Modul 8
Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra
Dra. Ida Lestari, M.Pd.
A. MANFAAT DAN RELEVANSI
Pada modul-modul sebelumnya, Anda telah belajar menyusun alat
penilaian kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa tersebut mencakup
keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Kemampuan
seorang guru BI untuk menilai kemampuan bersastra mutlak diperlukan. Hal
ini berkaitan dengan tugas guru mata pelajaran bahasa Indonesia (BI) yang
memiliki kewajiban mengajarkan dan menilai kemampuan bersastra sesuai
yang tercantum pada standar isi. Karena itu, setelah latihan penyusunan
kemampuan berbahasa, calon guru mata pelajaran bahasa Indonesia perlu
memahami karakteristik alat penilaian bersastra dan prosedur
pengembangannya. Di samping itu, diperlukan latihan-latihan
mengembangkan alat penilaian kemampuan bersastra bagi calon guru mata
pelajaran bahasa Indonesia. Kemampuan bersastra mencakup kemampuan
apresiasi sastra (reseptif) dan kemampuan melakukan proses kreatif sastra
(produktif). Dengan latihan yang memadai menyusun alat penilaian bersastra,
seorang calon guru BI akan memiliki kompetensi untuk menilai hasil belajar
dan proses belajar kemampuan bersastra.
Setelah mempelajari modul ini, secara umum Anda diharapkan dapat
berlatih mempraktikkan penyusunan alat penilaian bersastra. Secara khusus,
setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda mampu menguasai hal-hal
berikut.
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pendekatan dalam penilaian apreasiasi
sastra dan konstruksi kemampuan apresiasi sastra.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan model penilaian apresiasi sastra.
PENDAHULUAN
8.2 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
3. Mahasiswa mampu merencanakan dan menyusun alat penilaian apresiasi
sastra.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan pendekatan dalam penilaian proses
kreatif siswa.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan model penilaian proses kreatif sastra.
6. Mahasiswa mampu merencanakan dan menyusun alat penilaian proses
kreatif sastra.
B. DESKRIPSI/CAKUPAN MATERI MODUL
Modul ini penting dipelajari sebagai bekal untuk merencanakan
penyusunan alat penilaian apresiasi sastra dan proses kreatif sastra. Modul ini
penting dipelajari karena dengan memahami prinsip penilaian kemampuan
bersastra, seorang guru dapat menyusun alat penilaian kemampuan bersastra
secara tepat. Materi yang akan Anda pelajari mencakup (1) pendekatan dalam
penilaian apreasiasi sastra dan konstruksi kemampuan apresiasi sastra, (2)
ragam model penilaian apresiasi sastra, (3) perencanaan dan penyusunan alat
penilaian apresiasi sastra, (3) pendekatan dalam penilaian proses kreatif
siswa, (4) ragam model penilaian proses kreatif sastra, serta (5) perencanaan
dan penyusunan alat penilaian proses kreatif sastra.
C. SUSUNAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan pembelajaran terdiri atas dua tahap. Tahapan pembelajaran
dalam modul ini dilakukan dengan urutan berikut.
Kegiatan Belajar 1: pendekatan dalam penilaian apresiasi sastra dan
konstruksi kemampuan apresiasi sastra, ragam model
penilaian apresiasi sastra, serta perencanaan dan
penyusunan alat penilaian apresiasi sastra
Kegiatan Belajar 2: pendekatan dalam penilaian proses kreatif siswa, ragam
model penilaian proses kreatif sastra, serta perencanaan
dan penyusunan alat penilaian proses kreatif sastra
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.3
Kegiatan Belajar 1
Penilaian Apresiasi Sastra dan Prinsip Penilaiannya
A. PENDEKATAN, TUJUAN, DAN SASARAN PEMBELAJARAN
APRESIASI SASTRA
Sebelum mendalami lebih jauh alat penilaian dan cara melakukan
penilaian apresiasi sastra, Anda perlu memahami konsep apresiasi dan tujuan
apresiasi sastra. Anda pahami secara saksama paparan berikut!
Apresiasi adalah proses pengenalan, pemahaman, penghayatan, dan
penikmatan terhadap karya sastra. Yus Rusyana mengungkapkan bahwa
apresiasi mencakup mengenal, menggolongkan, memahami, mengapresiasi,
dan mengomunikasikan. Aspek mengenal mencakup mengamati, melihat,
mendengar, dan membaca. Aspek menggolongkan mencari persamaan,
perbedaan, perbandingan, dan pengontrasan. Memahami berarti menafsirkan,
mengartikan, mempreposisikan, menemukan pola, menggeneralisasi, mencari
hubungan, dan menarik kesimpulan. Aspek apresiasi adalah menikmati dan
menghargai nilai-nilai. Aspek mengomunikasikan adalah kegiatan
melaksanakan dalam kegiatan-kegiatan (mendiskusikan, mengarang, dan
mendramatisasikan).
Apresiasi merupakan kegiatan terpadu yang melibatkan sikap, minat,
perhatian, dan keterampilan. Apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yaitu aspek
kognitif yang berkaitan dengan aspek intelektual pembaca dalam upaya
memahami unsur-unsur kesastraan dalam karya sastra yang bersifat objektif
yang mencakup aspek intrinsik dan unsur ekstrinsik. Aspek emotif adalah
keterlibatan langsung aspek emotif pembaca untuk memahami unsur
keindahan secara subjektif. Aspek evaluatif, yaitu aspek penilaian baik/buruk
atau indah/tidak terhadap karya sastra. Penilaian bersifat kritik sesuai dengan
kemampuan apresiator pada tahap pemahaman dan penghayatan.
Pada apresiasi sastra, dikenal berbagai pendekatan. Pada modul ini,
dibahas pendekatan objektif, ekspresif, dan mimetik dalam apresiasi sastra.
Pendekatan objektif adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya
sastra. Dengan pendekatan objektif ini, siswa diajak menelaah karya sastra
sebagai produk manusia atau artefak. Karya sastra, dalam hal ini, merupakan
8.4 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
suatu karya otonom yang dipisahkan dari hal-hal di luar karya itu sendiri.
Dengan demikian, telaah karya sastra dengan pendekatan objektif beranjak
dari aspek-aspek atau unsur-unsur yang langsung membangun karya sastra.
Signifikansi dan nilai karya sastra dilihat dari unsur-unsur dan keterhubungan
antarunsur karya sastra. Telaah karya sastra dengan pendekatan objektif
sering dikenal dengan telaah struktural yang dimaksudkan untuk
mendeskripsikan tema, peristiwa, tokoh, alur, setting, sudut pandangan, dan
diksi yang terdapat dalam karya sastra.
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang mendasarkan pada
pencipta atau pengarang karya sastra. Telaah dengan pendekatan ekspresif ini
menitikberatkan penulis, imajinasi penulis, pandangan, serta spontanitas
penulis/penyair. Telaah ini didasarkan pada teori ekspresif yang memandang
suatu karya seni yang secara esensial sebagai dunia internal (pengarang) yang
terungkap sehingga menjadi dunia eksternal (berupa karya seni). Telaah
karya sastra pada pendekatan ekspresif berfokus pada perwujudan karya
sastra ditinjau dari proses kreatif penulis dengan titik tolak dorongan
perasaan penulis dan hasilnya adalah kombinasi antara persepsi, pikiran, dan
perasaan penulis. Sumber utama dan pokok masalah suatu novel, misalnya,
adalah sifat-sifat dan tindakan-tindakan yang berasal dari pemikiran
pengarangnya. Pendekatan ekspresif berkaitan dengan pendekatan biografis
yang memfokuskan suatu apresiasi terhadap gagasan-gagasan dan
kepribadian pengarang untuk memahami karyanya. Atas dasar pendekatan
ini, karya seni dipandang sebagai refleksi kepribadian pengarang. Dengan
dasar pengalaman estetis, pembaca dapat menangkap kesadaran/pengalaman
pengarangnya. Untuk itu, dengan pendekatan ekspresif, penelaah hendaknya
mempelajari pengetahuan tentang pribadi pengarang guna memahami karya
sastranya. Telaah dengan pendekatan ekspresif dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan pengarang dalam mengungkapkan
gagasan-gagasan, imajinasi, spontanitasnya, dan sebagainya.
Pendekatan mimetik adalah pendekatan yang mendasarkan pada
hubungan karya sastra dengan universe (semesta) atau lingkungan sosial
budaya yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra itu. Perhatian penelaah
terletak pada hubungan karya sastra dengan realitas yang melatarbelakangi
kemunculannya. Pendekatan ini memandang seni sebagai tiruan dari aspek-
aspek realitas, dari gagasan-gagasan eksternal dan abadi, dari pola-pola
bunyi, pandangan, gerakan, atau bentuk yang muncul secara terus-menerus
dan tidak pernah berubah. Pendekatan sosiologis historis memberi saran pada
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.5
pendekatan yang menempatkan karya yang sebenarnya dalam hubungannya
dengan peradaban yang menghasilkannya. Peradaban di sini dapat
didefinisikan sebagai sikap-sikap dan tindakan-tindakan kelompok
masyarakat tertentu dan memperlihatkan bahwa sastra mewadahi sikap-sikap
dan tindakan-tindakan mereka sebagai persoalan pokoknya (Rohrberger dan
Woods, 1971: 9).
Dengan pendekatan-pendekatan tersebut, muncul asumsi bahwa proses
apresiasi sastra adalah proses untuk (a) memahami suatu karya atas dasar teks
tertulis, (b) memahami karya sastra perlu memahami pengarangnya karena
memandang teks karya sastra itu sebagai pengungkapan pengalaman,
perasaan, imajinasi, persepsi, dan sikap pengarangnya, serta (c) memahami
karya sastra perlu menghubungkannya dengan realitas yang terjadi di
masyarakatnya. Integrasi tiga pendekatan tersebut memunculkan langkah
apresiasi sastra yang perlu dipahami atas dasar teks tertulisnya, kemudian
menentukan pengalaman, perasaan, dan imajinasi penulis. Setelah itu, siswa
perlu menghubungkan karya sastra dengan realitas atau kehidupan bangsa
sebagai latar belakang penulisannya.
Pendekatan tersebut mengarahkan tujuan pembelajaran apresiasi sastra.
Penyatuan ketiga pendekatan tersebut memunculkan rumusan tujuan
apresiasi sastra yang berkaitan dengan aspek intrinsik dan ekstrinsik karya
sastra. Bertumpu pada ketiga pendekatan di atas, dapat dirumuskan bahwa
tujuan pembelajaran apresiasi sastra adalah memfasilitasi siswa untuk
menggauli sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan
pengertian, penghargaan, kepekaan kritis, dan kepekaan perasaan. Belajar
sastra adalah belajar tentang hidup. Dengan memahami karya sastra, manusia
memperoleh gizi batin sehingga sisi-sisi gelap manusia bisa tercerahkan
melalui kristalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra. Teks
sastra merupakan layar tempat diproyeksikan pengalaman psikis manusia.
Bekal awal belajar sastra adalah kepekaan emosi/perasaan serta pengetahuan
dan pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan
kemanusiaan (bisa diperoleh dengan cara menghayati kehidupan secara
intensif atau membaca buku-buku humanitas/psikologi, pemahaman aspek
kebahasaan, pemahaman unsur intrinsik, dan sering menggauli karya sastra.
Sasaran penilaian hasil apresiasi sastra sasaran penilaian mencakup
aspek kognitif, aspek emotif, dan aspek evaluatif. Sasaran penilaian proses
adalah tahapan apresiasi, kesulitan yang dialami siswa dalam mengapresiasi,
dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran apresiasi untuk menumbuhkan
sikap positif/nilai-nilai tertentu.
8.6 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Tujuan pembelajaran apresiasi sastra adalah memfasilitasi siswa untuk
menggauli sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan
pengertian, penghargaan, kepekaan kritis, dan kepekaan perasaan. Dalam
apresiasi sastra, sasaran penilaian mencakup aspek kognitif, aspek emotif,
dan aspek evaluatif. Belajar sastra adalah belajar tentang hidup. Memahami
karya sastra manusia memperoleh gizi batin sehingga sisi-sisi gelap manusia
bisa tercerahkan melalui kristalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam karya
sastra. Teks sastra merupakan layar tempat diproyeksikan pengalaman psikis
manusia. Bekal awal belajar sastra adalah kepekaan emosi/perasaan,
pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan
dan kemanusiaan (bisa diperoleh dengan cara menghayati kehidupan secara
intensif atau membaca buku-buku humanitas/psikologi, pemahaman aspek
kebahasaan, pemahaman unsur intrinsik, dan sering menggauli karya sastra.
Secara lebih khusus, dijelaskan kategori kemampuan membaca karya
sastra. Indikator kemampuan membaca karya sastra dibedakan menjadi
empat kategori, yakni (1) hasil belajar informasi, (2) hasil belajar konsep, (3)
hasil belajar perspektif, dan (4) hasil belajar apresiasi. Uraian masing-masing
kategori sebagai berikut (Disick, 1990: 101).
Hasil belajar informasi berkaitan dengan pemahaman hal-hal pokok
dalam sastra, baik yang menyangkut data tentang suatu karya sastra maupun
data lain yang digunakan untuk menafsirkan karya sastra. Yang termasuk
dalam kategori ini adalah kemampuan memahami biografi pengarang (nama,
status sosial, riwayat hidup, dan lain-lain), kemampuan memahami genre
sastra, memahami konvensi-konvensi dalam karya sastra, dan sebagainya
yang terkait dengan teori kesastraan.
Hasil belajar konsep berkaitan dengan persepsi siswa tentang bagaimana
unsur-unsur karya sastra itu diorganisasikan. Masalah yang ditekankan
berkaitan dengan unsur-unsur karya sastra dan hubungan antarunsur tersebut.
Siswa diharapkan menganalisis dan menyintesis unsur-unsur dalam karya
sastra, misalkan kemampuan untuk menganalisis mengapa seorang pengarang
memilih unsur seperti itu dan apa efeknya terhadap karya yang dihasilkan,
konflik apa saja yang timbul, atau mengapa penyair memilih bentuk tertentu.
Hasil belajar perspektif berkaitan dengan kemampuan siswa menilai
karya sastra yang dibaca. Siswa dituntut memberikan pandangan dan
mereaksi suatu karya sastra setelah siswa memahami karya sastra tersebut.
Permasalahan yang dibahas menyangkut ada tidaknya manfaat sebuah karya
sastra, ada tidaknya kesesuaian karya sastra tersebut dengan realitas yang
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.7
ada, dan sebagainya. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk mampu
menghubungkan sesuatu yang ada dalam karya sastra dan sesuatu yang ada di
luar karya sastra. Siswa dituntut untuk memahami secara kreatif.
Pada hasil belajar perspektif, siswa dituntut untuk mengenali dan
memahami bahasa sastra melalui ciri-cirinya, kemudian membandingkan
efektivitasnya dengan penuturan bahasa secara umum. Kategori kognitif yang
termasuk di dalamnya antara lain adalah kemampuan mengenal, memahami,
menganalisis, membandingkan, menggeneralisasi, dan menilai bentuk-bentuk
kebahasaan yang dipergunakan dalam suatu karya sastra. Yang termasuk pula
dalam kategori ini adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, mengapa
pengarang memilih bentuk-bentuk linguistik tertentu, apa efeknya terhadap
karya yang dihasilkan, ragam bahasa yang digunakan, dan sebagainya.
Purves (dalam Harsiati, 2003) mengklasifikasikan hasil belajar sastra
menjadi empat kategori yang meliputi (1) hasil belajar pengetahuan, (2) hasil
belajar penerapan, (3) hasil belajar respons, dan (4) hasil belajar partisipasi.
Hasil belajar kategori pengetahuan ini berkaitan dengan hasil belajar kognitif
mengenai sastra. Siswa dituntut untuk mengenal dan memahami sejumlah
fakta yang berkaitan dengan karya sastra.
Hasil belajar penerapan berkaitan dengan kemampuan siswa
mengaplikasikan sejumlah konsep, prinsip, atau prosedur yang berkaitan
dengan masalah kesusastraan. Siswa mengaplikasikan kemampuan
kognitifnya dalam menganalisis karya sastra.
Hasil belajar respons mengacu pada keseluruhan persepsi, respons,
kognitif, psikomotor, dan afektif yang terjadi ketika seseorang membaca,
mendengar, atau mengamati penampilan suatu karya sastra. Kategori ini
dibedakan lagi menjadi dua macam, yakni hasil belajar respons reseptif dan
hasil belajar respons ekspresif. Hasil belajar respons reseptif adalah respons
siswa yang berkaitan dengan perilaku kognitif sehubungan dengan kegiatan
klasifikasi dan analisis suatu karya sastra. Bentuknya berupa analisis segmen,
hubungan, dan organisasi atau keseluruhan. Analisis reseptif dibedakan lagi
menjadi dua, yakni analisis bentuk dan analisis isi. Hasil analisis respons
ekspresif adalah respons yang berkaitan dengan rekreasi karya sastra sebagai
karya seni. Bentuknya bisa berupa pembacaan puisi secara lisan, dramatisasi,
dan menceritakan kembali hasil pembacaan secara artistik serta mengubah
karya sastra dalam berbagai bentuk.
Hasil belajar kategori partisipasi berkaitan dengan unsur afektif.
Kategori ini perlu dikembangkan sebab salah satu fungsi pengajaran sastra
8.8 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
adalah alat untuk mengembangkan unsur sikap. Pengukuran aspek ini banyak
menggunakan alat-alat evaluasi nontes.
