Download - PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP …
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA
KELAS VII SMP ISLAM PLUS AS-SA’ADATAIN DEPOK
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2017/2018
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Elvira Rosiana
NIM: 1112013000001
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Shipsi beゴudul Pengain Penggllnaan Media Video Terhadap Pembettaran
Keterampilan Menyimak Siswa Kelas VⅡ SMP Islam As― Sa'adatain Depok
Semester Gattil Tahm利 がan 2017/2018 disuslln olch ELVIRA ROSIANA,NIM
H12013000001,dttukan kepada Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syttf ldγatullah Jakarta dan telah dinyttakan lulus dalaln UJian Munaqosah
pada tangga1 27 Septembcr 2017 di hadapan dewan penguJi.Karena itu,penulis
berhak mempcЮleh gelar Sttana Sl(S.Pd。 )ddam bidang Pendidikan Bahasa dan
Sastra lndonesia.
Jakarta,27 September 2017
Panitia ujia五 Munaqosah
Ketua Panitia(Ketua Jurusanh
Dr.Makvun Subukin M.Ⅱ um。
NIP.198003052009011015
Sekrctaris(Sekretaris Jumsaゴ Prodi)
NIP.197602252008011020
PengllJl I
Dr.Elvi Susanti,M.Pd.196808012008012016
Pengu」 lH
Nursvamsivih,M.Pd.198310212015032002
Tanggal
u亀ハ1
吟4γt子
Tanda Tangan
|プoノン昨.ζOI
/
i
ABSTRAK
Elvira Rosiana (NIM : 1112013000001). Pengaruh Penggunaan Media Video
Terhadap Pembelajaran Keterampilan Menyimak Siswa Kelas VII SMP
Islam Plus As-Sa’adatain, Depok Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Kata Kunci: Media Video, Keterampilan Menyimak
Penelitian ini bertujuan mendapatkan bukti empiris tentang penggunaan media video terhadap keterampilan menyimak siswa. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Islam Plus As-Sa’adatain, Depok. Sampel penelitian berjumlah 38 siswa
dipilih dengan menggunakan teknik sampel jenuh. Instrumen penelitian berupa tes pilihan-ganda. Sebelum melakukan percobaan, peneliti memberikan pretest di kelas eksperimen. Kemudian, siswa diajarkan dengan menggunakan media video.
Di akhir percobaan, siswa diberikan posttest. Peneliti mengkalkulasikan t-test
untuk menganalisis data. Nilai thitung adalah 2,2 dan derajat kebebasan (dk)
adalah 36, sedangkan nilai ttabel pada tingkat signifikan 0,05 atau 1 – ½ α
(0,975) adalah 2,028. Hasil t-test menyatakan bahwa hasil thitung dan ttabel adalah signifikan. Hasil perhitungan menyatakan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima (2,2 >
2,028), artinya terdapat pengaruh dalam penggunaan media video terhadap pembelajaran keterampilan menyimak siswa. Dapat disimpulkan bahwa
penggunaan media video memiliki pengaruh terhadap pembelajaran keterampilan menyimak siswa kelas VII SMP Islam Plus As-Sa’adatain, Depok Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018.
ii
ABSTRACT
Elvira Rosiana (NIM: 1112013000001). The Effectiveness of Video Media
towards Students’ Listening Skill at the Seventh Grade Student of SMP Islam
As-Sa’adatain Depok in Academic Year 2017/2018. Department of Indonesian Literature and Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers’ Training, State
Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Keywords: Video Media, Listening Skill
The purpose of this research is to find out an empirical result of video usage towards students’ listening skill. The method that used in this research is the
experimental method. The population of this research is the seventh-grade student of SMP Islam Plus As-Sa’adatain, Depok. The sample of this research consists of
38 seventh-grade students that determined by random sampling technique. The instrument of this research is a multiple choice test. Before the researcher did the research, the researcher employed a pretest to experimental class, and then the
students taught using video medium. In the end of the research, the researcher gave the post-test to the students. The researcher used t-test to calculate and to
analyze the data taken. The result of tobserve is 2,2 with the degree of freedom (df) is 36, while the ttable with significant of 0,05 or 1 – ½ α (0,975) is 2,028. The result of t-test proven that tobserve and ttable is significant. Therefore, H0 is rejected and Ha
is accepted (2,2 > 2,028), that the use of video medium towards listening skill learning is effective. To sum up, the use of video medium towards students’
listening skill at the seventh-grade students of SMP Islam Plus As-Sa’adatain, Depok in academic year 2017/2018 is effective.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT. karena limpahan rahmat,
nikmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Salawat dan salam tercurah
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, para keluarga, dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Video terhadap
Pembelajaran Keterampilan Menyimak Siswa Kelas VII SMP Islam Plus
As-Sa’adatain Depok Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018” disusun
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi, penulis
membutuhkan bimbingan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Sebagai
ungkapan rasa hormat, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan arahan, motivasi, dan saran-saran bermanfaat bagi penulis.
4. Kepala SMP Islam Plus As-Sa’adatain, Depok Eris Nursyarah, M.Pd., yang
telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut. Guru
Bidang Studi Bahasa Indonesia yang telah membantu penulis selama
melakukan penelitian, dan seluruh siswa kelas VII yang telah bersedia
membantu penulis dalam kegiatan penelitian.
5. Kedua orang tua, Ayahanda Suhari dan Ibunda Suryana yang selalu sabar
mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis
selalu termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
iv
6. Kakak-kakak tercinta yang telah memberikan semangat kepada penulis.
7. Sahabat-sahabat seperjuangan “Gesrek”, Bunga, Dhyas, Hamidah, Nurul,
Rizki, Via, Yani, Nia, dan Fatimah atas segala bantuan dan kerjasamanya
selama ini.
8. Sahabat-sahabat saat suka dan suka “The Veterans”, Febria, Fitri, Dentika,
Aceng, Arif, Fikri, Deprajat, Edwin, Misbah, dan Novi atas segala bantuan
dan dukungannya selama ini.
9. Kawan-kawan angkatan 2012 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang terlibat dalam
penelitian dan selama penulisan skripsi ini.
Jakarta, Agustus 2017
Elvira Rosiana
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK ............................................................................................................ i
ABSTRACT.......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii
BAB I Pendahuluan ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 4
D. Perumusan Masalah ................................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian...................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian.................................................................................... 5
BAB II Kajian Teoretis....................................................................................... 7
A. Hakikat Menyimak ................................................................................... 7
1. Pengertian Menyimak.......................................................................... 7
2. Jenis-jenis Menyimak .......................................................................... 9
3. Tujuan Menyimak ............................................................................... 11
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak ................................... 11
5. Tes Keterampilan Menyimak .............................................................. 14
B. Hakikat Pembelajaran .............................................................................. 15
C. Hakikat Media Pembelajaran ................................................................... 18
1. Pengertian Media Pembelajaran .......................................................... 18
2. Ciri-ciri Media Pembelajaran .............................................................. 20
3. Fungsi Media Pembelajaran ................................................................ 23
4. Klasifikasi Media Pembelajaran .......................................................... 27
5. Media Audiovisual .............................................................................. 28
vi
D. Audiovisual (Video) Terhadap Media Pembelajaran ............................... 32
1. Perkembangan Video......................................................................... 32
2. Pengertian Video .............................................................................. 33
3. Video Animasi ................................................................................. 34
4. Kelebihan dan Kekurangan Media Video ......................................... 36
E. Penelitian yang Relevan ........................................................................... 38
F. Kerangka Berpikir .................................................................................... 41
G. Perumusan Hipotesis ................................................................................ 42
BAB III METODOLOGI PENETILIAN .......................................................... 43
A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 43
B. Metode dan Desain Penelitian .................................................................. 44
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 44
D. Populasi .................................................................................................... 45
E. Sampel ..................................................................................................... 45
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 46
G. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................. 46
H. Teknik Analisis ........................................................................................ 47
I. Hipotesis Statistik..................................................................................... 48
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 49
A. Gambaran Umum Sekolah ....................................................................... 49
B. Deskripsi Data ........................................................................................... 50
C. Analisis Data.............................................................................................. 54
D. Pengujian Hipotesis .................................................................................... 56
E. Pembahasan Hasil Penelitian...................................................................... 60
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 65
A. Simpulan ..................................................................................................... 65
B. Implikasi ..................................................................................................... 66
C. Saran-saran................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian ................................................................................... 44
Tabel 4.1 Nilai Pretest dan Posttest kelas Kontrol ............................................... 51
Tabel 4.2 Nilai Pretest dan Posttest kelas Eksperimen ......................................... 53
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pretest ................................................................ 54
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Posttest............................................................... 55
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest ............................................................ 55
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Posttest ........................................................... 56
Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis................................................................................. 56
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Wawancara Siswa
Lampiran 2 RPP Kelas Eksperimen
Lampiran 3 RPP Kelas Kontrol
Lampiran 4 Materi Pelajaran
Lampiran 5 Soal Pretest
Lampiran 6 Soal Posttest
Lampiran 7 Daftar Responden Kelas Eksperimen
Lampiran 8 Daftar Responden Kelas Kontrol
Lampiran 9 Pretest Kelas Eksperimen
Lampiran 10 Pretest Kelas Kontrol
Lampiran 11 Posttest Kelas Eksperimen
Lampiran 12 Posttest Kelas Kontrol
Lampiran 13 Hasil Uji Normalitas Pretest
Lampiran 14 Hasil Uji Normalitas Posttest
Lampiran 15 Hasil Uji Homogenitas Pretest
Lampiran 16 Hasil Uji Homogenitas Posttest
Lampiran 17 Foto Kegiatan
Lampiran 18 Lembar Uji Referensi
Lampiran 19 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 20 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lamoiran 21 Surat Pernyataan Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan, yang
menjadi salah satu tempat untuk melatih seseorang dalam terampil
berbahasa. Pendidikan bisa didapatkan melalui pembelajaran formal
maupun informal. Pada lembaga yang bersifat formal seperti sekolah,
keberhasilan suatu pendidikan dan pengetahuan dapat dilihat dari hasil
prestasi belajarnya. Proses belajar merupakan proses interaksi peserta
didik, pendidik, dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajarnya.
Namun, permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan
perkembangan situasi dan kondisi lingkungan yang ada. Informasi dan
kebudayaan, serta berkembangnya ilmu teknologi juga berpengaruh
terhadap dunia pendidikan. Ilmu yang diberikan pendidik diharapkan bisa
membentuk pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat, serta sikap
dan kepercayaan pada peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat bergantung dari motivasi
belajar dan kreativitas pengajar. Selain itu juga, dapat ditunjang dengan
fasilitas yang memadai dan kreativitas guru yang akan membuat peserta
didik lebih mudah mencapai target belajar. Pembelajaran yang memiliki
motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi
motivasi tersebut, motivasi dan pembelajaran membawa pada
keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur
melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar.
Pada proses belajar mengajar tersebut seorang guru dituntut mahir
mengelola sebuah kelas dengan kreatif, hal ini merupakan kunci sekaligus
ujung tombak pencapaian tujuan pembaharuan pendidikan. Seorang guru
dituntut untuk dapat mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
2
Strategi pembelajaran merupakan serangkaian rencana kegiatan
yang termasuk di dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya atau kekuatan dalam mencapai suatu keberhasilan
pembelajaran yang diinginkan. Strategi pembalajaran di dalamnya
mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara
spesifik. Suatu keberhasilan dalam belajar mengajar dapat dilihat dari
metode dan penggunaan media yang tepat dari seorang guru. Penggunaan
media yang tepat dalam pengajaran akan menimbulkan minat siswa dalam
mengikuti suatu pelajaran. Pentingnya media pembelajaran bagi
peningkatan kualitas pendidikan semakin tampak dengan perkembangan
teknologi sekarang ini. Pelaksanaan pendidikan dapat diperbaharui
dengan perkembangan teknologi. Kelengkapan media pembelajaran
sangat dibutuhkan untuk menunjang proses kelancaran belajar mengajar,
sehingga akan tercipta suatu pembelajaran yang menarik dan
mengasyikkan.
Media pembelajaran merupakan bentuk saluran yang digunakan
untuk menyalurkan sebuah pesan, informasi, maupun bahan pelajaran
kepada penerima pesan. Penggunaan media pembelajaran di dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan minat dan pengetahuan yang baru
terhadap siswa. Media audiovisual misalnya, merupakan salah satu media
pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik dalam proses belajar,
sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam merespon materi yang telah
dilihat dan didengarnya. Secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih
profesional dan inovatif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa diharapkan
memiliki kemampuan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
terdapat materi menyimak seperti menyimak cerita dan menceritakan
kembali cerita yang telah disimak.
Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
memiliki urgensi tinggi jika dibandingkan dengan keterampilan-
3
keterampilan berbahasa yang lain. Keterampilan menyimak tidak dapat
dipisahkan dari keterampilan berbahasa yang lain, yaitu keterampilan
berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini karena kemampuan menyimak
memiliki hubungan yang erat terhadap keterampilan berbahasa yang lain.
Jika, seseorang semakin banyak menyimak maka semakin baik pula
kemampuannya dalam berbicara, membaca, dan menulis, karena saat
menyimak seseorang akan menyerap kata-kata baru yang mungkin belum
pernah ia dengar, dengan cara demikian maka pengetahuan kosa kata
seseorang akan bertambah. Artinya, semakin rajin seseorang menyimak
terutama menyimak hal-hal penting, maka akan bertambah pula
penguasaan kosa katanya. Hal ini lah yang mejadi bekal seseorang untuk
keterampilan selanjutnya, yaitu keterampilan berbicara, menulis, dan
membaca.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan wawancara dengan
salah satu siswa di SMP Islam Plus As-Sa’adatain, Depok diketahui
bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia pada keterampilan menyimak
belum berjalan secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari setiap
pembelajaran, guru masih menggunakan metode ceramah pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Hal ini mengakibatkan siswa terlihat
kurang antusias dan cenderung pasif karena proses pembelajaran bersifat
monoton dan membosankan, serta guru lebih banyak mendominasi kelas
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada keterampilan menyimak
berlangsung. Selain itu, belum maksimalnya penggunaan media oleh
guru yang sudah disediakan pihak sekolah. Hal lainnya adalah materi-
materi dan tugas yang diberikan guru pada saat proses pembelajaran
berlangsung kurang menarik karena masih terpaku pada buku pegangan.
Sebenarnya, penggunaan media yang tepat untuk pembelajaran
menyimak akan merangsang siswa untuk lebih bersemangat dan lebih
menyenangi pembelajaran Bahasa Indonesia, contohnya guru dapat
mengunakan media video dogeng untuk mengajak siswa masuk ke dalam
sebuah cerita yang seakan-akan tokoh utama dalam cerita tersebut adalah
4
siswa. Dengan demikian, materi yang sedang diajarkan akan lebih
mengasyikan karena siswa terlibat langsung dan dapat berimajinasi penuh
dan pembelajaran pun akan mudah dipahami oleh siswa.
Atas dasar tersebut peneliti memiliki ketertarikan untuk
mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Penggunaan Media Video
Terhadap Pembelajaran Keterampilan Menyimak Siswa Kelas VII SMP
Islam Plus As-Sa’adatain, Depok Semester Ganjil Tahun Ajaran
2017/2018”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi
masalah penelitian antara lain:
1. Pembelajaran keterampilan menyimak belum berjalan secara optimal.
2. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran
keterampilan menyimak.
3. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran keterampilan
menyimak.
4. Penyajian materi yang kurang menarik sehingga siswa mudah bosan
dalam mengikuti keterampilan menyimak.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi
pada pengaruh penggunaan media video terhadap pembelajaran
keterampilan menyimak siswa kelas VII SMP Islam Plus As-Sa’adatain
Depok Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018. Pengaruh penggunaan
video terhadap pembelajaran keterampilan menyimak dapat dilihat dari
tes yang diberikan pada awal pembelajaran sebelum menggunakan media
video dan akhir pembelajaran setelah menggunakan media video.
5
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh media video terhadap pembelajaran
keterampilan menyimak siswa kelas VII SMP Islam As-Sa’adatain,
Depok semester ganjil Tahun Ajaran 2017/2018?
2. Apakah ada perbedaan hasil dalam pembelajaran keterampilan
menyimak siswa kelas VII SMP Islam As-Sa’adatain, Depok
semester ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 antara kelas yang
menggunakan media video dengan kelas yang menggunakan metode
konvensional (ceramah)?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini untuk
mengetahui:
1. Untuk mengetahui pengaruh media video terhadap pembelajaran
keterampilan menyimak siswa kelas VII SMP Islam As-Sa’adatain,
Depok semester ganjil Tahun Ajaran 2017/2018.
2. Untuk mengetahui perbedaan hasil dalam pembelajaran keterampilan
menyimak siswa kelas VII SMP Islam As-Sa’adatain, Depok semester
ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 antara kelas yang menggunakan media
video dengan kelas yang menggunakan metode konvensional (ceramah).
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Untuk memperkaya pengembangan strategi dalam pembelajaran
menyimak.
b. Untuk memperbaiki strategi mengajar yang selama ini digunakan
agar dapat menciptakan dan menerapkan kegiatan belajar mengajar
yang menarik serta tidak membosankan.
