PERAN DOKTER
FORENSIK DALAM
RELOKASI
PEMAKAMAN KEMBALI
JENAZAH COVID-19
AGUS PURWADIANTO
FENOMENA KELUARGA
YANG KEDUKAAN
Ada harapan utk memindah jenazah yg diperlakukan
dimakamkan memakai prosedur COVID-19 karena : takut
tertular, takut dibebani biaya,
Kelompok masyarakat tertentu menghargai wasiat si jenazah
sebagai bagian dari : kepercayaan/ajaran agamanya;
ketersediaan tanah makam yg sudah dialokasikan, rasa
kasihan, dll
Harapan ini muncul ketika pandemi berakhir utk keinginan
memindah makam, bahkan saat era New Normal sepanjang
sesuai ketentuan dari pemerintah.
• Ketentuan eksplisit belum ada atau belum seragam
HAK
Kebolehan
≠ Larangan
≠ Absolut
≠ Kewajiban
Hak Asasi Manusia
Hak yg melekat pada manusia
2nd 3rd 1st Generation
FORENSIK
KESEHATAN
Tiga generasi Hak Asasi Manusia:
1st Generation: memuat hak-hak kebebasan yang sering dirujuk unutk mewakili hak-hak sipil dan politik, yakni hak-hak asasi manusia yang ―klasik‖. Meliputi hak untuk hidup, hak kebebasan berpikir, beragama dan beryakinan dll.
2nd Generation: memuat ―persamaan‖ atau seperangkat hak yang dikenal dengan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. Generasi ini muncul dari tuntutan agar negara menyediakan pemenuhan terhadap kebutuhan dari setiap orang, mulai dari makan sampai kesehatan.
3rd Generation: diwakili oleh tuntutan atas hak solidaritas atau hak bersama. Hak-hak ini muncul atas tuntutan gigih negara berkembang atas tatanan internasional yang adil, misalnya hak atas perdamaian.
DOKTER PASIEN
ETIKA
HAM
“tertindas”
(+) PELANGGARAN HAM
PENGUASA RAKYAT
Act of Commissions Act of Omissions
Tindakan untuk
melakukan
(terstruktur, sistem,
masif)
Tindakan untuk tidak
melakukan(pembiaran)
(+) KORBAN YANG
TERTINDAS
PENGUASA
advokasi
(+) aturan MEDIKOLEGAL ETIKOLEGAL
(-) aturan
Abuse
Of
Power
Advokasi & Waktu
Hak Moral Hak Hukum
HAK MATURITAS
(Hak Hukum yg Mature)
PRINSIP-PRINSIP SIRACUSA • Hanya dalam keadaan benar-benar tak bisa dihindarkan (as a last
resort), kebijakan kesehatan berpendekatan HAM dapat diintervensi dengan tujuan untuk mencapai tujuan kesehatan.
• Intervensi demikian dapat dibenarkan secara hukum bila memenuhi kondisi sebagai berikut:
• Pembatasan bisa ditetapkan sesuai dengan huku
• Pembatasan berlaku demi kepentingan umum dan untuk tujuan yang sah
• Pembatasan tersebut memang benar-benar diperlukan di dalam masyarakat yang demokratis, untuk mencapai tujuan
• Tidak diperbolehkan adanya intervensi dan pembatasan untuk mencapai tujuan yang sama
• Pembatasan itu tidak boleh dilaksanakan secara sewenang-wenang, misalnya tanpa alasan yang masuk akal atau diskriminasi.
1st
Langsung
2nd
Progressive Relation
Cascade
HAK ATAS KESEHATAN
“right of everyone to the enjoyment of the highest
attainable standard of physical and mental health”
WHO?? HOW??
Pemerintah /
Negara
To respect
To protect
To fulfill
UPAYA KESEHATAN (Promotif, Preventif, Kuratif,
Rehabilitatif)
PERPRES NO. 9 TH 1987 TTG PENYEDIAAN & PENGGUNAAN TANAH
UNTUK KEPERLUAN TEMPAT PEMAKAMAN
a. Tempat Pemakamam Umum adalah areal tanah yang
disediakan untuk keperluan pemakaman jenazah
bagi setiap orang tanpa membedakan agama dan
golongan, yang pengelolaanya dilakukan oleh
Pemerintah Daerah Tingkat II atau Pemerintah Desa.
b. Tempat Pemakaman Bukan Umum adalah areal
tanah yang disediakan untuk keperluan pemakaman
jenazah yang pengelolaanya di lakukan oleh badan
sosial dan/atau badan keagamaan.
