Download - penerapan Total productive maintenace
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE UNTUK
PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI DENGAN
MEGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT
EFFECTIVENESS DI PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA III GUNUNG PARA
TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri
Oleh
HENRY JOY HUTAGAOL
080423056
PROGRAM PENDIDI KAN SARJANA E KSTENSI
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YESUS KRISTUS, atas
segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat melaksanakan dan
menyelesaikan penulisan Tugas Sarjana ini.
Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat akademis yang harus
diselesaikan setiap mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara. Adapun judul tugas sarjana ini adalah Penerapan
Total Productive Maintenance Untuk Meningkatan Efisiensi Produksi Dengan
Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness di PT. Perkebunan
Nusantara III Gunung Para.
Dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini Penulis menyadari bahwa
teradapat kekurangan-kekurangan dalam penyelesaiannya. Untuk itu dengan
tangan terbuka Penulis menerima saran dan kritikan untuk lebih sempurnanya
Tugas Sarjana ini.
Akhir kata Penulis mengharapkan semoga Tugas Sarjana ini bermanfaat
bagi pembaca sekalian. Semoga Tuhan memberkati kita semua. Terima Kasih.
Medan, Juli 2009
Henry Joy Hutagaol
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama dan yang utama penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan
YESUS KRISTUS karena atas kuasa Nya Tugas Sarjana ini dapat diselesaikan.
Dalam penulisan Tugas Sarjana ini Penulis juga banyak mendapatkan dotrongan
dan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak
yang telah memberikan bantuan, antara lain :
1. Teristimewa buat kedua orang tuaku yang tercinta Farel Efendy Hutagaol dan
Rosalina Eldini Siahaan yang selalu memberikan dukungan, Doa, nasehat, dan
materi yang sangat membantu dalam penyelesaian Tugas Sarjana.
2. Kedua sauadara saya Renaldy dan Artha Junita yang selalu memberi
dukungan kepada saya.
3. Bapak Ir. Nimpan S. Depari selaku Pembimbing I yang telah membimbing
Penulis dari awal sampai akhir penelitian dalam penulisan Tugas Sarjana ini.
4. Bapak Aulia Ishak ST,MT selaku Pembimbing II yang telah membimbing
Penulis dari awal sampai akhir penelitian dalam penulisan Tugas Sarjana ini.
5. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri yang
membantu mahsiswanya untuk menyelesaikan studinya
6. Bapak Ir. Zulaiden ST, yang telah meluangkan waktu untuk menerima dan
membantu selama melakukan penelitian dan juga seluruh staf dan karyawan
PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para.
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
7. Teman-temanku stambuk 2003 dan 2008, David, Wanjun, Melyana, Sri, Elly,
Wandy, Herman, Fahri, Hafis, Bobby, Acoel, Amek, Linggom, Aspri gank
dan The Gedoys Just Rock n Roll yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan Tugas Sarjana ini.
Semoga dengan adanya Tugas Sarjana ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan mohon
maaf yang sebesar-besarnya jika ada kekurangan maupun kesalahan dalam
penulisan Karya Akhir ini.
Medan, Juli 2009
Henry Joy Hutagaol
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
KATA PENGANTAR .................................................................... i
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xiii
I PENDAHULUAN.. I-1
1.1. Latar Belakang Permasalahan ....................................................... I-1
1.2. Pokok Permasalahan ..................................................................... I-1
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... I-2
1.4. Pembatasan Masalah ..................................................................... I-2
1.5. Asumsi-asumsi yang Digunakan ................................................... I-3
1.6. Sistematika Penulisan Karya Akhir ............................................... I-4
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................... II-1
2.1. Sejarah Perusahaan ...................................................................... II-1
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ..................................................... II-2
2.3. Lokasi Perusahaan ........................................................................ II-2
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
2.4. Daerah Pemasaran ....................................................................... II-2
2.5. Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan .................................... II-3
2.6. Proses Produksi ........................................................................... II-4
2.6.1. Standard Mutu Produk ....................................................... II-4
2.6.2. Bahan yang Digunakan ....................................................... II-6
2.6.2.1. Bahan Baku ............................................................ II-6
2.6.2.2. Bahan Tambahan .................................................... II-6
2.6.2.3. Bahan Penolong...................................................... II-7
2.6.3. Uraian Proses ...................................................................... II-7
2.7. Mesin dan Peralatan ..................................................................... II-11
2.7.1. Utilitas ............................................................................... II-11
2.7.2. Safety and Fire Protection ................................................. II-11
2.7.3. Waste Treatment ................................................................ II-13
2.8. Struktur Organisasi Perusahaan .................................................... II-13
2.9. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab .............................................. II-16
2.10. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja .......................................... II-16
2.10.1. Jumlah Tenaga Kerja ........................................................ II-16
2.10.2. Jam Kerja ......................................................................... II-16
2.11. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan ..................... II-17
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
III LANDASAN TEORI ........................................................................ III-1
3.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance ........................................... III-1
3.1.1. Pengertian Maintenance .................................................. III-1
3.1.2. Tujuan Maintenance ........................................................ III-3
3.2. Jenis-jenis Maintenance .............................................................. III-4
3.2.1. Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana) ............. III-4
3.2.2. Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana) .. III-5
3.2.3. Autonomous Maintenance (Pemeliharaan Mandiri) ........... III-6
3.3. Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance ........................... III-7
3.4. Total Productive Maintenance (TPM) ......................................... III-8
3.4.1. Pendahuluan ..................................................................... III-8
3.4.2. Pengertian Total Productive Maintenance ........................ III-9
3.4.3. Manfaat Dari Total Productive Maintenance .................... III-10
3.5. Analisa Produktivitas : Six Big Losses (Enam Kerugian Besar) .... III-10
3.5.1. Equipment Failur (Kerugian karena kerusakan peralatan) . III-12
3.5.2. Set-up and Adjustment Losses (Kerugian karena
pemasangan dan penyetelan) ............................................ III-12
3.5.3. Idling and Minor Stoppages Losses (Kerugian karena
beroperasi tanpa beban maupun karena berhenti sesaat) ..... III-13
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
3.5.4. Reduced Speed Losses (Kerugian karena kerusakan
peralatan) ......................................................................... III-13
3.5.5. Prosess Defect Losses (Kerugian karena produk cacat
maupun karena prodik diproses ulang) ............................. III-14
3.5.6. Reduced Yield Losses (Kerugian pada awal waktu
produksi hingga mencapai produksi yang stabil) .............. III-14
3.6. Overall Equipment Effectiveness (OEE) ...................................... III-14
3.6.1. Availability....................................................................... III-16
3.6.2. Performance Efficiency .................................................... III-17
3.6.3. Rate of Quality Product .................................................... III-19
3.7. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram) .................... III-19
IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................... IV-1
4.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ..................................... IV-1
4.2. Rancangan Penelitian .................................................................. IV-1
4.3. Objek Penelitian .......................................................................... IV-1
4.4. Variabel Penelitian ..................................................................... IV-2
4.5. Instrumen Penelitian .................................................................... IV-2
4.6. Pelaksanaan Penelitian ................................................................. IV-2
4.7. Pengolahan Data .......................................................................... IV-4
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
4.8. Analisa Data dan Pemecahan Masalah ......................................... IV-4
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ........................... V-1
5.1. Pengumpulan Data ...................................................................... V-1
5.2. Pengolahan Data ......................................................................... V-7
5.2.1. Perhitungan Avialibility .................................................... V-7
5.2.2. Perhitungan Performance Efficiency ................................ V-8
5.2.3. Perhitungan Rate of Quality Product ................................ V-10
5.2.4. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) ....... V-11
5.2.5. Perhitungan OEE Six Big Losses ...................................... V-12
5.2.5.1. Downtime Losses .............................................. V-12
