PENGARUH PENAMBAHAN VIRGIN COCONUT OIL(VCO) PADA PERASAN DAGING BUAH MAKUTO DEWO
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)PADA MENCIT PUTIH BETINA :
KAJIAN TERHADAP EFEK ANTI-INFLAMASI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
VERA ROSIANA
NIM : 038114066
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2007
ii
PENGARUH PENAMBAHAN VIRGIN COCONUT OIL(VCO) PADA PERASAN DAGING BUAH MAKUTO DEWO
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)PADA MENCIT PUTIH BETINA :
KAJIAN TERHADAP EFEK ANTI-INFLAMASI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
VERA ROSIANA
NIM : 038114066
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2007
iii
iv
v
vi
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus atas segala
bimbingan, dukungan, kekuatan, kasih, dan cintanya yang senantiasa dilimpahkan
kepada penulis, sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan penyusunan
skripsi yang berjudul ”Pengaruh Penambahan Virgin Coconut Oil (VCO) pada
Perasan Daging Buah Makuto Dewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl) pada
Mencit Putih Betina : Kajian terhadap Efek Anti-Inflamasi” sebagai salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan baik dan lancar.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan,
arahan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak dalam menghadapi hambatan
dan kesulitan yang ditemui penulis. Dalam kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
2. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing dan penguji yang telah
memberi banyak bantuan, bimbingan dan arahan selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
3. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes., yang telah memberikan kesediaannya
sebagai dosen penguji dan memberikan saran, masukan, serta kritik yang
membangun.
viii
4. Drs. Mulyono, Apt. yang telah membantu dalam memberi pengetahuan dan
masukan kepada penulis serta telah memberikan kesediaannya sebagai dosen
penguji.
5. Phebe Hendra, M.Si., Apt. yang telah membantu penulis dalam menyediakan
jurnal-jurnal yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Mas Heru yang telah menyediakan mencit dan memberi keceriaan selama
penulis melakukan penelitian di laboratorium farmakologi.
7. Mas Parjiman yang telah meyediakan alat dan membantu penulis selama
penulis melakukan penelitian.
8. Mas Kayat yang telah banyak membantu selama penelitian berlangsung.
9. Staff pengajar dan segenap dosen Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
10. Boboh dan Kung-Kung, segala perjuangan dan kerja keras yang penulis
curahkan dalam skripsi ini merupakan bentuk rasa terima kasih penulis atas
rasa cinta dan sayang yang diberikan.
11. Mama, Papa, dan adikku, Hendra Gunawan yang telah memberikan dukungan
dan kasih yang luar biasa kepada penulis. Penulis sangat bersyukur
mempunyai keluarga yang begitu mencintai penulis.
12. Ii Ayen, Widdy, dan Demas yang telah memberi dukungan kepada penulis
selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
13. Leonied Yamato, S.Farm., Apt. yang sedang dalam proses meraih gelar
M.Si.nya, kau menjadi sumber inspirasi penulis dalam mencapai masa depan.
ix
14. Ignatius Madya S.P. Putra dan Titus Punto Wibi Kurniawan, teman
seperjuangan penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, terima
kasih atas kerja sama yang diberikan.
15. Keluarga dan orang terdekat Madya dan Punto yang telah memberikan
bantuan dan dukungan.
16. Yulia Ratika Siwi, Lucia Esti Purwandari, Alvian Yoan Diaz, Budiarto,
Agatha Vilma, Hartono, Andreas Sudarto, Maria Rosa, Katarina Ratih, Agnes
Rufina, Lucy Lahrita, Jenny, Robertus Hengky yang telah memberikan
dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
17. Sahabat terbaik penulis : Lina, Ellen, Ningsih, Thriz, Vonny, Ayu yang telah
membantu penulis menghilangkan rasa jenuh dalam penyusunan skripsi ini,
masa-masa indah bersama kalian di Petung 36 tidak akan terlupakan.
18. Kakak, teman, dan sahabat penulis, Eddy Sugianto, S.Farm. yang telah
memberikan perhatian, dukungan, dan bantuan yang besar kepada penulis.
19. Ferry, Yulius, Afu, Handi, Albert, Mardoni, Vivien, Lavie, Monica, Lia, Ina,
Lian yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberi dukungan
kepada penulis. Terima kasih karena penulis telah diberi kesempatan untuk
mengenal kalian.
20. Seluruh mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma angkatan
2003, adik kelas, kakak kelas penulis dan semua pihak yang telah memberikan
kontribusi dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
x
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan. Penulis selalu membuka diri atas masukkan, saran, dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini
menjadi bagian pengetahuan dan berguna bagi semua.
Yogyakarta, 8 Januari 2007
Penulis
xi
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN JUDUL …………………………………………………...……
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………….
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………..
PRAKATA …………………………………………………………………..
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………...…………………..
DAFTAR ISI ...………………………………………………………………
DAFTAR TABEL ..………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR ….……………………………………...……………..
DAFTAR LAMPIRAN ..…………………………………………………….
INTISARI ………….………………………………………………………..
ABSTRACT ………………………………………………...………………..
BAB. I PENGANTAR .……………………………………………………..
A. Latar Belakang …………………………….………………………...
1. Permasalahan ……………………….……………………….
2. Keaslian Penelitian …………….…………………………….
3. Manfaat Penelitian .…………….…………………………….
B. Tujuan Penelitian ……………….………………………..............
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA …….………………………………...
A. Virgin Coconut Oil (VCO)) ……………….………………………...
Hal
i
ii
iii
iv
v
vii
xi
xii
xvi
xviii
xx
xxii
xxiii
1
1
3
3
5
5
7
7
xiii
B. Tanaman Makuto Dewo
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)……. ……………………...
1. Morfologi…………………………………………………….....
2. Nama Daerah……………………………………………………
3. Kandungan Kimia……………………………………………….
4. Khasiat…………………………………………………………..
C. Inflamasi ……...……………………………………………………..
1. Definisi ….…………………………………………………...
2. Penyebab …………………………………………………….
3. Respon….…………………………………………….............
4. Tanda-tanda …………………………………………………
5. Mekanisme…………………………………………………...
6. Mediator……………………………………………………..
D. Obat Anti inflamasi ..………………………………………………...
E. Natrium Diklofenak ………………..………………………………..
F. Radikal Bebas dan Antioksidan……………………………………...
G. Flavonoid…… ………………………………………………………
H. Vitamin E….…………………………………………………………
I. Metode Pengujian Daya Anti-Inflamasi……………………………..
1. Uji eritema……………………………………………………
2. Paw edema test……………………………………………….
3. Tes radang selaput dada (pleurisy)…………………………..
4. Tes kantong granuloma………………………………………
8
8
8
9
9
9
9
10
10
11
13
15
20
23
24
27
28
29
29
30
31
31
xiv
J. Landasan Teori………………………………………………………
K. Hipotesis……………………………………………………………...
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……….…………………………
A. Jenis dan Rancangan Penelitian …………………………………….
B. Metode dan Prinsip Penelitian……………………………………….
C. Variabel dan Definisi Operasional…………………………………..
1. Variabel…….. ….…………………………………………...
2. Definisi Operasional………………………………………...
D. Subyek dan Bahan Penelitian …...…………………………………...
1. Subyek Uji…………………………………………………..
2. Bahan Penelitian…………………………………………….
E. Alat Penelitian ...………...…………………………………………...
F. Tata Cara Penelitian ..………………………………………………..
1. Determinasi tanaman makuto dewo...…...…………………...
2. Pembuatan bahan uji………..…..……………………………
3. Orientasi percobaan….… ……………………………………
4. Perlakuan hewan uji…………………...……………………..
5. Tata cara analisis hasil........................................……………..
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………….......................………...
A. Hasil Determinasi Buah Makuto Dewo..……………………………
B. Pembuatan Larutan Uji.......................................................................
1. Pembuatan perasan daging buah makuto dewo.....................
32
34
35
35
35
35
35
36
37
37
37
38
38
38
38
40
42
44
45
45
46
46
xv
2. Pembuatan campuran perasan daging buah makuto dewo
dengan VCO..........................................................................
C. Hasil Orientasi Percobaan.................………………………………..
1. Hasil orientasi penetapan selang waktu pemotongan kaki.....
2. Hasil orientasi penetapan dosis natrium diklofenak...............
3. Hasil orientasi penetapan selang waktu pemberian natrium
diklofenak...............................................................................
D. Hasil Perlakuan Pada Hewan Uji ………...……..…………………..
E. Perbandingan Hasil Penelitian dengan Penelitian Lain…….………...
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …….………………………………
A. Kesimpulan ..…………………………………………………………
B. Saran ...……………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ...……………………………………………………..
LAMPIRAN ………...……………………………………………………….
BIOGRAFI …..………………………………………………………………
46
46
47
50
53
57
71
74
74
75
76
81
97
xvi
DAFTAR TABEL
I. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1%
subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan
kaki..……..................................................................................................
II. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah data bobot udema kaki mencit
akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang
waktu pemotongan kaki……………………….….…………………......
III. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat
injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu
pemotongan kaki…………………………………….……..……………
IV. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1%
subplantar setelah pemberian berbagai variasi dosis natrium
diklofenak……………………………………………………………….
V. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah data bobot udema kaki mencit
akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian natrium
diklofenak dalam 3 peringkat dosis………………………….………….
VI. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat
injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian natrium diklofenak
dalam 3 peringkat dosis…………………………………………….……
VII. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1%
subplantar setelah pemberian natrium diklofenak dosis efektif pada
rentang waktu tertentu…………………………………………………...
Hal
47
48
49
51
52
53
54
xvii
VIII. Rangkuman hasil uji Anava Satu Arah data bobot udema kaki mencit
akibat injeksi karagenin 1% subplatar setelah pemberian natrium
diklofenak dosis efektif pada rentang waktu tertentu…………………..
IX. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat
injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian natrium diklofenak
dosis efektif pada rentang waktu tertentu..….…………………………..
X. Rata-rata bobot udema telapak kaki mencit akibat karagenin 1%
subplantar pada kelompok kontrol dan perlakuan......….……................
XI. Rata-rata efek anti-inflamasi pada kelompok kontrol dan
perlakuan……………………………...…………………………………
XII. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah efek anti-inflamasi kelompok
kontrol dan perlakuan……………………………………………………
XIII. Rangkuman hasil uji Scheffe efek anti-inflamasi kelompok kontrol dan
perlakuan………………………………………………………………...
XIV. Potensi relatif VCO dan kombinasi perasan daging buah makuto dewo
dan VCO………………………………………………………………..
XV. Hasil uji efek anti-inflamasi, proteksi nyeri, dan efek hepatoprotektif
pada kelompok perlakuan……………………………………………….
55
56
59
61
63
63
71
72
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6a.
Gambar 6b.
Gambar 7.
Gambar 8
.
Gambar 9.
Gambar 10.
Patogenesis dan tanda suatu peradangan………………………
Skema dari mediator-mediator yang berasal dari asam
arakhidonat dan titik tangkap dari obat anti-inflamasi………..
Klasifikasi obat Anti-Inflamasi Non Steroid (AINS)…………
Mekanisme kerja obat anti-inflamasi.......……………………..
Struktur natrium diklofenak.......................……………………
Kerangka flavonoid..................................……………………..
Sistem penomoran turunan flavonoid …………………………
Struktur kimia vitamin E........…………………………………
Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi
karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu
pemotongan kaki........................................................................
Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi
karagenin 1% subplantar setelah pemberian berbagai variasi
dosis natrium diklofenak..............................................………..
Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi
karagenin 1% subplantar setelah pemberian natrium
diklofenak dosis efektif pada rentang waktu
tertentu…………………………….……...................................
Hal
13
17
21
22
23
27
27
29
47
51
54
xix
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.
Gambar 14.
Gambar 15.
Gambar 16.
Gambar 17.
Grafik rata-rata bobot udema telapak kaki mencit akibat
karagenin 1% subplantar pada kelompok kontrol dan
perlakuan ……........................………………………. ……….
Grafik rata-rata efek anti-inflamasi pada kelompok kontrol
dan perlakuan..........................................................................…
Mekanisme kemungkinan penangkapan radikal bebas oleh
vitamin E..........................................................................……..
Mekanisme reaksi penangkapan radikal bebas oleh
flavonoid...............................................................................….
Mekanisme resonansi radikal bebas flavonoid……………..….
Mekanisme penggabungan radikal bebas flavonoid…………...
Grafik perbandingan hasil uji efek anti-inflamasi, proteksi
nyeri, dan efek hepatoprotektif pada kelompok perlakuan……
60-
62
67
68
68
69
73
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Foto virgin coconut oil (VCO) merk Vicol produksi CV
Kelapa Mas, Yogyakarta..................…………..………………
Foto buah makuto dewo.........................……………….……..
Foto alat homogenizer merk Yastral BmbH D-7801 Dottingen
tipe: X 1020...........……………………………………………
Surat pengesahan determinasi tanaman makuto dewo………..
Sertifikat analisis diklofenak-Na (BP98)... ……………………
Perhitungan konsentrasi natrium diklofenak.............................
Skema kerja kelompok perlakuan..............................................
Contoh perhitungan % efek anti-inflamasi dan potensi relatif
terhadap natrium diklofenak.......................................................
Data bobot udema kaki mencit pada orientasi selang waktu
pemotongan kaki................................................………………
Data bobot udema kaki mencit pada orientasi dosis efektif
natrium diklofenak….....………………………………………
Data bobot udema kaki mencit pada orientasi selang waktu
pemberian natrium diklofenak................................................…
Data bobot udema kaki mencit kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan...........................…………………………
Hal
81
82
83
84
85
86
87
89
90
90
91
92
xxi
Lampiran 13. Contoh hasil uji statistik uji Kolmogorov-Smirnov, uji Anova
Satu Arah, dan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95% data
kelompok kontrol dan perlakuan beserta cara
intepretasinya................................................………….............. 93
xxii
INTISARI
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh penambahan virgin coconut oil(VCO) pada perasan daging buah makuto dewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.)Boerl.) pada mencit putih betina dengan menggunakan model inflamasi akut.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek anti-inflamasi kombinasiperasan daging buah makuto dewo dan VCO dengan perbandingan yangmenunjukkan peningkatan jumlah VCO serta untuk mengetahui keefektifankombinasi tersebut dibandingkan VCO atau perasan daging buah makuto dewo.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni rancangan acaklengkap pola searah menggunakan metode induksi udema oleh Langford yangdimodifikasi. Subyek uji adalah mencit putih betina galur Swiss, berumur 2-3bulan dengan berat badan 20-30 gram. Tujuh puluh ekor mencit dikelompokkanmenjadi 10 kelompok. Kelompok I-V merupakan kelompok kontrol, sedangkankelompok VI-X diberi kombinasi VCO dan perasan daging buah makuto dewodengan perbandingan berturut-turut 1:¼, 1: ½, 1:1, 1:2, 1:4. Lima belas menitkemudian diinjeksi subplantar dengan karagenin 1% pada kaki kiri bagianbelakang. Setelah 3 jam hewan uji dikorbankan dan kedua kakinya dipotong padasendi torsocrural, kemudian ditimbang. Data bobot udema dianalisis dengan ujiKolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusinya, dilanjutkan analisis varian polasatu arah dan uji Scheffe untuk melihat perbedaan antarkelompok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi VCO dan perasan dagingbuah makuto dewo dengan perbandingan 1:¼, 1: ½, 1:1, 1:2, 1:4 mempunyai efekanti-inflamasi berturut-turut sebesar 18,55%, 24,34%, 25,70%, 26,09%, 42,77%.Penelitian ini juga menunjukkan bahwa VCO memiliki efek anti-inflamasi sebesar35,00% sedangkan perasan daging buah makuto dewo tidak memiliki efek anti-inflamasi. Peningkatan efek anti-inflamasi sebanding dengan penambahan VCOpada perasan daging buah makuto dewo.
Kata kunci : efek anti-inflamasi, virgin coconut oil (VCO), perasan daging buahmakuto dewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl)
xxiii
ABSTRACT
The research on the influence of addition of virgin coconut oil (VCO) intomakuto dewo squeezed (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) in white femalesmall mice by using an acute inflammation models had been done. The goal ofthis research is to know about the anti-inflammation effect of the combination ofmakuto dewo squeezed and VCO and also to know its effectiveness compare withpure VCO and pure makuto dewo squeeze.
This research is pure experimental research. The subject of this experimentwas Switzerland white female mice whose age 2-3 months and its weight is 20-30gram. Seventy small mice were divided into ten groups. Group I to group V wereas control group, whereas group VI to group X were given the combination ofmakuto dewo squeeze and VCO with proportion 1: 1/4; 1: ½; 1:1; 1:2; and 1:4.Successively fifteen minutes later, those small mice’s left legs were injected withkaragenin 1%. Then, 3 hours later those small mice were killed and its two legswere cut at torsocrural joint. Data about oedema weight was analyzed withKolmogorov-Smirnov to see its distribution. After that, this research wascontinued with variant analysis of one direction pattern then researcher didScheffe test.
The result of the analysis shows that the combination of makuto dewosqueeze and VCO with proportion 1: 1/4; 1: ½; 1:1; 1:2; and 1:4 has the percentageof anti-inflammation effect was successively 18,55%, 24,34%, 25,70%, 26,09%,42,77%. This research also shows that pure VCO has the percentage of anti-inflammation effect was successively 35,00% and pure makuto dewo squeezedoesn’t have anti-inflammation effect. The raising of anti-inflammation effect isequivalent with addition of VCO into makuto dewo squeeze.
Keyword : anti-inflammation effect, virgin coconut oil (VCO), makuto dewosqueeze
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Virgin Coconut Oil (VCO) atau minyak kelapa murni di tahun 2005 dan
2006 menjadi sangat fenomenal setelah diketahui berbagai khasiatnya yang
menjanjikan. Banyak orang berlomba-lomba mengkonsumsi VCO demi kesehatan
tubuhnya, bahkan orang sehat sekalipun. Virgin coconut oil mengandung asam
lemak jenuh minyak kelapa yang didominasi oleh asam laurat yang merupakan
medium chain trigliceride (MCT) (Sukartin dan Sitanggang, 2005). Asam laurat
inilah yang menjadikan minyak kelapa mampu menambah kesehatan bagi tubuh.
Menurut H. Kono dan dr. A. Nanji, ahli penyakit dalam dari Amerika Serikat,
MCT minyak kelapa akan langsung disalurkan dari saluran cerna menuju hati.
Medium chain trigliceride akan menonaktifkan virus yang ditemuinya. Seperti
yang telah diketahui, salah satu penyebab hepatitis adalah infeksi virus, sehingga
VCO dapat menjadi obat antihepatitis. Minyak kelapa juga mengandung fosfatida,
gums, sterol, dan tokoferol. Tokoferol berfungsi sebagai antioksidan alami dan
mengandung komponen aktif biologis yang secara umum diterima sebagai
aktivitas vitamin E dalam menjaga kekebalan tubuh manusia (Syah, 2005).
Sebagai antioksidan, vitamin E dapat menangkap radikal bebas (radical
scavenging) dan membentuk radikal yang lebih stabil. Mekanisme kerjanya
adalah dengan penghambatan enzim terutama siklooksigenase-2 (COX-2)
2
2
sehingga pembentukan spesies oksigen reaktif yang dapat menyebabkan
kerusakan jaringan dan proses peradangan menjadi terhambat.
Makuto dewo telah banyak diteliti secara ilmiah sebagai tanaman
Indonesia yang memiliki khasiat sebagai obat. Daun dan kulit buah makuto dewo
mengandung alkaloid, saponin, dan flavonoid. Adanya flavonoid dalam makuto
dewo menunjukkan aktivitas antialergi, anti-inflamasi, antivirus, antiproliferasi,
dan antikarsinogenik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Marissa (2006) dan
Puspitasari (2006), ekstrak etanol daging buah makuto dewo terbukti memiliki
daya anti-inflamasi pada mencit putih betina. Adanya flavonoid dalam makuto
dewo diduga dapat memberikan efek anti-inflamasi karena flavonoid merupakan
antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas yang merupakan hasil dari
respon zat kimia penginduksi udema.
