan kehadiran makna hidup.
Skoring dalam kuesioner tak pula terlalu sulit, ketika informan
mencapai skor 24 ke atas pada kategori kehadiran makna hidup, maka
informan dapat dikatakan telah merasakan makna hidupnya dan
informan inilah yang akan diambil oleh peneliti untuk diwawancarai.
Setelah melakukan skoring dan pengecekan, peneliti akan
menemui informan yang sesuai untuk membicarakan jadwal pertemuan
wawancara, proses wawancara, serta mengisi informed consent. Peneliti
mengawali proses wawancara dengan melakukan rapport sambil
menjelaskan tujuan dilakukannya wawancara tersebut dan meminta izin
informan untuk merekam pembicaraan selama proses wawancara
berlangsung menggunakan alat perekam. Peneliti juga menjelaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
mengenai pemeriksaan hasil wawancara pertama untuk menentukan
perlunya probing.
Selama wawancara, peneliti menggunakan teknik wawancara
semi-terstuktur agar memberikan kebebasan bagi peneliti untuk
menentukan alur wawancara yang nyaman dan terbuka, sehingga informan
juga mampu mengeluarkan pengalaman yang dimilikinya. Selama proses
wawancara berlangsung, terkadang informan merasa sedih karena
mengingat rasa prihatinnya terhadap ABK yang diajar, maka perlu adanya
sedikit waktu jeda untuk mengembalikan ketenangan dan konsentrasi
informan pada pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Setelah selesai,
hasil rekaman suara tersebut akan ditranskip oleh peneliti untuk
menghasilkan dokumentasi tertulis berupa verbatim dan menuju ke
langkah berikutnya yaitu analisis data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2. Pelaksanaan penelitian
Pelaksaan wawancara dengan tiga informan dilakukan secara terpisah
sesuai dengan kesepakatan bersama. Berikut merupakan waktu dan tempat
pelaksanaan penelitian :
Tabel 1. Pelaksanaan penelitian
No. Keterangan Informan 1
(NR)
Informan 2
(IP)
Informan 3
(PN)
1. Pertemuan dengan
kepala sekolah,
perkenalan
dengan guru SLB,
serta pengisian
kuesioner
Senin, 15
Januari
2018
08.45-
09.30
SLB
Rabu, 17
Januari 2018
10.00-11.00
SLB
Jumat, 19
Januari
2018
11.30-12.15
SLB
2. Penjelasan proses
wawancara,
jadwal
wawancara, serta
pengisian
informed consent
Senin, 22
Januari
2018
09.00-10.00
SLB
Senin, 22
Januari
2018
10.00-10.30
SLB
Jumat, 22
Januari
2018
12.00-12.30
SLB
3. Wawancara
Informan
Jumat, 26
Januari
2018 08.30-
10.00
SLB
Kamis, 1
Februari
2018
11.00-12.15
SLB
Selasa, 13
Februari
2018 12.00-
13.30
SLB
4. Probing Senin, 16
April 2018
09.00-10.00
SLB
Selasa, 13
Maret 2018
11.00-11.40
SLB
Kamis, 5
April 2018
13.30-14.30
SLB
Senin, 23
April 2018
11.00-12.10
SLB
5. Member Checking Senin, 30
April 2018
09.00-09.50
SLB
Selasa, 1
May 2018
09.00-09.45
SLB
Selasa, 1
May 2018
12.00-12.30
SLB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
B. Informan Penelitian
1. Demografi informan
Tabel 2. Data informan
No. Keterangan Informan 1 Informan 2 Informan 3
1. Inisial NR IP PN
2. Usia 35 tahun 46 tahun 45 tahun
3. Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan
4. Daerah Asal Yogyakarta Yogyakarta Magelang
5. Urutan
Kelahiran
Anak kedua
dari tiga
bersaudara
Anak
pertama
dari tiga
bersaudara
Anak
keempat dari
enam
bersaudara
6. Pendidikan
Terakhir Pascasarjana Sarjana Sarjana
7. Pekerjaan Guru SLB Guru SLB Guru SLB
8. Suku Jawa Jawa Jawa
9. Agama Islam Islam Katolik
10. Telah bekerja
selama 14 tahun 12 tahun 15 tahun
11. Pekerjaan
pasangan
Ibu rumah
tangga
Sudah
meninggal
12. Pekerjaan
Orangtua
Ayah :
Pensiunan
PNS
Ayah :
Pensiunan
PNS
Ayah :
Sudah Tidak
bekerja
Ibu :
Pensiunan
PNS
Ibu :
Pedagang
Beras
Ibu :
Sudah tidak
bekerja
13. Jumlah anak 3 orang 2 orang 1 orang
14. Usia anak
Anak
pertama :
10 tahun
Anak
pertama :
17 tahun
12 tahun
Anak kedua
:
3 tahun
Anak kedua
: 15 tahun
Anak ketiga
:
1,5 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
2. Latar belakang informan
a. Informan 1 (NR)
NR bekerja sebagai pengajar di salah satu sekolah luar biasa
daerah Yogyakarta dengan status pegawai negeri sipil. NR lahir di
Yogyakarta dan saat ini telah berusia 35 tahun. NR adalah anak kedua
dari tiga bersaudara. Ayah dan Ibu NR merupakan pensiunan PNS.
NR telah memiliki suami dan tiga orang anak, dua anak masih duduk
di bangku SD dan anak yang ketiga belum sekolah. Pekerjaan Suami
NR sebagai wiraswasta.
Sebelum NR menjadi pengajar di SLB saat ini, NR sudah
pernah bekerja sebagai pengajar ABK secara wiyata bakti di salah satu
SLB daerah Yogyakarta selama lima tahun, kemudian pada tahun
2008 dirinya berpindah karena mendapat kesempatan untuk menjadi
seorang pegawai negeri sipil. NR telah mengajar di SLB saat ini
selama sepuluh tahun. Selain mengajar di SLB, NR hanya menjadi ibu
rumah tangga bagi keluarganya. NR memiliki latar belakang
pendidikan sebagai sarjana S1 pendidikan luar biasa dan pascasarjana
magister jurusan manajemen, sehingga NR telah mendapat
pengetahuan mengenai anak berkebutuhan khusus. NR juga
mendapatkan pelatihan khusus setelah satu tahun bekerja sebagai
pengajar di SLB. Pelatihan tersebut berupa tambahan mengenai anak
berkebutuhan khusus dan penerapan ilmu seni musik dalam mengajar
anak berkebutuhan khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
NR tidak memiliki keluarga yang mengalami gangguan
ketunaan, namun NR memiliki orangtua yang salah satunya
merupakan pensiunan PNS guru SLB. NR mengaku bahwa sejak kecil
dirinya sering mengikuti orangtuanya ke SLB, sehingga NR merasa
tak asing dengan suasana SLB. NR menganggap bahwa anak-anak di
SLB adalah anak yang menyenangkan dan sama dengan anak normal
pada umumnya. NR juga mengatakan bahwa dirinya sangat dekat
dengan anak-anak berkebutuhan khusus tersebut dan sering bertukar
cerita. NR mengaku bahwa kedekatan dengan suasana SLB sejak kecil
membuatnya merasa mengenal anak berkebutuhan khusus dan tertarik
dengan mereka.
b. Informan 2 (IP)
IP bekerja sebagai pengajar di salah satu sekolah luar biasa
daerah Yogyakarta dengan status pegawai negeri sipil. IP lahir di
Yogyakarta dan saat ini telah berusia 46 tahun. IP adalah anak pertama
dari tiga bersaudara. Ayah IP merupakan pensiunan PNS, sedangkan
Ibunya adalah pedagang beras. Saudara IP yang pertama bekerja
sebagai karyawan RS PKU Muhammadiyah dan saudara IP yang
kedua sebagai wiraswasta percetakan. IP telah memiliki istri dan dua
orang anak yang masih duduk di bangku SD. Istri IP bekerja sebagai
ibu rumah tangga biasa.
Sebelum IP menjadi pengajar di SLB, IP pernah bekerja di
salah satu dinas kesehatan daerah Yogyakarta sebagai ahli gizi selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
sebelas tahun, kemudian pada tahun 2006 dirinya berpindah karena
mendapat kesempatan untuk menjadi seorang pegawai negeri sipil. IP
telah mengajar di SLB selama dua belas tahun. Selain mengajar di
SLB, IP juga menjadi guru mengaji bagi anak-anak di sekitar
rumahnya. IP memiliki latar belakang pendidikan sebagai sarjana S1
pendidikan bidang bimbingan konseling, namun dirinya belum pernah
mendapatkan pengetahuan mengenai anak berkebutuhan khusus. IP
mendapatkan pelatihan khusus setelah satu tahun bekerja sebagai
pengajar di SLB. Pelatihan tersebut berupa dasar-dasar mengajar anak
berkebutuhan khusus dan penerapan ilmu seni musik dalam mengajar
anak berkebutuhan khusus.
IP memiliki salah satu saudara sepupu yang mengalami
kondisi tunarungu. IP sering bergaul dengannya karena jarak rumah
mereka tidak terlalu jauh. IP menganggap bahwa saudaranya adalah
orang yang menyenangkan dan sama dengan manusia normal pada
umumnya. Ketika kecil, IP mengaku sangat dekat dengan saudaranya,
sehingga sering bertukar cerita. Akan tetapi, saat ini saudaranya
pindah ke tempat yang lebih jauh, sehingga IP jarang bertemu
denganya. IP mengaku bahwa kedekatan dengan saudaranya membuat
dirinya merasa mengenal anak berkebutuhan khusus dan tertarik
dengan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
c. Informan 3 (PN)
PN bekerja sebagai pengajar di salah satu sekolah luar biasa
swasta daerah Yogyakarta. PN lahir di Magelang dan saat ini telah
berusia 45 tahun. PN adalah anak keempat dari enam bersaudara.
Ayah dan Ibu PN sudah tidak lagi bekerja, namun mereka pernah
menjadi pengajar di sekolah dasar dengan anak-anak normal. Saudara
PN yang pertama dan kedua bekerja sebagai guru di sekolah formal
dengan daerah yang berbeda. Saudara PN yang ketiga telah menjadi
romo di salah satu paroki. Saudara PN yang kelima bekerja di salah
satu RS daerah Yogyakarta, sedangkan saudara PN yang keenam telah
meninggal dunia. Suami PN juga sudah meninggal dunia, namun PN
dikaruniai satu orang anak yang masih duduk di bangku SD.
Sebelum PN menjadi pengajar di SLB, PN sempat bekerja
sebagai pengajar di salah satu PAUD daerah Semarang. Kemudian,
setelah tiga tahun bekerja PN berpindah karena mendapat cerita
bahwa salah satu SLB membutuhkan bantuan untuk menjadi pengajar
anak berkebutuhan khusus. PN telah mengajar di SLB selama lima
belas tahun. Selain mengajar di SLB, PN hanya menjadi seorang ibu
sekaligus ayah bagi anaknya. PN memiliki latar belakang pendidikan
sebagai sarjana S1 pendidikan di UPY, namun dirinya belum pernah
mendapatkan pengetahuan mengenai anak berkebutuhan khusus. PN
mendapatkan pelatihan khusus dan seminar saat telah bekerja sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
pengajar di SLB. Pelatihan tersebut berupa keterampilan dalam
mengajari anak berkebutuhan khusus.
PN mengaku bahwa dirinya merasa tertarik dengan ABK
karena sebelum bekerja di PAUD, PN sudah mengenal beberapa anak
dari SLB. PN mengaku sering bertemu dengan anak-anak tersebut. PN
menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang jujur
dan apa adanya, selain itu anak berkebutuhan khusus juga sama
dengan anak normal pada umumnya, sehingga harusnya bisa dibantu
dan diajari dengan baik. Meskipun, PN tidak memiliki latar belakang
keluarga atau pendidikan sebagai guru SLB, PN mengaku bahwa
dirinya memiliki ketertarikan hati untuk mengajari anak-anak tersebut
karena kejujuran mereka yang membuat PN kagum.
C. Hasil Penelitian
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, peneliti memperoleh
data dari setiap informan. Data yang diperoleh lantas dianalisis oleh peneliti
melalui tiga tahapan yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya untuk
menemukan tema yang akan dibahas. Tema-tema tersebut, kemudian
digambarkan melalui narasi dari pengalaman setiap informan. Gambaran dari
tema-tema yang muncul akan menjelaskan bagaimana perjalanan kehidupan
informan dalam memaknai hidupnya.
Sebelum membahas mengenai tema yang muncul, peneliti akan
memaparkan beberapa subtema terlebih dahulu. Subtema akan diintegrasikan
dan menggiring peneliti untuk menjelaskan tema besar yang menjadi temuan
penelitian. Subtema yang muncul dari para informan juga berbeda satu sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
lain karena pengalaman dan penilaian informan terhadap hidupnya tak selalu
sama. Berikut ialah pemaparan secara naratif subtema dari setiap informan.
1. Informan 1 (NR)
a. Berniat mengikuti teladan Ibu sebagai pengajar SLB
NR telah menjalani kehidupan sebagai guru SLB selama 15
tahun, di mana dirinya sempat bekerja sebagai guru tanpa bayaran
hingga akhirnya menjadi seorang PNS di SLB saat ini. NR memilih
menjadi seorang guru SLB bukan tanpa alasan, tetapi karena NR telah
memiliki keinginan tersendiri dalam hatinya yaitu, mengikuti teladan
Ibu yang merupakan seorang pengajar di SLB. NR mulai memiliki
keinginan tersebut sejak kecil. Kala itu, NR senang mengikuti Ibunya
ke SLB serta memerhatikan Ibunya saat mengajar anak-anak
berkebutuhan khusus. NR merasa kagum pada sosok Ibunya yang
jarang mengeluh saat mengajari anak-anak tersebut. NR menganggap
bahwa pengalaman yang dialami saat mengikuti Ibunya merupakan
pengalaman yang menarik dan membuatnya terinspirasi.
b. Rasa prihatin dan terikat secara emosi dengan ABK dan SLB
Saat menyadari bahwa dirinya terinspirasi oleh sosok Ibunya,
NR memilih untuk mengambil pendidikan di bidang anak
berkebutuhan khusus. NR merasa bidang tersebut sangat sesuai
dengan dirinya, karena menuntun NR untuk dekat dengan
keinginannya. Selain itu, ada perasaan lain yang NR rasakan yaitu,
keprihatinan terhadap keadaan anak berkebutuhan khusus. NR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus membutuhkan
perhatian yang jauh lebih banyak dibandingkan anak normal pada
umumnya, namun jumlah guru yang mengajar di SLB tak sesuai untuk
memenuhinya. Hal tersebut disebabkan, banyaknya pandangan
negatif yang mengarah kepada anak-anak berkebutuhan khusus.
Anak-anak tersebut dianggap cacat, sakit, dan aneh, seakan-akan
mereka adalah anak yang tak patut diterima. Selain itu, pekerjaan
sebagai guru SLB dianggap tak menjanjikan masa depan, sehingga
banyak orang yang enggan memilih untuk mengajar di SLB.
Keprihatinan lain yang NR rasakan adalah sistem manajemen
di SLB yang masih buruk serta kurangnya sarana pembelajaran.
Banyak alat-alat pembelajaran yang tidak lengkap, namun pemerintah
belum memerhatikan hal tersebut. Terkadang, NR juga merasa sedih
karena melihat anak-anak yang belajar harus mengantre untuk
mendapat giliran menggunakan alat-alat belajar yang jumlahnya
terbatas, sampai akhirnya mereka bosan dan terlihat kurang
bersemangat lagi untuk belajar. Semua rasa keprihatinan NR terhadap
keadaan SLB dan anak-anak berkebutuhan khusus, membuat dirinya
semakin yakin dan percaya bahwa hatinya telah tergerak untuk
menyayangi anak-anak berkebutuhan khusus.
Perasaan sayang yang muncul dari hati NR membuat dirinya
memiliki ikatan secara emosional dengan anak-anak berkebutuhan
khusus dan lingkungan SLB. Setiap NR bertemu dengan anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
berkebutuhan khusus, NR merasa dirinya sangat dekat dengan
mereka. Seakan-akan ada perasaan nyaman dan senang yang datang
dari lubuk hati NR, sehingga NR hendak mengenal anak-anak tersebut
lebih jauh dan enggan berpaling dari mereka. Keterikatan emosional
yang muncul juga memengaruhi NR saat bekerja di SLB, karena
membuat dirinya merasa betah untuk menghabiskan hari dan
melakukan segala aktivitas di SLB. Pengalaman yang terjadi
sepanjang hari di SLB bersama dengan anak berkebutuhan khusus
merupakan pengalaman yang benar-benar dapat dinikmati oleh NR.
Perasaan sayang yang NR berikan untuk anak-anak
berkebutuhan khusus tak bertepuk sebelah tangan. NR juga merasa
bahwa dirinya disayangi oleh seluruh anak yang ada di SLB.
Contohnya, saat NR jatuh sakit dan semua murid bersama-sama
menyiapkan waktu untuk mengunjunginya di rumah sakit. Adanya
ikatan emosional dan perasaan kasih yang timbal balik seperti orang
tua dan anak membuat NR melihat SLB menjadi rumah kedua, di
mana dirinya memiliki sebuah keterikatan yang tak dapat dipisahkan
dari setiap individu.
Kesadaran NR bahwa, dirinya terikat secara emosional dengan
anak berkebutuhan khusus dan lingkungan SLB membangkitkan
sikap tanggung jawab dan kepedulian tersendiri dalam dirinya. NR
hendak membawa sebuah perubahan dalam kehidupan anak-anak
berkebutuhan khusus yang diajarnya. Oleh karena itu, NR merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
pantas untuk melakukan pengorbanan demi mencapai perubahan
tersebut. Seperti halnya, pengorbanan yang dilakukannya saat melihat
anak yang bolos sekolah. NR akan mendatangi rumah mereka serta
berdiskusi dengan keluarga anak-anak tersebut, mendengarkan setiap
keluhan, dan kesulitan yang mereka alami.
Kepedulian NR juga ditunjukan saat mengantar beberapa anak
berkebutuhan khusus pulang ke rumah setelah selesai belajar di
sekolah. Anak-anak tersebut bukan ditelantarkan, namun orang tua
tidak bisa menjemput anaknya lantaran memiliki pekerjaan yang
menumpuk. NR yang merasa perduli pada anak-anak tersebut, rela
untuk meluangkan sedikit waktunya demi mengantar mereka ke
rumah masing-masing. NR merasa bahagia dan tak terbebani sama
sekali dengan keadaan tersebut, meskipun dirinya harus terlambat
untuk pulang dan beristirahat. Kepedulian yang muncul dari hati NR
membuat dirinya semakin terdorong untuk meningkatkan
kesejahteraan anak-anak berkebutuhan khusus yang dianggap sebelah
mata oleh kebanyakan orang.
c. Keyakinan akan pentingnya bakti kepada Tuhan
Semua perasaan dan dorongan yang muncul dari dalam hati
NR, bukan semata-mata hanya membuat dirinya ingin bekerja dan
terus mengabdi untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Akan tetapi,
juga membuat dirinya merasa lebih dekat dengan Tuhan. NR percaya
bahwa pekerjaan yang sedang dilakukannya adalah suatu bentuk lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dari ibadah yang dilakukan kepada Tuhan. Mengajar adalah salah satu
bentuk terima kasih NR karena Tuhan telah memberikan kehidupan
yang baik untuk dirinya, sehingga NR harus membantu orang lain
yang lebih membutuhkan yaitu, anak-anak berkebutuhan khusus di
SLB.
Segala sesuatu yang telah dilakukan oleh NR untuk SLB,
dirasa telah berjalan baik dan itu semua tak terlepas dari doa serta
harapan anak-anak berkebutuhan khusus yang berada di SLB tersebut.
Doa merupakan usaha yang NR percayai untuk menemaninya dalam
membimbing dan memperjuangkan kehidupan yang lebih baik bagi
anak-anak berkebutuhan khusus. Berbagai bentuk kesulitan yang telah
dihadapi oleh NR membuat dirinya semakin memercayai bahwa doa
adalah suatu hal yang istimewa. Hal ini dikarenakan ketika NR
berdoa, kekuatan doa dapat membangkitkan semangatnya kembali.
d. Rintangan yang muncul sebagai guru SLB
Seperti yang telah diketahui bahwa, terkadang ada beberapa
anak berkebutuhan khusus yang tak cepat menangkap pelajaran yang
diberikan, sehingga NR harus mengulainya berkali-kali agar anak
tersebut paham dengan materi yang disampaikan. Meskipun, bentuk
belajar di kelas adalah klasikal atau semua anak diajar secara
bersamaan, namun NR tetap harus memerhatikan setiap anak secara
individual. Keadaan inilah yang membuat NR tak boleh mengajar
secara tergesa-gesa dan harus memiliki kesabaran ekstra saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
mengajar. Anak-anak berkebutuhan khusus juga memiliki kebosanan
tersendiri saat belajar, sehingga ada beberapa anak yang malah
mengabaikan NR ketika menerangkan materi pelajaran. Alhasil, anak-
anak yang bosan ketika belajar malah menganggu teman lainnya yang
sedang asik belajar.
Kondisi tersebut membuat kelas menjadi kurang nyaman
sebagai tempat belajar. Akan tetapi, NR enggan menegur anak-anak
tersebut terlalu keras karena anak berkebutuhan khusus memiliki
perasaan yang jauh lebih sensitif daripada anak normal pada
umumnya. NR harus perlahan-lahan memberikan pengertian dan
pemahaman kepada anak-anak yang senang mengganggu temannya
tersebut, agar tak tersinggung dan bersedih. Selain itu, NR juga
berusaha untuk tetap fokus pada anak-anak yang ingin belajar agar
mereka tetap memerhatikan pelajaran yang diberikan, serta tak
terganggu oleh anak lainnya.
Variasi penentu kemampuan anak berkebutuhan khusus yang
beraneka ragam menggerakan NR sebagai pengajar agar bekerja lebih
keras. Bukan hanya untuk memahami setiap karakteristik gangguan
yang dimiliki anak, namun juga cara menerapkan metode belajar yang
sesuai untuk setiap anak. Teori yang selama ini NR dapatkan ketika
belajar tentang anak berkebutuhan khusus di perkuliahannya, tak
dapat digunakan seutuhnya karena keadaan di lapangan bisa saja
berbeda dengan teori yang tertulis. NR harus menemukan sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
jawaban dari setiap kesulitan yang ditemui melalui pengalaman-
pengalamannya dan sikap kreatif yang dimilikinya.
Mengajar anak berkebutuhan khusus juga tak terlepas dari
perlunya sarana pembelajaran yang mendukung. NR mengungkapkan
bahwa dirinya merasa SLB tempatnya mengajar saat ini, memiliki
perlengkapan yang kurang memadai, meskipun sarana dan metode
dapat dikembangkan sendiri oleh para guru, namun ada beberapa
peralatan yang sulit untuk digantikan. Seperti halnya, mesin jahit
untuk mengembangkan potensi anak berkebutuhan khusus yang
senang menjahit. Anak-anak perlu mengantre, menunggu giliran
untuk menggunakan mesin jahit karena jumlah mesin jahit yang
tersedia tak sebanding dengan jumlah anak.
Sarana penting lain yang dirasa kurang oleh NR adalah tenaga
kerja. Tenaga kerja atau guru merupakan penggerak SLB dalam
menjalankan tugasnya membantu anak berkebutuhan khusus, namun
seperti yang telah diketahui, bahwa banyak orang yang menganggap
pekerjaan guru SLB adalah pekerjaan yang tak menjanjikan, sehingga
peminat sebagai guru SLB sangat terbatas. Hal ini tentu berdampak
pada guru yang telah mengabdikan hidupnya bagi SLB, karena
mereka harus bekerja lebih keras untuk mengajar anak dalam jumlah
yang lebih banyak. Keadaan tersebut membuat NR merasa terganggu
karena anak berkebutuhan khusus membutuhkan perhatian yang lebih
dekat dan mendalam. Terlebih lagi ketika ada salah satu rekan sesama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
guru yang harus izin karena sakit, sehingga jumlah anak yang harus
diperhatikan bertambah banyak.
e. Mengembangkan diri serta belajar dari rekan berpengalaman
Saat NR tak dapat membantu SLB dengan memberikan sarana
belajar, maka NR berusaha membantu dengan cara lain, seperti
membangun kerja sama yang baik dengan orang tua murid. NR
memerlukan kondisi pembelajaran yang saling mendukung satu sama
lain. Oleh karena itu, NR berusaha untuk melibatkan orang tua murid
dengan semua proses pembelajaran. NR selalu melakukan diskusi
dengan orang tua murid saat berpapasan atau ketika rapat kenaikan
kelas. Terkadang, NR juga menyapa orang tua murid melalui alat
komunikasi WA untuk menciptakan hubungan yang hangat antara
guru dan orang tua.
NR juga sering bertanya pada rekan sesama guru yang lebih
berpengalaman saat menghadapi suatu masalah. NR melakukannya
agar mendapat pandangan lain yang mendukung pekerjaannya.
Pandangan tersebut dapat digunakan menjadi salah satu cara untuk
memecahkan masalah, seperti saat NR menjadi ketua perkemahan di
SLB. NR belum pernah menjadi ketua sebelumnya, sehingga dirinya
bertanya pada rekan-rekannya mengenai kendala yang mungkin akan
dihadapi dan mencari solusi bersama agar kemah terlaksana dengan
baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Selain mencari bantuan dari lingkungan dan rekan-rekan
seperjuangan, NR tak memungkiri bahwa seorang guru SLB juga
harus memiliki kualitas diri untuk memecahkan persoalan yang terjadi
di SLB. Kualitas diri tersebut diperoleh melalui latihan terhadap
penguasaan metode dan pengembangan diri. Selain itu, kualitas diri
juga memerlukan kepekaan dan pemahaman terhadap kondisi anak
berkebutuhan khusus yang berbeda satu sama lain. Memiliki kualitas
diri membantu guru agar tidak terlalu bergantung pada rekannya.
Kesadaran akan pentingnya suatu kepekaan dalam menerapkan
metode pembelajaran dan mengembangkan diri menggerakan NR
untuk berusaha membangun kedekatan pribadi dengan anak didiknya.
NR berusaha untuk mengenali apa yang disenangi dan tidak disenangi
oleh mereka. NR mengatakan bahwa kedekatan dapat menjadi sebuah
solusi untuk mengatasi kesulitan ketika mengajari anak berkebutuhan
khusus. Seperti yang telah dipahami sebelumnya, bahwa anak
berkebutuhan khusus memiliki keunikan masing-masing yang harus
disadari. Oleh sebab itu, NR berusaha untuk berbaur, bertukar cerita,
dan merasakan keluh kesah anak didiknya agar dapat memahami
kehidupan mereka.
Saat NR telah merasa dekat dan memahami anak didiknya, NR
mengatakan bahwa semua anak berkebutuhan khusus adalah sama.
NR mengaku bahwa anak berkebutuhan khusus sebenarnya bukanlah
anak yang nakal dan tak terlalu sulit untuk mengenali apa keinginan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
mereka. NR mengungkapkan bahwa setiap orang tua atau guru hanya
perlu empati untuk memahami tujuan anak-anak tersebut, termasuk
saat anak berkebutuhan khusus melakukan kesalahan. Anak-anak
tersebut hanya ingin mencari jati diri mereka, sehingga guru bertugas
untuk membimbingnya, bukan malah memarahi dengan emosi yang
menggebu-gebu.
f. Latihan pembelajaran dari pengalaman sebelumnya
Kemampuan NR untuk mendekatkan diri dengan anak
berkebutuhan khusus guna mengatasi kendala yang muncul, juga
berpengaruh dari pengalaman masa lalunya. Semenjak kuliah NR
telah berbaur dengan anak berkebutuhan khusus, sehingga sedikit
mengurangi kecanggungan terhadap anak-anak tersebut. Selain itu,
minat NR yang kuat untuk menjadi seorang guru SLB juga
memengaruhi kemauannya untuk melewati setiap rintangan.
Awalnya, NR bekerja tanpa dibayar di salah satu SLB, namun dirinya
dipindahkan oleh pemerintah saat menjadi PNS. NR mengaku bahwa
dirinya mendapat banyak pengalaman menarik kala belum menjadi
PNS.
Salah satu pengalaman yang membuat NR belajar adalah
ketika dirinya membantu seorang teman mengajar di sekolah formal.
NR mengaku bahwa dirinya sangat sulit berbaur dengan anak normal
di sana. Anak-anak tersebut memiliki sikap yang berbeda dengan anak
berkebutuhan khusus. Hal tersebut membuat NR menyadari bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dirinya lebih menikmati saat bekerja sebagai guru SLB. NR menilai
bahwa sekolah formal juga memiliki peraturan yang terlalu ketat dan
harus dipatuhi, sehingga anak-anak di sekolah formal malah terlihat
lebih stres daripada anak berkebutuhan khusus.
Keadaan tersebut membuat guru dan murid hanya sebatas
bertemu di kelas, serta sulit untuk membangun hubungan yang lebih
dekat. Guru hanya sebagai pengajar di mata murid, bukan sebagai
orang tua kedua yang dapat dikasihi. NR menyadari betapa
pentingnya sebuah perhatian dan kedekatan dalam mendidik seorang
anak sejak saat itu. Menurut NR, pengalaman masa lalu membantu
dirinya untuk membangun ide-ide baru dalam memecahkan persoalan
di SLB termasuk untuk berbaur bersama anak berkebutuhan khusus.
g. Sukacita dan dukacita yang diperoleh melalui proses mengajar
NR mengungkapkan bahwa seluruh pengalaman saat berada di
SLB, berbaur bersama anak berkebutuhan khusus, serta mengajari
mereka, membuatnya merasa bersemangat dan berguna untuk hidup.
Pengalaman-pengalaman tersebut menyajikan banyak perasaan serta
emosi yang tak terlupakan dan menjadi sebuah sukacita, sekaligus
dukacita bagi NR. NR merasa bahwa bekerja di SLB adalah sebuah
bentuk penyegaran diri dari stres dan penatnya pekerjaan rumah yang
tak kunjung usai. Hal ini dikarenakan, SLB selalu menyajikan
kejadian unik dan baru setiap harinya. Kejadian unik tersebut
membuat NR selalu bisa tertawa dalam kelelahannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
NR juga menyadari, bahwa dengan bekerja di SLB dapat
mengembangkan dirinya sebagai individu yang lebih berfungsi. NR
harus memecahkan banyak kendala ketika mengajar anak
berkebutuhan khusus yang secara tak langsung, sebenarnya menjadi
sebuah pembelajaran yang positif bagi dirinya. NR tak memungkiri
bahwa memang terkadang muncul rasa lelah ketika mengajar, namun
dirinya dapat kembali bersemangat saat melihat anak berkebutuhan
khusus yang diajari mampu menguasai pelajaran dan tersenyum pada
NR. Senyum anak berkebutuhan khusus bagi NR adalah sebuah
prestasi yang berhasil dicapai. Oleh karena itu, NR enggan
memikirkan kesulitan apa yang hendak menghadang dirinya, menurut
NR yang paling penting adalah dirinya dapat membantu anak
berkebutuhan khusus dan berproses bersama mereka.
NR menjelaskan bahwa sukacita di SLB baginya merupakan
sesuatu yang tak dapat dibayar oleh apapun. Hal tersebut dihayati oleh
NR, sehingga dirinya enggan untuk melihat berapa jumlah uang yang
diperoleh, namun menguatkan dirinya untuk mampu memberikan
hidup bagi SLB. Meskipun, NR memang merasakan kesedihan,
namun itu tak menjadi gangguan baginya untuk tetap bahagia. Dalam
setiap proses mengajar NR selalu menemukan alasan untuk selalu
bersukacita dan bercanda tawa dengan anak berkebutuhan khusus
yang diajarnya. Bagi NR, setiap proses penting untuk dirasakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
karena kebahagian juga diperoleh setelah berhasil melewati kesulitan
dan kesedihan.
Kesadaran NR bahwa proses yang dialami belum tentu mudah,
juga membuat NR memahami bahwa masih ada dukacita yang
menjadi pelengkap dalam proses mengajarnya di SLB. NR memang
enggan untuk memerhatikan kesulitan dan kesedihan selama
mengajar, namun dirinya tak mau melupakan bahwa adanya kedua hal
tersebut juga melengkapi perjuangannya. Kesedihannya saat melihat
anak berkebutuhan khusus yang enggan belajar, takut, malu, dan tak
berkembang semakin menggerakan NR untuk membantu mereka.
Kesedihan juga berperan membangkitkan semangat untuk
menjadi lebih baik. NR mengatakan bahwa dirinya sedih ketika
melihat anak yang diajarnya mengabaikan NR. Akan tetapi, hal
tersebut tak menjadi sebuah keluhan untuk putus asa karena NR
memang perlu berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang
membahagiakan. NR juga mengaku merasa sedih ketika fasilitas yang
diperlukan tak seluruhnya tersedia di SLB. Anak-anak berkebutuhan
khusus yang sewajarnya mendapatkan perhatian lebih, malah harus
berbondong-bondong menunggu antrean untuk menggunakan
fasilitas.
Segala bentuk dukacita memang membawa kesedihan selama
proses mengajar, namun bila tak ada dukacita, maka proses malah
akan dirasa hampa. Kesulitan dan kesedihan merupakan bagian dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
proses yang penting bagi NR, karena mereka turut membangun
sebuah kehidupan. NR mengatakan bahwa dukacita tak perlu disesali,
namun disyukuri karena memberi pengalaman yang berarti.
Pengalaman tersebut yang membuat NR enggan menyesali pilihannya
sebagai guru SLB hingga saat ini.
h. Pentingnya target dan usaha dalam sebuah rencana
NR menyampaikan bahwa sewajarnya seorang individu harus
memiliki target yang akan dicapai selama hidup, begitu pula dengan
guru SLB. Pilihannya untuk menjadi seorang guru SLB melahirkan
sebuah tujuan, sehingga tak ada kebimbangan untuk terus melangkah
dalam hidup. Guru SLB memang tidak terlalu terikat oleh peraturan
yang ada di sekolah, namun bukan berarti guru SLB menjadi sangat
bebas. Guru SLB harus memiliki target dalam mengajar. Target NR
sebagai guru SLB adalah menjadikan anak berkebutuhan khusus
menjadi pribadi yang berguna di masyarakat.
NR juga meyakini bahwa kegagalan, bukanlah sebuah
kesalahan karena saat mengejar sebuah target hal tersebut sangat
pantas terjadi. Bagi NR, yang terpenting adalah proses yang dijalani
dengan usaha sepenuh hati. NR berkata bahwa dirinya enggan
memedulikan hasil yang akan didapat, namun lebih fokus melihat
seberapa keras usaha yang dilakukan karena usaha tak akan pernah
menipu hasil. Begitu pula yang ditanamkan NR untuk anaknya, serta
anak berkebutuhan di SLB. NR tak pernah memaksa anaknya untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
menjadi yang terbaik, namun NR mengajarkan bagaimana cara
berjuang dengan baik.
NR memiliki pandangan bahwa hidup selalu butuh proses dan
tahapan karena tak ada yang instan. Hidup butuh sebuah perjuangan
untuk mencapai hikmahnya. Oleh karena itu, NR yang awalnya
memiliki kesulitan mengajari anak berkebutuhan khusus karena
sedikit bosan harus terus mengulang pelajaran, akhirnya tersadarkan
bahwa anak berkebutuhan khusus juga butuh waktu untuk belajar.
Kesadaran tersebut membuat NR merubah cara pandangnya terhadap
anak berkebutuhan khusus, sehingga NR lebih mengasihi mereka.
Rasa kasih yang dimiliki NR kepada anak berkebutuhan khusus juga
membentuk dirinya agar dapat menggunakan empati dan enggan
menilai buruk mereka, tanpa melihat usaha mereka terlebih dahulu.
Dalam setiap proses pembelajaran yang NR jalani selama di
SLB, dirinya memandang bahwa respon terhadap kondisi merupakan
hal yang penting. Hal ini dikarenakan, respon memengaruhi
kenyamanan hati individu. Kenyamanan merupakan sebuah hal relatif
yang dibentuk oleh individu itu sendiri, sehingga menjadi sebuah
pilihan jika ingin merasa nyaman atau tidak. NR yang banyak
merasakan kesulitan, serta kesedihan, juga merasakan banyak
kebahagiaan, dan kesabaran, sehingga sesungguhnya NR hanya perlu
memilih ingin merasa nyaman dengan SLB atau tidak. Kemudian, NR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
memilih untuk memberikan respon nyaman pada setiap prosesnya,
sehingga dirinya mampu memaknai pekerjaan menjadi lebih baik.
Ketika memaknai pekerjaannya sebagai sesuatu yang baik, NR
merasa ikhlas dengan semua yang telah dilakukannya. Meskipun, NR
pernah mengalami beberapa masalah dengan rekannya, seperti
bertengkar kecil karena berbeda pendapat. Akan tetapi, NR enggan
mengganggap hal tersebut penting karena perdebatan adalah hal yang
manusiawi bagi NR. Respon tersebut juga dipengaruhi oleh tujuan
hidup NR untuk menjadi individu yang bermanfaat bagi dirinya
sendiri dan orang lain, sehingga NR merespon atau memandang setiap
kondisi, bukan hanya dengan emosi, tetapi juga empati. Menurut NR,
emosi terlebih kemarahan hanya membuat suasana menjadi semakin
buruk. Akan lebih baik, bila setiap orang saling memaafkan satu sama
lain.
i. Optimis dan berjuang dalam menjalani segala kondisi
Memaafkan bagi NR adalah salah satu bentuk “keoptimisan”
untuk menerima datangnya kondisi apapun dalam hidup. NR
menganggap bahwa dirinya harus siap menerima segala yang terjadi
karena hal tersebut adalah sebuah kewajiban yang Tuhan berikan. NR
berusaha untuk selalu enjoy dan menikmati segala keadaan, meskipun
keadaan tersebut terkadang tak nyaman baginya. Oleh karena itu,
dirinya mengaku tak terlalu memikirkan masalah gaji. Ketika NR
menjadi salah satu guru tanpa bayaran, NR mengungkapkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
gaji tak menjadi masalah, terlebih ketika dirinya telah menjadi
seorang PNS.
Saat ini, NR menyikapi setiap perasaan kecewa dengan
memberikan perubahan ke arah yang lebih baik dan bersikap
“nglakoni”. NR mengaku bahwa dirinya akan mengeluarkan seluruh
kemampuan yang dimiliki untuk mencari solusi guna mengatasi
kesulitan yang dihadapi. Salah satunya, ketika anak di kelasnya sangat
ribut. NR menyikapi keadaan tersebut dengan tegar dan mencoba
memberikan teguran halus kepada anak-anak yang membuat onar. NR
tak mau mengabaikan atau mengasari anak-anak tersebut karena NR
enggan melihat mereka bersedih, apalagi tak mau belajar.
j. Rasa bersyukur dan menikmati kehidupan
Putus asa bagi NR, merupakan tanda bahwa seorang individu
tak dapat menikmati hidupnya. NR mengaku bahwa dirinya adalah
orang yang sangat bersyukur dengan kehidupannya saat ini. Bukan
hanya karena dirinya telah menjadi seorang PNS, tetapi juga karena
diberikan keluarga, teman-teman, dan anak-anak yang menyayangi
dirinya. NR tak pernah merasa terganggu melihat temannya memiliki
materi yang lebih banyak darinya karena bagi NR yang terpenting
bukan kesuksesan dalam materi, tetapi kesuksesan dalam membina
sebuah keluarga. Kehidupan NR adalah tentang keluarga, sehingga
keluarga menjadi hal yang paling penting dan yang paling berharga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Dalam rentang satu hingga sepuluh, NR menilai semangatnya
untuk menghadapi hidup berada di skor sembilan. Baginya, skor ini
adalah yang paling sesuai karena tak terlalu sempurna, namun sangat
baik. NR berpendapat bahwa kesempurnaan adalah milik Tuhan,
sehingga bila dikatakan semangatnya sangat sempurna itu adalah hal
yang tak mungkin. Terlebih, NR juga mengakui bahwa dirinya
terkadang merasa lelah dan bosan, namun tak pernah membuatnya
menyerah. Saat ini, NR enggan terbebani oleh kondisi hidup dan lebih
sadar bahwa hidup harusnya selalu disyukuri.
NR tak berharap untuk memiliki kehidupan yang terbaik,
namun lebih ingin untuk menjalani hidup apa adanya, seperti yang
dikehendaki oleh Tuhan. Kala sakit, NR akan menerimanya dan
berusaha untuk sembuh, kala lelah, NR akan beristirahat sejenak
sambil berdoa untuk mengembalikan semangatnya. Bagi NR, segala
sisi kehidupan dan dinamikanya harus disyukuri, dan dijalani dengan
senyuman. Orang tua NR juga tak pernah memberikan batasan pada
NR, sehingga dirinya bebas untuk memilih jalan hidupnya sendiri.
k. Peran positif dukungan dalam membangun semangat
Dukungan positif yang diberikan oleh orang-orang sekitar
berdampak banyak hal bagi NR. Salah satunya adalah membuat NR
semakin giat untuk bekerja. Menurut NR, dukungan dapat menjadi
sarana yang memberi dorongan, agar NR dapat meraih tujuannya.
Selain itu, adanya dukungan sosial membuat NR merasa tak sendirian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
kala menghadapi kesulitan saat mengajar anak berkebutuhan khusus.
NR merasa ditemani karena ada yang dapat diajak berkeluh kesah.
NR menjadi semakin bersemangat selama menjalani
perjuangannya untuk mengajar di SLB. Selain itu, NR merasa sangat
tertolong oleh bantuan yang diberikan keluarga, serta rekan-rekannya.
Bagi NR, dukungan membuatnya merasa lebih tenang, ketika
mengajar anak berkebutuhan khusus karena tak ada orang yang
menentang atau melarangnya untuk melakukan apa yang
disenanginya. Berbeda bila ada orang terdekatnya yang melarang NR
untuk menjadi guru SLB.
l. Dampak negatif jika tak mendapat dukungan sosial
Ketika ada orang terdekat yang tak mendukung keinginan NR
untuk menjadi guru SLB, NR akan merasa terganggu dan membuat
dirinya tak dapat berkonsentrasi pada pekerjaannya. NR mengatakan
bahwa kondisi tersebut akan membawa pengaruh buruk pada cara
mengajarnya. Hal ini dikarenakan, NR memerlukan ketenangan dan
tingkat konsentrasi yang tinggi saat mengajar, bila dirinya tak
mendapat kedua hal tersebut, maka dirinya tak akan maksimal saat
mengajar, sehingga anak berkebutuhan khusus juga akan sulit untuk
menangkap pelajaran. Menurut NR, kondisi tersebut adalah kondisi
yang paling sulit untuk dihadapi.
NR mengaku bahwa dirinya akan mengalami kekecewaan
yang mendalam karena tak dapat melakukan apa yang diimpikannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Kondisi tersebut juga menjadi salah satu kesedihan terbesar bagi NR,
membuat NR merasa sangat terbatas dalam menjalani kehidupan. NR
selalu berharap agar dirinya tak mengalami keadaan tersebut dan
keluarga bisa terus mendukung segala yang dilakukan oleh NR. Oleh
karena itu, NR selalu memberikan pengertian kepada keluarga dan
orang terdekatnya bahwa pekerjaan sebagai guru SLB adalah
pekerjaan yang diinginkannya. Bagi NR, hidup tanpa dukungan
seperti hidup dalam penjara, sehingga NR selalu berharap untuk bebas
menikmati kehidupannya sebagai guru SLB serta didukung oleh
semua orang terkasihnya.
2. Informan 2 (IP)
Ada beberapa subtema yang muncul dari informan kedua, namun
berbeda dari informan pertama, yaitu cita-cita atau harapan informan
kedua yang memang ingin menjadi seorang guru, keyakinan mengenai
hukum-sebab akibat, kesulitan karena tak memiliki pengalaman
mengajar, serta kisah pilu ketika pekerjaannya diragukan oleh
keluarganya. Berikut pemaparan subtema secara lengkap.
a. Bercita-cita menjadi seorang guru
Selama dua belas tahun sudah, IP mengajar sebagai guru SLB.
Sebelumnya, IP sempat bekerja sebagai ahli gizi di salah satu dinas
kesehatan milik pemerintah. Kemudian, IP berpindah menjadi
seorang guru SLB karena dirinya merasa bahwa ilmu yang
dipelajarinya tak banyak digunakan ketika bekerja sebagai ahli gizi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Selain itu, IP yang mengambil jurusan pendidikan bimbingan
konseling di perkuliahannya, dari kecil memang berniat menjadi
seorang guru. IP mengatakan bahwa menjadi seorang guru juga
membuatnya dapat membantu orang lain.
