Download - Laporan Kasus Dm Tipe 2 Gangren
STATUS PASIEN
I. KETERANGAN UMUM
Nama : Tn.MYI
Kelamin : Laki-laki
Umur : 47 tahun
Alamat : Desa Rayeuk Paya Itek, Meurah Mulia
Tempat Asal : -
Pekerjaan : Petani
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Tanggal Masuk RS : 18 Desember 2012 Jam 21.00 WIB
Tanggal Pemeriksaan : 18 Desember 2012
II. KELUHAN UTAMA
Nyeri dan luka di kaki
III. ANAMNESIS KHUSUS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri dan luka di kaki kanannya yang di
alaminya ± 1 minggu ini. Luka yang dialaminya di akibatkan oleh gesekan sepatu
boat. Semula luka yang dialaminya kecil dan semakin hari semakin membesar.
Pasien juga mengeluh luka tersebut berwarna kehitaman dan menjalar ke bagian
atas. Pasien mengeluh nyeri pada luka yang dialaminya tersebut seperti perasaan
terbakar/panas. Selain itu pasien juga mengeluh sering BAK di malam hari,
1
banyak makan, banyak minum dan terjadi penurunan berat badan yang dulunya 58
kg menjadi 46 kg. Pasien mengeluh kakinya kebas-kebas dan matanya menjadi
kabur semenjak terkena DM. Pasien mengeluh tidak BAB selama 1 hari dan BAK
diakui pasien berwarna kuning jernih.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat diabetes melitus dan artritis reumatoid ± 4 tahun
yang lalu.
Riwayat Penggunaan Obat
Pasien sebelumnya menggunakan glibenklamid dan vitamin (rodex).
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama.
IV. ANAMNESIS KELUHAN TAMBAHAN
A. Keadaan Umum
Panas badan : (-)
Kapan mulai timbul : (-)
Tipe : (-)
Nafsu makan : baik
Udema : (+) pada dorsum pedis
Ikterus : (-)
Haus : (+)
Berat Badan : 46 kg
B. Keluhan Organ di Kepala
Mata : (+) penglihatan kabur
2
Hidung : (-)
Lidah : (-)
Gangguan menelan : (-)
Sakit kepala : (-)
Telinga : (-)
Mulut : (-)
Gigi : (-)
Suara : (-)
C. Keluhan Organ di Leher
Kaku kuduk : (-)
Pembesaran kelenjar : (-)
D. Keluhan Organ di Thoraks
Sesak napas : (-)
Sakit dada : (-)
Batuk : (-)
Kapan : (-)
Dahak : (-)
Darah : (-)
Jantung berdebar : (-)
Napas berbunyi : (-)
E. Keluhan Organ di Perut
Nyeri - Lokalisasi : (-)
-Sifat Nyeri : (-)
3
-Penjalaran : (-)
Nyeri tekan : (-)
Nyeri berhubungan dengan makanan: (-)
Nyeri berhubungan dengan BAB : (-)
Nyeri berhubungan dengan miksi : (-)
Nyeri berhubungan dengan haid : (-)
Perasaan tumor di perut : (-)
Muntah-muntah : (-)
Diare : (-)
Perubahan dalam haid : (-)
Obstipasi : (+)
Perubahan bentuk tinja : (-)
Perubahan air seni :(-) sering dan banyak terutama
malam hari
F. Keluhan Organ di Tangan dan Kaki
Keluhan rasa kaku : (-)
Artrosis : (-)
Fraktur : (-)
Nyeri tekan : (-)
Luka/bekas luka : (+)
Udema pretibial : (+)
Rasa lemas : (+)
Parese/paraparese : (-)
4
Jalan : (-)
Perasaan kesemutan: (+)
Udema dorsum pedis : (+) dextra dan sinistra
G. Keluhan Lainnya
Keluhan alat motoris : (+) keterbatasan dalam berjalan
Keluhan kelenjar endokrin :
-Haid : (-)
-Diabetes mellitus : (+)
-Tiroid : (-)
Keluhan kelenjar limfe : (-)
5
STATUS PRESENT
1. KESAN UMUM
A. Keadaan Umum
Kesan sakit : (+)
Kesadaran : Compos Mentis
Tinggi badan :170 cm
Berat Badan : 46 kg
Gizi : IMT : 15,91 kg/m2, Berat badan kurang
(<18,5)
Lain-lain : (-)
B. Keadaan Sirkulasi
Tekanan darah :110/60 mmHg
Nadi : 84x/menit
- Tipe :
- Isi : penuh
- Irama : reguler
Suhu : 37,40C
C. Keadaan pernapasan
Frekuensi : 20x/menit
Corak pernapasan : pernapasan dada, pernapasan normal.
