Download - Laporan KP
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan. Tiga per empat bagian tubuh
manusia terdiri dari air. Air juga merupakan zat yang paling parah akibat pencemaran.
Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan disebarkan melalui air.
Penyakit tersebut merupakan akibat semakin tingginya kadar pencemar yang memasuki air.
Air yang tidak memenuhi persyaratan merupakan media yang baik untuk berkembang biak
dan penularan penyakit. Air dapat merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenik
yang berbahaya bagi kesehatan. Mikroorganisme yang terdapat dalam air tersebut dapat
berasal dari berbagai sumber, seperti: udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup atau
mati, hewan hidup atau mati, kotoran manusia dan hewan, serta bahan organik lainnya.
Menurut Fardiaz (1992), mikroorganisme patogenik dapat tahan lama hidup atau tidak tahan
lama hidup di dalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak cocok. Selain itu, masalah
utama yang harus dihadapi dalam pengolahan air adalah semakin tingginya tingkat
pencemaran air, baik pencemaran yang berasal dari air limbah rumah tangga maupun limbah
industri. Oleh karena itu, untuk mencegah penyebaran penyakit melalui air perlu dilakukan
kontrol dan pengawasan terhadap polusi air.
Menurut Srijono dalam Depkesprov Jatim (1998), mekanisme dan kegiatan pengawasan
kualitas air bertujuan sebagai program penyediaan air bersih. Program ini untuk membantu
penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan dan pengawasan kualitas air bagi
seluruh masyarakat, baik yang tinggal di perkotaan maupun di pedesaan, serta meningkatnya
kemampuan masyarakat untuk penyediaan dan pemanfaatan air bersih bagi para anggotanya.
Adapun, tujuan penyehatan air yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
masyarakat dalam pengamanan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan
manusia. Sasaran kegiatan penyehatan air yang terkait dengan Program Penyediaan Air
Bersih (PAB) adalah air minum dan air bersih, namun sasaran kegiatan pengawasan kualitas
air secara menyeluruh mencakup : air minum, air bersih, air kolam renang, air pemandian
umum, air badan air, dan air buangan industri.
2
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana cara mengetahui jumlah koliform
dalam suatu sampel dengan metode MPN 555 tabung di Laboratorium Kesehatan Daerah
Lumajang.
1.3 Tujuan
Tujuan kerja praktek di Laboratorium Kesehatan Lumajang untuk mengetahui
keterampilan lapangan cara menghitung jumlah bakteri koliform dengan metode MPN tabung
555 dan memperoleh hasil sampel air yang telah di uji.
1.4 Manfaat
Manfaat dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
a. Menjalin kerjasama dan meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan instansi
pemerintah.
b. Perguruan tinggi mendapat umpan balik dari laporan praktik lapangan di Laboratorium
Kesehatan Daerah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi bidang biologi.
c. Untuk mendapatkan data dari hasil uji kualitas air dengan metode MPN (Most Probable
Number) tabung 555.
d. Mengetahui hasil sampel air yang telah di uji dengan metode MPN (Most Probable
Number) tabung 555.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Koliform
Kelompok koliform dimasukkan ke dalam famili Enterobacteriaceae, yang umumnya
definisi koliform didasarkan pada karakteristik biokimia (Rompre et al 2002). Anggota
kelompok coliform menurut APHA (1998), dideskripsikan sebagai:
a. Kelompok koliform yang bersifat aerobik dan anarobik fakultatif, termasuk ke dalam
bakteri Gram negatif, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang dapat
memfermentasikan laktosa dengan membentuk gas dan asam dalam waktu 48 jam pada
suhu 35 oC.
b. Kelompok koliform yang bersifat aerobik dan banyak yang bersifat anaerobik fakultatif,
termasuk ke dalam bakteri Gram negatif, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang
dapat menghasilkan koloni berwarna merah dengan kilauan metalik dalam waktu 24 jam
pada suhu 35 oC di dalam endotipe medium yang berisi laktosa.
Koliform merupakan suatu kelompok bakteri heterogen, berbentuk batang pendek
dengan ukuran 0.5-1.0 x 1.0-3.0 µm, termasuk bakteri Gram negatif, bersifat non motil atau
motil, memiliki flagella peritrikus yaitu flagella yang secara merata tersebar di seluruh
permukaan sel, berfimbria atau tidak, asporogenous, dan berkapsul atau tidak (Sirindon
2008). Bakteri ini mempunyai dua mekanisme untuk memperoleh energi. Apabila terdapat
oksigen, energi diperoleh secara respirasi aerob dan apabila tidak terdapat oksigen maka
energi diperoleh secara fermentasi anaerob. Sumber energi untuk pertumbuhan koliform
berasal dari oksidasi (sumber karbon) senyawa organik, sehingga coliform termasuk bakteri
heterotrof (Pelczar & Chan 2006).
Proses reproduksi coliform seperti bakteri lain yaitu pembelahan biner yaitu satu sel
tunggal membelah menjadi dua sel dengan proses, yaitu: sel induk mengalami pemanjangan,
terjadi invaginasi dinding sel (septum) dan distribusi bahan nukleus, pembentukan dinding sel
dan penyebaran terorganisasi bahan nukleus ke dalam dua sel, serta pemisahan menjadi dua
sel baru (Dwidjoseputro 2005). Proses pertumbuhan bakteri ini hanya memakan waktu yang
singkat yaitu 15 sampai 20 menit. Selang waktu yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah
diri menjadi dua kali lipat disebut waktu generasi. Menurut Fardiaz (1993), setiap bakteri
memiliki waktu generasi yang berbeda, tergantung pada media, suhu, ketersediaan oksigen,
dan pH.
4
Istilah koliform bukan merupakan istilah taksonomi dan hanya digunakan juga untuk
menilai pengujian. Mikroorganisme indikator digunakan juga menilai sanitasi pada pengujian
kualitas air. Namun beberapa pertimbangan perlu diperhatikan apabila menggunakan
koliform sebagai indikator, yaitu: koliform dapat berkembang biak pada beberapa suhu
penyimpanan, koliform tidak selalu mengindikasikan adanya pencemaran feses atau
mikroorganisme patogen, dan koliform tidak dapat bertahan hidup pada suhu pembekuan
(Brook et al 2007). Feng (2001) menyebutkan, koliform terbagi menjadi dua kelompok,
yaitu: koliform fekal dan koliform non-fekal. Coliform fekal merupakan bakteri yang hidup
secara normal dalam saluran pencernaan manusia dan hewan, contohnya adalah Escherichia
coli. Coliform non-fekal biasanya hidup pada hewan atau tanaman yang telah mati, misalnya:
Enterobacter aeroginosa.
E. Coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah banyak dapat
membahayakan kesehatan. Walaupun E. Coli merupakan bagian dari mikroba normal saluran
pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur tertentu mampu menyebabkan
gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada manusia dan hewan. Sehingga, air yang akan
digunakan untuk keperluan sehari-hari berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit infeksius
(Suriaman, 2008).
Mikroorganisme mempunyai batas suhu tertentu untuk kelangsungan hidupnya. Suhu
tersebut meliputi suhu optimum, suhu minimum, dan suhu maksimum. Berdasarkan kisaran
suhu untuk pertumbuhannya, coliform termasuk grup psikotrofik, yaitu mengalami
pertumbuhan minimum pada suhu -10 oC, optimum pada suhu 20-30 oC, dan maksimum pada
suhu 24 oC (Dwidjoseputro 2005).
2.2 Media Pertumbuhan
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran
nutrisi yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Jenis media pertumbuhan
mikroorganisme dikelompokkan berdasarkan: sifat fisik media, komposisi media, dan tujuan
menggunakan media (Fardiaz 1993). Jenis media pertumbuhan bakteri coliform pada
kegiatan kerja praktek ini di antaranya: 1) media berdasarkan sifat fisik tergolong media cair,
yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah Lactose Broth (LB); 2) media
berdasarkan komposisi menggunakan media sintetis, yaitu media yang komposisi zat
kimianya diketahui jenis dan takarannya secara pasti, contohnya adalah Brilliant Green
Lactose Bile Broth (BGLB); serta c) media berdasarkan tujuan digunakan media untuk
karakterisasi bakteri, yaitu media yang digunakan untuk mengetahui kemampuan spesifik
5
suatu mikroba, contohnya adalah Lactose Broth (LB). Selain itu, digunakan media diperkaya
yang mengandung komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen
kompleks seperti darah, serum, dan kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk
mikroba tertentu, contohnya adalah Blood Tellurite Agar, Bile Agar, dan Serum Agar
(Fardiaz 1993).
2.3 Uji MPN Coliform
Pemeriksaan angka populasi terdekat (MPN) coliform adalah pemeriksaan yang
digunakan untuk mengetahui perkiraan jumlah terdekat bakteri coli dan coliform dalam 100
ml sampel air. Lay (1994) menjelaskan, beberapan tahapan yang harus dilakukan dalam
pemeriksaan MPN coliform, yaitu :
1. Uji Penduga (Presumptive test)
Pemeriksaan pada tahap ini, dilakukan menggunakan media Lactose Broth (LB).
Media ini digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya bakteri coliform di dalam sampel air.
Merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri koliform berdasarkan
terbentuknya asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli.
Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat
dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif jika
terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham. Banyaknya
kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang
menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan dengan tabel MPN.
Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk
cair. Bila inkubasi 1 x 24 jam hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam
pada suhu 350C. Jika dalam waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung Durham,
dihitung sebagai hasil negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri.
MPN penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN.
2. Uji Penguat (Confirmed Test)
Biakan dari tabung yang menunjukkan uji praduga positif dipindahkan 1 sengkelit ke
dalam tabung reaksi berisi 10 ml BGLB (Brilliant Green Lactose Bile Broth). Media ini
digunakan sebagai media penyubur bagi bakteri coliform sekaligus sebagai media selektif
bagi bakteri selain bakteri koliform. Komposisi media yang mengandung laktosa dan garam
empedu dapat mendorong pertumbuhan bakteri-bakteri koliform secara optimal.Didalam
tabung reaksi juga terdapat tabung durham. Seluruh tabung diiinkubasi pada suhu 37 °C
selama 24 - 48jam. Dilakukan pengamatan adanya pembentukkan gas.
6
Pernyataan hasil dari uji MPN koliform ini yaitu jumlah tabung yang positif gas
dicatat dan dirujuk ke tabel MPN. Angka yang diperoleh pada tabel MPN menyatakan jumlah
bakteri koliform dalam tiap 100 ml sampel yang diuji (BPOM RI, 2006).
Tabel 1. koliform MPN 555 tabung
3. Uji Pelengkap (Completed Test)
Tahap ini adalah tahap dilakukan pembiakan sampel air ke media seperti media Mac
Conkey ataupun media selektif untuk bakteri jenis Gram negatif batang. Sampel dari media
7
BGLB yang menunjukan hasil positif diinokulasikan pada media Mac Conkey untuk
selanjutnya dilakukan identifikasi jenis spesies dari bakteri yang terdapat di dalam sampel air
dengan menggunakan media uji biokimia.
Kegiatan uji MPN dalam kegiatan ini hanya mencakup uji penduga dan penguat.
Lebih lanjut Fardiaz (1992) menjelaskan, metode MPN dapat digunakan untuk menghitung
jumlah bakteri coliform yang terdapat di antara mikroorganisme lainnya di dalam air. Sebagai
contoh, apabila digunakan Lactosa Broth (LB), maka adanya bakteri yang dapat
memfermentasi laktosa ditunjukkan dengan terbentuknya gas di dalam tabung Durham. Cara
ini biasa digunakan untuk menentukan MPN coliform terhadap air atau minuman karena
bakteri coliform termasuk bakteri yang dapat menfermentasi laktosa.
2.4 Air Bersih dan Air Minum
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di
bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan
air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama
untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Kehilangan air untuk
15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi.
Karenanya orang dewasa perlu meminum minimal sebanyak 1,5-2 liter air sehari untuk
keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses metabolisme (Slamet, 2007).
Dalam tubuh manusia, air diperlukan untuk transportasi zat – zat makanan dalam
bentuk larutan dan melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh.Misalnya untuk
melarutkan oksigen sebelum memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar alveoli
(Mulia, 2005).Siklus hidrologi merupakan suatu fenomena alam. Hidrologi sendiri
merupakan suatu ilmu yang mempelajari siklus air pada semua tahapan yang dilaluinya
(Chandra, 2006). Menurut Sutrisno (2004) dalam buku Teknologi Penyediaan Air Bersih,
jumlah air di alam ini tetap ada dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan siklus hidrologi.
Dalam siklus ini dengan adanya penyinaran matahari, maka semua air yang ada di permukaan
bumi akan menguap. Penguapan terjadi pada air permukaan, air yang berada pada lapisan
tanah bagian atas, air yang ada di dalam tumbuhan, hewan, dan manusia. Karena adanya
angin, maka uap air ini akan bersatu dan berada di tempat yang tinggi yang sering dikenal
dengan nama awan. Oleh angin, awan ini akan terbawa makin lama makin tinggi dimana
temperatur di atas makin rendah, yang menyebabkan titik-titik air dan jatuh ke bumi sebagai
hujan. Air hujan ini ada yang mengalir langsung masuk ke dalam air permukaan (run-off),
ada yang meresap ke dalam tanah (perkolasi) dan menjadi air tanah yang dangkal maupun
8
yang dalam, dan ada yang diserap oleh tumbuhan. Air tanah dalam akan timbul ke permukaan
sebagi mata air dan menjadi air permukaan.
Air permukaan yang mengalir di permukaan bumi, umumnya berbentuk sungai-sungai
dan jika melalui suatu tempat rendah (cekung) maka air akan berkumpul, membentuk suatu
danau atau telaga. Tetapi banyak diantaranya yang mengalir ke laut kembali dan kemudian
akan mengikuti siklus hidrologi ini.Berdasarkan Peraturan menteri kesehatan Republik
Indonesia Nomor 736/ Menkes/ Per/ VI/ 2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air
Minum bahwa yang dimaksud air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum.
2.5 Kualitas Air
Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air adalah sifat air
dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air yang mencakup
kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003).Analisis kualitas air dapat dilakukan di
laboratorium maupun secara sederhana. Pemerikasaan di laboratorium akan menghasilkan
data yang lengkap dan bersifat kuantitatif, sedangkan pemeriksaan sederhana hanya bersifat
kualitatif. Pemeriksaan sederhana mempunyai keuntungan karena murah dan mudah sehingga
setiap orang dapat melakukannya tanpa memerlukan bahan-bahan yang mahal (Kusnaedi,
2006).
Masalah air baku untuk industri air bersih menjadi sangat penting. Kualitas air bersih
yang dipengaruhi kualitas air baku tersebut akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat
yang mengkonsumsinya (Amsyari, 1996). Kualitas air bersih sangat erat kaitannya dengan
kualitas air bakunya. Umumnya air baku dari air sumber (air tanah) kualitasnya sudah cukup
baik sehingga tidak sulit menjadikannya air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Pada sisi lain air bersih dalam jumlah banyak harus mengambil dari sumber air yang besar
pula. Ini sering terjadi di kota besar dan akhirnya memilih air sungai yang ada di dekatnya
sebagai sumber air baku. Kualitas air sungai sebagai air permukaan jelas berbeda dengan air
sumber dan air tanah dalam sehingga perlu proses yang lebih banyak. Pada awalnya proses
itu pun tidak begitu berat karena air sungai hanya terkait dengan limbah rumah tangga yang
jumlahnya pun terbatas sehingga proses penjernihannya pun relatif sederhana (Amsyari,
1996).
Dengan perkembangan industri masalah air baku tidak hanya karena pencemaran dari
limbah domestik, akan tetapi juga dari limbah industri yang pekat dengan macam bahan
kimiawi yang luas. Bahan beracun dan berbahaya jelas tidak banyak dikeluarkan oleh limbah
9
rumah tangga. Bahan seperti itu umumnya dari industri yang melibatkan banyak reaksi kimia,
seperti industri kertas, cat dan lainnya. Jelas proses pengolahan air bersih yang akan
dilakukan akan lebih kompleks (Amsyari, 1996).
2.6 Kualitas Bakteriologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air angkasa, air
permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan
kondisi yang mempengaruhinya Penyakit yang ditransmisikan melalui faecal material dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan metazoa. Oleh karena itu air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan koli (koliform
bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari
pencemaran air oleh bakteri patogen (Soemirat, 2000).
Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli
dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004). Berdasarkan
Kempenkes RI Nomor 492/ MENKES/SK/IV/2010, persyaratan bakteriologis air minum
adalah dilihat dari koliform per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang
diperbolehkan adalah 0 (nol). Sedangkan air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
10
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan, Lumajang pada
tanggal 17 juni 2013 sampai 17 juli 2013.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada saat kerja praktek adalah tabung reaksi,botol
sampel,jarum ose,bunsen,autoklaf,neraca analitik,kapas,kertas coklat,rak tabung
reaksi,erlenmeyer 1 L,kaca pengaduk,tabung durham dan pipet volume.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah aquades,medium Lactose Broth , medium Brilliant
Green Lactose Bile Broth
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pembuatan medium Lactose Broth (LB I)
LB I ditimbang dengan neraca analitik sebanyak 13 gram, dilarutkan dalam 1 liter
aquades, dan dipanaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga semua bahan larut. pH
larutan diatur menjadi pH 6.8-7.0. Larutan dituang ke dalam tabung reaksi yang telah berisi
tabung durham masing-masing 10 mL, selanjutnya tabung reaksi ditutup dengan kapas dan
kertas coklat. Sterilisasi media menggunakan autoklaf selama 15 menit dengan tekanan 15 psi
dan suhu 121 oC.
3.3.2 Pembuatan medium Lactose Broth (LB III)
LB III ditimbang dengan neraca analitik sebanyak 39 gram, dilarutkan dalam 1 liter
aquades, dan dipanaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga semua bahan larut. pH
larutan diatur menjadi pH 6.8-7.0 kemudian disaring dengan kertas saring apabila keruh.
Larutan dituang ke dalam tabung reaksi yang telah berisi tabung durham masing-masing 5
mL, lalu masing-masing tabung reaksi ditutup dengan kapas dan kertas coklat. Sterilisasi
media menggunakan autoklaf selama 15 menit dengan tekanan 15 psi dan suhu 121 oC.
3.3.3 Pembuatan medium Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB)
BGLB ditimbang dengan neraca analitik sebanyak 40 gram, dilarutkan dalam 1 L
aquades, dan dipanaskan pelan-pelan di atas penangas air sambil diaduk sampai semua bahan
larut. pH larutan diatur menjadi pH 7.0-7.5 kemudian disaring dengan kertas saring apabila
keruh. Larutan dituang ke dalam tabung reaksi yang telah berisi tabung durham masing-
11
masing 5 mL, lalu masing-masing tabung reaksi ditutup dengan kapas dan kertas coklat.
Sterilisasi media menggunakan autoklaf selama 15 menit dengan tekanan 15 psi dan suhu 121 oC.
3.3.4 Inokulasi sampel ke medium
Disiapkan medium LB III sebanyak 5 tabung dan LB I sebanyak 10 tabung yang
diletakkan pada rak tabung reaksi.Sampel di pindahkan dengan menggunakan jarum
ose,jarum ose dipijarkan diatas api bunsen kemudian dicelupkan kedalam air sampel,lalu
dipindahkan ke medium LB III sebanyak 5 tabung dan LB I sebanyak 10 tabung secara
aseptis.Sampel di inkubasi selama 2 × 24 jam didalam inkubator.Setelah 2 × 24 jam
diamati,dikatakan positif jika sampel terdapat gelembung pada tabung durham,sedangkan
negatif tidak ada.Kemudian sampel yang positif dipindahkan ke medium BGLB secara
aseptis dengan menggunakan jarum ose,lalu di inkubasi selama 2 × 24 jam.Kemudian diamati
dan tabung yang menunujukkan positif dicocokkan dengan tabel MPN 555 tabung.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari hasil kerja praktek selama 1 bulan yang berlangsung mulai 17 juni sampai 17 juli
disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 2. Hasil Kerja Praktek
NoJenis
AirAsal Petugas
Tanggal/
Jam
Diambil
Tanggal/
Jam
diperiksa
LBBGLB
37 oC
MPN
Koliform
1 AM
Rumah
sakit
Islam
Imam
F.
17 Juni
2013
17 Juni
2013520 420 22
2 ABPerpipaan
BagoSaldi
18 Juni
2013
18 Jnli
2013522 212 12
3 AB
Sumur
Gali Kali
Bendo
Saldi18 Juni
2013
18 Juni
2013555 555 >1600
4 AB
Balai
Desa
Kalibendo
Saldi18 Juni
2013
18 Juni
2013552 552 540
5 AB
Rumah
Sakit
Umum 1
Imam
F.
18 Juni
2013
19 Juni
2013554 553 920
6 AB
Rumah
Sakit
Umum 2
Imam
F.
18 Juni
2013
19 Juni
2013553 552 540
7 AB
Rumah
Sakit
Umum 3
Imam
F.
18 Juni
2013
19 Juni
2013553 553 920
8 AB
Desa
Tempursa
ri
Ivi19 Juni
2013
20 Juni
2013543 533 170
9 ABDesa
JatisariIvi
19 Juni
2013
20 Juni
2013555 555 >1600
10 AB Desa Ivi 19 Juni 20 Juni 555 555 >1600
13
Bence 2013 2013
11 AB
CV. Giri
Senawam
as Bali 1
Imam
F.
21 Juni
2013
21 Juni
2013555 555 >1600
12 AB
CV. Giri
Senawam
as Bali 2
Imam
F.
21 Juni
2013
21 Juni
2013555 555 >1600
13 AB MINNA 1Imam
F.
27 Juni
‘13/14.3
0 WIB
27 Juni
2013542 542 220
14 AM MINNA 2Imam
F.
21 Juni
‘13/14.4
0 WIB
27 Juni
2013234 223 14
15 AB
Desa
Pronojiwo
1
Hida
yat
28 Juni
‘13/13.0
0 WIB
28 Juni
2013555 555 > 1600
16 AB
Desa
Pronojiwo
2
Hida
yat
28 Juni
‘13/13.1
0 WIB
28 Juni
2013555 555 > 1600
17 AB
Desa
Pronojiwo
3
Hida
yat
28 Juni
‘13/13.2
5 WIB
28 Juni
2013554 554 1600
18 AB
PKM
Gucialit,
Perpipaan
Pondok
Darul
Amin
Azizah
29 Juni
‘13/10.3
5 WIB
29 Juni
2013555 555 > 1600
19 AB PDAM 1 Imam 3 Juli ‘13 3 Juli ‘13 000 < 1.8
20 AB PDAM 2 Imam 3 Juli ‘13 3 Juli ‘13 010 010 1.8
21 AB PDAM 3 Imam 3 Juli ‘13 3 Juli ‘13 000 < 1.8
22 AB PDAM 4 Imam 3 Juli ‘13 3 Juli ‘13 000 < 1.8
23 AB PDAM 5 Imam 3 Juli ‘13 3 Juli ‘13 000 < 1.8
24 AB PDAM 6 Imam
F.
4 Juli
‘13/09.1
4 Juli 022 020 3.7
14
0 WIB 2013
25 AB PDAM 7Imam
F.
4 Juli
‘13/09.2
0 WIB
4 Juli
2013010 010 1.8
26 AB PDAM 8Imam
F.
4 Juli
‘13/09.3
0 WIB
4 Juli
2013010 010 1.8
27 AB PDAM 9 Imam 4 Juli ‘13 4 Juli ‘13 231 220 9.3
28 AB PDAM 10 Imam 4 Juli ‘13 4 Juli ‘13 000 < 1.8
29 AB PDAM 11 Imam 4 Juli ‘13 4 Juli ‘13 000 < 1.8
30 AB PDAM 12 Imam 4 Juli ‘13 4 Juli ‘13 110 000 < 1.8
31 AB PDAM 13 Imam 4 Juli ‘13 4 Juli ‘13 000 < 1.8
32 AB PDAM 14 Imam 4 Juli ‘13 5 Juli ‘13 000 < 1.8
33 AB PDAM 15 Imam 4 Juli ‘13 5 Juli ‘13 000 < 1.8
34 AB PDAM 16 Imam 4 Juli ‘13 5 Juli ‘13 000 < 1.8
35 AB PDAM 17Imam
F.
4 Juli
‘13/11.00
WIB
5 Juli
2013011 011 3.6
36 AB PDAM 18Imam
F.
4 Juli
‘13/11.10
WIB
5 Juli
2013001 001 1.8
37 AB PDAM 19Imam
F.
4 Juli
‘13/11.20
WIB
5 Juli
2013000 < 1.8
38 AB PDAM 20Imam
F.
4 Juli
‘13/11.35
WIB
5 Juli
2013000 < 1.8
39 AB
PKM
Ranuyoso
D.Ranube
dali
Dani
Istian-
to
4 Juli
‘13/09.10
WIB
6 Juli
2013210 110 4.0
40 AB PKM
Ranuyoso
D.Tegal-
Dani
Istian-
to
4 Juli
‘13/09.25
WIB
6 Juli
2013
100 100 2.0
15
bangsri
41 AB
PKM
Ranuyoso
Meninjo
Dani
Istian-
to
4 Juli
‘13/09.40
WIB
6 Juli
2013200 200 4.5
42 AB
Sumur
Gali/kran,
Kebona-
gung 1
Ida
Lestari
6 Juli
‘13/08.00
WIB
6 Juli
2013555 555 > 1600
43 AB
Sumur
Gali/kran,
Kebona-
gung 2
Ida
Lestari
6 Juli
‘13/08.10
WIB
6 Juli
2013020 020 3.7
44 AB
Sumur
Gali/kran,
Ds Lor
Ida
Lestari
6 Juli
‘13/09.10
WIB
6 Juli
2013555 555 > 1600
45 AMRO Tirta
HidayatDanang
8 Juli
‘13/12.17
WIB
8 Juli
2013013 013 3.6
46 AB
Kran
Umum Ds
Penanggal
Dodik
Y.
11 Juli
‘13/09.30
WIB
11 Juli
2013554 543 280
47 AB
Kran
Umum Ds
Tambakre
jo
Dodik
Y.
11 Juli
‘13/09.45
WIB
11 Juli
2013555 555 >1600
48 AB
Kran
Umum Ds
Kloposa-
wit
Dodik
Y.
11 Juli
‘13/10.15
WIB
11 Juli
2013321 321 17
49 AB
Desa
Wringin
Anom
Karanglo 1
Fibria
ni S.
16 Juli
‘13/08.15
WIB
16 Juli
2013555 555 > 1600
50 AB Desa
Wringin
Anom
Fibria
ni S.
16 Juli
‘13/08.30
16 Juli
2013
555 555 > 1600
16
Karanglo 2 WIB
51 AB
Desa
Wringin
Anom
Karanglo 3
Fibria
ni S.
16 Juli
‘13/08.50
WIB
16 Juli
2013555 445 47
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Air Minum dan Air Bersih
Dari hasil kerja praktek yang disajikan dalam tabel 2,asal air bersih/air minum dapat
dikelompokkan menjadi 2 jenis,yakni jenis air minum dan air bersih. Jenis air minum berasal
dari perusahaan air minum dan rumah sakit yang memproduksi air minum
konsumsi,sedangkan jenis air bersih berasal dari industri rumah tangga, Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) dan rumah sakit.
Jenis air minum berasal dari 2 tempat yaitu perusahaan air minum dan rumah
sakit,perusahaan air minum terdeteksi dengan jumlah koliform sebanyak 237.6 dan rata-
ratanya yakni 79.2 koliform,sedangkan air minum yang berasal dari rumah sakit memiliki
jumlah koliform sebanyak 22 koliform,data dapat disajikan dalam bentuk tabel 3 dibawah ini
Tabel 3.Analisis Air Minum
Perusahaan Air Minum Rumah Sakit
Series1 79.2 22
5
15
25
35
45
55
65
75
85
Analisis Air Minum (AM)
Jum
lah
Kolif
orm
Jenis Air Bersih terdapat 3 asal yakni industri rumah tangga,rumah sakit dan
PDAM.Dari 3 jenis tersebut jumlah koliform terbanyak berasal dari industri rumah tangga
yaitu 23505 dengan rata-rata sebanyak 940.208 koliform.Kemudian berasal rumah sakit
dengan jumlah 2380 dan rata-ratanya 793.3 koliform.Sedangkan yang paling sedikit berasal
17
dari PDAM yaitu 45.9 dan rata-ratanya 2.295 koliform.Data tersebut dapat disajikan dalam
tabel 4.
Tabel 4.Analisis Air Bersih
Industri Rumah Tangga Rumah Sakit PDAM
Series1 940.208000000001 793.333333333334 2.295
50
150
250
350
450
550
650
750
850
950
Analisis Air Bersih (AB)
Jum
lah
Kolif
orm
Pada kedua tabel tersebut,industri rumah tangga dan perusahaan air minum memiliki
jumlah dan rata-rata koliform tertinggi,pada perusahaan air minum terdapat 79.2
koliform/100 ml,pada industri rumah tangga terdapat 940.208 koliform/100 ml. Berdasarkan
Kempenkes RI Nomor 492/ MENKES/SK/IV/2010, persyaratan bakteriologis air minum
adalah dilihat dari koliform per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang
diperbolehkan adalah 0 (nol).Sehingga nilai tersebut tidak memenuhi persyaratan.Selain itu
hal ini menunjukkan bahwa perairan industri rumah tangga dan perusahaan air minum
mengandung bahan organik yang cukup tinggi sebagai sumber kehidupan
mikroorganisme.Suriawiria (1993) menyatakan bahwa kehadiran mikroba patogen di dalam
air akan meningkat jika kandungan bahan organik di dalam air cukup tinggi, yang berfungsi
sebagai tempat dan sumber kehidupan mikroorganisme. hal tersebut terjadi karena beberapa
faktor seperti kurangnya menjaga kebersihan,kurangnya pengetahuan tentang bakteri
koliform,tidak memiliki sarana dan prasarana didalam pengelolaan industri tersebut.Air
bersih yang berasal dari rumah sakit jumlah koliformnya tidak jauh berbeda dengan industri
rumah tangga dan perusahaan air minum,kemungkinan besar faktor yang mempengaruhi
tidak jauh berbeda.
18
Menurut Azwar (2003),berkembangnya suatu kawasan industri tidak terlepas dari
pemilihan lokasi kawasan industri yang dikembangkan, karena sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor/variabel di wilayah lokasi kawasan. Selain itu dikembangkannya suatu
kawasan industri juga akan memberikan dampak terhadap beberapa fungsi di sekitar lokasi
kawasan. Oleh sebab itu, beberapa kriteria menjadi pertimbangan di dalam pemilihan lokasi
Kawasan Industri, salah satu diantaranya adalah Jarak terhadap Pemukiman. Pertimbangan
jarak terhadap pemukiman bagi pemilihan lokasi kegiatan industri, pada prinsipnya memiliki
dua tujuan pokok, yaitu:
1) Berdampak positif dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dan aspek pamasaran
produk. Dalam hal ini juga perlu dipertimbangkannya adanya kebutuhan tambahan akan
perumahan sebagai akibat dari pembangunan kawasan industri. Dalam kaitannya dengan
jarak terhadap pemukiman disini harus mempertimbangkan masalah pertumbuhan
perumahan, dimana sering terjadi areal tanah disekitar lokasi industri menjadi kumuh dan
tidak ada lagi jarak antara perumahan dengan kegiatan industri.
2) Berdampak negatif karena kegiatan industri menghasilkan polutan dan limbah yang dapat
membahayakan bagi kesehatan masyarakat.
3) Jarak terhadap pemukiman yang ideal minimal 2 (dua) Km dari lokasi kegiatan industri
(Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No: 35/M-IND/PER/3/2010).
Sedangkan sampel air bersih dari PDAM dapat dikatakan sangat bersih karena jumlah
koliformnya sangat sedikit dengan jumlah rata-rata 2.295 koliform.Menurut informasi yang
diperoleh dari laboratorium kesehatan,PDAM melakukan uji kelayakan tiap tahunnya dan
dari data yang diperoleh per tahun,dapat disimpulkan bahwa air bersih dari PDAM tidak
mengandung koliform.PDAM menyalurkan sumber air ke masyarakat melalui perpipaan
menuju rumah-rumah. Menurut Entjang (2000),sumber air yang sering digunakan oleh
masyarakat selain air sumur gali adalah air pipa atau air kran. Air bersih yang bersumber dari
air kran di salurkan melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Namun, setiap PDAM
di setiap daerah belum tentu memiliki kualitas dan kuantitasnya sama dengan daerah lainnya.
Secara teknis pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan harus memenuhi unsur-unsur
sebagai:
1) Air tersedia secara kontinyu 24 jam sehari
2) Tekanan air di ujung pipa minimal sebesar 1,5 – 2 atm
3) Kualitas air harus memenuhi standar yang ditetapkan.
Sarana perpipaan adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya yang
menghasilkan, menyediakan dan membagikan air minum untuk masyarakat melalui jaringan
19
perpipaan/distribusi. Air yang dimanfaatkan adalah air tanah atau air permukaan dengan atau
tanpa diolah. Ada beberapa cara pendistribusian air perpipaan meliputi:
1) Sambungan rumah, air disalurkan sampai rumah melalui jaringan perpipaan sehingga
masyarakat tidak perlu lagi pergi dari rumah untuk mengambil air.
2) Kran umum, air hanya disalurkan sampai target tertentu dan masyarakat dapat mengambil
air dari tempat tersebut melalui kran.
3) Hidran umum adalah kran umum yang dilengkapi dengan tangki air karena penyaluran air
kurang dari 24 jam dalam sehari atau karena tekanannya rendah.
4) Terminal air, pada dasarnya sama dengan hidran umum, tetapi ditujukan untuk daerah
yang belum terjangkau jaringan distribusi air minum (jaraknya relatif jauh), sehingga air
bersih secara berkala dikirim dengan tangki dan ditampung dalam terminal-terminal air.
4.2.2 Tindakan Pengguna Air
Domain terakhir dari perilaku kesehatan adalah tindakan. Tindakan tersebut didasari
pada penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahuinya, kemudian disikapi dan
akhirnya mengambil keputusan untuk melakukannya. Menurut Bloom dalam Notoatmodjo
(2005), praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1. Praktik terpimpin (Guided respons), yaitu apabila subjek atau seseorang telah melakukan
sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
2. Praktik secara mekanisme (Mecanism), yaitu Apabila seseorang telah melakukan atau
mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
3. Adopsi (Adoption), adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya
apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan
modifikasi, atau disebut juga tindakan atau perilaku yang berkualitas.
Menurut Azwar (2003), tindakan manusia ada tiga jenis yaitu: 1) tindakan ideal,
artinya tindakan yang dapat diamati dan dilakukan oleh individu atau masyarakat untuk
mengurangi atau membantu memecahkan masalah; 2) tindakan sekarang, artinya perilaku
yang dilaksanakan saat ini, dan 3) tindakan yang diharapkan, yakni tindakan yang diharapkan
dilaksanakan oleh sasaran.
4.2.3 Upaya Memperoleh Air Bersih
Chandra (2007) menyatakan, upaya memperoleh air bersih dapat dilakukan dalam skala besar
maupun skala kecil sesuai dengan kebutuhannya,tahapannya meliputi :
4.2.3.1 Penyimpanan
Air yang disimpan dalam wadah penampungan akan melalui proses purifikasi secara alami
sebagai berikut:
20
a. Proses fisik
Setelah melalui proses fisik, kualitas air sudah dapat diperbaiki sampai sekitar 90%. Benda-
benda yang terlarut dalam air akan mengendap dalam waktu 24 jam dan air akan bertambah
jernih
b. Proses kimiawi
Selama proses penampungan juga berlangsung proses kimiawi. Dalam proses ini , bakteri
aerobik akan mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat didalam air dengan bantuan
oksigen bebas. Akibatnya, konsentrasi amonia akan berkurang sementara konsentrasi nitrat
justru meningkat.
c. Proses biologis
Organisme patogen berangsur-angsur akan mati. Keadaan ini dapat terlihat jika air disimpan
selama 5-7 hari. Dalam kondisi tersebut, jumlah bakteri dalam air akan berkurang sampai
90%.
Batas waktu yang optimum untuk penampungan berkisar antara 10-14 hari, bila lebih lama
akan berkembang tumbuh-tumbuhan air seperti alga yang dapat menimbulkan rasa dan bau
tidak enak dan perubahan warna pada air.
4.2.3.3 Penyaringan
Proses penyaringan atau filtrasi merupakan tahap kedua dari proses purifikasi. Proses ini
sangat penting karena dapat mengurangi jumlah bakteri sampai sekitar 98-99% dalam air
yang dihasilkan. Proses filtrasi dapat dilakukan melalui slow sand filter (filter biologis) dan
rapid sand filter (filter mekanis) Proses filtrasi dapat dilakukan melalui slow sand filter (filter
biologis) dan rapid sand filter (filter mekanis). Metode-metode tersebut memiliki kelebihan
dan kekurangannya masing-masing. Sampai saat ini, kedua metode tersebut masih digunakan
sebagai metode standar dalam proses purifikasi air Slow sand filter dipakai untuk proses
purifikasi air dalam skala kecil sedangkan rapid sand filter dipakai untuk proses purifikasi air
dalam skala besar terutama untuk memenuhi kebutuhan penduduk di kota besar.
4.2.3.2 Klorinasi
Klorinasi adalah proses pemberian klorin ke dalam air yang telah menjalani proses filtrasi
dan merupakan langkah yang maju dalam proses purifikasi air. Klorin ini banyak digunakan
dalam pengolahan limbah industri, air kolam renang, dan air minum di negara-negara sedang
berkembang karena sebagai desinfektan, biayanya relatif lebih murah, mudah dan efektif.
Senyawa-senyawa klor yang umum digunakan dalam proses klorinasi, antara lain, gas klorin,
senyawa hipoklorit, klor dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurate dan kloramin
(Chandra, 2007).
21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah :
1. Pengujian kualitas air dengan metode MPN 555 tabung dilakukan dengan uji
penduga (Presumptive test) menggunakan medium Lactose broth (LB) dan
digunakan uji penguat (Confirmed Test) menggunakan medium Brillian Green
Lactose Bile Broth (BGLB) .
2. Hasil uji kualitas air yang diperoleh di Laboratorium Kesehatan Lumajang untuk
analisis air minum yang mengandung jumlah koliform terbanyak adalah air yang
berasal dari perusahaan air minum yaitu terdapat koliform sebanyak 79.2/100 ml
sedangkan analisis air minum yang memiliki jumlah koliform tertinggi dari
industri rumah tangga yaitu sebanyak 940.208/100 ml dan yang paling rendah
berasal dari PDAM sebanyak 2.295/100 ml.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disarankan bahwa metode
MPN 555 tabung harus dilakukan sesuai prosedur,supaya hasil yang diperoleh akurat,karena
hasil yang didapat akan mempengaruhi layak atau tidaknya menurut Kempenkes RI Nomor
492/ MENKES/SK/IV/2010.
22
DAFTAR PUSTAKA
APHA, (1998), “Standar Methods for The Examination of Water and Wastewater”, 20th
Edition, American Public Health Association, USA, Washington DC, pp. 2-53-2-59,
4- 100-4-111.
Amsyari, F. 1996. Membangun Lingkungan Sehat Menyambut Lima Puluh Tahun Indonesia
Merdeka. Surabaya: Airlangga University Press.
Azwar, S. 2003. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Jejaring Promosi Keamanan Pangan
dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional. Jakarta: BPOM.
Bloom B., 1908. Dalam : Notoatmodjo S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bab V,
Pendidikan dan Prilaku. Halaman 126-127.
Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical Microbiology.
23rd Edition. Singapore : McGraw-Hill; 2004. 39-40, 58-9, 431-4.
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta .
Chandra, Dr. Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran. Hal. 124, dan 144-147.
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-dasar mikrobiologi. Djambatan: Malang.
Effendi, H.,2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan, Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Entjang I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat cetakan ke 14. Bandung : Alumni
Fardiaz,S., 1992. Polutan Air dan Polusi Udara , Fak, Pangan dan Gizi IPB,Bogor.
Juli Soemirat Slamet, 2004. Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University press,
Yogyakarta.
Kusnaedi. 2006, Mengolah Air Gambut dan Kotor untuk Air Minum, Penebar Swadaya,
Jakarta, Hal. 17-20.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikrobiologi di Laboratorium. Pt Rajawali Persada. Jakarta.
Notoatmodjo.2005.Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Pelczar, M.J. dan Chan, E. C. S., 2006, Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2, UI Press, Jakarta.
23
Rompre A, Servais P, Baudart J, de Roubin MR, and Laurent P. 2002. Detection and
enumeration of coliforms in drinking water: current methodes and emerging
approaches. J Microbiol Methods 49: 31-54.
Sirindon M. 2008. Analisis koliform dalam susu segar sebagai parameter sanitasi
peternakan. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Soemirat,juli ,1993.Kesehatan Lingkungan.Gadjah Mada University Press : Jogjakarta.
Suriawiria, U. 2003. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara
Biologis. PT. Alumni. Bandung.
Suriaman, E, Juwita., 2008. Jurnal penelitian mikrobiologi pangan uji kualitas air jurusan
biologi fakultas sains dan teknologi, universitas islam negeri malang.
Sutrisno, T., 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Volk, W.A. and Wheeler. M. F. 1992. Basic Microbiology Seventh Edition. Harper Collin
Publisher. Inc. New York.
24
LAMPIRAN
Daftar Alat dan Bahan
No. Nama alat dan Gambar Fungsi
1 Inkubator Alat yang digunakan untuk inkubasi
media pengujian yang suhunya telah
diatur. Inkubator Berfungsi untuk
menginkubasikan atau mengkondisikan
media / kultur pada kondisi terutama
suhu tertentu.
2 Autoklaf Alat yang digunakan untuk sterilisasi
basah.Prinsip kerja dari Autoclave
adalah mensterilkan media, larutan
dengan menggunakan uap panas yang
bertekanan tinggi. Untuk sterilisasi alat
dan bahan,supaya tidak terkontaminasi.
Suhu yang digunakan pada umumnya
1210C dengan tekanan 15 psi selama 15
menit.
3 Neraca Analitik Digunakan untuk menimbang bahan –
bahan dengan ketelitian 10-6 gram
dengan berat maksimal 200 gram.
25
5 Tabung reaksi Sebagai tempat sampel dan medium
6 Rak tabung reaksi Sebagai tempat/wadah tabung reaksi
7 Tabung durham Sebagai indikator tempat terbentuknya
gas CO2 yang dihasilkan dari fermentasi
bakteri koliform
26
8 Masker Untuk melindungi saluran pernapasan
dari kontaminasi udara
9 Oven Alat yang digunakan untuk sterilisasi
kering, alat yang disterilkan adalah alat
yang terbuat dari glass seperti cawan
petri, pipet. Prinsip kerjanya yaitu
dengan mengalirkan udara panas dan
kering pada bahan yang dikeringkan.
Suhu yang digunakan tergantung pada
banyak sedikitnya alat yang akan
disterilkan, biasanya suhu yang
digunakan 1600C – 1800C selama 2 – 3
jam.
9 Lemari pendingin Menyimpan bahan dan sampel dengan
suhu dingin.
10 Sarung tangan (gloves) Untuk melindungi tangan dari kontak
langsung dan kontaminasi bahan –
bahan yang digunakan.
27
28
11 Medium LB Sebagai medium pengkaya,semua
bakteri pada sampel dapat hidup
12 Medium BGLB Sebagai medium selektif,hanya bakteri
jenis koliform saja yang bisa hidup dan
menghambat bakteri fermentasi selain
koliform