reproduksi 2 - partus prematurus makalah revisi

36
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini angka kematian ibu dan bayi di Indonesia tidak banyak menurun. Bila dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN, Indonesia masih menempati urutan paling bawah. Padahal saat ini yang dijadikan standar untuk tingkat kesehatan di suatu negara atau daerah adalah angka kematian ibu dan bayi. Salah satu permasalahan yang patut mendapat perhatian adalah angka kematian perinatal, yaitu kematian bayi mulai usia kehamilan 28 minggu sampai satu bulan pasca melahirkan yang tetap masih tinggi. Tingginya angka kematian perinatal ini di dominasi oleh bayi-bayi prematur sebanyak 70%, dan kejadian persalinan prematur di dunia masih cukup tinggi berkisar antara 10-20% (Rompas, 2004). Negara-negara dengan angka kelahiran preterm yang lebih tinggi mempunyai angka kematian bayi yang lebih tinggi. Sebagai contoh, lebih dari 28.000 bayi meninggal pada tahun 1998 di Amerika Serikat dan 66% di antaranya meninggal dalam waktu 4 minggu setelah lahir. Selain itu, kelahiran preterm sekurang-kurangnya menyebabkan dua pertiga kematian bayi dini ini (Cunningham FG et al, 2006). Kesulitan utama dalam partus prematurus adalah perawatan bayi prematur, yang 1

Upload: siti-afifaturochmah

Post on 03-Jan-2016

443 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampai saat ini angka kematian ibu dan bayi di Indonesia tidak banyak

menurun. Bila dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN, Indonesia masih

menempati urutan paling bawah. Padahal saat ini yang dijadikan standar untuk

tingkat kesehatan di suatu negara atau daerah adalah angka kematian ibu dan bayi.

Salah satu permasalahan yang patut mendapat perhatian adalah angka kematian

perinatal, yaitu kematian bayi mulai usia kehamilan 28 minggu sampai satu bulan

pasca melahirkan yang tetap masih tinggi. Tingginya angka kematian perinatal ini

di dominasi oleh bayi-bayi prematur sebanyak 70%, dan kejadian persalinan

prematur di dunia masih cukup tinggi berkisar antara 10-20%(Rompas, 2004).

Negara-negara dengan angka kelahiran preterm yang lebih tinggi

mempunyai angka kematian bayi yang lebih tinggi. Sebagai contoh, lebih dari

28.000 bayi meninggal pada tahun 1998 di Amerika Serikat dan 66% di antaranya

meninggal dalam waktu 4 minggu setelah lahir. Selain itu, kelahiran preterm

sekurang-kurangnya menyebabkan dua pertiga kematian bayi dini ini

(Cunningham FG et al, 2006). Kesulitan utama dalam partus prematurus adalah

perawatan bayi prematur, yang semakin muda usia kehamilannya semakin besar

morbiditas dan mortalitas. Dalam dua dekade di negara industri seperti Amerika

terdapat kemajuan dalam penurunan mortalitas bayi berat lahir rendah di samping

kejadian berat lahir rendah yang relatif tidak banyak perubahannya. Angka

kematian neonatal menunjukkan penurunan pada golongan 1000-1500 gram. Hal

ini menunjukkan bahwa teknologi dapat mempunyai peranan yang banyak,

terutama dalam hal perawatan sindrom gawat napas (Wiknjosastro, 2007)..

Persalinan prematur merupakan hal yang berbahaya karena potensial

meningkatkan kematian perinatal sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan dengan

berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran prematur

dan pertumbuhan janin yang terhambat. Keduanya sebaiknya dicegah karena

dampaknya yang negatif, tidak hanya kematian perinatal tetapi juga morbiditas,

1

Page 2: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

potensi generasi akan datang, kelainan mental dan beban ekonomi bagi keluarga

dan bangsa secara keseluruhan (Rompas, 2004).

Pada umumnya pencegahan persalinan prematur dapat dilakukan melalui

tiga jenis upaya yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan

tersier.Pada makalah ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien

dengan partus prematurus sehingga sebagai mahasiswa keperawatan kita dapat

memberikan asuhan keperawatan yangbenar nantinya.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut :

1.2.1 Apakah definisi partus prematurus ?

1.2.2 Apa klasifikasi partus prematurus ?

1.2.3 Apa etiologi partus prematurus ?

1.2.4 Bagaimana patofisiologi partus prematurus ?

1.2.5 Bagaimana WOC partus prematurus ?

1.2.6 Apa saja manifestasi klinis partus prematurus ?

1.2.7 Apa saja pemeriksaan diagnostik untuk klien partus prematurus ?

1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan klien partus prematurus ?

