Download - Paper Kondisi Geologi Sungai Boyong
Kondisi Geologi Sungai Boyong - Sungai Code
Sungai Boyong dan Sungai Code adalah sungai-sungai yang membelah Yogyakarta dimana
Sungai Boyong merupakan sungai utama dan bagian hulu dari Sungai Code sehingga memiliki arah
aliran yang sama. Sungai Boyong dan Sungai Code memiliki sumber air dan sumber sedimen yang
berasal dari Gunung Merapi sebagai bagian hulu dari kedua sungai tersebut sehingga Gunung
Merapi memberikan pengaruh yang sangat dominan terhadap proses fluviatil maupun
sedimentasi dari kedua sungai ini. Sungai ini merupakan jalur aliran lahar dingin hasil erupsi
Merapi dan bermuara ke bagian selatan Pulau Jawa tepatnya di bagian Pantai Selatan Jawa yang
berhubungan langsung dengan Samudra Hindia. Dalam proses aliran dan perkembangannya,
sungai – sungai ini kemudian bertemu pada satu sungai yaitu Sungai Opak.
Aliran-aliran Sungai dari Gunung Merapi yang melewati Kota Yogyakarta
Apabila ditinjau dari segi kondisi geologi dari kedua sungai ini, sangat jelas terlihat
berbagai perbedaan yang dapat dikatakan cukup signifikan dari tahun ke tahun dalam jangka
waktu geologi yang relatif singkat. Perubahan tersebut mencakup berbagai aspek geologi seperti
morfologi, stratigrafi, dan provenance. Penyebab yang sangat mempengaruhi perubahan kondisi
geologi tersebut adalah erupsi dari Gunung Merapi yang terjadi beberapa tahun terakhir maupun
di waktu yang lampau. Bencana tersebut mengakibatkan kondisi geologi di sekitar wilayah erupsi
menjadi rusak dan hancur. Hal ini disebabkan karena material hasil erupsi Gunung Merapi
menyebabkan sebagian morfologi menjadi tertimbun bahkan hilang. Selain itu, faktor yang
semakin memperparah perubahan kondisi geologi hingga saat ini adalah adanya bencana
sekunder erupsi Gunung Merapi berupa banjir lahar dingin yang semakin menyebar ke daerah –
daerah lainunya.
KONDISI GEOLOGI SUNGAI BOYONG
A. Morfologi
Sungai Boyong merupakan sungai yang terletak pada satuan morfologi kaki
gunung merapi yang memiliki elevasi 400-600 mdpl, pada lereng merapi bagian selatan
dan sungai ini secara umum mengalir dari utara ke selatan. Sungai ini merupakan salah
satu sungai hasil dari pelepasan recharge area atau pelepasan air tanah hasil resapan dari
daerah yang lebih tinggi. Hulu dari sungai Boyong ini secara geografis terletak di Desa
Hargobinangun, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten sleman, Yogyakarta.
Endapan sungai yang ditambang warga
Foto 1: Kenampakan Sungai Boyong tanggal 9 April2011
Sumber: Koleksi Eva Mulyaningsih
Sungai ini memiliki pola penyaluran dendritic dengan stadia sungai muda dan
lembah yang berbentuk “V”. Namun, pasca erupsi Merapi 2010 yang lalu, karena kekuatan
erupsi yang cukup besar, material-material erpsi mengikis tebing-tebing sungai dan
kemudian material erupsi terendapkan cukup tebal pada sungai itu sendiri sehingga
nampak seakan-akan lembah sungai berbentuk “U” dengan stadia dewasa. Aliran pada
sungai ini cenderung membentuk suatu aliran “braided stream” atau teranyam karena
sungai ini mengendapkan material dimanapun saat sugai tak mampu lagi membawanya
untuk ditransportasikan ke arah hilir.
Sungai Boyong yang merupakan bagian hulu telah mengalami proses erosi dan
sedimentasi yang cukup ekstrim karena banjir lahar beberapa waktu yang lalu yang
memiliki kecepatan arus sangat tinggi dengan kompetensi sungai yang tinggi pula.
Material-material yang dibawa berasal dari zona proximal masih bersifat kental,
menunjukkan bahwa terjangan lahar Merapi yang terjadi beberapa waktu yang lalu
sangatlah hebat yang terlihat dari bongkah-bongkah batuan yang sangat besar yang
tertransport oleh lahar tersebut. Pada beberapa aliran sungai, terlihat dasar sungai yang
tertutup oleh sulfur berwarna kuning yang berasal dari Gunung Merapi.
Di bagian tebing sungai terlihat endapan dengan sifat matrix supported, sortasi
yang buruk, dan terlihat fragmen berukuran boulder yang mengambang di matrix yang
halus. Hal ini berarti bahwa fluida yang terjadi sangatlah kental hingga mampu
mengambangkan fragmen berukuran boulder ini. Fragmen dengan bentuk butir sub-
angular ini menunjukkan fragmen belum tertransport sangat jauh dari sumbernya.
Pada Sungai ini juga terdapat beberapa sabo dam yang dibangun di atas endapan
fluviovulkanik hasil erupsi sebelumnya dan berfungsi menahan terjangan lahar Merapi
namun sudah putus karena terjangan lahar Merapi.
B. Stratigrafi
Sungai Boyong mengalir pada satuan morfologi kaki Gunung Merapi, dan
stratigrafi dari Sungai Boyong ini sendiri juga merupakan stratigrafi Merapi yang terdiri
atas Vulkanik Merapi Tua dan Vulkanik Merapi Muda (Rahardjo dkk.,1977).
1. Vulkanik Merapi Tua
Vulkanisme ini berumur Pleistosen atas dan tersusun oleh breksi
aglomerat dan leleran lava yang lebih bersifat basaltic daripada Merapi Muda.
Berdasarkan dating C-14, vaulkanik ini menunjukkan umur 4.350-2.870
sebelum 1950 (Wirahadikusumah, 1989).
2. Vulkanik Merapi Muda
Vulkanisme ini berumur Pleistosen atas dan tersusun atas material
rombakan Merapi Tua berupa endapan tufa, pasir, dan breksi yang
terkonsolidasi lemah dan dating C-14 menunjukkan umur 1.700 – 340 tahun
sebelum 1950 (Wirahadikusumah, 1989).
McDonald dan Partners (1984) membagi satuan ini menjadi 2, yaitu
Formasi Sleman dan Formasi Yogyakarta.
a) Formasi Sleman, terdiri atas pasir dan kerikil yang diselingi bongkah dan
merupakan kenampakan bagian bawah dari vulkanik merapi muda.
b) Formasi Yogyakarta, yang terdiri dari perselingan pasir, kerikil, lanau, dan
lempung. Formasi ini merupakan kenampakan bagian atas dari Vulkanik
merapi Muda.
Potensi positif dari sungai ini adalah sebagai lokasi penambangan material bahan
galian golongan C, karena memang terdapat banyak pasir yang dibawa oleh lahar Merapi.
Sedangkan potensi negatif daerah ini adalah rawan terjadi gerakan masa seperti tanah
longsor pada tebing sungai yang sangat curam serta ancaman dari banjir lahar yang
sangat berbahaya jika terjadi erupsi.
C. Provenance
Provenance dari Sungai Boyong ini tentu saja berasal dari hasil hasil lapukan
ataupun transportasi material-material Gunung Merapi. Dan untuk endapan yang
dominan saat ini adalah hasil dari erupsi Merapi tahun 2010 (Merapi muda) yang
terendapkan di atas endapan-endapan fluviovulkanik sebelumnya. Material-material ini
beragam ukurannya, mulai dari bongkah hingga berukuran pasir. Mineral-mineral seperti
hornblenda, kuarsa, feldspar, biotit, serta mineral-mineral lainnya hadir sangat melimpah
dengan ukuran butir pasir kasar-pasir medium. Litik berwarna abu-abu kehitaman
dengan tekstur porfiroafanitik juga hadir mulai dari ukuran pasir hingga kerakal. Andesite
porphyry, pumice, scoria juga terdapat pada sungai Boyong yang juga berasal dari hasil
erupsi Merapi. Kehadiran boulder yang cukup melimpah menandakan bahwa arus dari
lahar sangat;ah pekat dan berenergi tinggi. Material-material ini bersifat intermediet,
sesuai dengan tipe magma merapi saat ini dan dengan kehadiran pumis serta skoria
menunjukkan bahwa tipe erupsi yang terjadi juga eksplosif, namun untuk provenance
secara keseluruhan, material-material yang ada di Sungai boyong berasal dari vulkanik
Merapi tua dan vulkanik Merapi muda yang juga tergambar dalam stratigrafi Sungai
Boyong itu sendiri.
KONDISI GEOLOGI SUNGAI CODE
A. Morfologi
Sungai Code adalah sungai yang membelah Yogyakarta dan merupakan anak dari
Sungai Boyong. Sungai ini mengalir dari utara ke selatan yang kemudian bergabung
dengan Sungai Opak yang kemudian mengalir menuju ke Samudra Hindia. Sungai Code ini
memiliki pola penyaluran dendritik dengan stadia sungai yang telah menuju ke arah
dewasa atu bahkan sudah dewasa wal. Meandering sudah terjadi pada sungai ini sehingga
dapat juga ditemukan morfologi-morfologi seperti cut off slope, slip off slope serta
endapan-sendapan sungai seperti point bar dan channel bar. Saat ini, ketinggian tebing
sungai dari permukaan sungai adalah 0,5 – 3 meter dan lebar sungai yang mencapai
kurang lebih 10-15 meter. Pada saat air meluap, aliran sungai ini nampak bergelombang,
hal ini disebabkan oleh adanya material-material yang ada di dasar sungai yang secara
perlahan ikut bergerak dan kemudian mengangkat air diatasnya memberntuk
geolombang-geolmbang seperti yang terlihat.
B. Stratigrafi
Stratigrafi dari Sungai Code ini didominasi oleh Vulkanik Merapi Muda yang
berasal dari hasil rombakan material vulkanik Merapi Tua seperti breksi, pasir dan tuff
yang kemudian bergabung dengan endapan-endapan dari vulkanisme Merapi muda itu
sendiri pada bagian atasnya.
- Vulkanik Merapi Muda
Berumur Pleistosen atas dan tersusun atas material rombakan Merapi Tua berupa
endapan tufa, pasir, dan breksi yang terkonsolidasi lemah dan dating C-14
menunjukkan umur 1.700 – 340 tahun sebelum 1950 (Wirahadikusumah, 1989),
terbagi menjadi :
Foto 4: Sungai Code yang terlihat dari Desa Wonokromo
Sumber : Koleksi Betzy Nella Redinoviria
a. Formasi Sleman, terdiri atas pasir dan kerikil yang diselingi bongkah dan
merupakan kenampakan bagian bawah dari vulkanik merapi muda.
b. Formasi Yogyakarta, yang terdiri dari perselingan pasir, kerikil, lanau, dan
lempung. Formasi ini merupakan kenampakan bagian atas dari Vulkanik
merapi Muda. (McDonald dan Partners, 1984)
Potensi positif dari sungai ini adalah sebagai lokasi penambangan material bahan
galian golongan C dan juga sebagai pengairan dan sumber air yang cukup penting bagi
masyarakat Yogyakarta. Sedangkan potensi negatif daerah ini adalah ancaman dari banjir
lahar yang sangat berbahaya jika terjadi erupsi.
C. Provenance
Provenance dari endapan-endapan yang dibawa oleh Sungai Code merupakan
material-material rombakan Merapi yang telah mengalami proses transportasi dan
sedimentasi sebelumnya oleh Sungai Boyong dan untuk endapan yang dominan saat ini
adalah hasil dari erupsi Merapi tahun 2010 (Merapi muda). Provenance juga berasal dari
rombakan-rombakan formasi yang ada pada Sungai Boyong dan Sungai Code itu sendiri
berupa kerikil, pasir, lanau dan lempung. Jadi sebenarnya provenance Sungai Code berasal
dari Merapi Tua dan juga Merapi Muda, namun kemungkina telah didominasi oleh Merapi
Muda.
Saat ini, unconsolidated material yang terdapat pada Sungai Code didominasi oleh
material-material fluviovulcanic berukuran kerakal-pasir (pada Sungai Code bagian atas)
yang kemudian menghalus menjadi material berukuran pasir pada Sungai Code bagian
tengah-bawah sebelum akhirnya masuk ke Sungai Opak. Material berukuran pasir
didominasi oleh mineral-mineral berupa kuarsa, hornblenda, feldspar dan juga litik yang
berasal dari hancuran/rombakan batuan-batuan Merapi. Kerakal juga terdapat pada
Sungai Code bagian atas dengan jumlah yang cukup melimpah dan kerakal ini juga
merupakan pecahan-pecahan batuan yang telah ada sebelumnya yang kemudian
tertransport oleh sungai ataupun pada saat banjir lahar terjadi. Dibandingkan dengan
material yang ada di Sungai Boyong, endapan-endapan pada Sungai Code rata-rata
memiliki ukuran butir yang lebih kecil dimana pada Sungai Code didominasi oleh material
berukuran pasir dan keterdapatan kerakal yang semakin sedikit dan pada Sungai boyong
didominasi oleh pasir namun terdapat boulder-boulder yang merepresentasikan kekuatan
terjangan lahar itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Fathani, T.F., Djoko Legono, Dwikorita Karnawati, Adam P.P., Eko P., Development of Debris
Flow Early Warning System for Volcanic Rivers at Mt. Merapi Area , The Second World
Landslide Forum.
Heryanti, D.N., 2012, Community Based Approach to Assess Flood Risk Perception and Coping
Mechanism Along Code River Yogyakarta Municipality. Thesis.
Lavigne, Franck, 1999, Lahar hazard micro-zonation and risk assessment in Yogyakarta city,
Indonesia, Kluwer Academic Publishers, Netherlands, Geojurnal 49, pp. 173-183.
Legono, D., 2006, Sediment Bypass Modelling of Volcanic Rivers (A Case Study: Boyong River,
Merapi Mount, Indonesia), Jurnal Media Komunikasi Teknik Sipil, Volume 14, Nomor 2,
pp. 142-149.
Winarno, Setya, Techno-Financial Feasibility Analysis Volcanic Material Sand in The Code River
for Concrete Blocks. Seminar Nasional Pengembangan Kawasan Merapi.
shin-shanshan.blogspot.com/.../kondisi-geologi-sungai-boyong-sungai.html
(diakses tanggal 21 September 2013 pukul 23.00)
http://www.geomacnews.com/2013/12/kondisi-geologi-sungai-boyong-sungai.html
(diakses tanggal 21 September 2013 pukul 23.00)