1
PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA PEMBELAJARAN
FISIKA KELAS X SMA NEGERI PURWODADI
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Yurike Aprilia Sari1, Tri Ariani, M.Pd.Si2, Yaspin Yolanda, M.Pd.Si3
1Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau,
Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Penerapan Pendekatan Scientific Pada Pembelajaran Fisika
Kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016”. Tujuan dari penelitian
ini, yaitu mengetahui peningkatan hasil belajar fisika kelas X SMA Negeri Purwodadi
tahun Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan Pendekatan Pembelajaran
Scientific.Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi yang
berjumlah 209. Sampel penelitian ini satu kelas yang diambil secara acak dari tujuh
kelas, setelah dilakukan pengundian maka terpilih kelas X.2 berjumlah 30 siswa yang
akan diberikan perlakuan dengan pendekatan pembelajaran Scientific. Teknik
pengumpulan data yang digunakan tes berbentuk essay sebanyak enam butir soal.
Berdasarkan hasil analisis data dengan taraf kepercayaan 95% didapat
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 75,13 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =1,699 karena 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka diperoleh simpulan
bahwa hasil belajar kognitif fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun
Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan pendekatan pembelajaran Scientific secara
signifikan meningkat.
Kata kunci : Scientific, Peningkatan Hasil Belajar
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kian hari kian bertambah
pesat. Salah satu kunci dari perkembangan tersebut adalah pendidikan. Dalam
kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peran sangat penting untuk
menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup. Untuk mewujudkan dan
2
meningkatkan kualitas pendidikan tentu saja tidak terlepas dari proses belajar
mengajar sebagai kegiatan utama di sekolah.
Pendidikan fisika sebagai salah satu mata pelajaran disekolah dinilai sangat
memegang peranan penting karena fisika dapat meningkatkan kemampuan
kreativitas dan proses berpikir anak. Fisika tidak hanya sekedar berhitung akan
tetapi lebih menitikberatkan pada proses penalaran, yaitu dengan belajar fisika
peserta didik dapat berpikir kreatif serta sistematis bukan hanya sekedar
berhitung cepat di dalam kepala. Oleh sebab itu, pengetahuan fisika harus
dikuasai sedini mungkin oleh para siswa.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah seorang
guru mata pelajaran fisika SMA Negeri Purwodadi, diperoleh informasi bahwa
selama proses pembelajaran berlangsung guru masih menyampaikan materi
dengan menekankan pada latihan pengerjaan soal-soal serta penggunaan rumus.
Dalam pembelajaran, guru lebih aktif dibandingkan siswa, siswa di dalam kelas
hanya mendengar, mencatat, dan menghafal tanpa melakukan aktivitas
pembelajaran. Siswa hanya menerima pengetahuan dari guru tanpa melalui
pengolahan potensi yang ada pada dirinya.
Berdasarkan analisis hasil belajar diketahui juga bahwa rata-rata nilai
ulangan harian fisika siswa semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 pada
beberapa kompetensi dasar belum mencapai tingkat kriteria ketuntasan minimal
(KKM) belajar yang ditetapkan yaitu sebesar 70. Hasil pembelajaran siswa masih
banyak yang nilainya di bawah KKM yaitu sebanyak 110 (56,30%) dari 209
siswa dengan rata-rata nilai hanya 66,7 dan 99 siswa (43,70%) yang mencapai
kriteria ketuntasan minimal. Hal ini mungkin disebabkan dalam mempelajari
fisika siswa kurang menguasai konsep. Keberhasilan belajar ditentukan dari
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Siswa dituntut aktif dan mandiri.
Proses belajar mengajar yang masih berpusat pada guru menyebabkan siswa
kurang optimal dalam belajar. Siswa pasif menerima informasi dari guru, siswa
3
tidak diberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dan ide-
idenya. Siswa hanya menghafalkan materi yang diberikan oleh guru.
Trianto (2011:5) menyatakan bahwa, masalah utama dalam pembelajaran
pada pendidikan formal dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta
didik. Hal ini tampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa
masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi
pembelajaran yang kurang membangkitkan daya kreativitas, dan keterlibatan
langsung siswa dalam aktif belajar.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Roestiyah (2008:1) menyatakan bahwa, guru
harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien,
mengenapada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki
strategi itu ialah harus menguasai teknik penyajian, atau biasa disebut metode
mengajar. Banyak pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru
untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran salah satunya adalah pendekatan
scientific (ilmiah). Pendekatan scientific (ilmiah) diyakini sebagai titian emas
perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah.
Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian yang berjudul “Penerapan Pendekatan Scientific Pada Pembelajaran
Fisika Kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah penerapan pendekatan Scientific pada
pembelajaran fisika kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016
siginifikan meningkat?”.
B. Landasan Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
Syah (dalam Jihad dan Haris, 2010:1) mendefinisikan belajar merupakan
tahapan perubahan perilaku siswa yang relative positif dan mantap sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, sedangkan
4
menurut Morgan (dalam Suprijono, 2013:3) belajar adalah perubahan perilaku
yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.
Mengacu dari pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari
pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan, belajar bukan hanya
sekedar menghapal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri
seseorang. Adapun pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru
dan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun
secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan media pembelajaran.
2. Tinjauan Tentang Hasil Belajar
a. Hasil Belajar Pada ranah Kognitif
Hamalik (2008:30), mendefinisikan hasil belajar ialah terjadinya
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Perubahan perilaku
dalam belajar mencakup seluruh ranah pribadi peserta didik, yaitu salah
satunya ranah kognitif, sebagaimana yang dikemukakan Bloom (dalam
Yamin, 2014:41) Ranah Kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek
belajar yang berbeda beda. Keenam tingkatan tersebut adalah :
1) Pengetahuan atau Ingatan ( 𝐶1 )
2) Pemahaman ( 𝐶2 )
3) Penerapan (𝐶3 )
4) Analisa (𝐶4 )
5) Sintesis (𝐶5 )
6) Penilaian (𝐶6 )
b) Faktor-faktor Mempengaruhi Hasil Belajar
Berhasil tidaknya seseorang disebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar. Menurut Rusman (2013:124), faktor yang
mempengaruhi hasil belajar ada dua macam, yaitu:
5
1) Faktor internal
a) Faktor fisiologis
b) Faktor Psikologis
2) Faktor-faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
b) Faktor Instrumental
3. Tinjauan Tentang Pendekatan Scientific
a. Pendekatan Scientific
Daryanto (2014:51) menyatakan bahwa, pendekatan pembelajaran
Scientific dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik
dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan
ilmiah, bahwa informasi bias berasal dari mana saja, kapan saja, tidak
tergantung pada informasi searah dari guru.
Majid (2014:95) menyatakan bahwa, pendekatan pembelajaran Scientific
dimaksud untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam
mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah.
Kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong
peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan
diberi tahu.
Berdasarkan ke dua pendapat tersebut, dapat disimpulkan pendekatan
pembelajarn Scientific merupakan pembelajaran yang dimaksudkan agar
peserta didik mengenal, memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah dan mendorong peserta didik dalam mencari tahu
berbagai materi dari beberapa sumber observasi bukan hanya diberi tahu,
sehingga peserta didik dapat tahu bahwa informasi bisa berasal dari mana
saja, kapan saja, dan tidak tergantung pada informasi dari guru.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Scientific
1. Langkah-langkah Pembelajaran Scientific menurut Sani
Adapun langkah-langkah pembelajaran Scientific menurut Sani, yaitu :
6
a) Melakukan pengamatan atau observasi
Sani (2014:54) menyatakan bahwa, mengamati atau observasi
adalah menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi.
b) Mengajukan Pertanyaan
Sani (2014:57) menyatakan bahwa, siswa perlu dilatih untuk
merumuskan pertanyaan terkait dengan topik yang akan dipelajari.
