Download - MID UUT & K3
N
OUU RI NO 4 TAHUN 2009 UU RI NO 22 TAHUN 2001 PENJELASAN
1. Bahan Tambang
Pasal 1 ayat 2 & 3 :
1. Mineral adalah senyawa
anorganik yang terbentuk di
alam, yang memiliki sifat fisik
dan kimia. tertentu serta susunan
kristal teratur atau gabungailnya
yang membentuk ba.tuan, baik
dalam bentuk lepas atau padu.
2. Batubara adalah endapan
senyawa organik karbonan yang
terbentuk secara alamiah dari
sisa tumbuhtumbuhan,
Bahan Tambang
Pasal 1 ayat 1 & ayat 2:
1. Minyak Bumi adalah hasil proses
alami berupa hidrokarbon yang
dalam kondisi tekanan dan
temperatur atmosfer berupa fasa
cair atau padat, termasuk aspal,
lilin mineral atau ozokerit, dan
bitumen yang diperoleh dari
proses penambangan, tetapi tidak
termasuk batubara atau endapan
hidrokarbon lain yang berbentuk
padat yang diperoleh dari kegiatan
yang tidak berkaitan dengan
kegiatan usaha Minyak dan Gas
Bumi;
2. Gas Bumi adalah hasil proses
alami berupa hidrokarbon yang
Perbedaan
Perbedaan bahan tambang ini yang membuat dibentuk
undang-undang yang berbeda juga antara mineral
batubara dan minyak bumi gas bumi, dari definisi nya
dapat terlihat perbedaan cara terbentuknya serta
komposisi dari masing-masing bahan tambang.
Mineral terbentuk dari senyawa anorganik dan batubara
berupa senyawa organik berbentuk padatan sedangkan
minyak dan gas bumi merupakan rantai hidrokarbon.
dalam kondisi tekanan dan
temperatur atmosfer berupa fasa
gas yang diperoleh dari proses
penambangan Minyak dan Gas
Bumi;
2. Direvisi dari undang-undang sebelumnya
Bahwa dengan mempertimbangkan
perkembangan nasional maupun
internasional, Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pertambangan sudah tidak sesuai lagi
Direvisi dari undang-undang sebelumnya
d. bahwa Undang-undang Nomor 44
Prp. Tahun 1960 tentang
Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi, Undang-undang Nomor 15
Persamaan
Pembentukan UU RI No 4 Tahun 2009
dan UU RI No 22 Tahun 2001 merupakan
perubahan dari undang-undang
sebelumnya, hal ini disebabkan mengikuti
perkembangan global yang semakin maju
sehingga dibutuhkan perubahan peraturan
perundang-undangan di bidang
pertambangan.
mineral dan batubara yang dapat mengelola
dan mengusahakan potensi mineral dan
batubara secara mandiri, andal, transparan,
berdaya saing, efisien, dan berwawasan
lingkungan, guna menjamin pernbangunan
nasional secara berkelanjutan
Tahun 1962 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang Nomor 2 Tahun
1962 tentang Kewajiban
Perusahaan Minyak Memenuhi
Kebutuhan Dalam Negeri, dan
Undang-undang Nomor 8 Tahun
1971 tentang Perusahaan
Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi Negara sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan usaha
pertambangan minyak dan gas
bumi;
e. bahwa dengan tetap
mempertimbangkan
perkembangan nasional maupun
internasional dibutuhkan
perubahan peraturan perundang-
undangan tentang pertambangan
minyak dan gas bumi yang dapat
menciptakan kegiatan usaha
yang tentu saja akan menimbulkan
problema baru, untuk menjaga stabilitas
nasional, menarik investor asing ke
Indonesia, menambah pemasukan Negara
semaksimalnya, serta meminimalkan
kerusakan lingkungan dari pertambangan
maka diperlukan undang-undang baru
yang sesuai.
minyak dan gas bumi yang
mandiri, andal, transparan,
berdaya saing, efisien, dan
berwawasan pelestarian
lingkungan, serta mendorong
perkembangan potensi dan
peranan nasional;
3. Azas dan Tujuan
Pasal 2
Pertambangan mineral dan atau batubara
dikelola berasaskan:
Azas dan Tujuan
Pasal 2
Penyelenggaraan kegiatan usaha Minyak dan
Gas Bumi yang diatur dalam Undang-undang
Persamaan
Pengelolaan mineral batubara dan Migas
ditujukan untuk diambil manfaatnya
yaitu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang berwawasan lingkungan,
a. manfaat, keadilan, dan keseimbangan;
b. keberpihakan kepada kepentingan
bangsa;
c. partisipatif, transparansi, dan
akuntabilitas;
d. berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.
ini berasaskan ekonomi kerakyatan,
keterpaduan, manfaat, keadilan, keseimbangan,
pemerataan, kemakmuran bersama dan
kesejahteraan rakyat banyak, keamanan,
keselamatan, dan kepastian hukum serta
berwawasan lingkungan.
dimana penyaluran bahan tambang ini
harus mencakup kebutuhan rakyat dan
pemenuhan anggaran APBN.
Pengelolaan ini harus mengikutkan
bangsa Indonesia bukan bangsa asing,
keterbukaan kepada publik mengenai
perihal penambangan, dan mempunyai
manajemen keuangan yang sehat
Perbedaan
Pada minyak dan gas bumi sangat
ditekankan berasas ekonomi kerakyatan
hal ini disebabkan karena minyak dan gas
bumi kepentingan hajat hidup orang
banyak dan sangat berpengaruh pada
pertumbuhan ekonomi, dimana harga
minyak dan gas akan sangat berpengaruh
pada harga kebutuhan pokok masyarakat.
4. Penguasaan
Pasal 4 :
1. Mineral dan batubara sebagai
sumber daya dan yang tak
terbarukan merupakan
kekayaan nasional yang
dikuasai oleh negara untuk
sebesar-besar kesejahteraan
rakyat.
2. Penguasaan mineral dan
batubara oleh Negara
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diselenggarakan oleh
Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah.
Penguasaan
Pasal 4 :
1. Minyak dan Gas Bumi sebagai
sumber daya alam strategis
takterbarukan yang terkandung di
dalam Wilayah Hukum
Pertambangan Indonesia merupakan
kekayaan nasional yang dikuasai
oleh negara.
2. Penguasaan oleh negara
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diselenggarakan oleh Pemerintah
sebagai pemegang Kuasa
Pertambangan.
3. Pemerintah sebagai pemegang
Kuasa Pertambangan membentuk
Badan Pelaksana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 23.
Persamaan
Persamaan dari kedua Undang-undang ini
mewajibkan bahwa penguasaan mineral batubara
Minyak dan Gas bumi dikuasai oleh Negara, ini
dimaksudkan agar menjaga stabilitas nasional agar
pemasukan Negara bertambah dan tidak terjadi
konflik pada masyarakat memperebutkan lahan
tambang.
5. Persyaratan eksploitasi
Pasal 79
IUPK Operasi Produksi sebagaimana
dimaksud dalarn Pasal 76 ayat (1)
huruf b sekurang-kurangnya wajib
memuat:
a. nama perusahaan;
b. luas wilayah;
c. lokasi penambangan;
d. lokasi pengolahan dan
pemurnian;
e. pengangkutan dan penjualan;
f. modal investasi;
g. jangka waktu tahap kegiatan;
h. penyelesaian masalah pertanahan,
i. lingkungan hidup, termasuk
reklamasi dan pascatambang;
Persyaratan eksploitasi
Pasal 11 ayat 3
Kontrak Kerja Sama sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) wajib memuat
paling sedikit ketentuan-ketentuan pokok
yaitu :
a. penerimaan negara;
b. Wilayah Kerja dan pengembaliannya;
c. kewajiban pengeluaran dana;
d. perpindahan kepemilikan hasil
produksi atas Minyak dan Gas Bumi;
e. jangka waktu dan kondisi
perpanjangan kontrak;
f. penyelesaian perselisihan;
g. kewajiban pemasokan Minyak Bumi
dan/atau Gas Bumi untuk kebutuhan
dalam negeri;
Persamaan
Terdapat beberapa persamaan pada regulasi pada
pasal masing-masing diantaranya keselamatan
kerja, penyelesaian masalah, pengutamaan tenaga
kerja Indonesia, pengembangan masyarakat
setempat.
Keselamatan kerja dimaksudkan agar pekerja
mendapatkan standar operasional prosedur untuk
menjaga keselamatannya.
Pengutamaan tenaga kerja Indonesia dikarenakan
wilayah pertambangan dalam cakupan wilayah
Indonesia harus diusahakan sebesar-besarnya oleh
rakyat Indonesia.
Pengembangan masyarakat dimaksudkan
masyarakat yang tinggal pada daerah dekat
penambangan mendapatkan manfaat juga dari
adanya badan usaha tersebut, untuk meningkatkan
taraf hidup mereka.
j. dana jaminan reklamasi dan
jaminan pascatambang;
k. jangka waktu berlakunya IUPK;
l. perpanjangan IUPK;
m. hak dan kewajiban;
n. pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat di
sekitar wilayah pertambangan;
o. perpajakan;
p. iuran tetap dan iuran produksi
serta bagian pendapatan
Negara/daerah, yang terdiri atas
bagi hasil dari keuntungan bersih
sejak berproduksi;
q. penyelesaian perselisihan;
r. keselamatan dan kesehatan kerja;
s. konservasi mineral atau batubara
t. pernanfaatan barang, jasa,
teknologi serta kemarnpuan
rekayasa dan rancang bangun
dalam negeri;
h. berakhirnya kontrak;
i. kewajiban pascaoperasi pertambangan;
j. keselamatan dan kesehatan kerja;
k. pengelolaan lingkungan hidup;
l. pengalihan hak dan kewajiban;
m. pelaporan yang diperlukan;
n. rencana pengembangan lapangan;
o. pengutamaan pemanfaatan barang dan
jasa dalam negeri;
p. pengembangan masyarakat sekitarnya
dan jaminan hak-hak masyarakat adat;
q. pengutamaan penggunaan tenaga kerja
Indonesia
Perbedaan
Pada point g terdapat kewajiban untuk pemasokan
minyak bumi dan gas bumi untuk kebutuhan
dalam negeri, hal ini dimaksudkan masyarakat
mendapatkan bahan bakar untuk memenuhi
kebutuhan, dimana hal ini sangat pokok bagi
pertumbuhan ekonomi nasional, setiap badan
usaha harus memasok maksimal 25% dari
produksinya (ketetapan UU RI NO 22 Tahun
2001).
u. penerapan kaidah keekonomian
dan keteknikan pertambangan
yang baik;
v. pengembangan tenaga kerja
Indonesia;
w. pengelolaan data mineral atau
batubara;
x. penguasaan, pengembangan dan
penerapan teknologi
pertambangan mineral atau
batubara; dan
y. divestasi saham.
6. Wilayah Bahan Tambang
Pasal 9 ayat 2
WP sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh Pemerintah setelah
berkoordinasi dengan pemerintah
daerah dan berkonsultasi dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia
Wilayah Bahan Tambang
Pasal 12 ayat 1
Wilayah Kerja yang akan ditawarkan
kepada Badan Usaha atau Bentuk Usaha
Tetap ditetapkan oleh Menteri setelah
berkonsultasi dengan Pemerintah Daerah.
Perbedaan
Pertambangan mineral dan batubara untuk
wilayah pertambangan, pemerintah pusat
menempatkan pemerintah daerah untuk bergerak
juga mengatur wilayah tersebut
Pertambangan minyak bumi hanya pemerintah
pusat atau menteri yang bersangkutan yang
menetapkan wilayah kerja dan pemerintah daerah
hanya memberi saran kepada menteri.
7. Izin Usaha
Pasal 1 ayat 6 & 7 :
6. Usaha Pertambangan adalah
kegiatan dalam rangka
pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi tahapan
kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan,
konstrultsi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan,
serta pascatambang.
7. Izin Usaha Pertambangan, yang
selanjutnya disebut IUP, adalah
izin untuk melaksanakan usaha
pertambangan
Izin Usaha
Pasal 1 ayat 20 :
20. Izin Usaha adalah izin yang
diberikan kepada Badan
Usaha untuk melaksanakan
Pengolahan, Pengangkutan,
Penyimpanan dan/atau Niaga
dengan tujuan memperoleh
keuntungan dan/atau laba;
Perbedaan
Pada pertambangan mineral batubara izin usaha
mencakup keseluruhan kegiatan pertambangan
namun izin usaha pada minyak dan gas bumi
hanya pengolahan, pengangkutan, penyimpanan
dan niaga, untuk proses eksploitasi diadakan
kontrak kerjasama.
8. Kewenangan Pemerintah Daerah
Pasal 7
Kewenangan pemerintah provinsi dalam
pengelolaan pertambangan mineral dan
batubara, antara lain, adalah:
a. pembuatan peraturan perundang-
undangan daerah;
b. pemberian IUP, pembinaan,
penyelesaian konflik masyarakat dan
pengawasan usaha pertambangan pada
lintas wilayah kabupaten/kota dan/atau
wilayah laut 4 (empat) mil sampai
dengan 12 (dua belas) mil
Pasal 8
Kewenangan pemerintah kabupaten/kota dalam
pengelolaan pertambangan mineral dan
batubara. Antara lain, adalah :
a. pembuatan peraturan perundang-undangan
daerah;
b. pemberian IUP dan IPR, pembinaan,
Kewenangan Pemerintah Daerah
Pasal 1 ayat 22
Pemerintah Daerah adalah Kepala
Daerah beserta perangkat Daerah
Otonom yang lain sebagai Badan
Eksekutif Daerah;
Perbedaan
Pada pemerintah daerah untuk
usaha mineral dan batubara ikut
menetapkan peraturan berupa
undang-undang daerah yang
mencakup keseluruhan kegiatan
pertambangan dan mengawasi
kegiatan pertambangan
Sedangkan, pada minyak dan gas
bumi hanya sebagai pemberi saran
pada pemerintah pusat dan
penampung aspirasi dari
masyarakat setempat
penyelesaian konflik masyarakat, dan
pengawasan usaha pertambangan di
wilayah kabupaten/ kota dan/ atau wilayah
laut sampai dengan 4 (empat) mil;
c. pemberian IUP dan IPR, pembinaan,
penyelesaian konflik masyarakat dan
pengawasan usaha pertambangan operasi
produksi yang kegiatannya berada di
wilayah kabupaten/kota dan/atau wilayah
laut sampai dengan 4 (empat) mil;
9. Data Pertambangan
Pasal 87
Untuk menunjang penyiapan WP dan
pengembangan ilmu pengetahuan clan
teknologi pertambangan, Menteri atau
gubernur sesuai dengan kewenangannya
Data Pertambangan
Pasal 20
(1) Data yang diperoleh dari Survei
Umum dan/atau Eksplorasi dan
Eksploitasi adalah milik negara yang
Persamaan
Data yang diperoleh dari lapangan merupakan
milik pemerintah yang akan digunakan sebagai
arsip nasional dan rencana strategis nasional untuk
meramalkan pertumbuhan ekonomi bangsa.
Data ini jugaq kana bias digunakan untuk
penelitian civitas akademika untuk
dapat menugasi lembaga riset negara
dan/atau daerah untuk melakukan
penyelidikan dan penelitian tentang
pertambangan.
Pasal 88
1. Data yang diperoleh dari kegiatan
usaha pertambangan merupakan data
milik Pemerintah dan/atau pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya.
2. Data usaha pertambangan yang
dimiliki pemerintah daerah wajib
disampaikan kepada Pemerintah untuk
pengelolaan data pertambangan
tingkat nasional.
3. Pengelolaan data sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh Pemerintah dan/
atau peme rintah daerah sesuai dengan
kewenangannya.
dikuasai oleh Pemerintah.
(2) Data yang diperoleh Badan Usaha
atau Bentuk Usaha Tetap di Wilayah
Kerjanya dapat digunakan oleh Badan
Usaha atau Bentuk Usaha Tetap
dimaksud selama jangka waktu
Kontrak Kerja Sama.
mengembangkan teknologi agar tercapai teknologi
murah dan ramah lingkungan yang berguna bagi
penghematan biaya produksi.
Perbedaan
Data pada pertambangan mineral dan batubara
tidak bersifat sangat rahasia namun data minyak
dan gas bumi sangat dirahasiakan oleh Negara
khususnya lagi pada cadangan terukur sebuah
perusahaan, hal ini dapat dilihat dari skripsi
mahasiswa yang hanya menyebutkan lapangan
Migas dengan kata inisial misalnya “lapangan X”
hal ini dikarenak Minyak dan gas bumi dipandang
sebagai sumber daya alam strategis yang akan
sangat berdampak pada rakyat Indonesia
10. Pembagian Kegiatan Usaha
Pasal 35
Usaha pertambangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34
dilaksanakan dalarri bentuk:
a. IUP;
b. IPR; dan
c. IUPK.
Pasal 36
(1) IUP terdiri atas dua tahap:
a. IUP Eksplorasi meliputi
kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, dan studi
kelayakan;
b. b. IUP Operasi Produksi
meliputi kegiatan konstruksi,
penambangan, pengolahan
dan pemurnian, serta
pengangkutan dan penjualan.
(2) Pemegang IUP Eksplorasi dan
pemegang, IUP Operasi Produksi
Pembagian Kegiatan Usaha
Pasal 1 ayat 7 dan 10
7. Kegiatan Usaha Hulu adalah
kegiatan usaha yang berintikan atau
bertumpu pada kegiatan usaha
Eksplorasi dan Eksploitasi;
10. Kegiatan Usaha Hilir adalah
kegiatan usaha yang berintikan atau
bertumpu pada kegiatan usaha
Pengolahan, pengangkutan,
Penyimpanan, dan/atau Niaga;
Pasal 5
Kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi
terdiri atas :
1. Kegiatan Usaha Hulu yang mencakup :
a. Eksplorasi;
b. Eksploitasi.
2. Kegiatan Usaha Hilir yang mencakup :
a. Pengolahan;
Perbedaan
dapat melakukan sebagian atau
seluruh kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1).
Pasal 66
Kegiatan pertambangan rakyat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 dikelompokkan sebagai berikut:
a. pertambangan mineral logam;
b. pertambangan mineral bukan
logam;
c. pertambangan batuan; dan/ atau
d. pertarnbangan batubara.
b. Pengangkutan;
c. Penyimpanan;
d. Niaga.
11. Penggunaan Lahan
Pasal 134 ayat 1
1. Hak atas WIUP, WPR, atau
WIUPK tidak meliputi hak atas
tanah permukaan bumi.
Penggunaan Lahan
Pasal 33 ayat 2
1. Hak atas Wilayah Kerja tidak meliputi
hak atas tanah permukaan bumi.
Persamaan
12. Pendapatan Negara dan Daerah
Pasal 128 ayat 1
1. Pemegang IUP atau IUPK wajib
membayar pendapatan negara dan
pendapatan daerah.
Pasal 129 ayat 1 & 2
1. Pemegang IUPK Operasi
Produksi untuk pertambangan
mineral logam dan batubara
wajib membayar sebesar 4%
(empat persen) kepada.
Pemerintah dan 6% (enam
persen) kepada pemerintah
daerah dari keuntungan bersih
sejak berproduksi.
2. Bagian pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur sebagai berikut:
a. pemerintah provinsi mendapat
Pendapatan Negara dan Daerah
Pasal 31 ayat 1 dan 6
1. Badan Usaha atau Bentuk Usaha
Tetap yang melaksanakan Kegiatan
Usaha Hulu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (1) wajib
membayar penerimaan Negara yang
berupa pajak dan Penerimaan Negara
Bukan Pajak.
6. Penerimaan Negara Bukan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
merupakan penerimaan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, yang
pembagiannya ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Persamaan
bagian sebesar 1% (satu persen);
b. pemerintah kabupaten/kota
penghasil mendapat bagian
sebesar 2,5% (dua koma lima
persen); dan
c. pernerintah kabupaten/kota
lainnya dalam provinsi yang sama
mendapat bagian sebesar 2,596%
(dua koma lima persen).
13. Ketentuan Pidana pelanggaran
Eksplorasi dan Eksploitasi
Pasal 158
Setiap orang yang melakukan usaha
penambangan tanpa IUP, IPR atau
IUPK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 18,
Pasal 67 ayat (I), Pasal 74 ayat (1)
atau ayat (5) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak
Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah).
Pasal 160
1. Setiap orang yang melakukan
eksplorasi tanpa memiliki IUP
atau IUPK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 atau
Pasal 74 ayat (1) dipidana
dengan pidana kurungan paling
Ketentuan Pidana pelanggaran Eksplorasi
dan Eksploitasi
Pasal 52
Setiap orang yang melakukan Eksplorasi
dan/atau Eksploitasi tanpa mempunyai
Kontrak Kerja Sama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan denda paling
tinggi Rp60.000.000.000,00 (enam puluh
miliar rupiah).
lama 1 (satu) tahun atau denda
paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah).
2. Setiap orang yang mempunyai
IUP Eksplorasi tetapi
melakukan kegiatan operasi
produksi dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak
Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah).
MID TEST UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN DAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA
Dibuat Untuk Memenuhi Mid Test UUT & K3
Pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Oleh
Nama : Handy Agista
Nim : 03101402014
Kelas : B Kampus Bukit Besar Palembang