Download - Laporan Repro
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semen merupakan hasil sekresi organ reproduksi ternak jantan yang secara normal
diejakulasikan melalui penis ke dalam saluran kelamin betina sewaktu terjadi kopulasi, tetapi
dengan kemajuan teknologi dapat pula ditampung dengan berbagai cara untuk keperluan
inseminasi buatan. Semen mengandung dua unsur utama, yaitu plasma semen dan spermatozoa.
Plasma semen merupakan cairan yang sebagian besar disekresikan oleh kelenjar vesikularis dan
jumlah kecil disekresikan oleh testis. Plasma semen mempunyai pH sekitar 7,0 dan tekanan
osmotis sama dengan darah, yaitu ekuivalen dengan 0,9 % natrium chlorida (Toelihere, 1985).
Hafez (1993) mengemukakan bahwa plasma semen sangat esensial sebagai komponen
dalam perkawinan alami karena berperan sebagai pembawa dan protektor bagi spermatozoa.
Sedangkan Toelihere (1985), mengemukakan bahwa plasma semen mempunyai fungsi utama
sebagai medium pembawa sperma dari saluran reproduksi hewan jantan ke dalam saluran
reproduksi hewan betina. Fungsi ini dapat berjalan dengan baik kerena plasma semen
mengandung bahan-bahan penyanggah untuk mempertahankan pH dan makanan yang
merupakan sumber energi bagi spermatozoa.
Plasma semen kambing mempunyai enzim fosfolipase A yang berasal dari kelenjar
bulbouretralis. Enzim ini disebut egg-yolk coagulating enzyme yang memiliki kemampuan untuk
merombak lesitin dalam kuning telur menjadi lisolesitin. Lisolesitin merupakan bentuk yang
toksik terhadap spermatozoa sehingga menyebabkan spermatozoa mati (Evans dan Maxwell,
1987).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum Ilmu Reproduksi ini adalah memperoleh informasi tentang cara
penampungan, evaluasi dan pembekuan spermatozoa.
Adapun kegunaan dari praktikum Ilmu Reproduksi Ternak ini diharapkan pada
mahasiswa agar dapat mengetahui bentuk spermatozoa yang sebenarnya setelah mendapatkan
teori dalam perkuliahan dan mengerti tentang motilitas dari spermatozoa pada kambing etawa.
Page 1 of 25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembentukan Spermatozoa (Spermatogenesis)
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan dan pematangan spermatozoa.
Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium menjadi sel yang lebih besar
disebut spermatosit primer. Sel-sel ini membelah secara mitosis menjadi dua spermatosit
sekunder yang sama besar, kemudian mengalami pembelahan meiosis menjadi empat spermatid
yang sama besar. Spermatid adalah sebuah sel bundar dengan sejumlah besar protoplasma dan
merupakan gamet dewasa dengan sejumlah kromosom haploid. Proses ini berlangsung dalam
testis (buah zakar) dan lamanya sekitar 72 hari. Proses spermatogenesis sangat bergantung pada
mekanisme hormonal tubuh.
Spermatozoa (sperma) yang normal memiliki kepala dan ekor, di mana kepala
mengandung materi genetik DNA, dan ekor yang merupakan alat pergerakan sperma. Sperma
yang matang memiliki kepala dengan bentuk lonjong dan datar serta memiliki ekor
bergelombang yang berguna mendorong sperma memasuki air mani. Kepala sperma
mengandung inti yang memiliki kromosom dan juga memiliki struktur yang
disebut akrosom. Akrosom mampu menembus lapisan jelly yang mengelilingi telur dan
membuahinya bila perlu. Sperma diproduksi oleh organ yang bernama testis dalam kantung
zakar. Hal ini menyebabkan testis terasa lebih dingin dibandingkan anggota tubuh lainnya.
Pembentukan sperma berjalan lambat pada suhu normal, tapi terus-menerus terjadi pada suhu
yang lebih rendah dalam kantung zakar.
Spermatogonium berkembang menjadi sel spermatosit primer. Sel spermatosit primer
bermiosis menghasilkan spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder membelah lagi
menghasilkan spermatid. Spermatid berdeferensiasi menjadi spermatozoa masak. Bila
spermatogenesis sudah selesai, maka ABP (Androgen Binding Protein) testosteron tidak
diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik
kepada hiposis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Page 2 of 25
2.2 Penampungan Seman
Penampungan semen bertujuan untuk memperoleh semen yang jumlah (volume)-nya
banyak dan kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan inseminasi buatan.
Secara umum penampungan semen adalah ejakulasi yang dipengaruhi oleh factor internal
dan ekternal. Faktor internal yaitu hormone, metabolism, keturunan, makanan, umur, dan
kesehatan secara umum dari pejantan tersebut. Sedangkan faktor eksternal adalah suasana
lingkungan, tempat penampungan, manajemen, para penampung, cuaca, saranan penampungan
termasuk teaster dll. Maka untuk mendapatkan semen yang memenuhi syarat adalah mengamati
dan memperhatikan perilaku setiap pejantan yang akan ditampung semennya.
Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam melakukan penampungan semen diantaranya :
1. Metode Pengurutan (Masase)
Metode penampungan semen melalui pengurutan dapat diterapkan pada ternak besar
(sapi, kerbau, kuda), dan pada ternak unggas (kalkun dan ayam). Pada ternak besar metode
pengurutan ampulla vas deferens diterapkan apabila hewan jantan tersebut memiliki potensi
genetik tinggi akan tetapi tidak mampu melaku-kan perkawinan secara alam, baik karena
nafsu seksualnya rendah atau mempu-nyai masalah dengan kakinya (lumpuh atau
pincang/cedera). Sedangkan pada ternak ayam atau kalkun metode pengurutan punggung
merupakan satu-satunya metode penampungan yang paling baik hasilnya.
2. Metode Vagina Tiruan
Vagina buatan adalah alat yang digunakan untuk menampung spermatozoa dimana alat
tersebut akan dikondisikan sebagaimana vagina asli dari ternak tersebut. Struktur dari alat ini
adalah sebagai berikut :
a. Lapisan luar yang terbuat dari bahan plastik atau karet.
b. Lapisan dalam terbuat dari bahan seperti balon yang lembut, karena lapisan ini adalah
tempat masuknya penis, sehingga tidak menyebabkan iritasi pada penis.
c. Saluran tempat masuknya air dan udara.
d. Selongsong penampungan.
e. Tabung digunakan untuk menampung sperma dan diletakkan diujung selongsong.
Penampungan semen menggunakan vagina tiruan merupakan metode yang
paling efektif diterapkan pada ternak besar (sapi, kuda, kerbau) ataupun ternak kecil (domba,
kambing, dan babi) yang normal (tidak cacat) dan libidonya bagus. Kelebihan metode
Page 3 of 25
penampungan menggunakan vagina tiruan ini adalah selain pelaksanaannya tidak serumit dua
metode sebelumnya, semen yang diha-silkannya pun maksimal. Hal ini terjadi karena metode
penampungan ini merupakan modifikasi dari perkawinan alam. Sapi jantan dibiarkan menaiki
pemancing yang dapat berupa ternak betina, jantan lain, atau panthom (patung ternak yang
didesain sedemikianrupa sehingga oleh pejantan yang akan ditampung semennya dianggap
sebagai ternak betina).
Ketika pejantan tersebut sudah menaiki pemancing dan mengeluarkan penisnya, penis
tersebut arahnya dibelokkan menuju mulut vagina tiruan dan dibiarkan ejakulasi di dalam vagina
tiruan. Vagina tiruan yang digunakan dikondisikan supaya menyerupai kondisi (terutama
dalam hal temperatur dan kekenyalannya) vagina yang sebenarnya. Mengingat ternak jantan
yang akan dijadikan sumber semen harus memiliki kondisi badan yang sehat dan nafsu seksual
yang baik, maka sebaiknya kita mengutamakan metode penampungan semen menggunakan
vagina tiruan pada ternak mamalia (sapi, kerbau, kuda, domba, dan kambing). Sedangkan
pada ternak unggas (ayam dan kalkun) pelaksanaannya akan lebih mudah
menggunakan metode pengurutan.
3. Metode Elektrojakulator
Apabila penampungan semen tidak bisa dilakukan dengan metode vagina buatan
dikarenakan ternak tidak cukup terlatih untuk ditampung, maka perlu dilakukan penampungan
dengan menggunakan alat ini. Perbedaan yang utama dari penampungan vagina buatan adalah
volume yang didapatkan dengan elektro ejakulator adalah dua kali lapit lebih besar dari vagina
buatan, sedangkan densitasnya adalah separuhnya. Meskipun demikian, perbaikan densitas dapat
dilakukan dengan membuang bagian yang tidak mengandung spermatozoa. Bagian ini keluar
dulu setelah dirangsang, kemudian rangsangan dilanjutkan dan penampungan ini menghasilkan
semen dengan densitas yang baik.
Penampungan semen menggunakan metode ini adalah upaya untuk
memperoleh semen dari pejantan yang memiliki kualitas genetik tinggi tetapi
tidak mampu melakukan perkawinan secara alam akibat gangguan fisik atau
psikis. Metode ini saat ini lebih banyak diterapkan pada ternak kecil seperti
domba dan kambing karena pada ternak besar lebih mudah dilakukan
melalui metode pengurutan ampula vas deferens.
Page 4 of 25
2.3 Evaluasi Semen Secara Makroskopis dan Mikroskopis
Penilaian terhadap karakteristik semen dapat dilakukan secara makroskopis maupun
mikroskopis. Beberapa penelitian mengenai kualitas semen kambing telah banyak dilakukan
dengan hasil yang cukup memuaskan (Suparna, 1994; Nugroho, 1999; Suwarso, 1999;
Tambing et al., 2000).
Penilaian secara makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi (kekentalan) dan pH.
