Download - Perencanaan Pemeriksaan (Compiled)
PERENCANAAN PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
DAFTAR ISI
P a g e | 2
BAB I
GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
A. Pengertian Pemeriksaan Keuangan Negara
Pengertian pemeriksaaan keuangan negara tidak bisa di pisahkan dari pengertian
pemeriksaan itu sendiri, sehingga pembahasan pengertian ini di mulai dengan pengertian
pemeriksaan. Secara umum pengertian pemeriksaan adalah proses perbandingan antara kondisi
dan kriteria. Kondisi yang dimaksud disini adalah kenyataan yang ada atau keadaan yang
sebenarnya yang melekat pada objek yang diperiksa. Sedangkan kriteria adalah tolak ukur,
yaitu hal yang seharusnya terjadi atau hal yang seharusnya melekat pada objek yang diperiksa.
banyak pendapat tentang pengertian pemeriksaan dari para ahli. Definisi pemeriksaan menurut
Mulyadi (2002) adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, serta pencapaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Kemudian Arens (2003) mendefinisikan auditing sebagai proses pengumpulan dan
pengawasan bahan bukti tentang informasi yang dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi
yang dilakukan seorang yang kompeten dan independent untuk dapat menentukan dan
melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria – kriteria yang telah di
tetapkan.
Boynton et.al (2002) mendefinisikan pemeriksaan (auditing) sebagai suatu proses
sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi
kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-
asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-
hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Di dalam Undang-Undang Nomor 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara definisi pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah,
analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan
standar pemeriksaan untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pengertian tersebut
pada intinya menjelaskan empat hal yakni proses pemeriksaan, karakteristik pemeriksaan,
tujuan pemeriksaan, dan objek pemeriksaan.
P a g e | 3
B. Ruang Lingkup Pemeriksaan Keuangan Negara
Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara
dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Menurut undang-undang, pengelolaan
keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai
dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pertanggungjawaban.
Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara ini diwujudkan dengan
penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-
prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah
diterima secara umum. Sedangkan yang dimaksud dengan tanggung jawab keuangan negara
adalah kewajiban pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Jadi pengertian pengelolaan keuangan negara
lebih ke arah proses manajemen, mulai dari tahap perencanaan hingga tahap
pertanggungjawaban. Sedangkan tanggung jawab keuangan negara menitikberatkan pada
kewajiban melaksanakan sesuai dengan aturan dan rambu-rambu yang ada. Sehingga
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara merupakan pemeriksaan
terhadap proses pengelolaan keuangan negara serta pemeriksaan terhadap pelaksanaan
kewajiban pemenuhan aturan terkait pengelolaan keuangan negara.
Selain itu juga dapat diketahui bahwa dimensi pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan negara ada dua yakni:
a. bukan dinilai sekadar dari laporan akhir yang disampaikan, namun sejak awal proses
perancangan, pembahasan, dan pengesahan, serta pelaksanaan, dan
b. bukan sekadar dari sisi formalitas prosedur, melainkan secara substantif juga harus
memenuhi unsur pertanggungjawaban.
Lebih lanjut pengelolaan keuangan negara dapat diartikan sebagai pengelolaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Sehingga yang diperiksa adalah pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Proses pertanggungjawabannya
diatur di dalam pasal 30 dan 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 yang secara ringkas dapat dinyatakan sebagai berikut:
a. Presiden menyampaikan Rancangan Undang-Undang Pertanggungjawaban Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada Dewan Perwakilan Rakyat setelah
P a g e | 4
diperiksa Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya enam bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
b. Gubernur/Bupati/Walikota menyiapkan Raperda Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
c. Dengan diterimanya pertanggungjawaban tersebut di forum Dewan Perwakilan
Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, maka dianggap secara hukum dan politik
terpenuhi, atau dapat dinyatakan sudah bertanggungjawab.
Pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara mencakup seluruh
unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara meliputi:
1. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang dan melakukan
pinjaman
2. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara
dan membayar tagihan pihak ketiga
3. Penerimaan Negara
4. Pengeluaran Negara
5. Penerimaan Daerah
6. Pengeluaran Daerah
7. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapatdinilai dengan uang
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah.
8. Kekayaan lain yang dikuasai pemerintah dengan rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan/atau kepentingan umum.
9. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.
C. Kewenangan Pemeriksa BPK
BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap pemeriksaan, yakni
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan. Kebebasan dalam tahap
perencanaan mencakup kebebasan dalam menentukan obyek yang akan diperiksa, kecuali
pemeriksaan yang obyeknya telah diatur tersendiri dalam undang-undang, atau pemeriksaan
berdasarkan permintaan khusus dari lembaga perwakilan. Untuk mewujudkan perencanaan
yang komprehensif, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern
pemerintah, memperhatikan masukan dari pihak lembaga perwakilan, serta informasi dari
P a g e | 5
berbagai pihak. Sementara itu kebebasan dalam penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan antara
lain meliputi kebebasan dalam penentuan waktu pelaksanaan dan metode pemeriksaan,
termasuk metode pemeriksaan yang bersifat investigatif. Selain itu, kemandirian BPK dalam
pemeriksaan keuangan negara mencakup ketersediaan sumber daya manusia, anggaran, dan
sarana pendukung lainnya yang memadai. BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Dengan demikian, luas pemeriksaan yang
akan dilakukan dapat disesuaikan dan difokuskan pada bidang-bidang yang secara potensial
berdampak pada kewajaran laporan keuangan serta tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan
keuangan negara. Untuk itu, aparat pengawasan intern pemerintah wajib menyampaikan hasil
pemeriksaannya kepada BPK.
BPK diberi kewenangan untuk mendapatkan data, dokumen, dan keterangan dari pihak
yang diperiksa, kesempatan untuk memeriksa secara fisik setiap aset yang berada dalam
pengurusan pejabat instansi yang diperiksa, termasuk melakukan penyegelan untuk
mengamankan uang, barang, dan/atau okumen pengelolaan keuangan negara pada saat
pemeriksaan berlangsung.
D. Tahapan Pemeriksaan Keuangan
Metodologi pemeriksaan keuangan meliputi tiga tahapan pemeriksaan, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan yang terdiri dari 22 langkah.
Kinerja yang digunakan untuk menilai keberhasilan pemeriksaan keuangan adalah SPKN, PMP,
dan Harapan Penugasan. Selain itu, kegiatan supervisi dan pengendalian mutu dilakukan
terhadap seluruh tahapan pemeriksaan keuangan. Secara ringkas, metodologi pemeriksaan
sebagai berikut:
P a g e | 6
Langkah perencanaan pemeriksaan meliputi 10 langkah kegiatan, yaitu: (1) Pemahaman
Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan, (2) Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa, (3)
Pemahaman atas Entitas, (4) Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sebelumnya, (5)
Pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern, (6) Pemahaman dan Penilaian Risiko, (7)
Penetapan Materialitas Awal dan Kesalahan Tertolerir, (8) Penentuan Metode Uji Petik, (9)
Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal, dan (10) Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program
Kegiatan Perseorangan.
Langkah pelaksanaan pemeriksaan meliputi tujuh langkah kegiatan, yaitu: (1)
Pelaksanaan Pengujian Analitis Terinci, (2) Pengujian Sistem Pengendalian Intern, (3) Pengujian
Substantif Atas Transaksi & Saldo Akun, (4) Penyelesaian Penugasan, (5) Penyusunan Konsep
Temuan Pemeriksaan, (6) Perolehan Tanggapan Resmi & Tertulis, dan (7) Penyampaian Temuan
Pemeriksaan.
Langkah pelaksanaan pemeriksaan meliputi lima langkah kegiatan, yaitu: (1)
Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan, (2) Penyampaian Konsep Laporan Hasil
Pemeriksaan Kepada Pejabat Entitas Yang Berwenang, (3) Pembahasan Konsep Laporan Hasil
Pemeriksaan Dengan Pejabat Entitas Yang Berwenang, (4) Perolehan Surat Representasi, dan (5)
Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan.
P a g e | 7
BAB II
PERENCANAAN PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
Sesuai dengan SPKN, pemeriksaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Perencanaan
pemeriksaan dilakukan untuk mempersiapkan program pemeriksaan yang akan digunakan sebagai
dasar bagi pelaksanaan pemeriksaan sehingga pemeriksaan dapat beijalan secara efisien dan efektif.
Data yang diperlukan dalam penyusunan perencanaan diperoleh dari database entitas, Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) tahun-tahun sebelumnya, atau pun dari berbagi sumber informasi lain.
Tahap perencanaan terdiri dari: (1) Pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan
pemeriksaan, (2) Pemenuhan kebutuhan pemeriksa, (3) Pemahaman atas entitas, (4) Pemantauan
tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya, (5) Pemahaman Atas Sistem Pengendalian Internal
(SPI), (6) Pemahaman dan Penilaian Resiko, (7) Penetapan Materialitas Awal dan Kesalahan
Toleransi, (8) Penentuan metode uji petik, (9) Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal, dan (10)
Penyusunan Program pemeriksaan dan Program Kegiatan Perseorangan
A. Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan
Pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan dilakukan untuk mengetahui
hasil akhir dan sasaran pemeriksaan yang diharapkan pemberi tugas serta mengetahui kriteria
pengukuran kinerja penugasan. Pemahaman tersebut dilakukan dengan melakukan komunikasi
dengan pemberi tugas oleh pemeriksa dengan memperhatikan input-input sebagai berikut:
1. Laporan hasil pemeriksaan tahun sebelumnya;
2. Laporan hasil pemantauan tindak lanjut;
3. Survei pendahuluan atas entitas atau objek yang baru pertama kali diperiksa;
4. Database entitas;
5. Hasil komunikasi dengan pemeriksa sebelumnya.
Tujuan pemeriksaan keuangan adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai
(reasonable assurance) apakah Laporan Keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua hal
yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis
akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dengan
memperhatikan:
1. Kesesuaian Laporan Keuangan dengan Standar Akuntansi;
2. Kecukupan pengungkapan;
3. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;
4. Efektivitas sistem pengendalian intern.
P a g e | 8
Dalam rangka pencapaian tujuan pemeriksaan tersebut, pemberi tugas mempunyai
harapan-harapan penugasan (expectation). Pemeriksa harus memperoleh harapan penugasan
secara tertulis dari pemberi tugas. Hal ini untuk menghindari harapan-harapan yang tidak dapat
dipenuhi oleh pemeriksa. Harapan dari pemberi tugas tersebut harus didokumentasikan.
Dokumentasi atas harapan penugasan menjadi salah satu dasar dalam penyusunan program
pemeriksaan dan penentuan kebutuhan pemeriksaan.
Langkah-langkah pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan meliputi:
1. Pembahasan dan pengomunikasian dengan pemberi tugas. Pemeriksa bersama-sama
dengan pemberi tugas membangun pemahaman yang jelas mengenai ketiga faktor penting
tersebut yang dapat dijadikan dasar dalam mendefinisikan, memprioritaskan, dan mengukur
kinerja pemeriksa dalam pelaksanaan penugasan
2. Pengajuan tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan dilakukan oleh pemeriksa dengan
membuat penilaian (pengkajian awal) atas entitas dan memutakhirkan pengetahuan
mengenai lingkup kerja entitas. Pemeriksa juga mempertimbangkan hasil pemeriksaan tahun
lalu, catatan pertemuan-pertemuan sebelumnya, dan diskusidiskusi dengan entitas.
Pertimbangan awal mengenai informasi tersebut memungkinkan pemeriksa untuk
mempersiapkan pembicaraan dengan pemberi tugas dan menentukan area yang ingin
ditelaah lebih dalam. Penilaian awal ini juga dapat digunakan untuk mempertimbangkan
pemeriksa yang akan berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.
3. Penetapan tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan. Tujuan pemeriksaan dan harapan
penugasan yang telah dirumuskan didokumentasikan secara tertulis dan ditandatangani oleh
ketua tim, pengendali teknis, penanggung jawab, dan pemberi tugas
Pemeriksa harus menyadari bahwa harapan yang tidak realistis atau harapan di luar
kemampuan pemeriksa yang ada dapat berakibat tidak tercapainya tujuan penugasan. Untuk
harapan yang realistis namun di luar kemampuan pemeriksa (misal: jadwal yang ketat, aturan
baru yang harus direviu tetapi belum ada anggota tim yang ahli tentang aturan tersebut, dan
sebagainya.), pemeriksa harus bekerja sama dengan pemberi tugas untuk membuat suatu
rencana pencapaian harapan tersebut selama periode waktu yang disepakati.
Selama pemeriksaan, pemeriksa selalu memantau pencapaian tujuan pemeriksaan dan
harapan penugasan dengan target pelaksanaan yang disepakati dalam formulir pencapaian
tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan.
