Download - Pentingya Imunisasi Lengkap Pada Bayi
10
PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG IMUNISASI
DASAR LENGKAP PADA BAYI
1.1. LATAR BELAKANG
Pemerintah Indonesia mencanangkan gerakan pembangunan
berwawasan kesehatan sebagai strategi pembangunan nasional untuk
mewujudkan Indonesia sehat 2010. Dengan kebijakan dan strategi ini,
perencanaan pembangunan dan pelaksanaannya di semua sektor harus
dipertimbangkan terlebih dahulu dampak negatif dan positif terhadap
kesehatan. Masyarakat juga ikut bertanggung jawab untuk melaksanakan
hidup sehat, perilaku sehat dan upaya pencegahan agar tidak terkena
penyakit menular. Sejalan dengan upaya menurunkan angka kematian
bayi dan balita perlu terus digalakkan. Imunisasi merupakan program
unggulan pertama dalam rangka percepatan perbaikan derajat kesehatan.(
Muamalah, 2006)
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila
kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit
ringan. Pada tahun 1974, WHO mencanangkan Expanded Programme of
Immunization (EPI) atau program pengembangan imunisasi. Program
imunisasi merupakan suatu program yang digunakan untuk menurunkan
angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta anak balita. Program
ini memiliki 6 penyakit target seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis,
10
Tetanus, Polio dan Campak, sedangkan Hepatitis B baru ditambahkan
pada awal tahun 1980-an karena baru ditemukan. Idealnya bayi harus
mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3
kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan Campak 1 kali. (WHO, 2014).
Journal, yang dilakukan penelitian oleh Catherin dkk, 2013
bahwa Hexacima (DTaP-IPV-Hep B-Hib) adalah thiomersal bebas baru
kombinasi hexavalent anak. Vaksin diindikasikan untuk vaksinasi primer
bayi dan balita dari 6 minggu sampai 24 bulan usia
di Eropa. Data klinis menunjukkan bahwa Vaksin adalah pilihan yang
aman dan imunogenik untuk menyediakan perlindungan terhadap infeksi
masa kanak-kanak untuk difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B, polio dan
penyakit invasif yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae jenis
Yang sepenuhnya cair siap digunakan formulasi nyaman dan
menyederhanakan administrasi oleh profesional kesehatan.
Di negara Spanyol, Madrid Journal penelitian yang dilakukan oleh
Felix, dkk Jadwal yang direkomendasikan untuk vaksinasi hepatitis B
bayi prematur penelitian ini menggunakan open-label membandingkan
respon kekebalan dini (N=94) dan bayi jangka penuh (N=92) hepatitis B
antigen berikut administrasi utama heksavalen vaksin DTPa-HBV-IPV /
Hib pada 2-4-6 bulan dan dosis penguat pada 18 bulan. anti-Antibodi
HBsAg ditentukan sebelum dan satu bulan setelah dosis primer dan
penguat. Prebooster seroprotection yang 75 dan 80,6%, masing-masing.
Enam bayi prematur tidak menanggapi dosis primer dan penguat. Primer
10
dan penguat vaksinasi dengan DTPa-HBV-IPV / Hib memperoleh respon
anti-HBsAg memuaskan pada bayi prematur, yang tidak dipengaruhi oleh
usia kehamilan atau berat badan lahir. Jadwal ini dan vaksin akan sangat
memudahkan imunisasi bayi prematur.
Kementerian Kesehatan Indonesia menetapkan imunisasi sebagai
upaya nyata pemerintah untuk mencapai Millennium Development Goals
(MDGs), khususnya untuk menurunkan angka kematian anak. Indikator
keberhasilan pelaksanaan imunisasi diukur dengan pencapaian UCI
(Universal Child Immunization) baik di tingkat nasional, propinsi, dan
kabupaten bahkan di setiap desa/kelurahan, yaitu minimal 80% bayi telah
mendapatkan imunisasi dasar lengkap untuk BCG, DPT, polio, campak,
dan hepatitis B.(Siti, 2006)
Menurut Kemenkes RI pada tahun 2011, diketahui bahwa
persentase bayi pada usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar
lengkap adalah sebesar 93,4% namun persentase desa yang mencapai
UCI hanyalah 74,16% yaitu 10% dibawah target. Hal ini masih
kontradiksi mengingat target dari Kemenkes RI untuk mencapai MDGs
dibutuhkan angka pencapaian UCI yang sesuai target yaitu di atas 80%.
