1
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
MENINGKATKAN NILAI MORAL DAN AGAMA ANAK
MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA KELAS B
DI TAMAN KANAK-KANAK AL-BAROKAH MAYANG
MANGURAI KECAMATAN ALAM BARAJO
KOTA JAMBI
SKRIPSI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
OLEH:
FAZALINA
TRA. 151755
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
2
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
3
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
4
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
5
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
ABSTRAK
Nama : Fazalina
Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Judul : Meningkatkan Nilai Moral dan Agama Anak Melalui
Metode Bermain Peran Pada Kelas B Di TK Al-Barokah
Mayang Mangurai Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi
Nilai moral dan agama anak perlu ditingkatkan, oleh karena itu pembelajaran
harus menarik dan menyenangkan. Salah satu cara meningkatkan nilai moral dan
agama adalah melalui bermain peran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan nilai moral dan agama anak melalui metode bermain peran.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek dalam penelitian ini
adalah anak didik kelas B TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo, semester II
tahun pembelajaran 2018-2019. Adapun jumlah anak didik kelas B TK Al-
Barokah Kecamatan Alam Barajo adalah 15 anak. Penelitian ini bersifat
kolaboratif antara peneliti, kepala sekolah dan guru kelas. Data dikumpulkan
melalui observasi, catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data
diperiksa dengan triangulasi. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Dengan tingkat capaian penilaian yaitu, 11 dari 15 anak dengan
perolehan nilai keseluruhan adalah 73,3%
Kata Kunci: Nilai Moral dan Agama, Bermain Peran
6
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
ABSTRACT
Name : Fazalina
Department : Islamic Education of Early Childhood
Title : Increasing The Moral Values and Religion of Child Through
Method of Role Playing in Class B at TK Al-Barokah Mayang
Mangurai Alam Barajo District, Jambi City
The moral value and religion of children need to be improved, therefore learning
must be interesting and fun. One way, to improve moral value and religious is
through role playing. This study aims to determine the improvement of children‟s
moral and religious values through the method of role playing.
This research is a classroom action research. The subjects in this study were
students in class B of Al-Barokah Kindergarten in Alam Barajo District, second
semester of the learning year 2018-2019. The number of students in class B Al-
Barokah Kindergarten in Alam Barajo District is 15 children. This research
collaborative between research, headmaster and class teacher. Data is collected
through observation, field notes, interviews, and documentation. The validity of
the data is checked by triangulation. Data were analyzed qualitatively and
quantitatively. With an achivement rating level of 11 out of 15 children with an
overall score of 73,3%.
Keywords: The Moral Values and Religious, Role Playing
7
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
8
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
MOTTO
رك لظلم عظيم قال لقمن لابنه ، وهو يعظه ، وإذ . إن آلش يبني لا تشرك بآ لل
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya, „Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar‟. (Q.S. Luqman:13)
9
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah dengan hati yang tulus dan ikhlas, penulis ucapkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan penulis kesempatan untuk
menyelesaikan skripsi ini. Kupersembahkan karyaku untuk orang-orang yang
berarti dalam hidupku terutama buat yang tersayang, aba Hamdan Zein Aljuffry
dan Umi Fatimah Alcaf tercinta yang telah membimbing mengasuh dan
mendidik ananda dari lahir hingga dewasa dengan penuh cinta dan kasih sayang,
tanpa kalian saya bukan siapa-siapa dihari ini. Terima kasihku ucapkan kepada
saudara laki-laki M. Faig Habibie, SH, dan M. Mugtadir Alam, SE dan saudara
perempuanku satu-satunya Gamalia Haggia, SP serta saudari iparku Neli, SP dan
saudara ipar Said Zulkifli, S.Pd.I. Dan tak lupa pula ku persembahkan karyaku
teruntuk keponakan-keponakanku Syarifah Humairah, Syarifah Syeikha
Nazirah, M. Raubil Fikri, Muhammad Ghaisan dan Syarifah Mufiidah Alina.
Dan tak lupa pula terima kasih kepada Taufiq Muhammad, ST yang telah
memberikan motivasi dan semangat.
Terima kasih atas dukungan baik secara moril, materil dan do‟a yang selalu
mengiringi perjalanan yang tidak mungkin saya jadi seperti sekarang ini. Terima
kasih juga untuk sahabat-sahabatku PHM Squad (Mirliani, Dwi Kurniawati,
Ismi Winda Yani, Indah Ibrahim, dan Nurhabibah). Serta teman-teman
seperjuangan khususnya Pendidikan Islam Anak Usia Dini angkatan 2015 yang
telah berjasa untuk saya selama masa perjuangan di bangku kuliah sampai saya
menyelesaikan skripsi ini.
10
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sang Maha
Pencipta, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga
dengan izin-Nya karya ilmiah dengan judul “MENINGKATKAN NILAI
MORAL DAN AGAMA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN
PADA KELAS B DI TK AL-BAROKAH MAYANG MANGURAI
KECAMATAN ALAM BARAJO KOTA JAMBI” ini dapat terselesaikan. Tidak
lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW yang menjadi penutan setiap umat manusia dalam menempuh dan meraih
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Nilai moral dan agama sangat penting dipupuk dan dikembangkan dalam
diri anak sejak dini, agar anak dapat menjadi seorang yang memiliki karakteristik
atau adab yang positif untuk kehidupan dimasa depannya. Banyak cara untuk
meningkatkan nilai moral dan agama anak yaitu melalui metode bermain peran.
Adapun maksud dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi
sebagian tugas dan syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan S-1 pada
jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini,
sebab penulis sadar tanpa bantuan tersebut, penulisan karya ilmiah ini tidak akan
terselesaikan dengan baik. Untuk itulah penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Kepada Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
2. Kepada Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
11
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
3. Kepada Ibu Dra. Umil Muhsinin, M.Pd.I selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Islam Anak Usia Dini.
4. Kepada Ibu Dr. Yusria, M.Ag selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak
Amrindono, M.Pd.I sebagai Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan Penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepada Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan pengetahuan
kepada penulis.
6. Kepada Bapak Kabag dan Kasubbag beserta karyawan dan karyawati di
lingkungan akademik Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
7. Kepada Ibu Juniar, S.Pd selaku Kepala Sekolah TK Al-Barokah
Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi dan Ibu Lamsiah, A.Ma selaku guru
wali kelas B yang telah memberikan izin untuk mengadakan Riset
Penelitian dan memberikan kemudahan kepada Penulis untuk
memperoleh data di lapangan.
8. Kepada Umi dan Aba serta keluarga yang telah memberikan motivasi
tiada henti hingga menjadi kekuatan pendorong bagi Penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada Taufiq Muhammad, ST yang selalu memberikan motivasi dan
semangat kepada Penulis.
10. Kepada teman-teman mahasiswa PIAUD kelas A yang telah menjadi
partner diskusi dalam penyusunan skripsi ini serta semua pihak yang
tidak bisa penulis sebutkan yang turut membantu terselesainya skripsi ini
Semoga amal baik beliau diterima oleh Allah SWT, mendapatkan balasan
yang lebih baik dan lebih banyak dari-Nya. Penulis menyadari bahwa penulisan
karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Maka dengan kerendahan hati, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
karya ilmiah ini. Harapan penulis semoga laporan karya ilmiah ini dapat
12
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya yang tertarik dengan
dunia anak.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Jambi, 13 Mei 2019
Fazalina
TRA. 151755
13
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
NOTA DINAS .............................................................................................. ii
PENGESAHAN ........................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................. vi
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................. vii
MOTTO ....................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
D. Batasan Masalah................................................................................ 4
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6
A. Kajian Teoretik.................................................................................. 6
1. Pengertian Nilai Moral dan Agama............................................. 6
2. Metode Pembelajaran .................................................................. 10
a. Jenis-jenis Metode Belajar Mengajar untuk Anak Usia Dini 10
b. Fungsi Bermain Bagi Anak Usia Dini ................................... 12
3. Pengertian Bermain Peran ........................................................... 12
a. Pengertian Bermain ............................................................... 12
14
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
b. Dasar Pemikiran Bermain Peran ........................................... 13
4. Konsep Pengembangan Moral dan Agama Pada Anak
Usia Dini .................................................................................... 21
a. Tujuan .................................................................................... 21
b. Penanaman Nilai Moral dan Agama Pada Anak Usia Dini ... 23
5. Standar Isi tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak ... 30
a. Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Pada Lingkup
Perkembangan Nilai Agama dan Moral PERMENDIKBUD
137 Tahun 2014 ..................................................................... 30
B. Studi Relevan .................................................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 33
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 33
1. Tempat Penelitian ....................................................................... 33
2. Waktu Penelitian ........................................................................ 33
B. Tahapan Tindakan ............................................................................. 33
1. Siklus I........................................................................................ 33
2. Siklus II ...................................................................................... 35
C. Desain dan Prosedur Penelitian ......................................................... 37
1. Desain Penelitian ......................................................................... 37
2. Prosedur Umum Penelitian ......................................................... 38
D. Instrumen Penelitian.......................................................................... 40
1. Definisi Konseptual ..................................................................... 40
2. Definisi Operasional.................................................................... 40
E. Sumber Data ...................................................................................... 41
1. Data Primer ................................................................................. 41
2. Data Sekunder ............................................................................. 42
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ........................................ 42
1. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 42
G. Teknik Analisis Data ......................................................................... 44
1. Data Kuantitatif .......................................................................... 45
15
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
2. Data Kualitatif ............................................................................ 46
H. Jadwal Penelitian ............................................................................... 47
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 49
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 49
1. Historis Sekolah ......................................................................... 49
2. Geografis Sekolah dan Lingkungan Sosial ................................ 49
3. Sarana dan Prasarana .................................................................. 50
4. Keadaan Guru dan Siswa Sekolah ............................................. 50
5. Karakteristik Anak Didik di TK Al-Barokah Kecamatan Alam
Barajo ......................................................................................... 51
B. Kondisi Awal Hasil Kegiatan Bermain Peran Anak Prasiklus ......... 52
C. Hasil Temuan (Tes Setiap Siklus) ..................................................... 55
1. Siklus I........................................................................................ 55
2. Siklus II ...................................................................................... 63
D. Pembahasan ....................................................................................... 70
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 73
A. Kesimpulan ....................................................................................... 73
B. Saran .................................................................................................. 73
1. Kepada Kepala Sekolah ............................................................. 74
2. Kepada Guru Kelas yang lain..................................................... 74
3. Kepada Peneliti Berikutnya ........................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 75
16
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perkembangan Awal Main Peran .............................................. 18
Tabel 2.2 Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Pada Lingkup
Perkembangan Nilai Moral dan Agama PERMENDIKBUD
137 Tahun 2014 ....................................................................... 30
Tabel 3.1 Populasi Penelitian .................................................................... 37
Tabel 3.2 Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak................................. 40
Tabel 3.3 Instrumen Pengumpulan Data ................................................... 43
Tabel 3.4 Pertanyaan Sebelum Penelitian ................................................. 44
Tabel 3.5 Rencana Waktu dan Tahap Penelitian ...................................... 47
Tabel 4.1 Keadaan Guru TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo ......... 51
Tabel 4.2 Keadaan Siswa TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo ....... 51
Tabel 4.3 Data Hasil Observasi Meningkatkan Nilai Moral dan Agama
Melalui Kegiatan Bermain Peran Pada Prasiklus...................... 54
Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Meningkatkan Nilai Moral dan Agama
Melalui Kegiatan Bermain Peran Pada Siklus I ........................ 61
Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Meningkatkan Nilai Moral dan Agama
Melalui Kegiatan Bermain Peran Pada Siklus II....................... 69
Tabel 4.6 Hasil Kegiatan Bermain Peran Pada Setiap Siklus (Pra-Siklus,
Siklus I dan II ............................................................................ 71
17
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Model Kemmis & Mc. Taggart ............................................... 39
Gambar 3.2 Teknik Analisis Data ............................................................... 45
Gambar 4.1 Grafik Persentase Siswa yang Telah Berhasil Dalam
Kegiatan Bermain Peran ......................................................... 71
18
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Moral dan agama ibarat mengukir dan memberikan sentuhan agar objek
yang di ukur memiliki nilai lebih. Sebuah ukiran yang dipastikan bernilai lebih
daripada objek yang di ukir itu sendiri. Di dalam moral dan agama ada nilai inti
yang berasal dari budaya dan oleh karena itu, kita tidak mungkin membangun
moral yang terlepas dari budaya kita sendiri. Jika moral itu merupakan refleksi
budaya yang bersifat lintas generasi maka pendidikan alih generasi harus
dilakukan sejak sekarang dan sebaik-baik bekal yang diberikan bagi generasi
mendatang adalah penanaman nilai moral dan agama. Moral yang menjadi
variabel yang membuat ilmu pengetahuan dan teknologi membawa kesuksesan
dan kemaslahatan bagi umat manusia. Dalam penanaman nilai moral dan agama
ini, bagaimana lingkungan rumah dapat mengajarkan moral dan agama pada anak
usia dini secara berkesinambungan.
Nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan adalah hal-hal
yang dituntut dalam kehidupan ini. Kita akan merasa tertuntut untuk menepati
janji, membayar berbagai tagihan, memberi pengasuhan kepada anak-anak dan
berlaku adil dalam bergaul di masyarakat. Nilai-nilai moral meminta kita untuk
melaksanakan apa yang sebaiknya kita lakukan. Kita harus melakukan bahkan
kalaupun sebenarnya kita tidak ingin melakukannya. (Lickona, 2016: 61)
Menurut Lickona (2016: 62) Nilai-nilai moral (yang menjadi tuntutan) dapat
dibagi menjadi dua kategori, yaitu universal dan nonuniversal. Nilai-nilai moral
universal seperti memperlakukan orang lain dengan baik, serta menghormati
pilihan hidup, kemerdekaan dan kesetaraan dapat menyatukan semua orang
dimanapun mereka berada karena kita tentunya menjunjung tinggi dasar-dasar
nilai kemanusian dan penghargaan diri. Sebaliknya, nilai-nilai moral yang bersifat
nonuniversal tidak membawa tuntutan moral yang bersifat universal ini adalah
nilai-nilai seperti kewajiban yang berlaku pada agama-agama tertentu (ketaatan,
19
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
berpuasa dan memperingati hari besar keagamaan) yang secara individu menjadi
sebuah tuntutan yang cukup penting. Namun, hal tersebut belum tentu dirasakan
sama dengan individu lain.
Agama menurtut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan
manusia serta lingkungannya. Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim dalam kitab Al-Limaan, menjelaskan tentang agama sebagai berikut:
ع ابي رقية تيى انذاري رضي الله ع ا انبي صهي الله عهي سهى قبل : انذي انصيحة . قهب
؟ قبل : لله نكةاب نرسن لاء ئة انسهي عبيتى . ]را انبخبزي يسم[ن
“Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad-Dary RA. Bahwa Nabi SAW.
Bersabda: “Agama itu Nasehat.” Kami bertanya, “Terhadap siapa? Beliau
bersabda, “Terhadap Allah, terhadap kitab-Nya, terhadap Rasul-Nya, terhadap
pemimpin kaum muslimin, dan kaum awam mereka.” (HR. Muslim)
Kehidupan anak usia dini ibarat cuaca di pagi hari yang dapat meramalkan
bagaimana siangnya. Pagi yang mendung kemungkinan akan turun hujan,
meskipun tidak selamanya mendung berarti hujan. Nilai moral dan agama pada
anak-anak zaman sekarang sangat minim diterapkan oleh orang dewasa pada
anak, baik itu di lingkungan formal (sekolah) maupun lingkungan informal
(rumah atau masyarakat). Pendidikan nilai moral dan agama ini banyak di
sepelekan dan di lupakan oleh orang dewasa terutama orang tua, kebanyakan
orang tua hanya memikirkan pencapaian dan perkembangan akademik anak tetapi
tidak memikirkan dan melihat perkembangan moral dan agama yang ada pada
anaknya. Begitu juga dengan orang tua (orang dewasa), orang tua juga hanya
memikirkan bagaimana anak itu bisa membaca dengan lancar, menulis dengan
baik dan berhitung dengan benar, walaupun hal ini perlu diajarkan kepada anak
tapi tidak untuk memfokuskan kepada hal tersebut, ada hal yang lebih utama dan
penting yang perlu di ajarkan dan di terapkan pada anak sejak usia dini, yaitu
meningkatkan nilai moral dan agama.
20
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Orang tua dan pendidik seharusnya lebih menekankan nilai moral dan
agama pada anak, karena untuk membentuk hal ini sulit dan butuh pembiasaan
setiap hari dan di mulai sejak dini, dimana anak belum terkontaminasi dengan
moral-moral yang tidak baik atau negatif. Oleh karena itu, peran orang tua,
pendidik di sekolah ataupun orang dewasa yang ada di sekeliling anak usia dini
terutama dilingkungan sekolah sangatlah berpengaruh terhadap peningkatan nilai
moral dan agama anak usia dini akan belajar dan meniru dari apa yang dilihat dan
di dengarnya dari orang yang ada di sekelilingnya dan menganggap orang itu
sebagai trendsetter (model).
Dari pengamatan awal yang telah dilakukan peneliti di lembaga PAUD
Taman Kanak-kanak Al-Barokah Kota Jambi, ditemukan bahwa metode bermain
peran masih jarang dilakukan untuk meningkatkan nilai moral dan agama pada
anak. Hal ini terlihat saat proses belajar mengajar dimana anak hanya ditekankan
untuk bisa membaca dengan lancar, berhitung dengan benar dan menulis dengan
baik. Ada beberapa anak yang masih jauh dari nilai moral dan agama yang
seharusnya diutamakan oleh pendidik, dilihat dari pengamatan awal dimana anak
selalu ditekankan untuk membaca dan berhitung, anak-anak terlihat kurang fokus
terhadap kegiatan yang dilakukannya, dikarenakan dilakukan berulang-ulang
hampir setiap harinya. Kurangnya memiliki rasa berbagi kepada temannya seperti
meminjamkan pensil, krayon ataupun penghapus disaat teman yang lain tidak
membawanya. Anak hanya fokus untuk mendapatkan bintang 5 dari guru dan
berlomba-lomba untuk mengambil makan terlebih dahulu dengan memotong
antrian temannya saat mencuci tangan.
Berdasarkan permasalahan diatas maka bermain peran diharapkan dapat
meningkatkan nilai moral dan agama pada anak, dengan bermain peran anak akan
berpura-pura menjadi suatu tokoh atau menjadi karakter yang bisa membantu
anak dalam meningkatkan nilai moral dan agama yang seharusnya diterapkan
sejak dini. Dengan bermain peran ini anak juga belajar bagaimana berbagi kepada
teman yang lainnya, menghormati orang yang lebih tua dan menyanyangi orang
yang lebih mudah darinya. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian tentang
21
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
“Meningkatkan Nilai Moral dan Agama Anak Melalui Metode Bermain
Peran Pada Kelas B Di Taman Kanak-kanak Al-Barokah Mayang Mangurai
Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan pokok masalah yang dikemukakan pada latar belakang masalah
penelitian. Oleh sebab itu, masalah dalam penelitian ini perlu diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Nilai moral dan agama kurang mendapat perhatian karena sistem pendidikan
yang lebih mengembangkan kemampuan akademik seperti membaca,
menulis dan berhitung.
2. Nilai moral dan agama kurang berkembang karena penggunaan metode
pembelajaran yang statis.
3. Metode pembelajaran bermain peran kurang dilakukan pendidik padahal hal
ini bisa memberi warna lain dalam metode pembelajaran menghindari
metode statis untuk merangsang timbulnya nilai moral dan agama anak
didik.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan,
maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan nilai moral
dan agama anak didik pada kelompok B, TK Al-Barokah Kecamatan Alam
Barajo, Semester II, Tahun Pelajaran 2018-2019?
D. BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
Metode yang digunakan pada penelitian ini hanya terbatas pada metode
pembelajaran bermain peran.
E. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
22
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan nilai moral dan agama anak didik melalui metode pembelajaran
bermain peran.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
a. Peneliti
Penelitian ini berguna untuk mengembangkan keilmuan dan profesionalitas
dalam mempersiapkan diri menjadi seorang pendidik. Selain itu, penelitian
ini juga berguna untuk melatih dan juga mengetahui bagaimana metode
bermain peran bisa berpengaruh terhadap penanaman nilai moral dan agama
pada anak usia dini
b. Guru
Penelitian ini bisa berguna untuk menjadi bahan masukkan dan tambahan
sebagai metode yang digunakan dalam mengembangkan berbagai aspek
perkembangan anak dengan tujuan pengembangan yang ingin
dikembangkan dan untuk meningkatkan proses pembelajaran menjadi
kegiatan yang lebih menyenangkan.
c. Siswa
Penelitian ini diharapkan anak dapat bermain sambil belajar dengan suasana
dan metode yang dapat mengeksplorasi semua kemampuan yang bisa anak
kembangkan dalam diri mereka.
d. Sekolah
Penelitian ini berguna untuk masukan bagi pimpinan dan pengelola sekolah
dalam rangka memperbaiki kinerja guru secara keseluruhan dalam proses
belajar mengajar. Informasi ini diharapkan dapat menjadi pijakan bagi
pimpinan dan para guru lainnya untuk mengembangkan strategi atau metode
pembelajaran yang digunakan.
23
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORETIK
1. Pengertian Nilai Moral dan Agama
Secara bahasa atau lughawi, nilai merupakan sifat-sifat (hal-hal) yang
penting atau berguna bagi manusia ataupun sesuatu yang menyempurnakan
manusia sesuai dengan hakikatnya. (Hasan Alwi, 2002: 439). Menurut Najib, Dkk
(2016: 74) nilai merupakan ide atau konsep yang bersifat emosional yang dapat
mendorong seseorang untuk mewujudkan ide atau konsep tersebut.
Menurut Doni Koesoema (2010: 198) nilai merupakan kualitas suatu hal
yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga
dapat menjadi semacam objek bagi kepentingan tertentu. Berdasarkan beberapa
pengertian nilai tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan suatu
konsep yang menjadikan hal itu dapat dihargai, disukai dan diinginkan oleh
manusia yang bersifat emosional.
Moral berasal dari bahasa latin mores yang artinya adat istiadat, kebiasaan
atau cara hidup. Kata mores mempunyai sinonim mas, moris, manners mores atau
manners, morals. Dalam bahasa Indonesia, kata moral berarti akhlak atau
kesusilaan yang mengandung makna tata tertib hati nurani yang membimbing
tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral sama denggan istilah etika yang
berasal dari bahasa Yunani ethos, yaitu suatu kebiasaan adat istiadat. Secara
etimologis, etika adalah ajaran tentang baik dan buruk, yang diterima umum
tentang sikap dan perbuatan. Pada hakikatnya, moral adalah ukuran-ukuran yang
telah diterima oleh suatu komunitas, sedang etika lebih dikaitkan dengan prinsip-
prinsip yang dikembangkan pada suatu profesi. (Istanto, 2007; in Press; Dadan
Suryana, 2018: 49)
Menurut Tobroni, Dkk (2018: 1) moral adalah etika (ilmu tentang baik dan
buruk) yang dianut atau dipilih oleh suatu masyarakat. Dengan kata lain, moral
adalah etika kontekstual atau etika terapan. Etikat adalah table manner atau
seperangkat petunjuk, tata cara bertindak atau berperilaku, aturan pelaksanaan
24
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
dalam bentuk sopan santun dan budi pekerti dalam berbagau aspek kehidupan.
Misalnya sopan santun atau etika dalam perjamuan dan lain sebagainya.
Aspek moral dibentuk oleh lingkungan dengan aturan-aturan yang dibuat
dibiasakan oleh manusia, kelompok manusia, daerah-daerah, bangsa maupun
Negara. Aspek moral menyangkut bagaimana sikap dan perilaku mengikuti aturan
yang berlaku di suatu budaya atau daerah terbentuk. (Erhamwilda, 2018: 16)
Thomas Lickona bependapat bahwa ada dua macam nilai dalam kehidupan
ini yaitu moral dan nonmoral. Nilai-nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab,
dan keadilan adalah hal-hal yang dituntut dalam kehidupan ini. Kita akan merasa
tertuntut untuk menepati janji, membayar berbagai tagihan, memberi pengasuhan
kepada anak-anak dan berlaku adil dalam bergaul di masyarakat. Nilai-nilai moral
meminta kita untuk melaksanakan apa yang sebaiknya kita lakukan. Kita harus
melakukan bahkan kalaupun sebenarnya kita tidak ingin melakukannya. Nilai-
nilai nonmoral tidak membawa tuntutan-tuntutan seperti di atas. Nilai tersebut
lebih menunjukkan sikap yang berhubungan dengan apa yang kita inginkan
ataupun yang kita suka.
Nilai-nilai moral (yang menjadi tuntutan) dapat dibagi menjadi dua kategori,
yaitu universal dan nonuniversal. Nilai-nilai moral universal seperti
memperlakukan orang lain dengan baik, serta menghormati pilihan hidup,
kemerdekaan dan kesetaraan dapat menyatukan semua orang dimanapun mereka
berada karena kita tentunya menjunjung tinggi dasar-dasar nilai kemanusian dan
penghargaan diri. Kita memiliki hak dan kewajiban untuk menuntut agar kita
semua dapat berlaku sejalan dengan nilai-nilai moral yang berlaku secara
universal ini. (Lickona, 2016: 62)
Sebaliknya, nilai-nilai moral yang bersifat nonuniversal tidak membawa
tuntutan moral yang bersifat universal ini adalah nilai-nilai seperti kewajiban yang
berlaku pada agama-agama tertentu (ketaatan, berpuasa dan memperingati hari
besar keagamaan) yang secara individu menjadi sebuah tuntutan yang cukup
penting. Namun, hal tersebut belum tentu dirasakan sama dengan individu lain.
(Lickona, 2016: 63)
25
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Berdasarkan beberapa pengertian moral diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa moral adalah etika ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruknya suatu
masyarakat dalam berkomunikasi dan bersosialisasi pada aspek kehidupan yang
terbentuk dari kebiasaan, budaya atau adat istiadat yang telah ada di lingkungan
sekitar, daerah, bangsa maupun Negara. Misalnya, sopan santun dalam berbicara,
bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan, dan kejujuran dalam
melakukan sesuatu hal
ين النصيحة . قلنا لمن؟ رقية تميم بي ع أ الداري رضي الله عنه أن النبي صلي الله عليه وسلم قال : الد
ة المسلمين عامتهم . ] رواه البخاري و مسلم [قال : لل ولكتابه ولر سوله ولأ ئم
“Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad-Dary RA. Bahwa Nabi saw,
bersabda: “Agama itu nasehat.” Kami bertanya, “Terhadap siapa?” beliau
bersabda, “Terhadap Allah, terhadap Kitab-Nya, terhadap Rasul-Nya, terhadap
pemimpin kaum Muslimin, dan kaum awam mereka.” (HR. Imam Muslim)
Menurut Musthafa dan Muhyiddin (2017: 55) Hadis ini merupakan ucapan
yang singkat dan padat, yang hanya dimiliki Nabi saw. Kata-kata hadis ini ringkas
namun mencakup makna yang kaya dan faidah yang luhur, hingga saya melihat
semua hukum syara‟, baik ushul maupun furu‟, bahkan kekayaan makna itu
tampak dalam satu kalimat, yaitu “li kitabihi” (terhadap kitabNya), sebab Kitab
Allah mencakup seluruh permasalahan agama, baik ushul maupun furu‟, amal
kongkret maupun keyakinan.
Jika seseorang beriman dan mengamalkan nasehat yang ada dalam Kitab
Allah itum maka sungguh ia telah melaksanankan seluruh bagian syariat. Allah
berfirman,
طب في انكتبلآايى ايثب ن ....كى يب فر …
“Tidaklah kami alpakan sedikit pun dalam al-Kitab” (QS. Al-An‟am: 38)
Oleh karena itu, ada ulama yang berpendapat bahwa hadis ini merupakan
pokok ajaran Islam.
Aspek agama merupkan aturan yang bersumber dari wahyu dan ajaran yang
disampaikan para Nabi, Rasul, pemimpin umat dan dilanjutkan oleh tokoh agama,
ulama, maupun para guru yang semuanya mengacu kepada kitab suci.
Pengembangan aspek agama menyangkut bagaimana nilai-nilai agama yang
26
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
dianut membentuk keyakinan seseorang dan bagaimana nilai-nilai agama
membentuk sikap dan perilaku. (Erhamwilda, 2018: 16)
Pendidikan karakter berbasis nilai religius juga dapat diistilahkan dengan
pendidikan karakter berbasis agama. Pendidikan karakter berbasis agama
merupakan pendidikan yang mengembangkan nilai-niilai berdasarkan agama yang
membentuk kepribadian, sikap, dan tingkah laku yang utama atau luhur dalam
kehidupan. Dalam perspektif Islam, pendidikan karakter secara teoritik
sebenarnya telah ada sejak Islam diturunkan di dunia, seiring dengan di utusnya
Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki atau menyempurnakan akhlak
manusia. Ajaran Islam mengandung sistematika jarang yang tidak hanya
menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan muamalah saja, tetapi juga akhlak.
Pengalaman ajaran Islam secara utuh (kaffah) merupakan model karakter seorang
muslim, bahkan dipersonifikasi dengan model karakter seorang muslim, bahkan
dipersonifikasi dengan model karakter Nabi Muhammad SAW yang memiliki
sifar shiddiq, amanah, tabligh, fathonah.
Pada perspektif Islam, karakter atau akhlak merupakan buah yang dihasilkan
dan proses penerapan syariah (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh akidah
atau keyakinan yang kokoh ibarat bangunan, karakter atau akhlak merupakan
kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah pondasi dan bangunannya kuat. Jadi
tidak mungkin karakter akan terwujud pada diri seseorang jika ia tidak memiliki
akidah dan syariah yang benar. Akidah dianalogikan dengan pondasi atau dasar
suatu bangunan, syariah dianalogikan dengan tiang suatu bangunan atau dalam
istilah Jawa “saka” sedangkan akhlak dianalogkan dengan atap suatu bangunan.
Islam sebagai agama yang Rahmatan lil „alamiin sangat mengajarkan
umatnya untuk bisa mandiri serta tidak bergantung kepada orang lain, Sebaliknya
Islam tidak mengajurkan umatnya menjadi pemalas dan bergantung kepada orang
lain.
ي بب هئكة فقب ل ا بئ ى عهي ان ب ثى عر ض آ ء كه و ادو الاس عب سآءؤلآء ا كتى صب دقي
تب . اك ات انعهيى انحكيى ]١٣.] [١٣[ قبنا سبحب ك لا عهى نآ الا يب عه
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
27
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Sebutkanlah kepadaKu nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang
yang benar, Mereka menjawab: Maha Suci Engkau tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami (QS.Al-Baqarah: 31-32).
Maka dari itu manusia harus mampu mengembangkan potensinya untuk
belajar, salah satunya adalah dengan melalui pendidikan. Damsar menyatakan
bahwa pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan.
Sebagaimana Lukman Al Hakim pernah berpesan:
“Wahai anakku, carilah kekayaan dengan jalan untuk menjaga (jangan
sampai masuk dalam) kefakiran, karena sesungguhnya tidak ada yang lebih fakir
bagi sesorang itu melainkan menjumpai tiga hal: lemah dalam agamanya, lemah
dalam akalnya, dan hilang malunya dan termasuk juga pandangan rendah
manusia kepada mereka (yang fakir).”
Kemudian nilai yang baik ditanamkan sejak usia dini adalah nilai moral dan
agama.
2. Metode Pembelajaran
a. Jenis-Jenis Metode Belajar Mengajar untuk Anak Usia Dini
Metode adalah cara yang digunakan oleh guru untuk proses belajar
mengajar. Mursid (2015) menjelaskan jenis-jenis metode pembelajaran sebagai
berikut:
1) Metode Bermain
Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena
bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Anak usia dini tidak
membedakan bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat
menikmati permainan dan akan terus melakukanya dimanapun mereka memiliki
kesempatan. Bermain bagi anak usia dini merupakan kebutuhan, sama seperti
kebutuhan yang lain, seperti kebutuhan makan, minum, kesehatan, kasih sayang,
pakaian dan lain-lain, oleh karena itu dunia anak adalah dunia bermain, anak
belajar malalui bermain dan bermain seraya belajar.
28
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Bermain merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti
utamanya mungkin hilang. Menurut Harlock arti bermain yang tepat adalah setiap
kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada
paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban. Bermain bagi anak merupakan
kegiatan yang menyenangkan, tidak ada paksaaan, timbul dari dalam dirinya,
merupakan kegiatan yang utama, bersifat pura-pura, mengutamakan cara dari
tujuan, tidak mengutamakan hasil dan bersifat lentur.
2) Metode Bernyanyi
Bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang digemari oleh anak-anak.
Melalui nyanyian atau lagu, banyak hal dapat kita pesankan pada anak-anak,
terutama pesan-pesan moral dan agama. Melalui kegiatan bernyanyi, suasana
pembelajaran akan lebih menyenangkan, mengairahkan, membuat anak bahagia,
menghilangkan rasa sedih, anak-anak merasa terhibur, dan lebih bersemangat,
sehingga pesan-pesan yang kita berikan akan lebih mudah dan lebih cepat
diterima serta diserap oleh anak-anak.
3) Metode Bercerita (Mendongeng)
Melalui cerita atau dongeng banyak hal tentang hidup dan kehidupan yang
dapat kita informasikan kepada anak-anak. Begitu juga pesan-pesan moral dan
juga nilai-nilai agama dapat kita tanamkan kepada anak-anak melalui tokoh-tokoh
yang ada dalam cerita atau dongeng tersebut.
4) Metode Karyawisata
Karyawisata salah satu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada anak-anak untuk mengamati atau mengobservasi, memperoleh informasi
dan mengkaji dunia secara langsung, seperti binatang, tanaman, dan benda-benda
lain disekitar anak. Melalui kegiatan karya wisata, anak-anak akan memperoleh
pengalaman belajar secara langsung dengan menggunakan selauruh panca indera,
sehingga apa yang diperoleh dari lapangan dapat lebih berkesan dan pada
giliranya akan lebih lama tersimpan di memori anak.
29
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
5) Metode Demonstrasi
Metode ini menekankan pada cara-cara mengerjakan sesuatu dengan
penjelasan, petunjuk dan peragaan secara langsung dari guru. Melalui metode ini
diharapkan anak-anak dapat mengenal dan mencermati langkah-langkah
pelaksanaan dalam melakukan suatu kegiatan, yang pada giliranya anak-anak
diharapkan dapat meniru dan melakukan apa yang didemonstrasikan oleh guru
dengan baik dan benar. Misalnnya keterampilan melipat kertas (origami),
menggambar sesuai pola, meggulung, menggunting.
b. Fungsi Bermain Bagi Anak Usia Dini
Permainan dan bermaian memiliki arti dan makna tersendiri bagi anak.
Permainan mempunyai arti sebagai sarana mensosialisasikan diri (anak) artinya
permainana digunakan sebagai sarana membawa anak kedalam masyarakat.
Mengenalkan anak menjadi anggota suatu masyarakat, mengenalkan dan
menghargai masyarakat. Dalam situasi bermaian anak akan dapat menunjukan
bakat, fantasi dan kecenderungn-kecenderungannya. Saat bermain anak
menghayati berbaga kondisi emosi yang mungkin muncul seperti rasa senang,
gembira, tenang, kepuasan dan mungkin rasa kecewa. Permaianan merupakan
sebuah alat pendidikan karena memberikan rasa kepuasan, kegembiraan dan
kebahagiaan. Dengan permainan memberikan kesempatan untuk menggenal
aturan-aturan, menjatuhi norma-norma dan larangan-larangan, berperilaku jujur,
setia dan lain sebagainya. Dalam permainaan anak menggunakan semua fungsi
kejiwaan/psikologis dengan suasana yang bervariasi.
3. Pengertian Bermain Peran
a. Pengertian Bermain
Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak atas keputusan
anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua
kegiatan bermaian yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada
anak. Metode bermain peran atau role playing merupakan metode pembelajaran
dengan kegiatan berpura-pura melakukan peran orang lain (bermain drama).
30
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Menurut Jean Piaget anak menciptakan sendiri pengetahuan mereka tentang
dunianya melalui interaksi mereka, mereka berlatih menggunakan informasi-
informasi yang sudah mereka dengar sebelumnya dengan menggabungkan
informasi baru dengan keterampilan yang sudah dikenal, mereka juga menguji
pengalamanya dengan gagasan-gagasan baru. Sedangkan menurut Vygostsky
berpendapat bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan
kognisi sebagai anak. Vygotsky menekankan pemusatan hubungan sosial sebagai
hal penting yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak karena pertama-
tama anak menemukan pengetahuan dalam dunia sosialnya, kemudian menjadi
bagian dari perkembangan kognitifnya. Bermain merupakan cara berfikir anak
dan cara anak memecahkan masalah. (Diana:2013)
Pentingnya arti bermain bagi anak mendorong seorang tokoh psikologi dan
filsafat terkenal, Johan Huizinga untuk ikut merumuskan teori bermain. Ia
mengemukakan bahwa bermain adalah hal dasar yang membedakan manusia
dengan hewan. Melalui kegiatan bermain tersebut terpancar kebudayaan suatu
bangsa. Namun beberapa orang tidak dapat membedakan kegiatan bermain
dengan kegiatan tidak bermain. Pendidikan Anak Usia Dini menerapkan prinsip
pendidikan anak dengan belajar bermain, mengalami kerancuan makna. Untuk itu
perlu diklasifikasikan antara kegiatan bermain dengan kegiatan yang bukan
bermain, (Fauziddin, Muhammad, 2015: 6).
b. Dasar Pemikiran Bermain Peran
Dasar pemikiran main peran yang menjadi pijakan bermain anak berasal
dari teori Erik Erikson, Gowen, Vygotsky, Piaget, Sara Smilansky. (Latif,
Mukhtar, 2014: 206).
1) Erik Erikson
Erik Erikson menyatakan, manusia membangun kemampuan untuk
menghadapi pengalaman dengan membuat suatu keadaan yang semestinya dan
menguasai kenyataan melalui uji coba dan perencanaan dan semua ini disusun
anak melalui bermain.
Dalam keadaan yang anak buat sendiri, ia akan memperbaiki kesalahannya
dan memperkuat harapannya. Anak mengantisipasi keadaan-keadaan masa depan
31
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
melalui uji coba ini. Menurut Erik Erikson, ada dua jenis main peran, yaitu main
peran Mikro dan main peran Makro.
Main Peran Mikro
Anak memainkan peran melalui alat bermain atau benda yang berukuran
kecil. (Latif, Mukhtar, 2014: 207). Contohnya:
Rumah boneka; perabotan dan ruang.
Kereta api; rel lokomotif, gerbong-gerbongnya.
Bandar udara; pesawat, boneka, dan truk-truknya.
Kebun binatang; boneka-boneka binatang liat, boneka pengunjung.
Jalan-jalan kota; jalan, orang, kota, mobil.
Main Peran Makro
Anak bermain menjadi tokoh menggunakan alat berukuran seperti
sesungguhnya yang digunakan anak untuk menciptakan dan memainkan peran-
peran. (Latif, Mukhtar, 2014: 207). Contohnya:
Rumah sakit; dokter, perawat, pengunjung, apoteker.
Kantor polisi; polisi, penjahat.
Kantor pos; pengantar surat, pegawai kantor pos.
Kantor; direktur, sekretaris, pegawai biasa, cleaning service.
Menurut Erik Erikson, main adalah suatu cara bagi anak untuk
mengembangkan pengendalian diri dan memahami tuntutan dari luar yang dating
setiap hari, dengan main peran anak dapat membongkar pengalaman emosinya.
2) Gowen (1995)
Main peran dipandang sebagai sebuah kekuatan yang menjadi dasar
perkembangan daya cipta, tahapan, ingatan, kerja sama kelompok, penyerapan
kosakata, konsep hubungan kekeluargaan, pengendalian diri, keterampilan
mengambil sudut pandang spasial, afeksi, dan kognisi (Latif, Mukhtar, 2014:
208).
Pada tahap main peran awal, anak akan melakukan macam-macam
percobaan dengan bahan-bahan di sekitarnya dan berbagai macam peran. Melalui
pengalaman main peran, anak “memeriksa egonya”, belajar menghadapi
32
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
pertentangan emosi, memperkuat diri sendiri untuk masa depan, menciptakan
kembali masa lalu, dan mengembangkan keterampilan khayalan.
Dalam main peran anak dibolehkan untuk memproyeksikan dirinya ke masa
depan dan menciptakan kembali masa lalu. Melalui main peran anak belajar
bermain dan bekerja, di mana hal ini merupakan latihan untuk pengalaman-
pengalaman di dunia nyata. Orang dewasa haruslah peduli pada ekspresi wajah,
karena wajah adalah mainan pertama. Ekspresi wajah antara lain: menjawab
dengan senyuman, hubungan timbal balik dan ekspresi badan. Ekspresi seluruh
badan, kemudian permainan denngan wajah dan gerakan badan ini adalah dasar
untuk main peran selanjutnya.
3) Vygotsky
Vygotsky percaya bahwa fungsi mental yang lebih tinggi berakar pada
hubungan sosial dan kegiatan kerja sama. Teori vygotsky tentang main peran
mendukung munculnya dua kemampuan penting (Latif, Mukhtar, 2014: 208),
yaitu:
Kemampuan untuk memisahkan pikiran dari kegiatan dan benda.
Kemampuan menahan dorongan hati dan menyusun tindakan yang
diarahkan sendiri dengan sengaja dan fleksibel.
Melalui main peran anak dapat membangun kemampuan untuk menunda
kepuasan melalui pembangunan main imajinasi dan main tersebut dapat dilakukan
melebihi kemampuannya. Main peran sangat mendukung kemampuan anak untuk
meraih lebih jauh tahap perkembangan tertinggi mereka. Anak yang terlibat dalam
main peran dapat menggunakan kesadarannya. Kesadaran ini untuk menyusun
perkembangan kemampuan-kemampuannya yang masih berusaha dipelajarinya
hingga harapannya terpenuhi. Melalui main anak dapat melebihi tahap
perkembangannya saat ini, dan imajinasi merupakan sesuatu yang harus dibangun
karena belum ada dalam kesadaran anak yang masih sangat kecil dan sama sekali
tidak ada pada binatang.
4) Piaget (1962)
Awal munculnya main peran.
33
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Main peran mulai muncul saat anak kira-kira berumur satu tahun. Pada saat
ini anak-anak melakukan kegiatan yang tidak bisa diterapkan dalam kehidupan
nyata misalnya mengaduk pasir dalam mangkuk dan pura-pura mencicipi. Anak
akan mengulang ingatan yang menyenangkan seperti melihat botol bayi dan
mencoba memberi susu pada bonekanya. Untuk main yang lebih tinggi anak
biasanya melakukan collective symbolism. Anak melakukan percakapan lisan
dengan diri sendiri yang disebut dengan idiosyneratie soliloquies. Melalui
percakapan ini anak menciptakan kesepakatan kebutuhan sementara dari Id dan
kesadaran rasional dari ego (Latif, Mukhtar, 2014: 209).
5) Sara Smilansky
Menurut Sara Smilansky, anak-anak yang tidak terlibat main peran sering
terlihat tidak ada rangkaian dalam kegiatan dan percakapan mereka. Mereka
terlihat kaku, monoton dan mengulang-ulang perilaku (Latif, Mukhtar, 2014:
209).
Menurut Sara, ciri-ciri main peran antara lain:
Anak meniru sebuat peran.
Anak tetap pada peran untuk beberapa menit.
Anak memakai tubuh dan objek atau merepresentasikan imajinasinya
dengan objek dan orang.
Anak berinteraksi dengan anak lain.
Anak bertukar kata.
6) Sigmund Freud
Anak berperan sesungguhnya menjadi seseorang atau sesuatu. Hal ini
merupakan suatu jalan di mana anak usia dini belajar menghadapi serangan dari
luar terhadap egonya. Anak usia satu tahun dikendalikan oleh Id-nya (keinginan).
Apa yang mereka inginkan harus ada SEKARANG. Mereka tidak dapat
menunggu giliran dan tidak dapat menunda kepuasan (Latif, Mukhtar, 2014: 210).
Mutu pengalaman main peran tergantung pada:
Memiliki latar belakang pengalaman yang sama, misalnya hasil pengalaman
kunjungan anak pada suatu tempat tertentu.
Waktu yang cukup untuk main.
34
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Tempat dan alat yang tepat, terutama dalam mendukung tema yang sedang
dibahas.
Orang dewasa yang dapat terlibat sesuai dengan kebutuhan untuk dapat
memberikan pijakan pengalaman main peran.
Kemampuan yang dibangun melalui main peran:
Pengulangan kata-kata yang lebih baik.
Kosakata lebih kaya.
Bahasa keseluruhan lebih tinggi.
Tahap bahasa lebih tinggi.
Strategi pemecahan masalah lebih baik.
Lebih ingin tahu.
Kemampuan melihat sudut pandang orang lain lebih baik.
Kemampuan intelektual lebih tinggi.
Bermain dengan teman lebih banyak.
Kegiatan kelompok lebih banyak.
Kerja sama teman sebaya lebih baik.
Agresi menurun.
Empati lebih banyak.
Pengendalian terhadap dorongan dari dalam diri lebih baik.
Meramalkan kecenderungan dan hasrat anak lebih baik.
Penyesuaian sosial dan emosi lebih baik.
Inovasi lebih banyak.
Lebih imajinatif.
Waktu perhatian lebih panjang.
Kemampuan perhatian lebih besar.
Kekayaan dan keunikan kesempatan main peran yang disediakan dalam
ruang kelas hanya dibatasi oleh keterbatasan daya cipta orang dewasa.
Selanjutnya, mereka akan menjadi memiliki kesulitan mengembangkan tema,
pikiran, atau permainan. Pengalaman mereka terpisah tidak terkait, seperti anak
yang sering ditinggal sendirian di rumah (Latif, Mukhtar, 2014: 211).
35
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli,
maka dapat disimpulkan bahwa main peran adalah anak melakukan kegiatan
berpura-pura untuk mencapai aspek perkembangan yang ada yaitu aspek moral
dan agama; kognitif; bahasa; fisik motorik; sosial emosional dan seni, baik dalam
bentuk main peran makro ataupun mikro dan didampingi oleh orang yang lebih
dewasa (pendidik).
Perkembangan Awal Main Peran
Tabel 2.1
Tkt. Kategori Uraian Contoh
1. Awal pura-pura Anak terlibat dalam
tindakan pura-pura tetapi
belum ada bukti dia main
pura-pura.
Anak sekilas menyentuh
telepon mengangkatnya ke
telinga, sekilas
menempelkan botol ke
mulut boneka.
2. Pura-pura
dengan dirinya
Anak terlibat dengan
perilaku pura-pura, di
arahkan pada dirinya
sendiri, di mana pura-pura
terlihat jelas
Anak mengangkat cangkir
ke bibir, menyentuh
cangkir, membuat suara
seperti sedang minum.
3. Pura-pura
dengan yang
lain
Anak terlibat dengan
perilaku pura-pura, di
arahkan oleh anak ke yang
lainnya, berpura-pura
berperilaku tentang orang
lain.
Anak memberi makan
boneka dengan botol
mainan atau cangkir,
mendorong truk mainan di
atas lantai dan membuat
kegaduhan dengan
mengeluarkan suara-suara.
4. Pengganti Anak menggunakan objek
seadanya dalam cara yang
kreatif atau sesuai
khayalan, atau
Anak memberi makan
boneka dengan
menggunakan balok
sebagai botol bay;
36
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
menggunakan objek dalam
cara yang berbeda dari
biasanya.
meletakkan sepotong
playdough dalam piring
dan menyebutnya sebagai
kue.
5. Pura-pura
dengan objek
atau benda
Anak pura-pura bahwa
objek, bahan, orang, atau
beinatang itu ada.
Anak menuang teko
kosong ke cangkir dan
berkata, “kopi”, bergerak
seputar ruangan membuat
suara motor, seolah-olah
sedang mengendarai
sepeda motor.
6. Agen aktif Anak menghidupkan
mainan (seperti boneka,
binatang mainan) yang
mewakili mainan menjadi
agen yang aktif di dalam
kegiatan pura-pura.
Anak melompat-
lompatkan binatang
dengan satu kaki melewati
karpet seolah-olah
binatang itu sedang
berlari, menaruh tangan
boneka ke mulut boneka
seolah-olah boneka itu
sedang makan sendiri,
berbicara dengan suara
tinggi seolah-olah boneka
sedang bicara.
7. Urutan yang
belum berbentuk
cerita
Anak mengulang-ulang
satu tindakan/adegan
kepada beberapa orang.
Anak memberi ibu
secangkir minuman
kemudian memberikan
bonekanya secangkir
minuman pula.
8. Urutan cerita Anak menggunakan lebih
dari satu adegan dalam
Anak mengaduk cangkir,
minum dari cangkir dan
37
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
main peran. berkata “mmm, rasanya
enak”.
9. Perencanaan Anak terlibat dalam main
peran dengan bukti ada
perencanaan lebih dahulu.
Anak berkata bahwa ia
akan memberi makan bayi
sebelum meletakkan botol
minum bayi ke mulut
boneka.
Pijakan Pengalaman Main Peran untuk Setiap Anak (Latif, Mukhtar, 2014:
212).
Memberikan anak waktu untuk:
o Merumuskan gagasan mereka;
o Mengajak pemain lainnya;
o Menetapkan perang yang akan dimainkan;
o Menetapkan objek main;
Memperkuat dan memperluas bahasa anak.
Memberi contoh komunikasi yang tepat.
Memberi pijakan hubungan sosial.
Pijakan Pengalaman Setelah Main Peran (Latif, Mukhtar, 2014: 213).
Mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman mainnya dan saling
menceritakan pengalaman mainnya.
Menggunakan waktu membereskan sebagai pengalaman belajar positif
melalui pengelompokan, urutan, dan pengelolaan lingkungan main peran
secara tepat.
Jenis Hubungan Sosial Anak Main (Latif, Mukhtar, 2014: 213).
Tidak peduli.
Penonton.
Main sendiri.
Main berdampingan.
Main bersama.
38
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Main kerja sama.
Kriteria Main Anak (Latif, Mukhtar, 2014: 213).
Anak termotivasi dari dalam dirinya sendiri. Mereka bermain dengan
nyaman, tidak ada seorang pun yang meminta mereka melakukan sesuatu.
Mereka melakukannya sendiri.
Mereka bermain, bebas dari tekanan di luar dirinya.
Permainan dilakukan seperti dalam hidup yang sesungguhnya.
Bermain lebih ditujukan pada proses bukan hasil.
Permainan didominasi oleh anak (kalaupun ikut, bermain orang dewasa
hanya berperan sebagai pendamping).
Anak terlibat dengan aktif dalam permainan tersebut.
Jika anak terlibat main peran, tubuh anak atau benda digunakan dalam
berpura-pura. Perencanaan yang melibatkan gerakan atau bahasa, kemudian
diberikan tiga nilai berikut:
Agen simbolik (diarahkan pada apa/siapa, siapa yang menerima tindakan).
Pengganti simbolik (melibatkan alat-alat yang digunakan).
Kerumitan simbolik (jumlah dan kerumitan adegan, main naskah pendek
dalam jonteks yang sama).
4. Konsep Pengembangan Moral dan Agama Anak Usia
a. Tujuan
Tujuan pengembangan pendidikan karakter anak usia dini di sini penulis
memberikan pandangan bahwa moral dan agama pada anak usia dini harus di
tanamkan sejak dini. Tujuan pertama nilai moral dan agama adalah memfasilitasi
penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam
perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah
lulus dari sekolah). Penguatan dan pengembangan memiliki makna bahwa
pendidikan dalam setting sekolah bukan hanya suatu dogmatisasi nilai kepada
peserta didik, tetapi suatu proses yang membawa peserta didik untuk memahami
dan merefleksikan bagaimana suatu nilai menjadi penting untuk di wujudkan
dalam perilaku keseharian manusia, termasuk bagi anak. Penguatan juga
39
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
mengarahkan proses pendidikan pada proses pembiasaan yang disertai oleh
logika dan refleksi terhadap proses dan dampak dari proses pembiasaan yang
dilakukan oleh sekolah dan lingkungan rumah. Penguatan juga memiliki makna
adanya hubungan antara penguatan perilaku melalui pembiasaan di sekolah
dengan pembiasaan di rumah.
Asumsi yang terkandung dalam tujuan nilai moral dan agama yang pertama
ini adalah bahwa penguasaan akademik ditempatkan sebagai media atau perantara
untuk mencapai tujuan penguatan dan pengembangan moral dan agama. Hal ini
berimplikasikan bahwa proses pendidikan harus dilakukan secara kontekstual.
Tujuan kedua nilai moral dan agama adalah mengoreksi anak yang tidak
bersesuaian dengan nilai-nilai yang telah ada sejak dahulu. Tujuan kedua ini
memiliki maksud bahwa moral dan agama memiliki sasaran untuk meluruskan
berbagai perilaku anak yang negatif menjadi positif. Proses pelurusan yang
dimaknai sebagai pengkoreksian perilaku dipahami sebagai proses yang
pedagogis, bukan suatu pemaksaan atau pengkondisian yang tidak mendidik.
Proses pedagogis dalam pengkoreksian perilaku negatif diarahkan pada pola pikir
anak kemudian dibarengi dengan keteladanan lingkungan sekolah dan rumah, dan
proses pembiasaan berdasarkan tingkatan umur.
Tujuan ketiga dalam moral dan agama setting lingkungan keluarga adalah
membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam
memerankan tanggung jawab moral dan agama secara bersama. Tujuan ini
memiliki makna bahwa proses nilai moral dan agama di sekolah harus
dihubungkan dengan proses moral dan agama di keluarga. Jika saja nilai moral
dan agama di rumah hanya bertumpu antara ibu dengan anak dan disekolah
dengan guru maka pencapaian berbagai karakter yang diharapkan akan sangat
sulit terwujudkan. Hal itu dikarenakan penguatan perilaku merupakan suatu hal
yang menyeluruh (holistic) bukan suatu cuplikan dari rentangan waktu yang
dimiliki oleh anak. Pada setiap saat, interaksi anak dengan lingkungannya dapat
dipastikan akan terjadi proses mempengaruhi perilaku anak.
Berdasarkan deskripsi tujuan nilai moral dan agama di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan nilai moral dan agama antara lain:
40
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
1) Membentuk anak yang memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual (emotional and spiritual quotient/ESQ).
2) Menguatkan berbagai perilaku positif yang ditampilkan oleh anak baik
melalui kegiatan pembelajaran dikelas dan sekolah maupun pembiasaan di
lingkungan rumah.
3) Mengoreksi berbagai perilaku negatif yang ditampilkan oleh anak ketika
berada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga.
4) Memotivasi dan membiasakan anak mewujudkan berbagai pengetahuan
tentang kebaikan (knowing the good) dan kecintaannya akan kebaikan
(loving the good) ke dalam berbagai perilaku positif di lingkungan sekolah
dan lingkungan keluarga.
b. Penanaman Nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini
Nilai moral dan agama bukanlah suatu mata pembelajaran. Nilai moral dan
agama diimplementasikan dengan menginternalisasikan nilai-nilai karakter
melalui kegiatan pembelajaran, kegiatan ekstrakulikuler, dan kegiatan
pembiasaan. Menurut Helmawati (2016: 178) Ada tujuh metode yang dapat
dilakukan dalam implementasi nilai moral dan agama melalui kegiatan
pembelajaran, yaitu:
1) Metode Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang paling berpengaruh
bagi anak. Anak pertama kali melihat, mendengar dan bersosialisasi dengan
orang tua akan dicontoh anak-anaknya. Dalam hal ini pendidik menjadi
contoh terbaik dalam pandangan anak. Apa-apa yang menjadi perilaku
orang tua akan ditirunya.
2) Metode Pemberian Contoh
Mudah untuk mengatakan kata-kata perintah pada anak, tapi akankah anak
melaksanakan apa yang diperintahkan apalagi yang belum diketahuinya jika
tidak diberi contoh terlebih dahulu. Bagaimana anak akan melakukan shalat
sedangkan orang tuanya tidak memberikan contoh bagaimana shalat itu.
Bahkan banyak orang tua yang memerintahkan shalat kepada anaknya
sedangkan mereka sendiri tidak melaksanakan shalat.
41
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
3) Metode Pembiasaan
Pembiasaan merupakan suatu keadaan di mana seseorang mengaplikasikan
perilaku-perilaku yang belum pernah atau jarang dilaksanakan menjadi
sering dilaksanakan hingga pada akhirnya menjadi kebiasaan. Kebiasaan-
kebiasaan yang baik seperti beribadah kepada Allah yang selalu
dilaksanakan dalam keluarga akan menjadi kebiasaan pula bagi anak.
Dengan pembiasaan beribadah dalam keluarga, anak rajin menjalankan
ibadah shalat, mengaji, juga shaum (puasa). Orang tua yang terbiasa
mengucapkan salam dan membiasakan pada anaknya tentu akan membentuk
anak untuk terbiasa mengucapkan salam.
4) Metode Pengulangan
Pengulangan adalah suatu kegiatan yang berkali-kali dilakukan sehingga
menjadi hafal, paham, atau terbiasa. Metode pengulangan dapat
diaplikasikan pada tataran kognitif, afektif, maupun psikomotor anak.
5) Metode Pelatihan
Latihan adalah mempraktikkan teori yang telah dipelajari. Banyak hal yang
jika dilatih akan menghasilkan karakter tangguh dan pantang menyerah pada
anak. Dalam pelatihan aka nada pengulangan, dengan demikian semakin
anak berlatih giat, ia akan mengulang banyak hal yang akan berguna bagi
dirinya.
6) Metode Motivasi
Manusia memiliki semangat yang terkadang naik turun, sehingga pada saat
manusia dalam kondisi semangatnya turun ia perlu dimotivasi. Manusia
memiliki potensi yang apabila dimotivasi ia akan menunjukkan kinerja yang
lebih
7) Metode Pengawasan
Salah satu peran keluarga adalah sebagai tempat kita berlabuh, tempat
berlindung, tempat mendapat kasih sayang dan perhatian. Keluarga juga
tempat saling memotivasi atau mendukung sesama anggotanya. Keberadaan
anggota keluarga yang lain sebenarnya juga berfungsi sebagai pengawas
bagi yang lainnya. Mereka akan rela berbagi dalam suka dan duka serta
42
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
saling mengoreksi satu sama lain. Mereka akan rela berbagi dalam suka dan
duka serta saling mengoreksi satu sama lain. Mereka akan selalu berada di
samping kita. Mendukung apapun yang terjadi, itulah keluarga.
Menurut Abdullah Nashih, metode dan sarana pendidikan yang sangat
berpengaruh dalam pembentukan moral dan agama pada anak ada lima perkara
yaitu: mendidik dengan keteladanan, mendidik dengan kebiasaan, mendidik
dengan nasihat, mendidik dengan perhatian, mendidik dengan hukuman (Nashih,
Abdullah, 2017:516). Semua hal tersebut tidak luput dari peran orang tua.
1) Mendidik dengan Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan adalah cara yang paling efektif dan berhasil
dalam mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental, dan sosialnya.
Hal itu dikarenakan pendidik adalah panutan atau idola dalam pandangan anak
dan contoh yang baik di mata mereka. Anak akan mengikuti tingkah laku
pendidiknya, meniru akhlaknya, baik disadari maupun tidak. Bahkan, semua
bentuk perkataan dan perbuatan pendidik akan terpatri dalam diri anak dan
menjadi bagian dari persepsinya, diketahui ataupun tidak
Dari sini keteladanan menjadi factor yang sangat berpengaruh pada baik dan
buruknya anak. Jika pendidik adalah seorang yang jujur dan terpercaya, maka
anak pun akan tumbuh dalam kejujuran dan sikap amanah. Namun, jika pendidik
adalah seorang yang pendusta dan khianat maka anak juga akan tumbuh dalam
kebiasaaan dusta dan tidak bisa dipercaya.
Memang anak memiliki potensi yang besar untuk menjadi baik, namun
sebesar apapun potensi tersebut, anak tidak akan begitu saja mengikuti prinsip-
prinsip kebaikan selama ia belum melihat pendidiknya berada di puncak
ketinggian akhlak dan memberikan contoh yang baik. Mudah bagi pendidik untuk
memberikan satu pelajaran kepada anak, namun sangat sulit bagi anak untuk
mengikutinya ketika ia melihat orang yang memberikan pelajaran tersebut tidak
mempraktekkan apa yang diajarkannya.
Allah telah mengetahui sebagai peletak manhaj langit yang sekaligus
menjadi mukjizat untuk hamba-hamba-Nya bahwa seorang Rasul yang diutus
oleh-Nya untuk menyampaikan risalah langit kepada umat haruslah disifati
43
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
dengan kesempurnaan jiwa, akhlak, dan akal yang tinggi. Sehingga orang-orang
dapat menjadikannya rujukan, menurutinya, belajar darinya, dan mencontohnya
dalam kemuliaan dan ketinggian akhlak yang seharusnya.
Oleh karena itu, kenabian adalah pilihan Allah dan bukan usaha manusi
untuk mencapainya. Hal ini dikarenakan Allah paling mengetahui sebagai Dzat
yang membuat risalah-Nya terhadap orang yang dipilih-Nya dari kalangan
manusia untuk menjaga urusan-Nya sebagai pemberi kabar gembira dan
peringatan. Karenanya, Allah mengutus Muhammad saw untuk menjadi teladan
yang baik sepanjang sejaran di setiap waktu dan tempat bak lampu yang
menerangi dan bulan yang bercahaya untuk kaum muslimin dan seluruh umat
(Nashih, Abdullah, 2017:516).
2) Mendidik dengan Kebiasaan
Pembiasaan, pendiktean dan pendisiplinan mengambil peranannya dalam
pertumbuhan anak dak menguatkan akhlak yang mulia, jiwa yang agung, dan
etika syariat yang lurus. Sudah tidak diperselisihkan lagi bahwa ketika anak
memiliki dua faktor pendidikan Islam yang luhur dan faktor lingkungan yang
kondusif, sudah bisa dipastikan anak tersebut akan tumbuh dalam iman yang kuat,
memiliki akhlak Islam, serta mencapai puncak keagungan jiwa dan pribadi yang
mulia.
Jika anak memiliki dua orangtua muslim yang shalih, pasti keduanya akan
selalu mengajarkan prinsip-prinsip iman dan Islam sehingga anak tumbuh dengan
akidah kerimanan dan keislaman yang kuat. Inilah yang dimaksud dengan
lingkungan yang kondusif. Di sini cukupkah bagi kita dengan apa yang dikatakan
oleh Al-Ghazali dalam Ihya „Ulumi Ad-Din mengenai pembiasaan anak dengan
kebaikan atau kejelekkan dengan memandang kepada potensi dan fitrahnya. Ia
mengatakan: “Anak adalah amanah bagi orang tuanya. Hatinya yang suci adalah
substansi yang berharga. Jika ia dibiasakan dengan kebaikan, ia akan tumbuh
dalam kebaikan dan bahagia di dunia dan akhirat. Adapun jika ia dibiasakan
dengan kejelekkan dan diabaikan begitu saja seperti binatang, maka ia akan
sengsara dan celaka. Maka dari itu, menjaga anak adalah dengan mendidik,
mendisiplinkan dan mengajarkan akhlak-akhlak terpuji.”
44
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Seorang pendidik haruslah membedakan usia dalam memberikan proses
perbaikan kepada individu, juga dalam cara mendidik dan memberikan proses
pembiasaan. Sehingga orang dewasa memiliki metode dan cara yang khusus,
demikian juga dengan anak kecil. Dalam manhaj Islam, ketika proses perbaikan
kepada orang dewasa (yaitu yang telah mecapai usia baligh) bertumpu pada tiga
perkara yang asasi, yaitu akidah, menelanjangi kejelekkan dan mengubah
lingkungannya (Nashih, Abdullah, 2017:516).
3) Mendidik dengan Nasihat
Satu lagi metode pendidikan yang efektif dalam membentuk keimanan anak,
akhlak, mental, dan sosialnya adalah metode mendidik dengat nasihat. Hal ini
disebabkan nasihat memiliki pengaruh yang besar untuk membuat anak mengerti
tentang hakikat sesuatu dan memberinya kesadaran tentang prinsip-prinsip Islam.
Sehingga tidak heran kalau Al-Qur‟an menggunakan manhaj ini untuk mengajak
bicara kepada stiap jiwa, serta mengulang-ngulangnya pada banyak ayat (Nashih,
Abdullah, 2017:516).
4) Mendidik dengan Perhatian/Pengawasan
Maksud dari pendidikan dengan perhatian adalah mengikuti perkembangan
anak dan mengawasinya dalam pembentukan akidah, akhlak, mental, dan
sosialnya. Begitu juga dengan terus mengecek keadaannya dalam pendidikan fisik
dan intelektualnya.
Tidak diragukan bahwa mendidik dengan cara ini dianggap sebagai salah
satu dari asas yang kuat dalam membentuk manusia yang seimbang, yaitu yang
memberikan semua haknya sesuai dengan porsinya masing-masing, yang sanggup
mengemban semua tanggung jawab yang harus dipikulnya, yang melakukan
semua kewajibannya dan yang terbentuk menjadi mulim hakiki sebagai batu
pertama untuk membangun fondasi Islam yang kokoh, yang dengannya akan
terwujud kemuliaan Islam dan dengan menjadikannya sebagai penopang untuk
mendirikan Daulah Islamiyah yang kuat dan kokoh. Dengan kultur, posisi dan
eksistensinya, maka bangsa lain akan tunduk terhadapnya.
Islam dengan prinsip-prinsipnya yang holistic dan abadi mendorong para
orang tua dan pendidik lainnya untuk selalu memperhatikan dan mengawasi anak-
45
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
anak mereka di semua aspek kehidupan dan pendidikannya (Nashih, Abdullah,
2017:516).
5) Mendidik dengan Hukuman
Hukum-hukum yang terdapat dalam Syariat Islam mencakup prinsip-prinsip
yang holistic yang mengandung perkara penting yang tidak mungkin manusia
dapat hidup tanpanya. Para ulama ijtihad dan ushul fiqh merangkumnya ke dalam
5 perkaran yang dinamakan adh-dharuriyat al-khams (lima hal yang primer) atau
al-kulliyat al-khams, yaitu: menjaga agamanya, jiwa, kehormatan, akal dan harta.
Mereka mengatakan bahwa hokum dan prinsip yang terdapat di dalam Islam
bertujuan untuk menjaga lima hal yang primer di atas.
Begitu pul dengan adanya hukuman bagi yang melanggar syariat adalah
untuk menjaga lima perkara primer tersebut. Hukuman-hukuman ini dalam syariat
disebut dengan had dan ta‟zir. Had adalah hukuman yang ditentukan kadarnya
oleh syariat yang menjadi hak Allah dan kewajiban bagi hamba-Nya. Adapun
ta‟zir, yaitu hukuman yang tidak ditentukan ukurannya (oleh syariat) yang wajib
dilakukan sebagai hak Allah atau manusia, dalam setiap maksiat yang tidak
termasuk pelanggaran had dan tidak juga kifarat. Contohnya seperti hukuman
sebagai teguran/pencegahan dan sebagai pendidikan yang mengandung maslahat
untuk umat
Anak-anak memiliki kecerdasan dan respons yang berbeda-beda,
sebagaimana berbedanya watak antara satu pribadi dengan pribadi yang lain. Di
antara mereka ada yang memiliki watak pendiam, ada yang temperamen, da nada
juga yang seimbang antara pendiam dan temperamen. Semua itu kembali kepada
keturunannya atau gennya, pengaruh lingkungan, dan faktor-faktor pertumbuhan
serta pendidikan.
Diantara anak-anak ada yang cukup dengan pandangan masam untuk
menegur kesalahannya. Ada juga yang perlu ditegur dengan kata-kata. Dan
terkadang pendidik harus menggunakan pukulan untuk memberi hukuman pada
anak, ketika nasihat dan teguran sudah tidak mempan.
Para ahli pendidikan Islam (seperti Ibnu Sin, Al-„Abdari, dan Ibnu Khaldun)
berpendapat bahwa pendidikan tidak boleh memberi hukuman, kecuali dalam
46
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
keadaan terpaksa. Ia juga tidak boleh menghukum dengan pukulan, kecuali
sebelumnya memberi ancama, untuk memberikan pengaruh yang diinginkan
dalam memperbaiki kesalahan anak dan membentuk akhlak dan mentalnya.
Ibnu khaldun menerangkan bahwa kekerasan pada anak akan membuatnya
menjadi lemah dan penakut, serta lari dari kesulitan hidup. Ia mengatakan: “siapa
saja yang dididik dengan keras dan paksaan, baik dari kalangan pelajar, budak
maupun pelayan akan membuatnya merasa sempit, hilang semangatnya, menjadi
malas dan terdorong untuk berbohong. Hal ini disebabkan ia takut karena
hukuman. Dampaknya, kecenderungan itu menjadi kebiasaan dan akhlaknya, serta
merusak sifat kemanusiaan pada dirinya. Orang yang diperlakukan dengan kasar
akan menjadi beban bagi yang lain, karena ia menjadi lemah untuk membela
kehormatan dan keluarganya. Ia tidak punya semangat dan antusias untuk meraih
keutamaan dan akhlak yang terpuji. Selanjutnya, jiwanya berubah dari tujuannya
dan sifat kemanusiaannya.
Semua yang disebutkan Ibnu Khaldun ini sesuai sekali dengan arahan Nabi
saw yang telah disebutkan sebelumnya tentang sikap lemah lembut, murah hati,
dan lunak. Selain itu juga selaras sekali dengan perlakuan beliau yang penuh
dengan kasih sayang terhadap anak-anak. Sangat cocok pula dengan solusi bijak
Nabi saw dalam menghadapi segala masalah manusia dan masyarakat dengan
perbedaan usia dan strata social mereka. Bahkan, generasi salaf dan mereka yang
berkedudukan tinggi, mendidik dan memperlakukan anak mereka dengan bijak,
murah hati, dan lemah lembut. Mereka tidak langsung memberikan hukuman,
kecuali setelah tidak mempan dinasihat dan teguran (Nashih, Abdullah,
2017:516).
Kesimpulan yang bisa kita tarik dari pemaparan di atas bahwa pendidik
haruslah menjadi seorang yang bijak dalam menggunakan hukuman yang sesuai
dengan tingkat kecerdasan anak, pengetahuan dan wataknya. Sebagaimana
pendidik pun harus memberikan hukuman jika memang dituntut oleh keadaan.
47
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
5. Standar Isi Tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
a. Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Pada Lingkup
Perkembangan Nilai Agama dan Moral PERMENDIKBUD 137 Tahun
2014
Tingkat Pencapaian Perkembangan
Tabel 2.2
Kelompok Usia Tingkat Pencapaian Perkembangan
0-3 bulan Mendengar berbagai do‟a, lagu religi dan ucapan baik
sesuai agama
3-6 bulan Melihat dan mendengar berbagai ciptaan Tuhan
(makhluk hidup)
6-9 bulan
1. Mengamati berbagai ciptaan Tuhan
2. Mendengarkan berbagai do‟a, lagu religi, ucapan baik
serta sebutan nama Tuhan
9-12 bulan Mengamati kegiatan ibadah di sekitarnya
12-18 bulan Tertarik pada kegiatan ibadah (meniru gerakan ibadah,
meniru bacaan do‟a)
18-24 bulan
1. Menirukan gerakan ibadah dan do‟a
2. Mulai menunjukkan sikap-sikap baik (seperti yang
diajarkan agama) terhadap orang yang sedang beribadah
3. Mengucapkan salam dan kata-kata baik, seperti maaf,
terima kasih pada situasi yang sesuai
2-3 tahun
1. Mulai meniru gerakan berdo‟a atau bersembahyang
sesuai dengan agamanya
2. Mulai memahami kapan mengucapkan salam, terima
kasih, maaf dan sebagaiannya
3-4 tahun
1. Mengatahui perilaku yang berlawanan meskipun
belum selalu dilakukan seperti pemahaman perilaku baik
buruk, benar salah, sopan tidak sopan
2. Mengetahui arti kasih dan sayang kepada ciptaan
48
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Tuhan
3. Mulai meniru do‟a pendek sesuai dengan agamanya
4-5 tahun
1. Mengetahui agama yang dianutnya
2. Meniru gerakan beribadah dengan urutan yang benar
3. Mengucapkan do‟a sebelum dan atau sesudah
melakukan sesuatu
4. Mengenal perilaku baik atau sopan dan buruk
5. Membiasakan diri berperilaku baik
6. Mengucapkan salam dan membalas salam
5-6 tahun
1. Mengenal agama yang dianut
2. Mengerjakan ibadah
3. Berperilaku jujur, penolong, sopan, hormat, sportif dan
sebagaiannya
4. Menjada kebersihan diri dan lingkungan
5. Mengetahui hari besar agama
6. Menghormati (toleransi) agama orang lain
B. STUDI RELEVAN
Penelitian relevan merupakan penelitian yang hampir serupa dengan yang
sudah dilakukan oleh penelitian lain yang relavan dengan masalah yang diteliti.
Oleh sebab itu, dikemukakan beberapa penelitian lain yang pernah dilakukan
berikut ini.
Penelitian dilakukan oleh Rizki Ananda, dengan judul “Implementasi Nilai-
nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini” yang diakses pada tahun 2017
dalam jurnal ilmiah pendidikan anak usia dini. Letak persamaan pada penelitian
ini adalah adanya sumber buku yang sama yaitu dengan judul buku “Educating
for Character How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility” dengan
penulis Thomas Lickona, 1991. Perbedaan penelitian ini terletak pada metode
penelitian yang digunakan penulis serta setting lokasi yang berbeda dan metode
dalam penerapan kepada anak.
49
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Hendarti Permono, dengan judul
“Peran Dalam Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak untuk Membangun Karakter
Anak Usia Dini” yang diakses pada tahun 2013 dalam jurnal ilmiah Fakultas
Psikologi Universitas Persada Indonesia. Terletak persamaan penelitian yang
dilakukan peneliti pada peran guru dalam pendidikan anak usia dini yang diambil
untuk dijadikan acuan dalam penanaman nilai moral dan agama pada anak.
Terdapat perbedaan pada proses yaitu peneliti lebih mengutamakan multiple
intelligence untuk proses tumbuh kembang anak serta adanya perbedaan setting
dan waktu penelitian.
Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan Otib Satibi Hidayat, dengan
judul “Hakikat Perkembangan Moralitas Anak Usia Dini” yang diakses pada
tahun 2014 dalam jurnal pendidikan anak usia dini. Terletak persamaan penelitian
yaitu tahapan perkembangan moral anak berdasarkan kategori usia pada anak usia
dini, serta adanya sumber buku yang sama yaitu dengan judul buku “Educating
for Character How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility” dengan
penulis Thomas Lickona, 1991. Perbedaan penelitian ini terletak pada setting
lokasi yang berbeda, metode penerapan pada anak dan metode penelitian yang
digunakan penulis adalah kualitatif.
50
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-Kanak Al-Barokah Kelurahan
Mayang Mangurai Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi. Lokasi sekolah srtategis
karena berada ditengah-tengah perumahan dan dekat dari pasar tradisional serta
dikelilingin dengan rumah masyarakat. Peneliti melakukan penelitian ditempat ini
karena sekolah belum memaksimalkan metode pembelajaran sentra sehingga anak
jarang bermain peran dalam proses pembelajaran.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan selama 6 bulan sejak pertengahan bulan
Oktober 2018.
B. TAHAPAN TINDAKAN
1. Siklus I
Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus I yang terdiri dari embat kegiatan
yaitu: perencanaan, pelaksanaan (tindakan) pengamatan, dan refleksi. Berikut ini
dijelaskan rincian kegiatan dari masing-masing tahap tersebut.
a) Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menetukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan
perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen
pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi: Rancangan Proses
Pembelajaran Harian (RPPH), bahan ajar, media pembelajaran, evaluasi dan
penelitian.
Rencana kegiatan harian dilaksanakan pada prasiklus dilakukan 1x
pertemuan dengan pembelajaran sesuai dengan tema semester 2. Siklus
I dilakukan sebanyak 3x pertemuan sesuai tema dengan pembelajaran.
51
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Menyiapkan bahan ajar dan media yang akan digunakan saat proses
pembelajaran seperti cerita yang diperankan oleh anak.
Membuat format penilaian berupa penilaian ceklis.
b) Tindakan
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
disiapkan pada persiapan tindakan. Secara umum tahapan dalam pelaksanaan
tindakan ini adalah:
Menyiapkan setting kelas
Kegiatan bermain peran diawali dengan kegiatan pembelajaran dikelas
dimana guru melakukan persepsi yang mengarah ke tema cerita yang
akan dimainkan anak.
Memperkenalkan alat dan bahan dan juga properti yang akan digunakan
anak saat bermain peran.
Guru atau peneliti memulai bermain peran dengan membagi peran anak
dan memandu permainan dengan menjadi dalang saat permainan
berlangsung.
c) Pengamatan (observasi)
Observasi adalah cara untuk mengadakan penelitian dengan jalan
mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Pengamatan terhada
pembelajaran menggunakan lembar observasi yang berupa lembar observasi
aktivitas guru, siswa dan peneliti. Pada tahap ini dilakukan saat anak melakukan
kegiatan bermain peran, yaitu:
Mengamati anak saat guru mulai memimpin cerita yang akan segera
dimulai
Mengamati anak apakah anak mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh
guru
Mengamati bagaimana anak memerankan perannya saat bermain
Mengamati anak saat berbicara
52
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Mengamati anak apakah masih membutuhkan bantuan dari teman atau
guru dalam kegiatan bermain peran
Mengamati bagaimana anak merangkai jata dan mengutarakan kalimat
yang mereka sampaikan
d) Refleksi
Data yang diperoleh baik aktivitas siswa maupun hasil belajar, akan
dianalisis dengan menggunakan perhitungan data penilaian setelah siklus II
berlangsung. Analisis ini merupakan kegiatan refleksi untuk menentukan apakah
tindakan yang dilakukan dapat mengatasi permasalahan maka dilakukan
perbaikan pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
a) Perencanaan
Pada tahap ini disususn rencana kegiatan dalam rangka meningkatkan
kemampuan moral dan agama anak melalui metode bermain peran pada kelas B
TK Al-Barokah Mayang Mangurai Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi dengan
menggunakan penerapan perangkat pelaksanaan pembelajaran meliputi:
Rancangan Proses Pembelajaran Harian (RPPH), bahan ajar, media
pembelajaran, evaluasi dan penelitian.
Rencana kegiatan harian yang dilaksanakan pada prasiklus dilakukan 1x
pertemuan dengan pembelajaran sesuai pada tema di semester 2. Siklus
II dilakukan sebanyak 3x pertemuan sesuai dengan tema pembelajaran.
Menyiapakan bahan ajar dan media yang akan digunakan saat proses
pembelajaran seperti cerita yang diperankan oleh anak.
Membuat format penilaian berupa penilaian ceklis.
b) Tindakan
Menyiapkan setting kelas
Kegiatan bermain peran diawali dengan kegiatan pembelajaran dikelas
dimana guru melakukan persepsi yang mengarah ke tema cerita yang
akan dimainkan anak.
53
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Memperkenalkan alat dan bahan dan juga properti yang akan digunakan
anak saat bermain peran.
Guru atau peneliti memulai bermain peran dengan membagi peran anak
dan memandu permainan dengan menjadi dalang saat permainan
berlangsung.
c) Observasi
Mengamati anak saat guru mulai memimpin cerita yang akan segera
dimulai
Mengamati anak apakah anak mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh
guru
Mengamati bagaimana anak memerankan perannya saat bermain
Mengamati anak saat berbicara
Mengamati anak apakah masih membutuhkan bantuan dari teman atau
guru dalam kegiatan bermain peran
Mengamati bagaimana anak merangkai kata dan mengutarakan kalimat
yang mereka sampaikan
d) Refleksi
Data yang diperoleh baik aktivitas siswa maupun hasil belajar, akan
dianalisis dengan menggunakan perhitungan data penilaian setelah siklus II
berlangsung. Analisis ini merupakan kegiatan refleksi untuk menentukan apakah
tindakan yang dilakukan dapat mengatasi permasalahan maka dilakukan
perbaikan pada siklus berikutnya.
Setelah melaksanakan keempat kegiatan tersebut, maka akan dilakukan
evaluasi untuk mengetahui perkembangan anak yang telah dicapai dari proses
pelaksanaan tindakan. Evaluasi dilaksanakan setelah proses kegiatan belajar
mengajar pada setiap akhir siklus dengan memberikan simulai nilai akhir dari
indikator perkembangan anak yang telah dinilai. Evaluasi dgunakan untuk
melihat tingkat keberhasilan yang telah diperoleh anak setelah mengikuti proses
pelaksanaan pembelajaran.
54
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
C. DESAIN DAN PROSEDUR PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang
menggunakan metode penelitian eksperimen yang menggunakan rancangan One
Group Pretest-Posttest Design. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Indikator kinerja sebagai penentuan kemampuan bahasa anak dalam penelitian ini
adalah:
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2015:80).
Adapun populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa Taman
Kanak-kanak Al-Barokah Mayang Mangurai Kecamatan Alam Barajo kota Jambi
dikelas B dengan jumlah 15 anak. Hal ini dikarenakan anak-anak dikelas B1
memiliki karakteristik kemampuan moral dan agama yang masih perlu
distimulasi. Populasi pada penelitian ini dapat digambarkan pada tabel berikut:
Tabel Populasi Penelitian
Tabel 3.1
No Kelas Jumlah Anak
1 TK B 15
Jumlah 15
b. Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Sugiyono (2015:215) sampel adalah sebagai dari populasi itu.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh
populasi tersebut. Pada penelitian ini sampel berjumlah 15 orang dari anak kelas
B1.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan teknik
sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi dijadikan sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
55
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
relatif kecil, kurang dari 30 orang (Sugiyono, 2015:124). Sampel pada penelitian
ini adalah TK B1 sebagai kelas penelitian dengan jumlah sampel sebanyak 15
orang.
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila minimal 71% dari jumlah
keseluruhan anak yaitu 15 orang anak, 10 dari 15 anak mencapai Tingkat Capaian
Perkembangan (TCP) minimal yang ditentukan bersama kolaborator 65%.(Jurnal
Yusria:2006)
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) ini disampaikan oleh Sutrisna
Wibawa (Jurnal Staffnew.uny.ac.id: 2003: 5) terdiri atas rangkaian empat
kegiatan yang dilakukan secara berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada
setiap siklus melalui prosedur penelitian sebagai berikut: 1) perencanaan, 2)
pelaksanaan, 3) pengamatan dan 4) refleksi. Apabila siklus I belum berhasil,
maka peneliti akan merancang tindakan berikutnya pada siklus ke II. Kegiatan
pada siklus ke II mempunyanyi bebrapa tambahan untuk perbaikan dari tambahan
dan kesulitan yang ditemukan dalam tindakan siklus ke I. Dengan menyusun
kegiatan pada siklus II, maka peneliti melanjutkan kegiatan Penelitia Tindakan
Kelas (PTK) seperti pada siklus I. jika telah melaksanakan siklus II, apapbila
peneliti belum tercapai untuk perbaikan dan peningkatan atas tindakan tersebut,
peneliti akan melanjutkan penelitian ke dalam siklus III, cara pelaksanaanya sama
seperti siklus sebelumnya.
Hal ini tergantung dengan hasil penelitian yang dilakukan, jika hasil
penelitian telah menemukan hasil yang memuaskan dalam perbaikanpeneliti dapat
menghentikan dapat menentukan dan mengambil kesimpulan, nemun disarankan
sebaiknya prosedur PTK dilakukan paling kurang dua siklus.
Untuk lebih jelas prosedur penelitian ini, maka dapat dilihat pada bagian
berikut ini:
56
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Prosedur Penelitian
Gambar 3.1. Model Kemmis & Mc. Taggart
Berdasarkan bagan diatas dapat dijelaskan bahwa penelitian tindakan kelas
diawaki dengan perencanaan, tindakan, pengamatan selanjutnya merekfleksi
dengan mengevaluasi tindakan pelaksanaan untuk selanjutnya melakukan
perbaikan disiklus selanjutnya.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian berbasis kelas kolaboratif,
yaitu suatu penelitian yang bersifat praktis, situasional dan kontekstual
berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari
di TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo Kepala sekolah, guru dan peneliti
senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal.
SIKLUS 1
PERENCANAAN PELAKSANAAN DAN
OBSERVASI
REFLEKSI
PERENCANAAN PELAKSANAAN DAN
OBSERVASI
SIKLUS 2
REFLEKSI
57
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
D. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Definisi Konseptual
Penanaman nilai moral dan agama pada anak usia dini ini tidak lepas dari
pengaruh kebiasaan, budaya ataupun adat istiadat yang telah ada disuatu daerah .
Penanaman nilai moral dan agama yang dimaksud dalam penelitian adalah
melatih anak untuk mengenal dan mengetahui agama yang dianutnya,
membiasakan anak berperilaku dengan baik (jujur, sopan, hormat, adil dan
penolong), menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitarnya, serta menghormati
(toleransi) agama orang lain.
Main peran merupakan suatu metode yang dapat menanamkan nilai moral
dan agama pada anak, dengan bermain peran anak akan berlatih bagaimana
berperilaku dengan baik, menghormati, menyayangi kepada temannya, orang
dewasa (pendidik/orangtua) dan setiap orang yang ditemuinya, bisa mengambil
keputusan yang baik dan bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya,
berkomunikasi dengan orang lain, menyikapi sebuah kejadian dengan bahasa yang
baik dan sopan, anak juga akan belajar mengelola informasi yang mereka dapat
saat bemain, anak akan menyimak dengan baik berbagai intruksi saat bermain dan
anak akan belajar mengungkapkan berbagai persaan yang ada dalam hatinya.
Dengan berbagi alur cerita dan karakter yang dimainkan oleh anak akan
menanamkan nilai moral dan agama pada anak dengan optimal.
2. Definisi Operasional
Indikator dalam penelitian ini diambil berdasarkan Tingkat Pencapaian
(lingkup moral dan agama) Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 yaitu:
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Tabel 3.2
Kelompok Usia Tingkat Pencapaian Perkembangan
58
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
4-5 tahun
Menerima
1. Mengetahui agama yang dianutnya
2. Meniru gerakan beribadah dengan urutan yang
benar
3. Mengucapkan do‟a sebelum dan atau sesudah
melakukan sesuatu
4. Mengenal perilaku baik atau sopan dan buruk
5. Membiasakan diri berperilaku baik
6. Mengucapkan salam dan membalas salam
5-6 tahun
Mengungkapkan
1. Mengenal agama yang dianut
2. Mengerjakan ibadah
3. Berperilaku jujur, penolong, sopan, hormat,
sportif dan sebagaiannya
4. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
5. Mengetahui hari besar agama
6. Menghormati (toleransi) agama orang lain
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala Likert dengan bentuk
checklist. Dalam Sugiyono (2015:134) skala likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial yang disebut sebagai variabel penelitian.
E. SUMBER DATA
1. Data Primer
Data Primer yang peneliti ambil didapatkan dari informasi atau orang yang
dapat memberikan informasi tentang data penelitian. Informasi dalam penelitian
ini adalah anak kelas TK B tahun akademik 2018-2019 beserta kolaborator. Data
tersebut diambil dari kegiatan bermain peran dengan mengamati penanaman nilai
moral dan agama.
59
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
2. Data Sekunder
Data sekunder yang peneliti ambil berdsarkan buku-buku pendukung dan
melalui bebrapa teknik pengumpulan data baik melalui data sisiwa, sumber data
tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data jenis data sekunder
yang digunakan dalam penelitian ini misalnya dokumentasi/arsip.
F. TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan lansung yang peneliti lakukan terhadap objek
penelitian. Observasi berkaitan dengan fokus penelitian ditujukan kepada kepala
sekolah, observasi berguna untuk mendapatkan informasi secara akurat melalui
pengamatan langsung oleh peneliti. Observasi dilakukan secara tringulasi yaitu
wawancara dan dokumentasi.
b. Instrumen Pengumpulan data
Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari:
1) Lembar observasi
Lembar observasi diguanakan untuk mengumpulkan data dan
menggambarkan tentang aktifitas siswa dalam pembelajaran, serta peningkatanya
pada setiap siklus. Instrument penelitian yang diguanakan berupa lembar
pengamatan dengan memberikan ceklis (√), instrument obsevasi berupa rating
scale dengan jujur berdasarkan pengamatan yang dilakukan dan dengan
menggunakan pedoman skala penilaian dengan simbol BB = belum berkembang,
MB = mulai berkembang, BSH = berkembang sesuai harapan dan BSB =
Berkembang dengan baik. Adapun instrument pengumpulan data saat observasi
sedang berlangsung sebagai berikut:
60
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Instrumen Pengumpulan Data
Tabel 3.3
No
Aspek
yang
Diamati
Indikator No
Item BB MB BSH BSB
1 Nilai
Moral
Anak mampu berpakaian
rapi dan sopan serta bersih
9 dan
10
2 Nilai
Moral
Anak peduli terhadap
lingkungan dan kebersihan
sekitarnya
4 dan
10
3 Nilai
Moral
Anak mampu untuk
berperilaku jujur kepada
orang dewasa
(pendidik/orangtua), teman
sebayanya dan setiap orang
5 dan 9
4 Nilai
Moral
Anak dapat berlaku adil
kepada temannya tanpa
memandang hal lainnya
(ras/suku, latarbelakang
keluarga dan agama)
5 dan 9
5 Nilai
Moral
Anak memiliki rasa simpati
dan empati kepada setiap
orang
5 dan 9
6 Nilai
Agama
Anak mengucapkan salam
kepada orang yang lebih tua
(pendidik/orangtua) dan
teman sebayanya
6 dan 9
7 Nilai
Agama
Anak menyebut agama yang
dianutnya
1 dan 7
8 Nilai
Agama
Anak mampu membaca
do‟a sebelum atau sesudah
melakukan sesuatu
3
9 Nilai
Agama
Anak menyebutkan hari-hari
besar Islam (Idul Fitri/Idul
Adha)
11
10 Nilai
Agama
Anak mampu meniru dan
mengerjakan sholat 5 waktu
2 dan 8
2) Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dalam percakapan dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan
61
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Jurnal Suwarsih
Madya: 22).
Wawancara dilakukan terhadap guru kelas B, untuk memperoleh informasi
tentang upaya guru dalam meningkatkan kemampuan berbahasa anak Taman
Kanak-kanak Al-Barokah Mayang Mangurai Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi
tahun ajaran 2018/2019.
Pertanyaan Sebelum Wawancara
Tabel 3.4
No Pertanyaan Sebelum Penelitian
1. Apa yang ibu ketahui tentang metode bermain peran?
2. Apakah ibu pernah mengikuti seminar atau pelatihan tentang metode
bermain peran?
3. Apakah metode bermain peran diterapkan selama proses pembelajaran
berlangsung?
4. Bagaimana cara ibu memilih cerita yang akan dimainkan anak?
5. Menurut ibu apa manfaat bermain peran bagi anak?
G. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah:
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif, dianalisis dengan menggunakan
teknik analisi deksriptif dengan menentukan prestasi ketuntasan belajar dan mean
(rata-rata) kelas. Adapun penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk
persentase dan angka sebagai berikut:
a) Rumus untuk menghitung persentase ketuntasan belajar adalah sebagai
berikut:
P =
62
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
b) Rumus untuk menghitung nilai rata-rata adalah sebagai berikut:
X =
Keterangan:
X = Nilai rata-rata
∑x = Jumlah semua nilai siswa
∑N = Jumlah siswa
2. Data Kualitatif
Dalam buku penelitian tindakan kelas (Sugiyono: 2017: 97) menjelaskan
pada umumnya kualitatif terhadap data PTK dapat dilakukan dengan tahap-
tahap: menyeleksi, menyederhanakan, mengklasifikasi, memfokuskan,
mengorganisasikan (mengaitkan gejala secara sisitematis dan logis), membuat
abstraksi atas kesimpulan makna hasil analisis. Model analisis kualitatif terkenal
adalah model Miles dan Huberman yang meliputi: reduksi data (memilah data
penting, relevan, dan bermaka dari yang tidak berguna), sajian deskriptif (narasi,
visual gambar, tabel) dengan alur sajian yang sisitematis dan logis, penyimpulan
dari hasil yang disajikan)dampak PTK dan efektivitasnya). Model analisis ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2
Teknis Analisis Data
Pengumpulan Data Penyajian Data
Reduksi Data Verifikasi/Penrikan
Kesimpulan
63
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Dari gambar diatas dapat diuraikan maksud dari keempat tahapan analisis
data kualitatif diatas, yaitu:
a) Pengumpulan Data
Penjaringan data yang diperlukan dalam pengumpulan data masih bersifat
data kasar yang muncul dari catatan tertulis dari peneliti. Hal ini dapat diartikan
bahwa ketika peneliti turun kelapangan untuk ketempat penelitian, maka peneliti
harus mencari data yang berkaitan dnegan penelitian itu, peneliti tidak melihat
apakah data itu sudah sesuai dengan apa yang diteliti atau belum, melainkan
semua data yang diproses diambil. Data yang diperoleh dari proses penjaringan
data ini selanjutnya akan direduksi dari proses penjaringan data ini selanjutnya
akan direduksi, diverifikasi dan disimpulkan sesuai dengan proses analisis data
model interaktif
b) Reduksi Data
Diartikan sebagai proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis dilapangan. Reduksi data
berlangsung terus-menerus selama penelitian ini berlangsung dalam proses
reduksi data ini penelitian mulai memilih mana data yang valid dan reduksi data
ini terus menerus berlangsung sampai akhir penelitian.
c) Penyajian Data
Diartikan sebagai perangkat informasi yang terorganisir, yang
memungkinkan ditariknya kesimpulan data atau pengambilan tindakan, yang
merupakan bagian sekunder yang harus ada pada analisis ini. Penyajian data
dalam penelitian ini mencangkup ringkasan-ringkasan terstruktur dari kerangka
pikir lainya.
d) Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Verifikasi dan penarikan kesimpulan didefinisikan sebagai penarikan,
artinya dari data yang terampil dapat melibatkan pemahaman peneliti banyak
taktik yang digunakan dalam proses ini, diantara lain menggunakan perbandingan
baik secara luas atau khusus, pencatatan plog dan tema, pengelompkan,
penggunaan mkt untuk taktik penegasan seperti trigulasi, pencapaian-pencapaian
64
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
kasus-kasus negatif, pengadaan tindak lanjut, hal-hal yang diluar dugaan, serta
memperiksa hasil-hasil dengan responden-responden.
H. JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian akan dilakukan selama 2 bulan, yaitu bulan februari
sampai maret 2019. Jadwal penelitian ini masih bersifat tentative, artinya dapat
berubah berdasarkan situasi dan kondisi dilapangan dilapangan. Berikut ini dapat
diberikan uraian tahap-tahap yang dilakukan selama penelitian dilaksanakan.
Rencana Waktu dan Tahap Penelitian
Tabel 3.5
No Kegiatan
Bulan
Nov Januari Februari Maret April Mei Juni
3 4 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Pengajuan dan
pengesahan
judul
√
2 Penyusunan
proposal √ √
3 Seminar
proposal √
4
Perbaikan
hasil seminar
proposal
√ √ √
5
Pengurusan
dan penerbitan
izin penelitian
√
6
Pengumpulan
data di
lapangan
√ √ √ √ √
7 Analisis dan √ √
65
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
penyusunan
laporan
penelitian
8
Seminar
hasil/ujian
skripsi
√
9
Perbaikan
hasil ujian
skripsi
√ √
10
Pengesahan
hasil ujian
oleh tim
penguji
√ √
11
Penggandaan
dan laporan
penyerahan
hasil
√ √
Catatan: Jadwal penelitian ini masih dapat berubah dengan situasi dan kondisi di
Lapangan
66
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Historis Sekolah
Taman Kanak-kanak Al-Barokah berada di Jalan KH. Ismail Malik Nomor
03 RT. 32 Kelurahan Mayang Mangurai Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi.
Berdirinya Taman Kanak-kanak Al-Barokah diawali oleh beberapa guru yang
bekerja disebuah lembaga sekolah yang sama sebelumnya. Para guru tersebut
merasa ada sebuah ketidakadilan dari lembaga sekolah sebelumnya dan akhirnya
memutuskan untuk mendirikan lembaga pendidikan sendiri. Untuk mewujudkan
hal tersebut, para guru melakukan beberapa upaya:
a. Pada tahun 2017 mendirikan lembaga dengan dana pribadi untuk
mendapatkan tempat yang layak untuk menyelenggarakan pendidikan.
b. Selanjutnya mulai tanggal 1 April 2017 Taman Kanak-kanak Al-Barokah
resmi didirikan dan mulai menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.
2. Geografis Sekolah dan Lingkungan Sosial
Taman Kanak-kanak Al-Barokah berada di Jalan KH. Ismail Malik Nomor
03 RT. 32 Kelurahan Mayang Mangurai Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi
secara geografis mudah dijangkau karena keberadaannya berada di tengah
pemukiman penduduk dan berjarak beberapa meter dari perumahan. Kondisi
sosial masyarakat sekitar Taman Kanak-kanak Al-Barokah khususnya sosial dan
ekonomi sangat heterogen, mulai dari pejabat pemerintah, guru, sampai pekerja
kasar seperti buruh, bangunan dam jasa angkutan roda dua (ojek).
a. Visi Sekolah
Menjadikan anak yang memiliki masa depan yang cerdas, kreatif, terampil,
mandiri dan berakhlak mulia.
b. Misi Sekolah
1) Membiasakan anak bersikap sopan dan santun terhadap orang yang lebih
tua.
2) Melatih anak untuk berperilaku disiplin dan bertanggung jawab.
67
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
3) Membina dan mengajarkan dengan kecerdasan spiritual, intelektual dan
emosional.
3. Sarana dan Prasarana
a. Jumlah ruangan
1) Satu ruang untuk kelompok A dan satu ruang untuk kelompok B dalam
kondisi baik. Ruang kelas ini mempunyailuas ± 3.5 x 5 meter dengan
kapasitas 15 anak. Tiap-tiap ruang kelas ini didesain menarik dengan cat
dinding bewarna dan dihiasi bentuk-bentuk menarik dan ditempelkan di
dinding-dinding kelas. Hal ini bertujuan agar anak tidak bosan berada dalam
kelas. Dalam kelas ini terdapat meja dan kursi untuk belajar anak, papan
tulis serta dilengkapi dengan alat permainan untuk anak-anak.
2) Kantor dalam kondisi baik dengan luas 5 x 7 meter. Kantor ini tergabung
dengan tempat bermain anak untuk circle time sebelum memasuki ruang
kelas dan juga digunakan sebagai ruang penanggung jawab sekolah serta
ruang guru dan dipergunakan untuk kunjungan-kunjungan wali murid dan
tamu-tamu luar yang dating.
b. Sarana pendukung
1) Kamar mandi dan WC berjumlah satu dengan kondisi cukup baik.
2) Halaman bermain luar dalam kondisi cukup baik yang digunakan untuk
bermain anak.
4. Keadaan Guru dan Siswa
Tenaga pengajar di Taman Kanak-kanak Al-Barokah Kecamatan Alam
Barajo Kota Jambi merupakan tenaga edukatif yang langsung berhadapan dengan
siswa yang mempunyai tugas utama mendidik, memberikan ilmu sebagai orang
tua siswa di sekolah. Oleh karena itu, guru harus mempunyai pengetahuan dan
pemahaman tentang mendidik dan mencetak siswa agar tujuan dapat dilaksanakan
dengan baik. Adapun guru di Taman Kanak-kanak Al-Barokah berjumlah 3 orang,
diantaranya:
68
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Keadaan Guru TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo
Tabel 4.1
No Nama Jabatan
Pendidikan Terakhir
Tingkat
1. Juniar, S.Pd Kepala Sekolah S1
2. Ermaneli, S.Pd Guru Kelas S1
3. Lamsiah, A.Ma Guru Kelas D3
Keadaan Siswa TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo
Tabel 4.2
No Kelas
Jumlah Siswa
Wali Kelas L P Jumlah
1. TK B 2 13 15 Lamsiah, A.Ma
Jumlah 2 13 15
5. Karakteristik Anak Didik Di TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo
Anak didik di TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo pada tahun pelajaran
2018-2019 secara keseluruhan berjumlah 30 anak. Anak-anak tersebut dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B. Jumlah anak didik ini
merupakan kapasitas dari ruangan yang ada. Tiap kelompok dalam satu kelas
terdiri dari 15 anak untuk kelompok A dan 15 anak untuk kelompok B. Rasio guru
dan anak adalah 1 guru untuk tiap kelompok.
Karakter dan kemampuan anak di TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo
sangat beraneka ragam. Hal ini juga disebabkan oleh latar belakang tempat tinggal
dan keluarga yang beraneka ragam pula. Khususnya untuk anak didik di
kelompok B yang merupakan subjek pada penelitian ini juga mempunyai karakter
yang bermacam-macam. Sebagian besar anak didik di kelas ini berusia kurang
69
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
dari 5 tahun sampai dengan kurang dari 6 tahun. Sebagian dari mereka berasal
dari keluarga kalangan ekonomi menengah kebawah dan keluarga kalangan
ekonomi menengah keatas. Berdasarkan hasil pengamatan selama dikelas
kemampuan anak di kelompok B ini rata-rata cukup mudah untuk menyerap
pengetahuan yang diberikan oleh guru. Sebagian besar anak didik di kelompok B
sudah bisa membaca dan menulis dengan baik untuk persiapan menuju jenjang
pendidikan dasar.
B. KONDISI AWAL HASIL KEGIATAN BERMAIN PERAN ANAK
PRASIKLUS
TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo adalah sebuah lembaga pendidikan
untuk anak berusia 4-6 tahun. Salah satu visinya adalah Menjadikan anak yang
memiliki masa depan yang cerdas, kreatif, terampil, mandiri dan berakhlak mulia.
TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo berusaha menghadirkan yang terbaik
dalam bidang pendidikan yaitu proses pembelajaran, sebagai akibatnya proses
pembelajaran lebih mengedepankan pengembangan kemampuan akademik seperti
membaca, menulis dan berhitung. Karena dengan anak bisa membaca, menulis
dan berhitung orangtua merasa bangga dan tak merasa rugi menyekolahkan buah
hatinya di TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo. Kondisi ini diperparah
dengan adanya seleksi masuk SD favorit melalui test membaca, menulis dan
berhitung. Akibatnya sistem pendidikan yang ada di TK Al-Barokah Kecamatan
Alam Barajo hanya mengutamakan pengembangan kemampuan akademik
sehingga penanaman nilai moral dan agama kurang mendapatkan perhatian.
Pada umumnya anak memiliki nilai moral dan agama, akan tetapi nilai
moral dan agama itu kurang mendapat perhatian sehingga tidak dapat berkembang
secara optimal. Disamping itu, bermain peran tidak dilakukan oleh guru dalam
proses pembelajaran. Padahal melalui bermain peran anak dapat dikembangkan
nilai moral dan agama dan mengatasi rasa bosan akibat penggunaan metode yang
statis dalam proses pembelajaran. Bermain peran juga dapat menghadirkan warna
lain dalam proses kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui penanaman nilai
moral dan agama yang ada pada anak, peneliti melakukan penelitian dengan
70
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
bermain peran dalam tema “Pekerjaan” dan subtema “Kantor Bank”. Kemudian
peneliti mulai melakukan penelitian dengan menggunakan metode bermain peran
dan menjelaskan kepada anak bagaimana tata cara bermain peran tersebut. Peneliti
mencoba mengulas pembelajaran mulai dari kegiatan pembuka, kegiatan inti dan
kegiatan penutup.
Adapun kegiatan mengulas disini adalah untuk mengemabangkan nilai
moral dan agama pada anak seperti membaca do‟a sebelum dan sesudah
melakukan sesuatu tanpa perintah dari guru, menjaga kerapian pakaian, peduli
terhadap lingkungan sekitar, jujur dalam segala hal, berlaku adil, menyapa teman
guru dan orang yang lebih tua. Disini kita juga dapat melihat rentang perhatian
anak dalam mengikuti metode bermain peran, apa anak sibuk sendiri atau
mengikuti penjelasan yang dijelaskan oleh peneliti. Peneliti juga memberikan
kesempatan pada anak untuk melakukan sesuatu kegiatan diluar penjelasan
peneliti dalam bermain peran, akan tetapi tetap dalam lingkup bermain peran. Dari
sini kita dapat melihat bagaimana cara berpura-pura berinteraksi terhadap orang
yang tidak dikenalnya dan berlaku sopan. Setelah itu, peneliti mencoba memberi
pertanyaan seputar tentang bermain peran yang telah dilakukan dan tanpa disadari
anak mencoba menjawab pertanyaan tersebut, akan tetapi masih banyak anak
yang bingung terhadap tata cara bermain peran yang telah dijelaskan dan
dipraktekan oleh peneliti dikarenakan anak tidak pernah melakukan pembelajaran
dengan metode bermain peran.
Prasiklus dilakukan pada tanggal 5 dan 7 Maret 2019 yang dihadiri oleh
walikelas kelompok B dari pukul 08.00 sampai 10.30 WIB. Peneliti melihat
gambaran apa yang dilakukan oleh guru atau walikelas, diperoleh data tes
sebelum tindakan diambil dari cara anak melakukan kegiatan bermain peran
“Kantor Bank”. Hasil prasiklus tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
71
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Data Hasil Observasi Meningkatkan Nilai Moral dan Agama Melalui Kegiatan
Bermain Peran pada Prasiklus
Tabel 4.3
No Nama Siswa Nilai
ke-1
Nilai
ke-2
Skor
Nilai Ketuntasan
1 Almira 43 43 43 Tidak Tuntas
2 Alsabil 33 33 33 Tidak Tuntas
3 Alya Humairo 43 43 43 Tidak Tuntas
4 Attaya Khairunnisa 33 33 33 Tidak Tuntas
5 Azka Ramadhan 33 35 34 Tidak Tuntas
6 Bulan Pramespari Putri 33 33 33 Tidak Tuntas
7 Heri Kurniawan 35 40 38 Tidak Tuntas
8 Indah Purnama Sari 33 35 34 Tidak Tuntas
9 Indira Salsabilla 38 43 40 Tidak Tuntas
10 Marisa Olivia 33 33 33 Tidak Tuntas
11 Nabila Nurhalija 43 45 44 Tidak Tuntas
12 Naura Arzilla 38 45 41 Tidak Tuntas
13 Navisa Vebrianti 55 60 58 Tidak Tuntas
14 Nurin Hafizah 50 58 54 Tidak Tuntas
15 Ziva Zainuri 50 55 53 Tidak Tuntas
Jumlah 593 634 614 0
Nilai Rata-rata Siswa 40 42 40
Jumlah Siswa yang Berhasil 0
Persentase Keberhasilan Siswa 0%
Jumlah Siswa yang Belum Berhasil 15
Persentasi Siswa yang Belum Berhasil 100%
Data dari tabel di atas terlihat bahwa hasil bermain peran anak masih
sangat rendah. Jumlah siswa yang berhasil 0 atau 0% dari jumlah keseluruhan 15
72
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
anak, dan jumlah anak yang belum berhasil 15 atau 100% dari 15 anak yang ada
dikelompok B TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo.
Pada proses penanaman nilai moral dan agama dengan metode bermain
peran ini, peneliti mengamati anak-anak kurang fokus memperhatikan apa yang
dijelaskan dan dipraktekan oleh peneliti. Hal ini diperkirakan karena guru/peneliti
belum menggunakan media yang sesuai yang mudah untuk dilakukan anak.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, peneliti merasa perlu untuk
meningkatkan stimulasi penanaman nilai moral dan agama dengan metode
bermain peran. Untuk itu, peneliti berdiskusi untuk menentukan langkah
selanjutnya. Peneliti dan guru sepakat untuk melaksanakan tindakan pada hari
Selasa, tanggal 12 Maret 2019.
C. HASIL TEMUAN (TES SETIAP SIKLUS)
1. Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada hari senin, tanggal 11 Maret
2019 di TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo. Pada kesempatan tersebut,
peneliti berdiskusi dengan kepala sekolah dan guru kelas terutama hal-hal yang
akan dilakukan pada kegiatan pelaksanaan tindakan siklus I. Hal-hal yang
didiskusikan antara lain: (1) peneliti menyamakan persepsi dengan kepala sekolah
dan guru kelas mengenai penelitian yang akan dilakukan, (2) peneliti
mengusulkan penggunaan media seperti radio, televisi, telepon, telepon genggam
(terbuat dari kardus), Koran, perangko, dan amplop, (3) peneliti mengusulkan
perencanaan pembelajaran berupa SBP (Satuan Bidang Pengembangan) dan guru
menyetujui, (4) peneliti mengusulkan observasi sebagai instrumen pokok
penilaian penanaman nilai moral dan agama, (5) menentukan jadwal pelaksanaan
tindakan. Pada waktu diskusi disepakati bahwa peneliti sebagai pelaksana
tindakan dan kepala sekolah serta guru kelas membantu selama proses
pembelajaran dan sebagai observatory. Alokasi waktu di setiap pertemuan selama
45 menit. Adapun tindakan dalam siklus pertama akan dilaksanakan dalam 3 kali
pertemuan. Dimana pertemuan pertama pada hari Selasa tanggal 12 Maret 2019,
73
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
pertemuan kedua pada hari Rabu tanggal 13 Maret 2019 dan pertemuan ketiga
pada hari Kamis tanggal 14 Maret 2019.
Ada beberapa hal yang direncanakan pada siklus I, yaitu:
1) Peneliti mempersiapkan terlebih dahulu media yang akan digunakan yaitu
radio, televisi, telepon, telepon genggam (terbuat dari kardus), Koran,
perangko, dan amplop serta lem, pensil, kertas HVS, dan kotak surat.
2) Peneliti mengkondisikan atau mensetting ruang kepala sekolah menjadi
tempat pos-pos dalam bermain peran. Dimana peneliti sebagai pelaksana
tindakan dam kepala sekolah serta guru kelas sebagai pendamping
observator.
3) Peneliti membuka pembelajaran dengan salam, do‟a, dan menyanyikan lagu
“surat”.
4) Peneliti mengkomunikasikan aturan yang harus di patuhi selama kegiatan
bermain peran.
5) Peneliti menyebutkan judul bermain peran, menjelaskan dan mempraktekan
bagaimana tata cara bermain peran “Kantor Pos/Alat Komunikasi”.
6) Peneliti memulai menjelaskan dan mempraktekan tata cara bermain peran
“Kantor Pos/Alat Komunikasi”. Dalam kegiatan ini peneliti dibantu oleh
kepala sekolah dan guru kelas mengamati aktivitas anak selama mengikuti
kegiatan bermain peran terutama rentang moral dan agama yang akan
berkembang dalam bermain peran dan kemudian mencatatnya dalam
pedoman observasi.
7) Peneliti mengulas tata cara dalam bermain peran “Kantor Pos/Alat
Komunikasi”. Dalam kegiatan ini peneliti memberi kesempatan kepada anak
untuk bereksplorasi dan bertindak dengan bebas sesuai karakternya masing-
masing terutama dalam menghadapi pelanggan, penjual, pegawai kantor pos
maupun pengantar surat. Peneliti mencoba merangsang anak dengan
pertanyaan seperti bagaimana bersikap terhadap orang yang belum dikenal,
tata cara bertanya dengan orang yang belum dikenal maupun sabar dalam
mengantri pengiriman surat.
74
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
8) Kegiatan penutup berupa recolling atau mengulang kembali apa saja yang
dilakukan dalam proses bermain peran.
9) Peneliti menutup pembelajaran dengan lagu “Sentuhan Boleh, Sentuhan
Tidak Boleh”.
Secara umum proses pembelajaran pada siklus I seperti yang tersebut di
atas, akan tetapi pada tiap-tiap pertemuan peneliti memberi sedikit variasi dengan
tujuan untuk memberikan pengalaman yang baru kepada anak serta agar anak
didik tidak merasa bosan mengikuti pembelajaran dengan metode bermain peran.
Adapun variasi setiap pertemuan adalah sebagai berikut:
1) Pada pertemuan pertama, peneliti menggunakan yaitu radio, televisi,
telepon, telepon genggam (terbuat dari kardus), Koran, perangko, dan
amplop serta lem, pensil, kertas HVS, dan kotak surat. Kegiatan bermain
peran pada pertemuan pertama dilaksanakan didalam ruangan.
2) Pada pertemuan kedua, peneliti menggunakan media yang sama. Akan
tetapi, pada pertemuan kedua ini kegiatan bermain peran dilaksanakan diluar
ruangan.
3) Pada pertemuan ketiga peneliti masih menggunakan media yang sama. Akan
tertapi, pada pertemuan ketiga ini kegiatan bermain peran dilaksanakan
didalam ruangan kembali.
b. Pelaksanaan
Sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya, tindakan pada siklus I
dimulai pada hari Selasa tanggal 12 Maret 2019. Pembelajaran ini berlangsung
selama 45 menit yaitu dari pukul 08.30-09.15 dan berada di dalam ruangan
maupun diluar ruangan TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo.
Pada pertemuan pertama peneliti masuk kedalam ruangan yang telah
disepakati sebelumnya yaitu ruangan kepala sekolah/guru untuk melakukan
pembelajaran metode bermain peran. Peneliti membuka kegiatan dengan salam,
tepuk spirit, kemudian membaca do‟a sebelum memulai pelajaran serta
menyanyikan lagu “surat”. Adapun gambaran dialog yang terjadi antara peneliti
dan anak adalah sebagai berikut:
Peneliti : Assalamu‟alaikum Wr. Wb. Selamat pagi anak-anak.
75
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Anak-anak : Wa‟alaikumsalam Wr. Wb. Selamat pagi ibu..
Peneliti : Nah, anak-anak hari ini ibu faza mau mengajak kalian
untuk bermain peran, siapa yang pernah bermain peran?
Anak-anak : Saya.. saya.. saya bu faza.
Peneliti : Wah.. semuanya udah pernah bermain peran ya?
Alhamdulillah kalo semuanya sudah pernah bermain peran
yaa.. hari ini ibu mau mengajak kalian untuk bermain peran
dengan tema “Alat Komunikasi” dan subtemanya “Kantor
Pos”. siapa yang mau bermain peran?
Anak-anak : Saya bu, saya.. saya mau bermain pos..
Peneliti : Kalo begitu dengarin penjelasan ibu dan perhatikan apa
yang ibu lakukan agar kalian bisa bermain dengan baik
yaa….
Anak-anak : siap bu…
Setelah memberikan penjelasan di ruangan, peneliti didampingin kepala
sekolah dan guru kelas mengkondisikan tempat (pos-pos) bermain. Hal ini
bertujuan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aman dan nyaman serta
terjalin komunikasi antara anak-anak dan memudahkan anak untuk bermain.
Sebagai pembuka peneliti yang bertindak sebagai guru denga membuka
kegiatan dengan mengucapkan salam, berdo‟a, dan bernyanyi. Sebelum memulai
pembelajaran metode bermain peran, peneliti menyebutkan kosa kata yang
berkaitan dengan Tema dan Subtema pada hari ini seperti kantor pos, surat,
perangko, kotak surat, telepon genggam, radio, televise, telepon, Koran, faksmail.
Selanjutnya, peneliti memulai penjelasan dan tata cara bermain peran yang akan
dilakukan oleh anak dan anak dipersilahkan untuk bermain seperti yang telah
dijelaskan dan diberikan waktu bermain selama 20 menit. Setelah itu, peneliti
mengajak anak untuk mengulas apa saja yang terjadi selama proses bermain
peran.
Dalam kegiatan mengulas ini, peneliti memberi kebebasan terhadap anak
untuk berekspresi mengungkapkan apa saja yang terjadi selama proses bermain
peran. Dari kegiatan ini, peneliti, kepala sekolah dan guru kelas dapat melihat
76
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
moral dan agama anak yang ditunjukkan dalam sikapnya mengungkapkan dan
berekspresi dalam mengulas proses bermain peran ini. Anak-anak bertanya
kenapa kita harus mengantri saat didalam kantor pos, dan bukannya kita bisa
langsung saja memasuki surat kita kedalam kotak pos tanpa perlu mengantri. Pada
saat anak iniliah anak mulai mengalami pengembangan nilai-nilai moral yang
harus terbentuk dari sejak dini dengan berlaku sabar dalam mengantri dan anak-
anak yang lain mulai menanggapi dengan sendirinya apa dampak dan akibat dari
tidak menganti memasukkan surat ke kotak surat, yaitu akan terjadinya perebutan
dalam memasuki surat kedalam kotak surat. Disamping itu, peneliti juga dapat
melihat rentang penanaman nilai moral dan agama selama proses bermain peran
berlangsung. Peneliti juga dapat melihat anak-anak mulai mampu untuk berlaku
adil kepada temannya tanpa memandang hal lain, serta mengucapkan salam
kepada orang yang ditemuinya. Dari bermain peran ini, kita juga dapat melihat
anak bermain dengan imajinasinya dalam menghayati perannya sebagai orang
dewasa, pegawai kantor pos, penjual, konsumen, ataupun pengantar surat. Di
akhir pembelajaran, peneliti melakukan recolling, mengajukan pertanyaan seputar
bermain peran yang telah dilakukan dan apa saja yang boleh diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari serta apa saja yang tidak seharusnya diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman anak terhadapa pembelajaran metode bermain peran yang
disampaikan oleh peneliti atau guru. Dalam proses tersebut kolaborator kepala
sekolah dan guru kelas mencatat apa yang mulai berkembang dan apa yang belum
berkembang.
Paparan tersebut di atas merupakan proses pembelajaran pada siklus I
pertemuan pertama. Sebagaimana yang telah direncanakan, secara garis besar
proses pembelajaran seperti yang telah di sebutkan di atas. Pada setiap pertemuan
peneliti dan guru sepakat memberikan variasi agar anak-anak tidak merasa bosan
dan suasana ruangan lebih menyenangkan. Pada pertemuan kedua yakni
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 13 Maret 2019, peneliti mencoba
memvariasikan suasana ruangan dengan melakukan kegiatan bermain peran diluar
ruangan atau alam terbuka. Anak-anak sangat antusias mengikuti kegiatan
77
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
pembelajaran metode bermain peran diluar ruangan atau alam terbuka. Suasana
pembelajaran menjadi lebih kondusif, anak lebih aktif dalam bermain peran.
Untuk pertemuan ketiga berdasarkan kesepakatan dilaksanakan pada hari
Kamis tanggal 14 Maret 2019. Pada pertemuan ketiga ini kegiatan bermain peran
kembali dilakukan di dalam ruangan. Antusia anak dalam mengikuti kegiatan
bermain peran pada pertemuan ketiga ini tidak menunjukkan peningkatan
kreativitas yang signifikan.
c. Observasi
Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran khususnya di ruang
kepala sekolah. Observasi dilakukan untuk mengetahui peningkatan nilai moral
dan agama anak selama mengikuti kegiatan bermain peran. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan peneliti, kepala sekolah dan guru kelas, diperoleh
hasil sebagai berikut: (1) pada pertemuan pertama anak-anak masih merasa asing
dengan proses pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran, (2)
pada pertemuan kedua anak-anak sangat antusias mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan metode bermain peran, (3) pada pertemuan ketiga anak-anak mulai
merasa bosan terhadap proses pembelajaran karena penggunaan media dan cerita
yang sama, (4) konsentrasi anak terhadap proses pembelajaran metode bermain
peran mulai mengalami peningkatan karena mereka sebelumnya masih merasa
asing dengan metode tersebut bagaimana tata cara bermain peran dan setelah
melakukan berulang-ulang mereka mulai mengetahui tata cara bermainnya, (5)
kurangnya mendapat motivasi ataupun rewads dari peneliti atas perilaku yang
baik.
Berdasarkan hasil observasi yang merupakan gambaran aktivitas anak
selama proses pembelajaran berlangsung secara keseluruhan aktivitas anak dalam
proses pembelajaran belum berlangsung optimal, hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
78
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Data Hasil Observasi Penanaman Nilai Moral dan Agama Melalui Kegiatan
Bermain Peran Pada Siklus I
Tabel 4.4
No Nama Siswa Nilai
Ke-1
Nilai
Ke-2
Nilai
Ke-3
Nilai
Siklus I Ketuntasan
1 Almira 48 50 53 50 Tidak Tuntas
2 Alsabil 33 40 40 38 Tidak Tuntas
3 Alya Humairo 45 55 55 52 Tidak Tuntas
4 Attaya Khairunnisa 38 38 43 40 Tidak Tuntas
5 Azka Ramadhan 35 40 43 39 Tidak Tuntas
6 Bulan Pramespari Putri 33 40 43 39 Tidak Tuntas
7 Heri Kurniawan 48 48 55 50 Tidak Tuntas
8 Indah Purnama Sari 40 48 53 47 Tidak Tuntas
9 Indira Salsabilla 53 58 60 57 Tidak Tuntas
10 Marisa Olivia 35 38 43 39 Tidak Tuntas
11 Nabila Nurhalija 53 60 63 59 Tidak Tuntas
12 Naura Arzilla 55 63 65 61 Tuntas
13 Navisa Vebrianti 65 70 75 70 Tuntas
14 Nurin Hafizah 63 68 70 67 Tuntas
15 Ziva Zainuri 58 63 65 62 Tuntas
Jumlah 702 779 826 770 4
Nilai Rata-rata Siswa 47 52 55 51,3
Jumlah Siswa yang Berhasil 4
Persentase Keberhasilan Siswa 26,7%
Jumlah Siswa yang Belum Berhasil 11
Persentasi Siswa yang Belum Berhasil 73,3%
Dari tabel diatas terlihat adanya peningkatan pengembangan nilai moral dan
agama melalui kegiatan bermain peran. Hal ini terlihat dari meningkatnya nilai
79
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
rata-rata yang diperoleh anak pada siklus I yaitu 61,3 jumlah anak yang berhasil 4
anak atau 26,7% dari 15 jumlah anak keseluruhan dan anak yang belum berhasil
sebanyak 11 anak atau 73,3% dari 15 jumlah anak keseluruhan. Artinya, tindakan
yang diberikan pada siklus I sudah dapat mengembangkan nilai moral dan agama
melalui kegiatan bermain peran, namun peneliti kembali menguji tingkat
keberhasilan siswa dengan melanjutkan kepada siklus II untuk memperkuat atau
meyakini bahwa kegiatan bermain peran mampu mengembangkan nilai moral dan
agama anak kelompok B TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo, ini
dikarenakan pada siklus I menunjukkan kemajuan. Oleh karena itu peneliti
melanjutkan tindakan ke siklus II.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru melakukan analisis
terhadap proses pembelajaran dan pengembangan nilai moral dan agama pada
anak usia dini. Analisis ini dilakukan oleh kepala sekolah, guru kelas, dan peneliti
dengan cara berdiskusi, mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilalui,
serta melihat kekurangan-kekurangan yang ada. Selain itu, kepala sekolah, guru
dan peneliti juga berpedoman pada hasil observasi pengembangan nilai moral dan
agama melalui pedoman observasi.
Adapun hasil analisis tersebut menunjukkan 1) pada pertemuan pertama
anak-anak masih merasa asing dengan proses pembelajaran dengan menggunakan
metode bermain peran, (2) pada pertemuan kedua anak-anak sangat antusias
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran, (3) pada
pertemuan ketiga anak-anak mulai merasa bosan terhadap proses pembelajaran
karena penggunaan media dan cerita yang sama, (4) konsentrasi anak terhadap
proses pembelajaran metode bermain peran mulai mengalami peningkatan karena
mereka sebelumnya masih merasa asing dengan metode tersebut bagaimana tata
cara bermain peran dan setelah melakukan berulang-ulang mereka mulai
mengetahui tata cara bermainnya, (5) kurangnya mendapat motivasi ataupun
rewads dari peneliti atas perilaku yang baik, (6) sudah ada peningkatan terhadap
pengembangan nilai moral dan agama anak jika dibandingkan dengan nilai moral
80
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
dan agama sebelum tindakan, akan tetapi hasil tersebut belum maksimal dan
memuaskan, itu berarti bahwa peneliti dan guru perlu memperbaiki proses
pembelajaran, (7) nilai moral dan agama anak dalam satu kelas masih belum
merata, ada anak yang nilai moral dan agamanya sudah ada akan tetapi ada juga
yang masih rendah. Dari hasil analisis tersebut peneliti dan guru merasa bahwa
hasil penelitian ini belum maksimal. Oleh sebab itu, peneliti dan guru membuat
perencanaan untuk tindakan pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Proses pengembangan nilai moral dan agama anak melalui kegiatan bermain
peran yang telah dilakukan pada siklus I pada umumnya cukup baik, tetapi belum
memuaskan. Masih ada anak yang kurang memperhatikan dan pengembangan
nilai moral dan agama juga kurang memuaskan. Untuk mengatasi kekurangan
pada siklus I, maka hari Jumat tanggal 15 Maret 2019 peneliti, kepada sekolah,
dan guru merencanakan tindakan pada siklus II. Siklus II ini direncanakan
dilakukan dalam 3 pertemuan yaitu pertemuan pertama pada hari Senin tanggal 18
Maret 2019, pertemuan kedua pada hari Selasa tanggal 19 Maret 2019 dan
pertemuan ketiga pada hari Rabu tanggal 20 Maret 2019.
Setelah melakukan diskusi, akhirnya peneliti, kepala sekolah dan guru kelas
menyepakati beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dalam meningkatkan
pengembangan nilai moral dan agama melalui kegiatan bermain peran. Hal-hal
tersebut yaitu: (1) peneliti memaksimalkan tindakan yaitu lebih berinteraksi
dengan anak didik, memberikan motivasi dan memberi penguatan berupa rewads
seperti very good, (2) untuk mengatasi kebosanan anak terhadap satu tema dan
subtema, maka peneliti, kepala sekolah dan guru berencana untuk mengganti tema
dan subtema yang semulanya tema “Alat Komunikasi” dan subtema “Kantor
Pos/Alat Komunikasi” menjadi tema “Alam Semesta” dan subtema “Macam-
macam Gejala Alam”, (3) peneliti memberi tambahan alokasi waktu agar anak
mempunyai banyak waktu utnuk bereksplorasi.
81
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Adapun urutan tindakan yang direncanakan diterapkan pada siklus II adalah
sebagai berikut:
1) Peneliti mempersiapkan terlebih dahulu media yang akan digunakan yaitu
botol minum, alat perlengkapa dokter mainan, kertas karton, soda kue,
garam, pewarna makanan, air, rinso, dan playdough (yang terbuat dari
tepung terigu, air, dan minyak sayur).
2) Peneliti mengkondisikan atau mensetting ruang kepala sekolah menjadi
tempat pos-pos dalam bermain peran. Dimana peneliti sebagai pelaksana
tindakan dam kepala sekolah serta guru kelas sebagai pendamping
observator.
3) Peneliti membuka pembelajaran dengan salam, do‟a, dan menyanyikan lagu
“senang hati”.
4) Peneliti mengkomunikasikan aturan yang harus di patuhi selama kegiatan
bermain peran.
5) Peneliti menyebutkan judul bermain peran, menjelaskan dan mempraktekan
bagaimana tata cara bermain peran “Macam-macam Gejala Alam”.
6) Peneliti memulai menjelaskan dan mempraktekan tata cara bermain peran
“Macam-macam Gejala Alam”. Dalam kegiatan ini peneliti dibantu oleh
kepala sekolah dan guru kelas mengamati aktivitas anak selama mengikuti
kegiatan bermain peran terutama rentang moral dan agama yang akan
berkembang dalam bermain peran dan kemudian mencatatnya dalam
pedoman observasi.
7) Peneliti mengulas tata cara dalam bermain peran “Macam-macam Gejala
Alam”. Dalam kegiatan ini peneliti memberi kesempatan kepada anak untuk
bereksplorasi dan bertindak dengan bebas sesuai karakternya masing-
masing terutama dalam menghadapi musibah, korban bencana alam, tenaga
medis maupun relawan bencana alam. Peneliti mencoba merangsang anak
dengan pertanyaan seperti bagaimana bersikap terhadap korban bencana
alam, sebagai seorang tenaga medis, relawan psikologi, dan sabar
menhadapi cobaan atas musibah yang terjadi.
82
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
8) Kegiatan penutup berupa recolling atau mengulang kembali apa saja yang
dilakukan dalam proses bermain peran.
9) Peneliti menutup pembelajaran dengan lagu “Sentuhan Boleh, Sentuhan
Tidak Boleh”.
Secara umum, prosedur pembelajaran siklus II diatas tersebut sama seperti
proses pembelajaran pada siklus I, setiap pertemuan pada siklus II ini juga diberi
sedikit variasi agar anak tidak mengalami kebosanan dan suasana lebih
menyenangkan. Adapun variasi setiap pertemuan yaitu kegiatan dilakukan diluar
ruangan dan didalam ruangan, memberi motivasi/rewads pada anak agar dapat
mengembangkan nilai moral dan agama, konsentrasi atau rentang perhatian anak
terhadap apa yang dijelaskan dan dipraktekkan peneliti/guru menjadi lebih focus,
merangsang anak dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kejadian yang terjadi
selama bermain peran sehingga anak dapat menumbuhkan nilai moral dan agama
yang didapat dari jawaban-jawabannya, dan berkembang imajinasinya sehingga
dapat menstimulasi karakter yang sesuai pada anak usia dini.
b. Pelaksanaan
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, maka peneliti, kepala sekolah,
dan guru kelas melaksanakan siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II
dimulai pada hari Senin tanggal 18 Maret 2019 di luar ruangan TK Al-Barokah
Kecamatan Alam Barajo. Pembelajaran berlangsung selama 60 menit yaitu pukul
08.30-09.30 dan dilaksaksanak diluar ruangan.
Pada pertemuan pertama, peneliti mengajak anak-anak ke alam terbuka
yaitu halaman TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo untuk melakukan
pembelajaran metode bermain peran . Peneliti membuka kegiatan dengan salam,
tepuk spirit, kemudian membaca do‟a sebelum memulai pelajaran serta
menyanyikan lagu “Kebunku”. Adapun gambaran dialog yang terjadi antara
peneliti dan anak adalah sebagai berikut:
Peneliti : Assalamu‟alaikum Wr. Wb. Selamat pagi anak-anak.
Anak-anak : Wa‟alaikumsalam Wr. Wb. Selamat pagi ibu..
Peneliti : Nah, anak-anak hari ini ibu faza mau mengajak kalian
untuk bermain peran, kira-kira sekarang tentang apa yaa?
83
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Anak-anak : Kantor Pos lagi bu?.
Peneliti : Kan sudah kalo kantor pos, sekarang kita akan bermain
peran tentang “Macam-macam Gejala Alam”. Coba siapa
yang tau macam-macam gejala alam yang pernah terjadi?
Anak-anak : Gunung Meletus, banjir, longsor, putting beliung
Peneliti : Benar sekali.. mau mulai bermain? Kalo begitu dengarin
penjelasan ibu dan perhatikan apa yang ibu lakukan agar
kalian bisa bermain dengan baik yaa….
Anak-anak : siap bu…
Setelah memberikan penjelasan diluar ruangan, peneliti yang didampingi
kepala sekolah dan guru kelas mengkondisikan tempat tempat (pos-pos) bermain.
Hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aman dan
nyaman serta terjalin komunikasi antara anak-anak dan memudahkan anak untuk
bermain secara menyeluruh.
Sebagai pembuka peneliti yang bertindak sebagai guru denga membuka
kegiatan dengan mengucapkan salam, berdo‟a, dan bernyanyi. Sebelum memulai
pembelajaran metode bermain peran, peneliti menyebutkan kosa kata yang
berkaitan dengan Tema dan Subtema pada hari ini seperti gunung meletus, banjir,
longsor, tsunami, dan agin putting beliung. Selanjutnya, peneliti memulai
penjelasan dan tata cara bermain peran yang akan dilakukan oleh anak dan anak
dipersilahkan untuk bermain seperti yang telah dijelaskan dan diberikan waktu
bermain selama 35 menit. Setelah itu, peneliti mengajak anak untuk mengulas apa
saja yang terjadi selama proses bermain peran.
Dalam kegiatan mengulas ini, peneliti memberi kebebasan terhadap anak
untuk berekspresi mengungkapkan apa saja yang terjadi selama proses bermain
peran. Dari kegiatan ini, peneliti, kepala sekolah dan guru kelas dapat melihat
moral dan agama anak yang ditunjukkan dalam sikapnya mengungkapkan dan
berekspresi dalam mengulas proses bermain peran ini. Anak-anak bertanya
kenapa kita harus menolong korban bencana alam, dan bukannya ada orang-orang
lain yang akan menolong mereka seperti pemadam kebakaran. Pada saat anak
iniliah anak mulai mengalami pengembangan nilai-nilai moral yang harus
84
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
terbentuk dari sejak dini dengan memiliki sikap peduli terhadap lingkungan
sekitarnya memiliki rasa empati dan simpati serta mulai menanggapi dengan
sendirinya apa dampak dan akibat dari tidak peduli terhadap lingkungan sekitar
dan tidak memiliki sikap empati dan simpati. Disamping itu, peneliti juga dapat
melihat rentang penanaman nilai moral dan agama selama proses bermain peran
berlangsung. Peneliti juga dapat melihat anak-anak mulai mampu untuk berlaku
adil kepada temannya tanpa memandang hal lain, serta menolong orang lain tanpa
peduli hal lain dari dasar empati dan simpati. Dari bermain peran ini, kita juga
dapat melihat anak bermain dengan imajinasinya dalam menghayati perannya
sebagai orang dewasa, korban bencana alam, tenaga medis, relawan psikolog,
maupun masyarakt biasa. Di akhir pembelajaran, peneliti melakukan recolling,
mengajukan pertanyaan seputar bermain peran yang telah dilakukan dan apa saja
yang boleh diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta apa saja yang tidak
seharusnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman anak terhadapa pembelajaran metode
bermain peran yang disampaikan oleh peneliti atau guru. Dalam proses tersebut
kolaborator kepala sekolah dan guru kelas mencatat apa yang mulai berkembang
dan apa yang belum berkembang.
Paparan tersebut di atas merupakan proses pembelajaran pada siklus II
pertemuan pertama. Sebagaimana yang telah direncanakan, secara garis besar
proses pembelajaran seperti yang telah di sebutkan di atas. Pada setiap pertemuan
peneliti dan guru sepakat memberikan variasi agar anak-anak tidak merasa bosan
dan suasana ruangan lebih menyenangkan. Pada pertemuan kedua yakni
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 19 Maret 2019, peneliti mencoba
memvariasikan suasana ruangan dengan melakukan kegiatan bermain peran
didalam ruangan atau ruang kepala sekolah dan guru. Anak-anak sangat antusias
mengikuti kegiatan pembelajaran metode bermain peran didalam ruangan.
Suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif, anak lebih aktif dalam bermain
peran.
Untuk pertemuan ketiga berdasarkan kesepakatan dilaksanakan pada hari
Rabu tanggal 20 Maret 2019. Pada pertemuan ketiga ini kegiatan bermain peran
85
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
kembali dilakukan di luar ruangan atau alam terbuka. Antusia anak dalam
mengikuti kegiatan bermain peran pada pertemuan ketiga ini masih sangat baik
dan makin bertambah ketika peneliti menggunakan rewads “Alhamdulillah baik
sekali”, “MashaAllah sholeh/sholehah sekali” anak makin terlibat aktif dalam
proses pembelajaran. Konsentrasi anak terhadap jalannya cerita bermain peran
makin bertambah, perbendahaan kata yang dimiliki anak semakin banyak,
imajinasi anak makin berkembang, dan keberanian untuk mempunyai sikap yang
penolong dan ringan tangan tidak lagi menunggu perintah peneliti, kemampuan
anak dalam bermain pun semakin mahir. Anak-anak berlomba untuk mendapatkan
rewads dari peneliti.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran diruang
kepala sekolah dan ruang guru. Pada siklus II ini peneliti dan dibantu oleh
kolaborator melakukan pengamatan terhadap peningkatan pengembangan nilai
moral dan agama anak dalam mengikuti pembelajaran. Observasi dilakukan untuk
membandingkan peningkatan nilai moral dan agama antara pra siklus, siklus I dan
siklus II.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, kepala sekolah dan
guru kelas, maka diperoleh hasil sebagai berikut: (1) setelah melakukan kegiatan
bermain peran dengan cerita atau tema dan subtema yang berbeda, anak menjadi
lebih antusias dan aktif dalam bermain peran, (2) setelah diberikan motivasi, anak-
anak menjadi aktif untuk menghayati perannya tanpa menunggu perintah dari
peneliti, (3) terjadi peningkatan pengembangan nilai moral dan agama yang sangat
memuaskan pada siklus II.
Berdasarkan hasil observasi yang merupakan gambaran aktivitas anak
selama proses pembelajaran berlangsung secara keseluruhan aktivitas anak dalam
proses pembelajaran belum berlangsung optimal, hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
86
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Data Hasil Observasi Penanaman Nilai Moral dan Agama Melalui Kegiatan
Bermain Peran Pada Siklus II
Tabel 4.5
No Nama Siswa Nilai
Ke-1
Nilai
Ke-2
Nilai
Ke-3
Nilai
Siklus I Ketuntasan
1 Almira 60 70 75 68 Tuntas
2 Alsabil 40 43 45 43 Tidak Tuntas
3 Alya Humairo 60 63 65 63 Tuntas
4 Attaya Khairunnisa 45 50 53 49 Tidak Tuntas
5 Azka Ramadhan 43 45 55 48 Tidak Tuntas
6 Bulan Pramespari Putri 53 60 70 61 Tuntas
7 Heri Kurniawan 63 73 78 71 Tuntas
8 Indah Purnama Sari 60 68 70 66 Tuntas
9 Indira Salsabilla 65 70 78 71 Tuntas
10 Marisa Olivia 43 45 48 45 Tidak Tuntas
11 Nabila Nurhalija 70 73 78 74 Tuntas
12 Naura Arzilla 73 75 75 74 Tuntas
13 Navisa Vebrianti 78 78 80 79 Tuntas
14 Nurin Hafizah 80 80 83 81 Tuntas
15 Ziva Zainuri 70 73 75 73 Tuntas
Jumlah 903 966 1028 966 11
Nilai Rata-rata Siswa 60 64 68,5 64,4
Jumlah Siswa yang Berhasil 11
Persentase Keberhasilan Siswa 73,3%
Jumlah Siswa yang Belum Berhasil 4
Persentasi Siswa yang Belum Berhasil 26,7%
Dari tabel diatas terlihat adanya peningkatan pengembangan nilai moral dan
agama melalui kegiatan bermain peran. Hal ini terlihat dari meningkatnya nilai
rata-rata yang diperoleh anak pada siklus II yaitu 64,4 jumlah anak yang berhasil
87
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
11 anak atau 73,3% dari 15 jumlah anak keseluruhan dan anak yang belum
berhasil sebanyak 4 anak atau 26,7% dari 15 jumlah anak keseluruhan. Artinya,
tindakan yang diberikan pada siklus II sudah dapat mengembangkan nilai moral
dan agama melalui kegiatan bermain peran. Penelitian ini dikatakan berhasil
apabila nilai rata-rata siswa mencapai Tingkat Capaian Perkembangan yang telah
ditentukan yaitu 65% Artinya siswa yang tuntas dalam tindakan siklus II lebih
tinggi dari persentasinya dibandingkan dengan siklus I.
d. Refleksi
Proses pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah baik. Kelemahan yang ada
pada siklus I dapat teratasi dengan baik. Hal ini menunjukkan pengembangan nilai
moral dan agama anak melalui kegiatan bermain peran mengalami peningkatan.
Peningkatan kreativitas ini terlihat dari tercapainya indikator yang ditetapkan,
seperti peningkatan pengembangan nilai moral dan agama anak yang mencapai
73.3%, antusiasme anak yang meningkat serta perharian dan konsentrasi anak
dalam pembelajaran juga membaik. Peneliti dengan dibantu kolaborator telah
berhasil meningkatkan pengembangan nilai moral dan agama pada anak serta
perhatian dan konsentrasi anak dalam proses pembelajaran.
Adapun masih ditemukannya satu atau dua anak yang kurang
memperhatikan dan menghayati perannya, peneliti tidak menjadi masalah dalam
proses pembelajaran, karena kita tahu bahwa karakteristik, kemampuan, dan daya
tangkap anak didik itu beraneka ragam. Nilai moral dan agama pada kelompok B
TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo semester II tahun 2018-2019 telah
mengalami peningkatan sebesar 73.3% atau 11 anak dari 15 anak.
D. PEMBAHASAN
Berikut ini kondisi akhir hasil belajar anak didik yang diperoleh dalam
pembelajaran melalui kegiatan bermain peran
88
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Hasil Kegiatan Bermain Peran Pada Setiap Siklus (Pra-Siklus, Siklus I dan II)
Tabel 4.6
No Variabel yang Diamati Jumlah dan Persentase
Pra-Siklus Siklus I Siklus II
1 Nilai rata-rata 40 51,3 64,4
2 Banyak anak yang telah berhasil
dalam kegiatan bermain peran
0 dari 15
anak
4 dari 15
anak
11 dari 15
anak
3
Banyak anak yang belum berhasil
melakukan kegiatan bermain
peran
15 dari 15
anak
11 dari 15
anak
4 dari 15
anak
4
Persentase anak yang telah
berhasil melakukan kegiatan
bermain peran
0% 26,7% 73,3%
5
Persentase anak yang belum
berhasil melakukan kegiatan
bermain peran
100% 73,3% 26,7%
Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam grafik pada gambai beriku ini:
Grafik persentase siswa yang telah berhasil dalam kegiatan bermain peran
Gambar 4.1
0
10
20
30
40
50
60
70
Pra-Siklus Siklus I Siklus II
Axi
s Ti
tle
Axis Title
Pertemuan Pertama
Pertemuan Kedua
Pertemuan Ketiga
89
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Berdasarkan analisa hasil kegiatan siswa dengen penerapan kegiatan
bermain peran, dapat terlihat hasil yang dicapai siswa meningkat. Hal ini
menunjukkan bahwa penyampaian pembelajaran melalui kegiatan bermain peran
yang dilakukan dapat meningkatkan kemapuan nilai moral dan agama pada anak.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat perubahan nilai rata-rata dari siklus I
sampai ke tindakan siklus II. Hal ini disebabkan karena pada siklus I masih ada
anak yang belum mengetahui cara bermain peran dan ada juga yang belum
memperhatikan penjelasan dari peneliti atau guru saat peneliti memberikan contoh
bermain peran.
Dari tabel 4.6 terlihat bahwa hasil belajar tiap siklusnya semakin meningkat.
Pada siklus I nilai rata-rata 51,3 pada siklus II nilai rata-rata 64,4 begitu juga
persentase siswa yang berhasil dalam pembelajaran tiap siklusnya juga meningkat,
dapat dikatakan bahwa pada pra siklus 0% anak, pada siklus I 26,7% anak, dan
pada siklus II 73,3% anak dari 15 jumlah keseluruhan anak yang mengikuti
pembelajaran kegiatan bermain peran.
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, anak telah mencapai Tingkat Capaian
Perkembangan (TCP), sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan kegiatan
bermain peran dapat meningkatkan pengembangan nilai moral dan agama pada
anak usia 5-6 tahun di TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi.
90
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan menggunakan metode bermain perlan dapat
meningkatkan pengembangan nilai moral dan agama pada anak usia dini.
Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan persentase nilai moral dan
agama dari sebelum tindakan sampai dengan siklus II yakni sebelum
tindakan nilai moral dan agama anak sebesar 0% dari 15 anak, peningkatan
nilai moral dan agama pada siklus I mencapai 26,7% atau 4 anak dari 15
anak dan peningkatan nilai moral dan agama pada siklus II mencapai 73,3%
atau 11 anak dari 15 anak. Oleh karena itu, bermain peran merupakan
metode yang efektif untuk meningkatkan pengembangan nilai moral dan
agama pada anak usia dini. Hal ini karena metode bermain peran
merangsang anak untuk berpikir kreatif, perhatian anak terhadap proses
pembelajaran makin panjang, anak mampu mengorganisasikan kemampuan
diri atau melatih kepercayaan diri pada anak, merangsang imajinasi anak.
2. Metode pendukung mempunyai peranan sangat penting dalam peningkatan
pengembangan nilai moral dan agama melalui metode bermain peran.
Dalam hal ini, metode pendukung yakni pemberian waktu untuk
mengeksplor kemampuan diri dan pemberian rewards “Alhamdulillah baik
sekali”, “MashaAllah sholeh/sholehah sekali” membantu meminimalkan
permasalahan yang dihadapi pada saat pembelajaran serta memotivasi anak
untuk aktif dalam proses pembelajaran.
B. SARAN
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah diuraikan di atas,
maka dalam usaha untuk meningkatkan pengembangan nilai moral dan agama
anak usia dini melalui metode bermain peran diajukan sejumlah saran. Saran
tersebut ditujukan kepada kepala sekolah, guru kelas dan peneliti berikutnya.
91
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
1. Kepada Kepala Sekolah
a. Kepala sekolah dapat menjadi motor penggerak dalam perbaikan terhadap
proses pembelajaran. Kepala sekolah sebaiknya menjaga hubungan baik
antara kepala sekolah dan guru melalui kerja kolaborasi.
b. Pihak sekolah seharusnya dapat menciptakan kondisi belajar yang memadai
dengan memperhatikan fasilitas dan sarana prasarana sekolah yang
menunjang dalam pembelajaran khususnya pembelajaran dengan metode
bermain peran seperti penyediaan media dan alat-alat pembelajaran yang
lain. Kepala sekolah perlu dan dapat melakukan pemantauan proses
pembelajaran dikelas.
2. Kepada Guru Kelas yang lain
a. Mengoptimalkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
bermain peran, menyenangkan dan bervariasi agar dapat membuat anak
berminat dan antusia terhadap proses pembelajaran.
b. Guru kelas yang lain hendaknya melakukan pendekatan secara emosional
terhadap anak, agar anak tidak merasa minder, takut dan selalu siap dalam
mengeluarkan ide atau gagasannya terutama dalam bermain peran. Apabila
pembelajaran menggunakan metode bermain peran hendaklah menggunakan
metode pendukung seperti permainan, dan sebagaimana sehingga lebih
memotivasi dan merangsang anak untuk mengembangkan nilai moral dan
agama.
c. Materi yang diberikan kepada anak hendaklah sesuai dengan konteks
kehidupan anak, gambar yang menarik, kata-kata yang sederhana,
penyampaian yang jelas dan menarik sehingga akan merangsang anak untuk
ikut menghayati perannya dalam bermain peran.
3. Kepada Peneliti Berikutnya
Peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian yang serupa dengan
penelitian ini, tetapi dalam materi dan pendekatan yang berbeda.
92
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR PUSTAKA
Lickona, Thomas. 2012. Educating For Character. Jakarta: Bumi Aksara.
Al-Bugha, Musthafa, Dkk. 2017. Alwafi Hadist Arbain Imam Nawawi: Pokok-
pokok Ajaran Islam. Damaskus: Dar Ibn Katsir.
Helmawati. 2016. Pendidik Sebagai Model: Menjadikan Anak Sehat, Beriman,
Cerdas dan Berakhlak Mulia. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Alwi, Hasan, Dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Pustaka.
Koesoema, Doni. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global. Jakarta: Grasindo.
Najib, Novan Ardy, Sholichin. 2016. Manajemen Startegik Pendidikan Karakter
Bagi Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava Media.
Tobroni, Dkk. 2018. Memperbincagkan Pemikiran Pendidikan Islam: Dari
Substantif Hingga Konsep Aktual. Jakarta: Prenadamedia Group.
Suryana, Dadan. 2018. Pendidikan Anak Usia Dini: Stimulasi dan Aspek
Perkembangan Anak. Jakarta: Prenadamedia Group.
Erhamwilda. 2018. Psikologi Belajar Islami: Dilengkapi dengan Pendidikan Seks
bagi Anak-anak Usia Dini. Yogyakarta: Psikosain.
„Ulwan, Abdullah Nashih. 2017. Pendidikan Anak Dalam Islam. Solo: Insan
Kamil.
Latif, Mukhtar, Dkk. 2014. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini: Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Fauziddin, Muhammad. 2015. Pembelajaran PAUD: Bermain, Cerita, dan
Menyanyi Secara Islami. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Diana, Mutiah. 2013. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada Putra
Utama.
Mursid. 2015. Belajar dan Pembelajaran PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014.
Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini Nomor 137. Jakarta,
Indonesia.
93
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Yusria (2016). Peningkatan Kecakapan Personal Melalui Pembelajaran
Kontekstual . Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 10 Edisi
2, November 2016. Di Akses Melalui
https://doi.org/10.21009/JPUD.102
Ananda, Rizki. 2017. Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama Pada Anak Usia
Dini. Di Akses Melalui https://obsesi.or.id
Satibi, Otib. 2014. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama. Di
Akses Melalui http://repository.ut.ac.id/4689/2/PAUD4102-
TM.pdf
Permono, Hendarti. 2013. Peran Orangtua dalam Optimalisasi Tumbuh Kembang
Anak untuk Membangun Karakter Anak Usia Dini. Di Akses
Melalui https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/3994
Wibawa, Sutrisna. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Di Akses Melalui
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131570315/pengabdian/penelitian-
tindakan-kelas-plpg2012.pdf
Madya, Suwarsih. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Di Akses Melalui
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/31800469/PT
K.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expir
es=1558008679&Signature=QacVAJ2d2uLdeIPgiJj0niCx2dw%3
D&response-content-
disposition=inline%3B%20filename%3DPENELITIAN_TINDAK
AN_KELAS_Oleh_Prof._Dr..pdf
94
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
WAWANCARA SEBELUM TINDAKAN (PRA-SIKLUS)
Peneliti : Assalamu‟alaikum ibu, maaf mengganggu waktunya, bisakah
saya melakukan wawancara sedikit kepada ibu?
Guru Kelas : Wa‟alaikumsalam, ohya.. silahkan wawancara saya, saya akan
menjawab sesuai dengan kemampuan dan pengalaman saya..
Peneliti : Kalau menurut ibu, bermain peran itu apa sih?
Guru Kelas : Metode bermain peran ya.. bermain itu ya bermain pura-pura
seperti artis sinetron yang acting dalam memerangkan suatu tokoh tertentu, Cuma
bedanya kan acting anak-anak itu untuk meningkatkan perkembangan anak
dengan metode bermain peran.
Peneliti : Adakah ibu pernah mengikuti seminar atau pelatihan tentang
metode bermain sebelumnya?
Guru kelas : Kalau mengikuti seminar atau pelatihan itu lumayan sering, tetapi
kalau seminar khusus tentang metode bermain peran itu sendiri belum pernah, tapi
setiap pelatihan atau seminar pasti berkaitan dengan metode bermain peran,
kurang lebih tahu mengenai metode bermain peran itu sendiri.
Peneliti : Pernahkan metode bermain peran diterapkan selama proses
pembelajaran berlangsung?
Guru kelas : Kalau ditanya pernah diterapkan atau belum ya jawabannya
belum, karena kita sendiri kekurangan fasilitas untuk melakukan metode tersebut,
ditambah lagi permintaan orang tua untuk lebih focus kepada proses persiapan
untuk memasuki jenjang selanjutnya (SD).
Peneliti : Kira-kira nih, kalau ibu berkesempatan melakukan metode
pembelajaran bermain peran, ibu akan mengambil cerita tentang apa?
95
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Guru kelas : Tidak terlalu susah untuk memilih cerita, cukup ikuti tema dan
subtema yang ada saja. Jadi lebih sinkron dengan pelajaran sebelumnya.
Peneliti : Pertanyaan terakhir ini kayanya bu, kalau menurut ibu sendiri,
apakah metode bermain peran itu bermanfaat untuk anak? Atau Cuma sekedar
main-main saja?
Guru kelas : kalau ditanya bermanfaat atau tidaknya, ya pasti setiap kegiatan
pasti mempunyai manfaat masing-masing terhadap perkembangan anak, apalagi
metode bermain peran, selain menyenangkan bagi anak juga meningkatkan
perkembangan yang seharusnya berkembang.
Peneliti : Oke, terima kasih banyak bu atas semua tanggapan yang baik
yang telah ibu berikan kepada saya.
96
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
WAWANCARA SETELAH TINDAKAN (SIKLUS)
Peneliti : Assalamu‟alaikum bu, maaf sebelumnya saya ingin melakukan
wawancara lagi setelah melakukan beberapa kali kegiatan bermain peran tersebut.
Guru kelas : Wa‟alaikumsalam.. ohya silahkan..
Peneliti : Setelah melakukan beberapa kali kegiatan bermain peran,
menurut ibu bagaimana respon anak-anak terhadap kegiatan tersebut?
Guru kelas : Dari yang saya lihat, anak-anak lebih antusias terhadap kegiatan
tersebut, walaupun sedikit sulit untuk anak beradaptasi terhadap kegiatan tersebut
tapi setelah melakukan kegiatan ini berulang-ulang anak-anak jadi lebih tahu
bagaimana harus bersikap atau berperan dalam karakternya masing-masing.
Pantas saja anak-anak kebingungan, karena mereka sebelumnya belum pernah
melakukan kegiatan bermain peran yang diarahkan oleh guru langsung.
Peneliti : Menurut ibu, apakah kegiatan bermain peran tersebut dapat
menigkatkan nilai moral dan agama pada anak?
Guru kelas : Kalau dari yang saya lihat, anak-anak jadi lebih peduli dari yang
awalnya cuek-cuek dan egois, lama kelamaan anak jadi punya simpati tersendiri
walaupun tidak diucapkan tapi melalui tindakan yang dilakukan anak tersebut.
Seperti contohnya humairo itu, dia anak yang pendiam dan susah sekali untuk
berbicara akan tetapi dia memiliki sikap simpati dan empati yang tinggi terhadap
temannya walaupun gayanya gaya dia sendiri.. heehe..
Peneliti : Oke terima kasih bu, tanggapan ibu sangat membantu sekali
dalam penelitian saya..
Guru kelas : Sama-sama, sayan hanya membantu seadanya…
97
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DOKUMENTASI
98
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
99
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
100
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
101
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
102
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
103
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
No Nama Tindakan
No Item
Jumlah 9,
10
4,
10
5,
9
5,
9
5,
9
6,
9
1,
7 3 11 2, 8
1 Almira
Pra-Siklus
Pertemuan 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 17
Prasiklus
Pertemuan 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 17
Siklus I
Pertemuan 1 2 1 1 2 2 3 2 2 2 2 19
Siklus I
Pertemuan 2 2 1 1 2 2 3 2 3 2 2 20
Siklus I
Pertemuan 3 3 1 1 2 2 3 2 3 3 2 22
Siklus II
Pertemuan 1 3 2 1 2 3 3 2 3 3 2 24
Siklus II
Pertemuan 2 3 3 1 2 4 4 2 3 3 3 28
Siklus III
Pertemuan 3 3 3 1 2 4 4 3 4 3 3 30
No Nama Tindakan
No Item
Jumlah 9,
10
4,
10
5,
9
5,
9
5,
9
6,
9
1,
7 3 11 2, 8
2 Alsabil
Pra-Siklus
Pertemuan 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 13
Prasiklus
Pertemuan 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 13
Siklus I
Pertemuan 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 13
104
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Siklus I
Pertemuan 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 16
Siklus I
Pertemuan 3 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 16
Siklus II
Pertemuan 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 16
Siklus II
Pertemuan 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 17
Siklus III
Pertemuan 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 18
No Nama Tindakan
No Item
Jumlah 9,
10
4,
10
5,
9
5,
9
5,
9
6,
9
1,
7 3 11 2, 8
3 Alya
Humairo
Pra-Siklus
Pertemuan 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 17
Prasiklus
Pertemuan 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 17
Siklus I
Pertemuan 1 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 18
Siklus I
Pertemuan 2 3 3 2 1 1 2 3 3 2 2 22
Siklus I
Pertemuan 3 3 3 2 1 1 2 3 3 2 2 22
Siklus II
Pertemuan 1 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 24
Siklus II
Pertemuan 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 26
Siklus III
Pertemuan 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 27
105
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Nama Tindakan
No Item
Jumlah 9,
10
4,
10
5,
9
5,
9
5,
9
6,
9
1,
7 3 11 2, 8
4 Attaya
Khairunnisa
Pra-Siklus
Pertemuan 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 13
Prasiklus
Pertemuan 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 13
Siklus I
Pertemuan 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 15
Siklus I
Pertemuan 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 15
Siklus I
Pertemuan 3 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 17
Siklus II
Pertemuan 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 18
Siklus II
Pertemuan 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 20
Siklus III
Pertemuan 3 3 2 1 2 2 3 2 2 2 2 21
No Nama Tindakan
No Item
Jumlah 9,
10
4,
10
5,
9
5,
9
5,
9
6,
9
1,
7 3 11 2, 8
5 Azka
Ramadhan
Pra-Siklus
Pertemuan 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 13
Prasiklus
Pertemuan 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 14
Siklus I
Pertemuan 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 14
Siklus I
Pertemuan 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 16
Siklus I 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 17
106
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Pertemuan 3
Siklus II
Pertemuan 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 17
Siklus II
Pertemuan 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 18
Siklus III
Pertemuan 3 3 2 1 2 2 2 2 3 3 2 22
No Nama Tindakan
No Item
Jumlah 9,
10
4,
10
5,
9
5,
9
5,
9
6,
9
1,
7 3 11 2, 8
6 Bulan
Pramespari
Pra-Siklus
Pertemuan 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 13
Prasiklus
Pertemuan 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 13
Siklus I
Pertemuan 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 13
Siklus I
Pertemuan 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 16
Siklus I
Pertemuan 3 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 17
Siklus II
Pertemuan 1 3 1 1 1 1 3 3 3 3 2 21
Siklus II
Pertemuan 2 3 2 1 2 2 3 3 3 3 2 24
Siklus III
Pertemuan 3 3 2 1 3 3 3 4 4 3 2 28
107
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Nama Tindakan
No Item
Jumlah 9,
10
4,
10
5,
9
5,
9
5,
9
6,
9
1,
7 3 11 2, 8
7 Heri
Kurniawan
Pra-Siklus
Pertemuan 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 15
Prasiklus
Pertemuan 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 16
Siklus I
Pertemuan 1 3 2 1 1 1 2 2 3 2 2 19
Siklus I
Pertemuan 2 3 2 1 1 1 2 2 3 2 2 19
Siklus I
Pertemuan 3 3 2 1 2 1 3 3 3 2 2 22
Siklus II
Pertemuan 1 3 3 1 2 2 3 3 3 3 2 25
Siklus II
Pertemuan 2 3 3 1 3 3 4 3 3 3 3 29
Siklus III
Pertemuan 3 3 3 1 3 4 4 3 4 3 3 31
No Nama Tindakan
No Item
Jumlah 9,
10
4,
10
5,
9
5,
9
5,
9
6,
9
1,
7 3 11 2, 8
8
Indah
Purnama
Sari
Pra-Siklus
Pertemuan 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 13
Prasiklus
Pertemuan 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 14
Siklus I
Pertemuan 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 16
Siklus I
Pertemuan 2 3 1 1 1 1 2 3 3 2 2 19
Siklus I 3 1 1 1 1 3 3 3 3 2 21
108
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Pertemuan 3
Siklus II
Pertemuan 1 3 2 1 1 2 3 3 3 3 3 24
Siklus II
Pertemuan 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 27
Siklus III
Pertemuan 3 3 2 2 2 3 4 3 3 3 3 28
No Nama Tindakan
No Item
Jumlah 9,
10
4,
10
5,
9
5,
9
5,
9
6,
9
1,
7 3 11 2, 8
9 Indira
Salsabilla
Pra-Siklus
Pertemuan 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 15
Prasiklus
Pertemuan 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 3 16
Siklus I
Pertemuan 1 3 1 2 1 1 3 2 3 2 3 21
Siklus I
Pertemuan 2 3 1 2 1 1 3 3 3 3 3 23
Siklus I
Pertemuan 3 3 1 2 2 1 3 3 3 3 3 24
Siklus II
Pertemuan 1 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 26
Siklus II
Pertemuan 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 28
Siklus III
Pertemuan 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 32
109
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Nama Tindakan
No Item
Jumlah 9,
10
4,
10
5,
9
5,
9
5,
9
6,
9
1,
7 3 11 2, 8
10 Marisa
Olivia
Pra-Siklus
Pertemuan 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 13
Prasiklus
Pertemuan 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 13
Siklus I
Pertemuan 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 14
Siklus I
Pertemuan 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 15
Siklus I
Pertemuan 3 2 1 1 1 1 2 3 2 2 2 17
Siklus II
Pertemuan 1 2 1 1 1 1 2 3 2 2 2 17
Siklus II
Pertemuan 2 2 1 1 1 2 2 3 2 2 2 18
Siklus III
Pertemuan 3 2 2 1 1 2 2 3 2 2 2 20
No Nama Tindakan
No Item
Jumlah 9,
10
4,
10
5,
9
5,
9
5,
9
6,
9
1,
7 3 11 2, 8
11 Nabila
Nurhalija
Pra-Siklus
Pertemuan 1 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 17
Prasiklus
Pertemuan 2 3 1 1 1 1 3 2 2 2 2 18
Siklus I
Pertemuan 1 3 1 1 2 1 3 3 2 2 3 21
Siklus I
Pertemuan 2 3 2 1 2 1 3 3 3 3 3 25
Siklus I 3 2 1 2 1 3 4 3 3 3 26
110
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Pertemuan 3
Siklus II
Pertemuan 1 3 2 1 2 2 3 4 4 4 3 29
Siklus II
Pertemuan 2 3 2 1 2 3 3 4 4 4 3 30
Siklus III
Pertemuan 3 3 3 1 2 3 4 4 4 4 3 32
No Nama Tindakan
No Item
Jumlah 9,
10
4,
10
5,
9
5,
9
5,
9
6,
9
1,
7 3 11 2, 8
12 Naura
Arzilla
Pra-Siklus
Pertemuan 1 2 1 1 1 1 3 1 2 1 2 15
Prasiklus
Pertemuan 2 3 1 1 1 1 3 2 2 2 2 18
Siklus I
Pertemuan 1 3 1 1 2 1 3 3 3 3 2 22
Siklus I
Pertemuan 2 3 1 2 2 1 4 3 3 3 3 25
Siklus I
Pertemuan 3 3 1 2 2 1 4 3 4 3 3 26
Siklus II
Pertemuan 1 3 2 2 2 3 4 3 4 3 3 29
Siklus II
Pertemuan 2 3 2 2 2 3 4 4 4 3 3 30
Siklus III
Pertemuan 3 3 2 2 2 3 4 4 4 3 3 30
111
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Nama Tindakan
No Item
Jumlah 9,
10
4,
10
5,
9
5,
9
5,
9
6,
9
1,
7 3 11 2, 8
13 Navisa
Vebrianti
Pra-Siklus
Pertemuan 1 3 2 1 1 1 3 3 3 2 3 22
Prasiklus
Pertemuan 2 3 2 1 1 1 3 4 3 3 3 24
Siklus I
Pertemuan 1 3 2 2 2 1 3 4 3 3 3 26
Siklus I
Pertemuan 2 3 2 2 3 1 3 4 4 3 3 28
Siklus I
Pertemuan 3 3 2 2 3 1 4 4 4 4 3 30
Siklus II
Pertemuan 1 3 2 2 3 2 4 4 4 4 3 31
Siklus II
Pertemuan 2 3 2 2 3 2 4 4 4 4 3 31
Siklus III
Pertemuan 3 3 2 2 3 3 4 4 4 4 3 32
No Nama Tindakan
No Item
Jumlah 9,
10
4,
10
5,
9
5,
9
5,
9
6,
9
1,
7 3 11 2, 8
14 Nurin
Hafizah
Pra-Siklus
Pertemuan 1 3 1 1 1 1 3 2 3 2 3 20
Prasiklus
Pertemuan 2 3 1 1 1 1 3 3 4 3 3 23
Siklus I
Pertemuan 1 3 1 1 2 1 3 4 4 3 3 25
Siklus I
Pertemuan 2 3 1 1 2 1 4 4 4 4 3 27
Siklus I 3 1 2 2 1 4 4 4 4 3 28
112
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Pertemuan 3
Siklus II
Pertemuan 1 3 2 2 2 2 4 4 4 4 3 30
Siklus II
Pertemuan 2 3 3 2 2 3 4 4 4 4 3 32
Siklus III
Pertemuan 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3 33
No Nama Tindakan
No Item
Jumlah 9,
10
4,
10
5,
9
5,
9
5,
9
6,
9
1,
7 3 11 2, 8
15 Ziva Zainuri
Pra-Siklus
Pertemuan 1 3 1 1 1 1 3 2 3 2 3 20
Prasiklus
Pertemuan 2 3 1 1 1 1 3 3 3 3 3 22
Siklus I
Pertemuan 1 3 1 1 2 1 3 3 3 3 3 23
Siklus I
Pertemuan 2 3 1 1 2 1 3 4 4 3 3 25
Siklus I
Pertemuan 3 3 1 2 2 1 3 4 4 3 3 26
Siklus II
Pertemuan 1 3 2 2 2 2 3 4 4 3 3 27
Siklus II
Pertemuan 2 3 2 2 2 3 3 4 4 3 3 28
Siklus III
Pertemuan 3 3 3 2 2 3 3 4 4 3 3 29
113
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Keterangan:
Aspek yang
Diamati Indikator No Item
Tingkat
Pencapaian Nilai
Moral
1. Anak mampu berpakaian rapi dan sopan
serta bersih 9 dan 10
2. Anak peduli terhadap lingkungan dan
kebersihan sekitarnya 4 dan 10
3. Anak mampu untuk berperilaku jujur
kepada orang dewasa (pendidik/orangtua),
teman sebayanya dan setiap orang
5 dan 9
4. Anak bisa berlaku adil kepada temannya
tanpa memandang hal lainnya (ras/suku,
latarbelakang keluarga dan agama)
5 dan 9
5. Anak memiliki rasa simpati dan empati
kepada setiap orang 5 dan 9
Tingkat
Pencapaian Nilai
Agama
6. Anak mengucapkan salam kepada orang
yang lebih tua (pendidik/orangtua) dan
teman sebayanya.
6 dan 9
7. Anak mengetahui agama yang dianutnya 1 dan 7
8. Anak mampu membaca do‟a sebelum atau
sesudah melakukan sesuatu 3
9. Anak mengetahui hari-hari besar Islam
(Idul Fitri/Idul Adha) 11
10. Anak mampu meniru dan mengerjakan
sholat 5 waktu 2 dan 8
114
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
115
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
116
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)
Nama : Fazalina
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Jambi, 27 Agustus 1997
Alamat : Jalan Kapten M Daud No. 28 Kelurahan Payo
Lebar Kecamatan Jelutung, Kota Jambi
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Email : [email protected]
No Kontak : 0823-0779-5127
Pengalaman-pengalaman
Pendidikan Formal
1. SD/MI, Tahun Tamat : SDN 15 Kota Jambi (2009-2010)
2. SMP/MTS, Tahun Tamat : MTsN Model Kota Jambi (2011-2012)
3. SMA/MA, Tahun Tamat : MAN Model Kota Jambi (2014-2015)
Motto Hidup :
Ilmu bukan di lembaga formal saja, akan tetapi ilmu ada dimana saja. Maka
carilah ilmu yang bermanfaat dimana saja.