Download - NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NASKAH DRAMA …
1
NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NASKAH DRAMA
MARSINAH KARYA RATNA SARUMPAET
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)
IFA WESYARI
NPM. 09080382
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2015
2
NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NASKAH DRAMA
MARSINAH KARYA RATNA SARUMPAET
SKRIPSI
IFA WESYARI
NPM. 09080382
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2015
3
4
5
6
ABSTRAK
Ifa Wesyari (NPM: 09080382), Nilai Moral Tokoh Utama dalam Naskah
Drama Marsinah Karya Ratna Sarumpaet, Skripsi. Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat,
Padang, 2015.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh semakin menurunnya nilai-nilai moral
didalam realita kehidupan. Naskah drama Marsinah karya Ratna Sarumpeat
menggambarkan nilai-nilai tentang moral yang dapat dijadikan contoh dan hikmah
serta pelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai-nilai
moral yang ada di dalam naskah drama Marsinah karya Ratna Sarumpeat.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif yang bersifat analisis isi. Objek penelitian ini adalah naskah
drama Marsinah karya Ratna Sarumpeat dengan fokus penelitian adalah aspek
nilai-nilai moral tokoh utama Marsinah yang terdapat dalam naskah drama
Marsinah.
Aspek nilai-nilai moral yang terdapat dalam naskah drama tersebut adalah
yang berkaitan dengan hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, hak dan
kewajiban, serta nilai dan norma. Hasil penelitian menunjukan bahwa perwatakan
tokoh yang terdapat dari sikap dan perilaku tokoh berupa ucapan yang memprotes,
dan pristiwa yang dilakukan oleh tokoh yaitu Marsinah. Nilai moral yang
ditampilkan oleh tokoh utama menentukan baik atau tidaknya nilai moral yang
diperankan oleh tokoh dapat ditinjau dari aspek moral yaitu (1) hati nurani dapat
dilihat dari tokoh utama Marsinah yang tidak tega melihat kaum buruh tidak
makan, upah yang tidak layak yang mengakibatkan buruh pabrik tidak makan.
Bahkan jauh dari kata manusiawi, (2) kebebasan dan tanggung jawab dapat dilihat
tokoh Marsinah yang tidak diberikan kebebasan dalam memprotes pabrik. Jika
memprotes maka diadu dengan pemerintah dengan mengatas namakan peraturan.
Tanggung jawab pabrik terhadap buruh yang bekerja tidak ada seperti perlakuan
yang tidak manuasiwi, (3) hak dan kewajiban dapat dilihat dari sikap Marsinah
yang protes menuntut haknya dan hak para buruh untuk memprotes keadilan
tentang upah yang layak, perlakuan secara baik, dan nasib para buruh. Namun
Marsinah dibunuh dengan sangat sadis dan kejam, (4) nilai dan norma terlihat dari
tokoh Marsinah yang menanamkan nilai artinya sebuah kemerdekaan dari
ketertindasan. Aturan yang dibuat dengan tidak mempertimbangkan nasib buruh
diprotes demi kemakmuran masyarakat kecil.
Kata Kunci : Nilai, Moral, Tokoh Utama, Drama Marsinah.
i
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “ Nilai Moral Tokoh Utama dalam Naskah Drama Marsinah Karya Ratna
Sarumpaet.” Penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak
dalam proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, sebagai wujud rasa hormat,
penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.
1. Zulfitriyani, S.S., M. Pd. dan Trisna Helda, M. Pd. Sebagai pembimbing I
dan pembimbing II yang telah membimbing penulis dan memberikan
arahan serta pengetahuan dalam menyelesaikan skrispsi ini dengan penuh
kebijakan dan kesabaran.
2. Ibu Aruna Laila, S.S., M.Pd, Dra Indriani Nisja, M.Pd, dan Asri Wahyuni
Sari, M.Pd, selaku tim penguji yang telah memberikan kritikan dan saran
serta masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyempurnakan
skripsi ini.
3. Iswadi Bahardur, S.S., M. Pd. Sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
4. Indriani Nisja M, Pd. Sebagai Sekretaris Prodi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
5. Aruna Laila, S.S., M. Pd. Sebagai Pembimbing Akademik (PA)
6. Ibu Dr. Zusmelia, M. Si selaku ketua STKIP PGRI Sumatera Barat.
7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia STKIP PGRI Sumatra Barat.
ii
8
8. Teristimewa untuk orang tua, kakak, adik tercinta,Igo Pacola, S.Pd, Drh.
Ariza Sumarni, Windi Septia Diningsih, Nicky Desella dan keluarga yang
telah memberikan doa dan dorongan moril dan materi kepada penuilis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman yang senasib dan seperjuangan pada program studi
pendidikan Bahasa Indonesia khususnya sesi B. Sahabat yang turut
memberikan dukungan serta perhatian, Putri Dewi Susanti, S.Pd, Liza
anggaraini, SPd, Febrita Waroma, S.Pd, dan adik-adik kos yang tidak
berhenti-hentinya memberikan semangat, Wardatul Fitrah, Anita, sila,
Septina Anggraini, Yolanda, Okta Indra Sari, Shindi Alifianti Ulfiah, lusi,
Sri Rahmayuni, Dinda Rizkilia dan Inelti, Serta abang DWM, semonga S2
cepat selesai. Amin.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per-satu yang selalu
memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Mudah-mudahan bantuan dari pihak-pihak yang telah disebutkan di atas,
mendapatkan pahala serta balasan dari Allah SWT. Penulis telah berusaha
semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini, apabila masih terdapat
kesalahan atau kekurangan, penulis mohon maaf. Penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam dunia pendidikan.
Padang, Februari 2015
Penulis
iii
9
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
1.2 Fokus Masalah ........................................................................ 4
1.3 Rumusan Masalah.................................................................. 4
1.4 Pertanyaan Penelitian ............................................................. 4
1.5 Tujuan Penelitian .................................................................... 4
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................. 5
1.7 Definisi Penelitian ................................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ......................................................................... 7
1. Hakikat Drama ..................................................................... 7
a. Pengertian Drama ............................................................ 7
b. Unsur Pembentukan Drama ............................................ 8
1. Unsur Intrinsik ............................................................ 8
2. Unsur Ekstrinsik .......................................................... 17
2. Hakikat Moral ................................................................... 17
a. Pengertian Moral ........................................................... 17
b. Aspek Moral .................................................................. 18
3. Pendekatan Moral dalam Karya Sastra .............................. 21
B. Penelitian yang Relevan ........................................................... 23
C. Kerangka Konseptual ............................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian ................................... 27
B. Metode Penelitian ................................................................... 27
C. Data dan Sumber Data ............................................................ 27
iv
10
D. Instrumen Penelitian................................................................ 28
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 28
F. Teknik Analisis Data ............................................................... 29
G. Teknik Pengabsahan Data ....................................................... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Temuan Penelitian .................................................................. 31
B. Pembahasan Nilai Moral Tokoh Utama dalam Naskah Drama
Marsinah Karya Ratna Sarumpaet .......................................... 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 56
B. Saran ....................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….59
v
11
DAFTAR LAMPIRAN
A. Sinopsi Marsinah…………………………………………………..61
B. Inventarisasi Data………………………………………………….64
12
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan suatu keindahan yang terdapat dalam
mengungkapkannya. Pengarang menciptakan nilai karya seindah mungkin agar
pembaca bisa menikmati karyanyadan memahaminya dengan baik. Karya sastra
selalu menceritakan kehidupan manusia yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Kehadiran sastra dilingkungan manusia tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran
tersebut diterima sebagai salah satu realitas.Sastra tidak saja dinilai sebagai
sebuah karya seni yang memiliki imajinasi dan emosi, tetapi telah dianggap
sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual.Karya
sastra juga menceritakan nilai-nilai religi, nilai-nilai sosial, dan nilai-nilai
moral.Salah satu permasalahan yang sering diceritakan dalam karya sastra adalah
masalah nilai dan moral, karena kedua hal ini merupakan sikap baik dan buruk
perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Karya sastra yang memiliki nilai dan moral akan bermanfaat bagi
pembaca, sebab dengan adanya nilaimoral membuat pembaca menjadi termotivasi
dan tertarik untuk menjadi manusia yang lebih baik. Naskah drama
mengungkapkan moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan
pandangannya tentang moral. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh
itulah, pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral
yang disampaikan dan diamanatkan.
1
2
Drama sebagai salah satu karya sastra memuat pengalaman manusia.
Drama merupakan peristiwa perjalanan kehidupan, sehingga drama dapat
dikatakan proses realitas kehidupan yang terwujud melalui pementasan dan
mengandung nilai-nilai yang berkaitan dengan realitas kehidupan. Pengarang
mengungkapkan keindahan melalui ide-ide dan gagasan di dalam naskah tersebut.
Selain itu, pembaca akan merasakan, merenungkan dan menghayati permasalahan
kehidupan yang diungkapkan oleh pengarang. Oleh karena itu, drama sebagai
karya sastra dapat memberikan motivasi kepada pembaca untuk ikut merenungkan
masalah kehidupan yang terjadi di dalam masyarakat. Masalah tersebut
diungkapkan oleh pengarang dengan baik melalui karya-karyanya.
Ratna Surumpet lahir di Tarung 16 Juli 1949, memulai karirnya di teater
pada tahun 1969. Tahun 1974 awal karirnya sebagai sutradara dengan
mementaskan secara intens, RubaiyatOmarKhayyam, Hamlet (Shakespeare)dalam
versi Batak, Romeo dan Juliet. Pada tahun 1994, ia membuat naskah drama yang
berjudul Marsinah, Nyanyian dari Bawah Tanah. Naskah drama ini menceritakan
tentang tokoh yang bernama Marsinah.
Marsinah merupakan gadis asal Nglondo, Nganjuk, Jawa Timur yang
dilahirkan pada 10 April 1969.Marsinah yang ditemukan terbunuh di hutandi
dusun Jegong, kecamatan Wilayang, Nganjuktelah menunjukkan bahwa hak asasi
bukanlah suatu yang hanya dibicarakan sebagai sebuah benda yang datang dari
luar dan bergulir jadi percaturan antara orang-orang penting.Apa yang dialami
Marsinah adalahsebuah gambaran keadaan sosial, tentang bagaimana seseorang
yang memperjuangkan tuntutan yang bersahaja pada akhirnya tersangkut dengan
3
masalah hak yang dasar,hak untuk punya suara, hak untuk punya harapan, dan hak
untuk punya jiwa dan raga.
Sejarah kriminal di Indonesia kasus pembunuhan Marsinah berkembang
pada 8 Mei 1993. Kasus itu terkait dengan aksi unjuk rasa para pekerja di PT
Catur Putra Surya (CPS) dengan pihak manajemen pabrik yang melibatkan
anggota polisi dan militer Indonesia. Kaum pekerja di PT CPS menuntut
penyesuaian upah sesuai dengan ketentuan Upah Minimum Regional (UMR) yang
digariskan dalam keputusan Menteri Tenaga Kerja No 50/1992, dari upah pokok
Rp 1700,00 perhari menjadi Rp 2250,00 terhitung 1 Maret 1992. Akhirnya, pada 4
Mei 1993 dapat dirumuskan kesepakatan antara para pekerja dengan pihak
perusahaan yang diiringi adanya kematian salah seorang pekerja CPS,
Marsinah.Marsinah mati karena tusukan benda runcing.Perutnya luka sedalam 20
cm. Selaput daranya robek dan tulang kelamin bagian depannya hancur.Sekitar
dua liter darah keluar dari tubuhnya yang disiksa dan dihajar.
Penelitian ini ingin mengungkapkan nilai moral tokoh utama dalam
drama Marsinahyaitu Marsinah. Mengenai nilai moral itu sendiri dapat dikaitkan
dengan empat aspek yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, hak dan
kewajiban, dan nilai norma. Penelitian ini diberlakukan hanya pada tokoh
Marsinah karena tokoh Marsinah sebagai tokoh utama sering muncul dalam setiap
episode setiap naskah drama dibandingkan dengan tokoh lain meskipunselain
tokoh Marsinah, masih ada tokoh lain yang muncul dalam naskah drama ini.
\
4
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diungkapkan di atas, maka
penelitian dapat difokuskan kepadanilai moral tokoh utama dalam naskah drama
Marsinah karya Ratna Sarumpaet.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalah di atas, rumusan masalahnya adalah
bagaimana nilai moral tokoh utama dalam naskah drama Marsinah karya Ratna
Sarumpaet.
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut: (1) bagaimanakah nilai moral tokoh terkait dengan hati
nurani yang terdapat dalam naskah drama Marsinah karya Ratna Sarumpaet? (2)
bagaimanakahnilai moral kebebasan dan tanggung jawab dalam naskah drama
Marsinah karya Ratna Sarumpaet? (3) bagaimanakah bentuk nilai moral hak dan
kewajibandalamnaskah drama Marsinah karya Ratna Sarumpaet? (4)
bagaimanakah bentuk nilai moral yang berkaitan dengan norma dalam naskah
drama Marsinah karya Ratna Sarumpaet?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) nilai-nilai moral
dalam naskah drama Marsinah karya Ratna Sarumpaet yang berhubungan dengan
hati nurani, (2) nilai-nilai moral dalam naskah drama Marsinah karya Ratna
Sarumpaet yang berhubungan dengan kebebasan dan tanggung jawab, (3) nilai-
nilai moral dalam naskah drama Marsinah karya Ratna Sarumpaet yang
5
berhubungan dengan hak dan kewajiban, (4) nilai-nilai moral dalamnaskah drama
Marsinah karya Ratna Sarumpaet yang berhubungan dengan norma.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para pembaca,
baik bersifat teoretis maupun praktis.
1. Manfaat teoritis
(a) Memberikan konstribusi terhadap ilmu sastra. (b) Bermanfaatuntuk
membudayakan penggunaan pemilihan terhadap teori-teori yang mapan terhadap
karya sastra (c) Memperkaya gambaran tentang perkembangan sastra.
2. Manfaat Praktis
(a) Bagi penulis sendiri sebagai menambah pengetahuan dan pengalaman
meneliti khususnya tentang karya sastra naskah drama yang ditulis oleh sastrawan
Indonesia yang sangat kreatif dan produktif, (b) bagi masyarakat atas pecinta
sastra untuk meningkatkan pemahaman terhadap naskah drama, (c) bagi
mahasiswa atau pelajar menambah pengetahuan dan wawasan tentang naskah
drama Indonesia yang ditulis oleh sastrawan Indonesia ternama, (d) bagi pembaca
sebagai menambah daya apresiasi terhadap sastra Indonesian khususnya naskah
drama.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari masalah tafsiran sekaligus sebagai panduan
dalammemahami istilah-istilah yang terkait dalam penelitian tentang nilai moral
tokoh utama dalam naskah drama Marsinah karya Ratna Sarumpaetsebagai
berikut: (1) nilai moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima secara
6
umum mengenai perbuatan yang berlaku di tengah-tengan masyarakat. (2) tokoh
utama merupakan tokoh yang dominan atau yang sering muncul dalam sebuah
pertunjukan atau tokoh yang menjadi sorotan dalam sebuah cerita. (3) drama
adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan
kehidupan dan watak tokoh melalui tingkah laku (peran) atau dialog yang
dipentaskan (4) drama Marsinah adalah drama yang di tulis oleh Ratna
Sarumpaet.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Penelitianini menggunakan beberapa teori yang relevan sebagai bahan
acuan dalam analisis. Berikut akan diuraikan beberapa teori yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu (1) hakikat drama, (2) hakikat moral (3) pendekatan
moral dalam karya sastra.
