RES JUDICATA ISSN : 2621-1602
Website: http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/RJ/index
227
PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN OLEH PERUSAHAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN KUBU RAYA
M. Fajrin1;Anshari2
1,2Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Pontianak Email : [email protected]
ABSTRAK
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Corporate Sosial Responbility (CSR) merupakan salah satu kegiatan yang wajib dilakukan oleh perusahaan pengelola sumber daya alam.Perusahaan Pengelola Sumber Daya Alam diberikan kewenangan melalui peraturan perundangan untuk dapat menyelenggarakan kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan di wilayah yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sebagai pengelola Sumber Daya Alam, Perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT) memiliki kesempatan untuk menyelenggarakan kegiatan kemasyarakatan secara langsung tanpa melalui mekanisme atau persetujuan penyelenggaraan dari pemerintah daerah.Kabupaten Kubu Raya sebagai salah satu daerah otonomi yang berada di Provinsi Kalimantan Barat memmiliki sejumlah lahan yang diperuntukkan untuk pembangunan perkebunan. Adanya investasi perusahaan dalam bidang perkebunan memberikan banyak dampak kepada masyarakat. Dampak dari pembangunan perkebunan tersebut tidak hanya kepada pemasukan/pendapatan bagi pemerintah saja. Dampak secara fisik dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat yang mendiami sekitar lokasi perusahaan perkebunan.Dengan adanya kewajiban melaksanakan kegiataan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, Perusahaan Perkebunan di Kabupaten Kubu Raya juga memikul tanggung jawab tersebut. Sehingga besar harapan bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan di lakukan secara konsisten dan bermanfaat bagi masyarakat setempat. Keywords: Corporate Sosial Responbility; CSR; Tanggung Jawab Sosial
I. Pendahuluan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan merupakan tanggung jawab perusahaan atau
perseroan terbatas yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang yang berkaitan dengan
sumber daya alam. Tanggung jawab sosial dan Lingkungan dilaksanakan oleh direksi
perusahaan baik dilakukan secara mandiri maupun melibatkan mitra kerja program dalam
pelaksanaan kegiatan.
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan atau yang dikenal dengan sebutan Corporate
Social Responbility (CSR) merupakan komitmen perusahaan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan
yang bermanfaat baik untuk perusahaan itu sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat
serta pemerintah daerah terkait.
RES JUDICATA Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman 227-242
228
Pembiayaan dari kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dibebankan kepada
anggaran yang telah disediakan oleh perusahaan. Anggaran tersebut merupakan keputusan dari
dewan direksi maupun pucuk pimpinan secara structural sehingga tidak dapat dikatakan bahwa
kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan ini merupakan kegiatan asal-asalan saja.
Perumusan kegiatan ini bahkan melalui mekanisme yang cukup alot di antara pimpinan
perusahaan.
Dalam melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan, perusahaan juga
diwajibkan untuk melibatkan masyarakat, komunitas dan perangkat pemerintah terkait dengan
lokasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan
meliputi bidang-bidang sebagai berikut :
1. Bidang Pendidikan 2. Bidang Kesehatan 3. Bidang Olah Raga 4. Bidang Keagamaan, Sosial, Seni dan Budaya 5. Bidang Perekonomian Rakyat 6. Bidang Lingkungan dan Keamanan 7. Bidang Infrastruktur 8. Bidang lain yang memiliki dampak luas. Salah satu bidang yang menarik perhatian adalah bidang Lingkungan. Dampak lingkungan
dari pembangunan perkebunan dapat dirasakan secara nyata. Isu lingkungan tentang
pemanasan global atau yang sering kita sebut dengan global warming adalah proses
peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Lingkungan hidup dimana
pencemaran dan pengrusakan terhadap lingkungan dianggap sebagai faktor penyebab hilangnya
sifat kealamiahan bumi akibat pemanasan global. Dunia pun menyadari untuk melakukan upaya
keras mengingat semakin terancamnya eksistensi kehidupan. Sehingga dengan adanya
Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan ini sangat diharapkan dapat mengimbangi
kerusakan lingkungan yang telah dihasilkan oleh pembangunan perkebunan..
Kabupaten Kubu Raya merupakan suatu kawasan yang berada dipesisir pantai
Kalimantan sebelah barat. Secara administrasi kabupaten kubu raya berbatasan langsung
dengan Kota Pontianak di Sebelah utara, Kabupaten Sanggau di sebelah timur, Kabupaten
Kayong Utara di Sebelah Selatan dan Selat Karimata di Sebelah Barat. Luas wilayah Kabupaten
Kubu Raya 872.537,01 hektar, yang terdiri dari 9 kecamatan dengan 4 kecamatan berada di
wilayah pesisir.
RES JUDICATA ISSN : 2621-1602
Website: http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/RJ/index
229
II. Tinjauan Pustaka
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan merupakan Kewajiban Perusahaan atau
perseroan terbatas yang menyelenggarakan usahanya dibidang Pengelolaan Sumber Daya
Alam. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan memiliki dampak yang begitu luas.
Secara garis besar, Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan di Kabupaten
Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan pada Peraturan Perundang-undangan
sebagai berikut :
1. UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 2. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 3. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas 4. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat No 4 Tahun 2016 tentang Pengelolaan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (CSR) di Provinsi Kalimantan Barat
5. Peraturan Daerah Kabupaten Kubu Raya No. 4 Tahun 2016 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
6. Peraturan Bupati Kabupaten Kubu Raya No. 36 Tahun 2014 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Dalam perkembangan etika bisnis yang lebih mutkahir, muncul gagasan yang lebih
komperehensif mengenai lingkup Corporate Social Responsibility (CSR). Sampai sekarang ada
empat bidang yang dianggap dan diterima sebagai ruang lingkup Corporate Social Responsibility
(CSR).
1. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi
kepentingan masyarakat luas.
Sebagai salah satu bentuk dan wujud tanggung jawab sosial perusahaan,
perusahaan diharapkan terlibat dalam berbai kegiatan yang terutama untuk
memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jadi, tanggung jawab
sosial dan moral perusahaan disini terutama terwujud dalam ikut melakukan kegiatan
tertentu bagi masyarakat.
Perusahaan dalam hal ini diharapkan untuk tidak hanya melakukan kegiatan
bisnis demi mencari keuntungan, melainkan ikut juga memikirkan kebaikan, kemajuan
, dan kesejahteraan masyarakat dengan ikut melakukan berbagai kegiatan sosial
yang berguna bagi masyarakat. Kegiatan sosial tersebut sangat beragam misalnya
meminjamkan dana untuk membangun rumah ibadah, membangun prasarana dan
RES JUDICATA Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman 227-242
230
fasilitas sosial dalam masyarakat (listrik, air, jalan, tempat rekreasi, dsb), melakukam
penghijauan, menjaga sungai dari pencemaran limbah, melakukan pelatihan dengan
cuma- cuma, memberi beasiswa kepada anak dari keluarga yang kurang mampu
ekonominya dan lain sebagainya.
Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar keterlibatan perusahaan
dalam berbagai kegiatan sosial tersebut, yaitu :
a. Karena perusahaan dan seluruh karyawannya adalah bagian integral dari
masyarakat setempat. Karena itu, wajar mereka pun harus ikut bertanggung
jawab atas kemajuan dan kebikan masyrakat tersebut. Keterlibatan sosial
merupakan wujud nyata dari tanggung jawab sosial dan kepedulian perusahaan
sebagai bagian integral dari masyarakat atas kemajuan maysrakat tersebut;
b. Perusahaan telah diuntungkan dengan mendapatkan hak mengelola sumber
daya alam yang ada di masyarakat tersebut dengan mendapatkan keuntungan
bagi perusahaan tersebut. Demikian pula, sebagai tingkat tertentu masyarakat
telah menyiapkan tenaga-tenaga profesional bagi perusahaan yang berjasa
mengembangkan perusahaan tersebut. Karena itu, keterlibatan sosial merupakan
semacam balas jasa terhadap masyarakat;
c. Tidak melakukan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu yang merugikan kepentingan
masyarakat luas. Dengan ikut dalam berbagai kegiatan sosial, perusahaan
mempunyai kepedulian punya tanggung jawab terhadap masyarakat dan dengan
demikian dapat mencegahnya untuk tidak sampai merugikan masyarakat melalui
kegiatan bisnis tertentu.
d. Menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan masyarakat. Ini akan membuat
masyarakat merasa memiliki perusahaan tersebut dan dapat menciptakan iklim
sosial dan politik yang lebih aman, kondusif, dan menguntungkan bagi kegiatan
bisnis perusahaan tersebut.
2. Keuntungan ekonomis
Tujuan bisnis adalah untuk mencari keuntungan demi mempertahankan
kelangsungan bisnis dan perusahaan yang menyangkut semua orang yang terkait
dalam bisnis tersebut. Setiap pelaku bisnis dan perushaan secara moral dibenarkan
RES JUDICATA ISSN : 2621-1602
Website: http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/RJ/index
231
untuk mengejar kepentingan pribadinya yang dalam bisnis dibaca sebagai
keuntungan karena hanya dengan demikian ia dapat mempertahankan kelangsungan
bisnis dan perusahaan tersebut. Maka, mengejar keuntungan tidak lagi dilihat sebagai
hal yang egoistis dan negatif secara moral, melainkan justru dilihat sebagai hal yang
moral sangat positif. Dalam hal ini keuntungan ekonomi dilihat sebagai sebuah
lingkup tanggung jawab moral dan sosial yang sah dari suatu perusahaan.
3. Memenuhi aturan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat
Perusahaan punya kewajiban dan juga kepentingan untuk menjaga ketertiban
dan keteraturan sosial. Salah satu bentuk dan wujud yang paling nyata dari menjaga
ketertiban dan keteraturan sosial ini sebagai wujud dari tanggung jawab sosial
perusahaan adalah dengan mematuhi aturan hukum yang berlaku karena jika tidak
mematuhi aturan hukum yang berlaku maka ketertiban dan keteraturan masyarakat
tidak akan terwujud.
4. Hormat pada hak dan kepentingan stakeholder atau pihak-pihak yang
berkepentingan dalam kegiatan bisnis suatu perusahaan
Hormat pada hak dan kepentingan stakeholders atau pihak-pihak terkait yang
mempunyai kepentingan langsung dan tidak langsung dengan kegiatan bisnis suatu
perusahaan. Perusahaan secara moral dituntut dan menuntut diri untuk bertanggung
jawab atas hak dan kepentingan pihak-pihak terkait yang punya kepentingan.Artinya
dalam kegiatan bisnisnya suatu perusahaan perlu memperhatikan hak dan
kepentingan pihak-pihak tersebut: konsumen, buruh, investor, kreditor, pemasok,
penyalur, masyarakat setempat, pemerintah dan seterusnya. Tanggung jawab sosial
perusahaan lalu menjadi hal yang begitu kongkret, baik demi terciptanya suatu
kehidupan sosial yang baik maupun demi kelangsungan dan keberhasilan kegiatan
bisnis perusahaan tersebut.
RES JUDICATA Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman 227-242
232
III. Hasil dan Pembahasan
A. Peraturan Tentang Perusahaan Perkebunan dan Program Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan Perusahaan
Perusahaan Perkebunan bukanlah perusahaan baru yang mengelola sumber
daya alam di Indonesia. Sebelum Negara ini memproklamirkan kemerdekaan di tahun
1945, sudah banyak perusahaan perkebunan yang menjalankan operasinya di
wilayah-wilayah nusantara. Seiring kemajuan jaman, perusahaan perkebunan
tersebut dimiliki oleh Negara maupun swasta. Hasil alam yang melimpah menjadikan
pengelolaan terhadap sumber-sumber daya tersebut mengalami peningkatan yang
sedemikian pesat.
Memasuki era reformasi, otonomi daerah menjadi salah satu kebijakan Negara
yang memberikan pengaruh bagi perkembangan usaha perkebunan. Daerah-daerah
otonom yang sebelumnya mengandalkan hasil hutan sebagai sumber pendapatan
daerah mengalihkan kebijakan kepada usaha-usaha perkebunan baru. Salah satu
sumber usaha baru tersebut adalah perkebunan sawit.
Bagi daerah yang memiliki luasan wilayah yang mumpuni maka izin lokasi
perkebunan sawit ini dapat dilakukan oleh kepala daerah setempat. Wilayah maupun
daerah tersebut umumnya terletak di 4 Pulau di Indonesia, yaitu Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Sejak 2007, Negara Indonesia juga merevisi Peraturan Perundang-Undangan
yang terkait dengan Perusahaan, UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Undang-Undang ini diyakini sebagai upaya dan usaha pemerintah untuk
menciptakan kesempurnaan dan keseimbangan dalam menjalankan usaha di
Indonesia. Sebelum kehadiran UU ini, beberapa aturan yang merupakan kebijakan
Negara dalam bidang lingkungan tidak termasuk dalam kewajiban-kewajiban
perusahaan berdasarkan konstitusi, namun menjadi kebijakan administratif semata.
Salah satu kebijakan tersebut adalah tentang Dana Reboisasi bagi Perusahaan
Pengelola Hasil Hutan yang marak dipungut oleh Negara pada akhir tahun 1990-an.
Hadirnya UU No. 40 Tahun 2007 memberikan perspektif baru tentang Program
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang dapat dilakukan oleh perusahaan
sebagai pengganti dari kewajiban untuk membayar Dana Reboisasi kepada Negara.
RES JUDICATA ISSN : 2621-1602
Website: http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/RJ/index
233
Dana Reboisasi yang dimaksud merupakan sumber pendapatan Negara yang dapat
digunakan sebagai dana penyelamatan lingkungan hidup.
Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan secara tekstual diatur dalam
pasal 74 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang berbunyi :
“Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan.””
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan merupakan penterjemahan dari
Program Global yang bernama Corporate Social Responbility (CSR) yang memiliki
tujuan secara umum yaitu memberikan perusahaan tanggung jawab social dan
lingkungan bagi masyarakat yang terkena dampak dari pembangunan perusahaan
tersebut. Namun di beberapa Negara, aturan tentang CSR ini merupakan kewajiban
yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan operasional perusahaan. Maka bagi
perusahaan yang tidak melaksanakan kegiatan CSR dapat dianggap sebagai
perusahaan yang tidak sehat atau tidak ramah lingkungan.
Di Indonesia sendiri, sejak reformasi terdapat beberapa aturan hukum yang
mengatur tentang kegiatan tanggung jawab social dan lingkungan, antara lain:
a. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Konsep CSR yang terdapat dalam UU Perseroan Terbatas juga mencakup
lingkungan. Jadi, secara resmi, UU ini menggunakan istilah Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). UU ini mengatur kewajiban bagi perseroan yang berkaitan dengan sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Pasal 74 ayat (1) UU PT berbunyi, “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.” Bila ketentuan ini tidak dijalankan, maka ada sanksi yang akan dijatuhkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas
Pemerintah menerbitkan PP No. 47 Tahun 2012 sebagai peraturan pelaksana dari Pasal 74 UU PT di atas. PP No. 47 Tahun 2012 yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini hanya berisi sembilan pasal. Salah satu yang diatur adalah mekanisme pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan perseroan.
RES JUDICATA Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman 227-242
234
Pasal 4 ayat (1) PP No. 47 Tahun 2012 menyebutkan, “Tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan Perseroan setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS sesuai dengan anggaran dasar Perseroan, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan.”
c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal UU Penanaman Modal juga menyelipkan satu pasal yang mengatur CSR.
Pasal 15 huruf b berbunyi: “Setiap penanam modal berkewajiban: melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.” Penjelasan Pasal 15 huruf menambahkan bahwa yang dimaksud dengan “tanggung jawab sosial perusahaan” adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanam modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
d. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi UU Minyak dan Gas Bumi memang tidak secara tersurat mengatur
tanggung jawab sosial perusahaan. Namun, bila dibaca secara seksama, ada satu aturan yang secara tersirat menyinggung mengenai CSR. Ketentuan itu adalah Pasal 11 ayat (3) huruf p, yang berbunyi, “Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memuat palin sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu: pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat.”
e. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
UU Minerba tidak menyebut tanggung jawab sosial secara tersurat, tetapi menggunakan istilah program pengembangan dan pemerdayaan masyarakat. Pasal 108 ayat (1) UU Minerba menyebutkan bahwa “Pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) dan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) wajib menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.”
Pasal 1 angka 28 UU Minerba mendefinisikan pemberdayaan masyarakat sebagai “usaha untuk meningkatkan kemampuan masyarakat, baik secara individual maupun kolektif, agar menjadi lebih baik tingkat kehidupannya.”
f. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
PP No. 23 Tahun 2010 merupakan aturan pelaksana dari UU Minerba. PP ini menjelaskan lebih lanjut mengenai pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang telah disinggung oleh UU Minerba. Ada satu bab khusus, yakni BAB XII, yang terdiri dari empat pasal yang mengatur pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
Salah satunya adalah Pasal 108 yang berbunyi, “Setiap pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib menyampaikan laporan realisasi program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setiap 6 (enam) bulan kepada menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.” Pelanggaran terhadap kewajiban ini dapat dikenakan sanksi administratif.
RES JUDICATA ISSN : 2621-1602
Website: http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/RJ/index
235
g. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi UU Panas Bumi juga memiliki satu pasal yang mengatur mengenai
tanggung jawab sosial perusahaan. UU ini menyebutkan istilah tanggung jawab sosial perusahaan dan pengembangan masyarakat sekaligus. Pasal 65 ayat (2) huruf b berbunyi: “Dalam pelaksanaan pelenyelenggaraaan Panas Bumi masyarakat berhak untuk: memperoleh manfaat atas kegiatan pengusahaan Panas Bumi melalui kewajiban perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan dan/atau pengembangan masyarakat sekitar.”
h. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin Setidaknya ada dua pasal yang menyinggung CSR dalam UU No. 13 Tahun
2011. Pertama, Pasal 36 ayat (1) huruf c yang menyatakan bahwa salah satu
sumber pendanaan dalam penanganan fakir miskin, adalah dana yang disisihkan
dari perusahaan perseroan. Ketentuan ini ditegas oleh Pasal 36 ayat (2) yang
berbunyi, “Dana yang disisihkan dari perusahaan perseroan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c digunakan sebesar-besarnya untuk
penanganan fakir miskin.”
Selain itu, ada pula Pasal 41 yang menggunakan istilah pengembangan
masyarakat. Pasal 41 ayat (3) menjelaskan bahwa pelaku usaha berperan serta
dalam menyediakan dana pengembangan masyarakat sebagai perwujudan dari
tanggung jawab sosial terhadap penanganan fakir miskin.
Selain Peraturan Perundangan diatas, peneliti juga menemukan beberapa
peraturan daerah di Kalimantan Barat yang mengatur pelaksanaan kegiataan
tanggung jawab social dan lingkungan, yaitu :
a) Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat No 4 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial dan Perusahaan (CSR) di Provinsi Kalimantan Barat
b) Peraturan Daerah Kabupaten Kubu Raya No. 4 Tahun 2016 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan
Dikarenakan Objek Penelitian ini adalah Perusahaan Perkebunan Kabupaten
Kubu Raya, maka Subjek Penelitian yang digunakan adalah Peraturan Daerah
Kabupaten Kubu Raya No. 4 Tahun 2016 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perusahaan
RES JUDICATA Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman 227-242
236
B. Jenis dan Bentuk Program Tanggung Jawab Sosial dan Perusahaan Sesuai dengan Peraturan Daerah Daerah Kabupaten Kubu Raya No. 4 Tahun 2016 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan
Ruang lingkup dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan meliputi 2 hal
yaitu: a. Kesejahteraan Sosial dan b. Pemulihan dan Peningkatan Kualitas
Lingkungan Hidup. Sebelum membahas tentang jenis dan bentuk program tanggung
jawab social dan lingkungan perusahaan, didalam perda ini mengatur tentang subjek
pelaksana dari kegiataan tanggung jawab social dan lingkungan. Tanggung jawab
social dan Lingkungan perusahaan dapat dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu :
a. BUMN / BUMD
Untuk BUMN/BUMD Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
wajib dilaksanakan dengan besaran maksimal 2% dari keuntungan bersih
perusahaan yang dihitung pada 1 (satu) tahun berjalan.
b. Perusahaan
Sementara bagi perusahaan tidak ditentukan besaran maksimal, sehingga
diharapkan kepatutan dan kewajaran dari pihak perusahaan untuk
menyalurkan anggaran kepada kegiatan tanggung jawab social dan
lingkungan.
Perusahaan yang dimaksud dalam hal ini meliputi diantaranya perusahaan
yang mengelola sumber daya alam di daerah, termasuk bidang perkebunan. Pada
Pelaksanaannya, Perusahaan mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut :
a) Menentukan Program dan masyarakat sasaran yang menerima manfaat
program tanggung jawab social lingkungan yang akan dilaksanakan
perusahaan.
b) Menyusun, menata, merancang dan melaksanakan kegiatan tanggung jawab
social dan lingkungan sesuai dengan prinsip tanggung jawab social dunia
usaha dengan memperhatikan kebijakan pemerintah daerah dan peraturan
perundang-undangan.
c) Menumbuhkan, Memantapkan dan mengembangan sistem Jejaring kerjasama
dan kemitraan dengan pihak lain serta melaksanakan kajian, monitoring dan
evaluasi terhadap pelaksanaan tanggung jawab social dan lingkungan dengan
RES JUDICATA ISSN : 2621-1602
Website: http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/RJ/index
237
memperhatikan kepentingan perusahaan, pemerintah daerah, masyarakat dan
kelestarian fungsi lingkungan.
d) Menetapkan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dalam manajemen maupun program pengembangangan
perusahaan.
e) Melaporakan Kegiataan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Kepada
Pemerintah Daerah.
Dalam melaksanakan Kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan,
Pemerintah Daerah Kabupaten Kubu Raya juga menetapkan 4 (empat) Program
Pokok yang menjadi pedoman, tujuan dari program ini adalah untuk meningkatan
kesejahteraan social, meningkatan kekuatan ekonomi masyarakat, memperkokoh
keberlangsungan usaha perusahaan dan memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup secara berkelanjutan. Adapun 4 (empat) Jenis Program Pokok tersebut adalah
a) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
b) Kemitraan Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi
c) Program Langsung Pada Masyarakat dibidang Pendidikan, Kesehatan, Sosial
Kemasyarakatan, Keagamaan, Seni, Budaya, Olahraga, dan Keterampilan.
d) Infrastruktur.
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sebagaimana dimaksud diatas
merupakan program yang bertujuan mempertahankan fungsi lingkungan hidup dan
pengelolaannya serta memberi bantuan langsung kepada masyarakat yang berada
dalam wilayah sasaran, meliputi bina lingkungan fisikm bina lingkungan social dan
bina lingkungan usaha mikro, kecil dan koperasi. Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan ini meliputi aspek :
a. Penelitian dan Pengkajian Kebutuhan
b. Penguatan Kelembagaan Sosial-Ekonomi Masyarakat
c. Pelatihan dan Pendampingan Kewirausahaan
d. Pelatihan fungsi manajemen dan tata kelola keuangan
RES JUDICATA Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman 227-242
238
e. Pelatihan pengembangan usaha melalui peningkatan mutu, produk, dan
desain, kemasan, pemasaran, jejaring, kerja sama dan peningkatan klasifikasi
perusahaan.
f. Meningkatkan kemampuan manajemen dan produktifitas
g. Mendorong tumbuhnya inovasi dan kreatifitas
Sedangkan Program Langsung Pada masyarakat dapat berupa :
a. Hibah, yang dapat diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat yang
membutuhkan yang besarnya sesuai dengan kemampuan perusahaan;
b. Pemberian beasiswa kepada karyawan atau warga masyarakat yang
berkemampuan secara akademis namun tidak mampu membiayai pendidikan;
c. Subsidi, berupa penyediaan pembiayaan untuk proyek pengembangan
masyarakat, penyelenggaran fasilitas umum atau bantuan modal usaha skala
mikro dan kecil
d. Bantuan Sosial, berupa bantuan dalam bentuk uang, barang maupun jasa
kepada panti sosial/jompo, para korban bencana dan para penyandang
masalah kesejahteraan sosial (PMKS);
e. Pelayanan Sosial berupa layanan pendidikan, kesehatan, olah raga dan
santunan pekerja sosial
f. Bantuan dibidang seni dan budaya berupa bantuan dalam bentuk uang, barang
maupun jasa kepada lembaga atau kelompok sosial kemasyarakatan yang
membidanginya;
g. Perlindungan sosial, berupa pemberian kesempatan kerja bagi para atlet
nasional/daerah yang masih aktif maupun yang sudah purna bakti dan bagi
penyandang cacat (disabilitas) yang memiliki kemampuan khusus
h. Infrastruktur bagi wilayah yang membutuhkan
Untuk mendampingi pemerintah daerah dalam melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, dalam perda
tersebut diamanatkan juga pembentukan forum tanggung jawab sosial dan
lingkungan yang mana struktur dan keanggotaannya merupakan kewenangan dari
kepala daerah.
RES JUDICATA ISSN : 2621-1602
Website: http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/RJ/index
239
Adapun sanksi dari dari ketidakpatuhan perusahaan dalam menjalankan tanggung jawab
sosial dan lingkungan ini berupa :
a. Peringatan tertulis;
b. Pembatasan Kegiatan Usaha;
c. Pembekuan Kegiatan/izin usaha;
d. Pencabutan izin
e. Selain itu, Kepala Daerah dapat mencabut izin operasional perusahaan jika
telah melewati pertimbangan tertentu.
C. Pelaksanaan Program dan Tanggung Jawab Sosial dan Perusahaan
Perkebunan di Kabupaten Kubu Raya
Kabupaten Kubu Raya merupakan daerah otonomi baru yang terakhir setelah
beberapa daerah di Kalimantan Barat memperoleh hak otonominya. Tentu dengan
Kabupaten Kubu Raya merupakan suatu kawasan yang berada dipesisir pantai
Kalimantan sebelah barat. Secara administrasi kabupaten kubu raya berbatasan
langsung dengan Kota Pontianak di Sebelah utara, Kabupaten Sanggau di sebelah
timur, Kabupaten Kayong Utara di Sebelah Selatan dan Selat Karimata di Sebelah
Barat. Luas wilayah Kabupaten Kubu Raya 872.537,01 hektar, yang terdiri dari 9
kecamatan dengan 4 kecamatan berada di wilayah pesisir.
Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 30 Perusahaan Perkebunan di
Kabupaten Kubu Raya, yaitu :
NO PERUSAHAAN LOKASI KEBUN
01 PT. Bumi Pratama Khatulistiwa Kec. Sui Ambawang
02 PT. Mitra Aneka Rezeki Kec. Kubu
03 PT. Rezeki Kencana Kec. Teluk Pakedai
04 PT. Sintang Raya Kec. Kubu
05 PT. Fajar Saudara Lestari Kec. Batu Ampar
06 PT. Palmdale Agroasia Lestari Kec. Sungai Ambawang
07 PT. Gerbang Benua Raya Kec. Batu Ampar
08 PT. Parna Agromas Kec. Kuala Mandor B
09 PT. Nusa Jaya Perkasa Kec. Sui Ambawang
10 PT. Kusuma Alam Sari Kec. Sui Raya
11 PT. Sawit Jaya Makmur Kec. Sui Raya
12 PT. Cipta Tumbuh Berkembang Kec. Kubu
13 PT. Bumi Subur Lestari Tani Kec. Sui Raya
14 PT. Ichiko Agro Lestari Kec. Terentang
RES JUDICATA Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman 227-242
240
15 PT. Agro Alam Nusantara Kec. Sui Raya
16 PT. Rajawali Jaya Perkasa Kec. Sui Raya
17 PT. Graha Agro Nusantara Kec. Sei Ambawang
18 PT. Pinang Witmas Abadi Kec. Ambawang
19 PT. Rizki Sawit Ambawang Kec. Kuala Mandor B
20 PT. Sumatra Unggul Makmur Kec. Sui Raya
21 PT. Putralirik Domas Kec. Sui Raya
22 PT. Sebukit Internusa Kec. Sui Raya
23 PT. Punggur Alam Lestari Kec. Teluk Pakedai
24 PT. Bumi Perkasa Gemilang Kec. Terentang
25 PT. Solusi Jaya Perkasa Kec. Terentang
26 PT. Hamparan Kencana Sakti Kec. Teluk Pakedai
27 PT. Bina Agro Berkembang Lestari Kec. Kubu
28 PT. Pundi Lahan Khatulistiwa Kec. Sui Ambawang
29 PT. Bumi Alam Sentosa Kec. Sungai Raya
30 PT. Cipta Tumbuh Berbuah Kec. Sungai Raya
Dari beberapa responden yang berhasil diwawancarai, pada umumnya
perusahaan perkebunan diatas mengetahui tentang Program Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan, namun tidak sedikit yang mengetahui tentang keberadaan Peraturan
Daerah No. 4 Tahun 2016 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, sehingga
tujuan dan penjabaran tentang program tersebut belum secara menyeluruh dapat
dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan.
Sementara itu beberapa perusahaan antara lain PT. Sintang Raya dan PT.
Bumi Perkasa Gemilang secara teratur telah melaksanakan program kemitraan
antara perusahaan dan kelompok masyarakat, sehingga dalam hal penyaluran
bantuan-bantuan sosial kemasyarakatan Perusahaan dengan mudah memobilisasi
masyarakat sesuai dengan sasaran dan target dari perusahaan.
PT. Sintang Raya secara terorganisir telah melakukan berbagai kegiataan
Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sejak tahun 2016. Kegiataan
tersebut dilakukan pada desa-desa binaan yang dikelola oleh perusahaan. Selain itu,
program bantuan terhadap dunia pendidikan juga tak luput dari program perusahaan,
tak kurang 20 Sekolah Dasar Negeri di Sekitar lokasi perusahaan memperoleh
bantuan-bantuan yang tak sedikit jumlahnya. Selain itu pembinaan olah raga bagi
masyarakat setempat juga diberikan oleh perusahaan tersebut.
RES JUDICATA ISSN : 2621-1602
Website: http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/RJ/index
241
PT. Bumi Perkasa Gemilang juga melakukan hal yang serupa di lokasi
perusahaan. Bantuan terhadap masyarakat dibidang seni dan budaya juga kerap kali
dilakukan oleh perusahaan menjelang perayaan atau peringatan hari-hari raya atau
besar keagamaan atau kesukuan tertentu. Berdasarkan keterangan dari Perusahaan,
masyarakat disekitar lokasi perkebunan terdiri dari berbagai macam kelompok
komunal, sehingga pemberian bantuan tersebut diharapkan memiliki aspek keadilan
bagi seluruh masyarakat.
Beberapa Perusahaan Perkebunan membangun infrastruktur jalan bagi
kebutuhan masyarakat setempat. Pada wawancara yang lain, ditemukan juga fakta
bahwa beberapa Pihak Perusahaan belum pernah dikoordinasikan/disosialisasikan
terkait dengan Pelaksanaan dari Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2016 tersebut.
Sehingga untuk mengukur sejauh mana pelaksanaan program tanggung jawab sosial
dan lingkungan berdasarkan Perda belum dapat diketahui.
Selama proses berjalan. Kegiataan sosial dan lingkungan perusahaan masih
bersifat manual sesuai dengan Standar Operasional Perusahaan (SOP) dari masing-
masing manajemen perusahaan.
IV. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil dan pembahasan yang telah disajikan diatas, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
merupakan suatu program yang sangat baik untuk dapat diterapkan ke dalam kehidupan
masyarakat modern. Membangun kepedulian antara perusahaan dengan masyarakat setempat
menjadikan peningkatan kualitas lingkungan hidup dapat terukur dan tersistematis. Tidak perlu
menunggu bantuan dari pemerintah untuk membangun kesempatan-kesempatan bagi
masyarakat local yang menempati lokasi disekitar perusahaan perkebunan. Adanya Program
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan juga mendorong partisipasi aktif
perusahaan untuk melibatkan masyarakat sekitar dalam upaya peningkatan kualitas hidup
masyarakat, baik melalui beasiswa maupun pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh
perusahaan. Disisi lain aktivitas ini mendorong masyarakat untuk mencapai dan memperoleh
hak-hak asasi dan konstitusi berdasarkan Undang-Undang.
RES JUDICATA Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman 227-242
242
Namun untuk mencapai kesemuanya tersebut, pemerintah daerah diharapkan pro aktif
dalam membangun komunikasi dan sosialisasi akan keberadaan Peraturan Daerah No. 4 Tahun
2016 kepada Masyarakat.
Saran
a. Pemerintah Daerah dapat melakukan sosialisasi dan penyuluhan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2016 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan kepada Perusahaan-Perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Kubu Raya
b. Masyarakat dapat berpartisipasi secara mandiri untuk mendorong keterbukaan lebih besar dalam kesempatan-kesempatan mengakses sumber-sumber pendanaan dan partisipasi perusahaan tanpa dibatasi oleh kepentingan-kepentingan tertentu.
c. Perusahaan dapat merangkul kelompok-kelompok masyarakat local dan membinanya agar dapat menjadi mitra strategis bagi perusahaan.
V. Daftar Pustaka
Buku Ambadar, Jackie, Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Praktik di Indonesia, Jakarta : PT.
Elex Media Komputindo, 2008. Chidir, Ali, Badan Hukum, Bandung : PT. Alumni, 2005. Susanto, A.B., Corporate Social Responsibility, Jakarta : The Jakarta Consulting Group, 2007. Wibisono, Yusuf, Membedah Konsep & Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility), Gresik :
Fascho Publishing, 2007.
Peraturan Perundang-Undangan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perseroan Terbatas
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat No. 4 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan (CSR) di Provinsi Kalimantan Barat.