Menurut IP, pendidikan bimbingan konseling merupakan salah
satu bidang terbaik untuk memperbaiki kehidupan anak muda. Hal ini
dikarenakan, bimbingan konseling bukan hanya mengajarkan tentang
agama, tetapi juga budi pekerti berperilaku. Saat ini IP tak hanya
mengajar di SLB, tetapi dirinya juga menjadi guru sholat untuk anak-
anak di sekitar rumahnya. IP sangat senang menjadi seorang pengajar
karena menurutnya gairah hidupnya berada di pekerjaan tersebut.
b. Keprihatinan dan kepedulian melihat ABK dan SLB
Ketika menyadari bahwa dirinya berhasil menjadi seorang
guru, namun di SLB, IP mengaku bahwa dirinya senang. IP memang
tak memiliki banyak pengalaman bersama anak berkebutuhan khusus,
selain sepupunya. Akan tetapi, karena IP memang merasa kasihan
kepada anak berkebutuhan khusus yang mengalami hal serupa seperti
sepupunya, pekerjaan guru SLB tak lagi menjadi sebuah masalah.
Saudara sepupu IP merupakan anak berkebutuhan khusus dengan
gangguan tunarungu. IP memiliki hubungan yang sangat dekat dengan
sepupunya. IP mengatakan bahwa dirinya merasa kasihan kepada
sepupunya karena sering dipandang negatif oleh orang sekitar akibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
gangguan yang dialaminya, padahal sepupu IP merupakan anak
dengan sopan santun yang baik.
IP menganggap bahwa pandangan tersebut, sebenarnya tak
pantas ditujukan kepada saudara sepupunya atau anak berkebutuhan
khusus lain karena mereka juga makhluk ciptaan Tuhan. Menyadari
bahwa ada banyak pandangan negatif untuk anak berkebutuhan
khusus, membuat IP merasa tertarik menjadi seorang guru bagi anak-
anak tersebut. Selain itu, hati IP juga tergerak untuk sekedar
membantu SLB yang kesulitan untuk mencari pengajar bagi anak-
anak berkebutuhan khusus. Banyak orang yang enggan memberikan
diri untuk membantu anak-anak berkebutuhan khusus, hanya karena
menurut mereka tak ada masa depan yang jelas, bila menjadi seorang
guru SLB.
Kesadaran IP bahwa, setiap anak adalah sama membuat IP
hendak menjadi sosok ayah bagi anak berkebutuhan khusus. IP
mengaku bahwa dirinya sebagai guru merasa bertanggung jawab
terhadap kehidupan murid-muridnya. IP ingin membawa sebuah
perubahan dalam kehidupan anak-anak berkebutuhan khusus yang
diajarnya. Oleh karena itu, IP berusaha agar anak-anak berkebutuhan
khusus dapat hidup mandiri dan tak diremehkan lagi oleh orang-orang
sekitarnya. IP mengatakan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang menggemaskan, sehingga terlalu menyedihkan, jika
melihat kehidupan mereka dikucilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Bagi IP, melihat kondisi anak berkebutuhan khusus menyentuh
hatinya. Terlebih, karena IP menganggap bahwa dirinya adalah
seorang ayah bagi anak-anak tersebut. IP merasa bahwa dirinya
memang perlu berjuang, bila hendak membawa sebuah perubahan.
Salah satu bentuk perjuangan yang telah dilakukan IP adalah
perhatian yang diberikannya ketika salah satu anaknya sedang sakit.
IP segera membelikan obat untuk anak tersebut, tanpa memikirkan
bahwa uangnya akan kembali atau tidak karena menurut IP yang
terpenting adalah kita dapat menolong sesama yang membutuhkan.
c. Keinginan untuk berharga dengan mengajar di SLB
Ketika IP dapat membantu anak berkebutuhan khusus di SLB,
IP mengaku bahwa dirinya merasa lebih bermanfaat. Perasaan
tersebut muncul dari hatinya, sehingga IP menjadi enggan berhenti
untuk mengajar. IP juga merasa telah mengenal setiap kondisi di SLB
dengan setiap kesulitan atau kemudahannya, sehingga pengalaman
yang terjadi sepanjang hari di SLB bersama dengan anak
berkebutuhan khusus merupakan pengalaman yang berguna bagi IP.
SLB bagi IP adalah tempat di mana dirinya dapat mengeluarkan
segala kemampuannya.
d. Keyakinan akan adanya hukum sebab-akibat
Semua keinginan dan dorongan yang muncul dari dalam hati
IP, bukan hanya membuat dirinya ingin bekerja dan mengabdi pada
anak berkebutuhan khusus. Akan tetapi, juga membuat dirinya merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
lebih aman dalam kehidupannya. IP percaya bahwa suatu perilaku
baik, akan dibalas Tuhan dengan hal yang baik pula. Mengajar
menurut IP, merupakan salah satu cara untuk membantu orang lain
dan menambah pahala di dunia, sehingga suatu hari nanti kehidupan
IP akan lebih dimudahkan.
IP mengaku bukan hanya bekerja untuk anak-anak
berkebutuhan khusus, tetapi juga bekerja untuk membantu dirinya
sendiri saat berada di akhirat. Hal ini disebabkan, segala sesuatu yang
telah dilakukan oleh IP untuk SLB, dianggap merupakan sebuah
ibadah. Ibadah tersebut bagi IP, akan membantu dirinya untuk
menentukan arah yang baik ketika IP menemui jalan buntu dalam
perjalanan hidupnya, sehingga tak terjerumus dalam kesalahan.
Ibadah juga akan memberikan semangat untuk dirinya agar mampu
mengatasi segala kesulitan. IP menyadari bahwa dirinya memerlukan
ibadah sebagai salah satu kunci sukses selama hidup.
e. Masalah pada kondisi kelainan anak serta penerapan metode
Kala IP membantu anak berkebutuhan khusus, IP juga
menemui beberapa kendala. Salah satunya adalah kendala yang
muncul dari anak berkebutuhan khusus itu sendiri. Anak
berkebutuhan khusus memiliki gangguan yang berbeda-beda,
sehingga IP tak dapat menerapkan cara mengajar yang serupa kepada
setiap anak. IP harus mengenali kemampuan setiap anak didiknya. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
tersebut bukanlah hal yang mudah karena kemampuan setiap anak
didiknya pun sangat spesifik dan harus dirasakan oleh IP.
IP juga mengatakan bahwa, anak-anak berkebutuhan khusus di
SLB memerlukan guru sebagai orang tua untuk membimbing mereka
di dalam kelas, bukan hanya sebagai guru yang berceramah di depan
kelas. Kondisi tersebut harusnya disadari oleh guru SLB agar tak
tergesa-gesa dalam mengajar, serta menunjukkan kemarahan yang
berlebihan saat dalam kelas karena dapat membuat anak berkebutuhan
khusus menjadi takut. Anak berkebutuhan khusus memiliki hati yang
lebih sensitif dari anak normal, sehingga membuatnya lebih mudah
merasa sedih, kecewa, serta putus asa, dibandingkan dengan anak
normal. Oleh karena itu, bagi IP guru harus bersedia untuk melayani
dengan sepenuh hati.
IP menghadapi anak tunagrahita dengan kesabaran untuk
mengajar berulang-ulang kali karena ada beberapa anak yang tidak
cepat menangkap pelajaran yang disampaikan. Ketika berhadapan
dengan anak tunarungu, IP harus menggunakan bahasa isyarat karena
anak-anak tersebut tak mampu mendengar suara. Berbeda pula,
dengan anak autis, bagi IP anak autis memiliki permasalahan
sosialisasi yang buruk dengan lingkungannya, sehingga perlu
kesabaran ekstra untuk tak memarahi anak-anak autis, bila melakukan
hal yang aneh seperti tiba-tiba mencium atau lainnya. IP mengaku
bahwa, bentuk belajar di kelas adalah semua anak diajar secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
bersamaan, namun IP tetap harus memerhatikan mereka secara
individual. Hal ini dikarenakan, kondisi kelas di SLB tak sama dengan
kondisi kelas di sekolah formal.
Kondisi gangguan anak berkebutuhan khusus yang beragam
menyadarkan IP agar dirinya bekerja lebih keras guna menerapkan
metode mengajar yang sesuai bagi setiap anak. Teori yang selama ini
IP dapatkan ketika belajar tentang bimbingan konseling di
perkuliahan, tak membahas mengenai anak berkebutuhan khusus,
sehingga dirinya harus mengembangkan sendiri kemampuan yang
ada. Dengan kata lain, IP harus mampu melayani anak berkebutuhan
khusus dengan teori-teori konseling yang dimilikinya. IP
menggunakan teori konseling hanya untuk memberikan pengertian
pada anak berkebutuhan khusus yang membuat masalah. Akan tetapi,
untuk mengajar IP jarang menggunakannya karena sedikit sulit untuk
menyesuaikannya dengan karateristik kepribadian anak berkebutuhan
khusus.
f. Kurangnya tenaga pengajar di SLB
IP mengungkapkan masalah lain yang muncul di SLB adalah
kurangnya tenaga pengajar, namun SLB tak sanggup membayar gaji
guru tambahan. Bagi IP, saat ini jarang sekali ada yang hendak
menjadi guru SLB karena banyak yang berpandangan bahwa guru
SLB tak memiliki masa depan jelas, gaji yang pas-pasan, namun
pekerjaan sangat berat. Contohnya, salah satu rekan IP yang dulunya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
juga bekerja di SLB. Rekannya berhenti menjadi guru SLB karena
mendapat tawaran lain untuk bekerja di salah satu perusahaan milik
negeri. IP enggan menyalahkan mereka, namun IP merasa kesulitan
dengan keadaan saat ini, di mana jumlah anak berkebutuhan khusus
yang harus diajar tak sebanding dengan jumlah guru.
g. Mengembangkan diri dan mencari bantuan dari sesama guru
Kesadaran IP mengenai permasalahan yang terjadi di SLB,
lantas tak membuat IP mengeluh. Menurut IP, setiap pekerjaan
memiliki kesulitan masing-masing. IP mengatakan bahwa dirinya
sering bertukar pikiran dengan rekan sesama guru yang lebih
berpengalaman saat menghadapi suatu masalah. IP melakukannya
agar meringankan beban yang ditanggungnya, selain itu rekannya
juga dapat memberikan nasehat-nasehat yang membangun untuk IP.
Nasehat-nasehat tersebut dapat digunakan oleh IP untuk membantu
dirinya menemukan cara memecahkan masalah yang sedang
dialaminya.
Kesadaran bahwa IP perlu belajar lebih banyak untuk dapat
mengatasi kesulitannya, membuat IP juga memahami bahwa dirinya
perlu meningkatkan kesiapan dalam mengajar. IP harus
mengembangkan pengetahuannya agar dapat menerapkan proses
belajar yang lebih efektif. Peningkatan tersebut diperoleh melalui
kemauan untuk belajar tentang hal baru, latihan, dan pengalaman.
Selain itu, menurut IP, kesiapan diri yang lebih baik akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
membuatnya selalu memiliki trik baru yang dapat dikembangkan guna
mengatasi kesulitan.
h. Membangun dinamika dengan ABK
IP mengatakan bahwa usahanya untuk mengatasi kendala
dengan meningkatkan kesiapan diri, menggerakan dirinya agar
melakukan pendekatan terlebih dahulu dengan anak-anak yang akan
diajari. Hal tersebut dikarenakan, IP perlu mengetahui setiap
karakteristik gangguan pada anak-anaknya agar dapat menerapkan
metode yang sesuai. IP berusaha untuk mengenali anak-anak
berkebutuhan khusus dengan menerapkan model kekeluargaan di
kelasnya. IP menjadi sosok ayah yang mengayomi anak-anaknya, di
mana mereka bebas menyampaikan perasaan mereka kepada IP. IP
mengakui bahwa, cara tersebut sangat sesuai saat dirinya ingin
mendekati anak berkebutuhan khusus karena sosok IP yang akan aktif
bertanya dan memberikan perasaan kasih pada anak berkebutuhan
khusus membuat mereka merasa sedang berada di rumah.
Ketika IP telah memiliki hubungan yang baik dengan setiap
anaknya, dirinya akan lebih mudah untuk membimbing mereka agar
menurut pada perkataannya. Selain itu, IP juga tak akan terlalu sulit
menghadapi kenakalan-kenakalan yang biasanya dilakukan oleh
anak-anak tersebut. IP mengakui bahwa cara membangun kedekatan
tersebut adalah salah satu cara paling efektif untuk mengatasi
kesulitan mengajari anak berkebutuhan khusus karena perasaan anak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
anak tersebut sangat sensitif, sehingga mudah untuk membuat mereka
merasa tersentuh. Ketika IP telah mengenal baik setiap anak yang
diajarnya, maka dirinya juga tak akan bingung untuk membangun
suasana kelas menjadi lebih menyenangkan dan tak membosankan.
i. Suka dan duka yang dihadapi dengan optimis
IP melihat pengalaman mengajar di SLB dapat memberikan
kesenangan tersendiri dalam hidupnya. Kala IP mengajar di SLB,
dirinya merasakan bahwa dirinya secara tak langsung dapat berbagi
bersama anak berkebutuhan khusus, bukan hanya berbagi ilmu dan
materi, tetapi juga perasaan dan tawa canda. Bagi IP, selama dapat
berbagi, dirinya merasa lebih berguna sebagai manusia dan hal
tersebut sangat menyenangkan. IP juga merasa lebih bersemangat
untuk menjalani hidupnya. SLB bukan hanya membuat IP semakin
kreatif menurutnya, tetapi menjadi lebih berani menghadapi hal baru
yang mungkin tak pernah terbayangkan sebelumnya.
IP menyadari bahwa dengan bekerja di SLB dapat membuang
rasa suntuknya sehari-hari karena anak berkebutuhan khusus yang
dianggapnya polos, murni, dan menggemaskan selalu dapat
menghiburnya. IP juga belajar untuk memandang positif pada setiap
kondisi agar dirinya tak terbebani oleh banyak pikiran yang
mengganggu. IP tak memungkiri bahwa memang terkadang dirinya
merasa lelah, namun IP menganggap bahwa mengajar di SLB telah
menjadi salah satu caranya untuk bahagia. Tawa anak berkebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
khusus bagi IP adalah sebuah harta yang dicarinya. Oleh karena itu,
IP enggan memalingkan wajahnya ketika anak berkebutuhan khusus
membutuhkan dirinya.
Dalam setiap proses mengajar IP selalu menemukan alasan
untuk selalu bercanda tawa dengan anak berkebutuhan khusus yang
diajarnya. Bagi IP, hal tersebut sukses membangkitkan dorongan
dalam dirinya untuk terus berbagi. IP juga mengakui bahwa dirinya
yang memberikan perasaan kasih pada anak berkebutuhan khusus
juga merasakan hal yang sama ketika anak-anak tersebut berkembang
ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, IP merasa bersyukur karena
telah dipertemukan dengan anak-anak berkebutuhan khusus yang ada
di SLB, meskipun banyak kejadian sulit yang harus dialami, namun
hasil yang didapat sungguh membahagiakan.
Selain banyaknya kebahagiaan yang IP dapatkan dari proses
mengajar, IP juga merasakan keadaan duka yang menjadi pelengkap
pengalamannya di SLB. IP ingin jujur, bahwa dirinya kala bekerja di
SLB juga mengalami kesedihan saat melihat anak berkebutuhan
khusus merasa takut, malu, dan lambat untuk berkembang. IP juga
awalnya tak didukung oleh keluarganya untuk menjadi seorang guru
SLB, sehingga semakin tertekan. Akan tetapi, kesedihan dan rasa stres
tersebut tak lantas membuat IP menyerah mengejar mimpinya untuk
menjadi seorang guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Bagi IP, kesedihan berperan membangkitkan suatu dorongan
untuk menjadi lebih baik. IP mengatakan bahwa dirinya sedih ketika
melihat anak yang diajarnya diabaikan oleh orang tuanya, sehingga
perkembangan anak cenderung lambat. Akan tetapi, hal tersebut tak
menjadi sebuah keluhan untuk menyerah karena IP memang perlu
berjuang untuk mendapatkan tujuan yang diinginkannya. IP percaya
bahwa tak ada yang instan di dunia ini. Oleh karena itu, ketika anak
didiknya tumbuh cenderung lambat, IP akan memutar otaknya untuk
menemukan cara baru agar mereka sekedar dapat berkembang sedikit
lebih cepat. Keadaan tersebut memperlihatkan kondisi di mana
kesedihan juga berperan mengembangkan IP menjadi individu yang
lebih baik.
IP menyampaikan bahwa dalam mengembangkan kemampuan,
seorang individu perlu memiliki keoptimisan dalam mengejar target
yang hendak dicapai, begitu pula ketika mengajar di SLB. Bagi IP,
optimis mencapai target memiliki peran yang penting dalam sebuah
proses pengajaran. Salah satunya adalah menjadi keyakinan setiap
metode yang hendak digunakan. Contohnya, ketika seorang anak autis
ingin diajarkan bersosialisasi, IP perlu optimis dan membuat target
selama minggu pertama anak tersebut harus mampu melakukan
perilaku apa, kemudian minggu kedua dan seterusnya. IP akan
memiliki gambaran metode yang sesuai dengan target-target yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
telah dibuatnya agar dapat diterapkan kepada anak berkebutuhan
khusus.
IP meyakini bahwa ada beberapa hal dari pengalamannya di
SLB yang membuatnya berpikir lebih terbuka. Contohnya, adalah
kepercayaan IP mengenai proses yang dijalani dengan usaha sepenuh
hati menjadi lebih berharga. IP berkata bahwa dirinya sudah tak terlalu
berminat lagi melihat hasil yang didapat selama telah berusaha sebaik-
baiknya. IP memiliki pandangan bahwa hidup selalu butuh proses dan
tahapan karena tak ada yang instan.
Usaha memegang peranan penting dalam proses pembelajaran
yang IP jalani selama di SLB. Selain itu, IP juga memandang bahwa
respon terhadap kondisi merupakan hal yang turut serta membangun
dirinya. Hal ini dikarenakan, respon setiap orang menghadapi suatu
kondisi bisa saja berbeda dan memengaruhi pandangannya terhadap
situasi yang dihadapinya. IP belajar bahwa pengalaman yang
bermakna merupakan sebuah hal relatif yang dibentuk oleh individu
itu sendiri.
Ketika memaknai pekerjaannya sebagai sesuatu yang baik IP
akan merasa ikhlas dengan semua yang telah dilakukannya.
Meskipun, IP pernah mengalami beberapa kesulitan ketika mengajari
anak berkebutuhan khusus. Akan tetapi, IP enggan mengganggap hal
tersebut sebagai kondisi yang mengganggu, malah sebaliknya IP
senang dapat belajar hal baru. Cara IP merespon atau memandang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
setiap kondisi juga membuatnya menjadi lebih sabar. Menurut IP,
kesabaran adalah suatu respon dari sebuah proses pembelajaran.
IP juga memiliki pegangan hidup untuk menjadi individu yang
bermanfaat bagi orang lain, sehingga IP enggan menggunakan
kemarahan untuk menghadapi kesulitannya. Menurut IP, kemarahan
hanya membuat dirinya tak tenang dan sulit menemukan solusi untuk
mengatasi masa sulitnya. Oleh karena itu, IP jarang memarahi anak
didiknya, bila belum menguasai pelajaran. IP lebih ingin mengayomi
mereka sebagai ayah yang mengasihi agar IP dapat memenuhi tujuan
hidupnya sebagai individu yang bermanfaat bagi orang lain, termasuk
anak-anak berkebutuhan khusus.
j. Menyiapkan diri untuk menjalani segala kondisi
Dapat bermanfaat bagi orang lain adalah suatu bentuk
“keoptimisan” dalam hidup IP. IP merasa bahwa dirinya harus
menerima datangnya kondisi apapun dalam hidup agar bisa mencapai
tujuan tersebut. IP percaya bahwa Tuhan selalu memiliki rencana
tertentu saat memberikan kondisi baik atau buruk, sehingga IP tak
boleh mengeluh. IP mengatakan bahwa kondisi apapun dalam hidup
merupakan tanggung jawab masing-masing individu, termasuk
menjadi seorang guru SLB. Pilihannya menjadi guru SLB didasarkan
pada keinginan IP sendiri, sehingga IP harus berlapang dada
menerima segala proses yang sulit atau mudah ketika mengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
IP menyadari bahwa sesungguhnya banyak juga hal penting
lainnya yang harus dipertimbangkan, contohnya gaji. Akan tetapi,
bagi IP gaji yang diterimanya di SLB telah memenuhi kebutuhannya
sehari-hari dan IP tak memerlukan lebih dari itu. IP menganggap
bahwa gaji berapapun di SLB akan cukup, karena dirinya bukanlah
individu yang mementingkan harta melimpah. Selain itu, menurut IP
sebenarnya gaji banyak, sedikit, miskin, atau kaya adalah pandangan
berbeda masing-masing individu, sehingga IP lebih menginginkan
menjadi orang yang kaya dalam pahala, bukan materi. IP juga
menerima semua kondisi dengan optimis dan tetap menjalani
perannya sebagai guru SLB karena dirinya merasa senang dapat
membantu anak-anak berkebutuhan khusus.
Kondisi-kondisi tersebut menghasilkan kebanggaan pada diri
IP. IP menganggap bahwa dirinya telah menerima keadaan yang
terjadi sebagai sebuah hikmah dari Tuhan. Ketika IP mengingat
masalah yang dialaminya di SLB, dirinya merasa bersyukur karena
ada pelajaran yang selalu bisa diambil dari setiap kejadian tersebut.
Dirinya juga tetap optimis melakukan pekerjaannya dan tak
menghilangkan perhatiannya pada anak berkebutuhan khusus. Begitu
pula, kala IP harus mengajar anak dengan gangguan yang belum
pernah ditemuinya, IP berusaha untuk memotivasi dirinya agar
nyaman dengan segala kondisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Bagi IP, rasa nyaman akan muncul bukan hanya karena bentuk
penerimaan, tetapi juga bagaimana IP berjuang menghadapi
kondisinya. IP menyadari bahwa putus asa atau mengeluh adalah
suatu bentuk hambatan bagi perjuangannya. IP sudah tak bisa lagi
mengeluh, karena menurutnya, mengeluh dan berputus asa hanya
membuang waktunya. IP lebih memilih untuk memikirkan bagaimana
dirinya akan menghadapi kondisi, mencari metode belajar bagi anak-
anak berkebutuhan khusus, atau sekedar bertukar pikiran dengan
teman-temannya. Menurut IP, yang terpenting adalah dirinya
berjuang, menerima, serta memaafkan, apa yang sedang dilalui, telah
dilalui, maupun yang akan terjadi.
k. Menikmati kehidupan dengan rasa syukur
IP mengaku bahwa dirinya sangat bersyukur dengan
keadaannya saat ini. Dalam rentang satu hingga sepuluh, IP menilai
semangatnya untuk menghadapi hidup berada di skor sembilan koma
lima. Bukan karena dirinya saat ini telah menjadi seorang PNS, namun
karena dirinya dapat membantu anak-anak berkebutuhan khusus
mengejar mimpi mereka. IP tak pernah merasa marah atau iri melihat
temannya memiliki materi yang lebih banyak, pekerjaan yang lebih
baik, atau istri yang lebih cantik. Menurut IP segala hal tersebut adalah
kenikmatan duniawi yang bisa saja habis kapanpun. Kehidupan IP
adalah tentang agama dan iman yang dimilikinya karena iman
membuat IP paham akan arah yang terbaik bagi hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
IP tak berani untuk memberikan nilai sepuluh pada
semangatnya karena IP berpendapat bahwa sepuluh adalah nilai yang
terlalu sempurna dan kesempurnaan hanya milik Tuhan. Akan tetapi,
menurut IP angka sembilan koma lima untuk semangatnya telah
cukup menggambarkan bagaimana IP dapat menikmati hidupnya
dengan sangat menyenangkan. IP enggan terbebani dengan masalah
yang datang menerpa hidupnya, atau sekedar mengganggu
semangatnya dalam mengajar karena menurut IP yang terpenting
adalah dapat selalu bersyukur dengan apa yang terjadi.
IP mengatakan bahwa gaji yang diterimanya saat menjadi ahli
gizi lebih besar, daripada gajinya saat di SLB. Akan tetapi, IP tak
mementingkan hal itu lagi karena IP hanya ingin menjalani hidup apa
adanya, serta dapat membantu anak-anak berkebutuhan khusus
mendapatkan hidup yang lebih baik. Bagi IP, bagian terpenting dalam
hidupnya adalah bisa melakukan hal sosial untuk sesama manusia.
Rasa syukur IP terhadap hidupnya juga membuat setiap kesulitan
selalu memiliki arti sendiri. Hal tersebut disebabkan, pandangan IP
bahwa Tuhan merancang hidup bukan hanya untuk bahagia, tetapi
juga untuk bersedih.
l. Peran positif dukungan dalam membangun motivasi
Menurut IP, dukungan memberikan arti tersendiri dalam
dirinya. Salah satunya adalah menciptakan rasa nyaman saat
mengajar. Dukungan juga berarti kepercayaan yang diberikan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
orang-orang terkasih, sehingga IP enggan membuat mereka kecewa.
Ketika IP didukung oleh keluarga atau rekan kerjanya, IP menjadi tak
merasa sendirian karena ada orang-orang yang akan mendengarkan
keluh kesahnya. IP juga menjadi semakin bersemangat selama
menjalani perjuangannya untuk mengajar di SLB.
Selain itu, IP merasa tertolong oleh bantuan yang diberikan
keluarga, serta rekan-rekannya. Hal ini dikarenakan, menurut IP,
dirinya bukanlah orang yang sempurna, sehingga IP juga memerlukan
bantuan orang lain untuk menolongnya. Ketika IP tak bisa mengantar
anaknya ke sekolah karena harus pergi pagi-pagi sekali ke SLB,
saudara-saudara IP bersedia untuk membantu IP mengantarkan anak-
anaknya. Ketika IP harus pulang malam, karena ada pelatihan, istri IP
bersedia menunggu IP pulang dan menyiapkan segala perlengkapan
IP saat paginya. IP merasa dukungan adalah sesuatu yang patut
disyukuri karena memberikan dirinya energi untuk berjuang.
m. Dampak negatif karena tak mendapat dukungan
Kala dulu, kerabat terdekat tak mendukung keinginan IP untuk
menjadi guru SLB, IP menjadi kurang fokus untuk mengajar. IP
mengatakan bahwa dirinya merasa kurang nyaman dengan situasi
tersebut, sehingga IP selalu berusaha untuk menjelaskan alasannya
pindah ke SLB. Bagi IP, mengajar anak berkebutuhan khusus
memerlukan ketenangan dan tingkat konsentrasi yang tinggi, sehingga
dukungan dari kerabat dekat menjadi hukum yang mutlak. Bila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
dirinya tak mendapat kondisi tersebut, maka dirinya tak akan
maksimal saat mengajar. Hal tersebut juga akan berdampak pada anak
berkebutuhan khusus yang ingin dibantunya.
IP mengaku bahwa dirinya mengalami kesedihan ketika
keluarganya mempertanyakan alasan untuk pindah ke SLB, serta
tampak kurang mendukung keputusannya, hanya karena pekerjaan
ahli gizi terlihat lebih menjanjikan. IP merasa dirinya yang ingin
berbuat baik bagi anak-anak berkebutuhan khusus di hadang oleh
keluarganya. Kondisi tersebut menjadi salah satu kesedihan terbesar
bagi IP, membuat IP merasa sangat terbatas dalam menjalani
kehidupan. Oleh karena itu, IP selalu memberikan pengertian kepada
keluarga dan orang terdekatnya bahwa pekerjaan sebagai guru adalah
pekerjaan yang diimpikannya. Bagi IP, tanpa dukungan, keinginannya
untuk menjadi individu yang bermanfaat bagi orang lain, seperti guru
SLB yang mengajari anak berkebutuhan khusus, akan sulit terlaksana
dengan baik.
3. Informan 3 (PN)
Seperti sebelumnya, informan ketiga juga memiliki beberapa subtema
yang berbeda dengan informan pertama dan kedua, yaitu keinginan awal
untuk membantu temannya yang kemudian berubah menjadi rasa kasih
terhadap SLB, keyakinannya kepada takdir Tuhan untuk mengajar, serta
bagaimana dirinya tetap bahagia, meskipun lelah dan mengalami sakit
fisik. Berikut pemaparan subtema secara lengkap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
a. Berkeinginan untuk membantu teman mengajar di SLB
Sebagai seorang guru SLB, PN telah menjalani perjalanan
yang cukup panjang. PN telah bekerja sebagai guru SLB selama lima
belas tahun. Awalnya, PN sempat menjadi seorang biarawati dan
sering mondar-mandir ke SLB untuk suatu alasan sosial. Akan tetapi,
PN memilih tak meneruskan panggilan hatinya menjadi biarawati dan
memilih bekerja di salah satu PAUD selama tiga tahun. Suatu ketika,
PN diberikan kabar oleh salah satu teman dari SLB yang pernah
didatanginya, bahwa SLB membutuhkan tenaga pengajar tambahan.
PN menjadi bimbang karena kala itu statusnya masih seorang
guru PAUD, sekaligus salah satu senior di PAUD tersebut. Akan
tetapi, di sisi lain PN ingin membantu temannya di SLB karena dirinya
juga telah mengenal anak-anak SLB. PN menimbang ke arah mana
hatinya hendak pergi dan akhirnya PN memilih untuk berhenti dari
PAUD dan mengikuti temannya mengajar di SLB. Menurut PN, SLB
lebih membutuhkan dirinya karena pekerjaan di SLB butuh lebih
banyak usaha dan tenaga. PN juga merasa kasihan kepada temannya
yang bercerita bahwa SLB dengan anak-anak berkebutuhan khusus
mengalami kekurangan tenaga pengajar karena sulitnya mencari
orang yang mau mengabdikan diri bagi SLB.
b. Terpanggil karena merasa dibutuhkan oleh SLB
Setelah PN bekerja sebagai guru SLB, PN merasa ada banyak
hal yang harus dilakukannya untuk membantu anak-anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
berkebutuhan khusus. PN mengatakan bahwa anak-anak
berkebutuhan khusus memerlukan dirinya, bukan hanya sebagai
pengajar, tetapi juga sebagai pengubah masa depan mereka. PN
merasa kasihan ketika melihat anak-anak berkebutuhan khusus
memerlukan perhatian lebih dari orang-orang sekitarnya, namun tak
ada yang memerdulikan mereka. PN juga merasa kasihan ketika
banyak orang enggan menjadi guru SLB, sehingga mengakibatkan
anak-anak berkebutuhan khusus kurang mendapatkan edukasi.
Menurut PN, peran menjadi seorang guru merupakan peran
penting dalam SLB itu sendiri. Hal ini dikarenakan, sebagai guru PN
harus berhadapan langsung dengan anak-anak berkebutuhan khusus
dan dirinya yang memahami kondisi anak-anak tersebut, bukan orang
lain. Ketika melihat kondisi mereka, PN merasa kasihan karena anak-
anak berkebutuhan khusus sering dipandang sebelah mata oleh
lingkungan sekitarnya. Anak-anak berkebutuhan khusus dianggap
anak-anak yang asing. Padahal, mereka juga merupakan salah satu
karya Tuhan. PN merasa dirinya menjadi individu yang berguna
ketika berada di SLB, terlebih karena anak-anak berkebutuhan khusus
memerlukan dirinya.
PN yang merasa kasihan, iba, dan diperlukan oleh anak-anak
berkebutuhan khusus mengganggap bahwa dirinya memiliki
hubungan batin dengan anak-anak tersebut. Bukan tanpa alasan, PN
merasa memiliki hubungan batin karena dirinya selalu merasa dekat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
dengan setiap anak-anak yang diajarnya. PN juga selalu menganggap
waktu yang dilaluinya bersama anak-anak berkebutuhan khusus
merupakan waktu yang menyenangkan. Anak-anak berkebutuhan
khusus selalu membuat hati PN terasa sejuk karena perilaku mereka
yang menggemaskan. Bagi PN, SLB merupakan tempat yang paling
sesuai untuk dirinya hingga saat ini.
SLB juga dianggap seperti rumah bagi PN, karena perasaan
kasih sayang yang diberikan oleh anak-anak berkebutuhan khusus
untuk dirinya, membuat PN betah berada di sana. PN menganggap
anak-anak berkebutuhan khusus di SLB seperti anak kandungnya
sendiri, di mana ketika mereka sakit, PN ikut bersedih dan ketika
mereka tertawa, PN ikut tersenyum. Ikatan tersebut membuat PN
semakin terdorong untuk membuktikan pada orang-orang yang
menganggap rendah anak-anak berkebutuhan khusus agar menyadari
betapa baiknya anak-anak tersebut. Oleh karena itu, PN masih enggan
untuk berpindah ke pekerjaan lain.
Selain merasakan ikatan serta kasih, PN juga mengaku
memiliki tanggung jawab kepada anak-anak berkebutuhan khusus. PN
selalu berkeinginan mengubah kondisi anak-anak berkebutuhan
khusus yang diajarnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Rasa
tanggung jawab tersebut muncul karena PN sangat memerhatikan
keadaan anak-anak berkebutuhan khusus. PN menganggap bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
mereka adalah bagian hidupnya yang juga penting dan bernilai
baginya.
c. Keyakinan bahwa adanya takdir Tuhan untuk mengajar
Keinginan PN untuk membawa kebaikan bagi anak-anak
berkebutuhan khusus juga tak terlepas dari kepercayaan PN bahwa
ada amanat dari Tuhan untuk dirinya agar menjaga anak-anak
tersebut. PN mengatakan bahwa dirinya memilih untuk mengajar di
SLB, tak semata-mata hanya karena disengaja, namun PN seperti
ditugaskan oleh Tuhan untuk mengajar anak berkebutuhan khusus,
melalui cerita temannya mengenai SLB yang sedang membutuhkan
tenaga pengajar. Selama mengajar di SLB, PN juga merasa selalu
diberikan jalan untuk memecahkan masalah, melalui hal-hal unik dari
Tuhan. PN enggan meragukan pilihannya karena banyak mukjizat
terjadi ketika dirinya bekerja sebagai guru SLB.
Salah satu contoh yang diberikan PN adalah ketika jumlah gaji
yang didapatkan tak memenuhi seluruh kebutuhannya. Kemudian,
teman PN datang secara tiba-tiba membantunya, atau saudara PN
yang tiba-tiba memberikan beberapa kebutuhan yang diperlukan oleh
PN. Menurut PN, tangan Tuhan selalu memberkahi dirinya dengan
kebaikan, kala dirinya membantu anak berkebutuhan khusus dengan
tulus. PN enggan berpikir bahwa kejadian-kejadian tersebut adalah
sebuah kebetulan. Menurut PN, selama dirinya mengikuti takdir yang
diberikan oleh Tuhan, maka Tuhan tak akan meninggalkan dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
d. Permasalahan dari karakteristik kelainan anak dan metode
Kala membantu anak berkebutuhan khusus, tak dapat
dipungkiri bahwa PN juga mengalami hambatan. PN mengatakan
bahwa hambatan dari anak berkebutuhan khusus beraneka macam,
mulai dari karakteristik gangguan setiap anak yang berbeda-beda satu
sama lain, hingga perasaan anak-anak berkebutuhan yang sangat
sensitif. PN mengatakan bahwa cukup sulit untuk mengenali
kemampuan setiap anak karena tingkatan gangguan mereka juga
berbeda, misalnya anak tunanetra. Anak tunanetra dapat dibagi dua
jenis, low vision di mana mereka masih dapat melihat, namun tak jelas
dan deep blind, di mana anak sama sekali tak dapat melihat. Begitu
pula, dengan anak tunarungu, tunagrahita, dan ketunaan lainnya
PN juga menjelaskan bahwa, selain tingkatan mereka berbeda,
kemampuan menangkap pelajaran pun dapat berbeda. Beberapa anak
deep blind dapat memahami pelajaran yang diberikan lebih cepat
dibanding temannya yang juga berada pada tahap deep blind, atau
bahkan low vision. PN harus benar-benar mengenali kemampuan
anak-anak yang akan diajarnya terlebih dahulu, sebelum melakukan
pengajaran. Oleh karena itu, PN harus selalu mengikuti setiap
perkembangan anak yang diajarnya agar tak bingung untuk
menerapkan metode yang sesuai.
Kemampuan anak yang berbeda membuat penerapan gaya
mengajar, metode, dan trik yang digunakan juga berbeda-beda. PN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
mengaku bahwa ketika dirinya masuk sebagai pengajar, PN sama
sekali tak memiliki pengalaman. Meskipun, PN sering mondar-
mandir ke SLB, namun dirinya belum pernah mengajari anak
berkebutuhan khusus. PN mengatakan bahwa dirinya perlu adaptasi
yang cukup panjang agar dapat menjadi guru yang baik. PN juga tak
pernah mendapatkan teori atau pelatihan sebelum dirinya masuk
menjadi guru SLB.
Hal tersebut membuat PN merasa bahwa di samping Tuhan
memberikannya jalan, PN juga harus berusaha belajar dan
mengembangkan kemampuannya. Meskipun, SLB tempat PN bekerja
saat ini dapat dikatakan sebagai SLB yang lengkap dengan segala
fasilitas, namun ketika dirinya enggan belajar, maka kesulitan pasti
menghampirinya. Bagi PN, metode belajar yang ada di buku atau di
internet juga tak dapat diikuti seluruhnya karena keadaan di lapangan
dapat berbeda. PN harus mengenali kondisi setiap anak, serta
memutar otak lebih keras agar dapat menerapkan metode yang baik
untuk setiap anaknya.
e. Mencoba mengembangkan diri mencari bantuan dari lingkungan
Menurut PN, setiap permasalahan yang ditemuinya di SLB
selalu memiliki jalan keluar. Salah satunya adalah bertukar pikiran
dengan rekan kerja. PN tak memiliki pengalaman apapun di bidang
mengajar anak berkebutuhan khusus, sehingga dirinya berusaha
mendekatkan diri dengan rekan kerjanya agar mereka dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
memberikan saran-saran yang berguna bagi PN. Selain itu, rekan kerja
juga dapat membimbing PN agar memahami proses belajar dan
mengajar di SLB.
PN juga tak lupa untuk mendekatkan diri dengan orang tua
siswa dan siswi agar mereka mau bekerja sama dengan PN. Menurut
PN, bantuan dari orang tua anak-anak berkebutuhan khusus sangat
diperlukan untuk mendukung proses belajar dan mengajar. Hal
tersebut disebabkan, anak berkebutuhan khusus memerlukan
perhatian yang lebih, sehingga orang tua mereka tak boleh bersikap
cuek atau acuh pada kondisi anaknya. Apabila, orang tua bersikap
cuek pada anak berkebutuhan khusus, maka anak-anak tersebut akan
mengalami hambatan untuk belajar. PN perlu berbagi tugas dengan
orang tua anak berkebutuhan khusus, agar kondisi anak-anak tersebut
dapat menjadi lebih baik.
Selain mencari dan mendekatkan diri dengan lingkungan, PN
juga menyampaikan bahwa dirinya harus mengembangkan
kemampuan dalam dirinya sendiri. Meskipun, PN tak pernah belajar
bagaimana cara mengajari anak berkebutuhan khusus, namun PN
dapat membaca buku atau sekedar memantau internet agar dapat
pengetahuan baru. PN juga pernah mengikuti pelatihan yang
diberikan dari SLB untuk mengembangkan pemahamannya tentang
anak berkebutuhan khusus. PN mengatakan bahwa dalam menerapkan
metode mengajar bagi anak berkebutuhan khusus, dirinya bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
hanya harus tahu tentang metode tersebut, namun juga mampu
menerapkannya secara baik dan sesuai.
f. Membangun dinamika kebersamaan dengan ABK
Sebagai guru SLB, PN juga tak lupa untuk membangun
keakraban dengan anak-anak yang diajarnya. Menurut PN, dalam
proses memahami kemampuan setiap anak, dirinya perlu mengenal
dan berdinamika bersama dengan anak-anak berkebutuhan khusus
yang diajarnya. PN perlu berbaur dengan keluh kesah anak-anak
tersebut dan ikut berempati dengan keadaan mereka agar dirinya dapat
menerapkan metode yang sesuai. PN melakukannya dengan
mendekatkan diri, membicarakan hal-hal yang disenangi oleh anak-
anak tersebut dan berusaha untuk menjauhkan hal yang tak mereka
senangi.
PN juga selalu memantau perkembangan anak-anak tersebut.
PN harus membangun kepercayaan anak-anak tersebut kepada
dirinya, agar mereka tak sungkan untuk bertanya dan mau menuruti
perkataan PN. Terlebih, PN dan anak-anak berkebutuhan khusus akan
menghabiskan banyak waktu bersama, sehingga PN berkata bahwa
dirinya harus menciptakan suasana yang menarik untuk belajar bagi
anak-anak tersebut. PN menganggap bahwa membangun kedekatan
dengan anak-anak berkebutuhan khusus akan mengusir rasa
bosannya, serta membuat dirinya dapat mengatasi kesulitan untuk
mengenali kemampuan setiap anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
g. Pengalaman sukacita dan dukacita dari proses mengajar
Segala proses yang terjadi di SLB membuat PN memiliki
pengalaman yang beragam mengenai hubungannya dengan anak
berkebutuhan khusus, salah satunya adalah sukacita yang PN
dapatkan. PN mengungkapkan bahwa selama di SLB, dirinya tak
sering merasa sedih, marah, kecewa, atau sakit hati. PN lebih sering
merasa bahagia dan enjoy. Hal tersebut terjadi karena, kala mengajar
anak berkebutuhan khusus PN selalu menemukan peristiwa-peristiwa
aneh dan lucu yang dapat membuatnya selalu tertawa. PN juga
mengatakan bahwa selama dirinya bekerja di SLB, PN selalu
mendapat semangat ketika melihat wajah anak-anak berkebutuhan
khusus yang diajarnya.
Ada kebanggaan tersendiri yang didapatkan oleh PN setelah
melihat anak berkebutuhan khusus berkembang menjadi lebih baik.
PN juga mengatakan bahwa anak berkebutuhan khusus dapat
menghilangkan lelahnya selama di perjalanan yang jauh dari rumah
ke SLB. PN menganggap anak-anak tersebut sebagai sumber
motivasinya untuk mengajar dan terus mengajar. PN selalu
mensyukuri segala pengalaman yang telah didapatkannya di SLB dan
jarang mengeluh karena ada orang lain yang mungkin jauh lebih sulit
dari pada dirinya.
Akan tetapi, PN tak ingin berbohong bahwa dirinya terkadang
merasa lelah karena jarak yang jauh antara rumahnya dengan SLB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PN harus berangkat dari rumah pukul enam pagi dan sampai di SLB
pukul tujuh pagi. Ketika sampai di SLB PN memang tak merasa lelah
lagi, namun jarak yang jauh menurut PN menjadi sebuah kesedihan
tersendiri. PN juga merasa sedih, bila anak berkebutuhan khusus di
SLB terserang penyakit. Bagi PN, anak-anak tersebut merupakan
salah satu sumber energinya untuk berjuang.
Pengalaman lain yang PN rasakan adalah bekerja sebagai
single parent untuk mengurus anak dan memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Meskipun, situasi tersebut dirasa tak menganggu pekerjaannya
di SLB, namun kondisi tersebut sedikit membuat PN sedih dengan
kehidupan yang dijalaninya. PN terkadang merasa kurang percaya diri
untuk menghadapi kehidupannya dan mengajar anak berkebutuhan
khusus. Menurut PN, ada banyak hal dalam dirinya yang harus
dibenahi. Oleh karena itu, PN selalu mencari dorongan positif melalui
anaknya yang berada di rumah dan anak-anak berkebutuhan khusus
yang berada di SLB.
Banyak hal yang dapat PN pelajari dari pengalamannya
mengajar di SLB, salah satunya adalah tentang pentingnya sebuah
perjuangan. PN berpendapat bahwa ketika dirinya berusaha dengan
total, kelak dirinya akan mendapatkan apa yang diharapkan.
