Download - Pengaruh Infrastruktur terhadap PDRB
-
PENGARUH SEKTOR KONSTRUKSI TERHDAP PERTUMBUHAN PDRB
ANALISIS DATA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERIODE 2008-2012
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Statistik Produksi)
Dosen Pengampu: Andi Kurniawan, SST, M. Si.
Disusun oleh:
KELOMPOK 6
1. Irma Hermaniar (12.7190)
2. Mega Fajarwati Windra (12.7246)
3. Nur Fajar Kurniawan (12.7293)
4. Romulus Arjuna Nugraha Tambunan (12.7365)
5. Vicky Mei Yolanda (12.7414)
6. Wahidi Astuti (12.7417)
Tingkat III
Kelas 3SK5
Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
Jakarta 2015
-
KONSTRUKSI 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan merupakan hal fundamental yang perlu diperhatikan oleh setiap
Negara karena berkaitan erat dengan kesejahteraan penduduknya. Ketersediaan
bangunan-bangunan baik gedung, perumahan, perkantoran, dan fasilitas yang lengkap
mutlak diperlukan demi meningkatkan kesejahteraan penduduk. Selain dalam bentuk
bangunan, aksesibilitas menuju bangunan-bangunan tersebut juga perlu diperhatikan,
misalnya saja jalan dan jembatan.
Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi.
Ketidakcukupan infrastruktur merupakan salah satu kunci terjadinya hambatan bagi
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat (Ndulu, et. al., 2005). Penelitian Ramrez dan
Esfahani (1999) membuktikan bahwa infrastruktur mempunyai dampak kuat terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hasil studi ini mendukung apa yang ditemukan oleh Aschauer
(1989) bahwa infrastruktur secara statistik signifikan mempengaruhi output.
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan terbagi menjadi 34 propinsi.
Pembangunan yang terjadi pada tiap-tiap propinsi tidaklah sama, bahkan antar
propinsi dalam satu pulaupun terdapat perbedaan yang cukup besar. Berdasarkan data
dari BPS diketahui bahwa nilai konstruksi di Sulawesi Selatan dalam kurun waktu
2008-2012 sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan propinsi-propinsi di
sekitarnya.
Begitu pentingnya infrastruktur bagi pertumbuhan ekonomi serta besarnya
nilai konstruksi di provinsi Sulawesi Selatan pada kurun waktu 2008-2012
menyebabkan ketertarikan kami untuk melihat seberapa besar kondisi infrastruktur di
provinsi Sulawesi Selatan pada kurun waktu 2008-2012. Kami juga tertarik untuk
melihat bagaimana pengaruh sektor konstruksi terhadap PDRB karena dalam sektor
konstruksi tercover data mengenai infrastruktur sedangkan berdasarkan tren PDRB
dapat dilihat pertumbuhan ekonomi. Namun agar tidak terlalu luas sebagai batasannya
kami akan mengkaji mengenai perkembangan fasilitas kesehatan, jalan, listrik dan
pendidikan.
-
KONSTRUKSI 2
B. Rumusan Masalah
1. Sejauh mana kondisi infrastruktur di provinsi Sulawesi Selatan pada kurun waktu
2008-2012 ?
2. Bagaimana pengaruh sektor konstruksi terhadap PDRB ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi infrastruktur di provinsi Sulawesi Selatan pada kurun
waktu 2008-2012 ?
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sektor konstruksi terhadap PDRB
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui kondisi infrastruktur di provinsi Sulawesi Selatan pada kurun
waktu 2008-2012
2. Dapat mengetahui bagaimana pengaruh sektor konstruksi terhadap PDRB
-
KONSTRUKSI 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep dan Definisi
1. Fasilitas kesehatan
Berdasarkan Bab I Ketentuan Umum pasal 1 No. 14 Peraturan Presiden RI No.
12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, fasilitas kesehatan adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
2. Puskesmas
Menurut Depkes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kesehatan.
3. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta
dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah sakit juga
merupakan institusi yang dapat memberi keteladanan dalam budaya hidup bersih dan
sehat serta kebersihan lingkungan (Depkes RI. 2009).