Akupan imunisasi lengkap di Jawa Barat Menkes menjelaskan, pada
tahun 2012 cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Indonesia
mencapai 86,8%. Angka ini sudah melampaui target nasional, yaitu 85%.
Namun, menurut Menkes, angka ini belum mengembirakan, sebab masih
ada jutaan anak yang tidak mendapatkan imunisasi.
10
"Masih ada 14% atau sekitar 3,9 juta balita yang belum di imunisasi.
Jumlah ini tentunya masih sangat banyak. Mereka tersebar di berbagai
daerah. Bahkan, ada daerah yang pencapaian tingkat imunisasinya baru
60%-70%," jelas Menkes. Dalam kesempatan yang sama, Wakil
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mizwar mengatakan, capaian imunisasi di
Jawa Barat cenderung meningkat, dan hingga tahun 2012 cakupannya
sudah 89,2%. Meski demikian, kata dia, capaian ini bukan akhir dari
upaya melindungi balita di Jawa Barat. (Suara Pembaharuan, 2014)
Pihaknya terus berupaya dengan mendorong pemda
kabupaten/kota agar cakupan imunisasi tahun ini bisa mencapai 91%, dan
tahun berikutnya menjadi 100%. Di samping itu bisa mereduksi angka
drop out imunisasi. Hal-hal tersebut dapat disebabkan antara lain karena
kurang perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah terhadap program
imunisasi, kurangnya dana operasional untuk imunisasi baik rutin
maupun tambahan, dan tidak tersedianya fasilitas dan infrastruktur yang
adekuate. Selain itu juga kurangnya koordinasi lintas sektor termasuk
pelayanan kesehatan swasta, kurang sumber daya yang memadai serta
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang program dan manfaat
imunisasi. Guna mecapai target 100% UCI desa/ kelurahan pada tahun
2014 perlu dilakukan berbagai upaya percepatan melalui Gerakan
Akselerasi Imunisasi Nasional untuk mencapai UCI (GAIN UCI).
10
Oleh karena masih rendahnya angka pencapaian UCI pada bayi,
maka diperlukan program promosi kesehatan tentang Imunisasi dasar
pada bayi usia 0-11 bulan khususnya di kelurahan Cigugur Wilayah kerja
Puskesmas Cimahi Selatan. Selain itu peran tenaga kesehatan dalam
upaya menurunkan angka morbiditas dan mortalitas bayi sangat
diperlukan. Tidak hanya tenaga kesehatan saja yang bertanggung jawab
untuk menanggulangi kasus tersebut namun peran dari seluruh lapisan
masyarakat sangat diperlukan untuk dapat berpartisipasi dalam program
pemerintah untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas bayi
akibat kurang optimalnya program promosi kesehatan tentang imunisasi.
1.3. TUJUAN
1.3.1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penjelasan tentang imunisasi ibu-
ibu diharapkan dapat memotivasi keluarga untuk membawa
bayinya ke posyandu atau sarana kesehatan untuk mendapatkan
imunisasi lengkap.
1.3.2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penjelasan tentang imunisasi ibu-
ibu dapat :
1. Menjelaskan pengertian imunisasi / vaksinasi.
2. Menjelaskan tujuan imunisasi.
3. Menjelaskan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi.
10
4. Menjelaskan jenis-jenis imunisasi.
5. Menjelaskan jadwal pemberian imunisasi.
6. Menjelaskan cara pemebrian imunisasi.
7. Menjelaskan kapan imunisasi tidak boleh diberikan.
8. Menjelaskan keadaan yang timbul setelah imunisasi.
9. Menjelaskan tempat pelayanan Imunisasi
1.4. MAMFAAT
Promosi kesehatan yang dilakukan kepada Ibu-ibu dapat menambah
pengetahuan bahwa Imunisasi diberikan untuk meningkatkan kekebalan
secara aktif terhadap suatu penyakit tertentu, sehingga bila kelak ia
terpapar penyakit tersebut tidak akan sakit .
