OPINI PUBLIK TENTANG PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
UAP SURALAYA
MARIA FITRIAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Opini Publik tentang Pembangkit
Listrik Tenaga Uap Suralaya adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
ataupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juli 2011
Maria Fitriah
\
NIM I352070121
ABSTRACT
MARIA FITRIAH. Public opinion on Suralaya Steam Power Plant. Supervised by
DJUARA P. LUBIS and RICHARD WE LUMINTANG.
Coal has commonly been used as one of the energy sources to generate
electricity in steam power plants in Indonesia for the reason that it is much more
economical than other energy sources. However, it brings about negative impacts
on the environment and health. This research aims at (1) analyzing public opinion
on Suralaya Steam Power Plant, (2) analyzing correlation between newspaper,
public relations, opinion leader and experience to shape public opinion. The
research was conducted in the area around Suralaya Power Plant in January until
March 2010. Using the community in the area as the research population, the
research used cluster random sampling to obtain 343 respondents as the sample.
Data was collected by using observation, questionnaire, interview FGD, and
documentation study. The research used descriptive correlational method. Public
opinion grouped based on the villages, types of occupation, and sexes was
analyzed by using chi-square, while the correlation between newspaper, public
relations, opinion leader, experience and public opinion was analyzed by using
gamma correlation. The result showed that male respondents in Suralaya Village
working as merchants and employees generally felt that their economy had
become better. Respondents in Suralaya Village and Salira Village who were
mostly female employees stated that their village had become more lively. Health
problems were only felt by female employees living in Suralaya Village. Both
male and female respondents working as fishermen in Suralaya Village were
disturbed by the noise from the power plant. Nevertheless, only male respondents
working as merchants in Suralaya Village who generally stated that the coal ash
could poison the fish at sea and the female respondents confirmed that it could
damage their farm. Moreover, female employees in Suralaya Village claimed that
the coal ash could also spoil goods. The public opinion was related to opinion
leader and experience; nonetheless, newspaper and public relations had no
correlation with public opinion.
Keywords: Public Opinion, PLTU Suralaya
RINGKASAN
MARIA FITRIAH. Opini Publik tentang Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Suralaya. Dibimbing oleh DJUARA P. LUBIS dan RICHARD WE
LUMINTANG.
Batubara merupakan salah satu sumber energi di Indonesia untuk
membangkitkan listrik yang banyak dipakai Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) karena biaya lebih murah dibanding sumber energi lainnya, seperti PLTU
Suralaya. Namun batubara berdampak negatif pada kesehatan dan lingkungan.
Fenomena isu lingkungan menimbulkan pembentukan opini publik. Opini publik
diperoleh dari pendapat publik sebagai masyarakat. Suratkabar, public relations,
opinion leader, dan pengalaman dapat berhubungan dengan pembentukan opini
publik.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis opini publik dan menganalisis
hubungan suratkabar, public relations, opinion leader, serta pengalaman dalam
pembentukan opini publik. Suratkabar, public relations, opinion leader, serta
pengalaman merupakan variabel faktor pembentuk opini publik sebagai peubah
bebas. Peubah terikat penelitian ini yaitu opini publik dengan variabel opini
publik tentang dampak PLTU Suralaya
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional. Opini publik
diteliti berdasarkan desa, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin dengan analisis
menggunakan chi kuadrat (chi square). Hubungan suratkabar, public relations,
opinion leader, dan pengalaman dengan opini publik dianalisis menggunakan
korelasi gamma.
Populasi penelitian adalah masyarakat sekitar PLTU Suralaya.
Pengambilan sampel dilakukan cluster random sampling dari masyarakat yang
tinggal di Desa Suralaya, Salira Indah dan Lebakgede. Sampel pada pengambilan
data kuantitatif diperoleh sebanyak 343 orang yang diambil 10 persen (0,1) dari
3430 orang. Data penelitian ini pun diperoleh melalui Focus Group Discussion
(FGD) berdasarkan kelompok mata pencaharian.
Penggunaan bahan bakar batubara menghasilkan abu setiap hari sebanyak
1.500 sampai 2.000 ton yang terbagi menjadi 80 persen sebagai flay ash (abu
terbang atau abu kering) dan 20 persen sebagai bottom ash ( abu dasar atau abu
basah). Abu batubara yang dihasilkan dari PLTU Suralaya membentuk opini
publik, baik opini publik tentang dampak positif maupun negatif.
Opini publik berdasarkan desa, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin
menunjukkan bahwa responden laki-laki di Desa Suralaya yang bekerja sebagai
pedagang dan pegawai umumnya merasakan ekonominya menjadi lebih sejahtera.
Masyarakat di Desa Suralaya dan Desa Salira yang umumnya pegawai perempuan
menyatakan suasana lingkungan menjadi lebih ramai sejak adanya PLTU
Suralaya. Gangguan masalah kesehatan hanya dirasakan oleh pegawai perempuan
yang tinggal di Desa Suralaya. Responden laki-laki maupun perempuan yang
bekerja sebagai nelayan di Desa Suralaya merasa bising dengan suara mesin
PLTU Suralaya. Namun umumnya hanya responden laki-laki saja yang bekerja
sebagai pedagang di Desa Suralaya yang menyatakan abu batubara dapat
meracuni ikan di laut dan responden perempuan menyatakan abu batubara dapat
merusak pertanian. Abu batubara pun dapat mengotori bahan dagangan
berdasarkan opini dari masyarakat Desa Suralaya dengan jenis kelamin
perempuan umumnya yang bekerja sebagai pegawai.
Opini dari masyarakat sekitar dihubungkan oleh keterpaan dengan opinion
leader karena tingginya tingkat frekuensi komunikasi. Opini masyarakat pun
berhubungan dengan pengalaman keterlibatan masyarakat menghadapi masalah
dalam kehidupannya dengan PLTU Suralaya berdasarkan pengetahuan. Namun
suratkabar dan public relations tidak berhubungan dengan opini masyarakat
karena kurangnya informasi mengenai PLTU Suralaya.
Public relations perlu lebih banyak melakukan hubungan dengan
masyarakat sekitarnya melalui kegiatan pengembangan masyarakat. Public
relations pun perlu melakukan komunikasi dengan opinion leader agar opinion
leader menyampaikan pesan kepada masyarakat sekitar. Upaya peningkatan
pengetahuan mengenai PLTU Suralaya perlu dilakukan melalui media massa,
termasuk media komunitas.
Kata Kunci: Opini Publik, PLTU Suralaya
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang
wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
OPINI PUBLIK TENTANG PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
UAP SURALAYA
MARIA FITRIAH
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Penguji Luar komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M. Si
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Penulis melakukan penelitian mengenai
Opini Publik tentang Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya.
Penelitian ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku ketua komisi pembimbing dan ketua
program studi yang telah memberikan kritik, saran, dan motivasi selama
menyelesaikan tesis ini.
2. Ir. Richard WE Lumintang, MSEA selaku anggota komisi pembimbing
yang telah memberikan kritik, saran, dan motivasi selama menyelesaikan
tesis ini.
3. Erick Rebiin sebagai koordinator Forum Peduli Suralaya.
4. Seluruh pegawai Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya yang
telah membantu selama pengumpulan data penelitian.
5. Seluruh pegawai PT Indonesia Power yang telah membantu selama
pengumpulan data penelitian.
6. Seluruh aparat Desa Suralaya, Desa Salira Indah, Desa Lebakgede yang
telah memberikan izin dan membantu selama pengumpulan data
penelitian.
7. Dr. Arif Satria, SP, M. Si selaku Dekan Fakultas Ekologi Manusia yang
telah membantu kelancaran studi penulis.
8. Seluruh dosen pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan studi.
9. Seluruh staf pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah membantu
kelancaran studi penulis.
10. Agung Nugrahaprawira, S. Pt atas segala doa, motivasi, cinta, dan kasih
sayangnya selama menyelesaikan studi penulis.
11. Ananda Muhammad Azmi Anugrah Prawira yang telah memberikan
kebahagiaan bagi penulis.
12. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, serta seluruh
keluarga atas segala doa, motivasi, cinta, dan kasih sayangnya selama
menyelesaikan studi.
13. Teman-teman KMP angkatan 2007 yang telah memberikan bantuan, saran,
dan motivasi selama menyelesaikan studi penulis.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat.
Bogor, Juli 2011
Maria Fitriah
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 27 Maret 1984 dari Bapak H.
Mohamad Arifin dan Ibu Hj. Latifah. Penulis merupakan putri pertama dari tiga
bersaudara.
Tahun 2002 penulis lulus dari SMA Bina Insani Bogor dan pada tahun
yang sama lulus seleksi masuk Universitas Padjadjaran Bandung. Penulis memilih
Fakultas Ilmu Komunikasi, Jurusan Jurnalistik. Saat kuliah, penulis magang di
Trans TV dan Radar Bogor pada Divisi News pada tahun 2005.
Penulis bekerja sebagai pengajar Bahasa Indonesia pada tahun 2008
hingga 2010 di Lembaga Pendidikan Primagama Salak Bogor. Tahun 2008 hingga
saat ini penulis bekerja sebagai Dosen Fakultas Ilmu Sosial, Politik, dan
Komunikasi (FISIKOM), Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Djuanda
Bogor.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Batubara banyak dipakai untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
karena biaya lebih murah dibanding sumber energi lainnya, salah satunya adalah
PLTU Suralaya. Di samping biaya yang relatif murah, batubara berdampak
negatif pada kesehatan dan lingkungan (Arifin, dkk, 2010).
Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral
(2009), Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) merupakan salah satu keluhan penyakit
masyarakat yang berada di sekitar PLTU berbahan bakar batubara. Kondisi ini
diduga bahwa emisi yang berasal dari PLTU Suralaya sejak beroperasinya hingga
saat ini turut menjadi penyebab munculnya keluhan kesehatan masyarakat.
Data Puskesmas menunjukkan bahwa penderita ISPA cukup banyak
meskipun emisi yang dikeluarkan oleh PLTU Suralaya di bawah NAB (Nilai
Ambang Batas). Tim Ahli Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
memprognosa, kemungkinan salah satu penyebab penyakit ISPA yaitu adanya
kandungan polutan di sekitar lingkungan hidup masyarakat tersebut.
Menurut Arifin, dkk (2010), pembakaran batubara sangat membahayakan
kesehatan karena penyerapan gas karbon monoksida (CO2) yang diproduksi lebih
tinggi dibandingkan oksigen (O2).
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan Koalisi Anti-Batubara
membuktikan bahwa masyarakat di sekitar PLTU banyak yang menderita
penyakit pernafasan. Masyarakat juga kehilangan mata pencaharian karena
sawahnya tidak bisa ditanami dan menurunnya hasil tangkapan ikan (Greenpeace,
2009). Sementara itu, Arifin, dkk (2010) mengatakan, ikan yang terkontaminasi
merkuri akibat abu batubara membahayakan masyarakat sekitar yang
mengkonsumsinya.
Berdasarkan penelitian (tes laboratorium IPB dan PP 85/1999), sebenarnya
abu batubara yang dibuang dalam proses pembangkit listrik tidak lagi berbahaya
jika diproses dengan teliti (Hastuti, 2009). Namun isu pencemaran lingkungan
akibat abu batubara menimbulkan berbagai demonstrasi, di antaranya di PLTU
Suralaya, PLTU Tanjung Jati B, dan PLTU Cilacap. Puluhan aktivis lingkungan
hidup berunjuk rasa ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cilacap karena
penggunaan batubara sebagai sumber energi menimbulkan polusi. Menurut
Koordinator Aksi Greenpeace Asia Tenggara, Ryanto, polusi abu batubara telah
berpengaruh buruk ke masyarakat yang tinggal dalam radius dua kilometer dari
PLTU Cilacap. Banyak warga menderita gangguan kesehatan (Anugrah, 2009).
Fenomena isu lingkungan menimbulkan pembentukan opini publik. Doob
yang dikutip oleh Sunarjo (1997) mengatakan, sikap pribadi seseorang atau sikap
kelompoknya membentuk opini publik. Menurut Nimmo (2000), sekumpulan
orang tersebut menghasilkan sikap yang memperlihatkan reaksi sama terhadap
rangsangan sama dari luar sebagai opini publik.
Penggunaan batubara sebagai sumber energi untuk membangkitkan listrik
di Indonesia menyebabkan pembentukan opini publik. Pada tahun 2005
penggunaan batubara dalam pemenuhan energi nasional mencapai 41 juta ton.
Lonjakan terjadi pada tahun 2010 hingga mencapai 67 juta ton (Adang, 2011).
Hal tersebut sejalan dengan Kebijakan Bauran Energi Nasional yang
menargetkan konsumsi batubara mencapai angka 33 persen hingga pada tahun
2025. Kebijakan tersebut mengingat perkiraan akan tingginya harga minyak
dunia. Oleh sebab itu, batubara memiliki posisi strategis untuk pemenuhan energi,
baik di tingkat nasional, regional maupun global (Kumara, 2009).
Peningkatan akses energi listrik bagi seluruh rakyat dan perbaikan
keandalan distribusi tenaga listrik menuntut peningkatan kapasitas daya listrik
nasional. Salah satu program yang telah dan sedang dilakukan pemerintah adalah
melaksanakan program percepatan pembangunan 35 buah pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batubara dengan kapasitas keseluruhan 10.000
Megawatt. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sistem
ketenagalistrikan nasional.
Program tersebut didasarkan atas Peraturan Presiden RI No 71 Tahun
2006. Pemerintah menugaskan Perusahaan Listrik Negara (PLN) selaku
Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) untuk menjalankan program
percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik membangun 10 PLTU di
pulau Jawa serta 25 PLTU di luar Jawa dan Bali (Kumara, 2009).
Opini publik dapat dibentuk oleh suratkabar, public relations, opinion
leader, dan pengalaman. Menurut Price (1989), public opinion formation is a
social and communicative process, and individuals' opinions thus depend in many
ways upon the social context surrounding public issues.
Arifin (2008) menyatakan, suratkabar memiliki kemampuan untuk
membentuk opini publik. Proses opini publik dimulai dengan pemuatan dan
penyiaran berita yang memiliki nilai dan sifatnya kritikan terhadap kepentingan
masyarakat dengan topik bahasan yang semakin berkembang.
Public relations pun membentuk opini publik dengan melakukan
komunikasi kepada masyarakat tentang isu lingkungan. Komunikasi eksternal
yang diterapkan public relations dapat mengokohkan keberadaan organisasi
dalam masyarakat sehingga terjalin hubungan yang baik antara keduanya.
Masyarakat akan mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan jika mereka
mengalami masalah dengan layanan perusahaan, dan masyarakat merasa
”diperhatikan” keberadaannya oleh perusahaan tersebut (Rochyadi, 2003).
Tidak hanya public relations, opinion leader pun merupakan faktor yang
dapat membentuk opini publik. Opinion leader membuka diri terhadap informasi
dengan menilai manfaat dan pentingnya informasi (Effendy, 1987).
Selain suratkabar, public relations, dan opinion leader, pengalaman
inderawi juga merupakan suatu sumber kepercayaan. Seseorang berpengetahuan
dan terampil melalui keterlibatan selama periode berdasarkan pengalaman.
Pengalaman dapat dijadikan sebagai salah satu faktor pembentuk opini publik.
Oleh karena itu, perlu adanya penelitian mengenai opini publik tentang isu
pencemaran abu batubara.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, opini publik
dapat dibentuk dari berbagai faktor. Maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dirumuskan
beberapa masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana opini publik tentang PLTU Suralaya berdasarkan tiga desa,
jenis pekerjaan, dan jenis kelamin?
2. Bagaimana hubungan suratkabar, public relations, opinion leader, dan
pengalaman membentuk opini publik?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Menganalisis opini publik tentang PLTU Suralaya berdasarkan tiga desa,
jenis pekerjaan, dan jenis kelamin.
2. Menganalisis hubungan suratkabar, public relations, opinion leader, dan
pengalaman membentuk opini publik.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak. Namun secara
khusus, penelitian ini dapat berguna sebagai berikut:
1. Memperkaya khazanah opini publik dalam ilmu komunikasi.
2. Public relations dapat lebih banyak berkomunikasi dengan opinion leader.
3. Opinion leader dapat menyampaikan informasi dengan berperan sebagai
jembatan komunikasi antara PLTU Suralaya dengan masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
Opini Publik
Menurut Sunarjo (1997), opini publik merupakan persatuan pendapat yang
didukung oleh sejumlah orang dengan ikatan emosional atau perasaan. Sementara
itu, Nimmo (2000) pun mengatakan, opini publik adalah pengungkapan kolektif
dari kepercayaan, nilai, dan pengharapan personal yang saling mempengaruhi
antara proses personal, sosial, dan politik. Sekumpulan orang tersebut
menghasilkan sikap yang memperlihatkan reaksi sama terhadap rangsangan sama
dari luar sehingga dapat dikatakan pula oleh Doob sebagai opini publik.
Doob yang dikutip oleh Sunarjo (1997) mengatakan, sikap pribadi
seseorang atau sikap kelompoknya membentuk opini publik. Karena itu, sikapnya
ditentukan oleh pengalamannya yaitu pengalaman dari dan dalam kelompoknya
itu pula. Opini publik bersifat laten (terpendam) dan baru memperlihatkan sifat
yang aktif apabila isu timbul dalam kelompok atau lingkungan karena konflik,
kegelisahan, atau frustasi.
Opini publik dapat disimpulkan sebagai kumpulan pendapat individu dari
pengungkapan kolektif yang mempengaruhi masyarakat terhadap isu yang sama
dalam proses personal, sosial, dan politik sehingga membentuk persatuan
pendapat dan sikap karena konflik, kegelisahan, atau frustasi.
Proses Pembentukan Opini Publik
Menurut Nimmo (2000), opini adalah tanggapan aktif terhadap
rangsangan, tanggapan yang disusun melalui interpretasi personal yang diturunkan
dan turut membentuk citra. Setiap opini mereflesikan kepercayaan, nilai, dan
pengharapan
Pengalaman inderawi merupakan suatu sumber kepercayaan.
Kepercayaan kita terikat erat pada nilai yang dihargai. Nilai dapat terancam oleh
melonggarnya pegangan kepercayaan kepada kita.
Nilai adalah preferensi yang dimiliki seseorang terhadap tujuan tertentu
atau cara tertentu dalam melakukan sesuatu. Preferensi ini sangat berkaitan
dengan citra personal dalam menilai diri sendiri dan lingkungannya. Seseorang
bertindak dengan cara yang bermakna dalam mencapai tujuan yang dianggap
bernilai.
Pengharapan berdasarkan pengalaman di masa lalu sehingga membentuk
keadaan masa depan. Sistem pengharapan seseorang memainkan peran penting
dalam mempengaruhi kepercayaan personal menjadi opini publik.
Penyusunan opini publik berasal dari opini pribadi yang melibatkan proses
personal, sosial, dan politik saling mempengaruhi. Opini pribadi terdiri atas
kegiatan verbal dan nonverbal yang menyajikan citra dan interpretasi individual
tentang objek tertentu di dalam setting dalam bentuk isu.
Opini pribadi harus dimiliki bersama secara luas melalui kegiatan kolektif
dengan lebih banyak orang daripada pihak pencetus perselisihan. Asal mula opini
tentang berbagai masalah terletak dalam perselisihan atau perbantahan yang
memiliki potensi untuk berkembang menjadi isu yang akan menangkap perhatian
banyak orang.
Munculnya pertikaian yang memiliki potensi menjadi isu merupakan tahap
pertama proses pembentukan opini publik. Kedua, munculnya kepemimpinan
untuk melakukan publikasi. Kepemimpinan tersebut dapat dilakukan oleh
seseorang untuk berkomunikasi melalui orang-orang yang dikenalnya secara
pribadi. Jika kepemimpinan telah merangsang komunikasi tentang suatu isu
melalui saluran komunikasi massa, interpersonal, dan organisasi, maka terbuka
bagi tahap ketiga dari pembentukan opini yaitu munculnya interpretasi personal.
Interpretasi personal memberikan gambaran tentang opini yang ada, apa yang
mungkin dilakukan oleh orang lain, dan apa yang dapat diterima oleh individu. Ini
menuju ke tahap akhir pembentukan opini di mana tahap menyesuaikan opini
pribadi setiap orang kepada persepsinya tentang opini yang lebih luas yakni opini
publik. Taksiran tentang kecenderungan opini merupakan tahap akhir dari proses
pembentukan opini.
Hipotesis Neumann yang dikutip oleh Nimmo (2000), kesediaan orang
untuk menyingkapkan pandangan mereka di depan umum bergantung pada
taksiran masing-masing tentang iklim dan kecenderungan opini di lingkungan.
Tingkat kesediaan mengungkapkan opini dengan terang-terangan mempengaruhi
taksiran individu tentang distribusi opini yang sering diperlihatkan di depan
umum.
Pandangan yang sejalan dengan kecenderungan opini menyebabkan
seseorang bertindak dengan suatu cara di depan umum untuk mengungkapkan
opini pribadinya. Ini dapat membantu penyusunan opini publik secara kolektif.
Arifin (2008) menyatakan, opini publik diperoleh dari pendapat publik-
publik sebagai masyarakat. Masyarakat merupakan bagian dari massa yang
tertarik oleh masalah-masalah sosial yang mendiskusikannya, mencari sikap-sikap
yang harus diambil, dan pada akhirnya menyimpulkan suatu pendapat. Secara
sosiologis, massa dipahami sebagai orang banyak yang memiliki minat dan
perhatian yang sama dan mengikuti peristiwa atau kejadian penting. Dengan kata
lain, massa yang terdiri dari individu-individu yang mengelompok secara spontan
tertarik masalah-masalah kepentingan umum.
Faktor-faktor Pembentuk Opini Publik
Media Massa (Suratkabar)
Suratkabar merupakan salah satu media massa yang dapat membangun
opini publik. Sesuai dengan pernyataan Afdjani (2008), suratkabar berfungsi
menyampaikan informasi dan membentuk opini publik. Menurut McQuail (2000)
dalam Afdjani (2008), media massa sebagai forum untuk mempresentasikan
berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak sehingga terjadi umpan balik.
Informasi yang disampaikan memiliki peran dalam proses sosial. Media massa
akan mempengaruhi realitas subjektif pelaku interaksi sosial dengan
menyampaikan informasi secara akurat dan berkualitas.
Media massa mempunyai kekuatan mengkonstruksi masyarakat.
Pemberitaan tentang PLTU Suralaya, khususnya abu batubara, akan mendapat
komentar para ahli atau tokoh masyarakat sesuai dengan realitas yang maraknya
dihadapi masyarakat.
Media massa dipandang memiliki pengaruh yang kuat dalam membangun
opini publik. Hal ini disebabkan media massa memiliki fungsi untuk menyalurkan
opini publik. Media massa menyampaikan informasi tertentu dan membawa
aspirasi suatu kelompok atau golongan. Publik yang merupakan bagian dari massa
tertarik terhadap suatu isu aktual menyangkut kepentingan umum melalui media
massa.
Proses opini publik biasanya dimulai dengan penyiaran berita yang
memiliki nilai dan bersifat kritikan dengan kepentingan masyarakat. Berita dimuat
secara berkelanjutan dan dikembangkan sehingga mendorong daya tarik khalayak
dalam mencermati dan menyikapi isu tersebut. Suatu opini akan menjadi opini
publik yang aktual jika dinyatakan secara terbuka kepada umum atau publik
melalui media massa.
Opini publik dapat direkayasa dan dibentuk dengan memanfaatkan media
massa. Opini publik yang terbentuk ini dapat bernilai positif maupun negatif.
Media massa berupaya menciptakan citra dan opini publik yang positif kepada
khalayak (audiens) sebagai sasaran.
Sebuah citra akan terbentuk berdasarkan informasi yang diterima oleh
masyarakat, dan kemudian media massa bekerja untuk menyampaikan informasi
kepada khalayak. Informasi dapat membentuk, mempertahankan atau
mendefinisikan citra. Peranan citra menjadi penting bagi opini publik yang
merupakan kekuatan tertinggi dalam mempengaruhi baik atau buruknya sebuah
citra (Afdjani, 2007).
Sesuai dengan pernyataan Pamen yang dikutip oleh Arifin (2008), salah
satu keunggulan media massa adalah dapat memberikan efek pembentukan citra
baik individu maupun kelompok. Pesan yang disampaikan media massa tersebut
kemudian menimbulkan efek pada khalayak sebagai umpan balik. Efek berbentuk
opini merupakan pesan yang disalurkan media massa kepada khalayak. Efek
sangat tergantung pada situasi dan kondisi publik, daya tarik isi, dan kredibilitas
komunikator (Arifin, 2008). Ruslan (2006) pun berpendapat, pesan-pesan tersebut
dapat menimbulkan pengaruh efek keserempakan dan demonstrasi yang luar biasa
bagi masyarakat.
Hal tersebut menggambarkan peran media massa sebagai jendela
pengalaman yang meluaskan pandangan dan kita mampu memahami apa yang
terjadi di sekitar kita. Selain itu, media massa sekaligus sebagai juru bahasa yang
menjelaskan dan memberi makna terhadap peristiwa. Informasi yang disebarkan
media massa merupakan suatu produksi budaya pesan yang mempengaruhi
masyarakat. Sebaliknya, yang diangkat dan disajikan media tersebut merupakan
cerminan dari kondisi masyarakat yang memantulkan citra masyarakat. Di sini
media massa memiliki peranan mediasi sebagai penengah atau penghubung antara
realitas sosial yang objektif dengan pengalaman pribadi. Dalam arti, media massa
seringkali berada di antara kita sebagai penerima dengan bagian pengalaman lain
di luar persepsi dan kontak langsung kita dengan fenomena yang terjadi
(McQuail, 1987).
Sesuai dengan pernyataan Syam dan Sugiana (2007), media mengandalkan
seperangkat pengalaman dan ingatan yang tersimpan dalam diri khalayak. Media
massa memanfaatkan potensi informasi yang sudah ada dalam ingatan khalayak
untuk membentuk dan merubah citra. Dengan demikian, media massa mampu
menyampaikan pesan-pesan yang berusaha mempengaruhi khalayak sasaran
persuasi pada sikap, nilai, dan kepercayaan.
Public Relations
Public relations sebagai fungsi manajemen berperan dalam menanggapi
opini publik. Opini publik dijadikan sebagai sumber dalam penetapan kebijakan
publik dan pengambilan keputusan sehingga terbangun hubungan yang harmonis
antara organisasi dengan masyarakat. Opini publik yang positif terbentuk melalui
public relations dalam melakukan hubungan dengan masyarakat.
Menurut Hartono yang dikutip oleh Arifin (2008) menguraikan, public
relations adalah fungsi manajemen dengan tugas melakukan penelitian terhadap
pendapat, keinginan dan sikap publik, melakukan usaha-usaha penerangan dan
hubungan-hubungan untuk mencapai saling pengertian, kepercayaan, dukungan,
dan integrasi dengan publik.
Opini publik yang positif diwujudkan dengan usaha public relations dalam
penyampaian ide atau pesan kepada publik untuk memperoleh dukungan publik.
Dalam hal ini, public relations tidak hanya menyampaikan informasi kepada
publik, tetapi meneliti serta menghargai pendapat-pendapat, saran-saran, dan
sikap-sikap dari publik untuk dijadikan pedoman dan tindakan yang akan diambil.
Public relations bersifat eksternal untuk memberikan pernyataan-
pernyataan kepada publik. Ada dua hal karakterstik pernyataan. Pertama, apabila
pernyataan tersebut berupa informasi, maka informasi tersebut harus diberikan
secara jujur dan objektif dengan dasar mengutamakan kepentingan publik. Kedua,
apabila pernyataan tersebut ditujukan kepada usaha untuk membangkitkan
perhatian publik, maka pesan yang disampaikan harus direncanakan secermat
mungkin sehingga publik simpati dan percaya melalui penyebaran informasi.
Public Relations Officer (PRO) harus mengetahui keinginan dan
kepentingan publik atau opini publik yang kemudian menyampaikan informasi
kepada publik. Oleh karena itu, public relations hendaknya memiliki kredibilitas
bagi publik dari moral dan tingkah laku. Menurut Ruslan (2006), metode yang
dapat digunakan adalah edukatif, informatif, dan persuasif.
Berkomunikasi yang baik dan efektif akan menghasilkan keuntungan yang
tinggi. Komunikasi yang dilakukan public relations merupakan tugas utama
dalam membangun hubungan dengan publik organisasi (Suryadi, 2007).
Komunikasi dua arah yang efektif dipandang sebagai alat manajemen
public relations dalam mengembangkan organisasi. Umpan balik melalui opini
publik yang diciptakan akan membawa perbaikan, perubahan, dan perkembangan
sebagai efeknya. Public relations menyadari bahwa komunikasi yang baik
merupakan alat dalam mengatasi hubungan yang tegang hingga terjadinya konflik
(Rumanti, 2002). Ruslan (2006) juga mengatakan, public relations berperan
dalam komunikasi timbal balik untuk menciptakan saling pengertian, percaya,
dukungan publik, dan citra positif bagi perusahaan
Public relations dapat menyampaikan informasi melalui media. Menurut
Rumanti (2002), public relations menggunakan media mempunyai beberapa
tujuan antara lain membantu mempromosikan dan meningkatkan pemasaran suatu
produk dan jasa, menjalin komunikasi berkesinambungan, meningkatkan
kepercayaan publik, dan meningkatkan citra positif perusahaan.
Public relations memuat informasi melalui house journal. House journal
dibedakan menjadi internal dan eksternal. Internal’s house journal adalah
penerbitan untuk para karyawan dan tidak merupakan penerbitan yang juga untuk
pelanggan. Sedangkan external’s house journal adalah penerbitan untuk kalangan
sendiri yang diperuntukkan untuk masyarakat luas.
Opinion Leader
Opinion leader dapat menentukan opini publik. Dengan kata lain, opinion
leader berperan dalam membentuk pendapat masyarakat. Hal ini disebabkan
opinion leader berperan dan berpengaruh dalam masyarakat (Arifin, 2008). Sama
halnya dengan Effendy (1987), opini publik terbentuk oleh adanya opinion leader.
Para opinion leader biasanya membuka diri terhadap informasi mengenai
beberapa bidang tertentu. Opinion leader menilai manfaat dan pentingnya
informasi yang diterima. Opinion leader adalah ‘gatekeeper' yang berfungsi
menyaring pesan-pesan komunikasi yang masuk untuk bisa atau tidak bisa, baik
atau tidak baik, secara moral bagi masyarakat.
Menurut Rogers dan Shoemaker (1981) dalam Badri (2008), masyarakat
menjadikan opinion leader sebagai tempat bertanya dan meminta nasihat
mengenai urusan-urusan tertentu. Opinion leader sebagai sumber informasi,
sedangkan masyarakat sebagai penerima informasi. Para opinion leader memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Dapat dikatakan, opinion leader
memiliki keunggulan dari masyarakat lainnya.
Menurut Rogers (1983) dalam Afdjani (2007), opinion leader memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak laku dalam cara-cara
tertentu. Untuk itu, opinion leader memainkan peranan penting dalam penyebaran
informasi. Melalui hubungan sosial yang intim, para opinion leader berperan
menyampaikan pesan-pesan, ide-ide, dan informasi-informasi baru kepada
masyarakat.
Oleh sebab itu, opinion leader mampu mendengarkan dan menyampaikan
informasi kepada publik yang dituju. Opinion leader adalah pribadi yang
berkemampuan mempengaruhi dan menciptakan opini publik, pemikir elite,
mampu memimpin, pandai dan terampil dalam membawakan pembicaraan secara
pribadi maupun pendapat umum untuk tujuan-tujuan tertentu. Dalam hal ini,
opinion leader mampu mengangkat kearifan-kearifan lokal masyarakat pedesaan
yang jauh dari sentra-sentra politik dan ekonomi bangsa untuk dijadikan bahan
pertimbangan untuk menyejahterakan rakyatnya.
Enam hal yang diperhatikan opinion leader antara lain giat dan
berpartisipasi dalam persoalan masyarakat, mempunyai kebutuhan masyarakat,
tegas, fasih berbicara, sikap percaya diri, dan populer dalam masyarakat. Pesan
yang disampaikan harus memperhatikan kata-kata atau bahasa yang tepat, metode
penyampaian pesan dengan mengadakan pendekatan pada publik, dan frekuensi
pesan (Rumanti, 2002).
Opinion leader mempunyai keunggulan yang membedakan dengan
masyarakat lainnya. Oleh karena itu, opinion leader dapat dijadikan sebagai
sumber informasi. Menurut Nurudin (2005), ada beberapa karakteristik yang
dimiliki opinion leader antara lain partisipasi sosial yang lebih besar, lebih
memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, lebih inovatif dalam menerima dan
mengadopsi ide baru, mampu berempati lebih besar, lebih tinggi pendidikan
formalnya, status sosialnya, dan pengenalan medianya.
Pengalaman
Proses pembentukan opini publik berasal dari pengalaman individu.
Individu merupakan bagian dari masyarakat sehingga keberadaannya memiliki
keterlibatan dalam pembentukan opini publik (Olii, 2008).
Menurut Vardiansyah (2008), seseorang memiliki pengetahuan dan
keterampilan tentang sesuatu yang diperoleh melalui keterlibatannya selama
periode tertentu berdasarkan pengalaman. Seseorang yang merupakan bagian dari
masyarakat lokal menghadapi beragam persoalan dalam kehidupan. Tingkat
pendidikan masyarakat tidak mempengaruhi pemahaman. Tingkat pendidikan
masyarakat yang rendah dapat lebih paham tentang cara bertahan hidup
dibandingkan dengan akademisi yang berpendidikan tinggi.
Pengukuran Opini Publik
Arifin (2008), mengungkapkan, opini publik yang sehat hanya dapat
tumbuh di masyarakat jika ada kebebasan berpikir dan mengeluarkan pendapat
secara lisan dan tertulis. Hal ini harus ada minat yang cukup besar dari masyarakat
terhadap masalah-masalah sosial dan politik serta adanya kesediaan masyarakat
dalam mengutamakan kepentingan bersama.
Opini publik dapat diukur perkembangannya melalui berbagai cara, antara
lain polling, attitude scale, interview (wawancara), dan tulisan-tulisan media
massa. Polling dengan pengumpulan suara dan pendapat masyarakat secara lisan
yaitu mengundang lembaga-lembaga tertentu yang dianggap dapat mewakili opini
masyarakat untuk menyatakan aspirasinya atau pendapatnya terhadap suatu hal
menyangkut kepentingan umum. Sedangkan secara tertulis, dilakukan melalui
surat atau mengisi angket yang diedarkan lembaga atau perusahaan yang ingin
mengetahui pendapat publik tentang suatu kebijakan atau produknya.
Cara lain mengukur opini publik ialah attitude scale. Hal ini dilakukan
dengan maksud menetapkan berapa banyak orang yang setuju atau tidak setuju
tentang suatu masalah. Jika publik ditawarkan beberapa alternatif, maka dapat
diketahui berapa banyak yang memilih alternatif pertama, kedua, dan seterusnya.
Opini publik juga dapat diukur dengan cara melakukan wawancara yang
bersifat umum, baik melalui masyarakat maupun opinion leader. Cara ini dapat
menggunakan pertanyaan survei. Ini dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban
terhadap pertanyaan yang seragam dari sejumlah orang yang dipilih sebagai
sampel sesuai dengan kriteria yang dianggap relevan mewakili seluruh kelompok
orang atau populasi tentang informasi yang mereka perlukan.
Tulisan-tulisan dalam media massa pun merupakan cara untuk mengukur
opini publik. Tulisan-tulisan tersebut mengemukakan pendapat tertentu bagi
kepentingan publik untuk memancing timbulnya reaksi publik yang berwujud
tulisan balasan. Tulisan-tulisan balasan dapat diperoleh kecenderungan tentang
opini yang merebak dalam masyarakat.Dalam hal ini, opinion leader sering
digunakan untuk mengeluarkan pendapat melalui media massa dengan maksud
memancing tanggapan atau reaksi publik. Ini diharapkan publik memberikan
tanggapan tentang masalah tertentu yang menyangkut kepentingan umum, baik
secara lisan maupun tertulis.
Hubungan Opini Publik terhadap Citra Organisasi
Opini berhubungan erat dengan citra. Ini disebabkan citra merupakan
bagian atau salah satu bentuk dari opini. Opini masyarakat tentang suatu
organisasi sangat ditentukan bagaimana citra organisasi tersebut di mata
masyarakat. Menurut Kasali (2000), citra adalah kesan atau persepsi yang timbul
karena pemahaman akan suatu fenomena atau kondisi tertentu.
Menurut Nimmo (2006), citra selalu berubah seiring dengan berubahnya
pengalaman. Citra dapat menggantikan opini kekacauan dengan ketertiban sosial.
Pembentukan citra diperoleh berdasarkan pikiran, perasaan, dan subyektivitas.
Citra membantu dalam pemahaman, penilaian, dan pengidentifikasian peristiwa.
Seseorang memperhitungkan pertikaian dan isu melalui interpretasi sehingga
terbentuk citra. Citra dirumuskan berdasarkan gambaran tentang apa yang
dipikirkan dan dirasakannya.
Soemirat (2003) mengatakan, banyak perusahaan yang sangat sensitif
menghadapi publik yang kritis. Hal tersebut menunjukkan perlu adanya
pemberian perhatian yang cukup untuk membangun suatu citra yang
menguntungkan bagi suatu perusahaan dengan tidak hanya melepaskan diri
terhadap terbentuknya suatu kesan publik negatif. Ini disebabkan citra perusahaan
yang mudah rapuh.
Pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan tanggapan atau
perilaku tertentu. Citra yang terbentuk sebagai wujud sesuatu yang disukai dan
tidak disukai publik tentang organisasi. Publik membentuk citra berdasarkan
pengetahuan tentang fakta-fakta peristiwa atau perusahaan tersebut. Citra dapat
didefinisikan sebagai kesan, perasaan, gambaran dari publik terhadap organisasi.
Citra merupakan salah satu aset terpenting bagi suatu organisasi.
Beberapa Kasus Dinamika Opini Publik
Pemberitaan dan tayangan tentang resep obat dalam bentuk puyer akhir-
akhir ini telah menimbulkan berbagai silang pendapat dan tanggapan berbagai
pihak. Hal ini telah menimbulkan kesalahpahaman yang kemudian terbentuk opini
publik maupun pencitraan negatif terhadap profesi dokter secara umum di
Indonesia.
Segala bentuk informasi kesehatan seharusnya disertai pembuktian secara
ilmiah agar tidak menimbulkan polemik, terutama terkait obat puyer dalam
praktik kedokteran di Indonesia. Dalam hal ini, media massa cetak maupun
elektronik berperan dan berkontribusi dalam memberikan informasi dan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Informasi dan pendidikan kesehatan
tersebut akan lebih baik, bermanfaat, serta tepat sasaran apabila diperoleh dari
sumber resmi yakni institusi atau organisasi profesi yang berwenang
(Rachmawati, 2009).
Berdasarkan penelitian Erlinda (2002), Perusahaan Umum Jasa Tirta I
Malang pun mampu melaksanakan tugas-tugas tertentu yang diberikan pemerintah
dalam rangka pengelolaan daerah aliran sungai untuk pengelolaan dan pelayanan
perusahaan yang baik kepada publiknya.
Karyawan sebagai publik internal memiliki opini yang baik atau positif
terhadap public relations Perum Jasa Tirta I Malang. Sebagian besar karyawan
mengetahui dan dapat memahami tugas-tugas public relations. Hal itu disebabkan
adanya kepedulian karyawan terhadap tugas-tugas public relations dan adanya
perhatian karyawan terhadap pelaksanaan serta hasil-hasil yang dicapai public
relations. Petugas public relations Perum Jasa Tirta I Malang memiliki keuletan,
ketelitian, inisiatif dan daya kreatif yang cukup tinggi serta berusaha memperoleh
kepercayaan, saling pengertian dan citra yang baik dari publik.
Penelitian Ruliana (1999) mengungkapkan, publik eksternal juga dapat
memberikan opini terhadap suatu perusahaan. Dalam hal ini, public relations
membentuk citra dengan berusaha mengembangkan ke arah yang lebih baik. Ini
memerlukan keterampilan komunikasi pada public relations. Public relations PT
Telkom dapat mengembalikan citra ketika dihadapi berbagai masalah dengan
mutu pelayanan jasa telekomunikasi. Public relations eksternal sebagai jembatan
antara pelanggan dengan PT Telkom melakukan komunikasi dua arah yang
bersifat informatif, edukatif, dan persuasif. Dengan demikian, adanya signifikan
antara kredibilitas komunikator, daya tarik pesan, imbauan pesan, media
komunikasi yang dilakukan, dan teknik komunikasi dengan sikap dan opini
pelanggan dalam mutu pelayanan jasa telekomunikasi.
Public relations yang bertindak sebagai komunikator dalam
menyampaikan berbagai informasi atau pesan tentang berbagai kebijakan
perusahaan ternyata menunjukkan kredibilitas yang tinggi sehingga mampu
mengubah sikap dan opini pelanggan dalam mutu pelayanan jasa telekomunikasi.
Semakin tinggi kredibilitas komunikator, maka semakin positif sikap dan opini
pelanggan dalam mutu pelayanan jasa telekomunikasi. Daya tarik pesan pun
menentukan mutu pelayanan jasa telekomunikasi. Semakin efektif imbauan pesan,
maka semakin positif sikap dan opini pelanggan dalam mutu pelayanan jasa
telekomunikasi. Public relations PT Telkom mengemas pesan yang efektif
melalui surat kabar, radio, televisi, dan kontak personal. Semakin efektif media
komunikasi, maka semakin positif sikap dan opini pelanggan dalam mutu
pelayanan jasa telekomunikasi. Teknik komunikasi public relations PT Telkom
ternyata sangat kuat atau signifikan terhadap sikap dan opini pelanggan dalam
mutu pelayanan jasa telekomunikasi. Public relations PT Telkom mampu
melakukan pendekatan ataupun penjelasan kepada para pelanggan dalam
mengatasi berbagai sikap dan opini pelanggan yang merasa tidak puas atas
pelayanan yang diberikan PT Telkom sehingga terjalin saling pengertian di antara
mereka. Semakin efektif teknik komunikasi, maka semakin positif sikap dan opini
pelanggan dalam mutu pelayanan jasa telekomunikasi.
Penelitian Hasani (2004) menyatakan, keterlibatan opinion leader dalam
penyelesaian konflik pun berpengaruh terhadap konstruksi bangunan sosial yang
ada dan memberikan makna yang lebih mendalam. Proses penyelesaian konflik
yang terjadi pada tahun 2002 dilakukan Pemerintah Daerah (Pemda) dan
masyarakat Maluku Utara dengan memerlukan keterlibatan opinion leader.
Efektivitas penyelesaian konflik akan lebih cepat dan terpola dengan baik. Sikap
dan perilaku opinion leader merupakan salah satu komponen yang menentukan
dan memberikan kontribusi terhadap penyelesaian konflik sehingga menghasilkan
tingkat efektivitas komunikasi di dalam penyelesaian konflik. Opinion leader
sangat berperan dalam upaya penyelesaian konflik tersebut.
Masyarakat sangat membutuhkan mobilitas opinion leader sebagai sumber
informasi. Selain itu, radio dan surat kabar pun menjadi sumber informasi yang
aktual dan menyentuh langsung pada masyarakat dibandingkan dengan televisi
yang tidak dapat ditonton selama konflik berlangsung. Ini membuktikan adanya
intensitas komunikasi yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi opinion
leader dalam penyelesaian konflik masyarakat di Maluku Utara.
Pencemaran Abu Batubara sebagai Opini Publik
Isu Pencemaran Abu Batubara di PLTU Suralaya
Akbar (2004) mengungkapkan, teguran melalui Surat Keputusan (SK)
Walikota No. 5/2003 tentang Pembuangan Limbah Industri, SK No. 6/2002
tentang Pembuangan Air Limbah, dan SK Walikota No. 18/2002 yang mengatur
tentang Pembuangan Limbah Cair merupakan pendukung opini publik tentang isu
pencemaran abu batubara di PLTU Suralaya. Umumnya masyarakat pun sudah
merasakan bahwa penggunaan batubara sebagai bahan bakar menimbulkan polusi.
Polusi tersebut dapat menimbulkan hujan asam yang dapat merusak hutan dan
lahan pertanian, efek rumah kaca yang dapat menyebabkan kenaikan suhu global
di permukaan bumi dengan segala efek sampingannya, serta gangguan kesehatan.
Kepala Humas PLTU Suralaya, Endang Hidayat, belum mengetahui
adanya teguran mengenai perizinan limbah. Ini disebabkan pengelolaan limbah
PLTU Suralaya dikelola oleh pihak ketiga. Segala hal yang berkaitan dengan
pengelolaan limbah, termasuk dampak-dampak yang ditimbulkan akibat
pengelolaan limbah, itu menjadi tanggung jawab pihak pengelola. Ini
membuktikan Humas PLTU Suralaya belum menjalankan fungsinya secara
efektif. Kredibilitas Humas PLTU Suralaya belum cukup dalam pengetahuan
mengenai informasi tentang perusahaan tersbut.
Isu Pencemaran Abu Batubara di PLTU Tanjung Jati B Jepara
Saptono (2006) mengungkapkan, isu yang diusung dalam demonstrasi
disebabkan masyarakat sekitar merasa sangat terganggu oleh debu batubara yang
tertiup angin dari arah barat. PLTU Tanjung Jati B merasa sudah melaksanakan
kewajiban dengan menerapkan uji udara ambien. Balai Riset Standar Industri dan
Perdagangan Pemprov Jawa Tengah pun secara berkala sudah dilaksanakan uji
atas kemungkinan dampak lingkungan yang muncul dari PLTU Tanjung Jati B.
Pada penerapan uji lingkugan paling akhir, dampak lingkungan dari proyek
tersebut masih di bawah batas ambang. Namun masyarakat sekitar terkena
gangguan kesehatan.
Masyarakat sekitar juga merasa sangat terganggu dengan suara bising yang
muncul dari boiler. Aksi demo dilakukan oleh masyarakat Dukuh Sekuping secara
terus-menerus selama hampir enam bulan pada tahun 2006 dan masyarakat Ngelo
menggulirkan aksi pada September 2006 dengan memblokade jalan pintu masuk
ke proyek merupakan tuntutan adanya kompensasi, termasuk akses untuk bisa
mendapatkan pekerjaan di lingkungan proyek.
Isu Pencemaran Abu Batubara di PLTU Cilacap
PLTU Cilacap mulai beroperasi pada tahun 2006 yang langsung memasok
jaringan listrik Jawa hingga Bali. Masyarakat Desa Karangkandri telah mengalami
pencemaran udara sejak pertengahan 2006 akibat adanya PLTU yang
menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Kualitas kesehatan masyarakat
menurun dengan infeksi saluran pernafasan akut dan kehilangan mata pencaharian
dengan sawah yang tidak bisa ditanami serta menurunnya hasil tangkapan ikan.
Ketegangan akhirnya mereda meskipun public relations PLTU tidak
bersedia memberikan penjelasan. Public relations PLTU Cilacap dinilai belum
menjalankan fungsi manajemen sebagai jembatan komunikasi antara perusahaan
dengan masyarakat. Ketua KAM Sugriyanto menyatakan, akan terus menuntut
PLTU Cilacap agar bersedia memberi kompensasi dan ganti rugi kepada warga
atas dampak negatif yang ditimbulkannya (Greenpeace, 2009).
Isu Pencemaran Abu Batubara di PLTU I Jateng
Warga Desa Leran, Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah,
mengelukan debu batubara Pembangkit Listrik Tenaga Uap I Jawa Tengah yang
beterbangan hingga ke pemukiman. Warga tidak ingin debu batubara
mengakibatkan penyakit pernafasan dan mata.
Warga menuntut ganti rugi dari PT PLN (Persero) sebagai penanggung
jawab proyek, menuntut PT PLN (Persero) mengkaji ulang analisis dampak
lingkungan (Amdal), dan menilainya tidak mampu menangani masalah. Namun
PT PLN (Persero) tidak memberikan uang kepada setiap keluarga. Bantuan
diberikan dalam bentuk pengobatan gratis dan penanaman pohon (Hen, 2010).
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Opini publik merupakan kumpulan pendapat individu dan mempengaruhi
suatu kelompok orang-orang atau masyarakat. Opini publik bersumber dari opini
pribadi yang melibatkan proses personal, sosial, dan politik saling mempengaruhi
(Soemirat, 2003).
Opini publik dapat dibentuk oleh suratkabar, public relations, opinion
leader, dan pengalaman. Suratkabar dapat menanggapi dan menyikapi berbagai
masalah dan kondisi lingkungan dengan menjalankan fungsi interpretasi.
Pembentukan opini publik dapat diperoleh berdasarkan informasi yang diterima
publik melalui media massa yang menyampaikan berbagai pesan umum dan
aktual (Sunarjo, 1997).
Menurut Hartono yang dikutip oleh Arifin (2008), public relations pun
menjalankan fungsi manajemen dengan melakukan penelitian terhadap pendapat,
keinginan dan sikap publik, usaha-usaha penerangan dan hubungan-hubungan
untuk mencapai saling pengertian, kepercayaan, dukungan, dan integrasi dengan
publik. Public relations dapat menyampaikan informasi melalui external’s house
journal yang merupakan penerbitan kalangan sendiri untuk masyarakat luas
(Rumanti, 2002).
Opinion leader juga berperan dan berpengaruh dalam membentuk opini
publik (Arifin, 2008). Proses pembentukan opini publik berasal dari pengalaman
individu. Individu merupakan bagian dari masyarakat sehingga keberadaannya
memiliki keterlibatan dalam pembentukan opini publik (Olii, 2008). Opini publik
dapat dibentuk oleh faktor-faktor tersebut.
Kerangka berpikir Gambar 1 dengan peubah bebas adalah faktor-faktor
pembentuk opini publik (X) yaitu suratkabar (X1.), public relations (X2), opinion
leader (X3), dan pengalaman (X4). Faktor suratkabar, public relations, dan
opinion leader meliputi fungsi, pesan, dan frekuensi. Sedangkan pengalaman
meliputi keterlibatan masyarakat dan fungsi PLTU Suralaya. Peubah terikat
adalah opini publik (Y) yaitu opini publik tentang dampak PLTU Suralaya (Y1)
(Gambar 1). Berikut hubungan antar variabel:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Opini Publik tentang PLTU Suralaya
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, disusun hipotesis:
ada hubungan positif antara suratkabar, public relations, opinion leader, dan
pengalaman dengan opini publik tentang PLTU Suralaya.
Y1 Opini tentang Dampak PLTU
Suralaya
X2 Public Relations
X2.1 Fungsi Public Relations
X2.2 Pesan Public Relations
X2.3 Frekuensi
X1 Suratkabar
X1.1 Fungsi Media Massa
X1.2 Pesan Media Massa
X1.3 Frekuensi
X3 Opinion Leader
X3.1 Fungsi Opinion Leader
X3.2 Pesan Opinion Leader
X3.3 Frekuensi
X4 Pengalaman
X4.1 Keterlibatan masyarakat
X4.2 Fungsi PLTU Suralaya
BAHAN DAN METODE
Desain Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di wilayah sekitar PLTU Suralaya pada
Januari sampai Maret 2010 dirancang sebagai metodologi deskriptif korelasional.
Metodologi deskriptif bertujuan: (1) Menggambarkan jumlah dan persentase
responden tentang opini publik berdasarkan desa, jenis pekerjaan, dan jenis
kelamin, (2) Menggambarkan jumlah dan persentase responden menurut perilaku
membaca suratkabar, (3) Menggambarkan jumlah dan persentase responden
terhadap perilaku berkomunikasi, frekuensi berkomunikasi, dan informasi tentang
PLTU Suralaya dari public relations terhadap opini publik, (4) Menggambarkan
jumlah dan persentase responden terhadap perilaku berkomunikasi, frekuensi
berkomunikasi, dan informasi tantang PLTU Suralaya dari opinion leader
terhadap opini publik. Sementara metodologi korelasional bertujuan: (1)
Mengetahui hubungan antara suratkabar dengan opini publik, (2) Mengetahui
hubungan antara public relations dengan opini publik, dan (3) Mengetahui
hubungan antara opinion leader dengan opini publik.
Peubah bebas yang digunakan adalah faktor-faktor pembentuk opini
publik dengan variabel suratkabar, public relations, opinion leader, dan
pengalaman. Peubah terikat adalah opini publik dengan variabel opini publik
tentang dampak PLTU Suralaya.
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di wilayah PLTU Suralaya, Cilegon, Banten.
Wilayah PLTU Suralaya tersebar tiga desa yaitu Desa Suralaya, Desa Lebak gede
dan Desa Salira Indah. Tiga desa penelitian ini sesuai dengan tata ruang Kota
Cilegon yang berada pada daerah industri di mana hanya PLTU Suralaya yang
menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Penelitian ini dilaksanakan pada
Januari sampai Maret 2010.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah masyarakat sekitar PLTU Suralaya..
Pengambilan sampel dilakukan cluster random sampling dari masyarakat yang
tinggal di Desa Suralaya, Salira Indah dan Lebakgede dengan jumlah penduduk
yang berbeda pada masing-masing desa tersebut. Masyarakat dari tiga desa
penelitian memiliki peluang yang sama berdasarkan mata pencaharian sebagai
pegawai, petani, pedagang, dan nelayan. (Eriyanto, 2007).
Jumlah sampel pada pengambilan data kuantitatif sebanyak 343 orang
yang diambil 10 persen (0,1) dari 3430 (Rakhmat, 2004). Berikut pengambilan
sampel dari tiga desa di sekitar PLTU Suralaya (Tabel 1).
Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel Berdasarkan Mata Pencaharian dari
Tiga Desa Penelitian Tahun 2010
Mata
Pencaharian
Populasi
Desa Suralaya
Sampel
(10%)
Populasi
Desa Lebakgede
Sampel
(10%)
Populasi
Desa Salira
Sampel
(10%)
Pegawai 697 69.7 550 55 15 1.5 Petani 203 20.3 488 48.8 350 35 Pedagang 186 18.6 546 54.6 154 15.4
Nelayan 50 5 170 17 21 2.1 Total 113.6 175.4 54
N (sampel) = 113.6 + 175.4 + 54 = 343
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi
Validitas
Menurut Singarimbun dan Effendy (2006), validitas menunjukkan sejauh
mana alat ukur tersebut mengukur apa yang ingin diukur. Penelitian ini
menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data penelitian yang disusun dengan
mengukur apa yang ingin diukurnya.
