i
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENALAN ORDO SERANGGA OPT DAN GEJALA KERUSAKAN
Oleh :
Golongan A / Kelompok 1B
1. Nungky Elicia Verginita (161510501027)
2. Siska Agustina Pertiwi (161510501043)
3. Shelly Paramesti Vitaloka (161510501054)
4. Roudlotul Jannah (161510501055)
LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Serangga merupakan organisme yang tergolong ke dalam kelas Insecta.
Serangga memiliki beragam spesies dan ordo yang dapat di klasifikasikan secara
berbeda-beda. Beragamnya spesies serangga menyebabkan serangga dapat
ditemukan pada lingkungan yang berbeda-beda, ada yang hidup di air laut, air
tawar, darat, pegunungan bahkan di suatu padang pasir. Serangga-serangga
tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, karena serangga
mempunyai daya tahan tubuh yang baik bahkan mampu berasosiasi dengan
kehidupan manusia. Penyebaran serangga tidak hanya di kawasan tertentu, akan
tetapi serangga menyebar sangat luas dari kawasan tropis hingga kutub.
Banyaknya spesies serangga dan keberadaannya yang sangat luas, hal ini
menyebabkan suatu perbedaan yaitu adanya serangga yang menguntungkan dan
adanya serangga yang merugikan bagi kehidupan. Serangga yang dapat
merugikan terutama pada tanaman disebut sebagai hama atau Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT). Serangga-serangga yang dapat dikatakan sebagai
hama yaitu apabila serangga tersebut menyerang pada suatu bagian tanaman
hingga menyebabkan kerusakan atau cacat pada tanaman tersebut.
Ada beberapa serangga yang temasuk hama yaitu pada ordo Orthoptera,
Ordo Hemiptera, ordo Coleoptera, ordo Lepidoptera, dan ordo Diptera. Serangga
dari salah satu ordo-ordo tersebut dapat berperan sebagai hama parasitoid,
predator, dan polinator. Serangga sebagai hama yang dapat ditemukan terutama
pada tanaman padi yaitu wereng, walang sangit, kumbang, kupu-kupu, dan
belalang. Salah satu serangga sebagai hama yang tipe alat mulutnya pencucuk
penghisap yang memiliki gejala kerusakan pada tanaman padi yaitu hama wereng.
Gejala kerusakan yang disebabkan oleh hama wereng dapat terjadi secara
langsung dan tidak langsung. Gejala secara langsung yaitu hama wereng
menghisap cairan pada tanaman padi sehingga menyebabkan keringnya padi
bahkan bisa mati, sedangkan secara tidak langsung hama wereng dapat menjadi
vektor virus penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput.
2
Gejala kerusakan lain yang disebabkan serangga tipe alat mulut penggigit
pengunyah yaitu salah satunya hama belalang. Hama belalang dapat menyerang
tanaman padi pada bagian daun dan akar. Gejala kerusakan yang disebabkan oleh
serangga hama belalang pada daun padi yaitu terdapat lubang-lubang akibat
gigitan belalang tersebut. Serangan lain juga dapat menyebabkan gejala kerusakan
pada akar tanaman padi. Gejala kerusakan yang timbul pada akar tanaman padi
yaitu pertumbuhan akar tidak normal dan berkurang karena telah dimakan oleh
hama penggigit pengunyah yaitu belalang. Hal ini sangat penting untuk dipelajari
oleh praktikan, sehingga praktikum dalam kali ini dilatar belakangi oleh
permasalahan mengenai karakteristik ordo serangga sebagai OPT dan gejala
kerusakan yang ditimbulkannya.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui dan memahami karakteristik ordo-ordo serangga yang
berperanan sebagai OPT.
2. Mengetahui dan memahami gejala kerusakan yang diakibatkan oleh
serangga.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Serangga menjadi salah satu komponen penting dalam ekosistem sawah
yang berpengaruh terhadap produksi tanaman. Serangga dalam ekosistem
pertanian dapat menjadi herbivora, karnivora, serta detitrivora atau pengurai.
Serangga herbivora sering disebut sebagai hama karena serangga tersebut
memakan atau mengambil bagian atau organ tanaman. Predator dan parasitoid
adalah contoh dari serangga karnivora. Predator dapat berperan sebagai
pengendali hama atau musuh alami bagi serangga herbivora. Habitat serangga
dalam suatu lingkungan akan berubah setiap waktu, bergantung pada berapa lama
serangga itu akan hidup dan daya dukung rantai makanan dalam suatu lingkungan
atau ekosistem (Shah dan Mitra, 2015).