Dokumentasi hasil langkah pemahaman atas tujuan pemeriksaan dan harapan
penugasan merupakan suatu rangkuman mengenai pengidentifikasian tujuan pemeriksaan dan
harapan penugasan pemeriksa dengan pemberi tugas dan rencana untuk melakukan
P a g e | 9
pemeriksaan. Dokumentasi tersebut berupa formulir tujuan pemeriksaan dan harapan
penugasan.
B. Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa
Berdasarkan langkah pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan maka
dilanjutkan dengan langkah pemenuhan kebutuhan pemeriksa. Langkah ini dilakukan dengan
tujuan:
1. menyusun tim pemeriksa dengan komposisi keahlian yang sesuai dengan kebutuhan
penugasan;
2. memberi tahu anggota tim pemeriksa mengenai penugasan yang akan dilakukan, yang
meliputi tujuan pemeriksaan, lingkup pemeriksaan, harapan pemberi tugas, ukuran kinerja
pemeriksaan); dan
3. membagi tugas pemeriksaan sesuai keahlian masing-masing dan mendapatkan komitmen
dari anggota pemeriksa akan peran mereka dalam penyelesaian tugas dan memenuhi
harapan pemberi tugas agar dapat dilaksanakan pemeriksaan yang efektif dan efisien.
Input yang diperlukan dalam langkah pemenuhan kebutuhan pemeriksa ini adalah :
1. Kertas kerja pemeriksaan sebelumnya, apabila pemeriksaan merupakan pemeriksaan tahun
kedua dan selanjutnya terutama tentang hal-hal spesifik yang cukup signifikan yang harus
diperiksa (misalnya, perpajakan, teknologi informasi entitas).
2. Formulir Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan.
SPKN mengatur bahwa pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional
yang memadai untuk melaksanakan pemeriksaan, memenuhi persyaratan pendidikan
berkelanjutan, dan memenuhi persyaratan kemampuan/keahlian pemeriksa. SPKN juga
mengatur bahwa dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi
pemeriksa, dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan
pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensi.
Selain itu, pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan keuangan harus memenuhi
kualifikasi tambahan, yaitu memiliki keahlian di bidang akuntansi dan pemeriksaan, memahami
prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa, dan
sebaiknya memiliki sertifikasi keahlian. Khusus bagi pemeriksa yang berperan sebagai
penanggung jawab pemeriksaan keuangan, ia harus memiliki sertifikasi keahlian yang diakui
secara profesional.
Berdasarkan hal di atas maka dalam rangka pemeriksaan keuangan dapat ditentukan
kebutuhan kualifikasi pemeriksa sebagai berikut.
P a g e | 10
1. Tim pemeriksa secara kolektif harus memiliki pemahaman yang cukup atas standar akuntansi
dan pengetahuan yang memadai atas pemeriksaan keuangan
2. Di dalam tim pemeriksa, paling tidak satu orang memiliki register akuntan.
3. Ketua tim harus memiliki pengalaman yang memadai paling tidak satu kali melakukan
pemeriksaan keuangan. Apabila entitas yang diperiksa cukup besar lingkup dan sasarannya,
maka ketua tim dapat dibantu dengan beberapa ketua subtim yang telah memiliki kualifikasi
yang sama dengan ketua tim.
4. Pengendali teknis harus memiliki pengetahuan dan pengalaman pemeriksaan terkait dengan
pemeriksaan keuangan dan atau pernah menjadi ketua tim pemeriksa paling tidak satu kali
dan atau menduduki jabatan struktural dan atau menduduki jabatan fungsional paling tidak
ketua tim senior.
5. Penanggung jawab pemeriksaan keuangan adalah pemeriksa yang memiliki register akuntan
dan memiliki pengalaman yang memadai melakukan pemeriksaan keuangan atau memiliki
jabatan struktural/fungsional. Apabila entitas yang diperiksa cukup besar lingkup dan
sasarannya, maka penanggung jawab dapat dibantu oleh wakil penanggung jawab yang telah
memiliki kualifikasi yang sama dengan penanggung jawab.
6. Dalam hal laporan keuangan yang disusun dengan menggunakan sistem yang
terkomputerisasi, maka paling tidak satu orang dalam tim pemeriksa memiliki pengetahuan
dan keahlian di bidang teknologi informasi (TI) dan/atau pemeriksaan TI.
Langkah-langkah dalam melakukan pemenuhan kebutuhan pemeriksa, antara lain :
1. Mengidentifikasi peran dan kebutuhan penugasan dari pemahaman atas tujuan dan harapan
penugasan yang telah ditetapkan, pemeriksa mengidentifikasi peran-peran yang diperlukan
dalam tim pemeriksa. Langkah-langkah tersebut berupa:
a. mengidentifikasi peran;
b. mempertimbangkan keahlian yang dibutuhkan; dan
c. mengomunikasikan tugas
2. Mendistribusikan penugasan kepada pemeriksa
Dalam pertemuan yang membicarakan pengenalan penugasan, penanggung jawab
menginformasikan kepada tim pemeriksa yang akan melaksanakan pemeriksaan tentang
kebutuhan dan harapan penugasan, kriteria pengukuran nilai, hasil pemeriksaan/penyelesaian
penugasan yang diharapkan dan telah disetujui bersama pemberi tugas. Hal ini membantu
seluruh tim untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai entitas, dan untuk
mendapatkan keyakinan bahwa masingmasing anggota tim memahami peran yang akan
dimainkannya dalam pelaksanaan pemeriksaan.
P a g e | 11
Apabila penugasan merupakan pemeriksaan berkala, maka dalam pertemuan tersebut
dapat didiskusikan hal-hal tentang tercapai atau tidak tercapai harapan pemberi tugas pada
penugasan sebelumnya. Dalam pertemuan tersebut juga dibahas mengenai bagaimana tim
dapat merespon kebutuhan dan harapan pemberi tugas yang belum tercapai. Pemeriksa
mempertimbangkan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan
tersebut.
Dokumentasi dalam tahap pemenuhan kebutuhan pemeriksa ini dapat berupa risalah
pembahasan dan konsep surat tugas persiapan pemeriksaan.
C. Pemahaman Atas Entitas
Langkah pemahaman atas entitas bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih dalam mengenai proses kerja secara umum dan risiko terkait dari tiap proses kerja spesifik
entitas yang diperiksa, dan untuk mengidenfikasikan dan memahami hal-hal penting yang harus
dipenuhi oleh entitas dalam mencapai tujuan.
Input yang diperlukan dalam tahap ini, antara lain sebagai berikut:
1. Kertas kerja hasil pemeriksaan sebelumnya, apabila pemeriksaan merupakan pemeriksaan
tahun kedua dan selanjutnya, terutama tentang informasi umum yang telah dikumpulkan
pada tahun lalu mengenai entitas yang diperiksa untuk memastikan apakah informasi umum
itu masih berlaku atau harus dimutakhirkan.
2. Formulir tujuan dan harapan penugasan.
3. Komunikasi dengan pemeriksa terdahulu.
4. Peraturan perundang-undangan yang secara signifikan berpengaruh terhadap entitas.
5. Hasil survei pendahuluan apabila entitas pertama kali diperiksa.
6. Laporan hasil pengawasan intern.
7. Database entitas.
8. Informasi lain yang relevan dari lembaga sumber, seperti pengumuman di media, kutipan
situs internet, dan lain-lain.
Langkah-langkah dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan pemahaman yang mutakhir mengenai pengaruh lingkungan terhadap entitas
2. Memperoleh pengetahuan mengenai pengaruh stakeholders utama terhadap entitas.
3. Memahami tujuan dan sasaran entitas dan pengembangan strategi usaha untuk
mencapainya.
4. Mengidentifikasi faktor sukses yang penting (critical success factors) bagi pencapaian tujuan
entitas.
P a g e | 12
5. Mengidentifikasi dan mendapatkan gambaran umum proses kerja entitas.
6. Mengidentifikasi proses kerja kritikal entitas
7. Memahami bagaimana manajemen mengendalikan proses kerja kritikalnya untuk mencapai
faktor sukses kritikal entitas.
Lingkungan entitas dapat memberikan indikasi yang penting terhadap adanya potensi
risiko salah saji laporan keuangan. Pemeriksa dapat mengidentifikasi dan mempertimbangkan
risiko tersebut melalui pemahaman atas kegiatan/operasi utama entitas serta lingkungan yang
mempengaruhi kegiatan/operasi tersebut. Faktor lingkungan yang berpengaruh atas entitas
tersebut adalah peraturan perundangundangan, organisasi, pengelolaan sistem keuangan,
praktik-praktik akuntansi dan kewajiban pelaporan keuangan, sosial, ekonomi, dan
pertimbangan politik. Untuk entitas korporasi, faktor seperti pasar modal, pesaing, pelanggan,
para pemasok, dan kekuatan pasar dapat berpengaruh pada kegiatan/operasi entitas.
Tim persiapan pemeriksa dapat memperoleh pengetahuan mengenai lingkungan kerja
entitas dari berbagai sumber, di antaranya:
pengalaman sebelumnya dengan entitas dan industri/lingkup kerjanya;
diskusi dengan pegawai dan manajemen/pimpinan entitas;
survei pendahuluan apabila entitas pertama kali diperiksa;
peraturan perundang-undangan yang secara signifikan dapat mempengaruhi entitas;
laporan satuan pengawas intern;
database entitas;
publikasi mengenai organisasi yang berhubungan dengan industri/lingkup kerja entitas;
dan
entitas, lokasi, dan fasilitas entitas yang diperiksa.
Tim persiapan pemeriksa harus mengetahui adanya potensi risiko ketidakwajaran
laporan keuangan dan risiko lingkup kerja entitas, serta mempertimbangkan pengaruh
stakeholder terhadap entitas. Pengaruh stakeholder dapat mempengaruhi entitas dalam
merumuskan tujuan, sasaran dan strategi.
Manajemen menetapkan tujuan suatu bisnis/lingkup kerjanya untuk memenuhi
kebutuhan stakeholders dan harapannya sendiri. Tujuan bisa bervariasi dan sulit untuk dihitung.
Untuk mengefektifkan, entitas menjabarkan tujuan entitas ke dalam satu perangkat sasaran
hasil yang spesifik, terukur, dan dapat dicapai dalam suatu periode waktu yang realistis. Contoh:
Meningkatkan pendapatan negara/daerah.
Melayani publik dengan sigap dan tanggap.
Memberikan dividen dan mencapai hasil operasi yang ditargetkan oleh investor.
P a g e | 13
Meningkatkan nilai kepada pemegang sahamnya.
Menghasilkan produk atau layanan yang bermutu.
Mengembangkan hubungan yang produktif dengan para penyalurnya.
Menyediakan suatu jaminan dan memberi penghargaan kepada karyawan, dan
manajemen.
Memperoleh penghargaan dari masyarakat tempat entitas itu beroperasi.
Mengidentifikasi faktor sukses yang penting (critical success factors) bagi pencapaian
tujuan entitas. Tujuan entitas dicapai melalui suatu strategi tertentu yang memiliki faktor-faktor
sukses yang penting. Pemeriksa harus dapat mengidentifikasi faktor sukses yang penting
tersebut untuk memfokuskan pemeriksaan.
Mengidentifikasi dan mendapatkan gambaran umum proses kerja entitas dilakukan
dengan memahami bagaimana lingkup kerja/bisnis entitas diatur, dikelola, dan dikendalikan.
Pemeriksa dapat meningkatkan pemahaman terhadap lingkup kerja/bisnis entitas dengan cara
memandangnya dari sudut yang sama dengan sudut pandang manajemen. Hal ini juga
meningkatkan pemahaman terhadap sasaran, tujuan, strategi, dan faktor isu-isu yang kritikal
(critical issues factors). Sudut pandang dari tingkat manajemen senior ke bawah (top-down)
membantu pemeriksa memahami pengaturan dan proses entitas serta bagaimana hal-hal
tersebut mempengaruhi risiko kerja dan laporan keuangan. Hal ini dapat membantu pemeriksa
dalam mengembangkan pendekatan pemeriksaan yang lebih efektif dan efisien.
Pengidentifikasi proses kerja kritikal entitas berdasarkan pemahaman pemeriksa
terhadap lingkup kerja entitas dan penilaian profesional. Sebuah proses dianggap penting jika
tujuan dan/atau outputnya secara langsung berhubungan dengan pencapaian faktor sukses. Di
lain pihak, sebuah proses tidak akan dinilai sebagai sebuah “proses kerja kritikal” jika tujuan
proses tersebut tidak secara langsung berhubungan dengan pencapaian faktor sukses. Pada
saat mengidentifikasi proses kerja kritikal, pemeriksa juga mengidentifikasi dan memahami
lingkungan pendukung TI dan aplikasi bisnis yang berpengaruh terhadap proses kerja kritikal.
