PENGARUH KUAT MEDAN MAGNET TERHADAP PERTUMBUHAN
GENERATIF TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) YANG
BERASAL DARI BENIH BARU DAN BENIH LAMA
(Skripsi)
Oleh
Pebi Angelica Rivera
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Pertumbuhan Generatif TanamanTomat (Lycopersicum esculentum Mill.) yang Berasal Dari Benih Baru dan
Benih Lama
Oleh
Pebi Angelica Rivera
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) tergolong tanaman sayuran semusimyang dikenal sebagai sumber vitamin A, B dan C. Ada banyak faktor yangmempengaruhi pertumbuhan tomat. Salah satunya adalah kualitas benih yangmenurun dengan makin lamanya masa penyimpanan benih. Benih yang disimpandengan baik bisa bertahan selama 4 tahun. Benih yang masih dalam jangka waktupenanaman disebut sebagai benih baru, sedangkan benih yang telah melewatibatas ambang masa penanaman disebut benih lama. Salah satu upaya untukmenanggulangi kemunduran kualitas benih lama adalah dengan pemaparan medanmagnet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuat medan magnet yang dapatmenghasilkan pertumbuhan generatif tomat paling baik dari benih lama dan baru.Penelitian dilaksanakan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiridari dua faktor. Faktor pertama adalah jenis benih yaitu benih lama (SO) danbenih baru (SN). Faktor kedua adalah kuat medan magnet yang terdiri dari empatperlakuan, yaitu 0,1 mT (M0,1), 0,2 mT (M0,2), 0,3 mT (M0,3), dan 0 mT (M0).Setiap unit perlakuan diulang 5 kali. Data dianalisis ragam kemudian diuji lanjutdengan uji Tukey’s pada taraf nyata a=5%. Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa tanaman dari benih lama yang dipapar medan magnet mengalamipeningkatan pertumbuhan generatif sehingga dapat menyamai pertumbuhangeneratif tanaman dari benih baru.Kuat medan magnet 0,2 mT memberikan hasilterbaik pada parameter jumlah bunga, jumlah buah, berat buah dan diameter buah.
Kata Kunci : Lycopersicum esculentum Mill., benih tua, benih muda, medanmagnet, pertumbuhan generatif
PENGARUH KUAT MEDAN MAGNET TERHADAP PERTUMBUHAN
GENERATIF TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) YANG
BERASAL DARI BENIH BARU DAN BENIH LAMA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
Oleh
Pebi Angelica Rivera
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Baturaja pada tanggal 24 April1996,
merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari
pasangan Bapak H. Iskandar dan Ibu Hj. Hawa. Penulis
menempuh pendidikan pertamanya di Taman Kanak-
Kanak Pertiwi Baturaja pada tahun 2001, pada tahun 2002
penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SD
Negeri 1 OKU Baturaja, kemudian penulis melanjutkan
pendidikannya Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri
1 OKU Baturaja pada tahun 2008. Pada tahun 2011
penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 OKU
Baturaja. Selama menjadi siswa, penulis aktif dalam kegiatan OSIS dan MPK.
Pada tahun 2014, penulis resmi diterima sebagai mahasiswi Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui
jalur SBMPTN. Selama menempuh pendidikan di Biologi, penulis pernah
bergabung dengan keluarga besar dan aktif di Himpunan Mahasiswa Biologi
(HIMBIO) FMIPA Universitas Lampung. Selain itu penulis juga pernah menjadi
asisten praktikum mata kuliah Struktur Perkembangan Tumbuhan, Biosistematika
Tumbuhan, Embriologi Tumbuhan dan Fisiologi Tumbuhan.
Pada tahun 2017, penulis melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN)
selama 40 hari di Desa Kesumadadi, Kecamatan Bekri, Kabupaten Lampung
Tengah, ditahun yang sama penulis melaksanakan Kerja Praktik (KP) di Stasiun
Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Hasil Perikanan Kelas 1 Lampung
(SKIPM), dengan judul “Pengujian Bakteri Escherichia coli pada Produk
Perikanan Di Laboratorium Penguji Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Lampung”
vii
PERSEMBAHAN
ALHAMDULILLAH
Allah SWT yang telah memberikan nikmatkesehatan dan kesempatan serta kesabaran untuk menyelesaikan
skripsi ini. Karya ini kupersembahkan kepada:
Kedua Orangtuaku tercinta Ayahanda H. Iskandar dan IbundaHj. Hawa, yang selalu membimbing, menyayangi dengan tulus,memberi dukungan, dan selalu mendoakan disetiap langkahku.
Kakak-kakakku tercinta Peliati, Yanti dan Yanto Irawan, yang selalumemberikan semangat, doa dan motivasi untukku.
Bapak dan Ibu dosen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung yang telahmembimbing dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada saya.
Sahabat dan teman seperjuangan, yang selalu memberikan candatawa, tempat berbagi saat susah dan senang, selalu memberikansemangat dan saran, yang selamanya akan menjadi bagian dari
cerita perjalanan studiku.
Serta Almamaterku Universitas Lampung
MOTTO
“You’re faith has to be greater than your fear”
“When people try to knock you down, being so mean to you, take credit for your
success, and stab you in the back, over and over again. Don’t ever make yourself
low by doing what they do. Slap them with your success.
That’s the classy way to revenge”
“What you see in the social media
aren’t always the same like what in the real life”
“Jangan membuat janji ketika senang,
jangan membuat keputusan ketika marah”
“Standar bahagia setiap orang itu berbeda.
Jadi tidak usah menilai orang lain bahagia atau tidak dengan standar kita”
SANWACANA
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap
Pertumbuhan Generatif Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)
yang Berasal Dari Benih Baru dan Benih Lama”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan bantuan selama proses
penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dra. Tundjung T. Handayani M.S selaku dosen Pembimbing Utama,
terimakasih atas bimbingan, masukan, arahan, nasihat, dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi penulis.
2. Ibu Rochmah Agustrina, Ph.D., selaku dosen Pembimbing Kedua,
terimakasih atas bimbingan, masukan, arahan, nasihat, dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi penulis.
3. Bapak Dr. Bambang Irawan, M. Sc., selaku dosen penguji terimakasih atas
bimbingan, masukan, arahan, nasihat, dan pengarahan dalam penyusunan
skripsi penulis.
4. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung.
5. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung.
6. Prof. Warsito, S.Si, D.E.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
7. Seluruh dosen dan karyawan di Jurusan Biologi atas semua bimbingan
pengajaran, pelayanan, dan bantuan yang telah diberikan.
8. Kedua orangtuaku tercinta Ayahanda H. Iskandar dan Ibunda Hj. Hawa yang
senantiasa memberikan nasihat, doa, tuntunan, dan dukungan kepada penulis.
Terimakasih atas kasih sayang dan pengorbanan tulus yang telah diberikan
selama ini.
9. Kakak-kakak ku tersayang Peliati, Yanti dan Yanto Irawan yang selalu
memberikan semangat dan dukungan yang tiada henti-hentinya. Terimakasih
selalu mendoakan dan mendukung kepada penulis.
10. The Girls (Anggita Dewintiara Laupati, Mirna Octaria, Nanda Putri Aulia).
The moodbooster of my life. Ten years friendship and still counting. Your
existences makes everything easier although distance separate us.
11. BMF (Aprilia Sari, Athiyya Nur Fadhilah, Betara Sona, Yunita Sari) Apil ;
udah temenan, partner kkn, partner kp, sering banget ketemu deh. Tiyul ;
tempat numpang tidur dan makan, minjemin motor untuk kp, udah baik banget
lah. Be ; wah perjuangan bayar ukt semester 8 berkat dia, yang udah minjemin
rok dan kebaya dari jaman seminar proposal hahah. Teteh ; dari jaman maba
udah akrab sama dia, ospek bareng, ternyata sekelas, tebengan-for-my-life,
liburan bareng, setiap ketemu gak berantem belum afdol tapi 5 menit
kemudian ketawa lagi,
12. Partner penelitian “tomatoes mommy” (Astri Ayu Andari, Oktamaida
Listiawati, Yunita Sari) yang sudah sangat sabar menghadapi penulis yang
xi
sering cranky. Semoga semua perjuangan kita sering pulang jam 10 malam,
nyiram pagi-sore, pengambilan data setiap hari menjadikan kita orang yang
lebih baik dan membawa kesuksesan.
13. Semua staf dan pegawai di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian (Mas Sigit,
Mas Daus, Bang Ari) yang sudah memberikan izin dan kesempatan untuk
melakukan penelitian, serta menjaga tanaman tomat penelitian dari tangan
jahil.
14. Tim penelitian Cabe (Irma Aryani, Nurjulia Jashinda, Retno Wulantari,
Theodorius Aprienta) semoga sukses yaa.
15. Keluarga MAR (Ade Kurnia, Bellynda Jasmine, Gilda Ayu, Ria Noviana,
Thara Marizka) plus partner-in-crime Duta “cok” Ariyanto. El-safour banget
lah ya.
16. Sahabat kecilku Fitri Puspita Sari, Mutiara Cintia, Bayu Aji. Like people said,
person may change, but memories don’t.
17. Teman-teman satu atap selama KKN 40 hari (April, Andina, Mba Dewi, Emi,
Indri, There, Uun, Andi, Adam, Ari, Elvin. Eng yang tiada hari tanpa
menjahili serta Nugraha partner piket dan makan mie tengah malem supaya
gendut hahaha. See you on top guys.