Aktivitas belajar ini sangat penting untuk meningkatkan keingintahuan
dalam diri siswa dan mengembangkan kemampuan mereka untuk belajar
sepanjang hayat. Guru perlu mengajukan pertanyaan dalam upaya
memotovasi siswa untuk mengajukan pertanyaan.
c) Melakukan Eksperimen atau percobaan/memperoleh informasi
Sani (2014:62) menyatakan bahwa, guru dapat menugaskan siswa
untuk mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber.
d) Mengasosiasikan atau Menalar
Sani (2014:66) menyatakan bahwa, mengolah informasi melalui
penalaran dan berpikir rasional merupakan kompetensi penting yang
harus dimiliki oleh siswa. Informasi yang diperoleh dari pengamatan
atau percobaan yang dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu
informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan
informasi, dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang
ditentukan.
e) Membangun atau mengembangkan jaringan dan berkomunikasi
Sani (2014:71) menyatakan bahwa, kemampuan untuk membangun
jaringan dan berkomuniaksi perlu dimiliki oleh siswa karena kompetensi
tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman. Bekerja sama dalam sebuah kelompok merupakan salah satu
cara membentuk kemampuan siswa untuk dapat membangun jaringan dan
berkomunikasi.
7
2. Langkah-langkah pembelajaran Scientific menurut Majid
Adapun Langkah-langkah Pembelajaran Scientific menurut Majid,
yaitu :
a) Mengamati
Majid (2014:100) menyatakan bahwa, kegiatan mengamati
mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (Meaning Learning).
Metode ini memiliki keunggulan seperti menyajikan objek secara nyata,
peserta didik senang dan mudah dalam pelaksanaanya.
b) Menanya
Majid (2014:103) menyatakan bahwa, dalam kegiatan menanya ini,
guru membuka kesempatan secara luas peserta didik bertanya mengenai
apa yang sudah dilihat, disimak, serta dibaca. Guru harus mampu
menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan
ranah sikap keterampilan, dan pengetahuannya.
c) Menalar
Majid (2014:109) menyatakan bahwa, penalaran adalah proses
berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
d) Mengolah
Majid (2014:103) menyatakan bahwa, pada tahapan mengolah ini
peserta didik mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Peserta
didiklah yang harus lebih aktif dan gurulebih bersifat direktif atau
manajer belajar. Pada tahapan mengolah ini peserta didik secara bersama-
sama, saling bekerjasama, saling membantu mengerjakan hasil tugas
terkait dengan materi yang sedang dipelajari.
e) Mencoba
Majid (2014:103) menyatakan bahwa, untuk memperoleh hasil
belajar nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan
percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
8
f) Menyimpulkan
Majid (2014:103) menyatakan bahwa, kegiatan meyimpulkan
merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, bias dilakukan bersama-
sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bias juga dikerjakan sendiri
setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi.
g) Menyajikan
Majid (2014:103) menyatakan bahwa hasil tugas yang telah
dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk
laporan tertulis dan dijadikan sebagai salah satu untuk laporan portofolio
kelompok atau individu.
h) Mengkomunikasikan
Majid (2014:103) menyatakan bahwa, pada kegiatan akhir
diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang
telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok atau secra
individu dari kesimpulan yang telah dibuat bersama.
3. Langkah-langkah pembelajaran Scientific menurut Daryanto
Adapun Langkah-langkah Pembelajaran Scientific menurut Daryanto,
yaitu :
a) Mengamati
b) Menanya
c) Mengumpulkan informasi
d) Mengasosiasikan atau mengolah informasi atau menalar
e) Mencoba
f) Menarik kesimpulan
g) Mengkomunikasikan
Dari ketiga pendapat tersebut, maka langkah-langkah pendekatan
Scientific menurut peneliti dapat dibuat dalam sintak pembelajaran.
Sebagaimana dapat dilihat sintak pendekatan Scientific adalah sebagai
berikut:
9
Tabel 1.
Sintak Pembelajaran Pendekatan Scientific
Kegiatan / Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Mengamati
(Observating)
1. Guru memotivasi siswa untuk
berkonsentrasi pada petunjuk-
petunjuk atau karakteristik yang
yang dideskripikan dan tidak hanya
menebak atau menduga saja.
1. Siswa melihat,
mengamati, membaca,
mendengar, menyimak
petunjuk atau karakteristik
oleh guru (Tanpa dan
dengan alat).
Menanya
(Questioning)
1. Guru menyajikan permasalahan
yang terjadi dan berupaya
melibatkan siswa.
1. Siswa mengajukan
pertanyaan dari yang
factual sampai ke
yang bersifat
hipotesis.
2. Siswa diawali dengan
bimbingan guru
sampai dengan
mandiri (suatu
kebiasaan).