Volume semen kambing PE berkisar antara 0,8±1,2 cc (Suwarso, 1999), volume ini tergolong
tinggi dibandingkan hasil penelitian Devendra (1982) yang melaporkan bahwa volume semen
kambing PE rata-rata perejakulasi 0,81 cc. Warna dan konsistensi (kekentalan) semen
dipengaruhi oleh konsentrasi spermatozoa, dimana semakin tinggi konsentrasi spermatozoa maka
warna semen akan semakin keruh dan akan semakin kental. Derajat keasaman (pH) sangat
mempengaruhi daya tahan hidup spermatozoa. Perubahan pH disebabkan oleh metabolisme
spermatozoa dalam keadaan anaerob yang menghasilkan asam laktat yang semakin meningkat.
Semen yang berkualitas baik mempunyai pH sedikit asam (Bearden dan Fuquay, 1984), yaitu
lebih kecil dari 7,0 dengan rata-rata 6,7.
Penilaian semen secara mikroskopis meliputi gerakan masa, gerakan individu (motilitas),
konsentrasi dan abnormalitas spermatozoa. Gerakan masa semen kambing nampak lebih cepat,
tebal dan hitam dibandingkan dengan gerakan masa semen sapi maupun domba. Semen yang
bagus, pada pengamatan di bawah mikroskop, akan memberikan tampilan kumpulan sperma
bergerak bergerombol dalam jumlah besar sehingga membentuk gelombang atau awan yang
bergerak. Memberikan gambaran tentang kualitas semen dalam empat kategori (Toelihere,
1985) (Tabel 1). Gerakan masa semen kambing PE terlihat gelombang besar, hitam dan cepat
memiliki skor 3+ (sangat baik) (Suwarso, 1999).
Motilitas merupakan salah satu kriteria penentu kualitas semen yang dilihat dari
banyaknya spermatozoa yang motil progresif dibandingkan dengan seluruh spermatozoa yang
ada dalam satu pandang mikroskop. Menurut Evans dan Maxwell (1987) terdapat tiga tipe
pergerakan spermatozoa yaitu pergerakan progresif (maju ke depan), pergerakan rotasi (gerakan
berputar) dan osilator atau konvulsif tanpa pergerakan ke depan atau perpindahan posisi. Skala
prosentase pergerakan dari 0 sampai 100 atau 0 sampai 10 merupakan penilaian standar untuk
mencapai tujuan bersama.
Page 5 of 25
Evaluasi Semen Secara Makroskopis dan Mikroskopis
Penilaian terhadap karakteristik semen dapat dilakukan secara makroskopis maupun
mikroskopis. Beberapa penelitian mengenai kualitas semen kambing telah banyak dilakukan
dengan hasil yang cukup memuaskan (Suparna, 1994; Nugroho, 1999; Suwarso, 1999;
Tambing et al., 2000).
Penilaian secara makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi (kekentalan) dan
pH. Volume semen kambing PE berkisar antara 0,8±1,2 cc (Suwarso, 1999), volume ini
tergolong tinggi dibandingkan hasil penelitian Devendra (1982) yang melaporkan bahwa volume
semen kambing PE rata-rata perejakulasi 0,81 cc. Warna dan konsistensi (kekentalan) semen
dipengaruhi oleh konsentrasi spermatozoa, dimana semakin tinggi konsentrasi spermatozoa maka
warna semen akan semakin keruh dan akan semakin kental. Derajat keasaman (pH) sangat
mempengaruhi daya tahan hidup spermatozoa. Perubahan pH disebabkan oleh metabolisme
spermatozoa dalam keadaan anaerob yang menghasilkan asam laktat yang semakin meningkat.
Semen yang berkualitas baik mempunyai pH sedikit asam (Bearden dan Fuquay, 1984), yaitu
lebih kecil dari 7,0 dengan rata-rata 6,7.
Penilaian semen secara mikroskopis meliputi gerakan masa, gerakan individu (motilitas),
konsentrasi dan abnormalitas spermatozoa. Gerakan masa semen kambing nampak lebih cepat,
tebal dan hitam dibandingkan dengan gerakan masa semen sapi maupun domba. Semen yang
bagus, pada pengamatan di bawah mikroskop, akan memberikan tampilan kumpulan sperma
bergerak bergerombol dalam jumlah besar sehingga membentuk gelombang atau awan yang
bergerak. Memberikan gambaran tentang kualitas semen dalam empat kategori (Toelihere,
1985) (Tabel 1). Gerakan masa semen kambing PE terlihat gelombang besar, hitam dan cepat
memiliki skor 3+ (sangat baik) (Suwarso, 1999).
Motilitas merupakan salah satu kriteria penentu kualitas semen yang dilihat dari
banyaknya spermatozoa yang motil progresif dibandingkan dengan seluruh spermatozoa yang
ada dalam satu pandang mikroskop. Menurut Evans dan Maxwell (1987) terdapat tiga tipe
pergerakan spermatozoa yaitu pergerakan progresif (maju ke depan), pergerakan rotasi (gerakan
berputar) dan osilator atau konvulsif tanpa pergerakan ke depan atau perpindahan posisi. Skala
prosentase pergerakan dari 0 sampai 100 atau 0 sampai 10 merupakan penilaian standar untuk
mencapai tujuan bersama.