18. My sister from another mother Nasyiatul Himmah. My own stylist, makeup
artist and shopping partner. You are my surround system everytime I feeling
down su hahah.
19. My brother Risky Gunawan. Which is the person who always fix my mistake
and stupidity.
xii
20. And the last but never gonna be the least, sleepyhead. Who never fails make
me smile and feel very special. I like me better when I’m with you, bil. We’re
gonna through thick and thin to many more years to come to be spent together.
21. Teman-teman Biologi Angkatan 2014 dan Microholic yang tidak bisa
disebutkan satu persatu terimakasih atas keakraban, canda tawa, dukungan dan
kebersamaanya selama ini.
22. Serta Almamater tercinta Universitas Lampung.
Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah dan barokah kepada semua pihak
yang telah membantu penulis. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan di dalam penyusunan laporan ini dan jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi besar harapan semoga hasil tulisan ini berguna dan bermanfaat bagi kita
semua.
Bandar Lampung, 14 Mei 2018
Penulis,
Febi Angelica Rivera
xiii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN ..................................................................................................i
ABSTRAK .............................................................................................................ii
HALAMAN JUDUL DALAM ............................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................v
RIWAYAT HIDUP ..............................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN.........................................................................viii
MOTTO.................................................................................................................ix
SANWACANA .....................................................................................................x
DAFTAR ISI .......................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL .............................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xviii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Tujuan .............................................................................................................6
1.3 Manfaat ...........................................................................................................7
1.4 Kerangka Pemikiran .......................................................................................7
1.5 Hipotesis .........................................................................................................9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Tomat ............................................................................................10
2.1.3 Kandungan Nilai Gizi Pada Tanaman Tomat ....................................16
2.1.4 Benih Tanaman Tomat .......................................................................17
2.2 Medan Magnet ..............................................................................................21
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................27
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
A. Alat-alat Penelitian ....................................................................................27
B. Bahan-bahan Penelitian .............................................................................28
3.3 Rancangan Penelitian ....................................................................................28
3.4 Pelaksanaan Penelitian
a. Pemilihan Benih ........................................................................................29
b. Perendaman Benih ....................................................................................29
c. Perlakuan Medan Magnet .........................................................................30
d. Penyemaian Benih Tomat .........................................................................31
e. Persiapan Media Tanam ............................................................................31
f. Penanaman Tomat .....................................................................................32
xv
2.1.1 Sistematika Tanaman Tomat ..............................................................10
2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Tomat ...........................................14
g. Pemeliharaan .............................................................................................33
3.5 Pengamatan Variabel Penelitian ...................................................................34
3.6 Analisis Data .................................................................................................36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kandungan Klorofil .................................................................................37
4.4 Kecepatan Berbuah ..................................................................................47
4.5 Jumlah buah, berat buah, diameter buah, jumlah biji ..............................49
V. KESIMPULAN
5.1 Simpulan .........................................................................................................55
5.2 Saran ................................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
4.2 Kandungan Karbohidrat ...........................................................................40
4.3 Kecepatan Berbunga dan Jumlah Bunga .................................................43
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Struktur Bunga Tomat .....................................................................................12
2. Bagian Buah Tomat .........................................................................................13
3. Kaidah Tangan Kanan .....................................................................................24
4. Perendaman Benih Lama dan Baru .................................................................29
5. Perlakuan Benih Lama dan Benih Baru dengan Medan Magnet ....................30
6. Penyemaian Benih Lama dan Benih Baru ......................................................31
7. Tata Letak Polybag di Lahan ..........................................................................32
8. Pengaruh paparan kuat medan magnet terhadap kandungan klorofil total .....38
9. Pengaruh paparan kuat medan magnet terhadap kandungan karbohidrat .......41
10. Bunga tanaman tomat ......................................................................................43
11. Pengaruh paparan kuat medan magnet terhadap kecepatan berbunga ............44
12. Pengaruh paparan kuat medan magnet terhadap jumlah bunga ......................46
13. Pengaruh paparan kuat medan magnet terhadap kecepatan berbuah ..............48
14. Buah tomat yang sudah dipanen .....................................................................49
15. Pengaruh paparan kuat medan magnet terhadap jumlah dan berat buah ........50
16. Pengaruh paparan kuat medan magnet terhadap diameter dan jumlah biji .....51
17. Buah tanaman tomat ........................................................................................52
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan Gizi dan Kalori Buah Tomat ........................................................17
2. Rata-rata Kecepatan Berbunga ........................................................................43
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) tergolong ke dalam tanaman sayuran
semusim yang telah lama dikenal sebagai sumber vitamin A, C dan sedikit
vitamin B. Buah tomat banyak digunakan sebagai bumbu masak, diawetkan
dalam kaleng, dikonsumsi dalam keadaan segar, dibuat minuman dan saos,
serta berbagai macam bahan makanan bergizi tinggi lainnya. Konsumsi tomat
segar dan olahan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk
dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi yang seimbang (Surtinah,
2007).
Supriati (2012) menyatakan bahwa di masyarakat, tomat termasuk salah satu
jenis sayuran yang memiliki permintaan tinggi. Sebagai sayuran, tomat
dipakai hampir pada setiap jenis masakan. Selain sebagai sayuran, tomat juga
sering dikonsumsi sebagai buah. Permintaan tomat yang relatif tinggi bukan
karena tanpa alasan. Selain rasanya yang manis dan segar, kandungan gizi
dalam tomat juga sangat berguna bagi kesehatan tubuh. Namun, tingginya
tingkat konsumsi tomat tidak sebanding dengan tingkat produksi penanaman
tomat di Indonesia. Rendahnya produksi tanaman tomat dapat disebabkan oleh
2
berbagai hal diantaranya mutu benih yang rendah, teknik bercocok tanam
yang kurang tepat dan keadaan lingkungan yang tidak menunjang
pertumbuhan tanaman secara optimal (Putih, 1994).
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tomat.
Jika tanah yang digunakan dalam proses menanam tidak mengandung unsur
hara yang cukup maka akan menyebabkan tanaman tomat kekurangan mineral
yang sangat diperlukan untuk proses pertumbuhannya. Penyiraman air yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman, misal bila penyiraman dilakukan
terlalu sering, akan menyebabkan akar tanaman tomat tidak dapat bernafas
sehingga lama kelamaan akar akan menjadi busuk dan akhirnya tanaman akan
mati atau mengalami penyakit busuk batang. Pemilihan varietas benih yang
digunakan juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tomat
(Wasonowati, 2011).
Benih bermutu merupakan faktor utama suksesnya produksi di bidang
pertanian. Sarana produksi lain seperti pupuk, pestisida, zat pengatur tumbuh,
dan cara budidaya yang baik tidak akan meberikan hasil yang baik apabila
benih yang digunakan tidak bermutu karena pada akhirnya benih tersebut
tidak dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan budidayanya
(Surtiningsih dalam Wartapa et al., 2009). Benih yang bermutu akan
menghasilkan produksi yang tinggi dan produk yang berkualitas.
Menurut Sadjad (1993) mutu benih meliputi mutu fisik, mutu genetik, dan
mutu fisiologi. Benih bermutu fisik tinggi akan menunjukkan keseragaman
3
dalam bentuk, ukuran, warna, dan berat per jumlah atau volume. Salah satu
indikator benih bermutu adalah memiliki viabilitas dan vigor yang baik. Tentu
saja benih dengan viabilitas yang baik akan menghasilkan tanaman normal
karena masih termasuk ke dalam benih dengan vigor yang tinggi. Begitupun
sebaliknya, jika benih yang digunakan tidak berviabilitas baik, tidak akan
menghasilkan tanaman normal karena vigornya rendah.
Kondisi lingkungan yang terkendali diharapkan dapat digunakan untuk
menyimpan benih dalam periode waktu yang lama (Hingga beberapa tahun
dengan mutu genetik, fisik, dan fisiologisnya yang terjaga baik). Benih yang
disimpan pada suhu lingkungan antara 5°-10°C dengan kelembaban rendah,
bisa bertahan selama 4 tahun dengan mutu fisik dan fisiologis yang tetap
berada di kategori baik (Kartahadimaja et al., 2013).
Pada penelitian ini, akan digunakan 2 jenis benih tanaman tomat dengan masa
simpan yang berbeda, yaitu benih lama dan benih baru. Benih lama yaitu
benih tomat yang telah melewati batas ambang masa penanaman (Expired).
Pada kemasan benih tomat lama, tercatat bahwa masa tanam hanya sampai
tahun 2016. Benih baru yaitu benih tomat yang masih dalam kategori baik
untuk ditanam karena belum melewati batas ambang penanaman. Benih baru
yang digunakan, tercatat batas tanamnya adalah tahun 2018.
Penggunaan benih akan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Jika
benih yang dipilih merupakan benih yang masih dalam rentang waktu masa
4
tanamnya, maka resiko tanaman tidak tumbuh menjadi lebih kecil. Karena
viabilitas dan vigor benih masih sangat baik. Sedangkan, jika yang digunakan
adalah benih lama maka viabilitasnya sudah mengalami penurunan.
(Purwaningsih, 1999). Secara fisiologis mutu suatu benih akan semakin
menurun sebanding dengan semakin lamanya umur benih.
Beberapa tahun terakhir banyak penelitian yang menggunakan medan magnet
untuk melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan suatu
tanaman. Medan magnet merupakan daerah di sekitar magnet yang memiliki
gaya tarik atau gaya tolak magnet. Arah medan magnet dapat dilihat dengan
percobaan sederhana menggunakan bubuk besi yang ditaburkan di dekat kutub
magnet. Serbuk besi akan membentuk suatu pola, pola tersebut yang disebut
sebagai garis gaya magnet. Arah gaya magnet selalu dari kutub utara menuju
ke kutub selatan. Semakin rapat garis gaya maka semakin kuat medan
magnetnya (Soedojo, 2000).
Saragih dan Silaban (2010) menjelaskan bahwa, medan magnet dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan suatu
tanaman, namun mekanisme pengaruh medan magnet terhadap tanaman tomat
belum bisa dijelaskan dengan baik. Morejon et al. (2007) menjelaskan bahwa,
medan magnet dapat mengubah laju gerakan elektron-elektron di dalam sel
secara signifikan sehingga mempengaruhi berbagai proses metabolisme sel.
Air yang diberi paparan medan magnet dapat diserap lebih mudah oleh sel
5
jaringan biji, sehingga mempersingkat masa dormasi biji dan meningkatkan
persentase perkecambahan.
Pengaruh positif medan magnet terhadap perkecambahan telah dibuktikan
pada beberapa tanaman diantaranya yaitu Calendula officinalis (Criveanue
dan Georgeta, 2006), Nicotiana tabacum L (Aladjadjian dan Ylieva, 2003),
Triticum aestivum, Zea mays dan Beta vulgaris (Rochalska dan Orzesko-
Rywka, 2005). Dari berbagai penelitian diketahui bahwa pengaruh medan
magnet terhadap tumbuhan tergantung pada intensitas dan frekuensi medan
magnet yang diberikan, jenis tanaman yang dimagnetisasi, dan lama waktu
magnetisasi (Saragih dan Silaban, 2010).
Penelitian lain oleh Agustrina dan Roniyus (2009), membuktikan bahwa
interaksi perlakuan arah medan magnet 0,1 mT dan lama pemaparannya
selama 2-5 minggu mempengaruhi luas stomata dan diameter sel parenkim
serta lebar berkas pengangkut tanaman cocor bebek (Kalanchoe pinnata
Pers.). Penelitian pada benih padi (Oryza sativa L.) oleh Carbonell et al.
(2000) menunjukkan bahwa pemberian medan magnet 150 mT dan 250 mT
meningkatkan perkecambahan. Mousavizadeh et al. (2013) membuktikan
bahwa pemaparan medan magnet 125 mT dan 250 mT selama 12 jam dapat
meningkatkan persentase germinasi benih selada (Lactuca sativa var.
longifolia) juga panjang akar, berat basah serta berat kering, dan aktivitas
enzim peroksidase benih selada.
6
Berdasarkan paparan diatas, penelitian yang diajukan melalui proposal ini
adalah menguji pertumbuhan tomat dari benih lama dan baru yang dipapar
medan magnet dengan kuat medan magnet yang berbeda selama 7 menit 48
detik. Untuk medan magnet pada penelitian ini merujuk pada penelitan
Winandari (2011) yang menyatakan bahwa pada tanaman tomat, lama paparan
medan magnet 0,2 mT yang optimal untuk meningkatkan perkecambahan dan
pertumbuhan. Perlakuan paparan medan magnet 0,2 mT setelah 7 menit 48
detik pada benih tomat diketahui mampu mempengaruhi diameter serbuk sari,
jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman dan jumlah biji per buah
(Pertiwi, 2011).
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengaruh kuat paparan medan magnet terhadap pertumbuhan
generatif tomat yang berasal dari benih lama dan baru.
2. Mengetahui kuat medan magnet yang menghasilkan pertumbuhan
generatif tomat yang paling baik dari benih lama dan baru.
7
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan
pengetahuan mengenai pemanfaatan medan magnet terhadap benih tomat yang
berbeda umur penyimpanannya namun dapat menghasilkan tanaman tomat
yang tumbuh dengan baik dan mampu menghasilkan buah yang banyak.
1.4 Kerangka Pemikiran
Tomat bukanlah tanaman asli Indonesia melainkan tanaman yang berasal dari
Amerika Tengah. Tomat dapat dikategorikan sebagai buah jika dikonsumsi
secara langsung dan dikategorikan sebagai sayuran jika dimasak. Seiring
berkembangnya zaman, pemanfaatan tomat sudah sangat modern. Sangat
mudah dijumpai berbagai olahan makanan dimana tomat sebagai bahan
dasarnya. Dengan rasanya yang manis dan menyehatkan karena banyak
mengandung vitamin dan mineral, komoditas hortikultura tomat semakin
diminati oleh petani. Tetapi kondisi diatas tidak didukung dengan pengetahuan
yang cukup baik sehingga produksi tomat di Indonesia setiap tahunnya masih
jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti
Taiwan.
Ada banyak faktor yang menyebabkan rendahnya produksi tanaman tomat,
Salah satunya adalah benih. Jika secara genetis benih yang digunakan tidak
8
termasuk benih yang baik maka tanaman tomat tidak akan sesuai seperti yang
diharapkan. Selain faktor genetik, faktor lingkungan pun memegang andil
besar, tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang memerlukan suplai
sinar matahari yang cukup. Petani tomat biasanya menggunakan benih tomat
baru, yaitu benih yang mutunya masih dalam keadaan baik dan baru dipanen.
Jika benih tomat yang digunakan sudah melewati masa tanamnya atau expired
maka benih tomat tersebut tidak dapat lagi ditanam. Dengan kata lain, benih
yang expired adalah benih tomat lama yang mutunya, baik secara fisik
maupun fisiologis tidak bagus dan dengan vigor yang sudah rendah.
Penelitian pemaparan medan magnet sebagai salah satu faktor lingkungan
yang digunakan untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman tomat. Dari berbagai penelitian, terbukti bahwa medan magnet dapat
memberikan dampak positif terhadap aktivitas metabolisme sel tumbuhan. Sel
yang terpapar medan magnet menunjukkan peningkatan reaksi-reaksi
biokimia. Medan magnet dapat mengubah laju pergerakan elektron-elektron
dalam sel tumbuhan yang kemudian berdampak positif terhadap berbagai
proses metabolisme sel dan memberikan hasil yang lebih baik. Perlakuan
medan magnet terhadap benih tomat yang sebelumnya direndam air
menyebabkan proses perkecambahan yang lebih cepat dibandingkan dengan
benih yang tidak diberi paparan medan magnet. Medan magnet diketahui
menyebabkan pecahnya ikatan hidrogen pada molekul-molekul air sehingga
molekul-molekul air lebih mudah diserap oleh sel-sel biji, dan proses
perkecambahan pun berlangsung menjadi lebih cepat.
9
Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pemaparan medan magnet pada
benih tomat lama dan baru dengan kuat paparan yang berbeda-beda, yaitu 0,1
mT, 0,2 mT dan 0,3 mT untuk membandingkan pada kuat paparan berapa
yang akan menunjukkan hasil paling signifikan dan memberikan dampak
positif bagi pertumbuhan tanaman tomat.
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu :
1. medan magnet dapat meningkatkan petumbuhan generatif tomat dari benih
lama dan benih baru.
2. medan magnet 0,2 mT menghasilkan produksi generatif yang paling baik
pada pertumbuhan tanaman tomat dari benih lama maupun baru.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)
2.1.1 Sistematika Tanaman Tomat
Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan sayuran buah yang tergolong
tanaman semusim dan masuk kedalam suku solanaceae dan kelas
Dicotyledonnae (berkeping dua). Selain untuk dikonsumsi dalam bentuk segar
dan bumbu masakan, buah tanaman tomat juga dapat diolah lebih lanjut
sebagai bahan baku industri untuk pembuatan saus tomat dan sari buah
(Mutiaticum et al., 2002).
Tanaman tomat (Lycopersium escuslentum Mill.) adalah tumbuhan setahun,
berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan tanaman
berbunga (angiospermae). Menurut ahli botani secara lengkap tanaman tomat
diklasifikasikan sebegai berikut :
11
Kingdom
Divisi
Class
Ordo
Famili
Marga
Spesies
:
:
:
:
:
:
:
Plantae
Spermatophyta
Dicotyledoneae
Solanales
Solanaceae
Lycopersicum
Lycopersicum esculentum Mill. (Steenis, 1997).
Sebagai herba, tomat termasuk tumbuhan tegak atau bersandar pada tanaman
dan tingginya dapat mencapai 30-90 cm. Tomat mempunyai akar tunggang
yang tumbuh menembus tanah, namun percabangan dari akar tunggang
tersebut tumbuh menyebar ke arah samping.
Batang tomat berbentuk bulat, kasar, memiliki rambut halus (trikhoma) yang
dikelilingi oleh kelenjar. Batang memiliki sedikit percabangan. Warna batang
tomat hijau seperti batang tanaman sayuran lainnya. Batang tomat lunak
tetapi cukup kuat (Cahyono, 2008). Ruas bagian atas batang tomat mengalami
penebalan, dan pada ruas bagian bawah tumbuh akar-akar pendek. Jika tidak
dilakukan pemangkasan, tomat akan memiliki percabangan yang banyak yang
menyebar secara merata.
Daun tanaman tomat merupakan daun majemuk yang berbentuk oval dengan
tulang daun menyirip dan berjumlah gasal. Duduk daun berselang-seling
terdapat trikhoma pada helaian dan tangkai daunnya. Daun tomat umumnya
12
lebar-lebar. Panjang daun antara 20-30 cm dan lebar daun sekitar 15-20 cm.
