Download - Makalah Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih
MAKALAH USHUL FIQHI
Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi
Created by, Muhammad Sapri
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebagaimana ilmu keagamaan lain dalam Islam, ilmu ushul fiqih tumbuh
dan berkembang dengan tetap berpijak pada Al-Quran dan Sunnah, ushul fiqih
tidak timbul dengan sendirinya, tetapi benih-benihnya sudah ada sejak zaman
Rosulullah dan sahabat. Masalah utama yang menjadi bagian ushul fiqih, seperti
ijtihad, qiyas, nasakh, dan takhsis sudah ada pada zaman Rosulullah sahabat. Dan
di masa Rasulullah saw, umat Islam tidak memerlukan kaidah-kaidah tertentu
dalam memahami hukum-hukum syar’i, semua permasalahan dapat langsung
merujuk kepada Rasulullah saw lewat penjelasan beliau mengenai Al-Qur’an, atau
melalui sunnah beliau saw.
Pada masa tabi’in cara mengistinbath hukum semakin berkembang. Di
antara mereka ada yang menempuh metode maslalah atau metode qiyas di
samping berpegang pula pada fatwa sahabat sebelumnya. Pada nmasa tabi’in
inilah mulai tampak perbedaan-perbedaan mengenai hukum sebagai konskuensi
logis dari perbedaan metode yang digunakan oleh para ulama ketika itu. ( Abu
Zahro : 12 ).
Corak perbedaan pemahaman lebih jelas lagi pada masa sesudah tabi’in
atau pada masa Al- Aimmat Al- Mujtahidin. Sejalan dengan itu, kaidah-kaidah
istinbath yang digunakan juga semakin jelas bentuknya bentuknya. Abu Hanifah
misalnya menempuh metode qiyas dan istihsan. Sementara Imam Malik
berpegang pada amalan mereka lebih dapat dipercaya dari pada hadis ahad (Abu
Zahro: 12).
Apa yang dikemukakan diatas menunjukkan bahwa sejak zaman
Rasulullah saw., sahabat, tabi’in dan sesudahnya, pemikiran hukum Islam
mengalami perkembangan. Namun demikian, corak atau metode pemikiran belum
1
MAKALAH USHUL FIQHI
Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi
Created by, Muhammad Sapri
terbukukan dalam tulisan yang sistematis. Dengan kata lain, belum terbentuk
sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan ushul fiqih pada masa Nabi?
2. Bagaimana perkembangan ushul fiqih pada masa sahabat dan tabi’in?
3. Bagaimana pembukuan ushul fiqih?
4. Bagaimana tahap-tahap perkembangan ushul fiqih?
2
MAKALAH USHUL FIQHI
Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi
Created by, Muhammad Sapri
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan ushul fiqih pada masa Nabi.
Di zaman Rasulullah SAW sumber hukum Islam hanya dua, yaitu Al-
Quran dan Assunnah. Apabila suatu kasus terjadi, Nabi SAW menunggu turunnya
wahyu yang menjelaskan hukum kasus tersebut. Apabila wahyu tidak turun, maka
Rauslullah SAW menetapkan hukum kasus tersebut melalui sabdanya, yang
kemudian dikenal dengan hadits atau sunnah.
Hal ini antara lain dapat diketahui dari sabda Rasulullah SAW sebagai
berikut:
“Sesungguhnya saya memberikan keputusan kepada kamu melalui pendapatku
dalam hal-hal yang tidak diturunkan wahyu kepadaku.” (HR. Abu Daud dari
Ummu Salamah)
.Hasil ijtihad Rasulullah ini secara otomatis menjadi sunnah bagi Umat
Islam. Hadits tentang pengutusan Mu’az Ibn Jabal ke Yaman sebagai qadi,
menunjukkan perijinan yang luas untuk melakukan ijtihad hukum pada masa
Nabi. Dalam pengutusan ini Nabi bersabda
كيف تقض ادا عر ض ل��ك قض��ا ء ؟ ق��ال ا قض بكت��ا ب الل��ه ر س�و ل الل�ه قال فا ن لم تجد ف كتا ب الل�ه؟ ق�ال فبس�نة
قال فان لم تجد في سنة ر سو ل الله قال اجتهد راى وال ل��و فضرب رسو ل الله على صدره وقال ا ا لحمد ا ا لذي و ف��ق
رسو ل اللهكما ير ض ر سسو ل الله“Bagaimana engkau (mu’az) mengambil suatu keputusan hukum terhadap
permasalahan hukum yang diajukan kepadamu? Jawab mu’az saya akan
mengambil suatu keputusan hukum berdasarkan kitab Allah (Al-Quran). Kalau
kamu tidak menemukan dalam kitab Allah? Jawab Mu’az, saya akan mengambil
keputusan berdasarkan keputusan berdasarkan sunnah Raulullah. Tanya Nabi,
jika engkau tidak ketemukan dalam sunnah? Jawab Mu’az, saya akan berijtihad,
dan saya tidak akan menyimpang. Lalu Rasulullah menepuk dada Mu’az seraya
3
MAKALAH USHUL FIQHI
Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi
Created by, Muhammad Sapri
mengatakan segala puji bagi Allah yang telah memberi taufik utusan Rasulnya
pada sesuatu yang diridhai oleh Allah dan rasulnya.”
