PERANAN TIPE-TIPE PEMAAFAN TERHADAP
PENGENDALIAN EMOSI PADA ISTRI YANG MENJADI
KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
(KORT)
Oleh:
ROBIATUL ADAWIYAH
NIM : 103070029117
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi seba~1ian persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOIGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARllF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
PERANAN TIPE-TIPE PEMAAFAN TERHADAP PENGENDALIAN EMOSI PADA ISTRI ):'ANG MENJADI
J(ORJBAN I(El(ER.ASAN DALAM RUMAI-I T ANGGA (IillRT)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk 111e111enuhi syarat-syarat
me111peroleh gelar Smjana Psikologi
.Pembimbing I
NIP. 150 283 344
Oleh:
ROBIATUL ADA WIY AH
NIM : 103070029117
Di bawah Bimbingan
Pembimbing-II ...
------~-~~
~~Ilchwan LutfL M.Psi
NIP. 150 368 809
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 HI 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJl1l\.N
Skripsi yang berjudul PERANAN TIPE-TIPE PEMAAFAN TERHADAP PENGENDALIAN EMOSI PADA ISTRI YANG MENJADI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KORT) telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Maret 2008, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 27 Maret 2008
Sidang Munaqosyah
Angg0ta
Penguji
I
artati M.Si 5938
Pembimbing I
Dr. Al5 Mujib. M.Ag NIP. 150 :Z83 344
PeM11bimbing II
i l :e±~~~t=:~= ,-:;-z -------
lktiwan Lutfi, M.Psi NIP. 150 :li68 809
<Buk,an[afi kgtinggian pendidilign yang align menentuk,an 6aik, 6urufiJiiya nifai seseorang, 1nefainlign ak,fifak,yang 1nufia.
"I ngatfafi untuk, rnengem6al11ign se[urufi urusan1nu kgpaaa Jl{{afi S11fJT di a'T;va[ aan di ak,fiir.pekg1jaan. <Dengan 6ertau6at, istiafar aan senantiasa 6erzilijr kgpada-9\fya align mengfiiaupk,an fiatimu."
9/(r},1:1'..,, oechrli.aua. hli R.lb Jert5el'n0alifi:a.Th
,{!l;;;fJ1frrh ~1/i.a11d'a ckf/11, lbruula, (:_CJ:lk11J 6ertcb J.:ahah
rla11aa'IA-A-a·16reinfa. 6m110ffa· rkjxrt me1Jla.cliha n//!n'}l/i.raAt wr.tt oebaak
Jf-eltidtjXI11;fa41f! teia/i/ dibertA•a11/ !Mk;,, <j}/C~
A. Fakultas Psikologi B. Februari 2008 C. Robiatul Adawiyah D. Peranan tipe-tipe pemaafan terhadap pengendalian 1emosi pada istri yang
menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KORT) E. Halaman i-i 17 F. Penelitian ini dilatarbelakangi dengan hadirnya fenornena kekerasan
dalam rumah tangga di seluruh lapisan masyarakat di pe11juru dumia termasuk Indonesia. Jumlah kasus yang dilaporkan Mitra Perempuan pada tallun 2005 sebanyak 455 kasus dalam bentuk kekerasan secara fisik sebanyak 8.33%, kekerasan secara psikis 45.8~1%, penelantaran rumall tangga (ekonomi) 16.67% dan kekerasan seksual sebanyak 12.50%. Hal ini menunjukkan bahwa telah banyak keluarga di Indonesia yang mengalami KORT terutama terhadap istri yang dilakukan olell suaminya. Tipe pemaafan model total forgiveness, hollow forgiveness, silent forgiveness dan no forgiveness yang dimiliki SE~tiap istri diharapkan dapat memperlihatkan dan menyelesaikan masalah mereka dalam menghadapi KORT dari suami. Maka dari itu dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menjawab rumusan masalah yaitu "bagaimana tipe-tipe pemaafan berperan dalam mengendalikan emosi istri yang mengalami KORT?" dan "mengapa tipe-tipe pemaafan dapat mengendalikan emosi pada istri yang menjadi korban KORT?"
Tipe-tipe pemaafan yang dimaksud adalah tipe pemaafan model Total forgiveness yait:..i terjadi pemaafan secara intrapsikis dan interpersonal. Hubungan antara ke dua belah pihak kembali mernbaik. Hollow forgiveness yaitu terjadi pernaafan, tetapi belurn sepc~nuhnya karena masih dalam proses penyembuhan Iuka. Silent forgilfeness yaitu terjadi pemaafan secara intrapsikis namun tidal< disertai pemaafan secara interpersonal. No forgiveness yaitu tidak terjadi pemaafan secara intrapsikis dan interperpesonal.
Pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif. Jumlah subyek penelitian sebanyak 4 orang istri yang mengalami KORT. Dari hasil analisa kasus dan analisa perbandingan antar kasus, maka dapat disimpulkan bahwa tipe pemaafan model total forgivimess, hollow forgiveness dan silent forgiveness memiliki peranan yang penting dalam mempengaruhi pengendalian emosi pada istri yang rnengalami KORT.
lstri akan merespon perlakuan kasar suami dengan 13mosi negatif menjadi emosi positif serta dapat mengendalikan emosi de11~1an positif pula. Berbeda halnya dengan tipe pemaafan model no forgiveness, istri yang memiliki tipe pemaafan model no forgiveness maka ia beium dapat mengendalikan emosinya dengan cara positif dikareinakan masih berada dalam lingkaran transgresi sehingga pengendalian emosi yang ditampilkanpun dalam bentuk negatif
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada para istri, khususnya istri :1ang mengalami KORT diharapkan untuk memberitahukan tindak kekerasan yang dilakukan suaminya kepada pihak kepolisian agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Kepada lembaga institusi pemerintah, perlindungan anal< dan perempuan agar segera memperbanyak sosialisasi Undang-undang No.23 Tahun 2004 untuk mencegah KORT dan meningkatkan perlindungan bagi korban kekerasan dalam rumah tangga dengan menambah jumlah bantuan dan layanan pendampingan.
G. Bahan bacaan 29 buku + 4 website+ 3 jurnal + 1 majalah
KAT.A PENGANTAll
Seiring dengan cura:1an ni'mat dan kari.mia yang telah Allah limpahkan
kepada penulis, maka marilah sama-sama kita haturka111 puja dan puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah-Nya kepada semua
umat manusia yang dikehendakinya. Tak lupa shalawat dan salam kita
haturkan kepada junjungan besar nabi kita Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabatnya, Amin, amin Yaa Robbal'aalamin.
Dengan segala l<etulL·san, kerendahan hati dan keterbatasan kemampuan
yang penulis miliki, Alhamdulillah saya ucapkan akhirnya penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik walaupun begitu banyak halang rintang dan
kendala waktu yang menyebabkan keterlambatan dalam berbagai aspek
namun terasa indah untuk dikenang dalam suka maupun duka selama
menempuh studi strata satu Fakultas Psikologi pada Universitas Islam
Negeri. Untuk itu sudah menjadi suatu keharusan bagi penulis untuk
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besamya kepada :
1. Dekan Fakultas Psil<ologi lbu Dra. Netty Hartati, M.Si, beserta segenap
pembantu Del<an, Pengajar dan Staf-stafnya yang tE>lah membimbing dan
memfasilitasi penulis dalam hal pendidikan dan mencurahkar. segenap
wal<tunya untuk berdedikasi dalam memajukan Fal<ultas Psikologi yang
tercinta ini.
2. Bapak Dr. Abdul Mujib, M.Ag, selaku pembimbin£1 I yang telah banyak
meluangkan waktunya memberikan kontribusi, petuinjuk, bimbingan serta
saran demi terselesaikannya skripsi ini.
3. Bapak lkhwan Lutfi, M.Psi, selaku pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan serta
masukan yang berarti demi terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak R.H. Zaenal Arifin dan lbu Siti Cholilah (Almh) (Allahummagfirlaha)
selaku orang tua tercinta, kakakku Fitria Anggraeni, Maria Ulfah dan
adikku Muhammad Iqbal, Fathur Rochman yang telah banyak
memberikan semangat serta motivasi baik moral maupun materil.
5. Rika, Nurhikmah, Maya, Hartin, Nita Mutiah S.Psi, selaku sahabat dekat
yang senantiasa memberikan dukungan baik suka maupun duka.
6. Arifah, Ade, Nurhidayati S.Psi, yang telah membantu memberikan
masukan-masukan positif dalam merampungkan penelitian ini serta
teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2003 yang telah memberikan
manisnya arti sebuah persahabatan.
7. Bazis Profinsi OKI Jakarta yang telah memberikan Beasiswa kepada
penulis hingga dapat menyelesaikan studi ini dengan hasil yang sangat
baik.
8. lstri-istri yang mengalami KORT yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk diwawancarai dan segenap pihak yang telah membar.tu
dan tidal< dapat disebutkan satu persatu dalam m<:>mmpungkan Skripsi ini.
Semoga amal ibadah, jasa dan pengorbanan kalian yang tulus dicatat dan
diberikan pahala yang berlimpah oleh Allah SWT dan s1~moga membawa
manfaat bagi diri saya selaku penulis, akhir kalam penulis berharap semoga
skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi siapa saja yan£1 membacanya.
Jakarta, 3 Februari 2008
Penulis
Daftar lsi
Halaman Judul .................................................................................. i
Halaman Persetujuan .......................................................................... ii
Halaman Pengesahan ....................................................................... iii
Motto ............................................................................................. .iv
Abstrak ........................................................................................... v
Kata Pengantar ............................................................................... vii
Daftar lsi ......................................................................................... ix
Daftar Ta be I .................................................................................... xii
Daftar Skema ................................................................................. xiii
Daftar Bagan dan Grafik ................................................................... xiv
BAB 1 PElllDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
1.2. ldentifikasi Masalah ...................................................... 11
1.3. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ................. 11
1.3.1. Pembatasan masalah ........................................... 11
1.3.2. Perumusan masalah ............................................ 12
1.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................... 13
1.4.1 Tujuan penelitian ................................................. 13
'1.4.2 Manfaat penelitian ............................................... 13
1.5. Sistematika Penulisan ................................................... 14
BAB 2 KERANGKA TEOR!TIS
2.1. Pengendalian Emosi. ....................................................... 16
2. ·1.1. Definisi pengendali:Jn emosi. .................................. 16
2.1.2. Macam-macam dan komponen ernosi ..................... 20
2.1.3. lndikator pengendalian emosi ............................... .24
2.2. Maaf ................................................................................ 25
2.2.1. Definisi maaf ........................................................... 25
2.2.2. Tahapan memberi maaf ........................................... 29
2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaafan ............ 33
2.2.4. Dimensi dan tipe-tipe pemaafan ................................. 36
2.3. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KORT) ....................... .40
2.3.1. Definisi kekerasan dalam rumah tangga ................ .40
2.3.2. Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga ........ .41
2.3.3. lingkaran kekerasan dalam rumah tangga ............. .43
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jen is Penelitian ............................................................. .49
3. ·1.1. Pendekatan Penelitian ............................................. 49
3.1.2. Metode penelitian .................................................. 50
3.2. Subyek Penelitian .......................................................... 50
3.3. Variabel Penelitian ......................................................... 51
3.4. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 52
3.5. lnstrumen Pe11elitian ..................................................... 53
3.5.1. Pedoman wawancara ........................................... 53
3.5.2. lembar observasi ................................................ 56
3.5.3. Alat perekam ...................................................... 55
3.6. Prosedur Penelitian ....................................................... 57
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
4.1. Gambarnn Umum Subyek Penelitian ................................ 59
4.2. Penyajian dan Analisis Kasus ......................................... 60
4.2.1. Kasus KS ......................................................... 60
4.2:1.1. Gamba ran um urn subyek KS ......................... 60
4.2.1.2. KORT yang dialami ....................................... 61
4.2.1.3. Pengendalian emosi yang dihasilkan ................ 63
4.2.1.4. Tipe-tipe pemaafan yang ditampilkan ................ 65
4.2.2. Kasus N ............................................................. 71
4.2.2.1. Gambaran um um subyek N ............................ 71
4.2.2.2. KORT yang dialami ...................................... 72
4.2.2.3. Pengendalian emosi yang dialami .................... 75
4.2.2.4. Tipe-tipe pemaafan yang ditampilkan ............... 76
4.2.3. Kasus NR .......................................................... 81
4.2.3.1. Gambaran umum subyek NR: .......................... 81
4.2.3.2. KDRT yang dialami ....................................... 82
4.2.3.3. Pengendalian emosi yang dialami ................... 84
4.2.3.4. Tipe-tipe pemaafan yang clitaunpilkan ................ 85
4.2.4. Kasus SM .......................................................... 90
4.2.4.1. Gamba ran um um subyek SIVI ......................... 90
4.2.4.2. KORT yang dialami ...................................... 91
4.2.4.3. Pengendalian e~mosi yang dialami .................... 93
4.2.4.4. Tipe-t1pe pemaafan yang d1tampilkan ................ 94
4.3. Analisis Perbandingan Antar Kasus .................................. 98
BAB 5 KES!MPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ............................................................... 102
5.2. Diskusi ..................................................................... 103
5.3. Saran ....................................................................... 105
DAFT AR PUST J.\KA
LAMPI RAN
DAFTAR ·rABEL
Tabel 1.1 Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan ............................... 3
Tabel 2.1.4 Kombinasi Dimensi Pernaafan Yang Akan Membentuk Tipe-tipe
Pernaafan .................................................................... 37
Tabel 3.5.1. Guide Interview .................................................................. 56
Tabel 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian ................................... 59
Tabel 4.3. Analisis Perbandingan Antar Kasus .................................. 101
DAFTAR SKEMA
Skema 2.3.3. Lingkaran KORT .......................................................... 47
Skema 4.2.1. Analisis Kasus KS ........................................................ 70
Skema4.2.2. Analisis Kasus N .......................................................... 80
Skema 4.2.3. Analisis Kasus NR ........................................................ 89
Skema 4.2.4. Analisis Kasus SM ........................................................ 97
DP\FTAR BAGAN DAN GR,A.FIK
Bagan 2.1.2. Proses Pemaafan menurutWorthington (2003) ................... 31
Grafik 1.1. Bentuk Kekerasan Yang Dia la mi Perempuan ....................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang masalah
Kekerasan dalam rumah tangga atau biasa disebut den~1an kekerasan
domestik, merupakan fenome11a yang sampai saat ini masih selalu
diperbincangkan. Fenomena ini telah menjadi kecemas;~n bagi setiap negara
di dunia, termasuk negara-negara maju ya,1g dapat dikatal<an sangat
menghargai dan peduli pada hak-hak asasi manusia. Padahal kekerasan
dalam rumah tangga merupakan salah satu fenomena pelanggaran hak asasi
manusia.
Kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya terjadi pada kelompok soslal
menengah bawah, tetapi juga dapat terjadi pada semua golongan tanpa
terkecuali. Kalyanamitra (1999) mengatakan bahwa pemmpuan dari semua
golongan suku/bangsa, budaya, agama, tua/muda, kaya atau miskin bisa
mengalami perlakuan kejam.
2
Seperti yang dikemukakan Mitra Perempuan dalam Kolibonso (2006)
menyebutkan bentuk-bentuk kekerasan yang telah dialami perempuan berikut
dengan prosentase tingkat kekerasan yang terjadi.
12
10
Grafik 1.1
Bentuk l'<ekernsan Yang Dialami Perempuan
8 Pene!antaran/Ekonan1j 16 67 Q&,
6 //____ ~~- . 1fi.fi7...11i 4 / f'.ekerasan fi •ii< _ ekeraDeksual 12.50 %
2 ~% - - - -
0
Sumber: Mitra Perempwrn, 2005
Grafik ·1.1 mengenai bentuk kekerasan yang dialami perempuan
memperlihatkan bahwa perempuan (wanita) lebih banyak mengalami
kekerasan secara psil :is dengan prosentase sebesar 45.83 %. Perempuan
merupakan subyek yang sangat rentan mengalami tindak l<ekerasan, data
statistik yang menunjukkan kekerasan suami terhadap istri sebanyak 77.36%.
Begitu pula data yang menjelaskan berapa banyak kekerasan yang dialami
perempuan. Salah satunya sebagaimana yang dipublikasil<an Mitra
Perempuan berdasarkan data statistik tahun 2002-2005 pada kasus
kekerasan terhadap perempuan. (f<olibonso, 2006)
Tabel 1.1
Kasus l<ekerasan Terhadap Perempuan
(Data Mitra Perempuan) ---·
Tahun l<asus --
2005 455
-2004 329
2003 272
2002 226
2001 258
Sumber : Mitra Perempuan 2002-2005
Kekerasan dalarn rurnah tangga rnerupakan rnasalah sosial serius yang
kurang rnenclapat tanggapan clari rnasyarakat karena, pertama, KORT
3
merniliki ruang lingkup yang relatif tertutup (pribadi) dan terjaga ketat privacy-
nya karena persoalannya terjadi dalam area keluarga. fCedua, KORT
seringkali dianggap \i\lajar' karena diyakini bahwa rnernperlakukan istri
sekehendak suarni merupakan hak suami sebagai pernimpin dan kepala
rumah tangga. (Hasbianto, 1996) Kenyataan inilah yan~J mcmyebabkan
minimnya respon masyarakat terhadap keluh kesah para istri yang
mengalami persoalan KORT dalam perkawinannya. Akibatnya, mereka
rnemendam persoalan itu sendirian, tidak tahu bagairnana menyelesaikannya
clan semal<in yakin pada anggapan yang keliru, yaitu bahwa suami memang
mengontrol istrinya.
4
Tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri akan menyebabkan
Iuka hati yang sangat mendalam pada istri, pengalaman disakiti atau
mendapat perlakuan tidak adil dari suami inilah yang disebut dengan
transgresi. Transgresi dalam diri individu yang tersakiti dapat menimbulkan
Iuka. Sebagian orang dripat mengatasi Iuka tersebut, na1mun sebagian yang
lain masih memendam Iuka yang pernah clialaminya, apabila terus menerus
dipendam maka Iuka hati tersebut akan menjadi beban berupa urusan yang
ticlak terselesaikan dalam hidupnya saat ini. Dalam kes<>hariannya ia akan
merasakan adanya perasaan tertekan yang menetap dan emosi negatif yang
masih ditanggung terhadap orang yang menyebabkan Iuka (pelaku) dalam
dirinya. (Malcom, Green Berg, dalam MGCullougl1 et.al. 2000)
Memaafkan bagi sebagian orang bukanlah hal yang rnudah, terlebih lagi
ketika hati sudah terlalu dilukai maka pintu rnaaf untuk pelaku transgresi tidak
kunjung terbuka. Tetapi rnemberi maaf merupakan perbuatan yang sangat di
senangi oleh Allah SWT. Seperti yang te1iera dalam (QS Al-Nur [24]: 22).
" ... D<m hendaklah mereka memberi maaf dan me/apangkan dada. Tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?dan A!lah maha pengampun /agi maha penyayang" (GS Al-Nur [24]: 22).
5
Kesan yang disampaikan oleh ayat ini adalah anjuran untuk tidak rnenanti
perrnohonan maaf dari orang yang bersalah, melainkan hendaknya
memberi maaf sebelum diminta. Mereka yang enggan memberi maaf
pada hakikatnya enggan memperoleh pengampunan dari Allah SWT. Tidak
ada alasan untuk berkata, "Tiada maaf bagimu", kanena segalanya telah
dijamin dan ditanggung oleh Allah SWT.
Karena seorang muslim yang benar-benar bertaqwa dan menerapkan
petunjuk agamanya akan senantiasa memberikan maaf kepada orang yang
telah menyakitinya. ;1stri yang memilil<i kebesaran jiwa dan kemurahan hati
dalam memberikan maaf dengan tulus perlakuan kasar :suami, rnaka ia telah
rnerniliki sifat pemaaf yang tertanam dalam hati. Sifat pernaaf rnerupakan
salah satu sifat yang sangat mulia dan sangat diutamakan, sebagaimana
Allah berfirman dalam (Q.S As-Syuura: 43 & Al-A'raf: 199)
Artinya : "Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan." (Q.S AsSyuura: 43)
Artinya: "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma ·rut, serta berpa/inglah daripada orang-orang yang bodoh." (Q.S Al-A 'raf: 199)
Mernaafkan tidak dap Jt rnenghilangkan perasaan sakit, narnun setelah
rnernaafkan bekas rasa sakit tersebut dapat ditahan, setelah memaafkan
individu menyadari bahwa l<.ernarahan dan l\ebencian dapat membuat
keadaan menjadi lebih buruk. (Enright, 2001)
Memberi maaf atau pemaafan merupakan dasar bagi terwujudnya islah,
pemaafan berarti "mengingat" dan sekaligus memaafkan. Dalam Islam,
proses ini disebut muhasabah, yakni saling "menghitung" atau "menimbang"
peristiwa-peristiwa yang melukai pihak-pihak tertentu. Melalui muhasabah,
6
berbagai pihak melakukan introspeksi dan 3ekaligus penilaian moral terhadap
kejadian-kejadian yang merugikan perorangan maupun masyarakat banyak.
(Azra, 2004, dalam www.icrni.or.id/ind/content/view/88/40/)
Memaafkan pelaku transgresi sangatlah sulit, ada banyak orang yang dengan
mudah memaafkan pelaku transgresi, tetapi tidak seclikit pula yang enggan
memaafkan. Setiap individu memiliki tipe-tipe pemaafan yang berbeda-beda,
model tipe-tipe pemaafan tersel:;ut antara lain hollow forgiveness, silent
forgiveness, total forgiveness, dan no forgiveness. (Baumister et.al dalam
Worthington, 1998)
7
Model hollow forgiveriess, digambarkan bahwa korban sesungguhnya belum
memaafkan pelaku, narnun ia dapat berkata "/forgive you" Ketika korban
berkata bahwa ia rnemaafkan pelaku, bisa saja sebenarnya ia baru membuat
komitmen untuk memaafkan atau dalam dirinya sedang dimulai proses untuk
mencoba rnemaafkan.
Model silent forgiveness, Pemaafan model ini nampaknya manipulatif, karena
korban sesungguhnya sudah memaafkan secara individual (intrapsikis)
namun tidak mengekspresikannya secara interpersonal (antar pribadi)
dengan kata lain, korban sesungguhnya sudah memaafkan pelaku, namun
tetap berpura-pura serta bersikap tidak m :imberi maaf l<epada pelaku.
