UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA TIMUR
JALAN MATRAMAN RAYA NO. 218
PERIODE 16 JANUARI – 2 FEBRUARI 2012
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
STELLA, S.Farm.
1106047392
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JUNI 2012
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA TIMUR
JALAN MATRAMAN RAYA NO. 218
PERIODE 16 JANUARI – 2 FEBRUARI 2012
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
STELLA, S.Farm.
1106047392
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JUNI 2012
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
iii esehatan Kota Administrasi Jakarta Timur Jalan Matraman Raya No. 218 Periode
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Timur, untuk memenuhi salah satu persyaratan guna
menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker di Departemen Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Dalam penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan,
bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Mawardinur, Apt., selaku pembimbing PKPA dan Kepala Seksi
Sumber Daya Kesehatan yang telah membimbing dan memberikan bantuan
kepada penulis selama PKPA berlangsung.
2. Ibu Rani Sauriasari, M.Sc., Ph.D., Apt. selaku pembimbing dari Departemen
Farmasi FMIPA UI yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyusunan laporan PKPA ini.
3. Ibu drg. Roselyne Tobing, selaku Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan
yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis selama PKPA
berlangsung.
4. Ibu Dra. Dian Sulistyowati, Apt., selaku Koordinator Farmasi Makanan dan
Minuman yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis
selama PKPA berlangsung.
5. Ibu drg. Margaretha S.D.W., selaku Koordinator Tenaga Kesehatan yang telah
memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis selama PKPA
berlangsung.
6. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS, Apt., selaku ketua Departemen Farmasi
FMIPA UI.
7. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku ketua Program Apoteker Departemen
Farmasi FMIPA UI yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama
PKPA.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
v
8. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang
telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA.
9. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Departemen
Farmasi FMIPA UI.
10. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa, serta dukungan moral
dan finansial kepada penulis.
11. Seluruh teman-teman Apoteker UI angkatan LXXIV yang telah berjuang
bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker Universitas
Indonesia.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis
2012
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.............................................. .... ..............................................vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
1. PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Tujuan ..................................................................................................... 2
2. TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA
ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR ........................................................ 3
2.1. Instansi Kesehatan .................................................................................. 3
2.2. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi ............................................... 4
2.3. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur ......................... 6
3. TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN ............. 14
3.1. Seksi Sumber Daya Kesehatan .............................................................. 14
3.2. Dasar Hukum ........................................................................................ 14
3.3. Ruang Lingkup...................................................................................... 17
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 47
4.1. Hasil ..................................................................................................... 47
4.2. Pembahasan .......................................................................................... 51
5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 57
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 57
5.2. Saran ..................................................................................................... 57
DAFTAR REFERENSI ......................................................................................58
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Perizinan sarana farmasi makanan dan minuman yang dilakukan oleh
Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Timur pada periode Januari – Desember 2011 (dengan Standar
12 hari kerja) .................................................................................... 48
Tabel 4.2 Perizinan Tenaga Kesehatan yang dilakukan oleh Koordinator Tenaga
Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur pada periode Januari –
Desember 2011 (dengan Standar 12 hari kerja) ................................ 49
Tabel 4.3 Hasil survei kepuasan pelanggan eksternal Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Timur Periode Januari-Desember 2011 ........... .50
Tabel 4.4 Nilai Persepsi, Interval Indeks Kepuasan Masyarakat, Interval
Konversi Indeks Kepuasan Masyarakat, Mutu Pelayanan dan Kinerja
Unit Pelayanan................................................................................50
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan ................................. 61
Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.. 62
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Departemen Kesehatan telah menyelenggarakan serangkaian reformasi di
bidang kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan dan menjadikannya
lebih efisien dan efektif. Walaupun sudah mencapai banyak kemajuan, sebagian
besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun perkotaan, masih sulit
mendapatkan pelayanan kesehatan meskipun dalam skala minimal (Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003, 2003). Untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang optimal, diperlukan penyelenggaraan
pembangunan kesehatan secara terpadu dan berkesinambungan, yang meliputi
sumber daya dan upaya kesehatan.
Dalam hal ini, peran pemerintah lebih dititikberatkan pada pembinaan,
pengaturan, dan pengawasan untuk terciptanya pemerataan pelayanan kesehatan
serta bertanggung jawab untuk melakukan pemerataan dan peningkatan pelayanan
kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah bertugas untuk
merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan. Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi
masyarakat, ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata,
ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan,
memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk
upaya kesehatan, ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu,
aman, efisien, dan terjangkau untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, 2009).
Sistem otonomi daerah yang berlaku saat ini menjadikan Pemerintah Pusat
melakukan pendelegasian wewenang kepada Pemerintah Daerah (Undang-
Undang No. 22 Tahun 1999, 1999). Salah satu pendelegasian wewenang
sebagaimana dijelaskan di atas adalah dalam hal pengelolaan kesehatan (Peraturan
Pemerintah No. 25 Tahun 2000, 2000). Untuk menjalankan wewenang tersebut,
maka Pembangunan Kesehatan yang diupayakan oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta diatur dalam suatu aturan yaitu Sistem Kesehatan Daerah (Peraturan
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
2
Universitas Indonesia
Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009, 2009). Berdasarkan hal tersebut,
Pemerintah DKI Jakarta melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
No. 150 Tahun 2009 mendirikan Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) di setiap
Kotamadya yang berada di DKI Jakarta yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta
Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk
mempermudah Dinas Kesehatan dalam menjalankan dengan baik tugas dan
tanggung jawabnya dalam pelaksanaan binwasdal (pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian) upaya-upaya kesehatan di Jakarta Timur (Peraturan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009).
Sebagai sumber daya manusia yang berperan dalam pelayanan kesehatan,
Apoteker memiliki peran dan fungsi dalam Suku Dinas Kesehatan, yaitu yang
berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman dan aplikasi cara perizinan serta
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian dari pelayanan kesehatan, termasuk
sarana dan tenaga kesehatan. Oleh karena itu, Apoteker perlu memiliki bekal yang
cukup untuk memenuhi peran dan fungsi tersebut.
Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia memasukkan mata kuliah Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Suku Dinas Kesehatan sebagai mata kuliah yang wajib diambil.
Kegiatan PKPA dilaksanakan pada tanggal 16 Januari – 2 Februari 2012 dengan
tujuan untuk memperdalam pemahaman mahasiswa profesi Apoteker terkait peran
Apoteker di Suku Dinas Kesehatan.
1.2. Tujuan
Pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Timur, bertujuan agar mahasiswa calon Apoteker:
a. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan
Kotamadya
b. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Seksi Sumber Daya
Kesehatan
c. Mengetahui dan memahami tata cara perizinan, pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian terhadap tenaga kesehatan, sarana pelayanan farmasi, dan
standarnisasi mutu.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR
2.1. Instansi Kesehatan
Ada beberapa instansi pemerintah yang khusus menangani bidang kesehatan.
Secara hirarki instansi tersebut dapat dibagi menjadi:
a. Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan (dahulu Departemen Kesehatan) merupakan badan
pelaksana pemerintah di bidang kesehatan yang dipimpin oleh Menteri Kesehatan.
Kementerian Kesehatan berada di bawah Presiden, bertanggung jawab kepada
Presiden, bertugas membantu Presiden dan menyelenggarakan sebagian urusan
pemerintahan di bidang kesehatan yang berfungsi sebagai regulator di tingkat
nasional.
b. Dinas Kesehatan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun
2009, 2009)
Dinas Kesehatan adalah sebagai unsur pelaksana otonomi daerah di bidang
kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang diangkat dari
Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Dinas dalam
melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah yang berfungsi sebagai regulator di tingkat daerah DKI
Jakarta. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 1.
c. Suku Dinas Kesehatan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150
Tahun 2009, 2009)
Suku Dinas Kesehatan adalah Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi/
Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi sebagai perangkat pada tingkat kota
administrasi/ kabupaten administrasi di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang diangkat dari
pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis administratif kepada
Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional kepada Walikota Administrasi
yang berfungsi sebagai auditor di wilayahnya.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
4
Universitas Indonesia
d. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas merupakan organisasi
fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata, dapat diterima, dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta
aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat. Fungsi Puskesmas adalah sebagai pusat pelayanan kesehatan yang
menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat
kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
Jumlah Puskesmas yang tercatat sampai saat ini sekitar 7.277 unit Puskesmas
Kecamatan dengan 1.818 unit diantaranya mempunyai fasilitas ruang rawat inap,
21.587 unit Puskesmas kelurahan, dan 5.084 unit Puskesmas keliling. Untuk wilayah
Jakarta Timur terdapat 10 Puskesmas Kecamatan dan 76 Puskesmas Kelurahan.
2.2. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi (Peraturan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009)
Adanya perubahan sistem pemerintahan tahun 1999 dari sistem sentralisasi
menjadi otonomi daerah mengakibatkan sebagian wewenang pemerintah pusat
dilimpahkan kepada pemerintah daerah, sehingga pemerintah Provinsi DKI Jakarta
mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 58 Tahun 2002 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang mengawali berdirinya
Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat di tingkat
Kotamadya. Pada tahun 2009 dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10 Tahun
2008 tentang Perubahan Organisasi Suku Dinas Kesehatan pasca restrukturisasi
perihal peningkatan efisiensi dimana Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dengan Suku
Dinas Kesehatan Masyarakat dilebur menjadi satu yaitu Suku Dinas Kesehatan.
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas
Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan
pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh
seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
5
Universitas Indonesia
operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota.
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi mempunyai fungsi :
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) Suku Dinas
b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas
c. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan
lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan,
khusus, tradisional dan keahlian.
d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana dan Kejadian Luar
Biasa (KLB)
e. Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular atau tidak
menular.
f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian.
g. Pelaksanaan surveilans kesehatan
h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan.
i. Pengendalian pencapaian standarisasi prasarana dan sarana pelayanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan
pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku
Dinas.
k. Pemberian, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi perizinan atau
rekomendasi atau sertifikasi di bidang kesehatan.
l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup
Kota Administrasi
m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan
gizi dan kesehatan masyarakat.
n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan dan
pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan
lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan
khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
6
Universitas Indonesia
o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan
prasarana dan sarana kerja Suku Dinas.
p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang.
q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggan dan ketatausahaan
r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas.
s. Penyiapan bahan laporan ke Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas dan
fungsi Suku Dinas.
t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku
Dinas.
2.3. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur
2.3.1. Visi dan Misi (Sudinkes Jaktim, 2009)
Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur yaitu Jakarta Timur Sehat,
Mandiri, dan Bermutu untuk semua. Misi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
adalah :
a. Meningkatkan kemampuan manajerial dan profesionalisme Sumber Daya
Manusia (SDM).
b. Meningkatkan kinerja organisasi dengan pendekatan tim.
c. Mengembangkan sistem informasi kesehatan sesuai dengan perkembangan
teknologi.
d. Menggalang kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), dan organisasi terkait.
e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat.
2.3.2. Sasaran Mutu (Sudinkes Jaktim, 2009)
Sasaran mutu yang ingin dicapai oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Timur adalah :
a. Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian) SDM Sudinkes
100% terlaksana dengan baik, benar, dan tepat waktu.
b. Binwasdal Program 100% terlaksana dengan baik, benar dan tepat waktu.
c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan 12 hari kerja.
d. Pelayanan perizinan sarana kesehatan 25 hari kerja.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
7
Universitas Indonesia
e. Keluhan pelanggan 100% ditindaklanjuti.
f. Kepuasan pelanggan 85% dipenuhi.
2.3.3. Struktur Organisasi (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150
Tahun 2009, 2009)
Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan, organisasi Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Timur terdiri dari :
a. Kepala Suku Dinas
b. Subbagian Tata Usaha
c. Seksi Kesehatan Masyarakat
d. Seksi Pelayanan Kesehatan
e. Seksi Sumber Daya Kesehatan
f. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan
g. Subkelompok Jabatan Fungsional
Bagan struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur dapat dilihat pada
Lampiran 2.
2.3.3.1. Kepala Suku Dinas
Kepala Suku Dinas mempunyai tugas :
a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi, dan Subkelompok
Jabatan Fungsional.
c. Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD), dan atau Instansi
pemerintah atau swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi
Suku Dinas.
d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi
Suku Dinas.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
8
Universitas Indonesia
2.3.3.2. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha merupakan Satuan Kerja staf Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan.
Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang
berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas.
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas :
a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai
dengan lingkup tugasnya.
c. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.
d. Melakasanakan monitoring, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.
e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang Suku Dinas.
f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas.
g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan
prasarana dan sarana kerja Suku Dinas.
h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor.
i. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat atau pertemuan Suku Dinas.
j. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara Suku Dinas.
k. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan, dan melaporkan
penerimaan retribusi Suku Dinas Kesehatan.
l. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Subbagian
Tata Usaha.
m. Mengkoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan
akuntabilitas) Suku Dinas.
n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Subbagian
Tata Usaha.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
9
Universitas Indonesia
2.3.3.3. Seksi Kesehatan Masyarakat
Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan
masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas.
Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas :
a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai
dengan lingkup tugasnya.
c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga
termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia
sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana,
pekerja wanita, dan asuhan keperawatan.
d. Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan
dan pengendalian program kesehatan masyarakat.
e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi.
f. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatann
masyarakat.
g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat
Kota Administrasi.
h. Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi
manajemen kesehatan yang terintegrasi.
i. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM.
j. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG).
k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Seksi Kesehatan Masyarakat.
l. Melaporkan dan mempertanggunjawabkan pelaksanaan tugas Seksi
Kesehatan Masyarakat.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
10
Universitas Indonesia
2.3.3.4. Seksi Pelayanan Kesehatan
Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pelayanan Kesehatan
mempunyai tugas:
a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai
dengan lingkup tugasnya.
c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian tata
laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.
d. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan,
memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan.
e. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar
pelayanan kesehatan.
f. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengawasan akreditasi sarana
pelayanan kesehatan.
g. Memberikan rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan.
h. Memberikan tanda daftar kepada pengobat tradisional.
i. Melaksanakan siaga 24 jam/ Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan
(Pusdaldukkes).
j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal
pelayanan kesehatan.
k. Meyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Seksi Pelayanan Kesehatan.
l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi
Pelayanan Kesehatan.
2.3.3.5. Seksi Sumber Daya Kesehatan
Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
11
Universitas Indonesia
Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Sumber Daya
Kesehatan mempunyai tugas:
a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai
dengan lingkup tugasnya.
c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan
minuman.
d. Memberikan rekomendasi atau perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan
dan minuman.
e. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan.
f. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan.
g. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas
kesehatan terhadap standar pelayanan.
h. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem
manajemen mutu.
i. Melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan.
j. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penetapan
sistem manajemen mutu kepada Puskesmas.
k. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator.
l. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur,
assessor dan auditor mutu pelayanan kesehatan.
m. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan
sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional,
subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri
makanan minuman rumah tangga.
n. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan
persediaan cadangan obat esensial.
o. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada
lingkup Kota Administrasi.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
12
Universitas Indonesia
p. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan.
q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Seksi Sumber Daya Kesehatan.
r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi Sumber
Daya Kesehatan.
2.3.3.6. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan
Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku
Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan.
Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi
Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas:
a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai
dengan lingkup tugasnya.
c. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular,
kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah
atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan.
d. Melaksanakan kegiatan pembinan pelaksanaan kesehatan haji.
e. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit
menular atau tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat.
f. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis
peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular, serta kesehatan jiwa
masyarakat.
g. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pengendalian
penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Dearah
(UKPD), dan atau instansi pemerintah/ swasta/ masyarakat.
h. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan
imunisasi.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
13
Universitas Indonesia
i. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan
memanfaatkan data dan informasi surveilens epidemiologi sebagai Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup Kota
Administrasi.
j. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa
(KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan.
k. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah atau Kejadian Luar Biasa
(KLB) dan surveilans.
l. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian.
m. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pemetaan kegiatan penanggulangan
wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans.
n. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan
lingkungan meliputi penyehatan air minum/ air bersih, penyehatan makanan
dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian
radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempat-tempat umum,
tempat kerja, tempat pengeloalaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengeloalaan
lingkungan / upaya pemantauan lingkungan.
o. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang
kesehatan lingkungan.
p. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam Bidang Kesehatan Lingkungan dan
Kesehatan Kerja.
q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan.
r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi
Pengendalian Masalah Kesehatan.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
14 Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN
3.1. Seksi Sumber Daya Kesehatan (Undang-Undang No. 25 Tahun 2009,
2009)
Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi
Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas.
Deskripsi kerja Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan antara lain:
a. Menyusun rencana kerja program: Standarisasi Mutu Kesehatan, Tenaga
Kesehatan dan Farmasi, Makanan, dan Minuman selama 1 tahun.
b. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Standarisasi Mutu Kesehatan
c. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Tenaga Kesehatan.
d. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Farmasi, Makanan, dan
Minuman.
e. Membantu melaksanakan tugas-tugas dari Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Timur.
f. Pemantauan Pemberantasan Sarang Nyamuk di wilayah kecamatan binaan.
3.2. Dasar Hukun
3.2.1. Dasar Hukum Perizinan Sarana Kesehatan
Dasar hukum yang mengatur perizinan sarana kesehatan farmasi makanan
dan minuman adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Undang-Undang RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
c. Undang-Undang RI No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
d. Undang-Undang RI No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
e. Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
f. Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
g. Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
15
Universitas Indonesia
h. Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi
Pangan.
i. Kepmenkes No.1331/MenKes/SK/X/2002 tentang Pedagang Eceran Obat.
j. Kepmenkes No.246/MenKes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil
Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.
k. Permenkes No.1191/MenKes/Per/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat
Kesehatan.
l. Kepmenkes No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek.
m. Kepmenkes No.184/MenKes/Per/II/1995 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan
Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker.
n. Kepmenkes No.149/MenKes/Per/II/1998 tentang Perubahan Atas PerMenKes
No.184/MenKes/Per/II/1995 Tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa
Bakti dan Ijin Kerja Apoteker.
o. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.970 tahun 1990 tentang Ketentuan
Penyelenggaraan Usaha Pedagang Eceran Obat di wilayah DKI Jakarta.
3.2.2. Dasar Hukum Perizinan Tenaga Kesehatan
Dasar hukum yang mengatur perizinan tenaga kesehatan adalah sebagai
berikut:
a. Permenkes No.1796/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan.
b. Kepmenkes No.889/MenKes/ Per/V/2011 tentang Izin Praktik dan izin Kerja
Tenaga Kefarmasian.
c. Kepmenkes No.2052/Menkes/Per/X/2011 Tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
d. Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/148/ I/2001 Tentang Registrasi dan
Praktik Perawat.
e. Kepmenkes No.1392/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin Kerja
Perawat Gigi.
f. Kepmenkes No.H.K02.02/Menkes/149/ I/2001 Tentang Registrasi dan Praktik
Bidan.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
16
Universitas Indonesia
g. Kepmenkes No.357/Menkes/Per/2006 Tentang Registrasi dan Izin
Radiografer.
h. Kepmenkes No.544/Menkes/VI/2002 Tentang Registrasi dan Izin Kerja
Refraksionis Optisien.
i. Kepmenkes No.1363/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin
Praktik Fisioterapis.
j. Kepmenkes No.867/Menkes/Per/VIII/2004 Tentang Registrasi dan Praktik
Terapis Wicara.
3.2.3. Dasar Hukum Mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan
Dasar hukum mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan menyangkut
Undang-Undang Pelayanan Publik. Undang-Undang No.25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan publik yang
dilaksanakan di Negara ini sehingga menjamin kepastian hukum dalam hubungan
antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Menurut undang-
undang tersebut, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/ atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik tersebut adalah
setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen, yang
dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan
hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
Pelayanan administratif yang dimaksud oleh undang-undang ini meliputi:
a. Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur
dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan perlindungan
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda warga negara.
b. Tindakan administratif oleh instansi non pemerintah yang diwajibkan oleh
negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta diterapkan
berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan.
Undang-Undang ini mengatur segala aspek penyelenggaraan pelayanan
publik, termasuk yang paling utama ialah kewajiban bagi setiap penyelenggara
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
17
Universitas Indonesia
pelayanan publik untuk menetapkan standar pelayanan mengenai standar
pelayanan publik yang diberikan dan hal ini diatur lagi oleh Peraturan Pemerintah.