Inflamasi merupakan salah satu aspek yang harus dipenuhi oleh suatu obat
antihepatitis yang ideal. Menurut Donatus (1992), obat hepatitis yang ideal
seharusnya tidak hanya mempunyai aspek preventif (perlindungan hati dari aneka
hepatotoksin/ hepatoprotektif) tetapi harus pula mempunyai aspek kuratif
(penanggulangan radang/ inflamasi) dan aspek suportif (meningkatkan sistem
imun). Dalam rangka mengembangkan penelitian mengenai kombinasi VCO dan
makuto dewo agar dapat menjadi salah satu alternatif obat hepatitis yang ideal,
maka peneliti ingin menguji efek anti-inflamasinya pada mencit putih betina.
Inflamasi merupakan respon bila sel-sel atau jaringan tubuh mengalami
cedera atau mati. Inflamasi dianggap sebagai sesuatu yang tidak diinginkan,
walaupun peradangan sebenarnya adalah gejala yang menguntungkan (Price and
3
Wilson, 1992). Peran proses inflamasi diantaranya untuk penghancuran
mikroorganisme yang masuk sehingga akan mencegah penyebaran infeksi
(Underwood, 1996). Inflamasi tidak diinginkan karena terjadinya inflamasi
biasanya disertai gejala-gejala yang menimbulkan rasa tidak nyaman yaitu
kemerahan (rubor), panas meningkat (calor), pembengkakan (tumor), nyeri
(dolor), dan gangguan fungsi (functiolaesa). Hal ini menjadi alasan mengapa
inflamasi butuh pengobatan.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dirumuskan
permasalahan sebagai berikut ini.
a. Apakah penambahan VCO pada perasan daging buah makuto dewa
mempunyai efek anti-inflamasi yang lebih tinggi daripada VCO atau
perasan daging buah makuto dewo murni ?
b. Berapakah besar penambahan VCO pada perasan daging buah makuto
dewa yang efektif dalam kajian efek anti-inflamasi?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian yang menggunakan makuto dewo di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta sudah banyak dilakukan diantaranya:
a. Efek Hepatoprotektif Perasan Buah Makuto Dewo (Phaleria macrocarpa
(Scheff.) Boerl.) pada Mencit Jantan Terinduksi Parasetamol (Sisilia,
2001).
b. Efek Hepatoprotektif Perasan Buah Makuto Dewo (Phaleria macrocarpa
(Scheff.) Boerl.) pada Mencit Jantan Terinduksi CCl4 (Wijayanti, 2002).
4
c. Efek Hepatoprotektif Infusa Daging Buah Makuto Dewo (Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit Jantan Terinduksi CCl4
(Linawati, 2002).
d. Efek Hepatoprotektif Infusa Simplisia Daging Buah Makuto Dewo
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit Jantan Terinduksi
Parasetamol (Prasetia, 2002).
e. Efek Hepatoprotektif Infusa Simplisia Daging Buah Makuto Dewo
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit Jantan Terinduksi
Karbontetraklorida (Harianto, 2003).
f. Efek Hepatoprotektif Ekstrak Etanol Daging Buah Makuto Dewo
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit Jantan Terinduksi
CCl4 (Yudanti, 2005).
g. Efek Hepatoprotektif Ekstrak Etanol Daging Buah Makuto Dewo
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit Jantan Terinduksi
Parasetamol (Purwandani, 2005).
h. Daya Analgesik Ekstrak Etanol Daging Buah Makuto Dewo (Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit Betina Terinduksi Kimia
(Anggoro, 2005).
i. Daya Anti-Inflamasi Ekstrak Etanol Daging Buah Makuto Dewo (Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit Betina Terinduksi Karagenin
(Marissa, 2006).
5
j. Daya Anti-Inflamasi Ekstrak Etanol Daging Buah Makuto Dewo (Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit Betina Terinduksi Formalin
(Puspitasari, 2006).
Penelitian mengenai efek anti-inflamasi VCO dan penelitian mengenai
efek anti-inflamasi kombinasi VCO dan makuto dewo pada mencit putih betina,
sepanjang pengetahuan penulis belum pernah ada yang melakukan.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu
kefarmasian serta pengetahuan tentang keefektifan penambahan VCO pada
perasan buah makuto dewo sebagai anti-inflamasi.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
kebenaran, keefektifan efek anti-inflamasi dari penambahan VCO pada
perasan buah makuto dewo secara khusus untuk penyakit hepatitis.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan penelitian mengenai
penambahan VCO pada perasan daging buah makuto dewo yang efektif agar
dapat menjadi alternatif obat hepatitis ideal.
6
2. Tujuan khusus
Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui apakah
penambahan VCO pada perasan daging buah makuto dewo dapat memberikan
efek anti-inflamasi yang lebih baik dibandingkan perasan buah makuto dewo atau
VCO itu sendiri dan untuk mengetahui berapa besar penambahan VCO pada
perasan daging buah makuto dewo yang efektif dalam kajian anti-inflamasi.
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Virgin Coconut Oil (VCO)
Minyak kelapa murni atau Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan salah
satu hasil olahan dari buah kelapa (Cocos nucifera) famili Arecaceae (Palmae).
Komponen minyak kelapa terdiri dari asam lemak jenuh (90%) dan minyak tak
jenuh (10%) (Sutarmi dan Rozaline, 2005).
Secara kimiawi, minyak kelapa terbentuk dari rantai karbon, hidrogen, dan
oksigen yang disebut dengan asam lemak. Komponen-komponen asam lemak
tersebut akan membentuk gliserida saat bergabung dengan gliserol. Gliserida yang
umum terdapat pada lemak dan minyak adalah trigliserida atau lipida (Syah,
2005).
Minyak kelapa mengandung fosfatida, gums, sterol, dan tokoferol.
Tokoferol berfungsi sebagai antioksidan alami yang dapat memperpanjang
periode terjadinya proses oksidasi sampai timbulnya bau tengik. Tokoferol juga
mengandung komponen aktif biologis yang secara umum diterima sebagai
aktivitas vitamin E dalam menjaga kekebalan tubuh manusia (Syah, 2005).
Kurang lebih 50% asam lemak pada minyak kelapa adalah asam laurat dan
7% asam kapriat. Kedua asam tersebut merupakan asam lemak jenuh rantai
sedang yang mudah dimetabolisir dan bersifat antimikroba sehingga dapat
meningkatkan imun tubuh (kekebalan tubuh) dan mudah diubah menjadi energi.
Dalam tubuh, asam laurat menjadi monolaurin, sedangkan asam kapriat menjadi
8
monokaprin. Hasil pecahan lemak jenuh rantai sedang jarang disimpan sebagai
lemak dan jarang menumpuk di pembuluh darah. Minyak kelapa memiliki kadar
asam lemak tidak jenuh ganda omega-3 eicosa-penta-einoic acid (EPA) dan
docasa-hexaenoic acid (DHA) yang dapat menurunkan very low density
lipoprotein (VLDL) dan viskositas darah, menghambat tromboksan, serta
mencegah penyumbatan pembuluh darah (Sutarmi dan Rozaline, 2005).
Asam laurat dan asam lemak jenuh berantai pendek yang terkandung
dalam minyak kelapa murni berperan positif dalam proses pembakaran nutrisi
makanan menjadi energi. Fungsi lain dari zat ini, antara lain sebagai antivirus,
antibakteri, dan antiprotozoa (Sutarmi dan Rozaline, 2005)
B. Tanaman Makuto Dewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)
Makuto dewo termasuk dalam familia Thymelaeaceae dengan nama latin
spesiesnya Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. (Anonim, 1998; Backer and van
den Brink, 1963).
1. Morfologi
Tanaman makuto dewo merupakan tanaman berupa herba dengan tinggi kira-
kira mencapai 5 meter. Tanaman ini tumbuh di dataran rendah dengan
ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut (Anonim, 2000).
2. Nama Daerah
Nama daerahnya adalah Makuto dewo (Jawa), Makuto rojo (Jawa), Makuto
ratu (Jawa), Raja obat (Banten), Simalakama (Jawa), Mahkota dewa
9
(Indonesia) (Ning, 2001) atau Simalakama (Sumatera/ Melayu) (Winarto,
2005).
3. Kandungan Kimia
Zat aktif yang terkandung di dalam daun dan kulit buah antara lain alkaloid,
terpenoid, saponin, dan senyawa resin. Pada daun diketahui terkandung lignan
(polifenol), sedangkan pada kulit buah terkandung zat flavonoid (Winarto,
2005).
4. Khasiat
Pengobatan dengan ramuan makuto dewo diyakini dan telah terbukti
secara turun-temurun dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti kanker,
tumor, diabetes mellitus, hepatitis, jantung, rematik, asam urat tinggi, penyakit
kulit, dan gangguan ginjal (Winarto, 2005).
C. Inflamasi
1. Definisi
Inflamasi atau peradangan merupakan suatu respon protektif normal
terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang
merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk
menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat
iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan (Mycek, Harvey, and Champe,
1997). Bila sel-sel atau jaringan tubuh mengalami cedera atau mati, selama hospes
tetap hidup ada respon yang menyolok pada jaringan hidup di sekitarnya. Respon
terhadap cedera ini dinamakan peradangan. Yang lebih khusus peradangan adalah
10
reaksi vaskular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat terlarut, dan
sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau
nekrosis (Price and Wilson, 1992).
2. Penyebab
Penyebab utama dari radang akut ialah infeksi mikrobial (bakteri,
virus,dll), agen fisik (trauma, radiasi pengion, panas, dingin, dll), atau kimiawi
(korosif, asam, basa, dll) (Underwood, 1996). Penting untuk diketahui bahwa
inflamasi dan infeksi tidak sinonim. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme dan
menyebabkan inflamasi, tetapi tidak semua inflamasi disebabkan oleh infeksi
(Kee and Hayes, 1996).
3. Respon
Menurut Katzung (2001), inflamasi secara umum dibagi dalam 3 fase,
yakni: inflamasi akut, respon imun, dan inflamasi kronis. Inflamasi akut
merupakan respon awal terhadap cedera jaringan, hal tersebut terjadi melalui
media rilisnya autacoid serta pada umumnya didahului oleh pembentukan respon
imun (Katzung, 2001). Fase ini ditandai dengan adanya vasodilatasi lokal dan
peningkatan permeabilitas kapiler (Vogel, 2002).
Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan
kekebalan diaktifkan untuk merespon organisme asing atau substansi antigenik
yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut serta kronis. Akibat dari
respons imun bagi tuan rumah mungkin menguntungkan, seperti bilamana ia
menyebabkan organisme penyerang menjadi difagositosis atau dinetralisir.
Sebaliknya, akibat tersebut juga dapat bersifat merusak bila menjurus kepada
11
inflamasi kronis. Inflamasi kronis melibatkan keluarnya sejumlah mediator yang
tidak menonjol dalam respons akut seperti interferon, platelet-derived growth
factor (PDGF) serta interleukin-1,2,3 (Katzung, 2001). Pada fase ini terjadi
degenerasi jaringan dan fibrosis (Vogel, 2002).
4. Tanda-tanda
Tanda-tanda pokok peradangan adalah:
a. rubor (kemerahan)
Rubor biasanya merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang
mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriol
yang mensuplai darah tersebut melebar akibat adanya pelepasan mediator
kimia yakni histamin (Kee and Hayes, 1996). Dengan demikian lebih banyak
darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler yang sebelumnya
kosong atau sebagian saja yang merenggang dengan cepat terisi penuh dengan
darah. Keadaan ini dinamakan hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna
merah lokal karena peradangan akut (Price and Wilson, 1992).
b. calor (panas)
Calor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut.
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab
darah yang disalurkan tubuh ke permukaan daerah yang terkena lebih banyak
daripada yang disalurkan ke daerah normal (Price and Wilson, 1992). Panas
juga mungkin dapat disebabkan pirogen yang mengganggu pusat pengatur
panas pada hipotalamus (Kee and Hayes, 1996).
12
c. tumor (pembengkakan)
Pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi
darah ke jaringan-jaringan interstitial. Pada keadaan dini reaksi peradangan
sebagian besar eksudat adalah cair. Kemudian sel-sel darah putih, atau
leukosit meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat
(Price and Wilson, 1992).
d. dolor (rasa sakit)
Rasa sakit dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai cara.
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang
ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat kimia tertentu seperti
histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf (Price and Wilson,
1992). Menurut Underwood (1996), beberapa mediator kimiawi pada radang
akut termasuk bradikinin, prostaglandin, dan serotonin, diketahui juga dapat
mengakibatkan rasa sakit. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang
yang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal tanpa diragukan lagi dapat
menimbulkan rasa sakit (Price and Wilson, 1992).
e. functio laesa (perubahan fungsi)
Functio laesa yaitu berkurangnya fungsi dari organ yang mengalami
keradangan (Sander, 2003). Hilangnya fungsi disebabkan karena penumpukan
cairan pada tempat cedera jaringan dan karena rasa nyeri, yang mengurangi
mobilitas pada daerah yang terkena (Kee and Hayes, 1996). Gerakan yang
terjadi pada daerah radang, baik yang dilakukan secara sadar ataupun secara
reflek akan mengalami hambatan oleh rasa sakit; pembengkakan yang hebat
13
secara fisik mengakibatkan berkurangnya gerak jaringan (Underwood, 1996).
Dalam gambar 1 digambarkan bagan patogenesis peradangan.
Gambar 1. Patogenesis dan tanda suatu peradangan (Mutschler, 1986)
5. Mekanisme
Respon dari radang akut melalui tiga proses yaitu perubahan diameter
pembuluh darah dengan konsekuensi alirannya, kenaikan permeabilitas vaskuler
dan pembentukan cairan eksudat, serta pembentukan eksudat seluler berupa
emigrasi neutrofil polimorf ke dalam rongga ekstravaskuler (Underwood, 1996).
Segera sesudah masuknya rangsang iritan terdapat konstriksi singkat
arteriola diikuti dilatasi berkepanjangan. Ini menjurus kepada menjadi merahnya
anyaman kapiler dengan darah dan membukanya saluran kapiler yang tak aktif.
Juga terjadi dilatasi venula dan pembuluh limfa sehingga aliran darah bertambah
(Spector and Spector, 1989).
Pembuluh darah secara normal permeabel terhadap air dan solute kecil
namun hanya sedikit permeabel terhadap protein plasma yakni albumin, globulin,
noksius
Kerusakan sel
Pembebasanbahan mediator
Emigrasileukosit
Proliferasisel
eksudasi Perangsanganreseptor nyeri
Gangguansirkulasi lokal
pemerahan panas Pembengkakan
Gangguanfungsi
nyeri
14
dan fibrinogen. Kenyataannya, tekanan onkotiklah yang menahan molekul dengan
melawan tekanan hidrostatik darah. Tekanan onkotik ini membuat air tetap tinggal
didalam pembuluh sedangkan desakan tekanan hidrostatik darah mendorongnya
keluar lewat dinding pembuluh (Spector and Spector, 1989).
Pada radang, terdapat kenaikan hidrostatik yang disebabkan oleh
vasodilatasi dan penurunan tekanan onkotik yang disebabkan bocornya cairan
berkadar protein tinggi keluar endotel (Robbins, Cotran, dan Kumar, 1995). Hal
ini menyebabkan terganggunya keseimbangan sehingga lebih banyak air
meninggalkan darah memasuki jaringan. Yang lebih penting, dinding venula dan
kapiler sekarang kehilangan impermeabilitasnya terhadap protein. Sebagai
akibatnya albumin, globulin, dan fibrinogen tercurah lewat dinding menuju
jaringan. Pembengkakan jaringan ini dikenal sebagai udema dan cairannya sendiri
disebut eksudat. Perubahan dalam sifat dinding pembuluh inilah yang disebut
meningkatnya permeabilitas pembuluh. Bertambahnya permeabilitas pembuluh
dapat disebabkan oleh kerusakan endotel yang langsung mempengaruhi kapiler
dan venula serta oleh aksi mediator kimia (seperti histamin) yang menyebabkan
konstraksi endotel hanya pada venula (Spector and Spector, 1989).
Dalam sirkulasi normal, sel hanya terdapat di bagian tengah aliran dalam
pembuluh darah dan tidak mengalir pada bagian tepi (zona plasmatik) dekat
endotel. Meskipun demikian, hilangnya cairan intravaskuler dan meningkatnya
viskositas plasma disertai lambatnya aliran pada tempat terjadinya radang akut,
memungkinkan neutrofil mengalir ditepi zona plasmatik. Proses ini disebut
marginasi. Neutrofil kemudian menempel pada endotel dan beremigrasi melalui
15
celah diantara sel endotel melintasi lamina basalis untuk sampai ke dinding
pembuluh darah dan menuju ke lokasi radang (Underwood, 1996). Neutrofil
bergerak menuju pusat radang karena pengaruh mediator kimia (prostaglandin,
leukotrien, komplemen-C5a) disebut kemotaksis. Lalu, menggerombol pada pusat
radang atau mengelilingi pusat radang dengan tujuan melokalisir daerah radang
disebut agregasi. Pada akhirnya neutrofil memakan kuman-kuman atau sel mati
dan dicernakan oleh enzim katalitik dari lisosom, disebut fagositosis (Sander,
2003).
Neutrofil merupakan garis pertahanan pertama melawan mikroorganisme
yang masuk. Jika respon inflamatoris akut berjalan terus, maka sel mononuklear
(termasuk limfosit dan monosit) akan muncul pada daerah inflamatoris, setelah ke
luar dari pembuluh darah melalui cara yang sama dengan neutrofil. Monosit
memperbesar pertahanan dengan menambahkan fungsi fagosit ke daerah radang
(Ward, 1993).
6. Mediator
Amina vasoaktif yang paling penting adalah histamin yang mampu
menghasilkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskuler. Sejumlah
besar histamin disimpan dalam sel mast, sel basofil, dan trombosit. Banyak cedera
fisik menyebabkan degranulasi sel mast dan melepaskan histamin (Price and
Wilson, 1992)
Pada beberapa tahun terakhir ini perhatian dipusatkan pada metabolit asam
arakhidonat sebagai mediator inflamasi yang penting. Bila membran sel
mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis maka
16
enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipida yang terdapat di situ
menjadi asam arakhidonat (Tjay dan Rahardja, 2002). Asam arakhidonat yang
merupakan suatu asam lemak 20-karbon, disimpan atau tersedia dalam bentuk
ester dari struktur fosfolipid di membran sel dari kebanyakan jaringan, tetapi
dapat juga berasal dari ester trigliserida atau ester kolesterol (Wilmana, 1995).
Agar dapat dipergunakan sel membentuk mediator, asam arakhidonat harus
dibebaskan dari membran fosfolipid oleh aktivitas fosfolipase sel. Selama proses
radang, lisosom neutrofil diyakini merupakan sumber fosfolipase yang penting
(Robbins, Cotran, and Kumar, 1995).
Asam arakhidonat dimetabolisme melalui dua alur utama yaitu alur
siklooksigenase (COX) dan alur lipoksigenase. Skema dari mediator-mediator
yang berasal dari asam arakhidonat dapat dilihat pada gambar 2.