Model total forgiveness, pada model ini pemaafan intrapsikis dan
interpersonal terjadi sekaligus, pemaafan total ini bisa cligambarkan sebagai
suatu kondisi yang ideal karena korban pada situasi ini sudah mampu
menghilangkan rasa marah, kecewa dan sedih serta sudah menerima
transgression yang terjadi.
Model no forgiveness, pada model tipe pemaafan ini tidak terjadi pemaafan,
baik secara intrapsikis maupun interpersonal. Hal tersebut dapat diketahui
darikondisi korban yang masih marah dan memendam semua Iuka yang
dirasakan serta menolak adanya perjumpaan dengan pelaku kejahatan.
8
Untuk memaafkan dibutuhkan sebuah pengendalian terhadap emosi, hal ini
dimaksudkan dengan 111engendalikan emosi individu dapat mengarahkan
emosi negatif seperti (marah, benci dan dendam) menjadi emosi positif
seperti (cinta, empati, simpati, kasih sayang) dengan dE~rnikian maka dendam
dan permusuhan dapat rnenjadi perdamaian antara keduanya.
Menurut Worthington (2003) jika korban benar-benar siap memberi maaf, ia
melakukan penggantian emosi negatif (seperti marah atau takut) dari
transgresi individu yang telah dipersepsi atau keengganan untuk memaafkan
(unforgiveness) ke arah emosi positif (seperti empati, simpati, belas kasih dan
cinta)
Emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pemikir<:m, perasaan, nafsu,
atau setiap keadaan mental (psikologis) yang hebat atau meluap-luap.
Bentuk emosi ini bermacam-macam, sulit untuk didefinisikan karena
terkadang emosi itu bercampur aduk rnenjadi satu. Berbagai macam emosi
tersebut bisa dikategorikan menjadi amarah, kesedihan, rasa takut, cinta,
terkejut, jengkel, maiu, dan sebagainya. (www.kompas.com)
Emosi yang negatif dapat mengganggu atau menurunkan kapasitas memori
dalam memproses informasi, mengurangi akurasi dan sering tidak efisien
dalam melakukan tugas-tugas kognitif (seperti dalam hal memaafkan).
(Suharnan, 1996)
9
Rasa marah, kesal dan gembira adalah hal yang wajar, yang tentunya sering
dialami oleh setiap individu meskipun hat tersebut tidak setiap saat terjadi.
Pengungkapan emosi memiliki pengaturan, agar bisa mengekspresikan
emosi secara tepat maka pengendalian emosi sangat diperlukan.
Pengendalian emosi dibutuhkan bukan sebagai upaya nnenekan atau
menghilangkan emosi, melainkan untuk belajar menghadapi situasi dengan
sikap rasional.
Pengendalian emosi bukan berarti harus rnenyangkal atau menekan
perasaan, sejatinya pengendalian emosi berarti meredam rasa tertekan atau
menahan gejolak emosi dan dengan sengaja dapat menghayati suatu emosi
termasuk emosi yang tidak menyenangkan. (Goleman, :W03) Dengan
mengendalikan emosi, individu dapat menurunkan komponen-komponen
pengalaman (intrapsikis) dengan tingkah laku (interpersonal) dari emosi-
emosi negatif sehingg<i istri memiliki kesiapan untuk melepaskan emosi
negatif yang disebabkan pelaku (suami) yang pada akhirnya ia akan
merasakan ketenangan.
10
Seperti yang diutarakan oleh Worthington (2003) bahwa pemaafan terwujud
dengan penggantian emosi dari emosi-emosi keengganan untuk rnemaafkan
(unforgiveness) seperti dendam dan benci, kearah memaafkan (forgiveness).
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui bahwa seorang istri yang
mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya akan menorehkan Iuka hati
yang dalam dan cenderung untuk tidak memaafkan, tetapi akan jauh lebih
baik jika memberikan maaf terhadap orang yang tel ah melakukan kejahatan,
karena disaat istri tidak membalas dendam dan lebih mc3ngutamakan
memberi maaf kepada pelaku (suami) maka ia bisa menjadi orang yang
dapat memiliki kendali atas emosinya. Begitu pula dengan berbagai tipe
pemaafan yang dimiliki setiap istri yang sedang dan telah mendapatkan
perlakuan kasar dalam rumah tangga akibat perlakuan suami (pelaku) akan
dapat mempengaruhi pengendalian emosi istri untuk memberikan maaf atau
tidak kepada pelaku. Maka dari itu penulis tertaril< untuk mengangkat
masalah ini dan memberikan judul pada skripsi ini dengan: Peranan Tipe-tipe
Pemaafan Terhadap Pengendalian Emosi Pada lstri Yang Menjadi Korban
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KORT).
11
1.2. ldentifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa permasalahan yang
dapat diidentifikasikan, yaitu:
1. Tipe-tipe pemaafan yang seperti apakah yang akan dapat mengendalikan
emosi seorang istri dalam menghadapi l<ekerasan yang dilakukan suami.
2. Bagaimanakah garnbaran pemaafan pada istri yang memiliki tipe
pernaafan model hollow forgiveness, silent forgivemass, total forgiveness,
dan no forgiveness dalarn mengatasi KORT yang dilakukan suami.
3. Bagaimanal<ah gambaran pengendalian emosi yang ditampilkan pada
kc,rban yang mengalami KDRT.
4. Bagaimanakah peranan tipe-tipe pemaafan terhadap pengendalian emosi
pada istri yang menjadi korban KORT.
1.3. Pembatasan Masalah Dan Perumusan Masalah
1.3.1. Pembatasan masalah
Agar penulisan dan r.iembahasan masalah lebih terarah dan mudah untuk
difahami, rnaka penulis memberikan batasan permasalahan sebagai berikut :
12
1. Pemaafan yang dimaksud adalah proses, cara, perbuatan memaafkan;
pengampunan.Sedangkan tipe-tipe pemaafan yan!J dimaksud ialah Tipe
pemaafan model /Joflow forgiveness, silent forgiveness, total forgiveness,
dan no forgiveness.
2. Pengendalian emosi yang dimaksud yaitu mengamhkan energi ernosi ke
saluran ekspresi yang bennanfaat dan dapat diterima secara sosial.
3. Kekerasan dalam rumah tangga (KCRT) yang dimaksud adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat pada
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis
dan penelantaran rumah tangga.
1.3.2. Perumusa11 masalah
Dari uraian masalah diatas maka perumusan masalahnya dapat dilihat pada
pertanyaan dibawah ini:
1. Bagaimanakah tipe-tipe pemaafan dalam mengendalikan emosi pada istri
yang menjadi kcrban KORT?
2. Mengapa tipe-tipe pernaafan dapat rnengendalikan •::mosi pada istri yang
menjadi korban KORT?
1.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan penelitian
Sesuai dengan perrnasalahan yang dirumuskan dan a~iar penelitian ini
menjadi lebih terarah t'ecara jelas, maka perlu ditetapkan tujuannya yaitu :
1. lngin mengetahui bagaimanakah tipe-tipe pemaafan dalam
mengendalikan emosi pada istri yang menjadi korban KORT.
2. lngin mengetahui mengapa tipe-tipe pemaafan dapat mengendalikan
emosi pada istri yang menjadi korban KORT?
1.4.2. Manfaat pemilitian
Manfaat penelitian ini terbagi rnenjadi dua, yaitu :
13
Secara Teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangan
ilmu pengetahuan bidang psik0logi pada Fakultas Psikologi
khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam
bidang psikologi sosial dimasa yang akan datang.
14
Secara Praktis : Memb:::~!kan kontribusi dan acuan bagi masyarakat agar
dapat mendukung peran aktif dalam memberikan
pengetahuan dan pe111ahama11 mengenai manfaat
memberikan maaf kepada orang yang melukai hati (pelaku
transgresi). Karena individu yang memiliki sifat pemaaf
merupakan individu yang senantiasa ingin mencapai
kerukunan dan perdamaian bagi sesamanya.
1.5. Sistematika Penulisan
Kaidah yang dipakai dalam penulisan skripsi ini, berpedoman pada buku
panduan skripsi Fakultas Psilcologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan
sistematilca sebagai berilcut :
BAB 1 : PENDAHULUAN, mencakup latar belalcang m;asalah, identifilcasi
masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian serta sistematika penulisan.
BAB 2 : KAJIAN PUSTAKA, menguraikan tentang teori-teori yang digunakan
dalam penelitian. Teori yang digunalcan adalah teori mengenai maaf
dan tipe-tipe pemaafan, teori pengendalian emosi serta teori tentang
lcekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
15
BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN, berisi tentang metodologi penelitian
yang digunakan berupa pendekatan penelitian, subyek penelitian,
teknik pengumpulan data, instrument penelitian, prosedur penelitian.
BAB 4: PERSENTASI DAN ANALISIS DATA, menguraikan tentang
gambaran umum subyek penelitian, analisis kasus, analisis
perbandingan antar kasus.
BAB 5 : KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN, berisi hasil penelitian, diskusi
mengenai temuan-f:emuan dalam penelitian d<m saran untuk
penelitian lanjutan.
BAB2
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengendalian Emosi
2.1.1. Det1nisi Pengendaiian Emosi
Pengendalian emosi terdiri dari dua kata yaitu pengendalian dan emosi,
masing-masing kata dapat dijAlaskan satu persatu. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1991) Pengendalian adalah prosEis, i::ara, perbuatan
mengendalikan; pengekang. Sedangkan l'.:mosi berasal dari Bahsa Latin
yang menunjukkan kata kerja yakni movere yang berarl:i "menggerak,
bergerak", ditambah awalar. "e" untuk memberi arti "bergerak menjauh"
menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal yang mutlak
dalam emosi. (Goleman, 1996)
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991), emosi adalah Luapan
peras.aan yang berl<embang dan surut dalam waktu singkat, keadaan dan
reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kEisedihan, keharuan
dan kecintaan).
17
Emosi adalah suatu keadaan di dalam diri seseorann yang tidak kentara dan
sulit diukur. Emosi atau perasaan adalah suatu keadaan dalam diri seseorang
yang memperlihatkan ciri-ciri: kognisi tertentu, pengind1eraan, reaksi fisiologis
dan pelampiasan dalam perilaku. (Davidoff, 1991)
Emosi adalah sebuah signal yang berbentuk haru, sedih, kecewa, marah atau
bahagia (pada sistem limbik). (Agustian, 2003) Emoi;i dapat digolongkan
sebagai emosi yang menyenangkan (kegembiraan, cinta) atau tidak
menyenangkan (rasa marah, rasa takut). Emosi dapat diklasifikasikan
berdasarkan intensitasnya. Pasangan kata seperti rasa tidak senang-rasa
marah, rasa sakit-rasa tersiksa dan rasa sedih-rasa duka menunjukkan
perbedaan intensitas. (Atkinson, 1983)
Sedangkan yang dimaksud dengan pengendalian emosi Menurut Ch<1plin
(2005) adalah bahwa "usaha di pihak individu untuk mengatur dan menguasai
emosinya"
Berdasarkan konsep ilmiah, Hurlock (1978) mengemukakan bahwa
pengendalian emosi berarti: mengarahkan energi yang timbul pada saat
terbangkitnya emosi ke saluran ekspresi yang bermanfaat dan dapat diterima
secara sosial. Untuk mencapai pengendalian emosi yang baik, seseorang
harus dapat mengendalikan ekspresi emosi yang ditampakkannya, baik
18
dalam ekspresi wajah, tubuh maupun bicara. Selain itu seseorang juga harus
dapat mengatasi situasi yang membangkitkan emosi seirta mengatasi reaksi
yang biasanya menyertai timbulnya emosi tersebut.
Pengendalian emosi oleh diri sendiri tidak hanya berarti meredam rasa
tertekan saja atau menahan gejolak emosi, ini juga berarti dengan sengaja
menghayati suatu emosi termasuk yang tidak menyenangkan. (Goleman,
2003)
Pengendalian diri adalah menjaga agar emosi dan impuls yang merusak
tetap terkendali. Pengendalian diri mewujud dalam ketiadaan api-api emosi
yang lebih mencolok, tanda-tandanya meliputi ketegaran saat menghadapi
stres atau menghadapi seseorang yang bersikap bermusuhan tanpa
membalas dengan sikap serupa. (Goleman, 2003)
Orang yang memilil<i kemampuan untuk mengendalikani dirinya akan dapat
1. Mengelola dengan baik perasaan-perasaan impulsive dan emosi-emosi
yang menekan mereka.
2. Tetap teguh, tetap positif dan tidak goyah bahkan dalam situasi yang
paling berat.
3. Berpikir dengan jernih dan tetap terfokus kendati dalam tekanan.
19
Penguasaan diri (pengendalian diri emosi) dalam bahasa Yunani adalah
sophrosyne yaitu hati-hati dan cerdas dalam mengatur l~ehidupan;
keseimbangan dan kebijaksanaan yang terkendali. Sedangkan penguasaan
diri menurut orang-orang Romawi adalah temperantia atau kendali, yaitu
pengendalian tindakan emosional yang berlebihan den~1an tujuan
menyeimbangkan emosi dan bukan menekan emosi, karena setiap perasaan
mempunyai nilai dan makna. (Goleman, 1999)
Setiap individu dapat mengekspresikan bentuk-bentuk emosi tersebut dengan
berbagai cara, namun seiring meningkatnya usia setiap individu dituntut untuk
dapat rnengendalikan emosinya. lndividu yang dapat rnengendalikan
emosinya akan mendapat reaksi positif dari lingkungan sosial,
mengendalikan emosi berarti mampu mengenali, memahami serta mengelola
emosinya sendiri. (www.sinarharapan.com, 2003)
Dari penjelasan di atas, peneliti rnenyimpulkan bahwa pengendalian emosi
merupakan pengalihan energi dan penyeimbangan emc1si yang bersifat
negatif yang ditimbulkan oleh tubuh menjadi energi positif yang akan
menjadikan hidup seorang individu terkendali dan individu tersebut akan
dapat mengenali emosinya serta dapat mengendalikannya dengan bail<.
20
2.1.2. Macam··macam dan Komponen Emosi
Setiap manusia memiliki macam-macari emosi dasar, diantaranya:
1. Amarah
Menurut Davidoff (1981) amarah merupakan suatu ernosi yang
rnempunyai ciri-ciri aktivitas sistem saraf simpatetrk yang tinggi dan
adanya perasaan tidak suka yang amat kuat yang disebabkan adanya
kesalahan, yang mungkin nyata salah atau rnungkin pula tidak.
Nabi Muhammad SAW, bersabda: "ketahuilah, sesungguhnya amarah
itu adalah bara api dalarn hati manusia. Tidakkah kalian melihat kepada
kedua mata (orang yang sedang marah) itu menjadi rnerah dan otot-otot
lehernya rnenjadi besar. Maka barang siapa yang mengalami hal itu,
hendaldah ia tempelkan pipinya di tanah (berbaring). (Ghazali, 2003)
Beliau juga bersabda:
/ / / ') / :: )J ?J // / / '/ '1 / ')/ .:i /-"". 7/
J,..;,JIY....;;JI ~/ , L~ ,J~;/I ~ '." ;.. .. J\ / /
Artinya: " Amarah itu dapat merusak iman, sebagaimana jadam (buah yang pahit) dapat merusak manisnya madu."
Artinya: "Orang kuat itu bukanlah orang yang panclai bergu/at. Akan tetapi orang kuat ada/ah orang yang mampu men(lendalikan dirinya ketika marah."
21
Menurut Ja'far bin Muhammad, mengatakan bahwa: "kemarahan adalah
kunci segala keburukan. Jauhilah kemarahan, karena ia menyeretmu
· kepada hinany;i meminta maaf." (Hawwa, 2006)
2. Kesedihan (duka cita)
Duka cita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang
disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai. (Hurlock, 1978) dalam
bentuk yang lebih ringan keadaan ini dikenal sebagai kesusahan atau
kesedihan.
3. Kecemasan
Kecemasan sebagai emosi yang ditandai oleh perasaan akan bahaya
yang diantisipasikan, termasuk juga ketegangan dan stres yang
menghadang oleh karena bangkitnya sistem saraf simpatetik. (Davidoff,
1981)
Rasa cemas ialah keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan
sakit yang mengancani atau yang dibayangkan. Rasa cemas ditandai
oleh kekhawatiran, ketidakenakan perasaan yang ltidak baik dan tidak
dapat dihindari oleh seseorang, disertai dengan ketidakmampuan
menemukan pemacahan masalah yang dihadapi. (Hurlock, 1978)
4. Takut
Takut adalah perasaan yang sangat mendorong indivitlu untuk menjauhi
sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal tersebut.
(Rahman, 2004)
22
Ketakutan sering kali dibedakan dalam dua dimensi, yaitu: (a) objek
suatu ketakutan biasanya mudah dispesifikasi. (b) intensitas rasa takut
· itu sesuai dengan besar kecilnya ancaman. (Hurlock, 1978)
5. Kegembiraan
Kegembiraan adalah emosi yang menyenangkan 11ang juga dikenal
dengan keriangan, kesenangan atau kebahagiaan. (Hurlock, 1978)
Menurut Sarwono (2000) Gembira adalah ekspresi dari kelegaan, yaitu
perasaan terbebas dari ketegangan.
6. Cinta adalah luapan emosi kasih sayang yang dibEirikan seseorang
terhadap sesamanya. (Depdiknas, 1991)
7. Terkejut sebagai emosi yang ditandai oleh pera::aan yang munculnya
tiba-tiba dan ticlak diduga-duga sebelumnya.
Adapun emosi memiliki tiga komponen, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Davidoff (1981). ia menyebutkan bahwa terdapat tiga komponen dalam emosi
diantaranya adalah:
1. Komponen fisiologis emosi
Walter Cannon, seorang psikolog Amerika menyatakan bahwa respon
fisiologis yang berhubungan dengan emosi dapat memberikan kekuatan
pada makhluk ketika rnenghadapi keadaan darurat Cannon
menyatakan bahwa situasi yang menimbulkan rasa sakit, marah clan
takut dapat menimbulkan perubahan fisiologis tertentu sedemikian rupa
sehingga makhluk tersebut siap untuk menghadapi tantangan yang
datang.
23
Selama emosi timbul, reaksi fisiologis akan tampil !<arena sistem saraf
pusat, sistem saraf otonom dan kelenjar-kelenjar emdokrin.
(1 ). Sistem saraf pusat, sirkuit dalam system saraf pusat
membangkitkan, mengatur, mengintegrasikan respons yang terjadi
selama emosi. Cortex cerebral diliba~kan untuk mengenali,
mengevaluasi dan membuat keputusan tentang data indera dan perilaku
berikutnya. Pikiran-pikiran, pengharapan dan persepsi yang muncul
mempunyai arti yang penting sekali bagi mempertahankan atau
menghilangkan emosi dan perilaku yang menyertainya.
(2). Sistem saraf otonom, saat timbul emosi dahsyat, biasanya orang
merasakan kekacauan batin (intemal turmoil), misalnya jantung
f:Jerdenyut lebih cepat, otot tegang, gemetar dan gejala lainnya. Respon
ini dikenal dengan nama reaksi otonomik, karena dikendalikan oleh
sistem saraf otonom (SSO).
(3). Kelenjar-lff1lenjar adrenalin, kelenjar ini tei'letal< dibagian atas ginjar,
bila dia mengalami keadaan emosional l<elenjar adrenalin akan melepas
hormon adrenalin dan non adrenalin.
2. Komponen subyektif emosi
Komponen ini merupakan penilaian subyektif individu terhadap respon
emosi yang diternui, ditandai dengan pemberian S(~buah label. Misalnya
24
jika seseorang baru saja menerima hinaan maka reaksi fisiologis yang
ditimbulkan berupa jantung berdenyut cepat, tangan berkeringat, wajah
merona kemerah-merahan. Banyak psikolog percaya bahwa interpretasi
orang terhadap situasi yang dihadapi saat itu akan menentukan
pemberian label terhadap emosi yang dilaminya.
3. Komponen behavior emosi (perilaku)
Manusia dan hewan, berespons terhadap emosi dengan menggunakan
ekspresi wajah, gera!c-gerik dan tindakannya sendiri. Manusia di seluruh
dunia, bila merasa susah maka mulutnya akan cemberut, begitu juga
sebaliknya, jika merasakan senang mulutnya akan tersenyum.
Kemudian perilaku atau gerak-gerik yang menyertai emosi, misal Bill
sedang marah, dia akan cemberut dan mencaci-maki.
2.1.3. lndikator Pengendalian Emosi
lndikator yang dapat dijadikan sebagai pengukuran dalam pengendalian
emosi seorang istri dalam menghadapi kekerasan yang dilakukan suami
yang pada kasus ini sebagai pelaku kejahatan di kemukakan oleh Goleman
(2003) adalah sebagsi berixut:
1. Dapat menghadapi situasi (keadaan) dengan sikap rasional.
2. Dapat mengelola dengan baik perasaan-perasaan impulsif dan emosi
emosi yang menekan.
3. Tetap teguh, tetap positif dalam berpikir serta tidak goyah dalam
situasi (permasalahan) yang paling berat.
25
4. Dapat berpikir dengan jemi:1 dan tetap fokus waiaupun berada dalam
tekanan.
5. Dengan mudah dapat mengenali emosi dan menghindari dari
penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat menimbulkan
respon emosional.
2.2. Maaf
2.2.1. Definisi Maaf
Kata maaf berasal dari bahasa Arab, yaitu a/-afw. "Memaafkan" secara
etimologis adalah memberi ampun atas kesalahan dan tidak menganggap
salah. (Depdiknas, 1991) kata Al-afw sebagai suatu istilah dalam Islam yang
berarti bahwa seseorang menghapuskan kesalahan atau membatalkan
melakukan pembalasan terhadap orang yang berbuat jahat atas dirinya.
Dengan pemberian maaf tersebut, seseorang berarti berbuat kebaikan
kepada orang lain dan membersihkan dirinya dari sifat marah, dendam,
dengki dan permusuhan. (Asmaran, 1994)
26
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), "Maaf' adalah Pembebasan
seseorang dari hukuman (tuntutan, denda dan sebagainya) karena suatu
kesalahan, ungkapan permintaan ampun atau penyesalan, serta ungkapan
permintaan izin untuk melakukan sesuatu. Sedangkan "pemaafan" adalah
proses, cara, perbuatan memaafkan; pengampunan.
