PENDAMPINGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) DI PROVINSI BENGKULU
Ir. SISWANI DWI DALIANI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013
KODE: 26 /1801.018/011/E/RDHP/2013
i
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP : Pendampingan Program KRPL di Provinsi Bengkulu.
2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu
3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu 38119
4. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu TA. 2013
5. Status Kegiatan (L/B) : B (Baru)
6. Penanggung Jawab
a. Nama : Ir. Siswani Dwi Daliani
b. Pangkat/Golongan : Penata /IIId
c. Jabatan Fungsional : Penyuluh Pertanian Muda
7. Lokasi : 3 kabupaten/kota Provinsi Bengkulu
8. Agroekosistem : Lahan kering dataran rendah dan dataran tinggi
(pekarangan)
9. Tahun Mulai : 2013
3. Tahun Selesai : 2015
11. Output Tahunan : 1. Dapat disampaikannya materi pemanfaatan Kawasan Rumah Pangan Lestari melalui kegiatan sosialisasi, apresiasi, pelatihan-pelatihan dan gelar teknologi
2. Berkembangnya pemanfaatan lahan pekarangan sesuai dengan konsep model kawasan rumah pangan lestari
3. Tersebarnya teknologi pemanfaatan pekarangan sesuai dengan konsep KRPL dengan promosi dan advokasi melalui sosialisasi, apresiasi, pelatihan-pelatihan dan gelar teknologi
4. Diadopsinya paket teknologi pemanfaatan pekarangan sesuai dengan konsep KRPL dan agroekosistem setempat
5. Peningkatan pemahaman komoditas tanaman KRPL oleh warga masyarakat
6. Sampainya materi informasi teknologi pemanfaatan pekarangan dan jenis komoditas yang sesuai dengan kondisi wilayah
12. Output Akhir : 1. Dapat disampaikannya materi Kawasan Rumah
Pangan Lestari melalui kegiatan sosialisasi, apresiasi, pelatihan-pelatihan dan gelar teknologi
2. Berkembangnya pemanfaatan lahan pekarangan sesuai dengan konsep model kawasan rumah pangan lestari di 10 kabupaten/kota
ii
3. Peningkatan pemahaman komoditas tanaman pekarangan KRPL, melalui pelaksanaan sosialisasi, apresiasi, pelatihan-pelatihan dan gelar teknologi.
4. Teridentifikasinya teknologi yang existing dan pemecahan masalah dalam pemanfaatan Kawasan Rumah Pangan Lestari
5. Diadopsinya inovasi teknologi spesifik lokasi dalam pemanfaatan pekarangan melalui kegiatan KRPL
6. Sampainya informasi komoditas tanaman pekarangan yang sfesifik di Provinsi Bengkulu kepada pengguna
7. Umpan balik efektivitas pendampingan KRPL di 3 Kabupaten/kota.
13. Biaya : Rp. 75.000.000,- (Seratus lima puluh juta rupiah)
Koordinator Program Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP NIP.19690427 199803 1 001
Penanggung Jawab RDHP
Ir. Siswani Dwi Daliani NIP. 19600730 198903 2 001
Mengetahui, Menyetujui, Kepala Balai Besar Pengkajian Kepala BPTP Bengkulu Dan Pengembangan teknologi Pertanian Dr. Ir. Agung Hendriadi, M. Eg Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19638021 198903 1 011 NIP. 19590206 198603 1 002
iii
RINGKASAN
1 Judul : Pendampingan program KRPL di Provinsi Bengkulu. 2 Unit kerja : BPTP Bengkulu 3 Lokasi : Provinsi Bengkulu 4 Agroekosistem : Lahan kering dataran rendah dan dataran tinggi
(pekarangan) 5 Status (L/B) : B (Baru) 6 Tujuan : 1. Mendampingi kegiatan KRPL di provinsi
Bengkulu yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu dan P2KP Kabupaten Kota di Provinsi Bengkulu
2. Menyebarkan/mendiseminasikan inovasi teknologi pemanfaatan pekarangan melalui kegiatan sosialisasi, gelar teknologi, dan pelatihan-pelatihan di 3 kabupaten kota di provinsi Bengkulu
7 Keluaran : 1. Berkembangnya pemanfaatan lahan pekarangan sesuai dengan konsep kawasan rumah pangan lestari
2. Tersebarnya teknologi pemanfaatan pekarangan sesuai dengan konsep KRPL dengan promosi dan advokasi melalui sosialisasi, apresiasi, pelatihan-pelatihan dan gelar teknologi dalam bentuk materi informasi teknologi pemanfaatan pekarangan dan jenis komoditas yang sesuai dengan kondisi wilayah sampai ke pengguna
3. Diadobsinya paket teknologi pemanfaatan pekarangan sesuai dengan konsep KRPL dan agroekosistem setempat
4. Luasan jangkauan diseminasi dengan memanfaatkan jalur komunikasi dan pemangku kepentingan (stakeholders) dapat diketahui
5. Peningkatan pemahaman komoditas tanaman KRPL oleh warga masyarakat
8 Hasil/pencapaian : 1. Percepatan pengenalan, penyebarluasan dan adopsi pemanfaatan pekarangan di Provinsi Bengkulu.
2. Sampainya informasi komoditas tanaman pekarangan spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu kepada pengguna
3. Terbentuknya suatu kawasan rumah pangan lestari yang lebih luas secara mandiri oleh masyarakat yang mengikuti kegiatan sosialisasi, apresiasi, pelatihan-pelatihan dan gelar teknologi.
4. Diadopsinya inovasi teknologi KRPL di 3 kabupaten kota di provinsi Bengkulu.
iv
9 Prakiraan Manfaat :1
2
3
Diadopsinya model pemanfaatan pekarangan di kelompok rumah tangga dalam satu desa Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap aspek-aspek teknis budidaya tanaman pekarangan seperti tomat, cabe, kol bunga, dan terung. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam merancang usaha tani yang efisien baik dalam penggunaan input maupun pemanfaatan sumberdaya lahan pekarangan dengan menggunakan pupuk organik. Manfaat yang paling diharapkan adalah peningkatan produktivitas yang diikuti oleh peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi belanja keluarga.
3 Prakiraan Dampak :1
2
Peningkatan wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan sehingga pada akhirnya mampu menurun pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga masyarakat Peningkatan produktivitas usahatani dan pendapatan masyarakat melalui pengembangan inovasi teknologi yang sesuai dengan agroekosistem dan sosial ekonomi setempat. Hal ini akan meningkatkan stabilitas produksi bahan pangan secara regional dan nasional yang mendukung terwujudnya ketahanan pangan melalui kawasan rumah pangan lestari. Teknologi yang diintroduksikan dapat diadopsi secara luas oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan pendapatan dan mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
11 Metodologi : Pendampingan program KRPL dilaksanakan di 3
kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu. Pendampingan dilakukan melalui petugas kepada pelaku utama. Kegiatan pendampingan KRPL meliputi: a) Koordinasi internal dan antar institusi b) Sosialisasi, pelatihan-pelatihan dan gelar teknologi c). melaksanakan pengawalan pada KBD KRPL di Kabupaten/kota d) menyampaikan dan mendistribusi bahan informasi teknologi pemanfaatan pekarangan berupa petunjuk praktis budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos
v
12 Jangka Waktu : 3 (tiga) tahun (2013 s/d 2015)
13 Biaya : Rp. 75.000.000. (seratus lima puluh juta rupiah)
vi
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laju pembangunan pertanian yang semakin dinamis menuntut percepatan
adopsi teknologi oleh pelaku utama maupun pelaku usaha di sektor pertanian. Dalam
merespon tuntutan tersebut perlu dilakukannya pendampingan. Pendampingan
merupakan salah satu aspek penting dalam mensukseskan program Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL). Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir, terfokus
dan terukur sangat diharapkan oleh semua pihak dalam mengakselerasi pencapaian
dari sasaran yang telah ditetapkan.
Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua
dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang No 7 tahun 1996
tentang Pangan disebutkan bahwa “ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya
pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau”. Berdasar
definisi tersebut, terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga merupakan tujuan
sekaligus sebagai sasaran dari ketahanan pangan di Indonesia. Oleh karenanya
pemantapan ketahanan pangan dapat dilakukan melalui pemantapan ketahanan
pangan di tingkat rumah tangga
Menindak lanjuti arahan Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan
Pangan pada bulan Oktober 203 di Jakarta tentang ketahanan dan kemandirian
pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Terkait denganhal ini,
pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga
merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah
tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan
keluarga sudah dilakukan masyarakat sejak lama dan terus berlangsung hingga
sekarang namun belum dirancang dengan baik dan sistematis pengembangannya
terutama dalam menjaga kelestarian sumberdaya. Olehkarena itu, komitmen
pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan
melalui diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman
pangan untuk masa depan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan kembali
budaya menanam di lahanpekarangan, baik di perkotaan maupun di perdesaan.
Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan “Model
Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL)” yang merupakan himpunan dari
2
Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan
pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan
pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal,
pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, serta peningkatan pendapatan yang
pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk menjaga
keberlanjutannya, pemanfaatan pekarangan dalam konsep KRPL dilengkapi dengan
kelembagaan Kebun Bibit Desa, unit pengolahan serta pemasaran untuk
penyelamatan hasil yang melimpah (Kementerian Pertanian, 2011).
1.2. Dasar Perimbanagan
Berdasar pemikiran tersebut, seperti tertuang Pedoman Umum Model KRPL
(Kementerian Pertanian, 2011), Tujuan pengembangan Model KRPL adalah: (1)
Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi
pemanfaatan pekarangan secara lestari; (2) Meningkatkan kemampuan keluarga dan
masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan
untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga),
pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah
tangga menjadi kompos; (3) Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga
keberlanjutan pemanfatan pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan
lokal untuk masa depan; dan (4) Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif
keluarga sehingga mampu meningkat kesejahteraan keluarga dan menciptakan
lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. Berdasar tujuan tersebut,
sasaran yang ingin dicapai dari Model KRPL ini adalah berkembangnya kemampuan
keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial dalam memenuhi kebutuhan
pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang sejahtera
(Kementerian Pertanian, 2011).
Tingkat adopsi teknologi pemanfataatan pekarangan di Provinsi Bengkulu
relatif masih rendah yang diindikasikan oleh masih kurangnya pemanfaatan
pekarangan. Tingkat pemahaman masyarakat dan penyuluh dalam pemanfaatan
pekarangan dalam upaya peningkatan ketahanan pangan masih rendah dan perlu
ditingkatkan. Melalui Pendampingan KRPL dalam bentuk kegiatan sosialisasi,
apresiasi, pelatihan-pelatihan dan gelar teknologi serta penyebaran bahan informasi
berupa buku petunjuk, leaflet-leaflet, CD, dll diharapkan dapat tersebarnya paket
teknologi pemanfaatan pekarangan yang lestari sehingga pada akhirnya akan
3
tercapainya peningkatan pemanfaatan lahan pekarangan secara optimal dan
meningkatkan pendapatan rumah tangga tani.
1.3. Tujuan
Tujuan pendampingan KRPL pada tahun 2013 adalah:
1. Mendampingi kegiatan KRPL di provinsi Bengkulu yang dilaksanakan oleh
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu dan P2KP Kabupaten Kota di
Provinsi Bengkulu
2. Menyebarkan/mendiseminasikan inovasi teknologi pemanfaatan
pekarangan melalui kegiatan sosialisasi, gelar teknologi, dan pelatihan-
pelatihan di 3 kabupaten kota di provinsi Bengkulu
1.4. Keluaran yang Diharapkan
1. Melalui kegiatan sosialisasi, apresiasi, pelatihan-pelatihan dan gelar
teknologi di 3 Kabupaten dan Kota di provinsi Bengkulu diharapkan akan
tersebarluasnya paket teknologi pemanfaatan pekarangan berupa
kawasan rumah pangan lestari.
2. Diadopsinya paket teknologi pemanfaatan pekarangan sesuai dengan
konsep rumah pangan lestari di 3 kabupaten/kota diprovinsi Bengkulu
3. Didapatkannya Umpan balik efektivitas pendampingan di Stakeholders.
4. Diketahuinya teknologi yang existing dan solusi dalam pemecahan
masalah dalam hal pemanfaatan lahan pekarangan.
5. Peningkatan pemahaman komoditas tanaman pekarangan KRPL, melalui
pelaksanaan Gelar teknologi, Sosialisasi/apresiasi dan pelatihan.
6. Tersosialisasinya pemanfaatan Kawasan RPL, melalui kegiatan Gelar
Teknologi, sosialisasi/apresiasi dan pelatihan.
1.5. Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari kegiatan pendampingan KRPL ini adalah akan
terdampinginya program KRPL di 3 kabupaten/kota dan terus berkembang
membentuk kawasan baru lainya di provinsi Bengkulu. Dengan adanya koordinasi
yang terpadu dari tingkat pusat sampai ke tingkat masyarakat pelaksana KRPL
diharapkan tujuan dari pengembangan kawasan rumah pangan lestari ini dapat
tercapai sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah. Partisipatif dari petani
pelaksana KRPL juga diharapkan sangat berperan dalam hal keberhasilan program
pendampingan KRPL ini, karena tanpa adanya feedback tidak akan tercapai apa yang
diharapkan. Peningkatan adopsi teknologi akan berdampak terhadap peningkatan
4
produktivitas, produksi dan pendapatan masyarakat dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan dan pertanian yang berkelanjutan.
1.6. Perkiraan Manfaat dan Dampak
1.6.1 Manfaat
Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap aspek-aspek teknis dalam
pemanfaatan lahan pekarangan dengan budidaya tanaman pangan, buah, sayuran
dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil
serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos. Meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam merancang usaha tani yang efisien baik dalam pemanfaatan lahan
pekarangan yang lestari, mengurangi belanja untuk konsumsi sehari-hari. Manfaat
yang paling diharapkan adalah peningkatan produktivitas yang diikuti oleh
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan lahan
pekarangan yang lestari.
1.6.2 Dampak
Peningkatan wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan
lahan pekarangan. Peningkatan produktivitas usahatani dan pendapatan masyarakat
melalui pengembangan inovasi teknologi yang sesuai dengan agroekosistem dan
sosial ekonomi setempat. Hal ini akan meningkatkan stabilitas produksi bahan
pangan untuk konsumsi sehari-hari. Teknologi yang diintroduksikan dapat diadopsi
secara luas oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan pendapatan dan
mewujudkan pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan serta mewujudkan
kawasan rumah pangan lestari.
5
II. TINJAUAN PUSAKA
Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif sempit ini,
bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buah-buahan; bahan
tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta bahan pangan hewani yang
berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Manfaat yang akan diperoleh dari
pengelolaan pekarangan antara lain dapat : memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi
keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan
bagi keluarga.
Rumah Pangan Lestari merupakan rumah yang memanfaatkan pekarangan
secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang
menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya. Penataan pekarangan
ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya melalui pengelolaan
lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan
komoditas.
Pengelompokan lahan pekarangan dibedakan atas pekarangan perkotaan dan
perdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik untuk menetapkan komoditas
yang akan ditanam, besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara menata
tanaman, ternak, dan ikan.
a. Pekarangan Perkotaan : Pekarangan perkotaan dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
(1) Perumahan Tipe 21, dengan total luas lahan sekitar 36 m2; (2) Perumahan
Tipe 36, luas lahan sekitar 72 m2; (3) Perumahan Tipe 45, luas lahan sekitar 90
m2; dan (4) Perumahan Tipe 54 atau 60, luas lahan sekitar 120 m2.
b. Pekarangan Perdesaan: Pekarangan perdesaan dikelompkkan menjadi 4, yaitu
(1) pekarangan sangat sempit (tanpa halaman), (2) pekarangan sempit (<120
m2), (3) pekarangan sedang (120-400 m2), dan (4) pekarangan luas (>400 m2).
Pemilihan komoditas ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan
kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan pengembangannya secara
komersial berbasis kawasan. Komoditas untuk pekarangan antara lain: sayuran,
tanaman rempah dan obat, serta buah (pepaya, jeruk kalamansi, mangga Bengkulu,
sirsak). Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan kolam ikan dan ternak.
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL), diwujudkan dalam satu dusun
(kampung) yang telah menerapkan prinsip RPL dengan menambahkan intensifikasi
6
pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah
ibadah, dll), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran
hasil. Suatu kawasan harus menentukan komoditas pilihan yang dapat
dikembangkan secara komersial, dilengkapi dengan kebun bibit.
Berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan,
sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak kita jumpai. Demikian pula berbagai jenis
tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di
wilayah kita ini. Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran
pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan
keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatan sumberdaya yang tersedia
maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan
pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan
pekarangan antara lain dapat: memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga,
menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi
keluarga. Potensi lahan pekarangan sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan
untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan
maupun di perkotaan.
Inovasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani apabila teknologi
yang diintroduksikan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Bermanfaat bagi petani secara nyata.
2. Lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang telah ada.
3. Bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi teknologi
tersedia.
4. Memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi.
5. Meningkatkan efisiensi dalam berproduksi.
6. Bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan usaha pertanian
(Kartono, 2009).
Dari sisi petaninya sendiri, mereka juga mempertimbangkan beberapa faktor
sebelum mengadopsi teknologi. Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh petani
diantaranya adalah:
1. Ketersediaan pasar hasil panen dengan harga pasar yang layak serta
keuntungan yang baik.
2. Kepastian diperolehnya hasil dengan resiko kegagalan yang minimal.
3. Penerapan teknologi tidak sulit bagi petani.
7
4. Petani mampu menyediakan modal untuk mengadopsi teknologi.
5. Memberikan nilai tambah dan keuntungan nyata bagi petani.
Dalam proses adopsi inovasi teknologi kepada pengguna, akan mengalami proses
dan tahapan yaitu kesadaran (awareness), tumbuhnya minat (interest), evaluasi
(evaluation), mencoba (trial) dan adopsi (adoption) (Rogers, 1983).
Pada dasarnya pendampingan merupakan bagian dari kegiatan diseminasi.
Diseminasi teknologi merupakan proses timbal balik, para pelaku menyediakan,
menerima informasi dan teknologi sehingga diperoleh kesepahaman dan
kesepakatan bersama. Kegiatan diseminasi dalam pendekatan Spectrum Diseminasi
Multi Chanels (SDMC), dilakukan dengan memanfaatkan berbagai jalur komunikasi
dan pemangku kepentingan (stakeholders) terkait. Ilustrasi pada Gambar 1
menunjukkan pola-pola yang merupakan spectrum diseminasi beserta beragam
channel yang dapat digunakan dalam proses distribusi informasi inovasi teknologi
tersebut.
Gambar 1. Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC).
Sumber: Badan Litbang Pertanian (2011)
8
Masyarakat akan menerima dan mengadopsi inovasi teknologi dengan syarat
teknologi yang diintroduksikan secara ekonomis menguntungkan dan secara teknis
dapat dilaksanakan serta tidak bertentangan dengan sosial budaya masyarakat
setempat. Proses pembelajaran bagi masyarakat haruslah dilakukan secara
sistematis, lengkap, sederhana/aplikatif, dan partisipatif dengan mengoptimalkan
kinerja dari panca indra. Learning by doing secara partisipatif merupakan metode
pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar ataupun melihat,
tetapi lebih ditekankan untuk mampu melaksanakan, mengevaluasi/membuat
penilaian (menemukan), menentukan pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan
teknologi yang spesifik lokasi. Dengan cara ini diharapkan petani lebih kreatif dan
inovatif yang dapat berperan seperti halnya seorang peneliti dan penyuluh.
9
III. PROSEDUR
3.1 Lokasi kegiatan dan waktu
Kegiatan pendampingan KRPL tahun 2013 dilaksanakan di 3 Kabupaten/kota
yang dilaksankanan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu dan P2KP
Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari –
Desember 2013.
3.2 Cakupan Kegiatan
Pendampingan dilakukan di 3 kabupaten/kota di provinsi Bengkulu. Untuk
tahun 2013 kegiatan pendampingan dilakukan di 3 kabupaten yakni kabupaten
Bengkulu Selatan, Kabupaten Lebong dan kota Bengkulu. Pendampingan KRPL yang
dilakukan oleh BPTP Bengkulu dalam bentuk 1 kali gelar teknologi di kabupaten
Bengkulu Selatan, 1 kali sosialisasi di kabupaten Lebong, dan 2 kali pelatihan di
kabupaten Bengkulu selatan dan Kabupaten Rejang Lebong serta jika dimungkinkan
dari biaya nya akan dilakukan juga di beberapa kabupaten lainnya.
Kegiatan pendampingan oleh BPTP Bengkulu akan diprioritaskan pada
penyampaian materi melalui media elektronik (IT), leafleat, brosur, buku petunjuk
teknis dll khususnya kepada penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan stakeholders di
tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
3.3 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
3.3.1 Persiapan
Penyusunan RODHP
RODHP disusun sebagai penjabaran dan perincian dari RDHP. RODHP lebih
rinci dan operasional baik dari aspek administrasi/keuangan dan kegiatan
yang akan dilaksanakan. RODHP selanjutnya diturunkan dan dirincikan lagi
menjadi juklak kegiatan diseminasi.
Pelaksanaan sosialisasi.
Pelaksanaan gelar teknologi/temu lapang.
Pelatihan-pelatihan
3.3.2 Pelaksanaan kegiatan
Koordinasi intern dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan di BPTP
Bengkulu. Pertemuan direncanakan dilaksanakan 1-2 kali dalam sebulan. Dalam
pertemuan ini akan dibahas tetang persiapan dan pelaksanaan sosialisasi, gelar
teknologi/temu lapang, pelatihan-pelatihan dan pelaporan. Koordinasi ekstern
10
dilakukan dengan stakeholder dan kooperator dalam pelaksanaan kegiatan dan
kemajuan perkembangan kegiatan.
Setelah dilakukan koordinasi intern dan ekstern, selanjutnya dilakukan
identifikasi kebutuhan pendampingan program KRPL. Setelah diketahui kebutuhan
pendampingan maka selanjutnya dibuat petunjuk teknis (juknis) dan petunjuk
pelaksanaan (juklak) dan ditindak lanjuti dengan pelaksanaan kegiatan berupa
sosialisasi, gelar teknologi, pelatihan-pelatihan sesuai dengan yang dibutuhkan.
3.3.3 Parameter yang Diukur
Jumlah peserta/kelompok yang didampingi
Frekuensi pendampingan (sosialisasi, apresiasi, pelatihan-pelatihan dan
gelar teknologi).
Jumlah dan jenis bahan informasi yang disebarluaskan sebagai bahan
penyuluhan.
Jumlah stakeholders yang mencari informasi mengenai teknologi
pemanfaatan pekarangan terpadu (KRPL) dengan mengakses web BPTP
Bengkulu
11
IV. ANALISIS RESIKO
Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang mungkin
dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi/pendampingan. Dengan mengenal
resiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun strategi ataupun cara
penanganan resiko baik secara antisipatif maupun responsif (Tabel 1 dan 2).
Tabel 1. Daftar resiko pelaksanaan pendampingan KRPL tahun 2013.
NO. RESIKO PENYEBAB DAMPAK
1. Koordinasi antar pelaksana KRPL di daerah kurang lancar
- Masing-masing SKPD menjalankan tupoksinya sendiri dan belum terintegrasi
- Peningkatan produksi dan produktivitas (kinerja bersama) tidak tercapai
Tabel 2. Daftar penanganan resiko dalam pelaksanaan pendampingan KRPL tahun 2013.
NO. RESIKO PENYEBAB PENANGANAN
1. Koordinasi antar pelaksana KRPL di daerah kurang lancar
- Masing-masing SKPD menjalankan tupoksinya sendiri dan belum terintegrasi
- Dilakukan sosialisasi - Meningkatkan
koordinasi
12
V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANA
5.1. Tenaga yang terlibat dalam kegiatan
NO NAMA/NIP JABATAN DALAM
KEGIATAN
URAIAN TUGAS ALOKASI WAKTU
(%)
1 Siswani Dwi Daliani Penanggung Jawab RDHP Pendampingan KRPL
Bertanggung jawab dalam pelaksanakan pendampingan KRPL (penyusunan Juklak/juknis, pelaksanaan gelar teknologi, temu lapang, sosialisasi, pelatihan, penerbitan media)
40
2 Dr. Umi Pudji Astuti Anggota
Membantu melaksanakan kegiatan teknis, pelatihan, sosialisasi, Gelar Teknologi, pengumpulan data, analisis dan pelaporan kegiatan
20
3 Taufik Hidayat, S.TP Anggota
Membantu melaksanakan kegiatan teknis, pelatihan, sosialisasi, Gelar Teknologi, pengumpulan data, analisis dan pelaporan kegiatan
20
4 Ina Hartati Anggota Membantu melaksanakan kegiatan teknis, pelatihan, sosialisasi, Gelar Teknologi, pengumpulan data, analisis dan pelaporan kegiatan
20
13
5.2. Jangka Waktu Kegiatan
5.3. Pembiyaan
No Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan
(Rp.000) Biaya
1. Gaji Upah UHL Petani Pendukung Lain UHL petugas lapang
30 OH 11 OH
35.000 30.000
1.050.000 1.30.000
2. Belanja Bahan Sarana Produksi dan Bahan
Pendukung Lain ATK dan Komputer Suplies Percetakan bahan informasi Penggandaan, laminasi,
dokumentasi,foto, foto copy Konsumsi dalam rangka Gelar
Teknologi, Temu Lapang, Sosialisasi, apresiasi, pelatihan
1 paket
1 paket 1 paket
1 paket
200 OH
4.000.000
1.800.000 2.000.000
500.000
50.000
4.000.000
1.800.000 2.000.000
500.000
3.000.000
3. Biaya barang non operasional lainnya Akomodasi dalam rangka Gelar
teknologi, temu lapang, sosialisasi, apresiasi, pelatihan
4 kali
5.000.000
20.000.000
4. Belanja Sewa Sewa Tenda
1 Keg
1.000.000
1.000.000
5. Belanja Jasa Profesi Narasumber, Pengarah,
Fasilitator, Evaluator
6 OJ
500.000
3.000.000
4. Belanja Perjalanan Perjalanan Daerah
Perjalanan dalam rangka koordinasi, persiapan, pelaksanaan.
Perjalanan Kepusat dalam rangka koordinasi, seminar, workshop
70 OH
1 OP
365.000
5.000.000
25.550.000
3.000.000
Jumlah 75.000.000
No Uraian kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 3 11 12
1 Penyusunan RDHP
2 Penyusunan/pembahasan
perbaikan RODHP
3 Koordinasi
4 Pelaksanaan
5 Laporan bulanan
6 Laporan tengah tahun
7 Laporan akhir tahun
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1996. Pedoman Penelitian Metode Penyuluhan Pertanian. Departeman Pertanian Pusat Penyuluhan Pertanian., Jakarta
Fauzia, S. 2002. Revitalisasi Fungsi Informasi dan Komunikasi serta diseminasi luaran BPTP. Makalah disampaikan pada ekspose dan seminar teknologi pertanian spesifik lokasi, 14-15 Agustus 2002 di Jakarta. Pusat penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi. Bogor.
Tjitropranoto, P. 2000. Strategi Diseminasi Teknologi dan Informasi Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bogor.