1.2.9 Apa saja komplikasi dari partus prematurus ?

1.2.10 Bagaimana prognosis dari partus prematurus ?

1.2.11 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan partus prematurus?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan askep klien dengan

partus prematurus.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mahasiswa dapat mengetahui definisi partus prematurus

1.3.2.2 Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi partus prematurus

1.3.2.3 Mahasiswa dapat mengetahui etiologi partus prematurus

1.3.2.4 Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi partus prematurus

2

Page 3: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

1.3.2.5 Mahasiswa dapat mengetahui WOC partus prematurus

1.3.2.6 Mahasiswa dapat menyebutkan manifestasi klinis partus

prematurus

1.3.2.7 Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik pada

partus prematurus

1.3.2.8 Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan klien dengan

partus prematurus

1.3.2.9 Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari partus

prematurus

1.3.2.10 Mahasiswa dapat mengetahui prognosis klien dengan partus

prematurus

1.3.2.11 Mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan pasien

dengan partus prematurus

3

Page 4: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Partus atau persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir

(Rustam, 1998). Sedangkan pengertian partus prematur menurut beberapa

ahli adalah partus yang terjadi di bawah umur kehamilan 37 minggu dengan

perkiraan berat janin kurang dari 2500 gram (Manuaba, 1998).

Partus prematur didefinisikan sebagai partus yang terjadi antara usia

kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (Nur,

2008). Partus prematur didefinisikan sebagai munculnya aktivitas uterus

regular yang menghasilkan pendataran maupun dilatasi sebelum kehamilan

37 minggu selesai (Chapman, Vicky, 2006).

Dari beberapa definisi di atas partus prematurus atau persalinan

premature dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur

yang disertai pendataran dan atau dilatasi servix serta turunnya bayi pada

wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari

259 hari) sejak hari pertama haid terakhir. Dengan berat lahir janin kurang

dari 2500 gram.

2.2. Klasifikasi

Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam problematic pada derajat

prematuritas maka Usher (1975) menggolongkan bayi tersebut dalam tiga

kelompok:

2.3.1. Bayi yang sangat premature (extremely premature) 24-30 minggu.

Bayi dengan masa gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup

terutama di negara yang belum atau sedang berkembang. Bayi dengan

masa gestasi 28-30 minggu masih mungkin dapat hidup dengan

perawatan yang sangat intensif (perawat yang sangat terlatih dan

menggunakan alat-alat yang canggih) agar dicapai hasil yang

optimum.

4

Page 5: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

2.3.2. Bayi pada derajat premature yang sedang (moderately premature) 31-

36 minggu.

Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik dari

golongan pertama dan gejala sisa yang dihadapinya di kemudian hari

juga lebih ringan dari golongan pertama dan gejala sisa yang

dihadapinya dikemudian hari juga lebih ringan , asal saja pengelolaan

terhadap bayi ini betul-betul intensif.

2.3.3. Borderline premature 37-38 minggu

Bayi ini mempunyai sifat-sifat premature dan matur. Biasanya

beratnya seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi matur, akan

tetapi sering timbul problematic seperti yang dialami bayi premature,

misalnya sindroma gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia, daya

isap yang lemah dan sebagainya, sehingga bayi ini harus diawasi

dengan seksama.

2.3. Etiologi

2.4.1. Infeksi dan vaginosis bakterial

Sumber infeksi intra uterin yang menyerang jaringan korionik,

selaput ketuban, dan cairan amnion yang berhubungan dengan

kejadian persalinan prematur diantaranya yaitu bacterial vaginosis,

streptococcus gol.B, streptococcus anaerob, E-Coli, bacteroides.

2.4.2. Komplikasi persalinan

2.4.2.1. Pre Eklampsi/Eklampsi

Preeklamsi atau hipertensi akibat kehamilan yang tidak

ditanggulangi merupakan suatu bahaya bagi sang ibu. Ia dapat

terserang kejang-kejang yang membahayakan dirinya dan janin

yang dikandungnya. Ini berarti bahwa ibu hamil yang

mengalami preeklamsi harus segera diputuskan untuk

melahirkan bayi secara prematur.