Daftar pertanyaan agar kuesioner mempunyai validitas tinggi disusun
dengan cara berikut: (1) Mempertimbangkan teori-teori dan kenyataan yang telah
diungkapkan pada berbagai pustaka, (2) Menyesuaikan isi pertanyaan dengan
kondisi masyarakat di Desa Suralaya, Desa Salira, dan Desa Lebakgede, dan (3)
Memperhatikan masukan para pakar.
Butir-butir pertanyaan yang tersusun dalam kuesioner dianalisis dengan
menggunakan korelasi pearson dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:
rb = { }{ }2222
)()(
))((
YYNXXN
YXXYN
Σ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−∑
Di mana:
rb = korelasi
X= skor item
Y = skor total dikurangi skor item
N = ukuran sampel (Singarimbun dan Effendi, 2006)
Pengujian validitas menggunakan korelasi pearson pada SPSS. 10.0.1.
Hasil uji validitas terhadap kuesioner menunjukkan bahwa semua butir pada
kuesioner dinyatakan valid.
Reliabilitas
Relibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan
konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Penelitian
ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Rumusan koefesien reliabilitas untuk
instrumen penelitian yang berupa skor berskala ordinal digunakan persamaan
Koefisien-a (Cronbach,1951) dalam Singarimbun dan Effendi (2006). Koefisien
Alpha Cronbach dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
−
−
= ∑2
2
11
x
j
S
S
k
kα
Di mana : α = Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach
k = Banyaknya belahan tes
=2jS Varians belahan
=2xS Varians skor testz
Nilai r yang diperoleh dibandingkan dengan nilai koefisien r dari tabel
korelasi. Reliabel bila r > rtabel, sedangkan bila r < rtabel maka perlu ada perbaikan
atau dilakukan uji ulang terhadap pertanyaan tersebut.
Hasil uji reliabilitas diperoleh bahwa semua butir soal dan antar variabel
kuesioner memiliki nilai rhitung > rtabel. Hasil pengujian reliabilitas instrumen yang
digunakan untuk penelitian ini menunjukkan alpha (koefisien reliabilitas) adalah
0. 6124. Hal ini berarti instrumen tersebut andal (reliabel) sebagai instrumen
penelitian untuk n = 20 (Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumentasi dapat
dilihat pada Lampiran 1).
Definisi Operasional
Definisi operasional dan indikator-indikator peubah bebas dan peubah
terikat diuraikan sebagai berikut:
3.5.1 Peubah Bebas
Peubah bebas yang digunakan penelitian ini adalah faktor-faktor
pembentuk opini publik.
X1. Suratkabar, adalah faktor pembentuk yang dapat memiliki hubungan dengan
opini publik tentang PLTU Suralaya terhadap dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positif dari PLTU Suralaya yaitu ekonomi menjadi lebih sejahtera dan
suasana lingkungan menjadi lebih ramai. Dampak negatif dari PLTU Suralaya
antara lain PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin, abu
batubara mengganggu kesehatan, abu batubara meracuni ikan di laut, abu batubara
merusak pertanian, dan abu batubara mengotori bahan dagangan.
X1.1 Fungsi suratkabar, adalah adalah informasi mengenai PLTU Suralaya yang
diberikan oleh suratkabar kepada responden sehingga dapat membentuk opini
publik dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak setuju),
cukup (kurang setuju), tinggi (setuju), dan sangat tinggi (sangat setuju).
Pertanyaan tentang fungsi suratkabar terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan
nomor 4.
X1.2 Pesan suratkabar, adalah kesesuaian isi informasi yang disampaikan
suratkabar kepada responden sehingga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan
responden dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak
setuju/tidak puas), cukup (kurang setuju/kurang puas), tinggi (setuju/puas), dan
sangat tinggi (sangat setuju/sangat puas). Pertanyaan tentang pesan suratkabar
terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 5 dan 6.
X1.3 Frekuensi, adalah jumlah atau tingkat keseringan responden membaca
suratkabar dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (satu
sampai dua kali), cukup (dua sampai empat kali), tinggi (empat sampai enam
kali), dan sangat tinggi (lebih dari enam kali). Pertanyaan tentang frekuensi
suratkabar terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 2.
X2. Public relations, adalah seseorang yang dijadikan sebagai sumber informasi di
PLTU Suralaya yang merupakan faktor pembentuk sehingga dapat memiliki
hubungan dengan opini publik tentang PLTU Suralaya terhadap dampak positif
dan dampak negatif. Dampak positif dari PLTU Suralaya yaitu ekonomi menjadi
lebih sejahtera dan suasana lingkungan menjadi lebih ramai. Dampak negatif dari
PLTU Suralaya antara lain PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara
mesin, abu batubara mengganggu kesehatan, abu batubara meracuni ikan di laut,
abu batubara merusak pertanian, dan abu batubara mengotori bahan dagangan.
X2.1 Fungsi public relations, adalah informasi mengenai PLTU Suralaya yang
diberikan oleh public relations kepada responden sehingga dapat membentuk
opini publik dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak
setuju), cukup (kurang setuju), tinggi (setuju), dan sangat tinggi (sangat setuju).
Pertanyaan tentang fungsi public relations terdapat pada kuesioner dengan
pertanyaan nomor 11.
X2.2 Pesan public relations, adalah kesesuaian isi informasi yang disampaikan
public relations kepada responden sehingga dapat mempengaruhi tingkat
kepuasan responden dengan menggunakan skala ordinal berupa rendah (tidak
setuju/tidak puas), cukup (kurang setuju/kurang puas), tinggi (setuju/puas), dan
sangat tinggi (sangat setuju/sangat puas). Pertanyaan tentang pesan public
relations terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 12 dan 13.
X2.3 Frekuensi, adalah jumlah atau tingkat keseringan responden berkomunikasi
dengan public relations dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Pertanyaan
tentang frekuensi public relations terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan
nomor 8 dan 9.
X3. Opinion leader, adalah pemuka pendapat yang terdiri dari tokoh agama dan
tokoh masyarakat yang merupakan faktor pembentuk sehingga dapat memiliki
hubungan dengan opini publik tentang PLTU Suralaya terhadap dampak positif
dan dampak negatif. Dampak positif dari PLTU Suralaya yaitu ekonomi menjadi
lebih sejahtera dan suasana lingkungan menjadi lebih ramai. Dampak negatif dari
PLTU Suralaya antara lain PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara
mesin, abu batubara mengganggu kesehatan, abu batubara meracuni ikan di laut,
abu batubara merusak pertanian, dan abu batubara mengotori bahan dagangan.
X3.1 Fungsi opinion leader, adalah informasi mengenai PLTU Suralaya yang
diberikan oleh opinion leader kepada responden sehingga dapat membentuk opini
publik dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak setuju),
cukup (kurang setuju), tinggi (setuju), dan sangat tinggi (sangat setuju).
Pertanyaan tentang fungsi opinion leader terdapat pada kuesioner dengan
pertanyaan nomor 25.
X3.2 Pesan opinion leader, adalah kesesuaian isi informasi yang disampaikan
opinion leader kepada responden sehingga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan
responden dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak
setuju/tidak puas), cukup (kurang setuju/kurang puas), tinggi (setuju/puas), dan
sangat tinggi (sangat setuju/sangat puas). Pertanyaan tentang pesan opinion leader
terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 19 dan 20 untuk tokoh agama
serta pertanyaan nomor 26 dan 27 untuk tokoh masyarakat.
X3.2 Frekuensi, adalah jumlah atau tingkat keseringan responden berkomunikasi
dengan opinion leader dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Pertanyaan
tentang frekuensi opinion leader terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan
nomor 15 untuk tokoh agama dan pertanyaan nomor 22 untuk tokoh masyarakat.
X4. Pengalaman, adalah hal-hal yang pernah dialami oleh responden tentang
PLTU Suralaya berdasarkan pengetahuan, dan keterampilan yang merupakan
faktor pembentuk sehingga dapat memiliki hubungan dengan opini publik tentang
PLTU Suralaya terhadap dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari
PLTU Suralaya yaitu ekonomi menjadi lebih sejahtera dan suasana lingkungan
menjadi lebih ramai. Dampak negatif dari PLTU Suralaya antara lain PLTU
Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin, abu batubara mengganggu
kesehatan, abu batubara meracuni ikan di laut, abu batubara merusak pertanian,
dan abu batubara mengotori bahan dagangan.
X4.1 Keterlibatan masyarakat, adalah keterlibatan responden terkena abu
batubara dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak
setuju), cukup (kurang setuju), tinggi (setuju), dan sangat tinggi (sangat setuju).
Pertanyaan tentang keterlibatan masyarakat terdapat pada kuesioner dengan
pertanyaan nomor 4.
X4.2 Fungsi PLTU Suralaya, adalah Pelayanan PLTU Suralaya kepada responden
melalui program community development pada masalah abu batubara dengan
menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak senang/tidak pengaruh),
cukup (kurang setuju/kurang pengaruh), tinggi (setuju/pengaruh), dan sangat
tinggi (sangat setuju/sangat pengaruh).
3.5.2 Peubah Terikat
Peubah terikat yang digunakan penelitian ini adalah opini publik.
Y1 Dampak PLTU Suralaya, adalah opini responden tentang dampak positif
maupun negatif dari PLTU Suralaya dengan menggunakan skala ordinal berupa
rendah (tidak setuju), cukup (kurang setuju), tinggi (setuju), dan sangat tinggi
(sangat setuju).
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa data primer
dan data sekunder.
a) Data primer diperoleh melalui:
(1) Observasi
Peneliti melakukan observasi secara langsung terhadap kondisi PLTU
Suralaya serta desa penelitian yang berhubungan dengan masalah abu batubara.
Peneliti berinteraksi dalam situasi sosial untuk memahami masalah yang terjadi
secara cermat. Peneliti secara langsung melihat atau mengamati apa yang terjadi
di sekitar PLTU Suralaya, antara lain usaha konveksi, usaha pengembangan
wisata pantai, pembuatan batako, tumpukkan abu batubara, dan sebagainya.
(2) Kuesioner
Kuesioner disebarkan secara langsung kepada responden sebagai
masyarakat yang tinggal di tiga desa penelitian menggunakan sampel acak klaster.
Kuesioner disusun berdasarkan data variabel faktor-faktor pembentuk
opini publik dengan opini publik tentang PLTU Suralaya. Penyusunan pertanyaan
dalam kuesioner dilakukan dengan menggunakan pertanyaan tertutup dan terbuka.
Pertanyaan tertutup ditujukkan untuk fungsi dan pesan suratkabar, public
relations, opinion leader, pengalaman serta frekuensi suratkabar. Pertanyaan
terbuka ditujukkan untuk frekuensi public relations dan opinion leader.
Pertanyaan disusun berdasarkan hasil observasi di lapangan. Hal ini
dimaksudkan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian.
(3) Wawancara
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dengan subjek yang terlibat
dalam interaksi sosial yang dianggap memiliki pengetahuan, mendalami situasi,
dan mengetahui informasi secara jelas untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan
dengan isu abu batubara. Wawancara dilakukan secara formal maupun informal,
terjadwal dan tidak terjadwal, serta di tempat resmi dan di tempat tidak resmi
(umum) selama masih membutuhkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian.
Wawancara dilakukan secara individu dengan individu maupun individu
dengan kelompok. Wawancara individu dengan individu yaitu peneliti melakukan
wawancara dengan masyarakat, public relations, dan opinion leader. Wawancara
ini bertujuan untuk mengetahui peristiwa yang sedang terjadi di lingkungan PLTU
Suralaya dari berbagai sudut pandang.
Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Endang Hidayat sebagai
seorang public relations PLTU Suralaya. Peneliti juga melakukan wawancara
dengan beberapa opinion leader di antaranya Bapak Usman, Bapak Wahli, dan
Bapak Oman (Contoh gambar dapat dilihat pada lampiran 4). Beberapa
masyarakat juga diwawancarai oleh peneliti di antaranya Bapak Fahri, Bapak Udi,
Bapak Apit, Bapak Jarot, dan Ibu Tuti.
Wawancara individu dengan kelompok, wawancara dilakukan secara FGD
(Focus Group Discussion) berdasarkan kelompok mata pencaharian yaitu
pegawai, petani, pedagang, dan nelayan. Wawancara ini dilakukan untuk
mengetahui informasi lebih dalam tentang PLTU Suralaya, khususnya abu
batubara, dari masing-masing kelompok.
(4) Focus Group Discussion (FGD)
FGD sebagai salah satu metode untuk memberikan interpretasi dari data
kuesioner. Peneliti ingin memperoleh informasi yang akurat mengenai opini
publik tentang PLTU Suralaya.
Menurut Litosseliti (2003), FGD disusun untuk menggali topik yang
spesifik dari pandangan dan pengalaman individu melalui interaksi kelompok.
Peneliti melakukan FGD dengan masyarakat yang bekerja sebagai pegawai,
pedagang, petani, dan nelayan yang ditekankan pada interaksi serta perilaku yang
muncul ketika disuguhkan isu mengenai PLTU Suralaya berdasarkan kepentingan
penelitian.
Teknik ini mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil
diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan
untuk menghindari pemaknaan yang salah dari peneliti terhadap fokus masalah
yang sedang diteliti.
Analisis data FGD merupakan proses analisis yang dapat digambarkan
sebagai kontinum yang diawali dengan tahap-tahap berikut:
Raw data adalah satu sisi kontinum berupa penyajian dari data mentah,
yaitu pernyataan-pernyatan yang tepat dan teliti dari peserta FGD ketika
menjawab topik yang diangkat dalam diskusi.
Descriptive Statament adalah pernyataan-pernyataan deskriptif ringkasan
dari dari pernyataan responden. Dalam hal ini, peneliti membuat deskriptif singkat
dari data mentah tersebut. Jika penyajian data mentah berisi semua jawaban, maka
deskriptif ini merupakan penyederhanaan dengan hanya memberikan bagian-
bagian penting yang menonjol. Bagian-bagian ini harus berdasarkan tujuan
penelitian.
Interpretasi adalah proses deskriptif dengan menjelaskan arti dari data.
Interpretasi hanya bertujuan memberikan penjelasan. Kegiatan FGD dihadiri
empat orang peserta dari tiga desa penelitian. Peserta FGD terdiri dari kelompok
petani, nelayan, pedagang, dan pegawai. Peneliti menyampaikan presentasi
tentang PLTU Suralaya. Peserta FGD diambil pada tiga desa penelitian. Peserta
Raw Data Interpretation Descriptive
Statement
duduk melingkar selama berlangsungnya diskusi (Contoh gambar dapat dilihat
pada Lampiran 5).
Diskusi ini dilengkapi form pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan
gambaran tentang apa yang akan dibicarakan dalam FGD. Peneliti mengawali
FGD dengan memberikan gambaran tentang PLTU Suralaya secara umum.
Kemudian peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkembang hingga
terjadinya diskusi dengan kelompok masyarakat. Setelah itu, peneliti mengakhiri
FGD dengan penutup dari hasil diskusi.
(5) Triangulasi
Menurut Iskandar (2008), peneliti melakukan triangulasi dengan
pengecekan ulang terhadap sumber-sumber data dengan cara:
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
Peneliti tidak cukup memperoleh data dari pengamatan sebagai data
penelitian. Oleh karena itu, peneliti melakukan wawancara dengan
narasumber yang kredibel sesuai dengan kebutuhan informasi. Maka peneliti
dapat membandingkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dengan
hasil wawancara.
b) Membandingkan apa yang dikatakan oleh seseorang di depan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi.
Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Endang Hidayat sebagai
seorang public relations PLTU Suralaya dan bapak Erick Rebiin sebagai
koordinator Forum Peduli Suralaya yang merupakan sumber intern dan
ekstern. Peneliti mendapatkan informasi yang kontras tentang PLTU
Suralaya, termasuk abu batubara yang digunakan sebagai bahan bakar.
c) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang lain.
Data penelitian diperoleh dari berbagai sudut pandang orang yang berbeda.
Maka peneliti melakukan wawancara dengan masyarakat yang bekerja
sebagai pegawai, nelayan, pedagang, dan petani untuk mendapatkan
informasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat dari mereka
sesuai dengan pengalaman.
d) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.
Peneliti juga tidak hanya memperoleh data dari hasil penelitian. Oleh karena
itu, peneliti membutuhkan dokumen. Hasil wawancara dan isi dokumen
dibandingkan oleh peneliti untuk kesesuaian informasi.
(6) Investigasi
Peneliti memeriksa kesamaan dokumentasi dan hasil penelitian selama
proses penelitian berlangsung. Informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai
referensi sebelumnya ditindaklanjuti dengan penelusuran secara langsung pada
keadaan di lapangan.
Investigasi dapat dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan
pengamatan selama penelitian sehingga peneliti dapat mengetahui kejelasan
informasi yang dibutuhkan. Peneliti ingin mengetahui bagaimana opini publik
tentang PLTU Suralaya secara umum, bagaimana kebenaran tentang isu gangguan
pernafasan akibat PLTU Suralaya, dan bagaimana keinginan masyarakat sekitar
terhadap PLTU Suralaya.
b) Data sekunder diperoleh melalui:
(1) Studi dokumentasi PLTU Suralaya
Studi dokumentasi dalam penelitian ini berupa dokumentasi pribadi,
dokumentasi resmi kelembagaan (organisasi), referensi-referensi (literatur laporan
dan tulisan) yang memiliki relevansi dengan penelitian.
(2) Studi Dokumentasi Data Monografi Desa
Studi dokumentasi yang merupakan analisis dokumen berupa penelaahnya
terhadap dokumentasi data-data monografi Desa Suralaya, Desa Salira Indah, dan
Desa Lebakgede yang diperlukan dalam penelitian ini.
Analisis Data
(1) Pengolahan Data Kuesioner
Data primer yang telah dikumpulkan melalui kuesioner diolah dan
dianalisis dengan kuantitatif. Tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui
distribusi jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin, pekerjaan,
terpaan suratkabar, terpaan public relations, dan terpaan opinion leader di tiga
desa penelitian tahun 2010. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
n = f/k x 100
Keterangan:
n = Jumlah populasi
f = Frekuensi
k = Kategori
100 = Persentase (%) (Mukhtar & Widodo, 2000)
Opini publik berdasarkan desa, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin
dianalisis dengan menggunakan chi kuadrat (chi square). Analisis penelitian ini
menggunakan SPSS 10.
.Hubungan suratkabar, public relations, opinion leader, dan pengalaman
dengan opini publik dianalisis menggunakan korelasi gamma untuk menjelaskan
antarvariabel dengan rumus sebagai berikut:
∂ = DC
DC
+−
Keterangan: ∂ = korelasi/asosiasi gamma
C = Concordant
D = Discordant
(2) Display Data atau Penyajian Data
Penyajian data yang digunakan berbentuk teks naratif. Peneliti
menganalisis dan menyusun secara sistematis dari data kuesioner sehingga data
yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti. Dengan
demikian, gambaran hasil penelitian dapat dipahami secara jelas.
(3) Kesimpulan
Peneliti mengambil kesimpulan hasil penelitian setelah menganalisis dari
display data. Kesimpulan diuraikan berdasarkan rumusan masalah yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum PLTU Suralaya
Cadangan BBM di Indonesia semakin berkurang. Program Konversi
minyak tanah ke gas di masyarakat secara luas sudah berjalan. Namun tampaknya
pemanfaatan batubara untuk sektor industri belum terasa optimal. Sebagian besar
industri masih menggunakan BBM sebagai bahan bakar. Konversi batubara ini
merupakan cara yang paling murah bagi industri.
Harga BBM naik secara drastis pada tahun 2005. Sejak saat itu batubara
mulai menjadi bahan bakar penting untuk industri. Batubara merupakan bahan
bakar pengganti yang sangat relevan digunakan saat ini. Penghematan biaya bahan
bakar dengan menggunakan pembakar siklon ini bisa mencapai 60 persen.
(Soemarjono & Setiawan, 2011)
Salah satunya PLTU Suralaya yang merupakan industri dengan
menggunakan bahan bakar abu batubara. Pembangunan PLTU Suralya ini dalam
rangka memenuhi peningkatan kebutuhan tenaga listrik, khususnya di Pulau Jawa,
sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan pemanfaatan
sumber energi primer untuk pembangkit tenaga listrik.
PLTU Suralaya dibangun dengan menggunakan batubara sebagai bahan
bakar utama yang merupakan sumber energi primer. Pengalihan kepada batubara
merupakan salah satu yang ditempuh pemerintah mencari sumber energi
pengganti.
PLTU Suralaya adalah unit bisnis terbesar dari PT Indonesia Power
sebagai anak Perusahaan Listrik Negara (PLN). PLTU Suralaya dibangun oleh
PLN Proyek Induk Pembangkit Therma Jawa Barat dan Jakarta Raya dengan
konsultan asing dari Montreal Engeneering Company (Monenco) Canada untuk
Unit satu sampai dengan empat. Unit lima sampai dengan tujuh dari Black &
Veatch International (BVI) Amerika Serikat. Dalam melaksanakan pembangunan,
proyek PLTU Suralaya dibantu oleh beberapa kontraktor lokal dan kontraktor
asing.
PLTU Suralaya memiliki visi yaitu menjadi perusahaan publik dengan
kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan lingkungan. Dalam mewujudkan visi
tersebut PLTU Suralaya menetapkan misi dengan melakukan usaha bidang
ketenagalistrikan dan mengembangkan usaha lainnya yang berkaitan berdasarkan
kaidah industri dan niaga yang sehat guna menjamin keberadaan dan
pengembangan perusahaan dalam jangka panjang.
Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya dibangun di atas areal seluas 239
hektar yang terdiri dari Gedung Sentral seluas 73 hektar, Ash valley delapan
hektar, komplek perumahan 30 hektar dan sisanya merupakan daerah perbukitan
serta hutan yang berfungsi sebagai paru-paru bagi lingkungan sekitarnya. PLTU
Suralaya mengelola tujuh unit PLTU yang menggunakan batubara sebagai bahan
bakar utamanya. Total kapasitas terpasang 3.400 Megawatt.
PLTU Suralaya berada di Pantai Laut Jawa Propinsi Banten, Desa
Suralaya, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon. Sesuai
dengan tata ruang Kota Cilegon, tiga desa yang berada di sekitar PLTU Suralaya
antara lain Desa Suralaya, Desa Salira Indah, dan Desa Lebak Gede (Gambar 3).
Gambar 3. Lokasi PLTU Suralaya pada Tiga Desa
Ket: PLTU Suralaya berada di antara Desa Salira, Desa Suralaya, dan Desa Lebakgede
PLTU Suralaya dapat ditempuh sejauh 120 kilometer ke arah barat dari
Jakarta menuju Pelabuhan Ferry Merak, dan tujuh kilometer ke arah utara dari
Pelabuhan Merak tersebut. Luas area PLTU Suralaya adalah lebih kurang 254
Hektar. Ada empat lokasi alternatif yang dipilih sebelumnya untuk lokasi PLTU
dengan bahan bakar utamanya batubara yaitu Cigading, Anyer; Suralaya, Merak;
Gorenjang, Balaraja; dan Tanjung Pasir, Tangerang.
Berdasarkan hasil studi kelayakan, Suralaya dipilih sebagai lokasi yang
paling baik karena adanya beberapa faktor di antaranya tersedia tanah dataran
yang cukup luas di mana tanah tersebut dipandang tidak produktif untuk pertanian
serta pantai dan laut yang cukup dalam, tenang dan bersih sehingga dinilai baik
untuk pelabuhan dan air pendingin yang akan membantu atau memperlancar
pengangkutan peralatan berat dan bahan bakar, jalan masuk lokasi tidak terlalu
jauh dan sebelumnya sudah ada jalan namun belum begitu baik, jumlah penduduk
di sekitar lokasi masih relatif sedikit sehingga tidak perlu pembebasan penduduk
guna pemasangan saluran transmisi, tanah memungkinkan untuk didirikan
bangunan yang besar dan bertingkat, tersedia tempat yang cukup untuk
penimbunan limbah abu dari sisa pembakaran batubara, tersedia tenaga kerja yang
cukup memperlancar pelaksanaan pembangunan, dan dampak lingkungan yang
baik karena terletak diantara perbukitan dan laut.
Divisi Public Relations (Humas dan SDM) UBP Suralaya
Suatu perusahaan membutuhkan struktur organisasi yang baik, baik
perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Semakin besar perusahaan, maka
semakin kompleks organisasinya. Struktur organisasi merupakan suatu susunan
dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi dalam
menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi
menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu
dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi yang dibatasi.
PT Indonesia Power kantor pusat membawahi PT Indonesia Power UBP
Suralaya. Dengan demikian, bagan struktur organisasi PT Indonesia Power UBP
Suralaya menggambarkan secara umum yang berada di bawah PT Indonesia
Power kantor pusat. PT Indonesia Power UBP Suralaya tidak memiliki divisi
khusus Community Development (Comdev) dalam struktur organisasi. Comdev
merupakan program yang dimiliki Divisi Humas dan SDM sebagai tanggung
jawab sosial perusahaan yang dinamakan CSR. Namun dalam struktur organisasi
PT Indonesia Power kantor pusat, memiliki Divisi CSR yang berada pada posisi
Bidang Komunikasi Korporat. Struktur organisasi PT Indonesia Power kantor
pusat dan PT Indonesia Power UBP Suralaya (Contoh gambar dapat dilihat pada
Lampiran 2 dan 3).
Bagian yang satu dengan yang lain dalam bagan struktur organisasi terjalin
kerja sama satu sama lain. Hal ini dimaksudkan agar keberlanjutan di dalam
internal perusahaan tetap terjaga. Selain itu, kerja sama antar bagian ini juga
membuat lingkungan kerja seperti di lingkungan keluarga sendiri. Situasi saat
bekerja menimbulkan rasa bahagia dan penuh rasa kekeluargaan. Kondisi ini
tentunya diharapkan kinerja perusahaan akan semakin meningkat.
Abu Batubara PLTU Suralaya
Jenis dan Kualitas Abu Batubara
PLTU Suralaya membutuhkan 27.000 ton batubara setiap hari pada
kapasitas penuh. Batubara yang digunakan PLTU Suralaya adalah batubara yang
diperoleh dari Tambang Bukit Asam, Sumatra Selatan dan Berau, Kalimantan.
Pembagian batubara tersebut sebagai berikut: Unit satu sampai empat
menggunakan batubara yang berasal dari Bukit Asam, Sumatra Selatan dan Unit
lima sampai tujuh menggunakan batubara dari Berau, Kalimantan. Batubara
digunakan PLTU Suralaya sebagai bahan bakar utama dalam proses produksi
listrik (Prijatama dan Sumarnadi, 1996).
Penggunaan bahan bakar batubara tersebut menghasilkan sisa pembakaran
berupa abu batubara. Abu batubara sisa hasil produksi PLTU Suralaya dihasilkan
dari tujuh unit pembangkit yang dimilikinya. Ketujuh unit pembangkit
menghasilkan abu batubara sebanyak 1.500 sampai 2.000 ton setiap hari. Abu
batubara sisa hasil PLTU Suralaya dikategorikan oleh Kementrian Negara
Lingkungan Hidup sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Namun
berdasarkan studi lingkungan, dampak emisi pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) batubara 10.000 MW masih di bawah baku mutu Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kualitas Udara Ambien. (EL&Ant,
2008). Berikut data dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Laboratorium
Terpadu IPB (Tabel 2):
Tabel 2. Sisa Hasil Abu Basah dan Abu Kering Menurut Parameter
dan Ambang Batas Berdasarkan Penelitian di Laboratorium
IPB 1999
No Parameter Ambang Batas
(PP 85/1999)
Hasil
Abu Basah Abu Kering
1 Cadmium (Cd) 1.0 0.19 0.10
2 Barium (Ba) 100.0 <2 <2
3 Chromium (Cr) 5.0 0.07 0.27
4 Boron (B) 500.0 <40 <40
5 Nickel (Ni) N/A 0.77 1.74
6 Lead (Pb) 5.0 1.91 1.25
7 Silver (Ag) 5.0 <0.2 <0.2
8 Zinc (Zn) 50.0 6.59 5.69
9 Selenium (Se) 1.0 <0.04 <0.04
10 Copper (Cu) 10.0 <0.2 <0.2
11 Cobalt (Co) N/A <1 1.41
12 Mercury (Hg) 0.20 <0.004 <0.004
13 Arsenic (As) 5.0 <0.04 <0.04
14 Fluoride (F) 150.0 <2 <2
15 Cyanide (CN) 20.0 0.22 <0.2
16 Nitrite (NO2) 100.0 <2 <2
17 Nitrate (NO3) 100.0 <2 <2
18 Cadmium (Cd) 1.0 0.19 0.10
19 Barium (Ba) 100.0 <2 <2
20 Chromium (Cr) 5.0 0.07 0.27
21 Boron (B) 500.0 <40 <40
Sumber: Data sekunder
Berdasarkan laporan tes laboratorium IPB di atas, bahan kimia masih di
bawah ambang batas dalam Peraturan Pemerintah (PP) 85/1999. Data ini
membuktikan, abu batubara tidak berbahaya dan tidak beracun yang ditetapkan
oleh KNLH-RI sesuai dengan PP 85/1999. Namun, KNLH-RI masih
menggolongkan abu batubara sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Penggunaan Abu Batubara
PLTU Suralaya mengonsumsi 4,5 sampai 5 juta ton batubara Bukit Asam
setiap tahun. Pembakaran batubara di PLTU Suralaya menghasilkan abu batubara.
Setiap hari abu batubara yang dihasilkan sebanyak 1500 sampai 2000 ton
(Contoh gambar dapat dilihat pada Lampiran 6). Abu batubara tersebut terbagi
menjadi 80 persen sebagai flay ash (abu terbang atau abu kering) dan 20 persen
sebagai bottom ash ( abu dasar atau abu basah). Abu terbang ditangkap dengan
menggunakan presipitator elektrostatik, filter, atau siklon.
Abu batubara sebagai bahan bakar utama PLTU Suralaya menimbulkan
masalah lingkungan. Dampak negatif dari abu batubara terhadap kesehatan dan
lingkungan timbul karena terhirupnya abu yang beterbangan oleh manusia dan
hewan serta pengaruhnya terhadap air dan tanah di sekitar tempat pembuangan.
Butiran abu yang ringan mudah terbawa angin dapat terhirup oleh manusia dan
hewan. Abu batubara mengandung sejumlah kecil kandungan logam berat seperti
Pb, Cr, dan Cd. (Prijatama&Sumarnadi, 1996)
Unsur-unsur tersebut apabila terhirup secara rutin dan berakumulasi di
dalam tubuh dapat berakibat buruk terhadap kesehatan manusia dan hewan.
Sedangkan pencemaran tanah oleh abu batubara dapat terjadi karena terbawanya
unsur-unsur logam berat tersebut oleh air hujan di permukaan dan di dalam tanah
yang dapat mencemari air tanah. Selain itu, abu batubara dapat merubah tingkat
keasaman tanah yang berpengaruh pada kesuburan tanah dan tanaman yang
tumbuh di tanah tersebut. Masalah lingkungan tersebut dapat diminimalkan
dengan cara dan lokasi pembuangan yang tepat.
PLTU Suralaya melakukan pengendalian dan pemantauan secara terus-
menerus agar memenuhi persyaratan yang ditentukan pemerintah dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02/MENLH/1998 tanggal 19
Januari 1998 tentang Nilai Ambang Batas dan No. 13/MENLH/3/1995 tanggal 7
Maret 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. Untuk itu, PLTU
Suralaya dilengkapi dengan peralatan antara lain:
1. Electronic Precipitator, yaitu alat penangkap abu batubara hasil sisa
pembakaran dengan efisiensi 99,5 persen (Contoh gambar dapat dilihat
pada Lampiran 7).
2. Cerobong asap setinggi 218 meter dan 275 meter, bertujuan agar
kandungan debu dan gas sisa pembakaran sampai ground level masih di
bawah ambang batas (Contoh gambar dapat dilihat pada Lampiran 8).
3. Sewage Treatment dan Neutralizing Basin yaitu pengolahan limbah cair
agar air buangan tidak mencemari lingkungan (Contoh gambar dapat
dilihat pada Lampiran 9).
4. Peredam suara untuk mengurangi kebisingan oleh suara mesin produksi di
unit 5 sampai 7.
5. Alat-alat pemantau lingkungan hidup yang ditempatkan di sekitar PLTU
Suralaya, misalnya sumur pemantau yang digunakan untuk memantau air
sumur di daerah sekitarnya.
6. Discharge Cannel sepanjang 1,9 km dengan sistem saluran terbuka.
7. Pemasangan Stack Emmission.
Pemasangan peralatan-peralatan di atas merupakan salah satu bentuk
tanggung jawab PLTU Suralaya dengan lingkungan sekitar tempat mereka
beroperasi. PLTU Suralaya telah meminimalisasi dampak lingkungan yang terjadi
pada masyarakat sekitar Desa Suralaya, Desa Lebakgede, dan Desa Salira.
Hal tersebut dilakukan guna menjaga hubungan PLTU Suralaya dengan
komunitas lokal. Pada mulanya PLTU Suralaya menangani abu batubara dengan
cara membuangnya ke tempat penimbunan abu batubara (ash-valley) dengan luas
tanah sekitar 8 hektar (Contoh gambar dapat dilihat pada Lampiran 10). Ash-
valley ini merupakan lahan terbuka yang disediakan PLTU Suralaya untuk
menimbun abu batubara.
Abu batubara tersebut ditampung lebih dulu di sebuah tempat
penampungan abu batubara yang bernama silo beton sebelum sampai di ash-
valley. Setelah silo beton penuh, abu batubara tersebut diangkut oleh konveyor
menuju ash-valley yang terletak di area perbukitan PLTU Suralaya.
Penempatan abu batubara sisa hasil produksi listrik di tempat penimbunan
abu telah mendapat persetujuan KNLH-RI Nomor B. 142/Dep.IV/LH/01/2007.
PLTU Suralaya diwajibkan untuk:
1. Menempatkan sementara abu basah (bottom-ash) pada tempat yang aman
secara lingkungan sebelum dimanfaatkan oleh industri semen, industri
readymix dan bahan baku material bangunan.
2. Membangun sumur pantau dan melakukan pemeriksaan terhadap kualitas air
sumur pantau di sekitar lokasi penempatan serta melaporkannya setiap tiga
bulan ke Kementrian Lingkungan Hidup.
Kedua cara tersebut ternyata dinilai belum efektif untuk mengurangi
jumlah timbunan abu batubara di PLTU Suralaya. Tahun 1996, Universitas Gajah
Mada (UGM) melakukan kajian penelitian mengenai abu batubara di PLTU
Suralaya. Mahasiswa Fakultas Teknik UGM melakukan pengkajian tentang studi
kelayakan genteng beton dari bahan abu batubara.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, abu batubara memiliki sifat pozzolan
yang artinya abu batubara mempunyai prospek yang baik untuk bahan baku
tambahan dalam pembuatan bahan bangunan, misalnya genteng beton ringan,
batako, batubata, conblock, dan lain-lain.
Akhirnya PLTU Suralaya melalui Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan
(YPK) mengelola abu batubara dengan cara mendistribusikannya pada perusahaan
produsen bahan material. Selain itu, PLTU Suralaya melakukan sosialisasi dengan
masyarakat sekitar yang tentunya terkena dampak negatif abu batubara tentang
penggunaan abu batubara. Masyarakat sekitar pun mendapatkan dampak positif
dari abu batubara di PLTU Suralaya. Abu batubara dengan jenis fly-ash digunakan
sebagai bahan pembuat keperluan bangunan, antara lain beton, keramik beton,
pavingblok, relief, batako, batubata, dan lain-lain (Contoh gambar dapat dilihat
pada Lampiran 11). Abu batuabara dengan jenis bottom-ash digunakan sebagai
pupuk dan bahan campuran.
Penggunaan abu batubara ini membawa perubahan bagi komunitas lokal.
Pertama, berubahnya mata pencaharian masyarakat sekitar yang semula petani
menjadi karyawan di PLTU Suralaya. Ini disebabkan kondisi tanah di daerah
tersebut tidak produktif untuk pertanian. Pekerjaan yang ditempati komunitas
lokal umumnya antara lain ash-handling, coal-handling, operator pengisian abu
batubara, pengawas lapangan (ash-valley), pekerja overhaul dan jasa kebersihan
unit. Kondisi finansial komunitas lokal dan adanya polusi akan mengalami
perubahan yang baik
Kedua, komunitas lokal juga dapat bekerja pada usaha lokal atau CV lokal
yang tumbuh di sekitar perusahaan. Beberapa CV lokal ini tumbuh seiring dengan
peluang beberapa pekerjaan yang ditenderkan oleh PLTU Suralaya kepada
pengusaha lokal. Beberapa CV lokal yang tumbuh di sekitar PLTU Suralaya
memiliki fokus usaha antara lain penyedia tenaga kebersihan, penyedia jasa
keamanan, dan pengelola abu batubara.
Adanya mitra usaha lokal tersebut dalam kegiatan pemanfaatan abu
batubara merupakan bentuk kerja sama antara korporasi dengan pengusaha lokal.
Kerja sama ini menguatkan eksistensi PT Indonesia Power, khususnya PLTU
Suralaya, dalam komunitas lokal. Selain itu, kemitraan ini membantu pemerintah
Provinsi Banten dalam rangka mengurangi jumlah pengangguran (Hastuti, 2009).
Pengolahan Pemberdayaan Masyarakat oleh PLTU Suralaya
UBP Suralaya melakukan pembinaan masyarakat di tiga desa yaitu Desa
Suralaya, Desa Salira Indah, dan Desa Lebakgede. Desa Suralaya menjadi wilayah
binaan karena PLTU Suralaya terletak di Desa Suralaya. Sementara Desa
Lebakgede disebabkan akses keluar masuk unit dari arah Merak melalui desa ini.
Jalur transportasi batubara berdampingan dengan Desa Salira Indah.
Penyelenggaraan kegiatan program Comdev berdasarkan SK Direksi
Nomor 08. KP/010/IP/2004 mengenai Pedoman Pelaksanaan kegiatan community
development di lingkungan PT Indonesia Power. Tujuan utama penyelenggaraan
kegiatan comdev adalah mewujudkan visi dan misi perusahaan, khususnya
bersahabat dengan lingkungan, serta perwujudan tanggung jawab sosial
perusahaan sebagai bagian dari tata kelola perusahaan yang baik. Secara khusus,
penyelenggaraan kegiatan Community Development ditujukan untuk :
a. Mewujudkan tanggung jawab moral UBP Suralaya terhadap lingkungan
sekitarnya.
b. Memberikan dukungan terhadap keberhasilan bisnis secara jangka panjang.
c. Mempromosikan niat baik (goodwill) perusahaan dan membangun reputasi
positif di antara masyarakat dan pemerintah daerah setempat serta stakeholder
perusahaan pada umumnya
d. Menciptakan lingkungan yang kondusif dan harmonis antara perusahaan
dengan masyarakat di sekitar wilayah kegiatan perusahaan.
Secara administratif, pelaksanaan program Comdev yang dilakukan oleh
UBP Suralaya telah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh PT Indonesia Power.
Hal ini dibuktikan dengan hasil penilaian kinerja yang baik dan mendapat
penghargaan nasional pada 2003 yaitu Padma Award.
Banyak jenis kegiatan dalam program Comdev yang telah dilakukan oleh
Humas dan SDM. Kegiatan-kegiatan pemberdayaan tersebut di antaranya:
a. Bakti Pelayanan masyarakat (Community Services), yaitu pelayanan
perusahaan untuk memenuhi kepentingan masyarakat berdasarkan kebutuhan
maupun permintaan komunitas sebagai dukungan terhadap kegiatan pembangunan
yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah daerah tersebut. Kegiatan yang
dilakukan antara lain perbaikan sarana transportasi, perbaikan sarana umum (olah
raga, tempat ibadah, pendidikan dan kesehatan), bantuan kesehatan masyarakat,
serta bantuan biaya pendidikan dan beasiswa.
1) Bantuan Air bersih kepada Warga Lingkungan Cisalak dan Kembang
Suralaya pada 17 Oktober 2006.
2) Pembangunan gedung Sekolah Dasar (SD) dan Taman Kanak-kanak (TK) di
Desa Suralaya.
Gedung sekolah ini dibangun tepatnya berada di Komplek Perumahan
PLTU Suralaya. SD dan TK tersebut diberi nama Wukir Retawu PLTU Suralaya.
TK Wukir Retawu dibangun pada tahun 1986, sedangkan SD Retawu dibangun
pada tahun 1985. Biaya operasional sekolah dasar dan taman kanak-kanak ini
menggunakan uang dari hasil pemasukan penjualan abu batubara.
Pembayaran gaji guru, renovasi gedung sekolah, dan beasiswa TK dan SD
Wukir Retawu dibiayai oleh YPK PT Indonesia Power. Siswa TK dan SD Wukir
Retawu yang berstatus tidak mampu ini tidak dipungut uang SPP. Fasilitas belajar
dan prestasi yang dihasilkan siswa-siswi Wukir Retawu cukup baik. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya piala dan piagam yang diterima siswa-siswi Wukir
Retawu ketika mengikuti perlombaan antar sekolah.
Fasilitas yang cukup baik ditunjukkan dengan adanya laboratorium IPA,
laboratorium computer, dan perpustakaan. Sedangkan ekstrakurikuler yang
diadakan di sekolah ini salah satunya yaitu ruang UKS untuk esktrakurikuler
dokter cilik (Dokcil). Kegiatan, sarana, dan prasarana TK dan SD ini dibiayai dari
hasil penjualan abu batubara UBP Suralaya.
Sekolah Wukir Retawu ini mendapat predikat sebagai sekolah terbaik dan
sekolah swasta dengan SPP termurah se-Kota Cilegon. Hal ini disebabkan sarana
dan prasarana pendukung belajar sangat lengkap dan menunjang. Dengan
demikian, tingkat pendidikan anak-anak di Suralaya pun meningkat melalui
kegiatan pemanfaatan abu batubara tersebut.
3) Kegiatan Pelatihan untuk Para Guru di kecamatan Pulomerak
Training ESQ Peduli Pendidikan merupakan salah satu kegiatan pelatihan
untuk guru. Training ini terselenggara dengan adanya kerja sama PT Indonesia
Power UBP Suralaya dengan ESQ Leadership Center yang diadakan pada 20
sampai 22 Juni 2008 di Convention Hall Hotel Permata Krakatau, Cilegon.
Training ESQ Peduli pendidikan ini diikuti oleh 310 peserta yang terdiri dari
guru-guru di Kecamatan Pulomerak.
Para guru di Kecamatan Pulomerak diharapkan ada peningkatan untuk
mencerdaskan siswanya dengan mengikuti pelatihan ESQ ini. Kegiatan ini dapat
meningkatkan kualitas pendidikan para siswa. Jumlah masyarakat lokal yang
bekerja pada posisi strategis di PT Indonesia Power UBP Suralaya pun akan
meningkat apabila kualitas pendidikan siswa meningkat. Berdasarkan data yang
diperoleh, persentase masyarakat lokal yang menduduki posisi ini masih sangat
sedikit karena rendahnya kualitas pendidikan.
Training ESQ Peduli Pendidikan ini merupakan salah satu wujud comdev
yang dilakukan PT Indonesia Power UBP Suralaya. Training ini dapat
terselenggara dengan adanya bantuan dana dari YPK UBP Suralaya. Dana yang
digunakan berasal dari penjualan abu batubara.
4) Pengembangan SDM
Divisi Humas dan SDM Comdev melalui Yayasan Pendidikan dan
Kesejahteraan (YPK) memberikan perhatian dalam bidang pendidikan. Dalam hal
ini, pemberian beasiswa mulai dari tingkat SD hingga S1 ditujukan untuk anak
pegawai. Bantuan ini diberikan setiap satu tahun sekali. Pemberian beasiswa
biasanya dilakukan setiap tanggal 17 Agustus. Ini merupakan salah satu bentuk
peningkatan kesejahteraan di lingkungan internal perusahaan.
5) Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat dalam bantuan pengobatan gratis
diadakan oleh Divisi Humas dan SDM. Bantuan ini secara bergilir diberikan satu
kali dalam satu minggu, pukul 12.00 sampai 13.00 WIB, pada masing-masing
desa yang mengapit PLTU Suralaya (Desa Suralaya, Desa Lebakgede, dan Desa
Salira Indah). Pengobatan gratis ini merupakan koordinasi Divisi Humas dan
SDM dengan kelurahan dan puskesmas. Selain pengobatan gratis, Divisi Humas
dan SDM pun mengadakan khitanan massal (Contoh gambar dapat dilihat pada
Lampiran 12).
b. Bakti Pemberdayaan Masyarakat, yaitu
program yang berkaitan dengan usaha memberikan akses yang lebih luas kepada
masyarakat setempat untuk menunjang kemandiriannya. Kegiatan yang dilakukan
antara lain bantuan peningkatan modal usaha dan kursus atau pelatihan
keterampilan usaha.
1) Pelatihan pengrajin Conblock kepada masyarakat di sekitar UBP Suralaya pada
12 Oktober 2006 (Contoh gambar dapat dilihat pada Lampiran 12).
2) Usaha Jahit Konveksi di Desa Suralaya
Usaha jahit konveksi di Desa Suralaya ini merupakan kepedulian PT
Indonesia Power UBP Suralaya melalui Divisi Humas dan SDM kepada
pengusaha konveksi skala kecil. Pemberdayaan ini dilakukan dengan pemberian
mesin jahit kepada masyarakat Suralaya yang memiliki usaha konveksi. Usaha
jahit ini sebagai bentuk kerja sama antara Kelurahan Suralaya dengan Divisi
Humas dan SDM PT Indonesia Power UBP Suralaya.
3) Usaha Pengrajin Keripik Pisang di Desa Lebakgede
Usaha keripik pisang ini dikelola oleh komunitas lokal. Ini disebabkan
potensi pisang di Kecamatan Pulomerak sangat banyak. Divisi Humas dan SDM
bekerja sama dengan pengrajin usaha keripik pisang untuk meminjamkan
sejumlah dana untuk usaha mereka.
4) Pelatihan Komputer
Pelatihan ini diselenggarakan oleh public relations kepada masyarakat
sekitar yang ingin meningkatkan kemampuan di bidang teknologi komputer.
(Lampiran 7)
5) Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Kelompok Usaha Bersama Berprestasi
Simpan Pinjam (KUBTASI)
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Kelompok Usaha Bersama Berprestasi
Simpan Pinjam (KUBTASI) adalah salah satu model bentuk pemberdayaan yang
diresmikan pada 27 Agustus 2007. LKM KUBTASI merupakan lembaga
keuangan mikro milik masyarakat binaan PT Indonesia Power UBP Suralaya.
Lembaga ini bergerak dalam bidang pemberdayaan ekonomi keluarga yang
berbasis kerakyatan. LKM KUBTASI memiliki wilayah kerja yang mencakup
ring satu stakeholders PT Indonesia Power UBP Suralaya yaitu Kelurahan
Lebakgede, Salira, dan Suralaya. PLTU Suralaya mendapatkan penghargaan atas
pengembangan kualitas kehidupan masyarakat di sekitar PLTU Suralaya melalui
LKM KUBTASI (Contoh gambar dapat dilihat pada Lampiran 13).
Bisnis utama LKM KUBTASI adalah simpan pinjam dengan
menyalurkan modal usaha secara bergilir kepada anggotanya dan menerima
titipan tabungan dari anggota. Modal bergilir tersebut diperoleh dari PT Indonesia
Power UBP Suralaya. Berikut ini persyaratan LKM KUBTASI:
(1) Keanggotaan
Masyarakat yang menjadi anggota LKM KUBTASI adalah masyarakat di
lingkungan PT Indonesia Power UBP Suralaya yang sudah memiliki usaha
dengan kategori pengusaha mikro yang masih kesulitan untuk mendapat tambahan
modal dalam menjalankan usahanya. Anggota LKM KUBTASI dijaring melalui
seleksi dengan aturan-aturan sebagai berikut:
a. Membentuk kelompok sebanyak lima orang, bertempat tinggal tetap dan
berdekatan.
b. Anggota harus satu homogen (laki-laki semua atau perempuan semua) dalam
satu kelompok.
c. Memiliki usaha atau berpenghasilan tetap.
d. Anggota dalam setiap kelompok tidak memiliki hubungan keluarga satu
tingkat.
e. Bersedia mengikuti pendidikan wajib kelompok sebelum ditetapkan menjadi
anggota.
f. Bersedia mengikuti pertemuan pekanan.
g. Membayar iuran wajib dan tabungan prestasi setiap pecan.
h. Pencairan pinjaman diberikan setelah mengikuti 16 kali pertemuan.
i. Pencairan pinjaman dilakukan tiga kali dengan pola 2-2-1. Pola ini artinya
pencairan uang pinjaman dilakukan untuk dua orang terlebih dahulu. Apabila
pengembalian cicilannya lancer, maka pinjaman diberikan kembali untuk dua
orang anggota yang lain. Terakhir, pencairan pinjaman diberikan pada satu
orang. Pola ini bertujuan agar pinjaman yang diberikan tidak macet.
(2) Pertemuan Pekanan
Pertemuan pekanan ini dilaksanakan setiap kelompok dengan waktu dan
tempat yang ditentukan oleh anggota masing-masing setelah konfirmasi dengan
pendamping lapangan. Pertemuan pekanan berfungsi sebagai wahana pembinaan
bagi anggota, tempat berlangsungnya transaksi keuangan, dan silaturahmi sesama
anggota. Setiap anggota LKM KUBTASI wajib mengikuti pertemuan pekanan.
Pertemuan ini dihadiri oleh satu orag pendamping lapangan yang akan membantu
anggota dalam masalah ekonomi maupun keagamaan.
(3) Iuran Wajib Anggota
Iuran wajib anggota adalah iuran milik anggota yang bersifat wajib
dibayar setiap minggu. Iuran wajib ini sebesar Rp1000,00. Iuran ini sebagai tanda
ikatan keanggotaan yang dijadikan jaminan bila ada anggota kelompok yang
macet dalam pembayaran dana bergilir. Iuran kelompok dapat dibagikan kembali
pada anggota apabila pecahnya kelompok tersebut.
(4) Pola Pencairan Modal Usaha
Modal dari PT Indonesia Power UBP Suralaya diberikan kepada
masyarakat melalui LKM KUBTASI. LKM KUBTASI menyalurkan modal usaha
kepada anggota secara bergilir dan bersifat pinjaman. Penyaluran modal usaha
kepada anggotanya diberikan secara kolektif. Dalam arti, modal usaha diberikan
kepada satu kelompok yang terdiri dari lima orang anggota dengan tanggung
jawab kolektif. Pencairan dilakukan dengan pola 2-2-1 seperti yang sudah
dijelaskan di atas. Pencairan pertama diberikan hanya kepada dua orang lebih
dulu. Dua minggu kemudian, pencairan diberikan kepada dua orang lagi. Dua
minggu selanjutnya, pencairan diberikan kepada satu orang. Modal usaha akan
diberikan jika semua anggota lancar membayar angsuran pinjaman.
(5) Angsuran Modal Usaha
Pinjaman modal usaha dari anggota kepada LKM KUBTASI lamanya tiga
sampai dua belas bulan dengan sistem Qordul Hasan dan sistem infak. Qurdul
Hasan artinya sistem pinjam tanpa lebih atau bunga (riba). Angsuran dana bergilir
adalah satu kali seminggu. Besar angsuran adalah besar pinjaman dibagi lama
waktu pinjaman. Ketentuan Qurdul Hasan hanya berlaku pada tahun pertama.
Peminjam dikenakan infak pinjaman setelah pinjaman kedua. Besarnya pinjaman
kedua tidak ada ketentuan. Infak ini sebagai keuntungan yang diperoleh LKM
KUBTASI.
(6) Penyertaan Modal Usaha
LKM KUBTASI memberikan bantuan kepada anggota berupa pinjaman penyertaa
usaha selain pemberian dana bergilir reguler. Apabila anggota ada proyek yang
membutuhkan dana segera dan tagihannya cepat, maka LKM KUBTASI dapat
memberikan pinjaman melalui proses tertentu.
c. Bakti Pembinaan Hubungan (Community Relation), yaitu kegiatan
komunikasi dua arah yang dilakukan untuk memfasilitasi tumbuhnya pemahaman
bersama dan mewujudkan komitmen bersama di antara para stakeholders untuk
mencapai tujuan bersama; mendorong lahirnya sikap positif masyarakat setempat
terhadap perusahaan serta memperbaiki dan mendorong lahirnya kebijakan publik
yang kondusif terhadap keberlangsungan bisnis perusahaan.
Kegiatan yang dilakukan antara lain ceramah agama, silaturahmi, dan
partisipasi dalam kegiatan masyarakat. Pada 5 Oktober 2006 dilakukan kunjungan
silaturahmi antara manajemen UBP Suralaya, Camat Pulo Merak dengan warga
Kampung Jelawe Suralaya dan penyerahan bantuan dana untuk sarana ibadah
Mushola Jelawe dalam rangka Safari Ramadhan 1427 H (Hastuti, 2009).
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
PLTU Suralaya dikelilingi oleh tiga desa yaitu Desa Suralaya, Desa Salira
Indah, dan Desa Lebak Gede. Masing-masing desa memiliki luas wilayah, batas
wilayah, dan mata pencaharian. Gambaran keadaan umum ketiga desa tersebut
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Luas Wilayah, Batas Wilayah, dan Mata Pencaharian di
Tiga Desa Penelitian Tahun 2010
Uraian Desa Suralaya Desa Salira Desa Lebakgede
Luas Wilayah 339 Ha 344, 7 Ha 683 Ha
Batas Utara
Batas Selatan
Batas Barat
Batas Timur
Desa Pakuncen
Selat Sunda
Kel. Lebakgede
Desa Salira
Laut
Ds. Kedung Soka
Kel. Suralaya
Desa Mangunreja
Kel. Suralaya
Kel. Tamansari
Laut Selat Sunda
Ds. Pakuncen Bojonegara
Mata Pencaharian
Pedagang
Petani
Nelayan
Pegawai
186 orang
203 orang
50 orang
697 orang
154 orang
350 orang
21 orang
15 orang
546 orang
488 orang
170 orang
550 orang
Sumber: Data Monografi Desa
Berdasarkan data monografi, Desa Lebakgede merupakan desa terluas
dibandingkan dengan Desa Salira dan Desa Suralaya. Desa Lebakgede memiliki
wilayah seluas 683 Ha. Batas sebelah utara desa ini adalah Kelurahan Suralaya;
batas sebelah selatan adalah Kelurahan Taman Sari; sebelah Barat adalah Laut
Selat Sunda; dan sebelah Timur adalah Desa Pakuncen Bojonegara. Umumnya
penduduk desa ini bermata pencaharian sebagai pegawai sebanyak 550 orang.
Begitu juga dengan Desa Suralaya yang umumnya sebagai pegawai
sebanyak 697 orang. Salah satu faktor penyebab banyaknya bermata pencaharian
sebagai pegawai karena letaknya yang paling dekat dengan PLTU Suralaya.
Namun desa ini memiliki wilayah yang tersempit dengan luas 339 Ha. Batas
sebelah Utara adalah Desa Pakuncen; batas sebelah Selatan adalah Selat Sunda;
batas sebelah Barat adalah Kelurahan Lebakgede; dan batas sebelah Timur adalah
Desa Salira.
Sementara Batas sebelah Utara Desa Salira adalah Laut; batas sebelah
Selatan adalah Desa Kedung Soka; batas sebelah Barat adalah Kelurahan
Suralaya; dan batas sebelah Timur adalah Desa Mangunreja. Umumnya mata
pencaharian penduduk Desa Salira sebagai patani yaitu sebanyak 350 orang.
Kelompok tani yang mengelola lahan PLTU Suralaya diberikan pembinaan
berupa pemberian bibit tanaman buah-buahan seperti aren, nangka, dan kacang.
Keadaan Umum Responden
Responden adalah masyarakat di sekitar PLTU Suralaya, yakni mereka
yang berdomisili di Desa Suralaya, Desa Salira, dan Desa Lebakgede. Responden
memiliki karakteristik antara lain jenis kelamin, pekerjaan, terpaan suratkabar,
terpaan public relations, terpaan tokoh agama, serta terpaan tokoh masyarakat.
Berikut gambaran keadaan umum responden dalam penelitian ini (Tabel 4).
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin,
Pekerjaan, Terpaan Suratkabar, Terpaan Public Relations, dan
Terpaan Opinion Leader di Tiga Desa Penelitian Tahun 2010
Karakteristik Responden Kategori Jumlah Persentase
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
186
157
54.54.22
45.77.22
45.77 Pekerjaan Pedagang
Petani
Nelayan
Pegawai
89
104
24
126
25.94 30.32 6.99 36.73
Terpaan
Suratkabar
Frekuensi
Membaca
Suratkabar dalam
satu minggu
> 6 kali
(Sangat Tinggi)
11 3.20
4-6 kali (Tinggi) 20 5.83
2-4 kali (Sedang) 56 16.32
1-2 kali (Rendah) 256 74.63
Terpaan
Public
Relations
Frekuensi
Berkomunikasi
dengan Public
Relations dalam
satu tahun Terakhir
ini
>6kali
(Sangat Tinggi)
60 17.49
5-6 kali (Tinggi) 63 18.36
3-4 kali (Sedang) 95 27.69
1-2 kali (Rendah) 125 36.44
Terpaan
Tokoh
Agama
Frekuensi
Berkomunikasi
dengan Tokoh
Agama dalam satu
tahun Terakhir ini
>6kali
(Sangat Tinggi)
161 46.93
5-6 kali (Tinggi) 98 28.57
3-4 kali (Sedang) 45 13.11
1-2 kali (Rendah) 39 11.37
Terpaan
Tokoh
Masyarakat
Frekuensi
Berkomunikasi
dengan tokoh
masyarakat dalam
satu tahun Terakhir
ini
>6kali
(Sangat Tinggi)
87 25.36
5-6 kali (Tinggi) 80 23.32
3-4 kali (Sedang) 98 28.57
1-2 kali (Rendah)
78 22.74
Pekerjaan responden umumnya sebagai pegawai dan petani. Ini dapat
dilihat, sebanyak 126 responden (36,73%) sebagai pegawai dan 104 responden
(30,32%) sebagai petani. Pekerjaan sebagai petani tidak membuat tingkat
kesejahteraan penduduk. Pada waktu itu, pekerjaan sebagai petani adalah pilihan
hidup yang tidak dapat ditawar lagi, seperti Desa Suralaya. Mereka tidak memiliki
keterampilan atau skill apa pun. Sementara penghasilan sebagai petani tidak
menentu yang membuat kondisi perekonomian sangat miskin. Tidak hanya
sebagai petani, ada beberapa masyarakat yang memilih pekerjaan sebagai nelayan.
Penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan sebagai nelayan pun tidak menentu.
Kemudian berdiri PLTU Suralaya karena tersedianya tanah dataran yang
cukup luas yang dipandang tidak produktif untuk pertanian dan cuaca yang sulit
diperkirakan untuk pelayaran. Masyarakat sekitar PLTU Suralaya pun mendapat
kesempatan sebagai pegawai PLTU Suralaya. Dengan demikian, perekonomian
mereka membaik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Mereka merasa
terbantu dengan adanya PLTU Suralaya.
Mereka ingin merubah kondisi kehidupan perekonomian. Mereka
menginginkan menjadi bagian dari PLTU Suralaya. Mereka dapat bekerja pada
usaha lokal atau CV lokal yang tumbuh di sekitar perusahaan. Beberapa CV lokal
ini tumbuh seiring dengan peluang beberapa pekerjaan yang ditenderkan oleh
PLTU Suralaya kepada pengusaha lokal. Beberapa CV lokal yang tumbuh di
sekitar PLTU Suralaya memiliki fokus usaha penyedia tenaga kebersihan,
penyedia jasa keamanan, dan pengelola abu batubara.
Mitra usaha lokal tersebut merupakan bentuk kerja sama antara korporasi
dengan pengusaha lokal. Kerja sama ini menguatkan eksistensi PT Indonesia
Power, khususnya PLTU Suralaya, dalam komunitas lokal. Selain itu, kemitraan
ini membantu pemerintah Provinsi Banten dalam rangka mengurangi jumlah
pengangguran.
PT Indonesia Power UBP Suralaya melakukan peningkatan kesejahteraan
dengan mengurangi tingkat pengangguran. Penggunaan tenaga kerja lokal dimulai
dari berdirinya PT Indonesia Power UBP Suralaya, yakni tahun 1985. Tidak
banyak masyarakat sekitar yang menempati posisi strategis pada PT Indonesia
Power UBP Suralaya. Hal ini disebabkan faktor kualitas pendidikan. PT Indonesia
Power UBP Suralaya melakukan dua kali periode perekrutan tenaga kerja yang
merupakan bentuk kepedulian PT Indonesia Power UBP Suralaya.
Masyarakat sekitar pun banyak yang membuka usaha sebagai pedagang.
Tidak hanya bekerja sebagai pegawai PLTU Suralaya untuk mewujudkan
peningkatan ekonomi. Kondisi ketiga desa yang berada di sekitar PLTU Suralaya
karena keterbatasan fasilitas transportasi pada tahun 1980-an mendorong
masyarakat membuka toko atau warung.
Perputaran usaha untuk sektor perdagangan relatif cepat, sehingga hasil
usaha yang didapat juga relatif lebih cepat (jangka pendek). Hal ini terlihat pada
penghasilan tiap bulan dari sektor perdagangan lebih tinggi daripada sektor lain.
Apalagi dengan adanya pengembangan daerah wisata di Desa Salira (Pantai Salira
Indah) dan Suralaya (Pantai Kelapa Tujuh).
Masyarakat umumnya lebih tertarik untuk melakukan usaha ekonomi yang
hasilnya dapat dinikmati segera. Seperti masyarakat di Desa Suralaya, mereka
tidak terbiasa melakukan usaha ekonomi jangka panjang dan cenderung
memperoleh hasil dalam jangka pendek atau dalam waktu singkat. Selain itu,
pekerjaan sebagai pedagang tidak memerlukan keterampilan khusus.
Responden umumnya mendapatkan informasi melalui opinion leader.
Opinion leader sangat mempengaruhi informasi yang diperoleh masyarakat atas
segala isu yang terjadi di sekitar. Ini artinya terpaan opinion leader sangat tinggi
pengaruhnya bagi masyarakat lokal.
Hal tersebut dibuktikan dengan tingginya tingkat komunikasi mereka
dengan opinion leader dibandingkan dengan public relations dan suratkabar.
Masyarakat lebih banyak berkomunikasi dengan opinion leader, baik tokoh
agama maupun tokoh masyarakat.
Masyarakat lokal berkomunikasi dengan tokoh agama sebanyak 161
responden (46,93%) dan berkomunikasi dengan tokoh masyarakat sebanyak 87
responden (25,36%) dalam frekuensi lebih dari enam kali pada satu tahun terakhir
ini. Masyarakat berkomunikasi dengan opinion leader dalam kesempatan ceramah
keagamaan, kerja bakti, dan pertemuan-pertemuan. Komunikasi antara
masyarakat dengan opinion leader dilakukan secara formal maupun informal.
Opinion leader dapat dijadikan sebagai jembatan komunikasi antara PLTU
Suralaya dengan masyarakat sekitar. Frekuensi pertemuan berpengaruh dalam
melakukan komunikasi antara opinion leader dengan masyarakat sekitar.
Masyarakat sekitar mendapat informasi-informasi mengenai PLTU Suralaya,
termasuk abu batubara, melalui opinion leader.
Berbeda halnya komunikasi yang dijalankan public relations. Frekuensi
komunikasi yang dijalankan public relations tidak setinggi frekuensi komunikasi
yang dijalankan opinion leader. Masyarakat lokal tidak sering bertemu dengan
public relations sehingga kurang adanya komunikasi di antara mereka. Umumnya
sebanyak 125 (36,44%) responden hanya berkomunikasi dengan public relations
sebanyak satu sampai dua kali setiap tahunnya. Hal ini perlu adanya usaha public
relations melakukan pendekatan dengan opinion leader. Opinion leader berada di
tengah-tengah masyarakat sehingga lebih mudah sebagai perantara komunikasi
antara public relations dengan masyarakat.
Public relations sendiri melakukan berbagai pendekatan dengan
masyarakat lokal melalui program comdev. Namun public relations masih perlu
melakukan berbagai pendekatan, khususnya dalam hal komunikasi. Masyarakat
lokal menginginkan adanya perhatian dalam bentuk komunikasi verbal, baik
formal maupun informal. Komunikasi yang diharapkan tidak hanya dalam bentuk
komunikasi nonverbal berupa bantuan-bantuan.
Selain dari public relations dan opinion leader, suratkabar dapat dijadikan
sebagai media komunikasi untuk mengetahui informasi tentang PLTU Suralaya.
Seperti Radar Banten dan Fajar Banten, merupakan suratkabar yang masuk ke
Desa Suralaya, Desa Salira, dan Desa Lebakgede. Namun minat baca masyarakat
kurang meskipun ada suratkabar yang masuk ketiga desa sekitar PLTU Suralaya.
Ini dapat dibuktikan berdasarkan hasil penelitian, umumnya sebanyak 256 (74.63
persen) responden hanya membaca satu sampai dua kali membaca suratkabar
setiap minggu. Ini disebabkan isi berita dalam suratkabar tidak menarik perhatian
masyarakat sebagai pembaca, khususnya berita tentang PLTU Suralaya. Tidak ada
perkembangan informasi tentang PLTU Suralaya yang dimuat di suratkabar.
Opini Publik tentang PLTU Suralaya
Opini publik dalam penelitian ini yaitu opini publik tentang dampak PLTU
Suralaya. Dampak PLTU Suralaya terbagi menjadi dampak positif dan dampak
negatif.
Dampak positif dari PLTU Suralaya yaitu ekonomi masyarakat menjadi
lebih sejahtera, dan suasana lingkungan menjadi lebih ramai dengan adanya PLTU
Suralaya. Dampak positif ini dapat meningkatkan citra PLTU Suralaya dalam
opini publik. Pikiran, perasaan, dan subyektivitas publik membentukan citra
terhadap isu yang sedang berkembang di sekitar mereka. Seseorang
memperhitungkan pertikaian dan isu melalui interpretasi sehingga terbentuk citra
yang baik atau positif.
Sementara dampak negatif dari PLTU Suralaya antara lain abu batubara
mengganggu kesehatan, meracuni ikan di laut, merusak pertanian, dan dapat
mengotori bahan dagangan. Dampak negatif tersebut merupakan pencemaran abu
batubara dari PLTU Suralaya. Citra yang buruk atau negatif marupakan
interpretasi yang dapat muncul dari publik terhadap dampak negatif dari PLTU
Suralaya. Citra yang baik ataupun buruk timbul dari dampak yang dirasakan oleh
masyarakat lokal. Hal ini tentu mempengaruhi keberlanjutan PLTU Suralaya.
Berikut opini publik tentang dampak PLTU Suralaya berdasarkan tiga
desa penelitian, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin (Tabel 5, 6, dan 7).
Opini Publik tentang PLTU Suralaya Berdasarkan Desa Penelitian
Opini publik tentang PLTU Suralaya berdasaran tiga desa penelitian
dilakukan dengan uji Chi-Square. Pernyataan yang telah diuji yaitu ekonomi
menjadi lebih sejahtera, suasana lingkungan menjadi lebih ramai, PLTU Suralaya
menimbulkan kebisingan dari suara mesin, abu batubara mengganggu kesehatan,
abu batubara meracuni ikan di laut, abu batubara merusak pertanian, dan abu
batubara mengotori bahan dagangan. Berikut opini publik tentang PLTU Suralaya
berdasarkan tiga desa penelitian (Tabel 5).
Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Domisili Desa
Penelitian Menurut Dampak Positif dan Dampak Negatif
PLTU Suralaya
Dampak Positif
PLTU Suralaya
Desa
Lebakgede
Desa Salira Desa
Suralaya
Total
SS
dan
S
KS
dan
TS
SS
dan
S
KS
dan
TS
SS
dan
S
KS
dan
TS
SS
dan
S
KS
dan
TS
Ekonomi menjadi
lebih sejahtera
55
31,42
120
68,57
23
42,59
31
57,40
52
45,61
62
54,38
130
100
213
100
Suasana lingkungan
menjadi lebih ramai
51
29,14
124
70,85
28
51,85
26
48,14
57
50
57
50
136
100
207
100
Dampak Negatif
PLTU Suralaya
Desa
Lebakgede
Desa Salira Desa
Suralaya
Total
SS
dan
S
KS
dan
TS
SS
dan
S
KS
dan
TS
SS
dan
S
KS
dan
TS
SS
dan
S
KS
dan
TS
PLTU Suralaya
menimbul-kan
kebisingan dari suara
mesin
164
93,71
11
6,28
47
87,03
7
12,96
111
97,36
3
2,63
322
100
21
100
Abu batubara
mengganggu
kesehatan
164
93,71
9
5,14
50
92,59
4
7,40
111
97,36
3
2,63
325
100
16
100
Abu batubara
meracuni ikan di laut
162
92,57
13
7,42
50
92,59
4
7,40
110
96,49
4
3,50
322
100
21
100
Abu batubara
merusak pertanian
167
95,42
8
4,57
52
96,29
2
3,70
112
98,24
2
1,75
331
100
12
100
Abu batubara
mengotori bahan
dagangan
164
94,71
11
6,28
48
88,88
6
11,11
110
96,49
4
3,50
222
100
21
100
Keterangan: SS = Sangat Setuju; S = Setuju; KS = Kurang Setuju; TS = Tidak Setuju;
Baris ke-2 menunjukkan persentase
Berdasarkan Tabel 5, umumnya masyarakat di tiga desa penelitian
beropini negatif tentang PLTU Suralaya. Opini masyarakat terhadap dampak
negatif lebih tinggi dibandingkan dengan dampak positif PLTU Suralaya.
Umumnya 120 (68,57%) masyarakat Desa Lebakgede beropini kurang
setuju bahkan tidak setuju bahwa ekonomi menjadi lebih sejahtera sejak adanya
PLTU Suralaya. Suasana lingkungan pun kurang bahkan tidak dirasakan menjadi
lebih ramai oleh masyarakat Desa Lebakgede. Ini disebabkan letak Desa
Lebakgede berjarak jauh dengan PLTU Suralaya. Masyarakat kurang bahkan
tidak merasa adanya perubahan yang lebih baik dalam kehidupan ekonomi
maupun suasana lingkungan. Desa Suralaya merupakan desa yang masyarakatnya
merasakan ekonominya menjadi lebih sejahtera, sedangkan Desa Salira Indah
merupakan desa yang masyarakatnya merasakan suasana lingkungan yang lebih
ramai sejak adanya PLTU Suralaya.
Desa Suralaya memiliki lokasi sangat dekat dengan PLTU Suralaya.
dibandingkan dengan Desa Salira dan Desa Lebakgede. Maka suara mesin dari
PLTU Suralaya terdengar jelas oleh masyarakat yang tinggal di Desa Suralaya.
Secara umum, sebanyak 111 (97,36 persen) responden beropini bahwa PLTU
Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin meskipun PLTU Suralaya
telah berupaya melakukan peredam suara. Namun tidak semua masyarakat sekitar
mengetahui informasi tersebut.
Masyarakat Desa Suralaya tidak hanya merasakan kebisingan dari suara
mesin. Masalah kesehatan akibat abu batubara pun dirasakan oleh masyarakat.
Masyarakat umumnya 111 (97,36%) responden beropini bahwa PLTU Suralaya
mengganggu kesehatan. Abu terbang dapat mengakibatkan polusi udara sehingga
mengganggu pernafasan.
Saat ini PLTU Suralaya sudah memiliki alat penangkap abu yang
dinamakan electronic precipitator. Selain itu, cerobong asap setinggi 218 meter
dan 275 meter bertujuan agar kandungan debu dan gas sisa pembakaran sampai
ground level masih di bawah ambang batas. Tidak semua masyarakat Desa
Suralaya mengetahui informasi tersebut. Masyarakat sekitar perlu mengetahui
perkembangan informasi sehingga masyarakat mengetahui PLTU Suralaya bukan
penyebab adanya polusi. Hal ini disebabkan banyaknya industri di sekitar PLTU
Suralaya.
Menurut Koordinator Forum Peduli Suralaya, Erick Rebiin, abu
batubara tidak berhubungan dengan masalah kesehatan. Masyarakat
menginginkan kompensasi secara langsung. Keluhan masyarakat tidak terpenuhi
karena penyalahgunaan hasil penjualan flay ash sebesar satu milyar setiap bulan
yang seharusnya dimiliki dan dikelola oleh masyarakat. Kondisi ini sangat ironis
ketika abu batubara dikelola oleh Energi Prima Nusantara (EPN) sebagai anak
perusahaan YPK (Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan).
Masyarakat Desa Suralaya umumnya tidak hanya beropini bahwa PLTU
Suralaya menimbulkan kebisingan dan mengganggu kesehatan. Namun
masyarakat juga beropini sangat setuju bahkan setuju bahwa abu batubara dapat
meracuni ikan di laut, merusak pertanian, dan mengotori bahan dagangan.
Umumnya masyarakat Desa Suralaya sebanyak 110 (96,49%) responden
beropini bahwa abu batubara dapat meracuni ikan di laut. Kini PLTU Suralaya
sudah berupaya adanya pengolahan limbah cair agar buangan tidak mencemari
lingkungan yang dinamakan sewage treatment dan neutralizing basin.
Umumnya sebanyak 110 (96,49%) beropini bahwa abu batubara
mengotori bahan dagangan. Masyarakat Desa Suralaya mengetahui hal tersebut
karena para penduduk sekitar pantai direkrut untuk berjualan di sekitar Pantai
Kalapa Tujuh. Pantai Kelapa Tujuh merupakan pantai yang dikelola oleh PLTU
Suralaya sebagai wujud kepedulian kepada publik. Pengelolaan pantai ini dapat
membantu perekonomian tetapi bahan dagangan dapat kotor dari abu batubara.
Tabel 6. Berdasarkan Domisili Desa dengan Opini Publik tentang
Dampak Positif dan Dampak Negatif
Opini Publik tentang Dampak Positif dan Dampak Negatif Signifikansi
Uji Chi-Square
Ekonomi menjadi lebih sejahtera 0,086
Suasana lingkungan menjadi lebih ramai 0,003*
PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin 0,034*
Abu batubara mengganggu kesehatan 0,065
Abu batubara meracuni ikan di laut 0,315
Abu batubara merusak pertanian 0,698
Abu batubara mengotori makanan/dagangan 0,034*
α = 0.05
*= Signifikan
Berdasarkan hasil analisis, masyarakat yang tinggal di tiga desa penelitian
berhubungan dengan pembentukan opini publik yang menyatakan bahwa suasana
lingkungan menjadi lebih ramai dengan adanya PLTU Suralaya, PLTU Suralaya
menimbulkan kebisingan dari suara mesin, dan abu batubara mengotori bahan
dagangan. Masyarakat Desa Suralaya sebanyak 57 (50%) responden beropini
bahwa suasana lingkungan menjadi ramai dengan adanya PLTU Suralaya.
Berbeda dengan masyarakat Desa Lebakgede dan Desa Salira Indah,
masyarakat Desa Suralaya merasakan suasana lingkungan yang menjadi ramai
karena jarak desa dengan lokasi PLTU Suralaya yang sangat dekat. Masyarakat
tidak kesepian dengan adanya aktivitas pegawai di sekitar PLTU Suralaya.
Lokasi yang sangat dekat antara Desa Suralaya dengan PLTU Suralaya
pun membuat masyarakat kebisingan akibat suara dari mesin produksi. Hal ini
mengindikasikan bahwa pernyataan tersebut signifikan.
Opini publik mengenai abu batubara dapat mengotori bahan dagangan juga
dinyatakan signifikan. Masyarakat Desa Suralaya paling tinggi merasakan bahwa
abu batubara mengotori bahan dagangan dibandingan dengan Desa Salira dan
Desa Lebakgede. Ini disebabkan para penduduk berjualan di sekitar Pantai Kalapa
Tujuh. Pantai ini merupakan pantai yang dikelola oleh PLTU Suralaya sehingga
masyarakat Desa Suralaya mendapatkan pengembangan daerah wisata. Selain itu,
pedagang pun merasa bahan dagangan menjadi kotor karena abu terbang.
Opini Publik Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Uji Chi-Square dilakukan untuk mengetahui asosiasi antara dua peubah
kategorik. Pernyataan yang telah diuji yaitu ekonomi menjadi lebih sejahtera,
suasana lingkungan menjadi lebih ramai, PLTU Suralaya menimbulkan
kebisingan dari suara mesin, abu batubara mengganggu kesehatan, abu batubara
meracuni ikan di laut, abu batubara merusak pertanian, dan abu batubara
mengotori bahan dagangan. Berikut opini publik tentang PLTU Suralaya
berdasarkan jenis pekerjaan (Tabel 7).
Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Menurut Dampak Positif dan Dampak Negatif PLTU Suralaya
Keterangan: SS = Sangat Setuju; S = Setuju; KS = Kurang Setuju; TS = Tidak Setuju;
Baris ke-2 menunjukkan persentase
Tabel 7 menunjukkan, umumnya masyarakat beropini negatif tentang
PLTU Suralaya. Opini masyarakat terhadap dampak negatif lebih tinggi
dibandingkan dengan dampak positif.
Secara umum, sebanyak 19 (79,16%) responden dengan jenis pekerjaan
sebagai nelayan tidak merasakan adanya perubahan ekonomi dalam
kehidupannya. PLTU Suralaya kurang bahkan tidak membuat ekonomi
masyarakat menjadi lebih sejahtera.
Demikian pula umumnya 73 (70,19%) responden dengan jenis pekerjaan
sebagai petani beropini hal yang sama. Penghasilan sebagai petani yang tak
Dampak
Positif
PLTU
Suralaya
Nelayan Pedagang Pegawai Petani Total
SS
dan
S
KS
dan
TS
SS
dan
S
KS
dan
TS
SS
dan
S
KS
dan
TS
SS
dan
S
KS
dan
TS
SS
dan
S
KS
dan
TS
Ekonomi
menjadi lebih
sejahtera
5
20,83
19
79,16
33
37,07
56
62,92
46
36,50
80
63,49
31
29,80
73
70,19
115
100
228
100
Suasana
lingkungan
menjadi lebih
ramai
9
37,5
15
62,5
33
37,07
56
62,92
53
42,06
73
57,93
35
33,65
69
66,34
130
100
203
100
Dampak
Negatif
PLTU
Suralaya
Nelayan Pedagang Pegawai Petani Total
SS
dan
S
KS
dan
TS
SS
dan
S
KS
dan
TS
SS
dan
S
KS
dan
TS
SS
dan
S
KS
dan
TS
SS
dan
S
KS
dan
TS
PLTU Suralaya
menimbulkan
kebisingan dari
suara mesin
23
95,83
1
4,16
69
77,52
20
22,47
120
95,23
6
4,76
92
88,46
12
11,5
304
100
39
100
Abu batubara
mengganggu
kesehatan
21
87,5
3
12,5
72
80,89
17
19,10
119
94,44
7
5,55
94
90,38
10
9,61
306
100
37
100
Abu batubara
meracuni ikan
di laut
22
91,66
2
8,33
88
98,87
1
1,12
123
97,61
3
2,38
95
91,34
9
8,65
328
100
15
100
Abu batubara
merusak
pertanian
23
95,83
1
4,16
88
98,8
1
1,12
124
98,41
2
1,58
99
95,19
5
4,80
334
100
9
100
Abu batubara
mengotori
bahan dagangan
21
87,5
3
12,5
67
75,28
22
24,71
123
97,61
3
2,38
97
93,26
7
6,73
308
100
35
100
menentu membuat kondisi perekonomian sangat miskin. Ini dapat dilihat dengan
banyaknya rumah yang terbuat dari anyaman bilik.
Masyarakat lokal mengelola usaha keripik pisang. Pisang merupakan salah
satu tanaman yang dijadikan sebagai sumber penghasilan petani. Divisi Humas
dan SDM bekerja sama dengan pengrajin usaha keripik pisang untuk
meminjamkan sejumlah dana usaha masyarakat lokal.
PLTU Suralaya pun memberikan pembinaan kepada kelompok tani berupa
pemberian bibit tanaman buah-buahan seperti aren, nangka, dan kacang.
Pembinaan kepada kelompok peladang lokal untuk mengelola lahan PLTU
Suralaya merupakan wujud kepedulian. Namun bantuan yang diberikan dari
PLTU Suralaya dirasa tidak banyak memiliki perubahan bagi petani
Jenis pekerjaan sebagai pegawai yang merasakan perubahan ekonomi
dibandingan dengan petani, nelayan, dan pedagang. Pegawai serta keluaganya
mendapatkan peningkatan kesejahteraan dari PLTU Suralaya. Sebagian
pemasukan yang disalurkan YPK digunakan untuk memberikan beasiswa,
bantuan pendidikan, dan memberangkatkan haji pegawai.
Beasiswa dan bantuan pendidikan untuk anak pegawai ini diberikan setiap
tahun. Peluang naik haji secara gratis pun dimiliki para pegawai. Biaya yang
dikeluarkan untuk memberangkatkan haji para pegawai diperoleh melalui hasil
penjualan abu batubara.
PLTU Suralaya tidak hanya memberikan perhatian kepada para
pegawainya sebagai lingkup intern. Lingkup ekstern pun mendapatkan perhatian
dari PLTU Suralaya. PLTU Suralaya memberikan bantuan kepada komunitas
berupa kesempatan sebagai pegawai dalam proyek PLTU Suralaya. Penggunaan
tenaga kerja lokal dilakukan sejak berdirinya PLTU Suralaya yaitu tahun 1985.
Masyarakat yang berada di sekitar PLTU Suralaya dapat bekerja di PLTU
Suralaya melalui CV rekanan PT Indonesia Power UBP Suralaya. CV rekanan
tersebut menempatkan masyarakat pada pekerjaan sebagai cleaning service,
pekerja pada Divisi as-handling, dan pekerja saat overhaull.
Sebagian penduduk Suralaya kini mulai mendirikan CV sebagai penyalur
tenaga kerja (outsourcing). CV penyalur tenaga kerja ini membuat penduduk
Suralaya semakin sejahtera meskipun masih ada beberapa penduduk yang
tergolong keluarga prasejahtera.
Beberapa penduduk masih berstatus pengangguran karena belum bekerja
setelah lulus menempuh pendidikan sekolah menengah atas (SMA) atau sederajat.
Masyarakat belum memiliki keterampilan sehingga Divisi Comdev memberikan
pelatihan yang disesuaikan dengan tipologi masyarakat sebagai pekerja kasar.
Program ini dapat membentuk citra positif PLTU Suralaya.
Masyarakat yang bekerja sebagai pegawai pun umumnya merasakan
suasana lingkungan yang menjadi lebih ramai sejak adanya PLTU Suralaya selain
merasakan adanya perubahan ekonomi yang lebih baik. Proyek PLTU suralaya
menyebabkan masyarakat aktif sehingga membuka peluang yang membuat
suasana lingkungan menjadi lebih ramai. Selain aktivitas para pegawai PLTU
Suralaya, keramaian suasana lingkungan terlihat dari masyarakat lokal yang dapat
memanfaatkannya dengan membuka berbagai usaha.
Masyarakat lokal tidak hanya mendapatkan dampak positif dari PLTU
Suralaya. Namun masyarakat juga mendapatkan dampak negatif berupa
kebisingan yang berasal dari suara mesin produksi. Para nelayan dan pegawai
yang merasakan hal tersebut. Para pegawai tentu merasa bising dengan suara
mesin poduksi selama bekerja, terutama pegawai yang bekerja di proyek PLTU
Suralaya. Peredam suara kurang memberikan pengaruh besar.
Para pegawai pun merasakan bahwa PLTU Suralaya berpengaruh terhadap
masalah kesehatan yang diakibatkan dari abu selain kebisingan suara mesin.
Menurut Prijatama dan Sumarnadi (1996), butiran abu ringan mudah terbawa
angin yang terhirup secara rutin oleh manusia dan berakumulasi di dalam tubuh
dapat berakibat buruk terhadap kesehatan. Abu batubara mengandung sejumlah
kecil kandungan logam berat seperti Pb, Cr, dan Cd.
Penyakit yang seringkali dikeluhkan oleh masyarakat adalah gangguan
pada pernafasan. Pekerjaan sebagai pegawai yang paling besar menerima masalah
kesehatan. PLTU Suralaya sudah memberikan bantuan kesehatan melalui program
Comdev. PLTU Suralaya memberikan pengobatan gratis setiap dua kali dalam
seminggu kepada masyarakat Desa Suralaya, Desa Salira Indah, dan Desa
Lebakgede.
Umumnya sebanyak 88 (99%) pedagang beropini bahwa abu batubara
merusak pertanian. Sama halnya dengan pegawai dan petani yang umumnya
beropini demikian. Selain merusak pertanian, abu batubara pun dianggap dapat
meracuni ikan di laut. PLTU Suralaya sudah berupaya melakukan pengolahan
limbah cair yang dinamakan sewage treatment dan neutralizing basin. Ini
dimaksudkan agar buangan tidak mencemari lingkungan. Namun hal tersebut
terlihat kurang dipahami oleh masyarakat.
Pencemaran tanah oleh abu batubara dapat terjadi karena terbawanya
unsur-unsur logam berat oleh air hujan di permukaan dan di dalam tanah yang
dapat mencemari air tanah. Abu batubara dapat merubah tingkat keasaman tanah
yang berpengaruh pada kesuburan tanah dan tanaman yang tumbuh di tanah
tersebut. Masalah lingkungan tersebut dapat diminimalkan dengan cara dan lokasi
pembuangan yang tepat. (Prijatama & Sumarnadi, 1996)
Abu batubara tidak hanya mencemari lingkungan. Bahan dagangan pun
dapat menjadi kotor karena abu batubara yang berterbangan. Umumnya 123
(97,61%) pegawai yang berada di sekitar mengetahui hal tersebut secara jelas.
Kotornya kaca dan lantai rumah penduduk pun diakibatkan dari abu batubara.
Tabel 8. Berdasarkan Jenis Pekerjaan dengan Opini Publik tentang
Dampak Positif dan Dampak Negatif
α = 0.05
*= Signifikan
Jenis pekerjaan berhubungan dengan pembentukan opini publik yang
menyatakan bahwa PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin dan
dapat mengotori bahan dagangan.
Opini Publik tentang Dampak Positif dan Dampak Negatif Signifikansi
Uji Chi-Square
Ekonomi menjadi lebih sejahtera 0,480
Suasana lingkungan menjadi lebih ramai 0,165
PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin 0,023*
Abu batubara mengganggu kesehatan 0,251
Abu batubara meracuni ikan di laut 0,211
Abu batubara merusak pertanian 0,188
Abu batubara mengotori bahan dagangan 0,000*
Perbedaan terlihat dari opini pegawai.di antara jenis pekerjaan lainnya
terhadap kebisingan suara mesin PLTU Suralaya. Pada umumnya, sebanyak 67
(75,28%) pegawai, termasuk pegawai PLTU Suralaya, beropini bahwa PLTU
Suralaya menimbulkan kebisingan suara mesin. Pegawai merasa bising dengan
suara mesin karena bekerja di sekitar lingkungan PLTU Suralaya. Suara mesin
dapat terdengar hingga ke pemukiman. PLTU Suralaya sudah berupaya
melakukan peredam suara.
Responden yang bekerja sebagai pegawai pun beropini bahwa PLTU
Suralaya mengotori bahan dagangan. Sebanyak 80 persen merupakan flay ash
(abu terbang atau abu kering) yang dapat ditangkap dengan menggunakan
presipitator elektrostatik, filter, atau siklon. Para pegawai mengetahui banyaknya
penduduk yang berjualan di sekitar pantai. Masyarakat Desa Suralaya dan Desa
Salira mendapatkan pengembangan daerah wisata pantai dengan direkrut oleh
PLTU Suralaya untuk berjualan. Pantai Salira Indah di Desa Salira Indah dan
Pantai Kelapa Tujuh di Desa Suralaya merupakan pantai yang dikelola oleh PLTU
Suralaya.
Opini Publik Berdasarkan Jenis Kelamin
Uji Chi-Square telah dilakukan untuk mengetahui asosiasi antara dua
peubah kategorik. Peubah kategorik jenis kelamin telah diuji terhadap opini publik
yaitu ekonomi menjadi lebih sejahtera, suasana lingkungan menjadi lebih ramai,
PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin, abu batubara
mengganggu kesehatan, abu batubara meracuni ikan di laut, abu batubara merusak
pertanian, abu batubara mengotori bahan dagangan. Berikut opini publik tentang
PLTU Suralaya berdasarkan jenis kelamin (Tabel 9).
Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Menurut Dampak Positif dan Dampak Negatif PLTU Suralaya
Keterangan: SS = Sangat Setuju; S = Setuju; KS = Kurang Setuju; TS = Tidak Setuju;
Baris ke-2 menunjukkan persentase
Berdasarkan Tabel 9, umumnya masyarakat beropini negatif tentang
PLTU Suralaya. Opini masyarakat perempuan maupun laki-laki terhadap dampak
negatif lebih tinggi dibandingkan dampak positif PLTU Suralaya.
Umumnya 115 (73,24 %) perempuan beropini kurang setuju bahkan tidak
setuju jika ekonomi dinilai lebih sejahtera sejak adanya PLTU Suralaya. Hal ini
disebabkan sebagian besar laki-laki yang merasakan peningkatan kesejahteraan
dengan berpeluang sebagai tenaga kerja lokal di PLTU Suralaya.
Tenaga kerja lokal banyak yang diperbantukan sebagai tenaga
pengangkutan bahan material, tenaga kebersihan unit, dan tenaga pengelasan.
Namun saat ini, tenaga kerja lokal dipekerjakan pada overhaull dan ash-handling.
Maka dari itu, pekerja kasar hanya cocok untuk laki-laki yang menggunakan
kemampuan otot. Namun perempuan yang mendapatkan manfaat dengan adanya
PLTU Suralaya.
Dampak Positif
PLTU Suralaya
Laki-laki Perempuan Total
SS
dan
S
KS
dan
TS
SS
dan
S
KS
dan
TS
SS
dan
S
KS
dan
TS
Ekonomi menjadi lebih sejahtera 62
33,33
124
66,67
42
26,75
115
73,24
104
100
239
100
Suasana lingkungan menjadi lebih
ramai
54
29,03
132
70,96
52
33,12
105
66,87
106
100
237
100
Dampak Negatif
PLTU Suralaya
Laki-laki Perempuan Total
SS
dan
S
KS
dan
TS
SS
dan
S
KS
dan
TS
SS
dan
S
KS
dan
TS
PLTU Suralaya menimbulkan
kebisingan dari suara mesin
164
88,17
22
11,82
138
87,89
19
12,10
302
100
41
100
Abu batubara mengganggu kesehatan
168
90,32
18
9,67
145
92,35
12
7,64
313
100
30
100
Abu batubara meracuni ikan di laut 179
96,23
7
3,76
143
91,08
14
8,91
322
100
21
100
Abu batubara merusak pertanian 165
88,70
21
11,29
144
91,71
13
8,28
309
100
34
100
Abu batubara mengotori bahan
dagangan
170
91,39
16
8,60
151
96,17
6
3,82
321
100
22
100
Perempuan merasa suasana lingkungan menjadi lebih ramai sejak
berdirinya PLTU Suralaya karena banyaknya pekerja proyek. Dengan demikian,
mayoritas laki-laki beropini kurang setuju bahkan tidak setuju bahwa suasana
lingkungan menjadi lebih ramai.
Mengenai masalah kesehatan, laki-laki maupun perempuan umumnya
beropini bahwa abu batubara dapat mengganggu kesehatan. Responden
perempuan beropini paling tinggi sebanyak 145 (92,35%) dibanding laki-laki.
Perempuan mengetahui abu batubara dapat mengganggu kesehatan karena
perannya sebagai ibu rumah tangga yang menangani anak-anaknya terkena
dampak negatif tersebut.
Masyarakat perempuan sebanyak 144 (91,71%) pun beropini bahwa abu
batubara dapat merusak pertanian. Tetapi laki-laki sebanyak 179 (96%) beropini
sangat setuju bahkan setuju terhadap abu batubara yang dapat meracuni ikan di
laut.
Laki-laki maupun perempuan beropini yang sama tentang abu batubara
yang dapat mengotori bahan dagangan. Namun umumnya perempuan sebanyak
151 (96,17%) responden yang beropini demikian. Perempuan banyak yang
membuka usaha dalam berdagang dibandingkan laki-laki.
Tabel 10. Berdasarkan Jenis Kelamin dengan Opini Publik tentang
Dampak Positif dan Dampak Negatif
Opini Publik tentang Dampak Positif dan Dampak Negatif Signifikansi
Uji Chi-Square
Ekonomi menjadi lebih sejahtera 0,672
Suasana lingkungan menjadi lebih ramai 0.,333
PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin 0,975
Abu batubara mengganggu kesehatan 0,149
Abu batubara meracuni ikan di laut 0,007*
Abu batubara merusak pertanian 0,660
Abu batubara mengotori makanan atau bahan dagangan 0,281
α = 0.05
*=Signifikan
Sementara laki-laki maupun perempuan beropini yang sama terhadap
suara mesin produksi PLTU Suralaya. Umumnya 164 (88,17%) beropini bahwa
PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin produksi meskipun
telah ada peredam suara.
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, jenis kelamin berhubungan
dengan pembentukan opini publik yaitu tentang abu batubara yang dapat meracuni
ikan di laut. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan yaitu 0.007 yang
dinyatakan lebih kecil dari α = 0.05.
Perbedaan terlihat dari opini publik antara laki-laki dan perempuan tentang
abu batubara yang dapat meracuni ikan laki-laki. Umumnya sebanyak 179
(96,23%) responden laki-laki beropini sangat setuju bahwa abu batubara dapat
meracuni ikan di laut. Ini merupakan wujud nyata banyak masyarakat, khususnya
laki-laki, yang masih belum mengetahui informasi lebih jelas mengenai sewage
treatment dan netralizing bazin. Sewage treatment dan netralizing bazin adalah
pengolahan limbah cair agar buangan tidak mencemari lingkungan.
Kurangnya pengetahuan masyarakat disebabkan kurangnya komunikasi
antara public relations dengan masyarakat. Dengan demikian, banyak masyarakat
yang belum mengetahui upaya yang sudah dilakukan public relations dalam
mengatasi masalah abu batubara.
Hubungan Suratkabar dengan Opini Publik
Faktor suratkabar terbagi menjadi tiga indikator yang mempengaruhinya,
yaitu fungsi suratkabar, pesan suratkabar, dan frekuensi membaca suratkabar.
Berikut pengaruh suratkabar terhadap opini publik (Tabel 11).
Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Perilaku Membaca
di Suratkabar
Hubungan Surat Kabar Jumlah Persentase
Membaca Suratkabar Seminggu Ya 204 59,47
Tidak 139 40,52
Frekuensi Membaca Suratkabar
Per Minggu
1-2 kali 256 74,63
2-4 kali 56 16,32
4-6 kali 20 5,83
> 6 kali 11 3,20
Membaca Berita tentang PLTU Suralaya Ya 124 36,15
Tidak 219 63,84
Tanggapan terhadap berita tentang PLTU
Suralaya
Sangat setuju 27 7,87
Setuju 83 24,19
Kurang Setuju 14 4,08
Tidak Setuju 219 63,84
Tanggapan tentang PLTU Sangat setuju 18 5,24
Setuju 47 13,70
Kurang Setuju 39 11,37
Tidak Setuju 239 69,67
Kepuasan terhadap berita Sangat Puas 11 3,20
Puas 57 16,61
Kurang Puas 50 14,57
Tidak Puas 225 65,59
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 204 (59%) responden membaca
suratkabar. Umumnya masyarakat sebanyak 219 (64%) responden ternyata
menyatakan tidak ada berita tentang PLTU Suralaya pada suratkabar. Namun
sebanyak 124 (36%) responden menyatakan bahwa ada suratkabar yang
menyampaikan berita tentang PLTU Suralaya. Interpretasi masyarakat terhadap
pemberitaan tentang PLTU Suralaya di suratkabar disebabkan tingkat frekuensi
membaca terhadap suratkabar sangat rendah. Umumnya masyarakat hanya
membaca satu sampai dua kali dalam seminggu sebanyak 256 (75%) responden.
Suratkabar Fajar Banten dan Radar Banten sebagai media komunikasi
untuk memperoleh informasi. Isi berita yang disampaikan dalam suratkabar
umumnya tentang dampak negatif dari PLTU Suralaya yaitu isu pencemaran abu
batubara. Sebanyak 239 (69,67%) responden tidak setuju jika adanya pernyataan
suratkabar umumnya membangga-banggakan PLTU Suralaya.
Masyarakat merasa terganggu dengan masalah kesehatan pada pernafasan,
khususnya masyarakat yang tinggal di Desa Suralaya. Keluhan ini bukan berasal
dari pengaruh luar, termasuk LSM. Masalah ini dirasakan sendiri oleh masyarakat
selama tinggal di sekitar PLTU Suralaya. Koordinator Forum peduli Suralaya,
Erick menyatakan, abu batubara saat ini sudah aman sesuai ambang batas dan abu
batubara tidak berhubungan dengan masalah kesehatan masyarakat.
Masyarakat sebanyak 225 (65,59%) responden merasa tidak puas dengan isi
berita yang disampaikan suratkabar. Tidak ada perkembangan berita dalam
suratkabar meskipun ada dampak positif dari adanya PLTU Suralaya. Namun, hal
tersebut kurang disampaikan oleh suratkabar. Namun mereka yang berada di
sekitar PLTU Suralaya mengetahui sejauhmana abu batubara dapat dimanfaatkan.
Masyarakat mengetahui bahwa abu batubara dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat pun mendirikan home industry untuk
memanfaatkan abu batubara.
Tabel 12. Hubungan antara Fungsi, Pesan, dan Frekuensi Membaca
Suratkabar dengan Dampak Negatif dan Dampak Positif dari
PLTU Suralaya
Dampak Negatif dari
PLTU Suralaya
Dampak Postif dari
PLTU Suralaya
Fungsi
Suratkabar
Koefisien
Korelasi 0,041 0,085
Nilai-p 0,616 0,36
N 343 343
Pesan
Suratkabar
Koefisien
Korelasi 0,108 0,15
Nilai-p 0,202 0,08
N 343 343
Frekuesi
Suratkabar
Koefisien
Korelasi -0,024 -0,096
Nilai-p 0,786 0,386
N 343 343
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan, korelasi
ketiga indikator peubah suratkabar keseluruhannya memiliki nilai-p yang lebih
besar dari α. Suratkabar berhubungan tetapi tidak signifikan.
Fungsi suratkabar dalam menyampaikan informasi tentang PLTU Suralaya
tidak efektif membentuk opini publik. Hal ini disebabkan suratkabar tidak dapat
dijadikan stimulus perangsang dalam menguasai kekuatan publik. Maka
suratkabar tidak berfungsi untuk menengahi atau menghubungkan masyarakat
lokal dengan PLTU Suralaya.
Hal tersebut bertentangan dengan teori (McQuail, 2000) yang menyatakan
bahwa media massa memiliki peranan mediasi sebagai penengah atau penghubung
antara realitas sosial yang objektif dengan pengalaman pribadi. Artinya, media
massa berada di antara kita sebagai penerima dengan bagian pengalaman lain di
luar persepsi dan kontak langsung kita dengan fenomena yang terjadi.
Suratkabar tidak sepenuhnya membentuk atau mempengaruhi opini publik.
Meskipun ada suratkabar yang menyajikan informasi mengenai sisi negatif abu
batubara dari bahan bakar yang digunakan PLTU Suralaya, namun masyarakat
tetap memberikan nilai positif kepada PLTU Suralaya.
Hal tersebut bertentangan dengan teori (Afdjani, 2007) yang menyatakan
media massa dapat membangun opini publik. Kasali yang dikutip oleh Ruslan
(2007) pun mengatakan, media dalam menguasai kekuatan publik merupakan
stimulus perangsang, penransfer pesan sebagai alat injeksi.
Masyarakat lokal tidak tertarik dengan pesan yang disampaikan
suratkabar. Masyarakat bertentangan dengan pernyataan bahwa suratkabar
membangga-banggakan PLTU Suralaya. Suratkabar tidak dapat menarik perhatian
masyarakat lokal. Informasi yang disampaikan suratkabar bersifat tidak
berimbang. Masyarakat lokal membutuhkan informasi mengenai dampak negatif
dan dampak positif dari PLTU Suralaya.
Berdasarkan hasil wawancara, mereka merasa terbantu dengan adanya
PLTU Suralaya. Penilaian mereka ini bersumber dari pengetahuannya sendiri,
bukan bersumber dari informasi suratkabar.
Masyarakat tidak hanya mengetahui keadaan lingkungan di sekitar PLTU
Suralaya dari suratkabar. Umumnya mereka terkena dampak secara langsung
sehingga dapat merasakan dampak positif dan dampak negatif dari PLTU
Suralaya karena berada di sekitar lokasi pembangkit. Pemberitaan tentang PLTU
Suralaya, khususnya abu batubara, akan mendapat opini publik sesuai dengan
realita yang maraknya dihadapi masyarakat.
Sesuai dengan hipotesis Neumann yang dikutip oleh Nimmo (2000)
mengungkapkan, pandangan mereka di depan umum bergantung pada taksiran
masing-masing tentang iklim dan kecenderungan opini di lingkungan masing-
masing.
Masyarakat lokal tidak terpengaruh oleh informasi apa pun yang
disampaikan suratkabar. Berbeda halnya dengan masyarakat yang tidak berada di
sekitar lokasi, mereka dapat beropini sama sesuai dengan pemberitaan di
suratkabar meskipun tidak mengetahui lebih jauh mengenai pelayanan PLTU
dalam menangani masalah tersebut.
Selain bertentangan dengan (Afdjani, 2007) dan Kasali dalam Ruslan
(2007), penelitian ini pun bertentangan dengan teori Syam dan Sugiana (2007)
yang menyatakan bahwa suratkabar sebagai media massa mampu menyampaikan
pesan-pesan yang berusaha mempengaruhi khalayak sasaran persuasi pada sikap,
nilai, dan kepercayaan.
Masyarakat lokal tidak puas pada pesan yang disampaikan suratkabar. Pesan
yang disampaikan suratkabar lebih tinggi informasi mengenai sisi negatif dan
kurang informasi mengenai sisi positif dari penggunaan bahan bakar abu batubara
di PLTU, khususnya di Suralaya. Selain itu, suratkabar pun kurang menyajikan
informasi-informasi mengenai PLTU Suralaya yang dapat menambah
pengetahuan masyarakat.
Berkaitan dengan penelitian ini, salah satu pemberitaan yang disampaikan
Kompas (17/10) dapat disimak. Warga desa Leran, Kecamatan Sluke, Kabupaten
Rembang, Jawa Tengah menilai PLN tidak mampu menangani masalah abu
batubara.
Frekuensi suratkabar pun dinilai kurang dalam memuat berita mengenai
PLTU Suralaya. Berita yang sebenarnya dapat mendorong masyarakat tersebut
kurang dikembangkan oleh suratkabar. Hal ini juga yang dapat menyebabkan
masyarakat lokal tidak rutin dalam membaca suratkabar. Mereka hanya membaca
suratkabar satu sampai dua kali dalam seminggu. Masyarakat memiliki
kecenderungan beropini berdasarkan pengamatan lingkungan sehari-hari.
Hasil penelitian ini menggambarkan suratkabar tidak berpengaruh
terhadap opini pubik yang perlu mendapat perhatian dari PLTU Suralaya. Dalam
hal ini, PLTU Suralaya dapat melakukan media relations melalui kerja sama
public relations dengan media massa. Menurut Rumanti (2002), public relations
menggunakan media mempunyai beberapa tujuan antara lain membantu
mempromosikan dan meningkatkan pemasaran suatu produk dan jasa, menjalin
komunikasi berkesinambungan, meningkatkan kepercayaan publik, dan
meningkatkan citra positif perusahaan.
Selain melalui suratkabar, public relations dapat menyampaikan informasi
melalui house journal. PLTU Suralaya sebenarnya sudah memiliki house journal.
Namun PLTU Suralaya belum menerbitkan external’s house journal.
External’s house journal merupakan penerbitan untuk kalangan sendiri
yang diperuntukkan bagi masyarakat luas. Media ini dapat dibuat dengan ukuran
makalah yang isinya lebih mendidikn dan informatif. Tentunya public relations
perlu menentukan publik pembacanya. Pembaca jurnal ini antara lain distributor,
konsumen, dan opinion leader.
Hubungan Public Relations dengan Opini Publik
Fungsi public relations, pesan public relations, dan frekuensi
berkomunikasi dengan public relations dalam faktor public relations dianalisis
terhadap peubah opini publik yaitu dampak positif dan dampak negatif dari PLTU
Suralaya. Berikut Tabel 13 menjelaskan pengaruh public relations terhadap opini
publik.
Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden terhadap Perilaku
Berkomunikasi, Frekuensi Berkomunikasi, dan Informasi
tentang PLTU Suralaya dari Public Relations terhadap
Opini Publik
Hubungan Public Relations Jumlah Persentase
Berkomunikasi dengan Public
Relations
Ya 177 51,60
Tidak 166 48,39
Frekuensi Berkomunikasi dengan
Public Relations dalam 1 Tahun
Terakhir ini
>6kali (Sangat Tinggi) 60 17
5-6 kali (Tinggi) 63 18
3-4 kali (Sedang) 95 28
1-2 kali (Rendah) 125 36
Adanya informasi tentang abu
batubara dari public relations
Ya 132 38,48
Tidak 211 61,51
Tanggapan terhadap informasi
tentang PLTU Suralaya, khususnya
abu batubara
Sangat setuju 26 7,58
Setuju 77 22,44
Kurang Setuju 28 8,16
Tidak Setuju 212 61,80
Informasi umumnya membangga-
banggakan PLTU Suralaya
Sangat setuju 20 5,83
Setuju 73 21,28
Kurang Setuju 30 8,74
Tidak Setuju 220 64,13
Kepuasan terhadap informasi Sangat Puas 19 5,53
Puas 55 16,03
Kurang Puas 39 11,37
Tidak Puas 230 67,05
Umumnya masyarakat sekitar berkomunikasi dengan public relations. Hal
ini dapat dilihat pada Tabel 13, sebanyak 177 (51,60%) responden berkomunikasi
dengan public relations. Namun tingkat frekuensi komunikasi mereka masih
dinilai sangat rendah. Mereka hanya berkomunikasi satu sampai dua kali dalam
seminggu.
Masyarakat tidak banyak mendapatkan informasi tentang PLTU Suralaya,
khususnya abu batubara, dari public relations. Artinya, public relations tidak
intensif dan tidak dominan memberikan informasi dalam perkembangan isu
tentang PLTU Suralaya. Public relations tidak berfungsi efektif dalam
menyampaikan informasi tentang PLTU Suralaya, khususnya abu batubara.
Sebanyak 211 (61,51%) menyatakan tidak adanya informasi tentang PLTU
Suralaya, khususnya abu batubara.
Public relations seharusnya berfungsi sebagai jembatan komunikasi antara
masyarakat dengan perusahaan. Pertemuan rutin antara masyarakat sekitar
dengan public relations sangat diperlukan untuk mendiskusikan tentang PLTU
Suralaya, khususnya masalah pencemaran abu batubara.
Masyarakat sangat membutuhkan komunikasi verbal. Namun public
relations dirasa kurang melakukan komunikasi verbal. Meskipun ada komunikasi
verbal yang dilakukan melalui sosialisasi-sosialisai, namun frekuensinya tidak
rutin bagi masyarakat.
Pertemuan yang dilakukan public relations yaitu pertemuan rapat setiap
bulan antara PLTU Suralaya dengan mitra dan pengajian setiap tiga bulan sekali
di lantai dua gedung batubara.
Public relations bersifat eksternal untuk memberikan pernyataan-pernyataan
kepada publik. Masyarakat membutuhkan kedekatan langsung dengan public
relations secara rutin dalam komunikasi verbal. Masyarakat akan mendapatkan
penerangan yang sangat penting karena public relations merupakan bagian dari
karyawan PLTU Suralaya. Hal ini merupakan kebutuhan masyarakat sekitar untuk
mendapatkan perkembangan pengetahuan atau informasi yang dijadikan nilai
positif melalui komunikasi dengan public relations.
Hal tersebut bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman dalam
berpendapat tentang PLTU Suralaya, khususnya isu pencemaran abu batubara.
Namun, public relations jarang mengadakan pertemuan rutin dengan masyarakat
sekitar PLTU Suralaya terkait isu pencemaran abu batubara. Masyarakat aktif
yang hanya berkomunikasi secara informal dengan public relations.
Sesuai dengan pernyataan Rumanti (2005), komunikasi yang baik
merupakan alat dalam mengatasi hubungan yang tegang hingga terjadinya konflik.
Komunikasi dua arah sangat penting dilakukan public relations dalam menangani
suatu masalah. Komunikasi dua arah yang efektif dipandang sebagai alat
manajemen public relations dalam mengembangkan organisasi.
Public relations mengakui adanya dampak negatif yang salah satunya
berasal dari PLTU Suralaya. Abu batubara PLTU Suralaya dihasilkan dari sisa
pembakaran batubara di PLTU Suralaya. Setiap hari dihasilkan abu dengan
jumlah 1500 sampai 2000 ton abu batubara. Dari jumlah abu yang dihasilkan, 80
persen sebagai flay ash (abu terbang) dan 20 persen sebagai bottom ash ( abu
dasar).
Kondisi tersebut saat ini sudah membaik. PLTU Suralaya sudah berupaya
meminimalisasikan abu batubara dengan menggunakan alat pengelolaan abu,
ruangan pengontrol (control room), alat penangkap abu batubara (Electrostatic
Precipitator), dan tempat penyimpanan sementara abu. Namun public relations
tidak memberikan penegasan kepada masyarakat sekitar tentang kondisi yang
sudah membaik dari upaya-upaya yang dilakukan.
Akibatnya sebanyak 212 (62%) responden memberikan tanggapan yang
tidak setuju terhadap informasi tentang PLTU Suralaya, khususnya abu batubara.
Ketidaksetujuan mereka terhadap pesan yang disampaikan public relations
disebabkan masyarakat kurang mengetahui dan memahami informasi terbaru. Hal
ini disebabkan kurangnya frekuensi berkomunikasi antara masyarakat lokal
dengan public relations.
Tidak seluruh masyarakat mendapatkan informasi mengenai upaya yang
telah dilakukan public relations dalam meminimalkan abu batubara. Mereka
hanya mengetahui bahwa PLTU Suralaya menyebabkan pencemaran lingkungan
dari penggunaan abu batubara.
Pencemaran tersebut ditandai dengan adanya kesehatan masyarakat yang
terganggu, ikan di laut yang teracuni, pertanian yang menjadi rusak, dan makanan
atau dagangan mereka yang terkotori. Ini merupakan keluhan dari masyarakat
sekitar yang terkena abu batubara.
Responden masih merasakan belum ada perbaikan lingkungan terkait
dalam hal pencemaran. Masyarakat menyetujui PLTU Suralaya mencemari
lingkungan sekitar.
Umumnya masyarakat menduga penyakit sesak nafas lebih dominan
diakibatkan dari abu batubara PLTU Suralaya. Namun public relations PLTU
Suralaya membantah pernyataan tersebut. Penyakit sesak nafas tidak hanya
berasal dari abu batubara. Penyakit tersebut dapat juga disebabkan adanya limbah-
limbah selain dari PLTU Suralaya.
Public relations umumnya membangga-banggakan PLTU Suralaya.
Dalam arti, public relations lebih banyak menyampaikan informasi pada sisi
positifnya saja. Sebanyak 220 (64,13%) responden tidak setuju atas pesan yang
disampaikan public relations yang umumnya membangga-banggakan PLTU
Suralaya.
Banyaknya 230 (67,05%) responden merasa tidak memiliki kepuasan
terhadap informasi tentang PLTU Suralaya, termasuk tentang abu batubara. Untuk
itu, public relation perlu melakukan komunikasi verbal dan nonverbal secara
berimbang. Tidak hanya berupa komunikasi nonverbal.
Namun Public relations PLTU Suralaya lebih cenderung melakukan
komunikasi nonverbal daripada komunikasi verbal. Komunikasi nonverbal ini
merupakan upaya PLTU Suralaya untuk meminimalisasi pertikaian dalam isu
pencemaran abu batubara.
Komunikasi nonverbal yang dilakukan public relations berupa pemberian
bantuan-bantuan melalui program Comdev. Public relations menjalankan comdev
ini menggunakan sosialisasi pemanfaatan abu batubara.
Pemanfaatan abu batubara dapat mengurangi polusi dan memberi nilai
tambah finansial bagi masyarakat sekitar. Hal ini tentu dapat mengurangi
pengangguran. Bantuan-bantuan yang diberikan PLTU Suralaya dapat dijadikan
nilai tambah dari masyarakat kepada PLTU Suralaya. Ini dibuktikan dengan
adanya penghargaan Adikarya CSR 2009 dalam Kelompok Usaha Bersama
Berprestasi (KUBTASI) Suralaya.
Tabel 14. Hubungan antara Fungsi dan Pesan Public Relations
dengan Dampak Negatif dan Dampak Positif dari PLTU Suralaya
Dampak Negatif
dari PLTU Suralaya
Dampak Positif
dari PLTU Suralaya
Fungsi
Public Relations
Koefisien
Korelasi 0,143 0,026
Nilai-p 0,070 0,752
N 343 343
Pesan
Public Relations
Koefisien
Korelasi 0.122 -0,097
Nilai-p 0,135 0,284
N 343 343
Hasil analisis korelasi ketiga indikator peubah Public Relations
menunjukkan, fungsi, pesan, dan frekuensi memiliki nilai-p yang lebih besar dari
α. Public relations berhubungan tetapi tidak signifikan. Artinya public relations
tidak berhubungan positif dengan opini publik. Ketiga indikator peubah public
relations tersebut tidak berhubungan dengan peubah opini publik pada dampak
negatif dan dampak positif dari PLTU Suralaya. Public relations tidak
berpengaruh dalam pembentukan opini publik tentang PLTU Suralaya, termasuk
isu pencemaran abu batubara.
Opini publik tersebut disebabkan public relations belum menjalankan
fungsinya dengan baik daam menyampaikan informasi atau berita tentang PLTU
Suralaya. Public relations seharusnya sebagai jembatan komunikasi antara
masyarakat dengan PLTU Suralaya. Realitanya masyarakat tidak menyetujui
bahwa kondisi lingkungan di sekitar PLTU Suralaya sudah membaik. Public
relations kurang mengetahui keinginan masyarakat karena kurangnya kedekatan
antara public relations dengan masyarakat sekitar.
Masyarakat membutuhkan perkembangan informasi tentang PLTU
Suralaya dari public relations. Sesuai dengan ungkapan Hartono dalam Arifin
(2008), public relations adalah fungsi manajemen dengan tugas melakukan
penelitian terhadap pendapat, keinginan dan sikap publik, melakukan usaha-usaha
penerangan dan hubungan-hubungan untuk mencapai saling pengertian,
kepercayaan, dukungan, dan integrasi dengan publik.
Pesan public relations yang membangga-banggakan PLTU Suralaya
bertentangan dengan opini publik. Masyarakat tidak menyetujui pesan yang
disampaikan public relations. Public relations merasa tidak ada masalah dengan
penggunaan batubara. Namun masyarakat merasakan hal yang sebaliknya.
Masyarakat sangat terganggu dengan adanya abu batubara dan menilai tidak ada
perubahan dengan kondisi lingkungan.
Masyarakat tidak mendapat penjelasan informasi tentang PLTU Suralaya.
Kurangnya komunikasi secara langsung (tatap muka) antara public relation
dengan masyarakat merupakan salah satu penyebabnya.
Terbatasnya frekuensi komunikasi dapat mengurangi kepercayaan.
Mayoritas masyarakat hanya satu sampai dua kali dalam satu tahun terakhir ini
berkomunikasi dengan public relations. Mereka tidak puas dengan fungsi, pesan,
dan frekuensi komunikasi public relations dalam menangani isu tersebut.
Citra PLTU Suralaya dinilai baik oleh masyarakat sekitar. Masyarakat
merasakan sendiri dengan adanya program community development (comdev)
yang dilakukan public relations.
Program Community development (comdev) merupakan bagian dari
kegiatan public relations berupa bantuan-bantuan PLTU Suralaya kepada
masyarakat lokal. Masyarakat diberdayakan dengan adanya sosialisasi
pemanfaatan abu batubara. Hasil dari pengolahan abu batubara merupakan nilai
tambah finansial mereka. Bantuan-bantuan yang diberikan PLTU Suralaya berupa
usaha jahit konveksi di Desa Suralaya, usaha pengrajin keripik pisang di
Lebakgede, pengobatan gratis, dan adanya Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
Kelompok Usaha Bersama Berprestasi Simpan Pinjam (KUBTASI).
Pemberian mesin jahit kepada masyarakat Suralaya yang memiliki usaha
konveksi dalam skala kecil merupakan kepedulian PT Indonesia Power UBP
Suralaya melalui Divisi Humas dan SDM. Sedangkan di Kecamatan Pulomerak,
Lebakgede, potensi pisang sangat banyak. Masyarakat lokal mengelola usaha
keripik pisang. Divisi Humas dan SDM bekerja sama dengan pengrajin usaha
keripik pisang untuk meminjamkan sejumlah dana untuk usaha.
Pembangunan dan perbaikan sarana pun dilakukan PLTU Suralaya dalam
program comdev. Pembangunan dan perbaikan sarana transportasi (jalan dan
jembatan), dan sarana umum (olahraga, ibadah, pendidikan, dan sanitasi)
merupakan wujud kepedulian Humas (Public Relations) melalui program comdev
kepada masyarakat lokal.
Program comdev melakukan pembangunan gedung Sekolah Dasar (SD)
dan Taman Kanak-kanak (TK) di Desa Suralaya yang tepatnya berada di Komplek
Perumahan PLTU Suralaya. SD dan TK tersebut diberi nama Wukir Retawu
PLTU Suralaya. TK Wukir Retawu dibangun pada tahun 1986, sedangkan SD
Retawu dibangun pada tahun 1985. Biaya operasional sekolah dasar dan taman
kanak-kanak ini menggunakan uang dari hasil pemasukan penjualan abu batubara.
Pembayaran gaji guru, renovasi gedung sekolah, dan beasiswa TK dan SD
Wukir Retawu dibiayai oleh YPK PT Indonesia Power. Siswa TK dan SD Wukir
Retawu yang berstatus tidak mampu ini tidak dipungut uang SPP. Fasilitas belajar
dan prestasi yang dihasilkan siswa-siswi Wukir Retawu cukup baik. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya piala dan piagam yang diterima siswa-siswi Wukir
Retawu ketika mengikuti perlombaan antar sekolah.
Fasilitas yang cukup baik ditunjukkan dengan adanya laboratorium IPA,
laboratorium komputer, dan perpustakaan. Ekstrakurikuler yang diadakan di
sekolah ini salah satunya yaitu ruang UKS untuk esktrakurikuler dokter cilik
(Dokcil). Kegiatan, sarana, dan prasarana TK dan SD ini dibiayai dari hasil
penjualan abu batubara UBP Suralaya.
Kesejahteraan masyarakat lokal dapat diukur dari pelayanan kesehatan.
Humas memberikan bantuan pengobatan gratis dalam program comdev.
Masyarakat lokal dapat memeriksakan kesehatannyasecara bergilir satu kali dalam
seminggu, pukul 12.00 sampai 13.00 WIB, pada masing-masing desa yang
mengapit PLTU Suralaya (Desa Suralaya, Desa Lebakgede, dan Desa Salira).
Pengobatan gratis ini merupakan koordinasi program comdev dengan kelurahan
dan puskesmas. Selain pengobatan gratis, Program comdev pun mengadakan
khitanan massal.
Humas PT Indonesia Power UBP Suralaya melakukan pemberdayaan
ekonomi keluarga yang berbasis kerakyatan melalui Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) Kelompok Usaha Bersama Berprestasi Simpan Pinjam (KUBTASI). LKM
KUBTASI merupakan lembaga keuangan mikro milik masyarakat binaan PT
Indonesia Power UBP Suralaya. PT Indonesia Power UBP Suralaya mendapatkan
penghargaan atas pengembangan kualitas kehidupan masyarakat di sekitar PLTU
Suralaya melalui LKM KUBTASI.
Hubungan Opinion Leader dengan Opini Publik
Tiga indikator yang merupakan faktor opinion leader, yaitu fungsi, pesan,
dan frekuensi komunikasi opinion leader. Opinion leader dalam penelitian ini
terbagi dalam dua kategori, yaitu tokoh agama dan tokoh masyarakat. Tokoh
agama adalah seseorang yang ahli agama tetapi dapat menyampaikan berbagai
informasi. Tokoh masyarakat adalah aparat desa yang dapat menyampaikan
berbagai informasi. Distribusi frekuensi dapat dilihat pada Tabel 15 berikut.
Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden terhadap Perilaku Frekuensi
Berkomunikasi, dan Informasi dari Opinion Leader terhadap Opini
Publik
Hubungan Opinion Leader Jumlah Persentase
Berkomunikasi dengan
tokoh agama
Ya 186 54,22
Tidak 157 45,77
Frekuensi Berkomunikasi dengan
tokoh agama dalam 1 Tahun
Terakhir ini
>6kali (Sangat Tinggi) 161 17,78
5-6 kali (Tinggi) 98 16,90
3-4 kali (Sedang) 45 10,20
1-2 kali (Rendah) 39 8,45
Adanya informasi tentang PLTU
Suralaya
Ya 65 18,95
Tidak 278 81,04
Tanggapan terhadap informasi
tentang PLTU Suralaya
Sangat setuju 8 2,33
Setuju 35 10,20
Kurang Setuju 21 6,12
Tidak Setuju 279 81,34
Informasi umumnya membangga-
banggakan PLTU Suralaya
Sangat setuju 8 2,33
Setuju 30 8,74
Kurang Setuju 26 7,58
Tidak Setuju 279 81,34
Kepuasan terhadap informasi Sangat Puas 9 2,62
Puas 21 6,12
Kurang Puas 25 7,28
Tidak Puas 288 83,96
Berkomunikasi dengan tokoh
masyarakat
Ya 228 65,88
Tidak 115 33,52
Frekuensi Berkomunikasi dengan
tokoh masyarakat dalam 1 Tahun
Terakhir ini
>6kali (Sangat Tinggi) 87 16,61
5-6 kali (Tinggi) 80 14,57
3-4 kali (Sedang) 98 28,57
1-2 kali (Rendah) 78 13,11
Adanya informasi tentang PLTU
Suralaya
Ya 186 54,22
Tidak 157 45,77
Tanggapan terhadap informasi
tentang PLTU Suralaya
Sangat setuju 47 13,70
Setuju 92 26,82
Kurang Setuju 44 12,82
Tidak Setuju 160 46,64
Informasi umumnya membangga-
banggakan PLTU Suralaya
Sangat Setuju 27 7,87
Setuju 71 20,69
Kurang Setuju 74 21,57
Tidak Setuju 171 49,85
Kepuasan terhadap informasi Sangat Puas 33 9,62
Puas 86 25,07
Kurang Puas 44 12,82
Tidak Puas 180 52,47
Hubungan Tokoh Agama dengan Opini Publik
Umumnya masyarakat berkomunikasi dengan tokoh agama lebih dari
enam kali dalam satu tahun terakhir ini yang ditunjukkan sebanyak 161 (17,78%)
responden. Terbatasnya informasi melalui tokoh agama menyebabkan mereka
tidak mendapatkan informasi tentang PLTU Suralaya. Keterbatasan ini dapat
dipengaruhi kurang dekatnya tokoh agama dengan PLTU Suralaya, terutama isu
pencemaran abu batubara.
Tokoh agama telah menyampaikan informasi bahwa PLTU Suralaya
bernilai positif bagi masyarakat. Masyarakat beranggapan tokoh agama hanya
membangga-banggakan keberadaan PLTU Suralaya. Namun masyarakat sebanyak
279 (81.34 persen) responden tidak setuju atas pernyataan tokoh agama tersebut.
Masyarakat hanya merasakan dampak negatif abu batubara yang diakibatkan dari
PLTU Suralaya. Kerugian dengan adanya abu batubara menjadikan masyarakat
kurang memanfaatkannya. Dengan demikian, masyarakat pun tidak puas terhadap
informasi yang disampaikan tokoh agama.
Hubungan Tokoh Masyarakat terhadap Opini Publik
Berdasarkan hasil penelitian, umumnya masyarakat berkomunikasi dengan
tokoh masyarakat hanya tiga sampai empat kali dalam satu tahun terakhir yaitu
sebanyak 98 (28,57 %) responden. Tokoh masyarakat merupakan sumber
informasi bagi mereka. Mereka menilai tokoh masyarakat memiliki kemampuan
sebagai opinion leader. Tokoh masyarakat memiliki pengetahuan tentang PLTU
Suralaya.
Tokoh masyarakat menyebarkan informasi yang diperoleh dari suratkabar
ataupun public relation. Tokoh masyarakat memiliki hubungan sosial dengan
masyarakat. Masyarakat dapat bertanya dan bertukar pikiran dengan tokoh
masyarakat. Hal ini disebabkan tokoh masyarakat memiliki kedekatan dengan
masyarakat.
Tokoh masyarakat sebagai opinion leader memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain. Dapat dikatakan, opinion leader memiliki keunggulan
dari masyarakat lainnya. Tokoh masyarakat dapat dijadikan jembatan komunikasi
antara PLTU Suralaya dengan masyarakat.
Rogers dan Shoemaker (1981) dalam Badri (2008) pun mengungkapkan,
masyarakat menjadikan opinion leader sebagai tempat bertanya dan meminta
nasihat mengenai urusan-urusan tertentu. Opinion leader sebagai sumber
informasi, sedangkan masyarakat sebagai penerima informasi.
Informasi mengenai sisi positif dari PLTU Suralaya tidak kuat
mengarahkan penilaian mereka yang positif terhadap PLTU Suralaya. Masyarakat
masih menilai PLTU Suralaya hanya menimbulkan dampak negatif akibat
penggunaan abu batubara. Umumnya mereka sebanyak 171 (49,85 persen) pun
tidak setuju atas pesan yang disampaikan tokoh masyarakat yang membangga-
banggakan PLTU Suralaya.
Hal tersebut dapat diartikan bahwa mereka masih menyetujui PLTU
Suralaya menimbulkan dampak negatif dengan adanya pencemaran lingkungan.
Responden tetap mengakui adanya pencemaran lingkungan meskipun tokoh
masyarakat telah menyampaikan informasi terbaru mengenai keadaan lingkungan
PLTU Suralaya.
Sesuai dengan pernyataan Rogers (1983) dalam Afdjani (2007), opinion
leader berperan menyampaikan pesan-pesan, ide-ide, dan informasi-informasi
baru kepada masyarakat.
Ketua RW 03 Desa Suralaya, Haji Usman mengungkapkan, PLTU
Suralaya memberikan pengalaman dan keahlian kerja. Pencemaran abu batubara
dapat diminimalisasikan dengan adanya pelatihan pemanfaatan abu batubara.
Namun masyarakat sekitar belum dapat memanfaatkannya dengan baik.
Ternyata opini publik tentang PLTU Suralaya, khususnya pencemaran
lingkungan, lebih dibentuk oleh tingginya nilai kepercayaan pada dirinya dalam
menanggapi isu tersebut. Isu pencemaran ini banyak menangkap perhatian publik.
Seseorang bertindak dengan cara yang bermakna bagi mereka dalam mencapai
tujuan yang dianggap bernilai.
Masyarakat tidak puas dengan informasi yang disampaikan oleh opinion
leader, termasuk dari tokoh masyarakat. Mereka beranggapan tidak semua
informasi disampaikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, mereka membentuk
opini publik yang negatif tentang PLTU Suralaya. Frekuensi komunikasi tokoh
masyarakat pun berpengaruh terhadap pembentukan opini publik yang positif
tentang isu pencemaran abu batuabara. Berdasarkan hasil wawancara, ada
pertemuan rutin sebanyak satu kali dalam tiga bulan. Frekuensi komunikasi
tersebut dirasa kurang bagi masyarakat lokal. Padahal mereka lebih memberikan
kepercayaan kepada tokoh masyarakat.
Tokoh masyarakat dapat lebih meningkatkan frekuensi pertemuan-
pertemuan rutin. Masyarakat merasakan lebih adanya kedekatan dengan tokoh
masyarakat dibandingkan dengan tokoh agama. Ini disebabkan banyaknya waktu
tokoh masyarakat untuk masyarakat. Selain itu, tokoh masyarakat berada di
tengah-tengah masyarakat sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Tabel 16. Hubungan antara Fungsi dan Pesan Tokoh Agama serta Tokoh
Masyarakat dengan Dampak Positif dan Dampak Negatif dari PLTU
Suralaya
Dampak Negatif
dari PLTU
Suralaya
Dampak Positif
dari PLTU
Suralaya
FungsiTokoh
Agama
Koefisien Korelasi 0,378* 0,13
Nilai-p 0,000 0,260
N 343 343
Pesan Tokoh
Agama
Koefisien Korelasi 0,356* 0,146
Nilai-p 0.001 0,188
N 343 343
Fungsi
Tokoh
Masyarakat
Koefisien Korelasi -0,080 0,034
Nilai-p 0,258 0,634
N 343 343
Pesan
Tokoh
Masyarakat
Koefisien Korelasi -0,150* -0,053
Nilai-p 0,040 0,504
N 343 343
Hubungan antara Opinion Leader (Tokoh Agama dan Tokoh
Masyarakat) dengan Opini Publik
Hasil analisis dalam penelitian pada indikator-indikator peubah opinion
leader ini menunjukkan, opinion leader berhubungan positif dengan opini publik.
Indikator fungsi tokoh agama, pesan tokoh agama, dan pesan tokoh masyarakat
memiliki nilai-p yang lebih kecil dari α. Dapat disimpulkan, opini publik tentang
fungsi dan pesan tokoh agama berhubungan positif dengan dampak negatif dari
PLTU Suralaya. Sedangkan opinion leader dari tokoh masyarakat, hanya
indikator pesan tokoh masyarakat yang berhubungan nyata dengan dampak
negatif dari PLTU Suralaya. Sesuai dengan pernyataan Effendi (2008), opinion
leader biasanya membuka diri terhadap informasi mengenai bidang tertentu,
termasuk tentang PLTU Suralaya.
Pembentukan opini publik tentang dampak negatif dari PLTU Suralaya
berhubungan positif terhadap fungsi dan pesan yang disampaikan oleh para tokoh
agama. Semakin tinggi fungsi dan pesan tokoh agama, maka akan semakin tinggi
pula opini publlik tentang dampak negatif dari PLTU Suralaya. Pesan tokoh
masyarakat berhubungan negatif dengan opini publik tentang dampak negatif dari
PLTU Suralaya. Semakin tinggi pesan tokoh masyarakat, maka akan semakin
rendah opini publik tentang dampak negatif dari PLTU Suralaya.
Masyarakat lokal lebih banyak berkomunikasi dengan tokoh agama
dibandingkan dengan tokoh masyarakat. Namun masyarakat lebih banyak
mendapatkan informasi dari tokoh masyarakat. Masyarakat lebih percaya kepada
tokoh masyarakat sebagai sumber informasi. Masyarakat menilai tokoh agama
terbatas memiliki informasi tentang PLTU Suralaya. Masyarakat tidak puas dalam
memperoleh informasi yang lebih berkembang meskipun tokoh agama dan tokoh
masyarakat sudah memberikan informasi mengenai dampak positif dari PLTU
Suralaya yang kini kondisi lingkungannya membaik.
Hubungan masyarakat lokal dengan opinion leader sudah cukup baik. Hal
ini tentunya dapat dijadikan jembatan komunikasi antara masyarakat lokal dengan
PLTU Suralaya. Hal ini disebabkan opinion leader berada di tengah-tengah
masyarakat lokal. Pertemuan-pertemuan yang sudah berjalan rutin dapat
dimanfaatkan sebagai wahana bertukar pikiran antara masyarakat lokal dengan
opinion leader.
Masyarakat lokal dengan opinion leader pun dapat berkomunikasi dalam
pertemuan nonformal selain pertemuan formal. Terjalinnya hubungan yang lebih
erat akan memudahkan komunikasi yang akan menambah informasi. Manfaat ini
dirasakan oleh masyarakat lokal maupun opinion leader. Masyarakat lokal dapat
mengeluarkan keinginan, pendapat, kritikan, serta bertukar pikiran mengenai
PLTU Suralaya. Begitu juga sebaliknya, opinion leader dapat mengetahui
keinginan, pendapat, ataupun kritikan masyarakat lokal selain memberikan
informasi.
Hasil diskusi tersebut akan membawa opinion leader untuk
menyampaikannya kepada public relations guna melakukan evaluasi PLTU
Suralaya. Masyarakat lokal dapat merasakan kepuasan telah mengeluarkan
aspirasinya dan menambah informasi dari opinion leader.
Hubungan Pengalaman dengan Opini Publik
Opini publik pun dapat dipengaruhi oleh pengalaman. Faktor pengalaman
dalam penelitian ini terdiri dari keterlibatan masyarakat dan fungsi PLTU
Suralaya. Keterlibatan masyarakat dan fungsi PLTU Suralaya dianalisis terhadap
dampak negatif dan dampak positif dari PLTU Suralaya. Berikut digambarkan
tabel 17 tentang pengaruh pengalaman terhadap opini publik.
Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pengalamannya
terhadap Opini Publik
Hubungan Pengalaman Jumlah Persentase
Adanya debu atau abu batubara dari
PLTU Suralaya
Sangat Setuju 66 19,24
Setuju 98 28,57
Kurang Setuju 93 27,11
Tidak Setuju 86 25,07
PLTU Suralaya memberikan
bantuan
Ya 174 50,72
Tidak 169 49,27
Tanggapan tentang PLTU Suralaya
memberikan bantuan
Sangat Sering 9 2,62
Sering 48 13,99
Kadang-kadang 117 34,11
Tidak Pernah 162 47,23
Sikap terhadap bantuan PLTU
Suralaya
Sangat Senang 50 14,57
Senang 115 33,52
Kurang Senang 18 5,24
Tidak Senang 160 46,64
Pengaruh bantuan PLTU Suralaya
terhadap kehidupan responden
Sangat Pengaruh 48 13,99
Pengaruh 81 23,61
Kurang
Pengaruh
40 11,66
Tidak Pengaruh 174 50,72
Pengalaman merupakan salah satu faktor pembentuk opini publik.
Berdasarkan pernyataan Kasali yang dikutip oleh Ruslan (2007), opini publik
dibentuk oleh khalayak yang pada umumnya pernah memiliki pengalaman
terhadap isu yang sedang dibicarakan. Makin intensif hubungan antara audience
dan isu sebagai objek pembicaraan, maka semakin banyak kesamaan pengalaman
yang akan dirasakan oleh khalayak tersebut menjadi suatu konsensus.
Pembentukan konsensus masing-masing individu membutuhkan proses
waktu. Lama waktu yang dibutuhkan sangat tergantung pada unsur emosi,
kesamaan persepsi, dan kepercayaan atas suatu isu berita yang tengah
berkembang.
Berdasarkan pengalaman masyarakat lokal, mereka umumnya 98 (28,57%)
responden menyetujui adanya abu batubara dari PLTU Suralaya. Masyarakat
mengalami gangguan kesehatan akibat abu batubara. Sesaknya saluran pernafasan
adalah penyakit yang seringkali dikeluhkan oleh mereka. Meskipun PLTU
Suralaya sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan tenaga
listrik, namun mereka merasa mempunyai masalah dalam kesehatan.
Abu batubara yang menyebabkan pencemaran menimbulkan sikap dari
masyarakat sekitar. Menurut Kasali yang dikutip oleh Ruslan (2007), suatu opini
publik akan berdampak negatif terhadap kepercayaan masyarakat pada citra jika
kasus tersebut tidak diatasi dengan baik dan tepat.
Masyarakat sebanyak 174 (50,72%) responden menyatakan bahwa PLTU
Suralaya memberikan bantuan. Bantuan kesehatan yang diberikan PLTU Suralaya
antara lain pengobatan gratis dan khitanan massal. Bantuan pengobatan gratis ini
secara bergilir diberikan satu kali dalam satu minggu, pukul 12.00 sampai 13.00
WIB, pada masing-masing desa yang berada di wilayah PLTU Suralaya yaitu
Desa Suralaya, Desa Lebakgede, dan Desa Salira Indah. Pengobatan gratis ini
merupakan koordinasi program Comdev dengan kelurahan dan puskesmas.
Bantuan-bantuan yang diberikan dalam program Comdev pada Divisi
Humas dan SDM antara lain Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Kelompok Usaha
Bersama Berprestasi Simpan Pinjam (KUBTASI), pengelolaan Pantai Kalapa
Tujuh dan pemberdayaan para pedagang pantai, usaha jahit konveksi di Desa
Suralaya, usaha pengrajin keripik pisang di Lebakgede, pelatihan komputer,
pembangunan dan perbaikan Sarana, kegiatan Pelatihan untuk Para Guru di
kecamatan Pulomerak, Pengembangan SDM.
Masyarakat lokal tidak senang terhadap bantuan-bantuan yang diberikan
PLTU Suralaya. Ini dapat dilihat dengan banyaknya 160 (46,64%) responden
yang menyatakan tidak senang. Sebenarnya mereka merasa diringankan oleh
PLTU Suralaya. Akan tetapi, tidak semua bantuan tersebut berjalan hingga jangka
panjang. pengobatan gratis merupakan salah satu bantuan yang masih berjalan
hingga saat ini.
Sebanyak 162 (47,23%) responden justru merasa tidak pernah mendapat
bantuan dari PLTU Suralaya. Ternyata mereka menginginkan pembagian
sembako. Selain itu, mereka pun mengharapan menjadi bagian dari pegawai
PLTU Suralaya. Dengan demikian, mereka merasa bantuan-bantuan yang telah
diberikan PLTU Suralaya tidak berpengaruh pada kehidupan mereka. Padahal
PLTU Suralaya memberikan bantuan dengan strategi pemberdayaan masyarakat
lokal.
Tabel 18. Hubungan antara Keterlibatan Masyarakat dan Fungsi PLTU
Suralaya dengan Dampak Positif dan Dampak Negatif dari PLTU
Suralaya
Dampak Negatif dari
PLTU Suralaya
Dampak Positif dari
PLTU Suralaya
Keterlibatan
Masyarakat
Koefisien
Korelasi 0,026 0,211*
Nilai-p 0,718 0,004
N 343 343
Fungsi
PLTU
Suralaya
Koefisien
Korelasi 0,236* 0,382*
Nilai-p 0,001 0
N 343 343
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian, keterlibatan masyarakat dan
fungsi PLTU Suralaya memiliki nilai-p yang lebih kecil dari α. Pengalaman
berhubungan psoitif dengan opini publik. Keterlibatan masyarakat berhubungan
positif dengan dampak positif dari PLTU Suralaya. Dapat diartikan bahwa
semakin tinggi keterlibatan masyarakat, maka akan semakin tinggi opini publik
tentang dampak positif dari PLTU Suralaya. Demikian juga dengan fungsi PLTU
Suralaya berhubungan positif dengan dampak positif dan dampak negatif dari
PLTU Suralaya. Artinya semakin tinggi fungsi PLTU Suralaya, maka akan
semakin tinggi dampak negatif dan dampak positif dari PLTU Suralaya.
Pencemaran lingkungan yang dialami masyarakat sekitar menimbulkan
pertikaian yang ditandai aksi demonstrasi pada tahun 2002. Aksi tersebut
merupakan komunikasi nonverbal sebagai bentuk opini pribadi yang berkembang
menjadi opini publik.
Opini publik tentang dampak negatif dari PLTU Suralaya akan semakin
baik atau bernilai positif jika fungsi PLTU Suralaya bagi masyarakat semakin
ditingkatkan. Opini publik tentang dampak positif dari PLTU Suralaya pun akan
semakin baik jika adanya pendekatan dalam keterlibatan masyarakat.
Masyarakat yang terkena pencemaran lingkungan yang merupakan
dampak negatif dari PLTU Suralaya berdasarkan pengalaman hidup
membutuhkan fungsi PLTU Suralaya. Dampak negatif tersebut dapat
diminimalisasikan dengan adanya program Community development yang
dijalankan oleh public relations.
Sesuai dengan pernyataan Vardiansyah (2008), seseorang memiliki
pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu yang diperoleh melalui
keterlibatannya selama periode tertentu berdasarkan pengalaman. Begitu juga
dengan seseorang yang merupakan bagian dari masyarakat lokal yang menghadapi
beragam persoalan dalam kehidupan.
Upaya pelayanan PLTU Suralaya yang semakin baik akan membentuk
opini publik yang positif. Oleh karena itu, PLTU Suralaya memberikan pelayanan
yang baik terhadap kebutuhan tenaga listrik. Selain itu, PLTU Suralaya dapat
meminimalisasikan masalah abu batubara dengan bantuan-bantuan melalui
program Comdev. Meskipun adanya dampak negatif dari masyarakat akibat abu,
namun PLTU Suralaya harus berupaya memberikan pelayanan yang terbaik dan
mendengarkan keinginan masyarakat. Sebaliknya jika PLTU Suralaya tidak
memperdulikan kebutuhan dan keinginan masyarakat, maka opini publik tentang
dampak negatif akan semakin tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Masyarakat laki-laki di Desa Suralaya yang bekerja sebagai pedagang dan
pegawai umumnya merasakan bahwa ekonominya menjadi lebih sejahtera.
Sementara tidak hanya di Desa Suralaya, masyarakat di Desa Salira yang
umumnya pegawai perempuan menyatakan suasana lingkungan menjadi
lebih ramai sejak adanya PLTU Suralaya. Masyarakat yang menyatakan
abu batubara mengganggu kesehatan adalah pegawai perempuan yang
hanya tinggal di Desa Suralaya. Masyarakat laki-laki maupun perempuan
yang bekerja sebagai nelayan di Desa Suralaya merasa bising dengan suara
mesin PLTU Suralaya. Namun umumnya hanya masyarakat laki-laki yang
bekerja sebagai pedagang di Desa Suralaya yang menyatakan abu batubara
dapat meracuni ikan di laut dan masyarakat perempuan menyatakan abu
batubara dapat merusak pertanian. Abu batubara pun dapat mengotori
bahan dagangan berdasarkan opini dari masyarakat Desa Suralaya dengan
jenis kelamin perempuan umumnya yang bekerja sebagai pegawai.
2. Opini dari masyarakat sekitar PLTU Suralaya berhubungan positif dengan
keterpaan opinion leader dan pengalaman. Namun suratkabar dan public
relations tidak berhubungan positif dengan opini masyarakat.
Saran
1. Public relations PLTU Suralaya perlu lebih banyak berhubungan dengan
masyarakat sekitarnya melalui opinion leader dengan mengadakan
kegiatan pengembangan masyarakat untuk lebih mendapatkan opini publik
yang positif.
2. Public relations PLTU Suralaya perlu berhubungan dengan opinion leader
agar opinion leader menyampaikan pesan kepada masyarakat sekitar.
3. Perlu upaya peningkatan pengetahuan masyarakat sekitar mengenai PLTU
Suralaya melalui media massa, termasuk media komunitas.
DAFTAR PUSTAKA
Afdjani, Hadiono. 2007. Efek Psikologis Pemberitaan Media Massa terhadap
Khalayak Ditinjau dari Teori Peluru, Agenda Setting, dan Uses and
Gratification. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur
Afdjani, Hadiono. 2008. Dampak Globalisasi Media Terhadap Masyarakat dan
Budaya Indonesia.
(http://nyalaterang.wordpress.com/2009/01/05/media-massa-politik-dan-
pemilu). Diakses 5 Januari 2009
Akbar, Faidil. 2004. PLTU Suralaya Tidak Miliki Izin Pengolahan Limbah.
Jakarta: Tempo Interaktifs
Anugrah, Arbi. 2009. Puluhan Aktivis Lingkungan Hidup Demo PLTU
Cilacap. Detiknews
Arifin, Anwar. 2008. Opini Publik. Jakarta: Pustaka Indonesia
Arifin, Zainal. dkk. 2010. Dampak Negatif Pertambangan dan Penggunaan
Batubara. Palangkaraya: Universitas Palangkaraya. Diakses 9 Juni 2011
Badri, Muhammad. 2008. Pemberdayaan Komunikasi Pemuka Pendapat
dalam Penanganan Bencana Tsunami. Sekolah Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor
Dani, Vardiansyah. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.
Jakarta: PT Indeks
Data Monografi Desa Suralaya, Desa Salira Indah, dan Desa Lebakgede
Dennis, McQuail. 1987. Mass Communication Theory: An Introduction.
Beverly Hills: Sage Publication
(http://books.google.co.id). Diakses 5 Januari 2009
Effendy, Uchjana. 1987. Hubungan Masyarakat, Prinsip, Kasus, dan Masalah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Eriyanto. 2007. Teknik Sampling, Analisis Opini Publik. Cetakan I. Yogyakarta:
LKIS
Erlinda, Widyaningrum. 2002. Opini Publik Terhadap Humas Perum Jasa Tirta I.
98220213. Departemen Ilmu Komunikasi. Universitas Muhamadiyah,
Malang
Hasani, Yusuf. 2004. Efektivitas Komunikasi Pemuka Pendapat dalam
Penyelesaian Konflik Masyarakat di Maluku Utara. Bogor: Sekolah
Pascasarana Institut Pertanian Bogor
Hastuti, Deviana. 2009. Pola Implementasi Tanggung Jawab Sosial
Perubahan. Universitas Negeri Jakarta
Hen. 2010 Warga Tuntut PLN Bayar Ganti Rugi Akibat Debu. Rembang: Kompas
Iskandar. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif).
2008. Jakarta: Gaung Persada Press
Kajian Internalisasi Biaya Eksternal Pengembangan Energi. 2009. Pusat
Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral. Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral
(www.esdm.go.id/.../1061-ringkasan-eksekutif-kajian-internalisasi-biaya-
eksternal-pengembangan-energi.html). Diakses 31 Mei 2011
Kasali, Rhenald. 2000. Manajemen Publik Relations. Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti
Kumara, Nyoman. 2009. Telaah terhadap Program Percepatan Pembangunan
Listrik melalui Pembangunan PLTU Batubara 10. 000 MW. Vol 8.
No 1. Bali: Kampus Bukit Jimbaran
Litosseliti, L. 2003. Using Focus Group In Research. London: Continuum
McQuail. Denis. 2000. Mass Communication Theories. Fourth edition.
London: Sage Publication
Nimmo, Dan. 2000. Komunikasi Politik. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Nimmo, Dan. 2006. Komunikasi Politik, Khalayak dan Efek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Nurudin. 2005. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers
Olii, Helena. 2008. Dinamika Opini Publik. Revisi 1. UMB. Pusat
Pengembangan Bahan Ajar
(http://www.docs.google.com). Diakses 4 Juli 2011
Price, Vincent. 1989. Social Identification and Public Opinion Effect of
Communicating Group. Oxford Journal
(http://poq.oxfordjournals.org/content/53/2/197.abstract?sid=77da3f3d-
f666-425f-b4c5-b9a4ea8ee590). Diakses 9 Juni 2011
Prijatama, Herry dan Sumarnadi, Eko Tri. 1996. Mengubah Limbah menjadi
Rupiah: Pemanfaatan Limbah Abu Batubara PLTU. Bandung: Puslitbang
Geoteknologi LIPI
Rachmawati, Evy. 2009. Polemik Obat Puyer Perburuk Citra Dokter. Kompas
http://www.kompas.com. Diakses 5 Januari 2009
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Rochyadi, Rudy. 2003. Respon Pelanggan Terhadap Komunikasi Eksternal
PDAM Kabupaten Bogor. (Tesis). Program Pascasarjana. Bogor: Institut
Pertanian Bogor
Ruliana, Poppy. 1999. Hubungan Kegiatan Humas Eksternal dalam Sikap dan
Opini Pelanggan dalam Mutu Pelayanan Jasa TelekomunikasiI. (Tesis).
Program Pascasarjana. Bandung: Universitas Padjadjaran
Rumanti, Maria Assumpta. 2002. Dasar-dasar Public Relations Teori dan Praktik.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Ruslan, Rosady. 2006. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi
Konsepsi dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Greenpeace. 2009. Koalisi Anti-Batubara Menuntut Penghentian Penggunaan
Batubara di Indonesia
(http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/releases/penghentian-
penggunaan-batubara-di-Indonesia). Diakses 18 Mei 2010
Singarimbun, Masri dan Sofian, Effendi. 2006. Metode Penelitian Survey.
Cetakan. Kedelapanbelas. Edisi Revisi. Jakarta: PT Pustaka LP3ES
Indonesia
Soemirat dan Ardianto. 2003. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Soemarjono dan Setiawan, Adang. 2011. Artikel. Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan
Batubara
Sunarjo, Djoenaesih. 1997. Opini Publik. Yogyakarta: Liberty Offset yogyakarta
Suryadi. 2007. Strategi Mengelola Public Relations Organisasi. Jakarta: Edsa
Mahkota
Syam, Nina Winangsih dan Sugiana, Dadang. 2007. Perencanaan Pesan dan
Media. Universitas Terbuka
(http://www.detiknews.com). Diakses 5 Januari 2009
Widodo, Erna dan Mukhtar. 2000. Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif.
Yogyakarta: Avyrouz
Lampiran 1. Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi
Ket: *Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Ket: *Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
1,000 ,147 ,223 ,656**
, ,536 ,344 ,002
20 20 20 20
,147 1,000 -,223 ,583**
,536 , ,346 ,007
20 20 20 20
,223 -,223 1,000 ,558*
,344 ,346 , ,011
20 20 20 20
,656 ** ,583 ** ,558 * 1,000
,002 ,007 ,011 ,
20 20 20 20
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
P11
P12
P13
TOTAL2
P11 P12 P13 TOTAL2
Correlations
1,000 ,315 ,443 ,710**
, ,177 ,051 ,000
20 20 20 20
,315 1,000 ,351 ,813**
,177 , ,130 ,000
20 20 20 20
,443 ,351 1,000 ,742**
,051 ,130 , ,000
20 20 20 20
,710 ** ,813 ** ,742 ** 1,000
,000 ,000 ,000 ,
20 20 20 20
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
P4
P5
P6
TOTAL1
P4 P5 P6 TOTAL1
Correlations
1,000 ,126 ,218 ,084 ,123 ,055 ,448*
, ,598 ,355 ,726 ,606 ,818 ,048
20 20 20 20 20 20 20
,126 1,000 ,399 ,311 ,073 ,312 ,629**
,598 , ,081 ,181 ,760 ,181 ,003
20 20 20 20 20 20 20
,218 ,399 1,000 -,222 ,465* -,170 ,488*
,355 ,081 , ,347 ,039 ,474 ,029
20 20 20 20 20 20 20
,084 ,311 -,222 1,000 ,088 ,561* ,530*
,726 ,181 ,347 , ,714 ,010 ,016
20 20 20 20 20 20 20
,123 ,073 ,465* ,088 1,000 ,046 ,623**
,606 ,760 ,039 ,714 , ,847 ,003
20 20 20 20 20 20 20
,055 ,312 -,170 ,561* ,046 1,000 ,488*
,818 ,181 ,474 ,010 ,847 , ,029
20 20 20 20 20 20 20
,448* ,629** ,488* ,530* ,623** ,488* 1,000
,048 ,003 ,029 ,016 ,003 ,029 ,
20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
P18
P19
P20
P25
P26
P27
TOTAL3
P18 P19 P20 P25 P26 P27 TOTAL3
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Ket: *Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Ket: *Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
1,000 -,014 ,136 ,160 ,561**
, ,952 ,567 ,500 ,010
20 20 20 20 20
-,014 1,000 ,338 ,000 ,505*
,952 , ,145 1,000 ,023
20 20 20 20 20
,136 ,338 1,000 ,395 ,672**
,567 ,145 , ,085 ,001
20 20 20 20 20
,160 ,000 ,395 1,000 ,692**
,500 1,000 ,085 , ,001
20 20 20 20 20
,561 ** ,505 * ,672 ** ,692** 1,000
,010 ,023 ,001 ,001 ,
20 20 20 20 20
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
P28
P30
P31
P32
TOTAL4
P28 P30 P31 P32 TOTAL4
Correlations
1,000 ,510* ,131 ,143 ,448* ,361 ,126 ,507*
, ,022 ,583 ,548 ,048 ,117 ,597 ,023
20 20 20 20 20 20 20 20
,510* 1,000 ,241 ,132 ,174 ,151 ,236 ,455*
,022 , ,306 ,580 ,462 ,524 ,317 ,044
20 20 20 20 20 20 20 20
,131 ,241 1,000 ,742** ,437 ,275 ,380 ,709**
,583 ,306 , ,000 ,054 ,240 ,099 ,000
20 20 20 20 20 20 20 20
,143 ,132 ,742** 1,000 ,596** ,467* ,473* ,798**
,548 ,580 ,000 , ,006 ,038 ,035 ,000
20 20 20 20 20 20 20 20
,448* ,174 ,437 ,596** 1,000 ,522* ,437 ,777**
,048 ,462 ,054 ,006 , ,018 ,054 ,000
20 20 20 20 20 20 20 20
,361 ,151 ,275 ,467* ,522* 1,000 ,719** ,743**
,117 ,524 ,240 ,038 ,018 , ,000 ,000
20 20 20 20 20 20 20 20
,126 ,236 ,380 ,473* ,437 ,719** 1,000 ,723**
,597 ,317 ,099 ,035 ,054 ,000 , ,000
20 20 20 20 20 20 20 20
,507* ,455* ,709** ,798** ,777** ,743** ,723** 1,000
,023 ,044 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,
20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
P33
P34
P35
P36
P37
P38
P39
TOTAL5
P33 P34 P35 P36 P37 P38 P39 TOTAL5
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Ket: *Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis
******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E
(A L P H A)
Reliability Coefficients
N of Cases = 20,0 N of Items = 17
Alpha = ,6124
Lampiran 4. Dokumentasi Wawancara dengan Opinion Leader
Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa opinion leader untuk mengetahui
peristiwa yang sedang terjadi di lingkungan PLTU Suralaya
Lampiran 5. Dokumentasi Proses Berlangsungnya Foccus Group Discussion
(FGD)
FGD sebagai salah satu metode untuk memperoleh informasi yang akurat
terhadap opini publik tentang PLTU Suralaya. Peserta FGD terdiri dari kelompok
petani, nelayan, pedagang, dan pegawai yang diambil pada tiga desa penelitian.
Peserta duduk melingkar selama berlangsungnya diskusi
Lampiran 6. Dokumentasi Lapangan di UBP Suralaya tentang Abu Batubara
Pembakaran batubara di PLTU Suralaya menghasilkan abu batubara. Setiap hari
abu batubara yang dihasilkan sebanyak 1500 sampai 2000 ton.
Lampiran 7. Dokumentasi Lapangan di UBP Suralaya tentang Alat Penangkap
Abu
Batubara (Electronic Precipitator)
Hasil sisa pembakaran dengan efisiensi 99,5 persen menggunakan alat penangkap
abu batubara (Electrostatic Precipitator)
Lampiran 8. Dokumentasi Lapangan di UBP Suralaya tentang Cerobong Asap
Kandungan debu dan gas sisa pembakaran sampai ground level masih di bawah
ambang batas dengan menggunakan cerobong asap
Lampiran 9. Dokumentasi Lapangan di UBP Suralaya tentang Alat Pengolahan
Limbah Cair (Sewage Treatment dan Neutralizing)
Pengolahan limbah cair agar air buangan tidak mencemari lingkungan
menggunakan alat yang dinamakan Sewage Treatment dan Neutralizing
Lampiran 10. Dokumentasi Lapangan di UBP Suralaya tentang Tempat
Penimbunan Abu Batubara (Ash-valley)
Tempat penimbunan abu batubara dengan luas tanah sekitar 8 hektar dinamakan
Ash-valley. Ash-valley ini merupakan lahan terbuka yang disediakan PLTU
Suralaya untuk menimbun abu batubara
Lampiran 11. Dokumentasi Lapangan di UBP Suralaya tentang Pemanfaatan Abu
Batubara dalam Program Community Development
Pavingblok
Relief air mancur
Penghias rumah
Abu batubara dengan jenis fly-ash digunakan sebagai bahan pembuat keperluan
bangunan antara lain pavingblok, relief air mancur, dan penghias rumah
Khitanan Massal
Pelatihan Pengrajin Conblok
Pelatihan Komputer
UBP Suralaya melakukan pembinaan masyarakat melalui program pemberdayaan
masyarakat (community development) di tiga desa yaitu Desa Suralaya, Desa
Salira Indah, dan Desa Lebakgede
Lampiran 12. Dokumentasi Penghargaan Pengembangan Masyarakat Melalui
Kelompok Usaha Bersama Berprestasi Simpan Pinjam (KUBTASI)
UBP Suralaya mendapatkan penghargaan atas pengembangan kualitas kehidupan
masyarakat di sekitar PLTU Suralaya melalui LKM KUBTASI.
Lampiran 13. Kuesioner untuk Responden No. Responden
ANGKET PENELITIAN
Opini Publik tentang PLTU Suralaya
DATA RESPONDEN
Nama :
Jenis Kelamin:
Pekerjaan :
Asal Desa :
DATA PENELITIAN
Petunjuk pengisian: Isilah Jawaban dengan Tanda Silang (X)
I. SURATKABAR 1. Apakah Saudara membaca surat kabar?
a. Ya
b. Tidak, lanjutkan ke no 7
2. Dalam 1 minggu, berapa kali Saudara membaca suratkabar?
a. 1-2 kali (1)
b. 2-4 kali (2)
c. 4-6 kali (3)
d. > 6 kali (4)
3. Adakah berita tentang PLTU Suralaya di suratkabar itu?
a. Ya
b. Tidak, lanjutkan ke no 7
4. Apakah Saudara setuju dengan berita tentang PLTU Suralaya?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
5. Berita tentang PLTU Suralaya dari suratkabar umumnya membangga-
banggakan PLTU Suralaya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju (karena ada yg menjelekkan)
d. Tidak setuju (karena menjelekkan semua)
6. Saudara… dengan berita di suratkabar itu.
a. Sangat puas
b. Puas
c. Kurang puas
d. Tidak puas
II. PUBLIC RELATIONS 7. Adakah Saudara ngobrol dengan public relations/pegawai PLTU Suralaya
a. Ya
b. Tidak, lanjut ke no. 14
8. Dalam 1 tahun terakhir ini, berapa kali Saudara ngobrol dengan public
relations/pegawai PLTU Suralaya?
9. Dalam kesempatan apa Saudara ngobrol dengan public relations/pegawai
PLTU Suralaya?
10. Adakah informasi tentang abu batubara dari public relations/pegawai
PLTU Suralaya?
a. Ya
b. Tidak, lanjut ke no. 14
11. Saudara… dengan informasi tentang PLTU Suralaya, khususnya abu
batubara.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
12. Informasi dari pegawai tentang PLTU Suralaya pada umumnya
membangga-banggakan PLTU Suralaya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
13. Saudara…dengan informasi dari pegawai PLTU itu.
a. Sangat puas
b. Puas
c. Kurang puas
d. Tidak puas
III. OPINION LEADER 14. Adakah Saudara ngobrol dengan tokoh agama?
a. Ya
b. Tidak, lanjut ke no. 21
15. Dalam 1 tahun terakhir ini, berapa kali Saudara ngobrol dengan tokoh
agama?
16. Dalam kesempatan apa Saudara ngobrol dengan tokoh agama?
17. Adakah informasi tentang PLTU Suralaya dari tokoh agama?
a. Ya
b. Tidak, lanjut ke no. 21
18. Saudara…dengan informasi tentang PLTU Suralaya dari tokoh agama.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
19. Informasi tentang PLTU Suralaya dari tokoh agama umumnya membangg-
banggakan PLTU Suralaya.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
20. Saudara…dengan informasi dari tokoh agama itu?
a. Sangat puas
b. Puas
c. Kurang puas
d. Tidak puas
21. Adakah Saudara ngobrol dengan tokoh masyarakat?
c. Ya
d. Tidak, lanjut ke no. 28
22. Dalam 1 tahun terakhir ini, berapa kali Saudara ngobrol dengan tokoh
masyarakat?
23. Dalam kesempatan apa Saudara ngobrol dengan tokoh masyarakat?
24. Adakah informasi tentang PLTU Suralaya dari tokoh masyarakat?
a. Ya
b. Tidak, lanjut ke no. 28
25. Saudara…dengan informasi tentang PLTU Suralaya dari tokoh
masyarakat.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
26. Informasi tentang PLTU Suralaya dari tokoh masyarakat umumnya
membangga-banggakan PLTU Suralaya.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
27. Saudara…dengan informasi dari tokoh masyarakat itu.
a. Sangat puas
b. Puas
c. Kurang puas
d. Tidak puas
IV. PENGALAMAN 28. Ada debu/abu batubara dari PLTU Suralaya.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
29. Apakah PLTU Suralaya memberikan bantuan kepada Saudara?
a. Ya
b. Tidak, lanjut ke no 33
30. Dalam 1 tahun terakhir ini, apakah PLTU Suralaya sering memberikan
bantuan kepada Saudara?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak sering
31. Saudara…dengan bantuan PLTU Suralaya itu.
a. Sangat senang
b. Senang
c. Kurang senang
d. Tidak senang
32. Bantuan PLTU Suralaya…untuk kehidupan Saudara.
a. Sangat pengaruh
b. Pengaruh
c. Kurang pengaruh
d. Tidak pengaruh
OPINI
Ilustrasi Sangat
Setuju
Setuju Kurang
Setuju
Tidak
setuju
33. Ekonomi saya jadi lebih sejahtera
dengan adanya PLTU Suralaya
34. Suasana lingkungan jadi ramai
dengan adanya PLTU Suralaya
35. PLTU Suralaya menimbulkan
kebisingan dari suara mesin
36. Abu batubara mengganggu
kesehatan saya
37. Abu batubara meracuni ikan di laut
38. Abu batubara merusak pertanian
39. Abu batubara mengotori bahan
dagangan