Pengumpulan Data
(Exploring)
1. Guru menugaskan siswa untuk
mengumpulkan data atau
informasi dari berbagai sumber.
2. Guru mengarahkan siswa dalam
merencanakan aktivitas, dan
melaporkan aktivitas yang telah
dilakukan.
3. Guru memfasilitasi atau
membantu siswa menggunakan
bahan dan peralatan.
1. Siswa menentukan
data yang diperlukan
dari pertanyaan yang
diajukan.
2. Siswa menentukan
sumber data (benda,
dokumen, buku,
eksperimen).
3. Siswa mengumpulkan
data.
Mengasosiasi
(Associating)
1. Guru melatih siswa untuk
menentukan data yang relevan
dengan yang tidak relevan.
2. Guru melatih siswa untuk dapat
memberikan argument yang
utuh terhadap temuan atau data
yang diperoleh.
1. Siswa menganalisis
data dalam bentuk
membuat kategori.
2. Siswa menyimpulkan
dari analisis data.
Mengkomunikasi
(Comunication)
1. Guru melatih siswa untuk
berkomunikasi menemukan
konsep ketika menyampaikan
informasi yang ditemukan.
Dalam bentuk lisan, diagram,
bagan, atau media.
1. Siswa menyampaikan
konseptulasi. Dalam
bentuk lisan, tulisan,
diagram, bagan,
gambar atau media
lainnya.
10
c. Kelebihan dan Kelemahan Scientific
Adapun Kelebihan dan kelemahan Scientific ini sendiri adalah :
Kelebihan :
1. Proses pembelajaran lebih terpusat pada siswa sehingga memungkinkan
siswa aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
2. Langkah-langkah pembelajarannya sistematis sehongga memudahkan guru
untuk memanajemen pelaksanaan pembelajaran.
3. Memberi peluang guru untuk lebih kreatif dan mengajak siswa untuk aktif
dengan berbagai sumber belajar.
4. Langkah-langkah pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam
mengkonstruksi konsep hukum atau prinsip.
5. Proses pembelajarannya melibatkan proses-proses kognitif yang potensial
dalam merangsang perekembangan intelek khususnya keterampilan berpikir
tingkat tinggi dapat mengembangkan karakter siswa.
6. Penilaiannya mencakup semua aspek.
Kelemahan :
1. Dibutuhkan kreatifitas tinggi dari guru untuk menciptakan lingkungan
belajar dengan menggunakan pendekatan, sehingga apabila guru tidak mau
kreatif maka pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
2. Guru jarang menjelaskan materi pembelajaran, karena guru banyak yang
beranggapan bahwa dengan kurikulum terbaru ini guru tidak perlu lagi
menjelaskan materinya.
4. Tinjauan Materi Kalor
Adapun materi yang digunakan dan penelitian ini adalah :
a. Perubahan Suhu Benda
Kalor adalah energi yang ditransfer dari satu benda ke yang lainnya
karena adanya perbedaan temperatur (Giancoli, 2001:490). Pada prinsipnya
semakin besar kalor jenis suatu zat, maka semakin besar pula kalor yang
11
diperlukan. Jadi besarnya kalor yang yang diberikan pada suatu benda
sebanding dengan kalor jenis atau jenis zat (c). Pernyataan tersebut dapat
ditarik suatu pernyataan bahwa besarnya kalor yang diperlukan untuk
menaikan suhu sebagai berikut.
Besarnya kalor (Q) yang diperlukan suatu benda sebanding dengan
massa benda (m) bergantung pada kalor jenis (c) dan sebanding dengan
kenaikkan suhu secara matematis dapat dituliskan:
𝒎 . 𝒄 .∆𝒕 (Giancoli, 2001:492)
Keterangan:
Q adalah kalor yang diperlukan atau dilepaskan (J), m adalah massa benda
(kg), c adalah kalor jenis benda , adalah kenaikan suhu (
).
b. Perubahan wujud zat
Pada proses perubahan wujud zat ternyata suhu benda tetap, karena
pada saat perubahan wujud zat kalor yang diperlukan atau dilepaskan tidak
digunakan untuk mengubah wujud zat tersebut. Perubahan wujud zat dapat
berubah-ubah antara lain:
1. Mencair adalah perubahan wujud zat padat menjadi cair disebut mencair,
pada saat mencair memerlukan kalor.
