EXECUTIVE SUMMARY
PENELITIAN INDIVIDU TAHUN 2017 BIDANG POLITIK DALAM NEGERI
Peran Pemerintah Daerah Dalam Aspek Wawasan Kebangsaan dan
Pertahanan Negara
oleh: Debora Sanur L, S.Sos., M.Si
PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2017
Pendahuluan
DPD RI telah mengajukan draft RUU Wawasan Nusantara (Wasantara) kepada
DPR RI untuk dibahas bersama pemerintah. Latar belakang keberadaan RUU tersebut
terutama karena munculnya beberapa masalah-masalah nasional yang dapat
menimbulkan terjadinya ancaman disintegrasi bangsa. Ancaman ini akibat menguatnya
rasa primordialisme, premanisme, konflik etnis/agama, eksploitasi kekayaan alam, dan
lain-lain. Dilain pihak, hal yang kurang disadari masyarakat ialah bahwa sejak semula
masyarakat Indonesia telah terbentuk dengan ciri kebudayaan yang sangat beragam
akibat pengaruh ciri alamiah tiap-tiap pulau yang berbeda.
Perbedaan ini juga membawa pengaruh pada perbedaan karakter masyarakat
yang sangat mencolok. Perbedaan terutama mencakup sistem religi dan upacara
keagamaan, sistem masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan,
bahasa, maupun budaya. Menurut Frans Magnis Suseno1 faktor pendukung terjadinya
konflik sosial di Indonesia ialah karena adanya konflik kultural, maupun konflik
primordialisme berdasarkan agama, ras, etnik, dan daerah. Ditambah lagi dengan
keberadaan masyarakat yang dengan mudah diprovokasi orang lain, sehingga mereka
cenderung menjadi berperilaku eksklusif berdasarkan agama dan kelompok (etnis).
Ada beberapa peristiwa tragedi di Indonesia yang bersumber karena perbedaan
budaya. Konflik tersebut tak hanya menelan korban namun juga berpotensi untuk
menimbulkan perpecahan dalam bangsa Indonesia. Peristiwa tersebut diantaranya
adalah tragedi Sampit, konflik Maluku dan konflik 1998. Hal ini akan membuat
keberagaman di Indonesia bukan hanya memperkaya Indonesia namun juga membawa
potensi perpecahan yang signifikan. Sehingga, dibutuhkan peningkatan wawasan
nusantara, wawasan kebangsaan maupun pertahanan negara terutama dari sisi ideologi
negara untuk mengatasi permasalahan. Terutama agar pemerintah memiliki landasan
hukum bagi persoalan untuk memperkuat wawasan nusantara dan wawasan
kebangsaan dalam masyarakat Indonesia.
Kenyataan historis telah menunjukkan bahwa integrasi nasional dalam
membentuk satu kebangsaan tidak lain karena dipicu oleh adanya “musuh bersama”
yaitu penjajah. Hal ini membuat perbedaan ruang hidup, budaya dan struktur
1 Frans Magniz Suseno, Faktor-Faktor Mendasari Terjadinya Konflik Antara Kelompok Etnis dan Agama di Indonesia: Pencegahan dan Pemecahan, dalam Konflik Komunal di Indonesia Saat Ini, Jakarta: Indonesia-Netherland Coperation in Islamic Studies (INIS) and The Center for Languages and Cultures, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2003, hal. 121-122.
masyarakat bukan menjadi penghalang untuk mewujudkan integrasi nasional. Walau
demikian, secara umum Indonesia masih tetap menghadapi permasalahan yang
mengarah pada disintegrasi bangsa. Hal ini karena integrasi bangsa dan negara yang
tersusun bukan karena bersifat alamiah sehingga tetap mengandung potensi konflik.
Menurut Suparlan masa depan Indonesia masih rentan terhadap potensi konflik.2
Potensi disintegrasi sosial dihasilkan dari kompetisi dari individu dan kelompok pada
berbagai bentuk “sumber-sumber sosial” (social resources) yang menggunakan etnisitas
untuk memperkuat kekuasaan (power). Pada kekuasaan struktur sosial lokal, seperti
politik dan etnisitas sebagai potensi yang dapat merusak struktur sosial dan level
komunitas.