2.4.2.2. Perdarahan antepartum

Perdarahan antepartum adalah keadaan perdarahan yang

keluar dari vagina ibu hamil pada usia kehamilan lebih dari 28

5

Page 6: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

minggu, dapat diakibatkan oleh plasenta previa(plasenta

mentutup sebagian atau seluruh mulut rahim) dan solusio

plasenta (plasenta terlepas dari tempat melekatnya) yang

disebabkan oleh trauma, dapat mengancam jiwa ibu dan janin

sehingga meningkatkan indikasi untuk mengakhiri persalinan

yang berdampak terjadinya persalinan preterm (Intan, 2010:

Cunningham et al, 2005).

2.4.2.3. Serviks inkompeten

2.4.2.4. Kehamilan ganda dan polihidroamnion

2.4.3. Penyakit Sistemik

Berbagai penyakit ibu, kodisi dan pengobatan medis akan

mempengaruhi keadaan kehamilan dan dapat berhubungan atau

meningkatkan kejadian persalinan prematur. Penyakit sistemik

terutama yang melibatkan sistem peredaran darah, oksigenasi, atau

nutrisi ibu dapat menyebabkan gangguan sirkulasi plasenta yang akan

mengurangi nutrisi dan oksigenasi bagi janin. Penyakit-penyakit ini

dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dalam rahim dan

meningkatkan kejadian eklamsia/preeklamsia yang juga menjadi

penyebab persalinan prematur buatan. Penyakit pada ibu yang

menyebabkan hal tersebut di atas adalah: Hipertensi kronis dan

hipertensi gestasional, lupus eritematosus sistemik, penyakit paru

restriktif, hipertiroidism, diabetes mellitus pregestasional dan

gestasional, penyakit jantung, dan penyakit ginjal.

2.4.4.Faktor Resiko

2.4.4.1. Umur ibu

Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu adalah 20-

35 tahun. Pada umur kurang dari 20 tahun, organ reproduksi

belum berfungsi dengan sempurna, sehingga bila terjadi

kehamilan dan persalinan akan lebih mudah mengalami

komplikasi dan pada usia lebih dari 35 tahun organ kandungan

6

Page 7: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

sudah tua sehingga jalan lahir telah kaku dan mudah terjadi

komplikasi.(Jenny, 2008).

2.4.4.2. Paritas

Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan

oleh seorang wanita. Paritas merupakan faktor penting dalam

menentukan nasib ibu dan janin baik selama kehamilan

maupun selama persalinan. Pada ibu dengan primipara

kemungkinan terjadinya kelainan dan komplikasi cukup besar

baik pada kekuatan his, jalan lahir, dan kondisi janin.

2.4.4.3. Keadaan sosial ekonomi

Sosial ekonomi masyarakat sering dikaitkan dengan

pendapatan keluarga, mencerminkan kemampuan masyarakat

dari segi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

termasuk kebutuhan kesehatan dan pemenuhan zat gizi. Selain

itu sosial ekonomi seseorang juga mempengaruhi kemampuan

ibu untuk mendapat pelayanan kesehatan yang memadai,

misalnya kemampuan untuk melakukan kunjungan prenatal

untuk memeriksakan keadaan janin. Wanita pada tingkat sosial

ekonomi lebih rendah mempunyai kemungkinan 50% lebih

tinggi mengalami persalinan kurang bulan dibanding tingkat

sosial ekonomi lebih tinggi (Jenny, 2008).

2.4.4.4. Riwayat persalinan prematur

Riwayat persalinan preterm merupakan faktor yang sangat

erat dengan persalinan berikutnya. Resiko persalinan preterm

berulang bagi mereka yang persalinan pertamanya preterm,

meningkat tiga kali lipat dibanding dengan wanita yang

persalinan pertamanya aterm (Cunningham et al, 2005).

2.4.4.5. Gaya hidup

Perilaku seperti merokok, gizi buruk, dan penambahan

berat badan yang kurang baik selama kehamilan serta

penggunaan obat seperti kokainatau alkohol telah dilaporkan

7

Page 8: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

mengalami peranan penting pada kejadian dan hasil akhir bayi

dengan berat lahir rendah. Resiko kelahiran preterm

meningkat, yaitu rata-rata dua kali lipat dari wanita bukan

perokok (Cunningham et al, 2005).

2.5. Patofisiologi

Diperkirakan 90% dari pasien yang mengalami infeksi cairan amnion,

menunjukkan adanya mikroba dari vagina dan serviks. Infeksi dapat

mencetuskan berbagai komponen biokimiawi baik local maupun sistemik.

Infeksi intrauterine menyebabkan inisiasi persalinan.

