Download - MAKALAH REVISI (2)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kopi adalah salah satu komoditi yang banyak dikembangkan di Indonesia
yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kopi khususnya jenis arabika
merupakan komoditas perkebunan sumber devisa bagi negara. Kualitas kopi
arabika lebih tinggi dari pada kopi rubusta sehingga harga di pasaran dunia juga
lebih tinggi (Anonim, 1987). Selain itu, tanaman kopi jenis arabika saat ini
mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kopi Robusta
yang mana pada tahun 1990 harga kopi Arabika 1,85 U$D/Kg, sedangkan kopi
Robusta 0,83 U$D/Kg. Luas areal tanaman kopi di Indonesia mencapai 1.266.235
ha dengan produksi nasional sebesar 682.590 ton pada tahun 2009 (Ditjenbun,
2009).
Kasus penolakan biji kopi Indonesia di Jepang sebanyak 10 kontainer yang
berisi 200 ton akibat melebihi batas maksimal residu pestisida, membuat
pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas kopi lokal. Kopi asal Indonesia
dianggap mengandung unsur aktif pestisida isocarab dan carbaryl melebihi
ambang batas yang diizinkan.
Menurut Sri-Sukamto (1986), karat daun adalah salah satu penyakit utama
yang disebabkan Hemilia vastatrix B. et. Br pada kopi arabika. Pada tahun 1885
perkembangan perkebunan kopi di Indonesia berhenti akibat penyakit ini. Antara
tahun 1986 dan 1990 produksi kopi merosot menjadi 25% dari semula. Sehingga
perlu dilakukan usaha pemilihan jenis kopi yang mempunyai nilai ekonomis dan
rasa yang relatif baik serta yang tahan terhadap penyakit karat daun. Usaha
tersebut dengan pengembangan tanaman kopi Arabika melalui kegiatan
peremajaan, peluasan, dan rehabilitasi tanaman kopi dari kopi Robusta menjadi
kopi Arabika, serta budidaya tanaman kopi. Selain itu, juga dilakukan usaha
pengendalian terpadu yang ramah lingkungan salah satunya dengan
meminimalisir penggunaan pestisida.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 1
1.2 Tujuan
a) Untuk mengetahui alternative pengendalian hama dan penyakit pada
tanaman kopi yang dilakasanakan secara terpadu
b) Untuk mengurangi penggunaan pestisida dalam kegiatan pengendalian
hama dan penyakit pada tanaman kopi.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Tanaman Kopi
2.1.1 Botani Tanaman Kopi
Klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) dari literatur Hasbi (2009) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotiledoneae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp.
2.1.2 Sejarah Tanaman Kopi
Hingga saat ini belum diketahui dengan pasti sejak kapan tanaman kopi
dikenal dan masuk dalam peradaban manusia. Menurut catatan sejarah, tanaman
ini mulai dikenal pertama kalinya di benua Afrika tepatnya di Ethiopia. Pada
mulanya tanaman kopi belum dibudidayakan secara sempurna oleh penduduk,
melainkan masih tumbuh liar di hutan-hutan dataran tinggi (Najiyati dan Danarti,
1997).
Tumbuhan kopi diperkirakan berasal dari hutan-hutan tropis di kawasan
Afrika. Kopi Arabika berasal dari kawasan pegunungan tinggi di Barat Ethiopia
maupun di kawasan utara Kenya, kopi Robusta di Ivory Coast dan Republik
Afrika Tengah. Hal ini membuktikan bahwa tumbuhan kopi mudah beradaptasi
dengan lingkungan tumbuhnya (Siswoputranto, 1992).
Di Indonesia tanaman kopi diperkenalkan pertama kali oleh VOC pada
periode antara tahun 1696-1699. Tanaman kopi mula-mula hanya bersifat coba-
coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 3
menguntungkan sebagai komoditi perdagangan, maka VOC menyebarkan ke
berbagai daerah agar penduduk menanamnya (Najiyati dan Danarti, 1997).
Sejarah perkembangan kopi di Indonesia pernah mengalami goncangan
yaitu pada tahun 1876 terjadi ledakan penyakit Hemelia vastatrix (HV) yang
menyerang daun dan sangat membahayakan. Berbagai usaha mengatasi hal
tersebut telah dilakukan, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Kemudian VOC
mendatangkan Liberika dan Robusta yang diharapkan lebih tahan terhadap
penyakit HV (Najiyati dan Danarti, 1997).
2.1.3 Karakteristik Biologi
1. Syarat Tumbuh
Iklim yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kopi adalah tinggi
tempat : 800 – 2000 m dpl, suhu : 15º C – 25 ºC, curah hujan : 1.750 – 3000
mm/thn, lamanya bulan kering 3 bulan (Asmacs, 2008).
Syarat tanah yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kopi adalah :
letaknya terisolir dari pertanaman kopi varietas lain ± 100 meter, lahan bebas
hama dan penyakit, mudah melakukan pengawasan, pH tanah : 5,5 – 6,5, top soil :
minimal 2 %, struktur tanah : subur, gembur ke dalaman relative > 100 cm
(Asmacs, 2008).