Meskipun PN harus jatuh beberapa kali, bersedih, dihadang oleh
beragam rintangan, namun dirinya harus berusaha untuk selalu
bangkit dan mengerahkan seluruh tenaganya. Pemahaman tersebut PN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
dapatkan ketika mengajari salah satu anak berkebutuhan khusus
dengan gangguan ganda, yaitu tak mampu melihat dan memiliki IQ di
bawah rata-rata. Anak tersebut setiap harinya berusaha untuk
membaca huruf timbul, meskipun terlihat kesulitan dan butuh waktu
yang lebih lama, namun akhirnya anak tersebut berhasil membaca
dengan lancar.
h. Kebahagiaan ditentukan oleh diri sendiri
Sebagai guru SLB, PN juga belajar bahwa mendengarkan
perkataan orang lain mengenai hal negatif tak terlalu berguna bagi
dirinya. Banyak orang berkata bahwa bekerja sebagai guru SLB
adalah pilihan aneh untuk seorang single parent, namun PN selalu
mengabaikannya karena menurut PN, senang atau tak senang adalah
hal relatif. Setiap individu dapat meraih kesenangan atau
kenyamanan, bila mereka merespon situasi dengan baik, begitu pula
sebaliknya, saat individu merespon dengan negatif dan selalu melihat
kelelahan dengan yang dilakukan, maka mereka tak akan menemukan
kenyamanan. Bagi PN, yang membuat dirinya merasa berarti adalah
ketika dapat berguna bagi orang lain, salah satunya adalah anak
berkebutuhan khusus.
Bagi PN, SLB tetap menjadi sebuah tempat dengan banyak
kejutan di dalamnya dan PN juga bersyukur kepada Tuhan yang
memberikan jalan bagi dirinya untuk tetap bekarya di SLB. PN selalu
menemukan kejadian yang dapat membuatnya belajar dan tertawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
selama mengajar. PN juga menganggap segala kejadian di SLB
sebagai sebuah pelajaran baru bagi dirinya agar lebih ikhlas dan
bersabar, sehingga dirinya tak melihat alasan untuk meninggalkan
pekerjaannya sebagai guru SLB. Oleh karena itu, PN merasa dirinya
mendapatkan kecocokan tersendiri dengan SLB yang mungkin tak
dapat ditemukan di tempat lain.
PN menyampaikan bahwa setiap proses yang terjadi di SLB,
antara senang atau sedih, sebagai guru SLB dirinya harus siap
menerima dan menjalaninya. Bukan hanya karena dirinya bahagia
dengan pekerjaannya, tetapi juga disebabkan oleh pendapat PN bahwa
setiap proses menjadi kewajiban yang harus diterima. PN menunjukan
sikap siap menerima dengan selalu berusaha menanggapi keresahan
hati melalui ketenangan dan harapan. PN mengaku bahwa dirinya
bukanlah individu yang selalu optimis dalam hidup. Terkadang,
dirinya juga mengalami kondisi tak percaya diri dan berpikir secara
negatif, namun PN enggan goyah dan menjadi lemah karena
ketidakpercayaan dirinya tersebut. PN selalu berusaha untuk tetap
enjoy dan menikmati apa yang dirasakannya.
Selain itu, PN juga mengatakan bahwa takdir Tuhanlah yang
mempertemukan dirinya dengan anak berkebutuhan khusus, sehingga
dirinya harus siap melaksanakan apa yang telah dikehendaki oleh
Tuhan. Menurut PN, Tuhan selalu punya alasan untuk memberikan
sesuatu pada umat-Nya, entah itu berupa cobaan, atau suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
pengalaman yang membahagiakan. Umat-Nya hanya perlu bersikap
siap menampung segala hal yang Tuhan berikan. PN menyampaikan
bahwa Tuhan juga tak akan lupa memberikan jalan keluar dari cobaan
yang diberikan, sehingga setiap orang hanya perlu bersabar dalam
menjalaninya.
Meskipun, PN sedang mengalami kesulitan, PN mengaku
bahwa dirinya berusaha untuk tak mengeluh kepada siapa pun,
termasuk Tuhan. PN berusaha untuk tetap fokus pada apa yang sedang
dihadapinya. PN juga berupaya untuk belajar dan bangkit dari
kesulitannya. PN sadar bahwa masalah dalam hidup tak perlu dan tak
bisa dihindari, sehingga setiap individu hanya mampu menerima dan
menghadapinya. Oleh karena itu, PN hanya ingin bersikap positif
ketika menghadapi kendala, agar membawa dampak positif pula
dalam hidupnya.
i. Mensyukuri kehidupan yang dijalani
PN memiliki skor semangat untuk menjalani kehidupan di
angka tujuh, dalam rentang satu hingga sepuluh. Menurut PN, hal
tersebut bukan karena dirinya tak bersemangat, bosan, atau takut
menjalani kehidupan dan pekerjaannya. Akan tetapi, karena dirinya
sadar bahwa ada banyak hal yang tak bisa diatur olehnya, termasuk
rasa sakit ditubuhnya yang sudah mulai menua, serta kesempurnaan
yang hanya dimiliki oleh Tuhan. Bagi PN, skor tujuh sudah sangat
sempurna untuk dirinya dalam menikmati apapun yang diterimanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
saat ini. PN juga menyampaikan bahwa roda kehidupan selalu
berputar, sehingga tak ada gunanya terlalu lama menyesali diri.
PN mengakui bahwa dirinya ingin menjalani hidup seperti apa
adanya, tanpa menginginkan lebih dari orang lain, atau sama dengan
orang lain. PN mengaku bangga pada dirinya sendiri yang mampu
bertahan mengajar anak berkebutuhan khusus, serta mendidik
anaknya yang ada di rumah, tanpa mengeluh. PN bersyukur terhadap
segala sisi kehidupannya saat ini, entah sakit, sulit, atau bahagia. PN
enggan beriri hati kepada temannya yang lebih sukses darinya dalam
hal materi. PN lebih memilih untuk bersyukur karena dapat berguna
bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
j. Dampak positif suatu dukungan
PN mengatakan bahwa dukungan dari orang-orang
terkasihnya, atau teman-temannya di SLB merupakan penyokong
dirinya agar tetap tegar menghadapi kendala yang ditemuinya. PN
juga mengaku bahwa, meskipun dirinya enggan terlalu bergantung
pada orang lain karena akan sangat menganggu untuk orang tersebut
dan untuk dirinya sendiri. Akan tetapi, PN tak dapat memungkiri
bahwa dukungan orang lain sangat bermanfaat untuk dirinya. PN tak
dapat berdiri sendiri tanpa adanya dukungan dari orang-orang
terkasihnya, seperti anak dan orangtuanya.
PN menjelaskan bahwa adanya dukungan tersebut
membuatnya fokus dan nyaman bekerja di SLB. Terlebih, anak PN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
yang tak pernah bermasalah dengan pekerjaan PN, sehingga dirinya
semakin yakin dan bersemangat untuk menghadapi hari-harinya.
Senyuman yang diberikan oleh anaknya mampu mengubah rasa lelah
menjadi gairah untuk hidup kembali.
PN bersyukur karena orang tua anak-anak berkebutuhan
khusus yang dibimbingnya cukup pengertian untuk dapat bekerja
sama dengan dirinya dalam mengembangkan kemampuan anak-anak
tersebut bersama-sama. Bantuan dan dukungan dari keluarga anak-
anak berkebutuhan khusus juga memudahkan PN untuk mengajar,
karena terkadang ada beberapa orang tua yang berdonasi untuk
memberikan barang-barang keperluan SLB. Bagi PN sendiri,
dukungan berarti segala hal yang menguatkan dan menyemangati hati
untuk tegar.
k. Dampak negatif, bila tak mendapat dukungan
Ketika ditanya, bila tak mendapat dukungan, PN menjawab
bahwa dirinya akan merasa sedih hati. PN menyadari bahwa dirinya
ada di SLB juga karena dukungan dari orang-orang terkasihnya yang
selalu mendukung setiap pilihannya. Bagi PN, tak mendapat
dukungan berarti suatu kekecewaan yang mendalam. PN akan sulit
untuk berkonsentrasi terhadap pekerjaanya di SLB dan tentu akan
berdampak pada anak-anak berkebutuhan khusus. PN juga akan
merasa hampa dan ragu-ragu saat bekerja, sehingga keputusan yang
diambilnya akan selalu salah, serta menyakiti hatinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
D. Hasil Kredibilitas Data
Member Checking
a. Informan 1 (NR)
Tabel 3. Hasil member checking informan 1
No. Sebelum Sesudah
1 Arti rumah sebagai tempat
berteduh yang nyaman dan
dapat menyayangi semua
orang di dalamnya.
Arti rumah kedua sebagai tempat
di mana diri mendapat kasih
sayang yang timbal balik serta
dapat melakukan segala aktivitas
di dalamnya tanpa takut terganggu
2 Ketika berada di SLB
keadaan hati sangat nyaman
berbeda dengan tempat
bekerja lainnya
Ketika berada di SLB keadaan hati
itu relatif karena nyaman atau tidak
nyamannya diri, itu pilihan
individu sendiri.
b. Informan 2 (IP)
Tabel 4. Hasil member checking informan 2
No. Sebelum Sesudah
1 Informan 2 belum pernah
memiliki pengalaman
mengajar sebelum di SLB
Informan 2 pernah mengajar di SD
umum, namun sebagai guru PPL
2 Membantu orang lain hanya
sekedar ingin menolong saja
tak lebih dan tak kurang
karena perasaan tersebut
datang dari hati
Membantu orang lain karena
menganggap hidup sebagai
ibadah, sehingga ada perasaan
bahagia yang datang dengan
sendirinya ke hati saat membantu
orang lain
c. Informan 3 (PN)
Tabel 5. Hasil member checking informan 3
No. Sebelum Sesudah
1 Arti hidup yang didapatkan
dari proses mengajar anak
berkebutuhan khusus di SLB
yaitu, sebagai tempat yang
dipilihkan Tuhan untuk
melanjutkan hidup
Arti hidup yang didapatkan dari
proses mengajar anak
berkebutuhan khusus di SLB yaitu,
hidup sebagai bentuk persembahan
kepada Tuhan, sehingga Tuhan
telah menulis dan kita hanya
melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
E. Analisis Penelitian
Pada tahap ini, peneliti melakukan pemetaan terhadap semua subtema
yang muncul dan bagaimana subtema tersebut saling bersikap satu sama lain,
sehingga menghasilkan tema besar yang menjadi temuan penelitian. Berikut
paparan semua subtema dan tema ketiga informan :
Tabel 6. Sub-tema dan Tema Informan
Tema Subtema
Hidup mengikuti
panggilan hati
1. Nilai penghayatan terhadap cinta kasih
a. Berniat mengabdi untuk mengajar
b. Keterikatan emosi dengan ABK dan SLB
2. Nilai penghayatan terhadap keimanan pada Tuhan
a. Keinginan untuk berbakti pada Tuhan
b. Kepercayaan hukum sebab-akibat
Hidup sebagai
sarana kreativitas
1. Tantangan pekerjaan
a. Kendala dari kelainan anak dan metode
b. Kendala akibat kurang sarana dan tenaga kerja
c. Kendala karena kurangnya pengalaman
2. Nilai kreatif yang diraih dari tantangan
a. Pemberdayaan diri melalui pengalaman dan
rekan
b. Meningkatkan kedekatan pribadi dengan ABK
c. Latihan dari pembelajaran sebelumnya
Hidup merupakan
sebuah penerimaan
1. Nilai sikap menghadapi kondisi hidup
a. Menikmati suka dan duka dengan optimis
b. Menjalani kondisi dengan perjuangan
2. Bersyukur dan berefleksi atas proses kehidupan
Membangun hidup
dengan dukungan
sosial
1. Peran positif dukungan sosial bagi hidup
2. Dampak negatif saat tidak ada dukungan
Paparan tabel di atas menunjukan bahwa, semua subtema yang muncul
membentuk lima tema-tema besar yang dapat menggambarkan proses
psikologis dalam menjalani pengalaman mengajar anak berkebutuhan khusus,
sekaligus merefleksikan pertanyaan utama dari penelitian ini, yaitu bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
gambaran makna hidup guru SLB. Tema-tema besar yang muncul juga
mengisahkan bagaimana proses para guru SLB menikmati hidup yang
dimilikinya.
1. Hidup mengikuti panggilan hati
Mengajari anak-anak berkebutuhan khusus, berarti bersedia
menyerahkan diri untuk melayani SLB. Proses pelayanan yang mungkin
berlangsung secara tak mudah, namun harus dijalani bila ingin menjadi
seorang pengajar di SLB, membutuhkan panggilan dan keyakinan hati
yang kuat. Panggilan dan keyakinan hati tersebut dapat terlihat dari
bagaimana informan menyampaikan bahwa mereka teguh untuk mengajar,
tanpa sebab yang mereka sadari.
”Iya mas waktu wiyata bakti saya langsung mengajar....jadi
saya ngelihat anak ABK itu yaa kok tiba-tiba..hati ingin saja
seperti Ibu menjadi pengajar,gak tahu juga mengapa” (NR,
24-26)
“ada tawaran untuk ke sana dan saya masuk dan karena
saya mencoba membuka PAUD itu ternyata anak di sana
juga lucu, jadi saya bisa bertahan 2 tahun di sana, dari nol
belum ada murid sama sekali sampai akhirnya bisa terdaftar
120 murid begitu…dalam waktu 2 tahun, tetapi ternyata
tidak tahu mungkin hati saya memang harus dengan anak-
anak di SLB sini. Saya waktu itu ada kenalan dari sini datang
ke sana ke Semarang, lalu mereka mengatakan bahwa
mereka membutuhkan guru untuk mendampingi anak di sini
karena mereka kekurangan guru” (PN, 41-54)
Sebagai dasar yang mendorong informan untuk melayani SLB,
keinginan hati untuk menjadi seorang pengajar, entah karena orangtua atau
diri sendiri, serta ketertarikan untuk membantu orang lain menjadi
motivasi awal yang melatarbelakangi pilihan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
a. Nilai penghayatan terhadap cinta kasih
Secara mendasar, paparan informan mengenai motivasi yang
membuat mereka mau mengajar, membuahkan sebuah perjalanan
panjang. Motivasi yang muncul dari penghayatan mereka terhadap
cinta kasih membuat mereka harus melakukan rutinitas yang lama-
kelamaan mereka senangi. Penghayatan tersebut, juga memengaruhi
keterikatan emosi mereka dengan ABK yang dibimbingnya, sehingga
semakin memperkuat keyakinan mereka kala mengabdi.
1) Berniat mengabdi untuk mengajar
Keinginan hati menjadi pengajar adalah salah satu alasan
yang membuat para informan bersedia mengajar di mana pun,
termasuk SLB. Orangtua menjadi salah satu sosok yang dikagumi
dan sumber inspirasi bagi informan NR, sehingga NR berkeinginan
menjadi seorang guru. Setelah mengikuti teladan menjadi pengajar,
NR merasa senang karena dirinya dapat menjadi sama seperti
tokoh idolanya tersebut.
“Ketika ke SLB ikut Ibu saya, saya merasa senang
melihatnya mengajar dan sekarang saya bisa menjadi seperti
dia”(NR, 831-833)
Bukan hanya itu, keinginan untuk menjadi pengajar dapat berasal
dari cita-cita atau kemauan informan sendiri. Informan IP dan PN
yang ingin menjadi seorang guru enggan mementingkan apa yang
akan menjadi kesulitannya dan tetap mengejar apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
diinginkannya, seperti layaknya NR yang senang mengikuti
teladan orang tuanya.
“sebenarnya kalau untuk pelatihan atau pendidikan tentang
PLB sebelum di SLB ini…belum pernah ada mas…saya kan
dulu S1 ambil jurusan bimbingan konseling…ya…hanya
itu..tapi kalau khusus untuk ABK sama sekali belum pernah
mas….Tapi, mau gimana toh mas, kan saya memang maunya
jadi pengajar, jadi dimana pun saya terima.” (IP, 902-909)
“Saya dulu seorang suster mas, kemudian keluar karena
alasan yang tidak bisa saya bilang... terus muncul niatan
untuk mengajar, dimana saja nda masalah.. terus saya ke
SLB..eh tapi sebelumnya saya bekerja dulu di tempat
semacam PAUD gitu di Semarang, sebelum di SLB” (PN, 12-
18)
Setelah berproses beberapa waktu di SLB, motivasi-motivasi
awal yang muncul dari panggilan hati, semakin meningkat dan
menumbuhkan perasaan lain yang diakui informan membuat
mereka betah berada di SLB. Para informan semakin bersedia
untuk menyerahkan diri mereka karena ada dorongan dari dalam
yang semakin kuat dan tak dapat mereka hindari.
“dan ini juga panggilan agar menjadi lahan untuk
saya..bukan hanya mengejar uang, memang uang itu
perlu..tetapi, ada hal lain yang lebih dari sekedar
uang..yaitu rasa nyaman” (IP, 97-102)
Dorongan tersebut dapat berupa berbagai hal, seperti rasa
prihatin, rasa peduli, rasa tertarik secara emosional terhadap anak
berkebutuhan khusus dan segala dinamikanya di SLB. Dorongan
dari dalam hati ini, juga diakui informan menjadikan mereka
enggan berpaling dari SLB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
2) Keterikatan emosi dengan ABK dan SLB
Anak-anak berkebutuhan khusus memang dianggap berbeda
dengan anak normal oleh kebanyaan orang, namun para informan
tak memedulikan hal tersebut. Panggilan hati informan melahirkan
rasa iba dan prihatin pada anak-anak berkebutuhan khusus,
sehingga ada kesedihan bila anak-anak tersebut dikucilkan.
Berkaitan dengan hal ini, para informan menyatakan :
“pengalaman saya juga di mana ada orangtua yang datang
ke sini itu nangis-nangis, kan anak itu dari SD dipindah ke
sini..orangtua mana yang tidak sedih melihat anaknya yang
SD formal dipindah ke SLB, kan suatu pukulan untuk
mereka..tetapi, seiring berjalan waktu kita bimbing dan
anaknya senang di sini, sehingga tidak ada beban karena di
SD sering diledek..”(IP, 824-835)
“kita bisa membawa anak-anak yang mungkin untuk orang
normal anak ini tidak bisa apa-apa, tidak mampu apa-
apa..yang hanya bisanya mengganggu..tergantung dan
sebagainya itu..bisa berubah menjadi seorang anak yang
tidak mereka duga..lebih bermatabat, lebih mandiri, bisa
diajak komunikasi, bisa menunjukan bahwa mereka itu
ada…itu suatu prestasi yang sangat luar biasa untuk
saya…” (PN, 80-90)
Pada informan NR, rasa prihatin juga tumbuh karena kondisi
SLB yang butuh perbaikan. Hal tersebut semakin meyakinkannya
untuk bersama membangun SLB.
“Sementara ini saya belum mau mas..soalnya saya dulu ada
tawaran mas pindah ke sekolah negeri dengan gaji yang
lebih besar fasilitas juga lebih lengkap..tapi, saya belum mau
karena di sini juga dekat dengan rumah.. di sekolah ini juga
masih butuh banyak perbaikan..baik dari fisik maupun
manajemennya juga..” (NR, 601-613)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Selain itu, juga muncul rasa peduli yang berhubungan
dengan tanggung jawab para informan terhadap anak berkebutuhan
khusus yang mereka bimbing. Para informan merasa bahwa dirinya
harus berkorban dan tak perlu menghiraukan rasa lelah dalam diri
mereka karena seorang guru harusnya dapat berbagi rasa dengan
anak didiknya.
“yaa memang sih saya tambah semangat, capek tapi kalau
lihat anak itu berhasil tuh rasanya senang e mas…kayak dulu
dia gak bisa membaca di usia 10 tahun, sedangkan anak saya
umur 7 tahun sudah bisa baca lancar membaca…saya punya
perasaan bahwa saya harus bisa membuat anak itu bisa
seperti anak saya juga…dan akhirnya dia mulai bisa
membaca tuh rasanya senang e mas… Saya merasa itu
sebuah kewajiban seorang guru mas…” (NR, 544-559)
“dulu juga anak ada yang sering pake pampers dan
ditunggui sama penjaganya, terus saya bilang sama Ibunya
“Bu, kalau boleh agar anak lebih mandiri tidak perlu
dipakaikan pampers dan ditunggui lagi, nanti kalau dia mau
kencing atau BAB biar itu menjadi tanggung jawab saya
saja” awal-awal ya..anak itu memang ngompol..berak di
celana, tapi kemudian lama kelamaan anak itu bisa memberi
kode kepada saya..dia membuka celananya..ohh..itu berarti
dia mau ke toilet..begitu..apalagi terkadang yang menunggui
anak itu terlalu posesif, apa-apa tidak boleh..saya sebagai
guru yah..anak itu dalam rangka belajar tidak boleh seperti
itu..” (IP, 435-456)
Selain itu, rasa peduli juga membuat NR dan IP rela untuk
menunda waktu pulang mereka, hanya demi mengantarkan anak-
anak yang tak bisa dijemput oleh orang tuanya.
“Kalau sampai sekarang gak ada mas..kalau kami itu
intensif ya.. ada soalnya yang ketika anak-anak pulang yang
saya antar pulang sampai rumahnya itu ada..itu untuk anak-
anak yang masih butuh perhatian khusus..” (IP, 222-228)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
“Kalau dulu saya harus mencari orangtuanya, kadang
orangtuanya sudah pulang..ada yang orangtuanya telat
jemput kita harus anterin ke rumahnya..kalau sekarang lebih
enak mas..” (NR, 300-305)
Pada PN, rasa kepedulianya ditunjukkan ketika dirinya
berusaha untuk terus belajar lebih dan lebih, meskipun dirinya
sudah mulai sakit-sakitan. Semua itu demi memahami anak
berkebutuhan khusus yang akan diajarnya dan membantu mereka
agar menjadi lebih baik. PN enggan melihat anak-anak
berkebutuhan khusus yang disayanginya terlihat seperti tak
mempunyai martabat.
“sebagai guru selama kita masih sungguh..selalu mau
belajar..karena belajar itu tidak selalu murid, tapi guru juga
bisa belajar untuk menghayati bagaimana karakter
anak..apa kebutuhan anak..karena saat kita memahami
mereka kita dengan sendirinya tau apa langkah yang akan
kita ambil selanjutnya..untuk mengatasi mereka..karena
istilahnya mereka datang seperti benang ruwet itu yaa..kita
harus mencoba untuk mengurai satu per satu..sampai
akhirnya semua terurai dan mereka menjadi pribadi yang
seperti kita..punya martabat..tidak tampil sebagai benang
ruwet…meskipun yaa saya sedikit sakit sekarang mas” (PN,
617-631)
Semua kepedulian yang ditunjukkan oleh para informan
melahirkan ikatan emosi tersendiri dalam diri mereka dengan anak-
anak berkebutuhan khusus yang ada di SLB. Keterikatan emosi
membuat para informan nyaman mengajar di SLB karena merasa
ada kedekatan dengan anak-anak tersebut. Hal ini diungkapkan
oleh para informan :
“Hmm..kalau itu..kita harus selalu sadar bahwa anak
memang seperti itu..kondisinya ya..seperti itu..kenapa anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
itu sekolah di sini ya..memang karena kondisinya begitu
mas..ada anak yang memang sulit untuk ngapa-ngapain..kita
harus memahami kondisi tersebut, dengan cara memahami
kondisi mereka, maka kita akan merasa dekat dengan
mereka” (IP, 1236-1246)
“Hmm…hati saya sendiri sebenarnya saya senang dan
menikmati pekerjaan saya di sini..tetapi, yang membuat saya
tidak nyaman itu kesehatan saya mas…saya pernah
kecelakaan tahun 2011 dan ternyata itu memengaruhi
kesehatan saya…dan mungkin karena usia juga mas..saya
harus ngelaju dari mutilan ke sini kira-kira 1 jam setiap
hari…jadi, itu yang kadang membuat saya ngak…aduh kok
terkadang berat…tapi kalau lihat anak-anak di sini capeknya
hilang…terus kalau sampai rumah lihat anak saya di rumah
capeknya hilang juga..jadi, anak-anak di sini dan dirumah
justru menjadi..motivasi bagi saya untuk selalu
kuat..mungkin karena ikatan emosi ya mas..” (PN, 326-341)
Perasaan kasih yang diberikan oleh para informan juga
dibalas oleh anak-anak berkebutuhan khusus yang berada di SLB,
sehingga para informan merasa bahwa dirinya mencintai dan
dicintai oleh anak-anak tersebut. Akibat keterikatan emosi juga,
para informan merasa bahwa mereka adalah orang tua kedua bagi
anak-anak berkebutuhan khusus yang mereka bimbing.
“Banyak mas..mereka itu lucu, menggemaskan, anak yang
saya ajar kan kecil-kecil ya..jadi sungguh lucu,
menggemaskan..mereka itu menganggap saya itu sebagai
Bapak..” (IP, 414-420)
Para informan merasa bahwa SLB merupakan rumah kedua
karena dapat merasakan ketentraman di dalamnya. SLB juga
menjadi tempat untuk bebas beraktivitas tanpa takut menganggu
atau terganggu. Hal ini terkhusus disampaikan oleh informan NR:
“Yah di sini saya juga seperti di rumah mas…saya dapat
kasih sayang juga seperti yang ada di rumah…di sini banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
teman-teman kerja..ada kepala sekolah..ada murid-murid
yang sayang sama saya..di sini juga nyaman kok..saya bisa
makan di sini..saya bisa melakukan aktivitas seperti biasa di
sini..misalnya saya juga mengerjakan tugas di sini, lah
ya..memang mas..karena waktu saya di sini juga lama
mas..dari jam 7 sampai jam 4 sore mas..” (NR, 1068-1081)
b. Nilai penghayatan terhadap keimanan pada Tuhan
Tak hanya itu, para informan ternyata juga termotivasi untuk
bertahan karena mereka menganggap bahwa bekerja di SLB merupakan
salah satu bentuk ibadah. Para informan memercayai bahwa bekerja di
SLB dapat menjadi suatu bakti kepada Tuhan.
1) Keyakinan akan pentingnya bakti kepada Tuhan
Setiap orang tentunya mendambakan kebaikan di dalam
hidupnya agar dapat menjalani berbagai proses dengan tenang dan
damai. Kebaikan tersebut akan membawa nuansa dan makna
tersendiri. Hal serupa juga dirasakan oleh para informan, di mana
adanya kepercayaan bahwa mukjizat Tuhan bisa saja datang, bila
mereka berbakti dan berdoa kepada Tuhan. Hal tersebut membuat
doa serta bakti atau ibadah mengambil peran penting dalam
kehidupan informan.
Para informan memiliki kepercayaan, bila mereka memiliki
latar belakang yang baik, sering ibadah atau berdoa, dan
melakukan hal sosial, maka pahala yang terkumpul akan membawa
mereka pada kehidupan yang lebih baik untuk saat ini atau di
akhirat nanti. Seperti yang disampaikan oleh informan IP,
meskipun dulu dirinya mendapatkan gaji yang lebih besar daripada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
pekerjaan di SLB saat ini, namun IP tak lagi memedulikannya dan
bahkan tak mengacuhkan masalah gaji tersebut. Bagi IP, yang
terpenting adalah dirinya dapat beribadah dan berguna bagi orang
lain. Begitu pula dengan NR, selain ingin menjadi seperti Ibunya,
NR juga memiliki keyakinan bahwa bekerja di SLB bukan hanya
mengajar, tetapi juga ibadah kepada Tuhan. Setiap kali NR merasa
terpuruk, dirinya selalu berdoa dan hanya percaya kepada kuasa
Tuhan. Pemahaman atas kondisi-kondisi tersebut juga dimiliki
oleh informan PN, di mana dirinya merasa bahwa mengajar di SLB
adalah jalan untuknya agar berproses, melalui teman dan panggilan
hati yang begitu kuat, dirinya yakin bahwa ini adalah takdir Tuhan
dan anak-anak berkebutuhan khusus membutuhkannya.
“ya istilahnya disini juga ibadah lah mas…mereka anak-
anak kebutuhan khusus tuh butuh perhatian lebih mas..ya
saya ngerasa di sini kan kesabaran saya diuji terus saya
ingin dan harus bisa bantuin mereka..ya alhamdulilah
mungkin karena doa dari anak-anak sini juga mas…jadi
lancar juga...semua berhasil...” (NR, 30-37)
“Saya tidak tahu mas...jujur saya tidak tahu...Tuhan itu
mahabaik..Tuhan selalu saja memberi..ketika saya
membutuhkan sesuatu selalu ada saja bantuan yang datang
dan saya bisa melewati kesulitan saat itu..ntah dari keluarga
saya, atau dari orang tua murid..kalau gak tiba-tiba saya
sendiri yang mampu..dari tambahan..yaah pokonya selalu
ada jalan keluar yang juga kadang saya tidak mengerti
mas..namanya juga tangan dari Tuhan..haha...” (PN, 828-
838)
2) Kepercayaan adanya hukum sebab-akibat
Semua keinginan dan dorongan yang muncul dari dalam hati
informan, bukan hanya membuat dirinya ingin bekerja dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
mengabdi pada anak berkebutuhan khusus. Akan tetapi, juga
membuat dirinya merasa lebih aman dalam kehidupannya.
Informan khususnya IP percaya bahwa suatu perilaku baik, akan
dibalas Tuhan dengan hal yang baik pula.
“ini juga tantangan buat saya bagaimana saya bisa
melayani anak di sini dengan sebaik-baiknya, menangani
mereka dengan baik..karena saya kan punya anak juga, di
mana kita kalau asal-asalan membantu anak di sini, maka
orang lain akan melakukan hal yang sama..jangan sampai
kita lupa dengan hukum sebab-akibat..itu saja intinya…”
(IP, 536-546)
Para informan juga mengaku bukan hanya bekerja untuk
anak-anak berkebutuhan khusus, tetapi juga bekerja untuk
membantu dirinya sendiri saat berada di akhirat. Hal ini
disebabkan, segala sesuatu yang telah dilakukan untuk SLB,
dianggap merupakan sebuah ibadah.
“sebenarnya tuh kita bukan hanya kerja untuk dunia saja,
tetapi ada kehidupan di akhirat yang harus saya
pertanggung jawabkan..”(IP, 658-662)
Paparan informan mengenai panggilan hati yang membawanya
untuk mengajar di SLB dan menumbuhkan perasaan yang membuatnya
merasa nyaman menjadi arah dalam hidupnya. Panggilan hati yang
menjadi pereda lelah bagi informan, terlebih saat melihat keberhasilannya
membimbing anak berkebutuhan khusus menjadi lebih baik. Panggilan
hati yang membuat mereka ingin melakukan bakti dan ibadah kepada
Tuhan, serta mengumpulkan pahala agar memiliki kehidupan spiritual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
yang lebih memuaskan. Para Informan merupakan beberapa dari
banyaknya orang yang mengikuti panggilan hatinya untuk hidup.
2. Hidup menjadi sarana kreativitas
Dalam berbagai aspek kehidupan, tantangan yang datang memiliki
andil yang besar. Hal serupa juga didapati pada pengalaman para informan
selama menjalani proses mengajar di SLB. Bagi para informan, tantangan
memiliki peran dalam mendukung dan menemani mereka selama proses
pembelajaran di SLB. Bentuk tantangan yang dihadapi memiliki
pemecahan yang berbeda-beda pula. Untuk itulah, tantangan menjadi
sosok yang sangat penting bagi para informan, terutama atas munculnya
ide-ide kreatif dan keharusan belajar hal baru dalam memecahkan
kesulitan tersebut.
“Ya beratnya itu yaaa piyee yaa bisa ngebuat anak ini
bangun, karena buku yang kita baca kan hanya sekedar teori
tapi pada waktu kita praktek kan beda yaa kita harus belajar
supaya anak itu bisa..beratnya itu yaa di sana…anak itu kan
karakternya macam-macam kondisinya itu macam-macam
yaa..kita harus bisa..kendala membuat kita belajar hal baru
dan lebih kreatif...”(NR, 52-61)
“tingkat kesulitan mengajar di sini kan lebih tinggi dari SLB
lain karena di sini 1 anak bisa mengalami 3
kecacatan…intinya sekolah ganda kan… sebelumnya waktu
menolong dengan sukarela itu saya ke sini sambil jalan,
sambil kuliah, dan belajar hal baru untuk mengatasi
mereka..” (PN, 147-157)
a. Tantangan yang dihadapi
Bentuk tantangan yang menjadi rintangan atau kendala dapat
berasal dari anak-anak itu sendiri, dari metode yang sulit untuk
dipelajari, atau kurangnya sarana dan keaktifan orang tua yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
menyebabkan anak lambat berkembang. Rintangan-rintangan ini yang
terkadang menjadi penghalang, namun menggerakan para informan
agar merasa tertantang dan lebih menikmati prosesnya.
“memang kalau awal-awal sulit mengikuti metode belajar
mas, karena kan memang anak ada yang gak mau
belajar..main sendiri..kemampuannya beda, kemudian
seiring berjalannya waktu kan bagaimana kita bisa mencari
solusi sendiri untuk bisa mengajari anak-anak begitu
mas..”(IP, 1033-1040)
1) Kendala dari karakterisik kelainan anak dan metode
Para informan mengungkapkan bahwa setiap anak
berkebutuhan khusus memiliki karakteristik gangguan masing-
masing yang tak dapat disamakan dengan yang lainnya. Variasi
karakteristik yang beragam ini menjadi permasalahan yang paling
umum bagi para informan.
“Yaa, bisa lama mas kalau semua..yaa begini saja secara
global saja..semua anak itu kan kondisinya berbeda-
beda..kalau tunarungu, tunanetra mengajar kan dengan
anak yang kondisi dia tidak bisa melihat..kita harus
memahami dulu bagaimana saat kita memejamkan mata, kita
harus bisa melakukan sesuatu..mengoptimalkan indera
selain mata itukan tidak mudah..” (NR, 66-77)
“anak-anak itu punya karakteristik yang berbeda-beda itu
adalah kendalanya sebenarnya, namun saya merasa dengan
seiring berjalannya waktu ketika setiap hari kita berjumpa
saya jadi bisa…” (IP, 1027-1033)
Bukan hanya itu, informan NR telah melihat bahwa kondisi
karakter dan kepercayaan diri anak-anak tersebut juga berbeda-
beda. Ada anak yang takut dengan teman lainnya, entah karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
merasa rendah diri atau takut diganggu, sehingga sulit untuk
membina kerja sama yang baik di dalam kelas.
“Yaah pernah…waktu itu ada anak yang merasa takut,
rendah diri sama temannya..ya itu…kadang..cara saya
bagaimana saya mengkondisikan anak yang takut itu, jadi
berani lagi dan anak yang sering usil karena tau temannya
takut dia semakin ganggu dan ketawa..lah itu bagaimana
saya bisa menyatukan kedua anak itu..itu yang memang
butuh perjuangan” (NR, 240-249)
Pada informan PN, anak-anak yang dibimbingnya
kebanyakan memiliki gangguan ganda, di mana ada anak tunanetra
yang secara bersamaan juga tak bisa mendengar. Menurut PN,
kondisi tersebut cukup menyulitkan dirinya dan membuatnya harus
berusaha lebih keras.
“..kebetulan yang terakhir ini lima anak itu deep blind, tetapi
ganda lain…jadi, ya..berbicara dengan mereka dengan
isyarat itu ada fotonya mereka masing-masing juga sebagai
isyarat mereka dan itu memang dari nol saya yang pegang
dari gabisa apa-apa dan sekarang bisa isyarat, bisa
menuliskan kalimat…” (PN, 169-176)
Dalam mengajar anak berkebutuhan khusus, tak hanya
karakteristik gangguan setiap anak yang menyebabkan masalah,
namun juga penerapan metode yang sesuai untuk setiap
karakteristiknya dapat menjadi kendala. Para informan harus
mampu menggunakan metode mengajar yang sesuai bagi
kemampuan anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, Para
informan mau tak mau harus giat mencari dan belajar. Hal ini
dijelaskan oleh informan NR sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
“Yahh..lihat anaknya juga mas..kita tidak bisa menyamakan
semuanya sama..misalnya si A dia tunanetra tetapi motorik
halusnya baik kan tau kalau tunanetra kalau membaca
dengan meraba pakai huruf Braille itu tulisan timbul..nah
bagaimana kita melatih anak untuk bisa meraba tulisan itu
dan membuat mereka paham bahwa itu merupakan sebuah
satuan huruf, jadi jari mereka yang kanan kan ada lima dan
ada enam titik di sana..bagaimana kita bisa mengajarkan
anak meraba dan mengoptimalkan semua jari ini..” (NR,
152-168)
Informan IP dan PN memang mengaku bahwa dirinya tak
memiliki pengalaman sama sekali, namun mereka diharuskan
berlatih dan menemukan bagaimana situasi mengajar terbaik agar
anak didiknya dapat berkembang.
“karena waktu itu saya memiliki pengalaman yang kurang
ya..itu harapan saya ketika sampai di sini anak itu mau
belajar, tetapi ternyata sampai di sini anak itu tidak mau
belajar dikasih tugas juga tidak mau....tapi seiring
berjalannya waktu saya harus belajar dan menemukan trik-
trik untuk menghadapinya..” (IP, 777-786)
“saya harus berani untuk mencoba melihat kemampuan anak
dan peluang yang memungkinkan untuk perkembangan anak
dan tidak boleh stuck…karena kalo stuck susah pendidikan
di Indonesia juga gitu..saya harus mampu mencari solusi,
meskipun belum punya pengalaman dan
pengetahuan…untuk bisa membuat anak berkembang itulah
namanya mau bersikap, hmm..mau membuka diri..mau
mencari tahu..dan mau mencoba hal baru…” (PN, 657-667)
Pada informan NR, metode yang dipelajari di perkuliahan
ternyata tak banyak digunakan ketika berada di SLB karena
kondisinya sangat berbeda. NR diharuskan mengembangkan apa
yang telah diketahuinya sesuai dengan kondisi di lapangan.
“Ya..diajari cuma dosennya ceritain pengalamannya dia,
tapi kalau kita praktek kan beda dengan yang diceritain
dosen…dosen kan hanya mengajar di kampus, istilahnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
jarang yang sampai lihat bagaimana pembelajaran di
sekolah, kan dia udah punya tempat sendiri dosen yah..wes
neng kono…guru ya..di sini..sudah beda-beda..” (NR, 468-
477)
Kendala dalam penerapan metode juga dipengaruhi oleh
masalah lain yang terkadang muncul, yaitu kurangnya sarana dan
keaktifan orang tua dalam mendidik anaknya di rumah.
2) Kendala akibat kurangnya sarana dan tenaga kerja
Kurangnya sarana pembelajaran adalah salah satu kendala
yang tak dapat dihindari ketika mengajar anak berkebutuhan
khusus. Masalah tersebut juga cenderung menjadi masalah yang
paling berat karena sarana pembelajaran, seperti tenaga pengajar,
alat peraga, dan alat pembelajaran lainnya, tak mudah didapatkan
dan tak bisa dipelajari sendiri oleh para informan. Selain itu, tenaga
pengajar menjadi salah satu kunci utama kesuksesan SLB untuk
mendidik anak berkebutuhan khusus, bila terjadi
ketidakseimbangan antara jumlah pengajar dengan jumlah murid,
maka proses pembelajaran akan lebih berat. Hal tersebut
diungkapkan oleh informan NR dan IP :
“Wajarnya kan lima ya mas…tapi saya sekarang sembilan
belum kalau ada guru yang gak datang terus saya
ketambahan lagi yaaa…bisa ramai…tapi, ya saya nikmati
saja..meskipun berat mas...soalnya kasihan kalau gurunya
gak datang terus gak ada yang ngajar…” (NR, 375-382)
“Kalau dari tenaga kerja memang masih kurang..misalnya
di kelas saya saja, ada 1 anak autis padahal anak autis
harusnya dipegang oleh 1 guru..karena keterbatasan tenaga
kerja ya..terpaksa harus digabung sama anak lain..” (IP,
243-249)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Tak hanya itu, informan NR juga merasakan kendala
mengajar akibat kurangnya alat pembelajaran, sehingga cukup sulit
untuk mengembangkan metode pembelajaran yang lebih baik bagi
anak-anak berkebutuhan khusus.
“Jelas mas…orang di sini aja kurang… Banyak mas…orang
di sini banyak anak berkebutuhan khusus dengan ke
khususannya sendiri-sendiri..sekarang saya di
tunagrahita..tunagrahita itu kan butuh peralatan untuk bina
diri, bina diri itukan dia bukan hanya bisa..mandiri makan,
minum, mencuci baju, kebersihan badan, tapi kan juga ke
depannya dia bisa mandiri untuk bisa mempersiapkan kerja
setelah dia lulus, jadi dia kan butuh fasilitas untuk
menunjang dia..misalnya laki-laki contohnya dia bisa
menjadi tukang..nah kita kan butuh alat-alat itu, kemudian
cewek dia mau memasak..nah kita butuh alat-alat masak
yang lebih lengkap..mesin jahit juga jumlahnya masih
kurang..aksesibilitas juga kurang, kita untuk jalan turun kan
ada jalan khusus untuk kursi roda tapi untuk jalan naik kita
kan butuh jalan sendiri..nah, itu gak ada…kita baru
mengusulkan ke dinas tapi sampai sekarang masih belum
ada reaksi..” (NR, 310-340)
Berbeda dengan informan PN, kekurangan sarana seperti
tenaga pengajar dan alat pembelajaran tak terjadi karena murid
dengan gangguan ganda lebih sedikit, sehingga jumlah guru yang
dibutuhkan sekolah juga lebih sedikit. Kemudian, banyak orang tua
murid yang juga ikut membantu memberikan alat pembelajaran
kepada SLB.
“Kalau fasilitas..semakin kesini semakin banyak donatur
jadi, lumayan membantu…apalagi di sini ada 1 anak yang
membutuhkan media yang berbeda..dan yang 1 untuk
bersama itu gak bisa…jadi, ya..ketika semakin kesini dan
semakin banyak donatur yaa..cukup membantu..dan mereka
yang mempunyai empati dengan anak-anak kita…” (PN,
251-260)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Akan tetapi, para informan termasuk PN merasakan bahwa
keaktifan orang tua sangat diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran anak-anak berkebutuhan khusus. Ketika orang tua
tampak cuek kepada anak-anaknya saat di rumah, maka guru harus
bekerja dua kali lipat karena anak-anak berkebutuhan khusus lebih
mudah untuk melupakan materi yang diberikan, bila tak terus-
menerus dilatih.
“tapi, ada juga yah…yang cuek..begitu mas..dan susah kalau
yang cuek..kasihan anaknya lama belajar..” (PN, 301-303)
Secara mendasar rintangan-rintangan yang dipaparkan telah
menjadi suatu rutinitas bagi para informan, sehingga mereka telah
terbiasa dan tak lagi memiliki rasa takut untuk menghadapinya.
b. Nilai kreatif yang diperoleh
1) Pemberdayaan diri melalui pengalaman dan rekan
Dengan banyaknya tantangan yang muncul, para informan
harus mampu berpikir secara terbuka dan menguasai banyak
metode belajar agar tak canggung menghadapi anak-anak
berkebutuhan khusus yang akan mereka hadapi. Para informan
mengaku bahwa mereka selalu belajar untuk memahami metode-
metode baru serta mengembangkannya sendiri, guna mengatasi
kondisi anak yang berbeda-beda.
“Yaa..selalu ada macam-macam tambahan kan
gangguannya juga banyak jenis, kan kalo gak terapi
namanya ya disebut program khusus, misalnya kalau
tunanetra namanya orientasi mobilitas..tuh nanti bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
dia bisa berorientasi dengan lingkungannya dengan
lingkungan luas..bagaimana dia bisa jalan menyusuri jalan
lurus, jalan berbelok dan jalan yang bertingkat dan turunan
kan tekniknya sendiri-sendiri..kalau tunarungu ada yang
namanya bina komunikasi bunyi dan irama (BKBI)
bagaimana caranya dia bisa mendengar suara, walaupun
dia itu tidak bisa mendengar pada waktu di tes pakai tes
audiometer, ohh dia..bisa kok dengan getaran, misalnya kita
pukulkan dung..itu dia merasa ada getaran, nah itu kan juga
beda-beda..tunagrahita juga beda yaitu bina diri..kalau
tunadaksa bina gerak..autis nanti ada sensorik motorik..”
(NR, 179-204)
Tak hanya itu, SLB juga memberikan pelatihan-pelatihan
bagi para informan agar lebih siap menghadapi segala kondisi di
dalam kelas.
“tapi dalam perjalanan awal saya sudah mengajar di sini itu
ada sertifikasi musik untuk ABK…dengan cara kuliah 1
tahun di UNY…nah, dari situ saya juga belajar…saya
dikirim untuk sertifikasi pendidikan musik tersebut…dalam
perjalanannya juga dinas terkadang memberikan pelatihan
yang berhubungan dengan musik ABK itu juga
mas….sehingga dari situ saya juga semakin tahu..” (IP, 927-
939)
Melalui pelatihan dan pembelajaran tersebut, informan
diharapkan dapat mengatasi kesulitan mereka. Akan tetapi, tak
dapat dipungkiri bahwa informan juga butuh orang sekitarnya agar
membantu.
