Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik dan hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Nganjuk, Desember 2014
Penyusun
2
Lembar Persembahan
Dengan segala kerendahan hati, ingin kupersembahkan
sebuah karya kecil yang telah berhasil kuselasaikan ini
kepada :
Kedua orang tua terkasih, Bapak dan Ibuk yang selalu
memberikan dukungan dan do’a yang tak pernah putus
untuk anaknya yang kini tengah berjuang menempuh
pendidikan.
Kemudian untuk segenap dosen Bpk Hamid, dr. Zain ,
dr. Gunawan, Bpk.Hartoyo , Ibu Yenny, Dra.Karyati, Ibu
Ambar, Ibu Retno, dan Ibu Ike, yang tak lelah memberikan
materi dan ilmu yang begitu bermanfaat bagi masa depan
saya nantinya.
Dan tak lupa teruntuk sahabat-sahabat di kelas d3
kebidanan Riska Nur Umaya , Levi Anjiani sasmita,
Ulvatunna’imah , Fenny Sugiharti, Kiki , Bida, Ana, Sari ,
Santi , Seppalia, Retno, Pebri, Intan, Ria, Dewi, Dyla, Nita,
3
Monic, Maya,Novi, El Vira, Sussi, Puspa, Citra, Rina, Eka,dan
Tyas, yang selalu memberikan keceriaan dan menyalurkan
semangatnya hingga saya berhasil menyelesaikan makalah
ini, semoga kita menjadi Ibu-Ibu Bidan yang baik dan
professional secepatnya .
Semoga kebaikan yang kalian taburkan kelak berbuah manis
.
Daftar Isi
Halaman Judul.......................................................................................................1
Kata Pengantar.......................................................................................................2
Halaman Persembahan..........................................................................................3
Daftar Isi................................................................................................................4
Bab I Pendahuluan ..........................................................................................5
1.1 Latar Belakang...............................................................................5
1.2 Rumusan Permasalahan.................................................................6
1.3 Alasan Memilih Judul....................................................................7
Bab II Pembahasan ...........................................................................................8
2.1 Definisi Bidan .........................................................................8
2.2 Peran dan Fungsi Bidan......................................................................11
2.3 Pandangan Islam Mengenai Bidan.....................................................30
Bab III Penutup......................................................................................................38
4
3.1 Kesimpulan.........................................................................................38
3.2 Saran...................................................................................................38
Daftar Pustaka.......................................................................................................39
5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangSeiring dengan bartambahnya jumlah kelahiran setiap tahunnya, lahir pula tenaga-
tenaga khusus yang berfungsi untuk menanganinya. Dahulu seorang ibu yang melahirkan
dibantu oleh seorang dukun, namun sekarang telah banyak tenaga kesehatan yang lebih
terdidik dan professional dalam menangani masalah kelahiran. Seperti halnya dengan bidan
atau pun dokter kandungan yang mengemban amanat terhadap hal ini.
Sebagai seorang muslim dan Insya’Allah calon bidan muslim , saya ingin mengulas
mengenai peran dan fungsi bidan menurut pandangan Islam. Seperti diketahui bahwa Islam
adalah agama yang lengkap mengatur segala urusan termasuk bidang kesehatan. Untuk itu,
dalam makalah ini, saya akan membahas mengenai pengertian bidan, bagaimana peran dan
fungsi bidan serta bagaimana Islam memandang keberadaan bidan.
6
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa arti Bidan?
2) Bagaimana peran dan fungsi Bidan?
3) Bagaimana peran dan fungsi Bidan menurut Islam?
7
1.3 Alasan Memilih Judul
1) Untuk mengetahui arti Bidan
2) Untuk mengetahui peran daan fungsi Bidan
3) Untuk mengetahui bagaimana peran dan fungsi Bidan menurut Islam
8
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Definisi Bidan
Bidan adalah sebutan bagi orang yang belajar di sekolah khusus untuk menolong
perempuan saat melahirkan.
Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut
dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan
Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi tersebut secara
berkala di review dalam pertemuan Internasional / Kongres ICM. Definisi terakhir disusun
melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan
sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan
yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi
untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik
bidan.
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang
perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi
di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk
diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik
kebidanan.
9
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel,
yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat
selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung
jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini
mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan
anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan
kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada
kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat,
Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya. Sedangkan. Pengertian bidan menurut ICM
(International Confederation Of Midwives), bidan adalah seseorang yang telah mengikuti
program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut,
serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki ijin yang sah
(lisensi)untuk melakukan praktik kebidanan.
10
2.2 Peran dan Fungsi Bidan
Dalam melaksanakan profesinya bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik, dan peneliti.
A. Peran Sebagai Pelaksana
Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi,
dan tugas ketergantungan.
1. Tugas mandiri
Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu:
1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan,
mencakup:
a. Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien.
b. Menentukan diagnosis.
c. Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi.
d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan/tindakan.
2) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan melibatkan mereka
sebagai klien, mencakup:
11
a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa pranikah.
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar.
c. Menyusun rencana tindakan/layanan sebagai prioritas mendasar bersama klien.
d. Melaksanakan tindakan/layanan sesuai dengan rencana.
e. Mengevaluasi hasil tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien.
f. Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.
3) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal, mencakup:
a. Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan hamil.
b. Menentukan diagnosis kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e. Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan bersama klien.
f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan yang telah diberikan bersama klien.
g. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien,
h. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang telah diberikan.
4) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinar dengan melibatkan
klien/keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan.
12
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa persalinan.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengar prioritas masalah.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan bersama klien.
f. Membuat rencana tindakan pada ibu selama masa persalinan sesuai dengan prioriras.
g. Membuat asuhan kebidanan.
5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, mencakup:
a. Mengkaji status keselhatan bayi baru lahir dengan melibatkan keluarga.
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
e. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut.
g. Membuat rencana pencatatan dan pelaporan asuhan yang telah diberikan.
6) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien/keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas.
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah.
13
d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
e. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.
7) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan
keluarga berencana, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada pus (pasangan usia subur)
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan.
c. Menyusun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah bersama klien.
d. Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
e. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan laporan.
8) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita
dalam masa klimakterium serta menopause, mencakup:
a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan asuhan klien.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, prioritas, dan kebutuhan asuhan.
c. Menyusun rencana asuhan sesuai prioritas masalah bersama klien.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
e. Mengevaluasi bersama klien hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan.
14
f. Membuat rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.
9) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan tumbuh kembang bayi/balita.
b. Menentukan diagnosis dan prioritas masalah.
c. Menyusun rencana asuhan sesuai dengan rencana.
d. Melaksanakan asuhan sesuai dengan prioritas masalah.
e. Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan.
2. Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga. mencakup:
a. Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan kondisi kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi.
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan prioriras kegawatdaruratan dan hasil kolaborasi
15
serta berkerjasama dengan klien.
d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan melibatkan klien.
e. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan.
f. Menyusum rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
2) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukam diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan
kegawatdaruratan pada kasus risiko tinggi.
c. Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama sesuai dengn prioritas
d. Melaksanalkan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil dengan risiko tinggi dan memberi
pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
3) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi serta
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
16
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko
tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko dan keadaan
kegawatdaruratan
c. Menyusun rrencana asuhan kebidanan pada i6tl dalam masa persalinan dengan risiko tinggi
dan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan
memberi pertolongan pertama sesuai dengan priositas.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama pada ibu hamil dengan
risiko tinggi.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
4) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
bersama klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan
17
kegawatdaruratan.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertarna sesuai dengan prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama
sesuai dengan rencana.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
5) Memberi asuhan kebidanan pada bay, baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruraran yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama
klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir de ngan risiko tinggi dan
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan Faktor risiko serta keadaan
kegawatdaruratan.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan
memerlukan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama sesuai dengan prioritas.
18
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
6) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko cinggi serta pertolongan pertama
dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi betsamut klien dan
keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada balita dengan risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang nemerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioricas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan
kegawatdaruratan.
c. Menyvsun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan memerlukan
pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama
sesuai dengan prioritas.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidaman dan pertolongan pertama.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporaan.
3. Tugas ketergantungan
Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:
19
1) Menerapkan manajamen kebidanan ,pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
keterlibatan klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebndanan yang memerlukan tindakan di luar lingkup
kewenangan bidan dan memerlukan rujukan.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas serta sumbersumber dan fasilitas untuk
kebmuuhan intervensi lebih lanjut bersama klien/keluarga.
c. Merujuk klien uncuk keperluan iintervensi lebih lanjuc kepada petugas/inscitusi pelayanan
kesehaatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap.
d. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan
incervensi.
2) Membeci asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan dengan
risiko tinggi serta kegawatdaruratan, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan.
e. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan
kesehatan yang berwenang.
f. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan
20
intervensi.
3) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa persalinan dengan
penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam persalinan yang
memerlukan konsultasi dan rujukan.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan
kesehatan yang berwenang.
e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikae seluruh kejadian dan
intervensi.
4) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas
yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga,
mencakup:
a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam masa nifas yang
memerlukan konsultasi serta rujukan.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan
21
kesehatan yang berwenang
e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan
intervensi.
5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan keluarga,
mencakup:
a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada bayi baru lahir yang
memerlukan konsulrasi serta rujukan.
b. Menentatkan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan
kesehatan yang berwenang.
e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.
6) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
klien/keluarga, mencakup:
a. Mengkaji adanya penyulit dan kegawatdaruratan pada balita yang memerlukan konsultasi
serta rujukan.
b. Menenrukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
22
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan
kesehatan yang berwenang.
e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.
B. Peran Sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar
kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
1. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan
Bidan bertugas; mengembangkan pelayanan dasar kesehatan, terutama pelayanan kebnjanan
untuk individu, keluarga kelompok khusus, dan masyarakat di wilayah kerja dengan
melibatl;can masyarakat/klien, mencakup:
1) Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk
meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat.
2) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama masyarakat.
3) Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu
dan anak serta keluarga berencana (KB) sesuai dengan rencana.
4) Mengoordinir, mengawasi, dan membimbing kader, dukun, atau petugas kesehatan lain
dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak-serta KB.
23
5) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan keseharan masyarakat khususnya kesehatan
ibu dan anak serta KB, termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada program dan
sektor terkait.
6) Menggerakkan dan mengembanglran kemampuan masyarakat serta memelihara
kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.
7) Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktik profesional melalui
pendidikan, pelatihan, magang sena kegiatankegiatan dalam kelompok profesi.
8) Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
2. Berpartisipasi dalam tim
Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di
wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga
kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya, mencakup:
1) Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberi asuhan
kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut.
2) Membina hubungan baik dengan dukun bayi dan kader kesehatan atau petugas lapangan
keluarga berencaca (PLKB) dan masyarakat.
3) Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan lain.
4) Memberi asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi.
5) Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat, yang berkaitan dengan kesehatan.
24
C. Peran Sebagai Pendidik
Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan bagi
klien serta pelatih dan pembimbing kader.
1. Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga,
kelompok, serta maryarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang
berhubungarn dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, mencakup:
1) Mengkaji kebutuhan pendidikan dan penyuluhan kesehatan, khususnya dalam bidang
kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana bersama klien.
2) Menyusun rencana penyuluhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji, baik
untuk jangka pendek maupun jangka panjang bersama klien.
3) Menyiapkan alat serta materi pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
4) Melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan sesuai dengan
rencana jangka pendek serta jangka panjang dengan melibatkan unsur-unsur terkait, termasuk
klien.
5) Mengevaluasi hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan bersama klien dan menggunakannya
untuk memperbaiki serta meninglcatkan program dl masa yang akan datang.
6) Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan/ penyuluhan kesehatan secara
25
lengkap serta sistematis.
2. Melatih dan membimbing kader
Bidan melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan keperawatan, serta
membina dukun dl wilayah atau tempat kerjanya, mencakup:
1) Mengkaji kebutuhan pelatihan dan bimbingan bagi kader, dukun bayi, serta peserta didik
2) Menyusun rencana pelatihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian.
3) Menyiapkan alat bantu mengajar (audio visual aids, AVA) dan bahan untuk keperluan
pelatihan dan bimbingan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
4) Melaksanakan pelatihan untuk dukun bayi dan kader sesuai dengan rencana yang telah
disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait.
5) Membimbing peserta didik kebidanan dan keperawatan dalam lingkup kerjanya.
6) Menilai hasil pelatihan dan bimbingan yang telah diberikan.
7) Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan.
8) Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan serta bimbingan
secara sistematis dan lengkap.
D. Peran Sebagai Peneliti/Investigator
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara
mandiri maupun berkelompok, mencakup:
1. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
26
2. Menyusun rencana kerja pelatihan.
3. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
4. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
5. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
6. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja
atau pelayanan kesehatan.
FUNGSI BIDAN
Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan adalah sebagai
berikut.
A. Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup:
1. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat
(khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.
2. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus
patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
3. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
4. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
5. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
6. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
27
7. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pcasekolah
8. Memberi pelayanan keluarga berencanasesuai dengan wewenangnya.
9. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem reproduksi,
termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai dengan
wewenangnya.
B. Fungsi Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:
1. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok
masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung oleh
partisipasi masyarakat.
2. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
3. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
4. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan
5. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
C. Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:
1. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan
pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.
28
2. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesetan sesuai dengan bidang tanggung
jawab bidan.
3. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan
di masyarakat.
4. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.
D. Fungsi Peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:
1. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
2. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.
29
2.3 Pandangan Islam mengenai Bidan
A. Bidan Sebagai Seorang `Abd (Hamba) Allah swt
Salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah Allah, sebagaimana firman-
Nya “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku” (Q.s. al-Zariyat/51: 56). Dalam kapasitas manusia sebagai hamba-Nya tidak ada
perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya memiliki potensi dan peluang yang
sama untuk menjadikan dirinya sebagai hamba yang ideal atau Muttaqun. Dalam konsep
Muttaqun ini tidak dikenal adanya diskriminasi antara jenis kelamin, suku, etnik, atau bangsa.
Sebagaimana yang ditegaskan Allah dalam Alquran surah al-Hujurat/49:13 “Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Kekhususan-kekhususan yang diperuntukkan kepada kaum laki-laki seperti seorang
suami setingkat lebih tinggi di atas istrinya (Q.s. al-Baqarah/2: 228); laki-laki pelindung bagi
perempuan (Q.s. al-Nisa/4: 34), memperoleh bagian warisan yang lebih banyak; menjadi
saksi yang efektif (Q.s, al-Baqarah/2: 282) dan diperkenankan berpoligami bagi mereka yang
memenuhi syarat (Q.s. al-Nisa/4: 3). Tetapi, itu tidaklah berarti menjadikan seorang laki-laki
30
menjadi hamba yang utama di hadapan-Nya, melainkan kapasitas itu diberikan sebagai
anggota masyarakat yang memiliki peran publik dan sosial lebih ketika kitab suci Alquran
diturunkan. Oleh sebab itu, sebagai seorang hamba Allah, laki-laki dan perempuan masing-
masing akan memperoleh penghargaan atau imbalan pahala sesuai dengan kadar kualitas
pengabdiannya, sebagaimana Allah swt berfirman: “Barangsiapa yang mengerjakan amal
shalih baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.s.
al-Nisa/4: 124)
Selain itu, memang Nabi saw pernah bersabda sebagai yang diriwayatkan oleh `Abdullah
ibn `Umar r.a. yang menggambarkan bahwa seolah-olah laki-laki mempunyai kelebihan
dalam hal ibadah sehingga wanita dikatakan memiliki “kekurangan akal” dan “kekurangan
agama”. Maksud dari kata-kata “kekurangan akal” itu adalah persaksian dua perempuan sama
kualitasnya dengan seorang laki-laki dan maksud dari “kekurangan agama” itu adalah karena
hanya kaum perempuanlah yang mengalami menstruasi. Di samping itu, yang menyebabkan
seolah-olah ada perbedaan adalah faktor budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat
setempat.
B. Bidan Sebagai Seorang Khalifah fi al-Ardl
31
Ada dua fungsi utama diciptakannya manusia di dunia ini, yakni
(1) sebagai `abid (hamba), dan (2) sebagai khalifah fi al-Ardl (penguasa atau pemimpin di
bumi). Hal ini termaktub dalam Q.s. al-An`am16: 165 sebagai berikut: “Dan Dialah yang
menjadikan kalian penguasa penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kalian alas
sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepada kalian. Sesungguhnya Tuhan kalian amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Pada ayat yang lain dan senada juga Allah swt berfirman: Ingatlah ketika Tuhanmu berfrman
kepada para malaikat “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi “. Mereka (malaikat) berkata “Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi
itu sedangkan orang itu akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”.
Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui” (Q,s. al-
Baqarah/2: 30).
Kedua ayat suci di atas tidak menunjukkan sama sekali adanya hukum Tuhan,
apakah kekuasaan itu berada pada laki-laki atau perempuan? Sehingga dari sinilah saya bisa
menarik satu kesimpulan bahwa seorang perempuan – termasuk di dalamnya kita para
32
profesional di bidang kebidanan – dalam menjalankan profesi atau keahliannya adalah sama
dan atau setara dengan kaum laki-laki.
Dalam menjalankan profesinya – sebagai bentuk kekhalifahannya – seorang bidan
haruslah mendasari tugasnya itu sebagai satu ibadah sehingga profesi itu adalah bagian dari
kewajiban agama juga. Hal ini memang berhubungan erat sekali dengan kekuasaan Allah
yang dibentangkan secara luas untuk dikerjakan, sebagaimana arti firman-Nya: “Dialah yang
memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan untukmu rezeqi
dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali kepada
Nya” (Q.s. al-Mu’min/40: 13).
C. Bidan Sebagai Seorang Ibu
Ada beberapa term yang bisa kita jumpai di dalam kitab suci Alquran, jika bidan itu
dihubungkan dengan dirinya sebagai seorang ibu atau kaum perempuan. Terdapat kata al-
Nisa, misalnya, pada ayat 7 surah al-Nisa/4: “Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta
peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari
harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang
telah ditetapkan”.
Dengan ayat ini, maka kata al-Nisa menunjukkan jender perempuan, di mana porsi
pembagian hak tidaklah semata-mata ditentukan oleh realitas biologis sebagai perempuan
33
atau laki-laki melainkan berhubungan erat dengan faktor realitas jender yang ditentukan oleh
budaya di mana orang itu berdiam. Tetapi, kata al-Nisa dalam surah al-Bagarah/2: 222
menunjukkan bahwa yang dimaksudkan adalah istri-istri. Selain itu kita menjumpai kata al-
Mar-ah. Antara kata al-Nisa dan al-Mar-ah lebih cenderung kepada maksud tugas reproduksi
kaum perempuan, sedangkan satu lagi kata yaitu Untsa yang mana kata ini lebih menekankan
pada aspek biologis atau seks (kelamin).
Berkenaan dengan perannya sebagai seorang ibu, seorang bidan semakin terhormat di
hadapan Allah karena ada dua alasan: Pertama, menjalankan tugasnya sebagai pihak yang
antara lain membantu seorang perempuan yang akan melahirkan seorang manusia di dunia
ini. Kedua, menjadi ibu dari anak-anaknya yang lahir dari rahim (kasih sayang)-nya. Dengan
itu, maka pantas jika Nabi Muhammad memberi jawaban yang meyakinkan sang penanya
ketika dia berkata: “Kepada siapa aku berbuat baik ya Rasulullah?”, Rasulullah menjawab:
Ibumu! Kata ini diulangi oleh beliau tiga kali, baru setelah itu beliau menambahkan:
Bapakmu!
D. Profesi Bidan Dalam Pandangan Islam
Setiap manusia diberi kemampuan dan kebebasan oleh Allah swt untuk menentukan apa
pilihan pekerjaannya kelak di dunia setelah ia dewasa. Karena bidan dan profesi kebidanan
telah diakui dan dirasakan eksistensinya oleh publik, maka saya berkesimpulan bahwa bidan
34
dan profesi kebidanannya adalah suatu profesi yang sejalan dan tidak bertentangan dengan
nilai-nilai Islam. Apalagi ketika profesi bidan ditunjang oleh organisasi yang telah mandiri,
profesional, dan lengkap dengan kode etik profesinya. Kode etik itu antara lain memuat tugas
mulia seorang bidan yang berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.Yang menarik
kita pelajari bersama sebenarnya adalah mengapa bidan dan profesi kebidanannya itu harus
dari pihak perempuan. Ini tidak mustahil ide dasar awalnya adalah karena faktor biologis,
etik-moral dan akhlaq itu sendiri yang sejalan dengan nilai-nilai agama mana pun, terutama
Islam. Terutama sekali ketika seorang bidan dalam membantu atau menolong persalinan
seorang perempuan yang berasal dari jenisnya sendiri, misalnya, di mana pada saat itu aurat
seorang wanita semuanya terbuka tanpa tutup apa-apa.
Tetapi, dilematisnya sekarang ialah adanya kaum pria yang mengambil spesialisasi kebidanan
dan kandungan, di mana dari segi akhlaq melihat aurat yang bukan muhrimnya dengan
profesi dan keahlian yang tidak tertutup kemungkinan di kalangan dokter-dokter dari kaum
pria itu terkadang menimbulkan gejala dan fakta yang melahirkan perilaku menyimpang.
Padahal terhadap etika dilarang melihat aurat yang bukan muhrimnya itu tertera di dalam
Alquran surah al-Nur/24: 30-31.
35
E. Profil Akhlaq Seorang Bidan
Saya akan mengartikan secara lebih “bebas” atau fleksibel mengenai akhlaq ini dengan
masalah kepribadian. Hal ini saya hubungkan dengan kepribadian kita yang sesungguhnya
sebagai seorang bidan sehingga sehari-harinya di dalam menjalankan profesi menampakkan
kemusliman kita dan bahwa kita adalah bidan yang muslimah dan beda dengan yang lainnya.
Pertama, sebagai seorang muslimah, seorang bidan harus menunjukkan dirinya sebagai yang
menjalankan tugasnya secara profesional, penuh tanggung jawab dan di atas segalanya adalah
niat ibadah semata kepada Allah.
Kedua, seorang bidan harus dan wajib mensyukuri nikmat ilmu dan profesinya. Lewat itulah
seorang bidan bisa beramal seluas-luasnya baik dalam konteks hablun min Allah wa hablun
min al-Nas (hubungan jalinan kepada Allah dan manusia).
Ketiga, karena profesi seorang bidan banyak berhubungan dengan manusia dalam arti
individu dan keluarga, maka lewat profesinya memungkinkan hal itu dijadikan sebagai sarana
perluasan hubungan ukhuwah Islamiyah.
36
Keempat, setiap bidan hendaknya meningkatkan kualitas intelektual, memperluas wawasan
keilmuan dan referensi untuk menunjang karier terutama dalam memenuhi tuntutan
perkembangan ilmu, teknologi dan informasi.
Kelima, seorang bidan senantiasa menanamkan keyakinan pada diri sendiri bahwa apa yang
dilakukannya itu mampu ia pertanggungjawabkan konsekuensinya di akhirat kelak. Oleh
karena itu, berbuat yang ahsan (terbaik) dalam menjalankan profesi dari waktu ke waktu
adalah filosofi akhlaq Islam yang harus diwujudkan pada semua lapisan masyarakat.
37
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa profesi kebidanan
merupakan salah satu profesi mulia karena menolong ibu hamil dan proses kelahiran bayi.
Selama prosedur kebidanan tidak menyalahi aturan Islam, maka peran dan fungsi bidan
adalah baik. Seperti dengan adanya aturan bahwa tenaga bidan haruslah seorang perempuan.
3.2 SaranSebagai calon bidan muslimah sebaiknya kita memposisikan diri untuk beribadah
kepada Allah SWT melalui profesi ini, dengan melakukan kewajiban berperan aktif serta
mampu memberikan manfaat kepada masyarakat yang membutuhkan khususnya pada Ibu
melahirkan yang membutuhkan pertolongan. Dengan menggunakan metode-metode Islami
dalam memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan dapat sekaligus berdakwah pula
disamping profesi kebidanannya.
38
DAFTAR PUSTAKA
http://abdmajid.staf.upi.edu/2013/08/27/akhlaq-seorang-bidan/
http://putriiandynii.blogspot.com/2014/01/makalah-agama-islam-pandangan-agama
http://infobidannia.wordpress.com/2011/05/28/peran-dan-fungsi-bidan/
http://bidanendah.blogspot.com/2013/06/pengertian-bidan-menurut-ibi-icm-serta
http://dhannyellinna.blogspot.com/p/peran-fungsi-bidan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bidan
39