Download - Nyeri WS fix.docx
WORK SHEETFARMAKOTERAPI 1
Nyeri & Arthritis
NIM : 118114001, 118114006, 118114007, 118114008, 118114009, 118114011, 118114012,
118114013
Kelas : FKK A 2011
1. Patofisiologi nyeri (Nociceptive pain, Neuropatic pain )
Nyeri Nosiseptif
Nyeri nosiseptif (akut) meliputi nyeri somatic (sumber nyeri berasal dari kulit, tulang, sendi, otot atau jaringan penghubung) atau visceral (berasal dari organ dalam seperti usus besar atau pankreas)
Stimulasi : Perangsangan pada ujung syaraf bebas yang dikenal dengan istilah nosiseptor merupakan tahap pertama yang mengawali timbulnya rasa nyeri. Reseptor ini dapat ditemukan baik di strukutur visceral maupun somatic serta teraktivasi oleh rangsangan mekanis, termal (panas) dan kimiawi. Kerusakan jaringan pelepasan zat kimiawi inflamatori (bradikinin, K+, prostaglandin, histamine, leukotrien, serotonin, subtansi P) menstimulasi dan mengaktivasi reseptor nyeri (nosiseptor) aktivasi reseptor menimbulkan potensial aksi yang dihantarkan sepanjang serabut saraf aferen ke spinal cord.
Transmisi : saraf aferen yang melepaskan berbagai neurotransmitter menimbulkan potensial aksi yang berlanjut dari tempat rangsangan ke dorsal horn pada spinal cord dihantarkan melalui serabut saraf A dan C secara asenden berlanjut ke arah yang lebih tinggi, yaitu mencapai otak melalui spinothalamic tracts rangsangan sampai ke thalamus sebagai pemancar dan meneruskan rangsangan ke struktur pusat yang memproses rasa nyeri lebih lanjut.
Persepsi : otak menginterpretasikan signal nyeri, memproses informasi dari pengalaman, pengetahuan, budaya, serta mempersepsikan nyeri individu mulai menyadari nyeri.
Modulasi :Tubuh memodulasi nyeri dengan proses kompleks
1. Sistem opiate endogen : terdiri dari neurotransmitter dan reseptor yang ditemukan diseluruh system saraf pusat terikat pada reseptor opioid dan menghambat penghantaran rangsangan nyeri.
2. Aktivasi reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA) yang terdapat di tanduk dorsal dapat menurunkan daya tanggap µ-reseptor untuk opiate.
3. SSP mengandung system descending untuk mengontrol penghantaran rasa nyeri. Menghambat penghantaran rasa nyeri pada tanduk dorsal yang berawal dari otak.
( Sumber : DiPiro 7th edition, hal. 990)
Apabila space kurang dapat dilanjutkan di halaman lain
WORK SHEETFARMAKOTERAPI 1
Nyeri Neuropatik
Nyeri neuropatik (kronis) terjadi akibat pemprosesan input sensorik yang abnormal oleh system saraf pusat atau perifer. Terdapat sejumlah besar sindroma nyeri neuropatik yang sering kali sulit di atasi (missal: nyeri punggung bawah, neuropati diabetic, postherpic neuralgia, nyeri akibat kanker,luka pada spinal chord/sumsung tulang belakang.
Kerusakan saraf atau rangsangan terus menerus dapat menyebabkan sirkuit/lintasan nyeri untuk menimbulkan rangsangan secara spontan,rangsangan nyeri saraf autonom dan meningkatkan pelepasan bahan-bahan dari saraf dorsal horn yang progesif.