Dengan demikian, Undang-Undang ini menjamin adanya diberikannya pelayanan
publik yang berkualitas bagi seluruh masyarakat.
3.3. Ruang Lingkup
Seksi ini membawahi tiga bagian, yaitu:
a. Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman
b. Koordinator Tenaga Kesehatan
c. Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan
3.3.1. Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman
Ruang lingkup perizinan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman
di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku
Dinas Kesehatan Kota Administrasi adalah:
a. Apotek (apotek kerjasama, apotek profesi, apotek rakyat dari toko obat dan
depo obat / farmasi).
b. Toko Obat.
c. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT).
d. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK).
e. Sertifikasi kelayakan olahan/ produksi makanan minuman rumah tangga/
Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).
3.3.1.1. Apotek (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002; Peraturan Menteri
Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002)
Berdasarkan Permenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat. Dengan telah diterbitkannya Peraturan
Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian maka nantinya
semua persyaratan untuk melakukan pekerjaan kefarmasiaan pada sarana farmasi
akan mengacu pada Peraturan Pemerintah tersebut. Akan tetapi, fungsi Peraturan
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
18
Universitas Indonesia
Pemerintah tersebut belum dapat digunakan karena masih menunggu aturan dari
Menteri Kesehatan RI yang hingga kini belum diterbitkan.
Khusus di DKI Jakarta perizinan apotek dibagi menjadi 4, yaitu:
a. Apotek Kerjasama, adalah apotek dimana Apoteker hanya sebagai Apoteker
pengelola apotek (APA), sedangkan pemilik sarana apotek (PSA) adalah dari
pihak lain (bisa perorangan, PT, dan lain-lain).
b. Apotek Profesi, adalah apotek yang Apoteker pengelola apotek (APA) juga
sebagai pemilik sarana apoteknya (PSA).
c. Depo Farmasi/ Depo Obat, adalah apotek yang berada di klinik, dan hanya
boleh menerima resep dari klinik tersebut.
d. Apotek Rakyat (apotek sederhana) adalah sarana kesehatan tempat
dilaksanakannya pelayanan kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat dan
perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan, serta tidak menjual obat
golongan narkotika dan psikotropika, dimana terhitung sejak ditetapkannya
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 284/MenKes/PER/III/2007, seluruh izin dan
status apotek yang berasal dari apotek sederhana akan disesuaikan menjadi apotek
rakyat.
Standar penanggung jawab teknis apotek adalah Apoteker. Apoteker
adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. Sebelum
melaksanakan kegiatannya, APA wajib memiliki Surat Izin Kerja (SIK)/Surat
Penugasan (SP) dan Surat Izin Apotek (SIA).
SIA berlaku seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif
melakukan kegiatan dan tidak ada perubahan fisik dan non fisik. SIA harus
diperbaharui bila terjadi perubahan fisik dan non fisik dari sarana apotek. Kriteria
perubahan non fisik yakni apabila terjadi pergantian Apoteker pengelola sarana
apotek (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi pergantian
pemilik sarana kesehatan apotek (baik karena meninggal dunia maupun hal
lainnya), terjadi pergantian nama sarana kesehatan apotek, terjadi perubahan
alamat sarana kesehatan apotek tanpa pemindahan lokasi, dan/atau terjadi karena
surat izin sarana kesehatan apotek hilang atau rusak. Sedangkan perubahan fisik,
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
19
Universitas Indonesia
yakni apabila terjadi perubahan denah sarana kesehatan apotek dan terjadi
perubahan pindah lokasi apotek.
Untuk mendapatkan SIA, APA harus menyiapkan tempat (lokasi dan
bangunan) dan perlengkapannya termasuk obat dan perbekalan farmasi lain yang
merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek harus
mempunyai luas yang memadai, sehingga dapat menjamin kelancaran
pelaksanaan tugas dan fungsi apotek, serta memelihara mutu perbekalan
kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek minimal terdiri dari ruang tunggu,
ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja
Apoteker, tempat pencucian alat, dan toilet/ WC. Bangunan apotek harus
dilengkapi sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup,
alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, serta ventilasi, dan sistem
sanitasi yang baik. Apotek harus mempunyai papan nama apotek berukuran
minimal 40x60 cm dengan tulisan berwarna hitam (ukuran 5 cm) di atas dasar
berwarna putih yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA dan alamat
apotek.
Apotek harus memiliki perlengkapan yang memadai seperti timbangan,
mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan obat, termasuk lemari khusus
narkotika dan psikotropika, kartu stok, dan sebagainya. Apotek harus melaporkan
pemakaian narkotika setiap bulan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM di DKI
Jakarta sedangkan pemakaian psikotropika harus dilaporkan maksimal setahun
sekali.
SIA dapat dicabut jika terdapat pelanggaran-pelanggaran yang
menyebabkan pencabutan SIA tersebut yang diatur menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Pasal 25 adalah :
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai APA.
b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian.
c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus-
menerus.
d. Terjadi pelanggaran terhadap UU tentang narkotika, psikotropika, kesehatan,
dan ketentuan perundang-undangan yang lain.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
20
Universitas Indonesia
e. Surat izin kerja APA dicabut.
f. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-
undangan di bidang obat.
Secara umum persyaratan izin apotek yang bekerja sama dengan pihak lain
adalah:
a. Surat permohonan APA yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan
setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap,1 (satu) rangkap di atas materai Rp.
6000,00.
b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum
dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk PT yang
disahkan/terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM RI.
c. Fotokopi KTP DKI dari APA.
d. Fotokopi Surat Izin Kerja (SIK)/ Surat Penugasan (SP) Apoteker, dengan
lampiran surat keterangan selesai masa bakti Apoteker bagi non pegawai
negeri.
e. Fotokopi surat status kepemilikan tanah: Fotokopi sertifikat, bila gedung
milik sendiri; fotokopi surat perjanjian kontrak bangunan minimal 2 (dua)
tahun dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal dua tahun,
bila kontrak/ sewa.
f. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG).
g. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
h. Surat keterangan domisili dari kelurahan setempat.
i. Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada
peraturan perundangan yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00.
j. Peta lokasi dan denah ruangan.
k. Surat pernyataan dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak
akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/ obat dan tidak
akan ikut campur dalam pengelolaan obat di atas materai Rp. 6000,00.
l. Surat pernyataan APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada bidang
farmasi lain di atas materai Rp. 6000,00.
m. Surat pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu
tanpa resep di atas materai Rp.6000,00.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
21
Universitas Indonesia
n. Struktur organisasi dan tata kerja/ tata laksana (dalam bentuk Organogram).
o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan.
p. SIK Asisten Apoteker/D3 farmasi.
q. Rencana jadwal buka apotek.
r. Daftar peralatan peracikan obat.
s. Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi.
t. Formulir pelaporan narkotika dan psikotropika.
u. Akte notaris perjanjian kerjasama APA dan PSA (asli/ legalisir).
v. Surat izin atasan bagi apoteker Pegawai Negeri Sipil.
Secara umum persyaratan izin apotek praktek profesi:
a. Surat permohonan Apoteker praktek profesi ditujukan kepada Kepala Suku
Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas
materai Rp.6000,00.
b. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) DKI Jakarta yang
menyatakan bahwa yang bersangkutan layak untuk melakukan apotek profesi
yang diterbitkan setiap tahun sekali.
c. Fotokopi KTP DKI Apoteker apotek praktek profesi.
d. Status kepemilikan bangunan, IMB dan surat sewa menyewa minimal 2
tahun.
e. Denah bangunan beserta peta lokasi.
f. Daftar peralatan peracikan, etiket, dll.
g. Fotokopi NPWP Apoteker.
h. SIK/SP Apoteker dan pas foto 2x3 sebanyak 2 lembar dengan melampirkan
surat selesai masa bakti Apoteker.
i. Surat pernyataan dari apotek bahwa selama buka apotek harus ada
apotekernya (bila tidak ada apotekernya maka harus tutup).
j. Jadwal buka apotek bersama dengan petugas/ Apoteker yang lain yang ikut
melakukan praktek profesi dengan melampirkan SIK dan KTP DKI Jakarta
Secara umum persyaratan Izin depo obat/farmasi:
a. Surat permohonan Apoteker penanggung jawab depo ditujukan kepada Suku
Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas
materai Rp.6000,00.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
22
Universitas Indonesia
b. Fotokopi izin klinik yang masih berlaku.
c. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum
dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk badan hukum.
d. Fotokopi KTP DKI APA.
e. Ijasah/SIK/SP Apoteker dengan melampirkan surat selesai masa bakti
Apoteker.
f. Surat pengangkatan Apoteker sebagai karyawan/penanggung jawab depo
obat/farmasi.
g. Proposal untuk mendirikan depo obat/farmasi.
h. Ijazah/SIK Asisten Apoteker.
i. Peta lokasi dan denah bangunan seatap/sepekarangan dengan klinik serta
denah bangunan tertutup.
j. NPWP perusahaan.
k. UUG.
l. Status gedung/sertifikat gedung sewa minimal dua tahun.
m. Surat pernyataan Apoteker hanya melayani resep dari klinik perusahaannya
(bukan dari resep umum), kecuali atas nama pasien perusahaan.
Apabila apotek memberikan pelayanan 24 jam, maka apotek tersebut harus
memiliki Apoteker pendamping, dan apabila APA dan Apoteker pendamping
berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk Apoteker pengganti.
Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dalam hal ini kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
setempat untuk daerah DKI Jakarta dengan tembusan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi setempat. APA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
yang dilakukan oleh apoteker pendamping maupun apoteker pengganti/supervisor,
dalam pengelolaan apotek. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih
dari dua tahun secara terus-menerus, maka harus menunjuk Apoteker pengganti,
sedangkan jika APA berhalangan melakukan tugasnya dalam waktu 1 – 3 bulan,
maka harus menunjuk Apoteker supervisor. (Peraturan Menteri Kesehatan No.
1332/MenKes/SK/X/2002, 2002).
Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan
karena penggantian APA oleh Apoteker pengganti, harus diikuti dengan serah
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
23
Universitas Indonesia
terima resep, narkotika dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci tempat
penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan
pembuatan berita acara. Apabila apotek melakukan pelanggaran, maka dapat
diberikan teguran secara lisan untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila tidak
ada perbaikan dari apotek tersebut, maka diberikan peringatan tertulis kepada
APA. Pelaksanaan pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan
peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan
tenggang waktu masing-masing dua bulan atau pembekuan izin apotek untuk
jangka waktu selama-lamanya 6 bulan. Akan tetapi, pembekuan izin ini dapat
dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh
persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Peraturan Menteri Kesehatan
No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002).
3.3.1.2. Apotek Rakyat (Dinkes Provinsi, 2002; Peraturan Menteri Kesehatan No
284/MenKes/PER/III/2007, 2007)
Apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan
kefarmasian, dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan
tidak melakukan peracikan dan pelayanan resep narkotik dan psikotropik.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 284/MenKes/PER/III/2007,
ketentuan yang harus dipenuhi oleh Apotek rakyat adalah:
a. Apotek rakyat dalam pelayanan kefarmasian harus mengutamakan obat
generik.
b. Apotek rakyat dapat menyimpan dan menyerahkan obat-obatan yang termasuk
golongan obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas, dan perbekalan
kesehatan rumah tangga.
c. Apotek rakyat dilarang menyediakan narkotika dan psikotropika, meracik obat
dan menyerahkan obat dalam jumlah besar.
d. Setiap apotek rakyat harus memiliki satu orang apoteker sebagai penanggung
jawab, dan dapat dibantu oleh asisten apoteker.
e. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, apotek rakyat yang melanggar
ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan dapat
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
24
Universitas Indonesia
dikenakan tindakan administratif berupa teguran lisan, tertulis, sampai dengan
pencabutan izin.
f. Pedagang eceran yang statusnya sudah berubah menjadi apotek sederhana
dianggap telah menjadi apotek rakyat.
Secara umum persyaratan izin apotek yang berasal dari toko obat/apotek
sederhana (apotek rakyat) :
a. Surat permohonan APA ditujukan kepada kepala Suku Dinas Kesehatan
setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai
Rp.6.000,00.
b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum
dari Departemen Kehakiman dan HAM bila bentuk PT.
c. Salinan/fotokopi KTP DKI dari APA.
d. Fotokopi izin domisili dari lurah.
e. Status bangunan milik sendiri lampirkan sertifikat, bila sewa, foto kopi
perjanjian kontrak bangunan, dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku
minimal 2 (dua) tahun.
f. Pernyataan pemilik sarana lokasi hanya untuk pada sentra pasar tempat toko
obat dan tidak pindah diluar pasar diatas materai Rp.6000,00.
g. Surat pernyataan kepala pasar yang menyatakan pihaknya ikut mengawasi
kegiatan apotek terhadap ketentuan per UU Farmasi yang berlaku di atas
materai Rp. 6000,00.
h. Surat keterangan domisili dari lurah atau kepala pasar.
i. Surat pernyataan pemohon dan pemilik yang menyatakan akan tunduk serta
patuh kepada peraturan yang berlaku di atas materai Rp.6000,00.
j. Peta lokasi dan denah bangunan.
k. Surat pernyataan pemilik sarana apotek tidak terlibat lagi dalam pelanggaran
peraturan di bidang farmasi/ obat di atas materai Rp.6000,00.
l. Surat pernyataan APA sanggup mengelola apotek/ toko obat diatas materai
Rp.6000,00.
m. Surat pernyataan dari APA dan PSA tidak melakukan peracikan dan
penjualan narkotika, OKT baik dengan resep dokter maupun tanpa resep
dari pemilik dan apoteker diatas materai Rp.6000,00.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
25
Universitas Indonesia
n. Struktur organisasi apotek dan tata kerja/tata laksana.
o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan dilampiri dengan SK
pengangkatan dan daftar gaji yang disetujui oleh Apoteker, pemilik, dan
tenaga kerja tersebut diatas materai Rp.6000,00.
p. Surat izin kerja/surat penugasan Apoteker.
q. Surat izin kerja AA/D3 Farmasi.
r. Rencana jadwal buka apotek.
s. Daftar peralatan lainnya.
t. Daftar buku wajib peraturan per UU di bidang Farmasi.
u. Surat peryataan APA dan pemilik bersedia bila diperiksa ke apotek oleh
petugas kesehatan yang berwenang di atas materai Rp.6000,00.
3.3.1.3. Toko Obat (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002)
Pedagang eceran obat didefinisikan sebagai orang/ badan hukum di
Indonesia yang mempunyai izin untuk menyimpan obat-obat bebas (label hijau)
dan obat-obat bebas terbatas (label biru) untuk dijual secara eceran di tempat
tertentu sebagai tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat harus menjaga
agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi
atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Surat
izin pendirian suatu toko obat dapat diperoleh dengan mengajukan surat
permohonan Izin Usaha kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
setempat yaitu di Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi, Makanan dan
Minuman. Izin toko obat berlaku selama 2 tahun dan dapat diperpanjang kembali
dengan penanggung jawab teknis adalah seorang Asisten Apoteker. Adapun
persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin usaha toko obat antara
lain :
a. Surat permohonan izin toko obat yang ditujukan kepada Kepala Sudinkes
Kotamadya setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas
materai Rp. 6000,00.
b. Fotokopi KTP DKI Jakarta pemilik toko obat.
c. Akte pendirian perusahaan bila bentuk badan hukum yang terdaftar pada
Menteri Kehakiman dan HAM.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
26
Universitas Indonesia
d. Gambar denah lokasi tempat usaha dan denah ruangan
e. Ijazah dan SIK AA, foto 2x3 2 lembar.
f. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai AA penanggung jawab teknis pada
toko obat di atas materai Rp. 6000,00.
g. Status bangunan tempat usaha milik sendiri (lampirkan sertifikat) dan bila sewa
minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP
pemilik.
h. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
i. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi, pihak toko obat
harus mengajukan permohonan tertulis kepada Seksi Sumber Daya Kesehatan
yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi setempat.
Perubahan non fisik meliputi:
a. Terjadi pergantian Asisten Apoteker penanggung jawab teknis sarana
kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya).
b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan toko obat.
c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan toko obat tanpa pemindahan
lokasi.
d. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan toko obat (baik karena
meninggal dunia maupun hal lainnya).
e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan toko obat hilang atau rusak.
Adapun perubahan fisik meliputi:
a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan toko obat.
b. Terjadi perpanjangan izin sarana kesehatan toko obat.
Toko obat harus menjalankan usahanya sesuai ketentuan dan peraturan
perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, apabila toko obat melakukan
pelanggaran akan dikenakan sanksi baik berupa sanksi administratif maupun
sanksi pidana. Sanksi administratif yaitu mulai dari pemberian surat peringatan,
penghentian sementara kegiatan toko obat sampai pencabutan surat izin,
sedangkan untuk sanksi pidana pemilik toko obat dapat diajukan ke pengadilan.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
27
Universitas Indonesia
3.3.1.4. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) (Dinkes Provinsi DKI Jakarta,
2002; Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990)
Menurut Permenkes No. 246/MenKes/Per/V/1990, Industri Kecil Obat
Tradisional (IKOT) adalah perusahaan yang memproduksi obat tradisional
dengan total aset tidak lebih dari Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah), tidak
termasuk harga tanah dan bangunan. Persyaratan yang harus dilengkapi untuk
memperoleh Izin Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional, antara lain:
a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan perusahaan/perorangan, ditujukan
kepada Sudinkes setempat sebanyak 2 (dua) rangkap dan 1 (satu) rangkap di
atas materai Rp. 6000,00.
b. Rencana denah bangunan industri IKOT.
c. Jadwal rencana pendirian bangunan dan pemasangan mesin produksi.
d. UUG, dengan melihat lokasi yang sesuai denah industri.
e. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Izin Prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun dengan mewajibkan sebagai
penanggung jawab teknis satu orang Asisten Apoteker yang bekerja penuh.
Tujuan Prinsip IKOT agar pemohon dapat langsung melakukan persiapan-
persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi-instalasi
peralatan dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang disetujui sedangkan izin
IKOT berlaku selama perusahaan tersebut masih beroperasi. Persyaratan yang
harus dilengkapi untuk memperoleh Izin IKOT, antara lain:
a. Permohonan izin prinsip/ izin tetap dari direktur/ pimpinan
perusahaan/perorangan, ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak tiga
rangkap beserta lampirannya dan satu rangkap di atas materai Rp. 6000,00.
b. Akte pendirian perusahaan bila dalam bentuk PT yang disahkan oleh Menteri
Kehakiman dan HAM.
c. Ijazah Apoteker penanggung jawab teknis.
d. KTP DKI Jakarta dari penanggung jawab teknis.
e. Surat perjanjian kerjasama antara Apoteker dengan pihak perusahaan di atas
materai Rp. 6000,00.
f. Undang-Undang Gangguan.
g. Peta lokasi, IMB
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
28
Universitas Indonesia
h. Denah ruangan produksi, kantor, gudang bahan baku, dan gudang produk
jadi.
i. Bentuk obat tradisional yang akan diproduksi.
j. Peralatan dan pengolahan serta pengemasan.
k. Peralatan laboratorium.
l. Sumber daya/ energi yang dipakai.
m. Jumlah tenaga kerja.
n. Nilai investasi.
o. Rencana pemasaran.
p. Buku peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dan lain-lain.
q. Status gedung (sewa/milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat, bila sewa,
lampirkan surat sewa minimal lima tahun beserta fotokopi KTP pemilik.
r. Analisis dampak lingkungan/ Surat Pernyataan Pengelolahan Limbah (SPPL).
s. Peralatan pengendalian pencemaran.
Perubahan fisik maupun non fisik juga dapat terjadi pada IKOT. Setiap
perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi harus dilaporkan dengan
mengajukan permohonan tertulis kepada Suku Dinas Kesehatan seksi SDK yang
membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman setempat. Perubahan non
fisik meliputi:
a. Terjadi pergantian direktur/ pimpinan sarana kesehatan IKOT (baik karena
meninggal dunia maupun hal lainnya).
b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan IKOT.
c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan IKOT tanpa pemindahan lokasi.
d. Terjadi pergantian penanggung jawab teknis sarana kesehatan IKOT (baik
karena meninggal dunia maupun hal lainnya).
e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan IKOT hilang atau rusak.
