Download - manajemen banjir
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir, tidak
terkecuali di negara-negara yang telah maju sekalipun. Masalah tersebut
mulai muncul sejak manusia bermukim dan melakukan berbagai kegiatan
di kawasan yang berupa dataran banjir (flood plain) suatu sungai. Kondisi
lahan di kawasan ini pada umumnya subur serta menyimpan berbagai
potensi dan kemudahan sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi
untuk dibudidayakan.(Mistra, 2007)
Oleh karena itu, kota-kota besar serta pusat-pusat perdagangan
dan kegiatan-kegiatan penting lainnya seperti kawasan industri,
pariwisata, prasarana perhubungan dan sebagainya sebagian besar
tumbuh dan berkembang di kawasan ini. Sebagai contoh, di Jepang
sebanyak 49% jumlah penduduk dan 75% properti terletak di dataran
banjir yang luasnya 10% luas daratan; sedangkan sisanya 51% jumlah
penduduk dan hanya 25% properti yang berada di luar dataran banjir
yang luasnya 90% luas daratan. Hampir seluruh kota-kota besar di
Indonesia juga berada di dataran banjir. (Bakornas PB 2007)
Selain memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, dataran
banjir juga mengandung potensi yang merugikan sehubungan dengan
terdapatnya ancaman berupa genangan banjir yang dapat menimbulkan
kerusakan dan bencana. Seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan
di dataran banjir maka potensi terjadinya kerusakan dan bencana tersebut
mengalami peningkatan pula dari waktu ke waktu.
B. Tujuan Makalah
Makalah yang kami susun dengan judul Banjir bertujuan :
a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian banjir
1
b. Untuk mengetahui dan memahami tentang factor-faktor penyebab
banjir
c. Untuk mengetahui dan memahami dampak dari bencana banjir
d. Untuk mengetahui dan memahami kesiapsiagaan rumah tangga dalam
menghadapi banjir
e. Untuk mengetahui dan memahami mitigasi dalam menghadapi banjir
f. Untuk mengetahui dan memahami tindakan-tindakan yang harus
dilakukan pasca banjir
g. Untuk mengetahui dan memahami cara untuk mengurangi dampak
banjir
h. Untuk mengetahui Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana Banjir
i.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Banjir
Bencana adalah sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007).
Banjir mengandung pengertian aliran air sungai yang tingginya
melebihi muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai
menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah disisi sungai. Aliran air
limpasan tersebut yang semakin meninggi, mengalir dan melimpasi muka
tanah yang biasanya tidak dilewati aliran air. Bencana banjir merupakan
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (Mistra, 2007)
Menurut Dibyosaputro (1998) Banjir merupakan satu bahaya alam
yang terjadi di alam ini dimana air mengenang lahan- lahan rendah di
sekitar sungai sebagai akibat ketidakmampuan alur sungai menampung dan
mengalirkan air, sehingga meluap keluar alur melampaui tanggul dan
mengenai daerah sekitarnya.
Menurut Bakornas PB (2007), berdasarkan sumber airnya, air yang
berlebihan tersebut dapat dikategorikan dalam empat kategori:
1. Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas
penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah
dan sistem drainase buatan manusia
3
2. Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat
pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai.
3. Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bangunan air buatan manusia
seperti bendungan, bendung, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir.
4. Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai
akibat runtuhnya/longsornya tebing sungai. Ketika sumbatan/bendungan
tidak dapat menahan tekanan air maka bendungan akan hancur, air sungai
yang terbendung mengalir deras sebagai banjir bandang.
B. Faktor-faktor Penyebab Banjir
Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas
normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak
sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir
buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut
sehingga meluap. Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air dimaksud
tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat sedimentasi, penyempitan
sungai akibat phenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta
hambatan lainnya. (Mistra, 2007).
Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area)
juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/ pasokan air yang
masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas
pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang
menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air
lainnya. Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi
atas meningkatnya debit banjir.
Pada daerah permukiman yang padat bangunan sehingga
menyebabkan tingkat resapan air kedalam tanah berkurang. Pada curah hujan
4
yang tinggi sebagian besar air akan menjadi aliran air permukaan yang
langsung masuk kedalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya
terlampaui dan mengakibatkan banjir (Mistra, 2007).
Faktor penyebab banjir menurut Yulaelawati (2008), dapat dibedakan
menjadi 3 (tiga) faktor yaitu:
1. Pengaruh aktivitas manusia, seperti:
a. Pemanfaatan daratan banjir yang digunakan untuk pemungkiman dan
industri.
b. Pengundulan hutan dan yang kemudian mengurangi resapan pada
tanah dan meningkatkan larian tanah permukaan. Erosi yang terjadi
kemudian bisa menyebabkan sedimentasi di terusan-terusan sungai
yang kemudian mengganggu jalannya air.
c. Permukiman di daratan banjir dan pembangunan di daerah daratan
banjir dengan mengubah saluran-saluran air yang tidak direncanakan
dengan baik. Bahkan tidak jarang alur sungai diurung untuk
dijadikan permungkiman. Kondisi demikian banyak terjadi di
perkotaan di Indonesia. Akibatnya adalah aliran sungai saat musim
hujan menjadi tidak lancar dan menimbulkan banjir.
d. Membuang sampah sembarangan dapat menyumbat saluran-saluran
air, terutama di perumahan-perumahan.
2. Kondisi alam yang bersifat tetap (statis) seperti:
a. Kondisi geografi yang berada pada daerah yang sering terkena badai
atau siklon, misalnya beberapa kawasan di Bangladesh kondisi
topografi yang cekung, yang merupakan daratan banjir, seperti
Kota Bandung yang berkembang pada Cekungan Bandung.
b. Kondisi alur sungai, seperti kemiringan dasar sungai yang datar,
berkelok- kelok, timbulnya sumbatan atau berbentuk seperti botol
(bottle neck), dan adanya sedimentasi sungai membentuk sebuah pulau
(ambal sungai)
5
3. Peristiwa alam yang bersifat dinamis, yaitu:
a. Curah hujan yang tinggi
b. Terjadinya pembendungan atau arus balik yang sering terjadi di
muara sungai atau pertemuan sungai besar.
c. Penurunan muka tanah atau amblesan,
Misal di sekitar di sekitar Pantai Utara Jakarta yang mengalami
amblesan setiap tahun akibat pengambilan air tanah yang berlebihan
sehingga menimbulkan muka tanah menjadi lebih rendah.
pendangkalan dasar sungai karena sedimentasi yang cukup tinggi.
Faktor pertama merupakan dampak langsung dari ulah tangan-tangan
manusia yang mencari kenyamanan hidup dengan mengeksploritasi,
membahayakan, dan merusak lingkungan baik di darat, laut dan di
udara. Sementara faktor kedua dan ketiga; alam yang statis dan
faktor peristiwa alam yang dinamis, merupakan tantangan bagi
manusia untuk dapat berusaha mencari alternatif-alternatif yang
dapat mengurangi terjadinya banjir dan dampaknya.
C. Dampak Bencana Banjir
Menurut Mistra (2007), dampak banjir akan terjadi pada beberapa
aspek dengan tingkat kerusakan berat pada aspek-aspek berikut ini:
1. Aspek Penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut,
tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya
wabah dan penduduk terisolasi.
2. Aspek Pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya
dokumen, arsip, peralatan dan perlengkapan kantor dan terganggunya
jalannya pemerintahan.
6
3. Aspek Ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak
berfungsinya pasar tradisional, kerusakan, hilangnya harta benda, ternak
dan terganggunya perekonomian masyarakat.
4. Aspek Sarana/Prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah
penduduk, jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas
sosial dan fasilitas umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan
komunikasi.
5. Aspek Lingkungan, antara lain berupa kerusakan eko-sistem, obyek
wisata, persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan
tanggul/jaringan irigasi.
D. Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Menghadapi Banjir
Menurut LIPI UNESCO/ISDR (2006) kesiapsiagaan individu dan
rumah tangga untuk mengantisipasi bencana alam, khususnya banjir yaitu :
1. Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana
Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk
kesiapsiagaan. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh individu dan rumah
tangga tentang kejadian alam dan bencana banjir (tipe, sumber,
besaran, lokasi), kerentanan fisik bangunan (bentuk dan fondasi).
Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat mempengaruhi sikap dan
kepedulian masyarakat untuk siap dan siaga dalam mengantisipasi
bencana terutama bagi mereka yang bertempat tinggal di daerah rawan
bencana seperti banjir.
2. Kebijakan keluarga untuk kesiapsiagaan
Kebijakan kesiapsiagaan berupa kesepakatan keluarga mengenai tempat
evakuasi dalam situasi darurat, kesepakatan keluarga untuk melakukan atau
berpartisipasi dalam simulasi evaluasi.
7
3. Rencana Tanggap Darurat
Rencana tanggap darurat meliputi 7 (tujuh) komponen :
a. Rencana keluarga untuk merespon keadaan darurat: adanya rencana
penyelamatan keluarga (siapa melakukan apa) bila terjadi kondisi
darurat.
b. Rencana evakuasi meliputi tersedianya peta, tempat jalur evakuasi
keluarga, tempat berkumpulkan keluarga saat bencana ; adanya
kerabat/keluarga/teman yang menyediakan tempat pengungsian
sementara dalam keadaan darurat.
c. Pertolongan pertama, penyelamatan, keselamatan dan keamanan.
1) Tersedianya kotak P3K atau obat-obatan penting untuk
pertolongan pertama keluarga.
2) Adanya rencana untuk penyelamatan dan keselamatan keluarga
3) Adanya anggota keluarga yang mengikuti pelatihan pertolongan
pertama
4) Adanya anggota keluarga yang mengikuti latihan dan keterampilan
evakuasi.
5) Adanya akses untuk merespon keadaan darurat
d. Pemenuhan kebutuhan dasar
e. Peralatan dan perlengkapan
f. Fasilitas-fasilitas penting yang memiliki akses dengan bencana
8
g. Latihan dan simulasi/gladi
4. Sistim Peringatan Bencana
Tersedianya sumber-sumber informasi untuk peringatan bencana baik
dari sumber tradisional maupun lokal. Adanya akses untuk mendapatkan
informasi peringatan bencana. Peringatan dini meliputi penyampaian
informasi yang tepat waktu dan efektif melalui kelembagaan yang jelas
sehingga memungkinkan setiap individu dan rumah tangga yang
terancam bahaya dapat mengambil langkah untuk menghindari atau
mengurangi resiko dan mempersiapkan diri untuk melakukan upaya
tanggap darurat yang efektif.
Kepala keluarga dapat melakukan tindakan yang tepat untuk
mengurangi korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan dengan
peringatan bencana dini untuk itu diperlukan latihan/simulasi bencana yang
harus dilakukan apabila mendengar peringatan, kemana dan bagaimaan
menyelamatkan diri pada waktu tertentu sesuai dengan lokasi dimana
kepala keluarga sedang berada saat terjadinya peringatan.
5. Mobilisasi Sumber Daya
1) Adanya anggota keluarga yang terlibat dalam seminar/ pertemuan/
pelatihan kesiapsiagaan bencana
2) Adanya keterampilan anggota keluarga yang berkaitan dengan
kesiapsiagaan terhadap bencana
3) Adanya tabungan yang berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana
9
4) Kesepakatan keluarga untuk melakukan latihan simulasi dan
memantau tas siaga bencana secara reguler.
E. Mitigasi dalam Menghadapi Banjir
Mitigasi untuk menghadapi banjir secara terpadu untuk setiap
warga perorangan sangat diperlukan. Jika terjadi banjir pada kategori
sedang, tidak dilakukan evakuasi. Namun, jika ketinggian air telah mencapai
1,5 – 2 m maka perlu beberapa langkah untuk menghadapinya (Mistra, 2007).
a. Untuk rumah tidak bertingkat
Apabila lokasi rumah berada di wilayah yang sering langganan banjir
maka perlu dilakukan beberapa persiapann untuk rumah satu lantai
yaitu:
1. Merombak ruang rangka atap dan jadikan sebagai tempat tinggal
darurat
2. Buat bukaan pada atap genteng yang dapat berfungsi sebagai
jendela atau pintu keluar penyelamatan diri bila terlihat permukaan
air terus meninggi
3. Buat lubang tangga darurat pada plafon di tempat tertentu untuk
akses naik ke atas atap.
4. Buat alat pemantau ketinggian air (patok pengamat banjir).
Patok ini ditempatkan dekat lubang tempat naik ke ruang bawah
atap.
5. Buat instalasi listrik darurat, terpisah dari instalasi PLN di atas
ruang atap yang dijadikan tempat tinggal.
10
6. Tempatkan generator secara khusus dan dibuatkan cerobong
asap untuk pembuangan zat beracun (CO²) hasil pembakaran bahan
bakar.
7. Buat rakit darurat lengkap dengan dayung dua buah. Rakit dibuat
dari bahan lembaran Styrofoam yang disusun untuk mengevaluasi
anggota keluarga jika ketinggian air terus meninggi. Rakit ini juga
dapat digunakan untuk membawa barang-barang elektronik yang
ringan.
8. Siapkan pelampung darurat untuk proses penyelamatan diri.
9. Malam ini dapat di gunakan lampu minyak goreng bekas (jelantah).
Sebelum banjir, minyak bekas ini dikumpulkan dan disimpan
dalam botol dan digunakan untuk kondisi darurat saja.
10. Buat sebuah tempat atau wadah yang kuat dan tidak mudah
dimasuki air untuk menyimpan barang-barang berharga, seperti
ijazah, surat tanah, dan lain-lain.
11. Siapkan kantong plastik besar untuk mengamankan pakaian atau
barang lain yang tidak mungkin dibawa mengungsi dan terpaksa
ditinggal di dalam rumah. Barang-barang ini pasti akan terendam
dan selama terendam tetap aman tidak terkena air. Jika terendam
pun tidak terlalu parah dan mudah dibersihkan.
12. Buat alat penjernih atau penyaring air sederhana untuk mengambil
air banjir, lalu disaring. Air ini dapat dipakai untuk mencuci dan
mandi. Caranya, gunakan tawas dan kaporit untuk mempercepat
pengendapan lumpur dan membunuh bakteri.1 sendok teh dan
setengah sendok teh untuk 20 liter air. Masukkan tawas yang telah
ditumbuk halus dan kaporit kemudian aduk sampai merata.
11
13. Jika sulit mendapatkan air bersih untuk minum, simpan air mineral
kemasan dalam dus atau air mineral yang dikemas dalam sebuah
galon.
14. Sediakan obat-obatan seperti obat gosok, obat sakit kepala, obat
diare, obat masuk angin, obat batuk, obat flu, dan obat-obatan
pribadi.
15. Siapkan bendera merah putih, bendera merah, dan tiang bendera
dari bambu. Bendera merah-putih adalah symbol siaga satu dan
rumah masih ada penghuninya. Jika ketinggian air semakin tinggi
(dapat dilihat dari pemantauan patok pengamat banjir), naikkan
bendera merah di bawah bendera merahputih, artinya penguhi
rumah dalam keadaan SOS (Save Our Soul). Dengan tanda ini
diharapkan tim evakuasi, bendera harap dilepas. Para relawan yang
membawa makanan dan minuman tidak perlu berteriak-teriak
melalui pengeras suara, tetapi langsung mendatangi dan
mendata jumlah keluarga lalu membagikan sembako. Itulah
gunanya bendera sebagai tanda ada kehidupan di rumah yang
terendam banjir.
16. Mencatat dan menyimpan nomor telepon posko banjir dan posko
tim evakuasi yang terdekat di wilayah banjir.
b. Untuk rumah bertingkat
Persiapan yang dilakukan sama seperti pada rumah yang tidak
bertingkat. Perombakan ruang di bawah atap tidak perlu dilakukan jika
ketinggian air tidak menyentuh lantai dua. Masalah yang dihadapi
biasanya terletak pada pengadaan air bersih untuk keperluan mencuci dan
memasak.
Keluarga apabila akan tetap bertahan di dalam rumah, perlu
diperhatikan kekuatan struktur rumah. Bangunan melawan tekanan
12
derasnya air yang mengalir Jika strukturnya aman tidak masalah, tetapi
jika konstruksinya mengkhawatirkan, dianjurkan untuk segera
meninggalkan rumah.
Adapun menurut Bakornas (2006), tindakan kesiapsiagaan dirumah
tangga adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan tas siaga berisi bebagai keperluan dan dokumen penting
seperti ijazah, sertifikat tanah, BPKB, buku nikah, obat-obatan, dan
senter. Tas siaga tersebut disimpan pada temapt yang mudah
dijangkau, sehingga ketika bencana datang tiba-tiba dan harus
meninggalkan rumah maka barang-barang tersebut dapat dibawa
dengan mudah dan cepat.
2. Naikkan alat-alat listrik, barang berharga, buku dan barang yang
mudah rusak bila terkena air ke tempat yang tinggi (melebihi
ketinggian maksimum banjir) bagi penduduk yang tinggal di kawasan
banjir.
3. Mempelajari peta daerah rawan dari bencana.
4. Mempelajari lokasi aman dan jalur aman untuk melakukan
evakuasi jika terjadi bencana.
5. Mempelajari P3K untuk menolong diri sendiri atau korban seandainya
ada cedera.
6. Menempatkan kunci rumah di tempat yang aman, mudah diambil dan
diketahui (disepakati) oleh semua anggota keluarga.
7. Menulis nomor-nomor telepon penting seperti nomor polisi, PAM,
PLN, PMI, LSM, Pemadam kebakaran dan menyimpannya kedalam
memori handphone atau dalam catatan penting lainnya.
8. Menempatkan handphone dan alat tanda bahaya di tempat yang
mudah dijangkau ketika menyelamatkan diri.
13
9. Pemasangan tanda bahaya, yakni jalur-jalur yang tidak dapat
digunakan pada saat bencana.
Sedangkan persiapan menghadapi banjir dirumah tangga yang
dapat dilakukan oleh kepala keluarga menurut Yulaelawati (2008), seperti
di bawah ini:
a. Pastikan memiliki persiapan pelampung yang cukup untuk anggota
keluarga.
b. Pastikan memiliki bekal makanan dan persiapan obat-obatan yang
memadai.
c. Miliki nomor konteks ketua RT/RW dan instansi penting lainnya
d. Simpanlah dokumen-dokumen dan surat-surat penting dalam plastik
atau kotak tahan air
e. Titipkan photo copy dokumen-dokumen dan surat-surat tersebut di
tempat kerabat atau orang terpecaya yang tinggal di daerah yang tidak
terkena banjir.
f. Segera naikkan alat-alat atau kabel-kabel listrik sebelum terkena
banjir yang lebih tinggi yang tidak terjangkau oleh air banjir.
g. Tutup kran saluran air utama yang mengalir ke dalam rumah .
h. Selalu mendengar informasi tentang perkembangan cuaca.
i. Ikuti perintah evakuasi yang dikeluarkan oleh pemerintah atau
petugas bencana yang ada.
F. Tindakan-Tindakan yang Dilakukan Pasca Banjir
Menurut Depkes RI (2005), tindakan-tindakan pasca banjir yang
dapat dilakukan keluarga adalah:
1. Bersihkan lingkungan tempat tinggal, kumpulkan dan buanglah
sampah yang terbawa arus air ke dalam lubang dihalaman rumah/atau
14
ketempat sampah. Bersihkan lantai & dinding didalam rumah bersihkan
dengan cairan desinfektan.
2. Kuburlah lubang-lubang bekas air.
3. Air sumur atau air keran yang berpotensi terkontaminasi, sebaiknya
tidak digunakan dulu, meskipun akan dimasak/ direbus dulu sebelum
digunakan. Check dahulu air yang akan digunakan secara fisik
(warna, rasa, bau dll), sampai dipastikan bahwa air tersebut layak untuk
diminum.pake pelindung yang beralas keras (Sandal/sepatu) apabila
berjalan dalam genangan air.
4. Tingkatkan daya tahan tubuh, minumlah supplemen vitamin,
konsumsilah makanan yang bergizi dan teratur, istirahatlah yang cukup.
5. Buanglah makanan yang telah terkontaminasi
6. Cucilah sayuran terlebih dahulu sebelum dimasak, hindari mengkonsumsi
sayuran yang telah terkontaminasi. Tutuplah makanan yang akan
disajikan.
7. Obati luka yang terbuka dengan plester tahan air
8. Cucilah tangan dengan sabun sebelum atau sesudah makan.
9. Laranglah anak anak anda bermain didaerah banjir, bila melakukannya
mandi dan cuci tangan yang bersih.
G. Untuk Mengurangi Dampak Banjir
a. Pada Tahap Pra Bencana
1. Membuat peta rawan bencana
2. Membangun, dan memelihara sungai, tampungan air, drainase,
berserta peralatan dan fasilitas.
3. Menyusun peraturan dan menertibkan daerah bantaran sungai.
4. Membuat peta daerah genangan banjir.
5. Sosialisasi dan pelatihan prosedur penanggulangan banjir.
6. Menegakkan hukum, terhadap pelanggaran pengelolaan aliran
sungai.
15
7. Menyediakan cadangan pangan, sandang, peralatan darurat
banjir.
8. Membuat sumur resapan.
b. Pada Tahap Ketika Bencana
1. Memberitahukan dini kepada masyarakat tentang kondisi
cuaca.
2. Menempatkan petugas pada pos-pos pengamatan.
3. Menyiapkan sarana penanggulangan.
4. Mendata lokasi dan jumlah korban bencana.
5. Memberikan bantuan pangan, pakaian, peralatan kebutuhan
lainnya.
c. Pada Tahap Setelah Bencana
1. Pendataan kerusakan bangunan dan fasilitas publik.
2. Memperbaiki prasarana publik yang rusak.
3. Membersihkan lingkungan.
4. Mengajukan usulan pembiayaan program pembangunan
fasilitas penanggulangan banjir.
H. Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana Banjir
Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan
tersebut juga sangat dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana.
Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar
praktek keperawatan saja, Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga
sangat di butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal
bagi perawat untuk bisa terjun memberikan pertolongan dalam situasi
bencana.
Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, kita lebih
banyak melihat tenaga relawan dan LSM lain yang memberikan pertolongan
16
lebih dahulu dibandingkan dengan perawat, walaupun ada itu sudah terkesan
lambat.(Bakornas,2007)
I. Jenis Kegiatan Siaga Bencana yang dapat dilakukan Perawat
Kegiatan penanganan siaga bencana memang berbeda dibandingkan
pertolongan medis dalam keadaan normal lainnya. Ada beberapa hal yang
menjadi perhatian penting. Berikut beberapa tnidakan yang bisa dilakukan
oleh perawat dalam situasi tanggap bencana (mistral, 2007):
1. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik
Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan
korban dan kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka luka,
kerusakan fasilitas pribadi dan umum, yang mungkin akan
menyebabkan isolasi tempat, sehingga sulit dijangkau oleh para
relawan. Hal yang paling urgen dibutuhkan oleh korban saat itu adalah
pengobatan dari tenaga kesehatan. Perawat bisa turut andil dalam aksi
ini, baik berkolaborasi dengan tenaga perawat atau pun tenaga
kesehatan profesional, ataupun juga melakukan pengobatan bersama
perawat lainnya secara cepat, menyeluruh dan merata di tempat
bencana. Pengobatan yang dilakukan pun bisa beragam, mulai dari
pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan lainnya sesuai dengan profesi
keperawatan.
2. Pemberian bantuan
Perawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana,
dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai
bentuk, seperti makanan, obat obatan, keperluan sandang dan lain
sebagainya. Pemberian bantuan tersebut bisa dilakukan langsung oleh
perawat secara langsung di lokasi bencana dengan memdirikan posko
bantuan. Selain itu, Hal yang harus difokuskan dalam kegiatan ini
adalah pemerataan bantuan di tempat bencana sesuai kebutuhan yang
di butuhkan oleh para korban saat itu, sehinnga tidak akan ada lagi
17
para korban yang tidak mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan
bantuan yang menumpuk ataupun tidak tepat sasaran.
3. Pemulihan kesehatan mental
Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma
psikologis akibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa
berupa kesedihan yang mendalam, ketakutan dan kehilangan berat.
Tidak sedikit trauma ini menimpa wanita, ibu ibu, dan anak anak yang
sedang dalam massa pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus
berkelanjutan maka akan mengakibatkan stress berat dan gangguan
mental bagi para korban bencana. Hal yang dibutukan dalam
penanganan situasi seperti ini adalah pemulihan kesehatan mental yang
dapat dilakukan oleh perawat. Pada orang dewasa, pemulihannya bisa
dilakukan dengan sharing dan mendengarkan segala keluhan keluhan
yang dihadapinya, selanjutnya diberikan sebuah solusi dan diberi
penyemangat untuk tetap bangkit. Sedangkan pada anak anak, cara
yang efektif adalah dengan mengembalikan keceriaan mereka kembali,
hal ini mengingat sifat lahiriah anak anak yang berada pada masa
bermain. Perawat dapat mendirikan sebuah taman bermain, dimana
anak anak tersebut akan mendapatkan permainan, cerita lucu, dan lain
sebagainnya. Sehinnga kepercayaan diri mereka akan kembali seperti
sedia kala.
4. Pemberdayaan masyarakat
Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca
bencana biasanya akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat
memburuknya keaadaan pasca bencana., akibat kehilangan harta benda
yang mereka miliki. sehinnga banyak diantara mereka yang patah arah
dalam menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa menolong
membangkitkan keadaan tersebut adalah melakukan pemberdayaan
masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas dan skill yang
dapat menjadi bekal bagi mereka kelak. Perawat dapat melakukan
pelatihan pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi
18
dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu.
Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana akan
mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang ia
miliki.
Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yang harus
dimiliki oleh seorang perawat, diantaranya:
1. Perawatan harus memilki skill keperawatan yang baik.
Sebagai perawat yang akan memberikan pertolongan dalam penanaganan
bencana, haruslah mumpunyai skill keperawatan, dengan bekal tersebut
perawat akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik dan
maksimal.
2. Perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian.
Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap elemen
masyarakat termasuk perawat, kepedulian tersebut tercemin dari rasa
empati dan mau berkontribusi secara maksimal dalam segala situasi
bencana. Sehingga dengan jiwa dan semangat kepedulian tersebut akan
mampu meringankan beban penderitaan korban bencana.
3. Perawatan harus memahami managemen siaga bencana
Kondisi siaga bencana membutuhkan penanganan yang berbeda, segal hal
yang terkait harus didasarkan pada managemen yang baik, mengingat
bencana datang secara tak terduga banyak hal yang harus dipersiapkan
dengan matang, jangan sampai tindakan yang dilakukan salah dan sia sia.
Dalam melakukan tindakan di daerah bencana, perawat dituntut untuk
mampu memilki kesiapan dalam situasi apapun jika terjadi bencana alam.
Segala hal yang berhubungan dengan peralatan bantuan dan pertolongan
medis harus bisa dikoordinir dengan baik dalam waktu yang mendesak.
Oleh karena itu, perawat harus mengerti konsep siaga bencana.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banjir mengandung pengertian aliran air sungai yang tingginya
melebihi muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai
menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah disisi sungai. Aliran air
limpasan tersebut yang semakin meninggi, mengalir dan melimpasi muka
tanah yang biasanya tidak dilewati aliran air. Bencana banjir merupakan
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis
B. Saran
Setelah diselesaikan makalah ini kami berharap kepada mahasiswa D-IV
Keperawatan akan lebih memahami bagaimana manajemen bencana pana
banjir.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Undang undang No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana
BAKORNAS PB, 2007. Pedoman Penanggulangan Bencana Banjir, Jakarta.
Dibyosaputro. 1998. Penanggulangan Bencana Banjir, Jakarta.
Ditjen Binkesmas Depkes, 2005. Pedoman Puskesmas Dalam Penanggulangan
Bencana, Jakarta.
LIPI-UNESCO/ISDR, 2006. Pengembangan Framework Untuk Mengukur
Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana Alam, Jakarta.
Mistra, 2007. Antisipasi Rumah di Daerah Rawan Banjir, Depok : Penebar
Swadaya
Yulaelawati, Ella dan Syihab, Usman 2008. MENCERDASI BENCANA.
Jakarta : Penerbit PT Grasindo (Anggota IKAPI)
21