i
NILAI TOLERANSI DALAM PENDIDIKAN AGAMA
(Telaah Silabus dan Perspektif Guru Pendidikan Agama Islam, Kristen, dan
Katolik di SMK Negeri 1 Karangawen dan SMK Bhakti Nusantara Mranggen
Kabupaten Demak)
Oleh
UKHIYA RIZQIANY
NIM. 12010150046
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Ukhiya Rizqiany, S.Pd.I
NIM : 12010150046
Jenjang : Magister
Fakultas : Tarbiyah
Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa naskah tesis ini benar-benar hasil penelitian dari saya sendiri
dan bebas dari plagiasi, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Demak, 4 Agustus 2017
Penyusun Tesis
Ukhiya Rizqiany, S.Pd.I
v
ABSTRAK
“Nilai Toleransi dalam Pendidikan Agama (Telaah Silabus dan Perspektif Guru
Pendidikan Agama Islam, Kristen, dan Katolik di SMK Negeri 1 Karangawen dan
SMK Bhakti Nusantara Mranggen Demak)”. Tesis Program Studi Pendidikan
Agama Islam (PAI), Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Salatiga,
2017, pembimbing Dr. Phil. Asfa Widiyanto, MA.
Penelitian ini dilatarbelakangi karena pentingnya peran guru Pendidikan
Agama dalam mengembangkan nilai toleransi beragama pada peserta didik, agar
siswa dapat menjadi pribadi yang dapat berfikir kritis dan tabayyun dalam
menghadapi isu-isu sara yang berkembang di masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan muatan nilai
toleransi dalam silabus Pendidikan Agama Islam, Kristen, dan Katolik. Serta
perspektif guru Pendidikan Agama Islam, Kristen, dan Katolik mengenai
pengembangan nilai toleransi kelas XI di SMK Negeri 1 Karangawen dan SMK
Bhakti Nusantara Mranggen. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif,
wawancara dan penelaahan dokumen yakni silabus Pendidikan Agama Islam,
Kristen, dan Katolik. Data yang dihasilkan lewat verbal dan dituangkan dalam
deskripsi, bukan dalam bentuk angka.
Berdasarkan hasil telaah silabus Pendidikan Agama Islam, Kristen, dan
katolik secara keseluruhan dari ketiga silabus telah memenuhi kriteria
pengembangan silabus. Akan tetapi secara umum pengembangannya belum
memenuhi prinsip desentralistik dan aktual-kontekstual.
Hampir semua guru pendidikan agama memiliki perspektif yang sama
mengenai pengembangan nilai toleransi. Tetapi pada batasan dalam bertoleransi
guru Pendidian Agama Islam lebih spesifik dari perspektif guru Pendidikan
Agama Kristen dan Katolik.
vi
ABTRACT
“The Value of Tolerance in Religious Education (Syllabus Review and Teacher's
Perspective of Islamic, Christian and Catholic Religious Education at SMK
Negeri 1 Karangawen and SMK Bhakti Nusantara Mranggen Demak)”. Thesis of
Islamic Religious Studies Perogram. Postgraduate Program of Salatiga State
Islamic Institute 2017, mentor Dr. Phil. Asfa Widiyanto, MA.
This research is motivated because of the importance of the role of
Religious Education teachers in developing the value of religious tolerance to the
students, in order to the students can be a person who can think critically and
tabayyun in dealing with sara issues that developed in the community.
The aim of the reseacrh is to determine the development of the content of
tolerance values in the syllabus of Islamic, Christian and Catholic Religious
Education. As well as perspectives of teachers of Islamic, Christian, and Catholic
Religions concerning the development of tolerance grade XI in SMK Negeri 1
Karangawen and SMK Bhakti Nusantara Mranggen. This research uses qualitative
methods, interviews and review of documents namely syllabus of Islamic,
Christian and Catholic Religious Education. Data generated by verbal and poured
in the description, not in the form of numbers.
Based on the results of the syllabus study of Islamic, Christian and
Catholic Education as a whole from the three syllabus have fulfilled the criteria of
syllabus development principle. However, in general, its development has not
fulfilled the principle of decentralization and actual-contextual..
Almost all of the religious education teacher's perspective on the
development of tolerance values have. But on limitations in tolerating the religous
education Islamic teachers more specific than the perspective Christian and
Catholic Religion teachers.
vii
MOTTO
Hakikatnya semua agama mengajarkan kebaikan dalam menjalankan hidup,
dengan memahami ajaran agama sesuai dengan wahyu Ilahi seseorang akan
mengenal toleransi beragama. Fanatik yang berlebih hanya akan membuat diri
seseorang menjadi tidak toleran. Tidak akan menjadikan rendah diri seseorang
hanya dengan dia bersikap toleransi kepada agama lain.
By. Ukhiya Rizqiany
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, serta pertolongannya sehingga tesis ini dapat
terselesaikan. Salawat serta salam tak lupa penulis sampaikan untuk baginda Nabi
Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan yang baik kepada umatnya,
sehingga memberikan motivasi tersendiri bagi penulis dalam menuntut ilmu
pengetahuan dan menyelesaikan tesis ini.
Tesis yang berjudul Nilai toleransi dalam Pendidikan Agama (Telaah Silabus
dan Perspektif Guru Pendidikan Agama Islam, Kristen dan Katolik) ini disusun
guna memberikan kontribusi di bidang keilmuan. Dalam penyusunannya,
penelitian ini tidak dapat terselesaikan dengan mudah tanpa adanya dukungan,
arahan, bantuan, bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh
rasa hormat dan kerendahan hati penulis ingin berterima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. Selaku Direktur Pascasarjana
IAIN Salatiga dengan segala kebiksanaannya memudahkan dalam
terselesaikannya tesis ini.
3. Bapak Hammam, Ph.D. Selaku Ketua Progdi Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Dr. Phil. Asfa Widiyanto, MA. Selaku dosen pembimbing tesis, yang
senantiasa memberikan bimbingan, arahan, petunjuk-petunjuk penyusunan
tesis, dan memberikan tambahan wawasan mengenai toleransi, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
5. Guru Besar dan Dosen beserta Staff Pascasarjana IAIN Salatiga.
6. Bapak Agus Suroso, M.Pd selaku Kepala SMK Negeri 1 Karangawen yang
berkenan memberikan ijin untuk melaksanakan penilitian di SMK Negeri 1
Karangawen.
7. Bapak Margiyono, S.Pd selaku Kepala SMK Bhakti Nusantara Mranggen
yang berkenan memberikan ijin untuk melaksanakan penilitian di SMK
Bhakti Nusantara Mranggen.
ix
8. Bapak dan Ibu Guru Pendidikan Agama di SMK Negeri 1 Karangawen dan
SMK Bhakti Nusantara Mranggen Demak yang berkenan untuk menjadi nara
sumber untuk penelitian tesis ini.
9. Ibu (Ibu Karimah), almarhum Ayah (Bapak Turmudzi) , kakak-kakak tercinta
(Ana, Burhan, Sugeng), yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan
moril maupun materil sehingga dapat terselesaikannya studi pascasarjana dan
tesis ini.
Demak, 4 Agustus 2017
Ukhiya Rizqiany, S.Pd.I
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................... v
MOTTO ................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ............................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 3
C. Signifikansi Penelitian ..................................................... 3
D. Kajian Pustaka ................................................................. 4
1 Penelitian terdahulu ................................................... 4
2 Kerangka Teori .......................................................... 7
E. Metode Penelitian ....................................................... 10
F. Sistematika Penulisan ...................................................... 12
BAB II PROFIL SEKOLAH
A. SMK Negeri 1 Karangawen ............................................ 13
B. SMK Bhakti Nusantara Mranggen .................................. 14
xi
BAB III PENGEMBANGAN MUATAN NILAI TOLERANSI
DALAM SILABUS PENDIDIKAN AGAMA
A. Telaah Silabus Pendidikan Agama Islam ....................... 16
B. Telaah Silabus Pendidikan Agama Kristen ..................... 22
C. Telaah Silabus Pendidikan Agama Katolik ..................... 26
BAB IV PERSPEKTIF GURU PENDIDIKAN AGAMA
TENTANG PENGEMBANGAN NILAI TOLERANSI
A. Perspektif Guru Pendidikan Agama Islam mengenai
toleransi beragama...........................................................
30
1. Pengembangan nilai toleransi beragama .................. 30
2. Batasan dalam bertoleransi ...................................... 31
3. Pencegahan sikap intoleransi pada siswa ................. 31
B. Perspektif Guru Pendidikan Agama Kristen mengenai
toleransi beragama............................................................
32
1. Pengembangan nilai toleransi beragama .................. 33
2. Batasan dalam bertoleransi ...................................... 33
3. Pencegahan sikap intoleransi pada siswa ................. 34
C. Perspektif Guru Pendidikan Agama Katolik mengenai
toleransi beragama............................................................
34
1. Pengembangan nilai toleransi beragama .................. 35
2. Batasan dalam bertoleransi ...................................... 35
3. Pencegahan sikap intoleransi pada siswa ................. 36
xii
D. Analisis Perspektif Guru Pendidikan Agama mengenai
pengembangan nilai toleransi kepada peserta didik ........
37
1. Guru Pendidikan Agama Islam ................................. 37
2. Guru Pendidikan Agama Kristen .............................. 39
3. Guru Pendidikan Agama Katolik .............................. 40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................... 42
B. Saran ................................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini sering muncul berbagai isu sara yang
disebarkan melalui media sosial, baik internet maupun media cetak. Sehingga
tanpa disadari dapat memunculkan pola pikir radikalisme pada remaja. Hal ini
juga mulai tampak di SMK Negeri 1 Karangawen dan SMK Bhakti Nusantara
Mranggen, setelah peneliti melakukan wawancara sementara dengan guru
Pendidikan Agama ditemukan bahwa siswa SMK mulai aktif bertanya,
bahkan ikut berkomentar pada saat KBM mengenai isu “penistaaan” agama
yang sedang terjadi saat ini. Jika hal ini tidak segera diantisipasi, maka akan
menimbulkan sikap intoleransi antar umat beragama dikalangan siswa.
Oleh sebab itu, sekolah-sekolah harus segera menentukan langkah
preventif atau bahkan mencari problem solving dari masalah tersebut, salah
satunya melalui pembelajaran Pendidikan Agama di sekolah yang tentunya
dimulai dari penyusunan silabus. Tiap-tiap sekolah mempunyai rumusan
silabus yang berbeda-beda, tergantung dengan ciri khas masing-masing
sekolah.1 Dari penyusunan silabus tersebut, dapat diketahui bagaimana
konsep guru Pendidikan Agama dalam menyampaikan atau mengembangkan
nilai toleransi kepada peserta didik.
1 Siti Farikhah, Manajemen Lembaga Pendidikan, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015, 68
2
Toleransi beragama dapat dipraktekkan secara toleran khususnya di
negara yang warga masyarakatnya demokratis satu sama lain.2 Salah satunya
Indonesia meskipun mayoritas muslim tetapi keharmonisan keberagamaan
tetap terjaga. Sebagaimana pendapat Azyumardi Azra bahwa Islam mengakui
hak hidup agama-agama lain dan membenarkan hak hidup agama-agama lain
tersebut untuk menjalankan ajaran-ajaran agama masing-masing.3 Melihat
pernyataan tersebut, guru pendidikan agama berperan penting dalam
mengarahkan pola pikir siswa agar dapat selalu tabayyun dalam menghadapi
pemberitaan yang diterimanya.
Dari sinilah peneliti tertarik untuk menelaah isi silabus mengenai
konsep pengembangan nilai toleransi pada Pendidikan Agama. Relevansinya,
antara penggunaan metode, pendekatan dengan psikologi atau karakteristik
peserta didik. Peneliti juga ingin meneliti doktrin toleransi guru Pendidikan
Agama kepada siswa, apakah sesuai dengan nilai toleransi yang diajarkan
agama, atau bahkan guru secara tidak langsung akan menyisipkan paham
intoleran pada diri siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1
Karangawen dan SMK Bhakti Nusantara Mranggen dan SMK Bhakti
Nusantara Mranggen, karena di sekolah tersebut memberikan fasilitas
pendidikan bagi pemeluk agama Kristen dan Katolik yakni dengan
menyediakan guru pendidikan Agama Islam, Kristen dan Katolik.
2 David Held and Henrietta L. Moore, Cultural Politics in a Global Age, Uncertainly,
Solidarity, and Innovation, Oxford: Oneworld Publication, 2007, 71. 3 Ngainun Naim, Islam dan Pluralisme Agama, Yogyakarta: Aura Pustaka, 2013, 57
3
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya mengeksplorasi telaah silabus yang digunakan
guru Pendidikan Agama di SMK Negeri 1 Karangawen dan SMK Bhakti
Nusantara Mranggen, dan dikhususkan materi nilai toleransi kelas XI
kurikulum KTSP. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengembangan muatan nilai toleransi dalam silabus
Pendidikan Agama Islam, Kristen, dan Katolik kelas XI di SMK Negeri 1
Karangawen dan SMK Bhakti Nusantara Mranggen?
2. Bagaimana perspektif guru Pendidikan Agama Islam, Kristen, dan
Katolik mengenai pengembangan nilai toleransi pada siswa kelas XI di
SMK Negeri 1 Karangawen dan SMK Bhakti Nusantara Mranggen?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengelaborasi pengembangan muatan nilai toleransi dalam
silabus Pendidikan Agama Islam, Kristen, dan Katolik kelas XI di
SMK Negeri 1 Karangawen dan SMK Bhakti Nusantara Mranggen.
b. Untuk menjelaskan perspektif guru Pendidikan Agama Islam,
Kristen, dan Katolik mengenai pengembangan nilai toleransi pada
siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Karangawen dan SMK Bhakti
Nusantara Mranggen.
4
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoretik diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan pemahaman mengenai kajian isi silabus dan pentingnya
pengembangan nilai toleransi dalam pendidikan agama.
b. Secara Praktis, bagi lembaga pendidikan diharapkan dapat dijadikan
referensi dalam mengambil kebijakan mengenai pengembangan nilai
toleransi beragama di sekolah. Sedangkan bagi peneliti dapat
membantu peneliti berfikir kritis melalui telaah silabus sehingga
dapat membantu peneliti dalam penyusunan silabus yang baik.
D. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian Muhammad Ali Lintuhaseng yang berjudul Nilai-Nilai
Pendidikan Multikultural dalam Buku-buku Ajar Sejarah Kebudayaan
Islam (Telaah atas Buku Pelajaran SKI Kelas XII Madrasah Aliyah).4
Hasil penelitian ini adalah dalam setiap bab sudah cukup merata, akan
tetapi jumlah muatan nilai belum proporsional, karena ada nilai yang
dominan diapresiasi, yaitu nilai toleransi dan keadilan sosial.
Penelitiaan berjudul Penanaman Sikap Toleransi Beragama dalam
Pendidikan Agama (Studi atas Agama Islam, Kristen Katolik di SMK
4 Muhammad Ali Lintuhaseng, “Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural dalam Buku-Buku Ajar
Sejarah Kebudayaan Islam (Telaah atas Buku Pelajaran SKI Kelas XII Madrasah Aliyah)”, Tesis,
UIN Yogyakarta, 2011.
5
YPKK 2 Selman Yogyakarta) yang disusun oleh Rofiqoh5 memaparkan
mengenai penanaman toleransi PAI berdasarkan Q.S.Al-Baqoroh: 2,
disampaikan degan metode membaca, ceramah. Sedangkan pada PAK
didasarkan pada Matius [22]: 37-39, disampaikan dengan metode ceramah,
tanya jawab, diskusi. Dan untuk PAKT didasarkan pada Nostra Aitete Art.
3, metode yang digunakan ceramah, diskusi, sharing.
Penelitian yang dilakuan oleh Laura L. Moore yakni Accounting
for Spatial Variation in Toleransce: The Effeccts of Education and
Religion. Penelitian ini untuk menguji tingkat toleransi beragama di
Amerika Srikat berdasarkan demografi. Dengan menggunakan 1976-2000
survei sosial umum, dan 1990 data sensus AS, ditemukan bahwa toleransi
di daerah dengan didominasi lulusan dari perguruan tinggi secara
signifikan menjadikan individu lebih bersikap toleransi, sedangkan yang
berada di daerah dengan minoritas lulusan perguruan tinggi, umat
protestan secara signifikan menurun tingkat toleransinya. Begitu pula yang
berada di perkotaan.6
Penelitian Friedich Schweitzer dalam Religious Individualization:
New Challanges to Education for Tolerance, merupakan penelitian
kualitatif dengan meneliti remaja di Jerman. Penelitian ini
mengidentifikasi mengenai pandangan remaja Kristen mengenai Islam,
5 Rofiqoh, “Penanaman Sikap Toleransi Beragama dalam Pendidikan Agama (Studi atas
Agama Islam, Kristen Katolik di SMK YPKK 2 Selman Yogyakarta)”, Tesis, UIN Yogyakarta,
2014. 6 Laura L. Moore, “Accounting for Spatial Variation in Toleransce: The Effeccts of Education
and Religion”, Social Forces, Volume 84, Number 4, (Juni 2006), 2205.
6
hasil dari penelitian ini model pendidikan agama dialogis mendukung
sikap toleransi beragama, karena dengan dialog dapat terjadi keterbukaan.7
Penelitian Jason S. Wrench dalam Religious Fundamentalism and
Intercultural Communication: The Relationships Among Ethnocentrism,
Intercultural Communication Apprehension, Religious Fundamentalism,
Homonegativity, and Tolerance for Religious Disagreements. Penelitian
ini untuk menguji hubungan antara etnosentrisme, ketakutan komunikasi
antarbudaya, fundamentalisme agama, dan toleransi agama. Hasil dari
penelitian ini fundamentalisme agama tidak terbukti terkait dengan
ketakutan komunikasi antarbudaya.8
Dari kelima tinjauan pustaka di atas hanya mengupas mengenai
penanaman sikap toleransi di sekolah, meskipun ada telaah, akan tetapi
dilakukan pada buku SKI. Sedangkan pada penelitian Rofiqoh hanya
membahas mengenai implementasi pengembangan nilai toleransi pada
KBM, hal tersebut dirasa kurang maksimal karena belum tentu saat
melaksanakan observasi guru menjelaskan materi mengenai toleransi.
Oleh karena itu menurut peneliti perlu dilakukan telaah silabus, karena
silabus inilah yang menjadi acuan guru pendidikan agama untuk
mengembangkan pembelajaran toleransi beragama di kelas.
7 Friedich Schweitzer, “Religious Individualization: New Challenges to Education for
Tolerance”, Religious Education, Volume 29, Nomor 1, (Desember 2007), 89. 8 Jason S. Wrench, “Religious Fundamentalism and Intercultural Communication: The
Relationships Among Ethnocentrism, Intercultural Communication Apprehension, Religious
Fundamentalism, Homonegativity, and Tolerance for Religious Disagreements”, Journal of
Intercultural Communication Research, Volume 35, Nomor 1,(Februari 2007), 23.
7
2. Kerangka Teori
Toleransi dalam bahasa Arab disebut “tasamuh” artinya kemurahan hati,
saling mengizinkan, saling memudahkan.9 Toleransi diartikan sebagai
leberality toward the opinions of other; patience with other,10 Toleransi
juga merupakan konsep yang ambivalen, yakni menghormati dan
menghargai kepercayaan orang lain meskipun terdapat konflik dengan
pemahaman diri sendiri mengenai agama yang hakiki menurut diri
sendiri.11 Toleransi juga dapat dipahami sebagai sikap kesabaran dan
tawadlu, bahkan dapat dikatakan sikap tidak “ngotot” dalam menghadapi
perbedaan dari kepercayaan atau agamanya.12
Dalam memaknai toleransi terdapat dua penafsiran tentang konsep
tersebut. Pertama, toleransi negatif yang menyatakan bahwa toleransi itu
cukup mensyaratkan adanya sikap membiarkan dan tidak menyakiti orang
atau kelompok lain, baik yang berbeda maupun yang sama. Sedangkan
yang kedua, toleransi positif menyatakan bahwa toleransi tidak hanya
sekedar membiarkan atau menyakiti kelompok lain, tetapi harus adanya
bantuan dan dukungan terhadap keberadaan orang lain atau kelompok
lain.13 Toleransi juga dapat dikelompokkan menjadi toleransi pasif dan
9 Said Aqiel Siradj, ”Tasawuf Sebagai Basis Tasamuh, dari Social Capital Menuju Masyarakat
Moderat”, Al-Tahrir, Volume 13, Nomor 1, (Mei 2013), 91. 10 Edward N, Teall, A.M, Webster’s New American Dictionary, New York: Book, 1985, 347. 11 Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta: Erlangga,
2005, 79. 12 Asfa Widiyanto, Religious Authority and the Prospects for Religious Pluralism in Indonesia,
The Rule of Traditionalist Muslim Scholar, Germany: LIT Verlag, 2016, 40. 13 Masykuri Abdullah, Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan, Jakarta:
Kompas, 2001, 13.
8
aktif. Toleransi pasif merupakan sikap menolak untuk mengganggu atau
mendukung seseorang atau yang tidak disukai atau netral terhadapnya,
sedangkan toleransi aktif adalah terlibat secara aktif melindungi atau
mendukung apa yang sedang ditoleransi oleh seseorang.14
Adapun empat indikator toleransi beragama menurut Budhy
Munawar, yaitu pertama; Penerimaan (menerima pendapat, nilai-nilai,
perilaku orang lain yang berbeda dari diri sendiri), kedua; Penghargaan
(menghargai dengan cara memperlakukannya dengan baik, dan tidak
mengurangi haknya), ketiga; kesabaran yaitu simpatik terhadap perbedaan
pandangan dan sikap orang lain atau menahan diri dari hal-hal yang tidak
disetujui dalam rangka membangun hubungan sosial yang kurang baik,
keempat; kebebasan beragama maksudnya, setiap orang bebas
mengamalkan dan mengkomunikasikan ajaran agamanya kepada orang
lain yang menerima komunikasi itu.15 Dan tujuan dari penanaman toleransi
ini adalah siswa menjadi toleran, yaitu membolehkan/membiarkan orang
lain menjadi diri mereka sendiri, menghargai orang lain, asal-usul dan latar
belakang mereka selalu bermakna menolak membicarakan kepada orang
lain apa yang harus dilakukan dan bukan keinginan untuk mempengaruhi
mereka agar mengikuti ide diri pribadi demi kemajuan tertentu.16
14 Ana Cristina Araujo, Iwan-Michelangelo Daprile, Bojan Borsner, and Smiljana Gatner, “The
Historical and Philosophical Dimensions of the Conseptof Tolerance”, Discrimination and
Tolerance in Historical Perspective, Volume 4, Nomor 18, (2008), 1-18. 15 Budhy Munawar Rachman, Pendidikan Karakter: Pendidikan Menghidupkan Nilai untuk
Pesantren, Madrasah dan Sekolah, Jakarta: Lembaga Sosial Agama dan Filsafat (LSAF), 2015,
412-416. 16 Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan ....., 79.
9
Sedangkan dalam pengembangan toleransi di sekolah haruslah
dimulai dari penyusunan silabus. Adapun pengembangannya harus
memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:17
a. Ilmiah; Keseluruhan materi dan kegiatan harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
b. Relevan; Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan
penyajian materi dalam silabus harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta
didik.
c. Sistematis; Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
d. Konsisten; Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara
komponen silabus.
e. Memadai; indikator, materi, kegiatan, sumber belajar, dan sistem
penilaian cukup untuk menunjang pencapaian KD.
f. Aktual dan Kontekstual; komponen/isi silabus memperhatikan
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan
nyata, dan peristiwa yang terjadi.
g. Fleksibel; Dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik,
serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan kebutuhan
masyarakat.
h. Menyeluruh; Mencakup ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
17 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Suatu Panduan Praktis, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007, 191-195.
10
i. Desentralistik, yakni kewenangan pengembangan silabus bergantung
pada daerah masing-masing, atau bahkan sekolah masing-masing.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat dipahami bahwa telaah
silabus merupakan kegiatan mengkaji, menyelidik, memeriksa kembali isi
dari silabus Pendidikan Agama mengenai meteri toleransi beragama, yakni
sikap membiarkan, mengizinkan, dan menghormati kepada orang lain yang
berbeda kepercayaan/ agama untuk tetap bersikap sesuai dengan
kepercayaannya selama tidak melanggar aturan-aturan, serta tanpa
memasuki domain akidah. Serta mencari tahu sudut pandang guru
pendidikan agama mengenai pengembangan toleransi beragama.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan field research (penelitian lapangan) dengan
pendekatan kualitatif, metode fenomenologi untuk mencari pemahaman
bagaimana manusia mengkonstruksi makna dan konsep penting, dalam
rangka intersubjektivitas.18 Metode ini digunakan untuk memaparkan
perspektif guru agama mengenai pengembangan nilai toleransi. Metode ini
juga untuk mengkaji secara kritis konsep yang akan diajarkan kepada peserta
didik melalui silabus.
Subjek penelitian diantaranya; Kepala Sekolah SMK Negeri 1
Karangawen dan SMK Bhakti Nusantara Mranggen yang diharapkan
18 Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, 15.
11
memberikan informasi mengenai kebijakan pendidikan dalam penanaman
sikap toleransi kepada peserta didik. Kemudian Guru Pendidikan Agama
Islam, Kristen, dan siswa dari pemeluk agama Islam, Kristen dan Katolik.
Sedangkan objek penelitian Silabus Pendidikan Agama. Penelitian akan
dilaksanakan mulai tanggal 14 Juni hingga 14 Juli 2017. Lokasi penelitian di
SMK Negeri 1 Karangawen dan SMK Bhakti Nusantara Mranggen
Kabupaten Demak.
Sumber data yang digunakan terbagi menjadi dua, pertama sumber
data primer dalam penelitian ini adalah silabus Pendidikan Agama, Kepala
Sekolah, Guru Pendidikan Agama Islam, Kristen, dan Katolik pendidikan
agama. Kedua, sumber data sekunder dari penelitian ini adalah dokumen
sekolah, diantaranya mengenai Visi dan Misi, kegiatan keagamaan, denah
atau lokasi sekolah.
Teknik pengumpulan data menggunakan interview (wawancara),
untuk mengetahui perspektif/sudut pandang Guru Agama terhadap
penanaman nilai toleransi pada siswa di SMK Negeri 1 Karangawen dan
SMK Bhakti Nusantara Mranggen. Selanjutnya ialah dokumentasi, untuk
mencari data mengenai gambaran lokasi penelitian, dan silabus Pendidikan
Agama, untuk menelaah secara kritis bagaimana konsep mengembangkan
nilai toleransi kepada siswa pada KBM.
Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, dengan model analisa
taksonomi yang didasarkan fokus terhadap salah satu domain, dan hanya satu
12
karakteristik yang sama.19 Model ini untuk menganalisis nilai-nilai toleransi
pada data berupa silabus yang didapat peneliti di lapangan, dan hasil
wawancara mengenai sudut pandang guru Pendidikan Agama.
4. Sistematika Penulisan
Bab pertama, pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori,
metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua, mengenai profil
sekolah SMK Negeri 1 Karangawen dan SMK Bhakti Nusantara Mranggen,
Bab ketiga, berisi pengembangan muatan nilai toleransi dalam silabus
Pendidikan Agama Islam, Kristen, dan Katolik kelas XI di SMK Negeri 1
Karangawen dan SMK Bhakti Nusantara Mranggen dan SMK Bhakti
Nusantara Mranggen. Bab keempat, pada bab ini akan dideskripsikan
perspektif guru Pendidikan Agama tentang pengembangan nilai toleransi
kepada siswa kelas XI. Serta peneliti akan menganalisisnya melalui hasil
wawancara. Bab kelima, mengemukakan kesimpulan dan saran, serta
dilengkapi dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran.
19 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
Bandung: Alfabeta, 2015, 356
13
BAB II
PROFIL SEKOLAH
A. SMK Negeri 1 Karangawen
Dalam empat tahun terakhir ini tepatnya pada tahun 2012 telah berdiri SMK
Negeri di kecamatan Karangawen, yang berlokasi di dusun Karangpacing
kelurahan Rejosari Rt.02 Rw.11 Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak.
Dengan berdirinya SMK tersebut menjadi angin segar bagi warga non
muslim, khususnya masyarakat Karangawen yang notabene menjadi
Kecamatan se-Kabupaten Demak yang memiliki gereja terbanyak, untuk
menyekolahkan anak mereka di SMK tersebut. Sekolah yang dipimpin oleh
Bapak Agus Suroso ini memiliki 55 guru beserta karyawan, dengan 2 guru
PAI dan masing-masing 1 guru Pendidikan Agama Kristen dan Katolik.
Jumlah keseluruhan siswa 496 siswa terbagi menjadi 20 rombel. Sedangkan
kelas XI memiliki jumlah siswa sebanyak 167 siswa dengan 3 siswa Kristen
dan 2 siswa Katolik.20
Kegiatan keagamaan di SMK N 1 Karangawen meliputi pembelajaran
PAI (Pendidikan Agama Islam), PAK (Pendidikan Agama Kristen), PAKT
(Pendidikan Agama Katolik) dengan 2 jam pelajaran bagi masing-masing
kelas dalam setiap minggunya, sedangkan untuk PAK dan PAKT diadakan
setiap hari jumat pulang sekolah. Selain dalam bentuk KBM, kegiatan
20 Zubaidah (ed), Profil SMK Negeri 1 Karangawen Kecamatan Karangawen Kabupaten
Demak Provinsi Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2016/2017, Karangawen: SMK Negeri 1
Karangawen, 2017.
13
14
keagamaan di SMK juga mengadakan acara Maulid Nabi, Isra' Mi'raj,
penyembelihan hewan Qurban pada Hari Raya Idul Adha, dan pesantren kilat
yang diadakan 3 hari pada setiap bulan Ramadhan.
Visi SMK Negeri 1 Karangawen ialah “Menjadi pusat penddidikan
dan pelatihan dalam mewujudkan tenaga kerja yang terampil, kompetitif
berbasis potensi sumberdaya lokal dengan berwawasan IMTAQ” sedangkan
demi menunjang Visi tersebut, misi SMK Negeri 1 Karangawen ialah:
1. Mewujudkan SMK unggul dan tersepan berbasis keunggulan lokal
2. Menghasilkan tamatan yang unggul, inovatif, mampu mandiri
3. Menghasilakan tamatan yang berkarakter
B. SMK Bhakti Nusantara
SMK Bhakti Nusantara berdiri sejak tahun 1987 dan berlokasi di kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak. Sekolah ini memiliki 3 kampus, kampus 1
berlokasi di JL. Raya Bandungrejo No. 98 Mranggen Demak, kampus 2
beralamatkan di JL. Rayungkusuman III Mranggen Demak, serta kampus 3
terletak di JL. Rayungkusuman IV Mranggen Demak. SMK yang dipimpin
oleh Bapak Margiyono ini memiliki 7 jurusan program keahlian, dengan
jumlah siswa 717 diantaranya terbagi menjadi 21 rombel. Sedangkan untuk
siswa Muslim berjumlah 707, siswa Kristen berjumlah 5 siswa, Katolik 4
siswa dan terdapat 1 siswa Budha. Sekolah ini memiliki 39 guru, diantaranya
2 guru Pendidikan Agama Islam, 1 guru Pendidikan Agama Kristen, dan 1
guru Pendidikan Agama Katolik, sedangkan untuk guru pengampu
15
Pendidikan Agama Budha, sekolah ini belum memfasilitasi. Untuk kelas XI
jumlah siswa 229 siswa, dengan siswa 226 muslim, 2 siswa kristen, dan 1
siswa katolik. Kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen maupun
Katolik dilaksanakan pada setiap hari jumat dimulai dari pukul 11 siang.
Sedangkan untuk Pendidikan Agama Islam dilaksanakan sesuai jadwal Mata
Pelajaran sebagaimana umumnya. Kurikulum yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran di SMK Bhakti Nusantara ialah kurikulum KTSP.
Sebagai sekolah yang bersaing ketat dengan SMK/ sederajat di
lingkungannya, SMK Bhakti Nusantara Mranggen memiliki visi
“Terwujudnya lulusan yang berakhlak mulia, cerdas, kompeten dan terampil”.
Sedangkan misi SMK Bhakti Nusantara Mranggen ialah:
1. Membentuk lulusan yang religius, bertaqwa dan berakhlak mulia
2. Menciptakan lulusan yang cerdas, terampil dan siap kerja
3. Menciptakan lulusan yang kompete dibidangnya
4. Menciptakan lulusan yang mandiri dan berjiwa wirausaha.21
Sekolah ini juga memiliki kegiatan rutin dalam hari-hari besar
keagamaan, diantaranya Isra' Mi'raj, Maulid Nabi, pesantren kilat saat bulan
Ramadhan, penyembelihan hewan qurban saat hari raya idul adha, istighosah
yang diikuti seluruh guru, karyawan, dan tentunya siswa SMK Bhakti
Nusantara menjelang Ujian Nasional.
21 Ahmad Muslikhin (ed), SMK Bhakti Nusantara Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak,
Mranggen: SMK Bhakti Nusantara Mranggen, 2016.
16
BAB III
PENGEMBANGAN MUATAN NILAI TOLERANSI
DALAM SILABUS PENDIDIKAN AGAMA
A. Telaah Silabus Pendidikan Agama Islam
Pada silabus Pendidikan Agama Islam baik SMK Negeri 1 Karangawen
maupun SMK Bhakti Nusantara Mranggen memiliki muatan yang sama.
Yakni, kelas XI terdiri dari 13 Standar Kompetensi pada semester 1 dan 2.
Dalam kolom nilai budaya dan karakter, semua mencantumkan nilai toleransi.
Akan tetapi menurut peniliti tidak semua materi berhubungan dengan nilai
toleransi beragama. Berikut ini Kompetensi dasar yang memuat
pengembangan nilai-nilai toleransi beragama:
1. Menampilkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan yang terkandung
dalam Al-Baqoroh 148 dan Al-Fatir 32.22 Dalam materi Q.S. Al-
Baqoroh: 148 menjelaskan mengenai isi kandungan dari ayat tersebut,
bahwa setiap agama memiliki arah kiblat masing-dan mengajak
kebaikan, oleh karena itu agama Islam memerintahkan berbuat baik
terhadap diri sendiri dan orang lain sebagai bukti keimanan kepada Allah
SWT.23 Dari materi tersebut dapat dipahami bahwa didalamnya juga
menyampaikan mengenai toleransi beragama.
2. Pada Kompetensi Dasar 3.3. menampilkan perilaku yang mencerminkan
keimanan kepada Rasul-rasul Allah dalam kehidupan sehari-hari. Pada
22 Imron Mashadi, Silabus Pendidikan Agama Islam SMK Negeri 1 Karangawen Kabupaten
Demak Tahun Pelajaran 2016/2017, Karangawen: MGMP PAI SMK Kabupaten Demak, 2016, 12. 23Syamsuri, Pendidikan Agama Islam Kelas XI SMK Edisi KTSP 2006, Jakarta: Erlangga,
2007, 5.
17
yang terdapat di silabus yakni meneladani sifat mulia Rasul-rasul Allah.24
Salah satunya ialah, sifat mulia Rasul Allah tinggal dan menjadi
pemimpin di Madinah, beliau sangat menghargai penduduk dengan
kepercayaan yang berbeda. Dalam materi ini juga tercantum mengenai
hikah beriman kepada Rasul Allah, salah satunya terdorong untuk
melakukan perilaku sosial yang baik.25 Perilaku sosial yang dimaksud
tentulah kepada semua manusia, tanpa memandang apa kepercayaannya.
3. Kompetensi Dasar 8.1 Menampilkan perilaku yang mencerminkan
keimanan terhadap kitab-kitab Allah. Salah satu indikator menjelaskan
pengertian iman kepada kitab-kitab Allah.26 Dalam materi
pembelajarannya diuraikan mengenai kitab-kitab terdahulu, baik injil,
taurat, zabur. Dalam hal ini tentulah siswa akan lebih mengenal kitab-
kitab terdahulu, meskipun akhirnya tidak murni lagi, sebab
dicampuradukkan dengan ide-ide manusia di zamannya.27 Akan tetapi hal
ini diharapkan akan membentuk toleransi beragama bagi siswa.
24Imron Mashadi, Silabus Pendidikan Agama...., 17. 25Soekama, Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1998, 298. 26Moh. Imam, Silabus Pendidikan Agama...., 27. 27Syamsuri, Pendidikan Agama Islam...., 114.
18
1.3. Menampilkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan yang terkandung
dalam Al-Baqoroh 148 dan Al-Fatir 32
No Prisip
Pengembangan
Silabus
S
KS
Keterangan
1. Ilmiah Dapat dipertanggungjawabkan, karena
terdapat dalam Al-Baqoroh 148 dan
Al-Fatir 32
2. Relevan Materi diletakkan di awal semester
Gasal, pada KD ini hanya dibutuhkan
pemahaman dasar saja.
3. Sistematis Komponen saling berhubungan secara
fungsional, logis, jelas dan mudah
dipahami.
4. Konsisten Komponen silabus bersifat searah
dalam mencapai KD. Pada kegiatan
pembelajaran mengidentifikasi,
mempraktekkan, dan menunjukkan
perliku. Dalam indikator juga telah
disesuaikan.
5. Memadai Penilaian hanya dari kognitif (ulangan
harian, pemberian tugas), dan
psikomotorik (pengamatan), untuk
afektif belum tersedia.
6. Aktual dan
Kontekstual
Berkompetisi dalam kebaikan dapat
diterapkan di kehidupan nyata dimana
saja dan kapan saja. Khususnya
mengenai sikap dalam toleransi
19
beragama.
7. Fleksibel Silabus berasal dari MGMP belum
disesuaikan dengan kebutuhan
sekolah.
8. Menyeluruh Untuk indikator aspek afektif belum
ada, hanya sebatas Kognitif:
mengidentifikasi perilaku dan
Psikomotor: Mampu mempraktekkan
perilaku, dan menunjukkan perilaku
9. Desentralistik Pengambangan penyusunannya
hendaknya disesuaikan dengan
sekolah masing-masing
3.3 Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Rasul-Rasul
Allah dalam kehidupan sehari-hari
No
.
Prisip
Pengembangan
Silabus
S
KS
Keterangan
1. Ilmiah Dapat dipertanggungjawabkan, karena
terdapat dalam Q.S.Al-Ahzab/33:21
2. Relevan Diletakkan di bagian awal semester
Gasal, karena materi sifat-sifat rasul,
siswa belum membutuhkan
pemahaman atau analisis tinggi.
3. Sistematis Komponen silabus bersifat searah
dalam mencapai KD. Tersistem dan
mudah dipahami.
20
4. Konsisten Pengembangan materi terlihat ajeg
dan konsisten.
5. Memadai Kegiatan pembelajaran mendiskusikan
materi, tetapi pada penilaian hanya
dicantumkan tugas individu dan
ulangan harian.
6. Aktual dan
Kontekstual
KD ini dapat diterapkan di kehidupan
modern, karena pemberian tauladan
Rasul bersifat universal. Untuk
penilain dapat ditmbahkan dengan
presentasi hasil diskusi, sedangkan
untuk sumber belajar bisa
memanfaatkan internet.
7. Fleksibel Belum mengakomodasi kebutuhan
dan perubahan di sekolah, karena
belum merubah silabus dari MGMP
kabupaten yang disesuaikan
sekolahnya.
8. Menyeluruh Kognitif: mengidentifikasi perilaku
cerminan iman kepada Rasul.
Psikomotor: mempraktekkan perilaku
Afektif: meneladani sifat
9. Desentralistik Disusun oleh MGMP tanpa dirubah
atau dikembangkan oleh sekolah
masing-masing.
21
8.1 Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap kitab-kitab
Allah
No
Prisip
Pengembangan
Silabus
S
KS
Keterangan
1. Ilmiah Dapat dipertanggungjawabkan, karena
terdapat Q.S.Al-Imran/3:3-4
2. Relevan Materi ini diletakkan di bagian
pertengahan semester 2. Pada materi
dibutuhkan analisis kematangan
berfikir siswa, karena di dalamnya
dijelaskan mengenai kitab-kitab
terdahulu
3. Sistematis Komponen-komponen silabus
berhubungan secara fungsonal dalam
mencapai kompetensi.
4. Konsisten Terlihat antara isi komponen silabus
selalu ajeg dalam mencapai KD.
5. Memadai Dari keseluruhan muatan pada
komponen sudah cukup menunjang,
untuk penilainnya bisa ditambahkan
presentasi, disesuaikan dengan
kegiatan pembelajarannya (diskusi).
6. Aktual dan
Kontekstual
KD ini dapat diterapkan di kehidupan
nyata, karena iman kepada kitab Allah
bersifat universal dan kontinu.
7. Fleksibel Belum mengakomodasi kebutuhan
22
dan perubahan di sekolah, karena
masih dari MGMP kabupatendan
belum disesuaikan sekolahnya.
8. Menyeluruh Kognitif; siswa dapat menjelaskan
pengertian iman kepada kitab Allah.
Psikomotorik: mempraktekkan dan
menunjukkan perilaku yang
mencerminkan iman kepada kitab-
kitab Allah. Sedangkan pada ranah
afektif belum tercantum dalam silabus
9. Desentralistik Disusun oleh MGMP tanpa dirubah
atau dikembangkan oleh sekolah
masing-masing.
B. Telaah Silabus Pendidikan Agama Kristen
Kompetensi Dasar yang mengandung nilai-nilai toleransi beragama dalam
silabus Pendidikan Agama Kristen, diantaranya:
1. Pada Kompetensi 1.1. Peserta didik mewujudkan nilai-nilai Kristiani
dalam pergaulan antar pribadi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari.28
KD bertujuan sebagai sarana penanaman nilai Kristiani hingga siswa dapat
melaksanakan norma di masyarakat, yakni siswa dapat menjaga ketertiban
dan kedamaian dalam masyarakat baik dalam keagamaan, kesusilaan,
28 Rintis Kristyanti, Silabus PendidikanSilabus Pendidikan Agama Kristen SMK Negeri 1
Karangawen Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2016/2017, Karangawen: SMK Negeri 1
Karangawen, 2016, 1.
23
kesopanan, adat istiadat, hukum dan sebagainya.29 Keagamaan disini bisa
dimaknai sebagai menjaga kerukunan antar agama dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Kompetensi Dasar pada awal semester Genap yakni 1.1. Peserta didik
mengidentifikasi nilai-nilai Kristiani dalam kehidupannya.30 Dalam meteri
pembelajaran dicantumkan kesadaran sebagai makhluk sosial, kasih
damai, sejahtera. Di dalamnya tercantum Efesus 4: 11-15, perintah untuk
memberikan karunia dan pelayanan kepada sesama, meskipun terdapat
perbedaan pada diri sendiri.31 Pada materi ini jelas terlihat terdapat
penanaman nilai toleransi beragama.
1.1. Peserta didik mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam pergaulan antar
pribadi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari
No
Prisip
Pengembangan
Silabus
S
KS
Keterangan
1. Ilmiah Terdapat pada Efesus: 11-15
(Memberikan kesaksian tentang
karunia yang diberikan Tuhan berbeda
satu terhadap yang lain).
2. Relevan Karena materi ini diletakkan di
semester Gasal, dimana
29Yuprieli Hulu, Alfrida L Mambala, dkk, Suluh Siswa 2:Berubah Dalam Kristus, Jakarta:
Gunung Mulia, 2009, 11. 30 Anthonius Muslam, Silabus Pendidikan Agama Kristen SMK Bhakti Nusantara Mranggen
Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2016/2017, Mranggen: SMK Bhakti Nusantara Mranggen,
2016, 2. 31Kemendikbud, Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas XI SMK,Jakarta:
Kemendikbud, 2014, 23.
24
tingkatkesukaran, kedalaman telah
sesuai denganperkembangan intlektual
peserta didik.
3. Sistematis Muatan dalam komponen tersistem
berfungsi mencapai Kompetensi.
4. Konsisten Muatan pada komponen bersifat
searah atau ajeg dalam mencapai
kompetensi.
5. Memadai Dalam kegiatan pembelajaran
mendiskusikan contoh perilaku
diskusi, akan tetapi pada penilaian
hanya dicantumkan tugas individu dan
ulangan harian, hal ini bisa
ditambahkan penilaian presentasi
6. Aktual dan
Kontekstual
Dalam KD ini dapat diaktualisasi
dalam kehidupan sehari-hari yang
disesuaikan dengan perkembangan
zaman
7. Fleksibel Pengembangan materi ini dapat
mengakomodasi keragaman peserta
didik, dimana peserta didik berjumlah
5, akan maksimal pengembangan nilai
toleransi beragama
8. Menyeluruh Didalam isi materi hanya mengulas
aspek kognitif(menjelaskan arti dan
makna).
Psikomotorik(mendemontrasikan
nilai-nilai Kristiani) Sedangkan
25
afektif belum tercantum dalam silabus
9. Desentralistik Silabus ini diambil dari internet,
sehingga tanpa merubah muatan dari
silabus, dan belum disesuaikan
dengan kebutuhan sekolah.
1.1. Peserta didik mengidentifikasi nilai-nilai Kristiani dalam kehidupannya
No
.
Prisip
Pengembangan
Silabus
S
KS
Keterangan
1. Ilmiah Berdasar pada (Matius 22:37-40),
yakni inti dari seluruh Iman Kristen
adalah kasih. Kasih kepada Tuhan
maupun kasih kepada sesama
2. Relevan Materi ini diletakkan di semester
Genap, dimana tingkat kedalaman
sesuai perkembangan berfikir siswa.
3. Sistematis Muatan pada komponen sudah
mengacu pada pencapaian KD.
4. Konsisten Terlihat hubungan yang ajeg dalam
komponen.
5. Memadai Muatan pada indikator, materi,
kegiatan, penilaian dan sumber belajar
telah sesuai dan cukup menunjang
ketercapaian KD
6. Aktual dan
Kontekstual
Dalam KD ini dapat diaktualisasi
dalam kehidupan sehari-hari yang
26
disesuaikan dengan perkembangan
zaman, dan penilaiannnya bisa
ditambahkan presentasi hasil diskusi.
7. Fleksibel Pengembangan materi ini dapat
mengakomodasi keragaman peserta
didik, dimana peserta didik Kristen
hanya berjumlah 5 anak, sehingga
akan maksimal pengembangan nilai
toleransi beragama
8. Menyeluruh Karena didalamnya hanya mengulas
pada aspek kognitif (mengkritisi,
menjelaskan, membandingkan) dan
psikomotorik (menunjukkan perilaku)
9. Desentralistik Ini terlihat dari jumlah siswa Kristen
yang tidak lebih dari 5 siswa akan
tetapi mencantumkan penggunaan
sistem penilaian yang cukup banyak.
Dari ini terlihat antara penilaian dan
metode pembelajaran tampak bias.
C. Telaah Silabus Pendidikan Agama Katolik
Pada silabus Pendidikan Agama Katolik terdapat beberapa KD yang
menyisipkan nilai toleransi pada muatannya, diantaranya:
27
1. Memahami Gereja sebagai persekutuan terbuka,32 di dalam materi
pembelajarannya dijelaskan bahwa Gereja, yang diutus oleh Kristus
untuk memperlihatkan dan menylurkan cinta kasih Allah kepada semua
orang, dan segala bangsa, dan menyadari sekalipun masih dirasa berat.33
Hal itu menunjukkan bahwa pada Kompetensi tersebut dapat dimasukkan
nilai-nilai toleransi beragama.
2. Mengenal dan memahami ajaran sosial gereja dan dampaknya bagi dunia
serta mensikapi ajaran tersebut.34 Di dalam materi pembelajarannya
mengenai ajaran sosial gereja, pada buku ajar guru dijelaskan bahwa di
jaman kuno di Roma, Cirero sudah berbicara mengenai toleransi, yakni
“agama, kita berlaku untuk kita, sedangkan kalau ada orang yang mau
beragama lain, kita memberi tolerasni untuk itu.” Selain itu, pada
Ensiklik Paus Pius XI menolak solusi komunisme yang menghilangkan
hak-hak pribadi.35 Jelas terlihat bahwa pada materi ini mengajarkan
mengenai toleransi beragama, karena di dalam hak-hak pribadi tentulah
terdapat hak dalam menganut kepercayaan yang dianutnya.
32Mardi Sanyoto, Silabus Pendidikan Agama Katolik SMK Negeri 1 Karangawen Kabupaten
Demak Tahun Pelajaran 2016/2017, Karangawen: SMK Negeri 1 Karangawen, 2016, 1. 33Kemendikbud, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas XI SMK, Jakarta:
Kemendikbud 2013, 13. 34Mardi Sanyoto, Silabus Pendidikan Agama...., 2. 35Kemendikbud, Pendidikan Agama Katolik....., 98
28
1. Memahami Gereja sebagai persekutuan terbuka
No
Prisip
Pengembangan
Silabus
S
KS
Keterangan
1. Ilmiah Dapat dipertanggungjawabkan, karena
bersumber dari 1 Korintus12:7
(kepada tiap-tiap orang dikaruniai roh
untuk kepentingan bersama).
2. Relevan Materi diletakkan di awal semester I
dengan tingkat ringan untuk
pemahaman siswa. Sehingga siswa
dapat memahami pentingknya
bersosialisasi di masyarakat, termasuk
dalam toleransi beragama.
3. Sistematis Muatan pada komponen sudah
mengacu pada pencapaian KD.
4. Konsisten Muatan pada komponen bersifat
searah atau ajeg dalam pencapaian
kompetensi.
5. Memadai Tiap kompenen/ isi muatan saling
berhubungan dari indikator, materi,
penilaian dapat menunjang
tercapainya kompetensi yang
diharapkan
6. Aktual dan
Kontekstual
Materi dapat memperhatikan
kehidupan yang terjadi saat ini, misal
tentang isu intoleransi. Sehingga
materi ini sesuai jika dapat
29
disampaikan dalam pembelajaran.
7. Fleksibel Pengembangan materi ini dapat
mengakomodasi keragaman peserta
didik dengan peserta kurang dari 5,
maka dapat diharapkan lebih
maskimal dalam pengembangan nilai
tolerasni beragama.
8. Menyeluruh Muatan silabus berisi pengembangan
dari aspek kogitif (mengkritisi,
menjelaskan) dan psikomotorik
(menampilkan perilaku)
9. Desentralistik Perlu dikembangkan lagi sesuai
dengan kebutuhan sekolah masing-
masing
2. Memahami upaya kekerasan pada budaya kasih
No Prinsip
Pengembangan
Silabus
S
KS
Keterangan
1. Ilmiah Materi ini dapat
dipertanggungjawabkan, karena
berdasar pada Luk: 27-36
2. Relevan Dalam indikator terlihat analisis
terhadap kasus di Indonesia,
kemudian dikembangkan dengan
siswa dapat menjelaskan dan
menafsirkannya
3. Sistematis Komponen silabus saling
30
berhubungan secara fungsional, yakni
dari SK, KD, dijabarkan menjadi
indikator, materi, kegiatan dan
penilaian
4. Konsisten Dalam penyusunannyaa komponen
bersifat konsisten, ajeg dalam
muatannya.
5. Memadai Indikator, materi, kegiatan, dan
penilaian sudah cukup untuk
menunjang ketercapaian kompetensi
6. Aktual dan
Kontekstual
Materi mengenai usaha-usaha untuk
mengembangkan budaya kasih di
tengah konflik dan kekerasan dapat
diterapkan dalam kehidupan sekarang.
Sebagaimana yang telah terjadi di
Indonesia saat ini
7. Fleksibel Karena telah mengakomodasi
perubahan khususnya dalam
masyarakat.
8. Menyeluruh Hampir semua didominasi dengan
aspek kognitif daripengetahuan dasar
hingga tinggi, dari menjelaskan,
hingga menganalisis
9. Desentralistik Jika dilihat dari hasil wawancara,
jumlah siswa rata-rata tidak lebih dari
5 siswa, oleh karena itu kegiatan
pembelajaran disesuaikan. Sehingga
penyampaian materi akan maksimal
31
BAB IV
PERSPRKTIF GURU PENDIDIKAN AGAMA TENTANG
PENGEMBANGAN NILAI TOLERANSI
A. Perspektif Guru Pendidikan Agama Islam mengenai Toleransi
Beragama
Pendidikan Agama Islam diajarkan 2 jam pertemuan setiap minggunya, baik
di SMK Negeri 1 Karangawen maupun di SMK Bhakti Nusantara yang
memang menggunakan kurikulum KTSP. Setiap individu, dalam hal ini
adalah guru tentu memiliki sudut pandang tersendiri mengenai toleransi
beragama. Hal ini didapat pada hasil wawancara peneliti dengan guru PAI
SMK Negeri 1 Karangawen, Bapak Imron Mashadi. Beliau mengatakan
bahwa, “Toleransi kalau menurut saya ya kebebasan menjalankan agama
masing-masing, tanpa adanya gangguan dari orang lain.”36 Sedangkan
menurut Bapak Moh. Imam berpendapat bahwa toleransi ialah tidak
memaksakan kehendak orang lain, khususnya yang berhubungan dengan
agama.37
1. Pengembangan nilai toleransi beragama
Nilai toleransi beragama dikembangkan guru pada saat
pembelajaran PAI, tidak hanya pada materi yang berhubungan dengan
36 Wawancara dengan Imron Mashadi Guru Pendidikan Agama Islam SMK Negeri 1
Karangawen, pada tanggal 17 Juni 2017. 37 Wawancara dengan Moh. Imam Guru Pendidikan Agama Islam SMK Bhakti Nusantara
Mranggen, pada tanggal 17 Juni 2017.
33
32
nilai toleransi sesuai pada silabus saja yang disampaikan, akan tetapi
guru PAI juga menyisipkan penanaman nilai toleransi pada materi
lainnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Moh. Imam guru
PAI SMK Bhakti Nusantara:
Penyampaian nilai toleransi itu terus, walaupun tidak tertulis tapi selalu.
Bahkan semua materi, kecuali materi tentang ibadah itu tidak bisa,
ataupun akidah, bahkan Al-Qur’an hadits pun bisa disisipkan tentang
itu.38
Hal ini juga diamini oleh guru PAI SMK Negeri 1 Karangawen Bapak
Imron Mashadi:
Kalau saya sering sampaikan, meskipun tidak semua dari materi yang
ada, tapi ya lumayan sering lah saya sisipi materi tentang toleransi
beragama. Kita masih bertoleransi, tapi kalau untuk ajaran agama sih
tidak ada toleransi.39
Dalam pengembangannya guru menggunakan tanya jawab tentang
permasalahan yang terjadi di masyarakat, terkadang juga melalui diskusi
di kelas, sehingga siswa dapat memahami toleransi secara sepenuhnya.
2. Batasan dalam bertoleransi
Bertoleransi agama memerlukan batasan dalam prakteknya, hal ini
disampaikan oleh Bapak Imron Mashadi, batasan dalam toleransi
beragama diantaranya:
a. Sebatas hubungan muamalah, atau hubungan kemanusiaan
b. Tidak memasuki ranah keagamaan yang dianut
Bahkan Bapak Moh. Imam menambahkan bahwa toleransi itu hanya
sebatas menjalin hubungan baik dengan sesama manusia, beliau
38 Wawancara dengan Moh. Imam, ...2017. 39 Wawancara dengan Imron Mashadi, ...2017.
33
menambahkan dalam berhubungan dengan individu yang memiliki
kepercayaan dibatasi, meskipun dalam menyampaikan ucapan perayaan
hari besar sekalipun. Hal ini sebagaimana hasil wawancara yang
dilakukan oleh peneliti kepada Bapak Moh. Imam:
Saat anak bertanya mengenai boleh tidaknya mengucapkan natal ya saya
menjawabnya tidak vulgar. Boleh mengucapkan selamat, asalakan jangan
diteruskan natalnya. Selamat gitu aja. Ya alasannya banyak sekali,
kadang-kangang kan kalau kita mengucapkan natal kan berarti kita kan
menyetujui ajaran mereka. Kalau kita mengucapkan selamat kan masih
umum. Bisa maksudnya selamat dia senang-senang dan lain
sebagainya.40
Hal tersebut menunjukkan batasan toleransi beragama tidak hanya
dalam perbuatan atau sikap, akan tetapi juga dalam ucapan.
3. Pencegahan Sikap Intoleransi pada Siswa
Strategi atau cara yang digunakan guru PAI untuk mencegah
timbulnya sikap intoleransi ialah selalu menanamkan kepada peserta
didik bahwa manusia ialah makhluk sosial, saling menghormati dan
menghargai satu sama lain.
Selain itu strategi yang digunakan oleh Bapak Imron ialah dengan
pembelajaran yang disisipi nilai toleransi pada setiap materi, salah
satunya dengan cara berdiskusi mengenai masalah yang ada disekitar
khususnya mengenai toleransi beragama. Dengan demikian siswa
40 Wawancara dengan Moh. Imam, ...2017.
34
diharapkan akan dapat berfikir kritis dan akan lebih memperhatikan
sikap dalam bertindak atau berperilaku.41
Dari uraian tersebut telah memenuhi indikator dari toleransi
beragama, yakni penerimaan, penghargaan, kesabaran, kebebasan beragama.
Hal ini terlihat dari pengakuan dari kedua Guru PAI dimana saat
pembelajaran PAI di dalam kelas saat KBM pun siswa yang bergama non
muslim pun diberi kebebasan dalam mengikuti, asalkan tidak mengganggu
siswa lain yang mengikuti pembelajaran PAI:
Setiap saya masuk di kelas, anak yang non muslim saya bebaskan jika mau
mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam, asalakan tidak
mengganggu yang lain. Walaupun ada perjanjian awal juga berkurang
untuk kenyamanannya, tidak bisa sepenuhnya bebas dalam menyampaikan
materi kalau ada anak-anak Kristen. Meskipun kadang saya tidak
menganggap, tapi tetap lain rasanya. Ya karena itu, untuk menjaga
toleransi itu. Saya menyampaikan tidak kurang tapi tidak menyinggung
orang lain. Walaupun kadang kikuk juga.42
Sedangkan untuk perspektif mengenai toleransi beragama masing-
masing individu sudah berbeda. Meskipun sama-sama saling menghormati
dan menghargai, akan tetapi toleransi yang dipaparkan di atas ditafsirkan
sebagai toleransi beragama negatif dan pasif. Dikatakan pasif dikarenakan,
dalam SMK Negeri 1 Karangawen maupun SMK Bhakti Nusantara tidak
pernah diadakan kegiatan yang berhubungan dengan agama lain.
41 Wawancara dengan Imron Mashadi, ....2017. 42 Wawancara dengan Moh. Imam, ....2017.
35
B. Perspektif Guru Pendidikan Agama Kristen mengenai Toleransi
Beragama
Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dilaksanakan setelah
pulang sekolah pada hari jumat, kegiatan belajar mengajar ini tidak
dilakukan secara klasikal per angkatan atau perkelas, akan tetapi secara
kolektif. Maksudnya, seluruh siswa Kristen baik kelas X, XI maupun XII
dijadikan satu kelas dengan pembahasan materi yang bergantian dengan
metode diskusi atau sharing antara guru dengan siswa. Pesprektif guru PAK
mengenai toleransi beragama tidak begitu jauh dengan guru PAI yang telah
diapaparkan Bapak Mardi Sanyoto, “Menghormati sesama warga negara
ataupun sesama manusia tidak memandang ras, suku, agama, golongan
ataupun yang lainnya ataupun juga negaranya, kita harus menghormati dan
bisa hidup berdampingan.”43
Dapat dipahami bahwa toleransi beragama menurut guru PAK
merupakan sikap saling menghagai dan dapat hidup berdampingan tanpa
memandang kepercayaan orang lain.
1. Pengembangan nilai toleransi beragama
Dalam menerapkan nilai toleransi beragama, menurut Bapak Antonius
Muslam Guru SMK Bhakti Nusantara siswa diberitahu dasar toleransi
beragama. Berikut ini adalah pernyataan dari Bapak Antonius:
Pada saat pelajaran, saya sampaikan kepada anak apa perintah yang
menyayangi sesama dalam Al-Kitab, apapun kalau ada dasarnya siswa
bisa berfikir dan dijadikan landasan dalam bertindak. Biasanya saya juga
43 Wawancara dengan Rintis Kristiyanti guru Pendidikan Agama Kristen SMK Negeri 1
Karangawen, pada tanggal 16 Juni 2017.
36
sampaikan apa dampaknya jika kita tidak menghormati dan menghargai
hak orang lain itu seperti apa. Ya begitu, saya hubungkan di kehidupan
nyata.44
Selain itu, diakhir pembelajaran guru juga selalu memberikan
motivasi kepada siswa mengenai pentingnya sikap kesabaran dalam
bertoleransi di lingkungan yang memang mayoritas muslim. Hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Ibu Rintis Kristyanti:
Ketika akhir pembelajaran saya pesan dengan anak-anak karena kami kan
minoritas jadi untuk memupuk jiwa mental yang kuat, seperti di luar sana
kan ada yang mendiskriminasi, oh Kristen, jadi saya mengajarkan kepada
anak, meskipun kita minoritas, jangan kecil hati misal kalau ada yang
mengejek ya kita doakan saja, tidak usah membalasnya, jadi harus hidup
berdampingan. Karena kita kan sama-sama ciptaan Tuhan, jadi sama.45
2. Batasan dalam Toleransi Beragama
Setiap agama bahkan individu memiliki batasan tersendiri mengenai
hubungan dengan manusia lainnya, bahkan toleransi beragama pun
demikian. Dalam lingkup sosial, tidak ada batasan dalam toleransi
beragama, hanya saja dalam lingkup kepercayaan tetap ada batasan
toleransi beragama;
Kalau batasan sih tidak ya, karena toleransi kan sifatnya universal. Kalau
sosialnya tidak ada batasan, tapi kalau untuk kepercayaan ya jelaslah
setiap pemeluk agama apapun menurut saya kan membatasi dalam hal
kepercayaan. Khususnya dalam hal ini tentulah sangat kami batasi.46
Dalam hal ini yang dibatasi hanya dalam ranah kepercayaan, akan
tetapi dalam lingkup sosial, toleransi tidak dibatasi sama sekali, baik
dalam bentuk sikap maupun ucapan sekalipun.
44 Wawancara dengan Antonius Muslam guru Pendidikan Agama Kristen SMK Bhakti
Nusantara Mranggen, pada tanggal 14 Juli 2017. 45 Wawancara dengan Rintis Kristiyanti, ...2017. 46 Wawancara dengan Rintis Kristiyanti, ...2017.
37
3. Pencegahan Sikap Intoleransi pada Siswa
Dalam mengantisipasi terhadap munculnya sikap intoleransi pada
siswa, strategi yang digunakan salah satunya ialah dengan memberikan
contoh atau teladan yang baik kepada siswa, dengan demikian siswa
dapat mengamati dan mencontoh apa yang dilakukan guru dilingkungan
yang memiliki kemajemukan keagamaan. Hal diungkapkan oleh Ibu
Rintis Kristiyanti:
Dengan cara memberikan contoh itu yang menurut saya paling penting ya
mbak. kalau anak lihat kita hidup dengan damai saling berdampingan satu
sama lain, anak pasti akan mencontohnya. Selain itu bisa dengan sharing
pada saat pembelajaran, jadi saat anak mulai muncul pertanyaan yang
menuju sikap intoleran begitu, saya meluruskan kepada anak, biar anak
itu bisa tetap berfikit positif gitu mbak, sesuai ajaran kami saling
mengasihi.47
Pemberian contoh atau tauladan juga dapat menjadikan siswa selalu
berfikir kritis dalam menghadapi permasalahan yang ia amati baik di
lingkungan sekitar, atau di media massa.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perspektif guru
PAK sudah memenuhi dari indikator toleransi beragama. Baik menerima
perbedaan, menghargai sesama, sabar dari pandangan yang berbeda setiap
individu. Melihat dari pernyataan Ibu Ristis:
Saat kemaren ada pesantren kilat, itu semua anak diikutkan, bahkan yang
nasrani pun ikut dalam pembelajaran di kelas, mereka jadi mendapat
pengetahuan mengenai agama atau kepercayaan yang lain. Tidak ada batasan
pula bagi mereka.48
47 Wawancara dengan Rintis Kristiyanti, ...2017. 48 Wawancara dengan Rintis Kristiyanti, ...2017.
38
Toleransi beragama ini dapat dikategorikan dalam toleransi positif,
karena adanya dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan keagamaan lain,
salah satunya pesantren kilat.
C. Perspektif Guru Pendidikan Agama Katolik mengenai Toleransi
Beragama
Toleransi beragama menurut Bapak Mardiyono selaku Guru Pendidikan
Agama Katolik SMK Negeri 1 karangawen ialah perbuatan atau sikap saling
menghormati adat istiadat agama lain.49 Beliau juga berpendapat bahwa
sesama umat manusia semestinya harus saling menghargai satu sama lain,
tidak saling mengganggu khususnya dalam beribadah.
1. Pengembangan nilai toleransi pada peserta didik
Nilai toleransi pada pendidikan Agama Katolik disampaikan pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung. Berikut pernyataan dari Bapak
Mardi Sanyoto Guru Pendidikan Agama Katolik SMK Negeri 1
Karangawen:
Dengan menjelaskan ke anak mbak pas pelajaran. Anak tak kasih tau
pentingnya toleransi di Indonesia, biar anak itu tahu bagaimana mereka
toleransi menurut kepercayaan kami, apalagi kami itu hidup di daerah
yang memang kebanyakan muslim. Jadi anak bisa membaur dengan
teman-teman di sekolah dan di masyarakatnya. Ya seperti kalau kita
beribadah kan juga tidak perlu teriak-teriak dimumkan gitu mbak,
menghormati orang lain, itu menurut saya juga salah satu bentuk
toleransi beragama.50
49 Wawancara dengan Bapak Mardi Sanyoto Guru Pendidikan Agama Katolik SMK Negeri 1
Karangawen, pada tanggal 14 Juni 2017. 50 Wawancara dengan Bapak Mardi Sanyoto, ...2017.
39
Selain itu beliau menjelaskan bahwa tidak pada semua materi
disisipkan nilai toleransi, akan tetapi pada beberapa materi yang sesuai
bisa disisipkan nilai toleransi. hal ini dikarenakan guru lebih sering
menyampaikan materi mengenai penhayatan keimanan.
2. Batasan dalam toleransi beragama
Toleransi dibatasi hanya dalam lingkup sosial saja, tidak melewati
lingkup kepercayaan. Bahakan dalam mengikuti perayaan hari besar
agama lain pun seperti Islam masih dianggap pada hal yang sah untuk
dilakukan. Selagi tidak memasuki ranah kepercayaan. Hal ini seperti
ungkapan dari Bapak Mardi Sanyoto:
Batasan tetap ada lah, yang penting kami tidak mengganggu
keberagamaan seseorang, dan kita memberikan kebebasan mereka yang
berbeda dari kami dalam hal beribadah. Kami pula menghargai mereka,
dan yang penting ya saling menghargai satu sama lain lah, asal tidak
mengusik kepercayaan dari kami saja. Setiap hari raya umat Islam saya
juga ikut seperti istilanya nimbrung gitu mbak, masalahnya keluarga
saya juga ada yang muslim. Jadi kadang pas Idul Fitri gitu saya
menyediakan makanan, ya menghormati lah, ya sebatas itu saja.51
Dapat dipahami bahwa batasan dalam bertoleransi itu tidak
menyebrang dari kepercayaan agama seseorang, bahkan dalam perayaan
hari besar agama lain pun tidak menutup diri dari padanya. Hal ini
karena saat Idul Fitri sudah menjadi tradisi bagi kaum minoritas yang
tinggal di daerah yang memang mayoritas memeluk agama Islam.
51 Wawancara dengan Bapak Mardi Sanyoto, ...2017.
40
4. Pencegahan Sikap Intoleransi pada Siswa
Instansi pendidikan berperan penting dalam mencegah munculnya sikap
intoleransi pada peserta didik. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh
guru PAKT di SMK Negeri 1 Karangawen.
Menurut Bapak Mardi Sanyoto cara mencegah munculnya
intoleran ialah dengan memberikan pembelajaran Pendidikan Agama yang
sesuai Alkitab atau firman Tuhan yakni mengasihi sesama.Selain itu,
memupuk rasa persatuan kepada siswa merupakan hal yang penting,
karena dari situlah akan timbul atau muncul rasa mengasihi sesama.52
Pendapat tersebut diperkuat dengan statement kepala SMK Bhakti
Nusantara yang menegaskan bahwa pencegahan bisa dilakukan dari guru
terlebih dahulu, salah satunya dengan cara pada saat rapat, guru diberikan
penyuluhan bahwa lingkungan sekolah tidak hanya milik satu kelompok
kepercayaan saja, akan tetapi milik semua warga sekolah yang ada. Oleh
karena itu sikap saling menghormati dan menghargai itu penting
dilakukan.53
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti, dapat disimpulkan
bahwa toleransi yang dimaksud telah memenuhi indikator. Baik berupa
penerimaan, penghargaan, kesabaran dan kebebasan. Dari pemaparan di
atas dapat ditafsirkan sebagai toleransi positif.
52 Wawancara dengan Bapak Mardi Sanyoto, ....2017. 53 Wawancara dengan Bapak Magiono Kepala SMK Bhakti Nusantara Mranggen, pada tanggal
19 Juni 2017.
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada silabus Pendidikan Agama sudah memenuhi 9 prinsip pengembangan
silabus. Akan tetapi ditemukan pada silabus PAI semua aspek sikap
mencantumkan toleransi beragama, sedangkan setelah ditelaah tidak semua
KD bisa dihubungkan dengan toleransi. Pada silabus Pendidikan Agama
Kristen ditemukan beberapa penggunaan metode pembelajaran kurang sesuai
materi yang disampaikan khususnya mengenai toleransi beragama, selain itu
juga kurang spesifik dalam mencantumkan sikap yang akan ditanamkan pada
siswa mengenai toleransi beragama. Sedangkan pada silabus Pendidikan
Agama Katolik sudah cukup baik jika disesuaikan dengan perkembangan
keimanan peserta didik. Akan tetapi belum memenuhi prinsip aktualisasi, hal
ini dikarenakan pengembangan pembelajaran yang tercantum dalam silabus
tidak mencakup hal-hal yang sedang terjadi di masyarakat saat ini.
Toleransi secara keseluruhan menurut guru Pendidikan Agama ialah
sebatas menghargai dan menghormati kepercayaan kelompok lain. Batasan
dalam bertoleransi bagi guru PAI ialah sebatas muamalah saja, bahkan
batasan bertoleransi tidak hanya dari segi akidah, akan tetapi dari perbuatan
dan ucapan juga perlu dibatasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
toleransi beragama dikategorikan sebagai tolerasi negatif dan pasif. Dikatakan
pasif karena, dalam SMK Negeri 1 Karangawen maupun SMK Bhakti
43
42
Nusantara tidak pernah diadakan kegiatan yang berhubungan dengan agama
lain.
Sedangkan menurut guru PAK dan PAKT toleransi dibatasi pada
kepercayaan individu, karena satu hal ini tidak bisa dikompromikan. Jika
sekedar ucapan ataupun ikut merayakan hari besar agama lain tidak masalah,
selama tidak mengikuti ritual ibadah agama lain. Adapun strategi dalam
toleransi beragama:
1. Memberikan pembelajaran Pendidikan Agama pada siswa dengan selalu
menghubungkan dengan perilaku toleransi beragama
2. Menanamkan sikap saling cinta bangsa dan sesama, sehingga sikap
saling curiga terhadap kelompok lain dapat dihindarkan
3. Menghubungkan materi toleransi dengan ajaran pada Pendidikan agama,
baik pada Al-Qur'an maupun Alkitab, sehingga mengetahui landasan
toleransi beragama.
4. Guru memberikan tauladan atau contoh langsung kepada peserta didik
dalam menjalin hubungan yang baik dengan semua warga sekolah baik
yang sesama agama maupun berbeda.
5. Penerapan langsung toleransi beragama pada kegiatan pembelajaran di
sekolah. Dengan iklim sekolah yang baik dan damai, secara tidak
langsung akan dapat mencegah intoleransi beragama.
B. Saran
1. Dalam penyusunan silabus hendaklah prinsip desentralistik benar-benar
diperhatikan kembali.
43
2. Perlu ditambahkan sikap yang akan ditanamkan pada siswa, sehingga
guru terfokus dalam pembelajaran.
3. Pada silabus PAKT perlu dikembangkan pula materi mengenai aplikasi
ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya sebatas ranah
keimanan saja.
4. Pembelajaran pada PAK dan PAKT dilaksanakan secara kolektif dan
bergantian, sehingga pengembangan yang ada pada silabus kurang
maksimal, sehingga guru harus lebih memperhatikan penyusunan silabus
yang disesuaikan dalam KBM.
5. Redaksi atau pemilihan kata perlu diperhatikan kembali, sehingga tidak
memunculkan multi tafsir, karena dikhawatirkan memunculkan sikap
intoleran.
6. Kebebasan dalam toleransi beragama harus diperhatikan lagi, satu sisi
siswa non muslim bebas mengikuti pembelajaran PAI, satu sisi guru PAI
merasa kurang nyaman dalam KBM. Perlu diperhatikan lagi kebijakan
sekolah mengenai kebebasan dalam pembelajaran agama.
7. Sekolah perlu memfasilitasi siswa non muslim dalam kegiatan pesantren
Ramadhan, dengan mendatangkan guru PAK dan PAKT. Dengan
demikian pengembangan toleransi beragama, khususnya kebebasan
menjalankan keagamaan akan berjalan secara optimal.
44
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Masykuri. Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan.
Jakarta: Kompas. 2001.
Azra, Azyumardi. Reposisi Hubungan Agama dan Negara, Merajut Kerukunan
Antarumat. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. 2002.
Azra, Azyumardi. Konteks Berteologi di Indonesia Pengalaman Islam. Jakarta:
Paramadina. 2000.
Baidhawy, Zakiyuddin. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta:
Erlangga. 2005.
Busro, Muhammad, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta:
Media Akademia. 2017.
Farikhah, Siti. Manajemen Lembaga Pendidikan. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
2015.
Edward N. Teall, A.M. Webster’s New American Dictionary. New York: Book.
1985.
Held, David and Henrietta L. Moore. Cultural Politics in a Global Age,
Uncertainly, Solidarity, and Innovation. Oxford: Oneworld Publication.
2007.
Kemendikbud. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI SMK, Jakarta:
Kemendikbud. 2014.
Kemendikbud. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas XI SMK.
Jakarta: Kemendikbud . 2013.
Kemendikbud. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas XI SMK.
Jakarta: Kemendikbud. 2014.
Moloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2005.
Mulyasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Suatu Panduan Praktis.
Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007.
Munawar Rachman, Budhy. Pendidikan Karakter: Pendidikan Menghidupkan
Nilai untuk Pesantren, Madrasah dan Sekolah. Jakarta: Lembaga Sosial
Agama dan Filsafat (LSAF). 2015.
Naim, Ngainun. Islam dan Pluralisme Agama. Yogyakarta: Aura Pustaka. 2013.
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2015.
Soekama. Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu. 1998.
Syamsuri. Pendidikan Agama Islam Kelas XI SMK Edisi KTSP 2006. Jakarta:
Erlangga. 2007.
Teall, A.M, Edward N. Webster’s New American Dictionary. New York: Book.
1985.
Tillman, Diane. Living Value An Education Program (Pendidikan Nilai untuk
Anak).Penerjemah: Adi Respati, dkk. Jakarta: Grasindo. 2004.
Widiyanto, Asfa. Religious Authority and the Proppects for Religious Pluralism
in Indonesia, The Rule of Traditionalist Muslim Scholar. Germany: LIT
Verlag. 2016.
45
Yuprieli Hulu, Alfrida L Mambala, dkk. Suluh Siswa 2:Berubah Dalam Kristus.
Jakarta: Gunung Mulia. 2009.
Ana Cristina Araujo, Iwan-Michelangelo Daprile, Bojan Borsner, and Smiljana
Gatner, “The Historical and Philosophical Dimensions of the Conseptof
Tolerance”, Discrimination and Tolerance in Historical Perspective,
Volume 4, Nomor 18, (2008), 1787-1201.
Casram, “Membangunkan Sikap Toleransi Beragama dalam Masyarakat Plural”,
Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, Volume 1, Nomor 2, (Juli 2016):
187-198. Siradj, Aqiel Said, ”Tasawuf Sebagai Basis Tasamuh, dari Social Capital Menuju
Masyarakat Moderat”, Jurnal Al-Tahrir, Volume 13, Nomor 1, (Mei
2013): 87-106.
Friedich Schweitzer., “Religious Individualization: New Challanges to Education
for Tolerance”, Religious Education, Volume 29, Nomor 1, (2007): 89-
100.
Jamrah, Suryan A. “Toleransi Antar Umat Beragama: Perspektif Islam”,
Ushuluddin, Volume 23, Nomor 2, (Desember 2015): 192-193. Jason S. Wrench., “Religious Fundamentalism and Intercultural Communication:
The Relationships Among Ethnocentrism, Intercultural Communication
Apprehension, Religious Fundamentalism, Homonegativity, and Tolerance
for Religious Disagreements”, Journal of Intercultural Communication
Research, Volume 35, Nomor 1, (2007): 23-44.
Laura L. Moore, “Accounting for Spatial Variation in Toleransce: The Effeccts of
Education and Religion”, Social Forces, Volume 84, Number 4, (Juni
2006): 2205-2222. Ali Lintuhaseng, Muhammad, “Nilai-nilai Pendidikan Multikultural dalam Buku-
buku Ajar Sejarah Kebudayaan Islam (Telaah atas Buku Pelajaran SKI
Kelas XII Madrasah Aliyah)”, Tesis, UIN Yogyakarta, 2011.
Rofiqoh, “Penanaman Sikap Toleransi Beragama dalam Pendidikan Agama (Studi
atas Agama Islam, Kristen Katolik di SMK YPKK 2 Sleman
Yogyakarta)”, Tesis, UIN Yogyakarta, 2014.
46
47