Kata al-'afw terulang dalam Al-Quran sebanyak 34 kall. Makna kata a/-'afw
adalah keterhapusan. Memaafkan berarti menghapus Iuka atau bekas-bekas
Iuka yang ada di dalam hati. (www.
media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Hala1Bihalal2.html)
Tujuh ayat dalam QS. Al-Baqarah: 51, 187, Al-Taubah: 43, Ali- lmran: 152,
Al-Maidah: 95, An-Nur, 22, Al-Syura: 40. menggunakan kata 'afa' adalah
berbicara tentang pem;:iafan. Semuanya dikemukakan tanpa adanya usaha
terlebih dahulu dari orar.;; yang bersalah. Adapun salah satu dari ketujuh ayat
tersebut berbunyi:
Artinya: "Dan ba/asan suatu kejahatan adalah pembalasan yang setimpa/, tetapi barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, ganjarannya ditanggung oleh Allah (QS Al-Syura [42]: 40).
27
Memaafkan merupakan perilaku yang tidak mudah diiakukan oleh setiap
orang, tidak ada seorangpun yang lahir dengan cukup kemampuan dan bakat
untuk memaafkan, setiap manusia perlu belajar memaaifl<an yang hampir
merupakan upaya yang amat sukar. (Smedes, 1993) saat memulai upaya
memaafkan, keinginan untuk menyakiti orang lain akan hilang menguap
bersama kemarahan, jika dalam hati telah timbul kesediaan untuk
memaafkan, individu akan mulai sembuh da111 bersama itu pula mulai
hilanglah kebencian yang dimiliki.
Memberi maaf atau oemaafan merupakan dasar bagi terwujudnya ish/ah
(perbaikan). (Azra, 2004) Allah sangat menyukai orang yang selalu menahan
amarahnya dan mudah memaafkan orang yang telah menyakitinya,
sebagaimana Allah bertirman dalam QS. Ali lmran: 134
Perintah dan anjuran pemberian maaf banyak ditemukan dalam al-Qur'an
dan hadits. Salah satu ayat yang memerintahkan untuk memberikan maaf
yaitu dalam (Q.S Al-araf: 199)
Artinya: "Jadilah engkau pemaaf dan suruh/ah orang mEmgetjakan yang ma'ruf, serta betpalinglah daripada orang-orang yang bodoh." (Q.S Al-A'raf: 199)
28
Memaafkan adalah alternatif terbaik untuk memperbaiki relasi manusiawi
yang dirusakkan, namun memaafkan bukanlah tindakan atau pengalaman
yang mudah dilakukan dan didapatkan. (Smedes, 1993) sedangkan menurut
Assaf (2001) Pemaafan adalah akhlak konstruktif yang menguatkan fondasi
persatuan, menegakkan monumen-monumen kekuatan, serta meninggikan
identitas kemuliaan dan kebesaran.
Kata Al-Afuww dalam Asmaul Husna berarti melebur dosa dan
menghilangkannya sama sekali. Pemberian maaf atas dosa merupakan
dorongan bagi orang-orang yang ingkar agar mereka mengubah jalan hidup
mereka untuk mengikllti jalan yang lurus. (Al-Kumayi, 2005)
Memaafkan merupakan pembebasan yang dilakukan dengan tulus hati
·· karena dilakukan bersamaan dengan penilaian yang jujur, rasa sakit yang
diterima dengan lapang dada dan rasa benci yang bersifat terbuka. (Smedes,
1993)
Dari pengertian yang telah dijabarkan di atas, maka c'apat disimpulkan bahwa
memaafkan merupakan sebuah proses atau cara untuk: memberi ampun atas
kesalahan yang dilakukan pelaku dan menjadi alternati'f terbaik untuk
memperbaiki relasi antar sesama manusia serta merupakan perbuatan yang
sangat dicintai Allah SWT.
2.2.2. Tahapan Memberi ttfaaf
Tindakan memaafkan sangat sederhana, tetapi tindakan itu selalu terjadi di
tengah amukan berbagai macam perasaan. Tindakan rnemberi maaf
merupakan sesuatu yang amat sukar dilakukan dalam hubungan antar
pribadi. Tindakan memberi maaf berlangsung melalui 1~mpat tahap, jika
keempat tahap ini dapat dilalui dengan baik maka akan dicapai titik puncak
yaitu rekonsilisasi. (Smedes, 1993) Adapun empat tE1hap memberi maaf
menurut Smedes, yaitu:
1. Tahap Pertama: Merasa disakiti
Bila individu merasa disakiti secara mendalam sehingga ia sulit untuk
melupakan, maka dalam dirinya akan terjadi tahap pertama yaitu krisis
pemberian maaf.
2. Tahap Kedua: Merasa benci
29
lngatan bahwa individu telah disakiti selalu muncul clengan amat jelas dan
selalu diingat, serta individu itu tidak pemah lagi mengharapkan hal-hal
yang baik bagi orang yang telah menyakitinya.
3. Tahap Ketiga: Penyembuhan
lndividu tersebut telah diberi "mata ajaib" atau kesadaran agar dapat
memandang kepada orang yang telah menyakitinya dengan cara
p:mdang yang baru dan ingatannya pun terjemihkan, lalu individu itu
dapat menolak arus masuk rasa sakit.
4. Tahap Keempat: Tercapainya damai, rujuk l<embali
lndividu menerima kemba:i orang yang telah menyakitinya untuk
memasuki kehidupannya.
30
Adapun proses-proses yang terjadi dalam tahapan untuk memberikan maaf,
yaitu: ketika individu memutuskan untuk memberi maaf (decisional
forgiveness), ia setuju !.mtul< mengontrol perilaku negatifnya (seperti
menghindar atau baias uandam) terhadap pelaku dan memperbaiki
hubungan dengan pelaku, sama seperti sebelum transgresi terjadi. lndividu
berharap suatu saat dapat mengurangi atau menghilangkan emosi-emosi dan
motivasi-rnotivasi negatifnya. Akan tetapi kemudian individu sadar bahwa hal
tersebut rnemerlukan waktu yang lama. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan antara pikiran dan hati dalam diri individu. Tipe pemaafan yang
dapat merubah hati adalah pemaafan secara emosional (emotional
forgiveness). Dalam hal ini proses pemaafan didefinisikan sebagai
penyesuaian emosi-emosi negatif menjadi positif. Emosi-emosi negatif bisa
berupa emosi marah, emosi takut dari transgresi yang telah dipersepf.i
individu atau emosi keengganan untuk memaafkan (unforgiveness),
sedangkan emosi po:>itif bisa berupa empati, simpati, belas kasih dan cinta.
Emosi positif pada awalnya akan menurunkan intensitas dari emosi negatif.
Jika penggantian emosi yang terjadi cukup kuat dan berlangsung cukup lama
31
maka keengganan untuk memaafkan akan berubah dan penggantian emosi
pun terjadi. Emosi positif seperti empati, simpati, betas kasih dan cinta akan
dirasakan individu t.:mpa adanya emosi negatif dari transgresi. lndividu tidal<
lagi merniliki keinginan untuk menghindar atau membalas dendam.
Pemaafan secara ernosional (emotional forgiveness) yang lengkap sudah
dialami oleh individu. Untuk lebih jelasnya lihat bagan 2.1.2
['.'!"tan akan Iuka
IFp>t;;e;;;ris<ilu;;Jw;,-a i-.J--1> Lln11karanTransgresl
Emosi marah dan takut
Setelah memaafkan:
Mengingat kenangan memaafkan
Llngkaran Pemaafan
Emosi Positif
(empati, simpatj, belas kasih,
cinla} : Mengga~tikan emosi
emosi Unforgiveness
Sebelum memaafkan:
- , Pengulangan transgresCJ
- Lin11karan Unforgiveness
- Emosi Unforgiveness
- (Kepahitan, dendam, benci, di!)
I
Bagan 2.1.2. Proses Pemaafan menurut Worthington (2003)
Pada bagan 2.1.2. proses memaafkan dimulai saat ingatan individu akan
...
transgresi mengaktifkan lingkaran transgresi. Sebelum individu memaafkan,
ia akan tertangkap pada lingkaran keengganan untuk memaafkan
(unforgiveness). Setelah penggantian emosi-emosi dari keengganan untuk
memaafkan individu tersebut dilalui maka ia melangkah pada lingkaran
pemaafan yang utuh.
32
Enright dan Coyle (1998) secara lebih detail merinci, proses pemaafan yang
dilalui individu meliputi aspek kognitif, afektif dan tingkah laku. Ada empat
fase dalam proses ini, yaitu fase pengungkapan (uncovering phase), fase
pengambilan keputusan (decision phase), fase kerja (work phase) dan fase
pemantapan (deepening phase).
Dalam fase pengungkapan (uncovering phase), korban sadar akan masalah
yang terjadi. Kesadaran ini dibarengi dengan Iuka emosional yang
diasosiasikan dengan Iuka dan ketidakadilan yang dialami individu. Kemudian
dalam fase pengambilan keputusan (decision phase), korban menyadari
bahwa bergumul dengan transgresinya tidaklah sehat. Pada fase ini, korban
memiliki kemauan untuk memberi maaf. Kemudian dalam fase ke1ja (work
phase), korban rnernulai proses 'bekerja' untuk memaa1kan pelaku. Pada
fase ini korban melakukan reframing, pemaknaan kembali terhadap
transgresi dengan rnemposisikan dirinya sebagai pelaku.
Hal ini mengembangkan empati korban terhadap pelaku, korban menyadari
bahwa pemaafan membutuhkan penerimaan pada Iuka yang terjadi. Korban
33
pun memastikan diri untuk tidak membalas dendam atau melakukan
transgresi yang dialaminya terhadap orang lain, termauuk pelaku. Kemudian
saat korban rnerasa bahwa setelah ia melewati proses memaafkan, ia
mendapatl<an keuntungan-keuntungan pribadi. Maka dalam fase pemantapan
(deepening phase), korban akan mengalami penemuan makna akan
penderitaan yang ia alami. Selain itu ia menyadari adanya pengurangan
perasaan negatif digantikan dengan perasaan positif.
Baik proses pernaafan menu rut Worthington (2003) maupun Enright dan
Coyle ('1998) bul<anlah sesuatu yang berlangsung secam kaku sesuai
urutannya rnelainkan f!eksibel. Yaitu adanya umpan balik serta memberi
peluang terhadap perbedaan atau variasi individual dalarn proses memaafkan
yang terjadi.
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemaafan
McCullough, Rachal, Sandage, Brown, Hight dan Worthington (1998),
menyebutkan bahwa terdapat ernpat faktor yang mempengaruhi pemaafan,
yaitu:
1. Faktor Sosial-kognitif
Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi pemaafan, aspek inilah
yang paling berpengaruh. Aspek yang terdapat dalam sosial-kognitif ini
adalah empati, atribusi dan ruminasi (perenungan). E:mpati adalah
kemampuan untuk merasakan orang lain. Atribusi adalah adanya
pengetahuan yang cukup baik tentang peristiwa kekerasan terhadap
pelaku kejahatan. Sedangkan ruminasi (perenungan) yaitu kemampuan
individu melihat efek sebab-akibat dan membuat penilaian baru.
2. Aspek Transgresi
34
Aspek ini aga'< kurang mempengaruhi dibandingkan aspek sebelumnya,
hakekat dari transgresi yang mempengaruhi pemaafan seperti jenis dan
keparahan kesaki1an akibat langsung atau tidak laniisung dari kesalahan
dan penunjukkan permintaan maaf dari pelaku.
3. Aspek hubungan dengc:n pelaku
Kualitas dari hubungan antara korban dan pelaku yang mempengaruhi
pemaafan, seperti kedekatan, komitmen, kepuasan hubungan dan
lamanya waktu hubungan sebelum kejadian.
4. Aspek kepribadian
Aspek ini merupakan aspek yang paling jauh diantara faktor yang
mempengaruhi pemaafan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
kesiapan seseorang untuk memaafkan atau tidak memaafkan tergantung
dengan kepribadicin yang dimiliki oleh orang tersebut. Kepribadian
35
agreebleness, emphatic dan concem memiliki kesiapan untuk memaafkan
lebih besar dibandingkan dengan kepribadian narsis, neurotic dan anxiety.
Keempat faktor di atas belum menyentuh pada aspek psiko-religius yang
menyatakan bahwa memaafkan adalah perintah agama. Dalam Islam telah
dijelasl<an apabila kejahatan (kekerasan) dibalas dengan kebaikan
(memaafkan) maka akan mampu menghentikan kobaran rasa benci dan
dengki sehingga dua individu yang pada awalnya bermusuhan berubah
menjadi dua kawan yang setia dan akhimya dapat merubah permusuhan
menjadi persaudaraan serta kebencian menjadi cinta kasih. (Al-Hasyimi,
1999) Allah SVVT telah menjelaskan dalam QS An-Nur (24): 22 yaitu anjuran
untuk memberikan maaf
" ... Dan hendaklah mereka memberi maaf dan me/apangkan dada. Tidakkah kamu ingin diampuni a/eh Allah?dan Allah maha pengampun /agi mafia penyayang" (QS An-Nur [24]: 22).
Ditegaskan pula dalam Al-qur" an bahwa pemberian maaf termasuk salah
satu sifat yang diutamakan dan merupakan al<hlak yan1;i mulia. Khususnya
dalam menjaga hubungan baik manusia dengan sesamanya. Sebagaimana
Allah berfirman dalam QS. As-Syura: "'3
"Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk ha/-hal yang diutamakan." (QS. As-Syura: 43)
2.2.4. Dimensi dan tipe-tipe pemaafan
Baumister, Exline dan Sommer (dalam Worthington, 1998), menyatakan
bahwa ada dua dimensi pemaafan, yaitu:
1. Pemaafan lntrapsikis (individual)
36
Yaitu pemaafan sebagai suatu sikap emosional berdasarkan tinjauan
kognitif dan interpretatif, disini memaafkan berarti berhenti merasa marah
atau benci setelah transgression terjadi. Pemaafan dalam dimensi
emosional ini dimediasi memahami transgression dari sudut pandang
pelaku tersebut.
2. Pemaafan Interpersonal (antar pribadi)
Yaitu pemaafan sebagai bentuk social action biasanya dalam situasi
khusus, sehingga relasi dan situasi dipulihkan seperti sebelum terjadi
transgression, kemudian dari pemaafan antar pribacli nantinya akan
tercapai rekonsiliasi.
Selanjutnya dua dimensi di atas dikembangkan oleh Baumistre, Exline, dan
Sommer (dalam Worthington, 1998) menjadi empat dimensi pemaafan, yaitu:
hollow forgiveness, silent forgeveness, total forgiveness dan no forgiveness.
37
Tabel 2.1.4
Kombinasi Dimensi Pemaafan Yang Akan Membentuk Tipe-tipe Pemaafan
1. Interpersonal Act + No lntrapsychic State := Hollow Forgiveness
2. lnterpsychic State + No Interpersonal Act = Silent Forgiveness
3. lntrapsychic State + Interpersonal Act = Total Forgiveness
4. No lntrapsychic State + No Interpersonal Act = No Forgiveness
1. Model Hollow Forgiveness (Interpersonal Act + No lntrapsychic State)
Pada model ini terjadi pemaafan interpersonal, namun tidak disertai
pemaafan intrapersonal atau individual. Pada kombinasi ini digambarkan
bahwa korban sesungguhnya belum memaafkan pelaku, riamun ia dapat
berkata "I forgive you"
Ketika korban berkata bahwa ia memaafkan pelaku, bisa saja sebenarnya
ia baru membuat komitmen untuk memaafkan atau dalam dirinya sedang
dimulai proses untuk mencoba memaafkan sementara masih tetap ada
rasa sakit yang mendalam dan korban masih belum mampu mengatasi
perasaan terluka yang ditimbulkan pelaku, terlebih lagi jika korban merasa
sebagai pihak yang tidak bersalah.
Namun dalam banyak peristiwa, pemaafan interpersonal ini dibutuhkan
untuk memperlihatkan sebentuk pemaafan kepacla masyarakat luas. Saat
komitmen telah dimiliki maka korban dapat mengekspresikan ungkapan
memaafkan ini dengan baik kepada pelaku, maupun kepada pihak lain
walaupun sesungguhnya pemaafan intrapsikis belum terjadi atau
prosesnya baru akan dimulai.
38
2. Model Silent Forgiveness (lnterpsychic State + No Interpersonal Act)
Yaitu model pemaafan dimana pemaafan secara individual ini terjadi
namun tidak disertai dengan pemaafan interpersonal atau antar pribadi.
Pemaafan model ini nampaknya manipulatif, karena1 korban
sesungguhnya sudah memaafkan secara individual (intrapsikis) namun
tidak mengekspresikannya secara interpersonal (antar pribadi) dengan
kata lain, korban sesungguhnya sudah memaafkan pelaku, namun tetap
berpura-pura serta bersikap tidal< mernberi maaf kepada pelaku. Dari
sudut pandang korban, sikap berpura-pura ini bisa climengerti karena
pada dasarnya adalah demi kebaikan pihak korban. Misalnya untuk
menghindari korban dari ketakutan dan perlakuan yang berakibat lebih
parah lagi.
Di lain pihak, bentuk pemaafan ini juga sangat menuuntungkan korban,
karena berusaha untuk menghindarkan korban dari kerugian yang lebih
besar lagi. Misal, mencegah korban tidak kehilangan kesempatan
rnendapat ganti rugi. Karena itu penting untuk korban bersikap
membiarkan pelal<u terus merasa bersalah. Walaupun sesungguhnya
l<orban sudah memaalkan pelaku dan tidak lagi menyimpan marah,
dendam dan benci.
39
3. Model Total Forgiveness (lntrapsychic State+ Interpersonal Act)
Pada model ini pemaafan intrapsikis dan interpersonal terjadi sekaligus,
pemaafan total ini bisa digarnbarkan sebagai suatu kondisi yang ideal,
karena korban pada situasi ini sudah marnpu rnenghilangkan rasa rnarah,
kecewa dan sedih serta sudah menerima transgression yang terjadi.
Pada kondisi dimana terjadi pemaafan total, maka hubungan antara
lmrban dan pelaku kejahatan sudah demikian pulih, keadaannya bisa
disarnakan seperti sebelum terjadi transgression. Hubungan yang kembali
rnernbaik ini pertarna-tarna dihasilkan dari kernampuan individu
mernaafkan secara intrapsychic, dirnana ia melepaskan haknya untuk
marah terhadap pelaku.
4. Model No Forgiveness (No lntrapsychic + No Interpersonal Act)
Pada model kornbinasi ini, tidak terjadi pemaafan baik secara intrapsikis
maupun interpersonal. Hal tersebut dapat diketahui dari kondisi yang
rnasih rnarah dan mernendarn sernua Iuka yang ia rasakan serta menolak
adanya perjumpaan dengan pelaku kejahatan.
Allah berfirman dalam Al-qur'an untuk mernerintahkan kepada seluruh
rnanusia agar menghiasi diri dengan berpedoman pada kitab suci Al-qur'an,
ayat-ayat Al-qur'an tersebut rnenjelaskan kepada umat mukmin untuk
senantiasa menahan arnarah, rnernberikan maaf serta toleran antar sesarna
manusia dengan tidak rnernberikan (rnenghapus) bekas kedengkian, iri hati
dan kebencian karena sesungguhnya setiap manusia itu bersaudara. Allah
Azza Wa Jalla berfirman :
"maka maafkanla/1 mereka dengan cara yang bail<' (QS. Al-Hijr: 85)
2.3. Kel<erasan Dalam Rumah Tangga (KORT)
2.3.1. Definisi kekerasan dalam rumah tangga
40
Kekerasan dalam kamus bahasa Indonesia (1991) adalah perbuatan
seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain
atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.
Kekerasan adalah suatu serangan atau invasi terhadap fisik maupun
integritas mental P<'ikologis seseorang. (Roza, 2006) S19dangkan kekerasan
dalam rumah tangga (KORT) adalah perbuatan fisik dan kata-kata yang
terjadi di tempat dimana seseorang seharusnya bisa merasa aman, yaitu
dirumah. (Kalyanamitra, 1999)
Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan penelantaran rumah tangga
termasuk ancarnan untuk rnelakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kernerdekaan rnelawan hukurn dalam lingkup rumah tangga.
(Pasal 1 Undang-undang Penghapusan KORT no 23, 2004)
41
Kekerasan dalarn rumah tangga adalah suatu bentuk penganiayaan (abuse)
secara fisik maupun ernosional/psikologis yang merupakan suatu cara
pengontrolan terhadap pasangan dalam kehidupan rumah tangga.
(Hasbianto, 1996)
Dari pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa
kekerasan dalam rumah tangga merupakan suatu bentuk penganiayaan yang
dilakukan pasangan (suarni) terhadap istri dalarn bentuk kekerasan fisik,
psikis, keksual dan penelantaran rurnah tangga.
2.3.2. Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga
Bentuk kekerasan yar.g terjadi dalam rumah tangga sangat beragam,
sebagaimana yang terdapat pada UUD Penghapusan KORT (2004) yaitu :
1. Kekerasan fisik adalah setiap perbuatan yang mengakibatkan rasa
sakit, jatuh sakit atau bekas Iuka berat.
2. Kekerasan psikis yang dimaksud adalah perbuatan yang
mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa pereaya diri, hilangnya
kemampuan untuk bertindak dan/atau penderitaan psikis berat pada
seseorang. (pasal 7)
42
3. Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan
hubungan seksual dengan orang lain untuk tujua.n komersil atau tujuan
tertentu. Kekerasan ceksual (pasal 8) meliputi:
a. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang
yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut.
b. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam
lingkup rumc,1h tangganya dengan orang lain untuk tujuan
komersial dan/atau tujuan tertentu.
4. Penelantaran rumah tangga merupakan kekerasan yang dilakukan
dengan tidak mernberikan kehidupan perawatun atau peme!iharaan
kepada orang dalam lingkup rumah tangga dall rnembatasi serta
melarang untuk bekerja yang layak didalam atau diluar rumah
sehingga korban berada dibawah kendali orang tersebut.
Menurut Kalyanamitra (1999) ada beberapa macam l<ekerasan yang terjadi
didalam rumah tangga, yang dilakukan suami terhadap istri. Kekerasan
tersebut berupa:
1. Meninju, memukul, inenampar, mendorong sampai jatuh,
melemparkan sesuatu, rnenarik rambut, menelikung tangan dan kaki,
mencekik dan b:::::-:tuk-bentuk lain serangan fisik.