6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Menambah ilmu pengetahuan mengenai pembelajaran menyimak
dan mengembangkan teori pembelajaran menyimak dengan
menggunakan media audiovisual, khususnya media video.
b. Bagi Guru
Untuk memperkaya strategi dalam pembelajaran menyimak, dan
untuk memperbaiki metode mengajar yang selama ini digunakan
agar dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik
dan tidak bosan.
c. Bagi siswa
Untuk memberikan pengalaman dalam proses pembelajaran yang
baru dan mengasyikkan, sehingga dapat meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa terutama dalam keterampilan menyimak.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Menyimak
a. Pengertian Menyimak
Pembelajaran menyimak kurang mendapat perhatian
sebagaimana keterampilan berbahasa yang lain dalam pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia. Belum tentu guru bahasa secara
khusus mengajarkan sekaligus menguji kemampuan menyimak
siswa, walaupun sebenarnya kemampuan tersebut sangat diperlukan
untuk mengikuti kemampuan pembelajaran bahasa selanjutnya.
Iskandarwassid menegaskan bahwa ada kecenderungan keterampilan
menyimak dalam basa Indonesia kurang mendapat perhatian dalam
keseluruhan proses belajar bahasa Indonesia di semua jenjang
pendidikan. Fenomena ini terjadi di hampir semua negara.1
Menurut Tarigan, menyimak diartikan sebagai suatu proses
kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami
makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui
ujaran atau bahasa lisan. Dalam buku Tarigan, Russel and Russell
mengungkapkan bahwa menyimak memiliki makna mendengarkan
dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi.2 Pada proses
mendengarkan terdapat unsur kesengajaan dan dengan penuh
1 Iskandarwassid, dkk. Strategi Pembelajaran Bahasa , (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), hlm. 229. 2 Henry Guntur Tarigan, Menyimak: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa Bandung, 2008), hlm. 30 – 31.
8
perhatian, pada proses mendengar unsur itu tidak ada.3 Amir Ahsin
dalam Bustanul Arifin mengungkapkan,
Mendengarkan dapat didefinisikan sebagai suatu proses
penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak memperhatikan makna bunyinya, sedangkan menyimak atau
mendengarkan dipandangkan sebagai kegiatan mental yang lebih aktif daripada mendengar.4
Menyimak merupakan proses untuk mengorganisasikan apa
yang didengar dan menempatkan pesan suara yang didengar dan
ditangkap menjadi makna yang dapat diterima. Proses menyimak
terdiri dari lima tahap, yaitu: (1) tahap mendengarkan, dalam tahap ini
kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara
dalam ujaran atas pembicaraannya, (2) tahap memahami, setelah
mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk memahami dengan
baik isi pembicaraan, (3) tahap menginterpretasi, ketika sudah
memahami, bagi pendengar yang cermat dan teliti, maka ia akan
menafsirkan isi atau butir-butir pendapat yang tersirat dalam ujaran itu,
(4) tahap mengevaluasi, penyimak pun akan menilai atau
mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai kelebihan
dan kekurangannya, (5) tahap menanggapi, penyimak dapat
menyambut, mencamkan, dan menyerap serta menerima gagasan yang
dikemukakan oleh pembicara.5
Tarigan menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses yang
mencakup kegiatan mendengar, mengidentifikasi, menginterpretasi
bunyi bahasa kemudian menilai hasil interpretasi makna dan
menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana bahasa tersebut.6
Pendapat lain datang dari Sharon E. Smaldino yang menyatakan
bahwa mendengar adalah proses fisiologis, sementara menyimak
3 Sudarno, dan Eman A. Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia , (Jakarta: Hikmat
Syahid Indah, 1986), hlm. 94. 4 Bustanul Arifin, dkk, Menyimak, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 1.6. 5 Bustanul Arifin, Op. Cit., hlm. 1.19 – 1.20. 6 Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005),
hlm. 2.7.
9
adalah proses psikologis. Secara fisiologis, mendengar adalah
proses di mana gelombang suara yang memasuki telinga bagian
luar dipancarkan ke gendang telinga bagian tengah, dan diubah di
telinga bagian dalam menjadi sinyal yang bergerak menuju otak.
Sedangkan, proses psikologis dari menyimak dimulai dari
kesadaran dan perhatian seseorang tentang suara atau pola
pembicaraan, yang dilanjutkan dengan identifikasi dan pengenalan
sinyal auditori spesifik, dan berakhir dengan pemahaman.7
Dalam buku Budinuryanta, dkk, menyebutkan pokok
bahasan menyimak tercantum dalam kurikulum. Pengajaran
menyimak tergantung pada inisiatif guru. Guru yang menyadari
betapa fungsionalnya keterampilan menyimak dalam kehidupan
manusia mungkin akan mengupayakan pengajaran menyimak
dalam bentuk implisit. Guru yang tidak menyadari pentingnya
keterampilan itu pasti tidak pernah memikirkan pengajaran
menyimak.8
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
menyimak adalah mendengarkan lambang-lambang bunyi yang
dilakukan dengan sengaja dan penuh perhatian disertai pemahaman,
apresiasi, interpretasi, reaksi, dan evaluasi untuk memperoleh pesan,
informasi, menangkap isi atau pesan, dan memahami komunikasi.
b. Jenis-jenis Menyimak
Dalam pendidikan formal di sekolah, seperti juga dalam
peningkatan kemampuan membaca siswa, maka guru juga harus
membimbing kegiatan menyimak sehingga daya simak mereka
bersifat selektif, bertujuan, tepat, kritis dan kreatif. Oleh karena itu,
guru perlu mengetahui jenis-jenis menyimak berikut.
7 Sharon E. Smaldino, dkk, Instructional Technology dan Media for Learning, (Jakarta:
Kencana, 2012), hlm. 381. 8 Budinuryanta Y, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007), hlm. 9.18.
10
1) Menyimak ekstensif, yaitu jenis kegiatan menyimak yang
berhubungan dengan atau mengenal hal-hal yang lebih umum dan
lebih bebas terhadap suatu bahasa, tidak perlu bimbingan guru.
2) Menyimak Intensif, yaitu lebih diarahkan pada menyimak alamiah
secara lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu bimbingan
guru.
3) Menyimak sosial adalah biasanya berlangsung dalam situasi-
situasi sosial, tempat orang-orang mengobrol mengenai hal-hal
yang menarik perhatian.
4) Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara
kebetulan.
5) Menyimak estetik adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak
secara kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif.
6) Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang di
dalamnya sudah terlihat kurangnya keaslian ataupun kehadiran
prasangka serta ketidaktelitian yang diamati.
7) Menyimak konsentrasi merupakan sejenis telaah.
8) Menyimak kreatif adalah pembentukan ataupun rekontruksi
seorang anak secara imajinatif terhadap bunyi, visi atau
penglihatan, gerakan, atau perasaan-perasaan kinestetik yang
disarankan oleh apa-apa yang didengarnya.
9) Menyimak penyelidik adalah sejenis menyimak intensif dengan
maksud dan tujuan agak lebih sempit.
10) Menyimak interogatif adalah sejenis menyimak instensif yang
menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan
perhatian pemilihan.
11) Menyimak pasif adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya
sadar yang biasanya menyerupai upaya-upaya sadar yang biasanya
menyerupai kita pada saat belajar.9
9 Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi ,
(Bandung: UPI PRESS, 2007), hlm. 39-40.
11
c. Tujuan Menyimak
Perbedaan tujuan menyimak dapat menyebabkan adanya
perbedaan aktivitas menyimak. Adapun tujuan menyimak antara lain
sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh informasi.
b. Menyimak agar menjadi lebih efektif dalam hubungan-hubungan
antar-pribadi dalam kehidupan sehari-hari.
c. Untuk mengumpulkan data.
d. Menyimak agar dapat memberikan responsif yang tepat terhadap
segala sesuatu yang didengar.
e. Menyimak dengan tujuan agar memperoleh pengetahuan dari bahan
ujaran pembicara.10
Arifin menambahkan macam-macam tujuan menyimak, yaitu:
a. Menyimak dengan tujuan untuk belajar.
b. Menyimak dengan tujuan untuk mencari hiburan.
c. Menyimak dengan tujuan untuk menilai sesuatu, saat menjadi juri
misalnya.
d. Menyimak dengan tujuan untuk mengapresiasi.
e. Menyimak dengan tujuan untuk memecahkan masalah.11
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak
Menurut Henry Guntur Tarigan, faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam proses kegiatan menyimak yaitu sebagai berikut:
1) Faktor Fisik
Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang
turut menentukan keefektifan serta kualitas dalam menyimak.
Misalnya, ada orang yang sukar sekali mendengar. Dalam keadaan
seperti itu, mungkin saja dia terganggu atau kehilangan ide-ide
pokok seluruhnya. Juga secara fisik dia berada jauh di bawah
10 Tarigan, Op. Cit., hlm. 59 – 60. 11 Bustanul Arifin, Op. Cit, hlm. 1.26
12
ukuran gizi yang normal, sangat lelah, serta tingkah polahnya
tidak karuan. Kesehatan serta kesejahteraan fisik merupakan modal
penting dalam melakukan kegiatan menyimak. Lingkungan fisik
juga mempengaruhi dalam menyimak, seperti ruangan terlalu
panas, lembab atau terlalu dingin, dan suara bising dapat
mengganggu orang yang sedang melakukan kegiatan menyimak.
2) Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis dalam menyimak mencakup masalah-
masalah: 1) prasangka dan kurangnya simpati terhadap para
pembicara dengan aneka sebab dan alasan; 2) keegosentrisan dan
keasyikan terhadap minat pribadi serta masalah pribadi; 3)
kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang luas; 4)
kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perhatian
sama sekali pada pokok pembicaraan; 5) sikap yang tidak layak
terhadap sekolah, guru, pokok pembicaraan, atau sang pembicara.
3) Faktor Pengalaman
Latar belakang pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam
menyimak. Kurangnya minat dalam menyimak merupakan akibat
dari kurangnya pengalaman dalam bidang yang akan disimak
tersebut. Sikap yang menentang dan bermusuhan timbul dari
pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya, siswa tidak
akan ‘mendengar’ ide-ide yang berada di luar jangkauan
pengertian serta pemahaman mereka.
4) Faktor Sikap
Setiap orang akan cenderung menyimak secara seksama pada
topik-topik atau pokok-pokok pembicaraan yang dapat disetujui,
dibandingkan dengan yang kurang atau tidak disetujuinya. Pada
dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai
segala hal, yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan
bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan
13
menguntungkan baginya, tetapi bersikap menolak pada hal-hal
yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya.
5) Faktor Motivasi
Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan
seseorang. Jika motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka
dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan.
Dorongan dan tekad diperlukan dalam mengerjakan segala sesuatu.
Dalam mengutarakan maksud dan tujuan yang hendak dicapai,
bagi seorang guru merupakan suatu bimbingan kepada para siswa
untuk menanamkan serta memperbesar motivasi mereka untuk
menyimak dengan tekun.
6) Faktor Jenis Kelamin
Berdasarkan beberapa penelitian, para pakar menarik kesimpulan
bahwa pria dan wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang
berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun
berbeda pula. Silverman dan Webb mengemukakan fakta-fakta
bahwa gaya menyimak pria pada umumnya bersifat objektif, aktif,
keras hati, analitik, rasional, keras kepala, atau tidak mau mundur,
netral, instrusif (bersifat mengganggu), berdikari/mandiri, sanggup
mencukupi kebutuhan sendiri, dapat menguasai/mengendalikan
emosi; sedangkan gaya menyimak wanita cenderung lebih
subjektif, pasif, ramah/simpatik, difusif, sensitif, mudah
dipengaruhi, mudah mengalah, reseptif, bergantung, dan
emosional.
7) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan terdiri atas dua, yaitu lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Dalam lingkungan fisik, ruangan kelas
merupakan faktor penting dalam memotivasi kegiatan menyimak,
seperti menaruh perhatian pada masalah-masalah dan sarana-
sarana akustik, agar siswa dapat mendengar dan menyimak dengan
baik tanpa ketegangan dan gangguan. Para guru harus dapat
14
mengatur dan menata letak meja dan kursi sedemikian rupa
sehingga memungkinkan setiap siswa mendapatkan kesempatan
yang sama untuk menyimak. Lingkungan sosial juga sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam menyimak. Anak-
anak cepat sekali merasakan suatu suasana di mana mereka
didorong untuk mengekspresikan ide-ide mereka, juga cepat
mengetahui bahwa sumbangan-sumbangan mereka dihargai.
Anak-anak yang mempunyai kesempatan untuk didengarkan akan
lebih sigap lagi mendengarkan apabila seseorang mempunyai
kesempatan berbicara. Jadi, suasana di mana guru merencanakan
pengalaman-pengalaman yang memungkinkan anak-anak dapat
memanfaatkan situasi ruangan kelas untuk meningkatkan
keterampilan berkomunikasi mereka.
8) Faktor Peranan dalam Masyarakat
Kemauan menyimak dapat dipengaruhi oleh peranan dalam
masyarakat. Sebagai guru dan pendidik, dipandang perlu untuk
menyimak ceramah, kuliah atau siaran-siaran radio dan televisi
yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran.12
e. Tes Keterampilan Menyimak
Sasaran utama tes kemampuan menyimak adalah kemampuan
peserta tes untuk memahami isi wacana yang dikomunikasikan secara
lisan langsung oleh pembicara, atau sekedar rekaman audio atau
video.13 Selanjutnya Soenardi mengatakan pemahaman tersebut dapat
mengacu kepada pemahaman secara umum seperti topik yang dibahas
atau sekedar garis besar isinya, atau bagian-bagian yang lebih
terinci termasuk pelaku, lokasi, waktu, dan beberapa aspek yang
menonjol. Pemahaman lewat menyimak dapat pula berkaitan dengan
12 Tarigan, Op.Cit, hlm. 104 – 115. 13 Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa Sebagai Pegangan Bagi Pengajar Bahasa, (Jakarta:
Indeks, 2008), hlm. 114 – 115.
15
hal-hal yang lebih bersifat mendalam, yang tidak terbatas pada hal-hal
yang secara tegas dan langsung terungkapkan. Penetapan jenis sasaran
kemampuan yang dijadikan fokus tes disesuaikan dengan tingkat
kemampuan peserta tes.14
Pada tingkat pemula dapat digunakan butir-butir tes yang
jawabannya memerlukan sekedar pemahaman tentang hal-hal yang
secara langsung, konkret, dan harfiah termuat dalam wacana.
Pertanyaan-pertanyaan yang kurang langsung sifatnya, termasuk
kaitan antara berbagai bagian wacana, menemukan implikasi dan
menarik kesimpulan, sampai dengan menentukan sikap dan melakukan
evaluasi terhadap isi wacana, lebih sesuai bagi peserta tes yang tingkat
kemampuan bahasanya lebih tinggi.15
Selain tentang identifikasi dan rincian kemampuan tes
menyimak, bagian penting lain adalah pemilihan wacana untuk
dipahami dengan memperdengarkannya kepada peserta tes. Dari
wacana itulah nantinya sejumlah pertanyaan harus dijawab oleh
peserta tes sesuai dengan pemahamannya terhadap isi wacana. Tes
menyimak sebaiknya tidak merupakan sesuatu yang asing dalam
berbagai aspek, kecuali isi wacananya yang pemahamannya
merupakan sasaran pokok dari tes menyimak.16
2. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.17
Pembelajaran sebagai suatu sistem instruksional diartikan sebagai
perangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk
mencapai tujuan.18 Menurut Kimble dan Garmezy dalam buku
14 Ibid. 15 Ibid. 16 Ibid. 17 KBBI Offline. 18 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), hlm. 42.
16
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, pembelajaran adalah suatu
perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang
diulang-ulang. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar
harus dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud
adalah siswa yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai subjek
belajar dituntut aktif mencari, menemukan, menganalisis,
merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu
masalah.19 Setelah komponen siswa sebagai subjek belajar terlaksana,
tujuan pembelajaran adalah komponen terpenting dalam sebuah
pembelajar.20 Selain itu, Rombepajung juga berpendapat bahwa
pembelajaran adalah pemerolehan suatu mata pelajaran atau
pemerolehan suatu keterampilan melalui pelajaran, pengalaman, atau
pengajaran.21
Pembelajaran secara sederhana diartikan sebagai sebuah usaha
mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau
belajar dengan kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran terjadi
proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas
peserta didik melalui interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran
berbeda dengan mengajar yang pada prinsipnya menggambarkan
aktivitas pendidik, sedangkan pembelajaran menggambarkan aktivitas
peserta didik.22
Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana, dalam bukunya mereka
berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang
melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai
19 M Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), hlm. 18. 20 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013),
hlm. 10. 21 M. Thobroni dan Arif Mustofa, Loc. Cit. 22 Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran , (Jakarta: Kencana, 2009),
hlm. 85.
17
sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu
siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator.23
Menurut Rusman, pembelajaran merupakan suatu sisitem yang
terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu
dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi,
metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut
harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-
model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.24
Penulis menyimpulkan yang dimaksud dengan pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang melibatkan pendidik, peserta didik dan
komponen lainnya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan pendidik dan peserta didik atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif dan ditunjang
oleh berbagai unsur lainnya untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan.
Pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika ada feed back atau
balikan yang baik antara pendidik dengan peserta didik. Pendidik harus
berusaha sebaik mungkin agar peserta didik dapat membentuk tingkah
laku yang diinginkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk berpikir dan memahami yang dipelajari, sehingga
membentuk suatu perubahan pada diri peserta didik sesuai dengan
minat dan kemampuan masing-masing. Sesuai dengan pendapat
Gagne, bahwa pembelajaran atau kegiatan belajar dapat mengubah
perilaku suatu organisasi sebagai akibat dari pengalaman.25 Jika sudah
23 Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima,
2009), hlm. 1. 24 Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 1. 25 Ratna Willis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama, 2011), hlm. 2.
18
terjadi feed back antara pendidik dan peserta didik, dapat dikatakan
bahwa pembelajaran tersebut telah tercapai.
Pembelajaran dikatakan efektif, jika mampu memberikan
pengalaman baru kepada peserta didik, membentuk kompetensi
peserta didik serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai
secara optimal. Salah satu cara agar pembelajaran berjalan baik adalah
adanya perhatian lebih dalam memilih model pembelajaran. Joyce
dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum
untuk pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau di
luar kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya
para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien
untuk mencapai tujuan pembelajaran.26
Hal di atas menekankan bahwa model pembelajaran yang tidak
efektif dapat menjadi penghambat kelancaran proses pembelajaran,
sehingga banyak tenaga dan waktu yang terbuang sia-sia. Oleh karena
itu, guru harus menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan, yang bertujuan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3. Hakikat Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan aspek yang penting dalam
proses pembelajaran selain metode atau pendekatan yang digunakan
oleh pendidik. Bahkan dapat dikatakan bahwa media akan menunjang
pilihan metode atau pendekatan yang telah didesain oleh guru dalam
skenario pembelajaran.
Kata ‘ media’ berasal dari kata Latin ‘ medius’ yang artinya
‘ tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Dalam Bahasa Arab, ‘media’
disebut wasail bentuk jamak dari wasilah yakni sinonim al-wasth
26 Rusman, Op. Cit., hlm. 2.
19
yang artinya ‘tengah’.27 Di samping sebagai sistem penyampai atau
pengantar, media yang sering diganti dengan kata ‘mediator’ menurut
Fleming adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam
dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah ‘mediator’ media
menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang
efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar – siswa dan isi
pelajaran.28 Abuddin Nata menambahkan bahwa media pengajaran
sesungguhnya merupakan bagian dari sumber pengajaran yang di
dalamnya pengajaran disampaikan.29
Sanjaya mengungkap:
Bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang
dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Selain itu Rossi menyatakan, alat-alat seperti radio, dan televisi apabila
digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran.30 Secara umum media itu meliputi orang,
bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.31
Pada konteks pembelajaran, media pembelajaran adalah unsur
yang amat penting yang selalu berdampingan dengan metode
mengajar. Kedua apek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu
metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media
pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain
yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan
pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai
setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran
termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan
bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat
27 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), hlm. 6. 28 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 3. 29 Abuddin Nata, Op. Cit., hlm. 299. 30 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2006), hlm. 163. 31 Ibid.
20
bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan
lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.32
Littlejohn menambahkan dalam bukunya:
In contrast to the slender text I was given with its ‘technological innovation’ of the piece of green card, teacher today, new and
experienced alike, are now offered a rich pallete of materials to accompany any course they choose to adopt: student’s books,
workbook, detailed teacher’s guides, videos, CDs, DVDs, electronic whiteboard materials, test-generating software, readers, website activities, downloadable lesson plans, teacher
training packages and more. There is often so much material available that teachers could be forgiven for thinking that there
is simply no need – and indeed no time – for them to supplement with anything at all.33
“Dewasa ini, guru ditawarkan sebuah inovasi baru dengan material pembelajaran yang snagat kaya guna melengkapi
bentuk pembelajaran yang mereka pilih, seperti: buku pelajaran, buku tugas, pedoman guru, CD, DVD, papan tulis, software
pembuat teks, dan lain-lain. Banyak sekali material yang tersedia untuk guru yang berfikir bahwa tidak ada dan tidak butuh, dan tidak ada waktu untuk mereka memperkaya pembelajaran tanpa
semua hal tersebut”.
Media pembelajaran yang berfungsi sebagai alat selalu terdiri
atas dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras
(hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (message/software).
Dengan demikian, media pembelajaran memerlukan peralatan untuk
menyajikan pesan, namun yang terpenting adalah pesan atau informasi
belajar yang dibawakan oleh media tersebut.34
32 Azhar Arsyad, Op. Cit., hlm. 15. 33 Littlejohn, Materials Development in Language Teaching, 2nd edition, (United Kingdom:
Cambridge University Press, 2011), hlm. 180. 34 Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Op.Cit, hlm. 7.
21
b. Ciri-ciri Media Pembelajaran
Sudarwam dalam bukunya mengungkapkan:
Media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau
pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik. Alat
bantu itu disebut media pendidikan, sedangkan komunikasi adalah sistem penyampaian.35
Jadi, media pendidikan merupakan alat bantu atau pelengkap
yang digunakan oleh guru untuk berkomunikasi dengan peserta didik.
Arief S. Sadiman, dkk, dalam bukunya juga mengungkapkan:
Media pendidikan sebagai salah satu sumber yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi,
keterbatasan gaya indra, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu dengan
pemanfaatan media pembelajaran.36
Jadi, media merupakan sumber yang dapat menyalurkan pesan
dan dapat membantu mengatasi perbedaan gaya belajar peserta didik.
Gerlach dan Ely dalam Arsyad mengemukakan, Tiga ciri media yang
merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang
dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau
kurang efisien) melakukannya.
a. Ciri Fiksatif (Fixative Properti)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam,
menyampaikan, melestarikan, dan merenktrontruksi suatu
peristiwa atau objek fotografi, video tape, disket komputer, dan
film. Suatu objek yang telah diambil gambarnya (direkam) dengan
kamera atau video kamera dengan mudah dapat diproduksi kapan
saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan
35 Sudarwam Danim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Angkasa, 2010), hlm.
7. 36 Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm.
14.
22
suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu
tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan
karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan
waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa pada waktu dua
atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse
recording. Misalnya bagaimana proses larva menjadi kepompong
kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik
fotografi tersebut. Di samping dapat dipercepat, suatu kejadian
dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali suatu
rekaman video. Misalnya, proses loncat galah atau reaksi kimia
dapat diamati melalui kemampuan bantuan manipulatif dari
media. Demikian pula, suatu aksi gerakan dapat direkam dengan
foto kamera. Pada rekaman gambar hidup (video, motion film)
kejadian dapat diputar mundur. Media rekaman (video atau audio)
dapat diedit sehingga guru dapat menampilkan bagian-bagian
penting/utama dari ceramah, pidato, atau urutan kejadian dengan
memotong bagian-bagian yang diperlukan. Kemampuan media
dari ciri manipulatif memerlukan kejadian atau pemotongan
bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan
penafsiran yang tentu saja akan menjadi kebingungan bahkan
menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap mereka ke arah
yang tidak diinginkan.
c. Ciri Distributif (Disrtibutive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau
kejadian ditransportasi melalui ruang, dan cara bersama kejadian
tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus
pengalaman yang relatif sama dengan kejadian itu. Dewasa ini,
distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau beberapa
kelas pada sekolah-sekolah di dalam satu wilayah tertentu, tetapi
23
juga media itu misalnya rekaman video, audio, disket, komputer,
dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan
saja.37
Dengan demikian ciri-ciri media ada tiga, yaitu ciri fiksatif,
ciri manipulatif, dan ciri distributif. Ciri-ciri media pembelajaran
sangat penting diperhatikan oleh guru, sehingga guru dapat
memilih dengan tepat media yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran, media dalam sebuah pengajaran sangat diperlukan.
Oleh karena itu, sebagai seorang guru haruslah mampu memilih
dan menggunakan media dengan baik dalam pengajaran untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
c. Fungsi Media Pembelajaran
Telah banyak alat maupun media yang tersedia bagi pengajar,
namun yang terpenting dalam melaksanakan pembelajaran dan
mengimplementasikannya dalam mengajar ialah bagaimana
menggunakan media pendidikan ini sebagai suatu sistem yang
terintegrasi dalam pembelajaran. Tugas seorang pendidikan adalah
profesional, selalu menghadapi tantangan apabila ingin menjadi
pendidik yang kreatif, dinamis, kritis, dan ilmiah. Sebelum guru
menentukan bahan pelajaran, guru harus menetukan tujuan
intsruksional yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik,
kemampuan yang akan dikembangkan, menyusun kegiatan
pembelajaran, untuk ini guru harus mampu menentukan media dan
metode pengajaran yang tepat.
Dengan demikian sebagai seorang pendidik kita harus bisa
memanfaatkan segala media pendidikan agar proses belajar mengajar
dapat berjalan dengan baik, dan informasi yang ingin diberikan dapat
37 Azhar Arsyad, Op. Cit., hlm. 12 – 14.
24
tersampaikan dengan baik. Oleh karena itu, ada beberapa pendapat
mengenai fungsi media pembelajaran.
Edgar Dale dalam Sanjaya menggambarkan bahwa
pengetahuan akan semakin abstrak apabila hanya disampaikan melalui bahasa verbal. Hal ini menunjukan
terjadinya verbalisme, artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung dalam makna tersebut. Hal semacam ini akan
menimbulkan persepsi siswa. Oleh sebab itu, sebaiknya diusahakan agar pengalaman siswa menjadi lebih konkret,
pesan yang ingin disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai, dilakukan kegiatan yang dapat mendekatkan siswa dengan kondisi yang
sebenarnya.38
Memperhatikan penjelasan di atas, maka secara khusus
media pembelajaraan memiliki fungsi yang berperan untuk: 1)
menangkap suatu objek atau peristiwa tertentu, 2) memanipulasi
keadaan, peristiwa, atau objek tertentu, 3) menambah gairah dan
motivasi belajar siswa.39 Sementara Yudhi Munadi dalam
bukunya, bahwa fungsi media pembelajaran ini lebih difokuskan
pada dua hal, yakni analisis fungsi yang didasarkan pada
medianya dan didasarkan pada penggunaanya. Pertama, fungsi
yang didasarkan pada media pembelajaran, yakni:
1) Media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar,
bahwa media itu dapat dikatakan sebagai media penyalur,
penyampaian, penghubungan dan lain-lain dalam proses
pembelajaran.
2) Fungsi semantik, yakni kemampuan media dalam menambah
perbedaan kata (simbol verba) yang maknanya benar-benar
dipahami peserta didik.
3) Fungsi manipulatif, dalam fungsi ini media memiliki dua
kemampuan, yakni pertama, mengatasi batas-batas ruang dan
38 Wina Sanjaya, Opp Cit, hlm. 169. 39 Ibid, hlm. 169 – 170.
25
waktu, seperti menghadirkan objek, dan menghadirkan kembali
objek yang telah terjadi, kedua mengatasi keterbatasan
indrawi manusia, seperti membantu siswa dalam memahami
objek.
Kedua, fungsi yang didasarkan kepada penggunanya (anak didik)
terdapat dua fungsi, yakni:
1) Fungsi psikologi, antara lain:
a. Fungsi atensi, yaitu media pembelajaran yang meningkatkan
perhatian siswa terhadap materi ajar.
b. Fungsi afektif, yaitu media pembelajaran dapat menggugah
perasaan, emosi, dan dan tingkat penerimannya atau
penolakan siswa terhadap sesuatu.
c. Fungsi kognitif, media pembelajaran dapat mengembangkan
kemampuan kognitif siswa.
d. Fungsi imajinatif, yaitu media pembelajaran dapat
meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa.
e. Fungsi motivasi, yaitu media pembelajaran melalui guru dapat
memotivasi siswa dengan cara membangkitkan minat belajar
siswa dan dengan cara memberikan harapan pada diri siswa.
2) Fungsi sosio-kultural, yakni media pembelajaran dapat mengatasi
hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran.40
Berdasarkan pemaparan di atas, fungsi media pembelajaran
sebagai sumber belajar, yaitu untuk memahami makna, mengatasi
ruang dan waktu, memusatkan perhatian, dan membangkitkan imaji
serta minat belajar pada siswa. Dalam kaitannya dengan fungsi media
pembelajaran, dapat ditekankan beberapa hal berikut:
1) Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi
tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu
untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.
40 Yudhi Munadi, Op. Cit., hlm. 36 – 48.
26
2) Media pembelajaran merupakan bagian integral dari
keseruluhan proses pembelajaran sebagai salah satu komponen yang
tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen
lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
3) Media pembelajaran dalam penggunaanya harus relevan dengan
kompetensi yang ingin diciptakan dan isi pembelajaran itu sendiri.
Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan media
pembelajaran harus selalu melihat kepada kompetensi dan bahan
ajar.
4) Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan
demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar
untuk permainan atau memancing perhatian siswa semata.
5) Media pembelajaran bisa berfungsi untuk mempercepat proses
belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media
pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih
mudah dan lebih cepat.
6) Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses
belajar-mengajar. Pada umumnya hasil belajar siswa dengan
menggunakan media pembelajaran akan lebih lama mengendap
sehingga kualitas pembelajaran akan memiliki nilai yang lebih
tinggi.
7) Media pembelajaran meletakan dasar-dasar yang konkret untuk
berpikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya penyakit
verbalisme.41
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran sangat penting bagi siswa. Dengan menggunakan media
pembelajaran pengalaman siswa dapat menjadi lebih konkret dan
pesan yang ingin disampaikan oleh guru dapat disampaikan dengan
41 Rudi Sulilana, Op. Cit., hlm. 10.
27
benar dan sesuai tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanya media
pembelajaran juga dapat menambah kualitas pembelajaran menjadi
lebih baik. Melalui media pembelajaran hal yang bersifat abstrak bisa
menjadi konkret.
d. Klasifikasi Media Pembelajaran
Bentuk dan jenis media pembelajaran sangat beragam. Dari
berbagai aneka ragam media tersebut maka dapat dijumpai berbagai
macam klasifikasi jenis media pembelajaran. Menurut S. Nasution,
pada umumnya gurulah sumber utama yang memberikan stimulus
kepada murid agar belajar. Akan tetapi, di samping guru masih ada
lagi berbagai macam media lainnya seperti benda-benda, demonstrasi,
model, bahasa tertulis, gambar-gambar, film dan televisi, mesin
belajar, dll.42
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam
pengklasifikasian media pembelajaran. Salah satu cara di antaranya
ialah dengan menekankan pada teknik yang dipergunakan dalam
pembuatan media tersebut.43 Pengelompokan media pembelajaran
menurut Yudhi Munadi, yaitu:
1) Media Audio. Media yang hanya melibatkan indra pendengaran
dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata.
Termasuk alam media ini adalah program radio dan program media
rekam, yang disalurkan melalui hardware seperti radio dan alat-
alat perekam seperti phonograph record, audio tape yang
menggunakan pita magnetik, dan compact disk.
2) Media Visual. Adalah media yang hanya melibatkan indra
penglihatan. Termasuk dalam jenis media ini adalah media cetak-
verbal, media cetak-grafis, dan media visual non-cetak.
42 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013), hlm. 194. 43 Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Op.Cit., hlm. 14.
28
3) Media Audiovisual. Media yang melibatkan indra pendengaran dan
penglihatan sekaligus dalam satu proses. Pesan visual yang
terdengar dan terlihat itu dapat disajikan melalui program
audiovisual seperti film documenter, film docudokumenter, film
drama, dan lain-lain. Semua program tersebut dapat disalurkan
melalui peralatan seperti film, video, dan juga televisi dan dapat
disambungkan pada alat proyeksi.
4) Multimedia. Media yang melibatkan berbagai indra dalam sebuah
proses pembelajaran. Termasuk dalam media ini adalah segala
sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung bisa
melalui komputer dan internet, bisa juga melalui pengalaman
berbuat dan pengalaman terlibat. Termasuk dalam pengalaman
berbuat adalah lingkungan nyata dan karya wisata; sedangkan
termasuk dalam pengalaman terlibat adalah permainan dan
simulasi. Bermain peran dan forum teater.44
Pada dasarnya pengelompokan-pengelompokan media seperti di
atas bertujuan untuk memberi kemudahan bagi para pengguna media
dalam memanfaatkan media dan bagi para petugas media dalam
mengelola media pembelajaran sehingga dapat memberi masukan
yang positif agar media pembelajaran dimanfaatkan dengan baik.
Dalam hal ini peneliti memilih jenis media video yang disesuaikan
dengan tema atau materi dan karakteristik siswa.
e. Media Audiovisual
Kecanggihan teknologi saat ini, memungkinkan kita untuk
berekspresi maupun menyajikan informasi tidak hanya dalam bentuk
gambar melainkan audiovisual. Gambar yang bergerak, sekaligus
disertai musik dan suara.
44 Yudhi Munadi, Op. Cit., hlm. 55 – 57.
29
Media audiovisual adalah sarana atau media yang utuh untuk
mengkolaborasi bentuk-bentuk visual dengan audio. Menurut Syaiful
Bahri dan Aswan, media audiovisual adalah media yang mempunyai
unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai
kemampuan lebih baik karena mencakup dua aspek media sekaligus.45
Azhar Arsyad menambahkan, penggunaan teknologi audiovisual
adalah cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan
menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan
pesan-pesan audio dan visual.46
Adapun pembagian dari media audiovisual terbagi menjadi 2
bagian yaitu:
1) Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan
gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film
rangkai suara, cetak suara.
2) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur
suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-
cassette.47
Adapun pembagian yang lain dari media audiovisual ini
adalah sebagai berikut:
1) Audiovisual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar
berasal dari satu sumber seperti film video-cassette.
2) Audiovisual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambar
berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang
unsur gambarnya berasal dari slides proyektor dan unsur suaranya
bersumber dari tape recorder.48
Media audiovisual ini bisa dipergunakan untuk membantu
penjelasan guru sebagai peneguh, sebagai pengantar, atau sebagai
45 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op. Cit., hlm. 124. 46 Azhar Arsyad, Op. Cit., hlm. 30. 47 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op. Cit., hlm. 125. 48 Ibid.
30
sarana yang didalami. Media ini tidak hanya dikembangkan melalui
bentuk video saja, tetapi dapat dikembangkan melalui sarana komputer
dengan tehnik power point dan fash player, hal ini perlu keterampilan
dan sarana yang khusus. Dale dalam buku Azhar Arsyad
menambahkan, bahwa bahan-bahan audiovisual dapat memberikan
banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses
pembelajaran.49
Menurut Azhar Arsyad ciri-ciri utama teknologi media
audiovisual adalah (1) biasanya bersifat linier, (2) dinamis, (3) sudah
ditetapkan sebelumnya, (4) merupakan representasi fisik dari gagasan
real atau gagasan abstrak, (5) dikembangkan menurut prinsip
psikologis behaviorisme dan kognitif, dan (6) umumnya berorientasi
kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah.50
Menurut Yudhi Munadi, penggunaan media audiovisual dalam
pembelajaran dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.
2) Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara
realistis dalam waktu yang singkat.
3) Video dapat membawa anak dari Negara yang satu ke Negara yang
lalin dan dari masa yang satu ke masa yang lain.
4) Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan.
5) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.
6) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
7) Mengembang imajinasi peserta didik.
8) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang
lebih realistik.
9) Sangat kuat memengaruhi emosi seseorang.
10) Video sangat baik menjelaskan suatu proses dan dapat menjelaskan
suatu keterampilan, dan lain-lain.
49 Azhar Arsyad, Op. Cit., hlm. 24. 50 Ibid, hlm. 31.
31
11) Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang pandai
maupun yang kurang pandai.
12) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.51
Abdul Majid menandaskan kelebihan dan keuntungan yang
didapat jika bahan ajar disajikan dalam bentuk video, antara lain:
1) Dengan video seseorang dapat belajar sendiri.
2) Sebagai media pandang dengar video menyajikan situasi yang
komunikatif dan dapat diulang-ulang.
3) Dapat menampilkan sesuatu yang detail.
4) Dapat dipercepat maupun diperlambat.
5) Memungkinkan untuk membandingkan antara dua adegan berbeda
diputar dalam waktu bersamaan.
6) Dapat digunakan sebagai tampilan nyata dari suatu adegan,
mengangkat, suatu situasi diskusi, dokumentasi, promosi suatu
produk, interview, dan menampilkan satu percobaan yang berproses.52
Adapun tujuan pemakaian media audiovisual, dalam hal ini
yang dimaksud secara umum dalam proses pembelajaran adalah:
1) Untuk Tujuan Kognitif
Mitra kognitif dapat dikembangkan dengan menggunakan video,
yakni yang menyangkut kemampuan mengenal kembali kemampuan
memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi. Misalnya:
pengamatan benda terhadap kecepatan relatif suatu objek atau benda
yang bergerak, penyimpangan dalam gerak interaksi antara objek dan
benda. Dengan video dapat pula dipertunjukan serangkaian gambar
diam maupun untuk menunjukkan contoh-contoh bersikap atau
berbuat dalam suatu penampilan, khususnya yang menyangkut
51 Yudhi Munadi, Op. Cit., hlm. 116. 52 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),
hlm. 180.
32
interaksi manusiawi, sehingga dapat dimungkinkan mengoreksi
langsung terhadap penampilan yang tidak memenuhi syarat.
2) Untuk Tujuan Psikomotor
Video merupakan media yang paling tepat untuk memperlihatkan
contoh keterampilan yang menyangkut gerak, karena dapat diperjelas
dengan cara dipercepat atau diperlambat.
3) Untuk tujuan afektif
Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, video dapat menjadi
media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi.53
4. Audiovisual (Video) terhadap Media Pembelajaran
a. Perkembangan Video
Video adalah teknologi memproses sinyal elektronik meliputi
gambar gerak dan suara. Piranti yang berkaitan dengan video adalah
play back, storage media (seperti pita magnetik dan disc), dan monitor.
Pada 1951, Alexander M. poniatoff (1892-1980), pendiri Ampex
Corporation yang berkantor di California, mulai berusaha untuk
mengembangkan mesin praktis untuk perekam pita video dengan
Charles Ginsberg, Charles Anderson, dan seorang mahasiswa muda
bernama Ray Dolby (lahir 1933), yang di tahun 1967 menemukan
sistem Dolby untuk mengurangi kebisingan dalam perekam magnetik.
Setelah melalui berbagi perbaikan dan perkembangan, akhirnya
perusahaan video di Jepang seperti Hitachi, JVC, Mutsushita, dan
Sony, serta Philips di Belanda mengusai pasar dunia. Mereka
menguasai video dalam dua format yakni video tape recorder (VTR)
dan video cassettle recorder (VCR). VTR mempunyai banyak tipe, di
antarannya adalah tipe 2 inch, 1inch, ½ inch, ¼ inch. Sedangkan format
VCR mempunyai tipe ¾ inch, dan ¼ inch.54
53 Ronald H Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran ,
(Jakarta: Rajawali Pers, 1987), hlm. 104 – 105. 54 Yudhi Munadi, Op. Cit., hlm. 132.
33
b. Pengertian Video
Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam
frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor
secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film
bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual
yang kontinuitas. Sama halnya dengan film, video dapat
menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan
suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuam film dan video
melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri.
Kedua jenis media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan
hiburan, dokumetasi, dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan
informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang
rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang
waktu, dan mempengaruhi sikap.55
Seperti halnya wallchart, video juga alat bantu yang didesain
sebagai bahan ajar. Program video biasanya disebut sebagai alat bantu
pandang dengar. Umumya program video telah dibuat dalam rancangan
lengkap, sehingga setiap akhir dari penayangan video siswa dapat
menguasai satu atau lebih kompetensi dasar. Baik tidaknya program
video tentu saja tergantung pada desain awalnya. Mulai analisis
kurikulum, penentuan media, skema yang menunjukkan sekuensi dari
sebuah program video, skrip, pengambilan gambar dan proses
editingnya.56
Menurut Nugent, banyak guru menggunakan video untuk
memperkenalkan sebuah topik, menyajikan konten, menyediakan
perbaikan, dan meningkatkan pengayaan. Kini, video tersedia untuk
hampir seluruh jenis topik dan untuk seluruh jenis pemelajar di seluruh
55 Azhar Arsyad, Op. Cit., hlm. 49. 56 Abdul Majid, Op. Cit., hlm. 180.
34
ranah pengajaran – kognitif, afektif, kemampuan motorik, dan
interpersonal.57
Harmer dalam bukunya menambahkan:
The use of videotapes has been a common feature in language teaching for many years. It is rare, these days, for a publisher
to produce a major coursebook without a video component added, and teachers frequently enlive their classes with off-air
material or tapes produce for language learning.58
“Penggunaan video sudah menjadi hal yang umum dalam pembelajaran bahasa selama bertahun-tahun. Dewasa ini sangat jarang penerbit tidak menggunakan video pada buku pelajaran
yang mereka produksi dan guru seringkali menghidupkan kelas mereka dengan media video yang direkam maupun acara-acara
TV off-air untuk pembelajaran bahasa”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa video
sebagai media audiovisual merupakan sederetan gambar dengan ilusi
gerak, sehingga terlihat hidup dalam frame yang diproyeksikan melalui
proyektor dan diproduksi secara mekanis sehingga dapat dilihat dan
didengar. Kini, video sudah menjadi alat bantu seorang guru untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, karena saat ini video
telah menjadi alat untuk mempermudah guru menyampaikan materi
pengajaran diberbagai ranah, seperti kognitif, afektif, kemampuan
motorik, dan interpersonal.
c. Video Animasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia animasi adalah acara
televisi yang berbentuk rangkaian tulisan atau gambar yang digerakkan
secara mekanik elektronis sehingga tampak dilayar menjadi bergerak.59
57 Sharon E. Smaldino, Op. Cit., hlm. 404. 58 Jeremy Harmer, The Practice of English Language Teaching, 3rd edition, (United
Kingdom: Longman), hlm. 282. 59 KBBI Ofline.
35
Menurut Smaldino, dkk, pada dasarnya animasi dibuat dari
serangkaian foto, gambar, atau gambar komputer dari pemindahan-
pemindahan kecil dari benda atau gambar. Jika sebuah benda seperti itu
ditampilkan pada sebuah bingkai tunggal, kemudian dipindahkan pada
jarak yang sangat pendek, kemudian ditampilkan kembali, dipindahkan
lagi, ditampilkan lagi, dan seterusnya, benda tersebut saat dilihat akan
terlihat seolah-olah benda itu telah terus-menerus berpindah-pindah
tempat.60
Dari definisi di atas, tampak bahwa animasi sebenarnya
merupakan teknik dan proses memberikan gerakan pada objek mati.
Animasi sering dihasilkan dari seni bentuk yang berurutan.
Gerak gambar animasi dihasilkan dari suatu rangkaian gambar tak
hidup yang tersusun dengan urut dalam perbedaan gerak yang minim
pada setiap frame. Frame adalah struktur gambar dasar pada suatu
gerakan animasi atau gambar-gambar berkesinambungan sehingga
menghasilkan gerak yang baik di dalam film maupun video. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa media video animasi adalah media
audiovisual berupa rangkaian gambar tak hidup yang berurutan pada
frame yang diproyeksikan secara mekanik elektronis sehingga tampak
hidup pada layar.
Penggunaan media dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMP Islam Plus As-Sa’adatain Depok Semester Ganjil Tahun Ajaran
2017/2018 masih monoton sampai saat ini. Oleh karena itu, pemilihan
media video animasi dapat didayagunakan sebagai alternatif dalam
proses pengajaran untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran
terutama mata pelajaran Bahasa Indonesia.
60 Sharon E. Smaldino, Op. Cit., hlm. 408.
36
d. Kelebihan dan Kekurangan Media Video
Sharon E. Smaldino merincikan beberapa kelebihan media
video, sebagai berikut:
1) Bergerak. Gambar-gambar bergerak memiliki keuntungan yang
jelas daripada gambar diam dalam menampilkan konsep di mana
gerakan sangatlah penting untuk belajar.
2) Proses. Pengoperasian, seperti tahapan proses perakitan atau
percobaan ilmiah, di mana gerakan berurutan sangatlah penting,
bisa ditampilkan lebih efektif.
3) Pengamatan yang bebas resiko. Video memungkin siswa untuk
mengamati fenomena yang mungkin saja terlalu berbahaya untuk
dilihat secara langsung, seperti gerhana matahari, letusan gunung
berapi, atau suasana perang.
4) Dramatisasi. Reka ulang yang dramatis bisa menghidupkan
kepribadian dan kejadian bersejarah. Memungkinkan siswa untuk
mengamati dan menganalisis interaksi manusia.
5) Pembelajaran keterampilan. Penelitian mengindikasikan bahwa
penguasaan keterampilan fisik mengharuskan pengamatan dan
latihan berulang-ulang. Melaui video, siswa bisa melihat sebuah
penampilan berulang kali untuk bisa menyamai.
6) Pembelajaran afektif. Karena potensi besarnya untuk dampak
emosional, video bisa bermanfaat dalam pembentukan sikap
personal dan sosial.
7) Penyelesaian masalah. Dramatisasi yang berakhiran terbuka sering
kali digunakan untuk menyajikan situasi tak-terselesaikan, yang
membuat para pemirsa mendiskusikan berbagai cara mengatasi
masalah tersebut.
8) Pemamahan budaya. Siswa bisa mengembangkan apresiasi yang
mendalam terhadap budaya orang lain dengan melihat
penggambaran kehidupan sehari-hari dalam masyarakat lainnya.
37
9) Membentuk kebersamaan. Dengan melihat program video
bersama-sama, sebuah kelompok orang yang berbeda-beda bisa
membangun dasar kesamaan pengalaman untuk membahas sebuah
isu secara efektif.61
Selain kelebihan, ternyata video pun memiliki beberapa
kekurangan dalam penggunaannya, seperti:
1) Kecepatan yang tetap. Meskipun video bisa dihentikan untuk
diskusi, ini tidak selalu dilakukan dalam penayangan untuk
kelompok. Karena program ditayangkan dalam kecepatan yang
tetap, beberapa pemirsa mungkin tertinggal dan yang lainnya tidak
sabar menunggu bagian selanjutnya.
2) Orang-orang yang berbicara. Banyak video, terutama produksi
setempat, sebagian besar terdiri dari penayangan orang-orang yang
bicara dari jarak dekat. Video bukan sarana lisan yang hebat, video
merupakan sarana virtual.
3) Fenomena yang diam. Meskipun video meliki keuntungan bagi
konsep yang melibatkan gerakan, ia mungkin tidak cocok bagi
topik lain di mana kajian terperinci mengenai sebuah virtual tungal
dilibatkan.
4) Salah penafsiran. Dokumenter dan dramatisasi sering kali
menyajikan perlakuan yang rumit dan canggih terhadap suatu isu.
Sebuah penayangan yang dimaksudkan sebagai sebuah satire
mungkin saja dipahami apa adanya oleh seorang pemirsa mudah
atau naif. Pemikiran-pemikiran dari seorang karakter utama
mungkin ditafsirkan sebagai sikap dan nilai-nilai dari sang
produser.
5) Pengajaran abstrak dan nonvisual. Video itu buruk dalam
menyajikan informasi abstrak dan non visual. Sarana yang lebih
disukai untuk kata-kata saja adalah teks. Filosofi dan matematika
61 Ibid, hlm. 412.
38
tidak cocok diajarkan dengan video, kecuali konsep-konsep
spesifik yang dibahas membutuhkan ilustrasi menggunakan video
bersejarah, representasi grafik, atau pencitraan bergaya.62
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan ini bertujuan untuk membuktikan hasil peneltian
terdahulu dan membuktikan hasil penelitian saat ini. Adapun penelitian
terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu:
Pertama, skripsi Mei Puspita Dewi, jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Universitas Negeri Malang, dengan judul Penggunaan
Media Video untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Cerita pada
Siswa Kelas V SDN Sekarpuro Kabupaten Malang, 2012. Skripsi tersebut
mengunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan menggunakan
rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) model Kemmis dan Taggart.
Pengumpulan data menggunakan 5 teknik, yaitu (1) Observasi, (2)
Wawancara, (3) Test, (4) Dokumentasi, (5) Catatan lapangan. Subjek
dalam penelitian tersebut adalah siswa kelas V sebanyak 28 siswa, yang
terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Penelitian
dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2012/2013. Analisis data
dalam penelitian menggunakan tiga cara, yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penyimpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
rata-rata aktivitas siswa dalam menyimak cerita mencapai 76,34 dengan
kriteria baik pada siklus I dan 82,84 dengan kriteria baik sekali pada siklus
II. Sedangkan nilai rata-rata kemampuan menyimak cerita siswa
mencapai 59,8 dengan kriteria cukup pada pratindakan menjadi 63,9
dengan kriteria baik pada siklus I dan 82,7 dengan kriteria baik pada
siklus II. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media video dapat
meningkatkan kemampuan menyimak cerita pada siswa kelas V SDN
Kabupaten Malang.
62 Ibid, hlm. 412 – 413.
39
Kedua, skripsi Yovita Erika, jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Universitas Negeri Yogyakarta, dengan judul Pengaruh Media
Video terhadap Kemampuan Menyimak Isi Dongeng Siswa Kelas V SD
Negeri Klumprit 04 Kecamatan Nusawungsu Kabupaten Cilacap Tahun
Ajaran 2011/2012, 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh media video terhadap kemampuan menyimak isi dongeng kelas
V SD Negeri Klumprit 04 Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap
tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen
semu (quasi eksperiment) dengan variabel terikat kemampuan menyimak
isi dongeng siswa kelas V SD Negeri Klumprit 04, dan variabel bebasnya
adalah media video. Desain penelitiannya yaitu Nonequivalent Control
Group Design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri
Klumprit 04, yang berjumlah 40 siswa, dan terdiri dari dua kelas. Kelas
VA berjumlah 20 siswa sebagai kelas eksperimen, dan kelas VB 20 siswa
sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa
tes kemampuan menyimak isi dongeng dan dokumentasi. Teknik analisis
data terdiri atas 3 tahap yaitu, tahap deskripsi data, tahap uji persyaratan
analisis, dan tahap pengujian hipotesis. Tahap deskripsi data meliputi
distribusi data hasil belajar siswa. Tahap prasyarat analisis meliputi uji
normalitas dan homogenitas. Sedangkan, uji hipotesis meliputi uji t, yaitu
dengan melihat perbedaan hasil kemampuan menyimak isi dongeng pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol pada taraf signifikansi 5 % (alpha =
0,05). Hasil penelitian ini adalah: pembelajaran dengan media video
berpengaruh positif terhadap kemampuan menyimak isi dongeng siswa
kelas V SD Negeri Klumprit 04 tahun ajaran 2011/2012. Hal ini dilihat
dengan adanya perbedaan hasil post test antara kelas eksperimen dengan
kelas kontrol. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai thitung 3,288 >
ttabel 2,021 dan nilai sig 0,002< 0,05, yang artinya ada perbedaan yang
signifikan hasil post test antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
Kata kunci: media video, kemampuan menyimak isi dongeng.