1. HakikatDrama
Dalam pembentukan drama ini akan dikemukakan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan drama. Acuan teori yang digunakan yaitu: a) pengertian drama
dan b) unsur-unsur pembentukan drama.
a. Pengertian Drama
Menurut Ferdinand dan Balthaza Verhagen (dalam Hasanuddin, 1996:3),
drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus
melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku.Hasanuddin (1996:7),
drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog-dialog
dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai seni pertunjukan.Suomardjo (dalam
Hasanuddin, 1996: 127), drama merupakan salah satu genre sastra.Sebagai genre
sastra, drama memungkinkan untuk ditulis dalam bahasa yang memikat dan
mengesankan. Drama dapat ditulis pengarangnya dengan menggunakan bahasa
sebagaimana sebuah sajak, penuh irama, dan kaya akan bunyi yang indah
sekaligus menggambarkan watak-watak manusia secara tajam, serta menampilkan
peristiwayang penuh bersuspen.Hayawan (dalam Hasanuddin, 1996:2)
memandang drama sebagai peniruan.
7
8
Berdasarkan pendapatempat pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan.Atau
drama merupakan salah satu genre sastra.Sebagai genre sastra, drama
memungkinkan untuk ditulis dalam bahasa yang memikat dan mengesankan.
b. Unsur-unsur PembentukanDrama
Drama merupakan sebuah karya yang dibangun oleh sebuah struktur atau
unsur.Kedua unsur inilah yang sering disebut para kritikus dalam rangka mengkaji
atau membicarakan karya sastra pada umumnya.Kedua unsur tersebut dapat
dikatakan sebagai unsur intrinsik dan unsur ektrinsik.Semi (1988:35) mengatakan
bahwa struktur intrinsik dan struktur ektrinsik merupakan unsur atau bagian yang
secara fungsional berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya.
1). Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun drama dari dalam drama
itu sendiri.Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya
sastra. Unsur-unsur inilah yang secara faktual yang akan dijumpai jika orang
membaca sebuah karya sastra. unsur intrinsik sebuah drama adalah unsur-unsur
yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Jika dilihat dari sudut
pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita menyaksikan
sebuah drama (Nurgiyantoro, 1995:23).
Unsur-unsur intrinsik tidaklah terlepas satu sama lainnya, tetapi secara
bersama-sama membentuk kesatuan dan kepaduan drama. Sebuah drama yang
baik adalah bila unsur-unsurnya itu saling tunjang-menunjang dan saling
mendukung untuk mencuatkan permasalahan-permasalahan.Menurut(Muhardi dan
9
Hasanuddin WS, 1992:22).unsur intrinsik terdiri atas sejumlah unsur, antara lain
sebagai berikut ini:
a) Penokohan
Muhardi dan Hasanuddin (1992:24) menjelaskan bahwa penokohan
merupakan hal hal yang berkaitan dengan penamaan, pemeranan, keadaan psikis,
dan karakter. Sementara itu,Abrams (dalam Nurgiyantoro 1995:165) mengatakan
bahwa tokoh cerita atau character adalah orang-orang yang ditampilkan dalam
suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas
moral dan kecenderungantertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan
apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan juga dapat diketahui bahwa
antara seorang tokoh dengan kualitas pribadinya erat berkaitan dalam penerimaan
pembaca.Dalam hal ini khususnya dari pandangan teori resepsi, pembacalah
sebenarnya yang memberi arti semuanya. Untuk kasus kepribadian seorang tokoh,
pemaknaan itu dilakukan berdasarkan kata-kata dan tingkah laku lain.
Atmazaki (2007:102) mengatakan bahwa tokoh adalah orang yang
dilengkapi dengan kualitas moral dan watak yang diungkapkan oleh apa yang
dikatakannya (dialog)dan apa yang dilakukannya (tindakan). Tokoh-tokoh dalam
sebuah karya fiksi dapat dibedakan kedalam jenis tokoh yaitu:
(1)Tokoh utama dan tokoh tambahan
Tokoh utama adalah tokoh-tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam
drama yang bersangkutan.Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan,
baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, tokoh utama
senantiasa hadir dalam suatu kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku
10
cerita yang bersangkutan. Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan
selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan
perkembangan plot secara keseluruhan.
Tokoh utama selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan
konflik, penting yang mempengaruhi perkembangan plot. Di pihak lain,
pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tak
dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh
utama, secara langsung atau tidak langsung. Tokoh tambahan sama dengan tokoh
figuran yang perannya tidak penting bagi keutuhan tema.
(2)Tokoh protagonis dan tokoh antagonis
Altenbernd & Lewis (dalam Nurgiyantoro, 1995:178) menjelaskan tokoh
protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu jenisnya secara populer
disebut hero tokoh yang merupakan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi
kita.Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita
dan harapan pembaca.Tokoh antagonisadalah tokoh-tokoh yang jahat dan tidak
baik serta sering membuat nilai-nilai negatif.
Untuk menentukan tokoh-tokoh cerita ke dalam protagonis dan antagonis
kadang-kadang tidaklah mudah, atau paling tidak orang bisa berbeda pendapat.
Tokoh yang mencerminkan harapan dan norma ideal memang dapat dianggap
sebagai tokoh protagonis. Namun, tak jarang ada tokoh yang tidak membawakan
nilai-nilai moral atau yang berdiri di pihak sana, justru yang diberi simpati dan
empati oleh pembaca.
(3)Tokoh sederhana dan tokoh bulat
11
Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi
tertentu, satu sifat watak yang tertentu saja. Sebagai seorang tokoh manusia, ia tak
diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya. Ia tidak memiliki sifat dan
tingkah laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sifat dan
tingkah laku seorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya
mencerminkan satu watak tertentu. Tokoh sederhana dapat saja melakukan
berbagai tindakan, namun, semua tindakannya ia akan dapat dikembalikan pada
perwatakan yang dimiliki dan yang telah di formulasikan.
Tokoh bulat atau tokoh kompleks adalah tokoh yang memiliki dan
diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati
dirinya.Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia
pun dapat pula menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam. Oleh
karena itu, perwatakannya pun pada umumnya sulit dideskripsikan secara tepat.
Dibandingkan dengan tokoh sederhana, tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan
manusia yang sesungguhnya, karena disamping memiliki berbagai kemungkinan
sikap dan tingkatan, ia juga sering memberikan kejutan Abrams (dalam
Nurgiyantoro, 1995:183).
(4)Tokoh statis dan tokoh berkembang
Altenbernd & Lewis,(dalam Nurgiyantoro 1995:188) menjelaskan tokoh
statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan dan
perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang
terjadi.Tokoh jenis ini tampak seperti kurang terlibat dan tak berpengaruh oleh
12
adanya perubahan perubahan lingkungan yang terjadi karena adanya hubungan
antar manusia.
Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahandan
perkembangan perwatakan sejalandengan perkembangan dan perubahan peristiwa
dan plot yang dikisahkan. Ia secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya, baik
lingkungan sosial, alam, maupun yang lain, yang kesemuanya itu akan
mempengaruhi sikap, watak, dan tingkah lakunya.
(5)Tokoh Tipikal dan tokoh Netral
Altenbernd & Lewis (dalam Nurgiyantoro, 1995:190) mengatakan bahwa
tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan
individualisnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau
kebangsaannya, atau sesuatu yang lain yang bersifat mewakili. Tokoh tipikal
merupakanpenggambaran, pencerminan, atau penunjukkan terhadap
orang.Penggambaran itu tentu saja bersifat tak langsung dan tak menyeluruh.
Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu
sendiri.Ia benar-benar merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dalam dunia
fiksi, ia hadir semata-mata demi cerita, atau bahkan dialah sebenarnya yang
mempunyai cerita, pelaku cerita, dan yang diceritakan. Kehadirannya tidak
berpretensi untuk mewakili atau menggambarkan sesuatu yang di luar dirinya,
seseorang yang berasal dari dunia nyata.
Berdasarkan pendapat para pakar diatas dapat disimpulkan (1) tokoh
utama adalah tokoh yang memainkan peranan utama dalam sebuah cerita. (2)
tokoh tambahan adalah tokoh pembantu yang menyongkong tindak tanduk dalam
13
mengembangkan cerita dan bilanganya lebih banyak dari tokoh cerita, dan (3)
tokoh bulat atau tokoh tapikal adalah tokoh yang berperan seperti manusia realita,
yaitu yang mengalami kejatuhan, kebaikan keuntungan, kerugian, kebahagiaan
dan sebagainya.
b) Peran
Menurut Robert Scholes (dalam Junus 1988; dan Elam, 1980:81)
Merumuskan enam kedudukan peran para tokoh di dalam drama.Keenam
kedudukan inilah yang membangun cerita dan membentuk konflik dalam sebuah
drama. Keenam kedudukan itu antara lain sebagai berikut:
(1) Peran Lion, yaitu peran yang dilambangkan dengan tokoh atau tokoh-tokoh
yang dapat dikategorikan dengan tokoh pembawa ide atau tokoh protagonis.
Tokoh ini memperjuangkan sesuatu yang mungkin berupa kebenaran,
kekuasaan, perdamaian, dan cinta. Tokoh peran Lion mendapatkan banyak
hambatan dan rintangan.
(2) Peran Mars, yaitu peran yang menentang dan menghalang-halangi perjuangan
peran Lion dalam mencapai keinginan dan tujuan yang diperjuangkan tokoh
peran Lion tersebut. Peran Mars juga berkeinginan untuk mendapatkan apa
yang diinginkan peran Lion. Disamping menghalang-halangi keinginan peran
Lion, peran Mars juga bermaksud mencapai keinginan tertentu. Peran Mars
dikenal dengan sebutan tokoh antagonis.
(3) Peran Sun, yaitu tokoh yang menjadi sasaran perjuangan Lion dan juga ingin
didapatkan Mars.
14
(4) Peran Earth, yaitu tokoh yang menerima hasil perjuangan Lion atau Mars.
Jika Lion berjuang untuk dirinya sendiri, maka Lion sekaligus berperan
sebagai Earth. Begitu juga dengan Mars, jikaia berjuang untuk dirinya sendiri
maka sekaligus Mars perperan sebagai Earth.
(5) Peran Scale yaitu peran yang menghakimi, memutuskan, menengahi, atau
juga menyelesaikan konflik dan permasalahn yang terjadi di dalam drama.
(6) Peran Moon yaitu peran yang bertugas sebagai penolong.
c) Alur atau Plot
Nurgiyantoro (1995:96) menjelaskan bahwa alur cerita adalah peristiwa
yang jalin-menjalalin berdasarkan atas urutan atau hubungan tertentu. Sebuah
rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasarkan atas urutan waktu, urutan kejadian,
atau hubungan sebab akibat, baik secara linear atau lurus maupun secara
kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh, padu, bulat dan suatu
prosa fiksi. Plot adalah cerita yang berisikan urutan kejadian, namun tiap kejadian
itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang disebabkan atau
peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana. Karena
pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab alur cerita
ialah jalinan peristiwa yang melatari sebuah prosa fiksi yang dihubungkan secara
sebab akibat.
Muhardi dan hasanuddin (1992:27) menjelaskan karakteristik alur dapat
dibedakan menjadi konvensional dan inkonvensional. Alur konvensioanal adalah
jika peristiwa yang disajikan lebih dahulu selalu menjadi penyebab munculnya
peristiwa yang hadir sesudahnya. Peristiwa yang muncul kemudian, selalu
15
menjadi akibat dari peristiwa yang diceritakan sebelumnya. Alur inkonvensional
adalah peristiwa yang diceritakan kemudian menjadi penyebab dari nperistiwa
yang diceritakan sebelumnya atau peristiwa yang diceritakan lebih dahulu menjadi
akibat dari peristiwa yang diceritakan sesudahnya.
d) Latar atau Setting
Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995:216) menjelaskan bahwa latar atau
setting disebut sebagai landas tumpu, menyerankan pada pengertian tempat,
hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa peristiwa yang
diceritakan. Stanson (Nurgiyantoro, 1995:216) mengelompokan latar, bersama
dengan tokoh dan plot, ke dalam fakta (cerita) sebab ketiga inilah yang akan
dihadapi, dan dapat diimajinasi oleh pembaca secara konkret dan langsung
membentuk cerita. Tokoh cerita adalah pelaku dan penderita kejadian kejadian
yang bersebab akibat, dan itu perlu pijakan, dimana dan kapan.
Muhardi dan Hasanuddin (1992:30) menjelaskan bahwa latar merupakan
penanda identitas permaslahan fiksi yang mulai secara samar diperlihatkan alur
atau penokohan. Latar memperjelaskan suasana, tempat dan waktu peristiwa itu
berlaku. Unsur unsur latar ada tiga yaitu latar tempat, latar waktu dan latar
suasana.
(1) Latar tempat
Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin
berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi
tempat yang tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah
16
tempat yang dijumpai dalam dunia nyata. Penggunaan latar tempat dengan nama-
nama tertentu haruslah yang mencerminkan, atau paling tidak bertentangan
dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan.
(2) Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah kapan tersebut
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat
berkaitan dengan peristiwa sejarah. Pengertian dan persepsi pembaca terhadap
waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam
suasana cerita. Masalah waktu dalam karya naratif, kata Genette (dalam
Nurgiyantoro, 1995:231) dapat bermakna ganda, di satu pihak menyarankan
waktu penceritaan, waktu penulisan cerita, dan pihak lainmenunjukkan pada
waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan dalam cerita.
(3) Latar sosial
Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup
yang cukup kompleks, ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan yang lain yang
tergolong latar spritual, disamping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status
sosial tokoh yang bersangkutan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latar atau setting
adalah tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
17
2). Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari
luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi dan lain-lain. Unsur-unsur
ekstrinsik ini dapat berupa: (a) sejarah atau biografi pengarang biasanya
berpengaruh pada jalan cerita di dalam drama. (b) situasi dan kondisi secara
langsung maupun tidak langsung situasi dan kondisi akan berpengaruh kepada
hasil karyanya. (c) nilai-nilai dalam cerita, dalam sebuah karya sastra terkanduang
nilai-nilai yang disisipkan oleh pengarang. Nilai-nilai antara lain: (a) nilai moral,
yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak atau budi pekerti atau baik buruknya
suatu perbuatan, (b) nilai sosial, yaitu berkaitan dengan norma dalam kehidupan
masyarakat, (c) nilai budaya, berkaitan dengan nilai budaya dalam kehidupan
masyarakat, (4) nilai estetika berkaitan dengan keindahan dalam karya sastra.
2. Hakikat moral
Dalamhakikat moral akan dikemukakan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan nilai moral. Acuan teori yang digunakan yaitu: a) pengertian
moral dan b) aspek moral.
a. Pengertian Moral
Moral berasal dari bahasa latinyaitu mores, yang berarti sopansantun.
Sedangkan moralitas adalah sopan santun atau segala sesuatu yang berhubungan
dengan etika (Chaniago,2000:405).Jadi moral berarti ajaran tentang baik buruknya
perbuatan yang diterima umum mengenai kelakuan, sikap, tindakan, kewajiban,
akhlak, budi pekerti, dan susila.
18
Secara umum pengertian moral adalah perbuatan baik danperbuatan buruk,
baik berupa sikap, tingkah laku, kewajiban, tanggung jawab dan lain
sebagainya.Sedangkan masalah moral dalam karya sastra menggambarkan
perbuatan tokoh dalam lingkungan masyarakat.Nurgiyantoro (1998:321)
menjelaskan bahwa moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan
pengarang yang bersangkutan tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang
ingin disampaikannya kepada pembaca.Secara umum moral dalam sastra
berlandaskan atas pandangan pengarang terhadap nilai-nilai kebenaran dan
kebaikan yang berupa pesan-pesan yang diamanatkan pengarang.
Pesan itu didapatkan melalui tingkah laku, perbuatan, dan sikap tokoh
dalam sebuah karya sastra. Pengarang sebaiknya mengajak pembaca mejunjung
tinggi norma moral, sehingga hal tersebut dapat berfungsi sebagai sarana
pendidikan moral. Karya sastra yang dibangun dari cerminan kehidupan manusia
diharapkan dapat membangun kedalaman jiwa kemanusiaan dengan keindahan
yang sejati.Dengan demikian hakikat moral dalam karya sastra mencerminkan
pandangan pengarang tentang nilai-nilai kebenarandan dapat berfungsi sebagai
sarana pendidikan moral.
b. Aspek Moral
Nilai moral menurut Bertens (2007:10) untuk melihat perilaku tokoh
secara individu sebagai berikut ini.
1) Nilai Moral Hati Nurani
Hati nurani berada dalam diri manusia dan kemanusiaan yang sama pada
setiap orang. Secara universal setiap orang mempunyai hati nurani
19
yangmempengaruhi segala tindakan dan perilakunya. Menurut Bertens (2000:131)
hati nurani adalah hati nurani manusia dalam hubungan susila budi manusia
sepanjang memberikan pengertian tentang baik dan buruknya perbuatan yang
akan dan sudah dilaksanakan. Hati nurani tidak mempunyai hubungan dengan
ketentuan umum yang berlaku dalam masyarakat melainkan adalah, melanggar
hati nurani berarti melanggar integritas pribadi dan menghianati hati sendiri.Hati
nurani berkaitan erat dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai kesadaran
dalam melakukan sesuatu setiap bertindak, kesadaran itu merupakan kesanggupan
manusia untuk mengetahui dirinya dan perbuatannya.
2) Nilai Moral Kebebasan dan Tanggung Jawab
Kebebasan dan tanggung jawab seolah-olah merupakan pengertian
kembar.Terdapat hubungan timbal balik antara dua pengertian ini, sehingga orang
yang mengatakan manusia itu bebas dengan sendirinya menerima juga manusia
itu bertanggung jawab. Kebebasan merupakan unsur yang harus ada pada diri
manusia karena kebebasan itu hak hakiki dari setiap manusia. Kebebasan itu akan
bermakna pada manusia apabila manusia tersebut dapat hidup tanpa ada yang
mengikatnya baik secara fisik maupun psikis.
Bertens (2000:12) menjelaskan bahwa kebebasan adalah keadaan manusia
yang tidak terikat pada suatu norma, aturan dan nilai-nilai yang ada
disekelilingnya untuk melakukan tindakan yang diinginkannya. Tanggung jawab
menurut Bertens (2000:12) adalah dapat menjawab bila ditanyai tentang perbuatan
yang dilakukan.Orang yang bertanggungjawab dapat diminta penjelasan tentang
tingkah lakunya. Tanggung jawab tidak saja dapat diartikan untuk menjawab
20
tentang perbuatan yang dilakukan melainkan ia tidak boleh mengelak terhadap
apa yang dilakukan. Maksudnya dapat menjelaskan tentang perbuatan baik kalau
perbuatan buruk terhadap dirinya, masyarakat umum dan kepada Tuhan.
Dari uraian diatas dijelaskan bahwasanya tanggung jawab itu merupakan
tuntutan yang diberikan atas segala perbuatan manusia.Dalam hal ini tanggung
jawab yang dimaksudkan adalah tanggung jawab moral seorang manusia atas
perbuatannya dan perhatiannya terhadap lingkungan sekitar sebagai manusia.
3) Nilai Moral Hak dan Kewajiban
Bertens (2000:12) mengemukakan bahwa hak adalah tuntutan. Pengakuan
yang dibuat oleh orang atau kelompok yang satu terhadap yang lain atau terhadap
masyarakat, klaim yang dibuat haruslah klaim yang syah atau klaim yang dapat
dibenarkan. Antara hak dan kewajiban mempunyai hubungan timbal balik yaitu
setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain untuk memenuhi hak
tersebut. Hak dibatasi oleh kewajiban, suatu hak berhenti menjadi hak apabila
merugikan orang lain.
Hak dan kewajiban adalah korelatif dan masing-masing merupakan
komplemen.Semua kewajiban sebagaimana sebuah hak berasal dari hukum karena
semua kewajiban adalah keharusan moral dan semua keharusan muncul dari
hukum, kewajiban adalah keharusan moral untuk mengerjakan atau tidak
mengerjakan sesuatu.
4) Nilai Moral tentang Nilaidan Norma
Dalam keseharian norma ada dua yaitu nilai baik dan nilai buruk, nilai
baik jika perbuatan itu baik, nilai buruk jika perbuatan itu buruk. Penilaian itu
21
bersifat relatif tergantung pada orang yang memberikan penilaian. Nilai moral
adalah nilai yang paling tinggi dan kehadirannya sejalan dengan nilai-nilai lain.
Nilai moral diikut sertakan dalam tingkah laku misalnya kejujuran, kesopanan,
dan kesetiaan.
Ciri-ciri moral menurut Bertens (2000:17) antara lain: (1) berkaitan
dengan hati nurani, salah satu ciri khas nilai moral adalah nilai yang berasal dari
suara hati nurani yang menuduh manusia meremehkan atau menentang nilai-nilai
moral dan memuji bila mewujudkan nilai-nilai moral, (2) mewajibkan, nilai-nilai
moral mewajibkan kita secara absolut menerimanya hal ini tidak bisa bisa
ditawar-tawar. Kewajiban absolut yang melekat pada nilai ini, berasal dari
kenyataan bahwa nilai-nilai ini berlaku bagi manusia sebagai manusia, dan nilai-
nilai yang menyangkut pribadi manusia secara totalitas, (3) berkaitan dengan
tanggung jawab kita, nilai moral berkaitan dengan pribadi manusia yang
bertanggung jawab. Nilai ini terdapat dalam diri manusia dan manusia sendirilah
yang menjadi sumber moralnya, (4) bersifat formal, nilai-nilai moral tidak bisa
berdiri sendiri tanpa kehadiran nilai-nilai lain. Artinya kehadiran nilai-nilai moral
sejalan dengan nilai-nilai lain seperti nilai ekonomis, nilai estetis, nilai agama, dan
lain sebagainya.
3. Pendekatan Moral dalam Karya Sastra
Muhardi dan Hasanuddin(1992:53) menyatakan bahwa umumnya kegiatan
analisis fiksi meliputi langkah-langkah pembacaan, pengiventarisasian, klarifikasi,
pembuktian, penyimpulan, dan laporan. Langkah-langkah penelitian ini
merupakan langkah dasar, maka tetap dipakai untuk semua tujuan analisis dengan
22
menggunakan metode dan pendekatan apa saja. Selanjutnya, Semi (1993: 63-64),
mengatakan bahwa pendekatan adalah asumsi-asumsi dasar yang dijadikan
pegangan dalam memandang suatu objek, dengan adanya pilihan pendekatan
dalam suatu kajian, kritikan, atau penelitian dapat membantu mengarahkan kajian
sehingga penelitian menjadi tajam.
Menurut Semi (1989:50), pendekatan moral dalam kenyataannya
cenderung menjurus kepada penggunaan ukuran dari segi nilai-nilai keagamaan.
Hal ini disebabkan moral dan tata nilai yang dianut oleh masyarakat yang
bersangkutan. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1994:50) mengatakan penganalisisan
karya sastra dapat dilakukan melalui empat karakteristik pendekatan yaitu (a)
pendekatan objektif , merupakan pendekatan yang hanya menyelidiki karya sastra
fiksi itu, (b) pendekatan mimesis, merupakan suatu pendekatan yang
menghubungkan karya sastra yang otonom dengan realitas objektif, (c)
pendekatan ekspresif, merupakan suatu pendekatan yang menghubungkan karya
sastra dengan pengarang sebagai penciptanya, (d) pendekatan pragmatis, suatu
pendekatan yang menghubungkan karya sastra dengan pembaca.
Pendekatan moral berdasarkan dari asumsi dasar bahwa salah satu tujuan
kehadiran sastra ditengah-tengah masyarakat pembaca adalah berupaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk berbudaya, berpikir,
dan berketuhanan.Dengan pendekatan moral ini, peneliti hendak melihat sejauh
mana karya sastra itu memiliki moral.Moral dalam pengertian filsafat merupakan
suatu konsep yang telah dirumuskan oleh sebuah masyarakat bagi menentukan
kebaikan dan keburukan.Oleh sebab itu, moral merupakan suatu norma tentang
23
kehidupan yang telah diberikan kedudukan istimewa dalam kegiatan ataupun
kegiatan sebuah masyarakat (Semi, 1993:72).
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian kepustakaan, penelitian sastra mengenai nilai
moral tokoh utama Marsinah dalam naskah drama Marsinah belum pernah
dilakukan sebelumnya.Penelitian mengenai nilai moral telah banyak dilakukan
oleh peneliti terdahulu.
Pertama, Mulyati, Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Negeri Padang (2002) dengan judul “Eksitensi gender Perempuan
dalam Marsinah: Nyanyian Dari Bawah Tanah Karya Ratna Sarumpaet.
Penelitian ini dilakukan dengan objek penelitian adalah keseluruhan peristiwa
yang diumgkapkan oleh Ratna Sarumpaet dalam naskah drama nyanyian dari
bawah tanah.Fokus penelitian adalah peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan
eksistensi jender perempuan dalam sistem hukum, politik, kemasyarakatan
parental dan sistem kekeluargaan.
Kedua,Nurhayati, Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Negeri Padang (2011) dengan judul Analisis nilai moral Nafas Cinta
Para Ahli Doa karya Wahyu Sujani dengan hasil analisisnya menggambarkan
kisah potret hidup manusia yang tak lepas dari berbagai godaan yang menentukan
sikap akan membawa pada kesesatan.
Ketiga, Nofianti, mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia, Universitas
Negeri Padang(2005) dengan judul analisis watak tokoh utama drama orang-
orang belanti karya Wirsan Hadi. Skripsi ini dapat disimpulkan bahwa
24
dramaOrang-Orang Belanti terdapat persoalan kehidupan masyarakat minang
kabau yang bermukim di daerah Belanti yaitu tentang adat istiadat yang terdapat
di dalam masyarakat Minangkabau.Masyarakat Belanti salah menggunakan adat
dan tanah pusaka sehingga menyebabkan Belanti tersingkir.
Berdasarkan penelitian diatas, ketiga penelitian tersebut memiliki
perbedaan dengan penelitian ini yaitu, terletak pada objek penelitiannya. Objek
penelitian ini yaitu nilaimoral tokohutama dalamnaskah dramaMarsinah Karya
Ratna Sarumpaet,sedangkan ketiga penelitian diatas yaitu pada skripsi Mulyati
meneliti Eksitensi gender Perempuan dalam Marsinah: Nyanyian Dari Bawah
Tanah Karya Ratna Sarumpaet, pada skripsi Nurhayati, menggunakan Analisis
nilai moral Nafas Cinta Para Ahli Doa karya Wahyu Sujani, dan pada skripsi
Nofianti meneliti analisis watak tokoh utama drama orang-orang belanti karya
Wirsan Hadi.
C. Kerangka Konseptual
Karya sastra merupakan sebuah hasil pemikiran pengarang dalam
menciptakan karya yang tidak hanya bergerak pada imajinatif melainkan
berpandangan pada kehidupan masyarakat sekitarnya. Salah satu bentuk karya
sastra dalam drama. Dalam penelitian ini, peneliti memilih drama Marsinahkarya
Ratna Sarumpaet. Unsur pembangun karya sastra ada dua unsur yaitu unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat di
dalam karya sastra. Unsur intrinsik yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu
penokohan, peran, alur, konflik, dan latar atau setting. Penokohan adalah
penamaan, karakter dan keadaan fisik dari seorang tokoh marsinah dalam
25
penelitian ini memiliki karakter yang menarik diteliti karena berhubungan dengan
nilai-nilai moral.
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu dari luar
karya sastra itu sendiri. Dari unsur ekstrinsik, peneliti membahas tentang nilai-
nilai yang terdapat dalam karya sastra. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai
moral. Macam-macam nilai moral dalam penelitian ini adalah nilai hati nurani,
kebabasan dan tanggung jawab, hak dan kewajiban, dan nilai dan moral. Dari
uraian diatas dapat diambil kesimpulan pada penelitian ini mengarah kepada nilai-
nilai moral tokoh marsinah dalam naskah drama marsinah karya Ratna
Sarumpaet. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagian kerangka konseptual
berikut ini.
1
Bagan 1
Kerangka Konseptual
Karya Sasra
Unsur Intrinsik Unsur Ektrinsik
Penokohan Moral Sosial Pendidikan Budaya Agama Peran Alur Konflik Latar atau
Setting
Nilai Moral Tentang Hati
Nurani
NilaI Moral Kebebasan dan
Tanggung Jawab
NilaI Moral Hak
dan Kewajiban
NilaI Moral tentang Nilai
dan Norma
Nilai Moral Tokoh Utama Dalam Naskah
Drama Marsinah Karya Ratna Sarumpaet
26
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif..
Moleong (2010:6), menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek
penelitian misalnya, prilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks kasus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan sebagai metode alamiah. Jadi dapat
disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak
menggunakan perhitungan atau angka-angka.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripstif
analisis. Ratna (2006: 53), menyatakan bahwa metode deskriptif analisis
dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul
dengan analisis.
C. Data dan Sumber Data
Data dalam pemelitiam ini adalah teks berupa kata-kata, kalimat, dan
dialog yang terdapat dalam naskah drama Marsinah karya Ratna Sarumpaet,yang
diterbitkan yayasan bentang budaya, YogyakartaOktober 2007 yang terdiri dari
116 halaman. Naskah drama inimerupakan cetakan pertama.Adapum sumber data
dalam penelitian ini adalah dramaMarsinahkarya Ratna Sarumpaet.