43
2. Menggunakan senjata, seperti pisau makan, pisau dapur, dan tongkat.
3. Mengancam melukai istri/pasangan atau anak-ani:lk.
4. Merusak barang-barang, seperti mebel, untuk menakut-nakuti.
5. Perbuatan penganiayaan emosional dan mentl'IL
6. Penganiayaan atau penyerangan seksual.
7. Mencabut hak istri/pasangan ata s keperluan pokok, seperti makanan,
uang, berhubungan dengan teman atau keluarga, serta melakukan
intimidasi dan isolasi.
8. Merendahkan atau menghins istri/pasangan dan membuatnya merasa
tidak berarti.
9. Pembatasan ruang gerak (misalnya, dibatasi pergaulannya)
2.3.3. lingkaran Kekerasan dalam Rumah Tangga
Kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga tidak selalu terjadi sepanjang
waktu, melainkan berlangsung seperti lingkaran. Lingkaran kekerasan dalam
keluarga sering berpola sebagai berikut:
1. Tahap Pertama: Ketegangan yang meningkat
.. Ketegangan mulai muncul. Pelaku membuat insiden kecil,
kekerasan lisan seperti memaki, mengancam dan kekeras:in fisik
kecil-kecilan.
44
.. Perempuan mencoba menenangkan atau menyabarkan pasangan
dengan cara apapun yang rnenurutnya akan membawa hasil.
.. Tetapi perempuan merasa tidak banyak yang bisa dilakukan,
karena sekuat apapun ia berusaha menyenangkan
suami/pasangan, kekerasan terus saja terjadL
" Suami/pasangan melakukan penganiayaan sewal<tu tidak ada
orang lai11 .
., Suami/pasangan rnulai ada kekhawatiran bahwa istri/pasangannya
akan pergi rneninggalkannya karena ia tahu bahwa perbuatannya
tidak pantas.
" Pada diri suarni, terdapat rasa cemburu yang berlebihan juga.
.. Perempuan semakin merasa takut dan semakin rnenarik diri.
" Ketegangan kecil mulai bertarnbah.
" Ketegangan sernakin tidal< tertahankan oleh perernpuan.
2. Tahap Kedua: Penganiayaan
" Ketegangan yang rneningkat rneledak rnenjadi penganiayaan.
.. Suami/pasangan kehilangan kendali atas perbuatannya.
" Suami memulai dengan "ingin memeberi pelajaran" kepada
perempuan, bukan menyakiti.
" Saat suarni benar-benar rnenyerang, istri me1rasa tidal< berdaya
menghentikannya. la merasa tidal< akan ada yang sanggup
45
menolong. Kekerasan fisik memang buruk dan kekerasan
emosional (seperti mengatai bodoh, meremehkan dan sebagainya)
sangat menghancurkan batinnya, membuatnya merasa hidup
tanpa a1ii.
" Perempuan berusaha bersabar dan menunggu sampai keadaan
menjadi tenang kembali dengan pikiran bahwa jika melawan, ia
akan semakin dianiaya.
" Ketegangan yang berasal dari "ketidaktahuan atas apa yang akan
terjadi" mengakibatkan stress, sukar tidur, hilang nafsu makan atau
sebaliknya yaitu makan berlebihan, selalu merasa lelah, sakit
kepala dan lain-lain.
" Setelah penganiayaan terjadi, biasanya korban menjadi tidak
percaya bahwa pasangannya memang bermal<sud memukul dan
mengingkari kenyataan bahwa pasangannya telah berbuat kejam
terhadap dirinya.
" Kedua belah pihak berusaha merasionalisasi penganiayaan yang
telah terjadi.
" Pada tahap ini, korban biasanya tidak mencari pertolongan kecuali
jika lukanya sangat parah.
46
3. Tahap Ketiga: "Minta maaf dan kembali mesra"
" Setelah episode kekerasan, kadang-kadang lelaki jadi mengetahui
bahwa dirinya bertindak melewati batas, kemudian merasa
menyesal dan berjanji tidak mengulangi perbuatannya. Janji ini
diucapkan khususnya jika istri mengancam meninggalkannya.
Suami biasanya mengajukan banyak alasan.
" lstri meyakinkan dirinya untuk mempercayai janji-janjinya,
sehingga ia tetap bertahan.
" lstri sebagni korban, lebih mengingat perbuatan-perbuatan baik
suami/pasangan.
" Korban merasa yakin bahwa "cinta mengalahkan segalanya."
" Suami/pasangan meyakinkan betapa ia membutuhkan istrinya.
" Keduanya saling membutuhkan. Terbentukjalinan hubungan
"baru. 11
" Sampai suatu saat ketegangan bermula kembali dan lingkaran
berlanjut ke tahap pertama lagi.
Berikut ini penjabaran lingkaran kekerasan dalam rumah tangga dalam
bentuk skema lingkaran kekerasan yang terjadi.
Keterangan
Bulan Madu
Konflik
Cinta Hara pan Terror
[ Kekerasan
Reda <1--·--'
Skema 2.3.3. Lingkaran KDiRT
Cinta : Rasa cinta dan sayang kepada pasangan (suami)
Harapan : Berharap suami al<an berubah menjadi baik
47
Terror : Ancaman setiap saat akan dipukul, ditinggal, tidak dapat
menjalani hidup sendirian akan tetapi k"takutan dan sakit hati
atas perlakuan pasangan (suami)
Jangka waktu lingkaran ini berbeda-beda pada setiap keluarga yang
mengalami kekerasan. Di sebagian perkawinan, satu lingkaran lamanya bisa
berlangsung berbulan-bulan. (Kalyanamitra, 1999)
Kalyanamitra (1999) menjelaskan bahwa kekerasan dalam rumah tangga
sangat merusak pada diri korban kekerasan. Adapun p•engaruh kekerasan
yang ditimbulkan pada diri korban, sebagai berikut:
48
1. Menderita ketegangan (stress) tingkat tinggi.
2. Menderita kecemasan, depresi dan sakit kejiwaan tingkat tinggi.
3. Tinggi kemungkinannya untuk melakukan bunuh diri.
4. Kemungkinan kegugurannya dua kali lebiil tinggi dibandingkan yang
bukan korban kekerasan.
5. Kemampuan menghaciapi dan menyelesalkan masalah lebih rendah.
6. lebih terpencil secara sosial.
7. lebih berkemungkinan untuk bertindak kejam terhadap anaknya.
8. lebih sering datang ke dokter, karena menderita sakit kepala, asma
dan penyakit-penyakit lain akibat stress.
BAB3
Metodologi Penelitian
3.1. Jenis Penelitian
3.1.1. Pendekaum Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kualitatif.
Pendekatan ini dipilih karena data yang hendak dikumpulkan adalah data
mengenai tipe-tipe pemaafan terhadap pengendalian emosi pada istri yang
menjadi korban KORT, Yang dikehendaki dari ungkapan konsep tersAbut
adalah suatu informasi dalam bentuk deskripsi. Menurut Bogdan dan Taylor
(dalarn Moleong, 1987) menyatakan bahwa "rnetodolo~Ji kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan peritaku yan~J diamati. Yang pada
akhirnya data yang akan diperoleh dari masing-masing subyek dapat digali
secara mendalarn.
50
3.1.2. Metode penelitian
Metode penelitian ade>lah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya. (Arikunto, 2002) IVletode yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif berupa wawancara
sebagai metode utama dan observasi sebagai metode penunjang, yang
bertujuan untuk mengetallui sejaull mana peranan tipe-tipe pemaafan
terlladap pengendalian emosi seseorang. Metode penelitian ini dipilill karena
dengan metode ini penelitian dapat memperolell gambaran mengenai
keterkaitan antara dua variabel yang akan diteliti.
3.2. Subyek Penelitian
Peneliti melakukan pemilihan subyek dengan membuat kategori yang llarus
dipenulli olell subyek. Adapun kategorinya adalall sebagai berikut:
i. Para istri yang telall menikall minimal selama ·1 tallun.
2. lstri yang belum bercerai (divorce).
3. lstri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga.
Adapun subyek penelitian yang peneliti gunakan sebanyak empat orang.
Menurut Patton (dalam Poerwandari, 1898) bahwa penelitian kualitatiftidak
menentukan jumlall subyek yang digunakan, yang terpemting adalah
kekayaan data yang diperoleh sehingga penelitian kualitatif cendeirung
menggunakan subyek yang sedikit.
3.3. Variabel Penelitian
51
Variabel yaitu suatu objek penelitian atau sesuatu yang menjadi titik perhatian
pada suatu penenlitian (Arikunto, 2002) variabel dalam penelitian ini terdiri
dari dua variabel yaitu: variabel bebas (Independent V;;1riable) dan variabel
terikat (Dependent Variable). Variabel bebas adalah variabel yan11 dipandang
sebagai sebab kemunculan, sedangkan variabel teril<at adalah konsekuensi
atau yang dipandang sebagai akibatnya. \lariabel bebas dalam penelitian ini
adalah tipe-tipe pemaafan sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah
pengendalian emosi.
Definisi konseptual pemaafan adalah proses, cara, perbuatan memaafkan;
pengampunan. Sedangkan definisi operasional ialah hasil yang clidapatkan
dari wawancara mengenai maaf yang dipersepsikan oh~h istri dalam
menrhadapi masalah yang timbul akibat kekerasan yang dialaminya dalam
berumah tangga dan pemaafan yang seperti apa yang digunakan istri serta
bagaimanakah proses pemaafan itu berlangsung. Sedangkan tipe-tipe
pemaafan yang dimaksud adalah tipe pemaafan model hollow forgiveness,
silent forgiveness, total forgiveness, dan no forgiveness.
52
Definisi konseptual pengendalian emosi adalah meredam rasa terlekan atau
menahan gejolak emosi dan dengan sengaja menghayati suatu emosi yang
timbul termasuk emosi yang tidak menyenangkan. Sedangkan definisi
operasional ialah hasil yang didapatkan dari wawancara mengenai usaha
usaha yang dilakukan istri (korban) dalam mengendalikan emosi yang
menyenangl<an maupun tidal< menyenangkan.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah wawancara secara
mendalam dan observasi. Peneliti menggunakan metocle wawancara karena
dengan metode ini peneliti dapat menggali secara mendalam berbagai
informasi mengenai penghayatan subyek terhadap sebuah masalah. Seisin
itu wawancara akan dilakul<an dengan tel<nil< terbul<a terstruktur yaitu dengan
membuat pedoman wawancara yang nantinya al<an ditanyal<an l<epada
responden.
53
Wawancara adalah iOentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. (Mulyana,
2003). Menurut Kerlinger (1990) kelebihan metode wawancara adalah
didapatnya banyak informasi wawancara yang bersifat fleksibel, dapat
diadaptasi sesuai lcondisi subyek dan l<ebutuhan peneliti sehingga ia dapat
mengulang pertanyaan untuk memastikan bahwa pertanyaan yang diajukan
telah dimengerti oleh subyek. Dengan adanya tatap mu1ka maka peneliti
dapat berinteraksi langsung dengan subyek sehingga dlapat diperoleh data
yang detil sesuai dengan pandangan subyek.
3.5. lnstrumen Penelitian
3.5.1. Pedoman wawancara
lnstrumen penelitian berbentuk pedoman wawancara. lnstrumen penelitian
adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti
cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah cliolah. (Arikunto, 2002)
Adapun pedoman wawancara berisikan sejumlah pe1ta11yaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan hal-hal yang akan diteliti. (Poerwandari, 1998)
Pedornan wawancara ini hanyalah bersifat urnurn, tanpa perlu rnernperinci
setiap pertanyaan yang rnungkin akan ditanyakan, pedornan wawancara
digunakan untuk rnenglngatkan peneliti rnengenai aspek apa sajakah yang
harus dibahas, juga digunakan sebagai daftar pengecek dari setiap
pertanyaan yang akan diajukan.
54
Guide interview pada aspek KDRT diarnbil dari undang-undang dasar
penghapusan l<DRT tahun 2004, kernudian guide interview pada aspek tipe
tipe pemaafan diambil dari Baurnister, Exline, Sommer (dalarn Worthington,
1998), sedangkan pada aspek pengendalian ernosi diambil dari Goleman
(2003)
55
Tabel 3.5.1. Guide Interview
Aspek Kategori
Kekerasan Dalam 1. Kekerasan fisik Rumah Tangga 2. Kekerasan psikis
(KORT) 3. Kekerasan seksual 4. Penelantaran rumah tangga
Tipe-tipe 1. Total forgiveness Pemaafan 2. Hollow forgiveness
dengan -
Pengendalian Emosi (+) A Menghadapi situasi dengan sikap rasional I.
2. Mengelola perasaan-perasaan irnpulsif dan emosi-e(llosi yang menekan
3. Tetap teguh dan positif dalam berpikir pada situasi yang paling berat
4. Berpikir jernih 3. Mengenali emosi dan menghindari penafsiran yang
berlebihan terhadap situasi yang dapat menimbulkan respon emosional
~·
Tipe-tipe 1. Silent forgiveness Pemaafan 2. No forgiveness
dengan Pengendalian
Emosi (-) 1. Menghadapi situasi dengan sikap emosional 2. Membiarkan perasan-perasaan impulsif dan emosi-
emosi yang menekan 3. Ragu-ragu dan berpikir negatil pada situasi yang
paling berat 4. Berpikir aangkal 5. Tidak dapat mengenali emosi dan menafsirkan secara
berlebihan, situasi yang dapat menimbulkan respon emosional
--
3.5.2. lembar Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk melakukan
pengamatan terhadap garr.baran subyek, sikap dan tingl<ah laku subyek
selama wawancara berlangsung.
3.5.3. Alat perekam
56
Untuk memperoleh data secermat mungkin maka peneliti menggunakan alat
perekam, adapun alat perekam yang digunakan berupa tape recorder, alat
perekam ini juga dimaks:Jdkan untuk meminimalisir bias pada saat proses
wawancara berlangsung. Deddy Mulyana (2003) mengernukakan bahwa
keuntungan peneliti dalam menggunakan tape recorder antara lain: peneliti
dapat berkonsentrasi penuh terhadap informasi yang dib1~rikan responden
(tidak perlu repot menulis) dan data yang peneliti peroleh juga lengkap,
sehingga ia lebih leluasa untuk merumuskan temuannya.
Untuk penggunaan alat perekam, peneliti harus terlebih dahulu meminta izin
kepada subyek agar subyel( merasa nyaman dan proses wawancara dapat
berlangsung dengan baik.
57
3.6. Prosedur Penelitian
Tahapan-tahapan yang peneliti lakukan dalam pene!itian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tahap pra lapangan
Pada tahap ini, peneliti rnembuat rancangan peneliltian, memilih lapangan
penelitian, mengu;us perizinan, memilih informan, rnenentukan subyek
penelitian, meminta kesediaan subyek penelitian untuk diwawancarai,
membangun rapori dengan subyek penelitian serta menyiapkan instrumen
penelitian.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Pada tahapan ini, kegiatan peneliti adalah mempersiapkan diri memasuki
lapangan penelitian, berperan serta sambil mengumpulkan data dari hasil
perolehan selama wawancara kepada subyek peme1iitian beserta orang
orang terdekat. lnstumen yang digunakan peneliti saat mewawancarai
adalah alat perekam (tape recorder) dan alat tulis serta lembar observasi
untuk mencatat sesuatu yang terjadi selama wawancara berlangsung.
3. Tahap analisis data
Tahap ini peneliti melakukan kegiatan analisa data yang telah didapatkan
dari proses wawancara dan observasi. Data yang t1::ilah didapatkan
kemudian diolah untuk mendeskripsikan masalah sehingga dapat
dilakukan analisa, kemudian dilakukan pengkodean untuk dapat
58
mengorganisir dan mensistemasi data secara lengkap dan detil sehingga
data dapat mernunculkan gambaran topik yang dipelajari. Keding dapat
dilakukan dengan cara menyusun transkrip verbatim dan catatan
lapangan. Setelah menguraikan masing-masing kasus dengan r.ara
mempresentasikan secara kronologis peristiwa yang dialami setiap
subyek mulai dari <iwal sampai akhir, kemudian dilakukan analisa banding
antar kasus untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara satu subyek
dengan subyek lainnya dalarn rnengatasi setiap permasalahan yang
dihadapi.
BAB4
PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini subjek yang digunakan sebanyak 4 orang, yaitu istri yang
menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Data yang penulis dapatkan
dari penelitian ini dalam bentuk wawancara dengan subyek penelitian dan
beberapa sumber lain (informan) yang berkaita;·, :angsung dengan keseharian
subjek agar memperkuat data yang didapatkan. Dalam menceritakan
gambaran umum subyek, penulis hanya menggunakan inisial demi menjaga
kerahasiaan identitas subyek.
Tabel 4.1. Gambaran Umum Subyek Pe•nelitian
lstri (korban) KS N 11\lR SM Usia 24 tahun 47 ta:1un 30 tahun 34 tahun Suku Betawi-sunda Batak Jawa Betawi
Pekerjaan Karyawati Pegawai lbu rumah !bu rumah a!'luransi tangga tangga
-- '-Jwarunn\ Aaama Islam Kristen Islam Islam ·-
Pendidikan SMA SMA SMP SMP Suami !Eelaku} SA A I B
Usia 30 tahun 53 tahun :32 tahun 37 tahun Suku Betawi Batak Padang Betawi
Pekeriaan Karvawan PNS soeir Satoam Pendidikan SMA SMA :30 SMA
Lama 7 tahun 27 tahun r 5 tahun 12 tahun Pernikahan I
__l ______ -·--·--·---·-J·_ - - . ·-·--· - . -.-··--
4.2. Penyajian dan Analisis Kasus
4.2.1. Kasus KS
4.2.1.1. Gambara11 umum subyek KS
60
KS adalah seorang istri yang saat ini berusia 24 tahun dan mempunyai suami
berusia 30 tahun. Dalam membina mahligai rumah tangga bersama suami
selama 7 tahun, KS telah dianugerahi dua orang anak laki-laki. Anak pertama
berusia 3 tahun sedangkan anak bungsunya berusia 1 tahun.
Wawancara berlangsung di rumah kediaman suami KS, saat itu KS
mengenakan pakaian daster berwarna putih deng;m corak garis-garis pink
sepanjang lutut. Pagi hari itu KS terlihat sangat segar dan tenang, walaupun
suaranya sedang serak dikarenakan kelelahan setelah merayakan hari ulang
tahun anak bungsunya yang berusia 1 tahun. Rambut panjang berwarna
kuning kecoi<latan membuat dirinya semakin terlihat dewasa dalam
berpenampilan disertai dengan tinggi ± 152 cm dan berat badan ± 47 kg.
Pekerjaan yang saat ini KS geluti yaitu sebagai karyawati di sebuah ternpat
ke1raoke yang berada di selatan Jakarta, sedangkan suaminya beke1ja
sebagai karyawan pada sebuah Dealer rnobil.
61
4.2.1.2. Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami
Awai mula pertemuan KS dengan suami yaitu pada sebuah acara pernikahan
teman KS yang saat itu tinggal berdekatan dengan rumah !luami, kemudian
mereka berkenalan. Semenjak pertemuan itulah akhirnya KS semakin dekat
dengan SA yang hingga saat ini menjadi suaminya.
"pertama kali ketemu disini (rumah suami) waktu acara pemikahan temen saya, kebetulan saya kesini kondangan, di sini ketemu deh karena dia anak sini yaa ... diundang temennya juga, nah di acara itu dia kenalan sama saya." (14 Januari 2008, pukul 09.45 WIB)
Tahun 2001 SA memutuskan untuk menikahi KS yang pada saat itu masih
duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) tingkat ke dua,
pernikahannya IJerlangsung sederhana dan tanpa sepengetahuan teman-
teman sekolahnya. Setelah menikah KS dan suami langsung memisahkan
diri dari orang tua dan mertua, mereka memilih u:ituk mengontrak disebuah
rnmah yang tidak begitu jauh dari tempat tinggal orang tua SA (suami).
Kehidupan rumah tangga KS dan suami terbilang cukup harmonis, hanya
terdapat hambatan-hambatan kecil yang ditemuinya dalam menjalani
kehidupan berumah tangga selama 6 tahun terakhir, hambatan yang
biasanya muncul mengenai masalah ekonomi dan penyatuan ke dua sifat
62
yang berbeda, tetapi hal tersebut tidal< rnenjadikan sebuah pernicu
pertengkaran yang besar antara rnerel<:a berdua.
"masa/ah dalam ke/uarga ya ... banyak kaya macem keuangan, ketja sih udah tef,3p tapi yang tadinya uangnya dipegang sendiri buat orang tua ... sekarang dibagi sama istri. lsti/ahnya ya ... makan cukup ga' nih St)bu/an. Terus nyatuin dua sifat yang berbeda ehmm ... dia pengennya saya ehm ... ngertiin dia, tapi saya pengen dia ngertiin saya, yaa ... memang begitu susah juga sih."
Saal terjadi pertengkaran kecil upaya KS rnenyelesaikan pertengkaran
tersebut dengan cara rnengalah, karena rnenurutnya jika salah satu diantara
rnereka tidal< ada yang rnengalah sarnpai kapanpun masalah tidak akan
dapat terselesaikan.
"untuk nye/esain masa/ah salah satu /1arus ada yang ngalah gitu kan, karena ka/au ga' ada yang nga/a/1 sampe kapanpun bakal tabrakan terus. Kaya macem dia pengennya saya dirumah ngurus s;,::;;;r:i, tapi saya ga' mau udah biasa kerja gitu kan (sambil mengemyitkan kening) tapi suami saya pengen saya ngurus rumah aja, yaa ... saya ngala/1 ga' kerja-kerja nganggur selama 2 tahun."
Selarna 7 tahun rnembina l<ehidupan berumah tangga, baru pertama kalinya
KS mendapatkan perlakuan kc.tsar dari suami pada bulan Oktober tahun 2007
yang lalu, sebab terjadinya kekerasan yang dilakukan suami KS dikarenakan
suaminya tidak rnengizinkan anak pertarnanya untuk ikut serta bersarnanya
pergi ke kantor SA (suami) yang pada saat itu SA sedang libur kerja dan SA
pergi ke kantor untuk mengambil surat kontrak.
63
"waktu itu hari minggujam 11.00 pagi, dia kan ga' ke~ia maksudnya dia mau pergi gitu ke kantor ada yang mau diambil .. ., kebetu/an saya mau nidurin anak yang kecil kama udah rewel. Anak saya yang besar nangis mau ikut suami, ya akhimya saya bi/ang 'ya udah ajak aja' kama anak saya yang pertama ka/au udah bi/ang mau-mau ya harus, percuma ga' diajakpun saya yang repot harus ngebujuk-bujuk dia berenti nangis soalnya anak yang satunya mau tidur, ya udah ajak aja saya bilang, ini kan hari minggu kalau memang mau ngambil kontrak doang yaa .. . ajak aja (sambil meninggikan suara) dia marah, terus saya makin marah, kesel, saya bilang 'ada apa nih? Bilang aja lo mo kemana gitukan', maksud saya ga' usah alesan mo kekantor /ah, mo inilah ituleh."
Setelah terjadi pertengkaran antara KS dan suami di hari minggu, situasi
semakin tidak kondusif dan membuat SA memukul (menonjok) hidung KS
hingga mengeluarkan darah, belum puas dengan pukulan yang mengenai
hidung KS, kemudian SA memukul kembali kepala bagian belakang KS
dengan menggunakan kaleng susu.
"saya kese/ sama dia, saya curiga, tapi tetep dia bilang banyak keqaan, saya terus marah-marah ke dia, akhimya dia mau pukul saya tapi dia berenti, saya terus ngomong ke dia 'kenapa? elo mo pukul gua' terus akhimya teqadi dia puku/ saya, hidung saya di tonjok sampe berdarah terus saya kan jatuh ke tempat tidur, terus dia juga pukul kepala bagian belakang saya pake kaleng SLJSU."
4.2.1.3. Pengendalian emosi yang dihasilkan
Kekerasan fisik yang dilakukan SA kepada KS tidak membuatnya berdiam
diri menerima perlakuan suaminya tersebut, tetapi KS secara spontan
membalas perlakuan kasar suami dengan mencakar-cakar wajah suaminya.
64
Belum cukup puas membuat jera suaminya KS akhirnya pergi dari rumahnya
untuk melaporkan perlakuan suaminya ke POLRES Jakarta Selatan dan
memeriksakan Iuka-Iuka untuk di visum di sebuah rumah sakit, yang nantinya
akan digunakan sebagai bukti [)enganiayaan yang dilakukan suami kepada
dirinya.
Saat terjadi kekerasan dalam rumah tangga KS, orang yang pertama kali
didatanginya untuk menenangkan hatinya akibat kekerasan yang baru
dialaminya adalah sahabat terdekatnya, disanalah ia menceritakan semua
hal yang telah terjadi pada dirinya. Setelah lega menceritakan keluh
kesahnya ia kemudian pergi untuk melaporkan kejadian tersHbut ke
POLRES. Berikut penuturannya
"temen saya tanya 'kenapa? ... kejadiannya gimana? ... awalnya kenapa? ... ' ya saya certain aja gini-gini, pas udah selesai saya trus /angsung pergi lagi ... trus dia tanya 'lo mau kemana? Udah di sini aja, istirahat' maksudnya gitu, saya bilang 'engga gua mau ke POLRES terus ke rumah sakit' gitu kan, trus akhimya dia bilang 'ngapain? ... pikir panjang' tapi tetep saya ngotot mau pergi, trus dia bilang 'terserah lo aja' ... "
Sesaat setelah terjadi kekerasan, KS memutuskan untuk pergi mengontrak
rumah dan terpisah sementara waktu dari suami, selama ± 2 bulan KS
memisahkan diri dikarenakan KS ingin introspeksi diri atas apa yang telah
terjadi sebelumnya dalam kehidupan berumah tangga.
65
Selama terpisah d2ri suami, KS masih tetap menyimpan perasaan sakit yang
sangat dalam atas perlakuan kasar yang dilakukan suaminya dan ia masih
sulit untuk memaafkan suaminya, berulang kali suami KS memintanya untuk
kembali lagi dan memaafkan atas semua kesalahan yang diperbuat SA
(suami), tetapi hal tersebut belum mendapat tanggapan dari KS.
"sampe al<himya itu dia nemuin saya di tempat kerja saya, nungguin saya pas saya mo pu/ang kerja, trus dia bilang mo ajak saya ngomong, saya bilang 'apa /agi yang mau diomongin?(sambil marah) ga ada! Sekarang gini aja du/u, aku lagi nikmati l<esendirian, lagi mo mikir juga salahnya dimana, sekarang masing-masing aja introspeksi diri saya hilan~r gitu kan. Mau mikir /agi dan ga pengen kan sakitnya masih terasa ga cumen istilahnya fisik gitu kan yang terasa sakit tapi semuanya kan sakit, jadi saya bilang 'udah/ah nanti dulu' ... "
4.2.1.4. Tipe-tipe pemaafan yang ditampilkan
Saat pertama kali mendapatkan kekerasan dari suami, KS menampilkan tipe
pemaafan model no forgiveness dan masih bergelL.t pada
ketidakseimbangan emosi, serta rasa sakit yang masih terasa baik fisik
maupun psikis.
"memang waktu awal-awal dipukul pertama kali emang ga akan balik, ga akan mau maafin ... ya ... kama rasa sakitnya itu loh ... (sambil meninggikan suara) rasa sakitnya itu ampun deh ... kaya gimana gitu ... pokoknya ga bisa diungkapin, kama udah sakit fisik, psikis juga sakit, fro bisa ... ko sampe t " ega ...
66
Hari demi hari dilalui KS dalam kesendirian, pemikiran-pemikiran positif pun
sedikit demi sedikit mulai terbangun kembali da:.:;;-;-i diri KS dalam
menyelesaikan masalah rumah tangganya. Akhirnya KS pun kembali kepada
suaminya, tetapi saat itu yang ia pikirkan adalah anak-anaknya yang masih
balita dan masih sangat memerlukan perhatian dari kesua orang tuanya dan
KS belum sepenuhnya memaafkan suami.
"dimaafin sih dimaafin, tapi masih terasa nyesek aja, saya bilang gitu karna baru seka/i, jadi nyeseknya kan gimana ya ... aduh ko bisa begini? Saat ini saya kembaii lagi karna yang utama itu anak, ya udah al\hirnya selama 2 bulanan inilah masih ga terlalu deket karna rasa sakitnya ini masi/1 ada."
Setelah panggilan demi panggilan dari kepolisian mengenai tuntutan yang
diajukan KS terradap suami tidak diperdulikan suami, SA akhirnya berjanji
untuk tidak akan mengulangi perlakuan l<asar yang lalu dan SA meminta
kepada istrinya untuk memulai kembali rumah tar.gga yang baru.
"kata dia, 'kan kamu udah tau aku orangnya begim ... kan manusia ga ada yang sempuma, yaa ... aku khilaf ... maafin, namanya orang khilaf ... aku janji ga u/angin /agi, aku mau berubah'dia bi/ang begitu ke saya."
Tetapi KS belum mempercayai janji-janji yang diucapl<an oleh suami KS,
melainkan bukti yang ia perlukan, pada akhirnya SA rnuiai baik kernbali dan
memperhatikan istrinya dengan cara jika SA sedang libur dari pekerjaannya
kemudian ia mulai memasak dan mereka makan bersama-sarna. Sejak saat
67
itulah KS rnulai bisa rnernaafkan kesalahan suaminya dan mereka
rnernutuskan untuk kernbali rnernulai kehidupan rurnah tangga rnereka yang
baru.
"dia ngebuktiin ke saya mau berubah, dia ngobatin hati saya, dia ambil hati saya biasanya tuh dia ga pemah masak ... trus dia masak, saya kan tidur nanti tiba-tiba dibangunin dia bilang 'makan' saya bilang 'orang ga masak' dia bilang 'ini udah dimasakin' dan yang bikin saya seneng banget dia tuh jadi perhatian banget sama anak-anak."
Analisis Kasus
P!'lngendalian Ernosi yang Ditampilkan
KS rneng<1larni kekerasan dalam rumah tangga yang pertama kalinya
dalam bentuk kekerasan fisik yang sangat fatal dan melukai hatinya,
kekerasan yang dilakukan suami terhadap KS berupa pukulan-pukulan bail<
menggunakan t<lngan maupun dengan menggunakan benda-benda lain
sebagai alat pemuxul, seperti kaleng susu yang dilemparkan suaminya ke
arah kepala bagian belakang, darnpak yang ditimbulkan dari pukulan
tersebut salah satunya yaitu hidung KS mengeluarkan darah dan tulang
hidungnya agak sedikit retak.
Pada saat itu KS merasa sangat rnarah, benci dan dendarn atas perlakuan
kasar suami, semakin ia mengingat peristiwa yang melukai hati dan fisiknya
rnaka akan semakin rnembuat dirinya benci kepada SA (suarni), saat inilah ia
68
masih berada dalam lingkaran transgresi. Perasaan yang dimiliki KS
adalah kemarahan dan kebenciannya terhadap sua;ni yang mana KS masih
belum dapat mengendalikan emosinya dengan baik dan menghadapi
situasi yang menyakitkan dengan sikap emosional (emosi negatif).
Setelah mendapatkan masukan dari teman dan keluarga besar mengenai
penyelesaian permasalahan yang harus diselesaikc-n dengan cara
berkomunikasi antara KS dan suami, kemudian KS dan suami mulai
int:ospeksi diri mereka masing-masing, dengan memikirkan akan dibawa
kemanakah rumah tangga yang baru dibinanya selama 7 tahun dan
bagaimanakah dengan kehidupan anak-anaknya yang masih balita. Pada
akhirnya KS mulai bisa mengendalikan emosinya secara baik yaitu
menghadapi situasi dengan sikap rasional serta aapat berpikir dengan
jernih dalam memecahkan persoalan dari sinilah KS l<embali memuncull<an
emosi positif (perasaan cinta, simpati, empati dam kasih sayanq).
Tipe-tipe Pemaafan
Pertama kali mendapatkan perlakuan kasar dari suami, KS merespon
perlakuan suaminya dengan cara tidal< memaatl<annya (no forgiveness),
dikarenakan kondisi KS yang masih marah terhadap suami, tetapi setelah
suaminya meminta maaf karena l<ekhilafannya dan berjanji untuk tidak
69
mengulanginya kembali, kemudian pihak keluarga dan temannya
memberikan dukungan dan tanggapan yang positif terhadap permasalahan
mereka serta rasa cintanya kepada anak-anak dan suami, akhirnya l<S mulai
dapat memaafkan sepenuhnya (total forgi11eness) kesalahan yang telah
diperbuat suami.
70
Situafil KORT yang dilakukan suami • Kekerasan fisik
" Lingkaran Transgresi lngatan akan Iuka, menjadi rasa marah, benci
~ Tipe-tipe pemaafan
./ t1P :=orgiveness
• Tidak terjadi pemaafan secara intrapsikis dan interperpesonal Karena kondisi yang masih ma rah
' • Unfomfveness
Emosi (-) Perasaan - - - - -marah, benci, dendam
L Pengendalian Emosi
1. Menghadapi situasi dengan sikap emosional
2. Membiarkan perasan-perasaan impulsif dan emosi-emosi yang menekan
3. Ragu-ragu dan berpikir negatif pada situasi yang paling berat
4. Berpikir dangkal 5. Tidak dapat mengenali emosi dan
menafsirkan secara berlebihan, situasi yang dapat menimbulkan respon emosional
-
~
-
Total For qiveness emaafan trapsikis personal. n antara elah pihak Tiembaik
• Terjadi p secarain dan inter Hubung<1 ke dua b kembali 1
- - -
Pen
Forgiveness Emosi ( +) Perasaan cinta, empati, simpati
dan kasih sayang
1.Menghadapi gendalian Emosi situasi dengan sikap
rasional 2. Mengelola pe irasaan-perasaan impulsif
mosi yang menekan dan emosi-e 3.Tetap teguh ( jan positif dalam berpikir
yang paling berat pada situasi 4. Berpikir jernil 1
5.Mengenali e mosi dan menghindari penafsiran y< mg berlebihan terhadap
lapat menimbulkan respon situasi yang < emosional
Skema 4.2.1. Analisis Kasus KS
71
4.2.2. Kasus N
4.2.2.1. Gambaran umum subyek N
Pertama kali menemui N, ia sedang tidak beg!tu sehat d.an baru saja pulang
dari rumah sakit untuk berobat dikarenakan sehari sebelumnya ia sangat
sibuk membantu menyiapkan acara resepsi pernikahGm adiknya.
Wawancara berlangsung di rumah kediaman N dan suami. Suasana pada
saat wawancara sangat sejuk disertai dengan rintik-rintif; gerimis yang
semakin menambah kesejukkan suasana rumah dan ketenangan keluarga
yang berada didalamnya. Saat di temui, N berada dirumah seorang diri,
sui: minya sedang bekerja, dan keempat anaknya sedang tidal< berada
dirumah. Wawancarapun dilakukan di kamar N, saat itu N mengenakan
pakaian tangan pendek berwarna hitam putih dan celana panjang berwarna
hitam. Rambut keriting sebahu membuatnya terlihat muda walaupun saat ini
ia sudah berusia 47 tahun dan masih bekerja di sebuah perusahaan yang
bergerak dalam bidang asuransi.
Gereja merupakan tempat awal pertemuan antara N dan suami saat sedang
me.rayakan natal. Ketika itu N masih menjalani pendidikan di sekolah
menengah atas tingkat satu, setelah lima tahun perkenalan akhirnya mereka
berdua memutuskan untuk menikah. Selama 1 tahun pemikahan mereka
72
tinggal bersama orang tua suami N, setelah 1 tahun akhirnya N dan suami
mernisahkan diri dari mertua dan tinggal bersama keluarga barunya.
4.2.2.2. Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami
Selama 27 tahun menikah, N tidak sekalipun mendapatkan kelcerasan secara
fisik dari suami, melainkan setiap harinya N selalu mendlapatkan kekerasan
secara psikis, perlakuan tersebut selalu terjadi dimalam hari setelah A
{suami) pulang kerja larut malam bahkan sampai jam 05,.0o pagi dalam
keadaan mabuk. Sesampainya dirumah, A selalu saja rnembuat kegaduhan
dengan cara marah-marah ke seisi rumah, hal t<:,rsebut tidah hanya rnembuat
N dan anak-anak takut, melaink::m tetangga N pun selalu terganggu jika A
sedang marah-marah kepada keluarganya.
"kalau kekerasan dia ngga pema/1 mukul, ngga pemah ngapa-ngapain, jadi kerasnya ngomongnya, soa/nya posisi kerasnya dia posisi minum alko/Jo/ diluar kadang ampe ma/em, kadang bisa ampe pagi, trus ampe ruma/J ngomong ... ngoce/1-ngoce/1, paling kerasnya disitu." (wawancara di rumah N, Kamis, 31Januari2008, pukul 14.00 WIB}
Suami N selalu marah terhadapnya hanya apabila suaminya pulang kerumah
dalam keadaan mabuk, jil<a tidal< dalam keadaan mabuk suaminya lebih
sering berdiam diri. Dalam kehidupan berumah tangga permasalahan kecil
sering terjadi namun tidal< menjadikan merel<a bertengkar, tetapi yang
menjadi masalah adalah perilaku buruk suaminya yang tidak pernah
berubah. Apabila N menanyakan kepada suaminya habis pergi dari mana
suaminya dan mengapa pulang hingga larut rnalam serta kenapa mabuk, A
langsung marah kepada N.
"ka/o saya tan ya a bis dari mana ... dia pasti ngomong 'suka-suka gua mau kemana, uang-ua11g gua ko, yang gua abisin uang gw.i ko, elu mau apa?' kasar kan omongannya ... "
Suami yang setiap harinya pulang larut malam dalam keadaan mabuk
rnenurut N dikarenakan terpengaruh oleh teman-temannya, ia bahkan rela
mengeluarkan uang ratusan ribu rupiah dalam satu harinya hanya untuk
mentraktir temannya min um alkohol.
73
"setiap ma/em pasti mabok, ga ada angin ga ada ujan pasti mabok bikin perkara /ah, dia minum karena pengaru/1 temen, dia orangnya sok-sok an gitu, dia bilang 'aaa ... guajago nih pengen minum' maksudnya biardiliat orang hebat gitu .. . , sering satu kafe ditraldirin dia sampe abis 400 tibu, 500 ribu."
Saat sebelum menikah, A selalu membuat N bahagia, ia selalu penuh
perhatian terhadap N, maka dari itu N sangat mencintainya dan memutuskan
untuk menikah denuan A, tetapi setelah menikah A terkadang pulang dalam
keadaan rnabuk ter:.ebih lagi saat anak kedua rnerel<a lahir, A hampir setiap
malamnya pulang dalam keadaan mabuk dan tidak perhatian pada keluarga
baru mereka.
"dulu waktu pacaran baik banget, tapi lama-lama pas rumah tangga baru ketauan buruknya, saya tau kelakuan dia sejak punya anak yang kedua, waktu anak pertama udah minum-minum tapi be/um parah banget, nggangga terlalu ngocel1, tapikan lama-lama ketauan belangnya, kalo masih pacaran ga ketauan."
Kemarahan suami terhadapnya yang tanpa sebab membuatnya sangat
kesal, tetapi aaat suaminya marah-marah ia hanya bisa berdiam diri saja,
karena menurutnya jika ia menanggapi kemarahan suami maka suaminya
akan sernakin rnarah. Perkataan kasar yang diucapkan suami pada saat
rnabuk kepada N dan anak-anak lebih kepada keAKUannya atau
keangkuhan dalarn dirinya.
74
"dia biasanya ngomel 'kalian tau ... saya ini orang hebat, terkenal dimanamana, semua orang menghargai saya ... keci/ kalian dimata saya' (.sambil meninggikan suara) ya ... angkuh gitu, dia /ebih ke AKU annya, kalo /agi marah pasti bikin heboh, .. kadang ngambil golok, kedang ngambil pisau, dia bilang 'nih bunuh saya ... saya kuat ... ga mempan dibunuh'. Saya gondok banget waktu dia /agi ngomel-ngomel, pengennya ngantem (menghantam), kita hajar, pengennya diusir dari rumah kalo bisa ngga usah pulang, kama minum terus kan., .ngapain jug a pulang /Ji kin ribut gitu kan ... "
Bagi N masalah ekonomi dalam keluarga cul<Up mengganggunya, bukan
dikarenakan suami tidal< mempunyai uang tetapi dikarenakan suami N lebih
mnmentingkan biaya pendidikan keluarga suaminya dibandingkan
membiayai pendidikan anak-anaknya dan kebutuhan sehari-hari anak serta
istrinya, saat N meminta uang untuk keperluan anak-anak kepada suaminya,
75
terkadang ia diberi dan lebih sering tidak diberi uang dengan alasan tidak
punya uang.
"kalo sama keluarganya dia tanpa dipinta uangnya d!kasih tapi ka/o sama anak dan istri ngga, soalnya dia ke kekeluargaannya lebih dominan bagi dia, anak sama istri ga peduli, yang penting adiknya, kakaknya dibiayain ampe sekarang."
Hal terberat yang dihadapi N dalam hidupnya adalah pada saat ia harus
membiayai anak-anak bersekolah, dan suaminya tid<il< memperdulikan biaya
tersebut.
"saat-saat paling sulit waktu membiayai anak-anak selwlah, saya harus cari sendiri untuk bayar uang kuliah, dia ngga peduli ... kalo ada dikasih, ngga ada yaa ... ngga dikasih, padahal misalnya waktunya udah harus nih, dia ngga berusaha untuk mendapatkan uang, jadi saya pinjem sana pinjem sini (dengan suara yang sendu)."
4.2.2.3. Pengendalian emosi yang dihasilkan
Upaya N untuk membuat suaminya memperhatikan ia dan anak-anak telah
dilakukan tetapi tidak membuahkan hasil, sehingga membuatnya sangat
stress menghadapi kehidupan rumc;h tangganya.
"saya ngomong ke dia kalo dirumah ngobrol ke'sama anak-anak, deket ke'sama anak-anak, trus dia bilang yaa ... yaa ... yaa . .' sambil masa bodo gitu, saya ampe ngga kuat ngadepin ini semua, saya stress banget ... "
76
Kebenciannya kepada suami, membuat anak-anaknya pun ikut membenci
ayahnya, karena melihat ibunya yang selalu sedih akibat perlakuan a1ahnya,
sampai pada saat suami N sal<it dan tidak bisa bekerja selama 2 tahun, N
dan anak-anaknya tidak memperhatikannya.
"waktu dia sakit saya ngga rawat, saya dan anak-anak udah masa bodo, mekanan minuman si ada aja di rumah tapi saya ngga nganterin ke dia, itu ma lagu lama, dia bilang 'saya ko ngga diurusin' saya bilang aja 'panggi/ aja temen lu diluar noh yang ngurusin, yang biasa ngajak maen, yang biasa suka ditraldirin satu kafe (sambil marah)."
Untuk menghilangkan rasa sakit hatinya kepada suarni, biasanya disela-sela
kesibukkannya beke~a N selalu meluangkan waktu untu!c pergi mengikuti
perkumpulan para ibu gereja sekali dalam seminggu dan terkadang ia juga
meluangkan waktunya untuk pergi bersama anak-anaknya makan-rnakan di
luar rumah.
"biasanya saya ilwt kumpu/an para ibu di gereja setiap l?ari kemis jam 4 sore, disana pokok utamanye membahas rumah tangga, ngurusin anak tuh bagaimana caranya, kadang-kadang saya ja/an sama anak-anak ke mall, makan-makan."
4.2.2.4. Tipe-tipe pemaafan yang ditampilkan
Kebiasaan suami yang sudah berpuluh-puluh tahun selalu saja meminurn-
minuman alkohol, marah-marah tanpa sebab dalam kea1daan mabuk, tidak
memperhatikan anak-anak dan istri baik itu dalam be• 1tuk perhatian kepada
anak dan istri maupun dalam membiayai pendidikan untuk anak-anaknya,
membuat N tidak dapat memaafkan suami.
"ngeliat kelakuan dia ... saya ngga maafin, ngga kepikiran buat maafin dia, sis!imnya gini /oh .. jalanin aja kaya air, ngga ada istifah maafin sih."
Perasaan N saat tidak memaafkan suamipun biasa saja, baginya keadaan
suaminya dirumah sama saperti saat suaminya tidak berada dirumah.
77
"perasaan saya ngga maafin suami ... biasa aja, gitu aja, ngga ada, kayanyagimana ya ... ah masa bodo, biarin aja ... sekarang udah ngga ada rasa tertekan, misalnya dia ngga pulang atau bagaimena-l:mgaimana udah ga kepikiran, tau kenapa ... ? Hati aku udah kapalan lmli yah sailing disakitin, dari pada diajak ngbrol ribut mendingan dibodoin aja."
