pengaruh infrastruktur terhadap pdrb

21
PENGARUH SEKTOR KONSTRUKSI TERHDAP PERTUMBUHAN PDRB ANALISIS DATA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERIODE 2008-2012 (Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Statistik Produksi) Dosen Pengampu: Andi Kurniawan, SST, M. Si. Disusun oleh: KELOMPOK 6 1. Irma Hermaniar (12.7190) 2. Mega Fajarwati Windra (12.7246) 3. Nur Fajar Kurniawan (12.7293) 4. Romulus Arjuna Nugraha Tambunan (12.7365) 5. Vicky Mei Yolanda (12.7414) 6. Wahidi Astuti (12.7417) Tingkat III Kelas 3SK5 Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta 2015

Upload: irher

Post on 21-Nov-2015

77 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Pengaruh Infrastruktur terhadap PDRB 2008-2012

TRANSCRIPT

  • PENGARUH SEKTOR KONSTRUKSI TERHDAP PERTUMBUHAN PDRB

    ANALISIS DATA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERIODE 2008-2012

    (Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Statistik Produksi)

    Dosen Pengampu: Andi Kurniawan, SST, M. Si.

    Disusun oleh:

    KELOMPOK 6

    1. Irma Hermaniar (12.7190)

    2. Mega Fajarwati Windra (12.7246)

    3. Nur Fajar Kurniawan (12.7293)

    4. Romulus Arjuna Nugraha Tambunan (12.7365)

    5. Vicky Mei Yolanda (12.7414)

    6. Wahidi Astuti (12.7417)

    Tingkat III

    Kelas 3SK5

    Sekolah Tinggi Ilmu Statistik

    Jakarta 2015

  • KONSTRUKSI 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pembangunan merupakan hal fundamental yang perlu diperhatikan oleh setiap

    Negara karena berkaitan erat dengan kesejahteraan penduduknya. Ketersediaan

    bangunan-bangunan baik gedung, perumahan, perkantoran, dan fasilitas yang lengkap

    mutlak diperlukan demi meningkatkan kesejahteraan penduduk. Selain dalam bentuk

    bangunan, aksesibilitas menuju bangunan-bangunan tersebut juga perlu diperhatikan,

    misalnya saja jalan dan jembatan.

    Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi.

    Ketidakcukupan infrastruktur merupakan salah satu kunci terjadinya hambatan bagi

    pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat (Ndulu, et. al., 2005). Penelitian Ramrez dan

    Esfahani (1999) membuktikan bahwa infrastruktur mempunyai dampak kuat terhadap

    pertumbuhan ekonomi. Hasil studi ini mendukung apa yang ditemukan oleh Aschauer

    (1989) bahwa infrastruktur secara statistik signifikan mempengaruhi output.

    Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan terbagi menjadi 34 propinsi.

    Pembangunan yang terjadi pada tiap-tiap propinsi tidaklah sama, bahkan antar

    propinsi dalam satu pulaupun terdapat perbedaan yang cukup besar. Berdasarkan data

    dari BPS diketahui bahwa nilai konstruksi di Sulawesi Selatan dalam kurun waktu

    2008-2012 sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan propinsi-propinsi di

    sekitarnya.

    Begitu pentingnya infrastruktur bagi pertumbuhan ekonomi serta besarnya

    nilai konstruksi di provinsi Sulawesi Selatan pada kurun waktu 2008-2012

    menyebabkan ketertarikan kami untuk melihat seberapa besar kondisi infrastruktur di

    provinsi Sulawesi Selatan pada kurun waktu 2008-2012. Kami juga tertarik untuk

    melihat bagaimana pengaruh sektor konstruksi terhadap PDRB karena dalam sektor

    konstruksi tercover data mengenai infrastruktur sedangkan berdasarkan tren PDRB

    dapat dilihat pertumbuhan ekonomi. Namun agar tidak terlalu luas sebagai batasannya

    kami akan mengkaji mengenai perkembangan fasilitas kesehatan, jalan, listrik dan

    pendidikan.

  • KONSTRUKSI 2

    B. Rumusan Masalah

    1. Sejauh mana kondisi infrastruktur di provinsi Sulawesi Selatan pada kurun waktu

    2008-2012 ?

