DIREKTORAT JENDERAL
KERJA SAMA MULTILATERAL
KEMENTERIAN LUAR NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN KINERJA
DIREKTORAT KEAMANAN INTERNASIONAL
DAN PERLUCUTAN SENJATA
TA 2019
1
KATA PENGANTAR
Penyusunan Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2019 merupakan bentuk pertanggungjawaban instansi pemerintah, dalam hal ini Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata (KIPS) Kementerian Luar Negeri, dalam melaporkan pencapaian sasaran dan kinerja serta pemanfaatan anggarannya secara tertulis, periodik dan melembaga. Dokumen ini juga merupakan pelaksanaan amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), serta pengejawantahan dari prinsip transparansi dan akuntabilitas yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tata kelola pemerintahan yang baik. Pada sisi internal, pengukuran pencapaian sasaran dan kinerja yang tertuang dalam dokumen LKj merupakan acuan bagi Direktorat KIPS dalam mengevaluasi kinerjanya dalam kurun waktu satu tahun terakhir dalam rangka mencapai sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra). Di samping itu, LKj juga menjadi media koreksi diri bagi Direktorat KIPS untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan, khususnya dalam penyusunan dokumen perencanaan kinerja tahun berikutnya. Dalam kaitan ini, dokumen LKj Direktorat KIPS akan menjadi rekaman capaian sasaran dan kinerja yang akan dirujuk setiap saat menuju perbaikan dan pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Kementerian Luar Negeri. Sejalan dengan komitmen Kementerian Luar Negeri untuk meningkatkan akuntabilitasnya seperti telah diamanatkan oleh Menteri Luar Negeri, Direktorat KIPS berupaya untuk menampilkan secara lebih nyata capaian-capaian yang telah diraih pada tahun 2019 dalam dokumen LKj ini. Dengan demikian, diharapkan LKj Direktorat KIPS dapat menjadi alat kendali yang mampu menjelaskan akuntabilitas instansi, yang pada gilirannya akan berkontribusi positif pada upaya Kemlu dalam meningkatkan akuntabilitas dan penilaian dokumen SAKIP-nya. Kami berharap dokumen LKj Direktorat KIPS Tahun 2019 ini dapat menjadi pendorong bagi peningkatan kinerja Ditjen Multilateral dalam menjalankan program dan kegiatan sebagaimana telah direncanakan dalam Renstra Ditjen Multilateral, Renstra Kemlu, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2015-2019.
Jakarta, Februari 2020
Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata
Grata Endah Werdaningtyas NIP. 1973703 199710 2 001
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
RINGKASAN EKSEKUTIF 3
INDIKATOR KINERJA UTAMA 8
BAB I PENDAHULUAN 10
1.1. Latar Belakang 10
1.2. Tugas dan Fungsi 10
1.3. Struktur Organisasi 11
1.4. Aspek Strategis Organisasi 12
BAB II PERENCANAAN KINERJA 13
2.1. Penetapan Kinerja Tahun 2019 14
2.2. Anggaran Tahun 2019 15
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 16
3.1. Gambaran Umum 16
3.2. Capaian Indikator Kinerja Utama 17
3.3. Analisa Pencapaian Sasaran 20
3.4. Rekapitulasi Capaian Kinerja 54
3.5. Realisasi Anggaran 55
BAB IV PENUTUP 57
4.1. Kesimpulan 57
4.2. Kendala Utama 57
4.3. Langkah Perbaikan ke Depan 58
3
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dokumen Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata
(KIPS) Tahun 2019 memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai sarana menyampaikan
pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh pemangku kepentingan, dan sebagai sumber
informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja pada tahun-tahun mendatang.
Secara keseluruhan, Direktorat KIPS telah berhasil memenuhi sasaran yang ditargetkan
sepanjang tahun 2019. Hal ini dapat terlihat dari realisasi pencapaian sasaran tersebut, yang
diukur dengan menggunakan 7 (lima) Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan capaian keseluruhan
sebesar 104,15%
Seiring dengan bertambah kompleksnya dinamika politik internasional sepanjang tahun 2019,
Direktorat KIPS telah berupaya untuk terus berperan aktif menjadi bagian dari solusi dan pada
saat yang sama memagari dan memajukan kepentingan nasional Indonesia pada tingkat
internasional melalui pelaksanaan politik luar negeri.
Indonesia telah memanfaatkan tahun pertama sebagai anggota Tidak Tetap Dewan
Keamanan (DK) PBB periode 2019-2020 guna menunjukkan kepemimpinan di tingkat
internasional melalui berbagai gagasan dan inisiatif dalam mendukung upaya perdamaian dan
keamanan internasional.
Kepemimpinan Indonesia di DK PBB tercermin pada saat menjabat sebagai Presiden DK PBB
di bulan Mei 2019. Dengan mengangkat tema “Investing in Peace”, Indonesia menyelenggarakan
rangkaian signature events, diantaranya pertemuan terbuka mengenai penguatan Misi
Pemeliharaan Perdamaian PBB dan perlindungan warga sipil dalam konflik, pertemuan informal
Arria Formula terkait isu Palestina, serta pameran foto dan Resepsi Diplomatik. Pada periode
Presidensi Indonesia ini telah berhasil diadopsi 4 Resolusi, 1 Presidential Statement, 3 Press
Statement, dan 3 Press Element.
Indonesia juga secara aktif mendorong berbagai inisiatif untuk memajukan perbaikan metode
kerja DK PBB menjadi lebih efektif, akuntabel dan transparan. Pada saat menjabat sebagai
Presiden DK PBB, Indonesia telah memperkenalkan metode kerja baru di DK PBB, yaitu
pertemuan Sofa Talk (pertemuan informal tanpa meeting record) dan Regional Wrap Up Session.
Selain itu, Indonesia juga telah sukses menyelenggarakan pertemuan Retreat DK PBB, yang
merupakan pertemuan informal pertama negara anggota DK PBB di luar New York.
4
Sepanjang tahun 2019, Indonesia juga telah menyelenggarakan berbagai konsultasi terkait
isu-isu DK PBB dengan negara anggota DK PBB dan negara kunci lainnya, seperti Inggris, Rusia,
AS, Jerman, dan Polandia. Sejumlah pertemuan ini bertujuan guna memperkuat koordinasi dan
sebagai forum saling bertukar pandangan mengenai berbagai isu yang dibahas pada sejumlah
pertemuan DK PBB.
Lebih lanjut, guna memberikan pemahaman kepada masyarakat luas, khususnya generasi
muda pengguna media sosial mengenai peran Indonesia di DK PBB, serta sebagai wujud
akuntabilitas, telah diselenggarakan berbagai kegiatan media engagement serta kegiatan jaring
masukan. Sejumlah hal yang telah dilakukan diantaranya media gathering, kampanye media
sosial, penayangan rilis berita dan infografis, wawancara di media elektronik, serta pembuatan
webseries.
Di samping itu, Direktorat KIPS juga berupaya mendorong implementasi berbagai
kesepakatan multilateral pada tingkat nasional. Dalam kaitan dengan partisipasi Indonesia pada
Misi Pemeliharaan Perdamaian (MPP) PBB, termasuk upaya pemenuhan Vision 4,000
Peacekeepers 2015-2019, Pemerintah Indonesia selama tahun 2019 terus menyuarakan
kepentingannya baik melalui pengiriman personel ke misi maupun inisiatif serta kepemimpinan
melalui berbagai forum multilateral. Selama tahun 2019, Pemri melalui Tim Koordinasi Misi
Pemeliharaan Perdamaian (TKMPP) yang diketuai oleh Menlu RI telah berhasil mencapai
kemajuan yang cukup signifikan bagi peningkatan partisipasi Indonesia dalam MPP PBB,
terutama dalam memenuhi pledges yang telah disampaikan Wakil Presiden RI di PBB pada tahun
2015. Berdasarkan data terkini United Nations Department of Peace Operations per tanggal 31
Oktober 2019, terdapat 2.920 personel Indonesia yang bertugas pada 9 (sembilan) MPP PBB.
Pemerintah RI melalui TKMPP telah menyusun Roadmap Vision 4,000 Peacekeepers yang
memuat langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan oleh Kementerian/Lembaga untuk
mewujudkan visi tersebut pada program kerja tahun berjalan. Guna memberikan kekuatan hukum
terhadap Roadmap dimaksud, telah diberlakukan Permenlu No. 5 Tahun 2015 tentang Roadmap
Vision 4.000 Peacekeepers yang kemudian dimutakhirkan dengan Permenlu No. 1 Tahun 2017
tentang Perubahan Atas Permenlu No. 5 Tahun 2015 tentang Roadmap Vision 4,000
Peacekeepers. Selain itu, telah ditetapkan Perpres No. 86 Tahun 2015 tentang Pengiriman Misi
Pemeliharaan Perdamaian sebagai landasan hukum yang berisi pedoman pengiriman personel
Indonesia ke berbagai MPP berdasarkan permintaan PBB, organisasi internasional dan/atau
regional. Pada tahun 2019, Pemerintah Indonesia telah melakukan langkah-langkah untuk
mendorong perwujudan Visi tersebut guna mencapai tujuan filosofisnya, yaitu masuknya
Indonesia ke dalam sepuluh besar Negara Kontributor Pasukan (Troop/Police-Contributing
Countries).
5
Dalam kaitannya dengan kepemimpinan Indonesia dalam forum multilateral, pada tahun 2019
Indonesia telah menjadi tuan rumah dan atau telah menyelenggarakan pertemuan internasional
antara lain: Side Event berbentuk Triangular Formula Meeting on Training, Capacity Building,
Safety and Security, and Performance of UN Peacekeeping di sela-sela pertemuan UN
Peacekeeping Ministerial tanggal 28 Maret 2019 di Markas Besar PBB; pertemuan kerja sama
MPP PBB, termasuk penjajakan co-deployment, dengan Ethiopia dan Australia; “International
Seminar on Civilian Capacities: Establishing National Rosters for UN Peacekeeping Operations”
di Jakarta, 29 November 2019; dan International Conference: Preparing Modern Armed Forces
for Peacekeeping Operations in the 21st Century, tanggal 26-27 Juni 2019 di Jakarta; Regional
Table Top Exercise (TTX) on Chemical Emergency Response, Bali, 29 Oktober – 1 November
2019, Workshop on the Chemical Supply Safety and Security Management Member State of the
OPCW In Southeast Asia, Bogor, 18 – 22 November 2019, dan The 17th CBRN National Focal
Point (NFP) Round-Table Meeting (RTM) for South-East Asia (SEA), Bogor, 10 – 13 Desember
2019. Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Australia sebagai co-chair pada GCTF
Countering Violent Extremism WG Workshop on Counter and Alternative Narrative, di Jakarta,
24-25 Juni 2019; Rangkaian pertemuan Bali Process Working Group on Trafficking in Person di
Jakarta, 18-20 Juni 2019; serta Roundtable Discussion dalam rangka Asia Dialogue on Forced
Migration, di Jakarta, 28-29 Juni 2019;
Pemerintah Indonesia juga telah mengupayakan agar posisi dan kepentingan Indonesia
tercermin dan diterima dalam sidang-sidang multilateral terkait isu peacekeeping, Indonesia pada
tahun 2019 telah menghadiri pertemuan Special Committee on Peacekeeping Operations (C-34)
pada bulan Februari-Maret 2019; pertemuan United Nations Peacekeeping Ministerial (UNPM)
pada bulan Maret 2019 serta rangkaian preparatory meetings-nya; pertemuan 7th ARF
Peacekeeping Experts’ Meeting, 26-29 Juni 2019, Qingdo; 5th International Partnership for
Technology in Peacekeeping, Nur-Sultan, 28-31 Maret 2019; pertemuan Vienna Conference:
Protecting Civilian in Urban Warfare, Wina, Austria, 1-2 Oktober 2019; serta Ministerial Dinner on
Peace Operations di sela-sela High Level Week SMU PBB ke-74 tanggal 25 September 2019.
Sementara itu, dari isu senjata pemusnah massal, posisi Indonesia dalam berbagai pertemuan
multilateral tercermin dalam: 13th Meeting of ARF Expert and Eminent Person, Tokyo, 24 – 28
Februari 2019; Pertemuan reguler OPCW Executive Council ke 90, Den Haag, 9-17 Maret 2019;
Southeast Asia Regional Outreach Seminar on Illicit Conventional Ammunition, Bangkok, 19 – 23
Maret 2019; the 11th ASEAN Regional Forum (ARF) Inter-Sessional Meeting on Non-Proliferation
and Disarmament, Bali, 8 - 9 April 2019; ISM dan 1st Preparatory Meeting APMBC, Jenewa, 20
– 26 Mei 2019; P61 SC Meeting dan 7th International Meeting NFP EU-CBRN CoE, Brussel, 10-
16 Juni 2019; the 24th Session of the Conference of the States Parties to the Chemical Weapons
6
Convention (CSP-24 CWC), Den Haag, 25 – 29 November 2019; The 4th Review Conference
(RevCon) on Anti-Personnel Mine Ban Convention, Oslo, 25 – 29 November 2019; Meeting of
States Parties to the Biological Weapons Convention (BWC), Jenewa, 3-6 Desember 2019.
Pemerintah Indonesia juga telah mengupayakan agar kepemimpinan Indonesia tercerminkan
dalam berbagai forum multilateral terkait Senjata Pemusnah Massal dan Senjata Konvensional.
Hal ini antara lain tampak dari peranan Indonesia sebagai Anggota Dewan Eksekutif Organisasi
Larangan Senjata Kimia (Organization for the Prohibition of Chemical Weapons/OPCW) 2018 –
2020.
Terkait senjata nuklir, antara lain melalui: 3rd Group of Governmental Expert to Consider the
Role of Verification in Advancing Nuclear Disarmament (GGE NDV), Jenewa, 7-14 April 2019;
3rd NPT Preparatory Committee Meeting, New York, 28 April – 12 Mei 2019; Stockholm Meeting
on Nuclear Disarmament and NPT, Stockholm, 9-13 Juni 2019; 63rd General Conference of IAEA
, Wina, 14 – 20 September 2019; The 18th Republic of Korea-UN Joint Conference on
Disarmament and Non-proliferation Issues: Preparing for the 2020 NPT Review Conference,
Seoul, 13 – 14 November 2019; Senior Official Meeting of the Stockholm Initiative on Nuclear
Disarmament, Stockholm, 27 – 28 November 2019; dan Regional Meeting for Asia-Pacific States
Parties to the NPT, Bangkok, 3-4 Desember 2019.
Dalam kaitannya dengan penanggulangan kejahatan lintas negara, Pemerintah Indonesia
menghadiri Ministerial Segment dan pertemuan Sesi ke-62 Commission on Narcotic Drugs
(CND), Wina, Austria, 14 – 22 Maret 2019 yang diselenggarakan secara back to back. Pertemuan
berhasil mengadopsi Ministerial Declaration on strengthening our actions at the national, regional
and international levels to accelerate the implementation of our joint commitments to address and
counter the world drug problem. Pada pertemuan tersebut, Indonesia tetap menekankan bahwa
Deklarasi Politik 2009 masih relevan dalam mengatasi persoalan obat-obatan global, yang
semakin kompleks setelah 2019, dengan tetap mendasarkan pada Tiga Konvensi Obat-obatan
Internasional. Selain itu, Indonesia juga menjadi co-sponsor 2 (dua) Ranres, yaitu: Promoting
alternative development as a development-oriented drug control strategy dan Enhancing the
capacity of Member States to adequately estimate and assess the need for internationally
controlled substances for medical and scientific purposes.
