Download - Permen Jelly
PERMEN JELLY
Bahan :
1. 2 bungkus agar-agar Nutrijell
2. 1 bungkus agar-agar wallet
3. ½ kg gula pasir
4. 3 gelas air putih
Cara pembuatan
1. Tuangkan jadi satu semua bahan-bahan yang sudah disediakan, lalu masak dengan api
sedang
2. Setelah mendidih, tuangkan kedalam loyang untuk didinginkan
3. Setelah dingin potong kecil-kecil agar-agar yang sudah di dinginkan tadi
4. Susun potongan agar-agar di wadah yang lebar
5. Kemudian, jemur selama kurang lebih 2 minggu agar gula yang terkandung di dalam
agar-agar mengkristal.
6. Setelah kurang lebih 2 minggu, permen jelly siap untuk dihidangkan.
BAHAYA JAJANAN ANAK-ANAK
Banyak orangtua zaman sekarang yang sering memberikan makanan berjenis instan atau
siap saji yang mudah didapatkan di supermarket atau toko-toko kelontong di sekitar rumah
kepada buah hatinya. Entah karena faktor kesibukan atau hal lain yang membuat orangtua tak
bisa menyediakan makanan olahan sendiri, sebenarnya pemilihan makanan instan tak baik
bagi kesehatan si kecil
Jajanan anak sekolah yang mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan anak sekolah yang
mengkonsumsinya yakni es doger, bakwan, kerupuk merah dan mie goreng.
Pangan jajanan anak sekolah yang tidak sehat dan tidak berkualitas mengakibatkan timbulnya
resiko bagi kesehatan dan memiliki dampak negatif jangka panjang bagi generasi muda
bangsa.
Bukan kali pertama kalau diberitakan jajanan anak sekolah (dan orang dewasa) tidak
menyehatkan. Bahaya makanan jajanan sekolah dan makanan umum lainnya bisa muncul
untuk jangka pendek, bisa juga pada jangka panjang.
Jangka pendek, terjadi keracunan makanan sebab tercemar mikroorganisme, parasit, atau
bahan racun kimiawi (pestisida). Muntah dan diare sehabis mengonsumsi jajanan paling
sering ditemukan.
1. Bahaya jangka panjang jajanan yang tidak menyehatkan apabila bahan tambahan
dalam makanan-minuman bersifat pemantik kanker, selain kemungkinan gangguan
kesehatan lainnya.
Kita menyaksikan hampir semua kalangan di Indonesia, baik anak sekolah, orang
kantoran di kota besar, apalagi yang di pedesaan, rata-rata sudah tercemar oleh
beragam bahan kimiawi berbahaya dalam makanan, kudapan, atau penganan jajanan
mereka.
2. Mengandung Zat Warna Tekstil
Sebagai contoh adalah saus tomat. Tidak sedikit saus tomat yang beredar terbuat dari
ubi, cuka, dan zat warna tekstil (rhodomin-B). Zat warna tekstil inilah yang
diperkirakan berpotensi menimbulkan keluhan tersebut. Tidak hanya sekadar pusing
belaka yang ditakutkan, melainkan juga bahaya jangka panjangnya. Zat warna tekstil
jenis itu bersifat pemantik munculnya kanker bila dikonsumsi rutin untuk waktu yang
sama.
Kita menyaksikan yang ada di meja makan warung nasi, penjual bakmi bakso, dan
kantin sekolah, kemungkinan besar jenis saus tomat semacam itu. Kalau tidak, kenapa
harganya bisa rendah sekali? Kecurigaan harus muncul bila ada saus tomat semurah
itu.
Bukan cuma dalam saut tomat, zat warna tekstil rhodomin-B juga konon pernah
ditemukan dalam lipstik dan pemerah pipi, selain bahan pewarna panganan dan
jajanan, termasuk mungkin dalam sirup murah.
Sirup dan limun murah di jajanan sekolah ini yang membuat kita prihatin. Generasi
anak sekolah (pinggiran, dari ekonomi kurang mampu) kita tengah memanggul risiko
terkena kanker saat dewasa, selain bahaya infeksi perut dadakan.
3. Bahaya Cacing
Melihat kondisi seperti ini, semakin murah-meriah suatu jajanan, boleh disimpulkan
semakin besar berisiko membahayakan kesehatan. Bahaya jangka panjang yang lain
juga muncul bila jajanan sampai tercemar cacing.
Kebanyakan sayur mayur mentah (pernah diselidiki) di supermarket mengandung
telur cacing perut karena konon sebelum dibawa ke kota, dibersihkan memakai air
selokan di gunung. Air selokan umumnya sudah tercemar tinja berpenyakit (penderita
penyakit cacing perut). Telur cacing juga dapat pula dibawa oleh jemari penjaja
makanan (gado-gado, rujak, buah dingin, karedok, ketoprak) bila penjaja makanan
(food handle) mengidap penyakit cacing. Sehabis penjaja makanan buang air besar
dan tidak membasuh tangan dulu tetapi langsung menyajikan makanan, telur cacing di
kuku jemarinya akan mencemari makanan jajanannya. Di sela-sela kuku jemari
tangan telur cacing mengendon dan pindah ke makanan jajanan. Cacing kremi, cacing
tambang, cacing gelang, cacing cambuk, jenis-jenis cacing yang lazim ditularkan dari
makanan jajanan.
Sering pengidap cacing tidak merasakan keluhan apa-apa, termasuk orang gedongan
dan pekerja kantoran. Biasanya baru kedapatan cacingan kalau iseng melakukan
pemeriksaan laboratorium tinja. Tahu-tahu ada telur cacingnya.
