Download - Liken SImplek Kronik
LIKEN SIMPLEK KRONIK
Liken simplek kronik merupakan peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai
dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit
batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan
pruritogenik. Kebanyakan lesi hanya pada satu tempat, namun dapat juga dijumpai pada
berbagai tempat.(1,2,3)
Nama lain liken simplek kronik adalah neurodermatitis sirkumskripta, istilah yang
pertama kali dipakai oleh Vidal, sehingga disebut juga Liken Vidal.(1,2,4,5)
Etiologi pasti liken simplek kronik belum diketahui, namun diduga pruritus
memainkan peranan karena pruritus berasal dari pelepasan mediator atau aktivitas enzim
proteolitik. Disebutkan juga bahwa garukan dan gosokan mungkin respon terhadap stres
emosional. Selain itu, faktor-faktor yang dapat menyebabkan liken simplek kronik seperti
pada perokok pasif, dapat juga dari makanan, alergen seperti debu, rambut, makanan, bahan-
bahan pakaian yang dapat mengiritasi kulit, infeksi dan keadaan berkeringat.
Keadaan ini menimbulkan iritasi kulit dan sensasi gatal sehingga penderita sering
menggaruknnya. Sebagai akibat dari iritasi menahun akan terjadi penebalan kulit. Kulit yang
menebal ini menimbulkan rasa gatal sehingga merangsang penggarukkan yang akan semakin
mempertebal kulit.
Liken simplek kronik ditemukan pada regio yang mudah dijangkau tangan untuk
menggaruk. Sensasi gatal memicu keinginan untuk menggaruk atau menggosok yang dapat
mengakibatkan lesi yang bernilai klinis, namun patofisiologi yang mendasarinya masih
belum diketahui.
Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang mendasari,
misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidia,
penyakit kulit seperti dermatitis atopik, gigitan serangga dan aspek psikologik dengan
tekanan emosi.
Beberapa jenis kulit lebih rentan mengalami likenifikasi, contohnya kulit yang
cenderung ekzematosa seperti dermatitis atopi dan diathesis atopi. Terdapat hubungan antara
jaringan saraf perifer dan sentral dengan sel-sel inflamasi dan produknya dalam presepsi gatal
1
dan perubahan yang terjadi pada liken simplek kronik. Hubungan ini terutama dalam hal lesi
primer, faktor fisik dan intensitas gatal.(1,2,3)
Liken simplek kronik tidak biasa terjadi pada anak-anak, tapi pada usia dewasa ke
atas. Puncak insiden pada usia antara 30 sampai 50 tahun. Wanita lebih sering menderita dari
pada pria. Lebih banyak menyerang bangsa Asia.(1,3,5)
Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat mengganggu tidur.
Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit
ditahan untuk tidak digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk, setelah luka, baru hilang
rasa gatalnya untuk sementara (karena diganti dengan rasa nyeri).(1,4,5)
Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edematosa,
lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal,
likenifikasi dan ekskoriasi, sekitarnya hiperpigmentasi, batasnya dengan kulit normal tidak
jelas. Gambaran klinis dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya lesi.(1,3,5)
Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah di skalp,
tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha
bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan dan punggung
kaki. Liken simplek kronik di daerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada wanita,
berupa plak kecil di tengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke skalp. Biasanya skuamanya
banyak menyerupai psoriasis.(1,2,3,4,5)
Variasi klinis dari liken simplek kronik adalah prurigo nodularis, akibat garukan atau
korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus
berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, lambat laun
menjadi keras dan berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi). Lesi biasanya multiple. Lokalisasi
tersering di ekstremitas, berukuran mulai dari beberapa milimeter sampai 2 cm.(1)
Gambaran histopatologik liken simplek kronik berupa ortokeratosis, hipergranulasi,
akantosis dengan rete ridges memanjang teratur. Bersebukan sel radang limfosit dan histiosit
di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblas bertambah, kolagen menebal.(1,2,3,5)
Diagnosa banding dari liken simplek kronik adalah Liken Planus, Liken Amiloidosis,
Psoriasis, dan Dermatitis Atopik.
2
Diagnosis liken simplek kronik didasarkan pada gambaran klinis dan biasanya tidak
terlalu sulit.(1,4)
Secara umum perlu dijelaskan kepada penderita bahwa garukan akan memperburuk
keadaan penyakitnya, oleh karena itu harus dihindari. Hindari juga gigitan serangga. Untuk
mengurangi rasa gatal dapat diberikan antipruritus, kortikosteroid topikal atau intralesi,
produk ter. Yang terpenting adalah lingkaran setan dari gatal-garuk likenifikasi harus
dihentikan. (1,2,3,6)
Steroid topikal adalah pengobatan saat ini pilihan karena mereka mengurangi
peradangan dan gatal saat bersamaan pelunakan hiperkeratosis. Antipruritus dapat berupa
antihistamin yang mempunyai efek sedatif (contoh: hidroksizin, difenhidramin, prometazin)
atau tranquilizer. Dapat pula diberikan secara topikal krim doxepin 5% dalam jangka pendek
(maksimum 8 hari). Kortikosteroid yang dipakai biasanya berpotensi kuat.
1. Halcinonide (Halog), preparations: 0.1% ointment, Emollient, cream
2. Triamcinolone acetonide (Aristocort A), preparations: 0.1% ointment
3. Betamethasone dipropionate (Diprosone) 0.05% cream
Sebaiknya diberikan dengan dibungkus polietilen (plastik) diganti tiap 24 jam, atau
dapat diberikan suntikan intralesi, misalnya suspensi triamsinolon. Salep kortikosteroid dapat
pula dikombinasi dengan ter yang mempunyai efek anti-inflamasi. Ada pula yang mengobati
dengan UVB dan PUVA. Perlu dicari kemungkinan adanya penyakit yang mendasarinya, bila
memang ada harus juga diobati.(1,2,3,4, )
Prognosis bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari) dan status
psikologik penderita.(1)
3
LAPORAN KASUS
Telah datang seorang pasien perempuan bernama Mardliya Harahap, S.Pd.I, berumur
35 tahun, suku Mandailing, agama Islam, pekerjaan guru, ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan pada tanggal 20 Desember 2012,
dengan keluhan utama berupa penebalan kulit berwarna putih disertai rasa gatal pada kedua
punggung tangan sejak ± 12 tahun yang lalu. Awalnya berupa bercak kemerahan yang
disertai rasa gatal pada kedua punggung tangan dan pergelangan tangan sejak 12 tahun yang
lalu. Os menyatakan rasa gatal bisanya muncul pada malam hari. Karena gatal ini Os
menggaruknya sehingga menimbulkan luka. Lama-kelamaan bercak ini menebal dan
berwarna putih. Karena keluhan timbul berulang Os berinisiatif menggunakan salep dari
apotik. Dengan penggunaan salep yang lama dan tidak ada perubahan, Os memutuskan untuk
berobat ke bidan dan oleh bidan diberikan obat makan. Os menyatakan keluhan berkurang
sejak penggunaan obat pemberian bidan. Setelah obat makan habis, keluhan muncul kembali
dan bercak masih ada. Akhirnya Os memutuskan untuk berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.
Riwayat penyakit pada keluarga tidak dijumpai. Riwayat penyakit terdahulu tidak
dijumpai. Riwayat penggunaan obat Salep Picangshuang selama ± 12 tahun yang lalu dan
Interhistin Tab ± 1 minggu yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik, dijumpai keadaan umum dan status gizi baik. Pada
pemeriksaan dermatologis dijumpai ruam berupa plak hipopigmentasi, makula
hiperpigmentasi, skuama halus dan likenifikasi. Lokalisasinya regio dorsum manus dextra et
sinistra dan regio antebrachii posterior dextra et sinistra.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka diagnosis banding pasien ini
adalah liken simplek kronis, dermatitis kontak dan tinea manus.
Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum adalah menghindari garukan dan
gosokan yang dapat memperburuk keadaan penyakit, menghindari gigitan serangga atau
memakai sarung tangan dan dianjurkan istirahat yang cukup untuk mengurangi stres
emosional. Penatalaksanaan secara topikal pada pasien ini adalah diberikan desoxymethasone
(Inerson Cream 15 gr) dioleskan 2 x sehari dan acid salycil (Diprosalic 10gr) dioleskan 2 x
sehari. Sedangkan penatalaksanaan secara sistemik diberikan cetirizin (Incidal OD 10 mg
No.X) 1x1 tab.
4
Prognosis pada pasien ini baik, apabila pasien menghindari faktor pencetus dan
mematuhi pengobatan yang telah diberikan.
5
DISKUSI
Diagnosis liken simplek kronik pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
gamabaran klinik. Dari anamnesis dijumpai keluahan utama berupa penebalan kulit berwarna
putih disertai rasa gatal pada kedua punggung tangan. Awalnya berupa bercak kemerahan
yang disertai rsa gatal pada kedua punggung tangan dan pergelangan tangan dan rasa gatal
bisanya muncul pada malam hari. Karena gatal ini Os menggaruknya sehingga menimbulkan
luka. Lama-kelamaan bercak ini menebal dan berwarna putih. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menjelaskan bahwa liken simplek kronik awalnya muncul gejala pruritus
berupa plak eritematous, sedikit edematous, lambat laun edema dan eritema menghilang,
bagian tengah berskuama dan menebal. Likenifikasi dan ekskoriasi, sekitarnya
hiperpigmentasi, batas kulit dengan kulit normal tidak jelas. Selain itu penderita mengeluh
rasa gatal yang hebat.
Pada pemeriksaan fisik, dijumpai keadaan umum dan status gizi baik. Pada
pemeriksaan status dermatologis dijumpai plak hipopigmentasi, makula hiperpigmentasi,
skuama halus dan likenifikasi. Lokalisasinya regio dorsum manus dextra et sinistra dan regio
antebrachii posterior dextra et sinistra. Hal ini sesuai kepustakaan yang menjelaskan bahwa
ruam yang dijumpai pada liken simplek kronik berupa adnya gambaran plak yang
hipopigmentasi atau hiperpigmentasi, makula hiperpigmentasi, likenifikasi dan skuama
sebagai akibat pruritus kronik. Liken simplek kronik ditemukan pada regio yang mudah
dijangkau tangan untuk menggaruk, terbanyak pada scalp, tengkuk, samping leher, lengan
bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah
lateral, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan punggung kaki.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka diagnosis banding pasien ini
adalah liken simplek kronik, dermatitik kontak, dan tinea manus. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menjelaskan bahwa liken simplek kronik gejala awal adalah pruritus yang
tergantung dari penyakit yang mendasari. dari anamnesa dapat dijelaskan bahwa diagnosis
banding adalah liken simplek kronik, dermatitik kontak, dan tinea manus.
Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum adalah menghindari garukan dan
gosokan yang dapat memperburuk keadaan penyakit, menghindari gigitan serangga atau
memakai sarung tangan dan dianjurkan istirahat yang cukup untuk mengurangi stres
emosional. Hal ini sesuai kepustakaan yang menyatakan bahwa penatalaksanaan secara
6
umum adalah tidak memperburuk keadaan, menghindari faktor yang dapat menimbulkan
gejala pruritus dan selain itu berusaha mencari penyakit mendasar apabila ada.
Penatalaksanaan secara topikal pada pasien ini adalah diberikan desoxymethasone
(Inerson Cream 15 gr) dioleskan 2 x sehari dan acid salycil (10gr) dioleskan 2 x sehari.
Sedangkan penatalaksanaan secara sistemik diberikan cetirizin (Incidal OD 10 mg No.X) 1x1
tab. Hal ini menerangkan sebagai berikut :
a. Desoxymethasone (Inerson Cream 15 gr) dioleskan 2 x sehari sebagai
kortikosteroid topikal potensi tinggi. Digunakan sebagai penekan reaksi pruritus
yang terjadi di daerah lesi. Digunakan potensi tinggi itu berarti menunjukkan
kadar kelarutan kortikosteroid yang tinggi dalam vehikulum sehingga efikasi
pengobatan lebih cepat terjadi pada kulit yang telah terjadi likenifikasi (perubahan
vehikulum).
b. Acid salycil (Diprosalic 10gr) dioleskan 2 x sehari, sebagai agen keratolitik yang
dapat digunakan sebagai pilihan untuk pengobatan liken simplek kronik. Obat ini
bertujuan untuk pelunakan atau pengelupasan lapisan tanduk epidermis. Dimana
yang ingin dicapai adalah pelunakan atau pengelupassan lapisan epidermis yang
mengalami likenifikasi.
c. Cetirizin (Incidal OD 10 mg) 1x1 tab, sebagai antihistamin generasi kedua,
merupakan antihistamin selektif, antagonis reseptor H1 periferal dengan efek
sedatif (kantuk) yang rendah pada dosis aktif farmakologi/dosis anjuran.
Diberikan untuk penekan priritus yang bekerja sabagi inhibisi resptor selular
histamin yang bertanggung jawab atas dilatasi pembuluh darah dan kontraksi otot
polos.
Prognosis pada pasien ini baik. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan
prognosis bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari) dan status
psikologik penderita.
7
GAMBAR
Plak hipopigmentasi, makula hiperpigmentasi, dan likenifikasi. Lokalisasinya regio dorsum manus dextra.
Plak hipopigmentasi, makula hiperpigmentasi, skuama halus dan likenifikasi. Lokalisasinya regio dorsum manus dextra dan regio antebrachii posterior dextra.
Plak hipopigmentasi, makula hiperpigmentasi, dan likenifikasi. Lokalisasinya regio dorsum manus sinistra dan regio antebrachii posterior sinistra.
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Sularsito, Sri Adi. Suria Djuanda. Dermatitis in Djuanda, Adhi. dkk. Ilmu Kesehatan
kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Jakarta. (5).
(129-153)
2. Harahap, M. Liken Simplek Kronik in Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. 2000. Jakarta.
(16-17)
3. Siregar RS. Neurodermatitis Sirkumskripta in Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.
EGC. 2005. Jakarta. (129-131)
4. Mansjoer, Arief. dkk. Neurodermatitis Sirkumskripta in Kapita Selekta Kedokteran.
Media Aesculapius. 2000. Jakarta. (3) (89)
5. Wolff, Klaus. Lichen Simplek Chronic / Prurigo Nodularis in Fitspatricks’s
Dermatology In General Medicine. Mc Graw Hill Medical. New York. (7) (160-162).
6. Daili, Emmy S. Sjamsoe. dkk. Liken Simplek in Penyakit Kulit Yang Umum Di
Indonesia. PT. Medical Multimedia Indonesia. Jakarta. (18).
9