Serangga memiliki sifat-sifat yang berbeda, bisa sebagai hama, vektor
penyakit, polinator dan predator. Tidak semua serangga yang berada di lahan
termasuk hama. Ada yang menguntungkan sebagai polinator alami, seperti lebah
(Ordo Hymenoptera) dan kupu-kupu (Ordo Lepideptera), namun ada juga yang
sebagai vektor bagi penyakit seperti wereng hijau (Ordo Homoptera) yang
menjadi vektor penyakit tungro pada padi dan sebagai hama seperti wereng coklat
(Ordo Homoptera) yang menghisap bulir padi dan juga sekaligus sebagai vektor
penyakit kerdil padi (Meilin dan Nasamsir, 2016).
Menurut Purnomo (2010), Serangga dapat disebut sebagai hama apabila
berkembang pada tingkat perkembangan yang tepat atau melebihi batas
keseimbangan, lingkungan yang mendukung perkembangan serangga, tanaman
tumbuh dan berkembang pada stadia yang rentan, serta berada pada waktu yang
bersamaan. Gejala dan dampak serangan oleh setiap serangga berbeda-beda.
Perbedaan tersebut dikarenakan tipe alat mulut setiap serangga berbeda serta
bagian tanaman yang diserang. Salah satu contohnya adalah hama wereng yang
memiliki tipe alat mulut pencucuk penghisap dan banyak menyerang tanaman
padi terutama pada bagian malai padi. Gejala yang ditimbulkan dari serangan
wereng yaitu: daun menguning dan mengering, malai padi kopong, dan serangan
yang berlebih dapat menyebabkan kematian tanaman padi sebelum panen.
4
Ordo Coleoptera Famili Coccinelidae sering ditemukan pada tanaman padi
di sawah dan diduga sebagai hama yang menyerang daun. Penangkapan serangga
ada 3 teknik, yaitu sweep net, pit fall trap, dan light trap. Serangga sering
berwarna mencolok serta dapat mengeluarkan bau dan bunyi. Warna mencolok
dan bunyi yang dikeluarkan serangga untuk menarik perhatian sesamanya
sedangkan, bau yang menyengat untuk melindungi diri dari gangguan (Siregar
dkk., 2014). Kumbang koksi termasuk ordo Coleoptera yang ditemukan juga pada
tanaman mentimun yang berumur 1 bulan hingga panen (Falahuddin dkk.,2015).
Ordo Hymenoptera sering ditemukan diatas permukaan tanah karena
termasuk karnivora dan suka pada daerah yang terbuka seperti sawah dan hutan.
Ada beberapa serangga yang termasuk fitofag seperti Ordo Orthoptera (Gryllus
sp. dan Valangan sp.) dan Ordo Coleoptera (Periplaneta sp., Dyscinetus sp., dan
Platyzosteria sp.). Tanah yang mengandung banyak seresah disukai oleh serangga
yang termasuk ordo Collembola karena hasil uraian dari seresah dapat digunakan
sebagai bahan makanannya (Suwondo dkk., 2015).
Belalang menjadi serangga yang memiliki banyak ragam dan sering
ditemukan pada ekosistem budidaya maupun padang rumput. Belalang bisa
berperan sebagai polinator dan hama, tergantung pada 7 faktor yang dapat
mempengaruhi sifat serangga. Faktor-faktor tersebut, antara lain: waktu;
heterogenitas ruang; kompetisi dalam satu komunitas dalam suatu ekosistem;
saling serang atau sebaliknya sesama belalang; daya pemangsaan; kestabilan
iklim; produktivitas serangga;dan interaksi antara komponen-komponen dalam
suatu ekosistem (Waghmare et al. 2013).
Serangga predator juga banyak ditemukan dalam lahan persawahan padi.
Predator berperan penting dalam ekosistem sawah untuk menekan populasi hama.
Serangga predator yang banyak ditemukan di lahan padi sebagian besar adalah
laba-laba yaitu sebanyak 41% kemudian golongan serangga Coleoptera (29%),
Hemiptera (8%), Odonata (8%), Diptera (5%), Hymenoptera (6%) dan Neuroptera
sebanyak 2% (Chakraborty et al., 2015). Predator dapat menjadi musuh alami
sebagai pengendali hama secara alami sehingga dapat mengurangi penggunaan
pestisida kimia.