Jika kategori ini yang digunakan, akan lebih cocok jika pendekatan
pragmatik (teori respons pembaca) dimanfaatkan sebagai landas tumpu
penilaian apresiasi sastra. Dengan berpijak pada paparan teori di atas, dapat
disimpulkan bahwa sasaran penilaian kemampuan apresiasi sastra dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu respons reseptif dan respons
ekspresif. Respons reseptif berkaitan dengan klasifikasi dan analisis suatu
karya sastra. Indikator kemampuan respons reseptif berupa kemampuan (a)
menentukan unsur intrinsik karya sastra dengan menerapkan sejumlah
prinsip/cara penentuan unsur intrinsik karya sastra, (b) kemampuan
menganalisis segmen, hubungan, dan organisasi keseluruhan karya sastra
(baik isi maupun bentuk), (c) kemampuan merefleksikan secara personal,
serta (d) kemampuan menilai karya sastra yang dibaca/dilihat/didengar.
Kemampuan merefleksi secara personal menuntut respons siswa seandainya
menjadi tokoh tertentu pada karya sastra atau mengalami suasana tertentu
seperti yang tergambarkan pada karya sastra. Kemampuan menilai karya
sastra menuntut siswa memberikan pandangan dan mereaksi suatu karya
sastra setelah siswa memahami karya sastra tersebut. Penilaian dapat
dilakukan dengan kriteria internal karya sastra ataupun kriteria eksternal.
Contoh penilaian dengan kriteria eksternal adalah penilaian ada tidaknya
manfaat sebuah karya sastra atau ada tidaknya kesesuaian karya sastra
tersebut dengan realitas yang ada sekarang. Oleh karena itu, siswa dituntut
untuk mampu menghubungkan sesuatu yang ada dalam karya sastra dan
sesuatu yang ada di luar karya sastra. Siswa dituntut untuk memahami secara
kreatif. Pada indikator respons reseptif penilaian atau yang disebut purves
hasil belajar perspektif, siswa dituntut untuk mengenali dan memahami
bahasa sastra melalui ciri-cirinya, kemudian membandingkan efektivitasnya
dengan penuturan bahasa secara umum.
Secara ringkas, kemampuan yang diharapkan pada jenis respons reseptif
ini adalah kemampuan mengenal, memahami, menganalisis,
membandingkan, menggeneralisasi, merefleksi, dan menilai bentuk ataupun
isi karya sastra. Yang termasuk pula dalam kategori respons reseptif terhadap
bentuk karya sastra adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, mengapa
pengarang memilih bentuk-bentuk linguistik tertentu dan apa efeknya
terhadap karya yang dihasilkan, ragam bahasa yang digunakan, serta bentuk
teknik penokohan yang digunakan dan efeknya terhadap karya sastra.
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.9
Penilaian terhadap isi dapat berupa penilaian kebermaknaan isi yang
diungkapkan pengarang atau relevansi isi dengan kehidupan saat ini.
Jadi, respons reseptif adalah kemampuan memahami dan menyimpulkan
unsur intrinsik karya sastra yang dibaca/didengar dan menganalisisnya bukti
simpulan yang ditentukan (pembaca menunjukkan bukti yang mendukung
simpulannya). Selain itu, kemampuan jenis respons reseptif ini menganalisis
mengapa pengarang/penyair menggunakan teknik tertentu dan apa efeknya
terhadap karya sastra yang dihasilkan dan dilanjutkan dengan penghargaan
terhadap karya sastra yang dihasilkan. Kemampuan respons reseptif juga
mencakup kemampuan merefleksikan hasil dengan kondisi personal
(seandainya aku menjadi ..., seandainya aku mengalami ...). Ini termasuk juga
kemampuan merefleksikan isi karya sastra dengan kehidupan masa kini.
Tingkatan tertinggi respons reseptif adalah kemampuan menilai karya sastra,
baik dari segi bentuk maupun isi.
Kategori kedua kemampuan apresiasi sastra adalah kemampuan respons
ekspresif. Kemampuan ini menuntut siswa melakukan rekreasi karya sastra
yang dibaca atau didengar. Kategori ini berupa kemampuan siswa untuk
menampilkan kembali hasil apresiasi sastra ke dalam bentuk lain. Yang
termasuk dalam kategori rekreasi karya sastra adalah musikalisasi puisi,
teatrikal cerpen yang dibaca/didengar, atau menampilkan/dramatisasi hasil
apresiasi terhadap naskah drama.
Dengan uraian di atas, secara ringkas dirumuskan kemampuan apresiasi
sastra meliputi kemampuan berikut.
1. Respons Reseptif
a. Kemampuan memaknai penggunaan kata, simbol, dan gaya bahasa
dalam karya sastra.
b. Kemampuan menentukan unsur intrinsik karya sastra.
c. Kemampuan menunjukkan bukti unsur intrinsik yang ditentukan.
d. Kemampuan merangkum/meringkas isi yang disampaikan pengarang
pada karya sastra dengan sudut pandang pembaca.
e. Kemampuan menganalisis hubungan antarunsur intrinsik sastra.
f. Kemampuan menganalisis efek yang ditimbulkan dengan penggunaan
bentuk karya sastra terhadap isi (efek pemilihan kata tertentu, teknik
penokohan, dan penggunaan rima tertentu terhadap karya sastra yang
dihasilkan).
g. Kemampuan merefleksikan isi dengan kehidupan nyata.
8.10 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
h. Kemampuan mengevaluasi penggunaan kebahasaan sebagai media
pengungkapan.
i. Kemampuan mengkritik aspek isi karya sastra.
2. Respons Ekspresif
a. Kemampuan memilih bentuk rekreasi yang sesuai dengan hasil apresiasi.
b. Kemampuan menampilkan hasil apresiasi dengan memberikan sentuhan
kreativitas pada aspek lisan (intonasi, gesture, dan ekspresi).
c. Kemampuan menampilkan hasil apresiasi dengan memberikan sentuhan
kreativitas pada penampilan (teknik penyajian pada waktu musikalisasi
puisi dan memerankan).
d. Kemampuan menampilkan hasil apresiasi dengan memberikan sentuhan
kreativitas pada isi karya sastra.
c. Kemampuan menampilkan hasil apresiasi dengan sentuhan kreativitas
pada bentuk (mengubah dari bentuk cerpen menjadi drama).
d. Kemampuan menampilkan hasil apresiasi dengan memberikan sentuhan
kreativitas pada aspek properti.
Kemampuan respons reseptif dan kemampuan respons ekspresif
diterapkan dalam pembelajaran puisi, pembelajaran prosa fiksi, dan
pembelajaran drama. Secara ringkas, kedua bentuk kemampuan apresiasi
tersebut dipaparkan berikut.
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.11
Gambar 8.1
Contoh pertanyaan respons reseptif puisi sebagai berikut. (1) Apa makna
atau tema pada puisi itu? (2) Bagaimana kesan yang dikandungnya? (3)
Bagaimana nadanya? (4) Apakah maksud atau tujuan penyair? (5)
Bagaimana keselarasan antara keempat unsur itu? (6) Bagaimana diksi yang
digunakan? (7) Sesuaikah penggunaan kata konkret (the concrete word) pada
puisi? (8) Tepatkah penggunaan majasnya? (9) Bagaimana ritme dan
rimanya? (10) Bagaimana hubungan antara metode penggarapan unsur
intrinsik yang digunakan dan dampak pada karya sastra/puisi yang
dihasilkan? Jika jawaban atas pertanyaan di atas sudah diperoleh, apresiasi
dilanjutkan pada dapat aspek emotif dan reflektif. Kegiatan emotif dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan apa suasana yang kamu rasakan dengan
membaca karya tersebut, bagaimana perasaanmu jika kamu mengalami
8.12 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
pengalaman batin seperti yang terdapat pada puisi tersebut, apa yang akan
kamu lakukan setelah memperoleh pengalaman batin seperti pada puisi
tersebut, apa pengalaman batin pada puisi tersebut berkaitan dengan
kehidupan sekarang, serta bagaimana menggunakan pengalaman batin
tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Pertanyaan bisa terus
dilanjutkan pada kemampuan menilai kebermaknaan isi dan relevansi isi
dengan kondisi saat ini.
Contoh pertanyaan respons reseptif cerpen sebagai berikut. (1) Siapa
tokoh pada cerpen di atas? (2) Bagaimana watak tokoh pada cerpen dan
tunjukkan bukti kutipan pada cerpen? (3) Bagaimana rangkaian sebab akibat
yang terjadi pada cerpen di atas (jelaskan tahapan alur cerita dari awal sampai
akhir)? (4) Latar apa saja yang terdapat pada cerpen? (5) Jelaskan tema
cerpen di atas dan beri alasannya! (6) Bagaimana keselarasan antara unsur
intrinsik cerpen tersebut? (7) Bagaimana efek teknik penokohan, sudut
pandang, dan pilihan kata yang digunakan terhadap cerpen? (6) Bagaimana
diksi yang digunakan dalam cerpen? (7) Adakah unsur keunikan pada tema,
tokoh, dan setting pada cerita? Adakah unsur keunikan pada penggarapan
teknik penokohan, setting, sudut pandang, pembukaan cerita, dialog, atau
aspek lain pada cerpen? (8) Sesuaikah penggunaan teknik penokohan dengan
tema yang diungkapkan? (9) Tepatkah penggunaan bahasa pada cerpen
tersebut? (10) Bagaimana hubungan antara metode penggarapan unsur
intrinsik yang digunakan dan dampak pada cerpen yang dihasilkan? (11)
Bagaimana perasaanmu seandainya menjadi tokoh pada cerpen? (12) Apa
yang kamu lakukan seandainya kamu mengalami konflik seperti Firman?
(13) Apakah nilai pada cerpen tersebut masih relevan dengan kehidupan
sekarang? (14) Apakah ada kemanfaatan isi yang dapat kamu petik dari
membaca cerpen tersebut? (15) Apakah ada keselarasan antarunsur intrinsik
dalam cerpen tersebut?
Jika jawaban pertanyaan tersebut sudah diperoleh, apresiasi dilanjutkan
pada dapat aspek emotif dan reflektif. Kegiatan emotif dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan apa suasana yang kamu rasakan dengan membaca
karya tersebut, bagaimana perasaanmu jika kamu mengalami pengalaman
batin seperti yang terdapat pada puisi tersebut, apa yang akan kamu lakukan
setelah memperoleh pengalaman batin seperti pada puisi tersebut, apa
pengalaman batin pada puisi tersebut berkaitan dengan kehidupan sekarang,
dan bagaimana menggunakan pengalaman batin tersebut untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Pertanyaan bisa terus dilanjutkan pada kemampuan
menilai kebermaknaan isi dan relevansi isi dengan kondisi saat ini.
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.13
B. PRINSIP PENILAIAN APRESIASI SASTRA
Penilaian apresiasi sastra harus dilakukan dengan prinsip-prinsip
tertentu. Prinsip menilai apresiasi sastra dirumuskan berdasarkan kajian
terhadap tujuan apresiasi sastra, tujuan penilaian, dan sasaran penilaian
apresiasi sastra.
1. Menggunakan rangsang karya sastra (menuntun siswa menggauli karya
sastra)
Tujuan apresiasi sastra adalah siswa dapat memahami dan mengapresiasi
pengalaman pengarang/penyair tentang kehidupan. Karena itu,
pembelajaran dan penilaian apresiasi sastra langsung melibatkan siswa
untuk membaca/mendengar karya sastra. Penilaian apresiasi sastra bukan
pada tingkatan pengetahuan atau informasi. Pengetahuan tentang sastra
hanya digunakan pada pembelajaran untuk mempertajam hasil apresiasi.
2. Penilaian apresiasi sastra mencakup berbagai tingkatan apresiasi
Penilaian menuntut siswa untuk membaca/mendengarkan karya sastra,
kemudian memahami, menganalisis, menghayati, dan menghargai karya
sastra. Penilaian apresiasi sastra perlu komprehensif yang mencakup
keseluruhan tahapan mengapresiasi karya sastra.
3. Menuntut siswa memberikan respons setelah membaca/mendengar karya
sastra dengan berbagai tingkatan respons (respons reseptif dan respons
produktif)
Tujuan pembelajaran apresiasi sastra adalah memfasilitasi siswa untuk
menggauli sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan
pengertian, penghargaan, kepekaan kritis, dan kepekaan perasaan. Dalam
apresiasi sastra, sasaran penilaian mencakup aspek kognitif, aspek
emotif, dan aspek evaluatif. Sasaran tersebut secara komprehensif dan
terintegrasi dengan penilaian apresiasi sastra.
4. Penentuan unsur intrinsik dengan melacak bukti pada karya sastra
Hal ini dilakukan untuk melatih proses berpikir kritis siswa. Tugas
ataupun soal disusun tidak hanya menentukan unsur intrinsik suatu karya
sastra, tetapi juga membuktikan mengapa sampai pada simpulan tertentu.
5. Penilaian hasil terfokus pada kesesuaian jawaban siswa dengan karya
sastra yang didengar/didengarnya
Pedoman penyekoran memberikan rentang apresiasi dengan bukti/
argumen yang diungkapkan. Kesesuaian argumen dengan hasil apresiasi
perlu diadopsi. Penyekoran bukan secara eksak, tetapi rentangan yang
disesuaikan dengan argumen yang dikemukakan.
8.14 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
6. Penilaian harus mencakup penilaian hasil dan penilaian proses
Penilaian apresiasi sastra harus mencakup penilaian hasil dan proses
dalam pembelajaran apresiasi sastra. Aspek hasil adalah kemampuan
memaknai, menentukan unsur intrinsik dan bukti yang mendukung,
kemampuan menghargai, serta merefleksikan karya sastra yang
didengar/dibaca. Penilaian proses mengumpulkan informasi tentang
proses siswa mengapresiasi dan perilaku yang tumbuh dalam proses
pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.
Hal itu didasarkan pada pendapat bahwa belajar sastra adalah belajar
tentang hidup. Memahami karya sastra manusia memperoleh gizi batin
sehingga sisi-sisi gelap manusia bisa tercerahkan melalui kristalisasi
nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra. Teks sastra merupakan
layar tempat diproyeksikan pengalaman psikis manusia. Bekal awal
belajar sastra adalah kepekaan emosi/perasaan, pengetahuan dan
pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan
kemanusiaan (bisa diperoleh dengan cara menghayati kehidupan secara
intensif atau membaca buku-buku humanitas/psikologi), pemahaman
aspek kebahasaan, pemahaman unsur intrinsik, dan sering menggauli
karya sastra.
7. Penilaian apresiasi sastra menilai kemampuan siswa melakukan transfer
Penilaian apresiasi sastra menilai kemampuan siswa mentransfer
langkah-langkah apresiasi yang dikuasai pada karya sastra lain yang
memiliki genre sama. Dengan demikian, karya sastra yang digunakan
sebagai pembelajaran hendaknya berbeda dengan kutipan karya sastra
yang digunakan untuk penilaian.
C. ALAT PENILAIAN DALAM PENILAIAN APRESIASI SASTRA
1. Alat Penilaian Proses pada Penilaian Apresiasi Sastra
Alat penilaian proses dalam apresiasi sastra mencakup portofolio, lembar
pengamatan, dan jurnal refleksi. Portofolio apresiasi sastra memberikan
informasi tentang perkembangan apresiasi sastra dalam kurun waktu tertentu.
Dari portofolio tersebut, dapat diketahui minat siswa terhadap karya sastra.
Dengan lembar pengamatan, dapat diketahui keterlibatan siswa dalam
pembelajaran, sikap/perilaku yang muncul dalam pembelajaran tertentu, serta
kesulitan yang dialami pada waktu pembelajaran apresiasi sastra. Jurnal
refleksi memberikan informasi tentang langkah yang dilakukan siswa untuk
mencapai hasil, kesulitan yang dirasakan, dan kekuatan yang dirasakan siswa
dari sudut pandang siswa.
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.15
Contoh lembar pengamatan proses
Nama
Kerja sama (mau
berpartisipasi dalam
menyelesaikan tugas
kelompok)
Kecermatan dan konsentrasi (dapat
berkonsentrasi/penuh perhatian menyimak)
Tanggung jawab
(menyelesaikan tugas sampai
selesai)
Taat aturan (ketepatan
prosedur yang disepakati)
Jurnal refleksi apresiasi sastra
Jurnal refleksi berisi refleksi langkah yang telah dilakukan siswa dalam
apresiasi sastra. Selain itu, jurnal refleksi berisi kesulitan dan bagian yang
sudah dipahami/belum dipahami oleh siswa. Contoh alat penilaian jurnal
refleksi dalam pembelajaran apresiasi sastra dipaparkan berikut.
Nama:
Refleksi respons reseptif
1.Langkah yang saya lakukan dalam menentukan tema puisi adalah
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
2. Kesulitan saya dalam menentukan unsur intrinsik puisi adalah
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
............................................................................................................................
3. Upaya yang telah saya lakukan untuk mengatasi kesulitan adalah
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
............................................................................................................................
.............................................................................................................................
...........................................................................................................................
8.16 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
2. Alat Penilaian Hasil pada Penilaian Apresiasi Sastra
Dari kajian tujuan dan karakteristik kemampuan apresiasi sastra di atas,
dapat disimpulkan bahwa kemampuan apresiasi sastra merupakan
keterampilan berpikir yang dapat diukur dengan tes. Tes yang digunakan
dapat berbentuk objektif ataupun esai. Tes esai digunakan untuk memperoleh
informasi tentang kemampuan respons reseptif yang meliputi keterampilan
mentransfer cara mengapresiasi dalam konteks karya satra yang berbeda. Tes
digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa memahami, menganalisis,
mengkritik, menghargai, dan merefleksikan pengalaman dari karya sastra
yang dibaca. Selain tes, alat yang digunakan pada penilaian hasil adalah
unjuk kerja. Penilaian dengan unjuk kerja digunakan jika guru akan menilai
kemampuan respons ekspresif, misalnya musikalisasi puisi, teatrikal cerpen,
membacakan puisi, dan sebagainya.