27
27
28
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri.Untuk melaksanakan
pengumpulan data, penulis bertindak sebagai pembaca ideal.Reaksi yang
ditimbulkan oleh pembaca ideal dapat berupa laporan penelitian atau bahkan
dalam bentuk penulisan karya sastra baru sebagai jawabannya terhadap karya
sastra yang telah dibaca dan dibantu dengan tabel inventarisasian untuk
menginterpretasi data yang berhubungan dengan konsep nilai-nilai moral.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan sebagai berikut: (a) membaca dan memahami
naskah drama Marsinah karya Ratna Sarumpaet dalam bentuk paragraf. (b)
menandai aspek-aspek moral yang dicerminkan oleh tokoh utama dalam naskah
drama Marsinah karya Ratna Sarumpaet. (c) mengelompokkan atau
mengklasifikasikan hasil penelitian.
Format Inventarisasi Data
Keterangan :
1. Hati Nurani
2. Kebebasan dan Tanggung Jawab
3. Hak dan Kewajiban
4. Nilai dan Norma
No Peristiwa Penokohan
Nilai Moral
Kutipan
dalam
Naskah
Hala
man 1 2 3 4
29
F. Teknik Analisis Data
Menurut Patton (dalam Moleong, 2005:280) analisis data merupakan
mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam proses pola, kategori, dan
satuan uraian dasar. Menurut Moleong (2005:208) analisis data merupakan proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data.
Data yang telah diinventarisasi dan diklasifikasikan sesuai dengan format
pencatatan, selanjutnya di analisis berdasarkan teori nilai moral sebagaimana telah
dipaparkan pada BAB II. Nilai-nilai moral tersebut diantaranya adalah: nilai moral
hati nurani, nilai moral kebebasan dan tanggung jawab, nilai moral hak dan
kewajiban, dan nilai moral tentang nilai norma. Tahap yang digunakan dalam
penelitian dengan menganalisis data sebagai berikut: (a) mendeskripsikan data
yang berhubungan dengan nilai-nilai moral, (b) menganalisis data sesuai nilai-
nilai danmoral, (c) menginterpetasi (mengelompokkan) data yang sudah
dianalisis, (d) membuat kesimpulan berdasarkan hasil penelitian, dan (e) menulis
laporan penelitian.
G. Teknik Pengabsahan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengabsahan data berupa uraian rinci.
Moleong (2012:338), menyatakan bahwa dalam teknik uraian rinci, peneliti
dituntut untuk melaporkan hasil penelitiannya melalui uraian yang diteliti dan
secermat mungkin dalam menggambarkan konteks penelitian. Uraian ini harus
mampu mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh
30
pembaca agar dapat memahami penemuan-penemuan yang diperoleh dari
hasil penelitian.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Temuan Penelitian
Hasil penelitian ini yaitu menemukan adanya nilai moral berupa hati
nurani, kebebasan dan tanggung jawab, hak dan kewajiban, serta nilai dan norma,
yang akan dijelaskan pada bagian berikut.
1. Nilai moral tokoh utama yang berkaitan dengan hati nurani
Mengikuti hati nurani merupakan suatu dasar bagi setiap manusia dalam
bertindak dan berinteraksi dengan orang lain tidak ada orang lain yang berwenang
untuk ikut campur tangan dalam putusan hati nurani seseorang baik keluarga
maupun kerabat. Hati nurani adalah hati yang telah mendapat cahaya terang dari
Tuhan, perasaan hati yang murni. Dengan hati nuraninya, manusia mengetahui,
melihat dan mendengar, merasa sesuatu yang ada dalam kehidupan. Bermula
ketika Marsinah memberontak tentang kehidupan tentang hati nurani. Hal itu
terlihat pada kutipan berikut.
“Demi Tuhan aku tidak mengiginkan ini aku ingin melupakannya.
Aku ingin melupakanya. Aku ingin menguburnya dalam-dalam...
Tetapi bagaimana aku harus mengingkari kesadaranku, sementara
dalam ratapan itu aku seperti melihat diriku.....
“Tentu kamu telah mati dengan tenang. diberangkatkan dengan
upacara yang berbunga-bunga. Kehidupan yang serba baik
membuatmu kehilangan kepekaan. Kehilangan dorongan-dorongan”
(Sarumpaet, 1997: 6)
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa tokoh yaitu Marsinah
memberontak terhadap hati nuraninya. Tokoh merasa dirinya berada dalam diri
seseorang yang meratap. Ratapan itu lah yang membuat hati nurani Tokoh
31
32
terpancing tentang kehidupan tempo dulu ketika Tokoh disiksa dan diperlakukan
yang tidak sewajarnya.
Tokoh melihat sosok yang sangat luar biasa, Yaitu seorang anak-anak
yang tak kenal dengan lapar apalagi lelah. Anak itu diperhatikan oleh Tokoh
dengan seksama. Tetapi Tokoh terpikir tentang nasibnya tempo dulu. Hal itu dapat
dilihat pada kutipan berikut.
“Tumbuh di tengah-tengah reruntuhan.. Bermain dengan puing-
puing.. berkerjaran dengan debu dan lapar... Anak ini nyaris tak
pernah mengeluh...Seperti sangat memahami.. seperti sangat
menerima.. dalam hati aku sering bertanya-tanya .. apa gerangan
yang memberi tubuh kecil ini kekuatan? Apa yang membuat
memiliki dada yang begitu lapang” (Sarumpaet, 1997: 10)
Berdasarkan kutipan diatas terlihat bahwa seorang anak yang
dilihatkannya nyaris tak pernah mengeluh. Seperti sangat memahami. Seperti
sangat menerima. Tentang keadaanya yang selalu direnung malang berteman
dengan kelaparan. Kelaparan menjadi teman sehari-harinya. Hati nurani Tokoh
tersentuh ketika melihat wanita itu terasa dirinya ada dalam wanita itu.
Ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. Hal itulah membuat Tokoh menjadi
bringas dan terkadang tak terkendali. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan
berikut.
“Menyadari apa... Siapa yang peduli ketidak adilan selain korban
ketidak adilan itu? Lapar membungkam mereka. Lapar membuat
mereka tidak mampu mengatakan „tidak‟. Membuat mereka tidak
mampu berpaling, melangkah meninggalkan majikannya, dan ini
membuat para majikan tidak pernah memperoleh pengalaman
ditinggalkan. Kesadaran seperti apa yang bisa diharapkan dari
mereka?”(Sarumpaet, 1997: 32)
33
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Tokoh memploklamerkan
tentang bagaimana hati nurani dirampas dengan membuat ketidakadilan.
Ketidakadailan terjadi akibat mereka yang lapar yang tidak mampu mengatakan
yang benar. hal itu sangat bertentangan dengan hati nurani mereka. Mereka tidak
sadar dengan apa yang mereka lakukan. Setelah itu mereka diperlakukan persis
seperti sapi perah. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berukut.
“Seperti seekor kerbau, atau seekor sapi. Dipelihara ketika otot dan
air susunya masih memberikan hasil. Tetapi begitu dia tidak mampu
lagi memberikan apa-apa, atau dia jadi liar dan jadi membahayakan,
ia akan disembelih, lalu di potong-potong, atau dicincang, kemudian
di bekukan”. (Sarumpaet, 1997: 34)
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Tokoh mengumpamakan
mereka yang bekerja menjadi buruh seperti binatang yaitu sapi perah. Susunya
diambil setelah tidak menghasilkan susu lagi sapi itu akan di potong-potong atau
di cincang, terakhir dibekukan. Begitu seterusnya terjadi sampai tak tahu kapan
usainya. Selanjutnya Tokoh menjelaskan Industri-indusri yang mempekerjakan
para pekerja yang tidak manusiawi. Hal itulah menjadi tuntutan Tokoh. Hal
tersebut terdapat dalam kutipan berikut.
“Jadi kamu tidak tahu hubungan isi perut buruh-buruh tadi itu
dengan citra dan kemajuan bangsamu?..Kamu tidak tahu bahwa
demi mengalirnya investasi, demi maraknya indusri-indusri
dinegerimu, atau demi gagahnya bangsamu di mata
perekonomiandunia, mereka itu tadi harus rela lapar” (Sarumpaet,
1997: 40).
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa hati nurani telah ditindas oleh
para pengusa terlebih masalah perut. Tokoh menjelaskan dengan lantang bahwa
kamu tidak tahu bahwa demi mengalirnya investasi, demi maraknya indusri-
34
indusri di negerimu, atau demi gagahnya bangsamu dimata perekonomian dunia,
mereka itu tadi harus rela lapar. Tokoh menanyakan hati nurani kepada Hakim.
Tentang bagaimana Hakim mendiamkan hati nuraninya. Hal itu terdapat dalam
kutipan berikut.
“lalu saksi-saksi palsu berdiri seperti boneka, remuk dan
ketakutan. Dan kamu Ibu Hakim, tidak tahu apa-apa?...Apa? Hati
nurani..... Apa kamu pikir yang hilang, ketika ketidakadilan
menghujam di ulu hatimu, dan kamu bungkam.. Jawab
pertanyaanku?”. (Sarumpaet, 1997: 43-44).
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa tokoh yaitu Marsinah marah-
marah dan menyatakan saksi-saksi palsu berdiri seperti boneka, remuk dan
ketakutan dan kamu Ibu Hakim, tidak tahu apa-apa?. Apa? Hati nurani. Apa kamu
pikir yang hilang, ketika ketidakadilan menghujam di ulu hatimu, dan kamu
bungkam. Jawab pertanyaanku? Tokoh mencoba membangkitkan atau
menyadarkan tentang hati nurani mereka. Hati nurani Hakim sudah hilang
lantaran diperbudak oleh harta dan jabatan. Hal itu terdapat dalam kutipan berikut.
“Ya. Aku memang sebaiknya berhenti. Apa lagi yang harus
dibicarakan dengan seorang Hakim yang sudah kehilangan hati
nuranainya, yang dengan mudah mencuci tanganya, menuding
„sebuah kekuatan‟ sebagai biang keladi? Kekuatan apa itu Ibu
Hakim? Kekuatan apa yang telah membuatmu kejang-kejang
kekuatan seperti itu?” (Sarumpaet, 1997: 45)
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Marsinah mulai membenci
sang Hakim karena Hakim tidak memiliki hati nurani lagi. Sang Hakim yang
dengan mudah mencuci tanganya, menuding „sebuah kekuatan‟ sebagai biang
keladi? Yang membuat Tokoh jengkel. Hati nurani seolah telah hilang dari
35
permukaan bumi pertiwi. Sehingga sang Tokoh mempertanyakan hati nurani
kepada Hakim dan pemimpin. Hal itu terlihat dari kutipan berikut.
“Bangsa yang mana ? Kalau semua itu disebut demi bangsa, lalu
kenapa mereka itu tadi sebagai masyarakat terbanyak justru harus
menderita, harus tertindas, demi kemajuan” (Sarumpaet, 1997:
53)
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Tokoh memaki-maki Hakim
yang tidak ada sedikitpun hati nurani yang tertinggal didadanya. Marsinah
berteriak, bangsa yang mana? Kalau semua itu disebut demi bangsa, lalu kenapa
mereka itu tadi sebagai masyarakat terbanyak justru harus menderita, harus
tertindas, demi kemajuan. Tokoh mulai mempertanyakan hati nurani kepada sang
Hakim. Sehingga Tokoh beranggapan bahwa Hakim mempunyai hati nurani
ganda. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut.
“Ya. Aku mungkin sedang menghukum. Bagaimana mungkin
dalam ratapan gadis itu aku membaca berbagai kesedihan. Aku
seperti melihat rahasia, yang dengan sengaja dikubur, sementara
kamu melihatnya hanya sebatas kejadian? Sebuah suara,
terdengar, titik. Aku mungkin iri sama kamu. Atau kecewa... Tau
marah..Karena menurutku, seorang seperti kamu seorang bekas
hakim, seorang yang punya pengalaman, terpelajar mestinya
punya kepekaan. Kamu metinya punya naluri-naluri ganda.
(Sarumpaet, 1997: 58).
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Marsinah berkata aku mungkin
sedang menghukum. Bagaimana mungkin dalam ratapan gadis itu aku membaca
berbagai kesedihan. Aku seperti melihat rahasia, yang dengan sengaja dikubur,
sementara kamu melihatnya hanya sebatas kejadian? Tokoh mencoba
menanyakan dengan detail tentang apa yang di rasakan oleh sang Hakim. Dan
Tokoh memaki dengan perasaan halus tentang Hakim yang mempunyai naluri-
36
naluri ganda. Tokoh membongkar semuanya yang dibuat atau direkayasa atas
kematian Tokoh. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut.
“Tidak ada yang luput dari pengamatanku. Aku melihat
bagaimana kebenaran-kebenaran di bungkus, dimasukkan ke
dalam peti, lalu dikubur dalam-dalam. Aku melihat bagaimana
orang-orang menciptakan patung-patung kebenaran, mirip dengan
kebenaran asli, yang kemudaian di persembahkan dan diyakini
sebagai kebenaran yang sesungguhnya. Tetapi semua itu tidak
membuatku tertawa” (Sarumpaet, 1997: 73).
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Tokoh melihat bagaimana
kebenaran-kebenaran di bungkus, dimasukkan ke dalam peti, lalu dikubur dalam-
dalam. Aku melihat bagaimana orang-orang menciptakan patung-patung
kebenaran, mirip dengan kebenaran asli, yang kemudian di persembahkan dan
diyakini sebagai kebenaran yang sesungguhnya. Tetapi semua itu tidak
membuatku tertawa. Tokoh sangat Muak dengan hal itu.
Tokoh merasa kemunafikan sudah ada dimana-mana. Tokoh membuka
hati nurani Hakim tentang perempuan yang disiksa, dibunuh dengan keji,
dicincang dan diperlalukan lebih keji dari pada binatang. Tokoh ingin membuka
hati nurani. Hal itu terluhat pada kutipan berikut.
“Karena aku muak. Karena aku tidak sanggup, diliang kubur ini
aku masih harus mencium bau kemunafikan. Seorang perempuan,
seorang buruh kecil dianiayah, disiksa, dibunuh dengan keji,
mereka hanya mengubah nasibnya, lebih pasnya dari kungkungan
kemiskinan. Hanya karena dia membela kawan-kawannya
senasib. Kalian ada disanah waktu itu. kalian tahu persis kenapa,
dan bagaimana perempuan itu diperlakukan dengan tidak berpri
kemanusiaan. Apa yang kalian lakukan waktu itu... apa yang
kalian lakukan waktu itu?? ”(Sarumpaet, 1997: 88).
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Tokoh menjelaskan Seorang
perempuan, seorang buruh kecil dianiayah, disiksa, dibunuh dengan keji, mereka
37
hanya mengubah nasibnya, lebih pasnya dari kungkungan kemiskinan. Hanya
karena dia membela kawan-kawannya senasib. Kalian ada disanah waktu itu.
kalian tahu persis kenapa, dan bagaimana perempuan itu diperlakukan dengan
tidak kemanusiaan.
Setelah itu Tokoh melihat kebungkaman yang di lakukan oleh orang-orang
yeng mementingkan dirinya sendiri. Mereka tidak peduli tentang hati nuraninya
yang memberontak tentang apa yang dilakukan.Hal tersebut telihat pda kutipan
berikut.
“Persis seperti apa yang kalian lekukan sekarang ini. Bungkam.
Apa sebagai penentu, sebagai tangan kanankekuasaan, kalian
tidak ikut bertanggung jawab atas nasib malang yang menimpa
perempuan itu? Apa sebagai panglima-panglima indusri, sebagai
ujung tombak kemanjuan seperti selalu kalian banggakan, kalian
tidak ikut bertanggung jawab atas kemalangan yang tak habis-
habis menimpa buruh di negeri ini?... Apa sebenarnya yang paling
menyakitkan dalam kematian perempuan itu tadi. Kematiannya
itu menjadi kebenaran yang harus diterima dengan lapang dada...
Kebenaran sinting ... Kebenaran yang mustahil disentuh...
Kebenaran yang selalu pahit untuk dimengerti... ”(Sarumpaet,
1997: 88-89).
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa kebungkaman membuat Tokoh
marah dan kesal. Kekuasaan telah menghilangkan hati nurani seseorang.
Kebenaran bahkan tidak benar lagi nasib malang menimpah seorang perempuan
malang yang hanya mencari sesuap nasi untuk menyambung hidup dan hanya
ingin mendapatkan upah selayaknya. Tetapi malah di cincang dengan keji dimana
letak hati nurani pada waktu itu. Tokoh mempertanyakan hati nurani para orang-
orang cerdas itu. Tokoh menyuruh mereka bertaubat agar keselahannya masih
diampuni oleh Tuhan. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
38
“Dan yang paling pertama yang harus dikorbankan adalah rakyat
kecil begitu? Tercecer dimana hati nuranimu laki-laki berotak
cemerlang? Bagaimana kamu bisa melupakan dunia yang
memberangkatkanmu? Mengingat kamu!! Sujudlah sambil
meratap ke langit mudah-mudahan Tuhan masih memberikan
kesempatan . Minggat kamu!!.. ”(Sarumpaet, 1997: 94).
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Tokoh melakukan cacian di
lontarkan oleh Tokoh. Tentang rakyat kecil di telantarkan, dianiaya. Tokoh
mencoba membuka hati nurani dengan menanyakan Tercecer dimana hati
nuranimu laki-laki berotak cemerlang? Bagaimana kamu bisa melupakan dunia
yang memberangkatkanmu? Mengingat kamu! Sujudlah sambil meratap ke langit
mudah-mudahan Tuhan masih memberikan kesempatan. Tokoh menyuruh
bertaubat tebtang apa yang telah mereka lakukan. Mudah-mudahan Tuhan mau
mengampuni mereka, begitu anggapan tokoh.
2. Nilai moral tokoh utama yang berkaitan dengan kebebasan dan tanggung jawab
Kebebasan adalah suatu perbuatan yang tidak terikat oleh norma.
Sedangkan tanggung jawab adalah suatu sikap yang tidak boleh mengelak bila
diminta menjelaskan tentang perbuatan, baik terhadap diri sendiri, sesama
manusia, keturunan, masyarakat, negara dan terhadap siapapun. Berdasarkan
penemuan yang sudah dilakukan terhadap tokoh utama yaitu Marsinah, dalam
naskah drama ini memiliki nilai moral yang berhubungan dengan kebebasan dan
tanggung jawab. Maksud dari nilai moral kebebasan dan tanggung jawab
merupakan suatu perbuatan yang berkaitan dengan norma. Dengan kata lain suatu
perilaku yang dapat diterima kapan dan dimana saja suatu perilaku itu dilakukan.
Tokoh Marsinah dalam naskah drama ini sebagai berikut.
39
“kamu yang menentukan apakah kamu akan ikut atau tidak pergilah,
kalau kamu tidak mengiginkan ini. Permainan sudah dimulai... ya
permainan.. ini itu cara meringankan bebanya” (Sarumpaet, 1997: 7-
8)
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Tokoh menginginkan
kebebasan yang sesungguhnya. Tokoh menyatakan kamu yang menentukan
apakah kamu akan ikut atau tidak pergilah, kalau kamu tidak mengiginkan ini.
Permainan sudah dimulai. Hal itu berarti Tokoh melakukan kebebasan.
Perusahaan mengaggap para buruh adalah sapi perah. Sementara
kebebasan dan tanggung jawab kepada buruh tidak terpenuhi seperti pemberian
upah yang layak. Tetapi malah di cincang atau di bunuh.
“Seperti seekor kerbau, atau seekor sapi. Dipelihara ketika otot dan
air susunya masih memberikan hasil. Tetapi begitu dia tidak mampu
lagi memberikan apa-apa, atau dia jadi liar dan jadi membahayakan,
ia akan disembelih, lalu di potong-potong, atau dicincang, kemudian
di bekukan”. (Sarumpaet, 1997: 34).
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa para pemimpin mengaggap
bahwa sapi perah. Perusahaan tidak bertanggung jawab tentang kelayakan hidup
mereka. Mereka diberi upa dengan tidak layak. Kalau mereka tidak berpotensi lagi
mereka akan di bunuh, dicincang seperti pengungkapan tokoh Seperti seekor
kerbau, atau seekor sapi. Dipelihara ketika otot dan air susunya masih
memberikan hasil. Tetapi begitu dia tidak mampu lagi memberikan apa-apa, atau
dia jadi liar dan jadi membahayakan, ia akan disembelih, lalu di potong-potong,
atau dicincang, kemudian di bekukan. Tokoh mengingingkan kebebasan yang
hakiki. Hal tersebut terlihat dari kutipan berikut.
“Kenapa? Alam kata sekarang ini alam bebas. Bebas bicara.
Bebas mempertanyakan segala kejanggalan yang dimasa hidup
40
kita mustahil kita mempertanyakan. Kenapa kamu pikir
perampokan yang begini menakutkan bisa terjadi? Kenapa maling
jemuran bisa dengan mudah diseret ke pengadilan, sementara
untuk memeriksa raja maling yang satu ini, hanya
memeriksa..Seluruh negeri jadi sibuk. Butuh izin. Butuh
petunjuk... ”. (Sarumpaet, 1997: 68).
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa kemurkaan Tokoh kepada
Hakim yang tidak memberikan Tokoh kebebasan dalam mengatakan atau
berpendapat. Memang Tokoh berkomentar di alam kubur tatapi setidaknya Tokoh
menginginkan kekebasan kalau tidak bisa di alam nyata di alam kubur setidaknya
harus ada kebebasan. Tokoh menyatakan bebas bicara. Bebas mempertanyakan
segala kejanggalan yang dimasa hidup kita mustahil kita mempertanyakan.
Kenapa kamu pikir perampokan yang begini menakutkan bisa terjadi? Kenapa
maling jemuran bisa dengan mudah diseret ke pengadilan, sementara untuk
memeriksa raja maling yang satu ini, hanya memeriksa. Begitu pernyataan dari
tokoh yang merasa kebebasanya di renggut.
3. Nilai noral tokoh utama yang berkaitan dengan hak dan kewajiban
Hak dan kewajiban merupakan suatu keharusan terhadap sesama manusia,
keturunan, masyarakat dan terhadap siapapun itu. Dengan kata lain, hak dan
kewajiban perlu atau tidaknya suatu tindakan untuk melakukan suatu tindakan.
Hak adalah benar, sungguh ada kekuasaan yang besar untuk melakukan
sesuatu.Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib diamalkan, dilakukan,
keharusan, tugas kewajiban, tugas pekerjaan, perintah yang harus
dilakukan.Berdasarkan penemuan yang dilakukan terhadap tokoh utama yaitu
Marsinah dalam naskah drama Marsinah karya Ratna Sarumpaet ini,tokoh
Marsinah dalam naskah drama ini memiliki nilai moral yang juga berhubungan
41
dengan hak dan kewajiban. Untuk lebih jelasnya nilai hak dan kewajiban
dijelaskan sebagai berikut.
“Menyadari apa... Siapa yang peduli ketidak adilan selain korban
ketidak adilan itu? Lapar membungkam mereka. Lapar membuat
mereka tidak mampu mengatakan „tidak‟. Membuat mereka tidak
mampu berpaling, melangkah meninggalkan majikannya, dan ini
membuat para majikan tidak pernah memperoleh pengalaman
ditinggalkan. Kesadaran seperti apa yang bisa diharapkan dari
mereka?”(Sarumpaet, 1997: 32)
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa kewajiban tidak di penuhi oleh
penguasa yang lapar, lapar membungkam mereka. Lapar membuat mereka tidak
mampu mengatakan „tidak‟. Membuat mereka tidak mampu berpaling, melangkah
meninggalkan majikannya, dan ini membuat para majikan tidak pernah
memperoleh pengalaman ditinggalkan.
Seandainya para pekerja tidak menjalankan kewajabanya maka mereka
akan disembeli atau dicincang. Begitulah di perumpamakan oleh tokoh Marsinah.
Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.
“Seperti seekor kerbau, atau seekor sapi. Dipelihara ketika otot dan
air susunya masih memberikan hasil. Tetapi begitu dia tidak mampu
lagi memberikan apa-apa, atau dia jadi liar dan jadi membahayakan,
ia akan disembelih, lalu di potong-potong, atau dicincang, kemudian
di bekukan”. (Sarumpaet, 1997: 34)
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa kewajiban telah di penuhi oleh
para buruh. Tatapi haknya tidak terpenuhi. Mereka Seperti seekor kerbau, atau
seekor sapi. Dipelihara ketika otot dan air susunya masih memberikan hasil.
Tetapi begitu dia tidak mampu lagi memberikan apa-apa, atau dia jadi liar dan jadi
membahayakan, ia akan disembelih, lalu di potong-potong, atau dicincang,
kemudian di bekukan. Karena para buruh tidak mendapatkan haknya yaitu
42
pembelaan. Bahkan para pekerja terpuruh oleh orang-orang yang diperbudak oleh
kekuasaan. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut.
Terharu? Jadi, hanya itu yang layak untuk mereka? Terharu....
Tidak ada pembelaan. Tidak ada pertanyaan di hati kecil
sekalipun. Hakim mencoba membela diri: pertanyaan apa?.
Kenapa mereka terpuruk? Sebuah pertanyaan yang sangat
sederhana. Dan jangan katakan itu tidak punya kaitan apa-apa
dengan berita acara ramu itu tadi”. (Sarumpaet, 1997: 38-39).
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa upaya Tokoh mendapatkan hak
dan kewajaban diungkapkan kepada sang Hakim. Tokoh mengungkapkan Tidak
ada pertanyaan di hati kecil sekalipun. Hakim mencoba membela diri: pertanyaan
apa?. Kenapa mereka terpuruk? Sebuah pertanyaan yang sangat sederhana. Dan
jangan katakan itu tidak punya kaitan apa-apa dengan berita acara ramu itu tadi.
Tokoh berusaha membangkitkan kewajiban yang seharusnya.
Tokoh kembali memojokkan Hakim yang tidak menjalankan kewajibanya.
Sang hakim lepas tangan terhadap ketidak adilan yang menimpah para buruh. Hal
itu dapat dilihat pada kutipan berikut.
“Begitu? Jadi seseorang Hakim sepertimu, bisa lepas tangan
begitu saja, meski ketidak adilan, kepincangan-kepincangan,
pelanggaran hak-hak manusia menari-nari di depan matamu?..
(Sarumpaet, 1997: 41).
Berdasarkan pemaparan di atas terlihat bawa sang Hakim berusaha lepas
tangan, ketidak adilan, kepincangan-kepincangan, pelanggaran hak-hak manusia
menari-nari di depan matamu. Tokoh berusaha menayakan tentang kewajiban
Hakim yaitu menjalankan tugasnya dengan baik dan benar tidak menyimpang dari
tugasnya. Lembaga tidak menjalankan kewajaban tugasnya. Hal tersebut terdapat
dalam kutipan berikut.
43
“Apakah aku berlebihan? Apa kamu pikir, dengan meninggalkan
aku seperti itu, kamu akan terbatas dari semua ini? Siapa kamu
pikir yang tidak menyaksikan, bagaimana lembaga-lembaga
peradilan membiarkan diri digerogoti pembusukan–
pembusukan?... Aku tahu. Semua orang tahu. Aku menyaksikan
bagaimana lembaga-lembaga peradilan berubah menjadi lembaga
penganiayaan. Menyaksikan para penegak keadilan kebingungan,
terancam dan menjadi beringas”. (Sarumpaet, 1997: 42).
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa pengungkapan seseungguhnya
terhadap lembaga peradilan yang berubah menjadi lembaga penganiayaan.
Kewajaban melindungi Mala menganiaya orang yang meminta perlindungan.
Tokoh memberontak siapa kamu pikir yang tidak menyaksikan, bagaimana
lembaga-lembaga peradilan membiarkan diri digerogoti pembusukan–
pembusukan? Aku tahu. Semua orang tahu. Aku menyaksikan bagaimana
lembaga-lembaga peradilan berubah menjadi lembaga penganiayaan.
Menyaksikan para penegak keadilan kebingungan, terancam dan menjadi beringas
Hak para buru di rampas dan kewajiban para buruh di masifkan. Sehingga
tampak jelas perbedaan antara pengusa dengan rakyat jelata. Hal tersebut terlihat
dari kutipan berikut.
“Aku melihat muka-muka yang terharu, kepala yang tertunduk
sedih. Aku menyaksikan pasukan amal menyerbu mengeluarkan
pertolongan..Tapi kenapa? Kenapa tontonan menyakitkan seperti
ini harus terjadi? Siapa yang bertanggung jawab di sini? Siapa
yang menyulut api membakar rumah-rumah memusnahkan
kampung-kampung?” (Sarumpaet, 1997: 52).
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Tokoh kembali berteriak
menayakan tentang hak dan kewajiban. Tokoh menyanyakan tentang hak dan
kewajibanya aku melihat muka-muka yang terharu, kepala yang tertunduk sedih.
Aku menyaksikan pasukan amal menyerbu mengeluarkan pertolongan.Tapi
44
kenapa? Kenapa tontonan menyakitkan seperti ini harus terjadi? Tokoh
memploklamerkan kewajiban hukum itu seperti apa. Tokoh marah dengan
keadaan yang demikian. Hak yang harusnya di dapatkan oleh anggota buruh tetapi
tidak perna didapatkan seperti hak taraf hidup yang layak. Hal itu terlihat pada
kutipan berikut.
“Kalian janjikan kesejateraan, peningkatan taraf hidup orang-
orang banyak... Tapi apa yang kami saksikan di balik semua itu?..
kalian sibuk mngukir nama besar, memperkokoh kursi kekuasaan,
dan dengan sadar mengangkagi hal-hal paling suci dalam
kehidupan manusia.. Perasaanya, pikiran-pikirannya,
martabatnya... ”(Sarumpaet, 1997: 83).
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa kewajiban yang seharusnya
dipenuhi oleh penguasa tetapi ingkar. Tokoh mengritik tentang pernyataan kalian
janjikan kesejateraan, peningkatan taraf hidup orang-orang banyak. Tapi apa yang
kami saksikan dibalik semua itu?. kalian sibuk mengukir nama besar,
memperkokoh kursi kekuasaan, dan dengan sadar menganggap hal-hal paling suci
dalam kehidupan manusia, hak dan kewajiban para penguasa tidak di tunjukkan
sehingga Tokoh memberontak. Tokoh memberontak menanyakan hak dan
kewajiban terutama kewajiban Tuhan harus menjaga umatnya yang teraniaya. Hal
itu terlihat pada kutipan berikut.