40
Ketiga, skripsi Utaminingtias Tiwi, jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Universitas Negeri Yogyakarta, dengan judul Pengaruh
penggunaan Media Video terhadap Kemampuan Menyimak Dongeng
pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri
Panjatan, 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan media video terhadap kemampuan menyimak dongeng pada
mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri Panjatan tahun
ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi
Experimental Design dengan variabel terikat kemampuan menyimak
dongeng, dan variabel bebasnya adalah media video. Desain
penelitiannya adalah Non-equivalent Control Group Design. Populasi
penelitiannya adalah siswa kelas V SD Negeri Panjatan yang berjumlah
45 siswa yang terdiri atas dua kelas. Kelas VA berjumlah 23 siswa sebagai
kelas eksperimen, dan kelas VB berjumlah 22 siswa sebagai kelas kontrol.
Instrumen yang digunakan berupa tes dan dokumentasi. Tekhnik analisis
data menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan
ada pengaruh penggunaan media video terhadap kemampuan menyimak
dongeng pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri
Panjatan tahun ajaran 2011/2012. Hal ini terlihat dari nilai postes yang
dilaksanakan, dengan skor rata-rata kemampuan menyimak dongeng
dengan menggunakan media video 75,6 sedangkan yang tidak
menggunakan media video 61,2. Dari perolehan nilai tersebut
menunjukkan bahwa dengan menggunakan media video nilai yang
diperoleh lebih tinggi daripada yang tidak menggunakan media video, hal
ini berarti ada pengaruh penggunaan media video terhadap kemampuan
menyimak dongeng. Kata Kunci : media video, kemampuan menyimak
dongeng, Sekolah Dasar
41
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimiliki oleh setiap individu dengan
berbagai upaya demi menyiapkan diri peserta didik di masa yang akan
datang. Potensi yang dikembangkan atau diaktualisasikan meliputi cipta,
rasa, dan karsa atau potensi yang berhubungan dengan kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Peran seorang pendidik dalam membantu siswa mengoptimalkan
dan mengaktualisasikan potensinya sangat tinggi. Pendidik bertugas
mengemas proses pembelajaran termasuk dalam hal ini menciptakan
kondisi belajar yang kondusif, menyenangkan, membangkitkan motivasi,
dan menggairahkan tentu menjadi sebuah keharusan. Dalam mata
pembelajaran bahasa Indonesia misalnya, karena bahasa Indonesia
bukanlah ilmu pasti seperti matematika, maka pendidik yang cenderung
menggunakan metode ceramah atau hafalan akan menjadikan siswa
cenderung bosan, ditambah lagi dengan tidak adanya upaya untuk
mengoptimalkan pemanfaatan media belajar. Kebosanan ini menimbulkan
rendahnya minat dan motivasi siswa untuk berpartisipasi dalam proses
pembelajaran (aktivitas belajar). Jika kedua hal tersebut terus menerus
terjadi maka bukan tidak mungkin prestasi siswa juga akan menurun, dan
tujuan pembelajaran yang tertuang dalam standar kompetensi lulusan tidak
dapat terpenuhi.
Berdasarkan asumsi sementara ada kecenderungan bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan media video pada
pembelajaran menyimak lebih efektif dibandingkan dengan tanpa media
atau pembelajaran konvensional. Ada keyakinan bahwa pembelajaran
menyimak dengan media video lebih menarik dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional.
42
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka
pikir seperti di atas, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan, yaitu:
1) Terdapat pengaruh yang signifikan pada keterampilan menyimak siswa
kelas VII SMP Islam Plus As-Sa’adatain Depok Semester Ganjil Tahun
Ajaran 2017/2018.
2) Terdapat perbedaan hasil dalam pembelajaran keterampilan menyimak
siswa kelas VII SMP Islam As-Sa’adatain, Depok semester ganjil
Tahun Ajaran 2017/2018 antara kelas yang menggunakan media video
dengan kelas yang menggunakan metode konvensional (ceramah).
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental dengan
metode Randomized Control Group Only, yaitu penelitian yang mengunaan
dua kelompok sebagai objek (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol)
dengan tidak mengelompokan siswa berdasarkan tingkat kemampuan, dapat
dikatakan pengelompokan siswa dilakukan secara acak (random).1 Alasan
peneliti memilih penelitian eksperimen karena peneliti ingin mengetahui
pengaruh penggunaan media video dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
pada keterampilan menyimak siswa kelas VII SMP Islam Plus As-
Sa’adatain Depok. Sedangkan, alasan pemilihan metode Randomized
Control Group Only karena jumlah populasi yang terdapat pada kelas VII
SMP Islam Plus As-Sa’adatain Depok memungkinkan untuk membagi
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada penelitian ini digunakan
dua kelompok subjek. Kelas A (kelas kontrol), pertama-tama kelas akan
dilakukan pretest, kemudian mulai diajarkan materi menyimak dengan
metode konvensional, dan di akhir penelitian akan dilakukan pengukuran
(posttest). Kelas B (kelas eksperimen), pertama-tama akan dilakukan
prestest, kemudian diberikan perlakuan (treatment), kemudian dilakukan
pengukuran (posttest). Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui
lebih akurat, karena dapat dibandingkan antara kelas yang diberikan
perlakuan dan kelas yang tidak diberikan perlakuan.
Sampel eksperimen dalam penelitian ini akan mendapatkan
perlakuan dengan menggunakan media video dalam pembelajaran dan
setelah itu diberikan posttest. Kemudian dianalisis apakah ada pengaruh
penggunaan media video dan kefektifannya dibandingkan dengan kelas
1 Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 102.
44
yang menggunakan media konvensional. Desain penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Metode eksperimental diharapkan dapat membantu pembelajaran
bahasa Indonesia dalam keterampilan menyimak siswa kelas VII SMP
Islam Plus As-Sa’adatain Depok Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018.
B. Metode dan Desain Penelitian
Desain yang digunakan adalah Randomized Control Group Only,
yang dalam rancangan ini sekelompok subjek yang diambil dari populasi
tertentu dikelompokkan secara rambang menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.2 Desain ini melibatkan
kelompok subjek pertama diberi perlakuan dengan media video dan
kelompok subjek kedua dengan teknik konvensional. Masing-masing
kelompok diberikan penilaian menyimak dan dari data kedua kelompok
dilakukan uji perbandingan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan
antara kelas yang diajar dengan media video dengan kelas yang diajarkan
dengan teknik konvensional.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Plus As-Sa’adatain
Depok Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 dengan alasan yaitu
belum pernah dilaksanakan penelitian sejenis ini pada sekolah yang
bersangkutan.
2 Sumardi, Opp. Cit, hlm. 104.
Jenis Kelompok Pretest Treatment Posttest
Kelompok Kontrol T1 - T2
Kelompok Eksperimen T1 X T2
45
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan agustus 2017, tepatnya pada
semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 di SMP Islam Plus As-Sa’adatain
Depok.
D. Populasi dan Sampel (Subjek Penelitian)
1. Populasi
Riduwan & Akdon menguraikan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.3 Nawawi dalam Riduwan & Akdon
menyebutkan bahwa, “Populasi adalah totalitas semua nilai yang
mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun
kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang
lengkap”.4 Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VII SMP Islam Plus As-Sa’adatain Depok Semester Ganjil Tahun
Ajaran 2017/2018 yang berjumlah 40 siswa.
2. Sampel (Subjek Penelitian)
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil
sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.5 Sampel atau
sebagian data yang diambil dari populasi harus memiliki karakteristik yang
sama dengan populasi.6 Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII-A
dan VII-B. Pemilihan sampel berdasarkan jumlah siswa yang tersedia di
SMP Islam Plus Sa’adatain Depok. Sampel penelitian dalam penelitian ini
menggunakan teknik Sampling Jenuh.7 Sampling Jenuh yaitu teknik
pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel.
3 Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data dalam Analisis Statistika, (Bandung: Alfabeta,
2010), hlm. 237. 4 Ibid. 5 Ibid, hlm. 239 – 240. 6 Budi Susetyo, Statistika untuk Analisis data Penelitian , (Bandung: Refika Aditama, 2010),
hlm. 139. 7 Ibid
46
Sehingga berdasarkan populasi sebanyak 40 siswa, seharusnya sampel
penelitian pun sebanyak 40 siswa. Namun, ternyata peneliti hanya
memperoleh 38 siswa untuk menjadi sampel penelitian karena 2 orang
siswa dinyatakan sakit saat peneliti melaksanakan penelitian. Rincian
jumlah sampel peneliti adalah 19 siswa sebagai kelas kontrol, dan 19 siswa
sebagai kelas eksperimen.
E. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti memerlukan teknik pengumpulan data yang tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah untuk memperoleh data penelitian.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes awal
(pretest) dan akhir (posttest), observasi, dan dokumentasi.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Peneliti memerlukan instrumen yang tepat agar data yang
berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian dapat dikumpulkan
secara lengkap. Berikut ini prosedur pengumpulan data yaitu:
1. Dokumentasi
Berupa foto kegiatan saat melaksanakan penelitian di sekolah.
2. Tes
Metode tes adalah cara untuk mengetahui hasil dari pelajaran yang
diberikan dalam jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini, tes menjadi
metode utama yang terdiri dari pertanyaan yang harus dijawab.
Penelitian dengan metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang
peningkatan keterampilan menyimak yang diterapkan pada pretest dan
posttest. Dalam penelitian ini data diperoleh dari tes objektif berbentuk
pilihan ganda sejumlah 25 soal. Sehingga apabila semua jawaban benar,
skornya 100 dan apabila semua jawaban salah, skornya 0, dengan
skor per soal adalah 4 poin.
47
3. Observasi
Observasi (pengamatan) adalah metode pengumpulan data dimana
peneliti mencatat informasi sebagaimana yang peneliti saksikan selama
penelitian. Observasi akan dilakukan di kelas ketika proses belajar
mengajar antara siswa dan guru berlangsung. Data-data yang dicatat
adalah hal-hal yang bersangkutan dengan kegiatan, perbuatan, atau
tingkah laku siswa. Observasi yang digunakan ialah observasi tidak
terstruktur, yaitu observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis
tentang pelaksanaan belajar mengajar atau tanpa instrumen yang telah
baku.
G. Teknik Analisis Data
Teknis analisis data pada penelitian ini, pertama peneliti akan
melakukan uji normalitas data. Jika hasil uji normalitas data menunjukkan
data normal, maka tahap selanjutnya adalah peneliti melakukan uji
homogenitas. Jika, hasil uji homogenitas menunjukkan data homogen, maka
tahap selanjutnya adalah peneliti melakukan uji t-test (thitung). Di bawah ini
adalah rumus uji t-test (thitung) data:
t-test (t-student test):
𝑡0 =𝑀1 − 𝑀2
𝑆𝐸𝑀1−𝑀2
Cara mencari rata-rata Variabel X
𝑀1 = ∑ 𝑥
𝑁1
Cara mencari rata-rata Variabel Y
𝑀2 = ∑ 𝑦
𝑁2
Cara mencari Standar Deviasi Variabel X
𝑆𝐷1 = √∑ 𝑥 2
𝑁1
48
Cara mencari Standar Deviasi Variabel Y
𝑆𝐷2 = √∑ 𝑦2
𝑁2
Cara mencari Standar Eror Variabel X
𝑆𝐸𝑀1 = 𝑆𝐷1
√𝑁 − 1
Cara mencari Standar Eror Variabel Y
𝑆𝐸𝑀2 = 𝑆𝐷2
√𝑁 − 1
Cara mencari Derajat Kebebasan
𝑑𝑘 = 𝑁 − 1
H. Hipotesis Statistik
Setelah menghitung t0, penulis membandingkan antara t0 dan ttabel.
Hasil tes hipotesis menunjukkan kriteria yang signifikan adalah 0,05 atau 1
– ½ α (0,975). Penghitungan hasil statistik, adalah:
Jika t0 < tt, H0 diterima Ha ditolak
Jika t0 >tt, H0 ditolak Ha diterima
H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran
menyimak siswa.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran
menyimak siswa.
49
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Profil Sekolah
Nama sekolah tempat peneliti melakukan penelitian adalah SMP
Islam Plus As-Sa’adatain, yang beralamat di Jalan Pintu Air III RT 28
RW 8 No. 98 Kel. Gandul Kec. Cinere Kota Depok, Jawa Barat. Sekolah
tersebut berstatus swasta dan status kepemilikan adalah Yayasan. SMP
Islam Plus As-Sa’adatain Depok didirikan pada tanggal 18 Mei 2013,
dengan misi yang diemban adalah “Mengamalkan akhlak islami dalam
setiap sendi kehidupan di sekolah dan masyarakat. Mewujudkan masa
depan yang lebih cerah dengan penanaman nilai-nilai islami dalam
menyongsong pendidikan berkualitas”. Terdapat delapan belas pendidik
dan tenaga kependidikan, yang terdiri dari tiga belas orang pendidik
perempuan dan lima orang pendidik laki-laki. Jumlah siswa untuk
Tahun Ajaran 2017/2018 untuk semua jenjang (VII, VIII, IX) adalah
136 siswa, dengan masing-masing jenjang terdiri dari dua rombongan
belajar.
2. Visi dan Misi
Visi sekolah ini adalah “Unggul dalam pengetahuan dan
teknologi, sempurna dalam iman dan taqwa, mulia dalam akhirat”. Misi
sekolah ini adalah mengamalkan akhlak islami dalam setiap sendi
kehidupan di sekolah dan masyarakat. Mewujudkan masa depan yang
lebih cerah dengan penanaman nilai-nilai islami dalam menyongsong
pendidikan berkualitas.
3. Tujuan
Tujuan sekolah ini adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanut.
50
B. Deskripsi Data
Penelitian dilakukan di kelas VII SMP Islam Plus As-Sa’adatain
Depok yang dilakukan pada semester ganjil Tahun Ajaran 2017/2018
bulan Agustus 2017. Penelitian ini dilakukan di kelas VII-A dan VII-B
dengan jumlah 38 siswa. Desain penelitian ini menggunakan Randomized
Control Group Only. Pada penelitian ini peneliti memilih dongeng Malin
Kundang sebagai bahan ajar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada
awal penelitian, peneliti melakukan pretest di masing-masing kelas dengan
cara memanggil satu orang siswa untuk membacakan dongeng di hadapan
teman-temannya dengan waktu yang menyesuaikan siswa (kira-kira 10
menit). Kemudian siswa menjawab soal yang telah diberikan peneliti
terkait dongeng yang dibacakan oleh salah seorang temannya dengan
durasi waktu mengerjakan 10 menit. Lalu, pada kelas kontrol (VII-A)
peneliti mulai menjelaskan materi menyimak dongeng sesuai dengan RPP
dan silabus yang telah dibuat dengan metode konvensional dengan durasi
waktu mengajar sekitar 40 menit, setelah itu siswa menyimak dongeng
melalui Audio yang diputarkan selama 10 menit. Lalu di akhir
pembelajaran diberikan posttest untuk mengetahui nilai akhir siswa
dengan durasi mengerjakan soal 10 menit terakhir di akhir kegiatan
belajar. Pada kelas eksperimen, setelah memberikan pretest peneliti mulai
menjelaskan materi yang sama dengan yang telah diberikan pada kelas
kontrol, bedanya pada kelas eksperimen peneliti menggunakan media video
untuk menunjang KBM. Setelah KBM selesai peneliti pun melaksanakan
posttest untuk mengukur kemampuan siswa, dan durasi mengejar dilakukan
pada kelas eksperimen diatur sama dengan waktu yang sama seperti pada
kelas kontrol.
Pada penelitian ini, peneliti memilih jenis tes pilihan-ganda
(multiple choice) sebagai instrumen penelitian, baik dalam pretest maupun
posttest. Menurut Zainal Arifin, soal tes bentuk pilihan-ganda dapat
digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan
berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan
51
evaluasi.1 Setelah memberikan instrumen berupa pretest dan posttest
kepada siswa, dapat diketahui perbedaan kemampuan menyimak siswa
antara kelas yang diajarkan dengan konvensional dan kelas yang diberikan
perlakuan berupa media video. Selain itu dapat diketahui pengaruh
penggunaan media video terhadap pembelajaran keterampilan menyimak
siswa di kelas VII SMP Islam As-Sa’adatain Depok semester ganjil Tahun
Ajaran 2017/2018.
Setelah data penelian didapatkan, untuk mengetahui hasil penelitian
yang dilakukan berhasil atau tidak, maka peneliti harus melakukan
penyajian data yang telah diperoleh. Data yang diperoleh dari penelitian ini
berupa hasil pretest dan posttest kelas VII SMP Islam Plus As-Sa’adatain
Depok Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018.
1. Data Kelas Kontrol
Pengambulan data pada kelas kontrol dilakukan dengan cara
memberikan pretest dan posttest kepada siswa dengan soal yang
digunakan adalah pilihan ganda sebanyak 25 soal. Soal posttest
diberikan setelah siswa diberikan penjelasan materi dan setelah
siswa diputarkan rekaman dongeng yang berjudul Malin Kundang.
Pada penelitian ini soal pretest dan posttest yang digunakan adalah
sama, dengan tujuan melihat apakah ada perbedaan cara menyimak
antara dongeng yang dibacakan oleh siswa dengan dongeng yang
putarkan oleh audio.
Tabel 4.1. Nilai Pretest dan Postest Kelas VII-A (Kelas Kontrol)
1 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 138.
Siswa Nilai Pretest Nilai Posttest Gain Score
1 52 68 16
2 68 76 8
3 72 92 20
4 56 76 20
5 44 60 16
52
Dari tabel 4.1, dapat dilihat bahwa nilai tertinggi pada pretest di
kelas kontrol adalah 84 dan nilai terendah adalah 32 dengan rata-rata
nilainya adalah 61,7. Kemudian, rata-rata nilai posttest adalah 7,7,
artinya rata-rata nilai siswa mengalami kenaikan sebesar 17,7 poin. Pada
posttest nilai tertinggi adalah 96 dan nilai terendah adalah 64.
2. Data Kelas Eksperimen
Pengambulan data pada kelas eksperimen dilakukan dengan
cara memberikan pretest dan posttest kepada siswa dengan soal yang
digunakan adalah pilihan ganda sebanyak 25 soal. Soal posttest
diberikan setelah siswa diberikan penjelasan materi dan setelah
6 68 76 8
7 76 96 20
8 56 76 20
9 84 96 12
10 52 68 16
11 76 80 4
12 68 80 12
13 64 72 8
14 48 80 32
15 36 68 32
16 72 80 8
17 80 84 4
18 68 84 16
19 32 64 32
∑ 𝑁 = 19 ∑ 𝑥0 = 1172 ∑ 𝑥1 = 1476 ∑ 𝑥2 = 336
MEAN 61,7 77,7 17,7
MAX 84 96 32
MIN 32 64 4
53
siswa diperlihatkan video dongeng yang berjudul Malin Kundang.
Pada penelitian ini soal pretest dan posttest yang digunakan adalah
sama, dengan tujuan melihat apakah ada perbedaan cara menyimak
antara dongeng yang dibacakan oleh siswa dengan dongeng yang
ditampilkan video.
Tabel 4.2. Nilai Pretest dan Postest Kelas VII-B (Kelas Eksperimen)
Siswa Nilai Pretest Nilai Posttest Gain Score
1 28 68 40
2 64 76 12
3 72 92 20
4 68 84 16
5 68 84 16
6 72 96 24
7 52 72 20
8 80 88 8
9 72 88 16
10 80 84 4
11 84 92 8
12 64 92 28
13 72 96 24
14 76 88 12
15 80 92 12
16 56 64 8
17 76 96 20
18 60 80 20
19 68 88 20
∑ 𝑁 = 19 ∑ 𝑥0 = 1290 ∑ 𝑥1 = 1620 ∑ 𝑥2 = 320
MEAN 67,9 85,3 16,8
MAX 84 96 4
MIN 28 64 40
54
Dari tabel 4.2, dapat dilihat bahwa nilai tertinggi pada pretest di
kelas eksperimen adalah 84 dan nilai terendah adalah 28 dengan rata-rata
nilainya adalah 67,9. Kemudian, rata-rata nilai posttest adalah 85,3,
artinya rata-rata nilai siswa mengalami kenaikan sebesar 16,8 poin. Pada
posttest nilai tertinggi adalah 96 dan nilai terendah adalah 64.
C. Analisis Data
Sebelum menghitung t-test, peneliti melakukan uji normalitas dan uji
homogenitas terlebih dahulu menggunakan SPSS sebagai persyaratan untuk
melakukan uji parametrik (t-test). Hasilnya adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk melakukan pengujian data
observasi apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak.2
a) Pretest
Table 4.3 Hasil Uji Normalitas Pretest
GROUP Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
PRETEST
1.00 .184 19 .089
2.00 .192 19 .063
Tabel 4.3 menunjukkan hasil uji normalitas pretest kelas
eksperimen yaitu 0,089 dengan derajat signifikan 0,05 atau 1 - ½ α
(0,975). Artinya, data pretest kelas eksperimen adalah normal, karena
hasil uji normalitas pretest kelas eksperimen lebih besar dari taraf
signifikan (0,089 > 0,05). Kemudian, uji normalitas pretest kelas
kontrol yaitu 0,063 dengan derajat signifikan 0,05 atau 1 - ½ α (0,975).
Artinya, data pretest kelas kontrol adalah normal, karena hasil uji
2 Jonathan Sarwono, Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2012), hlm. 96.
55
normalitas pretest kelas kontrol lebih besar dari taraf signifikan (0,063
> 0,05).
b) Posttest
Table 4.4 Hasil Uji Normalitas Posttest
GROUP Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
POSTEST
1.00 .193 19 .061
2.00 .145 19 .200
Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji normalitas posttest kelas
eksperimen yaitu 0,061 dengan derajat signifikan 0,05 atau 1 - ½ α
(0,975). Artinya, data posttest kelas eksperimen adalah normal, karena
hasil uji normalitas posttest kelas eksperimen lebih besar dari taraf
signifikan (0,061 > 0,05). Kemudian, uji normalitas posttest kelas
kontrol yaitu 0,200 dengan derajat signifikan 0,05 atau 1 - ½ α (0,975).
Artinya, data posttest kelas kontrol adalah normal, karena hasil uji
normalitas posttest kelas kontrol lebih besar dari taraf signifikan (0,200
> 0,05).
2. Uji Homogentitas
Uji homogenitas adalah suatu tes apakah dua sampel independen telah
ditarik dari populasi yang sama.3
a) Pretest
Table 4.5 Hasil Uji Homogentitas Pretest
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.699 1 36 .201
3 Sidney Siegel, Statistik Nonparametrik , (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm.
159.
56
Tabel 4.5 menunjukkan hasil uji homogenitas dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol, yaitu 0,201 dengan derajat signifikan 0,05
atau 1 - ½ α (0,975). Hasilnya menunjukkan bahwa data pretest kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen dengan derajat signifikan
0,05 atau 1 - ½ α (0,975) (0,201 > 0,05).
b) Posttest
Table 4.6 Hasil Uji Homogenitas Posttest
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.023 1 36 .881
Tabel 4.6 menunjukkan hasil uji homogenitas dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol, yaitu 0,881 dengan derajat signifikan 0,05
atau 1 - ½ α (0,975). Hasilnya menunjukkan bahwa data posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen dengan derajat signifikan
0,05 atau 1 - ½ α (0,975) (0,881 > 0,05).
D. Pengujian Hipotesis
Setelah menghitung normalitas data dan homogenitas data, peneliti
melakukan uji hipotesis data seperti berikut:
Table 4.7 Hasil Uji Hipotesis
Siswa
Kelas
Eksperimen
(X)
Kelas
Kontrol
(Y)
𝒙
(X-Mx)
𝒚
(Y-My) 𝒙𝟐 𝒚𝟐
1 68 68 -22 -14 484 196
2 76 76 -14 -6 196 36
3 92 92 2 10 4 100
4 84 76 -6 -6 36 36
5 84 60 -6 -22 36 484
6 96 76 6 -6 36 36
57
7 72 96 -18 14 324 196
8 88 76 -2 -6 4 36
9 88 96 -2 14 4 196
10 84 68 -6 -14 36 196
11 92 80 2 -2 4 4
12 92 80 2 -2 4 4
13 96 72 6 -10 36 100
14 88 80 -2 -2 4 4
15 92 68 2 -14 4 196
16 64 80 -26 -2 676 4
17 96 84 6 2 36 4
18 80 84 -10 2 100 4
19 88 64 -2 -18 4 324
SUM ∑ 𝑋 = 1620 ∑ 𝑌 = 1476 ∑ 𝑥 = - 90 ∑ 𝑦 = -62 ∑ 𝑥 2 = 2028 ∑ 𝑦2 = 2156
Rumus mencari t-test (thitung):
𝒕𝟎 =𝑴𝟏 − 𝑴𝟐
𝑺𝑬𝑴𝟏− 𝑴𝟐
1. Menentukan rata-rata Variabel X
𝑀1 = ∑ 𝑋
𝑁1 =
1620
18= 90
2. Menentukan rata-rata Variabel Y
𝑀2 = ∑𝑦
𝑁2 =
1476
18= 82
3. Menentukan Standar Deviasi Variabel X
𝑆𝐷1 = √∑ 𝑥 2
𝑁1
= √2028
18= √112,7 = 10,7
58
4. Menentukan Standar Deviasi Variabel Y
𝑆𝐷2 = √∑ 𝑦2
𝑁2
= √2156
18= √119,8 = 10.9
5. Menentukan Standar Eror Variabel X
𝑆𝐸𝑀1 = 𝑆𝐷1
√𝑁 − 1=
10,7
√18=
10,7
4,2= 2,5
6. Menentukan Standar Eror Variabel Y
𝑆𝐸𝑀2 = 𝑆𝐷2
√𝑁 − 1=
10,9
√18=
10,9
4,2= 2,6
7. Menentukan perbedaan antara Standar Eror Variabel X dan Standar eror
Variabel Y
𝑆𝐸𝑀1− 𝑀2 = √𝑆𝐸𝑀1
2 + 𝑆𝐸𝑀22 = √2,52 + 2,62 = 3,6
8. Menentukan thitung
𝑡0 =𝑀1 − 𝑀2
𝑆𝐸𝑀1−𝑀2
=90 − 82
3,6= 2,2
9. Menentukan Derajat Kebebasan
𝑑𝑘 = (𝑁1 + 𝑁2) − 2 = (19 + 19) − 2 = 36
Nilai dari dk (derajat kebebasan) 36 pada derajat signifikan (1 – ½ α)
atau 0,975 adalah 2,028. Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa
thitung adalah 2,2. Penelitian ini membuktikan bahwa Ha diterima dan H0
ditolak, dengan kata lain terdapat pengaruh yang signifikan dalam
penggunaan media video terhadap pembelajaran keterampilan menyimak
siswa kelas VII di SMP Islam Plus As-Sa’adatain Depok semester ganjil
Tahun Ajaran 2017/2018.
59
10. Hipotesis Statistika
Jika t0 < tt, H0 diterima Ha ditolak
Jika t0 >tt, H0 ditolak Ha diterima
Atau dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
- Hipotesis Alternatif (Ha)
Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran
menyimak siswa.
- Hipotesis Nol (H0)
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran
menyimak siswa.
Kemudian, kriteria yang digunakan sebagai berikut:
- Jika thitung > ttabel pada derajat signifikan 0,05 atau 1 - ½ α (0,975),
maka Ha diterima dan H0 ditolak.
- Jika thitung < ttabel pada derajat signifikan 0,05 atau 1 - ½ α (0,975),
maka Ha ditolak dan H0 diterima.
Hasil yang didapat dari perhitungan statistik di atas dan hipotesis
statistika menunjukan bahwa:
thitung (2,2) > ttabel dengan derajat kebebasan (N1 + N2) – 2 = 36 pada
derajat signifikan 0,05 atau 1- ½ α (0,975), maka didapatkan nilai ttabel
sebesar 2,028. Kesimpulannya, Ha diterima dan H0 ditolak. Dengan kata
lain, terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan media video
terhadap pembelajaran keterampilan menyimak siswa kelas VII SMP
Islam Plus As-Sa’adatain Depok Semester Ganjil Tahun Ajaran
2017/2018.
60
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan pada penggunaan media video terhadap pembelajaran
keterampilan menyimak siswa kelas VII SMP Islam As-Sa’adatain Depok
Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji
t-test, yang menunjukkan hasil thitung (2,2) lebih besar daripada ttabel
(2,028), dengan derajat signifikan sebesar 0,05 atau 1 - ½ α = 0,975.
Media video adalah sarana atau media yang utuh untuk
mengkolaborasi bentuk-bentuk visual dengan audio. Media video
merupakan perpaduan yang saling mendukung antara gambar dan suara,
yang mampu menggugah perasaan dan pemikiran bagi yang melihatnya.
Jadi, pengajaran melalui video adalah produksi dan penggunaan materi yang
penerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya
tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa.
Pembelajaran menggunakan media video membuat pembelajaran
menjadi lebih menarik, sehingga motivasi anak lebih meningkat dan mampu
menghilangkan kejenuhan. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar,
seperti mengamati dan mendengar. Mampu melatih taraf berpikir anak dari
yang konkret ke abstrak, dari yang berpikir sederhana ke berpikir yang
kompleks dan siswa mampu menghubungkan pesan visual dengan
pengalaman-pengalamannya. Sesuai dengan pernyataan Anderson bahwa
Dalam ranah tujuan intruksional berkaitan dengan tujuan afektif, video paling sesuai kalau digunakan untuk mempengaruhi sikap dan
emosi, yakni dengan menggunakan berbagai cara dan efek. Ia merupakan alat yang cocok untuk memeragakan informasi efektif, baik melalui efek foto optik maupun melalui gambaran visual yang
berkaitan.4
Berdasarkan pengujian hipotesis diketahui bahwa nilai rata-rata
pretest pada masing-masing kelas adalah 61,7 (kelas kontrol) dan 67,9
(kelas eksperimen) dan nilai rata-rata posttest pada masing-masing kelas
4 Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran , (Jakarta:
Rajawali Pers, 1987), hlm. 117.
61
adalah 77,7 (kelas kontrol) dan 85,3 (kelas eksperimen). Artinya, media
video lebih efektif diterapkan untuk meningkatkan keterampilan menyimak
siswa kelas VII SMP Islam As-Sa’adatain Depok Semester Ganjil Tahun
Ajaran 2017/2018, yang ditunjukkan dari nilai rata-rata posttest kelas
eksperimen lebih besar dari pada nilai rata-rata posttest kelas kontrol (85,3
> 77,7). Besarnya perbandingan tingkat keterampilan menyimak siswa
kelas VII SMP Islam Plus As-Sa’adatain Depok yang diajar menggunakan
metode konvensional dan tingkat keterampilan menyimak siswa kelas VII
SMP Islam Plus As-Sa’adatain Depok yang diajar menggunakan media
video sebesar 7,6. Hal tersebut menunjukkan bahwa media video dapat
meningkatkan keterampilan menyimak siswa kelas VII SMP Islam Plus As-
Sa’adatain Depok Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018.
Keterampilan adalah kesanggupan dimana seseorang dapat
melakukan sesuatu dengan kekuatan serta kecakapan yang dimilikinya.
Begitu pula dengan keterampilan menyimak cerita, cerita dongeng
misalnya. Dalam pembelajaran menyimak guru biasa menggunakan metode
konvensional. Metode konvensional adalah pembelajaran yang lebih
terpusat pada guru. Akibatnya terjadi praktik belajar pembelajaran yang
kurang optimal karena guru membuat siswa pasif dalam kegiatan belajar
dan pembelajaran. Dalam suatu kelas yang dilaksanakan pembelajaran
secara konvensional, guru berperan sebagai pusat dan pengatur kegiatan.
Masalah yang umum timbul dari penerapan metode pembelajaran
konvensional yaitu kurang efektifnya kegiatan pembelajaran, siswa lebih
pasif, dan kemampuan bekerja sama dari siswa rendah. Oleh karena itu, agar
menarik minat siswa dalam menyimak cerita dan agar pembelajaran lebih
efektif, guru harus menggunakan media pembelajaran, salah satunya adalah
media video. Media video dapat menyajikan objek, baik objek secara audio
(suara) dan objek secara visual (gambar). Dalam hal ini, saat siswa belajar
menyimak dengan menggunakan media video, siswa tidak hanya
menggunakan satu alat indra (telinga) tetapi siswa juga mengandalkan alat
indra lainnya, seperti mata untuk membantunya memahami yang sedang
62
disimaknya. Menurut hasil wawancara dengan siswa, siswa lebih senang
dan semangat jika belajar menggunakan video, salah satu alasannya adalah
dapat meminimalisir adanya rasa kantuk saat pembelajaran, dibandingkan
dengan hanya mendengarkan guru becerita atau mendengarkan tape
recorder yang diputarkan. Selaras dengan pendapat Arifin, bahwa dalam
peristiwa menyimak tidak hanya alat indra dengar yang aktif bekerja, tetapi
juga mental atau pikiran melakukan aktivitas yang cukup tinggi untuk dapat
menangkap dan memahami pesan yang disampaikan pembicara secara
tepat.5
Pada penelitian ini, peneliti membuktikan bahwa media video
berhasil menjadi media yang patut digunakan dalam kegiatan menyimak,
karena selain membuat pembelajaran menjadi efektif, media video juga
dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Mc Donald menyampaikan
dalam bukunya Hamalik bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi
dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan.6
Menurut peneliti, hal di atas perlu diperhatikan, karena motivasi
belajar siswa juga berpengaruh ke nilai akhir siswa dan kecakapan
berbahasa siswa di masa depan, dapat dikatakan bahwa semakin siswa
termotivasi dalam belajar maka besar kemungkinan nilai siswa pun akan
meningkat dan kecakapan berbahasa siswa pun akan terasah. Hal ini karena
fungsi motivasi adalah mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan,
sebagai pengarah, dan sebagai penggerak.7 Jadi, jika nilai dan kecakapan
berbahasa siswa meningkat dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran
menyimak telah berhasil. Menurut Iskandarwassid, keterampilan menyimak
siswa dapat dikatakan berhasil jika siswa mampu menginformasikan
kembali pemahamannya melalui keterampilan berbicara dan menulis.8
5 Bustanul Arifin, Menyimak , (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 1.6. 6 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran , (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 106. 7 Ibid, hlm. 108. 8 Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
hlm. 229.