Daun biasanya tumbuh dekat ujung dahan (cabang). Tangkai daun tanaman
tomat berbentuk bulat dengan panjang tangkai sekitar 7-10 cm dan tebalnya
antara 0,3-0,5 cm (Rukmana, 1994). Jika ditinjau dari jumlah daunnya, maka
daun tanaman tomat termasuk daun majemuk ganjil yang berjumlah 3-6 daun
(Cahyono, 2008)
Bunga tanaman tomat berukuran kecil dengan diameter 2 cm, berwarna putih.
Bunga tomat memiliki 5 buah kelopak berwarna hijau dan memiliki trikhoma.
Benang sari berjumlah 6, kepala putik berwarna sama dengan mahkota bunga,
yakni kuning cerah (Gambar 1). Mahkota bunga berjumlah 5 buah berwarna
kuning. Bunga tomat tumbuh dari batang (cabang) yang masih muda
(Pracaya,1998). Sebagai bunga sempurna, benang sari dan putik sebagai alat
perkembangbiakannya terdapat dalam satu bunga sehingga bisa melakukan
penyerbukan sendiri walaupun bisa saja terjadi penyerbukan silang
(Wiryanta, 2004).
Gambar 1. Struktur Bunga Tomat (Tanksley, 2004).
13
Bentuk buah tomat beragam dari yang berbentuk bulat, agak bulat, hingga
oval dengan ukuran buah yang beragam pula tergantung varietasnya. Buah
tomat berwarna hijau saat masih muda dan menjadi merah saat sudah matang
atau tua (Cahyono, 2008). Trisnawaty dan Setiawan (1993) mengatakan
bahwa buah tomat yang masih muda biasanya terasa getir dan berbau tidak
enak karena mengandung lycopersicin yang berupa lendir. Ketika buahnya
semakin matang, lycopersicin lambat laun akan hilang dengan sendirinya.
Sehingga rasanya pun jadi enak, asam-asam manis.
Jones (2008) menjelaskan bahwa bagian-bagian buah tomat meliputi
eksocarp, mesocarp, dan endocarp (Gambar 2). Eksocarp adalah lapisan
terluar dari buah tomat. Pada bagian eksocarp terdiri dari dinding pericarp
dan kulit buah. Pericarp meliputi dinding luar dan dinding radial (septa) yang
memisahkan rongga lokula. Mesocarp adalah lapisan dalam berupa selaput
terdiri dari parenkim dengan ikatan pembuluh (jaringan tertutup) dan lapisan
bersel tunggal yaitu lokula. Endocarp adalah lapisan paling dalam terdiri dari
biji, plasenta, dan columella.
Gambar 2. Bagian Buah Tomat (Jones, 2008).
14
Buah tomat berbiji banyak, bijinya lunak berwarna putih kekuning-kuningan
yang tersusun secara berkelompok dan dibatasi oleh daging buah. Biji lunak
dari tanaman tomat yang telah matang akan saling melekat karena adanya
lendir pada ruang-ruang tempat biji tersusun. Daging buah tomat lunak agak
keras, berwarna merah apabila sudah matang dan mengandung banyak air.
Buah tomat juga memiliki kulit yang sangat tipis dan dapat dikelupas bila
sudah matang. Namun, buah tomat tidak harus dikelupas kulitnya terlebih
dahulu apabila hendak dimakan (Tugiono, 2005).
2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Tomat
Terdapat banyak hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan
pertumbuhan tomat yang optimal. Salah satunya adalah kadar keasaman (pH)
tanah antara 6,5-7,2. Suhu terbaik untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah
23°C pada siang hari dan 17°C pada malam hari. Suhu yang terlalu tinggi
akan menghambat perkembangan daun. Wiryanta (2004) menyatakan bahwa
suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih tomat adalah 25-30°C,
sedangkan suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 24-28°C.
Untuk kelembaban relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman tomat
adalah 80%. Namun pada musim hujan, kelembaban akan meningkat
sehingga resiko terserang bakteri dan cendawan cenderung tinggi.
15
Pembentukan buah sangat ditentukan oleh faktor suhu malam hari.
Pengalaman di berbagai negara membuktikan bahwa suhu yang terlalu tinggi
di waktu malam menyebabkan tanaman tomat tidak dapat membentuk bunga
sama sekali (Tugiono, 2005).
Tanaman tomat membutuhkan sinar matahari penuh sepanjang hari untuk
produksi yang melimpah, tetapi sinar matahari yang terik juga tidak baik
untuk tanaman tomat. Musim kemarau yang terik dengan angin yang kencang
akan menghambat pertumbuhan bunga karena bunga akan mengering dan
berguguran sebelum berkembang menjadi buah.
Tomat tahan terhadap kekeringan, tetapi tomat tidak dapat tumbuh subur
dalam keadaan yang kering tanpa pengairan. Penyiraman atau pengairan
diperlukan untuk memepertahankan pertumbuhan tomat yang baik dan
produksinya stabil (Rismunandar, 2001). Intensitas cahaya matahari yang
ideal, suplai air yang cukup, dan ketersediaan CO2 terpenuhi, sangat
mendukung proses fotosintesis yang optimal dan memberikan hasil yang
diharapkan.
Fotosintesis atau asimilasi zat karbon didefinisikan sebagai proses
pengubahan zat-zat anorganik H2O dan CO2 menjadi zat organik karbohidrat
dengan bantuan klorofil (Dwijoseputro, 1994). Menurut Ai dan Banyo (2011)
fotosintesis adalah proses biokimia pada tumbuhan hijau untuk menghasilkan
makanan yang tersimpan dalam bentuk karbohidrat. Setelah kebutuhan utama
16
karbohidrat tanaman tercukupi, karbohidrat akan diubah menjadi protein,
lemak asam nukleat dan molekul organik lainnya.
2.1.3 Kandungan Nilai Gizi Pada Tanaman Tomat
Sejak dulu buah tomat sudah menjadi salah satu sumber vitamin yang
rasanya enak dan menyehatkan. Buah tomat sangat baik untuk mencegah
dan mengobati berbagai macam penyakit, seperti sariawan karena
kekurangan vitamin C, xeropthalmia pada mata karena kekurangan vitamin
A, bibir merah dan radang lidah karena kekurangan vitamin D. Zat klorin
yang ada di dalam buah tomat dapat merangsang fungsi hati lebih aktif
membersihkan zat-zat tidak berguna (Cahyono, 2008).
Sunarmani (2008) melaporkan bahwa Salah satu zat yang terkandung pada
buah tomat adalah likopen. Likopen memberikan warna merah pada buah
tomat yang sudah matang. Di dalam tubuh, likopen dapat melindungi dari
penyakit seperti kanker prostat serta penyakit jantung koroner. Kemampuan
likopen dalam meredam oksigen tunggal dua kali lebih baik daripada beta
karoten dan sepuluh kali lebih baik daripada alfa-tokoferol.
17
Tabel 1. Kandungan gizi dan kalori buah tomat per 100 gram bahan
makanan (Di Mascio et al., 1989)
No Jenis Zat Sari Air Tomat Tomat Muda `Tomatmatang
1 Kalori 15 23 202 Protein 1 2 13 Lemak 0,2 0,7 0,34 Karbohidrat 3,5 2,3 4,25 Vitamin A 600 320 15006 Vitamin B 0,05 0,07 0,067 Vitamin C 10 30 408 Kalsium 7 5 59 Fosfor 15 27 2610 Besi 0,4 0,5 0,511 Air 94 93 94
2.1.4 Benih Tanaman Tomat
Benih dapat diartikan sebagai hasil dari perkembangbiakan baik secara
generatif maupun vegetatif. Keberhasilan produksi tomat ditentukan oleh
kualitas awal pertumbuhannya, yaitu pertumbuhan biji atau benihnya
(Trisnawati dan Setiawan, 1993). Benih yang berkualitas biasanya
bersertifikat, Sertifikat benih dikeluarkan oleh badan pemulia tanaman dan
disahkan sebagai benih yang unggul. Permasalahan pada benih unggul
tanaman sayuran, termasuk tomat sampai saat ini belum sepenuhnya dapat
terselesaikan. Permasalahan tersebut meliputi penyediaan benih secara tepat
jumlah, jenis, mutu, kualitas, harga serta mudah didapat.
Purwati dan Khairunisa (2007) menyatakan suatu varietas tomat dikatakan
unggul jika memilki sifat-sifat yang dapat menunjang keberhasilan budidaya
18
tomat, diantaranya produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, tahan
terhadap cekaman lingkungan, serta dapat diterapkan untuk teknologi
budidaya yang efisisen. Benih yang unggul memiliki kekuatan daya tumbuh
(vigor) lebih dari 90%, dengan ketentuan :
1. Memiliki viabiltas yang berarti dapat mempertahankan kelangsungan
pertumbuhannya menjadi tanaman yang sehat (Yaitu mampu
berkecambah, tumbuh normal, produksi tinggi).
2. Memiliki kemurnian (Trueness seed) yaitu terbebas dari kotoran, biji atau
benih lain, serta terbebas dari hama penyakit (Kartasapoetra, 2003).