Berdasarkan hal tersebut diatas peran pemerintah sangat penting untuk menjaga
wawasan kebangsaan dalam masyarakat. Pemerintahan daerah sebagai pihak terdepan
dalam memberi pelayanan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat besar untuk
menjaga kondisi sosial politik masyarakat di daerahnya. Dengan adanya konsep
wawasan nusantara maupun wawasan kebangsaan pemerintahan daerah adalah pihak
yang sudah seharusnya berperan aktif dalam memelihara dan mempertahankan
keutuhan kesatuan bangsa dengan tetap menghormati supremasi hukum,
mensejahterakan masyarakat, serta mengembangkan demokrasi dengan transparansi
maupun optimalisasi partisipasi masyarakat dan lain sebagainya.
Melalui penerapan konsep wawasan kebangsaan, pemerintah daerah dapat
berfungsi sebagai pemberi pedoman, motivasi, dorongan, dan arah dalam pelaksanaan
kebijakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pentingnya
peran pemerintah daerah ini dalam konsep wawasan kebangsaan ini bertujuan untuk
mewujudkan suatu kesatuan cara pandang dan partisipasi aktif masyarakat dalam
aspek alamiah maupun aspek sosial serta untuk mewujudkan ketertiban, kesejahteraan
dan kedamaian seluruh masyarakat di daerah. Sebagaimana yang pernah dikatakan
oleh Abdurrahman Wachid3 bahwa untuk membangun bangsa setiap elemen bangsa
2 Parsudi Suparlan, Etnisitas dan Potensinya Terhadap Disintegrasi Sosial di Indonesia, dalam Konflik Komunal di Indonesia Saat Ini, Indonesia- Netherlands Cooperation in Islamic Studies (INIS) and The Center for Languages and Cultures, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2003, hal. 70. 3 Abdullah Idi, Islam dan PluraLisme: Analisis Sosiologis-Keagamaan terhadap Peran Umat Islam Indonesia dalam Memperkuat Integrasi Sosial, dalam Wajah Islam Indonesia: Perspektif Sosial, Kultural, Hukum, dan Pendidikan, Yogyakarta: Idea Press dan Corpus Jogakarta, 2010, hlm. 1-21.
harus berperan aktif sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing dalam
memperbaiki dan mempertahankan eksistensi bangsa.
Pertanyaan penelitian:
• Apa yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan
Aspek Wawasan Nusantara/Kebangsaan dan Pertahanan Negara di daerahnya?
• Bagaimana peran setiap stakeholder daerah dalam meningkatkan rasa nasionalisme,
wawasan kebangsaan masyarakat?
• Apa masalah dan kendala yang kerap ditemui dalam aspek Wawasan Kebangsaan
dan Pertahanan Negara di daerah, dan bagaimana pemecahannya?
Hasil Penelitian
A. Wawasan Kebangsaan dan Pertahanan Negara
Menurut Prof Dr. Sarmini, M.Hum4 wawasan kebangsaan yang berdasarkan pada
4 pilar kebangsaan yaitu: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika akan
dijadikan sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu dalam menentukan segala
kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggaraan negara di
tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Wawasan kebangsaan dalam paradigma
nasional dapat melalui beberapa hal berikut, yaitu Pancasila sebagai falsafah, ideologi
bangsa, dan dasar negara; berkedudukan sebagai landasan idiil, UUD 1945 sebagai
landasan konstitusi negara; berkedudukan sebagai landasan konstitusional, Wawasan
Nusantara sebagai visi nasional; berkedudukan sebagai landasan konsepsional,
Ketahanan Nasional sebagai konsepsi nasional; berkedudukan sebagai landasan
konsepsional, dan GBHN sebagai politik dan strategi nasional atau sebagai
kebijaksanaan dasar nasional; berkedudukan sebagai landasan operasional.
