Download - Lp Nutrisi
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi Pengertian
Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya,
yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses
kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses
dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi,
mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi
normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi.
Sedangkam menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti,
absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
2. Anatomi dan Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ yang
menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan
sisa proses tersebut. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh
manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang
terjadi dalam mulut hingga lambung. Selanjutnya adalah proses penyerapan sari -
sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa
makanan melalui anus.
a. Mulut
Proses pencernaan pertama kali terjadi di dalam rongga mulut. Di dalam
rongga mulut, makanan dikunyah dan dihancurkan oleh gigi yang memiliki
fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan menjadi partikel yang
kecil-kecil, gigi manusia terdiri atas gigi seri, gigi taring, dan gigi geraham.
Selanjutnya dibantu oleh lidah yang memiliki eran mengatur letak makanan di
dalam mulut serta mengecap rasa makanan. Dalam rongga mulut terdapat 3
kelenjar ludah yang menghasilkan ludah setiap harinya sekitar 1 sampai 2,5
liter ludah. Kandungan ludah pada manusia adalah : air, mucus, enzim amilase
dan lain-lain. Fungsi saliva adalah melumasi rongga mulut, membantu proses
menelan dan mencerna karbohidrat menjadi disakarida.
b. Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan
lambung. Pada ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang
disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur
makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus adalah
menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang
esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan
menuju lambung.
c. Lambung
Organ tubuh setelah esophagus, berbentuk seperti kantung yang berfungsi
untuk menghancurkan atau mencerna makanan yang ditelan dan menyerap sari
atau nutrisi makanan yang penting bagi tubuh. Dinding lambung disusun oleh
otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan secara mekanik melalui
kontraksi otot yaitu otot melingkar (M. Aurikulus), otot miring ( M. Oblig),
otot panjang (M. Longitudinal ). Selain pencernaan mekanik, pada lambung
terjadi pencernaan kimiawi yaitu bolus akan dicampur dengan asam lambung
dan enzim-enzim bergantung jenis makanan enzim yang dihasilkan seperti
pepsin berfungsi untuk memecah putih telur menjadi asam amino (albumin
dan pepton ) agar dapat diabsorpsi di intestinum minor. Asam garam (HCl)
berfungsi untuk mengasamkan makanan sebagai antiseptik dan desinfektan
yang masuk ke dalam makanan. Disamping otu mengubah pepsinogen
menjadi pepsin dalam suasana asam. Renin berfungsi untuk sebagai ragi yang
membekukan susu, membentuk kasein dan kaseinogen dari protein. Lapisan
lambung berfungsi untuk memecah lemak menjadi asam lemak untuk
merangsang sekresi getah lambung.
d. Usus Halus
Usus halus (intestinum minor) merupakan bagian dari sstem pencernaan
makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum. Panjangnya
kira-kira 6 meter, merupakan saluran pencernaan yang paling panjang dari
tempat proses pencernaan dan absorpsi pencernaan. Bagian dari usus halus
terdiri dari duodenum yang memiliki bentuk melengkung seperti kuku kuda,
pada lengkungan itu terdapat pankreas. Bagian kanan dari duodenum terdapat
bagian tepat bermuaranya saluran empedu (duktus kholedokus) dan saluran
pankreas (duktus pankreatikus) yang dinamakan papila vateri. Dinding
duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar
brunner yang memproduksi getah intestinum. Jejenum memiliki panjang 2-3
meter, dindingnya leih tebal dan banyak mengandung pembuluh darah. Ileum
memiliki panjang 4-5 meter, merupakan usus halus yang terletak disebelah
kanan bawah yang berhubungan dengan sekum. Di dalam usus penyerapan
(iluem) terdapat banyak lipatan atau lekukan yang disebut jonjot-jonjot usus
(vili). Vili berfungsi memperluas permukaan penyerapan, sehingga makanan
dapat terserap sempurna. Makanan yang berupa glukosa, asam amino, vitamin,
mineral, air akan diserap pembuluh darah kapiler di vili, dan diangkut ke hati
ke vena porta. Di dalam hati, beberapa zat akan diubah ke bentuk lain dan
bebrapa lainnya akan diedarkan ke seluruh tubuh. Sedangkan asam lemak dan
gliserol diangkut melalui pembuluh limfa. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-
garam empedu.
Senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus :
Disakaridase yang menggunakan disakarida menjadi monosakarida.
Erepsinogen yaitu erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi
erepsin dan erepsin mengubah pepton menjadi asam amino.
Hormon sekretin merangsang kelenjar pankreas mengeluarkan
senyawa kimia yang dihasilkan ke usus halus.
Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas :
bikarbonat berfungsi untuk menetralkan suasana asam dari makanan
yang berasal dari lambung.
Enterokinase berfungsi untuk mengaktifkan erepsinogen menjadi
erepsin serta mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin
mengubah pepton menjadi asam amino.
Amilase mengubah amilum menjadi disakarda.
Lipase menerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Tripsinogen merupakan tripsin yang belum aktif.
Kimotripsin mengubah pepton menjadi asam amino.
Nuklease menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus posat.
Hormon insulin menurukan kadar gula dalam darah sampai menjadi
kadar normal.
Hormon glukagon menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar
normal.
e. Usus Besar (Kolon)
Merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Memiliki
panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus bebsar dibagi
menjadi 3 daerah, yaitu : Kolon asenden, Kolon transversum , Kolon
desenden. Fungsi kolon adalah :
Menyerap air dan elektrolit untuk kemudian sisa massa membentuk
massa yang lembek yang disebut feses.
Menyimpan bahan feses.
Tempat tinggal bakteri E. Coli
f. Rektum dan anus
Merupakan lanjuta dari kolon sigmoid yang menghubungkan insentinum
mayor dengan anus sepanjang 12 cm. Terdapat spingter yang menyusun
rektum yaitu otot polos dan otot lurik.
3. Penyebab/ Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi
Faktor External merupakan faktor yang mempengaruhi status gizi antara lain:
Status sosial ekonomi merupakan masalah gizi karena kemiskinan
indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan
daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Potter dan Perry, 2005).
Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan
perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi
yang baik (Suliha, 2001).
Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang
menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan keluarga (Markum, 1991).
Kultur dan Agama
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan
kebiasaan. Mitos makanan akibat dari latar belakang kultural, keyakinan
terhadap makanan sering melibatkan keyakinan yang salah bahwa
makanan tertentu justru menyehatkan misalnya yogurt lebih bernutrisi dari
susu, kerang meningkatkan potensi seksual atau madu lebih menyehatkan
dari gula (Potter dan Perry, 2005).
B. Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :
Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki
orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).
Status Kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia (kurangnya
nafsu makan) biasanya diakibatkan oleh efek samping obat atau gejala
penyakit. Dukungan nutrisi merupukan bagian esensial penyembuhan
setiap penanganan medis.
Pilihan Pribadi
Kesukaan dan ketidaksukaan pribadi mungkin berpengaruh kuat terhadap
diet. Makanan yang berhubungan erat dengan kesukaan yang
menyenangkan cenderung menjadi makanan favorit. Sedangkan makanan
yang tidakmenyenangkan cenderung dihindari (Potter dan Perry, 1999).
5. Masalah Gangguan Nutrisi
Setiap klien dengan kondisi yang mengganggu kemampuan ingesti,
digesti, atau absorpsi nutrien yang cukup harus di pertimbangkan
resikonya. Klien yang diinstruksikan untuk berpuasa dan yang hanya yang
menerima cairan standar IV lebih dari 5 hari beresiko masalah nutrisi.
Selain itu masalah nutrisi umumnya terjadi pada kondisi seperti aids,
kanker, gangguan makan, penyakit gastrointestinal, penyakit kritis masalah
malabsorpsi, penyakit metabolis, obesitas, penyakit renal, penyakit hati,
pankreas dan kanting empedu.
Klien pascaoperatif
Asupan makanan sering kali berubah pada periode perioperatif. Persiapan
praoperatif dengan tes diagnostik atau pembersihan perut biasanya
melibatkan minimal 8 jam berpuasa. Permulaan asupan makanan
pascaoperatif tergantung pada pengembalian fungsi perut, tingkat prosedur
bedah, keberadaan komplikasi apapun, dan pilihan pembedah untuk
mengawali pemberian makan.