Benih dengan mutu tinggi sangat dibutuhkan karena untuk mendapatkan
produksi yang maksimal benih sangat memegang peranan penting. Mutu benih
dapat diketahui dari gambaran dan karakteristik benih tersebut secara
menyeluruh yang biasanya dapat dilihat pada label kemasan benih. Sutopo
(2002) menyatakan mutu benih mencakup :
1. Mutu Genetik
Mutu genetik, dapat dilihat dari tampilan benih murni dari varietas tertentu
yang menunjukkan identitas genetik tanaman induknya. Mutu Genetik
dapat dilihat dari keseragaman bentuk, warna, ciri-ciri, dan ukurannya.
2. Mutu Fisiologis
Tampilan mutu fisiologis ditunjukkan dengan kemampuan viabilitas benih
yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih, daya
simpannya, serta bebas dari kontaminasi hama dan penyakit (Sutopo,
2004).
19
3. Mutu Fisik
Mutu fisik adalah tampilan benih secara fisik antara lain, dari ukuran yang
homogen, tidak keriput, bersih dari campuran benih lain, campuran biji
gulma.
Benih tanaman industri dapat dikelompokkan menjadi benih ortodoks,
rekalsitran dan intermediet. Pengelompokan tersebut didasarkan atas
kepekaannya terhadap pengeringan suhu. Benih ortodoks relatif toleran
atau tahan terhadap pengeringan, benih rekalsitran peka terhadap
pengeringan, sedangkan benih intermediet berada diantara benih ortodoks
dan benih intermediet. Benih ortodoks pada umumnya dimiliki oleh
spesies- spesies tanaman setahun dua tahunan dengan ukuran benih yang
kecil. Benih tipe ini tahan terhadap pengeringan bahkan pada kadar air 5%
dan dapat disimpan pada suhu rendah (Hasanah, 1993).
Benih ortodoks adalah benih yang dapat disimpan pada suhu rendah dalam
jangka waktu yang lama, sedangkan benih rekalsitran adalah benih yang
hanya dapat disimpan dalam jangka waktu yang singkat. Ada beberapa
jenis benih rekalsitran yang bahkan hanya memiliki daya simpan beberapa
hari, sehingga penurunan viabilitasnya terjadi begitu cepat.
Benih tomat bermasuk ke dalam kelompok benih ortodoks yang dicirikan
dengan sifatnya yang bisa dikeringkan tanpa mengalami kerusakan.
Viabilitas biji ortodoks tidak mengalami penurunan yang berarti dengan
20
penurunan kadar air hingga dibawah 20%, sehingga biji tipe ini bisa
disimpan dalam kadar air yang rendah (Kamil, 1987).
Umur simpan benih sangat dipengaruhi oleh sifat benih, kondisi
lingkungan, dan perlakuan manusia. Berapa lama benih dapat disimpan
sangat bergantung pada kondisi benih dan lingkungannya sendiri
(Schmidt, 2000). Pada umumnya, semakin lama benih disimpan maka
viabilitasnya akan semakin menurun. Mundurnya viabilitas benih
merupakan proses yang berjalan bertahap dan kumulatif akibat perubahan
yang terjadi pada benih (Widodo, 1991).
Sifat kemunduran ini tidak dapat dicegah dan tidak dapat balik atau
diperbaiki secara sempurna. Laju kemunduran mutu benih dapat diperkecil
dengan melakukan penanganan dan pengolahan, penyimpanan, serta
pendistribusian benih secara baik. Tujuan utama penyimpanan benih yaitu
untuk menjamin persediaan benih yang bermutu untuk ditanam pada
musim berikutnya. Penurunan daya simpan ini dikaitkan dengan kegagalan
dalam penyelesaian proses pemasakan antara lain pertumbuhan embrio
yang kurang sempurna dan kurangnya perlindungan terhadap pengeringan.
Lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap daya simpan benih baik
lingkungan sebelum penyimpanan maupun setelah penyimpanan (Sutopo,
2004).
21
2.2 Medan Magnet
Asal kata magnet diduga dari kata magnesia yaitu nama suatu daerah di Asia
kecil. Sekitar 4.000 tahun yang lalu di daerah tersebut ditemukan sejenis batu
yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja atau campuran logam
lainnya dan kemudian benda tersebut disebut magnet (Suryatin, 2008).
Kemudian sekitar 2000 tahun yang lalu, bangsa Yunani menemukan sejenis
batuan tertentu (sekarang disebut magnetit) yang dapat menarik potongan
besi. Pada tahun 1269, Pierre de Maricourt menemukan bahwa jarum yang
diletakkan di berbagai posisi sekitar magnet alami yang berbentuk bola
mengarahkan dirinya sendiri menurut garis-garis yang melewati tepi yang
bersebrangan pada bola tersebut. Ia menyebut titik-titik ini sebagai kutub
magnet. Setelah itu banyak hasil percobaan yang membuktikan bahwa setiap
magnet bagaimanapun bentuknya selalu memiliki dua kutub, yaitu kutub
utara dan selatan. Pada kutub-kutub inilah medan magnet memancarkan gaya
magnetik yang paling besar. Bila kutub magnet berdekatan maka akan timbul
gaya saling tolak-menolak dan jika yang berdekatan adalah kutub-kutub yang
tidak sejenis maka akan terbentuk gaya saling tarik-menarik (Tipler, 2001).
Pada tahun 1600, William Gilbert membuktikan bahwa bumi merupakan
magnet alami dengan kutub-kutub magnetnya yang berada di dekat kutub
utara dan selatan (Tipler, 2001). Medan magnetik bumi memiliki orde sebesar
10-4 Tesla atau 1 G. Tesla adalah satuan SI yang digunakan dalam medan
22
magnet. Tesla diambil dari Nikola Tesla (1857-1943), seorang ilmuwan
keturunan Amerika-Serbia dan seorang penemu (Young dan Freedman,
2003).
Medan magnet ialah suatu daerah yang masih dikenai oleh pengaruh gaya
magnet. Semakin jauh letak suatu benda dari magnet, semakin kecil pengaruh
gaya magnet pada benda tersebut. Jadi besarnya gaya magnet yang
mempengaruhi suatu benda adalah berbanding terbalik dengan kuadrat dari
jaraknya. Adanya medan magnet yang dipancarkan oleh magnet di
deskripsikan dengan garis gaya. Semakin rapat garis gaya yang terbentuk
berarti semakin besar medan magnetnya (Daryanto, 2004).
Bahan magnetik adalah suatu bahan yang memiliki sifat kemagnetan dalam
komponen pembentuknya. Menurut sifatnya terhadap adanya pengaruh
kemagnetan, bahan magnet ini dapat digolongkan menjadi 5 yaitu bahan
diamagnetik, bahan paramagnetik, bahan ferromagnetik, bahan anti
ferromagnetik, dan bahan ferrimagnetik (Jiles, 1998).
Ferromagnetik memiliki magnetisasi yang tinggi sehingga dapat menarik
besi, baja, nikel, kobalt dan berbagai logam campuran yang lain dengan
sangat kuat. Pada bahan ferromagnetik banyak spin elektron yang tidak
berpasangan. Setiap spin elektron yang tidak berpasangan akan memberikan
medan magnetik, sehingga total medan magnetik yang dihasilkan oleh suatu
atom lebih besar. Semakin banyak spin elektron yang tidak berpasangan,
23
maka proses magnetisasi akan semakin kuat. Jika dibandingkan dengan
paramagnetik dan diamagnetik, maka bahan ferromagnetik menunjukkan efek
magnetik yang lebih kuat (Giancoli, 2001).
Paramagnetik memiliki magnetisasi yang lemah, pengaruhnya tidak sekuat
bahan dari ferromagnetik. Contoh nya adalah aluminium dan platina
(Soedojo, 1998). Sedangkan diamagnetik adalah benda yang tidak
dipengaruhi oleh magnet seperti bismut, tembaga dan emas (Ganawati, 2012).
Cheria (2009) menyatakan bahwa solenoida merupakan lilitan kawat yang
dibentuk secara spiral sehingga berbentuk silinder. Dalam ilmu fisika
dijelaskan bahwa setiap kawat konduktor yang dialiri oleh arus listrik akan
menimbulkan medan magnet di sekitar kawat tersebut. Sama halnya yang
terjadi ketika sebuah solenoida dialiri arus listrik maka akan menghasilkan
medan magnet. Arah medan magnet yang ditimbulkan tergantung pada arah
arus yang di alirkan. Arah medan magnet dapat ditentukan melalui kaidah
tangan kanan (Gambar 3). Medan magnet yang terdapat di dalam solenoida
merupakan penjumlahan vektor. Semakin banyak jumah lilitan maka semakin
banyak medan magnet yang ditimbulkan. Setiap solenoida menimbulkan
medan magnet ke lingkungan di sekitarnya (Alonso dan Finn, 1992).
24
Proses metabolisme dari suatu organisme dapat dipengaruhi oleh berbagai
hal. Salah satunya adalah medan magnet. Menurut Majd dan Shabrangi
(2009) benih yang dipapar medan magnet akan terjadi reaksi biokimia-
biofisika di dalam sitoplasma yang kemudian diekspresikan pada
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada saat proses perkecambahan
berlangsung, medan magnet mampu merubah sifat fisika dan sifat kimia air
(Morejon et al., 2007). Sifat fisika akan terlihat pada proses peningkatan
permeabilitas dinding membran biji terhadap air (Matwijczuk et al., 2012).