2. Membeku adalah perubahan wujud zat cair menjadi padat, pada saat
membeku melepaskan energi kalor.
3. Menguap adalah perubahan wujud zat cair menjadi gas, pada saat
menguap memerlukan energi kalor.
4. Mengembun adalah perubahan wujud zat gas menjadi cair, pada saat
mengembun melepaskan energi kalor.
5. Menyublim adalah perubahan wujud zat padat menjadi gas, pada saat
menyublin memerlukan energi kalor.
Perubahan wujud suatu zat dapat digambarkan dengan sebuah
siklus, siklus dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini
)( t
Q
)/( 0CkgJ t C0
12
Gambar 1. Siklus Perubahan Wujud Suatu Zat
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kuantitatif menggunakan
metode penelitian eksperimen dengan one-group pretest – posttest design. Pada
penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti, yaitu satu variabel bebas dan
satu variabel terikat. Pendekatan pembelajaran scientific merupakan variabel
bebas, sedangkan untuk variabel terikat yaitu hasil belajar siswa.
Populasi penelitian meliputi seluruh siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi
tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 209 siswa. Sampel penelitian terdiri
dari dua kelas yang dilakukan secara simple random sampling.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan tes. Tes
diberikan sebanyak dua kali yaitu tes kemampuan awal (pre-test) dan tes
kemampuan akhir (post-test). Pre-test digunakan untuk mencari sampel apakah
sampel diterima atau ditolak. Data hasil pre-test selanjutnya dianalisis dengan
mencari nilai rata-rata dan simpangan baku, uji normalitas, uji hipotesis, dan uji-
gain.
1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran materi
Perubahan wujud zat merupakan data penelitian ynag diperoleh dari hasil Pre-
Test atau soal yang diberikan sebelum siswa mendapat pembelajaran dari guru
dengan menggunakan pendekatan Scientific. Pelaksanaan Pre-Test dilakukan
pada pertemuan pertama yang diikuti oleh 30 siswa sebelum diberikan
perlakuan dengan menggunakan pendekatan Scientific. Soal Pre-Test yang
digunakan yaitu berbentuk essay yang terdiri 6 soal.
13
a. Rata-rata dan Simpangan Baku Pada Pre-Test
Adapun Rekaptulasi hasil tes awal dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2.
Rekapitulasi hasil Tes Awal (Pre-Test)
No Uraian Kelas Eksperimen
1. Jumlah Siswa 30
2. 𝑋 18,83
3. Rentang Nilai 29
4. Nilai Tertinggi 34
5. Nilai Terendah 5
6. Panjang Kelas 5
7. Banyak Kelas 5,88
8. Simpangan Baku 7,59
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai
lebih dari atau sama dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70
dalam pre-test ini sebanyak 0 siswa (0%) dan mendapat nilai kurang dari
KKM adalah sebanyak 30 siswa (100%). Nilai tertinggi pada pre-test ini
adalah 34 dan yang terendah adalah 5. Rata-rata (𝑥 ) nilai secara
keseluruhan adalah 18,83, rentang nilai adalah 29, panjang kelas adalah 6,
banyak kelas adalah 5,88, dan simpangan baku Pre-Test adalah 7,59.
Gambar 2 Rata-rata Pre-Test
0
20
40
60
80
Jumlah
Siswa
Ketuntasan
Pretest
KKM
30
0
70
KKM
Tidak Ada
Siswa Yang
Tuntas
Jumlah Siswa
14
b. Uji Normalitas Pada Pre-test
Hasil perhitungan uji normalitas Pre-Test dapat dilihat pada tabel
3.
Tabel 3.
Hasil Uji Normalitas Pre-Test
Tes 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 Dk 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 Kesimpulan
Awal 4,3720 5 11,070 Normal
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa nilai 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 data tes awal (Pre-
Test) lebih kecil 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 (4,3720 < 11,070). Berdasarkan ketentuan
pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan 𝑋2 (Chi-
kuadrat) dapat disimpulkan bahwa data Pre-Test berdistribusi normal pada
taraf kepercayaan 𝛼 = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 5.
2. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa (Post-Test)
a. Rata-rata dan Simpangan Baku pada Post-Test
Rekaptulasi hasil tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.
Rekaptulasi Hasil Tes Akhir (Post-Test)
No Uraian Kelas Eksperimen
1. Jumlah Siswa 30
2. 𝑋 79,66
3. Rentang Nilai 28
4. Nilai Tertinggi 89
5. Nilai Terendah 61
6. Panjang Kelas 5
7. Banyak Kelas 5,88
8. Simpangan Baku 6,95
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh
siswa adalah 79,66. Siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 atau di atas
KKM sebanyak 27 orang, sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang
dari 75 atau di bawah KKM adalah 3 orang. Dengan rentang nilai 28,
15
panjang kelas adalah 5, banyak kelas adalah 5,88, dan simpangan baku
Post-Test adalah 6,95.
Gambar 3. Rata-rata Post-Test
b. Uji Normalitas Pada Post-Test
Hasil perhitungan uji normalitas skor Post-Test dapat dilihat pada
tabel 5.
Tabel 5
Hasil Uji Normalitas Post-Test
Tes 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 Dk 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 Kesimpulan
Akhir 4,2054 5 11,070 Normal
Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 data tes akhir
(Post-Test) lebih kecil 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 (4,2054 < 11,070). Berdasarkan ketentuan
pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan 𝑋2 (Chi-
kuadrat) dapat disimpulkan bahwa data Post-Test berdistribusi normal
pada taraf kepercayaan 𝛼 = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 5.
c. Uji Hipotesis Pada Post-test
Untuk menarik kesimpulan dari data Post-Test, maka dilakukan
pengujian hipotesis secara statistik. Berdasarkan hasil uji normalitas yaitu data
Post-test berdistribusi normal.
𝐻𝑎 : Rata-rata hasil belajar siswa telah menggunakan pendekatan Scientific
signifikan meningkat ( 𝐻𝑎 ∶ 𝜇1 < 𝜇2).
010203040506070
Jumlah
Siswa
Siswa
yang
Tuntas
Siswa
yang
Tidak
Tuntas
KKM
30 27
3
70
Jumlah Siswa
Siswa Yang
TuntasSiswa yang
Tidak TuntasKKM
16
𝐻0 : Rata-rata belajar siswa setelah menggunakan pendekatan Scientific tidak
meningkat ( 𝐻0 ∶ 𝜇1 ≥ 𝜇2).
Selanjutnya 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dibandigkan dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada daftar distribusi t
dengan derajat kebebasan dk = n-1, 30-1 = 29. Hasil uji untuk Post-Test
menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan akhir siswa
(lampiran) menunjukkan bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝐻𝑎 diterima dan 𝐻𝑜 ditolak
dengan taraf kepercayaan 𝛼 = 0,05 karena 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
57,13 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,669 (Lampiran C).
2) Deskripsi Analisis Hasil Data Gain
Data Gain ini didapatkan dari selisish hasil perolehan nilai Pre-test
dan nilai Post-Test.
a. Rata-rata dan Simpangan Baku Pada Data Gain
Adapun rekaptulasi hasil data Gain dapat dilihat pada tabel 6
Tabel 6
Rekaptulasi Hasil Data Gain
No Uraian Kelas Eksperimen
1. Jumlah Siswa 30
2. 𝑋 60,83
3. Rentang Nilai 23
4. Nilai Tertinggi 73
5. Nilai Terendah 50
6. Panjang Kelas 4
7. Banyak Kelas 5,88
8. Simpangan Baku 7,59
b. Uji Normalitas Data Gain
Hasil perhitungan uji normalitas data Gain dapat dilihatt pada tabel 7.
Tabel 7
Hasil Uji Normalitas Data Gain
Tes 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 Dk 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 Kesimpulan
Akhir 2,7426 5 11,070 Normal
17
3) Deskripsi Analisis Peningkatan Hasil Belajar
Ketuntasan hasil belajar dapat dilihat dari perbandingan rata-rata nilai
siswa pada saat pre-test dan post-test. Untuk memberikan gambaran data lebih
jelas, rata-rata antara pre-test dan post-test, dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Ketuntasan rata-rata hasil belajar antara Pre-Test dan Post-Test
Berdasarkan analisis hasil pre-test dan post-test dapat dilihat
perbedaan hasil belajar antara kemampuan awal siswa dengan kemampuan
akhir (tabel), terdapat ketuntasan hasil belajar setelah diberikan pembelajaran.