17
Gambar 2. Skema dari mediator-mediator yang berasal dari asam arakhidonat dan titiktangkap kerja obat anti-inflamasi (Rang, Dale, Ritter, and Moore, 2003)
Keterangan:OAINS = Obat Anti-Inflamasi Non Steroid; PAF = Platelet Activating Factor; LT = leukotrien
↓ = diubah; = dihambat; = enzim; = obat anti-inflamasi
Fosfolipid
Fosfolipase A2
Glukokortikoid(menginduksi
lipokortin)
Liso-gliseril-fosforilkolin
PAF(vasodilator,
meningkatkanpermeabilitas
vascular,bronkokonstriktor,
kemotaksin)
ˉ
Arakidonat
5-HPETE
LTA4
LTB4
(kemotaksin)
LTC4
LTD4
LTE4
(bronkokonstriktor;meningkatkan
permeabilitas vaskular
Reseptorantagonisleukotrien
(mis,zafirukas,
montelukas)
ˉ
5-Lipoksigenase
Inhibitor 5-Lipoksigenase(mis, zileutin)
ˉ
Siklikendoperoksid
NSAIDs
ˉ
Siklo-oksigenase
TXA2
(trombotik;vasokonstri
ktor)
AntagonisTXA2
ˉPGI2
(vasodilator;hiperalgesik;
menghentikanagregasiplatelet)
PGE2
(vasodilator;hiperalgesik)
PGD2
(menghambatagregasiplatelet;
vasodilator)
PGD2α
(bronkokonstriktor; kontraksimiometrial)
Antagonis PG
ˉ
LipoksinA & B
Glukukortikoidmenghambat
induksi
12-HETE(kemotaksin)
12-Lipoksignase
15-Lipoksigenase
InhibitorTXA2
sinthase
ˉ
PAFantagonis
ˉ
ˉ
18
Enzim siklooksigenase yang terlibat dalam reaksi ini terdiri dari dua
isoenzim, yakni siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2).
Enzim siklooksigenase-1 terdapat di kebanyakan jaringan antara lain di trmbosit,
ginjal, dan saluran cerna (Tjay dan Rahardja, 2002). Enzim ini berperan dalam
memelihara kehidupan sel. Siklooksigenase-1 menghasilkan prostaglandin jenis
PGI2 dan PGE2 serta tromboksan (TXA2) yang dibutuhkan dalam fungsi
homeostasis. Di lambung, enzim ini bertugas mensintesis prostaglandin yang
berfungsi memproteksi mukosa lambung dan regulasi darah. Enzim
siklooksigenase-1 bersifat konstitutif (bersifat pokok, selalu ada) dan cenderung
menjadi homeostasis dalam fungsinya (Katzung, 2001). Enzim siklooksigenase-2
dalam keadaan normal tidak terdapat di jaringan tapi dibentuk selama proses
peradangan oleh sel-sel radang (Tjay dan Rahardja, 2002). Dengan adanya
rangsangan maka kadarnya akan meningkat, terutama pada sel leukosit, sel
monosit, dan sel kondriosit. Enzim ini sangat mudah diinduksi oleh berbagai
mekanisme dan akan menghasilkan PGE2 yang berperan dalam inflamasi, nyeri,
dan demam.
Asam arakhidonat yang dikatalisis oleh siklooksigenase diubah menjadi
endoperoksida dan seterusnya menjadi zat prostaglandin. Peroksida melepaskan
radikal bebas oksigen yang juga memegang peranan timbulnya nyeri.
Prostaglandin yang dibentuk ada tiga kelompok yaitu prostaglandin (PG),
prostasiklin (PGI2), dan tromboksan (TXA2, TXB2). Prostaglandin (PG) dapat
dibentuk oleh semua jaringan. Yang terpenting adalah PGE2 dan PGF2 yang
berdaya vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh dan
19
membran sinovial sehingga terjadi radang dan nyeri. Prostasiklin terutama
dibentuk di dinding pembuluh dan berdaya vasodilatasi. Tromboksan khusus di
bentuk dalam trombosit berdaya vasokonstriksi (antara lain di jantung) (Tjay dan
Rahardja, 2002).
Bagian lain dari arakhidonat diubah oleh enzim lipoksigenase menjadi zat
leukotrien (LT). LTB4, LTC4, LTD4, dan LTE4 dibentuk sebagai hasil dari
metabolisme ini. LTC4, LTD4, dan LTE4 terutama dibentuk di eosinofil (Tjay dan
Rahardja, 2002) dan menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskuler (Robbins,
Cotran, and Kumar, 1995). LTB4 khusus disintesa di makrofag dan neutrofil
alveolar dan bekerja kemotaksis yaitu menstimulasi migrasi leukosit. Tertarik oleh
leukotrien, leukosit dalam jumlah besar menginvasi daerah peradangan dan
mengaktifkan banyak gejala radang (Tjay dan Rahardja, 2002).
Fosfolipida selain diubah menjadi arakhidonat oleh enzim fosfolipase juga
diubah menjadi lyso-glyseril-fosforilkolin yang kemudian diubah lagi menjadi
Platelet Activating Factor (PAF) (Rang et al., 2003). Platelet Activating Factor
menyebabkan agregasi dan pelepasan trombosit, vasodilatasi, peningkatan
permeabilitas vaskuler, peningkatan adhesi leukosit, dan kemotaksis leukosit
(Robbins, Cotran, and Kumar, 1995).
Sejumlah substansi yang dihasilkan oleh sel memiliki sifat-sifat yang juga
penting dalam peradangan. Dalam daftar ini terdapat metabolit oksigen yang
dihasilkan oleh neutrofil dan makrofag (Price and Wilson, 1992). Radikal bebas
turunan oksigen yang dihasilkan terdiri dari H2O2, superoksida (O2•ˉ), dan radikal
hidroksil (OH*). Radikal oksigen ini menyebabkan kerusakan sel endotel yang
20
akhirnya meningkatkan permeabilitas vaskuler (Robbins, Cotran, and Kumar,
1995).
Jalur lipoksigenase dari arakhidonat menghasilkan leukotrien yang
mempunyai efek kemotaksis yang kuat pada eosinofil, neutrofil, dan makrofag
serta meningkatkan bronkokonstriksi dan perubahan-perubahan dalam
permeabilitas pembuluh darah (Katzung, 2001). Stimulasi membran neutrofil
menghasilkan free radicals derivat oksigen. Anion superoksida dibentuk oleh
reduksi oksigen molekuler yang dapat memacu produksi molekul lain yang reaktif
seperti hidrogen peroksida (H2O2), serta radikal hidroksil (OH*) (Wibowo dan
Gofir, 2001).
D. Obat Anti-inflamasi
Obat anti-inflamasi adalah golongan obat yang memiliki aktivitas
menekan atau mengurangi peradangan. Tujuan utama pengobatan pasien dengan
anti-inflamasi yakni meringankan rasa nyeri, yang sering kali merupakan gejala
awal yang terlihat dan keluhan utama pasien; dan memperlambat atau membatasi
proses perusakan pada jaringan (Katzung, 2001). Berdasarkan mekanisme
kerjanya, obat-obat anti-inflamasi terbagi ke dalam golongan steroid yang
terutama bekerja dengan cara menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel
sumbernya dan golongan non steroid yang bekerja melalui mekanisme lain seperti
inhibisi siklooksigenase yang berperan pada biosintesis prostaglandin (Anonim,
1991). Golongan kortikosteroid mempunyai efek samping yang lebih berbahaya
pada dosis tinggi dan penggunaan lama (Tjay dan Rahardja, 2002) sehingga obat-
21
obat Anti-Inflamasi Non Steroid (AINS) memegang peran utama dalam
pengobatan radang (Katzung, 2001). Klasifikasi AINS berdasarkan kimiawinya
dapat dilihat pada gambar 3.
AINS
ASAM KARBOKSILAT ASAM ENOLAT
Asam Derivat Asam Derivat Asam Derivat Asam Derivat DerivatAsetat Salisilat Propionat Fenamat Pirazolon Oksikam
Aspirin As. Tiaprofenat As. mefenamat Azapropazon PiroksikamBenorilat Fenbufen Meklofenamat Fenilbutazon TenoksikamDiflunisal Fenoprofen OksifenbutazonSalsalat Flurbiprofen
IbuprofenKetoprofenNaproksen
Derivat Asam Fenilasetat Derivat Asam asetat Inden/indol:
Diklofenak IndometasinFenklofenak Sulindac
Tolmetin
Gambar 3. Klasifikasi obat Anti-Inflamasi Non Steroid (AINS) (Wilmana, 1995)
Cara kerja AINS untuk sebagian besar berdasarkan hambatan sintesis
prostaglandin, dimana kedua jenis siklooksogenase diblokir. Obat AINS ideal
hendaknya hanya menghambat COX-2 (peradangan) dan tidak COX-1
(perlindungan mukosa lambung) (Tjay dan Rahardja, 2002). Berbagai AINS
mungkin memiliki mekanisme kerja tambahan, termasuk hambatan kemotaksis,
penurunan produksi radikal bebas dan superoksida, dll (Katzung, 2001). Spesies
22
oksigen reaktif yang diproduksi neutrofil dan makrofag terlibat dalam kerusakan
jaringan pada beberapa kondisi, dan AINS yang mempunyai efek peredaman
radikal oksigen yang kuat sama baiknya seperti aktivitas inhibisi COX dapat
mengurangi kerusakan jaringan (Rang et al., 2003). Mekanisme kerja obat anti-
inflamasi dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Mekanisme kerja obat anti inflamasi (Wilmana, 1995)
Metabolisme sebagian besar obat AINS berlangsung melalui enzim
CYP450 dalam hati. Sekalipun ekskresi ginjal adalah rute yang paling penting
untuk eliminasi terakhir, hampir semuanya melalui berbagai tingkat ekskresi
empedu dan penyerapan kembali (sirkulasi enterohepatitis) (Katzung, 2001).
Sejumlah efek samping berkaitan dengan penghambatan sintesis
prostaglandin dan terutama terjadi pada lambung, ginjal, dan fungsi trombosit
(Tjay dan Rahardja, 2002). Efek samping yang tidak diinginkan dari AINS pada
Trauma/ luka pada sel
Gangguan pada membran sel
Fosfolipid
Enzim fosfolipaseDihambat kortikosteroid
Asam arakidonat
Hidroperoksid
Leukotrien
enzim lipoksigenase enzim siklooksigenase
EnderoperoksidPGG2/PGH
Tromboksan A2
PGE2, PGF2, PGD2 Prostasiklin
Dihambat olehAINS
23
lambung terutama terjadi karena inhibisi COX-1. Enzim COX-1 bertanggung
jawab untuk sintesis prostaglandin yang berguna untuk menghambat sekresi asam
lambung dan melindungi mukosa lambung (Rang et al., 2003). Obat AINS dapat
menyebabkan gangguan fungsi ginjal karena menghambat prostaglandin yang
berguna untuk memelihara volume darah yang mengalir melalui ginjal (perfusi).
Obat AINS juga menyebabkan agregasi trombosit dikurangi sehingga masa
pendarahan dapat diperpanjang (Tjay dan Rahardja, 2002).
E. Natrium Diklofenak
NH
Cl
ClNaOCCH2
O
Gambar 5. Struktur natrium diklofenak (Hanson, 2000)
Diklofenak adalah penghambat siklooksigenase yang relatif nonselektif,
juga mengurangi bioavailabilitas asam arakhidonat. Obat ini mempunyai sifat-
sifat anti-inflamasi, analgetik, antipiretik yang biasa. Diklofenak cepat diserap
sesudah pemberian secara oral, tetapi bioavailabilitas sistemiknya hanya antara
30-70 % karena metabolisme lintas pertama. Obat ini mempunyai paruh waktu 1-
2 jam (Katzung, 2001). Diklofenak dimetabolisme di hati oleh sitokrom P450 lalu
diekskresikan melalui urin (65 %) dan cairan empedu (35 %) (Hardman, Limbird,
dan Gilman, 2001). Metabolisme berlangsung di dalam hati menjadi metabolit
tidak aktif, jadi disfungsi ginjal tidak mempengaruhi kliren secara nyata. Kliren
empedu bisa mencapai 30% dari kliren total (Katzung, 2001).
24
Efek samping yang terjadi meliputi pendarahan gastrointestinal dan
timbulnya ulserasi lambung (walaupun lebih jarang daripada AINS lain)
(Katzung, 2001). Diklofenak juga dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan
gangguan haid (Tjay dan Rahardja, 2002).
F. Radikal Bebas dan Antioksidan
Radikal bebas dapat didefinisikan sebagai setiap spesies yang mengandung
satu atau lebih elektron tidak berpasangan (Halliwell and Gutteridge, 1999). Suatu
molekul bersifat stabil bila elektronnya berpasangan, tetapi bila tidak berpasangan
(single) molekul tersebut menjadi tidak stabil dan memiliki potensi untuk merusak
(Kurnani, 2001). Radikal bebas kebanyakan berasal dari reaksi redoks biokimiawi
yang melibatkan O2 yang terjadi sebagai bagian dari metabolisme sel normal
namun dapat diinisiasi oleh pemaparan cahaya UV, polutan lingkungan, dan asap
rokok (Diantini dan Safitri, 2001). Radikal bebas terpenting yang terdapat dalam
tubuh adalah radikal derivat oksigen atau sering disebut sebagai Reactive Oxygen
Species (ROS). Radikal-radikal tersebut berada dalam bentuk triplet (3O2), singlet
(1O2), superoksida (O2˙ˉ), radikal hidroksida (OH˙), nitrit oksida (NO˙), dll
(Kurnani, 2001).
Radikal bebas merusak molekul makro pembentuk sel, yaitu protein,
karbohidrat, lemak, dan DNA akibatnya sel menjadi rusak, mati, atau bermutasi.
Peristiwa itu menjadi salah satu penyebab berbagai penyakit degeneratif seperti
kanker dan penuaan sel (Anonim, 2003a). Radikal yang merusak DNA dapat
menyebabkan kerusakan oksidasi low-density lipoprotein (LDL), sehingga
25
mengakibatkan terjadinya aterosklerosis (Setiati, 2003). Namun, radikal bebas
dalam kadar tertentu justru diperlukan untuk pertahanan tubuh. Ketika kuman
masuk ke dalam tubuh, leukosit akan menghancurkan dan memakan kuman
dengan bantuan radikal bebas (Anonim, 2003a). Jadi kunci kerja radikal bebas
yang aman dan efektif dalam tubuh adalah keseimbangan (Cooper, 2001).
Antioksidan adalah senyawa yang dalam kadar lebih rendah dibanding
bahan yang dapat dioksidasi, sangat memperlambat atau menghambat oksidasi
bahan tersebut. Antioksidan dipercaya mempunyai kemampuan memperlambat
proses aterosklerosis karena mampu menghambat proses oksidatif (Sitompul,
2003).
Antioksidan dibedakan menjadi antioksidan endogen dan antioksidan
eksogen. Selain radikal bebas, tubuh pun memproduksi antioksidan endogen yang
dapat meredakan dampak negatif dari reaksi radikal bebas (Anonim, 2004).
Antioksidan yang diproduksi dalam tubuh (endogen) berupa tiga enzim yaitu
superoksid dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPX), dan katalase (Cooper,
2001). Contoh cara kerja antioksidan endogen dalam menghilangkan radikal
bebas adalah misalnya jika ada radikal superoksida (O2∙−) maka enzim superoksid
dismutase (SOD) akan mempercepat reaksi dismutasi dari O2∙─ menjadi H2O2
(1). Hidrogen peroksida (H2O2) kemudian dapat dihilangkan dengan 2 tipe enzim.
Katalase secara langsung mengkatalisis dekomposisi H2O2 menjadi O2 (2)
sedangkan enzim glutation peroksidase (GPX) menghilangkan H2O2 dengan
menggunakannya untuk mengoksidasi substrat glutation tereduksi (GSH) (3)
(Halliwell and Gutteridge, 1999).
26
2 O2∙─ + 2 H+ → H2O2 + O2 (1)
2 H2O2 → 2 H2O + O2 (2)
H2O2 + 2 GSH → GSSG + 2 H2O (3)
Tetapi bila produksi radikal bebas terus meningkat sistem pertahanan
antioksidan tubuh tidak akan efektif lagi bekerja sebagai pelindung terhadap
serangan radikal bebas. Dalam keadaan ini akan terjadi apa yang disebut dengan
stress oksidatif atau kerusakan oksidatif. Untuk mencegah terjadinya stress
oksidatif ini, antioksidan dari luar (antioksidan eksogen) sangat diperlukan
(Subarnas, 2001).
Sistem antioksidan endogen diperkuat oleh sistem antioksidan eksogen
yang diperoleh dari makanan (Setiati, 2003). Antioksidan eksogen bekerja dengan
cara menangkap radikal dan mencegah reaksi berantai, misalnya retinol, β-
karoten, vitamin C, α-tokoferol (vitamin E), serta albumin. Antioksidan eksogen
bekerja melalui 3 macam mekanisme, yakni pemotongan rantai propagasi dari
radikal bebas, melalui mekanisme khelasi terhadap metal transisi sehingga efek
prooksidan dari metal dapat dihambat, serta memadamkan pengaruh singlet
oksigen (Setiati, 2003).
G. Flavonoid
Flavonoid mempunyai aktivitas antioksidan sehingga dapat melindungi
tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Mekanisme kerja antioksidan flavonoid
meliputi: (1) penekanan pembentukan radikal bebas atau spesies oksigen reaktif,
baik dengan cara penghambatan enzim atau pengelatan ion logam yang terlibat
27
dalam produksi radikal bebas; (2) peredaman radikal bebas (Halliwell and
Gutteridge, 1999).
Kandungan senyawa flavonoid di dalam tanaman sangat rendah, yaitu
sekitar 0,25% dan secara umum terikat atau terkonjugasi dengan senyawa gula
membentuk glikosida. Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan
senyawa C6-C3-C6, artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin
benzena tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik 3-karbon. Kerangka dasar
flavonoid dan sistem penomoran untuk turunan flavonoid terlihat pada gambar 6.
C C C
O
A
B
8 1
5
7
6
4
3
2
3'
4'
5'6'
1'
2'
1a 1b
Gambar 6. Kerangka flavonoid (6a) dan sistem penomoran turunan flavonoid (6b)(Robinson, 1991)
Beberapa penelitian melaporkan bahwa aktivitas antioksidan flavonoid
ditentukan oleh gugus tertentu dalan struktur flavonoid tersebut. Karakteristik
struktur flavonoid yang mampu memberikan efek antioksidan antara lain karena
adanya (1) gugus katekol (O-dihidroksi) pada cincin B yang mempunyai sifat
sebagai donor proton, (2) gugus pirogalol (trihidroksi) pada cincin B, (3) gugus 4-
oxo pada cincin heterosiklik, (4) gugus 3-OH pada cincin heterosiklik, serta (5)
gugus 5-OH dan 7-OH yang potensial pada keadaan tertentu. Ketika senyawa-
senyawa ini bereaksi dengan radikal bebas maka terbentuk radikal baru yang
distabilisasi oleh efek resonansi inti aromatik.
28
Flavonoid menghambat enzim yang berperan pada pembentukan anion
superoksid misalnya xantin oksidase dan protein kinase. Disamping itu flavonoid
juga menghambat enzim siklooksigenase, lipoksigenase, monooksigenase
mikrosom, glutation S-transferase, yang kesemua enzim tersebut terlibat dalam
produksi radikal bebas (Subarnas, 2001). Efek flavonoid terhadap organisme
sangat banyak macamnya, sehingga tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat
dipakai dalam pengobatan (Robinson, 1991).
H. Vitamin E
Tokoferol atau vitamin E adalah vitamin larut lemak yang memiliki
peranan penting sebagai antioksidan. Vitamin E alami terdapat dalam delapan
bentuk yang berbeda (isomer), yakni 4 tokoferol dan 4 tokotrienol. Semua isomer
tersebut memiliki cincin kromanol, dengan gugus hidroksil yang dapat
memberikan sebut atom hidrogen untuk mengurangi radikal bebas dan rantai
samping hidrofobik yang mengizinkan terjadinya penetrasi ke membran biologi.
Terdapat bentuk alfa, beta, gamma, dan delta untuk tokoferol dan tokotrienol.
Determinasinya dilakukan dengan melihat jumlah gugus metil pada cincin
kromanol. Tiap bentuk tersebut memiliki aktivitas biologinya masing-masing
(Anonim, 2006).
Alfa-tokoferol merupakan bentuk yang sangat aktif dari vitamin E. Alfa-
tokoferol memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat. 1 IU dari vitamin E
ekuivalen dengan 0,668 miligram RRR-alfa-tokoferol (Anonim, 2006). Struktur
kimia dari vitmin E (tokoferol) dapat dilihat pada gambar 7.
29
O
CH3
CH3
CH3
HO
H3C
CH2 CH2 CH2 CH
CH3
CH3
3
Gambar 7. Struktur kimia vitamin E (α-tokoferol)
I. Metode Pengujian Daya Anti-inflamasi
Beberapa metode yang banyak digunakan untuk meneliti inflamasi akut
dan sub akut adalah sebagai berikut.
1.Uji eritema
Tanda paling awal dari reaksi inflamasi di kulit adalah kemerahan
(eritema) yang berhubungan dengan vasodilatasi, dimana belum disertai eksudasi
plasma dan udema. Pada marmot albino reaksi eritema terlihat dua jam setelah
penyinaran UV pada kulit yang telah dicukur. Uji eritema yang disebabkan UV
dapat digunakan untuk mengukur fase vasodilatasi pada reaksi inflamasi.
Mekanisme dari reaksi ini tidak diketahui, tapi pelepasan prostaglandin
kelihatannya berperan pada fenomena ini (Gryglewski, 1977). Keuntungan dari uji
ini adalah sederhana tapi membutuhkan latihan bagi penggunanya untuk
menggunakan fotometer refleksi dengan tujuan untuk menghilangkan penilaian
subjektif (Vogel, 2002). Eritema yang disebabkan UV pada marmut ini juga
dihambat oleh obat-obat yang tidak berhubungan dengan biosintesis prostaglandin
dan bukan agen anti-inflamasi. Oleh karena itu, ketika menggunakan uji eritema
UV untuk mengukur aktivitas suatu bahan kimia harus selalu diingat
kemungkinan hasil “positif palsu” dan “negatif palsu” (Gryglewski, 1977).
30
2. Paw edema test
Diantara banyak metode yang digunakan untuk skrining obat anti-
inflamasi, satu dari teknik yang paling umum digunakan didasarkan pada
kemampuan beberapa bahan uji untuk menghambat produksi udema kaki hewan
uji setelah injeksi bahan pembuat radang. Banyak zat pembuat radang (iritan)
yang telah digunakan seperti brewer’s yeast, formaldehid, dextran, albumin telur,
kaolin, aerosol, karagenin, dll (Vogel, 2002). Iritan yang paling banyak digunakan
adalah karagenin. Karagenin adalah fosfolipida tersulfatasi yang diekstrak dari
lumut irlandia Chondrus crispus (Gryglewski, 1977). Reaksi inflamasi yang
diinduksi karagenin mempunyai dua fase: fase awal dan akhir. Fase awal berakhir
setelah 60 menit dan dihubungkan dengan pelepasan histamin, serotonin, dan
bradikinin. Fase akhir terjadi antara 60 menit setelah injeksi dan berakhir setelah
tiga jam. Fase ini dihubungkan dengan pelepasan prostaglandin dan neutrofil yang
menghasilkan radikal bebas, seperti hidrogen peroksida, superoksida, dan radikal
hidroksil (Suleyman, Demircan, Karagoz, Ozta, dan Suleyman, 2004). Tikus
Sprague Dawley jantan atau betina digunakan dalam uji ini. Efeknya dapat diukur
dengan beberapa cara misalnya kaki belakang dipotong pada sendi tarsocrural
dan ditimbang (Vogel, 2002). Metode ini banyak digunakan karena sederhana dan
murah dari segi peralatan, bahan, dan cara kerjanya (Jain, Patil, Singh, dan
Kulkarni, 2001).
3. Tes radang selaput dada (pleurisy)
Radang selaput dada dikenal sebagai fenomena inflamasi eksudatif pada
manusia (Vogel, 2002). Radang selaput dada pada tikus dapat disebabkan injeksi
31
intrapleural dari turpentine, evans blue, gum arab, glikogen, dekstran, perak nitrat,
atau karagenin. Pada waktu tertentu setelah injeksi iritan hewan uji dibunuh dan
eksudat dipindahkan, lebih baik dengan mencuci rongga dada dengan sejumlah
larutan Hank’s yang diketahui volumenya untuk memastikan didapatnya eksudat
dan sel utuh yang lengkap (Gryglewski, 1977). Radang selaput dada yang
disebabkan karagenin dipertimbangkan sebagai model inflamasi akut yang paling
sempurna dimana keluarnya cairan, migrasi leukosit, dan parameter biokimia lain
yang ada dalam respon inflamasi dapat diukur dengan mudah dari eksudat (Vogel,
2002).
4. Tes kantung granuloma
Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan potensi anti-inflamasi
kortikosteroid (Vogel, 2002). Setelah kantung dibuat di punggung tikus dengan
injeksi subkutan 10-25 ml udara steril, berbagai iritan (minyak croton yang
dicairkan, turpentine, microbacterial, fosfolipase A2, atau karagenin) dimasukkan
pada lubang (Gryglewski, 1977). Empat puluh delapan jam sesudahnya udara
diambil dan hewan diinjeksi larutan uji atau larutan standar (Vogel, 2002). Empat
sampai empat belas hari setelahnya respon inflamasi dievaluasi dengan dasar
volume cairan yang diambil dari kantung sama seperti berat dan tebal dinding
kantung. Model kantung granuloma ini lebih sensitif terhadap obat anti-inflamasi
steroid daripada non steroid (Gryglewski, 1977).
32
J. Landasan Teori
Inflamasi sebenarnya merupakan respon biologi reaksi-reaksi kimiawi
secara berurutan dan bertugas melindungi tubuh dari infeksi dan memperbaiki
jaringan yang rusak (Wilmana, 1995). Bila ada jaringan yang rusak, maka tubuh
akan membentuk prostaglandin sebagai mediator dalam peradangan. Pada
biosintesis prostaglandin akan dihasilkan radikal oksigen akibat konversi
peroksidase pada jalur siklooksigenase maupun lipoksigenase (Tjay dan Rahardja,
2002). Berbagai kinin, neuropeptida, dan histamin juga dikeluarkan di tempat
cedera jaringan sebagaimana juga komponen-komponen komplemen, sitokin, dan
produk-produk lain dari leukosit dan platelet (Katzung, 2001).
Oksigen aktif (O22ˉ; H2O2; OHˉ) dan asam hipoklorit (HOCl) yang
merupakan bagian dari satuan tempur aneka zat kimia dan terkandung dalam sel
fagosit (neutrofil, monosit, makrofag, dan eosinofil) juga dilepaskan manakala sel
fagosit teraktifkan selama berlangsung peradangan (Wijoyo, 2001). Rangsangan
dari selaput neutrofil menghasilkan radikal-radikal bebas yang berasal dari
oksigen. Anion superoksida dibentuk melalui reduksi dari oksigen molekuler,
yang bisa merangsang produksi molekul-melekul reaktif lainnya seperti halnya
hidrogen peroksida dan radikal hidroksil. Interaksi dari bahan-bahan ini dengan
asam arakhidonat menghasilkan pembentukan substansi-substansi kemotaksis,
selanjutnya secara berkesinambungan meneruskan inflamasi (Katzung, 2001).
Reaksi inflamasi yang disebabkan oleh metode uji daya anti-inflamasi
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode induksi udema oleh karagenin
juga melibatkan radikal bebas. Menurut Suleyman et al. (2004), fase akhir reaksi
33
inflamasi yang diinduksi oleh karagenin dihubungkan dengan pelepasan
prostaglandin dan neutrofil yang menghasilkan radikal bebas, seperti hidrogen
peroksida, superoksida, dan radikal hidroksil.
Radikal bebas dapat didefinisikan sebagai setiap spesies yang mengandung
satu atau lebih elektron tidak berpasangan (Halliwell and Gutteridge, 1999).
Radikal bebas dalam kadar tertentu diperlukan untuk pertahanan tubuh (Anonim,
2003a). Namun, radikal bebas yang berlebih dapat menyebabkan inflamasi dan
kerusakan yang luas diseluruh tubuh dan mempercepat degenerasi jaringan yang
menyebabkan penuaan lebih cepat (Pizzorno, 1998). Oleh sebab itulah diperlukan
suatu antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas untuk mencegah terjadinya
inflamasi.
Tanaman makuto dewo mengandung alkaloid, saponin, polifenol, dan
flavonoida dalam kulit buah dan buahnya. Flavonoida dapat bertindak sebagai
antioksidan. Yang paling penting adanya sifat penangkap radikal-radikal bebas
(free radical scavenging), dimana dapat memutuskan reaksi berantai radikal
bebas. Robinson (1991) menunjukkan bahwa flavonoida dapat menghambat
enzim-enzim seperti fosfodiesterase, aldoreduktase, monoamina oksidase, protein
kinase, reverse transcriptase, DNA polimerase dan lipooksigenase dan bertindak
sebagai penampung radikal hidroksil dan superoksida yang baik sehingga dapat
melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak.
Makuto dewo mengandung senyawa antioksidan karena makuto dewo
memiliki flavonoid yang mempunyai sifat: (1) menangkap radikal bebas dan
34
bersifat antioksidan, (2) menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam produk
radikal bebas.
Virgin coconut oil (VCO) mengandung tokoferol yang secara umum
diterima sebagai vitamin E. Menurut Syah (2005), senyawa ini diduga sebagai
antioksidan alami yang kuat. VCO juga mengandung asam lemak jenuh dalam
jumlah tinggi (asam laurat dan asam miristat), sehingga minyak kelapa tahan
terhadap proses oksidasi.
VCO dan makuto dewo, keduanya mengandung senyawa antioksidan yang
dapat menangkap radikal bebas berlebih penyebab inflamasi. Oleh karena itu,
penambahan VCO pada perasan daging buah makuto dewo diduga memiliki daya
anti-inflamasi yang lebih efektif.
K. Hipotesis
Efek anti-inflamasi penambahan virgin coconut oil (VCO) pada perasan
daging buah makuto dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) lebih efektif
dibandingkan efek anti-inflamasi makuto dewa atau VCO murni.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah.
B. Metode dan Prinsip Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode induksi udema
oleh Langford, dkk. (1972) yang telah dimodifikasi. Prinsip dari metode ini adalah
aktivitas anti-inflamasi ditandai dengan penurunan bobot udema.
C. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel
a. Variabel bebas:
Penambahan Virgin Coconut Oil (VCO) terhadap perasan daging buah
makuto dewo.
b. Variabel tergantung:
Berat udema telapak kaki mencit betina yang mengalami inflamasi buatan
dengan karagenin.
36
c. Variabel pengacau:
1) Variabel pengacau terkendali
a) Subyek uji adalah mencit putih dengan spesifikasi galur Swiss,
berat badan 20 – 30 g, umur 2 – 3 bulan dan jenis kelamin betina.
b) Buah makuto dewo yang digunakan adalah makuto dewo yang
sudah tua, berwarna merah segar.
2) Variabel pengacau tak terkendali:
Kondisi patologis subyek uji, kemurnian VCO, umur buah makuto
dewo.
2. Definisi operasional
a. Perasan daging buah makuto dewo adalah sari hasil perasan tangan dari
potongan kecil daging buah makuto dewo dan sudah terpisah dari
ampasnya.
b. Uji efek anti-inflamasi adalah uji dengan menggunakan mencit galur Swiss
sebagai hewan uji yang diradangkan telapak kaki kirinya, dan diukur bobot
kakinya dengan cara memotong kedua kaki belakang mencit, kemudian
ditimbang dan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif karagenin
1% sub plantar.
37
D. Subyek dan Bahan Penelitian
1. Subyek Uji
Subyek uji yang digunakan berupa mencit putih dengan spesifikasi: galur
Swiss, berat badan antara 20-30 gram, umur antara 2-3 bulan, jenis kelamin
betina.
2. Bahan Penelitian
a. Virgin coconut oil (VCO)
VCO yang digunakan merupakan VCO produksi dari CV Kelapa Mas,
Yogyakarta dengan merk Vicol.
b. Buah makuto dewo
Buah makuto dewo yang digunakan berasal dari perkebunan makuto dewo
di Purworejo, Jawa Tengah. Makuto dewo ini diambil pada bulan Juli-
Agustus dengan spesifikasi: masak dan bewarna merah tua.
c. Zat peradang
Zat peradang (inflamatogen) yang digunakan adalah karagenin tipe 1
(Sigma Chemical Co.) yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan
Toksikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
d. Natrium diklofenak
Natrium diklofenak (BP 98) yang digunakan berasal dari PT. Ifars
Pharmaceutical Laboratories, Solo.
e. NaCl fisiologis
NaCl fisiologis yang digunakan adalah Otsu NS (Normal Saline) i.v
infusion yang diperoleh dari apotek Kimia Farma Yogyakarta.
38
f. Aquadest
Aquadest yang digunakan berasal dari Laboratorium Farmakologi dan
Toksikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
E. Alat Penelitian
1. Alat-alat gelas merek Pyrex Iwaki Glass, Japan.
2. Neraca analitik merek Mettler Toledo tipe AB 204 Germany.
3. Homogenizer merek Yastral GmbH D-7801 Dottingen tipe : X 1020.
4. Spuit injeksi subplantar (0,1 - 1,0 ml) merek Terumo.
5. Alat pemberian peroral yaitu jarum suntik (0,1 - 1,0 ml) yang ujungnya diberi
bulatan kecil dengan lubang ditengahnya sehingga tidak melukai hewan uji.
Jarum suntik peroral ini dibuat di Bengkel MIPA, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
6. Gunting dan pinset.
F. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi Tanaman Makuto Dewo
Determinasi dilakukan di Laboratorium Kebun Obat Fakultas Farmasi
Sanata Dharma Yogyakarta dengan cara mencocokkan ciri-ciri tanaman tersebut
dengan buku acuan.
39
2. Pembuatan Bahan Uji
a. Pembuatan perasan daging buah makuto dewo
Makuto dewo yang akan digunakan dicuci bersih dengan air mengalir.
Kulit makuto dewo dibuang dan buahnya dipotong kecil-kecil, kemudian
diperas dengan kain saringan sehingga diperoleh perasan buah makuto
dewo.
b. Pembuatan campuran larutan uji
Sejumlah ml sari buah makuto dewo yang sudah diperas dicampur dengan
sejumlah ml VCO.
b. Pembuatan larutan karagenin
Menurut Williamson, Okpako, dan Evans (1996), 0,05 ml larutan
karagenin 1 % yang dilarutkan dalam 0,9 % NaCl fisiologis digunakan
sebagai bahan pembuat radang pada mencit. Larutan karagenin 1 % dibuat
dengan cara karagenin sebanyak 100 mg dilarutkan dalam NaCl fisiologis
(0,9 %) hingga volume 10 ml. Perhitungan dosis karagenin dengan
mengasumsikan volume pemberian 0,05 ml dan BB mencit 20 g adalah
sebagai berikut:
dosis karagenin =BB
CxV
=kg0,02
mg/10ml100x0,05
= 25 mg/kgBB
d. Pembuatan larutan natrium diklofenak
40
Larutan natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB dengan konsentrasi 0,18
mg/ml dibuat dengan menimbang 4,50 mg serbuk natrium diklofenak
kemudian ditambahkan aquadest sampai volumenya 25 ml dalam labu
ukur.
3. Orientasi Percobaan
a. Penentuan dosis natrium diklofenak
Dosis natrium diklofenak yang digunakan sebagai dosis orientasi adalah
3,36; 4,48; dan 5,6 mg/kgBB. Dosis ini diperoleh berdasarkan penelitian
Maryanto (1997) dengan cara perhitungan:
(1) dosis untuk tikus 200 g = 30 mg/kgBB
dosis untuk tikus 200 g =250
200x 30 = 24 mg/kgBB
konversi dari tikus 200 g ke mencit 20 g = 0,14 x 24 mg/kgBB
= 3,36 mg/kgBB
(2) dosis untuk tikus 200 g = 40 mg/kgBB
dosis untuk tikus 200 g =250
200x 40 = 32 mg/kgBB
konversi dari tikus 200 g ke mencit 20 g = 0,14 x 32 mg/kgBB
= 4,48 mg/kgBB
(3) dosis untuk tikus 200 g = 50 mg/kgBB
dosis untuk tikus 200 g =250
200x 50 = 40 mg/kgBB
konversi dari tikus 200 g ke mencit 20 g = 0,14 x 40 mg/kgBB
= 5,6 mg/kgBB
41
b. Penetapan selang waktu pemotongan kaki
Dua belas hewan uji dibagi dalam empat kelompok, kemudian kaki kirinya
disuntik dengan karagenin 1% sebanyak 0,05 ml sedangkan kaki kanannya
sebagai kontrol, hanya disuntik dengan spuit injeksi tanpa karagenin. Tiap
kelompok dikurbankan pada selang waktu tertentu (1, 2, 3, dan 4 jam)
setelah penyuntikan karagenin. Setelah dikurbankan, kedua kaki
belakangnya dipotong pada sendi tarsocrural dan ditimbang. Waktu
pemotongan kaki ditentukan pada saat kaki mengalami peningkatan udema
yang berarti.
c. Penetapan dosis natrium diklofenak
Sembilan hewan uji dibagi dalam tiga kelompok. Tiap kelompok diberi
natrium diklofenak secara peroral dengan dosis tertentu (3,36 mg/kgBB;
4,48 mg/kgBB; dan 5,6 mg/kgBB) 15 menit sebelum disuntik dengan
karagenin 1 %. Tiga jam setelah disuntik karagenin, hewan uji
dikurbankan dan kedua kaki belakangnya dipotong pada sendi tarsocrural
dan ditimbang. Dosis natrium diklofenak ditentukan pada saat kaki
mengalami penurunan udema yang berarti.
d. Penetapan selang waktu pemberian natrium diklofenak
Dua belas hewan uji dibagi dalam empat kelompok. Tiap kelompok diberi
natrium diklofenak secara peroral pada selang waktu tertentu (15, 30, 45,
dan 60 menit) sebelum disuntik dengan karagenin 1 %. Tiga jam setelah
penyuntikan karagenin, hewan uji dikurbankan dan kedua kaki
belakangnya dipotong pada sendi tarsocrural dan ditimbang. Waktu
42
pemberian natrium diklofenak ditentukan pada saat kaki mengalami
penurunan udema yang berarti.
e. Penetapan kombinasi penambahan VCO pada perasan daging buah makuto
dewo.
Perbandingan jumlah VCO dan perasan daging buah makuto dewo
yang digunakan dilakukan dengan melihat kekentalan campuran VCO dan
perasan daging buah makuto dewo yang masih dapat dikeluarkan dari
spuit injeksi. Perbandingan kombinasi VCO dan perasan daging buah
makuto dewo yang digunakan dalam penelitian yaitu sebesar 1:¼, 1:½,
1:1, 1:2 dan 1:4.
4. Perlakuan Hewan Uji
a. Perlakuan hewan uji
Tujuh puluh hewan uji dibagi dalam sepuluh kelompok secara acak. Tiap
kelompok terdiri dari tujuh hewan uji.
Kelompok I = Kontrol karagenin dosis 25 mg/kgBB secara subplantar
Kelompok II = Kontrol aquadest 25 g/kgBB secara peroral
Kelompok III = Kontrol larutan natrium diklofenak
4,48 mg/kgBB secara peroral
Kelompok IV = Kontrol VCO sebanyak 1 ml secara peroral
Kelompok V = Kontrol perasan daging buah makuto dewo
sebanyak 1 ml secara peroral
Kelompok VI, VII, VIII, IX, dan X diberi kombinasi perasan daging buah
makuto dewo dan VCO secara peroral dengan perbedaan pada
43
penambahan VCO. Perbandingan perasan daging buah makuto dewo dan
VCO yang diberikan adalah 1:¼, 1: ½, 1:1, 1:2, dan 1:4.
Semua kelompok (kecuali kelompok I) pada menit ke 15 setelah perlakuan
diatas kemudian disuntik karagenin 1% sebanyak 0,05 ml pada telapak
kaki kiri secara subplantar. Kaki kanannya digunakan sebagai kontrol
sehingga hanya disuntik dengan spuit injeksi tanpa karagenin. Tiga jam
setelah disuntik karagenin, hewan uji dikurbankan kemudian kedua
kakinya dipotong pada bagian sendi tarsocrural lalu ditimbang.
b. Perhitungan efek anti-inflamasi
Aktivitas anti-inflamasi menurut Langford dkk (1972) diperoleh dari data
perubahan bobot kaki mencit yang dinyatakan sebagai % efek anti-
inflamasi dan dirumuskan sebagai berikut :
% efek anti-inflamasi =D
DU x 102
Keterangan:U = rata-rata bobot kaki kelompok karagenin dikurangi rata-rata bobot
kaki kelompok normal (tanpa perlakuan)D = rata-rata bobot kaki kelompok perlakuan dikurangi rata-rata bobot
kaki kelompok normal (tanpa perlakuan)
Rumus tersebut memungkinkan diperolehnya % efek anti-inflamasi yang
melebihi 100%, sehingga diperbaiki menjadi:
% efek anti-inflamasi =U
DU x 100 %
Keterangan:U = rata-rata bobot kaki kelompok karagenin dikurangi rata-rata bobot
kaki kelompok normal (tanpa perlakuan)D = rata-rata bobot kaki kelompok perlakuan dikurangi rata-rata bobot
kaki kelompok normal (tanpa perlakuan)
44
Rumus inilah yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh %
efek anti-inflamasi.
c. Perhitungan potensi relatif efek anti-inflamasi
Potensi relatif efek anti-inflamasi penambahan VCO pada perasan daging
buah makuto dewo terhadap natrium diklofenak sebagai kontrol positif
dihitung dengan rumus:
Potensi relatif efek anti-inflamasi =
DAd
DApx 100 %
Keterangan:Dap = % efek anti-inflamasi kelompok perlakuanDad = % efek anti-inflamasi larutan natrium diklofenak
5. Tata Cara Analisis Hasil
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk
melihat normalitas distribusi data. Jika data terdistribusi normal maka
dilanjutkan dengan uji Anova Satu Arah dengan taraf kepercayaan 95 %. Jika
diperoleh nilai probabilitas (p) < 0,05 maka diartikan ada perbedaan diantara
kelompok perlakuan dan jika p > 0,05 berarti tidak ada perbedaan diantara
kelompok perlakuan. Analisis dilanjutkan dengan uji Scheffe. Jika diperoleh
nilai p < 0,05 maka diartikan ada perbedaan bermakna secara statistik, jika
diperoleh nilai p > 0,05 maka diartikan perbedaan tersebut tidak bermakna
secara statistik.
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Buah Makuto Dewo
Determinasi tanaman makuto dewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.)
Boerl.) dilakukan untuk menghindari kesalahan akan tanaman yang digunakan.
Determinasi dilakukan di laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan hasil determinasi sebagai berikut:
Famili
1b-2b-3b-4b-13b-14b-17b-18b-19b-20b-21b-22b-23b-24b-25b-26b-27b-799b-
800b-801b-802b-806b-807b-809b-810b-811b-825b-826b-829b-830b-831b-832b-
833b-834a-835a-836a-837a-851b-856b-857b-872b-874b-875b-876b-877d-933b-
934a-935b-936-937b-939a-940a-941b-942b ………………..…(64. Thymelaceae)
Genus
1a……………………………………………………………...…….(Phaleria Jack)
Spesies
1a-2b………………………………….…..(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)
Dari hasil determinasi tersebut diketahui bahwa tanaman makuto dewo yang
mempunyai nama ilmiah Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.
46
B. Pembuatan Larutan Uji
1. Pembuatan perasan daging buah makuto dewo
Larutan uji diperoleh dengan memeras daging buah makuto dewo masak
yang telah dicuci bersih terlebih dahulu dengan menggunakan kain saring. Biji
buah harus dibuang karena sifatnya yang toksik. Buah makuto dewo yang matang
ditandai dengan warna kulit yang merah tua dan agak lunak apabila ditekan.
Dari hasil orientasi diketahui bahwa dengan memeras 200 g daging buah
makuto dewo akan dihasilkan 100 ml air perasan. Air perasan daging buah
makuto dewo yang digunakan dalam penelitian ini merupakan perasan yang
murni tanpa adanya penambahan air.
2. Pembuatan campuran perasan daging buah makuto dewo dengan VCO
Setelah air perasan daging buah makuto dewo didapat, maka langkah
selanjutnya adalah mencampurkan air perasan tersebut dengan Virgin Coconut Oil
dengan takaran yang telah ditentukan. Pencampuran dilakukan dengan bantuan
alat homogenizer selama 30 detik.
C. Hasil Orientasi Percobaaan
Orientasi percobaan dilakukan untuk memaksimalkan metode uji yang
digunakan sehingga dapat diperoleh hasil yang kevalidannya dapat diterima.
Dalam penelitian ini ada tiga macam orientasi yang dilakukan, yaitu penetapan
selang waktu pemotongan kaki, penetapan dosis natrium diklofenak, dan
penetapan selang waktu pemberian natrium diklofenak.
47
1. Hasil orientasi penetapan selang waktu pemotongan kaki
Orientasi penetapan selang waktu pemotongan kaki dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan udema yang berarti
pada telapak kaki mencit setelah penyuntikan karagenin. Data bobot udema kaki
mencit yang dihasilkan akibat pemberian karagenin dalam berbagai selang waktu
pemotongan kaki (1 ,2, 3, dan 4 jam) dapat dilihat pada lampiran 11. Rata-rata
bobot udema kaki mencit pada tiap kelompok dapat dilihat pada tabel I dan grafik
rata-rata bobot udema dapat dilihat pada gambar 8.
Tabel I. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalamberbagai variasi selang waktu pemotongan kaki
Selang waktu pemotongan kaki(jam)
Rata-rata bobot udema kakimencit (mg)
1 41,502 57,333 77,734 82,33
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4
waktu (jam)
rata
-rat
ab
ob
ot
ud
ema
(mg)
Gambar 8. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1%subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki
48
Dari gambar 8 dapat dilihat bahwa bobot udema kaki mencit akibat injeksi
karagenin 1% subplantar semakin meningkat dengan semakin lamanya waktu
pemotongan kaki mencit. Bobot udema paling kecil terdapat pada kelompok
pemotongan kaki 1 jam setelah injeksi karagenin 1% subplantar dan yang terbesar
pada kelompok pemotongan kaki 4 jam setelah injeksi karagenin 1% subplantar.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa karagenin sudah berefek optimal pada
kelompok pemotongan kaki 4 jam setelah injeksi karagenin 1% subplantar.
Data rata-rata bobot udema kaki mencit kemudian dianalisis dengan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi datanya. Dari analisis diperoleh
probabilitas (p) > 0,05 yang artinya data terdistribusi normal sehingga dapat
dilanjutkan analisis dengan uji Anova Satu Arah dengan taraf kepercayaan 95%.
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan antarkelompok.
Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah dapat dilihat pada tabel II.
Tabel II. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah data bobot udema kaki mencit akibatinjeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktupemotongan kaki
Keterangan DF F Probabilitas (p)Bobot udema
antarkelompok perlakuan3 184,576 0,00
Hasil analisis uji Anova Satu Arah menunjukkan bahwa data
antarkelompok adalah berbeda (signifikan) karena p < 0,05. Analisis uji Scheffe
dilakukan sebagai analisis lanjutan untuk melihat apakah perbedaan yang
diperoleh bermakna atau tidak bermakna secara statistik. Rangkuman hasil uji
Scheffe dapat dilihat pada tabel III.
49
Tabel III. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat injeksikaragenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki
Bobot udema kaki mencit dibandingkan kelompok-Kelompok ± SE
I II III IVI 41,50±1,20 - B B BII 57,33±1,03 B - B BIII 77,73±1,45 B B - TBIV 82,33±1,77 B B TB -
Keterangan:I = pemotongan kaki 1 jam setelah injeksi karagenin 1% subplantarII = pemotongan kaki 2 jam setelah injeksi karagenin 1% subplantarIII = pemotongan kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1% subplantarIV = pemotongan kaki 4 jam setelah injeksi karagenin 1% subplantarB = berbeda bermakna (p < 0,05)TB = berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
= rata-rata bobot udemaSE = standard error
Dari hasil uji Scheffe dapat dilihat bahwa kelompok pemotongan kaki 1
jam setelah injeksi karagenin 1% subplantar (kelompok I) berbeda bermakna
dengan kelompok pemotongan kaki 2 jam setelah injeksi (kelompok II) dan
berbeda tidak bermakna dengan kelompok pemotongan kaki 3 (kelompok III) dan
4 jam (kelompok IV) setelah injeksi karagenin 1% subplantar. Sedangkan
kelompok pemotongan kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1% subplantar
berbeda bermakna dengan kelompok pemotongan kaki 1 dan 2 jam dan berbeda
tidak bermakna dengan kelompok pemotongan kaki 4 jam setelah injeksi. Bobot
udema kaki mencit yang paling tinggi terdapat pada kelompok pemotongan kaki 4
jam setelah injeksi karagenin 1% subplantar. Dapat disimpulkan, bahwa karagenin
pada waktu tersebut berefek optimal (gambar 8). Arti secara statistik, jika
pemotongan kaki mencit dilakukan 1 jam setelah injeksi karagenin 1% subplantar,
bobot udemanya akan berbeda dengan bobot udema yang pemotongan kakinya
dilakukan pada 2, 3, atau 4 jam setelah injeksi. Begitu pula jika pemotongan kaki
50
mencit dilakukan 2 jam setelah injeksi karagenin 1% subplantar, bobot udemanya
akan berbeda dengan bobot udema yang pemotongan kakinya dilakukan pada 1, 3,
atau 4 jam setelah injeksi. Namun jika pemotongan kaki mencit dilakukan 3 atau 4
jam setelah injeksi karagenin 1% subplantar maka bobot udemanya dapat
dikatakan sama, dan diharapkan telah mencapai udema optimal. Untuk efisiensi
waktu kerja, pemotongan kaki mencit selanjutnya dilakukan 3 jam setelah injeksi
karagenin 1% subplantar karena bobot udema kaki mencit yang dihasilkan jika
pemotongan dilakukan 3 atau 4 jam setelah injeksi adalah sama secara statistik.
2. Hasil orientasi penetapan dosis natrium diklofenak
Orientasi penetapan dosis natrium diklofenak dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui besar dosis natrium diklofenak yang dapat menimbulkan penurunan
bobot udema kaki mencit yang paling efektif. Variasi dosis natrium diklofenak
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3,36 mg/kgBB, 4,48 mg/kgBB, dan
5,60 mg/kgBB. Pemilihan variasi dosis natrium diklofenak tersebut didasarkan
pada penelitian Maryanto (1997), yang melakukan konversi dari dosis efektif
natrium diklofenak untuk tikus dengan berat badan 200 g ke mencit dengan berat
badan 20 g. Dari hasil perhitungan diperoleh dosis natrium diklofenak untuk
mencit dengan berat badan 20 g adalah 4,48 mg/kgBB. Untuk mengetahui apakah
dosis natrium diklofenak ini efektif untuk mencit, maka dilakukan penambahan 2
dosis, yaitu dosis 3,36 mg/kgBB dan 5,60 mg/kgBB. Data bobot udema kaki
mencit yang dihasilkan akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian
natrium diklofenak dalam berbagai variasi dosis dapat dilihat pada lampiran 10.
51
Rata-rata bobot udema kaki mencit pada tiap kelompok dapat dilihat pada tabel IV
dan grafik rata-rata bobot udema dapat dilihat pada gambar 9.
Tabel IV. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantarsetelah pemberian berbagai variasi dosis natrium diklofenak
Dosis natrium diklofenak(mg/kgBB)
Rata-rata bobot udema kaki mencit(mg)
3,36 54.674,48 38.975,60 60.33
0
10
20
30
40
50
60
70
rata-rata
bobot udema
(mg)
3,36 4,48 5,60
dosis (mg/kgBB)
Gambar 9. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1%subplantar setelah pemberian berbagai variasi dosis natrium diklofenak
Dari gambar 9 dapat dilihat bahwa bobot udema kaki mencit pada
kelompok yang diberi natrium diklofenak dengan dosis 4,48 mg/kgBB
memberikan nilai paling kecil. Sedangkan bobot udema kaki mencit yang terbesar
adalah pada kelompok yang diberi natrium diklofenak dengan dosis 5,60
mg/kgBB. Dapat disimpulkan bahwa natrium diklofenak dengan dosis 4,48 mg/
kgBB dapat memberikan penurunan bobot udema yang cukup besar.
52
Data rata-rata bobot udema kaki mencit kemudian dianalisis dengan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi datanya. Dari analisis diperoleh
probabilitas (p) > 0,05 yang artinya data terdistribusi normal sehingga dapat
dilanjutkan analisis dengan uji Anova Satu Arah dengan taraf kepercayaan 95%.
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan antarkelompok.
Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah dapat dilihat pada tabel V.
Tabel V. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah data bobot udema kaki mencit akibatinjeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian natrium diklofenak dalam 3peringkat dosis
Keterangan DF F Probabilitas (p)Bobot udema
antarkelompok perlakuan2 70,913 0,000
Hasil analisis uji Anova Satu Arah menunjukkan bahwa data
antarkelompok adalah berbeda (signifikan) karena p < 0,05. Analisis uji Scheffe
dilakukan sebagai analisis lanjutan untuk melihat apakah perbedaan yang
diperoleh bermakna atau tidak bermakna secara statistik. Rangkuman hasil uji
Scheffe dapat dilihat pada tabel VI.
Dari hasil uji Scheffe dapat dilihat bahwa rata-rata bobot udema pada
kelompok I yang diberi natrium diklofenak dengan dosis 3,36 mg/kg BB berbeda
bermakna dengan kelompok II yang diberi natrium diklofenak dengan dosis 4,48
mg/kgBB dan tidak bermakna dengan kelompok II yang diberi natrium diklofenak
dengan dosis 5,60 mg/kgBB. Dosis natrium diklofenak yang efektif dalam
orientasi ini adalah 4,48 mg/kgBB karena memberikan penurunan bobot udema
yang paling kecil daripada dosis 3,36 mg/kgBB dan 5,60 mg/kgBB.
53
Tabel VI. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat injeksikaragenin 1% subplantar setelah pemberian natrium diklofenak dalam 3peringkat dosis
Bobot udema kaki mencit dibandingkankelompok-Kelompok ± SE
I II IIII 54,67±1,03 - B TBII 38,97±1,92 B - BIII 60,33±0,65 TB B -
Keterangan:I = pemberian natrium diklofenak dengan dosis 3,36 mg/kgBB peroralII = pemberian natrium diklofenak dengan dosis 4,48 mg/kgBB peroralIII = pemberian natrium diklofenak dengan dosis 5,60 mg/kgBB peroralB = berbeda bermakna (p < 0,05)TB = berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
= rata-rata bobot udemaSE = standard error
3. Hasil orientasi penenetapan selang waktu pemberian natrium diklofenak
Orientasi penetapan selang waktu pemberian natrium diklofenak dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui kapan waktu yang tepat saat natrium diklofenak
memberikan penurunan udema yang berarti pada telapak kaki mencit setelah
penyuntikan karagenin 1% subplantar. Data bobot udema kaki mencit yang
dihasilkan akibat pemberian karagenin 1% subplantar setelah pemberian natrium
diklofenak dengan dosis efektif 4,48 mg/kgBB dalam berbagai selang waktu (15,
30, 45, dan 60 menit) dapat dilihat pada lampiran 11. Rata-rata bobot udema kaki
mencit pada tiap kelompok dapat dilihat pada tabel VII dan grafik rata-rata bobot
udema dapat dilihat pada gambar 10.
54
Tabel VII. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantarsetelah pemberian natrium diklofenak dosis efektif pada rentang waktu tertentu
Selang waktu pemotongan kaki(jam)
Rata-rata bobot udema kakimencit (mg)
1 37,832 41,433 56,804 59,30
0
10
20
30
40
50
60
70
15 30 45 60
waktu (menit)
rata
-ra
tab
ob
ot
ud
ema
(mg
)
Gambar 10. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1%subplantar setelah pemberian natrium diklofenak dosis efektif pada rentangwaktu tertentu
Dari gambar 10 dapat dilihat bahwa bobot udema kaki mencit akibat
injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian natrium diklofenak dosis
efektif pada rentang waktu 45 dan 60 menit terjadi kenaikan yang cukup tajam
dibandingkan dengan bobot udema setelah pemberian natrium diklofenak pada
rentang waktu 15 dan 30 menit. Artinya, mulai menit ke-45, efek anti-inflamasi
natrium diklofenak semakin berkurang, sehingga udema yang terbentuk tidak
dapat dihambat maksimal.
55
Data rata-rata bobot udema kaki mencit kemudian dianalisis dengan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi datanya. Dari analisis diperoleh
probabilitas (p) > 0,05 yang artinya data terdistribusi normal sehingga dapat
dilanjutkan analisis dengan uji Anova Satu Arah dengan taraf kepercayaan 95%.
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan antarkelompok.
Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah dapat dilihat pada tabel VIII.
Tabel VIII. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah data bobot udema kaki mencit akibatinjeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian natrium diklofenak dosisefektif pada rentang waktu tertentu
Keterangan DF F Probabilitas (p)Bobot udema
antarkelompok perlakuan3 19,540 0,000
Hasil analisis uji Anova Satu Arah menunjukkan bahwa data
antarkelompok adalah berbeda (signifikan) karena p < 0,05. Analisis uji Scheffe
dilakukan sebagai analisis lanjutan untuk melihat apakah perbedaan yang
diperoleh bermakna atau tidak bermakna secara statistik. Rangkuman hasil uji
Scheffe dapat dilihat pada tabel IX.
Dari hasil uji Scheffe dapat dilihat bahwa kelompok yang diberi natrium
diklofenak dosis efektif pada selang waktu 15 menit sebelum injeksi karagenin
1% subplantar (kelompok I), berbeda tidak bermakna dengan kelompok yang
diberi natrium diklofenak dengan selang waktu 30 menit (kelompok II). Dan
kelompok yang diberi natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu 45
menit sebelum injeksi karagenin 1% subplantar (kelompok I), juga berbeda tidak
bermakna dengan kelompok yang diberi natrium diklofenak dengan selang waktu
56
60 menit (kelompok II). Namun kelompok I dan II menunjukkan perbedaan yang
bermakna dengan kelompok III dan IV.
Tabel IX. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat injeksikaragenin 1% subplantar setelah pemberian natrium diklofenak dosis efektifpada rentang waktu tertentu
Bobot udema kaki mencit dibandingkan kelompok-Kelompok
__
± SE I II III IVI 37,83±2,06 - TB B BII 41,43±2,17 TB - B BIII 56,80±3,67 B B - TBIV 59,30±1,19 B B TB -
Keterangan:I = pemberian natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB 15 menit sebelum injeksi
karagenin 1% subplantarII = pemberian natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB 30 menit sebelum injeksi
karagenin 1% subplantarIII = pemberian natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB 45 menit sebelum injeksi
karagenin 1% subplantarIV = pemberian natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB 60 menit sebelum injeksi
karagenin 1% subplantarB = berbeda bermakna (p < 0,05)TB = berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
= rata-rata bobot udemaSE = standard error
Natrium diklofenak ditentukan untuk diberikan pada menit ke-15 sebelum
injeksi karagenin 1% subplantar, karena pada menit ke-15, rata-rata bobot
udemanya paling kecil dibandingkan dengan kelompok lainnya. Artinya natrium
diklofenak telah diabsorpsi secara optimal untuk memberikan penurunan bobot
udema yang berarti. Selain itu, penentuan waktu pemberian natrium diklofenak ini
juga mempertimbangkan efisiensi waktu, sehingga dipilih 15 menit sebelum
injeksi karagenin.