Pada anak sekolah, cacingan bisa berakibat kekurangan darah (anemia). Baru-baru ini
diberitakan bahwa lebih separuh anak sekolah dasar (sampel sebuah yayasan LSM)
menderita anemia. Besar kemungkinan, selain sanitasi yang buruk, penyebabnya
bersumber dari jajanan harian yang tercemar cacing perut.
4. Bahan-Bahan Berbahaya
Pada intinya adalah sudah saatnya kita selaku orang tua maupun orang dewasa
hendaknya berhati-hati apabila kita atau anak kita jajan di luar. Tentunya kita tidak
ingin apabila kita apalagi anak kita mengidap penyakit kanker atau cacingan bukan?
Sebagai tambahan wawasan, berikut ini beberapa bahan-bahan berbahaya yang sering
digunakan oleh penjual jajanan yang tidak bertanggung jawab. Semoga dengan
mengetahui jenis dan bahayanya, kita lebih berhati-hati di kemudian hari.
a. Gula bibit/Pemanis buatan
Selain pewarna, jajanan kaki lima yang memang buat kantong ekonomi lemah,
dengan harga yang lebih terjangkau, tak mungkin sepenuhnya menggunakan gula
asli (gula pasir maupun gula merah), melainkan memilih gula bibit. Kita tahu gula
bibit tidak semuanya aman bagi kesehatan. Sebut saja gula sakarin dan aspartam,
yang jauh lebih murah dibanding gula asli. Bisa dipastikan jenis gula bibit murah
begini, yang sudah dilarang digunakan, masih saja dipakai oleh rata-rata pembuat
makanan dan minuman rumahan.
Limun, sirup, saus dan kecap murah, hampir pasti mencamprukan gula bibit, kalau
bukan seluruhnya bahan kimiawi berbahaya ini. Pemanis buatan lain tentu ada
yang lebih aman, dari daun stevia, misalnya. Namun, karena harganya tidak
terjangkau untuk membuat kudapan murah, pedagang memilih gula buatan yang
lebih murah.Belakangan pemanis buatan aspartam juga gencar dilarang, lantaran
efek buruknya, antara lain diduga terhadap otak. Namun, masih banyak jajanan
dan penganan, selain industri makanan yang menggunakan aspartam.
b. Penyedap
Perhatikan bagaimana tukang bakso pinggir jalan menambahkan bumbu penyedap
(sodium gluamic). Dahulu, untuk menuangkan bumbu penyedap (disebut mecin,
vetsin) memakai sendok khusus terbuar dari kayu dengan penampang seujung
kelingking.
Maksudnya paling banyak disedok pun, takarannya hanya seujung kelingking itu.
Tidak demikian hal sekarang, rata-rata dituang langsung dari kantong plastik
kemasan atau memakai sendok makan. Semakin banyak penyedap dituangkan,
semakin gurih rasa barang jualannya.Dari kacamata ekonomi, akan lebih
menguntungkan bila menuangkan lebih banyak penyedap karena menambah lezat
cita rasa jajanan. Air putih (bukan kaldu) yang dibubuhi penyedap banyak-banyak
dengan cara murah dan mudah menjadi sangat menyerupai kuah kaldu yang harus
tinggi modalnya. Apa bahaya mengkonsumsi penyedap banyak-banyak?
Ya, bila dikonsumsi rutin untuk jangka waktu lama, penyedap buruk efeknya
terhadap susunan saraf pusat, selain efek alergi bagi yang tidak tahan (post
resntaurant syndrome), juga pusing-pusing sehabis makan di restoran (akibat
penyedap).
Bagi mereka yang ingin aman, selain minta tidak pakai penyedap bila memeasan
makanan restoran, masakan di rumah sendiri sama sekali bebas penyedap buatan.
Rasa gurih sehatnya cukup hanya mengandalkan bahan alami, seperti rasa kaldu
ayam, sapi atau ikan belaka. tanpa perlu menambahkan bumbu penyedap buatan.
c. Formalin
Kita juga mengenal bahan formalin. Selain digunakan buat pengawet mayat agar
tidak lekas membusuk, formalin juga masuk ke indsutri makanan (rumahan).
Bukan baru sekarang kita mendengar atau mungkin membaca kalau formalin juga
masuk industri pembuatan tahu. Agar awet tidak lekas rusak (basi), industri tahu
(murah) juga memanfaatkan formalin, agar tidak sampai merugi. Tahu yang
berformalin dijajakan di mana-mana. Padahal, formalin juga tidak menyehatkan.
Masalahnya, bagaimana mengontrol begitu banyak dan luasnya industri rumahan
tahu di Indonesia? Formalin juga dimanfaatkan untuk proses pembuatan ikan asin.
Penjualan ikan asin di suatu daerah, baru-baru ini diberitakan menurun akibat
kedapatan pembuatannya memakai formalin agar lebih awet.
Selain formalin kita juga membaca atau mendengar pembuatan bakso
mencampurkan bahan kimiawi boraks juga, selain beberapa jenis bahan kimiawi
yang sudah terbukti membahayakan kesehatan, masih lolos tak terkontrol.
Betapa longgarnya kendali terhadap pemakaian bahan-bahan berbahaya karena
memang tidak mudah rentang kendali untuk ribuan industri makanan dan
minuman rumahan, termasuk jamu rumahan.
Kalau dikonsumsi rutin untuk jangka waktu lama, tentu sama tidak sehatnya dengan
bahan karsinogenik lainnya. Termasuk jika kita melakukannya juga di rumah sendiri.
Dengan membuat sendiri jajanan anak, dapat dipastikan itu aman untuk kesehatan
anak. Jajanan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, apalagi permen yang
sekarang banyak dipertanyakan kelayakannya untuk dikonsumsi anak-anak.