Download - notulensi seminar isis.pdf
SILATURAHIM MENTERI AGAMA - PIMPINAN ORMAS ISLAM
& SEMINAR NASIONAL SEHARI
Fenomena Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) Bagi NKRI
Dan Islam Rahmatan Lil’alamin
9 Agustus 2014
Pembukaan
MC: Lily Rahmawati
Sambutan Dirjen Bimas Islam
Assalamu’alaikum wr.wb
- Yth, Menteri Agama RI
- Pimpinan Ormas dst
- Alhamdulillah kita bisa mengikuti seminar ini.
- Dalam kesempatan yang berbahagia ini, perkenankan saya menyampaikan beberapa
pertimbangan.
- Next by Text
H. Lukman Hakim Saifuddin Menteri Agama RI
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bismilahirrohmanirrohim
Alhamdulillahirobbil’alamin ... amma ba’du
Yang terhormat
- Yang sata hormati, Ketua Umum MUI
- Yang saya hormati, Kepala BNPT
- Yang saya hormati jajaran dari Polri
- Yang saya hormai para pejabat eselon 1 kemenag
- Dan yang sata hormati pejabat eselon dua dan kepala kanwil sei indonesia
- Yang saya hormati para pemuka agama
- Hadiri sekalian yang berbahagia
Atanas nama Kemenag dan pribadi saya ingin menghaturkan selamat Idul fitri,
taqobbalallahu minna waminkum ..... saya sangat bersyukur kita bisa bertemu hari ini, ini
dimaksudkan untuk bersilaturahim dan berbagi informasi, pengetahuan terkait bagaimana kita
mensikapi isu belakangan ini, yaitu adanya gerakan dari luar yang membawa faham faham
tertentu yang dalam konteks keindonesiaan dan faham keagamaan mayoritas, ini langsung
maupun tidak bisa mengganggu, atau membawa dampak yang tidak baik, dalam
meningkatkan kualitas keagamaan di Indonesia, sekaligus dalam rangka menjaga keutuhan
NKRI.
ISIS sebagaimana yang kita ketahui, yang sekarang menjadi IS saja, secara formal sebagai
sebuah daulah Islamiyah, begitu dia mendeklarasikan dirinya, dideklarasi pada awal
Ramadhan. Mereka mengisis diskursus publik di dunia. Saya menyaksikan di televisi mereka
leluasa mengajak masyarakat Indonesia untuk mendukung gerakan radikal ini, itu pada 1
Syawal, saya menunggu respon resmi dari pemerintah, akhirnya 4 sywal saya bertelfon ke
Menkopolhukan, ternyata kita sama sama menunggu, karena awalnya saya kira ini sudah
menyangkut ancaman, sebagiknya jangan saya. Tapi ternyata bapak menkopolhukan meminta
saya yang mengeluarkan statement tentang ISIS ini, kemudian ada rapat khusus di kantor
Menkopolhukan. Karena ini isunya terkait faham keagamaan dan siangnya ditindaklanjuti
sidang kabinet terbatas yang dipimpin Bapak Presiden. Bagi kami, Kemenag, apa yang kita
saksikan kelompok radikal dan sangat militan, yang memakai agama sebagai justifikasi
gerakan mereka, bagi kami imi sangat serius, tidak hanya menganggu faham keagamaan, juga
merongrong sendi sendi kehidupan kita bernegara karena menganggu idiologi kita yaitu
Pancasilan dan binika tunggal ika. Maka memanfaatkan momentum syawal ini, selain ber
halal bi halal, kita bisa menyamakan persepsi kita, bagaimana kita mensikapi fenomena yang
marak ini.
Selain apa itu ISIS, saya meminta ke Polri agar memberi Peta dan memaparkan gerakan
radikal, tidak hanya ISIS. Substansinya adalah, bagaimana gerakan yang memabwa faham
tertentu dan bertentangan dengan faham kita, ini perlu disikapi. Ini sangat penting, kita perlu
mendengar statement dari pihak otoritatif, terutama dari BNPT yang telah melakukan kajian
khusus, diharapkan kita bisa melakukan penyatuan pemahaman. Lalu bagaimana kita bisa
melakukan penagalan sejak dini. Kita mempunyai banyak dai dan mubaligh yang secara
langsung bersentuhan dengan masyarakat.