63
Keefektifan media video terhadap pembelajaran keterampilan
menyimak dongeng siswa terlihat dari selisih nilai pretest (sebelum
penggunaan media) dan nilai postest (setelah penggunaan media), dan dapat
dilihat dari nilai posttest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, yaitu
nilai posttest kelas eksperimen lebih besar daripada nilai posttest kelas
kontrol (85,3 > 77,7). Hasil penelitian menyatakan dengan ditolaknya H0
dan diterimanya Ha, dari pengujian hipotesis thitung (t-test) pada taraf
signifikan 0,05 atau 1 – ½ α (0,975) dengan thitung (2,2) dan ttabel (2,028),
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam
pengunaan media video terhadap pembelajaran keterampilan menyimak
siswa kelas VII SMP Islam Plus As-Sa’adatain Depok.
Dengan demikian pemberian perlakuan berupa media video di kelas
VII-B mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal tersebut
membuktikan bahwa menggunakan media video di sekolah dapat
memberikan efek yang baik pada proses pembelajaran dan dapat
meningkatkan nilai pembelajaran keterampilan menyimak siswa,
khususnya kelas VII SMP Islam Plus As-Sa’adatain Depok Semester
Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018.
Selaras dengan penelitian terdahulu yang menjadi rujukan peneliti,
bahwa terdapat persamaan terhadap hasil penelitian kami. Persamaan yang
dimaksud adalah semua hasil penelitian kami menunjukkan bahwa media
audiovisual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran
keterampilan berbahasa siswa di sekolah, yang diartikan dengan
diterimanya Ha dan ditolaknya H0. Hal tersebut menunjukkan bahwa
media audiovisual memang tepat untuk dijadikan media pembelajaran
untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas. Namun, pemilihan
media yang sesuai pun harus tetap diperhatikan, agar penggunaan media
menjadi efektif dan bermanfaat. Selaras dengan pernyataan Harmer bahwa
“If we make it too difficult or too easy, the student will not be motivated.
If the content is irrelevant to the students’ interest, it may fail to engage
64
them”.9 Artinya, jika kita menggunakan materi video yang terlalu susah
atau terlalu mudah maka siswa tidak akan termotivasi. Lalu, jika konten
video tidak cocok terhadap ketertarikan siswa, maka hal tersebut akan
gagal untuk merangkul mereka. Hal tersebut memperkuat asumsi penulis
bahwa pemilihan media harus diperhatiakan sesuai dengan keadaan siswa
dan kondisi kelas yang akan diajar.
9 Jeremy Harmer, How to Teach English, (United Kingdom: Longman, 2001), hlm. 108.
65
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan media video
terhadap pembelajaran keterampilan menyimak siswa kelas VII SMP Islam
Plus As-Sa’adatain Depok semester ganjil Tahun Ajaran 2017/2018. Hal ini
dapat dilihat pada tes awal (pretest) dan tes akhir (postest). Perolehan
menyatakan dengan ditolaknya H0 dan diterimanya Ha, dari pengujian hipotesis
thitung pada derajat signifikansi α = 0,05 atau 1 – ½ α (0,975) didapatkan hasil
thitung sebesar 2,2 dan ttabel sebesar 2,028, artinya thitung > ttabel.
Berpengaruhnya media video terhadap pembelajaran keterampilan
menyimak siswa kelas VII dapat dilihat dari tes awal (sebelum menggunakan
media video) dan tes akhir (setelah menggunakan media video), yaitu dengan
nilai 85,3 (pretest) > 67,9 (posttest). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
yang signifikan, dengan selisih peningkatan sebesar 16,8. Berpengaruhnya
media video terhadap pembelajaran keterampilan menyimak dapat dilihat pula
dari hasil posttest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dari hasil
penelitian nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih besar dari nilai rata-
rata posttest kelas kontrol, yaitu 85,3 > 77,7. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan yang cukup signifikan, dengan selisih peningkatan sebesar 7,6.
Dengan demikian pemberian perlakuan berupa media video di kelas VII-
B mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal tersebut
membuktikan bahwa menggunakan media video di sekolah dapat memberikan
efek yang baik pada proses pembelajaran dan dapat meningkatkan nilai
pembelajaran keterampilan menyimak siswa, khususnya kelas VII SMP Islam
Plus As-Sa’adatain Depok.
66
B. Implikasi
Dari kesimpulan yang dipaparkan, maka implikasi dari penelitian ini
adalah:
1. Siswa
Penggunaan media audiovisual berupa video dalam keterampilan menyimak
dongeng dapat mengembangkan ide, daya imajinasi siswa, dan dapat
memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran menyimak.
2. Guru
Media audiovisual berupa video animasi, merupakan alat bantu yang
mempermudah guru dalam pembelajaran menyimak dongeng agar tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan mendapat hasil yang diinginkan.
C. Saran
Dengan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan
saran kepada pembaca, yaitu:
1. Penulis berharap setiap guru harus kreatif dalam memilihkan media dan
strategi pembelajaran, agar siswa lebih tertarik dan antusias dalam
pembelajaran.
2. Sekolah dan seluruh elemen yang terkait dalam dunia pendidikan hendaknya
ikut serta mendorong terlaksananya proses pembelajaran yang optimal
sehingga tujuan pembelajaran dapat terwujud sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
67
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Ronald H. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali Pers, 1987.
Arifin, Bustanul, dkk. Menyimak. Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Budinuryanta, dkk. Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
Dahar, Ratna Willis. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Glora
Aksara Pratama, 2011.
Danim, Sudarwam. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Angkasa, 2010.
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Djiwandono, Soenardi. Tes Bahasa Sebagai Pegangan Bagi Pengajar Bahasa.
Jakarta: Indeks, 2008.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Harmer, Jeremy. The Practice of English Language Teaching. 3rd edition. United Kingdom: Longman, 2011.
. How to Teach English. United Kingdom: Longman, 2001.
Iskandarwassid, dkk. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013.
Littlejohn. Materials Development in Language Teaching. 2nd edition. United Kingdom: Cambridge University Press, 2011.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006.
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Pers, 2012.
Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2013.
68
Nata, Abuddin. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Kencana, 2009.
Resmini, Novi, dan Dadan Juanda. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tingi. Bandung: UPI PRESS, 2007.
Riduwan, dan Akdon. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung:
Alfabeta, 2010.
Rusman. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Sadiman, Arief S. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2006.
. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana,
2013.
Sarwono, Jonathan. Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2012.
Siegel, Sidney. Statistik Nonparametrik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997.
Smaldino, Sharon E, dkk. Instructional Technology dan Media for Learning.
Jakarta: Kencana, 2012.
Sudarno, dan Eman A. Rahman. Kemampuan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Hikmat Syahid Indah, 1987.
Suryabrata, Sumardi. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Susetyo, Budi. Statistika untuk Analisis data Penelitian. Bandung: Refika
Aditama, 2010.
Susilana, Rudi, dan Cepi Riyana. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima, 2009.
Tarigan, Djago. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005.
Tarigan, Henry Guntur. Menyimak: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung, 2008.
Thobroni, M., dan Arif Mustofa. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
SMP Islam As-Sa’adatain Depok
Pewawancara : Elvira Rosiana
Narasumber : Faiz
Status : Siswa
Hari/tanggal : Kamis, 10 Agustus 2017
Waktu : 10.00 - 10.20 WIB
Keterangan :
S : Siswa
P : Penulis
A. Kategori Kondisi Umum di Kelas
P : Dalam pelajaran bahasa Indonesia, Apakah kamu cukup aktif di kelas?
S : Enggak, juga Mi, kadang aku males di kelas ketika pelajaran bahasa
Indonesia.
P : Memangnya kenapa ketika belajar bahasa Indonesia?
S : Waktu belajar bahasa Indonesia itu aku kadang agak bosen, ngantuk, dan
kadang gak terlalu ngerti sama pelajarannya.
P : Tapi untuk nilai bahasa Indonesia kamu selama ini bagaimana?
S : Nilai bahasa Indonesia aku ya lumayan Mi, tapi kadang-kadang rata-rata,
yang penting nyampe KKM.
B. Kategori Kesulitan Siswa
P : Apa yang membuat kamu malas, mengantuk, dan terkadang tidak mengerti
dengan pelajaran bahasa Indonesia?
S : Aku juga gak tau Mi, bawaannya ngantuk aja kalo belajar b. indo di kelas,
beda pas lagi belajar mtk. Temen-temen aku juga gitu.
P : Apakah kamu pernah belajar materi bercerita di kelas?
S : Pernah, Mi.
P : Materi bercerita tentang apa?
S : Tentang berita yang pernah kita tonton.
P : Lalu, bagaimana ketika kamu ditugaskan untuk bercerita di depan kelas?
S : Ya seadanya aja, Mi, yang aku inget aja. Abis Uminya dadakan tiba-tiba
disuruh maju ke depan.
C. Kategori Strategi Pembelajaran
P : Ketika guru mengajar dikelas, bagaimana cara mengajarnya?
S : Biasa aja sih, Mi. Pertama, kita disuruh buka buku halaman sekian, terus Umi
Maryanih jelasin materi, abis itu kita disuruh ngerjain soal yang ada di buku
paket.
P : Pernah diajar dengan media selain dari buku tidak?
S : Nggak, Mi. Kita sekelas pernah minta belajar pake infokus, tapi kata Umi
Maryanih nanti aja.
P : Memang, apa harapan kalian jika bu guru mengajar dengan menggunakan
infokus?
S : Biar ga ngantuk, Mi. Aku liat kelas yang lain suka belajar pake video gitu,
mereka nonton gitu, kayanya seru.
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
(Kelas Eksperimen)
Sekolah : SMP Islam As-Sa’adatain
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/1
Standar Kompetensi : Mendengarkan
5. Mengapresiasi pementasan dongeng yang diperdengarkan
Kopetensi Dasar :
5.1 Menemukan hal-hal menarik dari dongeng yang
diperdengarkan
5.2 Menunjukkan relevansi isi dongeng yang
diperdengarkan dengan situasi sekarang
Alokasi waktu : 2x 40 menit ( 2x Pertemuan )
A. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan pertama:
Peserta didik dapat menemukan hal-hal menarik dari dongeng yang
diperdengarkan.
Pertemuan kedua:
Peserta didik dapat menunjukkan relevansi isi dongeng yang diperdengarkan
dengan situasi sekarang.
B. Karakter siswa yang diharapkan :
Dapat dipercaya (Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian (Respect)
Tekun (Diligence)
Tanggung jawab (Responsibility)
Berani (Courage)
Ketulusan (Honesty)
C. Materi Pembelajaran
1. Cara menemukan hal-hal menarik dari dongeng dan implementasinya.
2. Cara menunjukkan relevansi isi dongeng dengan situasi sekarang dan
implementasinya.
D. Metode Pembelajaran
Pemodelan, Tanya jawab, inkuiri dan demonstrasi.
E. Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
I. Kegiatan Awal
Apersepsi :
Peserta didik mendengarkan penyajian dongeng.
Motivasi :
Menemukan ide-ide yang menarik dari dongeng.
II. Kegiatan Inti
a) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1. melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
2. peserta didik mencermati relevansi isi dongeng;
3. peserta didik mencermati ide-ide menarik dari dongeng;
4. peserta didik menemukan ide-ide menarik dari dongeng;
5. menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
6. memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
7. melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
8. memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan.
b) Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
1. memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
2. memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
3. memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
4. memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
5. memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok;
6. memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok;
7. memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,
serta produk yang dihasilkan;
8. memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
c) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1. memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2. memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber,
3. memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4. memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
a. berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
b. membantu menyelesaikan masalah;
c. memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan
hasil eksplorasi;
d. memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
e. memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
III. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a) bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
b) melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan
tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil
belajar peserta didik;
e) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
F. Sumber belajar
1. Video dongeng
2. Buku teks
G. Contoh Materi Ajar
H. Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik
Penilaian
Bentuk
Penilaian
Contoh Instrumen
1. Mampu menemukan
ide-ide menarik dalam
dongeng.
2. Mampu merangkai
ide-ide menarik
menjadi hal-hal
menarik dari dongeng.
Tes tulis
Pilihan
Ganda
1. Siapakah tokoh-
tokoh dari
dongeng yang
kalian
dengarkan?
2. Berasal dari
manakah
dongeng yang
kalian
dengarkan?
1. Mampu menemukan
isi dongeng yang
diperdengarkan
2. Mampu
merelevansikan isi
dongeng dengan
situasi sekarang
Tes tulis
Pilihan
Ganda
1. Tuliskanlah
kembali isi
dongeng yang
kalian
dengarkan!
Mengetahui,
Maryanih, S.Pd.
Guru Mapel B. Indonesia
Depok, 14 Agustus 2017
Elvira Rosiana
Mahasiswa Peneliti
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
(Kelas Kontrol)
Sekolah : SMP Islam As-Sa’adatain
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/1
Standar Kompetensi : Mendengarkan
5. Mengapresiasi pementasan dongeng yang diperdengarkan
Kopetensi Dasar :
5.1 Menemukan hal-hal menarik dari dongeng yang
diperdengarkan
5.2 Menunjukkan relevansi isi dongeng yang
diperdengarkan dengan situasi sekarang
Alokasi waktu : 2x 40 menit ( 2x Pertemuan )
A. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan pertama:
Peserta didik dapat menemukan hal-hal menarik dari dongeng yang
diperdengarkan.
Pertemuan kedua:
Peserta didik dapat menunjukkan relevansi isi dongeng yang diperdengarkan
dengan situasi sekarang.
B. Karakter siswa yang diharapkan :
Dapat dipercaya (Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian (Respect)
Tekun (Diligence)
Tanggung jawab (Responsibility)
Berani (Courage)
Ketulusan (Honesty)
C. Materi Pembelajaran
1. Cara menemukan hal-hal menarik dari dongeng dan implementasinya.
2. Cara menunjukkan relevansi isi dongeng dengan situasi sekarang dan
implementasinya.
D. Metode Pembelajaran
Pemodelan, Tanya jawab, inkuiri dan demonstrasi.
E. Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
I. Kegiatan Awal
Apersepsi :
Peserta didik mendengarkan penyajian dongeng.
Motivasi :
Menemukan ide-ide yang menarik dari dongeng.
II. Kegiatan Inti
a) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1. melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
2. peserta didik mencermati relevansi isi dongeng;
3. peserta didik mencermati ide-ide menarik dari dongeng;
4. peserta didik menemukan ide-ide menarik dari dongeng;
5. menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
6. memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
7. melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
8. memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan.
b) Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
1. memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-
lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
2. memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
3. memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
4. memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
5. memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok;
6. memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok;
7. memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,
serta produk yang dihasilkan;
8. memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
c) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1. memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2. memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber,
3. memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4. memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
a. berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
b. membantu menyelesaikan masalah;
c. memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan
hasil eksplorasi;
d. memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
e. memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
III. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a) bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
b) melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan
tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil
belajar peserta didik;
e) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
F. Sumber belajar
1. Audio dongeng
2. Buku teks
3. Buku Dongeng
G. Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik
Penilaian
Bentuk
Penilaian
Contoh Instrumen
1. Mampu menemukan
ide-ide menarik dalam
dongeng.
2. Mampu merangkai
ide-ide menarik
menjadi hal-hal
menarik dari dongeng.
Tes tulis
Pilihan
Ganda
1. Siapakah tokoh-
tokoh dari
dongeng yang
kalian
dengarkan?
2. Berasal dari
manakah
dongeng yang
kalian
dengarkan?
1. Mampu menemukan
isi dongeng yang
diperdengarkan
2. Mampu
merelevansikan isi
dongeng dengan
situasi sekarang
Tes tulis
Pilihan
Ganda
1. Tuliskanlah
kembali isi
dongeng yang
kalian
dengarkan!
Mengetahui,
Maryanih, S.Pd.
Guru Mapel B. Indonesia
Depok, 14 Agustus 2017
Elvira Rosiana
Mahasiswa Peneliti
Lampiran 4 (materi)
Malin Kundang
Dahulu kala, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah
Sumatra Barat. Keluarga tersebut terdiri dari Ayah, Ibu, dan seorang anak laki-
laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga
yang memprihatinkan, sang Ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri
seberang dengan mengarungi lautan yang luas. Maka tinggallah si Malin dan
ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan
sudah 1 tahun lebih lamanya, Ayah Malin tidak juga kembali ke kampung
halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk
mencari nafkah.
Malin kecil termasuk anak yang cerdas, aktif, dan suka membantu
ibunya meski terkadang Malin masih bersikap manja. Malin memiliki Ayam
peliharaan yang diberi anam Si Burik. Suatu hari ketika Malin sedang bermain
dengan Si Burik, kaki Malin tersandung batu dan tangannya terluka. Ibu Malin
pun langsung mengobati luka Malin dengan penuh kasih sayang. Namun.
Sayangnya luka Malin akan meninggalkan bekas selamanya.
Setelah beranjak dewasa, Malin kundang merasa kasihan dengan ibunya
yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir
untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika
kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya.