Pemeriksa harus memahami pengendalian proses kerja kritikal dalam rangka mencapai
faktor sukses kritikal. Pemahaman tersebut merupakan salah satu faktor utama dalam
memahami risiko kerja entitas. Memahami proses kerja kritikal adalah penting pada saat
mempertimbangkan bagaimana dan apakah risiko lingkup kerja dapat mengarah kepada
kesalahan material dalam laporan keuangan tahun berjalan, serta pada saat
mempertimbangkan kelangsungan jangka panjang entitas (going concern), yang dapat
mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan.
P a g e | 14
Untuk memahami pengendalian tersebut, pemeriksa mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut.
a. Pelaporan keuangan, sistem atau pengelolaan operasi, dan kepatuhan proses
(implementasinya);
b. Konsistensi tujuan pengendalian dengan pencapaian faktor sukses kritikal entitas;
c. Efektivitas pengendalian proses-proses tersebut yang berhubungan dengan pelaporan
keuangan, operasi dan tujuan; dan
d. Pandangan manajemen mengenai kekuatan dan risiko proses tersebut.
Pemeriksa juga mengidentifikasi setiap perubahan yang dibuat dalam waktu dekat atau
yang diantisipasi, yang berhubungan dengan SDM dan teknologi yang terlibat dalam proses
kerja kritikal. Pemeriksa dapat memperoleh beberapa informasi tersebut saat mendapatkan
pemahaman umum atas proses kerja entitas.
Pendokumentasian pemeriksa mengenai lingkungan lingkup kerja entitas dapat
meliputi: catatan, sebuah ringkasan mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
(SWOT), atau bukti-bukti sejenis.
Pendokumentasian pemeriksa mencakup pula pemahaman pemeriksa mengenai
sasaran tujuan, strategi, faktor sukses kritikal utama, lingkungan entitas, atau pengaruh
stakeholders utama terhadap tindakan pimpinan/manajemen entitas. Pemeriksa
mendokumentasikan hal-hal tersebut yang mempunyai dampak signifikan terhadap lingkup
kerja entitas dan risiko laporan keuangan, serta bagaimana pemahaman pemeriksa akan hal-hal
tersebut dapat mempengaruhi penilaian risiko secara gabungan (combined risk assessment)
atas risiko inheren dan risiko pengendalian, serta strategi pemeriksaan.
D. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sebelumnya
Tujuan dari tahap ini adalah :
1. mengidentifikasi tindak lanjut saran/rekomendasi BPK;
2. menilai pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi BPK, apakah telah sesuai dengan
rekomendasi tersebut atau tidak; dan
3. mengidentifikasi dampaknya pada pelaporan keuangan yang diperiksa.
Input yang diperlukan dalam tahap ini adalah:
1. Kertas kerja hasil pemeriksaan sebelumnya (untuk pemeriksaan tahun berkala di tahun
kedua atau berikutnya);
2. Surat tugas/keterangan atau rencana tindak lanjut (action plari) dari pejabat entitas atau
database entitas;
P a g e | 15
3. Laporan perkembangan tindak lanjut hasil pemeriksaan tahun sebelumnya dari entitas;
4. Formulir Pemantauan Tindak Lanjut; dan
5. Hasil pemahaman umum atas entitas.
Tindak lanjut pemeriksaan tahun sebelumnya harus diarahkan untuk mendukung upaya
melaksanakan rekomendasi perbaikan dan bukan untuk menemukan ketiadaan aksi
pelaksanaan rekomendasi tersebut. Pemeriksa juga harus fokus pada koreksi kelemahan
pengendalian, ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau hal
lain yang sebelumnya ditemukan.
Langkah pemantauan tindak lanjut di dalam petunjuk pelaksanaan ini terkait dengan
pelaksanaan pemeriksaan keuangan dan tidak mengatur proses tindak lanjut. Proses tindak
lanjut tetap mengacu pada Panduan Manajemen Pemeriksaan.
Pemantauan tindak lanjut pemeriksaan tahun lalu dapat dilakukan antara lain sebagai
berikut.
1. Memantau kegiatan pelaksanaan rekomendasi entitas, misalnya, melalui laporan-laporan
pelaksanaan rekomendasi yang diberikan entitas kepada pemeriksa,
2. Melakukan reviu yang lebih terperinci dengan entitas, misalnya, dengan melakukan diskusi
atau pertemuan (Rapat Pra Pembahasan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan) dengan entitas
untuk membahas pelaksanaan rekomendasi; dan
3. Sebuah pemeriksaan tindak lanjut yang dapat berupa pelaksanaan pemeriksaan lapangan.
Pelaksanaan tindak lanjut mungkin dapat pula mengindikasikan adanya risiko lain yang
masih harus diperhatikan dalam pemeriksaan tahun berjalan. Pemeriksa harus menyadari akan
kemungkinan ini terhadap risiko pemeriksaan yang dilakukan.
Kekurangan dan perbaikan yang diidentifikasikan dalam proses tindak lanjut harus
dilaporkan. Pelaporan tindak lanjut dapat berdiri sendiri atau dikompilasikan dengan hasil
pemeriksaan tahun berjalan (sebagai temuan pemeriksaan). Dokumentasi pemantauan tindak
lanjut dimuat dalam Formulir Pemantauan Tindak Lanjut. Rekomendasi signifikan atas hasil
pemeriksaan tahun-tahun sebelumnya yang tidak atau belum seluruhnya ditindaklanjuti harus
menjadi bahan pertimbangan atas pemeriksaan tahun berjalan.
E. Pemahaman Atas Sistem Pengendalian Internal (SPI)
Tujuan tahap ini adalah untuk mengkaji pengendalian intern yang diterapkan oleh
entitas dalam menjalankan kegiatannya secara efektif dan efisien serta mengkaji kemungkinan
terjadinya kesalahan dan kecurangan (misstatement andfraud) Input yang diperlukan dalam
tahap ini adalah sebagai berikut:
P a g e | 16
1) Kertas kerja hasil pemeriksaan tahun sebelumnya (jika kali ini merupakan pemeriksaan
tahun kedua dan selanjutnya) terutama tentang catatan mengenai pengendalian internal di
tingkat entitas dan hal-hal yang mungkin sekali terjadi kecurangan.
2) Hasil penelaahan umum atas entitas.
3) Pembagian peran pemeriksa (yang mungkin memasukkan spesialis pengungkap
kecurangan/fraud examiner sebelumnya).
4) Diskusi dengan pimpinan/manajemen entitas atau komite audit entitas.
5) Diskusi dengan personil satuan kerja pengawas intern dan membaca laporan hasil
pemeriksaan intern.
6) Peraturan perundang-undangan yang secara signifikan berpengaruh terhadap entitas.
7) Hasil penindaklanjutan pemeriksaan tahun sebelumnya
Seluruh pengkajian pemeriksa mengenai pengendalian internal di tingkat entitas dan
risiko adanya kecurangan harus didokumentasikan. Tim dapat mengembangkan suatu kerangka
kerja (template) yang membantu pendefinisian pengendalian internal dan risiko kecurangan.
Tim juga diharapkan mendokumentasikan pemahaman mengenai pengendalian intern dengan
pendekatan COSO (lima komponen SPI), risiko-risiko kecurangan terutama risiko yang belum
sepenuhnya dimitigasi (telah diantisipasi) oleh pengendalian yang ada (termasuk rencana
prosedur pemeriksaan atas risiko ini), dan pemahaman pemeriksa mengenai pengendalian
umum TI.
F. Pemahaman dan Penilaian Resiko
Tujuan tahap ini adalah melakukan pengkajian atas penilaian risiko-risiko pemeriksaan
agar dapat disusun prosedur pemeriksaan yang dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan
yang efektif dan efisien.
Input yang diperlukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut.
1) Kertas kerja hasil pemeriksaan sebelumnya (jika kali ini merupakan pemeriksaan tahun
kedua dan selanjutnya) terutama mengenai penilaian risiko secara gabungan.
2) Hasil penelaahan umum atas entitas.
3) Diskusi dengan pimpinan/manajemen entitas atau komite audit entitas.
4) Diskusi dengan personil satuan kerja pemeriksa intern dan meninjau ulang laporan
pemeriksaan intern.
5) Hasil pengujian pengendalian
Prosedur penilaian risiko dilakukan untuk setiap saldo akun atau kelompok akun atau
pos keuangan yang signifikan. Penilaian awal tentang risiko ini kemudian dihadapkan untuk
P a g e | 17
setiap asersi laporan keuangan. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan adalah sebagai
berikut.
1) Memperoleh pemahaman tentang risiko terjadinya kesalahan penyajian laporan keuangan
(risk of misstatement in financial statement)
a) Penilaian risiko inheren.
b) Penilaian risiko pengendalian
c) Mempertimbangkan pengaruh risiko teijadinya fraud 'kecurangan' pada saat penilaian
risiko inheren dan pengendalian
2) Menentukan tingkat risiko prosedur analitis (analytical procedure risk) yang sesuai.
3) Merencanakan pengujian mendetail (test of details) untuk membatasi risiko pemeriksaan
pada tingkat yang rendah, Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur pemeriksaan untuk
mendapat bukti pemeriksaan selanjutnya. Penentuan sifat, saat dan luas dari prosedur
pemeriksaan dapat didasarkan pada interpretasi risiko deteksi yang diperoleh dari formula
risiko pemeriksaan.
G. Penetapan Materialitas Awal dan Kesalahan Toleransi
1) Pengertian Materialitas
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau
salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau
mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi
tersebut.
Definisi materialitas tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan
memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik pertimbangan
kuantitatif maupun kualitatif.
Keadaan yang melingkupi yang harus dipertimbangkan pemeriksa dalam menetapkan
materialitas di antaranya adalah sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang
diperiksa. Sebagai contoh, suatu jumlah yang material bagi laporan keuangan suatu entitas
mungkin tidak material bagi laporan keuangan entitas lain dengan ukuran dan sifat yang
berbeda. Begitu juga, jumlah yang material bagi laporan keuangan entitas tertentu
kemungkinan berubah dari satu periode ke periode yang lain.
Pertimbangan kuantitatif dalam menetapkan materialitas biasanya disajikan dalam bentuk
persentase atau angka tertentu yang ditetapkan pada tahap awal. Angka tersebut menjadi
pedoman untuk menetapkan apakah suatu salah saji yang ditemukan dalam pemeriksaan
P a g e | 18
merupakan salah saji yang material. Jumlah salah saji di bawah angka tersebut tanpa
dilakukannya pengamatan lebih lanjut dapat dinyatakan tidak material.
Pertimbangan kualitatif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam hal tanggapan
pemeriksa terhadap salah saji yang terdeteksi. Umumnya, kekeliruan pada suatu akun yang
tidak mempengaruhi akun-akun lainnya dalam laporan keuangan (kekeliruan yang
terisolasi), yang tidak material dalam pengolahan data akuntansi atau penerapan prinsip
akuntansi dianggap tidak signifikan terhadap pemeriksaan. Sebaliknya, bila pemeriksa
mendeteksi adanya kecurangan, pemeriksa harus mempertimbangkan pengaruh (implikasi)
integritas manajemen atau karyawan dan kemungkinan dampaknya terhadap aspek
pemeriksaan. Misalnya, suatu pembayaran yang melanggar hukum yang jumlahnya tidak
material dapat menjadi material, jika kemungkinan besar hal tersebut dapat menimbulkan
kewajiban bersyarat yang material atau hilangnya pendapatan yang material.
2) Jenis Materialitas
Pertimbangan pemeriksa tentang materialitas merupakan pertimbangan yang bersifat
profesional dan dipengaruhi oleh persepsi yang wajar tentang keandalan dan kepercayaan
atas laporan keuangan yang diperiksa. Materialitas mengandung unsur subjektivitas
tergantung pada sudut pandang, waktu, dan kondisi pihak yang berkepentingan. Namun,
penilaian subjektivitas yang sama dari banyak pihak dapat mengarah pada suatu
objektivitas.
Konsep materialitas dapat dikelompokkan menjadi :
a. Materialitas Kuantitatif; materialitas yang menggunakan ukuran kuantitatif tertentu
seperti nilai uang, jumlah waktu, frekuensi maupun jumlah unit.
b. Materialitas Kualitatif; materialitas yang menggunakan ukuran kualitatif yang lebih
ditentukan pada pertimbangan profesional. Pertimbangan profesional tersebut
didasarkan pada cara pandang, pengetahuan, dan pengalaman pada situasi dan
kondisi tertentu.
Dalam menentukan materialitas, tidak terdapat kriteria yang baku, tetapi ada faktor yang
harus dipertimbangkan pemeriksa dalam menentukan materialitas, yaitu :
a. tingkat kepentingan para pihak terkait terhadap objek yang diperiksa, misalnya pada
objek laporan keuangan pemerintah, pengguna laporan keuangan memiliki
kepentingan yang tinggi terhadap masalah legalitas dan ketaatan pada ketentuan yang
berlaku.
b. batasan materialitas untuk penugasan pemeriksaan, misalnya batasan materialitas
pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat cenderung konservatif karena
P a g e | 19
sektor publik lebih mementingkan pengujian terhadap legalitas, ketaatan terhadap
ketentuan yang berlaku.
3) Materialitas dan TE
Dalam pemeriksaan laporan keuangan, pemeriksa perlu menetapkan:
a. ‘Planning Materiality’ (materialitas awal), yaitu materialitas untuk tingkat keseluruhan
laporan keuangan.
b. ‘Tolerable Error/TE’ (tingkat kesalahan yang tertoleransi), yaitu materialitas terkait
kelas-kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan
Materialitas pada tingkat keseluruhan laporan keuangan merupakan salah saji agregat
minimum dalam laporan keuangan yang dianggap dapat menyebabkan laporan keuangan
tersebut tidak dapat disajikan dengan wajar.
Materialitas pada tingkat akun (TE) merupakan salah saji minimum pada saldo akun yang
dapat menyebabkan akun tersebut dianggap mengandung salah saji material.
4) Teknik Menentukan Batas Materialitas
Penetapan materialitas awal meliputi lima tahapan kegiatan:
1. Penentuan Dasar Penetapan Materialitas;
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pemeriksa adalah menentukan dasar
penetapan materialitas. Dasar penetapan materialitas yang dapat digunakan oleh
pemeriksa di antaranya adalah nilai laba bersih sebelum pajak, total aset, ekuitas,
total penerimaan, atau total belanja/biaya.
Dalam memutuskan nilai yang akan dijadikan dasar, pemeriksa sebaiknya
mempertimbangkan:
a. karakteristik (sifat, besar dan tugas pokok) dan lingkungan entitas yang
diperiksa;
b. area dalam laporan keuangan yang akan lebih diperhatikan oleh pengguna
laporan keuangan;
c. kestabilan atau keandalan nilai yang akan dijadikan dasar.
Dasar penetapan materialitas yang dapat digunakan oleh pemeriksa adalah sebagai
berikut:
a. total penerimaan atau total belanja, untuk entitas nirlaba;
b. laba sebelum pajak atau pendapatan, untuk entitas yang bertujuan mencari
laba; dan
c. nilai aset bersih atau ekuitas, untuk entitas yang berbasis aset.
P a g e | 20
Mengenai angka mana yang harus diambil, apakah angka tahun lalu, tahun berjalan,
atau angka ekspektasi, tergantung pertimbangan reliabilitas atau keakuratan data.
Praktik yang umum adalah dengan mengambil angka tahun lalu, kemudian
disesuaikan dengan inflasi atau perkiraan anggaran. Cara lain adalah dengan
mengambil angka aktual pada saat perencanaan, kemudian diiekstrapolasi ke dalam
sejumlah periode.
Misalnya, Departemen Kesehatan mengemban tugas untuk meningkatkan kesehatan
di seluruh Indonesia sering melakukan proyek penelitian dan pengembangan
mengenai masalah-masalah kesehatan dan mendirikan fasilitas fasilitas layanan
kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya yang dibiayai oleh
pemerintah. Nilai total belanja pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Departemen
tersebut cukup tinggi, dan pengguna laporan keuangan diperkirakan akan tertarik
untuk mengetahui penggunaan dana dari pemerintah tersebut. Oleh karena itu,
dasar penetapan materialitas yang paling sesuai untuk pemeriksaan laporan
keuangan departemen ini adalah total belanja.
2. Penentuan tingkat materialitas;
Setelah menentukan dasar penetapan, pemeriksa harus mempertimbangkan tingkat
yang akan digunakan dalam menghitung materialitas awal.
Tingkat materialitas dapat ditetapkan sebagai berikut:
a. untuk entitas nirlaba: 0,5% sampai dengan 5% dari total penerimaan atau total
belanja;
b. untuk entitas yang bertujuan mencari laba: 5% sampai dengan 10% dari laba
sebelum pajak atau 0,5% sampai dengan 1% dari total penjualan/pendapatan;
dan
c. untuk entitas yang berbasis aset: 1% dari ekuitas atau 0,5% sampai 1% dari total
aktiva.
Pedoman umum penerapan tingkat materialitas adalah sebagai berikut:
a. 0,5% dari belanja atau pendapatan digunakan pada entitas nirlaba pada saat
pemeriksaan yang baru pertama kali dilakukan atau pada kondisi Sistem
Pengendalian Intern (SPI) entitas yang belum memadai. Pemeriksa dapat
berangsur-angsur meningkatkan tingkat materialitas yang akan digunakannya
pada pemeriksaan-pemeriksaan selanjutnya sampai dengan tingkat
meaterialitas 5% dari total belanja atau pendapatan.
P a g e | 21
b. 5% sampai 10% dari laba sebelum pajak. Tingkat materialitas 10% digunakan
pada perusahaan nonpublik dan anak perusahaannya dan 5% digunakan pada
perusahaan publik.
c. 0,5% sampai 1% dari penjualan, apabila sebuah perusahaan telah beroperasi
pada atau mendekati titik impas dan keuntungan atau kerugian bersih
berfluktuasi dari tahun ke tahun.
d. 1% dari ekuitas pada saat hasil dari operasi sangat rendah yang menyebabkan
likuiditas sebagai perhatian utama, atau pada saat pengguna laporan keuangan
lebih memfokuskan perhatian pada ekuitas dari pada hasil dari operasi.
e. 0,5% sampai 1% dari total aktiva pada saat ekuitas mengalami penurunan pada
titik paling rendah.
Kepada pemeriksa dianjurkan untuk menggunakan tingkat materialitas yang paling
rendah (paling konservatif) pada pemeriksaan atas laporan keuangan entitas yang
baru kali pertama diperiksa. Selain itu, tingkat materialitas yang konservatif juga
harus digunakan pada pemeriksaan atas laporan keuangan entitas-entitas yang
mempunyai risiko pemeriksaan tinggi atau belum mempunyai sistem pengendalian
intern yang memadai.
3. Penetapan Nilai Materialitas Awal;
Nilai Materialitas Awal (PM) merupakan nilai materialitas awal untuk tingkat laporan
keuangan secara keseluruhan. Nilai materialitas awal yang diperoleh merupakan
besarnya kesalahan yang mempengaruhi pertimbangan pengguna Laporan
Keuangan.
Ilustrasi penetapan nilai materialitas awal adalah sebagai berikut:
Dasar penetapan materialitas : Total Belanja
Tingkat Materialitas : 1%
Nilai Total Belanja pada LK : Rp 12.260.000.
PM : 1% X Rp 12.260.000 = Rp122.600
4. Penetapan Kesalahan Yang Dapat Ditoleransi;
Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi (TE) merupakan alokasi materialitas awal
(PM) pada setiap akun atau kelompok akun. Alokasi materialitas pada setiap akun
dilakukan dengan tujuan untuk menentukan akun/kelompok akun dalam laporan
keuangan yang memerlukan tambahan prosedur pemeriksaan, memastikan adanya
kemungkinan salah saji yang material yang berasal dari penggabungan salah saji
P a g e | 22
yang jumlahnya lebih kecil daripada materialitas awal, dan mempertimbangkan
risiko deteksi.
TE dapat dialokasikan sesuai dengan proporsi besaran nilai setiap akun, atau
pemeriksa dapat menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menilai apakah
ia perlu mengalokasikan TE yang lebih ketat atau cukup longgar untuk akun tertentu
berdasarkan pengalamannya terutama mengenai kecenderungan terjadinya salah
saji pada akun-akun tertentu tersebut. Aturan umum yang sering digunakan adalah
bahwa alokasi pada satu akun tertentu tidak lebih dari 60% dari PM, dan jumlah dari
seluruh TE tidak lebih dari dua kali nilai PM.
Langkah-langkah pengalokasian PM menjadi TE pada akun-akun laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
tentukan nilai PM
hitung total nilai seluruh akun pada laporan keuangan yang akandiperiksa,
kecuali akun-akun yang bersifat residual, seperti SILPA/SIKPA, ekuitas dana, dan
sebagainya.
alokasikan nilai PM pada akun-akun utama dengan menggunakan rumus:
TE = PM * N/T
Dimana:
TE = Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi
PM = Materialitas awal
N = Nilai akun
T = Total nilai akun-akun pada laporan keuangan yang akan diperiksa
5. Pertimbangan atas Penetapan Materialitas Awal
Penetapan materialitas awal (PM) pada tahap perencanaan pemeriksaan sangat
dipengaruhi oleh tingkat risiko pemeriksaan. Besarnya batas materialitas berbanding
terbalik dangan risiko pemeriksaan yang ditetapkan oleh pemeriksa. Pada entitas
yang menurut pertimbangan pemeriksa memiliki risiko pemeriksaan lebih tinggi,
pemeriksa dapat menetapkan batasan materialitas yang lebih rendah daripada
batasan materialitas untuk entitas yang menurut pemeriksa memiliki risiko
pemeriksaan lebih rendah. Langkah-langkah untuk melakukan analisis risiko
pemeriksaan dapat dilihat pada juknis tentang analisis risiko.
Selain itu, PM dan TE pada tahap perencanaan pemeriksaan sangat berpengaruh
terhadap banyaknya bukti pemeriksaan yang harus diperoleh atau ukuran sampel
yang akan diuji. Tingkat materialitas berhubungan terbalik dengan banyak
P a g e | 23
bukti/ukuran sampel. Semakin tinggi tingkat materialitas, semakin sedikit bahan
bukti yang harus diperoleh sehingga semakin sedikit sampel yang harus diambil jika
pemeriksa memutuskan untuk melakukan uji petik.
Hubungan antara materialitas dan risiko pemeriksaan serta banyaknya bukti yang
harus diperoleh disajikan pada tabel berikut:
Sepanjang tahap pelaksanaan, pemeriksa perlu terus menilai kesesuaian tingkat
materialitas yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan tersebut dan
mengubah/memperbaharuinya jika memang diperlukan.
Materialitas awal dapat direvisi pada saat pengambilan kesimpulan pemeriksaan dan
dalam mengevaluasi temuan pemeriksaan dengan alasan adanya:
(1) perubahan ruang lingkup pemeriksaan; dan
(2) informasi tambahan tentang entitas yang diperiksa selama berlangsungnya
pekerjaan lapangan.
Perubahan tersebut harus disetujui oleh penanggung jawab dan dikomunikasikan
secara tertulis kepada pemberi tugas.
Contoh penerapan perubahan materialitas adalah adanya indikasi kecurangan
dengan nilai di bawah materialitas awal. Misalnya, pada saat perencanaan
pemeriksaan, ditetapkan perencanaan awal materialitas sebesar Rp 8 milyar. Sejalan
dengan pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan adanya kecurangan yang
melibatkan manajemen entitas yang diperiksa sebesar Rp 5 milyar, maka dilakukan
penambahan ruang lingkup pemeriksaan (ektensifikasi) dengan menurunkan batas
materialitas menjadi Rp 5 milyar.
Pada tahap pelaporan, materialitas baik pada tingkat laporan keuangan maupun
pada tingkat akun individual sangat berpengaruh pada opini yang akan diberikan
oleh pemeriksa.
P a g e | 24
Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat laporan keuangan secara
keseluruhan lebih kecil daripada PM, salah saji pada tingkat akun masingmasing
tidak lebih besar daripada TE akun tersebut, dan pihak terperiksa tidak bersedia
mengoreksi laporan keuangannya, maka pemeriksa dapat memberikan opini wajar
tanpa pengecualian, kecuali ada pertimbangan kualitatif yang mengharuskan
pemeriksa memberi opini lain.
Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat laporan keuangan secara
keseluruhan lebih besar daripada PM dan pihak terperiksa tidak bersedia mengoreksi
laporan keuangannya, maka pemeriksa harus memberikan pendapat tidak wajar. Jika
total salah saji yang ditemukan pada tingkat akun lebih besar daripada TE akun
tersebut dan pihak terperiksa tidak bersedia mengoreksi laporan keuangannya,
pemeriksa perlu mempertimbangkan untuk memberi opini wajar dengan
pengecualian atas akun tersebut meskipun salah saji pada tingkat laporan keuangan
secara keseluruhan masih di bawah PM, atau jika salah saji pada akun tersebut
menurut pertimbangan pemeriksa mempengaruhi laporan keuangan secara
keseluruhan, pemeriksa dapat memberikan opini tidak wajar.
6. Pertimbangan Kualitatif atas Materialitas
Selain penetapan batas materialitas secara kuantitatif seperti telah diilustrasikan
sebelumnya, pemeriksa juga perlu mempertimbangkan faktor – faktor kualitatif baik
dalam menetapkan materialitas pada tingkat laporan keuangan maupun pada pada
tingkat akun.
Faktor kualitatif yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan tingkat
materialitas pada tingkat laporan keuangan di antaranya adalah pengendalian intern
dan ketidakwajaran laporan keuangan. Adanya salah saji baik disengaja atau tidak
merupakan dampak dari kelemahan pengendalian intern. Pemeriksa juga perlu
menerapkan sikap skeptis yang profesional dalam menentukan apakah suatu salah
saji yang tidak material sebenarnya merupakan praktikpraktik kecurangan dalam
pelaporan keuangan. Pemeriksa harus menetapkan sikap skeptis yang profesional
dalam menentukan apakah manajemen dengan sengaja menyajikan secara salah
beberapa akun tertentu (yang mungkin dilakukan pada angka di bawah batas
materialitas) untuk memanipulasi angka laba. Pemeriksa juga harus menaruh curiga
apabila praktik akuntansi yang dilakukan oleh entitas yang diperiksa tampaknya
bertentangan dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
P a g e | 25
Faktor kualitatif yang harus dipertimbangkan oleh pemeriksa dalam menentukan
tingkat materialitas pada tingkat akun adalah signifikansi kesalahan tersebut
terhadap sebuah entitas yang diperiksa, hubungannya terhadap laporan keuangan
(misalnya, kesalahan tersebut dapat mempengaruhi penyajian banyak hal dalam
laporan keuangan), serta dampak dari kesalahan tersebut terhadap laporan
keuangan.
Dengan kata lain, pemeriksa perlu waspada terhadap suatu salah saji yang secara
kuantitatif mungkin tidak material, tetapi secara kualitatif menjadi material. Sebagai
contoh, tingkat PM untuk pemeriksaan laporan keuangan BUMD adalah Rp15 milyar.
Pada saat pemeriksa melakukan pekerjaan lapangan ditemukan adanya pendapatan
yang kurang dicatat sebesar Rp14 milyar; secara kuantitatif hal ini tidak material.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kekurangcatatan tersebut disebabkan
keinginan manajemen menangguhkan pengakuan pendapatan sebesar Rp14 milyar
ke periode mendatang karena telah tercapainya target pendapatan yang telah
ditetapkan pada periode berjalan. Hal tersebut secara kualitatif menjadi material
karena manajemen dengan sengaja melakukan suatu manipulasi terhadap laporan
keuangan untuk suatu tujuan tertentu.
7. Dokumentasi
Setiap langkah di dalam penetapan tingkat materialitas memerlukan pertimbangan
profesional pemeriksa dan harus direviu dan disetujui oleh pengendali teknis dan
penanggung jawab pemeriksaan. Untuk memudahkan proses reviu, pemeriksa perlu
mendokumentasikan setiap pertimbangan profesional serta cara perhitungan yang
dilakukannya dalam rangka menetapkan tingkat materialitas tersebut.
H. Penentuan metode uji petik
Penetuan uji petik merupakan elemen uji yang diambil oleh pemeriksa untuk
memberikan keyakinan tentang kualitas informasi yang disajikan dan diungkapkan dalam
laporan keuangan. Pemeriksa menentukan metode uji petik berdasarkan pertimbangan
professional. Metode uji petik yang dilakukan dapat menggunakan metode statistic atau
nonstatistik. Penentuan uji petik dengan metode statistikdapat dilakukan dengan attribute
sampling, monetary-unit sampling dan classical variables sampling.
Penentuan uji petik dengan metode nonstatistik ditentukan oleh pertimbangan
profesional pemeriksa dengan memperhatikan, antara lain cakupan dan lingkup pemeriksaan
resiko, dan tingkat materialitad, sistem akuntansi yang diselenggarakan entitas yang diperiksa,
P a g e | 26
serta dengan memperhatikan manfaat (cost and benefit). Penggunaan metode uji petik baik
metode statistic maupun nonstatistik harus didokumentasikan di dalam KKP. Dokumentasi
tersebut antara lain mengungkapkan alasan penggunaan dan gambaran umum metode uji petik
tersebut.
Berikut adalah contoh kertas kerja yang digunakan untuk melakukan uji petik dalam
perencanaan audit :
P a g e | 27
I. Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal
Tujuan dari tahap ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan stratefgi untuk memahami dan mengevaluasi proses-proses signifikan dan;
2. Membuat penilaian pendahuluan resiko secara gabungan.
Input yang diperlukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut.
1. Kertas kerja hasil pemeriksaan sebelumnya (jika kali ini adalah pemeriksaan tahun kedua dan
selanjutnya) terutama tentang hal-hal signifikan dan resiko keuangan entitas.
2. Pembagian peran pemeriksa
P a g e | 28
3. Diskusi dengan karyawan dan manajemen
4. Sumber pengetahunan umum (buku, jurnal, dan lain lain)
5. Hasil penelaahan umum atas entitas
6. Strategi pemeriksaan
7. Hasil penindaklanjutan pemeriksaan tahun sebelumnya
8. Hasil pengkajian sistem pengendalian intern dan risiko adanya kecurangan
9. Hasil pengujian pengendalian
Pemeriksa melakukan analisis keseluruhan atas informasi keuangan dan nonkeuangan
disertai dengan iformasi yang didapatkan dari Tanya jawab dengan manajemen mengenai
kegiatan keuangan dan operasi. Prosedur analitis keseluruhan yang terarah akan membantu
pemeriksa dalam mengidentifikasi area-area yang beresiko rendah. Oleh karena itu, keseluruhan
prosedur analitis dirancang untuk memberikan penjelasan atas perubahan-perubahan yang
terjadi, baik yang sudah diduga sebelumnya maupun tidak terduga, jumlah yang tertera dalam
laporan keuangan, indikator-indikator penyajian, trend laba perusahaan, atau hal-hal yang
berhubungan dengan keuangan.
Keseluruhan prosedur analitis yang dilakukan akan meningkatkan pemahaman pemriksa
atas dampak dari kejadian penting dan kegiatan operasi/kerja entitas, kondisi keuangan, dan
kemampuan keuangan entitas. Pemahaman sert pengetahuan akan bidang usaha atau kegiatan
entitas akan membantu pemeriksa dalam mengembangkan pemahaman atas akun, dan segala
hal yang berhubungan dengan keuangan pada keseluruhan periode pemeriksaan, Pemahaman
ini kana membantu pemeriksa untuk mengidentifikasi transaksi-transaksi yang tidak biasa, dan
untuk menilai kewajaran dari perhitungan saldo akun-akun atau pos-pos keuangan sebelum
melakukan prosedur analitis yang lebih rinci atau prosedur subtantif.
Keseluruhan prosedur analitis ini, apakah dilakukan sepanjang perencanaan atau pada
saat prosedur subtantif, tisak menyediakan estimasi yang wajar mengenai jumlah atas
kesalahan-kesalahan yang terjadi atau pada perbedaan penilaian, walaupun prosedur ini
merupakan aspek yang penting dalam pemeriksaan.
Prosedur –prosedur ini biasanya meliputi analisis terperinci, perbandingan saldo yang
tercatat dengan data-data lainnya (seperti saldo keuangan tahun lalu, saldo akun-akun yang
berhubungan, atau pos-pos sejenis pada tahun lalu) atau penggunaan rasio-rasio atau hal
lainnya yang berhubungan. Setiap perbedaan-perbedaan yang diidentifikasi sebagai hasil dari
prosedur-prosedur ini dievaluasi lagi untuk melihat apakah dibutuhkan perluasan prosedur
pemeriksaan dalam area pemeriksaan tertentu. Pemeriksa haruslah mendokumentasikan
penemuan-penemuannya sebagai bahan pertimbangan selanjutnya.
P a g e | 29
Prosedur Analitis sebetulnya berperan penting sehingga dibutuhkan selama fase
perencanaan dan penyelesaian audit. Namun dalam SPKN disebutkan bahwa prosedur analitis
hanya dilakukan pada tahap Perencanaan Pemeriksaan yang disebut dengan “Prosedur Analitik
Awal”. Meski demikian, tujuan Prosedur Analitik Awal dalam pemeriksaan keuangan
pemerintah sama seperti Prosedur Analitis audit bisnis.
Hukum Prosedur Analitik Awal dalam tahap Perencanaan Pemeriksaan adalah wajib
guna menentukan sifat, luas, dan penetapan waktu prosedur audit. Prosedur-prosedur ini
biasanya meliputi analisis terperinci, perbandingan saldo yang tercatat dengan data-data lainnya
(seperti saldo keuangan tahun yang lalu, saldo akun-akun yang berhubungan, atau pos-pos
sejenis pada tahun lalu) atau penggunaan rasio-rasio atau hal lainnya yang masih berhubungan.
Setiap perbedaan-perbedaan yang diidentifikasi sebagai hasil dari prosedur-prosedur ini akan
dievaluasi lagi untuk melihat apakah dibutuhkan perluasan prosedur pemeriksaan dalam area
pemeriksaan tertentu.
Dalam menerapkan prosedur ini, pemeriksa juga harus mempertimbangkan jenis
masalah yang membutuhkan penyesuaian, seperti adanya peristiwa luar biasa dan perubahan
kebijakan akuntansi.
Perbandingan antara prosedur analitis audit bisnis dan prosedur analitis awal
pemeriksaan keuangan :
Prosedur Analitis Audit Bisnis Prosedur Analitis Awal Pemeriksaan Keuangan
Memahami industry dan bisnis klien
dengan melakukan prosedur audit dimana
informasi tahun berjalan yang belum
diaudit dibandingkan dengan informasi
tahun sebelumnya yang sudah diaudit atau
data industri
Meningkatkan pemahaman pemeriksa atas
dampak dari kejadian penting dan kegiatan
operasi/kerja entitas, kondisi keuangan dan
kemampuan keuangan entitas
Menilai kemampuan entitas untuk terus
going concern dimana prosedur analitis
tertentu membantu auditor dalam menilai
kemungkinan terjadinya kegagalan bisnis
Pemeriksa melakukan analisis keseluruhan atas
informasi keuangan dan nonkeuangan disertai
dengan informasi yang didapatkan dari Tanya
jawab dengan manajemen mengenai kegiatan
keuangan dan operasi.
Menunjukan adanya kemungkinan salah
saji dalam laporan keuangan, dimana aspek
prosedur analitis ini sering disebut
Pemahaman serta pengetahuan akan bidang
usaha atau kegiatan entitas akan membantu
pemeriksa dalam mengembangkan pemahaman
P a g e | 30
“pengarah perhatian” karena hal itu
menghasilkan prosedur yang lebih terinci
dalam area audit khusus dimana salah saji
yang ditemukan
atas akun, dan segala hal yang berhubungan
dengan keuangan pada keseluruhan periode
pemeriksaan. Pemahaman ini akan membantu
pemeriksa untuk mengidentifikasi transaksi-
transaksi yang tidak biasa, dan untuk menilai
kewajaran dari perhitungan saldo akun-akun
atau pos-pos keuangan sebelum melakukan
prosedur analitis yang lebih rinci atau prosedur
subtantif
Prosedur analitis memberikan bukti
subtantif dalam mendukung pernyataan
yang wajar atas saldo akun terkait sehingga
pengujian audit yang terinci akan
berkurang (prosedur audit tertentu dapat
dihilangkan, ukuran sampel bisa dikurangi,
atau penetapan waktu prosedur bisa
digeser lebih jauh dari tanggal neraca.
Prosedur analitis keseluruhan yang terarah akan
membantu pemeriksa dalam mengidentifikasi
area-area yang berisiko tinggi yang
membutuhkan pemeriksaan yang mendalam
atau area-area yang berisiko rendah. Oleh
karena itu, keseluruhan prosedur analitis
dirancang untuk memberikan penjelasan atas
perubahan-perubahan yang terjadi baik yang
sudah diduga sebelumnya maupun tidak
terduga, jumlah tertera dalam laporan
keuangan, indikator penyajian, tren laba
perusahaan, atau hal-hal yang berhubugnan
dengan keuangan
J. Penyusunan Program pemeriksaan dan Program Kegiatan Perseorangan
Program Pemeriksaan (P2) dipersiapakan atau diperbaharui pada masing-masng
penugasan untuk prosedur pengujian atas pengendalian intern dan pemeriksaan substantif atas
akun atau pos-pos keuangan signifikan terkait. P2 mengkonversikan strategi pemeriksaan yang
dibuat menjadi suatu deskripsi komprehensif mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Lebih
lanjut, program pemeriksaan tersebut harus diperiksa dan disetujui sebelum pelaksanaan
pekerjaan.