Para informan juga berusaha belajar dari pengalaman
rekannya yang lebih berpengalaman. Para informan menganggap
rekannya dapat memberikan pandangan baru yang bukan hanya
membantu mengembangkan diri, namun juga mengatasi masalah
anak-anak yang dihadapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
“kami juga sering sharing satu sama lain entah itu di forum
resmi atau hanya dengan modul-modul biasa karena bisa
menimba ilmu dari mereka apalagi dari bidang ke PLB-an
entah itu orang yang lebih muda dari saya atau yang lebih
tua..saya itu tidak pernah malu bertanya pada orang yang
lebih muda dari saya bila dia pernah berhadapan dengan
masalah itu..” (IP, 346-356)
Selain itu, informan IP dan PN juga mengembangkan metode
kekeluargaan, di mana anak-anak berkebutuhan khusus yang telah
menguasai materi pelajaran akan membantu temannya yang masih
butuh bimbingan. Hal ini sekaligus membantu mengakrabkan
anak-anak tersebut.
“Yaa…ini saya mengenalkan pada mereka bahwa kita
adalah keluarga, bahwa yang paling besar adalah kakak
tertua dan yang kecil adalah adik-adiknya, jadi ketika
upacara yang besar tadi mendampingi adik-adiknya..jadi,
sistemnya seperti siswa asisten dan dapat membantu yang
lain..” (IP, 262-270)
“saya juga mengenalkan bahwa anak-anak yang lama bisa
menjadi tutor atau menolong yang baru untuk belajar..saya
sengaja membuat situasi seperti itu karena tanpa disadari itu
bisa memunculkan percaya diri..dan karena itu juga
mengulang untuk anak lama, jadi anak lama semakin bisa
toh..” (PN, 704-711)
Tak lupa juga, para informan meminta kerja sama dengan
orang tua murid agar mempercepat perkembangan anak-anak
berkebutuhan khusus saat di rumah.
“ohh di sekolah tadi kita belajar tentang mencuci Bu, tolong
nanti di rumah diajari juga sudah kami berikan catatannya
untuk latihan di rumah” nanti minta tanda tangan dari
orangtua apakah sudah melakukan juga jadi ada timbal
balik dari orangtua..” (NR, 99-107)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
2) Meningkatkan kedekatan pribadi dengan ABK
Selain melakukan pemberdayaan terhadap diri sendiri dan
mencari bantuan dari lingkungan, para informan juga harus
mengenal pribadi anak-anak berkebutuhan khusus yang
dibimbingnya. Mengenal anak yang dibimbing akan membangun
kedekatan yang membantu proses mengajar. Kedekatan juga
membuat para informan mengetahui apa yang disenangi dan tak
disenangi oleh anak didiknya.
“Yah penting banget mas…karena kalau saya gak deket
dengan mereka..mereka akan sulit untuk tertib dengan saya
mas..tapi kalau saya dekat dengan mereka..mereka pasti mau
tertib dengan baik mas..karena kalau gak ada keterdekatan
itu anak-anak itu pasti pada cuek mas..” (NR, 1356-1364)
“Iya mas…kita kan ibaratnya ada intuisi ya dari kedekatan
kita…hmm..seorang guru itu kan bagaimana harus bisa
memahami karakteristik anak..jadi, anak seperti ini ya..saya
harus mengajar seperti ini…jadi kita harus lihat kondisi
anaknya..saya juga begitu…misalnya saya ganti
anak..ya…saya tetap harus mempelajari anak itu gimana…”
(IP, 1084-1094)
Bukan hanya itu pada Informan PN, kedekatan juga
digunakan untuk membangun kepercayaan, sehingga anak-anak
lebih mudah dikondisikan oleh PN saat berada dalam kelas. Hal ini
diungkapkan sebagai berikut :
“sekarang mereka kalau gurunya ngomong mereka
manut..tapi kalau yang lain masih susah…karena
istilahnya..karena mereka percaya dengan saya..jadi,
mereka lebih mudah memahami saya daripada memahami
orang lain..tapi, menurut saya itu tidak apa untuk awal..nanti
lama-lama mereka akan terbiasa untuk mempercayai orang
lain…” (PN, 202-210)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Segala pembahasan mengenai tantangan dan cara
menyelesaikannya, menunjukan bahwa proses mengajar di SLB sama
sekali tak mudah. Banyak pelatihan yang harus diikuti, harus memiliki
keinginan untuk belajar hal baru, memiliki ide-ide yang terbuka, serta tak
boleh malu bertanya kepada teman yang lebih berpengalaman adalah hal
yang harus dilalui oleh para informan sebagai guru SLB. Akan tetapi,
pengalaman-pengalaman itulah yang membuat informan merasa bergairah
karena selalu ada teka-teki yang harus dipecahkan dengan kreativitas
mereka.
“setiap hari harus kreatif mas..nek hari ini berulah apa, saya
harus mampu menyelesaikannya..pokoknya cara kita
sebenarnya yang membuat nyaman di sini mas..” (NR, 1106-
1111)
3. Hidup merupakan sebuah penerimaan terhadap proses
Suka dan duka merupakan suatu komponen hidup yang memiliki
pengaruh besar dalam membangun sebuah makna. Keduanya muncul dan
saling melengkapi satu sama lain, lalu menciptakan pengalaman yang
dapat dinikmati. Bagi informan NR dan IP, suka dan duka membawa
mereka menemukan sebuah alasan untuk bertahan di SLB, terutama atas
adanya pemahaman mengenai “proses” yang bermanfaat untuk mereka.
“Yang saya pelajari dari mereka bahwa semua hal itu ada
prosesnya mas…suka dukanya, ada tahapannya..jadi
misalnya, yang saat ini saja saya tidak bisa langsung
memotong rambut mereka hanya karena tidak sesuai dengan
saya..saya harus tau terlebih dahulu mengapa mereka
menyemir rambutnya..saya harus tau bagaimana membuat
anak itu mau manut…jadi saya belajar tentang proses dari
mereka...” (NR, 911-923)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
a. Nilai sikap menghadapi kondisi hidup
1) Menikmati suka dan duka dengan optimis
Perasaan suka adalah bentuk yang disenangi oleh banyak
orang karena membawa kebahagiaan. Begitu pula untuk para
informan, di mana mereka dapat menemukan perasaan tersebut
selama mengajar di SLB. Bagi para informan, bekerja di SLB
adalah sebuah penghiburan atas rasa lelah mereka.
“tapi kalau lihat anak-anak di sini capeknya hilang…terus
kalau sampai rumah lihat anak saya di rumah capeknya
hilang juga..” (PN, 336-338)
Tak hanya itu, perasaan suka juga muncul dari keberhasilan
membimbing anak berkebutuhan khusus menjadi lebih baik,
sehingga para informan merasa bersyukur telah diberi kesempatan
menikmati proses yang terjadi.
“karena anak-anak ini adalah anak-anak yang polos yang
murni sebetulnya mereka tidak pernah melakukan kesalahan,
kalaupun mereka melakukan kesalahan itu karena mereka
tidak tahu saja, jadi memang mereka adalah anak-anak yang
betul-betul dijadikan hal yang suci..itu juga membuat saya
bisa senang sekali bisa membantu membimbing mereka..”
(IP, 753-764)
Selain itu, bagi informan NR, perasaan suka yang muncul
dari kejadian unik setiap harinya menyebabkan informan NR tak
merasa bosan dengan situasi SLB.
“Kalo saya tetap anak SLB mas..karena meskipun iya
banyak dari yang lain..tapi saya sudah nyaman di sini
mas..yah..tadi saya sudah ada kedekatan di sini mas…dan
menurut saya tiap hari itu unik mas kalo di SLB..ada aja
yang membuat saya kreatif dan ketawa karena mereka
mas…” (NR, 1428-1436)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Berbeda dari suka, duka merupakan perasaan yang tak
disukai oleh banyak orang karena membawa kesedihan. Akan
tetapi, duka tak dapat dihilangkan dalam proses kehidupan karena
duka memiliki peran untuk menggerakan individu agar berusaha
dalam hidupnya. Para informan juga mengakui bahwa mereka
merasakan duka saat di SLB dan belajar dari duka tersebut:
“dukanya..mungkin kadang anak itu tidak bisa diajak kerja
sama, pernah dulu waktu dulu ya..karena waktu itu saya
memiliki pengalaman yang kurang ya..itu harapan saya
ketika sampai di sini anak itu mau belajar, tetapi ternyata
sampai di sini anak itu tidak mau belajar dikasih tugas juga
tidak mau..tapi seiring berjalannya waktu saya harus belajar
dan menemukan trik-trik untuk menghadapinya..” (IP, 775-
786)
“dukanya kalau anaknya gak bisa, kalau anaknya ngambek,
kalau orangtuanya kurang respek dengan anaknya, kalau
fasilitasnya kurang..sedih banget..saya harus bantu mereka”
(NR, 849-854)
Pengalaman mengajar di SLB yang penuh dengan suka duka
membawa cerminan untuk kehidupan para informan. Cerminan yang
merubah cara pandang informan terhadap hidupnya, sehingga
melahirkan alunan semangat yang semakin membuat informan percaya
bahwa hidup adalah sebuah keoptimisan. Seperti yang ditunjukkan oleh
informan NR, dirinya berpandangan bahwa yang terpenting adalah
usaha bukan lagi hasil:
“..tidak perlu terlalu tinggi-tinggi..pokoknya kerjakan
sebaik-baiknya..karena hasil juga tidak akan menipu
proses..jadi, jalani wae..kayak baru sampai sekolah ternyata
gurunya baru ada dua..yaudah terima aja kita berusaha
untuk mengkondisikan muridnya dulu biar tetap jalan.. mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
marah-marah buat apa, habis tenaga..yah apalagi di sini
juga gurunya kurang..” (NR, 755-766)
Selain itu, bagi informan IP, setiap individu memiliki
pengalamannya sendiri-sendiri, sehingga mungkin pengalaman baik
setiap orang bisa berbeda.
“Mungkin setiap orang punya pengalaman yang berbeda-
beda ya..bahkan dengan kasus berbeda-beda ya..sehingga,
pengalaman menarik itu bisa berbeda-beda…tapi kalau bagi
saya pengalaman ini merupakan sebuah hikmah..” (IP, 467-
474)
Berbeda dengan informan PN, di mana dirinya belajar melalui
duka, bahwa Tuhan tak pernah meninggalkannya dan selalu
menolongnya ketika dirinya mengikuti arah hatinya.
”melalui proses…dan ternyata Tuhan itu juga menolong dari
segi finansial..yang awalnya gaji saya sedikit sekali…Cuma
300ribu, tetapi ya..gak tau kok dimampukan..yaa..” (PN,
119-124)
Tak hanya itu, para informan beranggapan dalam hidup harus
mempunyai target yang hendak dicapai agar ada arah yang jelas,
termasuk saat mengajar.
“..saya juga mempunyai pedoman supaya mereka tidak lari
ke mana-mana…saya juga mempunyai kalender akademik
yang membuat kita bisa menuruti itu..di sini ada anak 5
tahun tapi sudah tau bahwa ganti jadwal berarti ganti
kalender juga begitu…akhirnya lama-lama tau bahwa di
sekolah itu ada ritme..sehingga anak bisa tertib di kelas..”
(PN, 694-703)
Menikmati kondisi yang hadir tak akan dapat dilakukan, bila
tak memiliki sikap optimis dalam diri sendiri. Hal tersebut dapat
terlihat dari perkataan para informan, bagaimana sikap optimisnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
membantu mereka agar tabah untuk menyambut setiap kondisi
yang hadir.
“pokoknya saya berusaha untuk mengkondisikan
mereka..dan akhirnya selesai acara juga berjalan baik..yah
pokoknya mas optimis harus, buat planning iya pokoknya
opo men ya mas..yah begitu..” (NR, 694-699)
“kadang-kadang memang ada yang membuat saya psimis itu
pernah ada..tapi, karena saya percaya bahwa mereka punya
kemampuan..kalau saat ini sudah tidak ada lagi…kalau
dalam kehidupan saya memandang positif dan itu
memunculkan optimis saya..hehe..dan semangat…” (PN,
724-731)
Pada informan NR dan IP, mereka juga belajar untuk sanggup
menjalani setiap kondisi dalam hidup.
“Yah..jalani saja dulu sebaik-baiknya saya juga belum tahu
bagaimana hidup ke depannya…yang penting nerimo..”
(NR, 705-708)
“mungkin karena saya sudah nyaman di sini, memang kalau
dinilai dari sisi materi banyak di sana, tetapi saya lebih
menikmati di sini dan ternyata itu berefek juga pada diri saya
di mana, saya bisa belajar menerima dan menjalani kondisi
hidup dari anak-anak… dan ini sudah menjadi rumah
saya..kehidupan ini bukan hanya materi yang dibutuhkan,
tetapi juga ada nilai spiritual yang bisa kita dapatkan..” (IP,
602-614)
Dengan hanya menerima, seorang individu tak akan mampu
mengatasi kondisinya, mereka perlu berjuang untuk
menghadapinya. Hal tersebut disampaikan oleh informan NR.
“Yahh..melakukan apa yang bisa saya lakukan, pokoknya
kita harus punya alternatif hidup..menerima dan berjuang
ntah itu senang ntah itu sedih dan terpuruk sekalipun..” (NR,
709-803)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
2) Menjalani segala kondisi dengan perjuangan
Kala menghadapi segala proses di SLB, entah berupa
tantangan ataupun suka duka, para informan selalu memiliki
sebuah interaksi atau sikap dalam dirinya. Sikap tersebut yang
memberikan kepercayaan mereka akan maju melangkah atau lari
menghindar. Sebagai guru SLB, para informan memiliki sikap
yang sama dalam menghadapi tantangan ataupun suka duka yang
hadir, yaitu berjuang menghadapi kondisi yang hadir,
bagaimanapun bentuknya. Hal inilah yang membuat informan kuat
untuk tetap mengabdi meski dihantam banyaknya kendala.
“Yaaa…pernah sekali…misalnya pernah ngerasa dia sering
izin, sehingga saya dititipi muridnya..ya padahal kan ada
rasa gak nyaman juga kan…yaa..kayak gitulah..tapi ya..saya
jalani saja..hadapi sulitnya..” (NR, 367-372)
“kalau untuk memilih skor semangat 10 itu terlalu sempurna
untuk kehidupan, kalau saya pasti memilih 9 karena pasti
kalau dalam kehidupan ada grafik turun naiknya..jadi harus
dihadapi..” (IP, 1273-1279)
Menghadapi kondisi dengan berjuang berbeda dengan
menerima kondisi. Menghadapi kondisi dengan berjuang berarti
melawan tantangan yang dihadapi serta berusaha secara tegas
mengalahkannya. Tahapan ini terjadi ketika seorang individu telah
menerima dengan lapang dada segala kondisi yang datang.
Menghadapi kondisi juga menjadi cara para informan untuk
mengalahkan rasa putus asa mereka. Para informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
menunjukannya dengan berusaha tegar saat berada dalam keadaan
buruk.
“jadi memang anak itu beda-beda…satu kelas itu bisa
materinya sesuai dengan jumlah anak…kalau memang
misalnya sudah bisa disamakan semua kita samakan..tapi
kalau belum bisa ya tetap 1 per 1 jadi, di SLB tidak ada
istilah ranking..karena masing-masing anak punya karakter
masing-masing..kita hanya perlu jadi tahan banting kok..”
(IP, 1128-1139)
“Hmmm….. kalau suami saya 3 tahun yang lalu sudah
meninggal dunia…oh maaf Bu..iya tidak apa-apa dia
meninggal karena sakit..jadi, saya single
parent…tapi..ya..gitu..harus tegar mas...haha..” (PN, 287-
291)
Selain tegar, para informan juga berjuang melalui doa yang selalu
dipanjatkan untuk Tuhan. Para informan menilai doa adalah salah
satu bentuk perjuangan mereka ketika tak dapat melakukan apa-
apa lagi.
“Yah..saya berdoa..karena roda itukan berputar..kadang
kita berada di bawah, kita merasa lemah tidak mampu
berbuat apa-apa..tapi, ya itu tadi…kita harus memotivasi
diri..dan yang utama kekuatan doa itu melebihi segalanya
untuk saya..” (PN, 451-456)
Pada informan NR, keadaan buruk juga dihadapi dengan
berusaha berubah menjadi orang yang lebih baik ke depannya,
bukan hanya diam dan menyesali diri.
“Yah…cara saya mengobati rasa sakit hati saya dengan
saya tunjukan mas..karena kita kan gabisa juga langsung
marah-marah ke mereka..capek mas..jadi kita
tunjukan..kalau anak saya mau mengakui kesalahannya dan
mau memperbaiki kesalahan itu..mendingan kita langsung
bertindak mas daripada cuma bicara..” (NR, 1290-1300)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
b. Bersyukur sebagai sikap menerima proses kehidupan
Selain menghadapi kondisi yang hadir, para informan juga selalu
menerima dan bersyukur atas segala proses kehidupan yang mereka
miliki. Mereka merasa beruntung dengan kehidupannya yang masih
terlihat lebih baik daripada kehidupan orang lain atau anak-anak
berkebutuhan khusus.
“Yang jelas itu ya mas…merasa lebih bersyukur dengan
kehidupan saya saat ini…nerimo juga mas..karena setelah
melihat anak seperti ini saya menjadi lebih sadar
bahwa..saya harusnya merasa lebih bersyukur dengan
kehidupan saya yang lebih baik...(NR, 868-875)
“Yang pasti saya jadi lebih bersyukur ya mas..hmm..karena
dari keluarga saya sendiri diberikan menjadi orang yang
normal, dari keluarga saya tidak pernah ada seperti itu..saya
juga merasakan kebahagiaan tersendiri karena bisa berbagi
dengan anak-anak di sini dan orangtua mereka..” (IP, 361-
369)
Tak hanya itu, bagi informan NR dan IP, hidup hanya perlu
dinikmati apa adanya, sesuai dengan bagaimana hidup itu mengalir dan
bersyukur atas segala hal yang terjadi.
“Yaah saya dari kecil gak mau terlalu muluk-muluk
mas..waktu kecil juga saya gak pernah diajar orangtua saya
buat muluk-muluk, pokoknya jalani aja….lancar kok..” (NR,
712-721)
“Kita kalau melihat teman yang sukses itu senang ya..dan
kita bisa belajar dari mereka..kita juga, apa yang kita dapat
itu kita syukuri..saya senang kalau ada teman saya yang
lebih sukses mas..” (IP, 627-632)
Sikap diri, seperti menerima dan menghadapi kondisi yang hadir,
serta rasa syukur terhadap hidup, itulah yang menjadi kekuatan bagi para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
informan untuk tak mengeluh dan tetap memiliki asa untuk berjuang dalam
segala kondisi.
4. Membangun hidup dari dukungan sosial
Dalam setiap aspek kehidupan, dukungan sosial selalu mempunyai
tempat tersendiri untuk membangun semangat individu kala menghadapi
kesulitan. Begitu pula yang terjadi pada diri informan, di mana dukungan
sosial menjadi pondasi semangat yang dibutuhkan untuk melayani SLB.
Para informan mengaku bahwa mereka mendapat dukungan sosial dari
keluarga, rekan, dan orang tua murid.
“Yaa..kalau sekarang keluarga itu sudah mendukung malah
kelihatannya bangga begitu karena setiap bertemu dengan
orang lain pasti dikatakan “waduh..pasti orang yang sabar
ya” (IP, 328-334)
“Kalau keluarga saya gak ada mas..kalau untuk wali murid
kelas ini bagus-bagus mas..kan ada wa mas..jadi kita bisa
komunikasi dengan orangtua murid, misalnya hari ini ada
anak yang gak bawa makan saya langsung wa orangtuannya
untuk membawakan makanan..” (NR, 290-298)
Ketika keluarga dan semua orang terkasih, termasuk rekan kerja atau orang
tua murid mendukung, maka pekerjaan akan dirasa lebih menyenangkan
dan lebih baik. Seperti yang disampaikan oleh informan NR.
“Sangat penting mas buat saya…karena itu yang bisa
membantu memberikan semangat dan motivasi selain anak-
anak di sini mas…” (NR, 1157-1161)
Akan tetapi, sebaliknya, bila tak ada dukungan yang datang dari orang
terkasih atau lingkungan SLB, maka pelayanan yang dilakukan akan dirasa
lebih berat. Hal ini disampaikan oleh informan NR dan IP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
“Kalau tidak mendukung pastinya konsentrasi saya akan
terganggu mas..karena akan kepikiran keluarga yang
ditinggalkan saat kerja dan pasti akan berakibat tidak baik
pada pekerjaan saya sendiri mas..kasihan toh anak-anak di
sini kalau saya tidak fokus dan tidak maksimal dalam bekerja
mas..” (NR, 1163-1171)
“Tentu ada ya mas..kalau dari keluarga pernah ditanyain
“mengapa SLB, mengapa bukan sekolah yang lain?” karena
mereka kan memang ada stigma negatif mengenai SLB..”
(IP, 88-93)
Hal tersebut menyebabkan NR dan IP akan berjuang untuk mencari
dukungan sosialnya terlebih dahulu.
“saya berusaha menjelaskan kalau ini adalah tantangan
untuk saya dan ini juga panggilan agar menjadi lahan untuk
saya..bukan hanya mengejar uang, memang uang itu
perlu..tetapi, ada hal lain yang lebih dari sekedar
uang..yaitu rasa nyaman..” (IP, 95-102)
“Saya akan komunikasikan dengan keluarga saya mas..saya
kasih pengertian kepada mereka..kalau saya senang juga di
sini…begitu mas..pokok e saya kasih mereka pengertian
mas…” (NR, 1175-1180)
Dukungan sosial yang diberikan oleh orang terkasih menjadi
kekuatan tersendiri bagi para informan. Dukungan yang memberikan
makna personal bagi setiap informan untuk terus bertahan hingga mereka
dapat meraih tujuan, yaitu mengubah kehidupan anak berkebutuhan
khusus agar lebih baik. Dukungan yang menjadi sebuah mesin pendorong
agar terus meyakinkan para informan bahwa mengabdi adalah salah satu
cara untuk bahagia. Dukungan adalah sebuah makna hidup yang tak
disadari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
F. Temuan Unik
Melalui pengalaman guru SLB kala mengajari anak berkebutuhan
khusus yang dialami oleh ketiga informan, dapat terlihat bahwa setiap
pekerjaan selalu memiliki dampak positif dan tantangannya masing-masing.
Tantangan dan pengalaman yang muncul juga mampu membuat individu
merasa bergairah untuk menjalani kehidupannya ketika individu tersebut selalu
menikmati proses yang terjadi. Seluruh informan dalam penelitian ini memiliki
suatu hal yang khas, yakni cara mereka memperlakukan ABK. ABK berbeda
dari anak normal karena kondisi fisik dan psikologisnya berbeda satu sama
lain. Alhasil, para informan sebagai guru SLB mesti mampu bersikap
selayaknya orangtua yang mau mengasuh, sekaligus seorang pendidik secara
bersamaan agar mampu bertahan.
Selain itu, temuan unik lain yang dicapai ketika mendengarkan kisah
hidup para informan adalah kelekatan anak-anak berkebutuhan khusus dengan
gurunya. Para informan yang menjadi orangtua kedua bagi anak-anak
berkebutuhan khusus harus memiliki kelekatan antara setiap anak dengan
dirinya, sehingga saling mengenal satu sama lain dan saling memahami satu
sama lain agar terjadi kenyamanan dalam proses belajar mengajar di dalam
kelas. Cara mengajari anak-anak berkebutuhan khusus yang harus perlahan-
lahan juga merupakan keunikan dari perjalanan mengajar para informan, di
mana ABK memiliki fokus yang berbeda saat belajar, mudah sekali terganggu
oleh lingkungan, bahkan sulit sekali menangkap pelajaran yang diberikan,
berbeda dengan anak normal di sekolah formal. Para informan patut untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
belajar bersabar dan tak hanya menggunakan emosi untuk menarik perhatian
ABK agar tak mengabaikan pelajaran yang diberikan, seperti salah satu
perkataan yang dikutip dari informan PN :
“Kadang-kadang seperti ini mas..jadi kita harus buat anak
itu berminat.. nah kita menjadi media agar anak itu semakin
berkembang... bahasanya gitu..kita lihat dunia anak itu dan
coba kita masuki, karena sebenarnya anak di sini itu tidak
paham sebenarnya dia itu sedang ada di mana..dan bahwa
dia sedang belajar…”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
G. Pembahasan
Melalui eksplorasi atas pengalaman mengajar anak berkebutuhan
khusus di SLB, peneliti memperoleh lima tema besar yang dapat
menggambarkan bagaimana proses guru SLB dalam memaknai hidupnya,
yakni hidup dengan panggilan hati, hidup merupakan sarana kreativitas, hidup
merupakan penghayatan terhadap proses, hidup merupakan sebuah
penerimaan, dan membangun hidup dengan dukungan sosial.
1. Hidup dengan panggilan hati
Frankl (1992) pernah menyampaikan sebuah pesan dan pesan
tersebut dapat mengilustrasikan pengalaman guru SLB ketika pertama kali
terpanggil mengajar di SLB, yakni :
“setiap orang memiliki panggilan atau misi spesifik sendiri
dalam kehidupan untuk melaksanakan tugas konkrit yang
menuntut pemenuhan.”
Tampaknya pesan Frankl tersebut benar adanya. Motivasi yang beragam
tetap berlabuh pada satu tujuan yaitu, mengajar anak berkebutuhan khusus
karena kekuatan hati telah menggerakan mereka. Hati selalu menjadi
jawaban atas segala pertanyaan mengenai alasan mengajar. Panggilan hati
dapat datang dengan berbagai cara, entah disadari atau tidak. Seperti
halnya, sebuah kekaguman terhadap sosok orangtua, tokoh idola atau
sekedar harapan untuk menjadi seorang guru. Dalam kehidupan seseorang,
mungkin saja hasrat untuk hidup secara bermakna tidak terpenuhi.
Ketidakberhasilan menemukan dan memenuhi makna hidup biasanya
menimbulkan penghayatan hidup tanpa makna, hampa, gersang, merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
tidak memiliki tujuan hidup, merasa hidupnya tak berarti, bosan, dan
apatis (Widianita, Mikarsa, & Hartiani, 2009).
Akan tetapi, keadaan-keadaan tersebut tak terjadi pada kehidupan
para informan sebagai guru SLB karena mereka menganggap selalu ada
tempat untuk dituju yaitu SLB, di mana mereka dapat bekerja dengan
senang, bebas, dan sepenuh hati. Kebebasan dan perasaan senang sendiri
diartikan oleh Koeswara (1987) sebagai suatu konsep yang memberi
aroma kuat pada eksistensi manusia. Kapasitas manusia untuk menentukan
sikap terhadap diri dan dunia, kapasitas untuk menentukan tindakan-
tindakan dan arah kehidupan dengan bebas memungkinkan manusia
mampu melampaui rantai kekuatan-kekuatan deterministik yang ada di
dalam maupun di luar dirinya (Frankl, dalam Koeswara, 1987). Ketika
harapan informan NR untuk menjadi sama seperti sosok idola, harapan PN
untuk membantu teman, atau harapan IP yang bercita-cita menjadi guru
dapat terpenuhi, maka ada perasaan puas yang diakui. Seperti ungkapan
dari informan NR,
“ketika ke SLB ikut Ibu saya, saya merasa senang
melihatnya mengajar dan sekarang saya bisa menjadi seperti
dia.....”.
Mengikuti panggilan hati juga menimbulkan kerelaan bagi para
guru untuk terus mengabdi di SLB dengan segala konsekuensi yang telah
mereka rasakan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Freud (dalam
Synder, Lopez, & Pedrotti, 2011) bahwa kesenangan adalah permintaan
secara naluriah yang harus dihargai, terlepas dari konsekuensinya. Bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
hanya itu, panggilan hati membuat para guru terikat secara emosi dengan
anak-anak berkebutuhan khusus, sehingga para guru mengasihi serta
menganggap bahwa anak-anak tersebut sama dengan anak kandungnya.
Hal ini didukung oleh perkataaan Frijda (dalam Synder, Lopez, &
Pedrotti, 2011) yaitu, alasan seseorang memiliki afeksi atau rasa kasih
sayang melibatkan gairah suatu pengalaman yang menyakitkan atau
menyenangkan baginya. Keterikatan secara emosi menciptakan rasa yang
nyaman di dalam diri para informan, sehingga menganggap bahwa SLB
merupakan rumah kedua, di mana mereka merasakan kasih sayang, cinta,
dan semangat.
Panggilan hati menjadi guru SLB dianggap pula menjadi suatu
bakti kepada Tuhan. Menurut Hill (dalam Synder, Lopez, & Pedrotti,
2011) kekuatan spiritual atau yang berkenaan dengan Tuhan adalah
perasaan, pikiran, perilaku yang timbul dari pencarian untuk hal yang
sakral atau suci. Dengan demikian, tampak bahwa para informan yang
menjadi guru SLB memiliki kepercayaan yang teguh kepada Tuhan, serta
berusaha untuk “menghidupi” Tuhan di dalam hati mereka melalui
baktinya mengajar anak berkebutuhan khusus di SLB yang dianggap
berguna. Informan NR dan PN juga percaya dengan melakukan bakti serta
doa kepada Tuhan, maka kehidupan yang mereka jalani akan berbuah
manis. Begitu pula dengan informan IP yang bukan hanya ingin berbakti
dan berdoa kepada Tuhan, namun juga percaya dengan hukum sebab-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
akibat yang diperbuat. Informan IP percaya bahwa perbuatan baik yang
diperbuat di dunia akan dibalas oleh Tuhan di akhirat.
Panggilan hati yang sejalan dengan keyakinan akan baktinya,
memengaruhi pikiran dan sikap para informan dalam mengajar anak
berkebutuhan khusus, sehingga tak ada lagi keluhan dalam diri mereka
mengenai pekerjaannya. Penelitian Calwey, Miller, dan Thorsen (dalam
Tanyi, 2002) mengatakan bahwa pencarian makna atau tujuan hidup yang
berlebihan dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan ketaatan
terhadap agamanya. Akan tetapi, hal tersebut tak terjadi kepada para
informan sebagai guru SLB. Para informan tetap berpegang teguh pada
agama dan panggilan hati mereka karena menganggap apa yang mereka
rasakan telah sesuai dengan keinginan mereka dan kehidupan mereka tetap
dirasa berarti dengan segala maknanya. Hal tersebut didukung oleh
penelitian Burkhardt dan Fitzgerald (dalam Tanyi, 2002) yang mengatakan
bahwa ketika spiritualitas digunakan dengan tepat dan benar, maka akan
membawa pengaruh kepada penemuan makna hidup, kedamaian, serta
harmoni dalam menjalani hidup.
Fraser (1978) juga beranggapan demikian, spiritualitas merupakan
sebuah penyeimbang atau sarana diantara derita dan bahagia karena
ketenteraman hati dan menemukan makna untuk hidup bukan berasal dari
sangat bahagianya, sangat tingginya, sangat terpuruknya, atau sangat
nelangsanya sebuah kehidupan, melainkan berasal dari suatu
keseimbangan diri, di mana ketika hidup dengan penderitaan tetap ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
keoptimisan, sebaliknya ketika hidup dengan penuh kebahagiaan tetap ada
mawas diri. Spiritualitas yang digunakan dengan tepat akan mampu
meningkatkan kesadaran diri dan memunculkan kekuatan yang lebih dari
biasanya (Watson, dalam Tanyi, 2002). Kesadaran diri inilah yang
dikatakan oleh May (dalam Koeswara, 1987) menjadi sebuah kapasitas
yang memungkinkan manusia untuk mampu membedakan diri dan dunia,
sehingga manusia dapat hidup sebagai pribadi dalam arti yang
sesungguhnya. Dengan demikian, semakin terlihat bahwa para informan
sebagai guru SLB bukan manusia yang tak kenal lelah, bukan pula
manusia yang tak pernah menderita, namun para informan merupakan
individu yang berjuang untuk menghidupi rasa lelah dan rasa senang
secara seimbang dibantu dengan kepercayaan spiritualitas yang dimiliki,
seperti yang diungkapkan oleh informan IP :
“bila, semua itu didasarkan pada spiritualitas dan agama,
maka hidup itu bisa menjadi lebih indah dan semangat.”
2. Hidup sebagai sarana kreativitas
Pengalaman kala mengikuti panggilan hati tak akan dengan mudah
dijalani. Banyak kesulitan yang akan dihadapi, termasuk menjadi seorang
guru SLB. Dalam penelitian Saputri, Ningsih, dan Widyawati (2017)
menjelaskan bahwa anak tunagrahita memiliki kesulitan untuk bersikap
dan memusatkan perhatiannya, sehingga dalam pembelajaran tentu
membutuhkan penanganan khusus, berbeda dengan anak normal. Selain
anak tunagrahita, anak berkebutuhan khusus seperti tunanetra, tunarungu,
dan lainnya juga memiliki penanganan khusus masing-masing yang sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
sekali tak mudah. Akan tetapi, seperti perkataaan Jung (dalam Alfons,
1994) bahwa
“energi psikis itu hasil dari konflik antar kekuatan
kepribadian. Tanpa konflik, manusia tak akan memiliki
energi untuk hidup dalam dirinya...”.
Kondisi itulah, yang saat ini dirasakan oleh informan. Lelah, sakit,
kecewa terbalaskan dengan apa yang telah didapatkan oleh para informan
seperti cinta, kasih sayang, kenyamanan. Keyakinan informan menghadapi
konflik yang diterima dalam dirinya membuat mereka terus bertahan.
Setiap rintangan yang muncul selalu dilewati dengan ide-ide yang dapat
dihasilkan dengan usaha. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Frankl
(1992) yang menjelaskan bahwa dalam sebuah perjuangan atau
penderitaan, mungkin seorang individu dapat menemukan potensinya
yang terbaik.
Bekerja di SLB dengan segala aktivitas dan tantangan di dalamnya
selalu menuntut sebuah perkembangan, sehingga para guru yang ada di
dalamnya dapat terus menciptakan kreativitas baru (Serrano, Moreno,
Pons, & Lara, 2008), entah berupa metode belajar, alat-alat pelajaran, atau
sekedar permainan yang mengembangkan kemampuan anak-anak
berkebutuhan khusus. Reid dan Petocz (dalam Gomez, 2007) juga
menambahkan bahwa kreativitas dapat dilihat dalam berbagai bentuk,
seperti inovasi, penampilan, cara mengajar, pemecahan masalah, dan
lainnya. Segala kreativitas yang lahir dari diri seorang individu akan
semakin memperbarui dirinya Dengan demikian, selaras dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
pandangan Canatella (dalam Gomez, 2007) bahwa kreativitas juga
dianggap sebagai esensi dari keberadaan manusia, di mana kreativitas
sangat dibutuhkan untuk melahirkan sebuah ketahanan diri menghadapi
kondisi-kondisi yang mungkin di luar kendali. Ditambah lagi, kreativitas
juga sangat terikat dengan perasaan puas, fleksibel, toleransi, penghargaan
terhadap diri, sehingga selama seorang individu dapat menikmati
kreativitas yang keluar dari dirinya, maka individu tersebut akan memiliki
kenikmatan tersendiri dan terhindar dari gangguan neurosis (Clarkson,
dalam Gomez, 2007).
Informan IP dan PN yang tak memiliki pendidikan mengenai anak
luar biasa pun, merasakan nikmatnya. Informan IP dan PN merasa bahwa
aktivitas yang dilakukan di SLB tak ada habisnya dan selalu berkembang,
serta membuat mereka selalu ingin kembali. Informan IP juga
menambahkan bahwa kendala yang datang kala dirinya mengajar anak
berkebutuhan khusus tanpa pengalaman, membuat IP banyak belajar untuk
mau bertanya, bersyukur, dan selalu berlapang dada, sehingga tak ada yang
perlu disesali atas segala yang terjadi. Berbeda dengan informan NR, yang
memiliki pengalaman sebelum terjun ke SLB, namun NR merasa
pengalaman yang dipelajarinya di kelas tak banyak membantu saat dirinya
berada di lapangan karena kondisi di lapangan lebih menarik dan tak
pernah ada yang tahu.
Dalam sebuah perjuangan yang besar, maka akan datang pula
makna yang lebih besar (Eagleton, 2007) dan hal tersebut terjadi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
diri para informan sebagai guru SLB. Para informan sebagai guru SLB
sama sekali tak memungkiri bahwa sebenarnya berat untuk membimbing
anak berkebutuhan khusus, namun tak ada alasan untuk menyerah. Frankl
(1992) mengatakan bahwa kreativitas merupakan salah satu bentuk usaha
untuk menemukan makna hidup dan itulah yang dirasakan para informan.
Informan PN mengaku tak pernah merasa bosan ketika berada di SLB
karena selalu disibukan dengan segala aktivitas yang menuntut
perjuangan. Tantangan-tantangan yang muncul malah menjadi
kenikmatan, sehingga Informan PN, sekaligus NR dan IP memandang
hidup menjadi hal yang menarik karena pekerjaan yang mereka geluti.
Latar belakang pendidikan luar biasa memang tak dimiliki oleh
semua guru SLB yang sedang mengajar, seperti halnya informan IP dan
PN, namun guru SLB yang dapat bertahan merupakan guru yang telah siap
dan merasakan arti hidup kala mengajar di SLB. Yalom (1980)
menjelaskan bahwa penemuan makna hidup juga dipertimbangkan dari
respon seseorang menghadapi realita kehidupannya, ketika seseorang
menyerah, maka akan muncul perasaan kurangnya hidup yang bermakna,
sebaliknya ketika seseorang tak menyerah dan terus mengusahakan
sesuatu, maka akan muncul tujuan hidup yang bermakna baginya.
Pernyataan tersebut semakin mengukuhkan bahwa para informan, seperti
halnya IP dan PN yang tabah mengabdi sebagai guru SLB bukan tanpa
alasan. Akan tetapi, karena mereka memang dapat mengelola setiap
masalah yang datang, tak pernah kehilangan asa, dan selalu mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
menghadirkan hal-hal baru ke dalam hidup mereka melalui kreativitas
yang dihasilkan.
Selain itu, kreativitas juga menjadi sebuah sarana bagi informan
NR dalam mencapai tujuannya. Allport (1976) menjelaskan bahwa
seorang individu akan semakin termotivasi, bila dirinya mengejar suatu
kesenangan atau penghargaan. NR pernah berkata demikian :
“yaa senang seperti itu kan gak bisa diungkapkan dengan
kata-kata…melihat anak berhasil sekecil apapun
itu..rasanya itu senang ya gak bisa diungkapkan…”
Perkataan NR yang senang melihat anak-anak yang diajarnya berhasil
menjadi lebih baik menjelaskan alasan mengapa dirinya enggan
memikirkan kesulitan dan terus ingin berkreasi membantu anak-anak yang
disayanginya. NR yakin bahwa dengan terus berkarya dirinya akan mampu
menata masa depan yang lebih bercahaya bagi anak-anak berkebutuhan
khusus. Kreativitas yang dimiliki oleh NR enggan dinikmati sendiri,
namun NR lebih senang membagikan manfaatnya kepada orang-orang
yang dikasihinya. Hal tersebut dikarenakan kreativitas bukan hanya hasil
dari pikiran, namun juga buah dari cinta dan cinta menghasilkan
kemantapan untuk hidup sebagai seorang pribadi. Selaras dengan
penjelasan Fromm (1956) cinta merupakan sebuah kebutuhan dasar
manusia karena cinta adalah pembebasan diri dari kesepian dan
menjadikan manusia lebih utuh dari sebelumnya. Dengan kata lain,
kreativitas menjadikan NR lebih lengkap dan bermakna sebagai seorang
individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
3. Hidup merupakan sebuah penerimaan terhadap proses
Kreativitas yang tercipta bukan tanpa sebuah proses, namun
didasarkan dari pengalaman dan proses belajar para informan di SLB. Para
informan sebagai guru SLB sering mengatakan bahwa hidup merupakan
sebuah proses yang harus dinikmati dengan positif dan hal ini senada
dengan penelitian Naseem dan Khalid (2010) bahwa pikiran yang positif
dalam menikmati proses kehidupan berpengaruh dengan kepercayaan diri
dan pengembangan diri seorang individu. Pandangan mengenai adanya
suka dan duka kala mengajar di SLB mengajarkan para informan sebagai
guru SLB untuk tabah, dan selalu berbahagia. SLB yang dipandang
sebagai tempat menyedihkan bagi kebanyakan orang, namun di mata para
informan SLB menjadi tempat penawar letih karena nyaman dan
menyenangkan.
Selaras dengan tulisan Desikachar (dalam Levine, 2009) yang juga
menjelaskan bahwa sebuah pemikiran yang fleksibel dan terbuka oleh
optimisme selalu dapat mengurangi duka. Duka dijelaskan oleh Levine
(2009) sebagai suatu subjek pengubah karena dengan adanya duka seorang
individu akan memiliki keinginan untuk memerbaiki atau menjadi berbeda
dari sebelumnya, sehingga duka bukan hanya membawa keburukan,
melainkan sebaliknya, juga dapat membawa kebaikan jika dipandang
optimis. Dalam penelitian Perez, Villada, Pulopulos, Almela, Hidalgo, dan
Salvador (2015) disampaikan bahwa sikap optimis seorang individu akan
meningkatkan kortisol pemulihan terhadap stres, sedangkan sikap pesimis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
seorang individu tak berkaitan dengan respon stres secara fisiologis, tetapi
lebih kepada persepsi terhadap stres, sehingga merasa tugas yang
dikerjakan lebih berat. Pernyataan tersebut membantu menjelaskan alasan-
alasan para informan sebagai guru SLB tetap betah berada di SLB dan
enggan merasa terbebani dengan banyaknya tekanan yang hadir.
Keoptimisan yang dimiliki oleh para informan selama berproses sebagai
guru SLB membuat mereka seakan-akan bekerja untuk anak mereka
sendiri, seperti kasih seorang ibu yang tak perlu dibalas oleh anaknya,
seperti cinta yang sepenuhnya telah terbalas lantas membahagiakan,
meskipun tak dapat dipungkiri hati mereka terkadang kesal dan campur
aduk oleh tingkah anak-anak tersebut, namun sekali lagi pengertian dan
keoptimisan tersebut datang dan menyingkirkan segala gundah (Hecht,
2013).
Selain menikmati proses dengan positif, para informan sebagai
guru SLB juga belajar untuk menetapkan target dalam kehidupan mereka
karena dalam sebuah proses kehidupan tak ada yang namanya instan.
Makna hidup yang besar akan dapat dirasakan ketika setiap proses dari
pengalaman atau kondisi tragis dapat dikelola dan dinikmati, tanpa ada
pikiran mengenai hasil yang menganggu (Eagleton, 2007). Begitu pula,
perkataan informan IP
“..seperti itu..karena saat kita sudah berusaha biarlah
hasilnya Tuhan yang urus..”
Respon terhadap setiap kondisi yang hadir juga perlu diperhatikan.
Frankl (1992) mengatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
“salah satu cara individu mendapatkan makna hidup juga
berasal dari bagaimana individu tersebut merespon kondisi
yang datang dalam hidupnya”.
Perkataan Frankl tersebut mewakili sikap yang informan lakukan sebagai
pengajar anak berkebutuhan khusus. Para informan enggan bersikap kasar
terhadap anak-anak yang membuat keributan. Para informan juga enggan
marah ketika hati mereka tersinggung oleh perkataan yang tak
membangun. Para informan sebagai guru SLB lebih fokus untuk
mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik, belajar untuk
memaafkan, serta lebih peka terhadap orang lain karena proses yang
dilakukan dengan usaha sepenuh hati tak akan pernah menipu hasil.
Hasil dari segala proses yang telah berjalan selalu dianggap
berbuah baik dan apa adanya oleh para informan, sehingga mengajari anak
berkebutuhan khusus menjadi sebuah takdir dari Tuhan yang patut
disyukuri. Tanpa sebuah penyesalan, para informan menghidupi setiap
proses yang datang, serta sadar bahwa hidup akan lebih nikmat, jika dapat
berguna bagi orang lain yang membutuhkan. Hal tersebut didukung oleh
perkataan Briggs (2010) bahwa seorang guru yang benar-benar ingin
mendidik dan merawat anak didiknya, akan mampu menciptakan situasi
kelas yang menyenangkan, serta menyeimbangkan kebutuhan yang ada
dalam dirinya, seperti kebutuhan psikologis, spiritualitas, emosi, dan
profesionalitas diri.
Kata ikhlas yang digambarkan seperti sehelai daun yang jatuh ke
tanah karena hembusan angin, namun tak pernah menyalahkan angin,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
mungkin dapat mengilustrasikan bagaimana para informan sebagai guru
SLB telah mengakui bahwa mereka tak memiliki keraguan mengikuti
panggilan hatinya, bekerja untuk mencipta ide-ide kreatif, dan menikmati
setiap proses yang datang, entah baik atau buruk, menyenangkan atau
tidak, mereka juga tak pernah lelah membagikan kebahagiaan tersebut
kepada anak-anak berkebutuhan khusus yang diajarnya. Selain itu,
informan NR dan IP juga mengaku bahwa mereka siap untuk “nglakoni”
segala hal yang datang. Mereka menerima diri seperti apa adanya, yakni
sebagai guru SLB yang mengajari anak-anak berkebutuhan khusus.
