Download - makalah 2 transplantasi
MODUL HUKUM AGAMA dan MORAL
Seorang Pria yang Sakit dan Harus Menjalani Transplantasi
Kelompok 5
David R A Z 030.06.056
Nurul Hidayah 030.07.197
Asti Meidianti 030.08.045
Ayu Ningtiyas Nugroho 030.08.049
Ayuniza Harmayati 030.08.051
Bayu Aulia Riensya 030.08.055
Bena Miralda P 030.08.056
Benediktus Dhewa S 030.08.057
Rosa Lina 030.08.213
Sarah Kamilah 030.08.217
Sartika Riyandhini 030.08.219
Shane Tuty Cornish 030.08.223
Shanti Handayani 030.08.224
Shelly Sulvitri 030.08.226
Sri Feliciani 030.08.229
Stanley Permana Setiawan 030.08.230
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Jakarta, 15 July 2011
BAB I
PENDAHULUAN
Sekarang ini di Indonesia, dunia kedokteran apabila di tinjau dari aspek sosial
merupakan suatu hal yang masih dianggap terapi pengobatan yang cukup mahal,
mengingat mayoritas dari penduduk di Indonesia merupakan masyarakat yang hidup di
bawah garis kemiskinan dan dibeberapa daerah tertentu masih memiliki keyakinan tentang
pengobatan di luar medis. Sakitnya perekonomian, rendahnya pendidikan di Indonesia dan
adanya kepercayaan-kepercayaan tentang pengobatan alternatif menjadikan alasan utama
mengapa meraka enggan untuk pergi dan melakukan pengobatan kerumah sakit.
Dewasa ini peluang pengobatan alternatif sangatlah besar sekali. Pada dasarnya
masyarakat Indonesia sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu harus menempuh resiko
yang cukup besar karena apabila dilihat dari sisi medis, pengobatan alternatif terkadang tidak
dapat di pertanggung jawabkan secara disiplin ilmu kedokteran. Pengobatan alternatif di
negara kita memberikan hasil yang bervariatif dalam setiap penyembuhannya. Bukti-bukti
kesembuhan dalam pengobatan alternatif memberikan keyakinan yang bertambah bagi
masyarakat indonesia yang pada umumnya masih berada di bawah garis kemiskinan dan
pendidikan yang kurang.
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat
bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini adalah terapi
pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien dengan
kegagalan organnya,karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dan hingga dewasa ini
terus berkembang dalam dunia kedokteran,namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan
begitu saja,karena masih harus dipertimbangkan dari segi non medik, yaitu dari segi agama,
hokum, budaya, etika dan moral.
BAB II
LAPORAN KASUS
Skenario 1
Tuan Karim, 40 tahun, pengusaha swasta yang cukup sukses. Tinggal di purwokerto.
Jawa Tengah. Tuan Karim seorang yang sangat taat beragama dan sangat disiplin menjaga
kesehatannya. Sesudah beribadah, setiap hari tuan Karim melakukan olah raga dan minum
jamu tradisional untuk menjaga kondisi fisiknya. Ia tidak mengetahui apa kandungan yang
ada dalam jamu tradisional tersebut, hanya menurut kata orang, minum jamu tradisional itu
baik untuk menjaga kesehatannya. Mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi, istrinya
menganjurkan tuan Karim untuk memeriksakan kesehatannya pada dokter. Tuan Karim
sebenarnya enggan sekali ke dokter karena ia merasa cukup sehat, tetapi karena istrinya
mendesak terus, akhirnya pergi juga ia memeriksakan kesehatannya pada dokter. Setelah
melakukan pemeriksaan dengan cermat, dan didukung oleh hasil pemeriksaan laboratorium,
dokter menyatakan bahwa tuan Karim menderita penyakit gagal ginjal yang sudah cukup
parah. Mendengar penjelasan dokter, Tuan Karim serta merta menolaknya. Ia merasa dirinya
sehat, dan kalau toh ada penyakit, itu hanyalah suatu sapaan dan cobaan dari Tuhan saja,
yang ia yakini akan hilang setelah ibadahnya lebih rajin lagi, bahkan ia menuduh dokternya
sudah melampaui kekuasaan Tuhan karena sudah berani menentukan nasib manusia
Skenario 2
Menurut keterangan dokter, penyakit Tuan Karim adalah gagal ginjal yang sudah
cukup parah. Satu-satunya pengobatan yang dapat menyembuhkan hanyalah transplantasi
ginjal, itupun kalau ada donor yang cocok. Tuan Karim diberi beberapa pilihan, mau
transplantasi di Jakarta atau di Beijing yang terkenal banyak donornya. Setelah musyawarah
keluarga, akhirnya mendesak Tuan Karim agar mau menjalani transplantasi ginjal. Desakan
keluarga itulah yang membuat Tuan Karim akhirnya menyerah dan mau menjalani
transplantasi ginjal. Ia memilih transplantasi di Jakarta agar bisa ditunggu oleh keluarganya.
Skenario 3
Tuan Karim sudah menunggu lebih dari enam bulan, tetapi belum ada donor yang
mau memberikan ginjalnya. Kondisi Tuan Karim memburuk dan harus menjalani
hemodialisis (cuci darah), bahkan sekarang sudah harus cuci darah seminggu tiga kali. Dalam
kondisi keluarga yang sudah hampir putus asa, mendadak ada seorang bernama Pak Kasan
yang mendatangi rumah Tuan Karim dan bertemu dengan istrinya. Pak Kasan mengatakan
bahwa ia punya beberapa orang yang bersedia mendonorkan ginjalnya asal diberi imbalan
uang untuk keperluan hidup keluarganya. Mengingat kondisi Tuan Karim yang makin parah,
istrinya langsung menerima tawaran tersebut. Dari lima orang donor yang dibawa oleh Pak
Kasan, hanya satu orang yang cocok. Di hadapan dokter orang tersebut menyatakan kalau
masih ada hubungan keluarga dengan Tuan Karim dan ia rela mendonorkan ginjalnya untuk
Tuan Karim. Setelah informed-consent ditandatangani dan semua prosedur dipenuhi, maka
dilakukan operasi transplantasi ginjal dengan hasil yang baik. Tuan Karim dan donornya, saat
ini Nampak sehat.