P2 menjelaskan secara terperinci jenis, waktu dan luas prosedur pemeriksaan (misalnya,
prosedur yang akan dilakukan, banyaknya transaksi yang akan diuji atau jumlah uang yang akan
diverifikasi dan kapan prosedur tersebut akan dilakukan). Berdasarkan paket P2 yang telah
disetujui, ketua tim melakukan pembagian tugas kepada masing-masing anggota tim atas
P a g e | 31
langkah pemriksaan yang terdapat dalam P2. Para anggota tim pemeriksa kemudian menyusun
konsep Program Kerja Perorangan (PKP) yang merupakan penjabaran dari P2 dan
mengajukannya kepada ketua tim untuk direviu. Setelah memperhatikan pertimbangan
pengendali tekhnis, ketua tim pemeriksa menyetujui konsep PKP.
Tujuan utama penyususnan P2 adalah :
menetapkan hubugnan yang jelas antara tujuan pemeriksaan, metodologi pemeriksaan
dan kemungkinan-kemungkinan pekerjaan lapangan yang harus dikerjakan.
mengidentifikasikan dan mendokumentasikan prosedur-prosedur pemeriksaan yang
harus dilaksanakan, dan
memudahkan supervisi dan reviu
Suatu program pemeriksaan dapat disebut memadai jika mampu mengidentifikasi
aspek-aspek penting pemeriksaan; disusun berdasarkan informasi pendukung yang jelas dan
cermat, memberikan panduan dalam melaksanakan pengujian secara efektif, membantu dalam
pengumpulan bukti yang cukup dapat diandalkan, dan relevan untuk mendukung
opini/pernyataan pendapat atau kesimpulan pemeriksaan dan mencapai tujuan pemeriksaan.
Kualitas bukti pemeriksaan juga sangat tergantung kepada program pemeriksaannya.
Program pemeriksaan yang efektif, akan sangat membantu dalam mendapatkan bukti
pemeriksaan yang memadai untuk mendukung temuan pemeriksaan. Bukti pemeriksaan
mempunyai peran yang sangat penting terhadap keberhaswilan pelaksanaan pemeriksaan dan
oleh karenanya harus mendapat perhatian pemeriksa sejak tahap perencanaan pemeriksaan
sampai dengan akhir proses pemeriksaan.
Input yang diperlukan dalam kegiatan penyusunan P2 dan PKP adalah :
output dari masing-masing tahap perencanaan pemeriksaan
Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP)
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SKPN)
Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP), dan
pengarahan khusus pimpinan
Setelah seluruh prosedur/langkah dalam perencanaan diikuti, maka hasil/output dari
masing-masing langkah dituangkan ke dalam suatu program pemeriksaan. Program pemeriksaan
tersebut kemudian akan menjadi pedoman dalam menjalankan penugasan pemerikasaan
kinerja.
Di dalam program pemeriksaan tersebut dituangkan dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Dasar Pemeriksaan
P a g e | 32
Pemeriksa memasukan ketentuan perundang-undangan yang menjadi mandate bagi BPK
dalam melaksanakan pemeriksaan.
b. Standar pemeriksaan
Diisi dengan standar pemeriksaan yang akan digunakan dalam melaksanakn pemeriksaan.
BPK telah menetapakan SPKN sebagai pedoman dalam melaksanakan pemeriksaan atas
keuangan Negara.
c. Organisasi/Program/Fungsi Pelayanan Publik yang diperiksa.
Diisi dengan entitas yang akan diperiksa, pengertian entitas disini dapat berupa
organisasi/program/fungsi pelayanan publik yang kinerjanya akan diperiksa.
d. Tahun anggaran yang diperiksa
Bagian dari penjabaran linkup pemeriksaan yang akan memasukan periode/tahun anggaran
yang akan diperiksa. Secara umum, periode yang dipilih adalah hanya untuk satu tahun
periode tahun anggaran. Namun demikian dimungkinkan juga untuk pelaksanaan
pemeriksaan atas periode yang lebih dari satu tahun, jika pemeriksaan atas keseluruhan
pelaksanaan program yang memakan waktu lebih dari satu tahun.
e. Identitas dan data umum yang diperiksa
Data umum dari organisasi.program/fungsi pelayanan publik yang akan diperiksa yang
didapat selama proses pemahaman atans entitas.
f. Alasan pemeriksaan
Diisi dengan alasan pemeriksaan yang bisa berasal dari hasil analisis perolehan data dan
informasi awal maupun yang berasal output penentuan area kunci yang akan diperiksa.
g. Jenis pemeriksaan
Diisi dengan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan terhadap entitas.
h. Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan umum yang didapat atau ditentukan selama pelaksanaan proses
Penentuan Tujuan dan Lingkup Pemeriksaan
i. Sasaran Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan secara rini (area kunci) yang menjabarkan apa yang telah ditentukan
dalam tujuan pemeriksaan umum
j. Metodologi pemeriksaan
Diisi dengan metodologi atau cara serta pendekatan pemeriksaan yang akan ditempuh
dalam menjalankan penugasan pemeriksaan kinerja
k. Kriteria pemeriksaan
Diisi dengan criteria pemeriksaan yang akan dipakai dalam pemeriksaan
P a g e | 33
l. Langkah atau prosedur pemeriksaan
Langkah atau prosedur pemeriksaan yang dibuat dengan tujuan memberikan petunjuk
kepada para pemeriksa agar dapat mencapai tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan.
Langkah atau prosedur pemeriksaan sebaiknya dibuat menurut sasaran pemeriksaan (area
kunci) yang telah ditetapkan agar nantinya secara keseluruhan hasil pemeriksaan dapat
menjawab atau mencapai tujuan pemeriksaan
Berdasarkan program pemeriksaan yang ditetapkan oleh Tortama/Kalan, ketua tim
pemeriksa membuat pembagian tugas dan anggota tim menyusun program kerja perorangan
dan disampaikan kepada ketua tim untuk mendapatkan persetujuan.
P a g e | 34
BAB III
IMPLEMENTASI PERENCANAAN PEMERIKSAAN KEUANGAN
PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI
Perencanaan pemeriksaan keuangan dituangkan dalam Program Pemeriksaan yang
menjelaskan secara terperinci jenis, waktu dan luas prosedur pemeriksaan (misalnya, prosedur yang
akan dilakukan, banyaknya transaksi yang akan diuji atau jumlah uang yang akan diverifikasi dan
kapan prosedur tersebut akan dilakukan). Berikut ini akan disajikan contoh program pemeriksaan
keuangan yang disusun oleh Badan Pemeriksa Keuangan sebelum memeriksa laporan keuangan
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) tahun 2009 dan 2010.
P a g e | 35
PROGRAM PEMERIKSAAN ATAS
LAPORAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARATAHUN 2009 DAN 2008
DITANGERANG
1. Dasar Hukuma. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, Pasal 30 tentang Keuangan Negara;b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, Pasal 55 tentang Perbendaharaan Negara;c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, Pasal 2 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006, Pasal 1 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;e. UU Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran (TA) 2008f. Rencana Kerja Tahunan (RKT) BPK-RI TA 2010
2. Standar PemeriksaanPeraturan BPK-RI Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
3. Tujuan PemeriksaanPemeriksaan atas Laporan Keuangan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (LK STAN) bertujuan untuk memberikan opini atas kewajaran Laporan Keuangan dengan mempertimbangkan aspek-aspek:1) akun-akun dalam Laporan Keuangan STAN tahun 2009 dan 2008 telah menyajikan secara
wajar dalam segala hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum2) kecukupan pengungkapan informasi keuangan dalam laporan keuangan sesuai dengan
pengungkapan yang seharusnya dibuat seperti disebutkan SAK;3) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terkait dengan pelaporan keuangan;
dan4) efektivitas sistem pengendalian intern (SPI).
4. Entitas yang DiperiksaSTAN berdasarkan pada kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Lingkup PemeriksaanLaporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2009 dan 2008.
6. Identitas dan Data Umum Entitas yang diperiksaa. Uraian tugas pokok entitas yang diperiksa
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) merupakan perguruan tinggi kedinasan yang berada dalam naungan Departemen Keuangan. Pendidikan Program Diploma Bidang Keuangan yang diselenggarakan oleh STAN bertujuan menghasilkan tenaga ahli di bidang keuangan dengan spesialisasi tertentu yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan pengetahuan serta keahlian profesional sesuai dengan dengan spesialisasinya untuk memenuhi kebutuhan pegawai dan mencetak kader-kader pengelola keuangan negara pada unit-unit di Departemen Keuangan.
P a g e | 36
STAN dibentuk dengan Keputusan Presiden No. 45 Tahun 1974 jo. No.12 tahun 1976. Pada awalnya STAN merupakan salah satu satker dibawah Eselon I Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK). Sejak 31 Maret 2008 STAN ditetapkan sebagai istansi pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) dengan status BLU penuh berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.71/KML.05/2008
b. Anggaran dan Realisasi entitas yang diperiksaPada tahun 2008 STAN tidak menyusun laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan. STAN hanya menyusun laporan keuangan berdasarkan Stanadar Akuntansi Pemerintahan. Berdasarkan Laporan Keuangan STAN Tahun 2008 diketahui bahwa anggaran pendapatan sebesar Rp18.100.000.000,00 dan realisasi pendapatan sebesar Rp12.877.907.779,00. Anggaran belanja sebesar Rp60.616.099.604,00 dan realisasi beban sebesar Rp49.373.402.262. Neraca per 31 Desember 2008 menunjukkan nilai total aset sebesar Rp457.414.200.786,00 dan kewajiban sebesar Rp4.035.000,00.
7. Sasaran Pemeriksaan Sasaran pemeriksaan atas LK STAN tahun 2009 dan 2008 meliputi:a. pengujian atas saldo awal pada neraca STAN; b. penilaian kepatuhan atas ketentuan perundang-undangan terkait dengan perolehan
pendapatan, belanja, kas dan bank, investasi, aset tetap dan utang;c. penilaian efektivitas pengendalian intern atas pengelolaan rekonsiliasi pendapatan dan
belanja, rekening, piutang, aset tetap dan utang.d. pengujian substantif atas transaksi-transaksi tahun 2009 dan 2008 atas pendapatan, belanja
dan pembiayaan/investasi.
8. Kriteria Pemeriksaana. UU No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negarab. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)c. Peraturan Pemerintan No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)d. Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umume. Keputusan Menteri Keuangan No.71/KML.05/2008 tentang STAN ditetapkan sebagai istansi
pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU)f. Peraturan Menteri Keuangan No.08/PMK.02/2006 tentang Kewenangan Pengadaan
Barang/Jasa pada BLUg. Peraturan Menteri Keuangan No.109/PMK.05/2007 tentang Dewan Pengawas BLU
9. Alasan PemeriksaanAlasan pemeriksaan ke STAN adalah mandatori UU No.1 tahun 2004
10. Metode PemeriksaanPemeriksaan atas LK STAN dilakukan dengan langkah sebagai berikut:a. Pendekatan Risiko.
Metodologi yang diterapkan dalam pemeriksaan LK STAN menggunakan pendekatan risiko. Pendekatan risiko yang dilakukan dalam pemeriksaan ini didasarkan pada pemahaman entitas dan sistem pengendalian intern (SPI) serta pengujian atas efektivitas sistem pengendalian intern akuntansi dan pelaporan laporan keuangan. Hasil pemahaman dan pengujian (SPI) ini akan menentukan tingkat kehandalan SPI kementerian negara/lembaga dalam menyajikan Laporan Keuangan sesuai dengan asersi manajeman dan ketentuan yang berlaku. Penetapan risiko audit (audit risk) bersama sama dengan tingkat kehandalan
P a g e | 37
pengendalian (risiko pengendalian) serta tingkat risiko bawaan (inherent risk) entitas akan menjadi acuan untuk menentukan risiko deteksi (detection risk) yang diharapkan dan jumlah pengujian yang akan dilakukan serta penentuan fokus pemeriksaan.
b. MaterialitasPertimbangan atas tingkat materialitas meliputi kegiatan : Penetapan tingkat materialitas awal (Planning Materiality)/PM yang merupakan tingkat materialitas pada keseluruhan laporan keuangan yaitu sebesar 0,5% dari total realisasi belanja. Selanjutnya untuk tingkat akun, ditetapkan kesalahan tertolerir (Tolerable Error)/TE yaitu sebesar 50% dari PM atau berdasarkan hasil penilaian tingkat risiko masing-masing akun. Standar materialitas di atas tidak berlaku atas penyimpangan yang mengandung unsur kolusi korupsi dan nepotisme (KKN) dan pelanggaran hukum.