Eagleton (2007) mengatakan kesejahteraan yang biasanya diartikan
sebagai sebuah kebahagiaan adalah apa yang ada dalam kondisi jiwa,
namun tak hanya sebatas batin, tetapi juga hasil dari perilaku tertentu.
Pribadi yang dengan penuh kepercayaan dapat menyerahkan diri
kepada segala proses dan pengalaman akan menjadi pribadi yang lebih
fleksibel dan akan selalu berada dalam proses perkembangan menjadi diri
yang sebenarnya (Rogers, 1987). Begitu pula dengan informan PN yang
menjadi guru SLB, di mana dirinya ikhlas, menerima, serta
mempersiapkan diri untuk takdir Tuhan, sehingga kesulitan yang datang
tak sanggup membuatnya mengeluh. Penelitian Chamberlain dan Haaga
(dalam Popov, Radanovic, & Biro, 2016) mendukung pernyataan tersebut,
di mana penelitian yang dilakukan mendapatkan hasil bahwa, penerimaan
diri dan kondisi tanpa syarat, membuat seorang individu memiliki
ketahanan yang lebih baik menghadapi kegagalan. Gaji atau pendapatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
sebagai guru SLB yang terkadang juga dipertanyakan oleh kebanyakan
orang tetap tak mengganggu keyakinan para informan untuk mengabdi.
Para informan enggan menganggap bahwa pendapatan menjadi sebuah
masalah.
Penerimaan diri inilah yang semakin mengukuhkan para informan
untuk merasakan kebermaknaan hidupnya kala mengajar di SLB. Senada
dengan yang dijelaskan oleh Carson dan Langer (2006), di mana
penerimaan diri membuat seorang individu menjadi lebih terkontrol dalam
berbagai variasi perasaan yang muncul termasuk kemarahan dan depresi,
selain itu penerimaan diri sangat berkaitan dengan mindfullness yang
melahirkan pikiran-pikiran positif mengenai hidup yang berarti. Carson
dan Langer (2006) menambahkan bahwa penerimaan diri juga menjadi
sarana dalam mengevaluasi diri, lantas semakin menyadari bahwa hidup
begitu adanya. Para informan sering berkata bahwa mereka sama sekali
tak pernah ingin berpindah dan siap menjalani hidup saat ini dengan lapang
dada. Pernyataan tersebut bukan diartikan oleh informan sebagai sebuah
kepasrahan, namun sebaliknya, menjalani hidup begitu adanya menjadi
sebuah evaluasi diri agar melahirkan asa untuk berusaha lebih karena
hidup tak selalu mudah.
Informan NR, sempat menyampaikan bahwa:
“kehidupan jangan terlalu ingin yang terbaik, namun cukup
berusaha semaksimal mungkin.”
Perkataan tersebut diakui oleh informan NR sebagai sebuah keberanian
yang turun-temurun, di mana dengan keyakinan tersebut dirinya menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
enggan memandang rendah semua yang dilakukan oleh orang lain dan
lebih bahagia menerima hidupnya saat ini. Penerimaan diri yang apa
adanya dinikmati dengan kebahagiaan diri yang baik. Penerimaan diri juga
berhubungan dengan pandangan diri ideal, sehingga ketika penerimaan
terhadap diri sendiri berkurang, maka pandangan diri ideal akan semakin
berbeda dengan pandangan diri saat ini (Feder, 1968). Hal tersebut yang
terjadi kepada informan NR, di mana dirinya selalu bahagia dengan apa
yang dilakukannya karena NR memiliki pandangan yang selalu menerima
apapun yang datang padanya sebagai bagian dari dirinya yang baik dan
patut diperjuangkan.
Selain menerima atau “nglakoni”, para informan juga selalu
menyikapi keadaan negatif yang ditujukan pada pekerjaan mereka sebagai
sebuah motivasi. Para informan percaya bahwa dengan berjuang dan
berdoa segala rintangan yang menghampiri dapat dilewati. Perasaan yang
muncul diterima dan ditanggapi dengan perubahan ke arah yang lebih baik.
Bertumbuh bukan berarti selalu ada dalam hal positif, namun juga bisa
berasal dari penerimaan hal negatif. Penelitian Peterson, Park, Pole,
Andrea, dan Seligman (2008) mengenai perkembangan diri seseorang
setelah menghadapi kondisi yang traumatis membuktikan hal tersebut.
Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa selalu ada potensi untuk
berkembang setelah menghadapi hal yang buruk.
Setelah membahas mengenai penerimaan diri dan perjuangan
menghadapi kondisi sulit dengan keinginan untuk menjadi lebih baik, tak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
akan lengkap rasanya tanpa membahas hal terpenting yang diungkapkan
oleh informan, yakni rasa syukur terhadap hidup. Para informan yang telah
bersyukur dengan hidupnya dan menganggap bahwa hidup ini berarti
dapat dikatakan telah membuka diri untuk berkembang dan menyadari
bentuk hidup seperti apa adanya. Selaras dengan yang dikatakan Jung
(1986) bahwa setiap individu akan mampu mengembangkan dirinya yang
asli, ketika dirinya mampu melewati individuasi, atau yang dapat disebut
proses menjadi diri sendiri. Selain itu, sikap unconditional positive regard
atau penghargaan positif diri tanpa syarat, seperti yang dilakukan oleh para
informan dengan bersyukur secara perlahan akan menghasilkan
kepribadian yang sehat (Rogers, 1961). Oleh karena itu, berbagai kesulitan
dan perasaan negatif yang dialami informan tak mampu menggetarkan hati
mereka untuk tetap mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Tuhan.
Rasa syukur ini jugalah, yang membuat para informan mengatakan
bahwa mereka ingin hidup sesuai dengan takdir Tuhan, tak lebih dan tak
kurang, semua tergantung pada hati yang mengarahkan mereka untuk
melangkah. Rasa syukur yang membangun keberanian para informan
untuk tetap berjuang tanpa memedulikan pandangan buruk dari orang lain.
Rasa syukur yang tak pernah lelah untuk menghindarkan kecemasan dari
diri para informan. Penelitian Popov, Radanovic, dan Biro (2016)
mengenai self-acceptance juga mendukung hal tersebut, di mana hasil
penelitian mengukuhkan bahwa individu dengan self-acceptance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
(penerimaan diri) yang tinggi memiliki kepuasan dalam diri dan hanya ada
sedikit kecemasan terhadap pandangan orang lain.
4. Membangun hidup dengan dukungan sosial
Penerimaan terhadap hidup yang dijalani juga diperkuat dengan
adanya dukungan sosial dari orang-orang terkasih. Hal tersebut didukung
oleh penelitian Marni dan Yuniawati (2015) yang menjelaskan bahwa
adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial
dengan penerimaan diri. Kondisi tersebut membuat hidup para informan
tak dapat lepas dari dukungan dan semangat yang diberikan keluarganya.
Ketika keluarga tak mendukung, para informan malah merasa cemas,
takut, serta mengganggu konsentrasi mereka saat mengajar. Para informan
menjadikan dukungan sebagai motivasi mereka untuk terus berjuang
mengalahkan kesulitan yang mereka dapatkan kala mengajar di SLB.
Dukungan juga dapat menjadi penopang saat merasa lelah dan bosan
(Bukhori, 2012).
Penelitian Kawa (2017) mengenai kekuatan dukungan sosial dan
makna hidup dalam meningkatkan semangat berjuang ternyata juga
menunjukkan hasil yang positif dan selaras dengan apa yang terjadi pada
kehidupan informan sebagai guru SLB, di mana dengan adanya dukungan
sosial, serta merasa hidup berarti secara tak langsung akan membuat
seorang individu mampu berusaha lebih keras untuk menghadapi kendala
apapun dalam hidupnya, termasuk penyakit yang mematikan sekalipun.
Ditambah lagi, dukungan sosial digunakan oleh para informan bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
hanya sebagai pembangkit semangat, namun juga sebagai alasan untuk tak
terus mengeluh mengenai nelangsanya kehidupan yang sedang dijalani
karena selama orang terkasih masih memberikan dukungan, maka tak akan
ada keraguan yang berarti dalam hati. Informan IP pernah menyatakan
bahwa,
“Yaa..kalau sekarang keluarga itu sudah mendukung dan
malah kelihatannya bangga begitu dan saya senang...”
Perasaan senang yang dimiliki oleh informan IP dihasilkan dari dukungan
keluarga yang awalnya tak terlalu mendukung pekerjaannya sebagai guru
SLB, namun sekarang telah berubah menjadi bangga dengan apa yang
dilakukannya untuk anak-anak berkebutuhan khusus di SLB. Informan IP
menjadi semakin puas dengan kehidupan dan rutinitas yang dijalaninya,
serta semakin enggan meninggalkan SLB karena merasa segala
pengalamannya sangat berarti. Hasil dari penelitian Kasprzak (2010)
senada dengan yang disampaikan oleh informan IP bahwa memiliki
hubungan dan relasi yang baik, serta didukung secara sosial oleh
lingkungan, seperti teman, keluarga, atau rekan kerja disekitar akan
meningkatkan kepuasaan hidup. Dengan kata lain, kepuasaan hidup yang
dirasakan informan IP juga menjadi alasan mengapa hidupnya selalu
dirasa berarti dengan berbagai hal yang dilewatinya.
Pernyataan tersebut semakin dikukuhkan dengan hasil dari
penelitian Park, Park, dan Peterson (2010) yang menemukan bahwa
kepuasaan hidup memiliki hubungan yang signifikan dengan perasaan
bermakna terhadap hidup, serta sebaliknya pencarian makna hidup dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
tujuan yang jelas akan membuat hidup yang dijalani semakin memuaskan.
Ditambah lagi, Mardhika (2013) menjelaskan bahwa makna hidup
memang hanya dapat ditemukan sendiri oleh masing-masing orang,
namun makna tak pernah terbatas oleh jumlah dan Frankl (1992)
menambahkan bahwa makna hidup dapat berbentuk apapun. Oleh karena
itu, mengejar dukungan sosial pun dapat menjadi salah satu faktor penting
dalam membangkitkan rasa kebermaknaan hidup, meskipun terkadang tak
dianggap sebagai sumber makna, namun tak dapat dipungkiri dukungan
sosial membantu individu termasuk para informan dalam mencapai makna
hidupnya.
Selanjutnya, diketahui bahwa dukungan sosial merupakan suatu
proses transaksional yang kompleks, di mana ada sikap aktif antara
seseorang dan jaringan pendukungnya, sehingga dukungan sosial dapat
berperan positif dalam kehidupan seorang individu (Vaux, dalam Daalen,
Sanders, & Willemsen, 2005). Bukan hanya itu, dukungan sosial juga
berperan pada peningkatan kesehatan, kesejahteraan, dan kepuasaan hidup
seorang individu (Daalen, Sanders, & Willemsen, 2005), sehingga wajar
ketika para informan mengaku akan terganggu ketika tak mendapat
dukungan dari keluarganya. Kehidupan para informan memang bukan
hanya tentang didukung atau tidak, tetapi juga tentang meraih mimpi
mereka untuk berguna bagi orang lain melalui cara mereka, yaitu mengajar
anak berkebutuhan khusus. Akan tetapi, dukungan memberikan sisi lain
untuk hidup mereka, yakni sebagai peneguh keyakinan untuk mengikuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
hati melangkah sejalan dengan takdir Tuhan dan tak perlu gentar terhadap
segala kesulitan yang akan dihadapi.
Beberapa penjelasan dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat
mengilustrasikan bagaimana perjalanan ketiga informan dalam memaknai
hidupnya, meskipun memiliki motivasi awal yang berbeda, seperti NR yang
ingin menjadi seperti ibunya, IP yang memiliki cita-cita menjadi guru, atau PN
yang berharap dapat membantu temannya, namun mereka sama-sama memiliki
tujuan akhir yang sama, yakni menjadi tangan Tuhan untuk bermanfaat bagi
orang lain yang membutuhkan. Mereka tak pernah kehilangan asa untuk
berjuang mencapai tujuan tersebut, meski banyak rintangan yang menghadang.
Pengalaman mereka mengajar juga berbeda, NR yang telah mengikuti ibunya
berkali-kali ke SLB, serta memiliki pendidikan luar biasa sebelum terjun
menjadi guru SLB, terlihat lebih memahami anak berkebutuhan khusus. Akan
tetapi, NR merasa tak terlalu terbantu dengan pengalaman tersebut karena
menurutnya segala yang ada di lapangan berbeda dengan yang dipelajarinya,
sedangkan IP dan PN yang belum memiliki pengalaman sama sekali hanya
mengikuti alur pembelajarannya saja, serta terus belajar dari teman lainnya.
Ketiga informan enggan menyerah menghadapi pengalaman baru ataupun
pengalaman yang berbeda dan mereka tetap memaknai lebih pada usahanya
mengajari anak berkebutuhan khusus, bukan pada kesulitannya.
Frankl (1992) mengatakan bahwa “will to meaning” makna bukanlah
sebuah akhir, namun yang lebih penting adalah kemauan individu untuk selalu
menemukan makna hidupnya. Kata-kata ini menjelaskan bahwa tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
personal, harapan, dan pengalaman, memang bukanlah hal yang penting,
namun bagaimana individu terus berusaha guna mencapai makna hidupnya,
itulah yang terpenting. Hal tersebut juga yang ditunjukan oleh pilihan para
informan untuk menjadi guru SLB yang penuh dengan lika-liku, namun
menyenangkan bagi mereka karena terus memberikan arti dan kenyamanan
untuk hati mereka. Kebebasan memilih jalan hidup diartikan dengan baik, hal
ini juga menjadi penting untuk dipahami oleh setiap individu karena anak
berkebutuhan khusus bagi informan, bukan hanya menjadi pelabuhan hati,
namun juga ladang untuk memaknai hidup dan setiap individu berhak memilih
jalan hidup yang dapat dimaknainya.
Mengingat kata-kata Frankl (1992) bahwa :
“makna hidup dapat berbeda dari orang ke orang, hari ke
hari, jam ke jam namun yang paling penting adalah apa yang
dimaknai seseorang dalam suatu momen”
menjelaskan bahwa impian personal bisa saja berubah setiap waktu, namun
keberadaan tantangan, kesulitan, rasa sakit, kecewa, dan lelah tak akan pernah
dapat dihindari, namun dapat dikelola, serta diartikan membangun diri, jika
memiliki keoptimisan dan pandangan yang positif. Menghidupi semua impian
personal, dan harapan dalam pikiran akan menjadi alasan untuk setiap individu
agar berjuang menjalani hidupnya, termasuk apa yang terjadi pada para
informan sebagai guru SLB saat ini, mereka enggan melihat rasa sakit dan lelah
karena di dalam hatinya, mereka telah memaknai momen mengajar sebagai
kebahagiaan dan semangat untuk menolong orang yang membutuhkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Gambar 2. Skema Hasil Penelitian Makna Hidup Guru SLB
Dukungan
sosial
Penghayatan
terhadap cinta kasih
Penghayatan
terhadap keimanan
Nilai kreatif Tantangan
Sikap menghadapi
kondisi
Sikap syukur
terhadap kehidupan
Hidup mengikuti panggilan hati
Hidup sebagai sarana
kreativitas
Hidup merupakan sebuah
penerimaan
MAKNA HIDUP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Melalui eksplorasi atas pengalaman menjalani proses mengajar anak
berkebutuhan khusus di SLB, peneliti memperoleh dinamika psikologis para
guru SLB dalam memaknai hidupnya. Peneliti memperoleh lima tema utama:
(1) hidup mengikuti panggilan hati (2) hidup merupakan sarana kreativitas (3)
hidup merupakan penghayatan terhadap proses (4) hidup adalah sebuah
penerimaan (5) membangun hidup melalui dukungan sosial.
Semua informan dalam penelitian ini memiliki gambaran makna
hidup yang serupa sebagai guru SLB, di mana gambaran tersebut terlihat ketika
mereka tak pernah menyerah pada kondisi dan menggunakan kreativitasnya
dalam mengatasi kesulitan mengajari anak berkebutuhan khusus yang dilihat
sebagai suatu bentuk perjuangan. Mengajar di SLB dianggap sebagai sebuah
takdir Tuhan yang secara tak langsung menggerakan hati mereka agar
mengikutinya. Proses yang berjalan di SLB selalu disyukuri, meski itu
menyenangkan atau tidak. Sebuah penerimaan diri yang baik juga membuat
mereka memiliki kekuatan tersendiri untuk menghadapi setiap pandangan
negatif yang tertuju pada pekerjaannya. Mereka tak lelah untuk terus berjuang
di setiap hari dalam kehidupan mereka. Untuk itulah, kesempatan dan
dukungan orang lain, terlebih orang yang dikasihi juga menjadi penting dalam
menghadirkan kebebasan atas pilihan hidup dan minat mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
B. Saran
1. Guru SLB
Rekomendasi bagi para guru SLB dari hasil penelitian ini adalah,
Para guru diharapkan lebih berperan aktif dan tidak perlu ragu untuk bekerja
sebagai guru SLB karena penerimaan diri sendiri sangat diperlukan untuk
melakukan pekerjaan apa pun. Para guru juga diharapkan lebih bersikap
proaktif dengan membagikan pengalaman-pengalaman menariknya
mengajari anak berkebutuhan khusus kepada teman atau saudara agar
mengurangi pandangan-pandangan negatif dari orang lain mengenai SLB.
Keyakinan, fokus pada tujuan, serta selalu bersabar juga diperlukan oleh
para guru SLB dalam menghadapi segala kondisi agar dapat mengatasi
segala kesulitan yang muncul. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukan
bahwa rasa syukur dapat membantu membangkitkan motivasi, sehingga
sikap bersyukur sangat diperlukan dalam menjalani keseharian mengajari
anak berkebutuhan khusus.
2. Orang tua ABK
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat
menjadi fondasi semangat bagi para guru SLB, sehingga orangtua sebagai
salah satu caregiver yang juga ikut berperan mendidik anak berkebutuhan
khusus diharapkan lebih memerhatikan kondisi anak-anaknya, dalam hal
kegiatan harian maupun saat melakukan proses belajar mengajar. Selain itu,
memanjakan anak secara berlebihan seringkali diberikan untuk maksud
yang baik, namun malah menjadi suatu hal yang negatif karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
mengganggu mental anak. Oleh karena itu, orang tua ABK diharapkan
memiliki batasan dalam memberikan perhatian kepada anak-anak
berkebutuhan agar dapat lebih membangun kepercayaan diri anak tersebut.
Orang tua ABK dalam proses menjadi seorang caregiver juga diharapkan
memiliki kesediaan untuk mendengarkan dan memahami keluhan dari anak-
anak mereka. Pemahaman tersebut merupakan suatu hal yang berarti bagi
anak dan juga guru SLB karena dari pemahaman tersebut, maka anak tidak
akan terbebani saat datang ke sekolah dan guru SLB akan semakin
dimudahkan.
3. Peneliti selanjutnya
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak
kelemahan dan kekurangan yang dapat dipertimbangkan oleh peneliti
selanjutnya agar tidak melakukan kesalahan yang sama. Salah satunya
mengenai hasil wawancara yang terlalu melebar, peneliti selanjutnya
diharapkan lebih memahami bagian yang akan digali selama proses
pengumpulan data mengenai makna hidup agar hasil wawancara yang
diperoleh masih berada dalam satu fokus yang sama dan tidak terlalu
melebar ke hal lain. Hasil penelitian ini juga terkesan hanya mampu
menyertakan satu sisi, yakni guru yang benar-benar telah memaknai
hidupnya. Sementara itu, masih ada banyak fenomena lain mengenai
kehidupan guru SLB yang masih mencari-cari makna hidupnya. Dengan
demikian, peneliti mengharapkan peneliti selanjutnya dapat memaparkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
kondisi guru dalam dua sisi, sehingga mendapatkan konteks permasalahan
yang lebih utuh dan mampu melengkapi penelitian yang telah ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
DAFTAR PUSTAKA
Alfons, S. (1994). Psikologi Jung: aspek wanita dalam kepribadian manusia.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. ISBN: 9796051001.
Allport, G. W. (1976). Becoming: Basic considerations for a psychology of
personality. Yale University Press, Inc. ISBN: 0-300-00002-2
Ariyanti, T. Pentingnya pendidikan anak usia dini bagi tumbuh kembang anak.
Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar, 8(1), 50-58.
Braun, V., & Clarke, V. (2006). Using thematic analysis in psychology. Qualitative
Research in Psychology, 3(2), 77-101.
Briggs, K.V. (2010). The nurturing teacher: Managing the stress of caring.
Published by Rowman & Littlefield Education: United Kingdom. ISBN:
978-1-60709-399-2.
Bukhori, B. (2012). Hubungan kebermaknaan hidup dan dukungan sosial keluarga
dengan kesehatan mental narapidana. Jurnal Ad-Din, 4(1), 1-19.
Carson, S. H., & Langer, E. J. (2006). Mindfullness and self-acceptance. Journal of
Rational-Emotive & Cognitive-Behavior Therapy, 24(1), 29-43.
Daalen, G., Sanders, K., & Willemsen, T.M. (2005). Sources of social support as
predictors of health, psychological well-being and life satisfaction among
dutch male and female dual-earners. Journal of Women & Health, 41(2),
43-62.
Eagleton, T. (2007). The meaning of life: A very short introduction. Oxford
University Press. ISBN : 0199532176
Efendi, M. (2006). Pengantar psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Ferer, C. Z. (1968). Relationship between self-acceptance and adjustment,
repression-sensitization, and social competence. Journal of Abnormal
Psychology, 73(4), 317-322.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Firmansyah, Ibnu & Widuri, L. Erlina. (2014). Subjective well-being pada guru
sekolah luar biasa (SLB). Jurnal Fakultas Psikologi, ISSN : 2303-114X.
Frankl, V. (1992). Man’s search for meaning: An introduction to logotherapy. (4th
Edition). Beacon Press: Boston.
Fraser, G. (1978). What the Buddha taught. The Gordon Fraser Gallery Ltd: London
and Bedford. ISBN:967-9920-02-X
Fromm, E. (1956). The art of loving. United States: Harper & Row. ISBN: 978-0-
06-091594-0.a
Fusch, P. I., & Ness, L. R. (2015). Are we there yet? data saturation in qualitative
research. The Qualitative Report, 20(9), 1408-1416.
Ghani, M. Z., Ahmad, A. C., & Ibrahim, S. (2014). Stress among special education
teachers in Malaysia. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 114, 4-13.
Guest, G., Namey, E.E., & Mitchell, M.L. (2013). Collecting qualitative data: A
field manual for applied Research. Thousand Oaks, CA: Sage. ISBN:
9781412986847
Hecht, D. (2013). The neural basis of optimism and pessimism. Journal
Experimental Neurobiology, 22(3), 173-199.
Jung, C. G. (1986). Menjadi diri sendiri (Agus Cremers, Penerjemah). PT
Gramedia: Jakarta.
Kawa, M. H. (2017). Influence of perceived social support and meaning in life on
fighting spirit: A study of cancer patients. International Journal of
Advanced Educational Research, 2(6), 86-93.
Kasprzak, E. (2010). Perceived social support and life-satisfaction. Polish
Psychological Bulletin, 41(4), 144-154.
KBBI. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. ISBN: 978
979-689-779-1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Data statistik sekolah luar biasa
(SLB) 2016/2017. Jakarta: Setjen, Kemdikbud.
Kleftaras, G. & Psarra, E. (2012). Meaning in life, psychological well-being and
depressive symptomatology: A Comparative Study. Journal Psychology:
Scientific Research, 3(4), 337-345.
Koeswara, E. (1987). Psikologi eksistensial: Suatu pengantar. PT Eresco:
Bandung.
Levine, M. (2009). The positive pychology of buddhism and yoga (2nd Ed). Taylor
and Francis Group, LLC. ISBN: 978-84872-851-6.
Lewanmeru, O. (2017). Guru SLB di kota Kupang ancam mogok, ini alasannya.
Artikel online diambil dari http://kupang.tribunnews.com/2017/06/06/guru-
slb-di-kota-kupang-ancam-mogok-ini-alasannya
Lewensohn, O. B. (2015). Managing stress in schools: teachers coping with special
education children. International Journal on Disability and Human
Development, 15(1), 1-7.
Linayaningsih, Fitria. (2011). Strategi coping pada guru SLB dalam menghadapi
anak berkebutuhan khusus. Seminar Nasional Educational Wellbeing.
Universitas Semarang.
Lyons, E., & Coyle, A. (2016). Analysing qualitative data in psychology (2nd Ed).
Sage Publications Ltd. ISBN: 978-1446273753
Mangunsong, F. (1998). Psikologi dan pendidikan anak luar biasa. Jakarta:
LPSP3 UI.
Mardhika, A. R. (2013). Gambaran pencarian makna hidup pada wanita dewasa
muda yang mengalami kematian suami mendadak. Jurnal Psikogenesis,
1(2), 107-115.
Marni, A., & Yuniawati, R. (2015). Hubungan antara dukungan sosial dengan
penerimaan diri pada lansia di panti wredha budhi dharma Yogyakarta.
Jurnal Fakultas Psikologi, 3(1), ISSN: 2303-114X.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Martela, F., & Steger, M. (2016). The three meanings of meaning in life:
Distinguishing coherence, purpose and, significance. Journal of Positive
Psychology, 11(5), 1-15.
Moleong, Lexy J. (2006). Metodologi penelitian kualitatif (Ed. Revisi). Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Naraduhita, D. C., & Sawarjuwono, T. (2012). Corporate social responsibility:
upaya memahami alasan dibalik pengungkapan CSR bidang pendidikan.
Jurnal Akuntansi dan Auditing, 8(2), 95-189.
Naseem, Z., & Khalid, R. (2010). Positive thinking in coping with stress and health
outcomes: Literature review. Journal of Research and Reflections in
Education, 4(1), 42-61.
Nida, F. L. K. (2013). Komunikasi bagi anak berkebutuhan khusus. Jurnal
Komunikasi Penyiaran Islam, 1(2), 163-189
Park, N., Park, M., & Peterson, C. (2010). When is the search for meaning related
to life satisfaction?. Applied Psychology: Health and Well-Being, 2(1), 1-
13.
Peraturan pemerintah RI (PP), nomer 72 tahun 1991 tentang
pendidikan luar biasa. Diunduh dari
www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/40/248.bpk. 25 Agustus 2017.
Permendiknas RI, nomer 32 tahun 2008 tentang peraturan pendidikan nasional.
Diunduh dari http://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/permendiknas 25
Agustus 2017.
Perez, S. P., Villada, C., Pulopulos, M. M., Almela, M., Hidalgo, V., & Salvador,
A. (2015). Optimism and pessimism are related to different components of
the stress response in healthy older people. International Journal of
Psychophysiology, 9(8), 213-221.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Peterson, C., Park, N., Pole, N., Andrea, W., & Seligman, M.E.P. (2008). Strengths
of character and posttraumatic growth. Journal of Traumatic Stress, 21(2),
214-217, doi: 10.1002/jts.20332.
Poerwandari, E. K. (2007). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku
manusia. Jakarta : LPSP3 Fakultas Psikologi Universita Indonesia.
Popov, S., Radanovic, J., & Biro, M. (2016). Unconditional self-acceptance and
mental health in ego-provoking experimental context. Journal
Contemporary Psychology, 19(1), 71-80, doi: 10.21465/2016-SP-191-06.
Pramudia, J., R. (2006). Orientasi baru pendidikan: Perlunya reorientasi posisi
pendidik dan peserta didik. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 3(1), 29-38.
Prastowo, A. (2014). Metode penelitian kualitatif dalam perspektif rancangan
penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. ISBN: 978-979-254-850-1.
Puspasari, D., Alfian, I. N. (2012). Makna hidup penyandang cacat fisik postnatal
karena kecelakaan. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 1(2),
151-157.
Putri, P. S., Respati, W. S. & Safitri. (2009). Makna hidup pada perempuan dewasa
yang berperan ganda. Jurnal Psikologi, 7(2), 43-51.
Rahayu, E., & Hadriami, E. (2015). Stres dan sense of humor pada guru SLB C.
Jurnal Psikodimensia, 14(2), 41-54.
Rezkisari, I. (2014). Yogyakarta kekurangan guru SLB. Artikel online diambil dari
https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/10/22/ndujr6-
yogyakarta-kekurangan-guru-slb.
Rogers, C. R. (1961). On becoming a person: A therapist's view of psychotherapy.
Boston: Houghton Mifflin Company. ISBN: 9780395755310.
Rogers, C. R. (1987). Antara engkau dan aku. (Agus Cremers, Penerjemah).
Jakarta: PT Gramedia. ISBN: 9794032093.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Rosdiana. (2013). Guru SLB Tanjung Pinang. Diunduh dari
http://www.haluankepri.com/siape-die/46261-rosdiana-guru-
slbtanjungpinang.html. 19 Maret 2017.
Ryff, C. D., & Singer, B. (1998). Contours of positive human health. Journal
Psycological Inquiry, 9(1), 1-28.
Saputri, S., Ningsih, E.F., & Widyawati, S. (2017). Analisis kesulitan anak
tunagrahita dalam menyelesaikan soal operasi penjumlahan di sekolah luar
biasa harapan ibu metro. Jurnal Matematika dan Pembelajaran, 5(2), 187-
200, ISSN: 2354-6883.
Schlutz, Duane. (1991). Psikologi pertumbuhan, model-model kepribadian sehat
(Yustinus, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius
Serrano, J. M., Moreno, T., Pons R. M., & Lara, R. S. (2008). Evaluation of teacher-
training programs in cooperative learning methods, based on an analysis of
structural equations. Electronic Journal of Educational Research, 10(2), 1-
28.
Smith, J. A. (2008). Qualitative psychology: A pratical guide to research methods.
Thousand Oaks, CA: Sage. ISBN: 978-1-4129-3084-0
Smith, J. A. (2013). Dasar-dasar psikologi kualitatif (M. Khozim, Penerjemah).
Penerbit Nusa Media: Bandung. ISBN: 979-1305-19-8.
Snyder, C. R., Lopez, S. J., & Pedrotti, J. T. (2011). Positive psychology: The
scientific and practical explorations of human strengths (2nd ed.). Thousand
Oaks, CA: Sage. ISBN: 978-1412990622.
Solikhatun, Y. U. (2013). Penyesuaian sosial penyandang tunarungu di SLB negeri
Semarang. Educational Psychology Journal, 2(1), 65-72.
Steger, M.F., Frazier, P., Oishi, S., & Kaler, M. (2006). Meaning in life
questionnaire: Assessing the presence of and search for meaning in life.
Journal of Counseling Psychology, 53(1), 80-93, doi:
10.1037/00220167.53.1.80.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Sugiyono. (2007). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sutopo, H. B. (2006). Metode penelitian kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Tanjung, C. A. (2017). Kisah ikhlas guru SLB di pelosok Riau digaji hanya Rp 97
ribu. Artikel online diambil dari
https://news.detik.com/berita/3627613/kisah-ikhlas-guru-slb-di-pelosok-
riau-digaji-hanya-rp-97-ribu
Tanyi, R.A. (2002). Towards clarification of the meaning of spirituality. Journal of
Advanced Nursing, 39(5), 500–509.
Undang-undang RI nomor 2 tahun 2003, pasal 15 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. diunduh dari www.bpkp.go.id/uu/filedownload 25
Agustus 2017.
Vaughn, S., & Thompson, S. L. (2003). What is special about special education for
students with learning disabilities?. Journal of Special Education, 3(3), 140-
147.
Wardhani, D. T. (2012). Burnout di kalangan guru pendidikan luar biasa di kota
Bandung. Jurnal Psikologi Undip, 11(1), 73-81.
Widianita, P.L., Mikarsa, H.L., & Hartiani, F. (2009). Gambaran makna hidup
remaja penderita leukemia. Indonesian Journal of Cancer, 3(1), 17-23.
Willig, C. (2013). Introducing qualitative research in psychology (3rd ed). Open
University Press. England. ISBN: 978-0-33-524449-2 (pb)
Yalom, I.D. (1980). Existential psychotherapy. A Division of Harper Collins
Publishers. United States of America. ISBN: Q-465-Q2147-6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
No. Aspek yang
diungkap
Sub-aspek Koding Pertanyaan
1 Latar
Belakang
Identitas diri 1.1 Nama lengkap Informan
Asal informan
Usia Informan
Riwayat pendidikan informan
Keluarga
Informan
1.2 Sudah menikah atau belum
Punya berapa anak
Punya berapa saudara dalam keluarga
Informan anak ke berapa
Apakah ada keluarga yang juga bekerja
sebagai pengajar? (Ayah, Ibu, atau
saudara?
Pekerjaan 1.3 Pernah bekerja sebelum jadi guru SLB?
Bekerja sebagai apa?
Di daerah mana
berapa lama bekerja di sana
pindah ke SLB sejak kapan?
Alasan pindah ke SLB?
Mengapa memilih SLB?
Apakah ada persiapan lain yang dilakukan,
selain belajar di PLB?
2 Tiga cara
menemukan
makna
Nilai Kreatif 2.1 Sejauh ini ABK dengan jenis seperti apa
saja yang pernah dijumpai?
Apa saja kendala atau tantangan yang di
hadapi saat mengajar ABK? (Kalau ada,
kendala seperti apa?) (Kalau tidak ada,
maksudnya gimana/apakah benar-benar
tidak ada hal yang berbeda dari sekolah
formal?)
bagaimana dengan kondisi gaji yang
didapatkan? Apakah dapat memenuhi
kebutuhan hidup anda? (bila iya, mengapa?
Apa jumlahnya sesuai. Bila tidak,
mengapa?)
Bagaimana saat anda bertemu dengan
orangtua siswa/siswi ABK? Adakah
pengalaman yang bisa diceritakan? (Bila
iya seperti apa, Bila tidak maksudnya
gimana? apakah tidak ada pengalaman unik
ketika bertemu dengan orangtua ABK?)
Pertanyaan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Sejauh ini, bagaimana anda melihat
keadaan lingkungan di SLB ini? Apakah
masih ada kekurangan, mungkin dari sisi
tenaga kerja, fasilitas, atau dukungan dari
pemerintah?
Lalu, bagaimana dengan tanggapan
keluarga anda? Kalau baik2 saja mengapa?
Kalau tidak baik mengapa?
Bagaimana relasi anda dengan guru lain
ketika berada di SLB ini?
Kemudian, sejauh ini pengaruh apa yang
dirasakan informan terkait pekerjaannya
sebagai guru SLB? (segi fisik, sosial,
psikologis)
Bagaimana upaya yang biasanya informan
lakukan untuk mengatasi kendala tersebut?
Nilai
Penghayatan
2.2 Kemudian bagaimana perasaan anda
terhadap pekerjaan anda sebagai guru
SLB? (senang? Mengapa?) (tidak senang?
Mengapa?)
Dalam mengajar, pengalaman seperti apa
saja yang anda dapatkan? (dari segi fisik,
sosial, psikologis)
Menurut informan apakah perasaan atau
pengalaman itu dapat ditemui di tempat
lain? (kalau tidak, mengapa?) (kalau dapat,
adakah, mengapa? dan adakah pengalaman
yang hanya bisa anda dapatkan di SLB)
Sebenarnya mengajar di sini untuk siapa?
Lalu, hikmah seperti apa yang dapat
diambil dari pengalaman tersebut?
Nilai
Bersikap
2.3 Dari semua pengalaman yang telah terjadi,
bagaimana anda bersikap terhadap kondisi
kehidupan anda sebagai guru SLB (ntah itu
nyaman, ataupun tidak nyaman) Coba
ceritakan
Lalu, seandainya bila anda berada dalam
kondisi yang tidak menyenangkan dan
anda tidak dapat merubah kondisi tersebut,
apa yang akan anda lakukan? Anda tetap
menghadapinya? Atau anda lari untuk
menghindarinya?
3 Makna
Hidup
Kebebasan
Berkehendak
3.1 Bila kembali diberikan pilihan, pekerjaan
lain atau guru SLB? Mana yang dipilih?
Mengapa?
Apakah informan mau menerima
konsekuensi dari pilihannya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Bila suatu hari anda bertemu dengan teman
lama yang jauh lebih sukses dalam
kacamata dunia, bagaimana tanggapan
anda?
Hasrat Hidup
Bermanfaat
3.2 Bila diberi skor semangat mengajar 1-10,
informan akan memilih skor brp? Apa
alasan memilih skor tersebut
Bila semangat, mengapa? dan bagaimana
cara menyemangati diri? / Bila tidak
semangat, mengapa? Bagaimana cara agar
membuat informan lebih bersemangat?
Sampai saat ini, Bagaimana informan
melihat dirinya? (Apakah berhasil
membantu ABK, atau gagal? Mengapa?)
Punya bayangan 5 tahun mendatang diri
informan seperti apa? Kira-kira apa yang
ingin dicapai lagi?
Kemudian bila anda bertemu dengan salah
satu keluarga yang hidupnya lebih susah
dari anda, bagaimana respon anda?
Kehidupan
Bahagia
penuh arti
3.3 Menurut anda bahagia itu apa?
Apakah sebenarnya yang paling berharga
dalam hidup anda, sehingga anda merasa
hidup anda bahagia?
Kemudian, seandainya bila anda
menemukan kegagalan yang membuat anda
sangat terpuruk dalam kehidupan anda?
Apa yang anda lakukan agar anda dapat
kembali bahagia?
4 Arti hidup
bagi guru
SLB
Pertanyaan
Penutup
4.1 Coba simpulkan dalam beberapa kalimat
mengenai suka dukanya bekerja di SLB?
Serta menurut hidup penuh makna itu
seperti apa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Lampiran 11. Analisis Data Informan 1 (NR)
No. Verbatim Satuan Makna Satuan Makna yang
dipadatkan Kode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Apakah sebelum bekerja di SLB
Ibu pernah bekerja di tempat
lain? Hmm…tidak saat saya masih
kuliah semester 5, saya sudah
bekerja tapi di SLB juga. Pertama-
tama saya hanya mengabdi dari
kuliah pulang ke SLB main-main
dulu, kemudian lama-kelamaan saya
ditarik menjadi guru di SLB wiyata
bakti dulu..
Ketika NR masih kuliah,
dirinya telah bekerja di SLB
sebagai guru, namun hanya
sebatas mengabdi
NR telah menjadi guru
SLB ketika masih
kuliah, namun hanya
mengabdi
Telah mengabdi sebagai
guru SLB ketika masih
kuliah (4-6)
11
12
13
14
15
16
Lalu alasan Ibu pindah ke SLB
ini kenapa? Karena saya diangkat
jadi PNS mas..kalau kita diangkat
jadi PNS kan harus siap
ditempatkan di mana pun, nah saya
di tempatkan di SLB Wiyata
Dharma 3 begitu..
NR pindah ke SLB Wiyata
karena diangkat menjadi PNS,
lalu dilakukan penempatan oleh
pemerintah
Ketika diangkat
menjadi PNS,
penempatan dipindah
oleh pemerintah
Pindah dari SLB
sebelumnya, karena
ditempatkan oleh
pemerintah (12-13)
17
18
19
20
21
22
23
Dulu itu Ibu memang senang ke
SLB atau gimana? Yahh…saya
memang senang ikut dan melihat
Ibu saya mengajar di SLB mas
Maaf, Ibu langsung mengajar?
Iya mas waktu wiyata bakti saya
langsung mengajar, ..jadi saya
NR pernah mengikuti Ibunya
untuk mengajar di SLB,
kemudian senang melihat anak-
anak di SLB dan ingin menjadi
seperti Ibunya yaitu seorang
pengajar di SLB. NR
menganggap bahwa bekerja di
pernah mengikuti
orangtua untuk
mengajar di SLB,
kemudian senang
melihat anak-anak di
SLB dan ingin menjadi
seperti orangtua.
Muncul perasaan senang
saat melihat ABK (19-
20)
Ada keinginan menjadi
pengajar di SLB seperti
orangtua (ibu) (24-26)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
ngelihat anak ABK itu yaa kok tiba-
tiba hati ingin saja seperti Ibu
menjadi pengajar,gatau kenapa saya
kagum dengan dia kan kalau guru
SLB itu kan bukan hanya mengajar,
ya istilahnya disini juga ibadah lah
mas…mereka anak-anak kebutuhan
khusus tuh butuh perhatian lebih
mas..ya saya ngerasa di sini kan
kesabaran saya diuji terus saya ingin
dan harus bisa bantuin mereka..ya
alhamdulilah mungkin karena doa
dari anak-anak sini juga mas…jadi
lancar juga...semua berhasil...
SLB bukan hanya sekedar
mengajar, tetapi juga ibadah,
sehingga NR merasa bahwa
kesabarannya diuji ketika
bekerja di SLB.
Bekerja di SLB bukan
hanya mengajar, tetapi
juga ibadah dan merasa
kesabaran akan diuji
saat bekerja di SLB
Kagum dengan sosok
Ibu (26)
Bekerja di SLB bukan
hanya mengajar, tetapi
juga ibadah (26-28)
Merasa ABK butuh
perhatian lebih (29-32)
Menganggap doa anak-
anak membawa
kelancaran terhadap
yang dilakukan (34-35)
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
Lalu, ketika Ibu jalan-jalan ke
SLB itu perasaan yang muncul di
sana gimana sih? Yaa..dulu ketika
jalan ke SLB tunaganda di daerah
kalasan itu yaa rasanya kok berat
banget ya anaknyaa..kok ya gak bisa
bangun cuma tiduran..saya ingin
bantu mereka, melatih mereka untuk
bisa duduk atau melatih mereka
untuk bisa makan sendiri ya itu
ternyata berat, tapi setelah kita
lakoni setiap hari ya gak apa-apa tuh
Ketika NR jalan-jalan ke SLB
tunaganda daerah kalasan, NR
merasa bahwa menjadi anak
ABK itu berat karena hanya
bisa tiduran, sehingga seorang
guru harus bisa melatih anak
itu duduk dan makan sendiri.
Akan tetapi, meskipun hal
tersebut berat bila dijalani
setiap hari, maka tidak akan
masalah lagi.
Ada perasaan menjadi
seorang guru SLB
adalah pekerjaan yang
berat, namun setelah
sering bertemu dan
dijalani tiap hari
ternyata tidak masalah
Sesuatu yang awalnya
dirasa berat, namun
ketika menjalaninya tiap
hari tidak lagi dirasa
berat (41-47)
Memiliki prinsip
melakoni (48)
50
51 Beratnya untuk ngelatih ABK itu
gimana ya Bu?
NR merasa bahwa sulitnya
melatih anak ABK disebabkan
kesulitan melatih anak
ABK disebabkan oleh
Harus mempraktekan
sesuatu yang tidak selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
beratnya itu yaaa piyee yaa bisa
ngebuat anak ini bangun, karena
buku yang kita baca hanya sekedar
teori tapi pada waktu praktek beda
yaa kita harus belajar supaya anak
itu bisa..beratnya itu yaa di sana,
anak itu kan karakternya macam-
macam kondisinya itu macam-
macam kita harus bisa..kendala
membuat kita belajar dan kreatif..
oleh apa yang dipelajari teori
belum tentu sama dengan
prakteknya, selain itu karakter
dan kondisi anak yang beragam
juga harus disesuaikan.
apa yang dipelajari
teori belum tentu sama
dengan prakteknya
karakter anak yang
beragam dan
bermacam-macam,
sehingga harus
disesuaikan.
ada dalam teori (52-55)
Karakter dan kondisi
anak yang beragam
menjadi tantangan dalam
mengajar (58-61)
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
Bisa Ibu ceritakan beberapa
kesulitan saja yang ditemui saat
mengajar ABK yang pernah Ibu
hadapi ?
Yaa, bisa lama mas kalau
semua..yaa begini saja secara global
saja..semua anak itu kan kondisinya
berbeda-beda..kalau tunarungu,
tunanetra mengajar kan dengan anak
yang kondisi dia tidak bisa
melihat..kita harus memahami dulu
bagaimana saat kita memejamkan
mata, kita harus bisa melakukan
sesuatu..mengoptimalkan indera
selain mata itukan tidak
mudah..kemudian, kondisi anaknya
kan juga beda-beda misalnya dia
dapat perhatian lebih dari
NR merasa bahwa kondisi
setiap anak yang berbeda
menjadi kendala bagi para guru
SLB, seperti anak
tunanetra, seorang guru harus
mampu mengoptimalkan
kemampuan indera lain dari
anak tunanetra agar mereka
mampu belajar dengan baik,
begitu pula, dengan tunarungu
saat mereka diajari, guru harus
mampu menggunakan indera
lain yang dapat ditangkap oleh
anak tunarungu agar dapat
berkomunikasi dengan baik,
dan seterusnya. Akan tetapi,
ada kendala lain yaitu dari sisi
dukungan orangtua di mana
kondisi setiap anak
yang berbeda menjadi
kendala bagi guru SLB,
sehingga
metode belajar harus
sesuai dengan kendala
setiap anak, seperti
anak tunanetra, seorang
guru harus mampu
mengoptimalkan
kemampuan indera lain
dari anak tunanetra
agar mereka mampu
belajar dengan baik.