Page 6 of 25
Tabel 1. Penilaian Gerakan Massa Sperma
Kriteria Nilai Tanda Pengamatan
Sangat Baik
4 +++
Terlihat gelombang-gelombang besar, banyak,
gelap, tebal dan aktif bagaikan gumpalan awan
hitam dekat waktu hujan yang bergerak cepat
berpindah-pindah tempat.
Baik 3 ++
Terlihat gelombang kecil, tipis, jarang, kurang
jelas dan bergerak lamban.
Lumayan 2 +
Jika tidak terlihat gelombang melainkan hanya
gerakan-gerakan individu aktif progresif.
Buruk 1
N/0
(Neospermia)
Bila hanya sedikit atau tidak ada gerakan
individual
Sumber : Toelihere, 1985
Penentuan kualitas semen berdasarkan motilitas spermatozoa dengan nilai 0 sampai 5
yakni: (0) spermatozoa imotil atau tidak bergerak; (1) gerakan berputar ditempat; (2) gerakan
berayun atau melingkar, kurang dari 50% bergerak progresif; (3) antara 50 - 80% spermatozoa
bergerak progresif; (4) pergerakan progresif yang gesit dengan 90% sperma motil dan nilai (5)
gerakan sangat progresif menunjukkan 100% motil aktif (Toelihere, 1981).
Pemeriksaan motilitas sperma merupakan satu-satunya cara penentuan kualitas semen
sesudah pengenceran. Motilitas sperma kambing pada umumnya berkisar antara 75% sampai
dengan 85% (Ritar dan Salmon, 1982) tetapi kisaran tersebut tidak menjadi patokan karena
beberapa jenis kambing mempunyai motilitas sperma di bawah kisaran tersebut. Meskipun
demikian kambing tersebut masih dapat digolongkan ke dalam jenis kambing yang mempunyai
motilitas sperma cukup baik. Motilitas sperma kambing kacang 84,91% (Soeparna, 1994) dan
kambing PE 78,13% (Suwarso, 1999) tetapi menurut Sandi et al., (1989), hanya 60%. Faktor -
faktor yang mempengaruhi motilitas sperma adalah metode penampungan semen, lingkungan,
penanganan dan perawatan semen sesudah penampungan, interval antara penampungan dan
evaluasi semen, variasi pejantan serta variasi musim (Evans dan Maxwell, 1987).
Penilaian konsentrasi spermatozoa per mililiter semen sangat penting, karena akan
menggambarkan sifat-sifat semen dan dipakai sebagai salah satu kriteria penentuan kualitas
semen. konsentrasi digabungkan dengan volume dan prosentase sperma motil, memberikan
Page 7 of 25
informasi jumlah spermatozoa per ejakulat, dengan demikian dapat mengetahui berapa jumlah
betina yang dapat diinseminasi. Metode perhitungan secara langsung menggunakan alat hitung
sel-sel darah merah atau hemocytometer dan kamar hitung Neubauer.
Viabilitas dan morfologik spermatozoa dapat diamati menggunakan metode pewarnaan
diferensial eosin-negrosin. Viabilitas adalah kemampuan spermatozoa untuk tetap tahan hidup
sejak awal penyimpanan hinggaspermatozoa yang mati, dengan batasan bahwa spermatozoa
yang hidup tidak menyerap warna pada bagian kepalanya, sedangkan spermatozoa yang mati
akan menyerap warna karena permeabilitas dindingnya meningkat. Perbedaan afinitas zat warna
antara sel-sel sperma yang mati dan yang hidup digunakan untuk menghitung jumlah sperma
hidup secara objektif. Jumlah spermatozoa yang hidup dan mati diamati pada beberapa bidang
pandang sehingga diperoleh jumlah sel 100 -200 sel spermatozoa (Toelihere, 1985; Hafez,
1993).
2.4 Struktur Sperma
Sel-sel sperma memiliki struktur yang khusus.
struktur spermatozoa tersebut terlihat mempunyai bentuk mirip seperti kecebong (anak
katak yang baru menetas), terdapat bagian kepala dan ekor, dapat terlihat bahwa sel-sel sperma
memiliki struktur sebagai berikut.
1) Kepala
Pada bagian ini terdapat inti sel. Bagian kepala dilengkapi dengan suatu bagian yang
disebut dengan akrosom, yaitu bagian ujung kepala sperma yang berbentuk agak runcing dan
menghasilkan enzim hialuronidaseyang berfungsi untuk menembus dinding sel telur. Di bagian
kepala ini terdapat 22 kromosom tubuh dan 1 kromosom kelamin yaitu kromosom Xatau Y,
kromosom X untuk membentuk bayi berkelamin perempuan, sedangkan kromosom Y untuk
membentuk bayi berkelamin laki-laki. Kromosom kelamin laki-laki inilah nantinya yang akan
menentukan jenis kelamin pada seorang bayi.