57
D. Hasil Perlakuan pada Hewan Uji
Penelitian pengaruh penambahan virgin coconut oil (VCO) pada perasan
daging buah makuto dewo (Phaleria macrocapa (Scheff.) Boerl.) kajian terhadap
efek anti-inflamasi adalah untuk mengetahui apakah kombinasi VCO dan perasan
daging buah makuto dewo mempunyai efek anti-inflamasi atau tidak dan untuk
mengetahui besarnya penambahan VCO yang efektif dalam kajian anti-inflamasi.
Selain itu, dalam penelitian ini sekaligus juga untuk mengetahui apakah VCO dan
makuto dewa masing-masing memiliki efek anti-inflamasi atau tidak. Efek anti-
inflamasi dalam penelitian yang menggunakan metode induksi udema oleh
Langford, Holmes, dan Emele yang telah dimodifikasi ini ditandai dengan
penurunan bobot udema pada telapak kaki mencit yang telah disuntik dengan
karagenin 1% subplantar akibat pemberian campuran VCO dan perasan daging
buah makuto dewo secara peroral.
Metode induksi udema oleh karagenin adalah metode standar dan sangat
umum digunakan untuk menguji efek anti-inflamasi akut. Metode ini banyak
digunakan karena sederhana dan murah dari segi peralatan, bahan, dan cara
kerjanya (Jain dkk, 2001). Data yang diperoleh adalah bobot telapak kaki mencit
yang diberi injeksi karagenin 1% subplantar dikurangi dengan bobot telapak kaki
mencit yang diberi perlakuan campuran VCO dan makuto dewo sebelum injeksi
karagenin 1% subplantar.
Karagenin 1% digunakan sebagai zat penginduksi udema pada telapak
kaki mencit karena karagenin merupakan salah satu zat iritan atau penginduksi
udema yang sering digunakan untuk memprediksi efektivitas potensial terapeutik
58
dari obat-obat anti-inflamasi, baik dari golongan steroid maupun nonsteroid.
Karagenin memberikan udema yang reproduksibel. Selain itu, karagenin juga
tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan (Jain et al., 2001), tidak
menimbulkan bekas serta memberikan respon yang lebih peka terhadap anti-
inflamasi dibandingkan senyawa lain. Udema yang diinduksi karagenin
menunjukkan respon dua fase. Fase pertama diperantarai melalui pelepasan
histamin, serotonin, dan bradikinin. Sedangkan fase kedua berhubungan dengan
pelepasan prostaglandin dan neutrofil yang menghasilkan radikal bebas, seperti
hidrogen peroksida, superoksida, dan radikal hidroksil (Suleyman dkk, 2004).
Aquadest merupakan pelarut dari natrium diklofenak dan sediaan yang
diberikan adalah perasan daging buah makuto dewo. Kontrol aquadest diperlukan
untuk mengetahui apakah aquadest memiliki efek anti-inflamasi yang
berpengaruh terhadap efek anti-inflamasi sediaan yang diteliti. Natrium
diklofenak digunakan sebagai kontrol karena memiliki aktifitas yang besar
sebagai anti-inflamasi dan memiliki efek samping yang rendah dibanding OAINS
lainnya.
Data bobot udema kaki mencit yang dihasilkan akibat injeksi karagenin
1% subplantar pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dapat dilihat pada
lampiran 12. Data rata-rata bobot udema telapak kaki mencit akibat karagenin 1%
subplantar dari tiap kelompok kontrol dan perlakuan disajikan pada tabel X dan
grafiknya dapat dilihat pada gambar 11.
59
Tabel X. Rata-rata bobot udema telapak kaki mencit akibat karagenin 1% subplantar padakelompok kontrol dan perlakuan
KelompokRata-rata bobot udema kaki mencit
(mg) ± SEKaragenin 25 mg/kg BB 81,14 ± 1,62Aquadest 25 g/kg BB 77,83 ± 1,18Diklofenak 4,48 mg/kg BB 36,03 ± 2,12Makuto Dewo 107,19 ± 6,42VCO 52,71 ± 0,74Kombinasi perasan daging buah makutodewo dan VCO dengan perbandingan 1:1/4
66,06 ± 2,35
Kombinasi perasan daging buah makutodewo dan VCO dengan perbandingan 1:1/2
61,36 ± 2,28
Kombinasi perasan daging buah makutodewo dan VCO dengan perbandingan 1:1
60,26 ± 2,61
Kombinasi perasan daging buah makutodewo dan VCO dengan perbandingan 1:2
59,94 ± 0,58
Kombinasi perasan daging buah makutodewo dan VCO dengan perbandingan 1:4
46,41 ± 2,12
Dari dari tabel X dan gambar 11 dapat dikatakan bahwa aquadest tidak
menghambat udema yang diakibatkan oleh karagenin 1% subplantar karena rata-
rata bobot udema kelompok kontrol aquadest tidak berbeda jauh dengan
kelompok kontrol karagenin. Jadi, aquadest tidak memiliki efek anti-inflamasi.
Dapat dilihat juga bahwa kontrol perasan daging buah makuto dewo memberikan
rata-rata bobot udema yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata bobot
udema kelompok karagenin. Dapat disimpulkan bahwa perasan daging buah
makuto dewo merupakan peradang yang lebih tinggi daripada karagenin.
Sedangkan untuk kelompok perlakuan lainnya memiliki efek anti-inflamasi. Hal
ini diketahui dengan adanya penurunan bobot udema telapak kaki mencit setelah
diberi perlakuan.
60
0
20
40
60
80
100
120
rata-rata
bobot udema
(mg)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
kelompok
Gambar 11. Grafik rata-rata bobot udema telapak kaki mencit akibat karagenin 1%subplantar pada kelompok kontrol dan perlakuan
Keterangan:1 = kelompok kontrol karagenin2 = kelompok kontrol aquadest3 = kelompok kontrol natrium diklofenak4 = kelompok kontrol makuto dewo5 = kelompok kontrol VCO6 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo
dan VCO dengan perbandingan 1:1/4
7 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:1/2
8 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:1
9 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:2
10 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:4
Dari data rata-rata bobot udema setiap kelompok dapat dihitung efek anti-
inflamasinya. Rata-rata efek anti-inflamasi kelompok kontrol dan perlakuan
disajikan pada tabel XI dan grafik efek anti-inflamasinya dapat dilihat pada
gambar 12.
61
Tabel XI. Rata-rata efek anti-inflamasi pada kelompok kontrol dan perlakuan
Kelompok Efek anti-inflamasi (%) ± SEKaragenin 25 mg/kg BB 0.00 ± 2.00Aquadest 25 g/kg BB 4,03 ± 1,46Diklofenak 4,48 mg/kg BB 55,58 ± 2,61Makuto Dewo -32.16 ± 7.92VCO 35,00 ± 0.92Kombinasi perasan daging buah makutodewo dan VCO dengan perbandingan 1:1/4
18,55 ± 2,90
Kombinasi perasan daging buah makutodewo dan VCO dengan perbandingan 1:1/2
24,34 ± 2,81
Kombinasi perasan daging buah makutodewo dan VCO dengan perbandingan 1:1
25,70 ± 3,22
Kombinasi perasan daging buah makutodewo dan VCO dengan perbandingan 1:2
26,09 ± 0,68
Kombinasi perasan daging buah makutodewo dan VCO dengan perbandingan 1:4
42,77 ± 2,61
Dari tabel XI dapat dilihat bahwa kelompok kontrol makuto dewo
memiliki efek anti-inflamasi negatif. Dari gambar 12 juga ditunjukkan bahwa
kelompok kontrol makuto dewo memiliki diagram batang yang berbeda dari
kelompok lainnya, dimana arahnya menuju ke bawah. Hal ini menunjukkan
bahwa perasan daging buah makuto dewo memiliki efek inflamasi yang lebih
besar daripada karagenin. Karagenin dalam penelitian ini merupakan zat pembuat
radang dan digunakan sebagai kontrol. Efek anti-inflamasi dihitung dengan
menggunakan rumus dari metode Langford dkk., dimana karagenin merupakan zat
yang memberikan efek anti-inflamasi sebesar nol. Dari hasil perhitungan, efek
anti-inflamasi dari perasan daging buah makuto dewo memberikan nilai negatif,
sehingga dapat disimpulkan bahwa makuto dewo memiliki kemampuan membuat
radang lebih besar daripada karagenin.
62
-40-30-20-10
0102030405060
efek anti-
inflamasi
(%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
kelompok
Gambar 12. Grafik rata-rata efek anti-inflamasi pada kelompok kontrol dan perlakuan
Keterangan:1 = kelompok kontrol karagenin2 = kelompok kontrol aquadest3 = kelompok kontrol natrium diklofenak4 = kelompok kontrol makuto dewo5 = kelompok kontrol VCO6 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo
dan VCO dengan perbandingan 1:1/4
7 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:1/2
8 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:1
9 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:2
10 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:4
Efek anti-inflamasi pada setiap kelompok kemudian dianalisis dengan uji
Kolmogorov-Smirnov. Hasil analisis tersebut menyatakan bahwa data terdistribusi
secara normal. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan efek anti-inflamasi dari
setiap kelompok maka dilakukan uji Anova Satu Arah. Hasil uji Anova Satu Arah
dapat dilihat pada tabel XII.
63
Tabel XII. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah efek anti-inflamasi kelompok kontrol danperlakuan
Keterangan DF F Probabilitas (p)Efek anti-inflamasi
antarkelompok perlakuan9 55,084 0,000
Hasil uji Anova Satu Arah menyatakan bahwa p < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan ada perbedaan efek anti-inflamasi antar kelompok. Analisis
dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat apakah perbedaan tersebut bermakna
atau tidak bermakna. Hasil uji Scheffe dapat dilihat pada tabel XIII.
Tabel XIII. Rangkuman hasil uji Scheffe efek anti-inflamasi kelompok kontrol danperlakuan
Dibandingkan dengan kelompokKelp.
I II III IV V VI VII VIII IX XI - TB B B B TB B B B BII TB - B B B TB B B B BIII B B - B B B B B B TBIV B B B - B B B B B BV B B B B - TB TB TB TB TBVI TB TB B B TB - B B B TBVII B B B B TB TB - TB TB TBVIII B B B B TB TB TB - TB TBIX B B B B TB TB TB TB - TBX B B TB B TB B TB TB TB -
Keterangan:I = kelompok kontrol karageninII = kelompok kontrol aquadestIII = kelompok kontrol natrium diklofenakIV = kelompok kontrol makuto dewoV = kelompok kontrol VCOVI = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo
dan VCO dengan perbandingan 1:1/4
VII = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:1/2
VIII= kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:1
IX = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:2
X = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:4
B = berbeda bermakna (p < 0,05)TB = berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
64
Dari tabel XIII dapat dilihat bahwa kontrol karagenin (kelompok I) efek
anti-inflamasinya tidak bermakna dengan kontrol aquadest (kelompok II) dan
dengan kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan
VCO dengan perbandingan 1: 1/4 (kelompok VI). Dapat disimpulkan bahwa
aquadest dan kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO dengan
perbandingan 1: 1/4 tidak memiliki efek anti-inflamasi. Aquadest tidak
memberikan pengaruh efek anti-inflamasi sehingga dapat digunakan sebagai
pelarut. Sedangkan kelompok lainnya jika dibandingkan dengan karagenin,
memiliki efek anti-inflamasi, meskipun besarnya berbeda-beda. Hal ini dapat
dilihat dengan adanya penurunan udema pada telapak kaki mencit.
Kelompok kontrol natrium diklofenak (kelompok III) memiliki perbedaan
yang bermakna hampir terhadap semua kelompok, kecuali kelompok perlakuan
kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO dengan perbandingan 1:4
(kelompok X). Dapat disimpulkan bahwa kombinasi perasan daging buah makuto
dewo dan VCO dengan perbandingan 1:4 memiliki efek anti-inflamasi yang sama
dengan efek anti-inflamasi natrium diklofenak.
Natrium diklofenak merupakan salah satu obat anti-inflamasi non steroid
dengan mekanisme menurunkan aktivitas enzim siklooksigenase. Mekanisme ini
menghambat sintesis prostaglandin (Anonim, 2003b). Inflamasi dan trauma
memacu metabolisme prostaglandin dan leukotrien dari asam arakhidonat yang
diperantarai enzim siklooksigenase dan lipoksigenase menghasilkan H2O2.
Prostaglandin dan leukotrien adalah mediator yang penting dalam inflamasi.
Selama berlangsung radang, manakala sel fagosit teraktifkan maka akan
65
melepaskan oksigen aktif (O2-; H2O2; OH-) dan asam hipoklorit (HClO) (Wijoyo,
2001). Reaktif radikal ini dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan secara
langsung melalui degradasi oksidatif dari komponen sel.
Kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan
VCO dengan perbandngan 1:4 memiliki perbedaan yang bermakna dengan
kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO
dengan perbandingan 1: 1/4, namun memiliki perbedaan yang tidak bermakna
dengan kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan
VCO dengan perbandingan 1: 1/2, 1:1, dan 1:2. Berdasarkan hasil analisis tersebut
dapat dikatakan bahwa kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO
dengan perbandingan 1: 1/2, 1:1, 1:2, dan 1:4 memiliki efek anti-inflamasi yang
sama, meskipun keefektifannya dibandingkan dengan natrium diklofenak berbeda,
hanya kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO dengan
perbandingan 1:4 yang memiliki efek anti-inflamasi yang berbeda tidak bermakna
dengan natrium diklofenak.
Kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan
VCO dengan perbandingan 1: 1/4 memiliki perbedaan yang tidak bermakna dengan
kelompok kontrol karagenin. Sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok
perlakuan ini tidak memiliki aktivitas anti-inflamasi.
Efek anti-inflamasi dari kelompok perlakuan kombinasi perasan daging
buah makuto dewo dan VCO meningkat secara berturut-turut dari perbandingan
perasan daging buah makuto dewo dan VCO 1: ¼ (18,55%),1: ½ (24,34%),
1:1(25,70%), 1:2 (26,09%), dan 1:4 (42,77%). Efek anti-inflamasi semakin
66
meningkat dengan semakin banyaknya penambahan VCO dan semakin
berkurangnya jumlah makuto dewo. Jika dilihat dari gambar 12, makuto dewo
justru memiliki kemampuan membuat radang, jadi tidak memiliki efek anti-
inflamasi. Dapat disimpulkan bahwa dalam kombinasi tersebut yang berperan
besar memberikan efek anti-inflamasi adalah VCO.
Minyak kelapa mengandung fosfatida, gums, sterol, dan tokoferol (Syah,
2005). Tokoferol berfungsi sebagai antioksidan alami yang diduga berhubungan
dengan efek anti-inflamasi VCO.
Cara kerja vitamin E sebagai antioksidan adalah dengan menyumbangkan
elektron kepada radikal bebas, atau dapat dikatakan vitamin E akan menangkap
(scavenging) radikal bebas. Mekanisme penangkapan radikal bebas oleh vitamin
E (α-tokoferol) dapat ditunjukkan pada gambar 13.
Vitamin E yang menangkap radikal bebas menjadi vitamin E yang radikal,
namun lebih stabil daripada radikal hidroksil karena kemampuan stabilitas
resonansinya. Hal ini menyebabkan elektron tidak berpasangan yang ada pada
radikal bebas vitamin E terjebak dalam stabilitas resonansi.
67
O
CH3
CH3
CH3
O
H3C
CH2 CH2 CH2 CH
CH3
CH3
H
O
CH3
CH3
CH3
O
H3C
CH2 CH2 CH2 CH
CH3
CH3
Radikal vitamin E
O
CH3
CH3
CH3
O
H3C
CH2 CH2 CH2 CH
CH3
CH3O
CH3
CH3
CH3
O
H3C
CH2 CH2 CH2 CH
CH3
CH3
O
CH3
CH3
CH3
O
H3C
CH2 CH2 CH2 CH
CH3
CH3
O
CH3
CH3
CH3
O
H3C
CH2 CH2 CH2 CH
CH3
CH3
3
3
33
33
OH
Gambar 13. Mekanisme penangkapan radikal bebas oleh vitamin E(Sugianto, wawancara pribadi, 18 Desember 2006)
Dari penelitian ini, diketahui bahwa perasan daging buah makuto dewo
memiliki kemampuan sebagai zat pembuat radang, bahkan kemampuannya lebih
besar daripada karagenin yang digunakan sebagai kontrol. Makuto dewo
mengandung flavonoid. Flavonoid mampu memperbaiki ketidakseimbangan
sistem antioksidan dalam tubuh. Flavonoid atau 1,3-diarilpropan merupakan salah
satu senyawa polifenol. Flavonoid memiliki gugus enol yang mampu menangkap
radikal bebas (zat antara yang toksik). Dengan demikian flavonoid berperan
sebagai inhibitor radikal bebas.
68
Diketahui atom O lebih elektronegatif daripada atom C sehingga memiliki
kecenderungan menarik elektron pada atom H. Tarikan elektron oleh atom O ini
diperkuat adanya cincin benzen yang nermuatan positif. Kondisi ini menyebabkan
atom H dari hidroksil ini mudah putus dan bersifat asam. Kereaktifan flavonoid
berguna untuk mereduksi radikal bebas menjadi molekul netral sehingga aktivitas
radikal bebas dapat dikurangi. Reaksi penangkapan radikal bebas oleh flavonoid
dapat dijelaskan dalam gambar 14.
O
OH
O
O H OH
O
OH
O
O
Gambar 14. Mekanisme reaksi penangkapan radikal bebas oleh flavonoid
Flavonoid yang menangkap radikal bebas menjadi flavonoid yang radikal,
namun lebih stabil daripada radikal hidroksil karena kemampuan stabilitas
resonansinya. Hal ini menyebabkan elektron tidak berpasangan yang ada pada
radikal bebas flavonoid terjebak dalam stabilitas resonansi. Mekanisme resonansi
radikal bebas flavonoid ditunjukkan pada gambar 15.
O
OH
O
O
O
OH
O
O
Gambar 15. Mekanisme resonansi radikal bebas flavonoid
69
Selain itu, radikal bebas flavonoid juga dapat mengalami reaksi
penggabungan (reaksi kopling). Reaksi penggabungan ini menjadikan radikal
bebas flavonoid lebih stabil. Mekanisme penggabungan radikal bebas flavonoid
menjadi bentuk yang lebih stabil ditunjukkan pada gambar 16.
OOH
O
O
O
OH
O
O
O
O
O
HO
O
O O
OH
Gambar16. Mekanisme penggabungan radikal bebas flavonoid
Makuto dewo seharusnya memiliki efek anti-inflamasi karena kandungan
flavonoidnya. Radikal bebas dapat direduksi oleh flavonoid dan dihasilkan radikal
bebas flavonoid yang lebih stabil. Namun, perlu diingat pula bahwa keberadaan
radikal bebas flavonoid yang berlebihan menyebabkan reaktifitasnya juga
berlebihan, akibatnya dapat menyebabkan perasan daging buah makuto dewo
bersifat prooksidan. Jika dibandingkan dengan VCO yang digunakan, perasan
daging buah makuto dewo bukan merupakan produk yang siap dikonsumsi seperti
70
VCO yang tentunya sudah melalui berbagai macam proses sehingga siap dan
aman untuk dikonsumsi.
Makuto dewo juga mengandung racun, terutama di bagian biji buahnya.