Sifat kimia air yang memiliki dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen
pada satu atom oksigen. Atom oksigen memiliki nilai keelektronegatifan yang
sangat besar, sedangkan atom hidrogen memiliki nilai keelektronegatifan
paling kecil. Hal ini akan menyebabkan sifat kepolaran air yang besar dan
adanya ikatan hidrogen antar molekul air (Achmad, 2004).
Perendaman benih tomat di air yang dipapar medan magnet sebelum
dilakukan penanaman akan membuat ikatan hidrogen pecah. Sehingga
molekul air akan bebas bergerak dan proses metabolisme jauh lebih cepat.
Gambar 3. Kaidah Tangan Kanan (Soedojo, 2000).
25
Metabolisme pada biji akan berlangsung lebih cepat karena enzim-enzim
perkecambahan dipacu oleh medan magnet (Campbell, 2003). Paparan kuat
medan magnet dapat meningkatkan kemampuan akar dalam menyerap unsur
hara makro maupun mikro (N, K, Ca, Mg, Fe, Mn dan Zn) pada tanaman
Kurma (Phoenix dactylifera) (Dhawi dan Al-Khayri, 2009)
Interaksi antara medan elektromagnetik luar dengan partikel-partikel yang
mengandung muatan listrik pada tanaman dapat mengakibatkan terserapnya
energi medan elektromagnetik. Energi tersebut akan diubah kedalam bentuk
senyawa kimia sehingga dapat mempercepat proses pertumbuhan tanaman
(Aladjadjiyan, 2003).
Saragih dan Silaban (2010) membuktikan bahwa kuat medan magnet sebesar
20 mT dengan waktu magnetisasi 30 menit meningkatkan laju
perkecambahan dan laju pertumbuhan kecambah kedelai (Glycine max).
Wulandari (2011) menyatakan bahwa pengaruh medan magnet terhadap
tanaman jagung (Zea mays) yang diberikan terhadap benih jagung akan
semakin besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jagung. Bagian benih
jagung yang memberikan pengaruh medan magnet paling tinggi yaitu daerah
titik tumbuh di mana akan terbentuk cikal bakal tumbuhan individu baru.
Penelitian oleh Agustrina (2008), membuktikan bahwa perlakuan kuat medan
magnet sebesar 165 A/m dapat meningkatkan laju perkecambahan
Leguminocea tetapi tidak diikuti dengan peningkatan laju perkecambahan
26
yang signifikan. Sementara itu, Agustrina dan Roniyus (2009), menyatakan
bahwa interaksi perlakuan arah medan magnet 0,1 mT dan lama
pemaparannya selama 2-5 minggu mempengaruhi luas stomata dan sel
parenkim serta lebar berkas pengangkut tanaman cocor bebek (Kalanchoe
pinnata Pers.). Winandari (2011), dalam penelitiannya membuktikan bahwa
pemaparan medan magnet 0,2 mT selama 7 menit 48 detik pada tanaman
tomat berpengaruh pada laju pertumbuhan tanaman tomat (Lycopersicum
esculentum Mill.), luas daun dan kandungan klorofil b pada daun menjadi
lebih baik. Sedangkan Pertiwi (2011), membuktikan bahwa pemaparan
medan magnet 0,2 mT selama 7 menit 48 detik dapat meningkatkan
produktivitas tanaman tomat. Penelitian yang telah dilakukan oleh Fahmi
(dalam Herawati, 2008) menunjukkan bahwa kuat medan megnet
memberikan pengaruh nyata terhadap indeks perkecambahan, lebar berkas
pengangkut, dan berat kering tanaman kacang kedelai yang berkaitan dengan
sifat air.
Listiana (2016) menyatakan fase vegetatif tanaman dimulai dari pertumbuhan
biji. Biji memiliki tiga bagian yaitu embrio, kulit biji dan endosperm
(Mulyani, 2006). Selanjutnya adalah fase generatif. Fase generatif tanaman
dimulai dari terbentuknya bunga. Bunga merupakan tunas reproduktif
(Syukur et al., 2015). Ovarium bunga akan berkembang menjadi buah yang
menjadi asimilat dari proses fotosintesis. Buah akan matang pada saat yang
bersamaan dengan selesainya masa perkembangan biji dan masa generatif
selesai (Wahyudi, 2012).
27
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada September tahun 2017 sampai Januari tahun
2018 di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian dan
Laboratorium Botani 1 Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
A. Alat-alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri diameter
10 cm, beaker glass 50 ml, erlenmeyer 50 ml, timbangan analitik, labu
semprot, pinset, gunting, nampan, kotak germinasi, kertas germinasi,
polybag ukuran 10 kg, bambu, tissue, stopwatch dan sumber medan
magnet selenoida.
28
B. Bahan-bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan adalah benih tomat lama dan benih tomat
baru (Lycopersicum esculentum Mill.) yang didapatkan dari toko
pertanian, tanah yang mengandung humus, aquadest, pupuk Nitrophoska
(NPK).
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Ada dua jenis
benih yang digunakan yaitu benih lama dan benih baru. Baik benih lama dan
benih baru akan mengalami perlakuan dengan menggunakan medan magnet
yang kekuatannya berbeda-beda. Lama pemaparan medan magnet selama 7
menit 48 detik dengan 4 taraf kekuatan medan magnet yaitu 0 mT
(Digunakan sebagai kontrol), 0,1 mT, 0,2 mT dan 0,3 mT. Untuk setiap
kombinasi perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali. Variabel yang
akan diukur yaitu kandungan klorofil, kandungan karbohidrat, kecepatan
berbunga per tanaman, jumlah bunga per tanaman, kecepatan pembentukan
buah per tanaman, jumlah buah pertanaman, berat buah per tanaman, dan
jumlah biji dalam setiap buah.
29
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :
a. Pemilihan Benih
Benih yang digunakan dalam penelitian ini benih yang berasal dari toko
pertanian di Kabupaten Tanggamus. Dalam penelitian ini digunakan 2 jenis
benih tomat dengan merk yang sama tetapi batas masa tanam yang berbeda,
yaitu benih tomat yang telah kadaluarsa pada tahun 2016, sebagai benih lama
dan benih tomat yang akan kadaluarsa pada tahun 2018, sebagai benih baru.
b. Perendaman Benih
Benih tomat masing-masing baru dan lama diletakkan pada 20 cawan petri
dengan diameter 10 cm, yang masing-masing berisi 20 butir benih. Jumlah
tersebut sudah mencakup benih yang akan digunakan sebagai benih cadangan
seandainya selama perkecambahan dan pertumbuhan tanaman tomat terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan. Sebelum direndam, setiap cawan petri diberi
label untuk memperbaruh dan menghindari kekeliruan. Setelah itu direndam
dengan air selama 15 menit (Gambar 4).
Gambar 4. Perendaman benih lama dan benih baru (Dokumentasi pribadi)
30
c. Perlakuan dengan Medan Magnet
Benih yang telah direndam selama 15 menit, diberi perlakuan paparan medan
magnet dengan taraf kuat medan magnet berbeda-beda tetapi dalam kurun
waktu yang sama yaitu 7 menit 48 detik (Gambar 5).
Gambar 5. Perlakuan benih lama dan benih baru dengan medan magnet
Kuat medan magnet yang digunakan yaitu 0 mT (Tidak dipapar medan
magnet), 0,1 mT, 0,2 mT, 0,3 mT. Sebelum medan magnet digunakan, maka
sebelumnya perlu dihitung dan diatur kuat arus nya. Kuat arus sebuah medan
magnet dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan : B
N
i
L
:
:
:
:
:
Besar Medan Magnet
Banyak Lilitan
Kuat Arus
Tinggi Selenoida
4 x 10-7
(Dokumentasi pribadi)
31
d. Penyemaian Benih Tomat
Benih yang telah diberi perlakuan ditumbuhkan dalam plastik polybag kecil,
berisi media tanam yang terdiri dari campuran tanah dan humus dengan
perbandingan 3:1 (Gambar 6). Benih disemai dalam plastik polybag selama
10 hari di greenhouse agar mendapatkan suplai sinar matahari yang cukup.
e. Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah tanah dan campuran pupuk organik
kompos yang telah ditambahkan dolomit dengan perbandingan 3:1 (3 untuk
tanah dan 1 untuk kompos). Media tanam dimasukkan kedalam polybag
berukuran 40x40 cm yang sebelumnya telah diberi label. Selanjutnya tanah
diberi dolomite sebanyak 1,6 gram per polybag seminggu sebelum bibit tomat
yang telah disemai dipindah ke polybag.
Gambar 6. Penyemaian benih lama dan benih baru (Dokumentasi pribadi)
32
f. Penanaman Tomat
Benih tomat yang sudah berkecambah dan berumur sekitar 10 hari, ditanam
pada media tanam dan diletakan di tempat yang terkena sinar matahari
langsung. Tata letak polybag dapat dilihat di Gambar 7. Setelah itu tanaman
tomat dilakukan pemeliharaan setiap hari.
Gambar 7. Tata letak polybag di lahan.
Keterangan:
SO
SN
M0
M0,1
M0,2
M0,3
:
:
:
:
:
:
Seed Old (Benih lama)
Seed New (Benih baru)
Benih tanpa pemaparan medan magnet
Benih dengan pemaparan medan magnet 0,1 mT selama 7 menit 48 detik
Benih dengan pemaparan medan magnet 0,2 mT selama 7 menit 48 detik
Benih dengan pemaparan medan magnet 0,3 mT selama 7 menit 48 detik
33
g. Pemeliharaan
1. Penyiraman
Tanaman tomat disiram sebanyak 2 kali setiap hari (Pagi dan sore) untuk
menjaga agar tanaman tomat tidak kekurangan air dan mati.