Analisis Kasus
Pengendalian Emosi yi'lng Ditampilkan
Kemarahan yang c ialami N setiap harinya dari suami yang selalu dalam
keadaan mabuk m .:!rupakan suatu bentuk kekerasan cfalarn 1·umah tangga
secara psikis dan kesulitan masalah ekonomi dalam membiayai sekolah
anak-anaknya akibat suaminya tidak terlalu mementingkan anak serta
istrinya merupakan salah satu bentuk penelantanm dailam rnm&1h tangga.
78
Selama 27 tahun pernikahan, setiap harinya suami N selalu pulang kerja
dalam keadaan mabuk dan marah-marah tanpa sebab sehingga membuat
keluarga dan tetangga N terbangun akibat keributan yang ditimbull<an
suaminya, hal tersebut menjadikan N membenci suami. Waiau telah
dinasehati berkali-kali agar tidak rnerninurn-rninurnan keras tetapi suarni N
tidal< rnernperdulikannya dan rnernbuat N semakin marah dan rnernbenci A
(suami). lngatan akan Iuka yang dialarninya selalu saja terulang dan terulang
kernbali yang pada akhirnya rnernposisikan N selalu berada dalam lingkamm
transgresi, yang sernakin hari rnenambah rasa bencinya terhadap suami.
Sarnpai saat ini N tidak dapat mengendalikan emosi secara baik, disini
terlihat bahwa N masih menghadapi situasi den~iar sikap emosiona!,
belum dapFJt berpikir jernih (berpikir dimgkai), membiarkan perasai:m
perasaan impulsif dan emosi-emosi yang menekan serta tidak dapat
mengenali emosi dan menafsirkan secarn berlebihan situasi y<l>ng dapat
rnenirnbulkan respon emoskmal.
Tipe-tipe Pemaafan
N rnerniliki tipe pernaafan model no forgiveness (tidak memaafkan) perilaku
suarni yang selalu rninum-minunan keras setiap harinva sarnpai saat ini,
mara'1-rnarah tanpa sebab, pe ·hatian suami yang kurang pada N dan anak
anak, kesulitan N dalarn rnernbiayai anak-anak sekolah, rnembuat N menjadi
79
marah, benci dan dendam terhadap perilaku su2mi ';ehingga ia selalu berada
dalam lingkaran transgresi. N lebih senang jika Udak memaafkan suami,
baJinya tidak ada perasaan menyesal atau sedill jika tidal< memaafkan suami
dan membuat hatinya membatu untuk memaafkannya.
Situasi KORT yang dilakukan suami
• Kekuasan psikis
• Penelantaran ruma11 '"' 1gg a
l Lingkaran Transgresi
lngatan akan Iuka, menjadi rasa marah, ben
i Tipe-tipe pemaafam
i No Forgiveness
• Tidak terjadi pemaafan secara intrc:p~ikis dan interperpesonal. Dikarenalmn kondisi yang masih marah
Unforoiveness Emosi (-) Perasaan
marah, benci, dendam
ci, dendam I
~-------------------
Pengendalian Emosi 1.Menghadapi situasi dengan sikap emosional 2.Membiarkan perasan-perasaan impulsif dan
emosi-emosi yang menekan 3. Ragu-ragu dan berpikir negatif p01da situasi
yang paling berat 4. Berpikir dangkal 5. Tidak dapat mengenali emosi dan menafsirkan
secara berlebihan, situasi 'lang uapat menimbulkan respon emosional
Skema 4.2.2. Analisis Kasus N
80
81
4.2.3. Kasus NR
4.2.3.1. Gambaran umum subyek NR
Banyaknya suara mobil yang lalu lalang, pembeli yang seilalu datang silih
berganti seakan menambah keramaian disekeliling rumah NR. Saat ini NR
sedang disibukkan dengan warung yang baru digelutinya selama satu tahun,
wawancarapun berlangsung dirumDh kediamannya de igan ditemani kedua
anaknya yang mana putera sulungnya berusia 4 tahun sedang puteri
bungsunya berusia 2 tahun, walaupun situasi saat itu seclang hujan deras
namun tidak mengurangi keantusiasan NR untuk diwawancarai. Pada waktu
wawancara NR mengenakan pakaian kaos berwarna putih dan celana levis
sepanjang lutut yarig menjadikannya tampil muda dan cerah. Rambut
panjang yang diurai menambah kecantikkannya pada saat diwawancarai.
Pada tahun 2003 merupakan awal pertemuan antara NR dengan suami, NR
yang pada saat itu baru pertama kalinya datang ke Jakarta untllk mencari
alamat saudaranya dan bertemu dengan I (sllami) yang sampai saat ini
berpropesi sebagai sopir angkutan umum.
"waktu itu saya ketemu dia pas saya dari Jawa ke Jakaita mau cari alamat sodara, dia itu kan sopir ... trus dia tanya /agi cari apa? ... saya bilang aja alamat sodara, eh saya diante1in nyari sama dia, sebememya sih takut, tapi dia baik banget sayajadi ngga talwt deh ... " (Wawancara di rumah NR, Rabu, 30 Januari 2008, p Jkul 10.15 WIB)
82
4.2.3.2. Kekerasan dalam rumah tangga yang diaiarni
Setelah dua bulan berpacaran akhirnya mereka menikah, awal pernil~ahan
berjalan dengan baik, setelah NR mengandung an'llk pertamanya, ia mulai
mendapatkan kekerasan dari suami, namun itu bukan pertama kalinya suami
NR melakukan kekerasan terhadap dirinya, pada saat pacaran iapun pernah
ditendang oleh suaminya dikarenakan ia telah dipercayakan untuk
menyimpan uang setoran suami, tetapi NR rneminjamkan sebagian uang
tersebut kepada tema;inya yang saat itu sedang butuh uang dan temannya
berjanji untuk mengembalikannya esok hari, saat suaminya mengetahui uang
tersebut dipinjamkan ia tidak percaya dan rnemarahi se1ia menendang NR.
"dari pertama kenal saya udah pemah sekali, gara-garanya saya punya temen ketja dia mau pinjem uang besoknya dipulangin, kan ... ngga masalah, ka ta dia gini mungkin pu/ang narik sepi yah trus nanyain duit setoran, itu gara-garanya trus saya ditendang, dia ngomong 'enak fu maen ambi/-ambil aja, maen kasih-kasih, emangnya duit siapa?'. .. "
Kekerasan yang terjadi kedua kalinya pada saat kandungan NR memasuki
usia 7 bulan, sampai menyebabkan pendarahan pac a diri NR akibat
tendangan keras pada perutnya.
"saya mah mba' ... sering ditendang waktu saya !Jamil 7 bu/an anal< pertama, perut saya dite11dang sama suami, saya nangis, perut saya sakit banget kaya mau melahirkEln ... (dengan suara yang sendu) trus saya pendaral1an ... tapi Alhamdulillah engga sampai keguguran lahir waktu hamil 9 bu/an ... normal."
83
Kekerasan tersebut berdampak langsung pada kondisi anak pertarna yang
baru dilahirkan NR, seringnya cacian dan makian yang dituju/,an padanya
membuatnya stress berat dan rnempengaruhi berat badan anaknya.
"kekerasan EJUami bikin saya jadi stress, banyak pikiran, sampe-sampe berat badan anak yang pertama /ebih ringan dari pada waktu ,baru !ahir sekitar 4 kg, pas saya nyusuin berat badan anal\ turun terus, mungl<in karna sava /agi stress kali ya ... "
Perlakuan kasar suami terhadap NR tidak hanya menendang tetapi suami
sering memukul ke.:iala dengan menggunakan gelas, menjambak rambut dan
menampar. Selain itu NR juga mendapatkan kekerasan secara psikis dimana
suaminya selalu memarahi dengan cacian dan makian yang sangat kasar.
Perlakuan kasar yang lakukan suami biasanya dis,,babkan karena ia kalah
dalam berjudi, mabuk-mabuk:<an dan sedang mempunyai rnasalah dengan
teman-temannya, saat pulang ke rumah ia melampiaskan kemarahannya
kepada NR dengan cara dimarahi dan diperlakukan kasar.
"dia biasanya kasar ke saya kalo dia lagi ada masalah, lagi mabokmabokkan, maen judi, trus kalo kalah mara/J-marah di rumah apa aja dibanting keseringan saya jadi pelampiasan kemarahan dia, nantila/7 saya dijenggut, ditendang, dipukul pake benda-benda tumpuf, .. "
Setiap harinya NR selalu mendapatl<an kekerasan secara fisik rnaupun
psikis, suami NR lebih sering menghabiskan uang untuk berjudi dan mabuk-
mabukkan dari pada untuk menafkahi anak dan istri.
84
"dulu waktu perlama-tama suami saya jarang banget kasih uang belanja mba' padaha/ penghasilannya sei1ari /ebih dari cukup tapi sama dia di buat maen judi, mabok-mabokkan, dia /ebih baik buat judi dari pada buat makan anak istrinya."
NR masih terus mengingat perlakuan kasar suami yang sangat fatal
dialaminya pada tahun lalu, waktu itu I (suami) pulan~1 di malam hari dalam
keadaan rnabuk dan marah-marah, NR yang saat itu berada dirumc..11 menjadi
pelampiasan kemarahan suami, kemudian suarninya mernukul NR dengan
gelas pada bagian kepalanya, saat itu pula l~epala NH mengeluarkan darall.
"dia udah keterlafuan dan udah sering banget ngasatin saya, waktu dia pu/ang kerumah mabok, dia marah-marah trus saya dipuku! kepalanya peke gelas sampe bocor, trus pinggang saya dipukul pake lrnyu, disitu saya langsung nangis kesakitan ... "
4.2.3.3. Pengendalian emosi yang dihasnkan
Biasanya NR menghad::ipi kemarahan dan kekerasan suami dengan berdiam
diri, menangis, karena jika ia membalas maka suaminya akan semakin
marah dan ia akan terus mendapatkan pukulan-pul<ulan dari suami.
"kalo dia udah niarah-marah saya diem aja, kama kalo cli lawan dia bakalan /ebih marah lagi, j<1di kalo saya diem, ak/1imya dia cape ngomel-ngomef sendiri, biasanya abis itu dia langsung pegi keluar."
85
Untuk menenangl<.an perasaannya yang galau, biasanya NR menceritakan
permasalahannya kep;;ida teman dekatnya sambil menangis.
"saya biasanya kalo lagi ngga kuat nanggung masala/1 saya sering cerita ke temen deket yang saya percaya sambil nangis, pas udah cerita kayanya hati plong banget ... "
4.2.3.4. Tipe-tipe pemaafan yang ditampilkan
Dengan kehidupan rumah tangga yang selalu di wamai kekerasan dan
kemarahan, membuat NR lebih bersikap sabar dan tabah menghadapi
suami, walaupun ia tidak bisa memaafkan kesalahan yang di!akukan suami
dikarenakan ia masih belum melupakan kekerasan yang dialaminya selama
bertahun-tahun yang akhirnya membuat ia sangat dendam terhadap suami.
"kalo dia /agi kasar, kadang saya pengen pergi aja bawa anak-anak deh ... ninggalin dia, biar dia tau rasa sendirian dirumah, lapi saya mikir lagi ... (sambil merenung) saya harus lebih sabar demi anak-anak. Tapi untuk saat ini saya be/um blsl'I maafin dia, saya setengah mati sampai mendendam kama dia puku/in saya terus- menerus bertaun-taun, perasaan saye ya ... biasa aja ga maafin dia, kama udah terlanjur saf\it hati sih jadi ga ada perasaan nyese/. "
Dalam hati yang paling dalam NR berharap suatu saat nanti suaminya akan
merubah sikapnya agar tidak mabuk-mabukkan, berjudi dan tidak
memperlakukan kasar baik secara fisik, psikis maupun secara el<anomi.
86
"saya pengen dia tuh berubah bisa lebih baik lagi ... sayang sama anak-anak, sayang sama istri (dengan perasaan yang sedih) ... "
Tetapi saat ini ia akan mencoba menjalani sebuah proses pemaafan dengan
cara lebih bersabar lagi menghadapi kesalahan suami, karena yang ada
dalam pikirannya snat ini adalah kebahagiaan anak-anal<, masa depan
mereka.
"saya berusaha maafin dia walaupun masih sering keingetan /agi waktu dia mukul, marah-marahin saya, ini semua ... kan masih butuh proses orang kan ngga bisa /angsung rnaafin aja, kita fiat du/u, kaya sekarang ini dia udah ada l'tikad baik mu/ai dari uang setoran dan keuntungan dari warung saya yang pegang, dia agak mulai merhatiin anak-anal<. Tapi kalo mara/1-marah masih sering, kalo dia mau pukul sa.va ... saya langsung k&!uar aja dari rumah biar ngga kena pulwl. Kalo dia udah ngga pukul saya, mungkin saya akan benarbenar maafin dia, tapi untuk saat ini saya masih coba maafin dia."
Analisls Kasus
Pengendalian Emosi yang Ditampilkan
Selama 5 tahun pernikahan, NR selalu saja mendapatkan kekernsan secara
fisik diantaranya adalah pemukulan pada bagian kepala, tamparan di wajah,
tendangan dibagian perut, jambakan pada rambut, lernparan dengan
menggunakan botol. Tidak hanya sampai disitu NR pun seringkali
rnendapatkan kekerasan secara psikis seperti cacian clan makian kasar
yc.ng selalu diucapkan suami terhadapnya. Penela111taran rumah tangga
87
juga dialarni NR dikarenakan suarni lebih rnernentingkan uang kerjanya
dipakai untuk berjudi dan rnabuk-mabukkan dibandingkan untuk
menafkahkan anak dan istrinya.
Bermain judi, mabuk-mabukkan, sering tidak pulang ke rumah, merupakan
kebiasaan dari I (suami), tidak perduli anak-anak dan is!ri, selalu
melampiaskan kemarahannya kepada NR selama 5 tahun terakhir c.sngan
cara memukul, menendang dan sebagainya dikarenakan ia kalal1 judi atau
sedang ada masalah dengan teman-temannya yang kurang baik. Hal
tersebut membuat NR mernunculkan emosi negatlf seperti sedih, marah,
stress bahkan dendam atas semua perlakuan kasar suaminya selama ini.
Saat ia mengingat kekerasan dari suami maka ia akan terbawa kepada
lingkaran transgresi dimana ia selalu mengingat peristiwa transgresi dan
menghasilkan sebuah pengendalian emosi negatif dalam diri NR dengan
membiarkan perasaan-perasaan impulsif d:cin emosi--emosi yang
menekan serta tidak dapat mengenali emosi yang ditampilkarmya.
Tetapi setelah sedikit demi sedikit I (suami) mulai menunjukkan
keseriusannya mernperhatikan anak-anak, memberikan kepercayaan kepada
NR untuk memegang uang hasil kerjanya. Akhirnya,.NRmulai memunculkan / ,,,,
/ ,,
emosi positif dan memulai sebuah proses pengend~iil'!ltl eriiosi positif
dengan cara lebih bersabar, berpildr jemih m11mghadapi permasalahan
serta Tetap taguh dan positif dalam berpikir pada situasi yang paling
be rat.
Tipe-tipe Pemaafan
88
Respon yang dimunculkan NR untuk pertama kalinya yaitu dengan cara tidak
memaafkan (no forgiveness) kesalahan suami yang dilakukannya selama 5
tahun terakhir ini, sehingga membuatnya mengendalikan emosi secara
negatif, tetapi setelah berpikir dan berpikir kembali akhirnya NR akan
berusaha mencoba untuk memaafkan perilaku kasar terhadap dirinya (hollow
forgiveness) dikarenakan ia lebih mengutamakan kebahagiaan dan masa
depan anak-anaknya dikemudian hari.
Situasi KORT yang dilakul<an suami • '<el<erasan fisilc • Kekerasan rsil<is • Penelantaran rumah
tangga
Lingkaran Transgresi lngatan akan Iuka, menjadi rasa marall, benci, dendam
Tipe-tipe pemaa~
7 ~ ~
., -~.
No Fom/veness • Tidak terjadi
pemaafan secara intrapsikis dan interperpesonal. Karena kondisi yang masih marah
'Ir
Unfom_iveness
Ho//owFo ivenesq m m
u y a a
• Terjadi pe aafan, tetapi bel m sepenuhn a memaafk n, karena korban m sih dalam proses penyemb u hen Iuka
Total Forgiveness • Terjadi pemaafan
secara intrapsikis dan interpersonal. Hubungan antara ke dua belah pihak kembali membaik
"' Emosi (-) Perasaan ,_ - - -marah, benci, dendam -[ -~"-- - - Emosi ( +) Perasaan
cinta, empati, simpati dan kasih sayang .,
"' Penqendalian Emosi ' ]'en.gendalian Emosi 1. Menghadapi situasi dengan sikap 1. Menghadapi situasi dengan sikap
emosional rasional
89
2. Membiarl<an perasan-perasaan impulsif 2.Mengelola perasaan-perasaan impulsif dan emosi-emosi yany menel<an dan emosi-emosi yang menekan
3. Ragu-ragu dan berpikir negatif pada 3. Tetap teguh dan positif dalam berpil<ir situasl yang paling berat pada situasi yang paling berat
4. Berpikir dangkal 4. Berpikir j<wnih 5. Tidak dapat mengenali emosi dan 5.Mengenali emosi dan menghindari
menafsirkan secara berlebihan, situasi penafsiran yang berlebihan terhadap yang dapat menimbulkan respon situasi yang dapal menimbulkan respon emosional eniosi mat
Skema 4.2.3. Ana!isis Ka:ims lllR.
90
4.2.4. Kasus SM
4.2.4.1. Gambaran umum subyek SM
Hujan gerimis menambah kesejukan situasi wawancara di sore hari bersama
SM yang saat itu sedang berada di rumah kediaman orang tuanya. SM
adalah seorang ibu rumah tangga dan telah dikarunia dua orang anak laki
laki dalam 12 tahun pernikahannya dengan suarm.
Selama wawancara berlangsung, SM hanya ditemani dengan ibunya yang
saat itu sedang memasak, sedangkan suaminya sedan1~ bekerja. Walaupun
sedang hujan tetapi tidak menrihalangi kami untuk terus melanjutkan
wawancara mengenai pengalaman kekerasan dalam rumah tangga yang
pernah dialami SM, SM merupakan pribadi yang ramah, murah senyum dan
banyak bicara sehingga situasi ini semakin menambah keakraban dalam
berwawancara. Saat wawancara berlangsung SM mi~ngenakan pakaian
hitam putih bergari dibalut dengan celana pendek berwarna putih yang
memperlihatkar1 keceriaan pada wanita yang saat ini telah memasuki usia 34
tahun.
Pengajian remaja masjid merupakan kebiasaan yan£1 selalu diikuti SM tanpa
terlewati di masa-masa remaja, begitu pula dengan B (suami)yang tidak
pemah absen menghadiri pengajian rernaja. Setelah satu tahun perkenalan
91
dengan B, meyakinkan mereka untuk membina mahligai rumah tangga
bersama B.
''pertama ketemu itu dipengajian remaja masjid, waktu taun 95 ... dari temen ngaji kalo abis se/esai ngaji biasanya ama temen-temen ngumpu/ dirumah sejak itu saya mulai deket (dengan gaya bicara yang cadel) ... pas pacaran setaun abis itu langsung nikah." (Sabtu, 16 Februari 2008, pukul 16.30 WIB)
Tcrhun pertama pemikahan, mereka tinggal dirumah orang tua angkat suami
yang telah sejak kecil diasuh, kemudian mereka tinggal dirumah orang tua
SM selama lima tahun, setelah itu mereka tinggal kembali dirumah orang tua
asuh B karena ibunya hanya tinggal seorang diri sepeninggal suaminya.
"waktu abis nikah saya /angsung tinggal dirumah mertua ... tapi cuma satu tahun, trus pindah ke rumah orang tuanya selama lima tahun, tapi pas ayah angkat /aki saya meningga/ kita pindah kesana lagi soafnya dia cuma sendiri kaga punya anak (dengan /ogat betawi yang khas)."
4.2.4.2. Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami
Setelah kelahiran anak pertama, SM mulai menuC1patka11 kekerasan dari
suami, kekerasan demi kekerasan dialami SM. Himpitan ekonomi menjadi
salah satu faktor penyebab kekerasan yang dilakukan suami terhadap SM,
suami yang saat itu belum mempunyai pekerjaan tetap membuat hidup
mereka tidak berkecukupan. Ketika SM tidak memas:ak dikarenakan ia belum
diberikan uang rnasak, B yang sedang bingung menc:ari kerja marah-marah
kepada SM, ketika. SM menjawab pertanyaan suami maka suaminya akan
semakin marah dan melakukan kekerasan secara fisik pada SM.
92
"waktu itu kan dia kerjanya be/um stabil be/um jadi satpt;m masih serabutan jadi kadang-kadang punya duit, kadang-kadang engga, trus kalo dia ya ... laki saya ka/o dia lagi emosi, /agi marah-marah, misa/nya saya be/om masak saya suka dibentak-bentak, kadang-kadang suka maen tangan, kalo dia ngomong saya sautin dia maen tangan, saya ditabok ama dia (sambil memperagakan tamparan suami)."
Dalam sebulan SM hanya diberikan uang masak dan jajan sel<0lah anak-
anak sebesar dua ratus sampai tiga ratus ribu rupiah dan menurutnya uang
tersebut sangat kurang, karena kebutuhan pokok saat ini sangatlah mahal,
tet.api ia tidak bisa berbuat apa-apa, dikarenakan gaji suami yang tidak terlalu
besar.
"da/em sebulanan saya dikasih duit 200-300 ribu, itu udah sekalian buat jajan anak diseko/ah, buat makan, bayar sekolah, sampe kadang-kadang uang seko/ah suka nunggak (dengan nada bicara ;1ang sedih) untung sekarang sekolah udah gratis jadi udah ngga bayaran, udah bebas biaya."
Sifat keras suami membuat su 3mi dapat dengan mudah emosi dan
melakukan kekerasan terhadap SM, perlakuan kasar yang pernah dia!ami
SM diantaranya kekerasan fisik seperti jambakkan, tamparan, tendangan
sedangkan kekerasan secara psikis seperti marah-marah, membentak,
mencacimaki dengan cacian dan makian yang yang tidak sesuai dengan
etika.
93
"saya pemah ditabok ampe pingsan, dijenggut, ditendang ... trus kalo marahmarah suka ngomong kasar, ntarlah dia ngomong 'setan tu' .. . apalah namanama binatang juga bisa keluar Udah gitu saya mikir kenapa, saya tanya ke dia tapi dia marah-marah, disitu dah perang dunia ... tetangga pada bangun, saya ditendang, dipuku/ ama ditabok."