1.5. SASARAN
Sasaran dalam kegiatan promosi kesehatan ini terdiri dari ibu-ibu
yang memiliki bayi di wilayah kerja Puskesmas Cigugur tengah yang
berjumlah 20 orang.
10
1.6. PELAKSANAAN PROGRAM
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PROMOSI TENTANG IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI
Topik : Imunisasi
Pokok bahasan : Imunisasi lengkap untuk bayi
Target /sasaran : Ibu-Ibu Memiliki Bayi Usia 0-9 Bulan
Hari / Tanggal : Kamis, 04 Desember 2014
Waktu : 60 menit
Tempat : Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Selatan
Penyuluh : Sri Yekti beserta tim
No. Waktu KegiatanPenyuluhan Respon peserta
1
2
5 menit
20 menit
1. Salam pembukaan2. Memperkenalkan
diri3. Menyampaikan
topik dan tujuan penyuluhan
Menjelaskan materi dan mendemonstrasikan tempat penyuntikan pada bayi dengan benar1. Menjelaskan pengertian imunisasi / vaksinasi.2. Menjelaskan tujuan imunisasi.3. Menjelaskan penyakit
yang dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi.
1. Menjawab salam2. Mendengarkan
Mendengarkan penyuluhan
10
3
4
15 menit
5 menit
4. Menjelaskan jenis-jenis imunisasi.
5. Menjelaskan jadwal pemberian imunisasi.
6. Menjelaskan cara pemberian imunisasi.
7. Menjelaskan kapan imunisasi tidak boleh diberikan.
8. Menjelaskan keadaan yang timbul setelah imunisasi.
9. Menjelaskan tempat pelayanan Imunisasi
Tanya jawabMemberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
EvaluasiMenanyakan pada ibutentang materi yang diberikan dan reinforcement kepada ibu bila dapat menjawab dan menjelaskan kembali pertanyaan/materi
PenutupMenyimpulkanSalam penutup
Bertanya dan menjawab pertanyaan
MendengarkanJawab salam
1.7. METODE
Memberikan penjelasan tentang imunisasi dasar lengkap menggunakan
powerpoint, di dalam ruangan posyandu kelurahan Cigugur wilayah
10
kerja Puskesmas Cimahi Selatan, kemudian menyebutkan tempat-
tempat penyuntikan dan jenis imunasi dasar lengkap pada bayi secara
benar.
1.8. SETTING TEMPAT
Peserta duduk menghadap ke penyuluh
Keterangan:
: Penyuluh
: Peserta
: Moderator
1.9. MEDIA
1. Leaflet
2. LCD
3. Powerpoint
10
1.10. EVALUASI
1. Ibu- Ibu dapat menjelaskan pengertian imunisasi / vaksinasi.
2. Ibu-ibu dapat menjelaskan tujuan imunisasi.
3. Ibu-ibu dapat menjelaskan penyakit yang dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi.
4. Ibu-ibu dapat menjelaskan jenis-jenis imunisasi.
5. Ibu-ibu dapat menjelaskan jadwal pemberian imunisasi.
6. Ibu-ibu dapat menjelaskan cara pemberian imunisasi.
7. Ibu-ibu dapat menjelaskan kapan imunisasi tidak boleh diberikan.
8. Ibu-ibu dapat menjelaskan keadaan yang timbul setelah imunisasi.
9. Ibu-ibu dapat menjelaskan tempat pelayanan Imunisasi
10
LAMPIRAN
MATERI IMUNISASI DASAR
I. Pengertian
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. (Proverawati, 2010)
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhada penyakit tertentu. (Alimul, 2009)
II. Tujuan Imunisasi
1. Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. (Proverawati, 2010)
2. Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. (Alimul, 2009)
III. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
1. Penyakit TBC
Penyakit TBC sangat menular dan menyerang semua umur. Banyak terdapat pada masyarakat dengan ekonomi rendah, kurang gizi dan pada daerah perumahan padat. Ditandai dengan :
- Batuk lebih dari 2 minggu, dahak dapat bercampur darah.
- Nafsu makan menurun, BB menurun.
10
- Berkeringat malam tanpa aktifitas.