2. Sistem Percabangan
Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk
dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak,
bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapan mencapai tinggi 12 m. Daunnya
bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang,
cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak
berbeda dengan tanaman lain. Tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang
yang sifat dan fungsinya agak berbeda.
3. Sistem Perakaran
Meskipun kopi merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai
perakaran yang dangkal. Oleh karena itu tanaman ini mudah mengalami
kekeringan pada kemarau panjang bila di daerah perakarannya tidak di beri mulsa.
Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 4
Tetapi, akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang
bibitnya berupa bibit semaian atau bibit sambungan (okulasi) yang batang
bawahnya merupakan semaian. Tanaman kopi yang bibitnya berasal dari bibit
stek, cangkokan atau bibit okulasi yang batang bawahnya merupakan bibit stek
tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah rebah.
4. Bunga dan Buah
Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun.
Mula-mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau
cabang reproduksi. Pada setiap ketiak daun menghasilkan 8 – 18 kuntum, setiap
buku menghasilkan 16 – 36 kuntum bunga. Tetapi bunga yang keluar dari kedua
tempat tersebut biasanya tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas, dan
hanya dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang masih sangat muda. Bunga yang
jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer.
Bunga ini berasal dari kuncup-kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah
fungsinya menjadi kuncup bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi
bunga secara serempak dan bergerombol. Waktu yang dibutuhkan untuk bunga
hingga jadi buah matang 6 – 11 bulan.
2.2 Cara Budidaya
2.2.1 Pengolahan Tanah
a. Untuk tanah pegunungan/ miring buat teras.
b. Kurangi/ tambah pohon pelindung yang cepat tumbuh kira-kira 1:4 hingga
1: 8 dari jumlah tanaman kopi
c. Siapkan pupuk kandang matang sebanyak 25-50 kg, sebarkan, lalu
diamkan satu minggu dan buat lobang tanam 60 x 60, atau 75 x 75 cm
dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 hingga 2,75 x 2,75 m minimal 2 bulan
sebelum tanam
2.2.2 Penanaman
a. Jarak Tanam
Sistem jarak tanam untuk kopi arabika antara lain :
Segi empat : 2,5 x 2,5 m
Pagar : 1,5 x 1,5 m
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 5
Pagar ganda : 1,5 x 1,5 x 3 cm
b. Lobang Tanam
Harus dibuat 3 bulan sebelum tanam.
Ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm, 60 x 60 x 60 cm, 75 x 75 x 75 cm atau
1 x 1 x 1 m untuk tanah yang berat.
Tanah galian diletakan di kiri dan kanan lubang.
Lubang dibiarkan terbuka selama 3 bulan.
2 -4 minggu sebelum tanam, tanah galian yang telah dicampur dengan
pupuk kandang yang masak sebanyak 15/20 kg/lubang, dimasukkan
kembali ke dalam lubang.
Tanah urugan jangan dipadatkan.
c. Penanaman
Penanaman dilakukan pada musim hujan
Leher akar bibit ditanam rata dengan permukaan tanah.
2.2.3 Pemeliharaan
a. Penyiangan
Kegiatan pemeliharaan menyingkirkan ataupun mengendalikan
pertumbuhan dan perkembangan gulma yang terdapat disekitar tanaman
kopi
Membersihkan gulma di sekitar tanaman kopi.
Penyiangan dapat dilakukan bersama-sama dengan penggemburan
tanah
Untuk tanaman dewasa dilakukan 2 kali setahun
Penyiangan bertujuan dalam memudahkan tindakan pemeliharaan
seperti pemupukan, pemangkasan dan pemanenan
b. Pohon Pelindung
Penanaman pohon pelindung
1) Tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar
tanaman kopi jangan berbuah terlalu banyak sehingga kekuatan
tanaman cepat habis.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 6
2) Pohon pelindung ditanam 1 – 2 tahun sebelum penaman kopi, atau
memanfaatkan tanaman pelindung yang ada.
3) Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap,
sengon, dll.
Pengaturan pohon pelindung
1.Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 kali tinggi
pohon kopi
2.Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan.
3.Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar,
pohon pelindung bisa diperpanjang menjadi 1 : 2 atau 1 : 4.
c. Pemangkasan Kopi
Pemangkasan tanaman kopi pada dasarnya ada dua sistem, yaitu
pemangkasan batang tunggal (single stem) dan pemangkasan batang ganda
(multiple stem). Perbedaan pokok pada sistem tersebut adalah pada
banyaknya batang yang diperlihara dan cara penyediaan cabang-cabang
buah baru.
