-
7/22/2019 Pandangan Dan Rekomendasi Terhadap Kasus Dokter Ayu
1/6
Tugas AKK
Supriady. R Nim.137032172 Kelas AKK 2013 Page 1
PANDANGAN DAN REKOMENDASI TERHADAP KASUS DOKTER AYU
DAN AKSI SOLIDARITAS PARA DOKTER
Supriady. R
Nim 137032172
Kelas AKK 2013 FKM USU
KRONOLOGIS
Versi Kementerian Kesehatan dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
(POGI).
Ketua POGI Jakarta, Frizar Irmansyah, mengatakan kematian Siska 20 menit setelah
operasi caesar bukan kejadian malapraktik, melainkan insiden medis yang tak dapat dicegah dan
berakibat fatal.
Siska awalnya mendatangi puskesmas. Di puskesmas, dilakukan pemeriksaan ketuban
untuk mempercepat kelahiran bayinya. Standar operasional prosedur menyatakan, kelahiran
harus diupayakan normal. Kondisi Siska di puskesmas terus dimonitor sampai akhirnya muncul
tanda kegawatan di mana bayi bisa meninggal jika tidak juga dilahirkan.
Puskesmas pun memberitahu Siska perlu ada tindakan operasi untuk menyelamatkan dia
dan bayinya. Oleh sebab itu diputuskan Siska dirujuk ke RS Prof dr Kandou untuk ditangani
lebih lanjut. Di rumah sakit itu, dokter mengambil tindakan 8 jam kemudian, setelah tahu ada
gawat janin pada kandungan Siska. Selama 8 jam itu, pasien bukannya ditelantarkan, tapi
ditunggu untuk melahirkan secara normal, kata Frizar.
Selanjutnya saat operasi caesar berlangsung, terjadi insiden emboli ketuban melebar,
udara masuk ke pembuluh darah dan lari ke paru-paru, mengakibatkan pembuluh darah pecah.
Aliran darah pun tersumbat seketika karena air ketuban masuk ke dalam pembuluh darah. Saat
itu Siska langsung terserang sesak nafas hebat.
Menghadapi hal ini, dokter Ayu dan timnya segera mengambil tindakan. Suntikan steroid
diberikan untuk menanggulangi peradangan. Mereka juga berupaya mempertahankan
oksigenisasi dengan memasang alat bantu yang disebut ventilator. Sayangnya nyawa pasien tidak
tertolong. Meski demikian bayi lahir dengan sehat.
http://life.viva.co.id/news/read/461608-emboli--serangan-mematikan-pada-ibu-melahirkanhttp://life.viva.co.id/news/read/461608-emboli--serangan-mematikan-pada-ibu-melahirkan -
7/22/2019 Pandangan Dan Rekomendasi Terhadap Kasus Dokter Ayu
2/6
Tugas AKK
Supriady. R Nim.137032172 Kelas AKK 2013 Page 2
Frizar menyatakan, kemungkinan terjadinya emboli pada ibu melahirkan hanya 3 persen,
namun kesembuhannya hanya 10 persen. Itu pun di luar negeri yang berhasil sembuh. Di
Indonesia, setahu saya belum ada yang bisa selamat dari emboli, kata dia. Emboli bisa terjadi
pada ibu yang melahirkan secara caesar maupun normal.
Frizar mengatakan, dokter Ayu memang belum berstatus dokter spesialis saat menangani
persalinan Siska. Ia hanya residen senior dengan pendidikan dokter spesialis kebidanan dan
kandungan. Tapi praktiknya sudah melalui ujian-ujian tertentu dan bukannya tanpa wewenang.
VersiMahkamah Agung:
Dokter Dewa Ayu Sasiary Prawani, dr Hendry Simanjuntak, dan dr Hendy Siagian, baik
secara bersama-sama maupun bertindak sendiri-sendiri, telah dengan sengaja melakukan,
menyuruh melakukan, dan turut serta melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat izin
praktik (SIP). Perbuatan tersebut dilakukan para terdakwa dengan cara dan uraian kejadian
sebagai berikut:
Saat korban Siska Makatey (Julia Faransiska Makatey) sudah tidur terlentang di atas meja
operasi, dilakukan tindakan asepsi antiseptis pada dinding perut dan sekitarnya. Selanjutnya
korban ditutup dengan kain operasi kecuali pada lapangan operasi. Saat itu korban telah dibius
total.
Dr Ayu mengiris dinding perut lapis demi lapis sampai pada rahim milik korban,kemudian bayi yang berada di dalam rahim korban diangkat. Rahim korban lalu dijahit sampai
tidak terdapat pendarahan lagi dan dibersihkan dari bekuan darah. Selanjutnya dinding perut
milik korban dijahit.
Saat operasi dilakukan, dr Hendry sebagai asisten operator I dan dr Hendy sebagai asisten
operator II membantu dr Ayu sebagai pelaksana operasi. Dr Hendry dan dr Hendy yang
memotong, menggunting, dan menjahit agar lapangan operasi bisa terlihat, supaya
mempermudah operator yaitu dr Ayu dalam melakukan operasi.
Sebelum operasi cito secsio sesaria terhadap korban dilakukan, para terdakwa tidak
melakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan jantung, foto rontgen dada, dan lain-lain.
Sedangkan tekanan darah sebelum korban dianastesi atau dilakukan pembiusan sedikit tinggi,
yaitu menunjukkan angka 160/70.
-
7/22/2019 Pandangan Dan Rekomendasi Terhadap Kasus Dokter Ayu
3/6
Tugas AKK
Supriady. R Nim.137032172 Kelas AKK 2013 Page 3
Pemeriksaan jantung terhadap korban dilaksanakan setelah operasi selesai dilakukan.
Pemeriksaan jantung terhadap korban dilaksanakan setelah operasi selesai. Pemeriksaan jantung
tersebut dilakukan setelah dr Ayu melaporkan kepada saksi Najoan Nan Waraouw sebagai
konsultan jaga bagian kebidanan dan penyakit kandungan bahwa nadi korban 180 kali per menit.
Saat itu saksi Najoan menanyakan kepada dr Ayu apakah telah dilakukan pemeriksaan
jantung terhadap diri korban. Selanjutnya dijawab oleh dr Ayu tentang hasil pemeriksaan adalah
denyut jantung sangat cepat. Saksi Najoan mengatakan bahwa denyut nadi 180 kali per menit
bukan denyut jantung sangat cepat tetapi fibrilasi atau kelainan irama jantung.
Berdasarkan hasil rekam medis No. 041969 yang telah dibaca oleh saksi ahli dr. Erwin
Gidion Kristanto, SH. Sp. F bahwa saat korban masuk RSU Prof RD Kandou Manado, keadaan
umum korban adalah lemah dan status penyakit korban adalah berat.
Dr Ayu, dr Hendry, dan dr Hendy sebagai dokter dalam melaksanakan operasi cito secsio
sesaria terhadap korban Siska Makatey, hanya memiliki sertifikat kompetensi. Tapi para
terdakwa tidak mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) kedokteran/yang berhak memberikan
persetujuan. Sedangkan untuk melakukan tindakan praktik kedokteran, termasuk operasi cito
yang dilakukan para terdakwa terhadap diri korban, para terdakwa harus memiliki SIP
kedokteran.
Akibat perbuatan para terdakwa, korban Siska Makatey meninggal dunia. Sebab
kematian korban adalah akibat masuknya udara ke dalam bilik kanan jantung yang menghambatdarah masuk ke paru-paru sehingga terjadi kegagalan fungsi paru, dan selanjutnya
mengakibatkan kegagalan fungsi jantung.
AKSI SOLIDARITAS YANG MENGANGGU PELAYANAN
Aksi solidaritas yang di lakukan para dokter hampir di seluruh Indonesia, sedikit banyak
menggangu terhadap pelayan yang akan diberikan kepada masyarakat. Walaupun dikalangan
dokter sendiri menjelaskan bahwa Pelayanan UGD/IGD tetap jalan dan hari sebelumnya sudah
dihimbau melalui media-media bahwa pada tanggal 27 November 2013 akan ada aksi solidaritas
para dokter. Pelayanan Poliklinik tidak berjalan sebagai mana mestinya, dan ini juga di akui oleh
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi dalam situs berita Tempo hari Rabu Tanggal 27 November
2013 yang menyatakan bahwa Pelayanan di sejumlah rumah sakit akan terganggu.
-
7/22/2019 Pandangan Dan Rekomendasi Terhadap Kasus Dokter Ayu
4/6
-
7/22/2019 Pandangan Dan Rekomendasi Terhadap Kasus Dokter Ayu
5/6
Tugas AKK
Supriady. R Nim.137032172 Kelas AKK 2013 Page 5
Dan Pasal 17 ayat d. Pelaksana dilarang meninggalkan tugas dan kewajiban,
kecuali mempunyai alasan yang jelas, rasional, dan sah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
Melihat dari pasal pasal diatas, bila ada masyarakat yang merasa dirugikan dapat
melaporkannya kepada Ombudsman Republik Indonesia. Dimana dijelaskan pada UU No.37
tahun 2008 pada pasal 4 ayat c menyebutkan bahwa Ombudsman bertujuan: meningkatkan mutu
pelayanan negara di segala bidang agar setiap warga negara dan penduduk memperoleh keadilan,
rasa aman, dan kesejahteraan yang semakin baik;
Dalam pernyataannya, Ombudsman juga mengimbau kepada asosiasi kedokteran untuk
tidak lagi mengarahkan para dokter melakukan mogok bersama karena Aksi ini dapat
mengganggu hak publik untuk mendapatkan layanan kesehatan.
Karenanya, apabila dicermati secara internal etika profesi medis, aksi mogok ini
bertentangan dengan tanggung jawab dokter yang termuat dalam sumpah kedokteran.
Pengabaian kewajiban ini bisa berakibat kematian atau penderitaan pasien yang semestinya
ditangani oleh ratusan dokter yang tidak berada di tempat.
Sebenarnya, sikap protes ini bisa dilakukan secara konstruktif tanpa harus merugikan hak
publik. Misalnya Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menulis surat protes dengan argumentasi hukum
dan medis yang mereka anggap benar atau jalan lainnya yang tidak menggangu pelayanan
publik.Rekomendasi lainnya untuk para dokter harus mempelajari kembali tentang undang-
undang dan peraturan yang berkenaan dengan kesehatan. Sebagai contoh dalam UU no.36
tentang Kesehatan Pada Pasal 32 Ayat 2 Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan,
baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka. Pada
kasus diatas ternyata ada permintaan uang yang diakui oleh pihak keluarga.
Padahal pada UU no.36 tentang Kesehatan Pada Pasal 32 Ayat 1 Dalam keadaan darurat,
fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan
kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
-
7/22/2019 Pandangan Dan Rekomendasi Terhadap Kasus Dokter Ayu
6/6
Tugas AKK
Supriady. R Nim.137032172 Kelas AKK 2013 Page 6
SISTEM PELAYANAN, ATURAN DAN HUKUM
Bila berbicara mengenai system pelayanan, aturan maupun hukum, menilik dari kasus ini
harusnya ada persamaan persepsi tentang profesi kedokteran dan semua regulasi terkait termasuk
masalah malpraktik medis.
Dan ini telah dilakukan dalam rapat kerja komisi IX DPR dengan Kementerian
Kesehatan, Konsil Kedokteran Indonesia, Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung dengan
menghasilkan dua kesimpulan terkait kasus tersebut diatas.
Pertama, Komisi IX DPR akan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, Konsil
Kedokteran Indonesia, Mahkamah Agung, dan Kejaksaan Agung untuk memberikan kepastian
hukum di dalam praktik kedokteran, baik bagi pasien maupun tenaga ahli.
Kedua menyatakan Komisi IX DPR bersama dengan pemerintah akan menyempurnakan
peraturan perundang-undangan terkait dengan praktik kedokteran.
Rujukan (terlampir).