Dan terahir kita hars membangun rencana aksi bersama dalam rangka menangani masalah ini.
Daam merespon isu ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan pengalihan isu. Memang
ada banyak berbagai kalangan merespon ini, ada yang menganggap Kemenag sudah tepat,
ada yang mengatakan berlebihan, pengalihan tentang palestin dan Pilpres. Saya tekankan,
tidak ada sama sekali kaitannya dengan itu. Ini harus diantisipasi dan diseriusi, apalagi sudah
secara langsung keberadaan NKRI dan Pancasila kita. Apapun alasan dan motifasinya, kalau
gerakan ini melakukan penetrasi dan sosiaslisasi di masyarakat maka dua kelompok yang
bertanggungjawab ini perlu memberi respon yang tegas. .... ada dua golongan yang kalau dua
duanya ini baik dalam menajalankan erannya, maka akan baiklah seluruh amsyarakat, dan
sebaliknya juga, maka bisa rusaklah komunitas itu, dua itu adalah Ulama dan Umara.
Maka saya bersyukur, ini disambut baik oleh MUI dan ormas Islam, mudah-mudahan
kedepan kta bisa menjaga hubungan ini terus baik. sehingga kedepan dengan kemajuan
teknologi yang memudahkan untuk dapat informasi, maka kita harus pintar dalam
membentengi diri. Oleh akrena dalam pertemuan ini: kita memahami peta, bagaimana
rekrutmen dan sosialisasi faham keagamaan mereka, bagaimana pendanaan, penggalangan
dan tidak kalah pentingnya adalah dengan konsep khilafah. Buat kami, mayoritas warga
Indonesia adalah islam, maka perlu kita fahami secara utuh, apakah relefan atau tidak. NU,
MD dan ormas lain tentu memiliki tanggungjawab yang sama untuk menjelaskan bagaimana
konsesi, urgensi dan relefansinya tentang khilafah.
Demikianlah beberapa hal yang ingin saya sampaikan, mudah-mudahan apa yang kita
lakukan mendapat ridho dari Allah. Demikian saya akhiri, wallahulmuwafiqu illa aqwamith
tharieq wassalamu’alaikum wr.wb
Keynote Speaker
Prof. Dr. Din Syamsuddin Ketua Umum MUI
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Para pimpinan kementerian Agama, jajaran POLRI dan petinggi
Izinkan saya mencoba memberikan perspektif sedikit akademik tentang apa yang perlu kita
lakukan bersama dalam hal pencegahan ISIS. Alhamdulilllah ISIS mempersatukan kita hari
ini. Saya tidak akan menjelaskan apa itu ISIS, karena sudah ada di media. Saya akan
langsung ke analisa. Kebetulan ini menjadi bidang di UIN Jakarta. Saya akan sampaikan
dalam 15 menit.
Saya awali dengan potret dunia Islam dan kehidupan umat Islam di berbagai negara yang
pada intinya, umat Islam baik secara global dan nasional, menghadapi masalha internal yang
ini merupakan warisan sejarah yang panjang. Dan setelah sekian lama belumd apat
berkonsolidasi. Oleh karena itu ada persoalan internal umat Islam, ada faktor2 on agama yang
dapat mendorong radikalisme, baik terkait kesenjangan politik, ekonomi dan pendidikan.
Sudah banyak karya2 yang mengupas radikalisme Islam yang disebabkan dari adanya
permasalah non agama. Ada faksionalisasi politik di negara-negara Islam. Di tambah lagi ada
ajaran Islam yang jika kita dalami potensial melahirkan perbedaan pendapat. Ada penafsiran
yang beragam tentang daulah, misalnya. Al-Qur’an tidak secara tegas memerintahkan
“mendirikan daulah”, tidak seperti perintah mendirikan sholat. Ada dua kali penyebutan
“daulah”, dalam bentuk kata benda dan kata kerja.
Daulah baru muncul setelah runtuhnya daulah umawiyah dan abbasiyah. Setelah lama runtuh,
kini mulai muncul diskursus daulah Islamiyyah. Begitu pula khilafah, adalah ajaran penting
dalam hadits. Tetapi sebagai institusi politik baru muncul pasca wafatnya rasulullah SAW.
Ada pihak yang ingin khilafah ini sebagai model bentu kekuatan Islam. Ibnu Kholdun, bapak
sosiologi dunia abad 15, mengkritik konsepsi khilafah. Bahwa khilafah dalam islam hanya
terjadi di masa khulafaurrasyidin. Setelah itu tidak lagi khilafah, yang ada hanyalah kerajaan,
makanya namanya umawiyah dan abbasiyah.
Saya lebih cenderung memaknai ‘khilafah” pada manusia dalam fungsinya sebagai khalifah,
pengurus dan penjaga dunia. Bahwa manusia memegang peran khalifah, mengatur dan
mengelola kehidupan dengan baik.
Dari dulu, perbedaan pendapat dalam Islam berdarah-darah. Kita mencatat bagaimana
perbedaan teologi dan fikih saja menjadi arena perbedaan yang sengit.
Terkait ISIS, kita harus sadari bahwa ini sebuah fenomena radikalisme Islam. Kita akui kita
ini punya OIC, tapi belum mampu mengkoonsolidasikan dunia Islam. Di Indonesia saja kita
begitu susah mengkoolidasi. Kita ini banyak memiliki ormas Islam, dan hanya 80 jut-an yang
mengikuti ormas. Yang belum tergabung ormas jumlahnya lebih banyak.
Selain faktor-faktor internal tadi, ada faktor eksternal mengapa dunia Islam tak terkoordinasi
dengan baik, menyebabkan kekuatan besar dunia akan saling mempengaruhi, akan saling
menguasai berbagai bidang dunia Islam. Apalagi dunia Islam sangat kaya raya. Krisis ini tak
terlepas dari krisis energi, maka akhirnya terjadi banyak konflik di dunia Islam yang
disebabkan adanya tarik menarik kepentingan ekonomi, seperti Afghanistan dan Irak yang
kaya minyak. Sayangnya Indonesia juga mulai mudah terpengaruh isu eksternal, diadu
domba.
Tapi kita tidka perlu mencari kambing hitam. Kita muhasabah. Maka, fenomena
fundamentalisme seperti al-Qaeda dkk, sebenarnya sudah ada di luar Islam sebelumnya. Ada
kajian tentang al-Qaeda, tentang Usama bin Laden, bahwa AS merekrut banyak pemuda
Islam dari berbagai dunia untuk dilatih di North Carolina untuk berjihad melawan Rusia di
Afghanistan. Ini siapa yang merekrut, termasuk anak-anak muda Indonesia? Kita harus jeli
melihat ini.
Yang digarisbawahi adalah, bahwa selama pelatihan anak-anak muda tersebut dikutip ayat-
ayat yang keras yang pada dasarnya salah ditempatkan. Ini yang patut kita waspadai.
Intinya, faktor-faktor internal harus kita perbaiki walau faktor eksternal juga tak kalah
besarnya. Kita harus berani mengkritik kelemahan dakwah kita, kita kritik khawarij. Ini
semua harus kita waspadai bersama.
pendukung ISIS di Indonesia itu-itu saja.
Rekomendasi saya:
1. Ini harus ada penyelesaian masalah dunia terkait dengan dunia islam, terutama konflik
Palestina-Israel. Karena konflik ini menmapilkan keadilan global. Saya ketemu
yokoh-tokoh Yahudi dunia dan saya smapaikan, bahwa maslaah Palestina ini harus
diselesaikan. Belum lagi masalah2 di Afghanistan dan suriah, kalau tidak selesai
maka radikalisme akan terus tumbuh. Selama barat masih bercokol di negara-negara
Islam, maka akan terus muncul gerakan-gerakan masalah kekerasna agama. Ini
sebenarnya masalah OKI, masalah presiden. Sayangnya, dunia Islam terpecah.
Terpecah antara sunni dan syiah. Saya kira ISIS juga ada masalah madzhab.
ISIS itu penjelmain lain dari radikaliems yang sudah ada.
2. Harus ada konsolidasi di dunia Islam sehingga sektarian2 di dunia Islam akan segera
selesai.
3. Membangun pandangan Islam yang moderat. Kita harus terus mendorong tumbuhnya
paham-paham rahmatan lilalamin, Islam yang mengedepankan damai. Indonesia harus
mengdepankan harmoni, damai dan toleran. Corak Islam di Indonesia ini kini harus
kita pertahankand an bahkan ditumbuhkan. Tapi harus dibantu dengan pemguatan
sosial-politik dan ekonomi. Orang-orang radikal itu ga mesti orang kaya, Usamah saja
sangat kaya, karena ia bersimpati terhadap apa yang menimpa dunia Islam.
4. Terhadap gerakan radikal ISIS di Indonesia, semua elemen harus bersatu pencegahan.
Ormas-ormas Islam tidak bisa bergerak sendiri karena tidak tahu ISIS ini siapa. Oleh
karena itu harus didukung oleh data Polri sehingga ormas Islam maksimal dalam
pencegahan. Ormas Islam berkomitment untuk pencegahan radikalisme.
Ada alumni Afghanistan dan juga alumni Gontor, datang ke saya meminta
dipertemukan dengan Mabes Polri untuk berkomunikasi dengan 3000an alumnus
afghan. Kami harus dibagi datanya, BNPT dan Polri harus memberi data kepada
kami. Jangan-jangan ada dis ekitar kami. Jika kami tahu datanya, insya allah dapat
kami lakukan pembinaan.
Kita bisa bekerjasama dalam hal pencegahan. Mana grup Poso, Grup Bima, grup
Aceh, dll. Ormas Islam perlu dilibatkan maksimald alam penanggulangan
radikalisme.
Boleh jadi ormas Islam lebih dapat masuk ke dunia mereka.
Saya menanggapi ISIS ini serius tapi rileks. Ini barang lama dengan bentuk baru. Kita
lakukan penanggulangan sistematis dan komperehensif. Kita harus tangani dari awal
dan paling dasar. Harus lebih konkrit lagi langkah-langkah kita.
Saya maunya ada diplomasi Indonesia dengan barat untuk menghentikan berbagai
kekerasan terhadap dunia Islama. Ini karena Indonesia negara muslimterbesar.
Saya berharap BNPT itu ad hoc, tidak selamanya. Tapi kami berkomitment untuk
membangun sinergi dengan pemerintah. Pemerintah harus memberi dukungan
terhadap Ormas Islam.
Mudah-mudahan kita tidak lagi disibukan dengan ISIS karena dapat segera selesai.
Saya kira sekian,
Wassalamu’alaikum WR. Wb.
SESSI I (10.15-12.15)
“Memahami Peta Radikalisme Agama dan Pencegahannya di Indonesia”
Moderator; Asrori S. Karni
Komjen Suparni Kepala Badan Intelkam Mabes Polri
PROFIL DAN PETA ISIS DI INDONESIA
- Tujuan ISIS membentuk Negara Islam di Timteng, dan mengkofirkan di luar
kelompoknya.
- Profil ISIS, sempalan Alqaida. Menurut Snowden, ISIS bentukan intelijen 3 negara,
AS, Inggris, dan Israel.
- Pimpinannya, Abu bakar al-baghdadi (42 th), Doktor Ahli Ideologi Univ Sains Islam
baghdad.
- Pergerakan ISIS, tgl 12 dan 14 Juni telah membunuh bbrp Ulama Sunni dan
menghancurkan Makam Nabi Yunus
- Perjuangan ISIS di Indonesia;
1. Menghalal Fa’i (merampas harta org yg dianggap kafir) utk perjuangan mrk
2. Kekhalifahan bergerak membabibuta
3. Bagi yg tdk setuju, halal dibunuh
- Perkembangan dukungan thdp ISIS
1. Terjadi bbrp Bait di bbrp tempat.
2. Deklarasi-deklarasi dukungan. Di Masjid fathullah UIN, 8 Feb 2014. Di Kampus UIN
Ciputat oleh FAKSI
- Perkembangan dukungan;
1. Ada video ajakan bergabung (youtube), dilakukan oleh Bahrumsyah (Alumni UIN Jkt
DO) asal Bogor.
2. Penggalangan dana
3. Perayaan kemenangan ISIS
4. Temuan gambar grafiti simbol ISIS
5. Pemberangkatan kelompok Mujahidin
Ansyad Mbaai Kepala BNPT
- Radikalisme punya 2 anak kandung; yg teroris dan tdk teroris.
- Radikalisme = perubahan cepat dg jalan kekerasan (violence)
- Menurut Wahid Inst dan Maarif Inst.;
- 1. Mengkalim kelompoknya yg paling benar;
- 2. Merasa ideologinya yg paling benar;
- 3. Memaksa dan menghakimi yg berbeda pandangan dg mrk
- Kesalahan terbesar kita dlm penanggulangan terorisme adalah menganggap hanya
Polisi yang melawan mereka. Padahal, mestinya semua unsur masyarakat juga
menunjukkan sikap yg sama sprti polisi.
- Ada anekdot dr seorang ustadz, sikap radikal yg menjangkit di masyarakat akibat
Surga dijual teralu murah.
- Penyebab munculnya Radikalisme;
1. Umumnya menunjuk pada kemiskinan, pendidikan, marjinalisasi, otoritarian, standar
ganda negara maju.
2. Menurut Louis Richardson, banyak teori yg menjelaskan tp tdk single factor, antara
lain: disaffected minority (root causes), enabling group, dan legitimizing ideology.
- Menurut Syekh Naji Ibrahim dan Syekh Ali Halabi, disebabkan 2 faktor:
1. Paham Takfiri (pengkafiran)
2. Paham ekstrim ttg Jihad
- Jaringan Islamiyah di Indonesia merupakan copy-habis dr JI di Mesir.
- Takfiri disepakati dg jalan Ijma’ Ulama.
- Jihad perang bisa diterima bila sdh mnjadi keputusan negara.
- ISIS pd awalnya berarti islamic State in Iraq and Syam (meliputi Syiria, Palestina,
Yordania dsktrnya), bkn “Syiria”.
- ISIS bertujuan sama dg Alqaeda. Strateginya, perangi kaum murtadiin dan
munafiqiin.
- Yang menarik, sebagian birokrat kepolisian bisa direkrut oleh kalangan radikal ini.
Pengaawal ABB adalah eks-Polri, bgtu jg pimpinan radikal di Poso adalah desertir
Polisi, yang nama aslinya adalah Sabar Subarja.
- Strategi politik penanggulan terorisme;
1. Ketegasan sikap Pemerintah dan DPR
2. Perlu segera dibangkitkan kesadaran para pemimpin bangsa (Pemerintah dan
Pemimpin Islam Moderat) ttg adanya ancaman serius radikalisme
3. Gelorakan Islam damai (Islam rahmatan lil ‘alamin)
4. Sinergi pemimpin Islam moderat dg aparat penegak hukum utk menangguangi
radikalisme.
- Penanganan secara hukum:
1. Perlu UU perlindungan ideologi negara;
2. Memperkuat UU Anti Teror
3. Tegakkan UU kewarganegaraan (pasal 23 (f) UU No. 12/Th. 2006): “WNI kehilangan
WN jika yg brsangkutan scr sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji
kepada negara lain”.
DIALOG
Penanya 1:
Penanya 2:
1. Ada fenomena penggunaan Bendera ISIS di daerah ...
2. Ada gejala pelibatan anak2 muda oleh kelompok2 radikal
Ansyad:
- Pemerintah tdk berencana menghidupkan kembali UU Subversif, ada UU lain yg bs
dimanfaatkan.
- Tidak ada kepentingan negara utk menjadikan kasus radikalisme sbg proyek negara.
Polri
- Polisi melakukan tindakan sebuah kasus dengan payung hukum (UU).
- Polisi membutuhkan peran para ulama utk menjelaskan soal pemahan jihad dan
seterusnya utk menangkal sikap radikalisme.
CATATAN MODERATOR
- Radikalisme adalah dinamika global, tp jg punya kondisi kondusif utk menyebarnya
faham ini.
- Pencegahan hrs diutamakan dg penyiapan UU
- Pencegahan dilakukan scr simultan dan terus-menerus.a
Sesi II (13.10-15.30)
Moderator: Imdadurrahman
“ISIS, Gerakan Kekhalifahan Islam Global dan Tantangan bagi NKRI dan Islam
Rahmatan lil Alamin”
KH. Masdar F.Mas’udi
Rais Syuriah PBNU
1. Muara dari kekuasaan adalah posisi tertinggi di dalam negara, atau dalam konteks
sejarah peradaban Islam lazim disebut khalifah
2. diskursus mengenai kekuasaan dalam sejarah Islam, perlu dipahami lebih
komprehensif, karena bicara kekuasaan dalam konteks Islam relatif tabu
3. kepustakaan fiqh siyasah sangat sedikit dalam literatur Islam. Yang paling populer
adalah Kitab al-ahkam al-sulthaniyah yg ditulis oleh Imam al-Mawardi, itupun sambil
berpesan agar kitab tersebut tidak disebarkan sebelum beiau meningal, agar tidak
menjadi fitnah. Karena bicara tentang kekuasaan memang merupakan sesuatu yang
tabu.
4. Oleh karena itu fiqh siyasah dalam dunia Islam selalu dibuat dalam dimensi hitam
putih. Belum ada konstruk yang jelas. Dan hal tersebut terus berlangsung sampai era
dunia modern di dunia timur tengah saat ini.
5. Karena hitam putih itulah, kenapa ketika ada isu kekuasaan mucul, selalu ditanggapi
dengan emosional. Baik emosional menerima maupun semosional menolak.
6. Yang cukup rasional dan dewasa bicara masalah kekuasaan adalah Indonesia, atau
bisa kita masukan Turki.
7. Relevansi Pancasila dengan Islam, sbb:
8. Ketuhanan yang Maha Esa, Tauhid
9. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Karamatul Insan
10. Persatuan Indonesia, Ukhuwwah Wathaniyyah
11. Sila ke-empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan Musyawarah
12. Keadian Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia, prinsip al-‘adalah.
13. “Allah akan menolong negara yang adil sekalipun kafir, dan Allah tak akan sudi
menolong negara yang zhalim sekalipun itu Muslim.” (Ibn.Taymiyah)
14. Itu dikatakan oleh Imam Ibn Taymiyah yang banyak dijadikan rujukan oleh kalangan
fundamentalis
15. Islam harus bisa berdialog dengan tradisi, tanpa perlu merasa takut kehilangan
substansi.
16. Islam Nusantara lebih menukik kepada maknawi yang tidak terjebak pada huruf-huruf
baik latin atau Arab. Ini bisa disebut sebagai Islam inti sebagai ruh, bukan Islam yang
sekadar performa.
17. Bahkan ketika 7 kata Piagam Jakarta dibuang, pada malam 17 Agustus menjelang
pencoretan 7 kata dalam piagam Jakarta itu, maka KH.Wahid Hasyim menjawab akan
istikharah dulu. Dan keesokan harinya beliau jawab, tidak masalah. Selama Nusantara
bersatu.
18. Sebetulnya hal tersebut mengacu kepada kisah perjanjian Rasulullah dengan orang
kafir, dimana kalimat : “bismillahirrahmanirrahim” dicoret, dan kalimat “ Muhammad
Rasulullah” juga dicoret sekalipun Ali bin Abi Thalib menolaknya.
19. Jika dihitung, kalimat Basmalah dan Muhammad Rasulullah juga tujuh kata. Jadi
Rasulullah Saw tidak terjebak dalam sekadar kata.
20. Tidak ada negara Muslim manapun yang lebih kompleks dari Indonesia.
21. Sudah saatnya Indonesia Percaya Diri untuk mensosialisasikan konsep relasi Agama
dan negara ke negara-negara Timur Tengah.
22. Negara sebetulnya tidak punya agama. Karena agama adalah masalah personal,
masalah hati. Bukan predikat untuk entitas politik
23. Bisa saja Negara itu disebut tangan Allah dan pemimpin merupakan khalifatullah.
Tapi khalifatullah sebagai ar-Rahmaan. Rahmat bagi siapapun, bagi seluruh alam
semesta dan rakyat apapun agamanya.
24. Khalifatullah bukan sebagai ar-Rahim, sebagai keyakinan
25. Negara tidak ada urusan dengan agama. Jika khalifah hanya untuk umat Islam saja,
maka hal tersebut tidak ada konsepnya. Yang mengatakan hal semacam itu pasti
kurang membaca.
26. Musailamah al-Kadzab diperangi bukan semata karena ia murtad, tapi karena ia
melakukan bughat.
Prof.Dr.Yunahar Ilyas
Pimpinan Pusat Muhammadiyyah
1. Syam itu mencakup Suriah, Jordania, Libanon, Palestina, dst.
2. ISIS itu sendiri didirikan pada tahun 2006, ketika terajdi kesepakatan di antara faksi
Jihadis pasca wafatnya Abu Mush’ab al-Zarqawi.
3. Menurut Abu Muhamad al-Maqdisi, deklarasi khilafah Abu Bakar al-Baghdadi ini
memecah belah umat. Karena: (1) Menghabisi setiap mujahidin senior yang dianggap
akan menjadi pengahalang mereka untuk jihad di Suriah; (2) menjatuhkan kredibilitas
para ulama yang tak sepakat dengan mereka; (3) mengarahkan peluru ke arah umat
Islam; (4) menceraikan umat Islam dari proyek Islam; (5) mendistorsi kemuliaan
khilafah dengan perilaku mereka yang menyimpang dan penuh dengan kekerasan.
4. Berdasarkan video yang dibuat oleh ISIS sendiri, dalam dua versi: (1) video yang
mendukung mereka, dan menggambarkan betapa bahagianya mereka yang bergabung
dalam ISIS; (2) video mereka yang menentang ISIS, dimana orang-orang yang
menentangnya dieksekusi mati secara kejam, sambil mendengarkan lagu-lagu nasyid.
5. Ini suatu kekejaman yang luar biasa. Israel itu membunuh musuhnya, tapi ISIS
membunuh saudara mereka sesama Muslim yang tidak sependaat dengan mereka,
baik ulama maupun orang awam.
6. Berkaitan dengan khilafah, sejak wafatnya Rasulullah, beliau tidak menunjuk siapa
penggantinya. Semua diserahkan kepada ummat. Sebagai pemimpin, diserahkan
kepada ‘alladziina aamanuu’, orang-orang yang beriman.
7. Dalam prinsip Islam, kepemimpinan atau pemilihan khilafah tidak daiatur secara
baku. Ini contoh dari konsep yang berlaku pada masa khulafa al-rasyidin, berbeda
dengan masa Umayyah hingga Utsmaniyyah,
8. Sepehaman kami, tidak ada doktrinnya umat Islam di seluruh dunia harus berada
dalam satu negara. itu hanya pilihan. Jika memang ada negara Islam untuk seluruh
dunia dan ingin memperjuangkan itu juga silakan. Itu hanya sekadar pilihan.
9. Abu Bakar al-Baghdadi hanya diangkat oleh kelompoknya, sehingga kekhilafahannya
sebetulnya untuk kelompoknya saja. Tidak boleh memaksa kelompok lain untuk taat
kepadanya. Itu sebabnya faksi-faksi jihad yang lain tak sepakat dengan ISIS.
10. NKRI adalah bentuk negara yang sudah kita sepakati.
11. Kekuatan pancasila terletak pada abstraknya, dan kelemahnnya ada pada tafsirnya
12. Ketuhanan YME = Tauhid, Surah al-Ikhlash
13. Ada problem tentang ISIS di kalangan umat Islam ini yaitu problem pemahaman
14. Problem berikutnya adalah problem metode dimana mereka melakukan pemaksaan
kepada kelompok lain dengan kekerasan
KH.Makruf Amin
Majelis Ulama Indonesia
1. Dalam sejarah, tidak ada khilafah yang haqqul yaqin kita yakini sebagai khilafah
setelah 4 khulafa al-Rasyidun. Selepas itu yang hanya bungkusnya khilafah, tapi
isinya kerajaan
2. Oleh karena itu untuk tidak menimbulkan polemik, khilafah hendaklah dipahami
secara semangat, bukan sebagai format negara. Yaitu semangat untuk mewujudkan
negara yang adil seperti baldatun thayibatun wa Rabbun Ghafur
3. Di dalam penerapannya, tidak selalu penerapan khilafah harus melalui kekerasan. Ada
wilayah damai, ada wilayah perang.
4. Umat Islam perlu memahami kombinasi antara ayat-ayat keras dan lunak. Memahami
penerapan negara hanya melalui kekerasan saja adalah pemahaman yang tidak utuh.
5. Berkaitan dengan deklarasi kekhilafahan ISIS, MUI bersama Ormas-ormas Islam
menolak hal tersebut.
6. Kita sedang menghadapi dua gerakan radikalisme. Bukan hanya radikalisme agama,
tapi juga radikalisme sekuler yang bertujuan mensekulersisasi Pancasila. Misalnya
keinginan untuk menjauhkan semangat agama dari Pancasila
7. Saat ini kran konstitusi telah terbuka, sehingga aspirasi itu bisa disalurkan melalui
jalur yang konsitusional
8. Kita semua perlu mencegah radikalisme, baik radikalisme agama mapun radikalisme
sekuler.
9. Gerakan ISIS ini sebetulnya menyadarkan kita untuk membangun kembali semangat
kebersamaan di antara kita
10. Ada dua yang perlu dilakukan: (1) pelurusan terhadap masalah keamanan, ini
domainnya Kepolisian; (2) masalah pemahaman keagamaan. Ini domain MUI dan
Ormas-ormas Islam. Perlu kiranya kita bersinergi melakukan deradikalisasi
pemahaman Islam
11. MUI bersedia, bersama pihak lain, untuk bersama-sama mengajak umat yang keliru
memahami Islam untuk ruju’ ilal haq.
Sesi Pandangan Peserta
1. Boy Rafli Amar, Karo Penerangan Mabes Polri
Ulama dan umara adalah dua sisi mata uang yang saling bersinergi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Kami melihat bahwa Indonesia ini dihadapkan pada berbagai cobaan. Salahsatunya
adalah intervensi nilai-nilai, dimana sistem nilai dari luar begitu mudah diserap oleh
anak-anak di Indonesia. Termausk salahsatunya adalah isu ISIS
ISIS ini harus diakui membawa sentimen agama. Pendukungnya di Indonesia juga
sebetulnya merupakan simpatisan dari kelompok-kelompok lama. Yang
dikhawatirkan adalah simpatisan baru yang dikhawatirkan menjadi kelompok
radikal. Oleh sebab itulah peran ulama menjadi sangat penting.
Dan sangat membahagiankan melihat para ulama dalam forum ini, bersama-sama
untuk membina umat dalam melawan radikalisme.
Perlu kiranya kita membuat rekomendasi dalam pertemuan ini untuk kita sampaikan
pada pimpinan-pimpinan kita
2. Ust.Arifudin (MUI)
Ada baiknya, untuk efektifitas, strategi penanganan terhadap ISIS ini dilakukan
dengan bersifat head to head dengan kelompok-kelompok yang mendukung mereka.
Karena selama ini, sosialisasi dan bimbingan terkait hal ini dilakukan kepada
kelompok yang memang sudah menolak
3. Muhammad al-Khathtath (Forum Umat Islam)
Pendukung ISIS di Indonesia itu sedikit, dan itu pun tinggal di Nusakambangan. Jadi
tidak mungkin akan memengaruhi masyarakat Indonesia. Penanganannya tidak perlu
berlebihan. Baiknya kita wait and see saja melihat fenomena ISIS ini. Ini hanya
fenomena politik. Kalau tidak bagus juga akan ditinggalkan oleh rakyat dengan
sendirinya.
Kita tidak perlu membesarkan ISIS, karena dikhawatirkan justru akan menjadi besar.
Menghukumi agama itu bukan urusan pemerintah.