Masa-masa sulit yang dialami SM, ialah pada saat uang yang ia dapatkan
dari arisan dijadikan modal untuk usaha suaminya berdagang, tetapi
keuntungan hasil dagang tersebut tidak diberitahukan kepada SM, terlebih
sebelum berangkat kerja suaminya selalu mengantarkan seorang wanita
yang tidak dikenalnya untuk menjaga warung mereka dan menjemputnya
saat pulang kerja. Ketika SM menanyakan apakah B mempunyai hubungan
dengan wanita itu, B marah-marah disertai dengan tendangan, tamparan dan
jambakkan di bagian rambut SM.
"gara-gara masalah perempuan. Waktu itu saya punya pikiran curiga, waktu itu ceritanya bisnis dagang buka warung, nah yang jagain warung itu cewe' yang suka pake rok pendek, tu modal buka waning dari saya, sedangkan sebagai bini nih saya ngga dikasih tau dapetnya berapa? (dengan meninggikan suaranya), saya kan sebagai cewe perasaannya gimana gitu, udah gitu eh ... tidur saya mfmpi tiga mafem berturut-turut baju suami saya ada yang ngambil ... ada yang make."
4.2.4.3. Pengendalian emosi yang dihasilkan
SM hanya bisa menangis atas perlakuan kasar suami, ia tidal< pernah
menceritakan sf:!gala kekerasan yang dialami kepada orang lain terlebih
kepada orang tuanya. Walaupun perasaan yang dialaminya sangatlah sakit,
94
tapi ia berpikir bahwa dirinya tidak bisa membalasnya hanya yang maha
kuasalah yang dapat membalas semua perlakuan suarni. Berikut
penuturannya :
"saya kalo lagi masa/ah apa ... ngga pemah cerita ama keluarga, paling kalo /agi kese/ benget saya nangis, kalo udah nangis uda/1 1-.:mang udah keluar semua. Tapi kalo dia marah-marah saya suka kesel, dongkol, gedek, saya ngomong dalem hoti 'gua sumpain Ju mati dija/anan' saking kese/nya ama dia itupun cuma saat itu aja, saya juga suka ikut pengajian ibu-ibu tiap ma/em jum 'at biar makin deket sama tuhan yang maha kuasa. "
4.2.4.4. Tipe-tip<il pemaafan yang ditampiikan
Walaupun pmilaku B yang selalu ringan tangan, tetapi ketika suaminya
meminta maaf kepada SM, SM pun langsung memaafkannya tanpa melihat
kekerasan yang dilakukan suami, ia selalu menumpahkan kekesalannya
hanya pada saat kekerasan terjadi setelah satu hciri berlalu ia sudah bisa
rnelupakannya.
"dia abis marahin saya ... kasar ke saya, suka mint3 maaf, dia bilang 'yaa ... maapin gua dah, /u juga sih /agian bildn gua marah, /u udah tau kan gua begini' dia ngomong gitu, sifat dia kan keras, emosian, jangankan ama saya ama orang tuanya aja dia berani. paling ka/o saya marah cuma sehari ngga ngomong kama masih kese/ ama dia, biar ngomong lagi terkadang saya yang bae-baein, makan apalah saya siapin, saya yang suka ngajak ngobro/ terus ... saya yang nga/ah ... kalo ngga ada yang ngala/1 berantakan rumah tanggakama sama-sama keras."
95
SM merasakan perasaan yang sangat tenang dan lega ketika ia dapat
memaafkan suami, karena baginya yang harus rnernbalas kejahatan suarni
hanyalah Allah tuhan yang rnaha kuasa. Kebahagiaan suarni dan anaklah
yang rnernbuat ia a a pat rnernaafkan perlakuan suarn i.
"saya suka ngomong sendiri 'kalo ga punya anak gua tinggalin lu' tapi ini kan laen saya punya anak. Tapi perasaan saya lega banget ka/o udah maapin dia, saya coba ga pinta uang lagi ke dia buat makan lebih baik saya minjem uang diwarung dari pada nantinya dia marah-marah tru.s nabok saya lagi, biar kalo punya duit dia aja yang ngasih ke saya dari pada saya harus minta ke dia, dengan begitu saya ngga kena marah."
Analisis Kasus
Pengendalian Emosi yang Ditampilkan
Faktor ekonomi yang kurang mencukupi rnernbuat SM rnengalami
kekerasan secara fisik dan psikis, ketika SM tidak rnenghidangkan
masakan dikarenakan suami tidak rnemberinya uang, t(~tapi suami tidak bisa
menerimanya kemudian suarninya marah-rnarah d 311 rnernperlakukan SM
secara kasar, cacian dan makian yang terucap dari suarnipun rnernbuat
hatinya sakit.
la rnerasakan perasaan marah dan kesal terl1adap suarni hal ini rnernbuat
SM berada dalam lingkaran transgmsi dan mernunculkan emosi dalam
96
bentuk negatif, tetapi ia dapat dengan mudah mengatasi perasaan marah
dan kesalnya dengan merubah emosi negatif menjadi emosi positif yaitu
perasaan simpati, empati terhadap suami yang telah meminta maaf dan
kebahagiaan anak-anaknya sehingga ia dapat mengendalikan emosinya
secara positif dengan cara menghadapi situasi dengan sikap rimional,
dapat berpikir jernih, mengelola perasaan-perasaan impulsif dan emosi
emosi yang menekan, tetap teguh dan positif dalam berpikir pada
situasi yang paling ber;;d dan mengem111i err'~"'' dan menghim::!ari
penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yar.g dapat menimbulkan
respon emosional.
Tipe-tipe Pemaafan
Total forgiveness adalah tipe pemaafan ya'lg ditampilkan SM, yaitu dengan
cara merr.aafkan suami dan tidak mengingat lagi kesalahan suami. Pada
akhirnya dapat membuat perasaan SM menjadi sangat tenang dan lega saat
ia telah memaafkan suami, baginya semua pembalasan atas kesalahan
suami hanya tu.1an yang maha kuasalah yang berhak membalas sedangkan
dirinya hanya bisa memaafkan suami dengan sepenuh hati agar nantinya B
jera dan tidRk mengulangi kesalahan itu.
--Situasi
KORT yang dilakukan suarr.i
• Kekerasan fisik
• Kekerasan psikis
• Penelantaran rumah ta11gga (kesulitan ekonomi)
--!
Lingkaran Transgresi lngatan akan Iuka, menjadi rasa marah, benci, dend
,!, Tipe-tipe pemaafan
i --Total Fomiveness
• Terjadi pemaafan secara intrapsikis dan interpersonal. Hubungan antara ke du2 belah pihak kembali membaik
,/,
Forgiveness Emosi ( +) Perasaan cinta, empa!i, simpati
dan kasih sayang
i Pengendalian Err,osi
1. Menghadapi situasi dengan sikap rasional
2. Menge Iola perasaan-perasaan im1 •ulsif dan emosi-emosi yang menekan
3. Terap teguh dan positif dalam berpil\ir pada situasi yang paling berat
4.Ber ikir ·ernih p J 5.Mengenali emosi dan menghindari I
penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat menimbulkan respon emosional
Skiema 4.2.4. Analisis Kasus !SM
97
98
4.3. Analisis Perbandingan Antar Kasus
Setelah dilakukan analisa terhadap masing-masing kasus maim selanjutnya
akan dilakukan analisa pBrbandingan antar kasus yang digambarkan dalarn
bentuk tabel. Pada tabel ini dimasukkan hasil analisa dari masing-rnasing
kasus yang kemudian dibandingkan antara <;atu kasus dengan kasus lainnya
untuk mengetahui sejauh mana kesamaan dan perbedaan pada setiap kasus
sehingga dapat diketahui pola umum dari subyek yang telah diteliti. Dari
analisis setiap kasus di atas dapat dilihat bahwa keempat subyek memiliki
kesamaan dan perbedaan.
Semua subyek teiah mengalami masalah kekerasan dalam rumah tangga
(KORT) akibat perlakuan suaminya, bedanya pada subyek N, ia tidak
mendapatkan k8kerasan fisik sedang ketiga subyek lainnya mengalami
kekerasan secara fisik mulai dari pukulan, tendangan, tarnparan ballkan
jambakkan. Penyebab kekerasan yang dilakukar. suami mereka pun
berbeda-beda. Pada kasus N dan NI, penyebab kekerasan dikarenakan
suami selalu melakukan kekerasan dalam keada2n mabuk, namun pada
pada kasus SM, salah satu penyebab kekerasan karena faktor ekonomi.
Saat awal terjadinya kekerasan semua subyek menampilkan ernosi negatif
berupa perasaan marah, kesal bahkan dendam akan perlakuan kasar suami
baik itu secara fisik, psikis maupun penelantaran rumah tangga, sehingga
dengan situasi ini dapat memposisikan semua saubyek kepada lingkaran
transgresi dengan cara mengingat peristiwa yang menimbulkan lul<a pada
semua subyek. Subyek KS dan SM dapat dengan mudah merubah emosi
negatif menjadi emosi positif dan melakukan rengendalian emosi dalam
bentuk positif yaitu dapat mengendalikan emosinya dengan positif juga
dengan menghadapi situasi dengan sikap rasional, tapat berpikir jernih,
mengelola perasaan-perasaan impulsif dan emosi-ernosi yang menekan,
tetap teguh dan positif dalam berpikir pada situasi yang paling berat dan
mengenali emosi dan menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap
situasi yang dapat menimbulkan respon emosional.
99
Pada subyek NR, masih diialrnkan sebuah proses pengendalian emosi
dengan bail< dimaksudkan agar ia benar-benar dapat mengendalikan
emosinya secara positif, namun berbeda kasusnya pada subyek N. ia lebil1
memilih berada pada emosi yang negatif sampai saat ini dengan mengingat
peristiwa transgresi serta mengendalikan emosinya dalam bentuk negatif
pula seperti menghadapi situasi dengan sikap <>rnosional dan tidal< dapat
mengenali ernosi dan manafsirkan secara berlebihan, situasi yang dapat
rnenimbulkan respon emosional.
100
Tipe-tipe pemaafan yang ditunjukkan pada masing-masing subyek dapat
berbeda-beda, subyek KS menunjukkan dua model tipe pemaafan yaitu no
forgiveness pada awal terjadinya kekerasan karena disertai dengan emosi
marah dan benci, kemudian pemuafan yang keduapun ditampilkan subyek
yaitu total forgiveness. Pada subyek N model tipe pernaafan yang ditunjukkan
ialah no forgiveness dikarenakan N telah berpuluh-puluh tahun hidup dalam
tekanan dan ketidakperdulian sehingga pengendalian emosi N dalam bentuk
negatif seperti IT'enghadapi situasi dengan sikap emosional, membiarkan
perasan-perasaan :mpulsif dan emosi-emosi yang menekan, ragu-ragu dan
berpikir negatif pada situasi yang paling berat, berpikir dangkal, tidak dapat
rnengenali emosi cian manafsirkan secara berlebihan, situasi yang dapat
menimbulkar. respon emosional. Sedangkan SM menunjukkan tipe pemaafan
model total forgiveness dengan tidak mempunyai perasaan dendam terhadap
suami dan lebih memilih untuk memaafkan sehingga perasaan yang
dihasilkanpun akan menjadi sangat tenang dan senantiasa mendekatkan diri
dengan tuhan. Lain halnya pada subyek NR ia menampilkan dua tipe
pemaafan, pertama no forgiveness dan kedua hoilow forgiveness.
Untuk lebih jelasnya mengenai perbandingan analisis antar kasus dapat
dilihat dari t;:ibel perbandingan antar kasus ddn tabel perbandingan peranan
tipe-tipe pemaafa11 terhadap pengendalian emosi dibawah ini.
Tabel 4.3. Analisis Perband;ilgan Antar Kasus
Keteran1<an Kasus KS KasusN Kasus NR KasusSM Masalah yang I. Mendapatkan kekerasan fisik I. Kekerasan secara psikis I. Mengalami kekerasan secara I. Kekerasan secara fisik
dihadapi dalam bentuk pukulan 2. Penelantaran dalam rum"h fisik dan psikis dalarn bentuk pukulan, tangga dengan tidak . Pcaelantaran rumah tangga tendangan dan tarnparan mementingkan Keluarga . l<.esah dengan perilaku . Kekerasan secara psikis
3. Keadaan suami yang setiap suami yang selaln mabuk . Penelantaran rumah tangga harinva selalu mabuk dan beriudi akibat himpitan ekonomi
Pengendalian emosi l. Mengendalikan emosi dalarn 1. Mengendalikan emosi secara J. Mengendalikan emosi secara l. Mengendalikan emosi secara yang ditampilkan bentuk (-) salah satunya (-) dengan membiarkan (-)salah sattmya :lengan (+) dengan berpikir jemih
dengan cara menghlldapi perasaan-perasaan impulsif membiarkan perasaan- dan menghadapi situasi dengan sikap emosional dan emosi-emosi yang perasaan yang menekan permasalahan dengan sikap
2. Merubah pengendalian emosi menekan o. Merubah proses rasional (-) menjadi (+) dengan pengendalian emosi ke arah menghadapi situasi secara (+) rasional
Tipe-tipe pemaafan I. No forgiveness (tidak 1. No forgiveness (tidak jl. No forgiveness (tidak l. Total forgiveness 1nemaatKan) karena perasaan memaafkan) Tidak terjadi ~ mo-&~) "'""'' ''"' (memaafkan sepenuhnya) masih kesal dan marah.Namun pemaafan sei 1ra intrapsikis_ marah,benci dan dendam kekerasan dengan kemudian berubah menjadi dan int'3rper~ esonal. Karena . Hollow forgiveness (Terjadi melupakan semua peristiwa
2. Total forgiveness (memaafkan kondisi yang masih marah pemaafan, tetapi belum transgresi.dan hubur.0 .:n sepenuhnya) emosi berubah kesal,benci dan dendam I sepenuhnya dan masih I baik antara kedua belah
I
1nenjadi cinta, dan sayang dan I i daiarn prost:s pemaafan
I
pihak k~rnbaii terjalin hubungan baik antara kedua
I I karena dalam tahap
belah pihak kembali terialin oenyembuhan Iuka hati Persnan tipe-tipe 11. Dimilikinya tipe pemaafan l . Tipe pemaafan model no ,l. Tipe pemaafan n1odel no I. Tipe pemaafan model total
pemaafan terhadap n1odel totaljOr~r;iveness dapat forgiveness n1e1nbuat N se!alu forgiveness membuat NR forgiveness rnenimbulkan
I merubah pengendalian emosi berada dalam lingkaran I mengelola emosi secara emosi (+) dan mengelola pengenda!ian emosi negatif f.CS menjadi positif rranygresi Jan memiliki en1osi I negatif (-); 2. Tipe en1osi secara ( +) serta
dengan cara rnenghadapi negatif serta mengendalikan I pemaafan model hollow merubah emosi (-) sehingga situasi dengan sikap rasional emosi secara negatif yaitu forgiveness membuat NR dapat menghasilkan sebuah dan berpikir jemih rnembiarkan en1osi-e1nosi lebih berpikir jemih dengan pengendalian emosi ( +) menyelesaikan masalah yang menekan n1engendalikan emosi secara
J (+)
BAB 5
l<ESIMPULAN, DISKUSI DAN SAR1A.N
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapal: disimpulkan bahwa
tipe-tipe pemaafan sangat diperlukan istri dalam mBngatasi pennasalahan
yang dihadapi istri dengan cara menampilkan tipe-tipe pemaafan model total
forgiveness (pemaafan secara menyeluruh), hollow forgiveness (proses
pemaafan) dan no forgiveness (tidak terjadi pernaafan). Tiga subyek
menampilkan tipe pemaafan model no forgiveness, l<emudian dua dari tiga
subyek dapat merubah tipe pemaafan dalarn dirinya menjadi hollow
forgiveness dan total forgiveness, sedangl<an seorang subyek dapat dengan
mudah menampilkan pemaafan model total forgiveness. Tipe-tipe pemaafan
yang dimiliki istri dalam mengatasi KORT memil:l<i reranan penting untuk
mengendalikan emosi ke arah pengendalian emosi positif dengan sangat
efuktif.
Tipe pemaafan model total forgiveness dan hollow forgiveness yang dimiliki
pada tiga orang subyek dapat berperan penting dalam mengendalikan emosi
103
pada istri yang menjadi korban KORT, dikarenakan ti1 e--tipe pemaafan
tersebut dapat merubah emosi negatif dan pengendalian emosi negatif istri
pada awalnya menjadi pengendalian emosi positif dengan cara menghadapi
situasi dengan sikap rasional dan berpikir jemih dalam menyelesaikan
masalah. Namun satu orang subyek menampilkan tipe pemaafan model no
forgiveness sehingga ia hanya menampilkan pengendalian emosi clalam
bentuk negatif dengan cara membiarkan perasaan-perasaan impulsif dan
emosi-emosi yang menekan.
5.2. Diskusi
Hasil penelitian yang telah diperc 1eh saat ini memperlihatkan bahwa tipe··tipe
pemaafan memiliki peranan penting dalam mempengaruhi pengendalian
emosi. Semua ini ~ijak luput dari sifat dan pribadi individu yang
dilatarbelakangi dari aspek pendidikan, agama, pergaulan dan kebudayaan
serta pengalaman nidup yang berbeda antara satu subyek dengan subyek
lainnya sehingga dgpat membedakan setiap subyek saat menghadapi
kekerasan dalam rumah tangga.
Dari hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa dua 01 an~1 suami dari em pat
orang subyek yang diteliti, dapat melakukan kekere1san terlladap istrinya
karena sebelumnya dipicu oleh alkohol sehingga rnereka mabuk.
104
Sebagaimana Kalyanamitra (1991) menjelaskan bcihwa alkohol dapat
menjadi pemicu terjadinya penyerangan dan kekerasan dalam rumah tangga.
Selain alkohol, dapat dilihat pula bahwa minimnya pengetahuan agama dan
kecemburuan yang berlebihan dapat memicu seseoran~1 untuk melakukan
kekerasan.
Pengendalian emosi dimal~sudkan untuk menetralkan perasaan marah,
benci, takut yang berlebihan dari semua subyek. Subyek yang dapat
mengendalikan ernosinya dengan baik maka ia akan merasa tenang dan
dapat terbebas dari stress akibat masalah yang dia1ami. Goleman (2003)
mengatakan bahwa Pengendalian emosi oleh diri sendiri tidak llanya berarti
meredam rasa tertekan saja atau menahan gejolak emosi, ini juga berarti
dengan sengaja menghayati suatu emosi tennasuk yang tidak
menyenangkan.
Tipe-tipe pemaafan dapat membantu subyek untuk mengendalikan emosi
dan menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Setiap subyek
memiliki tipe pemaafan yang berbeda, salah satu subyek hanya ITT( narnpilkan
tipe pemaafan model no forgiveness dan pada akhirnya mernbuat subyek
tarsebut berlarut-larut dalam permasalahan yang tidak akan pernah
terselesaikan jika subyek tersebut masill menarnpilkan tipe pemaafan
sebelumnya.
105
Dengan segala keterbatasan yang peneliti miliki daiam melakukan penelitian
ini sehingga menghasilkan penelitian yang mungkin jauh dafi sempurna,
karena hasil penelitian yang telah didapatkan ini hanya berlaku pada keempat
subyek penelitian dan tidal< dapat digunakan untuk menggeneralisasikan
pengendalian emosi yang ditampilkan istri-istri yang rnemiliki masalah serupa
dengan tipe-tipe pemaafan yang dimilikinya.
5.3. Saran
Dari hasil penelitian ini, peneliti memiliki beberapa saran diantaranya :
1. Bagi para peneliti yang tertarik untuk menelili lebih dalam mengenai
masalah ini, maka perlu diperhatikan faktor-faktor penting yang dapat
menunjang keberagaman dan kedalaman data yang diperkira:,an akan
mempengaruhi pemaafan pada istri. Adapun faktor-faktor tersebut
adalah:
a) Memperhatikan faktor usia pada setl2;-> "'Jbyek
b) Memperhatikan faktor anak
c) Memperhatikan faktor istri yang telah bekerja dengan yang tidak
bekerja
d) Memperhatikan lamenya siklus kekerasan yang berlangsung pada
istri
106
e) Melakukan deep interview (wawancara mendalam) agar dihasilkan
data yang mendalam.
2. Bagi istri yang.mengalami masalah kekerasan dalam rumah tangga
diharapkan untuk tidak segan memberitahukan tindak kekerasan yang
dilakukan suami kepada pihak kepolisian agar k1,jadian serupa tidak
dapat terulang kembali.
3. Bagi para suami, diharapkan untuk memperlakukan istri mereka dengan
perlakuan yang bail< dan penuh kasih sayang, apabila hendak 11enegur
tegurlah denga1n teguran lembut serta dapat menghindari segala macam
bentuk kekerasan terhadap istri.
4. Bagi lembaga institusi pemerintah seperti Kepoiisian dan lembaga
perlindungan anak dan perempuan agar dapat dengan segera
menindak lanjuti kekerasan dalam rumah tangga yang semakin hari
semakin bertambah banyak dalam masyarakat luas, serta hendaknya
memberikan penyuluhan kepada setiap keluarga untul< menghindari
kekerasan oaik itu secara fisik, psikis, seksual maupun penelantaran
rumah tangga. Serta mengkomunikasikan setiap masalah dengan kedua
belah pihak yang berseteru.
DAFT AR PUST AKA,
Abdul Rahman S & Abdul Muhbib W, 2004, Psikolcgi Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam, Jakarta: Prenada Media.
Assaf, Syaikh Ahmad Muhammad, 2001, B&rf<as-berkas Cahaya Kenabian,
Solo: Era lntermedia.
Asmaran As, 1994, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Atkinson, Rita L, et.al, 1983, Pengantar Psikologi, Ed 8, Jakarta: Erlangga
Bidang Pendampingan Perempuan Korban dan Bidang Penerbitan
Kalyanamitra, 1999, Menghadapi l<ekerasan dalam Rumah
Tangga, Jakarta: Kalyanamitra.
Davidoff, L, Linda, 1981, Psilwlogi Suatu Pengantar, Ed 2, ,Jilicl 2, Jakarta:
Erlangga.
Davidoff, L, Linda, 1991, Psikologi Suatu Pengantar, Jilid 1, Jakarta:
Erlangga.