( Sumber : ISO Farmakoterapi hal. 517)
2. Klasifikasi nyeri dan manifestasi klinisnya:
Pengalaman sensorik dalam nyeri bersifat multidimensi dan dengan berbagai tingkat variasi. Berdasarkan aspek intensitas, nyeri dapat dikategorikan atas nyeri ringan, sedang, dan berat. Berdasarkan lamanya nyeri dapat dikategorikan atas transient(sementara), intermittent (berulang), dan persistent (menetap). Berdasarkan kualitas, nyeri dapat dikategorikan atas tajam, tumpul, panas, dan sebagainya. Berdasarkan waktu dapat dikategorikan atas nyeri akut, dan kronis. Selain komponen sensorik tersebut, nyeri berdasarkan definisinya juga memiliki komponen kognitif dan emosional. Berdasarkan kemampuan manusia beradaptasi terhadap nyeri yang dialaminya, nyeri dikategorikan atas nyeri adaptif dan maladaptive. Nyeri adaptif berguna dalam proses survival karena berfungsi untuk membangunkan reflex menghindar terhadap stimulus noksius sebelum terjadi kerusakan jaringan. Misalnya : menghindar dari sengatan matahari, bila terjadi kerusakan jaringan, nyeri sangat bermanfaat dalam proses penyembuhan, khususnya pada proses inflamasi. Kebalikan dari keadaan tersebut adalah nyeri maladaptive yang terjadi karena proses patologik di system saraf, yang manfaatnya sampai sekarang belum diketahui.
Klasifikasi berdasarkan mekanisme nyeri banyak dipakai di klinik, adalah sebagai berikut : Nyeri nosiseptif (nyeri fisiologik), yaitu nyeri sementara sebagai respon terhadap stimulus
noksius. Nyeri seperti ini jarang mendorong penderita ke dokter, karena pada umumnya nyeri hilang tanpa pengobatan atau dengan analgetik ringan. Cirri khas nyeri nosiseptif adalah adanya korelasi positif antara kekuatan stimulus dengan intensitas nyeri dan merupakan sensasi fisiologik yang penting.
Nyeri inflamasi dapat bersifat spontan atau dapat pula bersifat “dibangunkan” yang disebabkan oleh kerusakan jaringan dan proses inflamasi. Nyeri jenis ini berguna untuk mempercepat proses penyembuhan jaringan yang rusak. Gerakan jaringan yang rusak berkurang oleh karena adanya nyeri, pada gilirannya hal tersebut memungkinkan proses
Apabila space kurang dapat dilanjutkan di halaman lain
WORK SHEETFARMAKOTERAPI 1
penyembuhan berjalan dengan baik. Bila lesi atau kerusakan jaringan sembuh, biasanya diiringi dengan hilangnya rasa nyeri.
Nyeri neuropatik yaitu nyeri yang disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada system saraf. Nyeri tipe ini sering ditemui pada penderita diabetes mellitus, nyeri pasca herpes, dan sebagainya.
Nyeri psikogenik yaitu nyeri yang dikeluhkan tanpa terdeteksi adanya kelainan organic. Nyeri ini biasa disebut nyeri fungsional karena timbulnya nyeri tersebut disebabkan abnormalitas atau gangguan fungsi system saraf, yang berupa peningkatan sensitivitas terhadap berbagai stimulus. Contoh : fibriomialgia, nyeri kepala tegang otot
3. Terapi non farmakologi:
Ada berbagai cara untuk menghilangkan nyeri, hal ini tergantung dari nyeri yang
dirasakan. apakah nyeri akut atau nyeri kronis. Yaitu sebagai berikut :
a) Stimulasi kutaneus
Stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri,
bekerja dengan cara mendorong pelepasan endorfin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri.
Cara lainnya adalah dengan mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar
dan lebih cepat, sehingga menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan A-delta berdiameter
kecil sekaligus menutup gerbang sinap untuk transmisi impuls nyeri.
b) Distraksi
Distraksi merupakan metode penatalaksanaan nyeri nonfarmakologis dengan cara
mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain dan dengan demikian menurunkan kewaspadaan
terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
c) Bimbingan antisipasi
Bimbingan antisipasi merupakan metode memodifikasi secara langsung cemas yang
berhubungan dengan nyeri menghilangkan nyeri dan menambah efek tindakan untuk
menghilangkan nyeri yang lain. Cemas yang sedang akan bermanfaat jika klien mengantisipasi
pengalaman nyeri.
d) Biofeedback
Biofeedback merupakan terapi prilaku yang dilakukan dengan memberikan individu
informasi tentang respon fisiologis (misal, tekanan darah atau ketegangan) dan cara untuk
meletih otot volunter terhadap respon tersebut. Terapi ini digunakan untuk menghasilkan
relaksasi dalam dan sangat efektif untuk mengatasi keteganagn otot dan nyeri kepala migren.