Sebuah penelitian yang dilakukan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
konsumsi biji buah makuto dewo dapat mengakibatkan muntah dan lidah menjadi
mati rasa. Sebenarnya tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi buah makuto dewo
secara langsung karena dapat mengakibatkan pingsan. Dimungkinkan, senyawa
toksik dalam biji buah makuto dewo inilah yang membuat perasan daging buah
makuto dewo yang digunakan memiliki aktivitas pembuat radang. Untuk
mengetahui aktivitas inflamasi makuto dewo dan zat toksik yang terkandung
dalam biji makuto dewo, perlu dilakukan penelitian yang lebih spesifik.
Virgin coconut oil dan semua kombinasi perasan daging buah makuto
dewo dan VCO dengan berbagai perbandingan memiliki efek anti-inflamasi
sehingga dapat dibandingkan dengan efek anti-inflamasi natrium diklofenak
sebagai kontrol untuk memperoleh potensi relatif. Perasan daging buah makuto
dewo tidak memiliki efek anti-inflamasi, sehingga tidak dapat dibandingkan
dengan efek anti-inflamasi natrium diklofenak. Data potensi relatif dari VCO dan
kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO dapat dilihat pada tabel
XIV.
Virgin coconut oil dan kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan
VCO dengan perbandingan 1: ¼, 1: ½, 1:1, 1:2, 1:4 mempunyai potensi relatif
yang lebih rendah daripada natrium diklofenak. Potensi relatif kombinasi perasan
71
daging buah makuto dewo dan VCO meningkat secara berturut-turut dari
perbandingan 1: ¼, 1: ½, 1:1, 1:2, 1:4.
Tabel XIV. Potensi relatif VCO dan kombinasi perasan daging buah makuto dewo danVCO
Kelompok Potensi relatif (%)VCO 62,97
Perasan daging buah makuto dewo danVCO perbandingan 1: ¼
33,38
Perasan daging buah makuto dewo danVCO perbandingan 1: ½
43,79
Perasan daging buah makuto dewo danVCO perbandingan 1: 1
46,24
Perasan daging buah makuto dewo danVCO perbandingan 1: 2
46,94
Perasan daging buah makuto dewo danVCO perbandingan 1: 4
76,95
E. Perbandingan Hasil Penelitian dengan Penelitian Lain
Penelitian penambahan VCO terhadap perasan makuto dewo juga
dilakukan dalam kajian efek analgesik dan hepatoprotektif oleh Putra (2006) dan
Kurniawan (2006). Perasan daging buah makuto dewo, VCO, dan kombinasi
keduanya memiliki efek analgesik yang ditandai dengan berkurangnya jumlah
geliat mencit akibat asam asetat setelah diberi perasan daging buah makuto dewo,
VCO, dan kombinasi keduanya (Putra, 2006). Perasan daging buah makuto dewo,
VCO, dan kombinasi keduanya juga memiliki efek hepatoprotektif (Kurniawan,
2006). Perbandingan hasil uji efek anti-inflamasi, proteksi nyeri, dan efek
hepatoprotektif dapat dilihat pada tabel XV dan grafiknya dapat dilihat pada
gambar 17.
72
Tabel XV. Hasil uji efek anti-inflamasi, proteksi nyeri, dan efek hepatoprotektif padakelompok perlakuan
Kelompok Efek anti-inflamasi (%)
Proteksi nyeri(%)
Efek hepatoprotektif(%)
I -32.16 57,14 46,36II 35,00 58,05 85,53III 18,55 61,90 50,29IV 24,34 56,24 38,17V 25,70 63,03 36,29VI 26,09 60,32 45,41VII 42,77 68,71 96,63
Keterangan:1 = kelompok kontrol makuto dewo2 = kelompok kontrol VCO3 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo
dan VCO dengan perbandingan 1:1/4
4 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:1/2
5 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:1
6 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:2
7 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:4
Gambar 17 menunjukkan pola yang berbeda antara efek anti-inflamasi,
proteksi nyeri, dan efek hepatoprotektif. Perasan daging buah makuto dewo murni
memiliki efek analgesik dan efek hepatoprotektif yang cukup tinggi, namun tidak
memiliki efek anti-inflamasi. Virgin coconut oil murni memiliki efek anti-
inflamasi, efek analgesik, dan efek hepatoprotektif yang cukup tinggi, bahkan
lebih tinggi daripada perasan daging buah makuto dewo murni. Kombinasi
perasan daging buah makuto dewo dan VCO menunjukkan diagram efek anti-
inflamasi, efek analgesik, dan efek hepatoprotektif yang cenderung naik dan
menunjukkan nilai tertinggi pada kombinasi dengan perbandingan 1:4.
73
-40
-20
0
20
40
60
80
100
efek (%)
1 2 3 4 5 6 7
kelompok perlakuan
efek anti-inflamasi
proteksi nyeri
efek hepatoprotektif
Gambar 17. Grafik perbandingan hasil uji efek anti-inflamasi, proteksi nyeri, dan efekhepatoprotektif pada kelompok perlakuan
Keterangan:1 = kelompok kontrol makuto dewo2 = kelompok kontrol VCO3 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo
dan VCO dengan perbandingan 1:1/4
4 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:1/2
5 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:1
6 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:2
7 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:4
Dari ketiga penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kombinasi
perasan daging buah makuto dewo dan VCO dengan perbandingan 1:4 paling baik
digunakan sebagai anti-inflamasi, analgesik, dan hepatoprotektif sehingga dapat
diajukan sebagai obat hepatitis ideal. Salah satu kriteria obat hepatitis yang baik
adalah dapat memberikan perlindungan terhadap hati (efek hepatoprotektif), dapat
menghilangkan radang (efek anti-inflamasi), dan mempunyai efek analgesik.
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penambahan virgin coconut oil (VCO) pada perasan daging buah makuto
dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) mempunyai efek anti-inflamasi
yang lebih besar daripada efek anti-inflamasi VCO murni. Hal ini ditunjukkan
dengan kemampuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO
dalam mengurangi bobot udema yang ditimbulkan oleh karagenin 1 %.
Perasan daging buah makuto dewo murni tidak memiliki efek anti-inflamasi.
2. Efek anti-inflamasi kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO
berdasarkan urutan perbandingan kombinasi: perbandingan 1:¼ (18,55 %);
perbandingan 1:½ (24,34 %); perbandingan 1:1 (25,70 %); perbandingan 1:2
(26,09 %); dan perbandingan 1:4 (42,77 %). Kombinasi perasan daging buah
makuto dewo dan VCO dengan perbandingan 1:4 mempunyai efek anti-
inflamasi paling besar.
75
B. Saran
Untuk melanjutkan penelitian ini maka perlu dilakukan:
1. uji efek anti-inflamasi perasan daging buah makuto dewo dengan
menggunakan metode lain.
2. uji efek anti-inflamasi VCO dengan menggunakan metode lain.
3. uji efek anti-inflamasi kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan
VCO dengan menggunakan metode lain.
4. uji efek anti-inflamasi kombinasi perasan daging buah makuto dewo dan VCO
dengan lama masa pemberian yang lebih lama.
5. penentuan dosis efektif VCO dalam kajian efek anti-inflamasi VCO.
6. uji toksisitas akut dan subkronis kombinasi perasan daging buah makuto dewo
dan VCO.
76
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, D.R., 2005, Daya Analgesik Ekstrak Etanol Daging Buah Makuto Dewo(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit Betina TerinduksiKimia, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan PengujianKlinik, hal. 49, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Pytomedika,Jakarta
Anonim, 1998, Monograph: Quercetin, Alternative Medical Review, 3 (2), 143
Anonim, 2000, Makuto Dewo Penakluk Lever, Trubus, 31, (372), 51-52
Anonim, 2003a, Antioksidan, Radikal Bebas, dan Penuaan, Kompas, 11 Mei 2003
Anonim, 2003b, Drug Information Handbook, 11th Edition, p 406-407, Lexi-Comp Inc., Ohio
Anonim, 2004, Free Radicals and Cancer, http: www.betterlife.com diakses pada30 November 2006
Anonim, 2006, Tocopherol, http: www.wikipedia.com diakses pada 27 November2006
Backer, C.A., and Bakhuizen van den Brink, R.C., 1963, Flora of Java, Vol I, p3-9, 11, 25, 27-29, 507-512, N.V.P. Noorhdroff, Groningen, TheNetherlands.
Backer, C.A., and Bakhuizen van den Brink, R.C., 1965, Flora of Java, Vol II, p171 – 172, 178, N.V.P. Noorhdroff, Groningen, The Netherlands
Cooper, K.H., 2001, Antioxidant Revolution, diterjemahkan oleh Marlia SinggihWibowo, hal. 50, 218, Penerbit Kaifa, Bandung
Diantini, A., dan Safitri, R., 2001, Status Antioksidan Total, dalam SeminarNasional dan Lokakarya Pemahaman Konsep Radikal Bebas dan PerananAntioksidan dalam Meningkatkan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat2010, FMIPA, Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Padjajaran
Donatus, I.A., 1992, Fitofarmaka Penyakit Hati, Kumpulan Naskah LengkapSimposium Gastro - Hepatologi, Yogyakarta
Gryglewski, R.J., 1977, Some Experimental Models for the Study ofInflammation and Anti-Inflammatory Drugs, in I. L. Bonta, J. Thomson,
77
and K.Brune, Inflammation: Mechanism and Their Impact on Therapy, p19-21, Birkhaurser Verlag Basel, Rotterdam
Halliwell, B., and Gutteridge, J. M. C., 1999, Free Radicals in Biology andMedicine, 3rd edition, p 36, 229, Oxford University Press, New York
Hanson, G.R., 2000, Analgesic, Antipyretic, and Anti Inflammatory Drugs, inGennaro (Ed.), Remmington: The Science and Practise of Pharmacy, 20th
Edition, p 1456, Lippincott Williams and Wilkins, USA
Hardman, J.G., Limbird, L.E., and Gilman, A.G., 2001, Goodman and Gilman’sthe Pharmacological Basis of Therapeutics, 10th Edition, p 709, theMcGraw-Hill Companies Inc., New York
Hariyanto, 2003, Efek Hepatoprotektif Infusa Simplisia Daging Buah MakutoDewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit JantanTerinduksi Karbontetraklorida, Skripsi, Fakultas Farmasi UniversitasSanata Dharma, Yogyakarta
Jain, N.K., Patil, C.S., Singh, A., and Kulkarni, S.K., 2001, a Simple Technique toEvaluate Inflammatory Pain Along With Anti-Inflammatory Studies inCarrageenan-Induced Paw Edema, Indian J. Pharmacol., 33, 114-115
Kurnani, Tb.B., 2001, Radikal Bebas dalam Polutan Lingkungan, dalam SeminarNasional dan Lokakarya Pemahaman Konsep Radikal Bebas dan PerananAntioksidan dalam Meningkatkan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat2010, FMIPA, Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Padjajaran
Katzung, B.G., 2001 , Basic and Clinical Pharmacology, diterjemahkan olehBagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Edisi 8,Buku 2, hal. 449-453, 457, 462, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Kee, J.L., and Hayes, E.R., 1996, Pharmacology : A Nursing Process Approach,diterjemahkan oleh Peter Anugrah, 1st Edition, 310-321, Penerbit EGC,Jakarta
Kurniawan, T.W. 2007, Pengaruh Penambahan Virgin Coconut Oil (VCO) padaPerasan Daging Buah Makuto Dewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.)Boerl.) pada Mencit Putih Betina : Kajian terhadap Efek Hepatoprotektif,Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Langford, F.D., Holmes, P.A., and Emele, J.F., 1972, Objective Methods toEvaluation of Analgesic/ Anti Inflammatory Activity, J.Pharm. Sci., 61(1),75-77
78
Linawati, Y., 2002, Efek Hepatoprotektif Infusa Daging Buah Makuto Dewo(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit Jantan TerinduksiCCl4, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Marissa, L., 2006, Daya Anti-Inflamasi Ekstrak Etanol Daging Buah MakutoDewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit BetinaTerinduksi Karagenin, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas SanataDharma, Yogyakarta
Maryanto, 1997, Daya Antiinflamasi Infusa Daun Sosor Bebek (Kalanchoepinnata, pers) pada Tikus Putih Jantan, Skripsi, Fakultas FarmasiUniversitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Mycek, M.I., Harvey, R. A. dan Champe, P.C., 2001, Lippincoott’s IllustratedReviews: Pharmacology, diterjemahkan oleh Agoes, A., Edisi 2, 404-414,Widya Medika, Jakarta
Ning, H., 2001, Mahkota Dewa OBat Pusaka Para Dewa, 4, Agro Media Pustaka,Jakarta
Pizzorno, J., 1998, Total Wellness Sehat dan Bebas Penyakit, 232-258,Profesional Books, Jakarta, Indonesia
Prasetia, I.N.B. 2003, Efek Hepatoprotektif Infusa Simplisia Daging Buah MakutoDewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit JantanTerinduksi Parasetamol, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas SanataDharma, Yogyakarta
Price, S.A., and Wilson, L.N., 1992, Pahtophysiology, diterjemahkan oleh PeterAnugerah , Edisi 4, Buku I, hal. 36-57, EGC, Jakarta
Purwandani, Y.L., 2005, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Etanol Daging BuahMakuto Dewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit JantanTerinduksi Parasetamol, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas SanataDharma, Yogyakarta
Puspitasari, E.D., 2006, Daya Anti-Inflamasi Ekstrak Etanol Daging Buah MakutoDewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit BetinaTerinduksi Formalin, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas SanataDharma, Yogyakarta
Putra, I.M.S.P., 2007, Pengaruh Penambahan Virgin Coconut Oil (VCO) padaPerasan Daging Buah Makuto Dewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.)Boerl.) pada Mencit Putih Betina : Kajian terhadap Daya Analgesik,Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
79
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., and Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th
Edition, p 231-237, 244-250, Bath press, USA
Robbins, S.L., Cotran, R.S., and Kumar, V., 1995, Pocket Companion to RobbinsPathologic Basis of Disease, diterjemahkan oleh Achmad Tjarta, SutisnaHimawan, Kurniawan, Edisi 5, hal 31, 36, 39-41, EGC, Jakarta
Robinson, T., 1991, The Organic Constituents of Higher Plants, diterjemahkanoleh Kosasih Padmawinata, Edisi 6, hal. 191-216, ITB, Bandung
Sander, M.A., 2003, Atlas Patologi Anatomi, hal 12, UMM Press, Malang
Setiati, S., 2003, Radikal Bebas, Antioksidan, dan Proses Menua, Medika, No. 6,366-369, Jakarta
Sisilia, 2001, Efek Hepatoprotektif Air Perasan Buah Makuto Dewo (Phaleriamacrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit Jantan Terinduksi Parasetamol,Skripsi, Fakultas Farmasi Univwersitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Sitompul, B,. 2003, Antioksidan dan Penyakit Aterosklerosis, Medika, No. 6, 373-377, Jakarta
Spector, W.G., and Spector, T.D., 1989, An Introduction to General Pathology,diterjemahkan oleh Soetjipto, Harsoyo, Amelia Hana, and Pudji Astuti,Edisi 3, hal 71-77, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Subarnas, A., 2001, Komponen Aktif Antioksidan dalam Bahan Alam, dalamSeminar Nasional dan Lokakarya Pemahaman Konsep Radikal Bebas danPeranan Antioksidan dalam Meningkatkan Kesehatan Menuju IndonesiaSehat 2010, FMIPA, Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Padjajaran
Sugianto, E. (wawancara pribadi, 18 Desember 2006)
Sukartin, K. dan Sitanggang M., 2005, Gempur Penyakit dengan VCO, 14-20, 36-37, Agro Media Pustaka, Jakarta
Suleyman, H., Demircan, B., Karagoz, Y., Ozta, N., and Suleyman, B., 2004,Anti-Inflammatory Effects of Selective COX-2 Inhibitors, Pol. J.Pharmacol., 56, 775-780
Sutarmi, dan Rozaline, H. 2005, Taklukkan Penyakit dengan VCO, hal. 5-15,Penebar Swadaya, Jakarta
Syah, A.N.A., 2005, Perpaduan Sang Penakluk Penyakit VCO + Minyak BuahMerah, 14-18, 26-42, Agro Media Pustaka, Jakarta
80
Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan,dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi V, hal. 308-313, Penerbit PT. ElexMedia Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta
Underwood, J.C.E., 1996, General and Systematic Pathology, diterjemahkan olehSarjadi, Edisi 2, Volume 1, hal. 232-234, Penerbit EGC, Jakarta
Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery & Evaluation: Pharmalogical Assays, 2nd
Edition, p 725, 751-761, Springer, New York
Ward, P.A., 1993, Inflamasi, in Bellanti, J.A., Immunology III, diterjemahkan olehSamik Wahab, hal 226, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Wibowo, S., dan Gofir, A., 2001, Farmakologi dalam Neurologi, Farmakoterapi,Edisi I, 113-115, Penerbit Salemba Medika, Jakarta
Wijayanti, I., 2002, Efek Hepatoprotektif Air Perasan Buah Makuto Dewo(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit Jantan TerinduksiCCl4, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Wijoyo, Y., 2001, Antaraksi Sari Wortel (Daucus Carota L.) – Parasetamol:Kajian terhadap Kehepatoksikan dan Kinerja Toksikinetika Parasetamolpada Tikus, Tesis, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Williamson, E.M., Okpako, D.T., and Evans, F.J., 1996, Pharmacological Methodin Phytotherapy Research Volume 1: Selection, Preparation, andPharmacological Evaluation of Plant Material, 131-136, John Wileyand Sons Ltd., England
Wilmana, P.F., 1995, Analgesik Anti-inflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai, dalamGaniswara, S.G. (Editor), Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, hal 207-211,Bagian Farmakologi-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Winarto, W.P., 2005, Mahkota Dewa: Budi Daya & Pemanfaatan untuk Obat, 1-11, Penebar Swadaya, Jakarta
Yudanti, G.P., 2005, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Etanol Daging Buah MakutoDewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit JantanTerinduksi CCl4, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta
81
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto virgin coconut oil (VCO) merek Vicol produksi CV KelapaMas, Yogyakarta
82
Lampiran 2. Foto buah makuto dewo
83
Lampiran 3. Foto alat homogenizer merek Yastral GmbH D-7801 Dottingen tipe :X 1020
84
85
Lampiran 5. Sertifikat Analisis Diklofenak-Na (BP 98)
86
Lampiran 6. Perhitungan konsentrasi natrium diklofenak.
Perhitungan konsentrasi natrium diklofenak dengan mengasumsikan volume
pemberian 0,5 ml dan berat badan 20 gram adalah sebagai berikut:
a. Dosis 3,36 mg/kgBB
Konsentrasi natrium diklofenak =V
BBxD
=ml0,5
mg0,02xmg/kgBB3,36= 0,13 mg/ml
a. Dosis 4,48 mg/kgBB
Konsentrasi natrium diklofenak =V
BBxD
=ml0,5
mg0,02xmg/kgBB4,48= 0,18 mg/ml
b. Dosis 3,36 mg/kgBB
Konsentrasi natrium diklofenak =V
BBxD
=ml0,5
mg0,02xmg/kgBB5,6= 0,22 mg/ml
87
Lampiran 7. Skema kerja kelompok perlakuan.
