ANGGARAN DASAR
DAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA
“PARTAI GABUNGAN RAKYAT ACEH MANDIRI”
(Partai GRAM)
MUKADDIMAH
-Atas dasar tanggung jawab pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa yang telah menurunkan amanat bagi
umat manusia untuk menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka terangkumlah segenap cita, rasa, cipta dan
karsa untuk mewujudkan nilai-nilai amanat Ilahi yang Maha Suci.
-Nilai-nilai mulia menjadi landasan moral dalam mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan sehingga dapat
mewujudkan tatanan yang berkeadilan dalam memakmurkan alam semesta. Wujud harkat kemanusiaan lahir dalam bentuk
peradaban yang tinggi. Namun sejarah telah mencatat adanya penyimpangan ketika peradaban dilihat hanya dari sudut
materi yang walaupun telah mendorong kemajuan untuk mencapai tingkat hidup masyarakat yang sejahtera, akan tetapi
juga melahirkan ketimpangan moral di mana kesejahteraan sebagian kecil masyarakat diperoleh dari pengorbanan sebagian
masyarakat lainnya.
-Oleh karena itu penyalahgunaan kekuasaan yang menindas dan membelenggu nilai-nilai kebenaran dan keadilan, yang
telah melahirkan sistem yang dikendalikan oleh semangat keserakahan, kediktatoran dan kezaliman, mesti diakhiri dengan
memulai membangun dan menerapkan sistem yang berdasarkan pada nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, kehormatan serta
semangat pengorbanan. Sebagai wujud kesadaran atas pertanggung-jawaban sejarah dan kemanusiaan, maka
dikembalikanlah upaya untuk mewujudkan tatanan hidup yang tenteram, aman, adil serta sejahtera lahir dan bathin di mana
tercipta keserasian antara kehidupan pribadi dan Masyarakat Mandiri yang dilandasi moral agama yang bersumber dari
iman dan taqwa.
-Dan atas nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa maka segenap kekuatan yang terus menerus berjuang
dalam meletakkan dasar pembaharuan tatanan kehidupan bangsa yang lebih baik bagi masyarakat dan , gerakan politik
melalui Partai Gabungan Rakyat Aceh Mandiri disingkat GRAM untuk memperjuangkan kedaulatan rakyat, demokrasi,
kemajemukan, kemajuan bangsa dan negara serta keadilan sosial menuju peradaban yang tinggi.
-Dengan petunjuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa dan melalui upaya-upaya yang terencana dan
berkelanjutan, maka disusunlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai Gabungan Rakyat Aceh Mandiri.
ANGGARAN DASAR
PARTAI GABUNGAN RAKYAT ACEH MANDIRI
BAB I
PENGERTIAN UMUM
Pasal 1
Pengertian dan Istilah
-Dalam Anggaran Dasar ini yang dimaksud dengan:
1. Partai Politik lokal adalah partai politik sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006
tentang Pemerintahan Aceh.
2. Pemerintahan Aceh adalah pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan Pusat sebagai
pelaksana otonomi khusus yang dilaksanakan oleh Pemerintah Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh sesuai
dengan fungsi dan kewenangannya masing-masing.
3. Anggaran Dasar adalah ketentuan-ketentuan pokok yang mengatur tentang Partai Gabungan Rakyat Aceh Mandiri
disingkat AD.
4. Anggaran Rumah Tangga adalah ketentuan-ketentuan operasional serta penjabaran dari ketentuan-ketentuan pokok
yang termaktub dalam anggaran dasar disingkat ART.
5. Partai Gabungan Rakyat Aceh Mandiri disingkat dengan Partai GRAM.
6. Mahkamah Partai disingkat MP.
7. Majelis Pertimbangan Partai disingkat MPP.
8. Dewan Pimpinan Partai merupakan pimpinan eksekutif tertinggi partai ditingkat pusat, kabupaken/kota, kecamatan,
kemukiman dan gampong.
9. Dewan Pimpinan Pusat disingkat DPP.
10. Dewan Pimpinan Wilayah disingkat DPW.
11. Dewan Pimpinan Cabang disingkat DPC.
12. Dewan Pimpinan Mukim disingkat DPM.
13. Dewan Pimpinan Gampong disingkat DPG.
14. Koordinator Wilayah disingkat KORWIL.
15. Koordinator Cabang disingkat KORCAB.
16. Koordinator Mukim disingkat KORKIM.
17. Kongres Luar Biasa disingkat KONGRESLUB.
18. Musyawarah Luar Biasa disingkat MUSWILLUB.
19. Musyawarah Cabang Luar Biasa disingkat MUSCABLUB.
20. Musyawarah Mukim Luar Biasa disingkat MUSKIMLUB.
21. Musyawarah Gampong Luar Biasa disingkat MUSGAMPONGLUB.
22. Rapat Kerja Pusat disingkat RAKERPUS.
23. Rapat Kerja Wilayah disingkat RAKERWIL.
24. Rapat Kerja Cabang disingkat RAKERCAB.
25. Rapat Kerja Mukim disingkat RAKERKIM.
26. Rapat Kerja Gampong disingkat RAKERGAMPONG.
BAB II
NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN
Pasal 2
Nama dan Kedudukan
(1) Partai ini bernama PARTAI GABUNGAN RAKYAT ACEH MANDIRI disingkat Partai GRAM, didirikan pada hari
tanggal
di Banda Aceh.
(2) DPP Partai GRAM berkedudukan di Ibukota Provinsi Aceh, Banda Aceh.
BAB III
Pasal 3 Dasar
dan Asas
(1) Partai GRAM berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
(2) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh;
(3) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.
Pasal 4
SIFAT DAN TUJUAN
(1) Partai GRAM bersifat terbuka dan mandiri.
(2) Partai GRAM bertujuan:
a) Mewujudkan Aceh Baru, kesejahteraan bagi seluruh rakyat Aceh, menjunjung tinggi dan menegakkan nilai-nilai
iman dan taqwa, kedaulatan rakyat dan keadilan sosial;
b) Meningkatkan partisipasi politik masyarakat Aceh dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan dan
Pemerintahan daerah;
c) Memperjuangkan cita-cita partai lokal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai dengan
kekhususan dan keistimewaan Aceh.
d) Menyerap, menghimpun dan menyalurkan aspirasi rakyat serta mendorong partisipasi politik rakyat.
BAB IV
VISI DAN MISI PARTAI GRAM
Pasal 5
VISI
-Terwujudnya masyarakat Aceh yang demokratis, mandiri, bermartabat dan islami.
Pasal 6
MISI
-Misi Partai GRAM:
(1) Mewujudkan pendidikan masyarakat dalam bidang politik, ekonomi dan sosial budaya;
(2) Mewujudkan kader-kader yang memiliki kualitas dan integritas.
(3) Mewujudkan Partai GRAM sebagai partai politik yang modern dan terbuka serta budaya masyarakat yang luhur.
(4) Mewujudkan penyelenggaraan Pemerintahan dengan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good
governance).
BAB V
LAMBANG DAN LAGU
Pasal 7
Lambang
(1) Lambang Partai GRAM berupa gambar Gajah Putih dengan latar belakang warna merah, biru dan putih berbentuk
bulat.
(2) Penjelasan tentang lambang Partai GRAM sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 8
Lagu
(1) Lagu Partai GRAM terdiri atas Mars dan Hymne yang ditetapkan pertama kali dalam rapat pendiri partai dan
selanjutnya ditetapkan dalam Kongres.
(2) Penjelasan tentang Mars dan Hymne sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga.
BAB VI
KEANGGOTAAN, KADER DAN SIMPATISAN
Pasal 9
(1) Yang dapat menjadi anggota Partai GRAM adalah Warga Negara Indonesia yang berdomisili di dalama wilayah Aceh
serta menyatakan keinginannya untuk bergabung dan berjuang demi membela kepentingan masyarakat, taat pada
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta peraturan partai;
(2) Kader Partai GRAM adalah anggota Partai GRAM yang telah mengikuti perkaderan partai;
(3) Simpatisan Partai GRAM adalah mereka yang mendukung tujuan dan perjuangan partai, tetapi belum terdaftar sebagai
anggota partai;
(4) Peraturan mengenai keanggotaan, kader dan simpatisan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga.
BAB VII
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 10
Struktur Wilayah Kerja
(1) Struktur Wilayah Kerja Partai GRAM disusun secara vertikal menurut jenjang yaitu :
a) DPP Partai GRAM berkedudukan di Ibu kota Provinsi Aceh di Banda Aceh.
b) DPW berkedudukan di Kabupaten/Kota;
c) DPC berkedudukan di Kecamatan;
d) DPM berkedudukan di Mukim;
e) DPG berkedudukan di Gampong;
(2) Struktur dan Pengurus Organisasi sebagaimana disebut pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal 11
Struktur Kekuasaan
Struktur Kekuasaan Partai GRAM terdiri atas:
1) Kongres adalah institusi pengambilan keputusan tertinggi partai di tingkat Pusat yang diselenggarakan 5 (lima) tahun
sekali yang bertugas untuk;
a. Merumuskan dan menetapkan Platform dan Garis-garis besar Perjuangan Partai;
b. Mengubah dan menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
c. Merumuskan dan menetapkan Program Kerja Partai;
d. Membahas dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Pusat (DPP);
e. Memilih dan menetapkan Ketua Umum/Ketua formatur dan anggota formatur Dewan Pimpinan Pusat;
f. Memilih dan menetapkan Ketua dan Wakil Ketua Majelis Pertimbangan Partai Pusat;
g. Memilih dan menetapkan Ketua Majelis Mahkamah Partai Pusat.
2) Musyawarah Wilayah adalah institusi pengambilan keputusan tertinggi partai di tingkat Kabupaten/Kota yang
diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali yang bertugas untuk;
a. Menjabarkan Platform, Garis-garis besar Perjuangan dan Program Kerja Partai;
b. Merumuskan dan menetapkan Program Kerja Partai tingkat Kabupaten dan Kota;
c. Membahas dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Wilayah;
d. Memilih dan menetapkan Ketua/Ketua formatur dan anggota formatur Dewan Pimpinan Wilayah;
e. Memilih dan menetapkan Ketua Majelis Pertimbangan Partai Wilayah;
3) Musyawarah Cabang adalah institusi pengambilan keputusan tertinggi partai di tingkat Kecamatan diselenggarakan 5
(lima) tahun sekali yang bertugas untuk:
a. Menjabarkan Platform, Garis-garis besar Perjuangan dan Program Kerja Partai;
b. Merumuskan dan menetapkan Program Kerja Partai tingkat Kecamatan;
c. Membahas dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Cabang (DPC);
d. Memilih dan menetapkan Ketua / Ketua formatur dan anggota formatur Dewan Pimpinan Cabang;
e. Memilih dan menetapkan Ketua Majelis Pertimbangan Partai Cabang.
4) Musyawarah Kemukiman adalah institusi pengambilan keputusan tertinggi partai di tingkat Kemukiman
diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali yang bertugas untuk:
a. Menjabarkan Platform, Garis-garis besar Perjuangan dan Program Kerja Partai;
b. Merumuskan dan menetapkan Program Kerja Partai tingkat Kemukiman;
c. Membahas dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Kemukiman (DPM);
d. Memilih dan menetapkan Ketua/Ketua formatur dan anggota formatur Dewan Pimpinan Kemukiman;
e. Memilih dan menetapkan Ketua Majelis Pertimbangan Partai Kemukiman;
5) Musyawarah Gampong adalah institusi pengambilan keputusan tertinggi partai di tingkat Gampong diselenggarakan 5
(lima) tahun sekali yang bertugas untuk:
a. Menjabarkan Platform, Garis-garis besar Perjuangan dan Program Kerja Partai;
b. Merumuskan dan menetapkan Program Kerja Partai tingkat Gampong;
c. Membahas dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Gampong (DPG);
d. Memilih dan menetapkan Ketua / Ketua formatur dan anggota formatur Dewan Pimpinan Gampong;
e. Memilih dan menetapkan Ketua Majelis Pertimbangan Partai Gampong;
6) Ketentuan mengenai pelaksanaan struktur kekuasaan sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat (1), ayat (2), ayat (3),
ayat (4), dan (5) diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 12
(1) Dalam hal pergantian Ketua Umum DPP, Ketua DPW, Ketua DPC, Ketua DPM, Ketua DPG dilakukan melalui
Kongres Luar Biasa,Musyawarah Wilayah Luar Biasa, Musyawarah Cabang Luar Biasa, Musyawarah Kemukiman
Luar Biasa dan Musyawarah Gampong Luar Biasa;
(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan Kongres Luar Biasa, Musyawarah Wilayah Luar Biasa, Musyawarah cabang Luar
Biasa, Musyawarah Kemukiman Luar Biasa dan Musyawarah Gampong Luar Biasa
sebagaaimana dimaksud pada pasal 12 ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 13
Quorum dan Pengambilan Keputusan
Ketentuan mengenai quorum dan pengambilan keputusan dalam musyawarah dan rapat diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga;
Pasal 14
Hak Bicara dan Hak Suara
(1) Setiap peserta Musyawarah dan Rapat memiliki hak bicara dan hak suara;
(2) Ketentuan mengenai hak bicara dan hak suara dalam musyawarah dan rapat diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 15
Jenis Rapat Partai
Bentuk dan Jenis rapat partai diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga;
Pasal 16
Kelengkapan Dewan Pimpinan Pusat
(1) Kelengkapan struktur organisasi partai terdiri dari: DPP, MPP dan MP;
(2) MPP berfungsi untuk memberikan pertimbangan dan nasihat kepada DPP di setiap jenjang organisasi partai;
(3) Dalam menerima pertimbangan dan nasihat dari MPP, DPP wajib dengan sungguh-sungguh mempertimbangkannya
dan keputusannya diambil melalui rapat Harian Partai.
(4) MP hanya berada ditingkat DPP yang berfungsi untuk menyelesaikan gugatan, pelanggaran etik dan sengketa yang
terjadi dalam tubuh partai;
(5) Mekanisme kerja unsur kelengkapan partai sebagaimana dimaksud diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB VIII
MAJELIS PERTIMBANGAN PARTAI (MPP)
Pasal 17
(1) Majelis Pertimbangan Partai berfungsi sebagai:
a) Memberikan pertimbangan dan nasihat kepada Dewan Pimpinan di setiap jenjang kepengurusan baik diminta
maupun tidak diminta;
b) Ikut menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi partai baik internal maupun eksternal baik diminta maupun
tidak diminta;
c) Mengawasi pelaksanaan kinerja DPP sesuai dengan AD dan ART.
(2) MPP berhak mengundang Dewan Pimpinan untuk mengadakan rapat dan berlaku untuk semua jenjang tingkatan
kepengurusan:
(3) Ketentuan mengenai MPP sebagaimana dimaksud dalam pasal ini di atur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga;
BAB IX
MAHKAMAH PARTAI (MP)
Pasal 18
(1) Mahkamah Partai adalah badan yang hanya berada di tingkat DPP yang berwenang untuk menyelesaikan gugatan,
pelanggaran dan sengketa yang terjadi dalam tubuh partai;
(2) MP terdiri atas seorang Ketua dan 2 (dua) orang Anggota yang dipilih dan ditetapkan oleh formatur hasil kongres;
(3) Ketua MP mengangkat dan memberhentikan anggota MP yang bersifat Ad Hoc yang berjumlah 5 (lima) orang terdiri
atas 1 (satu) orang dari MP, 1(satu) orang mewakili pemohon, 1 (satu) orang mewakili termohon, 1 (satu) orang dari
MPP dan 1 (satu) orang dari DPP:
(4) MP menangani pengaduan atas permintaan DPP berdasarkan keputusan rapat harian DPP;
(5) Putusan dan/atau rekomendasi MP dikembalikan oleh MP kepada DPP untuk ditindak lanjuti;
(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB X
LEMBAGA PARTAI, BADAN OTONOM DAN RANGKAP JABATAN
Pasal 19
Lembaga Partai
(1) Dewan pimpinan partai dapat membentuk lembaga partai untuk melaksanakan tugas dan fungsi dalam bidang tertentu.
(2) Ketentuan tentang lembaga partai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 20
Badan Otonom
(1) Badan Otonom adalah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan karakteristik jenis kegiatan masing-
masing dan menyatakan dirinya berafiliasi dan menyalurkan aspirasi politik melalui Partai GRAM;
(2) Badan Otonom disahkan oleh DPP melalui Rapat Pleno.
(3) Ketentuan mengenai Badan Otonom sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga:
Pasal 21
Rangkap Jabatan
Secara struktur pengurus partai dilarang merangkap jabatan dalam setiap jenjang kepengurusan, baik dalam jenjang
kepengurusan diatas atau dibawahnya.
BAB XI
REKRUITMEN ANGGOTA LEGISLATIF DAN FRAKSI
Pasal 22
Rekruitmen Anggota Legislatif
(1) Setiap anggota Partai GRAM memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi anggota legislatif:
(2) Masa jabatan keanggotaan legislatif pada setiap tingkatan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai;
(3) Bagi anggota Partai GRAM tidak diperkenankan menjadi calon anggota legislatif pada periode berikutnya jika terbukti
melakukan tindak pidana yang dinyatakan bersalah oleh putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap ;
(4) Anggota Partai GRAM yang menjadi anggota legislatif terpilih adalah yang memperolah suara terbanyak dalam setiap
tingkatan, yang selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilaksanakan sejauh tidak bertentangan dengan
undang-undang yang berlaku:
Pasal 23
Fraksi
(1) Fraksi Partai GRAM adalah alat perjuangan partai yang menjalankan kebijakan partai di lembaga legislatif;
(2) Ketentuan mengenai fraksi Partai GRAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.
BAB XII
REKRUITMEN KADER
Pasal 24
(1) Penempatan keanggotaan dalam jabatan legislatif oleh Partai GRAM dilakukan secara objektif, transparan dan
diputuskan melalui forum Rapat Harian Partai, dengan memperhatikan keterwakilan 30% (tiga puluh persen)
perempuan:
(2) Penempatan keanggotaan dalam jabatan eksekutif dan jabatan lain oleh Partai GRAM dilakukan secara objektif,
transparan dan diputuskan melalui forum Rapat Harian Partai;
(3) Setiap rekruitmen kader dalam kepengurusan untuk setiap jenjang kepemimpinan harus memperhatikan keterwakilan
perempuan minimal 30% (tiga puluh) persen:
(4) Ketentuan rekruitmen kader sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Partai.
BAB XIII
D A N A
Pasal 25Sumber Keuangan
(1) Sumber Keuangan Partai GRAM berasal dari :
a) Iuran Anggota;
b) Usaha yang sah;
c) Sumbangan dan infak;
d) Hibah dan wasiat;
e) Sumber keuangan APBA dan APBK;
f) Sumber-sumber lain yang sah, yang tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan;
(2) Ketentuan mengenai sumber keuangan partai diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 26
Pengelolaan Keuangan
(1) Semua keperluan keuangan partai dan sumber keuangannya dikelola secara tertib, transparan dan dapat dipertanggung
jawabkan dalam suatu Anggaran Pendapatan dan Belanja Partai (APBP);
(2) APBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi keperluan pengelolaan partai yang terdiri atas DPP, MPP dan
MP;
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Pedoman
Kebendaharaan;
BAB XIV
SEKRETARIAT
Pasal 27
(1) DPP membentuk sekretariat partai sebagai alat pendukung partai yang terdiri atas unsur kepala sekretariat dan staf
sekretariat;
(2) Kepala dan Staf sekretariat partai adalah karyawan dan bukan unsur pimpinan partai;
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai
sebagai pedoman administrasi yang ditetapkan oleh DPP;
BAB XV
PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 28
Pengesahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga untuk pertama kalinya disahkan oleh Tim 9 (Sembilan) sebagai
pendiri partai.
BAB XVI
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 29
Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan oleh Kongres Partai;
BAB XVII
SANKSI DAN REHABILITASI
Pasal 30
Sanksi
(1) Sanksi organisasi adalah tindakan yang diputuskan oleh partai terhadap anggota maupun pengurus partai yang
melakukan tindak pidana kejahatan dan/atau melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang,, Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Partai;
(2) Bentuk dan tatacara pelaksanaan sanksi organisasi selanjutnya diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga:
Pasal 31
Rehabilitasi
(1) Rehabilitasi adalah pemulihan nama baik, harkat dan martabat anggota dan/atau pengurus Partai;
(2) Pelaksanaan rehabilitasi diputuskan oleh DPP melalui Rapat Harian;
(3) Ketentuan mengenai rehabilitasi diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Ketentuan Umum
(1) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain;
(2) Hal–hal yang belum diatur dan/atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini, diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga, dan Peraturan Partai;
Pasal 33
Tambahan dan Penutup
Ketentuan–ketentuan lainnya yang belum tercakup dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga diatur lebih lanjut
oleh DPP sejauh tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PARTAI GABUNGAN RAKYAT ACEH MANDIRI
BAB I
LAMBANG
Pasal 1
(1) Filosofi Lambang;
Gajah adalah hewan yang berbadan besar dan kuat. memiliki telinga yang lebar, kaki yang besar dan kokoh, mata yang
kecil, memiliki belalai dan gading, dan yang paling penting hidupnya berkelompok, daya ingat yang tinggi dan
disiplin.
(2) Arti dan Makna Lambang:
a) Gajah memiliki otak yang cerdas, dimaksudkan bahwa seorang pemimpin yang baik harus lebih banyak
menggunakan fikiran yang sehat dan tingkat kecerdasan yang tinggi daripada fisik dalam memecahkan masalah.
Kecerdasan yang tinggi juga dapat digunakan oleh seorang pemimpin dalam mengembangkan ide-ide yang kreatif
dan inovatif.
b) Gajah juga memiliki mata yang kecil, diartikan seorang pemimpin harus dapat fokus, tajam dan berkonsentrasi
dalam melaksanakan tugasnya untuk mengarahkan anggota-anggotanya agar dapat mencapai tujuan.
c) Gajah memiliki dua telinga yang lebar, ini berarti pemimpin harus lebih banyak mendengar apa yang terjadi dan
yang dikeluhkan oleh anggota-anggotanya dan lebih peka terhadap masalah-masalah yang dapat menghambat
dalam mencapai tujuan. Selain itu pemimpin juga harus peka terhadap informasi-informasi dari luar apakah itu
benar atau tidak. Telinga yang lebar juga berfungsi sebagai alat pendingin.
d) Gajah memiliki belalai, yang artinya pemimpin dapat memanfaatkan kemampuannya untuk segala keperluan
dalam mencapai tujuan.
e) Gajah memiliki gading, artinya pemimpin dapat memberikan manfaat bagi anggota kelompok atau organisasinya.
f) Gajah memiliki perut yang besar dan berbadan besar itu dapat diartikan pemimpin memiliki data yang banyak
untuk bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
(3) Lambang dan Gambar berbentuk Gajah dalam lingkaran bulat dengan warna latar lingkaran biru, merah dan putih;
(4) Tulisan Partai GRAM dengan jenis huruf Arial. Warna tulisan Partai warna Hitam dan GRAM warna Merah;
(5) Hal-hal yang berkaitan dengan lambang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai.
Pasal 2
Lagu Partai
(1) Lagu Partai GRAM terdiri atas Mars GRAM dan Hymne GRAM;
(2) Mars GRAM dan Hymne GRAM wajib dinyanyikan dalam rapat-rapat resmi partai;
(3) Ketentuan tentang Lagu Partai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Partai.
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 3
Penerimaan Anggota
Penerimaan anggota Partai GRAM mengikuti ketentuan sebagai berikut:
(1) Yang dapat diterima sebagai anggota Partai GRAM adalah seluruh warga Negara Republik Indonesia yang telah
berusia 17 (tujuh belas) tahun atau telah menikah dan berdomisili di Aceh, berjiwa reformis, menyetujui dan
mendukung Platform Partai, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Garis Perjuangan Partai dan ketentuan
lainnya;
(2) Setiap Warga Negara Republik Indonesia yang berkeinginan menjadi anggota Partai GRAM dapat mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Dewan Pimpinan Partai di wilayah Pemohon;
(3) Dalam hal tertentu DPP Partai GRAM berhak menolak permintaan seseorang sebagai anggota Partai;
(4) Terhadap seseorang yang telah disetujui menjadi anggota Partai GRAM akan diberikan kartu tanda anggota yang
ditanda tangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Umum DPP Partai GRAM.
(5) Tatacara mengenai penerimaan anggota dan penerbitan Kartu Tanda Anggota akan di atur dalam
Peraturan Partai.
Pasal 4
Syarat, Hak dan Kewajiban Anggota
(1) Syarat untuk menjadi anggota Partai GRAM adalah telah berumur 17 tahun atau pernah menikah;
(2) Hak anggota Partai GRAM sebagai berikut:
a) dipilih dan memilih;
b) menyatakan pendapat;
c) membela diri;
d) mendapat perlindungan dan pembelaan hukum dari partai; dan
e) mendapat kesempatan mengikuti agenda-agenda partai sesuai dengan Peraturan Partai.
(3) Kewajiban anggota Partai GRAM sebagai berikut:
a) Menjunjung tinggi nama dan kehormatan Partai GRAM;
b) Memegang teguh dan mentaati AD/ART, Peraturan Partai, Garis Perjuangan Partai dan peraturan-peraturan
lainnya;
c) Membayar iuran anggota;
d) Tidak merangkap sebagai anggota organisasi partai politik lokal lainnya;
e) Mendukung dan menyukseskan tujuan, usaha dan program partai.
(4) Ketentuan mengenai syarat, hak dan kewajiban anggota partai diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai.
BAB III
SANKSI ORGANISASI DAN REHABILITASI
Pasal 5
Sanksi Organisasi
(1) Sanksi organisasi dapat diberikan kepada anggota dan/atau pengurus Partai GRAM apabila:
a) melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
b) melanggar AD/ART dan ketentuan-ketentuan partai;
c) melakukan perbuatan tercela dan tidak terpuji yang dapat merusak citra dan nama baik partai.
(2) Bagi Pimpinan Partai yang berstatus tersangka untuk sementara waktu dinonaktifkan oleh DPP atas usulan DPW
dan/atau DPC.
Pasal 6
Rehabilitasi
(1) Rehabilitasi atau pemulihan nama baik anggota dan/atau pengurus dapat dilakukan apabila:
a) yang bersangkutan dinyatakan tidak bersalah oleh pengadilan;
b) yang bersangkutan mengajukan permohonan keanggotaan setidaknya setelah selesai menjalani hukuman minimal
2 (dua) tahun;
c) yang bersangkutan mengajukan pembelaan diri yang dapat diterima oleh DPP Partai GRAM;
d) Mahkamah Partai mengabulkan surat tinjauan ulang atas perkara yang bersangkutan;
(2) Bagi anggota partai berstatus tersangka atau terdakwa atau terpidana, dengan adanya surat Perintah Penghentian
Penyidikan dan Penuntutan (SP3) dan/atau berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, menyatakan bahwa yang bersangkutan dinyatakan tidak bersalah dan/atau dinyatakan perbuatannya tidak
merupakan tindak pidana, maka dilakukan rehabilitasi oleh DPP Partai GRAM paling lambat 15 (lima belas) hari
setelah permohonan rehabilitasi diajukan oleh yang
bersangkutan, DPW Partai GRAM atau DPC Partai GRAM.
Pasal 7
Bentuk Pelanggaran
Bentuk pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi organisasi adalah pelanggaran yang dilakukan oleh anggota dan/atau
pengurus terhadap kewajiban yang dibebankan kepadanya selaku anggota dan/atau pengurus.
Pasal 8
Prinsip Pemberian Sanksi
(1) Prinsip pemberian sanksi dilakukan melalui proses yang sifatnya terbuka, jujur dan adil;
(2) Pemberian sanksi yang berkenaan dengan pelanggaran dan pengingkaran terhadap putusan partai
ditentukan lebih lanjut oleh DPP Partai GRAM.
Pasal 9
Bentuk dan Mekanisme Pemberian Sanksi
(1) Bentuk sanksi organisasi dapat berupa peringatan tertulis, pemberhentian sementara dan pemberhentian tetap;
(2) Mekanisme pemberian sanksi sebagai berikut :
a) Peringatan tertulis:
1. Peringatan tertulis diberikan kepada pengurus dan anggota yang melakukan pelanggaran dan mengenai
ketentuan lebih lanjut terhadap pelanggaran diatur oleh DPP Partai GRAM dalam Peraturan Partai yang
diputuskan dalam rapat pleno DPP Partai GRAM;
2. Peringatan tertulis kepada pengurus dan anggota diberikan oleh Dewan Pimpinan Partai di setiap jenjang
dengan tata urutan: peringatan pertama bertujuan untuk pencegahan pengulangan kesalahan; Peringatan kedua
bertujuan untuk kepatuhan; peringatan ketiga untuk syarat pengenaan sanksi, dimana setiap surat peringatan
tersebut ditembuskan kepada Dewan Pimpinan Partai satu tingkat diatasnya, kecuali yang dikeluarkan oleh
DPP tanpa tembusan;dan
3. Peringatan tertulis kepada pengurus diberikan oleh Dewan Pimpinan Partai dijenjang kepengurusan yang
bersangkutan:
b) Pemberhentian sementara:
1. Usulan pemberhentian sementara pengurus, diajukan oleh Dewan Pimpinan Partai setempat berdasarkan
putusan rapat- pleno;
2. Pemberhentian sementara dilakukan oleh Dewan Pimpinan Partai satu tingkat diatasnya melalui rapat pleno;
dan
3. Mekanisme pemberhentian sementara bagi pengurus Dewan Pimpinan Pusat dilakukan melalui rapat pleno
DPP Partai GRAM.
c) Pemberhentian tetap:
1. Usulan pemberhentian tetap anggota dilakukan oleh Dewan Pimpinan Partai setempat setelah melalui
mekanisme dan diputusan melalui rapat pleno;
2. Pemberhentian tetap pengurus partai ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Partai dua tingkat diatasnya setelah
mendapat rekomendasi dari Pimpinan Partai satu tingkat diatasnya;
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan peringatan tertulis, pemberhentian sementara dan
pemberhentian tetap akan di atur lebih lanjut dalam Peraturan Partai.
Pasal 10
Mekanisme Pembelaan Diri
(1) Pembelaan diri dapat dilakukan oleh anggota dan/atau pengurus yang dikenai sanksi organisasi melalui Kongres;
(2) Mekanisme pembelaan diri lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Partai.
Pasal 11
Mahkamah Partai
(1) Mahkamah Partai merupakan majelis yang berada di tingkat DPP yang mempunyai wewenang untuk menyelesaikan
masalah dalam partai;
(2) Ketua Mahkamah Partai dipilih dalam Kongres dan ditetapkan oleh DPP atas pertimbangan MPP;
(3) Mahkamah Partai berwenang untuk menyelesaikan pengaduan atau gugatan atas pelanggaran, sengketa dalam tubuh
partai, baik yang sedang terjadi maupun yang pernah terjadi sebelumnya, meliputi pelanggaran AD, ART atau
kebijakan keputusan partai;
(4) Penyelesaian atas pengaduan atau gugatan atas pelanggaran atau sengketa dalam tubuh partai dilaksanakan oleh
Mahkamah Partai dengan batas waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak penerimaan berkas pengaduan atau
gugatan atas pelanggaran atau sengketa dalam tubuh partai oleh Mahkamah Partai;
(5) Keputusan Mahkamah Partai bersifat final dan mengikat serta wajib dilaksanakan oleh DPP selambat-lambatnya dalam
waktu 15 (lima belas) hari kerja setelah putusan dibacakan:
(6) Mahkamah Partai wajib melaporkan hasil kerjanya pada Rapat Kerja Pimpinan Partai dan Kongres;
(7) Mahkamah Partai berkewajiban untuk membentuk hakim Ad Hoc dan menetapkan tatacara beracara dalam
pelaksanaan tugas dan mekanisme kerja dalam Peraturan Mahkamah Partai.
Pasal 12
Pemberhentian Anggota
Anggota Partai berhenti karena:
(1) Meninggal dunia;
(2) Atas permintaan sendiri; dan
(3) Diberhentikan oleh DPP.
Pasal 13
Simpatisan
Simpatisan adalah mereka yang memberikan dukungan kepada partai tetapi belum mempunyai Kartu Tanda Anggota partai
(KTA);
BAB IV
PENGORGANISASIAN
Pasal 14
Tata Kerja Pengorganisasian Partai
(1) Tata kerja pengorganisasian partai dimaksudkan untuk mengatur mekanisme pembagian tugas, wewenang dan
tanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan partai secara struktural dan fungsional;
(2) Tata kerja pengorganisasian partai bertujuan untuk membangun sinergi kerja secara struktural dan fungsional melalui
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan tugas, kegiatan dan
program guna mencapai tujuan partai berdasarkan prinsip kolektifitas, kesinambungan, keterpaduan dan kemanfaatan;
(3) Dewan Pimpinan Partai secara struktural wajib melakukan monitoring dan evaluasi kinerja terhadap pelaksanaan
tugas, kegiatan dan program-program partai minimal 1 (satu) kali dalam 1(satu) tahun yang dilaporkan dalam rapat
kerja partai di setiap tingkatan;
(4) Ketentuan mengenai tata kerja pengorganisasian partai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),ayat (2) dan
ayat (3) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai.
Pasal 15
DEWAN PIMPINAN PUSAT
(1) DPP merupakan pimpinan eksekutif tertinggi dalam memimpin partai untuk masa jabatan 5 (lima) tahun;
(2) DPP berfungsi melaksanakan kegiatan-kegiatan partai, terkait agregasi, artikulasi, aspirasi, konsolidasi, koordinasi, dan
optimalisasi kegiatan partai dalam menghimpun, merumuskan, dan memperjuangkan aspirasi masyarakat;
(3) DPP memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk:
a) Menentukan kebijakan partai sesuai dengan AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres, keputusan-keputusan
Rapat Kerja Pimpinan Pusat dan keputusan-keputusan lainnya sesuai Peraturan Partai;
b) Melakukan konsolidasi organisasi secara struktural mulai dari DPW sampai dengan DPG;
c) Mengesahkan susunan pengurus DPW sesuai dengan hasil keputusan musyawarah wilayah;
d) Membatalkan, merevisi, dan memperbaiki keputusan yang diambil oleh DPW yang bertentangan dengan AD dan
ART, keputusan-keputusan Kongres, keputusan-keputusan Rapat Kerja Pimpinan Pusat, dan keputusan-keputusan
lainnya sesuai Peraturan Partai;
e) Melakukan penyesuaian terhadap struktur kepengurusan yang ada ditingkat DPP melalui penambahan dan
pengurangan unit-unit kerja sesuai kebutuhan partai;
f) Mengangkat Pelaksana Tugas Ketua DPW ketika terjadi kekosongan jabatan pimpinan partai di tingkat tersebut;
g) Melaksanakan kewenangan lainnya yang diberikan oleh AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres, keputusan-
keputusan Rapat Kerja Pimpinan Pusat, dan keputusan-keputusan lainnya sesuai Peraturan Partai;
h) DPP dapat membentuk lembaga, alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-komite aksi dan unit-unit
kerja lainnya untuk melaksanakan kegiatan sesuai program partai;
i) DPP dapat melakukan pergantian fungsional kepengurusan DPP dan DPW, dan melakukan penyesuaian terhadap
struktur pengurus lembaga alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-
komite aksi dan unit-unit kerja lainnya melalui penambahan atau pengurangan komposisi personalia.
Pasal 16
Dewan Pimpinan Wilayah
(1) DPW merupakan pimpinan eksekutif tertinggi ditingkat Kabupaten/Kota dalam memimpin partai untuk masa jabatan 5
(lima) tahun;
(2) DPW berfungsi melaksanakan kegiatan-kegiatan partai ditingkat Kabupaten/Kota yang berhubungan dengan,
konsolidasi, koordinasi, dan optimalisasi kegiatan partai dalam menghimpun, merumuskan, dan memperjuangkan
aspirasi masyarakat;
(3) DPW memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk:
a) Menentukan kebijakan partai sesuai dengan AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres dan Musyawarah
Kabupaten/Kota, keputusan-keputusan Rapat Kerja DPP dan Rapat Kerja Wilayah, dan keputusan-keputusan
lainnya sesuai PeraturanPartai;
b) Melakukan konsolidasi organisasi secara struktural mulai dari DPC sampai dengan DPG;
c) Mengesahkan susunan pengurus DPC sesuai dengan hasil keputusan musyawarah Cabang;
d) Membatalkan, merivisi, dan memperbaiki keputusan yang diambil oleh DPC yang bertentangan dengan AD dan
ART, keputusan-keputusan Kongres dan Musyawarah Wilayah, keputusan-keputusan Rapat Kerja DPP dan Rapat
Kerja Wilayah, dan keputusan-keputusan partai lainya sesuai Peraturan Partai;
e) Melakukan penyesuaian terhadap struktur kepengurusan yang ada ditingkat DPW melalui penambahan dan
pengurangan unit-unit kerja sesuai kebutuhan partai;
f) Mengangkat Pelaksana Tugas Ketua DPC ketika terjadi kekosongan jabatan pimpinan partai di tingkat tersebut;
g) DPW dapat membentuk lembaga, alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-komite aksi dan unit-unit
kerja lainnya untuk melaksanakan kegiatan sesuai program partai;
h) DPW dapat melakukan pergantian fungsional pengurus DPW, dan melakukan penyesuaian terhadap struktur
pengurus lembaga alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-komite aksi dan unit-unit
kerja lainnya melalui penambahan atau pengurangan komposisi personalia.
Pasal 17
Dewan Pimpinan Cabang
(1) DPC merupakan pimpinan eksekutif tertinggi di tingkat Kecamatan dalam memimpin partai untuk masa jabatan 5
(lima) tahun;
(2) DPC berfungsi melaksanakan kerja-kerja partai terkait konsolidasi, koordinasi, dan optimalisasi kegiatan partai dalam
menghimpun, merumuskan dan memperjuangkan aspirasi masyarakat;
(3) DPC memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk:
a) Menentukan kebijakan partai sesuai dengan AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres dan Musyawarah
Wilayah, keputusan Rapat Kerja DPP dan Rapat Kerja Wilayah, dan keputusan-keputusan lainnya sesuai
Peraturan Partai;
b) Melakukan konsolidasi organisasi secara struktural mulai dari DPM sampai dengan DPG;
c) Mengesahkan susunan pengurus DPM sesuai dengan hasil keputusan musyawarah Mukim;
d) Mengangkat Pelaksana Tugas Ketua DPM ketika terjadinya kekosongan jabatan pimpinan partai di tingkat
tersebut;
e) DPC dapat membentuk lembaga, alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-komite aksi dan unit-unit
kerja lainnya untuk melaksanakan kegiatan sesuai program partai;
f) DPC dapat melakukan pergantian fungsional pengurus DPC, dan melakukan penyesuaian terhadap struktur
pengurus lembaga alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-komite aksi dan unit-unit
kerja lainnya melalui penambahan atau pengurangan komposisi personalia.
Pasal 18
Dewan Pimpinan Mukim
(1) DPM merupakan pimpinan eksekutif tertinggi di tingkat Kemukiman dalam memimpin partai untuk masa jabatan 5
(lima) tahun;
(2) DPM berfungsi melaksanakan kerja partai yang berhubungan dengan konsolidasi, koordinasi dan optimalisasi kegiatan
partai dalam menghimpun, merumuskan, dan memperjuangkan aspirasi masyarakat;
(3) DPM memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk:
a) Menentukan kebijakan partai sesuai dengan AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres dan Musyawarah
Wilayah, Musyawarah Cabang, keputusan-keputusan Rapat Kerja DPP dan Rapat Kerja Wilayah, Rapat Kerja
Cabang dan keputusan-keputusan lainnya sesuai Peraturan Partai;
b) Melakukan konsolidasi organisasi secara struktural mulai dari DPG hingga Dusun;
c) Mengesahkan susunan pengurus DPG sesuai dengan hasil keputusan musyawarah Gampong;
d) Mengangkat Pelaksana Tugas Ketua DPG ketika terjadi kekosongan jabatan pimpinan partai di tingkat tersebut;
e) DPM dapat membentuk lembaga, alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-komite aksi dan unit-unit
kerja lainnya untuk melaksanakan kegiatan sesuai program partai;
f) DPM dapat melakukan pergantian fungsional pengurus DPM, dan melakukan penyesuaian terhadap struktur
pengurus lembaga alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-komite aksi dan unit-unit
kerja lainnya melalui penambahan atau pengurangan komposisi personalia.
Pasal 19
(1) DPG merupakan pimpinan eksekutif tertinggi di tingkat Gampong dalam memimpin partai untuk masa jabatan 5 (lima)
tahun;
(2) DPG berfungsi melaksanakan kegiatan-kegiatan partai terkait konsolidasi, koordinasi, dan optimalisasi kegiatan partai
dalam menghimpun, merumuskan dan memperjuangkan aspirasi masyarakat;
(3) DPG memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk:
a) Menentukan kebijakan partai sesuai dengan AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres dan Musyawarah
Wilayah, Musyawarah Cabang, Musyawarah Mukim, keputusan-keputusan Rapat Kerja DPP dan Rapat Kerja
Wilayah, Rapat Kerja Cabang, Rapat Kerja Mukim dan keputusan-keputusan lainnya sesuai Peraturan Partai;
b) Melakukan konsolidasi organisasi secara struktural mulai dari Dewan Pimpinan Dusun;
c) Mengesahkan susunan pengurus Dewan Pimpinan Dusun sesuai dengan hasil keputusn musyawarah Dusun;
d) Mengangkat Pelaksana Tugas Ketua Dewan Pimpinan Dusun ketika terjadi kekosongan jabatan pimpinan partai di
tingkat tersebut;
e) DPG dapat membentuk lembaga, alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-komite aksi dan unit-unit
kerja lainnya untuk melaksanakan kegiatan sesuai program partai;
f) DPG dapat melakukan pergantian fungsional pengurus DPG, dan melakukan penyesuaian terhadap struktur
pengurus lembaga alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-komite aksi dan unit-unit
kerja lainnya melalui penambahan atau pengurangan komposisi personalia.
BAB V
LEMBAGA PARTAI, ORGANISASI OTONOM
DAN
RANGKAP JABATAN
Pasal 20
Lembaga Partai
(1) Lembaga partai merupakan unit kerja yang memiliki tugas dan fungsi tertentu untuk membantu Pimpinan dalam
mengelola partai;
(2) Dalam pengelolaan partai, Dewan Pimpinan Partai dapat membentuk panitia kerja atau komite aksi dalam kegiatan
tertentu.
(3) Lembaga Partai berfungsi melakukan optimalisasi kegiatan-kegiatan partai melalui koordinasi, integrasi dan
sinkronisasi dalam perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan tugas, kegiatan dan program guna mencapai tujuan
partai;
(4) Lembaga Partai memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk:
a) Melakukan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi bidang-bidang kegiatan dan program kerja tertentu dengan
kebijakan partai, AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres, keputusan-keputusan Rapat Kerja Pimpinan partai,
dan keputusan-keputusan lainnya sesuai dengan Peraturan Partai;
b) Melakukan pengolahan data, monitoring, dan evaluasi sebagai dasar pertimbangan dan rekomendasi terhadap
pengambilan keputusan dan kebijakan-kebijakan partai;
c) Melakukan komunikasi, sosialisasi informasi dan edukasi kepada konstituen dan masyarakat luas tentang
kebijakan-kebijakan partai;
d) Melaksanakan kewenangan lainnya yang diberikan oleh AD dan ART, ketetapan Kongres, keputusan Rapat Kerja
Pimpinan Partai, dan keputusan lainnya sesuai Peraturan Partai.
(5) Kewenangan lembaga partai:
a) Konsolidasi infrastruktur partai dan penggalangan massa;
b) Pemenangan Pemilu dan peningkatan citra Partai.
c) Artikulasi dan pengawasan terhadap pemerintahan.
(6) Setiap Lembaga Partai dipimpin oleh seorang Ketua, Sekretaris dan Bendahara yang langsung bertanggung jawab
langsung kepada Ketua Umum untuk tingkat DPP dan Ketua pada tingkatan DPW, DPC, DPM dan DPG;
(7) Ketentuan tentang Lembaga Partai sebagaimana dimaksud diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai.
Pasal 21
(1) Lembaga Partai terdiri dari:
a) Dewan Kehormatan.
b) Dewan Pakar;
c) Dewan Instruktur Pengkaderan Pusat;
d) Komisi Khusus Partai GRAM.
e) KORWIL,KORCAB,KORKim
f) Organ lain yang dibentuk sesuai kebutuhan partai.
(2) Lembaga Partai di setiap tingkatan Dewan Pimpinan Partai menyesuaikan dengan struktur Lembaga Partai Dewan
Pimpinan Pusat;
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai.
Pasal 22
Dewan Kehormatan
(1) Dewan Kehormatan merupakan Lembaga Partai sebagai badan khusus yang menangani persoalan etika kader dan
pengurus partai, berhak mengatur dan mengelola sendiri unit kerjanya berdasarkan ketentuan AD dan ART;
(2) Dewan Kehormatan berfungsi membantu Dewan Pimpinan Partai melakukan supervisi dan konsultasi dengan MPP
dalam menangani promosi, penilaian, pengawasan dan penempatan kader di jabatan politik;
(3) Dewan Kehormatan memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk:
a) Melakukan penilaian dan pengawasan dalam penempatan kader dalam jabatan politik;
b) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja kader yang ditugaskan partai;
c) Melakukan penilaian dan memberikan rekomendasi tindakan terhadap pelanggaran etika dan penyalah gunaan
jabatan;
d) Melakukan tindakan lain sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam kebijakan partai, AD dan ART, keputusan-
keputusan Kongres, keputusan-keputusan Rapat Kerja Dewan Pimpinan Partai, dan keputusan-keputusan partai
lainnya sesuai Peraturan Partai;
(4) Dewan Kehormatan dipimpin oleh seorang Ketua yang bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum dengan
dibantu oleh 1 (satu) orang Sekretaris dan 5 (lima) orang Anggota;
(5) Ketentuan tentang Dewan Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Partai.
Pasal 23
Dewan Pakar
(1) Dewan Pakar merupakan lembaga partai sebagai badan khusus yang mempunyai kedudukan mandiri, berhak mengatur
dan mengelola sendiri unit kerjanya berdasarkan ketentuan AD dan ART;
(2) Dewan Pakar berfungsi membantu Dewan Pimpinan partai melakukan supervisi, akselerasi, dinamisasi dan
optimalisasi kegiatan-kegiatan partai dalam perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan tugas, kegiatan dan
program partai di bidang-bidang tertentu guna mencapai tujuan partai;
(3) Dewan Pakar memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk:
a) Melakukan supervisi, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi pada bidang kegiatan dan program tertentu sesuai
dengan kebijakan partai, AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres, keputusan-keputusan Rapat Kerja Dewan
Pimpinan Partai, dan keputusan-keputusan lainnya sesuai Peraturan Partai:
b) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja kader yang ditugaskan partai;
c) Melakukan penilaian, dan rekomendasi tindakan terhadap pelanggaran etika dan penyalahgunaan jabatan;
d) Melakukan tindakan lain sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam kebijakan partai, AD dan ART, keputusan-
keputusan Kongres, keputusan-keputusan Rapat Kerja Dewan Pimpinan Partai, dan keputusan-keputusan lainnya
sesuai Peraturan Partai.
e) Dewan Pakar dipimpin oleh seorang Ketua yang bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum dengan
dibantu oleh 1(satu) orang sekretaris dan 5 (lima) orang anggota;
f) Ketentuan tentang Dewan Pakar sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Partai.
Pasal 24
Dewan Instruktur Perkaderan Pusat
(1) Dewan Instruktur Perkaderan Pusat adalah lembaga partai sebagai badan khusus yang mempunyai kedudukan mandiri,
berhak mengatur dan mengelola sendiri unit kerjanya berdasarkan ketentuan AD dan ART;
(2) Dewan Instruktur Perkaderan Pusat membantu Dewan Pimpinan partai dalam melaksanakan supervisi, ekselerasi,
dinamisasi dan optimalisasi kegiatan-kegiatan partai dalam perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan tugas,
kegiatan dan program partai di bidang-bidang tertentu guna mencapai tujuan partai;
(3) Dewan Instruktur Perkaderan Pusat memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk:
a) Melaksanakan supervisi, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi pada bidang kegiatan dan program tertentu sesuai
dengan kebijakan partai, AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres, keputusan-keputusan Rapat Kerja Dewan
Pimpinan Partai, dan keputusan-keputusan lainnya sesuai Peraturan Partai;
b) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja kader yang ditugaskan partai;
c) Melaksanakan penilaian, dan rekomendasi tindakan terhadap pelanggaran etika dan penyalah gunaan jabatan;
d) Melaksanakan tindakan lain sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam kebijakan Partai, Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga, keputusan-keputusan Kongres, keputusan-keputusan Rapat Kerja Dewan Pimpinan
Partai, dan keputusan-keputusan lainnya sesuai peraturan Partai.
e) Dewan Instruktur Perkaderan Pusat dipimpin oleh seorang Ketua yang bertanggung jawab langsung kepada Ketua
Umum dengan dibantu oleh 1 (satu) orang sekretaris dan 5 (lima) orang anggota;
f) Ketentuan tentang Dewan Instruktur Perkaderan Pusat sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Partai.
Pasal 25
Rangkap Jabatan
(1) Secara struktural pengurus partai dilarang merangkap jabatan dalam setiap jenjang kepengurusan, baik jenjang
kepengurusan diatasnya atau dibawahnya.
(2) Dalam hal terjadi rangkap jabatan, maka yang bersangkutan secara otomatis/dengan sendirinya kehilangan jabatan
sebelumnya.
BAB VI
STRUKTUR KEKUASAAN
Pasal 26
Kongres
(1) Kongres merupakan permusyawaratan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam partai yang diadakan atas undangan
Dewan Pimpinan Pusat, dilaksanakan sekali dalam lima tahun yang dihadir oleh peserta Kongres, peninjau Kongres
dan undangan Kongres;
(2) Peserta Kongres terdiri dari:
a) Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum DPP.
b) Para Ketua DPP.
c) Ketua MPP dan Wakil Ketua MPP.
d) Ketua Mahkamah Partai.
e) Ketua, Sekretaris dan Bendahara DPW.
f) Ketua-ketua Organisasi Otonom tingkat pusat.
(3) Peninjau Kongres terdiri dari:
a) Seluruh anggota pengurus Badan, anggota komisi Dewan Pimpinan Pusat.
b) Anggota Majelis Pertimbangan Partai.
c) Ketua-ketua MPW.
d) Anggota Legislatif dan Eksekutif.
e) Undangan DPP.
(4) Undangan Kongres adalah mereka yang diundang oleh Dewan Pimpinan Pusat untuk menghadiri acara tertentu dari
Kongres.
(5) Hak Suara dan Hak Bicara Kongres meliputi :
a) Hak suara dan hak bicara hanya dimiliki oleh peserta Kongres.
b) Hak bicara dimiliki oleh peninjau Kongres; dan
c) Undangan Kongres tidak memiliki hak suara maupun hak bicara.
Pasal 27
Musyawarah Wilayah
(1) Musyawarah Wilayah merupakan permusyawaratan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam partai yang diadakan
atas undangan DPW, yang dilaksanakan sekali dalam lima tahun yang dihadir oleh peserta, peninjau dan undangan
Musyawarah Wilayah;
(2) Peserta Musyawarah Wilayah terdiri dari :
a) Dua orang utusan dari DPP.
b) Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
c) Para Wakil Ketua DPW.
d) Ketua MPP dan Wakil Ketua MPPW.
e) Ketua, Sekretaris dan Bendahara DPC.
f) Ketua-ketua Organisasi Otonom tingkat Wilayah.
(3) Peninjau Musyawarah Wilayah terdiri dari:
a) Seluruh anggota pengurus Badan, anggota komisi DPW.
b) Anggota MPPW.
c) Ketua MPPC.
d) Anggota Legislatif dan Eksekutif.
e) Undangan DPPW.
(4) Undangan Musyawarah Wilayah adalah mereka yang diundang oleh DPW untuk menghadiri acara tertentu dari
Musyawarah Wilayah.
(5) Hak Suara dan Hak Bicara Musyawarah Wilayah dimiliki:
a) Hak suara dan hak bicara hanya dimiliki oleh peserta Musyawarah Wilayah.
b) Hak bicara dimiliki oleh peninjau Musyawarah Wilayah; dan
c) Undangan Musyawarah Wilayah tidak memiliki hak suara maupun hak bicara.
Pasal 28
Musyawarah Cabang
(1) Musyawarah Cabang merupakan permusyawaratan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam partai yang diadakan
atas undangan DPC, yang dilaksanakan sekali dalam lima tahun yang dihadir oleh peserta, peninjau dan undangan
Musyawarah Cabang;
(2) Peserta Musyawarah Cabang terdiri dari :
a) Dua orang utusan dari DPW.
b) Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
c) Pengurus Harian DPC.
d) Ketua MPP Cabang.
e) Ketua dan Sekretaris DPM.
f) Ketua-ketua Organisasi Otonomi tingkat Cabang.
(3) Peninjau Musyawarah Cabang terdiri dari:
a) Seluruh anggota pengurus Badan, anggota komisi DPC.
b) Anggota MPP Cabang.
c) Ketua MPPM.
d) Undangan DPC.
(4) Undangan Musyawarah Cabang merupakan mereka yang diundang oleh DPC untuk menghadiri acara tertentu dari
Musyawarah Cabang.
(5) Hak Suara dan Hak Bicara Musyawarah Cabang dimiliki :
a) Hak suara dan hak bicara hanya dimiliki oleh peserta Musyawarah Cabang.
b) Hak bicara dimiliki oleh peninjau Musyawarah Cabang; dan
c) Undangan Musyawarah Cabang tidak memiliki hak suara maupun hak bicara.
Pasal 29
Musyawarah Mukim
(1) Musyawarah tingkat kemukiman merupakan permusyawaratan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam partai yang
diadakan atas undangan DPM, yang dilaksanakan sekali dalam 5 (lima) tahun yang dihadiri oleh peserta, peninjau dan
undangan Musyawarah tingkat Kemukiman;
(2) Peserta Musyawarah tingkat Kemukiman terdiri dari:
a) Dua orang utusan dari DPC.
b) Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
c) Pengurus Harian DPM.
d) Ketua Penasihat Partai tingkat Kemukiman.
e) Ketua, Sekretaris dan Bendahara DPG.
f) Ketua-ketua Organisasi Otonomi tingkat Kemukiman.
(3) Peninjau Musyawarah tingkat Kemukiman terdiri dari :
a) Seluruh anggota pengurus Badan, anggota komisi DPM.
b) Anggota MPP tingkat Kemukiman.
c) Ketua Penasihat tingkat Gampong.
d) Undangan DPM.
(4) Undangan Musyawarah tingkat Kemukiman merupakan mereka yang diundang oleh DPM untuk menghadiri acara
tertentu dari Musyawarah tingkat Kemukiman.
(5) Hak Suara dan Hak Bicara Musyawarah tingkat Kemukiman dimilikii :
a) Hak suara dan hak bicara hanya dimiliki oleh peserta Musyawarah Kemukiman, sedangkan.
b) Hak bicara hanya dimiliki oleh peninjau Musyawarah tingkat Kemukiman; dan
c) Undangan Musyawarah tingkat Kemukiman tidak memiliki hak suara maupun hak bicara.
Pasal 30
Musyawarah Gampong
(1) Musyawarah tingkat Gampong merupakan permusyawaratan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam partai yang
diadakan atas undangan DPG, yang dilaksanakan sekali dalam 5 (lima) tahun yang dihadiri oleh peserta, peninjau dan
undangan Musyawarah tingkat Gampong;
(2) Peserta Musyawarah tingkat Gampong terdiri dari :
a) Dua orang utusan dari DPM.
b) Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
c) Pengurus Harian DPG.
d) Ketua MPPG.
(3) Peninjau Musyawarah tingkat Gampong terdiri dari :
a) Seluruh anggota pengurus Badan, anggota komisi Dewan Pimpinan tingkat Gampong.
b) Anggota MPP tingkat Gampong.
c) Undangan DPG Partai GRAM.
(4) Undangan Musyawarah tingkat Gampong merupakan mereka yang diundang oleh DPG untuk menghadiri acara
tertentu dari Musyawarah tingkat Gampong.
(5) Hak Suara dan Hak Bicara Musyawarah tingkat Gampong dimiliki :
a) Hak suara dan hak bicara hanya dimiliki oleh peserta Musyawarah tingkat Gampong.
b) Sedangkan peninjau Musyawarah tingkat Gampong hanya mempunyai hak bicara;
c) Undangan Musyawarah tingkat Gampong tidak memiliki hak suara maupun hak bicara.
Pasal 31
Struktur Permusyawaratan
(1) Struktur Permusyawaratan partai terdiri dari:
a) Kongres merupakan institusi pengambilan keputusan tertinggi dalam partai di tingkat DPP yang berwenang untuk:
1. Merumuskan dan menetapkan Platform dan Garis-Garis Besar Perjuangan Partai;
2. Mengubah dan menetapkan AD dan ART;
3. Menetapkan program kerja partai;
4. Membahas dan menilai laporan pertanggung jawaban DPP;
5. Memilih dan menetapkan Ketua Umum/Ketua Formatur dan anggota formatur DPP;
6. Memilih dan menetapkan Ketua MPP dan Ketua Mahkamah Partai di tingkat Pusat.
b) Musyawarah Wilayah merupakan institusi pengambilan keputusan tertinggi dalam partai di tingkat DPW yang
berwenang untuk:
1. Menjabarkan Platform dan Garis-Garis Besar Perjuangan Partai, hasil-hasil kongres, dan kebijakan DPP;
2. Menyusun dan menetapkan program kerja partai untuk tingkat Kabupaten/Kota;
3. Membahas dan menilai laporan pertanggung jawaban DPW;
4. Memilih dan menetapkan Ketua atau Ketua Formatur dan anggota formatur DPW;
5. Memilih dan menetapkan Ketua Majelis Pertimbangan Partai ditingkat Wilayah.
c) Musyawarah Cabang merupakan institusi pengambilan keputusan tertinggi dalam partai di tingkat DPC yang
mempunyai kewenangan untuk:
1. Menjabarkan Keputusan partai pada tingkat yang ada diatasnya;
2. Kecamatan;
3. Membahas dan menilai laporan pertanggung jawaban DPC;
4. Memilih dan menetapkan Ketua atau Ketua Formatur dan anggota formatur DPC;
5. Memilih dan menetapkan Ketua Majelis Pertimbangan Partai di tingkat Kecamatan;
d) Musyawarah tingkat Kemukinan merupakan institusi pengambilan keputusan tertinggi dalam partai ditingkat
DPM yang mempunyai kewenangan untuk:
1. Menjabarkan Keputusan partai pada tingkat yang ada diatasnya;
2. Menyusun dan menetapkan program kerja partai untuk tingkat Mukim;
3. Membahas dan menilai laporan pertanggung jawaban DPM;
4. Memilih dan menetapkan Ketua atau Ketua Formatur dan anggota formatur DPM;
5. Memilih dan menetapkan Ketua MPP ditingkat Mukim;
e) Musyawarah tingkat Gampong merupakan institusi pengambilan keputusan tertinggi dalam partai di tingkat DPG
yang berwenang untuk:
1. Menjabarkan Keputusan partai pada tingkat yang ada diatasnya;
2. Menyusun dan menetapkan program kerja partai untuk tingkat Gampong;
3. Membahas dan menilai laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan tingkat Gampong;
4. Memilih dan menetapkan Ketua atau Ketua Formatur dan anggota formatur DPG;
5. Memilih dan menetapkan Ketua MPP di tingkat Gampong.
Pasal 32
Struktur Kekuasaan Luar Biasa
(1) Struktur Kekuasan Luar Biasa terdiri atas KongresLub, MuswilLub, MuscabLub, MusKimLub, dan MusGampongLub.
(2) Struktur Kekuasaan Luar Biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam hal Ketua Umum dan/atau
Ketua :
a) berhalangan tetap;
b) meninggal dunia;
c) mengundurkan diri; dan
d) diberhentikan dari jabatan berdasarkan putusan partai;
(3) Peserta struktur Kekuasan Luar Biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) struktur kekuasan luar biasa sama dengan
peserta struktur kekuasan biasa.
(4) Seluruh ketentuan dalam struktur Kekuasaan biasa seperti tersebut dalam ART berlaku untuk struktur Kekuasaan Luar
Biasa;
(5) Kongres Luar Biasa dapat diadakan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sebelum pemilihan umum dilaksanakan;
(6) Struktur Kekuasan Luar Biasa terdiri atas MuswilLub, MuscabLub, MusKimLub, dan MusGampongLub, dapat
dilaksanakan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sebelum Pemilihan Umum dilaksanakan, dengan ini DPP Partai
GRAM;
(7) Apabila Ketua Umum dan/atau Ketua berhalangan dalam masa 1(satu) tahun sebelum Pemilihan Umum seperti
dimaksud dalam pasal ini , maka ditetapkan Pejabat Ketua Umum dan/atau Ketua yang dipilih
melalui mekanisme Rapat Pleno Majelis Pimpinan Partai dan bekerja sampai masa jabatan berakhir.
Pasal 33
Pelaksanaan Kongres
(1) Kongres dilaksanakan oleh DPP;
(2) Kongres dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali;
(3) Apabila keadaan darurat, kongres dapat dilaksanakan lebih dari 5 (lima) tahun dan kepengurusan dapat dilanjutkan
oleh pengurus yang ada.
Pasal 34
Rapat Kerja
(1) Rapat Kerja merupakan jenis rapat partai yang kedudukannya satu tingkat dibawah musyawarah, dilaksanakan
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali;
(2) Rapat Kerja partai terdiri atas Rapat Kerja Pusat (RAKERPUS), Rapat Kerja Wilayah (RAKERWIL, Rapat Kerja
Cabang (RAKERCAB), Rapat Kerja Mukim (RAKERKIM), dan Rapat Kerja Gampong (RAKER GAMPONG);
(3) Peserta Rapat Kerja merupakan unsur Dewan Pimpinan Partai di masing-masing tingkat tersebut termasuk, MPP dan
Ketua Mahkamah Partai;
(4) Peninjau Rapat Kerja merupakan Sekretaris dan anggota MPP di tingkatan tersebut beserta Sekretaris dan anggota
Mahkamah Partai;
(5) Kewenangan Rapat Kerja:
a) Menjabarkan hasil musyawarah dalam bentuk program kerja;
b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam setahun sebagai bagian dari penjabaran hasil musyawarah dan
kebijakan yang tidak terlaksana dalam periode sebelumnya;
c) Mengevaluasi kinerja pimpinan partai, anggota legislatif dan eksekutif selama masa waktu periode Rapat Kerja
sebelumnya;
d) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan program pemenangan pemilu;
e) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan materi-materi permusyawaratan termasuk materi usulan perubahan
AD dan ART;
f) Menetapkan peraturan-peraturan kerja partai yang diamanahkan oleh AD dan ART; dan
g) Merumuskan, membahas dan menetapkan kebijakan lain yang diputuskan berdasarkan agenda rapat;
(6) Ketentuan mengenai Rapat Kerja partai sebagaimana dimaksudkan dalam pasal ini diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Partai.
Pasal 35
Rapat Paripurna
(1) Rapat Paripurna merupakan jenis rapat partai yang kedudukannya 1 (satu) tingkat dibawah Rapat Kerja, dilaksanakan
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali;
(2) Rapat Paripurna partai terdiri atas Rapat Paripurna Aceh (Pusat), Rapat Paripurna Wilayah, Rapat Paripurna Cabang,
Rapat Paripurna Kemukiman dan Rapat Paripurna Gampong.
(3) Peserta Rapat Paripurna terdiri dari unsur Dewan Pimpinan Partai ditingkat tersebut, termasuk Ketua MPP dan Ketua
di lembaga legislatif dan kader dilembaga eksekutif;
(4) Dewan Pimpinan Partai dalam kondisi tertentu dapat mengundang Peninjau Rapat Paripurna yang ditentukan
berdasarkan keputusan partai, namun kehadirannya tidak dalam kapasitas peserta rapat yang memiliki hak suara dalam
proses pengambilan keputusan;
(5) Rapat Paripurna mempunyai kewenangan:
a) Menjabarkan hasil Rapat Kerja dalam bentuk program kerja;
b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan partai sebagai bagian dari penjabaran hasil Rapat Kerja;
c) Mengevaluasi kinerja Dewan Pimpinan Partai dan laporan fraksi;
d) Membahas permasalahan yang harus diputuskan segera melalui mekanisme pengambilan keputusan partai;
e) Mengambil keputusan strategis tentang kebijakan partai yang tidak bisa diputuskan dalam Rapat Kerja; dan
f) Merumuskan, membahas dan menetapkan kebijakan lain yang diputuskan berdasarkan agenda rapat.
(6) Ketentuan mengenai Rapat Kerja partai sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Partai.
Pasal 36
Rapat Pleno
(1) Rapat Pleno merupakan jenis rapat partai yang kedudukannya 1 (satu) tingkat dibawah Rapat Pleno, dilaksanakan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali;
(2) Rapat Pleno partai terdiri atas Rapat Pleno Aceh (Pusat), Rapat Pleno Wilayah, Rapat Pleno Cabang, Rapat Pleno
Kemukiman, dan Rapat Pleno Gampong.
(3) Peserta Rapat Pleno terdiri dari unsur Dewan Pimpinan Partai di tingkat tersebut termasuk Ketua Majelis Pertimbangan
Partai dan Ketua Mahkamah Partai, Ketua-Ketua lembaga dan alat kelengkapan partai, ketua dan anggota
departemen/komisi/biro/bagian/seksi/unit sesuai tingkatannya, serta fraksi di lembaga legislatif dan kader dilembaga
eksekutif;
(4) Dewan Pimpinan Partai dalam kondisi tertentu dapat mengundang Peninjau Rapat Pleno yang ditentukan berdasarkan
keputusan partai, namun kehadirannya tidak dalam kapasitas sebagai peserta rapat yang memiliki hak suara dalam
proses pengambilan keputusan;
(5) Rapat Pleno mempunyai kewenangan:
a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan partai sebagai bagian dari penjabaran hasil Rapat Kerja dan atau Rapat
Paripurna;
b) Membahas dan menetapkan berbagai Peraturan Partai;
c) Membahas dan menetapkan komite-komite aksi dan atau unit-unit kerja partai untuk melaksanakan kegiatan yang
bersifat ad-hoc sesuai program kerja;
d) Mengesahkan hasi-hasil Rapat Harian Dewan Pimpinan Partai dan membahas permasalahan yang harus
diputuskan segera melalui mekanisme pengambilan keputusan partai dalam Rapat Pleno tentang kebijakan partai
yang tidak bisa diputusakan dalam Rapat Harian Dewan Pimpinan Partai;
e) Mengambil keputusan strategis tentang kebijakan partai yang tidak bisa diputuskan dalam Rapat Harian Dewan
Pimpinan Partai; dan
f) Merumuskan, membahas dan menetapkan kebijakan lain yang diputuskan berdasarkan agenda rapat.
(6) Ketentuan mengenai Rapat Kerja partai sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Partai.
Pasal 37
Rapat Harian
(1) Rapat Harian merupakan jenis rapat partai yang kedudukannya 1 (satu) tingkat dibawah Rapat Pleno, dilaksanakan
sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali;
(2) Rapat Harian partai terdiri atas Rapat Harian Aceh (Pusat), Rapat Harian Kabupaten/Kota, Rapat Harian Kecamatan,
Rapat Harian Kemukiman, dan Rapat Harian Gampong;
(3) Peserta Rapat Harian terdiri dari semua unsur pengurus harian Dewan Pimpinan Partai ditingkat tersebut, beserta
pimpinan fraksi di lembaga legislatif, kecuali dalam hal fraksi gabungan maka dihadiri oleh salah seorang anggota
DPRA dan DPRK dari Partai GRAM;
(4) Dewan Pimpinan Partai dalam kondisi tertentu dapat mengundang Peninjau Rapat Paripurna yang ditentukan
berdasarkan keputusan partai, namun kehadirannya tidak dalam kapasitas sebagai peserta rapat yang memiliki hak
suara dan hak bicara dalam proses pengambilan keputusan;
(5) Rapat Harian mempunyai kewenangan:
a) Membahas dan menetapkan kegiatan dan program partai yang akan, sedang dan telah dilaksanakan sesuai
tingkatan perkembangannya beserta tantangan dan permasalahan yang dihadapi;
b) Membahas dan membentuk komite-komite aksi dan atau unit-unit kerja partai untuk melaksanakan kegiatan ad-
hoc program partai;
c) Membahas permasalahan yang harus diputuskan segera melalui mekanisme pengambilan keputusan partai dalam
Rapat Harian tentang kebijakan partai yang strategis dan mendesak;
d) Mengambil keputusan strategis tentang kebijakan partai dalam menyikapi persoalan internal maupun eksternal
yang mendesak;
e) Merumuskan, membahas dan menetapkan kebijakan lain yang diputuskan berdasarkan agenda rapat;
(6) Ketentuan mengenai Rapat Kerja partai sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Partai.
Pasal 38
Rapat Pimpinan
(1) Rapat Pimpinan merupakan rapat konsolidasi partai yang bersifat koordinatif dan atau konsultatif, dilakukan
berdasarkan kebutuhan dan dapat diadakan sewaktu-waktu;
(2) Rapat Pimpinan partai terdiri atas Rapat Pimpinan Aceh (Pusat), Rapat Pimpinan Wilayah, Rapat Kerja Cabang, Rapat
Kerja Kemukiman dan Rapat Kerja Gampong.
(3) Peserta Rapat Paripurna terdiri dari unsur Dewan Pimpinan Partai ditingkat tersebut, termasuk Majelis Pertimbangan
Partai dan Ketua Mahkamah Partai, serta fraksi di lembaga legislatif dan kader di lembaga eksekutif;
(4) Dewan Pimpinan Partai dalam kondisi tertentu dapat mengundang Peninjau Rapat Paripurna yang ditentukan
berdasarkan keputusan partai, namun kehadirannya tidak dalam kapasitas sebagai peserta rapat yang memiliki hak
suara dan hak bicara dalam proses pengambilan keputusan;
(5) Rapat Pimpinan mempunyai kewenangan:
a) Membahas persoalan strategis yang harus disikapi partai;
b) Merumuskan rekomendasi kebijakan partai atas persoalan strategis yang harus diputuskan segera melalui
mekanisme pengambilan keputusan partai dalam hirarki pengambilan keputusan yang lebih tinggi;
c) Merumuskan, membahas dan menetapkan kebijakan lain yang diputuskan berdasarkan agenda rapat;
(6) Ketentuan mengenai Rapat Kerja partai sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Partai.
Pasal 39
Rapat Koordinasi
(1) Rapat Koordinasi merupakan jenis rapat konsolidasi struktural partai yang bersifat koordinasi, dilaksanakan
berdasarkan kebutuhan dan dapat diadakan sewaktu-waktu;
(2) Rapat Koordinasi partai terdiri dari Rapat Koordinasi Aceh (Pusat), Rapat Koordinasi Wilayah, Rapat Koordinasi
Cabang, Rapat Koordinasi Kemukiman dan Rapat Koordinasi Gampong;
(3) Peserta Rapat Koordinasi merupakan Dewan Pimpinan Partai, Ketua Majelis Pertimbangan Partai dan Ketua
Mahkamah Partai;
(4) Dewan Pimpinan Partai dalam kondisi tertentu dapat mengundang Peninjau Rapat Paripurna yang ditentukan
berdasarkan keputusan partai, namun kehadirannya tidak dalam kapasitas sebagai peserta rapat yang memiliki hak
suara dan hak bicara dalam proses pengambilan keputusan;
(5) Rapat Koordinasi mempunyai kewenangan:
a) Membahas perencanaan strategis, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program sektoral
beserta permasalahan, tantangan dan solusinya;
b) Membentuk perangkat pelaksana berdasarkan tingkatan pengorganisasian sesuai kebutuhan;
c) Merumuskan rekomendasi kebijakan partai atas pelaksanaan program kerja partai yang harus diputuskan segera
melalui mekanisme pengambilan keputusan partai dalam hirarki keputusan yang lebih tinggi;
d) Merumuskan, membahas dan menetapkan kebijakan lain yang diputuskan berdasarkan agenda rapat;
(6) Ketentuan mengenai Rapat Kerja partai sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Partai.
Pasal 40
Rapat Konsultasi
(1) Rapat Konsultasi merupakan jenis rapat konsolidasi struktural partai yang bersifat konsultatif dilakukan berdasarkan
kebutuhan dan dapat diadakan sewaktu-waktu;
(2) Peserta Rapat Konsultasi terdiri dari seluruh unsur Pimpinan beserta alat kelengkapan partai, Ketua Dewan Pimpinan
Partai, Ketua Majelis Pertimbangan Partai, Wakil Ketua Majelis Pertimbangan Partai dan Ketua Mahkamah Partai,
Ketua Dewan Pakar dan Ketua Instruktur Partai;
(3) Rapat Konsultasi mempunyai kewenangan:
a) Membahas perencanaan strategis, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program sektoral
beserta permasalahan, tantangan dan solusinya;
b) Membentuk perangkat pelaksana berdasarkan tingkatan pengorganisasian sesuai kebutuhan;
c) Merumuskan rekomendasi kebijakan partai atas pelaksanaan program kerja partai yang harus diputuskan segera
melalui mekanime pengambilan keputusan partai dalam hirarki pengambilan keputusan yang lebih tinggi;
d) Merumuskan, membahas dan menetapkan kebijakan lain yang diputuskan berdasarkan agenda rapat;
(4) Ketentuan mengenai Rapat Kerja partai sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Partai.
Pasal 41
Rapat Teknis
(1) Rapat Teknis merupakan jenis rapat konsolidasi struktural partai dan atau fungsional partai yang bersifat teknis pada
bidang tertentu, dilakukan berdasarkan kebutuhan dan dapat diadakan sewaktu-waktu;
(2) Peserta Rapat Teknis terdiri dari seluruh unsur pengurus partai yang ditugaskan dalam kegiatan teknis;
(3) Rapat Teknis mempunyai kewenangan:
a) Merumuskan dan menetapkan perencanaan strategis, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi program sektoral beserta permasalahan, tantangan dan solusinya;
b) Merumuskan, membahas dan menetapkan perangkat pelaksana berdasarkan tingkatan pengorganisasian sesuai
kebutuhan;
c) Merumuskan dan membahas rekomendasi kebijakan partai atas pelaksanaan program kerja partai yang harus
diputuskan segera melalui mekanime pengambilan keputusan partai dalam hirarki pengambilan keputusan yang
lebih tinggi;
d) Merumuskan, membahas dan menetapkan kebijakan lain yang diputuskan berdasarkan agenda rapat.
(4) Ketentuan mengenai Rapat Kerja partai sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Partai.
Pasal 42
Qourum Pengambilan Keputusan
(1) Penyelenggaraan dan pengambilan keputusan dinyatakan sah dan memenuhi quorum apabila dihadiri oleh sekurang-
kurangnya setengah tambah 1 (satu) dari jumlah peserta yang seharusnya menghadiri;
(2) Penyelenggaraan rapat dan pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila belum memenuhi
quorum, rapat dibuka kemudian diskor selama 1 (satu) jam, selanjutnya apabila masih belum memenuhi qourum, rapat
tetap dilanjutkan dan dinyatakan sah bilamana telah dihadiri sekurang-kurangnya
1/3 (sepertiga) dari jumlah perserta.
Pasal 43
Pengambilan Keputusan
(1) Pengambilan keputusan dalam semua rapat dan institusi pengambilan keputusan diutamakan dengan musyawarah
mufakat, namun jika musyawarah mufakat tidak tercapai maka dilakukan pemungutan suara dan keputusan diambil
dengan suara terbanyak;
(2) Pelaksanaan keputusan Pimpinan Partai yang tidak berdasarkan putusan rapat tidak sah.
BAB VII
PIMPINAN PARTAI
Pasal 44
(1) Syarat Pimpinan Partai meliputi:
a) Pernah menjadi pengurus sekurang-kurangnya selama 2 (dua) tahun;
b) Sehat jasmani dan rohani; dan
c) Setiap Pengurus harian Pertai harus mengikuti perkaderan partai yang dibuktikan dengan sertifikat perkaderan
dan/atau Surat Keterangan dari pimpinan Partai Bahwa yang bersangkutan pernah mengikuti perkaderan;
(2) Pimpinan partai dilarang:
a) Anggota yang pernah diberhentikan oleh Dewan Pimpinan Pusat Partai GRAM kecuali sudah mendapat
rehabilitasi dari partai;
b) Bagi anggota Partai GRAM tidak diperkenankan menjadi calon anggota legislatif pada periode berikutnya, jika
terbukti melakukan tindak pidana yang dinyatakan bersalah oleh putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dengan ancaman hukuman minimal 5 (lima) tahun atau lebih; dan
c) Rangkap jabatan dalam kepengurusan partai.
(3) Masa Bhakti Pengurus meliputi:
a) Masa bhakti kepengurusan Partai GRAM selama-lamanya 5 (lima) tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali
oleh Kongres, Musyawarah tingkat Wilayah, Musyawarah tingkat Cabang, Musyawarah tingkat Kemukiman dan
Musyawarah tingkat Gampong;
b) Masa bakti pengurus berakhir pada saat terpilihnya Ketua Formatur atau Ketua Umum dalam Kongers, Ketua
dalam Musyawarah tingkat Wilayah, Musyawarah tingkat Cabang, Musyawarah tingkat Kemukiman dan
Musyawarah tingkat Gampong;
c) Surat Keputusan pengangkatan DPP, Majelis Pertimbangan Partai, dan Ketua Mahkamah Partai dilakukan
berdasarkan:
1. Surat Keputusan rapat Ketua Formatur atau Ketua Umum, Ketua Majelis Pertimbangan Partai, DPP dan
anggota formatur hasil Kongres;
2. Surat Keputusan DPP ditandatangani oleh Ketua Umum atau Ketua Formatur dan Anggota Formatur hasil
Kongres DPP.
3. Kepengurusan Majelis Pertimbangan Partai ditandatangani oleh Ketua formatur bersama dengan Ketua
Majelis Pertimbangan Partai yang terpilih dalam Kongres.
4. Kepengurusan Mahkamah Partai ditandatangani oleh Ketua Umum DPP bersama Ketua Mahkamah Partai
yang terpilih dalam Kongres.
(3) Surat Keputusan Pengangkatan Dewan Pimpinan Wilayah dan Majelis Pertimbangan Partai Wilayah dilakukan
berdasarkan:
a) Surat Keputusan DPP yang ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Umum Dewan Pimpinan Pusat
selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari sejak usulan pengangkatan pengurus diterima oleh Dewan Pimpinan
Pusat yang diajukan oleh Formatur terpilih dalam Musyawarah Wilayah setelah memenuhi persyaratan, dengan
melengkapi/melampirkan:
1. Berita Acara Musyawaran Wilayah;
2. Berita Acara rapat Formatur yang ditanda tangani sedikitnya setengah tambah satu dari jumlah anggota
formatur;
3. Dalam hal adanya anggota formatur yang tidak bersedia menandatangani berita acara, dibuat berita acara
alasan penolakan penandatangani berita acara;
4. Surat pernyataan kesediaan menjadi pengurus oleh anggota pengurus yang diusulkan;
5. Surat Pengangkatan Dewan Pimpinan Cabang dan Majelis Pertimbangan Partai Cabang dilakukan
berdasarkan:
b) Surat Keputusan DPW yang ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah selambat-
lambatnya 20 (dua puluh) hari sejak usulan pengangkatan pengurus diterima oleh Dewan Pimpinan Wilayah yang
diajukan oleh Formatur terpilih dalam Musyawarah Kecamatan setelah memenuhi persyaratan dengan
melampirkan:
1. Berita Acara Musyawaran Cabang;
2. Berita Acara rapat Formatur yang ditanda tangani sedikitnya setengah tambah 1(satu) dari jumlah anggota
formatur;
3. Dalam hal adanya anggota formatur yang tidak bersedia menandatangani berita acara, dibuat berita acara
alasan penolakan penandatanganan berita acara;
4. Surat pernyataan kesediaan menjadi pengurus oleh anggota pengurus yang diusulkan;
(4) Surat Keputusan Pengangkatan Dewan Pimpinan tingkat Kemukiman dan Majelis Pertimbangan Partai tingkat
Kemukiman berdasarkan:
a) Surat Keputusan DPC yang ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang selambat-
lambatnya 20 (dua puluh) hari sejak usulan pengangkatan pengurus diterima oleh Dewan Pimpinan Cabang yang
diajukan oleh Formatur terpilih dalam Musyawarah tingkat setelah memenuhi persyaratan:
1. Berita Acara Musyawaran tingkat Kemukiman;
2. Berita Acara rapat Formatur yang ditanda tangani sedikitnya setengah lebih 1 (satu) dari jumlah anggota
formatur yang hadir;
3. Dalam hal adanya anggota formatur yang tidak bersedia menandatangani berita acara, dibuat berita acara
alasan penolakan penandatanganan berita acara;
4. Surat pernyataan kesediaan menjadi pengurus oleh anggota pengurus yang diusulkan;
(5) Surat Keputusan Pengangkatan DPG dan Majelis Penasihat Partai tingkat Gampong berdasarkan:
a) Surat Keputusan DPM yang ditanda tangani oleh Ketua dan Sekretaris DPM selambat-lambatnya 20
(dua puluh) hari sejak usulan pengangkatan pengurus diterima oleh Dewan Pimpinan tingkat Kemukiman yang
diajukan oleh Formatur terpilih dalam Musyawarah tingkat Gampong setelah memenuhi persyaratan:
1. Berita Acara Musyawaran tingkat Gampong;
2. Berita Acara rapat Formatur yang ditanda tangani sedikitnya setengah tambah 1 (satu) dari jumlah anggota
formatur yang hadir;
3. Dalam hal adanya anggota formatur yang tidak bersedia menandatangani berita acara, dibuat berita acara
alasan penolakan penandatanganan berita acara;
4. Surat pernyataan kesediaan menjadi pengurus oleh anggota pengurus yang diusulkan;
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pimpinan partai sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Partai.
BAB VIII
STRUKTUR PIMPINAN
Pasal 45
Kepemimpinan Kolektif
(1) Kepemimpinan Kolektif merupakan proses penggerakan kegiatan partai oleh pimpinan secara bersama dan sinergis
melalui pengambilan kebijakan dan keputusan kolektif dalam rapat-rapat partai;
(2) Setiap kebijakan dan keputusan yang telah diputuskan secara kolektif mengikat semua unsur partai dan perubahannya
wajib dilakukan melalui rapat;
(3) Setiap unsur partai wajib mentaati dan menjalankan keputusan partai dan bagi yang melanggar keputusan dan
kebijakan kolektif tersebut akan mendapat sanksi;
(4) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana yang dimaksud dalam pasal ini diatur lebih lanjut dengan Pedoman Pengambilan
Kebijakan dan Keputusan Partai.
Pasal 46
Dewan Pimpinan Pusat
(1) DPP merupakan pimpinan tertinggi dalam memimpin partai untuk masa jabatan 5 (lima) tahun, dan dapat dipilih
kembali untuk masa jabatan 5 (lima ) tahun berikutnya dalam Kongres;
(2) Pengurus DPP berdomisili dimana tempat dan kedudukan DPP berada;
(3) Struktur DPP terdiri atas:
a) Dewan Pimpinan Harian yang meliputi:
1. Sekurang-kurangnya 1 (Satu) orang Ketua Umum;
2. Sekurang-kurangnya 7 (Tujuh) orang Ketua atau lebih;
3. Sekurang-kurangnya 1 (Satu) orang Sekretaris Umum;
4. Sekurang-kurangnya 7 (Tujuh) orang Sekretaris atau lebih, yang membidangi fungsi yang sama dengan fungsi
yang dilaksanakan oleh ketua;
5. Sekurang-kurangnya 1 (Satu) orang Bendahara Umum;
6. Sekurang-kurangnya 5 (Lima) orang Bneahara atau lebih;
Pasal 47
DEWAN PIMPINAN WILAYAH
(1) DPW merupakan pimpinan tertinggi di tingkat Kabupaten/Kota dalam memimpin partai untuk masa jabatan 5 (lima)
tahun, dan dapat dipilih kembali untuk masa jabatan 5 (lima) tahun;
(2) Struktur DPW terdiri atas:
a) Dewan Pimpinan Harian yang meliputi:
1. Sekurang-kurangnya 1 (Satu) orang Ketua;
2. Sekurang-kurangnya 5 (Lima) orang Wakil Ketua atau lebih;
(3) Sekurang-kurangnya 1 (Satu) orang Sekretaris;
(4) Sekurang-kurangnya 5 (Lima) orang Wakil Sekretaris atau lebih;
(5) Sekurang-kurangnya 1 (Satu) orang Bendahara;
(6) Sekurang-kurangnya 2 (Dua) orang Wakil Bendahara atau lebih.
Pasal 48
Dewan Pimpinan Cabang
(1) DPC merupakan pimpinan tertinggi dalam memimpin partai untuk masa jabatan 5 (lima) tahun, dan dapat dipilih
kembali untuk masa jabatan 5 (lima) tahun;
(2) Struktur DPC terdiri atas:
Dewan Pimpinan Harian yang meliputi:
1. Sekurang-kurangnya 1 (Satu) orang Ketua;
2. Sekurang-kurangnya 2 (Dua) orang Wakil Ketua atau lebih;
(3) Sekurang-kurangnya 1 (Satu) orang Sekretaris;
(4) Sekurang-kurangnya 2 (Dua) orang Wakil Sekretaris atau lebih;
(5) Sekurang-kurangnya 1 (Satu) orang Bendahara;
(6) Sekurang-kurangnya 1 (Satu) orang Wakil Bendahara atau lebih.
Pasal 49
Dewan Pimpinan Mukim
(1) Dewan Pimpinan tingkat Kemukiman merupakan pimpinan tertinggi dalam memimpin partai untuk masa jabatan 5
(lima) tahun, dan dapat dipilih kembali untuk masa jabatan 5 (lima) tahun;
(2) Struktur DPM terdiri atas:
Dewan Pimpinan Harian yang meliputi:
1. Sekurang-kurangnya 1 (Satu) orang Ketua;
2. Sekurang-kurangnya 2 (Dua) orang Wakil Ketua atau lebih;
(3). Sekurang-kurangnya 1 (Satu) orang Sekretaris;
(4) Sekurang-kurangnya 2 (Dua) orang Wakil Sekretaris atau lebih;
(5) Sekurang-kurangnya 1 (Satu) orang Bendahara;
(6) Sekurang-kurangnya 1 (Satu) orang Wakil Bendahara atau lebih.
Pasal 50
Dewan Pimpinan Gampong
(1) Dewan Pimpinan tingkat Gampong merupakan pimpinan tertinggi dalam memimpin partai untuk masa jabatan 5 (lima)
tahun, dan dapat dipilih kembali untuk masa jabatan 5 (lima) tahun;
(2) Pengurus DPG wajib bertempat tinggal dimana tempat dan keduduka Dewan Pimpinan tingkat Gampong berada;
(3) Struktur DPG terdiri atas:
Dewan Pimpinan Harian yang meliputi:
1. Sekurang-kurangnya 1 (Satu) orang Ketua;
2. Sekurang-kurangnya 2 (Dua) orang Wakil Ketua atau lebih;
(4) Sekurang-kurangnya 1 (Satu) orang Sekretaris;
(5) Sekurang-kurangnya 2 (Dua) orang Wakil Sekretaris atau lebih;
(6) Sekurang-kurangnya 1 (Satu) orang Bendahara;
(7) Sekurang-kurangnya 1 (Satu) orang Wakil Bendahara atau lebih.
(8) Untuk pelaksanaan tugas pembidangan ketua-ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (3) butir (2) Dewan Pimpinan
Harian membentuk unit kerja yang meliputi:
BAB IX
KEPENGURUSAN DAN UNSUR PEMBANTU PIMPINAN
Pasal 51
Pembinaan Kabupaten/Kota dan Kerja Organisasi Kab/Kota
(1) Tugas pokok Pembina Kabupaten/Kota adalah:
a) Unsur pembantu pimpinan partai.
b) Bertugas menjadi mediator dan fasilitator dalam hubungan antara pimpinan partai di tingkat Kabupaten/Kota dan
Kecamatan dengan DPP;
c) Supervisi dan Monitoring kinerja partai Kabupaten/Kota dan Kecamatan;
d) Memberikan laporan dan masukan kepada DPP terhadap masalah-masalah Kabupaten/Kota dan Kecamatan.
(2) Pembina Kabupaten/Kota ditentukan oleh Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat dengan komposisi sebagai berikut:
a) Ketua dan Sekretaris yang berasal dari DPP;
b) Anggota terdiri atas pengurus harian DPP, anggota Majelis PertimbanganPartai dan anggota Legislatif DPRA dari
Partai GRAM; dan
c) Ketua dan Sekretaris memimpin dan membagi kerja di antara anggota-anggota dalam melaksanakan fungsinya.
(3) Ketentuan tentang KORDINATOR KABUPATEN/KOTA di atur lebih lanjut dalam Peraturan Partai.
Pasal 52
Pembinaan Kecamatan dan Kerja Organisasi Kecamatan
(1) Tugas pokok Pembina Kecamatan adalah:
a) Unsur pembantu pimpinan partai.
b) Bertugas menjadi mediator dan fasilitator dalam hubungan antara pimpinan partai di tingkat Mukim dan Gampong
dengan Dewan Pimpinan Wilayah;
c) Supervisi dan mendinamisir kinerja partai Mukim dan Gampong;
d) Memberikan laporan dan masukan kepada DPW terhadap masalah-masalah ditingkat Kemukiman dan Gampong;
(2) Pembina Kecamatan ditentukan oleh Rapat Pleno Dewan Pimpinan Kabupaten/Kota dengan komposisinya sebagai
berikut:
a) Ketua dan Sekretaris yang berasal dari DPW;
b) Anggota teridiri atas pengurus harian DPW, anggota Majelis Pertimbangan Partai Kabupaten/Kota dan anggota
Legislatif DPRK dari Partai GRAM.
(3) Ketua dan Sekretaris memimpin dan membagi kerja di antara anggota-anggota dalam melaksanakan fungsinya.
(4) Ketentuan tentang KORDINATOR KABUPATEN/KOTA diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai.
Pasal 53
Pembinaan dan Kerja Organisasi Kemukiman
(1) Tugas pokok Pembina Kemukiman adalah:
a) Unsur pembantu pimpinan partai.
b) Bertugas menjadi mediator dan fasilitator dalam hubungan antara pimpinan partai ditingkat Gampong dan Dusun
dengan Dewan Pimpinan Cabang;
c) Supervisi dan mendinamisir kinerja partai ditingkat Gampong dan Dusun;
d) Memberikan laporan dan masukan kepada DPC terhadap masalah-masalah ditingkat Gampong dan Dusun;
(2) Pembina Kemukiman ditentukan oleh Rapat Pleno DPC dengan komposisi sebagai berikut:
a) Ketua dan Sekretaris yang berasal dari DPC;
b) Anggota terdiri atas pengurus harian DPC;
c) anggota Majelis Pertimbangan Partai Kecamatan; dan
d) Ketua dan Sekretaris memimpin dan membagi kerja di antara anggota-anggota dalam melaksanakan fungsinya.
(3) Ketentuan tentang KORDINATOR MUKIM diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai.
Pasal 54
Pembinaan Partai di Tingkat Gampong
Dan
Kerja Organisasi di Tingkat Gampong
(1) Tugas pokok Pembina tingkat Gampong adalah:
a) Unsur pembantu pimpinan partai;
b) Bertugas menjadi mediator dan fasilitator dalam hubungan antara pimpinan partai di tingkat dusun dan lorong
dengan Dewan Pimpinan tingkat Gampong;
c) Supervisi dan mendinamisir kinerja partai ditingkat Dusun dan Lorong;
d) Memberikan laporan dan masukan kepada DPG terhadap masalah-masalah ditingkat Dusun dan Lorong;
(2) Pembina Kecamatan ditentukan oleh Rapat Pleno Dewan Pimpinan Gampong dengan komposisinya sebagai berikut:
a) Ketua dan Sekretaris yang berasal dari DPG;
b) Anggota terdiri atas pengurus harian DPG, anggota Majelis Pertimbangan tingkat Gampong;dan
c) Ketua dan Sekretaris memimpin dan membagi kerja di antara anggota-anggota dalam melaksanakan fungsinya.
(3) Ketentuan tentang KORDINATOR TINGKAT GAMPONG diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai.
Pasal 55
Majelis Pertimbangan Partai
(1) MAJLIS PERTIMBANGAN PARTAI dibentuk ditingkat pusat, ditingkat Kabupaten/Kota disebut Majelis
Pertimbangan Partai Wilayah, ditingkat Kecamatan disebut Majelis Pertimbangan Partai Cabang, ditingkat
Kemukiman disebut Majelis Pertimbangan Partai Kemukiman dan ditingkat Gampong disebut Majelis Pertimbangan
Partai Gampong.
(2) Jumlah anggota Majelis Pertimbangan Partai ditingkat pusat terdiri atas sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang, tingkat
Kab/Kota sekurang-kurangnya 5 (lima) orang, tingkat Kecamatan, ditingkat Kemukiman dan tingkat Gampong
masing-masing sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang.
(3) Kepengurusan Majelis Pertimbangan Partai terdiri atas Ketua, Wakil Ketua dan Anggota berdasarkan kebutuhan;
(4) Mekanisme kerja Majelis Pertimbangan Partai meliputi:
a) Mekanisme pengambilan keputusan internal dapat dilakukan secara aklamasi atau voting;
b) Mekanisme pengawasan kepada pimpinan partai dapat dilakukan melalui: 1.
Surat tertulis kepada pimpinan partai; dan
2. melalui pertemuan konsultasi yang rutin atau insidentil atau melalui rapat-rapat pimpinan atas permintaan
pimpinan Badan dan disetujui oleh pimpinan partai;
c) Ketentuan lebih lanjut akan ditetapkan dalam Peraturan MPP.
(5) Seluruh aktivitas majelis dalam melaksanakan tugasnya menjadi tanggung jawab dan memperoleh dukungan dari
sekretariat pimpinan partai;
(6) Masa bakti anggota MPP sama dengan masa bakti Dewan Pimpinan Partai.
BAB X
BADAN OTONOM, KOMITE AKSI DAN MAJELIS
Pasal 56
Badan Otonom
(1) Badan Otonom merupakan institusi yang mempunyai kedudukan mandiri, berhak mengatur dan mengelola sendiri
kerja lembaganya, tetapi harus:
a) Sesuai dengan asas, tujuan, sifat dan identitas Partai GRAM sebagaimana yang termaktub dalam AD/ART Partai
GRAM, dan
b) Dalam melakukan kegiatan Badan Otonom tidak boleh bertentangan dengan Garis-garis kebijakan Partai GRAM
disetiap jenjang organisasi.
(2) Badan Otonom dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Partai GRAM;
(3) Badan Otonom dapat dibentuk di setiap jenjang kepartaian;
(4) Hal-hal yang berkaitan dengan Badan Otonom di lebih lanjut diatur dalam Peraturan Partai.
Pasal 57
Komite Aksi
(1) Komite-komite aksi dibentuk oleh Pengurus Harian Partai di setiap jenjang organisasi kepartaian untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu dalam semua bidang kehidupan masyarakat untuk mencapai tujuan partai berdasarkan
ideologi partai, untuk masa tertentu;
(2) Pengurus dan anggota komite aksi direkrut dari anggota simpatisan dan relawan yang bersedia melakukan kegiatan
tertentu;
(3) Pengurus Komite Aksi ditetapkan dan dibubarkan dengan Surat Keputusan pimpinan partai dijenjang masing-masing;
(4) Komite Aksi memberikan laporan tertulis tentang kegiatannya kepada pimpinan partai secara berkala;
(5) Pimpinan partai perlu mendata dengan baik kinerja dan keikut sertaan mereka yang terlibat dalam Komite
Aksi sebagai salah satu faktor pendukung rekruitmen kader partai.
Pasal 58
Pengurus Partai
Pimpinan dan pengurus Partai GRAM berasal dari kader Partai dan tokoh basis utama Partai.
BAB XI
FRAKSI
Pasal 59
(1) Fraksi dibentuk oleh pimpinan partai;
(2) Pimpinan Fraksi ditunjuk dan ditetapkan oleh pimpinan partai atas kesepakatan beberapa pimpinan;
(3) Unsur dan fungsi Fraksi terdiri atas seorang Ketua, sekurang-kurangnya seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris dan
sekurang-kurang seorang Wakil Sekretaris, Bendahara dan sekurang- kurang seorang Wakil Bendahara;
(4) Tugas dan Fungsi Fraksi meliputi :
a) Melaksanakan ketentuan-ketentuan organisasi dan kebijakan pimpinan partai untuk fraksi gabungan;
b) Melaksanakan kesepakatan-kesepatan antara partai di lembaga legislatif untuk fraksi gabungan;
c) Anggota fraksi wajib tunduk taat dan patuh kepada Garis kebijakan/ketentuan dan peraturan partai.
(5) Hal-hal yang berkaitan dengan fraksi diatur lebih lanjut dalam peraturan partai.
(1) Tata urutan peraturan partai :
1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;
2. Keputusan-keputusan Kongres lainnya;
3. Peraturan-peraturan partai;
4. Keputusan Raker Aceh (Pusat) lainnya;
5. Keputusan Pleno DPP Partai;
6. Keputusan Paripurna DPP Partai;
7. Keputusan Rapat Harian DPP Partai;
8. Keputusan-keputusan Musyawarah Wilayah Kabupaten/Kota lainnya;
9. Keputusan Raker Wilayah Kab/Kota lainnya;
10. Keputusan Pleno DPW Partai Kab/Kota;
11. Keputusan Paripurna DPW Partai Kab/Kota;
12. Keputusan Rapat Harian DPW Partai Kab/Kota;
13. Keputusan-keputusan Musyawarah Cabang lainnya;
14. Keputusan Raker DPC lainnya;
15. Keputusan Pleno DPC Partai;
16. Keputusan Paripurna DPC Partai ;
17. Keputusan Rapat Harian DPC Partai;
18. Keputusan-keputusan Musyawarah Kemukiman lainnya;
19. Keputusan Raker Kemukiman lainnya;
20. Keputusan Pleno DPKim Partai tingkat Kemukiman;
21. Keputusan Paripurna DPKim Partai tingkat Kemukiman;
22. Keputusan Rapat Harian DPKim Partai tingkat Kemukiman;
23. Keputusan-keputusan Musyawarah tingkat Gampong lainnya;
24. Keputusan Raker tingkat Gampong lainnya;
25. Keputusan Pleno DP tingkat Gampong;
26. Keputusan Paripurna DP tingkat Gampong;
27. Keputusan Rapat Harian DP tingkat Gampong;
Pasal 61
Untuk pertama kalinya Anggaran Rumah Tangga disahkan dalam Rapat Tim Sembilan sebagai pendiri Partai GRAM.
BAB XIII
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 62
Anggaran Rumah Tangga hanya dapat diubah dan disempurnakan dalam Kongres.
BAB XIV
PERATURAN PERALIHAN
Pasal 63
(1) Khusus dalam penyusunan kepengurusan DPP untuk periode Pertama (2016-2021) diputuskan dalam musyawarah dan
mufakat para pendiri Partai GRAM.
(2) Kelengkapan personalia pengurus DPP, Ketua dan Wakil Ketua serta Anggota MPP, Ketua dan anggota Mahkamah
Partai, ditetapkan oleh Pendiri Partai.
BAB XV
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 64
Semua ketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini mengikuti peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 65Bidang-bidang Kerja Partai
(1) Untuk melaksanakan tugas pembidangan kerja partai, masing-masing Ketua, Sekretaris, Wakil Ketua, Wakil Sekretaris
di setiap tingkatan kepengurusan membentuk bidang-bidang kerja partai dan disesuaikan dengan urutan serta
kebutuhan yang diperlukan;
(2) Bidang-bidang kerja partai terdiri atas:
1. Pemenangan Pemilu;
2. Pengembangan Organisasi dan Keanggotaan;
3. Perkaderan;
4. Sistem Informasi dan Komunikasi;
5. Hubungan antar lembaga dan pemerintah;
6. Koordinasi Penyelenggaraan Pemilu;
7. Hukum dan Advokasi;
8. Politik, Pertahanan dan Keamanan;
9. Survey, Penelitian dan Pengembangan;
10. Agama dan Kekhususan Aceh;
11. Ekonomi dan Koperasi;
12. Pendidikan;
13. Pemberdayaan Perempuan;
14. Pengembangan Seni, Budaya dan Pariwisata;
15. Usaha dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat;
16. Kepemudaan dan Olah Raga;
17. Kesehatan;
18. Pertanian, Perikanan, Perkebunan dan Kehutanan.
(3) Bidang-bidang kerja partai tingkatan kepengurusan disebut sebagai berikut;
1. Bidang-bidang kerja untuk tingkatan DPP disebut Pusat;
2. Bidang-bidang kerja untuk tingkatan DPW, DPC, DPM dan DPG disebut Badan.
BAB XVI
P E N U T U P
Pasal 66
(1) Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini harus melalui Kongres.
(2) Hal-hal yang belum di atur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Lainnya, diatur dalam
Peraturan Partai--------------------------------------------------------------------------------------------------------------.