Ada sejumlah langkah yang harus dilakukan untuk menyusun alat
penilaian hasil apresiasi sastra. Amati contoh bentuk alat penilaian hasil
apresiasi sastra berikut!
Contoh 1: Alat penilaian apresiasi respons reseptif berupa tes (esai dan
objektif)
Menemukan unsur-unsur intrinsik teks drama yang didengar melalui
pembacaan.
KD: menemukan tema, latar, dan penokohan pada cerpen-cerpen dalam satu
kumpulan cerpen.
Indikator
1. Menentukan/mengidentifikasi/tokoh pada cerpen yang dibaca.
2. Menentukan watak tokoh dengan bukti pada kutipan dari cerpen yang
dibaca.
3. Menentukan latar dari cerpen yang dibaca.
4. Menyimpulkan tema dari cerpen yang dibaca.
Teknik: tes tertulis (esai dan objektif), penilaian individu.
Prosedur: di akhir pembelajaran (di akhir pertemuan kedua)
Alat penilaian
Bacalah kutipan berikut!
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.17
Jon dan Con anak kembar. Jon kepala regu, aku wakilnya, dan Con bren-
schutter. Kami bersepuluh sedang memandang daerah patroli “Tijger
Brigade” dengan saksama dari puncak bukit “Panci”, pos kami terdepan yang
kami namai begitu karena rupanya dari jauh seperti panci terbalik. Con
berjongkok di samping kakaknya yang sedang meneropong semak-semak dan
kampung-kampung di bawah kami dengan teliti. Mereka sama tinggi, hampir
sama raut mukanya dan sama muda: 17 tahun.
“Babi bule ini aku mampuskan.” Desisnya dengan mata merah dan muka
hitam. “Sempat-sempatnya menusuk Jon. Kenapa tidak ditembak kalau mau
membunuh? Mengapa mencari sakitnya?” Ia lebih berbicara pada diri sendiri
daripada padaku. Ia memopor pantat Belanda yang sekepala lebih besar
daripadanya.
“Ayo, cepat! Aku tusuk perutmu nanti!”
“Yang menusuk bukan dia, Con!”
“Mereka punya dosa kolektif. Mereka semua harus bertanggung jawab.”
“Kita tentara, Con!”
“Ah, kamu, kamu bukan apa-apanya Jon. Kamu gampang bicara.” Ia
menangis.
“Oke, Con. Cepatlah kamu berjalan dulu mencari kawan-kawan.”
“Tidak, babi bule ini harus aku sembelih dulu!” dengan penuh dendam ia
menelan Belanda yang terhuyung-huyung itu dengan pandangnya.”
“Kamu gila.”
“Tak pernah aku sewaras ini.”
“Kamu tidak berpikir.”
Ketika itu ada suara memanggil. Otomatis kami rebah ke tanah, Belanda
itu juga, Partner Con datang membawa brennya. “Asyuu kamu meninggalkan
aku!” katanya.
“Silakan duduk-duduk dulu saudara-saudara. Eh-eh-eh-eeeh.” Ia
menggandeng kami ke serambi sebuah rumah. Kami lihat Belanda itu diikat
pada sebatang pohon kelapa. Juga kulihat seorang anggota gerombolan
mencabut bambu dari pagar dan mulai meruncingkannya.
“Mau apa mereka?” bisik Con.
“Belanda itu mau ditusuk dengan bambu runcing.”
8.18 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Con terdiam. Pikiranku kacau, sukar untuk mengatur. Bambu itu sudah
mulai kelihatan lancip. Rakyat banyak datang melihat. Pada wajah mereka
tak ada kulihat kasihan. Mereka butuh sensasi. Mereka sendiri kerap
memukuli orang sampai mati. Atau membacoknya. Meskipun orang itu
hanya meliling ketala. Zaman telah membuat mereka kejam.
“Bagaimana aku harus mengatakan pada ibu bahwa Jon mati?” kata Con
sambil menutupi mukanya dengan kedua belah tangan.
“Aku ikut dengan kamu nanti.”
“Anak ibu cuma dua.” Ia mengeluh. “Tinggal satu.”
Dan aku teringat betapa kasih sayang ibu anak kembar itu pada mereka.
Besar nian idam-idaman kedua orang tua itu mengenai kedua anaknya itu.
Jon harus menjadi dokter dan Con harus menjadi insinyur, kata mereka. Dan
kebetulan, kedua anak itu cita-citanya juga demikian. Apakah memang
mereka yang mengatakan idam-idamannya itu pada orangtuanya, aku tak
tahu.
“Aku takut hati ibu akan patah.”
“Ah tidak. Waktu akan mengobati segalanya.”
“Ibu punya penyakit jantung.”
Aku pandang wajahnya. Aku baru tahu.
“Bagaimana cara mengatakannya dengan hati-hati?” tanya lagi.
“Memang aku tidak menggugatmu, Nug. Aku cuma menyesal, bahwa
Jon mati. Kau tahu, Nug, ia tidak hanya saudara biasa. Ia kawan yang setia.
Kami berdua saling mengisi. Ia dengan sifat tegasnya, sifat yang cepat
memutuskan dan menindakkan. Aku yang terlalu banyak perhitungan. Aku
banyak pikir dan banyak timbang. Ia yang impulsif dan penuh aktivitas.”
“Aku mengerti, Con. Seandainya Jon bisa hidup kembali, aku mau mati
untuk gantinya.”
“Dia putra tunggal, katanya tadi waktu kutanyai rupa-rupa. Lainnya
perempuan-perempuan. Ibunya akan menantinya dengan sia-sia. Seperti ibu
menanti kedatangan Jon dengan sia-sia.” Ia memandang tegang kepada
Belanda yang terikat pada pohon kelapa itu.
“Dan mata-mata yang kita tembak bersama-sama?”
“Itu suatu hukuman, Nug. Hal itu sudah diputus oleh pengadilan militer
di medan perang. Kita hanya melaksanakan hukum negara kita. “Itu lain.
Tapi, membunuh Belanda ini tidak dilindungi oleh hukum. Menurut hukum
internasional, ia tawanan yang harus dipelihara. Itu dilihat dari sudut hukum.
Kaubilang sendiri kita bukan gerombolan, tetapi tentara.”
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.19
“Hm.”
“Nug!”
“Heh?”
“Pembunuhan itu harus kita cegah”
“Wah! Perubahan 180 derajat dalam pikiranmu!”
“Betul, Nug. Kalau aku sudah berpikir, segalanya berubah.”
Contoh tes esai
Dari cerpen di atas, jawablah pertanyaan berikut!
1) Siapa saja tokoh yang terlibat pada cerpen di atas?
2) Bagaimana watak Nug, Con, dan tentara Belanda? Tunjukkan bukti
kutipan pada cerpen!
3) Di mana peristiwa yang dialami Nug dan Con terjadi?
4) Bagaimana urutan peristiwa yang terjadi pada cerpen di atas?
5) Simpulkan tema cerpen di atas!
Contoh tes objektif
1) Berikut ini adalah tokoh yang terlibat pada cerpen di atas, kecuali ....
A. Nug
B. Con
C. Jon
D. Don
2) Bukti bahwa Nug berwatak bijaksana adalah ....
A. mencoba menenangkan Con dengan alasan-alasan yang manusiawi
B. mencoba menenangkan Jon dengan alasan-alasan logis
C. mencoba menenangkan Con dengan mengingat masa lalu
D. mencoba menenangkan Jon dengan aturan-aturan hukum
3) Latar terjadinya cerpen di atas adalah ....
A. peperangan zaman Belanda
B. peperangan zaman Jepang
C. peperangan zaman setelah kemerdekaan
D. peperangan gerilya setelah kemerdekaan
4) Tema drama di atas adalah ….
A. balas dendam diperlukan untuk orang-orang yang bersalah
B. lebih baik memaafkan daripada membalas dendam
C. balas dendam mengakibatkan kehancuran
D. tidak boleh melaksanakan tugas berdasarkan dendam pribadi
8.20 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Kunci jawaban
1) D 2) A 3) A 4) D
Contoh rubrik apresiasi cerpen
Hal yang dinilai
Pertanyaan pemandu/ rambu jawaban
Skor
3 2 1
Ketepatan pemahaman tokoh
Apakah tokoh yang ditemukan sesuai? Nug, Con, Jon, tentara Belanda
Ketepatan pemahaman watak
Apakah uraian watak tokoh sesuai dan disertai bukti yang tepat? Nug berwatak bijaksana dibuktikan dengan dialog berikut. “Aku mengerti, Con. Seandainya Jon bisa hidup kembali, aku mau mati untuk gantinya.” “Dia putra tunggal,” katanya tadi waktu kutanyai rupa-rupa. “Lainnya perempuan-perempuan. Ibunya akan menantinya dengan sia-sia. Seperti ibu menanti kedatangan Jon dengan sia-sia.” Ia memandang tegang kepada Belanda yang terikat pada pohon kelapa itu. Con berwatak melankolis dibuktikan dengan, “Anak ibu cuma dua.” Ia mengeluh. “Tinggal satu.” Dan aku teringat betapa kasih sayang ibu anak kembar itu pada mereka. Besar nian idam-idaman kedua orang tua itu mengenai kedua anaknya itu. Jon harus menjadi dokter dan Con harus menjadi insinyur, kata mereka. Dan kebetulan, kedua anak itu cita-citanya juga demikian. Apakah memang mereka yang mengatakan idam-idamannya itu pada orang tuanya, aku tak tahu. “Aku takut hati ibu akan patah.” “Ah, tidak. Waktu akan mengobati segalanya.” “Ibu punya penyakit jantung.” Aku pandang wajahnya. Aku baru tahu. “Bagaimana cara mengatakannya dengan hati-hati?” tanya lagi. “Memang aku tidak menggugatmu, Nug. Aku cuma menyesal bahwa Jon mati. Kau tahu, Nug, ia tidak hanya saudara biasa. Ia kawan yang setia. Kami berdua saling mengisi. Con juga tidak berwatak keras kepala karena bukti mau mendengar saran teman dan berpikir logis. “Dan, mata-mata yang kita tembak bersama-sama?” “Itu suatu hukuman Nug. Hal itu sudah diputus oleh pengadilan militer di medan perang. Kita hanya melaksanakan hukum negara kita.”
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.21
Hal yang dinilai
Pertanyaan pemandu/ rambu jawaban
Skor
3 2 1
“Itu lain. Tapi, membunuh Belanda ini tidak dilindungi oleh hukum. Menurut hukum internasional, ia tawanan yang harus dipelihara. Itu dilihat dari sudut hukum. Kaubilang sendiri kita bukan gerombolan, tetapi tentara.” “Hm.” “Nug!” “Heh?” “Pembunuhan itu harus kita cegah.” “Wah! Perubahan 180 derajat dalam pikiranmu!” “Betul, Nug. Kalau aku sudah berpikir, segalanya berubah.” Jon bersifat tegas. “Kau tahu, Nug, ia tidak hanya saudara biasa. Ia kawan yang setia. Kami berdua saling mengisi. Jon dengan sifat tegasnya, sifat yang cepat memutuskan dan menindakkan. Aku yang terlalu banyak perhitungan. Aku banyak pikir dan banyak timbang. Ia yang impulsif dan penuh aktivitas.”
Ketepatan tema
Apakah tema yang disampaikan sesuai dengan gagasan pokok peristiwa yang ditemukan? Tentara dalam melaksanakan tugasnya tidak boleh diwarnai dendam pribadi.
Contoh 2: Penilaian apresiasi (responsi ekspresif) berupa unjuk kerja
spontan dan tugas
Penilaian unjuk kerja langsung/spontan dilakukan guru dengan
menugaskan siswa dalam waktu relatif pendek di kelas merancang unjuk
kerja. Setelah merancang sekitar 20—25 menit, siswa secara kelompok
tampil di depan kelas. Misalnya, guru memberikan puisi pendek kepada
kelompok-kelompok siswa untuk dimusikalisasi (diberi nada secara orisinal
atau menggunakan nada/lagu yang sudah ada). Siswa diminta berlatih sekitar
20—25 menit baru ditampilkan bergantian di depan kelas.
Kompetensi dasar
Menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasikan dengan berpedoman
pada kesesuaian isi puisi dan suasana atau irama yang dibangun.
Indikator
a. Mampu memberi nada/lagu yang sesuai suasana isi puisi.
b. Mampu menampilkan musikalisasi puisi dengan nada yang sesuai.
8.22 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
c. Mampu menampilkan musikalisasi puisi dengan gaya yang selaras untuk
semua anggota tim.
d. Mampu menampilkan musikalisasi puisi dengan gaya yang selaras untuk
semua anggota tim.
No. Kegiatan Aspek yang diamati Alat
1. Kegiatan awal
• Berdoa dan presensi
• Kegiatan apersepsi Guru menggali skemata dan merangsang pengetahuan siswa tentang musikalisasi puisi.
• Membuat kontrak kerja dengan siswa meliputi langkah pembuatan hingga penilaian.
• Kekritisan dan keaktifan siswa dalam merespons tanya jawab guru
• Keaktifan dan kekritisan siswa
Lembar pengamatan
proses
2. Kegiatan inti
• Siswa mengamati contoh musikalisasi puisi dari demonstrasi guru.
• Guru bertanya jawab tentang ciri dan cara melakukan musikalisasi puisi.
• Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok diberi sebuah puisi untuk dimusikalisasi.
• Siswa berdiskusi secara berkelompok untuk menentukan suasana puisi yang akan dimusikalisasikan.
• Siswa juga membuat nada yang tepat atau memilih lagu yang sudah tersedia dan diaplikasikan nadanya pada sebuah puisi yang sudah dipilih.
• Siswa dapat mengkreasikan sesuai keinginan. Alat musik yang digunakan juga ditentukan dan boleh beragam.
• Guru menentukan kelompok mana yang tampil lebih dulu untuk. mendemokan hasil diskusi di depan kelas dengan cara diundi.
• Masing-masing kelompok, tampil di depan kelas.
• Kekritisan siswa
• Kekompakan dan saling berbagi tugas, keaktifan dalam kelompok (kerja sama)
• Kekreatifan siswa
• Kekreatifan siswa dalam menampilkan musikalisasi
• Kemampuan musikalisasi puisi, kekompakan siswa dalam menampilkan musikalisasi, kepercayaan diri, kesungguhan, kreativitas penyajian, kekritisan dan objektivitas siswa dalam mengomentari penampilan kelompok lain
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.23
No. Kegiatan Aspek yang diamati Alat
• Kelompok yang lain menilai dengan mengisi rubrik yang sudah dibuatkan oleh guru.
• Setiap kelompok memberikan komentar, kritik, dan saran yang disertai dengan argumen yang tepat.
• Guru bertanya jawab untuk memilih tim musikalisasi terbaik dengan memberikan alasan yang sesuai.
• Guru memberikan hadiah pada kelompok yang memiliki hasil paling baik berdasarkan penilaian siswa.
• Guru memberikan hadiah pada kelompok yang mampu mengomentari kelompok lain dengan baik.
• Guru memberi dukungan kepada kelompok yang belum juara.
Kemampuan memilih secara objektif/jujur
Menghargai keunggulan
orang lain
3. Kegiatan akhir
• Siswa diminta guru mengungkapkan refleksi apa yang dipelajari, semua apa yang telah dilakukan.
• Siswa ditugaskan membentuk kelompok yang berbeda dengan kelompok yang telah ada dan ditugaskan memilih puisi yang akan dimusikalisasi secara kelompok pada jam pelajaran minggu berikutnya. Siswa diminta berlatih di luar jam pelajaran.
• Kejujuran
• Kerja sama dengan anggota yang berbeda, tanggung jawab, melaksanakan tugas sesuai prosedur yang disepakati
Dengan paparan kegiatan belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa
penilaian responsi ekspresif dilakukan setelah siswa mengamati model dan
menyimpulkan cara melakukan musikalisasi. Penilaian dilakukan secara
kelompok, baik secara spontan maupun latihan dulu di luar kelas. Skor
diambil dari rata-rata yang dicapai pada dua kali tampil.
8.24 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
RUBRIK PENILAIAN PENAMPILAN MUSIKALISASI PUISI
Nama : ..............................
Kelompok penilai : ..............................
No. Aspek
penilaian Skor maks
Skor guru
Skor kelompok
Skor individu
Total Rata-rata
1 Artikulasi suara
3
2 Intonasi 5
3 Nada 7
4 Vokal 5
5 Musik 3
6 Kesesuaian musik
7
7 Gerak 3
8 Ekspresi 7
9 Kreativitas ide
7
10 Penampilan 5
11 Kekompakan 5
12 Kostum 3
13 Suasana 5
Total 65
Kelompok dinilai : ..............................
RUBRIK PENILAIAN PROSES MUSIKALISASI PUISI
Nama : .............................
Kelompok penilai : .............................
Kelompok dinilai : .............................
No. Aspek penilaian Skor mak
Skor guru
Skor kelompok
Skor individu
Total Rata-rata
1 Kekritisan
2 Kekreatifan berkarya
3 Kerja sama dan kekompakan
4 Tanggung jawab
5 Kesesuaian dengan prosedur
Total
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.25
Contoh 3: Penilaian apresiasi (responsi ekspresif) berupa unjuk kerja
dengan tugas terstruktur
Tugas terstuktur digunakan untuk menilai kemampuan siswa melakukan
pekerjaan yang memerlukan latihan dan waktu yang relatif panjang, misalnya
memerankan sebuah naskah drama. Penilaian dilakukan dengan memberi
tugas berikut.
KD: membacakan naskah drama.
Indikator
a. Dapat membacakan naskah drama secara kelompok dengan vokal dan
intonasi yang jelas dan tepat.
b. Dapat membacakan naskah drama dengan ekspresi dan penghayatan
yang sesuai karakter tokoh.
c. Dapat membacakan naskah drama dengan artikulasi dialog secara tepat.
d. Dapat membacakan naskah drama dengan timbre yang sesuai karakter
tokoh.