Pangkasan Bentuk
1. Tinggi pangkasan 1,5 – 1,8 m
2. Cabang primer teratas harus dipotong tinggi 1 ruas
3. Pemangkasan dilakukan di akhir musim hujan
Pangkasan Produksi
1. Pembuangan tunas wiwilan (tunas air) yang tumbuh ke atas.
2. Pembuangan cabang cacing dan cabang balik yang tidak
menghasilkan buah.
3. Pembuangan cabang-cabang yang terserang hama penyakit.
4. Pemangkasan dilakukan 3 – 4 kali setahun dan dikerjakan pada awal
musim hujan.
Pangkasan Rejupinasi (pemudaan)
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 7
1. Ditujukan pada tanaman yang sudah tua dan produksinya sudah
turun menurun
2. Pada awal musim hujan, batang dipotong miring setinggio 40 – 50
cm dari leher akar. Bekas potongan dioles dengan aspal.
3. Tanah disekeliling tanaman dicangkul dan dipupuk
4. Dari beberapa tunas yang tumbuh pelihara 1-2 tunas yang
pertumbuhannya baik dan lurus ke atas.
5. Setelah cukup besar, disambung dengan jenis yang baik dan
produksinya tinggi.
d. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk tanaman yang mati setelah 2-3 minggu
tanama di lapangan. Kemudian di dangir disekitar tanaman dengan jarak
30cm sekeliling batang untuk pembersihan gulma (sekali setahun pada
awal musim hujan).
e. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK (berupa campuran
urea ,TSP, dan KCl) masing-masing ½ dari dosis urea 100 gr , TSP 50 gr
dan KCl 50 gr, dan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 2 tahun.
2.2.4 Panen
Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah
yang telah masak.
Tanda-tanda kematangan buah kopi yaitu:
a. Ukuran kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah.
b. Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika
setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi
kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe).
c. Kematangan buah kopi juga dapat dilihat dari kekerasan dan komponen
senyawa gula di dalam daging buah.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 8
d. Buah kopi yang masak mempunyai daging buah lunak dan berlendir serta
mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga rasanya manis.
Sebaliknya daging buah muda sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya
tidak manis karena senyawa gula masih belum terbentuk maksimal.
Sedangkan kandungan lendir pada buah yang terlalu masak cenderung
berkurang karena sebagian senyawa gula dan pektin sudah terurai secara
alami akibat proses respirasi tanaman kopi.
Ada beberapa cara pemetikan diantaranya:
1) Pemetikan selektif dilakukan terhadap buah masak.
2) Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak.
3) Secara lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat
pemetikan.
4) Secara racutan/ rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi
yang masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir.
Kopi Arabika mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan petikan buah kopi
dilakukan pada buah yang sudah masak dengan warna merah tua agar
menghasilkan kopi yang berkualitas dan pada waktu panen atau saat
pemetikan agar berhati-hati supaya tidak ada bagian pohon/cabang/ranting
yang rusak.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Studi Kasus
Berbagai media melaporkan bahwa 10 peti kemas berisi 200 ton biji kopi
Indonesia ditolak oleh Badan Karantina Jepang disebabkan oleh karena biji
kopinya mengandung isocarab dan carbaryl melebihi ambang batas yang diizinkan
(silahkan lihat a.l. di situs http://m.bisnis.com/articles/kopi-ditolak-jepang-
pemerintah-janji-bina-petani-andindustri). Untuk membantu petani dan
pemerintah, Kelompok Sdr ditugasi membuat strategi Pengendalian Terpadu
perlindungan tanaman kopi.
3.2 Pembahasan Kasus :
Dalam mengamankan produk pangan termasuk kopi dari pencemaran
bahan kimia, masing-masing negara menetapkan peraturan yang berbeda-beda.
Tetapi pemerintah Jepang sejak bulan Juli 2006 telah menetapkan 200 jenis bahan
kimia yang tidak boleh terkandung pada komoditi kopi melebihi ambang batas
yang diizinkan yang dikenal sebagai uniform level sebesar 0,01 ppm. Ketentuan
pemerintah Jepang ini dinilai paling ketat dibanding negara-negara lain.
Apabila pada komoditi kopi kedapatan unsur aktif salah satu dari 200 jenis
bahan kimia melebihi tingkat keseragaman yang diizinkan, maka kopi tersebut
ditolak masuk ke Jepang dan harus dihancurkan atau diekspor kembali ke Negara
pengirim.
Asosiasi Kopi Jepang pernah menanyakan langkah-langkah apa yang
dilakukan pemerintah dan eksportir kopi Indonesia untuk mencegah terulangnya
kembali penolakan ekspor kopi ke Jepang. Bahkan pembeli kopi Jepang langsung
melakukan penelitian ke lapangan terhadap penggunaan isocarab dan carbaryl,
sehingga residu pestisida tersebut terkandung pada biji kopi. Kenyataan di
lapangan membuktikan bahwa petani menggunakan isocarab dan carbaryl
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 10
dimaksudkan untuk membunuh semut yang terdapat pada biji kopi pada saat
dipanen.