Klien imobilisasi
Kelumpuhan yang meluas dapat menghasilkan deosifikasi dan
osteoporosis tulang dan hiperkalsemia. Hiperkalsemia akan
mempengaruhi batu ginjal dan kandung kemih klien hal ini adalah
masalah penting bagi anak-anak dan remaja karena pertumbuhan tulang
yang cepat. Ambulasi merupakan cara terbaik untuk mencegah
demineralisasi tulang dari imobilisasi. Apabila ambulasi tidak
memungkinkan, maka kuantutas yang cukup akan nilai protein biologi
tinggi membantu mencegah kerusakan kulit dan infeksi, dan asupan fosfor
yang tinggi ada awal minggu imobilisasi mengurangi tingkat kalsium
darah. Asupan cairan juga melindungi terhadap batu ginjal. Latihan
rentang gerak untuk tulang sendi yang tidak terlibat memberikan beberapa
perlindungan.
6. Macam-Macam Penyakit Kekurangan Nutrisi
Kekurangan Protein
Kekurangan konsumsi protein pada anak-anak dapat menyebabkan
terganggunya pertumbuhan badan si anak. Pada orang dewasa kekurangan
protein mempunyai gejala yang kurang spesifik, kecuali pada keadaan
yang telah sangat parah seperti busung lapar. Busung lapar yang banyak di
derita oleh kelompok rawan gizi terutama bayi dan balita sungguh
memprihatinkan. Akibat dari kekurangan protein dapat menyebabkan
kwashiorkor. Kwashiorkor merupakan salah satu penyakit yang timbul
akibat kekurangan protein, kwashiorkor banyak diderita oleh bayi dan
anak pada usia enam bulan sampai usia tiga tahun (Balita). Ciri Penderita
Kwashiorkor yaitu pembengkakan pada kaki dan tangan, wajah sembab,
otot kendur, rambut kemerahan dan mudah putus, muka seperti bulan.
Kekurangan Karbohidrat
Banyak orang yang menganggap cara diet adalah dengan mengurangi
karbohidrat untuk menurunkan berat badan karena karbohidrat
mempercepat produksi insulin yang berakibat menambah berat badan.
Namun jika terlalu membatasi konsumsi karbohidrat secara berlebihan
makan akan menimbulkan akibat karbohidrat seperti kekurangan gizi,
tubuh lemah, lesu dan tidak berenergi. Akibat kekurangan karbohidrat
yang lebih berbahaya adalah dapat menimbulkan penyakit maramus
(gangguan gizi) Tanda-tanda penyakit maramus yaitu bertubuh sangat
nyaris tulang berbungkus kulit saja, wajah terlihat lebih tua, perut cekung,
kulit keriput dan tidak memiliki jaringan lemak dibawah kulit, tekanan
darah dan detak jantung menjadi tidak stabil, pernapasan terganggu, akibat
kekurangan karbohidrat pada anak-anak pun sangat berbahaya karena akan
menyebabkan anak kekurangan gizi. Kekurangan gizi yang parah akan
menyebabkan tumbuh kembang anak menjadi terganggu. Pertumbuhan
lambat, berat badan kurang, dan gangguan pada perkembangan otak dan
psikologis.
Kekurangan Vitamin A
Kekurangan vitamin A sering terjadi pada anak balita. Gejala yang sering
mendapat perhatian adalah gangguan pada penglihatan anak, selanjutnya
gangguan kesehatan lainnya dapat juga diidentifikasi sebagai akibat
kekurangan Vitamin A. Berikut adalah gejala dan tanda kekurangan
vitamin A biasanya rabun senja kemudian akan timbul pengendapan
berbusa (bintik Bitot) dalam bagian putih mata (sklera) dan kornea bisa
mengeras dan membentuk jaringan parut (xeroftalmia), yang bisa
menyebabkan kebutaan yang permanen. Malnutrisi pada masa anak-anak
(marasmus dan kwashiorkor), sering disertai dengan xeroftalmia; bukan
karena kurangnya vitamin A dalam makanan, tetapi juga karena
kekurangan kalori dan protein menghambat pengangkutan vitamin A.
Kulit dan lapisan paru-paru, usus dan saluran kemih bisa mengeras.
Kekurangan vitamin A juga menyebabkan peradangan kulit (dermatitis)
dan meningkatkan kemungkinan terkena infeksi. Beberapa penderita
mengalami anemia, kulit menjadi kering, gatal dan kasar, rambut dapat
terjadi kekeringan dan gangguan pertumbuhan rambut dan kuku, gangguan
pertumbuhan pada anak-anak.
Kekurangan Vitamin B
Secara umum kekurangan vitamin B1, B2, B3, B6 dan B12 dapat
menimbulkan gejala:
Kulit mengering dan bersisik
Daya tahan tubuh berkurang
Mulut kering
Bibir pecah-pecah
Sariawan
System pencernaan terganggu
Sering menderita kram otot
Insomnia
Badan lemas
Mudah muntah dan mual
Kurang darah atau anemia
Kekurangan Mineral
Osteoporosis
Kejang otot dan lesu
Keseimbangan asam-basa terganggu
Kelelahan kronis
Anemia
Kekerdilan dan gondok
Kerusakan gigi dan tulang
Penyakit jantung
Kekurangan Air
Diare
Dehidrasi
Anemia
Hemofili
Hipertensi
Hipotensi
Varises
Penyakit kuning pada bayi
Skelrosis
Miokarditi
Thrombus/embolus
Leukemia
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan
fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon
terhadap terapi tersebut. Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara
keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh
data yang sistematif dan komprehensif, memastikan atau membuktikan hasil
anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang
tepat bagi klien.
Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara
praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan pathologi dari besarnya
kepala atau peningkatan ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah
kepala besar (Hidrosefalus) dan kepala kecil (Mikrosefalus).
Lingkar Dada
Biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2 sampai 3 tahun, karena rasio
lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini,
tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat.
Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan dada adalah kurang
dari satu, hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan
pertumbuhan, atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat
digunakan sebagai indicator dalam menetukan KEP pada anak balita.
Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul
Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan
metabolisme termasuk daya tahan terhadap insulin dan meningkatnya produksi
asam lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak bawah kulit atau pada
kaki dan tangan. Perubahan metabolisme ini memberikan gambaran tentang
pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak
tubuh. Untuk melihat hal tersebut, ukuran yang telah umum digunakan adalah
rasio pinggang dengan pinggul.
Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk
mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi
lahir dibawah 2500 gram atau dibawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat
badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status
gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan
adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat digunakan sebagai dasar
perhitungan dosis obat dan makanan. Berat badan menggambarkan jumlah
dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh
cenderung meningkat dan protein otot menurun. Pada orang edema dan asites
terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapar menurunkan
jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi. Berat
badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan, antara lain :
a. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu
singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
b. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara
periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.
c. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas
di Indonesia sehingga sehingga tidak merupakan hal baru yang
memerlukan penjelasan secara meluas.
d. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi ketrampilan pengukur.
e. Kartu Menuju Sehat (KMS) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk
pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan
sebagai dasar pengisiannya.
Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu
dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu
tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan
menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat
dikesampingkan. Pengukuran tinggi badan untuk bayi dan anak yang belum
bisa berdiri, digunakan alat pengukur panjang bayi.
Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas (LLA) dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan
untuk penentuan status gizi karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan
alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Akan tetapi ada
beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama jika digunakan sebagai
pilihan tunggal untuk indeks status gizi.
8. Therapy
Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian nutrisi secara enteral dan
parenteral.
a. Enteral. Ketika pemberian makanan melalui oral tidak memungkinkan
(mis : pada penderita kanker kepala dan leher, masalah usus, luka bakar
berat), maka pemberian nutrisi enteral merupakan suatu pilihan. Pada
kondisi ini, makanan dapat diberikan secara langsung kedalam sistem
pencernaan melalui selang (mis: selang nasogratik). Masalah–masalah
yang mungkin ditemui pada terapi nutrisi enteral antara lain masalah
osmolalitas, ketidakseimbangan eletrolit, komplikasi gastrointestinal dan
sikap ketergantungan karena pemberian makanan melalui selang (Farley,
1988)
b. Nutrisi parenteral total (TPN)
TPN adalah suatu terapi kompleks yang digunakan untuk memenuhi
keperluan nutrisi pasien melalui rute intravena. Larutan yang dugunakan
dalam terapi ini adalah larutan hiperosmolar (konsentrasi tinggi).
Pemberian kalori dalam jumlah besar yang terdiri dari protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, dan mineral. Keberhasilan terapi ini bergantung pada
jenis makanan yang diresepkan, penanganan kateter intravena, perawatan
luka insisi, dan penanganan komplikasi akibat terapi (Grant, 1988).
Bahkan makanan tersebut diberikan melalui pembuluh vena sentral yang
memiliki aliran darah yang cepat,seperti vena subklavia, vena jugularis
atau pembuluh vena besar lainnya. Terapi ini hanya digunakan apabila
asupan makanan secara enteral tidak memadai atau merupakan
kontraindikasi. TPNtidak diberikan pada pasien yang dapat pencernanya
dapat berfungsi selama 7-10 hari, pasien yang masih dapat mencerna
makanan dengan baik, dan pada pasien yang mengalami stress atau
trauma. Terapi ini juga dianjurkan untuk pasien dengan tumor yang telah
bermetastasis (Grant, 1988).
9. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
Nilai umum yang digunakan dalam pemeriksaanini adalah kadar total limfosit,
albumin serum, zat besi, transferin serum, kreatinin, hemoglobin, hematokrit,
keseimbangan nitrogen, dan tes antigen kulit (Barkaukus, 1995). Hasil
pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan risiko status nutrisi buruk
meliputi penurunan hemoglobin dan hematokrit, penurunan nilai limfosit,
albumin serum kurang dari 3,5 gr/dl, dan peningkatan atau penurunan kadar
kolestrol (Taylor, 1989).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ( data subyektif dan obyektif) berdasarkan 11 pola gordon.
Identitas :
Nama :
Umur :
Alamat:
Pekerjaan :
No. Reg :
Tgl. MRS :
Tgl. Pengkajian :
Dx Medis :
Identitas penanggung jawab :
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hubungan dengan pasien :
Riwayat kesehatan :
Keluahan utama :
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat pembedahan :
Riwayat kesehatan keluarga :
Pola kesehatan fungsional pola Gordon :
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Menggambarkan Persepsi,pemeliharaan dan penanganan kesehatan
Persepsi terhadap arti kesehatan,dan penatalaksanaan kesehatan,kemampuan
menyusun tujuan,pengetahuan tentang praktek kesehatan,
2. Pola nutrisi dan metabolik
Menggambarkan Masukan Nutrisi, balance cairan dan elektrolit
Nafsu makan,pola makan, diet,fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan
menelan,Mual/muntah,Kebutuhan jumlah zat gizi, masalah /penyembuhan
kulit,Makanan kesukaan.
3. Pola eliminasi
Menggambarkan Masukan Nutrisi, balance cairan dan elektrolit
Nafsu makan,pola makan, diet,fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan
menelan,Mual/muntah,Kebutuhan jumlah zat gizi, masalah atau penyembuhan
kulit, makanan kesukaan.
4. Pola aktivitas, latihan dan oksigenasi
Menggambarkan pola latihan,aktivitas,fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit,gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain. Kemampuan klien dalam menata diri
apabila tingkat kemampuan 0: mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang
lain, 3 : dibantu orang dan alat 4 : tergantung dalam melakukan ADL,kekuatan
otot dan Range Of Motion, riwayat penyakit jantung, frekuensi,irama dan
kedalam nafas,bunyi nafas riwayat penyakit paru.
5. Pola istirahat dan tidur
Menggambarkan Pola Tidur,istirahat dan persepasi tentang energy.
Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau
mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.
6. Pola Kebutuhan Cairan Elektrolit dan asam basa
Mengkaji kebutuhan cairan elektrolit, asam dan basa sesuai dengan kondisi.
7. Pola Kebutuhan persepdi diri dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan.
Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas
dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana keseluruhan
bagian manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping sebagai
system terbuka, manuasia juga sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural
spriritual dan dalam pandangan secara holistic. Adanya kecemasan, ketakutan
atau penilaian terhadap diri., dampak sakit terhadap diri, kontak mata, asetif
atau passive, isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya,
gugup/relaks.
8. Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien, pekerjaan, tempat tinggal, tidak
punya rumah, tingkah laku yang passive/agresif teradap orang lain, masalah
keuangan.
9. Pola reproduksi dan seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau dirasakan dengan
seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan
mamae sendiri, riwayat penyakit hub sex,pemeriksaan genital.
10. Pola koping terhadap stress dan adaptasi
Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan penggunaan
system pendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress,interaksi dengan
orang terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa
digunakan,efek penyakit terhadap tingkat stress.
11. Pola Keyakinan Dan Nilai
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai,keyakinan termasuk spiritual.
Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang
dipeluk dan konsekuensinya. Agama, kegiatan keagamaan dan budaya,berbagi
dengan orang lain,bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari bantuan
spiritual dan pantangan dalam agama selama sakit.
12. Pola persepsi dan kognitif
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan
kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya
mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap persitiwa yang telah lama
terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap waktu,
tempat, dan nama (orang,atau benda yang lain).
Tingkat pendidikan, persepsi nyeri dan penanganan nyeri, kemampuan untuk
mengikuti, menilai nyeri skala 0-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat,
kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat kesadaran, orientasi pasien,
adakah gangguan penglihatan, pendengaran, persepsi sensori (nyeri),
penciuman.
Pengkajian fisik
Keadaan umum pasien :
Kesadaran :
Pemeriksaan TTV :
Pemeriksaan per sistem :
- Kulit, rambut dan kuku :
- Kepala leher
- Mata dan telinga
- Sistem pernafasan
- Sistem kardiovaskular
- Payudara wanita dan pria
- Sistem gastrointestinal
- Sistem urinarius
- Sistem reproduksi wanita/pria
- Sistem saraf
- Sistem muskuloskeletal
- Sistem imun
- Sistem endokrin
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologi
2. Diagnosa Keperawatan dan masalah kolabolasi yang mungkin muncul
berdasarkan NANDA
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan :
Faktor biologis
Ketidakmampuan menelan makanan
Faktor ekonomi
Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrient
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Faktor psikologis
Ditandai dengan :
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menghindari makanan
Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal
Kerapuhan kapiler
Diare
Kehilangan rambut berlebihan
Bising usus hiperaktif
Kurang makanan
Kurang informasi
Kurang minat pada makanan
Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
Kesalahan konsepsi
Kesalahan informasi
Membran mukosa pucat
Ketidakmampuan memakan makanan
Tonus otot menurun
Mngeluh gangguan sensasi rasa
Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (recommended daily
allowance)
Cepat kenyang setelah makan
Sariawan rongga mulut
Steatorea kelemahan otot pengunyah
Kelemahan otot untuk menelan
b. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan :
)
Ditandai dengan :
Mengonsentrasikan asupan makanan pada akhir hari
Disfungsi pola makan misalnya membarengi makan dengan aktivitas
lain
Makan sebagai respons terhadap petunjuk eksternal misalnya siang
hari, situasi sosial.
Makan sebagai respon terhadap petunjuk internal bukan rasa lapar
misalnya ansietas
Aktivitas monoton
Lipatan otot trisep > 15mm pada pria
Lipatan otot trisep > 25mm pada wanita
Berat badan 20% di atas tinggi an kerangka tubuh ideal.
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014
oleh NANDA International. Jakarta : EGC
Dochterman, Joanne McCloskey and Bulechek, Gloria M. 2004.Nursing Intervention
Classification (NIC).Fourth Edition.St. Louis Missouri : Mosby Elsevier.
Moorhead, Sue, et.al. Nursing Outcomes Classification (NOC).Fourth Edition. St. Louis
Missouri : Mosby Elsevier.
H. Syaifuddin, AMK. 2010. Anatomi Fisiologi : Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk
Keperawatan & Kebidanan. Jakarta. EGC
Potter, Patricia A., Perry. Anne G. 2005. Fundamental Keperawatan, Edisi 4 Volume 2.
Jakarta. EGC