2. Penyulaman
Penyulaman dilakukan dengan mengganti bibit yang mati dengan bibit
yang baru. Bibit tersebut diambil dari bibit yang ditumbuhkan bersamaan
pada saat penyemaian. Sehingga jika proses penyulaman terjadi, tanaman
tomat tetap memiliki perlakuan yang sama.
3. Penyiangan
Penyiangan dilakukan apabila tumbuh gulma seperti rumput yang
mengganggu pertumbuhan tanaman tomat. Penyiangan sebaiknya
dilakukan 2 atau 3 kali agar nutrisi yang diserap oleh tanaman tomat tetap
maksimal. Penyiangan dilakukan setiap saat untuk menghindari gangguan
gulma.
4. Pemupukan
Pupuk NPK diberikan 4 kali selama pertumbuhan tanaman tomat dengan
cara ditugalkan pada setiap tanaman. Pemupukan dilakukan setiap 10 hari
sekali yaitu pada saat tanaman tomat berumur 10 hari, 20 hari, 30 hari dan
40 hari.
34
5. Pemasangan ajir
Pemasangan ajir dilakukan agar tanaman tomat tidak roboh. Ajir yang
digunakan terbuat dari bambu dengan tinggi 1-1,5 meter dan ditancapkan
sedalam 20-30 cm dengan jarak 10 cm dari tanaman. Pemasangan ajir
dilakukan setelah tinggi tanaman berkisar 10-15 cm. Ajir dipasang
menggunakan tali yang diikat dengan batang tomat.
3.5 Pengamatan Variabel Penelitian
Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :
a. Kandungan Karbohidrat
Analisis kandungan karbohidrat dilakukan menggunakan metode
Apriantono et al., (1989). Sebanyak 0,1 gram sampel daun tanaman
tomat dihaluskan dan dilarutkan dalam 10 ml aquadest lalu disaring
dengan menggunakan kertas saring. Kemudian ambil 1 ml sampel dan
tambahkan 2 ml aquadest dan 2 ml H2SO4 pekat dan larutan fenol 5% 1
ml kemudian kocok dan didiamkan beberapa menit. Pengukuran
kandungan karbohidrat sampel dengan menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 490 nm.
b. Kandungan Klorofil
0,1 gram daun tanaman tomat dihancurkan menggunakan mortal sampai
halus. Kemudian ditambahkan 10 ml larutan aseton 80% lalu saring
35
dengan kertas saring. Lalu diukur dengan menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 646 nm dan 663 nm. Jumlah klorofil a, klorofil
b, dan total klorofil per gram daun tomat dihitung menggunakan rumus
Whinterman dan De Most dalam Dahlia (2001).
c. Kecepatan Berbunga dan Jumlah bunga Per Tanaman
Umur awal berbunga tanaman tomat dihitung berdasarkan hari
munculnya bunga pertama setelah ditanam. Untuk penelitian ini,
kecepatan berbunga mulai diamati pada saat umur tomat mencapai 13
hari.
d. Kecepatan berbuah dan Jumlah Buah Per Tanaman
Bunga akan berkembang menjadi buah. Umur awal berbuah tanaman
tomat dihitung berdasarkan hari munculnya buah pertama setelah
ditanam. Untuk penelitian ini, jumlah buah akan mulai diamati pada saat
umur tomat mencapai 25 hari.
e. Berat Buah Per Tanaman
Seluruh buah yang telah dipanen dari masing-masing tanaman tomat
ditimbang. Dalam penelitian ini, panen buah dilakukan saat tanaman
tomat berumur 63 hari setelah tanam.
36
f. Diameter buah dan Jumlah Biji Per Buah
Dari seluruh buah yang dihasilkan, dipilih 10 buah terbesar untuk diukur
diameternya. Pengukuran menggunakan jangka sorong. Setelah itu dipilih
5 buah terbesar untuk perhitungan biji. Perhitungan biji tomat dilakukan
dengan cara mengeluarkan biji dari buahnya dan menghitung setiap biji
dengan manual dan dihitung jumlah rata-rata bijinya (Pertiwi, 2011).
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
dianalisis secara deskriptif komparatif dan didukung dengan foto. Sebelum
data dianalisis, dilakukan homogenisasi data dengan menggunakan uji
Barlett. Data kuantitatif dari masing-masing variabel dianalisis menggunakan
ANOVA (Analysis Of Variance) dan uji lanjut dengan Tukey’s pada taraf
nyata 5%.
V. KESIMPULAN
5.1 Simpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Benih lama yang dipapar medan magnet mengalami peningkatan
pertumbuhan generatif dan dapat menyusul pertumbuhan generatif
tanaman tomat dari benih baru. Pemaparan medan magnet berpengaruh
nyata terhadap kandungan klorofil total, kandungan karbohidrat dan
kecepatan berbunga.
2. Kuat medan magnet 0,2 mT memberikan hasil terbaik pada parameter
jumlah bunga, jumlah buah, berat buah dan diameter buah.
5.2 Saran
Disarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah
pemaparan medan magnet meningkatkan pertumbuhan generatif tanaman
tomat yang berasal dari benih lama namun penyimpanannya sudah lebih dari 2
tahun.
55
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Penerbit Andi. Jakarta.
Agustrina, R dan Roniyus. 2009. Pengaruh Arah Medan Magnet Terhadap
Anatomi Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata Pers.). Jurusan Biologi Fisika
FMIPA Universitas Lampung. Lampung.
Agustrina, R. 2008. Perkecambahan dan Pertumbuhan Kecambah Leguminoceae
Dibawah Pengaruh Medan Magnet. Prosiding Seminar Hasil Penelitian &
Pengabdian kepada Masyarakat. Universitas Lampung. Lampung.
Ai, N. S. dan Banyo. 2011. Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator
kekurangan air pada tanaman. Jurnal Ilmiah Sains. 11
Aladjadjiyan, Ana dan Ylieva, T. 2003. Influence of Stationary Magnetic Field on
the Early Stages of the Development of Tobacco Seeds (Nicotiana tabacum
L.). Journal Central European Agriculture.
Alexander, M.P. and S.D. Doijode. 1995. Electromagnetic field, a novel tool to
increase germination and seedling vigor of conserved onion (Allium cepa
L.) and rice (Oryza sativa L.) seeds with low viability. Plant Genetic
Resources Newsletter.104: 1-5 (c.f. Cab. Abst. 1996-1998).
Alonso, M dan Finn, E. J. 1992. Dasar-dasar Fisika Universitas Jilid 2. Erlangga.
Jakarta.
56
Apriantono et al. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB. Bogor
Cahyono, B. 2008. Tomat: Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Kanisius.
Yogyakarta.
Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchel, L.G. 2008. Biologi Edisi Kedelapan
Jilid 2. Alih bahasa Wulandari, D.T. Editor Hardani, W. dan Adhika, P.
Erlangga. Jakarta.
Campbell, Reece dan Mitchell. 2003. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Cheria. 2009. Pengaruh Pemajanan Elektromagnet Extremely Low
Frequency Secara Kontinu Terhadap Perubahan Siklus Entrus Mencit (Mus
Musculus L) Strain Swiss Webster. Program Studi Kedokteran Umum S1.
Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.
Criveanue, HR., Georgata. T. 2006. Influence of magnetic fields of variable
intensity on behaviour of some medicinal plants. Journal of Central
European Agricultura 7.
Dahlia MS, Lukiaty B, Kusumaputri SS. 2001. Petunjuk praktikum fisiologi
tumbuhan. Fakultas MIPA UM. Malang.
Daryanto. 2004. Pengetahuan Teknik Elektronika. BumiAksara. Jakarta.
Delouche J. C., H. W. Byrd, and J. D. Holmer. 1971. Predicting the Relative
Storability of Seed Lots. ISTA 16th. Congress Symposium.
57
De Souza, A., Garcia, D., Sueiro, L., Licea, L., and Porras, E. 2005. Pre-Sowing
Magnetic Treatment of Tomato Seeds Effects on The Growth and Yield of
Plants Cultivated Late in the Season. Spanish Journal of Agricultural
Research. Hal. 113-122.
Dhawi, F. And Al-Khayri. 2009. The Effect of Magentic Resonance Inaging on
Date Palm (Phoenix dactylifera L.) Elemental Composition. International
Journal of The Faculty of Agriculture and Biology.
Di Mascio, P., Kaiser, S. dan Sies, H. 1989. Lycopene as The Most Efficient
Biological Carotenoid Singlet Oxygen Quencher. Archives of Biochemistry
and Biophysics.
Dwijoseputro, D. 1994. Dasar–Dasar Ilmu Tanaman. Gramedia. Jakarta.
El Sayed, H. dan El Sayed, A. 2015. Impact of Magnetic Water Irrigation for
Improve the Growth, Chemical Composition and Yield Production of
Broad Bean (Vicia faba L.) Plant. Nature and Science.
Ganawati. 2012. Kemagnetan. Jakarta. Erlangga.
Giancoli, D. C. 1999. Fisika Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Erlangga. Jakarta.
Girindra, A. 1990. Biokimia 1. Cetakan ke-2. PT Gramedia. Jakarta.
Hasanah, M. 1993. Pengembangan Industri Benih Tanaman Industri. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat (BALITRO). Bogor.