* Tes Mantoux : untuk menguji apakah pernah terinfeksi kuman TBC.
2. Penyakit Difteri
Difteri merupakan penyakit menular, teutama menyerang anak kecil. Ditandai dengan :
- Leher bengkak, terbentuk selaput putih kelabu dikerongkongan dan hidung sehingga menyumbat jalan napas.
- Anak gelisah karena sesak napas yang makin berat.
- Anak tekak dan amandel membengkak dan merah.
3. Penyakit Batuk Rejan
Batuk Rejan adalah penyakit menular yang menyerang anak-anak. Ditandai dengan :
- Diawali batuk pilek biasa yang berlangsung sekitar 7 – 14 hari. Kemudian diikuti batuk hebat yaitu lebih keras dan menyambung terus 10 – 30 kali disertai tarikan napas dan berbunyi, kemudian muntah, muka merah sampai biru dan mata berair.
- Batuk batuk berlangsung beberapa minggu kemudian berkurang. Penyakit ini dapat menyebabkan radang apru-paru dan terjadi kerusakan otak sehingga dapat menyebabkan kejang, pingsan sampai terjadi kematian.
4. Penyakit Tetanus
Penyakit Tetanus menyerang semua umur, yang menyebabkan masalah yang cukup besar di Indonesia karena banayk bai yang baru lahir mati akibat penyakit tersebut. Ditandai dengan :
- Kejang / kaku seluruh tubuh.
- Mulut kaku dan sukar dibuka, punggung kaku dan melengkung.
- Kejang dirasakan sangat sakit.
- Pada bayi yang baru lahir (5 – 28 hari) mendadak tidak dapat menetek karena mulutnya kaku dan mencucu seperti mulut ikan.
10
5. Penyakit Polimielitis
Polimielitis sanagt cepat menular di daerah perumahan padat dan lingkungan kumuh. Ditandai dengan :
- Anak rewel, panas dan batuk, dua hari kemudian leher kaku, sakit kepala,
otot badan dan kaki terasa kaku.
- Lumpuh anggota badan tetapi biasanya hanya satu sisi.
Penyakit ini dapat menyerang otot pernapasan dan otot menelan yang dapat menyebabkan kematian.
6. Penyakit Campak
Penyakit ini sangat menular dan menyerang hampir semua bayi.
Tanda-tanda campak :
- Badan panas, batuk, pilek, mata merah dan berair.
- Mulut dan bibir kering serta merah.
- Beberapa hari kemudian keluar bercak-bercak di kulit dimulai di belakang telinga, leher muka, dahi dan seluruh tubuh. Akibat lanjut dari penyakit ini adalah radang telinga sampai tuli,radang mata sampai terjadi kebutaan, diare dan menyebabkan radang paru-paru serta radang otak yang dapat menyebabkan kematian.
7. Hepatitis Virus B
Penyakit ini adalah penyakit menular yang menyerang semua umur.
Tanda-tanda :
- Mual, muntah serta nafsu makan menurun.
- Nyeri sendi, nyeri kepala dan badan panas.
10
IV. . Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
1. Penyakit TBC
Penyakit TBC sangat menular dan menyerang semua umur. Banyak terdapat pada masyarakat dengan ekonomi rendah, kurang gizi dan pada daerah perumahan padat. Ditandai dengan :
- Batuk lebih dari 2 minggu, dahak dapat bercampur darah.
- Nafsu makan menurun, BB menurun.
- Berkeringat malam tanpa aktifitas.
* Tes Mantoux : untuk menguji apakah pernah terinfeksi kuman TBC.
2. Penyakit Difteri
Difteri merupakan penyakit menular, teutama menyerang anak kecil. Ditandai dengan :
- Leher bengkak, terbentuk selaput putih kelabu dikerongkongan dan hidung sehingga menyumbat jalan napas.
- Anak gelisah karena sesak napas yang makin berat.
- Anak tekak dan amandel membengkak dan merah.
3. Penyakit Batuk Rejan
Batuk Rejan adalah penyakit menular yang menyerang anak-anak. Ditandai dengan :
- Diawali batuk pilek biasa yang berlangsung sekitar 7 – 14 hari. Kemudian diikuti batuk hebat yaitu lebih keras dan menyambung terus 10 – 30 kali disertai tarikan napas dan berbunyi, kemudian muntah, muka merah sampai biru dan mata berair.