Teknik penilaian: unjuk kerja kelompok
Prosedur: ditugaskan terstruktur, baru ditampilkan di kelas
Alat penilaian: (hasil dan proses dinilai terpadu)
Buatlah kelompok. Tiap kelompok memilih naskah drama. Analisislah
isi naskah drama. Bagi tugas dan berlatihlah dengan tekun bersama teman-
temanmu. Setelah berlatih membacakan naskah drama yang dipilih, tiap
kelompok akan ditampilkan di depan tim lain.
a. Pilihlah seorang dari teman sekelasmu sebagai sutradara.
b. Pilihlah juga siapa yang bertindak sebagai asisten sutradara.
c. Setelah sutradara terpilih, beri kesempatan kepada sutradara dan
asistennya untuk memilih pemain, membagi peran, mengatur laku, dan
lain-lain.
d. Berlatihlah selama satu minggu bersama tim yang telah terbentuk.
e. Bacakan drama di depan tim lain pada minggu depan.
8.26 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
RUBRIK PENILAIAN KELOMPOK
(memadukan penilaian hasil dan penilaian proses)
Kompetensi Subkompetensi Pertanyaan Ya Tidak Bukti
1. Ekspresi a. Gerak b. Mimik c. Penghayatan/
emosi
a. Apakah gerak yang dilakukan mendukung penokohan dalam peran?
b. Apakah mimik yang disampaikan tokoh sesuai dengan penokohan?
c. Apakah penghayatan pelaku mampu membawa penonton untuk bersedih atau bergembira?
2. Vokal a. Intonasi a. Apakah intonasi suara pelaku sesuai dengan karakter yang diperankan?
b. Artikulasi b. Apakah artikulasi suara dapat ditangkap dengan jelas oleh penonton?
c. Jenis suara c. Apakah timbre jelas dan sudah sesuai dengan karakter dan usia tokoh yang dibawakan?
Kerja sama dalam kelompok
Saling membantu koordinasi kelompok
a. Apakah perilaku saling membantu terjadi pada kelompok?
b. Apakah perilaku koordinasi dan penentuan bagian tugas teramati pada kelompok?
Kreativitas Kreativitas menampilkan cerita Kreativitas panggung/kostum Kreativitas penokohan
a. Apakah siswa menampilkan dialog dengan intonasi yang unik?
b. Apakah siswa menampilkan tokoh secara kreatif (ada improvisasi)?
c. Apakah terdapat kreativitas penataan panggung?
d. Apakah terdapat kreativitas dalam pemilihan kostum?
Kekritisan Kekritisan mengomentari pementasan kelompok lain
a. Apakah terdapat keaktifan tiap anggota untuk mencatat/mencermati hal-hal penting dari pementasan kelompok lain?
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.27
Kompetensi Subkompetensi Pertanyaan Ya Tidak Bukti
Kekritisan menambahkan ide
b. Apakah anggota aktif memberikan saran yang sesuai untuk perbaikan penampilan kelompok lain?
c. Apakah memberikan bukti untuk mengkritik penampilan kelompok lain?
3. Perencanaan Penilaian untuk Tiap Kompetensi Dasar
Dalam perencanaan penilaian apresiasi, telaah karakteristik khusus suatu
kompetensi menjadi hal penting untuk menjaga validitas konstruksi alat
penilaian. Karena itulah, Djaali mengingatkan bahwa prosedur awal
melakukan penilaian dalam konteks kompetensi adalah menganalisis
konstruksi (bangunan pengertian) sebuah kompetensi. Konstruksi kompetensi
yang akan dinilai berkaitan dengan karakteristik bidang ilmu. Menurut Djaali
(2008), langkah menyusun alat penilaian kompetensi mencakup (1)
menganalisis konstruksi suatu kompetensi, (2) menentukan dimensi/aspek
yang ada pada sebuah kompetensi, (3) menentukan indikator pencapaian
kompetensi, (4) menentukan teknik dan bentuk instrumen penilaian, (5)
melaksanakan penilaian, (6) menyimpulkan pencapaian kompetensi, serta (7)
menentukan tindak lanjut.
Selain karakteristik kompetensi, hal utama yang penting untuk menjaga
validitas instrumen penilaian adalah indikator pencapaian kompetensi.
Indikator perlu disusun dengan bertumpu pada kompetensi. Pertanyaan awal
ketika akan merumuskan indikator kompetensi adalah apa karakteristik
kompetensi dasar yang akan dinilai. Pada perencanaan penilaian apresiasi
sastra, dicontohkan dengan langkah berikut.
a. Memahami SK secara mendalam untuk menentukan termasuk aspek
keterampilan apa dan apa karakteristiknya. Misalnya, pada KD
menyimpulkan unsur intrinsik cerpen termasuk aspek membaca
pemahaman/membaca sastra. Penentuan aspek ini penting karena akan
berimplikasi pada pemilihan jenis rangsang dan kriteria pada indikator.
Karena termasuk membaca, penilaian KD tersebut memerlukan rangsang
wacana tulis untuk merangsang peserta didik menunjukkan kemampuan
membaca sastra. Tahap pemahaman SK ini sebenarnya mempertanyakan
konstruksi apa yang akan dinilai. Perlu dipertanyakan termasuk aspek
keterampilan apa KD yang akan dinilai, termasuk pada tingkatan
berpikir apa, seberapa luas cakupan materi, dan bagaimana karakteristik
kompetensinya.
8.28 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
b. Setelah memahami karakteristik suatu KD, ditentukan penjabaran KD
menjadi kemampuan-kemampuan yang lebih perinci (indikator).
Penjabaran tentunya lebih perinci, sesuai dengan karakteristik
kompetensi, dan mewakili esensi kompetensi dasar. Penjabaran bisa
dilakukan dengan memerinci cakupan kompetensi berdasarkan jenis
materi. Misalnya, KD menyimpulkan unsur cerita dijabarkan dengan
memerinci unsur intrinsik cerpen. Unsur intrinsik cerpen adalah tokoh,
watak tokoh, alur, sudut pandang, dan tema.
c. Jabaran indikator yang telah didapat perlu dipilih dan disesuaikan
dengan kondisi peserta didik. Misalnya, dipilih tiga unsur cerita saja
untuk siswa kelas VII tokoh, watak tokoh, alur, dan tema.
d. Mencermati kata kerja pada KD untuk menentukan keterampilan
berpikir atau jenis keterampilan yang diinginkan. Kata kerja pada KD
merupakan terminal objektif yang harus dicapai. Misalnya, kata
menyimpulkan pada KD berarti menuntut siswa menentukan secara
tersirat dari cerita yang dibaca. Kata kerja menyimpulkan sudah
operasional sehingga tidak usah dijabarkan. Kata kerja menyimpulkan
pada KD menyimpulkan unsur cerita dapat dioperasionalkan menjadi
menentukan tokoh, menyimpulkan watak tokoh, menyimpulkan latar,
dan menyimpulkan tema dalam cerita yang dibaca.
e. Merumuskan indikator dengan batasan materi dan cakupan perilaku
operasional yang telah dilakukan.
f. Menentukan prosedur (bagaimana/kapan/akan dilaksanakan), teknik
penilaian (tes tertulis, lisan, unjuk kerja, atau produk), serta alat yang
diperlukan (tes esai-kutipan dan soal).
g. Menentukan jumlah soal tiap indikator dan bentuk soal yang akan
digunakan (misalnya satu indikator akan dinilai dengan satu pertanyaan
yang berbentuk esai).
h. Mencari kutipan cerpen yang berbeda dengan cerpen dalam
pembelajaran untuk menilai kemampuan siswa mentransfer cara
menentukan unsur intrinsik sastra.
i. Menyusun pertanyaan sesuai indikator.
j. Menyusun pedoman/rambu-rambu jawaban atau kunci jawaban.
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.29
4. Syarat Pemilihan Karya Sastra sebagai Landas Tumpu Penilaian
Apresiasi Sastra
Karya sastra sebagai landas tumpu penilaian apresiasi sastra harus sesuai
dengan lingkup materi yang tercantum pada kompetensi dasar. Karakteristik
karya sastra yang dipilih juga disesuaikan dengan karakteristik siswa ditinjau
dari segi perkembangan moral, sosioemosi, dan perkembangan sosial siswa.
Untuk siswa sekolah dasar, karakteristik karya sastra yang dipilih dengan
paparan langsung. Menurut Sarumpaet (1996), tiga ciri pembeda antara
bacaan anak-anak dan bacaan dewasa dilihat dari sisi nilai, cara penyajian,
dan fungsinya.
Dari segi norma moral, karya sastra yang dipilih pada penilaian harus
mampu menyajikan, mendukung, dan menghargai nilai-nilai kehidupan yang
berlaku. Nilai keagamaan yang disajikan, misalnya, harus mampu
memperkukuh kepercayaan pembaca terhadap agama yang dianutnya.
Tema-tema yang sesuai untuk prosa fiksi anak-anak adalah tema-tema
yang menyajikan masalah-masalah yang sesuai dengan kehidupan anak,
seperti kepahlawanan, kepemimpinan, suka duka, pengembaraan, peristiwa
sehari-hari, kisah-kisah perjalanan seperti ruang angkasa, penjelajahan, dan
sebagainya (Sarumpaet, 1976; Huck, 1987; Mitchell, 2003). Pada siswa
SMP, tahap pencarian identitas bisa diberi dengan cerita-cerita yang
menambah kepercayaan diri dalam pencarian identitasnya. Berkaitan dengan
pemecahan masalah yang disajikan dalam cerita, akhir cerita anak-anak tidak
selalu suka ataupun indah. Walaupun cerita dapat berakhir dengan duka, yang
penting bersifat afirmatif (menimbulkan respons yang positif).
Penyajian gaya langsung pada umumnya digunakan pada prosa fiksi
untuk siswa SD atau awal SMP. Penyajian gaya langsung berkait dengan
pengaluran, penokohan, latar, pusat pengisahan, dan gaya bahasa. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penyajian adalah alur. Cerita anak-anak
seharusnya singkat dan mengetengahkan jalinan peristiwa yang dinamis serta
jelas sebab-sebabnya dan tokohnya. Melalui pengisahan dan dialog, akan
terwujudkan suasana dan tergambar tokoh-tokoh yang jelas sifat, peran,
ataupun fungsinya dalam cerita. Selain alur dan tokoh, latar cerita juga dapat
memudahkan anak mengidentifikasi cerita. Cerita dengan latar tempat dan
waktu yang dekat dengan kehidupan anak sehari-hari dapat menarik
perhatian siswa. Pusat pengisahan (sudut pandang) adalah posisi yang
diambil pengarang dalam menuturkan kisahnya dan bergantung pada pusat
pengisahannya. Pusat pengisahan yang jelas akan dapat memperjelas amanat
8.30 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
cerita. Gaya bahasa dalam cerita anak umumnya dituturkan secara langsung,
tidak berbelit-belit (sederhana), dan kalimatnya pendek-pendek, tetapi tetap
mengacu pada faktor keindahan. Karya sastra yang disajikan kepada siswa
memiliki fungsi terapan. Artinya, karya sastra yang dipilih dapat menambah
pengetahuan umum, baik dalam bidang sosial, bahasa, maupun sains,
sehingga hal-hal yang ditampilkan dapat mengajarkan sesuatu.
Contoh penerapan langkah
Amati contoh berikut yang menggambarkan kesesuaian kompetensi
dasar, indikator, teknik penilaian, dan alat penilaian, baik proses maupun
hasil.
Contoh
KD: menganalisis nilai-nilai pada cerpen-cerpen.
Indikator
1) Mampu menentukan nilai-nilai yang terdapat pada cerpen.
2) Mampu menghubungkan nilai yang didukung para tokoh.
3) Mampu menganalisis hubungan alur cerita dengan nilai yang dihadirkan
pengarang.
4) Mampu mengaitkan nilai dalam cerpen dengan kehidupan saat ini.
5) Mampu mengaitkan nilai yang tecermin pada tema dengan kehidupan
saat ini.
Teknik penilaian : tes tertulis
Prosedur : pada akhir pembelajaran
Alat penilaian
hasil : tes esai dan rubrik penilaian
Proses : lembar penilaian
Bacalah cerpen berikut!
Hadiah kejujuran
Firman masih terjaga. Ditemani jam weker dan segelas susu hangat yang baru
diantar ibunya. Mulutnya komat-kamit menghafal rumus matematika.
Kadang matanya terpejam, berharap rumus yang dihafal dapat melekat di
otak. Namun, rasa kantuk yang kuat sering menghapus hafalannya.
Harus bisa! Tekadnya dalam hati. Firman tak rela gelar juara pertamanya
direbut oleh Andi untuk yang kedua kali. Apalagi ayahnya sudah berjanji
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.31
akan membelikan sepeda baru kalau ia berhasil merebut kembali juara
pertama.
“Luas kerucut adalah …, adalah … aahhh! Lupa lagi!” keluhnya kesal.
Matanya kembali melihat buku diktatnya. Memandangnya dengan alis
bertaut, bibir terkatup. Menutupnya lagi. Menghafal lagi. Dan… lupa lagi!
Matanya hampir tertutup karena kantuk. Tapi, Firman belum menyerah. Ia
paksa matanya tetap terjaga. Seteguk susu diharapkan mampu menahan
kantuk yang sering menyerang tiba-tiba.
Ia buka lembar yang lain. Matanya kembali memejam. “Luas kubus adalah 6
X sisi X sisi. Luas tabung …, luas tabung …, tuh, kan. Lupa lagi!”
Dengusnya sedikit keras. Tangan kanannya dengan malas membuka-buka
lagi bukunya. Betapa terkejutnya saat Firman sadar kalau banyak sekali
rumus yang belum dihafalnya. Sementara itu, detik demi detik terus berlalu
dan hampir menunjuk jam sebelas malam.
“Tak ada cara lain.” Desisnya hampir tak terdengar.
Tangannya segera menyobek kertas. Kemudian, dengan cepat ia menyalin
rumus-rumus yang belum dihafalnya. Dengan tulisan yang acak-acakan,
akhirnya Firman pun selesai. Segera ia menuju kasur empuknya. Kertas yang
berisi rumus pun di bawanya. Hatinya gelisah. Bagaimana kalau besok Bu
Guru tahu saat aku nyontek? Tanyanya dalam hati. Tapi, kalau nggak
nyontek, pasti aku tidak bisa. Tapi, kalau nyontek, berarti aku curang. Tapi,
kalau tidak nyontek, aku tidak jadi punya sepeda baru. Tapi … tapi ….
Sebelum sempat melanjutkan kegelisahannya, Firman tertidur.
* * *
“Firman.” Suara itu mengagetkan Firman. Tangannya gemetar, tubuhnya
berkeringat.
“Serahkan kertas itu!” pinta Bu Guru tegas. Tangannya yang masih gemetar
memberikan sesobek kertas yang berisi salinan rumus matematika.
“Karena menyontek, semua nilaimu akan dikurangi,” kata Bu Guru sambil
mengambil lembar jawabnnya. Wajahnya menunduk. Lemas. Malu. Semua
teman-temannya melihat ke arahnya.
“Huu …. Ternyata, Firman pinter karena nyontek! Pantes jadi juara.”
“Firman, curang!”
“Firman pembohong!”
“Juara nyontek!”
“Huu!”
Suara teman-temannya mencibir, mengolok, dan mencemooh. Firman tidak
8.32 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
tahan lagi. Ia pun berdiri.
“Aku tidak pernah menyontek! Tidak pernah!” teriaknya keras-keras.
“Firman. Firman. Ayo, bangun. Salat Subuh dulu.” Suara Ibu terdengar.
Pipinya ditepuk berkali-kali.
“Kamu kenapa? Mimpi buruk, ya?” Firman tergagap. Tubuhnya masih
berkeringat. Mimpinya benar-benar seperti nyata.
“Ayo, Ayah sudah menunggu untuk salat.”
“Iya, Bu.” Dengan perasaan yang masih takut, Firman pergi meninggalkan
kamarnya. Setelah berwudu, ia bergabung dengan ayah dan ibunya untuk
salat.
Setelah salat, Firman merenungi mimpinya. Ia pandangi kertasnya.
“Aku tidak boleh melakukannya.” Tekadnya dalam hati. Firman pun
melanjutkan belajarnya. Ia tetap berusaha menghafalkan rumus-rumus
matematika. Ia tidak lagi berpikir untuk menyontek. Ia terus komat-kamit
dengan mata terpejam. Sesekali matanya membuka untuk memstikan bahwa
hafalannya benar. Kemudian memejam lagi. Komat-kamit lagi. Sampai
ibunya masuk dan mengingatkannya untuk segera mandi dan bersiap-siap
sekolah.
“Ayo, Firman. Nanti telat. Ayah sudah mandi, lho.”
Firman bergegas mandi dan bersiap-siap. Dengan sedikit tergesa, ia memakai
seragamnya. Memakai sepatunya. Menyambar tasnya. Dan berlari menuju
halaman tempat ayah telah siap menunggu. Tak lupa ia meremas-remas dan
membuang sontekannya ke tempat sampah di halaman. Setelah mencium
tangan ibunya, ia masuk ke dalam mobil ayah.
“Bu, berangkat dulu. Assalamualaikum,” teriaknya sambil berlalu.
* * *
Dua minggu berlalu. Hari ini adalah pembagian rapot. Ayahnya yang
mengambil, sedangkan Firman menunggu di rumah dengan perasaan waswas.
Ia murung. Sejak ayahnya berangkat sampai sekarang, Firman belum ingin
makan. Ia yakin akan gagal merebut juara pertama lagi. Tapi, Firman pasrah.
Toh, memang Firman memang sering sakit sehingga tidak masuk sekolah. Di
lihatnya jam dinding dengan gelisah. Entah mengapa ia merasa jarum jam itu
jadi lambat jalannya. Dengan malas, ia pun melanjutkan membaca buku
ceritanya.