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Bioekologi OPT acara “Pengenalan Ordo Serangga OPT Dan
Gejala Kerusakan” dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 09 Oktober 2017, pukul
06.00 WIB - selesai di Agrotechnopark Jubung, Sukorambi, Kabupaten Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Plastik
2. Botol
3. Toples
4. Kamera
3.2.2 Bahan
1. Kloroform
2. Kapas
3.3 Pelaksanaan Praktikum
3.3.1 Kegiatan I
1. Mengamati pada lahan tanaman padi dan kedelai secara bergantian tiap
kelompok.
2. Melakukan penangkapan serangga menggunakan jaring serangga dengan
metode ayun.
3. Mengoleksi semua serangga yang ada dan memisahkan yang bertindak
sebagai hama dan bukan.
4. Mencatat jenis dan jumlah hama yang didapatkan serta mendokumentasikan
dalam bentuk foto.
6
3.3.2 Kegiatan II
1. Menentukan petak pengamatan (1 x 1) m2 pada pertanaman padi dan
kedelai.
2. Mengamati gejala serangan dan hama yang didapatkan pada tanaman.
3. Mencatat gejala serangan yang ada dan mengoleksi hama yang didapatkan
dan mendokumentasikan gejala serangan yang didapatkan dan jenis
hamanya.
3.4 Variabel Pengamatan
1. Jumlah serangga hama pada pertanaman padi.
2. Jumlah serangga predator pada pertanaman padi.
3. Jumlah serangga polinator pada pertanaman padi.
4. Gejala yang disebabkan oleh serangga hama pada tanaman padi.
3.5 Analisis Data
Data yang kami peroleh dari pengamatan selanjutnya akan dianalisis
menggunakan analisis deskriptif, kemudian kami olah data lapang sehingga
menjadi informasi yang dapat dipahami oleh pembaca.
7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.2 Pengenalan Ordo Serangga OPT
NO. GAMBAR ORDO JUMLAH KETERANGAN
1. Walang sangit
Hemiptera 6 Alat mulut: pencucuk
penghisap.
Sayap 2 pasang.
Sayap depan 2/3
bagian mengeras,
Sayap belakang
membranus dan
dilipat dibawah
sayap depan.
Kaki : 2 pasang.
Termasuk hama
menyerang tanaman
padi.
2. Belalang
Orthoptera 9 Alat mulut: penggigit
pengunyah.
Sayap 2 pasang.
Sayap depan:
mengeras
Sayap belakang:
membranus
8
Kaki: saltotorial (3
pasang, dua pasang
didepan untuk
berjalan dan
memegang mangsa
sedangkan 1 pasang
dibelakang untuk
melompat dan
termodifikasi besar
pada bagian atas).
Termasuk hama yang
menyerang pada daun
padi.
3. Kumbang koksi
Coleoptera 6 Alat mulut: pengigit
pengunyah.
Sayap 3 pasang
Sayap depan: keras
Sayap belakang:
membrannus yang
dilipat dibawah sayap
depan.
Kaki: 6 kaki pendek,
terdapat rambut rambut
pendek.
Temasuk predator
pemangsa kutu daun.
9
4. Belalang sembah
Orthoptera 1 Alat mulut: pengigit
pengunyah.
Sayap 2 pasang.
Sayap depan: keras
Sayap belakang :
membranus
Kaki: 3 pasang kaki
Termasuk kedalam
predator.
5. Laba laba
araneae 1 Alat mulut: pengunyah
Kaki: 4 pasang
Termasuk predator
6. Capung
odonata 1 Alat mulut: penggigit
pengunyah.
Sayap: 2 pasang
Sayap depan lebih
panjang dari sayap
belakang.
Kaki : 3 pasang
Termasuk predator.
10
4.1.2 Gejala Serangan
NO. GAMBAR KETERANGAN
1
.
Malai
Gejala : kopong atau hampa malai,
berwarna coklat atau kuning.
Penyebab: walang sangit (ordo hemiptera)
2
.
Daun
Gejala: mengalami lubang dari bagian tepi
daun.
Daun mengering berwarna coklat.
Peenyebab: Belalang (ordo orthoptera).