2) Bagian tengah
Bagian tengah mengandung mitokondria yang berfungsi untuk pembentukan energi.
Energi tersebut berfungsi untuk pergerakan dan kehidupan sel sperma. Bahan bakar dalam
pembentukan energi ini adalah fruktosa.
Page 8 of 25
3) Ekor
Bagian ekor lebih panjang, bersifat motil atau banyak bergerak. Fungsinya adalah untuk
alat pergerakan sperma sehingga dapat mencapai sel telur. Pergerakan sel ini maju didorong oleh
bagian ekor dengan pergerakan menyerupai sirip belakang ikan.
Page 9 of 25
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
a. Materi Praktikum
Penampungan Semen
Alat dan Bahan yang digunakan:
o Elektro ejaculator untuk menampung spermatozoa
o Alcohol 70% untuk mensucihamakan alat-alat dan bahan
o Vaselin sebagai pelican probe
o Gunting untuk memotong bulu,prepusium dan bahan lain
o Tabung reaksi 10 mm dan 20 mm untuk wadah spermatozoa
o Spuit/ jarum suntik untuk mengambil sperma dan larutan
o Mikro pipet
o Blue tips
o Yellow tips
o Gelas penampung
Evaluasi
Pemeriksaan Makroskopis
Alat dan Bahan yang digunakan:
o Indicator Lakmus
o Tabung reaksi
o Mikro pipet
o Blue tips
o Yellow tips
Pemeriksaan Mikroskopis
Haemocytometer
Glass Obyek
Counter chek.
Cover glass
Page 10 of 25
Tabung reaksi
Mikro pipet
Blue tips
Yellow tips
Pembekuan Sperma
Pengenceran Sperma
Alat dan Bahan yang digunakan:
o Kuning telur
o NaCl 3%
o Erlenmeyer
o Mikro pipet
Equilibrasi dan pembekuan semen
Alat dan Bahan yang digunakan:
o Gunting
o Pinset
o Straw
o Canister
o Goblet
o N2 Cair
o N2 tank
o Steroform
o Rak pembekuan
o PVC
Thawing
Alat dan Bahan yang digunakan:
o waterbath
b. Metode Praktikum
Penampungan Semen
o Sebelum melakukan penampungan terlebih dahulu kambing direbahkan dan
membersihkan bagian bawah perut dengan kapas alcohol dibagian prepecium
Page 11 of 25
yang akan ditampung semennyauntuk menghindari kontaminasi bakteri pada
sperma yang ditampung.
o Menyiapkan elektro ejaculator dan merakit bagian-bagiannya hingga lengkap
dan siap untuk digunakan.
o Mengeluarkan penis dengan cara mendorong sikmoit plexure dari belakang
testis dan melilitnya dengan kasa.
o Memasukkan “probe” ke rectum dan ditekan pelan-pelan kedasar rongga
pelvis.
o Memutar voltase dan transformator untuk menaikkan dan menurunkan
tegangan secara ritmik dari nol setiap 3 sampai 5 detik. Hal iniakan
merangsang organ reproduksi yang terletak persis dibawah dinding ventral
rectum dan menyebabkan timbulnya ejakulasi.
Evaluasi Semen
Pemeriksaan Makroskopis
o Evaluasi makroskopis meliputi: volume, warna, bau, kekntalan,
dan pH semen. Dimana persyaratan semen yang layak diproses
lebih lanjut adalah sebagai berikut:
Volume yang tertera di skala gelaspenampung: 0,8-2,5 ml
Bau sperma kambing spesifik (khas)
Warna krem dan agak keruh seperti susu
Konsentrasi agak kental
pH sekitar 7,0
gerakkan missal: ++
gerakan individual: >70% bergerak.
Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis meliputi:
o Pemeriksaan motilitas
10 µl Sperma ditetskan pada obyek glass, ditutup dengan
menggunakan cover glass. Pengamatan dilakukan dibawah
mikroskop dengan perbesaran 400 x untuk motilitas individu,
perbesaran 100 x untuk motilitas massa.
Page 12 of 25
o Pemeriksaan Viabilitas
10 µl Sperma ditetskan pada ujung obyek glass, ditambahkan 10 µl
pewarna Eosin Nigrosin. Dibuat preparat hapusan, dikeringkan
udara selama 10 menit. Dilakukan pengamatan dibawah mikroskop
dengan perbesaran 400x. dihitung menggunakan conter chek
sampai total 100.
o Pemeriksaan Morfologi
10 µl Sperma diteteskan pada ujung obyek glass, ditambahkan 10
µlpewarna Eosin nigrosin dibuat preparat hapusan, dikering
udarakan selama 10 menit. Dilakukan pengamatan dibawah
mikroskop dengan perbesaran 400 x. dihitung menggunakan conter
chek sampai total 100.
o Pemeriksaan konsentrasi Spermatozoa
Dihitung menggunakan kamar hitung Improved Neubauer.