Berbeda dengan anak
di sekolah umum,
semua anak di sekolah
umum dapat dianggap
Kondisi karakteristik
gangguan anak yang
berbeda satu sama lain,
menjadi kesulitan
tersendiri (68-70)
Melibatkan empati atau
perasaan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
orangtuanya dengan kondisi
tunanetra, sehingga kondisi
perhatiannya itu sangat diperhatikan
dan anaknya itu diajari lebih
gampang, tapi kalau dari anak yang
keluarganya cuek itu susah sekali
kan ada juga seperti itu…tunarungu
ya samaa..dari kecil orangtuanya
ngajak bicara dia dari tidak bisa
mendengar kemudian, kita ajari
bicara ya lebih mudah, tapi kalau
dari orangtua yang kurang respect
kan akhirnya kita harus lebih intens
lagi ngajarinya…tunagrahita juga
gitu kalau dia dari keluarga yang
kurang intenslah istilahnya susah
buat ngajarinnya, tapi kalau
orangtuanya aktif untuk sering
komunikasi sama kita lebih mudah
untuk ngajari “ohh di sekolah tadi
kita belajar tentang mencuci Bu,
tolong nanti di rumah diajari juga
sudah kami berikan catatannya
untuk latihan di rumah” nanti minta
tanda tangan dari orangtua apakah
sudah melakukan juga jadi ada
timbal balik dari
orangtua..tunadaksa yang pernah
saat orangtua intens untuk ikut
membimbing anaknya bersama
guru, maka anak akan lebih
mudah diajari ketika di
sekolah, namun bila orangtua
cuek dengan anaknya, maka
anak tersebut akan sulit untuk
diajari oleh guru di sekolah.
Bagi NR semua anak di
sekolah umum dapat dianggap
memiliki kemampuan yang
sama. Akan tetapi, di SLB
tidak bisa karena memang
kemampuan setiap anak
berbeda, sehingga guru hanya
bisa membimbing sebanyak 5
anak dalam 1 kelas.
memiliki kemampuan
yang sama
Selain itu, dari sisi
dukungan orangtua, di
mana saat orangtua
intens untuk ikut
membimbing anaknya
bersama guru, maka
anak akan lebih mudah
diajari ketika di
sekolah, namun bila
orangtua cuek dengan
anaknya, maka anak
tersebut akan sulit
untuk diajari oleh guru
di sekolah
memahami kondisi anak
yang diajar (72-80)
Tingkat perhatian dan
keaktifan orangtua juga
mempengaruhi kondisi
anak (80-93)
mementingkan kerja
sama antara orangtua
dan guru dalam melatih
ABK agar membantu
pembelajaran (97-106)
Tunadaksa tidak bisa
berjalan (107-108)
guru harus mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
saya ajar di sini tuh tidak bisa jalan,
jadi gimana saya ngelatih dia itu
agar otot-otot kakinya itu tidak
kaku, mungkin di rumah kurang
dilatih, sehingga pas kita latih di
sekolah kan kaku banget..bagaimana
caranya kita bisa melemaskannya
dengan latihan-latihan
saja..tunalaras karena dia aktif dan
dalam dirinya itu emosinya sangat
lebih kita harus ajarkan agar dia bisa
mengontrol agar dia bisa dialihkan
emosinya itu dengan kegiatan
positif yaa kita ajak olahraga
misalnya dan kita ajak kegiatan-
kegiatan positif lainnya tapi yang
membutuhkan tenaga
lebih..sehingga dia nanti kan capek
dan dia bisa lebih mudah diajak
komunikasi…anak autis dia tidak
bisa fokus…dia bermain dengan
dunianya sendiri, bagaimana kita
memancing anak itu supaya dia
memperhatikan kita dengan ajak
komunikasi terus “ayo lihat..ayo
lihat ayo perhatikan Ibu” Itu kan
tidak mudah…jadi untuk anak SLB
itu satu anak itu keberagamannya itu
melatih anak tunadaksa
untuk melemaskan otot-
ototnya (108-114)
tunalaras tidak bisa
mengontrol emosi (116-
117)
guru harus mengajari
kontrol emosi pada anak
tunalaras (115-124)
anak autis tidak bisa
fokus (126-127)
guru harus mampu
membangun konsentrasi
atau fokus pada anak
autis (126-130)
Variasi penentu
kemampuan yang ada
pada diri tiap ABK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
sangat banyak sekali dalam dirinya
sendiri..kalau untuk anak di sekolah
umum kan kita bisa menganggap
semua anak itu kemampuannya
sama..tapi kalau anak SLB kan
beda..makanya jumlah di dalam
kelas SLB itu tidak ada yang
banyak..maksimal lah satu guru itu
lima anak, karena memang
keberagamannya itu beda-
beda..kebutuhan khusus mereka itu
juga beda-beda begitu..
berbeda dan beragam,
sehingga keadaanya
berbeda dengan anak
normal (133-140)
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
Nah, kalo cara Ibu menghadapi
kendalanya misalnya tunanetra
kan kita berusaha
memaksimalkan indera, nah itu
bisa diceritakan gimana
pengalamannya? Yahh lihat
anaknya mas..kita tidak bisa
menyamakan semuanya
sama..misalnya si A dia tunanetra
tetapi motorik halusnya baik kan
kalau tunanetra membaca dengan
meraba pakai huruf Braille itu
tulisan timbul..nah bagaimana kita
melatih anak untuk bisa meraba
tulisan itu dan membuat mereka
paham bahwa itu merupakan sebuah
NR menganggap bahwa
kemampuan setiap anak
berbeda, meskipun mereka
memiliki gangguan yang sama,
seperti anak tunanetra dengan
motorik halus, maka bisa
langsung diajari dengan huruf
Braille, namun anak yang
belum memiliki motorik baik
bisa dilakukan terapi lain
terlebih dahulu
NR berkata bahwa terapi bisa
juga disebut program khusus
dan terdapat bermacam-macam
bentuk, seperti untuk anak
tunanetra dinamakan orientasi
Meskipun, gangguan
ABK sama, namun bisa
saja kemampuan
mereka berbeda,
sehingga perlu adanya
program khusus dalam
mengajar agar dapat
mengoptimalkan
kemampuan masing-
masing anak. Program
khusus tersebut dapat
bermacam-macam
tergantung pada
keunikan setiap anak
Memahami karakteristik
gangguan pada anak,
dapat membantu guru
untuk menerapkan
metode pembelajaran
yang sesuai (152-168)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
satuan huruf, jari mereka yang
kanan kan ada lima dan ada enam
titik di sana..bagaimana kita bisa
mengajarkan anak meraba dan
mengoptimalkan semua jari karena
seringnya kita pakai telunjuk
toh..apa-apa telunjuk atau
jempol..tiga jari ini kan kurang
dioptimalkan, bagaimana kita
melatih semua jari ini..tapi juga
tidak semua anak sama ada yang
bisa kita latih langsung bisa ada
yang perlu tambahan terapi lainnya
banyak sekali karena
kemampuannya beda
ada tambahan terapi juga ya Bu?
Yaa..selalu ada macam-macam
tambahan kan gangguannya juga
banyak, kan kalo gak terapi
namanya ya disebut program
khusus, misalnya kalau tunanetra
namanya orientasi mobilitas nanti
bagaimana dia bisa berorientasi
dengan lingkungannya dengan
lingkungan luas..bagaimana dia bisa
jalan menyusuri jalan lurus, jalan
berbelok dan jalan yang bertingkat
dan turunan kan tekniknya sendiri-
mobilitas, tunarungu bina
komunikasi bunyi dan irama
(BKBI), tunagrahita binadiri,
tunadaksa bina gerak, namun
pelatihan tersebut tetap
dilakukan sesuai keunikan
masing-masing anak.
Orientasi mobilitas
merupakan salah satu
metode yang dapat
digunakan guru untuk
membantu anak
tunanetra mengenali
lingkungan (181-189)
Guru dapat menerapkan
metode bina komunikasi
bunyi dan irama guna
membantu anak
tunarungu dalam
mendengar getaran (189-
198)
guru juga dapat
menerapkan metode bina
diri agar membantu anak
tunagrahita (200-201)
metode bina gerak yang
dapat digunakan guru
untuk membantu anak
tunadaksa (201-202)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
sendiri..kalau tunarungu ada yang
namanya bina komunikasi bunyi
dan irama (BKBI) bagaimana
caranya dia bisa mendengar suara,
walaupun dia itu tidak bisa
mendengar pada waktu di tes pakai
tes audiometer, ohh dia..bisa kok
dengan getaran, misalnya kita
pukulkan dung..itu dia merasa ada
getaran, nah itu kan juga beda-
beda..tunagrahita juga beda yaitu
bina diri..kalau tunadaksa bina
gerak..autis nanti ada sensorik
motorik..jadi semuanya ada
kekhasan metode sendiri-sendiri..
guru dapat melakukan
latihan sensorik motorik
untuk anak autis (202-
203)
Setiap ABK punya
karakteristik metode
sendiri (203-204)
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
Lalu, bagaimana Ibu beradaptasi
dengan kekhasan anak-anak
tersebut Bu?
Ohh…kita sering-sering ketemu
mereka mas…setiap hari kita
ngobrol dan berbaur bersama
mereka, jadi kita tahu oh..anak ini
dia begini..tapi yang paling sering
jadi pegangan kita kan yang jadi
anak didik kita di kelas, kalau yang
lain kan kita hanya sekedar
membantu..ada guru saling sharing
“iki anak ku piye yah” tetapi kita
NR dapat beradaptasi serta
mengetahui keunikan setiap
anak dengan cara bertemu dan
berbaur setiap hari dengan
ABK yang diajarnya. Selain
itu, guru juga bisa saling
sharing agar mendapat bantuan
pandangan dari guru lain untuk
mengatasi ABK di kelasnya.
Cara beradaptasi serta
mengetahui keunikan
setiap anak dapat
dilakukan dengan cara
bertemu dan berbaur
setiap hari dengan
ABK yang diajarnya.
Atau sharing dengan
guru lain agar ada
pandangan berbeda
Guru berusaha
memahami keunikan tiap
ABK dengan cara
berbaur bersama mereka
(208-210)
Bertanya pada guru lain
juga dapat memberi
pandangan lain (216-
218)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
218
219
220
221
kan fokus di kelas kita dulu, karena
di kelas kita kan tiap hari kita
ketemu jadi kita tahu..karakter
masing-masing anak bagaimana..
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
Pernah gak Ibu menghadapi
kesulitan yang benar-benar sulit,
sehingga Ibu juga sharing ke
teman-teman Ibu?
Jadi, misalnya gini kelas saya sudah
tertib, tapi ada anak dari kelas lain
yang sedikit menganggu jadi yaa
saya datangin gurunya..tolong anak
ini diberitahu untuk tidak sering
mengganggu murid-murid kelas
saya, sehingga saya bisa mengajar
dengan lancar..tapi kalo muridmu
itu sering keluar dari kelas dan tidak
kamu perhatikan kan akhirnya bisa
mengganggu kelas saya juga gitu…
kalau untuk di kelas Ibu pernah
gak ada problem yang benar-
benar sulit?
Yaah pernah…waktu itu ada anak
yang merasa takut, rendah diri sama
temannya..ya itu…kadang..cara
saya bagaimana saya
mengkondisikan anak yang takut
itu, jadi berani lagi dan anak yang
NR menghadapi kesulitan bila
anak di kelasnya diganggu oleh
anak dari kelas lain, sehingga
NR harus keluar dan
memberitahu guru dari kelas
anak yang menggangu itu
untuk metertibkan anak
didiknya agar tidak
mengganggu
Problem yang benar-benar sulit
bagi NR adalah untuk
menyatukan anak di kelasnya
yang takut dengan anak yang
suka mengganggu, sehingga
mereka mampu bekerja sama
dengan baik.
NR menyatukan anak tersebut
dengan saling berkomunikasi
satu sama lain, sehingga anak-
Merasa sangat
terganggu saat melihat
anak dari kelas lain
mengganggu anak di
kelas yang diajar,
sehingga berusaha
berkomunikasi dengan
guru dari kelas lain
tersebut untuk
menertibkan anak
didiknya
Masalah lain juga
muncul ketika
menyatukan anak di
kelas yang takut
dengan temannya yang
suka mengganggu,
sehingga mereka
mampu bekerja sama
dengan baik
Cara yang digunakan
Merasa terganggu saat
anak dari kelas lain
mengganggu anak di
kelas yang diajar (227-
229)
Berusaha untuk
berkomunikasi dengan
guru dari kelas anak
yang mengganggu (229-
233)
Ada anak yang takut dan
rendah diri dengan
temannya, sehingga
tidak terjalin kerjasama
yang baik (240-242)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
sering usil karena tau temannya
takut dia semakin ganggu dan
ketawa..lah itu bagaimana saya bisa
menyatukan kedua anak itu..itu
yang memang butuh perjuangan,
tapi akhirnya yaa…bisa lagi..
Nah, untuk menyatukan mereka
Ibu pakai cara seperti apa?
Yaaa..saya ajak ngobrol aja
mas…seperti yang mas tau…saya
kan di kelas selalu ajak ngobrol
mereka..apalagi anak di kelas saya
kan..anak-anak yang
besar..yaaa..jadi saya suruh
komunikasi..dia saya minta
curhat…dia minta cerita nanti saya
tanggapi..yah pokonya dari
kedekatan saya dengan anak-anak..
anak tersebut mencurahkan isi
hatinya dan NR akan
menanggapi.
untuk menyatukan anak
tersebut adalah
melakukan pendekatan
dan saling
berkomunikasi satu
sama lain serta
mencurahkan isi hati
anak-anak tersebut.
Cara yang digunakan
guru adalah dengan
mendekatkan diri dan
membiarkan anak-anak
mencurahkan isi hatinya
(253-256)
Merasa bahwa ada
kedekatan dengan anak-
anak yang diajar (261-
262)
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
Sebelumnya apakah Ibu punya
pengalaman mengajar di sekolah
formal? Bukan mengajar mas..tapi
saya pernah membantu karena
teman minta tolong ya..saya bantu..
ada pengalaman kesulitan yang
berbeda?
Ada mas..ya..kalau di sekolah
formal mungkin seperti yang saya
sampaikan tadi, bahwa kita bisa
NR pernah membantu
temannya di sekolah formal
dan merasakan ada perbedaan
antara SLB
dengan sekolah formal
umumnya yaitu di sekolah
formal setiap anak dapat
dianggap memiliki kemampuan
yang sama, sedangkan SLB
benar-benar berbeda. Selain itu,
Perbedaan antara SLB
dengan sekolah
formal umumnya yaitu
di sekolah formal setiap
anak dapat dianggap
memiliki kemampuan
yang sama, sedangkan
SLB benar-benar
berbeda.
Selain itu, metode
Memiliki pengalaman
membantu teman di
sekolah formal (265-
267)
Anak SLB memiliki
varian kemampuan dan
karakteristik yang tidak
bisa disamakan, berbeda
dengan anak normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
273
274
275
276
277
278
279
280
281
menganggap semua anak itu sama
sekali ajar..kalau di SLB ya..benar-
benar beda..saya harus bisa
mengkondisikan beberapa anak itu
bisa paham dengan materi yang saya
sampaikan ada yang ini dengan saya
kasih lihat gambar, ada dengan
video, ada yang sekali saya ajar
bisa..macam-macam mas..
NR juga harus mengkondisikan
ABK di SLB agar mampu
paham dengan materi yang
diberikan dan cara
menerangkan pelajaran pun
berbeda-beda.
mengajar di SLB pun
berbeda-beda
(272-275)
Guru perlu menguasai
metode mengajar yang
berbeda-beda agar dapat
menghadapi ABK (275-
281)
282
283
284
285
286
kalau masalah gaji di sini gimana
Bu?
Gaji kan saya di gaji pemerintah
mas, jadi ya..insyaallah saya
cukup…
NR merasa gajinya cukup
karena dibayar oleh pemerintah
Gaji tidak menjadi
masalah karena PNS
Gaji dirasa tidak menjadi
masalah (284-286)
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
ada kendala lain gak yang Ibu
hadapi? Misalnya dari keluarga si
anak atau Ibu?
Kalau keluarga saya gak ada
mas..kalau untuk wali murid kelas
ini bagus-bagus mas..kan ada wa
mas..jadi kita bisa komunikasi
dengan orangtua murid, misalnya
hari ini ada anak yang gak bawa
makan saya langsung wa
orangtuannya untuk membawakan
makanan.. Tapi kalau dulu ada
Bu?
NR merasa bahwa dari
keluarganya tidak ada masalah,
wali murid juga tidak ada
masalah terlebih karena adanya
alat komunikasi (wa) membuat
guru dan orangtua siswa/siswi
lebih mudah untuk saling
berkomunikasi, sedangkan dulu
guru harus mencari orangtua
murid ke rumahnya, ada juga
ABK yang telat dijemput harus
diantar pulang oleh guru.
Hubungan guru dengan
orangtua murid tidak
ada masalah terlebih
karena adanya alat
komunikasi (wa)
membuat guru dan
orangtua siswa/siswi
lebih mudah untuk
saling berkomunikasi.
Keluarga tidak
bermasalah dengan
pekerjaan guru SLB
(290-291)
Hubungan guru dengan
orangtua dirasa baik
(291-292)
Alat komunikasi
membantu membangun
hubungan orangtua
dengan guru untuk
berdiskusi tentang anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
300
301
302
303
304
305
Kalau dulu saya harus mencari
orangtuanya, kadang orangtuanya
sudah pulang..ada yang orangtuanya
telat jemput kita harus anterin ke
rumahnya..kalau sekarang lebih
enak mas..
(292-298)
Sebelum ada alat
komunikasi sering
berkorban untuk
mengantar ABK pulang
(300-304)
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
kalau di SLB ini, atau SLB lain
yang pernah Ibu kunjungi ada
gak kekurangan fasilitas Bu, yang
membuat masalah lain?
Jelas mas…orang di sini aja
kurang…
bisa diceritakan mengenai
kekurangan tersebut Bu?
Banyak mas…orang di sini banyak
anak berkebutuhan khusus dengan
ke khususannya sendiri-
sendiri..sekarang saya di
tunagrahita..tunagrahita itu kan
butuh peralatan untuk bina diri, bina
diri itukan dia bukan hanya
bisa..mandiri makan, minum,
mencuci baju, kebersihan badan,
tapi kan juga ke depannya dia bisa
mandiri untuk bisa mempersiapkan
kerja setelah dia lulus, jadi dia kan
butuh fasilitas untuk menunjang
dia..misalnya laki-laki contohnya
NR merasa bahwa fasilitas di
SLB sebenarnya masih kurang,
seperti peralatan untuk binadiri
bagi anak tunagrahita, atau
untuk aksesibilitas bagi anak
tunadaksa. Hal tersebut sudah
dilaporkan ke dinas, namun
masih belum ada respon dari
dinas
Fasilitas masih dirasa
kurang dan telah
dilaporkan pada dinas,
namun belum
mendapat balasan.
Jumlah peralatan atau
fasilitas penunjang untuk
metode bina diri anak
tunagrahita dirasa
kurang (310-319)
Membutuhkan alat
masak yang lebih
lengkap (330-332)
Jumlah mesin jahit tidak
sesuai dengan anak yang
diajar (331-333)
Aksesibilitas atau jalan-
jalan yang memudahkan
anak tunadaksa juga
dirasa kurang (333-337)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
dia bisa menjadi tukang..nah kita
kan butuh alat-alat itu, kemudian
cewek dia mau memasak..nah kita
butuh alat-alat masak yang lebih
lengkap..mesin jahit juga jumlahnya
masih kurang..aksesibilitas juga
kurang, kita untuk jalan turun kan
ada jalan khusus untuk kursi roda
tapi untuk jalan naik kita kan butuh
jalan sendiri..nah, itu gak ada…kita
baru mengusulkan ke dinas tapi
sampai sekarang masih belum ada
reaksi..
Dinas belum
memberikan respon
mengenai persoalan
kekurangan fasilitas di
SLB (338-340)
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
lalu bagaimana cara Ibu untuk
menyelesaikan kekurangan
fasilitas tadi, misalnya gak ada
jalan naik?
Ya..kelas mereka di bawah-bawah
aja..anak yang bisa jalan baru
kelasnya di atas..
bagaimana dengan bina diri Bu,
mereka kekurangan fasilitas
juga? Ya..menggunakan apa yang
ada mas…misalnya mesin jahit ada
dua yah kita gantian ajarinnya
pokoknya sekreatifnya guru
mengajar dengan apa yang ada
mas…
Guru di SLB menyelesaikan
permasalahan anak tunadaksa
dengan membuat kelas anak-
anak tersebut berada di bawah
NR mengatasi kendala
kurangnya fasilitas pada anak
tunagrahita dengan mengajar
secara bergantian dan berusaha
sekreatif mungkin mengajar
dengan apa yang ada
Solusi kekurangan
fasilitas bagi anak
tunadaksa adalah
dengan membuat
semua kelas berada di
bawah. Bagi anak
tunagrahita fasilitas
yang kurang membuat
guru menjadi lebih
kreatif mengajar
dengan alat seadanya
atua menggunakan alat
bergantian
Mengembangkan
kreativitas guna
mengatasi kekurangan
peralatan bina diri atau
akses jalan bagi anak
tuna daksa (350-355)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
356
357
358
359
360
361
362
363
364
kalau relasi Ibu dengan guru yang
lain, bagaimana Bu?
Saya dengan yang lain, baik-baik
saja…yaaa…biasa aja kayak
mas…sama temannya…yaa..wajar
kadang gak cocok terus cocok
lagi..biasa manusiawi..tapi masih
bisa sih, masih terkontrol dengan
baik..
NR merasa bahwa
permasalahan dengan temannya
itu biasa dan manusiawi,
sehingga tidak ada masalah
Merasa bahwa
permasalahan dengan
teman adalah hal
manusiawi dan masih
bisa terkontrol dengan
baik
Mempunyai relasi baik
dengan sesama guru dan
segala dinamikanya
(358-360)
Masalah dalam proses
pertemanan sebagai guru
SLB adalah hal
manusiawi (361-362)
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
Ibu pernah merasa gak nyaman
dengan teman Ibu?
Yaaa…pernah sekali…misalnya
pernah ngerasa dia sering izin,
sehingga saya dititipi muridnya..ya
padahal kan ada rasa gak nyaman
juga kan…yaa..kayak gitulah..tapi
ya..saya jalani saja..hadapi sulitnya..
Sekarang satu kelas Ibu ngajar
berapa anak?
Wajarnya kan lima ya mas…tapi
saya sekarang sembilan belum kalau
ada guru yang gak datang terus saya
ketambahan lagi yaaa…bisa
ramai…tapi, ya saya nikmati
saja..meskipun berat mas...soalnya
kasihan kalau gurunya gak datang
terus gak ada yang ngajar…
NR pernah bermasalah dengan
temannya yang sering izin dan
menitipkan anak muridnya
pada NR, sehingga NR tidak
nyaman. Akan tetapi, NR
hanya menerima dan menjalani
saja
NR mengatakan bahwa seorang
guru SLB sewajarnya hanya
mengajar 5 anak, tetapi NR saat
ini mengajar 9 anak ditambah
lagi bila ada guru yang
menitipkan anak didiknya
karena tidak datang, NR
merasa kasihan jika tidak ada
yang mengajari mereka
Pernah bermasalah
dengan temannya yang
sering izin dan
menitipkan anak
muridnya. Akan tetapi,
tetap berusaha
menerima dan
menjalani karena
kasihan melihat tidak
ada yang mengajari
ABK
Memiliki rasa tidak
nyaman ketika teman
sering izin dan
menitipkan anak
muridnya (368-371)
Menerima tambahan
anak didik tersebut dan
tetap mengajari mereka
(371-372)
Merasa prihatin pada
jumlah guru yang tidak
seimbang dengan jumlah
murid (379-382)
383 berarti di sini kekurangan guru NR merasa ada kekurangan Merasa kurangnya Tenaga kerja di SLB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
384
385
386
387
388
389
juga ya Bu?
Iyaaa…jelas kurang mas..tapi kan
ini sekolah swasta, kita sudah
berusaha untuk minta ke dinas untuk
tambahan guru..ya belum ada
sampai sekarang responnya..
tenaga dan telah meminta ke
dinas, namun dinas belum
menanggapi
tenaga, namun saat
meminta ke dinas,
dinas tidak menanggapi
dirasa kurang (385)
permintaan tambahan
tenaga kerja pada dinas
belum direspon (387-
389)
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
Lalu menurut Ibu, apa yang Ibu
rasakan ketika mengajar di SLB
ini?
Yaa..jelas saya tambah teman,
tambah saudara kan sering
silaturahmi..kalau ada yang sakit
dikunjungi..ada yang berduka kita
saling datang, yang senang kita juga
diundang..
kalau dari sisi psikologis atau
perasaan Bu? Yaaah…senang
aja..kadang kita di rumah kita kan
sudah penat, tapi sampai di sekolah
kan ada yang bisa kita ajak
ngobrol..entah murid entah
guru…yaa..asik aja…anggep
refreshing.
Refreshingnya itu seperti apa ya
Bu? iyaa karena di SLB ini banyak
kejadian lucu setiap harinya, beda
dengan tempat lain…pokoknya gak
pernah gak ada…membuat kita
NR merasa bahwa bekerja di
SLB membuat teman dan
saudaranya bertambah karena
sering melakukan silatuhrahmi.
NR merasa senang saat di SLB
karena di SLB ada anak-anak
yang bisa diajak ngobrol dan
refreshing menghilangkan
penat di rumah
NR menganggap di SLB selalu
terjadi hal-hal menyenangkan
yang menyegarkan pikiran
setiap harinya, selain itu anak-
anak di SLB juga sangat lucu
dan mampu membuat momen
yang sangat mengasyikan
Bekerja di SLB
membuat teman dan
saudara baru
bertambah. SLB juga
tempat yang
menyenangkan dan
dapat menyegarkan
pikiran saat ada
masalah di rumah
SLB merupakan tempat
terjadinya hal
menyenangkan setiap
harinya dan
memunculkan momen
SLB adalah tempat
untuk menemukan teman
dan saudara yang sama-
sama bekerja bagi ABK
(393-398)
Merasa karena bekerja di
SLB dapat
menghilangkan penat di
rumah (400-404)
Menganggap bekerja di
SLB sebagai refreshing
(405-406)
SLB dipandang sebagai
hal positif karena
menghasilkan kejadian
yang menyenangkan dan
unik setiap harinya (408-
412)
SLB selalu mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
selalu berpikir untuk menyelesaikan
masalah baru yang dialami di sini
misalnya cat rambut anak-anak
kemarin, saya jadi happy dan
refresh juga ketika nanyi bareng
anak-anak di sini..nek kalau di
sekolah biasa ya..pasti gak bisa
karena ada jam tertentu juga..gak
bisa sedekat di sini..terus kita juga
janjian buat jalan bareng..banyak
mas kalau refresh
seperti bernyanyi bersama atau
berpergian bersama. Berbeda
dengan sekolah formal pada
umumnya yang harus sangat
patuh dengan peraturan
yang tidak mudah
dilupakan. Berbeda
dengan sekolah formal
membangkitkan
kreativitas guru dengan
masalah unik yang
terjadi (412-415)
SLB tidak dapat
disamakan dengan
sekolah formal yang
harus patuh pada
peraturan (417-419)
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
433
434
435
436
437
438
Nah, bagaimana kalau muridnya
kebanyakan kayak Ibu bilang
tadi, perasaan Ibu gimana?
Yaa…tidak nyaman toh…tapi
bagaimana kita bisa menutupi itu di
depan anak-anak jangan sampai saat
kita mengajar kok marah-marah, ada
kelihatan rasa gak nyaman ya..gak
boleh..nanti anak-anak jadi rewel
semua jadi gak mau belajar…harus
bisa sabar dan mengkondisikan
bahwa kita siap ngajar di depan para
murid…karena di manapun kita
berada kita harus bisa
mengkondisikan diri kita
sendiri…kayak pernah dibilangin
sama teman saya yang psikologi
NR sebenarnya merasa tidak
nyaman ketika jumlah murid di
kelasnya terlalu banyak, namun
NR berusaha untuk menutupi
perasaan tersebut karena takut
anak-anaknya rewel dan tidak
mau belajar. NR merasa bahwa
dirinya harus bersabar dan
berusaha untuk
mengkondisikan diri di depan
para murid seperti kata-kata
psikolog here and now,
sehingga NR berusaha untuk
fokus di kelas, meskipun tidak
nyaman.
Memiliki perasaan
tidak nyaman ketika
jumlah murid di
kelasnya terlalu
banyak, namun
berusaha menutupi
perasaan tersebut di
depan anak-anak
Merasa harus lebih
bersabar dan berusaha
mengkondisikan diri di
depan murid dan tetap
fokus mengajar
Memiliki perasaan tidak
nyaman ketika jumlah
murid yang diajar terlalu
banyak (425)
Menerima perasaan tidak
nyaman tersebut dan
menutupinya di depan
anak-anak (426-429)
Berusaha untuk tetap
sabar dan fokus
mengajar, meskipun
perasaan hati sedang
tidak nyaman (429-437)
Harus mampu fokus di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
439
440
441
442
443
juga, here and now…kita di sini
yasudah kita fokus di sini..mau kita
marah yaa..nanti..pokoknya kita
harus fokus di sini, kayak saya di
sini saya fokus sama mas saja kan…
tempat berada dan
menerima keadaan yang
terjadi (437-443)
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
457
458
459
460
Ibu belajar mengkondisikan itu
dari mana sih Bu? Yaaa.. saya
Cuma dari pengalaman saja
mas..banyak mas..
bisa kasih pengalamannya satu
gak Bu?
Yaa…susah juga..misalnya dengan
murid yang banyak..ya..saya ajak
ngobrol aja..saya ajak nyanyi-
nyanyi..yaa…itu harus bisa seperti
itu mas..misalnya lagi hari ini guru
gak kesenian gak masuk..saya ajak
anak-anak membuat contoh-contoh
huruf dari kertas warna..yaa…harus
siap dengan segala kondisi kalau
guru SLB ki..apapun yang terjadi
harus siap…
NR belajar untuk
mengkondisikan kelas dari
pengalamannya. Ketika NR
mengajar NR sering mengajak
murid untuk mencurahkan isi
hati dan bernyanyi. NR
mengatakan bahwa menjadi
guru harus siap dengan segala
kondisi karena NR pernah
menjadi guru kesenian
pengganti saat guru kesenian
lain sedang tidak masuk
Merasa pengalaman
membantu untuk
mengkondisikan anak-
anak di dalam kelas.
NR punya cara sendiri
mengkondisikan anak-
anak tersebut dengan
saling mencurahkan isi
hati dan bernyanyi
menghibur anak-anak
tersebut
Kelekatan hati serta
membangun
kepercayaan membuat
anak-anak lebih mudah
dikondisikan (450-454)
Belajar untuk selalu siap
dengan segala kondisi
(457-460)
461
462
463
464
465
466
hal seperti itu diajarkan PLB juga
gak Bu? Yaa…kalau di PLB kan
memang “guru dituntut kreatif dan
bla..bla..” harus profesional kalau
bahasa di PLB
tapi, gak ada diajari secara
NR mengatakan bahwa di PLB
guru dituntut untuk kreatif dan
profesional, padahal teori dan
praktek bisa saja berbeda
karena dosen hanya mengajar
di kampus tapi terkadang tidak
Pembelajaran dari PLB
adalah guru dituntut
kreatif dan profesional,
namun teori dari PLB
sendiri bisa berbeda
dengan praktek di
Guru SLB dituntut
memiliki kreativitas
(462-465)
Merasa bahwa apa yang
diajarkan dengan teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
467
468
469
470
471
472
473
474
475
476
477
konkret Bu?
Ya..diajari cuma dosennya ceritain
pengalamannya dia, tapi kalau kita
praktek kan beda dengan yang
diceritain dosen…dosen kan hanya
mengajar di kampus, istilahnya
jarang yang sampai lihat bagaimana
pembelajaran di sekolah, kan dia
udah punya tempat sendiri dosen
yah..wes neng kono…guru ya..di
sini..sudah beda-beda..
melihat kondisi pembelajaran
di sekolah
lapangan belum tentu sama
dengan praktek di
lapangan (468-471)
478
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
489
490
491
492
493
494
kalau pertama kali Ibu kerja di
SLB itu ada pengalaman menarik
lain gak?
Yaaa…saya kan udah dari kecil
mas..jadi yaa asik-asik aja..saya
punya pengalaman dulu itu waktu
semester lima ngajar kan sambil
kerjain tugas juga…ya jadi asik
aja…soalnya saya di sini juga
mendapatkan rasa senang yang tidak
bisa saya ungkapkan mas…
rasa senang yang gak bisa
diungkapkan ya Bu?
Yaa…rasanya nano-nano mas..ada
senang, sedih…
senangnya kenapa tuh Bu?
Yah karena ngeliat murid yang gak
NR mengatakan bahwa dirinya
senang saat mengajar di SLB
terlebih karena hal tersebut
dilakukan sejak kecil. NR
mendapatkan perasaan senang
yang tidak dapat diungkapkan
oleh kata-kata.
NR senang karena melihat
murid yang awalnya tidak
mampu berjalan sedikit demi
sedikit berhasil berjalan, anak
yang belum bisa berbicara
sedikit demi sedikit berhasil
berbicara, NR merasa bahwa
hal tersebut tidak mampu
diungkapkan dengan kata-kata
karena melihat anak-anak
dari kecil sudah sering
ke SLB dan punya
pengalaman banyak di
SLB, sehingga ada
perasaan senang yang
tidak dapat
diungkapkan oleh kata-
kata
melihat murid yang
berhasil sekecil apapun
membuat muncul
perasaan senang yang
luar biasa seperti murid
yang awalnya tidak
mampu berjalan sedikit
merasa nyaman dengan
SLB karena setiap
pengalaman yang
berlangsung dirasa
menyenangkan serta
memiliki keterikatan hati
(481-486)
Adanya perasaan campur
aduk dalam hati karena
SLB memunculkan rasa
senang dan sedih (491-
492)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
495
496
497
498
499
500
501
502
503
504
505
506
507
508
509
510
511
512
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
bisa jalan sama sekali, terus mulai
sedikit-sedikit bisa berjalan, anak
yang gak bisa ngomong sekarang
bisa ngucapin kata, anak yang gak
bisa mencuci sekarang sudah
bisa..anak yang pertama datang
bajunya lusuh dan bau..hari
berikutnya, atau minggu berikutnya
baju dia sudah selalu rapi dan
harum…yaa senang seperti itu kan
gak bisa diungkapkan dengan kata-
kata…melihat anak berhasil sekecil
apapun itu..rasanya itu senang ya
gak bisa diungkapkan…
Kalau sedih ada gak Bu? Ada
dong mas…yah saya sedih kalau
anak masuk kelas gak
semangat..diem aja…sedih banget
aku lihat dia..ada dulu anak gak mau
sekolah karena takut diejek..saya
sedih sekali.. apalagi tidak bisa
membuat anak lebih baik itu sedih
banget…
terus waktu dia waktu gak mau
sekolah Ibu gimana?
Yaa..saya ajak komunikasi, kita
sharing toh…saya kasih pelajaran
yang dia senangi tapi tetap sesuai
berhasil sekecil apapun sudah
sangat menyenangkan.
NR sedih bila melihat anak
didiknya tidak bersemangat
saat masuk ke kelas, dulu ada
anak yang malah tidak mau
sekolah dan NR merasa sedih
sekali karena tidak mampu
membuat anak itu merasa lebih
baik.
NR berusaha mengatasi
permasalahan tersebut dengan
mengajak ABK itu
berkomunikasi dan sharing,
NR juga berusaha untuk
memberikan pelajaran yang
disenangi oleh anak tersebut
demi sedikit berhasil
berjalan
Sedih saat melihat anak
didik tidak
bersemangat ketika
masuk ke kelas serta
tidak mampu membuat
anak itu menjadi lebih
baik.
Berusaha mengatasi
permasalahan tersebut
dengan mengajak ABK
itu berkomunikasi dan
sharing.
Merasa sangat bahagia
saat melihat ABK yang
diajar menjadi lebih baik
(494-508)
Prihatin ketika melihat
anak dalam keadaan
tidak bersemangat (514-
518)
Sedih saat tidak mampu
membuat ABK yang
diajar menjadi lebih baik
(519-521)
Melakukan pendekatan
dan mencoba memahami
keadaan yang terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
523
524
pelajarannya juga…saya juga
pernah ke rumah mereka, kenal juga
dengan orangtuanya..
pada anak (524-528)
525
526
527
528
529
530
531
532
533
534
535
536
537
538
539
540
541
542
543
544
545
546
547
548
549
Kalau dari bekerja di sini Ibu
dapat rasa senang? Ada lagi gak
Bu, ketika mengajar Ibu dapat
hal lain? Yaah..dapat kesabaran
jelas, ibadah jelas..kita jadi lebih
kreatif jelas..ikut pinter juga wong
kita ulangin pelajaran lagi kok, mas
kan juga sudah lihat saya di
kelas…yaah begitu…karena melihat
anak yang kita ajari itu bisa berhasil
itu yaa..rasanya alhamdulilah
banget..senang..piyee ya
mas..bahasanya lebay banget
e..mas…
terus dari segi fisik ada pengaruh
apa aja Bu, Apakah Lelah, atau
semangat?
Dari segi fisik yo mas…gimana
yaa…yaa memang sih saya tambah
semangat, capek tapi kalau lihat
anak itu berhasil tuh rasanya senang
e mas…kayak dulu dia gak bisa
membaca di usia 10 tahun,
sedangkan anak saya umur 7 tahun
sudah bisa baca lancar
NR merasa bahwa dirinya
mendapatkan kesabaran,
ibadah, menjadi lebih kreatif,
dan ikut belajar kembali
mengenai pelajaran sekolah.
Saat melihat anak-anak yang
diajari berhasil NR merasa
senang sekali.
NR terkadang merasa lelah,
tetapi saat melihat anak-anak
didiknya berhasil, dirinya
kembali bersemangat dan
merasa senang.
Diri dirasa lebih sabar,
merasa lebih beribadah
dan dapat mengulangi
pelajaran sekolah
kembali, selain itu,
ketika merasa lelah
karena berbagai hal,
saat melihat
keberhasilan anak
didiknya, maka akan
kembali bersemangat
kesabaran, ibadah,
kreativitas, serta
pengetahuan merupakan
hasil yang didapat ketika
mengajar di SLB (528-
533)
merasa sangat bahagia
ketika melihat anak
berhasil menjadi lebih
baik (534-538)
adanya rasa lelah saat
mengajar, namun ketika
melihat anak berhasil
muncul perasaan senang
dan semangat (542-546)
guru mesti memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
550
551
552
553
554
555
membaca…saya punya perasaan
bahwa saya harus bisa membuat
anak itu bisa seperti anak saya
juga…dan akhirnya dia mulai bisa
membaca tuh rasanya senang e
mas…
target-target tertentu
dalam mengajar (546-
555)
556
557
558
559
560
561
562
kok mau sih Bu melakukan hal
seperti itu?
Saya merasa itu sebuah kewajiban
seorang guru mas…guru itukan
orangtua kedua di sekolah, jadi kita
harus kerja sama dengan para wali
murid
NR merasa bahwa semua hal
yang telah dilakukannya adalah
kewajiban dari seorang guru, di
mana guru adalah orangtua
kedua di sekolah
Semua yang dilakukan
dianggap sebagai
sebuah kewajiban
sebagai orangtua kedua
di sekolah
Menganggap bahwa
segala yang dilakukan
adalah sebuah kewajiban
sebagai guru (558-559)
Merasa diri adalah
orangtua kedua bagi
ABK (559-560)
563
564
565
566
567
568
569
570
571
572
misalnya ada wali murid yang gak
mendukung gimana Bu?
Yaa..saya yang datangin
mereka..lama-lama mereka akhirnya
juga baik kok..sering saya libatkan,
tak pancing aja misalnya “Bu, besok
ada kegiatan di sekolah” mau tidak
mau akhirnya dia kan
hadir..tergantung bagaimana kita
menyampaikan kok…
Saat ada wali murid yang tidak
mendukung proses belajar,
maka NR akan mendatanginya
dan berusaha untuk melibatkan
wali murid tersebut agar lebih
aktif karena menurut NR hal
tersebut tergantung pada cara
penyampaian
Saat ada wali murid
yang tidak mendukung
proses belajar, guru-
guru akan berusaha
untuk melibatkan wali
murid tersebut agar
lebih aktif
Berusaha untuk
melibatkan orangtua
yang tidak aktif dalam
proses mengajar atau
kegiatan sekolah (564-
572)
573
574
575
576
577
Hikmah yang Ibu rasakan seperti
apa Bu? Yahh saya bersyukur bisa
seperti ini…gimana bahasanya ya
mas…saya tidak bisa berkata-kata
mas…saya terbiasa praktek, sing
NR merasa sangat bersyukur
dengan yang terjadi padanya di
SLB, NR juga senang dengan
kehidupan yang dialaminya
saat ini, dan menurut NR
Hikmah yang dirasakan
membuat diri lebih
bersyukur dengan
kehidupan yang
dijalani saat ini, hingga
Sangat bersyukur dengan
kehidupan yang dijalani
saat ini (574-577)
Menikmati kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
578
579
580
581
penting saya enjoy aja dengan hidup
seperti ini, saya benar-benar gak
bisa mas buat kata-kata, saya cuma
bisa menikmati aja..
semua hal tersebut hanya bisa
dinikmati.
tidak mampu
menungkapkannya
yang dimiliki dan merasa
senang dengan semua
dinamikanya (578-581)
582
583
584
585
586
587
588
589
590
591
592
593
594
595
596
Misalnya lagi ada suatu kondisi
yang membuat Ibu tidak bisa
bertindak apapun, contohnya ada
anak yang benar-benar tidak mau
sekolah, padahal Ibu sudah ke
rumahnya gimana Bu? Terus Ibu
bakal menghadapi masalah
tersebut dengan mencari usaha
lain atau biarkan anak itu?
Saya minta tolong orang lain yang
dia segani, soalnya setiap orang itu
kan ada tokoh idolanya…nah saya
minta tolong dia untuk memberitahu
anak tersebut…yaah saya hadapi lah
istilahnya mas…
Saat ada anak yang tidak mau
sekolah, NR juga bisa meminta
bantuan pada orang yang
disegani oleh anak tersebut,
karena menurut NR setiap
orang pasti ada tokoh idola
masing-masing, sehingga itu
bisa dimanfaatkan untuk
memberi tahu anak tersebut dan
NR akan terus menghadapi
persoalan tersebut
Akan terus berusaha
dengan cara lain dan
meminta pertolongan
orang lain saat merasa
bahwa persoalan yang
dihadapi belum mampu
untuk diselesaikan
sendiri
Berusaha mencari solusi
serta meminta bantuan
orang lain ketika
menemui permasalahan
yang tidak bisa
diselesaikan sendiri
(591-596)
597
598
599
600
601
602
603
604
605
Bila disuruh memilih jika ada
pekerjaan lain yang lebih
menjanjikan, Ibu mau gak sih
pindah?
Sementara ini saya belum mau
mas..soalnya saya dulu ada tawaran
mas pindah ke sekolah negeri
dengan gaji yang lebih besar
fasilitas juga lebih lengkap..tapi,
NR merasa belum ingin pindah
dari SLB ke tempat lain,
meskipun gajinya lebih besar
karena NR merasa bahwa SLB
tempatnya bekerja saat ini
dekat dengan rumah, selain itu
SLB tempat NR bekerja masih
perlu banyak perbaikan dari sisi
fisik atau manajemennya. NR
merasa belum ingin
pindah dari SLB ke
tempat lain, meskipun
gajinya lebih besar
karena merasa bahwa
SLB tempatnya bekerja
saat ini dekat dengan
rumah, selain itu SLB
tersebut masih perlu
Adanya rasa prihatin
dengan SLB yang masih
perlu perbaikan fasilitas
dan sistem manajemen
(610-612)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
606
607
608
609
610
611
612
613
614
615
616
617
618
619
620
saya belum mau karena di sini juga
dekat dengan rumah, kemudian
teman-teman di sini juga sudah
enjoy..di saat saya punya keperluan
di rumah juga dekat..soalnya di
sekolah ini juga masih butuh banyak
perbaikan..baik dari fisik maupun
manajemennya juga, soalnya di sini
juga banyak yang bisa saya libatkan
teman-teman SMA atau SMP juga
dekat dengan sini jadi butuh apa-apa
bisa senang mas..butuh liburan
ya..bisa ke rumah teman..enak kok
di sini..saat ini saya benar-benar
menikmati di sini
juga merasa telah tentram
dengan teman-teman kerjanya
saat ini, sehingga dirinya
merasakan kenikmatan bekerja
di SLB.
banyak perbaikan dari
sisi fisik atau
manajemennya Selain
itu, juga merasa telah
tentram dengan teman-
teman kerjanya saat ini
Merasa teman dan
lingkungan sekitar
mendukung pekerjaan,
sehingga tidak ada
keinginan untuk pindah
ke SLB lain (607-617)
621
622
623
624
625
626
627
628
629
630
631
632
633
Tentu ada konsekuensinya Bu?