Perubahan fisik meliputi :
a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan IKOT.
b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan IKOT.
c. Terjadi perluasan atau penambahan jenis produksi dari sarana kesehatan
IKOT.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
29
Universitas Indonesia
3.3.1.5. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK)
Cabang Penyalur Alat Kesehatan adalah badan hukum atau badan usaha
yang telah memperoleh izin usaha untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran
alat kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. CPAK
merupakan sarana yang legal yang dapat menyalurkan alkes berbeda fungsi dari
Penyalur Alkes (PAK) dimana perusahaan yang sama namanya yang telah
mendapat izin dari Depkes RI. Izin Cabang Penyalur Alkes belaku sesuai dengan
penunjukkan yang diberikan oleh PAK pusat dan paling lama adalah 3 (tiga)
tahun.
Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, alat untuk ditanamkan,
reagen/ produk diagnostik in vitro atau barang lain yang sejenis atau yang terkait
komponen, bagian dan perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendiagosis
penyakit, menyembuhkan, merawat, memulihkan, atau mencegah penyakit pada
manusia.
Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin CPAK, antara
lain:
a. Surat permohonan dari direktur/ pimpinan Usaha Penyalur Alat Kesehatan
(UPAK), bukan dari CPAK, yang ditujukan kepada Sudinkes setempat
sebanyak tiga rangkap dan satu rangkap di atas materai Rp. 6000,00.
b. Surat penunjukkan dari UPAK sebagai CPAK di atas materai Rp. 6.000,00.
c. Fotokopi izin UPAK.
d. Akte perusahaan CPAK bila bentuk PT dan terdaftar pada Menteri
Kehakiman dan HAM.
e. Denah bangunan/ruangan dari CPAK.
f. Peta lokasi CPAK.
g. SIUP CPAK.
h. NPWP CPAK.
i. UUG.
j. Domisili perusahaan.
k. Status bangunan bila milik sendiri, lampirkan sertifikat dan bila sewa
minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP
pemilik.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
30
Universitas Indonesia
l. Penanggung jawab teknis (AA atau SMU yang mempunyai sertifikat
pengelolaan alat kesehatan).
Perubahan fisik maupun non fisik pada sarana CPAK juga harus
dilaporkan dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Sudinkes Seksi
Sumber Daya Kesehatan yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan
Minuman.
Perubahan non fisik meliputi:
a. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan CPAK (baik meninggal dunia
maupun lainnya).
b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan CPAK.
c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan CPAK tanpa pemindahan lokasi.
d. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan CPAK hilang atau rusak.
Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan), meliputi:
a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan CPAK.
b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan CPAK.
Izin CPAK berlaku paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang kembali
bila semua persyaratan telah dipenuhi.
3.3.1.6. Izin Toko Alat Kesehatan (Kemenkes/No. 1191/MenKes/Per/VIII/2010,
2010)
Toko alat kesehatan adalah unit usaha yang diselenggarakan oleh
perorangan atau badan untuk melakukan kegiatan pengadaan, penyimpanan, dan
penyaluran alat kesehatan tertentu secara eceran sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Toko alat kesehatan hanya dapat menyalurkan alat
kesehatan tertentu dan dalam jumlah yang terbatas.
Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, dan/ atau implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/ atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
31
Universitas Indonesia
Persyaratan memperoleh izin toko alat kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Berbentuk badan usaha atau perorangan yang baik memperoleh izin usaha
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Memiliki toko dengan status milik sendiri, kontrak, atau sewa, paling singkat
2 (dua) tahun.
Izin toko alat kesehatan dapat dicabut apabila:
a. Mendistribusikan alat kesehatan yang tidak mempunyai izin edar.
b. Mengadakan alat penyaluran kesehatan yang bukan dari Penyalur Alat
Kesehatan atau dari Cabang Penyalur Alat Kesehatan.
c. Pencabutan izin ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3.3.1.7. Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) (Dinkes Provinsi DKI Jakarta,
2002)
Berdasarkan UU No. 28 tahun 2004 pasal 1 disebutkan bahwa perusahaan
Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) adalah perusahaan pangan yang memiliki
tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual
hingga semi otomatis. Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat
Makanan (BPOM) RI Nomor HK.00.05.5.1640 tanggal 30 April 2003 tentang
Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
(SPP-IRT), maka SPP-IRT bertujuan untuk:
a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan
pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan.
b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang
pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap
keselamatan konsumen.
c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang
dihasilkan PIRT.
Syarat-syarat Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan, yaitu:
a. Permohonan di atas materai Rp. 6000,00.
b. Fotokopi KTP.
c. Pasfoto berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
32
Universitas Indonesia
Syarat-syarat Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, antara
lain:
a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan perusahaan/perorangan yang
ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak 2 (dua) rangkap dan 1 (satu)
rangkap di atas materai Rp. 6000,00.
b. Data perusahaan bila dalam bentuk CV lampirkan akte notarisnya.
c. Peta lokasi, IMB.
d. Denah ruangan produksi.
e. Rancangan etiket.
f. Fotokopi KTP pemilik (DKI Jakarta).
g. Pasfoto pemilik berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar.
h. Surat izin perindustrian dari Dinas/SuDin Perindustrian.
i. Data produk makanan yang akan diproduksi.
j. Khusus untuk pengemasan kembali, harus disertai dengan surat keterangan
dari asal produk.
k. Status bangunan (sewa/ milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat , dan bila
sewa lampirkan surat sewa minimal 2 (dua) tahun beserta fotokopi KTP
pemilik.
Tata cara penyelenggaraan SPP-IRT yaitu:
a. Pengajuan permohonan
1) Permohonan untuk mendapatkan SPP-IRT ditujukan kepada Pemerintah
Daerah atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2) Permohonan tidak dapat dipenuhi apabila pangan yang diproduksi berupa:
a) Susu dan hasil olahan.
b) Daging, ikan, unggas, dan hasil olahannya yang memerlukan proses dan
atau penyimpanan beku.
c) Pangan kaleng.
d) Pangan bayi.
e) Minuman beralkohol.
f) Air minum dalam kemasan.
g) Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI (contoh: SL, coklat
bubuk, garam yodium, AMDK, dan tepung).
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
33
Universitas Indonesia
h) Pangan lain yang ditetapkan oleh BPOM.
3) Pemohon diwajibkan mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) dan
telah melewati tahap pemeriksaan sarana produksinya oleh Sudinkes
Kotamadya.
b. Penyelenggaraan dan pelaksanaan penyuluhan keamanan pangan
c. Penyelenggaraan dan penyuluhan keamanan pangan dalam rangka SPP-IRT
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota atau Suku Dinas
Kesehatan di DKI Jakarta. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara
bersama-sama oleh beberapa Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Materi
penyuluhan keamanan pangan yang diberikan, meliputi:
1) Berbagai jenis bahaya biologis, kimia, fisik, cara menghindari dan
memusnahkannya serta pengawetan pangan.
2) Higienis dan sanitasi sarana perusahaan pangan industri rumah tangga.
3) Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB).
4) Peraturan perundangan tentang keamanan pangan, penggunaan Bahan
Tambahan Pangan (BTP), label dan iklan pangan.
Materi pelengkap dapat dikembangkan sesuai kebutuhan perusahaan pangan
industri rumah tangga, misalnya:
1) Pengemasan dan penyimpanan produk pangan industri rumah tangga.
2) Pengembangan usaha perusahaan pangan industri rumah tangga termasuk
etika bisnis.
d. Pemeriksaan sarana produksi
Setelah melaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan, petugas Suku Dinas
Kesehatan Kotamadya melakukan pemeriksaan ke sarana produksi PIRT. Petugas
yang melakukan pemeriksaan tersebut harus memiliki Sertifikasi Inspektur
Pangan. Laporan pemeriksaan sarana produksi IRTP dengan hasil minimal cukup
merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan SPP-IRT.
e. Sertifikasi produksi pangan IRT
Sertifikasi yang diterbitkan dari kegiatan ini terdiri dari dua jenis, yaitu:
1) Sertifikasi penyuluhan keamanan pangan
Sertifikasi ini diberikan kepada peserta yang telah lulus mengikuti penyuluhan
keamanan pangan, dimana semua IRTP harus mempunyai minimal satu orang
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
34
Universitas Indonesia
tenaga yang telah memiliki sertifikat penyuluhan keamanan pangan. Apabila
IRTP tidak mempunyai tenaga yang telah memiliki sertifikat yang dimaksud,
maka perusahaan tersebut harus menunjuk tenaga yang sesuai dengan tugasnya
untuk mengikuti penyuluhan keamanan pangan.
2) Sertifikasi produksi pangan
Sertifikat ini diberikan pada IRTP yang mempunyai tenaga yang lulus
Penyuluhan Keamanan Pangan dan telah diperiksa sarana produksinya dengan
hasil minimal cukup, dimana sertifikat ini diterbitkan untuk satu jenis pangan
produk IRTP. IRTP berlaku untuk selamanya selama IRTP tersebut masih tetap
beroperasi.
f. Sistem pendataan dan pelaporan
Penyelenggaraan SPP-IRT di Sudinkes Kota Administrasi setempat
melaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Badan POM atau
Balai Besar POM setempat dengan melampirkan Sertifikat Penyuluhan Keamanan
Pangan dan Sertifikat Produksi Pangan IRTP yang selambat-lambatnya satu bulan
setelah penyelenggaraan. Balai Besar POM melaporkan rekapitulasi penerbitan
SPP-IRT kepada Badan POM. Sistem pendataan dan pelaporan SPP-IRT
dilakukan oleh Sudinkes Kota Administrasi setempat.
3.3.2. Koordinator Tenaga Kesehatan
Ruang lingkup perizinan tenaga kesehatan di wilayah DKI Jakarta yang
proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi adalah :
a. Surat Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
b. Surat Izin Praktik Dokter (Dokter, Dokter Spesialis, Dokter Gigi dan Dokter
gigi spesialis).
c. Surat Izin Kerja Perawat.
d. Surat Izin Kerja Perawat Gigi.
e. Surat Izin Praktik Bidan.
f. Surat Izin Kerja Radiografer.
g. Surat Izin Kerja Refraksionis Optisien.
h. Surat Izin Praktik Fisioterapis.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
35
Universitas Indonesia
i. Surat Izin Praktik Terapis Wicara.
3.3.2.1. Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian (Keputusan Menteri
Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011, 2011)
Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga
Teknis Kefarmasian dapat berupa Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Setiap tenaga
kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian harus telah terdaftar dan
memiliki izin kerja/ praktik. Sebelumnya, Apoteker dan Asisten Apoteker yang
melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki surat izin berupa Surat
Penugasan atau Surat Izin Kerja bagi Apoteker atau SIAA dan SIKAA bagi
Asisten Apoteker. Namun sejak tanggal 1 juni 2011, diberlakukan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan
Permenkes ini, setiap Tenaga Kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi.
Surat Tanda Registrasi tersebut berupa STRA bagi Apoteker dan STRTTK bagi
Tenaga Teknis Kefarmasian. Setelah memiliki STRA atau STRTTK, Apoteker
dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga
kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut dapat berupa SIPA atau SIKA bagi
Apoteker dan SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian.
Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK
dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui situs KFN (Komite
Farmasi Nasional). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus SIPA
dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian
dilakukan. Sementara bagi Asisten Apoteker yang telah memiliki SIAA dan/atau
SIKAA harus menggantinya dengan STRTTK dengan cara mendaftar melalui
Dinas Kesehatan Provinsi. Setelah mendapat STRTTK, Tenaga Teknis
Kefarmasian wajib mengurus SIKTTK di Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
STRA dan STRTTK dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan
mendelegasikan pemberian STRA kepada Komite Farmasi Nasional dan STRTTK
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. STRA dan STRTTK berlaku selama
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
36
Universitas Indonesia
lima tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Untuk
memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Surat permohonan
STRTTK harus melampirkan:
a. Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis
Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
b. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki SIP.
c. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
kefarmasian.
d. Surat rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki
STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang
menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian.
e. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm dua lembar dan ukuran 2 x 3 cm
dua lembar.
Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian
wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin
tersebut berupa Surat Izin Praktek apoteker (SIPA) bagi Apoteker penanggung
jawab atau Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian, Surat Izin
Kerja Apoteker (SIKA) bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di
fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/ penyaluran, atau SIKTTK bagi Tenaga
Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas
kefarmasian.
SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian
atau SIKA hanya diberikan untuk satu tempat fasilitas kefarmasian sementara
SIPA bagi Apoteker pendamping dapat diberikan untuk paling banyak tiga tempat
fasilitas pelayanan kefarmasian. SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak
tiga tempat fasilitas kefarmasian. SIPA, SIKA, atau SIKTTK dikeluarkan oleh
Kepala DinKes Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan.
Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota tempat pekerjaan kefarmasian
dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:
a. Fotokopi STRA yang dilegalisisr oleh KFN.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
37
Universitas Indonesia
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan
dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas
produksi atau distribusi/ penyaluran.
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi.
d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm
sebanyak dua lembar.
Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping
harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama,
kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota harus menerbitkan
SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan
diterima dan dinyatakan lengkap. Permohonan SIKTTK harus melampirkan:
a. Fotokopi STRTTK.
b. Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan
pekerjaan kefarmasian.
c. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis
Kefarmasian.
d. Pas foto berwarna berukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm
sebanyak dua lembar.
Dalam mengajukan permohonan SIKTTK harus dinyatakan permintaan
SIKTTK untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIKTTK paling lama dua
puluh hari sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap.
3.3.2.2. Surat Izin Praktik Dokter (Peraturan Menteri Kesehatan No.
2052/Menkes/Per/X/2011, 2011)
Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter
dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Dokter dan
dokter gigi yang dimaksud meliputi dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan
dokter gigi spesialis. Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik
kedokteran wajib memiliki Surat Izin Praktik (SIP). SIP adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi
yang telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran. Kepala
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
38
Universitas Indonesia
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dalam memberikan SIP harus
mempertimbangkan keseimbangan antara jumlah dokter dan dokter gigi dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan.
Dokter atau dokter gigi mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan untuk
memperoleh SIP. Dokumen yang harus terlampir dalam permohonan SIP tersebut
meliputi:
a. Fotokopi Surat Tanda Registrasi (STR) dokter atau STR dokter gigi yang
diterbitkan dan dilegalisasi asli oleh Konsil Kedokteran Indonesia yang masih
berlaku.
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik, atau surat keterangan dari
sarana pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya.
c. Surat persetujuan dari atasan langsung bagi dokter dan dokter gigi yang
bekerja pada instansi/fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau pada
instansi/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara purna waktu.
d. Surat rekomendasi asli dari organisasi profesi sesuai tempat praktik.
e. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak tiga lembar dan 3 x 4 cm
sebanyak dua lembar.
Selain dokumen tersebut, Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur
menambahkan persyaratan dokumen sebagai berikut:
a. Fotokopi SIP yang telah dimiliki.
b. Surat keterangan aktif bekerja dari atasan langsung.
c. Fotokopi KTP.
Fotokopi KTP ditambahkan untuk menghindari kesalahan penulisan nama
pada SIP karena terkadang tulisan dari para dokter sulit untuk dibaca oleh petugas.
Fotokopi SIP yang telah dimiliki dan surat keterangan aktif bekerja dari atasan
langsung ditambahkan sebagai tambahan pertimbangan bagi Suku Dinas
Administrasi Kota Administrasi Jakarta Timur dalam pengambilan keputusan
apakah izin akan dibuatkan atau tidak.
Dokter atau dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan tersebut diberikan
SIP untuk satu tempat praktik. SIP dokter atau dokter gigi diberikan paling
banyak untuk tiga tempat praktik, baik pada sarana pelayanan kesehatan milik
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
39
Universitas Indonesia
pemerintah, swasta maupun praktik perorangan. Oleh karena itu, dalam pengajuan
permohonan SIP harus dinyatakan permintaan SIP tersebut untuk tempat praktik
pertama, kedua, atau ketiga. SIP yang diberikan berlaku selama 5 tahun sepanjang
STR masih berlaku dan tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam
SIP.
3.3.2.3. Surat Izin Praktik Bidan (Kepmenkes H.K.02.02/Menkes/149/I/2010,
2010)
Bidan dapat menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
meliputi fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan/ atau praktik
mandiri. Setiap bidan yang menjalankan praktik wajib memiliki Surat Izin
Praktik Bidan (SIPB), kecuali bagi bidan yang menjalankan praktik pada fasilitas
pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri atau bidan yang menjalankan tugas
pemerintah sebagai bidan desa. Surat Izin Praktik Bidan adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk menjalankan
praktik kebidanan. Untuk memperoleh SIPB, bidan harus mengajukan
permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan:
a. Fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir.
b. Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik.
c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik.
d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak tiga lembar.
e. Rekomendasi dari Organisasi Profesi.
SIPB hanya diberikan untuk satu tempat praktik. Bidan dalam
menjalankan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan meliputi tempat praktik
dan peralatan untuk tindakan asuhan kebidanan.
3.3.2.4. Surat Izin Praktik Perawat (Kepmenkes H.K. 02.02/Menkes/148/I/2010,
2010)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/148/I/2010, Perawat adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Perawat dapat melaksanakan praktik
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
40
Universitas Indonesia
keperawatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, baik fasilitas pelayanan
kesehatan di luar praktik mandiri dan/ atau praktik mandiri. Perawat yang
melaksanakan praktik pada wajib memiliki Surat Izin Praktik Perawat (SIPP),
kecuali untuk perawat yang menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan
kesehatan di luar praktik mandiri. SIPP hanya diberikan untuk satu tempat
praktik. SIPP dapat diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota dengan melampirkan:
a. Fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir.
b. Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki SIP.
c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik.
d. Pas foto berwana ukuran 4x6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar.
e. Rekomendasi dari Organisasi Profesi
Pelaksanaan perizinan perawat di Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Timur pada tahun 2011 belum dilaksanakan sesuai dengan
Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tersebut karena belum terbentuknya
Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP) dan Majelis Tenaga Kesehatan
Indonesia (MTKI) yang bertugas melaksanakan registrasi tenaga kesehatan di
setiap provinsi. MTKI dan MTKP baru terbentuk pada akhir tahun 2011. Dengan
demikian registrasi tenaga kesehatan masih dilakukan di Dinas Kesehatan dan
pemberian Surat Izin Kerja Perawat pada tahun 2011 dilaksanakan oleh Suku
Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur sesuai dengan Permenkes No.
1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat.
3.2.2.5. Surat Izin Kerja Perawat Gigi (Peraturan Menteri Kesehatan No.
1392/Menkes/SK/XII/2001, 2001)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1392/Menkes/SK/XII/2001 Perawat Gigi adalah setiap orang yang lulus
pendidikan perawat gigi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Surat Izin Kerja (SIK) adalah bukti tertulis yang diberikan kepada
perawat gigi untuk melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di
sarana kesehatan. SIK sebagaimana dimaksud diperoleh dengan mengajukan
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
41
Universitas Indonesia
permohonan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat dengan
melampirkan:
a. Foto kopi ijazah pendidikan perawat gigi.
b. Foto kopi Surat Izin Perawat Gigi (SIPG) yang masih berlaku.
c. Surat keterangan sehat dari dokter.
d. Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
e. Surat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyebutkan tanggal
mulai bekerja sebagai perawat gigi.
f. Rekomendasi dari organisasi profesi (PPGI).
SIK berlaku sepanjang SIPG belum habis masa berlakunya dan selanjutnya
dapat diperbaharui. SIPG berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbarui kembali
serta merupakan dasar untuk memperoleh SIK.
