perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LAPORAN KHUSUS
PENGELOLAAN HIPERKES DALAM PENERAPAN OHSAS
18001 DI PT KRAKATAU STEEL (PERSERO), Tbk
CILEGON - BANTEN
Reza Yuzaky Kamil
R.0008064
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGELOLAAN HIPERKES DALAM PENERAPAN OHSAS 18001 DI
PT KRAKATAU STEEL (PERSERO), TBK
CILEGON – BANTEN
Oleh :
Reza Yuzaky Kamil, NIM : R0008064
Telah disetujui dan disahkan PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk
Disetujui dan disahkan
Cilegon, Juni 2011
Menyetujui,
ABSTRAK
Kadis Hiperkes
Awang Yudha Irianto
Superintendent
Training Koordinator K3LH
Kornelis
Sr Engineer SML
Pembimbing Lapangan
Nurkadi
Spesialist Kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGELOLAAN HIPERKES DALAM PENERAPAN OHSAS 18001 DI
PT KRAKATAU STEEL (PERSERO), TBK CILEGON - BANTEN
Reza Yuzaky Kamil1, Sumardiyono
2, Seviana Rinawati
3
Tujuan : Tempat kerja dimana terdapat tenaga kerja dan potensi bahaya serta faktor
bahaya wajib diterapkan management K3. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
tentang diskripsi risiko K3 dan pemenuhan klausul OHSAS 18001.
Metode : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yang
memberikan gambaran tentang pengelolaan hiperkes dalam penerapan OHSAS
18001.Kerangka pemikiran penelitian ini adalah proses bisnis di mana didalamnya
terdapat proses produksi dan aktifitas tenaga kerja memiliki risiko K3 di mana risiko
K3 tersebut dapat berakibat pada manusia, mesin/alat/bahan dan lingkungan serta
tempat kerja. Sehingga risiko K3 tersebut dapat manyebabkan kerugian. Oleh karena
itu perlu adanya pengendalian bahaya sesuai dengan penerapan OHSAS 18001.
sehingga risiko K3 dapat di kendalian dan dapat menghasilkan profit bagi
perusahaan.
Hasil : Pengambilan data mengenai pengelolaan hiperkes dalam penerapan OHSAS
18001dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara kepada
karyawan serta studi kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian dibahas dengan
membandingkan dengan Klausul OHSAS 18001.
Simpulan : Perusahaan telah melaksanakan pengelolaan hiperkes dan pemenuhan
klausul OHSAS 18001 yang dibuktikan dengan setiap kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan prosedur dan dokumen yang ada. Saran untuk perusahaan adalah risiko yang
masuk ke dalam katagori unacceptable risk perlu dilakukan upaya pengendalian agar
risiko bahaya tersebut dapat diturunkan.
Kata kunci : Pengelolaan Hiperkes, Pemenuhan Klausul OHSAS 18001
1,2,3
Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
KATA PENGANTAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmatnya
yang telah melimpahkan petunjuk, kemudahan dan perlindungan-Nya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini tepat pada waktunya.
Penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari
pendidikan yang penulis tempuh yaitu jurusan Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Fakultas Kedokteran UNS dan juga untuk menambah ilmu dan pengalaman kerja
yang berhubungan dengan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup.
Sesuai pendidikan yang penulisan tempuh maka penulis mengambil judul “DI PT
KRAKATAU STEEL (PERSERO), Tbk CILEGON - BANTEN “.
Penulis juga menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil tanpa
dukungan dan bantuan dari semua pihak sehingga laporan ini dapat selesai pada
waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan dr., SPD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta periode sekarang.
2. Bapak Prof. Dr. H. AA. Subiyanto, dr, MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta periode lalu.
3. Bapak Putu Suriyasa, dr, MS, PKK, Sp.Ok selaku Ketua Program D.III Hiperkes
dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Sebelas Maret periode lalu.
4. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program D.III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Sebelas Maret periode sekarang dan juga
sebagai pembimbing I dalam laporan ini.
5. Ibu Seviana Rinawati, SKM selaku pembimbing II dalam laporan ini
6. Bapak Zaidin, selaku Kepala Divisi K3LH PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk
yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan
penelitian.
7. Bapak Awang Yudha Irianto, selaku Kepala Dinas Hiperkes & Kesehatan Kerja
sekaligus pembimbing lapangan di PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk yang telah
memberikan bimbingannya kepada penulis selama penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
8. Bapak Yohanes dan Nurkadi sebagai pembimbing lapangan dari PT. Krakatau
Steel (Persero), Tbk yang sangat membantu dalam laporan ini serta kepada bapak
Syarbini, Didi, Freddy dari PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk yang telah banyak
membantu penulis.
9. Bapak Samsul Ali dan Kornelis dari bagian staf PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk
atas bimbingan dan pengarahannya selama mencari bahan penelitian.
10. Erina Cahya Anggraini dan Putri Ratna Damayanti yang menjadi teman prakerin
selama magang di Krakatau Steel (Persero), Tbk.
11. Terima kasih untuk Yudith Sand Faundry, Gama Adi Gunawan, dan Dzanil
Hikam Rofiqi, Sofyan, Afreza, Riki, Dea yang menjadi teman prakerin dari
Universitas lain, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
12. Terima kasih kepada orang yang spesial untuk penulis Fitriani Nur Fahmi yang
selalu memberikan motivasi dan dorongan agar dapat menyelesaikan laporan ini.
13. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk ayah yang selalu memberikan
bimbingan, ibu yang selalu mendukung semua kegiatan magang dan saudara-
saudara saya yang menemani saat pengerjaan laporan. Kalian merupakan sumber
inspirasi penulis.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan pertolongannya
selama magang. (amien)
Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya mahasiswa D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
Cilegon, April 2011
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ........................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6
B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 24
BAB III. METODE PENELITIAN............................................................... 25
A. Metode Penelitian..................................................................... 25
B. Lokasi Penelitian ...................................................................... 25
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ...................................... 26
D. Sumber Data ............................................................................. 26
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
F. Pelaksanaan .............................................................................. 27
G. Analisa Data ............................................................................. 28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 29
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 29
B. Pembahasan .............................................................................. 44
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 57
A. Simpulan .................................................................................. 57
B. Saran ......................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 59
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Tabel.1 : Daftar klausul atau elemen standar OHSAS 18001:2007 ......................... 9
Tabel.2 : Distribusi Jenis Risiko K3 berdasarkan Lokasi ......................................... 29
Tabel.3 : Distribusi Risiko FLK berdasarkan Kelompok Risiko K3 ........................ 30
Tabel.4 : Distribusi Tingkat Risiko K3 berdasarkan Lokasi ..................................... 30
Tabel.5 : Distribusi Tingkat Risiko K3 berdasarkan Jenis Risiko ............................ 31
Tabel.6 : Pengendalian Risiko K3 berdasarkan Hirarki ............................................ 31
Tabel.7 : Distribusi Hirarki Pengendalian berdasarkan Jenis Risiko ........................ 32
Tabel.8 : Distribusi Jenis Pengendalian yang ada ..................................................... 32
Tabel.9 : Efektifitas Pengendalian yang ada Berdasarkan Nilai Reduksi ................ 33
Tabel.10 : Efektifitas Pengendalian yang ada Berdasarkan Jenis Risiko .................. 34
Tabel.11 : Pengendalian risiko Kesehatan melalui Edukasi Hiperkes ...................... 35
Tabel .12 : Pemenuhan Peraturan K3 & Kriteria Sistem Manajemen K3 Bidang
Kesehatan Kerja ..................................................................................... 36
Tabel.13 : Pemenuhan PT Krakatau Steel dalam Klausul OHSAS 18001 ............... 39
Tabel.14 : Fasilitas Tanggap Darurat ........................................................................ 42
Tabel.15 : Distribusi P2K3 & Sub P2K3 .................................................................. 44
DAFTAR GAMBAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Gambar.1 : Bagan elemen OHSAS 18001:2007 ....................................................... 8
Gambar.2 : Kerangka Pemikiran ............................................................................... 24
Gambar.3 : Efektifitas Pengendalian Risiko Administrasi (Pengujian Kesehatan) ... 34
Gambar.4 : Tren Kesehatan Berdasarkan 10 Kelainan MCU (2006-2009) .............. 35
Gambar.5 : Struktur Organisasi P2K3 PT Krakatau Steel (Persero), Tbk ................ 43
DAFTAR LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Lampiran 1 : Surat Keterangan Magang
Lampiran 2 : Kebijakan Lingkungan,Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lampiran 3 : Struktur Organisasi Emergency Response PT Krakatau Steel
Lampiran 4 : Diagram Sistem Promosi Kesehatan
Lampiran 5 : Sistem Pengelolaan Risiko Kesehatan di PT Krakatau Steel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi saat ini telah mewujudkan era globalisasi dan
perdagangan bebas yang sangat berdampak besar terhadap perkembangan
keselamatan dan kesehatan kerja, terbukti pada perdagangan bebas diterapkan
standar internasional seperti ISO 9000, ISO 14001 dan sebagainya (Sahab,
1997)
Kemajuan teknologi yang pesat ini menimbulkan perkembangan yang
terjadi diberbagai aspek kehidupan. Salah satu perkembangan yang muncul
akibat pesatnya kemajuan teknologi adalah dengan semakin berkembangnya
teknologi yang digunakan industri-indutri yang digunakan dalam proses
produksi. Oleh karena semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang
pula teknologi-teknologi yang akan bermunculan dan semakin banyak pula
minat para pengusaha untuk mengembangkan usaha mereka dengan
membangun pabrik-pabrik baru atau memodifikasi pabrik-pabrik tersebut.
Tetapi, jika dilihat dari sisi lain perkembangan teknologi tersebut. Semakin
maju teknologi yang ada, semakin banyak bahaya-bahaya yang akan timbul
akibat perkembangan tersebut. Dan bilamana perkembangan-perkembangan
tersebut tidak diimbangi dengan suatu pengendalian bahaya yang timbul dan
yang akan timbul oleh karena perkembangan teknologi tersebut. Maka akan
sangat bertolak belakang antara keuntungan yang didapatkan dari proses
produksi suatu pabrik. Oleh karena itu pengendalian bahaya yang belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dilakukan atau belum dilakukan secara maksimal perlu dikaji ulang oleh setiap
industri dimana bila disana terdapat tenaga kerja dan terdapat potensi bahaya
dan faktor bahaya di tempat kerja perlu adanya implementasi manajemen K3.
Oleh karenanya perlu dilakukan upaya untuk melakukan pelaksanaan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang dipersyaratkan oleh
Permenaker No 5 tahun 1996 .
Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman, selamat
dan nyaman, serta terbebas dari risiko bahaya yang mungkin timbul dan pada
gilirannya perusahaan akan memperoleh pekerja yang sehat dan produktif
(Depnaker RI, 2000).
OHSAS 18001 dibuat dan diterbitkan oleh kerjasama organisasi-
organisasi atau badan sertifikasi dunia antara lain BVQI, SGS, DNV, BSI,
LRQA. Dalam Penerapan OHSAS 18001 bersifat Voluntary atau sukarela
tanpa ada kekuatan hukum yang mengaturnya dan bukan merupakan Standard
International
Perbedaan lain dari OHSAS 18001 dan Permenaker 05/Men/1996
adalah Permenaker 05/Men/1996 memiliki pembagian jumlah/jenis elemen
untuk jenis perusahaan yang tergantung pada besar kecil perusahaan yang
bersangkutan. Sedang persyaratan untuk OHSAS 18001 berlaku untuk semua
jenis organisasi tanpa memperhatikan besar kecilnya perusahaan itu.