Malin Kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang
setuju dengan maksud Malin, tetapi karena ia terus mendesak Ibu akhirnya beliau
menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan
perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh
Ibunya.
“Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang
berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamanmu
ini, nak”, ujar ibu Malin sambil berlinang air mata.
Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi
lambaian tangan sang Ibu. Selama berada di kapal, Malin banyak belajar tentang
ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah
perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin diserang oleh perampok, Malin
pun bersembunyi di dalam peti. Beruntunglah berkat bersembunyi Malin bisa
selamat dan terdampar di sebuah pantai. Sesampainya Malin di Negara sebrang,
Malin mulai bekerja dengan saudagar-saudagar, dan hanya satu keinginanya,
yaitu menjadi kaya. Tak disangka-sangka karena hasil kerja kerasnya, akhirnya
Malin menjadi kaya raya dan bergelimang harta. Ia memiliki perahu besar dengan
seratus awak kapal. Kemudian, ia menikahi gadis cantik dan hidup bahagia.
Pada suatu ketika Malin dan Istrinya pergi berlayar ke kampung halaman
Malin. Ketika sampai di dermaga Malin langsung turun dari kapalnya. Ibu
Malin juga melihatnya, setelah cukup dekat, ibunya bergegas menghampiri
Malin. Ibu Malin sangat yakin bahwa lelaki tersebut adalah benar anaknya, yaitu
Malin Kundang. Namun, takdir berkata lain, Malin tidak mau mengakui anak dari
ibu yang miskin dan tua renta, ia mendorong ibunya hingga terjatuh. Ibunya
sangat bersedih dan sakit hati karena Malin menjadi sombong dan takabur, dan
akhirnya ibunya mengutuk Malin menjadi batu.
Lampiran 5 (Soal)
Soal Pretest
Nama :
Kelas :
Hari, tanggal :
Pilihlah A, B, C atau D untuk jawaban yang benar!
1. Apa judul dongeng yang sudah diputarkan…
A. Malin Kundang C. Timun Mas
B. Sangkuriang D. tangkuban Perahu
2. Cerita rakyat Malin Kundang berasal dari daerah…
A. Sumatera Utara C. Sumatera Barat
B. Sumatera Selatan D. Sulawesi Barat
3. Kemanakah perginya ayah Malin…
A. Memancing C. Berjualan ayam
B. Berdagang D. Merantau
4. Nama Ayam peliharaan Malin adalah…
A. Si Burik C. Si Jago
B. Si Hitam D. Si Jantan
5. Apa yang dilakukan Malin ketika ia telah menangkap Ayam peliharannya…
A. Membelai C. Memakan
B. Menyiksa D. Memotong
6. Biasanya ibu dan Malin pergi ke hutan untuk mencari…
A. Ilalang C. Jamur
B. Daun kering D. Ranting kayu
7. Pada saat Malin membantu ibunya, ia terjatuh dan terbentur di bagian…
A. Bahu C. Jari
B. Lengan D. Lutut
8. Apa alasan Malin pergi merantau…
A. Ingin menyusul Ayahnya
B. Ingin bertemu dengan putri raja
C. Ingin bekerja dan menjadi kaya raya
D. Ingin menikah dengan orang kaya
9. Apa yang dilakukan Malin saat perahu yang ia naiki dijajah oleh perampok…
A. Bersembunyi di ruangan
B. Bersembunyi di bawah kasur
C. Bersembunyi di dalam peti
D. Bersembunyi di dalam kamar mandi
10. Lengkapi kalimat rumpang dibawah ini!
Malin akhirnya menjadi orang kaya raya, ia memiliki perahu besar dengan …
awak kapal.
A. 103 C. 101
B. 102 D. 100
11. Pada akhir cerita Malin dikutuk menjadi…
A. Karang C. Pohon
B. Pasir D. Batu
12. Lawan kata miskin adalah…
A. Sombong C. Kaya
B. Kikir D. Sopan
13. Lengkapi kalimat rumpang dibawah ini!
Malin tidak mau mengakui anak dari ibu yang miskin dan tua renta, ia …
ibunya hingga terjatuh.
A. Menghina C. Memukul
B. Menendang D. Mendorong
14. Malin bisa menjadi kaya karena…
A. Bertemu bajak laut kaya
B. Bertemu Ayahnya
C. Bertemu saudagar kaya
D. Rajin bekerja
15. Lengkapi kalimat rumpang dibawah ini!
Setelah sampai di … ia pun turun dari kapalnya.
A. Dermaga C. Tebing karang
B. Pantai D. Desa
16. Ibu malin mempunyai sifat seperti di bawah ini, kecuai…
A. Jahat C. Rajin
B. Dengki D. Penyayang
17. Di bawah ini adalah watak dari tokoh Malin, yaitu…
A. Sombong C. Iri hati
B. Dengki D. Lembut
18. Tokoh antagonis dalam cerita “Malin Kundang” adalah…
A. Ibu Malin C. Ayah
B. Malin D. Istri Malin
19. Tokoh utama dalam cerita rakyat “Malin Kundang” adalah…
A. Ibu Malin C. Malin
B. Putri Raja D. Saudagar Kaya
20. Pernyataan berikut ini yang sesuai dengan isi cerita “Malin Kundang”
adalah…
A. Malin Kundang adalah anak yang jujur dan tidak sombong.
B. Ibu Malin tidak mau menemui anaknya.
C. Sebenarnya Malin orang yang baik, tetapi ia jadi lupa diri setelah memiliki
harta yang banyak.
D. Karena merasa senang setelah bertemu anaknya, Ibu Malin pulang
dengan perasaan bahagia.
21. Ide atau gagasan pokok yang menjadi dasar pengembangan cerita disebut…
A. Amanat C. Latar
B. Alur D. Tema
22. Cerita Malin Kundang bertema tentang…
A. Moral C. Pendidikan
B. Ekonomi D. Pahlawan
23. Pesan yang terdapat dalam dongeng disebut…
A. Amanat C. Perwatakan
B. Sudut pandang D. Tema
24. Amanat yang terdapat dalam dongeng tersebut adalah…
A. Seorang anak tidak boleh durhaka kepada ibunya.
B. Seorang anak boleh meninggalkan ibunya.
C. Seorang anak harus dikutuk oleh ibunya.
D. Seorang anak harus menikahi gadis cantik
25. Bagaimana suasana yang tergambar pada saat Malin tidak mengakui ibunya…
A. Menegangkan C. Menyebalkan
B. Menyenangkan D. Menyedihkan
Lampiran 6 (Soal)
Soal Posttest
Nama :
Kelas :
Hari, tanggal :
Pilihlah A, B, C atau D untuk jawaban yang benar!
26. Apa judul dongeng yang sudah diputarkan…
C. Malin Kundang C. Timun Mas
D. Sangkuriang D. tangkuban Perahu
27. Cerita rakyat Malin Kundang berasal dari daerah…
C. Sumatera Utara C. Sumatera Barat
D. Sumatera Selatan D. Sulawesi Barat
28. Kemanakah perginya ayah Malin…
C. Memancing C. Berjualan ayam
D. Berdagang D. Merantau
29. Nama Ayam peliharaan Malin adalah…
C. Si Burik C. Si Jago
D. Si Hitam D. Si Jantan
30. Apa yang dilakukan Malin ketika ia telah menangkap Ayam peliharannya…
C. Membelai C. Memakan
D. Menyiksa D. Memotong
31. Biasanya ibu dan Malin pergi ke hutan untuk mencari…
C. Ilalang C. Jamur
D. Daun kering D. Ranting kayu
32. Pada saat Malin membantu ibunya, ia terjatuh dan terbentur di bagian…
C. Bahu C. Jari
D. Lengan D. Lutut
33. Apa alasan Malin pergi merantau…
E. Ingin menyusul Ayahnya
F. Ingin bertemu dengan putri raja
G. Ingin bekerja dan menjadi kaya raya
H. Ingin menikah dengan orang kaya
34. Apa yang dilakukan Malin saat perahu yang ia naiki dijajah oleh perampok…
E. Bersembunyi di ruangan
F. Bersembunyi di bawah kasur
G. Bersembunyi di dalam peti
H. Bersembunyi di dalam kamar mandi
35. Lengkapi kalimat rumpang dibawah ini!
Malin akhirnya menjadi orang kaya raya, ia memiliki perahu besar dengan …
awak kapal.
C. 103 C. 101
D. 102 D. 100
36. Pada akhir cerita Malin dikutuk menjadi…
C. Karang C. Pohon
D. Pasir D. Batu
37. Lawan kata miskin adalah…
C. Sombong C. Kaya
D. Kikir D. Sopan
38. Lengkapi kalimat rumpang dibawah ini!
Malin tidak mau mengakui anak dari ibu yang miskin dan tua renta, ia …
ibunya hingga terjatuh.
C. Menghina C. Memukul
D. Menendang D. Mendorong
39. Malin bisa menjadi kaya karena…
E. Bertemu bajak laut kaya
F. Bertemu Ayahnya
G. Bertemu saudagar kaya
H. Rajin bekerja
40. Lengkapi kalimat rumpang dibawah ini!
Setelah sampai di … ia pun turun dari kapalnya.
A. Dermaga C. Tebing karang
B. Pantai D. Desa
41. Ibu malin mempunyai sifat seperti di bawah ini, kecuai…
A. Jahat C. Rajin
B. Dengki D. Penyayang
42. Di bawah ini adalah watak dari tokoh Malin, yaitu…
C. Sombong C. Iri hati
D. Dengki D. Lembut
43. Tokoh antagonis dalam cerita “Malin Kundang” adalah…
A. Ibu Malin C. Ayah
B. Malin D. Istri Malin
44. Tokoh utama dalam cerita rakyat “Malin Kundang” adalah…
A. Ibu Malin C. Malin
B. Putri Raja D. Saudagar Kaya
45. Pernyataan berikut ini yang sesuai dengan isi cerita “Malin Kundang”
adalah…
E. Malin Kundang adalah anak yang jujur dan tidak sombong.
F. Ibu Malin tidak mau menemui anaknya.
G. Sebenarnya Malin orang yang baik, tetapi ia jadi lupa diri setelah memiliki
harta yang banyak.
H. Karena merasa senang setelah bertemu anaknya, Ibu Malin pulang
dengan perasaan bahagia.
46. Ide atau gagasan pokok yang menjadi dasar pengembangan cerita disebut…
A. Amanat C. Latar
B. Alur D. Tema
47. Cerita Malin Kundang bertema tentang…
A. Moral C. Pendidikan
B. Ekonomi D. Pahlawan
48. Pesan yang terdapat dalam dongeng disebut…
C. Amanat C. Perwatakan
D. Sudut pandang D. Tema
49. Amanat yang terdapat dalam dongeng tersebut adalah…
E. Seorang anak tidak boleh durhaka kepada ibunya.
F. Seorang anak boleh meninggalkan ibunya.
G. Seorang anak harus dikutuk oleh ibunya.
H. Seorang anak harus menikahi gadis cantik
50. Bagaimana suasana yang tergambar pada saat Malin tidak mengakui ibunya…
C. Menegangkan C. Menyebalkan
D. Menyenangkan D. Menyedihkan
Lampiran 7
NILAI KELAS EKSPERIMEN
SMP Islam Plus As-Sa’adatain Depok Kelas VII
Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018
No Inisial Siswa Nilai Pretest Nilai Posttest Gain Score
1 MNR 28 68 40
2 NF 64 76 12
3 AP 72 92 20
4 RA 68 84 16
5 NP 68 84 16
6 CK 72 96 24
7 ARF 52 72 20
8 LZA 80 88 8
9 SB 72 88 16
10 SPA 80 84 4
11 NAR 1 84 92 8
12 NAR 2 64 92 28
13 AP 72 96 24
14 AG 76 88 12
15 IN 80 92 12
16 NS 56 64 8
17 MLF 76 96 20
18 DW 60 80 20
19 AT 68 88 20
Lampiran 8
NILAI KELAS KONTROL
SMP Islam Plus As-Sa’adatain Depok Kelas VII
Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018
No Inisial Siswa Nilai Pretest Nilai Posttest Gain Score
1 HP 52 68 16
2 YRS 68 76 8
3 IFF 72 92 20
4 BAA 56 76 20
5 FMA 44 60 24
6 MFA 68 76 8
7 CTW 76 96 20
8 AFS 56 76 20
9 AF 84 96 12
10 AA 52 68 16
11 ABS 76 80 4
12 AA 68 80 12
13 MRZ 64 72 8
14 MHY 48 80 32
15 ALD 36 68 32
16 WA 72 80 8
17 AC 80 84 4
18 AF 68 84 16
19 TW 32 64 32
Lampiran 13
UJI NORMALITAS POST-TEST
Case Processing Summary
GROUP Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
POSTEST 1.00 19 100.0% 0 0.0% 19 100.0%
2.00 19 100.0% 0 0.0% 19 100.0%
Descriptives
GROUP Statistic Std. Error
POSTEST
1.00
Mean 85.2632 2.16409
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 80.7166
Upper Bound 89.8097
5% Trimmed Mean 85.8480
Median 88.0000
Variance 88.982
Std. Deviation 9.43305
Minimum 64.00
Maximum 96.00
Range 32.00
Interquartile Range 12.00
Skewness -.963 .524
Kurtosis .158 1.014
2.00
Mean 77.6842 2.29550
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 72.8615
Upper Bound 82.5069
5% Trimmed Mean 77.6491
Median 76.0000
Variance 100.117
Std. Deviation 10.00585
Minimum 60.00
Maximum 96.00
Range 36.00
Interquartile Range 16.00
Skewness .295 .524
Kurtosis -.238 1.014
Tests of Normality
GROUP Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
POSTEST 1.00 .193 19 .061
2.00 .145 19 .200
Lampiran 14
UJI HOMOGENITAS PRE-TEST
Descriptives
PRETEST
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum
Lower Bound Upper Bound
1.00 19 68.0000 12.85820 2.94987 61.8025 74.1975 28.00
2.00 19 61.6842 14.74620 3.38301 54.5768 68.7916 32.00
Total 38 64.8421 14.01645 2.27377 60.2350 69.4492 28.00
Descriptives
PRETEST
Maximum
1.00 84.00
2.00 84.00
Total 84.00
Test of Homogeneity of Variances
PRETEST
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.699 1 36 .201
Lampiran 15
UJI HOMOGENITAS POST-TEST
Descriptives
POSTEST
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum
Lower Bound Upper Bound
1.00 19 85.2632 9.43305 2.16409 80.7166 89.8097 64.00
2.00 19 77.6842 10.00585 2.29550 72.8615 82.5069 60.00
Total 38 81.4737 10.33163 1.67601 78.0778 84.8696 60.00
Descriptives
POSTEST
Maximum
1.00 96.00
2.00 96.00
Total 96.00
Test of Homogeneity of Variances
POSTEST
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.023 1 36 .881
Lampiran 16
UJI NORMALITAS PRE-TEST
Case Processing Summary
GROUP Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PRETEST 1.00 19 100.0% 0 0.0% 19 100.0%
2.00 19 100.0% 0 0.0% 19 100.0%
Descriptives
GROUP Statistic Std. Error
PRETEST
1.00
Mean 68.0000 2.94987
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 61.8025
Upper Bound 74.1975
5% Trimmed Mean 69.3333
Median 72.0000
Variance 165.333
Std. Deviation 12.85820
Minimum 28.00
Maximum 84.00
Range 56.00
Interquartile Range 12.00
Skewness -1.750 .524
Kurtosis 4.342 1.014
2.00
Mean 61.6842 3.38301
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 54.5768
Upper Bound 68.7916
5% Trimmed Mean 62.0936
Median 68.0000
Variance 217.450
Std. Deviation 14.74620
Minimum 32.00
Maximum 84.00
Range 52.00
Interquartile Range 20.00
Skewness -.524 .524
Kurtosis -.557 1.014
Tests of Normality
GROUP Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
PRETEST 1.00 .184 19 .089
2.00 .192 19 .063
Lampiran 17
Foto Kegiatan
BIODATA PENULIS
Elvira Rosiana dilahirkan pada 7 Juli 1994 di
Kota Bogor. Merupakan anak kedua dari dua
bersaudara. Penulis memulai pendidikannya di TK
Darrul Himah Sawangan pada tahun 1999.
Selanjutnya, penulis pernah duduk di bangku SDN
Duren Seribu 01 pada tahun 2000, SMP Negeri 14
Depok pada tahun 2006, SMA Negeri 1 Parung 2009,
dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2012.
Sejak mengenyam bangku sekolah, penulis adalah sosok yang senang sekali
berorganisasi dan berkumpul dengan banyak orang. Akhirnya, untuk menyalurkan
hobinya tersebut, penulis memutuskan untuk bergabung dengan Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat Komisariat Tarbiyah. Lalu, bergabung
dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia selama satu periode sebagai Staff Ahli Divisi Informasi dan Komunikasi.
Kemudian, tahun berikutnya penulis bergabung dengan Dewan Eksekutif
Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan selama satu periode
sebagai Ketua Departemen Pemberdayaan Perempuan.
Pada tahun 2017, penulis berharap dapat menyelesaikan pendidikannya di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan skripsi yang mengangkat judul Pengaruh
Penggunaan Media Video terhadap Pembelajaran Menyimak Siswa Kelas VII SMP
Islam Plus As-Sa’adatain Depok Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018. Motto
hidup yang selalu menjadi motivasi tersendiri bagi penulis adalah “Even on black
and white photograph, friends are always colouring your life”.