BAB III
PEMBAHASAN
Identitas Pasien
Nama : Tuan Karim
Usia : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Status : Menikah
Alamat : Purwokerto, Jawa Tengah
Pekerjaan : Pengusaha Swasta
Anamnesis
Riwayat kebiasaan
Taat beragama dan sangat disiplin menjaga kesehatan
Aktif berolah raga
Minum jamu tradisional untuk menjaga kondisi fisiknya
Diagnosis
Gagal Ginjal yang membutuhkan transplantasi ginjal
Permasalahan pada pasien
Tuan Karim mengkonsumsi jamu tradisional yang tidak diketahui jelas kandungannya apa.
Kemungkinan karena kebiasaan Tuan Karim inilah yang menyebabkan Tuan Karim memiliki
penyakit gagal ginjal.
Penyakitnya pun kemungkinan sudah berjalan bertahun-tahun (kronik) karena Tuan Karim
selalu merasa sehat sehingga tidak ada gejala penyakit akut pada Tuan Karim.
Karena Tuan Karim bertempat tinggal di daerah Jawa sehingga Tuan Karim lebih mengenal
pengobatan jamu tradisional untuk menjaga kesehatannya.
Terdapat suatu kebohongan yang dilakukan Tuan Karim dan pendonor terhadap Dokter
Adanya praktek jual beli organ antar Tuan Karim dengan Pak Kasan dan pendonor. Dimana
seharusnya praktek jual beli organ ini dilarang.
Ditinjau dari segi hukum tentang pengobatan alternatif :
PERMENKES RI No 1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan
komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan
Ketentuan umum :
Pengobatan komplementer-alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitative yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan
dan efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik, yang belum
diterima dalam kedokteran konvensional.
Pengobatan komplementer – alternatif
Ruang lingkup pengobatan komplementer – alternatif yang berlandaskan ilmu pengetahuan
biomedik meliputi:
1) Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body intervention)
2) System pelayanan pengobatan alternative (alternative system of medical practice)
3) Cara penyembuhan manual
4) Pengobatan farmakologi dan biologi
5) Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan
6) Cara lain dalam diagnose dan pengobatan (unclassified diagnostic and treatment methods)
Dapat dilaksanankan di fasilitas pelayanan kesehatan apabila aman, bermanfaat, bermutu dan
terjangkau serta memiliki hasil pengkajian yang dilakukan oleh institusi yang berwenang
sesuai ketentuan yang berlaku.
Harus sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan kesehatan komplementer –
alternative dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
diagnose, terapi dan proses rujukan.
Ditinjau dari segi Agama tentang pengobatan alternatif:
ISLAM
Pengobatan alternatif dapat melengkapi pengobatan modern dan mengurangi pemakaian obat
untuk menghilangkan rasa nyeri, sukar tidur, kurang nafsu makan. Tujuannya meningkatkan
kualitas hidup pasien. Tidakkah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah telah menundukkan
untuk kepentinganmu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya, lahir dan batin (QS Luqman [30];20)
Obat-obat alternative yang sering digunakan berdasarkan tauhid :
1) Bawang putih
2) Jahe
3) Gingseng, temulawak
4) Madu
5) Jamu
6) Kurma, air zam-zam dll
BUDHA
Terapi alternatif bukan terapi konvensional. Dapat berupa terapi komplementer. Pandangan
agama Buddha tentang terapi alternatif:
• Tidak ada masalah sepanjang tidak ada pelanggaran sila dan Dhamma
• Dilakukan dengan sadar dan sukarela
KRISTEN
Prinsip dasar Kristen: order of creation tidak segala sesuatu harus disatukan,
diseimbangkan dalam satu level, missal kej.3:15
Prinsip Kristen:
Tidak menolak mentah-mentah, tidak juga menerima bulat-bulat
Perlu memahami konsep dibalik praktik penyembuhan alternative tersebut berdasarkan
kebenaran.
Permasalah lainnya yang ada pada pasien yaitu sudut pandang pasien tentang penyakit yaitu
bahwa penyakit adalah suatu sapaan dan cobaan dari Tuhan saja dan akan hilang setelah
ibadah Tuan Karim lebih rajin lagi.
Sakit menurut sudut pandang Agama yaitu:
ISLAM
Sakit merupaka ujian iman sebagaimana terdapat dalam (Qs. 21; 35): Tiap-tiap yang
bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebebnar-benarnya) dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan
Diriwayatkan oleh Bukhari & Muslim bahwa Nabi s.a.w: “Barang siapa yang akan
memperoleh limpahan kebaikan dari Allah maka terlebih dahulu ia akan diberi cobaan”
Juga diriwayatkan Bukhari dan Muslim bahwa nabi s.a.w bersabda: “Tidak suatu musibah
pun yang menimpa seorang muslim, baik berupa kesusahan dan penderitaan, kesedihan dan
kedukaan, bahkan karena sepotong duri yang menusuk, kecuali dihapuskan Allah SWT,
dengan itu sebagian kesalahan-kesalahannya”
Sikap dalam menghadapi penyakit :
1) Ikhlas dan sabar : QS.2: 153, QS.2: 155, QS. 39:10
2) Berdo’a : QS. 40: 60
3) Berobat wajib karena setiap penyakit ada obatnya (HR Bukhari & Muslim)
Kaidah berobat :
Pada ahlinya
Tidak menggunakan hal-hal yang diharamkan
Diperbolehkan dengan pengobatan Ruqiyah, yakni doa-doa bukan dengan mantra
4) Bertawakal : QS. 8: 2
BUDHA
Hukum Kamma
• Hukum perbuatan
• Buah dapat diterima dalam kehidupan ini atau kehidupan yang akan datang
• Sakit, cacad dan penderitaan adalah buah atau akibat dari perbuatan buruk yang
dilakukan di masa lalu (termasuk di kehidupan-kehidupan yang lalu)
Perbuatan yang menyebabkan sakit
• membunuh dan menyiksa makhluk lain mengakibatkan pendek umur, mudah sakit
dan ketakutan
• Berbohong mengakibatkan buruk rupa, deformitas pada mulut
• Niat jahat mengakibatkan buruk rupa dan banyak menderita penyakit
• Pandangan keliru mengakibatkan penyakit menahun
Penyebab sakit fisik
• Suka membunuh makhluk lain
• Suka menyiksa makhluk lain
• (dalam masa yang lalu)
Prinsip sakit
• Sakit adalah corak kehidupan
• Kalau tidak bisa disembuhkan atau diredakan harus diterima dengan rela
• Pencegahan secara dini adalah dengan tidak berbuat jahat
HINDU
Pandangan hindu tentang penyakit: Penyakit itu dapat datang dari dalam maupun dari luar
diri sendiri. Menurut ajaran hindu, Bhuwana Agung atau Alam Raya maupun Bhuwana Alit
atau Alam Kecil (badan manusia) terdiri dari lima unsure utama yaitu akasa (ether), wayu
(udara), teja (api), apah (air), perthiwi (tahan). Kalau kelima unsur ini tidak seimbang baik
dari dalam maupun dari luar maka akan menyebabkan penyakit. Kelima unsur itu, disarikan
menjadi tiga yaitu unsure wayu (udara), teja (api) dan apah (air).
Hal ini diungkapkan pula pada Ayur Weda:
“Bahwa yang menyebabkan seseorang sakit adalah tidak adanya harmoni pada diri
perseorangan dalam hubungannya dengan lingkungan luarnya dan obat adalah alat untuk
mengembalikan harmoni ini”
KRISTEN
Penyebab penyakit menurut pandangan Kristen protestan adalah karena adanya
pemberontakan manusia (dan iblis) terhadap Allah (dosa manusia pertama). Sehingga akar
dari adanya penyakit adalah dosa. Semua penyakit atas seijin Tuhan dan di dalam kontrol
Tuhan.
First caused pada penyakit adalah dosa sedangkan second caused dari penyakit antara lain:
Ulah manusia sendiri; perilaku hidup tidak sehat, tidak menjaga tubuh sebagai bait Allah
(1Kor 6:19)
Ulah orang lain: sakit atau penyakit disebabkan secara sengaja atau tidak sengaja oleh orang
lain. Contohnya kecelakaan dan penyakit menular
Dari kuasa atau roh jahat (Luk. 13:10-17, Luk. 8:2)
KATOLIK
Manusia yang sakit berarti manusia yang tidak nyaman. Manusia yang sakit merupakan
konsekuensi logis manusia sebagai makhluk yang memiliki tubuh. Tubuh menyebabkan
manusia menjadi terbatas oleh ruang dan waktu. Tubuh manusia sebagai makhluk hidup
sangat rapuh. Oleh karena itu manusia tidak bisa tidak menderita sakit. Dan yang
menyebabkan manusia sakit adalah manusia itu sendiri, karena kelalaian manusia menjaga
tubuh. Pandangan tersebut dilandasi oleh pemahaman orang Katolik tentang eksistensi Allah
atau Tuhan sebagai Mahabaik. Mahabaik berarti tidak bisa dibandingkan kebaikan-Nya
dengan kebaikan manusia. Allah Mahabaik artinya Allah tidak baik seperti manusia yang
baik.
Bukan Tuhan yang menyebabkan manusia sakit tetapi karena “kelalaian” manusia, karena
eksistensi tubuh manusia. Allah adalah Mahabaik. Oleh karena itu segala sesuatu yang tidak
baik tidak berasal dari Allah.
Penatalaksanaan
Tuan Karim akan melakukan transplantasi organ. Dilihat dari segi hukum:
Transplantasi organ dari segi hokum diatur di dalam Undang-undang RI No 36 tahun 2009
tentang kesehatan pada bagian ke lima tentang penyembuhan penyakit dan pemulihan
penyakit.
Pasal 63
(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk mengembalikan
status kesehatan, mengembalikan fungsi tubuh akibat penyakit dan/atau akibat cacat atau
menghilangkan cacat
Pasal 64
(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui transplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh, implant obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastic dan rekonstruksi,
serta penggunaan sel punca.
(2) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan.
(3) Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun
Pasal 65
(1) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan tertentu.
(2) Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan
kesehatan pendonor yang bersangkutan dan mendapat persetujuan pendonor dan/atau ahli
waris atau keluarganya.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi organ dan/atau
jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 66
Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun dari hewan, hanya dapat
dilakukan apabila telah terbukti keamanan dan kemanfaatannya.
Pasal 192 UU 30/2009
Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih
apa pun sebagaimana dimaksud dalam pasal 64 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 ( satu miliar rupiah)
Transplantasi organ dilihat dari sudut pandang bioetika:
Justifikasi transplantasi
Hanya memberikan satu organ dari organ berpasangan yang dimiliki
Kewajiban berbuat baik
Amat bermanfaat bagi resipien
Resiko bagi donor terbatas
Justifikasi transplantasi (James nelson)
Transplantasi adalah upaya terakhir setelah yang lain gagal
Tujuan utama demi kesehatan pasien, bukan eksperimen klinis
Persetujuan terhadap prosedur harus bebas dan berdasar informasi yang akurat
Perlindungan terhadap pasien, keluarga dan donor.
Proporsional : antara manfaat, resiko dan biaya
Transplantasi organ dari sudut pandang Agama:
ISLAM
Donor Organ
Berdasarkan sariat dan ijjtihad dengan kaidah-kaidah fikih
Dasarnya, pengguguran hak pendonor kepada resipien tanpa timbale balik
Kaidah-kaidah donor organ:
1. Pada jasad manusia ada keterkaitan dengan hak Allah dan hak manusia
2. Hak manusia dapat gugur darinya tetapi tidak menyebabkan gugurnya hak Allah S.W.T
3. Pengguguran hak manusia merupakan satu-satunya sebab untuk menyelamatkan jasad
manusia yang lain, besar kemaslahatannya
4. Untuk boleh mendonorkan anggota badan harus dengan syarat:
1) Para ahli tahu dengan pasti dengan kajian ilmiahnya
2) Kemashlatan lebih besar dari kenudharatam
3) Jalan satu-satunya untuk menyelamatkan orang lain
4) Jangan sampai menghilangkan hak Allah
5) Jangan donor diberikan pada orang yang tidak berhak hidup, seperti orang yang akan
dihukum qishash
6) Tidak boleh sebagai pelecehan kehormatan manusia. Misalnya dengan jual beli organ donor
7) Pendonor paham benar tentang pendonorannya baik sewaktu sadar atau wasiat sesudah mati
8) Pelaksanaan proses pencakokan harus oleh yayasan resmi dengan ahli-ahli dari segi
keilmuwan maupun akhlaknya.
5. Berdasarkan kaidah-kaidah syariat, hukum-hukumnya:
1) Mendonorkan anggota badan yang bisa pulih kembali, misalnya darah boleh
2) Mendonorkan anggota badan yang menyebabkan kematian pendonor tidak boleh
3) Tidak boleh mendonorkan badan milik satu-satunya meskipun tidak menyebabkan kematian,
kecuali tidak berfungsi lagi pada jasadnya
4) Mendonorkan anggota badan yang ada pasangannya boleh dengan syarat-syaratnya, asal
tidak berakibat buruk pada pendonor maupun pengguna
5) Diharamkan mendonorkan alat-alat reproduksi manusia
6) Mengambil donor dari mayat boleh kalau ada wasiat yang membolehkan, sebelum pendonor
meninggal dunia. Semua yang dapat untuk donor kecuali yang berfungsi untuk reproduksi
BUDHA
Donor Organ: Memberikan organ tubuh sendiri kepada orang lain yang memerlukan.
Pandangan agama Buddha tentang donor organ:
• Sangat dianjurkan (berdana dan mengurangi kemelekatan terhadap tubuh)
• Organ tubuh bukan objek komersial
Transplantasi Organ:
• Memindahkan organ tubuh yang masih berfungsi dengan baik kepada orang lain yang
organ tubuhnya sudah rusak dan tidak berfungsi lagi.
• Sumber organ : orang hidup atau mayat
Pandangan agama Buddha tentang transplantasi organ
• Agama Buddha tidak ada masalah dengan transplantasi organ sepanjang tidak ada
pelanggaran sila dan Dhamma dan dilakukan dengan sadar, sukarela dan atas dasar ingin
menolong makhluk lain yang menderita.
HINDU
Pandangan hindu tentang donor dan transplantasi organ
“Hanya ada tiga jenis transplantasi organ yang dapat diambil dari donor hidup, yaitu
transplantasi ginjal, kulit dan sumsum tulang” dengan catatan: transplantasi hanya untuk
terapi akhir
Transplantasi ginjal dapat disumbangkan oleh anak keluarganya, anak sekandung, orang
tuanya.
Kitab suci menyarankan untuk menyumbangkan jiwanya atas dasar yajna (kurban suci) yang
tulus ikhlas.
Sloka-sloka yang mendukung transplantasi organ antara lain:
Sloka 145
“Pemberian sesuatu kepada semua makhluk dan belas kasihan memberikan hidup kapada satu
makhluk, bila ditimbang kedua perbuatan itu, sungguh lebih berat timbangan pemberian
hidup kepada satu makhluk”
Catatan: terjemahan bebas: pemberian makanan kepada semua makhluk jika dibandingkan
dengan menyelamatkan jiwa seseorang lebih besarlah nilainya menyelamatkan jiwa orang ini.
Sloka 175
Maka tindakan orang yang tinggi pengetahuannya tidak saying merelakan kekayaannya,
nyawanya sekali pun, jika untuk kesejahteraan umum; tahulah Beliau akan maut pasti dating
dan tidak adanya sesuatu yang kekal: oleh karena itu adalah lebih baik berkorban (rela mati)
demi untuk kesejahteraan umum.
Sloka 191
Transplantasi organ tubuh manusia dapat juga dilihat dikitab Sarasamuccaya. Yang member
donor hendaknya memandang sebagai yadnya tanpa mengharapkan imbalan atau balasan
KRISTEN
Pandangan Kristen tentang transplantasi organ:
Konsep humanism modern apa yang bisa diberikan kepada orang lain
Masalah: hidup mati bukan di materi tidak menjadi keharusan transplantasi atau donasi
Manusia bukan kumpulan dari organ-organ frankestein
Organ rusak untuk belajar makin mengerti dan mengenal tuhan kesehatan bukan goal dari
hidup
Goal hidup: untuk kemuliaan Allah
Pelaksanaan donor atau transplantasi organ bergantung kepada pergumulan pribadinya di
hadapan Tuhan, apa yang Tuhan inginkan melalui tindakan tersebut.
KATOLIK
Pada dasarnya gereja Katolik atau Agama Katolik menyetujui atau memperbolehkan
transplantasi organ tubuh manusia. Transplantasi organ dilaksanakan melalui cara yang dari
sudut etika dapat diterima, dengan maksud menawarkan kemungkinan kesehatan bahakan
hidup atau nyawanya sendiri untuk orang sakit yang kadang-kadang tidak mempunya harapan
lagi.
Apabila donor organ tubuh adalah seorang yang telah meninggal dunia, maka tidak
menimbulkan masalah moral. Pendonor wajib memberikan persetujuan dengan bebas dan
dengan penuh kesadaran sebelum ia meninggal atau keluarga terdekat wajib melakukannya
pada saat kematiannya: “Transplantasi organ tubuh tidak dapat diterima secara moral kalau
pemberi atau pihak yang bertanggung jawab tidak memberikan persetujuan dengan penuh
kesadaran” (No. 2296).
Kriteria moral menuntut bahwa donor sudah meninggal sebelum organ-organ
tubuhnya digunakan untuk transplantasi
Untuk transplantasi organ tubuh dari seorang donor hidup kepada seorang yang lain
wajib memenuhi empat persyaratan:
1) Risiko yang dihadapi pendonor dalam transplantasi macam itu harus proporsional dengan
manfaat yang didatangkan atas diri penerima
2) Pengangkatan organ tubuh tidak boleh mengganggu secara serius kesehatan donor atau fungsi
tubuhnya
3) Perkiraan penerimaan adalah baik bagi si penerima
4) Donor wajib membuat keputusan dangan penuh kesadaran dan bebas dengan mengetahui
resiko yang mungkin terjadi.
Dalam kasus Tuan Karim, terdapat beberapa pelanggaran dari berbagai aspek, seperti:
1. Aspek Bioetika
Pada prinsipnya, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu transplantasi
organ dari aspek bioetika ialah harus sama-sama menguntungkan, baik bagi pendonor
maupun penerima organ. Adapun beberapa syarat yang harus terpenuhi antara lain: informed
consent, dilakukan persiapan, dan perawatan pasca operasi.
Dalam hal ini, terdapat suatu pelanggaran bioetika yang berupa kebohongan.
Pelanggaran tersebut dilakukan oleh baik dari pihak Tuan Karim maupun pihak Pak Kasim
dan pendonor terhadap dokter. Pada prinsipnya, dokter sudah melakukan sesuai prosedur.
Dan secara prinsip memenuhi dua prinsip, yaitu otonomi dan berbuat baik.
2. Aspek Hukum
Pada kasus Tuan Karim, telah terjadi suatu praktek jual beli organ. Hal ini jelas sangat
bertentangan sebagaimana yang ditulis dalam UU no. 36 Pasal 92 Tahun 2009, yang
menyatakan bahwa barangsiapa yang memperjualbelikan organ, maka akan dipidana
maksimal 10 tahun penjara.
3. Aspek Agama
a) Islam
Dalam Islam, praktek transplantasi organ diperbolehkan dengan syarat tertentu tanpa
mengharapkan imbalan apapun. Apabila menerima imbalan, maka telah melanggar dan
dianggap sebagai pelecehan kehormatan manusia.
b) Buddha
Dalam melakukan donor organ untuk mencapai suatu kesempurnaan pastinya harus
disertai kesempurnaan dalam memberi, tanpa mengharapkan imbalan. Pada dasarnya
transplantasi organ dalam Agama Buddha sangat dianjurkan, tetapi bukan untuk dijadikan
sebagai obyek komersil.
c) Katolik
Pada dasarnya transplantasi organ dalam Agama katolik diperbolehkan selama tidak
mengganggu fungsi organnya.
d) Hindu
Dalam Agama Hindu hanya diperbolehkan melakukan 3 transplantasi, yaitu ginjal,
sumsum tulang, dan kulit. Untuk melakukannya harus didasari dengan rasa tulus, ikhlas, dan
sukarela, sebagaimana diketahui dalam tiga sloka.
e) Kristen
Transplantasi organ menurut Agama Kristen merupakan suatu upaya memuliakan
Tuhan. Hal ini tidak menjadi suatu keharusan, tergantung dari masing-masing manusia itu
sendiri. Dan sangat jelas tidak diperbolehkan untuk tujuan komersil.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Transplantasi
Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari
suatu tempat ke tempat lain pada tubunya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan
dan kondisi tertentu (nursing-transplan.blogspot.com).
Transplantasi organ adalah transplantasi atau pemindahan seluruh atau sebagian
organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang lain pada
tubuh yang sama (id.wikipedia.org).
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang
sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat (Arifin,
2009).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa transplatansi organ adalah
pemindahan seluruh atau sebagian jaringan atau organ manusia tertentu dari satu tubuh ke
tubuh yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang lain pada tubuh yang sama dan
bermanfaat bagi pasien.
B. Jenis-Jenis Transplantasi
Menurut Arifin (2009), beberapa jenis transplantasi atau pencangkokan, baik
berupa sel, jaringan maupun organ tubuh yaitu sebagai berikut :
1. Transplantasi Autologus, yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain dalam tubuh itu
sendiri.
2. Transplantasi Alogenik, yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang sama spesiesnya,
baik dengan hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga.
3. Transplantasi Sinergik, yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang identik, misalnya
pada kembar identik.
4. Transplantasi Xenograf, yaitu perpindahan dari satu tubuh lain yang tidak sama spesiesnya.
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang
hidup atau dari jenazah orang yang baru meninggal dimana meninggal sendiri didefinisikan
kematian batang otak.
1. Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti : kulit ginjal sumsum tulang dan darah
(transfusi darah).
2. Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah jantung, hati, ginjal, kornea, pankreas, paru-paru
dan sel otak.
C. Komponen-Komponen Transplantasi
Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi (nursing-
transplan.blogspot.com), yaitu :
1. Eksplantasi, yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang sudah
meninggal.
2. Implantasi, yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian tubuh
sendiri atau tubuh orang lain.
Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan
traplantasi, yaitu :
1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang diambil
jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan kekurangan
jaringan atau organ.
2. Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima atau organ tubuh baru
sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan atau organ tersebut, untuk
berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.
D. Metode Transplantasi
Semakin berkembangnya ilmu tranplantasi modern, ditemukan metode-metode
pencangkokan (nursing-transplan.blogspot.com), seperti :
1. Pencangkokan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas koroner oleh Dr. George E.
Green.
2. Pencangkokan jantung, dari jantung ke kepada manusia oleh Dr. Cristian Bernhard, walaupun
resepiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari.
3. Pencangkokan sel-sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke penderita Parkinson oleh
Dr. Andreas Bjornklund.
E. Masalah Etik dan Moral dalam Tranplantasi Organ.
Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah donor hidup,
jenazah dan donor mati, keluarga dan ahli waris, resepien, dokter dan pelaksana lain, dan
masyarakat. Hubungan pihak-pihak itu dengan masalah etik dan moral dalam transplantasi
akan dibicarakan dalam uraian dibawah ini (nursing-transplan.blogspot.com).
1. Donor Hidup.
Adalah orang yang memberikan jaringan atau organnya kepada orang lain
(resepien). Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan
mengerti resiko yang dihadapi, baik resiko di bidang medis, pembedahan, maupun resiko
untuk kehidupannya lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan atau organ yang telah
dipindahkan. Disamping itu, untuk menjadi donor, sesorang tidak boleh mengalami tekanan
psikologis. Hubungan psikis dan emosi harus sudah dipikirkan oleh donor hidup tersebut
untuk mencegah timbulnya masalah.
2. Jenazah dan donor mati.
Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat dengan
sungguh-sungguh untuk memberikan jaringan atau organ tubuhnya kepada yang memerlukan
apabila ia telah meninggal kapan seorang donor itu dapat dikatakan meninggal secara wajar,
dan apabila sebelum meninggal, donor itu sakit, sudah sejauh mana pertolongan dari dokter
yang merawatnya. Semua itu untuk mencegah adanya tuduhan dari keluarga donor atau pihak
lain bahwa tim pelaksana transplantasi telah melakukan upaya mempercepat kematian
seseorang hanya untuk mengejar organ yang akan ditransplantasikan.
3. Keluarga donor dan ahli waris.
Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk menciptakan
saling pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin atau pun tekanan psikis dan
emosi di kemudian hari. Dari keluarga resepien sebenarnya hanya dituntut suatu penghargaan
kepada donor dan keluarganya dengan tulus. Alangkah baiknya apabila dibuat suatu
ketentuan untuk mencegah tinmulnya rasa tidak puas kedua belah pihak.
4. Resipien.
Adalah orang yang menerima jaringan atau organ orang lain. Pada dasarnya,
seorang penderita mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang
hidup atau meringankan penderitaannya. Seorang resepien harus benar-benar mengerti semua
hal yang dijelaskan oleh tim pelaksana transplantasi. Melalui tindakan transplantasi
diharapkan dapat memberikan nilai yang besar bagi kehidupan resepien. Akan tetapi, ia harus
menyadari bahwa hasil transplantasi terbatas dan ada kemungkinan gagal. Juga perlu didasari
bahwa jika ia menerima untuk transplantasi berarti ia dalam percobaan yang sangat berguna
bagi kepentingan orang banyak di masa yang akan datang.
5. Dokter dan tenaga pelaksana lain.
Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat parsetujuan
dari donor, resepien, maupun keluarga kedua belah pihak. Ia wajib menerangkan hal-hal yang
mungkin akan terjadi setelah dilakukan transplantasi sehingga gangguan psikologis dan
emosi di kemudian hari dapat dihindarkan. Tanggung jawab tim pelaksana adalah menolong
pasien dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk umat manusia. Dengan demikian, dalam
melaksanakan tugas, tim pelaksana hendaknya tidak dipengaruhi oleh pertimbangan-
pertimbangan kepentingan pribadi.
6. Masyarakat.
Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplantasi.
Kerjasama tim pelaksana dengan cara cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka agama
diperlukan untuk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan luhur usaha
transplantasi. Dengan adanya pengertian ini kemungkinan penyediaan organ yang segera
diperlukan, atas tujuan luhur, akan dapat diperoleh.
F. Aspek Hukum Tranplantasi
Dari segi hukum, transplantasi organ, jaringan dan sel tubuh dipandang sebagai suatu
hal yang mulia dalam upaya menyehatkan dan mensejahterakan manusia, walaupun ini
adalah suatu perbuatan yang melawan hukum pidana yaitu tindak pidana penganiayaan, tetapi
mendapat pengecualian hukuman, maka perbuatan tersebut tidak lagi diancam pidana,dan
dapat dibenarkan.Dalam PP No.18 tahun 1981 tentana bedah mayat klinis, beda mayat
anatomis dan transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia tercantum pasal tentang
transplantasi (Arifin, 2009) sebagai berikut :
Pasal 1.
c. Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringa tubuh yang dibentuk oleh beberapa
jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh tersebut.
d. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mmempunyai bentuk dan faal (fungsi) yang sama dan
tertentu.
e. Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan dan atau jaringan
tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk
menggantikan alat dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
f. Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya kepada orang lain
untuk keperluan kesehatan.
g. Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang
bahwa fungsi otak, pernafasan, dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti.
Ayat g mengenai definisi meninggal dunia kurang jelas, maka IDI dalam seminar nasionalnya
mencetuskan fatwa tentang masalah mati yaitu bahwa seseorang dikatakan mati bila fungsi
spontan pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible, atau terbukti
telah terjadi kematian batang otak.
Pasal 10.
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan ketentuan
yaitu persetujuan harus tertulis penderita atau keluarga terdekat setelah penderita meninggal
dunia.
Pasal 11
1.Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh dilakukan oleh dokter yang ditunjuk oleh
menteri kesehatan.
2.Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh dokter yang merawat
atau mengobati donor yang bersangkutan
Pasal 12
Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tidak ada sangkut paut medik
dengan dokter yang melakukan transplantasi.
Pasal 13
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas materai dengan 2
(dua) orang saksi.
Pasal 14
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata
dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan tertulis dengan
keluarga terdekat.
Pasal 15
1. Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan oleh donor
hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang
merawatnya,
2. Termasuk dokter konsultan mengenai operasi, akibat-akibatya, dan kemungkinan-kemungkinan
yang terjadi.
2. Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin benar, bahwa calon donor yang
bersangkutan telah meyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.
Pasal 16
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak dalam kompensasi material
apapun sebagai imbalan transplantasi.
Pasal 17
Dilarang memperjualbelikan alat atau jaringan tubuh manusia.
Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dan semua bentuk ke dan
dari luar negeri.
Selanjutnya dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan dicantumkan beberapa pasal
tentang transplantasi sebagai berikut:
Pasal 33.
1. Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan transplantasi organ
dan jaringan tubuh, transfusi darah, imflan obat dan alat kesehatan, serta bedah plastik dan
rekontruksi.
2. Transplantasi organ dan jaringan serta transfusi darah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan, yang dilarang untuk tujjuan komersial.
Pasal 34
1. Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan disarana kesehatan tertentu.
2. Pengambilan organ dan jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan kesehatan
donor yang bersangkutan dan ada persetujuan ahli waris atau keluarganya.
3. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
G. ASPEK ETIK TRANSPLANTASI
Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien dengan
kegagalan fungsi salah satu organ tubuhnya. dari segi etik kedokteran tindakan ini wajib
dilakukan jika ada indikasi, berlandaskan dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
(Arifin, 2009), yaitu:
Pasal 2.
Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi.
Pasal 10.
Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya melindungi hidup insani.Pasal
11.
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan penderita.
Pasal-pasal tentang transplantasi dalam PP No. 18 tahun 1981, pada hakekatnya
telah mencakup aspek etik, mengenai larangan memperjual belikan alat atau jaringan tubuh
untuk tujuan transplantasi atau meminta kompensasi material.
Yang perlu diperhatikan dalam tindakan transplantasi adalah penentuan saat mati
seseorang akan diambil organnya,yang dilakukan oleh (2) orang dokter yang tidak ada
sangkut paut medik dengan dokter yang melakukan transplantasi, ini erat kaitannya dengan
keberhasilan transplantasi, karena bertambah segar organ tersebut bertambah baik hasilnya.
tetapi jangan sampai terjadi penyimpangan karena pasien yang akan diambil organnya harus
benar-benar meninggal dan penentuan saat meninggal dilakukan dengan pemeriksaan
elektroensefalografi dan dinyatakan meninggal jika terdapat kematian batang otak dan sudah
pasti tidak terjadi pernafasan dan denyut jantung secara spontan.pemeriksaan dilakukan oleh
para dokter lain bukan dokter transplantasi agar hasilnya lebih objektif.
H. Aspek Agama Terhadap Transplantasi Organ
1. Transplantasi Organ dari Segi Agama Islam
Di dalam syariat Islam terdapat 3 macam hukum mengenai transplantasi organ dan
donor organ ditinjau dari keadaan si pendonor. Adapun ketiga hukum tersebut, yaitu :
a. Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup
Dalam syara seseorang diperbolehkan pada saat hidupnya mendonorkan sebuah organ
tubuhnya atau lebih kepada orang lain yang membutuhkan organ yang disumbangkan itu,
seperti ginjal. Akan tetapi mendonorkan organ tunggal yang dapat mengakibatkan kematian
si pendonor, seperti mendonorkan jantung, hati dan otaknya. Maka hukumnya tidak
diperbolehkan, berdasarkan firman Allah SWT dalam Al – Qur’an :
1) surat Al – Baqorah ayat 195
” dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan ”
2) An – Nisa ayat 29
” dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri ”
3) Al – Maidah ayat 2
” dan jangan tolong – menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. “
b. Transplantasi Organ dari Donor yang Sudah meninggal
Sebelum kita mempergunakan organ tubuh orang yang telah meninggal, kita harus
mendapatkan kejelasan hukum transplantasi organ dari donor tersebut. Adapun beberapa
hukum yang harus kita tahu, yaitu :
1. Dilakukan setelah memastikan bahwa si penyumbang ingin menyumbangkan organnya
setelah dia meninggal. Bisa dilakukan melalui surat wasiat atau menandatangani kartu donor
atau yang lainnya.
2. Jika terdapat kasus si penyumbang organ belum memberikan persetujuan terlebih dahulu
tentang menyumbangkan organnya ketika dia meninggal maka persetujuan bisa dilimpahkan
kepada pihak keluarga penyumbang terdekat yang dalam posisi dapat membuat keputusan
atas penyumbang.
3. Organ atau jaringan yang akan disumbangkan haruslah organ atau jaringan yang
ditentukan dapat menyelamatkan atau mempertahankan kualitas hidup manusia lainnya.
4. Organ yang akan disumbangkan harus dipindahkan setelah dipastikan secara prosedur
medis bahwa si penyumbang organ telah meninggal dunia.
5. Organ tubuh yang akan disumbangkan bisa juga dari korban kecelakaan lalu lintas yang
identitasnya tidak diketahui tapi hal itu harus dilakukan dengan seizin hakim.
Seorang dokter atau seorang penguasa tidak berhak memanfaatkan salah satu organ
tubuh seseorang yang sudah meninggal untuk ditransplantasikan kepada orang lain yang
membutuhkannya.Adapun hukum kehormatan mayat dan penganiayaan terhadapnya, maka
Allah SWT telah menetapkan bahwa mayat mempunyai kehormatan yang wajib dipelihara
sebagaimana kehormatan orang hidup. Dan Allah telah mengharamkan pelanggaran terhadap
kehormatan mayat sebagaimana pelanggaran terhadap kehormatan orang hidup. Allah
menetapkan pula bahwa menganiaya mayat sama saja dosanya dengan menganiaya orang
hidup. Diriwayatkan dari A’isyah Ummul Mu’minin RA bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Memecahkan tulang mayat itu sama dengan memecahkan tulang orang hidup.” (HR.
Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban).
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Amar bin Hazm Al Anshari RA, dia
berkata,”Rasulullah pernah melihatku sedang bersandar pada sebuah kuburan. Maka beliau
lalu bersabda : “Janganlah kamu menyakiti penghuni kubur itu !” Hadits-hadits di atas secara
jelas menunjukkan bahwa mayat mempunyai kehormatan sebagaimana orang hidup. Begitu
pula melanggar kehormatan dan menganiaya mayat adalah sama dengan melanggar
kehormatan dan menganiaya orang hidup.
2. Transplantasi Organ dari Segi Agama Kristen
Di alkitab tidak dituliskan mengenai mendonorkan organ tubuh, selama niatnya tulus
dan tujuannya kebaikan itu boleh-boleh saja terutama untuk membantu kelangsungan hidup
suatu nyawa (nyawa orang yang membutuhkan donor organ) bukan karena mendonorkan
untuk mendapatkan imbalan berupa materi, uang untuk si pendonor organ. Akan lebih baik
lagi bila si pendonor sudah mati dari pada saat si pendonor belum mati karena saat kita masih
hidup organ tubuh itu bagaimanapun penting, sedangkan saat kita sudah mati kita tidak
membutuhkan organ tubuh jasmani kita.
3. Transplantasi Organ dari Segi Agama Katolik
Gereja menganjurkan kita untuk mendonorkan organ tubuh sekalipun jantung kita,
asal saja sewaktu menjadi donor kita sudah benar-benar mati artinya bukan mati secara medis
yaitu otak kita yang mati, seperti koma, vegetative state atau kematian medis lainnya. Tentu
kalau kita dalam keadaan hidup dan sehat kita dianjurkan untuk menolong hidup orang lain
dengan menjadi donor.
Kesimpulannya bila donor tidak menuntut kita harus mati, seperti donor darah, sum-
sum, ginjal, kulit, mata, rambut, lengan, jari, kaki atau urat nadi, tulang maka kita dianjurkan
untuk melakukannya. Sedangkan menjadi donor mati seperti jantung atau bagian tubuh
lainnya dimana donor tidak bisa hidup tanpa adanya organ tersebut, maka kita sebagai umat
Katolik wajib untuk dinyatakan mati oleh ajaran GK. Ingat, kematian klinis atau medis bukan
mati sepenuhnya, jadi kita harus menunggu sampai si donor benar-benar mati untuk dipanen
organ, dan ini terbukti tidak ada halangan bagi kebutuhan medis dalam pengambilan organ.
4. Transplantasi Organ dari Segi Agama Budha
Dalam pengertian Budhis, seorang terlahir kembali dengan badan yang baru. Oleh
karena itu, pastilah organ tubuh yang telah didonorkan pada kehidupan yang lampau tidak
lagi berhubungan dengan tubuh dalam kehidupan yang sekarang. Artinya, orang yang telah
mendanakan anggota tubuh tertentu tetap akan terlahir kembali dengan organ tubuh yang
lengkap dan normal. Ia yang telah berdonor kornea mata misalnya, tetap akan terlahir dengan
mata normal, tidak buta. Malahan, karena donor adalah salah satu bentuk kamma baik,
ketika seseorang berdana kornea mata, dipercaya dalam kelahiran yang berikutnya, ia akan
mempunyai mata lebih indah dan sehat dari pada mata yang ia miliki dalam kehidupan saat
ini.
5. Transplantasi Organ dari Segi Agama Hindu
Menurut ajaran Hindu transplantasi organ tubuh dapat dibenarkan dengan alasan,
bahwa pengorbanan (yajna) kepada orang yang menderita, agar dia bebas dari penderitaan
dan dapat menikmati kesehatan dan kebahagiaan, jauh lebih penting, utama, mulia dan luhur,
dari keutuhan organ tubuh manusia yang telah meninggal. Perbuatan ini harus dilakukan
diatas prinsip yajna yaitu pengorbanan tulus iklas tanpa pamrih dan bukan dilakukan untuk
maksud mendapatkan keuntungan material. Alasan yang lebih bersifat logis dijumpai dalam
kitab Bhagawadgita II.22 sebagai berikut: “Wasamsi jirnani yatha wihaya nawani grihnati
naro’parani, tatha sarirani wihaya jirnany anyani samyati nawani dehi” Artinya: seperti
halnya seseorang mengenakan pakaian baru dan membuka pakaian lama, begitu pula Sang
Roh menerima badan-badan jasmani yang baru, dengan meninggalkan badan-badan lama
yang tiada berguna.
Ajaran Hindu tidak melarang bahkan menganjurkan umatnya unutk melaksanakan
transplantasi organ tubuh dengan dasar yajna (pengirbanan tulus ikhlas dan tanpa pamrih)
untuk kesejahteraan dan kebahagiaan sesama umat manusia. Demikian pandangan agama
hindu terhadap transplantasi organ tubuh sebagai salah satu bentuk pelaksanaan ajaran Panca
Yajna terutama Manusa Yajna.
BAB V
KESIMPULAN
Transplantasi adalah suatu rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan
atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam
rangka pengobatan untuk mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi
dengan baik atau mengalami suatu kerusakan. Transplantasi dapat diklasifikasikan dalam
beberapa faktor, seperti ditinjau dari sudut si penerima atau resipien organ dan penyumbang
organ itu sendiri. Sedangkan dilihat dari sudut penyumbang meliputi transplantasi dengan
donor hidup dan donor mati (jenazah). Banyak sekali faktor yang menyebabkan sesorang
melakukan transplantasi organ. Antara lain untuk kesembuhan dari suatu penyakit, Pemulihan
kembali fungsi suatu organ, jaringan atau sel yang telah rusak atau mengalami kelainan.
Dalam agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha transplantasi boleh
dilakukan dengan alasan medis dan asalkan dengan niat tulus dan tujuannya untuk kebaikan
menolong nyawa seseorang tanpa membahayakan nyawa si pendonor organ tersebut.
Sedangkan dalam agama islam untuk melakukan transplantasi organ harus dilihat terlebih
dahulu dari mana organ yang akan ditransplantasikan tersebut berasal atau dilihat dari sumber
organ. Dalam hukum, transplantasi tidak dilarang jika dalam keadaan darurat dan ada alasan
medis, tidak dilakukan secara ilegal, dilakukan oleh profesinal dan dilakukan secara sadar.
Dari segi masyarakat, selama transplantasi dilakukan atas dasar medis dan mendapat
persetujuan dari anggota keluarga maka diperbolehkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 ttentang Kesehatan
2. Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Otopsi Anatomi, Otopsi Klinik dan Transplantasi
Alat dan Jaringan Tubuh Manusia
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 585 tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis
5. Herkutanto. Aspek medikolegal pengambilan jaringan kadaver. Simposium dan workshop tissue
organ banking dan trauma. Jakarta, 19-20 Oktober 1995
6. Mungkinkah hidup hanya dengan satu ginjal. Diunduh dari www.sinarharapan.com tanggal
31/10/2006.
7. Lifestyle: transplant 101. Diunduh dari www.malaysiantoday.com.my tanggal 11/10/2007.
8. Organ Pillaging in China. Diunduh dari www.tw-scie.com tanggal 21/10/2008.
9. Saunders WP. Straight Answers: Organ Transplants and Cloning. Diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas izin The Arlington Catholic Herald. tanggal 21/10/2008