Bau napas (foetor) : (-)
6
2. PEMERIKSAAN KHUSUS
A. KEPALA
1. Tengkorak : dalam batas normal
2. Muka : (-)
3. Mata : dbn
Letak : orthoporia (cahaya tepat jatuh di atas kornea)
Palpebra : dbn
Kornea : jernih
Pupil : isokor (+/+)
Sclera : ikterik (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-)
Pergerakan : dbn
Reaksi cahaya : (+)
Refleks kornea: (+/+)
Reaksi konvergens: dbn
Lain-lain
4. Telinga :dbn
5. Hidung : Pernapasan Cuping Hidung (-)
6. Bibir : Sianosis : (-) Kering: (-) Lain: (-)
7. Gigi dan gusi : caries gigi (+)
8. Lidah :
- Pergerakan : dbn
- Permukaan : kasar (+), papil lidah (+)
7
-Tremor : (-)
-Lain-lain : (-)
9. Rongga mulut : dbn
10. Rongga leher :
Faring : dbn
Tonsil : dbn
11. Kelenjar parotis : tidak terdapat pembengkakan kelenjar
parotis
B. LEHER
-Inspeksi : Kelenjar tiroid : dbn
Pembesaran vena : (-)
: Pulsasi vena : (-)
: Refluks hepatojugular : (-)
-Palpasi : Kaku kuduk : (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), mobile saat menelan
Kelenjar getah bening : pembengkakan (-)
C. KETIAK : tidak terdapat pembengkakan kelenjar limfe axilla
D. THORAKS
1. Thoraks Depan
Inspeksi
Bentuk umum : normal, simetris fusiformis
Sudut epigastrium : tidak tumpul
Sela iga : melebar
8
Pergerakan : simetris
Skeletal : dbn
Kulit : (-)
Ictus cordis : ICS V 2 jari medial linea midclavicula
sinistra
Tumor : (-)
Pembesaran vena : (-)
Palpasi
Kulit : dbn
Muskulus : dbn
Vocal fremitus : simetris kiri dan kanan
Mammae : dbn, ginekomastia (-)
Ictus cordis :- Lokalisasi : ICS V 2 jari medial linea
midclavicula sinistra
- Pelebaran : (-)
- Irama : teratur
- Thrill : (-)
Perkusi
Paru : Kanan : sonor
Kiri : sonor
Batas Paru Hati: ICS VI linea midclavicula dextra
Peranjakan : 2 jari di bawah batas paru hati
Cor : Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra
9
: Batas kanan : linea midsternal dextra
: Batas kiri : 2 jari medial linea midklavicula
sinistra
Auskultasi
Paru : Suara pernapasan : vesikular (+/+)
Suara tambahan : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Cor : Bunyi jantung: M1>M2, A2>A1, P2>P1, A2>P2
Murmur : (-)
2. Thoraks Belakang
Inspeksi : Bentuk : simetris.
: Pergerakan : dbn
Palpasi : Vocal Fremitus: simetris kiri dan kanan.
Perkusi : Batas bawah paru kanan: 2 jari di atas vertebra
thorakalis 10.
Batas bawah paru kiri: setinggi vertebra thorakalis
10.
E. ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : simetris
Kulit : (-)
Pergerakan saat bernapas : (-)
Lain-lain
10
Palpasi
Dinding perut : (+) soepel
Nyeri tekan : (-)
Nyeri lokal : (-)
Hepar
Pembesaran : (-)
Tepi : (-)
Permukaan : (-)
Konsistensi : (-)
Nyeri tekan : (-)
Lain-lain :
Lien
Pembesaran : (-)
Incisura : tidak teraba
Permukaan : tidak teraba
Ruang Traube : tidak teraba
Nyeri Tekan : (-)
Lain-lain : (-)
Ginjal
Pembesaran : (-)
Nyeri tekan : (-)
Lain-lain : (-)
Perkusi
11
Asites : Batas kiri : (-)
Batas kanan: (-)
Pekak Pindah : (-)
Nyeri ketok CVA : Kiri : (-) Kanan : (-)
Auskultasi
Bising usus : (-)
Bruit : (-)
F. LIPAT PAHA
- Pembesaran kelenjar : (-)
- Tumor : (-)
- Pulsasi a.femoralis : tidak dilakukan pemeriksaan
G. KAKI DAN TANGAN
Inspeksi
- Bentuk : dbn
- Kulit : dbn
- Pergerakan : terbatas
- Palmar eritem : (-)
- Clubbing finger : (-)
- Edema : (+) et regio dorsum pedis dextra sinistra
Palpasi
- Kulit : dbn
- Lain-lain : (-)
H. SENDI
12
Inspeksi
- Kelainan bentuk : (-)
- Tanda radang : (-)
- Pergerakan : terbatas
I. NEUROLOGIS
Refleks fisiologis : ABR: Kiri : TDP Kanan :TDP
KPR : Kiri : (-) Kanan : (-)
Refleks Patologis : TDP
Rangsangan meningeal : TDP
Lain-lain : (-)
3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DARAH
Hb : 12,8 gr%
Leukosit : 21,3x103/mm3
Eritrosit : x106/mm3
Hematokrit : %
MCV : fl
MCH : pg
MCHC : g%
RDW : %
Trombosit : x103/mm3
Golongan darah :
Glukosa sewaktu : 690 mg/dl
13
URIN
KESIMPULAN
KETERANGAN UMUM
Nama : Tn.MYI
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 47 tahun
Alamat : Ds.Rayeuk Paya Itek, Meurah Mulia
Pekerjaan : Petani
Masuk Tanggal: 18 Desember 2012
KELUHAN UTAMA
Nyeri dan luka di kaki.
ANAMNESIS KHUSUS
Pasien datang dengan keluhan nyeri dan luka di kaki kanannya yang di
alaminya ± 1 minggu ini. Luka yang dialaminya di akibatkan oleh gesekan sepatu
boat. Semula luka yang dialaminya kecil dan semakin hari semakin membesar.
Pasien juga mengeluh luka tersebut berwarna kehitaman dan menjalar ke bagian
atas. Pasien mengeluh nyeri pada luka yang dialaminya tersebut seperti perasaan
terbakar/panas. Selain itu pasien juga mengeluh sering BAK di malam hari,
banyak makan, banyak minum dan terjadi penurunan berat badan yang dulunya 58
kg menjadi 46 kg. Pasien mengeluh kakinya kebas-kebas dan matanya menjadi
kabur semenjak terkena DM. Pasien mengeluh tidak BAB selama 1 hari dan BAK
diakui pasien berwarna kuning jernih. Pasien memiliki riwayat diabetes melitus
14
dan artritis reumatoid ± 4 tahun yang lalu. Pasien sebelumnya menggunakan
glibenklamid dan vitamin (rodex).
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Kesan sakit (+)
Kesadaran: Compos Mentis
Berat badan kurang (IMT < 18,5)
Kepala : Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Leher : tidak terdapat pembengkakan KGB leher
Thoraks : Inspeksi: simetris
Palpasi : stem fremitus simetris kiri kanan
Perkusi : paru : suara sonor, batas paru hati normal.
Auskultasi : suara napas vesikular (+/+), suara tambahan
(-), bunyi jantung M1>M2, A2>A1, P2>P1, A2>P2
Abdomen : Bentuk simetris, soepel.
Ekstremitas/Genu : edema et regio dorsum pedis sinistra dextra.
LABORATORIUM
1. Pemeriksaan urin darah rutin
2. Glukosa sewaktu
DIAGNOSIS KERJA
Diabetes mellitus tipe II + gangren diabetikum et regio pedis dextra
PENGOBATAN
Diet hati
IVFD NaCl 10 gtt/i
15
Cefotaxim 1gr/12 jam
Ranitidin 1 amp/8 jam
Ondansetron 1 amp/8 jam
Kalnex 1 amp/8 jam
Vitamin K 1 amp/ hari
Spironolakton 2x1
PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini buruk, hanya 10-20 % yang sembuh sempurna. Biasanya
ketahanan hidup pasien dengan karsinoma hepatoseluler hanya 1 hari sampai 1
tahun.