- Batuk batuk berlangsung beberapa minggu kemudian berkurang. Penyakit ini dapat menyebabkan radang apru-paru dan terjadi kerusakan otak sehingga dapat menyebabkan kejang, pingsan sampai terjadi kematian.
4. Penyakit Tetanus
10
Penyakit Tetanus menyerang semua umur, yang menyebabkan masalah yang cukup besar di Indonesia karena banayk bai yang baru lahir mati akibat penyakit tersebut. Ditandai dengan :
- Kejang / kaku seluruh tubuh.
- Mulut kaku dan sukar dibuka, punggung kaku dan melengkung.
- Kejang dirasakan sangat sakit.
- Pada bayi yang baru lahir (5 – 28 hari) mendadak tidak dapat menetek karena mulutnya kaku dan mencucu seperti mulut ikan.
5. Penyakit Polimielitis
Polimielitis sanagt cepat menular di daerah perumahan padat dan lingkungan kumuh. Ditandai dengan :
- Anak rewel, panas dan batuk, dua hari kemudian leher kaku, sakit kepala,
otot badan dan kaki terasa kaku.
- Lumpuh anggota badan tetapi biasanya hanya satu sisi.
Penyakit ini dapat menyerang otot pernapasan dan otot menelan yang dapat menyebabkan kematian.
6. Penyakit Campak
Penyakit ini sangat menular dan menyerang hampir semua bayi.
Tanda-tanda campak :
- Badan panas, batuk, pilek, mata merah dan berair.
- Mulut dan bibir kering serta merah.
- Beberapa hari kemudian keluar bercak-bercak di kulit dimulai di belakang telinga, leher muka, dahi dan seluruh tubuh. Akibat lanjut dari penyakit ini adalah radang telinga sampai tuli,radang mata sampai terjadi kebutaan, diare dan menyebabkan radang paru-paru serta radang otak yang dapat menyebabkan kematian.
10
7. Hepatitis Virus B
Penyakit ini adalah penyakit menular yang menyerang semua umur.
Tanda-tanda :
- Mual, muntah serta nafsu makan menurun.
- Nyeri sendi, nyeri kepala dan badan panas.
V. Sasaran Imunisasi
Bayi 0 – 9 bulan untuk imunisasi BCG, polio, DPT, HB, dan campak.
VI. Jadwal Pemberian Imunisasi
1.BCG
1. Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 3 bulan. namun dianjurkan
2. pemberian imunisasi BCG pada umur antara 0-12 bulan.3. Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak
(>1 tahun).4. Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan.5. Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis, namun dapat
mencegah komplikasinya.6. Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya
dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
1. Hepatitis B
1. Imunisasi hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir.
2. Imunisasi hepatitis B-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi hepatitis B-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapatkan respon imun optimal, interval imunisasi hepatitis B-2 dengan hepatitis B-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hepatitis B-3 diberikan pada umur 3-6 bulan.
10
3. Departemen kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin hepatitis B-0 monovalen (dalam kemasan uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/hepatitis B pada umur 2-3-4 bulan. Tujuan vaksin hepatitis B diberikan dalam kombinasi dengan DTwP untuk mempermudah pemberian dan meningkatkan cakupan hepatitis B-3 yang masih rendah.
4. Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan imunisasi hepatitis B dengan jadwal 3 kali pemberian.
3. DPT
1. Imunisasi DPT primer diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. Interval terbaik diberikan 8 minggu, jadi DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur 4 bulan dan DPT-3 pada umur 6 bulan.
2. Dosis DPT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan.
3. Vaksin DPT dapat diberikan secara kombinasi dengan vaksin lain yaitu DPT/Hepatitis B dan DPT/IPV.
4. Polio
1. Terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio -1, 2, dan 3. (1.OPV, hidup dilemahkan, tetes, oral.; 2.IPV, in-aktif, suntikan.)
2. Polio-0 diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI sebagai tambahan untuk mendapatkan cakupan imunisasi yang tinggi.