Jalur pertama yang menginisiasi persalinan premature adalah invasi

bakteri yang mengawali aktivasi fosfolipase A2 yang memecah asam

arakidonat dari selaput amnion janin, sehingga asam arakidonat bebas

meningkat untuk sintesis prostaglandin. Menurut Cunningham et al (2005)

data dari penelitian hewan, invitro dan manusia seluruhnya memberikan

gambaran yang konsisten bagaimana infeksi bakteri menyebabkan

persalinan prematur spontan. Invasi bakteri rongga koriodesidua, yang

bekerja melepaskan endotoksin dan eksotoksin, mengktivasi desidua dan

membran janin untuk menghasilkan sejumlah sitokin, termasuk TNF-α, IL-

1, IL-6, IL-8. Selanjutnya, sitokin, endotoksin, dan eksotoksin merangsang

sintesis prostaglandin dan pelepasan metalloprotease dan zat bioaktif

lainnya. Prostaglandin merangsang kontraksi uterus sedangkan

metalloprotease menyerang membran korioamnion yang menyebabkan

pecah ketuban.

Jalur kedua yang bisa berperan adalah prostaglandin dehidrogenase di

jaringan korion yang dapat menghambat masuknya prostaglandin ke

miometrium sehingga mencegah terjadinya kontraksi uterus. Infeksi

korionik dapat menurunkan aktivitas dehidrogenase ini, menyebabkan

peningkatan jumlah prostaglandin yang mencapai miometrium.

Jalur ketiga melibatkan janin itu sendiri. Pada janin yang terinfeksi,

terjadi peningkatan produksi corticotrophin releasing hormone oleh

hypothalamus janin dan plasenta yang menyebabkan peningkatan sekresi

8

Page 9: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

kortikotropin janin, yang selanjutnya meningkatkan produksi kortisol oleh

adrenal janin. Pada akhirnya sekresi kortisol akan meningkatkan produksi

prostaglandin dan menyebabkan timbulnya kontraksi uterus.

Vaginosis Bakterial adalah bukan keadaan infeksi namun adalah suatu

keadaan dimana flora vagina normal (laktobasilus penghasil hidrogen

peroksida) diganti dengan kuman-kuman anaerobik meliputi Gardnerella

vaginalis, Mobiluncus dan Mycoplasma hominis (Cunningham et al, 2005;

Wiknjosastro, 2008). Vaginosis bakterial sering dikaitkan dengan abortus

spontan, persalinan preterm, KPD, korioamnionitis dan infeksi cairan

amnion. Vaginosis bakterial menyebabkan terjadinya persalinan preterm

melalui mekanisme yang sama dengan yang terjadi akibat infeksi dalam

cairan amnion.

9

Page 10: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

PARTUS PREMATUR

F.Resiko :- Usia- Paritas- Sosial ekonomi- Riwayat prematur- Gaya Hidup

Peny.Sistemik :DM, HT, paru, jantung, ginjal

Infeksi Bakteri : Streptococcus gol.BStreptococcus anaerobE-ColiBacteroides

Infeksi servikal /desidual

Infeksi intraamniotik

Janin dengan infeksi

Komplikasi kehamilan

Vaginal Bakteriosis

Memecah as.arakidonat dr selaput amnion janin

>>> Asam Arakidonat

Kontraksi miometrium

Korioamnionitis >>> aktivitas hipotalamus fetus

Prod. CRH

Melepas eksotoksin & endotoksin

Pelepasan metalloprotease

Pelemahan dan ruptur korioamnion

Preeklampsi Perdarahan antepartum

Serviks inkompeten

Kehamilan ganda, polihidroamnion

Tdk tertangani

Ibu kejang

Membahayakan ibu dan janin

Tdk dapat menahan kehamilan

Dilatasi serviks, otot serviks lemah

Kulit ketuban menonjol

ketuban pecah

Usia kehamilan pendek

Penurunan aktivitas prostaglandin dehidroginase

>>> Sintesis prostaglandin E2

>>> kortisol

Sekresi kortikotropin

Indikasi utk segera mengakhiri kehamilan

>>> distensi uterus

<<< sirkulasi darah, O2 ke plasenta

Janin kekurangan nutrisi

Gawat janin

Aktivasi fosfolipase A2

Aktivasi sitokin, IL-1,IL-6,IL-8

2.6. WOC

10

Page 11: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

Resiko perdarahan saat persalinan

Hipovolemi

MK : Kekurangan volume cairanMK : Intoleransi aktivitas

PARTUS PREMATUR

Kontraksi Uterus iregular dan terus menerusPosisi kepala janin sudah turun ke bawah, ke rangka tlg pelvis