Sebelumnya Badan Karantina Jepang juga pernah menahan 2 peti kemas
berisi 36 ton kopi arabika Mandhailing, karena mengandung unsur aktif pestisida
cypermenthrin melebihi ambang batas yang diizinkan. Unsur aktif pestisida
cypermenthrin yang terkandung dalam kopi arabika tersebut sebesar 0,30 ppm,
sementara ambang batas yang diizinkan di Jepang adalah 0,05 ppm.
Menghadapi masalah ketentuan residu kimia Ini, eksportir kopi Indonesia
mengalami kesulitan, karena Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk kopi baru
merumuskan aspek makro saja (unsur yang kasat mata berdasarkan kadar cacat).
Sedangkan aspek mikro yang tidak kasat mata belum dirumuskan dalam SNI, dan
memerlukan pemeriksaan laboratorium. Satu-satunya aspek mikro yang sering
diminta pembeli dan sudah dapat dipenuhi oleh laboratorium di Indonesia adalah
Sanitary and Phyto Sanitary (SPS). Sementara untuk aspek mikro lainnya, berupa
unsur racun dan sisa bahan aktif pestisida belum banyak laboratorium yang
mampu mendeteksinya.
Oleh sebab itu, untuk mencegah kasus penolakan kopi Indonesia oleh
Negara lain akibat adanya residu kimia yang melebihi ambang batas akibat
penggunaan pestisida yang berlebihan terulang kembali. Maka, perlu adanya suatu
tindakan preventif yang diberlakukan pada saat produksi kopi pada kegiatan
budidaya dan pemeliharaan buah kopi di kebun. Yaitu dengan mengusahakan
suatu pengendalian terhadap hama dan penyakit pada tanaman kopi secara terpadu
yang lebih ramah lingkungan yang tidak hanya menggantungkan pada
pengendalian dengan menggunakan cara kimiawi atau menggunakan pestisida
saja.
Untuk point selanjutnya akan dibahas mengenai tahapan penerapan
pengendalian hama dan penyakit terpadu pada tanaman kopi guna mencegah
terjadinya akumulasi residu kimia (zat aktif pestisida) pada biji kopi atau
mengurangi penggunaan pestisida sebagai salah satu teknik pengendalian hama
dan penyakit pada tanaman kopi.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 11
Hama dan Penyakit Utama yang Menyerang Tanaman Kopi
Selama pertumbuhan tanaman kopi mengalami gangguan-gangguan secara
biotik berupa gangguan hama, gangguan penyakit dan gangguan yang berasal dari
gulma. Gangguan biotik sebaiknya dikendalikan apabila tingkat gangguannya
telah melampaui ambang ekonomi. Hal ini untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas serta mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan sehingga
keseimbangan ekosistem lingkungan tetap terjaga. Berikut ini hama dan penyakit
utama pada tanaman kopi :
3.3.1 Kutu Daun / Coccus viridis (Homoptera : Coccidae)
1. Gejala Serangan
Pertumbuhan daun terhambat kemudian layu, akhirnya tanaman
mati. Kutu selain menyerang daun dan merusak pucuk, juga merusak daun
yang masih muda.
2. Cara Hidup
Kutu berbentuk lonjong dan simetris berwarna coklat agak kehitam-
hitaman. Kutu betina meletakkan telur pada daun muda, rata-rata dapat di
produksi ratusan butir telur dalam setiap daur hidupnya.
Masa perkembangan biakan kutu pada musim kemarau. Kutu dapat
hidup bersama dengan semut rang-rang. Tanaman inang lain yaitu
tanaman teh, kina, randu, jambu, jeruk dan kamboja
3. Pengendalian
Secara mekanis, yaitu menghilangkan sarang semut rang-rang. Kutu
daun dan semut rang-rang dapat hidup bersimbiosis sehingga dengan
membersihkan sarang semut rang-rang yang juga tempat tinggal kutu
daun maka kutu daun dapat ikut terbawa
Penambahan tanaman pelindung pada tanan kopi. agar kelembapan
kebun menjadi agak tinggi
Penggunaan insektisida pada
sarang-sarang semut rang-rang
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 12
Sumber: www.anakunhas.com (2011)
3.3.2 Bubuk Buah Kopi/ Stephanoderes hampei (Coleoptera:
Curculionidae)
1. Gejala Serangan
Buah kopi muda yang terserang menjadi kuning, mengalami
pembusukan, akhirnya gugur. Sedangkan serangan pada buah kopi tua,
dari luar buah kopi tampak tumbuh dengan baik (tidak ada perubahan
warna dan buah tidak gugur), padahal di bagian dalamnya keropos.
2. Cara Hidup
Mula-mula bubuk dewasa menggerek bagian ujung buah pada satu
keping biji kopi. Betina meletakkan telur dalam rongga pada keping biji
yang di gerek. Produksi telur tiap betina rata-rata 15-56 butir. Setelah telur
menetas, larva merusak keping biji, shingga kerusakan buah menjadi lebih
berat. Larva dapat pindah dari satu buah ke buah yang lain.Akibatnya
banyak buah yang nampak dari luar sangat baik, tetapi didalamnya
kosong. Stadium telur 9-14 hari, stadium larva 19-25 hari, stadium pupa 5-
15 hari. Daur hidup bubuk buah kopi kurang lebih 95-196 hari.