c. Uji Petik pemeriksaan (sampling audit)Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melakukan pengujian secara uji petik atas unit-unit dalam populasi yang akan diuji. Kesimpulan pemeriksaan akan diperoleh berdasarkan hasil uji petik yang dijadikan dasar untuk menggambarkan kondisi dari populasinya. Dalam pemeriksaan ini, pemeriksa dapat menggunakan metode non statistical sampling atau metode statistical sampling dengan memperhatikan kecukupan jumlah sampel yang dipilih baik dari segi nilai rupiah atau jenis transaksinya. Penggunaan metode uji petik baik statistik maupun non statistik harus didokumentasikan di dalam KKP. Dokumentasi tersebut antara lain mengungkapkan alasan penggunaan dan gambaran umum metode uji petik tersebut.
d. Pelaporan.Pemeriksa menyusun konsep draft temuan pemeriksaan atas LK STAN apabila menemukan permasalahan yang perlu dikomunikasikan kepada Direktur STAN. Permasalahan tersebut meliputi (1) Ketidakefektivan sistem pengendalian intern; (2) Kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan; (3) Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang signifikan; dan (4) Ikhtisar koreksi.Konsep Temuan Pemeriksaan tersebut disampaikan ketua tim pemeriksa kepada pejabat STAN yang berwenang untuk mendapatkan tanggapan tertulis dan resmi dari STAN.Setelah Konsep Temuan Pemeriksaan disampaikan ketua tim pemeriksa kepada pejabat STAN, tim pemeriksa membahas temuan tersebut dengan pejabat entitas yang berwenang di STAN. Penolakan atas ikhtisar koreksi, temuan SPI dan ketidakpatuhan akan pengaruh terhadap opini.Tanggapan resmi dan tertulis atas konsep TP diperoleh dari pejabat entitas yang berwenang. Tanggapan tersebut akan diungkapkan dalam Temuan Pemeriksaan atas LK STAN. Temuan pemeriksaan atas LK BLU STAN diserahkan oleh ketua tim kepada pejabat entitas yang berwenang.Pemeriksa dalam hal ini ketua tim menyampaikan Temuan Pemeriksaan kepada Direktur STAN. Penyampaian Temuan Pemeriksaan atas LK STAN tersebut merupakan akhir dari pekerjaan lapangan pemeriksaan LK STAN.
11. Petunjuk Pemeriksaana. Umum
1) Pemeriksaan ditujukan untuk memberikan opini atas kewajaran LK STAN. Pemberian opini dilakukan dengan memperhatikan kesesuaian LK STAN yang diperiksa dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), kecukupan pengungkapan informasi keuangan dalam laporan keuangan sesuai dengan pengungkapan yang seharusnya dibuat seperti disebut SAK, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terkait dengan pelaporan keuangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern (SPI).
2) Dalam pelaksanaan pemeriksaan, hendaknya tim pemeriksa selalu berpedoman kepada
P a g e | 38
peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait penyusunan LK STAN dan petunjuk pelaksanaan pemeriksaan yang diterbitkan BPK-RI. Pelaksanaan pemeriksaan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Pemeriksaan LK STAN harus mematuhi Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
3) Tim melaksanakan prosedur audit sesuai dengan program audit. Program audit bersifat fleksibel, sehingga bila dianggap perlu Ketua Tim dapat mengusulkan (penambahan/pengurangan) program pemeriksaan kepada Penangung Jawab Audit.
4) Setiap temuan pemeriksaan disusun secara lengkap dan jelas yang mencakup semua unsur temuan yaitu pokok masalah, kondisi, kriteria, akibat dan sebab serta adanya komentar instansi. Temuan pemeriksaan yang dihasilkan harus didukung bukti-bukti yang lengkap dan tertuang dalam kertas kerja pemeriksaan (KKP) yang berpedoman pada buku Panduan Manajemen Pemeriksaan yang dikeluarkan oleh BPK-RI.
5) Konsep laporan hasil pemeriksaan atas LK STAN disusun oleh ketua tim pemeriksa dan disupervisi oleh pengendali teknis. Laporan hasil pemeriksaan atas LK STAN terdiri atas:a) Laporan hasil pemeriksaan yang memuat opini kewajaran atas LK STAN dengan
pembubuhan tanda tangan pada lembar utama LK STAN serta paraf pada lembar berikutnya atau catatan atas laporan keuangan serta didukung dengan surat representasi dari Direktur STAN;
b) Laporan hasil pemeriksaan yang memuat tentang kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang ditemukan dalam kerangka pemeriksaan LK STAN; dan
c) Laporan hasil pemeriksaan yang memuat tentang penelaahan dan pelaksanaan sistem pengendalian intern yang ditemukan dalam kerangka pemeriksaan LK STAN.
6) Opini terhadap kewajaran atas LK BLU STAN yang dapat diberikan adalah salah satu di antara empat opini sebagai berikut:
a) Wajar tanpa pengecualaian (unqualified opinion) yang menyatakan LK STAN disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
b) Wajar dengan pengecualian (qualified opinion) yang menyatakan bahwa LK STAN disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai Standar Akuntansi Keuangan, kecuali dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
c) Tidak wajar (adverse opinion) yang menyatakan bahwa LK STAN tidak disajikan secara wajar posisi keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
d) Menolak Memberikan pendapat atau Tidak dapat Menyatakan Pendapat (disclaimer opinion) yang menyatakan bahwa LK STAN tidak dapat diyakini wajar atau tidak dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Ketidakyakinan tersebut disebabkan oleh pembatasan lingkup pemeriksaan dan hal tersebut harus diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan yang memuat opini tersebut. Selain itu, hal yang dapat menyebabkan LK STAN diberikan opini Tidak dapat Menyatakan Pendapat disebabkan oleh ketidakyakinan atas kelangsungan hidup (going concern) dari STAN serta hal yang dapat menyebabkan diberikan opini Tidak dapat Menyatakan Pendapat terhadap LK STAN adalah auditor tidak independen atas pemeriksaan LK STAN.
7) Pembahasan KHP dilaksanakan secara berjenjang sampai dengan penanggung jawab dengan tujuan: (1) Untuk pengendalian mutu laporan hasil pemeriksaan agar hasil pemeriksaan sesuai SPKN dan prosedur pemeriksaan yang ditetapkan dan (2) Untuk penentuan opini yang akan dimuat dalam laporan auditor independen.
8) Konsep LHP yang telah disetujui penangung jawab dibahas bersama dengan pejabat entitas yang diperiksa untuk (a) Memperoleh tanggapan yang memudahkan dalam
P a g e | 39
pemberian data baru serta (b) Kemungkinan tindak lanjut yang akan dilakukan9) Laporan hasil pemeriksaan LK STAN diberi tanggal sesuai dengan tanggal akhir pekerjaan
lapangan atau tanggal pembahasan konsep LHP dengan pejabat entitas yang berwenang atau sama dengan tanggal surat representasi.
b. Prosedur PemeriksaanUntuk melaksanakan tujuan, sasaran dan pengarahan umum di atas, dilakukan prosedur pemeriksaan seperti dalam Lampiran 1.
12. Jangka Waktu PemeriksaanPemeriksaan LK STAN dilaksanakan dalam jangka waktu 50 hari kalender seperti dalam Lampiran 2
13. Susunan Tim dan Rincian Biaya PemeriksaanSusunan tim pemeriksaan dapat dilihat pada Lampiran 3
14. Kerangka LHPSusunan LHP dapat dilihat pada Lampiran 4
15. Instansi Penerima Hasil PemeriksaanLaporan Hasil Pemeriksaan atas LK STAN disampaikan kepada Direktur STAN dan pihak-pihak lain terkait.
Jakarta, Januari 2010Penanggung Jawab Pemeriksaan
Syafri A. Baharuddin, Ak., MBANIP 195804231979111001
P a g e | 40
Lampiran 1
LAMPIRAN PROGRAM PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
DEPARTEMEN KEUANGANTAHUN 2009 DAN 2008
PROGRAM PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS
TUJUAN DAN LANGKAH AUDITDilaksanakan Nomor Waktu Audit
Oleh Tanggal KKA Rencana RealisasiA. Tujuan pemeriksaan saldo dan transaksi Kas dan
Setara Kas adalah:1. Untuk mengetahui apakah saldo yang tercatat
tersebut benar-benar eksis2. Untuk mengetahui apakah seluruh Kas dan Setara
Kas yang dimiliki telah tercatat seluruhnya3. Ketepatan jumlah dan penyajian posisi Kas dan
Setara Kas dalam laporan keuangan4. Untuk mengetahui apakah Kas dan Setara Kas telah
dicatat di dalam akun yang tepat5. Untuk mengetahui apakah saldo dan transaksi telah
dicatat pada periode yang tepat6. Untuk mengetahui apakah saldo Kas dan Setara Kas
benar-benar milik STANB. Langkah-langkah audit Kas dan Setara Kas adalah
sebagai berikut:1. Siapkan Lead Schedule yang menunjukkan seluruh
Kas dan Setara Kas pada akhir tahun 2009 dan 2008. Bandingkan dengan daftar tahun sebelumnya dan analisis perbedaan yang signifikan.
2. Pastikan angka yang dilaporkan di Laporan Keuangan sama dengan tercatat di Buku Besar
3. Hitung Kas fisik yang berada di Bendahara Penerimaan dan Pengeluaran, dan hitung mundur ke saldo per 31 Desember 2009 dan per 31 Desember 2008.
4. Konfirmasi seluruh Rekening Bank yang dimiliki oleh STAN.
5. Periksa Bank Rekonsiliasia. Tes akurasi dari Bank Rekonsiliasib. Tes apakah ada Setoran dalam Perjalanan dan
outstanding chequesc. Periksa apakah ada pendapatan dan beban yang
belum dicatat6. Dapatkan Buku Kas, Buku Besar Kas dan Setara
Kas, rekening koran per 31 Desember 2009 dan per 31 Desember 2008 dan bilyet deposito berjangka waktu kurang dari 3 bulan.
7. Pemindahan dana antar bank :a. Dapatkan daftar pemindahan dana
antarbank untuk masa beberapa hari sebelum tanggal neraca.
b. Periksa pemindahan dana dalam jumlah yang besar ke dokumen-dokumen
P a g e | 41
TUJUAN DAN LANGKAH AUDITDilaksanakan Nomor Waktu Audit
Oleh Tanggal KKA Rencana Realisasi
pendukungnya.c. Periksa apakah transaksi-transaksi
tersebut dicatat pada periode yang sama. Apabila ada transaksi yang belum dicatat oleh bank maka transaksi ini dicatat sebagai unsur rekonsiliasi.
8. Buat usulan koreksi dan simpulan hasil audit.
PROGRAM PEMERIKSAAN PIUTANG DAN PIUTANG LAIN-LAIN
TUJUAN DAN LANGKAH AUDITDilaksanakan Nomor Waktu Audit
Oleh Tanggal KKA Rencana Realisasi
A. Tujuan audit Piutang adalah untuk menetapkan :
1. Untuk mengetahui apakah saldo yang tercatat tersebut benar-benar eksis
2. Untuk mengetahui apakah seluruh piutang yang dimiliki telah tercatat seluruhnya
3. Ketepatan jumlah dan penyajian posisi piutang dalam laporan keuangan
4. Untuk mengetahui apakah piutang telah dicatat di dalam akun yang tepat
5. Untuk mengetahui apakah saldo dan transaksi telah dicatat pada periode yang tepat
6. Untuk mengetahui apakah saldo piutang benar-benar milik STAN
7. Untuk mengetahui jumlah realisasi bersih yang mungkin dapat tertagih
8. Kelayakan penyajian dalam laporan keuangan.B. Langkah-langkah audit Piutang adalah sebagai
berikut:
1. Dapatkan daftar seluruh Piutang yang dimiliki dan pastikan kebenaran perhitungannya.
2. Bandingkan jumlah yang terdapat dalam daftar dengan buku besar, buku besar pembantu, dan data dari satker terkait
3. Kirimkan permintaan konfirmasi.4. Lakukan pemeriksaan setelah tanggal neraca5. Telaah perhitungan akrual piutang atas bagi
hasil yang harus diakui pada tanggal neraca.6. Telaah mengenai jadwal pelunasan (aging
schedule) piutang usaha STAN7. Buat usulan koreksi dan simpulan hasil audit.
PROGRAM PEMERIKSAAN PERLENGKAPAN KANTOR
TUJUAN DAN LANGKAH AUDITDilaksanakan Nomor Waktu Audit
Oleh Tanggal KKA Rencana Realisasi
A. Tujuan audit transaksi Perlengkapan Kantor
P a g e | 42
TUJUAN DAN LANGKAH AUDITDilaksanakan Nomor Waktu Audit
Oleh Tanggal KKA Rencana Realisasi
adalah untuk meyakinkan :
1. Kuantitas perlengkapan kantor benar-benar menggambarkan jumlah perlengkapan kantor yang ada dan milik STAN.
2. Perlengkapan kantor dinilai sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3. Barang-barang yang rusak, usang dan peredarannya lambat telah dinyatakan dengan nilai yang wajar.