Siapa Tuhan yang kukenal selain rasa takut dan kemiskinan?
Tidak ada Tuhan yang diajarkan tuhan padaku selain pasrah,
bungkam dan patuh. Dia janjikan padaku kehidupan sementara
rezeki dan nafkaku hidup sejaterah, sementara kehidupan yang
kuhadapi dibiarkan terperangkap kebodohan. Kemana Tuhan
yang kalian sebut-sebut sedang menunjuk, ketika kebiadaban
merobek-robek kesucianku? ”(Sarumpaet, 1997: 110-111).
45
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa hak yang diiginkan oleh Tokoh
yaitu tentang Tuhan yang selalu menjaganya dalam kitabnya. Memberikan reski
untuk hambanya. Tetapi Tokoh menanyakan kemana tuhan waktu para penjahat
menyiksanya kenapa Tuhan tidak menjaga umatnya yang teraniaya dan tertindas.
Seperti pernyataan Kemana Tuhan yang kalian sebut-sebut sedang menunjuk,
ketika kebiadaban merobek-robek kesucianku? Tokoh menanyakan Tuhan.
4. Nilai moral tokoh utama yang berkaitan dengan nilai dan norma
Nilai dan Norma merupakan kaidah atau aturan yang dilakukan
seseorang berdasarkan fakta dapat dibandingkan dengan sifat-sifat yang dimiliki
objek. Nilai adalah sesuatu yang ingin dicapai dan diraih untuk melakukan suatu
tindakan.Norma adalah ukuran untuk menentukan sesuatu.Norma adalah suatu
aturan yang harus dipatuhi sesuai kepercayaan yang dimiliki manusia. Norma
menyangkut bagaimana manusia bertingkah laku sebagai manusia. Ada beberapa
norma yang berlaku umum menurut Bertens (2002:148), yaitu norma kesopanan
dan etika, norma hukum dan norma moral.Berdasarkan penemuan yang sudah
dilakukan terhadap tokoh utama yaitu Marsinah dalam naskah drama Marsinah
ini tidak memiliki nilai dan norma. Pada dasarnya nilai adalah suatu yang
berharga yang mempunyai makna, sedangkan norma cenderung aturan-aturan
yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. Untuk lebih jelasnya nilai dan norma
yang dilakukan tokoh utama dalam naskah drama ini adalah sebagai berikut.
“Menyadari apa... Siapa yang peduli ketidak adilan selain korban
ketidak adilan itu? Lapar membungkam mereka. Lapar membuat
mereka tidak mampu mengatakan „tidak‟. Membuat mereka tidak
mampu berpaling, melangkah meninggalkan majikannya, dan ini
membuat para majikan tidak pernah memperoleh pengalaman
46
ditinggalkan. Kesadaran seperti apa yang bisa diharapkan dari
mereka?”(Sarumpaet, 1997: 32)
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa yang berkaitan dengan aturan
dan norma. Tokoh mengungkapkan siapa yang peduli ketidak adilan selain korban
ketidakadilan itu? Lapar membungkam mereka. Lapar membuat mereka tidak
mampu mengatakan „tidak‟. Membuat mereka tidak mampu berpaling, melangkah
meninggalkan majikannya, dan ini membuat para majikan tidak pernah
memperoleh pengalaman ditinggalkan. Mereka tak ubahnya seperti sapi perah
tidak ada aturan yang mutlak mereka di perlakukan semaunya. Hal itu terlihat
pada kutipan berikut.
“Seperti seekor kerbau, atau seekor sapi. Dipelihara ketika otot dan
air susunya masih memberikan hasil. Tetapi begitu dia tidak mampu
lagi memberikan apa-apa, atau dia jadi liar dan jadi membahayakan,
ia akan disembelih, lalu di potong-potong, atau dicincang, kemudian
di bekukan”. (Sarumpaet, 1997: 34).
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Tokoh memberontak tentang
ketidak adilan. Tentang norma-norma dan nilai yang seharusnya di tegakkan tetapi
tidak diacuhkan. Seharusnya mereka di pelihara diberi upah yang layak malah
mereka diperlakukan selayaknya seperti binatang ternak malah lebih dari itu. tidak
ada norma-norma disana. Persis seperti sapi perah. Ketidakadilan dan norma yang
semaunya membuat para rakyat jelata memberontak seperti hukuman yang tidak
setimpal atau semestinya. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
“Kenapa? Alam kata sekarang ini alam bebas. Bebas bicara.
Bebas mempertanyakan segala kejanggalan yang dimasa hidup
kita mustahil kita mempertanyakan. Kenapa kamu pikir
perampokan yang begini menakutkan bisa terjadi? Kenapa maling
jemuran bisa dengan mudah diseret ke pengadilan, sementara
untuk memeriksa raja maling yang satu ini, hanya
47
memeriksa..Seluruh negeri jadi sibuk. Butuh izin. Butuh
petunjuk... ”. (Sarumpaet, 1997: 68).
Bersadarkan kutipan di atas terlihat bahwa norma yang seharusnya di
patuhi tetapi tidak dijalankan. Kesimpang siuran dihadapi mengakibatkan
kesenjagan. Seperti maling jemuran sangat mudah diseret kepenjara dibandingkan
dengan para penguasa yang sangat sulit untuk di masukkan ke penjara.
Kesimpang siuran norma itulah membuat Tokoh memberontak. Aturan-aturan
yang dibuat kebanyakkan membuat para rakyat jelata merugi. Norma tidak
seharusnya di lakukan. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
“Sebagai penguasa, sebagai penentu, kedudukan kalian jauh di
atas. Berada di atas seperti itu, aturan dan ketentuan-ketentuan
yang kalian buat mustahil bisa selaras dengan apa yang kami
rindukan. Keputusan-keputusan yang kalian buat sering kali
membingungkan kami. Berada di atas, kalian tidak mendengar
bagaimana kami mengeluh, kenapa kami mengeluh.”
”(Sarumpaet, 1997: 75).
Berdasarkan pemaparan di atas terlihat bahwa aturan-aturan yang dibuat
terkadang tidak semestinya. Ketentuan-ketentuan yang dibuat terkadang
membawa kearah kesengsaraan dan membingungkan. Artinya hukum tidak
berpihak kepada mereka. Hal itulah membuat Tokoh memberontak seperti
pernyataan sebagai penguasa, sebagai penentu, kedudukan kalian jauh di atas.
Berada di atas seperti itu, aturan dan ketentuan-ketentuan yang kalian buat
mustahil bisa selaras dengan apa yang kami rindukan. Keputusan-keputusan yang
kalian buat sering kali membingungkan kami. Berada di atas, kalian tidak
mendengar bagaimana kami mengeluh, kenapa kami mengeluh. Selanjutnya
aturan itu dibuat mereka harus menurutinya. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
48
“Tetapi berhubung aturan dan ketentuan-ketentuan dibuat demi
bangsa, demi kemajuan dan membangun bangsa, kami tentu harus
patuh, sebab menolaknya, mengganggu kestabilan bangsa, dan
kami dengan mudah dikecam berhianat pada bangsa, kami akan
dikecam gerakan pengacau keamanan”(Sarumpaet, 1997: 76).
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa aturan-aturan dan norma-norma
yang berlaku yang diciptakan oleh bangsa sendiri. Kalau mereka menentang
mereka sangat mudah dicap sebagai pengkhianat. Dan tak segan-segan dikatakan
sebagai pengacau. Seperti pernyataan Tokoh demi kemajuan dan membangun
bangsa, kami tentu harus patuh, sebab menolaknya, mengganggu kestabilan
bangsa.
B. Pembahasan Nilai Moral Tokoh Utama dalam Naskah Drama Marsinah
Karya Ratna Sarumpaet
Berdasarkan deskripsi data yang dilakukan terhadap tokoh utama dalam
naskah drama Marsinah karya Ratna Sarumpaet dapat disimpulkan bahwa tokoh
utama yaitu Marsinah dalam naskah drama ini memiliki nilai-nilai moral. Nilai
moral tokoh Marsinah yang ditemukan dalam novel ini berhubungan dengan hati
nurani, kebebasan dan tanggung jawab, hak dan kewajiban, nilai dan norma-
norma sesuai dengan teori Bertens (2004).
a. Pembahasan nilai moral tokoh utama yang berkaitan dengan hati nurani.
Hati nurani merupakan sesuatu yang menyatakan atau membenarkan
tindakan yang dilakukan. Mengikuti hati nurani merupakan suatu dasar bagi setiap
manusia dalam tindakan atau bertindak dan berinteraksi dengan orang lain. Tidak
ada orang lain yang berwenang untuk ikut campur tangan dengan keputusan hati
nurani seseorang, siapapun itu.
49
Nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani pada naskah drama
Marsinah ini berawal pemberontakan tokoh kepada Hakim, lantaran Hakim
bersikeras supaya tokoh harus melupakan kejadian yang menimpah Tokoh. Sang
Hakim yang tidak mempunyai hati nurani terlibat pertentangan pendapat dengan
Tokoh yang ada di alam kubur dan Tokoh terus menghujam Hakim dengan
pertanyaan-pertanyaan yang membuat Hakim menjadi gelisah pertanyaan itu
berkaitan dengan hati nurani.
Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan peritiwa (1) Marsinah
membayangkan dirinya dalam diri seorang wanita yang teraniaya. Marsinah
solah-olah merasakan bagaimana rintihan dan kesakitan yang dialami oleh sang
wanita. Wanita itu diperlakukan tidak secara manusiawi persis yang dialami
Marsinah. Marsinah merasakan bagaimana proses itu terjadi. Peristiwa (2)
Marsinah melihat beberapa orang kelamaparan tetapi tidak pernah mengeluh.
Peristiwa itu bertentangan dengan hati nurani Marsinah. Marsinah pernah
bernasib sama yaitu mengalami kelaparan yang tak kunjung usai. Tetapi Marsinah
menikmati semua itu bagai sebuah perjalanan hidup. Hati Nurani Marsinah
memberontak tetapi Marsinah tidak bisa berbuat banyak terhadap apa-apa yang
dialami oleh beberapa orang itu.
Peristiwa (3) Marsinah merontah menanyakan hati nurani kepada sang
Hakim yang tidak berpihak pada buruh pada hal buruh lah yang merasakan
pahitnya penyiksaan. Melihat relaita seperti itu Marsinah mulai merasakan
bagaimana hati nuraninya terkoyak oleh para penguasa yang lebih mementingkan
uang diatas segalanya, kaum buruh yang lemah tidak lagi dibela akibat uang
50
sogok. Marsinah protes dan menyakan hati nurani sang Hakim untuk sadar dengan
apa yang dilakukan semua itu. Peristiwa (4) Marsinah protes terhadap buruh yang
sering kelaparan. Hal itu bertentangan dengan hati nurani Marsinah. Marsinah
tidak menerima hati nuraninya kalau orang bekerja tetapi kelaparan. Marsinah
menganggap semua itu lebih sadis dari pada binatang. Hal itu membuat marsinah
protes habis-habisan kepada para penguasa saat itu.
Peristiwa (5) Marsinah menanyakan hati nurani Hakim. Hakim tidak
memiliki hati nurani disadarkan oleh Marsinah. Sang Hakim protes kepada
Marsinah karena menurut Hakim marsinah teralu langcanG mengenai hal itu.
Marsinah mengajari Hakim mengenai pekerjaanya.Persitiwa (6) Marsinah
kembali melihat Hakim kehilangan hati nurani.Marsinah menyadarkan pentingnya
memakai hati nurani dalam memakai kebijakan tetapi Hakim marah kepada
marsinah dan mengatakan Marsinah terlalu banyak ikut campur terhadap
perbuatan atau pekerjaan Hakim.
Peristiwa (7) Marsinah kecewa, Kekecewaan Marsinah terhadap para
penguasa tanpa jelas. Penguasa sering memutar balik kan fakta sehingga Marsinah
dianggap para orang-orang yang protes pada Negara.Tetapi sesungguhnya tidak
justru Marsina lah yang memperhatikan Negara. Negara yang ada para buruh di
dalamnya. Peristiwa (8) Marsinah melihat rahasia yang tersurat. Marsinah
berusaha membeberkan semua rahasia itu. Rahasia yang perlu pengungkaan yang
tajam terhadap apa yang telah menimpah nasib buruh yang selama ini tertutup
rapat oleh kepentingan politik.
51
Peristiwa (9) Marsinah melihat kemunafikan. Kemunafikan teramat kejam
terhadap kaum bangsa sendiri.Yaitu kepada buruh pabrik yang bekerja di pabrik
arloji. Marsinah melihat kebenaran yang dibungkus sangat rapat dalam peti.
Sehingga kebenaran itu sulit mencuak ke permukaan. Marsinah mencoba
membuka kedudukan penguasa. Peristiwa (10) Marsinah membuka hati nurani
mereka supaya tidak munafik. Marsinah tidak ingin kemuanafikan
dimanapun.Termasuk di alam kubur. Marsinah ingin kebaikan murni dari hati
nurani bukan hanya kedok belaka.
Peristiwa (11) Marsinah kembali kecewa. Kali ini mengenai hati nurani
para penguasa yang telah tertutup rapat. Terutup rapat bukan karena apa-apa
melainkan ada sesuatu yang mereka peroleh yaitu keuntungan yang besar dan
permainan politik yang bertentangan dengan hati nurani. Semua itu terlihat
mereka bungkam dengan apa yang mereka peroleh. Peristiwa (12) Marsinah
memaki para orang cerdas yang munafik. Marsinah merasakan orang-orang cerdas
yang tidak punya hati.Marsinah kecewa kepada orang-orang cerdas yang
mementingkan keuntungan pribadi terutama keuntungan perut semata.
b. Pembahasan nilai moral tokoh utama yang berkaitan dengan kebebasan dan
tanggung jawab
Kebebasan adalah suatu perbuatan yang tidak terikat oleh norma.
Sedangkan tanggung jawab adalah suatu sikap yang tidak boleh mengelak bila
diminta menjelaskan tentang perbuatan, baik terhadap diri sendiri, sesama
manusia, keturunan, masyarakat, negara dan terhadap siapapun.
52
Nilai moral lainya pada tokoh utama yaitu Marsinah dalam novel ini
adalah nilai moral yang berkaitan dengan kebebasan dan tanggung jawab.
Kehidupan marsinah diberikan kebebasan dan tanggung jawab oleh beberapa
rekan-rekanya untuk menyampaikan aspirasi para buruh untuk mendapatkan upah
yang layak. Tetapi kekebasan yang didambakan oleh Marsinah berujung tragis
yang mengakibatkan Marsinah terbunuh. Tanggung jawab marsinah sangat luar
biasa marsinah rela mati demi tanggung jawabnya yaitu memperjuangkan nasib
ratusan buruh yang bekerja di perusahaan arloji tersebut.
Hal tersebut dapat dilihat berdasaran peristiwa berikut (1) Marsinah
memberikan kebebasan kepada mereka untuk memilih. Maksudnya yaitu memilih
menentukan sikap dan bertanggung jawab terhadap sikap yang telah dilakukan.
Sikap itu menunjukkan bahwa seseorang memiliki tanggung jawab atau tidak. (2)
Kebebasan yang direnggut, tanggung jawab para penguasa tidak ada dan
melanggar semua apa saja yang menimpah buruh. Begitulah para penguasa
terhadap buruh kecil. Marsinah ingin memprotes semua itu dan menjadikan
kehidupan para buruh lebih sejatera.
Peristiwa (3) Marsinah mencoba membicarakan kebebasan yang hakiki
yaitu kebebasan yang sesungguhnya kebebasan mengeluarkan pendapat dan
protes terhadap yang merugikan para buruh. Marsinah mencoba mengeluarkan
pendapat para buruh dan diengarkan oleh para penguasa.
53
c. Pembahasan nilai moral tokoh utama yang berkaitan dengan hak dan kewajiban
Hak dan kewajiban merupakan suatu keharusan terhadap sesama manusia,
keturunan, masyarakat dan terhadap siapapun itu. Dengan kata lain, hak dan
kewajiban perlu atau tidaknya suatu tindakan untuk melakukan suatu tindakan.
Hak adalah benar, sungguh ada kekuasaan yang besar untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib diamalkan, dilakukan,
keharusan, tugas kewajiban, tugas pekerjaan, perintah yang harus dilakukan.Nilai
moral lainya pada tokoh Marsinah dalam naskah drama Marsinah ini adalah yang
berkaitan dengan hak dan kewajiban. Prilaku yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban dapat dilihat pada tokoh Marsinah.
Hak yang seharusnya didapat oleh para buruh direnggut oleh penguasa
seperti hak untuk berpendapat, hak mendapatkan keadilan. Tokoh Marsinah
mencoba memperjungkan itu. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan peristiwa
berikut (1) Marsinah mecoba menanyakan tentang hak-hak para buruh kepada
penguasa. Karena marsinah mulai jengkel terhadap para pengauasa yang sering
menghilangkan kedua hal itu. Hak para buruh tidak diperhatikan secara jelas dan
juga kewajiban para buruh seperti membayarkan upa yang layak tidak
direlisasikan oleh perusahaan arloji.
Peristiwa (2) marsinah mempertanyakan tentang hak-hak para buruh serta
kewajiban yang harus dipenuhi oleh buruh. Marsinah melihat simpangsiuran
kedua hal itu sehingga Marsinah protes. Protes terhadap kaum penguasa. Peristiwa
(3) Marsinah menanyakan hak buruh dan kewajiban Hakim. Marsinah melihat
Hakim berlalu sewenang-wenang terhadap kaum buruh. Marsinah merasakan
54
kalau Hakim telah berbuat diluar batas bahkan bertentangan dengan nilai atau
aturan yang berlaku di Negara sendiri.
Peristiwa (4) Marsinah menanyakan hak para buruh. Marsinah menanyakan
hak yang harus didapat oleh para buruh. Marsinah membuka seluruh aib yang
selama ini terpelihara dan tertutup rapat yang kejatahan yang luar biasa.Terutama
melanggar hak dan kewaajiban para buruh.Peristiwa (5) Marsinah kembali
menanyakan hak dan kewajiban para buruh. Marsinah menguak hak yang harus
didapat oleh buruh dan apa kewajiban penguasa terhadap buruh. Sehingga
kesimpangsiuran tidak terjadi.Peristiwa (6) Marsinah melihat para buruh menjadi
kedok kemunafikan belaka Yaitu buruh dijadikan landasan untuk memuluskan
seluruh proyek kepentingan peusahaan. Marsinah kecewa karena aturan secara
hakiki tidak berpihak kepada kaum buruh. Aturan lebih cenderung berpihak pada
penguasa.
d. Pembahasan nilai moral tokoh utama yang berkaitan dengan nilai dan norma
Nilai dan Norma adalah kaidah atau aturan yang dilakukan seseorang
berdasarkan fakta dapat dibandingkan dengan sifat yang dimiliki. Norma
merupakan suatu aturan yang harus dipatuhi sesuai dengan kepercayaan yang
dimiliki seseorang atau manusia. Berdasarkan pembahasan yang dilakukan
terhadap tokoh Marsinah dalam naskah drama Marsinah.
Tokoh Marsinah dalam naskah drma ini memiliki nilai-nilai moral yang
berhubungan nilai dan norma. Pada dasarnya nilai adalah sesuatu yang berharga
dan mempunyai makna. Sedangkan norma yaitu pandagan baik atau buruk
55
terhadap sesuatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Hal tersebut dapat
dilihat berdasarkat peristiwa sebagai berikut. Peristiwa (1) Marsinah protes
tentang nilai dan norma yang dilanggar. Para penguasa atau perusahaan merusaha
menutupi norma yang berlaku. Marsinah mulai jengkel kepada mereka yang
memberikan sesuatu yang tidak sesuai dengan semetinya. Peristiwa (2)
Perusahaan yang melanggar norma dan nilai. Norma seperti aturan para buruh
yang tidak diperlakukan menurut semestinya. Sementara nilai yaitu berkaitan
dengan hal-hal yang berhubungan dengan sikap perusahaan terhadap kaum buruh.
Peristiwa (3) Marsinah mencoba membicarakan tentang norma yang
hakiki. Marsinah mempertanyakan tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan
norma kepada perusahaan. Marsinah mempertanyakan segala bentuk kejanggalan
yang terjadi diperusahaan. Peristiwa (4) Marsinah melihat buruh menjadi kedok
kemunafikan oleh pera pengauasa. Marsinah merasa kecewa kepada penguasa
atau aturan yang dibuat oleh pemeritah tidak berpihak kepada para buruh. Norma
yang seharusnya dijalankan tetapi hanya aturan tertulis.
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa nilai moral tokoh
utama dalam naskah drama Marsinah karya Ratna Sarumpaet berhubungan
dengan hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, hak dan kewajiban, nilai dan
norma. Pertama, hati nurani dapat dilihat dari sikap Marsinah yang menuruti hati
nuraninya dengan melakukan memperjuangakan nasib buruh di Pt. Arloji,
memperjuangkan upah/gaji buruh, memperjuangkan supaya memperlakukan
buruh dengan selayaknya serta terakhir dia menuruti hati nuraninya yaitu menjadi
pejuang sampai akhirnya Marsinah meninggal dengan cara disobek rahimnya
dengan dimasukkan benda tumpul hingga berujung kematian.
Kedua, kebebasan dan tanggungjawab dapat dilihat dari sikap Marsinah
yang tidak diberi kebebasan oleh para penguasa/yang punya Pt. Arloji. Kebebasan
itu berupa meyalurkan pendapat/aspirasi, kenaikan upah, pembayaran upah secara
layak, dan melakukan para pekerja secara manusiawi (layak) sehingga dengan
tidak ada kebebasan membuat marsinah dan beberapa buruh pabrik memberontak.
Marsinah diberi tanggung jawab untuk memimpin atau menyalurkan aspirasi para
buruh seperti, menanyakan nasib buruh, upah buruh yang layak, penanganan
buruh secara manusiawi. Tetapi Marsinah dibunuh dengan kejam kerena pihak
penguasa tidak senang dengan Marsinah.
56
57
Ketiga, hak dan kewajiban yang dapat dilihat dari sikap para buruh
memberikan kewenangan kepada Marsinah untuk mengurusi kewajiban dan hak
para buruh, seperti hak upah yang layak, hak diperlakukan secara manusiawi dan
kewajiban di bayar sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Tetapi kewajiban itu
tidak di penuhi oleh Pt. Aloji ketika Marsinah memberontak atau berjuang
Marsinah malah di bunuh.
Keempat, nilai dan norma yang dapat dilihat dari naskah drama Marsinah
yaitu Marsinah yang selalu memperhatikan nilai-nilai dan norma-norma yang
berlaku di Indonesia. Marsinah selalu menanyakan tentang aturan yang telah di
buat oleh perusahan selanjutkan di teruskan ke pemerintah. norma-norma seperti
upah/gaji, perlakuan buruh, kelayakan upah serta aturan-aturan yang harus
diperhatikan oleh para buruh. Tokoh Marsinah dalam Naskah drama
Marsinahkarya Ratna Sarumpaet memiliki moral yang baik, kritis dan selalu
meperhatikan nasib buruh. Apalagi buruh-buruh yang memiliki banyak
tanggungan yang terkadang sangat akrab dengan kelaparan. Marsinah tidak tega
melihat itu sehingga marsinah memberontak. Terkadang ada melanggar norma.
Mamun disisi lain sikap Marsinah sangat luar biasa dimata para buruh.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang nilai-nilai moral tokoh utama dalam
naskah drama Marsinah karya ratna Sarumpaetdapat dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Peneliti sendiri, dapat meneliti tentang karya sastra dengan lebih baik.
58
2. Masyarakat/pecinta sastra, dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang analisisnaskah drama dan karya sastra lainnya.
3. Mahasiswa, dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang karya
sastra.
4. Pembaca, dapat menambah daya apreisasi terhadap sastra Indonesia
khususnya naskah drama.
59
DAFTAR PUSTAKA.
Atmazaki. 2007. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: UNP Press.
Budianta, Melani. 2003. Membaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera.
Bertens, K. 2000. Etika.Jakarta.: Gramedia Pustaka
Bertens, K. 2007. Etika.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hasanuddin WS. 1996. Drama, Karya Dalam Dua Dimensi Kajian Teori,
Sejarah, dan Analisi. Penerbit Angkasa.
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Edisi Keempat. 2008. Jakarta: Pusat
Bahasa-Gramedia Pustaka Utama.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT
RemajaRosdakarya.
Muhardi dan Hasanuddin WS. 1992. Prosedur Analisis Fiksi. Padang: IKIP
Padang Press.
Mulyati. 2002. “ Eksitensi Jender Perempuan dalam Marsinah Yanyian Dari
Bawah Tanah karya Ratna Sarumpaet”. Skripsi tidak diterbitkan. Padang:
Universitas Negeri Padang.
Novianti. 2005. “ Analisis Watak Tokoh Utama Drama Orang-Orang Belanti
Karya Wirsan Hadi”. Skripsi tidak diterbitkan. Padang: Uiversitas Negeri
Pdang.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yokyakarta: Gajah Mada
University Press.
Nurhayati. 20122. “ Analisis Nilai Moral Nafas Cinta Para Ahli Doa Karya
Wahyu Surjani”. Skripsi tidak diterbitkan. Padang: Universitas Negeri
Padang.
Ramadansyah. 2012. Paham dan Terampil Berbahasa dan Bersastra Indonesia.
Bandung: Dian Aksara Press.
Ratna. 2010. Sastra dan Cultural Studies. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Semi, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: IKIP Padang Press.
59
60
Semi, M. Atar.1989. KritikSastra. Bandung: Angkasa Raya.
Semi.M Atar.1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
Semi. M. Atar. 1998. Stilistika Sastra. Padang: UNP Press.
Tambajong.Japi. 1981. Dasar-Dasar Dramaturki. Bandung.: Penerbit Yus
Badudu.
61
LAMPIRAN 1
Judul Buku : Marsinah
Penulis : Ratna Sarumpaet
Penerbit : Bentang Budaya Kota Yogyakarta
Tebal buku : 116 halaman
Cetakan :Pertama
Tahun Terbit :1994
SINOPSIS
MARSINAH
19 tahun lalu, jenazah Marsinah, aktivis dan buruh pabrik PT Catur Putra
Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur ditemukan setelah tiga hari
hilang.Mayatnya ditemukan di hutan di Dusun Jegong Kecamatan Wilangan,
Nganjuk, dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat. Hasil autopsi yang
dilakukan Kepala Bagian Forensik RSUD Dr Soetomo Surabaya
HaroenAtmodirono menyimpulkan, Marsinah yang baru berumur 24 tewas akibat
penganiayaan berat. Marsinah yang dikenal sebagai salah satu aktivis buruh di
kawasan industri Porong, Sidoarjo diduga dibungkam terkait kegiatannya. Saat
itu, awal tahun 1993, Gubernur Jawa Timur mengeluarkan surat edaran nomor
50/1992 yang berisi imbauan kepada pengusaha agar menaikkan kesejahteraan
karyawannya dengan memberikan kenaikan gaji sebesar 20 persen gaji pokok.
Pada pertengahan April 1993, karyawan PT Catur Putera Surya (CPS) membahas
surat edaran tersebut dan menilai besaran kenaikan yang ditetapkan gubernur
kurang besar. Karyawan PT CPS pun memutuskan untuk berunjuk rasa tanggal 3
dan 4 Mei 1993.
61
62
Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk rasa tersebut antara lain terlibat
dalam rapat yang membahas rencana unjuk rasa pada tanggal 2 Mei 1993 di
Tanggulangin Sidoarjo.Pada 3 Mei, aksi mogok digelar. 4 Mei 1993, para buruh
mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan, termasuk perusahaan harus
menaikkan upah pokok dari Rp 1.700 per hari menjadi Rp 2.250. Tunjangan tetap
Rp 550 per hari mereka perjuangkan dan bisa diterima, termasuk oleh buruh yang
absen.Sampai dengan tanggal 5 Mei 1993, Marsinah masih aktif bersama rekan-
rekannya dalam kegiatan unjuk rasa dan perundingan-perundingan.Marsinah
menjadi salah seorang dari 15 orang perwakilan karyawan yang melakukan
perundingan dengan pihak perusahaan.Namun pada 5 Mei, tanpa Marsinah, 13
buruh yang dianggap menghasut unjuk rasa digiring ke Komando Distrik Militer
(Kodim) Sidoarjo.Di tempat itu mereka dipaksa mengundurkan diri dari
CPS.Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap dan mencegah karyawan masuk
kerja.
Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan
keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak Kodim.Setelah itu,
sekitar pukul 10 malam, Marsinah lenyap. Mulai tanggal 6,7,8, keberadaan
Marsinah tidak diketahui oleh rekan-rekannya sampai akhirnya ditemukan telah
menjadi mayat pada tanggal 8 Mei 1993.
Pengusutan kasus kematian Marsinah pun diwarnai rekayasa.Tim khusus
bentukan Polda Jatim dan Detasemen Intel Kodam Brawijaya malah menuduh
petinggi PT CPS dan menangkapnya.Saat interogasi, para tahanan disiksa.Para
63
tahanan dipaksa mengaku telah membuat skenario dan menggelar rapat untuk
membunuh Marsinah.Pemilik PT CPS, Yudi Susanto, juga termasuk salah satu
yang ditangkap. Pengacara Yudi Susanto, Trimoelja D Soerjadi, mengungkap
adanya rekayasa oknum aparat kodim untuk mencari kambing hitam pembunuh
Marsinah.
Dalam skenario yang dibuat berdasarkan penyelidikan itu, disebutkan
Suprapto (pekerja di bagian kontrol CPS) menjemput Marsinah dengan motornya
di dekat rumah kos Marsinah. Dia dibawa ke pabrik, lalu dibawa lagi dengan
Suzuki Carry putih ke rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita, Surabaya.Setelah tiga
hari Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS) mengeksekusinya.Di pengadilan,
Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan sejumlah stafnya yang lain itu
dihukum berkisar empat hingga 12 tahun, namun mereka naik banding ke
Pengadilan Tinggi dan Yudi Susanto dinyatakan bebas. Dalam proses selanjutnya
pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung membebaskan para terdakwa dari segala
dakwaan (bebas murni).Hingga kini, 19 tahun berlalu, siapa pembunuh Marsinah
tidak pernah terungkap.Kasus ini menjadi catatan International Labour
Organization (ILO) dikenal sebagai kasus 1713.