Iya ada, jelas banyak…saya
sebenarnya yaa..mungkin semua
orang bisa dioptimalkan potensinya,
banyak yang bilang “Bu ke sana
aja..” sehingga di sana potensi saya
bisa lebih dioptimalkan oleh sekolah
yang sana, tetapi buat apa sih..saat
ini yang terpenting saya menikmati
pekerjaan saya..keluarga saya tetap
utuh, saya masih bisa fokus kerja
tapi keluarga gak saya tinggalkan itu
yang paling penting..nanti kalau
Banyak konsekuensi yang akan
dihadapi oleh NR salah satunya
adalah potensi yang dimiliki
tidak keluar dengan optimal.
Akan tetapi, NR merasa yang
terpenting saat ini adalah
menikmati pekerjaan, dan
keutuhan keluarga karena
menurut NR keluarga
merupakan hal yang paling
penting.
Banyak konsekuensi
yang akan dihadapi
salah satunya adalah
potensi yang dimiliki
tidak keluar dengan
optimal. Akan tetapi,
merasa yang terpenting
saat ini adalah
menikmati pekerjaan,
dan keutuhan keluarga
Rela berkorban untuk
menerima setiap
konsekuensi demi
mendapatkan
kenyamanan hati (622-
632)
Yang terpenting adalah
menikmati pekerjaan dan
tenang bersama
keluarga, bukan karir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
634
635
636
637
638
639
640
saya ngejar karir potensi saya
dilebihkan tapi keluarga saya
hancur, saya gak mau sing penting
untuk saat ini kondisi aman,
keluarga masih bisa saya pegang
masih bisa perhatikan, tetapi
sekolah juga bisa lancar dana man
gitu…
yang didapat
(633-640)
641
642
643
644
645
646
647
648
649
650
651
652
653
654
655
656
657
658
659
660
Kalo seandainya suatu hari Ibu
bertemu dengan teman lama Ibu
dan dia menjadi lebih sukses dari
Ibu, bagaimana tanggapan Ibu?
Tidak apa-apa..kami sering reunian
kok, ada temen yang pindah keluar
kota ada yang jadi kepala sekolah,
ada yang jadi penanggung jawab
sekolah di sana..gak apa-apa
tuh..enjoy-enjoy aja gak ada
perasaan iri atau apa..malah saya
bisa nanya dari dia piye carane kok
bisa memanajemen sekolah itu jadi
sharing aja..ternyata juga berat kok
jadi koordinator atau kepala kan
tanggung jawabnya berat..
Apa Ibu pernah punya
pengalaman juga menjadi
koordinator?
Iyaa..kemarin di acara kemah saya
NR tidak bermasalah saat
bertemu dengan teman yang
lebih sukses, bahkan NR
mengatakan bahwa dirinya
sering melakukan reuni dengan
teman-temannya yang kerja di
luar kota atau yang telah
menjadi kepala sekolah. NR
merasa senang dan tidak ada
perasaan iri, malah NR ingin
belajar dari orang-orang
tersebut untuk menambah
pemahamannya
NR juga memiliki pengalaman
menjadi seorang koordinator
saat acara kemah, acara
tersebut berhasil sukses.
Menurut NR semua hal harus
direncanakan terlebih dahulu
termasuk hidup, NR
tidak bermasalah saat
bertemu dengan teman
yang lebih sukses dan
tidak ada perasaan iri,
malah ingin belajar dari
orang-orang tersebut
untuk menambah
pemahamannya
Semua hal harus
direncanakan terlebih
dahulu termasuk hidup.
Agar semua berjalan
sesuai rencana bisa
juga dibuat check-list.
Akan tetapi, bila
Tidak bermasalah saat
bertemu dengan teman
yang lebih sukses (645-
650)
Merasa senang saat
bertemu dengan teman
yang lebih sukses karena
dapat belajar (650-656)
Memiliki kepercayaan
bahwa dalam hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
661
662
663
664
665
666
667
668
669
670
671
672
673
674
675
676
677
678
679
680
681
682
683
684
685
686
687
688
jadi koordinator dan berhasil kok
menyukseskan acara…kita harus
punya planning, dalam hidup harus
punya planning
contohnya..sekarang yang simple
kita mau kemah, kemah yang
dibutuhkan apa aja..oh kepanitiaan,
panitianya apa aja, yang
dipersiapkan apa aja..terbiasa saya
selalu punya check-list dan punya
agenda sendiri..misalnya juga selasa
kan kemah minggu-minggu
sebelumnya tuh saya catat apa yang
perlu,misal konsumsinya saya
cari..minggu selanjutnya saya
koordinasi dengan gurunya, minggu
ini persiapan tenda pokoknya semua
sudah saya check-list jadi, semua
lengkap..waktu sebelum hari kemah
saya sudah datangi rumah warga
memberitahukan dan minta izin
bahwa akan ada keributan sedikit
jadi tetap semua saya libatkan juga,
saya buat itu juga lengkap..kalau
misalnya ada salah satu dari
rencana Ibu tidak tercapai
bagaimana Ibu menanggapinya?
Sudah terjadi kemarin
memberikan contoh bahwa saat
menjadi koordinator kemah
dirinya melakukan check-list
terhadap segala hal yang harus
dilakukannya agar semua
berjalan sesuai rencana dan
kendalinya, selain itu dirinya
juga mendatangi setiap rumah
warga untuk meminta izin dan
sekaligus melibatkan warga
sekitar.
Bila rencana yang telah dibuat
tidak sesuai dengan kenyataan,
maka NR siap untuk
mengkondisikan dengan
rencana lainnya dan optimis
dengan yang dilakukannya.
rencana yang dibuat
tidak sesuai kenyataan,
maka harus siap untuk
menermia kondisi
tersebut dan harus tetap
optimis
harus ada rencana (662-
668)
Punya target dalam
setiap rencana yang
dibuat (669-683)
Harus siap dengan segala
kondisi yang tidak
terduga (687-689)
Saat kondisi di lapangan
tidak sesuai dengan
rencana, seorang guru
harus mampu memahami
dan mencari solusi
mengatasinya (689-692)
Percaya bahwa setiap
kendala harus dihadapi
dengan optimis (697-
699)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
689
690
691
692
693
694
695
696
697
698
699
mas..harusnya konsumsi datang jam
6 tapi malah datang jam 7..yahh
saya harus mampu mengkondisikan
anak selama satu jam untuk tidak
terlalu merasakan lapar mereka
dengan cara saya ajak gojek, saya
ajak nyanyi..pokoknya saya
berusaha untuk mengkondisikan
mereka..dan akhirnya selesai acara
juga berjalan baik..yah pokoknya
mas optimis harus, buat planning
iya pokoknya opo men ya mas..yah
begitu..
700
701
702
703
704
705
706
707
708
Ibu punya cita-cita lain gak Bu?
Yahh dari kecil saya ingin seperti
Ibu saya ee..mas karena sudah
sering ikut dengan dia..
Oh begitu, kalau rencana untuk
ke depan? Yah..jalani saja dulu
sebaik-baiknya saya juga belum
tahu bagaimana hidup ke
depannya…yang penting nerimo..
NR bercita-cita ingin menjadi
seperti Ibunya karena dirinya
telah sering mengikuti Ibunya,
namun NR tidak punya rencana
karir lain ke depan dan hanya
ingin menjalani hidup sebaik-
baiknya
Bercita-cita ingin
menjadi seperti Ibunya
karena dirinya telah
sering mengikuti
Ibunya dan hanya ingin
menjalani hidup
sebaik-baiknya.
Punya keinginan
menjadi seperti orangtua
sebagai guru SLB (701-
703)
Hanya ingin menerima
dan menjalani hidup apa
adanya (706-708)
709
710
711
712
713
714
Bila dengan angka atau skor
semangat untuk menjalani hidup,
skor semangat Ibu di mana?
Kalau hari ini 8 karena saya merasa
capek setelah kemah kemarin, tapi
kalau hari biasa 9..soalnya saya juga
NR memilih skor delapan saat
itu karena sedang lelah, namun
bila dihari biasa dirinya akan
memilih skor Sembilan untuk
menjalani hidup karena NR
beranggapan bahwa dirinya
memilih skor sembilan
untuk menjalani hidup
karena beranggapan
bahwa dirinya tidak
mau terlalu berharap
dan hanya ingin
Tidak memiliki harapan
untuk menjadi yang
terbaik, hanya ingin
menjalani hidup apa
adanya (712-715)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
715
716
717
718
719
720
721
722
723
724
725
726
727
728
729
730
731
732
733
734
735
736
737
738
739
740
741
742
gak mau muluk-muluk 10
Mengapa Ibu memilih skor 9?
Yaah saya dari kecil gak mau terlalu
muluk-muluk mas..waktu kecil juga
saya gak pernah diajar orangtua
saya buat muluk-muluk, pokoknya
jalani aja….lancar kok..temen saya
dari kecil terbiasa sama orangtuanya
kamu harus nomer satu ternyata
sekarang apa..malah gak jadi apa-
apa..kita yang gak pernah dituntut
seperti itu malah jalan toh
yaa..lancar sampai sekarang..malah
saya menikmati kok, makanya saya
pesan juga sama mas..jangan terlalu
mengejar yang terbaik untuk
menjadi nomer satu karena di saat
tidak tercapai kita tidak akan
kecewa sekali, sama anak saya juga
saya tanamkan yang penting kamu
berusaha tampil dengan baik tapi
Ibu tidak akan minta kamu
maksimal semuanya tidak..yang
penting kamu sudah berusaha itu
sudah cukup, saya tidak minta anak
saya juara satu karena tanpa itu juga
kita bisa jalan dengan lancar
kok..bismillah..mas juga kuliah gak
tidak mau terlalu berharap dan
hanya ingin menjalani
kehidupan seperti biasa.
Menurut NR tidak perlu untuk
mengejar atau menuntut yang
terbaik, namun jalani hidup
seperti apa adanya. Hal ini
disebakan orangtua NR tidak
pernah menuntut yang terbaik
dari dirinya dan hanya
menanamkan untuk berusaha
tampil dengan baik karena
berusaha saja sudah cukup.
menjalani kehidupan
seperti biasa.
Merasa tidak perlu
untuk mengejar atau
menuntut yang terbaik,
namun jalani hidup
seperti apa adanya
karena berusaha
semampunya sudah
cukup.
Menjalani kehidupan apa
adanya dan tidak perlu
muluk-muluk untuk
menjadi yang terbaik
(717-721)
Tidak merasa terbebani
oleh kehidupan dan
menikmati setiap
perjalanan hidup (725-
728)
Punya kepercayaan
untuk berusaha
semampunya tanpa
memerdulikan hasil
(734-741)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
743
744
harus ipk 4 gak..pokoknya jalani
aja..toh nanti malah bagus kok
hasilnya..
745
746
747
748
749
750
751
752
753
754
755
756
757
758
759
760
761
762
763
764
765
766
767
768
769
Dengan skor semangat seperti itu
apa ada tips untuk menjalani
hidup, sehingga sesemangat Ibu?
Pertama, nerimo mas..menjawa itu
artinya menerima, baik itu membuat
kita sedih, baik itu membuat kita
senang, terima…di saat sedih jangan
terlalu mellow, di saat senang
jangan terlalu euforia..Intinya itu
nerimo mas apa yang ada..kayak
fasilitas di sini ya begini, yah kita
terima..tidak perlu terlalu tinggi-
tinggi..pokoknya kerjakan sebaik-
baiknya..karena hasil juga tidak
akan menipu proses..jadi, jalani
wae..kayak baru sampai sekolah
ternyata gurunya baru ada
dua..yaudah terima aja kita berusaha
untuk mengkondisikan muridnya
dulu biar tetap jalan.. mau marah-
marah buat apa, habis tenaga..yah
apalagi di sini juga gurunya
kurang..kita mau gaji juga gak bisa
kok..orang sekolah di sini juga
gratis dan tidak ada pungutan ke
Cara NR untuk memiliki
semangat hidup adalah dengan
menerima. Menerima dalam
artian keadaan yang membuat
sedih, senang harus dijalani,
tidak perlu berharap terlalu
tinggi yang penting berusaha
untuk mengerjakan dengan
baik karena proses tidak akan
menipu hasil, sehingga jalani
saja.
Cara untuk memiliki
semangat hidup adalah
dengan menerima.
Menerima dalam artian
keadaan yang membuat
sedih, senang harus
dijalani karena proses
tidak akan menipu hasil
Memiliki sikap
menerima setiap
keadaan, meskipun itu
baik atau buruk (728-
730)
Berusaha tetap berada
dalam keseimbangan dan
tidak terbawa arus
suasana hati dengan cara
menerima keadaan (752-
754)
Memiliki kepercayaan
bahwa hasil tidak akan
menipu proses (755-759)
Berusaha optimis dan
menerima setiap
kesulitan yang terjadi
(761-767)
Merasa prihatin dengan
keadaan orangtua murid
yang berjuang untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
770
771
772
773
774
775
wali murid..karena mau narik juga
kasihan ntar malah gak mau
sekolah..ada juga yang kemarin mau
ujian sekolah malah diajak nukang
sama Bapaknya yoo piye…
Terus gimana Bu? Yaa..saya
jemput diajak ke sini..
menyekolahkan anaknya
(767-773)
Adanya keinginan untuk
rela berkorban untuk
membuat ABK
belajar(774-775)
776
777
778
779
780
781
782
783
Waduh bisa gitu ya Bu, lalu kalau
menurut Ibu bahagia itu apasih
Bu? Hmm..semuanya dapat berjalan
dengan lancar, semua bisa berjalan
dengan baik..apa yang kita lakukan
itu bisa bermanfaat buat orang
lain,anak-anak dan kita sendiri,
mungkin itu mas…
Bahagia menurut NR adalah
semua yang direncanakan dapat
berjalan dengan baik, dan
semua yang dilakukan selalu
berguna untuk orang lain dan
diri sendiri
Bahagia adalah semua
yang direncanakan
dapat berjalan dengan
baik, dan semua yang
dilakukan selalu
berguna untuk orang
lain dan diri sendiri
Bahagia muncul ketika
semua hal sudah berjalan
dengan baik (779-781)
Bahagia ketika segala
sesuatu yang dilakukan
bermanfaat untuk orang
lain dan diri sendiri
(781-783)
784
785
786
787
788
789
790
791
menurut Ibu, Ibu sudah
merasakan hal tersebut?
Yah sejauh ini sudah mas..karena
semua yang saya jalani saya rasa
sudah cukup baik dan lancar..
Menurut Ibu yang paling
berharga di dunia ini apa?
Keluarga mas..
Menurut NR dirinya telah
merasakan kebahagiaan
tersebut dan yang paling
berharga bagi dirinya adalah
keluarga.
Kebahagiaan tersebut
telah dirasakan ketika
bekerja di SLB. Selain
itu, yang paling
berharga di dunia ini
adalah keluarga
Merasa bahwa semua hal
yang dilakukan di SLB
telah berjalan baik (786-
788)
Yang paling berharga
adalah keluarga (791)
792
793
794
795
796
Seandainya, tiba-tiba muncul
kendala dalam hidup yang
membuat Ibu merasa terpuruk
dan merasa terpukul, seperti
tidak bisa bangkit lagi, apa yang
NR mengatakan bahwa
seseorang harus mempunyai
alternatif hidup, meskipun
sedih atau terpuruk sekalipun
jangan pernah putus asa dan
Setiap orang harus
mempunyai alternatif
hidup, meskipun sedih
atau terpuruk sekalipun
jangan pernah putus asa
Mencari solusi dan tetap
berjuang dengan segala
kemampuan yang ada
bila mengalami kendala
(799-801)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
797
798
799
800
801
802
803
804
805
806
807
808
809
810
811
812
813
814
815
816
817
818
819
820
821
822
823
akan Ibu lakukan agar kembali
bahagia?
Yahh..melakukan apa yang bisa
saya lakukan, pokoknya kita harus
punya alternatif hidup..menerima
dan berjuang ntah itu senang ntah
itu sedih dan terpuruk
sekalipun…kita harus siap..jangan
sekali-kali kita putus asa..karena
saya pernah kok mas..benar-benar
merasa terpuruk itu pernah, tetapi
yaaa…memang dengan kekuatan
doa saya menjadi kuat kembali..
Bisa diceritakan Bu? Kalo tidak
bisa juga tidak apa-apa
Waduh apa yaa jadi begini dulu
waktu ujian tesis S2 saya, saya
harus ambil sample guru SLB se
Sleman kan banyak sekali dan
dalam kondisi saya sedang
hamil..dan ya akhirnya saya
keguguran..nah itukan saya benar-
benar terpuruk mas..tapi yaaa..saya
harus bisa menyikapi keadaan..saya
harus kuat, pokoknya saya harus
kuat lagi..ya akhirnya setelah selesai
tesis nilai saya bagus..harus siap
pokoknya..
ingat untuk selalu berdoa.
NR pernah mengalami
keterpurukan dalam hidup saat
dirinya kehilangan anaknya
dalam kandungan karena harus
menyelesaikan proses
pengambilan data untuk ujian
tesis S2nya. NR menyikapi hal
tersebut dengan berusaha kuat
dan tegar, meskipun dirinya
merasakan sedih.
dan ingat untuk selalu
berdoa.
Dalam menyikapi
kesulitan harus selalu
berusaha kuat dan
tegar, meskipun diri
merasakan sedih
Punya kepercayaan
bahwa dalam hidup
harus memiliki alternatif
rencana dan tidak boleh
putus asa (800-804)
Memiliki keyakinan
bahwa kekuatan doa
dapat mengembalikan
semangat saat terpuruk
(806-809)
berusaha untuk
menerima, menjalani dan
menyikapi setiap
keadaan buruk dengan
tegar (816-823)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
824
825
826
827
828
829
830
831
832
833
834
835
836
837
838
839
840
841
842
843
saya tertarik mendengar
pengalaman Ibu di SLB, kenapa
mampu melakukan perjuangan
seperti itu?
Yaah karena dari kecil toh
mas…saya dulu pernah datang ke
SMA atau SMP biasa,..tapi ketika
ke SLB ikut Ibu saya,saya merasa
senang melihatnya mengajar dan
sekarang bisa seperti dia..ABK
benar-benar anak yang luar
biasa..ntah saya juga gak tau harus
bilang apa..setiap di manapun saya
ketemu ABK saya selalu senang
kok..padahal kan banyak orang yang
menganggap ABK itu aneh dan gak
mau berinteraksi dengan mereka,
padahal kan mereka juga makhluk
Tuhan jadi untuk apa kita bedakan
yaa tetep senang aja ngajar mereka
NR merasa mampu berjuang
untuk ABK karena tertarik
dengan ABK tersebut dan
selalu merasa senang saat
bertemu dengan ABK, berbeda
dengan SMA atau SMP pada
umumnya. Meskipun, banyak
orang yang memiliki
pandangan negatif pada ABK,
namun NR merasa bahwa ABK
juga makhluk ciptaan Tuhan
dan tidak perlu dibedakan.
Merasa mampu
berjuang untuk ABK
karena tertarik dengan
ABK tersebut dan
selalu merasa senang
saat bertemu dengan
ABK. Meskipun,
banyak orang yang
memiliki pandangan
negatif pada ABK,
tetapi merasa bahwa
ABK juga makhluk
ciptaan Tuhan dan
tidak perlu dibedakan
Adanya perasaan tertarik
dan terinspirasi oleh
pengalaman dan sosok
ibu
(828-833)
Adanya rasa prihatin,
sehingga menggerakan
hati untuk tertarik dan
senang pada ABK (833-
837)
Prihatin akan banyaknya
pandangan negatif
terhadap ABK (838-840)
Menganggap bahwa
ABK juga makhluk
ciptaan Tuhan yang tidak
perlu dibedakan (841-
843)
844
845
846
847
848
849
850
851
Baiklah, Bisa Ibu simpulkan
dalam beberapa kalimat, suka
dukanya mengajar di SLB?
sukanya senang, semangat,
bersyukur, ikhlas,
semangat..sedangkan, sedihnya
kalau anaknya gak bisa, anaknya
ngambek, kalau orangtuanya kurang
NR mengatakan bahwa
sukanya mengajar di SLB
adalah rasa senang, syukur,
ikhlas dan semangat yang
muncul dan duka ketika anak-
anak di SLB marah, adanya
orangtua yang tidak
menghormati kemampuan
Sukanya mengajar di
SLB adalah rasa
senang, syukur, ikhlas
dan semangat yang
muncul. duka ketika
anak-anak di SLB
marah, adanya orangtua
yang tidak
Perasaan senang muncul
karena ada rasa syukur,
ikhlas, dan semangat
saat bertemu ABK (847-
849)
Perasaan sedih muncul
ketika ABK diabaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
852
853
854
respek dengan anaknya, kalau
fasilitasnya kurang..sedih
banget..saya harus bantu mereka
anaknya, dan fasilitas yang
kurang memadai.
menghormati
kemampuan anaknya
oleh orangtuanya dan
tidak semangat belajar
(849-854)
855
856
857
858
859
860
861
862
863
Nah, setelah tau suka dukanya,
bisa Ibu simpulkan hidup penuh
makna itu seperti apa?
Waduh…puitis sekali mas..saya
tidak bisa berkata-kata ee..bagi saya
Hidup penuh makna itu
adalah…hidup yang bisa bermanfaat
untuk diri kita dan orang lain..Baik,
terima kasih Bu
Menurut NR hidup penuh
makna adalah hidup yang bisa
bermanfaat untuk orang lain
dan diri sendiri.
hidup penuh makna
adalah hidup yang bisa
bermanfaat untuk orang
lain dan diri sendiri
Hidup penuh makna
dipandang sebagai hidup
yang bermanfaat untuk
diri sendiri dan orang
lain (858-862)
864
865
866
867
868
869
870
871
872
873
874
875
876
877
878
879
Bu, saya sekarang ingin
menanyakan, pembelajaran
apasih yang Ibu dapatkan dari
SLB ini?
Yang jelas itu ya mas…merasa lebih
bersyukur dengan kehidupan saya
saat ini…nerimo juga mas..karena
setelah melihat anak seperti ini saya
menjadi lebih sadar bahwa..saya
harusnya merasa lebih bersyukur
dengan kehidupan saya yang lebih
baik..selain itu, ini juga melatih
kesadaran saya..misalnya hari ini
tuh mas..rambut beberapa anak saya
kan di cat..nah saya kan harus
gimana caranya membuat anak itu
NR mendapat pembelajaran
mengenai rasa lebih bersyukur
dengan kehidupan saat ini,
selain itu NR juga belajar
menerima apa yang terjadi
dengan kehidupannya dan
sadar bahwa kehidupannya
mungkin bisa lebih baik dari
orang lain. NR juga melatih
kesadarannya saat bekerja di
SLB karena harus mampu
membuat anak mengikuti
perkataanya, meskipun itu tidak
mudah. NR merasa harus sabar
dan berusaha memahami anak-
anak tersebut terlebih dahulu.
Mendapat
pembelajaran mengenai
rasa lebih bersyukur
dengan kehidupan saat
ini dan juga belajar
menerima apa yang
terjadi dengan
kehidupannya. Sadar
bahwa kehidupannya
mungkin bisa lebih
baik dari orang lain.
Mendapatkan kesadaran
bahwa hidup saat ini
perlu disyukuri karena
mungkin bisa lebih baik
dari orang lain (868-870)
Belajar untuk menerima
dan menjalani setiap
kondisi yang terjadi
dalam hidup (870-873)
Tidak mudah untuk
membuat anak
mengikuti keinginan hati
(878-880)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
880
881
882
883
884
885
886
887
888
889
890
891
892
893
894
895
896
897
898
899
900
901
902
903
904
905
906
907
manut dengan saya..untuk
menghitamkan lagi rambutnya..itu
saya rasakan tidak mudah ya..karena
kalau saya tidak sabar kan saya bisa
marah-marah..ambil gunting
potong..tapi kan saya gabisa seperti
itu..saya harus bicara dulu dengan
mereka alasan mereka apa, kenapa
mereka menyemir
rambut..kemudian saya kasih
opsi..mau rambutnya dipotong pas
yang di semir, atau digundul, atau
diwarnai hitam..dan ternyata mereka
memilih untuk diwarnai hitam..dan
ternyata mereka sekarang juga mau
kan..begitu..
Kemudian, bagaimana Ibu
memandang anak-anak di sini Bu,
terlebih karena Ibu mau
berkorban begitu?
Saya memandang mereka sama
mas..mereka seperti anak saya
sendiri..saya juga gak melihat ini
anak kelas saya atau kelas
lain..karena di sini semua sama
mas..tidak ada yang saya
bedakan..semuanya ini anak
saya…sama..
NR memandang ABK di SLB
seperti anaknya sendiri dan
tidak ada perbedaan satu sama
lain. NR menganggap semua
anak itu sama.
NR mengatakan bahwa dirinya
belajar dari ABK mengenai
Memandang ABK di
SLB seperti anaknya
sendiri dan tidak ada
perbedaan satu sama
lain
Belajar bahwa segala
hal punya proses dan
Adanya empati dan
untuk lebih peka dan
memahami alasan orang
lain melakukan suatu
tindakan (882-887)
Memiliki pandangan
bahwa ABK seperti anak
sendiri yang tidak perlu
dibedakan (899-906)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
908
909
910
911
912
913
914
915
916
917
918
919
920
921
922
923
924
925
926
927
928
929
930
931
932
933
934
935
Baik Bu, sebenarnya mereka di
sini mengajari Ibu tentang apa
sih? Sehingga Ibu merasa ini
panggilan hati Ibu?
Yang saya pelajari dari mereka
bahwa semua hal itu ada prosesnya
mas…suka dukanya, ada
tahapannya..jadi misalnya, yang saat
ini saja saya tidak bisa langsung
memotong rambut mereka hanya
karena tidak sesuai dengan
saya..saya harus tau terlebih dahulu
mengapa mereka menyemir
rambutnya..saya harus tau
bagaimana membuat anak itu mau
manut…jadi saya belajar tentang
proses dari mereka. Tidak semua
yang kita lakukan ini instan jadi
apapun tidak mas…ada lagi..contoh
anak yang tidak bisa membaca..saya
belajar bagaimana prosesnya untuk
mengajar mereka membaca,
misalnya “mereka sudah besar,
bagaimana supaya mereka bisa
membaca?” ooh saya buat kan
teman yang bisa mengajari mereka
juga atau partner mereka dalam
belajar yang sebaya dengan mereka
proses. Menurut NR segala hal
butuh proses atau tahapan dan
tidak bisa langsung instan
sesuai dengan rencana. NR
memberikan contoh tentang
anak yang tidak bisa membaca,
kemudian NR berusaha untuk
mencarikan solusi bertahap
untuk menjadikan temannya
sebagai partner belajar agar
mereka bisa saling bertukar
pengetahuan satu sama lain
atau sekedar saling belajar satu
sama lain. Menurut NR dalam
dunia ini tidak ada yang instan
dan semua hal butuh proses
yang harus dijalani
tahapan sendiri karena
tidak ada yang instan
dalam kehidupan,
seperti seorang anak
yang tidak bisa
membaca, kemudian
berusaha untuk
mencarik solusi
bertahap untuk
menjadikan temannya
sebagai partner belajar
agar mereka bisa saling
bertukar pengetahuan
satu sama lain atau
sekedar saling belajar
satu sama lain.
Memiliki pandangan
bahwa hidup butuh
proses dan tahapan
karena tidak ada yang
instan (911-914)
Perlu adanya proses
memahami alasan orang
lain melakukan suatu
tindakan (915-917)
Berusaha untuk mencari
solusi dari setiap
kesulitan yang dialami
(920-922)
Mengalami kesulitan
untuk mengajarkan
proses membaca pada
anak (927-930)
Membuat solusi tolong
menolong dengan
mengajak anak yang
sudah lebih baik untuk
mengajari temannya
yang kurang mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
936
937
938
939
940
941
942
943
944
945
946
947
948
949
950
951
952
953
954
955
956
957
958
959
960
961
962
963
juga..yang belum bisa membaca
saya sejajarkan dengan temannya
yang bisa membaca…jadi gak
langsung..saya gak harus langsung
mengajarkan dia, tapi bisa juga
lewat temannya lalu ke anak itu
mas..yahh..begitulah mas..saya
belajar proses…terlebih anak sini
kan gak bisa langsung 5x5 berapa?
Itu mereka gak bisa…harus ada
prosesnya misalnya ada 5 yang
ditambahkan 5 kali..jadi itukan ada
prosesnya..tidak bisa langsung
jadi…nah itu kan juga menunjukkan
mas..kalau dalam dunia ini tidak
semua itu kita langsung
bisa…semua itu ada prosesnya…
Seperti yang Ibu katakan bahwa
di sini Ibu belajar rasa bersyukur,
iya mas..sama nerimo..saya ada
masalah apa-apa di rumah juga saya
kembalikan lagi kok..nerimo
mas..karena kalau udah kenyataan
seperti itu ya..tidak bisa kita ubah
lagi, tinggal kita cari solusinya itu
gimana..
Kemudian, ada gak sih perasaan
cinta yang muncul dengan
NR mengatakan bahwa ketika
ada masalah yang memang
tidak bisa diubah, dia akan
menerima kenyataan tersebut
dan mencari solusi dari
masalah tersebut.
NR menyebut perasaannya
pada ABK yang diajarinya
adalah perasaan sayang antara
ibu dan anak karena dengan
perasaan saya tersebut NR
mampu memberikan perhatian
yang lebih pada ABK tersebut.
Anak-anak yang diajarinya pun
ketika ada masalah
yang memang tidak
bisa diubah, berusaha
menerima kenyataan
dan cari solusi dari
masalah tersebut
Perasaan pada ABK
(931-935)
Adanya keyakinan
bahwa hidup perlu
proses (941-942)
Dalam setiap proses ada
kesulitan tersendiri yang
dihadapi (943-951)
Berusaha untuk
menerima keadaan
apapun dalam hidup
(954-956)
Menerima kendala yang
tidak bisa dihindari dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
964
965
966
967
968
969
970
971
972
973
974
975
976
977
978
979
980
981
982
983
984
985
986
987
988
989
990
991
pekerjaan Ibu di sini?
Ya mas….bukan cinta saja
sebutannya, tapi sayang..rasa sayang
kepada anak..semua anak di sini
saya sayang kok..karena ketika saya
tidak sayang dengan mereka, tidak
mungkin saya bisa perhatian begitu
lebih dengan mereka…yoo..gimana
ya mas..seperti anak karo si
mbok…saya sering ngobrol dengan
mereka…curhat…bahkan tiap
pelajaran ono aja curhatne..
Kemudian, sebenarnya rasa
sayang itu bisa gak Ibu rasakan di
sekolah umum?
Yah…saya gak tau juga ya mas
sebenarnya…tapi, di sini dengan
jumlah anak yang segini saya bisa
memberikan rasa sayang saya penuh
kepada mereka, lalu memberikan
perhatian yang lebih kepada mereka,
dan gantian mereka juga bisa
memberikan saya rasa sayang yang
sama..seperti saya sakit
kemarin..mereka ini nungguin saya
lama mas di rumah sakit..tapi kalo
di sekolah umum kan jumlah
anaknya beda…1 guru bisa ngajar
merasa dekat dengan NR dan
mampu mencurahkan isi hati
mereka pada NR
NR mengatakan bahwa dirinya
tidak mengetahui apakah rasa
sayang tersebut bisa muncul di
sekolah umum atau tidak.
Namun menurut NR dengan
jumlah anak di SLB yang tidak
terlalu banyak, NR dapat
memberikan rasa sayangnya
secara penuh pada anak-anak
tersebut, begitu pula anak-anak
itu kepada NR
yang diajar adalah
perasaan sayang antara
ibu dan anak karena
dengan perasaan
tersebut, maka akan
mampu memberikan
perhatian yang lebih
Tidak tahu bahwa rasa
sayang tersebut bisa
muncul di sekolah
umum atau tidak,
namun dengan jumlah
anak yang tidak terlalu
banyak, maka dapat
memberikan rasa
sayangnya secara
penuh
mencari solusi untuk
menyelesaikannya (957-
960)
Adanya keterikatan hati
dengan ABK membuat
satu sama lain saling
terbuka (972-974)
Adanya perasaan kasih
seperti seorang Ibu, dari
informan kepada
muridnya (967-972)
Merasa sulit untuk
memberikan perhatian
dan melakukan
pendekatan saat jumlah
anak terlalu banyak
(978-983)
Muncul perasaan kasih
sayang yang timbal balik
antara guru dan murid
(983-988)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
992
993
994
995
996
997
998
999
1000
1001
1002
1003
1004
1005
1006
1007
1008
1009
1010
1011
1012
1013
1014
1015
1016
1017
1018
1019
25 murid, jadi dia kan lebih susah
memberikan perhatian pada anak-
anak itu…hanya guru yang hebat
loh..yang bisa memberikan
perhatian pada 25 murid
langsung…untuk kedekatannya
lebih mudah karena jumlahnya
sedikit mas..
Kemudian, ketika Ibu mengajar
di sini katanya Ibu merasa senang
yang tidak bisa diungkapkan
karena rasanya itu nano-nano,
mengapa sih Bu bisa begitu?
Yah..terkadang gini mas..saya sudah
memberikan kebebasan pada
mereka..kalian mau belajar apa hari
ini?..mereka jawabkan “ooh belajar
ini Bu” lalu saya senang karena
mereka semangat untuk
belajar…tapi, tiba-tiba saat saya
sudah menyiapkan
semuanya..mereka malah gak mau
nulis, mereka gak mau
memperhatikan…mereka malah
gojek..yah saya kan tiba-tiba jadi
sedih mas..di saat udah nulis tiba-
tiba mereka bilang udah capek..gak
mau nulis..lah piye toh….ya begitu
NR mengungkapkan bahwa
perasaan nano-nano yang
dimilikinya berasal dari
perasaan yang bisa saja
berubah dari senang menjadi
sedih, atau sebaliknya karena
kedua hal tersebut ada di SLB.
NR merasa senang karena
anak-anak bisa jujur
kepadanya, namun NR juga
sedih ketika anak-anak itu
malas untuk belajar.
Perasaan nano-nano
yang dimiliki berasal
dari perasaan yang bisa
saja berubah dari
senang menjadi sedih,
atau sebaliknya karena
kedua hal tersebut ada
di SLB
Adanya perasaan campur
aduk antara senang dan
sedih saat mengajar di
SLB (1003-1015)
Senang saat anak-anak
SLB semangat untuk
belajar (1007-1009)
Sedih saat tiba-tiba anak
SLB malah asik bermain
sendiri saat guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
1020
1021
1022
1023
1024
1025
1026
1027
1028
1029
1030
1031
1032
1033
1034
1035
1036
1037
1038
1039
1040
1041
1042
1043
1044
1045
1046
1047
mas..kan jadi nano-nano mas..di
saat sudah senang sebentar..bisa
sedih lagi..begitu juga waktu rambut
mereka disemir mas…kan saya
sedih..yoo masa rambut
digituiin..tapi saya ada rasa senang
juga mas..soalnya mereka mau
jujur..mereka mau tak kasitau
tentang opsi..jadi ya
memang..sedihnya ada..kecewa
iya..tapi mereka juga bisa membuat
saya bangga..karena mereka
semuanya jujur..
Baik Bu, saya ingin bertanya lagi,
perasaan unik seperti apa sih
yang Ibu rasakan ketika Ibu
mengajar di SLB dengan di
sekolah formal?
Yah..beda mas…saya merasa
beda..saya pernah membantu teman
saya mengajar..jadi, saya suruh
diam anak-anak di sekolah formal
itu..yah..gak bisa mereka terus aja
ngomong semua..sampai saya harus
teriak sedikit baru mereka bisa
diam..mereka gak bisa mas terlalu
dilembutin juga kadang gak
bisa..beda kalau di sini..saya kasitau
NR memiliki perasaan berbeda
saat membantu temannya
mengajar di sekolah umum
dengan mengajar di SLB
karena anak di sekolah umum
terkadang sulit untuk
mendengarkan dirinya,
sedangkan anak di SLB lebih
memahaminya. Akan tetapi,
NR menganggap bahwa hal
tersebut karena kurangnya
kedekatan antara NR dengan
anak-anak di sekolah umum
tersebut.
NR menganggap bahwa SLB
merupakan rumah kedua
baginya
Merasa sulit mengajar
di sekolah umum
karena memiliki
kedekatan yang tidak
terlalu baik antara guru
dan murid, sehingga
anak di sekolah umum
kurang mau
mendengarkan
menjelaskan (1009-
1013)
Adanya perasaan bangga
saat anak yang diajar
lebih terbuka dan jujur
tentang masalah yang
sedang dialami (1020-
1025)
Berusaha untuk
membantu mencari
solusi dengan
memahami alasan yang
diberikan (1024-1030)
kedekatan dan
keterikatan emosi
dengan ABK
memunculkan rasa
nyaman dalam mengajar,
dibanding dengan
sekolah formal (1051-
1055)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
1048
1049
1050
1051
1052
1053
1054
1055
1056
1057
1058
1059
1060
1061
1062
1063
1064
1065
1066
1067
1068
1069
1070
1071
1072
1073
1074
1075
dikit aja anak-anak di sini mau nurut
gitu aja…mungkin ya..karena kita
sering ketemu..sering sharing sering
ngobrol..jadine..mereka lebih
manut..terus kalau di sekolah sana
kan saya cuma datang sekali dua
kali, tapi kalau di sini kan lebih
sering mas..sehingga kalau di sini
kan kenal baik mas..sehingga,
kedekatan kan juga pengaruh
mungkin mas..
Bu, coba berikan kesimpulan
singkat mengenai kesan Ibu
tentang SLB ini?
Kesan saya…saya merasa bahwa
SLB ini merupakan rumah kedua
bagi saya mas..itu aja..
Baik, Bu itu dulu saja makasih
Bu.
Baik Bu, sekarang saya ingin
mengetahui maksud dari
ungkapan Ibu tentang SLB ini
adalah rumah kedua apa ya Bu?
Yah di sini saya juga seperti di
rumah mas…saya dapat kasih
sayang juga seperti yang ada di
rumah…di sini banyak teman-teman
kerja..ada kepala sekolah..ada
NR menganggap SLB sebagai
rumah kedua karena
mendapatkan rasa kasih sayang
yang sama dengan yang ada di
rumah. Selain itu, NR juga
merasa nyaman karena dapat
melakukan segala aktivitasnya
di SLB. Waktu NR juga banyak
dihabiskan di SLB, rata-rata 9
jam sehari untuk mengurusi
ABK di SLB, sehingga NR
perlu merasa nyaman.
SLB merupakan rumah
kedua
SLB dianggap sebagai
rumah kedua karena
memberikan rasa kasih
sayang yang sama
dengan rumahnya,
sehingga membuat
kenyamanan tersendiri
untuk melakukan
segala aktivitas
sepanjang hari
merasa sulit untuk
mengajar, bila tidak
memiliki kedekatan satu
sama lain (1035-1040)
SLB dianggap sebagai
rumah kedua karena
lingkungannya
memberikan perasaan
kasih sayang (1068-
1071)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
1076
1077
1078
1079
1080
1081
1082
1083
1084
1085
1086
1087
1088
1089
1090
1091
1092
1093
1094
1095
1096
1097
1098
1099
1100
1101
1102
1103
murid-murid yang sayang sama
saya..di sini juga nyaman kok..saya
bisa makan di sini..saya bisa
melakukan aktivitas seperti biasa di
sini..misalnya saya juga
mengerjakan tugas di sini, lah
ya..memang mas..karena waktu saya
di sini juga lama mas..dari jam 7
sampai jam 4 sore mas..yah..kalau
di rumah kan nanti paling urus anak
urus suami, urus pekerjaan
rumah..ibu rumah tangga mas..terus
istirahat toh…kalau di sini saya kan
full melek mas..ngurusin anak-anak
yang ada di sini..makanya saya
katakan rumah kedua mas karena
kan juga lama, wong dari jam 7 pagi
sampai jam 4 sore..berapa jam itu
mas..yahh 9 jam saya ada di sini
mas..begitu mas..maksud saya..dan
Ibu mengatakan bahwa Ibu
nyaman di sini? Melakukan hal
seperti itu?
Iya mas….sebenarnya nyaman dan
tidak nyaman itu relatif toh
mas..tergantung hari itu seperti
apa..nek anak-anak kan juga yo
pada rewel pasti toh..kadang-
Menurut NR rasa nyaman atau
tidak nyaman adalah relatif
karena tergantung bagaimana
seseorang dapat membuat
situasi tersebut nyaman
baginya. NR juga beranggapan
bahwa anak-anak di SLB
sangat menyenangkan karena
terbiasa bercanda dengan NR
dan sering membuat NR
merasa harus semakin kreatif
agar dapat menyelesaikan
permasalahan baru tiap harinya
NR membuat dirinya nyaman
dengan menyikapi segala
keusilan anak-anak dengan
canda dan pandangan positif
agar tidak terbawa oleh emosi
dan melelahkan diri sendiri.
rasa nyaman atau tidak
nyaman adalah relatif
karena tergantung
bagaimana seseorang
dapat membuat situasi
tersebut nyaman
baginya. SLB juga
membuat semakin
kreatif agar dapat
menyelesaikan
permasalahan baru tiap
harinya.
Cara agar membuat diri
nyaman dapat dengan
Informan merasakan
kasih sayang saat di SLB
(1071-1074)
SLB merupakan tempat
yang nyaman untuk
menghabiskan waktu
dan beraktivitas dengan
leluasa sama seperti di
rumah (1074-1088)
Informan berusaha untuk
tetap enjoy, meskipun
keadaan sedang tidak
nyaman (1100-1101)
Perasaaan nyaman atau
tidak nyaman adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
1104
1105
1106
1107
1108
1109
1110
1111
1112
1113
1114
1115
1116
1117
1118
1119
1120
1121
1122
1123
kadang..tapi yo bagaimana kita buat
enjoy aja di sini..anak-anak di sini
juga sebenarnya enak kok
mas..gojek ya biasa…nek kalo
marah..nanti yo..padam
lagi..ya..dibuat senyaman mungkin
mas..setiap hari harus kreatif
mas..nek hari ini berulah apa, saya
harus mampu
menyelesaikannya..pokoknya cara
kita sebenarnya yang membuat
nyaman di sini mas..cara kita ya
Bu? seperti apa cara Ibu
membuat kenyamanan itu?
yoo…kayak itu
mas…nah…yah..bagaimana saya
menyikapi sikap mereka yang usil
tapi dengan guyon..karena kalo saya
marah mas..nanti saya jadi emosi
jadi capek sendiri..gak nyaman di
sini..yah..pokoknya saya bawa gojek
mas gitu aja…menanggapi dengan
positif ajalah mas semua tingkah
laku mereka…
menyikapi segala
masalah dengan
pandangan positif agar
tidak terbawa oleh
emosi dan melelahkan
diri sendiri
relatif, bagaimana
seseorang
membentuknya (1096-
1101)
Merasa nyaman dengan
anak-anak ABK di SLB
(1102-1103)
Tidak perlu
menggunakan emosi saat
marah karena membuat
suasana bisa menjadi
lebih buruk (1104-1106)
Harus mampu
menyelesaikan masalah
dengan kreatif (1104-
1107)
Menyikapi masalah
dengan positif (1114-
1122)
1124
1125
1126
1127
Bu, saya ingin bertanya
bagaimana tanggapan keluarga
Ibu, suami atau orangtua Ibu
tentang pekerjaan Ibu di SLB?