PERPRES NO. 9 TH 1987 TTG PENYEDIAAN & PENGGUNAAN TANAH
UNTUK KEPERLUAN TEMPAT PEMAKAMAN
c. Tempat Pemakaman Khusus adalah areal tanah
yang digunakan untuk tempat pemakaman yang
karena faktor sejarah dan factor kebudayaan
mempunyai arti khusus.
d. Krematorium adalah tempat pembakaran jenazah
dan /atau kerangka jenazah.
e. Tempat Penyimpanan Jenazah adalah tempat yang
menurut adat/atau kebiasaan dipergunakan untuk
menyimpan/ menempatkan jenazah, yang kerena
keadaan alam nya mempunyai sifat - sifat khusus di
bandingkan dengan tempat lain.
Pasal 4.
(1) Setiap orang mendapat perlakuan yang sama untuk
dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum.
(2) Untuk ketertiban dan keteraturan Tempat Pemakaman
Umum dan Tempat Pemakaman Bukan Umum diadakan
pengelompokan tempat, bagi masing-masing pemeluk
agama.
(3) Penggunaan tanah untuk pemakaman jenazah seseorang,
baik pada pemakaman jenazah di Tempat Pemakaman
Umum maupun di Tempat Pemakaman Bukan Umum
ditetapkan tidak lebih dari 2½ (dua setengah ) meter x 1½
(satu setengah) meter dengan kedalaman minimum 1½
(satu setengah) meter .
PERPRES NO. 9 TH 1987 TTG PENYEDIAAN & PENGGUNAAN TANAH
UNTUK KEPERLUAN TEMPAT PEMAKAMAN
Penjelasan 4 (2) Dalam hal seseorang pada waktu meninggal
dunia tidak di ketahui identitasnya, penguburannya
ditempatkan ditempat Pemakaman Umum.
Penjelasan Pasal 4 Ayat (3) Penentuan batas maksimum
penggunaan tanah untuk keperluan tempat pemakaman
adalah untuk menertibkan serta untuk menjaga agar
pemakaian tanah tidak berlebihan. Bagi keluarga jenazah
yang bersangkutan bila dikehendaki dapat dipergunakan
satu tempat pemakaman untuk lebih dari satu jenazah.
Dalam hal suatu tempat menurut kondisi tanah dan/atau
wilayahnya tidak memungkinkan untuk mencapai kedalaman
1½ (satu setengah) meter, dapat dilakukan kurang dari
ketentuan tersebut.
PERPRES NO. 9 TH 1987 TTG PENYEDIAAN & PENGGUNAAN TANAH
UNTUK KEPERLUAN TEMPAT PEMAKAMAN
Pasal 5
Kewenangan pengelolaan di Pemkab/kota
Pasal 6
Tidak membebankan masyarakat tidak
komersial
PERPRES NO. 9 TH 1987 TTG PENYEDIAAN & PENGGUNAAN TANAH
UNTUK KEPERLUAN TEMPAT PEMAKAMAN
PEMINDAHAN LOKASI TPU
Pasal 12 (2)
Ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah, dan bagi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta oleh Gubernur Kepala
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan.
Pasal 12 (4)
Disahkan Kepmendagri
Pasal 12 Ayat (2)
Pemindahan yang dimaksud dalam pasal ini tidak senantiasa
berarti disediakan lokasi baru, akan tetapi dapat juga di
tampung pada lokasi yang sudah ada yang telah disesuai kan
dengan Rencana Tata Kota dan Rencana Pembangunan
Daerah serta ketentuan Pasal 2 ayat 3. Dalam hal
pemindahan kerangka jenazah secara perorangan
pengaturannya ditetapkan dalam Peraturan Daerah yang
bersangkutan.
PEMINDAHAN LOKASI TPU
Sosialisasi
kewaspadaan
Pneumonia
Wuhan pada RS
dan Puskesmas
SE
Kewaspada
an dan
Penyiapan
APD untuk
layanan
kesehatan
Dilaporka
n ODP
dan PDP
pertama
Dinas
Kesehatan
membuka
layanan Call
center dan
Posko
COVID-19
24 jam
• SE Pengelola Gedung,
apartemen, perusahaan,
wisata dll tentang
kewaspadaan nCoV.