16
LEMBAR FOLLOW UP PASIEN
Rabu, 19 Desember 2012
Keluhan Tambahan :
- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,
- Edema dorsum pedis dextra (+),
- sering buang air kecil, terutama malam hari,
- tungkai bawah seperti kesemutan
- penglihatan kabur
Vital Sign:
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 78x/menit
RR : 20x/menit
T : 37,20C
Terapi:
Kamis, 20 Desember 2012
Keluhan Tambahan :
- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,
- Edema dorsum pedis dextra (+),
- sering buang air kecil, terutama malam hari,
- tungkai bawah seperti kesemutan
- penglihatan kabur
- batuk
18
Vital Sign:
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,40C
Terapi:
Jumat, 21 Desember 2012
Keluhan Tambahan :
- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,
- Edema dorsum pedis dextra (+),
- sering buang air kecil, terutama malam hari,
- tungkai bawah seperti kesemutan
- penglihatan kabur
- batuk
Vital Sign :
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,80C
Terapi:
Sabtu, 22 Desember 2012
Keluhan Tambahan :
- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,
19
- Edema dorsum pedis dextra (+),
- sering buang air kecil, terutama malam hari,
- tungkai bawah seperti kesemutan
- penglihatan kabur
Vital Sign:
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
RR : 20x/menit
T : 370C
Terapi:
Minggu, 23 Desember 2012
Keluhan Tambahan :
- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,
- Edema dorsum pedis dextra (+),
- sering buang air kecil, terutama malam hari,
- tungkai bawah seperti kesemutan
- penglihatan kabur
Vital Sign:
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
RR : 24x/menit
T : 37,00C
Terapi:
20
Senin, 24 Desember 2012
Keluhan Tambahan :
- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,
- sering buang air kecil, terutama malam hari,
- tungkai bawah seperti kesemutan
- penglihatan kabur
Vital Sign:
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,50C
Terapi:
Selasa, 25 Desember 2012
Keluhan Tambahan :
- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,
- tungkai bawah seperti kesemutan
- penglihatan kabur
Vital Sign :
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
RR : 20x/menit
T : 37,00C
Terapi
21
Rabu, 26 Desember 2012
Keluhan Tambahan :
- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,
- tungkai bawah seperti kesemutan
- penglihatan kabur
Vital Sign :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 74x/menit
RR : 20x/menit
T : 370C
Terapi
Kamis, 27 Desember 2012
Keluhan Tambahan :
- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,
- tungkai bawah seperti kesemutan
- penglihatan kabur
- badan berkeringat
Vital Sign :
TD : 120/60 mmHg
Nadi : 78x/menit
RR : 24x/menit
T : 37,30C
Terapi
22
Jumat, 28 Desember 2012
Keluhan Tambahan :
- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,
- tungkai bawah seperti kesemutan
- penglihatan kabur
- demam dan berkeringat
- BAB keras
Vital Sign :
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 84x/menit
RR : 24x/menit
T : 38,00C
Terapi
Sabtu, 29 Desember 2012
Keluhan Tambahan :
- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,
- tungkai bawah seperti kesemutan
- penglihatan kabur
- demam dan berkeringat
Vital Sign :
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 78x/menit
RR : 20x/menit
23
T : 37,80C
Terapi
Minggu, 30 Desember 2012
Keluhan Tambahan :
- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,
- tungkai bawah seperti kesemutan
- penglihatan kabur
- demam dan berkeringat
Vital Sign :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 84x/menit
RR : 20x/menit
T : 37,80C
Terapi
24
KARSINOMA HEPATOSELULER
1. PENDAHULUAN
Karsinoma hepatoseluler (hepatocellular carcinoma = HCC) merupakan
tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit, demikian pula dengan
karsinoma fibrolamelar dan hepatoblastoma. Tumor ganas hati lainnya,
kolangiokarsinoma (Cholangiocarcinoma = CC) dan sistoadenokarsinoma berasal
dari sel epitel bilier, sedangkan angiosarkoma dan leiomiosarkoma berasal dari sel
mesenkim. Dari seluruh tunor ganas hati yang pernah didiagnosis, 85%
merupakan HCC, 10% CC, 5% jenis lainnya.
2. EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
HCC meliputi 5,6% dari seluruh kasus kanker pada manusia serta
menempati peringkat kelima pada laki-laki dan kesembilan pada perempuan
sebagai kanker tersering di dunia, dan urutan ketiga dari kanker sistem saluran
cernasetelah kanker kolorektal dan kanker lambung. Tingkat kematiannya sangat
tinggi, berada di urutan kedua setelah kanker pankreas. Secara geografis, di dunia
terdapat tiga kelompok wilayah tingkat kekerapan HCC, yaitu tingkat kekerapan
25
rendah (kurang dari tiga kasus), menengah (tiga hingga sepuluh kasus) dan tinggi
(lebih dari sepuluh kasus per 100.000 penduduk. Tingkat kekerapan tertinggi
tercatat di Asia Timur dan Tenggara serta Afrika Tengah. Sedangkan tingkat
kekerapan rendah di Eropa Utara, Amerika Tengah, Australia, dan Selandia Baru.
HCC jarang ditemukan pada usia muda, kecuali di wilayah endemik
infeksi HBV serta banyak terjadi transmisi HBV perinatal. Pada semua populasi,
kasus HCC laki-laki jauh lebih banyak (2-4 kali lipat) daripada kasus HCC
perempuan, dapat sampai 8:1. Di Indonesia HCC ditemukan tersering pada
median umur antara 50-60 tahun dengan predominasi pada laki-laki. Rasio antara
kasus laki-laki dan perempuan berkisar antara 2-6:1.Faktor resiko timbulnya HCC
ini antara lain infeksi virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), sirosis
hati, aflatoksin, obesitas, diabetes mellitus dan alkohol.
3. PATOLOGI
Secara mikroskopis biasanya tumor berwarna putih, padat, kadang
nekrotik kehijauan atau hemoragik. Seringkali ditemukan trombus tumor di dalam
vena hepatika atau portaintrahepatik. Pembagian atas tipe morfologinya adalah
tipe ekspansif dengan batas jelas, tipe infiltrat, menyebar, menjalar, dan tipe
multifokal. Menurut WHO secara histologik HCC dapat diklasifikasikan
berdasarkan organisasi struktur sel tumor yaitu trabekular (sinusoidal),
pseudoglandular (asiner), kompak (padat), dan sirous.
26
4. PATOGENESIS MOLEKULER
Mekanisme karsinogenesis HCC belum sepenuhnya diketahui. Apapun
agen penyebabnya, transformasi maligna hepatosit, dapat terjadi melalui
peningkatan perputaran (turnover) sel hati yang diinduksi oleh cedera dan
regenerasi kronik dalam bentuk inflamasi dan kerusakan oksidatif DNA. Hal ini
dapat menimbulkan perubahan genetikseperti perubahan kromosom , aktivasi
27
onkogen seluler atau inaktivasi gen supresor tumor, yang mungkin bersama
dengan kurang baiknya penanganan DNA mismatch, aktivasi telomerase, serta
induksi faktor-faktor pertumbuhan dan angiogenik.
5. PENYEBARAN
Metastasis intrahepatik dapat melaui pembuluh darah, saluran limfe, atau
infiltrasi langsung. Metastasis ekstrahepatik dapat melibatkan vena hepatika, vena
porta, atau vena kava. Dapat terjadi metastasis pada varises esofagus dan di paru.
Metastasis sistemik seperti ke kelenjar getah bening di porta hepatis tidak jarang
terjadi dan dapat juga sampai ke mediastinum. Bila sampai di peritoneum, dapat
menimbulkan asites hemoragik, yang berarti sudah memasuki stadium terminal.
6. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis HCC sangat bervariasi, dari yang asimtomatik sampai
yang jelas tanda dan gejalanya dan disertai gagal hati. Gejala yang paling sering
dikeluhkan adalah nyeri atai perasaan tidak nyaman pada kuadran kanan atas
abdomen. Pasien sirosis hati yang makin memburuk kondisinya, disertai keluhan
nyeri di kuadran kanan atas atau teraba pembengkakan lokal di hepar perlu
dicurigai HCC. Demikian pula bila tiodak terjadi perbaikan pada asites,
perdarahan varises atau pre koma setelah diberikan terapi adekuat atau pasien
penyakit hati kronik dengan HbsAg atau anti HCV yang mengalami perburukan
kondisi secara mendadak. Juga harus diwaspadai bila ada keluhan rasa penuh di
abdomen disertai perasaan lesu, penurunan berat badan dengan atau tanpa demam.
28
Keluhan gastrointestinal lain adalah anoreksia, kembung, konstipasi atau
diare. Sesak napas dapat terjadi akibat besarnya tumor yang menekan diafragma,
atau karena sudah ada metastasis ke paru-paru. Sebagian besar penderita
HCCsudah menderita sirosis hati, baik yang masih dalam stadium kompensasi
maupun yang sudah menunjukkan tanda-tanda gagal hati seperti malaise,
anoreksia, penurunan berat badan dan ikterus.
Temuan fisik yang sering adalah hepatomegali dengan atau tanpa bruit
hepatik, splenomegali, asites, ikterus, demam dan atrofi otot. Sebagian dari pasien
yang dirujuk ke rumah sakit karena perdarahan varises varises esofagus atau
peritonitis bakterial spontan (SBP) ternyata sudah menderita HCC.
7. PEMERIKSAAN PENYARING
Pemeriksaan laboratorium urin darah rutin, pemeriksaan fungsi hati kadar
bilirubin (total dan direct), SGOT dan SGPT, albumin dan globulin.
Kenaikan alkali fosfatase dan γ GT pada tes faal hati
USG abdomen.
CT Scan abdomen.
Penanda tumor (tumor marker) seperti Alfa-fetoprotein (AFP), des gamma
carboxy prothrombin (DCP), atau PIVKA-2.
Petanda virus hepatitis B dan C.
Aspirasi jarum halus atau biopsi hati jarum besar (Menghini).
Angiografi dengan lipiodal bila gambaran USG meragukan dan nilai AFP
tidak meningkat.
8. DIAGNOSIS
29
Untuk tumor dengan diameter lebih dari 2 cm, adanya penyakit hati
kronik, hipervaskularisasi arterialdari nodul (dengan CT atau MRI) serta kadar
AFP serum ≥400 ng/mL.
Kriteria diagnostik HCC menurut Barcelona EASL Conference:
Kriteria sito histologis
Kriteria non invasif (khusus untuk pasien sirosis hati):
Kriteria radiologis : koinsidensi 2 cara imaging (USG/CT
–spiral/MRI/angiografi)
- Lesi fokal > 2 cm dengan hipervaskularisasi arterial
Kriteria kombinasi : satu caraimaging dengan kadar AFP serum:
- Lesi fokal >2 cm dengan hipervaskularisasi arterial
- Kadar AFP serum ≥ 400 ng/ml.
9. TERAPI
Pilihan terapi ditetapkan berdasarkan atas ada tidaknya sirosis, jumlah dan
ukuran tumor, serta derajat perburukan hepatik. Untuk menilai status klinis,
sistem skor Child Pugh menunjukkan estimasi yang akurat mengenai kesintasan
pasien.
Reseksi Hepatik
Pada pasien kelompok non sirosis yang biasanya mempunyai fungsi
normal pilihan utama terapi adalah reseksi hepatik. Namun untuk pasien sirosis
diperlukan kriteria seleksi karena operasi dapat memicu timbulnya gagal hati yang
menurunkan angka harapan hidup. Parameter yang digunakan untuk seleksi
adalah skor Child-Pugh dan derajat hipertensi portal atau kadar bilirubin
30
serumdan derajat hipertensi portal saja subjek dengan bilirubin normal tanpa
hipertensi portal yang bermakna, harapan hidup 5 tahunnya dapat mencapai 70%.
Kontraindikasi tindakan ini adalah adanya metastasis ekstrahepatik , HCC difus
atau multifokal, sirosis stadium lanjut dan penyakit penyerta yang dapat
mempengaruhi ketahanan pasien menjalani operasi.
Transplantasi Hati
Bagi pasien HCC dan sirosis hati, transplantasi hati memberikan
kemungkinan untuk menyingkirkan tumor dan menggantikan parenkim hati yang
mengalami disfungsi. Dilaporkan kesintasan 3 tahun mencapai 80%, bahkan
dengan obat antiviral seperti lamivudin, ribavirin, dan interferon dapat dicapai
kesintasan 5 tahun sebesar 92%. Kematian pasca transplantasi tersering
disebabkan oleh rekurensi tumor di dalam maupun di luar transplan. Rekurensi
tumor bahkan mungkin diperkuat oleh obatantirejeksi yang harus diberikan.
Tumor yang berdiameter kurang dari 3 cm lebih jarang kambuh dibandingkan
dengan tumor yang diameternya lebih dari 5 cm.
Ablasi Tumor Perkutan
Destruksi sel neoplastik dapat dicapai dengan bahan kimia (alkohol,asam
asetat) atau dengan memodifikasi suhunya (radiofrequency, microwave, laser dan
cryoablation). Injeksi etanol perkutan (PEI) merupakan teknik terpilih untuk
tumor kecil karena efikasinya tinggi, efek sampingnya rendah serta relatif murah.
Untuk tumor kecil (diameter < 5cm) pada pasien sirosis Child Pugh A, kesintasan
5 tahun dapat mencapai 50%. PEI bermanfaat untuk pasien dengan tumor kecil
namun resektabilitasnya terbatas karena adanya sirosis hati non-Child A.
31
Radiofrequency ablation (RFA) menunjukkan angka keberhasilan yang
lebih tinggi dari pada PEI dan efikasinya tertinggi untuk tumor yang lebih besar
dari 3 cm, namun tetap tidak berpengaruh terhadap harapan hidup pasien. Selain
itu, RFA lebih mahal dan efek sampingnya lebih banyak dibandingkan dengan
PEI.
Terapi Paliatif
Sebagian besar pasien HCC didiagnosis pada stadium menengah lanjut
(intermedoate-advance stage) yang tidak ada terapi standarnya. Berdasarkan meta
analisis, pada stadium ini hanya TAE/TACE (transarterial embolization/chemo
embolization) saja yang menunjukkan penurunan pertumbuhan tumor serta dapat
meningkatkan harapan hidup pasien dengan HCC yang tidak resectable. TACE
dengan frekuensi 3-4 kali setahun dianjurkan pada pasien yang fungsi hatinya
cukup baik (Child Pugh A) serta tumor multinodular asimtomatik tanpa invasi
vaskular atau penyebaran ekstrahepatik yang tidak dapat diterapi secara radikal.
Sebaliknya bagi pasien dalam keadaan gagal hari (Child Pugh B-C), serangan
iskemik akibat terapi ini dapat mengakibatkan efek samping yang berat.
Adapun beberapa jenis terapi lain untuk HCC yang resectable seperti
imunoterapi dengan interferon, antiestrogen, antiandrogen, octreotide, radiasi
internal, kemoterapi arterial atau sistemik masih memerlukan penelitian lebih
lanjut untuk mendapatkan penilaian yang meyakinkan.
Tabel Klasifikasi Child Pasien Sirosis Hati dalam Terminologi Cadangan
Fungsi Hati
Derajat Minimal Sedang Berat
32
kerusakan
Bil.serum
(mu.mol/dl
<35 35-50 >50
Alb.serum (gr/dl) >35 30-35 <30
Asites Nihil mudah dikontrol Sukar
PSE/Ensefalopati Nihil Minimal berat/koma
Nutrisi Sempurna baik kurang/kurus
Grade (CHILD) Nilai Prognosis
A 5-6 10-15%
B 7-9 30%
C 10-15 >60%
10. PROGNOSIS
Sebagian besar kasus HCC berprognosis buruk karena tumor yang besar atau
ganda dan penyakit hati yang lanjut serta ketiadaan atau ketidakmampuan
penerapan terapi yang berpotensi kuratif (reseksi, transplantasi dan PEI). Stadium
tumor, kondisi umum, fungsi hati dan intervensi spesifik mempengaruhi prognosis
pasien HCC. Pada kelompok kasus aterseleksi cangkok hai menghasilkan
kesintasan lebih baik daripada reseksi hepatik maupun PEI.
33