Lebih lanjut, posisi Indonesia juga diterima pada the 5th Counter-Terrorism Financing Summit
di Manila, Filipina, 11-14 November 2019; the 1st Session of the UN Group of Governmental
Experts (UN GGE) on Advancing Responsible State Behavior in Cyberspace in the Context of
International Security di New York, Amerika Serikat, 9-13 Desember 2019; dan the 5th Session of
Open-Ended Intergovernmental Expert Group to Conduct a Comprehensive Study on Cybercrime
di New York, Amerika Serikat, 27-29 Maret 2019;
7
Dalam kaitannya dengan implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat nasional,
beberapa kegiatan yang telah diselenggarakan antara lain adalah: Seminar nasional Ratifikasi
TPNW, Yogyakarta, 7 – 9 Februari 2019; pelaksanaan inspeksi OPCW ke PT. Sasa Inti, Jawa
Timur, 11 – 12 Februari 2019; pelaksanaan Workshop P62 on National Action Plan dan Needs
Assessment Questionaire (NAP/NAQ) dalam kerangka kerja sama EU-CBRN CoE in SEA,
Jakarta, 13-14 Maret 2019; Rapat koordinasi Inter Kementerian untuk Ratifikasi TPNW, Jakarta,
19 Maret 2019; PT. Lautan Otsuka Chemical, Banten, 14 – 15 Februari 2019 dan PT Miwon
Indonesia, Gresik, 31 September – 1 Oktober 2019; Pelatihan Nasional P61 terkait Sound
Management of Chemicals and Associated Waste, oleh EU-CBRN CoE SEA, Bintaro, 4-15
November 2019;; Rapat Pembahasan Permintaan Panel of Expert (PoE) Komite 1718 Dewan
Keamanan (DK) PBB terkait Warga Negara serta Aktivitas Ekonomi dan Finansial Korea Utara di
Indonesia, Jakarta, 23 Desember 2019; Rapat Koordinasi Rencana Kunjungan Pacific Nothwest
National Laboratory (PNNL) ke Indonesia terkait tawaran Kerja Sama Source Term Analysis of
Xenon (STAX), Jakarta, 27 Desember 2019.
Untuk melaksanakan seluruh kegiatan tersebut, Direktorat KIPS telah merealisasikan
anggaran sebesar Rp. 45.101.677.711,- atau 96,32% dari DIPA 2019. Direktorat KIPS
mengharapkan agar LKJ tahun 2019 ini dapat menjadi cermin dan alat pembanding dalam
mengambil keputusan di masa mendatang.
8
INDIKATOR KINERJA UTAMA
DIREKTORAT KEAMANAN INTERNASIONAL DAN PERLUCUTAN SENJATA
1. Nama Unit Organisasi : Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata
2. Tugas : Melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal
Multilateral di bidang keamanan internasional, senjata
pemusnah massal dan senjata konvensional,
penanggulangan kejahatan lintas negara dan terorisme.
3. Fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan dan standardisasi teknis
di bidang multilateral dalam hal keamanan internasional,
senjata pemusnah massal dan senjata konvensional,
kejahatan lintas negara dan terorisme;
b. Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang multilateral dalam hal
keamanan internasional, senjata pemusnah massal dan
senjata konvensional, kejahatan lintas negara dan
terorisme;
c. Perundingan dalam kerangka kerja sama multilateral
yang terkait dengan keamanan internasional, senjata
pemusnah massal dan senjata konvensional, kejahatan
lintas negara dan terorisme;
d. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan
prosedur di bidang multilateral dalam hal keamanan
internasional, senjata pemusnah massal dan senjata
konvensional, kejahatan lintas negara dan terorisme;
e. Pemberian bimbingan teknis, informasi, evaluasi,
dan pelaporan di bidang multilateral dalam hal keamanan
internasional, senjata pemusnah massal dan senjata
konvensional, kejahatan lintas negara dan terorisme;
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat.
4. Indikator Kinerja
Utama
9
Indikator Kinerja Utama Target 1. Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum multilateral di Bidang
Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata
90%
2. Jumlah sidang/ pertemuan internasional di bidang Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata yang diprakarsai oleh indonesia di forum multilateral
8 sidang
3. Persentase rekomendasi dari forum multilateral di Bidang Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata yang ditanggapi oleh pemangku kepentingan nasional
90%
4. Persentase posisi/prakarsa/rekomendasi Indonesia yang diterima dalam diplomasi kemaritiman dan polkam di Bidang Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata di forum multilateral
90%
5. Persentase peningkatan kemampuan peserta terkait diplomasi maritim dan polkam di Bidang Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata
83%
6. Nilai evaluasi AKIP Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata
76,45
7. Persentase realisasi anggaran di Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata
100%
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Penyusunan Laporan Kinerja tahun 2019 merupakan implementasi Peraturan Presiden Nomor
29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Pasal 19 ayat (1), (2)
dan (3), bahwa setiap entitas Akuntabilitas Kinerja (tingkat Kementerian/Lembaga, Unit
Organisasi Eselon I, dan Satuan Kerja Eselon II) wajib menyusun Laporan Kinerja Tahunan paling
lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir, dalam rangka mewujudkan pelaksanaan
pemerintahan yang berdaya dan berhasil guna, bersih, dan bertanggung jawab.
Dokumen ini disusun untuk mengetahui pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi Direktorat
Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata (KIPS) pada tahun 2016. Dokumen ini juga
menggambarkan informasi mengenai perkembangan penanganan isu-isu multilateral di bidang
keamanan internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional, penanggulangan
kejahatan lintas negara, dan terorisme.
1.2. TUGAS DAN FUNGSI
Tata kerja, tugas, dan fungsi Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata
dijabarkan dalam Peraturan Menteri Luar Negeri RI Nomor 7 tahun 2011 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kemlu.
Direktorat KIPS melaksanakan tugas Ditjen Multilateral di bidang keamanan internasional,
senjata pemusnah massal dan senjata konvensional, penanggulangan kejahatan lintas negara,
dan terorisme.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat KIPS menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang multilateral dalam hal
keamanan internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional, kejahatan
lintas negara, dan terorisme;
b. Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang multilateral dalam
hal keamanan internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional,
kejahatan lintas negara, dan terorisme;
11
c. Perundingan dalam kerangka kerja sama multilateral yang terkait dengan keamanan
internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional, kejahatan lintas negara,
dan terorisme;
d. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang multilateral dalam
hal keamanan internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional,
kejahatan lintas negara, dan terorisme;
e. Pemberian bimbingan teknis, informasi, evaluasi, dan pelaporan di bidang multilateral
dalam hal keamanan internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional,
kejahatan lintas negara, dan terorisme; dan
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat
1.3. STRUKTUR ORGANISASI
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Direktorat KIPS dipimpin oleh Direktur Keamanan
Internasional dan Perlucutan Senjata, dibantu oleh 4 (empat) Kepala Sub Direktorat (Kasubdit),
yaitu: Kasubdit Keamanan dan Perdamaian Internasional, Kasubdit Senjata Pemusnah Massal
dan Senjata Konvensional, Kasubdit Penanggulangan Kejahatan Lintas Negara; dan Kasubdit
Penanggulangan Terorisme. Direktur juga dibantu oleh staf dan kassubag Tata Usaha dalam
kegiatan administratif. Adapun struktur organisasi Direktorat KIPS adalah sebagai berikut:
Kasubdit IV:
Penanggulangan
Terorisme
Kasubdit III:
Penanggulangan
Kejahatan Lintas
Negara
Direktur
Kasubbag
Kasubdit I:
Keamanan dan
Perdamaian
Internasional
Kasubdit II:
Senjata Pemusnah
Massal dan
Konvensional
12
1.4. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI
Alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mendorong peran aktif Indonesia untuk
menjaga ketertiban dunia dan mewujudkan perdamaian abadi. Mandat Undang-Undang Dasar
1945 tersebut menjadi dasar dan komitmen Indonesia untuk senantiasa berperan aktif dalam
mendorong stabilitas keamanan internasional dunia melalui berbagai upaya pada forum bilateral,
regional dan multilateral.
Untuk melaksanakan mandat dan tujuan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut,
Politik Luar Negeri Indonesia diarahkan kepada upaya untuk memajukan kepentingan Indonesia
dalam hal keamanan internasional dan perdamaian dunia. Direktorat KIPS sebagai unit
pelaksana pemajuan kepentingan nasional Indonesia di bidang keamanan internasional, senjata
pemusnah massal dan senjata konvensional, penanggulangan kejahatan lintas negara dan
terorisme dalam forum multilateral, memiliki nilai penting untuk melaksanakan mandat tersebut.
Dengan dinamika keamanan internasional yang semakin kompleks, Direktorat KIPS dituntut
untuk dapat berperan aktif menjadi bagian dari solusi dan pada saat yang sama memagari dan
memajukan kepentingan nasional Indonesia di tingkat internasional melalui instrumen Polugri.
Direktorat KIPS juga diharapkan dapat menunjukkan kepemimpinan Indonesia di berbagai forum
multilateral dengan senantiasa berperan aktif menyampaikan gagasan-gagasan untuk
menciptakan perdamaian dunia serta dengan berinisiatif menyelenggarakan pertemuan-
pertemuan internasional.
Dengan semakin banyaknya keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, Direktorat KIPS
juga diharapkan dapat mengkoordinasikan berbagai masukan nasional untuk selanjutnya
dirumuskan dalam bentuk politik luar negeri yang sesuai dengan kepentingan Indonesia.
Untuk itu, Program dan kegiatan Direktorat KIPS tahun 2019 telah disusun berdasarkan
dengan prioritas pembangunan nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 dan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Kerja
Sama Multilateral Tahun 2015-2019. Sedangkan intensitas program dan kegiatan disesuaikan
dengan perkembangan dan dinamika yang terjadi pada tingkat nasional, regional dan global.
13
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
Rp. 46.825.638.000,-
Anggaran Dit. KIPS
14
2.1. PENETAPAN KINERJA TAHUN 2019
Direktorat KIPS menjabarkan sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Renstra
tahun 2015-2019 melalui berbagai kegiatan secara tahunan, termasuk Perjanjian Kinerja 2019.
Di dalam (PK), Direktorat KIPS menetapkan target kinerja tahun 2019 untuk seluruh indikator
kinerja dari seluruh kegiatan pada tahun 2019. Target kinerja tersebut merupakan komitmen
capaian Direktorat KIPS pada tahun 2019.
Program : Peningkatan Peran dan Diplomasi Indonesia di Bidang Multilateral
Kegiatan : Kerjasama Multilateral terkait isu Keamanan Internasional, Senjata Pemusnah
Massal dan Senjata Konvensional, Penanggulangan Kejahatan Lintas Negara
dan Terorisme
Total : Rp. 46.825.638.000,-
Anggaran
SASARAN
ANGGARAN PER
IKU (Pagu Revisi) URAIAN INDIKATOR SASARAN TARGET
Peningkatan
Peran Indonesia di
Forum Multilateral
1. Persentase kepemimpinan
Indonesia pada forum multilateral
di Bidang Keamanan Internasional
dan Perlucutan Senjata
90%
Rp. 38.991.948.000
2. Jumlah sidang/ pertemuan
internasional di bidang Keamanan
Internasional dan Perlucutan
Senjata yang diprakarsai oleh
indonesia di forum multilateral
8 sidang
Kepemimpinan
Indonesia dalam
kerja sama
internasional yang
berpengaruh
3. Persentase rekomendasi
dari forum multilateral di Bidang
Keamanan Internasional dan
Perlucutan Senjata yang
ditanggapi oleh pemangku
kepentingan nasional
90%
Rp. 326.731.000
15
4. Persentase
posisi/prakarsa/rekomendasi
Indonesia yang diterima dalam
diplomasi kemaritiman dan polkam
di Bidang Keamanan Internasional
dan Perlucutan Senjata di forum
multilateral
92%
Rp. 7.506.959.000
Implementasi
kesepakatan
multilateral
dengan pemangku
kepentingan
nasional
5. Persentase peningkatan
kemampuan peserta terkait
diplomasi maritim dan polkam di
Bidang Keamanan Internasional
dan Perlucutan Senjata
83%
Tata Kelola
Organisasi yang
Baik di Direktorat
Keamanan
Internasional dan
Perlucutan
Senjata
6. Nilai evaluasi AKIP
Direktorat Keamanan Internasional
dan Perlucutan Senjata
76,45
-
Pengelolaan
Anggaran yang
Optimal di
Direktorat
Keamanan
Internasional dan
Perlucutan
Senjata
7. Persentase realisasi
anggaran di Direktorat Keamanan
Internasional dan Perlucutan
Senjata
100%
-
2.2. ANGGARAN TAHUN 2019
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, Direktorat KIPS memiliki anggaran sebagaimana
tercantum dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) awal tahun 2019, yaitu sebesar Rp
46.825.638.000,-.
Perihal Anggaran
DIPA awal tahun 2019 Rp 46.825.638.000,-
16
DIPA revisi tahun 2019 Rp 46.825.638.000,-
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. GAMBARAN UMUM
Sepanjang tahun 2019, Direktorat KIPS telah melaksanakan “Kegiatan Kerja Sama Multilateral
Dalam Rangka Meningkatkan peran Indonesia dan mengembangkan kerja sama multilateral
dalam mewujudkan keamanan dan perdamaian internasional”. Pelaksanaan berbagai kegiatan
kerja sama tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan di dalam
Renstra Ditjen Multilateral 2015-2019. Renstra tersebut menjadi pedoman dalam perencanaan,
pelaksanaan, serta evaluasi program dan kegiatan di Direktorat KIPS.
Realisasi capaian kinerja Direktorat KIPS diukur dari Pengukuran capaian Kinerja Kegiatan
(PKK) yang dilakukan dengan membandingkan antara rencana dan realisasi kinerja pada
indikator (output) yang menghasilkan capaian sebesar 104,15%.
Keberhasilan realisasi kinerja yang melebihi target didorong oleh semakin aktifnya Indonesia
dalam mendorong pemajuan isu-isu keamanan internasional, perlucutan senjata,
penanggulangan kejahatan lintas negara dan terorisme. Pada tahun 2019, diantaranya,
Direktorat KIPS aktif mendorong terwujudnya pengiriman Pasukan Perdamaian RI menjadi 4.000
personel pada Tahun 2019 melalui berbagai forum multilateral, penyelenggaraan pertemuan
internasional, serta menyelenggarakan berbagai forum multilateral untuk menindaklanjuti
berbagai kesepakatan multilateral. Direktorat KIPS juga terus mendorong tercapainya
kepentingan Indonesia melalui berbagai sidang multilateral serta meningkatkan kepemimpinan
Indonesia dalam isu-isu keamanan internasional, senjata pemusnah massal dan senjata
konvensional, penanggulangan kejahatan lintas negara dan terorisme melalui penyelenggaraan
kegiatan internasional.
Terdapat sejumlah tantangan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut diantaranya dinamika
hubungan internasional yang antara lain ditandai oleh adanya perbedaan kepentingan di antara
negara-negara yang terlibat dalam proses pembuatan kesepakatan pada tingkat multilateral.
Ketidakpastian kondisi politik global sepanjang tahun 2019 juga sangat dipengaruhi oleh berbagai
aksi dan kebijakan unilateralisme beberapa negara besar yang secara langsung dan tidak
langsung mempengaruhi situasi keamanan internasional yang ditandai dengan terjadinya
berbagai konflik di sejumlah kawasan di dunia.
17
Di samping itu, Pemerintah RI sering pula mendapat undangan untuk menghadiri pertemuan
terkait isu yang ditangani Direktorat KIPS yang tidak dijadwalkan sebelumnya. Kondisi ini
memerlukan penyesuaian dengan keterbatasan jumlah anggaran, sumber daya manusia,
maupun skala prioritas pada Direktorat KIPS.
3.2. CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DIREKTORAT KIPS
SASARAN
ESELON II
IKU ESELON
II TARGET CAPAIAN
INFORMASI
KINERJA JUMLAH %
DATA
DUKUNG
(sesuai
dengan
sumber data
pada SK IKU
atau data
relevan
lainnya)
Kepemimpinan
dan peran
Indonesia
yang
Berpengaruh
dalam forum
Multilateral di
Bidang
Keamanan
Internasional
dan Perlucutan
Senjata
IKU 1
Persentase
kepemimpinan
Indonesia
pada forum
multilateral di
Bidang
Keamanan
Internasional
dan Perlucutan
Senjata
90% 111,11% Jumlah
kepemimpina
n Indonesia
yang
dilaksanakan
100 % Dokumen-
dokumen
hasil sidang
laporan Delri,
resolusi,
keputusan,
presidential/
chairman
statement,
dll), kertas
posisi,
statement
Delri.
IKU 2
Jumlah sidang/
pertemuan
internasional di
bidang
Keamanan
Internasional
dan Perlucutan
8 jumlah 100 %
Jumlah
sidang/
pertemuan
internasional
yang
dilaksanakan
8 sidang Dokumen-
dokumen
hasil sidang
laporan Delri,
resolusi,
keputusan,
presidential/
chairman
statement,
18
Senjata yang
diprakarsai
oleh indonesia
di forum
multilateral
dll), kertas
posisi,
statement
Delri.
Dukungan dan
komitmen
nasional yang
tinggi atas
kebijakan luar
negeri dan
kesepakatan
dalam forum
Multilateral di
Bidang
Keamanan
Internasional
dan Perlucutan
Senjata
IKU 3
Persentase
rekomendasi
dari forum
multilateral
di Bidang
Keamanan
Internasional
dan
Perlucutan
Senjata yang
ditanggapi
oleh
pemangku
kepentingan
nasional
90%
111,111%
Jumlah
kegiatan
yang
dilaksanakan
dalam rangka
menanggapi
rekomendasi
100 % Dokumen
kesepakatan
hasil
konferensi
/pertemuan
internasional
di Indonesia
(laporan
Delri, laporan
panitia,
deklarasi,
keputusan,
agreed
minutes,
minutes of
meeting, dll)
Diplomasi
maritim dan
polkam yang
kuat di forum
Multilateral di
Bidang
Keamanan
Internasional
dan Perlucutan
Senjata
IKU 4
Persentase
posisi/prakarsa
/rekomendasi
Indonesia
yang diterima
dalam
diplomasi
kemaritiman
dan polkam di
Bidang
Keamanan
Internasional
dan Perlucutan
Senjata di
forum
92% 108,70% Jumlah
posisi/prakars
a/rekomenda
si yang
diterima
100 % Ketentuan
perundang-
undangan
yang
disahkan
untuk
meratifikasi
atau
mengimplem
entasikan
kesepakatan
internasional
di Indonesia
(UU, PP,
Perpres, dll),
serta hasil-
19
multilateral hasil lain dari
aktivitas
dalam rangka
mengimplem
entasikan
kesepakatan
multilateral di
Indonesia.
IKU 5
Persentase
peningkatan
kemampuan
peserta
terkait
diplomasi
maritim dan
polkam di
Bidang
Keamanan
Internasional
dan Perlucutan
Senjata
83% 106,02% Jumlah event
terkait
diplomasi
maritim dan
polkam yang
dilaksanakan
88 % Ketentuan
perundang-
undangan
yang
disahkan
untuk
meratifikasi
atau
mengimplem
entasikan
kesepakatan
internasional
di Indonesia
(UU, PP,
Perpres, dll),
serta hasil-
hasil lain dari
aktivitas
dalam rangka
mengimplem
entasikan
kesepakatan
multilateral di
Indonesia.
20
Tata Kelola
Organisasi
yang Baik di
Direktorat
Keamanan
Internasional
dan Perlucutan
Senjata
Nilai evaluasi
AKIP
Direktorat
Keamanan
Internasional
dan Perlucutan
Senjata
76,45 96,78% Laporan Nilai
AKIP
Direktorat
Keamanan
Internasional
dan
Perlucutan
Senjata
73,99 % Laporan Nilai
AKIP
Direktorat
Keamanan
Internasional
dan
Perlucutan
Senjata
Pengelolaan
Anggaran
yang Optimal
di
Direktorat
Keamanan
Internasional
dan Perlucutan
Senjata
Persentase
realisasi
anggaran di
Direktorat
Keamanan
Internasional
dan Perlucutan
Senjata
100% 96,32% Realisasi
anggaran
Direktorat
Keamanan
Internasional
dan
Perlucutan
Senjata
96,32 % Data SP2D
dan
Monitoring
dan evaluasi
CAPAIAN SASARAN 104,15
3.3. ANALISA PENCAPAIAN SASARAN
Dengan semakin kompleksnya dinamika politik internasional, isu-isu keamanan internasional
mengalami transformasi yang ditandai oleh, antara lain semakin meningkatnya eskalasi kasus-
kasus kejahatan lintas negara termasuk terorisme yang mengancam keamanan negara-negara
di dunia, meningkatnya tensi ancaman konflik di berbagai kawasan sebagai akibat ketidakpastian
situasi geopolitik, aksi unilateralisme maupun penurunan political good will, sehingga menggerus
tingkat kepercayaan diantara negara-negara kunci. Sementara itu, konflik eksternal dan internal
tetap menjadi ancaman nyata bagi masyarakat internasional. Dalam kaitan itu, diplomasi
multilateral Indonesia di bidang keamanan internasional diarahkan untuk meningkatkan peran
Indonesia dalam penanganan isu keamanan internasional – termasuk kontribusi Indonesia dalam
Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB –, isu senjata pemusnah massal dan senjata konvensional,
penanggulangan kejahatan lintas negara dan terorisme.
Pada tahun 2019, kinerja Direktorat KIPS juga diarahkan pada upaya untuk mendorong
terwujudnya pengiriman Pasukan Perdamaian RI menjadi 4.000 personel pada Tahun 2019,
berperan aktif menyampaikan posisi Indonesia pada pertemuan-pertemuan internasional, dan
menjalankan kepemimpinan Indonesia di berbagai forum global. Di tingkat nasional, Direktorat
21
KIPS juga turut aktif mendukung implementasi berbagai kesepakatan internasional di mana
Indonesia telah menjadi negara pihak pada berbagai kesepakatan tersebut.
Realisasi kinerja Direktorat KIPS pada tahun 2019 mencapai sebesar 104,15% Kinerja tahun
tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun 2018. Sebagai catatan, realisasi kinerja tahun
2018 mencapai 100,73% dan tahun 2017 mencapai 100,60%. Terlihat selama 3 (tiga) tahun
terakhir Direktorat KIPS terus melampaui target yang ditetapkan yang sejalan dengan realisasi
kinerja. Hal ini kiranya dipandang sebagai hal yang positif, mengingat angka realisasi kinerja
tersebut dikarenakan upaya Direktorat KIPS untuk melakukan perencanaan yang lebih matang
sehingga Realisasi Kinerja sesuai target yang telah ditetapkan.
Capaian sasaran strategis Direktorat KIPS yaitu ditandai dengan 7 IKU yaitu:
1. Analisa IKU 1: Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum multilateral di
Bidang Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata
IKU tersebut diperoleh dengan formulasi pengukuran sebagai berikut:
Jumlah kepemimpinan Indonesia yang dilaksanakan _____________ x 100%
Jumlah pertemuan/event yang disepakati untuk dipimpin Indonesia
Target kepemimpinan adalah potensi dan kesempatan bagi kepemimpinan Indonesia dalam
berbagai forum multilateral.
97%
98%
99%
100%
101%
102%
103%
104%
105%
2017 2018 2019
Realisasi Kinerja
Realisasi Kinerja
22
Sedangkan sumber data untuk perhitungan IKU ini berasal dari dokumen kesepakatan hasil
konferensi /pertemuan internasional di Indonesia (laporan Delri, laporan panitia, deklarasi,
keputusan, agreed minutes, minutes of meeting, dll).
IKU
ESELON II TARGET
CAPAIAN
2019
CAPAIAN
2018
CAPAIAN
2017
INFORMASI
KINERJA JUMLAH %
DATA
DUKUNG
IKU 1
Persentase
kepemimpin
an
Indonesia
pada forum
multilateral
di Bidang
Keamanan
Internasion
al
dan
Perlucutan
Senjata
90% 111,11% 107,53 % 73% Jumlah posisi
Indonesia
yang diterima
37 % Dokumen-
dokumen
hasil sidang
(laporan
Delri,
resolusi,
keputusan,
presidential/c
hairman
statement,
dll), kertas
posisi,
statement
Delri.
Jumlah posisi
Indonesia
yang
disampaikan
37
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
2017 2018 2019
CAPAIAN IKU I
Realisasi Kinerja
Formatted Table
23
Pada tahun 2019, Direktorat KIPS telah berperan aktif mewujudkan serta mempertahankan
kepemimpinan Indonesia dalam sejumlah forum multilateral terkait dengan Bidang Keamanan
Internasional dan Perlucutan Senjata. Jika dibandingkan dengan tahun 2017 dan 2018, terjadi
peningkatan capaian IKU I seperti yang terlihat di dalam tabel. Lebih lanjut, beberapa
kepemimpinan yang telah diterima dan bernilai strategis antara lain adalah sebagai berikut:
1. Konsultasi Rencana Co-deployment RI-Ethiopia dan RI-Australia ke Misi-misi UNPKO
Agenda A4P telah merekomendasikan opsi co-deployment antara T/PCCs sebagai bentuk
pendekatan inovatif dalam memperkuat MPP PBB. Indonesia tengah melakukan konsultasi
dengan Ethiopia dan Australia guna menjajaki kerja sama di MPP PBB termasuk
kemungkinan co-deployment personel
a. RI-Ethiopia di Sentul
Pertemuan ini merupakan tindak lanjut Surat Menlu RI kepada Menlu Ethiopia bulan
Januari 2019 mengenai potensi kerja sama kedua negara di MPP PBB. Pertemuan di
Sentul telah menghasilkan Minutes of Meeting. Komitmen kedua negara kemudian juga
ditingkatkan dengan penandatanganan Letter of Intent (LoI) on Cooperation in
Peacekeeping Operations di sela-sela High Level Week SMU PBB Ke-74 tanggal 27
September 2019.
Beberapa pembahasan antara Indonesia dan Ethiopia sejauh ini adalah tercapainya
kesamaan pandangan mengenai potensi bersama membentuk joint contingent, meski
diakui adanya hambatan budaya dan bahasa. Pihak Ethiopia dhi. Ethiopia Peace
Support Training Center (EPSTC) mengindikasikan kemungkinan co-deployment pada
satgas transportasi, logistik, dan kesehatan/medis.
Keinginan kedua belah pihak menjalin kerja sama di bidang capacity building, baik
berupa pelatihan operasi MPP PBB, skill komunikasi/bahasa, dan manajemen logistik.
EPSTC sampaikan keinginan kerja sama capacity building dan tawaran saling mengikuti
peacekeeping training for trainer di PMPP TNI dan EPSTC.
b. RI-Australia
Terkait pembahasan rencana co-deployment dengan Australia, Kemlu telah
memberikan dukungan pada rangkaian pertemuan negosiasi di Sentul 9-10 September
2019, di Canberra, 11-13 November 2019, dan di Sentul, 10-13 Desember 2019.
24
Perkembangan pembahasan terkait rencana co-deployment peacekeepers RI-Australia
mencakup modalitas kerja sama yang telah disepakati, seperti potensi penggelaran
pasukan pada Satgas Kizi, Satgas Kompi Transportasi TNI, Satgas Air Field Support
Unit pengisian Milobs dan Milstaff, peningkatan partisipasi perempuan, training and
capacity building, dan pengaturan contingent commander.
2. Rangkaian Kegiatan Presidensi Indonesia dan Signature Events pada DK PBB Mei 2019
Kepemimpinan Indonesia di DK PBB juga tercermin pada saat Presidensi Indonesia di DK
PBB bulan Mei 2019. Indonesia telah menyelenggarakan sejumlah signature events pada
saat menjabat sebagai Presiden DK PBB sebagai berikut:
a. Sidang terbuka DK PBB mengenai Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB “Investing
in Peace: Improving Safety and Performance of UN Peacekeeping”. Pertemuan dipimpin
oleh Menlu RI dan berhasil menghasilkan Presidential Statement (PRST) mengenai
upaya untuk memperkuat pelatihan dan kapasitas peacekeeper.
b. Diskusi informal DK PBB dalam format Arria Formula mengenai Palestina.
Pertemuan dipimpin oleh Menlu dan membahas mengenai isu pemukiman ilegal Israel
di wilayah Palestina, khususnya dari aspek hukum dan kemanusiaan dengan penekanan
terhadap Resolusi DK 2334 (2016).
c. Sidang terbuka DK PBB mengenai Protection of Civilians in Armed Conflicts.
Pertemuan dipimpin oleh Menlu RI dan diselenggarakan dalam rangka peringatan 20
tahun adopsi agenda protection of civilian di DK PBB dan 70 tahun Konvensi Jenewa
mengenai hukum humaniter internasional.
Gambar 1. Rangkaian Presidensi DK PBB
25
3. Konsultasi DK PBB
Kepemimpinan Indonesia juga tercermin melalui sejumlah pertemuan konsultasi isu-isu DK
PBB dengan negara anggota DK PBB maupun sejumlah negara kunci lainnya, baik pada
working level maupun pada tingkat pejabat senior. Sepanjang tahun 2019 telah
diselenggarakan berbagai pertemuan konsultasi terkait isu-isu DK sebagai berikut:
a. Konsultasi Isu-isu DK PBB dengan Kuwait
Menteri Luar Negeri RI beserta delegasi yang mendampingi, termasuk wakil Dit. KIPS,
telah melakukan kunjungan kerja ke Kuwait City pada 1-2 September 2019. Agenda
pembahasan pertemyan mencakup berbagai isu, termasuk isu regional dan
internasional yang menjadi perhatian bersama kedua negara, terutama dalam konteks
keanggotaan kedua negara di DK PBB selama tahun 2019. Kedua pihak juga
berkomitmen untuk terus memperkuat kerja sama sebagai sesama Anggota Tidak Tetap
DK PBB, termasuk dalam mendorong sinergi antara organisasi-organisasi regional dan
DK PBB.
b. Konsultasi Isu-isu DK PBB dengan Tunisia
Konsultasi isu-isu DK PBB ke Tunisia telah diselenggarakan pada pada 27 September
2019. Dalam pertemuan tersebut, kedua pihak telah membahas berbagai isu regional
dan internasional yang menjadi perhatian dan kepentingan bersama serta penguatan
kerja sama antara kedua negara dalam konteks DK PBB, dimana Indonesia dan Tunisia
secara beririsan akan berada dalam keanggotaan tidak tetap DK PBB pada tahun 2020.
Isu-isu yang secara khusus dibahas kedua pihak meliputi: reformasi DK PBB, pasukan
perdamaian PBB, bina damai (peacebuilding), perlindungan warga sipil dalam konflik
bersenjata, Palestina, Suriah, Yaman, Libya, Irak, Iran, dan krisis di antara negara-
negara anggota Gulf Cooperation Council (GCC).
c. Konsultasi Isu-isu DK PBB dengan Polandia
Dalam rangka koordinasi pada isu ini dan kerja sama dalam kerangka DK PBB,
Indonesia dan Polandia menyelenggarakan konsultasi isu-isu DK PBB pada 18 Maret
2019 di Warsawa, Polandia. Dit. KIPS turut berpartisipasi dalam Delri yang dipimpin oleh
Dirjen Amerika dan Eropa Kemenlu RI. Isu-isu yang diangkat dalam konsultasi antara
lain keinginan kedua negara untuk meningkatkan kontribusi di UN Peacekeeping serta
peningkatan peran Elected-10 (E-10) terkait Reformasi DK PBB. Kedua negara juga
memandang penting isu Woman, Peace and Security (WPS) dimana Polandia telah
menyiapkan National Action Plan on WPS, sementara Indonesia menyelenggarakan
Workshop bertema WPS di tingkat regional pada bulan April 2019.
26
d. Konsultasi Isu-isu DK PBB dengan Jerman
Selain diselenggarakannta Focused Group Discussion (FGD) mengenai Implementing
Women, Peace, and Security Agenda under Action for Peacekeeping: Collective
Commitment towards More Uniformed Women in the Field, pada tanggal 5 Juli 2019 di
Berlin, Kemlu Jerman bekerja sama dengan Kemlu RI, yang dipimpin oleh Direktur KIPS,
telah menyelenggarakan Konsultasi Bilateral antara Indonesia dan Jerman untuk
membahas sejumlah isu mengemuka di DK PBB, antara lain: penanggulangan
terorisme, climate and security, perlucutan senjata nuklir, WPS, JCPOA-Iran, serta
perkembangan situasi keamanan di Afghanistan, Myanmar, dan Selat Hormuz.
e. Konsultasi Isu-isu DK PBB dengan Rusia
Dit. KIPS turut berpartisipasi sebagai Delri yang dipimpin oleh Dirjen Amerop di dalam
Sidang Komisi Bersama (SKB) RI – Rusia di Bali, tanggal 21 Februari 2019. Pertemuan
membahas berbagai aspek kerja sama bilateral maupun isu-isu DK PBB yang menjadi
perhatian bersama, di antaranya peacekeeping dan keinginan Rusia untuk melakukan
konsultasi bilateral Indonesia – Rusia mengenai isu-isu DK PBB di Indonesia di tingkat
Dirjen, sebagai tindak lanjut atas konsultasi pertama yang berlangsung di Moscow,
Rusia, tanggal 23 Oktober 2018.
f. Pertemuan dengan Pejabat Senior Belgia dan Inggris dalam rangka Penjajakan
Pengembangan Komponen Sipil pada Misi Pemeliharaan Perdamaian
Internasional
Dalam rangka penjajakan kerja sama pengembangan komponen sipil Indonesia pada
misi penjaga perdamaian, Dit. KIPS juga telah berpartisipasi pada pertemuan antara
Kemlu RI dengan pejabat senior Kemlu Belgia, European External Affairs Services
(EEAS) dan Egmont Royal Institute on International Relations pada 20-21 Juni 2019 di
Brussel, Belgia, serta Kepala Stabilisation Unit di Kemlu Inggris (Foreign Commonwealth
Office/FCO) pada 18 Juni 2019 di London, Inggris. Kedua pertemuan tersebut
membahas partisipasi dan penjajakan kerja sama pelatihan komponen sipil sebagai
personel penjaga perdamaian, termasuk partisipasi perempuan sebagai bagian dari
pembangunan institusi untuk memperkuat ketahanan lokal, dan membentuk platform
yang tangguh untuk pembangunan berkelanjutan.
g. Kunjungan Kerja ke Uni Afrika
Pada 11-14 Juli 2019, telah diselenggarakan kunjungan konsultasi ke markas Uni Afrika
di Addis Ababa, Ethiopia. Kunjungan ini ditujukan untuk menindaklanjuti janji kampanye
Indonesia untuk menyuarakan concern negara-negara Afrika serta mengeksplorasi
27
potensi kerja sama konkret, khususnya dengan Uni Afrika. Secara khusus, pertemuan
juga mendiskusikan nexus climate change dan peace and security yang menjadi salah
satu concern utama negara-negara Afrika. Dari pertemuan, terdapat 8 (delapan) area
potensi kerja sama dengan Afrika uang dapat ditindaklanjuti, antara lain counter-
terrorism; maritime security; peacekeeping operations (PKO); climate, peace and
security; police cooperation; small arms and light weapons (SALW); kerja sama African
Union (AU)-ASEAN; dan implementasi Bandung Spirit.
4. Kepemimpinan Indonesia di Dewan Keamanan (DK) PBB
Kepemimpinan Indonesia di Dewan Keamanan (DK) PBB tercermin melalui peran aktif
Indonesia dalam berbagai pertemuan DK PBB. Indonesia berperan aktif menyuarakan
pentingnya dialog dalam penyelesaian konflik agar tercipta kawasan kondusif yang damai
dan aman. Indonesia memberikan perhatian pada isu kawasan dan tematik di DK PBB.
a. Di kawasan Amerika dan Eropa, Indonesia berperan aktif dalam pembahasan
sejumlah isu yang mengemuka di antaranya isu Kosovo, Krimea (Ukraina), Venezuela,
Kolombia dan Haiti.
b. Di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, sejumlah isu menjadi perhatian Indonesia,
diantaranya isu Palestina, Suriah, Yaman, Libya, dan Lebanon, serta isu Afghanistan,
Iran, dan situasi di Jammu dan Kashmir. Selain itu, isu di Rakhine State, Myanmar, juga
menjadi perhatian dimana Indonesia secara aktif memfasilitasi proses bina damai dan
upaya rekonsiliasi di Rakhine State melalui penyelenggaraan sejumlah pertemuan di
Myanmar dan Indonesia. Selain itu, situasi di Semenanjung Korea masih menjadi
perhatian utama di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Terkait kawasan Afrika, sejumlah
isu yang masih menjadi pembahasan utama antara lain situasi di Sudan, Sudan Selatan,
Mali dan Sahel, Republik Demokratik Kongo, Republik Afrika Tengah, dan Sahara Barat.
Kehadiran pasukan penjaga perdamaian Indonesia di sejumlah misi PBB di Afrika juga
menjadi perhatian utama.
c. Sejumlah isu tematis yang mendapat perhatian utama Indonesia antara lain mengenai
peran perempuan dalam perdamaian (women, peace, and security), penanggulangan
terorisme, perlucutan senjata dan juga perlindungan warga sipil di wilayah konflik.
Indonesia menjadi penyelenggara lokakarya regional mengenai peran perempuan
dalam perdamaian pada bulan April 2019. Indonesia bersama Belgia juga menjadi
penyelenggara pertemuan Arria Formula yang membahas upaya deradikalisasi dalam
penjara sebagai upaya penanggulangan terorisme.
28
5. Kepemimpinan Indonesia untuk mendorong kemitraan global agar tercapai sinergi antara
penciptaan perdamaian dan kegiatan pembangunan berkelanjutan terwujud melalui berbagai
kegiatan peningkatan kapasitas yang menyentuh isu-isu yang terkait peningkatan
kemakmuran dengan target negara-negara yang pernah terdampak konflik di Asia dan Afrika.
Bantuan di sektor teknis dapat meningkatkan kapasitas negara untuk menjaga negaranya
agar tidak kembali jatuh di dalam konflik (relapse). Untuk itu, sejumlah program peningkatan
kapasitas dan bantuan teknis berupa pelatihan telah diselenggarakan di sejumlah negara
berkembang di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Selatan pada tahun 2019, di antaranya
adalah:
a. Penguatan Kapasitas Aparat Pemerintah Palestina melalui Pelatihan Manajemen
Makroekonomi dan Kebijakan Fiskal, di Amman, Yordania, 26-28 Maret 2019.
Pelatihan Kebijakan Fiskal diikuti oleh 21 peserta asal Palestina dan 3 orang peserta
asal Yordania. Melalui pelaksanaan pelatihan ini, Pemri berupaya untuk membantu
meningkatkan kapasitas, pengetahuan dan keahlian yang memadai bagi pemangku
kepentingan di Palestina guna mewujudkan kemandirian dalam membangun Negara
Palestina, khususnya di bidang makro ekonomi dan kebijakan fiskal.
b. Pelatihan kepada Diplomat Afghanistan mengenai Bina Damai melalui Promosi
Toleransi, Pluralisme, dan Demokrasi bertempat di Jakarta dan Ambon pada tanggal
15-24 Juli 2019. Kegiatan ini diikuti oleh 10 orang diplomat Afghanistan dengan berbagai
tingkatan, dan mengambil tema Indonesia and the Building of Peace Through the
Promotion of Tolerance, Pluralism, and Democracy. Kegiatan ini merupakan upaya
tindak lanjut komitmen Pemri dalam mendukung proses penguatan perdamaian dan
pembangunan pasca konflik di Afghanistan. Rangkaian kegiatan dilakukan dalam format
on-class melalui dialog interaktif dan diskusi di Jakarta, 16-18 Juli 2019, dan format off-
class melalui kunjungan lapangan di Kota Ambon, 19-22 Juli 2019.
c. Pelatihan bagi Pengembangan Kapasitas Usaha Kecil dan Menengah Suriname
pada tanggal 16-18 September 2019 di Paramaribo. Pelatihan ini diikuti oleh 30 peserta
dan 5 peninjau yang berasal dari berbagai kementerian/lembaga dan pelaku UKM di
Suriname. Melalui pelaksanaan kegiatan ini, Pemri berupaya untuk membantu
meningkatkan kapasitas, pengetahuan dan keahlian yang memadai bagi pemangku
kepentingan di Suriname guna mendorong pemajuan UKM yang dapat berkontribusi
pada mendorong perekonomian di tingkat lokal.
d. Program Penguatan Kapasitas Kewirausahaan untuk Nigeria di Abuja pada tanggal
30 Oktober – 1 November 2019. Pelatihan mengenai kewirausahaan (entrepreneurship)
ini diikuti oleh 20 peserta yang merupakan pelaku usaha dari berbagai sektor yang ada
29
di Nigeria. Melalui pelaksanaan kegiatan ini, Indonesia berupaya untuk membantu
meningkatkan kapasitas, pengetahuan dan keahlian yang memadai bagi pemangku
kepentingan di Nigeria guna mendorong pengetahuan mengenai kewirausahaan, yang
dapat berkontribusi pada mendorong perekonomian di tingkat lokal serta membuka
peluang ekonomi lebih besar antara Indonesia dan Nigeria.
6. Kepemimpinan Indonesia dalam perdamaian dan keamanan internasional telah ditegaskan
melalui upaya penguatan dasar hukum untuk penerapan nasional Resolusi DK PBB atau
yang dikenal dengan UN Act. Hal ini dapat memayungi penerapan Resolusi DK PBB oleh
Indonesia. Selama tahun 2019, Kemlu telah melaksanakan serangkaian kegiatan untuk
mendukung pembentukan payung hukum dimaksud melalui penelitian pada sejumlah
negara, yakni:
a. Singapura (11-14 Februari 2019). Singapura memiliki UN Act sebagai payung hukum
pelaksanaan Resolusi DK PBB pada tataran domestik dan proses transformasi kaidah
hukum internasional secara nasional. Dua aspek penting yang kiranya dapat menjadi
rujukan Indonesia adalah adanya forum koordinasi lintas Kementerian/Lembaga secara
terpadu dan kegiatan outreach untuk mendorong awareness pemangku kepentingan.
b. Amerika Serikat (23-31 Maret 2019). AS telah menggunakan International Emergency
Economic Powers Act (IEEPA) tahun 1977. IEEPA meletakkan kriteria situasi darurat
nasional karena ancaman dari luar negeri sebagai dasar pemberlakuan sanksi ekonomi.
c. Belanda (29 April-5 Mei 2019). Belanda telah memiliki Sanctiewet tahun 1977 yang
memudahkan pelaksanaan sanksi ekonomi internasional berkaitan dengan Resolusi DK
PBB. Sanctiewet tersebut memberikan dasar bagi Pemerintah Belanda untuk
menetapkan Sanctieregeling yang memberikan kewenangan bagi Menteri Luar Negeri
untuk menjadi koordinator pelaksanaan nasional Resolusi DK PBB.
d. Australia (24-28 Juli 2019). Australia telah memiliki Charter of the United Nations Act
1945 dan Autonomous Sanctions Act 2011 sebagai payung hukum penerapan Resolusi
DK PBB dan sanksi internasional lainnya. Keterlibatan Australia sebagai anggota tidak
tetap DK PBB pada masa lampau telah memberikan kontribusi signifikan terhadap
infrastruktur perdamaian dunia, dengan didukung dasar hukum terkait yang telah
terbentuk di Australia.
e. Jepang (6-9 Agustus 2019). Jepang tidak memiliki peraturan khusus yang dapat
memberlakukan nasional Resolusi DK PBB. Namun demikian, untuk strategic trade
30
control yang berkaitan dengan sanksi ekonomi di bawah Resolusi DK PBB, Jepang
menggunakan Foreign Exchange and Foreign Trade Law.
f. Korea Selatan (11-15 November 2019). Secara umum, Korea Selatan tidak memiliki
peraturan khusus untuk mengimplementasikan Resolusi DK PBB ke dalam hukum
nasional. Korea Selatan menggunakan peraturan yang ada melalui mekanisme
executive legislative dan penguatan koordinasi inter kementerian. Peraturan tersebut
antara lain adalah, Foreign Exchange Act, Foreign Trade Act, dan Inter-Korean
Exchange and Cooperation Act.
g. Rusia (24-29 November 2019). Konstitusi Rusia menempatkan hukum internasional
sebagai bagian integral dari sistem hukum nasional Rusia dan keberlakuannya lebih
tinggi serta tidak dapat diganggu gugat oleh norma hukum nasional. Hukum
internasional, termasuk Resolusi DK PBB, akan dapat langsung berlaku tanpa didahului
dengan pembentukan instrumen hukum nasional. Rusia telah menerbitkan Undang-
Undang Federal Nomor 83 Tahun 2019 yang menyederhanakan pemberlakuan suatu
resolusi DK PBB yang telah diadopsi dan mengatur implementasi teknis resolusi DK PBB
oleh Kementerian/Lembaga terkait yang dikoordinasikan oleh Kemenlu Rusia.
7. UN Special Committee on Peacekeeping Operations (C-34)
Kepemimpinan Indonesia pada Pertemuan UN Special Committee on Peacekeeping
Operations (C-34) di Markas Besar PBB, New York, pada bulan Februari 2019. Delri dipimpin
Komandan PMPP TNI telah menyampaikan statement ASEAN serta national statement
terkait efektifitas proses perumusan mandat yang mendukung performa peacekeepers,
penguatan kerjasama pelatihan, dan komitmen Indonesia dalam memberikan pelatihan
terbaik dalam rangka mendukung MPP PBB.
8. Informal Meeting: What ASEAN Can Do in Rakhine State di Jakarta, tanggal 18 Februari
2019,
Untuk membangun saling percaya pula, Indonesia menyelenggarakan pertemuan informal
“What ASEAN Can Do in Rakhine State, Myanmar?” di Jakarta pada 18 Februari 2019.
Pelaksanaan pertemuan informal ini juga dimaksudkan untuk lebih memperkuat dukungan
bagi keterlibatan ASEAN dalam mencari penyelesaian persoalan di Rakhine State.
Pentingnya peran ASEAN dalam hal ini mengingat keberadaan 1,1 juta pengungsi berpotensi
menimbulkan krisis kemanusiaan baru seperti arus irregular migration manusia perahu ke
negara-negara di kawasan serta ancaman kejahatan transnasional.
31
9. 3rd Meeting of the Group of Governmental Experts to Consider the Role of Verification in
Advancing Nuclear Disarmeament
Indonesia telah berpartisipasi pada sesi 3rd Meeting of the Group of Governmental Experts
to Consider the Role of Verification in Advancing Nuclear Disarmeament (GGE NDV) yang
berlangsung di Jenewa, pada tanggal 8-12 April 2019. Pertemuan ketiga tersebut berhasil
mengadopsi laporan akhir yang akan disampaikan kepada Komite I, Sidang Majelis Umum
(SMU) PBB, bulan Oktober 2019. Secara umum, substansi dari laporan akhir dimaksud
masih dapat dikembangkan lebih lanjut guna mengakomodir kepentingan non-nuclear
weapons states (NNWS) di bidang verifikasi perlucutan senjata nuklir, khususnya terkait
prinsip inklusivitas dan aspek pembangunan kapasitas.
10. UN Peacekeeping Ministerial (UNPM): Uniformed Capabilities, Performance and Protection
Kepemimpinan Indonesia pada UN Peacekeeping Ministerial (UNPM): Uniformed
Capabilities, Performance and Protection di Markas Besar PBB, New York, 29 Maret 2019,
yang dihadiri sekitar 130 negara. Pertemuan berhasil menjaring pledges dari negara-negara
T/PCCs untuk memenuhi kebutuhan spesifik MPP PBB di berbagai unit satgas serta
kebutuhan akan pelatihan dan pembangunan kapasitas, kapabilitas, kontrubusi dana,
mekanisme prosekusi SEA dan peningkatan female peacekeepers. Indonesia telah
menyampaikan pledges untuk berbagai unit satgas dengan total pasukan sejumlah ±2.000
personel, yang telah didaftarkan secara on-line ke sistem UNPCRS pada tanggal 1 April
2019.
11. Open Debate on Counter Financing of Terrorism
Indonesia berkomitmen untuk melawan terorisme dan pendanaannya melalui kerja sama
internasional terutama adopsi dari Resolusi 2462 di mana Indonesia merupakan co-sponsor.
Komitmen ini disampaikan kembali pada saat kehadiran Pemri dalam Open Debate on
Counter Financing of Terrorism di New York pada 23-31 Maret 2019.
12. High Level Week SMU PBB Ke-74
Kepemimpinan Indonesia di rangkaian kegiatan pada High Level Week SMU PBB Ke-74
yang terdiri dari:
(i) Ministerial Peacekeeping Dinner: diskusi informal tingkat Menteri yang diselenggarakan
setiap tahun sejak tahun 2013 di sela-sela SMU PBB dan diadakan oleh Pemerintah
Finlandia, Indonesia, Rwanda, Uruguay, bekerja sama dengan International Peace
Institute (IPI). Indonesia pertama kali menjadi co-host pada tahun 2015.
(ii) Pertemuan 26 September 2019 yang mengangkat inisiatif Action for Peacekeeping
(A4P) dan inisiatif-inisiatif lainnya terkait reformasi UN Peacekeeping.
32
(iii) Pertemuan tanggal 25 September 2019 yang mengangkat tema “Enhancing
Partnerships between the UN and International Organization, Regional, and Sub-
regional Organizations.”
13. Good Offices Outreach
Indonesia dan Australia, selaku Ketua Bersama Bali Process telah menyelenggarakan Good
Offices Outreach ke Dhaka, Bangladesh, dan Naypyitaw, Myanmar, tanggal 17-19 November
2019. Outreach dilaksanakan guna mendapatkan masukan dari Bangladesh dan Myanmar
mengenai situasi di Rakhine dan Cox’s Bazar serta hal-hal yang dapat dilakukan oleh Bali
Process, sesuai mandatnya, untuk membantu percepatan repatriasi pengungsi. Kedua Ketua
Bersama mendorong Bangladesh dan Myanmar untuk dapat memanfaatkan Bali Process
mengingat Bali Process forum yang relevan untuk menanggulangi isu migrasi ireguler di
mana kedua negara terdampak sama-sama menjadi anggota.
Kepemimpinan Indonesia pada Regional Support Office (RSO) Bali Process. Pada bulan
April hingga Oktober 2019, seorang staf Fungsional Diplomat dari Direktorat Keamanan
Internasional dan Perlucutan Senjata, Direktorat Jenderal Kerja Sama Multilateral Kemlu
ditugaskan sebagai Wakil Pemri pada Regional Support Office (RSO) Bali Process.
Penugasan tersebut telah memberikan pengaruh bagi penguatan kerja sama dalam
penanganan penyelundupan manusia dan perdagangan orang antara Indonesia dengan
Australia maupun negara-negara anggota Bali Process lainnya.
2. Analisa IKU 2: Jumlah sidang/ pertemuan internasional di bidang Keamanan
Internasional dan Perlucutan Senjata yang diprakarsai oleh indonesia di forum
multilateral;
IKU tersebut diperoleh dengan formulasi pengukuran sebagai berikut:
Sidang/ pertemuan internasional yang diprakarsai oleh indonesia di forum multilateral adalah
inisiatif Indonesia untuk menyelenggarakan event internasional yang membahas isu-isu
multilateral.
Sedangkan sumber data untuk perhitungan IKU ini berasal dari dokumen-dokumen hasil
sidang (laporan Delri, resolusi, keputusan, presidential/chairman statement, dll); kertas posisi,
statement Delri.
Jumlah sidang/ pertemuan internasional yang dilaksanakan x 100%
Jumlah pertemuan/event yang diprakarsai oleh Indonesia
33
IKU
ESELON II TARGET CAPAIAN
INFORMASI
KINERJA JUMLAH
CAPAIAN
2019 (%)
CAPAIAN
2018 (%)
CAPAIAN
2017 (%)
DATA
DUKUNG
IKU 2
Jumlah
sidang/
pertemuan
internasion
al di bidang
Keamanan
Internasion
al dan
Perlucutan
Senjata
yang
diprakarsai
oleh
Indonesia di
forum
multilateral
8 sidang 8 sidang Jumlah
posisi
Indonesia
yang
diterima
8 100% 85.71 % 128% Dokumen-
dokumen hasil
sidang (laporan
Delri, resolusi,
keputusan,
presidential/chai
rman statement,
dll), kertas
posisi,
statement Delri.
Jumlah
posisi
Indonesia
yang
disampaikan
8
Pada tahun 2019 terjadi peningkatan dari segi capaian dibandingkan 2018, meskipun di tahun
2017 terlihat mengalami penurunan, namun capaian di 2019 bernilai 100% yang menandakan
jika perencanaan dan capaian telah tepat sasaran. Direktorat KIPS juga berperan aktif
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
2017 2018 2019
CAPAIAN IKU 2
Realisasi Kinerja
34
memprakarsai sejumlah sidang/ pertemuan internasional terkait Keamanan Internasional dan
Perlucutan Senjata. Dari 8 sidang/pertemuan internasional yang diprakarsai pada tahun 2019,
keseluruhnya telah diterima. Beberapa sidang/pertemuan internasional yang telah diterima dan
bernilai strategis antara lain adalah:
1. The Global Counterterrorism Forum Countering Violent Extremism Working Group Workshop
on Counter and Alternative Narrative
KIPS Kemlu bekerja sama dengan Pemerintah Australia sebagai co-chair the Global
Counterterrorism Forum Countering Violent Extremism Working Group Workshop on Counter
and Alternative Narrative di Jakarta, 24-25 Juni 2019. Peserta berasal dari elemen pemerintah,
organisasi internasional, dan sektor swasta. Kegiatan tessebut bertujuan untuk membentu
narasi bersama dalam melawan terorisme dan ekstrimisme yang berkelanjutan.
Gambar 2. GCTF CVE WG Workshop on Counter and Alternative Narrative
2. Regional Table-Top Exercise on Chemical Emergency Response
Regional Table-Top Exercise on Chemical Emergency Response merupakan kegiatan yang
diadakan oleh KIPS bekerja sama dengan OPCW pada 29 Oktober – 1 November 2019 di
Bali. Kegiatan ini merupakan kedelapan kalinya Indonesia menjadi tuan rumah dengan
menghadirkan 17 negara Asia dan perwakilan instansi terkait dari Indonesia. Tujuan dari
kegiatan ini adalah dalam rangka peningkatan kapasitas negara anggota melalui
pengaplikasian Article X on Assitance and Protection against Chemical Weapons di kawasan
Asia Pasifik yang melihat posisi strategis kawasan sebagai hub perdagangan bahan kimia.
3. The 17th CBRN National Focal Point (NFP) Round-Table Meeting (RTM) for South-East Asia
(SEA)
Kegiatan tersebut dilaksanakan di Bogor pada 10-13 Desember 2019 yang merupakan kerja
sama co-hosting Kemlu dengan Uni Eropa dalam kerangka kerja sama regional EU CBRN
Centre of Excellence in South East Asia (EU-CBRN CoE SEA) dan mengundang peserta dari
35
berbagai instansi terkait. Kegiatan koordinasi rutin tahunan para National Focal Point (NFP) ini
bertujuan untuk mengkaji dan membahas kemajuan kerja sama tata kelola risk mitigation isu
CBRN (chemical, biologica, radiological, and nuclear) di kawasan Asia Tenggara dan
merencanakan program di tahun berikutnya.
4. Rangkaian Kegiatan Side Event UNPM Tahun 2019, 28 Maret 2019
Di sela-sela pertemuan UN Peacekeeping Ministerial (UNPM) tahun 2019, Indonesia telah
mengadakan side event berbentuk Triangular Formula Meeting on Training, Capacity
Building, Safety and Security, and Performance of UN Peacekeeping di ECOSOC Chamber,
Markas Besar PBB. Indonesia merupakan negara penggagas sekaligus Co-Chair dari
pertemuan tersebut. Negara-negara Co-Chairs lainnya adalah RRT, Pakistan, Maroko dan
Mesir.
Triangular Formula Meeting merupakan pertemuan yang melibatkan tiga stakeholder kunci
yakni T/PCCs, Sekretariat PBB dan DK PBB. Pertemuan kali ini merupakan
penyelenggaraan pertama kalinya, dan dimaksudkan sebagai wahana dialog inklusif untuk
membahas mengenai isu-isu pelatihan, pembangunan kapasitas, keamanan dan
keselamatan serta performance dalam konteks implementasi mandat peacekeeping di
lapangan.
Pertemuan dihadiri sekitar 100 peserta, dimana mayoritas peserta menyampaikan
pengakuan atas manfaat Triangular Formula Meeting dan mendorong agar format pertemuan
tersebut dapat terus digunakan kedepannya, guna membahas hal-hal penting terkait MPP
PBB. Triangular Formula Meeting juga dipandang dapat menjadi tools yang berkontribusi
bagi implementasi A4P.
5. Penyelenggaraan Pertemuan Kelima Bali Process Working Group on Trafficking in Persons
(WG TIP)
Indonesia telah menjadi host rangkaian pertemuan Kelima Bali Process Working Group on
Trafficking in Persons (WG TIP) di Jakarta, Indonesia, 18-20 Juni 2019. Pertemuan WG TIP
didahului dengan penyelenggaraan Bali Process Symposium on Supply Chain
Transparency. Salah satu capaian yang digarisbawahi adalah pembuatan “Bali Process
Policy Guide on Following the Money on Trafficking in Persons Cases” yang telah menjadi
rujukan negara-negara dan di forum internasional, seperti Majelis Umum PBB serta sesi
“Business and Human Rights” di Dewan HAM. Pertemuan menyepakati rencana
pengembangan Bali Process Compedium of Good Practices on Supply Chain Transparency
serta proposal untuk membahas keterkaitan korupsi dengan TPPO.
36
6. Roundtable Discussion dalam Rangka Asia Dialogue on Forced Migration 2019
Kepemimpinan Indonesia pada Asia Dialogue on Forced Migration (ADFM) di Jakarta,
Indonesia, 28-29 Juni 2019. Pada pertemuan tersebut, Indonesia menyampaikan bahwa
menyampaikan bahwa dalam laporan Sekjen PBB, disampaikan bahwa ASEAN adalah
yang dipercaya dapat mengatasi isu Rakhine State. Fokus ASEAN saat ini adalah untuk
repatriasi dan reintegrasi pengungsi Rakhine State. Terkait hal ini, disampaikan pula
perkembangan terkait krisis migrasi ireguler di perbatasan Myanmar dan Bangladesh sejak
Pertemuan Tingkat Menteri ke-7 Bali Process (BPMC VII) di Bali tanggal 7 Agustus 2018,
termasuk diantaranya penyelenggaraan Preliminary Needs Assessment (PNA) oleh AHA
Centre.
7. Side Event: Penyelenggaraan Resepsi Diplomatik
Disela-sela Presidensi Indonesia di DK PBB pada bulan Mei 2019, Indonesia telah
menyelenggarakan serangkaian side event untuk menampilkan kontribusi Indonesia bagi
perdamaian dan pertunjukan budaya Indonesia.
a. Pada tanggal 6-17 Mei 2019, Indonesia menampilkan Pameran Foto di Markas Besar
PBB dengan tema “Investing in Peace”. Pameran tersebut dibuka langsung oleh Menteri
Luar Negeri RI dan menampilkan berbagai bentuk kontribusi Indonesia bagi perdamaian
dunia melalui empat pilar yakni: pembangunan, demokrasi, kemanusiaan dan
pemberdayaan perempuan.
b. Guna menandai berakhirnya Presidensi Indonesia di DK PBB, pada tanggal 30 Mei
2019 juga telah diselenggarakan Resepsi Diplomati dan Pertunjukan Budaya. Kegiatan
tersebut juga dimanfaatkan untuk mempromosikan kekayaan budaya Indonesia dan
menggalang dukungan bagi pencalonan keanggotaan Indonesia pada Dewan HAM
periode 2020-2022. Resepsi diplomatic dan pertunjukan budaya menampilkan dekorasi
tradisional khas Indonesia dan berbagai sajian nusantara, serta Tari Saman Gayo
Aceh.
8. Konsultasi RI-Ethiopia
Terselenggaranya Pertemuan Konsultasi ke-1 antara RI dan Ethiopia mengenai
pembentukan co-deployment peacekeeping contingent yang terealisasi pada tahap awal
berupa terbentuknya Letter of Intent on Cooperation on Peacekeeping Operations yang
ditandatangani oleh Menlu RI dan Menlu Ethiopia disela-sela High Level Week Sidang
Majelis Umum PBB ke-74 di Markas PBB, New York.
37
9. Workshop on the Chemical Supply Chain Safety and Security Management for the Member
States of the OPCW in Southeast Asia
Workshop on the Chemical Supply Chain Safety and Security Management for the Member
States of the OPCW in Southeast Asia, di Bogor, 19-21 November 2019 dilaksanakan
Direktorat KIPS bersama dengan OPCW dan Chemical Security Program/US Department
of State di Bogor pada 19-21 November 2019. Kegiatan dimaksud merupakan kegiatan
regional kedua yang diadakan oleh OPCW bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia
pada tahun 2019. Regional Workshop diikuti oleh 28 peserta perwakilan lembaga terkait
dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Amerika Serikat, serta merupakan bentuk
implementasi dari Article XI Konvensi Senjata Kimia (KSK) yaitu Economic and
Technological Development.
3. Analisa IKU 3: Persentase rekomendasi dari forum multilateral di Bidang Keamanan
Internasional dan Perlucutan Senjata yang ditanggapi oleh pemangku kepentingan
nasional;
Rekomendasi yang telah disetujui pada tingkat multilateral yang menuntut implementasi di
tingkat nasional. Hasil akhir rekomendasi dapat berupa kebijakan; rencana aksi; dan peraturan
perundang-undangan, termasuk yang dimaksudkan untuk ratifikasi.
Sumber data untuk perhitungan IKU ini berasal dari: ketentuan perundang-undangan yang
disahkan untuk meratifikasi atau mengimplementasikan kesepakatan internasional di Indonesia
(yang dapat berupa UU, PP, Perpres, dll), serta hasil-hasil lain dari aktivitas dalam rangka
mengimplementasikan kesepakatan multilateral di Indonesia dalam isu keamanan internasional,
senjata pemusnah massal dan senjata konvensional, penanggulangan kejahatan lintas negara
dan terorisme.
IKU ESELON
II TARGET
CAPAIAN
2019
CAPAIAN
2018
CAPAIAN
2017
INFORMASI
KINERJA JUMLAH %
DATA
DUKUNG
IKU 3
Persentase
rekomendasi
dari forum
multilateral
di Bidang
Keamanan
90% 111,11% 90.91% 110% Jumlah
kepemimpinan
Indonesia
yang
dilaksanakan
35
%
Laporan
penyelenggar
aan
Konferensi
Internasional
Jumlah
kepemimpinan 35
38
Internasional
dan
Perlucutan
Senjata yang
ditanggapi
oleh
pemangku
kepentingan
nasional
Indonesia
yang diusulkan
Pada tahun 2019, capaian IKU 3 Dit. KIPS mengalami kenaikan dari dua tahun sebelumnya,
Forum multilateral sendiri merupakan wadah strategis untuk menginisiasi tanggapan konstruktif
di antara berbagai pemangku kepentingan nasional terkait isu-isu kunci dan perkembangan
dalam bidang Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata. Beberapa sidang/pertemuan
internasional yang telah ditanggapi dan oleh para pemangku kepentingan nasional antara lain
adalah:
1. Konsinyering National Cost Data, Bogor, 24-26 April 2019
Konsinyering National Cost Data diselenggarakan untuk menindaklanjuti permintaan PBB
kepada Indonesia dan negara-negara T/PCCs lainnya untuk penyampaian kertas kerja
(issue paper) dan data cost bagi negosiasi Working Group on Contingent Owned Equipment
(COE) yang akan diselenggarakan di New York pada Januari 2020. Konsinyering dihadiri
oleh 34 orang perwakilan dari 6 (enam) Kmenterian/Lembaga.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
2017 2018 2019
CAPAIAN IKU 3
Realisasi Kinerja
39
Selanjutnya, sebagai tindak lanjut Konsinyering, Direktorat KIPS telah menyampaikan 3
issue papers masukan Indonesia untuk perubahan COE Manual 2017 kepada Sekretariat
PBB, vide PTRI New York, yaitu:
a. Issue paper mengenai usulan timeframe penyelesaian klaim kerusakan (damage) major
equipment dalam kurun waktu 1 tahun.
b. Issue paper mengenai asistensi PBB bagi satgas di misi yang menemui kesulitan dalam
pengurusan entry clearance bagi kedatangan suku cadang ke daerah misi yang
dibutuhkan untuk kegiatan maintenance satgas.
c. Issue paper mengenai usulan pemberian additional 10% maintenance reimbursement
rate bagi major equipment yang rusak akibat excessive workload di misi, sekaligus
usulan revisi batasan 7 tahun atau 50% usia pakai untuk mendapatkan transportasi
pembiayaan PBB bagi pengiriman peralatan baru ke misi.
Gambar 3. Konsinyering Penyusunan National Cost Data
2. Pencetakan Buku Presidensi Indonesia di DK PBB bulan Mei 2019 dan Lensa Satu Tahun
Indonesia di DK PBB Tahun 2019 serta Diskusi Publik dan Peluncuran Buku Presidensi
Indonesia pada DK PBB, 16 Agustus 2019
Dalam rangka membentuk institutional memory dan menciptakan legacy terkait
keanggotaan Indonesia di DK PBB, telah diterbitkan dua buah buku, yaitu Buku Presidensi
Indonesia di DK PBB Mei 2019 dan Buku Lensa Satu Tahun DK PBB Indonesia Tahun
2019. Pada 16 Agustus 2019, Dirjen KS Multilateral telah meluncurkan Buku Presidensi
Indonesia di DK PBB Mei 2019 bertempat di Kantin Diplomasi Kementerian Luar Negeri
dengan dihadiri sejumlah kepala perwakilan negara-negara anggota DK PBB.
3. Rapat Koordinasi Penyusunan Kerangka Dasar Konsep Peraturan Nasional Tentang
Implementasi Resolusi DK PBB, Surabaya, 29-31 Januari 2019
40
Resolusi DK PBB, sebagai suatu produk hukum internasional, dihasilkan dengan harapan
dapat memaksa kepatuhan seluruh negara dunia secara serta merta (without delay) dan
langsung enforceable pada tingkat nasional. Namun demikian, pada praktiknya, penerapan
Resolusi DK PBB pada tingkat nasional dilakukan secara selektif dengan menggunakan
hukum nasional yang ada (existing law). Sehubungan dengan perlunya hukum nasional
disesuaikan sejalan dengan kewajiban yang dibebankan oleh Resolusi DK PBB dan
perlunya kepentingan nasional tetap terlindungi, maka pada tanggal 28-30 Januari 2019 di
Surabaya telah dilaksanakan Expert Meeting Penyusunan Kerangka Dasar Konsep
Peraturan Nasional tentang Implementasi Resolusi DK PBB Penyusunan Kerangka Dasar
Konsep Peraturan Nasional. Pertemuan bertujuan untuk menghasilkan posisi bersama
berupa kejelasan mekanisme dan rujukan bagi Peradilan Umum dan Lembaga Eksekutif di
Indonesia dalam rangka penerapan Resolusi DK PBB.
4. Sosialisasi dan Jaring Masukan Peran dan Capaian Indonesia pada Dewan Keamanan
PBB di sejumlah universitas di seluruh Indonesia
Sepanjang tahun 2019, Kementerian Luar Negeri aktif melakukan berbagai kegiatan
outreach dalam rangka melakukan diseminasi informasi kepada publik domestik mengenai
peran dan capaian Indonesia di DK PBB. Tercatat sejumlah kegiatan outreach, baik berupa
diskusi publik, kuliah umum maupun jaring masukan dilaksanakan di sejumlah universitas
di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Palembang, Depok, Tangerang, dan Samarinda. Selain
itu, juga dilakukan kegiatan simulasi persidangan DK PBB di sejumlah universitas dan di
sela-sela Diplofest pada berbagai kota, yang diikuti para pelajar dan mahasiswa. Adapun
kegiatan yang telah dilaksanakan sepanjang 2019 adalah:
a. Sosialisasi DK PBB di UPH, Tangerang, 30 Januari 2019
b. Sosialisasi Keanggotaan Indonesia di DK PBB, UGM, Yogyakarta, 7 Februari 2019
c. Sosialiasi DK PBB dengan Universitas Sriwijaya Palembang, 26 Maret 2019
d. Sosialisasi Universitas Parahyangan, Bandung bulan Agustus 2019
e. Sosialisasi dengan UIN Raden Fatah Palembang, 15 Oktober 2019
f. Sosialiasi di FISIP dan FH Universitas Indonesia, 9-10 Oktober 2019
g. Sosialisasi di Universitas Padjadjaran Bandung, Oktober 2019
h. Partisipasi pada kegiatan simulasi sidang DK PBB di sela penyelenggaraan Diplofest
di Padang, Makassar dan Semarang
i. Workshop DK PBB dengan Belanda dan Inggris, Jakarta, 28 Februari-1 Maret 2019.
j. Workshop FHUI ISILL 23-24 April 2019 di Jakarta.
5. Seminar TPNW
41
Seminar Rencana Ratifikasi Pemerintah Indonesia terhadap Treaty on the Prohibition of
Nuclear Weapons (TPNW) dilaksanakan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 8
Februari 2019. Tujuan dari seminar ini adalah sebagai wadah diskusi bagi para pemangku
kepentingan terkait untuk dapat memberikan pandangan secara akademis maupun teknis
atas rencana ratifikasi Pemri terhadap TPNW. Sebagai tindak lanjut, telah diadakan Rapat
Interkem membahas rencana ratifikasi Pemri pada tanggal 19 Maret 2019 di Jakarta.
6. Focus Group Discussion (FGD) Memetik Pelajaran dari Pengalaman Lokal dalam
Pembangunan dan Pemeliharaan Perdamaian: Pengalaman Pengelolaan Konflik di Ambon
dan Maluku dan Pencarian Data Primer, Ambon, 13-16 Februari 2019 dan Diskusi Terbatas
dalam rangka Jaring Masukan untuk Penyusunan Konsep Pijakan Kebijakan
Pembangunan Perdamaian Indonesia, 11 Februari 2019
Kementerian Luar Negeri telah mengadakan Focus Group Discussion (FGD) Memetik
Pelajaran dari Pengalaman Lokal dalam Pembangunan dan Pemeliharaan Perdamaian:
Pengalaman Pengelolaan Konflik di Ambon dan Maluku pada tanggal 14 Februari 2019.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapat pelajaran langsung mengenai peran aktif
masyarakat sipil dan kelompok wanita dalam membentuk perdamaian pada konflik di
Ambon dan Maluku yang berlangsung pada tahun 1999 – 2005. FGD menghadirkan para
nara sumber yang memiliki pengalaman dan terlibat langsung dalam inisiatif penyelesaian
konflik di Ambon dan Maluku. Pengalaman penyelesaian konflik di Ambon dan Maluku
merupakan best practice yang dimiliki Indonesia yang dapat dijadikan aset dalam
membentuk kebijakan pembangunan perdamaian Indonesia. Dalam pengalaman di Ambon
Masyarakat sipil lokal merupakan salah satu motor penggerak utama dalam upaya
pencegahan kekerasan dan upaya penyelesaian konflik di Ambon dan Maluku. Para
penggiat lokal tersebut berperan sebagai mitra bagi pemerintah daerah di saat konflik.
Selain itu, mereka berperan penting dalam menjalin komunikasi antar komunitas yang
saling bertikai guna menimbulkan rasa saling percaya yang merupakan elemen penting
dalam penyelesaian konflik dan pembangunan perdamaian.
7. FGD Optimalisasi Peran Polugri di Kawasan Asia Timur dalam Konteks Keanggotaan
Indonesia dalam DK PBB, Bandung, 3-5 Maret 2019
FGD Optimalisasi Peran Polugri RI di Kawasan Astimpas dalam Konteks Keanggotaan
Indonesia pada DK PBB telah diselenggarakan di Bandung tanggal 3 – 5 Maret 2019.
Diskusi dihadiri wakil K/L terkait yaitu Bakamla, Kemenko Polhukan dan Satker terkait
Kemlu. Diskusi mengangkat perkembangan kebijakan politik luar negeri RI di kawasan Asia
Timur, termasuk pandangan Pemri terkait beberapa inisiatif regional yang diusung negara-
negara di kawasan, seperti Belt and Road Initiative RRT, Free and Open Indo-Pacific
42
Jepang, New Southern Policy Korea Selatan. Selain itu, juga dibahas isu-isu prioritas pada
keanggotaan tidak tetap RI di DK PBB, serta perkembangan terkini konsep Indo-Pacific.
8. Engagement dengan Media Nasional dan Media Sosial
Dalam rangka menggalang dukungan publik, Kementerian Luar Negeri juga aktif
melakukan diseminasi informasi dan kampanye melalui media massa, baik media cetak,
media elektronik maupun media sosial, seperti Twitter dan Instagram. Sepanjang tahun
2019, telah diselenggarakan media gathering secara berkala dengan mengundang media
massa nasional. Selain itu, Menteri Luar Negeri RI (Menlu) beberapa kali menghadiri
kegiatan talk show di televisi nasional maupun melakukan wawancara yang ditayangkan di
televisi. Sejumlah konten infografis dan kegiatan mengenai DK PBB juga dimuat di media
cetak nasional. Kampanye melalui media sosial secara gencar juga dilakukan dengan
menampilkan konten infografis, komik berseri dan juga video. Hal ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat luas, khususnya generasi muda pengguna
media sosial mengenai peran Indonesia di DK PBB. Kegiatan yang telah dilaksanakan
antara lain:
a. Media Gathering Dirjen KSM pada bulan Januari, Maret, Juni dan Desember 2019
b. Perolehan Dukungan Publik atas Pelaksanaan Keanggotaan DK PBB Indonesia -
Infografis Kompas
c. Kampanye Media Sosial Twitter melalui Temu Influencer untuk mendukung
diseminasi informasi mengenai keanggotaan Indonesia di DK PBB
d. Optimalisasi Diseminasi Informasi Keanggotaan Indonesia di DK PBB melalui Kanal
Media Sosial dari Media Nasional (Promo Twitter, Facebook, IG Story)
e. Penayangan Rilis Berita dan Infografis mengenai Peran Indonesia di DK PBB dan
Diplomasi Indonesia untuk Dunia pada Situs Media Massa Nasional (Kilas Kemenlu)
f. Perolehan Dukungan Publik atas Pelaksanaan Keanggotaan DK PBB Indonesia -
Acara Ngopi Kompas yang dihadiri Menlu RI
g. Perolehan Dukungan Publik atas Pelaksanaan Keanggotaan DK PBB Indonesia –
Wawancara Dirjen KSM dengan Radio Sonora
h. Pengelolaan Materi Kampanye Media Sosial dan Situs Portal Kemenlu mengenai
Peningkatan Peran Indonesia dalam Keanggotaan di DK PBB sepanjang 2019
i. Bimbingan Teknis Terpadu Pengelolaan Media Digital dan Diseminasi Informasi Isu
Strategis bagi Pejabat Kemlu Anggota Satgas DK PBB dan Pejabat Diplomatik dan
Konsuler yang akan ditugaskan di Perwakilan RI, Bekasi, 26-29 Maret 2019
j. Kompetisi Foto Instagram dalam rangka Keanggotaan Indonesia sebagai Anggota
Tidak Tetap DK PBB
43
k. Pembuatan Webseries Damai untuk Damai yang ditayangkan melalui media
Youtube.
9. Rapat Rutin Pelaksana Harian TKMPP
Rapat ini merupakan rapat rutin sebagai wadah untuk menindaklanjuti berbagai
kesepakatan forum internasional oleh pemangku kepentingan dan kebijakan nasional serta
koordinasi lintas kementerian/lembaga terkait kontribusi Indonesia pada UN PKO. Tujuan
utama rapat adalah untuk perumusan kebijakan dan koordinasi langkah-langkah yang
diperlukan yang sejalan dengan kepentingan nasional. Sepanjang tahun 2019, rapat
TKMPP telah dilaksanakan sebanyak 7 kali.
10. Kunjungan UNCTED
UN CTED (United Nations Counter Terrorism Executive Directorate) mengadakan
pertemuan di Jakarta pada 15-17 Juli 2019. Pertemuan ini dihadiri oleh instansi terkait dan
bertujuan sebagai wadah diskusi dalam isu-isu tematis dalam melawan terorisme.
11. Pembahasan Usulan Rekomendasi Kebijakan Pemri terhadap Isu Krimea dan Ukraina
Timur sebagai Isu Sensitif pada Keanggotaan Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap DK
PBB periode 2019-2020, Bandung, 24-26 Juli 2019
Kegiatan konsinyering diselenggarakan pada tanggal 23 Juli 2019 di Bandung. Tujuan
kegiatan adalah untuk menyusun rekomendasi kebijakan strategis bagi Indonesia dalam
menghadapi konflik di wilayah timur Ukraina dan Semenanjung Krimea, khususnya saat
menjadi anggota DK PBB periode 2019 2020. Kegiatan ini menghadirkan narasumber/
pakar dalam bidang hubungan internasional, pengamat politik dan militer CSIS, dan peserta
dari kalangan akademisi dan mahasiswa. Kegiatan mendiskusikan kebijakan Indonesia
menyikapi konflik di wilayah timur Ukraina dan Semenanjung Krimea, dengan
mempertimbangkan hukum internasional, prinsip-prinsip perlindungan hak asasi manusia,
termasuk dinamisme hubungan bilateral antara Indonesia baik dengan Ukraina maupun
dengan Rusia, serta dampaknya pada perkembangan di regional dan pada tataran
internasional. Dari kegiatan tersebut, diperoleh masukan, di antaranya adalah isu Krimea
kiranya tetap perlu mendapat perhatian Indonesia, terutama mengingat saat ini Indonesia
adalah anggota tidak tetap DK PBB. Indonesia diharapkan dapat mengedepankan upaya
untuk mendorong CBM (Confidence Building Measures) bagi penciptaan suasana damai
antara Rusia dan Ukraina.
12. Rapat Pembahasan Permintaan Panel of Expert (PoE) Komite 1718 Dewan Keaman PBB
Terdapat permintaan dari PoE Komite 1718 DK PBB terkait Warga Negara Korea Utara
yang disinyalir memiliki aktivitas ekonomi dan finansial di Indonesia. Telah diadakan rapat
44
antarinstansi terkait pada tanggal 23 Desember 2019 di Jakarta guna menampung
masukan dalam menanggapi permintaan informasi tersebut.
13. National Training on Project 61: Sound Management of Chemicals and their Associated
Wastes in Southeast Asia (SEACHEM)
Direktorat KIPS telah bekerja sama di bawah kerangka European Union Chemical,
Biological, Radiological and Nuclear Centre of Excellence in Southest Asia (EU CBRN CoE
SEA) dalam pelaksanaan National Training for Project 61 (P61) on Sound Management of
Chemicals and their Associated Wastes in Southeast Asia (SEACHEM) yang
diselenggarakan pada tanggal 4-15 November 2019 di Bintaro, Tangerang Selatan.
Pelatihan nasional dimaksud diikuti oleh Kementerian/Lembaga terkait dan merupakan
tindak lanjut dari P61 Steering Committee Meeting, 7th International Meeting of National
Focal Points of the EU CBRN Risk Mitigation Centres of Excellence di Brussels, tanggal 11-
14 Juni 2019.
14. Rapat Koordinasi Rencana Kunjungan Pacific Northwest National Laboratory (PNNL) ke
Indonesia
Terdapat permintaan kerja sama dari PNNL terkait kerja sama Source Term Analysis of
Xenon (STAX). Telah dilaksanakan rapat koordinasi antarinstansi terkait pada tanggal 27
Desember 2019 di Jakarta guna membahas posisi dan menampung masukan yang sesuai
dengan kebijakan Pemri. Rapat menyepakati untuk belum menerima usulan kerja sama
tersebut mengingat Indonesia sudah memiliki perangkat Radioterjalinnya kerja sama erat
dengan IAEA
15. Koordinasi Teknis Satgas Dewan Keamanan PBB
Dalam rangka memperkuat koordinasi antar unit terkait Kemenlu, dan juga dengan instansi
terkait lainnya, secara berkala dilaksanakan koordinasi teknis, antara lain dalam rangka
persiapan Presidensi Indonesia bulan Mei 2019. Adapun kegiatan yang dilaksanakan
antara lain:
a. Rapat Internal Kemenlu Persiapan Presiden DK, Jakarta, 14 Januari 2019
b. Konsinyering persiapan Side Event terkait Tema Presidensi Indonesia di Sela-Sela
Presidensi Indonesia di Dewan Keamanan PBB bulan Mei 2019, Yogyakarta, 6-7
Februari 2019
c. Rapat Koordinasi Akhir Tahun Pertama Keanggotaan Indonesia di DK PBB 18-20
Desember 2019 di Bintaro
d. Rapat Evaluasi Anggaran (Rencana Penarikan Dana) yang dilaksanakan setiap bulan.
e. Video Conference dengan Perwakilan RI di Kawasan Afrika dan Timur Tengah.
45
16. Kerja Sama Penelitian dengan UI mengenai Penyusunan Naskah RUU tentang Keputusan
Organisasi Internasional
Untuk mendukung proses legislasi nasional pembentukan payung hukum pelaksanaan
Resolusi DK PBB dalam bentuk kajian akademis, telah dilakukan kerja sama dengan
Fakultas Hukum Universitas Indonesia dalam rangka penyusunan Naskah Akademik dan
Rancangan Undang-Undang tentang Keputusan Organisasi Internasional. Kolaborasi
tersebut dimulai sejak tanggal 18 Februari 2019 dan menjadi bagian penting guna
mendukung penyusunan Rancangan Undang-Undang yang akan dibahas lebih lanjut
dengan Kementerian/Lembaga terkait. Sesuai dengan perjanjian kerja sama, maka
Fakultas Hukum Universitas Indonesia telah merampungkan Laporan Sementara
Perancangan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Keputusan
Organisasi Internasional dan Rancangan Undang-Undang tentang Keputusan Organisasi
Internasional. Untuk selanjutnya, Tim Penyusun Naskah Akademik Kementerian Luar
Negeri dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia akan menyelesaikan perumusan konsep
akhir dari Naskah Akademik dengan dilengkapi Rancangan Undang-Undang. Diharapkan
pada tahun 2020, baik Naskah Akademik maupun Rancangan Undang-Undang dapat
dirampungkan dan selanjutnya dilakukan uji publik.
4. Persentase posisi/prakarsa/rekomendasi Indonesia yang diterima dalam diplomasi
kemaritiman dan polkam di Bidang Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata di
forum multilateral; dan
IKU tersebut diperoleh dengan formulasi pengukuran sebagai berikut:
Posisi/prakarsa/rekomendasi adalah sikap Pemerintah Indonesia terhadap suatu masalah yang
sedang dibahas atau dinegosiasikan dalam penanganan isu multilateral, khususnya yang terkait
dengan bidang kemaritiman dan polkam. Posisi/prakarsa/rekomendasi yang diterima adalah
posisi/prakarsa/rekomendasi yang berhasil dicatat atau dicantumkan atau disepakati dalam
dokumen hasil sidang.
Sedangkan sumber data untuk perhitungan IKU ini berasal dari dokumen-dokumen hasil sidang
(laporan Delri, resolusi, keputusan, presidential/chairman statement, dll); kertas posisi, statement
Delri.
_ Jumlah posisi/prakarsa/rekomendasi yang diterima x 100% Jumlah posisi/prakarsa/rekomendasi yang disampaikan dalam persidangan
46
IKU ESELON
II
TARGET
CAPAIAN
2019
CAPAIAN
2018
CAPAIAN
2017
INFORMASI
KINERJA JUMLAH % DATA DUKUNG
IKU 4
Persentase
posisi/prakar
sa/rekomend
asi
Indonesia
yang diterima
dalam
diplomasi
kemaritiman
dan polkam
di Bidang
Keamanan
Internasional
dan
Perlucutan
Senjata di
forum
Multilateral
92% 108,70% 100% 92% Jumlah
kepemimpinan
Indonesia
yang
dilaksanakan
10
%
Laporan
penyelenggaraan
Konferensi
Internasional
Jumlah
kepemimpinan
Indonesia
yang
diusulkan
7
80%
85%
90%
95%
100%
105%
110%
2017 2018 2019
CAPAIAN IKU 4
Realisasi Kinerja
47
Pada tahun 2019, Direktorat KIPS mendapatkan kenaikan capaian dari tahun 2017 dan 2018.
Dit. KIPS terus berupaya mendorong kepemimpinan Indonesia di berbagai forum internasional.
Upaya tersebut diwujudkan dengan menjadi chair dan fasilitator dari berbagai pertemuan
internasional. Pada tataran dalam negeri, Direktorat KIPS juga telah menyelenggarakan
pertemuan internasional pada tingkatan Menteri, pejabat senior maupun pakar pemerintah.
Upaya-upaya tersebut memiliki nilai strategis bagi kepentingan Indonesia dalam memajukan
penyelesaian isu-isu terkait keamanan internasional, misi pemeliharaan perdamaian PBB,
senjata pemusnah massal dan senjata konvensional, penanggulangan kejahatan lintas negara
dan penanggulangan terorisme. Adapun bentuk kepemimpinan Indonesia yang dilaksanakan
pada tahun 2019, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Sesi ke-62 Commission on Narcotic Drugs (CND)
Sesi ke-62 Commission on Narcotic Drugs (CND) telah diselenggarakan di Wina, Austria,
tanggal 18-22 Maret 2019. Pertemuan dihadiri oleh 50 negara-negara anggota, 89 negara
peninjau (observers), serta perwakilan non-governmental organization. Delri melakukan
pengawalan terhadap 2 (dua) isu yang semakin mengemuka dalam pembahasan isu
narkotika global: (a) legalisasi dan ijin penggunaan cannabis untuk kepentingan non-medis
dan (b) dorongan penghapusan hukuman mati bagi pelanggar narkotika.
Gambar 4. Sesi Ke-62 CND
2. The 1st session of the UN Group of Governmental Experts (UN GGE) on Advancing
Responsible State Behavior in Cyberspace in the Context of International Security
Pada awal tahun 2019, PBB menunjuk Indonesia sebagai salah satu dari 25 pakar untuk
mendiskusikan mengenai potensi dan ancaman yang ada dalam dunia siber, termasuk
norma-norma, aturan dan prinsip yang dipatuhi oleh negara-negara. Pada pertemuan
pertama dari UN GGE dilaksanakan di New York tanggal 9-13 December 2019, Indonesia
48
berfokus kepada peran organisasi regional seperti ASEAN, hukum internasional, efektif
CBM, dan pentingnya capacity building.
3. G20 Anti-Corruption WG
Diterimanya posisi Indonesia pada rangkaian pertemuan Kedua G20 ACWG yang
dilaksanakan di Mexico City, Meksiko, tanggal 14-16 Mei 2019. Pertemuan berhasil
memfinalisasi pembahasan 2 (dua) deliverables, yaitu: (a) draft G20 High Level Principles
(HLPs) for the Effective Protection of Whistleblower dan (b) draft G20 Compendium of Good
Practices for Promoting Integrity and Transparency in Infrastructure Development. Pada
kesempatan ini, Indonesia menyampaikan intervensi mengenai survei integritas KPK.
Survei ini bertujuan untuk melakukan pemetaan resiko korupsi seperti: suap/gratifikasi
dalam layanan, pengelembungan anggaran, serta nepotisme dalam perekrutan pegawai
hingga rekayasa pengadaan barang dan jasa.
4. Commission on Crime Prevention and Criminal Justice (CCPCJ)
Diterimanya posisi Indonesia pada Sidang Sesi ke-28 Komisi Pencegahan Kejahatan dan
Peradilan Pidana / Commission on Crime Prevention and Criminal Justice (CCPCJ) di Wina,
Austria, tanggal 20-24 Mei 2019. Delri menyampaikan bahwa Pembenahan sistem
peradilan dan pemerintahan yang transparan dan berkeadilan adalah bagian dari Nawa
Cita yang ditujukan untuk membentuk masyarakat yang damai, aman, dan berkeadilan,
sebagaimana yang dimandatkan oleh SDGs. Selain itu, Indonesia menjadi co-sponsor pada
resolusi L.3 (Countering child sexual exploitation and sexual abuse online), L.5 (Integrating
sport into youth crime prevention and criminal justice strategies), dan L.8 (Technical
assistance provided by UNODC related to counter-terrorism). Pertemuan memutuskan
penyelenggaraan Sidang ke-14 Crime Congress di Kyoto, Jepang, pada tanggal 20-27 April
2020.
5. 9th Meeting of the Working Group on Trafficking in Persons (WG TIP)
Diterimanya posisi Indonesia pada 9th Meeting of the Working Group on Trafficking in
Persons (WG TIP) di Wina, Austria, tanggal 9-11 September 2019. Pertemuan dihadiri oleh
82 negara pihak Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons,
Especially Women and Children UNTOC, termasuk Indonesia. Pertemuan ke-9 Working
Group on Trafficking in Persons agenda utamanya adalah membahas upaya pencegahan
tindak pidana perdagangan orang serta peran pejabat diplomatik dan konsuler pada Misi
Diplomatik/Konsuler dalam menangani perdagangan orang. Pada pertemuan ini, selain
menyampaikan upaya yang telah dilaksanakan Pemri terkait isu dimaksud, Indonesia juga
menyampaikan sejumlah rekomendasi, yaitu: peningkatan engagement dengan sektor
bisnis dan NGO serta untuk saling belajar praktek terbaik di negara-negara lain guna
49
mendukung implementasi Protokol dan pentingnya pelaksanaan kewajiban mandatory
consular notification sebagaimana diatur dalam Vienna Convention on Consular Relations.
6. 3rd G20 ACWG yang dilaksanakan di Paris, Perancis
Diterimanya posisi Indonesia pada rangkaian pertemuan Ketiga G20 ACWG yang
dilaksanakan di Paris, Perancis, tanggal 7-9 Oktober 2019. Pertemuan terdiri dari: (i.)
Pertemuan Ketiga G20 ACWG, tanggal 7-8 Oktober 2019; (ii.) Pertemuan Gabungan G20
ACWG dan OECD Working Group on Bribery, tanggal 8 Oktober 2019; serta (iii.) Side
event: Best Practices in Promoting Transparency and Accountability in Asset Return
tanggal 9 Oktober 2019. Pada Rangkaian Pertemuan dimaksud, Indonesia menyampaikan
pandangan mengenai tindak pidana korupsi dalam pengembangan infrastruktur,
khususnya terkit pemindahan Ibu Kota Negara (IKN).
7. 24th Session of the Conference of the States Parties to the Chemical Weapons Convention
Diterimanya posisi Indonesia pada rangkaian the 24th Session of the Conference of the
States Parties to the Chemical Weapons Convention (CSP-24) di Den Haag, Belanda, 25 -
29 November 2019. Delri dipimpin oleh Dubes RI Den Haag dengan anggota dari Kemlu,
Kemenperin. Beberapa agenda selama CSP-24 yang mendapatkan perdebatan adalah
Draft decision 2020 OPCW program and budget; Addressing the threat from chemical
weapons/C-SS-4/DEC.3 atau IIT; dan isu kepatuhan pada Article XI KSK atas embargo
unilateral ke beberapa negara pihak (Iran, Kuba, Venezuela).
8. Reconvened 62nd Commission on Narcotic Drugs, di Wina, Austria
Diterimanya posisi Indonesia pada Reconvened 62nd Commission on Narcotic Drugs, di
Wina, Austria, 12-13 Desember 2019. Sidang reconvened Sesi ke-62 CND mendengarkan
laporan tahunan INCB tahun 2019, yang kembali menyerukan pentingnya memperhatikan
Hak Asasi Manusia dalam penanggulangan masalah narkotika global, termasuk
pentingngya penghapusan hukuman mati untuk pelanggaran kejahatan narkotika. Pada
pertemuan ini, Delri Indonesia kembali menekankan bahwa pemberian hukuman mati
bukanlah merupakan pelanggaran hak asasi manusia, serta masih menjadi bagian dari
hukum positif Indonesia. Selain itu, pemberian vonis hukuman mati di Indonesia hanya
diberikan untuk kejahatan-kejahatan serius, termasuk kejahatan narkotika, setelah melalui
proses yang panjang dan pertimbangan yang matang.
5. Analisa IKU 5: Persentase peningkatan kemampuan peserta terkait diplomasi
maritim dan polkam di Bidang Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata.
IKU tersebut diperoleh dengan formulasi pengukuran sebagai berikut:
50
Target peningkatan kemampuan adalah potensi dan kesempatan bagi peningkatan kemampuan
peserta terkait diplomasi maritim dan polkam di bidang Keamanan Internasional dan Perlucutan
Senjata.
Sedangkan sumber data untuk perhitungan IKU ini berasal dari dokumen hasil event di Indonesia
(laporan panitia, laporan rapat interkementerian, sosialisasi, seminar, dan focus group
discussion).
IKU ESELON
II TARGET
CAPAIAN
2019
CAPAIAN
2018
CAPAIAN
2017
INFORMASI
KINERJA JUMLAH %
DATA
DUKUNG
IKU 5
Persentase
peningkatan
kemampuan
peserta
terkait
diplomasi
maritim dan
polkam di
Bidang
Keamanan
Internasional
dan Perlucutan
Senjata
83% 106,02% 124 % 100% Jumlah
Rekomendasi
yang
dihasilkan
5 % Ketentuan
perundang-
undangan
yang disahkan
untuk
meratifikasi
atau
mengimpleme
ntasikan
kesepakatan
internasional di
Indonesia (UU,
PP, Perpres,
dll), serta
hasil-hasil lain
dari aktivitas
dalam rangka
mengimpleme
ntasikan
kesepakatan
multilateral di
Indonesia.
Jumlah
Kesepakatan
Multilateral
yang perlu
ditindaklanjuti
1
Jumlah event terkait diplomasi maritim dan polkam yang dilaksanakan _____ x 100%
Jumlah event yang disepakati untuk diselenggarakan
51
Pada tahun 2019 dan 2018, Dit. KIPS mencapai capaian di atas target 100% dan di tahun
2019 terjadi kenaikan dibandingkan tahun 2017. Dit. KIPS di dalam hal capaian IKU-5 yaitu
Persentase rekomendasi untuk ditindaklanjuti pemangku kepentingan nasional bagi terwujudnya
pengiriman Pasukan Perdamaian RI menjadi 4.000 personil pada Tahun 2019, Direktorat KIPS
telah menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk menindaklanjuti komitmen Indonesia dalam
mewujudkan Vision 4.000 Peacekeepers diantaranya sebagai berikut:
1. Diterimanya posisi Indonesia pada forum UN Special Committee on Peacekeeping
Operations (C34) di Markas PBB, New York.
2. Terselenggaranya side event berupa trilateral konsultasi TPCCs, DK PBB, dan
Sekretariat PBB mengenai implementasi inisiatif Action for Peacekeeping disela-sela UN
Peacekeeping Defense Ministerial Meeting di Markas PBB, New York.
3. Diterimanya pledges Indonesia untuk pengiriman satgas-satgas baru pada UN
Peacekeeping Operations dengan total kekuatan 2000 personil pada UN Peacekeeping
Defense Ministerial Meeting di Markas PBB, New York.
4. Diadopsinya Presidential Statement DK PBB usulan Indonesia tentang Training &
Capacity Building Peacekeeping pada Open Debate Presidensi Indonesia di DK PBB di
Markas PBB, New York.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
2017 2018 2019
CAPAIAN IKU 5
Realisasi Kinerja
52
5. Terlaksananya monitoring dan evaluasi penggelaran pasukan MPP PBB Indonesia
Satgas RDB di MONUSCO, Republik Demokratik Kongo, yang dinilai memiliki tingkat
performance sangat baik
6. Terlaksananya Negosiasi dan Penandatanganan MoU Pengiriman Satgas Formed
Police Unit Polri di UNAMID dan Satgas Formed Police Unit Polri di MINUSCA di UN
Police Division, Markas Besar PBB New York, 14-22 November 2019.
Gambar 5. Penandatanganan MoU
6. Analisa IKU 6: Nilai evaluasi AKIP Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan
Senjata
Nilai Evaluasi AKIP Setditjen KS Multilateral diperoleh dengan:
IKU ESELON
II TARGET
CAPAIAN
2019
CAPAIAN
2018
CAPAIAN
2017
INFORMASI
KINERJA JUMLAH %
DATA
DUKUNG
IKU 6
Nilai evaluasi
AKIP
Direktorat
Keamanan
Internasional
dan
Perlucutan
Senjata
76,45 96,78% 99,89% - Nilai AKIP
Setditjen KS
Multilateral
73,99 % Laporan Nilai
AKIP
Direktorat
Keamanan
Internasional
dan
Perlucutan
Senjata.
Target Nilai
Evaluasi
AKIP Ditjen
KS
Multilateral
76,45
53
Pada tahun 2019 terjadi penurunan pencapaian dibandingkan tahun 2018 namun capaian telah
diatas target. AKIP sendiri adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban
secara periodik. Evaluasi AKIP mencakup seluruh proses pengelolaan kinerja dari suatu
organisasi secara baik dan akuntabel di alam satu siklus kinerja, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengukuran, pelaporan hingga evaluasi.
Dalam hal ini, penyusunan dokumen AKIP seperti Renstra, Perjanjian Kinerja (PK) dan Laporan
Kinerja (LKj) merupakan salah satu komponen penting dalam mewujudkan pengelolaan kinerja
organisasi yang akuntabel.
7. Analisa IKU 7: Persentase realisasi anggaran di Direktorat Keamanan Internasional
dan Perlucutan Senjata
IKU Indeks Persentase Realisasi Anggaran di Setditjen KS Multilateral diperoleh dengan:
Sistem pengganggaran yang terencana disertai dengan transparansi dan akuntabilitas
menjadi hal penting untuk melaksanakan kegiatan atau program dalam rangka pencapaian
sasaran tahunan Direktorat KIPS. Adapun dana yang digunakan untuk membiayai seluruh
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
2017 2018 2019
CAPAIAN IKU 6
Realisasi Kinerja
Realisasi anggaran_____ x 100% Target realisasi anggaran
54
kegiatan dalam rangka penetapan sasaran strategis tahun 2019 tersebut berasal dari Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat KIPS.
IKU ESELON
II TARGET
CAPAIAN
2019
CAPAIAN
2018
CAPAIAN
2017
INFORMASI
KINERJA JUMLAH %
DATA
DUKUNG
IKU 7
Persentase
realisasi
anggaran di
Direktorat
Keamanan
Internasional
dan
Perlucutan
Senjata
100 96,32% 97,11% - Realisasi
anggaran
96,32 % Data
SP2D dan
Monitoring
dan
Evaluasi.
Target
realisasi
anggaran
100
Pada tahun 2019, capaian realisasi anggaran terjadi penurunan, hal ini dikarenakan
adanya anggaran tambahan untuk DK PBB yang nilainya besar dan adanya beberapa kendala
yang akan dijabarkan pada bagian kendala.
3.4. REKAPITULASI CAPAIAN KINERJA
Capaian sasaran berdasarkan hasil perhitungan dari indikator kinerja utama sebagaimana tabel
dibawah ini:
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
2017 2018 2019
CAPAIAN IKU 7
Realisasi Kinerja
55
No Indikator Kinerja Utama (IKU)
Tahun 2019
Target
Realisasi
Capaian
(%)
1 Persentase kepemimpinan Indonesia pada
forum multilateral di Bidang Keamanan
Internasional dan Perlucutan Senjata
90% 100% 111,11%
2 Jumlah sidang/ pertemuan internasional di
bidang Keamanan Internasional dan
Perlucutan Senjata yang diprakarsai oleh
Indonesia di forum multilateral
8 sidang 8 sidang 100%
3 Persentase rekomendasi dari forum
multilateral di Bidang Keamanan
Internasional dan Perlucutan Senjata yang
ditanggapi oleh pemangku kepentingan
nasional
90% 100%
111,11%
4 Persentase posisi/prakarsa/rekomendasi
Indonesia yang diterima dalam diplomasi
kemaritiman dan polkam di Bidang
Keamanan Internasional dan Perlucutan
Senjata di forum multilateral
92% 100%
108,70%
5 Persentase peningkatan kemampuan
peserta terkait diplomasi maritim dan polkam
di Bidang Keamanan Internasional dan
Perlucutan Senjata
83% 88% 106,02%
6 Nilai evaluasi AKIP Direktorat Keamanan
Internasional dan Perlucutan Senjata
76,45% 73,99% 96,78%
7 Persentase realisasi anggaran di Direktorat
Keamanan Internasional dan Perlucutan
Senjata
100% 96,32% 96,32%
Rata-Rata 104,15%
3.5. REALISASI ANGGARAN
Sistem pengganggaran yang terencana disertai dengan transparansi dan akuntabilitas
menjadi hal penting untuk melaksanakan kegiatan atau program dalam rangka pencapaian
sasaran tahunan Direktorat KIPS. Adapun dana yang digunakan untuk membiayai seluruh
56
kegiatan dalam rangka penetapan sasaran strategis tahun 2019 tersebut berasal dari Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat KIPS.
Pada tahun 2019, Direktorat KIPS memperoleh DIPA sebesar Rp 46.825.638.000,-. Adapun,
realisasi anggaran Direktorat KIPS mencapai Rp 45.101.677.711,- atau 96,32% Secara garis
besar, pemanfaatan anggaran tersebut tergambar dalam tabel berikut:
REALISASI ANGGARAN DIREKTORAT KIPS TAHUN 2019
Pagu Terakhir
(Rupiah)
Realisasi 2019 Sisa Anggaran (Rupiah)
Rupiah (%)
Rp. 46.825.638.000,- 45.101.677.711,- 96,32% 1.723.960.289
Realiasi 2018
Rp. 13.356.393.000,- 13.019.688.047 97,11% 336.704.953
Realisasi 2017
Rp. 10.510.800.000,- 9.907.769.452 94,26% 603.030.548
Penyerapan Anggaran Direktorat KIPS pada tahun 2019 mengalami penurunan dari sisi
persentase. Adapun kendala utama dalam realisasi anggaran pada tahun 2019 disebabkan oleh
faktor utama, yaitu keberadaan anggaran Satgas DK tahun pertama yang besar dan tersebar di
berbagai unit kerja Kementerian Luar Negeri menyebabkan beberapa anggaran tidak
termaksimalkan pemanfaatannya dengan baik. Hal ini berdampak secara garis besar realisasi
anggaran Dit. KIPS secara keseluruhan.
93%
93%
94%
94%
95%
95%
96%
96%
97%
97%
98%
2017 2018 2019
REALISASI ANGGARAN
Realisasi Kinerja
57
Namun demikian, Direktorat KIPS telah berupaya secara optimal untuk memanfaatkan
ketersediaan anggaran untuk memajukan kepentingan RI di bidang keamanan internasional,
senjata konvensional dan senjata pemusnah massal, penanggulangan kejahatan lintas negara
dan terorisme.
58
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dokumen Laporan Kinerja tahun 2019 merupakan perwujudan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas dan fungsi, kebijakan, program, dan kegiatan Direktorat KIPS kepada
seluruh pemangku kepentingan. Lebih lanjut, dokumen ini akan menjadi bahan evaluasi atas
pelaksanaan kegiatan di tahun 2019, yang diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukan untuk perbaikan kinerja Direktorat KIPS pada tahun-tahun mendatang.
Secara umum, dapat disimpulkan target pencapaian kinerja Direktorat KIPS pada tahun
2019 telah tercapai dengan baik dan memberikan hasil yang positif terhadap upaya
meningkatkan peran Indonesia dalam isu keamanan internasional, pemeliharaan perdamaian,
senjata konvensional dan senjata pemusnah massal, penanggulangan kejahatan lintas negara
dan penanggulangan terorisme.
Sebagai catatan, upaya-upaya yang dilakukan oleh Direktorat KIPS pada tahun 2019 telah
meningkatkan profil Indonesia dalam penanganan isu terkait Direktorat KIPS. Indonesia juga
telah berperan aktif menunjukkan kepemimpinannya dengan menyelenggarakan dan menjadi
ketua dalam sejumlah pertemuan pada tingkat Menteri, Pejabat Senior maupun Kelompok Ahli
di berbagai forum multilateral.
Sebagaimana sifat intermestik dari Politik Luar Negeri Indonesia, Direktorat KIPS pada
tahun 2019 terus meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan instansi teknis terkait untuk
mengimplementasikan berbagai kesepakatan internasional yang telah disetujui Pemerintah
RI. Instansi teknis terkait juga telah dilibatkan sebagai bagian dari anggota Delegasi RI di
berbagai pertemuan internasional. Hal ini tidak hanya membantu dalam pelaksanaan tugas
Politik Luar Negeri, namun juga memberikan lesson learned dan memfasilitasi pertukaran
informasi serta best practices yang dapat membantu pelaksanaan tugas sehari-hari dari
Kementerian terkait.
4.2 KENDALA UTAMA
Di luar dari keberhasilan dan capaian-capaian di atas, Direktorat KIPS menghadapi
sejumlah kendala dalam pelaksanaan kegiatannya, yakni (1) Dinamika hubungan
internasional tidak selalu dapat diprediksi dan pada saat yang sama dipenuhi dengan konflik
59
atau kompetisi dan masing-masing negara atau kelompok negara yang senantiasa
mengedepankan dan mengutamakan kepentingan masing-masing. Dalam kaitan ini,
perubahan dinamika internasional yang sangat cepat diantaranya juga menyebabkan
banyaknya pertemuan internasional yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi
Direktorat KIPS yang tidak masuk dalam perencanaan, namun harus dihadiri dengan
mempertimbangkan aspek kepentingannya bagi Indonesia; (2) Anggaran Satgas DK PBB
yang besar dan tersebar di berbagai unit kerja kementerian membuat realisasi anggaran
memerlukan koordinasi yang lebih baik; dan (3) pelaksanaan kegiatan nasional dan
internasional yang melibatkan pemangku kepentingan nasional juga terkadang menghadapi
kendala penjadwalan yang bertepatan dengan pelaksanaan tupoksi di masing-masing
Kementerian/Lembaga.
4.3 LANGKAH PERBAIKAN KE DEPAN
1. Meningkatkan dan memperkuat peran dan kontribusi Indonesia pada berbagai upaya
penyelesaian konflik secara damai dan pemeliharaan perdamaian melalui kontribusi
Indonesia pada misi - misi pemeliharaan perdamaian PBB sejalan dengan Roadmap Vision
4,000 Peacekeepers dan misi – misi politik khusus, sejalan dengan kepentingan nasional
dan Konstitusi.
2. Walaupun reformasi DK PBB tidak lagi menjadi prioritas nasional pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2015-2019, Indonesia harus
senantiasa berperan aktif dalam mendorong reformasi Dewan Keamanan PBB, khususnya
aspek yang berkenaan langsung dengan kepentingan nasional Indonesia, seperti
perluasan keanggotaan DK PBB guna meningkatkan keterwakilan negara berkembang,
penghapusan hak veto serta penguatan hubungan antara DK PBB dan organ-organ PBB
lainnya. Untuk itu, Indonesia perlu terus memperkaya dan mengkonsolidasikan pendekatan
intermediate approach seraya senantiasa memperkuat upaya pendekatan dengan negara-
negara kunci untuk memajukan posisi dan kepentingan nasional RI melalui perannya
sebagai bridge builder and consensus builder.
3. Memperkuat kerjasama dan dialog dengan berbagai stakeholders khususnya pemangku
kepentingan terkait di dalam negeri dalam perumusan dan implementasi kebijakan luar
negeri sesuai dengan sistem politik Indonesia yang demokratis.
4. Membuat perencanaan anggaran sebaik mungkin dan membuat skala prioritas yang
mengantisipasi kemungkinan terjadinya kegiatan atau pertemuan di luar perencanaan
dengan memperhatikan juga tujuan jangka panjang yang ingin dicapai.
60
5. Mengupayakan penetapan target kinerja yang sejalan dengan posture anggaran dan skala
prioritas serta tugas dan fungsi Direktorat KIPS.
6. Menjaga konsistensi pelaksanaan Polugri karena seringkali target yang diinginkan memang
tidak dapat tercapai dalam jangka pendek. Namun diyakini dalam jangka panjang akan
bersifat strategis dan menguntungkan bagi postur internasional Indonesia.
7. Mempertahankan dan memperkuat kepempimpinan (leadership) Indonesia di berbagai isu
terkait hubungan dan politik luar negeri di berbagai fora multilateral, khususnya di PBB,
sejalan dengan kepentingan nasional.