3.2.2.6. Surat Izin Kerja Radiografer (Peraturan Menteri Kesehatan No.
357/Menkes/Per/2006, 2006)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
357/Menkes/Per/2006 Radiografer adalah tenaga kesehatan lulusan akademi
penata rontgen, diploma III radiologi, pendidikan ahlimadya/ akademi/ diploma
III teknik radiodiagnostik dan radioterapi yang telah memiliki ijazah sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Setiap radiografer untuk
menjalankan pekerjaan radiografi pada sarana pelayanan kesehatan pemerintah
maupun swasta wajib memilki Surat Izin Kerja Radiografer (SIKR). Untuk
memperoleh SIKR, maka radiografer yang bersangkutan mengajukan permohonan
kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat dengan melampirkan :
a. Fotokopi Surat Izin Radiografer (SIR) yang masih berlaku.
b. Fotokopi ijazah radiografer yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara
pendidikan radiographer.
c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP.
d. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2(dua) lembar.
e. Surat keterangan telah melaksanakan tugas dari pimpinan sarana pelayanan
kesehatan.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
42
Universitas Indonesia
SIK berlaku sepanjang SIR belum habis masa berlakunya dan dapat
diperbaharui. SIR berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui kembali serta
merupakan dasar untuk memperoleh SIK.
3.2.2.7. Surat Izin Kerja Refraksionis Optisien (Peraturan Menteri Kesehatan No.
544/Menkes/VI/2002, 2002)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
544/Menkes/VI/2002 Refraksionis Optisien adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan refraksionis optisien minimal program pendidikan diploma, baik di
dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku. Setiap refraksionis optisien untuk melakukan
pekerjaan pada sarana kesehatan wajib memiliki SIK. SIK diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat dengan
melampirkan :
a. Fotokopi Surat Izin Refraksionis Optisien (SIRO) yang masih berlaku.
b. Surat keterangan sehat dari dokter.
c. Pasfoto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
d. Surat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyatakan tanggal
mulai bekerja.
e. Rekomendasi dari organisasi profesi.
SIK berlaku sepanjang SIRO belum habis masa berlakunya dan dapat
diperbaharui kembali. SIRO berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui serta
merupakan dasar untuk memperoleh SIK.
3.2.2.8. Surat Izin Praktek Fisioterapis (Peraturan Menteri Kesehatan No.
1363/Menkes/SK/XII/2001, 2001)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1363/Menkes/SK/XII/2001 Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan fisioterapi sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu
dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak
dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
43
Universitas Indonesia
secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan
mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi. Fisioterapis dapat melaksanakan praktek
fisioterapi pada sarana pelayanan kesehatan, praktek perorangan, dan/ atau
berkelompok. Fisioterapis yang melaksanakan praktek fisioterapi harus memiliki
Surat Izin Praktek Fisioterapis (SIPF). SIPF dapat diperoleh dengan mengajukan
permohonan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat dengan melampirkan
a. Fotokopi ijazah pendidikan fisioterapis.
b. Fotokopi SIF (surai izin fisioterapis) yang masih berlaku.
c. Surat keterangan sehat dari dokter.
d. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
e. Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang menyatakan
tanggal mulai bekerja.
f. Surat keterangan menyelesaikan adaptasi, bagi lulusan luar negeri SIPF
berlaku sepanjang SIF belum habis masa berlakunya dan selanjutnya dapat
diperbaharui. SIF berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui kembali serta
merupakan dasar untuk memperoleh SIPF.
3.2.2.9. Surat Izin Praktek Terapis Wicara (Peraturan Menteri Kesehatan No.
867/Menkes/Per/VIII/2004, 2004)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
867/Menkes/Per/VIII/2004 Terapis Wicara adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan terapis wicara baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terapis Wicara dapat
melaksanakan praktek terapis wicara pada sarana pelayanan terapi wicara, praktek
perorangan, dan/ atau berkelompok. Terapis Wicara yang melakukan praktek pada
sarana pelayanan terapi wicara, praktek perorangan dan/atau berkelompok harus
memiliki Surat Izin Praktek Terapis Wicara (SIPTW). SIPTW dapat diperoleh
dengan megajukan permohonan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat
dengan dengan tembusan kepada Ikatan Terapis Wicara yang terdekat dengan
wilayah tersebut. Permohonan tersebut diajukan dengan melampirkan :
a. Fotokopi ijazah yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan
terapis wicara.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
44
Universitas Indonesia
b. Fotokopi SITW yang masih berlaku.
c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP.
d. Surat keterangan dari pimpinan sarana yang menyatakan tanggal mulai
bekerja, untuk yang bekerja di sarana pelayanan terapi wicara.
e. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar SIPTW berlaku sepanjang
SITW belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali. SITW
berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan dasar untuk
memperoleh SIPTW.
3.2.3. Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan (Sudinkes, 2009)
Ruang lingkup kebijakan mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Timur adalah sebagai berikut:
a. Orientasi pada kepuasan pelanggan.
b. Perbaikan/ peningkatan terus menerus dan berkesinambungan (continous and
sustainable improvement).
c. Mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
d. Memberikan jasa pelayanan dan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
(binwasdal) bidang kesehatan yang profesional dan responsif.
Adapun sasaran mutu yang ingin dicapai dalam jasa pelayanan dan
Binwasdal yang diselenggarakan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Timur adalah sebagai berikut.
a. Binwasdal Sumber Daya Manusia (SDM) Sudinkes 100% terlaksana secara
baik, benar, dan tepat waktu
b. Binwasdal program 100% terlaksana secara baik, benar, dan tepat waktu
c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan 12 hari kerja
d. Pelayanan sarana kesehatan 12 hari kerja
e. Keluhan pelanggan 100% ditindaklanjuti
f. Kepuasan pelanggan 85% dipenuhi
g. Tanggungjawab pencapaian sasaran mutu terdistribusi sampai Subbagian dan
Seksi pemilik program pencapaian sasaran mutu
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
45
Universitas Indonesia
h. Pencapaian sasaran mutu Sistem Manajemen Mutu di Sudinkes Jaktim
dilakukan secara bertahap sesuai tabel pencapaian sasaran mutu dan dilakukan
evaluasi periodik dalam rapat-rapat tinjauan manajemen.
Dokumen mutu merupakan dokumen yang ditetapkan oleh Sudinkes
Jaktim sebagai bentuk penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Ada
beberapa level dokumen mutu, berdasarkan tingkatan penggunaannya di
lingkungan Sudinkes Jaktim.
a. Dokumen level pertama (I), yaitu manual mutu (quality manual) yang
merupakan dokumen mutu induk yang menjadi dasar dan rujukan bagi semua
dokumen mutu lainnya dan berlaku bagi seluruh bagian Sudinkes Jaktim.
b. Dokumen level kedua (II), yaitu prosedur mutu (quality procedure) yang
merupakan penjelasan lebih rinci mengenai hal-hal tertentu yang disebutkan
dalam manual mutu serta terbagi atas prosedur yang berlaku bersama untuk
seluruh bagian Sudinkes Jaktim dan prosedur yang hanya berlaku untuk satu
seksi/subbagian saja.
c. Dokumen level ketiga (III), yaitu instruksi kerja merupakan penjelasan
mendetail mengenai hal-hal tertentu dalam prosedur mutu yang perlu
dijelaskan lebih lanjut.
d. Dokumen level keempat (IV), yaitu format gambar dan dokumen pendukung
lainnya yang dipakai dalam sistem manajemen mutu dalam berbagai kegiatan
yang berhubungan dengan kegiatan kendali mutu.
Manual mutu Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan
suatu dokumen mutu yang menjadi pedoman dan acuan dasar pelaksanaan sistem
manajemen mutu di lingkungan Sudinkes Jaktim. Hal-hal pokok yang tercantum
dalam Manual Mutu Sudinkes Jaktim adalah sebagai berikut:
a. Pengantar Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Jaktim.
b. Profil Organisasi Sudin.
c. Sistem Manajemen Mutu Sudin.
d. Persyaratan Umum Sistem Manajemen Mutu.
e. Komitmen Mutu.
f. Manjemen Sumber Daya.
g. Realisasi Pelayanan.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
46
Universitas Indonesia
h. Pengukuran, Analisa, dan Implementasi Sistem Manajemen Mutu.
Beberapa kegiatan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes
Jaktim adalah sebagai berikut:
a. Audit Mutu Internal, yaitu suatu kegiatan pemeriksaan/ audit yang dilakukan
oleh bagian Standarisasi Mutu Kesehatan dari Seksi Sumber Daya Kesehatan
untuk memastikan tercapainya sasaran mutu yang telah ditetapkan untuk
dicapai oleh Sudinkes Jaktim. Audit ini dilakukan minimal dua kali dalam
setahun.
b. Audit Surveilans, yaitu suatu kegiatan pemeriksaaan/ audit yang dilakukan
oleh pihak luar, yakni badan sertifikasi independen yang memberikan
sertifikat terhadap implementasi Sistem Manajemen Mutu berdasarkan ISO
9001:2008 kepada Sudinkes Jaktim, untuk memastikan terpeliharanya
implementasi Sistem Manajemen Mutu tersebut. Audit ini dilakukan minimal
satu kali dalam setahun.
c. Tinjauan Manajemen, yaitu suatu kegiatan rapat seluruh bagian Sudinkes
Jaktim guna membahas hasil evaluasi pemeliharaan implementasi sistem
manajemen mutu di Sudinkes Jaktim sehingga dapat dilakukan langkah-
langkah yang diperlukan untuk memperbaiki hal tersebut sehingga
implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim dapat lebih baik
lagi. Tinjauan manajemen dilakukan minimal 1 tahun sekali.
d. Survei Kepuasan Pelanggan, yaitu survei untuk menilai terpenuhinya
kepuasan pelanggan Sudinkes terhadap pelayanan yang diberikan oleh semua
bagian (Seksi dan Subbagian) Sudinkes Jaktim. Survei ini dilaksanakan
melalui pengisian angket oleh pelanggan yang datang dan menerima
pelayanan Sudinkes, misalnya pihak yang mengurus sarana perizinan seperti
apotek dan toko obat. Selanjutnya, hasil pengisian angket ini dianalisis
sehingga nilai pemenuhan kepuasan pelanggan dapat diperoleh dan dapat
ditingkatkan lagi apabila hasil analisis menunjukkan kekurangan.
e. Pelatihan-pelatihan, misalnya pelatihan auditor pemimpin (lead auditor) dan
pelatihan kepuasan pelanggan, yang berguna untuk membantu implementasi
sistem manajemen mutu oleh segenap karyawan Sudinkes Jaktim.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
47 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
a. Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat
digabung menjadi Suku Dinas Kesehatan pada Januari 2009 sesuai dengan
Peraturan Daerah DKI Jakarta No.10 tahun 2008.
b. Berdasarkan analisa tenaga kesehatan dan kesesuaiannya dengan klasifikasi
rumah sakit di Kota Administrasi Jakarta Timur pada tahun didapatkan hasil
bahwa rumah sakit yang hampir memenuhi seluruh standar klasifikasi
berdasarkan jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki adalah Rumah Sakit
Premier Jatinegara (kelas B) untuk rumah sakit umum dan RSIA Hermina
Jatinegara untuk rumah sakit khusus (kelas B). Sedangkan dari analisa
pemetaan tenaga kesehatan di sarana kesehatan Puskesmas, didapatkan hasil
bahwa tenaga kesehatan seperti dokter, dokter gigi, dokter spesialis, perawat,
bidan, ahli gizi, sanitarian, dan kesehatan masyarakat masih belum memenuhi
rasio indikator Indonesia Sehat 2010, serta 6 dari 10 kecamatan yang
memenuhi rasio apoteker berdasarkan indikator Indonesia Sehat 2010.
c. Sarana farmasi, makanan, dan minuman yang melakukan perizinan baru di
bawah Binwasdal seksi Sumber Daya Kesehatan Koordinator Farmasi,
Makanan, dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur dari data
terakhir pada periode Januari – Desember 2011 terdapat 46 apotek, 29 apotek
rakyat, 5 toko obat, 30 PIRT, 5 CPAK, dan 1 IKOT.
d. Perizinan yang diterbitkan oleh koordinator Farmasi Makanan dan Minuman
di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur dari bulan Januari – Desember 2011
berjumlah 116 perizinan. Seluruhnya memenuhi sasaran mutu pelayanan,
yaitu ≤ 12 hari kerja. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1.
e. Perizinan yang diterbitkan oleh koordinator Tenaga Kesehatan di Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur selama tahun 2011 adalah berjumlah 2.537 perizinan
yang terdiri dari perizinan tenaga medis (dokter umum, dokter gigi, dokter
spesialis, dan dokter gigi spesialis), tenaga keperawatan (perawat, perawat
gigi, dan bidan), tenaga kefarmasian (apoteker dan asisten apoteker), dan
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
48
Universitas Indonesia
tenaga penunjang kesehatan lainnya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
f. Sistem Manajemen Mutu yang dilaksanakan berdasarkan ISO 9001:2008 telah
dan terus menerus dijalankan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk
menjamin kualitas pelayanan publik dalam bidang kesehatan yang
diselenggarakan oleh Sudinkes Jaktim. Pemeliharaan implementasi sistem
manajemen mutu di Sudinkes Jaktim dilakukan lewat pelaksanaan audit
internal dan surveilans, survei kepuasan pelanggan, dan tinjauan manajemen.
Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat di Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Timur untuk periode Januari – Desember 2011 dapat
dilihat pada Tabel 4.3. Hasil nilai indeks unit pelayanan kemudian
diklasifikasikan ke dalam empat interval seperti yang tertera pada Tabel 4.4.
g. Analisa terhadap Sistem pelaporan LPLPO pada Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Timur, didapatkan hasil bahwa obat yang paling banyak dipakai di
Puskesmas wilayah Jakarta Timur pada Periode Januari – Desember 2011
yaitu tablet Parasetamol 500 mg. Jumlah kunjungan resep dan distribusi
pemakaian obat tertinggi di Puskesmas Kecamatan wilayah Jakarta Timur
pada periode Januari – Desember 2011 adalah PKC Duren Sawit. Data
persentase obat generik di tiap Puskesmas Kecamatan di wilayah Jakarta
Timur pada periode Januari – Desember 2011 yang terbesar berada di PKC
Makasar.
Tabel 4.1. Perizinan sarana farmasi makanan dan minuman yang dilakukan oleh
Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Timur pada periode Januari – Desember 2011 (dengan Standar 12 hari kerja)
Sarana Izin yang
diterbitkan
≤ 12 hari kerja >12 hari kerja Rata-rata
lama
perizinan Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Apotek 46 46 100% 0 0% 7,5
Apotek
rakyat 29 29 100% 0 0% 5,2
Toko Obat 5 5 100% 0 0% 7,2
IKOT 5 1 100% 0 0% 7
CPAK 5 5 100% 0 0% 7
PIRT 30 30 100% 0 0% 6,37
Total 120 116 100% 0 0% 6,59
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
49
Universitas Indonesia
Tabel 4.2. Perizinan Tenaga Kesehatan yang dilakukan oleh Koordinator Tenaga
Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur pada periode Januari –
Desember 2011 (dengan Standar 12 hari kerja)
Tenaga Medis ≤ 12 hari kerja > 12 hari kerja Rata-Rata
Lama
Perizinan Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Dokter Umum 501 93,65% 34 6,35%
7,79 Dokter Spesialis 400 90,09%
44 9,91%
Dokter Gigi 204 89,47% 24 10,53%
Dokter Spesialis Gigi 33 86,84% 5 13,16%
Jumlah Tenaga Medis 1138 91,41% 107 8,59%
Bidan 117 98,32% 2 1,68%
3,24 Perawat 885 100% 0 0%
Perawat Gigi 26 100% 0 0%
Jumlah Tenaga
Keperawatan 1028
99,81% 2 0,19%
Fisioterapis 31 100% 0 0%
3 Radiologis 20
100% 0 0%
Refraksionis Optisien 12 100% 0 0%
Terapis Wicara 10 100% 0 0%
Jumlah Tenaga
Penunjang 73
100% 0 0%
Apoteker
Rekomendasi SP
SIPA
23
15
92%
100% 2 8%
0% 5,15%
Asisten Apoteker
SIKAA
STRTTK
108
26
100%
94,3%
0
1
0%
3,7%
Jumlah Tenaga
Kefarmasian 172 98,29% 3 1,71%
Total 2411 95,56% 112 4,44% 5,46
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
50
Universitas Indonesia
Tabel 4.3. Hasil survei kepuasan pelanggan eksternal Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Timur Periode Januari – Desember 2011
No. Unsur Pelayanan Nilai Rata-rata Unsur
Pelayanan Nilai Terbilang
1. Prosedur Pelayanan 2,995 0,2995
2. Persyaratan Pelayanan 3,048 0,305
3. Kedisplinan Petugas 3,072 0,307
4. Tanggung Jawab Petugas Pelayanan 3,116 0,312
5. Kemampuan Petugas Pelayanan 3,096 0,310
6. Kecepatan Pelayanan 2,969 0,297
7. Kesopanan dan Keramahan Petugas 3,146 0,315
8. Kesesuaian Biaya 3,082 0,308
9. Ketepatan Pelaksanaan 3,036 0,304
10. Kenyamanan Lingkungan 3,060 0,306
Nilai Indeks Pelayanan 3,062
Nilai IKM setelah dikonversikan 76,554
Kategori Mutu Pelayanan B
Kinerja Unit Pelayanan Baik
Tabel 4.4. Nilai Persepsi, Interval Indeks Kepuasan Masyarakat, Interval Konversi
Indeks Kepuasan Masyarakat, Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan.
Nilai
Persepsi Nilai Interval
IKM
Nilai Interval
Konversi Ikm
Mutu
Layanan
Kinerja Unit
Pelayanan
1 1,00 - 1,75 25 – 43,75 D Tidak Baik
2 1,76 – 2,50 43,76 – 62,50 C Kurang Baik
3 2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 B Baik
4 3,26 – 4,00 81,26 – 100,00 A Sangat Baik
4.2. Pembahasan
Suku Dinas Kesehatan baru dibentuk pada bulan Januari 2009. Suku Dinas
Kesehatan ini merupakan gabungan dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan
Suku Dinas Kesehatan Masyarakat, dimana sebelumnya kedua suku dinas ini
dipisah, hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi berdasarkan
Peraturan Daerah No. 10 tahun 2008. Di daerah DKI Jakarta saat ini terdapat
enam Suku Dinas yang terdapat di enam wilayah yaitu Jakarta Utara, Jakarta
Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Kepulauan Seribu.
Masing-masing Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh Kepala Suku Dinas
Kesehatan serta mempunyai tugas pokok melaksanakan perizinan, pengendalian,
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
51
Universitas Indonesia
dan penilaian efektivitas pelayanan kesehatan, dan program kesehatan
masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009,
disebutkan bahwa Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kota Administrasi
mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga
kesehatan, menyusun peta kebutuhan pendidikan, dan pelatihan tenaga kesehatan
berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan, serta melaksanakan
monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan. Dari analisa yang dilakukan
terhadap tenaga kesehatan dan kesesuaiannya dengan klasifikasi rumah sakit di
Kota Administrasi Jakarta Timur pada tahun 2011, didapatkan hasil bahwa rumah
sakit yang hampir memenuhi seluruh standar klasifikasi berdasarkan jumlah
tenaga kesehatan yang dimiliki adalah Rumah Sakit Premier Jatinegara (kelas B)
untuk rumah sakit umum dan RSIA Hermina Jatinegara untuk rumah sakit khusus
(kelas B). Analisa dilakukan dengan membandingkan jumlah tenaga kesehatan
yang ada di rumah sakit dengan jumlah standar minimum yang ditetapkan
berdasarkan Permenkes No. 340/MENKES/PER/III/2010 dan sesuai Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian.
Analisa terhadap pemetaan tenaga kesehatan di wilayah Jakarta Timur
dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.
1202/MENKES/SK/VIII/2003 yang menyatakan bahwa rasio tenaga kesehatan
dilihat jumlah tenaga kesehatan per 100.000 jumlah penduduk. Dari analisa
pemetaan tenaga kesehatan di sarana kesehatan Puskesmas, didapatkan hasil
bahwa tenaga kesehatan seperti dokter, dokter gigi, dokter spesialis, perawat,
bidan, ahli gizi, sanitarian, dan kesehatan masyarakat masih belum memenuhi
rasio indikator Indonesia Sehat 2010. Untuk tenaga apoteker, 6 dari 10 kecamatan
telah memenuhi rasio apoteker menurut indikator Indonesia Sehat 2010.
Tugas pokok dan fungsi lainnya dari suku dinas kesehatan adalah
memberikan private good (perizinan), dimana kebijakan sistem perizinan dari
Kota Administrasi Jakarta Timur adalah melalui sistem satu pintu. Sistem satu
pintu ini merupakan suatu sistem, dimana seluruh berkas permohonan harus
masuk melalui costumer service yang berada di walikota, kemudian dilanjutkan ke
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
52
Universitas Indonesia
seksi yang bersangkutan. Pemohon dapat melakukan konsultasi dengan seksi yang
bersangkutan agar dapat melengkapi berkas permohonan ketika dimasukkan ke
customer service, sehingga proses pembuatan izin berjalan lancar. Batas waktu 12
hari kerja dapat digunakan sebagai pedoman bagi petugas dalam menyelesaikan
setiap permohonan izin. Selain itu, bagi pemohon batasan 12 hari kerja ini
merupakan suatu kepastian bahwa izin dapat diperoleh dalam jangka waktu
tersebut.
Berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 Pasal 23
yang menyebutkan bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga
kesehatan wajib memilki izin dari pemerintah. Salah satu tugas pokok dan fungsi
Seksi Sumber Daya Kesehatan Koordinator Sub Seksi Tenaga Kesehatan Suku
Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur adalah melaksanakan
pemberian izin tenaga kesehatan. Sebelum dikeluarkannya Peraturan Gubernur
DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009, koordinator Tenaga Kesehatan Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur hanya memproses perizinan Surat
Izin Kerja Asisten Apoteker (SIKAA), sedangkan izin tenaga kesehatan lainnya
diproses oleh Seksi Pelayanan Kesehatan Sudinkes Jakarta Timur. Pada periode
Januari 2011 hingga Juli 2011, ruang lingkup perizinan tenaga kesehatan meliputi
Surat Izin Praktik Dokter, Surat Izin Praktik Dokter Spesialis, Surat Izin Praktik
Dokter gigi, Surat Izin Praktik Dokter Gigi Spesialis, Surat Izin Kerja Asisten
Apoteker, Surat Izin Kerja Perawat, Surat Izin Kerja Perawat Gigi, Surat Izin
Praktik Bidan, Surat Izin Kerja Radiografer, Surat Izin Kerja Refraksionis
Optisien, Surat Izin Praktik Fisioterapis, dan Surat Izin Praktik Terapis Wicara
diproses oleh seksi Sumber Daya Kesehatan. Selanjutnya pada periode September
2011 sampai Desember 2011 ruang lingkup perizinan tenaga kesehatan sedikit
berubah karena mulai diberlakukannya Permenkes RI nomor 889 tahun 2011
tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan
Permenkes ini maka tugas Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Timur ditambah dengan perizinan Surat Izin Kerja Apoteker dan Surat Izin
Praktik Apoteker, sementara Surat Izin Kerja Asisten Apoteker diganti menjadi
Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
53
Universitas Indonesia
Pada periode Januari-Desember 2011, koordinator tenaga kesehatan Suku
Dinas Kesehatan Jakarta Timur telah menerbitkan 2.537 Surat Izin Kerja maupun
Surat Izin Praktek bagi tenaga kesehatan yang berada di Jakarta Timur. Kebijakan
sistem perizinan untuk tenaga kesehatan dari Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Timur dilaksanakan melalui sistem satu pintu, dimana
seluruh berkas permohonan harus masuk melalui costumer service yang berada di
walikota, kemudian diberikan ke bagian umum Sudinkes. Bagian umum Sudinkes
akan menerima dan mencatat berkas perizinan, serta menyerahkan berkas
perizinan ke koordinator tenaga kesehatan. Koordinator tenaga kesehatan akan
memeriksa keabsahan berkas, setelah itu membuat Surat Izin Kerja dan
melakukan verifikasi Surat Izin Kerja tersebut. Surat Izin Kerja tenaga kesehatan
akan ditandatangani oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan. Setelah ditandatangani,
lembar fotokopi Surat Izin disimpan sebagai arsip. Koordinator Tenaga Kesehatan
akan menyerahkan Surat Izin tenaga kesehatan dan Surat Ketetapan Retribusi
Daerah (SKRD) ke petugas customer service. Customer service akan
menyerahkan Surat Izin ke pemohon setelah pemohon melunasi SKRD. Namun
dalam perizinan Apoteker belum ditentukan Retribusi Daerah sehingga dalam
perizinannya Apoteker tidak perlu membayar SKRD.
Lembar kendali dibuat agar proses perizinan dapat terkontrol. Dalam
lembar kendali tertera tanggal terima berkas dari costumer service dan tanggal
proses pembuatan izin di seksi yang bersangkutan serta tanggal persetujuan
Kepala Suku Dinas Kesehatan sampai dengan tanggal surat izin diberikan kepada
pemohon. Semua proses perizinan dilakukan tidak melebihi 12 hari kerja dengan
ketentuan seluruh persyaratan administrasi lengkap. Semua alur proses perizinan
tercatat dalam lembar Kendali Perizinan, yang mencantumkan tanggal terima dan
diserahkannya berkas perizinan dari satu bagian ke bagian lainnya. Oleh sebab itu,
apabila terjadi keterlambatan maka dapat ditelusuri pada bagian mana
keterlambatan terjadi.
Pelayanan administratif yang diberikan oleh Sudinkes Jaktim ini dilakukan
dengan sasaran mutu tertentu, misalnya 12 hari kerja untuk permohonan perizinan
tenaga kesehatan dan 12 hari kerja untuk permohonan perizinan sarana kesehatan
sesuai dengan kewajiban yang tercantum dalam Undang-Undang No. 25 Tahun
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
54
Universitas Indonesia
2009 tentang pelayanan publik. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
Sudinkes Jaktim merupakan pelayanan administratif yang wajib diselenggarakan
oleh pemerintah, khususnya dalam bidang kesehatan. Dengan adanya sasaran
mutu dalam pelaksanaan setiap program Sudinkes Jaktim, maka akan ada jaminan
atas implementasi yang berkualitas. Implementasi sistem manajemen mutu yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan oleh Sudinkes Jaktim didasarkan pada
sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 yang berlaku secara internasional.
Pelanggan Sudinkes Jaktim terdiri atas pelanggan internal, yang berasal dari
dalam Sudinkes Jaktim, dan pelanggan eksternal yang berasal dari luar Sudinkes
Jaktim. Pelanggan interrnal meliputi staf/ karyawan Sudinkes, kepala Seksi dan
Subbagian, serta kepala Sudinkes Jaktim, sedangkan pelanggan eksternal meliputi
puskesmas kecamatan dan kelurahan, lintas sektor, institusi pendidikan/ LSM/
organisasi profesi kesehatan, dan masyarakat umum.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur juga melaksanakan Sistem
Manajemen Mutu berdasarkan ISO 9001:2008 untuk menjamin kualitas pelayanan
publik dalam bidang kesehatan. Pemeliharaan implementasi sistem manajemen
mutu ini dilakukan lewat pelaksanaan audit internal dan surveilans, survei
kepuasan pelanggan dan tinjauan manajemen, serta berbagai pelatihan seperti
pelatihan lead auditor dan pelatihan manajemen kepuasan pelanggan.
Berdasarkan data hasil survei Indeks Kepuasan Masyarakat pada periode Januari –
Desember 2011, jumlah pelanggan eksternal (responden) sebanyak 418 orang.
Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Timur untuk periode Januari – Desember 2011 sebesar 76,55 dengan nilai
Indeks Pelayanan 3,062 yang berarti masuk dalam kategori nilai kualitatif
kepuasan “Baik” dengan nilai huruf “B” (Tabel 4.3). Berdasarkan data tersebut
dan mengacu terhadap Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
KEP/25/M.PAN/2/2004 dapat diketahui bahwa mutu kerja dari aparatur yang ada
di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur sudah baik (Tabel 4.4).
Hasil survei nilai unsur pelayanan yang tertinggi dari 10 unsur pelayanan
yang dinilai oleh masyarakat yang mendapatkan pelayanan di Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur pada periode Januari – Desember
2011 yaitu unsur Kesopanan dan Keramahan Petugas Pelayanan dengan nilai rata-
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
55
Universitas Indonesia
rata unsur pelayanan adalah 3,146. Nilai yang sudah diperoleh diharapkan bisa
dipertahankan dan terus melakukan peningkatan kualitas pelayanan agar nilai dari
hasil surver Indeks Kepuasan Masyarakat dari tiap unsur pelayanan yang dinilai
bisa terus meningkat sehingga mutu kerja aparatur di Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Timur akan terus meningkat dan menjadi lebih baik.
Seluruh nilai dari tiap unsur pelayanan di Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Timur sudah baik dan masuk dalam kategori nilai kualitatif
kepuasan “Baik” dengan nilai huruf “B”. Namun masih ada nilai unsur pelayanan
yang dibawah dari nilai rata-rata dari 10 unsur pelayanan yang dinilai pada
periode Januari – Desember 2011 yaitu unsur kecepatan pelayanan dengan nilai
rata-rata unsur pelayanan sebesar 2,97. Dari 418 responden yang menjawab unsur
kecepatan pelayanan terdapat 31 (7,452%) responden merasakan kecepatan
pelayanan yang diberikan masih kurang memuaskan. Hal ini perlu mendapatkan
perhatian dan diprioritaskan dari manajemen untuk meningkatkan kualitas
pelayanan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur walaupun
masuk dalam kategori nilai kualitatif kepuasan “Baik” dengan nilai huruf “B”
sehingga nilai Indeks Kepuasan Masyarakat dari unsur pelayanan tersebut bisa
meningkat.
Tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur berikutnya
adalah melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pengawasan persediaan obat dan
perbekalan kesehatan di Kota Administrasi Jakarta Timur. Kegiatan ini dilakukan
melalui Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang
digunakan sebagai laporan pemakaian obat bulanan oleh penanggung jawab obat
Puskesmas. Sistem pelaporan LPLPO pada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
dari Puskesmas Kecamatan dilakukan dengan menggunakan sistem manual
dengan cara memasukkan data dalam bentuk hardcopy pada program Microsoft
Excel. Kemudian setiap 3 bulan data tersebut dikirimkan ke Dinas Kesehatan
Provinsi untuk dikompilasi dan selanjutnya diserahkan ke pusat yaitu Direktorat
Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan setiap enam bulan sekali.
Berdasarkan analisa terhadap Sistem pelaporan LPLPO pada Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur, didapatkan hasil bahwa obat yang paling banyak
dipakai di Puskesmas wilayah Jakarta Timur pada Periode Januari – Desember
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
56
Universitas Indonesia
2011 yaitu tablet Parasetamol 500 mg, sedangkan jumlah kunjungan resep dan
distribusi pemakaian obat tertinggi di Puskesmas Kecamatan wilayah Jakarta
Timur pada periode Januari – Desember 2011 adalah PKC Duren Sawit, dan
persentase obat generik di tiap Puskesmas Kecamatan di wilayah Jakarta Timur
pada periode Januari – Desember 2011 yang terbesar berada di PKC Makasar.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
57 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
a. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur telah melaksanakan tugas dan fungsinya
sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku.
b. Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
membawahi 3 (tiga) koordinator: Koordinator Farmasi Makanan dan
Minuman, Koordinator Tenaga Kesehatan, dan Koordinator Standardisasi
Mutu Kesehatan.
c. Seluruh nilai dari tiap unsur pelayanan di Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Timur sudah baik dan masuk dalam kategori nilai
kualitatif kepuasan “Baik” dengan nilai huruf “B”. Namun, terdapat satu unsur
pelayanan yang dibawah dari nilai rata-rata yaitu unsur kecepatan pelayanan
dengan nilai rata-rata unsur pelayanan sebesar 2,97.
5.2. Saran
a. Setiap personel berusaha meningkatkan kinerjanya pada setiap pelaksanaan
tugas dan fungsi masing-masing, dan sesuai dengan tingkat
pendidikan/kompetensinya.
b. Mengikutsertakan personel pada seminar atau pelatihan yang berkaitan dengan
tugas dan fungsinya untuk meningkatkan kinerjanya.
c. Implementasi sistem manajemen mutu berdasarkan ISO 9001:2008 yang telah
dijalankan saat ini dengan cukup baik oleh Sudinkes Jaktim harus
dipertahankan, bahkan ditingkatkan lagi di masa yang akan datang.
d. Peningkatan kualitas dan peranan petugas yang berdinas sebagai customer
service di walikota dalam menyosialisasikan kelengkapan berkas sehingga
berkas yang masuk benar-benar sudah lengkap dan sudah siap untuk diproses.
e. Sebaiknya ada upaya suku dinas kesehatan Jakarta Timur untuk
menindaklanjuti adanya kekurangan tenaga kesehatan di sarana kesehatan
masyarakat yang berada di Kota Administrasi Jakarta Timur agar kekurangan
tenaga kesehatan yang dibutuhkan dapat teratasi.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
58
DAFTAR REFERENSI
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009. (2009). Undang-undang No. 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009. (2009). Undang-undang No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999. (1999). Undang-undang No. 22 Tahun 1999
tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000. (2000). Peraturan Pemerintah No. 25
Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi
sebagai Daerah OtonomPresiden RI. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Keputusan Menteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011. (2011). Keputusan
Menteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin
Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052/Menkes/Per/X/2011. (2011). Peraturan
Menteri Kesehatan No. 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Keputusan Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/149/ I/2010. (2011).Keputusan
Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/149/ I/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Keputusan Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/148/ I/2010 .(2011).
Keputusan Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/148/ I/2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan No 284/MenKes/PER/III/2007. (2007). Peraturan
Menteri Kesehatan No 284/MenKes/PER/III/2007, tentang Apotek Rakyat.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
59
Peraturan Menteri Kesehatan No. 357/Menkes/Per/2006. (2006). Peraturan
Menteri Kesehatan No. 357/Menkes/Per/2006 Tentang Registrasi dan Izin
Radiografer. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan No. 867/Menkes/Per/VIII/2004. (2004). Peraturan
Menteri Kesehatan No. 867/Menkes/Per/VIII/2004 tentang Registrasi dan
Praktik Terapis Wicara. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003. (2003).
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang
Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002. (2002). Peraturan
Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan No. 544/Menkes/VI/2002. (2002) Peraturan
Menteri Kesehatan No. 544/Menkes/VI/2002 Tentang Registrasi dan Izin
Kerja Refraksionis Optisien. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan No. 1392/Menkes/SK/XII/2001. (2001). Peraturan
Menteri Kesehatan No. 1392/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan
Izin Kerja Perawat Gigi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan No. 1363/Menkes/SK/XII/2001. (2001). Peraturan
Menteri Kesehatan No. 1363/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan
Izin Praktik Fisioterapis Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 142/MenKes/PER/III/1991. (1991).
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 142/MenKes/PER/III/1991 tentang
Penyalur Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
60
Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990. (1990). Peraturan
Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990 Tentang Izin Usaha
Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009. (2009). Peraturan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok
dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta : Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta.
Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009. (2009). Peraturan Daerah DKI
Jakarta No.4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah Jakarta:
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta..(2009). Pedoman Perizinan Sarana
Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur.
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. 2002. Pedoman Perizinan Sarana
Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : Suku
Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. 2009. Dokumen Sistem Manajemen Mutu
Sudinkes Kodya Jakarta Timur Tahun 2009; Deskripsi Kerja Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
61
Lampiran 1
Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
62
Lampiran 2
Bagan Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA TIMUR
JL. MATRAMAN RAYA NO. 218
PERIODE 16 JANUARI – 2 FEBRUARI 2012
ANALISIS RASIO JUMLAH APOTEKER DI APOTEK,
APOTEK RAKYAT, DAN PUSKESMAS DAN TENAGA
KESEHATAN LAINNYA DI PUSKESMAS TERHADAP
JUMLAH PENDUDUK SERTA REKAPITULASI PESERTA
DAN TOPIK PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI KOTA
ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR TAHUN 2011
STELLA, S.Farm.
1106047392
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2012
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA TIMUR
JL. MATRAMAN RAYA NO. 218
PERIODE 16 JANUARI – 2 FEBRUARI 2012
ANALISIS RASIO JUMLAH APOTEKER DI APOTEK,
APOTEK RAKYAT, DAN PUSKESMAS DAN TENAGA
KESEHATAN LAINNYA DI PUSKESMAS TERHADAP
JUMLAH PENDUDUK SERTA REKAPITULASI PESERTA
DAN TOPIK PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI KOTA
ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR TAHUN 2011
STELLA, S.Farm.
1106047392
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2012
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v
1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................ 2
2. TINJAUAN UMUM........................................................................... 3
2.1. Tenaga Kesehatan ............................................................... 3
2.2. Sarana/Fasilitas Kesehatan .................................................. 5
2.3. Profil Wilayah Jakarta Timur ............................................. 7
2.4. Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklit)........................ .. 10
3. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 11
3.1. Waktu dan Temapat Pelaksanaan Tugas Khusus ................ 11
3.2. Metode Pengumpulan Data ................................................ 11
3.3. Analisis Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk di
Kota Administrasi Jakarta Timur Periode 2011 .................. 11
3.4. Analisis Data Peserta dan Topik Pendidikan dan Pelatihan
di Wilayah Jakarta Timur pada Tahun 2011 ........................ 11
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 12
4.1. Analisis Rasio dan Apoteker di Apotek, Apotek Rakyat,
dan Puskesmas dan Tenaga Kesehatan Lainnya di
Puskemas dan Sarana Kesehatan lain di Kecamatan Kota
Administrasi Jakarta Timur Tahun 2011.............................. 12
4.2. Analisis Data Pendidikan dan Pelatihan di Wilayah Jakarta
Timur pada tahun 2011. ...................................................... 18
5. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 20
5.1. Kesimpulan ........................................................................ 20
5.2. Saran .................................................................................. 20
DAFTAR REFERENSI ............................................................................. 21
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk ................................. 5
Tabel 2.3 Jumlah Peduduk di Kecamatan Wilayah Jakarta Timur ....................10
Tabel 4.1 Rasio Tenaga Kesehatan di Tiap Puskesmas Kecamatan Jakarta Timur
Tahun 2011 ..................................................................................... .18
Tabel 4.2 Data Peserta dan Topik Pendidikan dan Pelatihan pada Periode 2011 .18
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jumlah Tenaga Medis di Wilayah Jakarta Timur Periode 2011 .... 22
Lampiran 2. Jumlah Tenaga Keperawatan dan Bidan di Wilayah Jakarta Timur
Tahun 2011 .................................................................................. 24
Lampiran 3. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat, Sanitarian, dan Ahli Gizi di
Wilayah Jakarta Timur Tahun 2011 .............................................. 26
Lampiran 4. Tenaga Apoteker berdasarkan Jumlah Penduduk di Wilayah Jakarta
Timur Tahun 2011 ....................................................................... 28
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah mengupayakan berbagai
peningkatan tingkat kesehatan di Indonesia. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. (Kemenkes RI, 2009).
Berdasarkan UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis.
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh pemerintah
bersama dengan masyarakat melalui upaya-upaya dan pelayanan kesehatan, baik
pelayanan kesehatan perseorangan maupun pelayanan kesehatan masyarakat di
berbagai sarana kesehatan, baik milik pemerintah maupun swasta. Beberapa
sarana kesehatan yang dapat menyelenggarakan upaya dan pelayanan kesehatan,
yaitu apotek, apotek rakyat, serta puskesmas. (Undang-Undang RI no. 36, 2009).
Program pembangunan kesehatan nasional dititikberatkan pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang mampu memberikan pelayanan
secara profesional. Pemerintah dalam hal ini Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia bertanggung jawab untuk merencanakan, mengatur menyelenggarakan,
membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah juga mengatur
penempatan tenaga kesehatan untuk pemerataan pelayanan kesehatan dan dapat
melakukan pengadaan serta pendayagunaan tenaga kesehatan sesuai dengan
kebutuhan daerahnya (Undang-Undang RI No. 36, 2009).
Di DKI Jakarta ini, Dinas Kesehatan sebagai unsur pelaksana otonomi
daerah di bidang kesehatan di tingkat daerah bekerjasama dengan Suku Dinas
Kesehatan (Sudinkes) di tingkat kabupaten berupaya membangun Jakarta yang
sehat, mandiri, dan bermutu. Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta No. 150 Tahun 2009, salah satu tugas Sudinkes adalah untuk monitoring
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
2
Universitas Indonesia
dan pemetaan sumber daya kesehatan serta menyusun peta kebutuhan pendidikan
dan pelatihan tenaga kesehatan.