    2. Bagaimana pengaruh sektor konstruksi terhadap PDRB ?

    C. Tujuan

    1. Untuk mengetahui kondisi infrastruktur di provinsi Sulawesi Selatan pada kurun

    waktu 2008-2012 ?

    2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sektor konstruksi terhadap PDRB

    D. Manfaat

    1. Dapat mengetahui kondisi infrastruktur di provinsi Sulawesi Selatan pada kurun

    waktu 2008-2012

    2. Dapat mengetahui bagaimana pengaruh sektor konstruksi terhadap PDRB

  • KONSTRUKSI 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep dan Definisi

    1. Fasilitas kesehatan

    Berdasarkan Bab I Ketentuan Umum pasal 1 No. 14 Peraturan Presiden RI No.

    12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, fasilitas kesehatan adalah fasilitas

    pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan

    kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang

    dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

    2. Puskesmas

    Menurut Depkes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas

    Kesehatan Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

    pembangunan kesehatan di suatu wilayah kesehatan.

    3. Rumah Sakit

    Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

    kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan

    pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya

    peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta

    dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah sakit juga

    merupakan institusi yang dapat memberi keteladanan dalam budaya hidup bersih dan

    sehat serta kebersihan lingkungan (Depkes RI. 2009).

    4. Posyandu

    Posyandu merupakan forum komunikasi, alih teknologi, dan pelayanan

    kesehatan masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat, yang mempunyai nilai

    strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Effendy, 1998)

  • KONSTRUKSI 4

    5. Sekolah

    Sekolah Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 20 (2003) Pasal 18,

    tentang Pendidikan Nasional, sekolah adalah lembaga pendidikan yang

    menyelenggarakan jenjang pendidikan formal yang terdiri atas pendidikan dasar,

    pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

    6. Jalan

    Berdasarkan UU RI No 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan

    yang diundangkan setelah UU No 38 mendefinisikan jalan adalah seluruh bagian

    jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi

    Lalu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di

    bawah permukaaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel

    dan jalan kabel. Dalam pemerintahan, pengelompokan jalan dimaksudkan untuk

    mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan

    pemerintah dan pemerintah daerah. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke

    dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.

    a. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem

    jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan

    jalan strategis nasional, serta jalan tol.

    b. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan

    primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota

    kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis

    provinsi.

    c. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer

    yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten

    dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten

    dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum

    dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan

    strategis kabupaten.

    d. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang

    menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat

  • KONSTRUKSI 5

    pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta

    menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.

    e. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan

    dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

    7. Listrik

    Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam rangkaian

    listrik. Satuan SI daya listrik adalah watt yang menyatakan banyaknya tenaga listrik

    yang mengalir per satuan waktu (joule/detik).

    B. Sumber Data

    Penyusunan makalah ini menggunakan sumber data sekunder, yaitu berasal

    dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan

    tahun 2013-2018. Berbagai indikator pencapaian pembangunan tersebut dikumpulkan

    dari berbagai sumber seperti BPS Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Pekerjaan Umum

    Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, dan

    sebagainya.

  • KONSTRUKSI 6

    BAB III

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    A. Analisis Deskriptif

    a. Jalan

    Prasarana jalan di Indonesia mempunyai peran yang vital dalam transportasi

    nasional dengan melayani sekitar 92% angkutan penumpang dan 90% angkutan

    barang pada jaringan jalan yang ada. Apabila prasarana jalan terus menerus

    dikembangkan agar semakin handal, maka jalan akan menjadi salah satu faktor yang

    memberikan pengaruh positif bagi pembangunan ekonomi. Tidak hanya ekonomi,

    peran infrastruktur jalan juga memiliki pengaruh vital bagi akses di semua bidang,

    misal pendidikan, kesehatan, mobilisasi masyarakat yang tentu saja akan

    mempengaruhi kualitas masyarakatnya.

    Di dalam Master Plan MP3EI, disebutkan secara eksplisit bahwa salah satu

    ciri paling menonjol dari Pulau Sulawesi adalah kurang tersedianya dan belum

    memadainya infrastruktur perekonomian seperti jalan, listrik, dan air. Akibatnya,

    kegiatan ekonomi utama pertanian, sebagai kontributor PDRB terbesar (30 persen),

    tumbuh dengan lambat, padahal kegiatan ekonomi utama ini menyerap sekitar 50

    persen tenaga kerja.