• Sosialisasi masif pada
+_ 15.000 orang di 600
lokasi
Instruksi Gubernur
No. 16 Tahun
2020 tentang
Peningkatan
Kewaspadaan
terhadap Risiko
Penularan Infeksi
COVID-19
Gubernur
DKI Jakarta
umumkan
sebanyak
115 ODP &
32 PDP
• Presiden RI
umumkan 2
kasus
COVID-19
pertama di
Indonesia
• Kepgub
pembentukan
Tim Tanggap
COVID-19
Menghentik
an izin
keramaian
dan CFD
Himbauan
Belajar,
Bekerja,
Ibadah di
rumah
Pembentuka
n Gugus
Tugas
Provinsi
Labkesda DKI
Jakarta mulai
memeriksakan
spesimen
PSBB
Tahap I
PSBB
Tahap II
PSBB
Tahap III
Fatwa
MUI
Sholat Ied
di rumah
Jan, 7 Jan, 22 Jan, 24 Jan, 27 Feb, 4
Mar, 1
Mar, 5 Mar, 14 Mar, 17 May, 19
May, 22
Jun, 1 Jun, 2 Jun, 3 Jun, 4 Jun, 7
rapat koordinasi
Forkompimda
DKI Jakarta
dengan BNPB
rapat koordinasi
Forkompimda DKI Jakarta
dengan tim FKM UI dan tim
pakar Gugus Tugas
mengenai indikator PBSS
Transisi
rapat
akhir
dengan
BNPB
pengumuman
PSBB Transisi
oleh Gubernur
sosialisasi awal indikator
kesehatan masyarakat
yang sudah disepakati
BNPB
Feb, 25
Mar,
2
Mar, 23 Apr, 10 Mar, 17
LINIMASA
Paparan Kadinkes DKI Jakarta, Juni, 2020
Penerapan PHBS Pencegahan Covid 19
Peningkatan Penanganan Kesehatan
Penerapan PHBS pada 6 Tatanan:
1. Rumah Tangga
2. Sekolah dan/atau Institusi
Pendidikan
3. Rumah Ibadah
4. Tempat Kerja
5. Tempat/Fasilitas Umum
6. Fasilitas Transportasi Publik
Penduduk Prov. DKI Jakarta
a. Wajib menggunakan masker diluar
rumah
b. Melaksanakan GERMAS melalui
penerapan PHBS Pencegahan
Covid-19
c. Pimpinan/Penanggungjawab setiap
tatanan bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan PHBS Penanganan Kesehatan Meliputi :
1. Surveilans dan Penilaian Risiko
2. Tenaga Kesehatan dan Tenaga
Penunjang Kesehatan
3. Sosialisasi, Pemantauan, Pembinaan
dan Pendampingan
4. Perangkat Pelindung bagi Tenaga
Kesehatan dan Tenaga Penunjang
Kesehatan
5. Sarana, prasarana,obat, alat
kesehatan dan bahan medis habis
pakai
6. Sarana Tempat Isolasi Mandiri
7. Tata Kelola Pemeriksaan
8. Penelusuran Kontak Erat Konfirmasi
Positif Covid-19
9. Dukungan psikososial
10. Sarana dan prasarana korban
meninggal akibat Covid-19
11. Protokol Kesehatan OTG, ODP, PDP
dan Konfirm
12. Pemeriksaan Rapid dan PCR
PSBB Transisi di Prov. DKI Jakarta
(Peraturan Gubernur No. 51 Tahun
2020)
KAPAN RELOKASI ?
Sisi Medis:
• Penularan dari jenazah Covid-19 yg telah dimakamkan hingga
kini belum diketahui
• Data dari virus poliomielitis mampu bertahan hidup 84 hari di
tanah antara 4-20 derajat C
• WHO – Europe, 1998
Sisi Legal:
• Memperoleh ijin dari dua pihak Pemkab/Pemkot saat pandemi
berakhir atau dlm keadaan "mendesak" saat era New Normal
Sisi Medikolegal:
• Dipastikan oleh tenaga medis yg kompeten
DEFINISI EKSHUMASI
Berasal dari bahasa latin:
• “ex” : Keluar
• “humus” : Tanah
Jadi gabungan dari kedua kata itu adalah
keluar dari tanah, yang artinya menggali
kembali kuburan orang yang sudah
meninggal untuk mencari penyebab
kematiannya & mencari identitas seseorang
EKSHUMASI PERLU UNTUK
DILAKUKAN SESUAI DENGAN
KEPENTINGAN
1. Untuk kepentingan peradilan VeR
2. Penggalian non forensik atau bukan untuk
peradilan (pembangunan kota / gedung; permintaan
keluarga untuk pemindahan kuburan
EKSHUMASI PERLU UNTUK
DILAKUKAN SESUAI DENGAN
KEPENTINGAN
Tujuan: Biasanya berkaitan dengan perkara tindak pidana diperlukan keterangan mengenai penjelasan yang masih kabur bagi penyidik / badan lain (misalnya asuransi), seperti:
Penguburan ilegal (menyembunyikan kematian)
Sebab kematian dalam surat keterangan kematian tidak jelas
Identitas mayat diragukan / tidak jelas
Kasus kriminal untuk menentukan penyebab kematian yang diragukan
PROSEDUR EKSHUMASI
1. Persiapan penggalian kubur
2. Pelaksanaan penggalian kubur
PERSIAPAN
PENGGALIAN KUBUR
• Surat persetujuan keluarga yg meninggal : tidak keberatan makam dibongkar
• Surat pernyataan dari keluarga, juru kubur, petugas pemerintah setempat / saksi lain : makam tersebut memang makam orang yang dimaksudkan.
• Surat penyitaan dari kuburan yg akan digali sebagai barang bukti yg dikuasai oleh penyidik untuk sementara
• VeR
• Berita acara pembongkaran (kronologis & sesuai metode kriminalistik)
• Alat & sarana yg dibutuhkan
PELAKSANAAN
PENGGALIAN KUBUR
• Dihadiri dokter, penyidik, pemuka
masyarakat setempat, pihak
keamanan, petugas pemakaman &
penggali kubur
• Memastikan kuburan yang harus digali
dengan kehadiran pihak keluarga / ahli
waris / saksi yang mengetahui &
menyaksikan penguburan diperlukan
kehadirannya
PELAKSANAAN
PENGGALIAN KUBUR
• Sebelum penggalian, sekitar kuburan
harus ditutup dengan tabir
• Mencatat kronologis acara
pembongkaran kuburan
• Nama yg hadir, tempat, jam dimulai, tanda yg ada (nisan dibuat
dari apa, tingginya & bentuknya), Identitas, nama, tanggal
kematian, Keadaan cuaca, mencapai kedalaman tertentu harus dicatat
diukur dengan mistar dan difoto, Keadaan tanah
PERTIMBANGAN HUKUM PERDATA
Dasar : Bab XII BW (KUH Perdata, Bagi
Non-muslim:
• tentang hak mewaris, pembagian warisan, pembagian suatu benda, hibah, pengangkatan waris, surat
perintah melakukan hal tertentu atau melarang
perbuatan tertentu.
• Wasiat utk dimakamkan di TPU tertentu merupakan perintah utk melakukan hal tertentu
• Dalam praktik kedokteran dapat dalam satu kontinuum dari advanced directives seperti perintah : DNR (do
not resuscitate), apalagi dalam tidak-pastian PSBB,
karantina diri, second wave akibat reproduction
number masih tinggi, mereka penyandang risiko
komorbid, terutama kelas menengah
• Menyingkirkan ahli waris dari pewaris.
PROBLEMATIK ETIKO-
MEDIKOLEGAL
Secara filosofis penyelenggaraan wasiat tidak boleh
memberatkan keluarga/ahli waris yang ditinggalkan
• Wasiat dibuat sebelum era pandemi
• Wasiat dibuat semasa pandemi, karena rasionalitas pewaris (jaga-
jaga risiko fatal dari kekerapan penularan secara tak terduga)
Terhadap jenazah: pengaturan hukum negara hanya
keharusan diselenggarakan pemakamannya sesuai
ketentuan oleh ahli waris
• Pandemi dapat menjadi penyulit kewajiban pemakaman, namun
ketika pandemi berakhir atau sebelumnya di era New Normal -->
mungkin ada permintaan untuk memindah lokasi pemakaman
sesuai wasiat.
• Kepastian pengaturan belum ada.
• Bagi muslimin/muslimat : konsul ke ahli hukum Islam
PERTIMBANGAN
HUKUM PERDATA (2)
Pelaksanaan wasiat, di bacakan oleh
notaris dan diketahui oleh saksi
dilaksanakan oleh penerima wasiat dan
ahli waris,
• jika ada yang tidak terima thdp wasiat tsb, maka
bisa diajukan gugatan tentang pewarisan ke
pengadilan.
PERTIMBANGAN
HUKUM PERDATA
Dasar : Bab XII BW (KUH Perdata, Bagi Non-muslim:
• tentang hak mewaris, pembagian warisan, pembagian suatu benda, hibah,
pengangkatan waris, surat perintah melakukan hal tertentu atau
melarang perbuatan tertentu.
• Wasiat utk dimakamkan di TPU tertentu merupakan perintah utk
melakukan hal tertentu
• Dalam praktik kedokteran dapat dalam satu kontinuum dari advanced
directives seperti perintah : DNR (do not resuscitate), apalagi dalam
tidak-pastian PSBB, karantina diri, second wave akibat reproduction
number masih tinggi, mereka penyandang risiko komorbid, terutama
kelas menengah
• Menyingkirkan ahli waris dari pewaris.
Pelaksanaan wasiat, di bacakan oleh notaris dan diketahui
oleh saksi
dilaksanakan oleh penerima wasiat dan ahli waris,
• jika ada yang tidak terima thdp wasiat tsb, maka bisa diajukan
gugatan tentang pewarisan ke pengadilan.
PEMINDAHAN JENAZAH ERA
NEW NORMAL
Izin dari Gubernur (DKI), Bupati & Walikota (di luar DKI)
mencakup rekomendasi dari otoritas kesehatan
• Ranah hukum publik yang dipicu hukum privat
Permintaan keluarga atau wakil (kuasa hukum) jenazah
berdasarkan permintaan ybs ketika masih hidup (akta notaris,
surat wasiat)
Kelengkapan perolehan informasi medis yang dibutuhkan
• Resume medis/Rekam medis &/ surat keterangan kematian
Ketersediaan APD sesuai protokol kesehatan dan
ruang pemeriksaan utk identifikasi exhumasi (ruang terbuka)
Ketersediaan tenaga medis (dokter spesialis forensik &
medikolegal) dan tenaga kesehatan sebagai pelaksana
PEMINDAHAN JENAZAH
ERA NEW NORMAL
• Sebaiknya dilakukan setelah masa pandemi
dinyatakan dicabut
• Risiko penularan penyakit (?)
• Hati2 di demo massa di TP (lokasi makam)
baru --> kriteria urgensi ?
PERSIAPAN PEMINDAHAN MAKAM
KORBAN DIDUGA AKIBAT COVID-19 (1)
Anamnesa --- 5 W & 1 H :
1. Who --- siapa identitas jenazah: sex,umur, tempat tinggal; kejelasan kluster kematian (satu keluarga/RT), indikasi kematian tidak wajar; penduduk asli atau pendatang; agama: Islam/non Islam
2. What--- apa yang terjadi- keterangan klinis (konfirm sebab kematian Covid atau komorbid, PDP belum konfirm, mati akibat sebab lain & cara pemulasaraan sebelumnya (berita acara: pakai peti/tidak) - sesuai dgn Fatwa MUI No. 18/2020 ?, reaksi masyarakat/keluarga saat pemulasaraan; keterangan wasiat (akta notaris/tidak);
3. When --- kapan dimakamkan sebelumnya & ulang, zona penularan saat wafat kesiapan penerimaan masyarakat di lokasi baru,
PERSIAPAN PEMINDAHAN
MAKAM KORBAN DIDUGA
AKIBAT COVID-19 (1) Anamnesa --- 5 W & 1 H :
4. Where --- lokasi wafat sebelumnya: di RS/luar RS, pindah makam dimana (beda zona PSBB, jarak waktu dimakamkan); lokasi makam di TPU massal sudah dipastikan (Dinas Pemakaman setempat – surat izin, identitas administratif) & dikawal di lokasi); pemastian petugas penggali makam
5. Why--- apa sebab/mengapa direlokasi (kepastian hukum wasiat); keabsahan ahli waris; perlu surat keterangan pindah makam (kewenangan SpF.M karena kompeten)
6. How - sekedar relokasi, ada ritual/norma baru yg belum sempat dilaksanakan waktu pemakaman sebelumnya; desinfeksi ulang, peralatan mudah dibersihkan ulang ? pembatasan pengunjung/saksi. Persyaratan petugas & pelayat
PERSIAPAN PEMINDAHAN MAKAM
KORBAN DIDUGA AKIBAT COVID-19 (2)
Koordinasi dgn keluarga/kuasa hukum dan aparat keamanan dan
pemda setempat, pamong desa, pemuka agama, dll
- di makam awal/TPU massal (analisa situasi/kondisi)
- diidentifikasi di TKP TPU atau di RS --> pemulasaraan ulang?
a. Pengamanan lokasi penggalian --- police line
b. Sebaiknya exhumasi saat pagi hari
c. Lokasi --- siapkan tenda / tutup penyekat.
d. Meja pemeriksaan --- dipan / bahan lain .
e. Tempat air mengalir, ember, gayung, sabun (desinfektan lain) &
APD dokter & petugas.