Apabila space kurang dapat dilanjutkan di halaman lain
WORK SHEETFARMAKOTERAPI 1
e) Hipnosys
Hipnosis dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
Suatu pendekatan kesehatan holistik, hipnosis menggunakan sugesti diri dan kesan tentang
perasaan yang rileks dan damai. Individu memasuki keadaan rileks dengan menggunakan
berbagai ide fikiran dan kemudian kondisi-kondisi yang menghasilkan respon tertentu bagi
mereka.
f) Stimulasi saraf elektrik transkutaneus
Terapi ini dilakukan dengan cara stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus listrik
ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar. Terapi ini dilakukan berdasarkan resep dokter.
g) Mengurangi persepsi diri
Mengurangi persepsi nyeri merupakan salah satu cara sederhana untuk meningkatkan
rasa nyaman ialah membuang atau mencegah stimulus nyeri. Hal ini terutama penting bagi klien
yang imobilisasi atau tidak mampu merasakan sensasi kenyamanan. Nyeri dapat dicegah dengan
mengantisipasi kejadian yang menyakitkan.
h) Relaksasi
Relaksasi otot-otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan
otot yang menunjang nyeri. Tekhnik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan
frekuensi lambat berirama. Periode relaksasi dapat membantu melawan keletihan dan ketegangan
otot yang terjadi dengan nyeri kt\ronis dan yang meningkatkan nyeri.
i) Sentuhan terapeutik
Pendekatan ini menyatakan bahwa paad individu yang sehat, terdapat ekuilibrum antara
aliran energi di dalam dan di luat tubuh. Sentuhan terapeutik meliputi penggunaan tangan untuk
secara sadar melakukan pertukaran energi. Proses ini berlamgsung 25 menit.
j) Accupresure
Accupresure memungkinkan alur energi yang terkongesti untuk meningkatkan kondisi
yang lebih sehat. Perawat ahli terapi mempelajari alur energi atau meridian tubuh dan memberi
takanan pada titik-titik tertentu di sepanjang alur. Sesuai dengan teori obat Asia yang
menyatakan bahwa suatu kekuatan kehidupan dalam bentuk energi bersirkulasi di seluruh tubuh
dalam siklus yang didefinisikan dengan benar.
Apabila space kurang dapat dilanjutkan di halaman lain
WORK SHEETFARMAKOTERAPI 1
4. Terapi farmakologi (akan dibahas lebih lanjut pada kuliah Dr.Rita Suhadi, Apt.):
a. Golongan Non-Opioid
Golongan & Nama Obat Waktu Paruh Range Dosis Normal Dosis
Maksimal
Golongan Salisilat
Asam Asetilsalisilat /
Aspirin
Magnesium Anhidrat
Diflunisal (Dolobid)
0.25 jam
-
8-12 jam
325-1000 mg tiap 4-6 jam
304-607 mg tiap 4 jam
607-934 mg tiap 6 jam
Awal 500-1000 mg
Dilanjutkan 250-500 mg
tiap 8-12 jam
4000 mg / hari
3738 mg / hari
1500 mg / hari
Golongan Para-
Aminophenol
Acetaminophen /
Paracetamol
2-3 jam
325-1000 mg tiap 4-6 jam 4000 mg / hari
Golongan Fenamat
Meclofenamat
Asam Mefenamat
0.8-2.1 jam
2 jam
50-100 mg tiap 4-6 jam
Awal 500 mg
Dilanjutkan 250 mg tiap 6
jam (maksimal 7 hari)
400 mg / hari
1000 mg / hari
Golongan
Pyranokarboksilat
Etodolac 7.3 jam
200-400 mg tiap 6-8 jam 1000 mg / hari
Golongan Asam Asetat
Kalium Diklofenak
(Cataflam)
1.9 jam Pada beberapa pasien,
awal diberi 100 mg,
dilanjutkan 50 mg 3 kali
sehari
150 mg / hari
Golongan Asam
Propionat
Ibuprofen 2-2.5 jam
200-400 mg tiap 4-6 jam 3200 mg / hari
atau 2400 mg /
Apabila space kurang dapat dilanjutkan di halaman lain
WORK SHEETFARMAKOTERAPI 1
Fenoprofen
Ketoprofen
Naproxen
Natrium Naproxen
3 jam
2 jam
12-17 jam
12-13 jam
200 mg tiap 4-6 jam
25-50 mg tiap 6-8 jam
Awal 500 mg
Dilanjutkan 500 mg tiap
12 jam atau 250 tiap 6-8
jam
Pada beberapa pasien,
awal 440 mg
Dilanjutkan 220 mg tiap
8-12 jam
hari (untuk
beberapa pasien)
1200 mg/ hari
(untuk obat
OTC)
3200 mg / hari
300 mg / hari
1000 mg / hari
660 mg / hari
Golongan Asam
Karboksilat Pyrrolizine
Ketorolac (parenteral)
Ketolorac (oral);
pengobatan lanjutan
setelah parenteral
5-6 jam
5-6 jam
30-60 mg (dosis tunggal
IM)
15-30 mg (dosis tunggal
IV)
15-30 mg tiap 6 jam,
maksimal 5 hari
10 mg tiap 4-6 jam;
maksimal 5 hari termasuk
pengobatan parenteral
Pada beberapa pasien,
dosis awal sebesar 20 mg
30-60 mg / hari
15-30 mg / hari
60-120 mg / hari
40 mg / hari
Golongan Inhibitor
Siklooksigenase-2
Celecoxib 11 jam Awal 400 mg diikuti
dengan 200 mg, lalu 200
mg 2 kali sehari
400 mg / hari
Apabila space kurang dapat dilanjutkan di halaman lain
WORK SHEETFARMAKOTERAPI 1
b. Golongan Opioid
Golongan & Nama Obat Rute Dosis Onset | Waktu Paruh
Golongan Fenateren (morphine-
like agonis)
Morfin
Hidromorfon (Dilaudid)
Oxymorfon
Levorfanol
Codeine
Hydrocodone
Oxycodone
IM
PO
IM
PO
IM
Rectal
PO
IM (akut)
PO (akut)
IM (kronis)
PO (kronis)
IM
PO
PO
PO
10 mg
30 mg
1.5 mg
7.5 mg
1 mg
5 mg
10 mg
2 mg
4 mg
1 mg
1 mg
15-30 mg
15-30 mg
5-10 mg
20-30 mg
10-20 menit | 2 jam
10-20 menit | 2-3 jam
10-20 menit | 2-3 jam
10-20 menit | 12-16
jam
10-30 menit | 3 jam
30-60 menit | 4 jam
30-60 menit | 2-3 jam
Golongan Fenilpiperidin
(meperidine-like agonis)
Meperidine (Demerol)
Fentanil (Sublimaze, Duragesic)
IM
PO
IM
Transdermal
Buccal,
transmucosal
75 mg
50-150 mg (tidak
direkomendasikan)
0.1 mg
25 mcg/jam
Variasi
10-20 menit | 3-4 jam
7-15 menit | 3-4 jam
Golongan Difenilheptan
Apabila space kurang dapat dilanjutkan di halaman lain
WORK SHEETFARMAKOTERAPI 1
(methadone-like agonis)
Methadone (Dolophine)
Propoxyfen
IM (akut)
PO (kronis)
IM (akut)
PO (kronis)
PO
Variasi
65 mg
30-60 menit | 12-190
jam
30-60 menit | 6-12 jam
Golongan Derivat Agonis-
Antagonis
Pentazocine (Talwin)
Butorfanol (Stadol)
Nalbufin (Nubain)
Buprenofin (Buprenex)
IM
PO
IM
Intranasal
IM
IM
Tidak
direkomendasikan
50 mg
2 mg
1 mg (1 spray)
10 mg
0.4 mg
15-30 menit | 2-3 jam
10-20 menit | 3-4 jam
< 15 menit | 5 jam
10-20 mg | 2-3 jam
Golongan Antagonis
Naloxone (Narcan) IV 0.4-2 mg 1-2 menit (IV
2-5 menit (IM) | 0.5-
1.3 jam
Golongan Analgesik Sentral
Tramadol (Ultram) PO 50-100 mg <60 menit | 5-7 jam
Apabila space kurang dapat dilanjutkan di halaman lain
WORK SHEETFARMAKOTERAPI 1
5. Patofisiologi arthritis dan klasifikasinya:
1. Reumatoid Arthritis
Patofisiologinya:
Adanya disregulasi komponen humoral dan dimediasi sistem imun (kebanyakan pasien
menghasilkan antibody yang disebut sebagai factor rheumatoid)
↓
Ig mengaktivasi sistem komplemen yang melipat gandakan respon imun dengan
meningkatkan kemotaksis, fagositosis, dan pelepasan limfokin oleh sel mononuclear
yang kemudian disajikan kepada sel T. Antigen yang diproses dikenali oleh protein MHC
pada permukaan limfosit yang berakibat pada aktivasi sel T dan B
↓
Sel T yang teraktivasi akan menghasilkan sitotoksin yang secara langsung berdampak
toksik bagi jaringan, dan menghasilkan sitokin(TNF,IL-1,IL-6) yang menstimulasi
inflamasi. Makrofag juga akan teraktivasi untuk melepaskan prostaglandin dan sitotoksin
↓
Sel B yang teraktivasi akan menghasilkan sel plasma, yang membentuk antibody. Jika sel
B bergabung bersama dengan komplemen maka akan terjadi akumulasi PMN. PMN akan
melepaskan sitotoksin,radikal bebas oksigen, dan radikal hidroksil yang berakibat pada
kerusakan seluler pada sinovium dan tulang
↓
Adanya substansi vasoaktif (histamine,kinin, dan prostaglandin) yang dilepaskan ke
pembuluh darah pada daerah yang terjadi inflamasi akan meningkatkan aliran darah dan
premeabilitas pembuluh darah. Hal ini akan mengakibatkan edema, rasa hangat,
erythema, rasa sakit, dan granulosit akan mudah keluar dari pembuluh darah menuju
tempat inflamasi
↓
Inflamasi kronik pada jaringan lapisan synovial kapsul sendi menghasilkan proliferasi
jaringan (bentuk pannus). Pannus menyerang kartilago dan permukaan tulang,
menghasilkan erosi tulang dan kartilago serta menyebabkan destruksi sendi. Hasil akhir
adalah hilangnya ruang sendi, pergerakan sendi, fusi tulang (ankilosis), dislokasi sendi,
penyusutan tendon, dan kelainan bentuk yang kronik
Apabila space kurang dapat dilanjutkan di halaman lain
WORK SHEETFARMAKOTERAPI 1
2. Osteoarthritis
Patofisiologinya :
Pada awal OA, kandungan air pada kartilago meningkat (akibat kerusakan jaringan kolagen )
↓
Terjadi perubahan pada komposisi glikosaminoglikan (peningkatan keratin sulfat dan penurunan
rasio kondroitin 4-sulfat terhadap kondroitin 6-sulfat). Perubahan ini akan menggangu interaksi
kolagen-proteoglikan pada kartilago
↓
Tulang subkondrial mengalami pergantian dengan cepat (peningkatan oateoklast dan osteoblast).
Selanjutnya terjadi pelepasan peptide vasoaktif yang berhubungan dengan matrix
metalloproteinase, neovaskularisasi, ddan peningkatan permeabilitas kartilago dimana peristiwa
ini akan menyebabkan degradasi kartilago yang pada akhrinya kartilago akan menghilang
(timbul rasa sakit)
↓
Fibrilasi, robeknya kartilago yang tidak mengandung kalsium, akan mengekspos bagian dalam
tulang sehingga menyebabkan mikrofaktur pada tulang subkondral. Selanjutnya kartilago akan
tererosi, meninggalkan tulang subkondral.
↓
Mikrofaktur yang terjadi, akan mengakibatkan produksi callus dan osteoid
3. Gout dan Hiperurisemia
Pada manusia, asam urat merupakan produk akhir dari degradasi purin. Gout dan
Hiperurisemia terjadi dikarenakan produksi asam urat yang berlebih. Purin yang menghasilkan
asam urat dapat berasal dari 3 sumber, yaitu dapat diperoleh dari makanan, konversi asam nukleat
jaringan menjadi nukleotida purin dan sintesis de novo basa purin.Rata-rata orang memproduksi
600-800mg asam urat setiap hari. Purin yang berasal dari makanan tidak berperan penting dalam
pembentukan hiperurisemia dalam ketidakadaan beberapa kekacauan metabolisme dan eliminasi
Apabila space kurang dapat dilanjutkan di halaman lain
WORK SHEETFARMAKOTERAPI 1
purin. Akan tetapi, modifikasi diet penting bagi pasien yang memiliki masalah dalam
meningkatkan gejala hiperurisemia.
Ketidaknormalan dalam sistem enzim yang mengatur metabolisme purin dapat
menyebabkan overproduksi asam urat. Peningkatan aktivitas fosforibosil pirofosfat (PRPP)
sintetase menyababkan peningkatan konsentrasi PRPP, penentu sitesis purin dan menyebabkan
produksi asam urat. Defisiensi hipoxantin-guanin fosforibosil ttransferase(HGPRT) dapat pula
menyababkan overproduksi asam urat. HGPRT bertanggung jawab terhadap perubahan guanin
menjafi asam guanilat dan hipoxantin menjadi asam inosinat. Dua perubahan ini memerlukan
PRPP sebagai ko-substrat dan merupakan reaksi pemanfaatan penting yang terlibat dalam sintesis
asam nukleat. Defisiensi enzim HGPRT menyebakan peningkatan mtabolisme guanin dan
hipoxantin menjadi asam urat dan lebih banyak PRPP yang beriteraksi dengan gutamin pada awal
jalur purin. Tidak adanya HGPRT menyababkan sindrom Lesch-Nyhan pada anak-anak yang
mempunyai karakter koreoatetosis, spastisitas, peurunan mental, dan produksi asam urat yang
berlebihan.
Sekitar dua pertiga asam urat yang dihasilkan disekresikan melalui urin. Sisanya
dieliminasi melalui saluran gastrointestinal setelah degridasi enzimatik oleh bakteri usus.
Penurunan eksresi asam urat melalui urin menjadi di bawah kecepatan produksinya menyebabakan
hperurisemia dan peningkatan sodium urat.
Pendekatan secara patologis terhadap hiperurisemia membutuhkan penetuan apakah
pasiean overproduksi atau underekresi asam urat. Individu yang mengekresiakan lebih dari
600mg dalam masa diet bebas purin selama 3-5 hari dianggap overproduksi. Indivdu dengan
hiperurisemia yang mengekresi kurang dari 600mg asam urat dalam 24 jam dalam masa diat
bebas purin diklasifikasikan sebagai underekresi asam urat. Akn tetapi dalam diet reguler ekresi
lebih dari 1000mg selama 24 jam menunkjukkan overproduksi; kurang dari jumlah ini
kemugkinan normal.
4. Osteoporosis
Patofisiologi osteoporosis tergantung pada jenis kelamin, usia dan adanya penyebab
sekunder. Keropos tulang dipercepat selama perimenopause dan postmenopause. Hasil dari
peningkatan resorpsi terutama sebagai akibat dariproduksi hormon ovarium , khususnya estrogen .
Defisiensi estrogen meningkatkan proliferasi , diferensiasi , dan aktivasi baru osteoklas dan
Apabila space kurang dapat dilanjutkan di halaman lain
WORK SHEETFARMAKOTERAPI 1
memperpanjang kelangsungan hidup osteoclasts. Kepadatan tulang yang hilang secara signifikan.
Trabeculartulang yang paling rentan menyebabkan patah tulang belakang dan pergelangan tangan.
Pria memiliki risiko yang lebih rendah terkenaosteoporosis dan osteoporosis fraktur
karena ukuran tulang yang lebih besar , puncak massa tulang yang lebih besar dan lebih sedikit
falls.Osteoporosis terjadi pada manula terutama sebagai akibat dari kekurangan hormon , kalsium ,
dan vitamin D yang mengarah ke tingkat turnover tulang dalam kombinasi dengan mengurangi
osteoblas pembentukan tulang . Risiko patah tulang pinggul meningkat secara dramatis di senior
sebagai konsekuensi dari kerugian kumulatif dari tulang kortikal dan trabekular dan peningkatan
risiko untuk jatuh. Penyebab sekunder yang paling umum untuk osteoporosis adalah kekurangan
vitamin D dan terapi glukokortikoid
6. Terapi non farmakologi arthritis:
Osteoporosis
1. Semua individu harus memiliki menu yang seimbang dengan asupan kalsium dan vitamin D yang mencukupi. Jika asupan makanan tidak mencukupi, diperlukan suplemen kalsium.
2. Kopi dapat menghasilkan peningkatan eksresi kalsium, meskipun hanya kecil efeknya. Namun efek ini dapat diimbangi oleh peningkatan asupan kalsium.
3. Hindari rokok karena dapat menurunkan densitas mineral tulang yang dapat meningkatkan resiko fraktur.
4. Aerobic latihan beban dan olahraga yang memperkuat tubuh dapat mencegah hilangnya massa tulang dan mengurangi fraktur.
Osteoarthritis
1. Memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakit, prognosis, dan pendekatan manajemennya. Diperlukan juga konseling diet untuk pasien yang kelebihan berat badan
2. Terapi fisik dengan pengobatan panas atau dingin dan program olahraga dapat membantu menjaga dan mengembalikan rentang pergerakan sendi dan mengurangi rasa sakit dan spasmus otot.
3. Alat bantu dan ortotik seperti tongkat, alat pembantu berjalan, alat bantu gerak, heel cups, dan insole dapat digunakan selama olahraga atau aktivitas harian.
4. Prosedur terapi diindikasikan untuk pasien dengan rasa sakit parah yang tidak memberikan respon terhadap terapi konservatif atau rasa sakit yang menyebabkan ketidakmampuan fungsional substansial dan mempengaruhi gaya hidup. Contohnya
Apabila space kurang dapat dilanjutkan di halaman lain
WORK SHEETFARMAKOTERAPI 1
adalah osteotomi, pengangkatan sendi, penghilangan osteofit, artroplasti parsial atau total,joint fusion.
GOUT dan Hiperurisemia
1. Mengurangi konsumsi makanan yang tinggi mengandung purin ( contoh : daging daging organ)
2. Menghindari konsumsi alcohol3. Menurunkan berat badan bila obesitas
Rheumatoid arthritis
1. Memberikan edukasi mengenai penyakit, serta mengenai keuntungan dan pembatasan terapi
2. Istirahat yang cukup dan mengurangi berat badan jika obesitas3. Terapi fisik dan penggunaan alat pembantu dapat membantu menjaga fugsi sendi4. Pasien dengan penyakit yang parah dapat mendapatkan keuntungan dari prosedur terapi
seperti tenosinovektomi, perbaikan tendon, dan penggantian sendi.
7. Terapi farmakologi arthritis:Rhematoid ArthritisObat Antirematik
Obat Dosis
Methrotrexate Oral / IM : 7,5-15 mg tiap minggu
Leflunomide Oral : 100 mg sehari selama 3 hari, lalu 10-20 mg sehari;
atau 10-20 mg sehari tanpa loading dose
Hydroxychloroquine Oral : 200-300 mg 2 kali sehari, setelah 1-2 bulan dapat
diturunkan menjadi 200 mg 2 kali sehari atau 1 kali sehari
Sulfasalazine Oral : 500 mg 2 kali sehari, lalu dinaikkan hingga 1 gram 2
kali sehari
Etanercept Subkutan : 50 mg tiap minggu
Infliximab IV : 3 mg / kg saat 0, 2, dan 6 minggu; lalu dilanjutkn tiap
8 minggu
Adalimumab Subkutan : 40 mg tiap 2 minggu
Anakinra Subkutan : 100 mg tiap hari
Rituximab 1000 mg 2 kali tiap 2 minggu
Abatacept BB < 60 kg 500 mg
Apabila space kurang dapat dilanjutkan di halaman lain
WORK SHEETFARMAKOTERAPI 1
BB 60-100 kg 750 mg
BB > 100 kg 1000 mg
Auranofin Oral : 3 mg sekali sehari / 2 kali sehari
Gold thiomate IM : 10 mg test dose, lalu seminggu 25-50 mg, setelah ada
respon, dosis dapat dinaikkan
Azathioprine Oral : 50-150 mg sehari
D-Penicillamine Oral : 125-250 mg sehari, maximal 750 mg
Cyclophosphamide Oral : 1-2 mg/kg/hari
Cyclosporine Oral : 2,5 mg/kg/hari
Corticosteroids Oral, IV, IM, IA, dan injeksi jaringan : bervariasi
Obat NSAIDObat Dosis Dewasa Dosis Anak Aturan Pakai
Aspirin 2,6-5,2 g 60-100 mg/kg 4 kali sehariCelecoxib 200-400 mg 1-2 kali sehariiDiklofenak 150-200 mg 3-4 kali sehari
Tablet extended release 2 kali sehari
Diflunisal 0,5-1,5 g 2 kali sehariEtodolak 0,2-1,2 g (maksimal
20 mg/kg)2-4 kali sehari
Fenoprofen 0,9-3,0 g 4 kali sehariFlubiprofen 200-300 mg 2-4 kali sehariIbuprofen 1,2-3,2 g 20-40 mg/kg 3-4 kali sehariIndomethacin 50-200 mg 2-4 mg/kg
(maksimal 200 mg)2-4 kali sehariTablet extended release 1 kali sehari
Meclofenamat 200-400 mg 3-4 kali sehariMeloxicam 7,5-15 mg 1 kali sehariNabumetone 1-2 g 1-2 kali sehariNaproxen 0,5-1,0 g 10 mg/kg 2 kali sehari
Tablet extended release 1 kali sehari
Natrium Naproxen 0,55-1,1 g 2 kali sehariNonacetylated salicylates
1,2-4,8 g 2-6 kali sehari
Oxaprozin 0,6-1,8 g (maksimal 26 mg/kg)
1-3 kali sehari
Piroxicam 10-20 mg 1 kali sehariSulindac 300-400 mg 2 kali sehariTolmetin 0,6-1,8 g 15-30 mg/kg 2-4 kali sehari
Apabila space kurang dapat dilanjutkan di halaman lain
WORK SHEETFARMAKOTERAPI 1
OsteoarthritisGolongan & Nama Obat Dosis Dosis
MaksimalGolongan AnalgesikAcetaminophenTramadolAcetaminophen/Codein
Acetaminophen/Oxycodone
Capsaicin 0,025% / 0,075%
325-650 mg tiap 4-6 jam / 1 g 3-4 kali sehari50-100 mg tiap 4-6 jam300-1000 mg / 15-60 mg tiap 4 jam jika diperlukan325-650 mg / 2,5-10 mg tiap 6 jam jika diperlukanDiaplikasikan pada sendi yang sakit 3-4 kali sehari
4000 mg/hari400 mg/hari
4000 mg atau 360 mg
4000 mg atau 40 mg
Suplemen NutrisiGlucosamine HCL / chondroitin sulfat
500 mg / 400 mg 3 kali sehari 1500 mg atau 1200 mg perhari
NSAID
Salisilat TerasetilasiAspirin
Salisilat Non-TerasetilasiSalsalateDiflunsialCholine SalisilatMagnesium Choline Salisilat
Asam AsetatEtodolacDiklofenakIndometacin
KetorolakNabumetone
Asam PropionatFenoprofenFlubiprofenIbuprofenKetoprofenNaproxenNatrium NaproxenOxiprozin
325-650 mg tiap 4-6 jam untuk nyeri; dosis antiinflamasi diawali 3600 mg sehari pada dosis terbagi
500-1000 mg 2-3 kali sehari500-1000 mg 2 kali sehari500-1000 mg 2-3 kali sehari500-1000 mg 2-3 kali sehari
800-1200 mg per hari dosis terbagi100-150 mg per hari dosis terbagi25 mg 2-3 kali sehari; 75 mg sustained release 1 kali sehari10 mg tiap 4-6 jam500-1000 mg 1-2 kali sehari
300-600 mg 3-4 kali sehari200-300 mg 2-4 kali sehari1200-3200 mg 3-4 kali sehari150-300 mg 3-4 kali sehari250-500 mg 2 kali sehari275-550 mg 2 kali sehari600-1200 mg 1 kali sehari
3600 mg / hari
3000 mg / hari1500 mg / hari3000 mg / hari3000 mg / hari
1200 mg / hari200 mg / hari200 mg / hari; 150 mg / hari40 mg / hari
2000 mg / hari
3200 mg / hari300 mg / hari3200 mg / hari300 mg / hari1500 mg / hari1375 mg / hari1800 mg / hari
Apabila space kurang dapat dilanjutkan di halaman lain
WORK SHEETFARMAKOTERAPI 1
FenamatMeclofenamatAsam Mefenamat
OxicanPiroxicamMeloxicam
CoxibsCelecoxib
200-400 mg 3-4 kali sehari250 mg tiap 6 jam
10-20 mg 1 kali sehari7,5 mg 1 kali sehari
100 mg 2 kali sehari; 200 mg 1 kali sehari
400 mg / hari1000 mg / hari
20 mg / hari15 mg / hari
200 mg (400 mg untuk RA) per
hari
Apabila space kurang dapat dilanjutkan di halaman lain