    Pulau Sulawesi sebagai wilayah yang sangat potensial di sektor pertanian

    (pangan), perkebunan (kakao), perikanan, dan pertambangan (nikel dan migas).

    Dalam konteks ini, pengembangan infrastruktur diperlukan untuk mendukung

    pengembangan kegiatan utama produksi dan pengolahan sektor-sektor tersebut agar

    dapat berperan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi di wilayah ini. Pengembangan

    infrastruktur dimaksud bertumpu pada peningkatan konektivitas infrastruktur berupa

    peningkatan akses jalan antara lahan pertanian, lokasi perkebunan, perikanan, dan

    areal pertambangan dengan industri pengolahan, pelabuhan dan pusat perdagangan

    regional maupun ekspor.

    Tak terkecuali bagi Sulawesi Selatan, infrastruktur jalan juga menjadi hal yang

    penting dalam menunjang kegiatan ekonomi karena jalan menghubungkan wilayah-

    wilayah di provinsi tersebut ke pusat kegiatan dan pelayanan umum seperti rumah

  • KONSTRUKSI 7

    sakit, sekolah, bandara, dan pelabuhan yang juga sedang mengalami pertumbuhan dan

    perkembangan.

    Pembangunan transportasi jalan di Sulawesi Selatan mengalami peingkatan

    dari tahun ke tahun yang ditunjukkan dengan bertambahnya kapasitas jaringan jalan

    dari 24.307 km pada tahun 2008 menjadi 32.486 km pada tahun 2012.

    Tabel 1. Proporsi Panjang Jaringan Jalan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun

    2008-2012

    Namun jika dilihat dari kondisinya, kerusakan jalan di Sulawesi Selatan

    membutuhkan banyak perhatian karena kondisi rusak secara keseluruhan dari tahun

    ke tahun tidak mengalami penurunan secara signifikan. Sedangkan pada tahun 2012

    sendiri, proporsi kondisi rusak berat lebih dari 21 persen yang artinya infrastruktur

    jalan di Sulawesi membutuhkan perbaikan khusus walaupun panjangnya meningkat

    setiap tahun.

    Tabel 2. Rasio panjang jalan terhadap luas wilayah dan jumlah penduduk menurut

    provinsi di Pulau Sulawesi, 2011

    Dapat dilihat dari rasio panjang jalan/luas wilayah bahwa Provinsi Sulawesi

    Selatan memiliki rasio yang paling tinggi dibanding provinsi lain, dapat disimpulkan

    bahwa provinsi tersebut memiliki peran penting dan membutuhkan kualitas baik agar

  • KONSTRUKSI 8

    perekonomian dan aksesibilitas di wilayah tersebut dapat berjalan lancar, salah

    satunya dengan memperbaiki kondisi jalan yang 20 persennya terhitung rusak berat.

    b. Pendidikan

    Tidak dipungkiri lagi bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam

    pembangunan PDB suatu negara. Walaupun tidak secara langsung ikut menyumbang

    nilai dalam PDB, namun melalui pendidikan tersebut kualitas sumber daya manusia di

    suatu negara dibentuk. Jika kualitas pendidikannya rendah, maka sumber daya

    manusianya juga belum bisa memberikan nilai tinggi pada PDB melalui kegiatan

    yang dilakukan penduduknya.

    Kualitas pendidikan tersebut salah satunya dapat dilihat dari jumlah layanan

    pendidikan yang tersedia di suatu daerah. Berikut data mengenai jumlah infrastruktur

    sekolah di provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 sampai tahun 2012.

    Tabel 2. Jumlah Gedung Sekolah menurut Jenjang Pendidikan di Provinsi

    Sulawesi Selatan tahun 2008-2012

    Jenjang Pendidikan

    Jumlah Gedung Sekolah

    2008 2009 2010 2011 2012

    SD/MI 6817 6871 6933 6957 6974

    SMP/MTs 2000 2024 2103 2126 2137

    SMA/MA/SMK 932 966 1003 1041 1148

    Sumber : Sulawesi Selatan Dalam Angka Tahun 2013

  • KONSTRUKSI 9

    Melalui data di atas dapat digambarkan grafik sebagai berikut.