Walang sangit (ordo hemiptera)
Hasil yang kami peroleh pada praktikum kali ini yaitu 6 walang sangit ordo
hemiptera. Alat mulut: pencucuk penghisap, memiliki sayap 2 pasang. Sayap
depan 2/3 bagian mengeras, sayap belakang membranus dan dilipat dibawah
sayap depan. Termasuk hama karena menyerang tanaman padi, selain walang
sangit juga terdapa 9 belalang yang termasuk ordo Orthoptera. Alat mulut
penggigit pengunyah. Sayap 2 pasang dan jenis kaki saltotorial termasuk hama,
menyerang pada daun padi.
11
Kumbang koksi yang berhasil ditangkap ada 6 ekor yang termasuk ordo
coleptera. Memiliki alat mulut penggigit pengunyah, 6 kaki pendek berambut, dan
2 pasang sayap. Belalang sembah yang berhasil ditangkap hanya 1 ekor, yang
memiliki 2 pasang sayap, 3 pasang kaki yang merupakan ordo orthoptera. Laba
laba juga ditemukan dilahan persawahan sebnyak 1 ekor yang memilki 6 kaki dan
tidak bersayap. Laba laba merupakan ordo araneae yang berperan sebagi predator.
1 ekor capung juga berhasil ditangkap, dimana capung memiliki 2 pasang sayap, 3
pasang kaki dan termasuk kedalam ordo odonata. Gejala penyakit yang kami
temukan di lapang meliputi gejala hampa pada bulir padi yang disebabkan oleh
walang sangit. Gejala pada daun yang kami temukan yaitu rusaknya daun karena
dimakan oleh belalang.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum lapang yang kami lakukan pada acara pengenalan
ordo ordo serangga OPT dan gejala kerusakannya terdapat banyak sekali serangga
dan kerusakan yang ditimbulkannya. Metode yang kami gunakan untuk
menangkap serangga mengunakan jaring dengan metode ayunan dan menangkap
secara manual. Seranga yang kami peroleh dari suatu petakan sawah yaitu walang
sangit, kumbang koksi, belalang sembah, belalang, dan sejenis lalat, capung dan
laba laba. Terdapat juga gejala kerusakan akibat serangga yang kami temukan
pada daun, batang, dan malai padi, seperti hilangnya sebagian daun yang dimakan
oleh belalang, bulir padi yang hampa karena serangan walang sangit, dan batang
yang mengering.
Semua serangga yang kami peroleh tidak semuanya berperan sebagai hama
dan penyakit tanaman padi. Belalang sembah, kumbang koksi dan laba-laba
sebagai predator atau musuh alami serangga OPT. Serangga yang membantu
dalam proses polinasi adalah kumbang koksi, capung dan lalat. Walang sangit dan
belalang yang kami temukan termasuk kedalam hama tumbuhan padi karena
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi secara signifikan.
Kumbang koksi dapat berperan sebagai hama dan polinator, bergantung pada jenis
dan daya dukung lingkungan terhadap sifat pengganggunya.
12
Walang sangit akan menyerang tanaman padi pada saat tanaman padi
tersebut bulirnya sudah masak susu. Bulir padi yang masak susu sangat disukai
oleh walang sangit, stadia masak susu pada bulir padi rata rata pada saat malai
padi berumur dua sampai tiga minggu. Menurut Manopo dkk. (2012), penelitian
yang dilakukan pada minggu pertama hasil walang sangit yang didapatkan sedikit,
berbeda halnya pada saat minggu ke dua dan ke tiga. Pengamatan minggu kedua
dan ketiga dilakukan pada saat padi sudah pada masa atau stadia masak susu.
Faktor inilah yang mempengaruhi banyaknya populasi walang sangit disuatu
lahan pertanaman padi.
Kepadatan populasi walang sangit tidak hanya dipengaruhi oleh stadia padi
masak susu atau makan yang tersedia namun juga dipengaruhi oleh lingkungan
faktor lingkungan. Lingkungan yang mendukung oertumbuhan walang sangit juga
mempengaruhi kepadatan populasinya seperti banyaknya gulma yang ada pada
sawah tanaman padi yang tidak dicabuti. Menurut Manopo dkk (2012), tidak
hanya faktor makanan namun faktor lingkungan juga mempengaruhi kepadatan
populasi hama, seperti gulma yang tidak disiangi akan menjadi inang alternatif
bagi walang sangit. Keruskan yang ditimbulkan oleh walang sangit yaitu warna
bulir padi akan menjadi coklat dan bulir menjadi hampa. Keruskan tersebut akan
merugikan petani dan kehilangan hasil panen.
Belalang juga merupakan hama tanaman padi, hal ini disebabkan belalang
memakan bagian daun tanaman padi. Bagian daun tanaman padi yang dimakan
akan menganggu proses fotosintesis tanaman padi. Bagian daun yang dimakan
adalah dari pinggir daun sehingga perlahan daun akan habis. Belalang memiliki
alat mulut pengigit pengunyah sehiga belalang memakan bagian daun. Belalang
memiliki dua pasang sayap dimana sayap depan keras dan sayap belakang
membrannus. Sayap belakang pada belalang berguna untuk tebang. Tipe kaki
belalang yaitu tipe saltotorial berfungsi untuk meloncat sehingga mampu
membantu belalang untuk berpindah dari tanaman satu ke tanaman lainnya.
Praktikum kali ini kelompok kami tidak hanya mendapatkan serangga
pengganggu tanaman melaikan juga memperoleh serangga predotor seperti
kumbang koksi. Kumbang koksi memiliki alat mulut pengigit pengunyah, dimana
13
kumbang koksi merupakan predato dari hama kutu daun. Kumbang koksi mampu
mengendalikan populasi hama kutu daun. Peranan kumbang koksi tidak hanya
sebagai predator saja malaikan juga sepagai polinator atau membatu proses
penyerbukan. Belalang sembah juga merupakan serangga predator yang
memangsa serangga yang lebih kecil dari ukuran tubuhnya. Belalang sembah
memiliki alat mulut pengigit pengunyah dan tipe kaki depannya termodifikasi
untuk menangkap mangsanya yang merupakan ciri ciri dari serangga ordo
Orthoptera.
Capung merupakan ordo odonata yang berperan sebagai pradator selain
sebagai predator capung juga berperan dalam membantu proses penyerbukan.
Laba laba merupakan ordo Araneae yang berperan sebagai predator atau musuh
alami. Perananan predator sangatlah penting untuk mengendailakan hama yang
menyerang pada tanaman tamapa mengunakan zat kimia yang berlebihan.
Pengunaan zat kimia yang berlebihan akan berdampak buruk kepada lingkungan,
selain hama yang mati predatorpun juga akan ikut mati. Menurut Henuhili dan
aminatun. (2013) Predator pada umumnya memiliki sifat polyphagus yaitu bisa
memangsa lebih dari satu kali dan tidak tergantung pada mangsa. Keberadaan
musuh alami atau predator disebabkan oleh adanya perbedaan ekosistem sawah,
jika ekosistem sawah mendukung maka predator akan tetap tinggal disana. Musuh
alami memiliki peranan yang sangat penting untuk pengendalian hayati hama
penganggu tanaman padi.
14
BAB 5. KESIMPUALAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Serangga yang berperan sebagai OPT yang berhasil ditangkap oleh
kelompok kami adalah walang sangit Ordo Hemiptera 6 ekor. Memiliki alat
mulut pencucuk penghisap, memilki 2 pasang sayap dan belalang Ordo
Orthoptera 9 ekor yang memiliki alat mulut penggigit pengunyah, 2 pasang
sayap, dan tipe kaki saltotorial. Walang sangit menyerang pada malai
tanaman padi sedangkan belalang menyerang daun tanaman padi.
2. Kerusakan pada malai padi disebabkan oleh hama walang sangit yang
menyebabkan bulir padi berwana coklat dan hamapa. Kerusakan pada daun
disebabkan oleh belalang yang memakan bagian daun dari pinggir sehingga
mengganggu proses fotosintesis.
5.2 Saran
Kurangnya peralatan praktikum yang digunakan membuat praktikan yang
lain harus menunggu dan kurang efisien waktu. Sebaiknya peralatan praktikum
ditambah agar semua kelompok praktikan bisa menggunakan besama sama dan
dapat menghemat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Chakraborty, K., M. N. Moitra, A. K. Sanyal, dan P. C. Rath. 2015. Important
Natural Enemies of Paddy Insect Pests in the Upper Gangetic Plains of West
Bengal, India. Plant, Animal, and Environmental Sciences, 6(1): 35-40.
Falahuddin, Irham., Pane, Elfira Rosa., dan Mwar, Esse. 2015. Identifikasi
Serangga Ordo Coleoptera Pada Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)
Di Desa Tirta Mulya Kecamatan Makarti Jaya Kabupaten Banyu Asin II.
Biota, 1(1): 9-15.
Henuhili, V., dan T. Aminatun. 2013. Konservasi Musuh Alami sebagai
Pengendalian Hayati Hama dengan Pengolahan Ekosistem Sawah.
Penelitian Saintek. 18(2): 30-40.
Manopo, R., Chirtina., salaki., J.E.M. Mamahit., dan E. Senewe. 2012. Padat
Populasi Intensitas Serangan Hama Walang Sangit (Leptocoris acuta thunb)
pada Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Minahasa Tenggara.
Meilin, Araz dan Nasamsir. 2016. Serangga Dan Peranannya Dalam Bidang
Pertanian Dan Kehidupannya. Media Pertanian, 1(1): 18-28.
Purnomo, H. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Yogyakarkta: Penerbit Andi.
Shah, S. K. dan B. Mitra. 2015. Month (Insecta: Lepidoptera) Fauna and Their
Insect Predators Associated with the Tea Gardens and the Sorrounding
Natural Ecosystem Environs in Northern West Bengal, India. Zoology
Studies, 2(6): 1-5.
Siregar, Anna Sari., Bakti, Darma., dan Zahara, Fatimah. 2014. Keanekaragaman
Jenis Serangga Di Berbagai Tipe Lahan Sawah. Agroteknologi, 2(4): 1640-
1647.
Suwondo, Febrita., dan Hendrizal, Andri. 2015. Komposisi dan Kenekaragaman
Serangga Tanah Di Arboretum Universitas Riau Sebagai Sumber Belajar
Melalui Model Inkuri. Biogenesis, 11(2): 93-98.
Waghmare, Somnath., Waghmare, Dinesh., dan Bhatnagar, P. S. 2013. Species
Diversity of Short Horned Grasshopper (Orthoptera, Acrididae) in Selected
Grassland of Solapur District, Maharashtra, India. Biodiversity and
Endangered, 1(3): 1-2.
Lampiran Literatur
Falahuddin, Irham., Pane, Elfira Rosa., dan Mwar, Esse. 2015. Identifikasi
Serangga Ordo Coleoptera Pada Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)
Di Desa Tirta Mulya Kecamatan Makarti Jaya Kabupaten Banyu Asin II.
Biota, 1(1): 9-15.
Henuhili, V., dan T. Aminatun. 2013. Konservasi Musuh Alami sebagai
Pengendalian Hayati Hama dengan Pengolahan Ekosistem Sawah.
Penelitian Saintek. 18(2): 30-40.
Manopo, R., Chirtina., salaki., J.E.M. Mamahit., dan E. Senewe. 2012. Padat
Populasi Intensitas Serangan Hama Walang Sangit (Leptocoris acuta thunb)
pada Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Minahasa Tenggara.
Meilin, Araz dan Nasamsir. 2016. Serangga Dan Peranannya Dalam Bidang
Pertanian Dan Kehidupannya. Media Pertanian, 1(1): 18-28.
Siregar, Anna Sari., Bakti, Darma., dan Zahara, Fatimah. 2014. Keanekaragaman
Jenis Serangga Di Berbagai Tipe Lahan Sawah. Agroteknologi, 2(4): 1640-
1647.
Suwondo, Febrita., dan Hendrizal, Andri. 2015. Komposisi dan Kenekaragaman
Serangga Tanah Di Arboretum Universitas Riau Sebagai Sumber Belajar
Melalui Model Inkuri. Biogenesis, 11(2): 93-98.
Waghmare, Somnath., Waghmare, Dinesh., dan Bhatnagar, P. S. 2013. Species
Diversity of Short Horned Grasshopper (Orthoptera, Acrididae) in Selected
Grassland of Solapur District, Maharashtra, India. Biodiversity and
Endangered, 1(3): 1-2.
Purnomo, H. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Yogyakarkta: Penerbit Andi.
Chakraborty, K., M. N. Moitra, A. K. Sanyal, dan P. C. Rath. 2015. Important
Natural Enemies of Paddy Insect Pests in the Upper Gangetic Plains of West
Bengal, India. Plant, Animal, and Environmental Sciences, 6(1): 35-40.
Shah, S. K. dan B. Mitra. 2015. Month (Insecta: Lepidoptera) Fauna and Their
Insect Predators Associated with the Tea Gardens and the Sorrounding
Natural Ecosystem Environs in Northern West Bengal, India. Zoology
Studies, 2(6): 1-5.
Lampiran Flowchart
Lampiran Lembar Kerja