64
Lampiran 2.
TABEL 1. INVENTARISASI DATA NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NASKAH DRAMA
MARSINAH KARYA RATNA SARUMPAET
NO
PERISTIWA
PENOKOHAN
(PRILAKU, SIKAP,
TINDAKAN
NILAI MORAL
KUTIPAN
HALAMAN
1 2 3 4
1. Marsinah
membayangkan dirinya
dalam diri seseorang
yang teraniaya.
Marsinah mencoba
membuka mata hati orang-
orang di alam kubur itu.
Demi Tuhan aku tidak mengiginkan ini aku
ingin melupakannya. Aku ingin
melupakanya. Aku ingin menguburnya
dalam-dalam... Tetapi bagaimana aku harus
mengingkari kesadaranku, sementara dalam
ratapan itu aku seperti melihat diriku.....
Tentu kamu telah mati dengan tenang.
diberangkatkan dengan upacara yang
berbunga-bunga. Kehidupan yang serba baik
membuatmu kehilangan kepekaan.
Kehilangan dorongan-dorongan.
6
2. Marsinah memberikan
kebebasan kepada
mereka untuk memilih.
Menentukan sikap dan
bertanggung jawab terhadap
sikap itu.
kamu yang menentukan apakah kamu akan
ikut atau tidak pergilah, kalau kamu tidak
mengiginkan ini. Permainan sudah dimulai...
ya permainan.. ini itu cara meringankan
bebannya..
7-8
3. Marsinah melihat Tokoh terheran melihat Tumbuh di tengah-tengah reruntuhan.. 10
64
65
orang-orang yang
kelaparan. Tetapi tidak
pernah mengeluh.
bagaimana mereka bisa
hidup. Itulah membuat hati
nurani Marsinah tersentuh.
Bermain dengan puing-puing.. berkerjaran
dengan debu dan lapar... Anak ini nyaris tak
pernah mengeluh...Seperti sangat memahami..
seperti sangat menerima.. dalam hati aku
sering bertanya-tanya .. apa gerangan yang
memberi tubuh kecil ini kekuatan? Apa yang
membuat memiliki dada yang begitu lapang
4.
5.
Marsinah memberontak
menanyakan hati nurani
kepada sang Hakim,
membuka hak-hak para
buruh, dan nilai dan
norma yang dilanggar.
Marsinah memberontak
menanyakan hati nurani
kepada sang Hakim,
membuka hak-hak para
buruh, dan nilai dan
norma yang dilanggar.
Marsinah mulai jengkel dan
marah kepada mereka yang
melanggar hak dan
kewajiban, tidak
mendengarkan hati nurani
dan tidak memberikan hak
dan kewajiban yang sesuai
dengan semestinya.
Marsinah mulai jengkel dan
marah kepada mereka yang
kewajuban, tidak
mendengarkan hati nurani
dan tidak memberikan hak
dan kewajiban yang sesuai
dengan semesti.
Menyadari apa... Siapa yang peduli ketidak
adilan selain korban ketidakadilan itu? Lapar
membungkam mereka.
Lapar membuat mereka tidak mampu
mengatakan „tidak‟. Membuat mereka tidak
mampu berpaling, melangkah meninggalkan
majikannya, dan ini membuat para majikan
tidak pernah memperoleh pengalaman
ditinggalkan. Kesadaran seperti apa yang bisa
diharapkan dari mereka?
32
32
6. Kebebasan yang
direnggut, tanggung
Tokoh tidak terima terhadap
nilai-nilai yang ditanamkan
Seperti seekor kerbau, atau seekor sapi.
Dipelihara ketika otot dan air susunya masih
34
66
jawab yang tidak ada
dan melanggar norma
dan nilai.
oleh orang-orang penguasa.
Marsinah memberontak.
memberikan hasil. Tetapi begitu dia tidak
mampu lagi memberikan apa-apa, atau dia
jadi liar dan jadi membahayakan, ia akan
disembelih, lalu di potong-potong, atau
dicincang, kemudian di bekukan.
7. Marsinah protes
terhadap buruh yang
sering kelaparan.
Marsinah menyentuh hati
nurani mereka mana yang
lebih penting nasib buruh
yang kelaparan dari pada
nama negara.
Jadi kamu tidak tahu hubungan isi perut
buruh-buruh tadi itu dengan citra dan
kemajuan bangsamu?..Kamu tidak tahu
bahwa demi mengalirnya investasi, demi
maraknya indusri-indusri dinegerimu, atau
demi gagahnya bangsamu di mata
perekonomian
dunia, mereka itu tadi harus rela lapar
40
8. Marsinah menanyakan
hak buruh dan
kewajiban Hakim.
Marsinah merasa kalau
Hakim telah berbuat di luar
batas bahkan bertentangan
dengan hati nuraninya.
Begitu? Jadi seseorang Hakim sepertimu,
bisa lepas tangan begitu saja, meski ketidak
adilan, kepincangan-kepincangan,
pelanggaran hak-hak manusia menari-nari di
depan matamu?.
41
9. Marsinah menanyakan
hak para buruh.
Marsinah membuka semua
aib yang telah luar biasa.
Melanggar hak dan
kewajiban.
Apakah aku berlebihan? Apa kamu pikir,
dengan meninggalkan aku seperti itu, kamu
akan terbatas dari semua ini? Siapa kamu
pikir yang tidak menyaksikan, bagaimana
lembaga-lembaga peradilan membiarkan diri
digerogoti pembusukan–pembusukan?... Aku
tahu. Semua orang tahu. Aku menyaksikan
bagaimana lembaga-lembaga peradilan
berubah menjadi lembaga penganiayaan.
Menyaksikan para penegak keadilan
42
67
kebingungan, terancam dan menjadi
beringas.
10. Marsinah menanyakan
hati nurani Hakim.
Marsinah memberontah
supaya Hakim sadar dengan
tindakan yang dilakukanya.
lalu saksi-saksi palsu berdiri seperti boneka,
remuk dan ketakutan. Dan kamu Ibu Hakim,
tidak tahu apa-apa?...Apa? Hati nurani.....
Apa kamu pikir yang hilang,
ketikaketidakadilan menghujam di ulu
hatimu, dan kamu bungkam.. Jawab
pertanyaanku?
43-44
11. Marsinah melihat
Hakim telah kehilangan
hati nurani.
Marsinah merasa sangat
kecewa kepada Hakim yang
tidak punya hati nurani dan
hanya mementingkan
kelompok dan diri
pribadinya.
Ya. Aku memang sebaiknya berhenti. Apa
lagi yang harus dibicarakan dengan seorang
Hakim yang sudah kehilangan hati nuraninya,
yang dengan mudah mencuci tangannya,
menuding „sebuah kekuatan‟ sebagai biang
keladi? Kekuatan apa itu Ibu Hakim?
Kekuatan apa yang telah membuatmu kejang-
kejang kekuatan seperti itu?
45
12. Marsinah menyakan
hak dan kewajiban para
buruh.
Marsinah menyakan hak
dan kewajiban pekerja dan
orang-orang yang penguasa.
Aku melihat muka-muka yang terharu, kepala
yang tertunduk sedih. Aku menyaksikan
pasukan amal menyerbu mengeluarkan
pertolongan..Tapi kenapa? Kenapa tontonan
menyakitkan seperti ini harus terjadi? Siapa
yang bertanggung jawab di sini? Siapa yang
menyulut api membakar rumah-rumah
memusnahkan kampung-kampung?
52
13. Marsinah kecewa. Marsinah merasa bangsa
tidak berpihak kepada ara
buruh.
Bangsa yang mana ? Kalau semua itu disebut
demi bangsa, lalu kenapa mereka itu tadi
sebagai masyarakat terbanyak justru harus
53
68
menderita, harus tertindas, demi kemajuan.
14. Marsinah melihat
rahasia yang tersurat.
Marsinah membeberkan dan
berusaha membuka hati
nurani Hakim.
Ya. Aku mungkin sedang menghukum.
Bagaimana mungkin dalam ratapan gadis itu
aku membaca berbagai kesedihan. Aku
seperti melihat rahasia, yang dengan sengaja
dikubur, sementara kamu melihatnya hanya
sebatas kejadian? Sebuah suara, terdengar,
titik. Aku mungkin iri sama kamu. Atau
kecewa... Tau marah..Karena menurutku,
seorang seperti kamu seorang bekas hakim,
seorang yang punya pengalaman, terpelajar
mestinya punya kepekaan. Kamu metinya
punya naluri-naluri ganda.
58
15. Marsinah berbicara
kebebesan yang hakiki,
nilai dan norma.
Marsinah berbicara
kebebasan yang hakiki,
nilai dan norma.
Marsinah mempertanyakan
segala bentuk kejanggalan
yang terjadi di dunia.
Marsinah memtanyakan
segala bentuk kejanggalan
yang terjadi di dunia.
Kenapa? Alam kita sekarang ini alam bebas.
Bebas bicara. Bebas mempertanyakan segala
kejanggalan yang dimasa hidup kita mustahil
kita mempertanyakan.
Kenapa kamu pikir perampokan yang begini
menakutkan bisa terjadi? Kenapa maling
jemuran bisa dengan mudah diseret ke
pengadilan, sementara untuk memeriksa raja
maling yang satu ini, hanya
memeriksa..Seluruh negeri jadi sibuk. Butuh
izin. Butuh petunjuk...
68
68
16. Marsinah melihat
kemunafikan.
Marsinah melihat kebenaran
yang di bungkus dan di Tidak ada yang luput dari pengamatanku.
Aku melihat bagaimana kebenaran-kebenaran
73
69
masukan ke dalam peti.
Tokoh ingin membuka
kedok para penguasa.
di bungkus, dimasukkan ke dalam peti, lalu
dikubur dalam-dalam. Aku melihat
bagaimana orang-orang menciptakan patung-
patung kebenaran, mirip dengan kebenaran
asli, yang kemudaian di persembahkan dan
diyakini sebagai kebenaran yang
sesungguhnya. Tetapi semua itu tidak
membuatku tertawa.
17. Marsinah menanyakan
norma-norma yang
berlaku.
Marsinah dan para buruh
merasa norma dan nilai-
nilai tidak berpihak kepada
mereka.
Sebagai penguasa, sebagai penentu,
kedudukan kalian jauh di atas. Berada di atas
seperti itu, aturan dan ketentuan-ketentuan
yang kalian buat mustahil bisa selaras dengan
apa yang kami rindukan. Keputusan-
keputusan yang kalian buat sering kali
membingungkan kami. Berada di atas, kalian
tidak mendengar bagaimana kami mengeluh,
kenapa kami mengeluh.
75
18. Marsinah melihat buruh
menjadi kedok
kemunafikan belaka.
Marsinah merasa kecewa
karena aturan secara hakiki
tidak berpihak kepada yang
kecil (buruh).
Tetapi berhubung aturan dan ketentuan-
ketentuan dibuat demi bangsa, demi
kemajuan dan membangun bangsa, kami
tentu harus patuh, sebab menolaknya,
mengganggu kestabilan bangsa, dan kami
dengan mudah dikecam berhianat pada
bangsa, kami akan dikecam gerakan pengacau
keamanan.
76
19. Marsinah menayakan
hak dan kewajiban
sebenarnya
Kekecewaan Marsinah
kepada pengusa yang
senang dan hobi berjanji
Kalian janjikan kesejateraan, peningkatan
taraf hidup orang-orang banyak... Tapi apa
yang kami saksikan di balik semua itu?..
83
70
saja. kalian sibuk mngukir nama besar,
memperkokoh kursi kekuasaan, dan dengan
sadar mengangkagi hal-hal paling suci dalam
kehidupan manusia.. Perasaanya, pikiran-
pikirannya, martabatnya...
20. Marsinah menyentuh
hati nurani mereka
supaya tidak munafik.
Marsinah tidak
mengiginkan kemunafikan.
Apalagi telah berada di
alam kubur.
Karena aku muak. Karena aku tidak sanggup,
diliang kubur ini aku masih harus mencium
bau kemunafikan. Seorang perempuan,
seorang buruh kecil dianiayah, disiksa,
dibunuh dengan keji, mereka hanya
mengubah nasibnya, lebih pasnya dari
kungkungan kemiskinan. Hanya karena dia
membela kawan-kawannya senasib. Kalian
ada disanah waktu itu. kalian tahu persis
kenapa, dan bagaimana perempuan itu
diperlakukan dengan tidak berpri
kemanusiaan. Apa yang kalian lakukan waktu
itu... apa yang kalian lakukan waktu itu??
88
21. Marsinah kecewa Marsinah merasa hati nurani
para penguasa telah di
tututup. Hal itu telihat
mereka bungkam.
Persis seperti apa yang kalian lekukan
sekarang ini. Bungkam. Apa sebagai penentu,
sebagai tangan kanankekuasaan, kalian tidak
ikut bertanggung jawab atas nasib malang
yang menimpa perempuan itu? Apa sebagai
panglima-panglima indusri, sebagai ujung
tombak kemanjuan seperti selalu kalian
banggakan, kalian tidak ikut bertanggung
jawab atas kemalangan yang tak habis-habis
menimpa buruh di negeri ini?... Apa
88-89
71
sebenarnya yang paling menyakitkan dalam
kematian perempuan itu tadi. Kematiannya
itu menjadi kebenaran yang harus diterima
dengan lapang dada... Kebenaran sinting ...
Kebenaran yang mustahil disentuh...
Kebenaran yang selalu pahit untuk
dimengerti...
22. Marsinah memaki para
orang cerdas yang
munafik.
Marsinah kecewa kepada
orang-orang yang cerdas
yang hanya mementikan
perutnya sendiri.
Dan yang paling pertama yang harus
dikorbankan adalah rakyat kecil . begitu?
Tercecer dimana hati nuranimu laki-laki
berotak cemerlang? Bagaimana kamu bisa
melupakan dunia yang memberangkatkanmu?
Mengingat kamu!! Sujudlah sambil meratap
ke langit mudah-mudahan Tuhan masih
memberikan kesempatab . Minggat kamu!!..
94
23. Marsinah menayakan
hak dan kewajiban
kepada Tuhan.
Tokoh merasa kehidupan
tidak adil dan cenderung
berpihak kepada mereka
yang berkuasa.
Siapa Tuhan yang kukenal selain rasa takut
dan kemiskinan? Tidak ada Tuhan yang
diajarkan tuhan padaku selain pasrah,
bungkam dan patuh. Dia janjikan padaku
kehidupan sementara rezeki dan nafkaku
hidup sejaterah, sementara kehidupan yang
kuhadapi dibiarkan terperangkap kebodohan.
Kemana Tuhan yang kalian sebut-sebut
sedang menunjuk, ketika kebiadaban
merobek-robek kesucianku?
110-11
72
Keterangan:
1. Hati Nurani
2. Kebebasan dan Tanggung Jawab
3. Hak dan Kewajiban
4. Nilai dan Norma