5.2.5.2. Speed Loss ........................................................ V-15
5.2.5.3. Defect Loss ....................................................... V-19
VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH .......................................... VI-1
6.1. Analisa Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) ....... VI-1
6.2. Analisa Perhitungan OEE Six Big Losses ...................................... VI-1
6.3. Analisa Diagram Sebab Akibat ..................................................... VI-2
6.4. Usulan Penyelesaian Masalah ...................................................... VI-5
6.4.1. Usulan Penyelesaian Masalah Six Big Losses ...................... VI-5
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
6.4.2. Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) ................ VI-8
VII KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... VII-1
7.1. Kesimpulan .................................................................................. VII-1
7.2. Saran .......................................................................................... VII-3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Skema Persyaratan mutu SIR 1988 (Standar Indonesia Rubber) ............ II-6
2.2. Rincian tenaga kerja di PT. Nusantara III Gunung Para .......................... II-16
2.3. Waktu kerja karyawan kantor di PT. Nusantara III Gunung Para ............ II-17
2.4. Waktu kerja karyawan produksi di PT. Nusantara III Gunung Para ........ II-17
5.1. Data Waktu Kerusakan (Breakdown) Mesin Dryer Twind ...................... V-2
5.2. Data Waktu Pemeliharaan Mesin Dryer Twind ....................................... V-3
5.3. Data Waktu Setup Mesin Dryer .............................................................. V-4
5.4. Data Produksi Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 Jan 2009 ........... V-6
5.5. Availability mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 .................. V-8
5.6. Performance Efficiency Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan
2009 ...................................................................................................... V-9
5.7. Rate of Quality Product Mesin Dryer Periode Feb 2008 - Jan 2009 .......... V-11
5.8. Perhitungan Overall Equipment Effectivenes (OEE) Mesin Dryer Twind
Periode Feb 2008 - Jan 2009 .................................................................. V-12
5.9. Breakdown Loss pada mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 Jan
2009 ....................................................................................................... V-13
5.10. Set up and Adjustment Losses di mesin Dryer TwindPeriode Feb 2008
Jan 2009 ................................................................................................. V-15
5.11. Idling an Minor Stoppages di Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008
Jan 2009 ................................................................................................. V-16
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.12. Reduced Speed Loss di Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan
2009 ....................................................................................................... V-18
5.13. Rework Loss Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 ............... V-19
5.14. Yield/scrap Loss Mesin Dryer Twind Periode Feb 2008 - Jan 2009 ........ V-21
6.1. Persentase Faktor Six Big Losses mesin Dryer Twind Periode
Feb 2008 - Jan 2009 ................................................................................. VI-2
6.2. Usulan Penyelesaian Masalah Reduced Speed Loss .................................. VI-6
6.3. Usulan Penyelesaian Masalah Set Up/ Adjusment Loss ............................. VI-7
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Skema pengolahan crumb rubber ........................................................... II-10
2.2. Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III .................................. II-15
3.1. Overall Eqiupment Effectiveness and Goals ........................................... III-15
3.2. Diagram Sebab Akibat .......................................................................... III-20
4.1. Tahapan Proses Pemecahan Masalah ...................................................... IV-5
4.2. Block Diagram Perhitungan Overall Equipment Effectiveness ............... IV-6
6.1. Bar Chart Six Big Losses Mesin Dryer Twind ....................................... VI-2
6.2. Diagram Sebab Akibat Reduced Speed Loss Mesin Dryer Twind ...VI-10
6.3. Diagram Sebab Akibat Setup/Adjusment Mesin Dryer Twind VI-11
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Daftar mesin dan peralatan produksi PT. Perkebunan Nusantara III
Gunung Para .............................................................................................. L-1
2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ............................................................. L-2
3. SK Tugas Sarjana ........................................................................................ L-3
4. Surat Balasan dari Perusahaan .................................................................... L-4
5. Lembar Asistensi Dosen Pembimbing ........................................................ L-5
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
ABSTRAK
PT. Perkebunan Nusantara III Gunung merupakan perusahaan yang bergerak dalam pengolahan karet yang tidak terlepas dari masalah yang berhubungan dengan efektivitas mesin/peralatan yang diakibatkan oleh six big losses. Hal ini dapat terlihat dengan frekuensi kerusakan yang terjadi pada mesin/ peralatan karena kerusakan tersebut target produksi tidak tercapai. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah efektif dan efisien dalam pemeliharaan mesin dan peralatan untuk menanggulangi dan mencegah masalah tersebut.
Total Productive Maintenance (TPM) adalah suatu prinsip manajemen untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi perusahaan dengan menggunakan mesin secara efektif.Tidak tepatnya penanganan dan pemeliharaan mesin akan mengakibatkan kerugian-kerugian disebut dengan Six Big Losess yaitu breakdown losses, set-up and adjustment losses, reduced speed losses, idling and minor stoppages, rework losses dan yield scarp losses
Tahapan pertama dalam usaha peningkatan efisiensi produksi pada perusahaan ini adalah dengan melakukan pengukuran efektifitas mesin dryer twind dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectifitas (OEE) yang kemudian dilanjutkan dengan pengukuran OEE six big losses untuk mengetahui besarnya efisiensi yang hilang pada keenam faktor six big losses. Dari keenam faktor tersebut selanjutnya dicari faktor apa yang memberikan kontribusi terbesar yang mengakibatkan besarnya efisiensi pada mesin dryer twind. Dengan diagram sebab akibat dapat dianalisa masalah sebenarnya yang menjadi penyebab utama tingginya kerugian yang mengakibatkan rendahnya efisiensi mesin dryer twind.
Kesimpulan yang dapat diambil pada mesin dryer twind bahwa nilai OEE untuk periode Februari 2008 Januari 2009 berkisar antara 77,15% sampai 82,72%. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan mesin dryer twind dalam mencapai target dan dalam pencapaian efektivitas penggunaan mesin/peralatan belum mencapai kondisi yang ideal (85%). Adapun yang mempengaruhi nilai OEE dan menjadi prioritas utama untuk dieliminasi perusahaan adalah faktor idling dan minor stoppages sebesar 83.59% dan breakdown loss sebesar 18,58%.
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Terhentinya suatu proses pada lantai produksi sering kali disebabkan
adanya masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara
tiba-tiba, menurunnya kecepatan produksi mesin, lamanya waktu setup dan
adjusment, mesin menghasilkan produk yang cacat dan mesin beroperasi tetapi
tidak menghasilkan produk.
Hal ini akan menimbulkan kerugian pada perusahaan karena selain dapat
menurunkan tingkat efisiensi dan efektifitas mesin/ peralatan mengakibatkan
adanya biaya yang harus dikeluarkan akibat kerusakan tersebut.
PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para merupakan perusahaan
yang bergerak bergerak dalam produksi Crumb rubber yang tidak terlepas dari
masalah yang berkaitan dengan efektivitas mesin/peralatan. Oleh karena itu
diperlukan langkah-langkah untuk mencegah atau mengatasi masalah tersebut.
Total productive maintenance (TPM) merupakan pengembangan ide dari
productive maintenance adalah metode pemeliharaan mesin dan peralatan. TPM
berkembang dari sistem maintenance tradisional yang melibatkan semua
departemen dan semua orang untuk ikut berpartisipasi dan mengemban tanggung
jawab dalam pemeliharaan mesin/peralatan. Langkah untuk mencegah atau
mengatasi masalah tersebut dalam usaha peningkatan efisiensi produksi
dilakukan dengan TPM yang menggunakan metode Overall Equipment
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Effectiveness (OEE) sebagai alat yang digunakan untuk mengukur dan
mengetahui kinerja mesin/peralatan.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian
faktor-faktor yang menentukan kebutuhan penerapan total productive
maintenance dengan kondisi perusahaan dan melihat faktor mana dari six big
losses tersebut yang dominan mempengaruhi terjadinya penurunan efektivitas
mesin/peralatan. Dengan demikian penulisan ini akan memberikan usulan
perbaikan efektivitas mesin/peralatan dalam usaha meningkatkan efisiensi
produksi pada perusahaan melalui penerapan total productive maintenance.
1.2. Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas masalah pokok yang
menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah masih rendahnya efisiensi
dan efektivitas penggunaan mesin/perlatan dikarenakan ketidak mampuan dalam
pengelolaan perawatan secara tepat, sehingga perlu dilakukan pengidentifikasian
terhadap faktor-faktor dominan dari kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan
mesin dan melakukan analisa terhadap penyebab besarnya kontribusi faktor-faktor
tersebut sehingga menjadi masukan dalam penerapan total productive
maintenance. Penelitian ini dilakukan pada bagian pengeringan di PTP-Nusantara
III yaitu pada mesin Dryer Twind. Karena mesin ini bersifat critical unit dimana
ketika terjadi kerusakan pada mesin ini akan mengakibatkan terhentinya proses
produksi dan juga sering memerlukan pemeriksaan sistem kerja, perawatan
maupun pergantian komponen mesin.
