Download - Makalah Prak. Biokim.docx
MAKALAH LAPORAN BIOKIMIA KLINIS
ANALISIS BIOKIMIA DARAH
Disusun oleh :
Fadillah Sa’adi Ekapriatna
Angga Maulidan Pernama
Dian Aulia Rahma
Ahmad Apriansyah
Mita Saputri Lestari
Aprilia Intan Cahyani
Fika Hilmiyatu Durry
KELAS AC
FARMASI 2012
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014
LATAR BELAKANG
Kesehatan memang sangat penting, maka dari itu kita jangan sampai lupa akan kesehatan
yang harus dijaga, dari berbagai macam penyakit yang ada dan berbagai pengobatan dilakukan,
makalah ini di buat agar menambah ilmu agar mengehui dengan upaya kesehatan yang terpadu
dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat
dengan pengobatan sendiri. Upaya kesehatan di selenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang di laksanakan secara terpadu,
menyeluruh, dan berkesinambungan (Nur Songo, 2012).
Pembuatan filtrate darah bebas protein digunakan untuk pemeriksaan penetapan kadar
urea, asam urat, glukosa, kreatinin, asam amino, klorida, dan NPN (Non Protein Nitrogen).
Pengukuran kadar gula dan kadar kreatinin akan menghasilkan kadar yang menentukan
kesehatan kita.
TEORI SINGKAT
Glukosa (gula darah)
Glukosa (suatu glukosa monosakarida) adalah salah satu karbohidrat terpenting yang
digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu
hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami glukosa disebut juga dekstrosa,
terutamanya dalam industri panagn. Glukosa (C6H12O6) memiliki berat molekul 180.18,
termasuk dalam heksosa yaitu monosakarida yang mengandung enam atom karbon (Lehniger
1982)
Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat dimana-mana dalam biologi. Hal itu
terjadi karena glukosa dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik, sehingga akan mudah
tersedia bagi system biokimia primitive. Hal yang lebih penting bagi organism tingkat atas
adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah
bereksi secara nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikolisasi) mereduksi
atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim. (Lehniger 1982).
Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis
(Murrat 2003). Glukogenesis memenuhi kebutuhan akan glukosa pada saat karbohidrat tidak
tersedia dalam jumlah yang cukup dalam makanan. Pasokan glukosa yang terus-menerus
diperlukan sebagai energy, khususnya bagi sistem syaraf dan eritrosi. Glukosa juga diperlukan
didalam jaringan adipose sebagai sumber gliserida-gliserol dan mungkin glukosa juga
mempunyai peran didalam mempertahankan kadar intermediet pada siklus asam sitrat di seluruh
jaringan tubuh. Selain itu, glukosa merupakan satu-staunya bahan bakar yang memasoj energy
bagi otot rangka pada keadaan anaerob (Murray 2003).
Kadar glukosa dalam tubuh makhluk hidup dapt digunakan untuk memprediksi
metabolism yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang tersedia. Jika
kandungan 1 glukosa dalam tubuh sangat berlebih maka glukosa tersebut akan mengalami reaksi
katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan energy. Namun jika kandungan glukosa
tersebut di bawah batas minimum, maka asam piruvat yang dihasilkan dari proses katabolisme
bisa mengalami proses enzimatik secara anabolisme melalui glukogenesis untuk mensintesis
glukosa dan memenuhi kadar normal glukosa dalam darah ( Poediadji 1994).
Glukogenesis adalah proses mengubah prekursor nonkarbohidrat menjadi glukosa atau
glikogen.substrat utamanya adalah asam-asam amino , glukogenik, laktat gliserol dan propionat.
Hati dan ginjal adalah adalah jaringan glukoneogenik utama.
Kadar gula darah bervariasi, tergantung status nutrisi. Kadar gula normal manusia, beberapa jam
setelah makan sekitar 80 mg/100 ml darah, tetapi sesaat sehabis makan meningkat sampai 120
mg/ 100 ml. Glukosa bersama asam lemak adalah molekul bahan bakar utama pemicu
metabolisme makhluk hidup. Organ pengguna bahan bakar terbanyak adalah hati, otak, otot
jantung dan jaringan adiposa. Mekanisme homeostatik berperan untuk memasukkan glukosa ke
dalam sel dan penggunaanya oleh jaringan tubuh. Bila kadar gula turun, mekanisme pelepasan
gula simpanan glikogen dalam sel (atau dari glukoneogenesis ) terbuka, sehingga kadar normal
tetap terpelihara.
Glukosa terbentuk dari dua kelompok senyawa yang menjalani glukoneogenesis (1)
kelompok yang terlibat dalam perubahan netto langsung menjadi glukosa, termasuk sebagian
besar asam amino dan propionat da (2) kelompok yang merupakan produk metabolisme glukosa
di jaringan. Oleh karena itu laktat yang dibentuk oleh glikolisis di otot rangka dan eritrosit,
diangkut ke hati dan ginjal tempat zat ini diubah kembali menjadi glukosa, yang kembali tersedia
melalui sirkulasi untuk oksidasi di jaringan. Proses ini dikenal sebagai siklus Cori atau siklus
asam laktat.
Menurut Villee (1999), bahwa sekresi insulin dan glukagon dikontrol oleh kadar glukosa
dalam darah. Jika kadar glukosa dalam darah naik (seumpama setelah makan), maka sekresi
insulin terangsang dan bekerja untuk mengembalikan kadar glukosa dalam keadaan normal.
Dalam otot rangka insulin akan meningkatkan pemasokan gukosa ke dalam sel otot yang juga
menstimulasi sintesis glikogen. Dengan demikian simpanan glikogen dalam sel otot meningkat.
Penyerapan asam amino ke dalam hati, otot dan jaringan adipose juga meningkat setelah makan
sebagai respon adanya insulin.
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan
kembali normal dalam waktu 2 jam. kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam
sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dl darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-14-
mg/dl pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat
lainnya.
Metode Follin Wu
Metode ini digunakan dalam analisis kuantitatif gula dalam darah. Prinsip pengukuran
kadar glukosa darah dengan metode Folin Wu adalah ion kupri akan direduksi oleh gula dalam
darah menjadi kupro dan mengendap menjadi Cu2O. Penambahan pereaksi fosfomolibdat akan
melarutkan Cu2O dan warna larutan menjadi biru tua, karena ada oksida Mo. Dengan demikian,
banyaknya Cu2O yang terbentuk berhubungan linier dengan banyaknya glukosa di dalam darah.
Filtrat yang berwarna biru tua yang terbentuk akibat melarutnya Cu2O karena oksida Mo dapat
diukur kadar glukosanya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 660
nm.
Kadar Kreatinin
Kreatinin merupakan produk sisa dari perombbakan kreatin fosfat yang terjadi di otto
yang merupakan zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang ginjalnya sudah tidak
berfungsi dengan normal. Sejumlah besar kreatinin yang terdapat dalam sirkulasi darah akan
ditapis keluar bersama dengan urin, dan tidak diserap kembali ke dalam darah. Kreatin adalah
asam organik bernitrogen yang terdapat secara almi di dalam hewan vertebrata. Kreatin dapat
membantu menyediakan cadangan energi bagi jaringan otot dan saraf.
Kreatin ditemukan pertama kali oleh Derek Edward Bye pada tahun 1832 sebagai
komponen dari otot rangka.nama kreatin sendiri berasal dari bahasa yunani, dari kata kreas yang
beartoi daging. Batas normal ureum : 20 – 40 mg/dl. Bats normal kreatinin : 0,5 – 1,5 mg/dl
(Tanyuri,2008). Kreatinin terbentuk akibat penguraian otot. Tingkat kreatinin dalam darah
mengukur fungsi ginjal. Tingkat yang tinggi biasanya karena masalah dalam ginjal. Rasio kadar
asam urat / kreatinin dalam urin sewaktu : rasio > 0.8 menandakan over-production. Bila rasio ini
> 0.9 menandakan adanya acute acid nephrophaty. Bila rasio ini < 0.7, menandakan terjadinya
hiperurisemia akibat gagal ginjal.
Kreatinin merupakan produk penguraian kreatin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat
dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat ()creatin
phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sistem ATP ( adenosine triphosphate)
dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim
kreatin kinase (creatine kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah
secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difi;ltrasi oleh glomelurus dan
diekskresikan dalam urin.
Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa
otot total dari pada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga
menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cidera
fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot.
Sejumlah besar kreatini yang terdapat dalam sirkulasi darah akan ditapis keluar bersama
dengan urin, dan tidak diserap kembali kedalam darah. Oleh karena itu rasio konsentrasi
kreatinin di dalam darah dan urin, dapat digunakan untuk menghitung rasio tapis kreatina
(bahasa inggris : creatine dearance , CrCl), yang setara dengan laju filtrasi glomerular
( Glomerular filtration rate, GFR).
Menurut literatur didapatkan kadar kreatinin dalam darah menurut pembagian umur dan jenis
kelamin:
Dewasa : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl.
Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (wanita sedikit lebih rendah karena massa otot yang lebih
rendah dari pada pria)
Anak : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl.
Bayi : 0,7-1,4 mg/dl.
Anak (2-6 th) : 0,3-0,6 mg/dl
Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl.
Kadar agak meningkat seiring dengan bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.
Lansia : kadanya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan produksi
kreatinin.
Pemeriksaan urin dan darah untuk mengetahui kadar kreatinin biasanya menggunakan
metode Jaffe Kinetik. Metode ini ditemukan pertamna kali oleh Jaffe tahun 1886. Reaksi Jaffe
berdasar pada reaksi antara kreatinin dan pikrat pada suasanan basah yang akan membentuk
warna merah orannye dan terjadi perubahan absorbsi pada panjang gelombang antara 505 nm
dan 520 nm.
Keuntungan metode pikrat ialah murah, cepat, dan jumlah sampel sedikit. Kadar normal
kreatinin pada laki- laki adalah 0,6 – 1,1 mg/dl atau 16 – 24 mg/kg/hari. Pada perempuan kadar
normal kreatininya adlah 0,5 – 0,9 mg/dl atau 11- 20 mg/kg/hari.
Kreatinin dibentuk di otot dari kreatin fosfat melalui dehidrasi nonenzimatik irreversibel
dan pengeluaran fosfat (gambar 1). Ekskresi kreatinin dalam urin 24 jam setara dengan masa
otot. Glisisn arginin dan metionin ikut serta dalam biosintesis kreatin. Sintesis kreatin
dituntaskan melalui metilasi guanidoasetat oleh S-adenoasilmetionin (gambar 1).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah, diantaranya adalah :
Perubahan masa otot
Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam swetelah makan
Aktivitas fisik yang berlebih dapat meningkatkan kadar kreatinin
Obat-obatan seperti sefalosporin, aldacton, aspirin dan co- trimexazole dapat mengganggu
sekresi kreatinin sehingga meningkatkan kadar kreatinin darah
Kenaikan sekresi tubulus dan dekstruksi kreatinin internal
Usia dan jelamin pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi dari pada orang muda, serta pada
laki-laki kadar kreatinin lebih tinggi dari pada wanita.
PEMBUATAN FILTRAT DARAH BEBAS PROTEIN (FOLLIN-WU)
Cara kerja :
Pembahasan Folin Wu :
Pada pembuatan filtrate bebas protein, darah yang baru diambil ditambah dengan aquades agar darah tidak terlalu kental. Kemudian tambahkan Na-tungstat dan H2SO4 dimana H2SO4 sebagai katalis. Na-tungstat akan bereaksi dengan asam sulfat sehingga membentuk asam tungstate yang akan mengikat protein sehingga protein terendapkan. Hal tersebut terlihat saat filtrate darah didalamnya terdapat Na-tungstat dengan asam sulfat dikocok membentuk cairan kental coklat yang kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring, protein darah yang terendapkan akan mengendap atau tertinggal dikertas saring, sementara filtrate darah yang tersaring berwarna bening. Filtrate darah bebas protein yang tidak dapat tersaring oleh kertas saring mengandung glukosa, kreatinin dan lainnya.
Metode ini dinamakan Metode Follin Wu dan biasanya digunakan untuk mengetahui kadar gula darah, asam urat, kreatinin, urea dan lain sebagainya. Protein diendapkan agar tidak mengganggu proses analisa kadar diatas. Untuk memastikan filtrate darah benar benar bebas
Ambil filtrate darah sebanyak 1 ml masukkan ke
dalam tabung
Tambahkan Na tungstate 10% 1ml
Lakukan penyaringan menggunakan kertas saring
sehingga yang terdapat pada tabung hanya filtrate yang
tersaring, larutan berwarna bening
Lakukan uji protein menggunakan uji
biuret
Kocok hingga homogen maka akan terbentuk
cairan kental berwarna coklat
Tambahkan H2SO4 1 ml
Kemudian tambahkan aqudes 7ml
protein, dilakukan uji biuret (larutan CuSO4 dan NaOH 10%), hasilnya adalah warna biru muda bening yang menandakan filtrate darah telah bebas protein.
PENGUKURAN KADAR GULA DARAH (KUANTITATIF)
Bahan :
Filtrat darah Follin-Wu Larutan tembaga alkalis Pereaksi as.fosfomolibdat Aquades Larutan glukosa standar
Cara Kerja :
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Bahan AbsorbansiBlanko akuades 0,00Blanko reagen 0,143Standar glukosa 0,504Sampel 0,644
Kadar gula darah = Absorbansi Sampel x 100
Absorbansi Standar
Masukkan reagen sebanyak 1 ml dalam
tiga tabung reaksi berbeda.
Tambahkan 10 µl glukosa dalam tabung reaksi 2
Tambahkan 10 µl filtrat bebas protein dalam tabung reaksi
3
diamkan campuran selama 10 menit
ukur serapan dari masing-masing
campuran dengan spektrofotometri uv vis
dengan panjang gelombang 420 nm
catat hasil absorbansi dan
hitung kadar gula darah sampel
= 0,644 x100
0,504
= 127 mg/dL
Pembahasan
1. Kadar gula darah puasa (tidak mendapat asupan kalori 8-10 jam sebelumnya):
Normal = kadar gula < 100 mg/dl
Pre Diabetes = kadar gula 100-125 mg/dl
Diabetes = kadar gula > 125 mg/dl
2. Kadar gula darah sesaat (saat atau sesudah makan) :
Normal = kadar gula < 140 mg/dl
Pre Diabetes = kadar gula 140-200 mg/dl
Diabetes = kadar gula > 200 mg/dl
Dari hasil praktikum yang didapat yaitu 127 mg/dL yang menyatakan bahwa pendonor darah jika melakukan puasa selama 8-10 jam sebelumnya maka pendonor mengalami diabetes tetapi jika pendonor saat atau sesudah makan maka pendonor darah tsb dapat dinyatakan normal.
Kadar gula darah meningkat setelah makan, karena ada pasokan gula dari makanan yang dikonsumsi. Kadar gula darah saat berpuasa berbeda dengan sesudah makan. Demikian pula kadar gula darah sebelum tidur dan sepanjang hari.
KESIMPULAN
Kadar glukosa darah pendonor 127 mg/dL. Pendonor darah jika saat pengambilan darah pendonor puasa 8-10 jam sebelumnya maka
pendonor mengalami diabetes. Tetapi jika saat pengambilan darah pendonor saat atau sesudah makan maka pendonor darah tsb dapat dinyatakan normal.
PENETAPAN KADAR KREATININ DARAH (JAFFE)
BAHAN :
Darah / plasma bebas protein Laruton asam pikrat jenuh Larutan standar kreatinin mengandung 0,006 mg/ml Larutan NAOH 10% Larutan pikrat alkalis
Cara Kerja
BAHAN Blanko Standar 1 Uji 1Filtrat Folin-Wu (mL)
- - 1
Standar (mL) - 1 -Aquadest (mL) 1 3 -Larutan pikrat alkalis (mL)
0,5 1 0,5
NAOH 10% (mL) 0,1 0,2 0,1
*Campurkan semua bahan , kemudian diamkan selama 15 menit . Warna akan terbentuk dengan stabil selama 30 menit. Dan setelah 30 menit hitung serapan pada panjang gelombang 520 nm.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jadi dapat dihitung sebagai berikut :
Kadar kretinin darah / plasma =
Au−AbAs−Ab
X (5 X 0,006 ) X1525
X100
(10 X 0,1) X mg/dl
0,161−0,0950,078−0,095
X (5 X 0,006 ) X 1525
X100
(10 X 0,1) X mg/dl
¿ 0,0060,017
X (5 X 0,006 ) X1525
X100
(10 X 0,1) X mg/dl
¿−3,882 X 0.03 X 0,6 X 100
= -6,987 mg/dl
Kadar Kreatinin normal ( menurut buku clinical chemistry ) sampel darah
1. pada wanita
0,37 + ( 0,018 x umur )
2. pada pria
0,35 + ( 0,025 x umur )
Pada pengujian kreatinin menggunakan metode Jaffe Reaction. Tahap – tahapan yang dilakukan pada proses ini menggunakan filrat darah yang di gunakan juga harus bebas dari protein. Pada dasarnya hal yang dilakukan sama dengan uji glukosa darah yang membedakanya pada uji ini tidak menggunakan tembaga alkalis (Cu2O) tapi menggunakan larutan pikrat alkalis, yang berperan untuk mengikat kreatin secara tautomer sehingga menciptakan warna merah yang dapat dideteksi pada alat spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 520 nm.
Nilai serapan (absorbansi) uji adalah :
A . Nilai serapan blanko 0,095B. Nilai serapan larutan standar kreatinin 0,078C . Nilai serapan uji 0,161
Sehingga kadar keratinin yang didapat adalah 6,987 mg/dl. Hasil yang diperoleh lebih dari batas normal yaitu 0,7 – 1,5 mg/dl. Hal ini disebabkan karena pada percobaan dimungkinkan plasma masih terdapat makromolekul lain sepeti protein, glukosa, asam askorbat, dll. Yang nantinya mempengaruhi hasil percobaan.
LAMPIRAN
Foto Keterangan
Proses penyaringan dengan kertas saring untuk mendapatkan filtrat darah bebas protein
Hasil uji bluret
Glukosa yang digunakan untuk pengukuran kadar gula darah
Tabung reaksi berisi blanko reagen, larutan standar glukosa, dan larutan sampel
Pembacaan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 500nm
Hasil pembacaan blanko akuades dengan spektrofotometer
Hasil pembacaan blanko reagen dengan spektrofotometer
Hasil pembacaan standar glukosa dengan spektrofotometer
Hasil pembacaan sampel dengan spektrofotometer
DAFTAR PUSTAKA
1. Rai et al, 2005, Plasma Preparation From Whole Blood, Proteomics,5 : 3262 – 3277 Ritchterich, R andColombo, J.P., 1981, Clinical Chemistry, John Wiley & Sons, USA
2. Murray, Robert K. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. EGC : Jakarta