    Jumlah gedung sekolah di Provinsi Sulawesi mengalami penambahan setiap

    tahun yang berarti infrastruktur pendidikan berkembang dengan baik. Namun

    kondisinya ternyata tidak sebaik yang diperlihatkan grafik tersebut bila menilik lebih

    jauh ke dalam kondisi tiap ruang kelas di setiap jenjang pendidikan.

    Tabel 2. Sekolah Pendidikan SD/MI Kondisi Ruang Kelas Baik Provinsi

    Sulawesi Selatan Tahun 2008-2012

    Laju peningkatan kondisi ruang kelas dalam kondisi baik dari tahun 2008

    hanya sebesar 54 persen dan hanya menjadi 60 persen di tahun 2012 merupakan

    pertumbuhan yang termasuk rendah dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Data

    tersebut menunjukkan bahwa kondisi bangunan baik untuk sekolah dasar masih

    minim, hal ini tentunya akan berpengaruh pada kualitas belajar murid.

    Kondisi ruang kelas untuk jenjang pendidikan SMP/MTs menunjukkan angka

    yang lebih tinggi jika dibadingkan jenjang sekolah pendidikan SD/MI, seperti

    diperllihatkan pada tabel berikut.

    0

    2000

    4000

    6000

    8000

    2008 2009 2010 2011 2012

    Gambar 1. Grafik Jumlah Gedung Sekolah menurut Jenjang Pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan

    tahun 2008-2012

    SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK

  • KONSTRUKSI 10

    Tabel 3. Sekolah Pendidikan SMP/MTs Kondisi Ruang Kelas Baik Provinsi

    Sulawesi Selatan Tahun 2008-2012

    Kondisi ruang kelas baik untuk jenjang SMP/MTs pada tahun 2008-2012,

    persentase untuk jumlah sekolah kondisi baik pada tahun 2008 sebesar 67.33% dan

    pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 77.30%.

    Sedangkan untuk kondisi bangunan baik jenjang SMA/SMK pada tahun 2008-

    2012, persentase untuk jumlah sekolah kondisi baik pada tahun 2008 sebesar 60.00%

    dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 75.00%.

    Tabel 4. Sekolah Pendidikan SMA/SMK/MA Kondisi Bangunan Baik

    Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008-2012

    Dari data infrastruktur pendidikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

    walaupun jumlahnya naik dari tahun ke tahun, namun kualitas bangunannya masih

    membutuhkan banyak perbaikan dan pembenahan agar kualitas penduduknya juga

    dapat ditingkatkan.

    c. Listrik

    Pada tahun 2008 kebutuhan listrik masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan adalah

    mencapai 2873 GWH yang persediaan listriknya dinilai masih mencukupi sehingga tidak

    menjadi persoaalan yang berarti bagi pemerintah. Kebutuhan listrik terus meningkat setiap

    tahunnya. Pada tahun 2012 kebutuhan listrik telah mencapai 3758 GWH. Hal tersebut sejalan

    dengan persediaan listrik yang juga terus meningkat sebesar 3.304 GWH pada tahun 2008

    meningkat menjadi 4.307 GWH tahun 2012. Kebutuhan listrik masih didominasi di tingkat

    rumah tangga yang setiap tahunnya juga mengalami peningkatan dari 1.441 GWH tahun 2008

    menjadi 1.803 GWH. Apabila dibandingkan antara kebutuhan dan ketersediaan listrik, terlihat

  • KONSTRUKSI 11

    bahwa ketersediaan listrik masih surplus sebesar 549 GWH tahun 2012. Tentu hal ini peluang

    untuk berinvestasi di bidang industri masih bisa kita kembangkan di Sulawesi Selatan.

    Pengunaan listrik rumah tangga di Sulawesi Selatan belum sepenuhnya terpenuhi

    sesuai jumlah rumah tangga yang ada. Untuk memenuhi kebutuhan listrik di tingkat rumah

    tangga, Pemerintah Daerah masih berupaya mencari potensi sumber listrik, baik pembangkit

    listrik tenaga air maupun pembangkit listrik lainnya. Pada tahun 2008 sebesar 88,53% rumah

    tangga menggunakan fasilitas listrik, menigkat pada tahun 2009 menjadi 90,21%, meningkat

    lagi pada tahun 2010 menjadi 92,49%, dan terus meningkat pada tahun 2011 menjadi 92,88%.

    Hal ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah untuk memperbaiki sarana listrik dan mencari

    potensi sumber listrik menuaikan hasil yang cukup memuaskan. Diharapkan kedepannya

    untuk terus meningkat menjadi 100% rumah tangga di Provinsi Sulawesi Selatan menikmati

    fasilitas listrik.

    d. Fasilitas Kesehatan

    Keberadaan posyandu merupakan upaya peningkatan kualitas kesehatan ibu, bayi,

    dan balita. Berdasarkan data Dinas Kesehatan tahun 2008-2012 mewujudkan jumlah

    posyandu dan jumlah balita di Provinsi Sulawesi Selatan relative meningkat . Pada tahun

    2008, jumlah posyandu sebanyak 8.642 unit, meningkat menjadi 9.758 unit pada tahun 2012.

    Sedangkan jumlah balita pada tahun 2008 sebanyak 677.611 jiwa, meningkat pada tahun

    2012 sebanyak 733.764 jiwa. Rasio Posyandu persatuan Balita pada tahun 2008 adalah 78,41

    dan 75,1 pada tahun 2012. Maksudnya adalah di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2008

    setiap posyandu dapat melayani 78-79 balita. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesadaran

    masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan balita dan ibu cukup tinggi.

    Pada tahun 2008 jumlah puskesmas dan poliklinik di Provinsi Sulawesi Selatan

    adalah sebanyak 1582 unit. Jumlah tersebut terus meningkat hingga pada tahun 2012 jumlah

    puskesmas dan poliklinik mencapai 2134 unit. Hal tersebut disebabkan oleh mulai meratanya

    pembangunan fasilitas rumah sakit di wilayah-wilayah terpencil di Provinsi Sulawesi Tengah

    dan telah banyak program pemerintah yang memberikan kemudahan dan keringanan

    masyarakat golongan bawah untuk menikmati fasilitas rumah sakit. Rasio jumlah puskesmas

    terhadap jumlah penduduk adalah 0,20 pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 0,26 pada

    tahun 2012. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2008 setiap puskesmas atau

    poliklinik rata-rata melayani 20 pasien, seiring dengan bertambahnya jumlah puskesmas dan

    jumlah penduduk maka rata-rata pasien yang dilayani juga ikut meningkat menjadi 26 pasien

    per puskesmas atau poliklinik.

    Salah satu upaya pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam memberikan pelayanan

    kesehatan adalah dengan menyediakan sarana prasarana kesehatan yaitu Rumah Sakit. Pada

  • KONSTRUKSI 12

    tahun 2008, jumlah rumah sakit adalah sebanyak 89 unit dan pada tahun 2012 jumlah rumah

    sakit menjadi 95 unit. Hal tersebut disebabkan oleh pembangunan perekonomian di Provinsi

    Sulawesi tengah semakin membaik dan kesadaran pemerintah untuk memeberikan hak

    masyarakat untuk mendapatkan fasilitas kesehatan semakin tinggi. Sedangkan rasio rumah

    sakit persatuan penduduk selama lima tahun terakhir (2008-2012) mengalami fluktuasi yang

    rendah.

    Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan pembangunan fasilitas kesehatan dapat

    membawa dampak baik pada masyarakat. Perekonomian yang baik lahir dari masyarakat

    yang sejahtera. Salah satu upaya mensejahterakan rakyat adalah memberikan fasilitas

    kesehatan yang layak untuk semua.

    B. Metode Analisis

    Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif dan verifikatif. Teknik analisis

    yang digunakan adalah analisis kuantitatif deskriptif yaitu menggunakan pendekatan tabel, rasio/

    persentase, sedangkan untuk menguji faktor- faktor infrastruktur yang berpengaruh terhadap pdrb

    digunakan teknik analisis regresi linier sederhana dengan dua (2) variabel bebas, yaitu panjang

    jalan dan (jumlah) infrastruktur kesehatan.

    PDRB

    (atas dasar harga berlaku) panjang jalan

    Infrastruktur

    kesehatan

    2008 85143.19 24307.13 10313

    2009 99954.59 24307.13 10835

    2010 117862.21 32432 10966

    2011 137519.77 32432 11184

    2012 159859.93 32486.39 11987

    Model regresi secara umum adalah:

    PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (Miliar Rupiah)

    PJL = Panjang Jalan (Km)

  • KONSTRUKSI 13

    IK = Infrastruktur Kesehatan (Unit)

    Infrastruktur Kesehatan disini mencakup jumlah rumah sakit, jumlah posyandu, jumlah

    puskesmas, poliklinik dan pustu.