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu :
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian dilakukan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
produksi dengan penerapan total productive maintenance dengan menggunakan
metode overall equipment effectiveness (OEE).
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengukuran efektivitas penggunaan mesin secara menyeluruh
dengan menggunakan data masa lalu perusahaan.
b. Mengetahui besarnya masing-masing faktor yang terdapat dalam six big
losses yang memberikan kontribusi terbesar dari keenam faktor six big
losses menggunakan diagram pareto.
c. Melakukan analisis terhadap faktor yang menjadi prioritas utama sebagai
dasar untuk dilakukan perbaikan menggunakan diagram cause and effect.
1.4. Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penelitian faktor yang akan selalu menjadi penghalang
dan tidak dapat dihindarkan adalah faktor waktu, dana dan keterbatasan fasilitas.
Untuk itulah dilakukan pembatasan masalah agar hasil yang diperoleh tidak
menyimpang dari tujuan yang diinginkan sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan hanya meneliti satu lini produksi saja pada
Crumb Rubber yaitu pada bagian pengeringan dan pengamatan dilakukan
pada mesin Dryer Twind.
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
2. Tingkat produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan yang di ukur adalah
dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)
sesuai dengan prinsip Total Productive Maintenance untuk mengetahui
besarnya kerugian pada mesin/peralatan yang dikenal dengan six big
losses
3. Data yang diambil adalah data bulan Februari 2008 - Januari 2009.
1.5. Asumsi-asumsi yang Digunakan
Asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Metode kerja dan teknologi yang dilakukan tidak berubah.
2. Proses produksi berjalan normal selama penelitian dilakukan.
3. Pihak manajemen perusahaan setuju untuk melakukan perbaikan pada sistem
pemeliharaan.
1.6. Sistematika Penulisan Karya Akhir
Untuk memudahkan penulisan, pembahasan dan penilaian karya akhir ini,
maka dalam pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, asumsi yang digunakan dan sistematika
penulisan.
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
BAB II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Menguraikan gambaran umum perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III
Gunung Para, jenis produk dan spesifikasinya, bahan baku, proses
produksi, mesin dan peralatan, serta organisasi dan manajemen
perusahaan.
BAB III. LANDASAN TEORI
Menyajikan teori-teori yang berhubungan dengan sistem pemeliharaan
mesin/peralatan umumnya dan khususnya Total Productive
Maintenance (TPM) dan teori lainnya.
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN
Mengemukakan langkah-langkah serta prosedur yang akan dilakukan
dalam melakukan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data,
analisis dan evaluasi, serta kesimpulan dan saran.
BAB V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Mengidentifikasi keseluruhan data penelitian yang berhasil di dapat
selama penelitian, baik data primer maupun data sekunder yang
dikumpulkan serta berisi rancangan untuk melakukan penelitian. Serta
memuat tahapan-tahapan pengolahan data yang dikumpulkan hingga
digunakan untuk memecahkan masalah.
BAB IV. ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Menjelaskan pemecahan masalah dan perencanaan langkah-langkah
yang akan dilakukan dalam memecahkan masalah, perhitungan
availability, performance efficiency dan rate of quality product yang
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
akan digunakan dalam perhitungan overall equipment effectivness
(OEE) untuk mengetahui seberapa besar kerugian efisiensi pada
mesin/peralatan.
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dan saran yang mengemukakan kesimpulan semua
hal yang dilakukan penelitian, terutama akan hal pengolahan data yang
diperoleh pemecahannya serta langkah-langkah yang patut dilakukan
pihak perusahaan
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para berlokasi kecamatan Dolok
Merawan Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara. Perusahaan ini
bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil
perkebunan. Berdasarkan letak geografisnya PTP-Nusantara III ini berada pada
(0309- 0311 LU) dan (9904- 9906 BT). Dimana jarak perusahaan ini 112
km dari Medan dengan ketinggian 96 114 meter di atas permukaan laut, dengan
jenis podsolik kuning dan letak topografinya berbukit dan bergelombang.
Sejarah Perusahaan ini diawali dengan proses pengambilalihan
perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh pemerintah RI pada
tanggal 10 Desember 1957 yang dikenal sebagai proses nasionalisasi perusahaan
perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN).
PT. Perkebunan Nusantara telah mengalami beberapa pergantian nama.
Pada tahun 1957 sampai tahun 1960 bernama Perseroan Perkebunan Negara Baru
(PPN Baru), Tahun 1961 sampai 1962 bernama PPN Kesatuan Sumut VII, Tahun
1963 - 1968 bernama PPN Karet IV, Tahun 1976 - 1994 bernama PT.Perkebunan
IV, sampai dengan tahun 1996 di Sumatera terdapat tujuh PTP (PTP II- PTP VIII)
Melalui Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1996, sejak tanggal 14 Februari
1996 sampai sekarang, PTP III, PTP IV, PTP V digabung dan diberi nama PT.
Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III.
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
2.2. Ruang lingkup bidang usaha
Pabrik karet kebun Gunung Para adalah pabrik yang menghasilkan crumb
rubber. Pengolahan kompo menjadi crumb rubber mulai beroperasi pada tahun
1960. Hasil produk yang diolah adalah SIR 10.
Bahan baku Crumb rubber berasal dari kebun sendiri atau kebun milik
perusahaan. Hasil olahan sebagian besar diekspor dan selebihnya dipasarkan di
dalam negeri (lokal).
2.3. Lokasi perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para terletak di kecamatan
Dolok Merawan Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan letak geografisnya PTP-Nusantara III ini berada pada (0309- 0311
LU) dan (9904- 9906 BT). Dimana jarak perusahaan ini 112 km dari Medan
dengan ketinggian 96 114 meter di atas permukaan laut, dengan jenis podsolik
kuning dan letak topografinya berbukit dan bergelombang. Sarana transportasi ke
kawasan ini cukup baik dengan kondisi jalan yang lebar yang dapat dilalui oleh
kendaraan besar dan kecil.
2.4. Daerah pemasaran
PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para menghasilkan jenis
produk untuk tujuan ekspor. Aspek pasar dan perusahaan merupakan salah satu
dari beberapa aspek yang penting dalam menjalankan dan mempertahankan
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
kelangsungan tujuan usaha perusahaan. Pasar merupakan tempat dimana produsen
dan konsumen melangsungkan transaksi suatu produk barang atau jasa.
Pemasaran adalah suatu aktivitas atau usaha yang digunakan untuk
menyediakan atau memindahkan produk atau jasa dari produsen ke konsumen.
Perusahaan yang lebih memperhatikan kepentingan dan kebutuhan konsumen,
dalam jangka panjang lebih berhasil dan akan tetap eksis dibandingkan dengan
perusahan yang mengabaikannya. Perusahaan yang menggunakan pola pikir
demikian akan selalu menempatkan konsumen dan kebutuhannya sebagai titik
pusat bidang usahanya, sehingga produk yang dihasilkan juga lebih berkualitas
dimata konsumen.
Menurut kebijaksanaan, hasil produksi PT. Perkebunan Nusantara III
Kebun Gunung Para dipasarkan melalui pelabuhan Belawan yang akan diekspor
keluar negeri seperti ke Jepang, Amerika Serikat, Australia, Jerman, Korea
Selatan, Italia, sebagian produk dipasarkan di dalam negeri. Perusahaan memilih
pasar di luar negeri karena pasar luar negeri lebih luas dan terbuka lebar.
2.5. Dampak terhadap sosial ekonomi dan lingkungan
Dampak terhadap sosial ekonomi dan lingkungan yaitu dengan adanya PT.
Perkebunan Nusantara III kebun Gunung Para maka masyarakat yang ada didekat
perusahaan, sosial ekonominya akan meningkat dimana mereka dapat bekerja
dengan gaji yang telah ditetapkan pemerintah. Dengan adanya pekerjaan yang
menetap maka sosial ekonomi masyarakat yang ada di dekat lingkungan dapat
terjamin. Dampak terhadap lingkungan yaitu perusahaan menghasilkan limbah
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
yang terdiri dari limbah padat dan cair dan limbah yang dihasilkan tidak
membahayakan terhadap lingkungan sekitar.