3. Pengendalian
Melakukan pembudidayaan tanaman dengan baik, sejak pengolahan
tanah, pemilihan bibit, dan pengaturan pohon pelindung dengan aturan
pemangkasannya
Secara mekanis, dengan memetik buah yang terserang dan
mengumpulkan buah yang jatuh sebelum waktunya
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 13
Pemetikan massal pada buah bila terlihat serangan hebat dengan
memetik buah yang tertinggal pada saat panen
Penggunaan insektisida
Sumber: www.anakunhas.com (2011)
3.3.3 Cacing Akar / Pratylenchus coffeae (Acarina: Tylenchida)
1. Gejala Serangan
Pada bagian akar yang diserang tampak berwarna coklat menjadi
kehitam-hitaman kemudian akar mati. Kerusakan terjadi karena cairan sel
akar serabut dan akar yang masih muda di isap cacing akar.
Kalau beberapa akar mengalami gejala demikian, akibat serangan,
meskipun tanaman masih hidup, tapi menderita. Hal tersebut tampak pada
buah yang tidak normal, sedikit, dan kecil-kecil.
2. Cara Hidup
Cacing akar bersifat polifag, berukuran sangat kecil, yaitu jantan
0.42-0,61 mm, sedangakan betina 0,46-0,65 mm. Betina mampu
meletakkan telur dalam jaringan akar. Selama 5 minggu , total telur yang
diletakkan kurang lebih 60 butir.
Bila telur menetas, larva menyerang akar. Serangan hebat
mengakibatkan tanaman kopi mati. Periode telur 15-17 hari, sedang
periode larva 15-16 hari. Tanaman inang lain nanas dan tanaman untuk
pupuk hijau.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 14
3. Pengendalian
Tanah Menggunakan pemupukan yang berimbang
Sanitasi, yaitu pencabutan tanaman yang terkena gejala serangan
cacing akar
Penggunaan nematisida
untuk pembibitan maupun tanah perkebunan di desinfeksi terlebih
dahulu.
Sumber: www.anakunhas.com (2011)
3.3.4 Karat Daun / Hemileia vastatrix
Penyakit karat daun yang disebabkan oleh patogen Hemileia vastatrix B.
et. Br. Merupakan penyakit utama pada tanaman kopi arabika.
1. Gejala Serangan
Pada sisi bawah daun terdapat bercak bercak berwarna kuning muda
kemudian berubah menjadi kuning tua. Pada bercak terdapat tepung
berwarna jingga cerah yang terdiri atas jamur karat. Bercak yang tua
berwarna coklat tua sampai hitam mengering, Daun yang terserang akan
gugur, sehingga pohon menjadi gundul.
2. Daur Hidup
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 15
Jamur membentuk spora dalam jumlah banyak kemudian terjadi
penetrasi kedalam jaringan daun. Infeksi terjadi melalui permukaan bawah
daun.
Perkecambahan spora memerlukan air. Lama waktu perkecambahan
tergantung dari suhu. Pada suhu optimum 21-15°C diperlukan waktu 1-3
jam untuk berkecambah. Faktor yang berpengaruh :
Air berperan penting dalam penyebaran penyakit
Angin berperan dalam penyebaran spora
Umur daun menetukan kerentanan terhadap penyakit dan yang paling
rentan adalah yang membuka penuh
Pohon atau cabang yang berbuah lebat leibh rentan.
3. Perkembangbiakan dan Penyebaran
Dalam pembiakan dan penyebarannya, H. Vastatrix menggunakan
uredospora yang awalnya berbentuk bulat, kemudian berubah menjadi
memanjang dan bentuknya mirip dengan juring buah jeruk. Uredospora
yang telah masak berwarna jingga, pada sisi luarnya dibagian yang
cembung mempunyai duri-duri. Penyebaran uredospora dari pohon ke
pohon terjadi karena benturan bantuan percikan air menyebabkan
uredospora sampai pada sisi bawah daun.
Infeksi jamur terjadi lewat mulut-mulut daun yang terdapat pada sisi
bawah daun. Dalam proses infeksinya uredospora mula-mula membentuk
buluh kecambah, kemudian membentuk apresorium di depan mulut kulit,
selanjutnya jamur mengadakan penetrasi kedalam jaringan jamur.
Menurut Sri dan Sukamto (1998) Disamping bantuan air, beberapa
agensia lain yang berpotensi membantu menyebarkan uredosspora adalah
angin, spesies trips tertentu, burung dan manusia Pada kopi robusta,
penyakit ini tidak menjadi masalah, sedangkan pada kopi arabika penyakit
ini menjadi masalah utama.
4. Pengendalian
Menggunakan varietas kopi yang tahan
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 16
Menggunakan mokrobia yang bersifat berlawanan, yaitu bakteri
Bacillus thuringienesis dan jamur Verticilium hemileiae
Sumber: www.anakunhas.com (2011)
3.3.5 Akar Cokelat ( Jamur Phellinus noxius )
1. Gejala Penyakit
Daun-daun tanaman yang sakit menguning, layu dan rontok. Jika
akar tanaman sakit dibongkar, pada akar tunggangnya tertutup kerak yang
terdiri atas butir-butir tanah yang melekat sangat kuat sehingga tidak dapat
terlepas, walalupun sudah dicuci dan disikat. Diantara butir butir tanah
tampak adanya jaringan jamur yang berwarna cokelat tua sampai cokelat
kehitaman
Kerak terjadi karena miselium yang membukus akar berlendir,
sehingga butir-butir tanah terikat kuat. Akar yang sakit menjadi busuk
kering dan lunak, mempunya garis-garis cokelat gambir yang terdiri atas
miselium jamur.
2. Daur Hidup
Jamur menular ke tanaman sehat karena adanya kontak antara akar
sehat dengan akar yang sakit. Jamur menular sangat lambat karena
umumnya hanya terdapat pada akar tunggang. Dengan demikan akar
tanaman yang sehat jarang berkontak dengan bagaian-bagian yang sakit
Infeksi hampri selalu terjadi di tempat-tempat yang mempunyai sisa
sisa tunggul pohon hutan. Pada tonggak yang terpendam dalam tanah,
jamur mampu bertahan hidup sampai 14 Tahun.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 17
Tanaman inang lain : karet, teh, kakao, kelapa, kelapa sawit kina,
kapuk, kapas, nangka, dadap, kapur, kapur barus, kluwih, almtoro, dan
kayu manis
3. Pengendalian
dilakukan pembongkaran pada tanaman sakit, sisa-sisa akar diambil
dan dibakar
Membuat saluran isolasi di tempat yang terinfeksi
Melakukan peremajaan, dengan membongkar tanaman yang sudah tua
hingga tidak dijmupai tunggul pohon-pohon tua
3.3.6 Jamur Upas ( Jamur Upasia Salmonicolor)
1. Gejala Serangan
Infeksi terjadi pada percabagangan atau sisi bawah cabang dan
ranting. Mula-mula jamur membentuk miselium tipis, mengkilat seperti
sutera atau perak, disebut stadium rumah laba-laba, pada stadium tersebut
belum masuk kedalam kulit.
Pada bagian ranting yang tidak terlindung, stadium rumah laba-laba
berkembang menjadi stadium bongkol kemudian membentuk banyak
sporodakium berwarna merah, disebut stadium anamorf
2. Daur Hidup
Jamur upas membentuk basidiospora, berbentuk seperti buah peer,
bersifat polifag.
Tanaman inang lain : karet, teh kakau, kina jeruk, mangga, nangka,
jati, kelengkeng dan melinjo
3. Pengendalian
Sanitasi, yaitu :
mengurangi kelembapan kebun, dengan memangkas pohon pelindung
atau ranting-ranting kopi yang tidak produktif
membersihkan sumber infeksi yang ada di sekitar, misalnya tanaman
pupuk hijau yang sakit
Penggunaan fungisida, dengan cara melumasikan fungisida pada
batang atau cabang besar yang terserang jamur
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 18
3.4 Penerapan Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Kopi
Terdapat empat prinsip penerapan pengendalian hama dan penyakit
terpadu pada perkebunan kopi, yaitu:
1. Budidaya tanaman sehat
2. Pelestarian musuh alami
3. Pengamatan agroekosistem secara rutin, dan
4. Menjadikan petani sebagai ahli PHT dan manajer di kebunnya.
3.4.1 Kultur teknis/ Budidaya Tanaman Sehat
Komponen kultur teknis yang dapat diterapkan pada pertanaman kopi,
antara lain mencakup penyiangan, pemupukan, pemangkasan produksi dan
sanitasi bagian tanaman yang tidak produktif maupun pengaturan naungan, dan
lain sebagainya.
1. Sanitasi Kebun
Pembuatan rorak agar lingkungan kebun makin terjaga. Pembangunan
saluran pengairan, terutama pada kebun yang lokasinya berdekatan dengan
sumber air, sehingga pada musim kemarau tanaman terhindar dari kekeringan;
Memangkas semua cabang dan ranting yang tua/kering atau yang tidak
produktif dan mengumpulkan sisa-sisa tanaman kemudian dijadikan bahan
pembuatan pupuk organik (kompos) serta melakukan penyiangan gulma.
Penyiangan bersih pada akhir musim hujan dengan pengolahan tanah
ringan dapat mempertahankan lengas tanah lebih tinggi sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman (Zaenudin, 1987). Tanaman yang
memperoleh cukup nutrisi dan tidak ada persaingan dengan gulma memiliki
kemampuan berproduksi tinggi (Soehardjan, 1998).
Pemangkasan wiwilan dan cabang primer selain supaya produksi tetap
stabil, juga dapat mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman kopi
(Hartobudoyo, 1975).
2. Kultur Teknis
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 19
a. Petik Bubuk
Sanitasi dengan cara petik bubuk dan memungut buah-buah yang terserang
ditanah dengan tujuan untuk memutus siklus hidup serangga hama dengan
cara meniadakan makanannya.
Memetik semua buah yang berlubang yang dilakukan 15-30 hari menjelang
panen raya. Seluruh buah yang terserang dikumpulkan kemudian disiram
dengan air panas untuk membunuh serangga.
b. Rampasan Buah
Pada akhir panen raya, semua buah kopi yang tersisa pada ranting dipetik.
c. Lelesan
Semua buah yang jatuh ke tanah dikumpulkan dan dijadikan bahan baku pembuatan pupuk (kompos).
d. Pemupukan
Memupuk tanaman dengan pupuk yang seimbang menggunakan jenis dan
dosis sesuai anjuran untuk mempercepat pemulihan tanaman. Pemupukan
berimbang yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan mengurangi
intensitas serangan.
Untuk mendapat pertumbuhan yang baik dan berproduksi tinggi, tanaman kopi arabika dianjurkan untuk dipupuk dua kali pada awal dan akhir musim hujan dengan pupuk kandang, urea, SP-36 dan KCl yang jumlahnya sesuai umur tanaman (Anonim, 1997). Penggunaan pupuk organik seperti kotoran kambing dan pupuk bokasi sebagai sumber hara sekaligus untuk memperbaiki tekstur dan struktur tanah
e. Pengaturan Pohon Pelindung
Memangkas pohon pelindung yang terlalu rimbun untuk memperbaiki temperatur dan kelembaban atau kondisi agroklimat.
Pengaturan naungan melalui pemangkasan dilaksanakan sesuai musim, pada
musim kemarau tidak dilakukan pemangkasan dan menjelang musim hujan
dilakukan pemangkasan, secara tidak langsung pemangkasan akan
mengurangi sumber inokulum penyebab penyakit.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 20
3.4.2 Pelestarian Musuh Alami
Jamur Verticillium sp dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit
bercak daun (Hemiliea vastratrix) pada tanaman kopi. Beberapa laporan (a.l.,
Mawardi, 1996; Ginting & Mujim, 2005) menunjukkan bahwa Verticillium
sering memarasiti H. vastatrix. Verticillium hidup dari uredospora dan uredium
patogen (Mawardi, 1996; Ginting et al., 2002; Yun et al., 1991). Dengan
demikian, Verticillium berpotensi untuk mengurangi potensi inokulum. Hal ini
diharapkan mengurangi keterjadian penyakit (disease incidence) karena telah
diketahui bahwa kepadatan uredospora mempengaruhi keterjadian penyakit
(Semangun, 2000).
Dalam patosistem penyakit karat daun kopi, uredospora sebagai
inokulum sekunder merupakan penyebab parahnya penyakit. Infeksi primer
biasanya kurang berpengaruh, namun akan menghasilkan inokulum sekunder
berupa uredospora tersebut. Jika populasi antagonis Verticillium tinggi pada
daun dan memarasiti uredia dan uredospora, maka kepadatan uredospora
(inkulum sekunder) akan menurun sehingga infeksi sekunder juga akan
menurun secara drastis (Agrios, 2005; Semangun, 2000). Dengan demikian,
fungisida tidak akan perlu diaplikasikan untuk mengendalikan penyakit karat
daun pada kopi.
Pengendalian secara biologi dengan menggunaan agensia pengendali
hayati cendawan entomopatogen Beauveria bassiana Vuill. (untuk hama Bubuk
buah kopi), Aplikasi jamur Beauveria bassiana dilakukan pada saat buah masih
muda. Kebutuhan untuk 1 Ha kebun kopi yaitu 2,5 kg media biakan jamur B.
bassiana selama 3x aplikasi per musim panen. Penyemprotan dilakukan pada sore
hari dengan arah semprotan dari bawah daun.
3.4.3 Pengamatan Agroekosistem secara Rutin
Pengamatan hama secara teratur merupakan inti penerapan konsep PHT.
Hasil pengamatan selanjutnya menjadi dasar pengambilan keputusan dalam
kegiatan usaha taninya.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 21
3.4.4 Petani Menjadi Ahli PHT dan Manajer di Kebunnya
Dalam menjalankan usaha tani, petani diharapkan mampu mengambil
keputusan yang tepat dan benar dalam menerapkan PHT sehingga memberikan
hasil yang optimal. Dengan berkelompok, petani dapat memusyawarahkan
masalah hama dan penyakit yang ditemui dalam usaha tani kopi untuk mengambil
tindakan pengendalian yang tepat.
Gambar 1. Diagram Alur Tahapan Penerapan PHT Kopi Rakyat
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 22
(Sumber: Santana dkk)
Alternatif lain untuk mengendalikan OPT adalah menggunakan pestisida
nabati. Sebagai contoh hasil penelitian tahun 2003 menunjukkan bahwa larutan
ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni, Meliaceae) 0,1 – 0,2 % efektif menekan
penyakit karat daun (Yunianto, 2003).
Dalam pengendalian hama dan penyakit terpadu penggunaan pestisida
sintetis masih diperbolehkan jika pengendalian diatas tidak dapat menangani
serangan OPT dilapangan. Namun, hal tersebut harus dilakukan secara bijaksana
sesuai dengan ambang batas yang diizinkan.
Misal pada pengendalian penyakit karat daun pengendalian secara kimia
dilakukan setelah serangan karat daun mencapai ambang toleran 20% daun kopi
terserang. Aplikasi dilakukan dengan penggunaan fungisida kontak atau sistemik.
Pemakaian fungisida kontak disarankan tidak lebih dari dua kali setahun.
Sedangkan fungisida kontak digunakan dengan interval 2-3 minggu. Sampai
sekarang fungisida kontak yang berbahan aktif tembaga masih cukup efektif dan
fungisida sistemik dengan bahan aktif Triademefon (Gama, 2011).
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tanaman perkebunan kopi menjadi salah satu sumber devisa negara
terutama kopi jenis Arabika. Perlu adanya peningkatan produktivitas baik secara
kualitas ataupun kuantitasnya. Usaha yang perlu diperhatikan yaitu Pengendalian
Hama dan Penyakit Terpadu. Karena ada kasus yang menyebutkan bahwa adanya
penolakan biji kopi Indonesia diakibatkan terjadinya batas maksimal residu
pestisida yang berbahan unsur aktif pestisida yaitu isocarab dan carbaryl melebihi
ambang batas yang diizinkan.
Pada dasarnya penggunaan pestisida mengacu pada pengendalian hama
dan penyakit terpadu. Namun, sejauh ini masih sulit untuk menerapkan suatu
sistem pengendalian tanpa melibatkan pengendalian secara kimiawi. Oleh karena
itu, upaya perencanaan terpadu yang ramah lingkungan harus terus dikembangkan
sehingga dapat meminimalisir penggunaan pestisida pada penanganan OPT pada
tanaman kopi. Sehingga dampak dari penggunaan pestisida yang tidak terkontrol
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 24
seperti penolakan produk kopi Indonesia di pasar Internasional tidak terulang
kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1991. Budidaya Tanaman Kopi. Aksi Agraris Kanisius, Kanisius.
Yogyakarta.
Anonimous, 2003. Bercocok Tanam Kopi. Aksi Agraris Kanisius, Kanisius.
Yogyakarta.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2008, Teknologi
Budidaya Kopi Poliklonal.
Deni. Biologi Tanaman Kopi. http://dotten.multiply.com/journal/item/38 diakses
pada tanggal 27 Oktober 2012
Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian. 2010.
“EKSPOR KOPI KE JEPANG HARUS LEBIH HATI-HATI OKKP-D
SIAPMEMFASILITASI”.http://pphp.deptan.go.id/mobile/?
content=informasi_mobile&id=1&sub=1&kat=0&fuse=1338. Diakses 6
November 2012
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 25
Embriani. 2012. Penyakit Karat Daun Hemileia vastatrix pada Tanaman Kopi.
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya.
http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/images/stories/proteksi/karat
%20daun.pdf. Diakses 28 Oktober 2012.
Ginting, Cipta. 2008. “Pengaruh Infestasi Vertzczllium Lecanii Terhadap
Keparahan Penyakit Karat Daun Kopi pada Tanaman dan Keterjadian
Koloninya pada Daun”.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/8208132137.pdf. Diakses 28
Oktober 2012.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20868/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 27 Oktober 2012
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22512/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 27 Oktober 2012
Hulupi, R. 1999, Bahan Tanaman Kopi yang Sesuai untuk Kondisi Agroklimat di
Indonesia. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember. Vol 15 (I) 64
– 85
Manurung,V.U. 2008. Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek
Buah Kopi Hypotenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada
Tanaman Kopi. Fakultas Pertanian USU. Medan diakses pada tanggal 27
Oktober 2012
Sarwono dkk. 2000. Pengendalian Penyakit Karat Daun Hemileia vastatrix B. et.
Br pada Tanaman Kopi Arabika dengan Bubur Bordo Berdasarkan
Ambang Kendali. Staf Peneliti BPTP Jawa Timur.
Zuhri, Sepudin. 2012. Kopi Ditolak Jepang: Pemerintah Janji Bina Petani &
Industri. http://www.bisnis.com/articles/kopi-ditolak-jepang-pemerintah-
janji-bina-petani-and-industri. Diakses 28 Oktober 2012.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 26