Walaupun OHSAS 18001 dan Permenaker 05/Men/1996 memiliki
sistem penilaian yang berbeda tetapi sistem penerapan, dokumentasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
tujuannya memiliki tujuan yang sama. Beberapa perusahaan di Indonesia
mencoba mengintregasi penerapan OHSAS dan Permenaker 05/Men/1996. .
OHSAS 18001 sesuai untuk berbagai organisasi yang berkeinginan untuk :
1. Membuat sebuah sistem manajemen K3 yang berguna untuk mengurangi
atau menghilangkan tingkat risiko yang menimpa karyawan atau pihak
terkait yang terkena dampak aktivitas organisasi.
2. Menerapkan, memelihara dan melakukan perbaikan berkelanjutan sebuah
SMK3.
3. Melakukan sertifikasi atau penilaian sendiri.
PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk adalah satu-satunya industri baja
terpadu di Indonesia sekaligus terbesar di Asia Tenggara yang mempunyai
tujuh pabrik dan masing-masing pabrik mempunyai potensi bahaya yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan. Kecelakaan kerja mungkin terjadi setiap
saat dan menimpa siapa saja tanpa diduga yang dapat menimbulkan cidera
yang mengakibatkan cacat bahkan kematian. Bila hal yang tidak diinginkan
tersebut terjadi, pasti akan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.
Pertolongan pertama yang tepat dan dapat diberikan segera setelah kecelakaan
dapat mengurangi risiko akibat kecelakaan tersebut (Krakatau Steel, 2011).
Terdorong akan pentingnya perlindungan terhadap tenaga kerja, aset dan
lingkungan, dan menjaga agar proses bisnis dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis mengambil judul
“Pengelolaan Hiperkes dalam Pemenuhan Klausul OHSAS 18001 Di PT
Krakatau Steel (Persero), Tbk Cilegon-Banten”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan penulis diatas, maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah sudah dilaksanakan IBPR di PT Krakatau Steel (Persero), Tbk ?
2. Apakah Pengelolaan Hiperkes yang ada di PT Krakatau Steel (Persero),
Tbk sudah sesuai dengan klausul OHSAS 18001?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan pelaksanaan magang yang dilakukan penulis di PT Krakatau
Steel (Persero), Tbk adalah :
1. Untuk mendapatkan diskripsi tentang risiko K3 meliputi distribusi risiko,
jenis risiko, level risiko, pengendalian risiko dan efektifitas pengendalian
risiko di PT Krakatau Steel (Persero), Tbk.
2. Untuk mengetahui Penerapan pengelolaan risiko kesehatan kerja terhadap
pemenuhan klausul OHSAS 18001 yang telah dilakukan oleh PT Krakatau
Steel (Persero), Tbk.
D. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya kegiatan magang ini diharapkan dapat memberi
manfaat untuk :
1. Bagi Mahasiswa
a. Dapat mengetahui dan menerapkan identifikasi bahaya, penilaian
risiko dan pengendalian bahaya di tempat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
b. Dapat mengetahui dan menerapkan pengelolaan hiperkes di tempat
kerja.
c. Dapat mengetahui dan menerapkan prosedur penerapan pemenuhan
klausul OHSAS 18001.
2. Bagi Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Mahasiswa dapat membantu dalam pengolahan data yang ada di
kampus D.III Hiperkes dan KK sehingga nantinya dapat diaplikasikan
untuk segala kegiatan yang ada di kampus dan menambah kepustakaan.
3. Bagi Perusahaan
Dapat memberikan masukan pada perusahaan yang berhubungan
dengan K3 sehingga bisa menjadi acuan perusahaan dalam melakukan
upaya perbaikan K3 yang akan dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Sistem Manajeman K3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
selanjutnya disebut Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistim
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
2. OHSAS 18001
Standar OHSAS ditujukan untuk mengelola aspek kesehatan dan
keselamatan kerja, dan bukan ditujukan untuk mengelola areaarea
kesehatan dan keselamatan lain seperti programprogram
kesejahteraan/kesehatan karyawan, keselamatan produk, kerusakan
properti ataupun dampak lingkungan.
Tujuan dari OHSAS 18001 adalah untuk membantu organisasi dalam
mengelola dan mengendalikan keselamatan dan kesehatan kerja dan
tingkat risiko serta meningkatkan performa dalam bidang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Serta mendukung dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
mempromosikan praktek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), agar
seimbang dengan kebutuhan sosial dan ekonomi.
OHSAS 18001 merupakan suatu pendekatan terstruktur dan
terencana untuk menilai kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara
umum serta melakukan tindakan koreksi dalam upaya pencapaian
perbaikan secara berkesinambungan yang dirancang untuk diterapkan pada
semua jenis dan tingkat perusahaan dan kondisi geografis, budaya, dan
sosial yang beragam, dimana tidak menjelaskan standar/kriteria kinerja
secara detail serta rancangan suatu sistem manajemen.
Secara spesifik persyaratan dalam OHSAS 18001 tidak menyatakan
kriteria kinerja ataupun memberikan persyaratan secara lengkap dalam
merancang sistem manajemen. OHSAS 18001 sesuai untuk berbagai
organisasi yang berkeinginan untuk:
a. Membuat sebuah sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang berguna untuk mengurangi atau menghilangkan tingkat
risiko yang menimpa karyawan atau pihak terkait yang terkena
dampak aktivitas organisasi.
b. Menerapkan, memelihara dan melakukan perbaikan berkelanjutan
sebuah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
c. Melakukan sertifikasi atau penilaian sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
OHSAS 18001:2007 terdiri dari:
a. Perencanaan (Planning)
b. Penerapan dan Operasi (Implementation and Operation)
c. Pemeriksaan dan tindakan koreksi (Checking and Corrective Action)
d. Tinjauan manajemen (Management review)
Gambar.1 : Bagan elemen OHSAS 18001 versi 2007
Sumber: OHSAS 18001, 2011
CONTINUAL IMPROVEMENT IN OHS PERFORMANCE
POLICY
MONITOR
OBJECTIVESREVIEW
PROGRAMME
Assess Risks
Legal & Other
requirements
Identify
Hazards
Control
Measures
Tolerable
or
Intolerable
Eliminate
Risk
Residual
Risk
Corrective &
Preventitive
Action
INTERNAL AUDIT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Tabel 1. Daftar klausul atau elemen standar OHSAS 18001 versi 2007
No Klausul KLAUSUL OHSAS 18001 : 2007
1. Ruang Lingkup
2. Referensi Publikasi
3. Istilah & Definisi
4. Persyaratan Sistem Manajemen K3
4.1. Persyaratan Umum
4.2. Kebijakan K3
4.3. Perencanaan
4.3.1. Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko Dan Pengendalian Resiko
4.3.2. Persyaratan Hukum & Lainnya
4.3.3. Sasaran & Program
4.4. Penerapan & Pengoperasian
4.4.1. Sumber Daya, Peranan, Tangung-Jawab, Pertangungjawaban &
Kewenangan
4.4.2. Kompetensi, Pelatihan & Kesadaran
4.4.3. Komunikasi, Partisipasi & Konsultasi
4.4.4 . Dokumentasi
4.4.5. Pengendalian Dokumen
4.4.6. Pengendalian Operasional
4.4.7 Kesiapan & Tanggap Darurat
4.5 Pemeriksaan
4.5.1 Pengukuran Dan Pemantauan Kinerja
4.5.2 Evaluasi & Kepatuhan
4.5.3 Investigasi Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan & Pencegahan
4.5.3.1 Investigasi Insiden
4.5.3.2 Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan & Pencegahan
4.5.4 Pengendalian Catatan
4.5.5 Audit Internal
4.6 Tinjauan Manajemen
Sumber: OHSAS 18001, 2011
OHSAS 18001 versi 2007 diterapkan oleh organisasi karena
memiliki beberapa manfaat. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan SMK3 untuk menurunkan risiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b. Menerapkan, memelihara, dan memperbaiki sistem secara
berkesinambungan.
c. Memastikan pemenuhan/pentaatan terhadap kebijakan yang sudah
ditetapkan.
d. Menunjukkan pemenuhan terhadap sistim ini melalui sertifikasi atau
registrasi sistem pernyataan sendiri atas pemenuhan sistem yang telah
diterapkan.
3. Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kondisikondisi dan
faktorfaktor yang berdampak, atau dapat berdampak, pada kesehatan
dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja kontrak
dan personel kontraktor, atau orang lain di tempat kerja). (OHSAS
18001, 2011)
4. Tempat Kerja
Dalam undang-undang No. 1 th 1970 tentang Keselamatan Kerja,
yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup
atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau
sering dimasuki tenaga kerja. Termasuk tempat kerja adalah semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnnya yang merupakan bagian–
bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
5. Faktor Bahaya
Bahaya pekerjaan adalah faktor–faktor dalam hubungan
pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
potensial, jika faktor–faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan
(Suma’mur, 2009)
Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi
menciderai manusia atau sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya
(OHSAS 18001, 2011)
Umumnya di semua tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya
yang dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja.
Sumber bahaya ini bisa berasal dari :
a. Bangunan, Peralatan dan instalasi
Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat
perhatian. Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat.
Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan
kesehatan pekerja. Pencahayaan dan ventilasi harus baik, tersedia
penerangan darurat, marka dan rambu yang jelas dan tersedia jalan
penyelamatan diri. Instalasi harus memenuhi persaratan keselamatan
kerja baik dalam disain maupun konstruksinya. Dalam industri juga
digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya, yang bila
tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman bisa
menimbulkan bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, ledakan,
luka–luka atau cedera.
b. Bahan
Bahaya dari bahan meliputi berbagai risiko sesuai dengan sifat
bahan antara lain mudah terbakar, mudah meledak, menimbulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
alergi, menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh,
menyebabkan kanker, mengakibatkan kelainan pada janin, bersifat
racun dan radio aktif .
c. Proses
Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang
digunakan. Industri kimia biasanya menggunakan proses yang
berbahaya, dalam prosesnya digunakan suhu, tekanan yang tinggi
dan bahan kimia berbahaya yang memperbesar risiko bahayanya.
Dari proses ini kadang–kadang timbul asap, debu, panas, bising, dan
bahaya mekanis seperti terjepit, terpotong, atau tertimpa bahan.
d. Cara kerja
Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan karyawan itu
sendiri dan orang lain disekitarnya. Cara kerja yang demikian antara
lain cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk
logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya.
e. Lingkungan kerja
Bahaya dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai
jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan
kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas
dan evisiensi kerja. Bahaya tersebut adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1) Faktor lingkungan fisik
Bahaya yang bersifat fisik seperti ruangan yang terdapat
panas, dingin, kebisingan, penerangan, getaran, dan radiasi
2) Faktor lingkungan kimia
Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan–bahan
yang digunakan maupun bahan yang di hasilkan selama proses
produksi. Bahan ini berhamburan ke lingkungan karena cara
kerja yang salah, kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau
instalasi yang digunakan dalam proses. Salah satunya adalah
debu.
3) Faktor lingkungan biologik
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari
serangga maupun dari binatang lainnya yang ada di tempat kerja.
4) Faktor faal kerja atau ergonomi
Gangguan yang besifat faal karena beban kerja yang terlalu
berat, peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja.
5) Faktor psikologik
Gangguan jiwa dapat terjadi karena keadaan lingkungan
sosial tempat kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan
ketegangan jiwa pada karyawan, seperti hubungan atasan dan
bawahan yang tidak serasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
6. Kecelakaan
Menurut Suma’mur (2009), kecelakaan adalah kejadian yang tidak
terduga dan tidak diharapkan. Sedangkan kecelakaan akibat kerja
berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan.
a. Kondisi tidak aman
Kondisi tidak aman adalah kondisi yang mengandung bahaya
yang potensial, misalnya pakaian kerja yang tidak sesuai,
menghalangi gang dengan barang, atau tempat kerja yang tidak
tertib.
b. Tindakan tidak aman
Tindakan tidak aman adalah setiap tindakan yang tidak sesuai
dengan aturan yang dibuat untuk menjamin keselamatan di tempat
kerja, dan hal tersebut jelas dilarang keras, misalnya melalui suatu
daerah pada gang yang ditentukan dengan maksud mengambil jalan
pintas atau berlari dengan tergesa- gesa.
8. Analisis Bahaya Lingkungan Kerja
Menururt Permenaker No. 05 Tahun 1996 mengenai Pedoman
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
menyatakan bahwa identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian
risiko dari kegiatan produk barang dan jasa harus dipertimbangkan pada
saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja, yang untuk itu harus ditetapkan dan dipelihara
prosedurnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Proses analisis bahaya dilakukan melalui pengenalan/identifikasi,
penilaian/evaluasi, dan pengendalian.
a. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya adalah proses determinasi terhadap apa
yang dapat terjadi, mengapa dan bagaimana. Pada umumnya
kegiatan ini melakukan identifikasi terhadap sumber bahaya dan area
yang terkena imbasnya. Identifikasi sumber bahaya dilakukan
dengan mempertimbangkan :
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
2) Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat
terjadi.
b. Analisa Risiko
Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk
menentukan tingkat risiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Analisis risiko adalah suatu kegiatan sistematik dengan
menggunakan informasi yang ada untuk mendeterminasi seberapa
tingkat keparahan dan tingkat keseringan suatu kejadian yang
muncul.
Tujuan dilakukannya analisis risiko adalah untuk memisahkan
antara risiko kecil dengan risiko besar yang kemudian dapat
digunakan sebagai evaluasi dan pertimbangan perlakuan
pengendalian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Dalam menentukan probability, exposure dan severity dapat
dilakukan dengan berbagai estimasi. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam menentukan estimasi meliputi :
1) Estimasi probability (kemungkinan)
a) Probability dengan skala kemunculan singkat (accident)
Pada pelaksanaannya probabilitas dengan skala kemunculan
singkat hanya dapat diestimasi berdasarkan pengalaman
personal, intuisi dan pengalaman dari kejadian yang tidak
dilaporkan. Sumber informasi tentu saja dari orang yang
pernah mengalami kejadian. Jika suatu kejadian belum
pernah dilakukan sebelumnya, informasi dapat diperoleh dari
pengalaman dengan jenis pekerjaan yang sama berdasarkan
data luar.
b) Probability dengan skala kemunculan panjang
Untuk mengestimasi probabilitas dengan skala kemunculan
yang panjang seperti penyakit kronik perlu dilakukan survei
proporsi dari group yang terpajan, intensitas dan durasi dan
faktor-faktor lain yang terlibat dalam pajanan.
2) Estimasi Exposure
a) Exposure dengan skala kemunculan singkat (accident)
Lain halnya dengan probabilitas, exposure dengan skala
kemunculan singkat (accident) lebih mudah diestimasi atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
diukur: Estimasi exposure ini merupakan kalkulasi dari
beberapa pekerjaan yang dilakukan dalam suatu waktu.
b) Exposure dengan skala kemunculan panjang
Faktor yang perlu diperhatikan dalam mengestimasi exposure
dengan skala pcngukuran panjang adalah mekanisme
kemunculan dari kontaminan dan intensitas, durasi dari
pajanan.
3) Severity (Keparahan)
Bentuk severity yang diakibatkan dapat berupa Injury/cidera efek
kesehatan, sakit kesakitan, Trauma dan psycological upset,
kehilangan kesenangan hidup masa depan, kehilangan kapasitas
dan potensial masa depan, kehilangan kapasitas dan kehilangan
masa depan, kerugian finansial yang nyata.
4) Kategori tingkat resiko ( tingkat bahaya /Risk Level )
a) Trivial (nilai risiko < 20) : Tidak memerlukan tindakan
khusus (diabaikan)
b) Low Risk (nilai risiko < 90): Pemantauan untuk memastikan
tindakan pengendalian telah berjalan dengan baik. Perlu
perbaikan dalam 7 hari
c) Moderate (nilai risiko 90 – 180): Perlu perhatian den
tambahan prosedur / WI. Perlu perbaikan dalam 3 hari
d) High Risk (nilai risiko 180 – 350): Perlu mendapat perhatian
pihak tertentu untuk perbaikan. Perlu perbaikan dalam 24 jam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
e) Extreme (nilai risiko > 350): Stop, perbaikn saat itu juga.
(OHSAS 18001, 2011)
c. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah membandingkan tingkat risiko yang
telah dihitung pada analisis risiko dengan kriteria standar yang
digunakan.
Hasil evaluasi risiko, diantaranya adalah :
1) Gambaran tentang seberapa penting risiko yang ada.
2) Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangi.
3) Gambaran tentang kerugian yang mungkin terjadi baik dalam
parameter biaya maupun parameter lainnya.
4) Masukan informasi untuk pertimbangan tahapan pengendalian.
d. Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
dilakukan melalui berbagai metode. Salah satunya adalah dengan
hirarki pengendalian, meliputi :
1) Eliminasi atau meniadakan potensi bahaya
2) Subtitusi atau mengganti bahan/alat yang lebih aman
3) Pengendalian Teknik (isolasi) atau mengurangi potensi bahaya
terhadap sumbernya.
4) Pengendalian administrasi
5) Pelatihan K3
6) Penggunaan alat pelindung diri (OHSAS 18001, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
e. Tinjauan Ulang atau Review
Tujuan tinjauan ulang manajemen risiko adalah untuk
menjamin bahwa implementasi manajemen risiko tetap sejalan
dengan kebijakan perusahaan.
Pada intinya kegiatan kegiatan ini akan menjamin efektifitas
dan efisiensi pelaksanaan manajemen risiko agar berjalan optimal.
Tinjauan ulang dilakukan oleh pihak manajemen yang meliputi
evaluasi terhadap penerapan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja, tujuan K3LH, identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko,
serta evaluasi efektifitas penerapan menejemen risiko.
9. Klausul 4.3.2 “Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya”
OHSAS 18001:2007
Klausul 4.3.2 atau “Peraturan Perundanangan dan Persyaratan
Lainnya” “Legal and Other Requirements” berisi bahwa;
a Organisasi harus membuat, menerangkan dan memelihara suatau
prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses peraturan
perundangan dan persyaratan K3 lainnya yang diaplikasikan untuk
K3.
b Organisasi harus memastikan bahwa peraturan perundangan dan
persyaratan lain yang relevan dimana organisasi mendapatkannya
harus dipertimbangkan dalam membuat, menerapkan dan
memelihara Sisitem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
c Organisasi harus selalu memutakhirkan informasi ini.
d Organisasi harus mengkomunikasikan peraturan perundangan dan
persyaratan lainnya yang relevan kepada orang yang bekerja di
dalam kendali organisasi dan pihak-pihak terkait lainnya.
Menurut Bambang Wiyono dalam Training OHSAS 18001 Tahun
2009, isi dari Klausul 4.3.2 “Peraturan Perundangan dan Persyaratan
Lainnya” OHSAS 18001:2007 adalah sebagai berikut:
a. Adanya prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses peraturan
perundangan dan persyaratan yang relevan.
b. Adanya daftar peraturan perundangan dan persyaratan Keselamatan
dan kesehatan Kerja (K3) lainnya yang relevan dimana telah
dilakukan identifikasi sebelumnya.
c. Adanya regular contact dengan institusi pemerintah untuk “update”
informasi, sebagai pendekatan untuk memeriksa adanya peraturan
perundangan dan persyaratan K3 lainnya yang baru dan revisi.
Waktu pelaksanaan “updating” terhadap peraturan perundangan dan
persyaratan K3 lainya diatur sesuai dengan kebijakan dan prosedur
yang telah ditetapkan oleh masing-masing organisasi.
d. Adanya pelaksanaan sosialisasi terhadap peraturan perundangan dan
persyaratan K3 lainnya yang telah di”up-date” secara rutin kepada
seluruh karyawan yang terkait.
Persyaratan 4.3.2 OHSAS 18001 dimaksudkan untuk mematuhi
persyaratan peraturan dan perundangan, bukan untuk membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
perpustakaan yang menyimpan buku-buku peraturan sehingga
mempermudah untuk mengetahui persyaratan-persyaratan apa saja yang
harus dimengerti terkait aktivitas-aktivitas sebuah perusahaan.
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/MEN/1996 tentang
Sistem Manejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada bab III pasal
3, disebutkan bahwa “Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga
kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi
bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi
yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem
Manajemen K3”.
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 pada
lampiran II bagian 6 tentang Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem
Manajemen K3 diatur Sistem dan Pengawasan, antara lain sebagai
berikut:
a. Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasikan bahaya yang
potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu
proses kerja.
b. Apabila upaya pengendalian diperlukan maka upaya tersebut
ditetapkan melalui tingkat pengendalian.
c. Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan
diterapkan suatu sistem ijin kerja untuk tugas–tugas yang berisiko
tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
d. Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oeh petugas yang
berkompeten dengan masukan dari tenaga kerja yang dipersyaratkan
untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat yang
ditunjuk.
e. Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara
benar serta dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai.
f. Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan
dilakukan dengan aman dan mengikuti prosedur yang telah
ditentukan.
g. Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dan
tingkat risiko tugas.
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.02/Men/1980
tentang Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan
keselamatan kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Perusahaan wajib melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja
sebelum melakukan pekerjaan
b. Cakupan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
c. Pengusaha wajib menyusun pedoman pemeriksaan kesehatan pekerja
untuk menjamin penempatan tenaga kerja sesuai kesehatannya.
d. Perusahaan wajib melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja secara
berkala.
e. Perusahaan wajib melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada
pekerja tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
f. Pembuatan rencana pemeriksaan kesehatan pekerja baik sebelum,
secara berkala, maupun khusus dan melaporkannya kepada dirjen
perlindungan tenaga kerja setempat.
g. Pengurus bertanggungjawab atas biaya yang diperlukan untuk
pemeriksaan kesehatan berkala atau khusus
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.01/Men/1981
tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja yang didalamnya
mengatur tentang :
a. Kewajiban pengurus untuk melaporkan ke dirjen perlindungan
tenaga kerja setempat jika ditemukan penyakit akibat kerja
b. Pelaporan dilakukan dalam waktu 2x24 jam serta bentuk tata cara
pelaporan ditetapkan oleh dirjen perlindungan tenaga kerja
c. Pengurus wajib melakukan tindakan-tindakan preventif agar PAK
tidak terulang ditempat kerja
d. Apabila terdapat keragua-raguan terhadap hasil pemeriksaan dokter
pengurus dapat meminta bantuan depnaker setempat untuk
menegakan diagnosa
e. Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma APD untuk
mencegah PAK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
B. Kerangka Pemikiran
Gambar.2 : Kerangka Pemikiran
PROSES BISNIS
Proses Produksi
Aktifitas Tenaga Kerja
PROFIT
RISIKO K3
LINGKUNGAN &
TEMPAT KERJA
MESIN/ALAT/BAHAN MANUSIA
CEDERA
Kematian, Cacat,
Luka, Penyakit
KERUSAKAN PROPERTI
Kebakaran, Peledakan, Gagal
Proes, Kerusakan, Cacat
Produk, Delay, Bencana Alam
KERUGIAN
Kerugian Langsung
Kerugian Tak Langsung
ELEMEN SISTEM MANAJEMEN
Kebijakan K3, Perencanaan,
Penerapan, Monitoring & Evaluasi,
Management Review & Audit
SISTEM MANAJEMEN
1. SMK3
2. OHSAS 18000
3. ISO 14001
DASAR PENERAPAN
1. SHE Risk Management
2. Regulasi / Standar K3
KERUSAKAN LINGKUNGAN
FLK ekstrim, Pencemaran,
Bencana Alam
HIRARKI
PENGENDALIAN
Elemination, Substation,
Separation, Administration,
Training, PPE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif.
Menurut Whitney (1960) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antarfenomena yang
diselidiki. Sehingga penulis ingin menggambarkan sejelas-jelasnya kepada
pembaca tentang obyek penelitian dan data yang diperoleh tentang
Pengelolaan Hiperkes dalam Pemenuhan Klausul OHSAS 18001 di PT
Krakatau Steel (Persero), Tbk.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk Cilegon
yang berada di kawasan industri tepatnya Jl. Industri No.5 PO. BOX. 14
Cilegon Banten 42435. Pada tujuh pabrik yang terdapat di PT. Krakatau Steel
(Persero), Tbk, yaitu Pabrik Besi Spons (PBS), Pabrik Billet Baja (PBB),
Pabrik Slab Baja I (SSP I), Pabrik Slab Baja II (SSP II), Pabrik Pengerolan
Baja Lembaran Panas (PPBLP), Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin
(PPBLD), Pabrik Batang Kawat (PBK).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Obyek penelitian yang digunakan dari penulisan laporan ini adalah
pengelolaan Hiperkes dalam pemenuhan klausul OHSAS 18001 di PT.
Krakatau Steel (Persero), Tbk.
D. Sumber Data
Data yang diperoleh, dikumpulkan dan dirangkum dalam laporan
pengamatan ini berasal dari sumber sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer didapat dari hasil observasi di tempat kerja dan wawancara
dengan pihak yang terkait dan berwenang.
2. Data Sekunder
Data sekunder berasal dari data-data yang ada di Divisi K3LH, buku
literatur dan dokumen-dokumen.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai
berikut :
1. Observasi Lapangan
Observasi yang dilakukan adalah dengan pengamatan langsung terhadap
lokasi sumber bahaya, aktifitas yang terdapat risiko K3 dan pengendalian
yang telah dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab dengan
pembimbing lapangan maupun dengan orang-orang yang berkompenten
dibidangnya.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari
dokumen-dokumen perusahaan, buku-buku kepustakaan, laporan- laporan
penelitian yang sudah ada serta sumber lain yang berhubungan dengan
penelitian ini.
F. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan praktek kerja industri dilaksanakan dari tanggal 10
Januari 2011 sampai tanggal 29 April 2011, dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Melakukan pengumpulan data, yaitu :
1) Melakukan observasi : untuk mengetahui lokasi sumber bahaya dan
pengendalian bahaya yang telah dilakukan.
2) Pengukuran lingkungan kerja : untuk mengetahui program monitoring
faktor lingkungan kerja.
3) Pengumpulan data sekunder : Registrasi K3 dan data K3 yang terkait
dengan persyaratan klausul OHSAS 18001
b. Persiapan data, yaitu melakukan pengolahan data register K3 dalam
format database (bentuk Ms Excel)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
c. Melakukan analisa data, yaitu
1) Jenis risiko bahaya dikelompokan menjadi bahaya hiperkes (Fisik,
Kimia, Biologi, Ergonomi, Psikologi) – Ref : OHSAS Manual &
Industries hygiene Standard
2) Jenis pengendalian risiko dalam Registrasi K3 yang dikelompokan
menurut Hirarki (Elimination, Subtitution, Separation, Administration,
Training. PPE) – Ref : OHSAS 18001
3) Analisis risiko K3 dilakukan dengan cara perhitungan matematis
meliputi jumlah risiko K3, jenis risiko K3, level risiko K3 dan
pengendalian risiko K3 serta efektifitas pengendalian.
G. Analisa Data
Data risiko K3 yang telah dikonversi kedalam bentuk database yaitu
dalam Ms. Excel dilakukan analisa dengan cara perhitungan matematis untuk
mengetahui distribusi risiko, level risiko, pengendalian risiko dan efektifitas
pengendalian risiko dan pengelolaan Hiperkes terhadap klausul OHSAS
18001.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini merupakan data hasil
olahan, baik dari data sekunder maupun data primer yang di ambil dan di
dapat saat penelitian di PT Krakatau Steel (Persero), tbk.
1. Distribusi Risiko K3
Distribusi risiko K3 dikelompokkan menjadi bahaya higiena
perusahaan dan kesehatan kerja (Hiperkes) serta Safety Hazard yang
merupakan gabungan risiko keselamatan kerja. Distribusi risiko K3
berdasarkan lokasi terdapat pada tabel dibawah ini :
Tabel.2 : Distribusi Jenis Risiko K3 berdasarkan Lokasi di PT KS
No. Jenis Risiko Jumlah Risiko
PBS BSP SSP I SSP II HSM CRM WRM
1 Kebisingan 0,7% 1,3% 1,7% 1,9% 1,5% 0,8% 0,6%
2 Getaran 0,5% 0,0% 0,0% 0,0% 0,1% 0,0% 0,0%
3 Tekanan panas 0,9% 1,5% 1,7% 1,8% 0,8% 0,0% 0,7%
4 Radiasi SIM & SUV 0,1% 0,7% 0,7% 0,8% 0,2% 0,0% 1,2%
5 Radiasi radioaktif 0,1% 0,0% 0,0% 0,0% 0,3% 0,1% 0,0%
6 Sinar menyilaukan 0,0% 0,7% 1,1% 1,3% 0,0% 0,0% 0,0%
7 Fume 0,0% 0,3% 0,3% 0,4% 0,3% 0,0% 0,0%
8 Keracunan Gas 1,1% 0,4% 0,5% 0,6% 0,2% 0,2% 0,2%
9 Debu ambient 0,9% 1,5% 1,6% 1,7% 0,3% 0,6% 0,2%
10 Bahaya kimia 1,6% 0,4% 0,7% 0,8% 0,3% 1,2% 0,5%
11 Safety Risk (gabungan
risiko keselamatan) 10,2% 9,7% 11,6% 12,7% 5,1% 6,3% 4,2%
Sumber : Olah Data Sekunder Register K3 Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2. Distribusi Risiko Faktor Lingkungan Kerja (FLK)
Distribusi risiko FLK dikelompokkan menjadi bahaya fisik dan
bahaya kimia. Distribusi FLK berdasarkan lokasi terdapat pada tabel
dibawah ini :
Tabel.3 : Distribusi Risiko FLK berdasarkan Kelompok Risiko K3 di PT KS
No UNIT KERJA
RISIKO K3
FISIK KIMIA SAFETY Total Risiko
1 Pabrik Besi Spons 2,3% 3,5% 10,2% 16,0%
2 Pabrik Billet Baja 4,3% 2,6% 9,7% 16,6%
3 Pabrik Slab Baja I 5,1% 3,1% 11,6% 19,8%
4 Pabrik Slab Baja II 5,8% 3,5% 12,7% 21,9%
5 Pabrik Baja Lembaran Panas 2,8% 1,0% 5,1% 8,9%
6 Pabrik Baja Lembaran Dingin 0,9% 1,9% 6,3% 9,1%
7 Pabrik Batang Kawat 2,6% 0,9% 4,2% 7,6%
Total 23,7% 16,5% 59,8% 100,0%
Sumber : Olah Data Sekunder Register K3 Tahun 2009
3. Tingkat Risiko K3
Tingkat risiko K3 dikelompokkan menjadi tingkat risiko trivial,
acceptable, moderate, substantial dan unacceptable (berdasarkan referensi
OHSAS 18001). Distribusi tingkat risiko K3 berdasarkan lokasi terdapat
pada tabel dibawah ini :
Tabel.4 : Distribusi Tingkat Risiko K3 berdasarkan Lokasi di PT KS
No Divisi Trivial Acceptable Moderate Substantial Unacceptable
1 Pabrik Besi Spons 11,2% 4,3% 0,6% 0,0% 0,0%
2 Pabrik Billet Baja 10,8% 5,7% 0,1% 0,0% 0,0%
3 Pabrik Slab Baja I 13,9% 5,3% 0,6% 0,0% 0,0%
4 Pabrik Slab Baja II 16,5% 5,3% 0,1% 0,0% 0,0%
5 Pabrik Baja Lembaran Panas 4,2% 4,8% 0,0% 0,0% 0,0%
6 Pabrik Baja Lembaran Dingin 6,0% 3,0% 0,1% 0,0% 0,0%
7 Pabrik Batang Kawat 5,4% 2,2% 0,0% 0,0% 0,0%
Sumber : Olah Data Sekunder Register K3 Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Sedangkan distribusi tingkat risiko K3 yang dijabarkan lagi berdasarkan
jenis risiko. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel.5 :Distribusi Tingkat Risiko K3 berdasarkan Jenis Risiko di PT KS
No Jenis Risiko K3 Trivial Acceptable Moderate Substantial Unacceptable
1 Kebisingan 3,3% 4,6% 0,6% 0,0% 0,0%
2 Getaran 0,5% 0,1% 0,0% 0,0% 0,0%
3 Tekanan panas 4,4% 2,7% 0,3% 0,0% 0,0%
4 Radiasi SIM & SUV 2,4% 1,3% 0,0% 0,0% 0,0%
5 Radiasi radioaktif 0,2% 0,3% 0,0% 0,0% 0,0%
6 Sinar menyilaukan 2,7% 0,4% 0,0% 0,0% 0,0%
7 Fume 0,4% 0,7% 0,0% 0,0% 0,0%
8 Keracunan Gas 2,2% 0,9% 0,0% 0,0% 0,0%
9 Debu ambient 3,5% 3,1% 0,2% 0,0% 0,0%
10 Bahaya kimia 2,7% 2,7% 0,0% 0,0% 0,0%
11 Safety Risk (gabungan
risiko keselamatan) 45,6% 13,7% 0,4% 0,0% 0,0%
Sumber : Olah Data Sekunder Register K3 Tahun 2009
4. Pengendalian Bahaya
Pengendalian bahaya K3 dikelompokkan menjadi pengendalian
bahaya elemination, substitution, separation, administration, training,
PPE (berdasarkan referensi OHSAS:18001).