Fasilitas-fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan adalah
perumahan, jaminan kesehatan, pembayaran sekolah anak.
2.6. Proses produksi
2.6.1. Standar mutu produk
Spesifikasi produk jadi pada PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para
adalah sesuai dengan jenis mutunya yang disebut sebagai produk utama yaitu SIR
10. Untuk mendapatkan produk utama dibuat skema mutu SIR (Standard
Indonesia Rubber).
Spesifikasi karet alam PT. Nusantara III Gunung Para adalah sebagai
berikut :
1. Kadar kotoran (Dirt Content)
Kadar kotoran yang tidak larut dalam karet tidak dalam jumlah yang
berlebihan. Bila berlebihan menyebabkan penurunan sifat dinamik dari barang
jadi yang terbuat dari karet mengenai ketahanan lenturnya.
2. Kadar Abu (Ash Content)
Penentuan kadar abu dimaksud untuk menjamin agar karet mentah yang
dijual tidak terlalu banyak mengandung abu dari karet alam yang berisi bahan-
bahan lain yang berasal dari karet alam dan yang bukan berasal dari karet alam
yang merugikan.
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
3. Kadar Zat Menguap (Volatile Matter)
Kadar zat menguap adalah kadar air yang terdapat dari karet untuk
memastikan bahwa karet tersebut benar-benar sudah kering dan bila karet mentah
sudah kering sedikit kemungkinan timbulnya jamur.
4. Plastysity Retention Index (PRI)
Adalah ukuran ketahanan karet yang sudah mengalami pemanasan
dibandingkan sebelum pemanasan yang ditentukan dengan Plastimeter Walance
yaitu dari potongan uji sebelum dan sesudah dipanaskan. Dengan diketahuinya
nilai PRI, dapat diketahui ketahanan karet dan mudah tidaknya karet tersebut
menjadi lengket bila disimpan lama.
5. Po (Plastisitas awal)
Po adalah plastisitas karet sebelum diberi perlakuan panas. Karet yang
memiliki nilai Po yang memenuhi spesifikasi akan dapat mempertahankan
keelastisannya (tidak menyusut atau mengerut).
Dan untuk mendapatkan mutu produk yang utama di berlakukan syarat
mutu SIR. (Tertera pada Tabel 2.1).
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Tabel 2.1. Skema persyaratan mutu SIR 1988
(Standard Indonesia Rubber)
Sumber : PT.Perkebunan Nusantara III Gunung Para
2.6.2. Bahan yang digunakan
2.6.2.1. Bahan baku
Bahan baku memiliki komposisi terbesar dari semua bahan yang
digunakan. Bahan ini merupakan bahan utama dalam proses produksi dimana sifat
dan bentuknya akan mengalami perubahan. Bahan baku pada produk crumb
rubber adalah kompo yang terdiri dari slab dan cup Lump.
2.6.2.2. Bahan tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam produk atau
bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk.
No Jenis Uji
Satuan SIR 10 Kerakteristik
1 Kadar Kotoran % Max 0.1
2 Kadar Abu % Max 0.75
3 Kadar Zat Menguap % Max 0.80
4 PRI - Min 60
5 Po - Min 30
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Bahan tambahan yang digunakan adalah:
1. Plastik pembungkus digunakan untuk membungkus bale yang sudah di press
dan sebagai alas metal box.
2. Metal box atau peti pallet digunakan untuk pengepakan atau kemasan bale.
3. Band izjer digunakan untuk mengikat produk yang sudah di pallet.
2.6.2.3. Bahan penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan sebagai penolong dalam
proses pengolahan pada kegiatan produksi. Bahan penolong yang digunakan pada
proses pengolahan crumb rubber adalah air, digunakan untuk pencucian dan
melembutkan bahan baku.
2.6.3. Uraian proses
Uraian proses produksi crumb rubber PT. Perkebunan Nusantara III adalah
sebagai berikut :
1. Penerimaan Bahan baku
Sebelum kompo dibawa ketempat penerimaan bahan baku, truck yang
membawa Kompo ditimbang. Setelah itu ditempatkan bak penerimaan bahan
baku lalu dituang ke bak penimbunan untuk disortasi bahan baku. Apabila di
dalam sortasi terdapat benda-benda non karet dikumpulkan dan dikembalikan
ke kebun pengirim.
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
2. Bak Makro Blending
Setelah itu kompo dimasukan ke dalam bak Makro Blending yang berfungsi
sebagai pencucian kompo agar terhindar dari kotoran-kotoran seperti:
pasir,tanah,dan dedaunan.
3. Mesin Prebreaker
Slab dan lump dimasukkan ke dalam mesin prebreker untuk pemecahan
bongkahan slab dan lump menjadi ukuran 30 mm.
4. Bak Mikro Blending
Bak mikro blending berfungsi sebagi tempat penampungan kompo yang telah
dicacah dan juga sebagai tempat pencucian. Bak mikro blending ini
berbentuk lingkaran dan di tengahnya terdapat mesin agitator yang berfungsi
sebagai pengaduk.
5. Mesin Hummer Mill
Karet dimasukkan ke dalam mesin hummer mill untuk pemecahan lanjutan
menjadi diameter 15 mm.
6. Bak Sirkulasi
Bak sirkulasi berfungsi sebagai aliran jalan kompo dari mesin hammer mill ke
mesin creffer jumbo. Alat Bantu yang digunakan sebagai aliran jalan kompo
yaitu: dengan menggunakan air.
7. Mesin Crepper
Cacahan karet dimasukkan ke dalam mesin Crepper untuk menggiling
cacahan karet menjadi lembaran blengket menjadi ketebalan 3-5 mm. Dengan
10 kali penggilingan.
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
8. Maturasi
Gulungan blengket dimasukkan ke dalam ruang maturasi (pemeraman) untuk
mengeringkan gulungan blangket selama 7 hari sehingga kadar air turun.
9. Mesin Schereder
Gulungan blengket dikeluarkan dari ruang maturasi dan dimasukkan ke dalam
mesin schreder untuk merajang blengket menjadi butiran karet dengan ukuran
3 mm. Hasil butiran dari mesin dimasukkan ke dalam box dryer lalu butiran
ditiriskan selama 1,5- 2 jam sebelum masuk ke mesin dryer.
10. Mesin Dryer
Butiran karet dimasukkan ke dalam mesin dryer untuk mengeringkan butiran
karet. Pengeringan dilakukan selama 4 jam dengan temperatur 110-120 0C.
11. Penimbangan
Rempahan karet selanjutnya ditimbang dengan berat sekitar 33kg sesuai
dengan permintaan pasar lalu diproses/packing.
12. Pengepresan
Sebelum dipacking butiran karet kemudian dipress untuk memadatkan butiran
karet yang sudah kering menjadi berbentuk bandela.
13. Packing
Karet yang sudah berbentuk bandela di packing. Bale disusun dalam pallet
yang berisikan 36 bale dengan berat 1260 kg/pallet.
14. Penyimpanan produk pada gudang produksi siap eksport.
Uraian proses produksi dapat dilihat pada skema pengolahan crumb
rubber seperti pada Gambar 2.1.
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
PENERIMAAN
BAK MAKRO BLENDING
MESIN PREBREAKER
BAK MIKRO BLENDING
MESIN HUMMER MILL
BAK SIRKULASI
MESIN CREPPER
MATURASI
MESIN SCHEREDER
MESIN DRYER
PENGEPRESAN
PACKING
PENIMBANGAN
PENYIMPANAN
Gambar 2.1. Skema pengolahan crumb rubber
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
2.7. Mesin dan peralatan
Mesin dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan produksi crumb rubber
dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.7.1. Utilitas
Sarana penunjang untuk menjalankan kegiatan produksi dari awal hingga
produk ahkir sangat penting. Utilitas merupakan unit penunjang bagi unit-unit lain
dalam suatu pabrik.
1. Air
Dalam kelangsungan proses produksi air memegang peranan penting,
digunakan dalam proses pencampuran dan pencucian. Air juga dibutuhkan
dalam keperluan lainnya seperti keperluan kamar mandi, pencucian alat-alat
dan keperluan lainnya.