3. Untuk imunisasi dasar (polio-2, 3, 4) diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan, interval antara dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu.
4. OPV diberikan 2 tetes per-oral.5. IPV dalam kemasan 0,5 ml, intramuscular. Vaksin IPV dapat diberikan
tersendiri atau dalam kemasan kombinasi (DPT/IPV).
5. Campak
Vaksin campak rutin dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan dalam, pada umur 9 bulan. (IDAI, 2008)
VII. Cara Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi dapat diberikan secara suntikan maupun diteteskan ke dalam mulut.
10
1. BCG : dengan suntikan ke dalam kulit pada lengan atas sebelah dalam.
2. DPT : suntikan ke dalam otot di pangkal paha.
3. Campak : suntikan ke bawah kulit di lengan kiri atas.
4. HB : suntikan pada lengan.
5. DT / TT: suntikan ke dalam otot pada lengan, paha ataupun punggung.
VIII. Kapan Imunisasi Tidak Boleh Diberikan
Keadaan-keadaan di mana imunisasi tidak dianjurkan :
1. BCG, tidak diberikan pada bayi yang menderita sakit kulit lama, sedang sakit TBC dan panas tinggi.
2. DPT, tidak diberikan bila bayi sedang sakit parah, panas tinggi dan kejang.
3. Polio, tidak diberikan bila diare dan sakit parah.
4. Campak, tidak diberikan bila bayi sakit mendadak dan panas tinggi.
IX. Keadaan-Keadaan Yang Timbul Setelah Imunisasi
Keadaan-keadaan yang timbul setelah imunisasi berbeda pada masing-masing imunisasi, seperti yang diuraikan di bawah ini.
1. BCG, dua minggu setelah imunisasi terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan, seterusnya timbul bisul kecil dan menjadi luka parut.
2. DPT, umumnya bayi menderita panas sore hari setelah mendapatkan imunisasi, tetapi akan turun dalam 1 – 2 hari. Di tempat suntikan merah dan bengkak serta sakit, walaupun demikian tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri.
3. Campak, panas dan umumnya disertai kemerahan yang timbul 4 – 10 hari setelah penyuntikan.
X. Tempat Pelayanan Imunisasi
10
Pelayanan imunisasi dapat diperoleh pada :
1. Posyandu
2. Puskesmas
3. Bidan / dokter praktek
4. Rumah bersalin
5. Rumah sakit
XI. Perawatan Yang Diberikan Setelah Imunisasi
1. BCG, luka tidak perlu diobati tetapi bila luka besar dan bengkak di
ketiak anjurkan ke puskesmas;
2. DPT, bila panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari
posyandu
3. Campak, bila timbul panas berikan obat yang didapat dari posyandu.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Pelaksanaan Imunisasi Modul Latihan Petugas Imunisasi, Jakarta, 2009
10
Departemen Kesehatan, Bercakap Dengan Ibu-Ibu-Petunjuk Bagi Kader Dalam Rangka Promosi Posyandu, Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Jakarta, 2008
Felix Omenaca, , 2010 Hindawi Publishing Corporation . Hepatitis B Response of Premature Infants after Primary and Booster Immunisation with a Diphtheria-Tetanus-Acellular Pertussis-Hepatitis B-Inactivated Poliovirus/ Haemophilus InfluenzaeType B Vaccine.
Hidayat, A. Aziz Alimul.2009.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk PendidikanKesehatan .Jakarta:Salemba Medika
IDAI.2008.Pedoman Imunisasi Di Indonesia.Jakarta:Satgas ImunisasiKatherine, 2013. Drugs Their Perspect. DTaP-IPV-Hep B-Hib vaccine (Hexyon_/Hexacima_): a guide to its use in the primary and booster vaccination of infants and toddlers in Europe.
Muamalah, Siti. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi Difteri Pertusis Tetanus (Dpt) Dan Campak. 2006
Menyongsong Program Indonesia Sehat 2010 Gairahkan Spirit Imunisasi Bayi dan Balita.
Sudayasa, Putu.2010.Latar Belakang Program Imunisasi.http://imunisasihsu.wordpress.com
WHO. Program Imunisasi Dan Pengembangan Vaksin..
10
10