Hadits ini secara tersurat tidak menunjukkan adanya upaya Nabi untuk
mengembangkan Ilmu Ushul Fiqh, tapi secara tersirat jelas Nabi telah
memberikan keluasan dalam mengembangkan akal untuk menetapkan hukum
yang belum tersurat dalam Al-Quran dan Sunnah.
Artinya dengan keluwesannya Nabi dalam melakukan pemecahan
masalah-masalah ijtihadiyah telah memberikan legalitas yang kuat terhadap para
sahabat. Dalam sebuah haditsnya yang mengandung kebolehan bagi manusia
untuk mencari solusi terhadap urusan-urusan keduniaan Rasulullah bersabda :
نتم ا علم با مو ر د نيا كما“Kamu lebih mengetahui tentang urusan duniamu.”
Dorongan untuk melakukan ijtihad itu tersirat juga dalam hadits Nabi
yang menjelaskan tentang pahala yang diperoleh seseorang yang melakukan
ijtihad sebagai upaya yang sungguh-sungguh dalam mencurahkan pemikiran baik
hasil usahanya benar atau salah.
Selain dalam bentuk anjuran dan pembolehan ijtihad oleh Nabi di atas,
Nabi sendiri pada dasarnya telah memberikan isyarat terhadap kebolehan
melakukan ijtihad setidak-tidaknya dalam bentuk qiyas sebagaimana dapat kita
temukan dalam hadits-haditnya sebagai berikut :
جات ا مر ا ة خثيمي��ة فق��ا لت ي��ا ر س��و ل ا لل��ه ان ابى اد ر كته ف رضه احغ و لم يحج و ه��و ال يتمس��ك على ال��ر ح��ا ل��ة لمر ضه افا حج عنه ؟ فق��ا ل ر س��و ل الل��ه علي��ه و س��لم ار ايت لو ك��ا ن على ا بي��ك دين اقتض��يته عن��ه ق��ا لت نعم ق��ال
فدين ا لله ا حق ان يقض“Seorang wanita namanya Khusaimiah datang kepada Nabi dan bertanya, Ya
Rasulullah ayah saya seharusnya telah menunaikan haji, dia tidak kuat duduk
dalam kendaraan karena sakit, Apakah saya harus melakukan haji untuknya?
Jawab Rasulullah dengan bertanya bagaimana pendapatmu bila Ayahmu
mempunyai utang? Apakah engkau harus membayar? Perempuan itu menjawab ,
Ya, Nabi berkata utang kepada Allah lebih utama untuk dibayar.
4
MAKALAH USHUL FIQHI
Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi
Created by, Muhammad Sapri
Hadits ini menggambarkan upaya qiyas yang dilakukan oleh Nabi, yaitu
ketika seorang sahabat datang kepada Nabi yang menanyakan tentang keharusan
penunaian kewajiban ibadah haji bapaknya yang mengidap sakit, Nabi
menegaskan keharusan penunaiannya dengan melakukan pengqiyasan terhadap
pembayaran utang antara sesama manusia.
Ada satu hal yang perlu dicatat, kehadiran Nabi sebagai pemegang
otoritas tunggal dalam permasalahan-permasalahan hukum membuat Nabi sangat
berhati-hati disatu pihak, dan terbuka dipihak lain. Sikap hati-hati yang ditempuh
oleh Nabi dalam rangka penerapan hukum Islam bidang ibadah. Penjelasan Nabi
yang berkaitan dengan ini cukup rinci. Wahyu memegang peranan sangat penting.
Sikap terbuka yang ditempuh oleh Nabi dalam upaya pengembangan hukum Islam
bidang muamalah.
Berbeda dengan ibadah, dalam muamalah penjelasan Nabi lebih banyak
bersifat garis besar, sedangkan perincian dan penjelasan pelaksanaannya
diserahkan kepada manusia. Manusia dengan akal yang dianugerahkan kepadanya
diberi peranan lebih banyak. Artinya, ini pulalah salah satu faktor yang ikut
mendukung terhadap pertumbuhan ilmu ushul fiqh selanjutnya.
Dalam beberapa kasus, Rasulullah SAW juga menggunakan qiyas ketika
menjawab pertanyaan para sahabat. Misalnya ketika menjawab pertanyaan Umar
Ibn Khatab tentang batal atau tidaknya puasa seseorang yang mencium istrinya.
Rasulullah SAW bersabda :
“Apabila kamu berkumur-kumur dalam keadaan puasa, apakah puasamu batal?”
Umar menjawab:”Tidak apa-apa” (tidak batal). Rasulullah kemudian bersabda
“maka teruskan puasamu.”(HR al-Bukhari, muslim, dan Abu Dawud).
Hadits ini mengidentifikasikan kepada kita bahwa Rasulullah SAW jelas
telah menggunakan qiyas dalam menetapkan hukumnya, yaitu dengan
mengqiyaskan tidak batalnya seseorang yang sedang berpuasa karena mencium
istrinya sebagaimana tidak batalnya puasa karena berkumur-kumur.
5
MAKALAH USHUL FIQHI
Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi
Created by, Muhammad Sapri
B. Perkembangan ushul fiqih pada masa sahabat dan tabi’in
1. Pada masa sahabat
Memang, semenjak masa sahabat telah timbul persoalan-persoalan baru
yang menuntut ketetapan hukumnya. Untuk itu para sahabat berijtihad, mencari
ketetapan hukumnya. Setelah wafat Rasulullah SAW sudah barang tentu
berlakunya hasil ijtihad para sahabat pada masa ini, tidak lagi disahkan oleh
Rasulullah SAW, sehingga dengan demikian semenjak masa sahabat ijtihad sudah
merupakan sumber hukum.
Sebagai contoh hasil ijtihad para sahabat, yaitu : Umar bin Khattab RA
tidak menjatuhkan hukuman potong tangan kepada seseorang yang mencuri
karena kelaparan (darurat/terpaksa). Dan Ali bin Abi Thalib berpendapat bahwa
wanita yang suaminya meninggal dunia dan belum dicampuri serta belum
ditentukan maharnya, hanya berhak mendapatkan mut'ah. Ali menyamakan
kedudukan wanita tersebut dengan wanita yang telah dicerai oleh suaminya dan
belum dicampuri serta belum ditentukan maharnya, yang oleh syara' ditetapkan
hak mut'ah baginya, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah :
Artinya :
"Tidak ada sesuatupun (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan isteri-isterimu
sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan
maharnya. Dan hendaklah kamu memberikan mut'ah (pemberian) kepada mereka.
Orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut
kemampuannya (pula), yaitu pemberian menurut yang patut. Yang demikian itu
merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan." (Al-Baqarah :
236).
Dari contoh-contoh ijtihad yang dilakukan oleh Rasulullah SAW,
demikian pula oleh para sahabatnya baik di kala Rasulullah SAW masih hidup
atau setelah beliau wafat, tampak adanya cara-cara yang digunakannya, sekalipun
6
MAKALAH USHUL FIQHI
Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi
Created by, Muhammad Sapri
tidak dikemukakan dan tidak disusun kaidah-kaidah (aturan-aturan)nya ;
sebagaimana yang kita kenal dalam Ilmu Ushul Fiqh ; karena pada masa
Rasulullah SAW, demikian pula pada masa sahabatnya, tidak dibutuhkan adanya
kaidah-kaidah dalam berijtihad dengan kata lain pada masa Rasulullah SAW dan
pada masa sahabat telah terjadi praktek berijtihad, hanya saja pada waktu-waktu
itu tidak disusun sebagai suatu ilmu yang kelak disebut dengan Ilmu Ushul Fiqh
karena pada waktu-waktu itu tidak dibutuhkan adanya. Yang demikian itu, karena
Rasulullah SAW mengetahui cara-cara nash dalam menunjukkan hukum baik
secara langsung atau tidak langsung, sehingga beliau tidak membutuhkan adanya
kaidah-kaidah dalam berijtihad, karena mereka mengetahui sebab-sebab turun
(asbabun nuzul) ayat-ayat Al-Qur'an, sebab-sebab datang (asbabul wurud) Al-
Hadits, mempunyai ketazaman dalam memahami rahasia-rahasia, tujuan dan
dasar-dasar syara' dalam menetapkan hukum yang mereka peroleh karena mereka
mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam terhadap bahasa mereka sendiri
(Arab) yang juga bahasa Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dengan pengetahuan yang
mereka miliki itu, mereka mampu berijtihad tanpa membutuhkan adanya kaidah-
kaidah.
2. Pada masa tabi’in
Pada masa tabi'in, tabi'it-tabi'in dan para imam mujtahid, di sekitar abad
II dan III Hijriyah wilayah kekuasaan Islam telah menjadi semakin luas, sampai
ke daerah-daerah yang dihuni oleh orang-orang yang bukan bangsa Arab atau
tidak berbahasa Arab dan beragam pula situasi dan kondisinya serta adat
istiadatnya. Banyak diantara para ulama yang bertebaran di daerah-daerah tersebut
dan tidak sedikit penduduk daerah-daerah itu yang memeluk agama Islam.
Dengan semakin tersebarnya agama Islam di kalangan penduduk dari berbagai
daerah tersebut, menjadikan semakin banyak persoalan-persoalan hukum yang
timbul. Yang tidak didapati ketetapan hukumnya dalam Al-Qur'an dan As-
Sunnah. Untuk itu para ulama yang tinggal di berbagai daerah itu berijtihad
mencari ketetapan hukumnya.
Karena banyaknya persoalan-persoalan hukum yang timbul dan karena
pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang yang berkembang
7
MAKALAH USHUL FIQHI
Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi
Created by, Muhammad Sapri
dengan pesat yang terjadi pada masa ini, kegiatan ijtihad juga mencapai kemajuan
yang besar dan lebih bersemarak.
Dalam pada itu, pada masa ini juga semakin banyak terjadi perbedaan
dan perdebatan antara para ulama mengenai hasil ijtihad, dalil dan jalan-jalan
yang ditempuhnya. Perbedaan dan perdebatan tersebut, bukan saja antara ulama
satu daerah dengan daerah yang lain, tetapi juga antara para ulama yang sama-
sama tinggal dalam satu daerah.Kenyataan-kenyataan di atas mendorong para
ulama untuk menyusun kaidah-kaidah syari'ah yakni kaidah-kaidah yang bertalian
dengan tujuan dan dasar-dasar syara' dalam menetapkan hukum dalam berijtihad.
Demikian pula dengan semakin luasnya daerah kekuasan Islam dan
banyaknya penduduk yang bukan bangsa Arab memeluk agama Islam. Maka
terjadilah pergaulan antara orang-orang Arab dengan mereka. Dari pergaulan
antara orang-orang Arab dengan mereka itu membawa akibat terjadinya
penyusupan bahasa-bahasa mereka ke dalam bahasa Arab, baik berupa ejaan,
kata-kata maupun dalam susunan kalimat, baik dalam ucapan maupun dalam
tulisan. Keadaan yang demikian itu, tidak sedikit menimbulkan keraguan dan
kemungkinan-kemungkinan dalam memahami nash-nash syara'. Hal ini
mendorong para ulama untuk menyusun kaidah-kaidah lughawiyah (bahasa), agar
dapat memahami nash-nash syara' sebagaimana dipahami oleh orang-orang Arab
sewaktu turun atau datangnya nash-nash tersebut.
Dengan disusunnya kaidah-kaidah syar'iyah dan kaidah-kaidah
lughawiyah dalam berijtihad pada abad II Hijriyah, maka telah terwujudlah Ilmu
Ushul Fiqh.Dikatakan oleh Ibnu Nadim bahwa ulama yang pertama kali
menyusun kitab Ilmu Ushul Fiqh ialah Imam Abu Yusuf -murid Imam Abu
Hanifah- akan tetapi kitab tersebut tidak sampai kepada kita.
Diterangkan oleh Abdul Wahhab Khallaf, bahwa ulama yang pertama
kali membukukan kaidah-kaidah Ilmu Ushul Fiqh dengan disertai alasan-
alasannya adalah Muhammad bin Idris asy-Syafi'iy (150-204 H) dalam sebuah
kitab yang diberi nama Ar-Risalah. Dan kitab tersebut adalah kitab dalam bidang
Ilmu Ushul Fiqh yang pertama sampai kepada kita. Oleh karena itu terkenal di
kalangan para ulama, bahwa beliau adalah pencipta Ilmu Ushul Fiqh.
8
MAKALAH USHUL FIQHI
Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi
Created by, Muhammad Sapri
C. Pembukuan ushul fiqih
Salah satu yang mendorong diperlukannya pembukuan ushul fiqih adalah
perkembangan wilayah Islam yang semakin luas, sehingga tidak jarang
menyebabkan timbulnya berbagai persoalan yang belum diketahui kedudukan
hukumnya. Untuk itu, para ulama Islam sangat membutuhkan kaidah-kaidah
hukum yang sudah dibukukan untuk dijadikan rujukan dalam menggali dan
menetapkan hukum.
Sebenarnya,jauh sebelum dibukukannya ushul fiqih, ulama-ulama
terdahulu telah membuat teori-teori ushul yang dipegang oleh para pengikutnya
masing-masing. tak heran jika pengikut para ulama tersebut mengklaim bahwa
gurunyalah yang pertama menyusun kaidah-kaidah ushul fiqih.
Golongan Hanafiyah misalnya mengklaim bahwa yang pertama
menyusun ilmu Ushul Fiqih ialah Abu Hanifah, Abu Yusuf Dan Ibnu Ali-Al
Hasan. Alasan mereka bahwa Abu Hanifah merupakan orang yang pertama
menjelaskan metode istinbath dalam kitabnyanya Ar-Ra'yu. Dan Abu Yusuf Abu
Yusuf adalah orang yang pertama menyusun ushul fiqh dalam madzhab hanafi,
demikian pula Muhammad Ibnu Al-Hasan telah menyusun ushul fiqh sebelum As-
Syafi'ie, bahkan As-Syafi'i berguru kepadanya.
Golongan As-Syafiiyah juga mengklaim bahwa Imam As-Syafi'i lah
orang yang pertama yang menyusun kitab ushul fiqh. Hal ini di ungkapkan oleh
Al-Allamah Jamal Ad-Din Abd Ar-Rohman Ibnu Hasan Al-Asnawi. Menurutnya,
"tidak diperselisihkan lagi "Imam Syafi'i adalah tokoh besar yang pertama-tama
menyusun kitab dalam ilmu ini, yaitu kitab yang tidak asing lagi dan yang sampai
kepada kita sekarang, yakni kitab Al-Risalah2
Kalau dikembalikan pada sejarah, yang pertama berbicara tentang ushul
fiqih sebelum dibukukannya adalah para sahabat dan tabi’in. Hal ini tidak
diperselisihkan lagi. Namun yang diperselisihkan adalah orang yang mula-mula
mengarang kitab ushul fiqih sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang bersifat
umum dan mencakup segala aspeknya. Untuk itu kita perlu mengetahui terlebih
dahulu teori-teori penulisan dalam ilmu ushul fiqih. Secara garis besar ada dua
teori penulisan yang dikenal yakni.
9
MAKALAH USHUL FIQHI
Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi
Created by, Muhammad Sapri
Pertama, merumuskan kaidah-kaidah fiqiyah bagi setiap bab dalam bab
fiqih dan menganalisisnya serta mengaplikasikan masalah furu’ atas kaidah-
kaidah tersebut. Teori inilah yang ditempuh oleh golongan Hanafi dan merekalah
yang merintisnya.
Kedua, merumuskan kaidah-kaidah yang dapat menolong seorang
mujtahit dan meng-istinbat hukum dari sumber hukum syar’i, tanpa terikat oleh
pendapat seorang faqih atau suatu pemahaman yang sejalan dengannya maupun
yang bertentangan. Cara inilah yang ditempuh Al-Qur'an-syafi’i dalam kitabnya
ar-risalah, suatu kitab yang tersusun secara sempurna dalam bidang ilmu ushul
dan independen. Kitab seperti ini belum ada sebelumya, menurut ijma’ ulama dan
catatan sejarah (sulaiman:64).