Tabel.6 : Pengendalian Risiko K3 berdasarkan Hirarki di PT KS
No Divisi Elemination Substitution Separation Administration Training PPE
1 Pabrik Besi Spons 0,0% 0,0% 1,6% 8,8% 3,3% 2,2%
2 Pabrik Billet Baja 0,0% 0,0% 1,2% 9,7% 3,5% 2,4%
3 Pabrik Slab Baja I 0,0% 0,0% 1,6% 11,4% 4,1% 3,0%
4 Pabrik Slab Baja II 0,0% 0,0% 2,2% 12,6% 4,6% 3,3%
5 Pabrik Baja Lembaran Panas 0,0% 0,0% 0,6% 5,6% 1,9% 1,0%
6 Pabrik Baja Lembaran Dingin 0,0% 0,0% 0,2% 4,6% 2,0% 1,5%
7 Pabrik Batang Kawat 0,0% 0,0% 0,4% 4,2% 1,5% 1,1%
Sumber : Olah Data Sekunder Register K3 Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Sedangkan distrbusi pengendalian bahaya berdasarkan jenis risiko dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel.7 : Distribusi Hirarki Pengendalian berdasarkan Jenis Risiko di PT KS
No Jenis Risko Elemination Substitution Separation Administration Training PPE
1 Kebisingan 0,0% 0,0% 0,1% 7,2% 1,8% 1,7%
2 Getaran 0,0% 0,0% 0,0% 0,3% 0,1% 0,0%
3 Tekanan panas 0,0% 0,0% 1,3% 6,5% 1,5% 1,1%
4 Radiasi SIM & SUV 0,0% 0,0% 0,0% 1,6% 0,8% 0,8%
5 Radiasi radioaktif 0,0% 0,0% 0,2% 0,4% 0,1% 0,0%
6 Sinar menyilaukan 0,0% 0,0% 0,0% 1,4% 0,6% 0,6%
7 Fume 0,0% 0,0% 0,0% 0,7% 0,2% 0,0%
8 Keracunan Gas 0,0% 0,0% 0,2% 1,9% 0,5% 0,0%
9 Debu ambient 0,0% 0,0% 0,8% 4,8% 1,4% 1,2%
10 Bahaya kimia 0,0% 0,0% 0,2% 2,8% 1,2% 1,0%
11 Safety Risk (gabungan
risiko keselamatan) 0,0% 0,0% 5,0% 29,3% 12,4% 8,0%
Sumber : Olah Data Sekunder Register K3 Tahun 2009
Sedangkan distrbusi jenis pengendalian yang ada dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel.8 : Distribusi Jenis Pengendalian yang ada
NO Divisi PBS PBB PSB I PSB II PBLP PBLD PBK
1 Eliminasi 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
2 Subtitusi 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
3 Ventilasi 0,1% 0,2% 0,2% 0,2% 0,1% 0,0% 0,0%
4 Engineering Control 0,2% 0,0% 0,0% 0,1% 0,0% 0,0% 0,0%
5 Safe Guard 0,2% 0,1% 0,2% 0,3% 0,1% 0,0% 0,0%
6 Pembatasan Akses 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% 0,0%
7 Minimize Exposure 0,2% 0,8% 1,1% 1,1% 0,5% 0,2% 0,3%
8 Pengawasan K3 3,4% 3,6% 4,3% 4,7% 1,9% 2,0% 1,6%
9 Monitoring Lingkungan 0,5% 0,7% 0,6% 0,9% 0,5% 0,1% 0,3%
10 Pengujian Kesehatan 0,5% 1,2% 1,3% 1,6% 0,6% 0,3% 0,6%
11 Prosedur 1,7% 1,6% 1,7% 1,9% 0,8% 1,0% 0,6%
12 LOTO 0,2% 0,3% 0,4% 0,5% 0,3% 0,2% 0,1%
13 Safety Sign 1,6% 1,0% 1,2% 1,1% 0,6% 0,5% 0,3%
14 House Keeping 0,3% 0,2% 0,3% 0,2% 0,3% 0,4% 0,1%
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Sambungan
NO Divisi PBS PBB PSB I PSB II PBLP PBLD PBK
15 Air Minum 0,2% 0,3% 0,3% 0,3% 0,1% 0,0% 0,1%
16 Fasilitas TTD 0,2% 0,2% 0,4% 0,4% 0,1% 0,2% 0,2%
17 Fasilitas DAMKAR 0,4% 0,4% 0,5% 0,5% 0,2% 0,1% 0,2%
18 Pembinaan K3 3,4% 3,5% 4,2% 4,7% 1,9% 2,0% 1,6%
19 Sertifikasi K3 0,1% 0,2% 0,1% 0,2% 0,1% 0,1% 0,0%
20 PPE 2,4% 2,6% 3,1% 3,5% 1,1% 1,6% 1,2%
Sumber : Olah Data Sekunder Register K3 Tahun 2009
5. Efektifitas Pengendalian Bahaya
Efektifitas pengendalian bahaya dijabarkan menjadi jumlah risiko
yang ada, jumlah pengendalian yang dilakukan = jumlah reduksi.
Efektifitas pengendalian yang ada berdasarkan nilai reduksi dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel.9 : Efektifitas Pengendalian yang ada Berdasarkan Nilai Reduksi di PT KS
No Divisi ∑ Risiko ∑ Pengendalian ∑ Reduksi % Reduksi
1 Pabrik Besi Spons 192 862 222 116%
2 Pabrik Billet Baja 205 950 245 120%
3 Pabrik Slab Baja I 249 1136 292 117%
4 Pabrik Slab Baja II 275 1281 331 120%
5 Pabrik Baja Lembaran Panas 101 482 127 125%
6 Pabrik Baja Lembaran Dingin 103 453 111 107%
7 Pabrik Batang Kawat 86 386 97 113%
Sumber : Olah Data Sekunder Register K3 Tahun 2009
Catatan : Prosentase Reduksi = Jumlah Reduksi dibagi jumlah risiko sedangkan
efektifitas pengendalian yang ada berdasarkan jenis risiko dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel.10 : Efektifitas Pengendalian yang ada Berdasarkan Jenis Risiko
No JENIS BAHAYA ∑ Risiko ∑ Pengendalian ∑ Reduksi Efektifitas
Reduksi
1 Kebisingan 96 599 151 157%
2 Getaran 7 21 6 85%
3 Tekanan panas 83 529 144 174%
4 Radiasi SIM & SUV 42 175 40 95%
5 Radiasi radioaktif 5 35 11 210%
6 Sinar menyilaukan 35 144 33 96%
7 Fume 13 52 15 115%
8 Keracunan Gas 35 139 41 116%
9 Debu ambient 76 429 111 146%
10 Bahaya kimia 62 285 69 111%
11 Safety Risk (gabungan risiko keselamatan) 675 2855 721 1289%
Sumber : Olah Data Sekunder Register K3 Tahun 2009
6. Hasil Pengelolaan Hiperkes
Data pendukung dari pengendalian risiko yang telah dilaksanakan
oleh Dinas hiperkes adalah sebagai berikut :
Pengendalian Administrasi (MCU)
1000150020002500300035004000
45005000
5500
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Krisis Baja
Internasional
Gambar.3 : Efektifitas Pengendalian Risiko Administrasi (Pengujian Kesehatan)
Sumber : Data Sekunder Database Hiperkes, 2011
Sedangkan untuk risiko kesehatan melalui hiperkes dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel.11 : Pengendalian risiko Kesehatan melalui Edukasi Hiperkes
PTKS KONSELING
MCU
EDUKASI
MCU HCP ERGONOMI
PROMOSI
KESEHATAN
Tahun 2005 717 196 0 0 590
Tahun 2006 2361 208 0 0 1077
Tahun 2007 2260 485 499 499 582
Tahun 2008 2618 179 159 159 187
Tahun 2009 982 113 191 191 191
Tahun 2010 2631 233 111 111 111
Sumber : Data Sekunder Database Hiperkes, 2011
Tren Kesehatan berdasarkan 10 kelainan MCU periode tahun 2006 – 2009
dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
TREN KESEHATAN BERDASARKAN 10 KELAINAN
MCU (2006-2009)
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
Mata
Over
Weig
ht
Dis
lipid
em
ia
Carr
ies
Dentis
Asam
Ura
t
Hip
ert
ensi
Card
io
Vascula
r
Gang.
Fungsi H
ati
Dia
bete
s M
Krista
l U
rin
2006
2007
2008
2009
Gambar.4 : Tren Kesehatan Berdasarkan 10 Kelainan MCU (2006-2009)
Sumber : Data Sekunder Database Hiperkes, 2011
7. Pemenuhan Peraturan
Dalam menyelenggarakan manajemen pengelolaan risiko Hiperkes
yang sesuai dengan klausul OHSAS 18001, tingkat kepatuhan perusahaan
terhadap peraturan dapat dilihat pada tabel dibawah ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Tabel .12 : Pemenuhan Peraturan K3 & Kriteria Sistem Manajemen K3 Bidang
Kesehatan Kerja
KEGIATAN PERATURAN TENTANG
1. PROMOSI KESEHATAN
1.1. Konseling Hiperkes 1. UU No 1 Th 1970 Keselamatan Kerja
2. Permenaker No. Per-
03/MEN/1982
Pelayanan Kesehatan Tenaga
Kerja
1.2. Edukasi & Sosialisasi Kesehatan 1. UU No 23 Tahun
1992
Kesehatan
2. Kepmenaker No.
Kep.68/ MEN/IV/2004
Pencegahan dan
penanggulangan HIV AIDS
ditempat kerja
1.3. Pelatihan P3K Permenaker No. Per-
03/MEN/1982
Pelayanan Kesehatan Tenaga
Kerja
1.4. Rapat Sub P2K3/ P2K3 1. UU No 1 Th 1970 Keselamatan Kerja
2. Permenaker No. Per-
04/MEN/1987
Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Serta Tata
Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja
2. PENGAWASAN GIZI KERJA
2.1. Pengawasan Air minum 1. UU No 23 Tahun
1992
Kesehatan
2. Kepmenkes No. 907
/MENKES/ SK/
VII/2002
Syarat Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum
3. Permenkes No. 416
Tahun 1990
Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air
2.2. Pengawasan makan dan 1. PP No. 28 Tahun
2004
Keamananan, Mutu dan Gizi
pangan
2. Permenaker No. Per-
03/MEN/1982
Pelayanan Kesehatan Tenaga
Kerja
3. Permenkes No. 472
Tahun 1996
Pengamanan Bahan Berbahaya
Bagi Kesehatan
4. SE. Dirjen Binawas
No. 86 tahun 1989
Perusahaan catering yang
mengelola makanan bagi
tenaga kerja
3. PENGAWASAN KESEHATAN
TENAGA KERJA
3.1. Pengujian Kesehatan 1. UU No 1 Th 1970 Keselamatan Kerja
2. Permenaker No. Per-
02/MEN/1980
Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan
Kerja
3. Permenaker No. Per-
03/MEN/1982
Pelayanan Kesehatan Tenaga
Kerja
4. Permenaker No. 01
tahun 1976
Kewajiban latihan Hyperkes
bagi Dokter Perusahaan
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Sambungan
KEGIATAN PERATURAN TENTANG
5. Permenaker No. 01
tahun 1976
Kewajiban latihan Hyperkes
bagi Dokter Perusahaan
3.2. Monitoring penyakit degeneratif,
kronis, menular & penyakit hubungan kerja
1. UU No 1 Th 1970 Keselamatan Kerja
2. UU No 23 Tahun
1992
Kesehatan
3. UU No 4 tahun 1984 Wabah Penyakit Menular
4. Kepres No.22 Tahun
1993
Penyakit yang Timbul Akibat
Hubungan Kerja
5. Permenaker No. 01
tahun 1981
Kewajiban melapor penyakit
akibat kerja
6. Permenaker No. Per-
03/MEN/1982
Pelayanan Kesehatan Tenaga
Kerja
7. Permenaker
No.Per.25/Men/XII/2008
Pedoman Diagnosis dan
Penilaian cacat Karena
Kecelakaan dan Penyakit
Akibat Kerja
8. Kepmenaker No :
Kep.333/Men/1989
Diagnosis dan Pelaporan
Penyakit Akibat Kerja
9. Kepmenaker No.
79/Men/2003
Pedoman diagnosis dan
penilaian cacat karena
kecelakaan dan penyakit akibat
kerja
3.3. Rehabilitasi Medis, Cacat, Sakit
berkepanjangan (PHK Sakit)
Undang-undang No 13
Tahun 2004
Ketenagakerjaan
4. SISTEM MANAJAMEN K3
4.1. Pemenuhan Kriteria Sistem
Manajemen K3
Permenaker No. Per-
05/MEN/1996
Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
4.2. Pemantauan Indikator Kinerja
Kesehatan (Absence rate, Ergonomic
Health Promotion)
4.3. Pengawasan Hiperkes (Ergonomi, FLK
& Higiena Sanitasi)
1. UUNo 1 Th 1970 : Keselamatan Kerja
2. UU No 23 Tahun
1992
Kesehatan
3. UU No 3 Tahun 1969 Persetujuan Konvensi ILO
No.120 Mengenai Hygiene
Dalam Perniagaan dan Kantor-
kantor
4. PMP No 7 Tahun
1964
Syarat Kesehatan, Kebersihan
Serta Penerangan Dalam
Tempat Kerja.
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Sambungan
KEGIATAN PERATURAN TENTANG
5. Permenaker No.
Per.02/MEN/1992
Penunjukan, Kewajiban dan
Wewenang Ahli Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
6. Permenaker No. Per-
05/MEN/1996
Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
7. Kepmenaker No. Kep-
51/ MEN/ 1999
Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika di Tempat Kerja
8. Kepmenaker No. Kep-
187/ MEN/ 1999
Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di Tempat Kerja
9. Kepmenkes No.1405/
MENKES/ SK/ XI/ 2002
Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran
dan Industri
10.Kepmenkes No. 715/
MENKES/ SK/ VII/
2003
Persyaratan Higiena Sanitasi
Jasa Boga
11. SE.Menaker Men
No. 01 tahun 1979
Pengadaan Kantin dan Ruang
Makan
12. SE. Dirjen Binawas
No. 86 tahun 1989
Perusahaan Catering yang
mengelola makanan bagi
tenaga kerja
4.4. Tanggap Darurat & Pelayanan P3K 1. UU No 1 Th 1970 Keselamatan Kerja
2. Permenaker No. Per-
03/MEN/1982
Pelayanan Kesehatan Tenaga
Kerja
3. Permenaker No :
PER.04/ MEN/1993
Jaminan Kecelakaan Kerja
4. Permenaker No. 15
tahun 2008
P3K di Tempat Kerja
5. Administrasi Kesehatan Kerja 1. Permenaker No. PER-
01/MEN/1998
Penyelenggaraan Pemeliharaan
Kesehatan Bagi Tenaga Kerja
Dengan Mafaat Lebih Baik
dari paket Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan dasar
Jamsostek
2. Permenaker No :
PER.04/MEN/1995
Perusahaan Jasa Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
3. Permenaker No. 1
Tahun 1976
Kewajiban Latihan Hiperkes
bagi Tenaga Paremedis
Perusahaan
4. SK Direktur Jenderal
PHI & P No. : Kep.
84/BW/1998
Cara pengisian Formulir
Laporan dan Analisis Statistik
Kecelakaan
Sumber : Data Sekunder Database Hiperkes, 20111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
8. Pemenuhan Klausul OHSAS 18001
Perusahaan sangat komitmen terhadap pemenuhan klausul OHSAS
18001. ini dibuktikan pada tabel dibawah ini :
Tabel.13 : Pemenuhan PT Krakatau Steel dalam Klausul OHSAS 18001
KLAUSUL OHASAS 18001 : 2007 PROSEDUR-WI DOKUMENTASI
4. PERSYARATAN SISTEM
MANAJEMEN K3
4.1. PERSYARATAN UMUM MANUAL SMKS
4.2. KEBIJAKAN K3 MANUAL SMKS Kebijakan K3 PT KS
4.3. PERENCANAAN
4.3.1. Identifikasi bahaya, penilaian
resiko dan pengendalian risiko
Prosedur Identifikasi Aspek
Lingkungan dan Bahaya
REGISTRASI K3
4.3.2. Persyaratan Hukum & lainnya Prosedur Identifikasi Peraturan
dan Perundangan, Aspek
Lingkungan dan Bisnis
Perusahaan
EVALUASI PERATURAN K3
4.3.3. Sasaran & Program Prosedur Penyusunan Program
Pengendalian Dampak
Lingkungan dan Bisnis
Perusahaan
RENCANA PERBAIKAN K3
Prosedur Pengukuran Kinerja
Bisnis dan Lingkungan
Perusahaan
Indikator Kinerja K3LH
Program Kerja DIVISI K3LH,
Program Perbaikan K3
4.4. PENERAPAN &
PENGOPERASIAN
4.4.1. Sumber Daya, Peranan, Tangung-
Jawab, Pertangungjawaban &
Kewenangan
Fasilitas & Sarana Keselamaan.
Kesehatan dan Lingkungan
Fungsi Organisasi Divisi
K3LH, Divisi QP & MS,
Management Representatif,
Divisi Sec & Fire Mngt, Subdit
HCP& D, Subdit HCM&A,
Divisi Mng. Material, P2K3/
Sub P2K3/ Safety Plant,
TKTD/TTD
4.4.2. Kompetensi, Pelatihan &
Kesadaran
WI Analisis Gap Kompetensi Pemenuhan Gap Kompetensi
K3 (Operator dan Keahlian K3
& Lingkungan
Perencanaan Pengembangan
Pelatihan/ Training Karyawan
4.4.3. Komunikasi, Partisipasi &
Konsultasi
WI Penyelenggaraan P2K3 P2K3 & Sub P2K3
Lembaga Bipartit
Konseling Hiperkes
WI Komunikasi dan Pelaporan
K3LH
Papan Informasi K3
Raport Kesehatan
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Sambungan
KLAUSUL OHASAS 18001 : 2007 PROSEDUR-WI DOKUMENTASI
4.4.4 . Dokumentasi Prosedur Pengendalian Record Daftar distribusi prosedur dan
dokumen
WI Kearsipan Retensi Arsip K3LH
4.4.5. Pengendalian Dokumen Prosedur Pengendalian Dokumen
dan Data
Pengendalian prosedur dan WI
K3LH
4.4.6. Pengendalian Operasional WI Identifikasi Bahaya,
Penilaian dan Pengendalian
Risiko
UPDATING REGISTRASI K3
WI Identifikasi dan Evaluasi
Aspek Dampak Penting
Lingkungan
UPDATING SIGNIFICANT
NUMBER
WI Pengujian Ulang/ Sertifikasi
Peralatan/ Instalasi Berbahaya
Perizinan & Sertifikasi Instalsi
Berbahaya
WI Pengawasan K3 Laporan Inspeksi K3
WI Pemantauan Lingkungan Monitoring FLK
WI Pengujian Kesehatan Standar Pengujian Kesehatan
Identifikasi/ Registrasi penyakit
degeneratif, penyakit kronis,
penyakit menular, penyakit
hubungan kerja
Assessment Tingkat risiko
Faktor Lingkungan Kerja
WI Penyusunan Standar K3 Juklak Pengadaan Kursi
Ergonomi
WI Pembatasan Akses Daerah
Berbahaya Pengawasan K3
WI Penggunaan Sistem
Penandaan Distribusi LOTO
WI Pembuatan, Pendistribusian
dan Pemasangan Rambu/ Poster
K3 Distribusi Rambu & Poster K3
WI Pengawasan Radioaktif Laporan pengawasan
WI Pemberian Izin Kerja
Berbahaya Laporan perizinan kerja
berbahaya
WI Sertifikasi Operator/ Juru
Las/ Ahli K3 Dokumen Sertifikasi K3
WI Penelitian SDM
Persyaratan K3 dalam Standart
Operating Prosedur (SOP)
WI Pembuatan, pendistribusian
dan Pemasangan Rambu/ Poster
K3
Distribusi Rambu & Poster K3
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Sambungan
KLAUSUL OHASAS 18001 : 2007 PROSEDUR-WI DOKUMENTASI
WI Pengawasan Kesehatan
Karyawan Monitoring tingkat kesehatan
pekerja bising, panas, debu,
radioaktif, kimia & Ergonomi
Monitoring prevalency kasus
baru & lama
Laporan Pengawasan Gizi
Kerja, KLB, Faslitas & Kualitas
Air minum, Extra Fooding
WI Penyuluhan K3 Pelatihan Satgas Medis,
Edukasi MCU, Promosi
Kesehatan, Induction Course,
HCP & Ergonomi
Persyaratan K3 Vendor/
Kontraktor
AMDAL, RKL/RPL,
Persyaratan K3LH pada
Project Revitalisasi & Project
Expantion
4.4.7 Kesiapan & Tanggap Darurat Prosedur Tanggap Darurat, Pedoman Tanggap Darurat
Pelatihan TKD/TTD, Damkar/
Satgas Medis
Prosedur Sistem Manajemen
Pengamanan
WI Kedaruratan Radioaktif Laporan pengawasan RA
Manual Equipment (Fabriq)
WI Pelayanan Perlengkapan P3K Laporan Pelayanan & Pemetaan
Fasilitas P3K/TTD
4.5 PEMERIKSAAN
4.5.1 Pengukuran dan Pemantauan
Kinerja
WI Pelaporan Pencapaian Sasaran
Kerja Unit Pencapaian Program kerja &
Kinerja Unit
4.5.2 Evaluasi & Kepatuhan Evaluasi Pemenuhan Peraturan
(Kinerja K3LH), laporan P2K3,
laporan Management Review
4.5.3 Investigasi Insiden,
Ketidaksesuaian, Tindakan
Perbaikan & Pencegahan
4.5.3.1 Investigasi Insiden (Incident
investigation)
WI Penanganan Kecelakaan
Kerja Laporan Investigasi Kecelakaan
Kerja
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Sambungan
KLAUSUL OHASAS 18001 : 2007 PROSEDUR-WI DOKUMENTASI
WI Pelayanan Perlengkapan P3K Laporan Pelayanan
Perlengkapan P3K
4.5.3.2 Ketidaksesuaian, Tindakan
perbaikan & Pencegahan
Prosedur Tindakan Perbaikan dan
Pencegahan
Laporan Audit, Corrective
Action Report (CAR), Non
Conformence Report (NCR)
WI Ketidaksesuaian, Tindak
Perbaikan dan Pencegahan
Bidang K3LH
Laporan Ketidaksesuaian hasil
Inspeksi K3, Investigasi
kecelakaan kerja, Hasil
keputusan Management
Review/ P2K3
WI Penanganan Karyawan Sakit
Berkepanjangan
Data Rekomendasi Kesehatan
dan Medical Record
WI Penanganan Penyakit Akibat
Kerja
Data Riwayat kesehatan, Data
Riwayat pekerjaan, Data
FLK,Rekomendasi Okupasi
4.5.4 Pengendalian Catatan WI Komunikasi dan Pelaporan
K3LH Laporan Divisi K3LH
Dokumentasi & dan updating
data elektronik (DB) Hiperkes
4.5.5 Audit Internal Prosedur Audit Internal Laporan Hasil Audit Internal &
Audit Eksternal
4.6 TINJAUAN MANAJEMEN Prosedur Tinjauan Manajemen Management Review &
Rencana Perbaikan Tahun
mendatang
Sumber : Data Sekunder Database Hiperkes, 2011
Tabel.14 : Fasilitas Tanggap Darurat
FASILITAS KETERANGAN LOKASI
Satuan TTD & TKTD Satgas (SAR, Evakuasi, Medis, Damkar,
Komunikasi, Keamanan, Pemulihan) Semua unit kerja
Pemadam Kebakaran Fire Brigade Plant Site (TKTD pusat)
Hydrant, APAR Seluruh Unit kerja
Fire dtector System, Sprinkle System, Unit kerja dengan risiko
tinggi kebakaran
Fire Ground Divisi Security (TKTD
pusat)
Evakuasi Sarana evakuasi Semua unit kerja
Perlengkapan SAR Divisi Security (TKTD
pusat)
Mobil utility Seluruh unit kerja
Komunikasi Tsunamy Warning System Plant Site (TKTD pusat)
HT, HP, Telephon Seluruh unit kerja
P3K POS P3K dan Ambulance Plant Site (TKTD pusat)
Instalasi Gawat Darurat RS Krakatau Medika
Kotak/ Obat P3K Semua unit kerja
Kit Plant Site
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Sambungan
FASILITAS KETERANGAN LOKASI
Eye dan body Shower Plant Site
Shelter & Assemby point Seluruh unit kerja
Sumber : Data Sekunder PT KS, 2011
Gambar.4 : Struktur Organisasi P2K3 PT Krakatau Steel (Persero), tbk
Sumber : Data Sekunder PT KS, 2011
P2K3 PUSAT
(Dir. Produksi)
K3LH
Ketua : Mng. Operasi
Wakil : Mng. PP
Sek : Safety
Plant/AK3 Umum
SUB P2K3
PBS
SUB P2K3
UTILITY
SUB P2K3
PBK
SUB P2K3
PBLD
SUB P2K3
PBLP
SUB P2K3
PSB II
SUB P2K3
PSB I
SUB P2K3
PBB
SUB P2K3
WHM
SUB P2K3
PK
SUB P2K3
PPC
SUB P2K3
PHP
SUB P2K3
PL&P
KEAMANAN P2M BAPELKES HCIA HCD SKKS RSKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tabel.14 : Distribusi P2K3 & Sub P2K3
NO PANITIA PEMBINA K3 (P2K3) FREKUENSI PERTEMUAN
1 Pabrik Besi Spons 2 bulan 1 kali
2 Pabrik Billet Baja 1 kali per-bulan
3 Pabrik Slab Baja - I 1 kali per-bulan
4 Pabrik Slab Baja - II 1 kali per-bulan
5 Pabrik Baja Lembaran Panas 1 kali per-bulan
6 Pabrik Baja Lembaran Dingin 1 kali per-bulan
7 Pabrik Batang Kawat 2 bulan 1 kali
8 Divisi Prwt Lapangan & Perbengkelan 2 bulan 1 kali
9 Divisi Utility 2 bulan 1 kali
10 Divisi Pengendalian Kualitas 2 bulan 1 kali
11 Divisi Penanganan Hasil Produksi 2 bulan 1 kali
12 Divisi Perencanaan Produksi 2 bulan 1 kali
13 Divisi Manajemen Material 2 bulan 1 kali
14 Divisi Warehousing Management 2 bulan 1 kali
15 Direktorat Produksi (P2K3 Pusat) 3 bulan 1 kali
Sumber : Data Sekunder PT KS, 2011
B. Pembahasan
1. Distribusi Risiko K3
PT Krakatau Steel (Persero), Tbk telah melakukan identifikasi risiko
bahaya dan dilakukan evaluasi secara periodik minimal setiap dua tahun
atau setiap terjadi perubahan proses produksi. Tujuan identifikasi bahaya
adalah mengetahui sedini mungkin adanya penyimpangan K3 dan perlu
dilakukan tindakan pengendalian agar risiko-risiko bahaya tersebut dapat
diterima (acceptable risk). Berdasarkan tabel no 2 tentang distribusi risiko
K3, faktor risiko Hiperkes yang paling dominan berdasarkan jumlah
lokasi/unit kerja adalah kebisingan. Karena hampir di setiap lokasi pabrik
menggunakan mesin yang menghasilkan bising.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Kegiatan identifikasi risiko K3 telah sesuai dengan klausul OHSAS
18001 4.3.1 tentang identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian
risiko.
Kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan klausul OHSAS
18001.
2. Risiko FLK di Unit Produksi
Identifikasi aktiftas kerja dan proses produksi yang menimbulkan
risiko K3 telah di identifikasi terutama untuk risiko faktor lingkungan
kerja (FLK). Berdasarkan tabel no 3 tentang distribusi risiko faktor
lingkungan kerja, faktor yang paling dominan adalah faktor fisik (23,7%)
dan faktor kimia (16,5%). Karena hampir di lokasi pabrik menggunakan
mesin yang menghasilkan bising, getaran dan panas, aktifitas yang
dilakukan terdapat radiasi Sinar infra merah (SIM) dan Sinar ultra violet
(SUV) serta sinar radioaktif dan sinar menyilaukan.
Secara keseluruhan kegiatan identifikasi risiko FLK telah sesuai
dengan Klausul OHSAS 18001 4.3.1 tentang identifikasi bahaya, penilaian
risiko dan pengendalian risiko.
Kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan klausul OHSAS
18001.
3. Level Risiko Bahaya
Penilaian risiko bahaya yang ada di tempat kerja dikelompokan
menjadi acceptable risk dan unacceptable risk. Dalam tabel no 4 dan 5
menunjukan bahwa level risiko yang ada di unit produksi sebagian besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
dalam kategori acceptable risk sebesar 98,5%, sedangkan risiko moderate
sebesar 1,5%. Pada risiko bahaya unacceptable risk (risiko moderate)
perlu perhatian khusus dalam hal pengendalian bahaya yaitu dengan
penambahan pengendalian bahaya yang sesuai dengan jenis bahayanya
agar risiko tersebut dapat diturunkan dan diharapkan dapat masuk ke
dalam kategori acceptable risk.
Secara keseluruhan upaya pengendalian risiko sudah sesuai dengan
Klausul OHSAS 18001 4.3.1 tentang identifikasi bahaya, penilaian risiko
dan pengendalian risiko.
Kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan klausul OHSAS
18001.
4. Pengendalian Bahaya
PT Krakatau Steel (Persero), Tbk telah melakukan identifikasi risiko
dan penilaian risiko dan mencatat pengendalian risiko K3 yang telah
dilaksanakan. Nilai risiko K3 dikelompokan menjadi acceptable risk dan
unacceptable risk. Sistem Manajemen K3 perusahaan menetapkan nilai
risiko unacceptable risk adalah > 90. Berdasarkan hasil analisa tabel no 6,
7 dan 8 menunjukkan bahwa tiga besar pengendalian bahaya yang paling
dominan adalah pengendalian administrasi sebesar 56,9%, pelatihan
sebesar 20,9% dan penggunaan APD sebesar 14,5%.
Aktifitas pengendalian yang telah dilaksanakan perusahaan sudah
sesuai dengan Klausul OHSAS 18001 4.3.1 tentang identifikasi bahaya,
penilaian risiko dan pengendalian risiko.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan klausul OHSAS
18001.
5. Efektifitas Pengendalian Bahaya
PT Krakatau Steel (Persero), Tbk telah melakukan pengendalian
bahaya terhadap risiko-risiko bahaya yang terdapat di tempat kerja.
Berdasarkan perhitungan efektifitas pengendalian dengan cara
membandingkan tingkat reduksi bahaya dengan tingkat risiko yang ada,
dimana jumlah reduksi – jumlah risiko = efektifitas pengendalian. Dari
data tabel no 9 menunjukan bahwa setiap lokasi teah melakukan
pengendalian bahaya dengan efektif. Ini dibuktikan bahwa nilai dari
efektifitas tersebut > 100 %.
Aktifitas pengendalian yang telah dilaksanakan perusahaan sudah
sesuai dengan Klausul OHSAS 18001 4.3.1 tentang identifikasi bahaya,
penilaian risiko dan pengendalian risiko.
Kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan klausul OHSAS
18001.
6. Pengelolaan Hiperkes
Salah satu bentuk pengendalian risiko bidang Hiperkes yang telah
dilakukan oleh perusahaan adalah pengendalian secara administrasi yaitu
pengujian kesehatan berkala dan khusus serta edukasi hiperkes (promosi
kesehatan) meliputi konseling MCU, ergonomi, edukasi MCU, promosi
kesehatan dan HCP. Berdasarkan tren kelainan sepuluh besar hasil MCU
periode tahun 2006 – tahun 2009, terdapat penurunan angka yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
signifikan dan dari database kesehatan menujukan indikasi penyakit
hubungan kerja tahun 2009 dan 2010 cukup rendah (0,1%). Hal ini
menunjukkan bahwa pengelolaan hiperkes yang telah dilakukan berjalan
secara efektif.
Ini sesuai dengan klausul OHSAS 18001 4.4.6 tentang pengendalian
operasional
Kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan klausul OHSAS
18001.
7. Pemenuhan Peraturan Hiperkes
Pemenuhan peraturan yang terkait dengan kegiatan pengawasan,
pengujian dan pembinaan bidang Higiena Perusahaan dan Kesehatan
Kerja sebanyak tiga puluh lima (35), dengan rincian Undang Undang (50),
Peraturan Pemerintah (2), Permenaker (13), Permenkes (4), Kepmenaker
(5), Kemnekes (3), Surat Edaran/ Juklak, SK Dirjen (3). Konsistensi
perusahaan dalam pemenuhan peraturan menunjukan komitmen top
manajemen dalam menyelenggarakan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Hidup sesuai dengan ketentuan dan klausul atau kriteria
sistem manajemen K3.
Ini sesuai dengan klausul OHSAS 18001 4.3.2 tentang persyaratan
umum dan lainnya dan 4.5.2 tentang evaluasi dan kepatuhan.
Kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan klausul OHSAS
18001.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
8. Pemenuhan Klausul OHSAS 18001
1.1. Tata cara penyelenggaran Sistem Manajemen K3.
Pengelolaan risiko keselamatan dan kesehatan kerja di PT
Krakatau Steel (Persero), tbk diselenggarakan secara terintegrasi
dalam satu sistem manajemen perusahaan (SMKS) yang berdasarkan
ketentuan dan persyaratan yang diatur oleh Sistem Manajemen K3
(SMK3), Sistem Manajemen OHSAS 18001, Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001, Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 dan
Sistem Manajemen Pengamanan. Tata cara penyelenggaraan sistem
manajemen, kebijakan K3, penetapan tujuan, target dan program
K3, pengaturan tanggung jawab, pengaturan prosedur dan
dokumentasi, tata cara pengukuran dan evaluasi, Audit dan
management review serta pemeliharaan dan peningkatan sistem
manajemen secara berkesinambungan diatur dalam “Manual
SMKS”.
1.2. Manajemen Pengendalian Risiko K3
Kegiatan Identifikasi risiko K3, analisa risiko K3 dan evaluasi
kecukupan pengendalian risiko K3 dilakukan oleh personil yang
ditunjuk perusahaan dan memiliki kompetensi keahlian K3LH.
Kegiatan identifikasi risiko K3 dilakukan secara berkala minimal
setiap satu (1) tahun sekali dan atau bila terjadi perubahan proses
produksi, penggunaan fasilitas baru atau kegiatan lainnya yang
berdampak pada perubahan nilai risiko K3 serta kebutuhan akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
penambahan pengendalian risiko (un-acceptable risk). dan hasilnya
didokumentasikan dalam ”Registrasi K3”.
Dokumen registasi K3 dijadikan acuan perusahaan dalam
menyusun dan menetapkan “Rencana Perbaikan K3” (master plan).
Evaluasi terhadap progres perbaikan K3 dan Issue strategis K3
dilakukan melalui forum Manajemen Review setiap enam (6) bulan
yang dipimpin langsung oleh direktur utama dan dihadiri oleh
seluruh direktur PT Krakatau Steel (Persero), tbk dan general
manager dan manager terkait, serta seluruh direktur anak
perusahaan. Kondisi tersebut merupakan wujud komitmen
perusahaan dalam menyelenggarakan K3 secara konsisten dan benar,
karena setiap ketidaksesuaian dan kegiatan-kegiatan strategis K3 dan
lingkungan yang berdampak pada proses bisnis perusahaan dan
pembiayaan K3 akibat penyediaan sumber daya dapat diputuskan.
Untuk menentukan landasan hukum dalam menyelenggarakan
manajemen risiko K3, PT Krakatau Steel (Persero), tbk
melaksanakan identifikasi pemenuhan peraturan dan standar K3 dan
hasilnya didokumentasikan pada “Evaluasi Pemenuhan Peraturan
K3”, Sedangkan evaluasi terhadap ketaatan perusahaan dalam
pemenuhan peraturan ditetapkan sebagai indikator kinerja
perusahaan yang dilakukan penilaian kinerja setiap bulan dan hasil
evaluasi di komunikasikan pada pimpinan perusahaan dan pimpinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
unit kerja untuk dijadikan dasar tindakan perbaikan bila terdapat
penyimpangan.
Berdasarkan Tabel no 12 : Pemenuhan Peraturan K3 &
Kriteria Sistem Manajemen K3 Bidang Kesehatan Kerja, dan tabel
no 13 tentang Pemenuhan PT Krakatau Steel (Persero), tbk dalam
Klausul OHSAS 18001, menunjukan PT Krakatau Steel (Persero),
tbk dalam menyelenggarakan kegiatan Higiena Perusahaan dan
Kesehatan Kerja (Hiperkes) telah memenuhi klausul OHSAS 18001.
Untuk menjamin terselenggaranya tahapan sistem manajemen
K3 yang terdiri dari perencanaan (4.3.), penerapan dan
pengoperasian (4.4), pemeriksaan (4.5), tinjauam manajmen (4.6)
secara konsisten, PT Krakatau Steel (Persero), tbk menetapkan
Manual SMKS (level 1), prosedur (level II), Work
Instruction/Standard Operating Procedure/Tehnical Standard
Engineering/Tehnical Standard Maintenance (level 3) serta
pengendalian dokumen dan record sheet (level 4) secara sistematis.
Ruang lingkup standar operating prosedur pada proses produksi,
maintenance dan penunjang produksi memasukan “ Persyaratan K3”
sebagai bagian dari sistimatika SOP. SOP pada pekerjaan dengan
tingkat risiko tinggi dilakukan kajian Job Safety Analysis (JSA),
Hazardous Operability (HAZOP). Penatalaksanaan pekerjaan yang
diatur dalam SOP mencakup kondisi “Operasi Normal, Operasi
Abnormal dan Operasi Emergency (Tanggap darurat)”. Pengaturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
tersebut sesuai dengan klausul OHSAS 18001 (4.4.6. Pengendalian
Operasional).
Untuk menjamin pengendalian operasional terhadap risiko k3
dilakuan dengan benar, perusahaan menetapkan prosedur yang
mengatur tentang identifikasi bahaya yaitu Prosedur Identifikasi
Aspek Lingkungan dan Bahaya, WI Identifikasi Bahaya, Penilaian
dan Pengendalian Risiko, WI Identifikasi dan Evaluasi Aspek
Dampak Penting Lingkungan, WI Pengujian Ulang/Sertifikasi
Peralatan/Instalasi Berbahaya, WI Pengawasan K3, WI Pemantauan
Lingkungan, WI Pengujian Kesehatan, WI Pengawasan Radioaktif,
WI Pengawasan Kesehatan Karyawan).
PT Krakatau Steel (Persero), tbk menjamin identifikasi
ketidaksesuian dapat ditindaklanuti dengan baik sehingga risiko K3
dapat menjadi acceptable risk melalui “Prosedur Tindakan Perbaikan
dan Pencegahan; WI Ketidaksesuaian, Tindak Perbaikan dan
Pencegahan Bidang K3LH; WI Penanganan Kecelakaan Kerja; WI
Pelayanan Perlengkapan P3K; WI Penanganan Karyawan Sakit
Berkepanjangan; WI Penanganan Penyakit Akibat Kerja; WI
Pelaporan Pencapaian Sasaran Kerja Unit. Guna memonitor progress
erbaikan K3 dan temuan inspeksi K3 dan Audit k3 dtindaklanjuti,
perusahaan menetapkan prosedur Audit Internal, Prosedur Tinjauan
Manajemen dan WI Komunikasi dan Pelaporan K3LH. Hal tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
menunjukan kecukupan prosedur perusahaan dalam mengelola risiko
K3 yang sesuai dengan standar manajemen sistem
Proses updating data, analisa, dokumentasi elektronik,
pelaporan dan distribusi dokumen dan catatan Hiperkes tersusun
dengan baik dan terjamin akan kecukupan data, historikal database
kesehatan, akurasi data (validitas) sehingga rangkaian kegiatan
identifikasi risiko kesehatan lingkungan kerja, analisa risiko dampak
lingkungan kerja dan perencanaan pengendalian risiko kesehatan
dapat dilakukan sesuai dengan klausul sistem manajemen K3,
peraturan K3 dan standar K3 yang berlaku nasional maupun
internasional. Hal ini dibuktikan dengan pengendalian risiko
hiperkes dan hasil pengendaliannya dapat dimonitor dengan baik.
(Gambar.3 : efektifitas pengendalian risiko administrasi (pengujian
kesehatan), tabel 11 : pengendalian risiko kesehatan melalui edukasi
Hiperkes dan gambar.4 : tren kesehatan berdasarkan 10 kelainan
MCU (2006-2009).
1.3. Pengaturan Tanggung Jawab K3 dan Lingkungan
Tanggung jawab penyelenggaran K3 dilakukan oleh Divisi
K3LH yang berperan sebagai perencana program K3 dan pengawas
dan pembina pelaksanaan K3 unit kerja. Pelaksanaan opersional K3
tingkat unit kerja dilakukan oleh Sub P2K3. (tabel no 14 tentang
Distribusi P2K3 & Sub P2K3). Peranan Sub P2K3 di PT Krakatau
Steel sangat penting dan strategis dimana program program k3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
seperti : program perbaikan K3 (SMK3), inspeksi K3 , sertifikasi
operator dan instalasi berbahaya, promosi kesehatan dalam rangka
mengendalikan risiko kesehatan dan dampak lingkungan kerja dan
pekerjaaan. Pengawasan rutin K3 dilakukan oleh Safety Plant yang
merangkap sebagai sekretaris sub P2K3 unit yang memiliki
kompetensi sebagai Ahli K3. Sedangkan pengawasan K3 berkala
dilaksanakan secara bersama terdiri dari Safety Plant, Engineer
K3LH, Staf Security and Fire Management dan unit kerja lain yang
terkait. Bentuk organisasi dan kepengurusan Sub P2K3, agenda
pertemuan dan program Sub P2K3 serta pertemuan periodik sudah
sesuai dengan ketentuan Permenaker No. Per-04/MEN/1987 tentang
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
PT Krakatau Steel (Persero), tbk telah menyiapkan antisipasi
bila pengendalian risiko K3 mengalami kegagalan atau terjadi
kondisi Emergency. Kondisi tanggap darurat yang di antsipasi
melipuiti risiko bencana yang dimungkinkan akibat gempa bumi,
tsunami dan efek sekunder dari bencana industri tingkat kawasan dan
sektor industri kimia Cilegon. Penyelenggraan sistem Tanggap
Darurat diatur dalam prosedur ”Tanggap Darurat, prosedur Sistem
Manajemen Pengamanan dan manual operasi pabrik” yang
dikeluarkan oleh pembuat mesin dan perangkatnya. Penanggung
jawab pengelolaan sistem tanggap darurat adalah General Manager
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Security & General Affair. Organisasi tanggap darurat tingkat pusat
(TKTD) dan organisasi tingkat unit (TTD), kelengkapan fasilitas
tanggap darurat, pelatihan dan komunikasi sudah memenuhi standar
sisitem manajemen K3
Tanggung jawab monitoring penyelenggaran Sistem
manajemen K3, dan mekanisme pelaksanaan Audit internal
dilaksanakan oleh Manager Divisi Quality Promotor & Management
System Sedangkan penyelenggaran tinjauan manajemen dipimpin
oleh Management Representatif (MR) dengan tugas dan tanggung-
jawab diatur dalam Manual SMKS dan level jabatan ketua MR
adalah General Mananger atau satu tingkat dibawah direktur. Hal ini
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam sistem management ISO,
OHSAS 18001 dan SMK3 yang mengatur pemisahan tugas dan
fungsi organisasi pelaksana dan pengawas serta posisi pejabat
penangung jawab tinjauan manajemen.
1.4. Audit K3
Sebagai konsekuensi PT Krakatau Steel (Persero), tbk
mendapat sertifikasi Sistem manajemen maka perusahaan setiap
tahun dilakukan audit dan setiap tiga tahun dilakukan surveylance
oleh auditor dari lembaga independent pemegang otoritas Sistem
Manajemen K3 di Indonesia. Record Audit menunjukan bahwa PT
Krakatau Steel (Persero), tbk dalam menyelenggarakan manajemen
pengelolaan risiko K3 & lingkungan sudah memenuhi standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
dengan katagori ”Baik”. Hal ini dibuktikan pada audit eksternal yang
dilaksanakan pada tanggal 18 sd 22 april 2011 dengan hasil tingkat
pencapaian SMK3 sebesar 97 % dan Pencapaian Audit OHSAS
18001 dan Sistem Manajen Pengamanan tidak terdapat temuan major
dan sembilan temuan tingkat ”observasi” yang dapat segera ditutup
dengan tenggang waktu kurang dari tiga bulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. PT Krakatau Steel (Persero), tbk telah melakukan kegiatan identifikasi
bahaya, penilaian risiko dan pengendalian bahaya di tempat kerja. Dimana
risiko bahaya yang masuk ke dalam risiko moderate/unacceptable risk
adalah kebisingan, tekanan panas dan debu serta telah dilakukan upaya
pengendalian untuk menurunkan risiko bahaya tersebut. Ini sesuai dengan
klausul OHSAS 18001 4.3.1 tentang identifikasi bahaya, penilaian risiko
dan pengendalian bahaya.
2. PT Krakatau Steel (Persero), tbk telah melakukan kegiatan pengelolaan
hiperkes sebagai tindakan pengendalian bahaya khususnya terhadap
kesehatan pekerja dimana merupakan pengendalian bahaya secara
administration control. Ini sesuai dengan klausul OHSAS 18001 4.4.6
tentang Pengendalian Operasional.
B. Saran
1. Risiko yang masuk kedalam level risiko moderate/unacceptable risk perlu
dilakukan tindakan pengendalian bahaya sehingga level risiko bahaya
tersebut dapat turun dan masuk kedalam katagori acceptable risk. Dengan
cara melakukan sosialisasi kepada pekerja akan bahaya yang terdapat di
tempat kerja khususnya bahaya kebisingan, tekanan panas dan debu
sehingga pekerja memiliki kewaspadaan selama berkerja dan sosialisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
tentang pentingnya penggunaan APD sesuai dengan bahaya di tempat
kerja.
2. Perlu dikembangkan pengendalian separation (engineering control)
karena yang tercatat dalam dokumen registrasi K3 jumlahnya masih
rendah.