Dalam tugas khusus ini akan membahas mengenai analisis rasio jumlah
tenaga apoteker di apotek, apotek rakyat, dan puskesmas dan tenaga kesehatan
lainnya di puskesmas terhadap jumlah penduduk, serta melakukan rekapitulasi
peserta dan topik pendidikan dan pelatihan (Diklit) yang ada di wilayah Jakarta
Timur. Tenaga kesehatan yang dimaksud dalam tugas khusus ini adalah tenaga
medis (dokter, dokter gigi, dokter spesialis), tenaga keperawatan (perawat dan
perawat gigi, dan bidan), tenaga kefarmasian (apoteker, asisten apoteker), tenaga
kesehatan masyarakat (sanitarian dan sarjana kesehatan masyarakat), dan ahli gizi.
Analisis dilakukan dengan cara mengolah data sekunder yang telah
dikumpulkan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Seksi Sumber Daya
Kesehatan Subseksi Tenaga Kesehatan. Pembuatan tugas khusus ini diharapkan
dapat membantu Suku Dinas Kesehatan Kesehatan Jakarta Timur dalam
memetakan dan merencanakan tenaga kesehatan di berbagai sarana kesehatan
yang ada di Jakarta Timur dengan lebih baik lagi.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui rasio apoteker di apotek, apotek rakyat dan puskesmas dan tenaga
kesehatan di puskesmas terhadap jumlah penduduk di wilayah Kotamadya
Jakarta Timur.
2. Melakukan rekapitulasi peserta dan topik pendidikan dan pelatihan (Diklit) di
wilayah Jakarta Timur.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tenaga Kesehatan
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
mengatur tentang jenis tenaga kesehatan di Indonesia beserta persyaratan yang
berlaku, sistem pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan, standar profesi,
serta mekanisme pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan agar sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan (Peraturan Pemerintah No. 32, 1996).
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) tersebut, yang dimaksud dengan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan. Adapun jenis tenaga kesehatan yang diakui di
Indonesia yaitu
a. Tenaga medis, meliputi dokter dan dokter gigi
b. Tenaga keperawatan, meliputi perawat dan bidan
c. Tenaga kefarmasian, meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker
d. Tenaga kesehatan masyarakat, meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog
kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator
kesehatan dan sanitarian.
e. Tenaga gizi, meliputi nutrisionis dan dietisien
f. Tenaga keterapian fisik, meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapis
wicara
g. Tenaga keteknisian medis, meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi,
teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik,
teknisi transfusi dan perekam medis
Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan oleh
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi
seluruh masyarakat. Penempatan tenaga kesehatan dalam masa bakti dilaksanakan
dengan memperhatikan kondisi wilayah dimana tenaga kesehatan yang
bersangkutan ditempatkan, lama penempatan, jenis pelayanan kesehatan yang
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
4
Universitas Indonesia
dibutuhkan masyarakat, dan prioritas sarana kesehatan. Sedangkan dalam proses
perencanaan nasional tenaga kesehatan, selain jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan masyarakat, harus diperhatikan pula faktor sarana kesehatan serta
jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan (Peraturan Pemerintah No. 32, 1996).
Sebagai turunan dari Peraturan Pemerintah tersebut, telah diterbitkan
beberapa Keputusan Menteri Kesehatan, yaitu Kepmenkes No.
81/Menkes/SK/I/2004 tentang pedoman penyusunan perencanaan sumberdaya
kesehatan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, serta rumah sakit. Dalam
Keputusan Menteri Kesehatan disebutkan bahwa dalam perencanaan kebutuhan
tenaga kesehatan terdapat empat metode penyusunan yang dapat digunakan, yaitu:
a. Health Need Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang
didasarkan atas epidemiologi penyakit utama yang ada pada masyarakat.
b. Health Service Demand, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang
didasarkan atas permintaan akibat beban pelayanan kesehatan.
c. Health Service Target Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga
kesehatan yang didasarkan atas sarana pelayanan kesehatan yang ditetapkan,
misalnya Puskesmas dan Rumah Sakit.
d. Ratios Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang
didasarkan pada standar/rasio terhadap nilai tertentu.
2.2 Sarana/Fasilitas Kesehatan
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan (Peraturan Pemerintah No. 32, 1996). Sedangkan yang dimaksud
dengan fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan menurut
jenisnya dibedakan menjadi fasilitas pelayanan perseorangan dan fasilitas
pelayanan masyarakat, yang diselenggarakan baik oleh pihak pemerintah pusat,
pemerintah daerah maupun pihak swasta. Sedangkan penentuan jenis dan jumlah
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
5
Universitas Indonesia
fasilitas kesehatan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dengan
mempertimbangkan:
a. luas wilayah;
b. kebutuhan kesehatan;
c. jumlah dan persebaran penduduk;
d. pola penyakit;
e. pemanfaatannya;
f. fungsi sosial; dan
g. kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.
2.2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/MENKES/SKII/2004
tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat, puskesmas adalah unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan, Puskesmas memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan
aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya,
serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
6
Universitas Indonesia
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi dengan
tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan,
tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah
dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik dengan
tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan
kesehatan masyarakat antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga
berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
2.2.2 Apotek
Berdasarkan Permenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang ketentuan
dan tata cara pemberian izin apotek, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat. Standar penanggung jawab teknis apotek
adalah Apoteker. Sebelum melaksanakan kegiatannya, APA wajib memiliki Surat
Izin Kerja (SIK)/Surat Penugasan (SP) dan Surat Izin Apotek (SIA).
2.2.3 Apotek Rakyat
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 284/Menkes/PER/III/2007,
apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan
kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan
tidak melakukan peracikan. Adanya peraturan mengenai apotek rakyat ini
bertujuan untuk melindungi masyarakat untuk memperoleh pelayanan
kefarmasian yang baik dan benar. Apotek rakyat dalam pelayanan kefarmasian
harus mengutamakan obat generik, serta dilarang menyediakan narkotika dan
psikotropika, meracik obat, dan menyerahkan obat dalam jumlah besar. Apotek
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
7
Universitas Indonesia
rakyat setidaknya harus memiliki 1 (satu) orang apoteker sebagai penanggung
jawab dan dapat dibantu oleh asisten apoteker.
2.3 Profil Wilayah Jakarta Timur
Jakarta Timur merupakan salah satu Kotamadya yang berada di Daerah
Khusus Ibukota Jakarta yang terbagi dalam 10 puskesmas kecamatan dengan 78
puskesmas kelurahannya, yaitu (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2010):
1. Kecamatan Pasar Rebo
a. Kecamatan Pasar Rebo
b. Kelurahan Kampung Baru
c. Kelurahan Gedong
d. Kelurahan Cijantung
e. Keluran Kalisari
f. Kelurahan Pekayon
2. Kecamatan Ciracas
a. Kecamatan Ciracas
b. Kelurahan Kampung Rambutan
c. Kelurahan Ciracas
d. Kelurahan Cibubur
e. Kelurahan Susukan
f. Kelurahan Kelapa 2 Wetan
3. Kecamatan Matraman
a. Kecamatan Matraman
b. Kelurahan Pisangan Baru
c. Kelurahan Utan Kayu Selatan I
d. Kelurahan Utan Kayu Selatan II
e. Kelurahan Palmeriem
f. Kelurahan Kayu Manis
g. Kelurahan Utan Kayu Utara
4. Kecamatan Makasar
a. Kecamatan Makasar
b. Kelurahan Cipinang Melayu
c. Kelurahan Halim Perdana
Kusuma I
d. Kelurahan Halim Perdana
Kusuma II
e. Kelurahan Kebon Pala
f. Kelurahan Pinang Ranti
g. Kelurahan Makasar
5. Kecamatan Duren Sawit
a. Kecamatan Duren Sawit
b. Kelurahan Duren Sawit
c. Kelurahan Pondok Bambu I
d. Kelurahan Pondok Bambu II
6. Kecamatan Jatinegara
a. Kecamatan Jatinegara
b. Kelurahan Kampung Melayu
c. Kelurahan Bali Mester
d. Kelurahan Bidara Cina I
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
8
Universitas Indonesia
e. Kelurahan Pondok Kelapa
f. Kelurahan Klender I
g. Kelurahan Klender II
h. Kelurahan Klender III
i. Kelurahan Malaka Jaya
j. Kelurahan Malaka Sari
k. Kelurahan Pondok Kopi I
l. Kelurahan Pondok Kopi II
e. Kelurahan Bidara Cina II
f. Kelurahan Bidara Cina III
g. Kelurahan Cipinang-Cempedak
h. Kelurahan Cipinang Muara
i. Kelurahan Cipinang Besar Utara
j. Kelurahan Cipinang Selatan I
k. Kelurahan Cipinang Selatan II
l. Kelurahan Rawa Bunga
7. Kecamatan Kramat Jati
a. Kecamatan Kramat Jati
b. Kelurahan Cawang
c. Kelurahan Cililitan
d. Kelurahan Kramat Jati I
e. Kelurahan Kramat Jati II
f. Kelurahan Batu Ampar
g. Kelurahan Bale Kembang
h. Kelurahan Kampung Tengah
i. Kelurahan Dukuh
8. Kecamatan Cakung
a. Kecamatan Cakung
b. Kelurahan Rawa Teratai
c. Kelurahan Jatinegara
d. Kelurahan Penggilingan Elok
e. Kelurahan Penggilingan
f. Kelurahan Cakung Timur
g. Kelurahan Cakung Barat
h. Kelurahan Ujung Menteng
i. Kelurahan Pulo Gebang
9. Kecamatan Cipayung
a. Kecamatan Cipayung
b. Kelurahan Lubang Buaya
c. Kelurahan Bambu Apus I
d. Kelurahan Bambu Apus II
e. Kelurahan Cipayung
f. Kelurahan Ceger
g. Kelurahan Setu
h. Kelurahan Cilangkap
i. Kelurahan Pondok Rangon I
j. Kelurahan Pondok Rangon II
k. Kelurahan Munjul
10. Kecamatan Pulogadung
a. Kecamatan Pulogadung
b. Kelurahan Jati I
c. Kelurahan Jati II
d. Kelurahan Rawamangun
e. Kelurahan Kayu Putih
f. Kelurahan Pisangan Timur I
g. Kelurahan Pisangan Timur II
h. Kelurahan Jatinegara Kaum
i. Kelurahan Cipinang
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
9
Universitas Indonesia
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk (SP) 2010, jumlah
penduduk Jakarta Timur adalah 2.687.027 jiwa. Dari hasil SP tahun 2010 tersebut
bahwa penyebaran penduduk di Jakarta Timur dengan 3 Kecamatan terbesar,
yaitu:
1. Kecamatan Cakung yakni sebesar 18,73%,
2. Kecamatan Duren Sawit sebesar 14,18%, dan
3. Kecamatan Kramat Jati sebesar 10,14% (Badan Pusat Statistik, 2010).
Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah
Kecamatan Matraman yang berjumlah 148.648 orang (Badan Pusat Statistik,
2010).
Dengan luas wilayah Jakarta Timur sekitar 188,33 km2 yang didiami oleh
2.687.027 orang maka rata‐rata tingkat kepadatan penduduk Jakarta Timur adalah
sebanyak 14.268 orang per kilo meter persegi. Kecamatan yang paling tinggi
tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Matraman yakni sebanyak
30.461 orang per kilo meter persegi, sedangkan yang paling rendah adalah
Kecamatan Cipayung yakni sebanyak 8.037 orang per kilometer persegi (Badan
Pusat Statistik, 2010).
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk di Kecamatan Wilayah Jakarta Timur
Kecamatan Jumlah Penduduk
Cakung 503.174
Duren Sawit 381.964
Kramat Jati 272.164
Jatinegara 264.901
Pulo Gadung 261.102
Ciracas 252.999
Cipayung 228.659
Pasar Rebo 187.771
Makasar 185.645
Matraman 148.648
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
10
Universitas Indonesia
2.4 Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklit)
Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
Nomor 1345/2007, yang menyatakan bahwa institusi pendidikan bidang kesehatan
di provinsi DKI Jakarta memerlukan sarana kesehatan sebagai lahan praktek
untuk mendapatkan pengalaman dan keterampilan bagi peserta didik. Sarana
kesehatan di Suku Dinas dan Puskesmas di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta dapat digunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan,
penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kesehatan. Peserta didik adalah mahasiswa institusi pendidikan bidang kesehatan
di provinsi DKI Jakarta yang melaksanakan praktek klinik di lahan praktik. Lahan
praktiek adalah tempat praktek mahasiswa institusi pendidikan bidang kesehatan
di puskesmas, dan di wilayah kerja pusat kesehatan masyarakat yang menjadi
tanggung jawabnya.
Puskesmas sebagai tempat praktek peserta didik mempunyai kewajiban
atau tugas :
1. Menyediakan fasilitas yang menunjang pencapaian tujuan belajar klinik sesuai
kondisi lahan praktik
2. Berusaha meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
3. Menyediakan tenaga pembimbing dengan kriteria menguasai bidangnya
4. Mempunyai kemampuan dan kemauan serta tanggung jawab untuk
membimbing
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
11 Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus
Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker periode
16 Januari – 2 Februari 2012 di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Seksi
Sumber Daya Kesehatan, Subseksi Tenaga Kesehatan.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder. Data sekunder berupa data
dari seksi Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Jakata Timur, juga
data dan informasi dari berbagai literatur yang berasal dari Buku Profil Kesehatan
dan publikasi online yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik.
3.3 Analisis Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 Penduduk Di Kota
Administrasi Jakarta Timur Periode 2011
Dalam analisis ini akan dilakukan perhitungan dengan metode rasio yang
membandingkan antar jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk di
wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur yang dinyatakan dalam 100.000
penduduk. Analisis rasio dihitung dengan menggunakan rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑒𝑐𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛100.000
3.4 Analisis Data Peserta dan Topik Pendidikan dan Pelatihan di Wilayah
Jakarta Timur pada Tahun 2011
Analisis ini dilakukan dengan mengolah data sekunder yaitu dari surat
permohonan permintaan perizinan untuk melaksanakan penelitian di wilayah
sekitar Jakarta Timur. Data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui kategori
penelitian terbanyak apa yang dilakukan di wilayah Jakarta Timur.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
12 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Rasio Apoteker di Apotek, Apotek Rakyat, dan Puskesmas
dan Tenaga Kesehatan Lainnya di Puskemas terhadap Jumlah
Penduduk di Tiap Kecamatan di Kota Administrasi Jakarta Timur
Tahun 2011
Analisis rasio apoteker dilakukan dengan menggunakan data jumlah
tenaga apoteker di apotek, apotek rakyat, dan puskesmas yang ada di Kota
Administrasi Jakarta Timur. Analisis tenaga kesehatan lainnya seperti dokter
umum, dokter gigi, dokter spesialis, perawat, perawat gigi, asisten apoteker,
bidan, ahli gizi, dan tenaga kesehatan masyarakat dilakukan dengan menggunakan
data jumlah tenaga kesehatan tersebut di puskesmas yang ada pada tiap kelurahan
kemudian digabung menjadi data tenaga kesehatan per kecamatan. Perhitungan
rasio dilakukan dengan membandingkan jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah
penduduk di tiap kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dan
dinyatakan dalam 100.000 penduduk. Analisis rasio dihitung dengan
menggunakan rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑒𝑐𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛100.000
Data jumlah penduduk per kecamatan menggunakan hasil analisis yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Jumlah penduduk di wilayah Jakarta
Timur berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010 terakhir adalah
sejumlah 2.688.027 penduduk. Penduduk terbanyak berada di wilayah Kecamatan
Cakung sejumlah 503.174 penduduk dan wilayah dengan penduduk paling sedikit
adalah di Kecamatan Matraman yaitu sebesar 148.648 penduduk.
Berikut adalah tabel hasil rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah
penduduk di kota administrasi Jakarta Timur.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
Tabel 4.1 Rasio Tenaga Kesehatan di Tiap Puskesmas Kecamatan Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2011
Puskesmas
Kecamatan
Rasio
Dokter
Spesialis
Dokter
Umum
Dokter
Gigi Apoteker
Asisten
Apoteker Perawat
Perawat
Gigi Bidan
Ahli
Gizi Sanitarian
Sarjana
Kesehatan Masyarakat
Pasar Rebo 0,53 6,26 4,24 6,89 0,00 19,60 3,18 15,89 2,12 1,59 0,00
Ciracas 0,00 3,16 2,77 12,25 0,00 13,83 1,98 10,67 1,98 0,40 2,37
Cipayung 0,00 12,25 4,81 7,00 1,31 39,36 0,87 11,37 0,87 0,44 1,31
Makasar 0,54 9,16 5,39 13,47 1,62 11,31 19,39 15,08 2,69 2,69 1,08
Kramat Jati 0,73 8,45 8,82 2,57 2,57 22,05 1,47 15,80 1,84 1,47 0,00
Cakung 0,00 2,98 2,78 5,96 0,00 5,56 1,39 6,16 0,60 0,79 0,79
Duren Sawit 0,52 4,97 4,71 22,27 0,26 19,90 2,09 9,69 1,83 0,79 0,26
Matraman 0,67 8,75 5,38 55,16 0,00 12,78 2,69 13,45 2,02 1,35 0,67
Pulogadung 0,00 7,66 4,21 22,21 1,15 12,64 1,53 6,51 0,38 1,15 1,15
Jatinegara 0,38 8,68 6,04 28,31 2,64 18,50 3,77 10,95 1,51 2,26 1,13
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
14
Universitas Indonesia
4.1.1 Tenaga Medis
Tenaga medis yang dimaksud disini adalah termasuk dokter, dokter gigi,
dan dokter spesialis. Data rekapan jumlah tenaga medis di masing-masing
puskesmas kecamatan dan kelurahan dapat dilihat pada Lampiran 1.
Dari hasil analisis yang dilakukan, didapatkan untuk tenaga dokter
spesialis yang bekerja di puskesmas, tenaga ini memiliki rasio paling tertinggi di
Kecamatan Kramat Jati yaitu 0,73 dan terendah di Kecamatan Ciracas, Cipayung,
Cakung, serta Pulogadung yaitu 0,0 per 100.000 penduduk. Untuk tenaga dokter
umum yang bekerja di puskesmas, Kecamatan Cipayung memiliki rasio tertinggi
yaitu sebesar 12,25 dan Kecamatan Ciracas dengan rasio terendah yaitu 2,98.
Untuk tenaga dokter gigi, Kecamatan Kramat Jati adalah kecamatan dengan rasio
jumlah dokter gigi yang bekerja di puskesmas terbanyak yaitu sebesar 8,82, serta
rasio terendah adalah Kecamatan Ciracas dengan nilai rasio 2,77.
Rasio tenaga medis di wilayah Jakarta Timur hanyalah berasal dari tenaga
medis yang berada di puskesmas kecamatan dan kelurahan saja, dimana belum
dihitung dari jumlah praktek dokter swastanya. Pada analisis ini tidak dilakukan
perhitungan jumlah praktek dokter swasta sebab adanya tenaga medis yang
berpraktek swasta pun tidak bisa dijadikan alasan tidak berkembangnya jumlah
tenaga medis yang berada di puskesmas, sebab dibutuhkan biaya lebih besar yang
harus dikeluarkan oleh masyarakat sekitar untuk mendapatkan pelayanan dari
dokter swasta dibandingkan dengan puskesmas. Jumlah tenaga medis yang berada
di wilayah Jakarta Timur tetap harus dioptimalkan dan tenaga medis harus mampu
memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat sekitar.