D. Tahapan perkembangan ushul fiqih
secara garis besarnya, ushul fiqh dapat di bagi dalam tiga tahapan yaitu:
a) Tahap awal (abad 3H)
pada abad 3 H di bawah pemerintahan Abassiyah wilayah Islam semakin
meluas kebagian timur.khalifah-khalifah yang berkuasa dalam abad ini adalah :
Al-Ma'mun(w.218H), Al-Mu'tashim(w.227H), Al Wasiq(w.232H), dan Al-
Mutawakil(w.247H) pada masa mereka inilah terjadi suatu kebangkitan ilmiah
dikalangan Islam yang dimulai dari kekhalifahan Arrasyid. salah satu hasil dari
kebangkitan berfikir dan semangat keilmuan Islam ketika itu adalah
berkembangnya bidang fiqh yang pada giliranya mendorong untuk disusunya
metode berfikir fiqih yang disebut ushul fiqh.
Seperti telah dikemukakan, kitab ushul fiqh yang pertama-tama tersusun
seara utuh dan terpisah dari kitab-kitab fiqh ialah Ar-Risalah karangan As-Syafi'i.
kitab ini dinilai oleh para ulama sebagai kitab yang bertnilai tinggi. Ar-Razi
berkata "kedudukan As-Syafi'i dalam ushul fiqh setingkat dengan kedudukan
Aristo dalam ilmu Manthiq dan kedudukan Al-Khalil Ibnu Ahmad dalam ilmu Ar-
rud".
Ulama sebelum As-Syafi'i berbicara tentang masalah-masalah ushul fiqh
dan menjadikanya pegangan, tetapi mereka belum memperoleh kaidah-kaidah
umum yang menjadi rujukan dalam mengetahui dalil-dalil syari'at dan cara
10
MAKALAH USHUL FIQHI
Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi
Created by, Muhammad Sapri
memegangi dan cara mentarjih kanya: maka datanglah Al-Syafi'i menyusun ilmu
ushul fiqih yang merupakan kaidah-kaidah umum yang dijadikan rujukan-rujukan
untuk mengetahui tingkatan-tingkatan dalil syar'I, kalaupun ada orang yang
menyusun kitab ilmu ushul fiqh sesudah As-Syafi;I, mereka tetap bergantung
pada Asy-Syafi'i karena Asy-Syafi'ilah yang membuka jalan untuk pertama
kalinya.
Selain kitab Ar-Risalah pada abad 3 H telah tersusun pula sejumlah kitab
ushu fiqh lainya. Isa Ibnu Iban(w.221H\835 M) menulis kitab Itsbat Al-Qiyas.
Khabar Al-Wahid, ijtihad ar-ra'yu. Ibrahim Ibnu Syiar Al-Nazham (w.221H\
835M) menulis kitab An-Nakl dan sebagainya.
Namun perlu diketahui pada umumnya kitab ushul-fiqh yang ada pada
abad 3 h ini tidak mencerminkan pemikiran-pemikiran ushul fiqh yang utuh dan
mencakup segala aspeknya kecuali kitab Ar-Risalah itu sendiri. Kitab Ar-Risalah
lah yang mencakup permasalahan-permasalahan ushuliyah yang menjadi pusat
perhatian Para Fuqoha pada zaman itu.
Disamping itu, pemikiran ushuliyah yang telah ada, kebanyakan termuat
dalam kitab-kitab fiqh, dan inilah salah satu penyebab pengikut ulama-ulama
tertentu mengklaim bahwa Imam Madzhabnya sebagai perintis pertama ilmu
ushul fiqh tersebut. Golongan Malikiyah misalnya mengklaim imam madzhabnya
sebagai perintis pertama ushul fiqh dikarenakan Imam Malik telah menyinggung
sebagian kaidah-kaidah ushuliyyah dalam kitabnya Al Muwatha. Ketika ia ditanya
tentang kemungkinan adanya dua hadits shoheh yang berlawanan yang datang
dari Rasulluloh pada saat yang sama, Malik menolaknya dengan tegas, karena ia
berperinsip bahwa kebenaran itu hanya terdapat dalam satu hadits saja
b) Tahap perkembangan (abad 4 H)
Pada masa ini abad (4H), merupakan abad permulaan kelemahan Dinasty
Abassiyah dalam bidang politik. Dinasty Abasiyah terpecah menjadi daulah-
daulah kecil yang masing-masing dipimpin oleh seorang sultan. Namun demikian
tidak berpengaruh terhadap perkembangan semangat keilmuan dikalangan para
ulama ketika itu karena masing-masing penguasa daulah itu berusaha memajukan
negrinya dengan memperbanyak kaum intelektual.
11
MAKALAH USHUL FIQHI
Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi
Created by, Muhammad Sapri
Khusus dibidang pemikiran fiqh Islam pada masa ini mempunyai
karakteristik tersendiri dalam kerangka sejarah tasyri' Islam. Pemikiran liberal
Islam berdasarkan ijtihad muthlaq berhenti pada abad ini. mereka mengangagap
para ulama terdahulu mereka suci dari kesalahan sehingga seorang faqih tidak
mau lagi mengeluarkan pemikiran yang khas, terkecuali dalam hal-hal kecil saja,
akibatnya aliran-aliran fiqh semakin mantap exsitensinya, apa lagi disertai
fanatisme dikalangan penganutnya. Hal ini ditandai dengan adanya kewajiban
menganut madzhab tertentu dan larangan melakukan berpindahan madzhab
sewaktu-waktu.
Namun demikian, keterkaitan pada imam-imam terdahulu tidak
dikatakan taqlid, karena masing-masing pengikut madzhab yang ada tetap
mengadakan kegiatan ilmiah guna menyempurnakan apa yang dirintis oleh para
pendahulunya.dengan melakukan usaha antara lain:
1. Memperjelas ilat-ilat hukum yang di istinbathkan oleh para imam mereka
mereka disebut ulama takhrij
2. Mentarjihkan pendapat-pendapat yang berbeda dalam madzhab baik dalam
segi riwayat dan dirayah.
3. Setiap golongan mentarjihkanya dalam berbagai masalah khilafiyah.
Mereka menyusu kitab al-khilaf
Akan tetapi tidak bisa di ingkari bahwa pintu ijtihad pada periode ini
telah tertutup, akibatnya dalam perkembangan fiqh Islam adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan para ulama terbatas terbatas dalam menyampaikan apa yang telah
ada, mereka cenderung hanya mensyarahkan kitab-kitab terdahulu atau
memahami dan meringkasnya.
2. Menghimpun masalah-masalah furu yang sekian banyaknya dalam uaraian
yang sungkat
3. Memperbanyak pengandaian-pengandaian dalam beberapa masalah
permasalahan.
12
MAKALAH USHUL FIQHI
Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi
Created by, Muhammad Sapri
Keadaan tersebut sangat, jauh berbeda di bidang ushul fiqh. Terhentinya
ijtihad dalam fiqh dan adanya usaha-usaha untuk meneliti pendapat-pendapat para
ulama terdahulu dan mentarjihkanya. Justru memainkan peranan yang sangat
besar dalam bidang ushul fiqh.
Sebagai tanda berembangnya ilmu ushul fiqh dalam abad 4 H ini ditandai
dengan munculnya kitab-kitab ushul fiqh yang merupakan hasil karaya ulama-
ulama fiqh diantara kitab yan terekenal adalah:
1. Kitab Ushul Al-Kharkhi, ditulis oleh Abu Al-Hasan Ubaidillah Ibnu Al-
Husain Ibnu Dilal Dalaham Al-Kharkhi,(w.340H.)
2. Kitab Al –Fushul Fi-Fushul Fi-Ushul, ditulis oleh Ahmad Ibnu Ali Abu
Baker Ar-Razim yang juga terkenal dengan Al-Jasshah (305H.)
3. Kitab Bayan Kasf Al-Ahfazh, ditulis oleh abu Muhammad Badr Ad-Din
Mahmud Ibnu Ziyad Al-Lamisy Al-Hanafi.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dalam perkembangan ushul fiqh
pada abad 4h yaitu munculnya kitab-kitab ushul fiqh yang membahas ushul fiqh
secara utuh dan tidak sebagian-sebagian seperti yang terjadi pada masa-masa
sebelumnya. Kalaupun ada yang membahas hanya kitab-kitab tertentu, hal itu
semata-mata untuk menolak atau memperkuat pandangan tertentu dalam masalah
itu.
Selain itu Materi berpikir dan penulisan dalam kitab-kitab yang ada
sebelumnya dan menunjukan bentuk yang lebih sempurna, sebagaimana dalam
kitab fushul-fi al-ushul karya abu baker ar-razi hal ini merupakan corak tersendiri
corak tersendiri dalam perkembangan ilmu ushul fiqh pada awal abad 4h., juga
tampak pula pada abad ini pengaruh pemikiranyang bercorak filsafat, khususnya
metode berfikir menurut ilmu manthiq dalam ilmu ushul fiqih.
c) Tahap penyempurnaan
kelemahan politik di Baghdad, yang ditandai dengan lahirnya beberapa
daulah kecil, membawa arti bagi perkembanangan peradaban dunia Islam.
Peradaban Islam tak lagi berpusat di Baghdad, tetapi juga di kota-kota seperti
Cairo, Bukhara, Ghaznah, dan Markusy. Hal itu disebabkan adanya perhatian
13
MAKALAH USHUL FIQHI
Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi
Created by, Muhammad Sapri
besar dari para sultan, raja-raja penguasa daulah-daulah kecil itu terhadap
perkembangan ilmu dan peradaban.
Hingga berdampak pada kemajuan dibidang ilmu ushul fiqih yang
menyebabkan sebagian ulama memberikan perhatian khusus untuk mndalaminya,
antara lain Al-Baqilani, Al-Qhandi, abd. Al-jabar, abd. Wahab Al-Baghdadi, Abu
Zayd Ad Dabusy, Abu Husain Al Bashri, Imam Al-Haramain, Abd. Malik Al-
Juwani, Abu Humaid Al Ghazali dan lain-lain. Mereka adalah pelopor keilmuan
Islam di zaman itu. Para pengkaji ilmu keislaman di kemudian hari mengikuti
metode dan jejak mereka, untuk mewujudkan aktivitas ilmu ushul fiqih yang tidak
ada bandinganya dalam penulisan dan pengkajian keislaman , itulah sebabnya
pada zaman itu, generasi Islam pada kemudian hri senantiasa menunjukan
minatnya pada produk-produk ushul fiqih dan menjadikanya sebagi sumber
pemikiran.
Dalam sejarah pekembangan ilmu ushul fiqih pada abad 5 H dan 6 H ini
merupakan periode penulisan ushul fiqih terpesat yang diantaranya terdapat kitab-
kitab yang mnjadi kitab standar dalam pengkajian ilmu ushul fiqih slanjutnya.
Kitab-kitab ushul fiqih yang ditulis pada zaman ini, disamping
mencerminkan adanya kitab ushul fiqih bagi masing-masing madzhabnya, juga
menunjukan adanya alioran ushul fiqih, yakni aliran hanafiah yang dikenal dengan
alira fuqoha, dan aliran Mutakalimin
14
MAKALAH USHUL FIQHI
Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi
Created by, Muhammad Sapri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelsan di atas dapat disimpulkan:
1. Apa yang dikemukakan diatas menunjukkan bahwa sejak zaman Rasulullah
saw., sahabat, tabi’in dan sesudahnya, pemikiran hukum Islam mengalami
perkembangan. Namun demikian, corak atau metode pemikiran belum
terbukukan dalam tulisan yang sistematis. Dengan kata lain, belum terbentuk
sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri
2. Karena timbulnya berbagai persoalan yang belum diketahui hukumnya.
Untuk itu, para ulama Islam sangat membutuhkan kaidah-kaidah hukum yang
sudah dibukukan untuk dijadikan rujukan dalam menggali dan menetapkan
hukum maka disusunlah kitab ushul fiqih .
3. Bahwa kegiatan ulama dalam penulisan ushul fiqih merupakan salah satu
upaya dalam menjaga keasrian hukum syara. Dan menjabarkanya kehidupan
social yang berubah-ubah itu, kegiatan tersebut dimuali pada abad ketiga
hijriyah. ushul fiqih terus berkembang menuju kesempurnaanya hingga abad
kelima dan awal abad 6H abad tersbut merupakan abad keemasan penulisan
ilmu ushul fiqh Karena banyak ulama yang mmusatkan perhatianya pada
bidang ushul fiqih dan juga muncul kitab-kitab fiqih yang menjadi standar
dan rujukan untuk ushul fiqih selanjutnya.
B. Saran-saran
Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mengakui bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu, dalam hal ini penulis sangat
membutuhkan saran dan kritikan dari dosen, agar supaya membantu dalam
pengembangan wawasan penulis serta nantinya bisa memberikan hasil yang lebih
baik.
15
MAKALAH USHUL FIQHI
Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi
Created by, Muhammad Sapri
16
MAKALAH USHUL FIQHI
Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqhi
Created by, Muhammad Sapri
DAFTAR PUSTAKA
Rahmat Syafi’i, Ilmu Ushul Fiqih, CV Pustaka Setia Bandung, 2007
Hasim Kamali, Muhammad, Prinsip Dan Teori-Teori Hukum Islam, Pustaka Pelajar Offset, 1996
17