Demikian pula dengan pertahanan negara yang merupakan segala usaha untuk
mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara. Dimana untuk melestarikan wawasan kebangsaan dan
menjaga pertahanan negara diperlukan peran pemerintah terutama dalam bidang
pendidikan. Peran pemerintah tersebut dapat dilakukan diantaranya dengan
menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan, pengintegrasian nilai karakter
4 FGD dilaksanakan pada Jumat 21 Juli 2017 bertempat di Kampus Unesa FISH Surabaya.
wawasan kebangsaan dalam mata pelajaran dan ekstrakurikuler yang relevan,
pembiasaan menyanyikan lagu-lagu nasional di setiap sekolah, pengadaan lomba
tentang wawasan kebangsaan dan pertahanan negara bagi generasi muda maupun
pelaksanaan lomba cerdas tangkas tingkas bagi siswa di sekolah.
Sementara itu menurut Dr. Agus Suprijono, M.Si5 latar belakang bangsa
Indonesia ialah berdasarkan pada falsafah Pancasila yang mengutamakan kepentingan
masyarakat daripada kepentingan pribadi dari golongan. Falsafah tersebut didukung
dengan aspek kewilayahan nusantara dimana berdasarkan kondisi geografi Indonesia
menjadi kaya karena memiliki aneka SDA dan suku bangsa, demikian pula dengan
adanya aspek sosial budaya yang membuat Indonesia memiliki beragam suku, agama,
bahasa, dan adat istiadat, serta aspek historis, dimana aspek ini telah mempertahankan
dan menjaga persatuan NKRI. Oleh sebab itu, tujuan dari aspek kebangsaan adalah
untuk mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan bangsa
Indonesia yang mengutamakan kepentingan nasional dan untuk menumbuh
kembangkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut akan membentuk
sikap bela negara pada setiap warga negara indonesia.
Dengan demikian hal yang perlu dilakukan pemerintah dalam bidang pendidikan
kewarganegaraan ialah dengan merubah aspek metode dalam pembelajaran, dari
kognisi ke konatif. Selanjutnya perlu adanya Perppu tentang aturan bela negara. Perppu
ini merupakan regulasi untuk pengaturan pendidikan kewarganegaraan bagi
masyarakat yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan melalui projek kewarnegaraan.
B. Peran Pemerintah Kota terhadap Wawasan Kebangsaan Masyarakat
Menurut Deddy Sosialisto, Plt Kepala Bidang Kesatuan Bangsa Kota Surabaya6,
Kota Surabaya merupakan kota yang kondusif. Hal ini karena semua pihak dan jajaran
pemerintahan aktif terlibat dalam menjaga ketertiban sosial masyarakat. Pemerintah
kota terutama Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (kesbangpol) mendapat dukungan
dari berbagai dinas dalam menangani setiap persoalan yang ditemui. Setiap dinas sudah
memiliki kesadaran untuk aktif dan berperan dalam melakukan kerjasama bersama.
Menurutnya semua koordinasi bisa berjalan dengan baik karena adanya perhatian dari
Walikota terhadap aparat-aparat kepolisian, hal ini memudahkan satpol PP dalam
5 FGD dilaksanakan pada Jumat 21 Juli 2017 bertempat di Kampus Unesa FISH Surabaya. 6 Wawancara dengan Deddy Sosialisto, Plt Kepala Bidang Kesatuan Bangsa Kota Surabaya pada tanggal 19 Juli 2017 di Kantor Pemerintahan Kota Surabaya.
bekerjasama dengan Kepolisian. Selain itu, Ibu Risma selaku walikota juga punya
wawasan nasional yang baik dan memiliki peran yang sangat besar.
Menurut Deddy dalam hal wawasan kebangsaan ada beberapa hal yang dapat
membawa potensi perpecahan bangsa. Hal tersebut terutama yang berkaitan dengan
pemuda, etnis, agama. Oleh sebab itu, kegiatan- kegiatan yang diselenggarakan oleh
kesbangpol terutama dilaksanakan untuk melibatkan para siswa, ormas maupun agama.
Salah satu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan siswa ialah pelaksanaan sekolah
kebangsaan. Sekolah kebangsaan ini dilakukan untuk meningkatkan rasa nasionalisme
siswa. Metode yang dilakukan dengan model diskusi maupun berkunjung ke situs-situs
bersejarah di Surabaya seperti jembatan merah, WR Supratman, GMI. Melalui kegiatan
ini setiap peserta diajak untuk melihat dan mendengar lalu diskusi. Selain karena
walikota tidak suka adanya metode ceramah, metode ini dinilai lebih tepat sasaran
untuk meningkatkan rasa nasionalisme siswa.
Sementara itu, terkait dengan DPRD, menurut Suharto Kabag Rapat Perundang-
undangan DPRD Kota Surabaya7 pemerintah daerah dan DPRD sama-sama
penyelengara pemerintahan. Oleh sebab itu untuk menilai peran pemda tentu tidak
dapat terlepas dari peran DPRDnya. Di Surabaya, DPRD juga berperan aktif dalam
pelestarian wawasan kebangsaan. Contohnya terkait dengan sekolah kebangsaan, DPRD
juga ikut serta dalam sekolah kebangsaan dengan ambil bagian menjadi nara sumber.
Selain itu, DPRD juga seringkali memunculkan ide-ide seperti upacara bendera
dilaksanakan saat rapat dengar pendapat dengan SKPD.
C. Dukungan Stakeholder
Salah satu ormas yang turut aktif dalam menjaga wawasan kebangsaan dan
ketertiban di Surabaya ialah GP. Anshor. Menurut Abdul Holil8 (Sekjen GP Anshor Kota
Surabaya) besarnya peran Anshor dalam menjaga kebangsaan karena Nahdlatul Ulama
(NU) sebagai basis Anshor sudah berpaham kebangsaan jauh sebelum negara Indonesia
ada yaitu sejak berdiri pada tahun 1926. Hingga saat ini NU tetap sesuai falsafah NU
yaitu bahwa cinta tanah air merupakan bagian dari iman. Hal ini senada dengan yang
7 Wawancara dengan Suharto, Kabag Rapat Perundang- undangan DPRD Kota Surabaya pada tanggal 19 Juli 2017 di Kantor DPRD Surabaya. 8 Wawancara dengan Abdul Holil, Sekjen GP Anshor Kota Surabaya pada tanggal 18 Juli 2017 di Sekretariat NU Surabaya.
dikatakan oleh Suharto9, bahwa peran NU sangat besar efeknya bagi keamanan dan
kerukunan beragama di Surabaya . menurutnya Surabaya memang telah menjadi
barometer, namun secara keseluruhan Jawa Timur aman karena NU.
Demikian pula dengan FKUB, menurut Ketua FKUB Kota Tangerang H. Amin
Munawar10 FKUB sebagai forum kerukunan terus aktif untuk membuat program
kegiatan yang dapat memperkuat wawasan kebangsaan di masyarakat. Salah satu ide
yang berasal dari FKUB adalah dengan mengundang masyarakat dan pemuka agama.
Melalui kegiatan tersebut pemerintah hadir dan bergabung dengan masyarakat untuk
menjalankan tanggungjawab bersama-sama.
D. Masalah dan Kendala
Ada beberapa kendala yang ditemui daerah dan kota dalam permasalahan
wawasan kebangsaan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Deddy Sosialisto11, bahwa
persoalan etnis, agama, budaya merupakan urusan yang muncul bila kurang mendapat
perhatian dari pusat. Demikian pula yang dikatakan oleh Abdul Holil12 Sekjen GP
Anshor Kota Surabaya bahwa bila pemerintah pusat kurang tegas maka pemerintah
kota dan provinsi tidak bisa membuat keputusan. Oleh sebab itu diperlukan adanya
sinergisitas dari berbagai pihak. Setiap pihak perlu menyadari tentang keberadaan
paham-paham yang perlu diwaspadai seperti terorisme dan radikalisme.
Menurut Safar Dianto13 kendala yang ditemui di Tangerang terutama karena dari
pihak Provinsi atau Gubernur belum koordinasi terhadap kesbangpol kota. Padahal
yang harus dilakukan adalah sosialisasi kepada masyarakat hingga ke tingkat pelajar
maupun RT-RW meskipun ide substansi sosialisasi berasal dari kesbangpol sendiri.
Selain itu, masalah dan kendala yang sering ditemui ialah masalah kurikulum dan
mental anak-anak. Saat ini banyak masyarakat yang sudah keropos tentang ideologi.
Oleh sebab itu, hal penting yang harus diperhatikan ialah perlunya pengenalan seperti
P4 menjadi kurikulum. Yang terjadi hingga saat ini, pusat belum memberi pembelajaran
yang sudah dilakukan. Sebagai contoh sosialisasi wawasan kebangsaan yang dilakukan
9 Wawancara dengan Suharto, Op.cit. 10 Wawancara dengan H. Amin Munawar, Ketua FKUB Kota Tangerang, pada tanggal 5 September 2017 di sekretariat Masjid Raya Al A’zhom Tangerang. 11 Wawancara dengan Deddy Sosialisto, Op.cit. 12 Wawancara dengan Abdul Holil, Op.cit. 13 Wawancara dengan Safar Dianto, Kasi Bina Ideologi dan wawasan kebangsaan, pada tanggal 4 September 2017, di kantor kesbangpol Tangerang.
pada tahun 2016, ternyata masih banyak masyarakat yang nilai tentang wawasan
kebangsaannya jelek saat pretest sebelum sosialisasi.
Kendala lainnya ialah bahwa saat ini ormas yang ada lebih bersifat pragmatis.
Hal ini dapat terlihat saat pelaksanaan Jambore Ormas yang dilakukan pada tahun 2016
yang lalu. Dalam Jambore tersebut, ada 400 orang dari berbagai ormas di kota
tangerang bisa berkumpul namun demikian ternyata pada kenyataannya ormas-ormas
tersebut kurang tertarik dengan wawasan kebangsaan. Menurutnya hal yang dapat
dijadikan solusi untuk mengatasi rendahnya paham wawasan kebangsaan ini ialah
dengan membuat syarat yaitu agar setiap orang yang hendak naik golongan seharusnya
membuat sebuah makalah tentang kebangsaan. Selain itu tentu perlu juga dilakukan
cerdas cermat antar SKPD dan penataran P4 bagi setiap aparat pemerintahan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, menurut Safar Dianto14 untuk mengatasi
masalah wawasan kebangsaan ini perlu digalakkan lagi debat kebangsaan dikalangan
muda mudi seperti cerdas cermat. Senada dengan pendapat menurut Sigit Priyo
Sembodo berdasarkan permasalahan wawasan kebangsaan yang umumnya terjadi,
pemerintah memang harus fokus kepada anak-anak yang masih sekolah. Sebagai
contoh, pendidikan melalui sekolah kebangsaan. Dimana sekolah kebangsaan tersebut
ide pelaksanaannya berasal dari ibu Risma selaku walikota dengan anggaran murni dari
kota melalui APBD. Selain itu diperlukan juga regulasi yang mengatur keberadaan
penataran seperti P4 maupun pengaturan tentang standar upacara secara nasional.
Pengaturan ini tentu akan dapat meningkatkan rasa nasionalisme masyarakat, misalnya
dengan pengaturan agar dalam rangka HUT Kemerdekaan penyelenggaraan upacara
tidak hanya dilaksanakan oleh aparat pemerintah saja namun juga dilakukan oleh pihak
swasta.
Kesimpulan
Wawasan nusantara yang menjadi dasar dari wawasan kebangsaan bertujuan
untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional
terutama dalam upaya untuk mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.
Dengan demikian, baik wawasan nusantara dan wawasan kebangsaan harus menjadi
landasan visional dalam menyelenggarakan kehidupan nasional. Dalam hal ini wawasan
14 Wawancara dengan Sigit Priyo Sembodo, Kasi Kesiswaan Sekmen Dinas Pendidikan Surabaya pada tanggal 20 Juli 2017 di Kantor Dinas Pendidikan Surabaya.
kebangsaan berdasarkan pada 4 pilar kebangsaan yaitu: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan
Bhineka Tunggal Ika akan dijadikan sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu
dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi
penyelenggaraan negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kota Surabaya dan Kota Tangerang merupakan kota yang kondusif dalam hal
pelestarian wawasan kebangsaan masyarakat. Hal ini karena semua pihak dan jajaran
pemerintahan aktif terlibat dalam menjaga ketertiban sosial masyarakat. Di kedua kota
tersebut pemerintah kotanya mendapat dukungan dari berbagai dinas dalam
menangani setiap persoalan yang ditemui. Setiap dinas maupun stakeholder terkait
sudah memiliki kesadaran untuk aktif dan berperan dalam melakukan kerjasama
bersama. Dari penelitian di kedua kota tersebut ditemukan bahwa terkait wawasan
kebangsaan peran aktif kepala daerah sangat diperlukan untuk mendukung
keberhasilan suatu daerah dalam menjaga wawasan kebangsaan di daerahnya.
Ada beberapa hal yang dapat membawa potensi perpecahan bangsa. Hal tersebut
terutama yang berkaitan dengan kurikulum pendidikan dan keberadaan kelompok
maupun paham radikal.
Dalam bidang pendidikan penting untuk mengenalkan rasa cinta tanah air sejak
dini kepada siswa. Sebagai solusi bagi masalah pendidikan Surabaya telah membuat
sekolah kebangsaan sebagai salah satu kegiatan untuk meningkatkan rasa nasionalisme
siswa. Metode yang dilakukan ialah dengan model diskusi maupun berkunjung ke situs-
situs bersejarah di Surabaya. Namun demikian, walau daerah memiliki inisiatif untuk
meningkatkan wawasan kebangsaan masyarakat, tetap diperlukan juga pendidikan
yang diatur pusat. Bagi daerah peran serta pusat memang diperlukan untuk
menciptakan semangat kebangsaan dan nasionalisme masyarakat terutama karena
secara instansi hubungan pusat dan daerah adalah vertikal.
Pengaturan yang diperlukan seperti misalnya pengaturan tentang kurikulum
sekolah sebagaimana mata pelajaran PPKN wajib dalam kurikulum sekolah. Ataupun
pelaksanaan penataran P4 maupun pengaturan tentang kewajiban melaksanakan
upacara bendera. Hal ini penting agar nilai-nilai kebangsaan sudah semakin berkurang
dan masyarakat semakin tersadar bila paham kebangsaan negara diganggu.
Rekomendasi untuk meningkatkan wawasan kebangsaan masyarakat ialah perlu
ada regulasi yang mendukung terkait wawasan kebangsaan, perlu adanya pengaturan
baru, karena dalam UU No 23/2014 tentang Pemerintah Daerah, pertahanan dan
keamanan merupakan urusan pusat sementara wawasan kebangsaan urusan
pemerintahan umum, perlu adanya penanaman kesadaran kolektif (4 Pilar) dalam
kesadaran diri manusia Indonesia, perlu ada instrumen dalam
pengingimplementasiannya, perlu ada stabilitas dan keadilan sosial, dalam bidang:
Kemiskinan, Pendidikan dan Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku/Jurnal
Bakrie, Connie Rahakundini, Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.
Budiardjo,Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Djoko Pramono, Budaya Bahari, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Hutchinson, John. Ethnicity and Modern Nations, Journal Ethnic and Racial Studies Volume 23, 2000 - Issue 4.
Idi, Abdullah, Islam dan PluraLisme: Analisis Sosiologis-Keagamaan terhadap Peran Umat Islam Indonesia dalam Memperkuat Integrasi Sosial, dalam Wajah Islam Indonesia: Perspektif Sosial, Kultural, Hukum, dan Pendidikan, Yogyakarta: Idea Press dan Corpus Jogakarta, 2010.
K, Wahyono S. Indonesia Negara Maritim, Jakarta: Teraju, 2007.
Samego,Indira, Sistem Pertahanan Kemanan Negara, Analisis Potensi Dan Problem. Jakarta:The Habibie Centre, 2001.
Samidjo, Ilmu Negara, Bandung: Armico.
S.H. Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001.
Sindhunata, Demitologisasi Persatuan Nasional dalam 1000 Tahun Nusantara, Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2000.