Janin menekan kandung kemih

Nyeri suprapubik

Kram hebat seperti menstruasi

MK : Ketidaknyamanan : Nyeri

Pergeseran dan pergerakan janin

Menekan tulang belakang

Rasa berat / tekanan pada panggul

Serviks dilatasi

Lendir kental yang tertimbun di serviks selama hamil terdorong ke vagina

Bertambahnya jumlah cairan vagina bercampur lendir/darah

MK : Resiko infeksi

Kurang pengetahuan tentang partus prematur

MK : Ansietas

Infeksi Intrauterin

Janin terinfeksi

MK : Distress Janin

11

Page 12: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

2.7. Manifestasi Klinis

Menurut Manuaba (2003), manifestasi klinis yang ditimbulkan pada

persalinan prematur diantaranya yaitu :

2.7.1. Nyeri menstruasi seperti kram

2.7.2. Nyeri tumpul di pinggang

2.7.3. Nyeri suprapubik

2.7.4. Rasa berat/tekanan pada panggul

2.7.5. Peningkatan jumlah cairan vagina (kental, bercampur darah atau

lendir)

2.7.6. Diare

2.7.7. Kontraksi uterus yang tidak dapat dipalpasi yang lebih sering terasa

setiap 10 menit selama 1 jam lebih, tidak sembuh dengan berbaring

2.8. Pemeriksaan Diagnostik

2.8.1. Ultrasonografi

Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500

gram).

2.8.2. Tes Nazin untuk menentukan KPD

2.8.3. Jumlah sel darah putih

Jika mengalami peningkatan, maka iyu menandakan adanya

infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S)

mendeteksi fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau

infeksi amniotic

2.8.4. Pemantauan elektronik untuk memfalidasi aktifitas uterus/satatus

janin.

2.9. Penatalaksanaan

Menurut Syaifuddin (2001), bahwa penanganan persalinan prematur

ada 2 yaitu:

2.9.1. Penanganan Umum

2.9.1.1. Lakukan evaluasi cepat keadaan umum ibu.

2.9.1.2. Upayakan melakukan konfirmasi umur kehamilan bayi.

2.9.2. Penanganan Khusus

12

Page 13: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

2.9.2.1. Penilaian Klinik

a. Kriteria persalinan premature antara lain kontraksi yang

teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya

pengeluaran lendir kemerahan atau cairan pervaginan.

b. Pada periksa dalam

1. Pendataran 50 - 80% atau lebih.

2. Pembukaan 2 cm atau lebih.

c. Mengukur panjang serviks dengan vaginal proses USG:

1. Panjang serviks kurang dari 2 cm pasti akan terjadi

persalinan premature.

2. Tujuan utama adalah bagaimana mengetahui dan

menghalangi terjadinya persalinan premature.

3. Cara edukasi pasien bahkan dengan monitoring

kegiatan di rumah tampaknya tidak memberi

perubahan dalam insidensi kelahiran premature.

2.9.2.2. Penanganan

Perlu dilakukan penilaian tentang :

a. Umur kehamilan, karena lebih bisa dipercaya untuk

penentuan prognosis daripada berat janin.

b. Demam atau tidak.

c. Kondisi janin (jumlahnya, letak/presentasi, taksiran berat

janin, hidup/gawat janin/mati, kelainan congenital, dan

sebagainya) dengan USG.

d. Letak plasenta perlu diketahui untuk antisipasi irisan

seksio sesarea.

e. Fasilitas dan petugas yang mampu menangani calon bayi

terutama adanya seorang neonatalogis, bila dirujuk

sesuai dengan prinsip penanganannya.

f. Coba hentikan kontraksi uterus/penundaan kelahiran,

atau siapkan penanganan selanjutnya.

g. Upaya menghentikan kontraksi uterus :

13

Page 14: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

1. Pemberian obat

Kemungkinan obat - obat tokolitik hanya

berhasil sebentar tapi penting untuk dipakai

memberikan kortikosteroid sebagai induksi

maturitas paru bila usia gestosis kurang dari 34

minggu.

Intervensi ini bertujuan untuk menunda

kelahiran sampai bayi cukup matang. Penundaan

kelahiran ini dilakukan bila :

Umur kehamilan < 35 minggu

Pembukaa.n seviks < 3 cm

Tidak ada amnionitis, preeklampsia atau

perdarahan yang aktif.

Tidak ada gawat janin.

2. Perawatan di Rumah Sakit

Ibu masuk rumah sakit (rawat inap), lakukan

evaluasi terhadap hisdan pembukaan.

Berikan kortikosteroid untuk memperbaiki

kematangan paru janin.

Berikan 2 dosis betamethason 12 mg IM

selama 12 jam (berikan 4 dosis

deksamethason 5 mg IM selama 6 jam).

Steroid tidak boleh diberikan bila ada

infeksi yang jelas.

Pemberian antibiotika, mungkin berhasil

pada kasus dengan resiko infeksi tinggi.

Organisme yang menyebabkan adalah

golongan aerob Gram (+) dan (-), anaerob

dan lain - lain yang berasal dari :

- Biasanya flora normal dari

vagina/rectum.

14

Page 15: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

- Kadang eksogen akibat tindakan yang

aseptic (grup A streptokokus).

Obat tokolitik yang dianjurkan :

Berikan obat-obatan tokolitik tidak > 48

jam. Monitor keadaan janin dan ibu (nadi,

tekanan darah, tanda distres nafas, kontraksi

uterus, pengeluaran cairan ketuban atau

cairan pervaginan, djj, gula darah).

2.9.2.3. Persalinan Berlanjut

Bila tokolitik tidak berhasil, lakukan persalinan dengan

upaya optimal. Jangan menyetop kontraksi uterus bila :

a. Umur kehamilan lebih dari 35 minggu.

b. Serviks membuka lebih dari 3 cm.

c. Perdarahan aktif.

d. Janin mati dan adanya kelainan congenital yang

kemungkinan hidup kecil.

e. Adanya khorioamnionitis.

f. Preeklampsia.

g. Gawat janin.

Monitor kemajuan persalinan memakai partograf.

Hindarkan pemakaian vakum untuk melahirkan

(sebab resiko perdarahan intrakranial pada bayi

premature cukup tinggi).

2.10. Komplikasi

Komplikasi partus prematur yaitu terjadinya perdarahan plasenta

dengan pembentukan prostaglandin dan mungkin induksi stress, janin mati,

dan kelainan congenital (Saifudin, 2002 : 300) sedangkan menurut Nur

Cahyo (2008) komplikasi partus prematur yaitu:

2.10.1. Sindroma gawat janin

2.10.2. Ketidakmatangan pada system saraf 

2.10.3. Rentang terjadinya perdarahan otak atau serangan apneu

15

Page 16: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

2.10.4. Intoleransi pemberian makanan 

2.10.5. Retinopati dan gangguan penglihatan  atau kebutaan  (fibroplasia

retrolental)

2.10.6. Displasia bronkopulmoner

2.10.7. Penyakit jantung

2.10.8. Jaundice

2.10.9. Infeksi atau septicemia 

2.10.10. Anemia

2.10.11. Hipoglikemia/ Hiperglikemia 

2.10.12. Perkembangan dan partumbuhan yang terhambat

2.10.13. Keterbelakangan mental dan motorik

2.11. Prognosis

Pada pusat pelayanan yang maju dengan fasilitas yang optimal, bayi

yang lahir dengan berat 2000 sampai 2500 gram mempunyai harapan hidup

lebih dari 97 %, sedangkan 1500 sampai 2000 gram lebih dari 90 %, serta

1000 sampai 1500 gram sebesar 65-80 % (Mansjoer, 2002). Prematurnya

masa gestasi akan dapat mengakibatkan ketidakmatangan pada semua

sistem organ, baik itu pada sistem pernafasan (organ paru-paru), sistem

peredaran darah (jantung), sistem pencernaan dan sistem syaraf pusat (otak).

Ketidakmatangan pada sistem-sistem organ itulah yang membuat bayi

prematur cenderung mengalami kelainan dibandingkan bayi normal.

16

Page 17: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Kasus

Seorang wanita yang bernama Ny. L berusia 25 tahun, nulipara, dengan

usia kehamilan 37 minggu pada tanggal 16 Juni 2013, datng ke Rumah Sakit

Dr. Soetomo dengan persalinan aktif pukul 08.00 WIB. Beliau datang

didampingi oleh suaminya. Ny. L merasa bingung dan cemas melihat apa

yang terjadi terhadap dirinya karena mengeluarkan cairan per vagina lendir

bercampur darah, perut terasa mulas dan nyeri bagian bawah dan air ketuban

sudah pecah. Dan seviks sudah membuka 4 cm.

3.1.1. Keluhan Utama

Ibu mengatakan mulas dan nyeri perut bagian bawah dan

mengeluarkan cairan per vaginam lendir bercampur darah. Dan ibu

juga mengalami kontraksi jarang-jarang.

3.1.2. Riwayat Persalinan

Ibu datang ke rumah sakit pukul 08.00 WIB mengatakan ada his

frekuensinya 2 – 3 kali dalam 10 menit lamanya 35-37 detik sejak

tanggal 15 juni 2013 dan tanggal 16 Juni 2013 pagi air ketuban

pecah.

3.1.3. Riwayat Kehamilan

HPHT: 16 September 2012

TP: 23 Juni 2013

ANC dilakukan secara teratur di tempat bidan

3.1.4. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Ibu hamil anak pertama

3.1.5. Tidur

Tidur 7 – 8 jam sehari.

17

Page 18: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

3.1.6. Psikologi

Ibu merasa gelisah dan takut dalam menghadapi persalinan

karena kehamilannya yang kurang cukup bulan dan air ketuban

sudah pecah.

Ibu makan terakhir tadi pagi, tetapi hanya sedikit karena nafsu

makan ibu berkurang sejak adanya his.

3.1.7. Pemeriksaan Penunjang

Kertas lakmus : lakmus merah berubah jadi biru.

3.2. Pemeriksaan head to toe

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Composmentis

Tekanan darah : 100/60 mmHg

Nadi : 80 X/menit

Pernafasan : 20 X/menit

Suhu : 36°C

Tinggi badan : 167 cm

Berat badan : 73 kg

3.2.1. Kepala : Simetris

3.2.2. Leher : KGB leher tidak teraba, kel. tiroid tidak membesar.

3.2.3. Dada

Pernafasan : Vesikuler 

3.2.4. Abdomen :

3.2.4.1. Leopord I : TFU 20 cm

3.2.4.2. Leopord II :

Letak punggung janin membujur dari atas ke bawah dan

berada di sebelah kanan dan ekstremitas berada di seblah kiri.

3.2.4.3. Leopord III : letak kepala belum masuk PAP

3.2.4.4. Leopord IV :

Janin belum masuk PAP.

DJJ : 13-14-14

Gerakan janin : gerakan janin kuat.

18

Page 19: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

Kontraksi : His jarang-jarang, terasa kencang dan datar pada

saat kontraksi.

3.3. Diagnosa Keperawatan

3.3.1. Resiko tinggi cidera yang berhubungan dengan persalinan

disfungsional.

3.3.2. Kecemasan berhubungan dengan yang dirasakan atau aktual pada

diri dan janin.

3.3.3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai persalinan

preterm, kebutuhan tindakan dan prognosis berhubungan dengan

kesalahan interprestasi atau kurang informasi.

3.4. Intervensi Keperawatan :

3.4.1. Diagnosa : Resiko tinggu cidera yang berhubungan dengan

persalinan disfungsional.

Tujuan :

Mencegah terjadinya cidera atau resiko cidera menurun pada ibu

dan janin

Kriteria Hasil :

a. Pola persalinan yang adekuat.

b. Mencegah adanya komplikasi maternal.

Intervensi Rasional

1. Mengkaji frekuensi Uterus

2. Mendorong klien melakukan

ambulasi dan mengubah posisi

3. Memantau kemajuan dilatasi

serviks dan pendataran.

4. Memantau masukan dan haluaran

nutrisi

5. Mengkaji adanya tanda-tanda

dehidrasi

6. Evaluasi tingkat keletihan yang

Untuk tahu sedini mungkin pola

disfungsional persalinan, komplikasi

dapat di cegah, akan menstimulus

aktivitas uterus dan pola persalinan

yang normal.

19

Page 20: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

menyertai serta aktivitas dan

istirahat, sebelum awitan

persalinan.

1.6.2. Diagnosa : Kecemasan berhubungan dengan persalinan preterm

ditandai dengan ketakutan, gelisah

Tujuan : Kecemasan klien berkurang (secara verbal)

Kriteria hasil :

a. Klien mengungkapkan kesiapannya menjalani proses

persalinannya.

b. Klien dapat mengontrol kecemasannya untuk mengurangi

perasaan khawatir dan ketegangannya.

c. Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang efektif

dalam mengatasi cemas dan stresornya.

d. Klien tidak lagi menunjukkan tingkah laku kecemasan pada

dirinya.

Intervensi :

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat kecemasan klien dan

reaksi fisik terhadap cemas (seperti

: takikardi).

2. Jelaskan tentang prosedur kegiatan

dan masalah yang melibatkan

klien, selama dalam prosedur,

gunakan istilah umum dan tenang

serta bicara pelan.

3. Bantu klien mengidentifikasi

penyebab kecemasan yang

mengindikasikan intervensi.

4. Berikan informasi yang

Untuk mengetahui kecemasan

klien, untuk menenangkan pasien

dan mengurangi kecemasan serta

mengantisipasi terjadi kecemasan

kronis.

.

20

Page 21: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

factual/akurat tentang dukung klien

menginterprestasikan gejala

kecemasan suatu hal yang normal.

5. Instruksikan klien koping

sebelumnya digunakan oleh klien

untuk mengatasi kecemasannya.

6. Instruksikan klien menggunakan

teknik relaksasi.

1.6.3. Diagnosa : Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm,

kebutuhan tindakan dan prognosis berhubungan dengan kesalahan

interpretasi atau kurang informasi.

Tujuan : Mengungkapkan kesadaran tentang implikasi dan

kemungkinan hasil persalinan preterm.

Kriteria hasil :

a. Pasien mengerti tindakan yang akan dilakukan.

b. Pasien mengerti yang sedang di alami saat ini dan bisa

menurunkan kecemasan

Intervensi :

Intervensi Rasional

1. Pastikan pengetahuan klien tentang

persalinan preterm dan kemungkinan

hasil Membuat data dasar dan

mengidentifikasi kebutuhan

2. Berikan informasi tentang perawatan

tindak lanjut bila klien pulang Klien

mungkin perlu kembali untuk

keteraturan pemantauan adan atau

tindakan

1. Untuk mengetahui pengetahuan

klien tentang persalinan.

2. Untuk memberikan pengetahuan

klien tindakan pulang ke rumah

dan mencegah komplikasi yang

lebih lanjut.

21

Page 22: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

3. Anjurkan klien mengosongkan

kandung kemih setipa 2 jam saat

terjaga. Mencegah tekanan kandung

kemih penuh pada uterus yang peka.

4. Tinjau ulang kebutuhan cairan setiap

hari, misalnya 2 sampai 3 quart (1,9

– 2,81) cairan dan menghindari

kafein. Dehidrasi dap[at

menimbulkan peningkatan kepekaan

otot uterus.

3. Mencegah tekanan kandung

kemih penuh pada uterus yang

peka

4. Dehidrasi dapat menimbulkan

peningkatan kepekaan otot

uterus.

BAB IV

PENUTUP

22

Page 23: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

4.1. Kesimpulan

Partus Prematur adalah partus yang terjadi antara usia kehamilan 20-37

minggu dihitung sejak HPHT. Hal ini terjadi karena mulainya kontraksi

uterus yang teratur yang disertai pendataran dan atau dilatasi servix serta

turunnya bayi sebelum usia kehamilan memasuki 37 minggu. Banyak faktor

penyebab terjadinya partus prematur, salah satunya komplikasi persalinan,

seperti pre eklampsi / eklampsi, perdarahan antepartum, serviks inkompeten,

kehamilan ganda atau polihidroamnion. Beberapa faktor resiko seorang ibu

bisa mengalami partus prematur, antara lain umur ibu saat hamil, jumlah anak

yang pernah dilahirkan, dan memang mempunyai riwayat persalinan

prematur.

DAFTAR PUSTAKA

23

Page 24: Reproduksi 2 - Partus Prematurus Makalah Revisi

Asrining, S. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.

Bobak, Irene M.,dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta:

EGC.

Champan, Vicky. 2003. The Midwife’s Labor and Birth Handbook. H. Y.

Cunningham FG et al. 2005. Preterm Labor in “ Williams Obstetrics” , 22nd ed,

McGraw-Hill.

Cunningham. 2006. Obstetri William. Jakarta: EGC.

Hacker, Neville. F. 1995. Obstetri dan Ginekologi Esensial. Edi Nugroho 2001 

Alih bahasa) Jakarta: Hipocrates.

Kuncara 2006 (Alih bahasa) Jakarta: EGC.

Manuaba, Ida, B.G. 2003. Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi. Jakarta :

EGC.

Pillitteri,Adele. 2002. Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: EGC.

Raymond. 2006. Obstetri and Ginecology. Jakarta: Hipocrates.

Saifudin. 2002.  Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta : YBS-SP.

24