Pembekuan Semen
Pengenceran Sperma
o Menghitung konsentrasi spermatozoa dengan cara:
o Diencerkan dengan pengencer tris kuning telur sesuai dengan
perhitungan.
Equilibrasi dan pembekuan sperma
o Spermatozoa yang sudah diencerkan dan dimasukkan kedalam
straw
o Salah satu ujung Straw ditutup dengan PVC
o Dimasukkan kedalam wadah yang sudah berisi Water Jacket
o Dimasukkan pada suhu 5oC. selama 3 jam untuk di Equlibrasi
o Straw diangkat lalu dilap dengan Koran
o Atur Straw pada Rak pembekuan
o Siapkan N2 cair
Page 13 of 25
o Masukkan N2 cair dalam Box kedalam steroform
o MasukkanN2 cair setinggi 4cm dari lapisan atas Box pembekuan
o Masukkan straw yang berada di Rak pembekuan pada box
o Tutup steroform
o Didiamkan selama 10 menit
o Angkat Straw, masukkan pada Goblet yang berisi N2 cair
o Maukkan Goblet pada Canister yang berada dalam N2 Tank.
Thawing
o Diambil 1 Straw dimasukkan pada suhu 37oC dalam waterbath.
o Diuji kualitas spermatozoa.
Page 14 of 25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
1. Penampungan
Gambar 1. Mengeluarkan Penis Kambing
Gambar 2. Proses Pengambilan atau penampungan semen
Page 15 of 25
2. Evaluasi
Makroskopis
Gambar 3. Semen yang ditampung
Gambar 4. Mengukur pH semen
Page 16 of 25
Mikroskopis
Gambar 5. Motilitas Sperma
Gambar 6. Pemerikasaan viabilitas sperma
Page 17 of 25
Gambar 7. Pemerikasaan Konsentrasi Sperma
3. Pembekuan
Gambar 8. Pengenceran sperma
Page 18 of 25
Gambar 9. Pembekuan pada N2 tank
Gambar 10. Suhu pada waterbath pada proses thawing
4.2 Pembahasan
1. Penampungan Semen
Penampungan semen bertujuan untuk memperoleh semen yang jumlah (volume)-nya
banyak dan kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan inseminasi
buatan. Pada praktikum yang dilakukan pada penampungan menggunakan
metode ejakulator,
Page 19 of 25
Metode Elektrojakulator
Apabila penampungan semen tidak bisa dilakukan dengan metode vagina buatan
dikarenakan ternak tidak cukup terlatih untuk ditampung, maka perlu dilakukan penampungan
dengan menggunakan alat ini. Perbedaan yang utama dari penampungan vagina buatan adalah
volume yang didapatkan dengan elektro ejakulator adalah dua kali lapit lebih besar dari vagina
buatan, sedangkan densitasnya adalah separuhnya. Meskipun demikian, perbaikan densitas dapat
dilakukan dengan membuang bagian yang tidak mengandung spermatozoa. Bagian ini keluar
dulu setelah dirangsang, kemudian rangsangan dilanjutkan dan penampungan ini menghasilkan
semen dengan densitas yang baik.
Penampungan semen menggunakan metode ini adalah upaya untuk
memperoleh semen dari pejantan yang memiliki kualitas genetik tinggi tetapi tidak mampu
melakukan perkawinan secara alam akibat gangguan fisik atau psikis. Metode ini saat ini lebih
banyak diterapkan pada ternak kecil seperti domba dan kambing karena pada ternak besar lebih
mudah dilakukan melalui metode pengurutan ampula vas deferens.
Pada penampungan semen Selain menggunakan metode ejakulatur juga terdapat metode
lain untuk melakukan penampungan, yaitu:
Metode Pengurutan (Masase)
Metode penampungan semen melalui pengurutan dapat diterapkan pada
ternak besar (sapi, kerbau, kuda), dan pada ternak unggas (kalkun dan ayam). Pada ternak besar
metode pengurutan ampulla vas deferens diterapkan apabila hewan jantan tersebut memiliki
potensi genetik tinggi akan tetapi tidak mampu melaku-kan perkawinan secara alam, baik karena
nafsu seksualnya rendah atau mempu-nyai masalah dengan kakinya (lumpuh atau
pincang/cedera). Sedangkan pada ternak ayam atau kalkun metode pengurutan punggung
merupakan satu-satunya metode penampungan yang paling baik hasilnya.
Metode Vagina Tiruan
Vagina buatan adalah alat yang digunakan untuk menampung spermatozoa dimana alat
tersebut akan dikondisikan sebagaimana vagina asli dari ternak tersebut. Struktur dari alat ini
adalah sebagai berikut :
a. Lapisan luar yang terbuat dari bahan plastik atau karet.
Page 20 of 25
b. Lapisan dalam terbuat dari bahan seperti balon yang lembut, karena lapisan ini adalah
tempat masuknya penis, sehingga tidak menyebabkan iritasi pada penis.
c. Saluran tempat masuknya air dan udara.
d. Selongsong penampungan.
e. Tabung digunakan untuk menampung sperma dan diletakkan diujung selongsong.
Penampungan semen menggunakan vagina tiruan merupakan metode yang
paling efektif diterapkan pada ternak besar (sapi, kuda, kerbau) ataupun ternak kecil (domba,
kambing, dan babi) yang normal (tidak cacat) dan libidonya bagus. Kelebihan metode
penampungan menggunakan vagina tiruan ini adalah selain pelaksanaannya tidak serumit dua
metode sebelumnya, semen yang diha-silkannya pun maksimal. Hal ini terjadi karena metode
penampungan ini merupakan modifikasi dari perkawinan alam. Sapi jantan dibiarkan menaiki
pemancing yang dapat berupa ternak betina, jantan lain, atau panthom (patung ternak yang
didesain sedemikianrupa sehingga oleh pejantan yang akan ditampung semennya dianggap
sebagai ternak betina).
Ketika pejantan tersebut sudah menaiki pemancing dan mengeluarkan penisnya, penis
tersebut arahnya dibelokkan menuju mulut vagina tiruan dan dibiarkan ejakulasi di dalam vagina
tiruan. Vagina tiruan yang digunakan dikondisikan supaya menyerupai kondisi (terutama
dalam hal temperatur dan kekenyalannya) vagina yang sebenarnya. Mengingat ternak jantan
yang akan dijadikan sumber semen harus memiliki kondisi badan yang sehat dan nafsu seksual
yang baik, maka sebaiknya kita mengutamakan metode penampungan semen menggunakan
vagina tiruan pada ternak mamalia (sapi, kerbau, kuda, domba, dan kambing). Sedangkan
pada ternak unggas (ayam dan kalkun) pelaksanaannya akan lebih mudah
menggunakan metode pengurutan.
2. Evaluasi Semen
Penilaian secara makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi (kekentalan) dan pH.
Dari hasil praktikum tersebut didapatkanvolume semen yaitu 1,5 cc volume ini tergolong tinggi
dibandingkan hasil penelitian Suwarso (1999) yang melaporkan bahwa Volume semen kambing
PE berkisar antara 0,8±1,2 cc. Warna dan konsistensi (kekentalan) semen dipengaruhi oleh
konsentrasi spermatozoa, dimana semakin tinggi konsentrasi spermatozoa maka warna semen
akan semakin keruh dan akan semakin kental. Pada praktikum tersebut didapatkan warna sperma
Page 21 of 25
putih susu dengan konsentrasi (kekentalan) sperma tersebut kental, Semen dikatakan kental
apabila dengan menggoyangkan semen pada dinding gelas penampung dan dilihat apabila lama
jatuh atau turun pada permukaan maka dapat dikatakan kental tetapi jika cepat menurun ke
permukaan maka semen tersebut cair.
Derajat keasaman (pH) sangat mempengaruhi daya tahan hidup spermatozoa. Perubahan
pH disebabkan oleh metabolisme spermatozoa dalam keadaan anaerob yang menghasilkan asam
laktat yang semakin meningkat. Semen yang berkualitas baik mempunyai pH sedikit asam
(Bearden dan Fuquay, 1984), yaitu lebih kecil dari 7,0 dengan rata-rata 6,7. Dari hasil praktikum
didapatkan pH semen kambing yaitu 7. Derajat keasaman memegang peranan sangat penting
karena dapat mempengaruhi viabilitas spermatozoa. Apabila pH tinggi/rendah akan
menyebabkan spermatozoa mati. Variasi pH semen kemungkinan dipengaruhi oleh konsentrasi
asam laktat yang dihasilkan dalam proses akhir metabolisme (Toelihere 1985).
Penilaian semen secara mikroskopis meliputi gerakan masa, gerakan individu (motilitas),
konsentrasi dan abnormalitas spermatozoa. Gerakan masa semen kambing nampak lebih cepat,
tebal dan hitam dibandingkan dengan gerakan masa semen sapi maupun domba. Semen yang
bagus, pada pengamatan di bawah mikroskop, akan memberikan tampilan kumpulan sperma
bergerak bergerombol dalam jumlah besar sehingga membentuk gelombang atau awan yang
bergerak. Memberikan gambaran tentang kualitas semen dalam empat kategori (Toelihere,
1985) (Tabel 1). Gerakan masa semen kambing PE terlihat gelombang besar, hitam dan cepat
memiliki skor 3+ (sangat baik) (Suwarso, 1999).
Motilitas merupakan salah satu kriteria penentu kualitas semen yang dilihat dari
banyaknya spermatozoa yang motil progresif dibandingkan dengan seluruh spermatozoa yang
ada dalam satu pandang mikroskop. Menurut Evans dan Maxwell (1987) terdapat tiga tipe
pergerakan spermatozoa yaitu pergerakan progresif (maju ke depan), pergerakan rotasi (gerakan
berputar) dan osilator atau konvulsif tanpa pergerakan ke depan atau perpindahan posisi. Skala
prosentase pergerakan dari 0 sampai 100 atau 0 sampai 10 merupakan penilaian standar untuk
mencapai tujuan bersama.
Gerakan masa dan Konsentrasi. Dari hasil praktikum adalah +++. Tambing et al., (2001)
melaporkan gerakan massa spermatozoa kambing PE adalah rata-rata +++. Konsentrasi
spermatozoa diperoleh rataan yakni 5 juta sel/ml dan ini sesuai dengan yang dikatakan Evans dan
Maxwell (1987) bahwa konsentrasi spermatozoa kambing yang normal berkisar antara 2.500 juta
Page 22 of 25
dan 5.000 juta sel/ml. .Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan yang dilaporkan Tambing et
al.,(2001) yakni rata-rata 2.940 juta sel/ml. Argawal et al., (1992) melaporkan rataan konsentrasi
spermatozoa kambing Jamnapari yakni 3.860 juta dan kambing Barbari rata-rata 4.020 juta
sel/ml.
Persentase Motilitas dan Viabilitas. persentase motilitas semen segar kambing PE yang
didapat dari praktikum adalah 70% Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian
(Suwarso, 1999), yakni 78,13%. Dari praktikum tersebut pergerakan sperma motil progresif
yaitu bergerak maju, lurus kedepan.
Hafez (1987), mengemukakan bahwa syarat semen yang dapat diencerkan adalah mempunyai
gerakan massa +++, gerakan individu lebih dari 65% dengan persentase abnormalitas
spermatozoa tidak lebih dari 14-15%. Sedangkan Toelihere (1981), standar minimum bagi
kualitas semen yang dapat dipakai untuk inseminasi buatan adalah minimal mengandung 500
juta sel/ml/ejakulat dengan gerakan massa ++/+++, serta 50% sperma yang hidup dan motil.
Berdasarkan karakteristik semen segar tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa semen
kambing PE yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kualitas semen yang baik dan
memenuhi syarat untuk diproses lebih lanjut sehingga dapat digunakan dalam program IB.
3. Pembekuan
proses pembekuan semen dilakukan dengan penggunaan bahan pengencer Tris Kuning
telur ekuilibrasi pada suhu 4-5 °C selama 3 jam, penguapan di atas permukaan N2 cair selama 4-5
menit sebelum straw disimpan dalam kontainer N2 cair yang bertemperatur -196 °C dan
thawing pada suhu 37°C selama 15 detik memberikan tingkat motilitas yang masih tinggi yaitu
52,60% dengan daya hidup spermatozoa 65,03%. Kualitas semen cair dengan motilitas 58-70%
dan daya hidup spermatozoa 69-86% menjadi alternatif dalam penerapan IB di lapangan, dimana
semen yang diberi pengencer dapat disimpan selama 8 hari pada suhu 5°C dengan fertilitas
konsepsi terbaik selama 24-48 jam setelah penyimpanan.
Page 23 of 25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penampungan yang dilakukan menggunakan metode ejaculator
Semen yang didapatkan dari penampungan semen dengan cara EE merupakan
semen yang normal
Evaluasi semen terdiri dari makroskopis dan mikroskopis, dimana makroskopis
terdiri dari volume, warna, konsistensi (kekentalan) dan pH sedangkan
mikroskopis terdiri dari Pemeriksaan konsentrasi Spermatozoa, Pemeriksaan
Morfologi, Pemeriksaan Viabilitas, Pemeriksaan motilitas
Pengenceran menggunakan tris kuning telur
Equlibrasi dilakukan selama 3 jam pada suhu 5oC, kemudian penguapan di atas
permukaan N2 cair selama 4-5 menit sebelum straw disimpan dalam
kontainer N2 cair yang bertemperatur -196 °C
thawing pada suhu 37°C selama 15 detik
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan berdasarkan praktikum tersebut adalah: Sebaiknya
praktikan agar lebih memperhatikan dan lebih serius pada praktikum tersebut agar dapat lebih
memahami dan mendapatkan hasil yang lebih baik.
Page 24 of 25
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.blogalexanderkakaspt.blogspot.com/2011/12/evaluasi-semen-kambing-peranakan-
etawah.html#!/2011/12/evaluasi-semen-kambing-peranakan-etawah.Diakses 19
Desember 2013
Anonim.2013. Evaluasi Semenhttp://rudinunhalu.blogspot.com/2013/08/penampungan-semen-
evaluasi-hasil-ib.html. Diakses 19 Desember 2013
Anonim.2012. wikipedia/spermatozoa-pada kambing.Diakses 19 Desember 2013
Jayadi, S. 1991. Ilmu reproduksi Ternak. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor
Nugroho.1992. motilitas spermatozoa. Jakarta.
Suwarso.1999. Ilmu reproduksi. Akademi Pressindo. Jakarta.
.
Page 25 of 25