Deddy Mulyana, 2003, Metode Penelitian J<ualitatif (Paradigma Baru I/mu
J<om1111ikasi dan I/mu Sosial Lainnya), Bandung: PT Rc.;maja
Rosdakarya.
Depdiknas, 1991, l<amus Besar Bahasa Indonesia, .Jakarta: Balai Pustaka.
Enright, RD, Coyle, CT, 1998, Researching Tile Process Model of
Forgiveness Within Psychological Intervention. dalam Worthington,
E.L, Dimentions of Forgiving Psychological, Pennsylvania:
Templetion Foundation Press.
Al-Ghazali, Imam, terj. Moh. Syamsi Hasan & abu Shofia, 2003,
Membersihkan Hati dari Akhlak Tercela, Surabaya: Ampel Mulia.
Goleman, Daniel, 1996, ,'<.ecerdasan Emosi, J:=ikarta: PT Grameclia Pustaka
Utama.
___ , 2003, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, Cet.5,
Jakarta: PT Grarnedia Pustaka Utarna.
Hamidi, 2004, Metode Penelitian Kualitatif (Aplikflsi Praktis Pembuatan
Proposal dan Lapomn Penelitian), Malang: UMM Press.
Al-Hasyimi, Muhammad Ali, 1999, Jati Diri Muslim, Jakarta: Pustaka Al
Kautsar.
Hawwa, Eaid, tefj. Aunur Rafiq & Saleh Tamhid, 2006, "Mensucikan Jiwa"
Konsep Tazkiyatun Nafs Ter{;adu, Jakarta: Rabbani Press.
Hurlock, Elisabeth 8, 1978, Perkembangan Anak, Jilicl 1, Jakarta: Erlangga
Kerlinger, Fred M, 1990, Asas-asas Penelitian Behavioral, Yogyakarta:
Gadji.1h Mada University Press.
Kristi E Poerwandari, 1998, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi,
Jakarta: Lembaga Pengembangan se1rana Pengukuran Psikologi
Universitas Indonesia.
Al-Kurnayi, Sulaiman, 2005, Kecerdasan 99, Jakarta: Hikrnah
Marx, Melvin H, 1976, Introduction to Psychology: Problem, Procedures and
Principles, New York: Macrnilan Publishing, Co.Inc
McCullough, ME, Pargernent, Kl & Thoresen, CE, 2000, Forgiveness: Theory,
Research and Practise, New York: The Guilford Press.
Moleong, Lexy J, 1997, Metode Penelitian r(ualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sarlito Wirawan S, 2000, Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
Smedes, Lewis 8, terj. petrus bere, 1993, Memaafkan J(ekuatan yang
Membebaskan, Yogyakarta: Kanisius.
Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur penelitian (suatu pendekatan praktek),
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Undang-undang Dasar No 23, Pasal I, 2004, Penghapusan J(ekerasan Dalam
Rumah Tangga (KDR7).
Worthington, E.L, 1998, The Pyramid Model of Forgiveness, Some
lnterdiciplinary Speculations about Unforgiveness and The
Promotion of :=orgiveness, Worthington (ed) Dimention of
Forgiveness, Pennsylvania: Templeton Foundation Press.
____ , 2003, Forgiving and Reconciling: Bri:Jges Towholeness and
Hope, Illinois: lntervarsity.
www.media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Hala1Bihalal2.html/Al-'Afw
(Maaf)
www.kompas.com
www.sinarharapan.com
www.icmi.or.id!ind/contentlview/88140/AzyumardiAzral2004!1du/F'it1il/s/ahlPe
maafan.com
Jurnal, Seminar clan Majalah
Elli N Hasbianto, 1996, Kekerasan Oalam Rumah Tangga: Potret Muram
Kehidupan Perempuan Da/am Perkawinan, Seminar Nasional
Pe:-lindungan Perempuan dari Pelecehan dan Kekerasan SeksuaL
1996: 1-9.
Ellya Roza, 2006, Eksistensi Perempuan Pada Masa Rasullullah SAW, Jurnal
Marwah (Perempuan, Agama dan gender) Vol. IV, No.1, 2006, 88.
M.E, McCullougt, Worthington, Jr, E.L, Rachal, K.C (1997) Interpersonal
Forgiving in Close Relationship. Journal of Pmsonality and Social
Psychology. Vol.73, No.2, 1997, 231-336.
Rita Serena Kolibonso, 2006, Diskriminasi /tu Bernama Kekerasan TerlJadap
Perempuan, Jurnal Perempuan untuk Pencerallan dan
Kesetaraan. No. 45 (2006) : 25-28.
Suharnan, 1996, Peranan Emosi dalam Proses Kognisi, Anima: Media
Psikologi Indonesia, 11(44)1996: 403-411.
DEP ARTEMEN AGAl\1A UNIVERSITAS ISLAM NEGERl (VIN) SY ARIF IIIDA YATULLAH JAKARTA
FAKULTAS PSIKOLOGI
,TJ, Kerin Mukli No.5 Circncle .Jalrnrta Sclatnn 15419 Telp. (021) 7433060 Fax. 74714714
------omor : Un. 71/0T.Ol.7/ '?lyl) /Xl/2007 imp.
Jakarta, 29 Nopember 2007
al : lzin Pene!itian
Kepada Yth. POLRES Jakarta Selatan
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat, kami sampaikan bahwa :
: Robiatul Adawiyah : Jakarla, 3 Oktober 1985
Nam a TcmpaUTgl Lahir A lama! JI. Bckasi Timur I Rt. 04/J 3 Cipinang Bcsar Utara
Jatincgara Jakarta Timur
ad al ah benar malrnsiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Semester Nomor Pokok Tahun Akademik Program
IX (Sembilan) 103070029117 200712008 Strata I (S-1)
Sehulnmgan dengan tugas pcnyelesaian skripsi yang berjudul :"Pcranan Tipctipc Pemaafan Terhndap Pcngcndalian Emosi Pada Istri Yang l'vlenjadi Korba11 Kckcrasan Dalnm Rumah Tanggn (KDRT)"mahasiswa tersebut memcrlukan Izin Pcnclitian di lembaga yang Bapak/Ibu/Saudara pirnpin. Oleh karena itu kami mohon kesediaan Bapak/lbu/Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut: clan memberikan bantuannya.
Dcmikian alas perhatian dan bantuan Bapakilbu/Saudara karni ucapkan terirna kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
A.n. Dekan P~w1J,311.t1,1 Dekan
/f:',~i9ang ~;rn~
\,Dru ... ~$ihaya11, M.Si f.
No
1.
2.
1--
3.
Item Permasalahan
Awai hubungan suami istri
Pengalaman KORT
Pengendalian emosi
Pedoman Wawancara
a.
b.
C.
,a.
I 1b. I IC.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
--·-Pertanyaan --------1
-----Kapan pertama kali ibu bertemu d engan suami?
! bagaimana proses perkenalannya Hambatan apa saja yang ditemui dalarn rnembina hubungan bersama suami? Upaya yang seperti apakah yang i bu lakukan
suami? untuk membina hubungan dengan Kapan pertama kali ibu menclapat kan perlakuan kasar dari suami? Masalah apa saja yang sering me njadi pemicu suami melakukan kekerasan? Bentuk-bentuk kekerasan apa saj a yang suami
an secara rinci ibu lakukan ?sebutkan dan ceritak kejadiannya! Seberapa sering frekuensi kekera san yang
yang telah ibu kah upaya
dilakukan suami?uraya apa saja lakukan untuk melerai suami?apa tersebut dapat membuat jera sua mi dan tidak menqulanqi i<ekerasan terhadai::i i b~; ibu-----1 Perlakuan yang seperti a, iakah ya
<ekerasan? I t tersulit yang saat terjad i
tunjukkan saat suami melakukan I Menurut ibu, seperti apa saat-saa ibu alami? Apa yang ibu rasakan kekerasan? Bagaimana cara ibu untuk mengatasinya! Bagaimana cara ibu mengelola p perasaan yang menekan dan me
erasaannyakitkan hati
ibu akibat perlakuan dari suami? Hal apa saja yang terlintas dalam pil<iran ibu, saat suami melakukan kekerasr-m? Bagaimana reaksi ibu dala.11 men ghadapitindak kekerasan suami? Apa saja yang ibu lakukan saat di kasar oleh suami?mambalas atau posit if? cerita l<a n ! Bagaimana cara ibu untuk melam
perlakukan tetap berpikir
piaskari ernosi
--~- yang ibu alarni?
4. Tipe-tipe pemaafan
Total a. Apakah ibu memaafkan semua kesalahan Forgiveness suami?Apa alasannya!
b. Apa yang membuat ibu dengan mudah I memaafkan kesalahan suami? I Bagaimana perasaan ibu setelah memaafkan r I
semua kesalahan suami?
Hollow 'a. Apakah saat ini ibu masih dalam proses Forgiveness memaafkan kesalahan suarni?
b. Mengapa ibu tidak dapat dengan mudah memaafkan kesalahan suarni ibu?
c. Perlakuan kasar suami yang seperti apakah yang masih ibu pendam, sehingga sampai saat ini ibu belum sepenuhnva memnafkan suami?
Silent a. Mengapa ibu tidak mengatakan secara jujur, jika Forgiveness sebenarnya ibu telah memaafkan suami?
b. Sebab lain yang seperti apakah, yang akhirnya membuat ibu tidak mengatakan secara jujur kalau sebenarnva ibu telah memaafkannva?
No a. Apakah ibu benar-benar tidak akan memaafkan Forgiveness suami?
b. Seberapa besar rasa marah dan benci ibu kepada suami?
c. Perbuatan apa yang akhirnya membuat ibu mengambil keputusan untl 'k tidak memaafkan suami?
d. Bagaimana perasaan ibu saat memilih untuk tidal< memaafkan semua kesalahan yang dilakukan suami selama ini?
Pernyataan Kesediaan
Nama Tempat Tanggal Lahir Pekerjaan Alam at
Assalamu'a/aikum Wr. Wb
Saya bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan yang sebenar-benarnya untuk keperluan skripsi dengan judul "Peramm Tipe-tipe Pemaafan Terhadap Pengendalian Emosi Pada lstri Yang Menjadi Korban Kekeras2:n Dalam Rumah Tangga (KORT)" yang disusun oleh Robiatul Adawiyah sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Wawancara ini berkaitan dengan aspek peng?1'-'rnan tingkah laku, keadaan psikologis dan emosi yang berkaitan dengan keadaan saya sebagai seorang istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
Adapun data pribadi dan hasil wawancara saya ini merupakan hal yang rahasia dan semat-mata untuk keperluan skripsi ini. Apabila di temukan data yang masih kurang lengkap, saya bersedia untuk diwawancarai kembali.
Wassalamu'a/aikum Wr. Wb
Jakarta, Januari 2008
Interviewee Interviewer
(Nama Lengkap) (Robiatul Adawiyah)
Lembar Observasi
Subjek
Tempat
Tanggal
Jam
: 1/2/3/4 (lnisial)
Catalan Lapangan
1. Keadaan tampat waw2ncara, cuaca dan kehadiran pihak lain disekitar
tempat wawancara.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek.
3. Ringkasan sikap subyek selama berlangsungnya proses wawancara
(suara, intonasi, posisi tubuh, antusiasme dan lain-lain.
4. Gangguan dan hambatan selama wawancara.
5. Catalan khusus selama wawancara.
Kutipan langsung Hasil Wawancara Suhyek KS
Hari Tanggal Waktu Tempat Situasi
: Senin : 14 Jam:ari 2008 : 09.45-11.20 WIB : Rumah kediaman mertua : Pagi yang cerah, beserta dengan anak kedua KS dan ibu mertuanya
P : Assalamu'alaikum KS : wa'alaikum salam P : Bagaimana kabar mba hari ini? KS : Alhamdulillah baik, cuma lagi sedikit flu soalnyakan tadi malem abis
ngerayain ulang tahun anak pertama, repot. .. ngurusinnya ... sampe kurang tidur sama kena angin malem, jadi sekarang ngga begitu fit deh.
P : Maaf ya mba mengganggu, tapi hari ini apa mba sudah siap untuk memberi keterangan mengenai masalah yang baru-baru ini mba alami.?
KS : Ngga pa-pa ko! Saya siap Saya lean cuma m<1u bantu mba menyelesaikan tugas skripsinya.
P : Terimakasih ya mba. Untuk pertanyaan yang pertama saya mau ~anya ke mba, kapan pertama kali mba bertemu dengan suami? Dan bagaimana proses perkenalannya!
KS : Pertama kali ketemu disini (rumah suami) waktu acara pernikahan temen saya, kebetulan saya kesini kondangan, di sini ketemL1 deh karena dia anak sini yaa ... diundang temennya ju~ia, nah di acara itu dia kenalan sama saya.
P : Setelah menikah apa mba langsung menetap dirumah orang tua atau mertua?
KS : Oh ngga ... saya ngga nyatu, ni saya tinggal disini karna ada kejadian waktlJ itu, pertama kali nikah langsung ngontrak deket rumah mertua sampe ada kejadian ini, trus saya pindah ke deket Fatmawati, suami saya pindah ke rumah orang tuanya disini ... barang-barang saya sama anak yang ke dua dibawa ke rumah orang tuanya. Anak pertama saya dibawa ke rumah orang tua saya.
P : Hambatan apa saja yang mba temui dalam membina hubungan bersama suami?
KS : Masalah d ~lam keluarga ya ... banyak kaya macem keuangan, kerja sih udah teti::lp tapi yang tadinya uangnya dipegang sendiri buat orang tua ... sekarang dibagi sama istri. fstilahnya ya ... makan cukup ga' nih sebulan. Terus nyatuin dua sifat yang berbeda ehmm ... egois-egoisnya kan namanya hidup rumah tangga harus jadi satu itu kan susah mungkin dia pengennya saya ehm ... ngertiin clia, tapi saya pengen clia ngertiin saya, yaa ... memang begitu susah juga sih.
P : Upaya yang seperti apakah yang mba lakukan untul< membina hubungan dengan suami?
KS : Untuk nyelesain masalah salah satu harus ada yang ngalah gitu kan, karena kalau ga' ada yang ngalah sampe kapanpun bakal tabrakan terus. f<aya macem dia pengennya saya dirumah ngurus suami, tapi saya ga' mau uclah biasa kerja gitu kan (sambil mengernyitkan kening) walaupun istilahnya cuma SPG jaga-jaga konter parfum apa segala macem saya seneng, karna kan ya ... yimana ya pengen aja punya banyak temen banyak kesibukkan, tapi suami saya pengen saya ngurus rumah aja, yaa ... saya ngafah ga' kerja-kerja nganggur sefama 2 tahun.
P : Kapan pertama kali mba mendapatkan per1akuan kasar dari suami? Bisa diceritakan!
KS : Baru pertama kali pas Oktober tahun lalu, jadi ginikan memang selama ini dia ga pernah pukul, yaa ... ga sampe separah itu, kan parah banget ditonjok yang kemaren itu ... sampe hidung saya berdarah clan agak-agak retak, retalc zih engga cumGn tulang racla-rada bengkok sedikit gitu kan, trus juga dipukul dari belakang pake toples susu, kalo ngga salah susunya masih ada. Ceritanyakan waktu itu hari minggu jam 11.00 pagi, dia kan ga' kerja mal<sudnya dia mau pergi gitu ke kantor ada yang mau diambil. .. , kebetulan j<.m 1·1.00 saya mau nidurin anak yang kecil karna udah rewel. Anak saya yang besar nangis mau ikut suami, ya akhirnya saya bilang 'ya udah ajak aja' karna anak saya yang pertama kalau udah bilang mau-mau ya harus, percuma ga' diajakpun saya yang repot harus ngebujuk-bujuk dia berenti nangis soalnya anak yang satunya mau tidur, ya uclah ajak aja saya bilang, ini kan hari minggu kalau memang mau ngambil kontrak doang yaa ... ajak aja (sambil meninggikan suara) clia marah, terus i;aya makin marah, kesel, saya bilang 'ada apa nih? Bilang aja lo mo kemana gitukan', maksud saya ga' usah alesan mo kekantor lah, mo inilah itulah. Kala sabtu itu kan biasanya dia Yi hari kerja, jam 12 siang udah pulang, biasanya itu dirumah rnisalnya sama anak, ss.ya yang pertama mlnta makan, misalnyakar. dia pengen makan apa nih? ... masak dong mau masak ... misalnya gitukan, dia !<an suka capcay sama goreng tempe diteriguin ... mendoan gitukan sama goreng telor, ya udah kita rnasal<, kita mal<an biasanya. Tapi sekarang ini udah ngga ... yang tadinya
pulang jam 12 sekarang pulang-pulang jam 7 malem. Yah namanya istri wajar kan suka nanya dari mana, dia bilang banyak kerjaan abis nganter mobil inllah, itulah. Trus besol< minggunya yang namanya kita bersih-bersih rumah, ini malah pergi gitukan, setiap saya tanya mo kemana dia bilang mau nganter mobil selalu gitu, jadi saya kesel mulai curiga, ya ... tapi dia tetep bilang banyak kerjaan gini-gini sampe ... pada saat kejadian itu. Saya terus marah-marah l<e dia, akhirnya dia rnau pukul saya tapi dia berenti, saya terus ngornong ke dia 'kenapa? elo mo pukul gua' terus akhirnya terjadi dia pukul saya, hidung saya di tonjok sampe berdarah terus saya kan jatuh ke te~mpat tidur, terus dia juga pukul kepala bagian belakang saya pake kaleng susu.
P : Upaya apa scija yang telah ibu lakukan untuk melerai suami?apakah upaya tersebut dapat mernbuat jera suarni dan tidak mengulangi kekerasan terhadap mba?
KS : Saya langsung pergi ke POLSEK, temen saya tanya 'kenapa? ... kejadiannya gimana? ... awalnya kenapa? .. .' ya saya certain aja gini-girn, pas udah selesai saya trus langsung pergi lagi. .. trus dia tanya 'lo mau kemana? Udah di sini aja, istirahat' maksudnya gitu, saya bilang 'engga gua mau ke POLRES terus ke rumah sakit' gitu kan, trus akhirnya dia bilang 'ngapain? ... pikir panjang' tapi tetep saya ngotot mau pergi, trus dia bilang 'terserah lo aja' ... pas saya kesana ternyata dlsitu ngga ada, ngga bisa menangani tentang masalah KDRT terus akhirnya saya ke POLRES nail< ojeg, setelah saya divisum terus dianterin ke rumah sakit. Karnakan saya ngga kepengen digampangin, udah gitu dalam hal. .. oke dia ngga pernah pukul saya, baru kali ini. .. fatal (sambil marah) tapi karna baru kali ini dan sangat fatal, saya tuh ga rnau nanti dan seterusnya atau mungkin kapan entahlah apa namanya berumah tangga saya kan ngga tau entah sampe kapan gitu kan, akan terulang lagi, akrn1 terjadi lagi. Karna nanti dia merasa oh ... bini gua kalo gua pukul diem, cuma nagis ... nah saya ga mau hal itu terjadi lagi sama saya, jadi saya langsung ambil tindakan biar dia juga sadar, sekarang kan udah ada hukumnya KORT jadi dia ga berani segala macem, ya ... istilahnya kasih pelajaran sama suarni.
P : Bagaimana cara mba rnengelola perasaan-perasaan yang .11enekan dan menyakitkan hati mba akibat perlakuan dari suami?
KS : Saya pergi dari kontrakkan untuk nenangin diri ngontrak lagi sendiri di deket tempat kerja, disana saya sampe dua bulanan Sampe akhirnya itu dia nemuin saya di tempat kerja saya, nungguin saya pas saya mo pulang kerja, trus jia bilang mo ajak saya ngomong, saya bilang 'apa lagi yang mau diomongin?(sarnbii marah) ga ada! Sekarang gini aja dulu, aku lagi nikmati kesendirian, lagi mo mikir juga salahnya dimana, sekarang masing-masing aja introspeksi diri saya
bilang gitu kan. 'iya ... udah ... udah introspekci diri' dia bilang gitu kan, 'ya udah okehlah tapi sekarang tetep saya mau introspeksi lebih dalem lagi' mau mikir lagi dan ga pengen l<an sakitnya masih terasa ga cumen istilahnya fisik gitu kan yang terasa sakit tapi semuanya kan sakit, jadi saya bilang 'udahlah nanti dulu' ...
P : Apakah mba tidal< memaafkan suami? KS :Memang waktu awal-awal dipukul pertama kali memang ga akan
balik, ga akan mau maafin, ya ... karna rasa sakitnya itu loh ... sakitnya itu ampun deh, kaya gimana yah ... pokuknya ga bisa diungkapkanlah karna udah sakit fisik, psikis juga sakit, ko bisa ... ko ampe tega padahal sebelumnya kita baik-baik aja, masalah yang diributin juga masalah kecil.
P : Apa yang pada akhirnya membuat mba dapat dengan mudah memaafkan kesalahan suami?
KS : Dimaafin sih dimaafin, tapi masih terasa nyesek aja, saya bilang gitu karna barn sekali, jadi nyeseknya kan gimana ya ... aduh ko bisa begini? Saat ini saya kembali lagi karna yang utama itu anal<, ya uclah akhirnya selama 2 bulanan inilah masih ga terlalu deket karna rasa sakitnya ini masih ada. kata dia, 'kan kamu uclah tau aku orangnya begini. .. kan manusia ga acla yang sempurna, yaa ... aku khilaf ... maafin, namanya orang khilaf ... aku janji ga ulangin lagi, aku mau berubah'dia bilang begitu ke saya. dia ngebuk!iin ke saya mau berubah, dia ngobatin hati saya, dia amhil hati saya biasanya tuh dia ga pernah masak ... trus dia masak, saya kan tidur nanti tiba-tiba dibangunin dia bilang 'makan' saya bilang 'orang ga masak' dia bilang 'ini udah dimasakin' dan yang bikin saya seneng banget dia tuh jadi perhatian banget sama anak-anak.
P : Saya cukupkan wawancara sampai disini, makasih banyak ya mba sudah meluangkan waktunya untuk ngobrol-ngobrol sama mba, mungkin nanti jika masih ada data yang saya perlukan saya bisa menemui mba lagi?
KS : Ngga apa-apa ko, ka1na saya disini hanya membantu aja ko, nanti kalo sewaktu-waktu saya butuh bantuan orang lain bisa cepat dibantu juga.
P : Saya pamit dulu ya mbc;, Assalamu'alaikum KS : Wa'alaikumsalam hati-hati dijalan ya mba