“Assalamualaikum,” suara Ayah terdengar dari depan bersama mobilnya.
“Waalaikumsalam.” Firman melonjak, menaruh buku ceritanya dan berlari ke
halaman.
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.33
Ayah berjalan sambil membawa rapot di tangan kanan. Jantung Firman
semakin deg-degan. Ia remas-remas tangannya.
“Bagaimana, Ayah?” tanya Firman cemas.
Ayah diam. Firman semakin yakin kalau Ayah marah. Ia pun menunduk, tak
berani menatap wajah ayahnya.
“Sini, Firman. Lihat rapotmu.” ajak Ayah yang telah duduk di teras. Firman
mendekat dan duduk di sebelahnya. Matanya melihat halaman yang
ditunjukkan Ayah. Ia menelan ludah saat mengetahui kalau ia hanya
mendapat peringkat dua.
“Kamu kecewa?” tanya Ayah.
“Iya, Yah.”
“Kenapa?”
“Karena aku hanya peringkat dua.”
“Tapi, Ayah tidak kecewa. Ayah bangga.”
Firman kaget. Ia tak mengerti mengapa Ayah bisa bangga padanya. Padahal,
ia gagal merebut juara pertama.
“Kamu ingin tahu kenapa Ayah bangga?”
Firman mengangguk.
“Karena anak Ayah jujur, itu yang membuat bangga.”
Kening Firman berkerut tak mengerti.
“Saat hari terakhir ujian, Firman berniat menyontek, kan?”
Firman pun teringat dengan salinan rumus yang dibuatnya. Dengan malu-
malu Firman mengangguk.
“Kertas sontekan yang kamu buang ditemukan Ibu.”
“Ini, kan, kertasnya?” Tiba-tiba Ibu datang dengan membawa kertas yang
sudah lecek bekas diremas-remas. “Ibu menemukan di tempat sampah,”
lanjut Ibunya.
“Karena Firman jujur, Ayah punya hadiah untuk Firman,” kata Ibu.
“Benar, Yah?” tanya Firman dengan mata berbinar gembira.
“Tentu saja. Ayo, ikut Ayah.”
Firman mengikuti langkah Ayah menuju mobil. Tangan Ayah membuka
pintu tengah mobil.
“Wah, sepeda baru! Aku punya sepeda baru! Terima kasih, Ayah.”
“Ini hadiah kejujuran untuk Firman.”
Firman tidak jadi menyesal karena gagal menjadi juara pertama. Ia gembira
karena kejujurannya membawa berkah. Ia berjanji tidak akan menyontek
selamanya.
Sumber: Istana Cerpen.
8.34 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Soal
1) Tentukan nilai-nilai yang terdapat pada bagian-bagian cerpen!
2) Bandingkan nilai yang dijunjung Firman dengan nilai yang dianut
ayahnya!
3) Tunjukkan bukti pada kutipan cerpen yang menunjukkan bahwa penulis
menjunjung tinggi nilai tertentu!
4) Buatlah kalimat yang mengaitkan nilai dalam cerpen dengan kehidupan
saat ini!
Rambu-rambu penyekoran
No. Rambu jawaban Skor
1. Nilai kejujuran lebih
penting daripada
prestasi yang dicapai
dengan curang.
10 = semua sesuai rambu jawaban
5 = salah satu sesuai
1 = semua kunci jawaban tidak terdapat
pada jawaban siswa
2. Ada perbedaan nilai
yang dijunjung tinggi
antara tokoh Firman dan
orang tuanya. Firman
masih agak malu-malu
karena hanya peringkat
2, sedangkan ayahnya
justru menganggap,
yaitu sama-sama
menjunjung tinggi
kejujuran.
10 = semua sesuai rambu jawaban
5 = jawaban sebagian sesuai dengan rambu
1 = jawaban tidak sesuai dengan rambu
3. Firman yang berniat
menyontek tidak jadi
menyontek dan akhirnya
dia hanya juara dua.
Akan tetapi, justru
Firman mendapat hadiah
dari orang tuanya karena
kejujurannya.
“Kamu kecewa?” tanya ayah.
“Iya, Yah.”
“Kenapa?”
“Karena aku hanya peringkat dua.”
“Tapi, Ayah tidak kecewa. Ayah bangga.”
Firman kaget. Ia tak mengerti mengapa
Ayah bisa bangga padanya. Padahal, ia
gagal merebut juara pertama.
“Kamu ingin tahu kenapa Ayah bangga?”
Firman mengangguk.
“Karena anak Ayah jujur, itu yang
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.35
No. Rambu jawaban Skor
membuat bangga.” Kening Firman berkerut
tak mengerti.
“Saat hari terakhir ujian, Firman berniat
menyontek, kan?” Firman pun teringat
dengan salinan rumus yang dibuatnya.
Dengan malu-malu, Firman mengangguk.
“Kertas sontekan yang kamu buang
ditemukan Ibu.”
“Ini, kan, kertasnya?” Tiba-tiba Ibu datang
dengan membawa kertas yang sudah lecek
bekas diremas-remas. “Ibu menemukan di
tempat sampah,” lanjut Ibunya.
“Karena Firman jujur, Ayah punya hadiah
untuk Firman,” kata Ibu.
4. Pengaitan nilai
kejujuran yang
dipertahankan Firman
dan didukung
keluarganya sulit kita
jumpai pada kehidupan
saat ini.
10 = berisi nilai yang sesuai isi cerpen dan
terdapat pengaitan dengan kehidupan saat
ini
5 = berisi nilai yang sesuai, tetapi tidak
terdapat pengaitan dengan kehidupan saat
ini
2 = nilai yang dikaitkan tidak sesuai
dengan isi cerpen
KD: menentukan unsur intrinsik puisi
Indikator
a. Menentukan isi keseluruhan puisi.
b. Menentukan tema puisi.
c. Menentukan amanat dalam puisi.
Penilaian
a. Teknik penilaian : tes tertulis (esai)
b. Alat penilaian
Hasil : tes esai (soal dan pedoman penyekoran)
Proses : lembar pengamatan (rubrik)
8.36 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Karangan Bunga
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu
Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi!
(Karya: Taufiq Ismail)
1) Tentukanlah tema yang terdapat pada puisi di atas!
2) Apa inti yang ingin diutarakan oleh pengarang dalam puisi berjudul
“Karangan Bunga”?
3) Apa amanat yang terkandung dalam puisi berjudul “Karangan Bunga”?
Rambu-rambu penyekoran
No. Hal yang dinilai Skor
1.
Tentukanlah tema yang terdapat pada puisi di atas! - Kepahlawanan - Belasungkawa - Kesedihan
25 20 15
2. Apa inti yang ingin diutarakan oleh pengarang dalam puisi berjudul “Karangan Bunga”? - Kritik terhadap pemerintah yang terkesan acuh tak acuh
terhadap kasus penembakan mahasiswa Trisakti. - Rasa belasungkawa yang dalam terhadap kematian
mahasiswa Trisakti. - Anak kecil yang ikut berdukacita atas kematian mahasiswa.
25
20
15
3. Apa amanat yang terkandung dalam puisi berjudul “Karangan Bunga”? - Seharusnya orang yang lebih tua mempunyai rasa simpatik
yang lebih karena anak kecil saja sudah mempunyai rasa simpatik.
- Anak kecil saja mempunyai rasa simpatik. - Orang yang lebih tua harus mempunyai rasa simpatik yang
lebih.
25
20 15
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.37
Rubrik penilaian proses Lembar Observasi
No. Nama Ketekunan Percaya
diri
Kerja
sama
Objektif dan
kritis
Tanggung
jawab
Ketekunan
3 = mau memperhatikan tugas/penjelasan guru, memperhatikan penampilan
teman, dan memperhatikan komentar teman/guru
2 = hanya melakukan dua perilaku
1 = melakukan salah satu perilaku
Percaya diri
3 = berani mencoba, keberanian berpendapat/mengomentari teman, dan
berani menjawab/merespons pertanyaan teman
2 = melakukan dua perilaku
1 = melakukan salah satu perilaku
Kritis dan logis
3 = mau bertanya, memberi komentar dengan alasan yang logis, dan
memberi bukti yang tepat
2 = melakukan dua perilaku
1 = melakukan salah satu perilaku
Rasa ingin tahu tinggi
3 = aktif mengeksplorasi lebih jauh dan aktif mencari referensi lain untuk
menindaklanjuti materi pembelajaran tanpa diminta guru
2 = melakukan dua perilaku atau diminta guru
1 = melakukan salah satu perilaku yang diminta guru
Kerja sama
3 = kerja sama (aktif menyelesaikan tugas kelompok, aktif membantu
kelompok untuk menyelesaikan tugas, dan merasa tanggung jawab
bersama)
2 = melakukan dua perilaku
1 = melakukan salah satu perilaku
8.38 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Tanggung jawab
3 = menyelesaikan tugas dengan tahapan yang disepakati dan
menyelesaikan tugas hingga selesai
2 = melakukan salah satu
1 = tidak melakukan semua indikator perilaku
1) Buatlah perbandingan pengaruh pendekatan objektif dan pendekatan
mimetik terhadap sasaran penilaian apresiasi sastra!
2) Buatlah ringkasan kategori hasil belajar apresiasi sastra berdasarkan
paparan pada modul ini!
3) Jelaskan langkah merencanakan penilaian hasil dalam pembelajaran
apresiasi sastra!
Petunjuk Jawaban Latihan
Untuk mengukur keberhasilan Anda dalam menjawab soal pelatihan di
atas, coba Anda cocokkan dengan rambu-rambu jawaban berikut ini.
1) Pendekatan objektif memunculkan hasil belajar yang menganalisis karya
sastra dari segi isi internal, sedangkan pendekatan mimetik
memunculkan hasil belajar karya sastra yang menuntut respons siswa
untuk merefleksikan isi karya sastra dengan kehidupan (aspek di luar
karya sastra).
2) Perbandingan kategori hasil belajar apresiasi sastra dipaparkan pada
tabel berikut.
Aspek Yus Rusyana Purves Roos
Kognitif Aspek mengenal mencakup mengamati, melihat, mendengar, dan membaca. Aspek menggolongkan mencari persamaan, perbedaan, perbandingan, dan pengontrasan.
Respons reseptif adalah respons siswa yang berkaitan dengan perilaku kognitif sehubungan dengan kegiatan klasifikasi dan analisis suatu karya
Tingkat pertama apresiasi adalah pembaca terlibat secara emosional, intelektual, dan imajinatif dengan karya sastra yang dibaca. Tingkat kedua
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.39
Aspek Yus Rusyana Purves Roos
Memahami berarti menafsirkan, mengartikan, mempreposisikan, menemukan pola, menggeneralisasi, mencari hubungan, dan menarik kesimpulan. Aspek apresiasi adalah menikmati dan menghargai nilai-nilai.
sastra. Bentuknya berupa analisis segmen, hubungan, dan organisasi atau keseluruhan. Analisis reseptif dibedakan lagi menjadi dua, yakni analisis bentuk dan analisis isi.
adalah mempertanyakan diri sendiri tentang makna pengalaman yang diperoleh, pesan yang disampaikan pengarang, atau yang tersembunyi di balik alur.
Mengomunikasikan Respons ekspresif adalah respons yang berkaitan dengan rekreasi karya sastra sebagai karya seni. Bentuknya bisa berupa pembacaan puisi secara lisan, dramatisasi, dan menceritakan kembali hasil pembacaan secara artistik serta mengubah karya sastra dalam berbagai bentuk.
Tingkat apresiasi ketiga adalah penikmatan.
Evaluatif Kemampuan mengevaluasi teknik yang digunakan dan pengaruhnya terhadap karya sastra
Hasil belajar perspektif berkaitan dengan kemampuan siswa menilai karya sastra yang dibaca. Siswa dituntut memberikan pandangan dan mereaksi suatu karya sastra setelah siswa memahami karya sastra tersebut. Permasalahan yang dibahas menyangkut ada tidaknya manfaat sebuah karya sastra, ada tidaknya kesesuaian karya sastra tersebut dengan realitas yang ada, dan sebagainya. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk mampu menghubungkan
8.40 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Aspek Yus Rusyana Purves Roos
sesuatu yang ada dalam karya sastra dan sesuatu yang ada di luar karya sastra. Siswa dituntut untuk memahami secara kreatif.
Emotif Keterlibatan emosi personal (seandainya kamu menjadi tokoh, makna pengalaman hidup yang diperoleh, bagaimana perasaan terhadap tokoh dan apa alasannya, serta suasana apa yang tergambarkan dalam karya sastra).
3) Langkah merencanakan penilaian hasil dalam pembelajaran apresiasi
sastra adalah (a) mencermati kompetensi dasar pada standar isi, (b)
menentukan hasil belajar apresiasi sastra yang akan dinilai, (c)
menentukan indikator hasil belajar dan indikator proses yang akan
dinilai, (d) memilih teknik dan alat penilaian, (e) memilih kutipan yang
akan digunakan sebagai rangsang memunculkan kemampuan apresiasi,
(f) menyusun tes objektif/esai atau tugas unjuk kerja, (g) menyusun
pedoman penyekoran/kunci jawaban, serta (g) menentukan kriteria
ketuntasan. Langkah penilaian proses (a) menentukan aspek karakter
yang akan diintegrasikan pada pelaksanaan kompetensi dasar pada
standar isi, (b) menentukan indikator proses yang berupa adanya
keterlibatan siswa dalam pembelajaran apresiasi sastra yang menuntun
tumbuhnya perilaku-perilaku positif, (c) menentukan indikator hasil
belajar dan indikator proses yang akan dinilai, (d) memilih teknik dan
alat penilaian, serta (e) menentukan kriteria teramati/tidaknya perilaku.
Prinsip penilaian apresiasi (a) menggunakan rangsang karya sastra;
(b) mencakup berbagai tingkatan apresiasi memahami, menganalisis,
menghayati, dan menghargai karya sastra; (c) menuntut siswa
memberikan respons setelah membaca/mendengar karya sastra dengan
berbagai tingkatan respons (respons reseptif dan respons produktif); (d)
meminta siswa melacak bukti pada karya sastra (melatih proses berpikir
RANGKUMAN
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.41
kritis); (e) penilaian hasil terfokus pada kesesuaian jawaban siswa
dengan karya sastra yang didengar/didengarnya; (f) penilaian harus
mencakup penilaian hasil dan penilaian proses; serta (g) penilaian
apresiasi sastra menilai kemampuan siswa melakukan transfer.
Langkah merencanakan penilaian hasil dalam pembelajaran
apresiasi sastra adalah (a) mencermati konstruksi kompetensi dasar pada
standar isi; (b) menentukan konsep apresiasi sastra dan cakupan materi
pada kompetensi dasar; (c) menentukan indikator hasil belajar dan
indikator proses yang akan dinilai; (d) memilih teknik dan alat penilaian;
(e) memilih kutipan yang akan digunakan sebagai rangsang
memunculkan kemampuan apresiasi; (f) menyusun tes objektif/esai atau
tugas unjuk kerja; (g) menyusun pedoman penyekoran/kunci jawaban;
serta (h) menentukan kriteria ketuntasan. Langkah penilaian proses (a)
menentukan aspek karakter yang akan diintegrasikan pada pelaksanaan
kompetensi dasar pada standar isi; (b) menentukan indikator proses yang
berupa adanya keterlibatan siswa dalam pembelajaran apresiasi sastra
yang menuntun tumbuhnya perilaku-perilaku positif; (c) menentukan
indikator hasil belajar dan indikator proses yang akan dinilai; (d)
memilih teknik dan alat penilaian; serta (e) menentukan kriteria
teramati/tidaknya perilaku.
Sasaran penilaian apresiasi sastra mencakup penilaian proses dan
hasil. Sasaran penilaian hasil dalam apresiasi sastra secara garis besar
mencakup aspek kognitif, emotif, dan evaluatif. Secara perinci, sasaran
hasil pembelajaran apresiasi sastra adalah kemampuan menelaah karya
sastra untuk menentukan unsur intrinsik, menganalisis hubungan
antarunsur intrinsik, menyimpulkan pengalaman batin yang
diekspresikan pengarang/penyair, merekonstruksi pengalaman batin
yang dirasakan, merespons secara personal isi ataupun bentuk karya
sastra yang dibaca, serta merefleksikan pengalaman batin
pengarang/penyair dengan pengalaman batin pembaca (respons reseptif).
Sasaran yang berupa respons ekspresif adalah mengkreasikan
pengalaman batin pengarang/penyair dalam bentuk lain.
Sasaran penilaian proses adalah tahapan yang dilakukan siswa
dalam melakukan tahapan apresiasi sastra, kesulitan yang dialami dalam
mengapresiasi sastra, serta aspek afektif (tanggung jawab, kritis,
kreativitas, empati, kepedulian lingkungan, kerja sama/coopetition,
menghargai karya orang lain, sportif, dan sikap positif lain yang
relevan).
Alat yang digunakan pada penilaian hasil apresiasi sastra adalah tes
(esai dan objektif) serta unjuk kerja (menceritakan kembali). Alat
penilaian hasil juga memerlukan tugas/pertanyaan kontekstual dan rubrik
penilaian perinci yang dapat digunakan sebagai dasar penilaian hasil
8.42 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
siswa. Selanjutnya, alat penilaian proses adalah lembar pengamatan
untuk mengamati aspek afektif siswa dalam pembelajaran menulis
kreatif. Portofolio apresiasi sastra untuk mengamati perkembangan
kemampuan mengapresiasi sastra, minat baca terhadap karya sastra, dan
respons personal siswa. Jurnal refleksi untuk mengetahui langkah yang
dilakukan siswa dalam mengapresiasi sastra, bagian-bagian yang
sudah/belum dikuasai siswa, serta perasaan siswa/pengalaman personal
siswa dalam mengapresiasi sastra.