70 ekor mencit dibagi 10 kelompok
Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 6 Kel 7 Kel 9Kel 8
Diberiaquadest
Diberinatrium
diklofenak
Diberi kombinasi VCO dan perasan daging buah makutodewo perbandingan 1:1/4, 1:1/2, 1:1, 1:2, 1:4
Injeksi subplantar karagenin 1%
Kedua kaki dipotong pada sendi torsocrural
ditimbang
3 jam kemudian
15 menitkemudian
DiberiMakutodewo
Kel10Kel 1
DiberiVCO
88
Keterangan lampiran 7 :
1 = kelompok kontrol karagenin2 = kelompok kontrol aquadest3 = kelompok kontrol natrium diklofenak4 = kelompok kontrol makuto dewo5 = kelompok kontrol VCO6 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewo
dan VCO dengan perbandingan 1:1/4
7 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:1/2
8 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:1
9 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:2
10 = kelompok perlakuan kombinasi perasan daging buah makuto dewodan VCO dengan perbandingan 1:4
89
Lampiran 8. Contoh perhitungan % efek anti-inflamasi dan potensi relatifterhadap natrium diklofenak
Contoh perhitungan % efek anti-inflamasi pada kelompok perlakuan kombinasi
perasan daging buah makuto dewo dan VCO dengan perbandingan 1:4 adalah:
% daya anti-inflamasi =U
DU x 100%
Diketahui:
U = 81,10 mg
D = 46,40 mg
% daya anti-inflamasi =10,81
40,4610,81 x 100%
= 42,79 %
Contoh perhitungan % potensi relatif kelompok perlakuan kombinasi perasan
daging buah makuto dewo dan VCO dengan perbandingan 1:4 terhadap natrium
diklofenak:
Potensi relatif efek anti-inflamasi =
DAd
DApx 100%
Diketahui:
Dap = 42,79 %
Dad = 55,61 %
Potensi relatif efek anti-inflamasi =
61,55
79,42x 100%
= 76,95 %
90
Lampiran 9. Data bobot udema kaki mencit pada orientasi selang waktupemotongan kaki
Bobot kaki mencit (g) pada selang waktu (jam)Mencit Keterangan
1 2 3 4Kaki kiriKaki kanan
0,21030,1664
0,20970,1508
0,29040,2107
0,27870,19681
Bobot udema 0,0439 0,0589 0,0797 0,0819Kaki kiriKaki kanan
0,19830,1579
0,17690,1192
0,22260,1477
0,23440,15492
Bobot udema 0,0404 0,0577 0,0749 0,0795Kaki kiriKaki kanan
0,20380,1636
0,23350,1781
0,18650,1079
0,20350,11793
Bobot udema 0,0402 0,0554 0,0786 0,0856Rata-rata bobot udema 0,0415 0,0573 0,0777 0,0823
Lampiran 10. Data bobot udema kaki mencit pada orientasi dosis efektif natriumdiklofenak
Bobot kaki mencit (g) akibat pemberian natriumdiklofenak pada dosis tertentu (mg/kgBB) sebelum
injeksi karagenin 1% subplantarMencit Keterangan
3,36 4,48 5,60Kaki kiriKaki kanan
0,26370,2110
0,20450,1627
0,21870,15811
Bobot udema 0,0527 0,0418 0,0606Kaki kiriKaki kanan
0,20800,1529
0,17130,1315
0,23550,17422
Bobot udema 0,0551 0,0398 0,0613Kaki kiriKaki kanan
0,19530,1391
0,19320,1579
0,20430,14523
Bobot udema 0,0562 0,0353 0,0591Rata-rata bobot udema 0,0547 0,0390 0,0603
91
Lampiran 11. Data bobot udema kaki mencit pada orientasi selang waktupemberian natrium diklofenak
Bobot kaki mencit (g) akibat pemberian natriumdiklofenak pada selang waktu tertentu (menit)
sebelum injeksi karagenin 1% subplantarMencit Keterangan
15 30 45 60Kaki kiriKaki kanan
0,18620,1450
0,14990,1062
0,18590,1360
0,18820,12671
Bobot udema 0,0412 0,0437 0,0499 0,0615Kaki kiriKaki kanan
0,26030,2262
0,22150,1844
0,19090,1328
0,19490,13752
Bobot udema 0,0341 0,0371 0,0581 0,0574Kaki kiriKaki kanan
0,14670,1085
0,21310,1696
0,20800,1456
0,19850,13953
Bobot udema 0,0382 0,0435 0,0624 0,0590Rata-rata bobot udema 0,0378 0,0414 0,0568 0,0593
92
Lampiran 12. Data bobot udema kaki mencit kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
Bobot udema (g) pada kelompok:Kombinasi perasan VCO dan
daging buah makuto dewo dandengan perbandingan
Men-cit
Bobot(mg)
Kara-genin25mg/kgBB
Aqua-dest25g/
kgBB
Diklo-fenak
4,48mg/kgBB
VCOMakutoDewo
1:4
11:
2
11:1 1:2 1:4
Kaki kiriKaki kanan
0,25750,1788
0,23260,1542
0,14670,1804
0,20680,1563
0,30230,1847
0,20180,1294
0,26370,2088
0,22580,1632
0,23440,1725
0,21630,17481
Bobot udema 0,0787 0,0784 0,0337 0,0505 0,1176 0,0724 0,0549 0,0626 0,0619 0,0415Kaki kiriKaki kanan
0,25670,1680
0,20740,1351
0,19180,1507
0,19470,1408
0,27900,1781
0,22020,1436
0,22600,1599
0,21190,1560
0,22260,1625
0,23350,18812
Bobot udema 0,0887 0,0723 0,0411 0,0539 0,1009 0,0766 0,0661 0,0693 0,0601 0,0454Kaki kiriKaki kanan
0,20020,1218
0,24450,1660
0,20270,1609
0,21230,1570
0,27500,1805
0,22550,1647
0,23290,1765
0,21880,1636
0,22000,1615
0,22000,16833
Bobot udema 0,0784 0,0785 0,0418 0,0553 0,0945 0,0608 0,0564 0,0552 0,0585 0,0517Kaki kiriKaki kanan
0,26030,1750
0,22120,1423
0,19250,1497
0,20850,1569
0,26500,1746
0,21210,1457
0,23700,1705
0,21240,1548
0,21240,1531
0,21030,17004
Bobot udema 0,0853 0,0789 0,0428 0,0516 0,0904 0,0664 0,0665 0,0576 0,0593 0,0403Kaki kiriKaki kanan
0,25190,1706
0,22520,1445
0,18750,1565
0,22370,1729
0,32170,1984
0,20380,1436
0,26590,1973
0,21010,1543
0,23360,1757
0,20380,15395
Bobot udema 0,0813 0,0807 0,0310 0,0508 0,1233 0,0602 0,0686 0,0558 0,0579 0,0499Kaki kiriKaki kanan
0,25040,1724
0,23400,1530
0,18820,1577
0,20510,1531
0,28340,1912
0,20910,1455
0,23550,1729
0,22340,1713
0,21870,1576
0,19830,14396
Bobot udema 0,0780 0,0810 0,0305 0,0520 0,0913 0,0636 0,0626 0,0521 0,0611 0,0544Kaki kiriKaki kanan
0,25120,1736
0,25040,1754
0,19490,1636
0,21660,1617
0,30880,1765
0,22470,1623
0,26500,2106
0,23120,1620
0,20910,1483
0,20360,16197
Bobot udema 0,0776 0,0750 0,0313 0,0549 0,1323 0,0624 0,0544 0,0692 0,0608 0,0417Udema rata-rata 0,0811 0,0778 0,0360 0,0527 0,1072 0,0661 0,0614 0,0603 0,0599 0,0464
93
Lampiran 13. Contoh hasil uji statistik uji Kolmogorov-Smirnov, uji Anova Satuarah, dan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95% data kelompokkontrol dan perlakuan beserta cara interpretasinya
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
persen dayaanti inflamasi
N 70
Mean 19.9844Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 24.95962
Absolute .116
Positive .072
Most ExtremeDifferences
Negative -.116
Kolmogorov-Smirnov Z .975
Asymp. Sig. (2-tailed) .298
a Test distribution is Normal.b Calculated from data.
Cara interpretasi:
Uji Kolmogorov Smirnov ini digunakan untuk mengetahui kenormalan distribusi
data. Data terdistribusi normal jika signifika > 0,05 dan data terdistribusi tidak
normal jika signifikan < 0,05.
OnewayDescriptives
persen efek anti inflamasi
N MeanStd.
DeviationStd.Error
95% ConfidenceInterval for Mean
Minimum
Maximum
LowerBound
UpperBound
karagenin 7 -.0529 5.28800 1.99868 -4.9434 4.8377 -9.37 4.32
aquades 7 4.0329 3.86042 1.45910 .4626 7.6031 .12 10.85
diklofenak 7 55.5771 6.91190 2.61245 49.1847 61.9696 47.23 62.39
VCO 7 35.0000 2.42273 .91570 32.7594 37.2406 31.81 37.73
Makuto Dewo 7 -32.1643 20.95712 7.92105 -51.5464 -12.7822 -63.13 -11.47
perbandingan 1:1/4 7 18.5500 7.68081 2.90307 11.4464 25.6536 5.55 25.77
perbandingan 1:1/2 7 24.3443 7.42719 2.80721 17.4753 31.2133 15.41 32.92
perbandingan 1:1 7 25.7014 8.51944 3.22005 17.8223 33.5806 14.55 35.76
perbandingan 1:2 7 26.0871 1.78922 .67626 24.4324 27.7419 23.67 28.61
perbandingan 1:4 7 42.7686 6.91516 2.61369 36.3731 49.1640 32.92 50.31
Total 70 19.9844 24.95962 2.98324 14.0330 25.9358 -63.13 62.39
94
Test of Homogeneity of Variances
persen efek anti inflamasi
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
13.826 9 60 .000
ANOVA
persen efek anti inflamasi
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Between Groups 38344.970 9 4260.552 55.084 .000
Within Groups 4640.820 60 77.347
Total 42985.790 69
Cara interpretasi:
Uji Anova Satu Arah digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan diantara
setiap kelompok. Jika signifikan yang diperoleh < 0,05 berarti ada perbedaan
diantara kelompok dan analisis data dapat dilanjutkan ke uji Scheffe untuk
mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak secara statistik. Jika
signifikan yang diperoleh > 0,05 berarti tidak ada perbedaan antar kelompok.
95
Post Hoc TestsMultiple Comparisons
Dependent Variable: persen daya anti inflamasi
Scheffe
-4.08571 4.70097 1.000 -24.2292 16.0578
-55.63000* 4.70097 .000 -75.7735 -35.4865
-35.05286* 4.70097 .000 -55.1963 -14.9094
32.11143* 4.70097 .000 11.9679 52.2549
-18.60286 4.70097 .100 -38.7463 1.5406
-24.39714* 4.70097 .005 -44.5406 -4.2537
-25.75429* 4.70097 .002 -45.8978 -5.6108
-26.14000* 4.70097 .002 -46.2835 -5.9965
-42.82143* 4.70097 .000 -62.9649 -22.6779
4.08571 4.70097 1.000 -16.0578 24.2292
-51.54429* 4.70097 .000 -71.6878 -31.4008
-30.96714* 4.70097 .000 -51.1106 -10.8237
36.19714* 4.70097 .000 16.0537 56.3406
-14.51714 4.70097 .405 -34.6606 5.6263
-20.31143* 4.70097 .046 -40.4549 -.1679
-21.66857* 4.70097 .023 -41.8121 -1.5251
-22.05429* 4.70097 .019 -42.1978 -1.9108
-38.73571* 4.70097 .000 -58.8792 -18.5922
55.63000* 4.70097 .000 35.4865 75.7735
51.54429* 4.70097 .000 31.4008 71.6878
20.57714* 4.70097 .041 .4337 40.7206
87.74143* 4.70097 .000 67.5979 107.8849
37.02714* 4.70097 .000 16.8837 57.1706
31.23286* 4.70097 .000 11.0894 51.3763
29.87571* 4.70097 .000 9.7322 50.0192
29.49000* 4.70097 .000 9.3465 49.6335
12.80857 4.70097 .596 -7.3349 32.9521
35.05286* 4.70097 .000 14.9094 55.1963
30.96714* 4.70097 .000 10.8237 51.1106
-20.57714* 4.70097 .041 -40.7206 -.4337
67.16429* 4.70097 .000 47.0208 87.3078
16.45000 4.70097 .226 -3.6935 36.5935
10.65571 4.70097 .816 -9.4878 30.7992
9.29857 4.70097 .911 -10.8449 29.4421
8.91286 4.70097 .931 -11.2306 29.0563
-7.76857 4.70097 .971 -27.9121 12.3749
-32.11143* 4.70097 .000 -52.2549 -11.9679
-36.19714* 4.70097 .000 -56.3406 -16.0537
-87.74143* 4.70097 .000 -107.8849 -67.5979
-67.16429* 4.70097 .000 -87.3078 -47.0208
-50.71429* 4.70097 .000 -70.8578 -30.5708
-56.50857* 4.70097 .000 -76.6521 -36.3651
-57.86571* 4.70097 .000 -78.0092 -37.7222
-58.25143* 4.70097 .000 -78.3949 -38.1079
-74.93286* 4.70097 .000 -95.0763 -54.7894
18.60286 4.70097 .100 -1.5406 38.7463
14.51714 4.70097 .405 -5.6263 34.6606
-37.02714* 4.70097 .000 -57.1706 -16.8837
-16.45000 4.70097 .226 -36.5935 3.6935
50.71429* 4.70097 .000 30.5708 70.8578
-5.79429 4.70097 .996 -25.9378 14.3492
-7.15143 4.70097 .983 -27.2949 12.9921
-7.53714 4.70097 .976 -27.6806 12.6063
-24.21857* 4.70097 .006 -44.3621 -4.0751
24.39714* 4.70097 .005 4.2537 44.5406
20.31143* 4.70097 .046 .1679 40.4549
-31.23286* 4.70097 .000 -51.3763 -11.0894
-10.65571 4.70097 .816 -30.7992 9.4878
56.50857* 4.70097 .000 36.3651 76.6521
5.79429 4.70097 .996 -14.3492 25.9378
-1.35714 4.70097 1.000 -21.5006 18.7863
-1.74286 4.70097 1.000 -21.8863 18.4006
-18.42429 4.70097 .107 -38.5678 1.7192
25.75429* 4.70097 .002 5.6108 45.8978
21.66857* 4.70097 .023 1.5251 41.8121
-29.87571* 4.70097 .000 -50.0192 -9.7322
-9.29857 4.70097 .911 -29.4421 10.8449
57.86571* 4.70097 .000 37.7222 78.0092
7.15143 4.70097 .983 -12.9921 27.2949
1.35714 4.70097 1.000 -18.7863 21.5006
-.38571 4.70097 1.000 -20.5292 19.7578
-17.06714 4.70097 .182 -37.2106 3.0763
26.14000* 4.70097 .002 5.9965 46.2835
22.05429* 4.70097 .019 1.9108 42.1978
-29.49000* 4.70097 .000 -49.6335 -9.3465
-8.91286 4.70097 .931 -29.0563 11.2306
58.25143* 4.70097 .000 38.1079 78.3949
7.53714 4.70097 .976 -12.6063 27.6806
1.74286 4.70097 1.000 -18.4006 21.8863
.38571 4.70097 1.000 -19.7578 20.5292
-16.68143 4.70097 .209 -36.8249 3.4621
42.82143* 4.70097 .000 22.6779 62.9649
38.73571* 4.70097 .000 18.5922 58.8792
-12.80857 4.70097 .596 -32.9521 7.3349
7.76857 4.70097 .971 -12.3749 27.9121
74.93286* 4.70097 .000 54.7894 95.0763
24.21857* 4.70097 .006 4.0751 44.3621
18.42429 4.70097 .107 -1.7192 38.5678
17.06714 4.70097 .182 -3.0763 37.2106
16.68143 4.70097 .209 -3.4621 36.8249
(J) kelompokaquades
diklofenak
VCO
Makuto Dewo
perbandingan 1:1/4
perbandingan 1:1/2
perbandingan 1:1
perbandingan 1:2
perbandingan 1:4
karagenin
diklofenak
VCO
Makuto Dewo
perbandingan 1:1/4
perbandingan 1:1/2
perbandingan 1:1
perbandingan 1:2
perbandingan 1:4
karagenin
aquades
VCO
Makuto Dewo
perbandingan 1:1/4
perbandingan 1:1/2
perbandingan 1:1
perbandingan 1:2
perbandingan 1:4
karagenin
aquades
diklofenak
Makuto Dewo
perbandingan 1:1/4
perbandingan 1:1/2
perbandingan 1:1
perbandingan 1:2
perbandingan 1:4
karagenin
aquades
diklofenak
VCO
perbandingan 1:1/4
perbandingan 1:1/2
perbandingan 1:1
perbandingan 1:2
perbandingan 1:4
karagenin
aquades
diklofenak
VCO
Makuto Dewo
perbandingan 1:1/2
perbandingan 1:1
perbandingan 1:2
perbandingan 1:4
karagenin
aquades
diklofenak
VCO
Makuto Dewo
perbandingan 1:1/4
perbandingan 1:1
perbandingan 1:2
perbandingan 1:4
karagenin
aquades
diklofenak
VCO
Makuto Dewo
perbandingan 1:1/4
perbandingan 1:1/2
perbandingan 1:2
perbandingan 1:4
karagenin
aquades
diklofenak
VCO
Makuto Dewo
perbandingan 1:1/4
perbandingan 1:1/2
perbandingan 1:1
perbandingan 1:4
karagenin
aquades
diklofenak
VCO
Makuto Dewo
perbandingan 1:1/4
perbandingan 1:1/2
perbandingan 1:1
perbandingan 1:2
(I) kelompokkaragenin
aquades
diklofenak
VCO
Makuto Dewo
perbandingan 1:1/4
perbandingan 1:1/2
perbandingan 1:1
perbandingan 1:2
perbandingan 1:4
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
96
Cara interpretasi:
Terjadi perbedaan yang bermakna secara statistik jika signifikan < 0,05. Hal ini
dapat terlihat dengan adanya tanda bintang (*) pada mean difference. Jika
signifikan > 0,05 berarti perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik.
Homogeneous Subsetspersen efek anti inflamasi
Scheffe
Subset for alpha = .05
kelompok N 1 2 3 4 5
Makuto Dewo 7 -32.1643
karagenin 7 -.0529
aquades 7 4.0329
perbandingan 1:1/4 7 18.5500 18.5500
perbandingan 1:1/2 7 24.3443 24.3443
perbandingan 1:1 7 25.7014 25.7014
perbandingan 1:2 7 26.0871 26.0871
VCO 7 35.0000 35.0000
perbandingan 1:4 7 42.7686 42.7686
diklofenak 7 55.5771
Sig. 1.000 .100 .226 .107 .596
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.a Uses Harmonic Mean Sample Size = 7.000.
97
BIOGRAFI PENULIS
Vera Rosiana lahir pada tanggal 18 Februari 1985 di
Purwokerto, merupakan anak pertama dari pasangan
Maman Hidayat dan Patricia Liem Pi An dan
merupakan kakak dari seorang adik laki-laki. Penulis
skripsi berjudul “Pengaruh Penambahan Virgin
Coconut Oil (VCO) pada Perasan Daging Buah
Makuto Dewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.)
Boerl.) pada Mencit Putih Betina : Kajian Terhadap
Efek Anti-Inflamasi” menempuh pendidikan taman kanak-kanak di TK Santo
Yosef Purwokerto pada tahun 1989 dan kemudian melanjutkan pendidikan di SD
Santo Yosef Purwokerto pada tahun 1991 sampai dengan tahun 1997. Pada tahun
itu pula penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Susteran Purwokerto hingga
tahun 2000. Setamat SLTP, penulis melanjutkan studi di SMU Stella Duce 1
Yogyakarta dan memperoleh ijazah SMU-nya pada tahun 2003. Penulis menjadi
mahasiswa Fakultas Farmasi Sanata Dhama Yogyakarta angkatan 2003. Selama
menjadi mahasiswa farmasi, penulis memiliki pengalaman sebagai asisten
praktikum farmasi, antara lain praktikum Farmasi Fisika, FTS Solid, FTS Liquid
Semi Solid, Toksikologi, dan Kimia Analisis Instrumen. Selain itu, penulis juga
memiliki beberapa pengalaman berorganisasi selama masa kuliah, antara lain
sebagai sekretaris dalam panitia ”TITRASI” tahun 2004.