Herawati, V. 2008. Fisiologi dan Anatomi Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata
Pers.) Di Sekitar Medan Magnet. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.
58
Himmah, Nasyiatul. 2017. Indeks Stomata, Kandungan Klorofil Dan Karbohidrat
Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill.) F1 Hasil Induksi Medan
Magnet Yang Diinfeksi Fusarium Oxysporum F.Sp. Lycopersici. (Skripsi).
Fmipa Universitas Lampung. Lampung.
Hodgkiss. 2011. About Light and Lighting. http://succulentplant.com/light.html.
Diakses pada tanggal 5 Februari 2018.
Iswari, R.S dan Yuniastuti, A. 2006. Biokimia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Jedlicka, J., Oleg, P., Stefan, A. 2014. Research of effect of low frequency
magnetic field on germiantion, growth and fruiting of field tomatoes. Acta
Horticulturae et Regiotecturae.
Jiles.D.1998. Introduction Ti magnetism and magnectic material, 2nd Ed.
Chapman and hall. London and NewYork.
Jones, B Jr. 2008. Tomato Plant Culture. In the field, Green house and Home
Garden.CRC Press. New York.
Kamil, Jurnalis. 1987. Teknologi Benih. Aksara Raya. Padang.
Kartahadimaja, et al. 2013. Pengaruh Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term)
terhadap Viabilitas dan Vigor Empat Galur Benih Inbred Jagung. Jurnal
Penelitian Pertanian Terapan Politeknik Negeri Lampung 13 (3).
Kartasapoetra A.G., 2003. Teknologi Benih : Pengolahan Benih dan Tuntunan
Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta.
Lakitan, B. 2004. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
59
Listiana, Ika. 2016. Pengaruh Medan Magnet 0,2 mT Terhadap Pertumbuhan
Generatif Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Yang Diinfeksi
Fusarium oxysporum. (Tesis). Fmipa Universitas Lampung. Lampung.
Majd dan Shabrangi. 2009. Effect of Magnetic Fields on Growth and Antioxidant
Systems in Agricultural Plants. PIERS Proceedings, Beijing, China.
Matwijczuk A., Kornarzynski, K., and Pietruszewski, S. 2012. Effect of Magnetic
Field on Seed Germination and Seedling Growth of Sun flower.
International Agrophysics. Lublin, Polandia.
Morejon, L.P., J.C. Castro Paloco., V, Abad., and A.P. Govea. 2007. Stimulation
of Pinus tropicalis m. Seeds by Magnetically Treated Water. International
Agrophysics. Cuba.
Mousavizadeh, et al. 2013. Germination Parameters and Peroxsidase Activity of
Lettuce Seed Under Stationary Magnetic Field.
Mulyani, E.S Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Kanisus. Yogyakarta.
Mutiaticum, D; Lestari, P; Alegatina. 2002. Analisis Residu Pestisida Piretrin
Dalam Tomat dan Selada Dari Beberapa Pasar di Jakarta. Media Litbang
Kesehatan Volume XII nomor 2 Tahun 2002.
Nastiti, E. 2016. Efektifitas Medan Magnet 0,2 mT Terhadap Resistensi Tanaman
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Yang Diinfeksi Fusarium sp. Tesis.
Universitas Lampung. Lampung.
Nur, A. M. dan Zaenudin. 1999. Perkembangan Buah dan Pemulihan
Pertumbuhan Kopi Robusta Akibat Cekaman Kekeringan. Pelita
Perkebunan.
60
Nurhayati, S. 2017. Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill.)
F1 Hasil Induksi Medan Magnet Yang Diinfeksi Fusarium Oxysporum
F.Sp. Lycopersici. Skripsi FMIPA Universitas Lampung.
Pertiwi, Ana. 2011. Pengaruh Lama Pemaparan Medan Magnet Terhadap
Produktivitas Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). (Skripsi).
FMIPA Universitas Lampung. Lampung.
Pracaya. 1998. Bertanam Tomat Dataran Rendah. Kanisius. Yogyakarta.
Pratiwi, S.A. 2009. Pengaruh Pemberian Jus Buah Tomat (Lycopersicon
esculentum Mill.) terhadap Perubahan Warna Gigi pada Proses Pemutihan
Gigi Secara In Vitro. Laporan Penelitian. Universitas Diponegoro,
Semarang (Abstr.).
Purwaningsih. 1999. Pengaruh Kondisi Ruang Simpan, Lama Penyimpanan dan
Invigorasi Terhadap Viabilitas Benih Tengkawang Tungkul (Shorea
stenoptera BURCK). Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Purwati, E. dan Khairunisa 2007. Budidaya Tomat Dataran Rendah. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Putih, Rida. 1994. Pengaruh Pemupukan P dan Pemangkasan Cabang Terhadap
Pertumbuhan dan Hash Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Jumal
StigmaVI (1).
Rismunandar, 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algensindo. Bandung.
Rochalska, M dan Orzeszko-Rywka, A. 2005. Magnetic field treatment improves
seed performance. Seed Science and Technology (33).
61
Rukmana, R. 1994. Tomat dan Cherry. Kanisius. Yogyakarta.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT. Gramedia. Jakarta.
Saragih, H., Tobing, J. , dan Silaban, O. 2010. Meningkatkan Laju Pertumbuhan
Kecambah Kedelai Dengan Berbantuan Medan Magnetik Statik. Prosiding
Seminar Nasional Fisika. Universitas Advent Indonesia. Bandung.
Schmidt. L., 2000. Pedoman Penanganan Benih Hutan Tropis dan Sub Tropis.
Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen
Kehutanan. Jakarta.
Small et al. 2012. Effect of Static Magnetic Fields on the Growth,
Photosynthesis and Ultrastructure of Chlorella kessleri Microalgae.
Bioelectromagnetics.
Soedojo, P. 2000. Azas-azas Ilmu Fisika. Penerbit Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Steenis, C. G. G. J. Van. 1997. Flora. Pradnya Paramita. Jakarta.
Supriati, Y dan E. Herlina. 2014. 15 Sayuran Organik Dalam Pot. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Surtinah, 2007. Kajian Tentang Hubungan Pertumbuhan Vegetatif Dengan
Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum, Mill) PS. Agronomi,
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Lancang Kuning, Vol. 4 No 1.
Suryatin, 2008. Efek Waktu Milling terhadap Karakteristik Sinter dari Magnet
Permanen Barium Heksaferrite. Prosiding pertemuan ilmiah. Tangerang
Selatan.
62
Sutedjo. 1992. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina aksara. Jakarta.
Sutopo L. 2004. Teknologi Benih. Rajawali Press. Jakarta.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih (Edisi Revisi). Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Suhartiningsih, S. Wartapa. 2010. Pengaruh Jenis Pupuk dan Tanaman Antagonis
Terhadap Hasil Cabe Rawit (Capsicum frutescens) Budidaya Vertikultur.
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 6(2).
Syukur, M., Saputra, H.E. dan Hermanto, R. 2015. Bertanam Tomat Di Musim
Hujan. Penebar swadaya. Jakarta.
Tanksley, SD. 2004. The genetic, developmental, and molecular bases of fruit size
and shape variation in tomato. Plant Cell. 16 Suppl:S181
Sunarmani. Tanti. 2008. Pengaruh Likopen dalam Standarisasi Konsentrat Buah
Tomat. Prosiding PPI Standarisasi. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pasca Panen.
Tipler, Paul A. 2001. Fisika jilid 2. Jakarta. Erlangga.
Trisnawati, Y dan A. I. Setiawan. 1997. Tomat, Pembudidayaan Secara Komersil.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Trisnawati, Yani dan Ade Iwan Setiawan. 1993. Tomat, Pembudidayaan Secara
Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tugiono. 2005. Tanaman Tomat. Agromedia Pustaka. Jakarta
63
Wahyudi. 2012. Bertanam Tomat Didalam Pot Dan Kebun Mini. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Ward et al. 1992. Effects Of Genotype And Environment On Seed Chlorophyll
Degradation During Ripening In Four Cultivars Of Oilseed Rape (Brassica
napus). Canadian Journal of Plant Science.
Wartapa, A., Effendi, Y., Dan Sukadi. 2009. Pengaturan Jumlah Cabang Utama
Dan Penjarangan Buah Terhadap Hasil Dan Mutu Benih Tomat Varietas
Kaliurang (Lycopersicum Esculentum Mill ). Jumal Ilmu-ilmu Pertanian.
Vol. 5. No. 2.
Wasonowati, C. 2011. Menigkatkan pertumbuhan tanaman tomat (Lycopersicum
esculentum Mill.) dengan sistem budidaya hidroponik. Agrovigor volume 4.
Widodo, W. 1991. Pemilihan Wadah Simpan dan Bahan Pencampur pada
Penyimpanan Benih Mahoni. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
Winandari, Ofi P., 2011. Perkecambahan dan Pertumbuhan Tomat ( Lycopersicum
esculentum Mill.) di bawah pengaruh Lama Pemaparan Medan Magnet yang
Berbeda.(Skripsi). FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Wiryanta, W. 2004. Bertanam Tomat. Agromedia. Yogyakarta.
Wulandari. 2011. Pengaruh Medan Magnet pada Biji Jagung (Zea mays L.)
terhadap Pertumbuhan. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Fisika Universitas
Jember. Jember.
Xu P et al. 2015. Virus Infection Improves Drought Tolerance. New Phytol;180.
Young & Freedman. 2003. Fisika Universitas Jilid I. Erlangga. Jakarta