Keluarga NR menanggapi
pekerjaan NR dengan baik,
bahkan mendukung NR dengan
cara membantu NR untuk
Keluarga menanggapi
dengan baik bahkan
mendukung dengan
cara membantu untuk
Keluarga tidak masalah
dan bersikap baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
1128
1129
1130
1131
1132
1133
1134
1135
1136
1137
1138
1139
1140
1141
1142
1143
1144
1145
1146
1147
1148
1149
1150
1151
1152
1153
1154
1155
Yaa…keluarga menanggapi dengan
baik mas…karena mereka juga
sudah tau bahwa saya dulu kuliah
ambil jurusan PLB..terus Ibu saya
kan guru SLB juga..ya, jadi mereka
baik-baik saja tidak apa-
apa..yah..gimana mendukung
gituloh mas..mereka mendukung
pekerjaan saya di sini..mendukung
seperti apa Ibu? ya..misalnya saya
ada pelatihan…mereka itu bisa
bekerja sama..karena saya tidak ada
di rumah nanti suami atau keluarga
saya yang lain, yang menjaga anak
saya di rumah..Lalu, bila tempat
pelatihan Ibu jauh dan butuh
tumpangan? Mereka pasti
menyempatkan untuk mengantar
saya mas…saya dulu pernah tuh
mas..waktu hamil anak saya yang
ketiga saya diantar jemput suami,
mertua saya juga ikut
mas…nah..anak saya yang kedua
dijagaiin sama keluarga saya yang
lain..begitu mas..pokok e..apa yang
saya butuhkan mereka usahaiin buat
bantu mas..
Menurut Ibu, penting gak sih
mengurusi anak di rumah saat
NR bekerja atau tidak di rumah
dan mengantar NR ke tempat
pelatihan yang jauh. Menurut
NR segala yang dibutuhkan NR
selalu disiapkan oleh
keluarganya dan hal tersebut
adalah bentuk dukungan
keluarga untuk pekerjaan NR
Bagi NR sendiri dukungan itu
adalah hal penting karena dapat
memberikan motivasi dan
semangat dalam bekerja, selain
anak-anak di SLB yang
membuat NR senang. Bila NR
tidak mendapatkan dukungan
tersebut dirinya akan merasa
tidak nyaman saat bekerja dan
sulit berkonsentrasi, sehingga
NR akan berusaha untuk
memberikan pengertian pada
keluarga agar memahami
pekerjaan dan panggilan
hatinya
mengurusi anak di
rumah dan mengantar
ke tempat pelatihan
yang jauh
dukungan itu adalah hal
penting karena dapat
memberikan motivasi
dan semangat dalam
bekerja, selain anak-
anak di SLB. Bila tidak
mendapatkan dukungan
tersebut, maka akan
merasa tidak nyaman
saat bekerja dan sulit
berkonsentrasi,
sehingga akan berusaha
untuk memberikan
pengertian pada
keluarga
menanggapi pekerjaan
guru SLB (1128-1132)
Keluarga mendukung
pekerjaan guru SLB
(1134-1136)
Dukungan dari keluarga
dapat menjadi kerja
sama yang membantu
saat dibutuhkan (1145-
1154)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
1156
1157
1158
1159
1160
1161
1162
1163
1164
1165
1166
1167
1168
1169
1170
1171
1172
1173
1174
1175
1176
1177
1178
1179
1180
dukungan seperti itu Bu?
Sangat penting mas buat
saya…karena itu yang bisa
membantu memberikan semangat
dan motivasi selain anak-anak di
sini mas…bagaimana seandainya
bila keluarga tidak mendukung
Bu?
Kalau tidak mendukung pastinya
konsentrasi saya akan terganggu
mas..karena akan kepikiran keluarga
yang ditinggalkan saat kerja dan
pasti akan berakibat tidak baik pada
pekerjaan saya sendiri mas..kasihan
toh anak-anak di sini kalau saya
tidak fokus dan tidak maksimal
dalam bekerja mas..
Lalu, bagaimana cara Ibu
mengatasi keadaan yang tidak
mendukung itu?
Saya akan komunikasikan dengan
keluarga saya mas..saya kasih
pengertian kepada mereka..kalau
saya senang juga di sini…begitu
mas..pokok e saya kasih mereka
pengertian mas…
Dukungan dapat menjadi
motivasi dan semangat
(1160-1161)
Ketika kurang dukungan,
maka konsentrasi
bekerja terganggu dan
membuat pekerjaan tidak
maksimal (1165-1170)
Berusaha untuk
memberikan pengertian
pada keluarga bahwa
guru adalah panggilan
(1175-1180)
1181
1182 Kemudian Bu, Ibu pernah
bercerita bahwa di SLB ini Ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
1183
1184
1185
1186
1187
1188
1189
1190
1191
1192
1193
1194
1195
1196
1197
1198
1199
1200
1201
1202
1203
1204
1205
1206
1207
1208
1209
1210
senang karena jaraknya tidak
terlalu jauh dengan rumah dan
banyak teman, sebenarnya Ibu
nyaman dengan lingkungannya
saja atau SLBnya Bu?
2 2 nya mas…karena anak-anak di
sini mengerti dengan saya
mas..mereka bisa menyesuaikan diri
dengan saya..kadang saya
galak..kadang saya lembut..mereka
sudah paham dengan diri saya
mas..kalau masalah jarak itu juga
benar mas..saya juga nyaman
dengan itu..karena sekarang saya
dari rumah ke sini tidak terlalu
jauh..kalau misalnya taruhlah
saya..bekerja di SLB dengan tempat
yang jauh..kan saya membutuhkan
waktu banyak mas…paling gak 10
menit lah itupun kalo lambat..kalo
cepet paling 5 menit saya sudah
sampai di sini mas..jadi kan nyaman
toh mas…kalau kita berangkatnya
saja sudah nyaman gak
“kemerungsung” tau kemerungsung
toh mas…keburu-buru mas..saya
jadi bisa menyiapkan keperluan
untuk pelajaran hari ini..ya..nyaman
NR merasa lingkungan yang
mendukung dan anak-anak
SLB sama pentingnya, karena
anak-anak di sini telah
mengerti dengan dirinya, selain
itu masalah jarak dan
lingkungan juga mendukung
dirinya untuk bekerja dengan
baik. Jarak yang tidak terlalu
jauh membuat NR tidak perlu
terlalu terburu-buru saat
berangkat bekerja dan
membuat dirinya dapat bekerja
dengan maksimal. Selain itu,
NR tidak perlu
mengkhawatirkan anaknya
yang masih kecil berada di
rumah ketika dirinya bekerja
karena jarak yang tidak terlalu
jauh.
NR mengaku bahwa dirinya
sebenarnya tidak masalah bila
harus dipindah ke SLB
manapun, asal jangan dalam
merasa lingkungan
yang mendukung dan
anak-anak SLB sama
pentingnya, karena
anak-anak di sini telah
mengerti, sedangkan
masalah jarak dan
lingkungan juga
mendukung dirinya
untuk bekerja dengan
baik. Jarak yang tidak
terlalu jauh membuat
dapat bekerja dengan
baik dan tidak perlu
memikirkan anaknya
yang terlalu kecil saat
berada di sekolah
karena jarak yang
mudah dijangkau.
Apabila, anaknya sudah
cukup mandiri, maka
tidak masalah bila
dipindahkan ke SLB
yang jauh.
Bagi informan,
lingkungan yang
mendukung dan ABK
sama pentingnya (1188)
ABK telah memahami
dirinya (1190-1194)
Jarak yang tidak terlalu
jauh membuat banyak
kemudahan seperti tidak
perlu terburu-buru saat
berangkat bekerja (1197-
1209)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
1211
1212
1213
1214
1215
1216
1217
1218
1219
1220
1221
1222
1223
1224
1225
1226
1227
1228
1229
1230
1231
1232
1233
1234
1235
1236
1237
1238
aja mas..saya sebenarnya khawatir
dipindah itu bukan karena SLBnya
mas..karena saya tidak masalah di
SLB mana saja..tapi saya khawatir
dengan anak saya yang masih kecil
mas..kasian toh mas..kalau anak
saya sudah..sudah..balita..atau bisa
sedikit mandiri tanpa saya..tidak
masalah mas..saya dipindah ke
mana saja..kayak kemarin saya
pelatihan toh mas..selama 1
minggu..repot juga toh..saya jadi
harus menyiapkan semuanya lebih
pagi dari biasanya..kan soalnya di
malioboro..perjalanan saja perlu 25
menit kalo ngebut..jadi saya sedikit
kemerungsu…apalagi saya punya
penyakit asma mas..jadi ya..sering
kambuh mas karena terburu-buru
itu..berarti ini memang Ibu
khawatir pindah karena anak Ibu
yang masih kecil, kalau anak Ibu
sudah cukup mandiri Ibu tidak
masalah pindah ke SLB yang
lebih jauh? Iya mas…tidak
masalah karena mereka kan sudah
lebih mandiri..kalau sekarang
mereka kan masih sangat tergantung
waktu dekat karena anaknya
masih kecil dan masih
membutuhkan dirinya, namun
bila anaknya sudah cukup
mandiri untuk ditinggal sedikit
lebih lama, maka NR tidak
bermasalah bila dirinya
dipindahkan ke tempat yang
jauh, namun tetap di SLB.
Jarak yang tidak terlalu
jauh membuat lebih
fokus untuk bekerja
(1209-1211)
Tidak nyaman dipindah
ke SLB yang lebih jauh
karena anak masih
terlalu kecil (1211-1215)
Tidak masalah untuk
dipindah ke SLB mana
saja, ketika anak sudah
cukup mandiri (1217-
1219)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
sama saya..
1239
1240
1241
1242
1243
1244
1245
1246
1247
1248
1249
1250
1251
1252
1253
1254
1255
1256
1257
1258
1259
1260
1261
1262
1263
1264
1265
Kemudian Ibu tadi bercerita
tentang sakit asma Ibu.
Sebenarnya, sakit itu menurut
Ibu sendiri apa sih, bukan hanya
dari fisik tapi juga dari hati Bu?
Kalo sakit fisik ya seperti biasa mas
kecapean karena terburu-buru atau
kurang istirahat dan yang lainnya
lah..kalo sakit hati itu…misalnya
gini mas…kita punya keinginan
apa..kemudian kok orang lain
menganggap itu tidak
benar..padahal sebenarnya kita kan
punya argumen sendiri..contohnya
kemarin saya juga termasuk sakit
hati..kelas saya 2 hari kemarin ada
anak yang mengecet rambutnya..tapi
saya gak marah sama anak-anak
saya ini mas..tapi saya memberikan
pengertian pada mereka..kalau guru
yang lain kan gak mas..”setelah
diajar Bu NR, anak-anaknya ra
benar kabeh” nah itu mas…sakit
sekali mas..padahal kan
gini..mereka kan sedang mencari
jati diri mereka, kemudian mereka
mencoba mengecet
Menurut NR sakit hati adalah
saat mempunyai suatu
keinginan, kemudian orang lain
menganggap itu tidak benar,
padahal sebenarnya NR
memiliki alasan sendiri. NR
mencontohkan saat anak
didiknya mengecat rambut dan
guru lain malah memarahi anak
didiknya dan NR tanpa
mendengar alasan anak
didiknya terlebih dahulu. NR
beranggapan bahwa setiap anak
sedang mencari jati diri jadi
wajar saat melakukan
kesalahan dan hal tersebut
sangat menyakiti hati NR.
NR menyikapi hal tersebut
dengan membuktikan pada
guru-guru yang bersangkutan
bahwa anak-anak didiknya mau
mengakui kesalahan dan
sakit hati adalah saat
mempunyai suatu
keinginan, kemudian
orang lain menganggap
itu tidak benar, padahal
setiap orang memiliki
alasan berbeda.
Cara menyikapi orang-
orang yang senang
menilai sesuatu tanpa
Sakit hati muncul ketika
orang lain tidak
mendukung keinginan
tanpa alasan yang jelas
(1247-1252)
Sakit hati ketika guru
beranggapan jelek pada
anak yang diajar tanpa
memahami alasan (1258-
1261)
Menggunakan ranah
empati untuk memahami
suatu permasalahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
1266
1267
1268
1269
1270
1271
1272
1273
1274
1275
1276
1277
1278
1279
1280
1281
1282
1283
1284
1285
1286
1287
1288
1289
1290
1291
1292
1293
rambut..kemudian, sampai di
sekolah saya kasih
pengertian..kemudian mereka juga
mau kok menghitamkan rambut
lagi..tapi guru yang lain kan sudah
langsung berpikir bahwa anak-anak
ini ngeyel dan sebagainya.. itu yang
sedikit membuat saya sakit hati
mas..karena setiap anak itu punya
perkembangan sendiri-
sendiri..misalnya anak melakukan
kesalahan jangan langsung kita nilai
anak itu nakal..tapi kita bisa mencari
dulu..penyebabnya apa
toh..misalnya juga salah satu anak
saya ini tidak masuk..kita tanya dulu
toh..jangan langsung nilai jelek..kita
ajak sharing juga mas..
Hmm..begitu Bu, kemudian
bagaimana cara Ibu mengatasi
rasa sakit hati Ibu itu? dan
bagaimana cara Ibu menanggapi
guru-guru yang mengatakan hal
buruk terhadap anak yang Ibu
ajar?
Yah…cara saya mengobati rasa
sakit hati saya dengan saya tunjukan
mas..karena kita kan gabisa juga
merubahan kesalahannya
tersebut, NR mengatakan dia
lebih senang ketika
membuktikan dengan suatu
tindakan yang nyata daripada
hanya sekedar berbicara.
mendengar suatu alasan
adalah dengan suatu
pembuktian dari
tindakan, bukan hanya
sekedar berbicara.
(1262-1270)
berpandangan bahwa
setiap anak memiliki
proses sendiri ketika
belajar (1273-1277)
Berusaha untuk
menemukan alasan
dibalik suatu perbuatan
agar memahami proses
yang terjadi (1280-1282)
Menyikapi rasa sakit
dengan menunjukkan
perubahan ke arah yang
lebih baik (1290-1297)
Berusaha memberikan
pengertian agar ABK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
1294
1295
1296
1297
1298
1299
1300
1301
1302
1303
1304
1305
1306
1307
1308
langsung marah-marah ke
mereka..capek mas..jadi kita
tunjukan..kalau anak saya mau
mengakui kesalahannya dan mau
memperbaiki kesalahan
itu..mendingan kita langsung
bertindak mas daripada cuma
bicara..tunjukan aja apa
adanya…saya kasih pengertian ke
anak didik saya dan akhirnya
mereka mau mendengarkan saya
dan menghitamkan
rambutnya…guru-guru yang lain
sekarang jadi biasa aja..soalnya
daripada kita cuma ngomong toh
mas..buktikan mas..begitu..
paham masalah yang
terjadi (1301-1304)
Menganggap marah
hanya membuat lelah,
sehingga terima kondisi
yang terjadi dan
tunjukan perubahan
(1293-1295)
1309
1310
1311
1312
1313
1314
1315
1316
1317
1318
1319
1320
Ok Bu, kemudian kalau kecewa
bagaimana Bu?
Kalau kecewa itu mas..hal yang
sudah kita berikan ke anak..atau hal
yang telah kita lakukan dengan
baik..istilahnya kita kan tidak boleh
mengeluh ya..tidak baik mengeluh
itu…tapi kadang ada beberapa yang
menganggap itu beda..misalnya saya
sekarang kasih keleluasan pada
anak, kamu mau belajar apa ayo kita
belajar..tapi tiba-tiba..kok dia malah
Menurut NR rasa kecewa
adalah sesuatu yang telah
diberikan dengan baik, namun
dibalas dengan sesuatu yang
kurang baik. Contohnya, adalah
saat NR telah memberikan
keleluasaan pada anak-anak
untuk memilih mata
pelajarannya, namun anak-anak
malah asik bermain sendiri.
rasa kecewa adalah
sesuatu yang telah
diberikan dengan baik,
namun dibalas dengan
sesuatu yang kurang
baik. Misalnya, saat
anak-anak disuruh
belajar, tetapi mereka
malah asik sendiri.
Tidak baik untuk
mengeluh saat situasi
tidak sesuai dengan yang
diharapkan (1314-1316)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
1321
1322
1323
1324
1325
1326
1327
1328
1329
1330
1331
1332
1334
1335
1336
1337
1338
1339
1340
1341
1342
1343
1344
1345
1346
1347
1348
1349
ngeyel mas..dia malah main
sendiri…nah itu rasanya kecewa
mas..yoo..saya soalnya kan udah
kasih keleluasaan kepada
mereka..tapi mereka malah gitu..di
saat saya menginginkan mereka
tertib mereka malah sulit..nah itu
saya kecewa mas..
Kalau misalnya keluarga Ibu
tidak mendukung Ibu di sini,
apakah ada rasa kecewa juga Bu?
Yoo…ada toh mas…wong saya di
sini memang kesenangan saya..jadi,
kalau gak bisa bekerja di
sini..yoo..gimana ya..ada
kecewa..ada sedih juga mas..tapi, ya
saya coba dulu minta pengertian
dari mereka mas, mana tau bisa
berubah pikiran..
kemudian, cara Ibu menyikapi
hal tersebut bagaimana Bu? cara
Ibu menyikapi anak-anak dan
rasa kecewa Ibu?
Yah…saya ajak ngobrol mas…saya
sering ajak ngobrol aja
mas..gausahlah terlihat marah-
marah..capek nanti mas..saya ajak
aja ngobrol udah cukup..mereka
Saat itu juga NR merasa
kecewa.
NR juga merasa merasa kecewa
dan sedih saat keluarganya
tidak mendukung pekerjaan
yang dilakoninya, lalu NR akan
mencoba memberikan
pengertian terlebih dahulu pada
keluarganya agar berubah
pikiran.
NR menanggapi anak-anak dan
rasa kecewanya dengan
mengajak ngobrol dan sharing
tentang apa yang sebenarnya
ingin dilakukan oleh anak-anak
tersebut, karena NR enggan
memarahi anak-anak karena
marah membuat dirinya lelah.
Merasa sedih dan
kecewa saat keluarga
tidak mendukung
pekerjaan dan berusaha
meyakinkan keluarga
dengan yang dilakukan
Menanggapi rasa
kecewa dengan
mengajak ngobrol dan
sharing tentang apa
yang sebenarnya ingin
dilakukan karena
marah dapat membuat
lelah.
Rasa kecewa muncul
ketika anak yang diajar
melakukan hal yang
tidak diinginkan (1326-
1328)
Kecewa saat keluarga
tidak mendukung (1332-
1337)
Merasa sedih ketika
keluarga tidak
mendukung pekerjaan
(1337)
Menyikapi rasa kecewa
dengan memberikan
pengertian pada orang
lain atau menerima
kondisi tanpa rasa marah
(1338-1350)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
1350 bisa mengerti…
1351
1352
1353
1354
1355
1356
1357
1358
1359
1360
1361
1362
1363
1364
1365
1366
1367
1368
1369
1370
1371
1372
1373
1374
1375
1376
1377
Lalu, kemarin saya pernah
bertanya mengenai bedanya SLB
dengan sekolah formal dan Ibu
menjawab kedekatan, menurut
Ibu penting gak sih itu?
Yah penting banget mas…karena
kalau saya gak deket dengan
mereka..mereka akan sulit untuk
tertib dengan saya mas..tapi kalau
saya dekat dengan mereka..mereka
pasti mau tertib dengan baik
mas..karena kalau gak ada
keterdekatan itu anak-anak itu pasti
pada cuek mas..ok Bu, kemudian
bagaimana ketika pertama kali ke
sekolah ini, atau ke sekolah baru?
Ibu kan gak punya keterdekatan
dengan mereka?
Saya cari tau mas tentang
mereka..pokoknya saya berusaha
untuk mendekati mereka mas..kita
kan pertama bisa mendekati
keluarganya..mencari tahu hobinya
apa..kesenanganya apa..yang dia
gak suka apa..biar saya tahu sedikit
tentang anak itu mas…baru setelah
itu saya setiap hari bertemu dengan
NR menganggap bahwa
kedekatan dengan anak didik
itu adalah sesuatu yang sangat
penting karena dengan
kedekatan tersebut NR dapat
membuat anak-anak mau
mendengarkanya dan tertib
padanya.
Cara NR mendekatkan diri
adalah dengan mengetahui latar
belakang atau karakter anak
dari keluarganya serta bertemu
setiap hari. Hal ini dilakukan
agar NR mengetahui apa yang
harus dilakukannya serta
mendapatkan ketertarikan
kedekatan dengan anak
didik itu adalah sesuatu
yang sangat penting
karena dengan
kedekatan tersebut
dapat membuat anak-
anak mau
mendengarkan.
Cara mendekatkan diri
dengan mengetahui
karakter anak dari
keluarga serta bertemu
setiap hari, sehingga
guru mengetahui yang
harus dilakukan
Kedekatan adalah
sesuatu yang penting
untuk membuat orang
lain mau mendengarkan
dan memperhatikan
(1356-1359)
mencari tahu latar
belakangnya, apa yang
disenangi dan
tidak(1369-1376)
Mendekatkan diri juga
dengan cara berbaur
dengan mereka (1378-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
1378
1379
1380
1381
1382
1383
1384
1385
1386
1387
1388
1389
1390
1391
1392
1393
1394
1395
1396
1397
1398
1399
1400
1401
1402
1403
1404
1405
dia..dan semakin lama kedekatan itu
pasti tumbuh mas....
Lalu, apakah hanya kedekatan
saja yang membuat Ibu merasa
berbeda antara SLB dengan
sekolah normal?
Tidak mas…banyak..misalnya
kurikulum yang beda
mas..perlakuan kita kepada anak
juga membedakan mas..kalau di
sekolah formal kita memperlakukan
anak itu bisa sama mas..kita suruh
baca semua..semua bisa…nah kalo
di sini kan beda mas..walaupun di
sini juga klasikal dalam artian
belajar bersama-sama tapi
perlakuannya kan tetap
individual..misalnya anak yang ini
belum bisa baca..yang ini bisa..tapi
tetap satu kelas mas…nah yang
belum bisa baca saya kasih sedikit
aja bacanya pelan-pelan..kalo yang
udah bisa baca saya kasih banyak
gak masalah..gitu mas..
Berarti selain kedekatan atau
ketertarikan tadi kayak ibu
bilang, perlakuan dan kurikulum
juga beda ya Bu? iya mas..ada lagi
NR berpendapat bahwa banyak
hal yang dapat membedakan
SLB dengan sekolah formal,
bukan hanya dari sisi kedekatan
dengan anak. Akan tetapi, juga
dari cara memperlakukan anak,
peraturan yang ada, kurikulum
yang diterapkan, serta sarana
dan prasarana yang membuat
guru selalu menjadi kreatif
setiap harinya untuk
memecahkan permasalahan
unik yang terjadi di SLB.
NR membuat kelas yang
diampunya berbeda dengan
kelas lain agar anak-anak dan
banyak hal yang dapat
membedakan SLB
dengan sekolah formal,
bukan hanya dari sisi
kedekatan dengan anak,
tetapi juga dari cara
memperlakukan anak,
peraturan, kurikulum,
serta sarana dan
prasarana yang
membuat guru selalu
menjadi kreatif setiap
harinya untuk
memecahkan
permasalahan
Menempelkan hasil
1379)
Kurikulum di SLB
berbeda dengan sekolah
formal (1384-1385)
ABK tidak bisa
diperlakukan sama
dengan anak normal
(1385-1387)
Varian penentu
kemampuan ABK
berbeda-beda dan lebih
banyak dibandingkan
anak normal (1394-
1400)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
1406
1407
1408
1409
1410
1411
1412
1413
1414
1415
1416
1417
1418
1419
1420
1421
1422
1423
1424
1425
1426
1427
1428
1429
1430
1431
1432
1433
gak menurut Ibu yang dapat
membedakan sekolah normal
dengan SLB?
Sarana dan prasarana juga beda
mas..kalau di sekolah normal semua
kan kebanyakan lengkap ya
mas…sedangkan, kalo di sini kan
gimana guru yang kreatif membuat
bahan pembelajaran itu sendiri
mas..misalnya menciptakan suasana
kelas..dimana kita membuat kelas
berbeda dengan kelas lain, banyak
kerajinan anak saya tempel di
dinding..tak buat nyaman
aja..karena itu memang kita yang
menciptakannya mas..lalu, di sini
kan Ibu mengajar ABK dengan
jumlah yang banyak, 9 anak.
Lebih banyak dari yang lain,
sekolah normal juga Ibu cerita
bahwa jumlah anaknya banyak,
bila jumlahnya sama kemudian
Ibu lebih nyaman yang mana?
Kalo saya tetap anak SLB
mas..karena meskipun iya banyak
dari yang lain..tapi saya sudah
nyaman di sini mas..yah..tadi saya
sudah ada kedekatan di sini
dirinya lebih nyaman dari
belajar. Cara yang
digunakannya dengan
menempelkan hasil kerja anak-
anak didiknya di dinding.
Ketika jumlah anak di SLB
sama banyaknya dengan anak
di sekolah formal NR tetap
memilih SLB karena menurut
NR SLB dapat menciptakan hal
unik setiap harinya, sehingga
dirinya lebih kreatif dalam
menghadapi masalah tersebut
NR bercerita bahwa saat
upacara salah satu anak
menggunakan sepatu yang
kerja anak-anak didik
di dinding membuat
suasana menjadi lebih
nyaman karena suasana
nyaman dapat
diciptakan sendiri
SLB dapat
menciptakan hal unik
setiap harinya,
sehingga membuat diri
lebih kreatif dalam
menghadapi masalah.
Sarana dan prasarana di
sekolah normal lebih
lengkap dari SLB (1408-
1411)
Guru harus lebih kreatif
menciptakan suasana
belajar yang nyaman
(1414-1420)
Tetap memilih bekerja di
SLB karena telah merasa
nyaman (1428-1430)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
232
1434
1435
1436
1437
1438
1439
1440
1441
1442
1443
1444
1445
1446
mas…dan menurut saya tiap hari itu
unik mas kalo di SLB..ada aja yang
membuat saya kreatif dan ketawa
karena mereka mas…ohhyaa,
contohnya Bu? contohnya..setiap
hari itu beda misalnya pas
upacara..masa sepatu jebol..di
tenteng pas upacara…hahaha..ada
aja mas pokoknya yang unik dan
lucu…dan akhirnya gak pakai
sepatu..semuanya jadi ketawa..dan
tidak jadi masalah semuanya itu mas
tetap lanjut upacara…yah gak tau
kalau besok apalagi…
bolong, sehingga harus dilepas
saat mengikuti upacara dan hal
tersebut menarik berbeda dari
yang lain
Tiap hari adalah unik
dan membuat diri lebih
kreatif saat berhadapan
dengan ABK di SLB
(1433-1436)
1447
1448
1449
1450
1451
1452
1453
1454
1455
1456
1457
1458
1459
1460
Kemudian, saya tanya lagi ya
Bu..gimana sih cara Ibu membuat
anak-anak itu manut sama Ibu?
Tanya sama mereka
mas…hahaha..yaa..sebenarnya cara
kita mas..kalau saya kan saya gak
pakai marah mas..saya kasih mereka
pengertian…karena sebenarnya
dalam diri mereka juga sebenarnya
kan udah ditanamkan oleh orangtua
mereka kalau anak-anak harus nurut
sama yang lebih tua mas…di
pertama juga pas masuk saya kasih
kesepakatan sama mereka mas..saya
NR membuat anak-anak patuh
kepada dirinya, bukan dengan
cara marah atau emosi, namun
dengan memberikan pengertian
pada anak-anak itu sendiri.
Selain itu, NR beranggapan
bahwa di dalam diri anak-anak
tersebut telah tertanam prinsip
“untuk menghormati orang
yang lebih tua” dengan
pengertian dan prinsip tersebut
Anak-anak akan patuh
bila diberikan
pengertian dan alasan
saat anak tersebut
salah. Selain itu, ada
kepercayaan yang
dipegang bahwa “orang
yang lebih tua harus
dihormati”, sehingga
tidak perlu
menggunakan emosi
Membuat anak
mendengarkan bukan
dengan kemarahan,
namun dengan
pengertian (1450-1454)
Percaya bahwa orangtua
telah menanamkan
ajaran “rasa hormat”
untuk orang yang lebih
tua kepada anak-anaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
1461
1462
1463
1464
1465
1466
1467
1468
1469
1470
1471
1472
1473
1474
gak mau mereka gak nyaman
kan..saya kasih kesepakatan yang
mau masuk di kelas saya ya harus
tertib….makanya mereka tertib
mas..saya bolehkan main hp tapi ada
peraturannya kalau sudah selesai
mengerjakan tugas..gitu
mas..kadang-kadang mereka gak
manut itu kan juga karena gurunya
langsung marah saja…padahal kita
perlu kasih mereka perhatian dan
pengertian tentang salahnya
mereka..gak boleh asal marah..jadi
kita gak dianggap anak nyebai mas..
NR tidak perlu repot untuk
marah saat anak-anak
melakukan kesalahan karena
anak-anak tersebut akan
menuruti dirinya. Hal ini juga
membuat diri NR tidak dilihat
menyebalkan oleh anak yang
diajarinya.
saat menghadapi
kesalahan anak-anak,
hal tersebut juga
membantu agar tidak
terlihat adanya perilaku
yang menyebalkan
dalam diri seorang
guru.
(1455-1458)
membuat kesepakatan
agar anak-anak lebih
tertib saat di kelas
(1459-1468)
sikap manut dan kesan
baik akan muncul saat
ada pengertian dan
perhatian dalam setiap
pengajaran, bukan
dengan kemarahan
(1469-1474)
1475
1476
1477
1478
1479
1480
1481
1482
1483
1484
1485
1486
1487
1488
Kemudian, saya nanya mengenai
cerita Ibu yang “nerimo” apasih
tips dari Ibu untuk bisa seperti
itu?
Yah..mungkin karena saya sudah
cukup ditempa dengan masalah
mas..misalnya permasalahan anak di
sini kan sudah cukup banyak
mas..ntah itu karena karakter
mereka, atau cara mengajari
mereka, terus bagaimana saya harus
menyelesaikan permasalahan
tersebut..kemudian saya juga sering
bertanya sama orang lain untuk
NR merasa bahwa dirinya telah
ditempat oleh permasalahan,
sehingga dirinya memahami
sesuatu bahwa sesuatu yang
telah terjadi tidak perlu
dipermasalahkan lagi.
Paham mengenai
“nerimo” berarti paham
sesuatu yang telah
terjadi tidak perlu
dipermasalahkan lagi.
Saat dihadapkan pada
masalah harus menerima
dan mencari
penyelesaian masalah
tersebut (1479-1488)
Meminta pandangan dari
orang lain tentang
permasalahan yang
terjadi (1487-1489)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
234
1489
1490
1491
1492
1493
mencari pandangan..endingnya juga
ya nerimo..untuk apa yang sudah
terjadi, dipermasalahkan mas…
Baik Bu, itu dulu ya Bu yang saya
tanyakan terima kasih Bu.
Memiliki pandangan
bahwa yang telah terjadi
cukup diterima (1490-
1491)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
Lampiran 12. Cluster of Meaning Informan 1 (NR)
A. Hidup dengan panggilan hati untuk mengajar
1. Motivasi awal untuk melayani SLB
a. Berniat mengikuti teladan Ibu sebagai pengajar di SLB
1) Ada keinginan menjadi pengajar di SLB seperti Ibu
2) Kagum dengan sosok Ibu
3) Adanya perasaan tertarik dan terinsipirasi oleh pengalaman dan sosok Ibu
2. Motivasi yang menjadi alasan untuk tetap mengabdi
a. Rasa kepeduliaan
1) Sebelum ada alat komunikasi sering berkorban untuk mengantar ABK pulang
2) adanya keinginan untuk rela bekorban membuat ABK belajar
3) Merasa ABK butuh perhatian lebih
4) Merasa iba pada orangtua murid yang berjuang untuk menyekolahkan
anaknya
b. Rasa prihatin kepada ABK dan SLB
1) Prihatin ketika melihat anak dalam keadaan yang tidak bersemangat saat
masuk ke kelas
2) prihatin akan banyaknya pandangan negatif terhadap ABK
3) prihatin, sehingga menggerakan hati untuk tertarik dan senang pada ABK
4) Merasa prihatin terhadap jumlah guru yang tidak sesuai dengan jumlah
murid
5) Adanya rasa prihatin dengan SLB yang masih perlu perbaikan fasilitas dan
sistem manajemen
c. Keterikatan emosi terhadap ABK dan SLB
1) muncul perasaan senang saat bertemu ABK
2) merasa bahwa ada kedekatan dengan anak yang diajar
3) merasa nyaman dengan SLB karena setiap pengalaman yang berlangsung
dirasa menyenangkan
4) merasa diri adalah orangtua kedua bagi ABK
5) memiliki pandangan bahwa ABK seperti anak sendiri yang tidak perlu
dibedakan
6) adanya perasaan kasih sayang yang timbal balik dirasakan oleh informan
antar guru dan murid
7) kedekatan dan keterikatan membuat rasa nyaman mengajar di SLB
dibanding sekolah formal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
8) SLB seperti rumah kedua yang mampu memberikan perasaan kasih sayang
9) Merasa nyaman dengan anak di SLB
d. Keyakinan akan pentingnya suatu bakti kepada Tuhan
1) Bekerja di SLB bukan hanya mengajar, tapi juga ibadah
2) Menganggap doa anak-anak SLB membawa kelancaran terhadap segala hal
yang dilakukan
3) Memiliki kepercayaan bahwa kekuatan doa dapat mengembalikan semangat
saat terpuruk
4) Menganggap bahwa ABK juga makhluk ciptaan Tuhan yang tidak perlu
dibedakan
B. Hidup menjadi sarana kreativitas
1. Tantangan yang di hadapi
a. Rintangan yang berasal dari individu anak
1) Karakter, kondisi, dan kemampuan anak yang bervariasi menjadi kendala
dalam mengajar
2) Kondisi karakteristik gangguan pada anak yang berbeda satu sama lain,
menjadi kesulitan tersendiri
3) Variasi penentu kemampuan yang ada pada diri tiap ABK berbeda dan
beragam
4) Ada anak yang takut dan rendah diri dengan temannya, sehingga tidak
terjalin kerjasama yang baik
b. Rintangan dalam penerapan metode
1) Harus mempraktikkan sesuatu yang tidak selalu ada dalam teori
2) guru harus mampu melatih anak tunadaksa untuk melemaskan otot-ototnya
3) guru harus mengajari kontrol emosi pada anak tunalaras
4) guru harus mampu membangun konsentrasi atau fokus pada anak autis
5) guru perlu menguasai metode mengajar yang berbeda agar dapat
menghadapi ABK
6) guru SLB dituntut mempu mengajar dengan fasilitas yang ada, meskipun
kurang lengkap
7) bila tidak memiliki kedekatan, sulit untuk mengajari ABK
c. Rintangan akibat kurangnya sarana, pengajar, dan keaktifan orang tua
1) Tingkat perhatian dan keaktifan dari orangtua yang kurang baik dapat
memengaruhi kondisi anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
2) Merasa terganggu saat murid yang diajar terlalu banyak
3) Merasa tidak nyaman ketika teman sering izin dan menitipkan anaknya
4) Merasa kurangnya tenaga kerja
5) Jumlah peralatan atau fasilitas penunjang pembelajaran bagi anak
berkebutuhan khusus kurang lengkap
6) Kurangnya respon dari pemerintah untuk membantu menambahkan fasilitas
penunjang
2. Cara mengatasi tantangan
a. Mencari bantuan dari lingkungan
1) Bertanya pada guru lain agar mendapat pandangan lain
2) Berusaha berkomunikasi dengan guru-guru lain, agar lebih mengawasi anak
muridnya
3) berusaha melibatkan orangtua murid pada proses pembelajaran
4) mengajak anak yang lebih mampu menguasai pelajaran untuk membantu
temannya yang masih kurang mampu
b. Melakukan pemberdayaan diri
1) Guru harus mampu menguasai metode pembelajaran orientasi mobilitas
untuk membantu anak tunanetra mengatasi masalahnya dalam mengenali
lingkungan
2) Guru perlu menguasai metode bina komunikasi bunyi dan irama guna
membantu anak tunarungu dalam mendengar getaran
3) Metode bina diri dapat membantu anak tunagrahita untuk lebih
mengembangkan dirinya
4) Mengembangkan sarana yang ada guna mengatasi kekurangan peralatan bina
diri atau akses jalan bagi anak tuna daksa
c. Meningkatkan pemahaman dan kedekatan pribadi dengan ABK
1) Memahami keunikan tiap ABK dengan berbaur bersama mereka
2) Mendekatkan diri dengan membiarkan anak-anak mencurahkan isi hatinya
3) Menggunakan ranah empati dan berusaha memahami alasan mengapa anak-
anak di SLB kadang melakukan kesalahan
4) Melakukan pendekatan dengan mengenal apa yang disenangi dan tidak
disenangi oleh anak
5) Memahami karakteristik gangguan pada anak dapat membantu guru
menerapkan metode yang sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
6) Kelekatan hati serta membangun membangun kepercayaan membuat anak
mudah dikondisikan
d. Latihan pembelajaran dari pengalaman sebelumnya
1) Mengabdi sebagai guru SLB ketika masih kuliah
2) Pindah dari SLB sebelumnya, karena ditempatkan oleh pemerintah
3) Memiliki pengalaman membantu teman di sekolah formal
4) SLB tidak dapat disamakan dengan sekolah formal yang harus patuh pada
peraturan
5) ABK tidak bisa diperlakukan sama dengan anak normal
C. Hidup adalah penghayatan terhadap proses
1. Perasaan yang muncul selama proses mengajar
a. Perasaan suka yang diperoleh melalui proses mengajar
1) Menganggap kerja di SLB adalah refreshing
2) Merasa bekerja di SLB dapat menghilangkan penat di rumah
3) SLB dipandang positif karena menghasilkan kejadian unik setiap harinya
4) SLB mampu membangkitkan kreativitas guru
5) Bahagia saat ABK yang diajar menjadi lebih baik
6) Merasa bahagia ketika melihat anak berhasil menjadi lebih baik
7) Adanya rasa lelah saat mengajar, namun ketika anak berhasil muncul
perasaan senang dan semangat
8) Kesabaran, kreativitas, ibadah, serta pengetahuan merupakan hasil yang
didapat ketika mengajar di SLB
9) Perasaan senang muncul karena ada rasa syukur, semangat saat bertemu
ABK
10) Tiap hari unik membuat guru menjadi lebih kreatif
b. Perasaan duka yang dirasakan selama proses mengajar
1) Sedih ketika tidak mampu membuat ABK yang diajar menjadi lebih baik
2) Sedih ketika ABK tidak semangat saat belajar
3) Sedih ketika anak-anak malah asik main sendiri saat guru menjelaskan
4) Sakit hati ketika salah satu rekan sesama guru SLB beranggapan jelek pada
anak yang diajar tanpa memahami alasan anak
5) perasaan sedih muncul ketika fasilitas yang dibutuhkan anak untuk belajar
masih kurang lengkap dan kurang baik
2. Refleksi yang didapat selama proses mengajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
239
a. Pentingnya target dalam sebuah rencana
1) Guru mesti memiliki target-target tertentu dalam mengajar agar memiliki
tujuan
2) Memiliki kepercayaan bahwa dalam perjalanan hidup harus ada rencana
b. Segala sesuatu harus dilalui dengan usaha
1) Punya kepercayaan untuk berusaha semampunya tanpa memerdulikan hasil
2) Memiliki kepercayaan bahwa hasil tidak akan menipu proses
3) Memiliki pandangan bahwa hidup butuh proses dan tahapan karena tidak ada
yang instan
4) Perlu adanya proses memahami alasan orang lain melakukan suatu tindakan
5) Memiliki keyakinan bahwa hidup butuh proses
6) Dalam setiap proses ada kesulitan tersendiri yang dihadapi
7) Berpandangan bahwa setiap anak memiliki proses sendiri ketika
mempelajari sesuatu
8) Pekerjaan yang awalnya dirasa berat, namun ketika menjalaninya tiap hari
tidak lagi dirasa berat
c. Kenyamanan hati dipengaruhi oleh respon terhadap kondisi
1) Masalah dalam pertemanan sebagai guru SLB adalah hal manusiawi
2) Adanya perasaan campur aduk dalam hati karena SLB memunculkan rasa
senang dan sedih
3) Merasa bahwa semua hal yang dilakukan di SLB telah berjalan dengan baik
4) Hidup penuh makna dipandang sebagai hidup yang bermanfaat untuk diri
sendiri dan orang lain
5) Adanya empati untuk lebih peka dan memahami alasan orang lain
melakukan suatu tindakan
6) Perasaan nyaman dan tidak nyaman adalah relatif, pribadi sendiri yang
membentuknya
7) Tidak perlu menggunakan emosi saat marah karena membuat suasana bisa
menjadi lebih buruk
D. Hidup merupakan sebuah penerimaan diri dan kondisi
1. Interaksi yang terjadi dalam diri selama menghadapi kondisi hidup
a. Optimis menjalani segala kondisi yang datang
1) Memiliki prinsip “lakoni” atau menjalani apapun
2) Menganggap bahwa semua yang dilakukan adalah kewajiban sebagai guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
240
3) Harus siap dengan segala kondisi
4) Belajar menerima dan menjalani setiap kondisi dalam hidup
5) Menerima tambahan anak dan tetap mengajari mereka tanpa mengeluh
6) Berusaha optimis dan menerima setiap kesulitan yang terjadi
7) Informan berusaha untuk tetap enjoy, meskipun keadaan sedang tidak
nyaman
8) Gaji dianggap tidak menjadi suatu masalah
b. Menghadapi kondisi sulit dengan perjuangan
1) Mencari solusi dan tetap berjuang dengan segala kemampuan ketika
menemui kesulitan
2) Memiliki kepercayaan bahwa kekuatan doa mengembalikan semangat
menghadapi keterpurukan
3) Berusaha menyikapi setiap keadaan buruk dengan tegar
4) Menerima kendala yang dialami dan mencari solusi untuk menyelesaikannya
5) Menerima perasaan tidak nyaman dan berusaha menutupinya di depan anak-
anak
6) Berusaha tetap fokus mengajar, meski dalam keadaan hati yang tidak
nyaman
7) Saat kondisi di lapangan tidak sesuai dengan rencana, seorang guru harus
mampu memahami dan mencari solusi mengatasinya
8) Berusaha untuk tetap seimbang dan tidak terbawa suasana hati
9) Menyikapi rasa kecewa dengan memberikan pengertian pada orang lain atau
menerima kondisi tanpa rasa marah
10) Menyikapi rasa sakit dengan menunjukkan perubahan ke arah yang lebih
baik
2. Merasakan bahwa hidup merupakan sebuah keindahan
a. Rasa syukur dan menikmati kehidupan yang dijalani
1) Tidak masalah melihat teman yang lebih sukses
2) Sangat bersyukur dengan kehidupan yang dijalani
3) Menikmati kehidupan yang dimiliki dan merasa senang dengan semua
dinamikanya
4) Yang terpenting adalah menikmati kehidupan dan tenang bersama keluarga
5) Tidak terbebani oleh kehidupan dan menikmati setiap perjalanan hidup
6) Mendapatkan kesadaran bahwa hidup perlu disyukuri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
241
7) Tidak memiliki harapan menjadi yang terbaik hanya ingin menjalani hidup
apa adanya
E. Membangun hidup dari dukungan sosial
1. Membangun keyakinan dari dukungan sosial
a. Bentuk dukungan dari keluarga, orangtua murid, serta teman sesama guru
1) Hubungan guru dengan orangtua murid dirasa baik
2) Alat komunikasi membantu orangtua murid dengan guru untuk berdiskusi
tentang anak
3) Percaya bahwa orangtua telah menanamkan ajaran “rasa hormat” untuk
orang yang lebih tua kepada anak-anaknya
4) Keluarga tidak masalah dan bersikap baik menanggapi pekerjaan guru SLB
5) Keluarga mendukung pekerjaan guru SLB
6) Mempunyai relasi baik dengan sesama guru dan segala dinamikanya
7) SLB adalah tempat untuk menemukan teman dan saudara yang sama-sama
bekerja sebagai ABK
8) Merasa teman dan lingkungan sekitar mendukung pekerjaan, sehingga tidak
ada keinginan untuk pindah
9) Merasa senang bertemu dengan teman yang lebih sukses karena dapat belajar
2. Pentingnya dukungan dalam membangun semangat
a. Peran positif dari dukungan sosial
1) Dukungan dapat menjadi motivasi dan semangat
2) Dukungan dari keluarga dapat menjadi kerja sama yang membantu saat
dibutuhkan
b. Dampak negatif jika tidak mendapat dukungan sosial
1) konsentrasi bekerja akan terganggu dan membuat pekerjaan tidak maksimal,
bila keluarga kurang menyetujui pekerjaan guru SLB
2) Sedih dan kecewa, bila seandainya keluarga kurang mendukung pekerjaan
yang dilakukan seperti menjadi seorang guru SLB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI