manajemen banjir

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir, tidak terkecuali di negara-negara yang telah maju sekalipun. Masalah tersebut mulai muncul sejak manusia bermukim dan melakukan berbagai kegiatan di kawasan yang berupa dataran banjir (flood plain) suatu sungai. Kondisi lahan di kawasan ini pada umumnya subur serta menyimpan berbagai potensi dan kemudahan sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi untuk dibudidayakan. (Mistra, 2007) Oleh karena itu, kota-kota besar serta pusat-pusat perdagangan dan kegiatan-kegiatan penting lainnya seperti kawasan industri, pariwisata, prasarana perhubungan dan sebagainya sebagian besar tumbuh dan berkembang di kawasan ini. Sebagai contoh, di Jepang sebanyak 49% jumlah penduduk dan 75% properti terletak di dataran banjir yang luasnya 10% luas daratan; sedangkan sisanya 51% jumlah penduduk dan hanya 25% properti yang berada di luar dataran banjir yang luasnya 90% luas daratan. Hampir seluruh 1

Upload: nurul-isni

Post on 09-Jul-2016

50 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: manajemen banjir

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir, tidak

terkecuali di negara-negara yang telah maju sekalipun. Masalah tersebut

mulai muncul sejak manusia bermukim dan melakukan berbagai kegiatan

di kawasan yang berupa dataran banjir (flood plain) suatu sungai. Kondisi

lahan di kawasan ini pada umumnya subur serta menyimpan berbagai

potensi dan kemudahan sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi

untuk dibudidayakan.(Mistra, 2007)

Oleh karena itu, kota-kota besar serta pusat-pusat perdagangan

dan kegiatan-kegiatan penting lainnya seperti kawasan industri,

pariwisata, prasarana perhubungan dan sebagainya sebagian besar

tumbuh dan berkembang di kawasan ini. Sebagai contoh, di Jepang

sebanyak 49% jumlah penduduk dan 75% properti terletak di dataran

banjir yang luasnya 10% luas daratan; sedangkan sisanya 51% jumlah

penduduk dan hanya 25% properti yang berada di luar dataran banjir

yang luasnya 90% luas daratan. Hampir seluruh kota-kota besar di

Indonesia juga berada di dataran banjir. (Bakornas PB 2007)

Selain memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, dataran

banjir juga mengandung potensi yang merugikan sehubungan dengan

terdapatnya ancaman berupa genangan banjir yang dapat menimbulkan

kerusakan dan bencana. Seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan

di dataran banjir maka potensi terjadinya kerusakan dan bencana tersebut

mengalami peningkatan pula dari waktu ke waktu.

B. Tujuan Makalah

Makalah yang kami susun dengan judul  Banjir bertujuan :

a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian banjir

1

Page 2: manajemen banjir

b. Untuk mengetahui dan memahami tentang factor-faktor penyebab

banjir

c. Untuk mengetahui dan memahami dampak dari bencana banjir

d. Untuk mengetahui dan memahami kesiapsiagaan rumah tangga dalam

menghadapi banjir

e. Untuk mengetahui dan memahami mitigasi dalam menghadapi banjir

f. Untuk mengetahui dan memahami tindakan-tindakan yang harus

dilakukan pasca banjir

g. Untuk mengetahui dan memahami cara untuk mengurangi dampak

banjir

h. Untuk mengetahui Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana Banjir

i.

2

Page 3: manajemen banjir

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Banjir

Bencana adalah sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor

manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2007).

Banjir mengandung pengertian aliran air sungai yang tingginya

melebihi muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai

menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah disisi sungai. Aliran air

limpasan tersebut yang semakin meninggi, mengalir dan melimpasi muka

tanah yang biasanya tidak dilewati aliran air. Bencana banjir merupakan

peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga mengakibatkan timbulnya

korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis (Mistra, 2007)

Menurut Dibyosaputro (1998) Banjir merupakan satu bahaya alam

yang terjadi di alam ini dimana air mengenang lahan- lahan rendah di

sekitar sungai sebagai akibat ketidakmampuan alur sungai menampung dan

mengalirkan air, sehingga meluap keluar alur melampaui tanggul dan

mengenai daerah sekitarnya.

Menurut Bakornas PB (2007), berdasarkan sumber airnya, air yang

berlebihan tersebut dapat dikategorikan dalam empat kategori:

1. Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas

penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah

dan sistem drainase buatan manusia

3

Page 4: manajemen banjir

2. Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat

pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai.

3. Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bangunan air buatan manusia

seperti bendungan, bendung, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir.

4. Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai

akibat runtuhnya/longsornya tebing sungai. Ketika sumbatan/bendungan

tidak dapat menahan tekanan air maka bendungan akan hancur, air sungai

yang terbendung mengalir deras sebagai banjir bandang.

B. Faktor-faktor Penyebab Banjir

Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas

normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak

sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir

buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut

sehingga meluap. Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air dimaksud

tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat sedimentasi, penyempitan

sungai akibat phenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta

hambatan lainnya. (Mistra, 2007).

Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area)

juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/ pasokan air yang

masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas

pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang

menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air

lainnya. Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi

atas meningkatnya debit banjir.

Pada daerah permukiman yang padat bangunan sehingga

menyebabkan tingkat resapan air kedalam tanah berkurang. Pada curah hujan

4

Page 5: manajemen banjir

yang tinggi sebagian besar air akan menjadi aliran air permukaan yang

langsung masuk kedalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya

terlampaui dan mengakibatkan banjir (Mistra, 2007).

Faktor penyebab banjir menurut Yulaelawati (2008), dapat dibedakan

menjadi 3 (tiga) faktor yaitu:

1. Pengaruh aktivitas manusia, seperti:

a. Pemanfaatan daratan banjir yang digunakan untuk pemungkiman dan

industri.

b. Pengundulan hutan dan yang kemudian mengurangi resapan pada

tanah dan meningkatkan larian tanah permukaan. Erosi yang terjadi

kemudian bisa menyebabkan sedimentasi di terusan-terusan sungai

yang kemudian mengganggu jalannya air.

c. Permukiman di daratan banjir dan pembangunan di daerah daratan

banjir dengan mengubah saluran-saluran air yang tidak direncanakan

dengan baik. Bahkan tidak jarang alur sungai diurung untuk

dijadikan permungkiman. Kondisi demikian banyak terjadi di

perkotaan di Indonesia. Akibatnya adalah aliran sungai saat musim

hujan menjadi tidak lancar dan menimbulkan banjir.

d. Membuang sampah sembarangan dapat menyumbat saluran-saluran

air, terutama di perumahan-perumahan.

2. Kondisi alam yang bersifat tetap (statis) seperti:

a. Kondisi geografi yang berada pada daerah yang sering terkena badai

atau siklon, misalnya beberapa kawasan di Bangladesh kondisi

topografi yang cekung, yang merupakan daratan banjir, seperti

Kota Bandung yang berkembang pada Cekungan Bandung.

b. Kondisi alur sungai, seperti kemiringan dasar sungai yang datar,

berkelok- kelok, timbulnya sumbatan atau berbentuk seperti botol

(bottle neck), dan adanya sedimentasi sungai membentuk sebuah pulau

(ambal sungai)

5

Page 6: manajemen banjir

3. Peristiwa alam yang bersifat dinamis, yaitu:

a. Curah hujan yang tinggi

b. Terjadinya pembendungan atau arus balik yang sering terjadi di

muara sungai atau pertemuan sungai besar.

c. Penurunan muka tanah atau amblesan,

Misal di sekitar di sekitar Pantai Utara Jakarta yang mengalami

amblesan setiap tahun akibat pengambilan air tanah yang berlebihan

sehingga menimbulkan muka tanah menjadi lebih rendah.

pendangkalan dasar sungai karena sedimentasi yang cukup tinggi.

Faktor pertama merupakan dampak langsung dari ulah tangan-tangan

manusia yang mencari kenyamanan hidup dengan mengeksploritasi,

membahayakan, dan merusak lingkungan baik di darat, laut dan di

udara. Sementara faktor kedua dan ketiga; alam yang statis dan

faktor peristiwa alam yang dinamis, merupakan tantangan bagi

manusia untuk dapat berusaha mencari alternatif-alternatif yang

dapat mengurangi terjadinya banjir dan dampaknya.

C. Dampak Bencana Banjir

Menurut Mistra (2007), dampak banjir akan terjadi pada beberapa

aspek dengan tingkat kerusakan berat pada aspek-aspek berikut ini:

1. Aspek Penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut,

tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya

wabah dan penduduk terisolasi.

2. Aspek Pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya

dokumen, arsip, peralatan dan perlengkapan kantor dan terganggunya

jalannya pemerintahan.

6

Page 7: manajemen banjir

3. Aspek Ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak

berfungsinya pasar tradisional, kerusakan, hilangnya harta benda, ternak

dan terganggunya perekonomian masyarakat.

4. Aspek Sarana/Prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah

penduduk, jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas

sosial dan fasilitas umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan

komunikasi.

5. Aspek Lingkungan, antara lain berupa kerusakan eko-sistem, obyek

wisata, persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan

tanggul/jaringan irigasi.

D. Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Menghadapi Banjir

Menurut LIPI UNESCO/ISDR (2006) kesiapsiagaan individu dan

rumah tangga untuk mengantisipasi bencana alam, khususnya banjir yaitu :

1. Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana

Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk

kesiapsiagaan. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh individu dan rumah

tangga tentang kejadian alam dan bencana banjir (tipe, sumber,

besaran, lokasi), kerentanan fisik bangunan (bentuk dan fondasi).

Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat mempengaruhi sikap dan

kepedulian masyarakat untuk siap dan siaga dalam mengantisipasi

bencana terutama bagi mereka yang bertempat tinggal di daerah rawan

bencana seperti banjir.

2. Kebijakan keluarga untuk kesiapsiagaan

Kebijakan kesiapsiagaan berupa kesepakatan keluarga mengenai tempat

evakuasi dalam situasi darurat, kesepakatan keluarga untuk melakukan atau

berpartisipasi dalam simulasi evaluasi.

7

Page 8: manajemen banjir

3. Rencana Tanggap Darurat

Rencana tanggap darurat meliputi 7 (tujuh) komponen :

a. Rencana keluarga untuk merespon keadaan darurat: adanya rencana

penyelamatan keluarga (siapa melakukan apa) bila terjadi kondisi

darurat.

b. Rencana evakuasi meliputi tersedianya peta, tempat jalur evakuasi

keluarga, tempat berkumpulkan keluarga saat bencana ; adanya

kerabat/keluarga/teman yang menyediakan tempat pengungsian

sementara dalam keadaan darurat.

c. Pertolongan pertama, penyelamatan, keselamatan dan keamanan.

1) Tersedianya kotak P3K atau obat-obatan penting untuk

pertolongan pertama keluarga.

2) Adanya rencana untuk penyelamatan dan keselamatan keluarga

3) Adanya anggota keluarga yang mengikuti pelatihan pertolongan

pertama

4) Adanya anggota keluarga yang mengikuti latihan dan keterampilan

evakuasi.