Soetomo, Ilmu Negara, Surabaya: Usaha Nasional.
Suparlan, Parsudi, Etnisitas dan Potensinya Terhadap Disintegrasi Sosial di Indonesia, dalam Konflik Komunal di Indonesia Saat Ini, Jakarta: Indonesia- Netherlands Cooperation in Islamic Studies (INIS) and The Center for Languages and Cultures, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2003.
Suseno, Frans Magniz, Faktor-Faktor Mendasari Terjadinya Konflik Antara Kelompok Etnis dan Agama di Indonesia: Pencegahan dan Pemecahan, dalam Konflik Komunal di Indonesia Saat Ini, Jakarta: Indonesia-Netherland Coperation in Islamic Studies (INIS) and The Center for Languages and Cultures, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2003.
Artikel/Web
Aksani, Adeyaka Wury, 2013, “Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia”, dalam http://adeyaka-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-79903-Pendidikan%20Pancasila%20dan%20KewarganegaraanWAWASAN%20NUSANTARA%20SEBAGAI%20GEOPOLITIK%20INDONESIA.html, diakses pada tanggal 07 Maret 2017.
Anggoro, Kusnanto. Keamanan Nasional, Pertahanan Negara, Dan Ketertiban Umum, Makalah Pembanding Seminar Pembangunan Hukum Nasional VllI. diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman dan HAM RI Hotel Kartika Plaza, Denpasar, 14 Juli 2003.
https://dprd.denpasarkota.go.id/index.php/lihat-saran/9934/KIPS/, diakses tanggal 8 Mei 2017.
Konflik Yang dipicu Keberagaman Budaya Indonesia, https://m.tempo.co/read/news/2015/05/21/078668047/konflik-yang-dipicu-keberagaman-budaya-indonesia, Diakses tanggal 8 Mei 2017.
Sindhunata. “Politik Kebangsaan dan Keadilan Sosial”. Kompas, Juli 2000.
Liddle,William, Intervensi SBY,Tempo, edisi XXVII, 3 Desember 2006.
Wawancara
Wawancara dengan Deddy Sosialisto, Plt Kepala Bidang Kesatuan Bangsa Kota Surabaya pada tanggal 19 Juli 2017 di Kantor Pemerintahan Kota Surabaya.
Wawancara dengan Abdul Holil, Sekjen GP Anshor Kota Surabaya pada tanggal 18 Juli 2017 di Sekretariat NU Surabaya.
Wawancara dengan K.H. Imanan. S.Hi , Wakil Ketua I FKUB Surabaya pada tanggal 20 Juli 2017 di Kantor FKUB Surabaya.
Wawancara dengan Suharto, Kabag Rapat Perundang- undangan DPRD Kota Surabaya pada tanggal 19 Juli 2017 di Kantor DPRD Surabaya.
Wawancara dengan Sigit Priyo Sembodo, Kasi Kesiswaan Sekmen Dinas Pendidikan Surabaya pada tanggal 20 Juli 2017 di Kantor Dinas Pendidikan Surabaya.
Wawancara dengan Safar Dianto, Kasi Bina Ideologi dan wawasan kebangsaan, pada tanggal 4 September 2017, di kantor kesbangpol Tangerang.
Wawancara engan Pontjo Prayogo , Wakil Ketua DPRD Tangerang pada tanggal 8 September 2017, di DPRD Tangerang.
Wawancara dengan Suparmi , Ketua DPRD Tangerang pada tanggal 8 September 2017, di DPRD Tangerang.
Wawancara dengan H. Amin Munawar, Ketua FKUB Kota Tangerang, pada tanggal 5 September 2017 di sekretariat Masjid Raya Al A’zhom Tangerang.
Wawancara dengan Edi Riadi, Kepala Seksi Sarana Prasarana SD Dinas Pendidikan Kota Tangerang pada tanggal 7 September 2017, di Kantor Dinas Pendidikan Tangerang.
Wawancara dengan Sudarto, Wakil Ketua Sekretaris Anshor Kota Tangerang pada tanggal 8 September 2017, di di sekretariat Masjid Raya Al A’zhom Tangerang.