    Dari tabel di atas dapat dilihat nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,978. Nilai ini

    menggambarkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara variabel bebas terhadap variabel

    tak bebasnya. Artinya, dapat dikatakan bahwa sebesar 97,8 % variasi dalam variabel Y

    (PDRB) dapat dijelaskan oleh variabel X1 (PJL) dan X2 (IK), sisanya dijelaskan oleh variabel

    lain di luar model.

    Nilai R-square yang mendekati 1 juga menyatakan bahwa model regresi sudah cukup

    baik/ tepat.

    a. Uji Asumsi Klasik

    Uji Normalitas

    Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah nilai residual

    terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki nilai

    residual yang terdistribusi secara normal atau dengan kata lain data dari

    variabel yang diteliti tersebar secara normal. Hal tersebut dapat diketahui

    dengan melihat penyebaran data pada grafik Normal P-P plot of Regression

    Standardized Residual. Jika titik-titik menyebar di sekitar garis dan mengikuti

    garis diagonal maka dapat disimpulkan nilai residual terdistribusi secara

    normal.

  • KONSTRUKSI 14

    Uji Homoskedastisitas

    Heteroskedastisitas merupakan kondisi dimana varians tiap unsur

    gangguan (ei) dari variabel yang menjelaskan (variabel bebas) tidak

    menyatakan kesamaan atau penyebarannya tidak sama. Model regresi yang

    baik memiliki sifat homoskedastisitas (varian yang sama). Asumsi varians

  • KONSTRUKSI 15

    sama atau konstan terpenuhi jika plot antara ei dengan Xi menunjukkan pola

    yang acak, atau plot antara ei dengan i menunjukkan pola acak.

    Y cap e

    83927.8243 1215.175689

    101297.658 -1342.65815

    123361.842 -5499.842

    131050.499 6469.501458

    160702.177 -842.177001

    Dari grafik diatas diketahui bahwa plot antara error dengan i tersebar

    acak, sehingga asumsi varians sama atau konstan terpenuhi.

    Uji Autokorelasi

    Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota

    serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. Sebuah model dapat

    dikatakan baik apabila tidak memiliki autokorelasi. Pemeriksaan dengan

    membuat plot antara et (residual pada waktu ke t) dengan waktu (t), atau

    dengan statistik Durbin Watson.

    0

    50000

    100000

    150000

    200000

    -8000 -6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000 8000

    PD

    RB

    error (ei)

    Homoskedastisitas

  • KONSTRUKSI 16

    Dari scatter plot dapat dilihat bahwa hubungan tahun dengan error

    tersebar acak, sehingga tidak ada autokorelasi antar variabel-variabel bebas.

    Uji Multikolinearitas

    Multikolinieritas adalah kondisi terdapatnya hubungan linier diantara

    beberapa atau semua variabel yang menjelaskan (variabel bebas) dari model

    regresi. Sebuah model yang baik tidak memiliki masalah multikolinieritas.

    Multikolinieritas dapat dilihat dengan membandingkan nilai r2

    antar variable

    bebas satu sama lain dengan R2 (koefisien determinasi) dalam regresi, Atau

    dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan atau nilai Tolerance.

    Apabila nilai VIF kurang dari 10 dan atau nilai Tolerance lebih dari 0,1 maka

    tidak terjadi multikolinieritas dalam model.

    tahun e

    2008 1215.17569

    2009 -1342.6581

    2010 -5499.842

    2011 6469.50146

    2012 -842.177

    -8000

    -6000

    -4000

    -2000

    0

    2000

    4000

    6000

    8000

    2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013erro

    r (e

    i)

    Tahun

    Autokorelasi

    e

  • KONSTRUKSI 17

    Dengan membandingkan nilai r2 dengan R2,dari hasil SPSS diperoleh:

    Regresi variable Jalan dan Kesehatan

    Model Summaryb

    Model R

    R

    Square

    Adjusted

    R

    Square

    Std.

    Error of

    the

    Estimate

    1 .735a .540 .386 3520.684

    a. Predictors: (Constant), kesehatan

    b. Dependent Variable: jalan

    Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai koefisien r2 yang

    diperoleh bernilai lebih kecil dari pada nilai koefisien determinasi (R2).

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah

    multikolinearitas pada model regresi.

    Dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan atau nilai

    Tolerance, dari SPSS diperoleh:

    Dari nilai-nilai VIF diatas, semuanya kurang dari 10 dan nilai

    tolerancenya lebih dari 0,1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model tidak

    memiliki masalah multikolinieritas.

    b. Uji Simultan (uji-F)

    H0 : b1=b2=0 (PJL dan IK secara simultan tidak mempengaruhi PDRB)

    H1 : minimal ada satu b0 (minimal ada satu var bebas yang berpengaruh terhadap

    PDRB)

    Tingkat signifikansi () : 5%

  • KONSTRUKSI 18

    Wilayah Kritik : tolak H0 jika p-value (sig.) 0,05 atau F-hitung > 0,05

    Berdasarkan tabel ANOVA di atas dimana nilai p-value nya 0,05, maka

    keputusannya adalah tolak H0

    Dapat disimpulkan bahwa kedua variabel bebas secara simultan berpengaruh

    signifikan terhadap variabel tidak bebas

    c. Uji Parsial (uji- t)

    H0 : bi = 0 , i =1,2 (Variabel Xj tidak mempengaruhi Y)

    H1 : bi 0 (Variabel Xj signifikan mempengaruhi Y)

    Tingkat signifikansi = 5%

    Wilayah kritik : tolak H0 jika p-value(sig.) 0,05

    Kesimpulan:

    PJL tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB

    IK berpengaruh signifikan terhadap PDRB

    Persamaan Regresi :

    Y = -335964,841 + 2,104 PJL + 35,688 IK

  • KONSTRUKSI 19

    BAB IV

    PENUTUP

    A. Simpulan

    1. Kondisi infrastruktur di Sulewesi Selatan pada 2008-2012 yang meliputi

    fasilitas kesehatan, jalan, listrik dan pendidikan mengalami peningkatan.

    2. Jumlah fasilitas kesehatan diiringi oleh pertumbuhan penduduk. Pertambahan

    jumlah posyandu sesuai dengan pertambahan jumlah balita sehingga

    kebutuhan posyandu telah terpenuhi. Sedangkan untuk rumah sakit, meskipun

    jumlahnya meningkat, namun belum sesuai dengan pertumbuhan penduduk,

    sehingga rasio rumah sakit terhadap penduduk semakin kecil.

    3. Peningkatan panjang jalan belum diiringi dengan peningkatan kualitas jalan.

    4. Kualitas ruang kelas di setiap jenjang pendidikan masil belum maksimal,

    karena sekitar 20-30% nya belum memenuhi kondisi baik.

    5. Ketersediaan listrik masih mencukupi kebutuhan. Rumah tangga pegguna

    listrik meningkat dengan pesat dari 2008-2012.

    6. Variabel jumlah fasilitas kesehatan dan panjang jalan berpengaruh positif

    terhadap PDRB. Dimana variabel yang lebih signifikan adalah jumlah fasilitas

    kesehatan.

    B. Saran

    1. Perlu adanya perhatian lebih atas fasilitas kesehatan dalam bentuk rumah sakit

    dan fasilitas pendidikan karena keadaan pada tahun 2008-2012 masih belum

    optimal.

    2. Untuk fasilitas kesehatan berupa Posyandu dan Puskesmas serta instalasi

    listrik, kinerjanya sudah baik dan sebaiknya dipertahankan atau bahkan

    ditingkatkan.

  • KONSTRUKSI 20

    DAFTAR PUSTAKA

    Jejaring Perguruan Tinggi Kawasan Timur Indonesia. Pembangunan

    Kawasan Timur Indonesia Dalam Konteks Kekinian Indonesia. 2014: P3KM

    Unhas Press.

    Ndulu, Benno., Kritzinger-van Niekerk and Reinikka. 2005. Infrastructure,

    Regional Integration and Growth in Sub-Saharan Africa. The National,

    Regional and International Challenges Fondad, The Hague, December 2005:

    101121.

    Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Daerah (Rpjmd) Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013-2018.

    Ramrez, Mara Teresa and Salehi, Hadi. 1999. Infrastructure and

    Economic Growth. Borradores de Economia, 123: 143.

    covstatFIXED.pdf