Nilai rata-rata pre-test adalah 20, sedangkan nilai rata-rata post-test adalah
79,66. Nilai rata-rata yang dihipotesiskan adalah 70. Hal ini berarti nilai rata-
rata pre-test 20 < 70, makan Ha ditolak dan Ho diterima. Sedangkan nilai rata-
rata post-test 79,66 > 70, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan
rekaptulasi hasil nilai pre-test. Persentase ketuntasan belajar fisika siswa yang
tidak tuntas sebesar 100% sebanyak 30 siswa dan persentase siswa yang
tuntas sebesar 0% sebanyak 0% siswa. Sedangkan rekaptulasi hasil nilai post-
test, persentase ketuntasan belajar fisika siswa yang tidak tuntas sebesar 10%
dari 30 siswa, dan persentase siswa yang tuntas sebesar 90% sebanyak 27
siswa. Jadi secara deskriptif dapat dikatakan bahwa hasil post-test siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Scientific
secara signifikan tuntas.
D. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 Februari 2016 dan 13 Februari 2016
yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X
0
20
40
60
80
100
Pretest KKM Posttest
20
7079
0
2734
89
50% 90%
Rata-rata
Ketuntasan
Nilai Tertinggi
Nilai terendah
Persentase Ketuntasan
18
SMA Negeri Purwodadi tahun pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan
pendekatan pembelajaran Scientific.
Pada pembahasan ini membahas tentang penerapan pendekatan Scientific.
Yang memiliki 5 (Lima) tahapan, Mengamati (Observating), pada tahapan
pertama ini dalam kegiatan mengamati pada pembelajaran dimulai dengan, guru
menentukan objek yang akan diobservasi, membuat pedoman observasi sesuai
dengan lingkup objek yang diobservasi. Dilanjutkan dengan menentukan secara
jelas data-data yang perlu diobservasi. Menentukan dimana objek yang akan
diobservasi. Perlu juga untuk menentukan secara jelas bagaimana observasi
dilakukan untuk mengumpulkan data agar mudah dan lancar. Selanjutnya
menentukan cara melakukan pencatatan hasil observasi dan dalam kegiatan
melibatkan siswa secara langsung. Kemudian selama kegiatan berlangsung,
siswa melakukan terlibat dengan dua cara yaitu berstruktur dan tidak berstruktur.
Menanya (Questioning), pada tahap kedua, dalam proses pembelajaran guru
harus menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan rana
sikap, keterampilan dan pengetahuan. Mengembangkan minat dan keingintahuan
siswa tentang suatu topik. Guru harus bisa memusatkan perhatian pada masalah
tertentu. Sehingga mampu merangsang siswa mengajukan pertanyan sendiri.
Disela-sela waktu yang ada Guru memberikan tugas hingga kegiatan belajar
dapat berlangsung secara maksimal, melakukan pendekatan kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa
semua siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Guru memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan pemahaman tentang informasi
yang diberikan . Kemudian melibatkan siswa dalam menyimpulkan yang dapat
mendorong proses berpikir, sehingga siswa dapat mengembangkan kebiasan
menanggapi pertanyan teman atau pernyataan guru. Guru mengarahkan siswa
untuk melakukan kebiasan belajar diskusi.
Selanjutnya mengumpulkan data (Exploring), pada tahapan ketiga ini, guru
menugaskan siswa untuk mengumpulkan data atau informasi dari berbagai
19
sumber. Siswa yang menentuka data yng merka perlukan dari pertanyaan yang
telah diajukan oleh guru. Selanjutnya, guru mengarahkan siswa dalam
merencanakan aktivitas, dan melaporkan aktivitas yang telah dilakukan. Guru
memfasilitasi atau membantu siswa menggunakan bahan dan peralatan yang ada.
Barulah siswa dapat mengumpulkan data.