4. Posyandu
Posyandu merupakan forum komunikasi, alih teknologi, dan pelayanan
kesehatan masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat, yang mempunyai nilai
strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Effendy, 1998)
-
KONSTRUKSI 4
5. Sekolah
Sekolah Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 20 (2003) Pasal 18,
tentang Pendidikan Nasional, sekolah adalah lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan jenjang pendidikan formal yang terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
6. Jalan
Berdasarkan UU RI No 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan
yang diundangkan setelah UU No 38 mendefinisikan jalan adalah seluruh bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
Lalu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel
dan jalan kabel. Dalam pemerintahan, pengelompokan jalan dimaksudkan untuk
mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan
pemerintah dan pemerintah daerah. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke
dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
a. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan
jalan strategis nasional, serta jalan tol.
b. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis
provinsi.
c. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten
dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten
dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum
dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan
strategis kabupaten.
d. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
-
KONSTRUKSI 5
pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta
menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
e. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan
dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
7. Listrik
Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam rangkaian
listrik. Satuan SI daya listrik adalah watt yang menyatakan banyaknya tenaga listrik
yang mengalir per satuan waktu (joule/detik).
B. Sumber Data
Penyusunan makalah ini menggunakan sumber data sekunder, yaitu berasal
dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 2013-2018. Berbagai indikator pencapaian pembangunan tersebut dikumpulkan
dari berbagai sumber seperti BPS Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, dan
sebagainya.
-
KONSTRUKSI 6
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif
a. Jalan
Prasarana jalan di Indonesia mempunyai peran yang vital dalam transportasi
nasional dengan melayani sekitar 92% angkutan penumpang dan 90% angkutan
barang pada jaringan jalan yang ada. Apabila prasarana jalan terus menerus
dikembangkan agar semakin handal, maka jalan akan menjadi salah satu faktor yang
memberikan pengaruh positif bagi pembangunan ekonomi. Tidak hanya ekonomi,
peran infrastruktur jalan juga memiliki pengaruh vital bagi akses di semua bidang,
misal pendidikan, kesehatan, mobilisasi masyarakat yang tentu saja akan
mempengaruhi kualitas masyarakatnya.
Di dalam Master Plan MP3EI, disebutkan secara eksplisit bahwa salah satu
ciri paling menonjol dari Pulau Sulawesi adalah kurang tersedianya dan belum
memadainya infrastruktur perekonomian seperti jalan, listrik, dan air. Akibatnya,
kegiatan ekonomi utama pertanian, sebagai kontributor PDRB terbesar (30 persen),
tumbuh dengan lambat, padahal kegiatan ekonomi utama ini menyerap sekitar 50
persen tenaga kerja.
Pulau Sulawesi sebagai wilayah yang sangat potensial di sektor pertanian
(pangan), perkebunan (kakao), perikanan, dan pertambangan (nikel dan migas).
Dalam konteks ini, pengembangan infrastruktur diperlukan untuk mendukung
pengembangan kegiatan utama produksi dan pengolahan sektor-sektor tersebut agar
dapat berperan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi di wilayah ini. Pengembangan
infrastruktur dimaksud bertumpu pada peningkatan konektivitas infrastruktur berupa
peningkatan akses jalan antara lahan pertanian, lokasi perkebunan, perikanan, dan
areal pertambangan dengan industri pengolahan, pelabuhan dan pusat perdagangan
regional maupun ekspor.
Tak terkecuali bagi Sulawesi Selatan, infrastruktur jalan juga menjadi hal yang
penting dalam menunjang kegiatan ekonomi karena jalan menghubungkan wilayah-
wilayah di provinsi tersebut ke pusat kegiatan dan pelayanan umum seperti rumah
-
KONSTRUKSI 7
sakit, sekolah, bandara, dan pelabuhan yang juga sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan.
Pembangunan transportasi jalan di Sulawesi Selatan mengalami peingkatan
dari tahun ke tahun yang ditunjukkan dengan bertambahnya kapasitas jaringan jalan
dari 24.307 km pada tahun 2008 menjadi 32.486 km pada tahun 2012.
Tabel 1. Proporsi Panjang Jaringan Jalan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2008-2012
Namun jika dilihat dari kondisinya, kerusakan jalan di Sulawesi Selatan
membutuhkan banyak perhatian karena kondisi rusak secara keseluruhan dari tahun
ke tahun tidak mengalami penurunan secara signifikan. Sedangkan pada tahun 2012
sendiri, proporsi kondisi rusak berat lebih dari 21 persen yang artinya infrastruktur
jalan di Sulawesi membutuhkan perbaikan khusus walaupun panjangnya meningkat
setiap tahun.
Tabel 2. Rasio panjang jalan terhadap luas wilayah dan jumlah penduduk menurut
provinsi di Pulau Sulawesi, 2011
Dapat dilihat dari rasio panjang jalan/luas wilayah bahwa Provinsi Sulawesi
Selatan memiliki rasio yang paling tinggi dibanding provinsi lain, dapat disimpulkan
bahwa provinsi tersebut memiliki peran penting dan membutuhkan kualitas baik agar
-
KONSTRUKSI 8
perekonomian dan aksesibilitas di wilayah tersebut dapat berjalan lancar, salah
satunya dengan memperbaiki kondisi jalan yang 20 persennya terhitung rusak berat.
b. Pendidikan
Tidak dipungkiri lagi bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam
pembangunan PDB suatu negara. Walaupun tidak secara langsung ikut menyumbang
nilai dalam PDB, namun melalui pendidikan tersebut kualitas sumber daya manusia di
suatu negara dibentuk. Jika kualitas pendidikannya rendah, maka sumber daya
manusianya juga belum bisa memberikan nilai tinggi pada PDB melalui kegiatan
yang dilakukan penduduknya.
Kualitas pendidikan tersebut salah satunya dapat dilihat dari jumlah layanan
pendidikan yang tersedia di suatu daerah. Berikut data mengenai jumlah infrastruktur
sekolah di provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 sampai tahun 2012.
Tabel 2. Jumlah Gedung Sekolah menurut Jenjang Pendidikan di Provinsi
Sulawesi Selatan tahun 2008-2012
Jenjang Pendidikan
Jumlah Gedung Sekolah
2008 2009 2010 2011 2012
SD/MI 6817 6871 6933 6957 6974
SMP/MTs 2000 2024 2103 2126 2137
SMA/MA/SMK 932 966 1003 1041 1148
Sumber : Sulawesi Selatan Dalam Angka Tahun 2013
-
KONSTRUKSI 9
Melalui data di atas dapat digambarkan grafik sebagai berikut.
Jumlah gedung sekolah di Provinsi Sulawesi mengalami penambahan setiap
tahun yang berarti infrastruktur pendidikan berkembang dengan baik. Namun
kondisinya ternyata tidak sebaik yang diperlihatkan grafik tersebut bila menilik lebih
jauh ke dalam kondisi tiap ruang kelas di setiap jenjang pendidikan.
Tabel 2. Sekolah Pendidikan SD/MI Kondisi Ruang Kelas Baik Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2008-2012
Laju peningkatan kondisi ruang kelas dalam kondisi baik dari tahun 2008
hanya sebesar 54 persen dan hanya menjadi 60 persen di tahun 2012 merupakan
pertumbuhan yang termasuk rendah dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Data
tersebut menunjukkan bahwa kondisi bangunan baik untuk sekolah dasar masih
minim, hal ini tentunya akan berpengaruh pada kualitas belajar murid.
Kondisi ruang kelas untuk jenjang pendidikan SMP/MTs menunjukkan angka
yang lebih tinggi jika dibadingkan jenjang sekolah pendidikan SD/MI, seperti
diperllihatkan pada tabel berikut.
0
2000
4000
6000
8000
2008 2009 2010 2011 2012
Gambar 1. Grafik Jumlah Gedung Sekolah menurut Jenjang Pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 2008-2012
SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK
-
KONSTRUKSI 10
Tabel 3. Sekolah Pendidikan SMP/MTs Kondisi Ruang Kelas Baik Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2008-2012
Kondisi ruang kelas baik untuk jenjang SMP/MTs pada tahun 2008-2012,
persentase untuk jumlah sekolah kondisi baik pada tahun 2008 sebesar 67.33% dan
pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 77.30%.
Sedangkan untuk kondisi bangunan baik jenjang SMA/SMK pada tahun 2008-
2012, persentase untuk jumlah sekolah kondisi baik pada tahun 2008 sebesar 60.00%
dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 75.00%.
Tabel 4. Sekolah Pendidikan SMA/SMK/MA Kondisi Bangunan Baik
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008-2012
Dari data infrastruktur pendidikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
walaupun jumlahnya naik dari tahun ke tahun, namun kualitas bangunannya masih
membutuhkan banyak perbaikan dan pembenahan agar kualitas penduduknya juga
dapat ditingkatkan.