2. Listrik
Sumber listrik yang digunakan berasal dari PLN, listrik digunakan untuk
bagian produksi, kantor, dan bagian lainnya. Pabrik juga menyediakan genset
bilamana terjadi pemadaman listrik dari PLN.
2.7.2. Safety and fire protection
Kenyamanan dan keselamatan kerja merupakan hal yang harus
diperhatikan oleh pabrik dalam proses produksi baik untuk karyawan maupun
pabrik itu sendiri. Dengan usaha untuk pencegahan terjadinya gangguan
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
keselamatan dan kesehatan kerja maka produktivitas kerja dapat ditingkatkan serta
target produksi dapat tercapai.
Bila terjadi kebakaran atau bencana alam petugas kamar mesin dan
petugas keamanan atau hansip segera membuyikan lonceng sesegera mungkin.
Tanda yang diberlakukan pada pabrik ini adalah:
1. Tanda Bahaya
a. Pemukulan lonceng dipukul satu kali dengan nada cepat minimum 2
menit.
b. Sirine, dibunyikan dengan nada bergelombang selam diperlukan minimum
1 menit.
15. Tanda berkumpul
a. Pemukulan lonceng, dipukul dua kali dengan nada biasa minimum 2
menit.
b. Sirine dibunyikan dengan nada terputus selama diperlukan minimum 1
menit
16. Tanda aman
a. Pemukulan lonceng; dipukul tiga kali dengan nada biasa minimum 2
menit.
b. Sirine dibunyikan dengan nada panjang selama 3 menit.
Tujuan dari mengenal semua tanda yang telah ditentukan adalah untuk
menjamin pengamanan atau penanggulangan keadaan darurat dengan lancar,
terkoordinir dan terlaksana dengan baik dan setiap regu tanggap darurat
mengetahui tugas dan tanggung jawabnya.
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
2.7.3. Waste treatment
Suatu pabrik harus memiliki waste treatment yang tidak berbahaya.
Limbah yang dihasilkan terdiri dari limbah padat berupa sisa-sisa proses dari
pengolahan crumb rubber berupa lateks yang menggumpal dan air pencucian dan
pencampuran. Limbah dialirkan menuju kolam-kolam pengolahan limbah di
dalam saluran yang berbentuk parit. Parit tersebut di beri saringan untuk
menangkap potongan kecil sisa olahan karet.
2.8. Struktur organisasi perusahaan
Sistem organisasi dan manajemen yang baik sangat diperlukan pada satu
perusahaan, terutama perusahaan industri yang berskala besar. Penyusunan sistem
organisasi dan manajemen harus disesuaikan dengan keadaan perusahaan yang
bersangkutan, sebab sistem yang baik bagi suatu perusahaan belum tentu baik
bagi perusahaan lain. Adanya sistem yang terencana dengan baik, akan menjamin
lancarnya informasi dan komunikasi di dalam organisasi sehingga dapat diperoleh
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang tepat pada keadaan yang dibutuhkan. Struktur
organisasi adalah bagan yang menggambarkan hubungan kerja antara dua orang
atau lebih pada tugas yang saling berkaitan untuk pencapaian suatu tujuan
tertentu. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai pembagian tugas-
tugas serta tanggungjawab kepada individu maupun bagian-bagian pada suatu
organisasi. Struktur organisasi yang baik adalah pembagian tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang jelas, yang memperlancar suatu proses untuk menuju suatu
keberhasilan yang maksimum dengan modal yang sekecil-kecilnya dan
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
menggunakan sarana yang tersedia semaksimal mungkin. Pendistribusian tugas-
tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungannya satu sama lain pada
pokoknya dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para
pegawai dan karyawan dapat dengan jelas mengetahui apa yang menjadi tugasnya,
darimana ia mendapatkan perintah dan kepada siapa dia harus bertanggung jawab.
Sehingga akan tercipta suasana kerja yang baik dan terhindar dari tumpang tindih
pada perintah dan tanggung jawab.
Organisasi adalah suatu kerangka hubungan kerja antara individu-individu
yang bekerja secara sadar untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan
wewenang, tanggung jawab dan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan
bersama serta untuk dilaksanakan dalam suatu kesatuan yang utuh.
Struktur organisasi biasanya digambarkan dalam bentuk bagan organisasi
(organization chart) yang memperlihatkan susunan fungsi-fungsi, departemen-
departemen dalam organisasi dan menunjukkan bagaimana hubungan kerja baik
secara horizontal maupun vertikal. Perusahaan mempunyai struktur organisasi
dalam bentuk organisasi garis atau lini, dan fungsional. Struktur organisasi
perusahaan dapat dilihat pada Gambar 2.2. dibawah ini.
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Asisten Teknik
Asisten Laboratorium
Asisten Pengolahan
Asisten Tata
Usaha
Asisten Sipil/ dan Alat Berat
Asisten Personalia
Kebun
Masinis Kepala
Manajer
Fungsional
Lini
KaryawanPelaksana
KaryawanPelaksana
KaryawanPelaksana
KaryawanPelaksana
KaryawanPelaksana
KaryawanPelaksana
Keterangan Garis
Gambar 2.2. Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III
Struktur organisasi yang digunakan pada PT. Perkebunan Nusantara III
Gunung Para adalah struktur organisasi fungsional dan lini. Struktur organisasi
fungsional adalah struktur organisasi berdasarkan pembagian tugas yang
dilakukan menurut fungsinya masing-masing. Bentuk ini ditunjukkan dengan
adanya spesialisasi tugas pada setiap unit organisasi sehingga pelimpahan
wewenang dari pimpinan dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan fungsinya. Dan
dikatakan struktur organisasi lini karena kekuasaan mengalir secara langsung dari
menejer ke kepala bagian, kemudian ke para karyawan di bawahnya dan kepala
bagian menjalankan semua pengawasan dalam jajarannya. Pada perusahaan ini
terdiri dari sejumlah afdeling dan setiap karyawan bertanggung jawab pada setiap
afdeling.
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
2.9. Uraian tugas dan tanggung jawab
Adapun uraian tugas dan tanggung jawab karyawan PT. Nusantara III
Gunung Para dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.10. Jumlah tenaga kerja dan jam kerja
2.10.1. Jumlah tenaga kerja
Tenaga kerja yang terdapat di PT. Nusantara III Gunung Para dapat dilihat
pada Tabel 2.2. dibawah ini :
Tabel 2.2. Rincian tenaga kerja di PT. Nusantara III Gunung Para
Uraian
KARYAWAN
Pensiunan Total Pria
(Orang)
Wanita
(Orang)
Jumlah
(Orang)
Manajer 1 - 1 - 1
Karyawan
Pimpinan 15 - 15 - 15
Karyawan
Pelaksana 838 114 952 376 1.328
Jumlah 854 114 968 376 1.344 Sumber : PT.Perkebunan Nusantara III Gunung Para
2.10.2. Jam kerja
Jam kerja di PT. Nusantara III Gunung Para terdiri dari dua bagian yaitu
jam kerja karyawan kantor dan jam kerja karyawan produksi. Adapun pembagian
jam kerja tersebut adalah sebagai berikut:
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
a. Waktu kerja karyawan kantor
Tabel 2.3. Waktu kerja karyawan kantor
di PT. Nusantara III Gunung Para
NO HARI WAKTU (WIB) Istirahat
1 Senin- Jumat 08.00 16.00 12.00 13.00 2 Sabtu 08.00 12.00 -
b. Waktu kerja karyawan produksi
Untuk karyawan produksi terbagi atas 3 shift (Senin-Minggu)
Tabel 2.4. Waktu kerja karyawan produksi di
PT. Nusantara III Gunung Para
NO SHIFT WAKTU (WIB) Istirahat
1 I 07.00 15.00 12.00 13.00 2 II 15.00 22.00 18.00-19.00 3 III 22.00 07.30 -
2.11. Sistem pengupahan dan fasilitas yang digunakan
Karyawan diberikan gaji pokok sesuai dengan golongan. Disamping gaji
pokok kepada karyawan diberikan tunjangan tetap. Besarnya gaji untuk golongan
terendah disesuaikan sejalan dengan penetapan upah minimum yang berlaku.
Sistem pengupahan yang berlaku pada perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Karyawan musiman dibayar setiap akhir minggu, besar upah yang diterima
adalah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional).
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
2. Untuk karyawan tetap ada dua sistem penggajian yaitu :
a. Karyawan harian, gaji dibayarkan sebesar 30 hari kerja dipotong hari kerja
yang absen.
b. Karyawan bulanan, gaji dibayarkan setiap bulan tanpa potongan hari kerja
absen.
Untuk pelayanan kesehatan perusahaan memiliki unit P3K. Apabila
penyakit yang diderita tidak dapat ditanggulangi oleh P3K maka karyawan dapat
berobat ke rumah sakit yang ditunjuk oleh perusahaan.
Selain upah yang diberikan perusahaan juga memperhatikan keselamatan
karyawan dalam bentuk jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek). Seluruh pekerja
memperoleh jaminan atas keselamatannya selama melaksanakan pekerjaan.
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance
3.1.1. Pengertian maintenance
Maintenance merupakan suatu fungsi dalam suatu industri manufaktur
yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti produksi. Hal ini karena
apabila kita mempunyai mesin/peralatan, maka biasanya kita selalu berusaha
untuk tetap dapat mempergunakan mesin/peralatan sehingga kegiatan produksi
dapat berjalan lancar. Dalam usaha untuk dapat menggunakan terus
mesin/peralatan agar kontinuitas produksi dapat terjamin , maka dibutuhkan
kegiatan-kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang meliputi :
a) Kegiatan pengecekan.
b) Meminyaki (lubrication).
c) Perbaikan/reparasi atas kerusakan-kerusakan yang ada.
d) Penyesuain/penggantian spare part atau komponen.
Ada dua jenis peneurunan kemampuan mesin/peralatan yaitu :
1. Natural Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan secara alami
akibat terjadi pemburukan/keausan pada fisik mesin/peralatan selama waktu
pemakaian walaupun penggunaan secara benar.
2. Accelerated Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan akibat
kesalahan manusia (human error) sehingga dapat mempercepat keausan
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
mesin/peralatan karena mengakibatkan tindakan dan perlakuan yang tidak
seharusnya dilakukan terhadap mesin/peralatan
Dalam usaha mencegah dan berusaha untuk menghilangkan kerusakan
yang timbul ketika proses produksi berjalan, dibutuhkan cara dan metode untuk
mengantisipasinya dengan melakukan kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan.
Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau
menjaga mesi/peralatan dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian
yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan
sesuai dengan apa yang direncanakan. Jadi dengan adanya kegiatan maintenance
maka mesin/peralatan dapat dipergunakan sesuai dengan rencana dan tidak
mengalami kerusakan selama dipergunakan untuk proses produksi atau sebelum
jangka waktu tertentu direncanakan tercapai.
Hasil yang diharapakan dari kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan
(equipment maintenance) merupakan berdasarkan dua hal sebagai berikut :
1. Condition maintenance yaitu mempertahankan kondisi mesin/peralatan agar
berfungsi dengan baik sehingga komponen-komponen yang terdapat dalam
mesin juga berfungsi dengan umur ekonomisnya.
2. Replecement maintenance yaitu melakukan tindakan perbaikan dan
penggantian komponen mesin tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal yang
telah diencanakan sebelum kerusakan terjadi.
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
3.1.2. Tujuan maintenance
Maintenance adalah kegiatan pendukung bagi kegiatan komersil, maka
seperti kegiatan lainnya, maintenance harus efektif, efisien dan berbiaya rendah.
Dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka mesin/peralatan produksi dapat
digunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama jangka
waktu tertentu yang telah direncanakan tercapai.
Beberapa tujuan maintenance yang utama antara lain:
1. Kemampuan berproduksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan
rencana produksi
2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak
terganggu
3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar
batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama
waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijakan perusahaan mengenai
investasi terseut.
4. Untuk mencapai tingkat biaya maintenance secara efektif dan efisien
keseluruhannya.
5. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut
6. Memaksimumkan ketersedian semua peralatan sistem produksi
(mengurangi downtime)
7. Untuk memperpanjang umur/masa pakai dari mesin/peralatan
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
3.2. Jenis-Jenis Maintenance
3.2.1. Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana)
Planned maintenance (pemeliharaa terencana) adalah pemeliharaan yang
terorganisir dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan
pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena
itu program maintenance yang akan dilakukan harus dinamis dan memerlukan
pegawasan dan pengendalian secara aktif dari bagian maintenance melalui
informasi dari catatan riwayat mesin/peralatan.
Konsep planned maintenance ditujukan untuk dapat mengatasi masalah
yang dihadapi manajer dengan pelaksanaan kegiatan maintenance. Komunikasi
dapat diperbaiki dengan informasi yang dapat memberi data yang lengkap untuk
mengambil keputusan. Adapun data yang penting dalam kegiatan maintenance
antara lain laporan permintaan pemeliharaan, laporan pemeriksaan, laporan
perbaikan, dan lain-lain.
Pemeliharaan terencana (planned maintenance) terdiri dari tiga bentuk
pelaksanaan, yaitu :
a. Preventive maintenance (pemeliharaan pencegahan)
preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga
dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi
mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi.
Dengan demikian semua fasilitas produksi yang diberikan preventive
maintenance akan terjamin kelancarannya dan selalu diusahakan dalam kondisi
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi
pada setiap saat. Sehingga dapatlah dimungkinkan pembuatan suaturencana dan
jadwal pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dan rencana produksi
yang lebih tepat.
b. Corrective maintenance (Pemeliharaan Perbaikan )
Corrective maintenance adalah suatu kegiatan maintenance yang
dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau kelalaian pada mesin/peralatan
sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.
c. Predictive maintenance
Predictive maintenance adalah tindakan-tindakan maintenance yang
dilakukan pada tanggal yang ditetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa dan
evaluasi data operasi yang diambil untuk melakukan predictive maintenance itu
dapat berupa data getaran, temperature, vibrasi, flow rate, dan lain-lainnya.
Perencanaan predictive maintenance dapat dilakukan berdasarkan data dari
operator di lapangan yang diajukan melalui work order ke departemen
maintenance untuk dilakuakan tindakan tepat sehingga tidak akan merugikan
perusahaan
3.2.2. Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana)
Unplanned maintenance biasanya berupa breakdown/emergency
maintenance. Breakdown/emergency maintenance (pemeliharaan darurat) adalah
tindakan maintenance yang tidak dilakukan pada mesin peralatan yang masih
dapat beroperasi, sampai mesin/peralatan tersebut rusak dan tidak dapat berfungsi
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
lagi. Melalui bentuk pelaksanaan pemeliharaan tak terencana ini, diharapkan
penerapan pemeliharaan tersebut akan dapat memperpanjang umur dari
mesin/peralatan, dan dapat memperkecil frekuensi kerusakan.
3.2.3. Autonomous maintenance (Pemeliharaan Mandiri)
Autonomous maintenance atau pemeliharaan mandiri merupakan suatu
kegiatan untuk dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan
melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh operator untuk memelihara
mesin/peralatan yang mereka tangani sendiri. Prinsip-prinsi yang terdapat pada
lima S, merupakan prinsip yang mendasari kegiatan autonomous maintenance,
yaitu :
1. Seiri (clearing up) : Menyingkirkan benda-benda yang tidak diperlukan
2. Seiton (organazing) : Menempatkan benda-benda yang diperlukan dengan rapi
3. Seiso (cleaning) : Membersikan peralatan dan tempat kerja
4. Seikatsu (standarizing) : Membuat standar kebersihan, pelumasan dan inspeksi
5. Shitsuke (training and discipline) : Meningkatkan skill dan moral
Autonomous maintenance diimplementasikan melalui 7 langkah yang akan
membangun keahlian yang dibutuhkan operator agar mereka mengetahui tindakan
apa yang harus dilakukan.
Tujuh langkah kegiatan yang terdapat dalam autonomous maintenance adalah :
1. Membersihkan dan memeriksa (clean and inspect)
2. Membuat standar pembersihan dan pelumasan
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
3. Menghilangkan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau (eliminete
problem and anaccesible area)
4. Melaksanakan pemeliharaan mandiri (conduct autonomous maintenance)
5. Melaksanakan pemeliharaan menyeluruh (conduct general inspection)
6. Pemeliharaan mandiri secara penuh (fully autonomous maintenance)
7. Pengorganisasian dan kerapian (organization and tidines)
3.3. Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance
Semua tugas-tugas atau kegiatan daripada maintenance dapat digolongkan
kedalam salah satu dari lima tugas pokok yang berikut :
1. Inspeksi (Inspections)
Kegiatan inpeksi meliputi kegiatan pengecekan dan pemeriksaan secara
berkalas (routine schedule check) terhadap mesin/peralatan sesuai dengan rencana
yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai fasilitas
mesin/peralatan yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi.