B. Langkah-langkah audit Perlengkapan Kantor
adalah sebagai berikut:
1. Minta daftar seluruh Perlengkapan Kantor yang dimiliki STAN per 31 Desember 2009 dan per 31 Desember 2008
2. Lakukan inventarisasi fisik Perlengkapan Kantor secara uji petik dan bandingkan dengan catatan administrasinya.
3. Bandingkan angka di laporan keuangan dengan saldo menurut buku besar dan buku tambahan.
4. Lakukan stock opname untuk Perlengkapan Kantor
5. Lakukan pengujian secara uji petik atas penetapan harga Perlengkapan Kantor untuk mengetahui apakah dasar penetapan harga tersebut sesuai dengan pembeliannya.
6. Periksa apakah Perlengkapan Kantor yang telah rusak telah dicatat secara terpisah dan dinilai dengan wajar.
7. Buat usulan koreksi dan simpulan hasil audit
PROGRAM PEMERIKSAAN ASET TETAPTUJUAN DAN LANGKAH AUDIT Dilaksanakan Nomor Waktu Audit
Oleh Tanggal KKA Rencana Realisasi
A. Tujuan audit Aktiva Tetap adalah untuk meyakin-
kan bahwa :
1. Aktiva Tetap benar-benar dan dikuasai STAN serta disajikan dengan tepat dalam neraca.
2. Penilaian dan pencatatan Aktiva Tetap dilakukan sesuai dengan SAK.
3. Perhitungan penyusutan dan beban lain didalam periode yang diaudit dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan diterapkan secara konsisten.
4. Saldo Akumulasi Penyusutan disajikan secara wajar.
P a g e | 43
TUJUAN DAN LANGKAH AUDIT Dilaksanakan Nomor Waktu Audit
Oleh Tanggal KKA Rencana Realisasi
B. Langkah-langkah audit Aktiva Tetap adalah
sebagai berikut :1. Minta Daftar Aktiva Tetap yang dimiliki STAN
per 31 Desember 2009 (saldo awal, mutasi tambah/kurang, dan saldo akhir)
2. Pastikan Saldo awal 2009 sama dengan saldo akhir 2008
3. Teliti mutasi aktiva tetap selama tahun berrjalan
4. Periksa mutasi kurang Aktiva Tetap (penjualan, penghapusan, tukar), apakah sudah dicatat beban tahun berjalan dan laba (rugi) dicatat dengan benar
5. Bandingkan daftar tersebut dengan buku besar, buku tambahan dan saldo pada laporan keuangan
6. Periksa bukti pembelian dan yakinkan telah dibukukan sesuai dengan harga perolehannya (at cost).
7. Dapatkan bukti kepemilikan aktiva tetap8. Periksa dan analisa pengeluaran yang
berhubungan dengan kendaraan dinas/mesin dan peralatan lain-nya untuk menentukan biaya yang dikapitalisasi.
9. Periksa daftar penyusutan dan diteliti lebih lanjut:a. Metode dan prosentase penyusutan.b. Saldo awal akumulasi penyusutan,
penambahan, dan saldo akhir akumulasi penyusutan.
c. Pembebanan biaya penyusutan pada tahun berjalan.
10. Lakukan pemeriksaan fisik atas aktiva tetap tersebut dan buatkan Berita Acara Pemeriksaan.
11. Buat usulan koreksi dan simpulan bukti audit.
PROGRAM PEMERIKSAAN ASET LAIN-LAINTUJUAN DAN LANGKAH AUDIT Dilaksanakan Nomor Waktu Audit
Oleh Tanggal KKA Rencana Realisasi
A. Tujuan audit Aktiva Lain-lain adalah untuk
meyakinkan bahwa :
1. Aktiva lain-lain benar-benar dan dikuasai STAN serta disajikan dengan tepat dalam neraca.
2. Penilaian dan pencatatan Aktiva Lain-lain dilakukan sesuai dengan SAK.
3. Perhitungan penyusutan dan beban lain
P a g e | 44
TUJUAN DAN LANGKAH AUDIT Dilaksanakan Nomor Waktu Audit
Oleh Tanggal KKA Rencana Realisasi
didalam periode yang diaudit dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan diterapkan secara konsisten.
4. Saldo Akumulasi Penyusutan disajikan secara wajar.
B. Langkah-langkah audit Aktiva Lain-lain adalah
sebagai berikut :1. Minta Daftar Aktiva Lain-lain yang dimiliki
STAN per 31 Desember 2009 (saldo awal, mutasi tambah/kurang, dan saldo akhir)
2. Pastikan Saldo awal 2009 sama dengan saldo akhir 2008
3. Teliti mutasi aktiva lain-lain selama tahun berjalan
4. Bandingkan daftar tersebut dengan buku besar, buku tambahan dan saldo pada laporan keuangan
5. Periksa bukti pembelian dan yakinkan telah dibukukan sesuai dengan harga perolehannya
6. Periksa dan analisa pengeluaran yang berhubungan dengan Aktiva lain-lain untuk menentukan biaya yang dikapitalisasi.
7. Periksa daftar amortisasi dan diteliti lebih lanjut:a. Metode dan prosentase penyusutan.b. Pembebanan biaya amortisasi pada tahun
berjalan.8. Buat usulan koreksi dan simpulan bukti audit.
PROGRAM PEMERIKSAAN KEWAJIBAN
TUJUAN DAN LANGKAH AUDITDilaksanakan Nomor Waktu Audit
Oleh Tanggal KKA Rencana Realisasi
A. Tujuan audit Kewajiban adalah untuk meyakinkan
:
1. Seluruh kewajiban yang dimiliki STAN telah dicatat di dalam Laporan Keuangan
2. Kewajiban yang dicatat di Laporan Keuangan benar-benar merupakan kewajiban STAN
3. Kewajiban telah dicatat pada nilai yang tepat4. Kewajiban telah disajikan pada akun yang tepat5. Kewajiban telah disajikan pada periode yang
tepatB. Langkah-langkah audit Kewajiban adalah sebagai
berikut:
1. Minta daftar saldo Kewajiban per 31 Desember 2009 dan per 31 Desember 2008. Bandingkan dengan saldo Kewajiban pada
P a g e | 45
TUJUAN DAN LANGKAH AUDITDilaksanakan Nomor Waktu Audit
Oleh Tanggal KKA Rencana Realisasi
laporan keuangan serta teliti kelengkapan bukti pendukungnya.
2. Bandingkan daftar tersebut dengan buku besar dan buku tambahan.
3. Periksa dan teliti mutasi perkiraan Kewajiban dengan cara membandingkannya dengan bukti pendukungnya.
4. Kirimkan konfirmasi jika terdapat Hutang Bank5. Untuk Hutang Pajak, dapatkan pajak yang
telah dipungut tetapi belum disetorkan ke Kas Negara dan teliti kebenaran perhitungannya
6. Yakinkan bahwa klasifikasi Kewajiban Jangka Pendek dan Kewajiban Jangka Panjang telah sesuai.
7. Periksa pembayaran-pembayaran Kewajiban pada tanggal sesudah periode audit untuk mengetahui kemungkinan adanya Kewajiban yang belum tercatat.
8. Buat usulan koreksi dan simpulan hasil audit.
PROGRAM PEMERIKSAAN EKUITAS
TUJUAN DAN LANGKAH AUDITDilaksanakan Nomor Waktu Audit
Oleh Tanggal KKA Rencana Realisasi
A. Tujuan audit Ekuitas adalah untuk meyakinkan
bahwa :
1. Ekuitas telah disajikan secara lengkap.2. Ekuitas telah disajikan ke dalam akun yang
tepat3. Pengungkapan atas ekuitas telah memadai.
B. Langkah-langkah audit Ekuitas adalah sebagai
berikut:
1. Untuk akun Modal Awal dan Modal Penyertaan Pemerintah, teliti apakah nilainya telah sesuai dengan DIPA penyertaan pemerintah yang diterima sampai tahun 2009.
2. Untuk penentuan Laba Ditahan awal, analisa cara penghitungannya
3. Untuk akun Surplus Tahun Lalu dan Surplus Tahun Berjalan, pastikan bahwa nilai tersebut sama dengan yang terdapat dalam Laporan Aktivitas.
4. Buat usulan koreksi dan simpulan hasil audit.
PROGRAM PEMERIKSAAN PENDAPATAN
P a g e | 46
TUJUAN DAN LANGKAH AUDITDilaksanakan Nomor Waktu Audit
Oleh Tanggal KKA Rencana Realisasi
A. Tujuan audit Pendapatan adalah untuk
meyakinkan bahwa :
1. Seluruh pendapatan yang dicatat merupakan milik STAN
2. Seluruh pendapatan telah dicatat di dalam Laporan Keungan
3. Pendapatan telah disajikan pada nilai yang tepat
4. Pendapatan telah disajikan di dalam klasifikasi yang tepat
5. Pendapatan dicatat pada periode yang benar
B. Langkah-langkah audit Pendapatan adalah
sebagai berikut:
1. Minta daftar Pendapatan beserta perinciannya
2. Bandingkan Pendapatan tahun 2009 dengan 2008 dan buatkan analisisnya
3. Bandingkan Saldo Pendapatan dalam Laporan Aktivitas dengan bagian terkait
4. Cek mutasi kredit pada rekening koran, teliti apakah mutasi kredit tersebut berasal dari pendapatan dengan nilai yang seharusnya diterima pada periode tersebut.
5. Lakukan cut off yang tepat Pendapatan yang dimasukkan dalam periode berjalan atau pada periode berikutnya.
6. Buat usulan koreksi dan simpulan hasil audit.
PROGRAM PEMERIKSAAN BEBAN
TUJUAN DAN LANGKAH AUDITDilaksanakan Nomor Waktu Audit
Oleh Tanggal KKA Rencana Realisasi
A. Tujuan audit Beban adalah untuk meyakinkan
bahwa :
1. Seluruh beban yang dicatat merupakan milik STAN
2. Seluruh beban telah dicatat di dalam Laporan Keungan
3. Beban telah disajikan pada nilai yang tepat4. Beban telah disajikan di dalam klasifikasi yang
tepat5. Beban dicatat pada periode yang benar
B. Langkah-langkah audit Beban adalah sebagai
P a g e | 47
TUJUAN DAN LANGKAH AUDITDilaksanakan Nomor Waktu Audit
Oleh Tanggal KKA Rencana Realisasi
berikut:
1. Minta daftar Beban beserta perinciannya2. Bandingkan Beban tahun 2009 dengan 2008 dan
buatkan analisisnya3. Sampling beban yang nilainya material dan
buatkan analisanya4. Lakukan cut off yang tepat beban yang
dimasukkan dalam periode berjalan atau pada periode berikutnya.
5. Buat usulan koreksi dan simpulan hasil audit.
P a g e | 48
Lampiran 2
JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN
ATAS
LAPORAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARATA 2009 DAN 2008
DI TANGERANG
No Uraian Kegiatan Mandays
PJ PT KT AT
1 Pembicaraan awal 1 1 1 4
2 Penelaahan atas Sistem Pengendalian Intern - 1 3 12
3 Penilaian tindak lanjut atas temuan pemeriksaan
tahun sebelumnya
- 1 4 16
4 Rekonsiliasi pos-pos Neraca dan LRA - 1 3 12
5 Pengujian Substantive atas Pos – pos neraca dan
LRA
- 1 3 12
6 Pengujian atas kepatuhan terhadap Peraturan
Perundang-undangan
- 1 4 16
7 Pembahasan temuan dan pelaporan hasil
pemeriksaan
2 1 3 12
8 Pembahasan atas Opini yang akan diberikan 2 2 3 12
9 Pembicaraan akhir 1 1 1 4
Jumlah 6 10 25 100
Lampiran 4
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARATA 2009 DAN 2008
SISTEMATIKA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PUSAT SEKOLAH TINGGI
AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2009 DAN 2008
I. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
LAPORAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2009 DAN 2008
GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN
P a g e | 49
16. Dasar Hukum
17. Tujuan Pemeriksaan
18. Sasaran Pemeriksaan.
19. Standar Pemeriksaan
20. Metode Pemeriksaan.
21. Jangka waktu Pemeriksaan
22. Obyek Pemeriksaan
23. Batasan PemeriksaanII. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN
RESUME LAPORAN ATAS PENGENDALIAN INTERN
HASIL PEMERIKSAAN ATAS PENGENDALIAN INTERN
A. Temuan Pemeriksaan SPI Tahun 2009
B. Temuan Pemeriksaan SPI Tahun 2008.
III. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
RESUME LAPORAN ATAS KEPATUHAN
HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN
A. Temuan Pemeriksaan Kepatuhan Tahun 2009
B. Temuan Pemeriksaan Kepatuhan Tahun 2008.
P a g e | 50
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
P a g e | 51