c. Listrik
Pada tahun 2008 kebutuhan listrik masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan adalah
mencapai 2873 GWH yang persediaan listriknya dinilai masih mencukupi sehingga tidak
menjadi persoaalan yang berarti bagi pemerintah. Kebutuhan listrik terus meningkat setiap
tahunnya. Pada tahun 2012 kebutuhan listrik telah mencapai 3758 GWH. Hal tersebut sejalan
dengan persediaan listrik yang juga terus meningkat sebesar 3.304 GWH pada tahun 2008
meningkat menjadi 4.307 GWH tahun 2012. Kebutuhan listrik masih didominasi di tingkat
rumah tangga yang setiap tahunnya juga mengalami peningkatan dari 1.441 GWH tahun 2008
menjadi 1.803 GWH. Apabila dibandingkan antara kebutuhan dan ketersediaan listrik, terlihat
-
KONSTRUKSI 11
bahwa ketersediaan listrik masih surplus sebesar 549 GWH tahun 2012. Tentu hal ini peluang
untuk berinvestasi di bidang industri masih bisa kita kembangkan di Sulawesi Selatan.
Pengunaan listrik rumah tangga di Sulawesi Selatan belum sepenuhnya terpenuhi
sesuai jumlah rumah tangga yang ada. Untuk memenuhi kebutuhan listrik di tingkat rumah
tangga, Pemerintah Daerah masih berupaya mencari potensi sumber listrik, baik pembangkit
listrik tenaga air maupun pembangkit listrik lainnya. Pada tahun 2008 sebesar 88,53% rumah
tangga menggunakan fasilitas listrik, menigkat pada tahun 2009 menjadi 90,21%, meningkat
lagi pada tahun 2010 menjadi 92,49%, dan terus meningkat pada tahun 2011 menjadi 92,88%.
Hal ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah untuk memperbaiki sarana listrik dan mencari
potensi sumber listrik menuaikan hasil yang cukup memuaskan. Diharapkan kedepannya
untuk terus meningkat menjadi 100% rumah tangga di Provinsi Sulawesi Selatan menikmati
fasilitas listrik.
d. Fasilitas Kesehatan
Keberadaan posyandu merupakan upaya peningkatan kualitas kesehatan ibu, bayi,
dan balita. Berdasarkan data Dinas Kesehatan tahun 2008-2012 mewujudkan jumlah
posyandu dan jumlah balita di Provinsi Sulawesi Selatan relative meningkat . Pada tahun
2008, jumlah posyandu sebanyak 8.642 unit, meningkat menjadi 9.758 unit pada tahun 2012.
Sedangkan jumlah balita pada tahun 2008 sebanyak 677.611 jiwa, meningkat pada tahun
2012 sebanyak 733.764 jiwa. Rasio Posyandu persatuan Balita pada tahun 2008 adalah 78,41
dan 75,1 pada tahun 2012. Maksudnya adalah di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2008
setiap posyandu dapat melayani 78-79 balita. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan balita dan ibu cukup tinggi.
Pada tahun 2008 jumlah puskesmas dan poliklinik di Provinsi Sulawesi Selatan
adalah sebanyak 1582 unit. Jumlah tersebut terus meningkat hingga pada tahun 2012 jumlah
puskesmas dan poliklinik mencapai 2134 unit. Hal tersebut disebabkan oleh mulai meratanya
pembangunan fasilitas rumah sakit di wilayah-wilayah terpencil di Provinsi Sulawesi Tengah
dan telah banyak program pemerintah yang memberikan kemudahan dan keringanan
masyarakat golongan bawah untuk menikmati fasilitas rumah sakit. Rasio jumlah puskesmas
terhadap jumlah penduduk adalah 0,20 pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 0,26 pada
tahun 2012. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2008 setiap puskesmas atau
poliklinik rata-rata melayani 20 pasien, seiring dengan bertambahnya jumlah puskesmas dan
jumlah penduduk maka rata-rata pasien yang dilayani juga ikut meningkat menjadi 26 pasien
per puskesmas atau poliklinik.
Salah satu upaya pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan adalah dengan menyediakan sarana prasarana kesehatan yaitu Rumah Sakit. Pada
-
KONSTRUKSI 12
tahun 2008, jumlah rumah sakit adalah sebanyak 89 unit dan pada tahun 2012 jumlah rumah
sakit menjadi 95 unit. Hal tersebut disebabkan oleh pembangunan perekonomian di Provinsi
Sulawesi tengah semakin membaik dan kesadaran pemerintah untuk memeberikan hak
masyarakat untuk mendapatkan fasilitas kesehatan semakin tinggi. Sedangkan rasio rumah
sakit persatuan penduduk selama lima tahun terakhir (2008-2012) mengalami fluktuasi yang
rendah.
Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan pembangunan fasilitas kesehatan dapat
membawa dampak baik pada masyarakat. Perekonomian yang baik lahir dari masyarakat
yang sejahtera. Salah satu upaya mensejahterakan rakyat adalah memberikan fasilitas
kesehatan yang layak untuk semua.
B. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif dan verifikatif. Teknik analisis
yang digunakan adalah analisis kuantitatif deskriptif yaitu menggunakan pendekatan tabel, rasio/
persentase, sedangkan untuk menguji faktor- faktor infrastruktur yang berpengaruh terhadap pdrb
digunakan teknik analisis regresi linier sederhana dengan dua (2) variabel bebas, yaitu panjang
jalan dan (jumlah) infrastruktur kesehatan.
PDRB
(atas dasar harga berlaku) panjang jalan
Infrastruktur
kesehatan
2008 85143.19 24307.13 10313
2009 99954.59 24307.13 10835
2010 117862.21 32432 10966
2011 137519.77 32432 11184
2012 159859.93 32486.39 11987
Model regresi secara umum adalah:
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (Miliar Rupiah)
PJL = Panjang Jalan (Km)
-
KONSTRUKSI 13
IK = Infrastruktur Kesehatan (Unit)
Infrastruktur Kesehatan disini mencakup jumlah rumah sakit, jumlah posyandu, jumlah
puskesmas, poliklinik dan pustu.
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,978. Nilai ini
menggambarkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara variabel bebas terhadap variabel
tak bebasnya. Artinya, dapat dikatakan bahwa sebesar 97,8 % variasi dalam variabel Y
(PDRB) dapat dijelaskan oleh variabel X1 (PJL) dan X2 (IK), sisanya dijelaskan oleh variabel
lain di luar model.
Nilai R-square yang mendekati 1 juga menyatakan bahwa model regresi sudah cukup
baik/ tepat.
a. Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki nilai
residual yang terdistribusi secara normal atau dengan kata lain data dari
variabel yang diteliti tersebar secara normal. Hal tersebut dapat diketahui
dengan melihat penyebaran data pada grafik Normal P-P plot of Regression
Standardized Residual. Jika titik-titik menyebar di sekitar garis dan mengikuti
garis diagonal maka dapat disimpulkan nilai residual terdistribusi secara
normal.
-
KONSTRUKSI 14
Uji Homoskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan kondisi dimana varians tiap unsur
gangguan (ei) dari variabel yang menjelaskan (variabel bebas) tidak
menyatakan kesamaan atau penyebarannya tidak sama. Model regresi yang
baik memiliki sifat homoskedastisitas (varian yang sama). Asumsi varians
-
KONSTRUKSI 15
sama atau konstan terpenuhi jika plot antara ei dengan Xi menunjukkan pola
yang acak, atau plot antara ei dengan i menunjukkan pola acak.
Y cap e
83927.8243 1215.175689
101297.658 -1342.65815
123361.842 -5499.842
131050.499 6469.501458
160702.177 -842.177001
Dari grafik diatas diketahui bahwa plot antara error dengan i tersebar
acak, sehingga asumsi varians sama atau konstan terpenuhi.
Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota
serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. Sebuah model dapat
dikatakan baik apabila tidak memiliki autokorelasi. Pemeriksaan dengan
membuat plot antara et (residual pada waktu ke t) dengan waktu (t), atau
dengan statistik Durbin Watson.
0
50000
100000
150000
200000
-8000 -6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000 8000
PD
RB
error (ei)
Homoskedastisitas
-
KONSTRUKSI 16
Dari scatter plot dapat dilihat bahwa hubungan tahun dengan error
tersebar acak, sehingga tidak ada autokorelasi antar variabel-variabel bebas.
Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas adalah kondisi terdapatnya hubungan linier diantara
beberapa atau semua variabel yang menjelaskan (variabel bebas) dari model
regresi. Sebuah model yang baik tidak memiliki masalah multikolinieritas.
Multikolinieritas dapat dilihat dengan membandingkan nilai r2
antar variable
bebas satu sama lain dengan R2 (koefisien determinasi) dalam regresi, Atau
dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan atau nilai Tolerance.
Apabila nilai VIF kurang dari 10 dan atau nilai Tolerance lebih dari 0,1 maka
tidak terjadi multikolinieritas dalam model.
tahun e
2008 1215.17569
2009 -1342.6581
2010 -5499.842
2011 6469.50146
2012 -842.177
-8000
-6000
-4000
-2000
0
2000
4000
6000
8000
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013erro
r (e
i)
Tahun
Autokorelasi
e
-
KONSTRUKSI 17
Dengan membandingkan nilai r2 dengan R2,dari hasil SPSS diperoleh:
Regresi variable Jalan dan Kesehatan
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std.
Error of
the
Estimate
1 .735a .540 .386 3520.684
a. Predictors: (Constant), kesehatan
b. Dependent Variable: jalan
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai koefisien r2 yang
diperoleh bernilai lebih kecil dari pada nilai koefisien determinasi (R2).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
multikolinearitas pada model regresi.
Dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan atau nilai
Tolerance, dari SPSS diperoleh:
Dari nilai-nilai VIF diatas, semuanya kurang dari 10 dan nilai
tolerancenya lebih dari 0,1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model tidak
memiliki masalah multikolinieritas.
b. Uji Simultan (uji-F)
H0 : b1=b2=0 (PJL dan IK secara simultan tidak mempengaruhi PDRB)
H1 : minimal ada satu b0 (minimal ada satu var bebas yang berpengaruh terhadap
PDRB)
Tingkat signifikansi () : 5%
-
KONSTRUKSI 18
Wilayah Kritik : tolak H0 jika p-value (sig.) 0,05 atau F-hitung > 0,05
Berdasarkan tabel ANOVA di atas dimana nilai p-value nya 0,05, maka
keputusannya adalah tolak H0
Dapat disimpulkan bahwa kedua variabel bebas secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap variabel tidak bebas
c. Uji Parsial (uji- t)
H0 : bi = 0 , i =1,2 (Variabel Xj tidak mempengaruhi Y)
H1 : bi 0 (Variabel Xj signifikan mempengaruhi Y)
Tingkat signifikansi = 5%
Wilayah kritik : tolak H0 jika p-value(sig.) 0,05
Kesimpulan:
PJL tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB
IK berpengaruh signifikan terhadap PDRB
Persamaan Regresi :
Y = -335964,841 + 2,104 PJL + 35,688 IK
-
KONSTRUKSI 19
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Kondisi infrastruktur di Sulewesi Selatan pada 2008-2012 yang meliputi
fasilitas kesehatan, jalan, listrik dan pendidikan mengalami peningkatan.
2. Jumlah fasilitas kesehatan diiringi oleh pertumbuhan penduduk. Pertambahan
jumlah posyandu sesuai dengan pertambahan jumlah balita sehingga
kebutuhan posyandu telah terpenuhi. Sedangkan untuk rumah sakit, meskipun
jumlahnya meningkat, namun belum sesuai dengan pertumbuhan penduduk,
sehingga rasio rumah sakit terhadap penduduk semakin kecil.
3. Peningkatan panjang jalan belum diiringi dengan peningkatan kualitas jalan.
4. Kualitas ruang kelas di setiap jenjang pendidikan masil belum maksimal,
karena sekitar 20-30% nya belum memenuhi kondisi baik.
5. Ketersediaan listrik masih mencukupi kebutuhan. Rumah tangga pegguna
listrik meningkat dengan pesat dari 2008-2012.
6. Variabel jumlah fasilitas kesehatan dan panjang jalan berpengaruh positif
terhadap PDRB. Dimana variabel yang lebih signifikan adalah jumlah fasilitas
kesehatan.
B. Saran
1. Perlu adanya perhatian lebih atas fasilitas kesehatan dalam bentuk rumah sakit
dan fasilitas pendidikan karena keadaan pada tahun 2008-2012 masih belum
optimal.
2. Untuk fasilitas kesehatan berupa Posyandu dan Puskesmas serta instalasi
listrik, kinerjanya sudah baik dan sebaiknya dipertahankan atau bahkan
ditingkatkan.
-
KONSTRUKSI 20
DAFTAR PUSTAKA
Jejaring Perguruan Tinggi Kawasan Timur Indonesia. Pembangunan
Kawasan Timur Indonesia Dalam Konteks Kekinian Indonesia. 2014: P3KM
Unhas Press.
Ndulu, Benno., Kritzinger-van Niekerk and Reinikka. 2005. Infrastructure,
Regional Integration and Growth in Sub-Saharan Africa. The National,
Regional and International Challenges Fondad, The Hague, December 2005:
101121.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (Rpjmd) Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2018.
Ramrez, Mara Teresa and Salehi, Hadi. 1999. Infrastructure and
Economic Growth. Borradores de Economia, 123: 143.
covstatFIXED.pdf