PERSIAPAN DR SP.F.M. UTK
EXHUMASI DIDUGA COVID-19.
1. Data ante mortem jenazah, persetujuan keluarga/ahli waris
2. Alat2 : APD level 2 (tergantung jeda waktu exhumasi –
potensi penularan jenazah);
3. Peralatan Foto/dokumentasi, sketsa makam,
4. Formulir laporan exhumasi (khusus Covid-19)
5. Peralatan khusus : sesuai tujuan pemulasaraan ulang
jenazah.
a. Pengkafanan ulang utk ritual ulang (setelah pandemi dicabut
& dilakukan penuh kehati-hatian
b. Bongkar ulang peti & bungkus plastik jenazah bbrp lapis
c. Pemindahan peti jenazah utuh ke lokasi TPU baru antara a &
b.
PELAKSANAAN
EXHUMASI
1. Buat sketsa dan foto kubur.
2. Catat siapa siapa yg hadir .
2. Catat jam dan saat dimulainya .
3. Buat foto dan catat yg ditemukan.
4. Hati2 merusak peti atau mayat
5. Ambil contoh tanah dari atas kiri, kanan, bawah mayat utk pemeriksaan racun/logam berat dlm tanah (utk kontrol).
6. Tanah pd peti/mayat dibersihkan---foto.
7. Jazad dibungkus plastik/diikat di 4-5 tempat untuk kemudian dinaikkan ke meja pemeriksaan.
8. Bila peti keropos -- pasang papan pengaman.
9. Liang kubur kosong difoto sekali lagi.
AUTOPSI DI KUBURAN / TKP.
1. Catat kronologis jam setiap tindakan
2. Kalau pakai peti----identifikasi peti — keluarkan
mayat dari peti---- foto.
3. Lakukan identifikasi mayat ---- foto.
4. Pemeriksaan luar mayat.
5. Pemeriksaan dalam mayat
6. Ambil organ utk P.A. dan Toksikologi.
7. Kalau dikirim ke Lab. Lain ------ segel/ SPV
dari penyidik, dll
PANDUAN AUTOPSI
PADA COVID-19
If a person died during the infectious period of COVID-19, the lungs and other organs may still contain live virus, and additional respiratory protection is needed during aerosol-generating procedures.
health care facilities must ensure that safety measures are in place to protect those performing the autopsy.
Perform autopsies in an adequately ventilated room, i.e. at least natural ventilation with at least 160L/s/patient air flow or negative pressure rooms with at least 12 air changes per hour (ACH) and controlled direction of air flow when using mechanical ventilation;
WHO, interim guidance, 24 March 2020
INDIKATOR KEHADIRAN NEGARA
1. Penanganan Kasus covid-19
• Pelayanan kes perorangan (OTG, ODP, PDP)
• D/ : tes cepat, tes cepat molekular, klinis
• Th/: lonjakan kapasitas RS terkendali,
ketersediaan obat/alkes
• Pr/: penasehatan pasien/keluarga
• Pelayanan kesmas
• Otoritas kesmas, promkes anti hoax, penelusuran kontak,
penyatuan data kesmas, teknologi preventif
• PSBB dll
• Pelayanan jenazah:
• Pemulasaraan, penerbitan surat kematian, pemakaman
2. Perlindungan hak masyarakat
PELINDUNGAN
MASYARAKAT
Sebagian besar dari program kesmas utk sebagian besar
penduduk yg masih sehat khususnya melalui
pengorganisasian pemberdayaan masyarakat
Hampir semua pelindungan aspek ekonomi, sosial, budaya
Khususnya kelompok rentan
4 KATEGORI INDIKATOR
KEHADIRAN NEGARA
1. Relatif berhasil mengontrol pandemi tapi
mengorbankan hak warga negara (contoh
Vietnam, China)
2. Memprioritaskan perlindungan hak warga
tapi kurang berhasil mengontrol pandemi
(Swedia dan beberapa negara di Eropa)
3. Relatif berhasil keduanya (New Zealand,
Jerman)
4. Relatif keduanya tidak berhasil: contohnya
(USA).
TERIMA KASIH