5) Adanya akses untuk merespon keadaan darurat

d. Pemenuhan kebutuhan dasar

e. Peralatan dan perlengkapan

f. Fasilitas-fasilitas penting yang memiliki akses dengan bencana

8

Page 9: manajemen banjir

g. Latihan dan simulasi/gladi

4. Sistim Peringatan Bencana

Tersedianya sumber-sumber informasi untuk peringatan bencana baik

dari sumber tradisional maupun lokal. Adanya akses untuk mendapatkan

informasi peringatan bencana. Peringatan dini meliputi penyampaian

informasi yang tepat waktu dan efektif melalui kelembagaan yang jelas

sehingga memungkinkan setiap individu dan rumah tangga yang

terancam bahaya dapat mengambil langkah untuk menghindari atau

mengurangi resiko dan mempersiapkan diri untuk melakukan upaya

tanggap darurat yang efektif.

Kepala keluarga dapat melakukan tindakan yang tepat untuk

mengurangi korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan dengan

peringatan bencana dini untuk itu diperlukan latihan/simulasi bencana yang

harus dilakukan apabila mendengar peringatan, kemana dan bagaimaan

menyelamatkan diri pada waktu tertentu sesuai dengan lokasi dimana

kepala keluarga sedang berada saat terjadinya peringatan.

5. Mobilisasi Sumber Daya

1) Adanya anggota keluarga yang terlibat dalam seminar/ pertemuan/

pelatihan kesiapsiagaan bencana

2) Adanya keterampilan anggota keluarga yang berkaitan dengan

kesiapsiagaan terhadap bencana

3) Adanya tabungan yang berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana

9

Page 10: manajemen banjir

4) Kesepakatan keluarga untuk melakukan latihan simulasi dan

memantau tas siaga bencana secara reguler.

E. Mitigasi dalam Menghadapi Banjir

Mitigasi untuk menghadapi banjir secara terpadu untuk setiap

warga perorangan sangat diperlukan. Jika terjadi banjir pada kategori

sedang, tidak dilakukan evakuasi. Namun, jika ketinggian air telah mencapai

1,5 – 2 m maka perlu beberapa langkah untuk menghadapinya (Mistra, 2007).

a. Untuk rumah tidak bertingkat

Apabila lokasi rumah berada di wilayah yang sering langganan banjir

maka perlu dilakukan beberapa persiapann untuk rumah satu lantai

yaitu:

1. Merombak ruang rangka atap dan jadikan sebagai tempat tinggal

darurat

2. Buat bukaan pada atap genteng yang dapat berfungsi sebagai

jendela atau pintu keluar penyelamatan diri bila terlihat permukaan

air terus meninggi

3. Buat lubang tangga darurat pada plafon di tempat tertentu untuk

akses naik ke atas atap.

4. Buat alat pemantau ketinggian air (patok pengamat banjir).

Patok ini ditempatkan dekat lubang tempat naik ke ruang bawah

atap.

5. Buat instalasi listrik darurat, terpisah dari instalasi PLN di atas

ruang atap yang dijadikan tempat tinggal.

10

Page 11: manajemen banjir

6. Tempatkan generator secara khusus dan dibuatkan cerobong

asap untuk pembuangan zat beracun (CO²) hasil pembakaran bahan

bakar.

7. Buat rakit darurat lengkap dengan dayung dua buah. Rakit dibuat

dari bahan lembaran Styrofoam yang disusun untuk mengevaluasi

anggota keluarga jika ketinggian air terus meninggi. Rakit ini juga

dapat digunakan untuk membawa barang-barang elektronik yang

ringan.

8. Siapkan pelampung darurat untuk proses penyelamatan diri.

9. Malam ini dapat di gunakan lampu minyak goreng bekas (jelantah).

Sebelum banjir, minyak bekas ini dikumpulkan dan disimpan

dalam botol dan digunakan untuk kondisi darurat saja.

10. Buat sebuah tempat atau wadah yang kuat dan tidak mudah

dimasuki air untuk menyimpan barang-barang berharga, seperti

ijazah, surat tanah, dan lain-lain.

11. Siapkan kantong plastik besar untuk mengamankan pakaian atau

barang lain yang tidak mungkin dibawa mengungsi dan terpaksa

ditinggal di dalam rumah. Barang-barang ini pasti akan terendam

dan selama terendam tetap aman tidak terkena air. Jika terendam

pun tidak terlalu parah dan mudah dibersihkan.

12. Buat alat penjernih atau penyaring air sederhana untuk mengambil

air banjir, lalu disaring. Air ini dapat dipakai untuk mencuci dan

mandi. Caranya, gunakan tawas dan kaporit untuk mempercepat

pengendapan lumpur dan membunuh bakteri.1 sendok teh dan

setengah sendok teh untuk 20 liter air. Masukkan tawas yang telah

ditumbuk halus dan kaporit kemudian aduk sampai merata.

11

Page 12: manajemen banjir

13. Jika sulit mendapatkan air bersih untuk minum, simpan air mineral

kemasan dalam dus atau air mineral yang dikemas dalam sebuah

galon.

14. Sediakan obat-obatan seperti obat gosok, obat sakit kepala, obat

diare, obat masuk angin, obat batuk, obat flu, dan obat-obatan

pribadi.

15. Siapkan bendera merah putih, bendera merah, dan tiang bendera

dari bambu. Bendera merah-putih adalah symbol siaga satu dan

rumah masih ada penghuninya. Jika ketinggian air semakin tinggi

(dapat dilihat dari pemantauan patok pengamat banjir), naikkan

bendera merah di bawah bendera merahputih, artinya penguhi

rumah dalam keadaan SOS (Save Our Soul). Dengan tanda ini

diharapkan tim evakuasi, bendera harap dilepas. Para relawan yang

membawa makanan dan minuman tidak perlu berteriak-teriak

melalui pengeras suara, tetapi langsung mendatangi dan

mendata jumlah keluarga lalu membagikan sembako. Itulah

gunanya bendera sebagai tanda ada kehidupan di rumah yang

terendam banjir.

16. Mencatat dan menyimpan nomor telepon posko banjir dan posko

tim evakuasi yang terdekat di wilayah banjir.

b. Untuk rumah bertingkat

Persiapan yang dilakukan sama seperti pada rumah yang tidak

bertingkat. Perombakan ruang di bawah atap tidak perlu dilakukan jika

ketinggian air tidak menyentuh lantai dua. Masalah yang dihadapi

biasanya terletak pada pengadaan air bersih untuk keperluan mencuci dan

memasak.

Keluarga apabila akan tetap bertahan di dalam rumah, perlu

diperhatikan kekuatan struktur rumah. Bangunan melawan tekanan

12

Page 13: manajemen banjir

derasnya air yang mengalir Jika strukturnya aman tidak masalah, tetapi

jika konstruksinya mengkhawatirkan, dianjurkan untuk segera

meninggalkan rumah.

Adapun menurut Bakornas (2006), tindakan kesiapsiagaan dirumah

tangga adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan tas siaga berisi bebagai keperluan dan dokumen penting

seperti ijazah, sertifikat tanah, BPKB, buku nikah, obat-obatan, dan

senter. Tas siaga tersebut disimpan pada temapt yang mudah

dijangkau, sehingga ketika bencana datang tiba-tiba dan harus

meninggalkan rumah maka barang-barang tersebut dapat dibawa

dengan mudah dan cepat.

2. Naikkan alat-alat listrik, barang berharga, buku dan barang yang

mudah rusak bila terkena air ke tempat yang tinggi (melebihi

ketinggian maksimum banjir) bagi penduduk yang tinggal di kawasan

banjir.

3. Mempelajari peta daerah rawan dari bencana.

4. Mempelajari lokasi aman dan jalur aman untuk melakukan

evakuasi jika terjadi bencana.

5. Mempelajari P3K untuk menolong diri sendiri atau korban seandainya

ada cedera.

6. Menempatkan kunci rumah di tempat yang aman, mudah diambil dan

diketahui (disepakati) oleh semua anggota keluarga.

7. Menulis nomor-nomor telepon penting seperti nomor polisi, PAM,

PLN, PMI, LSM, Pemadam kebakaran dan menyimpannya kedalam

memori handphone atau dalam catatan penting lainnya.

8. Menempatkan handphone dan alat tanda bahaya di tempat yang

mudah dijangkau ketika menyelamatkan diri.

13

Page 14: manajemen banjir

9. Pemasangan tanda bahaya, yakni jalur-jalur yang tidak dapat

digunakan pada saat bencana.

Sedangkan persiapan menghadapi banjir dirumah tangga yang

dapat dilakukan oleh kepala keluarga menurut Yulaelawati (2008), seperti

di bawah ini:

a. Pastikan memiliki persiapan pelampung yang cukup untuk anggota

keluarga.

b. Pastikan memiliki bekal makanan dan persiapan obat-obatan yang

memadai.

c. Miliki nomor konteks ketua RT/RW dan instansi penting lainnya

d. Simpanlah dokumen-dokumen dan surat-surat penting dalam plastik

atau kotak tahan air

e. Titipkan photo copy dokumen-dokumen dan surat-surat tersebut di

tempat kerabat atau orang terpecaya yang tinggal di daerah yang tidak

terkena banjir.

f. Segera naikkan alat-alat atau kabel-kabel listrik sebelum terkena

banjir yang lebih tinggi yang tidak terjangkau oleh air banjir.

g. Tutup kran saluran air utama yang mengalir ke dalam rumah .

h. Selalu mendengar informasi tentang perkembangan cuaca.

i. Ikuti perintah evakuasi yang dikeluarkan oleh pemerintah atau

petugas bencana yang ada.

F. Tindakan-Tindakan yang Dilakukan Pasca Banjir

Menurut Depkes RI (2005), tindakan-tindakan pasca banjir yang

dapat dilakukan keluarga adalah:

1. Bersihkan lingkungan tempat tinggal, kumpulkan dan buanglah

sampah yang terbawa arus air ke dalam lubang dihalaman rumah/atau

14

Page 15: manajemen banjir

ketempat sampah. Bersihkan lantai & dinding didalam rumah bersihkan

dengan cairan desinfektan.

2. Kuburlah lubang-lubang bekas air.

3. Air sumur atau air keran yang berpotensi terkontaminasi, sebaiknya

tidak digunakan dulu, meskipun akan dimasak/ direbus dulu sebelum

digunakan. Check dahulu air yang akan digunakan secara fisik

(warna, rasa, bau dll), sampai dipastikan bahwa air tersebut layak untuk

diminum.pake pelindung yang beralas keras (Sandal/sepatu) apabila

berjalan dalam genangan air.

4. Tingkatkan daya tahan tubuh, minumlah supplemen vitamin,

konsumsilah makanan yang bergizi dan teratur, istirahatlah yang cukup.

5. Buanglah makanan yang telah terkontaminasi

6. Cucilah sayuran terlebih dahulu sebelum dimasak, hindari mengkonsumsi

sayuran yang telah terkontaminasi. Tutuplah makanan yang akan

disajikan.

7. Obati luka yang terbuka dengan plester tahan air

8. Cucilah tangan dengan sabun sebelum atau sesudah makan.

9. Laranglah anak anak anda bermain didaerah banjir, bila melakukannya

mandi dan cuci tangan yang bersih.

G. Untuk Mengurangi Dampak Banjir

a. Pada Tahap Pra Bencana

1. Membuat peta rawan bencana

2. Membangun, dan memelihara sungai, tampungan air, drainase,

berserta peralatan dan fasilitas.

3. Menyusun peraturan dan menertibkan daerah bantaran sungai.

4. Membuat peta daerah genangan banjir.

5. Sosialisasi dan pelatihan prosedur penanggulangan banjir.

6. Menegakkan hukum, terhadap pelanggaran pengelolaan aliran

sungai.

15

Page 16: manajemen banjir

7. Menyediakan cadangan pangan, sandang, peralatan darurat

banjir.

8. Membuat sumur resapan.

b. Pada Tahap Ketika Bencana

1. Memberitahukan dini kepada masyarakat tentang kondisi

cuaca.

2. Menempatkan petugas pada pos-pos pengamatan.

3. Menyiapkan sarana penanggulangan.

4. Mendata lokasi dan jumlah korban bencana.

5. Memberikan bantuan pangan, pakaian, peralatan kebutuhan

lainnya.

c. Pada Tahap Setelah Bencana

1. Pendataan kerusakan bangunan dan fasilitas publik.

2. Memperbaiki prasarana publik yang rusak.

3. Membersihkan lingkungan.

4. Mengajukan usulan pembiayaan program pembangunan

fasilitas penanggulangan banjir.

H. Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana Banjir

Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi

pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan

tersebut juga sangat dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana.

Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar

praktek keperawatan saja,  Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga

sangat di butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal

bagi perawat untuk bisa terjun memberikan pertolongan dalam situasi

bencana.

Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, kita lebih

banyak melihat tenaga relawan dan LSM lain yang memberikan pertolongan

16

Page 17: manajemen banjir

lebih dahulu dibandingkan dengan perawat, walaupun ada itu sudah terkesan

lambat.(Bakornas,2007)

I. Jenis Kegiatan Siaga Bencana yang dapat dilakukan Perawat

Kegiatan penanganan siaga bencana memang berbeda dibandingkan

pertolongan medis dalam keadaan normal lainnya. Ada beberapa hal yang

menjadi perhatian penting. Berikut beberapa tnidakan yang bisa dilakukan

oleh perawat dalam situasi tanggap bencana (mistral, 2007):

1. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik

Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan

korban dan kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka luka,

kerusakan fasilitas pribadi dan umum,  yang mungkin akan

menyebabkan isolasi tempat, sehingga sulit dijangkau oleh para

relawan. Hal yang paling urgen dibutuhkan oleh korban saat itu  adalah

pengobatan dari tenaga kesehatan. Perawat bisa turut andil dalam aksi

ini, baik berkolaborasi dengan tenaga perawat atau pun tenaga

kesehatan profesional, ataupun juga melakukan pengobatan bersama

perawat lainnya secara cepat, menyeluruh dan merata di tempat

bencana. Pengobatan yang dilakukan pun bisa beragam, mulai dari

pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan lainnya sesuai dengan profesi

keperawatan.

2. Pemberian bantuan

Perawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana,

dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai

bentuk, seperti makanan, obat obatan, keperluan sandang dan lain

sebagainya. Pemberian bantuan tersebut bisa dilakukan langsung oleh

perawat secara langsung di lokasi bencana dengan memdirikan posko

bantuan. Selain itu,  Hal yang harus difokuskan dalam kegiatan ini

adalah pemerataan bantuan di tempat bencana sesuai kebutuhan yang

di butuhkan oleh para korban saat itu, sehinnga tidak akan ada lagi

17

Page 18: manajemen banjir

para korban yang tidak mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan

bantuan yang menumpuk ataupun tidak tepat sasaran.

3. Pemulihan kesehatan mental

Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma

psikologis akibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa

berupa kesedihan yang mendalam, ketakutan dan kehilangan berat.

Tidak sedikit trauma ini menimpa wanita, ibu ibu, dan anak anak yang

sedang dalam massa pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus

berkelanjutan maka akan mengakibatkan stress berat dan gangguan

mental bagi para korban bencana. Hal yang dibutukan dalam

penanganan situasi seperti ini adalah pemulihan kesehatan mental yang

dapat dilakukan oleh perawat. Pada orang dewasa, pemulihannya bisa

dilakukan dengan sharing dan mendengarkan segala keluhan keluhan

yang dihadapinya, selanjutnya diberikan sebuah solusi dan diberi

penyemangat untuk tetap bangkit. Sedangkan pada anak anak, cara

yang efektif adalah dengan mengembalikan keceriaan mereka kembali,

hal ini mengingat sifat lahiriah anak anak yang berada pada masa

bermain. Perawat dapat mendirikan sebuah taman bermain, dimana

anak anak tersebut akan mendapatkan permainan, cerita lucu, dan lain

sebagainnya. Sehinnga kepercayaan diri mereka akan kembali seperti

sedia kala.

4. Pemberdayaan masyarakat

Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca

bencana biasanya akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat

memburuknya keaadaan pasca bencana., akibat kehilangan harta benda

yang mereka miliki. sehinnga banyak diantara mereka  yang patah arah

dalam menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa menolong

membangkitkan keadaan tersebut adalah melakukan pemberdayaan

masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas dan skill yang

dapat menjadi bekal bagi mereka kelak. Perawat dapat melakukan

pelatihan pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi

18

Page 19: manajemen banjir

dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu.

Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana akan

mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang ia

miliki.

Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yang harus

dimiliki oleh seorang perawat, diantaranya:

1. Perawatan harus memilki skill keperawatan yang baik.

Sebagai perawat yang akan memberikan pertolongan dalam penanaganan

bencana, haruslah mumpunyai skill keperawatan, dengan bekal tersebut

perawat akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik dan

maksimal.

2. Perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian.

Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap elemen

masyarakat termasuk perawat, kepedulian tersebut tercemin dari rasa

empati dan mau berkontribusi secara maksimal dalam segala situasi

bencana. Sehingga dengan jiwa dan semangat kepedulian tersebut akan

mampu meringankan beban penderitaan korban bencana.

3. Perawatan harus memahami managemen siaga bencana

Kondisi siaga bencana membutuhkan penanganan yang berbeda, segal hal

yang terkait harus didasarkan pada managemen yang baik, mengingat

bencana datang secara tak terduga banyak hal yang harus dipersiapkan

dengan matang, jangan sampai tindakan yang dilakukan salah dan sia sia.

Dalam melakukan tindakan di daerah bencana, perawat dituntut untuk

mampu memilki kesiapan dalam situasi apapun jika terjadi bencana alam.

Segala hal yang berhubungan dengan peralatan bantuan dan pertolongan

medis harus bisa dikoordinir dengan baik dalam waktu yang mendesak.

Oleh karena itu, perawat harus mengerti konsep siaga bencana.

19

Page 20: manajemen banjir

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Banjir mengandung pengertian aliran air sungai yang tingginya

melebihi muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai

menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah disisi sungai. Aliran air

limpasan tersebut yang semakin meninggi, mengalir dan melimpasi muka

tanah yang biasanya tidak dilewati aliran air. Bencana banjir merupakan

peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta

benda, dan dampak psikologis

B. Saran

Setelah diselesaikan makalah ini kami berharap kepada mahasiswa D-IV

Keperawatan akan lebih memahami bagaimana manajemen bencana pana

banjir.

20

Page 21: manajemen banjir

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Undang undang No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana

BAKORNAS PB, 2007. Pedoman Penanggulangan Bencana Banjir, Jakarta.

Dibyosaputro. 1998. Penanggulangan Bencana Banjir, Jakarta.

Ditjen Binkesmas Depkes, 2005. Pedoman Puskesmas Dalam Penanggulangan

Bencana, Jakarta.

LIPI-UNESCO/ISDR, 2006. Pengembangan Framework Untuk Mengukur

Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana Alam, Jakarta.

Mistra, 2007. Antisipasi Rumah di Daerah Rawan Banjir, Depok : Penebar

Swadaya

Yulaelawati, Ella dan Syihab, Usman 2008. MENCERDASI BENCANA.

Jakarta : Penerbit PT Grasindo (Anggota IKAPI)

21