2.Kegiatan Teknik (Engineering)
Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru
dibeli, dan kegiatan pengembangan komponen atau peralatan yang perlu diganti,
serta melakukan penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan
komponen atau peralatan, juga berusaha mencegah terjadinya kerusakan.
3. Kegiatan Produksi
Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya
yaitu dengan memperbaiki seluruh mesin/peralatan produksi
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
4. Kegiatan Administrasi
Kegiatan administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan
kegiatan pemeliharaan, penyusunan planning dan schedulling, yaitu rencana
kapan kegitan suatu mesin/peralatan tersebut harus diperiksa, diservice dan
diperbaiki.
5. Pemeliharaan Bangunan
Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatanyang tidak termasuk
dalam kegiatan teknik dan produksi dari bagian maintenance.
3.4. Total Productive Maintenance (TPM)
3.4.1 Pendahuluan
Manajemen pemeliharaan mesin/peralatan modern dimulai dengan apa
yang disebut preventive maintenance yang kemudian berkembang menjadi
productive maintenance. Kedua metode pemeliharaan ini umumnya disingkat
dengan PM dan pertama kali diterapkan oleh industri-industri manufaktur di
Amerika Serikat dan pusat segala kegiatannya ditempatkan satu departemen yang
disebut maintenance departement.
Preventive maintenance mulai dikenal pada tahun 1950-an, yang
kemudian berkembang seiring dengan perkembanagan teknologi yang ada dan
kemudian pada tahun 1960-an muncul apa yang disebut productive maintenance.
Total productive maintenance (TPM) mulai dikembangkan pada tahun 1970-an
pada perusahaan di negara jepang yang merupakan pengembang konsep
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
maintenance yang diterapkan pada perusahaan industri manufaktur Amerika
Serikat yang disebut Preventive maintenance. Seperti dapat dilihat masa periode
perkembangan PM di Jepang dimana periode tahun 1950-an juga bisa
dikatagorikan sebagai periode breakdown maintenance.
Mempertahankan kondisi mesin/peralatan yang mendukung pelaksanaan
proses produksi merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan
pemeliharaan unit produksi. Tujuan pemeliharaan produktif (productive
maintenance) adalah untuk mencapai apa yang disebut dengan profitable PM.
3.4.2 Pengertian Total Productive Maintenance (TPM)
TPM adalah hubungan kerjasama yang erat antara perawatan dan
organisasi produksi secara menyeluruh bertujuan untuk meningkatkan kualitas
produksi, mengurangi weast, mengurangi biaya produksi, meningkatkan
kemampuan peralatan dan pengembangan dari keseluruhan sistem perawatan pada
perusahaan manufaktur. Secara menyeluruh definisi dari total productive
maintenance mencakup lima elemen yaitu sebagai berikut :
1. TPM bartujuan untuk menciptakan suatu sistem preventive maintenance (PM)
untuk memperpanjang umur penggunaan mesin/peralatan
2. TPM bertujuan untuk memaksimalkan efektifitas mesin/peralatan secara
keseluruhan (overall effectiveness).
3. TPM dapat diterapkan pada berbagai departemen (seperti engineering, bagian
produksi, bagian maintenance)
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
4. TPM melibatkan semua orang mulai dari tingkatan manajemen tertiggi hingga
para karyawan/operator lantai produksi.
5. TPM merupakan pengembangan dari sistem maintenance berdasarkan PM
melalui manajemen motivasi
3.4.3. Manfaat dari Total Produtive Maintenance (TPM)
Manfaat dari studi aplikasi TPM secara sistematik dalam rencana kerja
jangka panjang pada perusahaan khususnya menyangkut faktor-faktor berikut :
1. Peningkatan produktivitas dengan menggunakan prinsip-prinsip TPM akan
meminimalkan kerugian-kerugian pada perusahaan.
2. Meningkatkan kualitas dengan TPM, meminimalkan kerusakan pada
mesin/peralatan dan downtime mesin dengan metode terfokus
3. Waktu delivery ke konsumen dapat ditepati, karena produksi yang tanpa
gangguan akan lebih mudah untuk dilaksanakan.
4. Biaya produksi rendah karena rugi dan pekerjaan yang tidak memberi nilai
tambah dapat dikurangi.
5. Kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja lebih baik.
6. Meningkatkan motivasi kerja, karena hak dan tanggung jawab didelegasikan
oleh setiap orang
3.5. Analisa Produktivitas : Six Big Losses (Enam Kerugian Besar)
Kegiatan dan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam TPM tidak hanya
berfokus pada pencegahan terjadinya kerusakan pada mesin/peralatan dan
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
meminimalkan downtime mesin/peralatan. Akan tetapi banyak faktor yang dapat
meyebabkan kerugian akibat rendahnya efisiensi mesin/peralatan saja. Rendahnya
produktivitas mesin/peralatan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan sering
diakibatkan oleh penggunaan mesin/peralatan yang tidak efektif dan efisien
terdapat enam faktor yang disebut enam kerugian besar (six big losses). Efisiensi
adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana sebaiknya sumber-sumber daya
digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Efisiensi
merupakan karakteristik proses mengukur performansi aktual dari sumber daya
relatif terhadap standar yang ditetapkan. Sedangkan efektivitas merupakan
karakteristik lain dari proses mengukur derajat pencapaian output dari sistem
produksi. Efektivitas diukur dari aktual output rasio terhadap output direncanakan.
Dalam era persaingan bebas saat ini pengukuran sistem produksi yang hanya
mengacu pada kuantitas output semata akan dapat menyesatkan, karena
pengukuran ini tidak memperhatikan karakteristik utama dari proses yaitu :
kapasitas, efisiensi dan efektivitas.
Menggunakan mesin/peralatan seefisien mungkin artinya adalah
memaksimalkan fungsi dari kinerja mesin/peralatan produksi dengan tepat guna
dan berdaya guna. Untuk dapt meningkatkan produktivitas mesin/peralatan yang
digunakan maka perlu dilakukan analisis produktivitas dan efisiensi
mesin/peralatan pada six big losses. Adapun enam kerugian besar (six big losses)
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Downtime (Penurunan Waktu)
a. Equipment failur/ Breakdowns (Kerugian karena kerusakan peralatan).
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
b. Set-up and adjustment (Kerugian karena pemasangan dan penyetelan).
2. Speed losses (Penurunan Kecepatan)
a. Idling and minor stoppages (Kerugian karena beroperasi tanpa beban
maupun berhenti sesaat).
b. Reduced speed (Kerugian karena penurunan kecepatan produksi).
3. Defects (Cacat).
a. Process defect (Kerugian karena produk cacat maupun karena kerja
produk diproses ulang).
b. Reduced yieled losses (Kerugian pada awal waktu produksi hingga
mencapai waktu produksi yang stabil).
3.5.1. Equipment failur/ Breakdowns (Kerugian karena kerusakan peralatan)
Kerusakan mesin/peralatan (equipment failur breakdowns) akan
mengakibatkan waktu yang terbuang sia-sia yang mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan akibat berkurangnya volume produksi atau kerugian material akibat
produk yang dihasilkan cacat.
3.5.2. Set-up and Adjustment Losses (Kerugian karena pemasangan dan
penyetelan)
Kerugian karena set-up dan adjustment adalah semua waktu set-up
termasuk waktu penyesuaian (adjustment) dan juga waktu yang dibutuhkan untuk
kegiatan-kegiatan mengganti suatu jenis produk ke jenis produk berikutnya untuk
produksi selanjutnya. Dengan kata lain total yang dibutuhkan mesin tidak
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
berproduksi guna menganti peralatan (dies) bagi jenis produk berikutnya sampai
dihasilkan produk yang sesuai untuk proses selanjutnya.
3.5.3. Idling and minor stoppages Losses (Kerugian karena beropersi tanpa
beban maupun karena berhenti sesaat)
Kerugian karena beroperasi tanpa beban maupun karena berhenti sesaat
muncul jika faktor eksternal mengakibatkan mesin/peralatan berhenti berulang-
ulang atau mesin/peralatan beroperasi tanpa menghasilkan produk.
3.5.4. Reduced Speed Losses (Kerugian karena penurunan kecepatan operasi)
Menurunnya kecepatan produksi timbul jika kecepatan operasi aktual lebih
kecil dari kecepatan mesin yang telah dirancang beroperasi dalamm kecepatan
normal. Menurunnya kecepatan produksi antaralain disebabkan oleh :
a. Kecepatan mesin yang dirancang tidak dapat dicapai karena berubahnya jenis
produk atau material yang tidak sesuai dengan mesin/peralatan yang digunakan
b. Kecepatan produksi mesin/peralatan menurun akibat operator tidak mengetahui
berapa kecepatan normal mesin/peralatan sesungguhnya.
c. Kecepatan produksi sengaja dikurangi untuk mmencegah timbulnya masalah
pada mesin/peralatan dan kualitas produk yang dihasilkan jika diproduksi pada
kecepatan produksi yang lebih tinggi.
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
3.5.5. Process Defect Losses (Kerugian karena produk cacat maupun karena
kerja produk diproses ulang)
Produk cacat yang dihasilkan akan mengakibatkan kerugian material,
mengurangi jumlah produksi, limbah produksi meningkat dan biaya untuk
pengerjaan ulang. Kerugian akibat pengerjaan ulang termasuk biaya tenaga kerja
dan yang waktu yang dibutuhkan untuk mengolah dan mengerjakan kembali
ataupun memperbaiki cacat produk cuma sedikit akan tetapi kondisi seperti ini
bisa menimbulkan masalah yang semakin besar.
3.5.6. Reduced Yieled Losses ( Kerugian pada awal waktu produksi hingga
mecapai kondisi produksi yang stabil)
Reduced yieled losses adalah kerugian waktu dan material yang timbul
selama waktu yang dibutuhkan oleh mesin/peralatan untuk menghasilkann produk
baru dengan kualitas produk yang telah diharapkan. Kerugian yang timbul
tergantung pada faktor-faktor seperti keadaan operasi yang tidak stabil, tidak
tepatnya penanganan dan pemasangan mesin/pealatan atau cetakan (dies) ataupun
operator tidak mengerti dengan kegiatan proses produksi yang dilakukan.
3.6. Overall Equipment Effectiveness (OEE)
Overall equipment effectiveness (OEE) merupakan produk dari six big
losses pada mesin/peralatan. Keenam faktor dalam six big losses dapat
dikelompokkan menjadi tiga komponen utama dalam OEE untuk dapat digunakan
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
dalam mengukur kinerja mesin/peralatan yakni, downtime loses, speed losses dan
defect losses seperti dapat dilihat pada gambar 3.1
EQUIPMENT
Loading Time
Operating Time
Do
wn
tim
eL
os
es
s
Nex OperatingTime
Sp
ee
d L
os
es
s
ValuableOperating
Time De
fec
t L
os
es
s
SIX BIG LOSESS
Equipment failure
2Setip and adjusment
3Idding and minor
Stoppages
4Reduced speed
5Defect in process
6Reduced yield
1
CALCULATION OFOVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS
Availability = Loading time Downtime x 100 Loading time
(e.g)
Availability = 460 mins 60 mins x 100 = 87 % 460 mins
Performance = theoretical cycle time x processed amount x 100Efficiency operating time
(e.g)
Performance = 0,5 mins/unit x 400 units x 100 = 50 %Efficiency 400 mins
Rate of Quality = Processed amount Defect amount x 100Product processed amount
(e.g)
Rate of Quality = 400 units 8 units x 100 = 98 %Product 400 units
Overall Equipment = Availability x Performance Efficiency x Rate of Quality ProductEffectiveness
Gambar 3.1. Overall Equipment Effectiveness and Goals
OEE merupakan ukuran menyeluruh yang mengidentifikasikan tingkat
produktivitas mesin/peralatan dan kinerjanya secara teori. Pengukuran ini sangat
penting untuk mengetahui area mana yang perlu untuk ditingkatkan produktivitas
ataupun efisiensi mesin/peralatan dan juga dapat menunjukkan area bottleneck
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
yang terdapat pada lintasan poduksi. OEE juga merupakan alat ukur untuk
mengevaluasi dan memperbaiki cara yang tepat untuk menjamin peningkatan
produktivitas penggunaan mesin/peralatan.
Formula matematis dari overall equipment effectiveness (OEE)
dirumuskan sebagai berikut :
OEE = Availability x Performance efficiency x Rate of quality product x 100%
Kondisi operasi mesin/peralatan produksi tidak akan akurat ditunjukkan
jika hanya didasari oleh perhitungan satu faktor saja, misalnya performance
efficiency saja. Dari enam pada six big losses baru minor stoppages saja yang
dihitung pada performance efficiency mesin/peralatan. Keenam faktor dala six big
losses harus diikutkan dalam perhitungan OEE, kemudian kondisi aktual dari
mesin/peralatan dapat dilihat secara akurat.
3.6.1. Availability
Availability merupakan rasio operation time terdapat waktu loading time-
nya. Sehingga dapat menghitung availability mesin dibutuhkan nilai dari :
a. Operation time
b. Loading time
c. Downtime
Nilai availability dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Avaibility = timeloadingtimeoperation x 100%
Avaibility = timeloading
timedowntimeloading x 100%
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
Loading time adalah waktu yang tersedia (availability) per hari atau per
bulan dikurang dengan waktu downtime mesin direncanakan (planned downtime)
Loading time = Total availability Planned downtime
Planned downtime adalah jumlah waktu downtime mesin untuk
pemeliharaan (scheduled maintenance) atau kegiatan manajemen lainnya.
Operation time merupakan hasil pengurangan loading time dengan waktu
downtime mesin (non-operation time), dengan kata lain operation time adalah
waktu operasi tesedia (availability time) setelah waktu downtime mesin keluarkan
dari total availability time yang direncanakan. Downtime mesin adalah waktu
proses yang seharusnya digunakan mesin akan tetapi karena adanya gangguan
pada mesin/peralatan (aquipment failures) mengakibatkan tidak ada output yang
dihasilkan. Downtime meliputi mesin berhenti beroperasi akibat kerusakan
mesin/peralatan, penggantian cetakan (dies), pelaksanaan prosedur setup dan
adjesment dan lain-lainnya
3.6.2. Performance Efficiency
Performance afficiency merupakan hasil perkalian dari operation speed
rate dan net operation rate, atau rasio kuantitas produk yang dihasilkan dikalikan
dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia yang melakuakn
proses produksi (operation time).
Operation speed rate merupakan perbandingan antara kecepatan ideal
mesin berdasarkan kapasitas mesin sebenarnya (theoretical/ideal cycle time)
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
dengan kecepatan aktual mesin (actual cycle time). Persamaan matematiknya
ditunjukkan sebagai berikut :
time cycle actual
time cycle ideal rate speedOperation =
time operationtime processing actual rate operation Net =
Net operation rate merupakan perbandingan antara jumlah produk yang
diproses (processes amount) dikali actual cycle time dengan operation time. Net
operation time berguna untuk menghitung rugi-rugi yang diakibatkan oleh minor
stoppages dan menurunnya kecepatan produksi (reduced speed)
Tiga faktor penting yang dibutuhkan untuk menghitung performance efficiency :
1. ideal cycle ( waktu siklus ideal/waktu standar)
2. Processed amount (jumlah produk yang diproses)
3. Operation time (waktu operasi mesin)
Perfomance efficiency dapat dihitung sebagai berikut :
Perfomance efficiency = net operating x operating cycle time
timecycleactualtimecycleideal
timeoperatingcycletimeactualamountprocessed xx
Performance efficiency = timeoperating
timecycleidealamountprocessed x
-
Henry Joy Hutagaol : Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.
3.6.3. Rate of quality product
Rate of quality product adalah rasio jumlah produk yang lebih baik
terhadap jumlah total produk yang diproses. Jadi rate of quality product adalah
hasil perhitungan dengan menggunakan dua faktor berikut :
a. processed amount (jumlah produk ya