Kemudian dilanjutkan dengan mengasosiasi (Associating), pada tahapan
keempat ini, Guru melatih siswa untuk menentukan data yang relevan dengan
yang tidak relevan, sehingga disini siswa akan menganalisis data dalam bentuk
membuat sebuah kategori. Menentukan hubungan data/ kategori. Selanjutnya,
guru melatih siswa untuk dapat memberikan argument yang utuh terhadap
temuan atau data yang diperoleh. Dari hasil argument setiap siswa, barulah guru
membimbing siswa untuk menyimpulkan analisis data.
Tahapan terakhir ini yaitu mengkomunikasikan (Communication), guru
melatih siswa untuk berkomunikasi menemukan konsep ketika menyampaikan
informasi yang ditemukan. Dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan ataupun
media lainnya. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan konseptulasi yang telah mereka buat.
Berdasarkan uraian diatas, dimana penerapan pendekatan Scientific dapat
meningkatkan hasil belajar maka pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan
sebagai alternatif dalam kegiatan belajar mengajar disuatu sekolah. Proses belajar
yang terjadi tidak hanya berasal dari satu arah saja, peran guru sebagai fasilitator
dan motivator pun akan meningkat. Kegiatan belajar menjadi menyenangkan dan
tidak membosankan seperti yang terjadi pada proses pembelajaran klasikal. Dari
hasil LKS yang telah dibagikan oleh guru dimana berisi permasalahan yang
perulu diselidiki, rata-rata siswa mampu menyelesaikan dengan baik dan
memperoleh nilai yang relatif tinggi. Skor tertinggi dalam pengisian LKS yaitu
kelompok 2 dengan nilai skor 85
Pendekatan scientific ini merupakan salah satu cara siswa agar lebih berani
dan aktif bertanya tentang apa saja yang belum mereka pahami. Karena yang
20
dihadapi adalah temannya sendiri, maka siswa tidak akan merasa malu untuk
bertanya kepada temannya itu sebab dengan teman sendiri tidak ada rasa
canggung, rendah diri dan sebagainya. Sehingga diharapkan siswa yang kurang
paham untuk tidak segan-segan mengungkapkan apa saja yang belum
dimengerti, dalam hal ini menyangkut materi kalor. Selain itu juga, bahasa dari
teman sebaya akan lebih mudah dipahami sehingga akan lebih mempermudah
siswa dalam proses pemahamannya.
Dengan pendekatan ini, dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi
siswa diantara teman-temannya. Hal ini terlihat pada saat penerapan
pembelajaran tersebut dilakukan. Ketika siswa menyampaikan informasi yang
berasal dari pendapat-pendapat temannya dengan cara diskusi. Pelaksanaan
treatment pada awalnya mengalami sedikit hambatan. Pembelajaran yang baru
bagi guru dan siswa memerlukan sedikit waktu untuk penyesuaian. Kegaduhan
yang terjadi pada saat pelaksanaan treatment cukup menyita waktu pembelajaran,
tetapi tidak begitu lama. Ada beberapa siswa yang merasa kesulitan dalam tahap
penalaran, sehingga materi yang diserap siswa kurang maksimal. Hambatan yang
terjadi pada pertemuan pertama tidak lagi terjadi pada pertemuan berikutnya
karena siswa merasa senang dalam bertukar informasi antara teman
sekelompoknya.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis uji-t pada data post-test dengan taraf
signifikan α = 0,05 diperoleh thitung = 57,13 dan ttabel = 1,669. Dengan
demikian dapat diartikan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dari hasil
penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Scientific kelas X SMA
Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran 2015/2016 secara signifikan meningkat.
Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata pre-test 20 dengan 100% dari 30
21
siswa belum mencapai KKM (70), sedangkan nilai rata-rata post-test 79,66
dengan persentase 90% dari 30 siswa telah mencapai KKM dikelas X.2.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka penulis
mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Pendekatan Scientific perlu disosialisasikan agar dapat digunakan sebagai
alternatif dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan hasil belajar karena
melalui penelitian ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa terhadap
kemampuannya sendiri.
2. Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru banyak melibatkan siswa
sehingga siswa bisa berperan dan terlibat secara langsung dalam proses
pembelajaran. Serta perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai
pengembangan dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2010. Belajar-Mengajar. Bandung: Yrama Widya
Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Zain. 2010. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik. 2006. Proses Belajar-Mengajar. Jakarta: Bumi Aksar
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis.
Bandung: Interes Media.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar