(PT BATAVIA PROSPERINDO TRANS, Tbk.)
Gedung Chase Plaza, Lantai 12
Jl. Jendral Sudirman Kav. 21
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
LAPORAN STUDI KELAYAKAN
PENAMBAHAN KEGIATAN USAHA PENUNJANG
Nomor: 00003/IDRBDG/FS/VII/2020 Jakarta, 2 Juli 2020
Kepada Yth.
PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk.
Gedung Chase Plaza, Lt. 12
Jl. Jendral Sudirman Kav. 21
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Up. : Direksi
Perihal : Laporan Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang
Dengan hormat,
Memenuhi permintaan dalam penugasan untuk memberikan pendapat sebagai penilai independen atas kelayakan
rencana penambahan bidang usaha PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk (“Perseroan”) terkait penambahan unit
kerja (“Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang”) seperti yang tertuang di dalam Surat Perjanjian Kerja
(SPK) Nomor 079/IDR-SPK/FS-BDG/V/2020, tanggal 14 Mei 2020 dan dalam batas-batas kemampuan kami sebagai
Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) yang beroperasi berdasarkan Ijin Usaha dari Departemen Keuangan Republik
Indonesia No. 552KM.1/2009. Penilai Publik Bunga Budiarti, SE., M.Ec.Dev., MAPPI (Cert.) merupakan Penilai
independen yang bernaung dalam KJPP Iwan Bachron dan Rekan (“IDR”) berdasarkan ijin Penilai Publik No.B-
1.16.00.465 dan STTD OJK No. STTD.PB-08/PM.2/2018, bertindak untuk melakukan penilaian secara objektif,
independen, berintregritas, tidak ada benturan kepentingan dengan objek dan subjek penilaian (tidak memiliki
kepentingan atau dipengaruhi oleh orang lain) atau menjunjung tinggi objektivitas, menjaga kerahasiaan, profesional
dan tidak memihak dan untuk penilaian objek dalam laporan ini tidak diperlukan bantuan tenaga ahli dari luar. Seluruh
Penilai ahli dan staff pelaksana dalam penugasan ini adalah satu kesatuan tim penugasan dibawah koordinator penilai.
Sebelumnya kami telah menyusun dan menerbitkan laporan Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha
Penunjang dengan No. 00002/IDRBDG/FS/V/2020, Tanggal 28 Mei 2020, namun sehubungan dengan adanya surat
tanggapan dari Otoritas Jasa Keuangan No. S-733/PM.221/2020, tanggal 29 Juni 2020, perihal “Perubahan dan/atau
Tambahan Informasi atas Rencana Perubahan Kegiatan Usaha PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk.”, maka dengan
ini kami menerbitkan kembali laporan Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang untuk menambahkan
penjelasan dan pengungkapan atas asumsi yang digunakan dengan tidak merubah kesimpulan yang dihasilkan,
sebagai berikut:
1. Penambahan pengungkapan bahwa laporan studi kelayakan ini telah mengajukan permohonan relaksasi
jangka waktu dengan mengacu pada Surat Otoritas Jasa Keuangan Nomor S-101/D.04/2020 tanggal 24
Maret 2020 tentang Perpanjangan Jangka Waktu Berlakunya Laporan Keuangan dan Laporan Penilai di
Pasar Modal.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. ii
2. Penambahan pernyataan bahwa perhitungan dan analisis dalam studi kelayakan usaha (feasibility study)
telah dilakukan dengan benar.
3. Penambahan penjelasan secara lebih rinci terhadap analisis terkait dengan persaingan dalam industri
tersebut, apakah ada pihak yang mendominasi, serta peluang yang dimiliki oleh Perseroan untuk bersaing
dengan para kompetitor tersebut.
4. Penambahan penjelasan secara lebih rinci terhadap analisis terkait ketersediaan dan kualitas sumber daya
berbasis teknologi informasi sehubungan dengan rencana penambahan kegiatan usaha penunjang yang
direncanakan berbasis online.
5. Penambahan penjelasan secara lebih rinci terhadap analisis lebih rinci terkait dengan penambahan kegiatan
usaha penunjang terhadap kemampuan untuk menciptakan nilai bagi Perseroan dengan mempertimbangkan
kemampuan dari pesaing yang sudah ada di pasar.
6. Penambahan penjelasan secara lebih rinci terhadap analisis risiko pada bab VII, berupa upaya atau cara
Perseroan untuk memitigasi atau mengatasi risiko-risiko tersebut.
7. Penambahan penjelasan asumsi dan dasar menggunakan arus kas bersih untuk kapital.
8. Penambahan penjelasan analisis titik impas (break even analysis).
9. Penambahan penjelasan analisis profitabilitas (overall profitability).
10. Penambahan penjelasan analisis tingkat imbal balik investasi (overall return on investment).
11. Penambahan penjelasan asumsi dasar proyeksi disusun sampai tahun 2024.
12. Penambahan penjelasan asumsi dan dasar diprediksikan terdapat kenaikan pada pendapatan.
13. Penambahan penjelasan asumsi tingkat okupansi dari kendaraan/sumber daya yang tersedia.
14. Penjelasan penyebab peningkatan signifikan pendapatan untuk tahun 2023 bila dibandingkan dengan tahun
2022 namun tidak diikuti oleh peningkatan beban pokok pendapatan yang signifikan untuk periode tersebut.
15. Penambahan informasi bahwa penyusunan proyeksi telah memperhatikan implementasi PSAK 72.
16. Pengungkapan basis perhitungan terminal value yang digunakan dalam laporan studi kelayakan ini.
17. Koreksi pada lampiran proyeksi laporan laba rugi atas akun pendapatan untuk disajikan nilai rincian untuk
masing-masing jenis pendapatan.
18. Penjelasan tabel proyeksi hanya mencakup sampai tahun 2024, sedangkan untuk mendapatkan nilai kekal,
kami mengkapitalisasikan nilai sisa tahun 2024 dengan tingkat diskonto yang digunakan untuk kemudian
didiskonto pada tahun 2024.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. iii
LATAR BELAKANG
Perseroan merupakan sebuah perseroan terbatas berstatus perusahaan terbuka (public company) yang didirikan di
Indonesia. Bidang usaha Perseroan meliputi bidang jasa transportasi. Perseroan berdomisili di Jakarta dengan kantor
di Gedung Chase Plaza Lantai 12, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 21, Jakarta Selatan, DKI Jakarta dengan nomor
telepon (021) 520 0434 (Hunting), nomor faksimili (021) 570 6413, alamat email: [email protected], dan
alamat website https://www.bataviarent.com/.
Berdasarkan informasi yang kami terima dari manajemen Perseroan, Perseroan akan memanfaatkan kendaraan yang
dimiliki namun kurang produktif keberadaannya dengan kebutuhan modal dan sumber daya yang relatif kecil. Untuk
memanfatkan kendaraan yang tidak produktif tersebut, Perseroan membutuhkan kegiatan usaha penunjang lainnya
selain kegiatan usaha utama Perseroan. Sehingga Perseroan merencanakan untuk menambah kegiatan usaha yaitu
layanan Angkutan Darat Lainnya (KBLI: 42429), Angkutan Bermotor untuk Barang Umum (KBLI: 49431), Pergudangan
dan Penyimpanan (KBLI: 52101), Aktivitas Kurir (KBLI: 53201).
Berdasarkan penjelasan dari manajemen Perseroan, Rencana Perseroan akan mengakibatkan terjadinya
penambahan kegiatan usaha penunjang Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Republik Indonesia Nomor 17/POJK.04/2020 tentang “Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama”
(“POJK No.17/2020”), mengingat bahwa Rencana Transaksi akan mengakibatkan terjadinya penambahan kegiatan
usaha penunjang Perseroan yaitu layanan Angkutan Darat Lainnya (KBLI: 42429), Angkutan Bermotor untuk Barang
Umum (KBLI: 49431), Pergudangan dan Penyimpanan (KBLI: 52101), Aktivitas Kurir (KBLI: 53201).
Untuk transaksi yang menyebabkan terjadinya Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang, Peraturan POJK No.17/2020
mensyaratkan adanya laporan studi kelayakan tentang penambahan kegiatan usaha penunjang yang disusun oleh
penilai independen.
Dalam rangka pelaksanaan Rencana Transaksi dan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
Peraturan POJK No.17/2020, maka Perseroan perlu menunjuk penilai untuk melaksanakan penyusunan studi
kelayakan atas Rencana Penambahan Kegiatan Penunjang Usaha (“Studi Kelayakan”).
PEMBERI TUGAS
Pemberi tugas adalah Perseroan, atau PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk., Perseroan adalah sebuah perseroan
terbatas berstatus perusahaan terbuka (public company) yang didirikan di Indonesia. Bidang usaha Perseroan meliputi
bidang jasa transportasi. Perseroan berdomisili di Jakarta di Gedung Chase Plaza Lantai 12, Jalan Jenderal Sudirman
Kav. 21, Jakarta Selatan, DKI Jakarta dengan nomor telepon (021) 520 0434 (Hunting), nomor faksimili (021) 570
6413, alamat email: [email protected], dan alamat website https://www.bataviarent.com/.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. iv
TUJUAN DAN MAKSUD STUDI KELAYAKAN
Tujuan penyusunan Studi Kelayakan adalah untuk memberikan gambaran mengenai kelayakan Rencana
Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang ditinjau dari berbagai aspek, meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek pola
bisnis, aspek model manajemen, dan aspek keuangan. Maksud dari penyusunan Studi Kelayakan adalah untuk
memberikan gambaran tentang kelayakan dari penambahan kegiatan usaha penunjang Perseroan yang selanjutnya
akan digunakan Perseroan untuk memenuhi ketentuan dari Peraturan POJK No.17/2020.
TANGGAL EFEKTIF STUDI KELAYAKAN
Studi Kelayakan diperhitungkan pada tanggal 31 Desember 2019. Tanggal ini dipilih atas dasar pertimbangan
kepentingan dan tujuan penyusunan Studi Kelayakan serta dari data keuangan Perseroan yang kami terima. Data
keuangan tersebut berupa laporan keuangan Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019
yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo dan Rekan yang menjadi
dasar penyusunan Studi Kelayakan, sesuai Standar Akuntansi Keuangan denganmemperhatikan implementasi dari
PSAK 72.
Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan No. VIII.C.3 tentang “Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian
Usaha di Pasar Modal” (“Peraturan VIII.C.3”), Studi Kelayakan berlaku selama 6 (enam) bulan sejak tanggal efektif
Studi Kelayakan, yaitu tanggal 31 Desember 2019, kecuali terdapat hal-hal yang dapat mempengaruhi kesimpulan
nilai lebih dari 5% (lima persen).
KEJADIAN PENTING SETELAH TANGGAL EFEKTIF STUDI KELAYAKAN
Dari tanggal efektif Studi Kelayakan, yaitu tanggal 31 Desember 2019, sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan
ini, tidak terdapat kejadian penting yang dapat mempengaruhi hasil Studi Kelayakan secara signifikan.
RUANG LINGKUP
Dalam menyusun Studi Kelayakan, kami telah menelaah, mempertimbangkan, mengacu, atau melaksanakan prosedur
atas data dan informasi, antara lain, sebagai berikut:
1. Keterbukaan informasi kepada pemegang saham Perseroan yang disusun oleh manajemen Perseroan dalam
rangka pelaksanaan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang;
2. Laporan keuangan Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2019, 31 Desember
2018, 31 Desember 2017, 31 Desember 2016 dan 31 Desember 2015 yang diaudit oleh KAP Kosasih,
Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo dan Rekan;
3. Proyeksi keuangan Perseroan dengan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang dan tanpa Rencana
Penambahan Kegiatan Usaha tahun 2020–2024 yang disusun oleh manajemen Perseroan;
4. Dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang Perseroan;
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. v
5. Hasil diskusi dan wawancara dengan pihak manajemen Perseroan, yaitu Bapak Eko Tantri sebagai Finance and
Accounting, mengenai alasan, latar belakang, dan hal-hal lain yang terkait dengan Penambahan Kegiatan Usaha
Penunjang;
6. Berbagai sumber informasi baik berdasarkan media cetak maupun elektronik dan hasil analisis lain yang kami
anggap relevan;
7. Informasi lain dari pihak manajemen Perseroan dan pihak-pihak lain yang relevan untuk penugasan.
KONDISI PEMBATAS
Dalam melaksanakan analisis, kami mengasumsikan dan bergantung pada keakuratan, kehandalan dan kelengkapan
dari semua informasi keuangan dan informasi-informasi lain yang diberikan kepada kami oleh manajemen Perseroan
atau yang tersedia secara umum yang pada hakekatnya adalah benar, lengkap dan tidak menyesatkan, dan kami tidak
bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan independen terhadap informasi-informasi tersebut. Kami juga
bergantung kepada jaminan dari manajemen Perseroan bahwa mereka tidak mengetahui fakta-fakta yang
menyebabkan informasi-informasi yang diberikan kepada kami menjadi tidak lengkap atau menyesatkan.
Analisis Studi Kelayakan dipersiapkan menggunakan data dan informasi sebagaimana diungkapkan di atas. Segala
perubahan atas data dan informasi tersebut dapat mempengaruhi hasil akhir pendapat kami secara material. Kami
tidak bertanggungjawab atas perubahan kesimpulan atas Studi Kelayakan maupun segala kehilangan, kerusakan,
biaya ataupun pengeluaran apapun yang disebabkan oleh ketidakterbukaan informasi sehingga data yang kami
peroleh menjadi tidak lengkap dan atau dapat disalahartikan.
Karena hasil dari Studi Kelayakan sangat tergantung dari data serta asumsi-asumsi yang mendasarinya, perubahan
pada sumber data serta asumsi sesuai data pasar akan merubah hasil dari Studi Kelayakan. Oleh karena itu, kami
sampaikan bahwa perubahan terhadap data yang digunakan dapat berpengaruh terhadap hasil Studi Kelayakan, dan
bahwa perbedaan yang terjadi dapat bernilai material. Walaupun penyusunan laporan Studi Kelayakan telah
dilaksanakan dengan itikad baik dan dengan cara yang profesional, kami tidak dapat menerima tanggung jawab atas
kemungkinan terjadinya perbedaan kesimpulan yang disebabkan oleh adanya analisis tambahan, diaplikasikannya
hasil Studi Kelayakan sebagai dasar untuk melakukan analisis transaksi, ataupun adanya perubahan dalam data yang
dijadikan sebagai dasar Studi Kelayakan.
Pekerjaan kami yang berkaitan dengan Studi Kelayakan tidak merupakan dan tidak dapat ditafsirkan dalam bentuk
apapun, suatu penelaahan atau audit atau pelaksanaan prosedur-prosedur tertentu atas informasi keuangan.
Pekerjaan tersebut juga tidak dapat dimaksudkan untuk mengungkapkan kelemahan dalam pengendalian internal,
kesalahan, atau penyimpangan dalam laporan keuangan atau pelanggaran hukum.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. vi
ASUMSI-ASUMSI POKOK
Studi Kelayakan disusun berdasarkan kondisi pasar dan kondisi perekonomian, kondisi umum bisnis dan kondisi
keuangan, serta peraturan-peraturan Pemerintah pada tanggal efektif penilaian.
Dalam penyusunan Studi Kelayakan, kami juga menggunakan beberapa asumsi lainnya, seperti terpenuhinya semua
kondisi dan kewajiban Perseroan dan semua pihak yang terlibat dalam Rencana Penambahan Kegiatan Usaha
Penunjang yang akan dilaksanakan sesuai dengan prosedur-prosedur dan dengan jangka waktu yang telah ditetapkan
dalam dokumen-dokumen yang terkait dengan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang, dan hal-hal lainnya yang
terkait sebagaimana yang diinformasikan oleh manajemen Perseroan, khususnya dalam hal pemenuhan kewajiban
Perseroan sebagaimana yang diatur dalam dokumen-dokumen yang terkait dengan Rencana Penambahan Kegiatan
Usaha Penunjang. Kami juga mengasumsikan bahwa dari tanggal penerbitan Studi Kelayakan sampai dengan tanggal
terjadinya Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang tidak terjadi perubahan apapun yang berpengaruh
secara material terhadap asumsi-asumsi yang digunakan dalam penyusunan Studi Kelayakan.
KETERSEDIAAN TENAGA AHLI
Sehubungan dengan Rencana Penambahan kegiatan Usaha Penunjang tersebut, saat ini Perseroan telah memiliki
sumber daya manusia yang dinilai cukup kompeten untuk menjalankan kegiatan usaha yang baru.
PERTIMBANGAN ALASAN PENAMBAHAN KEGIATAN USAHA PENUNJANG
Berdasarkan informasi yang kami terima dari manajemen Perseroan, Perseroan akan memanfaatkan kendaraan yang
tidak produktif keberadaannya dengan kebutuhan modal dan sumber daya yang relatif kecil. Untuk memanfatkan
kendaraan yang tidak produktif tersebut, Perseroan membutuhkan kegiatan usaha penunjang lainnya selain kegiatan
usaha utama Perseroan. Sehingga Perseroan merencanakan untuk menambah kegiatan usaha yaitu layanan
Angkutan Darat Lainnya (KBLI: 42429), Angkutan Bermotor untuk Barang Umum (KBLI: 49431), Pergudangan dan
Penyimpanan (KBLI: 52101), Aktivitas Kurir (KBLI: 53201).
INDEPENDENSI PENILAI
Dalam mempersiapkan Studi Kelayakan, IDR bertindak secara independen tanpa adanya benturan kepentingan dan
tidak terafiliasi dengan Perseroan ataupun pihak-pihak yang terafiliasi dengan Perseroan. IDR juga tidak memiliki
kepentingan ataupun keuntungan pribadi terkait dengan penugasan ini. Selanjutnya, Studi Kelayakan tidak disusun
untuk memberikan keuntungan atau merugikan pihak manapun. Imbalan yang kami terima sama sekali tidak
dipengaruhi oleh hasil yang diperoleh dari proses penyusunan Studi Kelayakan dan IDR hanya menerima imbalan
sesuai dengan surat perjanjian kerja yang telah disetujui oleh manajemen Perseroan.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. vii
PENDEKATAN DAN METODE YANG DIGUNAKAN
Pendekatan yang digunakan dalam menganalisa kelayakan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang
adalah pendekatan pendapatan (income based approach) dengan menggunakan metode diskonto arus kas
(discounted cash flow [DCF] method), yang mengacu pada net present value (NPV), interest rate of return (IRR), dan
profitability index (PI) dari hasil arus kas bersih perubahan, sehingga Rencana Penambahan Kegiatan Usaha
Penunjang dapat dikatakan layak atau menguntungkan apabila NPV-nya positif atau lebih besar dari nol, IRR lebih
besar dari pada diskonto yang digunakan, dan PI-nya lebih besar dari pada 1.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis atas seluruh data dan informasi yang telah kami terima dan dengan mempertimbangkan
semua faktor yang relevan yang mempengaruhi dalam analisis kelayakan, maka menurut pendapat kami Rencana
Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang adalah layak. Hal ini dapat dilihat dari nilai kriteria investasi yang
diperhitungkan selama 5 tahun masa proyeksi sebagai berikut:
Net Present Value (Nilai Bersih)
Berdasarkan perhitungan dan analisa yang dilakukan menunjukkan bahwa Net Present Value (NPV) perubahan
positif sebesar Rp7.385.964 ribu pada tingkat diskonto (discount rate) yang ditetapkan. Nilai NPV > 0 menunjukkan
bahwa proyek tersebut layak untuk direalisasikan.
Internal Rate of Return (Tingkat Pengembalian)
Analisa Internal Rate of Return (IRR) perubahan pada proyek ini menunjukkan bahwa nilai perhitungan adalah 18,72%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa IRR yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan tingkat diskonto (discount
rate) yang ditetapkan sehingga proyek tersebut layak untuk direalisasikan.
Profitability Index (PI)
Profitability Index (PI) adalah teknik penganggaran modal untuk mengevaluasi proyek-proyek investasi untuk
kelangsungan hidup atau profitabilitas. Pada studi ini menunjukan bahwa PI perubahan sebesar 1,15. Indeks
profitabilitas apa pun yang sama dengan atau lebih besar dari 1 dianggap baik dan layak untuk direalisasikan.
Kelayakan tersebut kami tentukan berdasarkan data dan informasi yang kami peroleh dari pihak manajemen
Perseroan, serta pihak-pihak lain yang relevan dengan penugasan. Kami menganggap bahwa semua informasi
tersebut adalah benar, dan bahwa tidak ada keadaan atau hal-hal yang tidak terungkap yang akan mempengaruhi
kelayakan tersebut secara material.
Kami tidak melakukan penyelidikan dan juga bukan merupakan tanggung jawab kami kemungkinan terjadinya masalah
yang berkaitan dengan status hukum kepemilikan, kewajiban utang dan/atau sengketa atas Rencana Penambahan
Kegiatan Usaha Penunjang. Kami tegaskan pula bahwa kami tidak memperoleh manfaat atau keuntungan apapun
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. viii
baik saat ini maupun di masa datang, dan imbalan jasa yang telah disetujui atas penugasan ini tidak tergantung pada
hasil yang dilaporkan.
Berdasarkan hasil penilaian dan analisa kami atas semua aspek tersebut di atas menunjukkan bahwa Rencana
Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang yang dimaksud, layak untuk direalisasikan.
Perlu disampaikan bahwa proyeksi usaha dan keuangan disusun atas dasar asumsi-asumsi tertentu yang validitasnya
tergantung dari kondisi yang akan timbul dikemudian hari.
Hormat kami, KJPP IWAN BACHRON & REKAN Appraisers and Consultants
Bunga Budiarti, S.E., M.Ec.Dev, MAPPI (Cert)
Rekan
Penilai Properti
Izin Penilai Publik No. P-1.17.00500
MAPPI No. 11-S-02732 No. Register: RMK-2017.00554
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. ix
PERNYATAAN
Dalam batas kemampuan dan keyakinan kami sebagai penilai, kami yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan
bahwa:
a. Pernyataan dalam laporan ini, sebatas pengetahuan kami, bahwa perhitungan dan analisis dalam studi kelayakan
usaha telah dilakukan dengan benar dan akurat;
b. Dalam batas kemampuan dan keyakinan kami sebagai konsultan penyusun Laporan Studi Kelayakan ini, bahwa
nilai investasi yang terdapat dalam laporan ini yang menjadi dasar bagi analisa, pendapat dan kesimpulan yang
diuraikan didalamnya adalah sesuai dan benar. Perlu kami tegaskan bahwa kami tidak mengambil keuntungan atas
hasil dari analisa proyek, baik saat ini maupun dimasa yang akan datang;
c. Dalam mempersiapkan Studi Kelayakan, IDR bertindak secara independen tanpa adanya benturan kepentingan
dan tidak terafiliasi dengan Perseroan ataupun pihak-pihak yang terafiliasi dengan Perseroan. IDR juga tidak
memiliki kepentingan ataupun keuntungan pribadi terkait dengan penugasan ini. Selanjutnya, Studi Kelayakan
tidak disusun untuk memberikan keuntungan atau merugikan pihak manapun;
d. Biaya jasa profesional tidak dikaitkan dengan opini yang telah ditentukan sebelumnya atau gambaran opini yang
diinginkan oleh Pemberi Tugas, opini, pencapaian hasil yang dinyatakan, atau adanya kondisi yang terjadi
kemudian (subsequent event) yang berhubungan secara langsung dengan penggunaan yang dimaksud;
e. Penilai telah mengikuti persyaratan pendidikan profesional yang ditetapkan/ dilaksanakan oleh Masyarakat
Profesi Penilai Indonesia (MAPPI);
f. Analisis, opini, dan kesimpulan yang dibuat oleh Penilai, serta laporan telah dibuat dengan memenuhi ketentuan
Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI), Standar Penilaian Indonesia (SPI), serta POJK yang berlaku;
g. Laporan Studi Kelayakan ini tidak sah apabila tidak dibubuhi tanda tangan Rekan dan stempel kantor (office seal)
dari KJPP IWAN BACHRON DAN REKAN.
No. Nama Tanda Tangan
1. Penanggung Jawab
Bunga Budiarti, SE., M.Ec.Dev, MAPPI (Cert.)
Izin Penilai Publik No. B-1.16.00.465
MAPPI No. : 11-S-02732
No. Register: RMK-2017.00554
2. Reviewer
Hasbiyallah, SE., MM.
MAPPI No. 11-P-03064
No. Register: RMK-2018.02032
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. x
.
3. Valuation Engineer
Retno Widiana, S.Tr.M.
MAPPI No.: 18-P-08771
No. Register: RMK-2018.02635
Fathi Prasetya, ST MAPPI No. 20-P-10194 No. Register: RMK-2020.03329
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. xi
DAFTAR ISI
Halaman
SURAT PENGANTAR .................................................................................................................................................. i
PERNYATAAN ......................................................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................................................. xiv
ASUMSI-ASUMSI DAN KONDISI PEMBATAS ........................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
1. Umum ........................................................................................................................................... I-1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................................. I-1
1.2. Tujuan dan Maksud Studi Kelayakan ........................................................................................... I-2
1.3. Tanggal Efektif dan Masa Berlaku Laporan ................................................................................. I-2
1.4. Profil Perseroan............................................................................................................................ I-3
1.4.1. Struktur Permodalan .................................................................................................................... I-3
1.4.2. Susunan Pengurus ....................................................................................................................... I-4
1.4.3. Kegiatan Usaha ............................................................................................................................ I-4
BAB II ASPEK HUKUM
2.1. Profil Perseroan........................................................................................................................... II-1
2.2. Akta Pendirian dan Akta Perubahan ........................................................................................... II-1
2.3. Struktur Permodalan ................................................................................................................... II-2
2.4. Susunan Pengurus ...................................................................................................................... II-3
2.5. Kegiatan Usaha ........................................................................................................................... II-3
2.6. Legalitas dan Perizinan ............................................................................................................... II-4
BAB III ASPEK PASAR
3.1. Tinjauan Makro Ekonomi ............................................................................................................ III-1
3.1.1. Kondisi Perekonomian Dunia ..................................................................................................... III-1
3.1.2. Kondisi Perekonomian Indonesia ............................................................................................... III-2
3.1.3. Proyeksi Perekonomian Indonesia Tahun 2021 ......................................................................... III-9
3.2. Perkembangan Bisnis Transportasi ........................................................................................... III-9
3.2.1. Perkembangan Jasa Transportasi Darat .................................................................................... III-9
3.2.2. Industri Bisnis Penyewaan Kendaraan (Mobil) ........................................................................... III-9
3.2.3. Kompetitor ................................................................................................................................ III-11
3.2.4. Strategi Pemasaran .................................................................................................................. III-12
3.2.5. Keunggulan Kompetitif ............................................................................................................. III-13
3.3. Kesimpulan Analisa Kelayakan Pasar ...................................................................................... III-13
BAB IV ASPEK TEKNIS
4.1. Data Mobil .................................................................................................................................. IV-1
4.2. Tipe Kendaraan .......................................................................................................................... IV-1
4.3. Rincian Jumlah Unit Kendaraan ................................................................................................. IV-1
4.4. Rincian Kendaraan Penambahan Unit Usaha ............................................................................ IV-1
4.5. Rincian Layanan Unit Usaha ...................................................................................................... IV-2
4.6. Rincian Penambahan Layanan Unit Usaha................................................................................ IV-2
4.7. Faktor Pendukung Penambahan Layanan Unit Usaha .............................................................. IV-2
4.8. Kesimpulan Analisa Kelayakan Teknis....................................................................................... IV-2
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. xii
BAB V ASPEK POLA BISNIS
5.1. Kegiatan Usaha Utama .............................................................................................................. V-1
5.2. Kegiatan Penambahan Penunjang Usaha .................................................................................. V-1
5.2.1. Segmen Usaha Penyewaan dengan Aplikasi (Online) dan Logistik ............................................ V-2
5.2.2. Uraian Obyek Penambahan Unit Usaha Penunjang Perseroan .................................................. V-2
5.3. Keunggulan Kompetitif ................................................................................................................ V-2
5.4. Pertimbangan dan Alasan ........................................................................................................... V-2
5.5. Pengaruh Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang pada Kondisi Keuangan Perseroan ......... V-3
5.6. Ketersediaan Tenaga Ahli ........................................................................................................... V-4
5.7. Kesimpulan Analisa Kelayakan Pola Bisnis ................................................................................ V-4
BAB VI ASPEK MODEL MANAJEMEN
6.1. Kapasitas dan Kemampuan Manajemen.................................................................................... VI-1
6.2. Ketersediaan Tenaga Kerja ........................................................................................................ VI-1
6.3. Manajemen Perseroan ............................................................................................................... VI-2
6.3.1. Dewan Komisaris ....................................................................................................................... VI-2
6.3.2. Direksi ........................................................................................................................................ VI-2
6.3.3. Komite Audit ............................................................................................................................... VI-3
6.3.4. Sekretaris Perusahaan ............................................................................................................... VI-4
6.3.5. Audit Internal .............................................................................................................................. VI-6
6.3.6. Komposisi Karyawan .................................................................................................................. VI-6
6.4. Manajemen Penambahan Kegiatan Usaha Perseroan .............................................................. VI-8
6.5. Kesimpulan Analisa Kelayakan Model Manajemen .................................................................... VI-9
BAB VII ASPEK RISIKO
7.1. Risiko Kondisi Perekonomian Nasional ..................................................................................... VII-1
7.2. Risiko Operasional .................................................................................................................... VII-1
7.3. Risiko Likuiditas......................................................................................................................... VII-1
7.4. Risiko Tuntutan atau Gugatan Hukum ...................................................................................... VII-2
7.5. Risiko Persaingan Usaha .......................................................................................................... VII-2
7.6. Risiko Hubungan Industri .......................................................................................................... VII-2
7.7. Risiko Sumber Daya Manusia ................................................................................................... VII-2
7.8. Risiko Sistem dan Informasi ...................................................................................................... VII-3
7.9. Risiko Produk yang Aman dan Berkualitas ............................................................................... VII-3
7.10. Risiko Hubungan Dengan Pelanggan ....................................................................................... VII-3
7.11. Analisis SWOT .......................................................................................................................... VII-3
7.11.1. Strength (Kekuatan) .................................................................................................................. VII-4
7.11.2. Weakness (Kelemahan) ............................................................................................................ VII-4
7.11.3. Opportunity (Peluang) ............................................................................................................... VII-4
7.11.4. Threat (Ancaman) ..................................................................................................................... VII-4
7.12. Kesimpulan ............................................................................................................................... VII-5
BAB VIII ASPEK KEUANGAN
8.1. Arus Kas Bersih yang Digunakan ............................................................................................. VIII-1
8.2. Penentuan Tingkat Diskonto .................................................................................................... VIII-2
8.3. Proyeksi Keuangan .................................................................................................................. VIII-4
8.3.1. Proyeksi Keuangan Dengan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang Perseroan ................ VIII-5
8.3.2. Proyeksi Keuangan Tanpa Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang Perseroan ................... VIII-9
8.3.3. Nilai Kekal (Terminal Value) ................................................................................................... VIII-11
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. xiii
8.3.4. Analisis Titik Impas ................................................................................................................. VIII-11
8.3.5. Analisis Profitabilitas .............................................................................................................. VIII-11
8.3.6. Analisis Tingkat Imbal Balik Investasi (Return on Investment) ............................................... VIII-12
8.4. Kriteria Kelayakan .................................................................................................................. VIII-12
8.5. Kesimpulan Hasil Analisis ...................................................................................................... VIII-14
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
LAMPIRAN KEUANGAN
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Rincian Penambahan Unit Usaha ....................................................................................................... I-1
Tabel 1.2. Daftar Pemegang Saham dan Struktur Pemilikan Modal .................................................................... I-2
Tabel 1.3. Rincian Unit Usaha .............................................................................................................................. I-3
Tabel 2.1. Daftar Pemegang Saham dan Struktur Pemilikan Modal ................................................................... II-2
Tabel 2.2. Rincian Unit Usaha ............................................................................................................................. II-3
Tabel 4.1. Tipe Kendaraan ................................................................................................................................. IV-1
Tabel 4.2. Komposisi Pemakaian Kendaraan .................................................................................................... IV-1
Tabel 4.3. Rincian Tipe Kendaraan .................................................................................................................... IV-2
Tabel 4.4. Rincian Unit Usaha ............................................................................................................................ IV-2
Tabel 4.5. Rincian Penambahan Unit Usaha ..................................................................................................... IV-2
Tabel 5.1. Rincian Penambahan Unit Usaha ...................................................................................................... V-1
Tabel 5.2. Rincian Kendaraan yang Akan Disewakan ........................................................................................ V-2
Tabel 6.1. Jumlah Karyawan Berdasarkan Tingkatan Jabatan .......................................................................... VI-7
Tabel 6.2. Jumlah Karyawan Berdasarkan Tingkatan Pendidikan ..................................................................... VI-7
Tabel 6.3. Jumlah Karyawan Berdasarkan Tingkatan Usia ................................................................................ VI-7
Tabel 6.4. Jumlah Karyawan Berdasarkan Lokasi Kantor Perwakilan ............................................................... VI-8
Tabel 6.5. Susunan Struktur Organisasi Penambahan Kegiatan Usaha Perseroan .......................................... VI-8
Tabel 8.1. Biaya Modal/Ekuitas BPTR ............................................................................................................. VIII-3
Tabel 8.2. Perhitungan WACC ......................................................................................................................... VIII-4
Tabel 8.3. Rincian Penambahan Unit Usaha ................................................................................................... VIII-6
Tabel 8.4. COGS to Sales, Tahun 2020-2024 .................................................................................................. VIII-6
Tabel 8.5. Proyeksi Pendapatan dan Biaya Operasional (Rp Ribu) ................................................................. VIII-8
Tabel 8.6. Analisis BEP Dengan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang (Rp Ribu) .................. VIII-11
Tabel 8.7. Analisis Profitabilitas dan ROI Dengan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang ....... VIII-12
Tabel 8.8. Kriteria Kelayakan (Rp Ribu) ......................................................................................................... VIII-14
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.................................................................................... III-3
Gambar 3.2. Neraca Pembayaran Indonesia ....................................................................................... III-4
Gambar 3.3. Neraca Pembayaran Indonesia (Tahunan) ...................................................................... III-4
Gambar 3.4. Transaksi Berjalan ........................................................................................................... III-5
Gambar 3.5. Appresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Rupiah Peers ............................................................. III-6
Gambar 3.6. Volatilitas Nilai Tukar Rupiah ........................................................................................... III-6
Gambar 3.7. Inflasi ............................................................................................................................... III-7
Gambar 3.8. Peta Inflasi Daerah (%, yoy) ............................................................................................ III-7
Gambar 3.9. Perkembangan Suku Bunga PUAB O/N .......................................................................... III-8
Gambar 3.10. IHSG dan Indeks Bursa Global Triwulan IV 2019 (mtm) ................................................. III-8
Gambar 8.1. Proyeksi Pendapatan dan Beban Pokok Pendapatan Tahun 2020-2024
Dengan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang Perseroan ...................................... VIII-6
Gambar 8.2. Proyeksi Beban Usaha Tahun 2020-2024 Dengan Penambahan
Kegiatan Usaha Penunjang ........................................................................................... VIII-7
Gambar 8.3. Proyeksi Laba Sebelum Pajak dan Laba Bersih Tahun 2020-2024
Dengan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang ........................................ VIII-7
Gambar 8.4. Proyeksi Pendapatan dan Harga Pokok Pendapatan Tahun 2020-2024
Tanpa Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang .......................................... VIII-9
Gambar 8.5. Proyeksi Beban Usaha Tahun 2020-2024 Tanpa Rencana Penambahan
Kegiatan Usaha Penunjang ......................................................................................... VIII-10
Gambar 8.6. Proyeksi Laba Sebelum Pajak dan Laba Bersih Tahun 2020-2024
Tanpa Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang ........................................ VIII-10
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. xvi
ASUMSI-ASUMSI DAN KONDISI PEMBATAS
1. Laporan penilaian ini bersifat non-disclaimer opinion.
2. IDR telah melakukan penelaahan atas dokumen-dokumen yang digunakan dalam proses penilaian.
3. Data dan informasi yang diperoleh berasal dari sumber yang dapat dipercaya keakuratannya. Informasi yang
dinyatakan tanpa menyebutkan sumbernya merupakan hasil penelaahan kami terhadap data yang ada,
pemeriksaan atas dokumen ataupun keterangan dari instansi pemerintah yang berwenang. Tanggung jawab
untuk memeriksa kembali kebenaran informasi tersebut sepenuhnya berada dipihak Pemberi Tugas.
4. IDR menggunakan proyeksi keuangan yang telah disesuaikan yang mencerminkan kewajaran proyeksi keuangan
yang dibuat oleh manajemen Perseroan dengan kemampuan pencapaiannya (fiduciary duty).
5. IDR bertanggung jawab atas pelaksanaan studi kelayakan dan kewajaran proyeksi keuangan.
6. Laporan ini terbuka untuk publik kecuali terdapat informasi yang bersifat rahasia, yang dapat mempengaruhi
operasional Perseroan.
7. IDR bertanggung jawab atas laporan dan kesimpulan akhir.
8. IDR telah memperoleh informasi atas status hukum obyek Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang
dari Perseroan. IDR tidak melakukan penelitian dan penyelidikan yang ada hubungannya dengan kebenaran
legalitas, serta hutang piutang yang mengakibatkan kerugian atas properti yang dinilai, karena bukan merupakan
ruang lingkup pekerjaan penilai, kami berasumsi bahwa obyek yang dinilai tersebut telah bebas dari segala
tuntutan hukum.
9. Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) IWAN BACHRON DAN REKAN tidak berkewajiban untuk memberikan
kesaksian atau hadir di depan pengadilan atau pejabat pemerintah, jika hal tersebut tidak terkait dengan maksud
dan tujuan laporan ini, serta di luar ruang lingkup dari penugasan.
10. Jika dikemudian hari Penilai diminta untuk memberikan penjelasan dan pemaparan yang dilakukan diluar wilayah
kerja kantor kami, maupun kepada pihak selain pemberi tugas dan pengguna jasa, maka segala bentuk biaya
yang timbul menjadi beban pemberi tugas.
11. Laporan Penilaian ini tidak sah apabila tidak dibubuhi tanda tangan Pimpinan dan stempel kantor (office seal)
dari KJPP IWAN BACHRON DAN REKAN.
**************
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
1. UMUM
1.1. Latar Belakang
Perseroan merupakan sebuah perseroan terbatas berstatus perusahaan terbuka (public company) yang
didirikan di Indonesia. Bidang usaha Perseroan meliputi bidang jasa transportasi. Perseroan berdomisili di
Jakarta dengan kantor di Gedung Chase Plaza Lantai 12, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 21, Jakarta
Selatan, DKI Jakarta dengan nomor telepon (021) 520 0434 (Hunting), nomor faksimili (021) 570 6413,
alamat email: [email protected], dan alamat website https://www.bataviarent.com/.
Berdasarkan informasi yang kami terima dari manajemen Perseroan, Perseroan akan memanfaatkan
kendaraan yang tidak produktif keberadaannya dengan kebutuhan modal dan sumber daya yang relatif
kecil. Untuk memanfatkan kendaraan yang dimiliki namun kurang produktif tersebut, Perseroan
membutuhkan kegiatan usaha yang lain selain kegiatan usaha utama Perseroan. Sehingga Perseroan
merencanakan untuk menambah kegiatan usaha penunjang yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.1 Rincian Penambahan Unit Usaha
No. Nama KBLI Kode KBLI
1 Angkutan Darat Lainnya 42429
2 Angkutan Bermotor untuk Barang Umum 49431
3 Pergudangan dan Penyimpanan 52101
4 Aktivitas Kurir 53201
Dimana dasar penambahan bidang usaha tersebut diatas mengacu kepada Peraturan Menteri Pehubungan
Republik Indonesia No. PM 117, Tahun 2018, tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Tidak Dalam
Trayek dan mengacu kepada peraturan daerah No. 5, Tahun 2014, tentang Transportasi. Lembaga
Pemerintahan terkait pelaksaan perizinan untuk penambahan kegiatan usaha penunjang tersebut diatas
adalah: Dinas Pehubungan DKI Jakarta, PTSP (Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu)
Jakarta Selatan, serta Badan Pajak dan Retribusi Daerah (apabila diperlukan).
Berdasarkan penjelasan dari manajemen Perseroan, Rencana Perseroan berupa penambahan kegiatan
usaha penunjang Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik
Indonesia Nomor 17/POJK.04/2020 tentang “Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama”
(“POJK No.17/2020”), mengingat bahwa Rencana Transaksi akan mengakibatkan terjadinya penambahan
kegiatan usaha Perseroan.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. I - 2
Untuk transaksi yang menyebabkan terjadinya penambahan kegiatan usaha penunjang, Peraturan POJK
No.17/2020 mensyaratkan adanya laporan studi kelayakan tentang perubahan kegiatan usaha penunjang
yang disusun oleh penilai independen.
Dalam rangka pelaksanaan Rencana Transaksi dan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur
dalam Peraturan POJK No.17/2020, maka Perseroan perlu menunjuk penilai untuk melaksanakan
penyusunan studi kelayakan atas Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang (“Studi Kelayakan”).
1.2. Tujuan dan Maksud Studi Kelayakan
Tujuan penyusunan Studi Kelayakan adalah untuk memberikan gambaran mengenai kelayakan Rencana
Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang ditinjau dari berbagai aspek, meliputi aspek pasar, aspek teknis,
aspek pola bisnis, aspek model manajemen, dan aspek keuangan. Maksud dari penyusunan Studi
Kelayakan adalah untuk memberikan gambaran tentang kelayakan dari penambahan kegiatan usaha
penunjang Perseroan yang selanjutnya akan digunakan Perseroan untuk memenuhi ketentuan dari
Peraturan POJK No.17/2020.
1.3. Tanggal Efektif dan Masa Berlaku Laporan
Studi Kelayakan diperhitungkan pada tanggal 31 Desember 2019. Tanggal ini dipilih atas dasar
pertimbangan kepentingan dan tujuan penyusunan Studi Kelayakan serta dari data keuangan Perseroan
yang kami terima.
Sehubungan dengan perkembangan kondisi di Indonesia yang dipengaruhi oleh penyebaran virus corona
(COVID-19) sehingga dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi global dan Indonesia, untuk itu OJK
mengeluarkan peraturan No. S-101/D.04/2020 tanggal 24 maret 2020 perihal “Perpanjangan Jangka Waktu
Berlakunya Laporan Keuangan dan Laporan Penilaian di Pasar Modal, Perpanjangan Masa Penawaran
Awal dan Penundaan/Pembatalan Penawaran Umum”, dimana sebagai berikut:
- Pada angka 2 dijelaskan mengenai “Jangka waktu antara tanggal laporan keuangan dan tanggal
penilaian (cut off date) laporan penilai yang digunakan dalam rangka transaksi material, transaksi
afiliasi dan transaksi yang mengandung benturan kepentingan diperpanjang dari jangka waktu
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di sektor Pasar Modal”.
Mengingat laporan studi kelayakan ini dibuat dalam rangka penambahan kegiatan usaha penunjang,
dimana hal ini tidak tercakup dalam peraturan No.S-101/D.04.2020, maka dari itu Perseroan melalui
suratnya dengan No. 0030/BPT/DIR/VI/2020, tanggal 25 Juni 2020, melakukan permohonan perihal
“Relaksasi Jangka Waktu antara Tanggal Penilaian Laporan Penilai yang digunakan Dalam Rangka
Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang”. Berdasarkan hal tersebut, maka masa berlaku laporan
studi kelayakan ini yang awalnya berakhir pada tanggal 30 Juni 2020 mendapatkan relaksasi menjadi
berakhir pada tanggal 31 Agustus 2020. Berdasarkan jadwal yang telah ditentukan, Perseroan akan
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. I - 3
melakukan RUPSLB pada tanggal 7 Juli 2020, dimana tanggal tersebut masih tercakup dalam batasan
relaksasi yang diajukan.
- Pada angka 4 dijelaskan bahwa “kondisi pasar yang berfluktuasi signifikan sebagaimana ditetapkan
dalam Surat Edaran OJK nomor 3/SEOJK.04/2020 ditetapkan sebagai peristiwa lain yang
berpengaruh secara signifikan terhadap kelangsungan usaha Emiten sebagaimana dimaksud dalam
angka 6 huruf a. 1) c) Peraturan No.IX.A.2. dalam hal dalam jangka waktu sejak efektifnya Pernyataan
Pendaftaran sampai dengan berakhirnya masa Penawaran Umum Perdana Saham, Penawaran
Umum Efek Bersifat Utang/ Sukuk, Emiten bermaksud menunda masa Penawaran Umum atau
membatalkan Penawaran Umum karena kondisi sebagaimana dimaksud dalam angka 6 huruf a.1) c)
Peraturan No. IX.A.2, maka emiten wajib menyampaikan permohonan kepada OJK.
Perpanjangan jangka waktu tersebut serta penetapan peristiwa lain yang berpengaruh secara
signifikan terhadap kelangsungan usaha perusahaan, sebagaimana dimaksud dalam angka 4 berlaku
sampai dengan batas waktu yang akan ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
1.4. Profil Perseroan
PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk., (‘BPTR’) didirikan tanggal 8 Desember 2014 di Kota Jakarta. Sejak
tahun 2015, perusahaan memulai kegiatan usahanya di bidang jasa transportasi. Kantor pusat Perseroan
terletak di Gedung Chase Plaza Lantai 12, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 21, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
1.4.1. Struktur Permodalan
Berdasarkan laporan keuangan Perseroan tanggal 31 Desember 2019, struktur permodalan Perseroan dan
komposisi kepemilikan saham Perseroan adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2 Daftar Pemegang Saham dan Struktur Pemilikan Modal
No Pemegang Saham Lembar Saham Presentase Jumlah (Rupiah)
1. PT Batavia Prosperindo International Tbk. 1.157.808.300 74,70% 115.780.830.000
2. PT Victoria Insurance Tbk 217.000.000 14,00% 21.700.000.000
3. Paulus Handigdo 30.530.000 1,97% 3.053.000.000
4. Rima Rupita 20.700.000 1,34% 2.070.000.000
5. Markus Dinarto Pranoto 10.000.000 0,65% 1.000.000.000
6. Masyarakat (masing-masing dibawah 5%):
Pemegang saham lokal 113.926.700 7,34% 11.392.670.000
Pemegang saham asing 35.000 0,00% 3.500.000
Jumlah 1.550.000.000 100,00% 155.000.000.000
Sumber: laporan keuangan Perseroan tanggal 31 Desember 2019
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. I - 4
1.4.2. Susunan Pengurus
Berdasarkan laporan keuangan Perseroan per 31 Desember 2019, susunan Dewan Komisaris dan Direksi
Perseroan adalah sebagai berikut:
Susunan Komisaris
Komisaris Utama : Markus Dinarto Pranoto
Komisaris Independen : Cecilia Beatrix Pangemanan
Susunan Direksi
Direktur Utama : Paulus Handigdo
Direktur Independen : Rima Rupita
1.4.3. Kegiatan Usaha
Perseroan bergerak dalam bidang jasa transportasi sebagai berikut:
Tabel 1.3 Rincian Unit Usaha
No. Nama KBLI Kode KBLI
1 Reparasi Mobil 45201
2 Angkutan Sewa 49422
3 Portal Web dan Platform Digital Tanpa Tujuan Komersial 63121
4 Portal Web dan Platform Digital dengan Tujuan Komersial 63122
5 Aktivitas Konsultasi Transportasi 70202
6 Aktivitas Penyewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak
Opsi Mobil, Bus, Truk dan Sejenisnya 77100
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. II - 1
BAB II
ASPEK HUKUM
2.1. Profil Perseroan
PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk., (‘BPTR’) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa
transportasi. Sejak tahun 2015, perusahaan memulai kegiatan usahanya di bidang layanan penyewaan
kendaraan.
Kantor pusat Perseroan terletak di Gedung Chase Plaza Lantai 12, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 21,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
2.2. Akta Pendirian dan Akta Perubahan
PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk., (‘BPTR’) didirikan berdasarkan Akta Notaris Devi Yuana Lisa S.H.,
notaris pengganti dari Nur Muhammad Dipo Nusantara Pua Upa, S.H., M.Kn., No. 20 tanggal 8 Desember
2014 di Kota Jakarta dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia melalui Surat Keputusan No. AHU-40495.40.10.Tahun 2014 tanggal 19 Desember 2014 serta
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 104 Tambahan No. 73508 tanggal 30 Desember
2014.
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, berdasarkan Akta Notaris Dr.
Irawan Soerdojo, S.H., M.Si., No. 64 tanggal 11 April 2018 di Jakarta mengenai:
(i) Melakukan penawaran umum perdana saham-saham Perusahaan kepada masyarakat dan
mencatatkan saham-saham Perusahaan tersebut pada Bursa Efek Indonesia serta mengubah status
Perusahaan dari Perseroan Tertutup menjadi Perseroan Terbuka;
(ii) Perubahan nama Perusahaan menjadi PT Batavia ProsperindoTrans, Tbk.;
(iii) Perubahan nilai nominal per saham dari Rp100.000 menjadi Rp100, perubahan modal dasar dari
1.500.000 lembar saham menjadi 1.500.000.000 lembar saham, dan perubahan modal ditempatkan
dan disetor penuh dari 950.000 lembar saham menjadi 950.000.000 lembar saham;
(iv) Peningkatan modal dasar dari 1.500.000.000 lembar saham atau jumlah keseluruhan
Rp150.000.000.000 menjadi 4.600.000.000 lembar saham atau jumlah keseluruhan
Rp460.000.0000.000;
(v) Peningkatan modal ditempatkan dan disetor penuh dari 950.000.000 lembar saham atau jumlah
keseluruhan Rp95.000.000.000 menjadi 1.150.000.000 lembar saham atau jumlah keseluruhan
Rp115.000.000.000. Peningkatan modal ditempatkan dan disetor penuh tersebut diambil bagian oleh
PT Batavia Prosperindo Makmur sebesar 161.970.000 lembar saham atau senilai Rp16.197.000.000,
PT Victoria Insurance, Tbk., senilai 36.500.000 lembar saham atau sebesar Rp3.650.000.000, dan
Paulus Handigdo sebesar 1.530.000 lembar saham atau senilai Rp153.000.000.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. II - 2
Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan
Surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar No. AHU-AH.01.03-0144294 tanggal 12
April 2018 dan telah didaftarkan pada Tanda Daftar Perusahaan No. AHU-0051534.AH.01.11 Tahun 2018
tanggal 12 April 2018.
Berdasarkan Akta Notaris No. 31 tanggal 9 Juli 2018 dari Dr. Irawan Soerodjo, S.H., M.Si., yang memberikan
pernyataan PT Bursa Efek Indonesia Tanggal 6 Juli 2018, penawaran umum saham Perusahaan kepada
masyarakat adalah sebanyak 400.000.000 lembar saham atau senilai Rp40.000.000.000 sehingga jumlah
seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh oleh Perusahaan sebesar 1.550.000.000 lembar saham
senilai Rp155.000.000.000.
Perubahan terakhir berdasarkan Akta Notaris No. 271 tanggal 27 Mei 2019, dari Christina Dwi Utami, SH.,
M. Hum, Mkn., Notaris di Kota Administrasi Jakarta Barat, menyatakan tentang perubahan pasal 3 Anggaran
Dasar Perseroan tentang maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan sesuai dengan Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia Tahun 2017. Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. AHU-0033121.AH.01.02.Tahun 2019.
2.3. Struktur Permodalan
Berdasarkan laporan keuangan Perseroan tanggal 31 Desember 2019, modal dasar Perseroan berjumlah
Rp460.000.000.000 (Empat Ratus Enam Puluh Miliar Rupiah) yang terbagi atas 4.600.000.000 (Empat
Miliar Enam Ratus Juta) saham, dengan nilai nominal Rp100 (Seratus Rupiah) untuk tiap-tiap lembar
saham. Modal ditempatkan dan disetor penuh oleh Perusahaan sebesar 1.550.000.000 lembar saham
senilai Rp155.000.000.000.
Secara terinci, daftar nama pemegang saham dan struktur kepemilikan modal Perseroan berdasarkan
Berdasarkan Akta Nomor 271 tanggal 26 Juni 2019 tentang Perubahan Anggaran Dasar PT Batavia
Prosperindo Tbk oleh Notaris Christina Dwi Utami berkedudukan di Jakarta, dengan disetujui oleh
Keputusan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. AHU-
0033121.AH.01.02. Tahun 2019 tanggal 26 Juni 2019, dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Daftar Pemegang Saham dan Struktur Pemilikan Modal
No Pemegang Saham Lembar Saham Presentase Jumlah (Rupiah) 1
PT Batavia Prosperindo Makmur 861.770.000 55,60% 86.177.000.000
2
PT Victoria Insurance Tbk 217.000.000 14,00% 21.700.000.000
3
Paulus Handigdo 30.530.000 1,97% 3.053.000.000
4
Rima Rupita 20.700.000 1,34% 2.070.000.000
5
Markus Dinarto Pranoto 10.000.000 0,65% 1.000.000.000
6
Sandy Jonathan Halim 10.000.000 0,65% 1.000.000.000
7
Masyarakat (masing-masing dibawah 5%)
Pemegang saham 400.000.000 25,81% 40.000.000.000
Jumlah 1.550.000.000 100,00% 155.000.000.000
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. II - 3
*)Sumber: Lampiran Keputusan Menteri Hukum Dan HAM No. AHU-0033121.AH.01.02. Tahun 2019 tanggal 26 Juni 2019
Saham Perseroan terdiri dari 1 (satu) jenis saham biasa yang memberikan hak yang sama dan sederajat
kepada para pemegang sahamnya.
2.4. Susunan Pengurus
Berdasarkan Akta Nomor 271 tanggal 26 Juni 2019 tentang Perubahan Anggaran Dasar PT Batavia
Prosperindo Tbk oleh Notaris Christina Dwi Utami berkedudukan di Jakarta, dengan disetujui oleh
Keputusan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. AHU-
0033121.AH.01.02. Tahun 2019 tanggal 26 Juni 2019, susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan
adalah sebagai berikut:
Susunan Komisaris
Komisaris Utama : Markus Dinarto Pranoto
Komisaris Independen : Cecilia Beatrix Pangemanan
Susunan Direksi
Direktur Utama : Paulus Handigdo
Direktur Independen : Rima Rupita
2.5. Kegiatan Usaha
Perseroan bergerak dalam bidang jasa transportasi dengan rincian sebagai berikut:
Kegiatan Usaha Utama:
a. Menjalankan usaha aktivitas penyewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi mobil, bus, truk,
dan sejenisnya;
b. Menjalankan usaha aktivitas konsultasi transportasi;
c. Menjalankan usaha angkutan sewa.
Kegiatan Usaha Penunjang:
a. Menjalankan usaha portal web dan/atau platform digital tanpa tujuan komersial;
b. Menjalankan usaha portal web dan/atau platform digital dengan tujuan komersial;
c. Menjalankan usaha reparasi mobil.
Tabel 2.2 Rincian Unit Usaha
No. Nama KBLI Kode KBLI
1 Reparasi Mobil 45201
2 Angkutan Sewa 49422
3 Portal Web dan Platform Digital Tanpa Tujuan Komersial 63121
4 Portal Web dan Platform Digital dengan Tujuan Komersial 63122
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. II - 4
No. Nama KBLI Kode KBLI
5 Aktivitas Konsultasi Transportasi 70202
6 Aktivitas Penyewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak
Opsi Mobil, Bus, Truk dan Sejenisnya 77100
2.6. Legalitas dan Perizinan
Pada saat ini Perseroan telah memperoleh dokumen-dokumen dan perizinan yang diperlukan dari instansi
yang berwenang berkaitan dengan kegiatan usahanya yang berupa:
1. Salinan bukti Surat Keterangan Domisili Perusahaan No. 841/27.1BU.1/31.74.02.1004/-
71.562/e/2018, yang dikeluarkan oleh Kepala Unit Pelaksana Pelayanan Terpadu Satu Pintu,
Kelurahan Karet, berlaku sampai dengan tanggal 31 Januari 2024;
2. Salinan bukti Surat Nomor Induk Berusaha (NIB) 8120008810128 yang dikeluarkan oleh Lembaga
Pengelola dan Penyelenggara OSS pada tanggal 2 Agustus 2018;
3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) No. 71.654.782.3-011.000;
4. Izin Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Tujuan Tertentu (Angkutan Sewa) Nomor
1200/6.15/31/-1.819.6/2016 yang dikeluarkan oleh Kepala Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Provinsi DKI Jakarta, berlaku hingga 5 tahun dari tanggal ditetapkan.
5. Salinan Akta No. 269 tanggal 27 Mei 2019 yang dibuat oleh Notaris Christina Dwi Utami, SH., M. Hum,
Mkn., di Kota Administrasi Jakarta Barat, dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. AHU-0033121.AH.01.02.Tahun
2019.
6. Salinan Akta No. 270 tanggal 27 Mei 2019 yang dibuat oleh Notaris Christina Dwi Utami, SH., M. Hum,
Mkn., di Kota Administrasi Jakarta Barat, dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. AHU-0033121.AH.01.02.Tahun
2019.
7. Salinan Akta No. 271 tanggal 27 Mei 2019 yang dibuat oleh Notaris Christina Dwi Utami, SH., M. Hum,
Mkn., di Kota Administrasi Jakarta Barat, dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. AHU-0033121.AH.01.02.Tahun
2019.
8. Salinan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat
Keputusan No. AHU-0033121.AH.01.02.Tahun 2019 tanggal 26 Juni 2019.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. III - 1
BAB III
ASPEK PASAR
3.1. Tinjauan Makro Ekonomi
Tinjauan makro ekonomi berikut merupakan cuplikan dari Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV 2019 dan
Laporan Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan IV 2019 yang disusun oleh Bank Indonesia.
3.1.1. Kondisi Perekonomian Dunia
Dalam perkembangannya, optimisme terhadap pemulihan ekonomi global sempet menguat pada triwulan
IV-2019, kebijakan yang ditempuh banyak negara untuk memperkuat perekonomiannya. Optimisme makin
kuat saat tercapai kesepakatan tahap I perundingan perdagangan AS-Tiongkok, optimisme tersebut juga
mendorong kenaikan aliran modal ke negara berkembang sampai dengan pertengahan Januari 2020.
Namun memasuki akhir Januari 2020 optimisme tersebut berubah karena COVID-19 yang diperkirakan
akan menekan perekonomian Tiongkok dan kemudian menghambat proses pemulihan ekonomi global pada
triwulan I 2020. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia 2020 sebesar 3,0%. Proyeksi
pertumbuhan ekonomi ASEAN-5 diturunkan di 2020 dari 5,0% menjadi 4,8% dan kembali membaik dengan
pola V-Shape menjadi 5,2% pada 2021.
Pada 2019, PDB Eropa tumbuh melambat dari 1,8% (yoy) pada 2018 menjadi 1,2% (yoy) didorong oleh
penurunan kinerja sektor ekternal, ditengah konsumsi dan investasi yang terjaga. Pada 2020, COVID-19
turut berdampak meskipun kinerja sektor eksternal diperkirakan sedikit membaik seiring dengan kemajuan
kesepakatan dagang.
Perbaikan prospek ekonomi di tengah dampak COVID-19 diperkirakan terjadi di AS, meskipun dengan level
yang menurun dibandingkan dengan kinerja tahun 2019 yang mencapai 2,3%.
Prospek pemulihan ekonomi global yang tertunda kemudian mempengaruhi prospek perdagangan dan
harga komoditas dunia. Meskipun secara keseluruhan tetap membaik, pemulihan ekonomi global yang
tertahan akibat COVID-19 diperkirakan menurunkan volume perdagangan dunia pada triwulan I-2020 dan
Kembali membaik setelah periode tersebut. Sementara itu, harga minyak ke depan diperkirakan akan pulih
dan prospek harga komoditas dunia non-energi diperkirakan tetap meningkat.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. III - 2
3.1.2. Kondisi Perekonomian Indonesia
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Indonesia, optimisme akan pemulihan ekonomi tertahan di awal Januari 2020
dengan merebaknya COVID-19, namun secara umum pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 tetap berdaya
tahan di tengah kondisi perekonomian dunia yang belum kuat. Pertumbuhan ekonomi tetap baik yakni
5,02%, meskipun lebih rendah dari capaian tahun 2018 yakni sebesar 5,17%. Pertumbuhan ekonomi
tersebut ditopang oleh permintaan domestik yang terjaga dengan meningkatnya perdagangan antar daerah
seperti wilayah Sumatera. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Kalimantan dan Bali-Nusa Tenggara tetap
terjaga didukung oleh perbaikan ekspor komoditas primer.
Tabel 3.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran
Komponen 2017 2018 2019
2019 I II III IV
Konsumsi Rumah Tangga 4,94 5,05 5,02 5,18 5,01 4,97 5,04
Konsumsi Lembaga Nonprofit 6,93 9,10 16,96 15,29 7,41 3,53 10,62
Melayani Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah 2,13 4,80 5,22 8,23 0,98 0,48 3,25
Investasi (PMTDB) 6,15 6,64 5,03 4,55 4,21 4,06 4,45
Investasi Bangunan 6,24 5,41 5,48 5,46 5,03 5,53 5,37
Investasi Nonbangunan 5,90 10,31 3,69 3,70 1,95 -0,13 1,80
Ekspor 8,91 6,55 -1,58 -1.73 0,10 -0,39 -0,87
Impor 8,06 11,88 -7,47 -6.84 -8.30 -8,05 -7,69
PDB 5,07 5,17 5,07 5,05 5,02 4,97 5,02
Sumber: BI, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV 2019
Optimisme terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi 2020 tetap kuat. Dari sisi Lapangan Usaha (LU),
pertumbuhan ekonomi 2019 terutama ditopang oleh sektor tersier. LU transportasi, pergudangan,
informasi dan komunikasi tumbuh tinggi disertai konstribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yang
meningkat. Hal yang sama terlihat pada kinerja LU jasa keuangan, real estate dan jasa perusahaan yang
tetap baik.
Tabel 3.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha
Komponen 2017 2018 2019 2019
I II III IV
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 3,87 3,94 1,82 5,33 3,12 4,26 3,64
Pertambangan dan Penggalian 0,66 2,16 2,32 -7.1 2,34 0,94 1,22
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air * 1,76 5,48 4,48 2,65 3,83 5,96 4,24
Konstruksi 6,80 6,09 5,91 5,69 5,65 5,79 5,76
Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin** 4,63 5,10 5,34 4,80 4,61 4,65 4,84
Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi*** 9,12 7,04 7,45 7,93 8,09 8,75 8,06
Jasa Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan**** 5,43 4,82 7,26 6,03 6,94 8,04 7,07
Jasa-jasa Lainnya***** 4,37 6,83 7,12 8,41 6,43 5,45 6,81
PDB 5,07 5,17 5,07 5,05 5,02 4,97 5,02
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. III - 3
*) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Pengadaan Listrik dan Gas (ii) Pengadaan Air
**) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor (ii) Penyediaan Akomodasi dan Mamin
***) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Transportasi dan Pergudangan (ii) Informasi dan Komunikasi
****) Penggabungan 3 lap. usaha: (i) Jasa Keuangan, (ii) Real Estate (iii) Jasa Perusahaan
*****) Penggabungan 4 lap. usaha: (i) Adm. Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib, (ii) Jasa Pendidikan, (iii) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya (iv) Jasa Lainnya
Sumber: BI, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV 2019
Secara parsial, pertumbuhan ekonomi didukung oleh pertumbuhan di sebagian besar daerah terutama di
wilayah Kalimantan dan Bali - Nusa Tenggara. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Sumatera pada
triwulan IV 2019 didorong oleh perdagangan produk minyak sawit sejalan dengan implementasi program
B20. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan didukung oleh perbaikan ekspor komoditas primer, seperti
batubara ke Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi Bali-Nusa Tenggara dipengaruhi oleh perbaikan ekspor
komoditas tembaga dan bijih nikel. Sementara pertumbuhan ekonomi Sulampua (Sulawesi -Maluku-
Papua) sedikit melambat karena kinerja ekspor yang menurun.
Gambar 3.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sumber: BI, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV, 2019
Secara keseluruhan 2019, peningkatan pertumbuhan ekonomi terjadi di seluruh wilayah Indonesia.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Jawa pada 2019 bersumber terutama dari kegiatan industri
pengolahan dan perdagangan sejalan dengan permintaan domestik yang tumbuh tinggi, serta dukungan
Pemerintah untuk terus memperkuat daya saing industri nasional. Sementara itu, peningkatan
pertumbuhan ekonomi di Sumatera pada 2019 didukung oleh kegiatan perdagangan dan industri
pengolahan, terutama pengolahan CPO, untuk memenuhi penyerapan kebutuhan domestik. Di Papua,
perbaikan pertumbuhan pada 2019 dipengaruhi oleh tingginya aktivitas pertambangan hingga paruh
pertama 2019 sebelum memasuki fase akhir penambangan terbuka dan Izin Usaha Pertambangan
Khusus (IUPK) di Papua.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. III - 4
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2019 mencatat surplus sehingga menopang
ketahanan eksternal Indonesia. NPI pada triwulan IV 2019 mencatat surplus sebesar USD4,3 miliar,
membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami defisit sebesar USD46 juta. Surplus
NPI tersebut terutama ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat serta defisit
transaksi berjalan yang tetap terkendali. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada
akhir Desember 2019 mencapai USD129,2 miliar, meningkat dari USD124,3 miliar pada akhir September
2019. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,6 bulan impor atau 7,3 bulan impor
dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional
sebesar 3 bulan impor.
Gambar 3.2 Neraca Pembayaran Indonesia Gambar 3.3 Neraca Pembayaran Indonesia (Tahunan)
Sumber: BI, NPI, Triwulan IV, 2019
Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan IV 2019 meningkat yang mencerminkan optimisme
terhadap prospek perekonomian domestik. Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan IV 2019
tercatat sebesar USD12,4 miliar, lebih tinggi dari surplus pada triwulan sebelumnya sebesar USD7,4 miliar.
Besarnya surplus tersebut terutama didorong oleh tingginya arus masuk investasi portofolio yang bersumber
dari penerbitan obligasi global baik pemerintah maupun korporasi. Selain itu, investasi lainnya juga
mencatat surplus sejalan dengan adanya penarikan simpanan bank di luar negeri oleh pelaku usaha
domestik dan bertambahnya penempatan dana nonresiden di bank dalam negeri. Hal tersebut
mencerminkan tingginya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian domestik dan imbas hasil
aset keuangan domestik yang tetap menarik (BI, NPI, Triwulan IV, 2019)
Defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan IV 2019 tetap terkendali, sehingga turut menopang
ketahanan sektor eksternal Indonesia. Defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan IV 2019 tercatat
sebesar USD8,1 miliar (2,84% dari PDB), ditopang oleh surplus neraca perdagangan nonmigas yang
meningkat. Meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas terutama dipengaruhi oleh penurunan
impor nonmigas di tengah kinerja ekspor nonmigas yang belum kuat. Di sisi lain, defisit neraca perdagangan
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. III - 5
migas meningkat sejalan dengan naiknya impor minyak untuk memenuhi tingginya permintaan di akhir
tahun.
Gambar 3.4 Transaksi Berjalan
Sumber: BI, NPI, Triwulan IV, 2019
Perkembangan NPI secara keseluruhan tahun 2019 menunjukkan ketahanan sektor eksternal yang tetap
kuat. NPI tahun 2019 mencatat surplus USD4,7 miliar, membaik dari tahun sebelumnya yang mengalami
defisit sebesar USD7,1 miliar. Perkembangan tersebut didorong oleh defisit neraca transaksi berjalan yang
membaik serta surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat signifikan. Defisit neraca transaksi
berjalan pada 2019 tercatat sebesar USD30,4 miliar atau 2,72% dari PDB, membaik dibandingkan dengan
defisit pada tahun sebelumnya sebesar USD32,86 miliar atau 2,94% dari PDB. Perkembangan tersebut
terutama ditopang oleh neraca perdagangan barang yang mencatat surplus, berbeda dibandingkan tahun
sebelumnya yang mengalami defisit. Neraca perdagangan barang yang mencatat surplus dipengaruhi oleh
surplus neraca perdagangan nonmigas yang meningkat serta defisit neraca perdagangan migas yang
menurun. Hal tersebut dipengaruhi oleh turunnya impor minyak sejalan dengan kebijakan pengendalian
impor seperti program B20. Kinerja NPI yang membaik juga ditopang oleh surplus transaksi modal dan
finansial yang meningkat signifikan menjadi sebesar USD36,4 miliar dari USD25,2 miliar pada 2018,
ditopang oleh aliran masuk modal berjangka panjang di tengah berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan
global (BI, NPI, Triwulan IV, 2019).
Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar Rupiah menguat sejalan dengan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang membaik.
Pada November 2019, Rupiah secara rata-rata mengalami apresiasi 0,42%, meskipun secara point to point
mengalami depresiasi 0,41% dibandingkan dengan level akhir Oktober 2019. Dengan perkembangan
tersebut Rupiah sejak awal tahun sampai dengan 20 November 2019 menguat 2,03% (ytd). Penguatan
Rupiah didukung oleh pasokan valas dari para eksportir dan aliran masuk modal asing yang tetap berlanjut
didorong prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, daya tarik pasar keuangan domestik yang tetap
besar, serta ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit mereda.
Pada triwulan IV 2019, Nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai nilai fundamental didukung kinerja Neraca
Pembayaran Indonesia yang tetap baik. Pada 19 Februari 2020, Rupiah secara rerata menguat 0,27%
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. III - 6
dibandingkan dengan rerata level Januari 2020, meskipun secara point to point harian melemah sebesar
0,24% dibandingkan dengan level akhir bulan Januari 2020. Pelemahan Rupiah pada awal Februari 2020
terutama dipicu sentimen terhadap Covid-19, meskipun dalam perkembangan berikutnya kembali stabil
ditopang pasokan valas eksportir dan aliran masuk modal asing. Rupiah yang menguat juga terlihat pada
Januari 2020 yang secara rerata mencatat apresiasi 2,13% dibandingkan dengan rerata level Desember
2019.
Gambar 3.5 Appresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Rupiah Peers Gambar 3.6 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah, data s.d. 19 Februari 2020, BI, Kebijakan Moneter Triwulan IV, 2019
Sampai dengan pertengahan Februari 2020, volatilitas Rupiah tercatat sebesar 6,2% atau menurun
dibandingkan dengan volatilitas pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 7,0%. Pada Gambar 3.6
menunjukkan level volatilitas lebih rendah dibandingkan dengan mata uang pers yang secara rerata
mencapai 8,6%. Penurunan volatilitas Rupiah didorong oleh makin baiknya mekanisme pasar dan
meningkatnya keyakinan para pelaku pasar terhadap kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah.
Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah tetap stabil sesuai dengan fundamentalnya dan
mekanisme pasar yang terjaga. Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat
pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik pasar uang
maupun pasar valas
Inflasi
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada triwulan IV 2019 dan Januari 2020 tetap terkendali dalam
sasaran inflasi. Inflasi IHK tercatat 0,51% (qtq), meningkat dari 0,15% (qtq) pada triwulan sebelumnya.
Peningkatan inflasi disebabkan oleh kenaikan musiman pada kelompok volatile food dan administered
prices. Inflasi inti tetap terkendali pada level 0,39% (qtq) dan 3,02% (yoy). Peningkatan pada kelompok
volatile food didukung dipengaruhi oleh pola musiman yang naiknya permintaan akhir tahun dan
terganggunya produksi komoditas hortikultura. Kelompok administered prices juga meningkat karena
dampak pengumuman kenaikan cukai tembakau pada 2020.
Inflasi inti tetap terjaga tercatat sebesar 0,19% (mtm) pada Januari 2020 atau 2,88% (yoy) lebih rendah
dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,00% (yoy). Kelompok administered prices
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. III - 7
mengalami deflasi sebesar 0,28% (mtm) 0,64% (yoy) pada Januari 2020, menurun dibandingkan dengan
bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,72 (yoy).
Gambar 3.7 Inflasi
Sumber: BPS, BI, Kebijakan Moneter Triwulan IV, 2019
Inflasi di berbagai daerah terlihat merata, sebagian besar wilayah masih berada dalam rentang sasaran
inflasi nasional 2020. Inflasi tinggi tercatat di Jakarta, Jawa Barat, Lampung, Maluku dan Kalimantan Selatan
sedang terendah di Kalimantan Utara.
Gambar 3.8 Peta Inflasi Daerah (%, yoy)
Sumber: BPS, BI, Kebijakan Moneter Triwulan IV, 2019
Suku Bunga
Pada triwulan IV 2019, transmisi kebijakan moneter berjalan dengan baik di tengah stabilitas sistem
keuangan yang terjaga, intermediasi yang meningkat, serta likuiditas yang sejalan dengan kebutuhan
ekonomi. Suku Bunga pasar uang antar bank (PUAB) O/N telah turun sebesar 103bps atau 4,81% selama
periode pelonggaran kebijakan moneter. Suku bunga perbankan juga turun dimana rerata tertimbang suku
bunga deposito yang tercatat 6,22% atau turun 61bps. Suku bunga kredit modal kerja turun 29bps menjadi
10,13%. Yield obligasi korporasi peringkat AAA turun sebesar 111bps ke level 7,07%. Likuiditas di pasar
uang dan perbankan memadai, tercermin pada rerata harian volume PUAB Januari 2020 yang tetap tinggi
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. III - 8
sebesar Rp15,12 triliun dan rasin Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tetap besar yaitu
20,86% pada Desember 2019.
Gambar 3.9 Perkembangan Suku Bunga PUAB O/N
Sumber: BI, Kebijakan Moneter Triwulan IV, 2019
Pasar Saham
Kinerja pasar saham domestik membaik pada triwulan IV 2019, sejalan dengan tekanan dari eksternal yang
berkurang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir triwulan IV 20119 menguat 2,10% (qtq)
dibandingkan dengan posisi September 2019. Perkembangan ini dipengaruhi oleh imbas ketidakpastian
pasar keuangan global yang turun dan optimisme terhadap perekonomian domestic. Pada Januari 2020,
ISHG terkoreksi 5,7% (mtm), terutama dipengaruhi oleh naiknya ketidakpastian pasar keuangan global
dengan terjadinya COVID-19. Perkembangan ini sejalan perkembangan pasar saham dunia baik di negara
maju maupun di negara berkembang. Secara sectoral kinerja saham di seluruh sektor terkoreksi cukup
dalam, terutama sektor-sektor yang memiliki keterkaitan erat dengan kinerja eksternal yaitu sektor
pertanian, industri dan pertambangan.
Gambar 3.10 IHSG dan Indeks Bursa Global Triwulan IV 2019 (mtm)
Sumber: BI, Kebijakan Moneter Triwulan IV, 2019
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. III - 9
3.1.3. Proyeksi Perekonomian Indonesia Tahun 2021
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tumbuh sebesar 3,4% pada tahun 2021 dan
pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 tumbuh sebesar 5,0% - 5,4% dan kemudian meningkat pada tahun
2021 menjadi 5,2% - 5,6%. Ke depan, upaya penanggulangan COVID-19 perlu terus dicermati karena dapat
mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi, volume perdagangan, dan harga komoditas dunia, serta
pergerakan aliran modal ke negara berkembang, termasuk Indonesia agar stabilitas ekonomi tetap
terkendali dan sistem keuangan yang tetap terjaga. (BI, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV 2019).
3.2. Perkembangan Bisnis Transportasi
3.2.1. Perkembangan Jasa Transportasi Darat
Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan globalisasi. Peranan
transportasi menjadi sangat penting untuk mendukung kelancaran rantai pasok barang atau supply chain di
industri manufaktur. Selain itu, sarana transportasi yang baik juga dapat membantu kemudahan mobilitas
manusia. Tingginya mobilitas manusia dan barang suatu negara akan sebanding dengan tingginya
kemajuan perekonomian negara tersebut. Dukungan transportasi untuk memudahkan pergerakan manusia
dan barang dalam bisnis menjadi salah satu faktor sukses perekonomian (Adisasmita, 2010).
Menurut BPS (2020), produk domestik bruto Indonesia tahun 2019 tumbuh sebesar 5,03%. Pertumbuhan
ekonomi terjadi pada semua sektor ekonomi. Pertumbuhan pada sektor transportasi dan komunikasi
sebesar 12,90% yang meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 12,76%. Tingkat pertumbuhan diberbagai
sektor berimbas positif terhadap kebutuhan transportasi perusahaan terutama perusahaan yang bergerak
dalam bidang industry consumer goods, perbankan, telekomunikasi, jasa dan ritel.
3.2.2. Industri Bisnis Penyewaan Kendaraan (Mobil)
Di zaman yang serba canggih ini, muncul berbagai jenis bisnis baru di tengah masyarakat. Sebagian
merupakan bisnis yang benar-benar baru, sedangkan sebagian yang lainnya merupakan transformasi dari
bisnis lama. Salah satu bisnis baru yang bertransformasi di era ini adalah bisnis sewa mobil.
Rental mobil atau jasa sewa mobil adalah sebuah perusahaan yang menyediakan mobil untuk disewa
dengan jangka waktu tertentu, mulai dari hitungan jam sampai hari. Perusahaan jenis ini biasanya memiliki
beberapa cabang atau anak cabang yang terletak di beberapa kota besar. Kebanyakan berlokasi di
beberapa pusat keramaian atau pusat kota, bandara, stasiun, dan tempat wisata. Penyedia jasa rental mobil
biasanya juga menyediakan jasa sopir yang semakin memudahkan para pelanggan.
Pasca terjadinya Perang Dunia II, masyarakat semakin sering melakukan perjalanan jauh atau bepergian.
Hal ini berdampak sangat signifikan terhadap bisnis sewa mobil. Pada akhirnya muncul beberapa
perusahaan rental mobil yang terkenal bahkan di kancah Internasional seperti National Car Rental
(1947, Europcar (1949), Enterprise Rent-A-Car (1957), Thrifty Rent A Car (1958), dan Budget Rent a Car
(1958) (jogjacars.com, 26 Februari 2018).
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. III - 10
Di Indonesia sendiri jasa sewa mobil sudah berkembang dengan pesat sejak sepuluh tahun terakhir. Kita
dapat menemukan berbagai penyedia jasa sewa mobil dengan berbagai macam armada di kota-kota besar.
Di samping itu, di era globalisasi yang kian maju ini jasa sewa mobil di berbagai kota sudah dilengkapi
dengan situs web, akun media sosial dan system sewa online. Alhasil, kini urusan sewa menyewa mobil
semakin berkembang dan mudah (jogjacars.com, 26 Februari 2018).
Bisnis sewa mobil melesat dengan pesat seiring dengan kebutuhan transportasi yang meningkat tajam.
Mobilitas yang tinggi membutuhkan kendaraan yang salah satunya bisa didapatkan dengan cara sewa
mobil.
Tingginya permintaan akan transportasi (mobil) untuk kebutuhan individu, perusahaaan baik pemerintah,
BUMN maupun swasta mendorong meningkatnya usaha persewaan mobil. Banyak perusahaan yang tidak
mau pegang aset seperti mobil. Perusahaan lebih memilih menyewa mobil dan tidak mau aset mobil
tersebut menjadi beban bagi laporan keuangan perusahaan, dengan menyewa mobil sebagai penunjang
aktivitas, sebuah perusahaan jadi terbebas dari berbagai beban pemeliharaan. Saat ini, semakin banyak
perusahaan yang menyewa dari pada membeli.
“ASSA Rent” salah satu perusaahan sewa mobil terbesar di Indonesia menilai pertumbuhan bisnis
penyewaan kendaraan pada tahun ini akan menyentuh level dua digit seiring dengan pergeseran pola
konsumsi masyarakat. Pada tahun sebelumnya bisnis penyewaan mobil perusahaan tumbuh 10% dan pada
tahun 2020 masih menargetkan pendapatan dengan kisaran yang sama. Dalam menjalankan bisnis
penyewaan kendaraan, perusahaan terus mengincar pelanggan-pelanggan baru terutama ke perusahanan-
perusahaan. Perusahaan tidak melakukan penyewaan ke ritel dan individu. (Herlina Kartika, senin 20
Januari 2020, investasi.kontan.co.id).
Penyewaan kendaraan tidak hanya dipakai untuk pengangkutan orang yang dipakai sebagai alat mobilitas
dalam sehari-hari, namun beberapa perusahaan melakukan penyewaan kendaraan untuk pengangkutan
logistik. Tingginya minat masyarakat Indonesia akan pasar online membuka peluang pasar bagi perusahaan
penyewaan kendaraan. Tingginya minat belanja online, membuka peluang bagi perusahaan-perusahaan
ekspedisi baik yang sudah ada maupun yang baru berdiri. Dimana perusahan-perusahaan ekspedisi
tersebut, membutuhkan kendaraan sebagai moda transportasi dalam pengangkutan barang dalam jasa
kirim dan antar.
Perkembangan teknologi saat ini sudah sangat pesat. Teknologi yang ada dan berkembang di zaman
milenial sekarang ini sudah sangat diluar kendali daripada sesuatu yang biasa kita dapati. Perkembangan
teknologi dalam transportasi adalah seperti maraknya sewa mobil online yang lebih dikenal dengan istilah
taksi online.
Berdasarkan riset Google dan Temasek pangsa pasar (Gross Merchandise Value/GMV) layanan
transportasi online di enam negara kawasan Asia Tenggara mencapai US$2,98 miliar atau setara Rp43,2
triliun pada 2015. Nilai tersebut terdiri atas layanan transportasi US$2,5 miliar dan layanan pengantar
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. III - 11
makanan US$450 juta. Kemudian, pada 2018 meningkat menjadi US$7,9 miliar (Rp114 triliun) dan
diproyeksikan melonjak menjadi US$29 miliar (Rp420 triliun) pada 2025. Pada 2015, jumlah pengguna rata-
rata harian jasa transportasi online baru mencapai 1,5 juta/hari dan meningkat menjadi 8 juta/hari pada
2018.
Pangsa pasar transportasi di Indonesia merupakan yang terbesar dibanding dengan negara Asia Tenggara
lainnya. GMV layanan transportasi online domestik pada 2015 mencapai US$980 juta kemudian meningkat
menjadi US$3,78 miliar pada 2018 kemudian diproyeksikan akan tumbuh menjadi US$14,5 miliar pada
2025. Jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 260 juta jiwa serta tumbuhnya pengguna internet
merupakan pasar potensial bagi perekonomian yang berbasis internet (https://databoks.katadata.co.id/,
29/11/2018).
Sektor transportasi online semakin digemari hingga tahun-tahun selanjutnya. Pertumbuhan pendapatan
dari transportasi online rata-rata sebesar 15,76% pada 2019-2023. Pendapatan dari sektor tersebut
diproyeksikan naik hingga 107,5% menjadi US$318,8 miliar jika dibandingkan 2018. Adapun penetrasi
pengguna transportasi online diperkirakan sebesar 13,5% pada 2019 dan akan meningkat hingga 20%
pada 2023 (https://databoks.katadata.co.id/, Hari Widowati,19/9/2019).
Peluang dan pangsa pasar bisnis sewa mobil masih sangat besar dan akan terus bertumbuh. Meskipun
membutuhkan modal investasi yang tidak kecil untuk menjalankan bisnis ini, namun pesaing dalam bisnis
ini semakin banyak dengan berdirinya perusahaan-perusahaan sewa mobil yang baru, baik perusahaan
besar maupun perusahaan rumahan.
3.2.3. Kompetitor
Dalam melakukan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang Perseroan dalam bidang jasa
transportasi berupa layanan Angkutan Darat Lainnya (KBLI: 42429), Angkutan Bermotor untuk Barang
Umum (KBLI: 49431), Pergudangan dan Penyimpanan (KBLI: 52101), Aktivitas Kurir (KBLI: 53201).
Persaingan usaha Perseroan tentunya tidak terlepas dari kompetitor. Berikut profil kompetitor Perseroan
yang tumbuh dan berkembang di Indonesia baik swasta maupun pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia:
1. PT Adi Sarana Armada, Tbk.
2. PT Blue Bird, Tbk.
3. PT Rimau Multi Putra Pratama, Tbk.
4. Citra Maharlika Nusantara Co
5. PT Eka Sari Lorean Transport, Tbk.
6. PT Steady safe Tbk.
7. Express Trasindo Utama Tbk.
8. PT Panorama Transportasi
9. PT Zebra Nusantara Tbk.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. III - 12
10. PT Mitra International Resources Tbk.
11. PT Sidomulyo Selaras Tbk.
12. PT WEHA Transportasi Indonesia Tbk.
13. Perum PPD
14. Perum DAMRI
Persaingan dalam industri transportasi mulai semakin ketat dengan terlihat dari masuknya para pemain
baru yang menawarkan berbagai inovasi baru dalam pola bisnis, seperti contohnya, bidang usaha ekspedisi
yang dahulu didominasi oleh pemain lama seperti POS, JNE, serta WAHANA, belakangan ini mulai muncul
pesaing baru seperti Si Cepat, JNT, Gesit, Paxel, dan bahkan saat ini aplikasi Go-Jek memiliki fitur Go-send
intercity dan withincity. Salah satu inovasi yang cukup siginifikan adalah fitur pick up (pengambilan barang
ditempat), serta inovasi lainnya yaitu ekspedisi yang memerlukan waktu 15 jam dari sejak barang yang
diterima kurir yang melakukan pengambilan dari pelanggan untuk diantar sampai ke alamat tujuan
pengiriman.
Dengan semakin membaiknya kondisi infrastruktur di Indonesia, juga memaksa para pelaku usaha pada
industri transportasi untuk dapat lebih kompetitif dalam memberikan target harga. Keunggulan kompetitif
yang dimiliki oleh Perseroan adalah memberikan kepuasan yang maksimal kepada pelanggan lama maupun
baru secara konsisten dengan harga yang kompetitif, aset sewa yang baru atau terjaga dengan baik secara
kualitasnya, kecepatan dalam pelayanan, serta pelayanan online selama 24 jam, sehingga secara perlahan
akan memiliki captive market diantara para pesaing.
3.2.4. Strategi Pemasaran
Sesuai dengan informasi yang diterima dari manajemen Perseroan, Perseroan sebagai salah satu penyedia
layanan berskala besar menyediakan layanan berbasis nilai tambah yang meliputi:
1. Positioning dalam memasuki pasar tertentu
Perseroan berfokus pada segmen pasar yang less price sensitive, dan lebih mengutamakan mutu
pelayanan dengan harga yang sesuai.
2. Kecepatan pemenuhan kebutuhan
Perseroan menjaga adanya stok kendaraan yang cukup dan juga beragam jenisnya sehingga
dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dalam waktu yang relatif lebih singkat.
3. Fokus pada pelanggan
Perseroan mengutamakan pelayanan dan kepuasan pelanggan, salah satunya melalui
ketersediaan call center 24 jam untuk dapat memberikan layanan tindak lanjut apabila ada
kerusakan pada kendaraan yang digunakan pelanggan. Perseroan juga menyediakan customize
service bagi pelanggan yang memerlukan.
Sebagai perusahan yang sedang berkembang dalam layanan penyewaan kendaraan, pengembangan
usaha terus dilakukan Perseroan dalam rangka meningkatkan pangsa pasar melalui penambahan kantor
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. III - 13
perwakilan, penambahan basis pelanggan dan pencitraan merek Batavia Rent. Perseroan akan selalu
mengembangkan posisi Perseroan melalui fokus dan inovasi terhadap pelayanan, kualitas dan produk dan
layanan yang ditawarkan kepada para pelanggan.
Selain itu Perseroan berkeyakinan bahwa investasi yang tepat dan berkesinambungan dalam kegiatan
usaha utama Perseroan terutama untuk peningkatan nama merek, jaringan usaha dan fasilitas teknologi,
kendaraan, pelatihan sumber daya manusia dan program loyalitas pelanggan akan meningkatkan kepuasan
pelanggan dan memperkuat posisi Perseroan di pasar. Fokus yang berkesinambungan pada hal-hal
tersebut di atas akan berdampak meningkatkan basis pelanggan dan pangsa pasar Perseroan.
3.2.5. Keunggulan Kompetitif
Sesuai dengan informasi yang diterima dari manajemen Perseroan, sasaran dari layanan penyewaan
kendaraan adalah korporasi dan ritel baik layanan penyewaan jangka panjang maupun jangka pendek.
Keunggulan kompetitif Perseroan dalam kegiatan penyewaan kendaraan ini adalah sebagai berikut:
1. Semua armada yang dimiliki Perseroan merupakan mobil baru yang disewakan untuk pelanggan;
2. Perseroan juga mengutamakan kepuasan pelanggan melalu servis yang maksimal (service oriented);
3. Memberikan harga yang bersaing dengan pesaing-pesaing lainnya sehingga Perseroan secara perlahan
memiliki captive market tersendiri diantara para pesaing.
3.3. Kesimpulan Analisa Kelayakan Pasar
Dengan memperhatikan perkembangan usaha, potensi pasar, dan kondisi perekonomian Indonesia yang
sedang tumbuh, maka Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang secara pasar layak untuk
dilaksanakan.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. IV - 1
BAB IV
ASPEK TEKNIS
PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk., berkantor di Gedung Chase Plaza Lantai 12, Jalan Jenderal Sudirman Kav.
21, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Berdasarkan informasi yang diberikan Perseroan, Berikut rincian keseluruhan
jumlah unit kendaraan yang disewakan:
4.1. Data Mobil
Sampai dengan 31 Desember 2019, total unit kendaraan milik Perseroan adalah 2.648 unit kendaraan.
Penjualan ditawarkan secara normal dengan sistem kontrak dengan pengguna layanan penyewaan
kendaraan.
4.2. Tipe Kendaraan
Ada beberapa tipe kendaraan yang dimilki Perseroan yang digunakan dalam usaha penyewaan kendaraan,
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Tipe Kendaraan
No. Tipe Kendaraan (Unit Mayoritas)
1 Daihatsu Grandmax, Mitsubishi L300, Truk 4 ban dan 6 ban
2 Toyota Avanza, Toyota Innova, Daihatsu Minibus, Honda Mobilio
4.3. Rincian Jumlah Unit Kendaraan
Berikut komposisi pemakaian unit kendaraan milik Perseroan:
Tabel 4.2 Komposisi Pemakaian Kendaraan
No. Uraian Kendaraan Prosentase Jumlah Unit
1 Tersewa 88,5% 2,345
2 Belum Tersewa 11.5% 303
3 Total 100% 2,648
4.4. Rincian Kendaraan Penambahan Unit Usaha
Sesuai informasi dari manajemen Perseroan tipe kendaraan yang dimanfaatkan untuk kegiatan usaha yang
akan ditambahkan dengan jumlah kendaraan sebanyak angka idle dari total unit yang dimiliki, dengan
rincian sebagai berikut:
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. IV - 2
Tabel 4.3 Rincian Tipe Kendaraan
No. Uraian Tipe Kendaraan
1 Logistik (Komersial/Niaga) Daihatsu Grandmax, Mitsubishi L300, Truk 4 ban dan 6 ban
2 Passenger Toyota Avanza, Toyota Innova, Daihatsu Minibus, Honda Mobilio
4.5. Rincian Layanan Unit Usaha
Berdasarkan informasi Perseroan, berikut layanan unit usaha yang bisa dilakukan Perseroan:
Tabel 4.4 Rincian Unit Usaha
No. Nama KBLI Kode KBLI
1 Reparasi Mobil 45201
2 Angkutan Sewa 49422
3 Portal Web dan Platform Digital Tanpa Tujuan Komersial 63121
4 Portal Web dan Platform Digital dengan Tujuan Komersial 63122
5 Aktivitas Konsultasi Transportasi 70202
6 Aktivitas Penyewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak
Opsi Mobil, Bus, Truk dan Sejenisnya 77100
4.6. Rincian Penambahan Layanan Unit Usaha
Berdasarkan informasi Perseroan, berikut penambahan layanan unit usaha yang akan dilakukan Perseroan:
Tabel 4.5 Rincian Penambahan Unit Usaha
No. Nama KBLI Kode KBLI
1 Angkutan Darat Lainnya 42429
2 Angkutan Bermotor untuk Barang Umum 49431
3 Pergudangan dan Penyimpanan 52101
4 Aktivitas Kurir 53201
4.7. Faktor Pendukung Penambahan Layanan Unit Usaha
Sesuai informasi dari manajemen Perseroan, faktor pendukung penambahan layanan unit usaha yang
berbasis online akan dilakukan Perseroan dengan cara melakukan penyempurnaan infrastruktur teknologi
yang telah dikembangkan Perseroan, dalam aspek perangkat keras berupa server, kestabilan jaringan atau
konektifitas dan perangkat lunak berupa penyimpanan data secara online (cloud), penyediaan platform yang
dapat berupa aplikasi dan situs, serta mempersiapkan karyawan yang ahli dalam bidang informasi dan
teknologi.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. IV - 3
Dalam hal mempersiapkan karyawan yang ahli dalam bidang informasi dan teknologi, Perseroan telah
memiliki karyawan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang memiliki kompetensi dan
keahlian tersebut sebelumnya, sehingga Perseroan tidak melakukan penambahan karyawan. Berikut latar
belakang pendidikan karyawan yang telah dipersiapkan oleh Perseroan:
Nama : Wiljon Kasiman
Jabatan : IT Manager
Tempat/Tanggal Lahir : 5 Maret 1988
Pendidikan : S1 Ilmu Komputer
Pengalaman : Programer
Nama : Ahmad fauzi
Jabatan : Operasional Supervisor
Tempat/Tanggal Lahir : Bogor, 26 Oktober 1987
Pendidikan : D1 Teknologi Informatika
Pengalaman : Spv. IT
4.8. Kesimpulan Analisa Kelayakan Teknis
Dengan memperhatikan jumlah kendaraan, dan fasilitas yang disediakan Perseroan, maka Rencana
Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang secara teknis layak untuk dilaksanakan.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. V - 1
BAB V
ASPEK POLA BISNIS
5.1. Kegiatan Usaha Utama
Sejak didirikan pada 8 Desember 2014, berdasarkan laporan tahunan Perseroan tahun 2019, Perseroan
bergerak dalam bidang jasa transportasi yaitu layanan penyewaan kendaraan dengan memiliki tiga unit
usaha yaitu:
1. Layanan penyewaan kendaraan jangka Panjang (di atas satu tahun), umumnya untuk melayani kebutuhan
pelanggan korporasi atas transportasi yang nyaman, aman dan dapat diandalkan untuk mendukung
kegiatan usahanya. Jasa penyewaan tersebut mengurangi beban pelanggan korporasi dalam mengelola
kendaraan yang meliputi beban administrasi dan pemeliharaan kendaraan. Pada prinsipnya, Perseroan
memberikan solusi jasa transportasi bagi pelanggan korporasi sehingga mereka dapat fokus kepada bisnis
utamanya.
2. Layanan penyewaan kendaraan jangka pendek (di bawah satu tahun), merupakan penyewaan mobil dalam
jangka waktu kurang dari satu tahun baik dengan atau tanpa juru mudi dan dapat disewa harian yang
disediakan oleh Perseroan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan korporasi dan ritel baik untuk keperluan
pariwisata maupun perjalanan bisnis insidentil.
3. Layanan Fleet Management, merupakan solusi bagi pelanggan yang ingin menyewa mobil sesuai dengan
keinginan pelanggan
5.2. Kegiatan Penambahan Penunjang Usaha
Perseroan merupakan sebuah perseroan terbatas berstatus perusahaan terbuka (public company) yang
saat ini bergerak dalam bidang jasa transportasi yaitu layanan penyewaan kendaraan.
Kantor pusat Perseroan terletak di Gedung Chase Plaza Lantai 12, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 21,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
Berdasarkan informasi dari manajemen Perseroan, Perseroan merencanakan untuk melakukan layanan
penyewaan kendaraan milik Perseroan berbasis online yaitu sebagai berikut:
Tabel 5.1 Rincian Penambahan Unit Usaha
No. Nama KBLI Kode KBLI
1 Angkutan Darat Lainnya 42429
2 Angkutan Bermotor untuk Barang Umum 49431
3 Pergudangan dan Penyimpanan 52101
4 Aktivitas Kurir 53201
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. V - 2
Dari pelanggan Perseroan yang ada saat ini, diharapkan dengan kegiatan penambahan usaha penunjang
yang akan dijalankan dapat menggunakan sumber daya yang dimiliki Perseroan secara lebih produktif dan
efektif serta dapat meningkatkan pelayanan yang lebih maksimal kepada pelanggan existing. Dengan harga
yang bersaing dan kinerja pelayanan yang maksimal diharapkan dapat memperoleh pelanggan baru,
sehingga Perseroan secara perlahan memiliki captive market tersendiri diantara para pesaing.
5.2.1. Segmen Usaha Penyewaan dengan Aplikasi (Online) dan Logistik
Berdasarkan informasi dari manajemen Perseroan, Perseroan merencanakan untuk penambahan kegiatan
unit usaha penunjang Perseroan yaitu layanan Angkutan Darat Lainnya (KBLI: 42429), Angkutan Bermotor
untuk Barang Umum (KBLI: 49431), Pergudangan dan Penyimpanan (KBLI: 52101), Aktivitas Kurir (KBLI:
53201) berbasis online.
5.2.2. Uraian Obyek Penambahan Unit Usaha Perseroan
Layanan penyewaan kendaraan terdiri dari sebanyak angka idle dari total unit yang dimiliki kendaraan
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 5.2 Rincian Kendaraan yang Akan Dimanfaatkan Penggunaannya
No. Uraian Tipe Kendaraan
1. Logistik (Komersial/Niaga) Daihatsu Grandmax, Mitsubishi L300, Truk 4 ban dan 6 ban
2. Passenger Toyota Avanza, Toyota Innova, Daihatsu Minibus, Honda Mobilio
5.3. Keunggulan Kompetitif
Sesuai dengan informasi yang diterima dari manajemen Perseroan, sasaran dari layanan penyewaan
kendaraan adalah korporasi dan ritel baik layanan penyewaan jangka panjang maupun jangka pendek.
Keunggulan kompetitif Perseroan dalam kegiatan penyewaan kendaraan ini adalah sebagai berikut:
1. Semua armada yang dimiliki Perseroan merupakan mobil baru yang disewakan untuk pelanggan.
2. Perseroan juga mengutamakan kepuasan pelanggan melalui servis yang maksimal (service oriented).
3. Memberikan harga yang bersaing dengan pesaing-pesaing lainnya sehingga Perseroan secara perlahan
memiliki captive market tersendiri diantara para pesaing.
5.4. Pertimbangan dan Alasan
Berdasarkan informasi yang kami terima dari manajemen Perseroan, Perseroan akan memanfaatkan
kendaraan yang tidak produktif keberadaannya dengan kebutuhan modal dan sumber daya yang relatif
kecil. Untuk memanfatkan kendaraan yang tidak produktif tersebut, Perseroan membutuhkan kegiatan
usaha yang lain selain kegiatan usaha utama Perseroan. Sehingga Perseroan merencanakan untuk
menambah kegiatan usaha Penunjang yaitu layanan Angkutan Darat Lainnya (KBLI: 42429), Angkutan
Bermotor untuk Barang Umum (KBLI: 49431), Pergudangan dan Penyimpanan (KBLI: 52101), Aktivitas
Kurir (KBLI: 53201).
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. V - 3
Dalam melakukan Rencana Penambahan Kegiatan Unit Usaha Penunjang, Perseroan telah
mempertimbangkan berbagai macam faktor. Keinginan untuk semakin mengembangkan usaha penunjang
Perseroan yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan nilai bagi para pemegang saham Perseroan
menjadi alasan utama Perseroan untuk merencanakan penambahan kegiatan unit usaha penunjang
Perseroan yaitu layanan Angkutan Darat Lainnya (KBLI: 42429), Angkutan Bermotor untuk Barang Umum
(KBLI: 49431), Pergudangan dan Penyimpanan (KBLI: 52101), Aktivitas Kurir (KBLI: 53201).
Dengan demikian, melalui penambahan kegiatan unit usaha Perseroan yang baru nantinya, Perseroan
diharapkan dapat mengembangkan kegiatan unit usaha (ekspansi) pada pendapatan lain di luar kegiatan
perusahaan yang mana selanjutnya diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan lainnya bagi Perseroan.
5.5. Pengaruh Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang pada Kondisi Keuangan Perseroan
Dalam Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang, Perseroan merencanakan penambahan
kegiatan unit usaha penunjang Perseroan yaitu layanan Angkutan Darat Lainnya (KBLI: 42429), Angkutan
Bermotor untuk Barang Umum (KBLI: 49431), Pergudangan dan Penyimpanan (KBLI: 52101), Aktivitas
Kurir (KBLI: 53201).
Hal ini dilakukan sebagai suatu pengembangan kegiatan unit usaha Perseroan dan memaksimalkan potensi
dari pemanfaatan kendaraan yang dimiliki oleh Perseroan terhadap kendaraan-kendaraan yang saat ini
belum digunakan oleh Perseroan sehingga dapat memberikan nilai tambah berupa pendapatan dan
penurunan terhadap beban utilitas dalam operasional dimana beban pengoperasian tersebut dapat
dibebankan sebagian kepada kendaraan itu sendiri. Dengan demikian, Perseroan mengharapkan dengan
penambahan kegiatan unit usaha penunjang, Perseroan ini dapat membukukan potensi pendapatan dan
laba pada masa mendatang.
Berdasarkan hasil analisis proyeksi keuangan, diketahui bahwa perubahan kegiatan usaha dimaksud akan
memberikan manfaat kepada Perseroan maupun Pemegang Saham Perseroan, antara lain:
Dengan Perubahan Kegiatan Usaha, maka aset lancar Perseroan diproyeksikan sebesar Rp 70,2 miliar
pada tahun 2020 dan menjadi sebesar Rp 134,7 miliar pada tahun 2024, liabilitas jangka pendek Perseroan
diproyeksikan sebesar Rp 152,6 miliar pada tahun 2020 dan menjadi sebesar Rp 153,9 miliar pada tahun
2024, liabilitas jangka panjang Perseroan diproyeksikan sebesar Rp 201,1 miliar pada tahun 2020 dan
menjadi sebesar Rp 452,9 miliar pada tahun 2024, total ekuitas Perseroan diproyeksikan sebesar Rp 301,9
miliar pada tahun 2020 dan menjadi sebesar Rp 444,7 miliar pada tahun 2024, total pendapatan Perseroan
diproyeksikan sebesar Rp 190,4 miliar pada tahun 2020 dan menjadi sebesar Rp 355,8 miliar pada tahun
2024, total beban pokok pendapatan Perseroan diproyeksikan sebesar Rp 49,7 miliar pada tahun 2020 dan
menjadi sebesar Rp 92,9 miliar.
5.6. Ketersediaan Tenaga Ahli
Sehubungan dengan Rencana Penambahan kegiatan Usaha tersebut, saat ini Perseroan telah memiliki
sumber daya manusia yang dinilai cukup kompeten untuk menjalankan kegiatan usaha yang baru.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. V - 4
Manajemen merupakan suatu faktor yang dominan untuk kelangsungan operasi suatu proyek. Jasa
manajemen, bisnis, dan administrasi diharapkan dapat dikelola oleh anggota manajemen yang ahli dan
berpengalaman dalam bidangnya. Kompetensi manajemen pelaksana Perseroan tercermin dari latar
belakang pendidikan dan pengalaman yang dilewati. Manajemen Perseroan yang telah berpengalaman
adalah manajemen yang ahli dalam bidang jasa manajemen, bisnis, dan administrasi.
5.7. Kesimpulan Analisa Kelayakan Pola Bisnis
Dengan memperhatikan pola bisnis yang akan diterapkan oleh Perseroan dalam Rencana Penambahan
Kegiatan Usaha Penunjang, maka Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang secara pola bisnis
layak untuk dilaksanakan.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VI - 1
BAB VI
ASPEK MODEL MANAJEMEN
Sistem organisasi dan manajemen yang baik sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya suatu perusahaan
yang sistematis dalam pengendalian internal sehingga dapat membentuk perusahaan yang mapan dan untuk
mencapai tujuannya. Struktur organisasi dan manajemen yang baik sangat erat hubungannya dengan koordinasi
kerja yang terpadu dan terarah.
Dalam setiap organisasi diperlukan ketegasan dalam pembagian tugas yang disesuaikan dengan bagan
organisasi, pendelegasian wewenang yang jelas dan koordinasi kerja yang terpadu. Penempatan tenaga kerja
yang sesuai dengan pengalaman, keahlian dan keterampilannya merupakan faktor yang penting dalam
menerapkan kebijaksanaan perusahaan. Hal ini juga akan memperlancar pendelegasian tugas kepada unit di
bawahnya atau sebaliknya, yang pada akhirnya akan memperlancar kerja perusahaan.
Perseroan sebagai yang bergerak dalam bidang jasa transportasi, akan terus mengembangkan usahanya pada
masa yang akan datang. Oleh sebab itu, struktur organisasi Perseroan harus dijadikan pegangan dalam
menjalankan kegiatan usahanya.
6.1. Kapasitas dan Kemampuan Manajemen
Pada perkembangan selanjutnya, struktur organisasi Perseroan akan berkembang sesuai dengan
perkembangan industri jasa transportasi dan penambahan kegiatan usaha penunjang Perseroan.
Penambahan kegiatan usaha Perseroan tersebut akan membutuhkan lebih banyak staf/operator untuk
menjalankan seluruh kegiatan perusahaan yang semakin kompleks. Dalam memenuhi kebutuhan
tambahan ini, dari waktu ke waktu dan sesuai dengan rencana pengembangan bisnis industri Perseroan,
maka akan ditempatkan beberapa tenaga ahli, sedangkan perekrutan tenaga kerja diutamakan yang
memiliki keahlian di bidangnya dan layanan penyewaan kendaraan berbasis online, sehingga sumber daya
manusia yang dimiliki Perseroan berkompeten di bidang teknologi.
6.2. Ketersediaan Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja akan menentukan tim pelaksana yang terbaik dengan kebijaksanaan dalam
pengangkatan tenaga kerja dan diutamakan yang sudah berpengalaman dalam bidangnya.
Usaha meningkatkan produktivitas dari karyawan yang akan dilakukan antara lain:
1. Peningkatan keahlian karyawan (man power training);
2. Sistem manajemen yang baik untuk dapat melaksanakan tugas semaksimal mungkin;
3. Job description yang jelas dari setiap karyawan secara terarah;
4. Rasa tanggung jawab kepada perusahaan dalam usaha penyempurnaan dan penghematan;
5. Menciptakan suasana kerja yang menyenangkan dengan cara memperhatikan kesejahteraan karyawan,
menjamin ketenangan dan kepastian serta ketentraman kerja.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VI - 2
6.3. Manajemen Perseroan
6.3.1. Dewan Komisaris
Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS. Setiap anggota Dewan Komisaris
memiliki keahlian dalam bisnis dan keuangan yang sesuai dengan operasional Perseroan. Dewan Komisaris
melaksanakan fungsi pengawasan, dan memberikan nasihat kepada Direksi terkait perencanaan,
pengelolaan, serta pelaksanaan bisnis dan isu-isu Perseroan.
Dewan Komisaris memiliki kewenangan dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Bertanggung jawab atas semua tindakan Perseroan dan memberikan saran kepada Direksi.
2. Memberikan persetujuan atas rencana kerja tahunan Perseroan, selambat-lambatnya sebelum
dimulainya tahun buku yang akan datang.
3. Melakukan tugas yang secara khusus diberikan kepadanya menurut Anggaran Dasar, peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan/atau berdasarkan keputusan RUPS.
4. Melakukan tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan
dan keputusan RUPS.
5. Meneliti dan menelaah laporan tahunan yang dipersiapkan oleh Direksi serta menandatangani laporan
tahunan tersebut.
6. Mematuhi Anggaran Dasar dan peraturan perundangundangan, serta wajib melaksanakan prinsip-
prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta
kewajaran.
7. Melaksanakan fungsi nominasi dan remunerasi sesuai dengan ketentuan dan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
Dewan Komisaris melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka sebagaimana diatur dalam Anggaran
Dasar dan perundang-undangan yang berlaku, seperti Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
No.33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik.
Berdasarkan laporan keuangan Perseroan per 31 Desember 2019, susunan Dewan Komisaris Perseroan
adalah sebagai berikut:
Komisaris Utama : Markus Dinarto Pranoto
Komisaris Independen : Cecilia Beatrix Pangemanan
6.3.2. Direksi
Direksi adalah organ Perseroan yang mengemban tanggung jawab untuk menjalankan operasional dan
bisnis Perseroan sehari-hari. Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS.
Direksi memiliki kewenangan dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Menjalankan dan bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VI - 3
2. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab atas pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Direksi wajib menyelenggarakan RUPS tahunan dan RUPS lainnya sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar.
3. Setiap anggota Direksi wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dengan itikad baik, penuh tanggung jawab, dan kehati-hatian.
4. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Direksi dapat membentuk komite.
5. Dalam hal dibentuk komite sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Direksi wajib melakukan evaluasi
terhadap kinerja komite setiap akhir tahun buku.
6. Setiap anggota Direksi bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian Perseroan yang
disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian anggota Direksi dalam menjalankan tugasnya.
7. Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian Perseroan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) apabila dapat membuktikan:
a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, penuh tanggung jawab, dan kehati-hatian untuk
kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;
c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan
pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan
d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut
8. Direksi berwenang mewakili Perseroan di dalam dan di luar pengadilan.
Direksi Perseroan berpartisipasi dalam beberapa kegiatan pelatihan, lokakarya maupun seminar yang
diadakan di dalam maupun di luar negeri dalam rangka meningkatkan kemampuan kepemimpinan maupun
manajerial.
Berdasarkan laporan keuangan Perseroan per 31 Desember 2019, susunan Direksi Perseroan adalah
sebagai berikut:
Direktur Utama : Paulus Handigdo
Direktur Independen : Rima Rupita
6.3.3. Komite Audit
Dalam melaksanakan tugas pengawasan terhadap pengelolaan Perseroan, Dewan Komisaris didukung
oleh Komite Audit. Komite ini adalah organ untuk melaksanakan audit atas laporan yang disiapkan oleh
Direksi, melakukan analisis atas laporan yang dibuat oleh Akuntan Publik dan Unit Audit Internal serta
laporan keuangan yang diterbitkan oleh Perseroan. Dalam proses audit, Komite Audit melakukan pertemuan
dengan semua pihak yang mewakili divisi/departemen yang terlibat dalam operasional, pembukuan, serta
kontrol dan pengawasan aset. Meskipun Komite Audit hadir untuk membantu Dewan Komisaris, keputusan
akhir tetap merupakan tanggung jawab Dewan Komisaris.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VI - 4
Komite Audit bertanggung jawab langsung kepada Dewan Komisaris. Lingkup tugas dan tanggung jawab
Komite Audit adalah sebagai berikut:
1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan Perseroan atau Perusahaan
Publik kepada publik dan/atau pihak otoritas antara lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya
terkait dengan informasi keuangan Perseroan.
2. Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan
dengan kegiatan Perseroan.
3. Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendan Komisaris mengenai
penunjukan Akuntan yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup, penugasan, dan imbalan jasa.
4. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal dan mengawasi
pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas temuan auditor internal.
5. Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajmen resiko yang dilakukan oleh Direksi,
jika Perseroan atau Perusahaan Publik tidak memiliki fungsi pemantau risiko di bawah Dewan Komisaris.
6. Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntasi dan pelaporan keuangan Perseroan atau
Perusahaan Publik.
7. Menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisaris terkait dengan adanya potensi benturan
kepentingan Perseroan atau Perusahaan Publik .
8. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan informasi Perseroan.
9. Membuat, mengkaji dan memperbarui Piagam Komite Audit (Audit Committee Charter) dengan tetap
mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Komite Audit Perseroan dibentuk berdasarkan Keputusan Rapat Dewan Komisaris Perseroan No. SK-
VI/2018/BPT/004 tanggal 7 Juni 2018, dengan susunan anggota Komite Audit pada tanggal 31
Desember 2018 dan 2019 sebagai berikut:
Ketua : Cecilia Beatrix Pangemanan
Anggota : Artyani Suraesta
Anggota : Melissa Rusli
Berdasarkan Peraturan OJK No. 56/POJK.04/2015 tentang Pembentukan dan Pedoman Penyusunan
Piagam Unit Audit Internal, Perusahaan telah menyusun Piagam Internal Audit dan telah membentuk
Divisi Internal Audit sejak tanggal 12 April 2018.
6.3.4. Sekretaris Perusahaan
Dengan menyediakan data dan informasi yang akurat dan relevan tentang kegiatan Perseroan. Tugas dan
Perseroan membangun fungsi Sekretaris Perusahaan untuk mematuhi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
No.35/POJK.04/2014 tentang Sekretaris Perusahaan Emiten atau Perusahaan Publik. Dalam menjalankan
fungsinya, Sekretaris Perusahaan bekerja sama dengan Divisi Legal dan Hubungan Investor.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VI - 5
Secara umum, Sekretaris Perusahaan melapor langsung kepada Direksi dan berperan sebagai
penghubung komunikasi antara Perseroan dengan para Pemegang Saham, investor, masyarakat dan
pemangku kepentingan lainnya tanggung jawab Sekretaris Perusahaan lainnya adalah sebagai berikut:
1. Mengikuti perkembangan Pasar Modal khususnya peraturan perundang – undangan yang berlaku di
bidang Pasar Modal;
2. Memberikan masukan kepada Direksi dan Dewan Komisaris untuk mematuhi ketentuan peraturan
perundang – undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal;
3. Membantu Direksi dan Dewan Komisaris dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan yang meliputi:
a. Keterbukaan informasi kepada masyarakat, termasuk ketersediaan informasi pada Situs Web
Perusahaan;
b. Penyampaian laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan tepat waktu;
c. Penyelenggaraan dan dokumentasi Rapat Umum Pemegang Saham;
d. Penyelenggaraan dan dokumentasi rapat Direksi dan/atau Dewan Komisari; dan
e. Pelaksanaan program orientasi terhadap perusahaan bagi Direksi dan/atau Dewan Komisaris.
4. Sebagai penghubung Perusahaan dengan pemegang saham Emiten atau Perusahaan Publik, Otoritas
Jasa Keuangan, dan pemangku kepentingan umum lainnya;
5. Sekretaris Perusahaan dan pegawai dalam unit kerja yang menjalankan fungi sekretaris perusahaan
wajib menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi yang bersifat rahasia kecuali dalam rangka
memenuhi kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau ditentukan lain dalam
peraturan perundang-undangan;
6. Sekretaris Perusahaan dan pegawai dalam unit kerja yang menjalankan fungsi sekretaris perusahaan
dilarang mengambil keuntungan pribadi secara langsung maupun tidak langsung, yang merugikan
Emiten atau Perusahaan Publik;
7. Dalam rangka mengingkatkan pengetahuan dan pemahaman untuk membantu pelaksanaan tugasnya,
Sekretaris Perusahaan harus mengikuti pendidikan dan/atau pelatihan;
8. Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab kepada Direksi;
9. Setiap informasi yang disampaikan oleh sekretaris perusahaan kepada masyarakat merupakan
informasi resmi Perusahaan;
10. Mengelola Rapat Gabungan Komisaris dan Direksi dan mencatat agenda, minute, kebijakan, keputusan,
dan data – data yang dihasilkan didalam Rapat Gabungan Komisaris dan Direksi;
11. Membantu Direksi dalam pemecahan masalah – masalah Perusahaan secara umum;
12. Mengawasi jalannya aplikasi peraturan yang berlaku dengan tetap berpedoman pada prinsip GCG;
13. Menatausahakan serta menyimpan dokumen – dokumen Perusahaan;
14. Memberikan pelayanan kepada masyarakat atau shareholder atas informasi yang dibutuhkan pemodal
yang berkaitan dengan kondisi Perusahaan.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VI - 6
6.3.5. Audit Internal
Perseroan membangun fungsi Sekretaris Perusahaan untuk mematuhi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
No.56/POJK.04/2015 tentang pembentukan dan pedoman untuk Penyusunan Piagam Unit Internal Audit.
Audit Internal adalah sebuah fungsi untuk menjamin dan memberikan konsultasi secara independen dan
obyektif untuk menambah nilai dan meningkatkan kegiatan operasional Perseroan. Fungsi ini membantu
Perseroan mencapai tujuannya melalui pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko, kontrol dan tata kelola. Dalam melaksanakan tugasnya,
Auditor Internal akan menerapkan dan menjunjung prinsip integritas, objektivitas, kerahasiaan dan
kompetensi.
Fungsi Unit Audit Internal adalah untuk memberikan jaminan yang independen dan obyektif terhadap
efektivitas dan integritas operasional Perseroan. Dalam melaksanakan tugasnya, Audit Internal memberikan
konsultasi kepada departemen dan unit tertentu untuk memperkuat operasional masing-masing.
Tanggung jawab Departemen Internal Audit meliputi:
1. Menyusun dan melaksanakan rencana Audit Internal tahunan;
2. Menguji dan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian interen dan sistem manajemen risiko sesuai
dengan kebijakan Perusahaan;
3. Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas di bidang keuangan, akuntansi,
operasional, sumber daya manusia, pemasaran, teknologi informasi dan kegiatan lainnya;
4. Memberikan saran perbaikan dan informasi yang obyektif tentang kegiatan yang diperiksa pada semua
tingkat manajemen;
5. Membuat laporan hasil audit dan menyampaikan laporan tersebut kepada direktur utama dan dewan
komisaris;
6. Memantau, menganalisis dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang telah disarankan;
7. Bekerja sama dengan Komite Audit;
8. Menyusun program untuk mengevaluasi mutu kegiatan audit internal yang dilakukannya; dan
9. Melakukan pemeriksaan khusus apabila diperlukan.
6.3.6. Komposisi Karyawan
Berdasarkan laporan keuangan Perseroan, hingga 31 Desember 2019 jumlah karyawan sebanyak 114
karyawan. Berikut komposisi Distribusi komposisi karyawan berdasarkan jenjang jabatan, pendidikan, usia
serta lokasi cabang dengan rincian sebagai berikut:
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VI - 7
Tabel 6.1 Jumlah Karyawan Berdasarkan Tingkatan Jabatan
Jenjang Jabatan 2018 2019
Tetap Kontrak Tetap Kontrak
Direksi 2 - 2 -
Manager 7 3 12 2
Supervisor 12 1 12 1
Pelaksana 47 25 77 8
Jumlah 68 29 103 11
Tabel 6.2 Jumlah Karyawan Berdasarkan Tingkatan Pendidikan
Jenjang Pendidikan 2018 2019
Tetap Kontrak Tetap Kontrak
Doktor (S3) - - - -
Magister (2) 2 - 3 -
Sarjana (S1) 29 16 36 7
Sarjana Muda (D3) 9 2 10 -
Non Sarjana 28 11 54 4
Jumlah 68 29 103 11
Tabel 6.3 Jumlah Karyawan Berdasarkan Tingkatan Usia
Jenjang Usia 2018 2019
Tetap Kontrak Tetap Kontrak
< 20 1 12 4 1
21 - 30 24 16 39 6
31 - 40 30 6 38 2
41 - 50 11 5 18 2
51 - 60 2 - 4 -
Jumlah 68 29 103 11
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VI - 8
Tabel 6.4 Jumlah Karyawan Berdasarkan Lokasi Kantor Perwakilan
Lokasi Kantor Perwakilan 2018 2019
Tetap Kontrak Tetap Kontrak
Jakarta 54 21 83 9
Bekasi 2 1 3 -
Semarang 2 3 4 1
Surabaya 7 - 7 -
Bandung 2 2 3 1
Medan 1 1 2 -
Palembang - 1 1 -
Jumlah 68 29 103 11
6.4. Manajemen Penambahan Kegiatan Usaha Perseroan
Berdasarkan informasi Perseroan, bahwa belum ada penambahan karyawan untuk struktur organisasi yang
baru dalam rangka penambahan kegiatan usaha Perseroan. Karyawan yang tersusun dalam organisasi
yang baru sebagai karyawan utama untuk penambahan kegiatan usaha adalah pengalihan dari struktur
organisasi yang lama yang diberi jabatan yang baru. Berikut susunan pengurus organisasi untuk
penambahan kegiatan usaha Perseroan.
Tabel 6.5 Susunan Struktur Organisasi Penambahan Kegiatan Usaha Perseroan
No. Nama Jabatan
1 Butar Tio Business Development Senior Manager
2 Wilijon Kasiman IT Manager
3 Alvin Sutarman Operasional Supervisor
4 Ahmad Fauzi Operasional Supervisor
5 Eko Tantri Finance & Accounting Manager
1. Nama : Butar Tio
Jabatan : Business Development Senior Manager
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 11 Juni 1978
Pendidikan : S2 Bisnis Administrasi
Pengalaman : 2016 – Sekarang sebagai Dealing Branch Head
2. Nama : Wilijon Kasiman
Jabatan : IT Manager
Tempat/Tanggal Lahir : 5 Maret 1988
Pendidikan : S1 Ilmu Komputer
Pengalaman : Programer
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VI - 9
3. Nama : Alvin Sutarman
Jabatan : Operasional Supervisor
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 29 November 1990
Pendidikan : SMK
Pengalaman : Spv. Operasional Kantor
4. Nama : Ahmad fauzi
Jabatan : Operasional Supervisor
Tempat/Tanggal Lahir : Bogor, 26 Oktober 1987
Pendidikan : D1 Teknologi Informatika
Pengalaman : Spv. IT
5. Nama : Eko Tantri
Jabatan : Finance & Accounting Manager
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 19 September 1989
Pendidikan : S2 Manajemen, CPA (Certified Public Accountant)
Pengalaman : Associate Manager – External Auditor
6.5. Kesimpulan Analisa Kelayakan Model Manajemen
Berdasarkan struktur organisasi Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang, jumlah personel, dan
pengelolaan manajemen Perseroan, maka secara umum hal tersebut telah cukup mendukung operasional
kerja perusahaan dalam Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang secara pola bisnis layak untuk
dilaksanakan.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VII - 1
BAB VII
ASPEK RISIKO
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, tentunya Perseroan tidak terlepas dari berbagai macam risiko. Risiko yang
terkait langsung dengan industri jasa yang dihadapi oleh Perseroan dapat dilihat pada uraian berikut ini.
7.1. Risiko Kondisi Perekonomian Nasional
Kondisi perekonomian global dan lokal serta indikator-indikator perekonomian seperti inflasi, tingkat suku
bunga, nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, perlambatan ekonomi dan lain-lain dapat
mempengaruhi pendapatan dan keuntungan Perseroan. Dalam meminimalisasi risiko perekonomian,
Perseroan harus terus menerus memperbarui informasi terkait dengan perekonomian lokal secara spesifik
dan global secara umum serta melakukan analisa mendalam terhadap posisi keuangan Perseroan secara
reguler. Terkait dengan risiko suku bunga, Perseroan dapat mengelola beban bunga dan suku bunga tetap
dengan mengevaluasi kecenderungan suku bunga pasar. Perseroan juga dapat melakukan penelaahan
berbagai suku bunga yang ditawarkan oleh kreditur untuk mendapatkan suku bunga yang menguntungkan
sebelum mengambil keputusan untuk melakukan perikatan utang.
7.2. Risiko Operasional
Risiko yang umumnya terjadi disebabkan karena kekurangan dan atau kegagalan proses internal,
kesalahan manusia (human error), kegagalan sistem ataupun permasalahan-permasalahan yang
berdampak pada keseluruhan operasi usaha Perseroan, dimulai dari tahapan business development,
sampai dengan estate maintenance/management. Jika hal tersebut tidak disikapi dengan tepat maka akan
dapat mempengaruhi pendapatan dan keuntungan Perseroan. Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan
kegiatan pelatihan dan pengembangan terhadap karyawan Perseroan yang disesuaikan dengan bidang
pekerjaan masing-masing.
7.3. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko bahwa Perseroan akan mengalami kesulitan dalam membayar liabilitas
keuangannya. Perseroan mengelola risiko likuiditas dengan mempertahankan kas dan setara kas yang
cukup dalam memenuhi kebutuhan kas jangka pendeknya. Perseroan juga harus secara rutin mengevaluasi
proyeksi arus kas dan arus kas aktual, serta jadwal tanggal jatuh tempo aset dan liabilitas keuangan yang
jika tidak terkontrol dengan baik. Perseroan membuat perencanaan serta memastikan bahwa Perseroan
selalu memiliki dana memenuhi kewajiban ketika liabilitas tersebut jatuh tempo, hal tersebut dapat
berdampak merugikan terhadap kondisi keuangan Perseroan.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VII - 2
7.4. Risiko Tuntutan atau Gugatan Hukum
Perseroan dapat terlibat dalam sengketa dan proses hukum dalam menjalankan kegiatan usahanya,
termasuk yang berhubungan dengan penyewaan kendaraan, persaingan, kesehatan dan keselamatan
kerja, lingkungan, tata kelola perusahaan, pencemaran lingkungan, keterbukaan informasi,
ketenagakerjaan, serta pajak yang dapat memiliki dampak material dan merugikan terhadap reputasi,
operasional dan kondisi keuangan Perseroan. Perseroan saat ini tidak terlibat dalam sengketa hukum atau
penyelidikan yang dilakukan Pemerintah yang bersifat material. Apabila di masa mendatang Perseroan
terlibat dalam sengketa dan proses hukum yang material maka hasil dari proses hukum tersebut dapat
berdampak merugikan terhadap kondisi keuangan Perseroan. Untuk menjaga kondisi Perseroan yang sehat
dalam semua aspek, Perseroan harus selalu menjaga hubungan dengan semua pihak baik internal maupun
eksternal dengan cara mentaati peraturan yang berlaku, sehingga tercipta hubungan yang dinamis dan
konsisten.
7.5. Risiko Persaingan Usaha
Risiko Persaingan Usaha Penyewaan Kendaraan yang dikembangkan Perseroan di masa akan datang
akan menghadapi kompetisi dari pengembang lainnya dalam hal lokasi, fasilitas, infrastruktur pendukung,
pelayanan dan harga. Untuk mengurangi risiko tersebut, Perseroan harus mengadakan pemasaran tepat
sasaran yang agresif dan pelayanan yang maksimal dan konsisten, baik kepada pelanggan existing maupun
baru, jika tidak, pada akhirnya akan dapat mempengaruhi kinerja Perseroan.
7.6. Risiko Hubungan Industri
Dengan peraturan ketenagakerjaan yang terus berubah, Perseroan harus menjalin hubungan yang baik
dengan para karyawan dan serikat pekerja dengan mengedepankan aturan yang berlaku dan konsistensi.
Dengan demikian, apabila ada gejolak yang berpotensi menimbulkan gangguan operasional Perseroan
maka dapat diketahui secara dini. Gangguan terhadap hubungan industrial dapat mempengaruhi kegiatan
operasional, biaya, dan reputasi Perseroan yang pada akhirnya akan dapat mempengaruhi kinerja
Perseroan.
7.7. Risiko Sumber Daya Manusia
Penting bagi Perseroan untuk dapat menarik, mengembangkan, dan mempertahankan karyawan yang
berkualitas dalam jumlah yang tepat untuk dapat bersaing dan berkembang secara efektif. Di negara
berkembang, terdapat persaingan yang ketat untuk mendapatkan talenta berbakat yang jumlahnya terbatas.
Lepasnya talenta pada posisi manajemen atau posisi inti lainnya, atau ketidakmampuan untuk
mengidentifikasi, menarik atau mempertahankan karyawan yang berkualitas, akan mempersulit
pengelolaan bisnis dan mempengaruhi operasi dan hasil keuangan yang pada akhirnya akan dapat
mempengaruhi kinerja Perseroan. Untuk meminimalisasi risiko tersebut, Perseroan melakukan pendekatan
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VII - 3
yang berlangsung dengan mempertahankan kepuasan karyawan melalui remunerasi yang kompetitif serta
program manajemen kinerja untuk menanamkan motivasi yang tinggi.
7.8. Risiko Sistem dan Informasi
Dalam menjalankan kegiatan usaha, Perseroan senantiasa berinteraksi secara elektronik dengan para
pelanggan, pemasok, dan konsumen, sehingga Perseroan sangat membutuhkan sistem dan infrastruktur
TI yang aman dan dapat diandalkan. Gangguan dalam sistem TI dapat menghambat operasi bisnis di
berbagai area, termasuk menghambat penjualan, dan siklus arus kas Perseroan yang pada akhirnya akan
dapat mempengaruhi kinerja Perseroan. Agar risiko tersebut dapat diminimalisasi, Perseroan harus selalu
mengevaluasi secara rutin dan mengoptimalkan kebutuhan internet sebagai basis infrastruktur operasional
Perseroan dalam sistem dan informasi.
7.9. Risiko Produk yang Aman dan Berkualitas
Dalam pengelolaan properti berupa properti sewa, terdapat risiko dalam hal pengelolaan properti. Risiko ini
dapat disebabkan oleh kesalahan manusia, kegagalan peralatan atau faktor eksternal lainnya yang pada
akhirnya akan dapat mempengaruhi kinerja Perseroan. Risiko ini dapat dikurangi dengan cara selalu
menjalankan standar operasional prosedur yang ketat terhadap properti yang disewakan sebelum dikirim
ke pelanggan.
7.10. Risiko Hubungan Dengan Pelanggan
Pertumbuhan bisnis Perseroan secara berkesinambungan, bergantung pada keberhasilan dalam
membangun hubungan yang erat dengan para pelanggan. Perseroan perlu mempertahankan hubungan
baik dengan para pelanggan dan membangun hubungan baru dengan pelanggan yang terkait dengan
usaha yang dijalankan Perseroan. Kualitas hubungan yang baik dengan para pelanggan, juga menentukan
kemampuan Perseroan dalam mengamankan harga dan membuat perjanjian kerjasama yang
menguntungkan. Kegagalan untuk mempertahankan hubungan yang erat dengan pelanggan dapat
berdampak negatif terhadap perjanjian kerjasama Perseroan dengan pelanggan yang bersangkutan yang
pada akhirnya akan dapat mempengaruhi kinerja Perseroan. Risiko hubungan dengan pelanggan dapat
diminimalisasi Perseroan dengan cara mengutamakan mutu pelayanan dengan harga yang sesuai, servis
after sales, menjaga pelayanan yang cepat dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dengan menjamin
ketersediaan stok kendaraan yang cukup dan beragam jenisnya, dan menjaga fokus untuk mengutamakan
pelayanan dan kepuasan pelanggan.
7.11. Analisis SWOT
7.11.1. Strength (Kekuatan)
1. Semua armada yang dimiliki Perseroan merupakan mobil baru yang disewakan untuk pelanggan
2. Perseroan juga mengutamakan kepuasan pelanggan melalu servis yang maksimal (service oriented)
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VII - 4
3. Memberikan harga yang bersaing dengan pesaing-pesaing lainnya sehingga Perseroan secara perlahan
memiliki captive market tersendiri diantara para pesaing.
4. Positioning dalam memasuki pasar tertentu. Perseroan berfokus pada segmen pasar yang less price
sensitive, dan lebih mengutamakan mutu pelayanan dengan harga yang sesuai.
5. Kecepatan pemenuhan kebutuhan. Perseroan menjaga adanya stok kendaraan yang cukup dan juga
beragam jenisnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dalam waktu yang relatif lebih
singkat.
6. Fokus pada pelanggan. Perseroan mengutamakan pelayanan dan kepuasan pelanggan, salah satunya
melalui ketersediaan call center 24 jam untuk dapat memberikan layanan tindak lanjut apabila ada
kerusakan pada kendaraan yang digunakan pelanggan. Perseroan juga menyediakan customize service
bagi pelanggan yang memerlukan.
7.11.2. Weakness (Kelemahan)
1. Perseroan merupakan pemain baru dalam bidang jasa transportasi, meskipun Group Batavia sudah
lama berdiri dan cukup terkenal dengan reputasi yang baik, namun bidang yang dianyomi selama ini
adalah dalam bidang keuangan
2. Harga yang relatif tinggi dibandingkan dengan pesaing-pesaing lainnya dikarenakan Perseroan
mengutamakan service excellence.
7.11.3. Opportunity (Peluang)
1. Dengan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat, dan pertumbuhan bisnis penyewaan
kendaraan yang terus meningkat di Jakarta diharapakan permintaan terhadap penyewaan kendaraan
akan meningkat.
2. Tingginya permintaan perusahaan-perusahaan akan penyewaan kendaraan untuk menunjang aktivitas
perusahaan baik swasta maupun pemerintah.
3. Perkembangan teknologi, memberikan pelayanan yang sangat mudah dengan pemanfaatan aplikasi
online.
7.11.4. Threat (Ancaman)
1. Kompetisi dari pengembang lainnya dalam hal fasilitas, infrastruktur pendukung, pelayanan dan harga.
2. Perang harga terutama pada rental-rental tradisional yang membanting harga.
3. Ketidakjelasan kondisi ekonomi Dunia saat ini menjadi ancaman tersendiri terhadap perkembangan
ekonomi Indonesia sehingga dikhawatirkan akan berdampak terhadap pelemahan ekonomi dan
permintaan terhadap kebutuhan sewa kendaraan.
4. Sebagai perusahaan yang berorientasi terhadap profit, Perseroan juga harus menjaga likuiditas kas agar
tetap dapat memenuhi kebutuhan operasional perusahaan.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VII - 5
7.12. Kesimpulan
Berdasarkan analisis risiko yang telah diuraikan tersebut maka risiko yang akan timbul dalam Perseroan
Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang, baik risiko internal maupun eksternal akan dapat
diprediksikan sejak dini, sehingga manajemen dapat dengan cepat menyiapkan langkah antisipasinya.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VIII - 1
BAB VIII
ASPEK KEUANGAN
Analisis keuangan dalam Studi Kelayakan menggunakan metode diskonto arus kas (discounted cash flow) dengan
mengacu pada kriteria net present value (NPV), dimana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang Perseroan dapat
dikatakan layak atau menguntungkan jika NPV lebih besar dari nol, analisa internal rate of return (IRR) perubahan
menunjukkan jumlah yang lebih besar dari pada diskonto yang digunakan, serta profitability index (PI) adalah teknik
penganggaran modal untuk mengevaluasi proyek-proyek investasi untuk kelangsungan hidup atau profitabilitas,
menunjukkan perhitungan lebih besar dari pada satu.
Proyeksi keuangan yang digunakan dalam Studi Kelayakan didasarkan pada proyeksi keuangan yang disusun oleh
manajemen Perseroan. Kami telah melakukan penyesuaian terhadap proyeksi tersebut berdasarkan kondisi pasar,
pengalaman, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku secara umum, agar dapat menggambarkan kondisi operasi
dan kinerja Perseroan dengan lebih wajar. Secara garis besar, tidak ada penyesuaian yang signifikan yang kami
lakukan terhadap target kinerja Perseroan.
8.1. Arus Kas Bersih yang Digunakan
Untuk melakukan analisis keuangan dalam Studi Kelayakan dengan menggunakan metode diskonto arus kas,
terdapat 3 (tiga) pilihan pendapatan ekonomi untuk didiskonto yaitu dividen, arus kas bersih (AKB) untuk ekuitas
(free cash flow to equity), dan AKB untuk kapital (free cash flow to invested capital) atau AKB untuk perusahaan
(free cash flow to firm).
Dalam Studi Kelayakan, pendapatan ekonomi yang akan didiskonto dalam analisis kelayakan adalah AKB untuk
kapital. Pemilihan arus kas bersih untuk kapital yang digunakan sebagai basis perhitungan kelayakan didasarkan
pada kondisi proyeksi perusahaan yang mencerminkan kondisi struktur capital yang cukup volatile (yang terlihat
dari pergerakan debt yang berubah selama periode proyeksi).
Pengertian AKB berarti bahwa arus kas yang diperoleh sudah bebas dari kewajiban penyediaan pengeluaran
barang modal (capital expenditure), baik untuk mempertahankan operasi perusahaan saat ini maupun penyediaan
cadangan untuk penggantian (reserve for replacement), modal kerja, dan untuk pertumbuhan melalui penyediaan
dana tambahan pengeluaran barang modal, yang dihitung sebagai berikut:
Laba (rugi) setelah pajak
+ Bunga setelah pajak
+ Penyusutan
– Capex
– Kenaikan (atau + penurunan) modal kerja bersih
= Arus kas bersih untuk kapital
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VIII - 2
8.2. Penentuan Tingkat Diskonto
Untuk mendiskonto arus kas bersih tiap-tiap tahun, tingkat diskonto yang digunakan adalah biaya modal ekuitas
(cost of equity) digunakan capital asset pricing model (CAPM) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
RBDSRPRk mfe −+= )(
dimana:
ke = Balikan yang diharapkan dari suatu sekuritas tertentu, atau biaya modal ekuitas/saham biasa
Rf = Tingkat balikan yang tersedia untuk suatu sekuritas bebas risiko (risk free rate)
β = Beta
RPm = Premi risiko ekuitas untuk pasar secara keseluruhan (equity risk premium)
RBDS = Rating-based default spread
Rf adalah tingkat suku bunga untuk instrumen-instrumen yang dianggap tidak memiliki kemungkinan gagal bayar.
Di Indonesia, instrumen bebas risiko yang dapat dipilih adalah tingkat bunga Obligasi Pemerintah untuk jangka
panjang. Terkait dengan tanggal penilaian yang jatuh pada tanggal 31 Desember 2019, maka instrumen bebas
risiko yang dipakai adalah obligasi Pemerintah RI dalam mata uang rupiah dengan tenor 30 tahun dengan yield
sebesar 7,82% yang diperoleh dari situs www.ibpa.co.id, dan angka tersebut akan digunakan sebagai tingkat
balikan bebas risiko.
RPm adalah selisih antara tingkat bunga investasi bebas risiko dengan tingkat balikan investasi dalam bentuk
penyertaan. Penentuan equity market risk premium memasukkan premi untuk risiko spesifik negara (country-
specific risk premiums) seperti volatilitas harga saham untuk menghasilkan base equity market risk premium.
Dengan mengikutsertakan risiko-risiko ini, dihasilkan tingkat diskonto yang mengakomodasi perubahan-perubahan
sentimen jangka pendek di sekuritas pada pasar negara yang bersangkutan. Untuk penilaian ini, kami
menggunakan tingkat premi risiko sebesar 9,49%, yang diolah dari hasil penelitian Aswath Damodaran yang
diterbitkan tanggal 01 April 2020.
Beta (β) adalah faktor untuk meliput risiko sistematis dari suatu ekuitas. Beta akan dikalikan dengan market risk
premium untuk mendapatkan equity risk premium.
Untuk memperoleh faktor beta yang sesuai kami menggunakan unlevered beta sebesar 0,79 yang diperoleh dari
rata-rata perusahaan pembanding dari perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha Transportation untuk
negara-negara berkembang yang kami peroleh dari hasil riset Aswath Damodaran 05 Januari 2020.
Dalam perhitungan digunakan beta dari perusahaan-perusahaan tersebut sebagai beta untuk menghitung cost of
equity BPTR, di mana beta tersebut dihitung dari rata-rata unlevered beta. Cara ini dilakukan untuk menetralisir
pengaruh leverage yang ada di masing-masing perusahaan terhadap beta. Perusahaan yang sama dengan
leverage yang berbeda akan memiliki cost of equity yang berbeda pula, oleh karena itu pengaruh leverage yang
ada di tiap perusahaan perlu dinetralisir dengan cara menghitung unlevered beta.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VIII - 3
Unlevered beta rata-rata perusahaan pembanding yang diperoleh dari perhitungan ini kemudian di-relevered
dengan tingkat leverage pasar pada industri sejenis untuk memperoleh beta yang sesuai untuk mendiskonto BPTR
tersebut dengan formula sebagai berikut:
𝛽𝐿 = 𝛽𝑈 × (1 + (1 − 𝑇) × 𝐷𝐸𝑅)
dimana:
T: Tingkat pajak
DER: Debt to equity ratio
𝛽𝐿: Beta levered, yaitu ukuran risiko sistematis dari suatu saham yang diukur secara obyektif dari
responsivitas pengembalian perusahaan terhadap pergerakan pengembalian portofolio pasar apabila
dibandingkan dengan portofolio pasar dengan pengaruh utang.
𝛽𝑈: Beta unlevered, yaitu ukuran risiko sistematis dari suatu saham yang diukur secara obyektif dari
responsivitas pengembalian perusahaan terhadap pergerakan pengembalian portofolio pasar apabila
dibandingkan dengan portofolio pasar tanpa pengaruh utang.
Sama halnya dengan data unlevered beta, data DER juga diperoleh dari rata-rata perusahaan pembanding dari
perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha Transportation untuk negara-negara berkembang yang kami
peroleh dari hasil riset Aswath Damodaran yang dikeluarkan Januari 2020. Dari data tersebut nilai DER adalah
55,00%. Dengan memasukkan persamaan diatas, diperoleh nilai βL sebesar 1,21.
Dalam penilaian ini juga digunakan RBDS untuk melakukan penyesuaian terhadap biaya modal ekuitas mengingat
dalam perhitungan biaya modal ekuitas ini digunakan RPm yang berasal dari hasil riset Aswath Damodaran,
dimana RBDS sebesar 1,59% digunakan untuk mengurangi besaran biaya modal ekuitas.
Berdasarkan nilai beta tersebut, maka dengan menggunakan persamaan CAPM diperoleh biaya modal atas
ekuitas BPTR adalah:
Tabel 8.1. Biaya Modal/Ekuitas BPTR
Keterangan Persentase
- Tingkat Bunga Bebas Risiko 7,82%
- Premi Risiko Market 9,49%
Beta 1,12
RDBS 1,59%
Biaya Modal untuk Ekuitas 17,89%
Biaya Modal Tertimbang
Menghitung analisa studi kelayakan BPTR dilakukan dengan mendiskonto tingkat kembalian terhadap keseluruhan
modal, maka tingkat diskonto yang digunakan adalah tingkat diskonto yang merupakan rata-rata tertimbang biaya
modal, baik yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun yang berasal dari penyertaan.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VIII - 4
Penentuan posisi tingkat leverage yang optimal adalah mencari titik dimana tambahan penghematan pajak yang
berasal dari tambahan hutang akan sama dengan tambahan biaya bunga sebagai akibat dari risiko gagal bayar
yang diantisipasi dari keberadaan keseluruhan hutang.
Dalam analisa studi kelayakan ini, untuk biaya bunga untuk hutang digunakan tingkat bunga pinjaman rata-rata
dalam mata uang Rupiah dari bank pemerintah periode Desember 2019, yaitu 9,75%. Berdasarkan biaya bunga
tersebut maka diperoleh biaya modal pada Desember 2019 sampai akhir proyeksi sebesar 7,31%, dengan tarif
pajak (T) 25%, dengan perhitungan sebagai berikut:
Untuk kepentingan analisa studi kelayakan, komposisi pendanaan dihitung berdasarkan kinerja perbandingan
interest bearing debt dengan ekuitasnya, dimana komposisi struktur permodalan BPTR diasumsikan mengikuti
struktur permodalan pasar dari hasil riset Aswath Damodaran. Dengan demikian struktur hutang sebesar 35,48%,
sedangkan sisanya yaitu sebesar 64,52% akan dipenuhi dengan modal sendiri. Dengan mempertimbangkan faktor-
faktor di atas dan kekuatan/kelebihan serta risiko yang dihadapi, kami berpendapat bahwa tingkat diskonto sebesar
14,13% untuk BPTR adalah wajar untuk mendiskonto arus kas bersih dengan perhitungan sebagai berikut:
Tabel 8.2. Perhitungan WACC
Keterangan Komposisi Biaya Modal Rata-rata Tertimbang
Hutang 35,48% 7,31% 2,59%
Ekuitas 64,52% 17,89% 11,54%
WACC 14,13%
8.3. Proyeksi Keuangan
Perhitungan analisis keuangan dalam Studi Kelayakan dilakukan dengan metode diskonto arus kas yang
didasarkan pada proyeksi keuangan yang disusun oleh manajemen Perseroan. Kami telah melakukan
penyesuaian terhadap proyeksi tersebut agar dapat menggambarkan kondisi operasi dan kinerja Perseroan
dengan lebih wajar. Secara garis besar, tidak ada penyesuaian yang signifikan yang kami lakukan terhadap target
kinerja Perseroan.
Mengingat bahwa terdapat dua skenario proyeksi keuangan, yaitu proyeksi keuangan tanpa Rencana
Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang dan proyeksi keuangan dengan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha
Penunjang, maka analisis kelayakan atas Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang harus didasarkan
pada analisis inkremental dari dua skenario proyeksi keuangan tersebut.
Untuk menentukan kelayakan, digunakan analisis NPV, IRR dan PI inkremental yang dihitung dengan
mengurangkan NPV dari AKB untuk ekuitas tanpa Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang terhadap
NPV dari AKB untuk ekuitas dengan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang.
Kd = i x (1-T)
Kd = 9,75% x (1-25%) = 7,31%
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VIII - 5
8.3.1. Proyeksi Keuangan Dengan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang Perseroan
Proyeksi keuangan dengan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang disusun dengan memperhatikan
bahwa Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang telah dilaksakan dan Perseroan memperoleh dana dari
hasil tersebut. Dengan dilaksanakannya Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang, Perseroan
mendapatkan tambahan pendapatan yang berasal dari pemanfaatan unit mobil yang tidak produktif sebesar sekitar
kurang lebih 10% dari jumlah keseluruhan unit mobil yang ada, yaitu sebesar 2.648 unit mobil.
Asumsi-asumsi yang mendasari penyusunan proyeksi keuangan adalah sebagai berikut:
- Penyusunan asumsi sampai tahun 2024, atas pertimbangan bahwa kegiatan penambahan usaha
penunjang ini tidak memerlukan biaya capex (biaya investasi) yang tinggi dan usaha utama Perseroan
mempunyai kesamaan dengan kegiatan penambahan usaha penunjang, salah satunya yaitu persewaan
mobil, sehingga market untuk kegiatan penambahan usaha penunjang tidak sulit untuk memasarkannya;
- Pendapatan Perseroan diproyeksikan rata-rata naik sebesar 16,99% selama tahun 2020–2024 (CAGR).
Prediksi kenaikan penjualan diperoleh dari manajemen Perseroan atas pertimbangan bahwa Perseroan
mulai beroperasional sejak tahun 2015, lebih dari 3 tahun dalam industri transportasi, dan memiliki growth
penjualan historikal yang lebih besar dari pada asumsi prediksi yang digunakan saat ini;
- Beban pokok pendapatan/penjualan diproyeksikan rata-rata sebesar 26,11% dari pendapatan/penjualan
selama tahun 2020–2024;
- Beban usaha diproyeksikan rata-rata sebesar 14,62% mengalami kenaikan per tahun selama tahun
2020–2024;
- Pada pertengahan tahun 2019 Perseroan diproyeksikan menerima pendapatan dari Rencana
Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang dalam penyewaan mobil yang tidak produktif;
- Sumber daya yang tersedia untuk kegiatan penambahan usaha penunjang adalah kurang lebih 10% dari
jumlah keseluruhan unit mobil yang tersedia. Dimana jumlah tersebut merupakan jumlah idle yang dari
kegiatan usaha utama sebelum ada penambahan kegiatan usaha penunjang, dengan tikat okupansi 30%
dari kendaraan yang idle tersebut di Tahun 2020 dan meningkat hingga 50% di Tahun kekal;
- Asumsi pajak penghasilan badan adalah tarif pajak yang berlaku di Indonesia, yaitu 25%.
Berikut adalah penjelasan mengenai hal-hal pokok dalam proyeksi keuangan dengan Rencana Penambahan
Kegiatan Usaha Penunjang.
1. Proyeksi Pendapatan dan Beban Pokok Pendapatan
Pendapatan Perseroan berasal dari layanan penyewaan kendaraan jangka panjang dan jangka pendek, layanan
jasa juru mudi, layanan fleet management. Selain itu Perseroan berencana akan melakukan Rencana Perubahan
Kegiatan Usaha dengan menambah usaha sehingga ada pendapatan tambahan dari kegiatan usaha tambahan
tersebut, sebagai berikut:
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VIII - 6
Tabel 8.3 Rincian Penambahan Unit Usaha
No. Nama KBLI Kode KBLI
1 Angkutan Darat Lainnya 42429
2 Angkutan Bermotor untuk Barang Umum 49431
3 Pergudangan dan Penyimpanan 52101
4 Aktivitas Kurir 53201
Gambar berikut menunjukkan proyeksi pendapatan dan beban pokok pendapatan Perseroan dengan Penambahan
Kegiatan Usaha Penunjang Perseroan mulai tahun 2020 sampai dengan tahun 2024.
Gambar 8.1
PT Batavia Prosperindo Trans Tbk
Proyeksi Pendapatan dan Beban Pokok Pendapatan Tahun 2020–2024
Dengan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang Perseroan
Sumber: Manajemen Perseroan, data diolah
Apabila ditampilkan dengan angka persentase dari tahun 2022 ke tahun 2023, adalah sebagai berikut.
Tabel 8.4 COGS to Sales, Tahun 2020-2024
Keterangan 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Des Des Des Des Des Des
Pendapatan 162.596.164 190.393.822 223.521.457 255.059.209 311.342.850 355.871.194 Beban Pokok Pendapatan (42.459.267)
(49.718.161)
(58.368.888) (66.604.445) (81.301.976)
(92.929.808)
% COGS to sales 26,11% 26,11% 26,11% 26,11% 26,11% 26,11%
2. Proyeksi Beban Usaha
Beban usaha terdiri dari beban gaji dan tunjangan, beban perijinan, beban umum dan adminitrasi, serta beban
penyusutan.
Gambar berikut menunjukkan proyeksi beban usaha mulai tahun 2020 sampai dengan tahun 2024.
2020 2021 2022 2023 2024
PENDAPATAN 190,393,822 223,521,457 255,059,209 311,342,850 355,871,194
BEBAN POKOK PENDAPATAN 49,718,161 58,368,888 66,604,445 81,301,976 92,929,808
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
350,000,000
400,000,000
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VIII - 7
Gambar 8.2
PT Batavia Prosperindo Trans Tbk
Proyeksi Beban Usaha Tahun 2020–2024
Dengan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang
Sumber: Manajemen Perseroan, data diolah
3. Proyeksi Laba Sebelum Pajak dan Laba Bersih
Gambar berikut menunjukkan proyeksi laba sebelum pajak dan laba bersih Perseroan dengan Rencana
Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang mulai tahun 2020 sampai dengan tahun 2024.
Gambar 8.3
PT Batavia Prosperindo Trans Tbk
Proyeksi Laba Sebelum Pajak dan Laba Bersih Tahun 2020–2024
Dengan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang
Sumber: Manajemen Perseroan, data diolah
4. Biaya Pendirian dan Sumber Pembiayaan
Dalam merealisasikan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang, Perseroan tidak melakukan pengadaan
unit mobil baru, karena Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang akan dijalankan dengan memanfaatkan
aset milik Perseroan yang belum tersewa dan telah dimiliki sebelumnya oleh Perseroan yang saat ini berada di
garasi milik Perseroan sekitar ±10% dari jumlah unit mobil keseluruhan. Dengan demikian Rencana Penambahan
2020 2021 2022 2023 2024
PENDAPATAN 190,393,822 223,521,457 255,059,209 311,342,850 355,871,194
BEBAN USAHA 87,685,225 103,708,671 116,826,045 138,271,993 156,467,607
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
350,000,000
400,000,000
2020 2021 2022 2023 2024
LABA (RUGI) SEBELUMMANFAAT PAJAK PENGHASILAN
17,969,171 23,325,571 25,309,777 39,078,442 49,253,197
LABA (RUGI) TAHUN BERJALAN 13,476,878 17,494,179 18,982,333 29,308,831 36,939,898
-
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VIII - 8
Kegiatan Usaha Penunjang tidak memerlukan sumber pembiayaan dan pihak bank atau dari pemegang saham
Perseroan.
5. Modal Kerja
Dalam kegiatan usaha layanan layanan Angkutan Darat Lainnya (KBLI: 42429), Angkutan Bermotor untuk Barang
Umum (KBLI: 49431), Pergudangan dan Penyimpanan (KBLI: 52101), Aktivitas Kurir (KBLI: 53201) yang akan
dilakukan oleh Perseroan, tidak diperlukan modal kerja tambahan, dikarenakan bahwa pendapatan sewa diterima
dengan sistem cash basis, dan beban usaha terkait juga dibayarkan dengan sistem cash basis.
6. Biaya Operasional
Biaya operasional layanan Angkutan Darat Lainnya (KBLI: 42429), Angkutan Bermotor untuk Barang Umum (KBLI:
49431), Pergudangan dan Penyimpanan (KBLI: 52101), Aktivitas Kurir (KBLI: 53201) terdiri dari biaya perijinan.
Berdasarkan proyeksi dari manajemen, besaran biaya operasional diperkirakan mengalami kenaikan yang tidak
signifikan dibandingkan dengan kondisi tanpa melakukan penambahan usaha. Beban operasional yang bersifat
variabel terefleksi dalam beban pokok pendapatan, sedangkan beban bersifat tetap tidak ada, dikarenakan
manajemen Perseroan tidak menambah jumlah karyawan.
Tabel 8.5
PT Batavia Prosperindo Trans Tbk
Proyeksi Pendapatan dan Biaya Operasional (Rp Ribu)
Keterangan 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Des Des Des Des Des Des
PENDAPATAN 162.596.164 190.393.822 223.521.457 255.059.209 311.342.850 355.871.194
Sewa operasi 157.403.299
Jasa pengemudi 5.110.918
Lain-lain 81.947
BEBAN POKOK PENDAPATAN (96.040.749) (49.718.161) (58.368.888) (66.604.445) (81.301.976) (92.929.808)
LABA BRUTO 66.555.415 140.675.662 165.152.569 188.454.765 230.040.874 262.941.386
BEBAN USAHA
Gaji dan tunjangan (12.553.244) (13.557.504) (14.642.104) (15.813.472) (17.078.550) (18.444.834)
Biaya perijinan (239.200)
Umum dan administrasi (6.713.860) (6.917.234) (7.126.768) (7.342.650) (7.565.071) (7.794.230)
Depresiasi (COGS) - (66.971.287) (81.939.798) (93.669.923) (113.628.372) (130.228.543)
Depresiasi (1.181.303)
Total Beban Usaha (20.448.407) (87.685.225) (103.708.671) (116.826.045) (138.271.993) (156.467.607)
LABA (RUGI) USAHA 46.107.008 52.990.437 61.443.898 71.628.720 91.768.881 106.473.780
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN
Keuntungan (kerugian) revaluasi aset tetap (446.836)
Penghasilan bunga 11.342
Laba perdagangan portofolio efek 38.906
Laba (rugi) dari klaim asuransi (191.558)
Beban keuangan (34.027.205) (35.021.266) (38.118.327) (46.318.942) (52.690.440) (57.220.583)
Laba (Rugi) penjualan aset tetap 954.980
Rugi selisih kurs -
Lain-lain - neto 13.707
Total Beban Lain-lain - Neto (33.646.666) (35.021.266) (38.118.327) (46.318.942) (52.690.440) (57.220.583)
LABA (RUGI) SEBELUM MANFAAT PAJAK PENGHASILAN 12.460.341 17.969.171 23.325.571 25.309.777 39.078.442 49.253.197
MANFAAT PAJAK PENGHASILAN 25% (4.352.086) (4.492.293) (5.831.393) (6.327.444) (9.769.610) (12.313.299)
LABA (RUGI) TAHUN BERJALAN 8.108.256 13.476.878 17.494.179 18.982.333 29.308.831 36.939.898
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VIII - 9
8.3.2. Proyeksi Keuangan Tanpa Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang Perseroan
Proyeksi keuangan tanpa Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang disusun dengan memperhatikan
bahwa Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang tidak dilaksanakan sehingga pendapatan utama
Perseroan berasal dari usaha layanan penyewaan kendaraan jangka panjang dan jangka pendek, layanan jasa
juru mudi dan layanan fleet management.
Asumsi-asumsi yang mendasari penyusunan proyeksi keuangan adalah sebagai berikut:
− Pendapatan Perseroan diproyeksikan rata-rata naik sebesar 16,93% selama tahun 2020–2024 (CAGR);
− Beban pokok pendapatan diproyeksikan rata-rata sebesar 26,11% dari penjualan selama tahun 2020–
2024;
− Beban usaha diproyeksikan rata-rata sebesar 14,62% mengalami kenaikan per tahun selama tahun
2020–2024;
− Pada pertengahan tahun 2019 Perseroan diproyeksikan menerima pendapatan dari Rencana
Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang dalam penyewaan mobil yang tidak produktif;
− Asumsi pajak penghasilan badan adalah tarif pajak yang berlaku di Indonesia, yaitu 25%;
− Pada pertengahan tahun 2019 Perseroan diproyeksikan menerima pendapatan dari Rencana
Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang dalam penyewaan mobil yang tidak produktif
Berikut adalah penjelasan mengenai hal-hal pokok dalam proyeksi keuangan Perseroan tanpa Rencana
Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang.
1. Proyeksi Pendapatan dan Harga Pokok Pendapatan
Pendapatan Perseroan berasal dari usaha layanan penyewaan kendaraan jangka panjang dan jangka pendek,
layanan jasa juru mudi dan layanan fleet management.
Gambar berikut menunjukkan proyeksi pendapatan dan harga pokok penjualan Perseroan tanpa Rencana
Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang mulai tahun 2020 sampai dengan tahun 2024.
Gambar 8.4
PT Batavia Prosperindo Trans Tbk
Proyeksi Pendapatan dan Harga Pokok Pendapatan Tahun 2020–2024
Tanpa Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang
Sumber: Manajemen Perseroan, data diolah
2,020 2,021 2,022 2,023 2,024
BEBAN POKOK PENDAPATAN 48,157,841 56,546,473 64,538,762 78,794,086 90,054,907
PENDAPATAN 184,418,636 216,542,585 247,148,754 301,738,982 344,861,872
-
100,000,000
200,000,000
300,000,000
400,000,000
500,000,000
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VIII - 10
2. Proyeksi Beban Usaha
Beban usaha terdiri dari beban gaji dan tunjangan, beban perijinan, beban umum dan adminitrasi, serta beban
penyusutan.
Gambar berikut menunjukkan proyeksi beban usaha Perseroan tanpa Rencana Penambahan Kegiatan Usaha
Penunjang mulai tahun 2020 sampai dengan tahun 2024.
Gambar 8.5
PT Batavia Prosperindo Trans Tbk
Proyeksi Beban Usaha Tahun 2020–2024
Tanpa Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang
Sumber: Manajemen Perseroan, data diolah
3. Proyeksi Laba Sebelum Pajak dan Laba Bersih
Gambar berikut menunjukkan proyeksi laba sebelum pajak dan laba bersih Perseroan tanpa Rencana
Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang mulai tahun 2020 sampai dengan tahun 2024.
Gambar 8.6
PT Batavia Prosperindo Trans Tbk
Proyeksi Laba Sebelum Pajak dan Laba Bersih Tahun 2020–2024
Tanpa Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang
Sumber: Manajemen Perseroan, data diolah
2,020 2,021 2,022 2,023 2,024
BEBAN USAHA 87,446,025 103,708,671 116,826,045 138,271,993 156,467,607
PENDAPATAN 184,418,636 216,542,585 247,148,754 301,738,982 344,861,872
-
100,000,000
200,000,000
300,000,000
400,000,000
500,000,000
600,000,000
2,020 2,021 2,022 2,023 2,024
LABA (RUGI) TAHUN BERJALAN 10,220,129 13,564,336 14,598,754 23,986,847 30,839,081
LABA (RUGI) SEBELUM MANFAATPAJAK PENGHASILAN
13,626,838 18,085,782 19,465,005 31,982,463 41,118,775
- 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 50,000,000 60,000,000 70,000,000 80,000,000
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VIII - 11
8.3.3. Nilai Kekal (Terminal Value)
Sebagai dasar dalam menentukan nilai kekal (terminal value) atau nilai pada periode kekal (perpetuity period),
kami menggunakan nilai sisa, yaitu nilai buku aset tetap yang digunakan dalam rencana penambahan usaha sekitar
±10% unit mobil yang idle dari total unit mobil yang dimiliki oleh Perseroan pada saat memulai usaha penambahan
tersebut, pada periode akhir proyeksi tahun 2024.
Untuk mendapatkan nilai kekal, kami mengkapitalisasikan nilai sisa tahun 2024 dengan tingkat diskonto yang
digunakan untuk kemudian didiskonto pada tahun 2024.
8.3.4. Analisis Titik Impas
Titik impas atau break even point (BEP) adalah keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi atau dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenue) sama dengan
jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. BEP dalam
Rupiah dapat diformulasikan sebagai berikut:
BEP = Total Biaya Tetap
(1- (Total Biaya Variabel))
Penjualan Berdasarkan persamaan BEP dalam Rupiah, diperoleh BEP dalam Rupiah untuk masing-masing periode selama
masa proyeksi. Nilai BEP dalam rupiah mencerminkan pendapatan minimal yang diperlukan agar terjadi BEP.
Perhitungan BEP untuk Rupiah pada proyeksi Dengan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang adalah
sebagai berikut:
Tabel 8.6
PT Batavia Prosperindo Trans Tbk
Analisis BEP Dengan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang (Rp Ribu)
Analisis BEP Dengan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha
Penunjang
Tahun
2020 2021 2022 2023 2024
Pendapatan
190.393.822 223.521.457 255.059.209 311.342.850 355.871.194
Beban pokok
49.718.161 58.368.888 66.604.445 81.301.976 92.929.808
Beban operasional
87.685.225 103.708.671 116.826.045 138.271.993 156.467.607
BEP 118.675.291 140.361.808 158.115.178 187.140.640 211.767.021
8.3.5. Analisis Profitabilitas
Analisis profitabilitas adalah analisis untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam usahanya mendapatkan
laba (profit) dari pendapatan (earning) terkait penjualan. Jenis-jenis rasio profitabilitas dipakai untuk
memperlihatkan seberapa besar laba atau keuntungan yang diperoleh dari kinerja suatu perusahaan. Sebagai
gambaran bagaimana Perseroan dalam usahanya mendapatkan laba terdapat pada tabel berikut ini.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VIII - 12
Tabel 8.7
PT Batavia Prosperindo Trans Tbk
Analisis Profitabilitas dan ROI Dengan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang
Analisis Profitibilitas & ROI Dengan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang
Tahun
2020 2021 2022 2023 2024
Gross Profit Margin 73,89% 73,89% 73,89% 73,89% 73,89%
Operating Profit Margin 27,83% 27,49% 28,08% 29,48% 29,92%
Net Profit Margin 7,08% 7,83% 7,44% 9,41% 10,38%
Return on Investment, ROI 2,06% 2,29% 2,17% 3,13% 3,51%
Return on Equity, ROE 4,46% 5,15% 5,30% 7,19% 8,31%
Dalam tabel 8.6 diatas, dapat terlihat bahwa profitabilitas Perseroan yang digambarkan dalam persentase laba
operasi (Operating Profit Margin) terhadap pendapatan dan persentase laba bersih (Net Profit Margin) terhadap
pendapatan mengalami peningkatan selama masa proyeksi tahun 2020 sampai dengan 2024, yang dapat diartikan
bahwa Perseroan memiliki kemampuan dalam menghasilkan laba bagi perusahaan semakin baik.
8.3.6. Analisis Tingkat Imbal Balik Investasi (Return on Investment)
Return on Invesment adalah rasio yang menunjukkan hasil dari jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan
atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen. Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikan
dengan mengabaikan sumber pendanaan. Dengan ROI, Perseroan dapat mengetahui seberapa efisien
perusahaan guna memanfaatkan aktiva untuk kegiatan operasional dan dapat memberikan informasi ukuran
profitabilitas Perseroan. Dalam tabel 8.6, dapat terlihat bahwa tingkat imbal balik investment mengalami
peningkatan selama masa proyeksi tahun 2020 sampai dengan 2024, yang dapat diartikan bahwa Perseroan
tingkat balikan dari investasi Perseroan semakin baik.
8.4. Kriteria Kelayakan
Kriteria kelayakan keuangan pada umumnya dilakukan dengan mengacu pada parameter investasi seperti Net
Present Value (NPV), internal rate of return (IRR), profitability index (PI), dan payback period (PP).
Analisis kelayakan atas Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang Perseroan harus didasarkan pada analisis
inkremental dari dua skenario proyeksi keuangan, yaitu proyeksi keuangan tanpa Penambahan Kegiatan Usaha
Penunjang Perseroan dan proyeksi keuangan dengan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang Perseroan. Pada
awal proyeksi terdapat pengeluaran dana sebagai biaya perijinan namun bukan dana investasi (initial outlay),
sehingga initial outlay dihitung dari keberlangsungan kegiatan usaha tambahan itu sendiri. Menurut informasi dari
manajemen Perseroan, aset yang digunakan dalam kegiatan usaha tambahan tersebut dengan memanfaatkan
aset tetap perusahaan yang tidak produktif keberadaannya yaitu sekitar ±10% dari jumlah keseluruhan unit mobil
yang saat ini berada di garasi Perseroan.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VIII - 13
Penyusunan asumsi sampai tahun 2024, atas pertimbangan bahwa kegiatan penambahan usaha ini tidak
memerlukan biaya capex (biaya investasi) yang tinggi dan usaha utama Perseroan mempunyai kesamaan dengan
kegiatan penambahan usaha penunjang, yaitu persewaan mobil, sehingga market untuk kegiatan penambahan
usaha penunjang tidak sulit untuk mendapatkannya.
Untuk mendapatkan nilai kekal, kami mengkapitalisasikan nilai sisa tahun 2024 dengan tingkat diskonto yang
digunakan untuk kemudian didiskonto pada tahun 2024.
Perhitungan terminal value dalam laporan studi kelayakan ini adalah menggunakan basis nilai sisa di akhir periode
proyeksi, hal ini guna mengedepankan prinsip kehati-hatian dan prudent dalam menganalisa. Jika menggunakan
nilai sisa dalam akhir periode proyeksi akan diperoleh indikator kelayakan seperti (NPV, PI, IRR) yang masih
menunjukkan hal yang positif (layak), sedangkan apabila menggunakan terminal value (dengan gordon growth
model) di akhiri periode proyeksi akan menghasilkan indikator kelayakan (NPV, PI, IRR) yang jauh lebih baik.
Analisis NPV bertujuan untuk melihat layak-tidaknya Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang Perseroan di masa
depan jika ditinjau pada saat sekarang dari segi keuangan. Suatu proyek yang memiliki NPV positif berarti
menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan, begitu pula sebaliknya.
Analisa internal rate of return (IRR) bertujuan untuk melihat tingkat pengembalian dari Penambahan Kegiatan
Usaha Penunjang Perseroan di masa depan jika ditinjau pada saat sekarang dari segi keuangan. Suatu proyek
yang memiliki IRR lebih besar dari pada tingkat diskonto yang digunakan berarti menguntungkan dan layak untuk
dilaksanakan, begitu pula sebaliknya.
Analisa Profitability Index (PI) adalah teknik penganggaran modal untuk mengevaluasi Penambahan Kegiatan
Usaha Penunjang Perseroan dalam kelangsungan usahanya atau profitabilitasnya dari di masa depan jika ditinjau
pada saat sekarang dari segi keuangan. Suatu proyek yang memiliki PI lebih besar dari satu berarti menguntungkan
dan layak untuk dilaksanakan, begitu pula sebaliknya.
Untuk menentukan kelayakan, digunakan analisis NPV, IRR, dan PI inkremental/perubahan yang dihitung dari hasil
selisih AKB untuk kapital (FCFF) Tanpa Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang Perseroan dengan AKB untuk
kapital (FCFF) Dengan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang Perseroan.
Dari hasil perhitungan diperoleh hasil AKB untuk kapital (FCFF) inkremental/perubahan adalah sebesar
Rp48.260.873 ribu. Kemudian analisis perhitungan NPV, IRR, dan PI inkremental/perubahan dengan diskonto
14,13%, diperoleh sebesar:
• NPV inkremental/perubahan sebesar Rp7.385.964 ribu
• IRR inkremental/perubahan sebesar 18,72%
• PI inkremental/perubahan sebesar 1,15
Perhitungan selisih AKB untuk kapital (FCFF) Tanpa Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang Perseroan dengan
AKB untuk kapital (FCFF) Dengan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang Perseroan dapat dilihat pada tabel
8.8.
Studi Kelayakan Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang – PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk. VIII - 14
Tabel 8.8
PT Batavia Prosperindo Trans Tbk
Kriteria Kelayakan
(Rp Ribu)
8.5. Kesimpulan Hasil Analisis
Berdasarkan hasil analisis atas seluruh data dan informasi yang telah diterima IDR dan dengan mempertimbangkan
semua faktor yang relevan yang mempengaruhi dalam analisis kelayakan, maka IDR berpendapat bahwa
Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang adalah layak secara finansial. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang layak untuk dilaksanakan.
Arus Kas Bersih Tanpa Penambahan Usaha
Tahun
0 2020 2021 2022 2023 2024
EAT 10.220.129 13.564.336 14.598.754 23.986.847 30.839.081
Interest*(1-T) 26.390.949 28.651.245 34.739.207 39.517.830 42.915.437
Depresiasi 66.971.287 81.939.798 93.669.923 113.628.372 130.228.543
Capex (156.649.161) (166.315.091) (195.057.035) (167.880.779) (221.526.277)
CNWC - (16.155.960) (4.102.461) (3.908.775) (6.971.484) (5.507.430)
FCFF - (69.222.756) (46.262.172) (55.957.927) 2.280.785 (23.050.646)
KETERANGAN
Arus Kas Bersih Dengan Penambahan Usaha
Tahun
2020 2021 2022 2023 2024
EAT 13.476.878 17.494.179 18.982.333 29.308.831 36.939.898
Interest*(1-T) 26.265.949 28.588.745 34.739.207 39.517.830 42.915.437
Depresiasi 66.971.287 81.939.798 93.669.923 113.628.372 130.228.543
Capex (156.649.161) (166.315.091) (195.057.035) (167.880.779) (221.526.277)
CNWC - (16.918.982) (4.230.707) (4.027.749) (7.187.742) (5.686.926)
FCFF - (66.854.029) (42.523.075) (51.693.323) 7.386.511 (17.129.325)
KETERANGAN
Free Cash Flow Inkremental Tahun
2020 2021 2022 2023 2024
EAT 3.256.750 3.929.842 4.383.579 5.321.984 6.100.816
Interest*(1-T) (125.000) (62.500) - - -
Depresiasi - - - - -
Capex - - - - -
CNWC (763.022) (128.246) (118.975) (216.258) (179.496)
Kendaraan sewa (12.671.096)
Capex (3.000.000)
Kendaraan sewa pembiayaan (40.920.860)
Nilai sisa 83.453.355
FCFF Inkremental 48.260.873 (54.223.229) 3.739.096 4.264.604 5.105.726 89.374.676
Discount Factor 14,13% 0,87616 0,76766 0,67260 0,58931 0,51633
NPV Inkremental 7.385.964 (47.508.450) 2.870.368 2.868.370 3.008.842 46.146.833
IRR Inkremental 18,72%
PROFITABILITY INDEX, PI 1,15
LAMPIRAN STUDI KELAYAKAN
PENAMBAHAN KEGIATAN USAHA PENUNJANG
PT BATAVIA PROSPERINDO TRANS, Tbk.
Gedung Chase Plaza, Lantai 12
Jl. Jendral Sudirman Kav. 21
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk.
Proyeksi Laporan Laba (Rugi), Tahun 2020-2024
Tanpa Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang
(Rp Ribu)
2020 2021 2022 2023 2024
Des Des Des Des Des
PENDAPATAN 184,418,636 216,542,585 247,148,754 301,738,982 344,861,872
Sewa operasi
Jasa pengemudi
Lain-lain
BEBAN POKOK PENDAPATAN (48,157,841) (56,546,473) (64,538,762) (78,794,086) (90,054,907)
LABA BRUTO 136,260,795 159,996,113 182,609,992 222,944,896 254,806,965
BEBAN USAHA
Gaji dan tunjangan (13,557,504) (14,642,104) (15,813,472) (17,078,550) (18,444,834)
Umum dan administrasi (6,917,234) (7,126,768) (7,342,650) (7,565,071) (7,794,230)
Depresiasi (COGS) (66,971,287) (81,939,798) (93,669,923) (113,628,372) (130,228,543)
Depresiasi
Total Beban Usaha (87,446,025) (103,708,671) (116,826,045) (138,271,993) (156,467,607)
LABA (RUGI) USAHA 48,814,770 56,287,442 65,783,947 84,672,903 98,339,358
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN
Keuntungan (kerugian) revaluasi aset tetap
Penghasilan bunga
Laba perdagangan portofolio efek
Laba (rugi) dari klaim asuransi
Beban keuangan (35,187,932) (38,201,660) (46,318,942) (52,690,440) (57,220,583)
Laba (Rugi) penjualan aset tetap
Rugi selisih kurs
Lain-lain - neto
Total Beban Lain-lain - Neto (35,187,932) (38,201,660) (46,318,942) (52,690,440) (57,220,583)
LABA (RUGI) SEBELUM MANFAAT PAJAK PENGHASILAN 13,626,838 18,085,782 19,465,005 31,982,463 41,118,775
MANFAAT PAJAK PENGHASILAN 25% (3,406,710) (4,521,445) (4,866,251) (7,995,616) (10,279,694)
LABA (RUGI) TAHUN BERJALAN 10,220,129 13,564,336 14,598,754 23,986,847 30,839,081
Keterangan
PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk.
Proyeksi Laporan Posisi Keuangan, Tahun 2020-2024
Tanpa Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang
(Rp Ribu)
2020 2021 2022 2023 2024
Des Des Des Des Des
ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas 24,559,448 29,190,725 30,985,100 45,323,608 67,520,049
Portofolio efek - pihak berelasi 2,450,537 2,450,537 2,450,537 2,450,537 2,450,537
Piutang usaha
Pihak ketiga 24,972,356 29,322,300 33,466,719 40,858,850 46,698,174
Pihak berelasi
Piutang lain-lain
Pihak ketiga 644,646 644,646 644,646 644,646 644,646
Pihak berelasi -
Pendapatan yang belum ditagih 982,016 982,016 982,016 982,016 982,016
Persediaan 76,166 89,434 102,074 124,621 142,431
Uang muka 1,451,560 1,451,560 1,451,560 1,451,560 1,451,560
Beban dibayar di muka 3,325,834 3,325,834 3,325,834 3,325,834 3,325,834
Ppn dibayar di muka 8,426,358 8,426,358 8,426,358 8,426,358 8,426,358
Total Aset Lancar 66,888,921 75,883,409 81,834,844 103,588,029 131,641,603
ASET TIDAK LANCAR
Piutang pihak berelasi - - - - -
Aset tetap 584,685,971 669,061,263 770,448,376 824,700,784 915,998,518
Tagihan pajak penghasilan 848,335 848,335 848,335 848,335 848,335
Aset pajak tangguhan - - - - -
Total Aset Tidak Lancar 585,534,306 669,909,599 771,296,712 825,549,119 916,846,853
TOTAL ASET 652,423,227 745,793,008 853,131,555 929,137,148 1,048,488,457
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang usaha - pihak ketiga 1,496,449 1,757,200 2,005,485 2,448,677 2,798,382
Utang bank jangka pendek 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000
Liabititas anjak piutang 17,000,000 17,000,000 17,000,000 17,000,000 17,000,000
Utang lain-lain 982,485 982,485 982,485 982,485 982,485
Beban masih harus dibayar 2,120,852 2,120,852 2,120,852 2,120,852 2,120,852
Uang muka diterima 825,459 825,459 825,459 825,459 825,459
Utang pajak 310,971 310,971 310,971 310,971 310,971
Pendapatan sewa tangguhan 1,123,659 1,123,659 1,123,659 1,123,659 1,123,659
Liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo 1 thn-Utang bank - - - - -
Utang sewa pembiayaan
Pihak ketiga 103,696,104 103,696,104 103,696,104 103,696,104 103,696,104
Pihak berelasi - - - - -
Total Liabilitas Jangka Pendek 152,555,980 152,816,730 153,065,015 153,508,208 153,857,912
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Liabilitas jangka panjang setelah dikurangi bagian 1 thn-Utang bank 66,843,750 44,908,122 23,008,294 6,982,066 -
Utang sewa pembiayaan
Pihak ketiga 66,928,880 158,409,202 272,800,539 300,402,319 385,546,908
Pihak berelasi 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000
Liabilitas imbalan kerja karyawan 1,292,386 1,292,386 1,292,386 1,292,386 1,292,386
Liabilitas pajak tangguhan 6,089,372 6,089,372 6,089,372 6,089,372 6,089,372
Total Liabilitas Jangka Panjang 191,154,388 260,699,082 353,190,591 364,766,144 442,928,667
TOTAL LIABILITAS 343,710,368 413,515,812 506,255,606 518,274,351 596,786,579
EKUITAS
Modal saham 235,000,000 245,000,000 245,000,000 285,000,000 295,000,000
Tambahan modal disetor (1,205,244) (1,205,244) (1,205,244) (1,205,244) (1,205,244)
Saldo laba (Defisit) 37,927,060 51,491,396 66,090,150 90,076,997 120,916,078
Keuntungan revaluasi aset tetap 36,991,044 36,991,044 36,991,044 36,991,044 36,991,044
TOTAL EKUITAS 308,712,860 332,277,196 346,875,949 410,862,797 451,701,878
TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS 652,423,227 745,793,008 853,131,555 929,137,148 1,048,488,457
Keterangan
PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk.
Proyeksi Laporan Arus Kas, Tahun 2020-2024
Tanpa Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang
(Rp Ribu)
2020 2021 2022 2023 2024
Des Des Des Des Des
Arus kas operasional
Penerimaan piutang 181,463,628 212,192,641 243,004,335 294,346,851 339,022,548
Jumlah 181,463,628 212,192,641 243,004,335 294,346,851 339,022,548
Pembayaran utang usaha (47,989,530) (56,298,990) (64,303,117) (78,373,440) (89,723,013)
Beban bunga (35,187,932) (38,201,660) (46,318,942) (52,690,440) (57,220,583)
Beban gaji & tunjangan (13,557,504) (14,642,104) (15,813,472) (17,078,550) (18,444,834)
Biaya administrasi dan umum (6,917,234) (7,126,768) (7,342,650) (7,565,071) (7,794,230)
Beban pajak (3,406,710) (4,521,445) (4,866,251) (7,995,616) (10,279,694)
Jumlah (107,058,910) (120,790,968) (138,644,433) (163,703,116) (183,462,353)
Arus kas dari investasi
Setoran modal 80,000,000 10,000,000 - 40,000,000 10,000,000
Penjualan unit 60,796,150 91,726,507 106,802,946 73,120,335 126,586,444
Capex (217,445,311) (258,041,597) (301,859,982) (241,001,115) (348,112,721)
Jumlah (76,649,161) (156,315,091) (195,057,035) (127,880,779) (211,526,277)
Arus Kas dari pendanaan
Pinjaman 229,956,249 206,433,278 241,487,985 192,800,892 278,490,177
Pembayaran pokok hutang (204,064,454) (136,888,584) (148,996,477) (181,225,339) (200,327,654)
Jumlah 25,891,795 69,544,694 92,491,508 11,575,553 78,162,523
Surplus (Defisit) Kas 23,647,352 4,631,277 1,794,375 14,338,508 22,196,440
Saldo awal kas 912,096 24,559,448 29,190,725 30,985,100 45,323,608
Saldo akhir kas 24,559,448 29,190,725 30,985,100 45,323,608 67,520,049
Keterangan
PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk.
Proyeksi Laporan Laba (Rugi), Tahun 2020-2024
Dengan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang
(Rp Ribu)
2019 2020 2021 2022 2023 2024
Des Des Des Des Des Des
PENDAPATAN 162,596,164 190,393,822 223,521,457 255,059,209 311,342,850 355,871,194
Pendapatan existing 157,403,299 184,418,636 216,542,585 247,148,754 301,738,982 344,861,872
Jasa pengemudi 5,110,918
Pendapatan tambahan usaha 5,975,186 6,978,872 7,910,455 9,603,868 11,009,322
Lain-lain 81,947
BEBAN POKOK PENDAPATAN (42,459,267) (49,718,161) (58,368,888) (66,604,445) (81,301,976) (92,929,808)
LABA BRUTO 120,136,896 140,675,662 165,152,569 188,454,765 230,040,874 262,941,386
BEBAN USAHA
Gaji dan tunjangan (12,553,244) (13,557,504) (14,642,104) (15,813,472) (17,078,550) (18,444,834)
Biaya perijinan (239,200)
Umum dan administrasi (6,713,860) (6,917,234) (7,126,768) (7,342,650) (7,565,071) (7,794,230)
Depresiasi (COGS) (53,581,482) (66,971,287) (81,939,798) (93,669,923) (113,628,372) (130,228,543)
Depresiasi (1,181,303)
Total Beban Usaha (74,029,889) (87,685,225) (103,708,671) (116,826,045) (138,271,993) (156,467,607)
LABA (RUGI) USAHA 46,107,008 52,990,437 61,443,898 71,628,720 91,768,881 106,473,780
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN
Keuntungan (kerugian) revaluasi aset tetap (446,836)
Penghasilan bunga 11,342
Laba perdagangan portofolio efek 38,906
Laba (rugi) dari klaim asuransi (191,558)
Beban keuangan (34,027,205) (35,021,266) (38,118,327) (46,318,942) (52,690,440) (57,220,583)
Laba (Rugi) penjualan aset tetap 954,980
Rugi selisih kurs -
Lain-lain - neto 13,707
Total Beban Lain-lain - Neto (33,646,666) (35,021,266) (38,118,327) (46,318,942) (52,690,440) (57,220,583)
LABA (RUGI) SEBELUM MANFAAT PAJAK PENGHASILAN 12,460,341 17,969,171 23,325,571 25,309,777 39,078,442 49,253,197
MANFAAT PAJAK PENGHASILAN 25% (4,352,086) (4,492,293) (5,831,393) (6,327,444) (9,769,610) (12,313,299)
LABA (RUGI) TAHUN BERJALAN 8,108,256 13,476,878 17,494,179 18,982,333 29,308,831 36,939,898
Keterangan
PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk.
Proyeksi Laporan Posisi Keuangan, Tahun 2020-2024
Dengan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang
(Rp Ribu)
2020 2021 2022 2023 2024
Des Des Des Des Des
ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas 27,053,175 45,486,049 51,545,028 50,989,262 69,107,023
Portofolio efek - pihak berelasi 2,450,537 2,450,537 2,450,537 2,450,537 2,450,537
Piutang usaha
Pihak ketiga 25,781,464 30,267,318 34,537,884 42,159,322 48,188,960
Pihak berelasi
Piutang lain-lain
Pihak ketiga 644,646 644,646 644,646 644,646 644,646
Pihak berelasi -
Pendapatan yang belum ditagih 982,016 982,016 982,016 982,016 982,016
Persediaan 78,634 92,316 105,341 128,587 146,978
Uang muka 1,451,560 1,451,560 1,451,560 1,451,560 1,451,560
Beban dibayar di muka 3,325,834 3,325,834 3,325,834 3,325,834 3,325,834
Ppn dibayar di muka 8,426,358 8,426,358 8,426,358 8,426,358 8,426,358
Total Aset Lancar 70,194,223 93,126,633 103,469,204 110,558,121 134,723,911
ASET TIDAK LANCAR
Piutang pihak berelasi - - - - -
Aset tetap 584,685,971 669,061,263 770,448,376 824,700,784 915,998,518
Tagihan pajak penghasilan 848,335 848,335 848,335 848,335 848,335
Aset pajak tangguhan - - - - -
Total Aset Tidak Lancar 585,534,306 669,909,599 771,296,712 825,549,119 916,846,853
TOTAL ASET 655,728,530 763,036,232 874,765,915 936,107,240 1,051,570,764
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang usaha - pihak ketiga 1,545,002 1,813,831 2,069,673 2,526,614 2,887,717
Utang bank jangka pendek 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000
Liabititas anjak piutang 17,000,000 17,000,000 17,000,000 17,000,000 17,000,000
Utang lain-lain 982,485 982,485 982,485 982,485 982,485
Beban masih harus dibayar 2,120,852 2,120,852 2,120,852 2,120,852 2,120,852
Uang muka diterima 825,459 825,459 825,459 825,459 825,459
Utang pajak 310,971 310,971 310,971 310,971 310,971
Pendapatan sewa tangguhan 1,123,659 1,123,659 1,123,659 1,123,659 1,123,659
Liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo 1 thn-Utang bank - - - - -
Utang sewa pembiayaan
Pihak ketiga 103,696,104 103,696,104 103,696,104 103,696,104 103,696,104
Pihak berelasi - - - - -
Total Liabilitas Jangka Pendek 152,604,532 152,873,362 153,129,204 153,586,145 153,947,248
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Liabilitas jangka panjang setelah dikurangi bagian 1 thn-Utang bank 66,843,750 44,908,122 23,008,294 6,982,066 -
Utang sewa pembiayaan
Pihak ketiga 76,928,880 168,409,202 282,800,539 310,402,319 395,546,908
Pihak berelasi 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000
Liabilitas imbalan kerja karyawan 1,292,386 1,292,386 1,292,386 1,292,386 1,292,386
Liabilitas pajak tangguhan 6,089,372 6,089,372 6,089,372 6,089,372 6,089,372
Total Liabilitas Jangka Panjang 201,154,388 270,699,082 363,190,591 374,766,144 452,928,667
TOTAL LIABILITAS 353,758,920 423,572,444 516,319,795 528,352,288 606,875,914
EKUITAS
Modal saham 225,000,000 245,000,000 245,000,000 265,000,000 265,000,000
Tambahan modal disetor (1,205,244) (1,205,244) (1,205,244) (1,205,244) (1,205,244)
Saldo laba (Defisit) 41,183,810 58,677,988 77,660,321 106,969,152 143,909,050
Keuntungan revaluasi aset tetap 36,991,044 36,991,044 36,991,044 36,991,044 36,991,044
TOTAL EKUITAS 301,969,609 339,463,788 358,446,121 407,754,952 444,694,850
TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS 655,728,530 763,036,232 874,765,915 936,107,240 1,051,570,764
Keterangan
PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk.
Proyeksi Laporan Arus Kas, Tahun 2020-2024
Dengan Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang
(Rp Ribu)
2020 2021 2022 2023 2024
Des Des Des Des Des
Arus kas operasional
Penerimaan piutang 186,629,707 219,035,603 250,788,643 303,721,412 349,841,556
Jumlah 186,629,707 219,035,603 250,788,643 303,721,412 349,841,556
Pembayaran utang usaha (49,503,765) (58,113,741) (66,361,628) (80,868,280) (92,587,095)
Beban bunga (35,021,266) (38,118,327) (46,318,942) (52,690,440) (57,220,583)
Biaya perijinan (239,200)
Beban gaji & tunjangan (13,557,504) (14,642,104) (15,813,472) (17,078,550) (18,444,834)
Biaya administrasi dan umum (6,917,234) (7,126,768) (7,342,650) (7,565,071) (7,794,230)
Beban pajak (4,492,293) (5,831,393) (6,327,444) (9,769,610) (12,313,299)
Jumlah (109,731,261) (123,832,333) (142,164,137) (167,971,952) (188,360,041)
Arus kas dari investasi
Setoran modal 70,000,000 20,000,000 - 20,000,000 -
Penjualan unit 60,796,150 91,726,507 106,802,946 73,120,335 126,586,444
Capex (217,445,311) (258,041,597) (301,859,982) (241,001,115) (348,112,721)
Jumlah (86,649,161) (146,315,091) (195,057,035) (147,880,779) (221,526,277)
Arus Kas dari pendanaan
Pinjaman 229,956,249 206,433,278 241,487,985 192,800,892 278,490,177
Pembayaran pokok hutang (194,064,454) (136,888,584) (148,996,477) (181,225,339) (200,327,654)
Jumlah 35,891,795 69,544,694 92,491,508 11,575,553 78,162,523
Surplus (Defisit) Kas 26,141,079 18,432,874 6,058,979 (555,766) 18,117,761
Saldo awal kas 912,096 27,053,175 45,486,049 51,545,028 50,989,262
Saldo akhir kas 27,053,175 45,486,049 51,545,028 50,989,262 69,107,023
Keterangan
PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk.
Kriteria Investasi
Rencana Penambahan Kegiatan Usaha Penunjang
(Rp Ribu)
Arus Kas Bersih Tanpa Penambahan Usaha
2020 2021 2022 2023 2024
EAT 10,220,129 13,564,336 14,598,754 23,986,847 30,839,081
Interest*(1-T) 26,390,949 28,651,245 34,739,207 39,517,830 42,915,437
Depresiasi 66,971,287 81,939,798 93,669,923 113,628,372 130,228,543
Capex (156,649,161) (166,315,091) (195,057,035) (167,880,779) (221,526,277)
CNWC (16,155,960) (4,102,461) (3,908,775) (6,971,484) (5,507,430)
FCFF (69,222,756) (46,262,172) (55,957,927) 2,280,785 (23,050,646)
CFO 61,035,456 91,401,674 104,359,901 130,643,735 155,560,194
Interest (1-tax_) 26,390,949 28,651,245 34,739,207 39,517,830 42,915,437
Capex (156,649,161) (166,315,091) (195,057,035) (167,880,779) (221,526,277)
FCFF (69,222,756) (46,262,172) (55,957,927) 2,280,785 (23,050,646)
KETERANGANTahun
Arus Kas Bersih Dengan Penambahan Usaha
2020 2021 2022 2023 2024
EAT 13,476,878 17,494,179 18,982,333 29,308,831 36,939,898
Interest*(1-T) 26,265,949 28,588,745 34,739,207 39,517,830 42,915,437
Depresiasi 66,971,287 81,939,798 93,669,923 113,628,372 130,228,543
Capex (156,649,161) (166,315,091) (195,057,035) (167,880,779) (221,526,277)
CNWC (16,918,982) (4,230,707) (4,027,749) (7,187,742) (5,686,926)
FCFF (66,854,029) (42,523,075) (51,693,323) 7,386,511 (17,129,325)
CFO 63,529,184 95,203,270 108,624,506 135,749,460 161,481,515
Interest (1-tax_) 26,265,949 28,588,745 34,739,207 39,517,830 42,915,437
Capex (156,649,161) (166,315,091) (195,057,035) (167,880,779) (221,526,277)
FCFF (66,854,029) (42,523,075) (51,693,323) 7,386,511 (17,129,325)
KETERANGANTahun
2020 2021 2022 2023 2024
EAT 3,256,750 3,929,842 4,383,579 5,321,984 6,100,816
Interest*(1-T) (125,000) (62,500) - - -
Depresiasi - - - - -
Capex - - - - -
CNWC (763,022) (128,246) (118,975) (216,258) (179,496)
Kendaraan sewa (12,671,096)
Capex (3,000,000)
Kendaraan sewa pembiayaan (40,920,860)
Nilai sisa 83,453,355
FCFF Inkremental 48,260,873 (54,223,229) 3,739,096 4,264,604 5,105,726 89,374,676
Discount Factor 14.13% 0.87616 0.76766 0.67260 0.58931 0.51633
NPV Inkremental 7,385,964 (47,508,450) 2,870,368 2,868,370 3,008,842 46,146,833
IRR Inkremental 18.72%
PROFITABILITY INDEX, PI 1.15
Present Value Cash In Flow 2,743,927 2,968,818 2,948,393 3,136,285 46,239,512
Present Value Cash Out Flow (50,252,377) (98,450) (80,022) (127,443) (92,679)
Penerimaan 3,131,750 3,867,342 4,383,579 5,321,984 6,100,816
Pengeluaran (13,434,119) (128,246) (118,975) (216,258) (179,496)
(10,302,369) (6,563,272) (2,298,668) 2,807,058 8,728,378
PAYBACK PERIOD, PP 4 Tahun 3 Bulan (0.77) (25.59) (6.44) 3.25 9.73
TahunFree Cash Flow Inkremental
Analisa Sensitifitas Inkremental
Perubahan Pendapatan 0% -10% -5% 5% 10%
NET PRESENT VALUE (NPV) 7,385,964 (11,720,955) (2,258,254) 17,214,599 27,230,584
INTERNAL RATE OF RETURN, IRR 18.72% 6.63% 12.71% 24.66% 30.57%
PROFITABILITY INDEX, PI 1.15 0.76 0.95 1.33 1.52
Perubahan Biaya 0% -10% -5% 5% 10%
NET PRESENT VALUE (NPV) 7,385,964 25,359,402 16,374,852 (1,607,298) (10,604,966)
INTERNAL RATE OF RETURN, IRR 18.72% 30.53% 24.50% 13.15% 7.78%
PROFITABILITY INDEX, PI 1.15 1.50 1.32 0.97 0.79