1
MODUL PRAKTIKUM COMPOUNDING DISPENSING 2
PM-UMM-02-12/L1 Program Studi S1 Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
2017
Visi Menjadi program studi Farmasi (S1) yang unggul dalam bidang
Farmasi Bahan Alam yang berlandaskan nilai-nilai Islam dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang mampu bersaing di
tingkat Nasional
2
MODUL PRAKTIKUM COMPOUNDING DISPENSING 2
Disusun oleh : Widarika Santi Hapsai, M.Sc., Apt
PM-UMM-02-12/L1
Program Studi S1 Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Magelang 2017
4
PENGESAHAN
Modul Praktikum Compounding Dispensing 2
PM-UMM-02-12/L1
Revisi : 00 Tanggal : 2017
Dikaji Ulang Oleh : Ketua Program Studi S1 Farmasi Dikendalikan Oleh : Gugus Kendali Mutu Fakultas
Disetujui Oleh : Dekan
NO. DOKUMEN : PM-UMM-02-22 TANGGAL : 2017
NO. REVISI : 00 NO. HAL : - Disiapkan Oleh :
Koordinator Praktikum
Widarika Santi H, M.Sc.,Apt NIDN. 0618078401
Diperiksa Oleh: Ka. Prodi S1 Farmasi
Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt NIDN. 0607048602
Disahkan Oleh : Dekan
Puguh Widiyanto,S.Kp., M.Kep NIDN. 0621027203
Catatan : Dokumen ini milik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang dan TIDAK DIPERBOLEHKAN dengan cara dan alasan apapun membuat salinan tanpa seijin
Dekan
5
PENGANTAR
Assalamualaikum, wr, wb Alhamdulillah, buku petunjuk praktikum Compounding dan Dispening 2
berhasil disusun. Buku petunjuk ini disusun sebagai sarana untuk membantu mahasiswa dalam menunjang tercapainya kompetensi S1 Farmasi di bidang farmasi bahan alam. Mahasiswa diharapkan dapat membaca dan memahami materi sebelum pelaksanaan praktikum agar berjalan lancar dan tertib. Buku petunjuk praktikum Compounding dan Dispening 2 dibuat dengan harapan pada akhir pelaksanaan praktikum ini mahasiswa mampu memahami konsep absorpsi, distribusi, metabolisme dan eskresi obat.
Penyusun menyadari bahwa buku ini tidak terlepas dari kekurangan, oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan buku ini. Penyusun berharap semoga buku ini dapat bermanfaat. Amiin. Wassalamualaikum, Wr. Wb
Magelang, 2017
Koordinator Praktikum
6
Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum 1. Mahasiswa wajib hadir di ruang praktikum sesuai jadwal praktikum yang
berlaku. 2. Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15 menit tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum. 3. Mahasiswa wajib membawa farmasi kit disetiap kegiatan praktikum. 4. Mengikuti pretest sebelum praktikum dimulai. 5. Bila nilai pretest memenuhi standar (≥60) mahasiswa dapat mengikuti
praktikum sesuai prosedur dan aturan yang berlaku (untuk mata praktikum tertentu).
6. Sebelum praktikum dimulai mahasiswa wajib mengenakan jas laboratorium.
7. Mahasiswa meminjam peralatan ke laboran dengan mengisi Daftar Bon Alat.
8. Selama praktikum berlangsung, mahasiswa wajib menjaga ketertiban dan ketenangan laboratorium.
9. Selama pelaksanaan praktikum mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruang praktikum tanpa ijin dosen atau asisten pembimbing praktikum.
10. Setelah selesai praktikum, mahasiswa wajib merapikan dan membersihkan kembali peralatan dan tempat praktikum sesuai ketentuan yang berlaku.
11. Mahasiswa wajib absen dijurnal praktikum dan mengisi kartu kendali praktikum.
12. Mahasiswa wajib membuang sampah praktikum sesuai ketentuan yang berlaku.
13. Mahasiswa wajib melaporkan alat-alat yang rusak dan pecah ke laboran. 14. Mahasiswa wajib mengganti peralatan yang rusak atau pecah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. 15. Mahasiswa wajib membuat laporan resmi praktikum sesuai dengan hasil
praktikum.
Kepala Laboratorium Farmasi
Fitriana Yuliastuti, M.Sc., Apt
7
Format Laporan dan Kriterian Penilaian
Laporan Resmi :
1. Cover laporan: nama mata praktikum, judul pertemuan, logo universitas, nama dan NIM penyusun, nama prodi, nama fakultas, nama universitas, tahun.
2. Isi a. Judul praktikum b. Tujuan praktikum c. Dasar teori d. Metode praktikum/cara kerja e. Hasil praktikum f. Pembahasan disertai jurnal ilmiah g. Kesimpulan h. Daftar pustaka
Kriteria Penilaian :
Indikator Point Pretest/posttest 20 Skill Lab 40 Laporan 10 Responsi 30
8
PERTEMUAN KE-1 INJEKSI
1. Capaian Pembelajaran :
a. Menguasai konsep teoritis farmasetika, farmakologi, farmakoterapi, farmasi klinik, toksikologi, farmakoekonomi, farmakovigilance, DRP (Drug Related Problems), Interaksi obat, EBM (Evidence-based Medicine), POR (Pengobatan Obat Rasional), Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi.
b. Menguasai konsep teoritis Compounding (non sterile & sterile), Dispensing, farmasetika, Farmasi komunitas/Farmasi praktis, GPP (Good Pharmacy Practice), komunikasi, Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi.
c. Menguasai konsep teoritis Compounding (non sterile & sterile), Dispensing, farmasetika, Farmasi komunitas/Farmasi praktis, GPP (Good Pharmacy Practice), komunikasi, Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi.
d. Mampu mengidentifikasi masalah terkait obat dan alternatif solusinya untuk mengoptimalkan terapi
e. Mampu menyiapkan dan/atau meracik, serta memberikan sediaan farmasi (obat, obat tradisional, kosmetik) disertai penjaminan mutu sediaan farmasi
2. Tujuan Praktikum :
Setelah menyelesaikan praktikum ini maka mahasiswa mampu menguasai compounding dan dispensing 2
3. Dasar Teori
Sediaan steril adalah sediaan farmasi yang memenuhi syarat bebas dari
mikroorganisme di samping syarat fisika dan kimia. Terdapat beberapa macam bentuk sediaan steril, antra lain : a. Bentuk cair, misalnya: larutan steril, emulsi steril, dan suspense steril b. Bentuk semi-padat, mislanya: salep steril c. Bentuk padat steril, misalnya serbuk kering steril Sediaan farmasi steril yang dimasukkan dalam badan dengan cara disuntikkan ke dalam atau melalui kulit, mukosa dan jaringan disebut injeksi. Obat yang diberikan dengan cara diinjeksikan, disebut pemberian obat secara parenteral. Parenteral adalah suatu istilah yang berasal dari Yunani “para” dan “enteron”yang berarti “di luar intestine”. Pemberian obat secara parenteral memberikan beberapa keuntungan antara lain: 1. Diperoleh efek terapi yang cepat untuk pemberian secara intravena
9
2. Diperoleh efek dengan duration of action yang lama untuk pemberian secara intramuscular
3. Diperoleh efek local 4. Pemberian cairan elektrolit 5. Pemberian nutrisi 6. Menghindari penggunaan obat melalui saluran pencernaan 7. Kondisi pasien yang tidak memungkinkan, sehingga pemberian obat
hanya bisa melalui parenteral Ada beberapa cara penggolongan bentuk sediaan steril :
1. Berdasarkan kemasan, dikenal dengan sediaan dalam bentuk : a. Ampul b. Disposable syringe c. vial untuk multiple dose d. volume besar, misalnya infus
2. Berdasarkan indikasi penggunaan klinis: a. larutan irigasi b. larutan dialisa c. larutan allergen d. bahan pendiagnosa e. larutan ophthalmic steril (larutan tetes mata steril)
3. Berdasarkan bentuk fisik dari sediaan: a. Larutan steril b. Padat steril c. Suspense steril d. Emulsi steril
Ada beberapa cara penggunaan sediaan parenteral. Injeksi parenteral ke dalam badan dapat dilakukan melalui beberapa route yang berbeda. Sediaan parenteral diinjeksikan ke dalam badan menembus mekamisme pertahanan tubuh, masuk ke dalam sirkulasi darah atau ke dalam jaringan tubuh. Dengan demikian maka sediaaan yang diinjeksikan harus benar-benar memenuhi persyaratan sediaan parenteral.
4. Pelaksanaan Praktikum
a. Alat dan bahan : Bahan : resep injeksi
b. Cara Kerja : 1) Ambil resep 2) Amati resep, kerjakan resep sesuai laporan 3) Amati dosis pada resep, apakah sudah sesuai 4) Ambil dan amati alat-alat yang dignakan untuk compounding
resep yang diperoleh 5) Persiapkan alat yang diperlukan
1) Ambil bahan-bahan sesuai permintaan dalam resep
10
PERTEMUAN KE-2
SITOSTATIKA
1. Capaian Pembelajaran :
a. Menguasai konsep teoritis farmasetika, farmakologi,
farmakoterapi, farmasi klinik, toksikologi, farmakoekonomi, farmakovigilance, DRP (Drug Related Problems), Interaksi obat, EBM (Evidence-based Medicine), POR (Pengobatan Obat Rasional), Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi.
b. Menguasai konsep teoritis Compounding (non sterile & sterile), Dispensing, farmasetika, Farmasi komunitas/Farmasi praktis, GPP (Good Pharmacy Practice), komunikasi, Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi.
c. Mampu mengidentifikasi masalah terkait obat dan alternatif solusinya untuk mengoptimalkan terapi
d. Mampu menyiapkan dan/atau meracik, serta memberikan sediaan farmasi (obat, obat tradisional, kosmetik) disertai penjaminan mutu sediaan farmasi
2. Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan praktikum ini maka mahasiswa mampu
menguasai compounding dan dispensing 2
3. Dasar Teori
Sitostatika merupakan senyawa yang dapat membunuh sel yang
pertumbuhannya cepat (sel-sel kanker) namun tidak sehingga dapat
membunuh sel-sel normal yang pertumbuhannya cepat. Sitostatika juga
dapat berbahaya pada petugas yang mempersiapkan obat karena beebrapa
sitostatika jika terhirup atau bersentuhan dengan kulit dapat menyebabkan
beberapa masalah kesehatan. Sehingga dibutuhkan perlakuan khusus pada
saat preparasi sediaan sitostatika yaitu pada petugas dan lingkungan sekitar.
11
Komponen yang diperlukan :
a. Kebijakan
b. BSC (Biological Safety cabinet) dan area
c. Baju pelindung
d. Labelling, penyimpananan, distribusi
e. Penanganan limbah
Sebelum menangani obat sitostatika petugas harus tahu cara kerja yang tepat dalam penanganan sitostatika. Pekerjaan dimulai dengan mencuci tangan kemudian menggunakan APD dan 2 rangkap sarung tangan steril. Permukaan kerja dibersihkan dengan alkohol, dan persiapkan semua bahan yang dibutuhkan sehingga mengurangi frekuensi keluar masuk area. Setelah selesai melakukan preparasi sitostatika maka lepaskan baju dna terakhir sarung tangan kemudian cuci tangan
4. Pelaksanaan Praktikum a. Alat dan bahan : Resep Sitostatika b. Cara kerja :
1) Ambil resep 2) Amati resep, kerjakan resep sesuai laporan 3) Amati dosis pada resep, apakah sudah sesuai 4) Ambil dan amati alat-alat yang dignakan untuk compounding resep
yang diperoleh 5) Persiapkan alat yang diperlukan 6) Ambil bahan-bahan sesuai permintaan dalam resep
12
PERTEMUAN KE-3
TOTAL PARENTERAL NUTRITION (TPN) 1. Capaian Pembelajaran :
a. Menguasai konsep teoritis farmasetika, farmakologi, farmakoterapi,
farmasi klinik, toksikologi, farmakoekonomi, farmakovigilance, DRP (Drug Related Problems), Interaksi obat, EBM (Evidence-based Medicine), POR (Pengobatan Obat Rasional), Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi.
b. Menguasai konsep teoritis Compounding (non sterile & sterile), Dispensing, farmasetika, Farmasi komunitas/Farmasi praktis, GPP (Good Pharmacy Practice), komunikasi, Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi.
c. Mampu mengidentifikasi masalah terkait obat dan alternatif solusinya untuk mengoptimalkan terapi
d. Mampu menyiapkan dan/atau meracik, serta memberikan sediaan farmasi (obat, obat tradisional, kosmetik) disertai penjaminan mutu sediaan farmasi
2. Tujuan Praktikum :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki kemampuan
menguasaicompounding dispensing TPN
3. Dasar Teori
Nutrisi parenteral adalah memberikan nutrisi kepada pasien melalui rute
intravena, yang disebabkan karena ketidakmampuan pasien mengkonsumsi
nutrisi secara oral, yang terdiri dari glukosa, garam, lemak, asam amino dan
vitamin.
Nutrisi parenteral dilakukan pada pasien yang :
a. Pasien kronis yang tidak mendapat asupan makanan oral lebih dari 1 minggu
b. Pasien dengan pankreatitis berat c. Pasien dengan penyakit IBD (inflamatory bowel disease) berat d. Pasien yang mengalami operasi usus e. Wanita hamil yang mengalami mual muntah berat f. Pasien cedera kepala
Metode penyiapan nutrisi parenteral :
13
a. Manual yaitu menggunakan metode gravity fill b. Otomatis (menggunakan mesin)
Prinsip penyiapan nutrisi parenteral : a. Menggunakan teknik aseptik b. No tuch technique
Ketercampuran nutrisi parenteral memperhatikan : a. Memmahami sifat obat yang akan dicampurkan b. pH larutan obat c. konsentrasi d. Suhu e. Wadah obat
Hasil akhir preparasi nutrisi TPN harus diperiksa kemungkinan
kontaminasi partikel, adanya kebocoran pada kemasan dan adanya tanda
tanda inkomptabilitas seperti warna nutrisi menjadi keruh atau berubah
warna.
Label TPN diberikan setelah TPN selesai diperiksa yang berisi
a. Nama pasien
b. Ruang perawatan pasien
c. Komposisi produk
d. No batch
e. Tanggal pembuatan
f. Tanggal kadaluarsa
g. Cara penyimpanan
Keterangan perhatian khusus
4. Pelaksanaan Praktikum
a. Alat dan Bahan : Resep TPN b. Cara kerja :
1) Ambil resep 2) Amati resep, kerjakan resep sesuai laporan 3) Amati dosis pada resep, apakah sudah sesuai 4) Ambil dan amati alat-alat yang dignakan untuk compounding
resep yang diperoleh 5) Persiapkan alat yang diperlukan 6) Ambil bahan-bahan sesuai permintaan dalam resep
14
PERTEMUAN KE-4
NUTRISI PARENTERAL
1. Capaian Pembelajaran : a. Menguasai konsep teoritis farmasetika, farmakologi, farmakoterapi, farmasi
klinik, toksikologi, farmakoekonomi, farmakovigilance, DRP (Drug Related Problems), Interaksi obat, EBM (Evidence-based Medicine), POR (Pengobatan Obat Rasional), Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi.
b. Menguasai konsep teoritis Compounding (non sterile & sterile), Dispensing, farmasetika, Farmasi komunitas/Farmasi praktis, GPP (Good Pharmacy Practice), komunikasi, Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi.
c. Mampu mengidentifikasi masalah terkait obat dan alternatif solusinya untuk mengoptimalkan terapi
d. Mampu menyiapkan dan/atau meracik, serta memberikan sediaan farmasi (obat, obat tradisional, kosmetik) disertai penjaminan mutu sediaan farmasi
2. Tujuan Praktikum :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki
kemampuan melakukan compounding dan dispensing
3. Dasar Teori Nutrisi parenteral adalah sediaan parenteral yang diproduksi untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien (seperti; asam amino, glukosa, lipid,
elektrolit, vitamin). Pemberian nutrisi parenteral kepada pasien melalui jalur
intravena. Sediaan ini diproduksi secara aseptik dalam kemasan yang besar.
(Barnett et al, 2009).
Terdapat dua jenis sediaan nutrisi parenteral. Total parenteral nutrition
(TPN) adalah campuran seluruh kebutuhan nutrisi pasien yang diberikan
secara parenteral, sehingga pasien tidak membutuhkan asupan nutrisi secara
enteral. Supplementary parenteral nutrition (SPN) adalah tambahan nutrisi
yang diberikan secara parenteral, untuk memenuhi kekurangan asupan nutrisi
enteral (Pertkiewicz et al, 2009).
Sejumlah campuran nutrisi parenteral diproduksi oleh industri farmasi dalam kemasan siap pakai. Tenaga kefarmasian di rumah sakit dapat
15
memproduksi nutrisi parenteral dengan teknik aseptik (Pertkiewicz et al, 2009)
4. Pelaksanaan Praktikum a. Cara kerja :
1) Mahasiswa menyimak video yang menyimulasikan prosedur
pencampuran nutrisi parenteral.
2) Mahasiswa menelaah rangkaian prosedur pencampuran nutrisi
parenteral yang diamatinya berikut bahan dan peralatan yang
digunakan.
3) Mahasiswa mengidentifikasi komponen penyusun nutrisi parenteral
yang digunakan pada penanganan kasus klinis.
4) Mahasiswa melaporkan hasil pengamatan
16
PERTEMUAN KE-5
SEDIAAN INTRAVENA
1. Capaian Pembelajaran :
a. Menguasai konsep teoritis farmasetika, farmakologi, farmakoterapi, farmasi klinik, toksikologi, farmakoekonomi, farmakovigilance, DRP (Drug Related Problems), Interaksi obat, EBM (Evidence-based Medicine), POR (Pengobatan Obat Rasional), Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi.
b. Menguasai konsep teoritis Compounding (non sterile & sterile), Dispensing, farmasetika, Farmasi komunitas/Farmasi praktis, GPP (Good Pharmacy Practice), komunikasi, Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi.
c. Mampu mengidentifikasi masalah terkait obat dan alternatif solusinya untuk mengoptimalkan terapi
d. Mampu menyiapkan dan/atau meracik, serta memberikan sediaan farmasi (obat, obat tradisional, kosmetik) disertai penjaminan mutu sediaan farmasi
2. Tujuan Praktikum :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki
kemampuan menguasai compounding dispensing
3. Dasar Teori Pencampuran intravena (intravenous admixtures) merupakan suatu proses
pencampuran obat steril dengan larutan intravena steril sehingga
menghasilkan sediaan steril yang bertujuan untuk penggunaan intravena
(Lucida et al, 2014).
Pencampuran sediaan intravena merupakan salah satu kegiatan
pencampuran sediaan steril. Kegiatan pencampuran harus dilakukan dengan
teknik aseptik untuk menjamin perlindungan produk dari kontaminasi
mikroorganisme dan stabilitas produk (Depkes RI, 2009; Permenkes RI No.
72, 2016).
Kegiatan tenaga kefarmasian dalam pencampuran sediaan intravena
mencakup (Permenkes RI No. 72, 2016):
a. Mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus;
17
b. melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut
yang sesuai; dan mengemas menjadi sediaan siap pakai.
4. Pelaksanaan Praktikum a. Cara kerja
1) Tekhnik memindahkan cairan dari ampul:
a) Membuka ampul larutan obat:
i. Pindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan
mengetuk-ngetuk bagian atas ampul atau dengan
melakukan gerakan J-motion.
ii. Seka bagian leher ampul dengan alkohol 70 %, biarkan
mengering.
iii. Lilitkan kassa sekitar ampul.
iv. Pegang ampul dengan posisi 45º, patahkan bagian atas
ampul dengan arah menjauhi petugas. Pegang ampul
dengan posisi ini sekitar 5 detik.
v. Berdirikan ampul.
vi. Bungkus patahan ampul dengan kassa dan buang ke dalam
kantong buangan.
b) Pegang ampul dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam ampul,
tarik seluruh larutan dari ampul, tutup needle.
c) Pegang ampul dengan posisi 45º, sesuaikan volume larutan dalam
syringe sesuai yang diinginkan dengan menyuntikkan kembali
larutan obat yang berlebih kembali ke ampul.
d) Tutup kembali needle.
e) Untuk permintaan infus Intra Vena , suntikkan larutan obat ke
dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui
dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.
f) Untuk permintaan Intra Vena bolus ganti needle dengan ukuran
yang sesuai untuk penyuntikan.
g) Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke
dalam kantong buangan tertutup.
18
2) Tekhnik memindahkan obat dari vial
a) Membuka vial larutan obat
i. Buka penutup vial.
ii. Seka bagian karet vial dengan alkohol 70 %, biarkan
mengering.
iii. Berdirikan vial
iv. Bungkus penutup vial dengan kassa dan buang ke dalam
kantong buangan tertutup.
b) Pegang vial dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam vial.
c) Masukan pelarut yang sesuai ke dalam vial, gerakan perlahanlahan
memutar untuk melarutkan obat.
d) Ganti needle dengan needle yang baru.
e) Beri tekanan negatif dengan cara menarik udara ke dalam spuit
kosong sesuai volume yang diinginkan.
f) Pegang vial dengan posisi 45º, tarik larutan ke dalam spuit
tersebut.
g) Untuk permintaan infus intra vena (iv) , suntikkan larutan obat ke
dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui
dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.
h) Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan ukuran
yang sesuai untuk penyuntikan.
i) Bila spuit dikirim tanpa needle, pegang spuit dengan posisi jarum
ke atas angkat jarum dan buang ke kantong buangan tertutup.
j) Pegang spuit dengan bagian terbuka ke atas, tutup dengan ”luer
lock cap”.
k) Seka cap dan syringe dengan alkohol.
1) Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke dalam kantong buangan tertutup
19
PERTEMUAN KE-6
SITOSTATIKA
1. Capaian Pembelajaran :
a. Menguasai konsep teoritis farmasetika, farmakologi, farmakoterapi, farmasi klinik, toksikologi, farmakoekonomi, farmakovigilance, DRP (Drug Related Problems), Interaksi obat, EBM (Evidence-based Medicine), POR (Pengobatan Obat Rasional), Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi.
b. Menguasai konsep teoritis Compounding (non sterile & sterile), Dispensing, farmasetika, Farmasi komunitas/Farmasi praktis, GPP (Good Pharmacy Practice), komunikasi, Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi.
c. Mampu mengidentifikasi masalah terkait obat dan alternatif solusinya untuk mengoptimalkan terapi
d. Mampu menyiapkan dan/atau meracik, serta memberikan sediaan farmasi (obat, obat tradisional, kosmetik) disertai penjaminan mutu sediaan farmasi
2. Tujuan Praktikum :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki
kemampuan melakukan compounding dispensing 2
3. Dasar Teori
Bahan sitostatika adalah zat/obat yang merusak dan membunuh sel
normal dan sel kanker. Sitostatika tergolong obat berisiko tinggi karena
mempunyai efek toksik terhadap sel, sehingga dapat menyebabkan
menyebabkan kanker (karsinogenik), mutasi genetik (mutagenik), dan cacat
pada janin (teratogenik) (Depkes RI, 2008; Depkes RI, 2009).
Penanganan sediaan sitostatik merupakan penanganan obat kanker secara
aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien. Penanganan
dilakukan oleh tenaga farmasi secara khusus untuk menjamin keamanan,
keselamatan penderita, perawat, profesional kesehatan, dan orang lain yang
tidak menderita sakit (Depkes RI 2009, Permenkes RI No. 72, 2016).
20
Tujuan penanganan bahan sitostatik adalah menjamin penanganannya tepat dan aman di rumah sakit. Resiko pemaparan obat kanker ke dalam tubuh melalui inhalasi (terhirup pada saat rekostitusi), absorpsi (masuk dalam kulit jika tertumpah), dan ingesti (tertelan) (Depkes RI, 2008; Depkes RI, 2009).
4. Pelaksanaan Praktikum a. Cara kerja :
1) Mahasiswa menyimak video yang menyimulasikan prosedur
penanganan sediaan sitostatika.
2) Mahasiswa menelaah rangkaian prosedur penanganan sediaan
sitostatika yang diamatinya berikut bahan dan peralatan yang
digunakan.
3) Mahasiswa melaporkan hasil pengamatan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, jilid I. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1978, Materia Medika Indonesia, jilid II. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1979, Materia Medika Indonesia, jilid III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia, jilid IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia, jilid V. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1990, Materia Medika Indonesia, jilid VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta