Download - Makalah K-2 Kerangka Konseptual
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perspektif yang paling umum, tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan
adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditur,
pengawas dan lain-lain termasuk karyawan dan pemasok utama dan pelanggan
dalam melakukan investasi, kredit, monitoring dan keputusan lain. Tujuan umum
ini dapat dijelaskan lebih jauh dan dianalisis dengan menjelaskan tiga tujuan dan
fungsi pelaporan keuangan yang spesifik dan berbeda: (1) Menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan, (2) “contracting", and “ex-post settling up” (3) penilaian kinerja
manajemen perusahaan dan monitoring.Mengingat pentingnya sejarah laporan
keuangan, yang menjadi permasalahan saat ini adalah laporan keuangan menjadi
semakin kurang bermanfaat dan, jika demikian, bagaimana kita membuat laporan
keuangan tersebut semakin lebih bermanfaat.
Dalam membuat laporan keuangan terdapat kerangka kerja konseptual
yang mendasari akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Kerangka kerja
konseptual adalah sebuah sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep
fundamental yang saling berhubungan, yag menjadi landasan bagi penetapan
standar yang konsisten dan penentuan sifat,fungsi sertabatas-batas dari akuntansi
keuangan dan laporan keuangan. Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan
pemahaman dan keyakinan pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan,
dan akan menaikan komparabilitas antar laporan keuangan. Dalam kerangka kerja
konseptual akan membahas karakteristik kualitatif, unsur-unsur dasar, asumsi-
asumsi, prinsip-prinsip dan kendala-kendala yang ditemui dalam penyusunan
laporan keuangan.
1
1.2 Maksud dan Tujuan
Makalah Pelaporan dan Akuntansi Keuangan ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan terhadap Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan , Manajemen Laba, dan
Konsekuensi Ekonomis Laporan Keuangan.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan
Perusahaan menyusun laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi agar
dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi
menetapkan aturan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan dalam
laporan keuangan sehingga memungkinkan pembaca untuk dapat membandingkan
laporan keuangan antar perusahaan yang berbeda. Standar tidak hanya harus
dipahami pihak yang menyusun dan mengaudit laporan keuangan, namun juga
harus dipahami oleh pembaca laporan keuangan. Pembaca perlu memahami
asumsi dasar, karakteristik laporan keuangan agar dapat memahami makna angka-
angka dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Pada tahun 1989, IASB membuat kerangka konseptual dalam penyajian
laporan keuangan yang dikenal dengan nama “kerangka kerja untuk penyusunan
dan penyajian laporan keuangan” . IASB mengindikasikan tujuan dari pernyataan
ini adalah untuk menetapkan konsep-konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan untuk pengguna eksternal. IFRS merupakan standar
akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard
Board (IASB). Standar Pelaporan Keuangan Internasional atau International
Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan seperangkat standar yang
disebarluaskan oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB), yang
menekankan pada pengembangan standar yang didasarkan pada prinsip-prnsip
yang baik, jelas dinyatakan, dari mana interpretasi diperlukan (kadang-kadang
merujuk pada prinsip berbasis standar). IFRS biasanya tidak memberikan lini
yang jelas, bilamana membedakan diantara kondisi dimana ketentuan akuntansi
yang berbeda diterapkan. Hal ini mengurangi kesempatan untuk menstrukturkan
transaksi, guna mencapai dampak akuntansi tertentu.
Menurut salah satu mushab pemikir, karena standar pelaporan keuangan
internasional (IFRS) merupakan prinsip yang berbasis standar, maka pendekatan
3
standar pelaporan keuangan internasional (IFRS) lebih memfokuskan pada bisnis
atau bertujuan ekonomi dari suatu transaksi dan hak-hak dan liabilitas yang
mendasari, selain memberikan aturan (pedoman). Standar pelaporan keuangan
internasional (IFRS) memberikan pedoman dalam bentuk prinsip-prinsip.
International Financial Reporting Standards (IFRS) dijadikan sebagai
referensi utama pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia karena
IFRS merupakan standar yang sangat kokoh. Penyusunannya didukung oleh para
ahli dan dewan konsultatif internasional dari seluruh penjuru dunia. Kerangka
konseptual pelaporan keuangan yang kita kenal selama ini sebagaimana yang
diadopsi adalah kerangka konseptual berdasarkan USGAAP. Sejalan dengan
konvergensi International Financial Reporting Standar (IFRS) kedalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), mau tidak mau kita harus
merubah mindset kita mengikuti kerangka konseptual IFRS tersebut.
Pada dasarnya batang tubuh kerangka konseptual tersebut masih sama, yaitu
tujuan laporan keuangan, karakteristik kualitatif dan element laporan keuangan.
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang berguna
untuk berbagai pengguna dalam membuat keputusan ekonomi. Laporan keuangan
harus dimengerti, relevan, dapat diandalkan dan sebanding. Dilaporkan aset,
kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban langsung berkaitan dengan posisi
keuangan organisasi.
IFRS memiliki ciri utama yaitu principles based, lebih banyak menggunakan
nilai wajar sebagai dasar penilaian dan pengungkapan yang lebih banyak. Standar
yang bersifat principles based hanya mengatur hal-hal prinsip bukan aturan detail.
Konsekuensinya diperlukan professional judgment dalam menerapkan standar.
Untuk dapat memiliki professional judgment seorang akuntan harus memiliki
pengetahuan, skill dan etika karena jika tidak memiliki ketiga hal tersebut maka
professional judgment yang diambil tidak tepat. Dalam standar yang lama
sebenarnya telah menggunakan dasar nilai wajar, namun nilai wajar diterapkan
pada pencatatan awal dan penilaian sesudah pencatatan awal untuk beberapa asset
yang memiliki nilai wajar yang dapat diandalkan (aset yang memiliki kuotasi
4
pasar aktif seperti saham). Dalam IFRS penggunaan nilai wajar diperluas bahkan
untuk kaset biologi (contoh tanaman atau hewan ternak), aset tetap, properti
investasi dan aset tidak berwujud sebagai pilihan metode selain metode biaya.
IFRS mengharuskan pengungkapan yang lebih luas agar pemakai laporan
keuangan mendapatkan informasi yang lebih banyak sehingga dapat
mempertimbangkan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan.
Kerangka konseptual memiliki manfaat yang sangat besar bagi pemakainya.
Manfaat dari kerangka konseptual antara lain adalah untuk membangun dan
menghubungkan badan pembuat konsep dengan tujuannya, menyediakan
kerangka kerja untuk memecahkan masalah-masalah praktis baru yang muncul
(masalah yang belum ada standarnya), meningkatkan pemahaman dan keyakinan
pemakai laporan keuangan tentang pelaporan keuangan, dan menaikkan daya
banding laporan keuangan antar perusahaan.
Tujuan pelaporan keuangan yang yang diungkapkan dalam kerangka
konseptual adalah:
1. Kegunaan
Tujuan menyeluruh pelaporan keuangan adalah memberikan informasi yang
menyeluruh bagi pembuat keputusan
2. Kepemahaman
Tujuan kepemahaman membuat pemakai laporan keuangan mengerti tentang
akuntansi dan bisnis
3. Target audience: kreditor dan investor
Walaupun banyak pihak yang menggunakan laporan keuangan. Tetapi target
utama adalah investor dan kreditor
4. Penilaian arus kas masa yang akan datang
Para investor dan kreditor tertarik pada arus kas masa yang akan datang
dengan begitu mereka bisa mengetahui bunga dan pokok pinjaman
5. Mengevaluasi sumber daya ekonomi
Pelaporan keungan seharusnya menyajikan aktiva, kewajiban, dan modal
pemilik perusahaan untu mengetahui atau mengevaluasi kelemahan dan
kekuatan laporan keuangan
5
6. Fokus pada laba
Informasi tentang laba yang diukur secara akrual biasanya lebih dapat
meramalkan kelangsungan perusahaan.
2.1.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan informasi keuangan yang disusun dan
disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan
sejumlah besar pemakai. Laporan keuangan juga digunakan sebagai sumber utama
informasi keuangan dan karena itu laporan keuangan tersebut seharusnya disusun
dan disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan para pemakai.
Laporan keuangan merupakan salah satu proses dari pelaporan keuangan,
dimana laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai
cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan. Perusahan pelapor adalah perusahaan yang laporan keuangannya
digunakan oleh pemakai yang mengandalkan laporan keuangan tersebut sebagai
sumber utama informasi keuangan perusahaan.
Pemakai dan Kebutuhan Informasi Laporan keuangan digunakan oleh
pemakai yang berbeda-beda, meliputi investor, karyawan, pemberi pinjaman,
pemasok dan kreditor usaha, pelaggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya,
dan masyarakat. Beberapa kebutuhannya, meliputi :
a. Investor.
Informasi keuangan digunakan untuk membantu mereka menentukan
apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Perusahaan juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen
b. Karyawan.
Informasi keuangan digunakan untuk melihat stabilitas dan profitabilitas
perusahaan, serta untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas
jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
6
c. Pemberi Pinjaman.
Tertarik pada informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kreditor lainnya.
Tertarik pada informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar saat jatuh tempo.
Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih
pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama
meraka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
e. Pelanggan.
Berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup
perusahaan, terutama apabila mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang
dengan, atau tergantung pada perusahaan.
f. Pemerintah.
Berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan dan untuk mengatur aktivitas
perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun
statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
g. Masyarakat.
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan dari laporan keuangan yakni menyediakan informasi yang
berhubungan dengan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang dapat bermanfaat begi pengguna laporan tersebut sebagai
pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Laporan keuangan juga
memperlihatkan bagaimana pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya
7
yang telah dipercayakan kepada mereka sehingga mereka dapat membuat
keputusan ekonomi.
2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan menjadi ciri dari laporan
keuangan agar dapat dimengerti oleh pemakai laporan keuangan. Karakteristik
Kuantitatif laporan keuangan terdiri dari Understanding, Relevance, Reliability,
dan Comparability.
Understanding (Dapat Dipahami)
Hal penting yang harus diperhatikan dalam menyusun laporan keuangan adalah
kemudahannya dipahami oleh pengguna laporan tersebut. Di mana pengguna
laporan keuangan tersebut diasumsikan menpunyai pengetahuan yang memadai
mengenai aktivitas, ekonomi, bisnis, dan akuntansi.
Relevance
Laporan keuangan yang disajikan bermanfaat ketika informasi tersebut
mempunyai relevansi dalam penngambilan keputusan dari pengguna laporan
keuangan tersebut. Informasi keuangan yang lalu biasanya sering digunakan
dalam memprediksi posisi keuangan di masa depan.
Reliability (Keandalan)
Suatu informasi keuangan yang dianggap reliable atau dikatakan andal ketika
laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material,
dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful
representation).
Comparability (Dapat Dibandingkan)
Informasi tentang sebuah laporan keuangan akan lebih bermanfaat ketika dapat
diperbandingkan dengan informasi yang serupa menyangkut perusahaan lain.
Sehingga pengguna dapat membandingkan laporan keuangannya dengan laporan
keuangan perusahaan lain secara konsisten.
8
2.1.4 Unsur Laporan Keuangan
2.1.4.1 Posisi Keuangan
Aktiva, merupakan manfaat ekonomi yang diharapkan oleh perusahaan
sebagai hasil dari transaksi kejadian-kejadian masa lalu. Kewajiban, merupakan
utang perusahaan yang ditimbulkan dari peristiwa atau transaksi masa lalu. Aktiva
Bersih, merupakan nilai residu atas aktiva perusahaan setelah dikurang dengan
kewajiban.
2.1.4.2 Kinerja (Laba Rugi)
Penghasilan, merupakan penambahan atau pemasukan aktiva atau
penurunan kewajiban yang menyebabkan kenaikan ekuitas yang berasal dari
operasi utama perusahaan dan bukan berasal dari pemilik. Beban, merupakan
penurunan aktiva atau penambahan kewajiban yang menyebabkan penurunan
ekuitas yang berasal dari operasi utama perusahaan dan bukan dari pembagian
kepada penanaman modal.
2.1.5 Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
a. Historical Cost (Biaya Historis)
Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara dengan kas yang dibayar
atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aktiva
tersebut pada saat perolehan.dan kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima
sebagai penukar dari kewajiban.
b. Current Cost (Biaya Kini)
Aktiva dinilai dalam jumlah kas atau setara dengan kas yang seharusnya
dibayar bila aktiva yang sama atau setara aktiva diperoleh sekarang. Kewajiban
dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang
mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang.
c. Realisable / Settlement Value (Nilai Realisasi / Penyelesaian)
Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas atau setara dengan kas yang dapat
diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal dan kewajiban
dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu, jumlah kas atau setara dengan kas
9
yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
d. Present value (Nilai Sekarang)
Aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang
didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil
dalam pelaksanaan usaha normaldan kewajiban dinyatakan sebesar arus kas keluar
bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan
diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
2.2 Manajemen Laba
Scott (2006) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu cara penyajian
laba yang bertujuan untuk memaksimalkan utilitas manajemen dan atau
meningkatkan nilai pasar melalui pemilihan kebijakan prosedur akuntansi oleh
manajemen. Terdapat dua cara pandang dalam memahami manajemen laba yang
dilakukan manajer perusahaan: pertama, bertujuan untuk memaksimalkan utilitas
manajemen (opportunistic behavior). Kedua, bertujuan untuk memberikan
keuntungan kepada semua pihak yang terkait dalam kontrak (efficient
contracting). Pengertian lain tentang manajemen laba :
Manajemen laba adalah tindakan manajer yang menaikkan (menurunkan) laba
yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak
mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas
perusahaan dalam jangka panjang.
Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgement dalam
laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan
keuangan, sehingga menyesatkan stakeholders tentang kinerja ekonomi
perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak
yang tergantung pada angka akuntansi.
Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan
eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba
adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan,
manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat
10
mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil
rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa.
Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam
akuntansi keuangan. Manajemen laba tidak selalu diartikan sebagai suatu
upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba
berorientasi pada manipulasi laba.
Manajemen laba tidak selalu dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi
data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan
metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan
tertentu dalam batasan GAAP/IFRS. Pihak-pihak yang kontra terhadap
manajemen laba, menganggap bahwa manajemen laba merupakan pengurangan
dalam keandalan informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi
return dan resiko portofolionya.
Menurut Scott (2006) ada beberapa motivasi untuk melakukan manajemen
laba, yaitu:
1. Motivasi Program Bonus
Menunjukkan secara empiris bahwa sebelum melakukan manajemen laba,
manajer mempunyai informasi dari dalam perusahaan atas laba bersih
perusahaan. Jika pada suatu tahun tertentu laba bersih perusahaan rendah
(di bawah bogey) maka tindakan manajer adalah menurunkan pendapatan,
sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah (taking a bath) yang
bermaksud untuk mencapai bonus pada tahun berikutnya. Sedangkan jika
pada satu tahun tertentu laba bersih perusahaan tinggi (diatas cap) maka
tindakan yang dilakukan manajer adalah menurunkan pendapatan,
sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah. Tindakan ini
dilakukan karena manajer tidak akan mendapatkan bonus yang lebih tinggi
dari target yang telah ditentukan. Intinya manajer akan melakukan
manajemen laba pada saat laba bersih berada diantara bogey dan cap.
2. Motivasi Politik (Political Motivations)
Perusahaan besar yang aktivitasnya berhubungan dengan publik atau
perusahaan yang bergerak dalam industri strategis seperti minyak dan gas
11
akan sangat mudah untuk diawasi. Perusahaan seperti ini cenderung untuk
mengelola labanya. Pada perioda kemakmuran perusahaan menggunakan
prosedur dan praktik-praktik akuntansi yang meminimalkan laba bersih
perusahaan. Sebaliknya, publik akan mendorong pemerintah untuk
meningkatkan peraturan untuk menurunkan profitabilitas mereka.
3. Motivasi Perpajakan (Taxation Motivations)
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang
paling nyata. Namun demikian, kewenangan pajak cenderung untuk
memaksakan aturan akuntansi pajak sendiri untuk menghitung pendapatan
kena pajak. Seharusnya secara umum perpajakan tidak mempunyai peran
besar dalam keputusan manajemen laba.
4. Motivasi Perubahan Chief Executif Officer (Changes of CEO Mativations)
Manajemen laba juga terjadi disekitar waktu pergantian CEO. Hipotesis
program bonus memprediksi bahwa ketika waktu mendekati pengunduran
diri CEO maka tindakan yang dilakukan adalah memaksimalkan laba
untuk meningkatkan bonus mereka. Sedangkan CEO yang kinerjanya
buruk akan melakukan manajemen laba untuk memaksimalkan laba
mereka dengan tujuan mencegah atau menunda pemberhentian mereka.
Motivasi melakukan manajemen laba juga dapat dilakukan oleh CEO baru,
terutama jika cost dibebankan pada tahun transisi, melalui penghapusan
operasi yang tidak diinginkan atau divisi yang tidak menguntungkan.
5. Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan
manajer perusahaan tersebut melakukan manajemen laba dalam prospektus
mereka. Nampaknya informasi akuntansi keuangan yang dimasukkan
dalam prospektus bermanfaat sebagai sumber informasi. Terdapat
kemungkinan bahwa manajer perusahaan go public akan mengelola
prospektusnya dengan harapan dapat menaikkan harga saham.
6. Motivasi Perjanjian Utang (Debt Covenants Motivations)
Manajemen laba dengan tujuan untuk memenuhi perjanjian utang timbul
dari kontrak utang jangka panjang. Perjanjian utang bertujuan melindungi
12
peminjam terhadap tindakan manajer. Pelanggaran terhadap covenant
mengakibatkan cost yang tinggi terhadap perusahaan, oleh karena itu
manajer berusaha untuk menghindari terjadinya pelanggaran terhadap
covenant.
2.2.1 Pola-pola Manajemen Laba
Scott (2000) dalam Jaryanto (2008) membagi manajemen laba yang
mungkin dilakukan oleh para menejer perusahaan ke dalam empat jenis pola
manajemen laba sebagai berikut:
Cuci Bersih (Taking a Bath)
Pola ini terjadinya pada periode sulit, kondisi buruk yang tidak menguntungkan
dan tidak dapat dihindari lagi pada periode tersebut, ataupun pada saat terjadi
reorganisasi, termasuk pengangkatan CEO baru. Manajer melaporkan kerugian,
mungkin dalam jumlah yang besar, sebagai akibat dari penghapusan aktiva
dan/atau pembebanan biaya-biaya masa depan sekaligus pada periode tersebut
dengan harapan laba pada periode-periode mendatang dapat meningkat karena
berkurangnya beban periode mendatang.
Menurunkan Laba (Income Minimization)
Pola ini dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan
cara seperti pada pola taking a bath, yaitu mempercepat penghapusan atas barang
modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan
pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi, dan mengakui
pengeluaran-pengeluaran lain sebagai biaya periode tersebut. Hal ini dilakukan
pada saat profitabilitas tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian
secara politis sekaligus sebagai upaya menyimpan laba sehingga jika laba periode
mendatang mengalami penurunan drastis dapat diatasi dengan mengambil
simpanan laba periode berjalan.
Menaikkan Laba (Income Maximization)
Pola ini dilakukan pada saat laba mengalami penurunan. Kebalikan dari income
minimization, income maximization dilakukan dengan cara mengambil simpanan
laba periode sebelumnya ataupun menarik laba periode yang akan datang,
13
misalnya dengan menunda pembebanan biaya. Pola ini dilakukan atas dasar
motivasi bonus, motivasi penghindaran pelanggaran perjanjian utang, pada saat
penawaran saham perdana dan musiman, ataupun untuk menghindari turunnya
harga saham secara drastis.
Perataan Laba (Income Smoothing)
Income smoothing dilakukan dengan meratakan laba antar periode yang
dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor yang pada
umumnya lebih menyukai laba yang relatif stabil. Income smoothing bisa
dikatakan pola perpaduan antara income minimization dengan income
maximization antar periode, dimana pada periode laba yang tinggi, laba akan
disimpan untuk digunakan pada periode laba yang rendah.
2.2.2 Alasan Dilakukan Manajemen Laba
Alasan dilakukan manajemen laba karena:
1) Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap
manajer. Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba atau
prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau laba
dikaitka n dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang akan
diterima oleh manajer.
2) Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor.
Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban
pembayaran utang pada waktunya, perusahaan berusaha menghindarinya dengan
membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba. Dengan
demikian akan memberi posisi bargaining yang relatif baik dalam negoisasi atau
penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan.
3) Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya.
2.3 Konsekuensi Ekonomis Laporan Kuangan
Konsekuensi ekonomi adalah konsep yang menyatakan bahwa walaupun
bertentangangan dengan implikasi teori pasar modal efisien pilihan kebijakan
akuntansi dapat mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Hal ini berarti kebijakan
14
akuntansi dan perubahan kebijakan akuntansi tersebut merupakan suatu
permasalahan, terutama bagi manajemen. Hal ini dikarenakan akan
mengakibatkan manager mengubah hasil operasi perusahaan yang sesungguhnya.
Konsekuensi ekonomis muncul karena perusahaan melakukan kontrak
seperti kompensasi eksekutif dan kontrak utang. Konsekuensi ekonomi diperlukan
untuk mengetahui respon pasar atas perubahan kebijakan akuntansi walaupun
perubahan tersebut tidak mempengaruhi secara langsung terhadap arus kas
perusahaan.
Pelaporan keuangan memiliki beberapa konsekuensi ekonomis (economic
consequences of financial reporting) yakni:
1. Informasi keuangan dapat mempengaruhi distribusi kekayaan diantara
investor. Investor yang memperoleh informasi lebih banyak (mempekerjakan
analis sekuritas) mungkin mampu meningkatkan kekayaan mereka daripada
investor yang kurang informasi.
2. Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkatan risiko yang diterima
perusahaan. Fokus pada jangka pendek, memiliki risiko lebih kecil, tetapi
mungkin mengandung efek-efek jangka panjang yang merugikan (long-term
detrimental effects).
3. Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkat formasi modal dalam
ekonomi dan menghasilkan realokasi kekayaan antara konsumsi dan investasi
dalam ekonomi.
4. Informasi keuangan dapat mempengaruhi bagaimana investasi dialokasikan
dalam perusahaan.
15
BAB III
KESIMPULAN
Tujuan laporan keuangan yang mana diarahkan untuk memberikan
informasi yang berguna untuk mengambil keputusan-keputusan bisnis. Peran
standar akuntansi (seperti SAK) menjadi sangat penting supaya manajemen suatu
badan usaha dapat menghasilkan informasi yang berkualitas.
Informasi laba membantu pemilik atau pihak lain dalam mengestimasikan
kekuatan laba untuk menaksir resiko dalam investasi dan kredit. Pentingnya
informasi laba tersebut harus disadari oleh pihak manajemen sebagai pihak
penyusun laporan keuangan serta sebagai pihak yang diukur kinerjanya. Informasi
laba sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Concepts
(SFAC) Nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat
penting bagi pihak–pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif.
16