Download - M12 Pengaturan Suhu Tubuh Manusia
A. Pengaturan suhu badan dalam badan manusia
Terdapat 2 kaidah pengaturan suhu badan yaitu:
1. kaidah fisika
2. Kaidah metabolisme
Semua kaidah untuk mengatur suhu tubuh dibantu koordinasi tubuh.
a) Pengaturan suhu dengan kaidah fisik
Dikenali sebagai kaidah fisik karena pengaturan lebih banyak kepada penggunaan
otot-otot tubuh dan secara fisik. Di antara kemungkinan yang akan terjadi ialah:
1. Suhu badan tinggi melebihi normal
2. Suhu badan rendah melebihi normal
Apabila suhu badan tinggi, termoreseptor akan mentransfer suhu pada kulit, di otak,
hipotalamus akan berfungsi sebagai termostat untuk mengatur suhu darah yang
melaluinya, mekanisme koreksi akan diarahkan atau dirangsang oleh hipotalamus dengan
menggunakan koordinasi tubuh.
Mekanisme koreksi apabila suhu badan tinggi ialah:
1. Vasodilasi yaitu pembuluh darah mengembang untuk berdekatan dengan kulit
(lingkungan luar) yang memungkinkan panas dibebaskan keluar.
2. Bulu kulit ditegaskkan untuk mengurangi udara yang terperangkap pada kulit
supaya panas mudah dibebaskan karena udara adalah konduktor panas yang baik.
Bulu kulit diatur oleh otot erektor.
3. Lebih banyak darah pada kulit (kulit kelihatan merah) - Memudahkan panas darah
terbebas keluar melalui proses penyinaran.
4. Berpeluh - Air keringat yang dirembes oleh kelenjar keringat mempunyai panas
pendam tentu yang tinggi dapat menyerap panas yang tinggi dan terbebas ke
lingkungan sekitar apabila air peluh menguap.
Apabila suhu tubuh rendah, termoreseptor akan menaikkan suhu pada kulit, di otak
hipotalamus akan berfungsi sebagai termostat mengatur suhu darah yang melaluinya,
mekanisme koreksi akan diarahkan atau dirangsang oleh hipotalamus dengan
menggunakan koordinasi badan.
Mekanisme koreksi apabila suhu badan rendah ialah:
1. Vasokonstriksi yaitu pembuluh darah menyempit untuk menjauhi kulit agar panas
tak banyak keluar ke lingkungan sekitar.
2. Bulu kulit ditegakkan agar lebih banyak udara yang terperangkap pada kulit supaya
panas sukar dibebaskan karena udara adalah konduktor panas yang baik. Bulu kulit
diatur oleh otot erektor.
3. Kurang darah pada kulit (Kulit kurang kelihatan kemerahan atau pucat) - Kurang
mengalami proses penyinaran untuk mencegah panas terbebas keluar lingkungan.
4. Kurangnya keringat - Saat kurang air keringat dirembeskan oleh kelenjar peluh
maka panas tak banyak dibebaskan melalui penguapan air peluh.
b) Pengawalan suhu dengan kaidah metabolik
Dikenal sebagai kaidah metabolik karena pengaturan lebih kepada penggunaan kimia
badan daripada secara fisik walaupun terdapat pengaturan yang melibatkan otot-otot.
Kawalan ini melibat peranan:
Otot rangka
Kelenjar adrenal
Kelenjar tiroid
Dalam keadaan sejuk, hipotalamus akan mengatur otot rangka untuk vasokonstriksi
secara aktif. Hal ini akan menyebabkan seseorang mengigil dan meningkatkan suhu badan.
Pada saat yang sama, kelenjar adrenal akan mensekresikan hormon adrenalin dan
noradrenalin sedangkan kelenjar tiroid akan mensekresikan hormon tiroksin, semua
hormon ini bertujuan untuk meningkatkan suhu badan dengan cara meningkatkan
metabolisme tubuh. Dalam keadaan panas, aktivitas otot rangka akan berkurang, begitu
juga dengan sekresi hormon-hormon tertentu oleh kelenjar adrenal dan kelenjar tiroid akan
berkurang.
Hormon epinefrin dan norepinefrin bertindak dengan:
1. Meningkatkan kadar detak jantung dan kadar pernapasan.
2. Meningkatkan tekanan darah
3. Meningkatkan metabolisme badan
4. Meningkatkan kadar gula darah dengan merangsang pengubahan glikogen ke
glukosa.
Pengaturan kadar gula sedikit dalam darah atau glukosa. Di antara kemungkinan yang
mungkin terjadi ialah:
1. Kadar gula sedikit atau glukosa terlampau banyak
2. Kadar gula sedikit atau glukosa terlampau sedikit
Apabila kadar glukosa terlampau banyak, lebih dari jumlah normal, sel beta pada
Pulau Langerhans akan mensekresikan lebih banyak hormon insulin, kadar glukosa dalam
darah akan turun, proses ini akan berlanjut hingga kadar glukosa dalam darah berada pada
jumlah yang normal.
Fungsi hormon insulin ialah:
Merangsang pengubahan glukosa ke glikogen untuk disimpan dalam hati.
Merangsang oksidasi glukosa untuk tujuan respirasi dalam sel.
Apabila kadar glukosa terlampau rendah, kurang dari jumlah normal, sel alfa pada
kelenjar pulau-pulau Langerhans akan mensekresikan lebih banyak hormon glukagon,
kadar glukosa dalam darah akan naik, proses ini akan berlanjut sehingga kadar glukosa
dalam darah berada pada jumlah normal.
Fungsi hormon glukagon ialah:
Merangsang pengubahan glikogen ke glukosa dalam darah.
Yang mempengaruhi suhu tubuh adalah :
1. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah
panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian
sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100%
lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang
tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat
adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress
individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang
meningkatkan metabolisme.
3. Hormon pertumbuhan
Hormon pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4. Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh
sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-
100% diatas normal.
5. Hormon kelamin
Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15%
kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi
suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada
masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.
6. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar
120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini
terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan
metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami
penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal
cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang
cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan
jaringan yang lain.
8. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar
komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat
meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.
9. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan
mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang
dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan
kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme
pengaturan suhu tubuh terganggu.
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat
hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,
lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia
dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Kurva siklus temperature pada tubuh :
B. Suhu Tubuh Normal
Suhu rata-rata normal dan sehat seseorang adalah di 37 derajat celcius. Tetapi suhu
tubuh seseorang akan bervariasi karena dipengaruhi oleh waktu pengukuran, tempat
pengukuran, usia, dan metabolisme tubuhnya.
Tubuh menunjukkan suhu paling rendah pada pagi hari dan paling
tinggi pada senja hingga malam hari. Perbedaan suhu terendah ke
tertinggi bisa mencapai 1,5 derajat celcius.
Pada anak-anak di bawah 12 tahun, suhu tubuh pada malam akan berkisar pada 37,4
derajat celcius. Tetap dianggap normal sepanjang masih berkisar di 36 sampai 38 derajat
celcius.
Untuk memeriksa suhu badan, umumnya seseorang langsung menempelkan tangan di
bagian dahi. Ternyata pengukuran dengan tangan tidak dapat diandalkan karena kondisi
pengukur akan berpengaruh pada hasilnya. Pengukur yang menderita anemia atau
memiliki metabolisme tubuh rendah cenderung lebih peka saat mengukur suhu tubuh
orang lain.
Cara yang paling dianjurkan adalah menggunakan thermometer yang dapat
dilakukan dengan empat cara. Pertama, oral temperature, yakni meletakkan
termometer di bawah lidah. Termometer biasa yang menggunakan air raksa
membutuhkan waktu tiga menit untuk mendapatkan hasil oral temperature. Bila
menggunakan HD NexTemp yang menggunakan kristal cair, Anda akan
memperoleh hasil pengukuran hanya dalam waktu satu menit.
Cairan dan sisa rokok di mulut akan mempengaruhi hasil pengukuran oral
temperature. Sebaiknya lakukan pengukuran 10 sampai 15 menit setelah makan,
minum, atau merokok terakhir kali.
Pengukuran kedua adalah auxiliary temperature yang didapatkan dengan meletakkan
termometer di bagian ketiak. Termometer biasa membutuhkan 5 sampai 10 menit,
sedangkan HD NexTemp hanya perlu 3 menit untuk menampilkan hasil pada pengukuran
ini.
Dibandingkan dengan ketiga pengukuran lainnya, auxiliary temperature terhitung
yang paling tidak akurat karena sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Termometer biasa
yang kurang akurat dibandingkan HD NexTemp biasanya akan menampilkan perbedaan
hingga 1 derajat Celcius di bawah oral temperature.
Cara yang ketiga dinamai rectal temperature karena pengukuran dilakukan di bagian
rectum (anus). Termometer rectal dimasukkan sedalam 3 sampai 4 cm ke dalam anus
selama kurang lebih tiga menit. Hasil pengukurannya lebih tinggi 0,4 sampai 0,5 derajat
celcius dari oral temperature.
Telinga juga bisa menunjukkan suhu badan seseorang, Namanya thimpanic membrane
temperature. Sebenarnya ini adalah cara pengukuran yang paling praktis,cepat, dan akurat.
Tetapi, seperti namanya, pengukuran ini tidak dianjurkan bagi orang awam yang tidak
mengetahui anatomi telinga. Bagaimana pun, pengukuran ini berurusan dengan bagian
pendengaran yang vital.
Umumnya, thimpanic membrane temperature akan menunjukkan perbedaan hingga
0,8 derajat celcius lebih tinggi daripada oral temperature. Hasil akurat akan didapatkan bila
termometer diarahkan dengan tepat ke bagian membrane tympani (selaput suara).
Deskripsi keempat pengukuran itu cukup menjelaskan mengapa oral temperature dan
auxiliary temperature menjadi pilihan untuk pemakaian rumah tangga. Jangan lupa untuk
mencuci termometer Anda setiap selesai digunakan.
Gambar contoh Termometer :
C. Beberapa Penyakit yang Berkaitan dengan Perubahan Suhu Tubuh
Suhu tubuh sangat mudah sekali berubah dan dipengaruhi oleh banyak faktor.
Perubahan suhu tubuh sangat erat kaitannya dengan produksi panas yang berlebihan,
produksi panas maksimal maupun pengeluaran panas yang berlebihan. Tentunya sifat
perubahan panas tersebut sangat memengaruhi masalah klinis yang dialami setiap orang.
1. Demam
Demam bisa terjadi disebabkan karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu
untuk memertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas sehingga
mengakibatkan suhu dalam tubuh menjadi tidak normal.
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan ringan suhu
sampai 39°C meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga meruapakan bentuk
pertarungan akibat infeksi karena virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat
melawan virus).
Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah
pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda.
Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah.
Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung
dan pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrient.
Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan.
2. Hipertermia
Hipertermiaadalah peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas. Setiap
penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat memengaruhi mekanisme pengeluaran
panas. Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan dimana tidak dapat mengontrol
produksi panas yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan anastetik
tertentu.
3. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin memengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan mengakibatakan hipotermia.
Hipotermia diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti:
Ringan: 33°-36°.
Sedang: 30°-33°.
Berat: 27°-30°.
Sangat berat: <30°.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama
beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang yang mengalami hipotermia
mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu
menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4°c, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan
darah turun. Jika hipotermia terus berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung,
kehilangan kesadaran, dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri.
4. Kelelahan Akibat Panas
Kelelahan akibat panas terjadi akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terlalu panas. Tanda dan gejala kurang
volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas.
5. Heat Stroke
Lingkungan dengan suhu tinggi dapat memengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
Kondisi ini disebut heat stroke. Penderita heat stroke tidak berkeringat karena kehilangan
elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heat stroke dengan suhu yang lebih
besar dari 40,5°C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
Itulah beberapa kondisi penyakit yang disebabkan oleh adanya perubahan suhu tubuh.
Adanya perubahan suhu tubuh memang sangat sulit dicegah dan manusia hanya dapat
melakukan peminimalan resiko dari penyakit-penyakit yang berkaitan dengan perubahan
suhu tubuh seperti demam, kelelahan, heat stroke, dan lainnya. Hal tersebut bisa dilakukan
dengan rajin memeriksakan kondisi tubuh ke dokter secara rutin, mengonsumsi makanan
sehat, berolahraga secara teratur, dan mencukupi kebutuhan tidur Anda.
Dengan demikian, penyakit apapun bisa dicegah. Jika mampu menyerang sekalipun,
resiko penyakitnya tak akan terlalu parah dan juga proses penyembuhannya relatif cepat
karena orang yang senantiasa menjaga kebugaran dan kesehatan tubuhnya memiliki daya
imun yang kuat.