Langkah menyusun pedoman penyekoran tes esai untuk
keterampilan apresiasi sastra (a) menentukan kata-kata kunci/kalimat-
kalimat kunci yang menjadi jawaban dari pertanyaan apresiasi; (b)
menentukan skor maksimal dan pembobotan jawaban (soal yang paling
penting mendapat bobot tinggi); (c) menentukan gradasi skor untuk tiap-
tiap soal; serta (d) menentukan kriteria ketuntasan untuk seluruh
indikator kompetensi dasar.
Teknik penilaian apresiasi sastra dilakukan dengan menilai individu
dalam kelompok, individu keseluruhan, penilaian kelompok, dan
penilaian gabungan individu kelompok. Ditinjau dari jumlah dan jenis
kompetensi dasar penilaian apresiasi, bisa dilakukan dengan
menggabungkan beberapa kompetensi dasar apresiasi sastra dan dinilai
pada waktu bersamaan. Penggabungan juga dapat dilakukan dengan
penilaian kompetensi dasar produktif (menulis kreatif sastra/penampilan
kreatif sastra). Pada penilaian teknik ini, siswa dinilai secara bergantian
dalam hal kompetensi apresiasi dan proses kreatif. Penilaian dirancang
dengan menggabungkan penulisan puisi, cerpen, dan menulis drama
dengan kompetensi respons ekspresif siswa (puisi yang dibuat seorang
siswa/suatu kelompok dimusikalisasikan siswa/kelompok lain serta
drama yang ditulis siswa dipentaskan siswa/kelompok lain).
Prinsip teknik penilaian adalah menilai semua individu bukan
hanya sampel, tetapi menggunakan alat dan proses yang memiliki
validitas kontruksi dan validitas isi. Selain itu, berbagai teknik penilaian
menyimak harus mengukur hasil sekaligus mengamati aspek afektif
siswa. Penilaian kepada siswa dengan menumbuhkan sikap sportif,
coopetition (cooperation and competition), menaati aturan kapan harus
bekerja sama dan kapan tidak boleh menyontek (tidak boleh bekerja
sama), serta sikap keterbukaan (transparansi). Teknik penilaian apresiasi
sastra memberikan/memilih kutipan karya sastra yang dapat
menumbuhkan kemampuan mencipta (model tingkat kesulitan rendah,
sedang, dan tinggi). Selain itu, kutipan yang dipilih dapat menumbuhkan
pengalaman batin positif dan menumbuhkan karakter positif (pendekatan
didaktik). Begitu juga dengan penugasan apresiasi.
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.43
1) Berikut ini adalah sasaran penilaian hasil pada penilaian apresiasi sastra,
kecuali kemampuan ....
A. menulis cerpen dengan menarik
B. memahami unsur intrinsik puisi
C. memahami isi cerpen
D. membacakan cerpen dengan menarik
2) Sasaran penilaian proses dalam pembelajaran apresiasi sastra adalah
kemampuan ....
A. bekerja sama
B. menentukan tema
C. menentukan latar
D. menentukan amanat
3) Alat penilaian hasil dalam pembelajaran apresiasi sastra, kecuali ....
A. tes esai
B. tes objektif
C. unjuk kerja
D. lembar pengamatan
4) Bacalah puisi berikut!
TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
Karangan Bunga
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu
Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi!
(Karya: Taufiq Ismail)
8.44 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Soal yang TIDAK sesuai untuk puisi di atas adalah ....
A. tentukanlah tema yang terdapat pada puisi di atas
B. apa inti persoalan yang ingin diutarakan oleh pengarang dalam puisi
berjudul “Karangan Bunga”
C. sebutkan jenis alur yang digunakan pada puisi di atas
D. apa amanat yang terkandung dalam puisi berjudul “Karangan
Bunga”
5) Aspek yang perlu dinilai pada penilaian musikalisasi puisi adalah ….
A. kesesuaian musik dengan suasana puisi
B. kesesuaian musik dengan tema puisi
C. ketepatan pilihan kata (diksi)
D. kesesuaian artikulasi yang dibawakan
6) Berikut ini yang termasuk hasil belajar respons reseptif dalam apresiasi
sastra adalah ….
A. menentukan tokoh cerpen
B. menentukan tema cerpen
C. menentukan setting cerpen
D. mendramatisasikan tokoh cerpen
7) Bu Dena menilai hasil belajar apresiasi puisi menggunakan puisi yang
telah diajarkan dengan bentuk tes objektif. Komentar terhadap
Bu Dena adalah ….
A. kurang tepat karena penilaian apresiasi sastra menilai kemampuan
siswa mentransfer langkah-langkah apresiasi
B. sangat tepat supaya siswa hasilnya baik semua karena sudah dibahas
C. sangat tepat karena siswa bisa lebih mendalami karya sastra yang
dibaca sambil mengkritik karya sastra
D. kurang tepat, semestinya membuat pertanyaan bentuk esai dengan
jumlah yang banyak
8) Indikator yang tepat untuk kompetensi dasar merefleksikan isi cerpen
dengan realitas sosial sekarang adalah mampu ….
A. menentukan tema cerpen secara tepat
B. mengaitkan tokoh cerpen dengan kehidupan kini
C. menulis cerpen dari kehidupan sehari-hari
D. mengaitkan isi cerpen yang dibuat dengan kehidupan masa kini
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.45
9) Bu Rani menilai kemampuan membacakan naskah drama. Aspek yang
harus dinilai adalah kemampuan ....
A. memilih objek yang menjadi naskah drama
B. membacakan dialog dengan intonasi yang sesuai
C. menulis tema yang sesuai
D. menentukan tokoh dalam drama
10) Langkah awal merencanakan penilaian hasil dalam pembelajaran
apresiasi sastra adalah ….
A. mencermati ciri-ciri khusus kompetensi dasar apresiasi sastra
B. menentukan kutipan dongeng yang akan dijadikan alat penilaian
C. menentukan jumlah soal yang akan digunakan
D. menentukan rambu-rambu alat penilaian
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar
100%Jumlah Soal
8.46 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Kegiatan Belajar 2
Penilaian Proses Kreatif Sastra
ebelum menyusun alat penilaian proses kreatif, perlu lebih dulu Anda
memahami hakikat proses kreatif sastra dan prinsip penyusunan alat
penilaian proses kreatif sastra. Bacalah uraian berikut.
A. HAKIKAT PROSES KREATIF SASTRA DAN KONSTRUKSI
KEMAMPUAN MENULIS KREATIF
Proses kreatif sastra adalah kemampuan menggunakan
informasi/lingkungannya untuk diabstraksikan menjadi dunia lain dalam
karya sastra. Karya sastra bertitik tolak dari dorongan perasaan pengarang.
Secara tidak langsung, karya sastra adalah kombinasi antara persepsi, pikiran,
dan perasaan pengarangnya. Sumber utama dan pokok masalah suatu karya
sastra adalah sifat-sifat dan tindakan-tindakan yang berasal dari pemikiran
pengarangnya. Menulis sastra adalah kemampuan menggunakan
informasi/lingkungannya untuk diabstraksikan menjadi dunia lain dalam
karya sastra.
Tujuan pembelajaran menulis kreatif adalah memberikan kesempatan
siswa mengekspresikan perasaan, gagasan, dan pengalaman dengan
menghasilkan karya sastra. Siswa belajar mengolah fenomena, pengalaman,
dan perasaannya sehingga lahirlah sebuah karya kreatif. Tujuan pembelajaran
menulis kreatif adalah melatih kreatif, menumbuhkan kebanggaan berkarya,
dan menghargai karya orang lain.
Kriteria karya sastra yang dihasilkan siswa diharapkan memiliki
karakteristik berikut. Pertama, karya itu mampu menghidupkan atau
memperbarui pengetahuan pembaca, menuntunnya melihat berbagai
kenyataan kehidupan, dan memberikan orientasi baru terhadap apa yang
dimiliki. Kedua, karya sastra itu mampu membangkitkan aspirasi pembaca
untuk berpikir dan berbuat lebih banyak dan lebih baik bagi penyempurnaan
kehidupannya. Ketiga, karya sastra itu mampu memperlihatkan peristiwa
kebudayaan, sosial, keagamaan, atau politik masa lalu dalam kaitannya
dengan peristiwa masa kini dan masa datang. Itulah sebabnya pengalaman
(batin) yang diperoleh pembaca dari karya sastra yang dibacanya disebut
pengalaman estetis.
S
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.47
Dari segi kebermanfaatannya, karya sastra hendaknya memiliki
potensi untuk manfaat berikut. Pertama, karya itu merefleksi kebenaran
kehidupan manusia. Artinya, karya itu membekali pembaca dengan
pengetahuan dan apresiasi yang mendalam tentang hakikat manusia dan
kemanusiaan serta memperkaya wawasannya mengenai arti hidup dan
kehidupan ini. Kedua, karya itu mempunyai daya hidup yang tinggi dan yang
senantiasa menarik apabila dibaca kapan saja. Ketiga, karya itu
menyuguhkan kenikmatan, kesenangan, dan keindahan karena strukturnya
yang tersusun apik dan selaras. Di samping itu, karya sastra juga perlu
memiliki norma moral apabila menyajikan, mendukung, dan menghargai
nilai-nilai kehidupan yang berlaku. Nilai keagamaan yang disajikan,
misalnya, harus mampu memperkukuh kepercayaan pembaca terhadap agama
yang dianutnya. Begitu juga nilai moral yang disajikan hendaknya dapat
mendorong tumbuhnya nilai tertentu pada diri siswa.
B. TAHAPAN PROSES MENULIS KREATIF DAN ASPEK YANG
DINILAI
Menurut Endraswara (2008: 224—225), tahapan dalam menghasilkan
karya sastra meliputi (1) tahap persiapan, yaitu tahap pengumpulan informasi
dan data yang dibutuhkan, pengalaman-pengalaman yang mempersiapkan
seseorang untuk melakukan tugas atau memecahkan masalah tertentu (perlu
pemikiran kreatif dan daya imajinasi pada tahap ini); (2) tahap inkubasi, yaitu
mengendapkan semua informasi dan pengalaman yang diperoleh pada tahap
pertama; (3) tahap iluminasi, yaitu tahap penyelesaian karya sastra menjadi
karya sastra yang utuh dan padu; serta (4) tahap verifikasi, yaitu penulis
melakukan tinjauan secara kritis terhadap karya yang dihasilkan (baca lebih
lanjut Endraswara, 2008: 224—225).
Secara perinci, proses kreatif melibatkan empat proses kreatif berikut.
1. Pencarian Ide Baru
Sumber penulisan esai, yaitu masalah atau persoalan, pencarian idenya
dengan ditemukan masalah yang akan ditulis. Masalah dapat bersumber dari
keadaan di sekeliling kita, perasaan kita, dan peristiwa-peristiwa
kemanusiaan yang dialami. Langkah yang tepat untuk menemukan dan
mengidentifikasi permasalahan, yaitu dengan tindakan pengamatan empiris
dan sosial di sekitar kita dan melakukan kajian pustaka atau membaca
8.48 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
persoalan kesastraan, kemudian melakukan telaah. Penulisan sastra
mempunyai dua jenis, yaitu esai kontekstual dan esai teoretistekstual.
2. Pengendapan Ide
Pengendapan ide berkaitan dengan perumusan isi yang akan dituliskan
sesuai dengan karya sastra. Kemudian, pencarian dan pengumpulan data,
yaitu mencari bahan dan data yang berkaitan dengan persoalan yang kita
bahas sebagai dasar untuk menulis. Data tersebut bisa berupa buku, artikel,
hasil wawancara, pengamatan, dan sebagainya. Selanjutnya, data-data itu
dibaca dan dipahami secara intens untuk diolah sebagai karya sastra.
3. Penulisan
Jika outline dan data sudah lengkap, selanjutnya adalah menuliskannya.
Penulisan karya sastra membutuhkan konsentrasi karena yang akan kita
tuliskan itu berdasarkan sublimasi dan asosiasi.
4. Editing dan Revisi
Editing berkaitan dengan koreksi aspek-aspek kebahasaan, sedangkan
revisi berkaitan dengan aspek isi. Dalam proses ini, secara umum minimal
dilakukan dua kali. Semakin kita banyak melakukan editing dan revisi,
tingkat kesalahan dan kekeliruan esai bisa diminimalisasi. Oleh karena itu,
editing dan revisilah dapat sesuai dengan keinginan kita tentang
kesempurnaan esai.
Bahasan proses kreatif tersebut berimplikasi pada penilaian menulis
kreatif sastra. Adanya tahapan proses penulisan tersebut berimplikasi pada
pemberian tugas menulis yang berupa tahapan dan bukan mengambil jalan
pintas dengan menilai hasil akhir saja. Penilaian hasil akhir dilakukan setelah
siswa melakukan revisi-revisi berdasarkan masukan dari teman/gurunya. Dari
paparan tentang hakikat dan proses menulis kreatif tersebut, dirumuskan
konstruksi kemampuan menulis sastra berikut.
Secara umum, kemampuan melakukan proses kreatif untuk
menghasilkan karya sastra dapat diperinci menjadi kemampuan-kemampuan
berikut.
a. Mampu melibatkan diri dengan perenungan mendalam terhadap
pengalaman dan informasi lingkungan untuk menemukan fokus
penulisan.
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.49
b. Mampu menggali informasi dari fenomena kehidupan/pengalaman
menjadi pokok persoalan yang akan dijadikan tema karya sastra.
c. Mampu mengendapkan dan mematangkan semua informasi dan
pengalaman sehingga terpilih pengalaman dan informasi yang dapat
mendukung pokok persoalan.
d. Mampu menerapkan teknik pengembangan menjadi karya sastra secara
utuh dan padu.
e. Mampu menerapkan teknik penggarapan unsur intrinsik sastra dalam
memproduksi karya sastra.
f. Mampu menyunting sehingga karya yang dihasilkan menjadi semakin
baik.
C. SASARAN PENILAIAN HASIL DALAM PEMBELAJARAN
MENULIS PUISI
Secara umum, sasaran penilaian terhadap hasil belajar menulis kreatif
sastra adalah kemampuan merencanakan, mengembangkan, dan menyunting
untuk perbaikan. Berikut ini dipaparkan konstruksi kemampuan menulis
kreatif sastra.
1. Kemampuan memilih fenomena kemanusiaan yang diamati/pengalaman
yang dialami.
2. Kemampuan mengolah fenomena yang diamati menjadi pokok persoalan
sebuah puisi.
3. Kemampuan melakukan imajinasi dan asosiasi dari pengalaman atau
fenomena yang diamati ke dalam karya yang ditulis.
4. Kemampuan memilih pokok persoalan yang akan dijadikan landasan
penulisan puisi.
5. Kemampuan mengurutkan kalimat puitis menjadi larik-larik yang utuh
dan padu.
6. Kemampuan menggunakan diksi dan rima dalam puisi.
7. Kemampuan menyusun kalimat imaji untuk menggambarkan
suasana/perasaan dalam puisi yang ditulis.
8. Kemampuan mengembangkan pokok persoalan menjadi larik-larik puisi
yang memiliki kepaduan dan keutuhan.
9. Kemampuan memilih kalimat yang padat dan figuratif.
8.50 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
1. Sasaran Penilaian Proses dalam Pembelajaran Penulisan Puisi
Selain mengajarkan kemampuan menghasilkan karya sastra,
pembelajaran menulis kreatif juga mengamati aspek afektif dan proses
belajar menulis sastra. Berikut ini dicontohkan hal yang diamati dalam
pembelajaran menulis karya sastra.
a. Keaktifan/kesungguhan belajar menulis puisi.
b. Tanggung jawab mengerjakan tugas-tugas dalam belajar menulis puisi.
c. Kekritisan mengomentari hasil karya teman atau mempertanyakan.
d. Kepekaan menangkap fenomena kemanusiaan.
e. Berempati terhadap
f. Kreatif dalam mengekspresikan.
2. Sasaran Penilaian Kemampuan Menulis Prosa Fiksi/Drama
a. Kemampuan memilih fenomena kemanusiaan yang diamati/pengalaman
yang dialami sebagai bahan penulisan.
b. Kemampuan melakukan imajinasi dan asosiasi dari pengalaman atau
fenomena untuk mengembangkan sebuah cerita.
c. Kemampuan mengolah fenomena yang diamati menjadi pokok persoalan
prosa fiksi.
d. Kemampuan merumuskan pokok persoalan yang akan dijadikan
landasan penulisan prosa fiksi.
e. Kemampuan membuat kerangka peristiwa prosa fiksi yang akan
dikembangkan.
f. Kemampuan menyusun karya sastra dengan aturan-aturan sesuai genre
karya sastra (drama memiliki karakteristik khusus, misalnya dengan
aturan penulisan tertentu yang harus dikuasai pada penulisan naskah
drama).
g. Kemampuan mengembangkan cerita secara utuh dengan teknik
penokohan, teknik pengaluran, dan gaya bahasa yang sesuai.
h. Kemampuan melakukan asosiasi dari fenomena yang diamati/perasaan
yang dialami sehingga menemukan masalah yang layak untuk
dikembangkan menjadi prosa fiksi.
D. PRINSIP/KARAKTERISTIK ALAT PENILAIAN MENULIS
KREATIF
1. Sasaran Penilaian Mencakup Tahapan Perencanaan sampai Hasil
Akhir
Sasaran penilaian dilakukan mulai tahapan perencanaan (sebelum
menulis/pramenulis) sampai hasil akhir. Penilaian pada tahap perencanaan
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.51
mencakup kemampuan/kepekaan menggali ide, kemampuan memilih,
merumuskan tema, dan membuat garis besar tulisan. Tahap pengembangan
mencakup tahap penulisan draf awal. Tahap pascamenulis berupa kegiatan
penyuntingan draf awal dan revisi produk berdasarkan masukan dari guru dan
teman. Yang termasuk tahap pascamenulis adalah pemajangan hasil akhir
atau dijadikan kumpulan puisi atau cerpen.
2. Penilaian Memperhatikan Proses dan Produk
Sasaran penilaian menulis kreatif sastra mencakup penilaian proses dan
hasil. Sasaran penilaian hasil menulis kreatif adalah kemampuan
menghasilkan produk karya sastra tahapan pramenulis, menulis draf, dan
kegiatan penyuntingan. Secara perinci, sasaran hasil pembelajaran menulis
kreatif adalah kemampuan menggali ide, memilih ide, menyusun garis besar
isi, mengembangkan buram penulisan, serta merevisi buram penulisan
berdasarkan masukan. Sasaran penilaian proses adalah langkah yang
dilakukan dalam menulis, kesulitan yang dialami dalam mengapresiasi sastra,
serta aspek afektif (tanggung jawab mengerjakan proses penulisan, kritis
menemukan perbaikan karya sendiri ataupun karya teman, kreativitas
mengolah lingkungan/pengalaman menjadi karya sastra, kerja
sama/coopetition, menghargai karya orang lain, sportif, dan sikap positif lain
yang relevan).
Alat yang digunakan pada keterampilan menulis kreatif sastra adalah
penilaian produk (hasil akhir dengan mempertimbangkan tahapan penggalian
ide, pemilihan ide, dan pengembangan draf). Untuk melakukan penilaian
produk, diperlukan tugas kontekstual untuk merangsang siswa menghasilkan
suatu karya sastra. Rangsang menulis kreatif bisa berupa rangsang objek,
rangsang gambar emotif, rangsang peristiwa, rangsang konflik dalam
kehidupan, rangsang pengalaman, dan rangsang pengamatan objek.
Selanjutnya, alat penilaian proses adalah lembar pengamatan aspek
afektif siswa dalam pembelajaran menulis kreatif, portofolio untuk
mengamati perkembangan kemampuan menulis sastra, daftar cek kesulitan
menulis sastra, dan jurnal refleksi untuk mengetahui langkah yang dilakukan
siswa dalam menulis kreatif, bagian-bagian yang sudah/belum dikuasai
siswa, serta perasaan siswa/pengalaman personal siswa dalam menulis sastra.
Selain tugas kontekstual, diperlukan rubrik penilaian karya sastra yang dibuat
siswa.
8.52 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Langkah menyusun rubrik menulis karya sastra adalah (a) menentukan
aspek penting/kriteria sesuai dengan hasil karya siswa (puisi dianggap baik
jika memenuhi aspek apa saja); (b) merumuskan aspek penting menjadi
deskriptor atau perilaku khusus yang menunjukkan kriteria hasil karya yang
baik; (c) menentukan skor maksimal dan bobot tiap-tiap deskriptor; serta (d)
menentukan pedoman penyekoran tingkat ketuntasan.
Teknik penilaian menulis sastra bisa dilakukan dengan teknik individu
dan dikerjakan di sekolah atau ditugaskan di rumah dengan pengendalian
garis besar isi. Penilaian kelompok bisa dilakukan dengan cara menugaskan
siswa mengamati peristiwa sosial secara kelompok dan menulis karya sastra
secara individu. Teknik penilaian menulis karya sastra bisa dilakukan dengan
cara terkontrol dan bebas. Kelemahan tugas menulis bebas adalah guru tidak
bisa mendeteksi orisinalitas sebuah karya. Tugas terkontrol bisa
dikendalikan, tetapi agak membatasi siswa. Keduanya bisa digunakan dengan
melihat kondisi yang ada.
3. Penilaian Bermakna dan Menumbuhkan Karakter dengan
Merangsang melalui Tugas Kontekstual Masalah Sehari-hari
Manusia dengan segala problemnya adalah objek karya sastra. Problem
manusia begitu kompleks. Sastrawan tidak bisa menutup mata terhadap
problem masyarakatnya. Karena itu, sastra harus mencerminkan problem-
problem sosial masyarakat. Sastra tidak lagi berbicara tentang keindahan
semata, tetapi juga lorong-lorong kumuh dan penderitaan umat manusia.
Dengan begitu, sastra akan bermakna. Karya sastra merupakan fenomena
kehidupan manusia yang secara garis besar menyangkut (a) persoalan
manusia dengan dirinya sendiri; (b) hubungan manusia dengan manusia lain
dalam lingkup sosial, termasuk dalam hubungannya dengan lingkungan alam;
dan (c) hubungan manusia dengan Tuhannya (Nurgiyantoro, l998: 323).
Banyak sisi kehidupan manusia yang (dapat) dicakup oleh karya sastra,
misalnya kesedihan, kegelisahan, kekecewaan, kemarahan, keheranan, protes,
pikiran atau opini, lingkungan, tatanan sosial, tatanan politik, dan sejenisnya.
4. Menilai Teknik-teknik Bersastra secara Integratif (Terpadu dengan
Karya yang Dihasilkan)
Teori menulis sastra tidak selayaknya dinilai tersendiri. Teknik
menghasilkan karya sastra dinilai terintegrasi pada karya yang dihasilkan.
Pengamatan penilaian juga pada teknik yang digunakan pada penulisan
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.53
(misalnya teknik asosiasi bebas, teknik kontemplasi, dan teknik pengadukan
emosi dengan pelibatan langsung pada suasana). Teknik asosiasi bebas tidak
begitu memperhatikan proses. Siswa dibiarkan menuliskan apa saja yang
masuk ke dalam pikirannya. Setelah ilhamnya habis, barulah ia memeriksa
tulisannya dan mengedit, menambah atau mengurangi, serta menentukan
sentuhan akhir. Sering kali dalam melakukan asosiasi ini pengarang
mengingat-ingat segala kejadian yang pernah dialaminya, khususnya kejadian
di masa anak-anak, atau memunculkan kembali pikiran-pikiran dan
imajinasinya yang paling liar. Teknik yang dilakukan siswa dalam menulis
perlu diamati untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menulis. Teknik
menampilkan citraan (imagery) atau gambaran angan-angan dalam
sajak/prosa fiksi dinilai dalam proses penulisan bukan dinilai dengan tes
objektif tentang jenis-jenis imaji. Teknik membuat citraan sehingga pembaca
memperoleh gambaran yang jelas, suasana khusyuk, atau gambaran yang
menghidupkan alam pikiran dan perasaan penyairnya merupakan sasaran
penilaian.
5. Menggunakan Pengalaman Hidup dan Lingkungan Sosial sebagai
Tugas Kontekstual
Menggunakan pengalaman manusia dan lingkungan sosial sebagai
sumber ide penulisan. Hal ini berkaitan dengan pendekatan didaktik yang
digunakan dalam pembelajaran sastra.
6. Menghargai Kreativitas dan Orisinalitas
Penilaian menulis kreatif harus menghargai kreativitas dan menjunjung
tinggi orisinalitas. Aspek kreatif harus mendapat porsi yang cukup dalam
penilaian menulis sastra. Begitu juga orisinalitas karya yang dihasilkan.
Latihan menulis sastra jangan sampai menjebak siswa untuk menjadi plagiat
ulung. Untuk itu, tugas menulis perlu dirancang agar guru bisa mengarahkan
siswa tidak menyontek. Tugas terkontrol tentunya lebih dapat membedakan
orisinalitas daripada tugas menulis bebas.
7. Menggunakan Teknik yang Memungkinkan Semua Siswa Berkreasi
dengan Rubrik yang Diketahui
Penilaian menulis kreatif terfokus pada keberanian berkreasi secara
individu. Kelompok hanya digunakan sebagai wadah kerja sama/mengikat
siswa dalam tema tertentu atau kesamaan objek yang diamati. Tugas individu
8.54 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
perlu dilakukan agar semua siswa mencoba berkreasi. Semua siswa memiliki
pengalaman berkarya dan pengalaman menilai teman.
8. Penilaian Menulis Kreatif Memberikan Kebanggaan Berkarya dan
Peer Assessment
Kegiatan menulis kreatif merupakan sarana untuk menumbuhkan
kebanggaan berkarya. Guru mengondisikan penilaian terbuka dengan
pelibatan siswa. Penilaian juga mempertimbangkan karya favorit yang dipilih
teman-temannya. Dengan demikian, penilaian sejawat perlu dibudayakan.
Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dalam menilai
karya sendiri ataupun karya orang lain secara individu. Kelompok hanya
digunakan sebagai wadah kerja sama/mengikat siswa dalam tema tertentu
atau kesamaan objek yang diamati.
E. RAGAM ALAT PENILAIAN MENULIS KREATIF SASTRA
Penilaian menulis sastra adalah penilaian produk. Penilaian produk
diperlukan tugas menulis dan rubrik (pedoman penyekoran). Ragam tugas
menulis kreatif dipaparkan berikut.
1. Menulis Karya Sastra Berdasarkan Karya yang sudah Ada (Karya
Sastra yang Lain)
Model penilaian ini menggunakan teknik tes produk dengan rangsang
karya sastra yang sudah ada dan meminta siswa mengubah menjadi bentuk
karya sastra yang lain. Rubrik penilaian dikembangkan untuk menilai hasil
akhir karya sastra yang ditugaskan. Rubrik dikembangkan berdasarkan
rangsang yang disajikan. Berdiskusilah dengan kelompokmu untuk
mengubah karya sastra menjadi naskah drama. Lakukan dengan langkah-
langkah seperti contoh di atas.
2. Menulis dengan Pengondisian Emosi (Rangsangan Emosi)
Menghasilkan karya sastra akan lebih mudah jika penulis dalam kondisi
kejiwaan/emosi tertentu. Dengan asumsi seperti itu, rangsang penulisan karya
sastra dapat berupa penciptaan kondisi kegelisahan, kekaguman, kesedihan,
keindahan, dan sebagainya. Proses menghasilkan karya sastra dirangsang
dengan mengondisikan siswa sehingga muncul emosi iba (trenyuh/kasihan
terhadap sebuah fenomena), perasaan geram/marah terhadap fenomena, dan
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.55
merangsang munculnya perasaan kagum (heran, penuh tanda tanya, dan ada
rasa keagungan) (Endraswara, 2008: 213).
3. Menulis Karya Sastra Berdasarkan Pengamatan (Mewawancarai,
Mengamati Objek)
Model penilaian ini menggunakan teknik tes produk dengan rangsang
pengamatan objek. Siswa diminta menentukan fokus permasalahan (tema),
menentukan garis besar isi, serta mengembangkan secara utuh menjadi karya
sastra yang utuh dan padu. Rubrik penilaian dikembangkan untuk menilai
hasil akhir dan perencanaan. Penilaian tahap perencanaan meliputi
penggalian ide dan penulisan rancangan garis besar cerita. Rubrik juga dapat
dikembangkan dengan hanya berorientasi pada hasil akhir saja tanpa menilai
aspek perencanaan.
Amati objek umum yang menarik di daerahmu, misalnya terminal atau
rumah sakit.
4. Menulis Karya Sastra Berdasarkan Pengalaman Sendiri
Model penilaian ini menggunakan teknik tes produk dengan rangsang
pengalaman pribadinya. Siswa diminta menentukan fokus permasalahan
(tema), menentukan garis besar isi, serta mengembangkan secara utuh
menjadi karya sastra yang utuh dan padu. Rubrik penilaian dikembangkan
untuk menilai hasil akhir dan perencanaan. Penilaian tahap perencanaan
meliputi penggalian ide dan penulisan rancangan garis besar cerita. Rubrik
juga dapat dikembangkan dengan hanya berorientasi pada hasil akhir saja,
tanpa menilai aspek perencanaan.
5. Menulis Karya Sastra Berdasarkan Pengalaman Orang Lain
Model penilaian ini menggunakan teknik tes produk dengan rangsang
pengalaman orang lain. Siswa diminta menentukan fokus permasalahan
(tema), menentukan garis besar isi, serta mengembangkan secara utuh
menjadi karya sastra yang utuh dan padu. Rubrik penilaian dikembangkan
untuk menilai hasil akhir dan perencanaan. Penilaian tahap perencanaan
meliputi penggalian ide dan penulisan rancangan garis besar cerita. Rubrik
juga dapat dikembangkan dengan hanya berorientasi pada hasil akhir tanpa
menilai aspek perencanaan.
8.56 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
6. Menulis Karya Sastra secara Bebas
Model penilaian ini menggunakan teknik tes produk dengan menugaskan
siswa membuat karya sastra secara bebas. Siswa diminta menentukan fokus
permasalahan (tema), menentukan garis besar isi, serta mengembangkan
secara utuh menjadi karya sastra yang utuh dan padu. Rubrik penilaian
dikembangkan untuk menilai hasil akhir dan perencanaan. Penilaian tahap
perencanaan meliputi penggalian ide dan penulisan rancangan garis besar
cerita. Rubrik juga dapat dikembangkan dengan hanya berorientasi pada hasil
akhir saja tanpa menilai aspek perencanaan.
F. PERENCANAAN DAN TEKNIK PENILAIAN MENULIS
KREATIF SASTRA
Teknik penilaian hasil dalam pembelajaran proses kreatif sastra adalah
penilaian produk. Penilaian produk adalah penilaian terhadap kemampuan
membuat produk teknologi dan seni. Penilaian produk terdiri atas tiga tahap,
yaitu tahap persiapan/perencanaan, proses pembuatan, dan tahap penilaian
hasil akhir. Pada tahap persiapan, dinilai kemampuan merencanakan,
menggali ide, atau merumuskan gagasan. Pada tahap pembuatan, dinilai
kemampuan menggunakan bahan, alat, dan teknik memproduksi. Tahap
penilaian hasil akhir adalah mengamati hasil akhir dan menilai kemampuan
menghasilkan produk sesuai yang ditugaskan/sesuai spesifikasi tertentu.
Penilaian produk ada yang memperhatikan persiapan/perencanaan,
proses pembuatan, dan hasil akhir. Ada juga penilaian produk yang hanya
bertumpu pada perencanaan dan hasil akhir karena proses sulit diamati.
Kegiatan menulis karya sastra termasuk penilaian produk yang bertumpu
pada perencanaan dan hasil akhir. Teknik yang digunakan dan proses
pembuatan sulit dideteksi karena berlangsung secara abstrak yang melibatkan
sikap, minat, dan keterampilan penulis. Proses imajinasi dan asosiasi yang
dilakukan penulis pada waktu mengembangkan karya sastra terjadi secara
simultan dan abstrak sehingga tidak mudah diamati.
Hal penting dalam penilaian menulis sastra dengan teknik penilaian
produk adalah penyusunan tugas menulis dan penyusunan rubrik. Perumusan
tugas menulis mencantumkan tahapan penulisan sehingga dapat dilacak
kesulitan siswa. Di samping itu, dengan tugas menulis, akan bisa dilacak
keautentikan hasil karya yang dibuat. Rubrik penyekoran dalam penilaian
menulis kreatif berisi aspek (a) kreativitas ide yang dipilih, (b) kreativitas
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.57
cara penggarapan (penggarapan latar, tokoh, penggunaan simbol, dan
sebagainya), (3) kreativitas pemilihan kata/kalimat (kreatif dalam
menggunakan majas atau imaji tertentu), (4) kebermanfaatan karya, serta (5)
kesatuan isi (tidak terdapat ide yang kontradiktif).
Contoh Perencanaan Penilaian Menulis Kreatif Sastra
Langkah merencanakan penilaian hasil dalam pembelajaran menulis
sastra adalah (a) mencermati kompetensi dasar pada standar isi, (b)
menentukan konsep apresiasi sastra dan ciri-cirinya, (c) menentukan
indikator hasil belajar dan indikator proses yang akan dinilai, (d) memilih
teknik dan alat penilaian, (e) memilih tugas menulis kreatif yang sesuai
sebagai rangsang memunculkan kemampuan menulis, (f) menyusun rubrik/
pedoman penyekoran, serta (g) menentukan kriteria ketuntasan.
Langkah penilaian proses (a) menentukan aspek karakter yang akan
diintegrasikan pada pelaksanaan kompetensi dasar pada standar isi, (b)
menentukan indikator proses yang berupa adanya keterlibatan siswa dalam
pembelajaran apresiasi sastra yang menuntun tumbuhnya perilaku-perilaku
positif, (c) menentukan indikator hasil belajar dan indikator proses yang akan
dinilai, (d) memilih teknik dan alat penilaian, serta (e) menentukan kriteria
teramati/tidaknya perilaku.
Contoh teknik pelaksanaan penilaian proses kreatif dengan
mempertimbangkan perencanaan dan aspek afektif dipaparkan berikut.
Tahap pembelajaran Tujuan yang akan dicapai Sasaran asesmen/alat
Pendahuluan Apersepsi Guru bertanya jawab tentang pengalaman siswa menulis puisi. (Eksplorasi) Guru mendemostrasikan cara membuat puisi berdasarkan perasaan yang dialami dan siswa diminta melengkapi puisi yang dibuat guru. Siswa diminta guru mengomentari puisi yang telah dibuat bersama.
Memotivasi siswa Siswa berlatih menggali perasaan untuk menulis puisi. Siswa mampu melakukan langkah yang tepat untuk menulis puisi berdasarkan perasaan yang dialami. Siswa berlatih mendata pokok-pokok isi puisi yang akan ditulis. Siswa berlatih mengembangkan puisi
Rasa ingin tahu siswa Keaktifan siswa dan kerja sama siswa dengan teman dalam kelompok (dengan lembar pengamatan). Kesulitan siswa dalam membuat puisi (dengan wawancara/tanya jawab lisan).
8.58 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Tahap pembelajaran Tujuan yang akan dicapai Sasaran asesmen/alat
Siswa berkelompok membuat puisi dengan tugas menulis yang diberikan.
dengan kalimat-kalimat yang puitis.
(Elaborasi) Tiap kelompok saling membaca dan mengomentari hasil kelompok.
Menumbuhkan kekritisan siswa dan mengomentari.
Partisipasi dalam kelompok, kekritisan siswa, dan kreativitas ide untuk memberi solusi (dengan lembar pengamatan).
Konfirmasi Guru memberikan contoh sinopsis dan cerpen yang telah dikembangkan dari gambar yang sama. Siswa bertanya jawab untuk mendapatkan pemahaman tentang langkah menemukan ide cerpen, merumuskan sinopsis, dan mengembangkan menjadi cerpen secara utuh.
Siswa mampu menyimpulkan langkah menemukan ide, membuat sinopsis, dan mengembangkan cerpen dari sinopsis yang telah dibuat.
Kekritisan siswa mengomentari hasil kelompok lain dan keterlibatan memberi masukan
Penilaian kompetensi (ulangan harian) Siswa secara individu menentukan pokok-pokok perasaan, mengembangkan menjadi puisi, dan memperbaiki menjadi produk akhir.
Indikator yang akan diamati pada produk diperinci berikut. Mampu merumuskan tema/ pokok permasalahan dari puisi yang akan ditulis. Mampu mengembangkan kalimat puitis dan pilihan kata yang menggambarkan perasaan siswa terhadap sahabatnya. Orisinalitas dan kreativitas ide yang tergambar pada puisi keutuhan dan kesatuan ide.
Kemampuan siswa menemukan ide, membuat sinopsis, dan mengembangkan cerpen dari sinopsis yang telah dibuat (tes produk dengan tugas membuat cerpen dan rubrik penilaian).
Dari ilustrasi di atas, juga tampak bahwa pada tiap tahapan pembelajaran
seorang guru melakukan asesmen dengan fokus yang berbeda. Pada tahap
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, guru menilai keaktifan siswa kerja
sama, kekritisan, dan tanggung jawab. Tujuan pada tahap eksplorasi dan
elaborasi di atas, siswa berlatih secara kelompok untuk menemukan ide
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.59
penulisan, pokok-pokok isi, dan mengembangkannya menjadi puisi secara
utuh. Setelah berlatih, siswa dan guru menyimpulkan langkah menulis puisi
dan pengembangannya berdasarkan perasaan yang dialami. Pada tahapan
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, guru mengumpulkan informasi dengan
lembar pengamatan tentang keaktifan, kekritisan, dan tanggung jawab siswa
ataupun kerja sama siswa dalam kelompok. Kesulitan-kesulitan siswa juga
diamati guru untuk memahami kesulitan yang dialami siswa pada penemuan
ide, penentuan pokok isi, dan pengembangannya menjadi puisi yang
memiliki kepaduan dan kesatuan. Tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
dilakukan guru selama dua jam pelajaran (satu pertemuan). Pada pertemuan
kedua, guru menilai siswa dengan teknik tes produk secara utuh dengan
menugaskan siswa secara mandiri menyusun puisi berdasarkan perasaan
tertentu yang pernah dialami. Penilaian produk dilakukan dengan rubrik
tertentu. Dari skor yang diperoleh, guru akan membandingkan dengan KKM
mata pelajaran bahasa Indonesia. Jika skor lebih besar daripada ketentuan
pada KKM, itu berarti tuntas untuk KD menulis puisi. Sebaliknya, jika skor
lebih kecil, itu berarti tidak tuntas untuk KD menulis puisi.
Amati contoh tugas penilaian menulis puisi dan penilaiannya berikut.
Soal/tugas
Buatlah puisi yang menggambarkan perasaanmu kepada sahabatmu!
Penilaian berdasarkan rubrik
Contoh puisi yang dihasilkan siswa
Kau
Mengalir lembut bersama diri.
Keraskan hati
kuatkan mimpi.
Kibasan debumu hari ini
Tak kurasakan lagi
Bahagialah di sana kau, dengan iman ini.
Tuhanmu akan terus menyayangi
8.60 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Rubrik yang Digunakan
No Aspek Perincian Indikator Ya Tidak Bukti
1. Memilih isi puisi sesuai dengan tema
Isi puisi sesuai dengan tema, yaitu tentang sahabat yang telah tiada Puisi mengandung nilai kehidupan (amanat)
Bahagialah di sana kau, dengan iman ini. Tuhan, sayangi dirinya di sisimu. Kedua kutipan puisi tersebut menunjukkan teman si penulis (kau) telah tiada Mengalir lembut bersama diri. Keraskan hati, kuatkan mimpi. Kutipan puisi tersebut memiliki makna bahwa sahabat (dalam puisi disebut kau) mampu membentuk dan menguatkan mimpi kita.
2. Memilih isi dan perwajahan (bentuk tampilan) puisi yang kreatif dan autentik
Perwajahan (bentuk tampilan) puisi menarik Isi puisi bersifat autentik (tidak meniru yang telah ada)
Perwajahan dalam puisi tersebut tidak seperti biasa seperti hanya satu paragraf dengan beberapa larik baris. Namun, puisi tersebut memiliki bentuk yang unik. Puisi tersebut bersifat autentik karena tidak sama dengan puisi lain.
3. Memilih diksi dan struktur
Ketepatan pemilihan diksi dalam puisi sehingga puisi bisa menarik. Ketepatan pemilihan judul puisi sehingga sesuai dengan isi puisi secara keseluruhan. Terdapat rima dalam puisi. Terdapat majas dalam puisi.
Pemilihan diksi juga sudah tepat. Misalnya Kibasan debu mu kemarin Kata kibasan debu sangat indah jika kita cermati secara mendalam Judul Kau sangat tepat karena telah mewakili isi puisi secara keseluruhan. Dalam puisi, juga terdapat rima, yaitu asonansi bunyi /i/ di akhir larik kurang lazim untuk puisi. Dalam puisi, terdapat majas seperti majas personifikasi, yaitu pada kutipan Kibasan debu
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.61
1) Buatlah ringkasan sasaran penilaian hasil dan penilaian proses dalam
menulis kreatif sastra!
2) Carilah contoh kompetensi dasar menulis kreatif sastra pada standar isi
dan rumuskan indikator berdasarkan sasaran penilaian menulis kreatif!
Petunjuk Jawaban Latihan
Untuk mengukur keberhasilan Anda dalam menjawab soal pelatihan di
atas, coba Anda cocokkan dengan rambu-rambu jawaban berikut ini.
1) Sasaran penilaian menulis kreatif sastra mencakup penilaian proses dan
hasil. Sasaran penilaian hasil menulis kreatif adalah kemampuan
menghasilkan produk karya sastra tahapan pramenulis, menulis draf, dan
kegiatan penyuntingan. Secara perinci, sasaran hasil pembelajaran
menulis kreatif adalah kemampuan menggali ide, memilih ide,
menyusun garis besar isi, mengembangkan draf penulisan, dan merevisi
draf penulisan berdasarkan masukan. Sasaran penilaian proses adalah
langkah yang dilakukan dalam menulis, kesulitan yang dialami dalam
mengapresiasi sastra, serta aspek afektif (tanggung jawab mengerjakan
proses penulisan, kritis menemukan perbaikan karya sendiri ataupun
karya teman, kreativitas mengolah lingkungan/pengalaman menjadi
karya sastra, kerja sama/coopetition, menghargai karya orang lain,
sportif, dan sikap positif lain yang relevan).
2) Alat yang digunakan pada keterampilan menulis kreatif sastra adalah
penilaian produk (hasil akhir dengan mempertimbangkan tahapan
penggalian ide, pemilihan ide, dan pengembangan draf). Untuk
melakukan penilaian produk, diperlukan tugas kontekstual untuk
merangsang siswa menghasilkan suatu karya sastra. Rangsang menulis
kreatif bisa berupa rangsang objek, rangsang gambar emotif, rangsang
peristiwa, rangsang konflik dalam kehidupan, rangsang pengalaman, dan
rangsang pengamatan objek.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
8.62 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Sasaran penilaian menulis kreatif sastra mencakup penilaian proses
dan hasil. Sasaran penilaian hasil menulis kreatif adalah kemampuan
menghasilkan produk karya sastra tahapan pramenulis, menulis draf, dan
kegiatan penyuntingan. Secara perinci, sasaran hasil pembelajaran
menulis kreatif adalah kemampuan menggali ide, memilih ide,
menyusun garis besar isi, mengembangkan draf penulisan, dan merevisi
draf penulisan berdasarkan masukan. Sasaran penilaian proses adalah
langkah yang dilakukan dalam menulis, kesulitan yang dialami dalam
mengapresiasi sastra, dan aspek afektif (tanggung jawab mengerjakan
proses penulisan, kritis menemukan perbaikan karya sendiri ataupun
karya teman, kreativitas mengolah lingkungan/pengalaman menjadi
karya sastra, kerja sama/coopetition, menghargai karya orang lain,
sportif, dan sikap positif lain yang relevan).
Alat yang digunakan pada keterampilan menulis kreatif sastra
adalah penilaian produk (hasil akhir dengan mempertimbangkan tahapan
penggalian ide, pemilihan ide, dan pengembangan draf). Untuk
melakukan penilaian produk, diperlukan tugas kontekstual untuk
merangsang siswa menghasilkan suatu karya sastra. Rangsang menulis
kreatif bisa berupa rangsang objek, rangsang gambar emotif, rangsang
peristiwa, rangsang konflik dalam kehidupan, rangsang pengalaman, dan
rangsang pengamatan objek.
Selanjutnya, alat penilaian proses adalah lembar pengamatan aspek
afektif siswa dalam pembelajaran menulis kreatif, portofolio untuk
mengamati perkembangan kemampuan menulis sastra, daftar cek
kesulitan menulis sastra, jurnal refleksi untuk mengetahui langkah yang
dilakukan siswa dalam menulis kreatif, bagian-bagian yang sudah/belum
dikuasai siswa, serta perasaan siswa/pengalaman personal siswa dalam
menulis sastra. Selain tugas kontekstual, diperlukan rubrik penilaian
karya sastra yang dibuat siswa.
Langkah menyusun rubrik menulis karya sastra adalah (a)
menentukan aspek penting/kriteria sesuai dengan hasil karya siswa (puisi
dianggap baik jika memenuhi aspek apa saja); (b) merumuskan aspek
penting menjadi deskriptor atau perilaku khusus yang menunjukkan
kriteria hasil karya yang baik; (c) menentukan skor maksimal dan bobot
tiap-tiap deskriptor; serta (d) menentukan pedoman penyekoran tingkat
ketuntasan.
Teknik penilaian menulis sastra bisa dilakukan dengan teknik
individu dan dikerjakan di sekolah atau ditugaskan di rumah dengan
pengendalian garis besar isi. Penilaian kelompok bisa dilakukan dengan
RANGKUMAN
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.63
cara menugaskan siswa mengamati peristiwa sosial secara kelompok dan
menulis karya sastra secara individu. Teknik penilaian menulis karya
sastra bisa dilakukan dengan cara terkontrol dan bebas. Kelemahan tugas
menulis bebas adalah guru tidak bisa mendeteksi orisinalitas sebuah
karya. Tugas terkontrol bisa dikendalikan, tetapi agak membatasi siswa.
Keduanya bisa digunakan dengan melihat kondisi yang ada.
Prinsip teknik penilaian adalah menilai semua individu bukan hanya
sampel serta menggunakan alat dan proses yang memiliki validitas
kontruksi dan validitas isi. Selain itu, berbagai teknik penilaian
menyimak harus mengukur hasil sekaligus mengamati aspek afektif
siswa. Penilaian kepada siswa dengan menumbuhkan sikap sportif,
coopetition (cooperation and competition), menaati aturan kapan harus
bekerja sama dan kapan tidak boleh menyontek (tidak boleh bekerja
sama), serta sikap keterbukaan (tranparansi). Teknik penilaian apresiasi
sastra memberikan/memilih kutipan karya sastra yang dapat
menumbuhkan kemampuan mencipta (model tingkat kesulitan rendah,
sedang, dan tinggi). Selain itu, kutipan yang dipilih dapat menumbuhkan
pengalaman batin positif dan menumbuhkan karakter positif (pendekatan
didaktik). Begitu juga dengan penugasan apresiasi.
1) Berikut ini sasaran penilaian hasil pada menulis kreatif sastra
kemampuan ....
A. menulis puisi secara orisinal
B. memahami unsur intrinsik puisi
C. memahami isi cerpen
D. membacakan cerpen dengan menarik
2) Sasaran penilaian proses dalam pembelajaran menulis kreatif adalah
kemampuan ....
A. bekerja sama
B. memilih tema
C. memilih kalimat puitis
D. mengurutkan kalimat menjadi puisi utuh
3) Sasaran penilaian hasil menulis kreatif adalah kemampuan menghasilkan
produk karya sastra secara bertahap. Tahapan tersebut mencakup tahapan
berikut, kecuali ....
TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
8.64 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
A. menggali ide dari fenomena sekitar
B. merumuskan tema/pokok persoalan
C. kemampuan memilih kalimat puitis
D. kemampuan menyimpulkan alur cerita
4) Karya sastra dalam bentuk puisi yang dibuat siswa dinilai guru dari
segi ....
A. orisinalitas karya
B. intonasi yang digunakan
C. tanda baca yang digunakan
D. penggunaan ejaan
5) Berikut ini aspek yang perlu dinilai guru jika karya sastra siswa
berbentuk naskah drama, kecuali ....
A. keunikan konflik yang dikembangkan
B. intonasi yang digunakan
C. gerak tubuh yang digunakan
D. kostum yang dipakai
6) Karya sastra dalam bentuk cerita pendek yang dibuat siswa dinilai guru
dari segi ....
A. intonasi yang digunakan
B. tanda baca yang digunakan
C. penggunaan ejaan secara tepat
D. teknik pengembangan watak tokoh
7) Sasaran penilaian proses dalam penilaian menulis sastra adalah ....
A. kesulitan yang dialami dalam mengapresiasi sastra
B. aspek kognitif yang relevan dengan kompetensi
C. tanggung jawab mengerjakan proses penulisan
D. kesulitan penyimpulan tema puisi yang dibaca
8) Alat yang digunakan dalam penilaian produk menulis sastra adalah ….
A. tes esai dan tes objektif
B. tugas menulis dan tes objektif
C. tugas menulis dan tes esai
D. tugas menulis dan rubrik yang sesuai
9) Penilaian produk diperlukan tugas kontekstual untuk merangsang siswa
menghasilkan suatu karya sastra. Rangsang menulis kreatif benar tepat
sebagai berikut, kecuali ....
A. berupa rangsang objek/fenomena kemanusiaan
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.65
B. rangsang gambar emotif
C. rangsang konflik dalam kehidupan
D. rangsang tes esai
10) Langkah awal menyusun rubrik menulis karya sastra adalah ....
A. menentukan aspek penting/kriteria sesuai dengan hasil karya siswa
B. menyusun deskriptor atau perilaku khusus yang menunjukkan
kriteria hasil karya yang baik
C. menentukan skor maksimal dan bobot tiap-tiap deskriptor
D. menentukan pedoman penyekoran tingkat ketuntasan
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar
100%Jumlah Soal
8.66 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Kunci Jawaban Tes Formatif
Tes Formatif 1
1) A. Bukan hasil belajar apresiasi, tetapi menulis kreatif.
2) A. Ini termasuk penilaian afektif yang menjadi sasaran proses.
3) D. Lembar pengamatan untuk menilai proses, opsi yang lain alat
penilaian hasil.
4) C. Opsi C salah karena bukan termasuk kemampuan untuk apresiasi
puisi, tetapi cerpen dan terlalu teoretis.
5) C. Bukan kemampuan khusus musikalisasi, tetapi kemampuan umum.
6) D. Yang lain termasuk hasil belajar respons ekspresif.
7) A. Alasan tepat dikaitkan proses transfer, opsi yang lain alasan kurang
tepat.
8) B. Indikator kemampuan mengaitkan cerpen dengan kehidupan masa
kini, sedangkan opsi yang lain belum mengaitkan dan menulis
sastra.
9) B. Aspek intonasi perlu dinilai karena kompetensi membacakan drama,
yang lain tidak sesuai.
10) A. Hal ini untuk menjaga validitas konstruksi.
Tes Formatif 2
1) A. Ini termasuk kemampuan menulis kreatif, yang lain hasil belajar
apresiasi, BUKAN menulis kreatif.
2) A. Penilaian proses, sedangkan opsi lain penilaian hasil.
3) D. Menyimpulkan alur cerita, bukan menulis kreatif, tetapi
apresiasi/membaca sastra.
4) A. Orisinalitas perlu dijadikan aspek penting dalam penilaian menulis
kreatif, sedangkan opsi yang lain bukan menulis kreatif.
5) A. Opsi A menulis drama, sedangkan opsi yang lain memerankan
drama.
6) A. Opsi D menulis cerpen, sedangkan opsi yang lain bukan menulis
kreatif.
7) C. Opsi C termasuk penilaian proses yang berupa afektif, sedangkan
opsi lain penilaian hasil atau penilaian proses apresiasi/membaca
sastra.
8) D. Opsi D alat yang digunakan dalam menilai produk, sedangkan opsi
lain yang berupa tes tidak digunakan pada penilaian produk.
⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.67
9) D. Hanya opsi D yang tidak sesuai dengan karakteristik menulis kreatif.
10) A. Langkah awal menyusun rubrik, sedangkan opsi lain langkah
berikutnya.
8.68 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Daftar Pustaka
Aminuddin. 1995. Pengantar Aspresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah
University Press.
Harsiati, Titik. 1990. Evaluasi Pengajaran Sastra. OPF: IKIP Malang.
Hoerip, Satyagraha, ed. 1982. Sejumlah Masalah Sastra. Jakarta: Sinar
Harapan.