4.1.2 Tenaga Apoteker
Tenaga apoteker dihitung dari jumlah tenaga apoteker yang berada di
puskesmas, apotek, dan apotek rakyat di wilayah Jakarta Timur. Data rekapan
tenaga apoteker yang berada di puskesmas, apotek, dan apotek rakyat dapat dilihat
di Lampiran 4. Dari hasil analisis, rasio tenaga apoteker yang paling tinggi berada
di Kecamatan Matraman yaitu sebesar 55,16 dan Kecamatan Kramat Jati memiliki
nilai rasio yang paling kecil yaitu sebesar 2,57.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
15
Universitas Indonesia
Penyebaran tenaga apoteker masih belum merata dapat dilihat dari jumlah
tenaga apoteker di Kecamatan Matraman adalah 82 apoteker dan di Kecamatan
Kramat Jati memiliki 46 orang apoteker, dimana jumlah penduduk di Kecamatan
Matraman adalah lebih sedikit daripada Kecamatan Kramat Jati. Untuk
pencapaian pemerataan tenaga apoteker yang lebih baik, diperlukan penambahan
tenaga apoteker di wilayah Kecamatan Kramat Jati mengingat banyaknya jumlah
penduduk yang berada di wilayah Kecamatan Kramat Jati.
4.1.3 Tenaga Keperawatan
Tenaga keperawatan yang dimaksud adalah tenaga perawat, perawat gigi,
dan tenaga bidan berdasarkan PP No. 32 Tahun 1996. Tenaga keperawatan ini
dihitung dari jumlah semua tenaga perawat yang berada di puskesmas kecamatan
dan kelurahan di wilayah Jakarta Timur. Data rekapan jumlah tenaga keperawatan
di masing - masing puskesmas kecamatan dan kelurahan dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Analisis untuk tenaga perawat yang bekerja di puskesmas memiliki nilai
rasio tertinggi di Kecamatan Cipayung dengan nilai rasio sebesar 39,36 dan
terendah di Kecamatan Cakung sebesar 5,56. Jumlah tenaga perawat yang bekerja
di puskesmas wilayah Kecamatan Cakung adalah berjumlah 28 orang dengan
jumlah penduduk sebesar 503.174 penduduk, dimana tenaga perawat yang bekerja
di puskesmas wilayah Kecamatan Cipayung adalah sebesar 90 dengan jumlah
penduduk sebesar 228.659 penduduk. Dari analisis ini, dapat disimpulkan bahwa
tenaga perawat yang berada di wilayah Jakarta Timur masih belum merata. Ini
menunjukkan penyebaran tenaga keperawatan masih kurang baik, dimana
seharusnya tenaga keperawatan di Cakung lebih banyak sebab jumlah penduduk
di Kecamatan Cakung adalah yang terbanyak.
Untuk tenaga perawat gigi, Kecamatan Makasar memiliki jumlah pekerja
tenaga perawat gigi yang terbanyak di puskesmas yaitu dengan rasio sebesar
19,39 per 100.000 penduduk. Kecamatan Cipayung sebaliknya memiliki nilai
rasio tenaga perawat gigi yang paling sedikit per 100.000 penduduk yaitu sebesar
0,87. Dari hasil analisis ini didapatkan bahwa pemerataan tenaga perawat gigi
masih belum tercapai sebab Kecamatan Cipayung memiliki lebih banyak jumlah
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
16
Universitas Indonesia
penduduk namun memiliki jumlah tenaga perawat yang minim yaitu sebesar 3.
Kondisi ini berbeda dengan Kecamatan Makasar yang memiliki 36 jumlah tenaga
perawat gigi dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit daripada Kecamatan
Cipayung.
Untuk tenaga bidan yang berada di puskesmas, Kecamatan Pasar Rebo
memiliki nilai rasio tertinggi yaitu sebesar 15,89 per 100.000 penduduk dengan
Kecamatan Cipayung dengan nilai rasio terendah yaitu sebesar 6,16. Setelah
dianalisis, jumlah tenaga bidan yang berada di puskesmas Kecamatan Pasar Rebo
justru melebihi jumlah tenaga bidan yang berada di puskesmas Kecamatan
Cipayung, namun banyaknya jumlah penduduk yang berada di Kecamatan Pasar
Rebo mempengaruhi nilai rasio tenaga bidan sehingga Kecamatan Pasar Rebo
memiliki nilai rasio yang paling rendah.
4.1.4 Asisten Apoteker
Jumlah asisten apoteker dihitung dari jumlah asisten apoteker yang bekerja
di puskesmas kecamatan dan kelurahan. Data rekapan asisten apoteker dapat
dilihat pada Lampiran 3.
Puskesmas dengan nilai rasio tertinggi untuk tenaga asisten apoteker per
100.000 penduduk adalah Puskesmas Kecamatan Jatinegara dengan nilai rasio
2,64. Puskesmas Kecamatan Jatinegara dan Puskesmas Kecamatan Kramat Jati
sama-sama memiliki 7 orang asisten apoteker, namun jumlah penduduk di
Kecamatan Kramat Jati lebih banyak daripada jumlah penduduk di Kecamatan
Jatinegara sehingga rasio tenaga asisten apotekernya lebih tinggi di Kecamatan
Jatinegara.
Puskesmas di Kecamatan Pasar Rebo, Ciracas, dan Cakung tidak memiliki
asisten apoteker, sehingga rasio terendah untuk tenaga asisten apoteker per
100.000 penduduk adalah di Kecamatan Pasar Rebo, Ciracas, dan Cakung yaitu
dengan nilai 0,0.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
17
Universitas Indonesia
4.1.5 Ahli Gizi
Jumlah ahli gizi yang berada digunakan dihitung dari jumlah ahli gizi yang
bekerja di puskesmas kecamatan dan kelurahan. Data rekapan ahli gizi dapat
dilihat di Lampiran 3.
Dari hasil analisis, kecamatan dengan nilai rasio ahli gizi tertinggi adalah
Kecamatan Makasar dengan rasio sebesar 2,69 dan kecamatan dengan nilai rasio
terendah adalah Kecamatan Pulogadung yaitu 0,38. Rendahnya nilai rasio ahli gizi
di Wilayah Jakarta Timur menunjukkan kurangnya tenaga ahli gizi dibandingkan
dengan jumlah masyarakat yang ada.
Kecamatan Pulogadung memiliki rasio yang paling kecil disebabkan selain
memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak, juga memiliki jumlah tenaga ahli
gizi yang minim di puskesmas baik kecamatan dan kelurahan. Kecamatan
Makasar dan Kecamatan Ciracas, keduanya memiliki jumlah tenaga ahli gizi yang
sama yaitu 5 tenaga, namun rasio di Kecamatan Makasar adalah yang tertinggi
sebab jumlah penduduk di Kecamatan Makasar lebih sedikit daripada Kecamatan
Ciracas.
4.1.6 Kesehatan Masyarakat
Tenaga kesehatan masyarakat mencakup sarjana kesehatan masyarakat dan
tenaga sanitarian. Pada laporan ini, jumlah tenaga kesehatan masyarakat dihitung
dari jumlah tenaga sarjana kesehatan masyarakat dan sanitarian yang berada di
kelurahan dan kecamatan di wilayah Jakarta Timur. Data rekapan tenaga
sanitarian dan tenaga kesehatan masyarakat dapat dilihat di Lampiran 3.
Puskesmas wilayah Kecamatan Ciracas memiliki rasio sarjana kesehatan
masyarakat tertinggi yaitu sebesar 2,37 serta wilayah Kecamatan Pasar Rebo dan
Kramat Jati memiliki rasio terendah yaitu sebesar 0. Artinya tidak ada sarjana
kesehatan masyarakat yang berada di puskesmas wilayah Kecamatan Pasar Rebo
dan Ciracas.
Untuk tenaga sanitarian, Kecamatan Makasar memiliki nilai rasio tertinggi
yaitu sebesar 2,69 per 100.000 penduduk dan Kecamatan Ciracas memiliki nilai
rasio terendah yaitu sebesar 0,40. Perlunya pemerataan jumlah tenaga sanitari
dapat dilihat dari jumlah penduduk di Kecamatan Makasar lebih sedikit daripada
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
18
Universitas Indonesia
di Kecamatan Ciracas, namun tenaga sanitari yang berada di Kecamatan Makasar
lebih banyak daripada yang berada di Kecamatan Ciracas.
4.2 Analisis Peserta dan Topik Pendidikan dan Pelatihan di Wilayah
Jakarta Timur pada Tahun 2011
Dari data sekunder yang diperoleh di Suku Dinas Jakarta Timur,
didapatkan data mengenai penelitian yang dilakukan di wilayah Jakarta Timur
pada periode tahun 2011. Berikut adalah tabel yang berisikan mengenai jumlah
data program Pendidikan dan Pelatihan pada periode tahun 2011:
Tabel 4.2 Data Peserta dan Topik Program Pendidikan dan Pelatihan di Wilayah
Jakarta Timur Tahun 2011
Variabel Jumlah
Mahasiswa bergelar yang melakukan penelitian 6
Mahasiswa belum bergelar yang melakukan penelitian 68
Total mahasiswa yang mengambil penelitian 74
Mahasiswa yang melakukan praktek kerja lapangan 117
Kunjungan 14
Mahasiswa yang mengambil izin pengambilan data tanpa judul
penelitian (magang) 85
Dari total 74 mahasiswa yang mengambil penelitian baik yang bergelar
maupun tidak, dianalisa topik yang paling sering dibahas. Topik penelitian yang
dibahas adalah meliputi topik mengenai maternitas, penyakit menular, imunisasi,
penyakit, pasien lanjut usia, dan sebagainya. Penelitian dengan topik terbanyak di
wilayah Jakarta Timur adalah mengenai maternitas yaitu sebanyak 44,29%. Topik
yang paling sedikit dibahas adalah mengenai kanker dan pola peresepan di
wilayah Jakarta Timur yaitu sebesar 1,42%.
Berikut adalah diagram persentase topik penelitian yang dilakukan di
wilayah Jakarta Timur pada tahun 2011.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
19
Universitas Indonesia
Dari topik maternitas sebanyak 41,89% tersebut topik yang paling sering
dibahas adalah mengenai penyakit yang terjadi selama kehamilan ibu
dibandingkan dengan disfungsi seksual selama kehamilan, ASI, bahaya, dan
perilaku.
Gizi4,05%
Imunisasi2,70%
Kanker1,35% KB
4,05%
Lain26,76%
Maternitas
41,89%
TB-HIV13,51%
10 Penyakit
Terbanyak14,86%
Perilaku4,05%
Pola Resep1,35%
Lanjut Usia
5,41%
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
20 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Jumlah tenaga kesehatan yang berada di kota administrasi Jakarta Timur
masih belum merata. Hal ini tercermin dari rasio tenaga kesehatan terhadap
jumlah penduduk, dimana kecamatan yang memiliki jumlah penduduk lebih
banyak memiliki jumlah tenaga kesehatan yang lebih sedikit ataupun sebaliknya.
2. Pada rekapitulasi peserta dan topik untuk program pendidikan dan
pelatihan, ada 6 orang mahasiswa bergelar yang melakukan penelitian dan 68
orang yang belum bergelar yang melakukan penelitian. Dari total mahasiswa yang
melakukan penelitian, topik terbanyak yang diteliti adalah mengenai maternitas
yaitu sebesar 41,89% dari jumlah semua topik.
5.2 Saran
Pemerintah harus meningkatkan jumlah tenaga kesehatan yang berada di
puskesmas baik kecamatan maupun kelurahan serta memperhatikan penyebaran
jumlah tenaga kesehatan di tiap-tiap kecamatan.
Untuk mendapatkan penyebaran jumlah tenaga kesehatan yang merata
dapat dicapai dengan memperhatikan jumlah penduduk dan kebutuhannya di
masing-masing kecamatan agar pelayanan kesehatan dapat merata ke seluruh
masyarakat sehingga diharapkan agar pelayanan kesehatan dapat merata ke
seluruh masyarakat.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
21
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009. (2009). Undang-Undang No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan. Jakarta.
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996. (1996). Peraturan Pemerintah No. 32
Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/MENKES/SKII/2004. (2004). Keputusan
Menteri Kesehatan No. 128/MENKES/SKII/2004 tentang Kebijakan Dasar
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). Jakarta: Kementrian
Kesehatan Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003. (2003).
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang
Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia.
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009. (2009). Peraturan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok
dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2010). Profil Sumber Daya Manusia
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Edisi 2010. Jakarta: Dinas Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta.
Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. (2009).
Data Tenaga Kesehatan Jakarta Timur Tahun 2007-2010. Jakarta: Suku
Dinas Kesehatan Jakarta Timur.
Badan Pusat Statistik. (2010). Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat
Statistik Kota Administrasi Jakarta Timur.
Daris, A. (2008). Himpunan Peraturan Perundang – Undangan Kefarmasian.
Jakarta: ISFI.
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
22
No Nama PuskesmasSpesialis
Dalam
Spesialis
Obstetrik
dan
Ginekolog
Spesialis
Anak
Jumlah
Tenaga
Spesialis
Rasio
Dokter
Spesialis
per
100.000
penduduk
Dokter
Umum
Rasio
Dokter
Umum per
100.000
penduduk
Dokter
Gigi
Rasio
Dokter
Gigi per
100.000
penduduk
1 Kecamatan Pasar Rebo 0 0 1 1 0,53 4 2,12 3 1,59
2 Kelurahan Kampung Baru 0 0 0 0 0,00 2 1,06 1 0,53
3 Kelurahan Gedong 0 0 0 0 0,00 1 0,53 1 0,53
4 Kelurahan Cijantung 0 0 0 0 0,00 2 1,06 1 0,53
5 Kelurahan Kalisari 0 0 0 0 0,00 1 0,53 1 0,53
6 Kelurahan Pekayon 0 0 0 0 0,00 2 1,06 1 0,53
TOTAL 1 0,53 12 6,36 8 4,24
7 Kecamatan Ciracas 0 0 0 0 0,00 3 1,19 2 0,79
8 Kelurahan Kampung Rambutan 0 0 0 0 0,00 1 0,40 1 0,40
9 Kelurahan Ciracas 0 0 0 0 0,00 1 0,40 1 0,40
10 Kelurahan Cibubur 0 0 0 0 0,00 1 0,40 1 0,40
11 Kelurahan Susukan 0 0 0 0 0,00 1 0,40 1 0,40
12 Kelurahan Kelapa 2 Wetan 0 0 0 0 0,00 1 0,40 1 0,40
TOTAL 0 0,00 8 3,16 7 2,77
13 Kecamatan Cipayung 0 0 0 0 0,00 4 1,75 2 0,87
14 Kelurahan Lubang Buaya 0 0 0 0 0,00 1 0,44 1 0,44
15 Kelurahan Bambu Apus I 0 0 0 0 0,00 2 0,87 1 0,44
16 Kelurahan Bambu Apus II 0 0 0 0 0,00 1 0,44 1 0,44
17 Kelurahan Cipayung 0 0 0 0 0,00 2 0,87 0 0,00
18 Kelurahan Ceger 0 0 0 0 0,00 1 0,44 1 0,44
19 Kelurahan Setu 0 0 0 0 0,00 1 0,44 1 0,44
20 Kelurahan Cilangkap 0 0 0 0 0,00 1 0,44 1 0,44
21 Kelurahan Munjul 0 0 0 0 0,00 2 0,87 1 0,44
22 Kelurahan Pondok Rangon I 0 0 0 0 0,00 12 5,25 1 0,44
23 Kelurahan Pondok Rangon II 0 0 0 0 0,00 1 0,44 1 0,44
TOTAL 0 0,00 28 12,25 11 4,81
24 Kecamatan Makasar 1 0 0 1 0,54 5 2,69 4 2,15
25 Kelurahan Cipinang Melayu 0 0 0 0 0,00 2 1,08 1 0,54
26 Kelurahan Halim Perdana Kusuma I 0 0 0 0 0,00 2 1,08 1 0,54
27 Kelurahan Halim Perdana Kusuma II 0 0 0 0 0,00 2 1,08 1 0,54
28 Kelurahan Kebon Pala 0 0 0 0 0,00 2 1,08 1 0,54
29 Kelurahan Pinang Ranti 0 0 0 0 0,00 2 1,08 1 0,54
30 Kelurahan Makasar 0 0 0 0 0,00 2 1,08 1 0,54
TOTAL 1 0,54 17 9,16 10 5,39
31 Kecamatan Kramat Jati 0 1 1 2 0,73 7 2,57 16 5,88
32 Kelurahan Cawang 0 0 0 0 0,00 2 0,73 1 0,37
33 Kelurahan Cililitan 0 0 0 0 0,00 2 0,73 1 0,37
34 Kelurahan Kramat Jati I 0 0 0 0 0,00 2 0,73 1 0,37
35 Kelurahan Kramat Jati II 0 0 0 0 0,00 2 0,73 1 0,37
36 Kelurahan Batu Ampar 0 0 0 0 0,00 2 0,73 1 0,37
37 Kelurahan Bale Kembang 0 0 0 0 0,00 2 0,73 1 0,37
38 Kelurahan Kampung Tengah 0 0 0 0 0,00 2 0,73 1 0,37
39 Kelurahan Dukuh 0 0 0 0 0,00 2 0,73 1 0,37
TOTAL 2 0,73 23 8,45 24 8,82
Lampiran 1. Jumlah Tenaga Medis di Wilayah Jakarta Timur Periode 2011
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
23
No Nama PuskesmasSpesialis
Dalam
Spesialis
Obstetrik
dan
Ginekolog
Spesialis
Anak
Jumlah
Tenaga
Spesialis
Rasio
Dokter
Spesialis
per
100.000
penduduk
Dokter
Umum
Rasio
Dokter
Umum per
100.000
penduduk
Dokter
Gigi
Rasio
Dokter
Gigi per
100.000
penduduk
40 Kecamatan Cakung 0 0 0 0 0,00 4 0,79 4 0,79
41 Kelurahan Rawa Teratai 0 0 0 0 0,00 1 0,20 1 0,20
42 Kelurahan Jatinegara 0 0 0 0 0,00 1 0,20 2 0,40
43 Kelurahan Penggilingan Elok 0 0 0 0 0,00 2 0,40 1 0,20
44 Kelurahan Penggilingan II 0 0 0 0 0,00 1 0,20 1 0,20
45 Kelurahan Cakung Barat 0 0 0 0 0,00 2 0,40 1 0,20
46 Kelurahan Cakung Timur 0 0 0 0 0,00 2 0,40 2 0,40
47 Kelurahan Ujung Menteng 0 0 0 0 0,00 1 0,20 1 0,20
48 Kelurahan Pulo Gebang 0 0 0 0 0,00 1 0,20 1 0,20
TOTAL 0 0,00 15 2,98 14 2,78
49 Kecamatan Duren Sawit 1 1 0 2 0,52 5 1,31 4 1,05
50 Kelurahan Pondok Bambu II 0 0 0 0 0,00 1 0,26 1 0,26
51 Kelurahan Pondok Kelapa 0 0 0 0 0,00 2 0,52 1 0,26
52 Kelurahan Klender I 0 0 0 0 0,00 2 0,52 1 0,26
53 Kelurahan Klender II 0 0 0 0 0,00 1 0,26 1 0,26
54 Kelurahan Klender III 0 0 0 0 0,00 2 0,52 1 0,26
55 Kelurahan Pondok Bambu I 0 0 0 0 0,00 1 0,26 2 0,52
56 Kelurahan Malaka Sari 0 0 0 0 0,00 1 0,26 2 0,52
57 Kelurahan Malaka Jaya 0 0 0 0 0,00 1 0,26 1 0,26
58 Kelurahan Duren Sawit 0 0 0 0 0,00 1 0,26 1 0,26
59 Kelurahan Pondok Kopi I 0 0 0 0 0,00 1 0,26 2 0,52
60 Keluarahan Pondok Kopi II 0 0 0 0 0,00 1 0,26 1 0,26
TOTAL 2 0,52 19 4,97 18 4,71
61 Kecamatan Matraman 0 1 0 1 0,67 8 5,38 3 2,02
62 Kelurahan Pisangan Baru 0 0 0 0 0,00 1 0,67 1 0,67
63 Kelurahan Utan Kayu Selatan I 0 0 0 0 0,00 1 0,67 1 0,67
64 Kelurahan Palmeriem 0 0 0 0 0,00 1 0,67 1 0,67
65 Kelurahan Utan Kayu Selatan II 0 0 0 0 0,00 0 0,00 1 0,67
66 Kelurahan Kayu Manis 0 0 0 0 0,00 1 0,67 0 0,00
67 Kelurahan Utan Kayu Utara 0 0 0 0 0,00 1 0,67 1 0,67
TOTAL 1 0,67 13 8,75 8 5,38
68 Kecamatan Pulogadung 0 0 0 0 0,00 11 4,21 4 1,53
69 Kelurahan Jati I 0 0 0 0 0,00 1 0,38 1 0,38
70 Kelurahan Jati II 0 0 0 0 0,00 1 0,38 1 0,38
71 Kelurahan Rawamangun 0 0 0 0 0,00 1 0,38 1 0,38
72 Kelurahan Kayu Putih 0 0 0 0 0,00 1 0,38 1 0,38
73 Kelurahan Pisangan Timur I 0 0 0 0 0,00 2 0,77 0 0,00
74 Kelurahan Pisangan Timur II 0 0 0 0 0,00 1 0,38 1 0,38
75 Kelurahan Jatinegara Kaum 0 0 0 0 0,00 1 0,38 1 0,38
76 Kelurahan Cipinang 0 0 0 0 0,00 1 0,38 1 0,38
TOTAL 0 0,00 20 7,66 11 4,21
77 Kecamatan Jatinegara 1 0 0 1 0,38 12 4,53 5 1,89
78 Kelurahan Kampung Melayu 0 0 0 0 0,00 1 0,38 1 0,38
79 Kelurahan Bali Mester 0 0 0 0 0,00 1 0,38 1 0,38
80 Kelurahan Bidara Cina I 0 0 0 0 0,00 1 0,38 1 0,38
81 Kelurahan Bidara Cina II 0 0 0 0 0,00 1 0,38 1 0,38
82 Kelurahan Bidara Cina III 0 0 0 0 0,00 1 0,38 1 0,38
83 Kelurahan Cipinang-Cempedak 0 0 0 0 0,00 1 0,38 1 0,38
84 Kelurahan Rawa Bunga 0 0 0 0 0,00 1 0,38 1 0,38
85 Kelurahan Cipinang Muara 0 0 0 0 0,00 1 0,38 1 0,38
86 Kelurahan Cipinang Besar Utara 0 0 0 0 0,00 1 0,38 1 0,38
87 Kelurahan Cipinang Selatan I 0 0 0 0 0,00 1 0,38 1 0,38
88 Kelurahan Cipinang Selatan II 0 0 0 0 0,00 1 0,38 1 0,38
TOTAL 1 0,38 23 8,68 16 6,04
Lampiran 1. Jumlah Tenaga Medis di Wilayah Jakarta Timur Periode 2011 (Lanjutan)
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
24
No Nama Puskesmas Perawat
Ratio Perawat
per 100.000
Penduduk
Perawat Gigi
Ratio Perawat
Gigi per 100.000
penduduk
Bidan
Ratio Bidan
Per 100.000
Penduduk
1 Kecamatan Pasar Rebo 9 4,77 4 2,12 10 5,30
2 Kelurahan Kampung Baru 6 3,18 1 0,53 4 2,12
3 Kelurahan Gedong 5 2,65 0 0,00 4 2,12
4 Kelurahan Cijantung 7 3,71 1 0,53 4 2,12
5 Kelurahan Kalisari 5 2,65 0 0,00 4 2,12
6 Kelurahan Pekayon 5 2,65 0 0,00 4 2,12
TOTAL 37 19,60 6 3,18 30,00 15,89
7 Kecamatan Ciracas 10 3,95 3 1,19 8,00 3,16
8 Kelurahan Kampung Rambutan 5 1,98 0 0,00 4,00 1,58
9 Kelurahan Ciracas 5 1,98 0 0,00 4,00 1,58
10 Kelurahan Cibubur 5 1,98 1 0,40 3,00 1,19
11 Kelurahan Susukan 5 1,98 0 0,00 4,00 1,58
12 Kelurahan Kelapa 2 Wetan 5 1,98 1 0,40 4,00 1,58
TOTAL 35 13,83 5 1,98 27,00 10,67
13 Kecamatan Cipayung 61 26,68 2 0,87 7,00 3,06
14 Kelurahan Lubang Buaya 3 1,31 0 0,00 2,00 0,87
15 Kelurahan Bambu Apus I 3 1,31 0 0,00 2,00 0,87
16 Kelurahan Bambu Apus II 2 0,87 0 0,00 2,00 0,87
17 Kelurahan Cipayung 3 1,31 0 0,00 3,00 1,31
18 Kelurahan Ceger 3 1,31 0 0,00 1,00 0,44
19 Kelurahan Setu 3 1,31 0 0,00 2,00 0,87
20 Kelurahan Cilangkap 2 0,87 0 0,00 2,00 0,87
21 Kelurahan Munjul 4 1,75 0 0,00 2,00 0,87
22 Kelurahan Pondok Rangon I 3 1,31 0 0,00 2,00 0,87
23 Kelurahan Pondok Rangon II 3 1,31 0 0,00 1,00 0,44
TOTAL 90 39,36 2 0,87 26,00 11,37
24 Kecamatan Makasar 0 0,00 13 7,00 11,00 5,93
25 Kelurahan Cipinang Melayu 4 2,15 4 2,15 3,00 1,62
26 Kelurahan Halim Perdana Kusuma I 3 1,62 3 1,62 3,00 1,62
27 Kelurahan Halim Perdana Kusuma II 4 2,15 5 2,69 3,00 1,62
28 Kelurahan Kebon Pala 3 1,62 3 1,62 3,00 1,62
29 Kelurahan Pinang Ranti 4 2,15 5 2,69 2,00 1,08
30 Kelurahan Makasar 3 1,62 3 1,62 3,00 1,62
TOTAL 21 11,31 36 19,39 28,00 15,08
31 Kecamatan Kramat Jati 26 9,55 3 1,10 15,00 5,51
32 Kelurahan Cawang 4 1,47 0 0,00 4,00 1,47
33 Kelurahan Cililitan 5 1,84 0 0,00 4,00 1,47
34 Kelurahan Kramat Jati I 4 1,47 0 0,00 3,00 1,10
35 Kelurahan Kramat Jati II 4 1,47 0 0,00 3,00 1,10
36 Kelurahan Batu Ampar 4 1,47 0 0,00 3,00 1,10
37 Kelurahan Bale Kembang 5 1,84 0 0,00 4,00 1,47
38 Kelurahan Kampung Tengah 4 1,47 0 0,00 3,00 1,10
39 Kelurahan Dukuh 4 1,47 1 0,37 4,00 1,47
TOTAL 60 22,05 4 1,47 43,00 15,80
40 Kecamatan Cakung 7 1,39 4 0,79 7,00 1,39
41 Kelurahan Rawa Teratai 3 0,60 0 0,00 3,00 0,60
42 Kelurahan Jatinegara 3 0,60 1 0,20 3,00 0,60
43 Kelurahan Penggilingan Elok 3 0,60 0 0,00 3,00 0,60
44 Kelurahan Penggilingan II 2 0,40 1 0,20 3,00 0,60
45 Kelurahan Cakung Barat 3 0,60 0 0,00 3,00 0,60
46 Kelurahan Cakung Timur 2 0,40 0 0,00 3,00 0,60
47 Kelurahan Ujung Menteng 3 0,60 1 0,20 3,00 0,60
48 Kelurahan Pulo Gebang 2 0,40 0 0,00 3,00 0,60
TOTAL 28 5,56 7 1,39 31,00 6,16
Lampiran 2. Jumlah Tenaga Keperawatan di Wilayah Jakarta Timur Tahun 2011
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
25
No Nama Puskesmas Perawat
Ratio Perawat
per 100.000
Penduduk
Perawat Gigi
Ratio Perawat
Gigi per 100.000
penduduk
Bidan
Ratio Bidan
Per 100.000
Penduduk
49 Kecamatan Duren Sawit 57 14,92 3 0,79 8,00 2,09
50 Kelurahan Pondok Bambu II 3 0,79 1 0,26 3,00 0,79
51 Kelurahan Pondok Kelapa 0 0,00 1 0,26 5,00 1,31
52 Kelurahan Klender I 2 0,52 0 0,00 4,00 1,05
53 Kelurahan Klender II 0 0,00 1 0,26 1,00 0,26
54 Kelurahan Klender III 3 0,79 0 0,00 2,00 0,52
55 Kelurahan Pondok Bambu I 2 0,52 0 0,00 2,00 0,52
56 Kelurahan Malaka Sari 2 0,52 1 0,26 4,00 1,05
57 Kelurahan Malaka Jaya 2 0,52 0 0,00 2,00 0,52
58 Kelurahan Duren Sawit 3 0,79 0 0,00 2,00 0,52
59 Kelurahan Pondok Kopi I 2 0,52 0 0,00 2,00 0,52
60 Keluarahan Pondok Kopi II 0 0,00 1 0,26 2,00 0,52
TOTAL 76 19,90 8 2,09 37,00 9,69
61 Kecamatan Matraman 7 4,71 1 0,67 10,00 6,73
62 Kelurahan Pisangan Baru 2 1,35 1 0,67 2,00 1,35
63 Kelurahan Utan Kayu Selatan I 2 1,35 0 0,00 2,00 1,35
64 Kelurahan Palmeriem 1 0,67 1 0,67 0,00 0,00
65 Kelurahan Utan Kayu Selatan II 2 1,35 1 0,67 2,00 1,35
66 Kelurahan Kayu Manis 2 1,35 0 0,00 3,00 2,02
67 Kelurahan Utan Kayu Utara 3 2,02 0 0,00 1,00 0,67
TOTAL 19 12,78 4 2,69 20,00 13,45
68 Kecamatan Pulogadung 18 6,89 1 0,38 9,00 3,45
69 Kelurahan Jati I 2 0,77 0 0,00 1,00 0,38
70 Kelurahan Jati II 2 0,77 0 0,00 1,00 0,38
71 Kelurahan Rawamangun 2 0,77 1 0,38 1,00 0,38
72 Kelurahan Kayu Putih 2 0,77 1 0,38 1,00 0,38
73 Kelurahan Pisangan Timur I 1 0,38 0 0,00 1,00 0,38
74 Kelurahan Pisangan Timur II 2 0,77 0 0,00 1,00 0,38
75 Kelurahan Jatinegara Kaum 2 0,77 0 0,00 1,00 0,38
76 Kelurahan Cipinang 2 0,77 1 0,38 1,00 0,38
TOTAL 33 12,64 4 1,53 17,00 6,51
77 Kecamatan Jatinegara 20 7,55 1 0,38 10,00 3,77
78 Kelurahan Kampung Melayu 1 0,38 3 1,13 0,00 0,00
79 Kelurahan Bali Mester 1 0,38 3 1,13 1,00 0,38
80 Kelurahan Bidara Cina I 3 1,13 0 0,00 2,00 0,75
81 Kelurahan Bidara Cina II 2 0,75 0 0,00 2,00 0,75
82 Kelurahan Bidara Cina III 3 1,13 1 0,38 2,00 0,75
83 Kelurahan Cipinang-Cempedak 4 1,51 0 0,00 2,00 0,75
84 Kelurahan Rawa Bunga 3 1,13 1 0,38 2,00 0,75
85 Kelurahan Cipinang Muara 3 1,13 0 0,00 2,00 0,75
86 Kelurahan Cipinang Besar Utara 4 1,51 0 0,00 2,00 0,75
87 Kelurahan Cipinang Selatan I 3 1,13 1 0,38 2,00 0,75
88 Kelurahan Cipinang Selatan II 2 0,75 0 0,00 2,00 0,75
TOTAL 49 18,50 10 3,77 29,00 10,95
Lampiran 2. Jumlah Tenaga Keperawatan di Wilayah Jakarta Timur Tahun 2011 (Lanjutan)
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
26
No Nama PuskesmasKesehatan
Masyarakat
Ratio
KesMas per
100.000
Asisten
Apoteker
Ratio Asisten
Apoteker per
100.000
penduduk
Sanitarian
Ratio Sanitarian
per 100.000
penduduk
Ahli GiziRatio Ahli Gizi per
100.000 penduduk
1 Kecamatan Pasar Rebo 0 0,00 0 0,00 2 1,06 2 1,06
2 Kelurahan Kampung Baru 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 0,53
3 Kelurahan Gedong 0 0,00 0 0,00 1 0,53 0 0,00
4 Kelurahan Cijantung 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
5 Kelurahan Kalisari 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 0,53
6 Kelurahan Pekayon 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
TOTAL 0 0,00 0,00 0,00 3 1,59 4 2,12
7 Kecamatan Ciracas 4 1,58 0 0,00 0 0,00 2 0,79
8 Kelurahan Kampung Rambutan 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 0,40
9 Kelurahan Ciracas 1 0,40 0 0,00 0 0,00 0 0,00
10 Kelurahan Cibubur 1 0,40 0 0,00 0 0,00 1 0,40
11 Kelurahan Susukan 0 0,00 0 0,00 1 0,40 1 0,40
12 Kelurahan Kelapa 2 Wetan 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
TOTAL 6 2,37 0,00 0,00 1 0,40 5 1,98
13 Kecamatan Cipayung 2 0,87 1 0,44 0 0,00 2 0,87
14 Kelurahan Lubang Buaya 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
15 Kelurahan Bambu Apus I 0 0,00 1 0,44 0 0,00 0 0,00
16 Kelurahan Bambu Apus II 0 0,00 0 0,00 1 0,44 0 0,00
17 Kelurahan Cipayung 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
18 Kelurahan Ceger 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
19 Kelurahan Setu 0 0,00 1 0,44 0 0,00 0 0,00
20 Kelurahan Cilangkap 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
21 Kelurahan Munjul 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
22 Kelurahan Pondok Rangon I 1 0,44 0 0,00 0 0,00 0 0,00
23 Kelurahan Pondok Rangon II 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
TOTAL 3 1,31 3,00 1,31 1 0,44 2 0,87
24 Kecamatan Makasar 2 1,08 3 1,62 3 1,62 3 1,62
25 Kelurahan Cipinang Melayu 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
26 Kelurahan Halim Perdana Kusuma I 0 0,00 0 0,00 1 0,54 1 0,54
27 Kelurahan Halim Perdana Kusuma II 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
28 Kelurahan Kebon Pala 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
29 Kelurahan Pinang Ranti 0 0,00 0 0,00 1 0,54 1 0,54
30 Kelurahan Makasar 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
TOTAL 2 1,08 3,00 1,62 5 2,69 5 2,69
31 Kecamatan Kramat Jati 0 0,00 7 2,57 1 0,37 3 1,10
32 Kelurahan Cawang 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
33 Kelurahan Cililitan 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
34 Kelurahan Kramat Jati I 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
35 Kelurahan Kramat Jati II 0 0,00 0 0,00 1 0,37 1 0,37
36 Kelurahan Batu Ampar 0 0,00 0 0,00 1 0,37 0 0,00
37 Kelurahan Bale Kembang 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
38 Kelurahan Kampung Tengah 0 0,00 0 0,00 1 0,37 1 0,37
39 Kelurahan Dukuh 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
TOTAL 0 0,00 7,00 2,57 4 1,47 5 1,84
40 Kecamatan Cakung 2 0,40 0 0,00 0 0,00 3 0,60
41 Kelurahan Rawa Teratai 0 0,00 0 0,00 1 0,20 0 0,00
42 Kelurahan Jatinegara 0 0,00 0 0,00 1 0,20 0 0,00
43 Kelurahan Penggilingan Elok 1 0,20 0 0,00 0 0,00 0 0,00
44 Kelurahan Penggilingan II 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
45 Kelurahan Cakung Barat 0 0,00 0 0,00 1 0,20 0 0,00
46 Kelurahan Cakung Timur 0 0,00 0 0,00 1 0,20 0 0,00
47 Kelurahan Ujung Menteng 1 0,20 0 0,00 0 0,00 0 0,00
48 Kelurahan Pulo Gebang 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
TOTAL 4 0,79 0,00 0,00 4 0,79 3 0,60
Lampiran 3. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat, Asisten Apoteker, Sanitarian, dan Ahli Gizi di Wilayah Jakarta Timur Tahun 2011
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
27
No Nama PuskesmasKesehatan
Masyarakat
Ratio
KesMas per
100.000
Asisten
Apoteker
Ratio Asisten
Apoteker per
100.000
penduduk
Sanitarian
Ratio Sanitarian
per 100.000
penduduk
Ahli GiziRatio Ahli Gizi per
100.000 penduduk
49 Kecamatan Duren Sawit 1 0,26 0 0,00 0 0,00 3 0,79
50 Kelurahan Pondok Bambu II 0 0,00 0 0,00 1 0,26 1 0,26
51 Kelurahan Pondok Kelapa 0 0,00 1 FALSE 0 0,00 0 0,00
52 Kelurahan Klender I 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
53 Kelurahan Klender II 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 0,26
54 Kelurahan Klender III 0 0,00 0 0,00 1 0,26 1 0,26
55 Kelurahan Pondok Bambu I 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
56 Kelurahan Malaka Sari 0 0,00 0 0,00 1 0,26 0 0,00
57 Kelurahan Malaka Jaya 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
58 Kelurahan Duren Sawit 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 0,26
59 Kelurahan Pondok Kopi I 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
60 Keluarahan Pondok Kopi II 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
TOTAL 1 0,26 1,00 0,26 3 0,79 7 1,83
61 Kecamatan Matraman 1 0,67 0 0,00 2 1,35 2 1,35
62 Kelurahan Pisangan Baru 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
63 Kelurahan Utan Kayu Selatan I 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 0,67
64 Kelurahan Palmeriem 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
65 Kelurahan Utan Kayu Selatan II 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
66 Kelurahan Kayu Manis 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
67 Kelurahan Utan Kayu Utara 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
TOTAL 1 0,67 0,00 0,00 2 1,35 3 2,02
68 Kecamatan Pulogadung 3 1,15 3 1,15 2 0,77 1 0,38
69 Kelurahan Jati I 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
70 Kelurahan Jati II 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
71 Kelurahan Rawamangun 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
72 Kelurahan Kayu Putih 0 0,00 0 0,00 1 0,38 0 0,00
73 Kelurahan Pisangan Timur I 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
74 Kelurahan Pisangan Timur II 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
75 Kelurahan Jatinegara Kaum 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
76 Kelurahan Cipinang 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
TOTAL 3 1,15 3,00 1,15 3 1,15 1 0,38
77 Kecamatan Jatinegara 3 1,13 3 1,13 3 1,13 2 0,75
78 Kelurahan Kampung Melayu 0 0,00 2 0,75 0 0,00 0 0,00
79 Kelurahan Bali Mester 0 0,00 2 0,75 0 0,00 0 0,00
80 Kelurahan Bidara Cina I 0 0,00 0 0,00 1 0,38 1 0,38
81 Kelurahan Bidara Cina II 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
82 Kelurahan Bidara Cina III 0 0,00 0 0,00 1 0,38 1 0,38
83 Kelurahan Cipinang-Cempedak 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
84 Kelurahan Rawa Bunga 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
85 Kelurahan Cipinang Muara 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
86 Kelurahan Cipinang Besar Utara 0 0,00 0 0,00 1 0,38 0 0,00
87 Kelurahan Cipinang Selatan I 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
88 Kelurahan Cipinang Selatan II 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
TOTAL 3 1,13 7,00 2,64 6 2,26 4 1,51
Lampiran 3. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat, Asisten Apoteker, Sanitarian, dan Ahli Gizi di Wilayah Jakarta Timur Tahun 2011 (Lanjutan)
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012
28
Lampiran 4. Tenaga Apoteker Berdasarkan Jumlah Penduduk di Wilayah Jakarta Timur Tahun 2011
ApotekApotek
RakyatPuskesmas Total
1 Pasar Rebo 11 0 2 13 6,89
2 Ciracas 27 3 1 31 12,25
3 Cipayung 15 0 1 16 7,00
4 Makasar 22 1 2 25 13,47
5 Kramat Jati 40 6 2 48 2,57
6 Cakung 27 1 2 30 5,96
7 Duren Sawit 82 1 2 85 22,27
8 Matraman 14 66 2 82 55,16
9 Pulogadung 56 1 1 58 22,21
10 Jatinegara 36 38 1 75 28,31
NoNama
Puskesmas
Tenaga Apoteker Rasio Tenaga
Apoteker per 100.000
penduduk
Laporan praktek..., Stella, FMIPA UI, 2012